Page 1
1
ANALISIS QoS PADA JARINGAN MULTI PROTOCOL LABEL SWITCHING
(MPLS) STUDI KASUS DI PELABUHAN INDONESIA III
CABANG TANJUNG INTAN CILACAP
Putri Eka Pratiwi1, Anggun Fitrian Isnawati2, Alfin Hikmaturokhman3
1, 2 & 3 Akatel Sandhy Putra Purwokerto
[email protected] , [email protected] , [email protected]
ABSTRAKSI
Perkembangan komputer saat ini berpengaruh kepada meningkatnya penggunaan jaringan komputer.
Banyaknya perusahaan besar seperti Pelabuhan Indonesia III yang mengembangkan perusahaannya hingga
ke daerah menjadi sebuah tantangan teknologi agar dapat memusatkan seluruh informasi pada satu pusat.
VPN-MPLS merupakan solusi yang sering digunakan oleh banyak perusahaan yang memiliki banyak cabang
yang terpusat, seperti Pelabuhan Indonesia III cabang Tanjung Intan Cilacap. Penggunaan MPLS tersebut
memiliki banyak keuntungan, kualitas dari layanan tersebut juga harus dipastikan karena dalam pengiriman
paket data yang ada, jaringan haruslah memiliki layanan yang baik dengan menyediakan bandwidth,
mengatasi jitter dan delay. Kemampuan tersebut adalah QoS (Quality of Service). QoS di desain untuk
membantu end user (client) menjadi lebih produktif dengan memastikan bahwa user mendapatkan
performansi yang handal dari aplikasi-aplikasi berbasis jaringan. Pengambilan data menggunakan wireshark
dan data diambil dari dua client, yaitu usaha dan kasir. Hasil perhitungan QoS untuk dari seluruh
perhitungan delay adalah 70,569 ms/paket, sedangkan nilai rata – rata delay dari client kasir adalah 116,522
ms/paket dan client usaha 47,593 ms/paket, nilai – nilai tersebut termasuk kategori baik. Hasil perhitungan
untuk jitter dari seluruh perhitungan adalah 125,491 ms/paket dan termasuk dalam kategori sedang
mendekati buruk, sedangkan nilai rata – rata jitter dari client kasir adalah 193,867 ms/paket termasuk
kategori buruk dan client usaha 60,865 ms/paket termasuk kategori baik. Standar yang digunakan dalam
analisa hasil data adalah standar ITU-T G.114 dan standar SLA parameter dari VPN-IP MPLS Gold
Telkom. Secara keseluruhan perhitungan, QoS dari kedua parameter termasuk buruk. Bila dihitung secara
terpisah, QoS client usaha lebih baik dibandingkan QoS client kasir.
Kata kunci: VPN, MPLS, QoS, Jaringan.
ABSTRACT
The development of computers today affect to the increasing use of computer networks. The number of
large companies such as Pelabuhan Indonesia III, that develop the company to become a challenge to the
technology in order to centralize all the information at one center. VPN-MPLS is a solution that is often used by
many companies that have many branches are centralized, such as Pelabuhan Indonesia III cabang Tanjung
Intan Cilacap. Use of MPLS has many advantages, the quality of these services should also be ensured for the
delivery of data packets, the network must have a good service by providing bandwidth, jitter and delay overcome.
That ability is called QoS (Quality of Service). QoS is designed to help the end user (client) to be more productive
by ensuring that users get the reliable performance of network-based applications. Capturing data using
Wireshark and data has taken by two client. Results of delay’s calculation is 70,569 ms/packet, average delay of
client Kasir is 116,522 ms/packet and Usaha’s client is 60,865 ms/packet, and that all value include in good
category . Results of jitter’s calculation are 125,491 ms/packet, and include in bad category, average values of
jitter by client Kasir are 193,867 ms/packet include in bad category and client Usaha 60,865 ms/packet include in
good category. The standard that use by analysis are ITU-T G.114 standard and SLA parameter of VPN-IP
MPLS Gold Telkom standard. Overall calculation, QoS parameters of both include in bad category. When
calculated separately, QoS of client Usaha is better than QoS of client Kasir.
Keywords: QoS, VPN, MPLS, Network.
Page 2
2
1. PENDAHULUAN
Perkembangan komputer saat ini berpengaruh
kepada meningkatnya penggunaan jaringan
komputer. Perangkat jaringan komputer pun ikut
berkembang dengan pesat seperti repeater dan HUB
yang mampu melayani client tanpa proses apapun.
