Konferensi Nasional Teknik Sipil 4 (KoNTekS 4) Sanur-Bali, 2-3 Juni 2010 Universitas Udayana – Universitas Pelita Harapan Jakarta – Universitas Atma Jaya Yogyakarta I - 1 Analisis Preferensi Wisatawan Cruise Terhadap Pemilihan Destinasi: Studi Kasus Pulau Bali Nyoman Budiartha R.M 1 , Djauhar Manfaat 2 , Tri Achmadi 3 1 Kandidat Doktor, 2 Promotor, 3 Co Promotor Program Pasca Sarjana Teknologi Kelautan Fakultas Teknologi Kelautan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya ABSTRAK Perkembangan pada sektor pariwisata Dunia telah memberi peluang yang sangat besar pada wisatawan cruise. Perkembangan ini tidak hanya menyangkut jumlah kapal tapi juga menyangkut ukuran kapal. Dinamika pasar yang terjadi pada dunia pariwisata ini menuntut adanya inovasi pengembangan teknologi dan manajemen secara berkelanjutan dalam upaya meningkatkan nilai tambah yang optimal pada sektor pariwisata ini. Persyaratan yang tinggi untuk melayani wisatawan cruise yang hanya singggah dalam waktu yang singkat (short time scale). Suatu tantangan bagi pariwisata Bali (local resources), manajemen lalu lintas dan prasarana pendukungnya serta dibutuhkan pengembangan atau pembangunan pelabuhan baru dengan perencanaan yang teliti serta pengaturan destinasi (manajemen destinasi). Untuk mencapai tujuan ini, adalah penting untuk memahami mengapa orang bepergian ke Bali dan factor-faktor apa yang mempengaruhi pilihan mereka. Bali dipilih sebagai studi kasus, karena Bali masih tetap merupakan salah satu daerah tujuan wisata (destinasi) utama yang diminati oleh wisatawan mancanegara yang masuk ke Indonesia. Studi ini mengidentifikasi factor-faktor yang berpengaruh dalam pemilihan destinasi oleh wisatawan mancanegara yang datang ke Bali dan mengevaluasi preferensi wisatawan terhadap destinasi yang dipilih. Model AHP 4 tingkat, yang terdiri dari 22 atribut pada keempat tingkat, diusulkan dan diuji dengan menggunakan data yang dikumpulkan dari para wisatawan yang berkunjung ke pulau Bali untuk menentukan kreteria pemilihan factor-faktor yang relatif penting. Dengan menggunakan teori fuzzy dan TOPSIS, preferensi dari 47 destinasi yang ada di Bali dikelompokkan menjadi 11 destinasi untuk setiap kreteria dapat dievaluasi dan diberi peringkat akhir. Hasil-hasil yang didapat mengindikasikan bahwa kunjungan persahabatan/relative dan keamanan pribadi nampaknya menjadi 2 faktor yang paling penting untuk kedatangan (inbound) wisatawan yang berkunjung ke Bali, biaya/ongkos tidak begitu penting dan paket destinasi Jimbaran, Nusa Dua dan Kuta adalah menjadi prioritas pertama dalam kunjungan ke Bali Kata Kunci: Wisatawan Cruise, Kebutuhan dan Motivasi wisatawan, Destinasi, AHP, TOPSIS, Pulau Bali 1. IDENTIFIKASI MASALAH Ditengah pertumbuhan pariwisata dunia yang cenderung terus meningkat ini, justru pariwisata Indonesia akhir-akhir ini tidak mengalami perkembangan yang cukup berarti (stagnan) dan sangat jauh tertinggal dibandingkan negara- negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, Thailand, Hal ini tercermin dari peningkatan jumlah kedatangan wisatawan ke Indonesia yang jauh tertinggal dibandingkan dengan Negara-negara lainnya di kawasan Asia Tenggara seperti misalnya malaysia pada tahun 2008 ini berhasil mendatangkan wisatawan dalam jumlah 22 juta orang sangat jauh dibandingkan Indonesia yang hanya 6,4 juta orang . (seperti diperlihatkan pada gambar 1-1). Padahal apa yang ada di Malaysia pasti ada di Indonesia karena mempunyai kesamaan dalam lokasi geografinya, masyarakatnya, sejarahnya, bahasanya, kebudayaannya dan sumber alamnya. Dua Negara juga menjual atraksi yang sama, pantai, gunung,, kebudayaan, kerajinan dan seni (Aznam 1992). Sebaliknya apa yang ada di Indonesia belum tentu ada di Malaysia. Seperti pulau Bali yang tahun 2009 ini mendapat penghargaan Award for Asia’s Best Resort Destination (Pulau Wisata Terbaik Asia) dari Asia Magazine Perkembangan pada sektor pariwisata Dunia telah memberi peluang yang sangat besar pada wisatawan cruise. Industri cruise merupakan katagori yang paling manarik dalam pasar pariwisata sejak tahun 1990, industri ini memiliki pertumbuhan penumpang rata-rata 7,4 % per tahun.
