ANALISIS POTENSI EKONOMI SEKTORAL PROPINSI JAWA TENGAH TAHUN 1993 – 2000 S K R I P S I Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh : PURI WURYANDARI F.1100041
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
ANALISIS POTENSI EKONOMI SEKTORAL
PROPINSI JAWA TENGAH
TAHUN 1993 – 2000
S K R I P S I
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi
Syarat-syarat guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh :
PURI WURYANDARIF.1100041
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2003
ABSTRAKSI
PURI WURYANDARIF. 1100041
Penelitian ini berjudul “ Analisis Potensi Ekonomi Sektoral Propinsi Jawa Tengah Tahun 1993 – 2000 “, yang berisi perhitungan untuk menentukan potensi ekonomi daerah khususnya daerah Jawa Tengah yang menggunakan data sekunder dengan runtut waktu ( time series ) mulai tahun 1993 sampai dengan tahun 2000.
Adapun data yang digunakan adalah Produk Domestik Bruto ( PDB ), Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB ), data tenaga kerja di Jawa Tengah dan data tenaga kerja di Indonesia. Penggunaan dua jenis data PDRB dan tenaga kerja dalam perhitungan potensi ekonomi daerah ditujukan untuk melihat potensi sektor di Propinsi Jawa Tengah ditinjau dari sisi PDRB dan tenaga kerjanya. Dari data yang diperoleh dianalisis dengan alat analisis Locational Quotient ( LQ ) dan Shift Share ( SSA ) yang kemudian keduanya digabungkan.
Hasil penelitian tersebut menuujukkan bahwa yang menjadi sektor basis di Jawa Tengah ditinjau dari sisi PDRB adalah Pertanian, Industri Pengolahan, Perdagangan,hotel dan restoran, jasa- jasa, sementara jika ditinjau dari sisi tenaga kerja maka yang menjadi sektor basis adalah Industri Pengolahan, Perdagangan,hotel dan restoran serta sektor Jasa-jasa.
Berdasarkan hasil analisis data, saran-saran yang dapat digunakan adalah karena sektor pertanian semakin lama kontribusinya semakin kecil baik dari sisi PDRB maupun tenaga kerja maka diperlukan perhatian yang serius dan diperlukan pembenahan terutama dalam hal teknologi yang berkaitan dengan sektor pertanian, sementara sektor Industri Pengolahan semakin lama kontribusinya semakin meningkat terutama dalam hal penyerapan tenaga kerjanya. Hal ini menunjukkan bahwa Propinsi Jawa Tengah mulai beralih dari masyarakat agraris menuju masyarakat industri.
ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
Disetujui untuk dipertahankan dihadapan Dosen penguji skripsi Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Surakarta, 3 Februari 2003
Pembimbing
Bambang Supriyanto, SE
NIP. 131843291
ii
HALAMAN PENGESAHAN TEAM PENGUJI
Telah disetujui dan diterima dengan baik oleh team penguji skripsi Fakultas
Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta guna melengkapi tugas-tugas dan
memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan
Ekonomi Pembangunan.
Surakarta, 22 Februari 2003
Team Penguji Skripsi
1. Drs. Vinc. Hadiwiyono, MA ( …………………………… )
NIP. 131569278 Ketua Penguji
2. Bambang Supriyanto, SE ( …………………………… )
NIP. 131843291 Pembimbing
3. . Drs. Achmad Daerobi, MS ( …………………………… )
NIP. 131569280 Anggota
ii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“ Semangat adalah sebuah gunung api yang puncaknya tidak di tumbuhi
rumput kebimbangan.”
“ Maju bukan dengan memperbaiki apa yang sudah terjadi melainkan
menggapai ke arah apa yang belum terjadi “
Karya kecil ini penulis persembahkan kepada :
Bapak dan Ibu tercinta yang tiada henti-hentinya mengaliriku dengan
curahan kasih sayank dan doa yang tiada pernah putus
( hanya ini bisa ananda persembahkan ).
Mba’ Wik dan Di’ Danank terkasih yang senantiasa memberikan kasih
dan dukungannya ( kalian adalah sumber inspirasi untukku,
ii
aku sayank kalian ).
Kel. Besar Eyang Reksomartono dan Kel. Besar Eyan Resowiredjo.
