ANALISIS SISTEM TRANSPORTASI PENGANGKUTAN SAMPAH KOTA MEULABOH (Studi Kasus : Kecamatan Johan Pahlawan) Tugas Akhir Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Yang Diperlukan untuk Memperoleh Ijazah Sarjana Teknik Disusun Oleh; I B N U A P A S NIM : 06C10203056 Bidang Studi : Transportasi Jurusan : Teknik Sipil FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS TEUKU UMAR ALUE PEUNYARENG - MEULABOH 2015
46
Embed
ANALISIS SISTEM TRANSPORTASI PENGANGKUTAN SAMPAH …repository.utu.ac.id/155/1/I-V.pdf · Tujuan dari penulisan Tugas Akhir ini adalah untuk mengetahui sistem pengangkutan, pola pengumpulan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
ANALISIS SISTEM TRANSPORTASI PENGANGKUTANSAMPAH KOTA MEULABOH
(Studi Kasus : Kecamatan Johan Pahlawan)
Tugas Akhir
Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syaratYang Diperlukan untuk Memperoleh
Ijazah Sarjana Teknik
Disusun Oleh;
I B N U A P A S
NIM : 06C10203056Bidang Studi : TransportasiJurusan : Teknik Sipil
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS TEUKU UMARALUE PEUNYARENG - MEULABOH
2015
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pencemaran lingkungan oleh sampah ternyata masih menjadi masalah
tersendiri di Meulaboh, Kecamatan Johan Pahlawan yang merupakan pusat kota
Kabupaten Aceh Barat. Hal ini tampak dari berbagai pihak yang ikut serta dalam
peningkatan mutu kesehatan masyarakat dan lingkungan pemukiman, yaitu
program peningkatan sistem pengolahan persampahan, berdasarkan Peraturan
Pemerintah nomor 14 tahun 1987 yang mengatur tentang pengelolaan
persampahan diserahkan kepada Pemerintah Kabupaten/Kotamadya.
Kecamatan Johan Pahlawan adalah salah satu dari 12 Kecamatan di Kota
Meulaboh-Aceh Barat yang berada di Provinsi Aceh dengan luas 2.927,95 km²,
yang terletak pada 04°06'-04°47' Lintang Utara dan 95°52'- 96°30' Bujur Timur
dengan luas wilayah 2.927,95 km² dengan batas-batas Utara berbatasan dengan
Kabupaten Aceh Jaya dan Kabupaten Pidie, Selatan berbatasan dengan Samudra
Indonesia dan Kabupaten Nagan Raya, Barat berbatasan dengan Samudera
Indonesia, Timur berbatasan dengan Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten
Nagan Raya.
Luas wilayah Kecamatan Johan Pahlawan adalah 44,91 km² dengan
jumlah penduduk 60,990 jiwa (BPS Kota Meulaboh, 2014). Secara administratif
Kabupaten Aceh Barat memiliki 321 kelurahan. Kecamatan Johan Pahlawan
memiliki kawasan pusat pasar dan pertokoan-tokoan yang di pasar ini lah
sebahagian besar masyarakat melakukan transaksi perdagangan, pada kecamatan
ini juga terdapat kawasan perhotelan pada Kelurahan Ujong Kalak. Dengan
adanya beberapa lokasi strategis tersebut, selayaknya kebersihan patut untuk
diberikan penanganan yang lebih khusus, hal inilah yang menjadi alasan dalam
pembahasan transportasi pengangkutan mobil sampah di Kota Meulaboh,
khususnya Kecamatan Johan Pahlawan.
2
Sampah yang mencemari kota selama ini, akibat dari masih kurangnya
kesadaran masyarakat dalam menjaga lingkungan yang terbebas dari sampah.
Camat Johan Pahlwan, sudah melakukan sosialisasi dan menghimbau masyarakat
untuk tidak buang sampah sembarangan, terutama di lahan atau tanah kosong.
"Tumpukan sampah yang bisa mengundang penyakit bagi warga dilingkungan
tersebut," katanya.
Akibat dari pembuangan sampah di lahan kosong juga dapat membawa
bencana seperti banjir. Karena, sampah-sampah tersebut saat hujan turun akan
dibawa air dan masuk ke dalam parit atau drainase. Akibatnya, membuat drainase
tersumbat sehingga tidak dapat bekerja dengan baik dan mengakibatkan air akan
menggenangi ruas jalan. Selama ini jika kondisi hujan maka ruas jalan yang sering
digenangi air adalah ruas jalan protokol, seperti Jalan Nasional, Jalan Singgah
Mata I, Jalan Teuku Umar dan Jalan Manek Roo serta kawasan bundaran simpang
pelor Meulaboh. Memasuki musim hujan, masyarakat untuk dapat peduli terhadap
lingkungan terutama kawasan kota begitu juga halnya daerah lingkungan luar dari
Kota Meulaboh dengan membuang sampah pada tempatnya, apalagi pihak Dinas
Kebersihan dan Pertamanan Aceh Barat, telah menyediakan tempat sampah.
Namun hal ini tidak disertai secara langsung dengan penyediaan sarana
dan prasarana yang sebanding oleh pemerintah, akibatnya pelayanan yang sudah
ada menjadi tidak maksimal dan menjadikan penurunan kualitas lingkungan,
khususnya pada permasalahan pengangkutan sampah perkotaan. Dalam
menanggulangi permasalahan ini sangat dibutuhkan peranan pemerintah yang
didukung oleh kepedulian masyarakat itu sendiri.
Transportasi sampah adalah sistem pengangkutan sampah yang
membawa sampah dari lokasi pemindahan atau dari sumber sampah secara
langsung menuju Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Dengan mengoptimasi
sistem ini diharapkan pengangkutan sampah menjadi semakin mudah, cepat, dan
biaya yang relatif murah dengan tujuan utama untuk meminimalkan dampak dari
penumpukan sampah yang memberi dampak langsung bagi kesehatan masyarakat
dan keindahan kota menurut Deradjat dan Chaerul (2009).
