ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PENGELOLA PARIWISATA PANTAI PANGANDARAN PASCA TSUNAMI, KABUPATEN CIAMIS, JAWA BARAT MARIENA DEWI PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
148
Embed
ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PENGELOLA PARIWISATA … · analisis strategi pemasaran pengelola pariwisata pantai pangandaran pasca tsunami, kabupaten ciamis, jawa barat mariena dewi
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PENGELOLA PARIWISATA PANTAI PANGANDARAN PASCA TSUNAMI,
KABUPATEN CIAMIS, JAWA BARAT
MARIENA DEWI
PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008
ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PENGELOLA PARIWISATA PANTAI PANGANDARAN PASCA TSUNAMI,
KABUPATEN CIAMIS, JAWA BARAT
MARIENA DEWI
SKRIPSI
PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul : ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PENGELOLA PARIWISATA PANTAI PANGANDARAN PASCA TSUNAMI, KABUPATEN CIAMIS, JAWA BARAT adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan tercantum dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Skripsi ini. Bogor, April 2008 Mariena Dewi C44104012
ABSTRAK
MARIENA DEWI. Analisis Strategi Pemasaran Pengelola Pariwisata Pantai Pangandaran Pasca Tsunami, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Dibimbing oleh SUHARNO.
Pantai Pangandaran merupakan salah satu objek wisata pantai di Jawa Barat yang terletak di Kabupaten Ciamis. Objek wisata ini mampu memberikan pendapatan asli daerah (PAD) yang sangat besar bagi Kabupaten Ciamis. Namun, dengan terjadinya bencana alam tsunami yang melanda daerah ini pada bulan Juli 2006 silam, telah menyebabkan jumlah kunjungan wisatawan mengalami penurunan yang cukup besar. Untuk membenahi kondisi diatas, kawasan ini memerlukan suatu strategi pemasaran yang baru, yang pertama untuk memulihkan tingkat kunjungan, kedua untuk menjaga daya tarik Pantai Pangandaran sebagai kawasan wisata, serta ketiga, bagi stakeholders kawasan, sebuah strategi pemasaran yang andal bisa menjadi landasan strategi bisnis yang bisa memandu para pelaku, khususnya pengelola kawasan ini dalam menjalankan pengelolaan yang menghasilkan nilai tambah ekonomi kawasan secara berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi industri kepariwisataan bahari di Pantai Pangandaran, kondisi lingkungan internal dan eksternal yang berpengaruh terhadap strategi pemasaran objek wisata Pantai Pangandaran, kondisi persaingan pada industri wisata bahari, serta menyusun dan merekomendasikan konsep strategi pemasaran bagi objek wisata Pantai Pangandaran.
Alat analisis yang digunakan pada peneltitan ini yaitu Matriks Internal Factor Evaluation (IFE), Matriks External Factor Evaluation (EFE), Matriks Internal-External (IE) dan juga Matriks SWOT (Strength, weakness, opportunities and threats). Dari hasil pengolahan data diperoleh bahwa kondisi internal dan eksternal Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ciamis berada pada posisi diatas rata-rata, dan kondisi persaingan industri pariwisata yang dihadapi oleh pihak pengelola dalam lingkup kabupaten sendiri tidak terlalu berpengaruh terhadap perkembangan wisata di Pantai Pangandaran. Kemudian dari hasil perangkingan strategi berdasarkan analisis SWOT didapatkan bahwa alternatif strategi pemasaran yang mendapat rangking satu adalah mempromosikan tempat wisata sebagai ODTW yang menarik dan aman untuk dikunjungi. Kata Kunci : Pariwisata, Strategi Pemasaran
Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam
Bentuk apapun, baik cetak, fotokopi, microfilm dan sebagainya.
ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PENGELOLA PARIWISATA PANTAI PANGANDARAN PASCA TSUNAMI,
KABUPATEN CIAMIS, JAWA BARAT
SKRIPSI
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
Oleh :
MARIENA DEWI C44104012
PROGRAM STUDI
MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
7
SKRIPSI
Judul Skripsi : Analisis Strategi Pemasaran Pengelola Pariwisata Pantai Pangandaran Pasca Tsunami, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat
Nama Mahasiswa : Mariena Dewi
NRP : C44104012
Program Studi : Manajemen Bisnis dan Ekonomi Perikanan-Kelautan
Disetujui, Pembimbing
Dr.Ir. Suharno, M.Adev. NIP. 131 649 403
Mengetahui, Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Prof. Dr. Ir. Indra Jaya, M.Sc NIP. 131 578 799
Tanggal Lulus: 16 April 2008
8
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga skripsi ini dapat selesai tepat
pada waktunya. Skripsi ini berjudul “Analisis Strategi Pemasaran Pengelola
Pariwisata Pantai Pangandaran Pasca Tsunami, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat”
yang merupakan hasil penelitian di Pantai Pangandaran pada bulan Juli – Agustus
2007.
Pada kesempatan ini penulis menghaturkan terima kasih kepada:
1) Dr.Ir. Suharno, M.Adev selaku Pembimbing Skripsi yang telah memberikan
bimbingan dan arahan selama penyelesaian skripsi ini,
2) Ir. Wawan Oktariza, M.Si dan Ir. Narni Farmayanti, M.Sc yang telah bersedia
menjadi Penguji Tamu,
3) Bapak Rahman selaku Kasi Promosi Pariwisata dan seluruh staf di Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ciamis yang telah membantu penulis
dalam penelitian,
4) Ir. Anna Fatchiya, M.Si selaku Pembimbing Akademik yang telah
memberikan bimbingan dan arahan dalam kegiatan akademik,
5) Kedua orang tua serta keluarga besar yang telah memberikan doa dan kasih
sayangnya,
6) Teman-teman SEI 41 yang telah memberikan dukungannya, serta seluruh
pihak yang telah membantu sehingga penelitian ini dapat berjalan lancar.
Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran untuk melengkapi skripsi
ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis, pembaca dan semua yang
berkepentingan.
Bogor, April 2008
Mariena Dewi
9
RIWAYAT PENULIS
Penulis dilahirkan di Sukabumi pada tanggal 4 Desember 1985 dari ayah
Suryatiman Ekka dan Ibu Enung Nurochmah. Penulis merupakan putri pertama
dari dua bersaudara.
Pendidikan formal yang dilalui penulis adalah SMUN 1 Kota Sukabumi,
lulus pada tahun 2004. Kemudian pada tahun yang sama penulis lulus seleksi
masuk Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk Institut
Pertanian Bogor. Penulis memilih program studi Manajemen Bisnis dan Ekonomi
Perikanan-Kelautan, Departemen Sosial Ekonomi Perikanan dan Kelautan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
Selama mengikuti kegiatan perkuliahan di Institut Pertanian Bogor penulis
aktif di beberapa organisasi mahasiswa seperti HIMASEPA IPB.
Penulis melakukan penelitian sebagai bahan penyusunan skripsi dengan
judul ”Analisis Strategi Pemasaran Pengelola Pariwisata Pantai Pangandaran
Pasca Tsunami, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat”.
10
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL........................................................................... ............... xiii
DAFTAR GAMBAR....................................................................... ............... xv
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................... ............. xvi
I. PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1 1.2 Perumusan Masalah .......................................................................... 3 1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian ....................................................... 4 II. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 6
2.1 Pemasaran dan Manajemen Pemasaran ............................................. 6 2.2 Strategi Pemasaran............................................................................. 7 2.3 Analisis Lingkungan Internal............................................................. 8 2.3.1 Operasi Manajemen ................................................................ 8 2.3.2 Keuangan dan Akuntansi ........................................................ 9 2.3.3 Produksi / Operasi ................................................................... 9 2.3.4 Penelitian dan Pengembangan ................................................ 9 2.3.5 Sistem Informasi Manajemen ................................................. 10 2.3.6 Pasar dan Pemasaran ............................................................... 10 2.4 Analisis Lingkungan Eksternal .......................................................... 10 2.4.1 Faktor Politik........................................................................... 11 2.4.2 Faktor Ekonomi....................................................................... 11 2.4.3 Faktor Sosial Budaya, Demografi dan Lingkungan................ 12 2.4.4 Faktor Teknologi..................................................................... 12 2.4.5 Faktor Persaingan (Kompetitif) .............................................. 12 2.5 Analisis SWOT .................................................................................. 15 2.6 Pariwisata dan Wisatawan.............................. ................................... 17 2.6.1 Industri Pariwisata................................................................... 18 2.6.2 Pariwisata Bahari .................................................................... 19 2.7 Pemasaran Pariwisata......................................................................... 20 2.8 Bauran Pemasaran Industri Pariwisata............................................... 21 2.8.1 Bauran Produk......................................................................... 21 2.8.2 Bauran Harga .......................................................................... 22 2.8.3 Bauran Promosi....................................................................... 23 2.8.4 Bauran Tempat (Distribusi)..................................................... 24 2.9 Tsunami.............................................................................................. 26 2.10 Studi Terdahulu.................................................................................. 26 III. KERANGKA PENDEKATAN STUDI ................................................. 29
11
Halaman
IV. METODOLOGI ...................................................................................... 32
4.1 Metode Penelitian .............................................................................. 32 4.2 Jenis dan Sumber Data....................................................................... 32 4.3 Metode Penentuan Responden........................................................... 34 4.4 Metode Pengumpulan Data................................................................ 34 4.5 Metode Analisis Data......................................................................... 35 4.5.1 Analisis Persaingan Industri.................................................... 36 4.5.2 Analisis Matriks Evaluasi Faktor Internal (IFE)..................... 39 4.5.3 Analisis Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE) ................. 41 4.5.4 Matriks Internal-Eksternal (IE) ............................................... 43 4.5.5 Matriks SWOT........................................................................ 45 4.6 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................. 46 4.7 Batasan Penelitian.............................................................................. 46 V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN ................................ 49
5.1 Gambaran Umum Kabupaten Ciamis ................................................ 49 5.2 Gambaran Umum Kecamatan Pangandaran ...................................... 51 5.2.1 Letak, Luas dan Batas Kecamatan Pangandaran ...................... 51 5.2.2 Keadaan Alam Kecamatan Pangandaran .................................. 51 5.2.3 Penduduk Kecamatan Pangandaran.......................................... 51 5.3 Gambaran Umum Wisata Pantai Pangandaran .................................. 52 5.3.1 Gambaran Umum Pihak Pengelola Pantai Pangandaran .......... 52 5.3.1.1 Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Pengelola ................... 54 5.3.1.2 Struktur Organisasi Pengelola...................................... 56 5.3.2 Profil Pengunjung Pantai Pangandaran..................................... 60 5.3.3 Produk Wisata Yang Ditawarkan.............................................. 66 5.4 Kondisi Objek Wisata Pantai Pangandaran Pra Tsunami .................. 67 5.4.1 Keadaan Umum Daerah Wisata dan Lingkungan Dinas Pra Tsunami..................................................................................... 67 5.4.2 Strategi Pemasaran Pengelola Pra Tsunami.............................. 68 5.5 Kondisi Objek Wisata Pantai Pangandaran Pasca Tsunami .............. 70 5.5.1 Keadaan Umum Daerah Wisata dan Lingkungan Dinas Pasca Tsunami..................................................................................... 70 5.4.2 Strategi Pemasaran Pengelola Pasca Tsunami.......................... 71 5.6 Kondisi Industri Pariwisata Pantai Pangandaran ............................... 73
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 77
6.1 Analisis Lingkungan Internal............................................................. 77 6.1.1 Operasi Manajemen ................................................................ 77 6.1.2 Keuangan dan Akuntansi ........................................................ 78 6.1.3 Produksi / Operasi ................................................................... 80 6.1.4 Penelitian dan Pengembangan ................................................ 82 6.1.5 Sistem Informasi Manajemen ................................................. 83 6.1.6 Pasar dan Pemasaran ............................................................... 84 6.2 Identifikasi Kekuatan dan Kelemahan ............................................... 87
12
Halaman
6.2.1 Kekuatan Pengelola................................................................. 87 6.2.2 Kelemahan Pengelola.............................................................. 88 6.3 Matriks IFE ........................................................................................ 89 6.4 Analisis Lingkungan Eksternal .......................................................... 92 6.4.1 Faktor Politik........................................................................... 92 6.4.2 Faktor Ekonomi....................................................................... 94 6.4.3 Faktor Sosial Budaya dan Lingkungan ................................... 96 6.4.4 Faktor Teknologi..................................................................... 97 6.4.5 Faktor Persaingan.................................................................... 98 6.5 Identifikasi Peluang dan Ancaman .................................................... 99 6.5.1 Peluang.................................................................................... 99 6.5.2 Ancaman ................................................................................. 99 6.6 Matriks EFE....................................................................................... 99 6.7 Matriks IE .......................................................................................... 102 6.8 Matriks Strategi Berdasarkan Analisis SWOT .................................. 103 6.8.1 Strategi Strengths-Opportunity (SO) ...................................... 105 6.8.2 Strategi Strengths-Threats (ST)............................................... 106 6.8.3 Strategi Weakness-Opportunity (WO).................................... 107 6.8.4 Strategi Weakness-Threats (WT)............................................ 108 6.8.5 Perangkingan Alternatif Strategi............................................. 109 VII. KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................
9. Komposisi Penduduk Kecamatan Pangandaran Berdasarkan Kelompok Umur ....................................................................................................... 52
10. Daerah Asal Pengunjung Pantai Pangandaran Maret-April 2001........... 60
11. Kelompok Umur Pengunjung Pantai Pangandaran Maret-April 2001 ... 61
12. Tingkat Pendidikan Pengunjung Pantai Pangandaran Maret-April 2001......................................................................................................... 61
13. Jenis Kelamin Pengunjung Pantai Pangandaran Maret-April 2001........ 62
14. Status Perkawinan Pengunjung Pantai Pangandaran Maret-April 2001 . 62
15. Jenis Pekerjaan Pengunjung Pantai Pangandaran Maret-April 2001...... 62
16. Tingkat Pendapatan Pengunjung Pantai Pangandaran Maret-April 2001......................................................................................................... 63
17. Sifat Kedatangan Pengunjung Pantai Pangandaran Maret-April 2001 ... 64
18. Lama Kunjungan Pengunjung Pantai Pangandaran Maret-April 2001... 64
19. Jenis Kendaraan Yang Digunakan Pengunjung Pantai Pangandaran Maret-April 2001 .................................................................................... 65
20. Biaya Perjalanan Pengunjung Pantai Pangandaran Maret-April 2001 ... 65
21. Matriks IFE Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ciamis ...... 91
22. Matriks EFE Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ciamis ..... 101
23. Matriks IE Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ciamis ........ 102
24. Matriks SWOT Objek Wisata Pantai Pangandaran ................................ 103
25. Perangkingan Alternatif Strategi............................................................. 109
14
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Kekuatan Yang Mempengaruhi Persaingan Industri .............................. 13
Lokasi mudah dicapai oleh konsumen, apakah itu sebuah hotel atau agen
perjalanan akan lebih mudah meraih permintaan. Pada kasus ini, konsumen
akan mudah untuk memperoleh produk wisata dan mungkin tidak memerlukan
adanya saluran distribusi (Cooper et al 1993).
2. Persediaan
Telah disampaikan sebelumnya bahwa sejumlah besar dana dialokasikan
industri untuk produksi dan pengiriman material promosi, baik kepada
konsumen secara langsung maupun lewat agen perjalanan. Material ini dapat
berupa brosur atau bentuk literatur lainnya dan diproduksi dalam jumlah besar.
Seringkali biaya distribusi meliputi biaya pergudangan dan pengiriman brosur
lewat berbagai macam model transportasi (Cooper et al 1993).
3. Aksesibilitas
Aksesibilitas terkait dengan kemampuan mengakses kepada : (1) aneka pilihan
dan rentang brosur dan bentuk promosi lainnya, (2) komponen produk seperti
visa, traveller cheques dan asuransi, (3) titik pemesanan di setiap daerah
tujuan, (4) alternatif agen perjalanan, produk dan merek (Cooper et al 1993).
4. Kenyamanan
Kenyamanan terkait dengan kemudahan bagi konsumen untuk membeli
produk jasa (Kotler 2000). Untuk produk wisata, maka kenyamanan terkait
dengan kemudahan untuk memperoleh informasi dan saran melakukan
pembelian dan pembayaran produk liburan, mengajukan keluhan dan
mendapatkan perwakilan ketika terjadi hal – hal yang tidak diinginkan
(Cooper et al 1993).
5. Transportasi
Transportasi terkait dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan proses
pengiriman material promosi ke saluran pemasaran dan konsumen dan proses
perjalanan konsumen menuju produk wisata.
