LAPORAN KHUSUS ANALISIS POSTUR KERJA MANUAL MATERIAL HANDLING MENGGUNAKAN METODE RAPID UPPER LIMB ASSESSMENT (RULA) PADA AREA PRODUKSI 5 GALON DI PT. TIRTA INVESTAMA KLATEN JAWA TENGAH Oleh : Septina Dwi Ayu Pratiwi NIM. R0007147 PROGRAM DIPLOMA III HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
122
Embed
ANALISIS POSTUR KERJA MANUAL MATERIAL …/Analisis... · adalah otot rangka (skeletal) yang meliputi otot leher, bahu, lengan, tangan, jari, punggung, pinggang dan otot-otot bagian
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
LAPORAN KHUSUS
ANALISIS POSTUR KERJA MANUAL MATERIAL HANDLING MENGGUNAKAN METODE RAPID UPPER LIMB ASSESSMENT (RULA) PADA AREA PRODUKSI
5 GALON DI PT. TIRTA INVESTAMAKLATEN JAWA TENGAH
Oleh :
Septina Dwi Ayu PratiwiNIM. R0007147
PROGRAM DIPLOMA III HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJAFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA2010
ii
PENGESAHAN
Laporan Khusus dengan judul :
ANALISIS POSTUR KERJA MANUAL MATERIAL HANDLINGMENGGUNAKAN METODE RAPID UPPER LIMB ASSESSMENT (RULA)
PADA AREA PRODUKSI 5 GALON DI PT. TIRTA INVESTAMA KLATEN JAWA TENGAH
ANALISIS POSTUR KERJA MANUAL MATERIAL HANDLINGMENGGUNAKAN METODE RAPID UPPER LIMB ASSESSMENT (RULA)
PADA AREA PRODUKSI 5 GALON DI PT. TIRTA INVESTAMA KLATEN JAWA TENGAH
dengan peneliti :
Septina Dwi Ayu Pratiwi
NIM. R0007147
telah diuji dan disahkan pada tanggal :
Pembimbing Perusahaan
Jatmiko
SHE Manajer PT. Tirta Investama
iv
ABSTRAK
Septina Dwi Ayu Pratiwi, 2010. “Analisis Postur Kerja Manual Material Handling menggunakan Metode Rapid Upper Limb Assessment (RULA) Pada Area Produksi 5 Gallon di PT. Tirta Investama Klaten”. Program DIII Hiperkes Dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran UNS.
PT. Tirta Investama Klaten merupakan salah satu pabrik pengolahan air minum. Hasil produksi ditangani secara manual yaitu mengangkat beban dari konveyor ke palet. Proses pengangkatan ini beresiko pada muskuloskeletal yang biasa disebut dengan musculoskeletal disorders (MSDs) serta dapat menimbulkan nyeri punggung bagian bawah atau low back pain (LBP).Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi postur kerja akibat dari lifting di area 5 galon dengan penilaian dari RULA
Metedologi penelitian yang digunakan adalah deskriptif yang menggambarkan bagaimana postur kerja pada saat angkat-angkut, menilai setiap postur kerja berdasarkan penilaian dari RULA untuk setiap bagiannya (lengan atas, lengan bawah, pergelangan tangan, perputaran pergelangan tangan, punggung, leher dan posisi kaki) yang selanjutnya dikatagorikan berdasarkan hasil dari grand score pada action level yang menunjukan bahwa postur tersebut diperlukan perbaikan atau tidak.
Hasil penelitian ini diperoleh bahwa 20 pekerja untuk postur kerjamemiliki nilai 7 pada penilaian grand score sehingga dalam katagori action level4 yang menunjukan adanya penyelidikan dan perbaikan dibutuhkan sesegera mungkin (mendesak). Hal tersebut dipengaruhi oleh postur tubuh yang tidak alamiah (membungkuk, menekuk, leher menunduk/menekuk, lengan menjahui badan), penggunaan otot dan penggunaan tenaga.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa postur kerja MMH pada area 5 galon diperlukan adanya penyelidikan dan perbaikan dibutuhkan sesegera mungkin (mendesak). Saran yang dapat penulis berikan yaitu mengadakan evaluasi kerja, memperbaiki metode, sistem dan cara kerja, memperhatikan masalah penyebab ketidaknyamanan pekerja agar dapat bekerja dengan kinerja yang tinggi.
Kata kunci : Manual Material Handling, Rapid Upper Limb Assessment
Daftar pustaka: 15, 1993-2009
v
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh
Puji syukur Alhamdulillah atas kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, keimanan, kesehatan, kekuatan, kemudahan serta
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan umum
dengan judul “Laporan Khusus dengan judul: ANALISIS POSTUR KERJA
MANUAL MATERIAL HANDLING MENGGUNAKAN METODE RAPID
UPPER LIMB ASSESSMENT (RULA) PADA AREA PRODUKSI 5 GALON
DI PT. TIRTA INVESTAMA KLATEN JAWA TENGAH”. Laporan ini
disusun guna memenuhi tugas akhir sebagai syarat kelulusan studi di Program
D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas
Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan penelitaian
ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima
kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan
laporan penelitian ini antara lain yaitu:
1. Bapak Prof. Dr. H. AA. Subijanto, dr, MS, selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Bapak Putu Suriyasa, dr., MS, PKK, Sp. Ok selaku Ketua Program D-III
Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas
Maret Surakarta
3. Bapak Harninto, dr, MS, Sp.Ok, selaku pembimbing I dalam penyusunan
laporan ini.
vi
4. Bapak Tarwaka, PGDip. Sc., M. Erg selaku pembimbing II dalam penyusunan
laporan ini.
5. Bapak Budi Hartono, selaku kepala pabrik di PT. Tirta Investama Klaten Jawa
Tengah yang telah menerima penulis dalam melaksanakan program magang.
6. Bapak Jatmiko, selaku SHE Manager di PT. Tirta Investama Klaten, Terima
kasih telah memperkenankan penulis untuk dapat melaksanakan magang
sekaligus pembimbing di lapangan.
7. Bapak Syamsul Choirudin, selaku staf SHE di PT. Tirta Investama Klaten,
Terima kasih telah banyak membantu penulis dalam proses pelaksanaan
magang sekaligus pembimbing di lapangan.
8. Bapak, Ibu staff dan karyawan PT. Tirta Investama Klaten yang telah
memberikan bimbingan dan keterangan dalam pengambilan data selama
magang.
9. Bapak dan Ibu tersayang, kakak dan dua adikku tercinta, terima kasih atas
kasih sayangnya yang secara tidak langsung memberikan dorongan semangat
luar biasa dalam penyelesaian laporan ini.
10. Sahabat-sahabatku tercinta dan teman-teman Hiperkes’07 yang memotivasi
dan mendukung ku selama magang dan penyelesaian laporan ini.
11. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu dalam penyelesaian laporan ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan ini masih jauh dari
kesempurnaan dan memiliki banyak kekuranga, diharapkan kritik dan saran yang
vii
membangun demi kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat
memberikan manfaat bagi penulis maupun pembaca.
