ANALISIS PERUMUSAN DAN PENERAPAN SISTEM AKUNTANSI DENGAN PROGRAM GMATH-KOPERASI PADA KOPERASI MITRA KARSA, BOGOR Oleh RAHMA SARTIKA H24076103 PROGRAM SARJANA MANAJEMEN PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
107
Embed
Analisis Perumusan dan Penerapan Sistem Akuntansi dengan ... · kesulitan dalam menyusun laporan keuangan. Hal ini dikarenakan sistem pencatatan keuangan yang dilakukan masih sederhana
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
ANALISIS PERUMUSAN DAN PENERAPAN
SISTEM AKUNTANSI DENGAN PROGRAM GMATH-KOPERASI
PADA KOPERASI MITRA KARSA, BOGOR
Oleh
RAHMA SARTIKA
H24076103
PROGRAM SARJANA MANAJEMEN PENYELENGGARAAN KHUSUS
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010
ABSTRAK
RAHMA SARTIKA. H24076103. Analisis Perumusan dan Penerapan SistemAkuntansi dengan Program GMATH-KOPERASI pada Koperasi Mitra KarsaBogor. Di bawah bimbingan Jono M. Munandar dan Farida Ratna Dewi.
Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (KUKM) merupakan salah satu pilarperekonomian Indonesia. Peran dan kedudukannya sangat penting dalamperbaikan perekonomian. Hampir di setiap kota atau daerah terdapat koperasidengan beragam usahanya, tak terkecuali di Kota Bogor, Jawa Barat. Salah satukoperasi di Bogor yang masih aktif saat ini adalah Koperasi Mitra Karsa. Usahayang dijalankan antara lain usaha toko, simpan pinjam dan kantin.
Perkembangan usaha Koperasi Mitra Karsa menghadapi kendala dalam halpermodalan. Oleh karena itu, Koperasi Mitra Karsa membutuhkan penambahanmodal dari luar. Dimana untuk pengajuan pinjaman pada suatu lembagaperbankan dibutuhkan laporan keuangan. Namun Koperasi Mitra Karsa merasakesulitan dalam menyusun laporan keuangan. Hal ini dikarenakan sistempencatatan keuangan yang dilakukan masih sederhana hanya berupa pencatatanpenerimaan dan pengeluaran uang dalam kas, sehingga catatan keuangan yang adahanya menunjukkan saldo kas yang dimiliki Koperasi Mitra Karsa. Berdasarkanuraian diatas, maka tujuan dari permasalahan ini adalah : (1) Mengidentifikasitransaksi usaha yang terjadi dan laporan keuangan yang disusun oleh KoperasiMitra Karsa, (2) Membentuk suatu sistem akuntansi yang tepat untuk KoperasiMitra Karsa, (3) Menerapkan sistem akuntansi menggunakan program GMATH-KOPERASI pada Koperasi Mitra Karsa. (4) Mengevaluasi efektivitas danefisiensi program GMATH-KOPERASI setelah diterapkan dalam jangka waktutertentu pada Koperasi Mitra karsa.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan datasekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan pihakmanajemen Koperasi Mitra Karsa sedangkan data sekunder yang digunakanbersumber dari buku-buku referensi perpustakaan, internet, dan DinasPerindustrian Perdagangan dan Koperasi. Metode pengambilan data yangdigunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling, yaitu pengambilandilakukan secara sengaja. Data yang akan digunakan dalam sistem akuntansiadalah data yang terurut berdasarkan tanggal transaksi. Secara teoritis penelitianini tidak menggunakan sampel tetapi lebih kepada studi kasus.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan transaksi-transaksi yangsering terjadi pada Koperasi Mitra Karsa antara lain penjualan, pinjaman anggota,penerimaan simpanan anggota, dan cicilan pinjaman. Proses pembentukan modelsistem akuntansi di Koperasi Mitra Karsa dimulai dari pengklasifikasian akun,pembentukan form neraca saldo awal, jurnal umum, buku besar serta laporan labarugi dan neraca. Model sistem yang dibuat disesuaikan dengan transaksi keuanganKoperasi Mitra Karsa dan dilakukan dengan menggunakan program GMATH-KOPERASI.
Berdasarkan penerapan sistem akuntansi yang telah dilakukan denganGMATH-KOPERASI pada neraca bulan Januari 2009 terjadi peningkatan. Hal inidapat dibandingkan dari data pada awal periode (1 Januari 2009) dengan periodeakhir (31 Januari 2009). Pada awal periode total yang diperoleh adalah
Rp. 698.216.613 dan pada akhir periode nilai neraca adalah Rp. 748.545.885,58.Terjadi peningkatan senilai Rp. 50.329.272,58. Dari data yang ada pada bulanJanuari 2009 dihasilkan total nilai transaksi Rp. 353.683.176,42. Sisa Hasil Usahaatau laba periode berjalan yang yang dihasilkan senilai Rp. 19.742.172,58.Penilaian keefektifan dan keefisienan pencatatan keuangan Koperasi Mitra Karsadengan menggunakan Program GMATH-KOPERASI yang dilakukan melaluipenyebaran kuesioner pada pihak Koperasi Mitra Karsa disimpulkan bahwa rata-rata responden berpendapat dengan menggunakan program GMATH-KOPERASI,pencatatan dan pelaporan keuangan Koperasi Mitra Karsa lebih baik dibandingkanpencatatan secara manual yang selama ini digunakan oleh Koperasi Mitra Karsa.
ANALISIS PERUMUSAN DAN PENERAPAN
SISTEM AKUNTANSI DENGAN PROGRAM GMATH-KOPERASI
PADA KOPERASI MITRA KARSA, BOGOR
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI
pada Program Sarjana Manajemen Penyelenggaraan Khusus
Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Oleh
RAHMA SARTIKA
H24076103
PROGRAM SARJANA MANAJEMEN PENYELENGGARAAN KHUSUS
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010
Judul Skripsi : Analisis Perumusan dan Penerapan Sistem Akuntansi Dengan
(Dr. Ir. Jono M.Munandar, M.Sc)NIP. 19610123 198601 1 002
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor, Jawa Barat pada tanggal 19 Mei 1986.
Penulis merupakan puteri ketiga dari empat bersaudara pasangan Bapak Ruhiyat
dan Ibu Ermis Suhermy. Pada tahun 1992 penulis masuk Sekolah Dasar Rimba
Putera dan lulus tahun 1998. Penulis kemudian melanjutkan ke Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama Negeri 6 Bogor dan lulus tahun 2001. Pada tahun yang sama
penulis melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Umum Negeri 2 Bogor
dan lulus tahun 2004.
Pada tahun 2004 penulis diterima menjadi mahasiswa Diploma III
Program Studi Manajemen Bisnis Koperasi, Institut Pertanian Bogor dan lulus
pada tahun 2007 dengan memperoleh predikat terbaik III pada Program Studi
Manajemen Bisnis Koperasi. Selama menempuh pendidikan, penulis telah
mengikuti kegiatan praktek lapang di PRIMKOPAD YONIF 300/RBK Cianjur
dan PT. Liza Herbal International Bogor, Jawa Barat. Pada tahun yang sama
penulis melanjutkan pendidikan ke Program Sarjana Manajemen Penyelenggaraan
Khusus, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Insitut Pertanian Bogor.
KATA PENGANTAR
Alhamdullilahirabbil Alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT atas rahmat, anugerah dan hidayah-Nya yang dilimpahkan
kepada penulis selama ini sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
judul Analisis Perumusan dan Penerapan Sistem Akuntansi Dengan Program
GMATH-KOPERASI Pada Koperasi Mitra Karsa Bogor.
Skripsi ini sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Program Sarjana Penyelenggaraan Khusus, Departemen Manajemen, Fakultas
Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan kali ini
penulis berterima kasih kepada :
1. Orang tua yang selalu mendukung doa dan materi dalam penyelesaian
studi.
2. Bapak Dr. Ir. Jono M. Munandar dan Farida Ratna Dewi, SE. MM selaku
dosen pembimbing yang telah memberikan masukan, motivasi, arahan dan
bimbingannya dalam penyelesaian skripsi.
3. Bapak Ir. Rachman Effendi, MSc dan Drs. Mansyuri serta keluarga besar
Koperasi Mitra Karsa Bogor yang berkenan memberikan kesempatan
untuk dijadikan objek penelitian.
