i ANALISIS PERSEPSI MARKETING MIX DARI PENGGUNA BERBAGAI MEREK SEPATU SEPAKBOLA Studi Kasus : Pemain Sepakbola Anggota Klub Sepakbola di Kelurahan Sinduadi yang Terdaftar Resmi di Kompetisi Pengcap PSSI Kabupaten Sleman SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Manajemen Disusun Oleh: Ari Dwijayanto NIM: 042214145 PROGRAM STUDI MANAJEMEN JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2009
161
Embed
ANALISIS PERSEPSI MARKETING MIX - core.ac.uk fileANALISIS PERSEPSI MARKETING MIX DARI PENGGUNA BERBAGAI MEREK SEPATU SEPAKBOLA Studi Kasus : Pemain Sepakbola Anggota Klub Sepakbola
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
i
ANALISIS PERSEPSI MARKETING MIX
DARI PENGGUNA BERBAGAI MEREK SEPATU SEPAKBOLA Studi Kasus : Pemain Sepakbola Anggota Klub Sepakbola di Kelurahan Sinduadi
yang Terdaftar Resmi di Kompetisi Pengcap PSSI Kabupaten Sleman
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Manajemen
Disusun Oleh:
Ari Dwijayanto
NIM: 042214145
PROGRAM STUDI MANAJEMEN JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2009
ii
iii
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
“Aku Ingin Jadi Peluru”
Melesat jauh…………..
Karya ini Kupersembahkan Untuk :
Tuhan Yesus Kristus
Bapak dan Ibu Tercinta
Seluruh Keluargaku
Pacarku
Sahabat-sahabatku
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 10 Juni 2009
Penulis,
Ari Dwijayanto
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Ari Dwijayanto
Nomor Mahasiswa : 042214145
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
ANALISIS PERSEPSI MARKETING MIX DARI PENGGUNA BERBAGAI MEREK SEPATU SEPAKBOLA. STUDI KASUS: PEMAIN SEPAKBOLA ANGGOTA KLUB SEPAKBOLA DI KELURAHAN SINDUADI YANG TERDAFTAR RESMI DI KOMPETISI PENGCAP PSSI KABUPATEN SLEMAN Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan
kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan
dalam bentuk media lain, mengolahnya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan
secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan
akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya
selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 10 Juli 2009
Yang menyatakan,
Ari Dwijayanto
vii
ABSTRAK
ANALISIS PERSEPSI MARKETING MIX
DARI PENGGUNA BERBAGAI MEREK SEPATU SEPAKBOLA
Studi Kasus : Pemain Sepakbola Anggota Klub Sepakbola di Kelurahan Sinduadi
yang Terdaftar Resmi di Kompetisi Pengcap PSSI Kabupaten Sleman
Ari Dwijayanto
042214145
PROGRAM STUDI MANAJEMEN JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
2009
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan persepsi
terhadap Marketing Mix dari pengguna berbagai merek sepatu sepakbola ditinjau dari
usia, jenis pekerjaan, pendapatan pelanggan tiap bulan. Populasi dalam penelitian ini
adalah pemain sepakbola anggota klub sepakbola di Kelurahan Sinduadi yang terdaftar
resmi di kompetisi Pengcap PSSI Kabupaten Sleman. Penelitian ini dilakukan dengan
menyebarkan kuesioner kepada 83 responden dengan teknik pengambilan sampel quota
sampling. Untuk pengujian instrumen dilakukan uji validitas dan reliabilitas, dan data
yang diperoleh dari kuesioner diuji dengan menggunakan Anova Oneway. Hasil
menunjukkan persepsi terhadap Marketing Mix dari berbagai merek sepatu sepakbola
ditinjau dari usia, jenis pekerjaan, pendapatan pelanggan tiap bulan, tidak terdapat
perbedaan persepsi Marketing Mix dari pengguna berbagai merek sepatu sepakbola.
viii
ABSTRACT
ANALYISIS ON CONSUMERS’ PERCEPTION
ON MARKETING MIXES OF SOCCER SHOES BRAND
A Case Study on Players of Soccer Clubs in Sinduadi District Who were Officially
Registered as Members of Pengcap PSSI Soccer Competition in Sleman Regency
Ari Dwijayanto
042214145
MANAGEMENT STUDY PROGRAM
THE DEPARTMENT OF MANAGEMENT
THE FACULTY OF ECONOMIC
SANATA DHARMA UNIVERSITY
2009
This research aimed to investigate different perception on Marketing Mixes of
several soccer shoes brands based on consumers’ age, occupation, and income. The
populations in this study were the soccer players who became the member of soccer club
in Sinduadi district and were officially registered in Pengcab PSSI. The research was
conducted by distributing questionnaire to 83 respondents. The respondents were taken
using Quota Sampling method. The instruments in this research were tested using
validity and reliability test. Then, the data were tested using Oneway Anova method.
Data results showed that there were no differences in perception on the Marketing
Mixes bases on consumers’ age, occupation, and income. Besides, the result also
showed that there was no different perception of Marketing Mixes from the consumers
of various soccer shoes brands.
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas karunia, rahmat, dan cinta kasih-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Persepsi
Marketing Mix dari Pengguna Berbagai Merek Sepatu Sepakbola (Studi Kasus: Pemain
sepakbola Anggota Klub Sepakbola di Kelurahan Sinduadi yang Terdaftar Resmi di
Kompetisi Pengcap PSSI Kabupaten Sleman)”.
Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan guna
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi Manajemen, Fakultas
Ekonomi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang telah
memberikan bimbingan, dorongan, petunjuk, dan nasehat. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Drs. YP. Supardiyono, M.Si., Akt., Q.I.A, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bapak V. Mardi Widyadmono, S.E., M.B.A., selaku Ketua Program Studi
Manajemen.
3. Ibu Dra. Diah Utari BR, M.Si., selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan, saran-saran yang sangat berharga bagi penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
x
4. Bapak Drs. G. Hendra Poerwanto, M.Si., selaku Dosen Pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan, saran-saran yang sangat berharga bagi penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
5. Ibu Ike Janita Dewi, S.E., M.B.A., Ph.D, selaku dosen penguji yang telah
memberikan saran-saran yang sangat berharga bagi penulis dalam penyusunan
skripsi ini.
6. Segenap Dosen dan Karyawan Fakultas Ekonomi Unversitas Sanata Dharma
Yogyakarta yang telah memberikan bekal pengetahuan dan bantuannya kepada
penulis selama ini.
7. Bapak dan Ibu yang telah menyanyangi anaknya yang nakal ini, memberikan cinta,
kasih sayang, perhatian, kesabaran, bimbingan, kepercayaan, saran, nasehat, dan
financial selama ini sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, juga mbak
Alis, mbak Lah dan jagoan kecilku yang sangat lucu, Raka..
8. Kakek dan nenekku yang selalu mendoakan dan memberi semangat supaya
kuliahku cepat selesai, yang kelak ingin melihat cucunya menjadi pemain sepakbola
terkenal. Kalau yang terakhir ini susah terwujud mbah…Keluarga besar eyang Bei
(Tawangmangu), keluarga besar eyang Soekarno (Alm) di Solo yang selalu
memberikan penulis dukungan.
9. Keluarga Om Sukris, Keluarga Tante wiet dan Tante Londho yang selalu
memberikan dukungan dalam penulisan skripsi ini.
xi
10. Perangkat Desa Sinduadi yang telah memberikan ijin penelitian skripsi ini, terutama
Bapak Bagas Ari Wibowo selaku Kabag Pemerintahan yang telah memperlancar
proses perijinan.
11. Wahjoe, yang telah membantu pembuatan abstrak dalam bahasa inggris,
Komunitas pria kesepian (Enggar, Hari Plongoh), Teman-teman Biro Wisata Violet
Tabel V.13 Tabel Ringkasan anova Oneway Pilihan sepatu…………………... 60
Tabel V.14 Tabel Anova Oneway untuk Usia Konsumen....……………...…... 61
Tabel V.15 Tabel Anova Oneway untuk Jenis Pekerjaan Konsumen....…......... 63
Tabel V.16 Tabel Anova Oneway untuk Pendapatan Konsumen.............…….. 64
Tabel V.17 Tabel Anova Oneway untuk Pilihan Sepatu..................................... 66
xx
DAFTAR GAMBAR
Gambar II.1 Gambar Tahap-Tahap dalam Proses Pembelian………………….. 20
Gambar II.2 Gambar Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen……….. 21
Gambar II.3 Gambar Merek Sebagai Nilai…………………………………….. 27
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam era globalisasi seperti sekarang ini, dunia usaha menghadapi
persaingan yang sangat ketat. Persaingan yang ketat dalam dunia bisnis
menuntut sikap setiap perusahaan untuk selalu dapat mengantisipasi setiap
perubahan dan segala kemungkinan yang terjadi di lingkungan bisnis. Untuk
memenangkan persaingan tersebut diperlukan kebijakan-kebijakan yang tepat
dalam pengambilan keputusan. Adapun salah satu keputusan-keputusan
penting tersebut adalah di bidang pemasaran, dimana definisi pemasaran itu
sendiri adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan bisnis yang
ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan
mendistribusikan barang-barang dan jasa yang memuaskan keinginan pasar
sasaran untuk mencapai tujuan organisasional (Stanton, 2001:6).
Kegiatan pemasaran tidak hanya sekedar kemampuan perusahaan dalam
menyampaikan barang dari produsen ke konsumen, tetapi juga mencari cara
agar konsumen merasa puas (Kotler, 2000:34), terlebih lagi dalam kondisi
pasar yang selalu berubah dan perkembangan pasar dalam perekonomian yang
semakin modern saat ini terlihat peningkatan daya beli konsumen yang
disertai dengan semakin kritisnya konsumen dalam memilih barang-barang
atau jasa-jasa yang menjadi kebutuhannya, maka produsen dituntut untuk
2
lebih memahami perilaku konsumen dalam rangka keputusan pembelian yang
cenderung berubah-ubah.
Salah satu strategi yang dapat digunakan dalam rangka memberikan
stimulus (rangsangan) bagi konsumen untuk melakukan pembelian dan
memuaskan konsumen adalah rancangan bauran pemasaran atau Marketing
Mix yang meliputi variabel-variabel untuk menghasilkan tanggapan yang
diinginkan pasar sasaran. Bauran pemasaran meliputi semua yang dapat
dilakukan oleh perusahaan untuk mempengaruhi permintaan produknya.
Adapun variabel-variabel bauran pemasaran tersebut terdiri dari unsur produk,
harga, promosi, dan distribusi (Kotler, 2000:115). Unsur-unsur dalam variabel
Marketing Mix sangat berkaitan erat satu sama lain. Oleh karena itu
perusahaan harus dapat mengkombinasikan dengan tepat dalam
pelaksanaannya.
Dewasa ini terdapat banyak sekali jenis atau merek sepatu sepakbola yang
beredar di pasaran. Masing-masing sepatu sepakbola tersebut tentunya
memiliki keunggulan produk yang berbeda-beda. Keunggulan tersebut
diantaranya dalam hal model sepatu maupun kenyamanan saat digunakan.