3
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka terdapat beberapa permasalahan
utama yang berhubungan dengan volume sampah dengan jumlah kebutuhan
transportasi pengangkutan sampah di Kota Meulaboh Kecamatan Johan Pahlawan
saat ini adalah bagaimana sistem pengangkutan, pola pengumpulan sampah dan
kebutuhan transportasi pengangkutan sampah sesuai dengan volume sampah yang
dihasilkan di Kota Meulaboh.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penulisan Tugas Akhir ini adalah untuk mengetahui sistem
pengangkutan, pola pengumpulan sampah dan kebutuhan transportasi
pengangkutan sampah sesuai dengan volume sampah yang dihasilkan di Kota
Meulaboh Kecamatan Johan Pahlawan.
1.4 Batasan Masalah
Sesuai dengan judul tugas akhir ini yaitu ”Analisis Sistem Transportasi
Pengangkutan Sampah Kota Meulaboh Studi Kasus Kecamatan Johan Pahlawan”
maka saya akan memberikan beberapa batasan. Batasan penelitian yang akan
digunakan agar penelitian ini lebih terarah antara lain :
1. Lokasi penelitian adalah Kecamatan Johan Pahlawan, Meulaboh – Kabupaten
Aceh Barat.
2. Data yang digunakan adalah data transportasi pengangkutan mobil sampah
di Kota Meulaboh Kecamatan Johan Pahlawan mulai tahun 2009 sampai
dengan tahun 2014.
3. Penelitian ini tidak meninjau masalah biaya kebersihan.
4
1.5 Manfaat Penelitian
Melalui penelitian ini dapat memberikan manfaat berupa :
1. Dapat menambah ilmu pengetahuan khususnya tentang mobil pengangkutan
sampah di Kota Meulaboh.
2. Dapat diharapkan nantinya bagi Pemerintah Kota Meulaboh Kecamatan Johan
Pahlawan Kabupaten Aceh Barat, khususnya Dinas Kebersihan, sebagai acuan
dalam menetapkan teknik operasional pengelolaan sampah yang baik, terutama
dalam tahap pengumpulan dan pengangkutan sampah ke Tempat Pembuangan
Akhir, agar pengelolaan sampah semakin optimal.
5
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1 Pengertian Sampah
Sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak
disenangi atau sesuatu yang dibuang berasal dari kegiatan manusia dan tidak
terjadi dengan sendirinya (Chandra, 2007). Banyak sampah organik masih
mungkin digunakan kembali/ pendaurulangan (re-using), walaupun akhirnya akan
tetap merupakan bahan/material yang tidak dapat digunakan kembali (Dainur,
1995).
Berdasarkan SNI 19-2454 tahun 2002, sampah adalah limbah yang
bersifat padat terdiri dari bahan organik dan bahan anorganik yang dianggap tidak
berguna lagi dan harus dikelola agar tidak membahayakan lingkungan dan
melindungi investasi pembangunan. Sampah perkotaan adalah sampah yang
timbul di kota.
Menurut Kodoatie (2005), sampah adalah limbah atau buangan yang
bersifat padat, setengah padat yang merupakan hasil sampingan dari kegiataan
perkotaan atau siklus kehidupan manusia, hewan maupun tumbuh-tumbuhan.
Sumber limbah padat (sampah) perkotaan berasal dari permukiman, pasar,
kawasan perkotaan dan perdagangan, kawasan perkantoran dan sarana umum,
kawasan industri, peternakan hewan, dan fasilitas lainnya.
2.2 Sumber-Sumber Sampah
Menurut Chandra (2007), sampah yang ada di permukaan bumi ini
dapat berasal dari :
1. Pemukiman penduduk
Sampah di suatu pemukiman biasanya dihasilkan oleh satu atau beberapa
keluarga yang tinggal dalam suatu bangunan atau asrama yang terdapat di
6
desa atau di kota. Jenis sampah yang dihasilkan biasanya sisa makanan dan
bahan sisa proses pengolahan makanan atau sampah basah (garbage),
sampah kering (rubbish), perabotan rumah tangga, abu atau sisa tumbuhan
kebun.
2. Tempat umum dan tempat perdagangan
Tempat umum adalah tempat yang memungkinkan banyak orang berkumpul
dan melakukan kegiatan termasuk juga tempat perdagangan. Jenis sampah
yang dihasilkan dari tempat semacam itu dapat berupa sisa-sisa makanan
(garbage), sampah kering, abu, sisa bangunan, sampah khusus, dan terkadang
sampah berbahaya.
3. Sarana layanan masyarakat milik pemerintah
Sarana layanan masyarakat yang dimaksud disini, antara lain, tempat hiburan
dan umum, jalan umum, tempat parkir, tempat layanan kesehatan (misalnya
rumah sakit dan puskesmas), kompleks militer, gedung pertemuan, pantai
tempat berlibur, dan sarana pemerintah lain. Tempat tersebut biasanya
menghasilkan sampah khusus dan sampah kering.
4. Industri berat dan ringan
Dalam pengertian ini termasuk industri makanan dan minuman, industri
kayu, industri kimia, industri logam dan tempat pengolahan air kotor dan air
minum,dan kegiatan industri lainnya, baik yang sifatnya distributif atau
memproses bahan mentah saja. Sampah yang dihasilkan dari tempat ini
biasanya sampah basah, sampah kering, sisa-sisa bangunan, sampah khusus
dan sampah berbahaya.
5. Pertanian
Sampah dihasilkan dari tanaman dan binatang. Lokasi pertanian seperti
kebun, ladang ataupun sawah menghasilkan sampah berupa bahan-bahan
makanan yang telah membusuk, sampah pertanian, pupuk, maupun bahan
pembasmi serangga tanaman.
Menurut Undang-undang nomor 18 tahun 2008 tentang pengelolaan
sampah, ada 2 kelompok utama pengelolaan sampah, yaitu :
7
1. Pengurangan sampah (waste minimization), yang terdiri dari pembatasan
terjadinya sampah, guna-ulang dan daur-ulang.