Wassalamu ‘alaikum warohmatullahi wabarokatuh
Surakarta, Juni 2010
Septina Dwi Ayu Pratiwi
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN....................................................................... ii
ABSTRAK .................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR .................................................................................. v
DAFTAR ISI................................................................................................. vii
DAFTAR TABEL......................................................................................... x
ABSTRAK .................................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................... 1
A. Latar Belakang........................................................................ 1
B. Rumusan Masalah................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian.................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian.................................................................. 6
BAB II LANDASAN TEORI .................................................................... 7
A. Tinjauan Pustaka..................................................................... 7
B. Kerangka Pemikiran ............................................................... 43
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................. 44
A. Jenis Penelitian........................................................................ 44
B. Objek Penelitian...................................................................... 44
C. Populasi dan Sampel ............................................................... 45
D. Teknik Sampling ..................................................................... 45
ix
E. Teknik Pengumpulan Data...................................................... 46
F. Sumber Data............................................................................ 46
G. Instrumen Penelitian................................................................ 47
H. Analisa Data ............................................................................ 47
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN............................. 48
A. Hasil Penelitian....................................................................... 48
1. Pengumpulan Data Pengukuran ........................................ 48
2. Data Modifikasi Postur ..................................................... 50
3. Pengolahan Data dengan Menggunakan Metode RULA.. 51
B. Pembahasan ............................................................................ 91
1. Deskripsi Dari Gerakan Postur Kerja................................ 91
2. Deskripsi Data Hasil Pengambilan Gambar Postur .......... 92
3. Analisa Gerakan Postur Kerja........................................... 94
4. Redesain Postur Kerja ....................................................... 104
5. Alternatif Desain Posisi Kerja........................................... 106
6. Alternatif Desain Metode Kerja dan Stasiun Kerja Dengan
Metode RULA................................................................... 107
BAB V PENUTUP....................................................................................... 108
A. Kesimpulan ............................................................................. 108
B. Saran........................................................................................ 109
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 110
x
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Skor Postur untuk Lengan Atas…………………………........... 29
Table 2. Modifikasi untuk skor postur lengan atas……………………… 29
Tabel 3. SkoPostur untuk lengan bawah…………………………........... 30
Table 4. Modifikasi nilai postur untuk lengan bawah...................…........ 31
Tabel 5. Skor Postur untuk pergelangan tangan……………………........ 31
Tabel 6. Modifikasi nilai postur pergelangan tangan. …………….......... 32
Tabel 7. Skor postur untuk memutar pergelangan tangan…………......... 33
Tabel 8. Skor Postur untuk leher……………………...……………........ 34
Tabel 9. Modifikasi nilai postur untuk leher…………...……………...... 35
Tabel 10. Skor Postur nilai untuk batang tubuh……………………...…. 36
Tabel 11. Modifikasi skor postur untuk batang tubuh………………...... 37
Tabel 12. Skor Postur untuk posisi kaki. ……………………...……….. 37
Tabel 13. Postur skor kelompok A……………………...………………. 38
Tabel 14. Skor Postur kelompok B. ………………...………………….. 39
Tabel 15. Nilai penggunaan otot dan beban atau kekuatan……………... 40
Tabel 16. Grand Score……………...……………………....................... 41
Tabel 17. Pengumpulan data pada saat di tingkat dasar.......................... 48
Tabel 18. Pengumpulan data pada saat di tingkat kedua......................... 49
Tabel 19. Pengumpulan data pada saat di tingkat ketiga......................... 49
Tabel 20. Pengumpulan data pada saat di konveyer................................ 49
Tabel 21. Modifikasi postur pada pekerja............................................... 50
Tabel 22. Penilaian skor A pada saat berada di tingkat dasar.................. 94
xi
Tabel 23. Penilaian skor B pada saat berada di tingkat dasar................... 96
Tabel 24. Penilaian skor A pada saat berada di tingkat kedua.................. 97
Tabel 25. Penilaian skor B pada saat berada di tingkat kedua.................. 99
Tabel 26. Penilaian skor A pada saat berada di tingkat ketiga................. 100
Tabel 27. Penilaian skor B pada saat berada di tingkat ketiga.................. 101
Tabel 28. Penilaian skor A pada saat berada di konveyer......................... 102
Tabel 29. Penilaian skor B pada saat berada di konveyer......................... 103
Tabel 30. Alternatif Perbaikan Posisi Kerja ............................................. 106
Tabel 31. Alternatif perbaikan metode kerja dan stasiun kerja................. 107
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Klasifikasi dan kodifikasi pada vertebrae ...................................... 8
Gambar 2. Gerakan Ektrim pada Punggung...................................................... 10
Gambar 3. Fleksi dan ekstensi........................................................................... 19
Gambar 4. Abduksi dan adduksi....................................................................... 20
Gambar 5. Posisi rotasi..................................................................................... 21
Gambar 6. Posisi pada lengan............................................................................ 21
Gambar 7. Kisaran Sudut Gerakan Lengan Atas.............................................. 28
Gambar 8. Posisi yang dapat mengubah skor postur lengan atas...................... 29
Gambar 9. Kisaran Sudut Gerakan Lengan Bawah........................................... 30
Gambar 10. Posisi yang dapat mengubah skor postur untuk lengan bawah...... 31
Gambar 11. Kisaran Sudut Gerakan Pergelangan Tangan................................ 31
Gambar 12. Deviasi Pergelangan...................................................................... 32
Gambar 13. Perputaran pergelangan tangan..................................................... 33
Gambar 14. Kisaran Sudut Gerakan Leher...................................................... 34
Gambar 15. Posisi yang dapat mengubah skor postur untuk leher.................. 35
Gambar 16. Kisaran Sudut Gerakan Batang Tubuh (Trunk)........................... 35
Gambar 17. Posisi yang dapat memodifikasi nilai postur untuk batang tubuh. 36
Gambar 18. Posisi kaki..................................................................................... 37
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Keterangan Magang
Lampiran 2. RULA Employee Assessment Worksheet
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masalah yang terjadi pada perusahaan bidang manual material
handling (MMH) saat ini dilihat segi ergonomi yang disebabkan oleh tugas
ataupun tempat kerja pada pekerja salah satunya adalah nyeri pada otot punggung
yang digunakan untuk bekerja. Keluhan yang biasa diderita pekerja dibidang
angkat-angkut adalah pada sistem muskuloskeletal. Keluhan muskuloskeletal
adalah keluhan pada bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan oleh seseorang
mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit. Apabila otot menerima
beban statis secara berulang dan dalam waktu yang lama, akan dapat
menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligamen dan tendon. Keluhan
hingga kerusakan inilah yang biasanya diistilahkan dengan musculoskeletal
disorders (MSDs) atau cedera pada 2 sistem muskuloskeletal (Grandjean, 1993;
Lemasters, 1996 dalam Tarwaka, dkk, 2004 ). Bagian otot yang sering dikeluhkan
adalah otot rangka (skeletal) yang meliputi otot leher, bahu, lengan, tangan, jari,
punggung, pinggang dan otot-otot bagian bawah.
