ANALISIS PERKEMBANGAN KOPERASI DI INDONESIA DIBANDINGKAN DENGAN NEGARA-NEGARA MAJU DALAM PERSPEKTIF EKONOMI POLITIK MUHAMMAD IDHAM MAULANA DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
ANALISIS PERKEMBANGAN KOPERASI DI INDONESIA
DIBANDINGKAN DENGAN NEGARA-NEGARA MAJU
DALAM PERSPEKTIF EKONOMI POLITIK
MUHAMMAD IDHAM MAULANA
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Analisis
Perkembangan Koperasi Di Indonesia Dibandingkan Dengan Negara-Negara Maju
Dalam Perspektif Ekonomi Politik adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun ke perguruan tinggi mana
pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2016
Muhammad Idham Maulana
NIM H14110062
ABSTRAK
MUHAMMAD IDHAM MAULANA. Analisis Perkembangan Koperasi Di Indonesia
Dibandingkan Dengan Negara-Negara Maju Dalam Perspektif Ekonomi Politik.
Dibimbing oleh DIDIN S. DAMANHURI
Koperasi merupakan organisasi atau perkumpulan yang bekerja sama secara
kekeluargaan dalam menjalankan usaha untuk meningkatkan kesejahteraan anggota
dan sebagai salah satu penggerak perekonomian negara. Namun perkembangan
koperasi di Indonesia sampai tahun 2009 tidak termasuk ke dalam koperasi kelas
dunia menurut International Cooperative Alliance (ICA) jika dibandingkan dengan
beberapa koperasi di negara lain seperti Swedia, Amerika Serikat, dan Korea Selatan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejarah perkembangan koperasi dan
karakteristik koperasi di Indonesia dibandingkan dengan Swedia, Amerika Serikat,
dan Korea Selatan. Selain itu pembahasan lebih diperdalam dengan analisis ekonomi
politik seperti liberal, sosial-demokrat, dan heterodoks. Data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data sekunder dengan teknik pengumpulan data triangulasi.
Metode yang digunakan adalah analisis isi (content analysis) secara deskriptif
kualitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa perkembangan koperasi dan
karakteristik koperasi disetiap negara tidak selalu sama atau terdapat keragaman
dengan ekonomi politik yang berkembang dalam perekonomian suatu negara.
Kata kunci: Analisis Isi, Heterodoks, Koperasi, Liberal, Sosial-Demokrat
ABSTRACT
MUHAMMAD IDHAM MAULANA. Analysis of Cooperative Development in
Indonesia Compare With Advanced Countries in Political Economy Perspective.
Supervised by DIDIN S. DAMANHURI
Cooperative is organization or association that cooperate in running the business
to improve the welfare and as a part of activator the economics of the country.
However, the development of cooperatives in Indonesia until 2009 was not included
in the cooperative of world class in pursuance of the International Cooperative
Alliance (ICA) when compared to some of the cooperatives in other countries such as
Sweden, the United States, and South Korea. This study aims to determine the
historical development of cooperatives and characteristic of cooperatives in Indonesia
compared with Sweden, the United States, and South Korea. Furthermore, the study
further deepened by the analysis of political economy such as liberal, social-
democrat, and heterodox. The data used in this research are secondary data with
technique of data collection of triangulation. The method used is content analysis in
qualitative The results showed that the development of cooperatives and
characteristics of cooperative in each country are not always the same with political
economies that thrive in the economy of a country.
Keyword: Content Analysis, Cooperative, Heterodoks, Liberal, Social-Democrat.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Ilmu Ekonomi
ANALISIS PERKEMBANGAN KOPERASI DI INDONESIA
DIBANDINGKAN DENGAN NEGARA-NEGARA MAJU
DALAM PERSPEKTIF EKONOMI POLITIK
MUHAMMAD IDHAM MAULANA
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PRAKATA
Puji dan syukur kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala atas segala nikmat dan
karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik. Adapun judul
skripsi ini adalah “Analisis Perkembangan Koperasi Di Indonesia Dibandingkan
Dengan Negara-Negara Maju Dalam Perspektif Ekonomi Politik” dengan waktu
penelitian yang dimulai sejak Juli 2015.
Terima kasih penulis ucapkan kepada orang tua Bapak Ruyatman dan Ibu Siti
Lisje Aisjah atas segala doa dan dukungan yang selalu diberikan. Selain itu ucapan
terima kasih juga ditujukan kepada:
1.Bapak Prof. Dr. H. Didin S. Damanhuri, S.E., M.S., D.E.A. selaku dosen
pembimbing skripsi yang telah memberikan arahan, bimbingan, dan saran dalam
membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.
2.Bapak Dr. Alla Asmara, S.Pt., M.Si. sebagai penguji utama dan bapak Dr.
Muhammad Findi A., M.E. selaku komisi pendidikan atas segala kritikan dan
masukannya yang membangun, sehingga penulis mendapat tambahan
pengetahuan baru serta dapat mengetahui kekurangan dan kelemahan dalam
penulisan skripsi.
3.Saudara kandung penulis (Ruli Achmad Sobari dan Syafira Qistina) serta semua
pihak keluarga dekat yang senantiasa memotivasi dan doa yang diberikan.
4.Teman dekat penulis (Cynthia Anindita Vadari) atas doa dan senantiasa
memberikan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini.
5.Teman satu bimbingan skripsi (Faris Ady Nugroho dan Ilham Nuryanto) yang
saling membantu dan memotivasi dalam penyelesaian skripsi ini.
6.Sahabat Penulis (Aga H., Agung S. W., Dody S. D., Fadhlan I., Garin R. A.,
Nugraha, Ginawati D., Raissa R., M. Faisal, Ferriansyah, M. Ulin, Wina A.,
Nadia Nurul N., Fitriaellendika, Nadia P., Rhealin H. K., Alin A., Vita P. N.,
Nadila L., Dian N. A.,) yang senantiasa memotivasi dalam penyelesaian skripsi
ini.
7.Teman-teman Ilmu Ekonomi 48 berserta Kelompok KKP Cibitung Sukabumi
yang turut membantu dan memotivasi dalam penyelesaian skripsi ini.