DAFTAR ISI
Halaman Judul …………………………………………………………………… i
Halaman Abstraksi ……………………………………………………………... ii
Halaman Persetujuan Pembimbing ……………………………………………... iii
Halaman Pengesahan Penguji ………………………………………………….. iv
Halaman Motto dan Persembahan …………………………………………… v
Kata Pengantar ……………………………………………………………….. vi
Daftar Isi ……………………………………………………………………. viii
Daftar Tabel …………………………………………………………………. xii
Daftar Gambar …………………………………………………………….. xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ……………………………………… 1
B. Perumusan Masalah ………………………………………….. 6
C. Tujuan Penelitian …………………………………………….. 6
D. Manfaat Penelitian …………………………………………… 6
E. Kerangka Pemikiran …………………………………………. 7
F. Hipotesis …………………………………………………….. 8
G. Metode Penelitian …………………………………………… 8
1. Ruang Lingkup Penelitian ………………………………. 8
ii
2. Variabel Penelitian ……………………………………… 8
3. Sumber Data ……………………………………………. 9
4. Definisi Operasional Variabel ………………………….. 9
5. Analisa Data …………………………………………... 10
1. Metode Analysis Shift-Share ( SSA )……………… 11
2. Metode Analysis Location Quotient ( LQ )……….. 13
3. Penggabungan SSA dan LQ ………………………. 14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………. 16
A. Pengertian Sektor Ekonomi ……………………………… 16
B. Konsep dan Definisi Produk Domestik
Regional Bruto ( PDRB ) ………………………………... 16
C. Konsep dan Definisi Tenaga Kerja ……………………… 18
D. Perencanaan Ekonomi …………………………………... 20
E. Fungsi dan Proses Perencanaan Ekonomi ………………. 21
F. Perencanaan Regional …………………………………... 23
G. Pembangunan Ekonomi dan Pertumbuhan Ekonomi …… 24
H. Pertumbuhan dan Perubahan Struktur Ekonomi ………… 26
1. Teori-teori Pertumbuhan Ekonomi Daerah …………... 26
a. Teori Lokasi ………………………………………. 27
b. Teori Basis Ekonomi ……………………………. 29
c. Teori Tempat Sentral …………………………….. 31
d. Teori Ekonomi Neo Klasik ………………………. 32
e. Teori Kausasi Kumulatif ………………………… 33
ii
f. Model Daya Tarik ………………………………….. 33
I. Kesenjangan Regional ……………………………………….. 33
J. Perhitungan Ekonomi basis Suatu Daerah ………………….. 35
K. Analysis Shift-Share ( SSA ) ……………………………….. 38
L. Hasil Penelitian Sebelumnya ………………………………. 41
BAB III GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN ……………. 43
A. Keadaan Wilayah …………………………………………... 43
1. Keadaan Geografis ……………………………………... 44
2. Iklim dan Suhu Udara ………………………………….. 43
3. Topografi ………………………………………………. 44
4. Luas Daerah …………………………………………... 44
B. Keadaan Penduduk dan Tenaga Kerja …………………… 45
1. Keadaan Penduduk …………………………………… 45
2. Keadaan Tenaga Kerja ……………………………….. 47
C. Keuangan dan Harga-harga ……………………………… 48
1. Keuangan Daerah ……………………………………. 48
2. Investasi ……………………………………………... 49
3. Perbankan …………………………………………… 50
4. Harga-harga …………………………………………. 50
D. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah ( APBD ) dan
Pendapatan Asli Daerah ( PAD ) ………………………... 51
E. Produk Domestik regional Bruto ( PDRB ) Jawa Tengah
Menurut sektor ………………………………………….. 55
ii
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN …………………………... 59
A. Analisis Locational Quotient ( LQ ) ……………………. 60
B. Analisis Shift – Share ( SSA ) …………………………... 66
C. Analisis Gabungan LQ dan SSA ………………………….. 74
BAB V PENUTUP ……………………………………………………… 80
A. Kesimpulan ………………………………………………. 84
B. Saran –Saran …………………………………………….. 85
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Laju Pertumbuhan Produk domestik Regional Bruto
Atas Dasar harga Konstan 1993 Menurut lapangan Usaha
Di Jawa Tengah Tahun 1995-2000 ( Persen ) …………………… 4
Tabel 3.1 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Tingkat
Kepadatan penduduk Propinsi Jawa Tengah
Periode waktu tahun 1994 – 2000 ……………………………… 46
Tabel 3.2 Jumlah Angkatan Kerja di Propinsi Jawa Tengah
Periode Tahun 1994 – 2000 …………………………………… 48
Tabel 3.3 Alokasi Dana Anggaran Pembangunan Nasional Di Propinsi
Jawa Tengah Tahun Anggaran 1996/1997 – 1998/1999
( Dalam ribu rupiah ) …………………………………………. 49
Tabel 3.4 Anggaran dan Realisasi Pendapatan dan Belanja Propinsi
Jawa Tengah Menu rut Jenisnya Tahun Anggaran 1996/1997 –
Tahun 2000 ………………………………………………….. 52
Tabel 3.5 Realisasi Pendapatan Asli Daerah ( PAD ) Propinsi
Jawa Tengah Menu rut Jenis Pendapatan Tahun Anggaran
1996/1997 – tahun 2000 ( dalam ribu rupiah ) …………….. 54
Tabel 3.6 Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan usaha
Atas Dasar Harga Konstan Tahun Dasar 1993 Di Propinsi
Jawa Tengah Tahun 1996 – 2000 ( dalam juta rupiah ) ……. 56
ii
Tabel 3.7 Laju Pertumbuhan dan Distribusi Persentase
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha
Atas Dasar Harga Konstan Tahun 1993 di Jawa Tengah
Tahun 1996 – 2000 ( dalam juta rupiah ) ……………………... 57
Tabel 4.1 Hasil Perhitungan Locational Quotient Propinsi Jawa Tengah
Menurut Lapangan Usaha / sektor tahun 1993 – 2000
Menggunakan data PDB dan PDRB …………………………... 63
Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Locational Quotient Propinsi Jawa Tengah
Menurut Lapangan Usaha / sektor tahun 1993 – 2000
Menggunakan data Tenaga Kerja ………………………….. … 65
Tabel 4.3 Perhitungan Analisis Shift – Share Propinsi Jawa Tengah
Menurut Lapangan Usaha / Sektor Tahun 1993 – 2000
Menggunakan data PDB dan PDRB ………………………… 79
Tabel 4.4 Perhitungan Analisis Shift – Share Propinsi Jawa Tengah
Menurut Lapangan Usaha / Sektor Tahun 1993 – 2000
Menggunakan data Tenaga Kerja …………………………... 72
Tabel 4.5 Hasil Gabungan Analisis LQ dan SSA Menggunakan
Data PDB dan PDRB ………………………………………. 76
Tabel 4.6 Hasil Gabungan Analisis LQ dan SSA Menggunakan
Data PDB dan PDRB ………………………………………. 78
ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Skema Kerangka Pemikiran Penelitian …………………… 7
Gambar 2.1 Skema Komposisi Penduduk dan Tenaga Kerja …………. 19
ii
BAB I
P E N D A H U L U A N
A. Latar Belakang Masalah
Perekonomian Indonesia saat ini menunjukkan gejala-gejala kearah
perbaikan meskipun gejala tersebut belum sebesar yang kita harapkan, harus
disadari bahwa membenahi perekonomian yang sempat berantakan bahkan
nyaris hancur membutuhkan ketekunan, kesabaran dan perjuangan yang tidak
ringan. Gejala kearah perbaikan ekonomi tersebut ditunjukkan oleh
pertumbuhan ekonomi nasional tahun 2000 yang telah mencapai 4, 77 persen
(BPS Propinsi Jawa Tengah, 2001 : 10).
