Page 1
ANALISIS SEKTOR PRIMER UNGGULAN KABUPATEN
SRAGEN DAN DISTRIBUSI SPASIALNYA TAHUN 2016-2017
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I
pada Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Oleh :
YESSY SEPTYANI
B300160025
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019
Page 2
i
HALAMAN PERSETUJUAN
ANALISIS SEKTOR PRIMER UNGGULAN KABUPATEN SRAGEN DAN
DISTRIBUSI SPASIALNYA TAHUN 2016-2017
PUBLIKASI ILMIAH
Oleh:
YESSY SEPTYANI
B300160025
Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:
Dosen Pembimbing
Muhammad Arif, SE. MEc. Dev
Page 3
ii
HALAMAN PENGESAHAN
ANALISIS SEKTOR PRIMER UNGGULAN KABUPATEN SRAGEN DAN
DISTRIBUSI SPASIALNYA TAHUN 2016-2017
oleh:
YESSY SEPTYANI
B300160025
Telah Dipertahankan Didepan Dewan Penguji
Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Hari ...........................................
Dan Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat
Dewan Penguji:
1. Muhammad Arif, SE. MEc. Dev ( )
(Ketua Dewan Penguji)
2. Dr Daryono Soebagiyo, MEC ( )
(Anggota I Dewan Penguji)
3. Eni Setyowati, SE.Msi ( )
(Anggota II Dewan Penguji)
Dekan,
Dr. Syamsudin, M. M
NIDN: 017025701
Page 4
iii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam naskah publikasi ini tidak
terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu
perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis
diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas,
maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.
Surakarta, 31 Juli 2019
Penulis
YESSY SEPTYANI
B300160025
Page 5
1
ANALISIS SEKTOR PRIMER UNGGULAN KABUPATEN SRAGEN DAN
DISTRIBUSI SPASIALNYA TAHUN 2016-2017
Abstrak
Tujuan pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan taraf hidup dan
kesejahteraan masyarakat. Oleh sebab tersebut, pemerintah daerah harus berupaya
untuk dapat meningkatkan kesejahteraan masyaraktnya. Peningkatan kesejahteraan
masyarakat dapat bisa dilakukan melalui pengembangan potensi yang ada melalui
komoditas unggulan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Analisis
Sektor Primer Unggulan Kabupaten Sragen dan Distribusi Spasialnya Tahun 2016-
2017. Metode Yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan
analisis Dynamic Location Quotient (DLQ) dan Sistem Informasi Geografis (SIG).
Data yang digunakan berupa data produksi komoditas primer Kabupaten Sragen
tahun 2016-2017 dan data produksi komoditas primer Provinsi Jawa Tengah tahun
2016-2017. Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa dari hasil analisis DLQ
menunjukkan sektor primer yang menjadi komoditas unggulan adalah kacang hijau,
cabe besar, tomat, kangkung, terong, semangka, pisang dan perikanan budidaya.
Sedangkan berdasarkan model pendekatan Sistem Informasi Geografis (SIG)
menunjukkan bahwa komoditas primer unggulan kacang hijau tersebar di wilayah
Tanon. Cabe besar tersebar di wilayah Kedawung, Tanon, Plupuh, Gemolong,
Gondang, Kalijambe, Karangmalang, Masaran, Miri, Ngrampal, Sambungmacan,
Sambirejo, Sumberlawang dan Sukodono. Tomat tersebar di wilayah Gemolong,
Sidoharjo dan Tanon. Kangkung tersebar di wilayah Miri, Mondokan, Sukodono.
Terong tersebar di wilayah Kecamatan Mondokan, Sambungmacan dan Tangen.
Semangka tersebar di wilayah Plupuh dan Sumberlawang. Pisang tersebar di wilayah
Gemolong, Gesi, Gondang, Jenar, Kalijambe, Kedawung, Masaran, Miri, Mondokan,
Ngrampal, Plupuh, Sambirejo, Sambungmacan, Sukodono, Sumberlawang, Tangen
dan Tanon.
Kata Kunci : sektor unggulan, dynamic location quotient (DLQ), sistem informasi
geografis (SIG).
Abstract
The purpose of regional development is to improve the standard of living and welfare
of the community. Therefore, local governments must strive to improve the welfare
of the community. Improving community welfare can be done through developing
existing potential through superior commodities. The purpose of this study was to
find out the analysis of the superior primary out the superior primary sector of
Sragen District and its spatial distribution in 2016-2017. The method used in this
study is to use Dynamic Location Quotient (DLQ) and Geographic Information
System (SIG). The data used in the form of Sragen Regency primary commodity
production data in 2016-2017 and primary commodity production data for Central
Java ProvinceS 2016-2017. From the result if the analysis, it can be concluded that
from the result of DLQ, the primary sector which is the leading commodity is green
beans, large chillies, tomatoes, kale, eggplant, watermelon, bananas and aquaculture.
Wheareas based on thr geographich information system approach model shows that
superior primary commodity of green beans is spread in the Tanon Region. Chili
spread in the Kedawung area, Tanon, Plupuh, Gemolong, Gondang, Kalijambe,
Karangmalang, Masaran, Miri, Ngrampal, Sambungmacan, Sambirejo,
Page 6
2
Sumberlawang and Sukodono. Tomatoes spread in the Gemolong area, Sidoharjo
and Tanon. Kale spread in the Miri area, Mondokan, Sukodono. Eggplant spread in
the Mondokan area, Sambungmacan and Tangen. Semangka tersebar di wilayah
Plupuh and Sumberlawang. Watermelon spread in the Plupuh dan Sumberlawang
area. Bananas spread in the Gemolong, Gesi, Gondang, Jenar, Kalijambe, Kedawung,
Masaran, Miri, Mondokan, Ngrampal, Plupuh, Sambirejo, Sambungmacan,
Sukodono, Sumberlawang, Tangen and Tanon.
Keywords : leading sector, dynamic location quotient (DLQ), geographic
information system.
1. PENDAHULUAN
Setelah ditetapkannya Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan
Daerah, maka sistem otonomi daerah menggantikan sistem sentralistik. Tarigan
(2005) memberikan penjelasan bahwa dengan kondisi yang demikian, maka masing-
masing sudah lebih bebas dalam menetapkan sektor/komoditi yang diprioritaskan
pengembangannya. Kemampuan pemerintah daerah untuk melihat sektor yang
memiliki keunggulan dan kelemahan di wilayahnya menjadi semakin penting. Sektor
yang memiliki keunggulan, memiliki prospek yang lebih baik untuk dikembangkan
dan diharapkan dapat mendorong sektor-sektor lain untuk berkembang. Potensi
wilayah satu dengan wilayah lainnya pasti berbeda-beda. Karena hal ini terkait
dengan karakteristik masing-masing wilayah tersebut.
Otonomi daerah yang berkembang saat ini, di satu sisi memberikan
kewenangan yang lebih luas bagi pemerintah daerah dalam mengatur dan
melaksanakan program-program pembangunan di daerahnya, namun di sisi lain juga
menuntut kesiapan daerah dalam mempersiapkan dan melaksanakan berbagai
kebijakan yang kini bergeser menjadi tanggung jawab daerah. Pembangunan daerah
di era otonomi daerah perlu dilaksanakan secara terpadu, selaras, serasi dan
seimbang serta sesuai dengan prioritas dan potensi daerah (Tjiptoherijanto, 1997).
Dengan demikian, pemerintah daerah perlu mengetahui sektor-sektor yang
mempunyai peranan dominan dalam perekonomian daerahnya, sehingga akan lebih
memudahkan pemerintah daerah dalam menetapkan sasaran pembangunan dan
memajukan daerahnya, sehingga dalam upaya mencapai tujuan pembangunan
ekonomi daerah, kebijakan utama yang perlu dilakukan adalah mengusahakan
semaksimal mungkin agar prioritas pembangunan daerah sesuai dengan potensi yang
dimiliki oleh daerah.
