ANALISIS RISIKO DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI TINGKAT PENGEMBALIAN PEMBIAYAAN SYARIAH PADA SEKTOR PERTANIAN ( STUDI KASUS BMT AS SALAM, KRAMAT, DEMAK) SARAH NABILAH PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
62
Embed
ANALISIS RISIKO DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Salam memandang risiko yang ada pada sektor pertanian. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis risiko dan faktor-faktor yang memengaruhi
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
ANALISIS RISIKO DAN FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMENGARUHI TINGKAT PENGEMBALIAN
PEMBIAYAAN SYARIAH PADA SEKTOR PERTANIAN
( STUDI KASUS BMT AS SALAM, KRAMAT, DEMAK)
SARAH NABILAH
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Risiko dan
Faktor-faktor yang Memengaruhi Tingkat Pengembalian Pembiayaan Syariah
pada Sektor Pertanian (Studi Kasus BMT As Salam, Kramat, Demak) adalah
benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2015
Sarah Nabilah
NIM H54110020
ABSTRAK
SARAH NABILAH. Analisis Risiko dan Faktor-faktor yang Memengaruhi
Tingkat Pengembalian Pembiayaan Syariah pada Sektor Pertanian: Studi Kasus
BMT As Salam, Kramat, Demak. Dibimbing oleh RINA OKTAVIANI dan
JAENAL EFFENDI.
Ketersediaan kredit secara nasional untuk sektor pertanian masih sangat
rendah. Hal ini dipengaruhi oleh karakteristik sektor pertanian yang dianggap
memiliki risiko yang sangat besar. BMT As Salam sebagai salah satu lembaga
keuangan syariah menyalurkan sebagian besar pembiayaannya ke sektor
pertanian. Keadaan di BMT As Salam tidak sesuai dengan keadaan pada
perbankan nasional. Untuk itu diperlukan kajian mengenai bagaimana BMT As
Salam memandang risiko yang ada pada sektor pertanian. Tujuan dari penelitian
ini adalah menganalisis risiko dan faktor-faktor yang memengaruhi tingkat
pengembalian pembiayaan syariah pada sektor pertanian. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu metode Enterprise Risk Management (ERM) dan
metode logistik. Hasil penelitian menunjukan risiko dengan nilai tertinggi adalah
nasabah terlambat mengembalikan pembiayaan. Tindakan mitigasi risiko yang
dapat dilakukan adalah peningkatan upaya jemput bola. Variabel yang signifikan
memengaruhi tingkat pengembalian pembiayaan di BMT As Salam adalah jumlah
tanggungan keluarga, jenis usaha, jarak rumah nasabah dengan BMT dan aset.
Kata kunci: BMT, ERM, Metode Logistik, Pertanian.
ABSTRACT
SARAH NABILAH. Risk analysis and factors affecting the rate of return of
Islamic financing on agriculture: case study BMT As Salam, Kramat, Demak.
Supervised by RINA OKTAVIANI and JAENAL EFFENDI.
Nationwide availability of credit to the agriculture is still at a very low level.
This condition is caused by the characteristics of the agriculture which is
considered to have a high risk. BMT As Salam as one of the Islamic financial
institutions distribute most of its financing to the agriculture. The situation in
BMT As Salam is not in line with the situation of the national banking system. So
that, study on how BMT As Salam face risks in the agriculture is required. This
study aims to analyze the risks and factors affecting the rate of return of Islamic
financing in the agriculture. Method used in this research is Enterprise Risk
Management (ERM) and the logistics method. The results show the risk with the
highest value is customer tardiness in repaying the financing. Risk mitigation that
can be done is increasing the effort of installment billing to the costumer.
Significant variables affecting the rate of return of financing in BMT As Salam
are the number of family, type of business, distant between customers houses to
BMT and assets.
Keywords: BMT, ERM, Logit, Agriculture
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Ilmu Ekonomi
ANALISIS RISIKO DAN FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMENGARUHI TINGKAT PENGEMBALIAN
PEMBIAYAAN SYARIAH PADA SEKTOR PERTANIAN
( STUDI KASUS BMT AS SALAM, KRAMAT, DEMAK)
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
SARAH NABILAH
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian ini adalah Analisis Risiko dan Faktor-faktor yang
Memengaruhi Tingkat Pengembalian Pembiayaan Syariah pada Sektor Pertanian
(Studi Kasus BMT As Salam, Kramat, Demak). Skripsi ini merupakan salah satu
syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi Ekonomi
Syariah, Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen.
Pada Kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua
orang tua dan keluarga penulis, yakni Bapak Suswono dan Ibu Mieke Wahyuni,
serta kakak dari penulis Anna Mariam Fadhilah, Adilah Ihsani, dan Muhammad
Usaid Gharizah yang telah memberikan saran selama penelitian. Selain itu,
penulis juga mengucapkan terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Rina Oktaviani, MS. dan Dr. Jaenal Effendi, S.Ag, M.A. selaku
dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, saran dan
motivasi dalam penulisan skripsi ini.
2. Dr. Ir. Yeti Lis Purnamadewi, M.Sc.Agr. sebagai dosen penguji utama dan
Ranti Wiliasih, S.P, M.Si. sebagai dosen penguji komisi pendidikan.
3. Laily Dwi Arsyianti, S.E, M.Sc yang telah memberikan bimbingan, saran
dan motivasi dalam penulisan skripsi ini.
4. Seluruh pihak pengurus BMT As Salam, Kramat, Demak yang telah
pembiayaan syariah pertanian dan mengidentifikasi penyebab dominasi
penggunaan pembiayaan murabahah pada nasabah pertanian di BPRS Amanah
Ummah. Analisis risiko pembiayaan syariah dilakukan dengan menggunakan
tahapan Enterprise Risk Management (ERM) dan metode creditrisk+. Hasil
penelitian menunjukan bahwa risiko utama dari pembiayaan syariah pada sektor
pertanian adalah nasabah gagal bayar karena karakter buruk/moral hazard.
Tindakan mitigasi risiko yang dapat dilakukan adalah rescheduling,
restrukturisasi, dan pencairan jaminan nasabah. Penelitian Tsabita (2013)
memiliki kesamaan dengan penelitian ini dalam hal analisis risiko dan metode
yang digunakan, yaitu ERM. Namun, selain perbedaan pada lokasi penelitian,
penelitian ini juga memiliki fokus dalam menganalisis faktor-faktor yang
memengaruhi tingkat pengembalian pembiayaan syariah pada sektor pertanian
menggunakan metode regresi logistik.