Dengan semakin banyaknya merek sepatu sepakbola yang beredar, maka
semakin ketat pula persingan antar produsen sepatu sepakbola di Indonesia.
Masing-masing perusahaan tentunya menawarkan kepada pasar konsumen
atas produk yang diproduksinya, serta menunjukkan keunggulan yang dimiliki
dari produknya dibandingkan dengan produk sejenis dari perusahaan lain.
Persaingan yang ketat tersebut menuntut produsen sepatu sepakbola untuk
3
dapat menciptakan suatu produk yang digemari oleh pemain sepakbola, dan
nyaman saat digunakan untuk berlari maupun menendang bola.
Pasar perlengkapan olahraga, terutama sepakbola di Indonesia sangat
menjanjikan, karena sepakbola merupakan olahraga yang paling populer di
Indonesia. Ada ratusan klub profesional dan puluhan ribu klub nonprofesional
yang ada di Indonesia, menjadi bukti bahwa olahraga sepakbola di Indonesia
sangat digemari. Tidak terkecuali di Daerah Istimewa Yogyakarta yang
memiliki 3 klub profesional yang terdaftar di PSSI, yaitu PSS Sleman, PSIM
Yogyakarta, dan Persiba bantul, serta ratusan klub nonprofesional yang
terdaftar resmi di Pengcap PSSI masing-masing daerah, dan ribuan klub
nonprofesional yang tidak terdaftar. Sedangkan untuk kabupaten Sleman, yang
masih merupakan kiblat persepakbolaan di Daerah Istimewa Yogyakarta
memiliki 80 klub nonprofesional yang terdaftar resmi di Pengcap PSSI
Sleman, dan ratusan klub yang belum terdaftar. Jumlah tersebut belum
termasuk klub-klub sepakbola yang berasal dari instansi-instansi, perusahaan
tinggi, dan sekolah sepakbola. Dari besarnya animo masyarakat Indonesia
untuk bermain sepakbola seperti diatas, maka bisa dibayangkan prospek dari
penjualan sepatu sepakbola ini.
Dengan latar belakang masalah tersebut diatas, maka perlu diadakan
penelitian yang mengarah ke hal-hal tersebut. Untuk itu penelitian ini
difokuskan dengan mengambil judul “ Analisis Persepsi Marketing Mix dari
Pengguna Berbagai Merek Sepatu Sepatu Sepakbola” (Studi kasus pada
pemain sepakbola anggota klub sepakbola di Kelurahan Sinduadi, Kecamatan
4
Mlati, Kabupaten Sleman yang terdaftar resmi di kompetisi Pengcap PSSI
Kabupaten Sleman)
B. Rumusan Masalah
1. Apakah ada perbedaan persepsi Marketing Mix dari pengguna berbagai
merek sepatu sepakbola ditinjau dari usia konsumen.
2. Apakah ada perbedaan persepsi Marketing Mix dari pengguna berbagai
merek sepatu sepakbola ditinjau dari jenis pekerjaan konsumen.
3. Apakah ada perbedaan persepsi Marketing Mix dari pengguna berbagai
merek sepatu sepakbola ditinjau dari tingkat pendapatan konsumen.
4. Apakah ada perbedaan persepsi Marketing Mix terhadap berbagai merek
sepatu sepakbola.
C. Batasan Masalah
1. Penelitian dilakukan di 3 lapangan sepakbola yang ada di Kelurahan
Sinduadi Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman, yaitu lapangan Popongan,
lapangan Jombor, dan lapangan MMTC.
2. Responden dalam penelitian ini adalah pemain sepakbola anggota klub
sepakbola di Kelurahan Sinduadi, Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman
yang terdaftar resmi di kompetisi Pengcap PSSI Kabupaten Sleman
5
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan persepsi Marketing Mix dari
pengguna berbagai merek sepatu sepakbola ditinjau dari usia konsumen.
2. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan persepsi Marketing Mix dari
pengguna berbagai merek sepatu sepakbola ditinjau dari jenis pekerjaan
konsumen.
3. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan persepsi Marketing Mix dari
pengguna berbagai merek sepatu sepakbola ditinjau dari tingkat
pendapatan konsumen.
4. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan persepsi Marketing Mix
terhadap berbagai merek sepatu sepakbola.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi penulis
Dengan penelitian ini penulis dapat menerapkan semua pengetahuan yang
sudah diperoleh di bangku kuliah dan dapat menambah pengetahuan yang
sangat bermanfaat.
2. Bagi Universitas Sanata Dharma
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pada
pengembangan ilmu pengetahuan dan sebagai bahan untuk penelitian di
masa mendatang.
6
F. Sistematika Penulisan
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II : LANDASAN TEORI
Bab ini membahas teori-teori yang berkaitan dengan topik
penelitian.
BAB III : METODE PENELITIAN
Bab ini membahas tentang jenis penelitian, lokasi dan waktu
penelitian, subyek dan obyek penelitian, variabel penelitian,
sumber dan jenis data, serta teknik yang digunakan dalam analisis
data.
BAB IV : GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Bab ini membahas tentang gambaran umum tentang kondisi dari
Desa Sinduadi.
BAB V : ANALISIS DATA
Bab ini membahas tentang proses pengolahan data dan
pembahasannya.
BAB VI : KESIMPULAN, SARAN, KETERBATASAN PENELITIAN
Bab ini menguraikan tentang kesimpulan, saran, dan keterbatasan
dari penelitian.
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Pemasaran
Pemasaran merupakan salah satu dari kegiatan-kegiatan pokok yang
dilakukan oleh para pengusaha dalam usahanya untuk mempertahankan
kelangsungan hidupnya untuk berkembang dan mendapatkan laba. Berhasil
tidaknya dalam pencapaian tujuan bisnis tergantung pada keahlian mereka di
bidang pemasaran, produksi, keuangan, maupun bidang lain. Selain itu juga
tergantung pada kemampuan mereka untuk mengkombinasikan fungsi-fungsi
tersebut agar organisasi dapat berjalan lancar.
Definisi pemasaran menurut Stanton:
Pemasaran merupakan suatu sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial.
Definisi pemasaran menurut Kotler:
Pemasaran adalah proses sosial dan manajerial dengan mana seseorang atau kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan dan pertukaran produk dan nilai.
B. Manajemen Pemasaran
Pada umumnya, manajemen terdiri atas perancangan dan pelaksanaan
rencana-rencana. Fungsi yang pertama harus dilakukan oleh manajer adalah
fungsi perencanaan. Untuk membuat perencanaan jangka panjang, manajer
8
harus menyediakan banyak waktu. Oleh karena itu, manajer harus
mendelegasikan keputusan-keputusannya yang rutin dilakukan setiap hari
kepada bawahan. Jadi secara umum manajemen itu mempunyai tiga tugas
pokok, yaitu:
1. Mempersiapkan rencana atau strategi umum bagi perusahaan.
2. melaksanakan rencana tersebut.
3. mengadakan evaluasi, menganalisa dan mengawasi rencana tersebut dalam
operasinya.
Definisi manajemen pemasaran menurut Kotler:
Manajemen pemasaran adalah penganalisaan, perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan program-program yang ditujukan untuk mengadakan pertukaran dengan pasaran yang dituju dengan maksud untuk mencapai tujuan organisasi. Jadi dalam fungsi manajemen tersebut termasuk penganalisaan,
perencanaan, pelaksanaan atau penerapan, serta pengawasannya. Manajemen
pemasaran terjadi bila sekurang-kurangnya satu pihak pelaku pertukaran
potensial berpikir tentang sarana-sarana untuk melaksanakan tanggapan yang
diinginkan oleh pihak pertama itu dari pihak lain. Manajemen pemasaran
merupakan seni dan ilmu untuk memilih pasar sasaran serta mendapatkan,
menjaga, dan menambah jumlah pelanggan melalui penciptaan, penyerahan,
dan pengkomunikasian nilai pelanggan yang unggul.
9
C. Konsep Pemasaran
Menurut Kotler (1997), ada empat konsep dasar pelaksanaan kegiatan
pemasaran, yaitu:
1. Konsep produksi
Konsep produksi berpendapat bahwa konsumen akan menyukai
produk yang tersedia dimana-mana dan harganya murah. Para manajer
dalam organisasi yang berorientasi pada produksi memusatkan upayanya
untuk mencapai efisiensi produksi yang tinggi dan liputan distribusi yang
luas.
2. Konsep produk
Konsep produk menjelaskan bahwa konsumen akan menyukai produk
yang menawarkan mutu, performansi dan ciri-ciri yang terbaik. Para
manajer dalam organisasi yang berorientasi pada produk ini memusatkan
usaha untuk menghasilkan produk yang baik dan terus menerus
menyempurnakannya.
3. Konsep penjualan
Konsep penjualan berpendapat bahwa konsumen jangan dibiarkan
begitu saja, organisasi harus melaksanakan upaya penjualan dan promosi
yang agresif.
4. Konsep pemasaran
Konsep pemasaran mengatakan bahwa kunci untuk mencapai tujuan
organisasi terdiri dari penentuan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran
10
serta memberikan kepuasan yang diharapkan secara lebih efektif dan
efisien dibandingkan para pesaing.
Konsep pemasaran bersandar pada empat tiang utama, yaitu:
a. fokus pasar.
Perusahaan akan berhasil baik jika mereka menetapkan batas
pasarnya secara cermat. Perusahaan akan berhasil baik jika mereka
mempersiapkan program pemasaran yang sesuai untuk masing
pasar sasaran.
b. Orientasi kepada pelanggan.
Pemikiran yang berorientasi pada pelanggan mengharuskan
perusahaan untuk secara cermat menentukan kebutuhan pelanggan
dari sudut pandang pelanggan, bukan dari sudut pandangnya
sendiri.
c. Pemasaran yang terkoordinasi, yang bermakna dua hal:
1) Berbagai fungsi pemasaran armada penjualan, periklanan, riset
pemasaran dan lain-lainnya harus terkoordinasi.
2) Pemasaran harus terkoordinasi secara baik dengan bagian-
bagian lain perusahaan. Pemasaran akan berhasil bila seluruh
karyawan menyadari bagaimana dampak terhadap kepuasan
pelanggan.
d. Kemampulabaan.
Untuk perusahaan swasta, tujuan utama adalah laba. Bagi
organisasi nirlaba atau organisasi masyarakat tujuannya adalah
11
mempertahankan dan menarik cukup dana guna menyelenggarakan
kegiatannya. Perusahaan menghasilkan uang dengan memuaskan
kebutuhan pelanggan lebih baik daripada yang dapat dilakukan
oleh pesaing.