8.Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini
yang tidak bisa disebutkan satu per satu.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Juli 2016
Muhammad Idham Maulana
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR GAMBAR xi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 3
Tujuan Penelitian 5
Manfaat Penelitian 6
TINJAUAN PUSTAKA 6
Ekonomi Politik 6
Koperasi Dalam Mazhab Ekonomi Liberal 8
Koperasi Dalam Mazhab Ekonomi Sosial Demokrat 10
Koperasi Dalam Mazhab Ekonomi Heterodoks 12
Penelitian Terdahulu 14
Kerangka Pemikiran 14
METODE PENELITIAN 16
Wilayah Penelitian 17
Jenis dan Sumber Data 17
Metode Analisis Data 18
GAMBARAN UMUM 19
Kondisi Geografis 19
Kondisi Perekonomian 20
Politik dan Pemerintahan 27
Koperasi 28
HASIL DAN PEMBAHASAN 33
Sejarah Perkembangan Koperasi Di Indonesia, Dibandingkan
Dengan Swedia, Amerika Serikat, dan Korea Selatan 33
Karakteristik Koperasi Di Indonesia, Dibandingkan Dengan Swedia,
Amerika Serikat, dan Korea Selatan 74
Sintesis 86
SIMPULAN DAN SARAN 88
Simpulan 88
Saran 88
DAFTAR PUSTAKA 89
LAMPIRAN 92
RIWAYAT HIDUP 121
DARTAR TABEL
Tabel Halaman
1 Kontribusi Koperasi Dibandingkan Dengan BUMN Dan Swasta
Terhadap PDB Atas Dasar Harga Berlaku 29
2 Kontribusi Koperasi Swedia Dibandingkan Koperasi Indonesia Terhadap
PDB Atas Dasar Harga Berlaku 30
3 Jumlah Koperasi Swedia Yang Masuk 300 Koperasi Kelas Dunia ICA 30
4 Kontribusi Koperasi Amerika Serikat Dibandingkan Koperasi Indonesia
Terhadap PDB Atas Dasar Harga Berlaku 31
5 Jumlah Koperasi Amerika Serikat Yang Masuk 300 Koperasi Kelas
Dunia ICA 31
6 Kontribusi Koperasi Korea Selatan Dibandingkan Koperasi Indonesia
Terhadap PDB Atas Dasar Harga Berlaku 32
7 Jumlah Koperasi Korea Selatan Yang Masuk 300 Koperasi Kelas Dunia
ICA 32
8 Perbandingan Perkembangan Koperasi di Indonesia, Swedia, Amerika
Serikat, dan Korea Selatan 72
9 Perbandingan Karakteristik Koperasi di Indonesia, Swedia, Amerika
Serikat, dan Korea Selatan 85
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1 Kerangka Pemikiran 16
2 PDB Indonesia 21
3 PDB Per Kapita Indonesia 22
4 PDB Swedia 23
5 PDB Per Kapita Swedia 23
6 PDB Amerika Serikat 24
7 PDB Per Kapita Amerika Serikat 25
8 PDB Korea Selatan 26
9 PDB Per Kapita Korea Selatan 26
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Peta Sebaran 300 Koperasi Kelas Dunia 92
2 300 Koperasi Kelas Dunia Tahun 2010 93
3 300 Koperasi Kelas Dunia Tahun 2011 100
4 300 Koperasi Kelas Dunia Tahun 2012 107
5 300 Koperasi Kelas Dunia Tahun 2013 114
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Koperasi lahir pada saat terjadi revolusi industri sekitar abad ke-18 di Eropa.
Revolusi industri ini dimulai pada tahun 1764 dengan diciptakannya mesin pintal dan
mesin tenun oleh R. Hargreaves untuk menggantikan peran pekerja. Pada
perkembangan selanjutnya berbagai penemuan lain mulai tercipta seperti sistem
penggerak air oleh Arkwright, mesin uap tahun 1765 oleh James Watt. Hal tersebut
membuktikan bahwa revolusi industri merupakan proses perubahan yang cepat dalam
bidang industri karena memberikan pengaruh terhadap kehidupan manusia dengan
adanya kemajuan teknologi, penggunaan mesin-mesin modern sebagai substitusi dari
tenaga kerja manusia dalam produksi, sehingga dapat menekan biaya produksi lebih
rendah dan memperbesar volume usaha.
Bersamaan dengan revolusi industri, pada saat itu terjadi ekonomi politik liberal
yang menyebabkan semakin menguatnya faham kapitalisme1 untuk mencari
keuntungan sebesar-besarnya yang berakibat semakin besarnya pengangguran,
persaingan diantara buruh semakin lebar, dan semakin menurunya upah buruh.2 Pada
situasi tersebut muncul pemikir-pemikir sosial seperti Robert Owen dan Dr. William
King yang membentuk komunitas sosial dan koperasi untuk memperbaiki nasib buruh
sekitar tahun 1830.3
Menurut Ima Suwandi dalam Soesilo (2008) sebelumnya pada tahun 1793
setelah lahirnya The Friendly Societies Act tumbuh organisasi-organisasi yang
bersifat tolong menolong dan dalam perkembangannya melakukan kegiatan di bidang
ekonomi diantara para anggota perkumpulan, sehingga tahun 1844 di Rochdale
(Inggris) 28 orang buruh tenun yang dipimpin oleh Charles Howard sebagai pelopor
berdirinya koperasi konsumsi yang bernama “The Rochdale Society’s Of Equitable
Pioneers”, bahkan menurut Georges Lassere dalam Soesilo (2008) menyebutkan
koperasi tersebut adalah koperasi konsumsi pertama di dunia.4
Mereka mempelajari kegagalan koperasi yang telah dikembangkan sebelumnya,
sehingga disepakati setiap anggota koperasi diwajibkan menyerahkan 240 pence yang
diangsur tiap minggu dua pence dan diwajibkan menyerahkan modal sebesar satu
poundsterling untuk modal pengembangan usaha. Kemudian menyepakati enam
1 Didin S. Damanhuri. 2010. Ekonomi Politik dan Pembangunan. Penerbit IPB Press: Bogor. Hal 14.
Lihat juga Didin S. Damanhuri. 1999. Pilar-Pilar Reformasi Ekonomi Politik. Penerbit Pustaka Hidayah: Jakarta. Hal 78 Kapitalisme adalah suatu sistem ekonomi yang bertumpu pada keuntungan individu tanpa adanya intervensi dari pemerintah 2 Sagimun MD. 1983/1984. Koperasi Indonesia. Penerbit Manasco Departemen Perdagangan dan
Koperasi: Jakarta. Hal 18 lihat juga H. M. Iskandar Soesilo. 2008. Dinamika Gerakan Koperasi Indonesia. PT. Wahana Semesta Intermedia: Jakarta. Hal 15-17 3 Ninik Widiyanti & Sunindhia. 2003. Koperasi dan Perekonomian Indonesia. Penerbit Rinerka Cipta &
Bina Adiaksara: Jakarta. Hal 17-20 lihat juga H. M. Iskandar Soesilo. 2008. Op.cit. Hal 17-21 4 Ibid. Hal 13, 22-23
2
pokok-pokok pikiran sebagai landasan kerja koperasi diantaranya yaitu solidaritas,
kemerdekaan, alturisme, keadilan ekonomi, dan peningkatan kesejahteraan.