22
Embed
Analisis Preferensi Wisatawan Cruise Terhadap Pemilihan ...konteks.id/p/04-001.pdf · (on-shore), tema baru dan panjang/jarak pelayaran baru mencerminkan perubahan pada pola liburan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Konferensi Nasional Teknik Sipil 4 (KoNTekS 4)
Sanur-Bali, 2-3 Juni 2010
Universitas Udayana – Universitas Pelita Harapan Jakarta – Universitas Atma Jaya Yogyakarta I - 1
Analisis Preferensi Wisatawan Cruise Terhadap Pemilihan Destinasi:
Studi Kasus Pulau Bali
Nyoman Budiartha R.M
1, Djauhar Manfaat
2, Tri Achmadi
3
1Kandidat Doktor,
2Promotor,
3Co Promotor Program Pasca Sarjana Teknologi Kelautan
Fakultas Teknologi Kelautan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
ABSTRAK
Perkembangan pada sektor pariwisata Dunia telah memberi peluang yang sangat besar pada
wisatawan cruise. Perkembangan ini tidak hanya menyangkut jumlah kapal tapi juga menyangkut
ukuran kapal. Dinamika pasar yang terjadi pada dunia pariwisata ini menuntut adanya inovasi
pengembangan teknologi dan manajemen secara berkelanjutan dalam upaya meningkatkan nilai
tambah yang optimal pada sektor pariwisata ini. Persyaratan yang tinggi untuk melayani wisatawan
cruise yang hanya singggah dalam waktu yang singkat (short time scale). Suatu tantangan bagi
pariwisata Bali (local resources), manajemen lalu lintas dan prasarana pendukungnya serta
dibutuhkan pengembangan atau pembangunan pelabuhan baru dengan perencanaan yang teliti serta
pengaturan destinasi (manajemen destinasi).
Untuk mencapai tujuan ini, adalah penting untuk memahami mengapa orang bepergian ke Bali dan
factor-faktor apa yang mempengaruhi pilihan mereka. Bali dipilih sebagai studi kasus, karena Bali
masih tetap merupakan salah satu daerah tujuan wisata (destinasi) utama yang diminati oleh
wisatawan mancanegara yang masuk ke Indonesia.
Studi ini mengidentifikasi factor-faktor yang berpengaruh dalam pemilihan destinasi oleh wisatawan
mancanegara yang datang ke Bali dan mengevaluasi preferensi wisatawan terhadap destinasi yang
dipilih. Model AHP 4 tingkat, yang terdiri dari 22 atribut pada keempat tingkat, diusulkan dan diuji
dengan menggunakan data yang dikumpulkan dari para wisatawan yang berkunjung ke pulau Bali
untuk menentukan kreteria pemilihan factor-faktor yang relatif penting. Dengan menggunakan teori
fuzzy dan TOPSIS, preferensi dari 47 destinasi yang ada di Bali dikelompokkan menjadi 11
destinasi untuk setiap kreteria dapat dievaluasi dan diberi peringkat akhir. Hasil-hasil yang didapat
mengindikasikan bahwa kunjungan persahabatan/relative dan keamanan pribadi nampaknya menjadi
2 faktor yang paling penting untuk kedatangan (inbound) wisatawan yang berkunjung ke Bali,
biaya/ongkos tidak begitu penting dan paket destinasi Jimbaran, Nusa Dua dan Kuta adalah menjadi
prioritas pertama dalam kunjungan ke Bali
Kata Kunci: Wisatawan Cruise, Kebutuhan dan Motivasi wisatawan, Destinasi, AHP, TOPSIS,
Pulau Bali
1. IDENTIFIKASI MASALAH
Ditengah pertumbuhan pariwisata dunia yang cenderung terus meningkat ini, justru pariwisata Indonesia akhir-akhir
ini tidak mengalami perkembangan yang cukup berarti (stagnan) dan sangat jauh tertinggal dibandingkan negara-
negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, Thailand, Hal ini tercermin dari peningkatan jumlah kedatangan
wisatawan ke Indonesia yang jauh tertinggal dibandingkan dengan Negara-negara lainnya di kawasan Asia
Tenggara seperti misalnya malaysia pada tahun 2008 ini berhasil mendatangkan wisatawan dalam jumlah 22 juta
orang sangat jauh dibandingkan Indonesia yang hanya 6,4 juta orang . (seperti diperlihatkan pada gambar 1-1).