2. Penanganan sampah (waste handling), yang terdiri dari :
a. Pemilahan : pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai dengan jenis,
jumlah, dan/atau sifat sampah,
b. Pengumpulan : pengambilan dan pemindahan sampah dari sumber sampah
ke tempat penampungan sementara atau tempat pengolahan sampah terpadu,
c. Pengangkutan : membawa sampah dari sumber dan/atau dari tempat
penampungan sampah sementara atau dari tempat pengolahan sampah
terpadu menuju ke tempat pemrosesan akhir,
d. Pengolahan : mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah sampah,
e. Pemrosesan akhir sampah : pengembalian sampah dan/atau residu hasil
pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara aman.
Beberapa permasalahan yang dihadapi dalam teknis operasional
penanganan persampahan diantaranya :
a. Kapasitas peralatan dan pemeliharaan alat yang belum memadai/kurang baik,
b. Lemahnya tenaga pelaksana khususnya tenaga harian lepas,
c. Terbatasnya metode operasional yang sesuai dengan kondisi daerah,
d. Siklus operasi persampahan tidak lengkap/terputus karena berbedanya
penanggung jawab,
e. Koordinasi sektoral antar birokrasi pemerintah seringkali lemah,
f. Manajemen operasional lebih dititik beratkan pada aspek pelaksanaan,
sedangkan aspek pengendaliannya lemah,
g. Perencanaan operasional seringkali hanya untuk jangka pendek.
2.3 Timbulan Sampah
Timbulan sampah menurut SNI 19-2454 tahun 2002 adalah banyaknya
sampah yang timbul dari masyarakat dalam satuan volume maupun berat per
kapita per hari, atau perluas bangunan atau perpanjang jalan.
8
2.3.1 Faktor yang mempengaruhi timbulan sampah
Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulan sampah adalah :
1. Jumlah penduduk, artinya jumlah penduduk meningkat maka timbulan
sampah meningkat.
2. Keadaan sosial ekonomi, semakin tinggi keadaan sosial ekonomi masyarakat
maka semakin banyak timbulan sampah perkapita yang dihasilkan.
3. Kemajuan teknologi, semakin maju teknologi akan menambah sampah dari
segi jumlah dan kualitas.
2.3.2 Metode perhitungan timbulan sampah
Timbulan sampah yang dihasilkan dari sebuah kota dapat diperoleh
dengan survey pengukuran atau analisa langsung di lapangan, yaitu :
a. Mengukur langsung
Memperoleh satuan timbulan sampah dari sejumlah sampel (rumah
tangga dan non-rumah tangga) yang ditentu kan secara acak di sumber selama 8
hari berturut-turut (SNI 19-3983-1995).
b. Load-count analysis
Mengukur jumlah berat sampah yang masuk ke TPS, misalnya diangkut
dengan gerobak, selama 8 hari berturut-turut. Dengan melacak jumlah dan jenis
penghasil sampah yang dilayani oleh truk yang mengumpulkan sampah tersebut,
sehingga akan diperoleh satuan timbulan sampah per ekivalensi penduduk.
c. Weight-volume analysis
Dengan tersedia jembatan timbang, maka jumlah sampah yang masuk
ke fasilitas penerima sampah (TPA) akan dapat diketahui dengan mudah dari
waktu ke waktu. Jumlah sampah sampah harian kemudian digabung dengan
perkiraan area yang layanan, dimana data penduduk dan sarana umum terlayani
dapat dicari, maka akan diperoleh satuan timbulan sampah per ekuivalensi
penduduk.
9
d. Material balance analysis
Merupakan analisa yang lebih mendasar, dengan menganalisa secara
cermat aliran bahan masuk, aliran bahan yang hilang dalam system, dan aliran
bahan yang menjadi sampah dari sebuah sistem yang ditentukan batas-batasnya.
2.3.3 Besaran timbulan sampah
Secara praktis sumber sampah dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu :
a. Sampah dari pemukiman atau sampah rumah tangga,
b. Sampah dari non-pemukiman yang sejenis sampah rumah tangga, seperti
pasar dan daerah komersial.
Kedua jenis sumber sampah diatas dikenal sebagai sampah domestik,
sedangkan sampah atau limbah yang bukan sejenis sampah rumah tangga sebagai
contoh limbah proses industri disebut sebagai sampah non-domestik.
Tabel 2.1 Timbulan sampah berdasarkan sumbernya
No. Komponen Sumber Sampah Satuan Volume (liter) Berat(kg)1. Rumah permanen /orang/hari 2,25 – 2,50 0,35 – 0,402. Rumah semi permanen /orang/hari 2,00 – 2,25 0,30 – 0,353. Rumah non permanen /orang/hari 1,75 – 2,00 0,25 – 0,304. Kantor /pegawai/hari 0,50 – 0,75 0,03 – 0,15. Pertokoan /pegawai/hari 2,50 – 3,00 0,15 – 0,356. Sekolah /murid/hari 0,10 – 0,15 0,01 – 0,057. Jalan arteri sekunder /m/hari 0,10 – 0,15 0,02 – 0,18. Jalan kolektor sekunder /m/hari 0,10 – 0,15 0,01 – 0,059. Jalan lokal /m/hari 0,05 – 0,10 0,005 – 0,02510. Pasar /m²/hari 0,20 – 0,60 0,1 – 0,3Sumber : SNI 19-3983-1995
Jumlah timbulan sampah ini akan berhubungan dengan elemen
pengelolaan sampah, antara lain :
a. Pemilihan peralatan, misalnya wadah, alat pengumpul, dan jenis pengangkut,
b. Perencanaan rute pengangkutan,
c. Fasilitas dalam pendauran ulang,
d. Luas dan jenis TPA.
Prakiraan timbulan sampah baik untuk saat sekarang maupun dimasa
mendatang merupakan dasar dari perencanaan, perancangan dan pengkajian
sistem pengelolaan persampahan. Prakiraan rata-rata timbulan sampah
10
merupakan langkah awal yang dilakukan dalam pengelolaan sampah. Satuan
timbulan sampah biasanya dinyatakan dalam satuan skala kuantitas per orang
atau perunit bangunan dan lain sebagainya. Pada kota di negara berkembang,
dalam memperhitungkan besaran timbulan sampah, baiknya perlu diperhitungkan
adanya faktor pendauran ulang sampah mulai dari sumber sampah hingga sampai
di TPA.