Selanjutnya 6 pokok-pokok pikiran ini yang menjadi prinsip-prinsip koperasi
Rochdale. Pada tahun 1851 koperasi konsumsi “The Rochdale Society’s Of Equitable
Pioneers” telah mampu mendirikian sebuah pabrik, menyediakan perumahan untuk
anggota, dan anggota koperasinya pun telah berkembang menjadi 5 526 orang pada
tahun 1855.5
Sukses yang diraih koperasi konsumsi tersebut memberikan dorongan ke
beberapa wilayah lainnya di Inggris untuk mendirikan koperasi khususnya kepada
para buruh. Maka sejak tahun 1853 koperasi di Inggris telah dipandang sebagai The
Industrial and Provident Societes. Dorongan untuk mendirikan koperasi juga
menyebar ke beberapa negara di Eropa seperti Swedia dan beberapa negara Eropa
lainnya, bahkan sampai ke benua Amerika seperti negara Amerika Serikat, benua
Asia seperti negara Korea Selatan dan Indonesia, benua Afrika, dan benua Australia.
Perkembangan koperasi di Indonesia baru dikenal sekitar awal abad kedua
puluh dan mulai berkembang pesat setelah merdeka dari bangsa penjajah tahun 1945.
Begitupun dengan negara Asia lainnya yaitu Korea Selatan yang sama seperti
Indonesia, perkembangan koperasi dikenal sekitar awal abad kedua puluh dan setelah
merdeka dari bangsa penjajah tahun 1948.6 Berbeda dengan negara Swedia,
perkembangan koperasi dimulai sejak abad kesembilan belas. Sedangkan di negara
Amerika Serikat, perkembangan koperasi sudah dimulai sejak abad kedelapan belas
atau lebih dulu dibandingkan dengan ketiga negara sebelumnya.
Sampai tahun 2009 koperasi yang berkembang dari disetiap negara berbeda-
beda, seperti yang terlihat pada data International Cooperative Alliance (ICA) 300
koperasi-koperasi kelas dunia yang memiliki sisa hasil usaha antara Rp7 triliun
sampai dengan Rp659 triliun. Berdasarkan data tersebut koperasi di Indonesia tidak
ada yang masuk dalam 300 koperasi kelas dunia. Hal ini berbeda dengan Swedia, dan
Amerika Serikat yang memiliki koperasi yang masuk dalam 300 koperasi kelas dunia
menurut ICA.7
Selain itu jika dibandingkan dengan Korea Selatan yang mana berkembang
pesatnya koperasi setelah merdeka pada tahun 1948 atau lebih lama tiga tahun dari
Indonesia yang merdeka pada tahun 1945, koperasi Korea Selatan juga masuk dalam
300 koperasi kelas dunia menurut ICA.8 Bahkan menurut Djohan (2009) koperasi-
koperasi yang berada di negara seperti Swedia, dan Amerika Serikat dapat
5 Ibid.
6 Revrisond Baswir. 1997. Koperasi Indonesia. Penerbit BPFE-YOGYAKARTA: Yogyakarta. Hal 22-24
7 Djabaruddin Djohan. 2009. Profil Koperasi-Koperasi Kelas Dunia. Penerbit LSP2I-ADOPKOP
INDONESIA: Jakarta. Hal ix lihat juga Smecda. 2010. Daftar Koperasi Kelas Dunia. Diakses pada tanggal 27 Februari 2015 http://www.smecda.com/deputi7/menu/files/12_2010_daftar%20koperasi%20kelas%20dunia.pdf 8 Ibid. lihat juga Djabaruddin Djohan. 2009. Op.cit. Hal ix
3
disetarakan atau sama dengan perusahan-perusahan swasta besar dunia, serta koperasi
di Amerika Serikat merupakan koperasi terbesar pertama di dunia.9
Menurut Firdaus dan Susanto (2004) dalam sejarahnya koperasi di Indonesia
banyak mengalami hambatan untuk berkembang lebih maju salah satunya yaitu
banyak koperasi yang dibubarkan yang terjadi pada pergantian dari masa orde lama
ke orde baru, sehingga koperasi mengalami peningkatan dan penurunan atau fluktuasi
dalam perkembangannya10
. Akan tetapi apabila melihat konstitusi Indonesia yaitu
Undang-Undang Dasar 1945 yang mana didalamnya menjelaskan perekonomian
Indonesia harus berdasarkan asas kekeluargaan, bahkan badan usahanya pun
berdasarkan asas keleuargaan.11
Maka seharusnya perkembangan koperasi di
Indonesia pada kenyataannya harus masuk kategori koperasi maju atau setara dengan
koperasi yang ada di negara-negara seperti Swedia, Amerika Serikat, dan Korea
Selatan.
Perumusan Masalah
Negara Swedia memiliki enam koperasi yang masuk dalam 300 koperasi kelas
dunia menurut International Cooperative Alliance (ICA). Kontribusi koperasi
terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada tahun 2008 cukup besar yaitu sebesar
13,5%.12
Koperasi yang berkembang di negara ini bersifat bottom up approach.13
Salah satu contoh koperasinya yaitu koperasi konsumen “Kooperativa Forbundet
(KF)”. Koperasi ini pada tahun 2009 mengumpulkan volume usaha sebesar Rp33
triliun dan aset sebesar Rp18 triliun, sehingga menempati peringkat ke-73 dalam 300
koperasi kelas dunia menurut International Cooperative Alliance (ICA).14
Hubungan koperasi “Kooperativa Forbundet (KF)” dalam struktur pasar tidak
terpisah antara pedagang dengan konsumen. Koperasi “Kooperativa Forbundet KF”
sebagai pedagang untuk memenuhi kebutuhan konsumen yaitu anggota-anggota
koperasi dan non-anggota. Namun hubungan antara pedagang dengan produsen masih
terpisah, tetapi koperasi KF memiliki bergaining posisition yang kuat. Maka koperasi
ini mampu bersaing dengan perusahaan besar serta adanya dukungan dari pemerintah
Swedia dalam perkembangannya.15
9 Ibid. lihat juga Smecda. 2010. Loc.cit. Diakses pada tanggal 27 Februari 2015
http://www.smecda.com/deputi7/menu/files/12_2010_daftar%20koperasi%20kelas%20dunia.pdf 10
Muhammad Firdaus & Agus Edhi Susanto. 2004. Perkoperasian: Sejarah, Teori, & Praktek. Penerbit Ghalia Indonesia: Bogor. Hal 23-27 11
Didin S. Damanhuri. 1987. Mencari Paradigma Ekonomi Indonesia. Penerbit P.T. Alumni: Bandung. Hal. 10 12
Djabaruddin Djohan. 2009. Op.cit. Hal ix 13
Muhammad Firdaus & Agus Edhi Susanto. 2004. Op.cit. Hal 18-19 14
Djabaruddin Djohan. 2009. Op.cit. Hal 124-127 15
Ibid. Lihat juga Arifin Sitio & Halomoan Tamba. 2001. Koperasi (Teori Dan Praktik) Penerbit Erlangga: Jakarta. Hal. 102-106
4
Keberhasilan dari koperasi-koperasi yang ada di Swedia tentunya tidak lepas
dari peran gerakan buruh yang tergabung di dalam koperasi. Secara garis besar
koperasi tidak masuk dalam peran pemerintah maupun peran swasta, sehingga
peranan pemerintah, swasta, koperasi bersama gerakan buruh memiliki peranannya
tersendiri dalam menumbuhkan perekonomian negara. Negara Amerika Serikat
memiliki 67 koperasi yang masuk dalam 300 koperasi kelas dunia menurut
International Cooperative Alliance (ICA).16
Koperasi yang berkembang di negara ini
bersifat bottom up approach.17
Salah satu contoh koperasinya yaitu koperasi bidang
pemasaran “Sunkist Growers”.