Perbaikan ekonomi bukan hanya dilakukan oleh pemerintah pusat,
tetapi pemerintah daerah juga mengupayakan perbaikan tersebut, baik
perbaikan secara makro ataupun mikro. Dalam kerangka pembangunan
ekonomi daerah, peningkatan peran serta masyarakat ditunjukkan oleh
pergeseran peranan pemerintah pusat dari posisi sentral dalam merencanakan
dan melaksanakan pembangunan kepada kemadirian daerah. Pembangunan
ekonomi daerah bertujuan untuk meningkatkan jumlah dan jenis peluang
untuk masyarakat daerah. Selain itu pembangunan daerah juga ditujukan pada
usaha peningkatan kualitas masyarakat, pertumbuhan dan pemerataan
ekonomi yang optimal dan peningkatan taraf hidup masyarakat.
Dengan adanya Undang-undang No. 22 tahun 1999 tentang
Pemerintah daerah dan Undang-undang No. 25 tahun 1999 tentang
ii
Perimbangan Keuangan antara pemerintah Pusat dan pemerintah daerah, maka
kewenangan daerah untuk melaksanakan program- program pembangunan
pembangunan daerahnya semakin luas. Konsekwensi dari kewenangan
tersebut adalah adanya tuntutan yang mengharuskan Pemerintah daerah untuk
menyusun program dan rencana bagi daerahnya sendiri sesuai dengan potensi
dan kebutuhan daerah tersebut, selain itu juga membawa konsekwensi
berkurangnya sumber penerimaan dominan masing-masing pemerintah daerah
dari pemerintah pusat. Pembangunan daerah diarahkan untuk memacu
pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya dalam rangka usaha peningkatan
kesejahteraan dan pendapatan masyarakat. Karena itu harus benar-benar
diperhatikan sektor-sektor mana yang dapat diklasifikasikan sebagai
penyumbang dalam peningkatan pendapatan daerah.
Informasi hasil pembangunan ekonomi yang telah dicapai dapat
dimanfaatkan sebagai evaluasi pembangunan. Oleh karena itu diperlukan
laporan makro tentang perkembangan perekonomian, salah satu data statistik
yang diperlukan untuk evaluasi dan perencanaan ekonomi makro adalah
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), meskipun PDRB bukan satu-
satunya tolok ukur kinerja pembangunan ekonomi daerah, namun PDRB
merupakan tolok ukur yang penting untuk melihat pertumbuhan kenerja
sektoral. Dengan mengamati angka-angka pada PDRB maka dapat dilihat pula
kontribusi sektoralnya, pertumbuhan masing-masing sektor dan potensi
masing-masing sektor. Oleh karena itu dalam perencanaan pembangunan
ii
daerah biasanya target-target pembangunan mencakup pula target-target
pencapaian yang diinginkan dalam PDRB.
Propinsi Jawa Tengah sebagai salah satu propinsi terbesar di pulau
Jawa memiliki pertumbuhan ekonomi pada periode 1995-2000 sebesar 2, 89
persen per tahun. Rata-rata laju pertumbuhan tertinggi dicapai oleh sektor
Listrik, Gas dan air bersih (11, 70 %) diikuti oleh sektor Pengangkutan dan
Komunikasi (7, 00 %), kemudian sektor Pertambangan dan galian (5, 60 % ),
dan sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (5, 29 %), kemudian sektor
Industri Pengolahan (3, 12 %),sementara sektor Bangunan (1, 60 %),
sedangkan sektor-sektor dengan rata-rata laju pertumbuhan terendah adalah
sektor Pertanian (0, 70 %), di ikuti sektor Jasa-jasa (0, 56 %), kemudian sektor
Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan ( 0, 34 %).