6. Saluran Pemasaran
Saluran pemasaran adalah serangkaian organisasi yang saling tergantung yang
terlibat dalam proses untuk menjadikan produk atau jasa siap untuk digunakan
atau dikonsumsi. Produsen jasa dan gagasan juga menghadapi masalah untuk
41
membuat output mereka tersedia dan terjangkau oleh populasi sasaran. Untuk
kasus produk wisata, contoh saluran pemasaran adalah jasa internet dan jasa
agen perjalanan (Kotler 2000).
2.9 Tsunami
Tsunami berasal dari bahasa Jepang yang semula artinya gelombang
pelabuhan, namun sekarang telah mengalami perkembangan arti menjadi
gelombang laut seismik. Orang seringkali keliru mengartikan tsunami dengan
gelombang pasang, padahal tsunami tidak ada kaitannya dengan pasang surut air
laut. Tsunami merupakan gelombang laut dengan periode yang sangat panjang
dan dengan kecepatan tinggi, yang ditimbulkan oleh adanya gangguan dasar laut
secara mendadak, seperti pergeseran lempeng, peletusan gunung api bawah laut,
atau pelongsoran tebing dasar laut.
Penyebab terjadinya tsunami dikelompokkan menjadi dua, yaitu faktor
alami dan faktor perbuatan manusia. Faktor alami yang menyebabkan tsunami
adalah gempa bumi yang berpusat di dasar laut, peletusan gunung api di bawah
laut, pelongsoran tebing dasar laut, dan jatuhan meteor langsung ke laut. Faktor
perbuatan manusia yang menimbulkan tsunami adalah peledakan nuklir di bawah
laut.
2.10 Studi Terdahulu
1. Diding Sudira Efendi (C31.0079) mengadakan suatu penelitian di Pantai
Pangandaran pada bulan Desember 1998 - Februari 1999 dengan judul
”Dampak Pariwisata Terhadap Perekonomian Wilayah dan Tingkat
Kesejahteraan Keluarga Nelayan Pangandaran di Kabupaten Ciamis
Propinsi Jawa Barat”.
Tujuan dari penelitian tersebut adalah : (1) mengetahui kedudukan sektor
pariwisata berdasarkan tingkat basis dalam pembangunan wilayah Kabupaten
Ciamis, (2) mengetahui dampak sektor pariwisata terhadap perekonomian
regional dalam hal PDRB, PADS dan PAD di Kabupaten Ciamis, (3)
mengetahui kontribusi sektor pariwisata terhadap kesempatan kerja di
Kabupaten Ciamis, (4) mengetahui tingkat efisiensi investasi dalam
42
pengembangan sektor pariwisata di Kabupaten Ciamis, dan (5) mengetahui
keterkaitan hubungan sektor pariwisata (bahari) terhadap tingkat kesejahteraan
keluarga nelayan di Kabupaten Ciamis.
Pada penelitian tersebut digunakan jenis data yang berupa data primer dan
data sekunder. Data primernya didapat melalui pengamatan dan wawancara
langsung dengan menggunakan kuesioner kepada keluarga nelayan pariwisata
dan keluarga non pariwisata serta pengunjung. Sedangkan data sekundernya
diperoleh dari catatan yang berupa laporan, arsip, dan dokumen pada lembaga-
lembaga terkait.
Alat analisis yang digunakan peneliti untuk menganalisis data adalah
sebagai berikut :
1. Analisis Basis Ekonomi (LQ)
Untuk mengetahui apakah kegiatan sektor pariwisata adalah merupakan
kegiatan basis atau tidak
2. Analisis Shift and Share dan Pertumbuhan Ekonomi
3. Analisis Efisiensi Penanaman Modal
4. Analisis Proyeksi Kesempatan Kerja dan Multiplier Tenaga Kerja
5. Analisis Pendapatan Usaha dan Analisis Pendapatan Serta Pengeluaran
Keluarga
6. Analisis Nilai Koefisien Gini
7. Pengukuran Tingkat Kesejahteraan
8. Pengukuran Tingkat Kemiskinan
9. Analisis Hubungan Pariwisata dengan Tingkat Kesejahteraan
Hasil penelitiannya berisi tentang keadaan perekonomian Kabupaten
Ciamis, tingkat basis dan non basis sektor pariwisata, keragaan ekonomi
wilayah, tingkat investasi sektor pariwisata, keterkaitan sektor pariwisata
dengan perikanan Kabupaten Ciamis, dan telaah komprehensif makro dan
mikro.
Kesimpulan dari penelitian tersebut yaitu : (1) sektor pariwisata di
Kabupaten Ciamis termasuk dalam kategori sektor bisnis, (2) peran pariwisata
menjadi semakin penting jika melihat perkembangan kontribusi sektor ini
terhadap PDRB Kabupaten Ciamis yang telah berhasil menyumbang rata –
43
rata 6,11% dalam setiap tahunnya, (3) ditinjau dari penciptaan kesempatan
kerja, maka sektor pariwisata di Kabupaten Ciamis mengindikasikan sebagai
sektor padat kerja (labour intensive), (4) peran pemerintah masih dominan
dalam penyediaan investasi di sektor pariwisata Kabupaten Ciamis, dan (5)
dilihat dari aspek mikro, sektor pariwisata memiliki keterkaitan (hubungan)
yang signifikan dengan sektor perikanan di Pangandaran (tidak erat).
2. Yani Maulani (C04497017) mengadakan suatu penelitian di Pantai
Pangandaran pada bulan Maret – April 2001 dengan judul ”Analisis
Permintaan Rekreasi Pantai Pangandaran dengan Menggunakan Metode
Biaya Perjalanan di Pantai Pangandaran, Kabupaten Ciamis – Jawa
Barat”.
Tujuan dari penelitiannya yaitu : (1) mengidentifikasi karakteristik
pengunjung di Pantai Pangandaran, (2) mengetahui kurva permintaaan
wisatawan terhadap rekreasi di Pantai Pangandaran, dan (3) mengetahui faktor
– faktor yang mempengaruhi permintaan rekreasi di Pantai Pangandaran.
Data yang digunakan dalam penelitian tersebut yaitu data primer dan data
sekunder. Data primer yang digunakan yaitu karakteristik pengunjung, daerah
asal, banyaknya kunjungan rekreasi, biaya rekreasi dan penilaian pengunjung.
Sedangkan data sekunder yang digunakan meliputi karakteristik objek wisata
dan jumlah pengunjung.
Peneliti menggunakan metode pendekatan biaya perjalanan individu dalam
melakukan penelitian tersebut.
Skripsi tersebut berisi tentang karakteristik pengunjung, pendugaan jumlah
dan sebaran daerah asal pengunjung, serta analisis faktor-faktor yang
mempengaruhi permintaan rekreasi di Pantai Pangandaran.
Kesimpulan dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa biaya perjalanan
rata – rata berdasarkan zona tidak terpengaruh nyata terhadap permintaan
rekreasi, hal ini disebabkan karena adanya variasi musiman (seasonal
variation). Permintaan rekreasi di Pantai Pangandaran dipengaruhi oleh faktor
– faktor biaya perjalanan rata – rata, jarak dan promosi.
III. KERANGKA PENDEKATAN STUDI
Pantai Pangandaran yang terletak di Kabupaten Ciamis merupakan salah
satu objek wisata yang banyak sekali dikunjungi oleh wisatawan, baik wisatawan
lokal maupun wisatawan asing dari berbagai negara, karena pantai ini memiliki
panorama yang sangat indah. Adanya potensi dari Pantai Pangandaran yang
memiliki luas sekitar 50 hektar ini otomatis menjadikan sumber penghasilan
utama bagi Pemerintah Kabupaten Ciamis, khususnya di bidang pariwisata.
Bahkan Pangandaran memiliki pertumbuhan ekonomi yang paling tinggi
dibandingkan dengan kecamatan lain di Kabupaten Ciamis. Tingginya
pertumbuhan ekonomi ini disebabkan oleh maraknya kegiatan ekonomi di Pantai
Pangandaran, seperti perdagangan, perhotelan, dan kegiatan industri kecil.
Jumlah wisatawan yang berkunjung ke Pantai Pangandaran menurun
secara drastis setelah terjadinya bencana tsunami pada tanggal 17 Juli 2006 silam.
Hal ini tentu saja sangat merugikan bagi pemerintah setempat dan juga
masyarakat sekitar yang penghasilan utamanya adalah dari adanya kegiatan
pariwisata di daerah tersebut.
Kawasan ini memerlukan suatu strategi pemasaran yang baru pasca
terjadinya tsunami, yang pertama untuk memulihkan tingkat kunjungan. Kedua
untuk menjaga daya tarik Pantai Pangandaran sebagai kawasan wisata sehingga
kondisi industri pariwisata akan pulih dengan adanya wisatawan yang datang.
Ketiga, bagi stakeholders kawasan, sebuah strategi pemasaran yang andal bisa
menjadi landasan strategi bisnis yang bisa memandu para pelaku, khususnya
pengelola kawasan ini dalam menjalankan pengelolaan yang menghasilkan nilai
tambah ekonomi kawasan secara berkelanjutan.
Penganalisisan suatu lingkungan internal dan eksternal yang terdapat di
Pantai Pangandaran perlu dilakukan sebelum menyusun suatu strategi pemasaran.
Analisis internal ini sangat penting dilakukan untuk mengetahui kelemahan –
kelemahan dan kekuatan – kekuatan yang ada di Pantai Pangandaran. Kondisi
eksternal juga perlu dilakukan untuk mengetahui ancaman dari luar, baik itu yang
sudah terjadi maupun ancaman yang bersifat potensial. Selain itu, analisis
lingkungan eksternal juga untuk mengetahui peluang apa saja yang bisa
dipergunakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
45
Setelah mendapatkan tujuan yang ingin dicapai, maka langkah selanjutnya
adalah melakukan proses penyusunan strategi pemasaran. Pertama, menganalisis
kondisi internal dan eksternal dengan menggunakan matriks IFE dan EFE.
Selanjutnya dilakukan pencocokan dengan menggunakan matriks IE dan matriks
SWOT. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, maka akan didapatkan
alternatif strategi pemasaran yang tepat bagi objek wisata Pantai Pangandaran
pasca tsunami.
46
Gambar 4. Kerangka Pendekatan Studi
Formulasi Strategi Pemasaran
Adanya Bencana Alam Tsunami
Kebutuhan Penyusunan Strategi Pemasaran Pantai Pangandaran Pasca Tsunami
Analisis Lingkungan Internal : 1. Pasar dan pemasaran 2. Keuangan dan akuntansi 3. Produksi dan operasi 4. Operasi manajemen 5. Penelitian dan pengembangan 6. Sistem informasi manajemen
Matriks IFE Matriks EFE
Matriks IE Matriks SWOT
Analisis Lingkungan Eksternal : 1. Analisis Politik, Ekonomi, Sosial
Budaya dan Lingkungan, dan Teknologi.
2. Analisis Persaingan Industri.
Objek Wisata Pantai Pangandaran
IV. METODOLOGI
Pada bab ini akan dijelaskan tentang bagaimana metode penelitian yang
akan digunakan, jenis dan sumber data yang ingin diketahui, metode penentuan
responden, metode pengumpulan data, metode analisis data, serta lokasi dan
waktu penelitian.
4.1 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
dalam bentuk studi kasus (case study). Adapun yang menjadi sorotan kasusnya
(unit kasus) adalah pengelola objek wisata Pantai Pangandaran pasca tsunami di
Kabupaten Ciamis. Metode deskriptif dipilih karena metode ini dapat
memberikan gambaran terhadap fenomena – fenomena, menerangkan hubungan,
menguji hipotesa – hipotesa, membuat prediksi, serta mendapatkan makna dan
implikasi dari suatu masalah yang ingin dipecahkan (Nazir 2003). Studi kasus
lebih menekankan mengkaji variabel yang cukup banyak pada jumlah unit yang
kecil. Subjek penelitian dapat berupa individu, kelompok, lembaga, maupun
masyarakat. Peneliti ingin mempelajari secara intensif tentang faktor – faktor
internal dan eksternal yang mempengaruhi pengelola objek wisata Pantai
Pangandaran yang dalam hal ini menjadi unit kasusnya.
Tujuan dari studi kasus adalah untuk memberikan gambaran secara
mendetail dari keadaan objek wisata Pantai Pangandaran. Hasil dari penelitian
merupakan suatu generalisasi dari pola-pola kasus yang tipikal dari individu,
kelompok, lembaga dan sebagainya.
Kelemahan dalam unit kasus penelitian ini adalah adanya keterbatasan
sumberdaya, dimana yang menjadi unit pengelolanya berfokus pada Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ciamis yang menjadi pemangku
kepentingan utama.
48
4.2 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data text dan data
image. Data text adalah data yang berbentuk alfabet maupun angka numerik. Data
text yang digunakan antara lain : (1) data keuangan pengelola, (2) data jumlah
pengunjung objek wisata Pantai Pangandaran, (4) daftar harga produk wisata
Pantai Pangandaran, (5) data jumlah SDM Dinas. Data image adalah data yang
memberikan informasi secara spesifik mengenai keadaan tertentu melalui foto,
diagram, tabel dan sejenisnya (Fauzi 2001). Data image yang digunakan antara
lain struktur organisasi pengelola dan foto – foto objek wisata Pantai
Pangandaran.
Data dibagi dua berdasarkan sumbernya, yaitu data primer dan data
sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh berdasarkan observasi
langsung ke objek wisata Pantai Pangandaran, wawancara langsung dengan
responden dan survey (penyebaran kuesioner). Data primer yang digunakan
dalam penelitian ini adalah :
Faktor – faktor penentu lingkungan internal
Faktor – faktor penentu lingkungan eksternal
Nilai pembobotan faktor penentu lingkungan internal
Nilai pembobotan faktor penentu lingkungan eksternal
Nilai rating faktor penentu lingkungan internal
Nilai rating faktor penentu lingkungan eksternal
Foto – foto objek wisata Pantai Pangandaran
Persepsi pengunjung terhadap produk wisata Pantai Pangandaran
Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari data
yang sudah diolah dan tersusun dari berbagai sumber seperti Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata Kabupaten Ciamis, Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Ciamis
dan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata.
Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
Kebijakan pengelolaan pariwisata Pantai Pangandaran
Visi, misi, tujuan dan struktur organisasi pengelola
Data keuangan pengelola
Data pengunjung Pantai Pangandaran
49
Daftar harga produk wisata Pantai Pangandaran
Brosur, booklet, leaflet dan VCD promosi Pantai Pangandaran
Data – data mengenai kondisi ekonomi, politik, sosial budaya, dan
lingkungan
Laporan-laporan program kerja pihak pengelola
4.3 Metode Penentuan Responden
Pemilihan responden dalam penelitian ini ditentukan dengan metode
purposive sampling, yaitu responden diambil secara sengaja dengan pertimbangan
bahwa responden tersebut merupakan pihak pengelola pariwisata Pantai
Pangandaran. Dalam hal ini, responden yang dipilih adalah Kepala Seksi Promosi
dan Daya Tarik Wisata dan Kepala Seksi Penyusunan Program.
Purposive sampling merupakan bagian dari judgemental sampling. Fauzi
(1999) mengatakan bahwa keterwakilan dari sampel yang menggunakan
judgemental sampling hanya didasari semata-mata dari pertimbangan peneliti.
Keuntungan dari judgemental sampling adalah bahwa responden yang dipilih
memiliki banyak data dan informasi mengenai pariwisata Pantai Pangandaran.
Hal yang sama juga berlaku untuk pemilihan informan, yaitu orang yang
diwawancarai peneliti. Pada Dinas, informan yang dipilih adalah Kepala Bidang
Objek dan Daya Tarik Wisata serta beberapa staf dalam bidang Objek dan Daya
Tarik Wisata (ODTW). Pengambilan data dengan wawancara, terutama dilakukan
untuk mendapatkan data berupa persepsi, opini, dan ekspektasi. Selain itu,
peneliti juga mewawancarai beberapa stakeholders yang terlibat langsung di
dalam industri wisata di kawasan Pantai Pangandaran yang dapat memberikan
informasi mengenai penerapan strategi pemasaran dan manajemen pengelolaan
dalam objek wisata tersebut.
Kelemahan dalam sampel penelitian ini adalah adanya keterbatasan
sumberdaya, dimana yang menjadi sampel respondennya berfokus pada Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ciamis yang menjadi pemangku
kepentingan utama. Namun, beberapa penilaian tentang kawasan ini juga dicakup
oleh informan – informan yang merupakan pengelola hotel, rumah makan dan
wisatawan yang berada di kawasan objek wisata Pantai Pangandaran.
