ANALISIS RISIKO USAHATANI KELAPA SAWIT DI DESA BATU MATORU, KECAMATAN LARIANG, KABUPATEN MAMUJU UTARA OLEH: SITTI HARDIYANTI M G 211 13 505 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2017
131
Embed
ANALISIS RISIKO USAHATANI KELAPA ... - digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
i
ANALISIS RISIKO USAHATANI KELAPA SAWIT DI DESA BATU MATORU, KECAMATAN LARIANG,
KABUPATEN MAMUJU UTARA
OLEH:
SITTI HARDIYANTI M
G 211 13 505
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
ii
ANALISIS RISIKO USAHATANI KELAPA SAWIT DI DESA BATU MATORU, KECAMATAN LARIANG,
KABUPATEN MAMUJU UTARA
OLEH:
SITTI HARDIYANTI M G 211 13 505
Skripsi ini Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Pertanian
Pada
Departemen Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian
Universitas Hasanuddin Makassar
2017
Disetujui oleh
Dr. Ir. Eymal B. Demmallino, M.Si. Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Saadah, M.Si. Dosen Pembimbing
Tanggal Pengesahan : November 2017
iii
iv
PANITIA UJIAN SARJANA DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Judul : ANALISIS RISIKO USAHATANI KELAPA SAWIT DI DESA BATU MATORU, KECAMATAN LARIANG, KABUPATEN MAMUJU UTARA
Nama : SITTI HARDIYANTI M
NIM : G 211 13 505
TIM PENGUJI
Dr. Ir. Eymal B. Demmallino, M.Si. Ketua Sidang
Dr. Ir. Saadah, M.Si. Anggota
Prof. Dr. Ir. Rahim Darma, M.S. Anggota
Dr. Ir. Mujahidin Fahmid, M.T.D. Anggota
Dr. Letty Fudjaja, S.P, M.Si. Anggota
Rusli M. Rukka, S.P, M.Si. Anggota
Tanggal Ujian : November 2017
v
RINGKASAN
Analisis Risiko Usahatani Kelapa Sawit di Desa Batu Matoru, Kecamatan Lariang, Kabupaten Mamuju Utara dibawah bimbingan
Eymal B. Demmallino dan Saadah
Kelapa sawit merupakan komoditas perkebunan unggulan dan utama Indonesia yang produk utamanya terdiri dari minyak sawit mentah (CPO). Perlunya analisis risiko dikarenakan petani sering dihadapkan pada masalah ketidakpastian terhadap besarnya keuntungan usahatani yang diperoleh. Hal tersebut disebabkan oleh terbatasnya penguasaan petani terhadap iklim dan harga pasar. Ketidakpastian ini menimbulkan adanya risiko produksi dan pendapatan sehingga akan mempengaruhi keuntungan yang diperoleh petani. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui besarnya risiko poduksi dan pendapatan serta upaya-upaya yang perlu dilakukan oleh petani dalam memitigasi risiko. Penelitian ini dilakukan di Desa Batu Matoru, Kecamatan Lariang, Kabupaten Mamuju Utara. Penetuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (Purposive Sampling). Waktu penelitian dilakukan mulai bulan Mei sampai dengan bulan Juli 2017. Penentuan sampel responden dilakukan dengan cara acak sederhana dengan total responden sebanyak 32 orang. Metode analisis data menggunakan analisis pendapatan, analisis koefisien variasi (CV), dan analisis deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan rata-rata pendapatan petani di Desa Batu Matoru sebesar Rp 23.866.632,-/Ha/Tahun. Risiko produksi diperoleh nilai Koefisien Variasi (CV) sebesar 0,0019 dan risiko pendapatan diperoleh nilai Koefisien Variasi (CV) sebesar 0,034 dapat diartikan usahatani kelapa sawit di Desa Batu Matoru memiliki risiko produksi dan risiko pendapatan yang rendah. Upaya yang perlu dilakukan petani dalam memitigasi risiko produksi yaitu mempersiapkan obat-obatan yang sesuai untuk mengatasi hama penyakit dan menyediakan stok cadangan pupuk. Memitigasi risiko pendapatan yaitu petani lebih memperhatikan jadwal panen, pengangkutan buah serta kualitas TBS agar dapat memperoleh hasil penjualan yang tinggi.
Kata Kunci: Pendapatan, Risiko, Memitigasi, Kelapa Sawit
vi
ABSTRACT
Risk Analysis Of Palm Farming In Batu Matoru Village, Lariang, North Mamuju Regency under the guidance of
Eymal B. Demmallino and Saadah
Palm is Indonesia's premier and prime plantation commodity which main product consists of crude palm oil (CPO). The need of the risk analysis is caused by the farmers that often faced the problem of the uncertainty farming profits. It is caused by the limitation of farmers control over the climate and the market price. This uncertainty causes the risk of production and income which will give influence on the farmers profits. The aims of this research is to know the risk of production and income and also to know the ways of farmers mitigating the risk. This research was conducted in Batu Matoru Village, Lariang, North Mamuju regency. The research location was chosen by using Purposive Sampling. The time of the research was on May to July 2017. Responden sample was chosen by using Simple Random Sampling with the total responden of 32 samples. The data analysis method was using income analysis, coefficient variation analysis (CV), and descriptive analysis. The result of this research showed the average of farmers income in Batu Matoru Village was 23.866.632,-/Ha/Year. Risk of production with coefficient variation (CV) of 0.034 it was found that palm farming in Batu Matoru Village was in low risk production and income. The way that can be used by the farmers to mitigate the risk production is to provide appropriate potions to overcome pests and provide fertilizer stock. Mitigating the risk of income is that the farmers should pay more attention to the harvest moon, fruit transport and also TBS quality in order to earn high sales. Keywords: Income, Risk, Mitigate, Palm
vii
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Sitti Hardiyanti Mulaputri Ma’mur, lahir di
Sungguminasa tepatnya pada tanggal 5 Agustus
1995, merupakan anak pertama dari tiga bersaudara
dari pasangan Ir. H. Ma’mur. AR dan Hj. Murliah,
SE.
Pendidikan formal yang dilalui penulis adalah
Taman Kanak-Kanak Hidayatullah pada tahun (2000-2001). SD Inpres
006 Motu pada tahun 2001-2007. Setelah itu melanjutkan ke Pondok
Pesantren Puteri Ummul Mukminin Makassar tingkat SMP hingga tingkat
SMA pada tahun 2007-2013. Pada tahun 2013, melalui jalur mandiri
(JNS/Jalur Non Subsidi) penulis berhasil diterima sebagai Mahasiswa
Jurusan (sekarang menjadi Departemen) Sosial Ekonomi Pertanian
Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin.
Selama menempuh pendidikan di Universitas Hasanuddin, penulis
aktif dalam kegiatan organisasi, yaitu sebagai Anggota
Badan Pengurus Harian (BPH) MISEKTA periode 2015/2016. Disamping
itu, penulis juga aktif dalam kegiatan kepanitiaan di kampus serta
kegiatan-kegiatan lainnya seperti seminar-seminar baik tingkat fakultas,
regional, nasional maupun internasional.
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil ‘Alamin. Puji syukur kepada Allah SWT
karena atas Rahmat dan Ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini. Sungguh Dia-lah yang telah menjadi penerang dalam segala kesulitan
dan Sang Pemilik Arsy’ yang telah menitipkan ilham serta memberi
limpahan kasih sayang yang tak dapat terlukiskan dengan kata-kata
sehingga penulis dapat merampungkan skripsi dengan judul “Analisis
Risiko Usahatani Kelapa Sawit di Desa Batu Matoru, Kecamatan
Lariang, Kabupaten Mamuju Utara”.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi
dan memperoleh gelar pada Program Sarjana Fakultas Pertanian,
Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Program Studi Agribisnis.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini memiliki banyak kekurangan
dan kelemahan. Oleh karena itu, penulis senantiasa menerima setiap
saran dan kritik yang membangun guna menyempurnakan skripsi ini.