Sementara itu peranan masing- masing sektor selama periode 1995-
2000 juga mengalami fluktuasi. Pada tahu 2000 sektor indistri pengolahan
mempunyai peranan terbesar yaitu 30, 35 persen, meski hal itu merupakan
penurunan di banding tahun-tahun sebelumnya. Sektor perdagangan, hotel dan
restoran memiliki peranan terbesar kedua dengan 23, 53 persen, kemudian
diikuti oleh sektor Pertanian ( 20, 54 % ). Sedangkan sektor-sektor lain hanya
mempunyai peranan terhadap PDRB masih dibawah 10 %. (BPS Propinsi
Jawa Tengah, 2001: 575 ).
ii
Tabel 1.1
Laju Pertumbuhan Produk Domestik Bruto Atas Dasar harga Konstan 1993
Menurut Lapangan Usaha Di Jawa Tengah tahun 1995 – 2000 ( Persen )
Lapangan Usaha 1995 1996 1997 1998 1999 2000 Rata 2
Prioritas pertama : apabila sektor tersebut merupakan sector basis,
mempunyai keunggulan komperatif dan laju
pertumbuhannya cepat.
Prioritas kedua : apabila sektor tersebut merupakan
a. Sektor basis dan mempunyai keunggulan komperatif.
ii
b. Sektor basis dan pertumbuhannya cepat.
c. Sektor non basis yang mempunyai keunggulan komperatif dan
pertumbuhannya cepat.
Prioritas ketiga : apabila sektor tersebut merupakan sektor non
basis namun hanya mempunyai keunggulan
komperatif saja.
Prioritas keempat : apabila sektor tersebut merupakan sektor
non basis namun pertumbuhannya cepat.
Prioritas kelima : apabila sektor tersebut merupakan sektor
non basis tidak mempunyai keunggulan
komperatif dan pertumbuhannya lambat.
Prioritas alternatif : sektor tersebut merupakan sektor basis
namun pertumbuhannya lambat dan tidak
mempunyai keunggulan komparatif.
ii
BAB II
T I N J A U A N P U S T A K A
A. Pengertian Sektor Ekonomi
“Yang dimaksud dengan sektor ekonomi adalah bidang kegiatan ekonomi dimana penduduk suatu negara melakukan kegiatan produksi dengan menggunakan satu atau kombinasi beberapa faktor produksi sebagai input untuk menghasilkan satu atau beberapa jenis output sehingga faktor produksi tersebut mendapatkan balas jasa.” ( BPS Jawa Tengah, 2000:12 )
B. Konsep dan definisi Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB )
PDRB ( Produk Domestik Regional Bruto ) merupakan salah satu
informasi mengenai hasil pelaksanaan pembangunan dibidang ekonomi pada
suatu regional / daerah yang sangat diperlukan untuk menyongsong era
globalisasi, di samping itu PDRB juga diperlukan dalam penyusunan
perencanaan dan evaluasi pelaksanaan pembangunan ekonomi regional.
Untuk menghitung Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB ) yang
ditimbulkan dari suatu region, ada 3 pendekatan yang digunakan, yaitu ( BPS
Jawa Tengah, 2000: 12 ):
1. Menurut Pendekatan Produksi adalah menghitung nilai tambah dari barang
dan jasa yang diproduksi oleh seluruh kegiatan ekonomi dalam suatu
wilayah, dengan cara mengurangkan beaya antara dari masing-masing
total produksi bruto tiap-tiap kegiatan, sub sektor atau sektor dalam jangka
waktu tertentu (biasanya satu tahun). Unit-unit produksi tersebut
penyajiannya dikelompokkan menjadi 9 lapangan usaha (menurut KLUI)
yaitu: Pertanian, yang meliputi (tanaman bahan makanan, tanaman
ii
perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan), Pertambangan dan
Galian, Industri Pengolahan, Listrik gas dan air bersih, Bangunan,
Perdagangan hotel dan restoran, Pengangkutan dan komunikasi, Keuangan
persewaan dan jasa perusahaan, Jasa-jasa.
2. Menurut Pendekatan Pendapatan, PDRB merupakan jumlah balas jasa
yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses
produksi di suatu negara dalam jangka waktu tertentu ( biasanya satu
tahun ). Balas jasa faktor produksi yang dimaksud adalah upah dan gaji,
sewa tanah, bunga modal dan keuntungan, semuanya sebelum dipotong
pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya. Dalam definisi ini PDRB
mencakup juga penyusutan dan pajak tak langsung netto. Jumlah semua
komponen pendapatan ini persektor disebut sebagai nilai tambah bruto
seluruh sektor (lapangan usaha)
3. Menurut Pendekatan Pengeluaran, PDRB adalah semua komponen
permintaan akhir seperti :
1. Pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta yang tidak
mencari untung.
2. Konsumsi pemerintah.
3. Pembentukan modal tetap domestik bruto.
4. Perubahan stock.
5. Ekspor netto.
Dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Ekspor netto
merupakan ekspor dikurangi impor.
ii
C. Konsep dan Definisi Tenaga Kerja
Pertumbuhan penduduk merupakan faktor dinamika yang paling
penting. Faktor penduduk mempengaruhi, bahkan menentukan arah
perkembangan masyarakat dan negara di masa yang akan datang. Dalam hal
ini, pertambahan penduduk berpengaruh pada tiga masalah pokok. Pertama,
pengadaan kebutuhan-kebutuhan pokok secara total harus diperbesar,
khususnya pengadaan pangan, kedua, penduduk yang bertambah juga
menambah angkatan kerja (AK). Ini berarti keharusan untuk memperluas
lapangan kerja guna menanggulangi masalah pengangguran. Ketiga,
pertambahan penduduk cenderung mempertajam kepincangan dalam
pembagian pendapatan antar golongan masyarakat, antar daerah, dan antar
pedesaan serta perkotaan.