4. Pegawai dan staf sekretariat Ekstensi Manajemen yang selalu
menjembatani setiap kegiatan perkuliahan dan pada masa bimbingan.
5. Ibu Heti Mulyati, STP. MT. selaku dosen penguji.
6. Teman-teman dan sahabat yang selalu memberikan dukungan, dorongan
dan semangat.
Penulis menyadari bahwa Skripsi ini tidak lepas dari kekurangan, maka
kritik dan saran sangat penulis harapkan agar dapat menuju perubahan yang lebih
baik lagi. Semoga sebuah karya ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya.
Bogor, Februari 2010
Penulis
DAFTAR ISI
HalamanABSTRAKRIWAYAT HIDUP ........................................................................................ iiiKATA PENGANTAR .................................................................................... ivDAFTAR ISI ................................................................................................... vDAFTAR TABEL .......................................................................................... viiDAFTAR GAMBAR ......................................................................................viiiDAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. ix
I. PENDAHULUAN ..................................................................................... 11.1. Latar Belakang .................................................................................... 11.2. Rumusan Masalah ............................................................................... 41.3. Tujuan Penelitian................................................................................. 51.4. Manfaat Penelitian............................................................................... 51.5. Batasan Penelitian ............................................................................... 5
II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 62.1. Koperasi............................................................................................... 6
2.1.1 Pengertian....................................................................................... 62.1.2 Prinsip ............................................................................................ 72.1.3 Asas ............................................................................................... 82.1.4 Jenis dan Bentuk ........................................................................... 82.1.5 Modal ............................................................................................ 10
2.2. Akuntansi ............................................................................................ 112.3. Akuntansi Berbasis Komputer ............................................................ 112.4. Sistem Akuntansi ................................................................................ 122.5. Akun Dalam Koperasi ......................................................................... 13
2.6. Kode Akun ......................................................................................... 162.7. Laporan Keuangan ............................................................................. 202.8. Pengertian Efektifitas dan Efisiensi ................................................... 212.9. Penelitian Terdahulu ........................................................................... 22
III. METODOLOGI PENELITIAN ............................................................ 233.1. Kerangka Pemikiran ............................................................................ 233.2. Lokasi dan Waktu Penelitian............................................................... 253.3. Jenis Data dan Sumber Data................................................................ 263.4. Metode Pengumpulan Data ................................................................. 263.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data................................................ 26
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 304.1. Profil Koperasi .................................................................................... 30
4.1.1 Sejarah Koperasi Mitra Karsa ........................................................ 32
4.1.2 Struktur Organisasi ........................................................................ 324.1.3 Kegiatan Usaha Koperasi Mitra Karsa........................................... 344.1.4 Keuangan........................................................................................ 36
4.2. Sistem Akuntansi di Koperasi Mitra Karsa ......................................... 374.3. Program Akuntansi GMATH-KOPERASI ........................................ 384.4. Siklus Kerja Model Sistem Akuntansi ............................................... 394.5. Pembentukan Model Sistem Akuntansi .............................................. 41
No Halaman1. Jumlah koperasi di Bogor Tahun 2004-2009 ............................................... 32. Contoh kode numerial .................................................................................. 173. Contoh kode kelompok ................................................................................ 184. Contoh kode blok ......................................................................................... 195. Klasifikasi nomor dan nama akun di koperasi Mitra Karsa ......................... 426. Biaya penyusutan aktiva tetap koperasi Mitra Karsa Januari 2009 ............. 527. Jenis-jenis transaksi...................................................................................... 528. Kriteria efektivitas dan Efisiensi penggunaan program
No Halaman1. Kode akun kelompok ................................................................................... 182. Kerangka pemikiran penelitian .................................................................... 253. Diagram sistem akuntansi ............................................................................ 294. Struktur organisasi koperasi Mitra Karsa..................................................... 345. Tampilan utama program GMATH-KOPERASI......................................... 396. Urutan sistem akuntansi ............................................................................... 417. Tampilan set up akun dan saldo awal ......................................................... 448. Tampilan set up jurnal umum ...................................................................... 469. Tampilan membuka buku besar ................................................................... 4710. Tampilan membuka laporan laba rugi.......................................................... 4811. Tampilan ketika membuka neraca ............................................................... 5012. Grafik kuesioner........................................................................................... 55
DAFTAR LAMPIRAN
No Halaman1. Daftar pertanyaan wawancara ...................................................................... 602. Saldo awal koperasi Mitra Karsa bulan Januari 2009 .................................. 623. Jurnal umum koperasi Mitra Karsa bulan Januari 2009............................... 634. Buku besar kas koperasi Mitra Karsa bulan Januari 2009 ........................... 825. Laporan laba rugi koperasi Mitra Karsa bulan Januari 2009 ....................... 886. Laporan neraca saldo awal koperasi Mitra Karsa bulan Januari 2009......... 897. Laporan neraca akhir koperasi Mitra Karsa bulan Januari 2009.................. 908. Kuesioner penelitian .................................................................................... 91
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (KUKM) merupakan salah satu
pilar perekonomian Indonesia. Peran dan kedudukannya sangat penting
dalam perbaikan perekonomian, baik ditinjau dari segi jumlah usaha, segi
penciptaan lapangan kerja maupun dari segi pertumbuhan ekonomi nasional.
Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (KUKM) juga terbukti menjadi katup
pengaman perekonomian nasional dalam krisis ekonomi, serta menjadi
dinamisator pertumbuhan ekonomi pasca krisis ekonomi.
Selama tahun 2000 sampai 2003 peranan usaha mikro, kecil dan
menengah dalam penciptaan nilai tambah terus meningkat dari 54,51 persen
pada tahun 2000 menjadi 56,72 persen pada tahun 2003. Sebaliknya peranan
usaha besar semakin berkurang dari 45,49 persen pada tahun 2000 menjadi
43,28 persen pada tahun 2003. Usaha kecil menengah menyediakan 43,8
persen kebutuhan barang dan jasa nasional, sementara usaha besar 42,1
persen dan impor 14,1 persen (Wahyono, 2009).
Dalam masa itu, pertumbuhan ekonomi usaha mikro dan kecil sebesar
4,1 persen, usaha menengah tumbuh sebesar 5,1 persen sedang usaha besar
hanya tumbuh 3,5 persen. Pertumbuhan usaha mikro kecil dan menengah
telah meningkatkan kontribusi untuk pertumbuhan ekonomi nasional sebesar
2,37 persen dari total pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 4,1 persen.
Usaha mikro, kecil dan menengah memiliki keunggulan pertumbuhan PDB
dalam sektor sekunder yang tumbuh masing-masing sebesar 5,60 persen,
4,65 persen dan 5,36 persen pada periode 2001-2003, sedang usaha besar
hanya tumbuh sebesar 3,36 persen, 3,60 persen dan 4,04 persen pada periode
yang sama. Melihat perkembangannya tersebut, usaha mikro, kecil dan
menengah di sektor sekunder dan tersier relatif potensial dikembangkan di
masa mendatang mengingat memiliki pertumbuhan ekonomi yang tinggi.
(Wahyono, 2009).
Sesuai dengan amanat pasal 33 UUD 1945 ayat 1 bangun usaha yang
sesuai dengan asas kekeluargaan adalah koperasi. Salah satu peraturan yang
mengatur tentang perkoperasian adalah UU No. 25 Tahun 1992. Undang-
undang ini menyatakan bahwa koperasi merupakan gerakan ekonomi rakyat
yang berperan serta untuk mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan
makmur dalam tata perekonomian nasional yang disusun sebagai usaha
bersama berdasar asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi. Sebagai bagian
integral dari perekonomian nasional koperasi mempunyai peran penting
dalam menumbuhkan dan mengembangkan potensi ekonomi rakyat. Melihat
peran dan kedudukannya tersebut, maka koperasi diharapkan dapat lebih
menunjukkan hasil yang lebih baik daripada yang selama ini telah dicapai.
Dalam hal ini juga diperlukan peran serta pemerintah dan masyarakat untuk
turut mengembangkan koperasi.