Nyeri pinggang dan cedera yang berhubungan dengan MMH salah satu
perhatian utama yang diungkapkan oleh Bernadio Ramazzini “pendiri obat kerja”
saat pertama kali pengamatannya diterbitkan di tahun 1600-an. Tidak banyak
berubah sejak saat itu. Lembaga Nasional Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(NIOSH) memperkirakan setidaknya 30 persen dari pekerja terkena bahaya setiap
1
xv
hari. Sekitar satu dari setiap empat orang Kanada yang terlibat pekerjaan MMH
mengalami sakit akibat cedera punggung. Di Ontario, cedera yang berhubungan
dengan gangguan muskuloskeletal (MSDs) lebih dari 40 persen akibat dari
Workplace Safety & Insurance Board claims.
Manual material handling (MMH) adalah penyebab paling umum dari
kelelahan kerja dan nyeri pinggang. MMH merupakan komponen dari banyak
pekerjaan di berbagai sektor termasuk rekreasi, grosir, konstruksi, manufaktur,
dan perakitan. Pekerjaan yang paling mungkin mengalami nyeri punggung dan
cedera yaitu termasuk buruh mengangkat manual, perakit, kasir, tukang kayu dan
tukang pipa. Sedangkan pengangkatan dengan teknik yang aman untuk sebagian
besar pekerja belum bisa diterapkan, tanpa adanya perubahan yang signifikan
dalam mendesain lingkungan, posisi kerja dan beban yang diangkat. Gerakan
mengangkat objek dari tingkat yang lebih rendah ke tingkat yang lebih tinggi atau
sebaliknya menyebabkan terjadinya peningkatan resiko untuk sakit dan atau
cedera. Pengangkatan manual secara langsung dan efek jangka pendek
menyebabkan luka dan kelelahan. Permukaan yang tajam atau kasar, objek yang
mudah jatuh atau licin adalah keadaan yang menyebabkan luka, lecet atau memar
selama pengangkatan. Pekerja juga dapat menderita luka-luka yang disebabkan
oleh kejatuhan atau bertabrakan dengan benda. Upaya yang diperlukan dalam
pengangkatan yaitu menggunakan energi otot. Selama kecepatan pengangkatan
tidak terlalu tinggi, memungkinkan pekerja memulihkan energi pada saat antara
tugas serta pada saat pergantian regu sehingga pekerjaan dapat dilanjutkan dengan
aman selama satu shift. Sebaliknya pekerjaan yang dilakukan dengan cepat agar
xvi
mereka segera dapat istirahat atau tanpa istirahat akan mempercepat kelelahan.
Kelelahan ini menyebabkan ketidaknyamanan dari waktu ke waktu, serta
berkontribusi untuk cedara serius pada system muskuloskeltal. Cedera ini
berkembang menjadi kondisi kronis yang sulit diobati, selain itu memungkinkan
penderita bertindak kurang hati-hati yang meningkatkan resiko untuk kecelakaan.
Masalah serius yang berhubungan dengan MMH dalam jangka panjang yaitu
nyeri punggung bagian bawah atau low back pain (LBP).
Perpindahan dari posisi berdiri ke membungkuk kemudian dari
membungkuk menuju posisi berdiri yang dikombinasikan dengan mengangkat
atau menurunkan beban akan menyebabkan resiko yang lebih besar untuk nyeri
pinggang dan atau cedera. Gerakan menekuk pinggang dan memperluas
perubahan tubuh bagian atas dengan menyelaraskan bagian tulang punggung dan
perut dengan menggeser pusat keseimbangan memaksa tulang belakang untuk
mendukung kedua berat tubuh bagian atas dan berat yang sedang diangkat atau
diturunkan. Seorang pekerja jarang dapat mempertahankan cedera punggung dari
peristiwa seperti mengangkat beban terlalu berat, terpeleset dan jatuh. Namun,
banyak kasus selama bertahun-tahun pengangkatan manual secara berulang-ulang
yang pada akhirnya mengalami sakit parah atau cedera serius. Pemulihan dari
cedera kembali (back pain) bisa memakan waktu yang lama dan cedera lebih
lanjut bisa terjadi yang akan memperburuk keadaan penderita.
Kinerja dan hasil kerja yang baik sangat dipengaruhi oleh tingkat
kenyamanan operator. Kenyamanan tersebut akan memacu performans kerja
operator sehingga aktivitas kerja operator akan tercapai. Hal tersebut dapat
xvii
dipengaruhi kondisi lingkungan dan alat kerja. Jika landasan kerja terlalu tinggi
maka pekerja akan mengangkat bahu untuk menyesuaikan dengan ketinggian
landasan kerja, sehingga menyebabkan sakit pada bahu dan leher. Sebaliknya bila
landasan terlalu rendah maka tulang belakang akan membungkuk sehingga
menyebabkan kenyerian pada bagian belakang (backache) (Tarwaka, dkk, 2004).
PT. Tirta Investama Klaten adalah perusahaan yang memproduksi air
minum yang sumber air berasal dari mata air pegunungan dengan pengolahan
secara mekanik sedangkan proses pemindahan barang dari hasil produksi menuju
gudang penyimpanan yaitu secara manual dan mekanik. Secara manual yaitu
pengangkatan barang ke palet dengan manual. Sedangkan secara mekanik dengan
menggunakan forklift dari palet menuju gudang. Tenaga kerja bagian paleting
untuk semua produksi dari 330 ml, 600 ml, 1500 ml, 240 ml, mizon maupun galon
dengan manual handling. Terutama pada produksi 5 galon, obyek yang diangkat
berbentuk botol. Kegiatan itu meliputi memindahkan barang dari conveyer ke
palet yang disusun bertingkat. Gerakan yang dilakukan seperti memutar tubuh,
RULA disediakan untuk menangani kasus yang menimbulkan resiko
pada muskuloskeletal saat pekerja melakukan aktivitas. Metode ini menggunakan
gambar postur tubuh dan tiga tabel untuk memberikan evaluasi paparan terhadap
faktor-faktor resiko. Pada pengambilan gambar ini penulis membatasi hanya
mengambil pada 4 titik bagian saat pengangkatan yaitu saat pekerja mengambil
beban dari conveyer, meletakan beban ke dasar, meletakan beban ke tingkat 2, dan
meletakan beban ke tingkat 3. Nilai/skor untuk RULA yang rendah tidak
menjamin bahwa tempat kerja bebas dari bahaya ergonomi serta skor yang tinggi
tidak menjamin bahwa ada masalah berat beban kerja atau faktor-faktor resiko
namun perlu mendapatkan perhatian semua itu.
