i UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN (KKMP) PADA KASUS FRAKTUR FEMUR DI RSUP FATMAWATI KARYA ILMIAH AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar ners KRISTIKA DIANINGSIH UTAMI 0806334022 FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM PROFESI 2012 DEPOK JULI 2013 Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013
92
Embed
ANALISIS PRAKTIK KEPERAWATAN KESEHATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351534-PR-Kristika D.pdf · penanganan fraktur femur post operasi sebesar 18,4%. Faktor-faktor yang ...
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
i
UNIVERSITAS INDONESIA
ANALISIS PRAKTIK KEPERAWATAN KESEHATAN
MASYARAKAT PERKOTAAN (KKMP) PADA KASUS FRAKTUR FEMUR
DI RSUP FATMAWATI
KARYA ILMIAH AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar ners
KRISTIKA DIANINGSIH UTAMI 0806334022
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
PROGRAM PROFESI 2012 DEPOK
JULI 2013
Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013
Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013
Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013
iv
KATA PENGANTAR
Puji Tuhan penulis ucapkan kepada Tuhan atas segala berkat dan kasihNya
sehingga penulis mampu menyelesaikan karya ilmiah ini. Penulisan karya ilmiah
akhir ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar
Ners pada Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Penulis menyadari
bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa profesi sampai
pada penyusunan karya ilmiah ini, sangatlah sulit bagi penulis untuk
menyelesaikannya. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Dewi Irawati, M.A., Ph.d, selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia.
2. Ibu Dr. Rr. Tutik S. Hariyati S.Kp., MARS, selaku dosen pembimbing yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan penulis dalam
penyusunan karya tulis ilmiah ini.
3. Ibu Ns. Sri Sasongko, S.Kep, selaku pembimbing lahan praktik yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan penulis selama
praktik di rumah sakit.
4. Ibu Riri Maria, S.Kp., MANP selaku koordinator mata ajar tugas karya ilmiah
akhir ners yang telah memberikan arahan dan dukungannya dalam penyusunan
karya tulis ilmiah ini.
5. Papa Gutomo, Mama Rahayuningsih, Mbak Icha, Dek Tyas, dan Ancelmus atas
doa dan dukungan materi maupun moril kepada penulis.
6. Teman-teman sebimbingan, teman-teman sekosan, dan teman-teman angkatan
2008 atas semangat dan dukungannya.
7. Kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyelesaian karya tulis
ilmiah ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu, saya ucapkan banyak
trimakasih.
Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013
v
Penulis berdoa biarlah kiranya Tuhan yang akan membalas segala kebaikan semua
pihak yang telah membantu penulis. Semoga karya ilmiah ini membawa manfaat bagi
pengembangan ilmu di bidang keperawatan.
Depok, Juli 2013
Penulis
Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013
Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013
vii
ABSTRAK Nama : Kristika Dianingsih Utami Program Studi : Profesi Keperawatan Judul : Analisis Praktik Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan
(KKMP) pada Kasus Fraktur Femur di RSUP Fatmawati Jumlah kendaraan bermotor yang meningkat setiap tahun menjadi faktor utama terjadinya kecelakaan lalu lintas di Indonesia. Cedera yang paling sering ditemui akibat kecelakaan lalu lintas adalah fraktur ekstrimitas bawah. Penulisan karya tulis ilmiah ini dilakukan untuk meningkatkan fleksibilitas sendi dengan melakukan latihan range of motion pada klien post operasi fraktur femur. Hasilnya menunjukkan bahwa klien post operasi fraktur femur mengalami peningkatan rentang gerak sendi dan dapat berjalan dengan menggunakan alat bantu walker. Penerapan latihan range of motion harus diberikan oleh perawat untuk mengurangi ketakutan klien dalam mobilisasi sehingga mempersiapkan ambulasi klien secara optimal setelah pulang ke rumah. Ambulasi penting dilakukan supaya klien siap kembali menjalankan aktivitas sebagai masyarakat perkotaan.
Kata kunci: fraktur femur, latihan, range of motion
ABSTRACT
Name : Kristika Dianingsih Utami Study Program : Nursing profession Title :
in RSUP Fatmawati
Increasing number of vehicles every year becomes a major factor in traffic accident in Indonesia. The most common injuries caused by traffic accidents is limb fracture. The purpose of this scientific paper is improving joint flexibility by doing range of
ercise on client with postoperative femoral fracture. The results show that client postoperative femoral fracture has increasing of range of motion and can walk
by nurses to reduce fear of mobilization in client postoperative femoral fracture so that client can prepare ambulation after returning home optimally. Ambulation is important to increase readiness of client to do activities as urban communities.
Key words: femoral fracture, exercise, range of motion
Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................................... i HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ......................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................................... iii KATA PENGANTAR ................................................................................................. iv HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ................................ vi ABSTRAK ................................................................................................................... vii DAFTAR ISI ................................................................................................................ viii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................ ix BAB 1 PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 1 1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 4 1.3 Tujuan Penulisan .............................................................................................. 5
1.3.1 Tujuan Umum ........................................................................................ 5 1.3.2 Tujuan Khusus ....................................................................................... 5
2.2 Latihan Range of Motion (ROM) ..................................................................... 13 2.2.1 Aktif Asistif ROM (AAROM) ............................................................... 13 2.2.2 Aktif Resistif ROM (ARROM) .............................................................. 13 2.2.3 Latihan Isometrik ................................................................................... 13 2.2.4 Latihan Isotonik ..................................................................................... 14 2.2.5 Latihan Isokinetik ................................................................................... 16
BAB 3 LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA ............................................... 17 3.1 Kasus ............................................................................................................... 17 3.2 Pengkajian Keperawatan ................................................................................. 17 3.3 Diagnosis Keperawatan .................................................................................... 18 3.4 Implementasi ................................................................................................... 19 3.5 Hasil ................................................................................................................ 20
Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013
ix
BAB 4 ANALISIS SITUASI ...................................................................................... 22
4.2 Analisis Masalah Keperawatan dengan Konsep Terkait KKMP dan Konsep Kasus Terkait ...................................................................................... 22 4.3 Analisis Latihan Latihan ROM dengan Konsep dan Penelitian Terkait ......... 26 4.4 Alternatif Pemecahan yang Dapat Dilakukan .................................................. 28
BAB 5 PENUTUP ....................................................................................................... 30
supinasi, dan pronasi sendi pergelangan kaki. Pada kaki kanan klien
dilakukan ROM pasif berupa dorsofleksi plantar. Kaki kanan klien
mengalami bengkak pada area betis mulai tanggal 17 Mei dan berangsur-
angsur bengkak yang dialami klien berkurang sampai tanggal 21 Mei 2013.
Pada minggu kedua intervensi, klien sudah mulai kooperatif untuk
melakukan latihan gerak sendi. Klien sudah mampu melakukan ROM aktif
pada kaki kanan berupa dorsofleksi plantar, supinasi dan pronasi, serta rotasi
pergelangan kaki. Keluhan nyeri dan sakit pada pergelangan kaki kanan
masih ada tetapi sudah berkurang. Dorsofleksi plantar belum dapat dilakukan
dalam rentang gerak yang maksimal karena rasa nyeri yang dialami klien.
Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013
21
Universitas Indonesia
Pada minggu ketiga intervensi, klien mulai diajarkan untuk
menggunakan alat bantu jalan dengan walker. Klien mulai latihan duduk di
sisi tempat tidur. Pada awalnya, klien menolak duduk di sisi tempat tidur
karena merasa lelah dan pegal. Namun, setelah klien diberikan motivasi
akhirnya klien bersedia untuk mulai latihan duduk di samping tempat tidur.
Setelah klien sudah mulai bertahan lama duduk di samping tempa tidur
dengan tetap melakukan ROM, klien dilatih untuk berdiri seimbang dengan
menggunakan walker. Klien dapat berdiri dengan walker dengan bantuan
penulis saat bangun dari tempat tidur. Perlahan-lahan klien dilatih untuk
berjalan dengan menggunakan walker, mulai dari berjalan melangkah sampai
akhirnya dapat berjalan dengan walker sampai dengan ke depan pintu kamar
ruang rawat.
Klien mengalami peningkatan tanda-tanda vital yang signifikan setelah
melakukan latihan berjalan menggunakan walker sehingga perlu dilakukan
pemeriksaan tanda-tanda vital sebelum dan sesudah latihan. Klien
mengatakan jarang melakukan latihan ROM, latihan kekuatan otot, maupun
latihan berjalan dengan walker jika tidak didampingi penulis. Klien pulang
dari rumah sakit pada tanggal 6 Juni 2013. Klien tidak mengeluhkan adanya
kekakuan otot pada kaki kiri, rentang gerak sendi pada pergelangan kaki
kanan mengalami peningkatan, dan klien dapat berjalan dengan menggunakan
walker.
Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013
22 Universitas Indonesia
BAB IV ANALISIS SITUASI
4.1 Analisis Masalah Keperawatan dengan Konsep Terkait Masyarakat Perkotaan dan Fraktur
Penyebab utama yang menyebabkan klien masuk rumah sakit adalah
kecelakaan lalu lintas yang dialami saat naik ojek karena pengemudi ojek
yang menjalankan sepeda motor dengan cukup kencang dan jalanan yang
licin akibat hujan. Klien terjatuh dari sepeda motor sehingga kaki kanannya
terlindas truk. Hal ini senada dengan penelitian Augustus (2013) tentang studi
kecelakaan lalu lintas di Nigeria yang menunjukkan 90% penyebab
kecelakaan di jalan raya disebabkan karena faktor pengemudi yang
overspeeding, di bawah pengaruh minuman beralkohol, maupun mengabaikan
rambu lalu lintas Hasil penelitian Augustus (2013) juga menunjukkan bahwa
meningkatnya prevalensi kecelakaan lalu lintas di Nigeria disebabkan karena
meningkatnya jumlah populasi penduduk dan jumlah kendaraan bermotor
yang terus meningkat.
Peningkatan jumlah kendaraan bermotor juga menjadi salah satu faktor
yang memicu terjadinya kecelakaan di Indonesia. Data Badan Pusat Statistik
(2012) menyebutkan bahwa jumlah kendaraan bermotor di Indonesia pada
tahun 2008 sebanyak 61.685.063 unit dan pada tahun 2011 mencapai angka
85.601.351 unit. Data ini menunjukkan adanya kenaikan jumlah kendaraan
bermotor sebesar 39% dalam kurun waktu 4 tahun terakhir. Urutan komposisi
kendaraan mulai dari jumlah terbanyak berturut-turut dimulai dari sepeda
motor sebanyak 68.839.341 unit, mobil penumpang 9.548.866 unit, truk
4.958.738 unit, dan bus 2.254.406 unit (Badan Pusat Statistik, 2012). Masalah
angka pertumbuhan kendaraan bermotor yang terus meningkat merupakan
salah satu masalah yang harus dihadapi oleh masyarakat perkotaan.