Page 7
3
Kegiatan ekonomi yang bervariasi, mendorong setiap daerah Kabupaten atau
Kota untuk mengembangkan potensi ekonominya. Arah dan kebijakan pembangunan
daerah digunakan untuk memacu pemerataan pembangunan secara menyeluruh
dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat, menggalakkan prakarsa dan peran
aktif masyarakat serta meningkatkan pendayagunaan potensi daerah secara optimal
dan terpadu dalam mengisi otonomi daerah yang nyata, dinamis, serasi dan
bertanggung jawab serta memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa guna
mewujudkan pemerataan hasil pembangunan di tanah air. Pemerataan hasil-hasil
pembangunan tidak mungkin dapat tercapai dalam waktu singkat tetapi memerlukan
waktu, oleh karena itu yang paling penting dilakukan adalah semua upaya harus
diarahkan sedemikian rupa sehingga proses-proses dan pelaksanaan pembangunan
nasional dan pembangunan daerah khusunya dan pada setiap tahunnya makin
mendekati pada tujuan yang diharapkan. Pembangunan daerah haruslah sesuai
dengan kondisi potensi serta aspirasi masyarakat yang tumbuh dan berkembang.
Apabila pelaksanaan prioritas pembangunan daerah kurang sesuai dengan potensi
yang dimiliki oleh masing-masing daerah, maka pemanfaatan sumber daya yang ada
akan menjadi kurang optimal. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan lambatnya
proses pertumbuhan ekonomi daerah yang bersangkutan (Arsyad, 2000).
Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu tolak ukur yang dapat dipakai untuk
meningkatkan adanya pembangunan suatu daerah dari berbagai macam sektor
ekonomi yang secara tidak langsung menggambarkan tingkat perubahan ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi ini dapat dilihat dan diukur dari perkembangan pendapatan
daerah Produk Domestik Regioanl Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan dari tahun
ketahunnya. Suatu masyarakat dipandang mengalami suatu pertumbuhan dalam
kemakmuran masyarakat apabila pendapatan perkapita masyarakat tersebut menurut
harga atau pendapatan terus menerus bertambah dalam dinamika pembangunan
nasional, PDRB suatu daerah tidak selalu mengalami peningkatan karena sering
terjadinya fluktuasi ekonomi. Pembangunan yang dilakukan pemerintah daerah
bertujuan untuk meningkatkan PDRB daerah yang bersangkutan. PDRB Kabupaten
Sragen disumbang oleh salah satu sektor diantaranya adalah sektor primer yaitu
sektor pertanian yang meliputi tanaman pangan, holtikultura biofarmaka,
perkebunan, dan perikanan. Berdasarkan data PDRB Kabupaten Sragen atas dasar
harga berlaku pada tahun 2016 sektor pertanian menyumbang sebesar 16,63 %,
Page 8
4
sedangkan pada tahun 2017 sektor pertanian menyumbang sebesar 15,74 %. Dengan
presentasi seperti itu sektor pertanian belum mendominasi dalam hal penyumbang
PDRB Kabupaten Sragen karena masih kalah tinggi dengan sektor industri yang
sebesar 35,30 % pada tahun 2016 dan 36,07 % pada tahun 2017, sedangkan sektor
perdagangan yang mempunyai presentasi sebesar 18,80 % di tahun 2016 dan 18,61
% di tahun 2017, yang artinya sektor pertanian berada di urutan ketiga setelah sektor
industri dan sektor perdagangan.
Tantangan yang dihadapi Kabupaten Sragen dalam pelaksanaan strategi
pembangunannya sebagaimana tersebut diatas adalah bagaimana meningkatkan
potensi wilayah produktivitas dan efisiensi sektor pertanian dalam menghasilkan
berbagai komoditi pertanian agar dapat memberikan nilai tambah yang sebesar-
besarnya kepada masyarakat dengan mengoptimalkan segala potensi yang dimiliki
daerahnya. Peningkatan produktivitas dan efisiensi sektor pertanian di Kabupaten
Sragen dapat dilakukan apabila pemerintah daerah mengetahui potensi wilayahnya di
tiap Kecamatan di Kabupaten Sragen karena besarnya kontribusi sektor pertanian di
tingkat Kabupaten ditentukan oleh besarnya produksi komoditi pertanian di tingkat
Kecamatan.
2. METODE
Alat analisis yang digunakan adalah analisis Dynamic Location Quotient (DLQ) dan
Analisis Sistem Informasi Geografis (SIG). Sektor-sektor primer yang digunakan
yaitu sektor pertanian, Sektor perkebunan, Sektor perikanan. Data yang digunakan
adalah data sekunder. Yaitu data produksi komoditas primer Kabupaten Sragen tahun
2016-2017 dan data produksi komoditas primer Provinsi Jawa Tengah tahun 2016-
2017. Sumber berasal dari Badan Pusat Statistika Kabupaten Sragen dalam angka
tahun 2016 dan tahun 2017, Badan Pusat Statistika Provinsi Jawa Tengah dalam
angka tahun 2016 dan tahun 2017, buku-buku dan jurnal-jurnal. Jenis penelitian yang
dipakai dalam penelitian ini adalah jenis penelitan kuantitaif. Penelitian ini dilakukan
di Kabupaten Sragen.
Page 9
5
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Deskripsi Data Penelitian
Sragen adalah Kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa Tengah, dengan pusat
pemerintahan berlokasi di Kecamatan Sragen. Secara administratif Sragen terletak
diperbatasan antara Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur, yang secara geografis
tercatat pada koordinat 7015' - 7
030' Lintang Selatan dan 110
045' - 111
010' Bujur
Timur. Batas administratif Kabupaten Sragen Sebelah Utara : Kabupaten Grobogan
dan Kabupaten Boyolali, Sebelah Selatan : Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten
Boyolali, Sebelah Barat : Kabupaten Boyolali, Sebelah Timur : Kabupaten Ngawi
Provinsi Jawa Timur.
Tabel 1. Luas Wilayah Kabupaten Sragen tahun 2018
No Kecamatan Luas Wilayah
Persentase (%) (Km
2)
1 Kalijambe 46,96 4,99
2 Plupuh 48,36 5,14
3 Masaran 44,04 4,68
4 Kedawung 49,78 5,29
5 Sambirejo 48,43 5,14
6 Gondang 41,17 4,37
7 Sambungmacan 38,48 4,09
8 Ngrampal 34,40 3,65
9 Karangmalang 42,98 4,56
10 Sragen 27,27 2,90
11 Sidoharjo 45,90 4,87
12 Tanon 51,00 5,42
13 Gemolong 40,23 4,27
14 Miri 53,81 5,72
15 Sumberlawang 75,16 7,98
16 Mondokan 49,36 5,24
17 Sukodono 45,55 4,48
18 Gesi 39,58 4,20
19 Tangen 55,13 5,86
20 Jenar 63,96 6,79
Sumber: BPS Kabupaten Sragen dalam angka tahun 2018
Kabupaten Sragen memiliki kondisi geografis yang beragam, hal ini
dikarenakan lokasi Sragen yang berada dilembah daerah aliran sungai bengawan
Solo. Sebagian besar merupakan dataran rendah dengan ketinggian antara 70-480
meter diatas permukaan air laut. Sebelah utara berupa perbukitan, bagian dari
rangkaian gunung kendeng, sedangkan sebagian kecil wilayah selatan berupa
perbukitan kaki gunung lawu.
Page 10
6
Sragen memiliki iklim tropis dan bertemperatur sedang, dengan suhu seharian
yang berkisaran antara 19-310C. Curah hujan rata-rata dibawah 300 mm pertahun
dengan hari hujan dibawah 150 hari pertahun. Keadaan hidrologi di Kabupaten
Sragen ditandai dengan adanya sungai-sungai yang mengalir didalam kesatuan
wilayah DAS bengawan Solo dan DAS Jratunseluna (Jragung, Tuntang, Serang,
Lusi, dan Juana). Sungai-sungai yang mengalir dalam kesatuan DAS bengawan Solo
adalah sungai Mungkung, Kenatan, Jenar, Kedungaren, Tanggan, Teseh dan
Kedungdowo, sedangkan sungai-sungai yang termasuk dalam kesatuan DAS
Jratunseluna yaitu sungai Serang (BPS Kabupaten Sragen dalam angka tahun 2018).