1. Deskripsi Dari Gerakan Postur Kerja
Deskripsi dari gerakan postur tubuh yang dilakukan oleh pekerja
adalah sebagai berikut:
Pada saat awal pengangkatan yaitu pada pengambilan galon di
konveyer gerakan yang ditimbulkan seperti badan menekuk kesamping, batang
tubuh memutar, kedua tangan digunakan sebagai penopang beban dengan
pegangan yang tidak seimbang sehingga diperlukan kehati-hatian dalam penangan
beban agar tidak jatuh. Setelah itu dibawa dan ditaruh pada tingkat dasar yaitu di
atas palet gerakan yang ditimbulakan seperti punggung membungkuk ke depan,
badan agak miring ke samping, posisi kedua kaki agak tertekuk dengan posisi
kuda-kuda, arah pandangan ke depan sehingga postur kepala agak menengadah
dan ada juga posisi kepala menunduk kebawah, posisi lengan lurus dengan
ciii
menahan beban pada tangan dan pada peletakan paling ujung dibutuh pemutaran
beban dengan posisi pergelangan tangan memutar serta lengan tangan jauh dari
badan. Pada saat pengangkatan ke tingkat kedua posisi tubuh stabil dengan postur
tubuh berdiri tegak, ketinggian tingkat ke dua sama tingginya pada konveyer
sehingga dapat memudahkan saat peletakan beban. Terakhir pada tingkat ketiga
gerakan yang ditimbulkan adalah sebagai berikut: ke dua lengan atas jauh dari
badan dengan membentuk sudut lebih dari 90 derajat, pergelangan tangan harus
memutar untuk meletakan beban paling ujung, dan arah pandangan ke samping
sehingga posisi kepala ke arah samping. Sikap pada saat pengambilan galon dan
peletakan galon ke palet, posisi tubuh yang dilakukan pekerja mengarah ke
samping. Ada yang melakukan pemutaran badan, menekuk ke samping dan
modifikasi memutar dengan menekuk. Di samping itu posisi kaki pada saat
peletakan beban pada tingkat kedua dan ketiga adalah sama dengan berdiri tegak
mengahadap beban.
2. Deskripsi Data Hasil Pengambilan Gambar Postur
Berdasarkan pengumpulan dan pengolahan data dari 20 orang sempel
dengan menggunakan metode RULA adalah pada tahap pertama pengembangan
metode untuk merekam postur kerja. Hasil yang ditunjukan bagian-bagian yang
diukur memiliki angka atau nilai yang berbeda-beda tergantung postur tubuh saat
melakukan pengangkatan. Penilaian lengan atas, lengan bawah, pergelangan,
punggung, dan leher mempunyai nilai tinggi untuk gerakan yang ekstrim seperti
meletakan beban pada tingkat pertama, meletakan pada bagian paling ujung. Skor
A yaitu penilaian terdiri dari lengan atas, lengan bawah, pergelangan tangan dan
civ
perputaran tangan. Sedangkan Skor B terdiri dari penilaian punggung, leher dan
posisi kaki saat pengangkatan. Penilaian didasarkan pada sudut yang terbentuk
saat melakukan kerja dengan tambahan modifikasi yang akhirnya nilai tersebut
menjadi nilai akhir untuk masing-masing postur kerja. Setiap nilai memiliki
kisaran sudut, nilai yang terkecil menunjukan sudut yang kecil pula. Tahap kedua
yaitu dengan menggunakan tabel kelompok A dan kelompok B yang mewakili
tingkat pembebanan postur dari sistem muskuloskeletal kaitannya dengan
kombinasi postur bagian tubuh, masing-masing dijumlahkan dengan skor
penggunaan otot dan tenaga yang kemudian akan menghasilkan skor C (skor
postur A + skor penggunaan otot + skor penggunaan tenaga = Skor C) dan skor D
(skor postur B + skor penggunaan otot + skor penggunaan tenaga = Skor D). Skor
penggunaan otot tersebut selama waktu pengangkatan berulang, serta pekerja
melakukan gerakan yang sama lebih dari 4 kali selama 1 menit maka penggunaan
otot bernilai +1 dapat dilihat pada saat pengangkatan di konveyer. Gerakan yang
dikerjakan pada saat di konveyer berulang-ulang dengan sikap yang sama.
Sedangkan penggunaan tenaga pekerja mengangkat beban lebih dari 10 kg yang
dilakukan secara berulang kali maka penggunaan tenaga bernilai +3. Tahap ketiga
bertujuan mengabungkan antara skor C dan skor D menjadi grand score. Hasil
penilaian pada grand score menunjukan 20 orang memiliki nilai 7. Berdasarkan
table grand score, maka tindakan yang akan dilakukan dapat dibedakan menjadi 4
action level berikut (McAtamney, 1993) :
5. Action Level 1: Skor 1 atau 2 menunjukkan bahwa postur dapat diterima
selama tidak dijaga atau berulang untuk waktu yang lama.
cv
6. Action Level 2: Skor 3 atau 4 menunjukkan bahwa penyelidikan lebih jauh
dibutuhkan dan mungkin saja perubahan diperlukan.
7. Action Level 3: Skor 5 atau 6 menunjukkan bahwa penyelidikan dan
perubahan dibutuhkan segera.
8. Action Level 4: Skor 7 menunjukkan bahwa penyelidikan dan perubahan
dibutuhkan sesegera mungkin (mendesak).
Jadi pada pengukuran postur tubuh untuk 20 orang dengan nilai 7
tersebut adalah dalam katagori “Action Level 4” diketahui adanya action level
yang merekomendasikan adanya perubahan-perubahan dan perbaikan dibutuhkan
sesegera mungkin (mendesak). Dalam hal ini yang diperlukan yaitu perbaikan
pada postur tubuh saat bekerja, metode kerja dan stasiun kerja yang akan
mempengaruhi gerakan postur tubuh yang terbentuk untuk kenyamanan yang
menyesuaikan antara postur tubuh dengan lingkungan dan alat. Dengan cara
menurunkan sudut yang terbentuk dengan penilaian tinggi pada saat bekerja.
3. Analisa Gerakan Postur Kerja
Analisa gerakan postur tubuh saat pengangkatan yaitu sebagai berikut:
a. Pengangkatan pada saat berada di tingkat dasar, dapat dilihat pada gambar
A,B,C,D, dan E dengan tabel hasil pengukuran sebagai berikut:
Tabel 22. penilaian skor A pada saat berada di tingkat dasar.
Gambar Lengan Atas Lengan bawah Pergelangan Perputaran Pergelangangb.A 100o 0 o 15 Dalam kisaran putarangb.B 70 o 12 o 0 o Dalam kisaran putarangb.C 110 o 0 o 70 Dalam kisaran putarangb.D (kanan) 60 o 80 o 0 o Dalam kisaran putarangb.D (kiri) 80 0 0 Dalam kisaran putarangb.E 53 o 60 o 40 o Dalam kisaran putaran
cvi
1) Gerakan pada lengan atas sudut yang ditunjukan adalah rata-rata >60o
dikarenakan gerakan tangan saat peletakan beban pada palet di tingkat dasar.
Penilaian postur skor yang diperoleh pada kisaran 45-90o adalah +3,
sedangkan >90 o adalah +4. Postur pekerja pada saat meletakan galon harus
membungkuk dengan lengan atas menjahui badan untuk meletakan beban baik
dekat maupun jauh dari posisi berdiri. Selain itu diperlukan kehati-hatian
dalam pengangkatan mulai dari konveyer sampai ke tempat yang dituju. Hal
ini ketinggian dari palet serta jarak antara pekerja dengan letak yang dituju
sangat jauh yang membuat lengan harus keangkat menjahui badan namun
sudut pada gerakan tersebut dapat dikurangi dengan cara menambah
ketinggian dari palet serta mengurangi jarak pada tujuan peletakan beban.
Tanpa mengurangi kehati-hatian saat pengangkatan sehingga dapat
memperkecil panilaian pada postur. Pada gerakan lengan ini menunjukan
semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat gravitasi tubuh, maka semakin
tinggi pula resiko terjadinya keluhan otot skeletal. Posisi lengan atas ini tidak
ada tambahan modifikasi pada gerakan.