Banyaknya kemajuan teknologi yang ada
menyebabkan kebutuhan akan kecepatan transfer
data semakin tinggi. Seiring berkembangnya
teknologi yang ada, pihak pelabuhan saat ini
menggunakan VPN-MPLS (Virtual Private Network
– Multi Protocol Label Switching). VPN (Virtual
Private Network) merupakan suatu jaringan
komunikasi yang dimiliki secara pribadi oleh suatu
perusahaan yang masih menggunakan medium
internet untuk menghubungkan antara suatu lokasi
ke lokasi yang lain secara aman. VPN adalah salah
satu cara untuk membuat sambungan any to any di
atas jaringan publik seperti internet, tanpa klien yang
satu dengan klien yang lain saling mengetahui.
Multiprotocol Label Switching (MPLS) adalah suatu
solusi untuk permasalahan yang dihadapi oleh
kecepatan jaringan, rancangan lalu-lintas dan
manajemen. MPLS telah muncul sebagai suatu
solusi rapi untuk menemui bandwidth-management
dan kebutuhan untuk jaringan tulang punggung
berbasis IP selanjutnya. Setelah beralih
menggunakan layanan jaringan VPN-MPLS
tersebut, semua aplikasi yang ada terpusat di
Surabaya sebagai kantor pusat dan mempermudah
maintenance aplikasi tanpa harus meninjau langsung
ke cabang yang bermasalah sehingga menghemat
anggaran biaya perjalanan dinas. Walaupun dalam
penggunaan MPLS tersebut memiliki banyak
keuntungan, kualitas dari layanan tersebut juga harus
dipastikan karena dalam pengiriman paket data yang
ada, jaringan haruslah memiliki layanan yang baik
dengan menyediakan bandwidth, mengatasi jitter
dan delay. Kemampuan tersebut adalah QoS
(Quality of Service). QoS didesain untuk membantu
end user (client) menjadi lebih produktif dengan
memastikan bahwa user mendapatkan performansi
yang handal dari aplikasi-aplikasi berbasis jaringan.
Sehingga permasalahan yang di angkat adalah
bagaimana QoS dari jaringan MPLS pada Pelabuhan
Indonesia III cabang Tanjung Intan Cilacap, dengan
pengamatan langsung dan perhitungan parameter
yang dilakukan serta melihat standar dari literature
yang ada.
2. Dasar Teori
A. Jaringan Komputer
Jaringan komputer merupakan himpunan
“interkoneksi” antara dua komputer autonomous
atau lebih yang terhubung dengan media transmisi
kabel atau tanpa kabel (wireless). Sebuah jaringan
komputer yang ditunjukkan pada gambar
2.1.,sekurang – kurangnya terdiri dari dua unit
komputer atau lebih.
B. VPN
VPN adalah suatu jaringan pribadi yang dibuat
dengan menggunakan jaringan publik (internet), atau
dengan kata lain menciptakan suatu WAN yang
sebenarnya terpisah baik secara fisikal maupun
geografis sehingga secara logika membentuk satu
jaringan tunggal, paket data yang mengalir antar site
maupun dari user yang melakukan remote akses
akan mengalami enkripsi dan authentikasi sehingga
menjamin keamanan, integritas dan validitas data.
Keuntungan VPN
Meningkatkan keamanan,
Memberikan konektivitas geografis yang
luas,
Mereduksi biaya operasional (dibandingkan
dengan jaringan – jaringan WAN tradisional),
Meningkatkan produktivitas,
Menyederhanakan topologi jaringan.
C. MPLS
MPLS (Multi Protocol Label Switching) adalah
salah satu metoda yang dapat digunakan untuk
tuning jaringan agar lebih meningkatkan performa
jaringan. MPLS merupakan teknik untuk
mengintegrasikan IP dengan ATM dalam jaringan
backbone yang sama. Teknologi MPLS
mempersingkat proses – proses yang ada di IP
routing tradisional dengan mengandalkan sistem
label switching.
Keuntungan MPLS
a. Mengurangi banyaknya proses pengolahan di
IP Routers, serta memperbaiki proses
pengiriman suatu paket data.
b. Menyediakan QoS dalam jaringan backbone,
sehingga setiap layanan paket yang dikirimkan
akan mendapat perlakuan sesuai skala prioritas.