Kondisi alam di Kabupaten Sragen mempunyai relief yang beraneka ragam,
sebagian besar berupa daerah pegunungan kapur yang membentang dari timur ke
barat terletak di sebelah bengawan solo dan dataran rendah yang tersebar diseluruh
Kabupaten Sragen dengan jenis tanah grumusol, alluvial regosol, latosol dan
mediteran. Kabupaten Sragen mempunyai luas wilayah sebesar 941,55 km2 terbagi
dalam 20 Kecamatan yang dibagi lagi atas sejumlah 208 Desa dan Kelurahan. Dari
luas tersebut 68.753 Ha (73,02%) merupakan lahan pertanian dan 25.402,00 Ha
(26,98%) merupakan lahan bukan pertanian. Berdasarkan BPS Sragen dalam angka
tahun 2018, pola penggunaan lahan di Kabupaten Sragen tahun 2018 terdiri dari
lahan sawah (irigasi, tadah hujan, rawa pasang surut, rawa lebak, dan lain-lain), lahan
bukan sawah ( tegal, ladang, perkebunan, ditanami pohon, padang rumput, sementara
tidak diusahakan, tambak, kolam, empang, hutan negara, dan lain-lain), lahan bukan
pertanian (jalan, pemukiman, perkantoran, sungai, dan lain-lain).
Tabel 2. Jenis Penggunaan Lahan (ha) Menurut Kecamatan di Kabupaten Sragen
Tahun 2017.
Luas (Ha)
Kecamatan Lahan Sawah
Pertanian Bukan
Sawah Bukan Pertanian
Jumlah
(Ha)
Kalijambe 1.960,00 1.510,00 1.226,00 4.696,00
Plupuh 2.667,00 957,00 1.212,00 4.836,00
Masaran 2.910,00 271,00 1.223,00 4.404,00
Kedawung 2.825,00 684,00 1.469,00 4.978,00
Sambirejo 1.487,00 1.211,00 2.145,00 4.843,00
Gondang 2.636,00 334,00 1.147,00 4.117,00
Sambungmacan 2.263,00 302,00 1.283,00 3.848,00
Ngrampal 2.368,00 174,00 898,00 3.440,00
Karangmalang 2.481,00 174,00 1.643,00 4.298,00
Sragen 1.428,00 52,00 1.247,00 2.727,00
Sidoharjo 3.200,00 1.043,00 347,00 4.590,00
Page 11
7
Tanon 2.932,00 520,00 1.648,00 5.100,00
Gemolong 2.138,00 526,00 1.359,00 4.023,00
Miri 1.418,00 2.462,00 1.501,00 5.381,00
Sumberlawang 1.902,00 3.735,00 1.879,00 7.516,00
Mondokan 1.158,00 2.429,00 1.349,00 4.936,00
Sukodono 1.729,00 1.534,00 1.292,00 4.555,00
Gesi 782,00 1.917,00 1.259,00 3.958,00
Tagen 888,00 3.592,00 1.033,00 5.513,00
Jenar 661,00 5.592,00 143,00 6.396,00
Sumber : Data dalam angka Kabupaten Sragen tahun 2018
Jumlah penduduk di Kabupaten Sragen dari tahun ketahun selalu meningkat.
Dimana terlihat dari tabel 3 menunjukan bahwa jumlah penduduk Kabupaten Sragen
mengalami peningkatan mulai dari tahun 2013 hingga pada tahun 2017. Total jumlah
penduduk di kabupaten Sragen pada tahun 2013 adalah 871,991 jiwa, pada tahun
2014 875,615 jiwa, pada tahun 2015 879,027 jiwa, pada tahun 2016 882,090 jiwa,
dan pada tahun 2017 855,122 jiwa.
Tabel 3. Jumlah Penduduk Kabupaten Sragen Tahun 2017
No Kecamatan Jumlah Penduduk(Jiwa)
1 Kalijambe 49,197
2 Plupuh 43,108
3 Masaran 73,795
4 Kedawung 59,598
5 Sambirejo 35,767
6 Gondang 42,152
7 Sambungmacan 44,646
8 Ngrampal 37,487
9 Karangmalang 67,333
10 Sragen 69,138
11 Sidoharjo 51,487
12 Tanon 51,486
13 Gemolong 46,818
14 Miri 32,532
15 Sumberlawang 44,259
16 Mondokan 33,913
17 Sukodono 29,599
18 Gesi 19,885
19 Tangen 26,022
20 Jenar 26,900
Jumlah/Total tahun 2017 855,122
Jumlah/Total tahun 2016 882,090
Jumlah/Total tahun 2015 879,027
Jumlah/Total tahun 2014 875,615
Jumlah/Total tahun 2013 871,991
Sumber: BPS Kabupaten Sragen dalam angka 2018
Page 12
8
Peningkatan jumlah penduduk dari tahun ketahun selalu meningkat di
Kabupaten Sragen, salah satunya disebabkan oleh pertumbuhan penduduk secara
alami, dimana jumlah penduduk yang lahir lebih besar dari pada jumlah penduduk
yang mati. Bertambahnya penduduk menyebabkan kepadatan penduduk di
Kabupaten Sragen juga meningkat, pada akhirnya juga menambah beban
pembangunan di Kabupaten Sragen tersebut. Berdasarkan data BPS Kabupaten
Sragen tahun 2018 kepadatan penduduk di Kabupaten Sragen meningkat yaitu dari
926,12 jiwa/km2pada tahun 2013 menjadi 940,07 jiwa/km
2 pada tahun 2017. Laju
pertumbuhan penduduk yang pesat akan berdampak negatif pada persediaan lahan
pertanian, lahan menjadi pemukiman. Mendasarkan hal tersebut maka perlu upaya
penggalian potensi daerah berbasis komoditas pertanian sangat diperlukan untuk
dapat mempertahankan dan atau meningkatkan produksi pertanian di Kabupaten
Sragen.
3.2 Hasil Analisis
Kabupaten Sragen pernah mengalami surplus rata-rata 205 ribu ton beras pertahun.
Dengan produktivitas tersebut maka Kabupaten Sragen dikenal sebagai lumbung
pangan Jawa Tengah, dengan potensi agraris yang cukup beragam dengan didukung
oleh banyaknya penduduk di Kabupaten Sragen yang bekerja sebagai petani.
Sehingga peningkatan potensi pertanian pada sektor pertanian diharapkan mampu
menopang dan mempercepat laju dan pertumbuhan ekonomi Sragen dan sekaligus
mereduksi tingkat kemiskinan. Selain itu kawasan pertanian di Kabupaten Sragen
mempunyai prospek yang baik khususnya pertanian lahan basah, kondisi tersebut,
karena didukung oleh adanya saluran irigasi teknis dari Waduk Gajah Mungkur
Wonogiri serta adanya tujuh waduk di Sragen yakni Gebyar, Blimbing, Kembangan,
Bothok, Brambang, Gembong, dan Ketro.
BPS menunjukkan bahwa Sragen memiliki setidaknya 5 klasifikasi sektor
pertanain yaitu (1) sub sektor tanaman pangan dimana terdiri dari padi, jagung, ubi
kayu, kacang tanah, kedelai dan kacang hijau, (2) sub sektor holtikultura dimana
terdiri dari cabe besar, tomat, kangkung, terong, semangka dan pisang, (3) sub sektor
biofarmaka dimana terdiri dari jahe, kencur, kunyit, lengkuas dan temu ireng, (5) sub
sektor perkebunan dimana terdiri dari kelapa dalam, tembakau, kopi, tebu, dan
cengkeh, (5) sub sektor perikanan terdiri dari perikanan tangkap dan perikanan
budidaya. Sektor pertanian merupakan sektor yang mampu memberikan sumbangan
Page 13
9
terbesar terhadap PDRB Kabupaten Sragen bersama dengan sektor industri dan
sektor perdagangan, dimana pertanian memiliki kontribusi sekitar 15,61% lebih kecil
dari industri pengolahan yang memiliki kontribusi sekitar 33,37 % dan sektor
perdagangan yang memiliki kontribusi sekitar 20,75 % terhadap total PDRB Sragen .