Rodiana (2014) menganalisis faktor yang memengaruhi petani dalam
memilih sistem pembayaran margin bulanan dan yarnen pada pembiayaan akad
murabahah pertanian padi di BMT As Salam, Kramat, Demak menggunakan
regresi logistik biner. Hasil penelitian menunjukkan alasan memilih sistem
pembayaran berpengaruh signifikan terhadap pilihan petani padi. Responden
memiliki peluang lebih besar memilih yarnen karena sesuai kemampuan
pembayaran. Efektivitas penerapan yarnen pada pengembalian pembiayaan akad
murabahah pertanian padi diukur menggunakan skala Likert. Hasil penelitian
menunjukkan penerapan yarnen tersebut sudah efektif di seluruh tahapan
pembiayaan dan memberi dampak positif pada usahatani anggota. Kesamaan yang
terdapat pada penelitian Rodiana (2014) dengan penelitian ini adalah kesamaan
lokasi penelitian serta sektor yang dikaji, sedangkan perbedaannya adalah
penelitian ini menganalisis masalah yang berbeda dengan penelitian sebelumnya.
Diharapkan penelitian ini dapat melengkapi penelitian Rodiana (2014).
Penelitian yang dilakukan oleh Handoyo (2009) dengan judul “Faktor-faktor
yang Memengaruhi Tingkat Pengembalian Pembiayaan Syariah untuk UMKM
Agribisnis pada KBMT Wihdatul Ummah Kota Bogor” berusaha
mendeskripsikan penyaluran pembiayaan dan perbandingan karakteristik debitur
berdasarkan tingkat pengembalian pembiayaan serta menganalisis faktor-faktor
yang memengaruhi tingkat pengembalian pembiayaan oleh UMKM agribisnis
pada BMT WU. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu penyaluran pembiayaan pada
KBMT WU terus mengalami peningkatan diiringi tingkat kesehatan lembaga yang
semakin membaik. Berdasarkan hasil analisis regresi logistik, faktor-faktor yang
memengaruhi tingkat pengembalian pembiayaan adalah tingkat pendidikan dan
pengalaman usaha. Kesamaan penelitian Handoyo (2009) dengan penelitian ini
yaitu kesamaan penggunaan metode dalam menganalisis faktor-faktor yang
memengaruhi tingkat pengembalian pembiayaan syariah menggunakan regresi
logistik sedangkan perbedaannya adalah lokasi serta sasaran responden penelitian
ini, yaitu sektor pertanian.
12
Penelitian yang dilakukan Suhardiman (2009) dengan judul “Kinerja
Keuangan dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengembalian
Pembiayaan BPR Syariah (Kasus pembiayaan usaha produktif pada PT. BPRS Al-
Salaam Amal Salman, Kel. Cinere, Depok)” bertujuan menganalisis kinerja
keuangan BPRS Al-Salaam Amal Salman, serta menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi kelancaran pengembalian pembiayaan menggunakan Regresi
Logistik Biner. Hasil penelitinn menunjukan karakteristik usaha yang signifikan
mempengaruhi tingkat pengembalian pembiayaan di BPRS Al-Salaam Amal
Salman adalah plafon pembiayaan. BPRS Al-Salaam Amal Salman harus
menurunkan rasio Non Performing Financing, karena tingkat pengembalian
pembiayaan bermasalah pada tahun 2004 dan 2005 di atas batas aman yang telah
ditentukan oleh Bank Indonesia, yaitu sebesar lima persen. BPRS Al-Salaam
Amal Salman harus melakukan pembinaan lebih intensif kepada nasabah yang
memiliki jangka waktu pengembalian pembiayaan lebih lama, atau untuk yang
mendapatkan pembiayaan dengan plafon yang kecil. Penelitian Suhardiman
(2009) memiliki kesamaan dengan penelitian ini yaitu kesamaan metode dalam
menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi tingkat pengembalian pembiayaan
syariah menggunakan regresi logistik. Namun, pada penelitian ini, juga dilakukan
analisis risiko pada proses pembiayaan menggunakan metode ERM.
Kerangka Pemikiran
Lembaga pembiayaan memiliki peran penting dalam pengembangan sektor
pertanian. Baitul Maal wat Tamwil (BMT) merupakan salah satu lembaga
pembiayaan syariah yang menyediakan modal untuk sektor pertanian dengan
sistem bagi hasil. Salah satu BMT yang mengalokasikan mayoritas
pembiayaannya untuk sektor pertanian adalah BMT As Salam. BMT As Salam
menggunakan dua akad dalam pembiayaan, yaitu akad murabahah dan
mudharabah. Dalam proses pembiayaan yang berlangsung di BMT As Salam
terdapat dua pihak yang terlibat, yaitu BMT itu sendiri dengan nasabahnya. Dari
kedua belah pihak tersebut, dapat muncul risiko-risiko yang dapat memengaruhi
jalannya pembiayaan.
Ditinjau dari sisi BMT, indentifikasi produk dan poses pembiayaan pada
BMT As Salam merupakan tahap pertama dari analisis risiko. Tahap berikutnya,
dilakukan analisis proses penyaluran dana dan aspek risiko baik dari sisi
pembiayaan maupun operasional. Penilaian keseluruhan risiko dari kegiatan
pembiayaan pada BMT As Salam kemudian diidentifikasi, diukur, dipetakan, dan
dianalisis tindakan mitigasi risikonya menggunakan Enterprise Risk Management
(ERM). Dari tahap tersebut, pengelolaan risiko dapat terintegrasi secara
keseluruhan dan selaras dengan tujuan lain yang ingin dicapai BMT. Penerapan
manajemen risiko dengan metode ERM dilakukan sesuai dengan 8 komponen
ERM dan 4 tujuan ERM sehingga dapat terlaksana secara efektif.
Ditinjau dari sisi nasabah, dilakukan analisis faktor-faktor yang
memengaruhi tingkat pengembalian pembiayaan di BMT As Salam. Tingkat
pengembalian akan diukur dengan melihat usia, lama pendidikan, tanggungan
keluarga, jenis usaha, lama usaha, jarak tempat tinggal nasabah dengan BMT, aset,
laba bersih per bulan, jumlah pembiayaan dan frekuensi pembiayaan. Dalam
penelitian ini, pola pengembalian pembiayaan dibedakan menjadi dua kriteria,
13
yaitu pola pengembalian pembiayaan lancar dan yang tidak lancar. Sebagian besar
bank menggunakan prinsip 5C sebagai pertimbangan untuk menyeleksi calon
nasabah. Prinsip 5C terdiri dari Character (Watak), Capacity (Kemampuan),
Capital (Kapital), Collateral (Jaminan), Condition of Economy (Kondisi
Ekonomi). Berdasarkan 5 prinsip tersebut, dapat ditentukan beberapa faktor
mempengaruhi tingkat pengembalian pembiayaan. Faktor-faktor yang diduga
berpengaruh terhadap pengembalian pembiayaan dibagi menjadi tiga kategori,
yaitu faktor-faktor berdasarkan karakteristik individu (usia, lama pendidikan,
jumlah tanggungan keluarga, jarak tempat tinggal dengan BMT dan aset),
karakteristik usaha (jenis usaha, lama usaha, dan laba bersih), dan karakteristik
pembiayaan (jumlah pembiayaan dan frekuensi pembiayaan).