Koperasi ini pada tahun 2009 mengumpulkan volume usaha sebesar Rp10
triliun dan aset sebesar Rp1,7 triliun, sehingga menempati peringkat ke-229 dalam
300 koperasi kelas dunia menurut International Cooperative Alliance (ICA).18
Hubungan koperasi “Sunkist Growers” dalam struktur pasar tidak terpisah antara
pedagang dengan produsen. Koperasi “Sunkist Growers” sebagai pedagang untuk
menjual produk pertanian dari para produsen atau petani buah jeruk yaitu anggotanya.
Namun hubungan antara pedagang dengan konsumen masih terpisah, tetapi penjualan
produk koperasi ini sampai di ekspor. Hal ini karena para produsen atau petani buah
jeruk menyadari bahwa dengan koperasi dapat memasarkan produknya dan dapat
bersaing dengan perusahaan swasta yang ada di Amerika Serikat.19
Secara garis besar koperasi di negara Amerika Serikat sama dengan negara
Swedia, yakni tidak masuk dalam peran pemerintah secara langsung maupun peran
swasta. Peranan pemerintah, swasta, koperasi, dan gerakan buruh mempunyai
peranannya tersendiri dan bersifat kompetisi dalam menumbuhkan perekonomian
negara. Jadi bedanya gerakan kelas buruh di negara Amerika Serikat tidak aktif
bersama di dalam koperasi. Negara Korea Selatan memiliki dua koperasi yang masuk
dalam 300 koperasi kelas dunia menurut International Cooperative Alliance (ICA).20
Koperasi yang berkembang di negara ini awalnya bersifat top down approach,
kemudian dengan adanya perkembangan pemikiran demokrasi, berubah lebih bersifat
bottom up approach.21
Salah satu contoh koperasinya yaitu koperasi konsumen
“National Agricultural Cooperative Federation (NACF)”. Koperasi ini pada tahun
2009 mengumpulkan volume usaha sebesar Rp256 triliun dan aset sebesar Rp2 075
triliun, sehingga menempati peringkat keempat dalam dalam 300 koperasi kelas dunia
menurut International Cooperative Alliance (ICA).22
Hubungan koperasi “National Agricultural Cooperative Federation (NACF)”
dalam struktur pasar tidak terpisah antara pedagang dengan produsen. Koperasi induk
“National Agricultural Cooperative Federation (NACF)” sebagai pedagang untuk
16
Djabaruddin Djohan. 2009. Op.cit. Hal ix 17
Muhammad Firdaus & Agus Edhi Susanto. 2004. Op.cit. Hal 19 18
Djabaruddin Djohan. 2009. Op.cit. Hal 26-29 19
Ibid. Lihat juga Arifin Sitio & Halomoan Tamba. 2001. Op.cit. Hal. 102-106 20
Djabaruddin Djohan. 2009. Op.cit. Hal ix 21
Ibid. Hal 6-12 22
Ibid.
5
menjual produk pertanian dari produsen atau petani yaitu anggotanya. Namun
hubungan antara pedagang dengan konsumen masih terpisah, tetapi koperasi ini
mampu bertahan dan bersaing dengan perusahaan non-koperasi lainnya. Hal ini
karena hubungan antara satu koperasi dengan koperasi lainnya lebih bersifat kerja
sama untuk meningkatkan ekonomi maupun sosial anggotanya.23
Secara garis besar koperasi di negara Korea Selatan sama dengan negara
Amerika Serikat, yakni koperasi tidak masuk dalam peran pemerintah secara
langsung maupun peran swasta dan gerakan kelas buruh tidak aktif di dalam koperasi.
Berbeda dengan ketiga negara yaitu Swedia, Amerika Serikat, dan Korea Selatan jika
dibandingkan dengan negara Indonesia. Negara Indonesia tidak memiliki koperasi
yang masuk dalam 300 koperasi kelas dunia menurut International Cooperative
Alliance (ICA).24
Koperasi yang berkembang di negara ini bersifat top down approach pada masa
orde baru dan berubah menjadi bersifat bottom up approach pada masa reformasi.25
Pada tahun 2009 jumlah koperasi Indonesia sebesar 170 411 unit, volume usaha
semua koperasi tersebut sebesar Rp82 triliun.26
Jika dibandingkan volume usaha
koperasi Indonesia dengan satu koperasi “National Agricultural Cooperative
Federation (NACF)” Korea Selatan pada tahun 2009 contohnya, terlihat perbedaan
yang menunjukan bahwa koperasi yang ada di Indonesia belum maju. Selanjutnya
kontribusi koperasi Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) hanya sebesar
2% pada tahun 1979.27
Melihat uraian di atas juga merujuk pada latar belakang yang telah dibuat, maka
perumusan masalah dari penelitian ini, yaitu:
1.Bagaimana sejarah perkembangan koperasi di Indonesia, dibandingkan dengan
Swedia, Amerika Serikat, dan Korea Selatan.
2.Bagaimana karakteristik koperasi di Indonesia, dibandingkan dengan Swedia,
Amerika Serikat, dan Korea Selatan.
Tujuan Penelitian
1.Mengetahui sejarah perkembangan koperasi di Indonesia, dibandingkan dengan
Swedia, Amerika Serikat, dan Korea Selatan.
23
Ibid. Lihat juga Arifin Sitio & Halomoan Tamba. 2001.Op.cit. Hal. 102-106. Lihat juga Revrisond Baswir. 1997.Op.cit. Hal. 22-24 24
Djabaruddin Djohan. 2009. Op.cit. Hal ix Lihat juga Smecda. 2010. Daftar Koperasi Kelas Dunia. Diakses pada tanggal 27 Februari 2015 http://www.smecda.com/deputi7/menu/files/12_2010_daftar%20koperasi%20kelas%20dunia.pdf 25
Muhammad Firdaus & Agus Edhi Susanto. 2004. Op.cit. Hal 21-27 26
Lihat juga Smecda. 2010. Daftar Koperasi Kelas Dunia. Diakses pada tanggal 27 Februari 2015 http://www.smecda.com/deputi7/menu/files/12_2010_daftar%20koperasi%20kelas%20dunia.pdf 27
Sri-Edi Swasono. 1985. Koperasi Di Dalam Orde Ekonomi Indonesia: Mencari Bentuk, Posisi, dan Realitas. Penerbit UI-Press: Jakarta. Hal 202
6
2.Mengetahui karakteristik koperasi di Indonesia, dibandingkan dengan Swedia,
Amerika Serikat, dan Korea Selatan.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang ingin dicapai dari penelitian adalah sebagai berikut:
1.Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh akademisi dalam memahami
perkembangan koperasi di Indonesia dilihat dari sudut pandang ekonomi politik.