2) Gerakan pada lengan bawah yang ditunjukan adalah 0 o, 12 o, 60 o dan 80 o.
Untuk penilaian postur skor yang diperoleh pada kisaran 0-60 o adalah +2 pada
gambar A, B, C, D (lengan kiri), dan E. Gerakan ini menyesuaikan pada saat
peletakan galon. Jadi untuk memperkecil penilaian dengan cara menambah
sudut gerakan pada kisaran 60-100o, sehingga dapat membantu saat
penskoran. Sedangkan pada sudut >60o dikarenakan beban masih dalam
pengangkatan untuk itu saat peletakan dilakukan dengan hati-hati sehingga
cvii
lengan bawah menopangnya sampai pada tujuan. Modifikasi pada postur ini
yaitu lengan bekerja ke luar sisi tubuh. Pada modifikasi gerakan lengan ini
menunjukan semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat gravitasi tubuh, maka
semakin tinggi pula resiko terjadinya keluhan otot skeletal.
3) Pergelangan tangan yang ditunjukan pada ketiga gambar bersudut >15 o
dikarenakan pada saat meletakan beban harus ditangani agar tidak lepas dari
genggaman. Selain itu kebiasaan dari pekerja saat penanganan beban. Namun
sudut penggegaman dapat diperkecil pada kisaran 0-15 atau netral sehingga
dapat memeperkecil penilaian pada skor. Modifikasi yang dilakukan biasanya
dengan menekuk ke samping. Gerakan menekukan pergelangan serta adanya
modifikasi pergelangan tangan ke samping menyebabkan rasa nyeri pada
pergelangan jika terjadi secara terus menerus.
4) Perputaran pergelangan tangan pada umumnya dilakukan dengan hati-hati.
Meskipun ada yang mengalami perputaran pergelangan, gerakan tidak terlalu
berbahaya. Pada saat gerakan pemutaran jika dilakukan dengan tidak hati-hati
akan menyebabkan tangan terkillir dan nyeri.
Tabel 23. penialaian skor B pada saat di tingkat dasar
Gambar Leher Punggung Posisi kakigb.A 0o 35 o Kaki tertopanggb.B 10 o 25 o Kaki tertopanggb.C extension 90 o Kaki tertopanggb.D 0 90 o Kaki tertopanggb.E 30 o 57 o Kaki tertopang
1) Gerakan pada leher ditunjukan dengan sudut >20 o bernilai +3, sudut 0-10 o
bernilai +1 sedangkan gerakan extension bernilai +4. Postur pada leher ini bisa
cviii
berubah-ubah bergantung pada pekerja saat mereka sedang bekerja. Jadi pada
saat pengangkatan diusahkan kepala jangan menunduk/menengadah tetapi
dengan gerakan yang alami yang disesuaikan pada batang tubuh sehingga
dapat memperkecil penilaian. Modifikasi postur seperti menengadah,
menunduk, menekukan ke samping. Gerakan kepala seperti menengadah atau
menunduk dapat menyebabkan sakit/nyeri pada leher.
2) Gerakan pada punggung bersudut 20o – 60 o rata-rata pada kelima gambar ini
bernilai +3 sedangakan sudut lebih dari 60 o bernilai +4. Selain itu modifikasi
dengan menekuk badan ke samping akan menambah nilai. Jadi untuk
memperkecil penilaian diusahakan dengan mengurangi gerakan membungkuk
dengan cara menambah ketinggian pada palet serta pada saat peletakan beban
dapat dijangkau tanpa adanya badan ke samping. Modifikasi yang ada seperti
tubuh condong ke samping. Gerakan membungkuk ini menyebabkan rasa
nyeri pada bagian leher, punggung, lengan dan perut apalagi jika dengan
modifikasi menekuk akan menambah rasa nyeri pada bagian tersebut.
3) Posisi kaki pada umumnya normal dengan menopang tubuh pada posisi kaki
yang seimbang.
b. Pengangkatan pada saat berada di tingkat kedua, dapat dilihat pada gambar
F,G,H,I, dan J dengan tabel hasil pengukuran sebagai berikut:
Tabel 24. penilaian skor A pada saat berada di tingkat kedua.
Gambar Lengan Atas Lengan bawah Pergelangan Perputaran Pergelangangb.F 60o 60 o 0 o Dalam kisaran putarangb.G 110 o 20 o 15o Dalam kisaran putarangb.H 50 o 0 o 0 o Dalam kisaran putarangb.I 52 o 60 o 0 o Dalam kisaran putarangb.J 22 o 117 o 0 o Dalam kisaran putaran
cix
1) Gerakan pada lengan atas, sudut yang ditunjukan adalah rata-rata >45o dengan
nilai +3 pada kisaran 45-90o sedangkan sudut 110o dengan nilai +4
dikarenakan gerakan tangan saat peletakan beban pada palet di tingkat kedua.
Jadi pekerja harus mengangkat lengan atas serta jauh dari badan. Hal ini
ketinggian dari konveyer sama dengan ketinggian pada tingkat kedua. Sudut
pada gerakan tersebut dapat dikurangi dengan cara mengurangi ketinggian dari
galon serta mengurangi jarak pada tujuan peletakan beban. Tanpa mengurangi
kehati-hatian saat pengangkatan sehingga dapat memperkecil panilaian pada
postur. Pada gerakan lengan ini menunjukan semakin jauh posisi bagian tubuh
dari pusat gravitasi tubuh, maka semakin tinggi pula resiko terjadinya keluhan
otot skeletal.
2) Gerakan pada lengan bawah yang ditunjukan pada penilaian postur skor yang
diperoleh pada kisaran 0-60 o adalah +2. Gerakan ini menyesuaikan terhadap
tujuan pengangkatan. Untuk memperkecil penilaian dengan cara menambah
sudut gerakan pada kisaran 60-100o, sehingga dapat membantu saat
penskoran. Modifikasi pada postur ini yaitu lengan bekerja ke luar sisi tubuh.
3) Pergelangan tangan yang ditunjukan bersudut 15 o bernilai +2 dikarenakan
pada saat meletakan beban harus ditangani agar tidak lepas dari genggaman.
Namun sudut penggegaman dapat diperkecil pada keadaan netral sehingga
dapat memeperkecil penilaian pada skor. Modifikasi pada pergelangan seperti
posisi menyamping saat meletakan beban. Gerakan menekukan pergelangan
serta adanya modifikasi pergelangan tangan ke samping menyebabkan rasa
nyeri pada pergelangan jika terjadi secara terus menerus.
cx
4) Perputaran pergelangan tangan pada umumnya dilakukan, meskipun ada yang
mengalami perputaran tetapi gerakan tidak terlalu berbahaya. Pada saat
gerakan pemutaran jika dilakukan dengan tidak hati-hati akan menyebabkan
tangan terkillir dan nyeri.
Tabel 25. penialaian skor B pada saat di tingkat kedua
Gerakan/gambar
Leher Punggung Posisi kaki
gb.F 0o 10 o Kaki tertopanggb.G 20 o 30 o Kaki tertopanggb.H 0 o 0 o Kaki tertopanggb.I 0 o 30 o Kaki tertopanggb.J 0 o 0 o Kaki tertopang
1) Gerakan pada leher ditunjukan dengan sudut 20 o bernilai +2, sudut 0-10 o
bernilai +1. Jadi pada saat pengangkatan diusahan kepala jangan
menunduk/menengadah tetapi dengan gerakan yang alami yang disesuaikan
pada batang tubuh sehingga dapat memprkecil penilaian. Modifikasi pada
postur ini yaitu arah pandangan ke samping.