Secara terinci mengenai pengaruh yang diduga berasal dari ketiga
karakteristik tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Karakteristik personal
Jenis kelamin wanita umumnya lebih serius, bertanggung jawab, dan
terencana untuk memperbaiki kondisi kehidupan bila dibandingkan pria. Diduga
wanita memiliki loyalitas yang lebih besar dan lebih mampu menjaga kepercayaan
yang diberikan bank dalam memenuhi kewajiban angsuran kredit dibandingkan
pria. Oleh sebab itu, diduga wanita memiliki peluang pengembalian kredit dengan
kelancaran lebih besar daripada pria.
Usia memengaruhi keberanian nasabah dalam pengambilan keputusan.
Semakin tinggi usia nasabah maka kematangan berpikir dan kebijaksanaan dalam
bertindak semakin baik, sehingga dapat mengambil keputusan dengan tepat dan
rasional. Semakin bertambahnya usia nasabah dianggap memiliki tingkat
pengembalian pembiayaan yang lebih lancar dibandingkan nasabah dengan usia
yang lebih muda. Dengan demikian peningkatan usia diduga berpengaruh positif
terhadap tingkat pengembalian pembiayaan.
Lama pendidikan nasabah dapat menjadi landasan atau dasar dalam
mengambil pembiayaan. Semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin luas
wawasannya sehingga semakin besar kemampuannya dalam berbisnis dan
mengelola usaha. Dengan demikian lama pendidikan diduga berpengaruh positif
terhadap tingkat pengembalian pembiayaan.
Jumlah tanggungan dalam suatu keluarga akan memengaruhi pengeluaran
keluarga, hal ini berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan dan kesejahteraan
anggota keluarga. Asumsinya, semakin banyak tanggungan dalam keluarga maka
akan semakin besar biaya yang harus dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan
hidup mereka sehari-hari sehingga menghabiskan sejumlah besar a nasabah.
Dengan demikian semakin banyak jumlah tanggungan dalam suatu keluarga
diduga berpengaruh negatif terhadap tingkat pengembalian pembiayaan.
Jarak tempat tinggal nasabah dengan BMT berkaitan dengan biaya dan
waktu yang dibutuhkan oleh nasabah saat akan mengembalikan pembiayaan.
Semakin jauh jarak tempat tinggal nasabah dengan BMT menyebabkan nasabah
harus menyediakan biaya transportasi yang lebih besar dan waktu yang lebih
lama. Dengan demikian jarak tempat tinggal nasabah dengan BMT diduga
berpengaruh negatif terhadap tingkat pengembalian pembiayaan.
Nasabah yang yang memiliki aset tinggi akan memiliki kemampuan
membayar dan penalangan yang lebih besar dibandingkan dengan nasabah yang
14
memiliki aset lebih sedikit. Dengan demikian aset yang dimiliki nasabah diduga
berpengaruh positif terhadap tingkat pengembalian pembiayaan.
2. Karakteristik usaha
Jenis usaha berkaitan dengan risiko yang akan dihadapi. Usaha dibidang on
farm seperti jenis usaha pertanian diduga memiliki tingkat risiko yang lebih tinggi
dibandingkan dengan usaha dibidang off farm seperti jenis usaha perdagangan dan
lainnya. Sehingga jenis usaha dianggap memengaruhi kelancaran pengembalian
pembiayaan. Dengan demikian nasabah yang bergerak dibidang pertanian diduga
memiliki peluang pengembalian pembiayaan dengan lancar lebih kecil
dibandingkan dengan nasabah yang bergerak dibidang perdagangan dan lainnya.
Lama usaha berkaitan dengan pengalaman usaha. Pengalaman usaha
memengaruhi pemahaman, kemampuan dan keterampilan nasabah dalam
mengambil keputusan terbaik dari berbagai alternatif yang ada. Berdasarkan
pengalaman usahanya, nasabah dapat mengurangi risiko yang dapat menyebabkan
kerugian dalam usahanya. Dengan demikian lama usaha diduga berbengaruh
positif terhadap tingkat pengembalian pembiayaan.
Perolehan laba dalam sebuah usaha dapat menjadi sumber pembiayaan
hidup dan memberikan nasabah peluang kemampuan pengembalian pembiayaan.
Asumsinya, semakin tinggi perolehan laba usaha nasabah maka akan semakin
tinggi pula peluang nasabah tersebut mengembalikan pembiayaan sesuai jadwal
yang ditetapkan BMT. Dengan demikian laba diduga berpengaruh positif terhadap
tingkat pengembalian pembiayaan.
3. Karakteristik pembiayaan
Semakin besar jumlah pembiayaan yang diberikan oleh BMT maka semakin
besar beban jumlah angsuran pokok dan bagi hasil yang harus ditanggung nasabah
dalam pelunasan pembiayaan. Sehingga pemberian jumlah pembiayaan yang
besar dianggap dapat memperbesar timbulnya risiko terhambatnya pengembalian
kredit oleh nasabah. Dengan demikian jumlah pembiayaan diduga berpengaruh
negatif terhadap tingkat pengembalian pembiayaan.
Frekuensi pembiayaan menunjukan pengalaman pembiayaan seorang
nasabah. Semakin sering nasabah memperoleh pembiayaan sebelumnya,
menunjukan kredibilitas nasabah tersebut tidak diragukan lagi dalam memenuhi
kewajiban pengembalian pembiayaan. Dengan demikian frekuensi pembiayaan
diduga berpengaruh positif terhadap tingkat pengembalian pembiayaan.
Keseluruhan analisis risiko pembiayaan dan faktor-faktor yang memengaruhi
tingkat pengembalian yang dilakukan dalam penelitian ini diharapkan dapat
menjadi informasi, bahan evaluasi dan pertimbangan bagi BMT As Salam dalam
menjalankan pembiayaan syariah, khususnya untuk sektor pertanian. Selain itu,
pihak BMT juga dapat menerapkan tindakan mitigasi risiko pada perusahaan
sehingga dapat mengoptimalkan perannya sebagai lembaga intermediasi di tengah
masyarakat. Untuk penjelasan selengkapnya, kerangka pemikiran operasional
dapat dilihat pada Gambar 2.