Page 3
3
D. QoS
Quality of Service (QoS) adalah kemampuan
suatu jaringan untuk menyediakan layanan yang
baik dengan menyediakan bandwidth, mengatasi
jitter dan delay di berbagai macam teknologi
meliputi jaringan IP dan lainnya. QoS didesain untuk
membantu end user (client) menjadi lebih produktif
dengan memastikan bahwa user mendapatkan
performansi yang handal dari aplikasi-aplikasi
berbasis jaringan. Tujuan dari QoS adalah untuk
memenuhi kebutuhan – kebutuhan layanan yang
berbeda, yang menggunakan infrastruktur yang
sama.
Parameter QoS
Jitter atau variasi kedatangan paket,
merupakan masalah khas dari connectionless
network atau packet switched network. Jitter
didefinisikan sebagai variasi delay antar paket yang
diakibatkan oleh panjang queue dalam suatu
pengolahan data dan reassemble paket – paket data
di akhir pengiriman akibat kegagalan sebelumnya.
Delay antrian pada router dan switch dapat
menyebabkan jitter[1]. Semakin besar beban trafik
atau nilai variasi delay di dalam jaringan akan
menyebabkan semakin besar pula peluang terjadinya
tumbukan antar paket, sehingga nilai jitter akan
semakin besar dan menyebabkan nilai QoS semakin
turun. Secara umum jitter merupakan masalah dalam
slow speed links. Diharapkan bahwa peningkatan
QoS dengan mekanisme priority buffer, bandwidth
reservation (RSVP, MPLS dan lain – lain) dan high
speed connections dapat mereduksi masalah jitter di
masa yang akan datang.
Perhitungan jitter menggunakan rumus sebagai
berikut :
Jitter = Total Variasi 𝐷𝑒𝑙𝑎𝑦
Total paket yang diterima−1 (1)
Total variasi delay merupakan jumlah dari
selisih tiap nilai delay, dirumuskan sebagai berikut :
Total Variasi Delay = (delay 2 – delay 1) + (delay 3
– delay 2) + … + (delay n –
delay (n-1)) (2)
Jitter diantara titik awal dan akhir komunikasi
seharusnya kurang dari 150 ms sedangkan untuk
wireless kurang dari 5 ms[2]. Kategori kinerja
jaringan berbasis IP dalam jitter versi
Telecommunications and Internet Protocol
Harmonization Over Network (TIPHON)
mengelompokkan menjadi empat kategori
penurunan kinerja jaringan berdasarkan nilai jitter
seperti terlihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Kategori Jitter
KATEGORI
DEGRADASI PUNCAK JITTER
Sangat Bagus 0 ms
Bagus 0 s/d 75 ms
Sedang 76 s/d 125 ms
Jelek / Buruk 125 s/d 225 ms
Delay adalah waktu yang dibutuhkan data
untuk menempuh jarak dari asal ketujuan. Delay
dapat dipengaruhi oleh jarak, media fisik, kongesti
atau juga waktu proses yang lama. Untuk
mengetahui nilai delay rata – rata adalah dengan
melihat lama waktu yang digunakan dan total paket
yang diterima. Baik buruknya suatu delay
ditunjukkan pada tabel 2.
Secara matematis nilai delay dapat dirumuskan
pada persamaan 3 :
Delay rata – rata = Total waktu
Total paket yang diterima (3)
Tabel 2. Rekomendasi ITU-T G.114 untuk delay
Range
dalam Milisecon Penjelasan
0 – 150 ms
Dapat diterima untuk banyak
pengguna aplikasi
150 – 400 ms
Dapat diterima dengan
ketentuan bahwa
administrator mengetahui
waktu transmisi dan
dampaknya pada kualitas
transmisi pengguna aplikasi.
> 400 ms
Tidak dapat diterima untuk
tujuan perencanaan jaringan
umum, diakui bahwa dalam
beberapa kasus khusus batas
ini akan terlampaui.