50
4.4 Metode Pengumpulan Data
Sesuai dengan sumber data dan tujuan penelitian, maka penyusunan
skripsi ini menggunakan teknik-teknik pengumpulan data sebagai berikut :
1. Angket / Survey ( Menggunakan Kuesioner)
Yaitu pengumpulan data dengan cara mengedarkan daftar pertanyaan pada
pihak Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ciamis, yaitu Kepala
Seksi Promosi dan Daya Tarik Wisata dan Kepala Seksi Penyusunan Program
yang merupakan para penentu kebijakan Dinas.
Kuesioner ini digunakan untuk mengumpulkan informasi tentang dan
untuk menentukan faktor internal, faktor eksternal dan kondisi persaingan
industri. Dimana kuesioner ini menyangkut sejauh mana kebijakan-kebijakan
dijalankan apakah sesuai dengan visi dan misi Dinas atau tidak.
2. Wawancara (Interview)
Yaitu pengumpulan data dengan cara mengadakan wawancara langsung
dengan berbagai pihak yang berkaitan dengan penelitian ini. Adapun pihak-
pihak yang terkait adalah Kepala Bidang ODTW, Kepala Bidang Bina
Program dan staf Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, serta wisatawan yang
mayoritas berasal dari Kabupaten Ciamis.
3. Observasi
Observasi atau pengamatan adalah kegiatan untuk mencari data dengan
jalan mengamati secara langsung data-data yang telah berhasil dihimpun untuk
selanjutnya dipilih sesuai dengan relevansinya dengan penelitian.
4. Dokumentasi
Pencatatan telaah terhadap buku-buku, laporan-laporan, dokumen-
dokumen yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.
4.5 Metode Analisis Data
Metode pengolahan data dan analisis data dilakukan dengan menggunakan
matriks IFE, EFE, IE dan SWOT dengan alat bantu berupa program Microsoft
Excel. Program ini digunakan untuk melakukan kuantifikasi data yang berasal
dari kuesioner. Tahap – tahap pengolahan data yang dilakukan adalah, (1) analisis
51
terhadap data yang dikumpulkan untuk memperoleh faktor – faktor strategis
lingkungan internal dan eksternal, (2) analisis persaingan industri untuk
menganalisis kondisi persaingan yang terjadi pada industri wisata di Pantai
Pangandaran, (3) analisis matriks IFE dan EFE untuk menganalisis lingkungan
internal dan eksternal, (4) analisis matriks IE untuk mengetahui strategi yang
sebaiknya diambil, kemudian (5) analisis SWOT untuk mendapatkan alternatif
strategi pemasaran yang dapat diterapkan di Pantai Pangandaran.
Penjelasan dari analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
4.5.1 Analisis Persaingan Industri
Aspek dalam persaingan yang harus diketahui oleh setiap perusahaan
adalah seberapa besar intensitas persaingan yang terjadi dalam industri. Dengan
mengetahui seberapa besar intensitas persaingan, maka suatu perusahaan dapat
menyusun strategi bersaing yang tepat. Metode yang digunakan dalam
menganalisis intensitas persaingan ini pada dasarnya sama dengan metode untuk
menganalisa lingkungan internal dan eksternal. Langkah pertama adalah
melakukan pembobotan terhadap indikator – indikator pada masing – masing
kekuatan utama penentu persaingan industri, yaitu dengan menggunakan metode
Paired Comparison (Kinnear dan Taylor 1991).
Penentuan bobot setiap faktor menggunakan skala 1, 2, dan 3 dengan
keterangan skala sebagai berikut :
1 = jika indikator horisontal kurang penting daripada indikator vertikal
2 = jika indikator horisontal sama penting daripada indikator vertikal
3 = jika indikator horisontal lebih penting daripada indikator vertikal
Bobot setiap variabel diperoleh dengan menentukan nilai setiap variabel
terhadap jumlah keseluruhan variabel dengan menggunakan rumus (Kinnear dan
Aktivitas pengelolaan pariwisata Pantai Pangandaran secara penuh berada
di bawah Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ciamis namun dalam
pelaksanaan teknisnya ditangani oleh Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD)
Ciamis Selatan. Kantor UPTD berada di objek wisata Pangandaran dan
merupakan bagian dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. Kantor UPTD
dipimpin oleh Kepala UPTD yang dibantu oleh pelaksana teknis administrasi tata
usaha, pelaksana teknis pengamanan dan penyuluhan, pelaksana teknis atraksi dan
rekreasi, pelaksana teknis pendapatan, dan kelompok jabatan fungsional.
Produk wisata sangat berbeda dengan produk barang. Produk wisata tidak
dapat dibawa ke tempat kediaman wisatawan sehingga produk wisata tersebut
harus dinikmati di tempat dimana produk itu tersedia. Selain itu, proses produksi
dari produk wisata juga berbeda dengan proses produksi dari produk barang.
Produk wisata dibuat atau diproduksi bersamaan dengan waktu produk tersebut
dinikmati oleh wisatawan. Oleh karena itu, maka aktivitas produksi dari produk
wisata pantai/bahari Pantai Pangandaran adalah saat wisatawan datang dan
menikmati objek wisata yang ditawarkan seperti berenang, berperahu pesiar,
memancing, jetski, parasailing, berkeliling dengan sepeda dan berjalan-jalan di
tepi pantai sambil menikmati panorama alam. Sehingga apa yang diperoleh oleh
wisatawan setelah ”mengkonsumsi” produk wisata adalah pengalaman.
Produk wisata pantai/bahari sangat tergantung pada kualitas lingkungan
dimana aktivitas wisata tersebut diadakan. Sehingga, untuk mempertahankan
kualitas lingkungan tersebut, pihak pengelola harus mampu menjaga,
mengembangkan dan menata objek wisata semaksimal mungkin. Selain itu, pihak
pengelola juga harus meningkatkan kesadaran dan peran aktif masyarakat dalam
kegiatan kepariwisataan yang diterapkan melalui sadar wisata. Hal ini sangatlah
penting dikarenakan kawasan objek wisata masih berbaur dengan masyarakat
sekitar.
97
Aktivitas wisata merupakan suatu proses mengkonsumsi produk wisata.
Dalam aktivitas wisata, fasilitas yang tersedia dikawasan wisata sangat penting.
Fasilitas yang tersedia di Pantai Pangandaran antara lain : (1) Lapangan parkir
yang cukup luas; (2) Hotel, restoran, penginapan, pondok wisata dengan jumlah
106 buah; (3) Pelayanan pos, telekomunikasi dan money changer; (4) Gedung
bioskop dan diskotik; (5) Pramuwisata dan pusat informasi pariwisata; (6) Bumi
perkemahan; dan (7) Penyewaan sepeda, ban renang, parasailing, jetski dan
banana boat.
Pihak pengelola juga membangun pos-pos pengamanan yang berada
dipesisir pantai untuk meningkatkan pelayanan kepada wisatawan khususnya
dalam hal pengamanan.. Selain itu juga terdapat menara pengawas dan petugas
balawisata (tim penyelamat) yang disertai dengan mobil dinas. Adanya pos-pos
pengamanan merupakan salah satu bentuk pelayanan yang diberikan oleh pihak
pengelola, namun hal tersebut masih belum memadai apabila tidak disertai dengan
pelayanan-pelayanan lainnya seperti kebersihan dan keindahan. Hal ini dapat
terlihat dari masih adanya puing-puing bangunan akibat tsunami yang belum
dibersihkan.
6.1.4 Penelitian dan Pengembangan
Pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ciamis yang
merupakan pihak pengelola dari Pantai Pangandaran, sampai saat ini belum
memiliki divisi penelitian dan pengembangan (litbang). Walaupun demikian,
pihak pengelola berusaha untuk meningkatkan iklim investasi yang kondusif
dibidang kepariwisataan, mengembangkan SDM dalam aparatur Dinas, serta
mengembangkan jaringan kemitraan dalam kepariwisataan melalui program-
program yang sesuai dengan misi yang diemban. Program-program tersebut
diantaranya : (1) mengadakan kerjasama dengan investor bertarap regional,
nasional maupun internasional; (2) melaksanakan pembinaan, penataran, pelatihan
dan seminar bagi para pelaku wisata dan budaya; (3) mengadakan studi banding
ke wilayah lain; (4) mengadakan kerjasama dengan berbagai lembaga, dinas,
instansi terkait yang bersifat regional, nasional dan internasional; serta (5)
mengadakan kerjasama dengan biro perjalanan, menyusun paket wisata dan
mengadakan kerjasama dengan pihak swasta baik bertarap regional, nasional
98
maupun internasional. Program-program diatas ditujukan untuk mengembangkan
kualitas pariwisata baik dari segi SDM, produk, dan promosi.
Salah satu bentuk kerjasama yang telah dilakukan oleh pihak pengelola
dengan pihak luar yaitu dengan PT. Djarum yang telah menjadi salah satu sponsor
dalam event Pangandaran Kite festival yang diadakan pada bulan Juli 2006
dengan tujuan untuk meningkatkan daya tarik wisata Pantai Pangandaran. Pihak
pengelola juga melakukan suatu bentuk kerjasama dengan Badan Arkeologi
Propinsi Jawa Barat dan dengan Balai Kajian dan Nilai Tradisional Propinsi Jawa
Barat dalam mengadakan seminar kesejarahan. Selain itu, pihak pengelola juga
melakukan kerjasama dengan Universitas Galuh dalam pembuatan buku sejarah
Ciamis. Langkah lain yang terkait dengan penelitian dan pengembangan adalah
dengan memfasilitasi dan memberikan kemudahan bagi setiap pihak yang
bermaksud untuk mengadakan penelitian di kawasan objek wisata Pantai
Pangandaran seperti mahasiswa, peneliti dan lainnya. Dengan harapan, hasil
penelitian tadi dapat bermanfaat bagi pihak pengelola.
Setelah terjadinya tsunami, pihak pengelola melakukan suatu koordinasi
dengan BMG. Hal yang dilakukan oleh pihak pengelola yaitu memuat berita-
berita pariwisata pasca tsunami di Kabupaten Ciamis dengan menyebarluaskan
penjelasan dari BMG Propinsi Jawa Barat bahwa tsunami tidak akan terjadi lagi di
Pangandaran dan sekitarnya melalui media massa dan media elektronik. Guna
memenuhi harapan dan keinginan wisatawan mulai dari transportasi, akomodasi,
konsumsi, dan keamanan, maka diperlukan koordinasi yang cukup luas diantara
pihak yang terkait. Hal ini masih menjadi suatu kendala dari pihak pengelola
karena masih lemahnya koordinasi antara pihak pengelola dengan pihak lain yang
terkait dalam pengembangan kepariwisataan.
6.1.5 Sistem Informasi Manajemen
Terdapatnya sarana komunikasi seperti telepon dan fax telah mendukung
kinerja dari Dinas. Begitu pula dengan ketersediaan komputer beserta perangkat
pendukungnya seperti printer dan teknologi internet. Bahkan pihak pengelola
juga telah memiliki website sendiri yaitu www.ciamistourism.com. Dengan
adanya situs tersebut, diharapkan pihak pengelola dapat memberikan informasi-
informasi yang diinginkan oleh masyarakat luas / wisatawan mengenai pariwisata
99
yang berada di Kabupaten Ciamis khususnya Pantai Pangandaran. Teknologi
internet juga mendukung kinerja dari pihak pengelola dalam rangka promosi
pariwisata untuk menjangkau wisatawan mancanegara. Sampai saat ini, sarana
komunikasi yang ada pada Dinas sudah mencukupi baik secara kuantitas maupun
kualitas.
6.1.6 Pasar dan Pemasaran
Sesuai dengan visi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ciamis
yaitu dengan mewujudkan Kabupaten Ciamis menjadi daerah tujuan wisata, maka
pembangunan pariwisata dan kebudayaan perlu terus dikembangkan sebagai
sumber pendapatan daerah yang dapat memberikan efek multiplier terhadap
pertumbuhan dan perkembangan ekonomi kerakyatan. Dan sejalan dengan misi
yang diemban oleh pihak pengelola, meningkatnya kunjungan wisatawan ke
objek-objek wisata akan mendorong tumbuhnya berbagai aktivitas ekonomi di
berbagai sektor yang pada gilirannya akan mampu membuka luas kesempatan
kerja dan kesempatan berusaha.
Pihak pengelola tidak memiliki paket wisata khusus dalam hal produk
wisata, sedangkan konsep wisata yang dibangun oleh pihak pengelola yaitu wisata
alam. Sehingga produk wisata yang ditawarkan oleh pihak pengelola adalah
wisata pantai / bahari. Selain itu, para wisatawan juga dapat menikmati wisata
belanja dan wisata kuliner yang berada di kawasan objek wisata Pantai
Pangandaran.
Pantai Pangandaran merupakan objek wisata alam yang menawarkan
keistimewaan-keistimewaan tersendiri. Keistimewaan yang dimiliki oleh Pantai
Pangandaran antara lain : (1) Dapat melihat terbit dan terbenamnya matahari dari
tempat yang sama, (2) Pantainya landai dengan air yang jernih serta jarak antara
pasang dan surut relatif lama sehingga memungkinkan orang untuk berenang
dengan aman, (3) Terdapat pantai dengan hamparan pasir putih, (4) Tersedia tim
penyelamat wisata pantai, (5) Jalan lingkungan yang beraspal mulus dengan
penerangan jalan yang memadai, (6) Terdapat taman laut dan mengalirnya
Cirengganis yang konon bisa membuat orang awet muda, (7) Terdapat Cagar
Alam dengan flora dan fauna yang langka, (8) Goa Alam dan Goa-goa buatan
pada waktu penjajahan Jepang.
100
Dari segi harga, pihak pengelola hanya mengenakan karcis masuk. Karcis
masuk yang dikenakan tersebut terdiri atas tarif retribusi objek wisata, retribusi
parkir, retribusi sampah, premi asuransi dan retribusi kendaraan. Untuk pejalan
kaki tarif masuk yang dikenakan sebesar Rp 2.500,-, untuk sepeda motor Rp
5.900,-, untuk sedan/jeep Rp 14.200,-, mobil penumpang sejenis Rp 27.200,-,
mobil penumpang besar Rp 40.200,-, bus kecil Rp 52.700,-, bus sedang Rp
79.500,- dan untuk bus besar Rp 130.500,-. Pada karcis masuk terdapat premi
asuransi yang merupakan bentuk perlindungan kepada wisatawan yang berada di
kawasan objek wisata Pantai Pangandaran. Untuk fasilitas hotel yang berada di
kawasan objek wisata Pangandaran, harga yang ditawarkan bervariasi antara Rp
50.000,- sampai dengan Rp 800.000,- per malam dengan jumlah hotel sebanyak
106 buah. Selain itu, terdapat juga berbagai macam restoran dan café serta kios-
kios souvenier yang menawarkan berbagai macam souvenier khas Pangandaran.
Bencana tsunami telah menyebabkan trauma psikologi bagi masyarakat
sekitar, dan dengan adanya pemberitaan-pemberitaan yang muncul di media telah
menyebabkan ketakutan bagi calon wisatawan yang akan berkunjung. Sehingga
kunjungan wisatawan pasca bencana tsunami mengalami penurunan yang cukup
besar. Padahal dalam hal jumlah kunjungan wisatawan, pihak pengelola tidak
membatasi jumlah wisatawan yang akan mengunjungi objek wisata Pantai
Pangandaran.
Pihak pengelola melakukan berbagai rehabilitasi sarana dan prasarana
yang rusak, meningkatkan pengawasan dan pengamanan terhadap wisatawan,
serta melakukan berbagai kegiatan promosi baik di dalam maupun luar Kabupaten
Ciamis yang bertujuan untuk memulihkan kondisi pariwisata pasca tsunami.
Pihak pengelola juga menggunakan beberapa bauran promosi untuk
mempromosikan produk wisatanya, seperti (1) periklanan (advertising), bentuk
media yang digunakan oleh pihak pengelola adalah koran, radio, papan billboard,
dan melalui internet dengan situs www.ciamistourism.com, (2) promosi penjualan
dengan menyebarkan brosur, leaflet, booklet dan VCD pada saat pameran atau
event-event yang diselenggarakan serta diikuti pihak pengelola, (3) kehumasan
(public relation), dalam setiap kegiatan pameran atau event-event, pihak
pengelola menyebarkan press release dan statement-statement dari BMG yang
101
menyatakan bahwa Pantai Pangandaran aman untuk dikunjungi, serta (4)
melakukan roadshow ke daerah-daerah yang memiliki wisatawan potensial
Kegiatan-kegiatan promosi yang telah dilakukan oleh pihak pengelola
diantaranya :
1. Penyelenggaraan event-event kepariwisataan, antara lain : Festival
Layang-layang, Moka, Festival Putra – Putri Pantai, Helaran Seni
Tradisional, Upacara Tradisional Hajat Laut, Pentas Seni Tradisional dan
Modern, Pentas Seni Pasca Tsunami, Festival Band Pelajar, Pemilihan
Putra – Putri Pariwisata, Wisata Lintas Alam, dan Pacuan Kuda.