D. Marketing Mix
Marketing Mix merupakan salah satu unsur dalam pemasaran, baik dalam
sasaran maupun penentuan strategi, yang paling berperan dalam keberhasilan
pemasaran suatu produk di pasar. Untuk dapat masuk dalam pasar yang akan
dituju, maka perlu ditetapkan sasaran dan strategi pasar, dimana kedua hal ini
saling berkaitan dan erat hubungannya, karena strategi pemasaran merupakan
rencana secara keseluruhan untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkannya.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari definisi berikut:
Strategi pemasaran adalah pendekatan pokok yang akan digunakan untuk unit bisnis dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan terlebih dahulu didalamnya tercantum keputusan-keputusan pokok mengenai target pasar, penempatan produk dalam pasar, bauran pemasaran dan biaya pemasaran yang diperlukan. Suatu strategi pemasaran bukanlah merupakan sejumlah tindakan khusus,
tetapi lebih merupakan pernyataan yang menunjukkan usaha-usaha pemasaran
pokok yang diarahkan untuk mencapai tujuan. Strategi pemasaran terdiri dari
dari unsur-unsur pemasaran yang terpadu, yaitu produk, harga, promosi dan
saluran distribusi, atau disebut juga Marketing Mix (Kotler,1997:82).
Marketing Mix atau bauran pemasaran merupakan variabel-variabel yang
dipakai oleh perusahaan sebagai sarana untuk memenuhi atau melayani
12
kebutuhan dan keinginan konsumen pada segmen pasar tertentu yang dituju
perusahaan. Apabila perusahaan ingin berhasil untuk mempengaruhi
konsumen pada segmen pasar tertentu maka perusahaan harus dapat
merumuskan strategi pemasaran dengan tepat dan mempergunakan teknik-
teknik pemasaran yang sesuai.
Philip Kotler (1997:82) menguraikan Marketing Mix sebagai berikut:
Bauran pemasaran adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan untuk mencapai tujuan pemasarannya dalam pasar sasaran.
Menurut Hudoro Sameto (2000:44):
Bauran pemasaran pada dasarnya adalah perpaduan dari kegiatan yang terkendali sebatas kemampuan perusahaan untuk mencapai objectives pemasaran yang telah ditetapkan. Marketing Mix menurut Philip Kotler mencakup produk, harga, distribusi,
dan promosi. Hal itu dikembangkan oleh Hudoro Sameta dengan menambah
2P lagi yang sangat erat hubungannya dengan pencapaian objectives tersebut,
yakni period (penjadwalan) dan people (personel). Sedangkan oleh AM. Lilik
Agung, Marketing Mix juga ditambah 2P, yakni power (kekuatan) dan politic
(politik).
Walaupun Marketing Mix terdiri dari banyak variabel, namun variabel
tersebut dapat diklasifikasikan menjadi beberapa hal penting, yang dikenal
dengan 4P, yaitu product, price, place, dan promotion.
1. Product (produk)
Produk adalah barang atau jasa yang dihasilkan dan merupakan titik
kemungkinan keberhasilan kegagalan kombinasi kebijakan pemasaran
13
secara keseluruhan. Oleh karena itu betapa pentingnya peranan produk
dalam menentukan keberhasilan seorang pengusaha.
Pengertian produk menurut Basu Swastha (2000: 94) adalah:
Produk adalah suatu sifat yang kompleks, baik dapat diraba maupun tidak dapat diraba, termasuk bungkus, warna, harga, prestise perusahaan dan pengecer, pelayanan perusahaan dan pengecer yang diterima oleh pembeli untuk memuaskan keinginan dan kebutuhannya.
Menurut Ricky W. Griffin dan Ronald J. Ebert (1998:335):
Product: good, service, or idea that is marketed to fill consumer needs and wants. Menurut definisi Ricky W. Griffin dan Ronald J. Ebert ini, produk
adalah suatu barang, jasa, atau gagasan yang dipasarkan untuk memenuhi
kebutuhan dan keinginan seseorang konsumen. Dengan demikian,
menyusun dan mengembangkan produk-produk baru merupakan tantangan
konstan bagi tenaga pemasaran, yang harus selalu mempertimbangkan
faktor perubahan.
2. Price (harga)
Harga merupakan satu-satunya unsur Marketing Mix yang
menghasilkan pendapatan, sedang unsur-unsur lain menunjukkan biaya,
sehingga dalam menentukan tingkat harga suatu produk perlu adanya
perhitungan yang tepat. Di samping harga mempunyai penentuan yang
utama dalam perilaku pembeli, harga hendaknya dapat diterima dengan
baik oleh pihak konsumen maupun perusahaan.
Definisi harga menurut Basu Swastha (2000: 147) adalah:
14
Harga adalah sejumlah uang (ditambah beberapa barang kalau mungkin) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari barang beserta pelayanannya. Pada umumnya perusahaan mempunyai tujuan dalam menetapkan
harga produknya. Tujuan tersebut antara lain:
a. Mendapatkan laba maksimum.
b. Mendapatkan pengembalian investasi yang ditargetkan.
c. Mencegah atau mengurangi persaingan.
d. Mempertahankan atau memperhatikan Market share.
Dalam hal tersebut diatas, perusahaan yang memperkenalkan produk-
produk baru seringkali harus memilih antara dua pilihan kebijakan
penetapan harga, yaitu:
a. Skimming Pricing
Skimming pricing menyebabkan suatu perusahaan dapat menghasilkan
sejumlah laba besar dari setiap barang yang dijual. Pendapatan uang
tunai seringkali diperlukan untuk menutup biaya-biaya pengembangan
dan introduksi. Akan tetapi, pekerjaan skimming hanya dilakukan
apabila tenaga pemasaran dapat meyakinkan konsumen bahwa
produknya sangat berbeda dari produk lain yang telah ada di pasaran.
Selain itu, laba awal yang tinggi pada akhirnya akan menarik
persaingan.
b. Penetration Pricing (Harga Penetrasi)
Penetration pricing merupakan strategi penetapan harga yang
serendah-rendahnya yang bertujuan untuk mencapai penjualan sebesar-
15
besarnya dalam waktu yang relatif singkat. Hal itu dapat berhasil
apabila para penjual dapat meningkatkan harga sewaktu penerimaan
konsumen bertambah. Peningkatan harga tersebut tentu saja harus
dikelola secara hati-hati untuk menghindari agar konsumen tidak
mengundurkan diri.
3. Promotion (promosi)
Dalam kehidupan sehari-hari timbul kenyataan bahwa betapapun
besarnya manfaat suatu produk bagi para pembeli produk tersebut tidak
dapat mencari sendiri pembelinya. Produsen harus menciptakan
permintaan. Supaya dapat menciptakan permintaan, perlu diberitahukan
para pembeli sasaran bahwa produk yang bersangkutan telah beredar di
pasar.
Di dalam dunia pemasaran, kegiatan memperkenalkan produk,
meyakinkan dan meningkatkan kembali manfaat produk kepada pembeli,
lazim disebut kegiatan promosi. Kegiatan promosi dapat dilakukan melalui
media komunikasi massa, misalnya koran, majalah, televisi, radio,
bioskop, papan reklame, layar dan gambar tempel.
Definisi promosi menurut Basu Swastha (2000:237) adalah:
Promosi adalah informasi atau persuasi satu arah yang dibuat untuk mengarahkan seseorang atau organisasi kepada tindakan yang menciptakan pertukaran dalam pemasaran. Menurut Ricky W. Griffin dan Ronald J. Ebert (1998:336) alat-alat
promosi yang paling penting yaitu:
16
a. Advertising (iklan)
“Advertising is any form of paid nopersonal communication used by an
identified sponsor to persuade or inform potential buyers about a
product”. Menurut definisi ini, iklan adalah suatu bentuk komunikasi
bukan pribadi yang digunakan oleh suatu sponsor tertentu untuk
membujuk atau menginformasikan pendengar mengenai mengenai
suatu produk. Iklan biasanya menggunakan semua jenis penyiaran dan
media cetak, seperti televisi, radio, majalah, koran, dan papan iklan.
b. Personal selling (penjualan dari rumah ke rumah)
Personal selling merupakan penjualan dari satu orang ke orang lain.
Sewaktu perusahaan membeli dari perusahaan lain, para agen
pembelian dan lain-lain yang memerlukan informasi teknis dan rinci
biasanya merucuk kepada wakil penjualan perusahaan penjual.
c. Sales promotions (promosi penjualan)
Barang-barang yang relatif murah sering kali dipasarkan melalui
promosi penjualan, yang melibatkan bujukan langsung kepada
pembeli. Premium (biasanya barang-barang gratis), perangko yang
dapat ditukarkan, kupon, dan sisipan dalam paket semuanya adalah
promosi penjualan yang dilakukan untuk membujuk konsumen untuk
membeli produk.
d. Public relations (hubungan masyarakat)
Hubungan masyarakat mencakup seluruh usaha komunikasi yang
mengarah pada membangun kemauan, baik diantara kelompok dan
17
populasi. Hal itu berusaha membangun sikap yang menguntungkan
terhadap organisasi dan produk-produknya.
4. Place (tempat)
Tempat menunjukkan berbagai kegiatan yang dilakukan perusahaan
untuk menjadikan produknya dapat diperoleh dan tersedia bagi konsumen
yang termasuk ke dalam variabel Marketing Mix khususnya tempat adalah
saluran distribusi. Saluran distribusi adalah jalur yang dipakai untuk
memindahkan produk dari produsen ke konsumen.
Hanya dengan mengetahui bahwa suatu produk bermanfaat baginya,
belum merupakan jaminan bahwa pembeli akan setia pada produk
tersebut. Syarat lain agar pembeli setia pada produk adalah bilamana setiap
produk yang dibutuhkan, pembeli dapat memperolehnya dengan mudah di
tempat yang diinginkan atau yang terdekat. Oleh karena itu, apabila
produsen menghendaki agar para pemakai tetap setia kepada hasil
produksinya, mereka harus menjamin produk tersebut mudah diperoleh di
berbagai tempat yang diinginkan pembeli atau yang terdekat.
Menjamin produk selalu ada di tempat yang terdekat dengan pembeli
tidaklah mudah, walaupun perusahaan besar sekalipun. Agar produk
berada di dekat tempat pembeli sasaran, produk tersebut harus diangkut
dari tempat pembuatan sampai ke tempat pembeli. Jika mereka
menghendaki penjualan produksinya berhasil, para produsen harus aktif
berperan dalam proses distribusi sampai produk sampai ke tangan
pemakai.
18
Basu Swastha (2000:190) mendefinisikan saluran distribusi sebagai
berikut:
Saluran distribusi adalah saluran yang digunakan oleh produsen untuk menyalurkan barang tersebut dari produsen sampai konsumen atau pemakai industri.
Proses penyaluran produk sampai ke tangan konsumen dapat panjang
ataupun pendek, sesuai dengan kebijakan distribusi yang diterapkan oleh
perusahaan. Mata rantai jalur distribusi akan menjadi panjang apabila
sebelum jatuh ke tangan pemakai produk yang bersangkutan harus melalui
berbagai macam pedagang. Sebaliknya mata rantai jalur distribusi akan
menjadi pendek, bila produsen secara langsung menghubungi pembeli
terakhir.
E. Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen merupakan salah satu dari keterlibatan pribadi dari
konsumen itu sendiri. Untuk dapat mengerti dan memahami kebutuhan dan
keinginan konsumen yang memuaskan, manajemen pemasaran harus dapat
menafsirkan keterlibatan pribadi konsumen. Hal ini sangat penting bagi
manajer pemasaran untuk memahami mengapa dan bagaimana tingkah laku
dari pribadi konsumen tersebut, sehingga perusahaan dapat mengembangkan,
menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan produk secara lebih
efektif. Adapun definisi dari perilaku konsumen itu sendiri menurut James F.
Engel, David T. Kolt dan Roger D. Blackwel:
19
Perilaku konsumen adalah kegiatan-kegiatan individu yang secara
langsung terlibat terlibat dalam mendapatkan dan menggunakan barang-
barang dan jasa, termasuk di dalamnya proses pengambilan keputusan pada
persiapan dan penentuan kegiatan-kegiatan tersebut (Dharmesta dan Handoko,
1986:9)
Analisis perilaku konsumen yang realistis hendaknya juga menganalisa
proses-proses yang tidak dapat atau sulit diamati, yang selalu menyertai setiap
pembelian. Mempelajari perilaku konsumen tidak hanya apa (what) yang
dibeli atau dikonsumsi, tetapi juga dimana (where), bagaimana kebiasaan (how
often) dan dalam kondisi macam apa (under what condition) barang-barang
dan jasa yang dibeli.
1. Perilaku konsumen dalam proses pembelian
Suatu kegiatan pembelian yang nyata hanyalah merupakan salah satu
tahap Dari keseluruhan proses mental dan kegiatan-kegiatan fisik lainnya
yang terjadi dalam proses pembelian suatu waktu serta pemenuhan
kebutuhan tertentu. Analisis suatu proses pembelian merupakan suatu
rangkaian tahapan yang diambil oleh seorang konsumen.
Tahap-tahap dalam proses kegiatan suatu pembelian digambarkan oleh
Philip Kotler dan model pembanding dari Engel, Kollat dan Blackwell
seperti tergambar di bawah ini
20
Gambar II.1 Tahap-Tahap dalam Proses Pembelian
(Basu Swastha DH. T. Hani Handoko, 1984: 13)
(Kotler)
(Engel, Kollat dan Blackwell) Banyak faktor yang mempengaruhi pada tiap tahap dalam proses
pembelian, baik faktor yang mempengaruhi pada tiap tahap dalam proses
pembelian, baik faktor intern maupun ekstern. Bila ingin realistis dalam
menganalisa perilaku konsumen maka harus dipelajari lingkungan sosial,
psikologis individu dan lembaga-lembaga lain yang mempengaruhi dan
membatasi tiap tahap perilaku konsumen dalam pembeliannya.
2. Proses keputusan pembelian
Keterlibatan pribadi dari konsumen akan mempengaruhi keputusan
dalam pembelian. Proses tersebut merupakan suatu pendekatan
penyelesaian masalah yang terdiri dari enam tahap (Dharmesta, 1986:86):
Pencarian informasi
Penilaian alternatif
Keputusan pembelian
Pengenalan masalah
Perilaku setelah
pembelian
Kebutuhan yang
dirasakan
Kegiatan sebelum membeli
Keputusan untuk
membeli
Perasaan waktu
memakai
Perasaan setelah
memakai
Menganalisa keinginan
dan kebutuhan
Penyelidikan sumber-sumber
eksternal
Penilaian alternatif
Proses pembelian
nyata
Penilaian setelah
pembelian
21
a. Menganalisa keinginan dan kebutuhan terutama untuk mengetahui
adanya keinginan dan kebutuhan yang belum terpenuhi atau
terpuaskan.
b. Menilai berbagai sumber yang ada.
c. Menetapkan tujuan pembelian.
d. Mengidentifikasi alternatif pembelian.
e. Mengambil keputusan untuk membeli.
f. Perilaku sesudah pembelian.
3. Faktor-faktor utama yang mempengaruhi sikap konsumen.
Konsumen tidak membuat keputusan mereka dalam suatu ruang yang
hampa. Pembelian mereka sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor budaya,
sosial, pribadi dan psikologis.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen (Kotler,
1997:184) dapat dilihat pada Gambar II.2 di bawah ini
Gambar II.2 Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen
Kebudayaan: - Budaya - Sub budaya - Klas sosial
Sosial:- Kelompok referensi- Peran keluarga - Status
Pribadi: - Usia dan siklus hidup - Jabatan gaya hidup - Keadaan ekonomi - Kepribadian dan
konsep diri
Psikologis:- Motivasi - Persepsi - Kepercayaan
dan sikap
Pembeli
22
Penjelasan dari masing-masing faktor yang mempengaruhi sikap
konsumen sebagai berikut:
a. Faktor kebudayaan
Kebudayaan merupakan faktor penentu keinginan dari perilaku
seorang yang mendasar. William J. Stanton mendefinisikan
kebudayaan sebagai berikut:
Kebudayaan adalah simbol dan fakta yang komplek yang diciptakan oleh manusia, diturunkan dari generasi ke generasi sebagai penentu dan pengatur tingkat masa lalu yang ada (Kotler, 1999:153).
Simbol tersebut dapat bersifat tak kentara seperti sikap, pendapat,
kepercayaan, nilai, bahasa, agama. Dapat pula bersifat kentara seperti
alat-alat perumahan, produk, karya seni dan sebagainya.
1) Budaya
Budaya adalah faktor penentu paling pokok dari keinginan dan
perilaku seseorang.
2) Sub budaya
Ada 4 jenis sub budaya:
a) Kelompok asal kebangsaan
b) Kelompok asal keagamaan
c) Kelompok asal sosial
d) Kelompok asal geografis
3) Kelas sosial
Kelas sosial adalah bagian yang relatif homogen dan selalu ada
dalam suatu masyarakat yang tersusun secara hirarkis dan para
23
anggotanya memiliki nilai-nilai, kepentingan dan perilaku yang
sama.
b. Faktor sosial
Keterlibatan pribadi konsumen dipengaruhi oleh faktor sosial, seperti
kelompok referensi, keluarga, peran dan status sosial konsumen.
1) Kelompok referensi
Kelompok referensi adalah kelompok yang punya pengaruh
langsung atau tidak langsung terhadap sikap dan perilaku orang
tersebut. Dalam hal ini, manajer pemasaran perlu mengetahui siapa
yang menjadi pelopor opini dari suatu kelompok tersebut yang
dapat menjadi pengikut opini (opinion follower) dalam kelompok
lain.
2) Keluarga
Dalam keluarga masing-masing anggota dapat berbuat hal berbeda
untuk membeli sesuatu. Setiap anggota keluarga memiliki selera
dan keinginan yang berbeda. Oleh karena itu, manajer pemasaran
perlu mengetahui sebenarnya:
a) Siapa yang mempengaruhi keputusan untuk membeli
b) Siapa yang membuat keputusan membeli
c) Siapa yang melakukan pembelian
d) Siapa yang menilai produk
Keempat hal tersebut dapat dilakukan oleh orang yang berbeda
atau dapat pula dilakukan satu orang.
24
3) Peran dan status
Seseorang berperan serta dalam berbagai kelompok seperti
keluarga, perkumpulan, organisasi. Posisi seseorang dalam tiap
kelompok dapat ditentukan dalam segi peran dan status. Setiap
peran membawa status yang mencerminkan penghargaan umum
oleh masyarakat sesuai status itu.
c. Faktor pribadi
Keputusan seseorang untuk membeli juga dipengaruhi oleh
karakteristik pribadi yang tampak, khususnya umur dan tahap siklus
pembeli, jabatan, keadaan ekonomi, gaya hidup dan konsep diri.
1) Usia dan tahap siklus hidup
Pemasar sering mendefinisikan sasaran mereka menurut siklus
hidup, kemudian mengembangkan produk dan rencana pemasaran
yang tepat.
2) Jabatan
Jabatan atau pekerjaan seseorang mempengaruhi barang dan jasa
yang dibeli orang itu, maka pemasar mencoba mengidentifikasi
kelompok yang berhubungan dengan jabatan yang punya minat
diatas rata-rata akan produk dan jasa mereka.
3) Keadaan ekonomi
Keadaan ekonomi seseorang sangat besar pengaruhnya terhadap
pilihan produk. Pandangan ekonomi seseorang terdiri dari
25
pendapatan yang dibelanjakan, jenis barang dimana berbelanja, dan
sebagainya.
4) Gaya hidup
Gaya hidup seseorang menunjukkan pola kehidupan orang yang
bersangkutan sebagaimana tercermin dalam kegiatan, minat dan
pendapatan. Gaya hidup seseorang mencerminkan keseluruhan
pribadi dalam interaksi dengan lingkungan.
5) Kepribadian dan konsep diri
Kepribadian dapat didefinisikan sebagai pola sifat individu yang
dapat menentukan tanggapan untuk bertindak. Konsep diri
merupakan cara bagi seseorang untuk melihat dirinya sendiri pada
saat yang sama. Ia mempunyai gambaran tentang diri orang lain.
Manajer pemasaran harus dapat mengidentifikasikan tujuan
konsumen karena dapat mempengaruhi perilaku mereka.
d. faktor psikologis
Pilihan pembelian seseorang juga dipengaruhi oleh tiga faktor
psikologis, yaitu:
1) Motivasi
Motivasi atau dorongan adalah suatu kebutuhan yang cukup
mendasar untuk mengarahkan seseorang supaya mencari pemuasan
terhadap kebutuhan itu.
26
2) Persepsi
Persepsi dapat diartikan sebagai proses dimana seorang individual
memilih, merumuskan dan menafsirkan masukan informasi untuk
menciptakan gambaran mengenai dunia. Persepsi tidak tergantung
pada karakter rangsangan fisik, tetapi juga pada hubungan
rangsangan tersebut dengan laporan sekitar dan kondisi individu
sendiri.
3) Pengetahuan
Pengetahuan menjelaskan perubahan dalam perilaku suatu individu
yang berasal dari pengalaman. Teori pengetahuan mengajarkan
kepada para pemasar, bahwa mereka dapat menciptakan
permintaan akan suatu produk dengan menghubungkan terhadap
dorongan yang kuat, menggunakan petunjuk yang memotivasinya
dan memberikan pungutan yang positif.
F. Merek (Brand)
Brand sudah sejak lama digunakan sebagai alat untuk membedakan barang
yang diproduksi antara produsen yang satu dengan yang lain. Definisi merek
(brand) menurut Darmadi Durianto (2001:1):
Merek merupakan nama, istilah, tanda, simbol desain, ataupun kombinasinya yang mengidentifikasikan suatu produk/jasa yang dihasilkan oleh suatu perusahan. Identifikasi tersebut juga berfungsi untuk membedakan dengan produk
yang ditawarkan oleh pesaing. Lebih jauh lagi merek merupakan nilai tangible
27
dan intangible yang terwakili dalam sebuah trademark (merek dagang) yang
mampu menciptakan nilai dan pengaruh tersendiri di pasar apabila diatur
dengan tepat (Durianto et al,2001).