Sumber : (Arif, Muhammad, dkk, 2019. Distribusi Spasial Masyarakat
Terkategori Miskin Dalam Basis Data Terpadu Kabupaten
Sragen)
Grafik 1. Komposisi Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Sragen 2017
Grafik 1 menjelaskan sektor dominan dalam proporsi ekonomi Kabupaten
Sragen disumbang dari 3 sektor utama yaitu sektor indutri pengolahan, perdagangan
dan pertanian.. Ketiga sektor ini secara bersama-sama mengendalikan perputaran
ekonomi Sragen dengan sektor inti bertumpu pada sektor industri pengolahan yang
bernilai 33,87% dari total perolehan PDRB Sragen
Komoditas yang dihasilkan sub sektor tanaman pangan di Kabupaten Sragen
meliputi padi, jagung, ubi kayu, kacang tanah dan kacang hijau. Menurut data BPS
Kabupaten Sragen dalam angka tahun 2018 produksi terbesar pada komoditas padi
tahun 2016 sebesar 6,547,090 kuintal, dan pada tahun 2017 mengalami penurunan
menjadi 6,451,370 kuintal, sedangkan komoditas produksi terkecil pada tahun 2016
adalah kacang hijau sebesar 2,600 kuintal, dan tahun 2017 mengalami kenaikan
menjadi sebesar 4,400 kuintal.
Page 14
10
Tabel 4. Jumlah Produksi Sub Sektor Tanaman Pangan Tahun 2016-2017
Sektor Primer Sragen Jawa Tengah
2016 2017 2016 2017
Tanaman Pangan 8,700,860 8,570,040 183,469,340 184,330,160
Padi 6,547,090 6,451,370 113,797,220 113,966,290
Jagung 1,582,110 1,659,780 35,592,220 35,775,070
Ubi Kayu 384,810 311,300 30,896,470 31,388,640
Kacang Tanah 91,990 91,990 894,310 912,340
Kedelai 92,260 51,200 1,063,610 1,055,530
Kacang Hijau 2,600 4,400 1,225,500 1,232,290
Sumber : BPS Kabupaten Sragen dalam angka 2018
Komoditas tanaman holtikultura yang paling banyak dibudidayakan oleh
petani di Kabupaten Sragen antara lain adalah cabe besar, tomat, kangkung, terong,
semangka dan pisang. Tanaman cabe besar, tomat, terong, dan pisang pada umumnya
dibudidayakan dilahan tegalan, sedangkan kangkung dan semangka biasanya
dibudidayakan dilahan sawah. Produksi komoditas tanaman holtikultura terbesar
pada tahun 2016 yaitu pisang sebesar 66,872 kuintal dan pada tahun 2017
mengalami penurunan menjadi 38,453 kuintal, sedangkan komoditas produksi
terkecil pada tahun 2016 adalah kangkung sebesar 167 kuintal dan tahun 2017
mengalami kenaikan menjadi 280 kuintal.
Tabel 5. Jumlah Produksi Sub Sektor Holtikultura Tahun 2016-2017
Sektor Primer Sragen Jawa Tengah
2016 2017 2016 2017
Holtikultura 111,220 80,969 9,351,318 9,983,746
Cabe besar 34,647 34,376 1,649,799 1,955,705
Tomat 280 263 615,859 717,717
Kangkung 167 280 279,227 300,965
Terong 1,996 1,529 289,814 312,029
Semangka 7,258 6,068 600,133 677,136
Pisang 66,872 38,453 5,916,486 6,020,194
Sumber : BPS Kabupaten Sragen dalam angka 2018
Komoditas yang dihasilkan sub sektor biofarmaka di Kabupaten Sragen
meliputi jahe, kencur, kunyit, lengkuas dan temu ireng. Menurut data BPS
Kabupaten Sragen dalam angka tahu 2018 produksi terbesar pada tahun 2016 yaitu
komoditas kencur sebesar 696 kuintal dan pada tahun 2017 mengalami kenaikan
menajdi 795 kuintal, sedangkan komoditas produksi terkecil pada tahun 2016 adalah
temu ireng sebesar 52 kuintal dan tahun pada tahun 2017 mengalami penurunan
menjadi 48 kuintal.
Page 15
11
Tabel 6. Jumlah Produksi Sub Sektor Biofarmaka Tahun 2016-2017
Sektor Primer Sragen Jawa Tengah
2016 2017 2016 2017
Biofarmaka 1,484 1,676 1,018,530 991,541
Jahe 265 349 484,218 453,529
Kencur 696 795 86,905 75,809
Kunyit 116 258 276,122 279,082
Lengkuas 355 227 145,943 157,688
Temu ireng 52 48 25,342 25,434
Sumber : BPS Kabupaten Sragen dalam angka 2018
Perkebunan di Kabupaten Sragen mencakup perkebunan rakyat dan
perkebunan besar dengan jenis tanaman yang beranekaragam. Tanaman perkebunan
yang banyak diusahakan di Kabupaten Sragen antara lain meliputi: kelapa dalam,
tembakau, kopi, tebu dan cengkeh. Cakupan usaha perkebunan mulai dari
pengolahan lahan, pembibitan, penanaman, pemeliharaan, dan pemanenan yang
menjadi satu kesatuan kegiatan. Menurut data yang didapat dari Kabupaten Sragen
dalam angka tahun 2018 hasil perkebunan terbanyak pada tahun 2016 adalah tebu
dengan produksi sebesar 37,551,720 kuintal dan pada tahun 2017 mengalami
penurunan menjadi 36,314,710 kuintal. Sedangkan untuk hasil perkebunan yang
terkecil pada tahun 2016 adalah kopi yang sebesar 4,720 kuintal dan mengalami
penurunan menjadi 3,455 kuintal pada tahun 2017.
Tabel 7. Jumlah Produksi Sub Sektor Perkebunan Tahun 2016-2017
Sektor Primer Sragen Jawa Tengah
2016 2017 2016 2017
Perkebunan 41,947,715 40,937,935 547,480,450 472,104,980
Kelapa dalam 4,309,700 4,486,270 186,958,810 176,575,820
Tembakau 24,160 66,420 27,923,540 25,569,622
Kopi 4,720 3,455 16,810,980 13,856,066
Tebu 37,551,720 36,314,710 309,512,740 250,698,450
Cengkeh 57,415 67,080 6,274,380 5,405,022
Sumber : BPS Kabupaten Sragen dalam angka 2018
Potensi perikanan di Kabupaten Sragen meliputi perikanan tangkap yang
berupa perairan umum dan perikanan budidaya yang berupa budidaya kolam ikan,
keramba, jaring apung dan sawah. Dimana menurut BPS Kabupaten Sragen dalam
angka tahun 2018 produksi terbesar pada tahun 2016 adalah perikanan budidaya
sebesar 32,684,450 kuintal dan mengalami kenaikan pada tahun 2017 menjadi
sebesar 35,826,579 kuintal. Sedangkan produksi terkecil adalah perikanan tangkap
pada tahun 2016 sebesar 2,017,100 kuintal dan mengalami penurunan pada tahun
2017 menjadi 1,986,950 kuintal.
Page 16
12
Tabel 8. Jumlah Produksi Sub Sektor Perikanan Tahun 2016-2017
Sektor primer
Sragen Jawa Tengah
2016 2017 2016 2017
PERIKANAN 34,701,550 37,813,529 462,365,664,380 512,122,716,200
Tangkap 2,017,100 1,986,950 18,624,380 21,807,200
Budidaya 32,684,450 35,826,579 462,347,040,000 512,100,909,000
Sumber : BPS Kabupaten Sragen dalam angka 2018
Konsep analisis metode DLQ ini dipakai untuk menentukan sektor unggulan
atau non unggulan berdasarkan kriteria laju pertumbuhan sektor tersebut. Rasio
antara laju pertumbuhan PDRB sektor terhadap laju pertumbuhan PDRB Kabupaten
Sragen dibandingkan dengan laju pertumbuhan sektor terhadap pertumbuhan PDRB
Provinsi Jawa Tengah. Secara umum indeks DLQ>1 merupakan indikator bahwa
sektor perekonomian tersebut merupakan sektor unggulan dimasa mendatang dari
sisi laju pertumbuhan, semakin tinggi indeks DLQ maka semakin unggul dan
prospektif sektor tersebut untuk dikembangkan lebih lanjut dalam upaya
meningkatkan perekonomian daerah Kabupaten Sragen dan memenuhi permintaan
pasar lokal, regional maupun internasional. Adapun hasil dari analisis metode
Dynamic Location Quotient (DLQ) terhadap sektor perekonomian di Kabupaten
Sragen dapat dilihat dalam grafik masing-masing sub sektor.