“Tenaga Kerja merupakan salah satu faktor yang penting dalam menunjang keberhasilan pembangunan ekonomi. Sedangkan kesempatan kerja yang tersedia merupakan sumber pendapatan masyarakat. Dengan demikian pengembangan Sumber Daya Manusia ( SDM ) akan memberikan sumbangan yang cukup besar pada pembangunan ekonomi, melalui proses produksi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan memberikan pendapatan yang meningkat” ( Yudo Swasono – Endang Sulistyaningsih, 1983 : 3 ).
Pengertian Tenaga Kerja ( TK ) menurut UU no 14 tahun 1969 adalah
setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan, baik di dalam maupun diluar
hubungan kerja guna menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat. Tenaga Kerja mencakup penduduk yang sudah atau
sedang bekerja, yang sedang mencari pekerjaan, dan yang melakukan kegiatan
lain seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga. Tiga golongan yang
disebut terakhir (pencari kerja, bersekolah dan mengurus rumah tangga)
ii
walaupun sedang tidak bekerja mereka dianggap secara fisik mampu dan
sewaktu-waktu dapat ikut bekerja.
“Secara praktis pengertian Tenaga Kerja dan bukan tenaga kerja dibedakan hanya oleh batas umur. Tujuan dari pemilihan batas umur tersebut adalah supaya definisi yang diberikan sedapat mungkin menggambarkan kenyataan yang sebenarnya. Tiap negara memilih batas umur yang berbeda karena situasi tenaga kerja di masing-masing negara juga berbeda. Di Indonesia dipilih batas umur minimum 10 tahun tanpa batas maksimum. Dengan demikian tenaga kerja di Indonesia dimaksudkan sebagai penduduk yang berumur 10 tahun atau lebih”. (Payaman J. Simanjuntak, 1985: 2)
Sementara komposisi penduduk dan tenaga kerja menurut Survey
Sosial Ekonomi Nasional ( Susenas ) 2002 adalah sebagai berikut :
Gambar. II. 1 Skema Komposisi Penduduk dan Tenaga kerja
ii
Penduduk
Usia kerja 10 th +
1. Mencari pekerjaan2. Mempersiapkan
usaha3. Tidak mungkin
mendapat pekerjaan4. Sudah punya
pekerjaan. Belum mulai mulai bekerja
Bekerja
Angkatan kerja Bukan Angkatan kerja
Menganggur Sekolah Mengurus rt Lainnya
Sedang Bekerja
Sementara Tidak
Bekerja
Bukan usia kerja
D. Perencanaan Ekonomi
Perencanaan adalah suatu teknik atau cara untuk mencapai tujuan
tujuan yang ingin dicapai yang telah ditentukan dan dirumuskan oleh suatu
Badan Perencanaan di tingkat pusat. Tujuan – tujuan tersebut bisa berupa
tujuan sosial, politik, atau militer. Arthur Lewis dalam bukunya yang berjudul
Development Planning (1996 ), membagi perencanaa dalam 6 pengertian,
yaitu ( Lincolin Arsyad, 1993: 18 ) :
1. Berhubungan dengan letak geografis, yang sering disebut dengan istilah
perencanaan kota dan negara.
2. Perencanaan berarti memutuskan penggunaan dana pemerintah di masa
yang akan datang.
3. Suatu perencanaan ekonomi di mana setiap unit produksi hanya
memanfaatkan Sumber Daya Manusia (SDM), bahan baku, dan
perlengkapan yang dialokasikan dengan jumlah tertentu dan menjual
produksinya kepada perusahaan yang ditunjuk pemerintah.
4. Penentuan sasaran produksi oleh pemerintah. Pemerintah menerapkan
perencanaan seperti ini hanya untuk suatu cabang industri tertentu atau
produk / jasa yang dianggap strategis.
5. Penetapan sasaran untuk perekonomian secara keseluruhan dengan
maksud untuk mengalokasikan semua tenaga kerja, devisa, bahan mentah
dan sumber daya lainnya ke berbagai bidang perekonomian.
ii
6. Perencanaan dipakai untuk menggambarkan sarana yang digunakan
pemerintah untuk memaksakan sasaran–sasaran yang ditetapkan
sebelumnya kepada badan usaha swasta.
E. Fungsi dan Proses Perencanaan Ekonomi.
Perencanaan ekonomi merupakan suatu alat untuk mencapai
sasaran dan tujuan target yang telah ditetapkan sebelumnya. Agar mencapai
sasaran yang lebih baik dan sesuai dengan yang diinginkan tersebut, maka
dapat kita lihat alasan perlunya perencanaan dari sudut pandang ekonomi
( Todaro, 1998: 56 ) :
1. Penggunaan alokasi sumber – sumber pembangunan yang terbatas bisa
lebih efisien dan efektif sehingga dapat dihindari adanya pemborosan–
pemborosan.
2. Perkembangan ekonomi atau pertumbuhan ekonomi mantap dan
berkesinambungan.