2. Menyelenggarakan dan mengikuti pameran-pameran baik didalam maupun
luar Kabupaten Ciamis, diantaranya : Pameran “Ciamis Expo”, Gebyar
Wisata Nusantara, Jabar Travel Exchange, Royal Tourism Indonesia
Market & Expo 2006, Nusa Dua Bali Festival 2006, Pameran
Kepariwisataan di Yogyakarta, Pameran Kepariwisataan di Bandung, dan
Jabar Expo.
3. Penyebaran brosur, leaflet, booklet dan VCD tentang objek wisata Pantai
Pangandaran yang disebarkan pada saat event-event atau pameran.
Produk wisata pantai/bahari tidak dapat didistribusikan sebagaimana
produk barang. Sehingga hal yang dapat didistribusikan adalah informasi-
informasi mengenai objek wisata Pantai Pangandaran. Adanya teknologi internet
juga memudahkan pihak pengelola untuk memasarkan produk wisatanya dengan
lebih luas hingga ke mancanegara. Hal ini penting karena sampai saat ini,
jaringan pemasaran pariwisata secara luas masih belum berkembang.
Dalam pariwisata, pendistribusian juga menyangkut pada angkutan wisata
yang akan digunakan oleh wisatawan menuju kawasan wisata. Secara geografis,
Kabupaten Ciamis terletak cukup jauh dari ibukota Jakarta dengan waktu tempuh
sekitar 6 jam. Namun, untuk menjangkau Kabupaten Ciamis terdapat beberapa
transportasi umum yang dapat digunakan. Transportasi umum yang dapat
digunakan antara lain : (1) Transportasi darat dengan menggunakan bus-bus antar
propinsi dan dalam propinsi. Untuk menuju objek wisata Pangandaran tersedia
bus maupun micro bus dengan jurusan Bandung-Pangandaran, Jakarta-
Pangandaran, maupun Tasikmalaya-Pangandaran; (2) Transportasi darat dengan
102
menggunakan kereta api. Stasiun kereta api Ciamis dilalui oleh jalur utama kereta
api yang menghubungkan Jakarta-Bandung-Surabaya dengan satu buah stasiun
pemberhentian yang terletak di Kabupaten Ciamis; (3) Transportasi udara.
Kabupaten Ciamis memiliki satu bandara Nusawiru yang terletak tidak jauh dari
Pangandaran sekitar 21 Km, tepatnya di Kecamatan Cijulang. Bandara ini
dipergunakan sejak bulan Juli 2004 dengan tujuan Bandung-Nusawiru. Jenis
pesawat yang dipergunakan adalah Cn235 dengan penerbangan setiap hari Jumat,
Sabtu dan Minggu. Namun, setelah terjadinya bencana tsunami penerbangan di
Bandara Nusawiru jarang dioperasionalkan kembali; dan (4) Transportasi laut.
Perhubungan laut atau sungai di Ciamis dilakukan melalui Pelabuhan Majingklak
dan Pelabuhan Santolo yang berada di Kecamatan Kalipucang.
Secara keseluruhan, pemasaran wisata yang telah dilakukan oleh pihak
pengelola sudah cukup baik, baik dari segi harga maupun promosi. Akan tetapi
dari segi produk masih perlu pengembangan sehingga produk wisata yang
ditawarkan dapat lebih bervariatif.
6.2 Identifikasi Kekuatan dan Kelemahan
6.2.1 Kekuatan Pengelola
Kekuatan dari pihak pengelola dalam hal operasi manajemen dapat terlihat
dari sistem manajemen yang jelas, karena pihak pengelola merupakan lembaga
yang berada dalam pemerintahan. Sebagai salah satu lembaga pemerintah, Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ciamis memiliki visi, misi, tujuan dan
sasaran yang jelas pula. Untuk mencapai misi dan tujuan tertentu, pihak
pengelola menyusun suatu program-program yang akan ditindaklanjuti dengan
penyusunan perencanaan pembangunan tahunan. Selain itu, pada Dinas ini juga
tersusun struktur organisasi yang saling melengkapi dengan jumlah sumberdaya
manusia yang tercukupi, yang terdiri dari 73 orang pegawai negeri sipil dan 90
orang tenaga kerja kontrak. Untuk masalah keuangan, pihak pengelola
mendapatkan anggaran dari APBD setiap tahunnya, anggaran tersebut
dialokasikan untuk adum, belanja aparatur dan belanja publik. Selain dari APBD,
pihak pengelola juga mendapatkan dana dari APBN.
103
Dari segi produk, Pantai Pangandaran menawarkan keistimewaan-
keistimewaan alam dengan ciri khas yang dimilikinya. Adanya Cagar Alam
Pananjung dengan flora dan fauna yang langka, telah menjadikan Pantai
Pangandaran menjadi lebih menarik karena merupakan objek wisata pendukung
bagi Pantai Pangandaran. Kelebihan lain yang terdapat di kawasan wisata Pantai
Pangandaran yaitu tersedianya fasilitas-fasilitas yang cukup lengkap seperti
adanya lapangan parkir yang cukup luas, hotel, restoran, pelayanan pos, money
changer, gedung bioskop, pramuwisata, pusat informasi pariwisata dan
sebagainya. Pihak pengelola lebih memperhatikan ketertiban dan keamanan di
sekitar kawasan objek wisata setelah terjadinya tsunami.. Adanya pos
pengawasan dan menara pengawasan, serta adanya balawisata dengan disertai
peralatan penyelamat pantai merupakan wujud dari pelayanan pihak pengelola
dalam rangka menciptakan keamanan dan kenyamanan kepada wisatawan yang
datang.
Kekuatan pengelola dari segi pemasaran terletak pada ”Price”, yaitu tarif /
karcis masuk yang relatif murah. Dan dalam rangka untuk melindungi wisatawan,
pihak pengelola juga telah menyertakan asuransi kecelakaan pada setiap karcis
yang dibayar oleh wisatawan. Asuransi tersebut berlaku hanya untuk kecelakaan
yang terjadi di kawasan objek wisata Pantai Pangandaran. Kekuatan lain yang
dimiliki oleh pihak pengelola yaitu dari segi ”Promotion”. Pihak pengelola telah
melakukan kegiatan-kegiatan promosi secara terus menerus, baik melalui event-
event, pameran-pameran, ataupun penyebaran brosur, leaflet, dan booklet. Hal ini
bertujuan untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan baik wisatawan
nusantara maupun mancanegara. Adanya teknologi internet telah mempermudah
promosi pariwisata yang dilakukan oleh pihak pengelola, karena dengan internet
pihak pengelola dapat mempromosikan produknya hingga ke mancanegara. Dan
dengan dimilikinya website sendiri, pihak pengelola dapat memberikan informasi-
informasi tentang pariwisata di Kabupaten Ciamis khususnya Pantai Pangandaran.
6.2.2 Kelemahan Pengelola
Kelemahan yang terkait dengan sumberdaya manusia adalah masih
lemahnya pengetahuan dan keterampilan aparatur dalam bidang pariwisata. Hal
ini masih menjadi kendala bagi pihak pengelola dalam pengembangan
104
kepariwisataan, meskipun jumlah sumberdaya manusia yang ada sudah
mencukupi.
Masih lemahnya pelaksanaan koordinasi antara Bidang / Dinas / Badan /
Lembaga terkait juga merupakan salah satu kelemahan pihak pengelola.
Mengingat pelaksanaan tugas pengembangan kepariwisataan memerlukan tingkat
koordinasi yang cukup luas, yang bertujuan untuk memenuhi harapan dan
keinginan wisatawan mulai dari transportasi, akomodasi, konsumsi dan
keamanan, maka dengan adanya koordinasi yang baik antara lembaga terkait
akan mempermudah proses pengembangan kepariwisataan tersebut. Kelemahan
lain yang masih berhubungan dengan masih lemahnya koordinasi antara lembaga
terkait yaitu belum meningkatnya pelayanan kepariwisataan daerah. Meskipun
pihak pengelola sudah membangun kantor UPTD dan Toll Gate Pangandaran
sebagai bentuk pelayanan kepada wisatawan, namun hal tersebut masih belum
dapat meningkatkan pelayanan kepariwisataan karena bentuk pelayanan kepada
wisatawan tidak hanya sebatas itu saja tetapi juga menyangkut kebersihan,
keindahan, kenyamanan dan keamanan selama berada di kawasan objek wisata.
Kelemahan lain pihak pengelola yaitu tidak adanya Divisi Penelitian dan
Pengembangan (Litbang). Dengan belum adanya divisi litbang, pihak pengelola
hanya menjalankan program-program yang menyangkut pada pengembangan
kepariwisataan baik dari segi SDM, produk, dan promosi sehingga hasil yang
didapatkan belum sepenuhnya maksimal.
Kelemahan pengelola dari segi pemasaran yaitu belum berkembangnya
jaringan pemasaran wisata. Walaupun pihak pengelola telah memanfaatkan
teknologi internet untuk menjangkau pasar yang lebih luas, namun dengan
terjadinya bencana alam tsunami dan musibah nasional yang terus menerus telah
menyebabkan trauma dan ketakutan pada masyarakat / wisatawan untuk
berkunjung ke daerah wisata terutama pantai / laut.
6.3 Matriks IFE
Berdasarkan hasil perhitungan matriks IFE dapat disimpulkan bahwa
pihak pengelola, dalam hal ini Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten
105
Ciamis secara organisasi internal dapat dikatakan dalam kondisi rata-rata. Hal ini
dapat dilihat dari nilai total skor yaitu sebesar 2,9779.
Total nilai tersebut merupakan hasil dari perhitungan lampiran 4, lampiran
5, dan lampiran 8. Lampiran 4 dan lampiran 5 merupakan penilaian bobot dan
rating faktor strategis internal oleh responden 1 dan responden 2, sedangkan pada
lampiran 8 merupakan rata-rata bobot dan rating faktor strategis internal dari
kedua responden. Sehingga dari perhitungan tersebut akan didapatkan matriks
IFE yang ditampilkan pada tabel 21 dibawah ini.
Pada tabel 21 dapat dilihat bahwa kekuatan utama pihak pengelola adalah
terdapatnya Cagar Alam sebagai pendukung wisata bahari dengan skor 0,2410.
Adanya Cagar Alam Pananjung dengan flora dan fauna yang langka menjadi nilai
tambah bagi objek wisata Pantai Pangandaran. Faktor kedua adalah adanya
fasilitas lengkap dan aksesibilitas ke tempat wisata memadai dengan skor 0,2314.
hal ini dapat dilihat dengan terdapatnya lapangan parkir yang luas, hotel dengan
jumlah 106 buah, restoran dan cafe, kios-kios souvenier, dan sebagainya yang
merupakan fasilitas yang tersedia bagi wisatawan. Selain itu, sarana transportasi
menuju objek wisata juga memadai. Para wisatawan dapat melakukan perjalanan
dengan menggunakan transportasi darat seperti bus atau kereta api, transportasi
laut, dan dengan transportasi udara melalui Bandara Nusawiru. Faktor ketiga
adalah karcis disertai dengan asuransi kecelakaan dengan skor sebesar 0,2313.
Pasca terjadinya bencana alam tsunami, pihak pengelola lebih meningkatkan
keselamatan wisatawan dengan disertainya asuransi kecelakaan. Faktor keempat
adalah adanya anggaran dari APBD per tahun dengan skor 0,2153. Adanya
anggaran rutin yang diterima oleh pihak pengelola juga merupakan salah satu
kekuatan dari pihak pengelola untuk menunjang kegiatan Dinas. Faktor kelima
yang menjadi kekuatan pihak pengelola adalah tarif masuk murah dengan skor
0,2149. Dengan tarif masuk yang cukup murah, Pantai Pangandaran dapat
dijangkau oleh masyarakat dengan semua golongan ekonomi. Kemudian faktor
keenam adalah kegiatan promosi secara terus menerus dengan skor 0,2024. Hal
tersebut dapat dilihat dari kegiatan-kegiatan promosi yang dilakukan pihak
pengelola untuk menarik wisatawan agar berkunjung ke objek wisata Pantai
Pangandaran.
106
Tabel 21.. Matriks IFE Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ciamis (Tahun 2007)
Faktor Penentu Kekuatan
Bobot Rata-rata
Rating Rata-rata Skor
A. Tarif masuk murah 0,0716 3 0,2149B. Produk memiliki keistimewaan / ciri khas 0,0523 2,5 0,1309C. Terdapat Cagar Alam sebagai pendukung
wisata bahari 0,0689 3,5 0,2410D. Terdapat tim penyelamat 0,0532 3,5 0,1863E. Fasilitas lengkap dan aksesibilitas ke tempat
wisata memadai 0,0771 3 0,2314F. Karcis disertai dengan asuransi kecelakaan 0,0578 4 0,2313G. Kegiatan promosi secara terus menerus 0,0578 3,5 0,2024H. Kuantitas sumberdaya manusia tercukupi 0,0606 2,5 0,1516I. Adanya anggaran dari APBD per tahun 0,0615 3,5 0,2153J. Sistem operasi manajemen pengelolaan yang
jelas 0,0588 2,5 0,1470K. Adanya kebijakan dan program-program
yang terstruktur 0,0505 3 0,1515L. Sudah memiliki website sebagai sistem
informasi 0,0532 3 0,1597Kelemahan
M. Tidak adanya Divisi Litbang 0,0514 2,5 0,1286N. Masih lemahnya koordinasi antara
Bidang/Dinas/Badan/Lembaga terkait 0,0514 3 0,1543O. Belum berkembangnya jaringan pemasaran
Wisata 0,0652 2,5 0,1630P. Belum meningkatnya pelayanan
kepariwisataan daerah 0,0560 2,5 0,1401Q. Masih lemahnya pengetahuan dan
meningkatkan kunjungan turis internasional ke ASEAN (Depbudpar 2008).
109
Selain itu, Indonesia juga ditetapkan sebagai tuan rumah untuk konferensi
internasional Tourism Satelite Account (TSA) tahun 2009 oleh Organisasi
Pariwisata Dunia (United Nation-World Tourism Organization). UN-WTO juga
memberi kepercayaan kepada Indonesia untuk duduk sebagai anggota executive
council komisi program maupun World Committe on Tourism Ethnics untuk
periode 2007-2009. Dengan akan diselenggarakannya konferensi bertaraf
internasional di Indonesia, membuktikan bahwa citra Indonesia di mata
internasional telah pulih (Depbudpar 2007).
Penyelenggaraan VIY diharapkan akan meningkatkan pertumbuhan
pariwisata nasional termasuk di Pangandaran.. Terjadinya bencana tsunami pada
tahun 2006 telah menyebabkan penurunan arus kunjungan wisman dari 2573
orang pada tahun 2005 menjadi 1608 orang pada tahun 2006. Untuk memulihkan
kondisi pariwisata pasca tsunami, pihak pengelola dalam hal ini Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ciamis telah melakukan suatu kerjasama
dengan pemerintah pusat dan pihak swasta dalam menyelenggarakan Pentas Seni.
Dalam hal ini, pemerintah pusat telah memberikan bantuan dana yang berasal dari
APBN. Dan dengan membaiknya citra Indonesia di mata internasional
diharapkan akan memberikan dampak positif bagi industri pariwisata di
Pangandaran.
6.4.2 Faktor Ekonomi
Pasca terjadinya kasus bom Bali dan musibah nasional terus menerus,
sektor pariwisata di Indonesia mengalami kemunduran. Disaat industri pariwisata
nasional sedang mengalami goncangan, wisatawan nusantara (Wisnus) ternyata
mampu menjadi pilar ketahanan pariwisata nasional. Pada saat situasi bisnis
pariwisata tengah mengalami krisis, wisnus berperan besar dalam memulihkan
kondisi tersebut. Hal tersebut dapat dilihat dari relatif cepatnya pemulihan
kondisi pariwisata di Bali pasca bom Bali satu dan dua. Adanya peran serta
wisnus juga dirasakan oleh pihak pengelola Pantai Pangandaran. Cukup besarnya
antusiasme dari masyarakat untuk berkunjung ke objek wisata Pangandaran,
selain mempercepat pemulihan kondisi pariwisata juga memberikan peluang bagi
pihak pengelola untuk mengembalikan citra pariwisata. Cukup besarnya
antusiasme masyarakat untuk berkunjung ke objek wisata ternyata tidak didukung
110
oleh besarnya biaya perjalanan yang dikeluarkan. Masih rendahnya daya beli
masyarakat merupakan dampak dari inflasi yang terjadi akibat dari kenaikan BBM
yang sampai saat ini belum stabil.