Page 4
4
Paket Layanan VPN IP MPLS TELKOM
Standar paket layanan VPN IP adalah
berdasarkan "Class of Service (CoS) VPN IP"
dengan enam paket, merupakan paduan dari tiga
komposisi yaitu layanan Interaktif, Gold dan Silver :
Tabel 3.VPN IP Interactive[11]
CoS Penjelasan Aplikasi Parameter
SLA
CPE
Services
V
PN
IP
Inte
racti
ve
Layanan
yang
mendukun
g aplikasi
komunikas
i real time
dengan
sensitifitas
yang tinggi
untuk
delay dan
jitter :
· IP PBX
· IPVideo
Conferenc
e
· IP
Surveillanc
e
Voice
Call &
Video
Confere
ncing
Network
Availabili
ty = 99%
Latency =
125 ms
Jitter = 75
ms
Packet
Loss <=
0.5 %
Managed
Tabel 4. VPN IP Silver
CoS Penjelasan Aplikasi Parameter
SLA
CPE
Services
VP
N IP
Silv
er
Layanan
yang
mendukung
aplikasi non-
kritikal yang
kurang
sensitif
terhadap
delay :
Internet,Extra
net
Micros
oft
Exchan
ge
,E-mail,
FTP,
HTTP,
SMTP
Network
Availabil
ity =
99%
Un-
manag
ed
Manag
ed
Tabel 5. VPN IP Gold
CoS Penjelasan Aplikasi Parameter
SLA
CPE
Services
VPN
IP
Gold
Layanan
yang
mendukun
g aplikasi
kritikal
yang
interaktif
dan
tergantung
waktu,
seperti
aplikasi
client-
server dan
aplikasi
database
(real
time and
time
dependent)
:
-
Intranet &
Extranet
-
Disaster
Recovery
-
Carrier
Interconne
ct
SAP,
Siebel,
Oracle,
Baan,
people
Soft,
Citrix
Network
Availabilit
y = 99%
Latency =
125-150
ms
Packet
Loss <= 5
%
Manage
d
Page 5
5
3. Analisis QoS Jaringan
A. Parameter Delay
Parameter yang digunakan untuk menghitung
rata – rata delay ini adalah total delay dibagi total
paket. Gambar 1. menunjukan nilai total delay
sebesar 1799,453 sec dan total paket sebesar 8010
paket yang terdapat pada summary wireshark.
Gambar 1. Parameter perhitungan delay pada
summary wireshark
Perhitungan delay dalam bentuk matematis
untuk Kasir 1 ditunjukan sebagai berikut :
Delay rata - rata = Total Waktu
Total Paket yang Diterima
= 1799,453 sec
8010 paket
= 224,651 ms/paket
Seluruh perhitungan untuk delay rata – rata
ditunjukan pada tabel 6.
Tabel 6. Delay
Client
Parameter yang diukur Delay rata –
rata
(ms/paket) Total
Waktu(s)
Total paket
yang diterima
Kasir1 1799,453 8010 224,651
Kasir 2 1799,687 14915 120,663
Kasir 3 1800,636 14914 120,735
Kasir 4 1799,384 17068 105,424
Kasir 5 1799,376 15087 119,267
Kasir 6 1799,595 9461 190,212
Kasir 7 1800,491 8972 200,679
Kasir 8 1799,514 11203 160,628
Usaha 1 1799,979 47986 37,511
Usaha 2 1799,388 72951 24,666
Usaha 3 1612,919 55295 29,169
Usaha 4 1687,077 23223 72,647
Usaha 5 1635,586 62510 26,165
Usaha 6 1693,202 47134 35,923
Usaha 7 1746,724 15188 115,007
Usaha 8 1799,459 45376 39,657
Hasil analisa delay yang didapatkan merujuk
rekomendasi ITU-T G 114 pada tabel 2 dan SLA
parameter VPN-IP Gold pada tabel 5.
Pada tabel 6., tampak beberapa data sampling
yang anomali dibandingkan data lainnya yaitu data
pada Kasir 1, 6, 7, dan 8. Dikatakan anomali karena
nilai delay rata – rata pada client kasir 1, 6, 7 dan 8
tersebut melebihi nilai rekomendasi rujukan.
Sifat anomali data ini berdasarkan atas sumber
data yang diperoleh (capture), tidak mampu
dijelaskan atau tidak ada data pendukung yang dapat
menjelaskan kenapa terjadi anomali tersebut.
Sehingga untuk mendapatkan hasil analisa yang
presentatif maka data anomali tersebut tidak
dimasukkan dalam proses analisa data. Untuk
selanjutnya data yang diproses lebih lanjut adalah
tabel 7.