Berdasarkan Grafik 1 hasil perhitungan nilai DLQ tahun 2016-2017 dapat
dijelaskan bahwa di Kabupaten Sragen memiliki komoditas sub sektor tanaman
pangan yang teridentifikasi sebagai komoditas unggulan yang mempunyai nilai
DLQ>1 yaitu Kacang hijau dengan nilai DLQ sebesar 1,61, sehingga dapat dikatakan
bahwa komoditas tersebut merupakan komoditas unggulan yang artinya komoditas
tersebut dapat lebih berperan bagi perekonomian Kabupaten Sragen dari pada
Provinsi Jawa Tengah. Hal ini disebabkan oleh letaknya yang strategis, jenis tanah,
dan luas lahan yang cocok untuk dikembangkan. Adapun padi, jagung dan kacang
tanah memiliki nilai DLQ yang cukup tinggi namun secara metodologis belum dapat
dikategorikan sebagai produk unggulan dalam kurun waktu penelitian. Sedangkan
komoditas tanaman pangan terendah adalah kedelai dengan nilai DLQ sebesar 0,53,
hal ini diketahui karena sebagian besar petani kedelai mengalami kesulitan dalam
memperoleh bahan baku atau bibit sehingga produksi belum maksimal.
Page 17
13
Sumber : Hasil olahan data DLQ di Ms Excel
Grafik 2. Nilai Komoditas Sub Sektor Tanaman Pangan diKabupaten Sragen
berdasarkan nilai DLQ Tahun 2016-2017
Berdasarkan Grafik 3 menunjukkan nilai DLQ tahun 2016-2017 sub sektor
holtikultura yang terdiri dari enam komoditas, dimana enam komoditas tersebut
masing-masing teridentifikasi menjadi komoditas unggulan yang masing-masing
mempunyai nilai DLQ>1 yaitu cabe besar sebesar 1,76, tomat sebesar 1,69,
kangkung sebesar 3,27, terong sebesar 1,50, semangka sebesar 1.56 dan pisang 1.19,
komoditas kangkungmemiliki nilai DLQ terbesar diantara komoditas holtikultura
lainnya yakni sebesar 3,27, dan pisang memiliki nilai DLQ terendah sebesar 1.19
diantara komoditas holtikultura lainnya. Yang artinya enam komoditas tersebut tetap
berperan bagi perekonomian Kabupaten Sragen dari pada Provinsi Jawa Tengah.
Komoditas kangkung memiliki nilai DLQ paling tinggi diantara komoditas
sub sektor holtikultura, sedangkan komoditas pisang merupakan komoditas yang
mempunyai nilai DLQ paling rendah, walaupun tanaman pisang mempunyai nilai
DLQ paling rendah tetapi mempunyai nilai produksi paling tinggi di antara
komoditas sub sektor holtikultura, pisang banyak diproduksi di Kabupaten Sragen
karena tanaman pisang dapat tumbuh baik dijenis tanah apapun pada dataran rendah,
produksi pisang yang besar juga ditunjang oleh adanya 36 industri kecil keripik
pisang di Kabupaten Sragen.
Page 18
14
Sumber : Hasil olahan data DLQ di Ms Excel
Grafik 3..Nilai Komoditas Sub Sektor Holtikultura di Kabupaten Sragen berdasarkan
nilai DLQ Tahun 2016-2017
Berdasarkan Grafik 4 menunjukkan nilai DLQ tahun 2016-2017 sub sektor
biofarmaka yang terdiri dari jahe, kencur, kunyit, lengkuas, temu ireng. Dimana dari
lima komoditas tersebut tidak ada yang menjadi komoditas unggulan yang masing-
masing mempunyai nilai DLQ<1 yaitu jahe sebesar 0.57, kencur sebesar 0.53, kunyit
sebesar 0.89, lengkuas sebesar 0.24, temu ireng sebesar 0.37. Yang artinya lima
komoditas tersebut tidak berperan bagi perekonomian Kabupaten Sragen dari pada
Provinsi Jawa Tengah karena laju pertumbuhan sub sektor biofarmaka mengalami
perlambatan, hal tersebut yang mengakibatkan sub sektor biofarmaka kurang mampu
bersaing dengan wilayah lain di Jawa Tengah.
Dari lima komoditas tersebut walaupun semuanya tidak ada yang menjadi
komoditas unggulan, tetapi yang mempunyai nilai DLQ paling tinggi yaitu Kunyit,
komoditas kunyit diproduksi di empat Kecamatan yaitu Kecamatan Sumberlawang,
Tanon, Kalijambe dan Plupuh.
Page 19
15
Sumber : Hasil olahan data DLQ di Ms Excel
Grafik 4. Nilai Komoditas Sub Sektor Biofarmaka di Kabupaten Sragen berdasarkan
nilai DLQ Tahun 2016-2017
Berdasarkan Grafik 5 menunjukkan nilai DLQ tahun 2016-2017 sub sektor
perkebunan yang terdiri dari kelapa dalam, tembakau, kopi, tebu, cengkeh. Dimana
dari lima komoditas tersebut tidak ada yang menjadi komoditas unggulan yang
masing-masing mempunyai nilai DLQ<1 yaitu kelapa dalam sebesar 0.15, tembakau
sebesar 0.4, kopi sebesar 0.12, tebu sebesar 0.16, dan cengkeh sebesar 0.18. Yang
artinya lima komoditas tersebut tidak berperan bagi perekonomian Kabupaten Sragen
dari pada Provinsi Jawa Tengah.
Komoditas tembakau merupakan komoditas yang memiliki nilai DLQ paling
tinggi, dimana komoditas tembakau hanya di produksi di tiga Kecamatan yaitu
Kecamatan Sumberlawang, Mondokan, dan Sukodono. Kecamatan yang
memproduksi tembakau paling besar yaitu Kecamatan Sumberlawang yang jumlah
produksinya 449,90 Kw dan luas panen 46,00 Ha dengan rata-rata 8,62 Kw/Ha pada
tahun 2017. Sedangkan komoditas cengkeh merupakan komoditas yang memiliki
nilai DLQ paling rendah, komoditas cengkeh hanya di produksi di Kecamatan
Kedawung dan Sambirejo, Kecamatan Sambirejo memproduksi cengkeh lebih besar
dibandingkan dengan Kecamatan Kedawung, dimana Kecamatan Kedawung
memproduksi cengkeh sebesar 625,22 Kw, yang luas panennya 290,80 Ha, dengan
rata-rata produksi sebesar 2,15 Kw/Ha pada tahun 2017.
Meskipun komoditas tebu merupakan komoditas yang memiliki nilai DLQ
terendah nomor tiga setelah kopi dan kelapa dalam, tetapi komoditas tebu merupakan
komoditas yang mempunyai nilai produksi tertinggi dibandingkan komoditas lainnya
dari sub sektor perkebunan, produksi tebu di Kabupaten Sragen sangat tinggi karena
Page 20
16
ditunjang dengan keberadaan Pabrik Gula Mojo yang merupakan milik PT
Perkebunan Nusantara (PTPN Persero).
Kabupaten Sragen terdapat 7.000 Ha lahan tebu, namun pabrik gulo Mojo
hanya mengambil 4.500 Ha lahan tebu, karena tebu milik petani dilahan seluas 2.500
Ha dilarikan atau dijual ke pabrik gula-pabrik gula lain diantaranya Pabrik Gula
Tasikmadu dan Pabrik Gula Madukismo.
Sumber : Hasil olahan data DLQ di Ms Word.