Kendala lain yang sampai saat ini belum sepenuhnya bisa diselesaikan
pemerintah adalah penciptaan iklim yang kondusif untuk dunia usaha. Belum
banyaknya investor PMDN dan PMA yang menanamkan modalnya di sektor
pariwisata merupakan cermin bahwa iklim investasi di Indonesia belum kondusif
dan belum dapat dijamin oleh pemerintah. Hal ini terkait dengan fakta bahwa
para pengusaha dan calon investor harus menjalani rantai birokrasi yang panjang
dan ruwet agar dapat memulai usahanya di Indonesia. Penerapan berbagai macam
pajak dan pungutan (baik resmi maupun gelap) di tingkat pusat maupun daerah
terhadap para pengusaha telah membuat biaya usaha menjadi semakin tinggi.
Indonesia juga akan menghadapi persaingan yang ketat dengan negara-
negara lain dengan adanya arus globalisasi yang semakin kuat dan disepakatinya
ASEAN Free Trade Agreement (AFTA). Baik dalam regional ASEAN maupun
dalam lingkup internasional. Kesepakatan AFTA, pada nantinya membuat setiap
negara di ASEAN terbuka untuk keluar masuknya produk maupun input produksi
dari dan ke luar negeri. Dalam tataran mikro, hal ini menyebabkan setiap
perusahaan di Indonesia tidak hanya harus menghadapi pesaing dari dalam, tetapi
juga berhadapan langsung dengan pesaing dari luar negeri. Tetapi disisi lain ini
merupakan peluang besar untuk memasarkan produk ke luar negeri.
Terkait dengan VIY, secara langsung maupun tidak langsung jumlah
wisman yang datang akan memberikan dampak positif bagi perekonomian.
Dengan semakin banyaknya jumlah wisman yang akan datang maka semakin
banyak pula dollar yang akan dibelanjakan di Indonesia. Pada tahun 2007, jumlah
wisman yang datang ke Indonesia mencapai 5,5 juta orang dengan devisa yang
diperoleh sebesar US$ 5 miliar. Pada tahun 2008 sebagai tahun VIY, target
jumlah wisman yang akan datang ditetapkan dalam tiga skenario sebesar 6 juta,
6,5 juta dan 7 juta, dan dari kunjungan tersebut diharapkan devisa yang akan
diperoleh sebesar US$ 6 miliar sampai dengan US$ 6,5 miliar (Depbudpar 2007).
Pada tahun 2007, jumlah wisatawan nusantara (wisnus) yang melakukan
perjalanan mencapai 219,8 juta perjalanan dengan pengeluaran sebesar Rp 79,9
111
triliun dan pada tahun 2008 diperkirakan perjalanan wisnus akan meningkat
menjadi 223 juta perjalanan dengan total pengeluaran mencapai Rp 81,05 triliun.
Menurut hasil penelitian ilmiah Depbudpar menyebutkan bahwa kegiatan
pariwisata memberikan dampak langsung terhadap kesejahteraan rakyat, dimana
uang yang di belanjakan wisatawan (baik wisnus maupun wisman) langsung ke
tangan masyarakat. Selain itu juga devisa dari pariwisata langsung dirasakan oleh
rakyat, berbeda dengan devisa dari migas misalnya, harus masuk ke APBN
sehingga tidak langsung dinikmati oleh masyarakat (Depbudpar 2007).
6.4.3 Faktor Sosial Budaya dan Lingkungan
Objek wisata Pantai Pangandaran memiliki potensi alam yang sangat
mendukung bagi kegiatan pariwisata. Tidak hanya potensi alam, potensi budaya
berupa kesenian daerah juga menjadi daya tarik wisata di Pantai Pangandaran.
Kesenian daerah yang masih dilestarikan oleh masyarakat diantaranya karawitan,
degung, wayang golek dan kesenian lainnya. Selain kesenian daerah, terdapat
pula upacara-upacara tradisional seperti hajat laut dan hajat bumi yang masih
dilakukan oleh masyarakat secara rutin. Adanya peninggalan-peninggalan sejarah
juga menjadi salah satu pendukung pariwisata di Kabupaten Ciamis.
Terdapatnya kesenian daerah sebagai pendukung objek wisata ternyata
tidak didukung oleh masyarakat sekitar dalam menciptakan lingkungan dan
suasana yang kondusif bagi tumbuh dan berkembangnya kegiatan wisata.
Masyarakat yang tinggal disekitar objek wisata dinilai masih belum dapat
memelihara kebersihan dan keindahan lingkungan padahal Kampanye Sadar
Wisata yang telah dicanangkan oleh pemerintah secara nasional bermuara pada
kesejahteraan masyarakat. Masih lemahnya kesadaran masyarakat dalam
memelihara dan mengembangkan objek wisata menjadi suatu kendala bagi pihak
pengelola.
Faktor alam dan lingkungan ternyata menjadi faktor penting dalam wisata
pantai / bahari. Terjadinya bencana alam tsunami dan musibah nasional terus
menerus telah menyebabkan industri pariwisata khususnya wisata pantai / bahari
mengalami goncangan. Kerusakan dan trauma yang dialami oleh masyarakat atas
terjadinya bencana alam sedikit banyak telah mempengaruhi kondisi objek wisata.
112
Untuk memulihkan kondisi tersebut, Departemen Kebudayaan dan
Pariwisata (Depbudpar) melakukan suatu pelatihan pemberdayaan masyarakat
dalam rangka pengentasan kemiskinan pasca musibah gempa dan tsunami di
Pantai Selatan Jawa yang terjadi pada Juli 2006 lalu. Pelatihan tersebut diawali di
Pantai Depok, Bantul (3/12/2007) kemudian berlanjut di Pantai Teluk Penyu,
Cilacap (6-7/12/2007) serta berakhir di Pantai Pangandaran, Ciamis (11-
12/12/2007). Kegiatan pelatihan ini merupakan bentuk kepedulian Depbudpar
terhadap masyarakat korban bencana, sekaligus merupakan langkah nyata dalam
upaya memulihkan aktivitas kepariwisataan daerah yang terkena dampak bencana.
Pelatihan ini juga mendorong upaya pemberdayaan masyarakat serta mendukung
program pengentasan kemiskinan di Indonesia melalui pemulihan dan
pengembangan usaha-usaha ekonomi masyarakat. Pelatihan ini diikuti sekitar 60
pengusaha kecil dari tiga kabupaten dengan target sasaran untuk masing-masing
kabupaten berbeda. Di Pantai Depok, Bantul target sasarannya adalah pelaku
usaha warung makan, kemudian pelatihan di Pantai Teluk Penyu, Cilacap target
sasarannya adalah usaha pengolahan ikan asin, dan untuk di Pantai Pangandaran,
Ciamis target sasarannya adalah pelaku usaha konveksi. Dengan adanya pelatihan
tersebut diharapkan para peserta pelatihan mampu mengembangkan diri, memiliki
kecakapan tambahan dalam mengembangkan usaha, serta bangkit dari
keterpurukan akibat terkena dampak bencana gempa dan tsunami (Depbudpar
2007).
6.4.4 Faktor Teknologi
Perkembangan teknologi yang semakin pesat ternyata secara langsung
maupun tidak langsung telah mempengaruhi perkembangan wisata. Adanya kapal
layar, parasailing, jetski dan peralatan menyelam yang semakin canggih telah
memudahkan dan meningkatkan jumlah aktivitas bahari yang dapat dilakukan
oleh wisatawan. Tidak hanya itu, perkembangan teknologi informasi seperti
internet sangat membantu para pelaku usaha wisata khususnya pihak pengelola
Pantai Pangandaran untuk melakukan promosi dan memberikan informasi wisata
yang dibutuhkan oleh wisatawan hingga ke pelosok dunia.
Sejalan dengan perkembangan teknologi internet, pihak pengelola ternyata
telah memanfaatkan semaksimal mungkin perkembangan tersebut. Dengan
113
dimilikinya website sendiri, pihak pengelola mengharapkan jumlah kunjungan
wisatawan (baik wisnus maupun wisman) meningkat, khususnya ke Pantai
Pangandaran sebagai wisata primadona di Kabupaten Ciamis.
6.4.5 Faktor Persaingan
Kondisi persaingan yang terjadi pada industri wisata pantai / bahari di
dalam Kabupaten Ciamis tidak terlalu kuat bahkan tidak terjadi persaingan sama
sekali dikarenakan semua objek wisata pantai / bahari yang berada di Kabupaten
Ciamis berada dalam satu pengelolaan di bawah Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Kabupaten Ciamis. Selain Pantai Pangandaran, wisata pantai / bahari
yang terdapat di Kabupaten Ciamis antara lain Pantai Palatar Agung, Pantai
Karapyak, Pantai Lembah Putri, Pantai Karang Tirta, Pantai Batu Hiu, Pantai
Batukaras, Pantai Madasari dan Pantai Keusikluhur yang masing-masing berada
di kecamatan yang berbeda.
Pada kondisi persaingan di luar Kabupaten Ciamis, pihak pengelola
merasa persaingan yang terjadi di dalam industri wisata pantai / bahari semakin
ketat. Adanya variasi produk yang ditawarkan oleh pesaing juga merupakan
ancaman bagi pihak pengelola yang sampai saat ini variasi produk yang
ditawarkan pihak pengelola belum berkembang dengan baik. Untuk
perbandingan, pihak pengelola menginginkan penataan dan pengembangan objek
wisata Pantai Pangandaran dapat seperti pantai-pantai yang berada di Taman
Impian Jaya Ancol. Pantai-pantai yang berada di Taman Impian Jaya Ancol
tersebut memiliki variasi produk yang sangat beragam serta didukung oleh
fasilitas-fasilitas yang sangat lengkap dan modern. Pantai-pantai di Ancol juga
memiliki daya dukung yang sangat kuat dari jenis wisata yang berbeda lainnya
seperti adanya Dunia Fantasi, Seaworld, Iceworld dan sebagainya.
Tarif masuk yang relatif murah dalam kekuatan tawar menawar konsumen,
menjadikan kekuatan tawar menawar konsumen menjadi sangat rendah. Hal ini
dikarenakan dengan tarif masuk yang telah ditetapkan tersebut dirasakan secara
ekonomi dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Untuk kekuatan tawar
menawar pemasok juga masih sangat rendah, hal ini dikarenakan pengadaan jasa
atau usaha wisata yang berada dikawasan objek wisata Pantai Pangandaran masih
dikelola oleh pihak dinas bukan pihak swasta. Sehingga, secara otomatis belum
114
ada pengaruh dari pihak pemasok dalam mempengaruhi kebijakan-kebijakan
pihak pengelola.
6.5 Identifikasi Peluang dan Ancaman
6.5.1 Peluang
Peluang yang dimiliki oleh pihak pengelola antara lain (1) Peraturan dan
kebijakan pemerintah yang mendukung pertumbuhan pariwisata, (2) Terdapatnya
kesenian daerah sebagai pendukung objek wisata, (3) Globalisasi dan AFTA, (4)
Perkembangan teknologi informasi yang mendukung, (5) Adanya kerjasama
antara pemerintah, pihak swasta maupun antarnegara dalam perkembangan
pariwisata, (6) Adanya antusiasme dari masyarakat untuk berkunjung ke Pantai
Pangandaran, (7) Membaiknya citra dan kepercayaan terhadap Indonesia dimata
internasional, (8) Adanya dampak positif dari kegiatan pariwisata terhadap
perekonomian, dan (9) Adanya pelatihan pemberdayaan masyarakat
pasca gempa dan tsunami.
6.5.2 Ancaman
Ancaman yang dimiliki oleh pihak pengelola antara lain (1) Belum
banyaknya investor PMDN dan PMA yang menanamkan modalnya di sektor
pariwisata, (2) Masih lemahnya kesadaran masyarakat sekitar dalam memelihara
dan mengembangkan objek wisata, (3) Terjadinya bencana alam tsunami dan
musibah nasional terus menerus, (4) Persaingan dalam industri wisata pantai /
bahari yang semakin ketat dengan daerah lain di luar Kab.Ciamis, (5) Masih
rendahnya daya beli masyarakat, dan (6) Variasi produk wisata yang ditawarkan
oleh pesaing.
6.6 Matriks EFE
Berdasarkan hasil analisis matriks EFE, diperoleh jumlah skor rata-rata
untuk faktor eksternal sebesar 2,7399. Nilai ini memperlihatkan bahwa
kemampuan pihak pengelola dalam merespon peluang dan ancaman berada dalam
level rata-rata.
115
Total nilai tersebut merupakan hasil dari perhitungan lampiran 6, lampiran
7, dan lampiran 9. Lampiran 6 dan lampiran 7 merupakan penilaian bobot dan
rating faktor strategis eksternal oleh responden 1 dan responden 2, sedangkan
pada lampiran 9 merupakan rata-rata bobot dan rating faktor strategis eksternal
dari kedua responden. Sehingga dari perhitungan tersebut akan didapatkan
matriks EFE yang ditampilkan pada tabel 22 dibawah ini.
Pada tabel 22 terlihat bahwa membaiknya citra dan kepercayaan terhadap
Indonesia dimata internasional merupakan peluang yang sangat baik bagi
pertumbuhan pariwisata karena dengan hal tersebut dapat meningkatkan jumlah
kunjungan wisman yang datang ke Indonesia. Peluang yang paling tinggi tersebut
mempunyai skor sebesar 0,2667. Peluang kedua yang dapat dimanfaatkan oleh
pihak pengelola yaitu terdapatnya kesenian daerah sebagai pendukung objek
wisata dengan skor sebesar 0,2500. Adanya kesenian daerah yang masih
dilestarikan oleh masyarakat sekitar ternyata mampu menjadi daya tarik bagi
wisatawan yang datang. Peluang ketiga adalah adanya antusiasme dari
masyarakat untuk berkunjung ke Pantai Pangandaran dengan skor 0,2393. Setelah
terjadinya tsunami, kondisi industri wisata mengalami krisis yang cukup berat,
namun dengan adanya wisatawan nusantara yang berkunjung ternyata mampu
memulihkan kondisi tersebut secara perlahan-lahan. Sehingga wisnus berperan
penting sebagai pilar ketahanan pariwisata nasional. Kemudian peluang keempat
adalah adanya dampak positif dari kegiatan pariwisata terhadap perekonomian
dengan skor 0,2214. Baik secara langsung maupun tidak langsung, kegiatan
pariwisata dapat memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap kesejahteraan
masyarakat di sekitar objek wisata. Peluang kelima yang juga cukup penting bagi
pihak pengelola adalah peraturan dan kebijakan pemerintah yang mendukung
pertumbuhan pariwisata dengan skor 0,2143 yang diantaranya ditetapkannya Visit
Indonesia Year pada tahun 2008 ini. Peluang-peluang lain yang dapat
dimanfaatkan oleh pihak pengelola diantaranya perkembangan teknologi
informasi yang mendukung (0,1190), adanya pelatihan pemberdayaan masyarakat
pasca gempa dan tsunami (0,1131), globalisasi dan AFTA (0,1000) dan yang
terakhir adanya kerjasama antara pemerintah, pihak swasta maupun antarnegara
dalam perkembangan pariwisata (0,0952).