2) Gerakan pada punggung bersudut 20o – 60 o bernilai +3 sedangakan sudut 0-
10 o bernilai +2. Ketinggian pada tingkat dua berada di zona aman untuk
pengangkatan yaitu dari lutut sampai bahu. Jadi untuk memperkecil penilaian
diusahakan dengan mengurangi gerakan membungkuk dengan sikap tubuh
yang alamiah. Modifikasi yang ada yaitu posisi tubuh agak condong ke
samping.
3) Posisi kaki pada umumnya normal dengan menopang tubuh pada posisi kaki
yang seimbang.
cxi
c. Pengangkatan pada saat berada di tingkat ketiga, dapat dilihat pada gambar
K,L,M,N dan O dengan tabel hasil pengukuran sebagai berikut:
Tabel 26. penilaian skor A pada saat berada di tingkat ketiga.
Gambar Lengan Atas Lengan bawah Pergelangan Perputaran Pergelangangb.K 85 o 55 o 0 Dalam kisaran putarangb.L 110 o 50 o 15 o Dalam kisaran putarangb.M 100 o 30 o 0 o Dalam kisaran putarangb.N 90o 60 o 0 o Dalam kisaran putarangb.O 110 o 20 o 0 o Dalam kisaran putaran1) Gerakan pada lengan atas sudut yang ditunjukan adalah >45o dengan nilai + 3
pada kisaran 45-90 o sedangkan sudut >90 o bernilai +4 dikarenakan gerakan
tangan yang disesuaikan terhadap ketinggian tumpukan pada tingkat ketiga
yang membuat lengan harus keangkat menjahui badan namun sudut pada
gerakan tersebut dapat dikurangi dengan cara mengurangi ketinggian
tumpukan sehingga dapat memperkecil panilaian pada postur. Pada gerakan
lengan ini menunjukan semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat gravitasi
tubuh, maka semakin tinggi pula resiko terjadinya keluhan otot skeletal.
2) Gerakan pada lengan bawah yang ditunjukan pada penilaian postur skor yang
diperoleh pada kisaran 0-60 o adalah +2. Gerakan ini menyesuaikan letak
beban yang akan dituju pada saat pencapaian jadi untuk memperkecil
penilaian dengan cara mengurangi ketinggian tumpukan dan jarak tujuan
peletakan beban sehingga dapat membantu saat penskoran agar berkurang.
Modifikasi pada postur ini yaitu lengan bekerja ke luar sisi tubuh.
3) Pergelangan tangan yang ditunjukan bersudut 15 o dikarenakan pada saat
memegang, beban harus ditangani agar tidak lepas dari genggaman sehingga
cxii
pekerja harus ekstra hati-hati. Namun sudut penggegaman dapat diperkecil
pada kisaran 0-15 atau netral sehingga dapat memeperkecil penilaian pada
skor. Pada pengambilan gambar saat meletakan beban, posisi pergelangan
berubah-ubah sehingga penilaian berdasarkan hasil dari gambar yang ada.
4) Perputaran pergelangan tangan pada umumnya dilakukan, meskipun ada yang
mengalami perputaran tetapu gerakan tidak terlalu berbahaya. Pada saat
gerakan pemutaran jika dilakukan dengan tidak hati-hati akan menyebabkan
tangan terkillir dan nyeri.
Tabel 27. Penilaian skor B pada saat berada di tingkat ketiga.
Gambar Leher Punggung Posisi kakigb.K 0 10 o Kaki tertopanggb.L 0 o 0 o Kaki tertopanggb.M 0 o 5 o Kaki tertopanggb.N 20o 10 Kaki tertopanggb.O 0 20 Kaki tertopang
1) Gerakan pada leher ditunjukan dengan sudut 20 bernilai +2 sedangakan nilai
0-10 bernilai +1. Jadi pada saat pengangkatan diusahan kepala jangan
menunduk/menengadah tetapi dengan gerakan yang alami yang disesuaikan
pada batang tubuh sehingga dapat memprkecil penilaian. Modifikasi pada
postur yaitu arah pandangan ke samping. Gerakan kepala kesamping jika
dilakukan terus menerus akan menyebabkan nyeri pada bagian leher.
2) Gerakan pada punggung bersudut 0-5 o bernilai +2. Jadi untuk posisi ini lebih
aman untuk punggung. Modifikasi pada posisi ini yaitu dengan memutarkan
badan ke arah samping.
cxiii
3) Posisi kaki pada umumnya normal dengan menopang tubuh pada posisi kaki
yang seimbang.
d. Pengangkatan pada saat berada di konveyer, dapat dilihat pada gambar
P,Q,R,S, dan T dengan tabel hasil pengukuran sebagai berikut:
Tabel 28 . penilaian skor A pada saat berada di konveyer.
Gambar Lengan Atas Lengan bawah Pergelangan Perputaran gb.P (kanan) 20o 60 o 0 normalgb.P (kiri) 25 o 80 o 20 o normalgb.Q (kanan) 92 o 36 o 24 o normalgb.Q (kiri) 24 o 80 o 0 normalgb.R 27 o 55 o 0 normalgb.S 23 o 125 o 0 normalgb.T 25 o 58 o 0 normal
1) Gerakan pada lengan atas sudut yang ditunjukan adalah >20o dengan nilai +2
dikarenakan tangan memegang pada ujung galon dengan cara menggenggam
ujungnya, sedangkan untuk sudut 92o dengan nilai +4 dikarenakan gerakan
tangan yang disesuaikan terhadap panjang dari galon, ketinggian dari
konveyer serta jarak antara pekerja dengan konveyer yang mempengaruhi
lengan harus keangkat menjahui badan namun sudut pada gerakan tersebut
dapat dikurangi dengan tanpa mengurangi kehati-hatian saat pengangkatan
sehingga dapat memperkecil panilaian pada postur. Modifikasi gerakan pada
lengan atas yaitu bahu ke terangakat yang menyebabkan gerakan menjadi
canggung. Pada gerakan lengan ini menunjukan semakin jauh posisi bagian
tubuh dari pusat gravitasi tubuh, maka semakin tinggi pula resiko terjadinya
keluhan otot skeletal. Sedangkan bahu yang terangkat akan menyebabkan
nyeri pada lengan atas (bahu).
cxiv
2) Gerakan pada lengan bawah yang ditunjukan pada penilaian postur skor yang
diperoleh pada kisaran 0-60 o adalah +2, kisaran 60-100 dengan nilai +1 dan >
100 dengan nilai +2. Gerakan ini menyesuaikan terhadap peletakan beban
yang dituju jadi untuk memperkecil penilaian dengan cara menambah sudut
gerakan pada kisaran 60-100o , sehingga dapat membantu saat penskoran.
Modifikasi pada postur ini yaitu lengan bekerja melintasi garis tengah.