15
Gambar 2 Kerangka pemikiran
Analisis Pengukuran dan Pemetaan
Risiko
Tindakan Mitigasi Risiko
Komunikasi Informasi,
Kebijakan Pembiayaan,
Pengawasan dan Pembinaan
Pembiayaan syariah
Sektor pertanian Sektor non pertanian
Kebutuhan permodalan yang sesuai dengan karakteristik pertanian
Pembiayaan sektor pertanian oleh LKMS (BMT As Salam)
Pembiayaan :
- Murabahah
- Mudharabah
ERM
Identifikasi Risiko
Analisis Deskriptif
Analisis Regresi Logistik
Pola Pengembalian Pembiayaan :
- Lancar
- Tidak Lancar
Karakteristik Individu,
Karakteristik Usaha, dan
Karakteristik Pembiayaan
16
METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Baitul Mal wat Tamwil (BMT) As Salam,
Kramat, Demak. Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive (sengaja) dengan
pertimbangan BMT As Salam memiliki fokus pembiayaan pada sektor pertanian,
dimana 80 persen nasabah BMT As Salam bekerja sebagai petani. Penelitian ini
dilakukan selama bulan Maret 2015 hingga Mei 2015.
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan
sekunder baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data primer diperoleh
melalui observasi lapang, metode wawancara dengan alat bantu kuisioner kepada
pihak pengurus BMT As Salam dan 60 nasabah BMT. Data sekunder digunakan
untuk melengkapi dan mendukung data primer dalam penelitian ini. Sumber data
sekunder diperoleh dari berbagai arsip BMT As Salam, BPS, jurnal, buku, serta
sumber literatur lain yang diperlukan untuk menunjang penelitian ini.
Metode Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini diambil dengan metode studi kasus melalui
observasi dan wawancara kepada pihak pengurus BMT As Salam dan nasabah
pembiayaan dengan menggunakan kuisioner. Pengambilan sampel dilakukan
dengan teknik pengambilan purposive sampling. Karakteristik yang diambil
dalam penelitian ini adalah pengurus BMT yang dirasa memiliki pengetahuan,
keahlian, dan kompetensi dalam bidang yang dikaji meliputi direktur, manager,
audit internal, kepala bidang marketing dan bagian-bagian di bawahnya. Pada
pihak nasabah, karakteristik sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah
nasabah BMT As Salam yang mendapat pembiayaan, yakni sebanyak 30
responden nasabah BMT pembiayaan lancar dengan kolektibilitas lancar dan 30
responden nasabah BMT tidak lancar dengan kolektibilitas kurang lancar,
diragukan dan macet.
Metode Pengolahan dan Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan dua
pendekatan, yaitu analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Pendekatan analisis
kualitatif digunakan untuk mengumpulkan data-data dan fakta dari hasil
observasi, wawancara dan kuisioner yang didapat dari pengurus dan nasabah
BMT As Salam, sedangkan pendekatan kuantitatif digunakan untuk menampilkan
data dalam bentuk tabel.
Analisis Risiko Pembiayaan Syariah Pada Sektor Pertanian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif
dengan pendekatan studi kasus. Analisis data menggunakan metode Enterprise
Risk Management (ERM).
17
Dalam menganalisis risiko pembiayaan pada sektor pertanian di BMT As
Salam terdapat beberapa tahapan yang terdiri dari 8 komponen ERM. Tahapan
tersebut adalah identifikasi BMT As Salam, identifikasi risiko, pengukuran dan
pemetaan risiko, serta tindakan mitigasi risiko.
Identifikasi BMT As Salam
1. ERM 1: Internal Environment
Observasi dan wawancara dengan pengurus dilakukan untuk
mengidentifikasi lingkungan internal pada BMT As Salam.
2. ERM 2: Objective Setting
Identifikasi pengaturan tujuan dilakukan dengan penjabaran visi misi serta
tujuan dari BMT As Salam.
Identifikasi Risiko
ERM 3: Event Identification
Mengidentifikasi risiko yang dapat terjadi dalam proses pembiayaan yang
dilakukan oleh BMT As Salam. Identifikasi dilakukan dengan mendata seluruh
risiko yang mungkin terjadi, baik risiko yang berasal dari kejadian internal
maupun eksternal. Penetapan risiko dilakukan dengan observasi secara langsung
dan wawancara dengan pihak BMT As Salam.
Pengukuran dan Pemetaan Risiko
ERM 4: Risk Assassement
Kejadian yang memiliki risiko kemudian dianalisis. Analisis dilakukan
dengan mempertimbangkan kemungkinan terjadinya dan akibat apabila kejadian
tersebut terjadi. Hal ini nantinya akan menjadi dasar dalam penetuan cara terbaik
dalam mengelola risiko yang ada. Godfrey (1996), menilai risiko merupakan perkalian dari probabilitas dan
dampak. Penilaian mengenai kemungkinan terjadinya risiko dapat dilihat pada
Tabel 3.
Tabel 3 Probabilitas risiko
Angka Skala probabilitas Keterangan 1 Sangat rendah (improbable) Hampir tidak mungkin terjadi 2 Rendah (remote) Kadang terjadi 3 Sedang (occasional) Mungkin terjadi 4 Tinggi (probable) Sangat mungkin terjadi 5 Sangat tinggi (frequent) Hampir pasti terjadi Sumber: Godfrey (1996)
Tabel 3 menunjukkan skala probabilitas dari risiko yang ada. Dimana angka
menunjukan nilai skala dan keterangan menunjukkan penjelasan kualitatif
mengenai probabilitas risiko. Selanjutnya, Tabel 4 menunjukan penilaian
mengenai dampak apabila kejadian yang mengandung risiko terjadi
18
Tabel 4 Dampak risiko
Angka Skala dampak Keterangan
1 Sangat rendah (negligible) Tidak menimbulkan masalah berarti bagi pihak
bank
2 Rendah (marginal) Menimbulkan masalah kecil yang dapat diatasi
dengan pengelolaan rutin
3 Sedang (serious) Mencegah perusahaan memenuhi tujuannya
untuk periode tertentu saja
4 Tinggi (critical) Mengakibatkan pihak bank tidak dapat
mencapai sebagian tujuan jangka panjang,
mengganggu likuiditas bank
5 Sangat tinggi
(catastrophic)
Mengakibatkan pihak bank tidak dapat
mencapai seluruh tujuan jangka panjang,
menyebabkan kebangkrutan, kematian, atau
hukuman pidana Sumber: Godfrey (1996)
Tabel 4 menunjukkan angka yang berarti nilai skala. Keterangan
menunjukkan penjelasan kualitatif mengenai dampak terjadinya risiko. Dampak
risiko yang terjadi sering kali sulit untuk diukur, karena banyak pertimbangan
yang berkaitan dengan hal tersebut.
Godfrey (1996) menjelaskan bahwa nilai risiko merupakan perkalian dari
probabilitas dan dampak. Untuk mengukur risiko dapat digunakan rumus:
R = P x I.................................................................................................................(1)
Keterangan:
R = Tingkat risiko
P = Kemungkinan risiko terjadi
I = Dampak bila risiko terjadi
Selanjutnya, hasil dari pengukuran risiko dapat dikelompokkan ke dalam
pemetaan. Pemetaan ini dapat menunjukkan nilai pada masing-masing risiko
sesuai dengan tingkatan risikonya yang dijelaskan dalam Tabel 5.