116
Tabel 22.. Matriks EFE Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ciamis (Tahun 2007)
Faktor Penentu Peluang
Bobot Rata-rata
Rating Rata-rata Skor
A. Peraturan dan kebijakan pemerintah yang mendukung pertumbuhan pariwisata 0,0714 3 0,2143B. Terdapatnya kesenian daerah sebagai
pendukung objek wisata 0,0714 3,5 0,2500C. Globalisasi dan AFTA 0,0500 2 0,1000D. Perkembangan teknologi informasi yang
mendukung 0,0595 2 0,1190E. Adanya kerjasama antara pemerintah, pihak
swasta maupun antarnegara dalam perkembangan pariwisata 0,0476 2 0,0952
F. Adanya antusiasme dari masyarakat untuk berkunjung ke Pantai Pangandaran 0,0798 3 0,2393G. Membaiknya citra dan kepercayaan terhadap Indonesia dimata internasional 0,0762 3,5 0,2667H. Adanya dampak positif dari kegiatan
pariwisata terhadap perekonomian 0,0738 3 0,2214I. Adanya pelatihan pemberdayaan masyarakat
pasca gempa dan tsunami 0,0452 2,5 0,1131Ancaman
J. Belum banyaknya investor PMDN dan PMA yang menanamkan modalnya di sektor Pariwisata 0,0667 3 0,2000K. Masih lemahnya kesadaran masyarakat
sekitar dalam memelihara dan mengembangkan objek wisata 0,0762 2,5 0,1905L. Terjadinya bencana alam tsunami dan
musibah nasional terus menerus 0,0786 2 0,1571M. Persaingan dalam industri wisata pantai /
bahari yang semakin ketat dengan daerah lain di luar Kab.Ciamis 0,0643 3,5 0,2250
N. Masih rendahnya daya beli masyarakat 0,0774 2,5 0,1935O. Variasi produk wisata yang ditawarkan oleh
pesaing 0,0619 2,5 0,1548TOTAL 1 2,7399
Sumber : Data primer, diolah (2007)
Faktor-faktor yang dapat menjadi ancaman bagi pihak pengelola antara
lain persaingan dalam industri wisata pantai / bahari yang semakin ketat dengan
daerah lain di luar Kab.Ciamis. Faktor ini merupakan ancaman yang paling besar
karena memiliki skor yang paling besar juga dengan nilai skor 0,2250. Faktor
117
kedua yaitu belum banyaknya investor PMDN dan PMA yang menanamkan
modalnya disektor pariwisata dengan skor 0,2000. Faktor ketiga yang menjadi
ancaman bagi pihak pengelola adalah masih rendahnya daya beli masyarakat
dengan skor 0,1935. Dengan masih rendahnya daya beli masyarakat maka
kebutuhan untuk berwisata masih menjadi kebutuhan tersier bagi masyarakat
golongan ekonomi menengah kebawah. Faktor berikutnya adalah masih
lemahnya kesadaran masyarakat sekitar dalam memelihara dan mengembangkan
objek wisata dengan skor 0,1905. Hal ini menjadi ancaman bagi pihak pengelola
karena dapat menyebabkan kerusakan lingkungan disekitar objek wisata. Faktor
kelima yang juga menjadi ancaman adalah terjadinya tsunami dan musibah
nasional terus menerus dengan skor 0,1571. Faktor ini merupakan faktor yang
tidak dapat dikendalikan karena berasal dari alam, namun demikian pihak
pengelola berusaha untuk meningkatkan kenyamanan dan keamanan wisatawan
melalui menara dan pos pengamanan yang berada disekitar pantai. Dan faktor
yang terakhir adalah variasi produk wisata yang ditawarkan oleh pesaing dengan
skor 0,1548.
6.7 Matriks IE
Tabel 23. Matriks IE Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ciamis (Tahun 2007)
Total Rata-Rata Tertimbang IFE
Kuat Rata-rata Lemah
Tinggi I II III
Sedang IV V VI
Rendah VII VIII IX
Berdasarkan hasil analisis matriks IFE dan EFE, maka dapat dilihat pada
tabel diatas bahwa posisi pengelola (Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten
Ciamis) berada di kuadaran ke lima. Oleh karena itu, strategi terbaik yang
sebaiknya dilakukan oleh pengelola adalah menjaga dan mempertahankan posisi
3,0
2,0
1,0
4,0 3,0 2,0 1,0
Tot
al R
ata-
Rat
a T
ertim
bang
EFE
118
yang selama ini sudah diraih. Kebijakan yang umum dari strategi ini adalah
dengan melakukan penetrasi pasar dan mengembangkan produk. Artinya
pengelola harus mempertahankan posisinya dengan terus mengembangkan
produknya dan melakukan penetrasi ke ceruk pasar yang potensial dan selama ini
belum tergarap, selain dengan tetap menjaga konsistensi dan kualitas produk.
6.8 Matriks Strategi Berdasarkan Analisis SWOT
Tabel 24. Matriks SWOT Objek Wisata Pantai Pangandaran KEKUATAN KELEMAHAN
INTERNAL
EKSTERNAL
1. Tarif masuk murah 2. Produk memiliki keistimewaan /
ciri khas 3. Terdapat Cagar Alam sebagai
pendukung wisata bahari 4. Terdapat tim penyelamat 5. Fasilitas lengkap dan aksesibilitas
ke tempat wisata memadai 6. Karcis disertai dengan asuransi
kecelakaan 7. Kegiatan promosi secara terus
menerus 8. Kuantitas sumberdaya manusia
tercukupi 9. Adanya anggaran dari APBD per
tahun 10. Sistem operasi manajemen
pengelolaan yang jelas 11. Adanya kebijakan-kebijakan dan
program-program yang tersruktur 12. Sudah memiliki website sebagai
sistem informasi
1. Tidak adanya Divisi Litbang 2. Masih lemahnya koordinasi
antara Bidang/Dinas/Badan/Lembaga terkait
3. Belum berkembangnya jaringan pemasaran wisata
4. Belum meningkatnya pelayanan kepariwisataan daerah
5. Masih lemahnya pengetahuan dan keterampilan aparatur pariwisata
119
PEL
UA
NG
1. Peraturan dan kebijakan pemerintah yang mendukung pertumbuhan pariwisata
2. Terdapatnya kesenian daerah sebagai pendukung objek wisata
3. Globalisasi dan AFTA 4. Perkembangan teknologi
informasi yang mendukung
5. Adanya kerjasama antara pemerintah, pihak swasta maupun antarnegara dalam perkembangan pariwisata
6. Adanya antusiasme dari masyarakat untuk berkunjung
7. Membaiknya citra dan kepercayaan terhadap Indonesia dimata internasional
8. Adanya dampak positif dari kegiatan pariwisata terhadap perekonomian
9. Adanya pelatihan dan pemberdayaan masyarakat pasca gempa dan tsunami
STRATEGI SO 1. Mempertahankan posisi sebagai
tempat wisata yang memiliki keistimewaan-keistimewaan, berfasilitas lengkap dan mudah dijangkau serta mengikutsertakan masyarakat dalam pengembangannya.
(S2,S3,S4,S5,S6,O2,O6,O9) 2. Mempertahankan posisi sebagai
tempat wisata yang memiliki objek wisata pendukung dengan harga terjangkau serta menerapkan diversfikasi harga.
(S1,S3,O2,O3) 3. Mempertahankan posisi sebagai
tempat wisata dengan menerapkan strategi promosi yang memanfaatkan perkembangan teknologi serta didukung oleh manajemen pengelolaan yang baik.
(S7,S8,S9,S10,S11,S12,O1,O4) 4. Menjalin kerjasama dengan
pihak luar dalam rangka meningkatkan kunjungan wisatawan dengan memanfaatkan kondisi dan sumberdaya yang ada.
(S8,S9,O1,O3,O5,O7,O8)
STRATEGI WO 1. Mengembangkan strategi
promosi yang berorientasi nasional dan internasional dengan menggunakan teknologi informasi dan bekerjasama dengan pihak lain yang terkait dalam jaringan pemasaran wisata.
(W2,W3,O1,O3,O4,O5,O7) 2. Bekerjasama dengan
masyarakat dan Pemda dalam mengembangkan ODTW yang bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat disekitar objek wisata.
(W2,W4,O1,O2,O6,O8,O9) 3. Bekerjasama dengan
pemerintah dan pihak-pihak terkait lainnya dalam meningkatkan pelayanan kepariwisataan daerah melalui sapta pesona
(W2,W4,W5,O1,O5,O7) 4. Mengembangkan jenis wisata
pantai / bahari dengan menerapkan strategi diversifikasi produk melalui penelitian dan pengembangan pasar.
(W1,W5,O2,O3,O4,O5)
AN
CA
MA
N
1. Belum banyaknya investor PMDN dan PMA yang menanamkan modalnya di sektor pariwisata
2. Masih lemahnya kesadaran masyarakat sekitar dalam memelihara dan mengembangkan objek wisata
3. Terjadinya bencana alam tsunami dan musibah nasional terus menerus
4. Persaingan dalam industri wisata pantai / bahari yang semakin ketat dengan daerah lain di luar Kab.Ciamis
5. Masih rendahnya daya beli masyarakat
6. Variasi produk wisata yang ditawarkan oleh pesaing
STRATEGI ST 1. Mempromosikan tempat wisata
sebagai ODTW yang menarik dan aman untuk dikunjungi.
(S2,S3,S4,S5,S6,S7,S12,T3,T4) 2. Mengoptimalkan dan
meningkatkan kualitas produk wisata serta memberikan harga yang terjangkau bagi semua golongan ekonomi.
(S1,S2,S3,S5,T4,T5,T6) 3. Memberikan penyuluhan dan
melibatkan masyarakat sekitar dalam program-program wisata yang menyangkut pemeliharaan dan pengembangan objek wisata.
(S8,S9,S10,S11,T2,T3) 4. Bekerjasama dengan pemerintah
untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif di sektor pariwisata.
(S8,S9,S10,S11,T1,T4,T6)
STRATEGI WT 1. Melakukan kerjasama dengan
pihak-pihak terkait serta masyarakat dalam menciptakan keindahan, ketertiban, dan keamanan di kawasan objek wisata.
(W2,W4,T2,T3) 2. Peningkatan kualitas wisata
dengan memberikan kemudahan bagi pihak lain untuk mengadakan penelitian dan mendirikan suatu usaha jasa wisata.
(W1,W5,T1,T3) 3. Mengembangkan jaringan
pemasaran wisata melalui pameran dan event-event kepariwisataan.
(W3,T4,T5,T6) 4. Melakukan pendidikan dan
pelatihan secara rutin dengan tujuan untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan aparatur di bidang pariwisata.
(W1,W5,T3,T6)
120
6.8.1 Strategi Strengths-Oppoturnity (SO)
Strategi SO adalah strategi menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk
memanfaatkan peluang yang ada. Berdasarkan dari kekuatan dan peluang yang
diperoleh, maka strategi yang sebaiknya dilakukan oleh pihak pengelola dalam hal
ini Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ciamis adalah mempertahankan
posisi sebagai tempat wisata yang memiliki keistimewaan-keistimewaan,
berfasilitas lengkap dan mudah dijangkau serta mengikutsertakan masyarakat
dalam pengembangannya. Banyaknya keistimewaan-keistimewaan dari Pantai
Pangandaran dan juga objek wisata pendukung lainnya seperti adanya Cagar
Alam dan kesenian daerah menjadikan objek wisata ini banyak diminati oleh
wisatawan. Adanya tim penyelamat, karcis yang disertai dengan asuransi
kecelakaan, fasilitas yang lengkap dan aksesibilitas yang memadai juga
merupakan salah satu pelayanan yang disediakan oleh pihak pengelola.
Keterkaitan masyarakat juga sangat penting dalam perkembangan kepariwisataan
baik sebagai wisatawan maupun sebagai pelaku usaha wisata.
Strategi kedua yang dapat dilakukan oleh pihak pengelola adalah
mempertahankan posisi sebagai tempat wisata yang memiliki objek wisata
pendukung dengan harga terjangkau serta menerapkan diversifikasi harga. Selain
memiliki objek wisata pendukung, keunggulan lain dari objek wisata Pantai
Pangandaran adalah harga tiket masuk yang terjangkau oleh semua kalangan.
Strategi diversifikasi harga yang dapat diterapkan oleh pihak pengelola antara lain
menerapkan perbedaan tarif masuk berdasarkan umur atau kelompok pengunjung.
Sebagai contoh, pihak pengelola dapat memberikan potongan harga bagi
wisatawan yang merupakan pelajar atau mahasiswa.
Strategi SO lainnya adalah mempertahankan posisi sebagai tempat wisata
dengan menerapkan strategi promosi yang memanfaatkan perkembangan
teknologi serta didukung oleh manajemen pengelolaan yang baik. Kegiatan
promosi yang dilakukan secara terus menerus dengan memanfaatkan
perkembangan teknologi informasi seperti internet merupakan suatu keunggulan
pihak pengelola dalam mempromosikan objek wisatanya baik didalam maupun
luar negeri. Selain itu, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ciamis
merupakan bagian dari lembaga pemerintahan yang memiliki sistem manajemen
121
yang terstruktur sehingga kuantitas SDM dan aspek finansialnya dapat terpenuhi.
Strategi SO terakhir yang dapat dilakukan oleh pihak pengelola adalah
menjalin kerjasama dengan pihak luar dalam rangka meningkatkan kunjungan
wisatawan dengan memanfaatkan kondisi dan sumberdaya yang ada. Dengan
membaiknya citra bangsa Indonesia diharapkan akan meningkatkan jumlah
kunjungan wisatawan mancanegara. Baik secara langsung maupun tidak
langsung, adanya kegiatan pariwisata memberikan dampak positif bagi
perekonomian. Sebagai contoh, semakin banyak wisman yang datang ke
Indonesia maka semakin banyak pula dollar yang akan dibelanjakan di Indonesia.
Dan untuk mewujudkan hal tersebut, diperlukan adanya suatu kerjasama dari
semua pihak yang terkait, yang disertai dengan pemanfaatan sumberdaya yang
ada.
6.8.2 Strategi Strengths-Threats (ST)
Pihak pengelola dapat menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk
menghindari ancaman yang datang dari luar dengan menerapkan kebijakan seperti
mempromosikan tempat wisata sebagai ODTW yang menarik dan aman untuk
dikunjungi. Sebagai salah satu objek wisata alam, Pantai Pangandaran sangat
dipengaruhi oleh alam. Terjadinya bencana alam tsunami yang melanda kawasan
objek wisata Pantai Pangandaran telah mengakibatkan penurunan jumlah
wisatawan. Dan untuk memulihkan kondisi tersebut diperlukan promosi yang
lebih gencar dari sebelumnya.
Strategi ST kedua yang dapat dilakukan oleh pihak pengelola adalah
mengoptimalkan dan meningkatkan kualitas produk wisata serta memberikan
harga yang terjangkau bagi semua golongan ekonomi. Strategi ini penting agar
objek wisata Pantai Pangandaran mampu bersaing dengan objek wisata lainnya,
baik dari segi produk maupun harga.
Strategi ST berikutnya adalah memberikan penyuluhan dan melibatkan
masyarakat dalam program-program wisata yang menyangkut pemeliharaan dan
pengembangan objek wisata. Hal ini dimaksudkan agar timbul kesadaran
masyarakat sekitar dalam memelihara dan melestarikan lingkungan wisata.
Langkah yang dapat dilakukan pihak pengelola adalah melalui sadar wisata, yang
saat ini tengah digencarkan oleh pemerintah secara nasional.
122
Strategi ST yang terakhir adalah bekerjasama dengan pemerintah untuk
menciptakan iklim investasi yang kondusif di sektor pariwisata. Untuk
meningkatkan jasa-jasa wisata, diperlukan adanya investasi yang cukup besar.
Adanya investor yang mau menanamkan modalnya di sektor pariwisata akan
sangat membantu pertumbuhan pariwisata.
6.8.3 Strategi Weakness-Oppoturnity (WO)
Strategi WO adalah strategi mengatasi kelemahan yang dimiliki dengan
memanfaatkan peluang yang ada. Strategi WO pertama yang dapat dilakukan
pihak pengelola adalah mengembangkan strategi promosi yang berorientasi
nasional dan internasional dengan menggunakan teknologi informasi dan
bekerjasama dengan pihak lain yang terkait dalam jaringan pemasaran wisata.
Perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat merupakan suatu peluang
yang harus dimanfaatkan oleh pihak pengelola dalam memasarkan produknya.
Dengan pemanfaatan teknologi internet, pemasar dapat menjangkau pasar yang
lebih luas.
Strategi berikutnya adalah bekerjasama dengan masyarakat dan Pemda
dalam mengembangkan objek dan daya tarik wisata yang bertujuan untuk
mensejahterakan masyarakat di sekitar objek wisata. Peran serta pemerintah
dalam pertumbuhan pariwisata merupakan peluang bagi pihak pengelola dalam
mengembangkan objek wisata. Langkah nyata dari pemerintah adalah adanya
pelatihan pemberdayaan masyarakat pasca gempa dan tsunami di Pantai Selatan
Jawa. Hal ini bertujuan untuk mengembangkan diri, mengembangkan usaha, serta
bangkit dari keterpurukan akibat terkena dampak bencana gempa dan tsunami.
Strategi WO yang ketiga adalah bekerjasama dengan pemerintah dan
pihak-pihak terkait lainnya dalam meningkatkan pelayanan kepariwisataan daerah
melalui sapta pesona. Sapta pesona yang harus dibangun di kawasan wisata
terdiri dari 7 unsur yaitu : keamanan, ketertiban, kebersihan, kesejukan,
keindahan, keramahan dan ketenangan. Dan dalam mewujudkannya, diperlukan
adanya kerjasama dengan pihak lain seperti dengan Dinas Kebersihan dalam hal
kebersihan dan keindahan, ataupun dengan pihak kepolisian dalam hal keamanan
dan ketertiban.
123
Strategi WO yang terakhir adalah mengembangkan jenis wisata pantai /
bahari dengan menerapkan strategi diversifikasi produk melalui penelitian dan
pengembangan. Dengan semakin terbukanya peluang pasar pariwisata maka
pihak pengelola harus mampu memberikan produk-produk wisata yang lebih
menarik agar mampu bersaing dengan objek wisata lainnya. Banyak cara yang
dapat dilakukan pihak pengelola dalam mengembangkan produknya, seperti
mengadakan riset atau survey pasar terhadap konsumen-konsumen potensial.