Padahal apa yang ada di Malaysia pasti ada di Indonesia karena mempunyai kesamaan dalam lokasi geografinya,
masyarakatnya, sejarahnya, bahasanya, kebudayaannya dan sumber alamnya. Dua Negara juga menjual atraksi yang
sama, pantai, gunung,, kebudayaan, kerajinan dan seni (Aznam 1992). Sebaliknya apa yang ada di Indonesia belum
tentu ada di Malaysia. Seperti pulau Bali yang tahun 2009 ini mendapat penghargaan Award for Asia’s Best Resort
Destination (Pulau Wisata Terbaik Asia) dari Asia Magazine
Perkembangan pada sektor pariwisata Dunia telah memberi peluang yang sangat besar pada wisatawan cruise.
Industri cruise merupakan katagori yang paling manarik dalam pasar pariwisata sejak tahun 1990, industri ini
memiliki pertumbuhan penumpang rata-rata 7,4 % per tahun.
Nyoman Budiartha R.M, Djauhar Manfaat, Tri Achmadi
Universitas Udayana – Universitas Pelita Harapan Jakarta – Universitas Atma Jaya Yogyakarta I - 2
Gambar 1-1. Jumlah Kedatangan Wisatawan di Indonesia, Malaysia, Thailand dan Singapore
Sumber: download dari http:/google/tourism
Industri ini sebenarnya masih muda. Namun sejak 1980 lebih dari 150 juta penumpang telah menggunakan jasa ini,
61 % diantaranya tumbuh dalam 10 tahun pertama dan 37 % tumbuh tahun-tahun terakhir. Pasar cruise sangat
potensial. Tercermin dari jumlah penumpang pada tahun 2008 telah mencapai 12,8 juta penumpang. Seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 1-2.
Gambar 1-2. Pertumbuhan Penumpang Cruise Dunia 1990 - 2008
Sumber : (CLIA 2008)
Selama 10 tahun, industri ini telah merespon pasar secara luas dan riset konsumen yang menuntun kearah
penambahan destinasi-destinasi baru, konsep desain kapal baru, kegiatan baru didalam kapal (on-board) atau di darat
(on-shore), tema baru dan panjang/jarak pelayaran baru mencerminkan perubahan pada pola liburan pada pasar
cruise saat ini.
Perkembangan ini tidak hanya menyangkut jumlah kapal tapi juga menyangkut ukuran kapal. Menurut survey yang
dilakukan G.P.Wild (International) Ltd menyatakan bahwa lebih dari 50% kapal-kapal cruise yang berlayar dewasa
ini mempunyai panjang lebih dari 290 m loa, hampir 30 % mempunyai panjang lebih dari 300 m loa. Malahan
sekarang ini 20 dari 42 kapal-kapal cruise yang sedang dibangun mempunyai panjang lebih dari 300 m loa, dengan
lebih dari 5000 penumpang, seperti misal kapal cruise ”Oasis of the seas” yang mempunyai 16 deck, dengan bobot