2.Berguna sebagai masukan bagi pemerintah dalam mengevaluasi kebijakan
pembangunan koperasi di Indonesia.
3.Sebagai bahan referensi untuk penelitian-penelitian selanjutnya.
TINJAUAN PUSTAKA
Koperasi merupakan salah satu pelaku ekonomi memiliki peranan sebagai alat
alternatif untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Penelitian ini lebih
berkonsentrasi pada analisis sejarah perkembangan koperasi dan karakteristik
koperasi di Indonesia yang dibandingkan dengan Swedia, Amerika Serikat, dan Korea
Selatan. Kemudian pembahasan akan lebih diperdalam dengan analisis ekonomi
politik mengenai perkembangan dan peranan koperasi dalam struktur perekonomian
suatu negara melalui pendekatan teori ekonomi politik.
Ekonomi Politik
Menurut Caporaso dan Levine (2008) ekonomi politik merupakan pemisahan
antara ilmu ekonomi dan ilmu politik yang mana keduanya berbeda secara analitis,
tetapi diantara keduanya bukan berarti tidak saling mempengaruhi satu sama lain.
Namun terdapat hubungan-hubungan antara ekonomi dan politik secara teoritis.
Hubungan antara ekonomi dan politik inilah yang dimaksud sebagai ekonomi
politik.28
Untuk lebih memahami ekonomi politik, maka sebelumnya akan dibahas
perbedaan konsep-konsep ilmu ekonomi dan ilmu politik. Ilmu ekonomi memiliki
tiga konsep yaitu, pertama economically atau ekonomi kalkulasi, kedua Provisioning
atau ekonomi sebagai pemenuhan kebutuhan atau keinginan, dan ketiga ekonomi
sebagai perekonomian.29
Ilmu politik memiliki tiga konsep juga, yaitu pertama politik sebagai
pemerintahan, kedua politik sebagai publik, dan ketiga politik sebagai alokasi nilai
28
James A. Caporaso & David P. Levine. 2008. Teori-Teori Ekonomi Politik. Diterjemahkan oleh: Suraji. Pustaka Pelajar: Yogyakarta. Hal 1-2 29
Ibid. Hal 36
7
oleh pihak yang berwenang.30
Pada konsep ilmu ekonomi yang pertama yaitu
economically atau ekonomi kalkulasi. Ekonomi kalkulasi mengartikan ekonomi
sebagai tindakan individu untuk memenuhi kebutuhannya dan dalam memenuhi
kebutuhannya tersebut terdapat faktor penghambat. Pada konsep ini efisiensi menjadi
perhatian yang paling utama dalam ekonomi.31
Konsep kedua yaitu Provisioning atau
ekonomi sebagai pemenuhan kebutuhan atau keinginan.
Konsep ini berbeda dengan konsep yang pertama yang mana efisiensi menjadi
perhatian yang paling utama tetapi pada konsep yang kedua ini bahwa dalam
penyediaan materi untuk pemenuhan kebutuhan tidak memperhatikan efisiensi dalam
ekonomi.32
Konsep yang terakhir yaitu ekonomi sebagai perkonomian. Pada konsep
ini ekonomi dibagi dua apabila dilihat dari sudut pandang masyarakat yaitu bidang
perekonomian dan bidang politik. Dalam konsep ini mengartikan ekonomi sebagai
sistem yang tidak memerlukan adanya konsep pilihan dan kalkulasi, selain itu
mengartikan ekonomi memiliki ruang tersendiri yang terpisah dengan yang lainnya.33
Pada konsep ilmu politik yang pertama yaitu politik sebagai pemerintahan.
Pemerintahan merupakan mekanisme formal negara secara keseluruhan yaitu semua
institusi, undang-undang, kebijakan publik, dan pelaku-pelaku utama dalam
pemerintahan. Dalam konsep ini mengartikan pemerintahan sama dengan politik,
yang mana politik merupakan semua kegiatan, proses, dan struktur dalam
pemerintahan itu sendiri.34
Konsep kedua yaitu politik sebagai publik. Pada konsep
ini mengartikan bahwa ekonomi berkaitan dengan urusan pribadi dan politik
berkaitan dengan urusan publik. Konsep ini mengartikan politik yang melihat
kepentingan seseorang untuk bertindak maupun membuat aturan.35
Konsep yang terakhir yaitu politik sebagai alokasi nilai oleh pihak yang
berwenang. Dalam konsep ini mengartikan politik dan ekonomi itu sama yaitu cara
untuk mengalokasikan sumberdaya yang langka. Perbedaanya adalah politik
menekankan pada cara untuk membuat keputusan dalam memproduksi dan
mendistribusikan sumberdaya, sedangkan pada ekonomi menekankan pada
pertukaran sukarela. Maka sistem alokasi disini menekankan pada penggunaan
kewenangan. Konsep politik sebagai alokasi nilai berbeda dengan konsep yang
pertama, yang mana mengartikan politik sebagai mekanisme pemerintahan saja.36
Dari konsep-konsep ekonomi dan politik diatas, menjelaskan bahwa diantara
keduanya dapat dihubungkan tetapi mengacu pada bagaimana mendefinisikan dan
menggunakan konsep-konsep tersebut, sehingga definisi dari ekonomi politik dan
analisisnya tidak selalu sama. Menurut Yustika (2012) mendefinisikan ekonomi
politik sebagai:
30
Ibid. Hal 4 31
Ibid. Hal 37-39 32
Ibid. Hal 44 33
Ibid. Hal 54-55 34
Ibid. Hal 4-9 35
Ibid. Hal 11 36
Ibid. Hal 22-23
8
“…interrelasi di antara aspek, proses, dan institusi politik dengan
kegiatan ekonomi (produksi, investasi, penciptaan harga, perdagangan,
konsumsi, dan lain sebagainya.”37
Dari definisi tersebut mengartikan bahwa instrumen ekonomi seperti
mekanisme pasar, harga, dan investasi dianalisis dengan menggunakan sistem politik
yang mana kebijakan atau peristiwa ekonomi yang terjadi.38
Dengan kata lain bahwa
analisis ekonomi politik menghubungkan seluruh kegiatan politik dengan kegiatan
ekonomi yang dilakukan oleh masyarakat maupun pemerintah. Selain itu menurut
Damanhuri (2010) mendefinisikan ekonomi politik sebagai hubungan timbal balik
antara seluruh kegiatan politik dan kekuasaan dengan kegiatan dan output ekonomi
serta kualitas pertumbuhan dalam mengatasi kemiskinan, pengangguran, dan
ketimpangan.