Klien bertempat tinggal di Jakarta sebagai pusat kota metropolitan.
Sebagai ibu kota Negara Republik Indonesia, Jakarta memiliki beragam
fungsi sebagai pusat pemerintahan nasional, perdagangan dan industri, jasa,
Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013
23
Universitas Indonesia
pendidikan, serta pelayanan perkotaan bertaraf nasional maupun
internasional. Kompleksitas permasalahan di Jakarta membawa dampak pada
berbagai aspek, salah satunya transpotasi. Jumlah kendaraan bermotor di
Jakarta pada tahun 2010 mencapai 4,3 juta unit, dengan komposisi kendaraan
roda dua mencapai 4,3 juta unit dan roda empat mencapai 2,4 juta unit (Badan
Pusat Statistik, 2011). Angka pertumbuhan kendaraan yang terus meningkat
dapat menyebabkan terjadinya kemacetan.
Hasil penelitian Augustus (2013) menunjukkan bahwa buruknya
manajemen lalu lintas, kurangnya tempat parkir yang adekuat, dan kemacetan
lalu lintas juga menjadi faktor yang berkontribusi terhadap kejadian lalu lintas
di Nigeria. Laju pertumbuhan kendaraan yang terus meningkat di Jakarta
tidak diimbangi dengan ketersediaan jalan raya sehingga dapat menimbulkan
kemacetan yang berdampak terhadap meningkatnya kejadian kecelakaan lalu
lintas. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan (2009) yang
menunjukkan bahwa responden yang bertempat tinggal di perkotaan
mempunyai risiko 1,12 kali mengalami cedera akibat kecelakaan lalu lintas
dibandingkan masyarakat pedesaaan. Kondisi ini konsisten dengan penelitian
yang dilakukan Moshiro et al (2007) pada negara berkembang seperti
Tanzania bahwa kasus cedera akibat kecelakaan lalu lintas lebih banyak
terjadi di perkotaan.
Klien yang merupakan korban kecelakaan lalu lintas berjenis kelamin
perempuan. Data Centers for Disease Control and Prevention (2001) yang
menyebutkan bahwa korban kecelakaan lalu lintas di Amerika Serikat pada
tahun1992 sampai 2001 didominasi oleh laki-laki yaitu sebanyak 89%. Hasil
senada dijelaskan dalam penelitian Badan Penelitian dan Pengembangan
Departemen Kesehatan (2009) yang menunjukkan bahwa cedera akibat
kecelakaan lalu lintas lebih tinggi pada laki-laki yaitu sebesar 39%. Kejadian
kecelakaan lalu lintas pada perempuan lebih jarang terjadi karena mobilitas
laki-laki lebih tinggi daripada perempuan. Laki-laki mayoritas banyak
beraktivitas di luar rumah untuk bekerja sehingga mempunyai risiko lebih
tinggi mengalami cedera..
Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013
24
Universitas Indonesia
Kccelakaan yang dialami klien menyebabkan klien mengalami cedera
berupa fraktur. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Amin
NH et al (2010) yang menunjukkan bahwa 71,5% yang dirawat di sebuah
rumah sakit mengalami fraktur. Penelitian Badan Penelitian dan
Pengembangan Departemen Kesehatan (2009) menunjukkan bahwa secara
nasional cedera fraktur akibat kecelakaan lalu lintas sebesar 9,1%. Kedua
penelitian ini menunjukkan bahwa kecelakaan lalu lintas berkontribusi
menjadi faktor penyebab terjadinya fraktur. Namun, terdapat perbedaan di
dalam kedua penelitian ini di mana angka kejadian fraktur di Amerika Serikat
lebih tinggi daripada kejadian fraktur di Indonesia. Hal ini dapat disebabkan
lebih banyak penduduk Amerika Serikat yang mengemudikan kendaraan
dalam keadaan mabuk. Penelitian yang dilakukan Mc Cammon (2001)
menyebutkan bahwa pengemudi kendaraan dengan kadar alkohol darah
100mg/dl tujuh kali lebih berisiko mengalami keparahan cedera akibat
kecelakaan sepeda motor.
Bagian tubuh klien yang mengalami fraktur adalah bagian femur.
Fraktur ekstrimitas bawah merupakan kategori fraktur yang paling sering
dijumpai akibat kecelakaan lalu lintas. Penelitian yang dilakukan Amin NH et
al (2010) yang menunjukkan bahwa korban kecelakaan lalu lintas yang
mengalami fraktur ekstrimitas bawah sebesar 61,1%. Hasil survei Badan
Penelitian dan Pengembangan Departemen Kesehatan (2009) menunjukkan
bahwa responden yang mengalami cedera kaki (63,8%), tangan (47,8%), dan
kepala (19,6%). Kedua penelitian ini membuktikan bahwa cedera akibat
kecelakaan lalu lintas paling banyak menyebabkan cedera atau fraktur pada
ekstrimitas bawah. Hal tersebut menggambarkan bahwa cedera akibat
kecelakaan lalu lintas lebih membutuhkan tindakan pengobatan yang lebih
intensif atau rawat inap di unit pelayanan kesehatan serta waktu pemulihan
(sembuh) yang lebih lama serta kemungkinan menimbulkan kecacatan.
Jenis fraktur yang dialami klien adalah fraktur komplit mid diafisis
femur. Fraktur komplit merupakan klasifikasi fraktur dilihat dari patahan
menurut garis tengah tulang. Fraktur komplit adalah patah pada seluruh garis
tengah tulang dan biasanya mengalami pergeseran (Smeltzer & Bare, 2009).
Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013
25
Universitas Indonesia
Bagian tulang klien yang mengalami fraktur adalah bagian diafisis yang
merupakan bagian batang femur. Diperlukan gaya yang besar untuk
mematahkan batang femur orang dewasa (Smeltzer & Bare, 2009). Klien
mengalami kecelakaan sehingga kaki klien terlindas truk. Gaya dan beban
yang dihasilkan oleh truk begitu kuat sehingga dapat menimbulkan fraktur
pada batang femur.
Pada awal kecelakaan, klien dilakukan prosedur operatif berupa
reduksi terbuka dengan fiksator eksternal. Fiksator eksternal dapat dipasang
pada klien yang mengalami fraktur terbuka derajad III, mengalami trauma
jaringan lunak intensif, ada kehilangan tulang, dan mengalami infeksi
(Smeltzer & Bare, 2009). Namun, klien mengalami displacement screw
setelah klien pulang ke rumah. Klien kemudian dilakukan prosedur operatif
remove implant dan pemasangan fiksator internal sign nail. Fiksator internal
dilakukan dengan menggunakan reduksi terbuka dan membuat tulang sejajar
kemudian dilakukan stabilisasi fraktur dengan sekrup, plat, paku, dan pin
logam (Smetzer & Bare, 2009).
Salah satu fokus intervensi keperawatan pada perawatan pasca
operatif klien dengan bedah ortopedi adalah memperbaiki mobilitas fisik
(Smetzer & Bare, 2009). Sebagian besar klien merasa takut bergerak setelah
pembedahan ortopedi. Hubungan terapeutik dapat membantu klien
berpartisipasi dalam aktivitas yang dirancang untuk memperbaiki mobilitas
fisik. Masalah keperawatan yang menjadi fokus utama pada klien kelolaan
adalah hambatan mobilitas fisik. Herdman (2011) mendefinisikan hambatan
mobilitas fisik sebagai keterbatasan pada pergerakan fisik tubuh pada satu
atau lebih ekstrimitas secara mandiri dan terarah. Rencana keperawatan untuk
mengatasi masalah keperawatan hambatan mobilitas fisik berdasarkan prinsip
NIC/NOC adalah meningkatkan gerak sendi, mobilisasi, ambulasi, dan
pemenuhan ADL secara mandiri. Latihan yang dapat digunakan untu
meningkatkan gerak sendi adalah latihan rentang pergerakan sendi/range of motion (ROM).
Klien sudah berulang kali masuk ke rumah sakit akibat kecelakaan
lalu lintas yang dialami. Klien perlu diberikan edukasi mengenai pentingnya
Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013
26
Universitas Indonesia
ambulasi dini agar dapat beraktivitas dalam rentang gerak yang optimal
sehingga klien dapat beraktivitas dengan normal setelah klien pulang ke
rumah. Kebanyakan pasien merasa takut bergerak setelah pembedahan
ortopedi (Smeltzer & Bare, 2009). Ketidaktahuan dan rendahnya tingkat
pengetahuan pasien tentang pentingnya ambulasi dini pasca operasi juga
menjadi salah satu faktor penghambat pelaksanaan ambulasi dini (Potter &
Perry, 2006). Ketidaktahuan dan rendahnya pengetahuan klien tentang
ambulasi diharapkan dapat diatasi oleh perawat selaku edukator yaitu dengan
memberikan edukasi sehingga dapat meningkatkan kepatuhan klien terhadap
terapi ambulasi. Pengaruh perawat yang besar pada kepatuhan melakukan
ambulasi berupa penjelasan, latihan, dan dukungan (Potter & Perry, 2006).
.Mobilisasi dini merupakan suatu aspek yang terpenting dalam
fisiologis karena hal itu esensial untuk mempertahankan kemandirian
(Carpenito, 2000). Hal utama yang dipertimbangkan untuk menghindari
terjadinya kontraktur adalah pengembalian fungsi otot dengan cara
penggunaan anggota badan untuk mobilisasi dini Tiga rentang gerak dalam
mobilisasi, yaitu rentang gerak pasif, rentang gerak aktif, dan rentang gerak
fungsional. Latihan ROM baik secara aktif maupun pasif berguna untuk
mempersiapkan mobilisasi klien kembali ke tingkat optimal. .Setelah
dilakukan latihan ROM klien diajarkan untuk menggunakan alat bantu jalan
berupa walker secara bertahap agar klien dapat melakukan mobilisasi di
rumah secara maksimal.
4.2 Analisis Latihan Range of Motion (ROM) dengan Konsep dan Penelitian Terkait
Latihan range of motion (ROM) bertujuan untuk mencegah kekakuan
otot, mempertahankan dan meningkatkan fleksibilitas sendi, meningkatkan
pertumbuhan tulang, dan mencegah kontraktur (Smeltzer & Bare, 2009).
Latihan ROM yang dilakukan pada klien meliputi gerakan aktif/pasif ROM
pada bagian pinggul, lutut, dan pergelangan kaki. Klien juga diajarkan
melakukan latihan kekuatan otot, seperti: latihan ankle pump, latihan otot
kuadriseps, dan dorsifleksi pergelangan kaki. Pada tahap selanjutnya klien
Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013
27
Universitas Indonesia
diajarkan untuk menggunakan alat bantu jalan walker secara bertahap.
Latihan ROM yang dilakukan kepada klien sejalan dengan penelitian Mark et
al (2006) yang menggunakan berbagai macam program rehabilitasi yang
dapat dilakukan pada post operasi fraktur femur antara lain: terapi modalitas,
latihan ROM, latihan kekuatan otot, maupun ambulasi.