Berdasarkan SNI 19-3983-1995, bila pengamatan lapangan belum
tersedia, maka untuk menghitung besaran timbulan sampah, dapat digunakan
angka timbulan sampah sebagai berikut :
1. Satuan timbulan sampah kota sedang = 2,75 – 3,25 liter/orang/hari = 0,7 – 0,8
kg/orang/hari,
2. Satuan timbulan sampah kota kecil = 2,5 – 2,75 liter/orang/hari = 0,625 – 0,7
kg/orang/hari.
Secara umum sampah dari sebuah kota sebagian besar berasal dari
sampah rumah tangga, maka untuk perhitungan secara cepat satuan timbulan
sampah tersebut sudah dapat dipergunakan untuk meliputi sampah lainnya seperti
pasar, hotel, toko dan kantor. Namun semakin besar sebuah kota maka sampah
rumah tangga akan semakin kecil porsinya dan sampah non rumah tangga akan
lebih besar porsinya sehingga diperlukan penyesuaian lanjut.
2.4 Teknik Operasional Pengangkutan Sampah
Teknik operasional pengangkutan sampah mulai dari sumber sampah
hingga ke lokasi pembuangan akhir, dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara
langsung (door to door) dan secara tidak langsung (sistem komunal) sebagai
Tempat Pembuangan Sementara (TPS), dengan penjelasan sebagai berikut :
1. Secara langsung (sistem door to door) :
Pada sistem ini proses pengumpulan dan pengangkutan sampah dilakukan
bersamaan seperti terlihat pada Gambar 2.1. Sampah dari tiap-tiap sumber
11
akan diambil, dikumpulkan dan langsung diangkut ke tempat ke tempat
pembuangan akhir.
2. Secara tidak langsung (sistem komunal) :
Pada sistem ini, sebelum diangkut ke tempat pembuangan akhir, sampah
dari masing-masing sumber dikumpulkan dahulu oleh sarana pengumpul
seperti dalam gerobak atau becak pengumpul dan diangkut ke TPS. Dengan
adanya TPS ini maka proses pengumpulan sampah secara tidak langsung.
TPS dapat pula berfungsi sebagai lokasi pemrosesan skala kawasan guna
mengurangi jumlah sampah yang harus diangkut ke pemrosesan akhir untuk
lebih jelasnya terlihat pada Gambar 2.2.
Tempat pembuangan sementara ada 3 jenis, antara lain :
1. Transfer depo
Untuk suatu lokasi transfer depo, atau di Indonesia dikenal sebagai
Tempat Pembuangan Sementara (TPS) seperti di atas diperlukan areal tanah
Sumber Sampah
Sumber Sampah
Sumber Sampah
TempatPembuangan
Akhir
Gambar 2.1 : Sistem Pengumpulan Sampah Secara Langsung
Gambar 2.2 : Sistem Pengumpulan Sampah Secara Tidak Langsung
Sumber Sampah
Sumber Sampah
Sumber Sampah
TempatPembuanganSementara
TempatPembuangan
Akhir
12
minimal seluas 200 m2. Bila lokasi ini berfungsi juga sebagai tempat pemrosesan
sampah skala kawasan, maka dibutuhkan tambahan luas lahan sesuai aktivitas
yang akan dijalankan. Namun dapat juga dipakai truk bak terbuka ukuran 6m3
yang diletakkan disuatu lokasi tertentu dan akan diisi oleh gerobak pengumpul
sampah.
2. Bak kontainer volume 6 – 10 m3
Diletakkan di pinggir jalan dan tidak mengganggu lalu lintas. Dibutuhkan
landasan permanen sekitar 25-50 m2 untuk meletakkan kontainer. Di banyak
tempat di kota-kota Indonesia, landasan ini tidak disediakan, dan kontainer
diletakkan begitu saja di lahan tersedia. Penempatan sarana ini juga bermasalah
karena sulit untuk memperoleh lahan, dan permasalahan masyarakat yang tempat
tinggalnya dekat dengan sarana ini bersedia menerima lokasi bak ini.
3. Bak komunal yang dibangun permanen dan terletak di pinggir jalan
Hal yang harus diperhatikan adalah waktu pengumpulan dan frekuensi
pengumpulan. Sebaiknya waktu pengumpulan sampah adalah saat dimana
aktivitas masyarakat tidak begitu padat, misalnya pagi hingga siang hari.
Frekuensi pengumpulan sampah menentukan banyaknya sampah yang dapat
dikumpulkan dan diangkut perhari. Semakin besar frekuensi pengumpulan
sampah, semakin banyak volume sampah yang dikumpulkan per kapita.
Hal-hal yang perlu menjadi perhatian dalam pengumpulan sampah
adalah keseimbangan pembebanan tugas, optimasi penggunaan alat, waktu dan
petugas, dan peminimalan jarak operasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi pola
pengumpulan sampah adalah :
a) Jumlah sampah yang terangkut, jumlah penduduk dan luas daerah operasional,
b) Kepadatan penduduk dan tingkat penyebaran rumah,
c) Panjang dan lebar jalan.
Rencana pengoperasional pengumpulan sampah harus memperhatikan
hal-hal berikut :
a) Ritasi antara 1 - 4 ritasi per hari,
13
b) Periodisasi: untuk sampah mudah membusuk maksimal 3 hari sekali namun
sebaiknya setiap hari, tergantung dari, kualitas kerja, serta komposisi sampah,
c) Semakin besar persentase sampah organik, periodisasi pelayanan semakin
sering. Untuk sampah kering, periode pengumpulannya dapat dilakukan lebih
dari 3 hari 1 kali. Sedang sampah B3 disesuaikan dengan ketentuan yang
berlaku,
d) Mempunyai daerah pelayanan tertentu dan tetap,
e) Mempunyai petugas pelaksana yang tetap dan perlu dipindahkan secara
periodik,
f) Pembebanan pekerjaan diusahakan merata dengan kriteria jumlah sampah
terangkut, jarak tempuh, kondisi daerah, dan jenis sampah yang akan
diangkut.