1. Merek sebagai nilai (Brand as value)
Menurut Kartajaya, brand merupakan salah satu elemen penting dalam
pemasaran. Ia mengelompokkan brand sebagai salah satu elemen dalam
pembentukan nilai. Adapun hal tersebut dapat digambarkan sebagai
berikut:
Gambar II.3
Brand
Process Service
Adapun tahapan brand dalam fungsinya sebagai pembentuk nilai
sebagai berikut:
Tabel II.1 Tahapan Brand dalam Fungsinya Sebagai Pembentuk Nilai
Brand Just a name Brand awarness Brand
association Brand quality Brand
loyality
Service One business category
Value added business
Value in use business
Customer satisfying business
The only business category
Process System and procedures
implementation
Interfunctional team work
Functional streamling
Total delivery reengineering
Extended chain
Sumber: Markplus 2000 Conceptual Frame work
Value
28
a. Brand. Pada kondisi ini perusahaan tidak memiliki pesaing sama sekali
dalam melayani pelanggan (kondisi 2C stabil, customer, company).
Selain itu juga tidak ada perubahan lingkungan yang perlu
diperhitungkan. Disini brand (merek) pada produknya hanya
merupakan sekedar nama (just a name). Pada situasi berikutnya
perusahaan melakukan beberapa usaha supaya mereknya dikenal
banyak orang (brand awerness), punya asosiasi tertentu di benak
konsumen (brand association), dipersepsikan punya kualitas yang baik
(perceived quality). Akhirnya, perusahaan berusaha supaya pembeli
benar-benar puas dan selalu setia pada mereknya (brand loyalty).
Dengan demikian brand akan mempunyai brand equity cukup besar
bagi perusahaan.
b. Pelayanan (service). Pada bentuk 2C, perusahaan baru menganggap
pelayanan sebagai salah satu kategori “produk dan jasa”. Pada kondisi
perusahaan merasa perlu menambah pelayanan dalam rangka
memberikan nilai tambah (value added). Lebih jauh lagi, perusahaan
akan memberikan nilai apa yang sebenarnya bisa digunakan oleh
konsumen (value in use), kemudian perusahaan memberikan pelayanan
untuk memuaskan konsumen.
c. Proses (process). Karyawan bekerja berdasarkan sistem dan prosedur
yang ada sesuai dengan tugas masing-masing. Bentuk organisasi yang
popular disaat seperti ini adalah bentuk piramid (sistem dan prosedur
29
implementation), kemudian berkembang adanya kerjasama antar fungsi
(interfunctional teamwork), kemudian bila persaingan semakin
meningkat perusahaan akan mendesain ulang dengan membuat struktur
perusahaan jadi lebih baik.
2. Ekuitas merek (Brand equity)
Merek bervariasi dalm pengaruh maupun ekuitasnya di pasar. Merek
dengan ekuitas merek yang tinggi adalah aset yang berharga, karena merek
memiliki kredibilitas yang tinggi maka perusahaan akan lebih mudah
untuk melakukan perluasan lini dan mereknya.
Definisi brand equity menurut Darmadi Durianto (2001:21):
Seperangkat aset dan liabilitas merek yang terkait dengan suatu merek, nama, simbol, yang mampu atau mengurangi nilai yang diberikan oleh sebuah produk atau jasa baik pada perusahaan atau pelanggan.
3. Strategi identifikasi merek
Nama merek membedakan suatu produk dari produk-produk pesaing.
Sebuah identitas merek yang kuat akan menciptakan keunggulan yang
utama. Merek yang dikenal oleh pembeli mendorong pembelian secara
berulang-ulang. Salah satu dari pilihan strategi merek mungkin merupakan
stategi yang cocok bagi perusahaan, aspek yang mendukung strategi
a. Specific product branding. Strategi pemberian nama merek pada suatu
produk tertentu digunakan oleh berbagai produsen yang menghasilkan
30
barang-barang yang sering dibeli, seperti: popok merek Pampers,
sabun Ivory.
b. Product line branding. Strategi ini menempatkan nama produk pada
suatu lini produk yang berkaitan. Produsen pakaian pria memiliki
beberapa merek pakaian pria seperti Austin Reed. Strategi ini lebih
efektif apabila sebuah perusahaan mempunyai beberapa lini yang
masing-masing lininya saling berkaitan.
c. Corporate branding. Strategi ini membangun identitas merek dengan
menggunakan nama perusahaan untuk mengidentifikasi seluruh produk
yang ditawarkan. Contohnya IBM dalam computer, Detroit Diesel
untuk mesin-mesin truk. Keunggulannya adalah menggunakan satu
periklanan dan program promosi penjualan untuk mendukung semua
produk perusahaan. Kelemahannya kurang fokus pada produk-produk
tertentu dan efek yang merugikan pada seluruh portfolio produk jika
perusahaan menghadapi publisitas negatif.
d. Combination branding. Menggunakan kombinasi dari beberapa
strategi merek yang ada misalnya Sears menggunakan strategi lini
produk dan pemberian nama merek korporasi, akan tetapi strategi ini
kurang efektif untuk merek-merek produk yang mahal dan sering
dibeli.
e. Private branding. Retailer yang mengeluarkan produk dengan
namanya, biasanya melakukan perjanjian dengan produsen atau
manufaktur untuk menempatkan merek-merek pengecer pada produk-
31
produk yang dibuat. Praktek seperti ini yang disebut dengan private
branding. Keunggulan utama bagi produsen adalah berkurangnya
biaya pemasaran untuk sampai ke konsumen akhir. Pengecer
menggunakan merek pribadinya untuk membangun loyalitas toko
karena merek pribadi diasosiasikan dengan toko-toko pengecer
tersebut.
G. Hipotesis
Hipotesis merupakan pernyataan atau kesimpulan sementara sehingga
untuk membuktikan kebenarannya perlu diadakan pengujian dan analisa
(Sugiono, 2000:51). Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
1. Ada perbedaan persepsi Marketing Mix dari pengguna berbagai merek
sepatu sepakbola ditinjau dari usia konsumen.
2. Ada perbedaan persepsi Marketing Mix dari pengguna berbagai merek
sepatu sepakbola ditinjau dari jenis pekerjaan konsumen.
3. Ada perbedaan persepsi Marketing Mix dari pengguna berbagai merek
sepatu sepakbola ditinjau dari tingkat pendapatan konsumen.
4. Ada perbedaan persepsi Marketing Mix terhadap berbagai merek sepatu
sepakbola.
32
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Dilihat dari hubungan antar variabel maka penelitian ini termasuk
penelitian komparatif. Jenis penelitian komparatif merupakan jenis penelitian
yang membandingkan dua sampel atau lebih.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di lapangan Popongan, Jombor dan MMTC,
Kelurahan Sinduadi Kecamatan Mlati Kabupaten Sleman. Waktu penelitian
dilaksanakan pada bulan Maret tahun 2009.
C. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek dalam penelitian ini adalah pemain sepakbola anggota klub
sepakbola di Kelurahan Sinduadi yang terdaftar resmi di kompetisi
sepakbola Pengcap PSSI Sleman.
2. Objek dalam penelitian ini adalah variabel persepsi Marketing Mix yang
mempengaruhi pemilihan sepatu sepakbola, yang meliputi harga, produk,
distribusi dan promosi.
33
D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang dapat dijadikan objek
penelitian atau faktor-faktor yang berperan di dalam penelitian atau faktor-
faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang diteliti sesuai dengan
perumusan masalah. Dalam penelitian ini maka yang menjadi variabel
penelitian adalah :
1. Usia
Pengelompokan usia (BPS Propinsi DIY, 1994) dibedakan menjadi:
a. 17-26 tahun
b. 27-35 tahun
c. 35 tahun keatas
2. Pekerjaan
Pembagian ini didasarkan pada jenjang kepegawaian yang ada di Negara
Indonesia:
a. Pelajar / Mahasiswa
b. Pegawai Negeri
c. Pegawai Swasta
d. Pengusaha / Wiraswasta
e. Lain-lain
3. Pendapatan setiap bulan
Penghasilan yang dihitung adalah pendapatan rata-rata yang diperoleh
setiap bulan (termasuk uang saku / kiriman dari orang tua bagi pelajar /
mahasiswa)
34
a. < Rp 500.000
b. Rp 500.000 – < Rp 2.000.000
c. Rp 2.000.000 – Rp 4.000.000
d. > Rp 4.000.000
Definisi operasional adalah suatu definisi yang dinyatakan dalam kriteria
atau operasi yang dapat diuji secara khusus (Choope dan Emory, 1996:37).
1. Kebijakan produk
Kebijakan dari perusahaan untuk menentukan suatu barang, jasa, atau
gagasan yang dipasarkan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan
konsumen, termasuk di dalamnya berbagai macam keunggulan yang
dimiliki oleh produk sepatu sepakbola, yang meliputi model, pilihan
model, dan kenyamanan saat digunakan.
2. Kebijakan harga
Kebijakan dari perusahaan untuk menetapkan sejumlah uang yang
harus dibayar oleh konsumen untuk mendapatkan sepatu sepakbola, yang
meliputi kesesuaian dengan daya beli, pertimbangan pilihan harga,
perbandingan harga dengan merek lain.
3. Kebijakan distribusi
Kebijakan dari perusahaan untuk menetapkan berbagai kegiatan agar
sepatu sepakbola yang ditawarkan dapat diperoleh dan tersedia bagi
konsumen, yang meliputi ketersediaan di toko olahraga, dan stok yang
tersedia di toko olahraga.
35
4. Kebijakan promosi
Berbagai kegiatan yang dilakukan oleh produsen sepatu sepakbola
untuk mengkomunikasikan keunggulan dan keistimewaan produk sepatu
sepakbola, serta membujuk konsumen agar membeli, yang meliputi
promosi sepatu sepakbola di media cetak dan elektronik, iklan di media
cetak yang menarik dan partisipasi sepatu sepakbola tersebut menjadi
sponsor acara olahraga.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh
peneliti untuk mengumpulkan data (Arikunto, 2000 : 134). Adapun teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Kuesioner
Kuesioner adalah teknik pengumpulan data dengan cara menyebarkan
angket, yang berisi macam-macam pertanyaan yang berhubungan dengan
persepsi Marketing Mix dari pengguna berbagai merek sepatu, berdasarkan
karakteristik responden.
Untuk metode kuesioner, daftar pertanyaan memiliki beberapa item
sebagai variasi jawaban tiap variabel. Untuk pertanyaan yang berhubungan
dengan variabel penelitian atau pertanyaan ini diberi alternatif jawaban 5
kategori dengan skor jawaban 1 sampai 5 yang disesuaikan dengan skala
Likert (Sugiyono, 2000:86) yaitu:
36
a. Kategori Sangat Setuju = skor 5
b. Kategori Setuju = skor 4
c. Kategori Netral = skor 3
d. Kategori Tidak Setuju = skor 2
e. Kategori Sangat Tidak Setuju = skor 1
2. Dokumentasi
Dokumentasi adalah metode pengumpulan data dengan menyalin data
yang ada di majalah dan internet.