Sebagaimana diungkapkan Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono
dalam pidato sambutan peringatan HUT Koperasi Ke-62 tanggal 15 Juli
2009, yang mengemukakan bahwa Koperasi serta Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah (KUKM) memiliki peranan yang penting bagi perekonomian
Indonesia di masa depan terlepas dari makin globalnya perekonomian dunia.
Mengingat hal tersebut maka Presiden SBY menyerukan masyarakat
Indonesia untuk melakukan gerakan “go local” dengan menghidupkan dan
mengembangkan koperasi serta usaha kecil dan menengah (KUKM) ke
seluruh tanah air dalam upaya mengurangi kemiskinan, pengangguran dan
meningkatkan kesejahteraan rakyat. (www.sinarharapan.com, 2009).
Masyarakat tentu sudah tidak asing lagi dengan koperasi, hampir di
setiap kota atau daerah terdapat berbagai macam koperasi dengan beragam
usahanya, tak terkecuali di Kota Bogor, Jawa Barat. Jenis-jenis koperasi
antara lain Koperasi Konsumsi, Koperasi Waserda, Koperasi Kredit (Simpan
Pinjam), Koperasi Produksi, Koperasi Jasa, dan Koperasi Serba Usaha.
Setiap tahun jumlah koperasi terus bertambah. Namun pada kenyataannya,
banyak koperasi yang vakum atau mati suri. Badan hukumnya ada, tetapi
vakum aktivitasnya. Faktor-faktor yang menyebabkan koperasi vakum
kegiatan, antara lain karena rendahnya kualitas sumber daya manusia (SDM),
kelembagaan, pemasaran, permodalan, pengelolaan keuangan yang belum
tertib, keterbatasan jaringan dan lemahnya kemampuan mengakses teknologi
informasi (www.mediaindonesia, 2009).
Perkoperasian di Bogor juga mengalami hal yang sama meski jumlah
koperasi terus meningkat dari tahun ke tahun tetapi koperasi yang vakum
setiap tahun hampir ± 30 persen dari jumlah keseluruhan koperasi yang
terdaftar di Departemen Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Bogor.
Perkembangan jumlah koperasi di Bogor pada tahun 2004-2009 dapat dilihat
pada Tabel 1.
Tabel 1. Jumlah Koperasi di Bogor Tahun 2004-2009
Tahun Jumlah Koperasi Yang Aktif Yang Pasif/Vakum
2004 679 201 478
2005 695 209 486
2006 709 212 497
2007 733 218 515
2008 745 221 524
2009 755 236 519
Sumber : Deprindagkop Bogor, 2009
Salah satu penyebab kevakuman koperasi di Bogor adalah
permodalan dimana koperasi masih menghadapi kendala yang cukup serius.
Banyak koperasi yang akhirnya gulung tikar karena tidak dapat meneruskan
atau mengembangkan usahanya yang disebabkan kurangnya modal.
Pemerintah sebenarnya sudah mengupayakan untuk meningkatkan modal
Koperasi serta Usaha Kecil dan Menengah (KUKM), salah satunya adalah
melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang bekerjasama dengan beberapa
perbankan dalam menyalurkan kredit. Akan tetapi, baru sedikit Koperasi dan
Usaha Kecil Menengah yang mendapat pinjaman dari perbankan karena tidak
dapat memenuhi persyaratan atau prosedur pengajuan pinjaman secara
lengkap. Alasan yang mendasar adalah koperasi tersebut tidak dapat
menunjukkan bukti operasional dan keuntungan koperasi sebagai badan
usaha dalam bentuk laporan keuangan.
Sebagaimana salah satu syarat pengajuan kredit pada perbankan
adalah menyertakan laporan keuangan, dimana laporan tersebut digunakan
sebagai dasar pertimbangan perbankan dalam menerima atau menolak
pengajuan kredit. Kurangnya kemampuan manajerial dalam bidang keuangan
tidak hanya berdampak pada sisi eksternal saja, dalam hal ini untuk
mendapatkan modal dari luar, namun pelaporan keuangan yang dibuat juga
sebagai acuan perusahaan untuk mengetahui secara pasti keadaan keuangan
perusahaan dan bagaimana kinerjanya secara pasti, sehingga dapat digunakan
sebagai acuan untuk perencanaan perusahaan ke depan.
Sama halnya dengan Koperasi Mitra Karsa Bogor yang kekurangan
modal sehingga tidak dapat mengembangkan bisnisnya serta memenuhi
permintaan pinjaman para anggota dengan jumlah yang besar. Untuk
mengembangkan usahanya maka Koperasi Mitra Karsa membutuhkan
penambahan modal dari luar. Namun Koperasi Mitra Karsa merasa kesulitan
dalam menyusun laporan keuangan. Hal ini dikarenakan sistem pencatatan
keuangan yang dilakukan masih sederhana hanya berupa pencatatan
penerimaan dan pengeluaran uang dalam kas, sehingga catatan keuangan
yang ada hanya menunjukkan saldo kas yang dimiliki Koperasi Mitra Karsa.
Padahal dalam kenyataannya, pihak yang memberikan pinjaman kredit pada
Koperasi Mitra Karsa membutuhkan laporan keuangan yang dapat
menggambarkan keadaan keuangan Koperasi Mitra Karsa secara
menyeluruh. Oleh karena itu, Koperasi Mitra Karsa membutuhkan sistem
informasi akuntansi yang dapat membantu dalam penyusunan database dan
laporan keuangan perusahaan. Tidak hanya untuk pengajuan kredit saja tetapi
juga untuk membenahi administrasi yang masih kurang terorganisir yang
berakibat sulitnya mengambil suatu keputusan manajemen yang tepat.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka rumusan masalah yang berkaitan
dengan penelitian ini adalah :
1. Bagaimana transaksi usaha yang terjadi dan laporan keuangan yang
disusun oleh Koperasi Mitra Karsa?
2. Bagaimanakah sistem akuntansi yang tepat untuk Koperasi Mitra Karsa?
3. Bagaimana penerapan sistem akuntansi program GMATH-KOPERASI
setelah disusun?
4. Bagaimana keefektifan dan keefisenan program GMATH-KOPERASI
tersebut setelah diterapkan dalam jangka waktu tertentu pada Koperasi
Mitra Karsa?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengidentifikasi transaksi usaha yang terjadi dan laporan keuangan yang
disusun oleh Koperasi Mitra Karsa.
2. Membentuk suatu sistem akuntansi yang tepat untuk Koperasi Mitra
Karsa.
3. Menerapkan sistem akuntansi menggunakan program GMATH-
KOPERASI pada Koperasi Mitra Karsa.
4. Mengevaluasi efektivitas dan efisiensi program GMATH-KOPERASI
tersebut setelah diterapkan dalam jangka waktu tertentu pada Koperasi
Mitra Karsa.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah :
1. Bagi Koperasi, sistem akuntansi ini dapat membantu dalam pembenahan
data-data administrasi sehingga menjadi lebih rapi dan terorganisir serta
membantu dalam pembuatan laporan keuangan.
2. Bagi Peneliti lanjutan, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai
bahan referensi dan acuan dalam penyusunan skripsi ataupun studi pustaka
untuk pengalaman topik di bidang keuangan.
1.5. Batasan Penelitian
Penerapan model sistem akuntansi program GMATH-KOPERASI
pada penelitian ini hanya diterapkan dalam transaksi atau kegiatan keuangan
Koperasi Mitra Karsa selama satu bulan yakni pada bulan Januari 2009.
Penelitian ini hanya membahas sistem akuntansi Program GMATH-
KOPERASI dan tidak membahas sistem akuntansi sejenis lainnya.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Koperasi
2.1.1 Pengertian
Koperasi berasal dari bahasa Latin Coopere, yang dalam
bahasa Inggris disebut Cooperation. Co berarti bersama dan operation
berarti bekerja, jadi cooperation berarti bekerja sama. Dalam hal ini,
kerja sama tersebut dilakukan oleh orang-orang yang mempunyai
kepentingan dan tujuan yang sama (Sitio dan Tamba, 2001).
Terdapat beberapa definisi koperasi yang selama ini dikenal.
International Labour Organization dalam Sitio dan Tamba (2001)
mengemukakan bahwa Cooperative defined as an association of
persons usually of limited means, who have voluntary joined together
to achieve a common economic end through the formation of a
democratically contolled business organization, making equitable
contribution to the capital required and accepting a fair share of the
risk and benefits of the undertaking.