Grafik 5. Nilai Komoditas Sub Sektor Perkebunan di Kabupaten berdasarkan nilai
DLQ Tahun 2016-2017
Perikanan budidaya di Kabupaten Sragen paling banyak diproduksi dari
Kecamatan Sumberlawang, terutama di Desa Ngargosari karena di Desa Ngargosari
sebagian besar penduduknya adalah bermata pencaharian sebagai nelayan,
pembudidaya ikan yang merupakan salah satu sumber utama pendapatan mereka, dan
Desa Ngargosari dapat dikatakan cukup berhasil dalam program peningkatan
perekonomian masyarakat dengan bukti adanya usaha budidaya ikan dalam
pemanfaatan keramba.
Pemasaran budidaya ikan air tawar di Kabupaten Sragen sebagian besar
untuk memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat dan industri pengolahan
pengolahan makanan di Kabupaten Sragen. Pada saat panen melimpah jenis ikan
patin dan gurame di ambil oleh pengepul dari Solo, Jogjakarta, Jakarta dan Bali.
Untuk pemasaran ikan lele dikirm ke wilayah Boyolali, Purwodadi, Wonosobo
sampai ke luar jawa Padang, Medan dan pontianak (Sidiq Permono Nugroho, dkk,
2017).
Page 21
17
Analisis Sistem Informasi Geografis (SIG) untuk mengetahui konsentrasi
spasial komoditas primer di Kabupaten Sragen tahun 2016-2017. Sektor-sektor
primer yang digunakan yaitu sektor pertanian yang berupa sub sektor tanaman
pangan yang meliputi padi, jagung, ubi kayu, kacang tanah, kedelai dan kacang hijau.
Sub sektor holtikultura yang meliputi cabe besar, tomat, kangkung, terong, semangka
dan pisang. Sub sektor biofarmaka yang meliputi jahe, kencur, kunyit, lengkuas dan
temu ireng. Sektor perkebunan yang meliputi kelapa dalam, tembakau, kopi, tebu dan
cengkeh. Sektor perikanan yang meliputi perikanan tangkap dan perikanan budidaya
Hasil analisis menunjukkan wilayah penghasil kacang hijau terkelompok
pada kecamatan Tanon yang terdiri dari 3 Kelurahan yaitu Bonagung, Suwatu dan
Gading, Tanon merupakan satu-satunya kecamatan yang mampu menghasilkan
komoditas kacang hijau, hal ini dikarenakan kontur tanah dan lokasi Tanon yang
dialiri oleh aliran dari waduk Ketro menjadikan wilayah ini cukup baik untuk
tanaman kacang hijau.
Hasil produksi kacang hijau sragen sebagian besar diolah menjadi produk
turunan berupa susu. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam penelitian wahyu
wulandari pada tahun 2012, hasil penelitian tersebut menjelaskan bahwa, Komoditas
kacang hijau sebagai pemasok di UMKM Brayat Manunggal yang bergerak di
bidang industri minuman olahan dari bahan baku nabati yang mencampurkan tiga
bahan yaitu bekatul, kedelai dan kacang hijau menjadi satu produk yang bernama
“Susu Kaleyo”, yang berlokasi di Desa Nglombo, Tenggak, Kecamatan Sidoharjo,
Kabupaten Sragen, yang dipasarkan ke setiap pasar-pasar tradisional dan toko-toko
klontong pasar tradisional yag menjadi target pemasaran adalah mencakup Provinsi
Jawa Tengah antara lain daerah Solo, Salatiga, Ungaran, Semarang, Bandungan,
Ambarawa, Tegal, Wonosobo dan Purwokerto dan Provinsi Yogyakarta, Susu kaleyo
dibanderol dengan kisaran harga Rp. 18.000 – Rp. 20.000 per kemasan 200 gram dan
Rp. 2.200 per sachetnya. Susu kaleyo terdiri dari dua varian rasa yaitu natural atau
tanpa gula dan manis.
Hasil analisis menunjukkan wilayah penghasil cabe besar terkelompok pada
Kecamatan Gemolong yang terdiri dari Kelurahan Kaloran dan Ngembat Padas,
Kecamatan Gondang terdapat di Kelurahan Bumiaji dan Srimulyo, Kecamatan
Kalijambe terdapat di Kelurahan Donoyudan dan Saren, Kecamatan Karangmalang
terdiri dari 5 kelurahan yaitu Guworejo, Jurangjero, Pelemgadung, Plosokerep, dan
Page 22
18
Saradan, Kecamatan Kedawung terdiri dari 9 Kelurahan yaitu Bendungan, Celep,
Jenggrik, Karangpelem, Kedawung, Mojodoyong, Mojokerto, Wonokerso dan
Wonorejo, Kecamatan Masaran terdapat di Kelurahan Karangmalang dan Pilang,
Kecamatan Miri hanya terdapat di Kelurahan Brojol.
Kecamatan Ngrampal terdiri dari 3 Kelurahan yaitu Bener, Gabus dan
Klandungan, Kecamatan Plupuh terdiri dari 9 Kelurahan yaitu Dari, Gentan Banaran,
Karanganyar, Karangwaru, Karungan, Ngrombo, Plupuh, Sambirejo, dan
Somomoroduk, Kecamatan Sambirejo terdiri dari 4 Kelurahan yaitu Blimbing,
Dawung, Jambeyan, dan Sambirejo, Kecamatan Sambungmacang terdiri dari 3
Kelurahan yaitu Banaran, Gringging dan Karanganyar, Kecamatan Sukodono terdiri
dari 5 Kelurahan yaitu Baleharjo, Bendo, Gebang, Jati Tengah dan Newung,
Kecamatan Sumberlawang terdiri dari 4 Kelurahan yaitu Capoko, Kacangan,
Mojopuro dan Cagak, Kecamatan Tanon terdiri dari 6 Kelurahan yaitu Gawan, Jono,
Karangtalun, Kecik, Padas, dan Pengkol, dimana hasil produksi sektor ini
ditunjukkan pada. Gambar 4.6. Kedawung merupakan Kecamatan Penghasil cabe
besar terbanyak, hal ini dikarenakan kontur tanah dan lokasinya yang dialiri oleh
adanya Waduk Bothok yang menjadikan wilayah ini cukup baik untuk ditanami cabe
besar.
Wilayah dengan hasil panen terbanyak kedua adalah Kecamatan Kalijambe
terdapat di Kelurahan Saren, Kecamatan Ngrampal terdapat pada Kelurahan Gabus
dan Klandungan, Kecamatan Plupuh terdapat pada Kelurahan Karanganyar,
Karangwaru, Karungan, Ngrombo, Sambirejo dan Samomoroduk, Kecamatan
Sumberlawang terdapat pada Kelurahan Capoko, Kacangan, Mojopuro, dan Pagak
yang mampu memproduksi cabe besar sebanyak 110-215 Kuintal dalam kurun
waktu.
Wilayah dengan hasil panen terbanyak ketiga adalah Kecamatan Gemolong
terdapat pada Kelurahan Ngembat Padas, Kecamatan Gondang terdapat di Kelurahan
Bumiaji dan Srimulyo, Kecamatan Kalijambe terdapat di Kelurahan Donoyudan dan
Wonorejo, Kecamatan Karangmalang terdapat di Kelurahan Guworejo, Kecamatan
Masaran terdapat di Kelurahan Karangmalang, Kecamatan Miri terdapat di
Kelurahan Brojol, Kecamatan Ngrampal terdapat di Kelurahan Bener, Kecamatan
Plupuh terdapat di Kelurahan Dari dan Plupuh, Kecamatan Sambungmacan terdapat
pada Kelurahan Banaran, Ngringging, Karanganyar, Kecamatan Tanon terdapat di
Page 23
19
Kelurahan Karangtalun yang mampu memproduksi sebanyak 47 sampai dengan 109
kuintal.
Wilayah dengan hasil panen terendah yaitu Kecamatan Gemolong terdapat di
Kelurahan Kaloran, Kecamatan Karangmalang terdapat pada Kelurahan Jurangjero,
Pelemgadung, Plosokerep dan Saradan, Kecamatan Masaran terdapat di Kelurahan
Pilang, Kecamatan Sambirejo terdapat pada Kelurahan Blimbing, Dawung,
Jambeyan, dan Sambirejo, Kecamatan Sukodono terdapat pada Kelurahan Baleharjo,
Bendo, Gebang, dan Jati Tengah yang hanya mampu memproduksi hasil panen
sebesar 1 sampai dengan 46 kuintal.