BMT As Salam berbadan hukum koperasi dengan No. 68/BH.Kop.11-
03/X/2004. BMT As Salam didirikan pada 10 Mei 2004 dan diresmikan sebagai
badan hukum koperasi pada 28 Oktober 2004. BMT As Salam memperluas
jaringan dengan mendirikan kantor cabang di Desa Kramat, Dempet, Demak.
Pemodalan berasal dari modal sendiri, yaitu simpanan pokok anggota dan
simpanan wajib, serta modal penyertaan yang berasal pengurus, pengawas, dan
staf BMT. Selain itu, BMT mendapat modal pinjaman dari Lembaga Pengelola
Dana Bergulir (LPDB), Induk Koperasi Syariah (Inkopsyah), dan perbankan
syariah. Setiap anggota harus menyetorkan simpanan pokok sebesar 5 juta rupiah
dan dapat diangsur sebanyak lima kali.
Susunan Organisasi BMT As Salam, Kramat
Pengurus
Ketua : Sarwan, S.Pd.I
Sekretaris & General Manager : H. Ahmad Hanafi, S.Ag
Bendahara : Subekan
Badan Pengawas
Ketua : H. Siswadi, SH
Anggota : Nur Salim dan Inarotun
Pengelola Cabang Kramat
Manajer : Nur Salim
Pemasaran : Masruah dan Moh. Nurul Huda
Teller : Uswatun Nikmah
Produk-Produk BMT As Salam
Simpanan dan tabungan
BMT Assalam memberikan banyak pelayanan bagi masyarakat khususnya
bidang keuangan syariah yaitu antara lain :
1. Assiba (Assalam simpanan berjangka)
2. Simjaka (simpanan berjangka)
3. Tarissa (Tabungan Harian Assalam)
4. Tabungan Haji dan pendaftaran haji
5. Loket PLN
6. Askesos
7. Tabungan Qurban
8. Tabungan Haji dan Umroh
Pembiayaan
Pembiayaan yang diberikan berupa pinjaman bulanan dan musiman.
Pinjaman ini diberikan untuk berbagai macam kebutuhan diantara :
1. Pembiayaan Murabahah
Murabahah merupakan pembiayaan yang memposisikan nasabah sebagai
pembeli dan koperasi sebagai penjual, dan operasional murabahah ini murni
menggunakan rukun dan syarat jual beli, dimana terdapat beberapa hal yang
23
harus ada dalam transaksi jual beli tersebut. Harus ada penjual, pembeli,
objek yang diperjual belikan, ada ijab dan qabul serta ada akad yang
menyertai perjanjian jual beli ini.
2. Pembiayaan Mudharabah
Mudharabah dinamakan juga dengan Qiradh, yaitu bentuk kerja sama antara
pemilik modal (shohibul mal/rabbul mal) dengan pengelola (mudharib)
untuk melakukan usaha dimana keuntungan dari usaha tersebut dibagi
diantara kedua pihak tersebut, dengan rukun dan syarat tertentu.
3. Pembiayaan Musyarakah
Musyarakah (syirkah atau syarikah atau serikat atau kongsi) adalah bentuk
umum dari usaha bagi hasil di mana dua orang atau lebih menyumbangkan
pembiayaan dan manajemen usaha, dengan proporsi bisa sama atau tidak.
Keuntungan dibagi sesuai kesepakatan antara para mitra, dan kerugian akan
dibagikan menurut proporsi modal. Transaksi Musyarakah dilandasi adanya
keinginan para pihak yang bekerja sama untuk meningkatkan nilai asset
yang mereka miliki secara bersama-sama dengan memadukan seluruh
sumber daya.
4. Pembiayaan Qordul Hasan
Secara umum, arti qardh serupa dengan arti jual beli, karena qardh adalah
pengalihan hak milik harta atas harta. Qardh secara bahasa, berarti al qot`u
yang berarti pemotongan. Harta yang disodorkan kepada orang yang
berhutang disebut qardh, karena merupakan “potongan” dari harta orang
yang memberikan utang. Ini termasuk penggunaan ism masdar (gerund =
noun verbal ) untuk menggantikan isim maf`’ul. Secara syar`i menurut
hanafiyah, adalah harta yang memiliki kesepadanan yang anda berikan
untuk anda tagih kembali dengan kata lain suatu transaksi yang
dimaksudkan untuk memberikan harta yang memiliki kesepadanan kepada
orang lain untuk dikembalikan yang sepadan dengan itu.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik responden yang dimaksud dalam penelitian ini adalah 60
nasabah pembiayaan BMT As Salam yang mendapatkan pembiayaan yang dipilih
berdasarkan status pembayaan lancar atau tidak lancar. Perbandingan nasabah
pembiayaan BMT As Salam yang memiliki status pembiayaan lancar dan tidak
lancar dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3 Karakteristik responden berdasarkan status pembiayaan
50% 50% Status Pembiayaan
Lancar
Tidak Lancar
24
Berdasarkan keterangan pada gambar diatas dapat diketahui bahwa
pengambilan sampel baik terhadap nasabah pembiayaan BMT yang memiliki
status pembiayaan lancar dan nasabah dengan status pembiayaan tidak lancar
adalah sebesar 30 persen atau sebanyak 30 orang.
Karakteristik Individu Responden
Nasabah pembiayaan BMT As Salam yang menjadi responden dalam
penelitian ini memiliki perbedaan karakteristik. Karakteristik individu yang
membedakannya, anatara lain jenis kelamin, usia,pendidikan, jumlah tanggungan,
jarak tempat tinggal nasabah dengan BMT serta aset.
Jenis Kelamin.
Sebanyak 43 orang atau 71.7 persen responden memiliki jenis kelamin laki-
laki dan sebanyak 17 orang atau 28.3 persen responden berjenis kelamin
perempuan. Responden dalam penelitian ini didominasi oleh laki-laki.
Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin
Usia
Sebanyak 34 orang atau 56.7 persen respendon berusia 36-50 tahun. Hal ini
menunjukan rata-rata responden dalam penelitian ini masih berada di usia
produktif untuk melakukan pekerjaan. Karakteristik responden berdasarkan usia
dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5 Karakteristik responden berdasarkan usia
Pendidikan Sebagian besar responden, yaitu sebanyak 31 orang atau 51.7 persen dari
total responden hanya menempuh pendidikan formal hingga SD. Berdasarkan
28%
72%
Jenis Kelamin
Perempuan
Laki-Laki
35%
57%
8%
Usia
21-35 tahun
36-50 tahun
51-65 tahun
25
hasil tersebut, pendidikan nasabah BMT masih tergolong rendah. Karakteristik
responden berdasarkan pendidikan dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6 Karakteristik responden berdasarkan pendidikan
Jumlah Tanggungan Keluarga
Jumlah tanggungan keluarga sebagian besar responden adalah 4-6 orang.