Semoga skripsi ini berguna dan bermanfaat bagi penulis dan semua pihak
yang membutuhkan.
Makassar, November 2017
Penulis
ix
UCAPAN TERIMA KASIH
Alhamdulillahi Rabbil ’aalamiin, segala puji syukur penulis
hanturkan ke hadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, Tuhan bagi alam semesta, atas segala rahmat dan hidayah-
Nya yang telah dilimpahkan kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi. Tanpa rahmat dan hidayah-Nya, tak
mungkin penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Tak lupa pula shalawat
dan salam kepada Junjungan Kita Nabi besar Muhammad SAW yang
telah memberi tauladan bagi kita semua.
Melalui kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu semasa penulis
berjuang menyelesaikan pendidikan di kampus khususnya pada pihak
yang membantu untuk kelancaran penulisan skripsi ini. Ucapan terima
kasih setulus hati penulis sampaikan kepada:
1. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Ir. H. Ma’mur. AR dan Ibunda
Hj. Murliah SE. yang telah membesarkan penulis dengan kasih
sayang yang tak terhingga dan doa yang terus terpanjatkan untuk
keberhasilan penulis dalam meraih cita-cita. Adik-adik terkasih Nur
Fitriani Ma’mur dan Muhammad Akbar Aras yang selalu
menyemangati dan memberi dukungan untuk penulis. Kepada
keluarga besar penulis yang telah memberikan doa dan dukungan
baik moril maupun materil kepada penulis.
x
2. Bapak Dr. Ir. Eymal B. Demmallino, M.Si., selaku dosen
pembimbing I, terima kasih atas setiap waktu yang diberikan untuk
ilmu, motivasi, saran, teguran yang membangun, dan pemahaman
baru mengenai berbagai hal. Penulis secara pribadi memohon maaf
atas segala kekurangan serta kekhilafan jikalau sempat membuat
kecewa selama proses pembimbingan skripsi selama ini, semoga
doa dan dukungan Ibunda menjadi berkah untuk penulis
kedepannya, serta penulis ingin memohon maaf yang sebesar-
besarnya atas kesalahan dan tingkah laku yang penulis lakukan
selama ini baik sewaktu kuliah dan selama penyusunan skripsi ini.
3. Ibu Dr. Ir. Saadah, M.Si., sebagai Penasehat Akademik dan selaku
pembimbing II, terimakasih karena selalu mengingatkan serta
memotivasi penulis untuk meningkatkan dan mempertahankan
nilai-nilai mata kuliah, terima kasih atas setiap waktu yang diberikan
untuk ilmu, saran, teguran yang membangun, dan pemahaman
baru mengenai berbagai hal. Penulis secara pribadi memohon maaf
atas segala kekurangan serta kekhilafan jikalau sempat membuat
kecewa selama proses pembimbingan skripsi selama ini, semoga
doa dan dukungan Ibunda menjadi berkah untuk penulis
kedepannya, serta penulis ingin memohon maaf yang sebesar-
besarnya atas kesalahan dan tingkah laku yang penulis lakukan
selama ini baik sewaktu kuliah dan selama penyusunan skripsi ini
xi
4. Bapak Prof. Dr. Ir. Rahim Darma, M.S., Bapak Dr. Ir. Mujahidin
Fahmid, M.T.D., dan Ibu Dr. Letty Fudjaja, S.P, M.Si. selaku
dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran guna
penyempurnaan skripsi ini serta selalu memperhatikan
perkembangan skripsi. Penulis ingin memohon maaf yang sebesar-
besarnya atas kesalahan dan tingkah laku yang penulis lakukan
selama ini baik sewaktu kuliah dan selama penyusunan skripsi ini.
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara (Prihatiningtyas, 2015).
Pendidikan membuka wawasan petani dalam menerima informasi
dan teknologi dibidang pertanian mengingat semakin pesatnya
perkembangan teknologi yang diharapakan dapat berdampak baik bagi
53
peningkatan produksi, pendapatan dan akhirnya akan meningkatkan taraf
hidup petani. Adapun identitas petani responden ditinjau dari tingkat
pendidikan petani di Desa Batu Matoru dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Tingkat Pendidikan Petani Responden di Desa Batu Matoru, Kecamatan Lariang, Kabupaten Mamuju Utara, 2017.
No Pendidikan Jumlah (orang) Persentase
(%)
1 Tidak Sekolah - -
2 SD- Tidak Tamat 2 6
3 SD-Tamat 14 44
4 SMP-Tamat 8 25
5 SMA-Tamat 7 22
6 S1 1 3
Total 32 100
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2017.
Tabel 6 menunjukkan identitas petani responden berdasarkan
tingkat pendidikan di Desa Batu Matoru. Diketahui bahwa tingkat
pendidikan sebagian besar petani responden adalah pendidikan Sekolah
Dasar (SD/Sederajat) dengan jumlah 14 orang (43,75%). Adapun
pendidikan tertinggi yang ditempuh petani responden yaitu pendidikan
Strata 1 (S1) dengan jumlah 1 orang (3,1%).
Tingkat pendidikan petani dapat mempengaruhi pola pikir petani
dalam penerapan ide-ide baru yang didapat. Petani yang berpendidikan,
umumnya lebih mudah menerima inovasi dibanding dengan petani yang
tidak berpendidikan walaupun ini tidak mutlak terjadi pada setiap petani.
Hal ini sesuai dengan pendapat Awaluddin (2014), bahwa petani yang
berpendidikan, lebih cepat mengerti dan dapat memahami penggunaan
teknologi baru. Dengan demikian penerapan konsep dalam mengelola
54
usahataninya lebih baik dan dapat tercapai sesuai dengan yang
diharapkan. Selain itu penanggulangan masalah-masalah yang timbul
dalam usahatani lebih mudah dikendalikan.
5.1.3 Lama Berusahatani
Pengalaman berusahatani dapat menjadi acuan bagi petani dalam
menentukan keputusan usahataninya dengan belajar pada apa yang telah
dilakukan selama ini. Pengalaman juga dapat menjadi pemacu minat
petani dalam mengolah lahan pertaniannya karena dengan banyaknya
pengalamanan yang mereka miliki maka akan ada banyak cara yang
dapat mereka lakukan untuk meningkatkan produksi pertaniannya.
Adapun identitas petani responden di Desa Batu Matoru berdasarkan
pengalaman usahataninya dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Kisaran Rata-rata Lama Berusahatani Petani Responden di Desa Batu Matoru, Kecamatan Lariang, Kabupaten Mamuju Utara, 2017.
No Kisaran Lama Berusahatani
(tahun) Jumlah (orang) Persentase (%)
1. 18−21 9 28
2. 22−25 5 16
3. 26−30 18 56
Total 32 100
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2017.
Tabel 7 menunjukkan bahwa kisaran lama berusahatani petani
responden antara 18−21 tahun yaitu sebanyak 9 orang (28%), kisaran
lama berusahatani petani responden antara 22−25 tahun yaitu sebanyak 5
orang (16%) dan kisaran lama berusahatani petani responden antara
26−30 tahun yaitu sebanyak 18 orang (56%). Pengalaman berusahatani
55
yang dimiliki petani pada umumnya menandakan bahwa pengalaman dan
keterampilan yang dimiliki cukup matang. Dengan demikian, petani dalam
bertindak ia akan selalu berhati-hati mengingat banyaknya pengalaman
yang telah ia dapatkan, apabila itu berhubungan dengan usahataninya.