6.8.4 Strategi Weakness-Threats (WT)
Strategi WT merupakan strategi untuk mengurangi kelemahan dan
menghindari ancaman. Terkait dengan ancaman yang berasal dari aktivitas
masyarakat, maka kebijakan yang dapat diambil adalah melakukan kerjasama
dengan pihak-pihak terkait serta masyarakat dalam menciptakan keindahan,
ketertiban, dan keamanan di kawasan objek wisata.
Strategi WT yang kedua adalah peningkatan kualitas wisata dengan
memberikan kemudahan bagi pihak lain untuk mengadakan penelitian dan
mendirikan suatu usaha jasa wisata. Dengan adanya kemudahan akses masuk
bagi para investor diharapkan dapat meningkatkan kualitas wisata yang disertai
dengan perbaikan fasilitas sarana dan prasarana wisata. Peningkatan kualitas
wisata juga dapat dilakukan melalui penelitian pasar ataupun produk.
Strategi WT yang berikutnya yaitu mengembangkan jaringan pemasaran
wisata melalui pameran dan event-event kepariwisataan. Pemasaran merupakan
ujung tombak dari suatu bisnis atau usaha, sehingga kesuksesan dari bisnis atau
usaha tersebut sangat tergantung dari pemasaran yang dilakukan oleh pelaku
usahanya. Adanya persaingan yang semakin ketat di dalam industri wisata,
mengharuskan pihak pengelola lebih fokus terhadap promosi yang dilakukan agar
target wisatawan dapat tercapai.
Strategi WT yang terakhir adalah melakukan pendidikan dan pelatihan
secara rutin dengan tujuan untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan
aparatur di bidang pariwisata. Sebagai pengelola objek wisata Pantai
Pangandaran, maka hal-hal yang berkaitan dengan kualitas dan kuantitas SDM
haruslah mencukupi dan memadai. Hal ini bertujuan agar pengelolaan objek
124
wisata dapat berjalan sebagaimana mestinya sesuai dengan visi dan misi yang
diemban.
6.8.5 Perangkingan Alternatif Strategi
Tabel 25. Perangkingan Strategi Objek Wisata Pantai Pangandaran Alternatif Strategi
Berdasarkan tabel diatas, maka dapat diketahui bahwa strategi pertama
yang dapat dilakukan oleh pihak pengelola berdasarkan perangkingan adalah
strategi ST1 yaitu mempromosikan tempat wisata sebagai ODTW yang menarik
dan aman untuk dikunjungi. Strategi ini dapat dilakukan dalam waktu yang relatif
cepat oleh pihak pengelola apabila didukung dengan ketersediaan dana.
Strategi kedua yang dapat menjadi prioritas bagi pihak pengelola adalah
strategi SO1 yaitu mempertahankan posisi sebagai tempat wisata yang memiliki
125
keistimewaan-keistimewaan, berfasilitas lengkap dan mudah dijangkau serta
mengikutsertakan masyarakat dalam pengembangannya. Strategi ini dapat
dilakukan oleh pihak pengelola dalam waktu dekat karena pihak pengelola dapat
memanfaatkan sumberdaya yang ada pada Pantai Pangandaran saat ini.
Strategi ketiga adalah strategi ST2 yaitu mengoptimalkan dan
meningkatkan kualitas produk wisata serta memberikan harga yang terjangkau
bagi semua golongan ekonomi. Strategi ini dapat dilakukan oleh pihak pengelola
dalam kurun waktu yang relatif lama karena kualitas produk dari produk wisata
tergantung dari keadaan alam di sekitar kawasan wisata tersebut.
Strategi keempat adalah strategi SO3 yaitu mempertahankan posisi sebagai
tempat wisata dengan menerapkan strategi promosi yang memanfaatkan
perkembangan teknologi serta didukung oleh manajemen pengelolaan yang baik.
Strategi ini dapat dilakukan oleh pihak pengelola dalam waktu dekat karena pihak
pengelola telah memiliki kekuatan-kekuatan dalam hal manajemen pengelolaan
dan teknologi informasi.
Strategi kelima adalah strategi WO2 yaitu bekerjasama dengan masyarakat
dan Pemda dalam mengembangkan ODTW yang bertujuan untuk
mensejahterakan masyarakat disekitar objek wisata. Strategi ini memerlukan
waktu yang lama karena banyak faktor yang mempengaruhi pengembangan
ODTW apabila dikaitkan dengan kesejahteraan masyarakat.
Strategi keenam adalah strategi SO4 yaitu menjalin kerjasama dengan
pihak luar dalam rangka meningkatkan kunjungan wisatawan dengan
memanfaatkan kondisi dan sumberdaya yang ada. Untuk menjalin kerjasama
dengan pihak luar misalnya agen wisata, memerlukan proses yang cukup lama
karena dalam bekerjasama, kedua belah pihak harus saling diuntungkan.
Strategi berikutnya adalah strategi ST4 yaitu bekerjasama dengan
pemerintah untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif di sektor pariwisata.
Untuk mewujudkan hal tersebut, diperlukan waktu yang lama karena melibatkan
banyak pihak terutama pemerintah pusat
Strategi kedelapan adalah strategi WO1 yaitu mengembangkan strategi
promosi yang berorientasi nasional dan internasional dengan menggunakan
teknologi informasi dan bekerjasama dengan pihak lain yang terkait dalam
126
jaringan pemasaran wisata. Strategi ini memerlukan waktu yang lama karena
diperlukan suatu kerjasama yang saling menguntungkan dengan pihak lain
terutama untuk mengembangkan jaringan pemasaran wisata yang berskala
internasional.
Strategi kesembilan adalah strategi ST3 yaitu memberikan penyuluhan dan
melibatkan masyarakat sekitar dalam program-program wisata yang menyangkut
pemeliharaan dan pengembangan objek wisata. Strategi ini memerlukan waktu
yang relatif lama karena menyangkut masyarakat di sekitar objek wisata Pantai
Pangandaran.
Strategi kesepuluh adalah strategi WO3 yaitu bekerjasama dengan
pemerintah dan pihak-pihak terkait lainnya dalam meningkatkan pelayanan
kepariwisataan daerah melalui sapta pesona.
Strategi berikutnya yang memiliki rangking kecil berturut-turut adalah
strategi WO4 yaitu mengembangkan jenis wisata pantai / bahari dengan
menerapkan strategi diversifikasi produk melalui penelitian dan pengembangan,
strategi SO2 yaitu mempertahankan posisi sebagai tempat wisata yang memiliki
objek wisata pendukung dengan harga terjangkau serta menerapkan diversifikasi
harga, strategi WT3 yaitu mengembangkan jaringan pemasaran wisata melalui
pameran dan event-event kepariwisataan, strategi WT1 yaitu melakukan
kerjasama dengan pihak-pihak terkait serta masyarakat dalam menciptakan
keindahan, ketertiban, dan keamanan di kawasan objek wisata, strategi WT2 yaitu
peningkatan kualitas wisata dengan memberikan kemudahan bagi pihak lain untuk
mengadakan penelitian dan mendirikan suatu usaha jasa wisata, dan strategi
terakhir adalah strategi WT4 yaitu melakukan pendidikan dan pelatihan secara
rutin dengan tujuan untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan aparatur
di bidang pariwisata.
VII. KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan maka kesimpulan yang dapat diambil
adalah sebagai berikut :
1. Saat ini kondisi industri pariwisata Pantai Pangandaran pasca tsunami dan
gelombang pasang dalam keadaan kurang baik. Salah satu faktor utamanya
adalah adanya bencana alam tsunami sehingga menimbulkan ketakutan dan
trauma pada masyarakat, kemudian berdampak pada penurunan jumlah
kunjungan wisatawan.
2. Berdasarkan matriks IFE diperoleh :
a. Lingkungan internal Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ciamis
berada pada posisi diatas rata-rata. Artinya pihak pengelola telah memiliki
posisi internal yang kuat.
b. Kekuatan internal dari Dinas tersebut adalah (1) tarif masuk murah, (2)
produk memiliki keistimewaan / ciri khas, (3) terdapat Cagar Alam
sebagai pendukung wisata bahari, (4) terdapat tim penyelamat, (5) fasilitas
lengkap dan aksesibilitas ke tempat wisata memadai, (6) karcis disertai
dengan asuransi kecelakaan, (7) kegiatan promosi secara terus menerus,
(8) kuantitas sumberdaya manusia tercukupi, (9) adanya anggaran dari
APBD per tahun, (10) sistem operasi manajemen pengelolaan yang jelas,
(11) adanya kebijakan dan program-program yang terstruktur, dan (12)
sudah memiliki website sebagai sistem informasi.
c. Kelemahan internal dari Dinas tersebut adalah (1) tidak adanya Divisi
Litbang, (2) masih lemahnya koordinasi antara Bidang /Dinas /Badan
/Lembaga terkait, (3) belum berkembangnya jaringan pemasaran wisata,
(4) belum meningkatnya pelayanan kepariwisataan daerah, dan (5) masih
lemahnya pengetahuan dan keterampilan aparatur pariwisata.
3. Berdasarkan matriks EFE diperoleh :
a. Lingkungan eksternal Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten
Ciamis berada pada posisi diatas rata-rata, yang berarti kemampuan
128
pengelola untuk memanfaatkan peluang dan mengatasi ancaman dari luar
berada diatas rata-rata.
b. Peluang yang dimiliki oleh pihak pengelola antara lain (1) peraturan dan
kebijakan pemerintah yang mendukung pertumbuhan pariwisata, (2)
terdapatnya kesenian daerah sebagai pendukung objek wisata, (3)
globalisasi dan AFTA, (4) perkembangan teknologi informasi yang
mendukung, (5) adanya kerjasama antara pemerintah, pihak swasta
maupun antarnegara dalam perkembangan pariwisata, (6) adanya
antusiasme dari masyarakat untuk berkunjung ke Pantai Pangandaran, (7)
membaiknya citra dan kepercayaan terhadap Indonesia dimata
internasional, (8) adanya dampak positif dari kegiatan pariwisata terhadap
perekonomian, dan (9) adanya pelatihan pemberdayaan masyarakat pasca
gempa dan tsunami.
c. Ancaman yang dimiliki oleh pihak pengelola antara lain (1) belum
banyaknya investor PMDN dan PMA yang menanamkan modalnya di
sektor pariwisata, (2) masih lemahnya kesadaran masyarakat sekitar dalam
memelihara dan mengembangkan objek wisata, (3) terjadinya bencana
alam tsunami dan musibah nasional terus menerus, (4) persaingan dalam
industri wisata pantai / bahari yang semakin ketat dengan daerah lain di
luar Kab.Ciamis, (5) masih rendahnya daya beli masyarakat, dan (6)
variasi produk wisata yang ditawarkan oleh pesaing.
4. Berdasarkan pengamatan terhadap persaingan industri diperoleh hasil bahwa
kondisi persaingan industri pariwisata yang dihadapi oleh Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata Kabupaten Ciamis dalam lingkup kabupaten sendiri tidak
terlalu berpengaruh terhadap perkembangan wisata di Pantai Pangandaran.
5. Berdasarkan hasil analisis SWOT, alternatif strategi pemasaran yang dapat
dilakukan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ciamis adalah
sebagai berikut :
a. Strategi Harga :
Mempertahankan posisi sebagai tempat wisata dengan harga yang
terjangkau oleh semua golongan ekonomi.
Menerapkan strategi diversifikasi harga.
129
b. Strategi Promosi :
Mempertahankan posisi sebagai tempat wisata dengan menerapkan
strategi promosi yang memanfaatkan perkembangan teknologi.
Menjalin kerjasama dengan pihak luar dalam rangka meningkatkan
kunjungan wisatawan dengan memanfaatkan kondisi dan sumberdaya
yang ada.
Mempromosikan tempat wisata sebagai ODTW yang menarik dan
aman untuk dikunjungi.
Bekerjasama dengan pemerintah untuk menciptakan iklim investasi
yang kondusif di sektor pariwisata.
Mengembangkan strategi promosi yang berorientasi nasional dan
internasional dengan menggunakan teknologi informasi seperti
internet.
Bekerjasama dengan pihak lain yang terkait dengan jaringan
pemasaran wisata.
Mengembangkan jaringan pemasaran wisata melalui pameran dan
event-event kepariwisataan.
c. Strategi Produk :
Mempertahankan posisi sebagai tempat wisata yang memiliki
keistimewaan-keistimewaan dan berfasilitas lengkap.
Mempertahankan posisi sebagai tempat wisata yang memiliki objek
wisata pendukung seperti adanya Cagar Alam dan kesenian daerah.
Bekerjasama dengan masyarakat dan Pemda dalam mengembangkan
objek dan daya tarik wisata yang bertujuan untuk mensejahterakan
masyarakat di sekitar objek wisata.
Bekerjasama dengan pemerintah dan pihak-pihak terkait lainnya dalam
meningkatkan pelayanan kepariwisataan daerah melalui sapta pesona.
Mengembangkan jenis wisata pantai / bahari dengan menerapkan
strategi diversikasi produk.
Meningkatkan kualitas produk melalui penelitian dan pengembangan
pasar.
130
d. Strategi Tempat :
Mempertahankan posisi sebagai tempat wisata yang mudah dijangkau
dengan berbagai jenis transportasi.
Mempertahankan posisi sebagai tempat wisata yang memiliki fasilitas-
fasilitas yang memadai.
Bekerjasama dengan masyarakat dan pihak lain dalam menciptakan
tempat wisata yang bersih, indah, aman dan nyaman.
e. Strategi Peningkatan Kualitas SDM :
Memberikan penyuluhan dan melibatkan masyarakat sekitar dalam
program-program wisata yang menyangkut pemeliharaan dan
pengembangan objek wisata.
Melakukan pendidikan dan pelatihan secara rutin dengan tujuan untuk
meningkatkan keterampilan dan pengetahuan aparatur di bidang
pariwisata.
6. Berdasarkan hasil perangkingan strategi maka strategi pemasaran yang
mendapat rangking sepuluh besar dan dapat menjadi prioritas bagi pihak
pengelola dalam hal ini Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ciamis
adalah sebagai berikut :
1. Strategi ST1 yaitu mempromosikan tempat wisata sebagai ODTW yang
menarik dan aman untuk dikunjungi.
2. Strategi SO1 yaitu mempertahankan posisi sebagai tempat wisata yang
memiliki keistimewaan-keistimewaan, berfasilitas lengkap dan mudah
dijangkau serta mengikutsertakan masyarakat dalam pengembangannya.
3. Strategi ST2 yaitu mengoptimalkan dan meningkatkan kualitas produk
wisata serta memberikan harga yang terjangkau bagi semua golongan
ekonomi.
4. Strategi SO3 yaitu mempertahankan posisi sebagai tempat wisata dengan
menerapkan strategi promosi yang memanfaatkan perkembangan
teknologi serta didukung oleh manajemen pengelolaan yang baik.
5. Strategi WO2 yaitu bekerjasama dengan masyarakat dan Pemda dalam
mengembangkan ODTW yang bertujuan untuk mensejahterakan
masyarakat di sekitar objek wisata.
131
6. Strategi SO4 yaitu menjalin kerjasama dengan pihak luar dalam rangka
meningkatkan kunjungan wisatawan dengan memanfaatkan kondisi dan
sumberdaya yang ada.
7. Strategi ST4 yaitu bekerjasama dengan pemerintah untuk menciptakan
iklim investasi yang kondusif di sektor pariwisata.
8. Strategi WO1 yaitu mengembangkan strategi promosi yang berorientasi
nasional dan internasional dengan menggunakan teknologi informasi dan
bekerjasama dengan pihak lain yang terkait dalam jaringan pemasaran
wisata.
9. Strategi ST3 yaitu memberikan penyuluhan dan melibatkan masyarakat
sekitar dalam program-program wisata yang menyangkut pemeliharaan
dan pengembangan objek wisata.
10. Strategi WO3 yaitu bekerjasama dengan pemerintah dan pihak-pihak
terkait lainnya dalam meningkatkan pelayanan kepariwisataan daerah
melalui sapta pesona.
7.2 Saran
Dari hasil pembahasan, peneliti menyarankan kepada pihak pengelola
objek wisata Pantai Pangandaran, yang dalam hal ini Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Kabupaten Ciamis agar menerapkan strategi pemasaran baru
berdasarkan perangkingan alternatif strategi dengan mempertimbangkan jangka
waktu dan biaya yang diperlukan dalam penerapannya. Berdasarkan hal tersebut,
peneliti membagi panerapan strategi berdasarkan pembagian waktu sebagai
berikut :
1. Strategi pada jangka pendek
Strategi ini dapat diterapkan oleh pihak pengelola dalam kurun waktu
kurang dari 1 tahun. Strategi ini antara lain :
1) Strategi ST1 yaitu mempromosikan tempat wisata sebagai ODTW yang
menarik dan aman untuk dikunjungi.