3) Pergelangan tangan yang ditunjukan bersudut >15 o dikarenakan pada saat
memegang, beban harus ditangani agar tidak lepas dari genggaman sehingga
pekerja harus ekstra hati-hati. Namun sudut penggegaman dapat diperkecil
pada kisaran 0-15 atau netral sehingga dapat memeperkecil penilaian pada
skor. Pada saat gerakan pemutaran jika dilakukan dengan tidak hati-hati akan
menyebabkan tangan terkillir dan nyeri.
4) Perputaran pergelangan tangan pada umumnya dilakukan, meskipun ada yang
mengalami perputaran tetapi gerakan tidak terlalu berbahaya. Pada saat
gerakan pemutaran jika dilakukan dengan tidak hati-hati akan menyebabkan
tangan terkillir dan nyeri.
Tabel 29. Penilaian skor B pada saat berada di konveyer.
Gerakan/gambar
Leher Punggung Posisi kaki
gb.P 20o 30 o normalgb.Q 25 o 11 o normalgb.R 0 o 15 o normalgb.S 0 27 normalgb.T 0 45 normal
1) Gerakan pada leher ditunjukan dengan sudut >20 o bernilai +3 sedangakan
suduti 0-10 o bernilai +1. Modifikasi pada leher menengadah, agak tertekuk ke
cxv
samping dan arah pandangan ke samping. Jadi pada saat pengangkatan
diusahan kepala jangan menunduk/menengadah tetapi dengan gerakan yang
alami yang disesuaikan pada batang tubuh sehingga dapat memperkecil
penilaian.
2) Gerakan pada punggung bersudut 11 o dan 15 o sehingga nilai postur +2
sedangkan >20 o bernilai +3. jadi untuk memperkecil penilaian diusahakan
dengan mengurangi gerakan membungkuk dengan cara menambah ketinggian
pada konveyer. Modifikasi pada punggung yaitu badan agak ke samping.
3) Posisi kaki pada umumnya normal dengan menopang tubuh pada posisi kaki
yang seimbang.
Sedangkan pada penggunaan otot dan tenaga dapat dikurangi untuk
memperkecil penilaian pada skor yaitu dengan tidak ada gerakan statis yang sama
sehingga bernilai nol dan penggunaan tenaga pada kisaran beban 2-10 kg yang
bersifat statis atau berulang sehingga nilai menjadi + 2. Jadi untuk berat beban
dikurangi sebagaimana agar nilai pada penskoran turun.
4. Redesain Postur Kerja
Perbaikan dalam penilaian dengan menggunakan RULA dengan
redesain terhadap postur tubuh untuk mengurangi resiko pada tubuh. Redesaian
tersebut dilakukan dengan merubah gerakan dari sebelumnya, disini penulis
menggunakan contoh sebagai berikut: Misalkan pada sampel gambar C, dengan
hasil pengkuran pada postur kerja adalah lengan atas 110 o, lengan bawah 0, posisi
leher extension, punggung 90 o, pergelangan 70 o. Ketingian palet 14 cm, jarak
antara pekerja dengan konveyer kira-kira 23 cm. Sedangkan penggunaan otot
cxvi
bernilai dan penggunaan tenaga bernilai +3. Hasil dari penggunaan tabel skor C =
7 dan tabel skor D = 10 sehingga untuk grand score bernilai 7 dengan katagori
action level 4 yaitu menunjukan bahwa penyelidikan dan perubahan dibutuhkan
sesegera mungkin (mendesak). Redesain dengan meninggikan palet kira-kira 40
cm diperkirakan hasil penilaian pada postur kerja yaitu lengan atas 60 o, lengan
bawah 65 o, posisi leher 0, punggung 20 o, pergelangan 0 o serta menghilangkan
gerakan yang tidak alamiah seperti membungkuk, kepala menunduk/menengadah,
mengurangi sudut saat pemegangan. Sedangkan penggunaan otot tidak digunakan
dan penggunaan tenaga pada kisaran beban 2-10 kg bersifat statis/berulang yang
bernilai +2. Hasil dari penggunaan tabel skor grup A = 3, tabel skor B = 2, tabel
skor C = 5 dan tabel skor D = 4 sehingga untuk grand score bernilai 5 dengan
katagori action level 3 menunjukan bahwa penyelidikan dan perubahan
dibutuhkan segera. Dari hasil redesain ada perubahan terhadap nilai pada grand
score, meskipun masih memerlukan perubahan dan penyelidikan yang dibutuhkan
segera pada pekerjaan tersebut. Perubahan yang perlu dilakukan adalah perubahan
sikap/postur saat bekerja dan mengurangi berat beban kisaran beban 2-10 kg.
Perubahan postur kerja saat bekerja sebagai berikut:
a. Posisi tubuh tidak terlalu membungkuk
b. Tubuh tidak terlalu menekuk ke samping
c. Jangkauan tangan saat peletakan agak diperkecil
d. Kepala tidak menengadah(extension), menunduk atau menekuk ke samping.
e. Pergelangan tangan tidak terlalu menekuk.
f. Posisi kaki dalam keadaan tertopang oleh ke dua kaki.
cxvii
5. Alternatif Desain Posisi Kerja
Tabel 30. Alternatif Perbaikan Posisi Kerja
No Kegiatan Keadaan awal Metode Perbaikan 1 Pengangkatan
saat di konveyerContoh: gb.A, B, C, D, dan E
Posisi punggung membungkuk, berputar, condong ke samping, leher ke samping, bahu sedikit terangkat, dan posisi tangan tertekuk (menopang dan memegang galon).
Posisi tubuh diusahan tegak, menggunakan otot kaki sebagai tumpuan dengan posisi kuda-kuda, sudut putar diperkecil, bahu diusahakan relax, dan penggunaan APD agar galon tidak meleset. Perbaikan untuk mengurangi ketegangan dan nyeri akibat pembebanan.
2 Pengangkatan galon ke dasar dari palet. Contoh: gb.F,G, H, I, dan J
Posisi punggung membungkuk, condong kesamping, kepala menunduk, menengadah, posisi tangan menjahui badan, tangan ditekuk, pergelangan tangan sedikit muntir/putar, tertekuk saat memegang galon.
Posisi tubuh diusahan tegak, menggunakan otot kaki sebagai tumpuan dengan posisi kuda-kuda, sudut lengan atas diperkecil, leher diusahakan relax, pemegangan galon dengan hati-hati.
3 Pengangkatan galon pada tingkat ke dua.Contoh:gb.K, L, M, N, dan O
Posisi punggung sedikit membungkuk, badan agak miring, posisi tangan menjahui badan
Sudut lengan atas diperkecil, posisi tubuh relax.
4 Pengangkatan galon pada tingkat ke tigaContoh: gb P, Q, R, S dan T
Posisi punggung tegak, bahu terangkat, posisi tangan menjangkau, sedikit berputar, pergelangan tangan menekuk saat menahan beban.
Bahu diusahakan relax dalam keadaan alamiah, sudut lengan atas diperkecil, pergelangan diusahakan tidak terlalu menekuk.
cxviii
6. Alternatif Desain Metode Kerja dan Stasiun Kerja Dengan Metode RULA
Tabel 31. Alternatif perbaikan metode kerja dan stasiun kerja.