Page 6
6
Tabel 7. Data Analisa Delay
Client
Parameter yang diukur Delay rata
– rata
(ms/paket) Total Waktu(s)
Total paket
yang
diterima
Kasir 2 1799,687 14915 120,663
Kasir 3 1800,636 14914 120,735
Kasir 4 1799,384 17068 105,424
Kasir 5 1799,376 15087 119,267
Usaha 1 1799,979 47986 37,511
Usaha 2 1799,388 72951 24,666
Usaha 3 1612,919 55295 29,169
Usaha 4 1687,077 23223 72,647
Usaha 5 1635,586 62510 26,165
Usaha 6 1693,202 47134 35,923
Usaha 7 1746,724 15188 115,007
Usaha 8 1799,459 45376 39,657
Rata – rata 1747,785 35970,583 70,569
Dari tabel 7., rata – rata total waktu dari proses
penangkapan adalah 1747,785 sec atau sekitar 29
menit 8 detik, dan rata – rata total paket yang
diterima adalah 35970,583 paket, sehingga rata –
rata nilai delay yang didapatkan adalah 70,569
ms/paket. Hasil tersebut merupakan nilai yang
sangat baik dengan melihat standar dari rujukan
yang digunakan.
Sedangkan bila di analisa per client yang
digunakan, maka dengan melihat tabel 8 dan tabel 9
terdapat perbedaan.
Tabel 8. yaitu tabel data analisa delay client
kasir memiliki empat data anomali dari delapan data
penangkapan, sehingga hanya tersisa empat data
yang mampu dijelaskan dalam analisa, yaitu kasir 2,
3, 4 dan 5. Rata – rata total waktu yang didapatkan
dari ke empat data client kasir adalah 1799,771 atau
sekitar 29 menit 59,8 detik dan rata – rata paket yang
tertangkap adalah 15496 paket, sehingga nilai delay
rata – rata client kasir menjadi 116,522 ms/paket.
Nilai tersebut lebih besar dari nilai rata – rata delay
keseluruhan client, namun masih dalam kategori
baik atau dapat diterima oleh banyak aplikasi dengan
melihat rujukan yang digunakan.
Tabel 8. Data Analisa Delay pada Kasir
Client
Parameter yang diukur Delay rata –
rata
(ms/paket) Total
Waktu(s)
Total paket
yang
diterima
Kasir 2 1799,687 14915 120,663
Kasir 3 1800,636 14914 120,735
Kasir 4 1799,384 17068 105,424
Kasir 5 1799,376 15087 119,267
Rata –
rata 1799,771 15496 116,522
Tabel 9. merupakan tabel data analisa delay
client usaha, memiliki nilai rata – rata total waktu
1721,792 sec atau 28 menit 41,8 detik dan nilai rata
– rata paket yang tertangkap adalah 46207,875
paket, sehingga nilai rata – rata delay yang di dapat
adalah 47,593 ms/paket. Nilai rata – rata delay client
usaha masuk dalam kategori baik dengan melihat
rujukan yang digunakan.
Tabel 9. Data Analisa Delay pada Usaha
Client
Parameter yang diukur Delay rata –
rata
(ms/paket) Total
Delay(s)
Total paket
yang
diterima
Usaha 1 1799,979 47986 37,511
Usaha 2 1799,388 72951 24,666
Usaha 3 1612,919 55295 29,169
Usaha 4 1687,077 23223 72,647
Usaha 5 1635,586 62510 26,165
Usaha 6 1693,202 47134 35,923
Usaha 7 1746,724 15188 115,007
Usaha 8 1799,459 45376 39,657
Rata –
rata 1721,792 46207,875 47,593
Selain perbedaan data analisa yang digunakan
pada client kasir dan client usaha, dapat terlihat dari
besar nilai dari rata – rata total waktu, paket yang
tertangkap serta nilai delay. Client kasir memiliki
rata – rata total waktu yang lebih besar dibandingkan
dengan client usaha, sedangkan rata – rata paket
yang tertangkap client kasir lebih sedikit
dibandingkan dengan client usaha, berarti client
kasir hanya mampu menangkap lebih sedikit paket
dengan waktu yang lebih besar dari client usaha.
Sehingga nilai tersebut berpengaruh terhadap hasil
rata – rata delay tiap client.
Nilai rata – rata delay dari kedua client belum
termasuk kategori buruk, namun nilai rata – rata
Page 7
7
delay dari client usaha lebih baik dibandingkan
dengan nilai rata – rata delay client kasir, karena
semakin kecil nilai delay akan semakin baik nilai
QoS.
B. Parameter Jitter
Jitter didapatkan dari hasil pembagian total
variasi delay dan total paket yang diterima. Total
paket yang diterima dikurangi nilai satu karena
variasi delay dihitung diantara dua delay, sehingga
bila dihitung keseluruhan paket menjadi minus satu.