Kaki kanan klien mengalami bengkak pada area betis mulai tanggal 17
Mei dan berangsur-angsur bengkak yang dialami klien berkurang sampai
tanggal 21 Mei 2013. Hal ini disebabkan karena pada minggu I intervensi,
klien enggan untuk melakukan latihan gerak sendi karena rasa nyeri pada kaki
kanan ketika digerakkan. Bengkak yang dialami klien diakibatkan karena
adanya gangguan perfusi jaringan akibat kurang mobilisasi. Klien perlu
diingatkan untuk melakukan pengesetan otot, latihan pergelangan kaki, dan
pemompaan betis setiap jam bila dalam keadaan terjaga untuk memperbaiki
peredaran darah (Smeltzer & Bare, 2009). Cara lain yang dapat digunakan
untuk meningkatkan aliran balik vena secara adekuat adalah dengan
melakukan elevasi tungkai (Smeltzer & Bare, 2009). Kaki kanan klien
dilakukan elevasi tungkai dengan memberikan tahanan dengan satu bantal di
bawah kaki.
Lama perawatan klien di rumah sakit mencapai tiga minggu perawatan.
Klien mengatakan bahwa klien jarang melakukan latihan ROM, latihan
kekuatan otot, maupun latihan berjalan dengan walker jika tidak didampingi
penulis. Hal ini sesuai dengan penelitian Yandri et al (2011) yang
menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi kekakuan sendi lutut antara
lain perilaku malas (44,7%), ketidakpatuhan latihan (5,3%), dan pengetahuan
pasien (2,6%). Oleh karena itu, klien perlu diberikan motivasi agar mau
melakukan latihan ROM secara mandiri agar tidak terjadi kekakuan otot.
Klien dapat pulang ke rumah setelah menjalani tiga minggu perawatan
di rumah sakit. Klien tidak mengeluhkan adanya kekakuan otot pada kaki kiri,
rentang gerak sendi pada pergelangan kaki kanan mengalami peningkatan,
dan klien dapat berjalan dengan menggunakan alat bantu walker. Penerapan
latihan range of motion (ROM) yang dilakukan penulis kepada klien dapat
mencegah terjadi kontraktur dan disabilitas pada klien post operasi fraktur.
Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013
28
Universitas Indonesia
Hal ini sejalan penelitian Mark et al (2006) yang menunjukkan bahwa
rehabilitasi setelah prosedur operatif fraktur femur dapat mengurangi
disabilitas dan keterbatasan fungsi. Penelitian systematic review yang
dilakukan oleh Tharanga (2010) juga mendukung bahwa pasif ROM
direkomendasikan untuk meningkatkan rentang gerak sendi setelah cedera
sendi, fraktur, dan imobilisasi dengan bukti level B.
4.3 Alternatif Pemecahan yang Dapat Dilakukan Kecelakaan lalu lintas merupakan salah satu masalah yang dihadapi
masyarakat perkotaan akibat meningkatnya jumlah kendaraan bermotor tiap
tahunnya. Oleh karena itu, perlu dilakukan usahan preventif untuk
mengurangi jumlah kecelakaan lalu lintas di jalan raya. Faktor pengemudi
memegang kunci utama penyebab terjadinya kecelakaan lalu lintas di jalan
raya. Pengemudi kendaraan bermotor seharusnya mengemudikan kendaraan
bermotor dalam keadaan yang fit dan sehat, tidak dalam keadaan mengantuk
maupun dalam pengaruh minuman beralkohol. Pengemudi kendaraan
bermotor juga harus menggunakan alat pelindung diri yang memadai.
Pengemudi sepeda motor hendaknya menggunakan helm dan jaket sedangkan
untuk pengendara mobil menggunakan sabuk pengaman. Selain itu,
pengemudi kendaraan bermotor harus mematuhi rambu-rambu lalu lintas
yang tersedia. Hal sederhana yang berakibat fatal yang sering dilakukan oleh
para pengemudi adalah menerobos lampu merah yang berisiko tinggi
mengakibatkan terjadinya kecelakaan.
Latihan range of motion (ROM) sudah banyak terbukti untuk mencegah
terjadinya kekakuan otot dan kontraktur. Oleh karena itu, penerapan latihan
ROM pada pasien yang mengalami fraktur dan cedera sendi sangat penting
untuk dilakukan. Tanggung jawab pelaksanaan latihan ROM maupun
rehabilitasi bukan hanya pada fisioterapis tetapi juga pada perawat. Perawat
perlu memberikan perhatian pada masalah mobilitas fisik klien fraktur dalam
melaksanakan asuhan keperawatan yang komprehensif. Latihan yang dapat
dilakukan meliputi aktif maupun pasif ROM, latihan kekuatan otot, maupun
latihan menggunakan alat bantu jalan. Keterbatasan jumlah perawat yang
Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013
29
Universitas Indonesia
berada di lantai I GPS dapat disiasati dengan cara bekerja sama dengan
mahasiswa yang sedang melaksanakan praktik di lantai I GPS. Penting bagi
perawat untuk memberikan edukasi mengenai manfaat latihan tersebut bagi
klien. Pemberian edukasi mengenai latihan ROM sebaiknya disertai dengan
media lembar balik atau leaflet sehingga lebih memudahkan pasien dalam
menirukan gerakan.
Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013
30 Universitas Indonesia
BAB V PENUTUP
Berdasarkan penjelasan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa
kesimpulan dan saran dari penulisan yang telah dilakukan, yaitu:
5.1 Kesimpulan a. Hasil pengkajian pada klien kelolaan dengan fraktur komplit mid diafisis
femur didapatkan data bahwa klien mempunyai keterbatasan rentang
gerak sendi pada kaki kanan post operasi reduksi terbuka dengan fiksator
internal karena merasa nyeri.
b. Terdapat empat buah diagnosis keperawatan utama yang muncul pada
klien yaitu: 1) Gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
penurunan konsentrasi hemoglobin, 2) Kerusakan integritas kulit
berhubungan dengan luka operasi, 3) Nyeri akut berhubungan dengan
prosedur pembedahan, dan 4) Hambatan mobilitas fisik berhubungan
dengan nyeri.
c. Intervensi yang diberikan untuk mengatasi masalah hambatan mobilitas
fisik yang dialami klien antara lain dengan melakukan latihan range of motion (ROM) baik secara aktif maupun pasif, latihan kekuatan otot, dan
latihan menggunakan alat bantu jalan.
d. Klien tidak mengeluhkan adanya kekakuan otot pada kaki kiri, rentang
gerak sendi pada pergelangan kaki kanan meningkat, dan klien dapat
berjalan dengan menggunakan walker setelah tiga minggu intervensi.
e. Jumlah kendaraan bermotor pada masyarakat perkotaan yang terus
meningkat tiap tahunnya menjadi faktor pemicu kecelakaan lalu lintas
yang dapat menyebabkan terjadinya fraktur.
f. Latihan range of motion (ROM) bermanfaat untuk mencegah kekakuan
otot, mempertahankan dan meningkatkan fleksibilitas sendi,
meningkatkan pertumbuhan tulang, dan mencegah kontraktur pada klien
yang mengalami fraktur maupun cedera sendi.
Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013
31
Universitas Indonesia
5.2 Saran a. Bagi Pemerintah
Pemerintah dapat membuat suatu regulasi yang mengatur peningkatan
jumlah kendaraan bermotor dan melakukan manajemen pengelolaan
tempat parkir yang baik. b. Bagi Ruang Lantai I GPS
Penerapan latihan range of motion harus diberikan oleh perawat untuk
mengurangi ketakutan klien dalam mobilisasi sehingga mempersiapkan
ambulasi klien secara optimal setelah pulang ke rumah sehingga klien
siap kembali bergabung dengan masyarakat. c. Bagi Pendidikan
Perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenai manfaat latihan pasif
ROM dalam mencegah kekakuan otot pasca operasi berdasarkan jurnal-
jurnal ilmiah terbaru.
Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013
32 Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Amin NH et al. (2010). Incidence of orthopedic surgery intervention in a level I urban trauma center with motorcycle rrauma." The Journal of Trauma; V.71; 10/11; page 948
Augustus, Aubi. (2013). Time series and trend analysis of fatalities from road traffic accident in Lagos State, Nigeria. Mediterranean Journal of Social Sciences 4.1 (Jan 2013): 251-260. http://search.proquest.com/docview/1324622913?accountid=17242, diakses pada tanggal 2 Juli 2013
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan. (2009). Pola dan determinan sosiodemografi akibat kecelakaan lalu lintas di Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Badan Pusat Statistik. (2012). Perkembangan jumlah kendaraan bermotor menurut jenis tahun 1987-2011. Jakarta:Badan Pusat Statistik
Black & Hawks. (2009). Medical surgical nursing: clinical management for positive outcomes 8th edition. Singapore: Elseiver
). Textbook of medical-surgical nursing. Philadelphia: Lippincott William & Wilkins
Centers for Disease Control and Prevention. (2001). Alcohol involvement in fatal motor-vehicle crashes United States, 1999-2000. Morbidity and Mortality Weekly Report; V.50; No.47; 11/30/01; p1064
Etienne et al. (2000). The global burden of injuries. Am J Public Health 90:523-526
Reid, Birmingham, Alcock. (2007). Efficacy of mobilization with movement for patients with limited dorsiflexion after ankle sprain: a crossover trial. Physiother Can. 2007; 59:166-172
Smeltzer & Bare. (2009). Textbook of medical surgical nursing 9th. Philadelphia: Lippincott
Sjamsuhidayat & Jong. (2005). Buku ajar ilmu bedah edisi 3 cetakan kelima. Jakarta: EGC
Susan, Bette Ann, Mary. (2004). Therapy interventions for improving joint range of motion: a systematic review. Journal of Hand Therapy (Apr-Jun 2004): 118-31. http://search.proquest.com/docview/222182256?accountid=17242, diakses pada tanggal 30 Mei 2013
Tharanga. (2010). Fracture/joint injury (Range of Motion): nonsurgical
interventions. http://search.proquest.com/docview/921745639?accountid=17242, diakses pada tanggal 2 Juli 2013
Verma PK & Tewari KN. (2004). Epidemiology of road traffic injuries in Delhi. Regional Health Forum Result of Survey
Waher, A. Salmond, S. Pellino, T. (2002). Orthopedic nursing 3rd edition, Philadelphia: WB Saunders Company
World Health Organization. (2004). World report on road traffic injury prevention. Geneva: World Health Organization
World Health Organization. (20I1). A five years WHO strategy for road traffic injury prevention. Geneva: World Health Organization
Yandri et al. (2011). Fator-faktor yang mempengaruhi kontraktur sendi lutut pada penanganan fraktur femur secara operatif dan nonoperatif di RS.M. Djamil Padang. Padang: Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Transfusi darah: ada, yaitu pada tanggal 15 Mei 2013 sebanyak
250ml dan saat ini sedang transusi kolf ke-2 sebanyak 250 ml
Riwayat cedera kecelakaan: ada, pada bulan Maret 2013.
Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013
Lampiran 1
[Type text]
Tanda (objektif)
Fraktur (+) pada area femur dekstra, artritis (-), masalah
punggung (-)
Suhu tubuh: 36,8°C
Integritas kulit: terdapat luka post op pada femur dekstra
sepanjang 20 cm, terbalut elastis perban.
Kekuatan umum: klien merasa lemah pada kaki kiri yang
mengalami fraktur, tonus otot tidak baik pada kaki kiri yang
mengalami fraktur, paralisis (-)
SEKSUALITAS Gejala (subjektif)
Tidak terkaji
INTERAKSI
SOSIAL
Gejala (subjektif)
Tanda (objektif)
Status perkawinan: menikah
Hidup dengan: suami dan keempat orang anak
Hubungan dengan keluarga besar: baik
Orang pendukung: suami dan anak
Peran dalam struktur keluarga: istri
Bicara: jelas, dapat dimengerti
Penggunaan alat bantu bicara: tidak ada
Kerusakan komunikasi verbal/non verbal dengan keluarga/orang
terdekat: tidak ada
PENYULUHAN/ PEMBELAJARAN Gejala (subjektif)
Bahasa dominan: Indonesia, melek huruf: iya
Tingkat pendidikan: Tamat SLTA
Keterbatasan kognitif: tidak ada
Faktor resiko keluarga: DM (-), TBC (-), penyakit jantung (-),
stroke (-), TD tinggi (+), epilepsi (-), penyakit ginjal (-),
kanker (-), penyakit jiwa (-)
Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013
Lampiran 1
[Type text]
Obat-obatan: Simvastatin 1 x 10mg Ceftriaxon 2 x 1 gr
Sangobion 1 x 1 tab Ketorolac 3 x 1 amp.
Tramadol 3 x 1 tab Ranitidine 2 x 1amp
Omeprazol 2 x 20 mg
Pemeriksaan Radiologis (Foto rontgen 18 April 2013)
Hasil:
Fraktur komplit mid diafisis femur kananTerpasang fiksasi eksternal dengan
displacement screw
Hasil Pemeriksaan Laboratorium (29 Januari 2012) di RS Fatmawati:
Pemeriksaan Hasil lab Nilai normal
Hematologi
Hemoglobin
Hematokrit
Leukosit
Trombosit
Eritrosit
7,8 g/dl 26%
24,6 ribu/ul 466 ribu/ul 3,21 juta/ul
11,7-15,5 g/dl
33-45 %
5,0-10,00 ribu/ul
150-440 ribu/ul
3,80-5,20 juta/ul
VER/HER/KHER/RDW
VER
HER
KHER
RDW
89,4 fl
24,2 pg 30,2 g/dL
14,0%
80-100,0 fl
26,0-34,0 pg
32,0-36,0 g/dL
11,5-14,5%
Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013
ANALISIS DATA
Data Diagnosa keperawatan DO:
Klien terlihat melindungi kakinya agar
digerakkan dengan pelan-pelan saat ubah
posisi.
Klien mengkerutkan muka dan merintih
saat nyeri.
DS:
Klien mengeluh nyeri pada luka post
operasi kaki kanan.
Intensitas nyeri klien 4-5
Frekuensi nyeri hilang timbul dengan
durasi ± 20 menit.
Nyeri yang dirasakan berdenyut.
Nyeri bertambah jika kaki kanan
digerakkan.
Nyeri akut berhubungan dengan luka
post operasi ORIF
DO:
Klien hanya berbaring dan duduk di tempat
tidur
Klien menjalani operasi ORIF pada
tanggal 15 Mei 2013
ADL parsial care dengan bantuan perawat
dan keluarga
Rentang gerak klien terbatas pada kaki
kanan.
Klien memerlukan bantuan untuk
mengangkat atau menggerakkan kaki
kanannya.
Klien hanya mampu melakukan abduksi
Hambatan mobilitas fisik
berhubungan dengan nyeri
Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013
Data Diagnosa keperawatan adduksi pergelangan kaki dengan derajat
yang terbatas.
DS:
Klien mengatakan nyeri jika
menggerakkan kakinya
DO:
Hasil lab 15 Mei 2013, leukosit =24.6
(meningkat)
Luka post op luka pada bagian paha kanan
sekitar 20 cm
Klien terpasang drain produksi (+)
Klien post op ORIF 15 Mei 2013
DS:
Klien mengeluh nyeri pada luka post op
Kerusakan integritas kulit
berhubungan dengan prosedur
pembedahan
DO:
Hasil lab 15 Mei 2013
Hb: 7,8 g/dl (11,7 15,5 g/dl)
Ht: 26 % (33 45 %)
Eritrosit: 3,21 juta/ul (3,80 5,80 juta/ul)
Klien terpasang drain pada paha kanan
produksi (+)
Konjungtiva anemis
Klien post op ORIF 15 Mei 2013
DS:
Klien mengeluh nyeri pada luka post op
ORIF paha kanan
Gangguan perfusi jaringan perifer
berhubungan dengan penurunan
konsentrasi hemoglobin
Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN POST OPERASI ORIF
Nama Pasien : Ny.F (43 tahun) Nama Mahasiswa : Kristika Dianingsih Utami
Ruang : GPS Lantai 1 NPM : 0806334022
No. RM : 01202917
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi Rasional
1. Nyeri akut berhubungan dengan luka post operasi
ORIF
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 5x24 jam, diharapkan nyeri klien berkurang, hilang, atau teratasi dengan kriteria hasil: 1. Klien menyatakan
nyeri hilang 2. Klien
menunjukkan keadaan santai dan tidak gelisah
3. Klien mampu berpartisipasi dalam aktivitas dan istirahat
Mandiri: -‐ Kaji intensitas, lokasi, durasi,
skaladan faktor pencetus yang menyebabkan nyeri
-‐ Pertahankan imobilisasi bagian
yang sakit dengan tirah baring -‐ Tinggikan dan dukung
ekstremitas yang terkena fraktur
-‐ Evaluasi keluhan
nyeri/ketidaknyamanan, perhatikan lokasi dan
-‐ Berguna untuk memberikan data
tentang nyeri yang dialami klien serta memudahkan untuk mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan
-‐ Mengurangi nyeri dan mencegah
malformasi -‐ Meningkatkan aliran darah balik
vena -‐ Mempengaruhi pilihan atau
pengawasan keefektifan intervensi.
Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013
dengan tepat 4. Tanda-tanda vital
dalam batas normal
TD 100/70-140/80 mmHg
RR 16-20x/ menit
Nadi 60-100x/ menit
Suhu 36-37,50C
karakteristik, termasuk intensitas (skala 0-10). Perhatikan petunjuk nyeri nonverbal (perubahan pada tanda vital dan emosi/perilaku)
-‐ Berikan alternatif tindakan
kenyamanan, contoh pijatan, pijatan punggung, perubahan posisi
nyeri yang tidak biasa/tiba-tiba atau dalam, lokasi progresif/buruk tidak hilang dengan analgesik
Kolaborasi:
-‐ Berikan/awasi analgesik yang dikontrol pasien (ADP) bila indikasi
-‐ Meningkatkan sirkulasi umum,
menurunkan tekanan area lokal dan kelelahan otot
-‐ Memfokuskan kembali perhatian,
meningkatkan rasa kontrol, dan dapat meningkatkan kemampuan koping dalam manajemen stress, yang mungkin menetap dalam jangka lama
-‐ Dapat menandakan terjadinya
komplikasi, contoh infeksi, iskemia jaringan, sindrom kompartemen (rujuk ke DK: perfusi jaringan, perubahan: perifer, risiko tinggi terhadap)
-‐ Pemberian rutin ADP
mempertahankan kadar analgesik darah adekuat, mencegah fluktuasi
Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013
dalam penghilangan nyeri sehubungan dengan tegangan otot/spasme
2. Hambatan mobilitas fisik
berhubungan dengan nyeri
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 5x24, diharapkan klien mampu melakukan mobilisasi secara optimal sesuai dengan toleransi klien dengan kriteria hasil: 1. Klien dapat ikut
serta dalam program latihan untuk meningkatkan mobilisasi
2. Klien dapat beraktivitas dengan bantuan minimal
3. Tidak terjadi kekakuan otot dan kontraktur
4. Klien dapat memperagakan
Mandiri: -‐ Kaji kemampuan motorik klien -‐ Kaji kemampuan klien dalam
melakukan mobilisasi -‐ Bantu klien melakukan latihan
range of motion (ROM)/ ROM aktif pada ekstremitas yang tak sakit yang meliputi:
-‐ Fleksi tangan kanan dan tangan kiri (bahu, siku, pergelangan tangan, jari-jari tangan, dan ibu jari) dan kaki kanan (pinggul, lutut, dan jari-jari kaki)
-‐ Ekstensi tangan kanan dan tangan kiri (bahu, siku, pergelangan tangan, jari-jari tangan, dan ibu jari) dan kaki kanan (pinggul, lutut, dan jari-jari kaki)
-‐ Hiperekstensi tangan kanan
-‐ Untuk menentukan kemampuan
motorik klien, menentukan adanya gangguan motorik pada klien
-‐ Untuu menentukan tingkat toleransi aktivitas yang dapat dilakukan klien
-‐ Rentang gerak dapat meningkatkan
aliran darah ke otot dan tulang untuk meningkatkan tonus otot, mempertahankan gerak sendi, mencegah kontraktur/ atrofi dan resorpsi kalsium karena tidak digunakan.
Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013
menggunakan alat bantu untuk mobilisasi (walker)
dan tangan kiri kiri (bahu, pergelangan tangan, dan jari-jari tangan)
-‐ Abduksi tangan kanan dan tangan kiri (bahu, pergelangan tangan, jari-jari tangan, dan ibu jari) dan kaki kanan (pinggul dan jari-jari kaki)
-‐ Adduksi tangan kanan dan tangan kiri (bahu, pergelangan tangan, jari-jari tangan, dan ibu jari) dan kaki kanan (pinggul dan jari-jari kaki)
-‐ Rotasi dalam dan rotasi luar kaki kanan (pinggul)
-‐ Inversi dan eversi kaki kanan (telapak kaki)
-‐ Dorsofleksi dan plantarfleksi kaki kanan (ankle)
-‐ Dorsofleksi kaki kiri (ankle) -‐ Dorong untuk latihan isometrik
pada tungkai yang tak sakit
-‐ Kontraksi isometrik tanpa menekuk
sendi atau menggerakkan tungkai dan membantu mempertahankan kekuatan dan masa otot. Catatan: kontraindikasi pada perdarahan akut/edema
Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013
-‐ Ajarkan serta libatkan keluarga
untuk membantu klien melakukan latihan rentang gerak sendi
-‐ Bantu klien melakukan mobilisasi secara bertahap sesuai tingkat toleransi klien
-‐ Ukur TTV sebelum dan setelah
melakukan aktivitas. Perhatikan adanya keluhan pusing
-‐ Ubah posisi secara periodik -‐ Dorong peningkatan intake
cairan 2000-3000 ml/hari, serta penuhi kebutuhan serat
-‐ Bantu pemenuhan ADL klien sesuai kebutuhan
-‐ -‐ Untuk meningkatkan kemampuan
keluarga dalam merawat klien -‐ Untuk meningkatkan kemampuan
mobilisasi klien dan mencegah terjadinya komplikasi akibat imobilisasi
-‐ Hipotensi postural adalah masalah
umum menyertai tirah baring lama -‐ Mencegah insiden komplikasi
dekubitus optimal dan keamanan pasien
-‐ Untuk mempermudah defekasi
-‐ Meningkatkan kemandirian klien dalam melakukan aktivitas
Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013
Kolaborasi Kolaborasi dengan fisioterapis terkait toleransi klien dalam melakukan mobilisasi dan latihan yang diizinkan
-‐ Memberikan informasi terkait hal-hal
yang dapat dilakukan untuk membantu mobilisasi klien
3. Gangguan perfusi jaringan
perifer berhubungan dengan penurunan
konsentrasi hemoglobin
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 2x24 jam, klien akan menunjukkan perbaikan perfusi jaringan perifer dengan kriteria hasil: 1. Hb dalam batas
hangat - Konjungtiva anemis - Klien mampu melakukan latihan ROM aktif
dan pasif - TD= 130/80 mmHg, RR= 18 x/menit, nadi=
84x/menit, suhu 36,70C - Pemeriksaan laboratorium tidak dilakukan - Transfusi darah diberikan 500ml A: Gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan konsentrasi hemoglobin P: - Mengkaji sirkulasi perifer - Mengkaji TTV klien - Melakukan elevasi tungkai - Kolaborasi pemeriksaan laboratorium darah
3 detik, akral hangat - Konjungtiva anemis - Klien mampu melakukan latihan ROM aktif
dan pasif - TD= 140/80 mmHg, RR= 18 x/menit, nadi=
86x/menit, suhu 370C - Pemeriksaan laboratorium tidak dilakukan A: Gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan konsentrasi hemoglobin
hangat - Konjungtiva anemis - Klien mampu melakukan latihan ROM aktif
dan pasif - TD= 130/80 mmHg, RR= 18 x/menit, nadi=
84x/menit, suhu 36,70C - Pemeriksaan laboratorium tidak dilakukan A: Gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan konsentrasi hemoglobin (-) P: - Mengkaji sirkulasi perifer - Mengkaji TTV klien - Melakukan elevasi tungkai
Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013
Diagnosa Keperawatan
Hari/ Tanggal Implementasi Keperawatan Evaluasi
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan prosedur
pembedahan
Jumat, 17 Mei 2013
- Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan klien
- Mengukur TTV klien - Monitor hasil laboratorium - Membatasi jumlah pengunjung yang datang - Mengkaji karakteristik luka dan tanda-tanda
84x/menit, suhu 36,70C - Pengambilan spesimen darah tidak dilakukan - Terpasang elastis perban pada paha kanan,
rembes (-) - Edema tungkai kanan (+), akral hangat - Luka operasi sepanjang 20 cm, kemerahan (-),
eksudat (-) A: Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan prosedur pembedahan P: - Observasi luka operasi - Lakukan perawatan luka dengan teknik steril - Kolaborasi pemberian antibiotik
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan prosedur
pembedahan
Sabtu, 18 Mei 2013
- Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan klien
- Mengukur TTV klien - Monitor hasil laboratorium - Membatasi jumlah pengunjung yang datang - Mengkaji karakteristik luka dan tanda-tanda
80x/menit, suhu 36,70C - Leukosit 6,7 ribu/ul - Terpasang elastis perban pada paha kanan,
rembes (-)
Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013
1gr iv - Edema tungkai kanan (+), akral hangat A: Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan prosedur pembedahan P: - Observasi luka operasi - Lakukan perawatan luka dengan teknik steril - Kolaborasi pemberian antibiotik
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan prosedur
pembedahan
Senin, 20 Mei 2013
- Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan klien
- Mengukur TTV klien - Monitor hasil laboratorium - Membatasi jumlah pengunjung yang datang - Mengkaji karakteristik luka dan tanda-tanda
86x/menit, suhu 370C - Pengambilan spesimen darah tidak dilakukan - Terpasang elastis perban pada paha kanan,
rembes (-) - Edema tungkai kanan (+), akral hangat - Luka operasi sepanjang 20 cm, kemerahan (-),
eksudat (-) A: Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan prosedur pembedahan P: - Observasi luka operasi - Lakukan perawatan luka dengan teknik steril - Kolaborasi pemberian antibiotic
Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan prosedur
pembedahan
Selasa, 21 Mei 2013
- Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan klien
- Mengukur TTV klien - Monitor hasil laboratorium - Membatasi jumlah pengunjung yang datang - Mengkaji karakteristik luka dan tanda-tanda
84x/menit, suhu 36,70C - Pengambilan spesimen darah tidak dilakukan - Terpasang elastis perban pada paha kanan,
rembes (-) - Edema tungkai kanan (-), akral hangat A: Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan prosedur pembedahan P: - Observasi luka operasi - Lakukan perawatan luka dengan teknik steril - Kolaborasi pemberian antibiotik
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan prosedur
pembedahan
Rabu, 22 Mei 2013
- Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan klien
- Mengukur TTV klien - Monitor hasil laboratorium - Membatasi jumlah pengunjung yang datang - Mengkaji karakteristik luka dan tanda-tanda
84x/menit, suhu 370C - Pengambilan spesimen darah tidak dilakukan - Terpasang elastis perban pada paha kanan,
rembes (-) - Edema tungkai kanan (-), akral hangat - Luka operasi sepanjang 20 cm, kemerahan (-),
eksudat (-)
Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013
A: Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan prosedur pembedahan P: - Observasi luka operasi - Lakukan perawatan luka dengan teknik steril - Kolaborasi pemberian antibiotik
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan prosedur
pembedahan
Kamis, 23 Mei 2013
- Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan klien
- Mengukur TTV klien - Monitor hasil laboratorium - Membatasi jumlah pengunjung yang datang - Mengkaji karakteristik luka dan tanda-tanda
84x/menit, suhu 36,70C - Pengambilan spesimen darah tidak dilakukan - Terpasang elastis perban pada paha kanan,
rembes (-) - Edema tungkai kanan (-), akral hangat A: Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan prosedur pembedahan P: - Observasi luka operasi - Lakukan perawatan luka dengan teknik steril - Kolaborasi pemberian antibiotik
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan prosedur
pembedahan
Jumat, 24 Mei 2013
- Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan klien
- Mengukur TTV klien - Monitor hasil laboratorium - Membatasi jumlah pengunjung yang datang
- Mengkaji karakteristik luka dan tanda-tanda infeksi
- Melakukan perawatan luka dengan teknik steril
- Kolaborasi pemberian antibioik cetriaxone 1gr iv
- Pengambilan spesimen darah tidak dilakukan - Terpasang elastis perban pada paha kanan,
rembes (-) - Edema tungkai kanan (-), akral hangat - Luka operasi sepanjang 20 cm, kemerahan (-),
eksudat (-) A: Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan prosedur pembedahan P: - Observasi luka operasi - Lakukan perawatan luka dengan teknik steril - Kolaborasi pemberian antibiotik
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan prosedur
pembedahan
Sabtu, 25 Mei 2013
- Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan klien
- Mengukur TTV klien - Monitor hasil laboratorium - Membatasi jumlah pengunjung yang datang - Mengkaji karakteristik luka dan tanda-tanda
80x/menit, suhu 37,20C - Pengambilan spesimen darah tidak dilakukan - Terpasang elastis perban pada paha kanan,
rembes (-) - Edema tungkai kanan (-), akral hangat A: Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan prosedur pembedahan P: - Observasi luka operasi - Lakukan perawatan luka dengan teknik steril
Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013
- Kolaborasi pemberian antibiotik Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan prosedur
pembedahan
Senin, 27 Mei 2013
- Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan klien
- Mengukur TTV klien - Monitor hasil laboratorium - Membatasi jumlah pengunjung yang datang - Mengkaji karakteristik luka dan tanda-tanda
86x/menit, suhu 36,50C - Pengambilan spesimen darah tidak dilakukan - Terpasang elastis perban pada paha kanan,
rembes (-) - Edema tungkai kanan (+), akral hangat - Luka operasi sepanjang 20 cm, kemerahan (-),
eksudat (-), stosel (+) 20cc A: Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan prosedur pembedahan P: - Observasi luka operasi - Lakukan perawatan luka dengan teknik steril - Kolaborasi pemberian antibiotik
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan prosedur
pembedahan
Selasa, 28 Mei 2013
- Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan klien
- Mengukur TTV klien - Monitor hasil laboratorium - Membatasi jumlah pengunjung yang datang - Mengkaji karakteristik luka dan tanda-tanda
- Kolaborasi pemberian antibioik cetriaxone 1gr iv
- Luka operasi sepanjang 20 cm, kemerahan (-), eksudat (-), stosel (+)50 cc
A: Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan prosedur pembedahan P: - Observasi luka operasi - Lakukan perawatan luka dengan teknik steril - Kolaborasi pemberian antibiotik
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan prosedur
pembedahan
Rabu, 29 Mei 2013
- Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan klien
- Mengukur TTV klien - Monitor hasil laboratorium - Membatasi jumlah pengunjung yang datang - Mengkaji karakteristik luka dan tanda-tanda
84x/menit, suhu 36,70C - Pengambilan spesimen darah tidak dilakukan - Terpasang elastis perban pada paha kanan,
rembes (-) - Edema tungkai kanan (-), akral hangat - Luka operasi sepanjang 20 cm, kemerahan (-),
eksudat (-), stosel (+) 20cc A: Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan prosedur pembedahan P: - Observasi luka operasi - Lakukan perawatan luka dengan teknik steril - Kolaborasi pemberian antibiotic
Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan prosedur
pembedahan
Kamis, 30 Mei 2013
- Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan klien
- Mengukur TTV klien - Monitor hasil laboratorium - Membatasi jumlah pengunjung yang datang - Mengkaji karakteristik luka dan tanda-tanda
88x/menit, suhu 36,80C - Pengambilan spesimen darah tidak dilakukan - Terpasang elastis perban pada paha kanan,
rembes (-) - Edema tungkai kanan (+), akral hangat - Luka operasi sepanjang 20 cm, kemerahan (-),
eksudat (-), stosel (+) 10cc A: Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan prosedur pembedahan P: - Observasi luka operasi - Lakukan perawatan luka dengan teknik steril - Kolaborasi pemberian antibiotik
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan prosedur
pembedahan
Jumat, 31 Mei 2013
- Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan klien
- Mengukur TTV klien - Monitor hasil laboratorium - Membatasi jumlah pengunjung yang datang - Mengkaji karakteristik luka dan tanda-tanda
86x/menit, suhu 37,20C - Pengambilan spesimen darah tidak dilakukan - Terpasang elastis perban pada paha kanan,
rembes (-) - Edema tungkai kanan (+), akral hangat - Luka operasi sepanjang 20 cm, kemerahan (-),
Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013
1gr iv eksudat (-), stosel (+)5cc A: Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan prosedur pembedahan P: - Observasi luka operasi - Lakukan perawatan luka dengan teknik steril - Kolaborasi pemberian antibiotik
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan prosedur
pembedahan
Sabtu, 1 Juni 2013
- Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan klien
- Mengukur TTV klien - Monitor hasil laboratorium - Membatasi jumlah pengunjung yang datang - Mengkaji karakteristik luka dan tanda-tanda
84x/menit, suhu 36,70C - Pengambilan spesimen darah tidak dilakukan - Terpasang elastis perban pada paha kanan,
rembes (-) - Edema tungkai kanan (+), akral hangat - Luka operasi sepanjang 20 cm, kemerahan (-),
eksudat (-), stosel (-) A: Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan prosedur pembedahan P: - Observasi luka operasi - Lakukan perawatan luka dengan teknik steril - Kolaborasi pemberian antibiotik
Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013
Diagnosa Keperawatan
Hari/ Tanggal Implementasi Keperawatan Evaluasi
Nyeri akut berhubungan dengan
luka post operasi ORIF
Jumat, 17 Mei 2013
- Mengkaji jenis dan lokasi nyeri - Mempertahankan imobilisasi bagian yang
sakit dengan tirah baring - Mengukur tanda-tanda vital klien - Mendorong klien untuk melakukan teknik
relaksasi napas dalam - Melakukan elevasi tungkai dengan satu
bantal - Kolaborasi pemberian analgesik ketorolac
30mg iv
S: Nyeri pada paha kanan post op intensitas nyeri 4-5, frekuensi nyeri hilang timbul, durasi ± 20 menit, berdenyut, nyeri bertambah jika kaki kanan digerakkan. O: -‐ TD= 130/80 mmHg, RR= 18 x/menit, nadi=
84x/menit, suhu 36,70C -‐ Klien terlihat melindungi kakinya agar
digerakkan dengan pelan-pelan saat ubah posisi.