Chaniago dalam Sitio dan Tamba (2001), mendefinisikan
koperasi sebagai suatu perkumpulan yang beranggotakan orang-orang
atau badan hukum, yang memberikan kebebasan kepada anggota untuk
masuk dan keluar. Bekerjasama secara kekeluargaan menjalankan
usaha untuk mempertinggi kesejahteraan jasmaniah para anggotanya.
Menurut Hatta yang terkenal dengan julukan Bapak Koperasi
Indonesia dalam Sitio dan Tamba (2001) mengemukakan bahwa
koperasi adalah usaha bersama untuk memperbaiki nasib penghidupan
ekonomi berdasarkan tolong menolong. Semangat tolong menolong
tersebut didorong oleh keinginan memberi jasa kepada kawan
berdasarkan seorang buat semua dan semua buat seorang.
Pengertian koperasi juga tertuang dalam UU No. 25 Tahun
1992 tentang Perkoperasian. Menurut Undang-Undang ini, koperasi
adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan
hukum koperasi, berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai
gerakan ekonomi rakyat, yang berdasar atas azas kekeluargaan.
2.1.2 Prinsip
Prinsip koperasi adalah ketentuan-ketentuan pokok yang
berlaku dalam koperasi dan dijadikan sebagai pedoman kerja koperasi
(Sitio dan Tamba, 2001). Pada dasarnya, prinsip-prinsip koperasi
sekaligus merupakan jati diri atau ciri khas koperasi tersebut. Adanya
prinsip koperasi ini menjadikan watak koperasi sebagai badan usaha
berbeda dengan badan usaha lain.
Prinsip koperasi yang berlaku di Indonesia saat ini adalah yang
termuat pada pasal 5 UU No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian.
Adapun prinsip koperasi menurut UU No. 25 Tahun 1992 adalah
sebagai berikut :
1. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka.
Anggota koperasi tidak dapat dipaksakan oleh siapapun. Keputusan
seseorang untuk menjadi anggota koperasi hasrus berdasarkan pada
kesadaran dan kesiapan untuk menanggung resiko yang timbul dari
keputusannya tersebut. Keanggotaan koperasi tidak dilakukan
pembatasan atau diskriminasi dalam bentuk apapun.
2. Pengelolaan dilakukan secara demokratis.
Pengelolaan koperasi dilakukan atas kehendak dan keputusan para
anggota dan terhadap seluruh anggotanya, koperasi wajib
melaksanakan manajemen yang terbuka.
3. Pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU) dilakukan secara adil
sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota.
4. Pemberian balas jasa yang terbatas pada modal
Balas jasa terhadap modal yang diberikan kepada para anggota
ataupun sebaliknya terbatas, tidak semata-mata atas besarnya
modal yang diberikan. Yang dimasud dengan terbatas adalah wajar
dalam arti tidak melebihi suku bunga yang berlaku di pasar,
sebagai nilai pengganti terhadap pengorbanan anggota.
5. Kemandirian
Koperasi dapat berdiri sendiri tanpa tergantung pada pihak lain,
yang dilandasi oleh kepercayaan pada pertimbangan, keputusan,
kemampuan dan usaha sendiri. Prinsip kemandirian mengharuskan
para anggota untuk berpartisipasi sebesar-besarnya terhadap
koperasi, baik dalam kedudukannya sebagai pemilik maupun
sebagai pengguna jasa.
6. Pendidikan perkoperasian
Melalui pendidikan, anggota dipersiapkan dan dibentuk untuk
menjadi anggota yang memahami serta menghayati nilai-nilai dan
prinsip-prinsip serta praktik-praktik koperasi yang benar.
7. Kerjasama antar koperasi
Kerjasama antar koperasi dimaksudkan untuk saling memanfaatkan
kelebihan dan menghilangkan kelemahan yang ada, sehingga hasil
akhir dapat dicapai secara optimal. Kerjasama tersebut diharapkan
akan saling menunjang dalam pendayagunaan sumber daya yang
terbatas.
2.1.3 Asas
Koperasi Indonesia memiliki asas kekeluargaan dan
kegotongroyongan. Asas kekeluargaan mencerminkan adanya
kesadaran dan budi hati nurani manusia untuk bekerjasama dalam
koperasi oleh semua untuk semua, di bawah pimpinan pengurus serta
pemilikan dari para anggota atas dasar kebenaran dan keadilan serta
keberanian berkorban bagi kepentingan bersama.
Asas kegotongroyongan menunjukkan bahwa pada koperasi terdapat
keinsyafan dan semangat bekerjasama, rasa bertanggungjawab
bersama tanpa memikirkan diri sendiri melainkan selalu untuk
kesejahteraan bersama (Anoraga dan Widiyanti, 2003).
2.1.4 Jenis dan Bentuk
Berbagai jenis koperasi lahir seirama dengan aneka jenis usaha
untuk memperbaiki kehidupan. Menurut Anoraga dan Widiyanti
(2003), koperasi dapat dibagi menjadi lima golongan, yaitu :
1. Koperasi Konsumsi
Koperasi konsumsi merupakan koperasi yang mengusahakan
kebutuhan sehari-hari. Tujuan koperasi konsumsi adalah agar
anggota-anggotanya dapat membeli barang-barang konsumsi
dengan kualitas yang baik dan harga yang layak. Pihak-pihak yang
mendirikan koperasi konsumsi ini biasanya adalah pegawai negeri,
buruh, karyawan dan anggota Angkatan Bersenjata Republik
Indonesia (ABRI) yang berusaha memperoleh barang-barang
kebutuhan sehari-hari dengan mudah dan murah.
2. Koperasi Kredit/Koperasi Simpan Pinjam
Koperasi kredit/koperasi simpan pinjam adalah koperasi yang
bergerak dalam lapangan usaha pembentukan modal melalui
tabungan-tabungan para anggota secara teratur dan terus-menerus
untuk kemudian dipinjamkan kepada para anggota dengan cara
mudah, murah, cepat dan tepat untuk tujuan produktif dan
kesejahteraan.
3. Koperasi Produksi
Koperasi produksi adalah koperasi yang bergerak dalam bidang
kegiatan ekonomi pembuatan dan penjualan barang-barang, baik
yang dilakukan oleh koperasi sebagai organisasi maupun orang-
orang anggota koperasi.
4. Koperasi Jasa
Koperasi jasa adalah koperasi yang berusaha di bidang penyediaan
jasa tertentu bagi para anggota maupun masyarakat umum.
5. Koperasi Serba Usaha/Koperasi Unit Desa (KUD)
KUD bertujuan untuk mengembangkan ideologi dan kehidupan
perkoperasian serta kesejahteraan anggota khususnya, kemampuan
daya kreasi, usaha anggota untuk meningkatkan produksi dan
penjualan. Yang menjadi anggota KUD adalah orang-orang yang
bertempat tinggal atau menjalankan usahanya di wilayah unit desa
yang merupakan daerah kerja KUD.
Menurut Partomo dan Soejoedono (2002), koperasi juga dapat
dibedakan menurut bentuknya, yaitu :
1. Koperasi Primer
Koperasi yang anggotanya adalah orang-orang (minimal 20) yang
memiliki kesamaan kepentingan ekonomi dan melakukan kegiatan
usaha yang langsung melayani para anggotanya tersebut.
2. Koperasi Sekunder
Koperasi yang beranggotakan badan-badan hukum koperasi
(minimal tiga) karena kesamaan kepentingan ekonomis mereka
berfederasi (bergabung) untuk tujuan efesiensi dan kelayakan
ekonomis dalam rangka melayani para anggotanya
Adapun jenis koperasi menurut status hukum yang dimilikinya
dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu :
1. Koperasi berbadan hukum (Koperasi Formal)
Koperasi yang telah memiliki badan hukum koperasi dan
karenanya dapat melakukan badan hukum koperasi dan melakukan
tindakan hukum yang berkenaan dengan seluruh kegiatan
usahanya.
2. Lembaga kerjasama ekonomi masyarakat yang belum atau tidak
berbadan hukum. Yaitu kegiatan kerjasama ekonomi masyarakat
karena kesamaan kebutuhan atau kepentingan ekonomi di antara
para anggotanya.