Nilai total paket yang diterima sebesar 8010 dapat dilihat pada summary wireshark seperti pada
gambar 3., dan nilai total variasi delay yaitu
2045,554 sec yang diambil pada gambar 2. dengan
warna hijau.
Gambar 2. Lembar Kerja Hasil Konversi
Gambar 3. Jumlah Paket pada Summary Wireshark
Dengan melihat persamaan 2.1, bila dituliskan
dalam bentuk matematis untuk Kasir 1, maka akan
menjadi :
Jitter = Total Variasi 𝐷𝑒𝑙𝑎𝑦
Total Paket Data−1
= 2045,554 𝑠𝑒𝑐
8009 𝑝𝑎𝑘𝑒𝑡
= 255,4069323 ms/paket
Seluruh perhitungan jitter dapat dilihat pada
Tabel 10.
Page 8
8
Tabel 10. Jitter
Client
Parameter yang diukur
Jitter
(ms/paket) Total Variasi
Delay(s)
Total paket
yang diterima
– 1
Kasir1 2045,554 8009 255,407
Kasir 2 2602,837 14914 174,523
Kasir 3 2627,865 14913 176,213
Kasir 4 2581,233 17067 151,241
Kasir 5 2438,424 15086 161,635
Kasir 6 2025,377 9460 214,099
Kasir 7 2114,124 8971 235,662
Kasir 8 2040,531 11202 182,158
Usaha 1 2341,807 47985 48,803
Usaha 2 2214,456 72950 30,356
Usaha 3 2110,591 55294 38,170
Usaha4 2431,016 23222 104,686
Usaha5 2354,281 62509 37,663
Usaha6 2047,705 47133 43,445
Usaha7 2074,684 15187 136,609
Usaha8 2141,029 45375 47,185
Rata -
rata 2261,970 29329,813 125,491
Analisa jitter menggunakan hasil data
perhitungan keseluruhan jitter pada tabel 4. dengan
melihat rujukan standar jitter pada tabel 2.
Rata – rata total variasi delay dari proses
penangkapan adalah 2261,970 sec atau sekitar 37
menit 41,97 detik, dan rata – rata total paket yang
diterima adalah 29329,813 paket, sehingga rata –
rata nilai jitter yang didapatkan adalah 125,491
ms/paket. Hasil tersebut merupakan nilai sedang
mendekati buruk dengan melihat standar dari
rujukan yang digunakan.
Tabel 11. Data Analisa Jitter pada Kasir
Client
Parameter yang diukur
Jitter
(ms/paket) Total
Variasi
Delay(s)
Total
paket
yang
diterima
– 1
Kasir1 2045,554 8009 255,407
Kasir 2 2602,837 14914 174,523
Kasir 3 2627,865 14913 176,213
Kasir 4 2581,233 17067 151,241
Kasir 5 2438,424 15086 161,635
Kasir 6 2025,377 9460 214,099
Kasir 7 2114,124 8971 235,662
Kasir 8 2040,531 11202 182,158
Rata -
rata 2309,493 12452,75 193,867
Sedangkan bila di analisa per client yang
digunakan, maka dengan melihat tabel 11 dan tabel
12 terdapat perbedaan. Tabel 11 yaitu tabel data
analisa jitter client kasir, memiliki rata – rata total
variasi delay yang didapatkan 2309,493 sec atau
sekitar 38 menit 29,5 detik dan rata – rata paket yang
tertangkap adalah 12452,75 paket, sehingga nilai
jitter rata – rata client kasir menjadi 193,867
ms/paket. Nilai tersebut lebih besar dari nilai rata –
rata jitter keseluruhan client, dan termasuk dalam
kategori buruk.
Tabel 12. Data Analisa Jitter pada Usaha
Client
Parameter yang diukur
Jitter
(ms/paket) Total
Variasi
Delay(s)
Total paket
yang diterima –
1
Usaha 1 2341,807 47985 48,803
Usaha 2 2214,456 72950 30,356
Usaha 3 2110,591 55294 38,170
Usaha4 2431,016 23222 104,686
Usaha5 2354,281 62509 37,663
Usaha6 2047,705 47133 43,445
Usaha7 2074,684 15187 136,609
Usaha8 2141,029 45375 47,185 Rata -
rata 2214,446 46206,875 60,865
Tabel 12. yaitu tabel data analisa jitter client
usaha, memiliki nilai rata – rata total variasi delay
2214,446 sec atau 36 menit 54,45 detik dan nilai rata
– rata paket yang tertangkap adalah 46206,875
paket, sehingga nilai rata – rata jitter yang di dapat
adalah 60,865 ms/paket. Nilai rata – rata jitter client
usaha masuk dalam kategori baik atau bagus dengan
melihat rujukan yang digunakan.