Hal ini sesuai dengan pendapat Krisnawati (2017) yang mengatakan
bahwa pengalaman berusaha oleh seorang petani akan berbeda sesuai
dengan situasi dan kondisi yang ada dengan lama petani yang telah
menekuni suatu usaha pengelolaan usahatani tentu akan banyak pula
pengalaman yang diperolehnya. Pengalaman dari apa yang dialami oleh
seseorang akan menjadi suatu kebiasaan bila hal tersebut sering
dilakukan. Lama berusaha dapat dianggap sebagai ukuran tingkat
pengalaman dengan pengelolaan usahataninya tersebut.
5.1.4 Jumlah Tanggungan Keluarga
Jumlah anggota keluarga sangat menentukan jumlah kebutuhan
keluarga. Semakin banyak anggota keluarga berarti semakin banyak pula
jumlah kebutuhan keluarga yang harus dipenuhi. Begitu pula sebaliknya,
semakin sedikit anggota keluarga berarti semakin sedikit pula kebutuhan
yang harus dipenuhi keluarga sehingga dalam keluarga yang jumlah
anggotanya banyak akan diikuti oleh banyaknya kebutuhan yang harus
dipenuhi. Semakin besar ukuran rumah tangga berarti semakin banyak
anggota rumahtangga yang pada akhirnya akan semakin berat beban
56
rumahtangga untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Adapun
identitas petani responden berdasarkan jumlah tanggungan keluarga di
Desa Batu Matoru dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Kisaran Rata-rata Jumlah Tanggungan Keluarga Petani Responden di Desa Batu Matoru, Kecamatan Lariang, Kabupaten Mamuju Utara, 2017.
No Kisaran Jumlah
Tanggungan Keluarga (orang)
Jumlah (orang) Persentase
(%)
1. 1−4 15 47
2. 5−8 17 53
Total 32 100
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2017.
Tabel 8 menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga dari
petani responden berkisar 1-8 orang. Jumlah tanggungan keluarga petani
responden yang berkisar antara 1−4 orang yaitu sebanyak 15 orang
petani dengan persentase 47% dan tanggungan keluarga petani
responden yang berkisar antara 5−8 orang yaitu sebanyak 17 orang
petani dengan persentase 53%. Besar kecilnya jumlah tanggungan
keluarga akan menentukan perilaku petani dalam usahataninya.
Banyaknya jumlah tanggungan keluarga yang dimiliki dapat menjadi
motivasi bagi petani untuk bekerja agar dapat memenuhi kebutuhan
keluarganya dengan baik. Dilain pihak banyaknya jumlah tanggungan
keluarga juga dapat menjadi alasan bagi wanita untuk turut serta bekerja
dan memperoleh penghasilan.
57
5.1.5 Luas Lahan
Pada dasarnya luas lahan yang dikelola oleh petani responden
sangat berpengaruh terhadap kegiatan usahataninya baik terhadap jenis
komoditi maupun pada pola usahatani itu sendiri. Lahan garapan
merupakan modal petani dalam berusahatani mengingat besar kecil
pendapatan petani dipengaruhi oleh luas lahan garapannya. Pemanfaatan
sumber daya lahan untuk pertanian harus dilakukan dengan
memperhatikan karakteristik lahan, sehingga manfaat sumber daya lahan
tersebut dapat dilestrikan. Adapun identitas petani responden berdasarkan
luas lahannya di Desa Batu Matoru dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Rata-rata Luas Lahan Petani Responden di Desa Batu Matoru, Kecamatan Lariang, Kabupaten Mamuju Utara, 2017.
No Luas Lahan (Ha) Jumlah (orang) Persentase (%)
1 1−2 25 78
2 > 2 7 22
Total 32 100
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2017.
Tabel 9 menunjukkan bahwa luas lahan yang dimiliki petani
responden berkisar 1−2 Ha sebanyak 25 orang (78%) dan luas lahan
yang dimiliki petani responden berkisar lebih dari 2 Ha (> 2) sebanyak 7
orang (22%). Luas lahan rata-rata petani menunjukkan bahwa tingkat
penguasaan lahan petani di Desa Batu Matoru masih tergolong rendah.
Hal ini sejalan dengan pendapat Kasim (2006) yang mengemukakan
bahwa penguasaan lahan merupakan faktor yang turut menentukan
tingkat pendapatan maupun kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu,
58
besar atau kecilnya penguasaan lahan sangat menentukan besarnya
pendapatan rumah tangga dan kemungkinan suatu rumah tangga berada
dalam kemiskinan walaupun lahan tersebut pada umumnya diolah sendiri
oleh buruh tani.
5.2 Analisis Pendapatan Petani
Usahatani adalah kegiatan manusia dalam mengusahakan
sumberdaya alam dengan tujuan memperoleh produksi sebesar-besarnya,
dan akhirnya dapat meningkatkan pendapatan petani. Pendapatan
usahatani diperoleh dari selisih antara penerimaan yang diperoleh dengan
biaya yang dikeluarkan. Penerimaan dapat berasal dari penjualan hasil
tanaman yang telah diusahakan sedangkan biaya yang dimaksud adalah
segala pengeluaran yang dilakukan dalam sekali proses produksi meliputi
biaya sarana produksi, upah tenaga kerja, pajak lahan dan nilai
penyusutan alat.
1. Pemupukan
Petani responden di Desa Batu Matoru pada umumnya melakukan
pemupukan dengan menggunakan pupuk majemuk yaitu KCl dan NPK
Phonska. Pemupukan biasanya dilakukan sebanyak 2 kali oleh petani
yaitu pada awal dan akhir musim hujan, selanjutnya pemupukan dilakukan
dengan cara sistem tabur dengan jarak 1-3 meter dari batang pohon
tanaman kelapa sawit. Untuk pemupukan sendiri petani hanya
mengandalkan tenaga kerja dalam keluarga karena pengerjaannya yang
59
tidak terlalu berat dan tidak memerlukan banyak tenaga kerja. Adapun
rata-rata biaya pemupukan yang dikeluarkan petani sebesar
Rp 50.531,-/Ha.
2. Penyemprotan
Herbisida merupakan pengendalian gulma dengan menggunakan
senyawa kimia tanpa mengganggu tanaman pokok. Herbisida yang
digunakan oleh rata-rata petani kelapa sawit di Desa Batu Matoru
diantaranya adalah prima-up sebanyak 3 liter/ha dan penggunaan
gramoxone sebanyak 3 liter/ha. Cara kerja herbisida ini membutuhkan
waktu 1-2 hari untuk membunuh tanaman pengganggu tanaman budidaya
(gulma) karena tidak langsung mematikan jaringan tanaman yang terkena,
namun bekerja dengan cara menganggu proses fisiologi jaringan tersebut
lalu dialirkan ke dalam jaringan tanaman gulma dan mematikan jaringan
sasarannya seperti daun, titik tumbuh, tunas sampai ke perakarannya.
Penyemprotan dilakukan dengan menggunakan alat pompa semprot dan
nilai penyusutan alatnya sebesar Rp 8.594,-.
3. Pembersihan Lahan
Pembersihan lahan meliputi pembersihan setelah melakukan
penyemprotan dan pembersihan setelah panen. Adapun rata-rata biaya
pembersihan lahan yang dikeluarkan petani sebesar Rp 1.200.000,-/Ha.
Pemberihan upah kepada tenaga kerja dilakukan di awal bulan.
Pembersihan lahan dilakukan dengan menggunakan parang dan nilai
penyusutan alatnya sebesar Rp 8.191,-.
60
4. Panen dan Pascapanen
Panen biasanya dilakukan pada umur tanaman di atas 3 tahun.