Hal ini menunjukan sebagian besar responden memiliki tanggungan keluarga yang
relatif banyak. Karakteristik responden berdasarkan jumlah tanggungan keluarga
dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7 Karakteristik responden berdasarkan jumlah tanggungan keluarga
Jarak Tempat Tinggal dengan BMT
Sebanyak 36 orang atau 53 persen dari total responden memiliki jarak
tempat tinggal kurang dari 1 kilometer. Hasil tersebut menunjukan sebagian besar
responden memiliki jarak tempat tinggal yang cukup dekat dengan BMT As
Salam. Karakteristik responden berdasarkan jumlah tanggungan keluarga dapat
dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8 Karakteristik responden berdasarkan jarak tempat tinggal
52% 35%
13%
Tingkat Pendidikan
SD
SMP
SMA
35%
65%
Tanggungan Keluarga
1-3 orang
4-6 orang
54% 43%
3%
Jarak Tempat Tinggal
dengan BMT
<1 km
1-5 km
>5 km
26
Aset
Aset 35 orang atau 58.3 persen responden berkisar antara 100-500 juta
rupiah. Karakteristik responden berdasarkan jumlah tanggungan keluarga dapat
dilihat pada Gambar 9.
Gambar 9 Karakteristik responden berdasarkan aset
Karakteristik Usaha Reponden
Jenis Usaha
Jenis usaha responden di BMT AS Salam didominasi oleh jenis usaha
pertanian, yakni sebesar 55 persen atau sebanyak 55 orang bekerja sebagai petani,
sedangkan jenis usaha yang paling sedikit dijalankan oleh nasabah BMT adalah
jenis usaha lainnya yang didominasi usaha pada sektor jasa. Karakteristik
responden berdasarkan jumlah jenis usaha dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10 Karakteristik responden berdasarkan jenis usaha
Lama Usaha
Lama usaha 23 orang atau 38.3 persen responden berkisar antara 10-20
tahun. Sebagian besar nasabah pembiayaan BMT telah lama bekerja dan konsisten
pada jenis usahanya. Karakteristik responden berdasarkan jumlah jenis usaha
dapat dilihat pada Gambar 11.
Gambar 11 Karakteristik responden berdasarkan lama usaha
27%
58%
15% Aset
<100 juta
100-500 juta
>500 juta
55% 35%
10% Jenis Usaha
Pertanian
Perdagangan
Lainnya
25%
38%
25%
12% Lama Usaha
<10 tahun
10-20 tahun
21-30 tahun
>30 tahun
27
Laba Usaha
Laba usaha sebagian besar responden, yaitu 29 orang atau 48.4 persen,
mencapai sekitar Rp 2.1-5 juta rupiah per bulan. Karakteristik responden
berdasarkan jumlah jenis usaha dapat dilihat pada Gambar 12.
Gambar 12 Karakteristik responden berdasarkan laba usaha
Karakteristik Pembiayaan Reponden
Jumlah Pembiayaan
Sebagian besar responden, yaitu 32 dari 60 orang atau 53.3 persen
responden menerima pembiayaan pada kisaran Rp 1-4 juta. Sebanyak 12 orang
atau 20 persen responden menerima pembiayaan pada kisaran Rp 5-9 juta.
Sisanya menerima pembiayaan dengan kisaran Rp 10-55 juta. Karakteristik
responden berdasarkan jumlah pembiayaan dapat dilihat pada Gambar 13.
Gambar 13 Karakteristik responden berdasarkan jumlah pembiayaan
Frekuensi Pembiayaan
Sebanyak 20 orang atau 33.3 persen responden telah menerima pembiayaan
di BMT As Salam lebih dari 5 kali. Karakteristik responden berdasarkan frekuensi
pembiayaan dapat dilihat pada Gambar 14.
Gambar 14 Karakteristik responden berdasarkan frekuensi pembiayaa
3%
38%
49%
10% Laba Usaha
<1 juta
1-2 juta
2.1-5 juta
>5 juta
53% 20%
27% Jumlah Pembiayaan
1-4 juta
5-9 juta
10-55 juta
13%
27%
27%
33% Frekuensi Pembiayaan 1 kali2-3 kali4-5 kali>5 kali
28
Analisis Risiko Pembiayaan
Identifikasi BMT As Salam
ERM 1: Internal Environment
BMT As Salam merupakan organisasi berbentuk badan hukum koperasi
yang telah berdiri selama 10 tahun sejak tahun 2004. BMT As Salam selalu
berusaha menjalankan tata kelola perusahaan yang baik dengan melaksanakan
kegiatan manajemen risiko, meskipun hal ini belum dilakukan secara khusus.
Manajemen risiko yang dilakukan oleh BMT As Salam selain ditujukan untuk
mencapai tujuan perusahan juga menjunjung tinggi asas kehati-hatian. Hal
tersebut dapat terlihat dari penetapan Standar Operasional Prosedur (SOP) BMT
As Salam yang terperinci, yang terdiri dari SOP kelembagaan, pengelolaan usaha,
manajemen keuangan dan standar akuntasi yang jelas. Selain itu, BMT As Salam
juga membentuk tim audit internal, hal ini sesuai dengan prinsip good corporate
governance (GCG).
Motto yang dimiliki BMT As Salam adalah “Memberdayakan Ekonomi
Umat, sebagai sarana pengabdian terhadap Allah SWT”. Motto tersebut
merupakan nilai-inilai yang ditanamkan kepada seluruh jajaran direksi dan
karyawan dalam mengerjakan tugasnya. Selain motto tersebut, terdapat pula
komitmen perusahaan yang ditanamkan kepada seluruh direksi dan karyawan
yaitu “Tumbuh dan Berkembangnya Aset, Memperluas Jaringan, Memakmurkan
Karyawan, Memberikan Manfaat kepada Nasabah yang Sebesar-besarnya,
Meningkatkan dan Mengembangkan Ilmu, serta Memberikan Pelayanan
Terbaik”.Komitmen tersebut dianut oleh seluruh direksi dan karyawan dalam
mengerjakan tugasnya.
Pada tahun 2014 BMT As Salam memiliki rasio kecukupan modal (CAR)
sebesar 14.71 persen dan pendapatan dari seluruh produk pembiayaan sebesar
Rp11 036 899 000. Selain itu BMT As Salam memiliki reputasi yang cukup baik
dikalangan masyarakat dan beroperasi di daerah pemukiman warga sehingga
dekat dengan masyarakat. Beberapa hal tersebut mendukung BMT As Salam
untuk dapat tumbuh dan berkembang menjadi lembaga keuangan yang lebih besar
dan bersaing dengan lembaga keuangan lainnya.