220.000 GT, serta mengangkut 2.700 crew dan 5.400 penumpang. Seperti ditunjukkan pada Tabel 1-1.
Akibatnya, pelabuhan-pelabuhan yang sudah ada tapi tidak bisa mengikuti perkembangan atau mengakomodasi
kapal-kapal cruise yang berukuran besar ini, prospek pasarnya akan menurun. Misalnya sebuah pelabuhan yang 17
tahun yang lalu dapat melayani kapal-kapal cruise besar (sekitar 250 m) tapi kalau tidak melakukan perubahan atau
pengembangan, pasarnya akan turun sebesar 54 % dalam tahun 2014. Karena mulai tahun 2011 hampir 78 %
wisatawan cruise yang akan berlayar menggunakan kapal-kapal yang mempunyai panjang lebih dari 250 m yang
terdiri dari 57 % mempunyai ukuran > 275 m dan 21 % > 300 m
Dari data yang ada ternyata sangat kecil sensitifitas para wisatawan yang berkunjung ke Indonesia terhadap atribut
pelayanan angkutan laut ini dan ada kecendrungan terus menurun ditengah peningkatan jumlah wisatawan cruise
Universitas Udayana – Universitas Pelita Harapan Jakarta – Universitas Atma Jaya Yogyakarta I - 3
dunia khususnya di kawasan Asia Pasific. Ini berarti ada indikasi bahwa para wisatawan yang menggunakan
angkutan kapal cruises, sangat kecil. Hal ini disebabkan Indonesia khususnya Bali sampai saat ini belum
mempunyai pelabuhan yang berstandar internasional untuk melayani kapal-kapal cruise, sementara Negara tetangga
kita sudah mempunyai pelabuhan khusus pariwisata(cruise) seperti Singapura, Malaysia (Port Klang) maupun
Thailand (Laem Chabang). Pelabuhan Benoa yang merupakan satu-satunya pelabuhan yang dicanangkan menjadi
pelabuhan pariwisata termasuk untuk melayani kapal-kapal cruise secara teknis belum mampu melayani kapal-kapal
cruise yang mempunyai panjang lebih dari 200 m. Sementara ini kapal-kapal cruise yang mempunyai panjang lebih
dari 200 meter biasanya hanya buang jangkar di perairan sekitar padangbai. Selanjutnya penumpang diturunkan
dengan menggunakan sekoci yang ada di kapal akibatnya kebanyakan dari penumpang tidak berani/enggan untuk
turun. disamping itu waktu embarkasi dengan menggunakan sekoci membutuhkan waktu yang lama, sehari penuh
seperti yang dialami sewaktu kapal cruise costa marine yang buang jangkar di perairan padang bai. Jadi, ‘Kekalahan’ Indonesia bersaing dengan sesama negara ASEAN dalam upaya menjaring wisatawan
mancanegara bukan terletak pada kelangkaan daya tarik wisata melainkan pada kelemahan sistem transportasi
nasional. Pada tingkat angkutan antarnegara, keandalan dan pelayanan sistem transportasi Indonesia masih kalah
jauh bersaing dengan pelayanan transportasi mancanegara. Akomodasi dan daya tarik wisata serta
peristiwa/pertunjukan yang menarik tak akan banyak maknanya tanpa dukungan sistem transportasi yang andal
dengan tingkat daya hubung yang tinggi dan handal pula. Keandalan pelayanan transportasi adalah prasyarat upaya
pengembangan kepariwisataan, khususnya dalam persaingan ‘merebut’ kedatangan para wisatawan baik wisatawan
mancanegara maupun wisatawan nusantara.
Tabel 1-1. Perkembangan Karakteristik Kapal pesiar (cruise ship)
Periode Panjang Draft PAX Karakteristik
1960 508 ft 36 ft 500
Pembaharuan & perbaikan kapal-kapal yang
sudah ada
1970 705 ft 32 ft 650
Model bisnis standar yang menguntungkan
sampai krisis bahan baker
1980 803 ft 29.5 ft 1,500
Berubah dari model bisnis; mencoba dengan
kapal-kapal yang lebih besar dan
mengoperasikan rencana perjalanan(itineraries)
1990 902 ft 26.25 ft 2,600 kapal-kapal lebih besar. shaalower draft
1997 965 ft 26.25 ft 3,600
Mega-ships seperti kota terapung. berfokus
kepada memaksimalkan kapasitas penumpang.
namun tidak mamapu melawati terusan panama
2000 1000 ft 29.5 ft 3,000
volume kapal lebih besar yang berkonsentrasi
pada menciptakan efisiensi dengan desain kapal,
pengembangan diluar kabin, jasa kapal dan
pengaturan yang fleksibel
2006 1000 ft 29.5 ft 4,000
Klas Pinnacle dan kebebasan, 160,000 GT.