Sebagian besar petani di Desa Batu Matoru melakukan pemanenan
dengan pemangkasan pelepah menggunakan dodos untuk memudahkan
memanen buah kelapa sawit. Proses pemetikan buah kelapa sawit
menggunakan eggrek. Untuk proses pemanenan ini sebagian besar
petani menggunakan tenaga kerja luar keluarga mengingat pengerjaannya
yang cukup berat dan memerlukan waktu yang cukup lama sehingga
dibutuhkan tambahan tenaga kerja agar dapat terselesaikan dengan baik
dan cepat. Rata-rata biaya tenaga kerja untuk panen sebesar
Rp 2.704.969,- /Ha. Pemberian upah panen dihitung berdasarkan jumlah
tandan buah segar (TBS) kelapa sawit sebesar Rp 100,-/tandan. Panen
dilakukan dengan menggunakan dodos dan eggrek. Nilai penyusutan
alat dodos sebesar Rp 7.109,- dan nilai penyusutan alat eggrek
sebesar Rp 7.172,-.
Pasca panen petani di Desa Batu Matoru yaitu pengangkutan TBS
ke pabrik kelapa sawit yang berada di wilayah perusahaan (PT. Unggul
Teknologi Lestari). Pasca panen dilakukan dengan menggunakan gerobak
untuk mengangkut buah ke pinggir jalan/tempat pengumpulan hasil (TPH).
Nilai penyusutan alat gerobak sebesar Rp 10.133,-. Pengangkutan TBS
ke pabrik menggunakan truk besar. Rata-rata biaya tenaga kerja untuk
61
pascapanen sebesar Rp 3.065.631,- /Ha. Pemberian upah pascapanen
dihitung berdasarkan berat jumlah tandan buah segar (TBS) kelapa sawit
sebesar Rp 1.500,-/Kg.
Adapun analisis pendapatan petani kelapa sawit dalam satu tahun
terakhir di Desa Batu Matoru dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Analisis Pendapatan Petani Kelapa Sawit Selama Satu Tahun di Desa Batu Matoru, Kecamatan Lariang, Kabupaten Mamuju Utara, 2017.
No Uraian Jumlah Fisik
(Rata-rata/Ha/Tahun)
Harga Satuan (Rp)
Nilai (Rp/Ha/Tahun)
1 Produksi (Kg) 30.656 1.079 33.072.170
2 Biaya Variabel
Pupuk (Kg)
- KCl 126 6.600 833.766
- NPK Phonska 126 5.000 631.641
Total Biaya Pupuk 1.465.406
Herbisida (liter)
- Prima Up 3 72.000 216.000
- Gramoxone 3 55.000 165.000
Total Biaya Herbisida 381.000
Upah Tenaga Kerja
a. Pemupukan (Kg) 252 200 50.531
b. Penyemprotan
(tangki) 60 5.000 300.000
c. Pembersihan Lahan 1.200.000 1.200.000
d. Panen (tandan) 1.803 1.500 2.704.969
e. Pengangkutan (Kg) 30.656 100 3.065.631
Total Biaya Upah TK 7.321.131
Total Biaya Variabel 9.159.522
3 Biaya Tetap
a. Pajak Lahan 25.000 25.000 25.000
b. NPA 21.016
Total Biaya Tetap 46.016
4 Total Biaya (2+3) 9.205.538
5 Pendapatan (1-4) 23.866.632
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2017.
62
Tabel 10 menunjukkan bahwa rata-rata produksi petani responden
sebesar 30.656 Kg/Ha/Tahun dengan rata-rata harga satuan
Rp 1.079,-/Kg/Tahun, sedangkan penerimaan yang diperoleh rata-rata
sebesar Rp 33.072.170,-/Ha/Tahun. Biaya variabel yang dikeluarkan
sebesar Rp 9.159.522,-/Ha/Tahun terdiri dari biaya pupuk sebesar
Rp 1.465.406,-/Ha/Tahun, biaya pupuk terdiri dari KCl sebesar
Rp 833.766,-/Ha/Tahun, NPK phonska sebesar Rp 631.641,-/Ha, dan
biaya herbisida yang terdiri dari herbisida jenis prima-up sebesar
Rp 216.000,-/Ha/Tahun dan jenis pestisida gramoxone sebesar
Rp 165.000,-/Ha. Biaya tenaga kerja yang dikeluarkan sebesar
Rp 7.321.131,-/Ha/Tahun yang terdiri dari biaya tenaga kerja pemupukan
sebesar Rp 50.531,-/Ha, tenaga kerja penyemprotan sebesar
Rp 300.000,-/Ha, tenaga kerja pembersihan lahan sebesar
Rp 1.200.000,-/Ha/Tahun, tenaga kerja proses panen sebesar
Rp 2.704.969,-/Ha/Tahun serta biaya tenaga kerja pengangkutan sebesar
Rp 3.065.631,-/Ha/Tahun. Biaya tetap yang dikeluarkan petani responden
sebesar Rp 46.016,-/Ha/Tahun terdiri dari nilai penyusutan alat sebesar
Rp 21.016,-/Ha/Tahun dan pajak lahan sebesar Rp 25.000,-/Ha/Tahun.
Jadi, total biaya yang dikeluarkan petani responden sebesar
Rp 9.205.538,-/Ha/Tahun dan total pendapatan yang diperoleh sebesar
Rp 23.866.632,-/Ha/Tahun.
63
5.3 Risiko-risiko Yang Dihadapi Petani di Desa Batu Matoru
Usahatani kelapa sawit di Desa Batu Matoru, Kecamatan Lariang,
Kabupaten Mamuju Utara memiliki berbagai risiko yang menjadi
tantangan bagi petani kelapa sawit. Mulai dari cuaca yang tidak menentu,
proses produksi hingga pemasaran. Risiko-risiko yang paling berdampak
terhadap produksi dan pendapatan petani yaitu faktor alam. Sementara
itu, risiko lain yang sering dihadapi petani yaitu penyediaan pupuk
bersubsidi, hama dan penyakit dan harga jual TBS yang naik turun
sesuai dengan tingkat harga penjualan CPO (minyak sawit mentah).
Namun, menurut petani di Desa Batu Matoru pengusahaan usahatani
kelapa sawit cukup menguntungkan dilihat dari perbandingan biaya-biaya
yang dikeluarkan dengan peningkatan hasil produksi kelapa sawit
sehingga petani mampu mengambil keputusan dalam mengahadapi
risiko-risiko dalam berusahatani.
Dalam kegiatan usahatani, petani memiliki masalah-masalah
seperti modal, ketersediaan pupuk, proses produksi dan pemasaran
(pernyataan petani dapat dilihat pada lampiran 4). Risiko yang dialami
terdiri dari awal peminjaman modal yaitu petani merasa sulit memenuhi
persyaratan pada peminjaman modal di bank, pembelian pupuk kadang
terhambat dikarenakan kurangnya penyedia pasar yang menjual pupuk,
proses pemupukan terkadang tenaga kerja tidak sesuai dengan waktu
yang semestinya sehingga menyebabkan pada hasil produksi saat panen,
pemeliharaan pada tanaman kelapa sawit masih kurang sehingga petani
64
tidak melakukan tindakan cepat saat tanaman mengalami gejala penyakit,
proses panen terkadang tenaga kerja tidak memperhatikan kematangan
buah serta petani merasa peralatan saat panen kurang sehingga
menghabiskan waktu yang lama pada proses panen. Untuk proses
pemasaran ke industri pabrik kelapa sawit, petani berisiko pada saat antri
panjang dengan mobil pengangkutan lain.
Menurut Kartikaningsih (2009), sumber daya peralatan dalam
pertanian merupakan penunjang dari berjalannya usahatani.
Pengembangan sumber daya peralatan ini dimaksudkan untuk
meningkatkan produktivitas serta meningkatkan mutu dan nilai tambah
hasil. Misalnya saja petani melakukan pekerjaannya pengolahan tanah
dengan mesin traktor yang dapat bekerja secara cepat dan menggunakan
tenaga manusia semakin sedikit. Fungsi peralatan tersebut sangat
membantu dalam proses pertanian, seperti traktor untuk membajak
sawah maupun alat-alat yang lainnya yang digunakan petani dalam
melakukan usahataninya.