2) Strategi SO1 yaitu mempertahankan posisi sebagai tempat wisata yang
memiliki keistimewaan-keistimewaan, berfasilitas lengkap dan mudah
dijangkau serta mengikutsertakan masyarakat dalam pengembangannya.
132
3) Strategi SO3 yaitu mempertahankan posisi sebagai tempat wisata dengan
menerapkan strategi promosi yang memanfaatkan perkembangan
teknologi serta didukung oleh manajemen pengelolaan yang baik.
2. Strategi pada jangka menengah
Strategi ini dapat diterapkan oleh pihak pengelola dalam kurun waktu
antara 1 sampai dengan 3 tahun. Strategi ini antara lain :
1) Strategi ST2 yaitu mengoptimalkan dan meningkatkan kualitas produk
wisata serta memberikan harga yang terjangkau bagi semua golongan
ekonomi.
2) Strategi SO4 yaitu menjalin kerjasama dengan pihak luar dalam rangka
meningkatkan kunjungan wisatawan dengan memanfaatkan kondisi dan
sumberdaya yang ada.
3) Strategi ST3 yaitu memberikan penyuluhan dan melibatkan masyarakat
sekitar dalam program-program wisata yang menyangkut pemeliharaan
dan pengembangan objek wisata.
3. Strategi pada jangka panjang
Strategi ini dapat diterapkan oleh pihak pengelola dalam kurun waktu
lebih dari 3 tahun. Strategi ini antara lain :
1) Strategi WO2 yaitu bekerjasama dengan masyarakat dan Pemda dalam
mengembangkan ODTW yang bertujuan untuk mensejahterakan
masyarakat disekitar objek wisata.
2) Strategi ST4 yaitu bekerjasama dengan pemerintah untuk menciptakan
iklim investasi yang kondusif di sektor pariwisata.
3) Strategi WO1 yaitu mengembangkan strategi promosi yang berorientasi
nasional dan internasional dengan menggunakan teknologi informasi dan
bekerjasama dengan pihak lain yang terkait dalam jaringan pemasaran
wisata.
122
122DAFTAR PUSTAKA
Cooper C Fletcher J, Gilbert D, Wanhill S. 1993. Tourism Principles & Practise. Edinburgh : Group Limited.
David FR. 2004. Manajemen Strategis : Konsep – Konsep. Ed ke-9. Kresno Saroso.
Penerjemah. Jakarta : Indeks. Terjemahan dari buku : Strategic Management. Departemen Kebudayaan dan Pariwisata. 2007a. Kampanye Sadar Wisata: Program Kegiatan
Pariwisata Harus Memberi Manfaat untuk Kesejahteraan Rakyat. www.budpar.go.id.. [ 25 November 2007 ]
------------------------------------------------ . 2007b. UN-WTO Tetapkan Indonesia Sebagai Tuan
Rumah Konferensi Internasional TSA 2009. www.budpar.go.id. [ 4 Desember 2007 ] ------------------------------------------------ . 2007c. Depbudpar Lakukan Pelatihan
Pemberdayaan Masyarakat Pasca Gempa dan Tsunami di 3 Kabupaten Pantai Selatan Jawa. www.budpar.go.id. [ 7 Desember 2007 ]
------------------------------------------------ . 2007d. Kunjungan Wisman 5,5 Juta Tahun 2007
Menjadi Rekor Tertinggi dalam 10 Tahun Terakhir. www.budpar.go.id. [ 26 Desember 2007 ]
------------------------------------------------ . 2008a. Wisman Pertama 2008 Disambut dengan
Atraksi Kesenian. www.budpar.go.id. [ 1 Januari 2008 ] ------------------------------------------------ . 2008b. Dephub Lakukan Lima Kebijakan
Transportasi Udara untuk Dorong Pertumbuhan Pariwisata. www.budpar.go.id. [ 21 Januari 2008 ]
------------------------------------------------ . 2008c. Tiga Menteri Pariwisata IMT-GT Sepakat
Dorong Kunjungan Turis Dengan Penambahan Jalur Penerbangan. www.budpar.go.id. [ 25 Januari 2008 ]
untuk Dorong Kunjungan Wisman. www.budpar.go.id. [ 12 Februari 2008 ] ------------------------------------------------ . 2008e. Wardiyatmo: Wisnus Merupakan Pilar
Ketahanan Pariwisata. www.budpar.go.id. [ 22 Februari 2008 ] Diding S.E. 1999. Dampak Pariwisata Terhadap Perekonomian Wilayah dan Tingkat
Kesejahteraan Keluarga Nelayan Pangandaran di Kabupaten Ciamis Propinsi Jawa Barat. [Skripsi] (tidak dipublikasikan). Bogor : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
123
123Fauzi A. 1999. Teknik Pengambilan Contoh Untuk Penelitian Sosial Ekonomi. Bogor :
Institut Pertanian Bogor, Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir Dan Kelautan. ----------. 2001. Prinsip-Prinsip Penelitian Sosial Ekonomi : Panduan Singkat . Bogor :
Institut Pertanian Bogor, Jurusan Sosial Ekonomi Perikanan dan Kelautan. Firman S. 2006. Analisis Strategi Pemasaran Pariwisata Bahari Taman Nasional Laut
Kepulauan Seribu. [Skripsi] (tidak dipublikasikan). Bogor : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
Hadi S. 2003. Analisis Pengeluaran Pengunjung Rekreasi Pantai Di Pulau Untung Jawa,
Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu, Jakarta Utara. [Skripsi] (tidak dipublikasikan). Bogor : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
di Era Otonomi. Jakarta : MarkPlus&Co. Kinnear, Taylor. 1991. Marketing Reaserch, an Applied method. USA : Mc Graw – Hill. Kotler P. 2000. Manajemen Pemasaran. Jilid I. Edisi Millenium.. Hendra Teguh, Ronny A
Rusli dan Benyamin Molan. Penerjemah. Jakarta : PT Prenhallindo. Terjemahan Dari Buku : Marketing Management.
A Rusli dan Benyamin Molan. Penerjemah. Jakarta : PT Prenhallindo. Terjemahan Dari Buku : Marketing Management.
Mc Donal, Malcolm, Warren J. Keegan. 1999. Marketing Plans That Work : Kiat Mencapai
Pertumbuhan dan Profitabilitas Melalui Perencanaan Pemasaran yang Efektif. Damos Sihombing. Penerjemah. Jakarta : Erlangga.
Nazir M. 2003. Metode Penelitian. Jakarta : PT Ghalia Indonesia. Nellyana K. 2007. Analisis Permintaan Rekreasi dan Wisata Bahari di Gili Trawangan,
Kabupaten Lombok Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat. [Skripsi] (tidak dipublikasikan). Bogor : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
Palfreman A. 1999. Fish Business Management : Strategy- Marketing- Development.
London : Fishing New Books. Porter M.E. 1997. Strategi Bersaing Teknik Menganalisa Industri dan Pesaing. Agus
Maulana. Penerjemah. Jakarta : Erlangga. Terjemahan dari buku : Competitive Strategy.
Rangkuti F. 2003. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis (Reorientasi Konsep Perencanaan Strategis Untuk Menghadapi Abad 21). Jakarta : PT Gramedia.
124
124 Soekadijo R G. 2000. Anatomi Pariwisata.. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Syahroni D. 2005. Analisis Strategi Pemasaran Teh Celup Sedap Wangi (Studi Kasus : PT.
Sariwangi Agriculture Estate Agency). [Skripsi] (tidak dipublikasikan). Bogor : Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Wahab S. 2003. Manajemen Kepariwisataan. Jakarta : Pramadya Paramita. Yani M. 2001. Analisis Permintaan Rekreasi Pantai Pangandaran Dengan Menggunakan
Metode Biaya Perjalanan Di Pantai Pangandaran, Kabupaten Ciamis – Jawa Barat. [Skripsi] (tidak dipublikasikan). Bogor : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
Yoeti O A. 1980. Pemasaran Pariwisata. Bandung : Penerbit Angkasa.
125
125
LAMPIRAN
126
126Lampiran 1. Struktur Organisasi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ciamis
Kepala Dinas
(Drs. H. CU Herman Syamsudin, MM)
Bag Tata Usaha
(Hj. Atik Rostika, BA)
Bid Kebudayaan
(Owoy Ruswanda, SPd)
Bid ODTW
(Drs. H. Popo Mustofa)
Bid Sarana Wisata
(Yoyo Taryono, SH)
Bid Bina Program
(Drs. Apip Winayadi)
Sub.Bag Keuangan
Sie Seni & Budaya
Sub.Bag Umun
Sie Sejarah & Kepurbakalaan
Sie Pengelolaan Objek Wisata
Sie Promosi & Daya Tarik
Wisata
Sie Bina Sarana Wisata
Sie Peng Sarana Wisata
Sie Penyusunan
Program
Sie Evaluasi & Pelaporan
Kelompok Jabatan Fungsional
UPTD Ciamis Utara UPTD Ciamis Selatan
Kepala Dinas
(Drs. H. CU Herman Syamsudin, MM)
122
122Lampiran 2. Peta Objek Wisata di Kabupaten Ciamis
122
122Lampiran 3. Informasi Pengamanan Pantai Objek Wisata Pangandaran
123123
Lampiran 4. Penilaian Bobot dan Rating Faktor Strategis Internal (Responden 1) Faktor Strategis Internal A B C D E F G H I J K L M N O P Q TOTAL BOBOT RATINGA Tarif masuk murah 3 2 2 2 2 2 3 2 3 3 2 3 3 2 3 3 40 0.0734 4
B Produk memiliki keistimewaan / ciri khas 1 1 1 1 1 1 2 1 2 2 1 2 2 2 3 3 26 0.0477 3
C Terdapat Cagar Alam sebagai pendukung wisata bahari 2 3 2 2 2 2 3 2 3 3 2 3 3 2 3 3 40 0.0734 4
D Terdapat tim penyelamat 2 3 2 2 2 2 3 2 3 3 2 3 3 2 3 3 40 0.0734 4
E Fasilitas lengkap dan aksesibilitas ke tempat wisata memadai 2 3 2 2 2 2 3 2 3 3 2 3 3 2 3 2 39 0.0716 4
Lampiran 5. Penilaian Bobot dan Rating Faktor Strategis Internal (Responden 2) Faktor Strategis Internal A B C D E F G H I J K L M N O P Q TOTAL BOBOT RATINGA Tarif masuk murah 3 3 3 3 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 38 0.0699 2
B Produk memiliki keistimewaan / ciri khas 1 1 3 1 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 31 0.0570 2
C Terdapat Cagar Alam sebagai pendukung wisata bahari 1 3 3 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 35 0.0643 3
D Terdapat tim penyelamat 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 18 0.0331 3
E Fasilitas lengkap dan aksesibilitas ke tempat wisata memadai 1 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 45 0.0827 2
Lampiran 6. Penilaian Bobot dan Rating Faktor Strategis Eksternal (Responden 1) Faktor Strategis Eksternal A B C D E F G H I J K L M N O TOTAL BOBOT RATING
A Peraturan dan kebijakan pemerintah yang mendukung pertumbuhan pariwisata 2 3 3 3 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 38 0.0905 4
B Terdapatnya kesenian daerah sebagai pendukung objek wisata 2 3 3 3 2 2 1 3 1 2 1 2 2 2 29 0.0690 4
Lampiran 7. Penilaian Bobot dan Rating Faktor Strategis Eksternal (Responden 2) Faktor Strategis Eksternal A B C D E F G H I J K L M N O TOTAL BOBOT RATING
A Peraturan dan kebijakan pemerintah yang mendukung pertumbuhan pariwisata 1 2 2 2 1 1 2 2 2 1 1 2 1 2 22 0.0524 2
B Terdapatnya kesenian daerah sebagai pendukung objek wisata 3 3 3 3 1 2 2 3 3 1 2 2 1 2 31 0.0738 3
Lampiran 8. Rata-rata Bobot dan Rating Faktor Strategis Internal
Bobot Rating
Faktor Strategis Internal Responden
1 Responden
2 Rata-rata
Bobot Responden
1 Responden
2 Rata-rata
Rating A Tarif masuk murah 0.0734 0.0699 0.0716 4 2 3 B Produk memiliki keistimewaan / ciri khas 0.0477 0.0570 0.0523 3 2 2.5 C Terdapat Cagar Alam sebagai pendukung wisata bahari 0.0734 0.0643 0.0689 4 3 3.5 D Terdapat tim penyelamat 0.0734 0.0331 0.0532 4 3 3.5
E Fasilitas lengkap dan aksesibilitas ke tempat wisata memadai 0.0716 0.0827 0.0771 4 2 3
F Karcis disertai dengan asuransi kecelakaan 0.0752 0.0404 0.0578 4 4 4 G Kegiatan promosi secara terus menerus 0.0734 0.0423 0.0578 4 3 3.5 H Kuantitas sumberdaya manusia tercukupi 0.0422 0.0790 0.0606 3 2 2.5 I Adanya anggaran dari APBD per tahun 0.0734 0.0496 0.0615 4 3 3.5 J Sistem operasi manajemen pengelolaan yang jelas 0.0422 0.0754 0.0588 3 2 2.5 K Adanya kebijakan dan program-program yang terstruktur 0.0404 0.0607 0.0505 3 3 3 L Sudah memiliki website sebagai sistem informasi 0.0734 0.0331 0.0532 4 2 3 M Tidak adanya Divisi Litbang 0.0422 0.0607 0.0514 3 2 2.5
N Masih lemahnya koordinasi antara Bidang/Dinas/Badan/Lembaga terkait 0.0422 0.0607 0.0514 3 3 3
O Belum berkembangnya jaringan pemasaran wisata 0.0697 0.0607 0.0652 2 3 2.5 P Belum meningkatnya pelayanan kepariwisataan daerah 0.0422 0.0699 0.0560 2 3 2.5
Q Masih lemahnya pengetahuan dan keterampilan aparatur pariwisata 0.0422 0.0607 0.0514 2 3 2.5
128128
Lampiran 9. Rata-rata Bobot dan Rating Faktor Strategis Eksternal
Bobot Rating
Faktor Strategis Eksternal Responden
1 Responden
2 Rata-rata
Bobot Responden
1 Responden
2 Rata-rata
Rating
A Peraturan dan kebijakan pemerintah yang mendukung pertumbuhan pariwisata 0.0905 0.0524 0.0714 4 2 3
B Terdapatnya kesenian daerah sebagai pendukung objek wisata 0.0690 0.0738 0.0714 4 3 3.5
C Globalisasi dan AFTA 0.0476 0.0524 0.0500 2 2 2 D Perkembangan teknologi informasi yang mendukung 0.0643 0.0548 0.0595 2 2 2
E Adanya kerjasama antara pemerintah, pihak swasta maupun antarnegara dalam perkembangan pariwisata 0.0500 0.0452 0.0476 2 2 2
F Adanya antusiasme dari masyarakat untuk berkunjung ke Pantai Pangandaran 0.0690 0.0905 0.0798 3 3 3
G Membaiknya citra dan kepercayaan terhadap Indonesia dimata internasional 0.0762 0.0762 0.0762 4 3 3.5
H Adanya dampak positif dari kegiatan pariwisata terhadap perekonomian 0.0786 0.0690 0.0738 3 3 3
I Adanya pelatihan pemberdayaan masyarakat pasca gempa dan tsunami 0.0452 0.0452 0.0452 3 2 2.5
J Belum banyaknya investor PMDN dan PMA yang menanamkan modalnya di sektor pariwisata 0.0714 0.0619 0.0667 4 2 3
K Masih lemahnya kesadaran masyarakat sekitar dalam memelihara dan mengembangkan objek wisata 0.0667 0.0857 0.0762 3 2 2.5
L Terjadinya bencana alam tsunami dan musibah nasional terus menerus 0.0905 0.0667 0.0786 2 2 2
M Persaingan dalam industri wisata pantai / bahari yang semakin ketat dengan daerah lain di luar Kab.Ciamis 0.0595 0.0690 0.0643 4 3 3.5
N Masih rendahnya daya beli masyarakat 0.0619 0.0929 0.0774 3 2 2.5 O Variasi produk wisata yang ditawarkan oleh pesaing 0.0595 0.0643 0.0619 3 2 2.5
129129
Lampiran 10. Foto-foto Panorama Objek Wisata Pantai Pangandaran
130130
Lampiran 11. Foto-foto Kawasan Objek Wisata Pantai Pangandaran Pasca tsunami