Pendapatan onboard yang ditingkatkan, status
kapal besar dunia (ego boost), ekonomy of scale
Generasi
Selanjutnya 1100 -1400 ft 32 - 36 ft 5,000+
desain produk dan jasa kalas atas; desain yang
inovatif untuk struktur diatas air yang lebih
mendukung dan lebih terhindar dari masalah.
zone-zone apartemen terpisah dan nyaman. opsi
pelabuhan yang disinggahi terbatas
Sumber: (Bermello 2006)
Dinamika pasar yang terjadi pada dunia pariwisata ini menuntut adanya inovasi pengembangan teknologi dan
manajemen secara berkelanjutan, para pelaku pariwisata mau tidak mau harus mengembangkan strategi pengelolaan
yang mengintegrasikan para pelaku dari semua unsur dalam upaya meningkatkan nilai tambah yang optimal pada
sektor pariwisata ini. Persyaratan yang tinggi untuk melayani wisatawan cruise yang hanya singgah dalam waktu
yang singkat (short time scale). Suatu tantangan bagi pariwisata Bali (local resources), manajemen lalu lintas dan
prasarana pendukungnya serta dibutuhkan pembangunan atau pengembangan/upgrade pelabuhan dengan
perencanaan yang detail serta destinasi-destinasi yang baru untuk menghadapi perubahan pasar yang sangat
menjanjikan ini.
Pemerintah Indonesia sangat berkomitmen untuk meningkatkan kunjungan wisata ke Indonesia dengan semboyan
Visit Indonesia year 2008 sebagai slogan pemasaran internasional. Untuk mencapai tujuan ini, adalah penting untuk
memahami mengapa orang bepergian ke Bali dan faktor-faktor apa yang mempengaruhi pilihan mereka. Bali dipilih
Nyoman Budiartha R.M, Djauhar Manfaat, Tri Achmadi
Universitas Udayana – Universitas Pelita Harapan Jakarta – Universitas Atma Jaya Yogyakarta I - 4
sebagai daerah tujuan studi karena Bali masih tetap merupakan salah satu daerah tujuan wisata (destinasi) utama
yang paling diminati oleh wisatawan mancanegara yang masuk ke Indonesia.
Proses dalam pengambilan keputusan final dalam memilih destinasi adalah proses yang sangat kompleks, dan
memahami apa yang mempengaruhi seorang wisatawan memilih suatu destinasi, hal ini penting dalam
mengembangkan strategi pemasaran yang tepat. Studi ini mengidentifikasi factor-faktor yang berpengaruh dalam
pemilihan destinasi oleh wisatawan dan mengevaluasi preferensi wisatawan terhadap destinasi yang dipilih. Model
AHP 4 tingkat, yang terdiri dari 22 atribut pada keempat tingkat, diusulkan dan diuji dengan menggunakan data
yang dikumpulkan dari para wisatawan yang berkunjung ke pulau Bali untuk menentukan kreteria pemilihan factor-
faktor yang relatif penting. Dengan menggunakan teori fuzzy dan TOPSIS, preferensi dari 11 destinasi yang ada di
Bali untuk setiap kreteria dapat dievaluasi dan diberi peringkat akhir
Faktor-faktor prioritas dan pemilihan atribut-atribut yang berpengaruh terhadap pemilihan destinasi adalah
merupakan proses pengambilan keputusan multi-criteria yang komplek. AHP, adalah sebuah multi-kriteria umum,
proses pengambilan keputusan multi-objectif adalah sangat cocok untuk situasi di mana sebagian besar data yang
penting adalah subjektif. Hal ini dapat secara konsisten diperkenalkan ke dalam pengaturan prioritas dan
berhubungan dengan masalah keputusan yang melibatkan dimensi multi-kriteria. AHP adalah unik dalam arti bahwa
ia mengakui bias dan inkonsistensi dalam penilaian subjektif. Inkonsistensi ini dapat diuji dan diperbaiki, agar pada
peringkat akhir lebih konsisten
Selama ini AHP telah digunakan dalam perencanaan pariwisata (Moutinho and Curry 1994), dan situs konvensi
seleksi (Chen 2006), namun tidak ada penelitian empiris dengan menggunakan AHP dalam pilihan destinasi. Studi
ini menyajikan model pengambilan keputusan berdasarkan AHP untuk memilih destinasi; itu tidak hanya
memberikan pemahaman umum tentang faktor-faktor keputusan tetapi juga akan mengevaluasi bobot relatif atribut
kritis yang mempengaruhi pilihan destinasi. AHP mengubah preferensi individu ke dalam bobot skala
perbandingan; hasil pembobotan ini digunakan dalam menentukan peringkat alternatif dan membantu pengambil
keputusan dalam membuat pilihan atau meramalkan suatu hasil. Kekurangan dari AHP adalah perbandingan
berpasangan yang dapat mengakibatkan proses perbandingan yang membosankan jika terdapat banyak alternatif
untuk dievaluasi. Oleh karena itu, dalam studi ini digunakan TOPSIS untuk mengevaluasi alternatif.