Salah satu pemasok cabe besar di Pasar Bunder Sragen adalah Bapak
Yuliatman yang berasal dari Sambirejo, Yuliatman biasa memasok aneka macam
cabai hingga 1,5 ton dalam sekali musim panen, harga cabe besar atau cabe merah
memiliki kisaran harga sekitar Rp. 32.000/Kg yang kemudian cabe besar tersebut
diperjual belikan di Pasar Bunder Sragen (Solopos.com, 23 Juni 2019).
Hasil analisis menunjukkan wilayah penghasil tomat terkelompok pada
Kecamatan Gemolong terdapat di Kelurahan Kaloran dan Ngembat Padas,
Kecamatan Sidoharjo terdapat di Kelurahan Pandak dan Sribet, dan Kecamatan
Tanon terdapat di Kelurahan Kecik, Tanon merupakan Kecamatan paling besar yang
memproduksi tomat, hal ini dikarenakan Tanon memiliki lahan basah dan lokasi
Tanon yang dialiri oleh adaya Waduk Ketro yang sehingga cocok untuk ditanami
tanaman tomat.
Hasil analisis menunjukkan wilayah penghasil kangkung terkelompok pada
Kecamatan Miri yang terdiri dari 3 Kelurahan yaitu Brojol, Doyong dan Gilrejo,
Kecamatan Mondokan yang terdiri dari 8 Kelurahan yaitu Gematar, Jambangan,
Jekani, Kedawung, Sono, Sumberejo, Tempelrejo, dan Trombol, Kecamatan
Sukodono yang terdiri dari 9 Kelurahan yaitu Baleharjo, Bendo, Gebang, Jati
Tengah, Juwok, Karanganom, Majenang, Newung dan Pantirejo. Dari ke tiga
Kecamatan tersebut komoditas kangkung paling banyak di produksi dari Kecamatan
Mondokan, hal ini dikarenakan Mondokan memiliki lahan yang bersifat basah
sehingga cocok untuk ditanami kangkung.
Hasil analisis menunjukkan wilayah penghasil terong terkelompok pada
Kecamatan Mondokan terdiri dari 4 Kelurahan yaitu Gematar, Jekani, Kedawung
dan Sumberejo, Kecamatan Sambungmacan terdiri dari 3 Kelurahan yaitu Banaran,
Page 24
20
Cemeng, dan Sambungmacan, Kecamatan Tangen terdiri dari 7 Kelurahan yaitu
Denanyar, Dukuh, Galah, Jekawal, Katelan, Ngrombo dan Sigit. Dari ke tiga
Kecamatan tersebut komoditas terong paling banyak diproduksi dari Kecamatan
Sambungmacan, hal ini karena Sambungmacan berada di dataran rendah dengan
tinggi 85 m tinggi daerah dari permukaan air laut, selain itu memiliki jenis tanah
berpasir atau lempung berpasir sehingga cocok untuk budidaya terong.
Hasil analisis menunjukkan wilayah penghasil semangka terkelompok pada
Kecamatan Plupuh yang terdiri dari 4 Kelurahan yaitu Gentan Banaran,
Karanganyar, Karangwaru dan Karungan, Kecamatan Sumberlawang terdapat di
Kelurahan Hadiluwih. Plupuh merupakan Kecamatan yang memiliki produksi
semangka terbanyak, hal ini dikarenakan Kecamatan Plupuh terdapat sawah tadah
hujan yang sangat cocok untuk ditanami semangka dan melon.
Hasil analisis menunjukkan wilayah penghasil pisang terkelompok pada
seluruh Kecamatan yang berada di Kabupaten Sragen, kecuali Kecamatan
Karangmalang, Sragen dan Sidoharjo. Jenar merupakan Kecamatan yang memiliki
produksi pisang terbesar dibandingkan dengan Kecamatan yang lain, hal ini
dikarenakan Kecamatan Jenar memiliki luas lahan yang besar dan luasnya
pekarangan rumah warga yang masih kosong.
Wilayah dengan hasil panen terendah terdapat di Kecamatan Gemolong yang
terdiri dari 14 Kelurahan yaitu Brangkal, Gemolong, Genengduwur, Jatibatur,
Jenalas, Kalangan, Kaloran, Kragilan, Kwangen, Nganti, Ngembat Padas, Peleman,
Purworejo dan Tega Dowo, Kecamatan Gesi terdiri dari 7 Kelurahan yaitu Blangu,
Gesi, Pilangsari, Poleng, Slendro, Srawung dan Tanggan, Kecamatan Gondang
terdiri dari 9 Kelurahan yaitu Bumiaji, Glonggong, Gondang, Kaliwedi, Plosorejo,
Srimulyo, Tegalrejo, Tunggul dan Wonotolo, Kecamatan Jenar terdapat di Kelurahan
Mlale, Kecamatan Kalijambe terdiri dari 14 Kelurahan yaitu Banaran, Bukuran, Jetis
Karangpung, Kalimacan, Karangjati, Keden, Krikilan, Ngebung, Samberembe,
Saren, Tegalombo, Trabayan dan Wonorejo.
Kecamatan Kedawung terdiri dari 10 Kelurahan yaitu Bendungan, Celep,
Jenggrik, Karangpelem, Kedawung, Mojodoyong, Mojokerto, Pengkok, Wonokerso
dan Wonorejo, Kecamatn Masaran yang terdiri dari 13 Kelurahan yaitu Dawungan,
Gebang, Jati, Jirapan, Karangmalang, Kliwonan, Krebet, Krikilan, Masaran, Pilang,
Pringanom, Sepat dan Sidodadi, Kecamatan Miri terdiri dari 9 Kelurahan yaitu
Page 25
21
Bagor, Brojol, Doyong, Geneng, Gilirejo, Girimargo, Jeruk, Soko dan Sunggingan,
Kecamatan Mondokan yang terdiri dari 8 Kelurahan yaitu Jambangan, Jekani,
Kedawung, Pare, Sono, Sumberejo, Tempelrejo dan Trombol, Kecamatan Ngrampal
yang terdiri dari 8 Kelurahan yaitu bandung, Bener, Gabus, Karangudi, Kebonromo,
Klandungan, Ngarum dan Pilangsari.
Kecamatan Plupuh terdiri dari 16 Kelurahan yaitu Cangkol, Dari, Gedongan,
Gentan Banaran, Jabung, Jembangan, Karanganyar, Karangwaru, Karungan,
Manyarejo, Ngrombo, Plupuh, Pungsari, Sambirejo, Sidokerto dan Somomoroduk,
Kecamatan Sambirejo terdiri dari 9 Kelurahan yaitu Blimbing, Dawung, Jambeyan,
Jetis, Kadipiro, Musuk, Sambi, Sambirejo dan Sukorejo, Kecamatan Sambung
Macan terdiri dari 9 Kelurahan yaitu Banaran, Banyuurip, Bedoro, Cemeng,
Ngringging, Karanganyar, Plumbon, Sambungmacan dan Toyogo, Kecamatan
Sukodono terdiri dari 9 Kelurahan yaitu Baleharjo, Bendo, Gebang, Jati Tengah,
Juwok, Karanganom, Majenang, Newung dan Pantirejo, Kecamatan Sumberlawang
terdiri dari 9 Kelurahan yaitu Capoko, Hadiluwih, Jati, Mojopuro, Ngandul,
Ngargosari, Pagak, Pendem dan Tlogotirto, Kecamatan Tangen terdiri dari 7
kelurahan yaitu Denanyar, Dukuh, Galah, Jekawal, Katelan, Ngrombo dan Sigit,
Kecamatan Tanon terdiri dari 16 Kelurahan yaitu Bonagung, Gabugan, Gading,
Gawan, Jono, Kalikobok, Karangasem, Karangtalun, Kecik, Ketro, Padas, Pengkol,
Sambiduwur, Slogo, Suwatu dan Tanon yang hanya mampu memproduksi sebesar 1
sampai dengan 642 kuintal.
Walaupun tanaman pisang mempunyai nilai DLQ paling rendah tetapi
mempunyai nilai produksi paling tinggi di antara komoditas sub sektor holtikultura.