Maka analisis ekonomi politik dapat digunakan untuk memahami berbagai
macam pendekatan teori secara komparatif seperti teori liberal, teori radikal, dan
heterodoks.39
Dalam perspektif sejarah teori ekonomi politik menurut Clark dalam
Yustika (2012) secara garis besar aliran teori ekonomi politik dapat dipecah kedalam
tiga kategori yaitu:
“...(i) aliran ekonomi politik konservatif yang dimotori oleh Edmund
Burke; (ii) aliran ekonomi politik liberal (klasik) yang dipelopori oleh Adam
Smith, Thomas Malthus, David Ricardo, Nassau Senior, dan Jean Baptiste Say;
dan (iii) aliran ekonomi politik radikal yang dipropagandakan oleh William
Godwin, Thomas Paine, Marquis de Condorcet, dan Karl Marx.”40
Penelitian ini akan menganalisis koperasi dalam struktur perekonomian suatu
negara berdasarkan teori ekonomi politik dengan menggunakan pendekatan teori
liberal, teori radikal, dan heterodoks.
Koperasi Dalam Mazhab Ekonomi Liberal
Teori liberal merupakan teori yang berawal dari ajaran klasik yang dipelopori
oleh Adam Smith. Penamaan istilah liberal ini pertama kali muncul dari Karl Marx
yang mengkritisi gagasan yang dikembangkan oleh Adam Smith.41
Smith dalam
Caporaso dan Levine (2008) menjelaskan bahwa dalam teori liberal perekonomian
dijalankan berdasarkan pada mekanisme pasar, sehingga setiap individu memiliki
kebebasan untuk memenuhi setiap kebutuhannya dan hubungan antarindividu bersifat
kontraktual. Kemudian setiap individu memiliki hak kepemilikan terhadap properti
atau faktor-faktor produksi seperti tanah, sumberdaya alam, tenaga kerja, dan
modal.42
37
Ahmad Erani Yustika. 2012. Ekonomi Kelembagaan: Paradigma, Teori, dan Kebijakan. Penerbit Erlangga: Jakarta. Hal 100 38
Ibid. 39
Didin S. Damanhuri. 2010. Ekonomi Politik dan Pembangunan. Penerbit IPB Press: Bogor. Hal 2 40
Ahmad Erani Yustika. 2012. Op.cit. Hal 100 41
Didin S. Damanhuri. 2010. Op.cit. Hal 14 42
James A. Caporaso & David P. Levine. 2008. Op.cit. Hal 68-122
9
Dari hubungan kontraktual antarindividu dan kebebasan dalam hak kepemilikan
ini membagi para pelaku ekonomi menjadi tiga bagian besar diantaranya yaitu
pemilik modal (kapital), pemilik lahan (sewa), dan tenaga kerja.43
Dengan kata lain
pertumbuhan ekonomi dijalankan oleh ketiga pelaku ekonomi tersebut. Selain itu
menurut Yustika (2012) di dalam sistem mekanisme pasar mendorong setiap individu
untuk mencari keuntungan pribadi yang lebih besar (profit oriented).44
Hal ini dapat
menyebabkan terjadinya persaingan antara individu di dalam atau antar kelas atau
kelompok dari setiap para pelaku ekonomi.
Selanjutnya dalam mekanisme pasar mendorong setiap pelaku ekonomi
memiliki otoritas masing-masing, sehingga kelas pekerja berhak membentuk
perkumpulan seperti serikat pekerja dan koperasi untuk memperjuangkan
kepentingannya dan melawan kelas kapital.45
Menurut Yustika (2012) perkumpulan
ini pada perekonomian level mikro dapat menjadi check and balances pada
perekonomian di level makro dari para pelaku ekonomi seperti kapital, pemilik lahan,
dan tenaga kerja.46
Sementara itu Chaniago dalam Soesilo (2008) menyatakan bahwa
koperasi adalah suatu perkumpulan orang-orang atau badan hukum yang bekerja
sama secara kekeluargaan menjalankan usaha untuk meningkatkan kesejahteraan
anggota.47
Maka koperasi dapat menjadi salah satu alat oleh kelas pekerja untuk
meningkatkan kekayaan.
Selain itu menurut Caporaso dan Levine (2008) di dalam teori liberal, pasar
dapat mengatur sendiri atau dapat meregulasi sendiri tanpa ada campur tangan
pemerintah dalam menjalankan perekonomian. Peran pemerintah atau negara dalam
perekonomian hanya sedikit atau bahkan dihilangkan.48
Menurut Smith dalam
Caporaso dan Levine (2008) pemerintah atau negara memiliki tugas diantaranya yaitu
melindungi masyarakat dari kekerasan, melindungi masyarakat dari ketidakadilan
atau penindasan, dan sebagai fasilitator seperti membangun fasilitas umum.49
Secara garis besar ciri-ciri dari teori liberal diantaranya: (i) pengakuan yang luas
terhadap hak-hak perseorangan. Setiap individu diberikan kebebasan dalam
menguasai dan mengelola sumberdaya untuk memenuhi kepentingannya; (ii)
perekonomian diatur menurut mekanisme pasar. Dalam teori liberal dikenal istilah
laissez-faire dan laissez passer yang berarti bahwa intervensi pemerintah seminimal
mungkin terhadap pasar, karena dengan banyaknya campur tangan pemerintah
perekonomian menjadi tidak seimbang; (iii) motif perekonomian adalah motif
keuntungan (laba). Dalam hal ini manusia dianggap sebagai individu yang selalu
43
Ahmad Erani Yustika. 2012. Op.cit. Hal 220-224 44
Ibid. 45
James A. Caporaso & David P. Levine. 2008. Op.cit. Hal 68-122 46
Ahmad Erani Yustika. 2012. Op.cit. Hal 220-224 47
H.M. Iskandar Soesilo. 2008. Dinamika Gerakan Koperasi Indonesia. Penerbit: PT. Wahana Semesta Intermedia. Jakarta. Hal 3 48
James A. Caporaso & David P. Levine. 2008. Op.cit. Hal 68-122 49
Ibid.