ERM 2: Objective Setting
Visi dari BMT As Salam adalah terwujudnya Koperasi Serba Usaha yang
mandiri, syari’ah dan tangguh dengan berlandaskan amanah dalam
memberdayakan ekonomi umat dan berkeadilan di Indonesia. Sedangkan misinya
yaitu :
1. Mengajak seluruh potensi yang ada dalam masyarakat dengan tanpa
membedakan suku,ras,golongan dan agama, agar mereka dapat bersama -
sama, bersatu padu dan beritikad baik dalam membangun ekonomi
kerakyatan secara bergotong royong dalam bentuk koperasi.
2. Membantu para pedagang kecil dan menengah didalam mobilisasi
permodalan demi kelancaran usaha sehingga dapat meningkatkan
kesejahteraan mereka.
3. Turut membantu pembangunan ekonomi dan menunjang pelaksanaan
kegiatan usaha secara aktif dengan mengajak mitra usaha lainnya baik
BUMN, swasta, perbankan maupun gerakan koperasi lainnya.
29
Selain visi dan misi tersebut, BMT As Salam juga memiliki sasaran tujuan
yang melatarbelakangi pendirian BMT As Salam. Tujuan tersebut yaitu memberi
manfaat kepada orang lain melalui pemberdayaan ekonomi ummat guna
membantu sesama.
Identifikasi Risiko
ERM 3: Event Identification
Identifikasi risiko yang ada di BMT As Salam dilakukan melalui
pengamatan di lapangan dan wawancara dengan pihak internal BMT. Risiko yang
akan diteliti dalam penelitian ini secara garis besar dibagi menjadi dua kelompok,
yaitu risiko internal dan risiko eksternal. Risiko internal mencakup risiko yang ada
pada proses pembiayaan dan operasional BMT, sedangkan risiko eksternal
mencakup risiko umum yang dipengaruhi oleh pihak di luar BMT.
Risiko pembiayaan dapat muncul akibat kegagalan pihak ketiga dalam
memenuhi kewajibannya. Risiko utama dalam pembiayaan adalah timbulnya
pembiayaan bermasalah atau macet. Pembiayaan bermasalah dapat menimbulkan
kerugian bagi pihak BMT, seperti turun atau hilangnya perolehan pendapatan,
hilangnya bagi hasil dan saldo pokok pembiayaan, menimbulkan reputasi negatif
bagi BMT dan lain sebagainya. Potensi-potensi risiko pada tahapan proses
pembiayaan di BMT As Salam dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pengajuan Pembiayaan
Pada tahap pengajuan pembiayaan oleh nasabah, terdapat tiga risiko yang
mungkin terjadi. Pertama, terjadi pemalsuan data diri dan ketidakjujuran
informasi yang diberikan oleh nasabah. Kedua, kurangnya pengetahuan
nasabah tentang akad yang akan digunakan.
2. Analisis Pembiayaan
Pada tahap ini risiko yang mungkin terjadi adalah pihak BMT melakukan
kesalahan dalam menganalisis karakter, kapasitas, kapital, kondisi dan
jaminan yang dimiliki nasabah, adanya pemalsuan jaminan oleh nasabah,
dan rendahnya nilai jual jaminan.
3. Penilaian Dokumen
Pada tahap ini tidak ditemukan risiko yang mungkin terjadi. Dikarenakan
penilaian dokumen dilakukan oleh AO yang telah melakukan survei ke
lapangan secara objektif.
4. Persetujuan dan Pengikatan
Pada tahap ini risiko yang mungkin terjadi adalah adanya kekeliruan antara
nasabah dan pihak BMT dalam penetapan akad.
5. Pencairan
Terdapat dua risiko yang mungkin terjadi pada tahap ini. Risiko tersebut
adalah terjadi kesalahan prosedur dalam proses pembiayaan serta lambatnya
pihak BMT dalam memproses permohonan pembiayaan.
6. Pengawasan
Risiko yang berpotensi terjadi pada tahap ini adalah kurangnya pengawasan
terhadap usaha nasabah, kurangnya follow-up oleh pihak BMT serta
keterlambatan pihak BMT dalam menangani pembiayaan bermasalah.
7. Pelunasan
Pada tahap pelunasan ini terdapat risiko terlambatnya nasabah
mengembalikan pembiayaan. Selain keterlambatan, terdapat juga risiko
30
gagal bayar. Gagal bayar oleh nasabah dapat dikarenakan itikad nasabah
yang buruk, usaha nasabah mengalami kerugian atau usaha nasabah
mengalami gagal panen/bencana alam.
Risiko-risiko yang telah dijelakan dapat digolongkan ke dalam risiko
pembiayaan untuk pertanian, mengingat tidak ada perbedaan proses pembiayaan
antara sektor pertanian dan sektor lain serta sebagian besar nasabah BMT As
Salam melakukan pembiayaan untuk mengembangkan usaha pertaniannya.
Kedua, risiko operasional. Risiko operasional dapat berasal dari sumber
daya manusia, kegagalan sistem, dan kegagalan sarana dan infrastruktur BMT.
1. Sumber Daya Manusia (SDM)
Risiko SDM yang terdapat di BMT As Salam meliputi penyebaran
informasi yang tidak merata di kalangan staf, terdapat pandangan negatif
oleh masyarakat sekitar mengenai BMT, serta kurangnya jumlah SDM yang
dimiliki BMT. Risiko SDM juga dapat terjadi karena adanya human error
seperti kurangnya pengetahuan SDM mengenai akad-akad dalam
pembiayaan syariah, kurangny pengetahuan SDM mengenai teknologi
informasi, terjadi kesalahan pencatatan transaksi, hilangnya berkas dan arsip,
kurangnya komunikasi antar staf serta adanya tindakan moral hazard seperti
KKN (korupsi, kolusi dan nepotisme).
2. Sistem
Risiko yang berpotensi terjadi adalah sistem teknologi informasi dan
jaringan BMT mengalami offline atau error.
3. Sarana
Risiko yang mungkin terjadi adalah rusak atau matinya sarana kantor seperti
sarana komunikasi, listri dan air. Hal ini dapat terjadi di luar perkiraan BMT dan
dapat menghambat jalannya kegiatan di BMT As Salam.