2.1.5 Modal
Menurut pasal 41 dan 42 UU No. 25 Tahun 1992, modal
koperasi terdiri dari modal sendiri, modal pinjaman, dan modal
penyertaan. Modal sendiri dapat berasal dari simpanan pokok,
simpanan wajib, dana cadangan dan hibah. Sedangkan modal pinjaman
dapat berasal dari anggota, koperasi lainnya dan atau anggotanya,
Bank dan lembaga keuangan lainnya, penerbitan obligasi dan surat
hutang lainnya, serta sumber lain yang sah.
2.2. Akuntansi
Menurut American Accounting Association dalam Soemarso (1999)
menyatakan bahwa akuntansi adalah proses mengidentifikasikan, mengukur
dan melaporkan informasi ekonomi, untuk memungkinkan adanya penilaian
dan keputusan yang jelas dan tegas bagi mereka yang menggunakan
informasi tersebut. Definisi ini mengandung pengertian bahwa akuntansi
merupakan proses yang terdiri dari identifikasi, pengukuran dan pelaporan
informasi ekonomi yang diharapkan berguna dalam penilaian dan
pengambilan keputusan mengenai kesatuan usaha yang bersangkutan.
Secara umum, akuntansi dapat didefinisikan sebagai sistem informasi
yang menghasilkan laporan kepada pihak-pihak yang berkepentingan
mengenai aktivitas ekonomi dan kondisi perusahaan. Proses dimana
akuntansi menghasilkan informasi adalah sebagai berikut : pertama,
perusahaan mengidentifikasi pihak-pihak yang berkepentingan. Kemudian
perusahaan mengetahui kebutuhan informasi mereka dan rancangan sistem
akuntansinya guna pemenuhan kebutuhan informasi tersebut. Akhirnya
sistem akuntansi mencatat data ekonomi mengenai kegiatan perusahaan dan
hal-hal yang terjadi pada perusahaan, yang hasilnya dilaporkan kepada
pihak-pihak yang berkepentingan sesuai dengan kebutuhan informasi mereka
(Warren, 2006).
2.3. Akuntansi Berbasis Komputer
Awal tahun 1990-an di tengah maraknya penggunaan komputer
pribadi, pengguna komputer di Indonesia mulai mengenal program aplikasi
akuntansi berbasis sistem operasi DOS (Disk Operating System). Saat itu
program yang paling populer adalah DacEasy Accounting (DEA). DEA
merupakan metode yang pertama dikenal dan diajarkan di beberapa
perguruan tinggi maupun lembaga kursus. Sejalan dengan perekembangan
teknologi informasi. Sistem operasi komputer mulai bergeser ke windows.
Program aplikasi lain mulai dikenal seperti MYOB, Peschtree, Accpacc,
Simply Accounting, Platinum, Accounting Professional, dan Quick Book
yang merupakan produk luar negeri. Program aplikasi akuntansi buatan
Indonesia antara lain Accurate2000, Zahir Accounting dan Jamparing (Arifin
dan Wicaksono, 2006).
Prosedur pengoperasian aplikasi akuntansi komputer sebenarnya
tidak jauh berbeda dengan akuntansi manual seperti pengaturan awal periode
akuntansi, menyiapkan nama akun, nama pemasok, nama pelanggan,
pencatatan data barang, mengatur akun penghubung dan saldo awal. Setelah
pencatatan data awal selesai, pengguna sudah dapat mencatat transaksi dan
hanya sebagian kecil transaksi yang dicatat dalam jurnal seperti akuntansi
manual. Hanya dengan sekali input data, pengguna sudah dapat memperoleh
laporan keuangan berupa neraca, laporan laba rugi, rincian piutang maupun
hutang, mutasi barang dan sebagainya setiap saat diperlukan (Arifin dan
Wicaksono, 2006).
2.4. Sistem Akuntansi
Menurut Chairul (2002), sistem akuntansi merupakan gabungan dari
formulir-formulir, catatan, prosedur-prosedur, dan alat-alat yang digunakan
untuk mengolah data dalam suatu badan usaha, dengan tujuan menghasilkan
informasi-informasi keuangan yang diperlukan oleh manajemen dalam
mengawasi usahanya atau untuk pihak-pihak lain yang berkepentingan.
Formulir atau dokumen merupakan media untuk merekam suatu
transaksi keuangan yang terjadi, yang berfungsi sebagai bukti adanya
transaksi. Sedangkan catatan adalah pembukuan yang diselenggarakan oleh
bagian akuntansi untuk mencatat seluruh transaksi yang terjadi sepanjang
masa. Jadi sistem akuntansi adalah sarana pengawasan manajemen yang
dilaksanakan melalui prosedur tata kerja yang mengacu pada struktur
organisasi, dengan perlengkapan media formulir-formulir dan cara
pencatatan yang tepat untuk menghasilkan informasi keuangan yang benar
yang biasanya diwujudkan dalam bentuk neraca, perhitungan laba rugi dan
arus kas serta laporan manajemen yang lain.
2.5. Akun Dalam Koperasi
Akun merupakan suatu alat untuk mencatat transaksi keuangan yang
bersangkutan dengan aktiva, kewajiban, ekuitas, pendapatan, dan beban atau
biaya. Tujuan penggunaan akun untuk mencatat data transaksi yang menjadi
dasar dalam menyusun laporan keuangan. Akun memberikan informasi
tentang aktivitas perusahaan dari hari ke hari (Arifin dan Wicaksono, 2006).
Sedangkan menurut Ridho Assegaf menyatakan bahwa akun atau perkiraan
adalah pos-pos yang digunakan untuk menyimpulkan seluruh kenaikan dan
penurunan untuk harta tertentu seperti kas atau harta, hutang, modal,
pendapatan dan biaya (www.ridhoassegaf.com, 2006).
Menurut Sitio dan Tamba (2001), secara umum akun-akun dalam
koperasi adalah sebagai berikut :
2.5.1 Akun Harta
Harta adalah benda baik yang memiliki wujud maupun yang
semu yang dimiliki oleh perusahaan. Klaim atas harta yang tidak
berwujud disebut ekuitas/equities yang dapat mendatangkan manfaat di
masa depan (Sitio dan Tamba, 2001).
1. Kas dan Bank
a. Kas adalah alat pembayaran yang siap dan bebas digunakan
untuk membiayai kegiatan umum perusahaan.
b. Bank adalah sisa rekening giro perusahaan yang dapat
dipergunakan untuk membiayai kegiatan umum perusahaan.
Sesuai dengan kondisi di lapangan bahwa pos kas dan bank
dalam neraca koperasi dapat digolongkan menjadi :
a. Kas dan bank milik koperasi yang penggunaannya tidak
dibatasi.
b. Kas dan bank milik koperasi yang wewenang penggunaannya
dibatasi.
c. Kas dan bank atas nama koperasi (titipan) dan oleh karena itu
wewenang penggunaannya dibatasi.
Berdasarkan standar akuntansi keuangan koperasi, kas dan
bank milik koperasi yang wewenang penggunaannya dibatasi dan
disajikan secara terpisah dan diklasifikasikan sebagai aktiva lancar
atau aktiva jangka panjang tergantung pada jangka waktu
pembatasannya. Kemudian, kas dan bank bukan milik koperasi
disajikan secara terpisah sebagai aktiva titipan.
2. Piutang
Piutang pada koperasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Piutang yang timbul karena penjualan produk atau jasa kepada
anggota. Piutang ini harus disajikan secara terpisah di neraca
sebagai piutang dari anggota.
b. Piutang yang timbul karena penjualan produk atau jasa kepada
bukan anggota.
c. Piutang kepada koperasi lain.
d. Piutang yang timbul sehubungan dengan pembagian sisa hasil
usaha dari koperasi lain yang pencairannya tergatung pada
persyaratan yang disepakati. Piutang ini mengandung
ketidakpastian sehingga dicatat dan diakui pada saat telah pasti
realisasinya.
3. Persediaan
Persediaan pada koperasi dapat diklasifikasikan menjadi
persediaan komoditi program dan komoditi umum (nonprogram).