10
mengejar kepentingannya sendiri, atau disebut sebagai faham individu
(individualisme).50
Selanjutnya teori liberal berkembang menjadi teori neo-liberal atau teori ini
merupakan lanjutan dari teori liberal. Salah satu contoh negara yang memiliki model
ekonomi neo-liberalisme adalah Amerika Serikat.51
Damanhuri (2010) menyatakan
bahwa teori neo-liberal muncul kembali pada tahun 1980an, yang mana sebelumnya
berkembang teori Keynes dan Keynesian yang dikenal dengan konsep negara
kesejahteraan pada tahun 1970an.52
Pada teori neo-liberal menurut Caporaso dan Levine (2008) lebih fokus pada
efisiensi dari pertukaran dalam pasar, sehingga setiap individu memiliki perspektif
pada bagaimana cara untuk memaksimalkan baik sumberdaya maupun keuntungan
(laba).53
Hal ini yang menjadi penyempurnaan dari teori liberal yang hanya bermotif
keuntungan tanpa perspektif cara untuk memaksimalkannya. Selain itu di dalam teori
neo-liberal juga menjelaskan jika tidak terjadi optimalisasi efisiensi dari pasar atau
mengalami kegagalan pasar, maka terdapat peran dari pemerintah atau negara untuk
mengatasinya. Kegagalan pasar ini seperti eksternalitas dari polusi, barang publik
(jalan raya, pendidikan), dan monopoli atau oligopoli.54
Dengan demikian tugas pemerintah atau negara pada teori neo-liberal ditambah
yaitu sebagai regulator jika terjadi kegagalan pasar, yang mana tugas tersebut tidak
dijelaskan pada teori liberal. Secara garis besar ciri-ciri dari teori neo-liberal
diantaranya: (i) kepercayaan terhadap mekanisme pasar dan swasta untuk
menciptakan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, pengembangan teknologi, dan
penciptaan lapangan kerja. Masalah kemiskinan diatasi oleh lembaga yang dibentuk
kelas pemodal dan politisi; (ii) peran negara dibatasi hanya sebagai pertahanan
keamanan negara dan mengoreksi dari tidak sempurnanya pasar; (iii) kebijakan
politik fiskal dan moneter agar swasta dapat berperan maksimal; (iv) pemotongan
subsidi seperti pada model welfare state untuk jaminan kelas sosial.55
Koperasi Dalam Mazhab Ekonomi Sosial-Demokrat
Teori radikal muncul sebagai kritikan terhadap teori liberal dari ajaran teori
klasik yang telah lebih dulu diterapkan di dunia. Menurut Karl Marx dalam Caporaso
dan Levine (2008) mekanisme pasar dalam teori liberal bukan untuk memaksimalkan
kesejahteraan setiap individu, akan tetapi sebagai sarana untuk memfasilitasi para
pemilik modal untuk mengakumulasikan kapital secara independen.56
Selain itu
Yustika (2012) menyatakan bahwa dalam teori liberal perekonomian pasar bekerja
menurut pembagian kerja sosial secara independen, sehingga kegiatan ekonomi yang
50
Didin S. Damanhuri. 2010. Op.cit. Hal 15-16 51
Ibid. Hal 86 52
Ibid. Hal 23-27 53
James A. Caporaso & David P. Levine. 2008. Op.cit. Hal 68-122 54
Ibid. 55
Didin S. Damanhuri. 2010. Op.cit. Hal 25-27 56
James A. Caporaso & David P. Levine. 2008. Op.cit. Hal 123-182
11
terbagi ke dalam tiga pelaku ekonomi (kapital, pemilik lahan, dan tenaga kerja)
dinilai tidak adil, karena akan menimbulkan kelas sosial (perbedaan antara kelas
kapital dan kelas pekerja).57
Kelas sosial ini terjadi karena perbedaan kekayaan yang semakin jauh akibat
adanya akumulasi kapital. Maka Caporaso dan Levine (2008) menjelaskan bahwa di
dalam teori radikal terdapat transformasi kepentingan individu secara objektif yang
diterapkan pada teori liberal menjadi kepentingan subjektif yang dianut bersama oleh
beberapa orang, sebagai akibat dari terbentuknya kelas sosial.58
Dengan demikian
bahwa pada teori radikal mengarah pada kepentingan pemerataan bagi seluruh
individu. Kemudian terdapat dua macam teori radikal yaitu teori marxis-komunis
yang dikembangkan oleh Karl Marx, dan teori sosial-demokrat yang dikembangkan
oleh J.J. Rouseau jauh sebelum teori Karl Marx berkembang.
Penelitian ini pada pembahasan lebih difokuskan pada analisis ekonomi politik
dengan pendekatan teori sosial-demokrat. Salah satu negara yang memiliki model
ekonomi sosial-demokrat adalah Swedia.59
Caporaso dan Levine (2008) menyatakan
bahwa dalam teori sosial-demokrat untuk mengatasi kondisi kelas pekerja yang
diakibatkan dari adanya konflik kelas adalah dengan meningkatkan partisipasi pekerja
dalam kelompok kepentingan, partai-partai politik, dan dalam proses pemilu dan
legislasi yang bertujuan untuk mengubah posisi kelas pekerja dan kelas kapitalis dari
dalam sistem kapitalisme dengan menggunakan institusi-institusi dan praktik-praktik
dalam demokasi politik yang sudah ada.60
Selain itu kelas pekerja juga dapat membentuk suatu perkumpulan seperti
partai-partai sosialis, serikat pekerja, dan koperasi untuk melawan kelas kapitalis dan
sebagai alat untuk mencapai kesejahteraan bersama bagi seluruh individu. Dengan
demikian kelas pekerja pada akhirnya tidak menghilangkan sistem kapitalisme atau
sistem pasar dalam perekonomian, tetapi peran negara (partai sosialis pemenang
pemilu) dan sistem pasar tersebut berjalan seimbang sebagai instrumen untuk
menyejahterakan seluruh masyarakat.61
Kesejahteraan yang ingin dicapai ini
diantaranya seperti mendapatkan upah yang lebih besar, keamanan dalam pekerjaan,
dan jaminan sosial seperti pensiun.
Menurut Dooren dalam Sitio dan Tamba (2001) koperasi adalah sekumpulan
orang-orang atau kumpulan dari badan-badan hukum yang secara bersama-sama
mengejar tujuan ekonomi.62
Maka koperasi dapat menjadi salah satu alat untuk
meningkatkan kesejateraan bagi seluruh individu. Hal ini menunjukan bahwa di
dalam sosial-demokrat ini memang mendasari adanya pembangunan pada model
negara kesejahteraan (welfare state model).63
57
Ahmad Erani Yustika. 2012. Op.cit. Hal 220-224 58
James A. Caporaso & David P. Levine. 2008. Op.cit. Hal 123-182 59
Didin S. Damanhuri. 2010. Op.cit. Hal 49 60
James A. Caporaso & David P. Levine. 2008. Op.cit. Hal 123-182 61
Didin S. Damanhuri. 2010. Op.cit. Hal 44 62
Arifin Sitio & Halomon Tamba. 2001. Koperasi (Teori dan Praktik). Penerbit Erlangga: Jakarta. Hal 17 63
Didin S. Damanhuri. 2010. Op.cit. Hal 48-49
12
Secara garis besar ciri-ciri dari teori sosialis-demokrat diantaranya: (i) adanya
serikat buruh yang memiliki posisi kuat yang mampu menghadapi kaum pemilik
modal; (ii) adanya pembentukan sistem jaminan sosial untuk seluruh penduduk
mencakup berbagai jaminan sosial seperti kesehatan dan pendidikan gratis,
pendapatan minimum, kecelakaan kerja, hari tua dan pensiun, dan penganggur; (iii)
penerapan pajak progresif bagi perusahaan dan perorangan dengan penghasilan yang
tinggi, kemudian penerapan pajak ini selain untuk menciptakan pemerataan juga
digunakan untuk menjalankan sistem jaminan sosial; (iv) gerakan koperasi sebagai
instrumen bagi masyarakat menengah ke bawah untuk meningkatkan kesejahteraan
ekonomi; dan (v) peran negara dan pasar berjalan seimbang bersama-sama menjadi
instrumen untuk menyejahterakan masyarakat secara keseluruhan.64
Koperasi Dalam Mazhab Ekonomi Heterodoks
Menurut Damanhuri (2010) heterodoks adalah penyempalan baik dari teori
liberal maupun teori radikal, sehingga heterodoks bukan sebuah teori besar tetapi
merupakan teori-teori kecil yang berhasil menjelaskan serta memberikan solusi bagi
beberapa negara di luar barat.65
Dalam heterodoks pembangunan ekonomi bukan
berarti menghilangkan budaya dan struktur sosial yang sudah ada atau berkembang di
masyarakat, tetapi mencoba menyatukan keduanya untuk mencapai pembangunan
ekonomi yang lebih maju. Dengan demikian bahwa suatu negara tidak sepenuhnya
menerapkan teori-teori yang berkembang seperti teori liberal dan teori radikal di
dalam pembangunan ekonomi negaranya, tetapi disesuaikan dengan kondisi yang
terdapat pada suatu negara.