2.5 Pengangkutan Sampah
Pengangkutan sampah adalah kegiatan membawa sampah dari lokasi
pemindahan atau langsung dari sumber sampah menuju ke tempat pembuangan
akhir.
Tabel 2.2 Proses Pemilihan Alat Angkut Persampahan Berdasarkan PolaPengumpulan Sampah
Pola Pengumpulan Sampah Kondisi Jalan Alat Angkut
Individual langsung Jalan lebar dan memadai- Pick Up L-300- Dump truck
Individual tidak langsung Jalan sempit atau gang - Gerobak sampah dan becakmotor sampah ke TPS
- Dump truck dan Pick UpL-300 dari TPS ke TPA
Komunal langsung Jalan sempit atau gang
Komunal tidak langsung Jalan sempit atau gang
2.6 Jenis Alat Angkut Sampah
Jenis jenis alat pengangkut sampah yang dipakai pada umumnya
untuk daerah-daerah di Indonesia adalah :
14
1. Gerobak sampah (ukuran volume 1m3)
Gambar 2.3 diatas merupakan gerobak sampah yang berfungsi sebagai
alat pengumpul sampah dari sumber sampah untuk dikumpulkan di TPS dengan
metode pengumpulan tidak langsung.
Spesifikasi Alat :
Menggunakan gerobak berkapasitas 1 m3 (dimensi 2m x 1m x 0,5m),
terbuat dari rangka pipa besi tuang dan pelat alas, serta dinding berengsel
menggunakan material Cheker Plate. Dengan petugas satu orang untuk satu
gerobak.
Kelebihan :
Merupakan alat kumpul klasik yang mengandalkan tenaga dorongan
atau tarikan dari manusia (tidak memerlukan energi bbm).
Mudah masuk ke jalan-jalan sempit atau gang kecil.
Kekurangan :
Sulit untuk dioperasikan di daerah layanan yang bergelombang (kemiringan
lahan > 5 %).
Gambar 2.3 Gerobak Sampah
15
2. Becak sampah
Gambar 2.4 Becak Motor Sampah
Gambar 2.4 diatas merupakan becak motor sampah yang berfungsi
sebagai alat pengumpul sampah dari sumber sampah untuk dikumpulkan di TPS.
Spesifikasi Alat :
Menggunakan kendaraan utama sepeda motor berkapasitas 1,5 m3
(dimensi 1,9 m x 1 m x 0,8 m) terbuat dari rangka pipa besi tuang dan pelat alas,
serta dinding berengsel menggunakan material Plate. Dengan petugas satu orang
untuk satu becak sampah.
Kelebihan :
1. Merupakan alat kumpul yang mengandalkan tenaga mesin sepeda motor lebih
efisien dibandingkan gerobak,
2. Lebih mudah bermanufer di jalan (gang) yang sempit.
Kekurangan :
a. Sulit untuk dioperasikan di daerah layanan yang bergelombang (kemiringan
lahan > 5 %),
b. Macam pilahan lebih sedikit dibandingkan dengan mobil sampah L-300 pick
up.
16
3. Pick up sampah
Gambar 2.5 Pick up Sampah
Gambar 2.5 diatas merupakan pick up sampah yang berfungsi sebagai
alat pengumpul/pengangkut sampah daur ulang dari kawasan pemukiman
kelas menengah atas yang dikumpulkan ke TPS.
Spesifikasi alat :
Menggunakan pick up 4 roda berkapasitas hinggga 4 m3 (dimensi 2,8 m
x 1,6 m x 0,8 m), dengan petugas satu orang supir dan satu orang pengangkut
sampah.
Kelebihan :
Kendaraan angkut sampah yang fleksibel untuk melewati jalan-jalan
yang tidak terlalu lebar.
Kekurangan :
Mempunyai kapasitas muatan yang terbatas dibandingkan alat angkut
lainnya.
17
4. Truk sampah 6m3
Gambar 2.6 Truk Sampah 6m3
Gambar 2.6 diatas merupakan truk sampah yang berfungsi sebagai alat
untuk mengangkut sampah terpadatkan dari sumber sampah menuju ke TPA.
Spesifikasi alat :
1. Dengan petugas satu orang supir dan dua orang petugas pengangkut sampah.
2. Kendaraan standar berchasis baja, mempunyai 6 roda.
3. Dilengkapi alat pengangkat Hidrolis untuk menaikkan/menurunkan/
mengangkat BAK dengan sudut angkat sekurang-kurangnya 450.
4. Menggunakan gear pump tekanan tinggi yang kerjanya diatur dengan mesin
truk. Semua peralatan dioperasikan dari kendaraan. Semua bagian logam
harus diproteksi terhadap bahaya korosi.
5. Dimensi total tidak lebih dari P x L x T = 6,5 x 2,5 x 3 m.
Kelebihan :
1. Sampah terangkut lebih banyak.
2. Lebih bersih dan higienis.
3. Estetika baik.
4. Praktis dalam pengoperasian.
5. Tidak diperlukan banyak tenaga kerja.
Kekurangan :
1. Harga relatif mahal.
2. Biaya investasi dan pemeliharaan lebih mahal.
3. Waktu pengumpulan lama bila untuk sistem door to door.
18
2.7 Metode Pengangkutan Sampah
1. Hauled container system (HCS)
Hauled container system adalah sistem pengumpulan sampah yang
wadah pengumpulannya dapat dipindah-pindah dan ikut dibawa ke tempat
pembuangan akhir. HCS ini merupakan sistem wadah angkut untuk daerah
komersial.
Untuk menghitung waktu ritasi dari sumber ke TPS atau ke TPA
digunakan rumus sebagai berikut (Enri, 2010).
THCS = (PHCS + S + a + bx )............................................................................ 2.1
Keterangan :
THCS = Waktu per ritasi (jam/rit).