Pisang merupakan komoditi buah-buahan andalan di Kabupaten Sragen, jenis pisang
yang dibudidayakan diwilayah Sragen adalah pisang kepok dan pisang raja, komoditi
pisang banyak diproduksi di Kabupaten Sragen karena tanaman pisang dapat tumbuh
baik dijenis tanah apapun pada dataran rendah, selain itu tanaman ini banyak ditanam
sebagai tanaman pekarangan rakyat. Perluasan areal tanam pada tegalan sebagai
alternatif dalam menambah luas panen komoditi pisang. Luas panen yang bertambah
dapat menyebabkan produksi komoditi pisang meningkat. Produksi pisang yang
besar juga ditunjang oleh adanya 36 industri kecil keripik pisang di Kabupaten
Sragen terutama Kecamatan Sumberlawang yang memiliki paling banyak UMKM
keripik pisang.
Page 26
22
3.3 Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian analisis sub sektor tanaman pangan menggunakan alat
analisis DLQ yang terdiri dari padi, jagung, kacang hijau, ubi kayu, kacang tanah dan
kedelai, dimana dari lima komoditas tersebut yang menjadi sektor unggulan di
Kabupaten Sragen hanyalah Komoditas Kacang hijau.
Berdasarkan hasil penelitian analisis sub sektor holtikultura menggunakan
alat analisis DLQ yang terdiri dari Cabe besar, tomat, kangkung, terong semangka
dan pisang dimana dari enam komoditas tersebut masing-masing menjadi komoditas
unggulan di Kabupaten Sragen.
Berdasarkan hasil penelitian analisis sub sektor biofarmaka menggunakan
alat analisis DLQ yang terdiri dari jahe, kencur, kunyit, lengkuas dan temu ireng.
Dimana dari lima komoditas tersebut tidak ada yag menjadi komoditas unggulan di
Kabupaten Sragen.
Berdasarkan hasil penelitian analisis sub sektor perkebunan menggunakan
alat analisis DLQ yang terdiri dari kelapa dalam, tembakau, cengkeh, kopi, dan tebu.
Dimana dari lima komoditas tersebut tidak ada yag menjadi komoditas unggulan di
Kabupaten Sragen.
Berdasarkan hasil penelitian analisis sub sektor perikanan menggunakan alat
analisis DLQ yang terdiri dari perikanan tangkap dan budidaya. Dimana yang
menjadi komoditas unggulan hanyalah komoditas perikanan budidaya.
4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat
ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1) Berdasarkan hasil analisis Dynamic Location Quotient (DLQ) komoditas primer
yang menjadi komoditas unggulan di Kabupaten Sragen adalah Sub sektor
tanaman pangan terdiri dari kacang hijau, Sub sektor Holtikultura terdiri dari
cabe besar, tomat, kangkung, terong, semangka dan pisang, Sub sektor Perikanan
terdiri dari perikanan budidaya.
2) Berdasarkan hasil analisis Sistem Informasi Geografis (SIG) komoditas primer
yang menjadi komoditas unggulan tersebar diwilayah antara lain yaitu:
Page 27
23
a) Sub sektor tanaman pangan komoditas kacang hijau tersebar di wilayah
Kecamatan Tanon yang terdiri dari Kelurahan Bonagung, Suwatu dan
Gading.
b) Sub sektor holtikultura komoditas cabe besar tersebar di wilayah Kecamatan
Kedawung, Tanon, Plupuh, Gemolong, Gondang, Kalijambe, Karangmalang,
Masaran, Miri, Ngrampal, , Sambungmacan, Sambirejo, Sumberlawang dan
Sukodono.
c) Sub sektor holtikultura komoditas tomat tersebar di wilayah Kecamatan
Gemolong, Sidoharjo dan Tanon.
d) Sub sektor holtikultura komoditas kangkung tersebar di wilayah Kecamatan
Miri, Mondokan, Sukodono,
e) Sub sektor holtikultura komoditas terong tersebar di wilayah Kecamatan
Mondoka, Sambungmacan dan Tangen.
f) Sub sektor holtikultura komoditas semangka tersebar di wilayah Kecamatan
Plupuh dan Sumberlawang.
g) Sub sektor holtikultura komoditas pisang tersebar di wilayah Kecamatan
Gemolong, Gesi, Gondang, Jenar, Kalijambe, Kedawung, Masaran, Miri,
Mondokan, Ngrampal, Plupuh, Sambirejo, Sambungmacan, Sukodono,
Sumberlawang, Tangen dan Tanon.
4.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan dan keterbatasan diatas peneliti memberikan beberapa saran
sebagai berikut:
1) Pemerintah daerah Kabupaten Sragen diharapkan dapat memberikan penyuluhan
dan pelatihan kepada petani untuk meningkatkan skillnya dalam hal pengelolaan
lahan dan cara-cara penggunaan alat teknologi guna mendapatkan hasil yang
optimal dari kegiatan bertani dengan efektif dan efisien.
2) Diharapkan kepada pemerintah daerah untuk memberikan modal kepada petani
guna membantu kegiatan para petani dalam pengolahan lahan mulai dari
pemberian bibit unggul dan pemberian pupuk.
3) Program kebijakan yang dibuat hendaknya tidak hanya memperhatikan komoditi
yang sudah unggul saja melainkan perlu memberi perhatian terhadap komoditi
yang masih non basis sehingga nilai produksinya dapat meningkat dan dapat
mencukupi kebutuhan, baik itu di dalam maupun di luar Kabupaten Sragen.
Page 28
24
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, S. 2000. Konservasi Tanah dan Air. UPT Produksi Media Informasi.
Lembaga Sumberdaya Informasi. Institut Pertanian Bogor, IPB Press, Bogor
BPS Kabupaten Sragen (2016). Sragen dalam Angka 2017.
BPS Kabupaten Sragen (2017). Sragen dalam Angka 2018.
BPS Kecamatan Gemolong (2017). Gemolong dalam Angka 2018.
BPS Kecamatan Gesi (2017). Gesi dalam Angka 2018.
BPS Kecamatan Gondang (2017). Gondang dalam Angka 2018.
BPS Kecamatan Jenar (2017). Jenar dalam Angka 2018.
BPS Kecamatan Kalijambe (2017). Kalijambe dalam Angka 2018.
BPS Kecamatan Karangmalang (2017). Karangmalang dalam Angka 2018.
BPS Kecamatan Kedawung (2017). Kedawung dalam Angka 2018.
BPS Kecamatan Masaran (2017). Masaran dalam Angka 2018.
BPS Kecamatan Miri (2017). Miri dalam Angka 2018.
BPS Kecamatan Mondokan (2017). Mondokan dalam Angka 2018.
BPS Kecamatan Ngrampal (2017). Ngrampal dalam Angka 2018.
BPS Kecamatan Plupuh (2017). Plupuh dalam Angka 2018.
BPS Kecamatan Sragen (2017). Sragen dalam Angka 2018.
BPS Kecamatan Sambirejo (2017). Sambirejo dalam Angka 2018.
BPS Kecamatan Sambungmacan (2017). Sambungmacan dalam Angka 2018.
BPS Kecamatan Sidoharjo (2017). Sidoharjo dalam Angka 2018.
BPS Kecamatan Sukodono (2017). Sukodono dalam Angka 2018.
BPS Kecamatan Sumberlawang (2017). Sumberlawang dalam Angka 2018.
BPS Kecamatan Tangen (2017). Tangen dalam Angka 2018.
BPS Kecamatan Tanon (2017). Tanon dalam Angka 2018.
BPS Provinsi Jawa Tengah (2016). Jawa Tengah dalam Angka 2017.
BPS Provinsi Jawa Tengah (2017). Jawa Tengah Dalam Angka 2018.
Tarigan, Robinson. 2005. Ekonomi Regional: Teori dan Aplikasi. Bumi Aksara:
Jakarta.
Tjiptoherijanto, Prijono. 1997. Migrasi, Urbanisasi dan Pasar Kerja di Indonesia.
Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.
Undang-Undang No.18 Tahun 2004 mengenai perkebunan serta Buku Konsep dan
Definisi Baku statistik pertanian (BPS).
Undang-Undang No.22 Tahun 1999 mengenai Pemerintah Daerah