-‐ Klien mengkerutkan muka dan merintih saat nyeri.
A: Nyeri akut berhubungan dengan luka post operasi ORIF P: -‐ Kaji karakteristik nyeri klien -‐ Monitor TTV klien -‐ Anjurkan tarik napas dalam bila nyeri -‐ Kolaborasi pemberian analgesik
Nyeri akut berhubungan dengan
luka post operasi ORIF
Sabtu, 18 Mei 2013
- Mengkaji jenis dan lokasi nyeri - Mempertahankan imobilisasi bagian yang
sakit dengan tirah baring - Mengukur tanda-tanda vital klien - Mendorong klien untuk melakukan teknik
S: Nyeri pada paha kanan post op intensitas nyeri 4-5, frekuensi nyeri hilang timbul, durasi ± 20 menit, berdenyut, nyeri bertambah jika kaki kanan digerakkan.
Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013
relaksasi napas dalam - Melakukan elevasi tungkai dengan satu
bantal - Kolaborasi pemberian analgesik ketorolac
30mg iv
O: -‐ TD= 130/80 mmHg, RR= 20 x/menit, nadi=
80x/menit, suhu 36,70C -‐ Klien terlihat melindungi kakinya agar
digerakkan dengan pelan-pelan saat ubah posisi.
-‐ Klien mengkerutkan muka dan merintih saat nyeri.
A: Nyeri akut berhubungan dengan luka post operasi ORIF P: -‐ Kaji karakteristik nyeri klien -‐ Monitor TTV klien -‐ Anjurkan tarik napas dalam bila nyeri -‐ Kolaborasi pemberian analgesik
Nyeri akut berhubungan dengan
luka post operasi ORIF
Senin, 20 Mei 2013
- Mengkaji jenis dan lokasi nyeri - Mempertahankan imobilisasi bagian yang
sakit dengan tirah baring - Mengukur tanda-tanda vital klien - Mendorong klien untuk melakukan teknik
relaksasi napas dalam - Melakukan elevasi tungkai dengan satu
bantal - Kolaborasi pemberian analgesik ketorolac
30mg iv
S: Nyeri pada paha kanan post op intensitas nyeri 5, frekuensi nyeri hilang timbul, durasi ± 10 menit, berdenyut, nyeri bertambah jika kaki kanan digerakkan. O: -‐ TD= 140/80 mmHg, RR= 18 x/menit, nadi=
86x/menit, suhu 370C -‐ Klien terlihat melindungi kakinya agar
digerakkan dengan pelan-pelan saat ubah posisi.
-‐ Klien merintih saat nyeri.
Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013
A: Nyeri akut berhubungan dengan luka post operasi ORIF P:
-‐ Kaji karakteristik nyeri klien -‐ Monitor TTV klien -‐ Anjurkan tarik napas dalam bila nyeri -‐ Kolaborasi pemberian analgesik
Nyeri akut berhubungan dengan
luka post operasi ORIF
Selasa, 21 Mei 2013
- Mengkaji jenis dan lokasi nyeri - Mempertahankan imobilisasi bagian yang
sakit dengan tirah baring - Mengukur tanda-tanda vital klien - Mendorong klien untuk melakukan teknik
relaksasi napas dalam - Melakukan elevasi tungkai dengan satu
bantal - Kolaborasi pemberian analgesik ketorolac
30mg iv
S: Nyeri pada paha kanan post op intensitas nyeri 4-5, frekuensi nyeri hilang timbul, durasi ± 20 menit, berdenyut, nyeri bertambah jika kaki kanan digerakkan. O: -‐ TD= 130/80 mmHg, RR= 18 x/menit, nadi=
84x/menit, suhu 36,70C -‐ Klien terlihat melindungi kakinya agar
digerakkan dengan pelan-pelan saat ubah posisi.
-‐ Klien mengkerutkan muka dan merintih saat nyeri.
A: Nyeri akut berhubungan dengan luka post operasi ORIF P: -‐ Kaji karakteristik nyeri klien -‐ Monitor TTV klien -‐ Anjurkan tarik napas dalam bila nyeri
Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013
-‐ Kolaborasi pemberian analgesik Nyeri akut
berhubungan dengan luka post operasi
ORIF
Rabu, 22 Mei 2013
- Mengkaji jenis dan lokasi nyeri - Mempertahankan imobilisasi bagian yang
sakit dengan tirah baring - Mengukur tanda-tanda vital klien - Mendorong klien untuk melakukan teknik
relaksasi napas dalam - Melakukan elevasi tungkai dengan satu
bantal - Kolaborasi pemberian analgesik ketorolac
30mg iv
S: Nyeri pada paha kanan post op, intensitas nyeri 4, frekuensi nyeri hilang timbul, durasi ± 10 menit, berdenyut, nyeri bertambah jika kaki kanan digerakkan. O: -‐ TD= 150/80 mmHg, RR= 16 x/menit, nadi=
84x/menit, suhu 370C -‐ Klien melindungi kakinya agar digerakkan
dengan pelan-pelan saat ubah posisi. -‐ Klien mengkerutkan muka saat nyeri. A: Nyeri akut berhubungan dengan luka post operasi ORIF P:
-‐ Kaji karakteristik nyeri klien -‐ Monitor TTV klien -‐ Anjurkan tarik napas dalam bila nyeri -‐ Kolaborasi pemberian analgesik
Nyeri akut berhubungan dengan
luka post operasi ORIF
Kamis, 23 Mei 2013
- Mengkaji jenis dan lokasi nyeri - Mempertahankan imobilisasi bagian yang
sakit dengan tirah baring - Mengukur tanda-tanda vital klien - Mendorong klien untuk melakukan teknik
relaksasi napas dalam - Melakukan elevasi tungkai dengan satu
bantal
S: Nyeri pada paha kanan post op, intensitas nyeri 4, frekuensi nyeri hilang timbul, durasi ± 10 menit, berdenyut, nyeri bertambah jika kaki kanan digerakkan. O: -‐ TD= 130/80 mmHg, RR= 18 x/menit, nadi=
84x/menit, suhu 36,70C
Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013
- Kolaborasi pemberian analgesik ketorolac 30mg iv
-‐ Klien terlihat melindungi kakinya agar digerakkan dengan pelan-pelan saat ubah posisi.