No Kegiatan Kondisi awal Metode Perbaikan 1 Pengangkatan
saat di konveyerContoh: gb.A, B, C, D, dan E
Ketinggian konveyer sekitar55-90 cm dari lantai. Pekerja mengambil galon pada konveyer dengan memutarkan tubuh dengan sudut putaran 45 derajat dan galon ditopang dengan kedua tangan pada posisi galon horisontal/miring.
Ketinggian konveyer dikurangi/diatur ulang sesuai dengan antropometri semua pekerja dan perubahan posisi antara konveyer dengan pekerja diusahakan lebih dekat agar mudah dalam pengangkatan serta sudut lebih kecil.
2 Pengangkatan galon ke dasar dari palet. Contoh: gb.F,G, H, I, dan J
Galon dari konveyer diturunkan ke pallet, dengan punggung membungkuk dan ketinggian palet di bawah ketinggian lutut. Pemutaran beban pada tempat paling ujung. Dengan sikap condong ke samping tubuh.
Penambahan ketinggian pada palet dengan tujuan untuk mengurangi posisi tubuh saat membungkuk. Mengurangi jumlah deretan galon agar badan tidak terlalu menekuk.
3 Pengangkatan galon pada tingkat ke dua. Contoh:gb.K, L, M, N, dan O
Memindahkan galon dari konveyer pada ketinggian yang sama atau kurang lebih sehingga tidak perlu ada gerakan membungkuk atau meraih
Untuk mempermudah pekerja antara konveyer dengan palet agak lebih dekat.
4 Pengangkatan galon pada tingkat ke tiga. Contoh: gb P, Q, R, S dan T
Mengangkat galon dari konveyer ke tingkat tiga dengan adanya pemaksaan pada lengan dan bahu untuk meraih ke atas. Pemutaran beban pada tempat paling ujung.
Mengurangi ketinggian pada beban atau jumlah tumpukan agar lengan tubuh atau bahu tidak terlalu memaksakan untuk menaikan galon.
cxix
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hasil penilaian dari postur kerja MMH pada area 5 galon terhadap 20
pekerja dengan menggunakan metode RULA rata-rata memiliki nilai 7 pada
penilaian tabel grand skor, dengan katagori dalam action level 4 yang
menunjukan adanya penyelidikan dan perbaikan dibutuhkan sesegera mungkin
(mendesak). Hal tersebut dipengaruhi oleh postur tubuh saat bekerja, penggunaan
otot dan penggunaan tenaga. Penilian yang mempengaruhi postur tubuh adalah
sebagai berikut:
1. Punggung membungkuk disebabkan oleh ketinggian dari masing-masing
tingkatan. Terutama pada tingkat dasar punggung terlalu membungkuk
disebabkan tinggi palet di bawah ketinggian lutut.
2. Lengan tangan menjahui badan sehingga membentuk sudut yang besar jadi
penilaian menjadi besar yang disebabkan jarak antara posisi berdiri dengan
tujuan pengangkatan agak jauh seperti jarak antara pekerja terhadap konveyer,
pekerja dengan beban yang paling ujung, dan ketinggian pada saat peletakan
beban seperti penempatan pada tingkat kedua dan ketiga.
3. Modifikasi tubuh/badan ke samping tertekuk yang menambah penilaian
terhadap punggung yang disebabkan jarak pekerja dengan beban paling ujung
agak jauh.
4. Modifikasi pada lengan yaitu lengan atas keangkat/diculik sehingga sikap
108
cxx
menjadi canggung serta melintasi garis tengah atau ke luar dari sisi tubuh.
5. Posisi leher yang menunduk, menengadah dan tertekuk ke samping.
6. Pergelangan tangan yang tertekuk saat memegang dan pengangkatan beban
dengan tujuan agar beban tidak terlepas dari genggamannya.
7. Posisi kaki saat bekerja.
Selain postur kerja tersebut di atas, penggunaan otot postur statis juga
mempengaruhi dalam penilaian seperti kegiatan pengambilan beban saat di
konveyer. Serta penggunaan tenaga yaitu beban yang diangkat oleh pekerja
berkisar 20 kg dengan pengangkatan yang berulang/statis yang menyebabkan nilai
menjadi lebih tinggi saat penjumlahan dalam Skor A dan Skor B. Jadi dalam
penilaian grand score 100% sampel penelitian diperlukan perbaikan segera yaitu
baik metode, sikap dan postur tubuh saat bekerja.
B. Saran
1. Sebaiknya memperbaiki metode, sistem dan cara kerja yang biasa dilakukan
oleh pekerja palleting yang bisa dilihat pada tabel 30 dan tabel 31 pada
pembahasan.
2. Sebaiknya masalah dari penyebab ketidanyamanan pada pekerja hendaknya
perlu diperhatikan sehingga pekerja dapat bekerja dengan kinerja yang tinggi.
cxxi
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2008. A Health and Safety Guideline for Your Workplace Manual Material Handling. Industrial Accident Prevention Association. Diakses darihttp://www.iapa.ca
Anonim, 2009. Pengukuran Kerja Fisik Manusia Dengan Pendekatan Biomekanika. Laboraturium APK dan Ergonomi Universitas Islam Indonesia. Diakses dari apk.lab.uii.ac.id/download/modul/regular/Biomekanika.pdf
Grandjean, E. 1993. Fitting the Task to the Man, 4th ed, Taylor & Francis Inc,London.
Howard, John., Len Welsh, 2007. Ergonomic Guidelines for Manual Material Handling. Cal/OSHA Consultation Service Diakses dari http://www.cdc.gov/niosh/docs/2007-131/
Kevin Simonton, 2000. Lesson for Lifting and Moving Material. Washington State Departement of Labor and Industries. Diakses darihttp://www.lni.wa.gov/IPUB/417-129-000.pdf
Mardiyanto, 2008. Tugas Akhir Analisa Postur kerja Menggunakan Metode Rapid Upper Limb Assessment
McAtamney, L., E. N. Corlett, 1993. RULA : A survey method for the investigation of work related upper limb disorders. Applied Ergonomics, vol 24 (2), pp 94-1-99. Diakses dari http://www.rula.co.uk/
Niebel, B.W and Freivald, A. 1999. Methods Standards & Work Design, 10th
edition, International Edition.
Nurmianto, Eko. 1996. Ergonomi : Konsep Dasar dan Aplikasinya. SurabayaGuna Widya.
Pratiwi, Indah. 2005. “Evaluasi fasilitas kerja bagian finishing perusahaan mebeldengan metode rapid upper limb assessment“. Jurnal Ilmiah Teknik Industri. 04 (01), PP. 28-33.
Randall, Stephen.B, 2009. A Guide to Materials Handling and Back Safety. N.C. Department of Labor Occupational safety and Health Program
Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung. ALFABETA, CV.
cxxii
Sutalaksana, Iftikar Z, Anggawisastra, R, Tjakraatmja, John H. 1979. Tata CaraKerja. Bandung. Lab Ergonomi Institut Teknologi Bandung.
Tarwaka, Sudiajeng, L. dan Bakri, S.H.A. 2004. Ergonomi Untuk Kesehatan danKeselamatan Kerja dan Produktivitas. Surakarta.UNIBA Press.
Tarwaka, 2008. Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Surakarta : HARAPAN PRESS