Ketiga, risiko yang mungkin terjadi adalah risiko eksternal. Terdapat dua
risiko yang berpotensi untuk terjadi. Pertama, terjadinya bencana alam seperti
gempa bumi, banjir atau serangan hama. Kedua, adanya kebijakan mengikat yang
dapat merugikan BMT. Identifikasi risiko yang telah diuraikan beserta
kemungkinan kejadian dan besar dampaknya terjadinya dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8 Identifikasi risiko
Kelompok
risiko
Nomor
risiko
Identifikasi risiko Kejadian
risiko
Dampak terjadinya
risiko
A. Risiko
Pembiayaan
Pengajuan
Pembiayaan
1 Pemalsuan data diri dan
ketidakjujuran informasi dari
nasabah
5-10 kali Proses pengajuan
diberhentikan
2 Kurangnya pengetahuan nasabah
mengenai akad yang akan
digunakan
> 50 kali Kesalahan pengajuan
produk
Analisis
Pembiayaan
3 Pihak BMT melakukan kesalahan
dalam menganalisis nasabah
(karakter, kapasitas, kapital, kondisi
dan jaminan)
5-10 kali Kesalahan pemberian
pembiayaan kepada
nasabah
4 Pemalsuan jaminan oleh nasabah < 5 kali Pembiayaan tidak
diberikan
5 Rendahnya harga jual jaminan < 5 kali Pembiayaan tidak
diberikan
31
Kelompok
risiko
Nomor
risiko
Identifikasi risiko Kejadian
risiko
Dampak terjadinya
risiko
Persetujuan
dan
Pengikatan
Akad
6 Adanya kekeliruan akad yang
ditetapkan antara nasabah dan BMT
< 5 kali Tidak sahnya akad
yang telah ditetapkan
Pencairan 7 Kesalahan prosedur dalam proses
pembiayaan
< 5 kali Tidak menimbulkan
masalah berarti
8 Keterlambatan BMT dalam
memproses pembiayaan
< 5 kali Ketidakpuasan
nasabah akan
pelayanan BMT
Pengawasan 9 Kurangnya pengawasan terhadap
usaha nasabah
< 5 kali Terhambatnya proses
pembiayaan
10 Kurangnya follow-up oleh pihak
BMT
< 5 kali Terhambatnya proses
pembiayaan
11 Keterlambatan pihak BMT dalam
menangani pembiayaan bermasalah
< 5 kali Terhambatnya proses
pembiayaan
Pelunasan 12 Nasabah terlambat mengembalikan
pembiayaan
11-20
kali
Terganggunya
likuiditas BMT
13 Nasabah gagal bayar karena itikad
yang buruk
5-10 kali Terganggunya
likuiditas BMT
14 Nasabah gagal bayar karena
usahanya mengalami gagal
panen/kerugian
5-10 kali Terganggunya
likuiditas BMT
15 Nasabah gagal bayar karena
mengalami bencana alam
< 5 kali Terganggunya
likuiditas BMT
B. Risiko
Operasional
16 Penyebaran informasi yang tidak
merata dikalangan staf
< 5 kali Pemahaman yang
berbeda antar staf
SDM 17 Pandangan negatif masyarakat
sekitar mengenai BMT
< 5 kali Menurunnya reputasi
BMT
18 Kurangnya SDM 5-10 kali Operasional BMT
tidak optimal
19 Kurangnya pengetahuan SDM
mengenai akad-akad pembiayaan
syariah
11-20
kali
Tidak menimbulkan
masalah berarti
20 Kurangnya pengetahuan SDM
mengenai teknologi informasi
11-20
kali
Tidak menimbulkan
masalah berarti
21 Kesalahan pencatatan transaksi < 5 kali Rusaknya sistem
pencatatan
22 Hilangnya berkas dan arsip < 5 kali Tidak menimbulkan
masalah berarti
23 Kurangnya komunikasi antar staf < 5 kali Terjadi
kesalahpahaman dan
konflik
24 Adanya tindakan KKN < 5 kali Kerugian finansial
dan sistemik
Sistem 25 Sistem teknologi informasi dan
jaringan mengalami offline atau
error
5-10 kali Terhambatnya
kegiatan operasional
dan akses data
Sarana 26 Matinya sarana kantor (komunikasi,
listrik dan air)
5-10 kali Terhambatnya
kegiatan operasional
C. Risiko 27 Terjadinya bencana alam seperti
gempa bumi, tsunami dan banjir
< 5 kali Berhentinya kegiatan
operasional
Eksternal 28 Adanya kebijakan yang
memberatkan BMT
< 5 kali Terganggunya
stabilitas BMT
Sumber: Data primer (2015)
32
Hasil identifikasi risiko pada sektor petanian yang diteliti di BMT As Salam
sejalan dengan penelitian yang dilakukan Tsabita (2013). Hal ini menjelaskan
risiko pembiayaan syariah pada sektor pertanian di daerah yang berbeda memiliki
risiko-risiko yang serupa. Meskipun serupa, terdapat perbedaan pada probabilitas
dan dampak pada tiap risikonya.
Pengukuran dan Pemetaan Risiko
ERM 4: Risk Assessement
Penilaian risiko dilakukan melalui wawancara dengan pihak-pihak yang
dirasa memiliki keahlian, pengalaman dan kompetensi yang dalam bidangnya..
Selanjutnya, hasil penilaian ditaksir dengan metode aproksimasi. Pada Tabel 9
dapat dilihat indikator mengenai kemungkinan terjadinya risiko.
Tabel 9 Indikator kemungkinan terjadinya risiko
Kategori Keterangan Probabilitas Skor
Improbable Hampir tidak mungkin terjadi < 5 kali per tahun 1 Remote Kadang terjadi 5-10 kali per tahun 2 Occasional Mungkin terjadi 11-20 kali per tahun 3 Probable Sangat mungkin terjadi 21-50 kali per tahun 4 Frequent Hampir pasti terjadi > 50 kali kali per tahun 5 Sumber: Goedfrey (1996)
Tabel 10 Indikator dampak terjadinya risiko
Kategori Keterangan Skor
Negligible Tidak menimbulkan masalah berarti bagi pihak bank 1
Marginal Menimbulkan masalah kecil yang dapat diatasi
dengan pengelolaan rutin 2
Serious Mencegah perusahaan memenuhi tujuannya untuk
periode tertentu saja 3
Critical Mengakibatkan pihak bank tidak dapat mencapai
sebagian tujuan jangka panjang, mengganggu
likuiditas bank 4
Catastrophic Mengakibatkan pihak bank tidak dapat mencapai
seluruh tujuan jangka panjang, menyebabkan
kebangkrutan, kematian, atau hukuman pidana 5
Sumber: Goedfrey (1996)
Pada Tabel 10 dapat dilihat indikator mengenai dampak terjadinya risiko.
Kejadian risiko dan dampak risiko yang mungkin terjadi yang telah diuraikan
pada Tabel 8 kemudian dikonversi ke dalam skor sesuai dengan indikator pada
Tabel 9 dan Tabel 10. Skor kemungkinan terjadinya risiko kemudian dikalikan
dengan skor dampak dari risiko tersebut. Hasil perkalian inilah yang nantinya
akan menjadi dasar pengelompokan risiko sesuai dengan kategori tingkatan risiko.
Hasil perkalian antara kemungkinan terjadinya risiko dengan dampak risiko