(REVISI) ANALISIS SEBARAN IKAN DEMERSAL SEBAGAI BASIS PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR DI KABUPATEN KENDAL Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Ekonomi SDA dan Lingkungan Dosen Pengampu Drs. H. Edy Yusuf AG, MSc. Ph.D Kelompok 6: Sylvianingrum Firdauzi C2B008068 Teddy Adhadika C2B008069 Tezar Aldi C2B008070 Tresna Maulana C2B008071 Trulyn Aprita R. C2B008072 Vellina Tambunan C2B008073 Wahyu Hiskia C2B008074 Yopi Octavian C2B008075 Yudho Dito C2B008077
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
(REVISI)
ANALISIS SEBARAN IKAN DEMERSAL SEBAGAI BASIS PENGELOLAAN
SUMBERDAYA PESISIR DI KABUPATEN KENDAL
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Ekonomi SDA dan Lingkungan
Dosen Pengampu Drs. H. Edy Yusuf AG, MSc. Ph.D
Kelompok 6:
Sylvianingrum Firdauzi C2B008068
Teddy Adhadika C2B008069
Tezar Aldi C2B008070
Tresna Maulana C2B008071
Trulyn Aprita R. C2B008072
Vellina Tambunan C2B008073
Wahyu Hiskia C2B008074
Yopi Octavian C2B008075
Yudho Dito C2B008077
ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2010
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Eksploitasi sumber daya Ikan Demersal di Kabupaten Kendal cukup tinggi.
Terlihat pada data produksi yang pada tahun 1996 sebesar 725,6 ton sedangkan pada
tahun 2003 sebesar 293,78 ton. Keadaan ini dikhawatirkan telah terjadi lebih tangkap
terhadap sumber daya Ikan Demersal di perairan sekitar Kabupaten Kendal. Oleh karena itu,
diperlukan adanya pengelolaan agar potensi sumber daya Ikan Demersal di perairan sekitar
Kendal dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan.
Ikan Demersal merupakan Sumberdaya Ikan yang cukup penting di Laut Jawa.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Komisi Ilmiah Stock Assessment tahun
2001, Potensi Lestari Ikan Demersal di Indonesia diduga sebesar 1.370,10 juta ton/Tahun.
Dari potensi tersebut, sebesar 27% berada di Laut Jawa, yaitu 375,20 juta ton / Tahun.
Menurut Rijal dan B Sumiono 1989 : Laju tangkap Ikan Demersal di perairan utara
Semarang – Pekalongan mencapai 41% dibandingkan pada tahun 1978 di lokasi yang sama.
Akhir – akhir ini pemanfaatan Sumberdaya Ikan Demersal seperti halnya kegiatan
penangkapan ikan berkembang semakin pesat. Berdasarkan data dari salah satu alat tangkap
tradisional Cantrang yang didaratkan di TPI Tawang Weleri yang menurun dari tahun ke
tahun.
1.2 PERMASALAHAN
Seperti yang telah diuraikan pada latar belakang, maka penulis mengambil rumusan masalah
sebagai berikut :
1) Bagaimana menjaga kelangsungan sumber daya ikan demersal?
2) Apa yang harus dilakukan agar penggunaan penangkap ikan yang tidak selektif dapat
dikurangi atau dihentikan?
3) Bagaimana mencegah penurunan kualitas lingkungan dan pemanfaatan Sumberdaya
Ikan Demersal yang berlebihan?
4) Penyebaran ikan demersal yang belum dipahami!
1.3 MAKSUD DAN TUJUAN
1) Mencari tahu mengenai Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Demersal
di Perairan Kab. Kendal.
2) Mencoba membuat Peta Sebaran Ikan Demersal di Perairan Kabupaten Kendal.
3) Mencari tahu hal-hal apa saja yang telah dilakukan pemerintah guna mengurangi
penggunaan penangkap ikan yang kurang baik.
4) Mencari tahu hal-hal apa saja yang diperlukan untuk menjaga kualitas lingkungan yang
dibutuhkan ikan demersal.
1.4 PENGUMPULAN DATA
Pengumpulan data melalui data-data sekunder yang telah terdahulu yang membahas
mengenai masalah yang sama (jurnal-jurnal yang mendukung).
BAB II
LANDASAN TEORI
Adanya pendapat dari masyarakat yang mengatakan bahwa “Milik semua orang itu
berarti bukan milik siapa-siapa, dan berarti pula milik setiap orang”. Menyebabkan penggunaan
sumberdaya alam secara berlebihan, atau menghabiskan sumberdaya secara cepat. Dengan
perkataan lain pernyataan di atas menyebabkan terjadi tindakan deplisi yang berlebihan.
Ada dua syarat yang mencirikan sumberdaya milik umum yaitu:
1. Tidak terbatasnya cara-cara pengambilan, dan
2. Terdapat interaksi di antara para pemakai sumberdaya itu sehingga terjadi perebutan satu
sama lain dan terjadi eksternalitas dalam biaya yang bersifat disekonomis.