PHCS = Waktu pengambilan (jam/rit).
S = Waktu yang dibutuhkan untuk bongkar muat (jam/rit).
a = Empiris muatan yang konstan terus menerus (jam/rit)
b = Empiris muatan yang konstan (jam/km).
x = Jarak tempuh (km/rit).
Waktu pengambilan per ritasi (PHCS ) ditentukan dengan rumus berikut
(Enri, 2010).
PHCS = Pc + Uc + Dbc ..................................................................................... 2.2
Keterangan :
PHCS = Waktu pengambilan sekali ritasi (jam/rit).
Pc = Waktu untuk pengisian (jam/rit).
Uc = Waktu untuk mengosongkan kontainer (jam/rit).
Dbc = Waktu untuk menempuh jarak dari kontainer ke kontainer
lain (jam/rit).
19
Tabel 2.3 Nilai Koefisien Konstanta (Kecepatan)
Speed Limit a bKm/Jam Mil/Jam Jam/rit Jam/Km
8855
0,016
0,011
7245
0,022
0,014
5635
0,034
0,019
4025
0,050
0,025
2515
0,068
0,037
Sumber : Peavy (1985)
Jumlah ritasi per kendaraan per hari untuk sistem HCS dapat dihitung
Kantor DK ke Jalan Bungong Jaroo Kosong 0 0.00 15Jalan Bungong Jaroo ke Jalan Singgah Mata 2 isi 0.275 0.18 40Jalan Singgah Mata 2 ke Beringin Jaya isi 1.373 1.37 60Jalan Beringin Jaya Ke Jalan Imam Bonjol isi 0.65 0.22 20
Jalan Imam Bonjol ke Jalan Kayu PutihPenuh Ke
TPA14.7 4.90 20
Total 16.998 6.67 31Sumber : Dinas Kebersihan Kota Meulaboh
Tabel 4.6 dapat diasumsikan kecepatan truk apabila truk kosong dan truk
bak penuh, masing-masing 20 km/jam dan 40 km/jam dengan rata-rata kecepatan
truk 31 km/jam, maka diperoleh jarak tempuh total dan waktu total untuk
36
Kelurahan/Gampong Seuneubok dengan 2 kali ritasi dalam sehari adalah 16,998
km dan 6,67 jam kerja.
b. Desa Drien Rampak
Desa Drien Rampak dengan jumlah lingkungan/dusun sebanyak 6 dusun,
kawasan ini sebahagian besar adalah kawasan pemukiman penduduk,
perkantoran, pertokoan, pasar buah, rumah sakit, warkop, warung makan dan
sekolahan. Peta jaringan jalan Desa/Gampong Drien Rampak dapat dilihat pada
Gambar 4.5.
Gambar 4.5 Rute Pelayanan Angkutan Sampah Desa Drien RampakSumber : Hasil Pemantauan Dilapangan
Kantor DK ke Simpang Kisaran Kosong 0.1 0.03 20Simpang Kisaran ke Manek Roe isi 0.229 0.08 20Manek Roe ke Swadaya isi 0.74 0.25 20Swadaya ke jalan Nasional isi 0.271 0.09 20Gajah Mada Ke Lr. Bayu isi 0.52 0.17 20Lr. Bayu ke jalan Sisingamangaraja isi 0.217 0.07 20Jalan Sisingamangaraja ke Jalan Sentosa isi 0.758 0.25 20
Jalan Sentosa ke Jalan NasionalPenuh
ke TPA14.3 16.68 70
Total 17.135 17.63 26.25Sumber : Dinas Kebersihan Kota Meulaboh
Lokasi TPS
37
Tabel 4.7 dapat diasumsikan kecepatan truk apabila truk kosong dan truk bak
penuh, masing-masing 20 km/jam dengan rata-rata kecepatan truk 26,25 km/jam,
maka diperoleh jarak tempuh total dan waktu total untuk Kelurahan/Gampong
Drien Rampak dengan 2 kali ritasi dalam sehari adalah 17,135 km dan 17,63 jam
kerja.
c. Desa Ujong Baroh
Desa Ujong Baroh dengan jumlah lingkungan/dusun sebanyak 6 dusun,
kawasan ini sebahagian besar adalah kawasan pemukiman penduduk, bank,
pegadaian, pertokoan, pasar ikan, pasar sayur, pasar buah, warkop, warung makan
dan pasar tradisional. Peta jaringan jalan Desa/Gampong Ujong Baroh dapat
dilihat pada Gambar 4.6.
Gambar 4.6 Rute Pelayanan Angkutan Sampah Desa Ujong BarohSumber : Hasil Pemantauan Dilapangan
Simpang Pelor Ke Jalan Blang Puloe isi 0.215 0.07 20Jalan Blang Puloe Daud Dariah isi 0.302 0.10 20Daud Dariah Ke Jalan T. Chik Ali Akbar isi 0.492 0.16 20
Jalan T. Chik Ali Akbar Jalan Cendra WasihPenuh ke
TPA14 4.67 20
Total 15.009 5.00 20Sumber : Dinas Kebersihan Kota Meulaboh
Lokasi TPS
38
Tabel 4.8 dapat diasumsikan kecepatan truk apabila truk kosong dan truk
bak penuh, masing-masing 20 km/jam dengan rata-rata kecepatan truk 20 km/jam,
maka diperoleh jarak tempuh total dan waktu total untuk Kelurahan/Gampong
Ujong Baroh dengan 2 kali ritasi dalam sehari adalah 15,009 km dan 5,00 jam
kerja.
d. Desa Kuta Padang, Ujong Kalak, dan Rundeng
Desa-desa tersebut mempunyai dusun masing-masing antara lain Kuta
Padang sebanyak 6 dusun, Ujong Kalak sebanyak 5 dusun, dan Kampung
Belakang sebanyak 4 dusun, kawasan ini sebahagian besar adalah kawasan
pemukiman penduduk, pertokoan, praktek dokter, perkantoran, pusat hiburan dan
tempat rekreasi, warkop, warung makan, kantor bank, sekolah, terminal angkutan
penumpang dan bengkel. Peta jaringan jalan Desa/Gampong Kuta Padang, Ujong
Kalak, dan Rundeng dapat dilihat pada Gambar 4.7.