3. Stabilitas ekonomi tercapai dalam menghadapi suklus konjungtur.
Perencanaan ekonomi dapat diartikan sebagai usaha secara sadar
dari suatu pusat organisasi untuk mempengaruhi, mengarahkan, serta dalam
beberapa hal bahkan mengendalikan perubahan variabel – variabel ekonomi
yang utama (misalnya GDP, konsumsi, investasi, tabungan) dari suatu nagara
atau wilayah tertentu selama periode waktu tertentu sesuai dengan tujuan –
tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Jadi inti dari perencanaan ekonomi
adalah gagasan – gagasan tentang pengaruh, pengarahan dan pengendalian
( Suroso, 1997: 12 ).
ii
Suatu perencanaan ekonomi bisa juga dianggap serangkaian
sasaran (target) ekonomi secara kuantitatif yang khusus dan harus dicapai
dalam suatu jangka waktu tertentu. Rencana ekonomi bisa bersifat
menyeluruh (komprehensif) atau parsial. Suatu rencana yang bersifat
komprehensif menetapkan sasarannya mencakup seluruh aspek pokok
perekonomian nasional. Sedangkan rencana yang bersifat parsial hanya
mencakup sebagian dari perekonomian nasional seperti sektor industri, sektor
pertanian, dan sebagainya ( Suroso, 1997: 95 ).
Proses pembangunan ekonomi dibagi menjadi 4 (empat) tahap
sebagai berikut ( Lincolin Arsyad, 1997: 24 ) :
Tahap pertama adalah proses perencanaan (ekonomi). Ditetapkan
dan diterjemahkan kedalam target kuantitatif untuk pertumbuhan, penciptaan
kesempatan kerja, distribusi pendapatan, pengurangan kemiskinan, dan
lainnya.
Tahap kedua adalah mengukur ketersediaan sumber daya yang
langka selama periode perencanaan tersebut, misalnya: tabungan, bantuan luar
negeri, penerimaan pemerintah, penerimaan eksport, tenaga kerja yang
terlatih, dan lainnya. Kesemuanya itu bersama keterbatasan administrasi dan
organisasi, merupakan kendala (constraints) yang mengendalai kemampuan
perekonomian tersebut untuk mencapai target – targetnya.
Tahap ketiga, hampir semua dari upaya ekonomi ditujukan untuk
memilih berbagai cara (kegiatan dan alat) yang bisa digunakan untuk
mencapai tujuan nasional. Pada tahap ini ditetapkan proyek – proyek
ii
investasi, seperti jalan raya, jaringan irigasi, pabrik – pabrik, pusat – pusat
kesehatan. Yang termasuk perencanaan nasional : kebijaksanaan –
kebijaksanaa harga, seperti nilai kurs, tingkat suku bunga, upah, pengaturan
pajak, atau subsidi yang semuanya ini merangsang perusahaan– perusahaan
swasta untuk mengembangkan tujuan–tujuan pembangunan nasional, dan
perubahan keuangan (perbankan) atau penataan kembali sektor pertanian,
yang bisa mengurang hambatan – hambatan untuk mengubah dan mendukung
kegiatan–kegiatan pembangunan lainnya.
Tahap keempat, perencanaan mengerjakan proses pemilihan
kegiatan–kegiatan yang mungkin dan penting untuk mencapai tujuan nasional
(welfare function) tanpa terganggu oleh adanya kendala– kendala sumber daya
dan organisasional. Hasil dari proses ini adalah strategi pembangunan
(development strategy) atau rencana yang mengatur kegiatan–kegiatan yang
akan dilakukan selama beberapa tahun (biasanya 5 tahun).
F. Perencanaan Regional
Perencanaan pembangunan ekonomi daerah dianggap sebagai
perencanaan untuk memperbaiki penggunaan sumberdaya publik yang
tersedia di daerah tersebut dan untuk memperbaiki kapasitas sektor swasta
dalam menciptakan nilai sumber daya swasta secara bertanggung jawab.
Pembangunan ekonomi yang efisien membutuhkan secara seimbang
perencanaan yang teliti mengenai penggunaan sumber daya publik dan sektor
swasta. Petani, pengusaha kecil, koperasi, pengusaha besar, organisasi –
organisasi sosial harus mempunyai peran dalam proses perencanaan. Suatu
ii
daerah dapat dilihat secara keseluruhan sebagai suatu unit ekonomi yang di
dalamnya terdapat berbagai unsur yang berinteraksi satu sama lain.
Pentingnya perencanaan regional bukan hanya untuk kepentingan
daerah – daerah, melainkan juga untuk kepentingan pembangunan nasional.
Antara lain yang dikemukakan oleh Gunnar Myrdal bahwa perkembangan
yang tidak merata dapat menimbulkan apa yang dikatakan back wash effect,
yaitu menaikkan tenaga dan modal yang diperlukan kepada tempat yang
dibangun, sehingga daerah lain sekitar daerah itu menjadi mundur dan
terbelakang. Disamping adanya pengaruh yang kurang menguntungkan bagi
daerah lain sebagai akibat dari adanya ekspansi ekonomi pada daerah tertentu,
ada juga keuntungan bagi daerah – daerah disekitar dimana ekspansi ekonomi
terjadi, misalnya terjualnya hasil produksi daerah, adanya kesempatan kerja
baru dan sebagainya. Pengaruh yang menguntungkan karena adanya ekspansi
ekonomi suatu daerah ke daerah sekitarnya dinamakan spread effects
( Lincolin Arsyad, 1997: 129 ).