TOPSIS, didasarkan pada konsep dimana alternative terpilih yang terbaik tidak hanya memiliki jarak terpendek dari
solusi ideal positif, namun juga memiliki jarak terpanjang dari solusi ideal negatif (Hwang.C.L and Yoon 1981),
Dengan kata lain, alternatif yang ideal memiliki tingkat terbaik untuk semua atribut dipertimbangkan, sedangkan
yang ideal negatif adalah satu dengan semua nilai atribut yang paling buruk. Konsep ini banyak digunakan pada
beberapa model Multi Attribute Decision Making untuk menyelesaikan masalah keputusan secara praktis. Hal ini
disebabkan: konsepnya sederhana dan mudah dipahami; komputasinya efisien; dan memiliki kemampuan untuk
mengukur kinerja relative dari alternative-alternatif keputusan dalam bentuk matematis yang sederhana. Ketika
memecahkan masalah kehidupan nyata, atau mewakili fenomena dunia nyata, variabel linguistik biasanya muncul
menjadi output penting dari proses. Dalam studi ini deskripsi dan tujuan dalam penilaian digunakan istilah linguistik
yang diwakili oleh bilangan fuzzy.
Teori himpunan fuzzy telah diterapkan untuk bidang ilmu manajemen, walaupun begitu, hampir tidak ada yang
menggunakan dalam bidang pilihan destinasi. Dengan demikian, penelitian ini yang meliputi kriteria fuzzy proses
yang saling berkaitan dengan menggabungkan pandangan subjektif ke proses keputusan yang eksplisit
Dalam bagian 2 dari tulisan ini, kami meninjau beberapa studi tentang pemilihan destinasi yang sudah ada. Pada
Bagian 3, kami membahas metodologi penelitian dan evaluasi. Bagian 4 menyajikan sebuah kasus aplikasi, dan
bagian terakhir menyajikan kesimpulan
2. TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Destinasi
Semenjak dilakukan studi mengenai pemilihan destinasi banyak terjadi perbedaan diantara berbagai pendekatan
dalam mendefinisikan destinasi. Karakteristik dari produk pariwisata/destinasi meliputi kualitas pelayanan,
advertensi (iklan, leaflet/brosur) dan kestabilan politik yang dikombinasi untuk membangun sebuah persepsi/feeling
berkenaan dengan destinasi wisatawan dalam pikiran dari para wisatawan. Seperti yang ditunjukan pada gambar 2-1
(Yoeti.H.O.A 2008) Destinasi yang ideal memang harus memiliki daya tarik wisata, mempunyai cukup fasilitas,
menawarkan acara/atraksi, menyediakan: (a) sesuatu yang dapat dilihat; (b) sesuatu yang dapat dilakukan; (c)
sesuatu yang dapat dibeli. Dan dengan perkembangan spectrum pariwisata yang makin luas, maka syarat tersebut
masih perlu ditambah, yakni: (d) sesuatu yang dapat dinikmati, yakni hal-hal yang memenuhi selera dan cita rasa
wisatawan dalam arti luas, dan (e) sesuatu yang berkesan, sehingga mampu menahan wisatawan lebih lama atau
Universitas Udayana – Universitas Pelita Harapan Jakarta – Universitas Atma Jaya Yogyakarta I - 9
Selanjutnya (Gunn 1988) memandang pariwisata sebagai suatu sistem dan memilahnya dalam sisi permintaan dan
sediaan (lihat gambar 2-5). Bertitik tolak dari pendekatan Gunn, elemen kepariwisataan dikelompokkan menjadi