Berdasarkan hasil wawancara pada petani di Desa Batu Matoru,
risiko yang terjadi dikarenakan kurangnya pupuk bersubsidi, pemilihan
herbisida yang kurang tepat serta peralatan yang masih minim. Kurangnya
pupuk bersubsidi yang diterima petani mengakibatkan adanya
pengeluaran biaya tambahan untuk membeli pupuk non subsidi di tempat
lain yang letaknya di Ibukota kecamatan yaitu Kecamatan Lariang dengan
jarak 8 km atau ditempuh dalam waktu ±40 menit. Untuk penggunaan
65
herbisida yang kurang tepat, mampu mengakibatkan kerusakan pada fisik
tanaman sehingga menghambat berproduksi. Peralatan yang dimiliki
petani masih minim karena jumlah rata-rata peralatannya yaitu gerobak
sebanyak 1 unit, pompa semprot sebanyak 2 unit, parang sebanyak 2 unit,
cangkul sebanyak 1 unit, eggrek sebanyak 2 unit dan dodos sebanyak 1
unit. Hal ini sesuai dengan pernyataan petani di Desa Batu Matoru yang
mengatakan bahwa:
“subsidi pupuk biasa lambat masuk, jadi beli pupuk ditempat lain. Dan kalo
beli di toko tani jelas selisih harganya” (01 Juli 2017, Bapak “AL”, 43
tahun)
“peralatan masih mau ditambah seperti alat panen dodos atau eggrek” (03
Juli 2017, Ibu “ATD”, 50 tahun)
Petani di Desa Batu Matoru mengalami risiko yang terjadi
dikarenakan faktor cuaca yang tidak menentu terkadang menyebabkan
rusaknya jalan utama menuju tempat penjualan buah (pabrik kelapa
sawit), produksi buah yang sedikit, tenaga kerja terkadang melakukan
kesalahan dalam proses produksi dan terserang hama tanaman. Sumber
risiko yang sering terjadi dan memberikan dampak kerugian yaitu faktor
cuaca dan hama penyakit tanaman. Hal ini sesuai dengan pernyataan
petani di Desa Batu Matoru yang mengatakan bahwa:
“biaya angkut TBS kadang bervariasi karena jalan rusak” (01 Juli
2017, Ibu “SM”, 44 tahun)
66
“pernah karena terserang hama rayap, mati pohonnya sama sekali tdk
berbuah” (05 Juli 2017, Bapak “Tu”, 50 tahun)
Petani di Desa Batu Matoru, selain mengalami risiko pada proses
produksi juga mengalami risiko yang terjadi dikarenakan proses
pemasaran buah ke perusahaan masih melalui antrian panjang, harga
TBS naik turun, harga TBS bisa mengalami penurunan harga jika kondisi
buah tidak sesuai standar mutu perusahaan serta biaya ongkos
pengangkutan yang mahal saat terjadi bencana alam. Harga TBS yang
berlaku dipetani merupakan harga yang sudah ditentukan oleh
stakeholder yang terkait. Hal ini didukung oleh pendapat Aprilia (2016)
yang mengatakan bahwa penetapan harga TBS dibuat sesuai dengan
ketentuan di dalam SK Menteri Kehutanan dan Perkebunan No. 627
Tahun 1998. Harga TBS ditentukan oleh tim yang terdiri dari dinas
perkebunan, wakil perusahaan inti, dan wakil petani plasma. Adapun
pernyataan petani terkait hal ini yaitu:
“harga jual TBS naik turun krn dipengaruhi harga jual CPO (minyak sawit
mentah)” (02 Juli 2017, Bapak “AP”, 52 tahun)
Berdasarkan hasil wawancara pada petani di Desa Batu Matoru,
risiko juga terjadi dikarenakan tempat peminjaman modal memiliki bunga
tinggi yaitu pinjaman senilai Rp 50 juta memperoleh bunga bank sebesar
1,6% untuk angsuran selama 3 tahun. Satu-satunya lembaga peminjaman
modal yang bekerjasama dengan pemerintah yaitu Bank Perkreditan
67
Rakyat yang terletak di Kecamatan Baras. Hal ini sesuai dengan
pernyataan petani yang mengatakan bahwa:
“susah dapat pinjaman modal, terlalu banyak persyaratannya” (04 Juli
2017, Ibu “NFi”, 39 tahun)
“pinjam modal di BPR bunganya terlalu tinggi” (04 Juli 2017, Ibu “Ra”, 51
tahun)
5.3.1 Analisis Risiko Produksi
Risiko usahatani kelapa sawit di Desa Batu Matoru terdiri dari risiko
produksi dan risiko pendapatan. Risiko ini dianalisis dengan koefisien
variansi. Nilai koefisien variasi yang kecil menunjukkan variabilitas nilai
rata-rata distribusi tersebut rendah. Hal ini menggambarkan risiko yang
dihadapi kecil. Adapun analisis risiko produksi kelapa sawit di Desa Batu
Matoru, dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Analisis Risiko Produksi
No. Uraian Kelapa Sawit
(Ha/Bulan)
1 Rata-rata Produksi (Kg) 2.555
2 Standar Deviasi (Kg) 4,89236
3 Koefisien Variasi (CV) 0,0019
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2017.
Tabel 11 menunjukkan bahwa rata-rata produksi petani kelapa
sawit di Desa Batu Matoru sebesar 2.555 Kg/Ha/Bulan. Dari perhitungan
produksi tersebut, maka dapat diketahui besarnya standar deviasi kelapa
sawit sebesar 4,89236 Kg/Ha/Bulan. Koefisien variasi yang diperoleh
berdasarkan perhitungan dengan membandingkan rata-rata produksi
dengan standar deviasi sebesar 0,0019. Nilai koefisien variasi kurang dari
68
0,5 (0,0019<0,5). Menurut Hernanto (1993) Hal ini menunjukkan bahwa
apabila CV > 0,5 maka risiko produksi usahatani yang ditanggung petani
semakin besar, sedangkan nilai CV ≤ 0,5 maka petani akan selalu untung
atau impas.
Hasil analisis menunjukkan bahwa risiko produksi petani kelapa
sawit di Desa Batu Matoru tergolong risiko rendah. Menurut petani, risiko-
risiko yang hadapi seperti kurangnya pupuk bersubsidi masih dapat
dikendalikan. Hal ini sesuai dengan pendapat salah satu petani yang
mengatakan bahwa:
“subsidi pupuk biasa lambat masuk, jadi beli pupuk ditempat lain” (01 Juli
2017, Bapak AL, 43 tahun)
5.3.2 Analisis Risiko Pendapatan
Risiko pendapatan dianalisis dengan koefisien variansi. Nilai
koefisien variasi yang kecil menunjukkan variabilitas nilai rata-rata
distribusi tersebut rendah. Hal ini menggambarkan risiko yang dihadapi
kecil. Adapun analisis risiko pendapatan petani kelapa sawit di Desa Batu
Matoru, dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Analisis Risiko Pendapatan
No. Uraian Kelapa Sawit
(Ha/Bulan)
1 Rata-rata Pendapatan (Rp) 1.988.886
2 Standar Deviasi (Rp) 68.678,81365
3 Koefisien Variasi (CV) 0,034
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2017.
69
Tabel 12 menunjukkan bahwa rata-rata pendapatan petani kelapa
sawit di Desa Batu Matoru sebesar Rp 1.988.886,-/Ha/Bulan. Dari
perhitungan analisis pendapatan tersebut, maka dapat diketahui besarnya
standar deviasi kelapa sawit sebesar 68.678,81365,-/Ha/ Bulan. Koefisien
variasi yang diperoleh berdasarkan perhitungan dengan membandingkan
rata-rata pendapatan dengan standar deviasi sebesar 0,034. Nilai
koefisien variasi kurang dari 0,5 (0,025<0,5). Menurut Hernanto (1993)
Hal ini menunjukkan bahwa apabila CV > 0,5 maka risiko produksi
usahatani yang ditanggung petani semakin besar, sedangkan nilai
CV ≤ 0,5 maka petani akan selalu untung atau impas.