G. Pembangunan Ekonomi dan Pertumbuhan Ekonomi
Pengertian pembangunan ekonomi sangat luas, bukan hanya sekedar
bagaimana menaikan GNP per tahun saja. Pembangunan ekonomi dapat
diartikan sebagai kegiatan – kegiatan yang dilakukan suatu negara untuk
mengembangkan kegiatan ekonomi dan taraf hidup masyarakat. Berdasarkan
batsan tersebut maka pembangunan ekonomi dapat didefinisikan sebagai suatu
proses yang menyebabkan pendapatan perkapita penduduk suatu negara dapat
meningkat dalam jangka panjang. Maka dari definisi tersebut, pembangunan
ii
ekonomi mempunyai 3 sifat penting, yaitu bahwa pembangunan ekonomi
merupakan :
1. Suatu proses, yang berarti merupakan perubahan yang terjadi terus
menerus.
2. Usaha untuk menaikkan tingkat pendapatan per – kapita.
3. Kenaikan pendapatan per – kapita itu harus terus berlangsung dalam
jangka panjang.
Jadi pembangunan ekonomi harus dipandang sebagai proses agar
saling berkaitan dan saling mempengaruhi antara faktor–faktor yang
menghasilkan pembangunan ekonomi sehingga dapat dilihat dan dianalisis.
Dengan cara tersebut bisa diketahui deretan peristiwa yang timbul dan akan
mewujudkan peningkatan kegiatan ekonomi dan taraf kesejahteraan
masyarakat dari satu tahap ke tahap berikutnya (Lincolin Arsyad, 1997:11).
Pertumbuhan ekonomi merupakan bagian dari pembangunan
ekonomi, karena pertumbuhan hanya meliputi kenaikan output produksi yang
menyebabkan kenaikan pada pendapatan, tanpa memandang apakah kenaikan
itu lebih besar atau lebih kecil daripada tingkat pertambahan penduduk, atau
apakah perubahan dalam struktur ekonomi berlaku atau tidak. Jadi
pembangunan selalu dibarengi dengan adanya pertumbuhan, sedangkan
pertumbuhan belum tentu disertai dengan pembangunan. Dengan demikian
suatu perekonomian dapat dikatakan sedang berkembang apabila pendapatan
per–kapita menunjukkan kecenderungan (trend) jangka panjang yang
meningkat. Namun demikian tidak berarti bahwa pendapatan per – kapita
ii
akan mengalami kenaikan terus menerus. Adanya resesi ekonomi, kekacauan
politik, dan penurunan ekspor misalnya, dapat mengakibatkan suatu
perekonomian mengalami penurunan tingkat kegiatan ekonominya. Jika
keadaan demikian hanya bersifat sementara, dan kegiatan ekonomi secara rata
– rata meningkat dari tahun ke tahun, maka masyarakat tersebut dapat
dikatakan mengalami pembangunan ekonomi.
Pengertian pembangunan ekonomi secara tidak langsung
menyatakan bahwa untuk melihat laju pembangunan suatu negara dan
perkembangan tingkat kesejahteraan masyarakatnya, maka tingkat
pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan merupakan salah satu
syarat utama.
H. Pertumbuhan dan Perubahan Struktur Ekonomi
1. Teori – teori Pertumbuhan Ekonomi Daerah
Dalam pertumbuhan regional tidaklah semua sama dengan apa
yang dikemukakan pada pertumbuhan ekonomi nasional. Hal ini di
sebabkan pada analisa pertumbuhan ekonomi regional lebih ditekankan
pada pengaruh perbedaan karakteristik daerah terhadap pertumbuhan
ekonomi. Tetapi pertumbuhan ekonomi regional dan pertumbuhan
ekonomi nasional juga mempunyai ciri yang sama, yaitu memberi tekanan
pada unsur waktu yang merupakan faktor penting dalam analisa
pertumbuhan ekonomi.
Pada pembangunan ekonomi regional memberikan tekanan pada
unsur region, maka faktor-faktor yang mejadi perhatian juga berbeda
ii
dengan apa yang ada pada pertumbuhan ekonomi nasional. Pada teori
pertumbuhan ekonomi nasional faktor-faktor yang perlu diperhatikan
adalah modal, lapangan pekerjaan dan kemajuan teknologi. Akan tetapi
pada teori pertumbuhan ekonomi regional faktor-faktor yang mendapat
perhatian utama adalah keuntungan lokasi, aglomerasi dan arus lalu lintas
modal antar wilayah. Karena perbedaan faktor-faktor tersebut maka
analisa pertumbuhan ekonomi regional berbeda dengan teori-teori dalam
menganalisaatumbuhan ekonomi nasional.
Teori-teori yang dapat digunakan dalam menganalisis
pertumbuhan ekonomi regional diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Teori lokasi
Terdapat tiga kelompok dalam pemaparan tentang teori lokasi.
Kelompok pertama sering dinamakan sebagai pembela prinsip-prinsip
Least Cost Theory, yang menekankan analisa pada aspek produksi dan
mengabaikan unsur pasar dan permintaan. Analisa dari aliran Least
Cost Theory didasarkan pada asumsi pokok antara lain : a) lokasi
pasar dan sumber bahan baku telah tertentu, b) sebagai bahan baku
adalah Localized materials, c) tidak terjadi perubahan teknologi,
d) ongkos transport tetap untuk setiap kesatuan produksi dan jarak.