Gambar 4.7 Rute Pelayanan Angkutan Sampah Desa Kuta Padang, UjongKalak, dan Rundeng
Jalan Maneuk Roe ke Ke Jalan Iskanr muda isi 0.872 0.29 20Jalan Iskandar Muda Ke Simpang Pelor isi 0.897 0.30 20Simpang Pelor Ke Bukit Kuali 1si 0.35 0.12 20Bukit Kuali ke Jalan Geurutee isi 0.806 0.27 20Jalan Geurutee ke Jalan Nasional isi 0.06 0.02 20
Jalan Nasional Ke jalan Singgah MataPenuh
Ke TPA15.6 18.20 70
Total 18.585 19.20 28.33Sumber : Dinas Kebersihan Kota Meulaboh
Tabel 4.9 dapat diasumsikan kecepatan truk apabila truk kosong dan truk
bak penuh, masing-masing 20 km/jam dengan rata-rata kecepatan truk 28,33
km/jam, maka diperoleh jarak tempuh total dan waktu total untuk
Kelurahan/Gampong Kuta Padang, Ujong Kalak, dan Rundeng dengan 2 kali
ritasi dalam sehari adalah 18,585 km dan 19,20 jam kerja.
e. Desa Suak Indra Puri, Kampung Pasir, Panggong, dan Kampung
Belakang
Desa-desa tersebut mempunyai dusun masing-masing antara lain Suak
Indra Puri sebanyak 5 dusun, Kampung Pasir sebanyak 3 dusun, Panggong
sebanyak 3 dusun, dan Kampung Belakang sebanyak 5 dusun, kawasan ini
sebahagian besar adalah kawasan pemukiman penduduk, pertokoan,praktek
dokter, perkantoran, pusat hiburan dan tempat rekreasi, pasar ikan, warkop, warung
makan, dan salon. Peta jaringan jalan Desa/Gampong Suak Indra Puri, Kampung
Pasir, Panggong, dan Kampung Belakang dapat dilihat pada Gambar 4.8.
40
Gambar 4.8 Rute Pelayanan Angkutan Sampah Desa Suak Indra Puri,Kampung Pasir, Panggong, dan Kampung Belakang
Sumber : Hasil Pemantauan Dilapangan
Tabel 4.10 Rute Pelayanan Angkutan Sampah Kelurahan/Gampong SuakIndra Puri, Kampung Pasir, Panggong, dan Kampung Belakang
Rute Pengambilan SampahKondisi
BakTruck
Jarak(km)
Waktu(jam)
Kecepatan(km/jam)
Jalan Merdeka Ke Jalan Sutomo isi 0.32 0.11 20Jalan Sutomo Ke Jalan Pocut Baren isi 0.229 0.08 20Pocut Baren Ke Merdeka isi 0.135 0.05 20Jalan Merdeka ke Tamren isi 0.257 0.09 20Jalan Tamren Ke Jalan Pahlawan isi 0.195 0.07 20Jalan Pahlawan Ke Jalan Ponegoro isi 0.158 0.05 20
Jalan Ponegoro ke Jalan Kampung BelakangPenuh Ke
TPA17.6 17.60 60
Total 18.894 18.03 25.71Sumber : Dinas Kebersihan Kota Meulaboh
Tabel 4.10 dapat diasumsikan kecepatan truk apabila truk kosong dan
truk bak penuh, masing-masing 20 km/jam dengan rata-rata kecepatan truk 25,71
km/jam, maka diperoleh jarak tempuh total dan waktu total untuk
41
Kelurahan/Gampong Suak Indra Puri, Kampung Pasir, Panggong, dan Kampung
Belakang dengan 2 kali ritasi dalam sehari adalah 18,894 km dan 18.03 jam kerja.
4.2 Pembahasan
Jumlah kendaraan pengangkut sampah dan rata-rata produksi sampah per
hari pada tahun 2009 sampai dengan tahun 2014 di Kecamatan Johan Pahlawan
dapat dilihat pada Tabel 4.11.
Tabel 4.11 Banyaknya Sampah dan Truck Sampah di Kecamatan JohanPahlawan
Total timbulan sampah pada tahun 2014 adalah rata-rata produksi per
hari 144,053 ton/hari dan operasional jam kerja satu hari adalah 8,57 jam. Pola
pengumpulan sampah pada Kecamatan Johan Pahlawan yaitu pola individual
tidak langsung. Pola tersebut dilakukan dengan cara mengumpulkan sampah dari
sumber sampah lalu diangkut oleh gerobak/becak motor sampah kemudian
dikumpulkan pada titik komunal bak sampah (TPS) lalu diangkut menuju ke TPA.
Jadwal pengumpulan sampah berdasarkan pedoman Departemen
Permukiman dan Prasarana Wilayah dalam Enri (2010) adalah pada saat tidak
mengganggu aktivitas masyarakat terpadat, yaitu jam 07.00 WIB sampai dengan
jam 10.00 WIB.
Kebutuhan alat pengangkut sampah pada Kecamatan Johan Pahlawan adalah :
- Kebutuhan gerobak/becak motor sampah kapasitas 1m3
Berdasarkan SNI 3242 tahun 2008 untuk 1 unit gerobak/becak motor sampah
kapasitas 1m3 memiliki kapasitas pelayanan untuk 1250 jiwa. Kecamatan Johan
Pahlawan memiliki jumlah penduduk 65,473 jiwa maka dibutuhkan 62 unit
gerobak/becak motor sampah dalam pengumpulan sampah.