Hasil analisis menunjukkan bahwa risiko pendapatan petani kelapa
sawit di Desa Batu Matoru tergolong risiko rendah. Menurut petani, risiko-
risiko yang hadapi seperti biaya tenaga kerja yang dapat berubah-ubah
dan penjualan TBS ke pabrik masih dapat dikendalikan dengan tetap
memperhatikan biaya pengeluaran usahatani dan meningkatkan
produktivitas. Hal ini sesuai dengan pendapat salah satu petani yang
mengatakan bahwa:
“mahal ongkos angkut TBSnya krn agak jauh ke pabrik” (04 Juli 2017,
Bapak MK, 53 tahun)
“kalo lambat masuk buah ke pabrik perusahaan, lambat juga
penerimaannya” (05 Juli 2017, Bapak L, 51 tahun)
70
Menurut Fauziyah (2011) struktur pendapatan yang dimiliki oleh
petani akan mempengaruhi perilaku petani dalam menghadapi risiko. Jika
pendapatan yang dimiliki oleh petani cukup besar maka mereka dapat
melakukan berbagai strategi untuk mengurangi risiko yang hadapi begitu
juga sebaliknya. Pendapatan yang diterima petani kelapa sawit di Desa
Batu Matoru dapat dikatakan cukup menguntungkan.
Keuntungan usahatani kelapa sawit dapat diketehui dengan
analisis R/C ratio. Revenue Cost Ratio merupakan perbandingan antara
total nilai produksi dengan total biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam
mengelola usahataninya. R/C ratio juga dapat mengetahui kelayakan
suatu usahatani, apakah usahatani tersebut dapat dilanjutkan atau tidak.
Jika R/C ratio ≥ 1, maka usahatani tesebut layak untuk dikembangkan,
jika R/C ratio ≤ 1, maka usahatani tersebut tidak layak dikembangkan dan
jika R/C ratio = 1, maka usahatani tersebut selalu impas.
Adapun rata-rata perhitungan R/C ratio usahatani kelapa sawit
petani responden Di Desa Batu Matoru, Kecamatan Lariang, Kabupaten
Mamuju Utara dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Analisis Rata-rata R/C Ratio Petani Kelapa Sawit di Desa Batu Matoru, Kecamatan Lariang, Kabupaten Mamuju Utara, 2017.
No. Uraian Fisik
(Kg/Ha/Tahun) Harga
(Rp/Kg) Nilai
(Rp/Tahun)
1 Penerimaan (Rp/Ha/Tahun)
30.656 1.079 33.077.824
2 Total Biaya (Rp/Ha/Tahun) 9.233.251
3 R/C Ratio 3,6
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2017.
71
Tabel 13 menunjukkan bahwa hasil perhitungan nilai R/C ratio dari
usahatani kelapa sawit adalah 3,6. Berdasarkan kriteria nilai R/C ratio
lebih besar dari 1 yang berarti bahwa usahatani yang dilakukan petani
responden menguntungkan. Kegiatan petani dengan R/C Ratio 3,6 dapat
dikatakan layak karena untuk tiap Rp 1.000,- yang dikeluarkan diperoleh
penerimaan sebesar Rp 3.600,- pada akhir produksi.
5.4 Upaya Memitigasi Risiko
5.4.1 Risiko Produksi
Beberapa permasalahan yang paling sering dihadapi oleh petani
yaitu permasalahan mengenai iklim dan pupuk bersubsidi. Petani di Desa
Batu Matoru mengatakan bahwa dengan adanya iklim yang tidak menentu
merupakan risiko utama. Curah hujan yang terus menerus menyebabkan
berbagai macam hama dan penyakit yang menyerang tanaman serta jalan
rusak menuju pabrik kelapa sawit. Untuk mengatasi permasalahan hama
dan penyakit sebaiknya petani melakukan pengamatan secara langsung
pada tanaman. Apabila terjadi tanda-tanda serangan hama dan penyakit,
maka petani segera mempersiapkan obat-obatan yang sesuai untuk
mengatasi hama dan penyakit tersebut. Untuk permasalahan pupuk
bersubsidi, petani dapat meminta stok cadangan kepada ketua kelompok
tani agar pada saat tiba masa pemupukan, petani tidak merasa
kekurangan pupuk atau bisa di beli di toko penjual pupuk yang berada di
ibukota kecamatan.
72
5.4.2 Risiko Pendapatan
Risiko lain yang sering dihadapi petani yaitu proses pemasukan
buah kelapa sawit ke pabrik perusahaan kadang terlambat diolah. Hal ini
dikarenakan pada saat proses pemasukan buah banyak mobil truk yang
antri sangat lama di luar pabrik dan menyebabkan standar mutu buah
(TBS) kurang sesuai dengan standar mutu buah yang telah disepakati
oleh perusahaan dan petani. Salah satu penyebab antrinya mobil truk
pengangkut buah yaitu karena pemasukan buah petani ke pabrik tidak
sesuai dengan jadwal yang telah diberikan perusahaan sehingga harus
melalui antrian dengan mobil angkut buah petani-petani yang lain. Untuk
mengatasi masalah tersebut, sebaiknya petani lebih memperhatikan
jadwal panen dan pengangkutan buah agar pemasukan buah ke pabrik
dapat dilakukan tepat waktu. Selain itu, petani sebaiknya memperkuat
kelembagaan sehingga ketua lembaga mampu menyampaikan
permasalahan yang dialami kepada pihak indutri pabrik kelapa sawit.
Masalah harga TBS kelapa sawit ini telah ditentukan oleh pusat.
Penetapan harga TBS dibuat sesuai dengan ketentuan di dalam SK
Menteri Kehutanan dan Perkebunan No. 627 Tahun 1998. Harga TBS
ditentukan oleh tim yang terdiri dari dinas perkebunan, wakil perusahaan
inti, dan wakil petani. Untuk mendapatkan harga yang maksimal, upaya
yang perlu dilakukan yaitu petani sebaiknya mampu memperhatikan
kualitas dan mutu TBS agar dapat memperoleh hasil penjualan yang
tinggi.
73
VI. PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada hasil penelitian, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Risiko-risiko yang dihadapi petani di Desa Batu Matoru yaitu risiko
produksi dan risiko pendapatan. Risiko produksi diperoleh nilai
Koefisien Variasi (CV) sebesar 0,0019 dan risiko pendapatan
diperoleh nilai Koefisien Variasi (CV) sebesar 0,034. Artinya,
apabila CV > 0,5 maka risiko produksi usahatani yang ditanggung
petani semakin besar, sedangkan nilai CV ≤ 0,5 maka petani akan
selalu untung atau impas.
2. Upaya yang perlu dilakukan petani dalam memitigasi risiko produksi
dalam usahatani kelapa sawit yaitu petani segera mempersiapkan
obat-obatan yang sesuai untuk mengatasi hama dan penyakit.
Untuk permasalahan pupuk bersubsidi, petani dapat meminta stok
cadangan kepada ketua kelompok tani agar pada saat tiba masa
pemupukan, petani tidak merasa kekurangan pupuk atau bisa
membeli di toko penjual pupuk yang berada di ibukota kecamatan.
Sementara itu, upaya yang perlu dilakukan petani dalam memitigasi
risiko pendapatan dalam usahatani kelapa sawit yaitu sebaiknya
petani lebih memperhatikan jadwal panen dan pengangkutan buah
agar pemasukan buah ke pabrik dapat dilakukan tepat waktu.