-‐ Klien mengkerutkan muka saat nyeri. A: Nyeri akut berhubungan dengan luka post operasi ORIF P:
-‐ Kaji karakteristik nyeri klien -‐ Monitor TTV klien -‐ Anjurkan tarik napas dalam bila nyeri -‐ Kolaborasi pemberian analgesik
Nyeri akut berhubungan dengan
luka post operasi ORIF
Jumat, 24 Mei 2013
- Mengkaji jenis dan lokasi nyeri - Mempertahankan imobilisasi bagian yang
sakit dengan tirah baring - Mengukur tanda-tanda vital klien - Mendorong klien untuk melakukan teknik
relaksasi napas dalam - Melakukan elevasi tungkai dengan satu
bantal - Kolaborasi pemberian analgesik ketorolac
30mg iv
S: Nyeri berukurang pada paha kanan post op, intensitas nyeri 3, frekuensi nyeri hilang timbul, durasi ± 10 menit, berdenyut, nyeri bertambah jika kaki kanan digerakkan. O: -‐ TD= 130/80 mmHg, RR= 18 x/menit, nadi=
84x/menit, suhu 36,70C -‐ Klien mengkerutkan muka saat mencoba
menggerakkan kaki A: Nyeri akut berhubungan dengan luka post operasi ORIF P: -‐ Kaji karakteristik nyeri klien -‐ Monitor TTV klien
Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013
-‐ Anjurkan tarik napas dalam bila nyeri -‐ Kolaborasi pemberian analgesik
Nyeri akut berhubungan dengan
luka post operasi ORIF
Sabtu, 25 Mei 2013
- Mengkaji jenis dan lokasi nyeri - Mempertahankan imobilisasi bagian yang
sakit dengan tirah baring - Mengukur tanda-tanda vital klien - Mendorong klien untuk melakukan teknik
relaksasi napas dalam - Melakukan elevasi tungkai dengan satu
bantal - Kolaborasi pemberian analgesik ketorolac
30mg iv
S: Nyeri pada paha kanan post op intensitas nyeri3, frekuensi nyeri hilang timbul, durasi ± 10 menit, berdenyut, nyeri bertambah jika kaki kanan digerakkan. O: -‐ TD= 140/80 mmHg, RR= 18 x/menit, nadi=
80x/menit, suhu 37,20C -‐ Klien mengkerutkan muka dan merintih saat
nyeri. A: Nyeri akut berhubungan dengan luka post operasi ORIF P: -‐ Kaji karakteristik nyeri klien -‐ Monitor TTV klien -‐ Anjurkan tarik napas dalam bila nyeri -‐ Kolaborasi pemberian analgesik
Nyeri akut berhubungan dengan
luka post operasi ORIF
Senin, 27 Mei 2013
- Mengkaji jenis dan lokasi nyeri - Mempertahankan imobilisasi bagian yang
sakit dengan tirah baring - Mengukur tanda-tanda vital klien - Mendorong klien untuk melakukan teknik
relaksasi napas dalam - Melakukan elevasi tungkai dengan satu
bantal
S: Nyeri pada paha kanan post op intensitas nyeri 5, frekuensi nyeri hilang timbul, durasi ± 15 menit, berdenyut, nyeri bertambah saat ganti balutan. O: -‐ TD= 140/80 mmHg, RR= 20 x/menit, nadi=
86x/menit, suhu 36,50C -‐ Klien terlihat meringis dan merintih saat gati
Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013
- Kolaborasi pemberian analgesik ketorolac 30mg iv
balutan A: Nyeri akut berhubungan dengan luka post operasi ORIF P:
-‐ Kaji karakteristik nyeri klien -‐ Monitor TTV klien -‐ Anjurkan tarik napas dalam bila nyeri -‐ Kolaborasi pemberian analgesik
Nyeri akut berhubungan dengan
luka post operasi ORIF
Selasa, 28 Mei 2013
- Mengkaji jenis dan lokasi nyeri - Mempertahankan imobilisasi bagian yang
sakit dengan tirah baring - Mengukur tanda-tanda vital klien - Mendorong klien untuk melakukan teknik
relaksasi napas dalam - Melakukan elevasi tungkai dengan satu
bantal - Kolaborasi pemberian analgesik ketorolac
30mg iv
S: Nyeri pada paha kanan post op, intensitas nyeri 5, frekuensi nyeri hilang timbul, durasi ± 10 menit, berdenyut, nyeri bertambah saat ganti balutan. O: -‐ TD= 140/80 mmHg, RR= 16 x/menit, nadi=
80x/menit, suhu 36,70C -‐ Klien terlihat meringis dan merintih saat ganti
balutan A: Nyeri akut berhubungan dengan luka post operasi ORIF P: -‐ Kaji karakteristik nyeri klien -‐ Monitor TTV klien -‐ Anjurkan tarik napas dalam bila nyeri -‐ Kolaborasi pemberian analgesic
Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013
Nyeri akut berhubungan dengan
luka post operasi ORIF
Rabu, 29 Mei 2013
- Mengkaji jenis dan lokasi nyeri - Mempertahankan imobilisasi bagian yang
sakit dengan tirah baring - Mengukur tanda-tanda vital klien - Mendorong klien untuk melakukan teknik
relaksasi napas dalam - Melakukan elevasi tungkai dengan satu
bantal - Kolaborasi pemberian analgesik ketorolac
30mg iv
S: Nyeri pada paha kanan post op, intensitas nyeri 4, frekuensi nyeri hilang timbul, durasi ± 10 menit, berdenyut, nyeri bertambah saat ganti balutan. O: -‐ TD= 130/80 mmHg, RR= 18 x/menit, nadi=
84x/menit, suhu 36,70C -‐ Klien mengkerutkan muka pada saat ganti
balutan A: Nyeri akut berhubungan dengan luka post operasi ORIF P: -‐ Kaji karakteristik nyeri klien -‐ Monitor TTV klien -‐ Anjurkan tarik napas dalam bila nyeri -‐ Kolaborasi pemberian analgesik
Nyeri akut berhubungan dengan
luka post operasi ORIF
Kamis, 30 Mei 2013
- Mengkaji jenis dan lokasi nyeri - Mempertahankan imobilisasi bagian yang
sakit dengan tirah baring - Mengukur tanda-tanda vital klien - Mendorong klien untuk melakukan teknik
relaksasi napas dalam - Melakukan elevasi tungkai dengan satu
bantal - Kolaborasi pemberian analgesik ketorolac
30mg iv
S: Nyeri pada paha kanan post op, intensitas nyeri 4, frekuensi nyeri hilang timbul, durasi ± 10 menit, berdenyut, nyeri bertambah saat ganti balutan. O: -‐ TD= 140/80 mmHg, RR= 16 x/menit, nadi=
88x/menit, suhu 36,80C -‐ Klien mengkerutkan muka saat ganti balutan A: Nyeri akut berhubungan dengan luka post operasi ORIF
- Mengkaji jenis dan lokasi nyeri - Mempertahankan imobilisasi bagian yang
sakit dengan tirah baring - Mengukur tanda-tanda vital klien - Mendorong klien untuk melakukan teknik
relaksasi napas dalam - Melakukan elevasi tungkai dengan satu
bantal - Kolaborasi pemberian analgesik ketorolac
30mg iv
S: Nyeri pada paha kanan post op intensitas, nyeri 3, frekuensi nyeri hilang timbul, durasi ± 10 menit, berdenyut, nyeri bertambah saat belajar berdiri dan ganti balutan O: -‐ TD= 150/80 mmHg, RR= 20 x/menit, nadi=
86x/menit, suhu 37,20C -‐ Klien terlihat meringis saat ganti balutan -‐ Klien terlihat berkeringat saat latihan berdiri A: Nyeri akut berhubungan dengan luka post operasi ORIF P: -‐ Kaji karakteristik nyeri klien -‐ Monitor TTV klien -‐ Anjurkan tarik napas dalam bila nyeri -‐ Kolaborasi pemberian analgesik
Nyeri akut berhubungan dengan
luka post operasi ORIF
Sabtu, 1 Juni 2013
- Mengkaji jenis dan lokasi nyeri - Mempertahankan imobilisasi bagian yang
sakit dengan tirah baring - Mengukur tanda-tanda vital klien - Mendorong klien untuk melakukan teknik
S: Nyeri pada paha kanan post op, intensitas nyeri 3, frekuensi nyeri hilang timbul, durasi ± 20 menit, berdenyut, nyeri bertambah saat latihan berdiri dan ganti balutan.
Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013
relaksasi napas dalam - Melakukan elevasi tungkai dengan satu
bantal - Kolaborasi pemberian analgesik ketorolac
30mg iv
O: -‐ TD= 140/80 mmHg, RR= 18 x/menit, nadi=
84x/menit, suhu 36,70C -‐ Klien terlihat meringis saat ganti balutan -‐ Klien merintih saat latihan berdiri A: Nyeri akut berhubungan dengan luka post operasi ORIF P: -‐ Kaji karakteristik nyeri klien -‐ Monitor TTV klien -‐ Anjurkan tarik napas dalam bila nyeri -‐ Kolaborasi pemberian analgesik
Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013
Diagnosa Keperawatan
Hari/ Tanggal Implementasi Keperawatan Evaluasi
Hambatan mobilitas fisik berhubungan
dengan nyeri
Jumat, 17 Mei 2013
- Menganjurkan klien untuk melakukan positioning/2 jam
- Menganjurkan klien untuk melakukan ROM aktif pada kaki kiri yang sehat
- Melakukan latihan kontraksi otot isometrik pada kaki kanan
- Membantu pemenuhan kebutuhan ADL klien sesuai kebutuhan
- Memfasilitasi personal hygiene klien - Menganjurkan keluarga untuk melakukan
ROM pasif pada kaki kanan klien
S: -‐ Klien mengatakan nyeri jika menggerakkan
kakinya O: -‐ Klien hanya berbaring dan duduk di tempat
tidur -‐ Klien menjalani operasi ORIF pada tanggal 15
Mei 2013 -‐ ADL parsial care dengan bantuan perawat dan
keluarga -‐ Rentang gerak klien terbatas pada kaki kanan. -‐ Klien memerlukan bantuan untuk mengangkat
atau menggerakkan kaki kanan A: Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri P: -‐ Lakukan ROM aktif maupun pasif -‐ Bantu ADL sesuai kebutuhan klien
Hambatan mobilitas fisik berhubungan
dengan nyeri
Sabtu, 18 Mei 2013
- Menganjurkan klien untuk melakukan positioning/2 jam
- Menganjurkan klien untuk melakukan ROM aktif pada kaki kiri yang sehat
- Melakukan latihan kontraksi otot isometrik pada kaki kanan
S: -‐ Klien mengatakan nyeri jika menggerakkan
kakinya O: -‐ Klien hanya berbaring dan duduk di tempat
tidur
Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013
- Melakukan ROM pasif pada kaki kanan - Membantu pemenuhan kebutuhan ADL
klien sesuai kebutuhan - Memfasilitasi personal hygiene klien - Menganjurkan keluarga untuk melakukan
ROM pasif pada kaki kanan klien
-‐ Klien menjalani operasi ORIF pada tanggal 15 Mei 2013
-‐ ADL parsial care dengan bantuan perawat dan keluarga
-‐ Rentang gerak klien terbatas pada kaki kanan. -‐ Klien memerlukan bantuan untuk mengangkat
atau menggerakkan kaki kanan A: Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri P: -‐ Lakukan ROM aktif maupun pasif -‐ Bantu ADL sesuai kebutuhan klien
Hambatan mobilitas fisik berhubungan
dengan nyeri
Senin, 17 Mei 2013
- Menganjurkan klien untuk melakukan positioning/2 jam
- Menganjurkan klien untuk melakukan ROM aktif pada kaki kiri yang sehat
- Melakukan latihan kontraksi otot isometrik pada kaki kanan
- Membantu pemenuhan kebutuhan ADL klien sesuai kebutuhan
- Memfasilitasi personal hygiene klien - Menganjurkan keluarga untuk melakukan
ROM pasif pada kaki kanan klien
S: -‐ Klien mengatakan nyeri jika menggerakkan
kakinya O: -‐ Klien hanya berbaring dan duduk di tempat
tidur -‐ Klien menjalani operasi ORIF pada tanggal 15
Mei 2013 -‐ ADL parsial care dengan bantuan perawat dan
keluarga -‐ Rentang gerak klien terbatas pada kaki kanan. -‐ Klien memerlukan bantuan untuk mengangkat