F. Populasi Sampel dan Teknik Sampling
1. Populasi dalam penelitian ini meliputi pemain sepakbola anggota klub di
Kelurahan Sinduadi yang terdaftar resmi di Kompetisi Sepakbola Pengcap
PSSI Sleman. Anggota populasi dalam penelitian ini meliputi empat klub
sepakbola yang berjumlah 108 orang.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiyono, 1999:73). Sugiyono (1999:81) mengatakan
dengan α = 5% dari populasi 108 orang, maka jumlah sampel yang
diambil sebesar 83 orang (diketahui dalam tabel).
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Quota Sampling
(sampling kuota). Sampling kuota adalah adalah teknik untuk menentukan
sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah
(kuota) yang diinginkan.
37
G. Teknik Pengujian Instrumen
Untuk menguji valid dan reliabel dari semua pertanyaan yang terdapat di
kuesioner, digunakan analisis sebagai berikut :
1. Pengujian Validitas
Validitas dalam penelitian dijelaskan sebagai sesuatu derajat ketepatan
alat ukur penelitian tentang isi atau arti sebenarnya yang ukur. Untuk
mengukur validitas kuesioner yang dibagikan kepada responden maka
digunakan teknik korelasi Product Moment dari Karl Pearson dengan
rumus (Usman dan Purnomo, 2000:203) :
( )( )( ){ } ( ){ }[ ]2222 ∑∑∑∑∑ ∑∑
−−
−=
yyNxxN
yxxyNrxy
Keterangan :
xyr : Koefisien korelasi tiap item ( hitungr )
∑ x : Jumlah skor X
∑ y : Jumlah skor Y
∑ XY : Jumlah hasil kali antara X dan Y
N : Banyaknya responden
Untuk menentukan instrumen ini valid atau tidak maka ketentuannya
adalah sebagai berikut :
Jika hitungr ≥ tabelr dengan taraf keyakinan 95 % maka instrumen
tersebut dikatakan valid.
38
Jika hitungr < tabelr dengan taraf keyakinan 95 % maka instrumen
tersebut dikatakan tidak valid.
2. Pengujian Reliabilitas
Reliabilitas adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan sejauh
mana suatu hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran diulangi
dua kali atau lebih. Pengukuran ini menggunakan uji koefisien Spearman
Brown:
xy
xyii r
rr
+12
:
Keterangan :
iir : koefisien reabilitas dengan taraf signifikansi 5%
xyr : koefisien korelasi antar item yang bernomor ganjil dan genap
Untuk menentukan apakah instrumen itu reliabel atau tidak digunakan
ketentuan sebagai berikut :
Jika hitungr ≥ tabelr dengan taraf keyakinan 95 % maka instrumen
tersebut dikatakan reliabel.
Jika hitungr < tabelr dengan taraf keyakinan 95 % maka instrumen
tersebut dikatakan tidak reliabel.
H. Teknik Analisis Data
1. Merumuskan Hipotesis
39
Ada 4 hipotesis yang dirumuskan :
a) H0: 321 AAA μμμ == ;
Tidak ada perbedaan persepsi Marketing Mix dari pengguna berbagai
merek sepatu sepakbola ditinjau dari usia konsumen.
HA: 321 AAA μμμ ≠≠ ;
Ada perbedaan persepsi Marketing Mix dari pengguna berbagai merek
sepatu sepakbola ditinjau dari usia konsumen.
b) H0: 54321 BBBBB μμμμμ ==== ;
Tidak ada perbedaan persepsi Marketing Mix dari pengguna berbagai
merek sepatu sepakbola ditinjau dari jenis pekerjaan konsumen.
HA: 321 BBB μμμ ≠≠ 54 BB μμ ≠≠ ;
Ada perbedaan persepsi Marketing Mix dari pengguna berbagai merek
sepatu sepakbola ditinjau dari jenis pekerjaan konsumen.
c) H0: ;4321 CCCC μμμμ ===
Tidak ada perbedaan persepsi Marketing Mix dari pengguna berbagai
merek sepatu sepakbola ditinjau dari pendapatan konsumen.
HA: 321 CCC μμμ ≠≠ 4Cμ≠ ;
Ada perbedaan persepsi Marketing Mix dari pengguna berbagai merek
sepatu sepakbola ditinjau dari pendapatan.
d) H0: ;4321 DDDD μμμμ ===
40
Tidak ada perbedaan persepsi Marketing Mix terhadap berbagai merek
sepatu sepakbola.
HA: 321 DDD μμμ ≠≠ 4Dμ≠ ;
Ada perbedaan persepsi Marketing Mix terhadap berbagai merek
sepatu sepakbola.
2. ANOVA (Analysis of Varians) Satu Arah
Analisis ini digunakan untuk menguji semua hipotesis yang ada.
Perhitungan ini menggunakan program SPSS 12,00 for window. Langkah-
langkah yang diperlukan dalam pengujian hipotesis dengan Anova satu
arah adalah sebagai berikut (Sugiono, 2003:195) :
a. Menghitung jumlah kuadrat total :
( )
∑ ∑−=Nx
xJK totaltotaltotal
22
b. Menghitung jumlah kuadrat antar :
( ) ( ) ( ) ( )
NnnnJK total
m
mant
22
2
22
1
21 ... ∑∑∑∑ −+++=
χχχχ
c. Menghitung jumlah kuadrat dalam:
anttotaldalam JKJKJK −=
d. Menghitung Mean Kuadrat antar :
mN
JKMK ant
ant −=
e. Menghitung mean kuadrat dalam:
mN
JKMK dalam
dalam −=
f. Menghitung F hitung dengan cara membagi MK antar dengan MK
dalam
41
dal
anthit MK
MKF =
g. Membandingkan F hitung dengan F tabel
h. Membuat keputusan pengujian hipotesis Ho ditolak atau diterima
i. Memasukkan hasil perhitungan ke dalam tabel ringkasan Anova
Oneway
Tabel III.1 Ringkasan Anova satu arah
Variabel Sumber Variasi
Dk (df) Jumlah Kuadrat
Mean Kuadrat
F hitung
F tabel 5%
Antar kelompok
Antar baris
Total
Pertama : Jika F hitung < F tabel, maka H0 diterima dan HA ditolak. Ini
berarti tidak ada perbedaan persepsi Marketing Mix. Sedangkan bila F
hitung ≥ F tabel , maka H0 ditolak dan HA diterima berarti ada
perbedaan persepsi Marketing Mix dari pengguna berbagai merek
sepatu sepakbola ditinjau dari usia konsumen
Kedua : Jika F hitung < F tabel, maka H0 diterima dan HA ditolak. Ini
berarti tidak ada perbedaan persepsi Marketing Mix. Sedangkan bila F
hitung ≥ F tabel , maka H0 ditolak dan HA diterima berarti ada
perbedaan persepsi Marketing Mix dari pengguna berbagai merek
sepatu sepakbola ditinjau dari jenis pekerjaan konsumen.
42
Ketiga : Jika F hitung < F tabel, maka H0 diterima dan HA ditolak. Ini
berarti tidak ada perbedaan persepsi Marketing Mix. Sedangkan bila F
hitung ≥ F tabel , maka H0 ditolak dan HA diterima berarti ada
perbedaan persepsi Marketing Mix dari pengguna berbagai merek
sepatu sepakbola ditinjau dari jenis pendapatan konsumen.
Keempat : Jika F hitung < F tabel, maka H0 diterima dan HA ditolak.
Ini berarti tidak ada perbedaan persepsi Marketing Mix. Sedangkan
bila F hitung ≥ F tabel , maka H0 ditolak dan HA diterima berarti ada
perbedaan persepsi Marketing Mix terhadap berbagai merek sepatu
sepakbola.
Tabel III.2 Analisis Perbedaan Persepsi Marketing Mix dari Pengguna Berbagai Merek
Sepatu Sepakbola ditinjau dari Usia Konsumen No. Variabel Usia Mean F Prob 1. Produk 17-26 tahun
27-35 tahun 35 tahun keatas
2. Harga 17-26 tahun 27-35 tahun 35 tahun keatas
3. Distribusi 17-26 tahun 27-35 tahun 35 tahun keatas
4. Promosi 17-26 tahun 27-35 tahun 35 tahun keatas
43
Tabel III.3 Analisis Perbedaan Persepsi Marketing Mix dari Pengguna Berbagai Merek
Sepatu Sepakbola ditinjau dari Pekerjaan Konsumen No. Variabel Jenis Pekerjaan Mean F Prob.