Komoditi program adalah komoditi yang memperoleh fasilitas dari
pemerintah. Berdasarkan standar akuntansi keuangan koperasi,
persediaan komoditi program dinilai sebesar jumlah kewajiban
kepada pihak ketiga ditambah dengan dana-dana yang harus
dibayar berdasarkan ketentuan berlaku.
4. Harta Investasi/Aktiva Investasi
Di koperasi, investasi atau penyertaan dapat dikelompokkan
dalam dua kelompok yaitu investasi pada koperasi lainnya dan
investasi pada badan usaha non koperasi. Investasi yang sifatnya
permanen, dimana jangka waktunya tidak terbatas tidak dapat
diperjualbelikan, seperti simpanan pokok atau simpanan wajib
pada koperasi lain. Investasi yang sifatnya permanen ini disajikan
secara terpisah sebagai aktiva investasi.
5. Harta Tetap/Aktiva Tetap
Harta tetap pada koperasi dapat dikelompokkan menjadi:
a. Harta tetap yang diperoleh untuk keperluan pengembangan
usahanya sendiri
b. Harta tetap dari pemerintah yang dikelola koperasi atas dana
bergulir (revolving fund).
c. Harta tetap yang diperoleh dalam rangka program pemerintah.
2.5.2 Akun Kewajiban
Kewajiban pada koperasi dapat diklasifikasikan menjadi
kewajiban kepada anggota dan bukan anggota. Kewajiban yang timbul
dari transaksi dengan anggota disajikan secara terpisah sebagai hutang
kepada anggota. Sebaliknya, kewajiban yang timbul dari transaksi
dengan bukan anggota disajikan sesuai dengan ketentuan-ketentuan
dalam standar akuntansi keuangan yang berlaku. Kemudian, simpanan
sukarela disajikan sebagai kewajiban lancar atau jangka panjang sesuai
dengan jatuh temponya. Kewajiban yang timbul karena pembagian
SHU disajikan sebagai kewajiban lancar, kecuali ditetapkan oleh rapat
anggota tidak dibagi. (Sitio dan Tamba, 2001).
2.5.3 Akun Modal
Modal sendiri koperasi terdiri dari simpanan pokok, simpanan
wajib, cadangan koperasi, Sisa Hasil Usaha (SHU) yang belum dibagi
dan donasi. Setiap bentu balas jasa atas simpanan yang diberikan oleh
koperasi kepada anggota diperlakukan sebagai pembagian sisa hasil
usaha kepada anggota (Sitio dan Tamba, 2001).
2.5.4 Akun Pendapatan/Penerimaan (Sisa Hasil Usaha)
Pendapatan pada laporan laba rugi sebuah koperasi terdapat
beberapa karakteristik sebagai berikut :
a. Pendapatan yang timbul dari transaksi penjualan produk atau
penyerahan jasa kepada anggota dan bukan anggota.
b. Pendapatan tertentu yang realisasi penerimaannya masih
tergantung persyaratan / ketentuan yang ditetapkan.
Menurut standar akuntansi koperasi, maka pendapatan yang
diperoleh yang diperoleh dari transaksi penjualan produk atau
penyerahan jasa kepada anggota dilaporkan secara terpisah pada
perhitungan hasil usaha sebagai penjualan kepada anggota atau
pendapatan dari anggota. Pendapatan yang timbul sehubungan dengan
penjualan produk atau penyerahan jasa kepada bukan anggota dapat
dipandang sebagai pendapatan usaha sebagaimana lazimnya terdapat
pada badan-badan usaha lainnya (Sitio dan Tamba, 2001).
2.5.5 Akun Biaya
Beban adalah pengorbanan yang terjadi selama melakukan
kegiatan usaha untuk memperoleh pendapatan (Sitio dan Tamba,
2001). Beban pada koperasi dapat dibedakan sebagai berikut :
a. Beban pokok penjualan produk adalah pengorbanan yang timbul
sehubungan dengan transaksi penjualan produk kepada anggota.
b. Beban Usaha adalah pengorbanan yang langsung berhubungan
dengan kegiatan usaha koperasi.
c. Beban Lain-lain adalah pengorbanan yang tidak langsung
berhubungan dengan kegiatan pokok usaha.
2.6. Kode Akun
Kode akun dicantumkan untuk memudahkan proses pencatatan,
pencarian dan penyimpanan, serta pembebanan yang dituju pada setiap akun.
Kode akun adalah pemberian tanda/nomor tertentu dengan memakai angka,
huruf atau kombinasi angka dan huruf pada setiap akun. Sebagaimana
dijelaskan diatas bahwa kode akun harus bersifat membantu memudahkan
pencatatan, pengelompokkan dan penyimpanan setiap akun. Oleh karena itu,
kode akun hendaknya memiliki kriteria seperti, mudah diinget, konsisten,
sederhana, dan singkat serta memungkinkan adanya penambahan akun baru
tanpa mengubah kode akun yang sudah ada (www.e-dukasi.net, 2009).
Sistem akuntansi suatu perusahaan dalam pemberian kode akun akan
sangat tergantung pada keanekaragaman transaksi yang terjadi menyebabkan
semakin banyak pula kode akun yang akan digunakan. Ada beberapa kode
akun yang dapat digunakan seperti kode numerial, kode desimal, serta kode
kombinasi huruf dan angka (www.e-dukasi.net, 2009).
1. Kode Numerial
Kode numerial adalah cara pengkodean akun berdasarkan nomor
secara berurutan, yang dapat dimulai dari angka 1, 2, 3 dan seterusnya.
Contoh kode akun numerial dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Contoh Kode Numerial
Kode Akun Nama Akun
-123456-789-
10-
1112-
131415
HartaKasPiutang UsahaPerlengkapan (Bahan Habis Pakai)PeralatanTanahGedungKewajibanUtang usahaUtang gajiUtang bankModal :Modal ViraPendapatan :Pendapatan usahaPendapatan sewaBeban :Beban gajiBeban perlengkapanBeban listrik, air dan telepon
2. Kode Desimal
Kode desimal adalah cara pemberian kode akun dengan
menggunakan lebih dari satu angka. Setiap angka mempunyai arti, kode
desimal ini dapat dibedakan atas kode kelompok dan kode blok.
a. Kode Kelompok
Kode kelompok merupakan cara pemberian kode akun dengan
mengelompokkan akun. Setiap kelompok akun diberi nomor kode
masing-masing.
Kelompok akun
Golongan akun
Jenis akun
Gambar 1. Kode akun kelompok
Contoh :
Akun piutang usaha termasuk kelompok akun harta diberi
nomor 1 untuk harta. Golongan akun harta lancar yang diberikan
nomor kode 1, kemudian merupakan jenis harta lancar yang ketiga
sehingga diberi nomor urut 3, dari cara mengelompokkan tersebut
nomor akun piutang usaha diberikan nomor kode tiga angka yaitu
113. Secara rinci contoh kode kelompok dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Contoh Kode Kelompok
KodeAkun
KelompokAkun
Golongan Akun Jenis Akun
11111111211......1212112....33131144141142
Harta
Modal
Pendapatan
Harta Lancar
Harta Tetap
Modal Vira
Pendapatan Usaha
Pendapatandi luar usaha
KasPiutang Usaha...........................
Peralatan...........................
Prive Vira
Pendapatan jasa service
1
2
3
Lanjutan Tabel 3.
KodeAkun
KelompokAkun
Golongan Akun Jenis Akun
4215515115125252152..
BebanBeban usaha
Beban luar usaha
Pendapatan sewa
Beban GajiBeban Perlengkapan
Beban Bunga...........................
b. Kode Blok
Kode blok adalah pemberian kode akun dengan cara
memberikan satu blok kode setiap kelompok akun. Misalnya harta
diberikan nomor 2100-199, kewajiban diberi nomor 200-299, Modal
diberi nomor 300-399, Pendapatan nomor 400-499 dan beban nomor
500-599. Secara rinci contoh kode blok dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Contoh Kode Blok
Kode Akun Golongan Akun100-199100-149101102150-199151200-299200-249201
Jumlah Rp. 6.910.930 Rp. 181.705,42Sumber : Data yang diolah, 2009.
Pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa biaya penyusutan aktiva tetap
Koperasi Mitra Karsa bulan Januari 2009 adalah sebesar Rp. 181.705,42. Bila
biaya penyusutan ini dijurnal akan mempengaruhi laba rugi yang akan
mengurangi nilai pendapatan usaha. Jurnal umum bulan Januari 2009 untuk
Koperasi Mitra Karsa dapat dilihat pada Lampiran 3. Di bawah ini beberapa
transaksi yang terjadi dan akun yang dipengaruhinya.
Tabel 7. Jenis-jenis TransaksiKeterangan Debet KreditPenjualan Kas
HPPPenjualan barang dagangPersediaan barang dagang
Pembelian barang dagang Persediaan barangdagang
Kas
Pinjaman anggota Piutang Pinjaman KasSetoran simpanan pokokdan wajib
Kas Simpanan PokokSimpanan Wajib
Setelah semua transaksi dimasukkan di Jurnal Umum maka akan
secara otomatis semua data yang dibutuhkan pada masing-masing sheet (buku
besar, neraca, laporan laba rugi) akan terisi. Dari penerapan ini maka
dihasilkan data pada bulan Januari 2009 sebagai berikut :
1. Total pada jurnal umum baik dari sisi kredit dan debet adalah
Rp. 353.683.176,42.
2. Pada buku besar, kita dapat melihat lebih rinci transaksi yang terjadi dan
mempengaruhi suatu akun. Buku besar untuk akun kas pada Koperasi
Mitra Karsa di bulan Januari 2009 dapat dilihat pada Lampiran 4.
3. Pada laporan laba rugi jumlah pendapatan usaha yang diperoleh pada
bulan Januari 2009 adalah Rp. 63.531.291 Sedangkan jumlah harga pokok
penjualan senilai Rp. 40.513.885 dan total biaya yang ada senilai Rp.
3.275.233,42. Maka total laba yang diperoleh pada Januari 2009 adalah
Rp. 19.742.172,58. Untuk bulan Januari 2009 tidak terdapat nilai pajak.
Laporan laba rugi Koperasi Mitra Karsa untuk bulan Januari 2009 dapat
dilihat pada Lampiran 5.
4. Nilai neraca pada awal periode (1 Januari 2009) baik dari sisi aktiva dan
passiva berjumlah Rp. 698.216.613. Jumlah itu terdiri dari aktiva lancar
yang berjumlah Rp. 646.479.777 aktiva lain-lain berjumlah Rp.
45.125.906 dan aktiva tetapnya senilai Rp. 6.910.930 serta pada sisi
passiva terdiri dari jumlah hutang senilai Rp. 184.458.714 dan jumlah
ekuitas yang ada senilai Rp. 513.757.899. Neraca saldo awal (1 Januari
2009) dapat dilihat pada Lampiran 6. Untuk neraca pada akhir periode
berjalan (31 Januari 2009) nilai neraca baik aktiva dan passiva senilai
Rp. 748.545.885,58. Jumlah itu terdiri dari aktiva lancar yang berjumlah
Rp. 696.690.755 aktiva lain-lain berjumlah Rp. 45.125.906 dan aktiva
tetapnya senilai Rp. 6.729.224,58. Pada sisi passiva terdiri dari jumlah
hutang senilai Rp. 212.755.314 dan jumlah ekuitas senilai
Rp. 535.790.571.
Hasil penerapan sistem yang ada dapat dilihat pada neraca akhir
bulan Januari 2009 terjadi peningkatan. Hal ini dapat dibandingkan dari data
pada awal periode (1 Januari 2009) dengan periode akhir (31 Januari 2009).
Pada awal periode total yang diperoleh adalah Rp. 698.216.613 dan pada
akhir periode nilai neraca adalah Rp. 748.545.885,58. Terjadi peningkatan
senilai Rp. 50.329.272,58. Dapat dilihat bahwa kas terjadi peningkatan dari
Rp. 454.493 menjadi Rp. 1.117.507 ada peningkatan sebesar Rp. 663.014
(selisihnya). Nilai neraca bertambah karena jumlah anggota bertambah
sehingga simpanan anggota yang berupa simpanan pokok dan wajib pun
meningkat dan menambah modal dan otomatis meningkatkan nilai kas.
Piutang anggota juga naik secara signifikan terutama piutang pinjaman dan
piutang barang sehingga mengurangi persediaan barang dagangan. Neraca
Koperasi Mitra Karsa per 31 Januari 2009 dapat dilihat pada Lampiran 7.
4.7. Penilaian Keefektifan dan Keefisienan Program GMATH-KOPERASI
Untuk menilai keefektifan dan keefisienan dalam pencatatan
keuangan menggunakan program GMATH-KOPERASI dibandingkan
dengan pencatatan secara manual maka disebarkan kuesioner pada pihak
manajemen Koperasi Mitra Karsa. Kuesioner dapat dilihat pada Lampiran 8.
Dimana jawaban dari kriteria pertanyaan menggunakan skala likert 1 – 3
yaitu nomor 1 untuk pernyataan “ya”, nomor 2 untuk pernyataan “tidak” dan
nomor 3 untuk pernyataan “tidak tahu/ragu-ragu”. Kriteria pertanyaan
menyangkut efektivitas dan efisiensi dari penggunaan program GMATH-
KOPERASI dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Kriteria Efektivitas dan Efisiensi Penggunaan ProgramGMATH-KOPERASI
KriteriaPertanyaan Efektif Efisien
Kemudahan pencatatan transaksi Keakuratan pencatatan transaksi Keteraturan dan kerapian pencatatan transaksi Kemudahan penyusunan laporan keuangan Keefisienan pencatatan Keefektifan pencatatan Kemudahan informasi keuangan Tampilan lebih bagus Tingkat kesalahan pencatatan lebih kecil Meningkatkan Kinerja Keuangan
Pertanyaan-pertanyaan tersebut akan menunjukkan perbandingan
pencatatan transaksi dengan menggunakan program GMATH-KOPERASI
dibanding pencatatan transaksi secara manual pada Koperasi Mitra Karsa
yang dilihat dari sisi keefektifan dan keefisienan pencatatan transaksi. Grafik
kuesioner hasil penilaian keefektifan dan keefisienan penggunaan program
GMATH-KOPERASI dapat dilihat pada Gambar 12.
Gambar 12. Grafik kuesioner
Grafik kuesioner tersebut menunjukkan bahwa rata-rata responden
memberikan penilaian dengan menggunakan program GMATH-KOPERASI,
pencatatan dan pelaporan keuangan Koperasi Mitra Karsa lebih baik
dibandingkan pencatatan secara manual yang selama ini digunakan oleh
Koperasi Mitra Karsa. Pada kriteria kemudahan pencatatan transaksi
sebanyak 60 persen menjawab “ya”, 20 persen menjawab “tidak” dan 20
persen menjawab “Tidak Tahu/Ragu-Ragu”. Hal ini menunjukkan bahwa
sebagian besar responden menganggap pencatatan transaksi dengan program
GMATH-KOPERASI lebih mudah.
Pada kriteria keakuratan pencatatan transaksi sebanyak 80 persen
responden menjawab “ya” sedangkan 20 persen menjawab “tidak tahu/ragu-
ragu”. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden menganggap
pencatatan transaksi dengan program GMATH-KOPERASI lebih akurat.
Pada kriteria keteraturan dan kerapian pencatatan transaksi sebagian besar
responden sebanyak 60 persen menjawab “ya” sedangkan 20 persen
menjawab “tidak dan 20 persen menjawab “tidak tahu”. Hal ini juga
menunjukkan bahwa sebagian besar responden yakni sebanyak 60 persen
menganggap pencatatan transaksi dengan program GMATH-KOPERASI
lebih teratur dan rapi. Untuk kriteria kemudahan penyusunan laporan
keuangan, keefisienan, keefektifan, dan tingkat kesalahan pencatatan
transaksi lebih kecil seluruh responden menjawab pernyataan “ya”. Hal
tersebut menunjukkan bahwa seluruh responden menganggap bahwa
pencatatan transaksi dengan program GMATH-KOPERASI memudahkan
dalam penyusunan laporan keuangan, lebih efektif, efisien dan tingkat
kesalahan transaksi lebih kecil.