Selain perbedaan data analisa yang digunakan
pada client kasir dan client usaha, dapat terlihat dari
besar nilai dari rata – rata total variasi delay, paket
yang tertangkap serta nilai jitter. Client kasir
memiliki rata – rata total variasi delay yang lebih
besar dibandingkan dengan client usaha, sedangkan
rata – rata paket yang tertangkap client kasir lebih
sedikit dibandingkan dengan client usaha, berarti
client kasir hanya mampu menangkap lebih sedikit
paket dengan waktu yang lebih besar dari client
usaha. Sehingga nilai tersebut berpengaruh terhadap
hasil rata – rata jitter tiap client.
Nilai rata – rata jitter dari kedua client
termasuk kategori sedang mendekati buruk.
Sedangkan nilai rata – rata jitter dari client usaha
termasuk kategori bagus, nilai ini lebih baik
Page 9
9
dibandingkan dengan nilai rata – rata jitter client
kasir yang termasuk kategori jelek. Semakin kecil
nilai jitter akan semakin baik nilai QoS. Sehingga
nilai QoS pada client usaha lebih baik daripada
client kasir.
Dari kedua parameter QoS yang didapatkan,
nilai delay dan jitter dari perhitungan keseluruhan
dua client belum termasuk kategori sangat buruk
hingga tidak dapat di terima, namun perbedaan besar
nilai QoS dapat terlihat antara client kasir dengan
client usaha. Client kasir memiliki nilai delay dan
jitter yang lebih besar dibandingkan client usaha,
menyebabkan nilai QoS yang lebih buruk.
Sedangkan nilai QoS client usaha lebih baik dengan
melihat hasil nilai delay dan jitter yang berada pada
kategori bagus.
4. KESIMPULAN 1. Standar yang digunakan adalah standar ITU-T
G114, standar jitter, dan standar layanan yang
digunakan, yaitu VPN IP MPLS Gold.
2. Parameter Delay dari seluruh perhitungan
menunjukan rata – rata nilai delay termasuk
kategori baik yaitu 70,569 ms/paket. Walaupun
nilai rata – rata delay pada client kasir dan
client usaha termasuk dalam kategori baik, nilai
delay client usaha lebih baik yaitu sebesar
47,593 ms/paket dibandingkan nilai client kasir
sebesar 116,522 ms/paket, karena semakin
kecil delay yang dihasilkan, semakin baik
kualitas jaringan.
3. Parameter Jitter dari seluruh perhitungan
menunjukan rata – rata nilai jitter termasuk
kategori sedang mendekati buruk yaitu sebesar
125,491 ms/paket. Sedangkan nilai rata – rata
jitter pada client kasir termasuk dalam kategori
buruk yaitu sebesar 193,867 ms/paket. Hal
yang berbeda ditunjukkan oleh client usaha
dimana nilai rata – rata jitter yang didapatkan
termasuk kategori baik dengan nilai 60,865
ms/paket.
4. Secara keseluruhan perhitungan kedua
parameter, QoS dari kedua client termasuk
dalam kategori sedang. Bila dihitung secara
terpisah, QoS client usaha lebih baik
dibandingkan QoS client kasir.bumi ke arah
antena satelit, sehingga tidak terjadi pointing
loss.
5. SARAN
Pengerjaan Tugas Akhir tentang jaringan
MPLS ini masih sangat sederhana. Diharapkan pada
pengembangan selanjutnya mampu membahas lebih
detail tentang parameter – parameter pendukung
jaringan VPN-MPLS selain Qos, serta simulasi
jaringan yang lebih detail supaya dapat dipahami
oleh masyarakat luas, khususnya pengguna layanan
VPN-MPLS. Topik baru yang mampu dilanjutkan
dari topik Tugas Akhir ini adalah simulasi jaringan
VPN-MPLS pada perusahaan menggunakan GNS3.
Penggunaan simulasi memudahkan pemahaman
administrator jaringan dalam memelihara serta
mengembangkan jaringan yang digunakan.
6. DAFTAR PUSTAKA
[1] Agung, Ismail W dan Yoki Merdian,
Analisis dan Perancangan VPN
menggunakan VPN MPLS pada PT Global
Hosting Management, Universitas Bina
Nusantara, Program Studi Teknik
Informatika, Skripsi Sarjana Komputer,
Jakarta, 2007
[2] Basuki,Mudji, (2007, Oktober), Positioning
MPLS, Dokumen PDF.[Online]. Ilmu
Komputer.com.