empat elemen utama, yakni daya tarik (attraction); prasyarat, yakni transportasi, penunjang yakni promosi dan
informasi dan prasarana pelayanan, yakni elemen yang membuat proses kegiatan pariwisata menjadi lebih mudah,
nyaman, aman, dan menyenangkan berupa hotel, rumah makan dan lain-lain. Salah satu ciri utama pariwisata adalah
‘melakukan perjalanan’, sehingga dapat dikatakan bahwa tanpa pelayanan jasa transportasi maka kepariwisataan
akan lumpuh. Dengan kata lain, transportasi menempati kedudukan yang vital sebagai prasarat, faktor dominan, dan
pembentuk jaringan kepariwisataan Oleh karena itu, keandalan layanan sistem transportasi – termasuk keandalan
angkutan antar moda-menjadi urat nadi kehidupan kepariwisataan; bukan hanya bagi kepentingan perjalanan para
wisatawan melainkan juga bagi pengangkutan produk industri pariwisata yang menjadi kebutuhan dan kelengkapan
kepariwisataan, antara lain produk kerajinan, makanan,dsb
Gambar 2-5. Sistem Tarikan Wisatawan (Tourism Attraction System)
Sumber diolah dari: (S.Rosentraub: and Joo 2009)
Daya tarik wisata dianggap sebagai magnet/energi pariwisata, menjadi pemicu dan pemacu utama minat kunjungan
wisatawan. Daya tarik wisata adalah sesuatu yang ada di lokasi destinasi/tujuan pariwisata yang tidak hanya
menawarkan/menyediakan sesuatu bagi wisatawan untuk dilihat dan dilakukan, tetapi juga menjadi magnet penarik
seseorang untuk melakukan perjalanan. Ciri utama daya tarik wisata adalah tidak dapat dipindahkan, dan untuk
menikmatinya wisatawan harus mengunjungi tempat tersebut. Gambar 2-5 memperlihatkan sistem tarikan
wisatawan ditinjau dari sisi supply dan demand.
Studi dari sisi sediaan(supply), yang difokuskan pada sekumpulan dari fasilitas-fasilitas suatu komunitas dapat
dibangun dan berdampak pada daya tarik wisatawan termasuk investor. Disamping itu juga dibutuhkan apa saja
yang bisa dikerjakan untuk tipe-tipe yang berbeda dari komunitas relatif dari permintaan (demand). Berdasarkan
kedua kelompok data-data tersebut (supply/demand) kemudian suatu komunitas dapat dibangun. Jika fasilitas-
fasilitas yang dibangun dirancang (design) sesuai kebutuhan pasar atau sesuai dengan karakteristik demand, secara
ekonomi akan lebih berhasil dan akan berkontribusi besar pada pengembangan wilayah. Oleh karena itu tidaklah mengherankan bahwa konsep motivasi dianggap sebagai suatu elemen dari segmentasi
pasar pariwisata dalam sebagian besar investigasi empiris (Kozak 2002) dan (Yavuz et al 1998). Satu tipologi yang
populer untuk memahami motivasi perjalanan adalah model dorongan dan tarikan oleh (Crompton 1979). Motivasi
dorongan sudah digunakan untuk menjelaskan keinginan untuk melakukan perjalanan sedangkan motivasi tarikan
digunakan untuk menjelaskan pilihan destinasi yang tepat. Crompton menggambarkan psikologi sosial menjadi
7(tujuh) motivasi (dorongan) yaitu pelarian, mencari jati diri, relax, kehormatan/prestise, ingat masa lalu,
peningkatan martabat, dan interaksi sosial dan budaya menjadi dua motivasi (tarikan) yaitu kesenangan baru dan
pengetahuan/wawasan.