Pada kriteria kemudahan informasi keuangan sebagian besar
responden yakni sebanyak 80 persen menjawab “ya” sedangkan sebanyak 20
persen menjawab “tidak tahu/ragu-ragu”. Dari hasil pernyataan tersebut
menunjukkan sebagian besar responden menganggap pencatatan transaksi
dengan program GMATH-KOPERASI memudahkan untuk
menginformasikan keuangan koperasi kepada pihak manajemen Koperasi
Mitra Karsa. Untuk kriteria tampilan lebih bagus sebanyak 60 persen
menjawab “ya” dan 40 persen menjawab “tidak”. Hal tersebut menunjukkan
bahwa sebagian besar responden menganggap bahwa tampilan program
GMATH-KOPERASI lebih bagus dibanding tampilan pencatatan secara
manual. Sedangkan untuk kriteria meningkatkan kinerja keuangan sebanyak
persen menjawab “tidak tahu/ragu-ragu. Meskipun pernyataan “ya” dan
pernyataan “tidak tahu/ragu-ragu” memiliki persentase yang sama yakni
masing-masing sebanyak 40 persen, namun secara keseluruhan dari sepuluh
kriteria diatas menunjukkan bahwa sebagian besar responden rata-rata
menganggap dengan menggunakan program GMATH-KOPERASI
pencatatan keuangan Koperasi Mitra Karsa lebih baik, efektif dan efisien
dibandingkan pencatatan secara manual yang selama ini dilakukan oleh
Koperasi Mitra Karsa.
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan sebelumnya, maka dapat
disimpulkan bahwa :
a. Transaksi-transaksi yang sering terjadi pada Koperasi Mitra Karsa antara
lain penjualan, pinjaman anggota, penerimaan simpanan anggota, cicilan
pinjaman dan pembayaran gaji. Koperasi Mitra Karsa belum menggunakan
sistem akuntansi yang baku, laporan keuangan yang ada hanya berupa buku
harian kas masuk dan kas keluar.
b. Proses pembentukan sistem akuntansi di Koperasi Mitra Karsa dimulai dari
pengklasifikasian akun, pembentukan form neraca saldo awal, jurnal
umum, buku besar dan laporan laba rugi dan neraca. Model sistem yang
dibuat disesuaikan dengan transaksi keuangan Koperasi Mitra karsa, antara
lain (1) Neraca Saldo Awal, (2) Jurnal Umum, (3) Buku Besar, (4) Laporan
Laba Rugi, dan (5) Neraca. Dalam pembentukan sistem akuntansi ini
menggunakan program GMATH-KOPERASI.
c. Penerapan yang telah dilakukan berdasarkan data yang ada pada bulan
Januari 2009 dihasilkan total nilai transaksi Rp. 353.683.176,42. Sisa Hasil
Usaha atau laba yang dihasilkan sebesar Rp. 19.742.172,58 dan pada
neraca per 31 Januari 2009 posisi aktiva dan passiva yang dihasilkan
sebesar Rp. 748.545.885,58.
d. Penilaian keefektifan dan keefisienan pencatatan keuangan Koperasi Mitra
Karsa dengan menggunakan Program GMATH-KOPERASI yang
dilakukan melalui penyebaran kuesioner pada pihak Koperasi Mitra Karsa
disimpulkan bahwa rata-rata responden berpendapat dengan menggunakan
program GMATH-KOPERASI, pencatatan dan pelaporan keuangan
Koperasi Mitra Karsa lebih baik dibandingkan pencatatan secara manual
yang selama ini digunakan oleh Koperasi Mitra Karsa.
2. Saran
Saran yang dapat diberikan untuk penelitian selanjutnya dan saran
untuk Koperasi Mitra Karsa dalam membangun sistem akuntansi bagi
Koperasi Mitra Karsa antara lain :
a. Model sistem akuntansi yang telah dibuat, dapat dikembangkan dengan
menambahkan laporan arus kas, pengelolaan persediaan dan laporan
ekuitas modal.
b. Pada buku harian kas pemasukan penjualan toko, nama produknya dicatat
dengan rinci agar persediaan barang dagang bisa dikontrol dengan baik.
Selain itu, kuitansi-kuitansi pengeluaran kas agar disimpan dengan baik,
sehingga pada saat penggunaan model sistem akuntansi, informasi yang
dihasilkan lebih akurat.
c. Sebaiknya pihak Koperasi Mitra Karsa dapat melanjutkan penggunaan
sistem akuntansi yang telah dibuat untuk periode selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Anoraga, P dan N Widiyanti. 2003. Dinamika Koperasi. Penerbit PT. BinaAdiaksara bekerjasama dengan PT. Rineka Cipta. Jakarta.
Arifin, J dan Wicaksono. 2006. Komputer Akuntansi dengan MicrosoftExcel. Elex Media Computindo, Jakarta.
Chairul, M. 2002. Sistem Akuntansi Perusahaan Dagang. Grasindo.Jakarta.
Deperindagkop. 2009. Jumlah Koperasi Bogor tahun 2009.
Ervilla, P. 2009. Analisis Perumusan dan Penerapan Sistem AkuntansiPada Usaha Kecil Menengah Studi Kasus UKM Waroeng CokelatBogor. Skripsi Pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi danManajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Fansuri. 2006. Analisis Perumusan dan Penerapan Sistem Akuntansi padaStudi Kasus UKM OZI Aircraft Bogor. Skripsi pada DepartemenManajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut PertanianBogor, Bogor.
Sitio, A dan H. Tamba. 2001. Koperasi : Teori dan Praktek. Erlangga.Jakarta.
Utami, P. N. 2007. Perumusan dan Penerapan Sistem Informasi AkuntansiUntuk Mengevaluasi Kinerja Keuangan. Skripsi pada DepartemenManajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut PertanianBogor, Bogor.
Warren, S. C. 2006. Accounting : Pengantar Akuntansi. Salemba empat,Jakarta.
Wahyono, T. 2009. Membuat Sendiri Program Akuntansi. PT. Elex MediaKomputindo. Jakarta.
06/01/2009 D-01/2009-001 setoran potongan gaji sekretariat 11,270,900.00 13,473,693.00K-01/2009-001 honor petugas kebersihan 100,000.00 13,373,693.00K-01/2009-002 pinjaman anggota 2,400,000.00 10,973,693.00D-01/2009-028 cicilan piutang pinjaman 200,000.00 11,173,693.00D-01/2009-029 cicilan piutang barang 37,000.00 11,210,693.00D-01/2009-030 cicilan piutang pinjaman 200,000.00 11,410,693.00D-01/2009-031 cicilan piutang barang 195,000.00 11,605,693.00D-01/2009-032 cicilan dan jasa piutang pinjaman 307,500.00 11,913,193.00D-01/2009-033 cicilan piutang barang 750,000.00 12,663,193.00D-01/2009-034 cicilan piutang barang 109,000.00 12,772,193.00D-01/2009-035 penjualan 442,200.00 13,214,393.00D-01/2009-036 penjualan 113,200.00 13,327,593.00K-01/2009-040 persediaan barang dagangan 1,284,000.00 12,043,593.00K-01/2009-041 persediaan barang dagangan 136,216.00 11,907,377.00K-01/2009-042 persediaan barang dagangan 690,850.00 11,216,527.00K-01/2009-043 pinjaman anggota 200,000.00 11,016,527.00K-01/2009-044 biaya honor pemotong gaji P3HT 25,000.00 10,991,527.00K-01/2009-045 hutang usaha 660,000.00 10,331,527.00K-01/2009-046 peralatan 300,000.00 10,031,527.00K-01/2009-047 persediaan barang dagangan 211,000.00 9,820,527.00K-01/2009-073 pinjaman anggota 130,000.00 9,690,527.00D-01/2009-002 setoran potongan gaji P3HKA 29,537,237.00 39,227,764.00D-01/2009-003 setoran potongan gaji P3HH 21,813,351.00 61,041,115.00K-01/2009-036 biaya gaji 2,400,000.00 58,641,115.00K-01/2009-037 honor pemotong gaji 25,000.00 58,616,115.00
07/01/2009 K-01/2009-003 pinjaman anggota 100,000.00 58,516,115.00K-01/2009-004 penarikan simpanan pokok 25,000.00 58,491,115.00K-01/2009-005 pinjaman anggota 6,500,000.00 51,991,115.00
Lampiran 4. Buku Besar Kas Koperasi Mitra Karsa Bulan Januari 2009