74
6.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka
disarankan beberapa hal sebagai berikut :
1. Bagi petani, hendaknya mampu memperhatikan sumber daya
peralatan yang digunakan dalam berusahatani yaitu dengan
menambah peralatan yang masih kurang sehingga mampu
meningkatkan produkstivitas dalam usahatani kelapa sawit.
2. Bagi petani, sebaiknya memperhatikan penyediaan pasar untuk
penjualan hasil produksi kelapa sawit (Tandan Buah Segar) yaitu
perusahaan yang bermitra dengan memperkuat solidaritas
kelembagaan petani sehingga petani mampu menjual hasil
produksinya tepat waktu.
3. Bagi pemerintah, sebaiknya memperhatikan penyediaan sarana
produksi terutama pupuk maupun permodalan berdasarkan dengan
kebutuhan petani agar dapat mendukung kegiatan usahatani
kelapa sawit yang dilakukan petani di Desa Batu Matoru.
DAFTAR PUSTAKA
Alviany, Yulia. 2013. Analisis Manajemen Risiko Usahatani Mangga Di Kabupaten Indramayu Jawa Barat (Kasus: Petani Buah Mangga Di Desa Krasak, Kecamatan Jatibarang-Kabupaten Indramayu). Skripsi. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Aprilia, Anggi. 2016. Pola Kemitraan PT Unggul Widya Teknologi Lestari dengan Petani Kelapa Sawit. Skripsi. Makassar: Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin.
Aprizal, 2013. Skripsi. Analisis Daya Saing Usahatani Kelapa Sawit Kabupaten Mukomuko. Universitas Bengkulu. Bengkulu.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Metodelogi penelitian. Yogyakarta: Bina Aksara.
Awaluddin. 2014. Kajian Model Pemberdayaan Petani Padi melalui Penggunaan Tiga Media Komunikasi di Kabupaten Bima. https://habitat.ub.ac.id/index.php/habitat/article/download/155/177. Diakses pada tanggal 25 September 2017 pukul 23.56 WITA. Makassar.
Badan Pusat Statistik Sulawesi Barat. 2017. Provinsi Sulawesi Barat dalam Angka 2017.
Basrowi, 2010. Analisis Kondisi Sosial Ekonomi Dan Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Srigading, Kecamatan Labuhan Maringgai, Kabupaten Lampung Timur. Universitas Lampung. Jurnal Ekonomi dan Pendidikan. Vol.7 No.1:58-81.
Daim, Chamidun. 2003. Pengembangan Kemitraan dan Dukungan Pendanaannya di Bidang Perkebunan. IPB. Bogor.
Darmawi, H. 2004. Manajemen Risiko. Bumi Aksara. Jakarta.
Direktorat Jenderal Perkebunan. 2015. Statistik Perkebunan Indonesia 2015-2017 Kelapa Sawit Palm Oil.
Downey, W. D dan S. P Erickson, 1992. Manajemen Agribisnis. Erlangga, Jakarta
Effendi, R. 2011. Buku Pintar Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka. Jakarta Selatan.
Fauzi, Y., Widiastuti Y.S., Satyiawibawa I. Dan Hartono, R. , 2005. Budidaya Pemanfaatan Hasil dan Limbah Analisi Usaha dan Pemasaran Kelapa Sawit. Penebar Swadaya. Jakarta.
Fauziyah, E. 2011. Manajemen Risiko Usahatani Padi Sebagai Salah Satu Upaya dalam Mewujudkan Ketahanan Rumah Tangga Petani. http://pertanian.trunojoyo.ac.id/semnas/wp-content/uploads/ MANAJEMEN-RISIKO-PADA-USAHATANI-PADI-SEBAGAI-SALAH -SATU-UPAYA-DALAM-MEWUJUDKAN-KETAHANAN-PANGAN-RUMAHTANGGA-PETANI-STUDI-KASUS-DI-DESA-TELANG-KECAMATAN-KAMAL.pdf. Diakses pada tanggal 26 September 2017 pukul 19.50 WITA. Makassar.
Firmansyah, Rifdan. 2015. Problematika Perkebunan Indonesia. http://www.lpp.ac.id/2015/10/problematika-perkebunan-indonesia/ #respond. Diakses pada tanggal 19 Oktober 2017 pukul 21.33 WITA. Makassar.
Hendrianus. 2017. Efektivitas Pelayanan Publik (Studi Tentang Pemindahan Ibukota Kecamatan Bongan Dari Kampung Muara Kedang Ke Kampung Jambuk Kabupaten Kutai Barat). http://ejournal.ip.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads/2017/03/ Hendrianus%20(03-02-17-11-12-02).pdf. Diakses pada tanggal 21 September 2017 pukul 23.09 WITA. Makassar.
Hernanto, F. 1993. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.
Hilmawan, Hilman. 2015. Analisis Kelayakan Finansial Usahatani Kelapa Sawit dengan Sistem Perkebunan Rakyat (Studi Kasus Petani di Desa Tarippa, Kecamatan Angkona, Kabupaten Luwu Timur). Skripsi. Makassar: Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin.
Kadarsan, H. W. 1995. Keuangan Pertanian dan Pembiayaan Perusahaan Agribisnis. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Kadarsan. 1992. Keuangan Pertanian dan Pembiyaan Perusahaan Agribisnis. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Kartikaningsih, Anita. 2009. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Petani dalam Berusahatani Tebu. Skrispsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Kasim, Muslim. 2006. Karakteristik Kemiskinan di Indonesia dan strategi penanggulangannya. Indomedia Global. Jakarta.
Kementerian Pertanian. 2016. Basis Data Pertanian. https://aplikasi2.pertanian.go.id/bdsp2/id/lokasi. Diakses pada tanggal 9 Februari 2017 pukul 21.39 WITA. Makassar.
Krisnawati. 2017. Persepsi Petani Terhadap Peranan Penyuluh Pertanian. https://ejournal.kemsos.go.id/index.php/SosioKonsepsia/article/download/783/381. Diakses pada tanggal 26 September 2017 pukul 17.22 WITA. Makassar.
Mangoensoekarjo, S. dan H. Samangun, 2005. Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit. UGM-Press . Yogyakarta.
Mubyarto, dkk. 1989. Masalah dan Prospek Komoditi Perkebunan. UGM-Press. Yogyakarta.
Pahan, I. 2007. Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir. Penebar Swadaya. Jakarta.
Pahan. 2008. Kelapa Sawit. Penebar Swadaya. Jakarta.
Pardosi, Friska. 2010. Analisis Tingkat Resiko bagi Pelaku Agribisnis Kelapa Sawit. Skripsi. Medan: Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.
Prihatiningtyas, Eko. 2015. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan Otomotif Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2013. Skripsi, Fakultas Ekonomi & Bisnis.
Ritonga, Suminta. 2000. Analisis Kemampuan Finansial Perkebunan Kelapa Sawit (Kasus di PT. Perkebunan Nusantara II (Persero), Sumatera Utara). Skripsi. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Sapariah. 2015. Analisis Pengaruh Jenis Kelamin Terhadap Kinerja Bagian Perawatan Pada PT. Mulia Bhakti Kahuripan. Jurnal.
Universitas Muhammadiyah Pontianak.
Soekartawi, Rusmiadi, dan E. Damaijati. 1993. Risiko dan Ketidakpastian dalam Agribisnis (Teori dan Aplikasi). Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Soekartawi. 2006. Analisis Usahatani. UI Press. Jakarta.
Suharyanto, dkk. 2016. Analisis Risiko Produksi Usahatani Padi di Provinsi Bali. https://www.journal.umy.ac.id/index.php/ag/article/ view/1117/1195. Diakses pada tanggal 26 April 2017 pukul 20.51 WITA. Makassar.
Sukamto. 2008. 58 Kiat Meningkatkan Produktivitas dan Mutu Kelapa Sawit. Penebar Swadaya. Jakarta.