Analisis Komparatif Statik
Analisis ini merupakan analisis tentang terjadinya keseimbangan kompetitif dan
kesejahteraan social yang optimum tanpa memperhitungkan unsur waktu. Asumsi yang dipakai:
1. Perusahaan bebas masuk dan berkompetisi,
2. Masing-masing perusahaan mengharapkan keuntungan maksimum, dan
3. Perusahaan menghadapi produk yang sama.
Gambar 2.1
Penentuan Output Optimal untuk Sumberdaya Milik Umum
TC(x) adalah biaya total yang merupakan fungsi dari output. Pada saat TC(x) lebih besar
dari X* terjadi kenaikan tajam dalam biaya produksi yang disebabkan oleh adanya biaya
marginal yang meningkat karena menyusutnya persediaan dan tambahan biaya untuk mencari
sumberdaya alam yang baru serta eksternalitas biaya akibat berdesakan dengan perusahaan lain.
TWP(x) adalah kesediaan untuk membayar (Total Willingnes to Pay) yaitu harga
dikalikan produk output. Pada saat tingkat produksi lebih besar daripada X* terjadi kenaikan
kesediaan membayar yang semakin kecil dikarenakan berlebihnya produk.
TR1(x) adalah penerimaan total yaitu hasil kali antara harga dan jumlah produk yang
diterima oleh semua perusahaan.
Dari gambar 2.1 dapat dilihat bahwa X* merupakan tingkat produk social optimum di
mana biaya marginal sama dengan harga atau TC’(x) = TWP(x). Apabila sumberdaya alam
dimiliki secara “pribadi” maka keseimbangan kompetitif pada tingkat produk X*. Perusahaan
cenderung mempertahankan keadaan ini sebab pada tingkat produk lebih kecil daripada X* akan
diperoleh laba kecil dan pada tingkat produk lebih besar dari X* tidak diperoleh laba maksimal,
karena biaya marginal lebih besar daripada penerimaan marginal. Pada keadaan tersebut, ab
menunjukkan manfaat bersih bagi masyarakat, cb menunjukkan laba murni bagi produsen, dan
ac adalah surplus konsumen.
- Sehubungan dengan sifat sumberdaya alam milik umum, masing-masing perusahaan
ingin memperoleh laba sebesar-besarnya sehingga terjadi ekspansi produksi sampai
lebih besar daripada X*. Karena produksi meningkat maka harga turun dan
permintaan meningkat. Sehingga menggambarkan keadaan baru ditunjukkan TR2.
Selama TR > TC, ekspansi terus terjadi sampai tercapai tingkat TR = TC, yaitu pada
Xe sebagai tingkat keseimbangan kompetitif yang baru, di mana hanya diperoleh laba
normal. Pada tingkat ini:
a. Laba perusahaan sebesar nol (laba normal)
b. Surplus konsumen lebih besar
c. Manfaat bersih masyarakat lebih kecil.
- Keadaan tersebut merupakan pengelolaan sumberdaya alam dalam skala
internasional. Sekarang, pengelolaan dalam batas region dan secara grafis TWP(x)
sebenarnya adalah TR1(x). Dengan demikian ekspansi produksi dicapai pada tingkat
X3, tingkat di mana TR = TC. Keseimbangan kompetitif yang baru adalah tingkat
produksi X3.
Jadi sifat dari sumberdaya alam milik umum adalah cenderung pengelolaannya secara
deplisi di mana tingkat produksinya sebesar X3 > X*.
Pengelolaan Sumberdaya Ikan
Perikanan merupakan subsektor yang penting, yaitu sebagai sumber pendapatan dan
kesempatan kerja serta menarik perhatian dalm hal efisiensi dan distribusi. Masalah efisiensi
dikaitkan dengan jumlah ikan yang terus terancam punah dan masalah distribusi berkaitan
dengan siapa yang akan memperoleh manfaat.
Untuk meningkatkan pendapatan nelayan, perbaikan gizi rakyat dan peningkatan ekspor
faktor utama yang menentukan adalah “pengelolaan secara bertanggung jawab” artinya
pengelolaan harus dilakukan secara bijaksana dalam melestarikan persediaan sumberdaya ikan
sehingga dapat dinikmati secara optimal oleh generasi sekarang maupun oleh generasi yang akan
datang.
Akibat yang timbul dari penggalian sumber hayati perikanan tidak hanya menyangkut
aspek teknis biologis, tetapi juga aspek social, ekonomi, hukum, keamanan, dan ketertiban
masyarakat yang semuanya memerlukan pengendalian agar tercapai suatu keseimbangan dalam
pembangunan perikanan.
Selanjutnya dalam rangka mencapai tujuan pokok pembangunan perikanan, dilakukan
usaha sebagai berikut :
- Peningkatan produksi dan produktivitas.
- Peningkatan kesejahteraan nelayan melalui perbaikan pendapatan.