- Kebutuhan truck kapasitas 6m³ daya angkut 2,4 ton
Truck ditempatkan dilokasi titik komunal sebagai tempat pembuangan sampah
dengan 2 kali ritasi dalam satu hari disebarkan untuk 21 kelurahan/desa, dengan
masing-masing satu unit untuk satu kelurahan. Jadwal pengambilan bak/kontainer
sampah besar pada TPS sebaiknya diterapkan pada pukul 10.30 WIB. Kebutuhan
truck pengangkut sampah dengan penghasilan sampah per hari dengan total
144,053 ton, maka diperlukan penambahan truck dari dasar 15 unit truck menjadi
24 unit truck kekurangan truck pengangkut sampah di tahun 2014 berjumlah 9
unit dengan sekali jalan. Apabila dalam sehari 2 ritasi maka tidak perlu
penambahan truck.
43
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil pengolahan data dan pembahasan yang telah diuraikan
pada Bab IV mengenai analisis kinerja transportasi pengangkutan mobil sampah
di Kota Meulaboh Kecamatan Johan Pahlawan, maka dapat diambil beberapa
kesimpulan dan saran.
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari hasil pengolahan data dan pembahasan mengenai
beberapa faktor tentang sistem pengangkutan, pola pengumpulan sampah dan
kebutuhan transportasi pengangkutan sampah sesuai dengan volume sampah yang
dihasilkan di Kota Meulaboh saat ini adalah :
1. Jumlah total timbulan sampah pada tahun 2014 dengan rata-rata produksi per
hari 144,053 ton/hari dan operasional jam kerja satu hari adalah 8,57 jam.
2. Pola pengumpulan sampah pada Kecamatan Johan Pahlawan menggunakan
pola individual tidak langsung yang caranya mengumpulkan sampah dari
sumber sampah lalu diangkut oleh gerobak/becak motor sampah kemudian
dikumpulkan pada titik komunal bak sampah (TPS) lalu diangkut menuju ke
TPA.
3. Berdasarkan SNI 19-3983-1995 untuk 1 unit gerobak/becak motor sampah
kapasitas 1m3 memiliki kapasitas pelayanan untuk 1250 jiwa. Kecamatan
Johan Pahlawan memiliki jumlah penduduk 65,473 jiwa maka dibutuhkan 62
unit gerobak/becak motor sampah dalam pengumpulan sampah. Sedangkan
kebutuhan truck kapasitas 6m³ atau dengan daya angkut 2,4 ton penghasilan
sampah per hari dengan total 144,053 ton, maka diperlukan penambahan truck
dari dasar 15 unit truck menjadi 24 unit truck kekurangan truck pengangkut
sampah di tahun 2014 berjumlah 9 unit. Apabila dalam sehari 2 ritasi
pengumpulan sampah maka tidak perlu penambahan truck.
44
5.2 Saran
Saran-saran yang dapat diberikan terkait dengan kesimpulan yang ada,
dan beberapa saran yang diusulkan untuk melengkapi penulisan Tugas Akhir ini
adalah :
1. Tingkatkan pengawasan kepada petugas pengangkut sampah, yang bertujuan
agar dapat memaksimalkan jam kerja dilapangan sesuai dengan jadwal yang
ditentukan dan dapat memaksimalkan pengangkutan sampah dengan
mengambil seluruh sampah dari sumber sampah.
2. Tetapkan jam pelayanan yang baik dalam pengambilan/pengangkutan sampah,
agar tidak mengganggu lalu lintas terutama pada saat jam puncak kepadatan
arus lalu lintas.
3. Berikan lokasi khusus dan dikelola secara baik dalam penempatan bak sampah
komunal, dalam mendukung pelayanan pengelolaan sampah di Kecamatan
Johan Pahlawan.
4. Penetapan rute-rute efektif yang harus dilalui oleh kendaraan pengangkut
sampah pada Kecamatan Johan Pahlawan.
5. Penangangan khusus untuk peningkatan jumlah dan perawatan dari kendaraan
pengumpul ataupun pengangkut sampah agak kinerja pelayanan pengangkutan
sampah tidak terganggu.
6. Dibutuhkan bak-bak sampah untuk menampung sampah dari sumber sampah
agar tidak menyebabkan penyakit dan sampah tidak tersebar baik di jalan
atau lingkungan yang ada disekitarnya sehingga mengurangi nilai estetika dan
kebersihan Kecamatan Johan Pahlawan.
7. Partisipasi aktif dari masyarakat Kecamatan Johan Pahlawan dan kecamatan-
kecamatan lainnya dalam penanganan masalah sampah agar menjadi tanggung
jawab bersama.
8. Dibutuhkan penelitian lebih lanjut agar masalah persampahan di Kecamatan
Johan Pahlawan lebih tepat dalam penanganannya.
45
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Anonim, 2008, Pengelolaan Sampah, Undang-Undang Republik Indonesia No.18, Jakarta.
Anonim, 2002, Tata Cara Teknik Operasional Pengelolaan Sampah Perkotaan(SNI 19-2454-2002), Badan Standarisasi Nasional, Jakarta.
Anonim, 1995, Standar Spesifikasi Timbulan Sampah untuk Kota Kecil danKota Sedang di Indonesia (SNI 19-3983-1995), Badan StandarisasiNasional, Jakarta.
Anonim, 1991, Metode Pengambilan dan Pengukuran Contoh Timbulan danKomposisi Sampah Perkotaan (SNI M 36-1991-03), Badan StandarisasiNasional, Jakarta.
Anonim, 1987, Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah di Bidang PekerjaanUmum Kepada Daerah, Peraturan Pemerintah Republik IndonesiaNo.14, Jakarta.
Chandra, Budiman., 2007, Pengantar Kesehatan Lingkungan, Penerbit BukuKedokteran, EGC, Jakarta.
Dainur, 1995, Materi-materi Pokok Ilmu Kesehatan Masyarakat, WidyaMedika, Jakarta.
Damanhuri, Enri, 2010, Permasalahan dan Alternatif Teknologi PengelolaanSampah Kota di Indonesia, Seminar Tekologi Untuk Negeri Volume I,Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Jakarta.
Derajat, S., dan Chaerul, M., 2009, Evaluasi Sistem Pengangkutan Sampah diWilayah Bandung Utara, FTSL ITB, Bandung.