Kelompok kedua dinamakan Market Area Theory dimana faktor
permintaan lebih penting artinya dalam pemilihan lokasi. Teori ini
disusun atas dasar beberapa asumsi utama yaitu: a) konsumen tersebar
secara merata ke seluruh tempat, b) bentuk persamaan permintaan
ii
dianggap sama, c) ongkos angkut untuk setiap kesatuan produksi dan
jarak adalah sama. Kelompok yang ketiga dinamakan Bid Rent
Theory, dimana pemilihan lokasi perusahaan industri lebih banyak
ditentukan oleh kemampuan perusahaan untuk menyewa tanah. Teori
ini lebih banyak berlaku di daerah perkotaan yang harga sewa dan
tanah sangat tinggi. Teori ini juga disusun atas dasar beberapa asumsi
tertentu yaitu : a) terdapat seluas tanah yang dapat dimanfaatkan dan
tingkat kesuburan yang sama, b) ditengah tanah tersebut terdapat
sebuah pusat produksi dan konsumsi, c) ongkos angkut sama untuk
setiap kesatuan jarak produksi, d) harga barang produksi juga sama
untuk setiap jenis produksi, e) tidak terjadi perubahan teknologi
( Hendra Esmara, 1985 : 327 ).
Teori lokasi ini pada intinya mengemukakan tentang
pemilihan lokasi yang dapat meminimumkan beaya. Lokasi optimum
dari suatu perusahaan industri pada umumnya terletak di mana
permintaan terkonsentrasi (pasar) atau pada sumberbahan baku.
Alasan ini adalah bila suatu perusahaan industri memilih lokasi pada
salah satu kedua tempat tersebut, maka ongkos angkut untuk bahan
baku atau hasil produksi akan dapat diminimumkan dan keuntungan
aglomerasi yang timbul dari adanya konsentrasi perusahaan pada suatu
lokasi akan dapat dirasakan manfaatnya ( Lincolin Arysad,1999:117 ).
Selain yang diterangkan di atastentu saja banyak variabel-
variabel lainnya yang mempengaruhi kualitas suatu lokasi, misalnya :
ii
upah tenaga kerja, beaya energi, ketersediaan bahan baku, komunikasi,
transportasi, kualitas pemerintah daerah dan masih banyak lagi.
b. Teori Basis Ekonomi
Teori ini didasari dari sudut teori lokasi, yaitu bahwa
pertumbuhan ekonomi suatu daerah akan banyak ditentukan oleh jenis
keuntungan lokasi yang selanjutnya dapat digunakan oleh daerah
tersebut sebagai kekuatan ekspor. Keuntungan lokasi tersebut
umumnya berbeda-beda setiap daerah tergantung pada letak geografis
daerah yang bersangkutan. Hal ini berarti untuk dapat meningkatkan
pertumbuhan suatu daerah, strategi pembangunannya harus
disesuaikan dengan keuntungan lokasi yang dimilikinya dan tidak
harus dengan strategi pembangunan pada tingkat nasional.
Model basis ekonomi menyederhanakan perekonomian
menjadi dua sektor, yaitu sektor basis dan bukan basis. Kegiatan
sektor basis adalah kegiatan yang mengekspor barang dan jasa keluar
perekonomian atau memasarkan barang dan jasa kepada mereka yang
datang dari luar perekonomian yang bersangkutan.
Dengan demikian sektor basis berperan sebagai faktor
penggerak utama, dimana setiap perubahan yang terjadi dalam
aktivitas ekonomi tersebut akan menimbulkan dampak multiplier
terhadap pertumbuhan perekonomian suatu wilayah. Disisi lain sektor
non basis adalah kegiatan sektor yang menyediakan barang atau jasa
ii
yang dibutuhkan aleh masyarakat atau oleh sektor ekonomi basis yang
berada dalam batas perekonomian wilayah.
Pertumbuhan ekonomi suatu wilayah menurut model basis
ekonomi ditentukan oleh kemampuan suatu daerah tersebut
melakukan ekspor berupa barang atau jasa termasuk tenaga kerja.
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan maju
mundurnya sektor basis. Kemajuan antara lain disebabkan oleh
perkembangan jaringan transportasi, perkembangan permintaan dan
pendapatan dari wilayah lain, perkembangan teknologi dan prasarana
lainnya. Sedangkan kemunduran sektor basis disebabkan oleh
perubahan permintaan dari luar wilayah, habisnya cadangan sumber
daya alam yang dimiliki oleh daerah yang bersangkutan dari
perkembangan teknologi ( Yasri, 1994: 9 ).
Strategi pembangunan yang dapat dilaksanakan adalah
penekanan terhadap arti penting bantuan kepada dunia usaha yang
mempunyai pasar secara nasional maupun internasional. Kebijakannya
mencakup pengurangan hambatan dan batasan terhadap perusahaan-
perusahaan yang beorientasi ekspor yang ada dan akan didirikan di
daerah tersebut.
Faktor-faktor penentu utama dalam pertumbuhan ekonomi
regional adalah berhubungan langsung dengan permintaan akan
barang dan jasa dari luar daerah. Pertumbuhan industri-industri yang
menggunakan sumber daya lokal, termasuk tenaga kerja dan bahan
ii
baku untuk diekspor akan menghasilkan kekayaan daerah dan
penciptaan peluang kerja ( Lincolin Arsyad, 1999 : 116 ).
c. Teori Tempat Sentral
Teori tempat sentral menganggap bahwa ada semacam hirarki
tempat. Setiap tempat sentral didukung oleh sejumlah tempat yang lebih
kecil yang memyediakan sumberdaya (industri dan bahan baku). Tempat
sentral tersebut merupakan suatu pemukiman yang menyediakan jasa-
jasa bagi penduduk daerah yang mendukungnya. Teori tempat sentral ini
bisa diterapkan pada pembangunan ekonomi daerah, baik didaerah