1. Produk Pelajar / Mahasiswa Pegawai Negeri Pegawai Swasta Pengusaha / Wiraswasta Lain-lain
2. Harga Pelajar / Mahasiswa Pegawai Negeri Pegawai Swasta Pengusaha / Wiraswasta Lain-lain
3. Distribusi Pelajar / Mahasiswa Pegawai Negeri Pegawai Swasta Pengusaha / Wiraswasta Lain-lain
4. Promosi Pelajar / Mahasiswa Pegawai Negeri Pegawai Swasta Pengusaha / Wiraswasta Lain-lain
44
Tabel III.4 Analisis Perbedaan Persepsi Marketing Mix dari Pengguna Berbagai Merek
Sepatu Sepakbola ditinjau dari Pendapatan Konsumen per bulan No. Variabel Tingkat Pendapatan Mean F Prob 1. Produk < Rp 500.000
Rp 500.000 – < Rp 2.000.000 Rp 2.000.000 – Rp 4.000.000 > Rp 4.000.000
2. Harga < Rp 500.000 Rp 500.000 – < Rp 2.000.000 Rp 2.000.000 – Rp 4.000.000 > Rp 4.000.000
3. Distribusi < Rp 500.000 Rp 500.000 – < Rp 2.000.000 Rp 2.000.000 – Rp 4.000.000 > Rp 4.000.000
4. Promosi < Rp 500.000 Rp 500.000 – < Rp 2.000.000 Rp 2.000.000 – Rp 4.000.000 > Rp 4.000.000
Tabel III.5
Analisis Perbedaan Persepsi Marketing Mix Terhadap Berbagai Merek Sepatu Sepakbola
No. Variabel Merek Sepatu Mean F Prob
1. Produk Specs Lotto Adidas Merek lain
2. Harga Specs Lotto Adidas Merek lain
3. Distribusi Specs Lotto Adidas Merek lain
4. Promosi Specs Lotto Adidas Merek lain
45
BAB IV
GAMBARAN UMUM DESA SINDUADI
A. Potensi Sumber Daya Alam
1. Potensi umum:
a. Batas wilayah
Sebelah utara : Desa Sendangadi
Sebelah selatan : Desa Karangwaru
Sebelah timur : Kecamatan Depok
Sebelah barat : Desa Trihanggo
b. Luas wilayah menurut penggunaan:
Luas pemukiman : 217,7 ha
Luas persawahan : 330,65 ha
Luas kuburan : 5,9 ha
Luas pekarangan :217,27 ha
Perkantoran : 3 ha
Luas prasarana umum lainnya : 81,87 ha
Total luas : 737 ha
c. Tanah fasilitas umum:
Tanah bengkok : 49 ha
Lapangan olahraga : 5 ha
Tempat pembuangan sampah : 1,8 ha
46
Pertokoan : 4 ha
Jalan : 10,81 ha
d. Orbitrasi
Jarak ke ibukota kecamatan : 8 Km
Jarak ke ibukota kabupaten : 6 Km
Jarak ke ibukota propinsi : 6 Km
2. Pertanian, peternakan dan perikanan
a. Pertanian
Sawah irigasi teknis : 200 ha
Sawah irigasi setengah teknis : 20 ha
b. Peternakan
1) Jenis populasi ternak
Tabel IV.1
Jenis Populasi Ternak
Jenis Ternak Jumlah Pemilik Perkiraan Jumlah Populasi
Sapi 189 orang 393 ekor Kerbau 9 orang 18 ekor Ayam kampung 1560 orang 18.715 ekor Bebek 25 orang 632 ekor Kambing 41 orang 163 ekor Domba 141 orang 563 ekor
2) Pemilik usaha pengolahan hasil ternak
Dendeng : 2 orang
47
Abon : 3 orang
Telur asin : 50 orang
Kerajinan tangan : 25 orang
c. Perikanan
1) Jenis dan sarana produksi budidaya ikan air tawar
Tabel IV.2
Jenis dan Sarana Produksi Budidaya Ikan Air Tawar
Media Pemeliharaan Jumlah / luas Produksi Karamba 14 unit 620 ton /tahun Kolam 7 ha 310 ton /tahun Pancingan 60 unit 12,4 ton /tahun
2) Jenis ikan dan produksi
Bawal : 150 ton / tahun
Mujair : 5 ton / tahun
Lele : 12 ton / tahun
Nila : 17 ton / tahun
Gurame : 18 ton / tahun
3. Sumber daya air
Tabel IV.3
Sumber Daya Air
Jenis Jumlah (unit) Pemanfaat (KK) Mata air 11.206 389 Sumur gali 6.595 6.595 Sumur pompa 292 362 PAM 3.429 3.429 Sungai 2 -
48
B. Potensi Sumber Daya Manusia
1. Jumlah
Jumlah laki-laki : 16.600 orang
Jumlah perempuan : 15.507 orang
Jumlah total : 32.107 orang
Jumlah kepala keluarga : 11.429 orang
Kepadatan penduduk : 16 orang / km2
2. Mata pencaharian pokok
Tabel IV.4
Mata Pencaharian Pokok
Jenis Pekerjaan Pokok Laki-Laki Perempuan Petani 400 orang 137 orang Buruh tani 200 orang 75 orang PNS 578 orang 392 orang Pengrajin industri rumah tangga 55 orang 85 orang Pedagang keliling 8 orang 82 orang Peternak 152 orang 10 orang Montir 51 orang - Dokter swasta 32 orang 6 orang Bidan swasta - 16 orang Perawat - 2 orang Pembantu rumah tangga - 57 orang TNI 1.110 orang - POLRI 1.310 orang - Pensiunan PNS / TNI / POLRI 547 orang - Pengacara 8 orang - Notaris 3 orang 2 orang Dukun kampung terlatih - 2 orang Dosen Swasta 23 orang 7 orang Karyawan perusahaan swasta 553 orang 263 orang Karyawan perusahaan pemerintah 53 orang 27 orang
49
3. Agama
Tabel IV.5
Agama
Agama Laki-Laki Perempuan Islam 13.096 orang 12.320 orang Kristen 1.194 orang 1100 orang Katholik 1.728 orang 1200 orang Hindu 213 orang 123 orang Budha 57 orang 32 orang Konghucu 17 orang 6 orang Kepercayaan Kepada Tuhan YME 7 orang 6 orang
50
BAB V
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Dalam penelitian ini, data yang dianalisis diperoleh dari kuesioner yang
disebarkan kepada 83 responden yang telah ditentukan, yaitu pemain sepakbola
anggota klub sepakbola di Kelurahan Sinduadi yang terdaftar resmi di kompetisi
Pengcap PSSI Kabupaten Sleman. Data yang telah diperoleh dianalisis
menggunakan analisis validitas dan reliabilitas, dan Anova Oneway.
A. Pengujian Instrumen Penelitian
1. Uji Validitas
Validitas dalam penelitian dijelaskan sebagai sesuatu derajat ketepatan
alat ukur penelitian tentang isi atau arti sebenarnya. Dalam pengujian
validitas kuesioner terhadap 83 responden digunakan uji dua sisi dengan
taraf signifikansi 0,05. Kriteria pengujian jika hitungr ≥ tabelr maka item-
item pernyataan dinyatakan valid. Untuk mengukur validitas kuesioner
yang dibagikan kepada responden digunakan teknik korelasi Product
Moment dari Karl Pearson. Koefisien korelasi yang diperoleh adalah
sebagai berikut:
51
Tabel V.1 Uji Validitas
No. hitungr tabelr Keterangan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11
.578
.202
.605
.207
.340
.597
.494
.594
.626
.726
.664
.148
.148
.148
.148
.148
.148
.148
.148
.148
.148
.148
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Sumber: data primer diolah,2009.
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah istilah yang digunakan untuk mengetahui sejauh
mana suatu hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran diulangi
dua kali atau lebih. Pengukuran ini menggunakan teknik korelasi Product
Moment dari Karl Pearson.
Setelah koefisien korelasi item bernomor ganjil dan genap didapat
maka dimasukkan ke dalam rumus Spearman Brown, didapatkan hasil:
Tabel V.2 Uji Reliabilitas
No hitungr tabelr Keterangan 1. .796
.148
Reliabel
Sumber: data primer diolah, 2009
52
Bila ir lebih besar dari tabelr (α =0,05 ; df: N-2 = 81 ; tabelr = 0,148),
maka pernyataan tersebut reliabel, tetapi bila ir lebih kecil dari tabelr (α =
0,05 ; df: N-2 = 81 ; tabelr = 0,148.), maka pernyataan tersebut tidak
reliabel.
B. Karakteristik Responden
Untuk memperoleh gambaran tentang karakteristik responden yang diteliti,
dilakukan pengolahan terhadap data melalui perhitungan statistik deskriptif.
Analisis data responden ini diklasifikasikan berdasarkan:
1. Usia
Tabel V.3 Karakteristik Konsumen Berdasarkan Usia
Usia Jumlah Persentase (%) 17 -26 tahun 40 48,19 27 – 35 tahun 28 33,74 35 tahun ke atas 15 18,07 Jumlah 83 100 Sumber: data primer diolah, 2009
Tabel di atas menunjukkan karakteristik dari 83 orang konsumen
berdasarkan usia. Konsumen berusia 17-26 tahun ada 48,19%, berusia 27-
35 tahun ada 33,74% dan konsumen berusia 35 tahun ke atas ada 18,07%.
53
2. Pekerjaan
Tabel V.4 Karakteristik Konsumen Berdasarkan Pekerjaan
Pekerjaan Jumlah Persentase (%) Pelajar / mahasiswa 30 36,15 Pegawai negeri 8 9,64 Pegawai swasta 25 30,12 Pengusaha / wiraswasta 14 16,87 Lain - lain 6 7,23 Jumlah 83 100 Sumber: data primer diolah, 2009
Tabel di atas menunjukkan karaktersitik dari 83 orang konsumen
berdasarkan pekerjaan. Konsumen yang bekerja sebagai pelajar/mahasiswa
ada 36,15%, bekerja sebagai pegawai negeri ada 9,64%, bekerja sebagai
pegawai swasta ada 30,12%, bekerja sebagai pengusaha/wiraswasta ada
16,87 dan lain-lain ada 7,23%.
3. Penghasilan / Uang Saku per Bulan
Tabel V.5 Karakteristik Konsumen Berdasarkan Penghasilan / Uang Saku
per Bulan Penghasilan / Pendapatan per
Bulan Jumlah Persentase (%)
< Rp 500.000 31 37,35 Rp 500.000 – <Rp 2.000.000 37 44,58 Rp 2.000.000 – Rp 4.000.000 8 9,64 >Rp 4.000.000 7 8,43 Jumlah 83 100 Sumber: data primer diolah, 2009
Tabel di atas menunjukkan karakteristik dari 83 orang konsumen
berdasarkan penghasilan/uang saku per bulan. Konsumen yang memiliki
penghasilan/ uang saku <Rp 500.000 ada 37,35%, penghasilan/uang saku
Rp 500.000 - <Rp 2.000.000 ada 44,58%, penghasilan/uang saku Rp
54
2.000.000 – Rp 4.000.000 ada 9,64% dan lebih dari >Rp 4.000.000 ada
8,43%.
4. Team Sepakbola
Tabel V.6 Karakteristik Konsumen Berdasarkan Team Sepakbola
Team Sepakbola Jumlah Persentase (%) PS. Sindutama 22 26,51 PS. Gasebo 20 24,11 PS. Athena 22 26,51 PS. Persibabel 19 22,89 Jumlah 83 100 Sumber: data primer diolah, 2009
Tabel di atas menunjukkan karakteristik dari 83 orang konsumen
berdasarkan asal team sepakbola. Konsumen dari PS. Sindutama ada
26,51%, dari PS. Gasebo 24,11%,dari PS. Athena ada 26,51% dan dari PS.
Persibabel ada 22,89%.
5. Posisi Dalam Sepakbola
Tabel V.7 Karakteristik Konsumen Berdasarkan Posisi Dalam Sepakbola
Posisi Jumlah Persentase (%) Penjaga gawang 4 4,82 Pemain belakang 24 28,92 Pemain tengah 33 39,76 Pemain depan 22 26,51 Jumlah 83 100 Sumber: data primer diolah, 2009
Tabel di atas menunjukkan karakteristik dari 83 orang konsumen
berdasarkan posisi dalam sepakbola. Konsumen yang berposisi sebagai
penjaga gawang ada 4,82%, berposisi sebagai pemain belakang ada
28,92%, berposisi sebagai pemain tengah ada 39,76%, berposisi sebagai
pemain depan ada 26,51%.
55
6. Pilihan Sepatu
Tabel V. 8 Karakteristik Konsumen Berdasarkan pilihan Sepatu
Merek Sepatu Jumlah Persentase (%) Specs 27 32,53 Lotto 15 18,07 Adidas 23 27,71 Merek lain 18 21,69 Jumlah 83 100 Sumber: data primer diolah, 2009
Tabel di atas menunjukkan karakteristik 83 orang konsumen
berdasarkan pilihan sepatu. Konsumen yang memilih sepatu merek Specs
ada 32,53%, sepatu merek Lotto ada 18,07%, sepatu merek Adidas ada
27,71% dan lain-lain ada 21,69%.