Nyoman Budiartha R.M, Djauhar Manfaat, Tri Achmadi
Universitas Udayana – Universitas Pelita Harapan Jakarta – Universitas Atma Jaya Yogyakarta I - 10
Tabel 2-1. Ringkasan Klasifikasi Daya Tarik Wisatawan
Penulis/Tahun Klasifikasi
(Formica 2000) 1) Pelayanan dan fasilitas pariwisata
2) Budaya dan Sejarah
3) Penginapan di pedesaan
4) Rekreasi di luar
(Weaver 2002) 1) Tempat alami
2) Atraksi alam
3) Tempat-tempat budaya
4) Atraksi budaya
(Kim and Yoon 2003) 1)Destination Image
(Fallon 2003; Boo and A.Busser 2005) 1)Pengamanan dan keamanan
(Marcouiller and Prey 2005) 1) Tempat-tempat rekreasi
2) Fasilitas-fasilitas yang alami
(Pearce and Lee 2005) Mengikuti hirarki kebutuhan Maslow’s
1)Kebutuhan untuk rilex/santai
2)Kebutuahn keamanan/rasa aman
3)Kebutuhan akan hubungan dengan sesame
4)Kebutuhan pengembangan diri dan kekaguman akan diri sendiri
5)Pemenuhan akan aktualisasi diri
(Boo and A.Busser 2005) Pengaruh karakteristik Pengunjung terhadap Image Destinasi
(Sheng-Hshiung Tsaur and Wu 2005) 1)Kekhasan wisata
2)Harga
3)Lama perjalanan
4)Tipe penerbangan
5)Pengaturan waktu senggang
(Vietze 2008) 1)Budaya dan kepercayaan tertentu
(L.Nicolau and J.Mas 2008) 1)Karakter pantai
2)Karakter perkotaan
(Royo-Vela 2009) 1bersejarah & kaya dgn warisan pusaka
2)Harga
3)kebersihan lingkungan
4)Pemandangan yang menarik
5)Berbeda dan menyegarkan
6)Keramah tamahan
7)Fasilitas akomodasi
8)Fasilitas transportasi
9)Bangunan yang berarsitektur harmonis & menyenangkan(gereja,
benteng,biara)
10)Pengalaman yang asli
11)Kualitas dan variasi makanan
12)Pertunjukan seni
13)Keamanan lingkungan dan pribadi
(Uysal and Jurowski 1994) mengartikan internal (dorongan/push) dan external (tarikan/pull) motivasi untuk suatu
perjalanan. Motivasi internal meliputi keinginan lari dari masalah, istirahat, relax, prestise, kesehatan dan
kebugaran, petualangan, dan interaksi sosial. Motivasi external merupakan dasar dari tarikan suatu destinasi, yang
meliputi resort-resort(pantai, aktivitas rekreasi, dan atraksi budaya), persepsi dan harapan perjalanan/wisatawan
(kesenangan baru, harapan keuntungan, dan image pasar).
Dalam penelitian baru-baru ini, peneliti menambahkan shopping sebagai salah satu karakteristik motivasi dari
destinasi (Hangim and Lam 1999) dan (Sirakarya et al 2003). (Oh et al 1995) mencatat tempat shopping yang bagus
dianggap sebagai satu atribut daya tarik dari destinasi. Tabel 2-1, memperlihatkan ringkasan klasifikasi daya tarik
wisatawan.
Masih ada faktor-faktor penting lainnya sebagai destinasi seperti image, makanan, dan keamanan. (Milman and
Pizam 1995) menjelaskan bahwa image destinasi adalah sesuatu yang visual atau kesan/opini public terhadap suatu
tempat. (Goossens 2000) mendiskusikan lebih mendalam tentang peran mental imaginer yang berperan sebagai
kekuatan penuh. Wisata kulener (menikmati makanan) adalah salah satu aktivitas yang sangat dinikmati wisatawan
selama liburan mereka (Ryan 1997). (Quan and Wang 2004) menemukan bahwa makanan dapat sebagai motivasi
perjalanan yang pertama atau kedua dan nilai tambah untuk image dari suatu destinasi. Keamanan menjadi perhatian
utama wisatawan (Middleton 1994). (Heung et al 2001) mendapatkan bahwa keamanan tampil menjadi prioritas
teratas untuk pejalan/wisatawan yang bepergian ke Hongkong dan Taiwan