Tjiptoherijanto, Prijono. 2001. Proyeksi Penduduk, Angkatan Kerja, Tenaga kerja, dan Peran Serikat Pekerja dalam Peningkatan Kesejahteraan. https://www.bappenas.go.id/files/3513/5211/1083 /prijono__20091015125259__2356__0.pdf. Diakses pada tanggal 25 September 2017 pukul 18.51 WITA. Makassar.
Zen, Ratna Permatasari. 2008. Prospek Pengembangan Kelapa Sawit Perkebunan Rakyat (Studi Kasus: KUD-P3RSU, Desa Aek Nabara, Kecamatan Bila Hulu, Kabupaten Labuhan Batu). Skripsi. Medan:
Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.
Lampiran 1. Peta Wilayah Kecamatan Lariang
La
mp
iran
2.
Stru
ktu
r Org
an
isa
si P
T U
nggu
l Wid
ya
Te
kn
olo
gi L
esta
ri
Lampiran 3. Identitas Petani Responden di Desa Batu Matoru,
Kecamatan Lariang, Kabupaten Mamuju Utara, Provinsi
Sulawesi Barat, 2017.
No. Nama JK Umur
(Tahun) Pendidikan
Lama Berusahatani
(Tahun)
Jumlah Tanggungan
Keluarga (Orang)
Luas Lahan (Ha)
Umur Tanaman (Tahun)
1 Jufri LK 49 SD 24 6 2 7
2 Haruna LK 46 SD Tidak
Tamat 20 7 3 6
3 Samang LK 42 SMP 21 5 4 8
4 Misa PR 61 SD 30 6 1 5
5 Saleh LK 46 SD 23 7 6 7
6 Mastang LK 48 SD 28 8 3 6
7 Andi Lidar LK 43 SMA 20 2 2 5
8 Abd Waris LK 51 SMP 28 5 2 6
9 Sitti Nur PR 49 SMP 28 2 2 6
10 Andi Tenri
Dio PR 50 SMP 26 4 2 5
11 Abd Pattah LK 52 SD 28 4 2 7
12 Baddu LK 46 SMP 27 7 5 7
13 Sukur LK 45 SD 27 3 3 5
14 Safar LK 40 SD 18 3 1 6
15 Lisna PR 41 SMP 20 5 2 5
16 Sandi LK 44 SD 26 4 2 9
17 Massang LK 53 SD Tidak
Tamat 24 3 1 9
18 Rahmania PR 51 SD 28 5 2 4
19 Tayib LK 55 SD 28 5 2 5
20 A. Mualifin LK 49 SMA 24 4 2 9
21 Haruna Munu
LK 49 SMP 28 5 2 7
22 Muh Kasim LK 53 SMA 24 3 2 9
23 Mujatun LK 42 SD 20 1 2 9
24 Nur Fitriani PR 39 SMA 18 4 2 4
25 Nurlan LK 45 SD 28 4 2 9
26 Siti
Mardiahti PR 44 SD 28 6 2 4
27 Lamma LK 51 SD 26 4 2 7
28 Sudirman LK 49 SMA 26 5 2 4
29 Ir.Makmur LK 50 S1 28 5 2 4
30 Rusdi Syam
LK 43 SMA 20 5 2 6
31 Dedi LK 41 SMA 20 4 2 5
32 Tunru LK 50 SMP 28 7 3 9
Total 1517 - 792 148 74 204
Rata Rata 47 - 25 5 2 6
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2017.
Lampiran 4. Risiko-risiko yang Dialami Petani Responden di Desa Batu
Matoru, Kecamatan Lariang, Kabupaten Mamuju Utara,
Provinsi Sulawesi Barat, 2017.
No Nama Pernyataan Petani (Risiko yang Dihadapi)
01 Juli 2017
1 Jufri
“awal-awal 2017 produksi buah sedikit karena hujan terus
menerus jadi agak banyak buah yg cepat busuk jadi tidak
terjual ke perusahaan, tidak sesuai standard dan mutu buah
yang diterima pabrik”
“harga TBS tidak tetap dan sesuai standar mutu nya”
2 Andi Lidar
“subsidi pupuk biasa lambat masuk dari ketua kelompok tani,
jadi beli pupuk di toko Karya Tani yang letaknya di ibukota
kecamatan”
“biaya angkut TBS kadang naik karena jalan rusak sehingga
mobil pengangkut buah sulit mengakses jalan menuju pabrik”
“harga TBS berubah-ubah”
3 Siti Mardiahti
“biaya angkut TBS kadang bervariasi karena jalan rusak”
“antrian mobil angkut buah yang bikin lama”
4 Dedi
“antrian panjang pas mau timbang buah ke perusahaan”
“jarak tempat pengumpulan hasil ke pabrik lumayan jauh, jadi
buah lama dijalan, kurang lebih 40 menit baru sampai ke
pabrik”
“pemanen biasa tdk perhatikan buah sampai kelewat matang”
02 Juli 2017
5 Abd Pattah “harga jual TBS naik turun krn dipengaruhi harga jual CPO
(minyak sawit mentah)”
6 Sandi
“kalo musim hujan, jalanan didalam kebun becek licin, jadi
akses ke jalan poros agak lama dari hari biasanya, selama 15
menit menjadi 30 menit”
7 Saleh
“ada kebun saya di dalam terhambat pertumbuhannya, krn
waktu penanaman bibit agak lambat, ada beberapa tidak
serentak penanamannya”
8 Samang “semakin bagus jenis pupuk yang dipakai, semakin mahal
juga harganya”
9 Sitti Nur
“saat menimbang di perusahaan, kadang harga jualnya tidak
sesuai dgn harapan”
“terkadang lambat berbuah krn kekurangan pupuk akibat
waktu pemupukan tdk optimal”
03 Juli 2017
10 Andi Tenri Dio
“krn kebutuhan mendesak untuk mendapatkan uang cash
tunai, saya pernah jual TBS di kelompok tani lain sehingga
harganya dikasih murah”
“peralatan masih mau ditambah”
“kalo musim hujan mi yg sampai banjir, nda banyak berbuah
di kebun ku nak”
11 Baddu “truk kadang sampai bermalam kalo antri timbang buah di
perusahaan, jadi berkurang mi mutunya”
12 Sukur
“kadang tukang panen, panen buah yg masih mentah”
“masih antriki di pabrik”
“rendahki mutu produksi buah ku, jadi agak rendah harga
jualnya”
13 Lisna “kalo musim hujan, TBS yg dikumpul banyak berguguran dari
tandannya (brondolan)”
14 Safar
“ongkos angkut buah mahal "
“kurang anggota ku kalo musim panen, mau ditambah tapi
mahal di upahnya”
“pas-pasan cadangan pupuk yg ada”
15 A. Mualifin “orang yg sdh menyemprot kadang kurang bersih caranya
padahal sdh dikasih upahnya di awal”
04 Juli 2017
16 Tayib
“buah yg dijual ke perusahaan kadang tdk sesuai standar
mutu perusahaan”
“lama antri utk masukkan buah ke pabrik”
“pinjam modal di BPR skrg tinggimi bunganya”
17 Massang “pemasukan pupuk subsidi kadang tidak tepat waktu”
18 Rahmania “pernah kena penyakit daun baru saya nda tau obatnya apa”
“pinjam modal di BPR bunganya terlalu tinggi”
“ongkos angkut ditambai kalo mobil amblas di perjalanan”
19 Nur Fitriani
“buah lambat pertumbuhannya krn kurang dipupuk”
“susah dapat pinjaman modal, terlalu banyak
persyaratannya”
20 Muh Kasim “mahal ongkos angkut TBSnya krn agak jauh ke perusahaan”
21 Mujatun “gara-gara terlalu masak buahnya pas dipanen, jadi banyak