atau menggerakkan kaki kanan
Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013
A: Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri P: -‐ Lakukan ROM aktif maupun pasif -‐ Bantu ADL sesuai kebutuhan klien
Hambatan mobilitas fisik berhubungan
dengan nyeri
Senin, 20 Mei 2013
- Menganjurkan klien untuk melakukan positioning/2 jam
- Menganjurkan klien untuk melakukan ROM aktif pada kaki kiri yang sehat
- Melakukan ROM pasif pada kaki kanan - Membantu pemenuhan kebutuhan ADL
klien sesuai kebutuhan - Memfasilitasi personal hygiene klien - Menganjurkan keluarga untuk melakukan
ROM pasif pada kaki kanan klien
S: -‐ Klien mengatakan nyeri jika menggerakkan
kakinya O: -‐ Klien hanya berbaring dan duduk di tempat
tidur -‐ Klien menjalani operasi ORIF pada tanggal 15
Mei 2013 -‐ ADL parsial care dengan bantuan perawat dan
keluarga -‐ Rentang gerak klien terbatas pada kaki kanan. A: Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri P: -‐ Lakukan ROM aktif maupun pasif -‐ Bantu ADL sesuai kebutuhan klien
Hambatan mobilitas fisik berhubungan
dengan nyeri
Selasa, 21 Mei 2013
- Menganjurkan klien untuk melakukan ROM aktif pada kaki kiri yang sehat
- Melakukan ROM pasif pada kaki kanan - Membantu pemenuhan kebutuhan ADL
klien sesuai kebutuhan
S: -‐ Klien mengatakan nyeri jika menggerakkan
kakinya O: -‐ Klien hanya berbaring dan duduk di tempat
Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013
- Memfasilitasi personal hygiene klien - Menganjurkan keluarga untuk melakukan
ROM pasif pada kaki kanan klien
tidur -‐ Klien menjalani operasi ORIF pada tanggal 15
Mei 2013 -‐ ADL parsial care dengan bantuan perawat dan
keluarga -‐ Rentang gerak klien terbatas pada kaki kanan. A: Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri P: -‐ Lakukan ROM aktif maupun pasif -‐ Bantu ADL sesuai kebutuhan klien
Hambatan mobilitas fisik berhubungan
dengan nyeri
Rabu, 22 Mei 2013
- Menganjurkan klien untuk melakukan positioning/2 jam
- Menganjurkan klien untuk melakukan ROM aktif pada kaki kiri yang sehat
- Melakukan ROM pasif pada kaki kanan - Membantu pemenuhan kebutuhan ADL
klien sesuai kebutuhan - Memfasilitasi personal hygiene klien - Menganjurkan keluarga untuk melakukan
ROM pasif pada kaki kanan klien
S: -‐ Klien mengatakan nyeri jika menggerakkan
kakinya O: -‐ Klien hanya berbaring dan duduk di tempat
tidur -‐ Klien menjalani operasi ORIF pada tanggal 15
Mei 2013 -‐ ADL parsial care dengan bantuan perawat dan
keluarga -‐ Rentang gerak klien terbatas pada kaki kanan. A: Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri P: -‐ Lakukan ROM aktif maupun pasif
Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013
-‐ Bantu ADL sesuai kebutuhan klien Hambatan mobilitas fisik berhubungan
dengan nyeri
Kamis, 23 Mei 2013
- Menganjurkan klien untuk melakukan positioning/2 jam
- Menganjurkan klien untuk melakukan ROM aktif pada kaki kiri yang sehat
- Melakukan ROM pasif pada kaki kanan - Membantu pemenuhan kebutuhan ADL
klien sesuai kebutuhan - Memfasilitasi personal hygiene klien - Menganjurkan keluarga untuk melakukan
ROM pasif pada kaki kanan klien
S: -‐ Klien mengatakan nyeri jika menggerakkan
kakinya O: -‐ Klien hanya berbaring dan duduk di tempat
tidur -‐ Klien menjalani operasi ORIF pada tanggal 15
Mei 2013 -‐ ADL parsial care dengan bantuan perawat dan
keluarga -‐ Rentang gerak klien terbatas pada kaki kanan. A: Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri P: -‐ Lakukan ROM aktif maupun pasif -‐ Bantu ADL sesuai kebutuhan klien
Hambatan mobilitas fisik berhubungan
dengan nyeri
Jumat, 24 Mei 2013
- Menganjurkan klien untuk melakukan positioning/2 jam
- Menganjurkan klien untuk melakukan ROM aktif pada kaki kiri yang sehat
- Melakukan ROM pasif pada kaki kanan - Membantu pemenuhan kebutuhan ADL
klien sesuai kebutuhan - Memfasilitasi personal hygiene klien - Menganjurkan keluarga untuk melakukan
ROM pasif pada kaki kanan klien
S: -‐ Klien mengatakan nyeri jika menggerakkan
kakinya O: -‐ Klien hanya berbaring dan duduk di tempat
tidur -‐ Klien menjalani operasi ORIF pada tanggal 15
Mei 2013 -‐ ADL parsial care dengan bantuan perawat dan
keluarga
Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013
-‐ Klien mampu melakukan ROM aktif pada kaki kanan
A: Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri P: -‐ Lakukan ROM aktif maupun pasif -‐ Bantu ADL sesuai kebutuhan klien
Hambatan mobilitas fisik berhubungan
dengan nyeri
Sabtu, 25 Mei 2013
- Menganjurkan klien untuk melakukan positioning/2 jam
- Menganjurkan klien untuk melakukan ROM aktif pada kaki kiri yang sehat
- Melakukan latihan kontraksi otot isometrik pada kaki kanan
- Melakukan ROM pasif pada kaki kanan - Membantu pemenuhan kebutuhan ADL
klien sesuai kebutuhan - Memfasilitasi personal hygiene klien - Menganjurkan keluarga untuk melakukan
ROM pasif pada kaki kanan klien
S: -‐ Klien mengatakan nyeri jika menggerakkan
kakinya O: -‐ Klien hanya berbaring dan duduk di tempat
tidur -‐ Klien menjalani operasi ORIF pada tanggal 15
Mei 2013 -‐ ADL parsial care dengan bantuan perawat dan
keluarga -‐ Rentang gerak klien terbatas pada kaki kanan. -‐ Klien mampu melakukan ROM aktif pada kaki
kanan A: Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri P: -‐ Lakukan ROM aktif maupun pasif -‐ Bantu ADL sesuai kebutuhan klien
Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013
Hambatan mobilitas fisik berhubungan
dengan nyeri
Senin, 27 Mei 2013
- Menganjurkan klien untuk melakukan positioning/2 jam
- Menganjurkan klien untuk melakukan ROM aktif pada kaki kiri yang sehat
- Melakukan ROM pasif pada kaki kanan - Membantu pemenuhan kebutuhan ADL
klien sesuai kebutuhan - Memfasilitasi personal hygiene klien - Menganjurkan keluarga untuk melakukan
ROM pasif pada kaki kanan klien - Mengajarkan klien duduk di samping
tempat tidur
S: -‐ Klien mengatakan nyeri jika menggerakkan
kakinya O: -‐ Klien menjalani operasi ORIF pada tanggal 15
Mei 2013 -‐ ADL parsial care dengan bantuan perawat dan
keluarga -‐ Rentang gerak klien terbatas pada kaki kanan. -‐ Klien mampu duduk di samping tempat tidur
dengan bantuan A: Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri P: -‐ Lakukan latihan duduk di samping tempat tidur -‐ Bantu ADL sesuai kebutuhan klien
Hambatan mobilitas fisik berhubungan
dengan nyeri
Selasa, 28 Mei 2013
- Menganjurkan klien untuk melakukan ROM aktif pada kaki kiri yang sehat
- Membantu pemenuhan kebutuhan ADL klien sesuai kebutuhan
- Memfasilitasi personal hygiene klien - Menganjurkan klien duduk di samping
tempat tidur
S: -‐ Klien mengatakan nyeri jika menggerakkan
kakinya O: -‐ Klien menjalani operasi ORIF pada tanggal 15
Mei 2013 -‐ ADL parsial care dengan bantuan perawat dan
keluarga -‐ Rentang gerak klien terbatas pada kaki kanan. -‐ Klien mampu duduk di samping tempat tidur
Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013
A: Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri P: -‐ Latih berdiri seimbang -‐ Bantu ADL sesuai kebutuhan klien
Hambatan mobilitas fisik berhubungan
dengan nyeri
Rabu, 29 Mei 2013
- Menganjurkan klien untuk melakukan ROM aktif pada kaki kiri yang sehat
- Melakukan ROM pasif pada kaki kanan - Membantu pemenuhan kebutuhan ADL
klien sesuai kebutuhan - Memfasilitasi personal hygiene klien - Melatih klien berdiri seimbang dengan
menggunakan walker
S: -‐ Klien mengatakan nyeri jika menggerakkan
kakinya O: -‐ Klien menjalani operasi ORIF pada tanggal 15
Mei 2013 -‐ ADL parsial care dengan bantuan perawat dan
keluarga -‐ Rentang gerak klien terbatas pada kaki kanan. -‐ Klien mampu berdiri seimbang dengan bantuan
selama 3 menit A: Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri P: -‐ Latih berdiri seimbang -‐ Bantu ADL sesuai kebutuhan klien
Hambatan mobilitas fisik berhubungan
dengan nyeri
Kamis, 30 Mei 2013
- Menganjurkan klien untuk melakukan ROM aktif pada kaki kiri yang sehat
- Membantu pemenuhan kebutuhan ADL klien sesuai kebutuhan
- Memfasilitasi personal hygiene klien
S: -‐ Klien mengatakan nyeri jika menggerakkan
kakinya O: -‐ Klien menjalani operasi ORIF pada tanggal 15
Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013
- Melatih klien dari posisi duduk ke berdiri secara seimbang dengan menggunakan walker
Mei 2013 -‐ ADL parsial care dengan bantuan perawat dan
keluarga -‐ Klien mampu berjalan dengan menggunakan
walker sejauh 3 langkah. A: Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri P: -‐ Lakukan berjalan dengan walker -‐ Bantu ADL sesuai kebutuhan klien
Hambatan mobilitas fisik berhubungan
dengan nyeri
Jumat, 31 Mei 2013
- Menganjurkan klien untuk melakukan ROM aktif pada kaki kiri yang sehat
- klien sesuai kebutuhan - Memfasilitasi personal hygiene klien - Melatih klien berjalan dengan menggunakan
walker
S: -‐ Klien mengatakan nyeri jika menggerakkan
kakinya O: -‐ Klien menjalani operasi ORIF pada tanggal 15
Mei 2013 -‐ ADL parsial care dengan bantuan perawat dan
keluarga -‐ Klien memerlukan bantuan untuk mengangkat
atau menggerakkan kaki kanan A: Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri P: -‐ Latih berjalan dengan menggunakan walker -‐ Bantu ADL sesuai kebutuhan klien
Analisis praktik..., Kristika D, FIK UI, 2013
Hambatan mobilitas fisik berhubungan
dengan nyeri
Sabtu, 1 Juni 2013
- Menganjurkan klien untuk melakukan ROM aktif pada kaki kiri yang sehat
- klien sesuai kebutuhan - Memfasilitasi personal hygiene klien - Melatih klien berjalan dengan menggunakan
walker
S: -‐ Klien mengatakan nyeri jika menggerakkan
kakinya O: -‐ Klien menjalani operasi ORIF pada tanggal 15
Mei 2013 -‐ ADL parsial care dengan bantuan perawat dan
keluarga -‐ Klien mmampu berjalan dengan walker sejauh
5 langkah A: Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri P: -‐ Latih berjalan dengan walker -‐ Bantu ADL sesuai kebutuhan klien