C. Prioritas Kepentingan
Prioritas kepentingan bertujuan untuk mengetahui urutan variabel
Marketing Mix dari yang paling penting sampai dengan yang tidak penting
dalam pembelian sepatu sepakbola. Cara perhitungan urutan kepentingan ini
dengan memberi skor pada setiap jawaban, yaitu:
Jawaban 1 skor 4
Jawaban 2 skor 3
Jawaban 3 skor 2
Jawaban 4 skor 1
Kemudian skor tersebut dijumlah, yang memiliki skor tertinggi merupakan
variabel Marketing Mix yang paling penting dan yang memiliki skor terendah
merupakan variabel Marketing Mix yang paling tidak penting.
56
Dari data yang diperoleh dari kuesioner, urutan prioritas kepentingan yang
diperoleh adalah:
Tabel V.9 Urutan Prioritas Kepentingan
No. Urut Variabel Skor 1 harga 290 2 Produk 285 3 Distribusi 146 4 Promosi 110
Sumber: data primer diolah, 2009
Dari tabel di atas dapat diketahui urutan prioritas kepentingan yang
pertama adalah harga dengan skor 290, prioritas kepentingan yang kedua
adalah produk dengan skor 285, prioritas kepentingan yang ketiga adalah
distribusi dengan skor 146 dan prioritas kepentingan terakhir adalah promosi
dengan skor 110.
D. Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah Anova satu arah. Anova satu arah
digunakan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan persepsi Marketing Mix
dari pengguna merek sepatu sepakbola ditinjau dari usia konsumen, jenis
pekerjaan konsumen, tingkat pendapatan konsumen, dan untuk mengetahui
ada tidaknya perbedaan persepsi Marketing Mix terhadap berbagai merek
sepatu sepakbola.
1. Usia konsumen
Jumlah konsumen yang digunakan untuk analisis data berdasarkan usia
konsumen adalah 83 responden yang terdiri dari 40 orang berumur 17-26
57
tahun, 28 orang berumur 27-35 tahun dan 15 orang berumur > 35 tahun
(lihat lampiran Frequency Table). Pengujian selanjutnya dilakukan dengan
menggunakan perhitungan statistik Anova Oneway, program SPSS 12,00
for window (lihat lampiran Anova Oneway usia konsumen) dengan hasil
sebagai berikut:
Tabel V.10 Ringkasan Anova Oneway Usia Konsumen:
Variabel Sumber Variasi
Dk (df)
Jumlah Kuadrat
Mean Kuadrat
hitungF tabelF 5%
Antar kelompok
2 .011 .006
Kebijakan produk Antar baris 80 28.754 .359 .016 3.111 Total 82 28.766 Antar
kelompok 2 .805 .403
Kebijakan harga Antar baris 80 21.934 .274 1.468 3.111 Total 82 22.739 Antar
kelompok 2 1.679 .840
Kebijakan distribusi
Antar baris 80 46.773 .585 1.436 3.111
Total 82 48.452 Antar
kelompok 2 .293 .146
Kebijakan promosi Antar baris 80 73.764 .922 .159 3.111 Total 82 74.056
Sumber: data primer diolah, 2009
2. Pekerjaan konsumen
Jumlah konsumen yang digunakan untuk menganalisis data
berdasarkan pekerjaan konsumen adalah 83 responden yang terdiri dari 30
orang pelajar/ mahasiswa, 8 orang pegawai negeri, 25 orang pegawai
swasta, 14 orang pengusaha/ wiraswasta dan 6 orang memilih lain-lain
(lihat lampiran Frequency Table). Pengujian selanjutnya dilakukan dengan
58
menggunakan perhitungan statistik dengan Anova Oneway, program SPSS
12,00 for window (lihat lampiran Anova Oneway jenis pekerjaan) dengan
hasil sebagai berikut:
Tabel V.11 Ringkasan Anova Oneway Jenis Pekerjaan Konsumen :
Variabel Sumber Variasi
Dk (df)
Jumlah Kuadrat
Mean Kuadrat
hitungF tabelF 5%
Antar kelompok
4 .201 .050
Kebijakan produk Antar baris 78 28.565 .366 .137 2.489 Total 82 28.766 Antar
kelompok 4 .387 .097
Kebijakan harga Antar baris 78 22.352 .287 .338 2.489 Total 82 22..739 Antar
kelompok 4 2.948 .737
Kebijakan distribusi Antar baris 78 45.504 .583 1.263 2.489 Total 82 48.452 Antar
kelompok 4 .443 .111
Kebijakan promosi Antar baris 78 73.613 .944 .117 2.489 Total 82 74.056
Sumber: data primer diolah, 2009
3. Pendapatan konsumen setiap bulan
Jumlah konsumen yang digunakan untuk analisis data berdasarkan
pendapatan setiap bulan adalah 83 responden yang terdiri dari 31 orang
berpendapatan < Rp. 500.000,00,-, 37 orang berpendapatan Rp.
500.000,00,- – < Rp. 2.000.000,00,- , 8 orang berpendapatan Rp
2.000.000,00,- – Rp 4.000.000,00,- dan 7 orang berpendapatan > Rp
4.000.000,00,- (lihat lampiran Frequency Table). Pengujian selanjutnya
dilakukan dengan menggunakan perhitungan statistik dengan Anova
59
Oneway, program SPSS 12,00 for window (lihat lampiran Anova Oneway
pendapatan tiap bulan) dengan hasil sebagai berikut:
Tabel V.12 Ringkasan Anova Oneway Pendapatan Konsumen Setiap Bulan: Variabel Sumber
Variasi Dk (df)
Jumlah Kuadrat
Mean Kuadrat
hitungF tabelF 5%
Antar kelompok
3 .614 .205
Kebijakan produk Antar baris 79 28.152 .356 .574 2.720 Total 82 28.766 Antar
kelompok 3 .606 .202
Kebijakan harga Antar baris 79 22.133 .280 .721 2.720 Total 82 22.739 Antar
kelompok 3 1.485 .495
Kebijakan distribusi Antar baris 79 46.967 .595 .832 2.720 Total 82 48.452 Antar
kelompok 3 4.252 1.417
Kebijakan promosi Antar baris 79 69.805 .884 1.604 2.720 Total 82 74.056
Sumber: data primer diolah, 2009
4. Pilihan sepatu
Jumlah konsumen yang digunakan untuk menganalisis data
berdasarkan pilihan sepatu yang paling disukai konsumen adalah 83
responden yang terdiri dari 27 orang memilih merek Specs, 15 orang
memilih Lotto, 23 orang memilih Adidas dan 18 orang memilih merek lain
(lihat lampiran Frequency Table). Pengujian selanjutnya dilakukan dengan
menggunakan perhitungan statistik dengan Anova Oneway, program SPSS
12,00 for window (lihat lampiran Anova Oneway pilihan sepatu) dengan
hasil sebagai berikut:
60
Tabel V.13 Ringkasan Anova Oneway Pilihan Sepatu Konsumen :
Variabel Sumber Variasi
Dk (df)
Jumlah Kuadrat
Mean Kuadrat
hitungF
tabelF 5%
Antar kelompok
3 .929 .310
Kebijakan produk Antar baris 79 27.837 .352 .879 2.720 Total 82 28.766 Antar
kelompok 3 .542 .181
Kebijakan harga Antar baris 79 22.197 .281 .644 2.720 Total 82 22.739 Antar
kelompok 3 1.705 .568
Kebijakan distribusi Antar baris 79 46.746 .592 .961 2.720 Total 82 48.452 Antar
kelompok 3 5.067 1.689
Kebijakan promosi Antar baris 79 68.989 .873 1.934 2.720 Total 82 74.056
Sumber: data primer diolah, 2009
E. Pembahasan
1. Dari perhitungan analisis Anova Oneway untuk menganalisis perbedaan
persepsi Marketing Mix dari pengguna berbagai merek sepatu sepakbola
ditinjau dari usia konsumen diperoleh hasil sebagai berikut:
NOMOR NAMA PEMAIN 1 Didik Harwoto 2 Ari Dwijayanto 3 Andri Setya Wibowo 4 Suprihyadi 5 Bambang Rustamaji 6 Supriyanto 7 Cornelius Puput Agung Andriyanto 8 Agus Priyono 9 Budi S. 10 Suyatno 11 Alexander Totok S. 12 Sarwedi D. 13 Lukas Dhany Sanjaya 14 Edi Sujarwo 15 Suharno Hadi Miharjo 16 Dwi Susanto 17 Fajar Ariwibowo 18 Pujo Kristiyanto 19 Tri Nanda Radian P. 20 Turhadi Setya Budi 21 Ragil Santosa 22 Y. Budi Asmoro 23 Yohanes 24 Bangun budi Mulyawan 25 Bondhan Sosiarto 26 Parman 27 Y. Wijaya Kusuma
139
DAFTAR PEMAIN
PS. ATHENA
NOMOR NAMA PEMAIN 1 Ade Christantra 2 Dwi Sapta Anggoro 3 Rahmad Tri Nurhadi 4 Bagus Wibisono 5 Anjas Septiawan 6 Wahyu Tri Widodo 7 Dradjad Giri Pawoko 8 Dedy Marhaendra 9 Ade Ryan Nurochman 10 Marts Restu Hilyawan 11 Irsan Sulistya 12 Anggit W. 13 Bambang Nur Cahyo 14 Bilal Wakerkwa 15 Anjar Permadi 16 Bambang Rahman 17 Agung Setiawan 18 Didik Kurniadi Setiawan 19 Rudiyanto 20 Amara Sangga Rivananda 21 Widayadi 22 Sigit 23 Ariel Habel W. 24 Panggih Wahyudi 25 Ali Mustafa 26 Miyanto 27 Agus purnomo Hadi 28 Kristoforus Vinsen M. 29 Abdurrahman
140
DAFTAR PEMAIN
PS. PERSIBABEL
NOMOR NAMA PEMAIN 1 Triono 2 Rendy 3 Noly Cristino 4 Nanda 5 Novan Rasencha 6 Lucky Edwardo 7 Rova Irawan Pradana 8 Gita Wardana 9 Yuslizar 10 Gustami Akbar 11 Sigit 12 Triono 13 Gino Wahyudi 14 Zulfan Ryan 15 Faik Rusmawanto 16 Haris Achyari 17 Jonnito 18 Erwin 19 L. Yuli Wicaksono 20 Sudaryanto 21 Yoga Oktarita 22 Subkhan Anshori
141
DAFTAR PEMAIN
PS. SINDUTAMA
NOMOR NAMA PEMAIN 1 Alqua Ardiyanto 2 Heri Santoso 3 Hendy Cariantoro 4 Ari Dwijayanto 5 Nandang H. 6 Hadi Legowo 7 Samono 8 Haryanto Andi Prasetyo 9 Siregar Feri Hadianto 10 Deni Sugianto 11 Parmadi S. 12 Riyanto 13 Margianto 14 Marsudi 15 Nurfuad Zain 16 Ronald Dominggus Murib 17 Anwar Anas 18 Edy 19 IKhsan Putra Digdaya 20 Taufik Yuniardi 21 Ledi Arif Ansori 22 Lucky Nurdiansyah 23 Yuan fariz R. 24 Tri Sony Iswahyudi 25 Oktavianus 26 Bambang N. 27 Y. Arintoko 28 M. Yusuf Efendi 29 Agus S.