[3] Dwi,Imas Rahmawati, (2012),“Analisa QoS
Pada Jaringan MPLS IPv6 Berbasis
Routing OSPF”, Politeknik Elektronika
Negeri Surabaya, Surabaya.
[4] Diktat Kuliah, (Juni 2012), BABXVI :
Quality of Service (QoS) dan
Pengukurannya, ITT Telkom
Bandung,http://www.scribd.com.
[5] Dhoto,(2013, Maret), Pelatihan Cisco,
Dokumen PDF [ONLINE],
http://dosen.narotama.ac.id
[8] Falani,Zakki, (2012, September) SPP
Membangun LAN dengan Windows XP,
Dokumen PDF [ONLINE]
http://dosen.narotama.ac.id.
[9] Ferguson, Paul, dan Geoff Huston, (1998),
What is a VPN ”, CISCO, Dokumen PDF.
[10] Heywood,Drew, Konsep dan Penerapan
Microsoft TCP/IP, diterjemahkan oleh
Daniel M.W ,Yogyakarta, Penerbit ANDI.
Page 10
10
[11] Jaya,Safitri. MODUL KULIAH PKPP –
STTI NIIT I-TECH. SLA (Service Level
Agreement) Manajemen Proyek PKKP
SISTEM INFORMASI & TEKNIK
INFORMATIKA11 (sebelas). Dokumen
Doc
[12] Maman,Ujang, (2009,Maret), VPN IP
(Virtual Private Network IP) Telkom,
[ONLINE] http://urang-
plered.blogspot.com
[13 Purwaningsih,Heni, Analisis dan
Perancangan Jaringan MPLS PT.Telkom
Yogyakarta, Sekolah Tinggi Manajemen
Informatika dan Komputer AMIKOM,
Yogyakarta,2011.
[14] Rafiudin,Rahmat, CISCO Router
Konfigurasi Voice, Video dan Fax,
Yogyakarta, Indonesia, Penerbit ANDI:
2006.
[15] Rafiudin,Rahmat, Konfigurasi Sekuriti
Jaringan CISCO, Jakarta, Indonesia,
PT.Elex Media Komputindo: 2005.
[16] Richi, Dwi Agustia, Rancang Bangun
Media Informasi Kesenian Daerah
Berbasis Web Dalam Bentuk Layanan
Video On Demand (VoD) Dengan
Menggunakan Metode Pseudo HTTP
Streaming (Studi Kasus Bandung
Heritage), Fakultas Teknik dan Informatika
Universitas Komputer Indonesia, Bandung,
Skripsi Sarjana Teknik Informatika, 2011
[17] Rijayana,Iwan, (2005), “Teknologi MPLS
untuk Meningkatkan Performa Jaringan”,
Universitas Widyatama, Bandung.
[18] Setya,Bagus Permana, (2009), Teknologi
MPLS, Belajar Telekomunikasi.
[19] Sistem Telekomunikasi, (2008,Januari)
,BAB 4 Kualitas Layanan Pada Sistem
Telekomunikasi, Politeknik Telkom
Bandung, Diktat Kuliah, Dokumen Doc.
[20] Sukmaaji,Anjik dan Rianto, Jaringan
Komputer Konsep Dasar Pengembangan
Jaringan dan Keamanan Jaringan,
Yogyakarta, Indonesia, Penerbit ANDI:
2008.
[21] Syafrizal,Melwin, Pengantar Jaringan
Komputer, Yogyakarta, Indonesia: Penerbit
ANDI , 2005.
[22] Tania,Saras, (2013, September), Desain
Service Level Agreement dan Operation
Level Agreement Proses Bisnis
Penanganan Gangguan Jaringan Akses
Speedy Pada PT TELKOM Kandatel
Jakarta Barat, ITT Bandung[ONLINE],
digilib.ittelkom.ac.id
[21] Wahyu ,Guntur Wibowo, “Implementasi
dan Analisis Perbandingan Performansi
Layanan Live Radio Streaming pada
Jaringan Komputer Berbasis Ipv4”,
Politeknik Telkom Bandung
[22] Wastuwibowo,Kuncoro,(2012, April),
Jaringan MPLS , Dokumen PDF,
[ONLINE], Ilmu Komputer.com.