Kemudian pendekatan heterodoks lainnya yaitu teori dualisme yang
dikemukakan oleh J.H. Boeke dan F. Perroux. Boeke dan Perroux menjelaskan bahwa
di dalam struktur masyarakat terdapat lebih dari satu sistem sosial yang berbeda
terdiri dari sistem sosial yang asli dan sistem sosial yang berasal dari luar.66
Salah
satu contoh negara yang menerapkan heterodoks ini adalah Korea Selatan. Hal ini
dapat dilihat menurut Kim dan Jaffe (2010) menyatakan bahwa budaya yang
berkembang dan tetap dipertahankan di Korea Selatan adalah budaya Konfusianisme.
Budaya ini mengajarkan untuk menciptakan kebaikan bersama dengan hubungan
kesetiaan dan kepercayaan setiap individu.67
Selanjutnya budaya ini menjadi bagian dalam pembangunan ekonomi Korea
Selatan, seperti pada saat terjadi krisis global tahun 2008 Federation of Korean Trade
Unions (FKTU) dan Korea Employers Federation serta perusahaan-perusahaan besar
yang ada di Korea Selatan memberikan solusi kepada para pekerja dengan
menghindari tindakan Pemutusan Hak Kerja (PHK) yaitu melalui job sharing dengan
64 Ibid. Hal 43-44 lihat juga Didin. S. Damanhuri. 1996. Ekonomi Politik Alternatif. Penerbit Pustaka
Sinar Harapan: Jakarta. Hal 24 65
Didin S. Damanhuri. 2010. Op.cit. Hal 61-62 66
Ibid. Hal 63 67
Myung Oak Kim & Sam Jaffe. 2010. The New Korea (An Inside South Korea’s Economic Rise). Published by AMACOM: New York. Hal 3-95, 221-283
13
kompensasi tidak ada kenaikan gaji. Selain itu FKTU bersama dengan koperasi-
koperasi membuka lapangan pekerjaan bagi yang terkena tindakan PHK.68
Hal ini
menunjukan bawa adanya dorongan dari masyarakat untuk menciptakan
kesejahteraan berdasarkan kebudayaan Konfusianisme.
Contoh negara lain yang menerapkan heterodoks adalah Indonesia. Hal ini dapat
dilihat menurut Ismail, Santosa, dan Yustika (2014) secara normatif di dalam
Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945) pada pasal 33, pasal 34, dan pasal 27 ayat
(2)69
sudah tercantum dan dijelaskan model pembangunan Indonesia yaitu disusun
berdasarkan asas kekeluargaan yang sesuai dengan budaya Indonesia gotong royong,
dan peran pemerintah atau negara dalam suatu perekonomian.70
Selain itu menurut
Mubyarto dalam Ismail, Santosa, dan Yustika (2014) menyatakan bahwa berdasarkan
UUD 1945 pasal 33 tersebut menafsirkan koperasi sebagai soko-guru perekonomian
Indonesia.71
Akan tetapi menurut Sitio dan Tamba (2001) pada umumnya koperasi yang
berada di negara berkembang lebih dominan dibantu oleh pemerintah dalam
perkembangan koperasi.72
Peran pemerintah ini dilakukan, karena pada umumnya
sumberdaya manusia dan modal yang ada di negara berkembang terbatas, sehingga
perlu peranan pemerintah tersebut. Apabila dibiarkan perkembangannya dari
masyarakat, maka koperasi tidak akan pernah berkembang.
Dengan demikian perkembangan koperasi di negara berkembang pada awal
bersifat top down approach. Selanjutnya secara bertahap pembangunannya dirubah
menjadi bersifat bottom up approach karena agar masyarakatnya merasa penting akan
hadirnya koperasi, dan menjadikan koperasi bukan sebagai alat pemerintah tetapi
benar-benar menjadi gerakan yang tumbuh dari bawah untuk memperjuangkan
kesejahteraan masyarakatnya.73
Secara garis besar ciri-ciri dari heterodoks
diantaranya: pertama, teori ini menyesuaikan dengan kondisi yang ada di negara
berkembang. Kedua, adanya pengakuan kultur atau budaya, agama, dan nilai-nilai
lokal yang dijadikan kekuatan dalam pembangunan perekonomian.
Ketiga, sinkronisasi antara nilai-nilai modern, nilai-nilai tradisional, dan nilai-
nilai lokal yang mana walaupun terdapat penyerapan perkembangan modern tetapi
68
Ibid. Hal 69
Pasal 33 UUD 1945: (1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan. (2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara. (3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Pasal 34 UUD 1945: (1) Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara. (2) Negara mengembangkan system jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan. (3) Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak. Pasal 27 UUD 1945: (2) Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. 70
Munawar Ismail, Dwi Budi Santosa, dan Ahmad Erani Yustika. 2014. Sistem Ekonomi Indonesia: Tafsiran Pancasila dan UUD 1945. Penerbit: Erlangga. Jakarta Hal 6-12 71
Ibid. 72
Arifin Sitio & Halomon Tamba. 2001. Op.cit. Hal 2-3 73
Ibid.
14
tetap melestarikan nilai lokalnya. Keempat, adanya peran penting dari Usaha Kecil
dan Menengah dan Lembaga Swadaya Masyarakat lokal sebagai penggerak
pembangunan perekonomian. Kelima, adanya kerja sama antara wiraswasta
(termasuk koperasi didalamnya) dengan negara atau pemerintah untuk meningkatkan
perekonomian dan merebut pasar dunia, sehingga terhindar dari persaingan diantara
keduanya atau dikenal dengan istilah Japan Incorporated.74
Penelitian Terdahulu
a. Tambunan (2008) meneliti tentang perkembangan koperasi di Indonesia dalam
menghadapi globalisasi dan liberalisasi perdagangan internasional dan strategi
yang dilakukan oleh koperasi-koperasi di negara kapitalis, semi-kapitalis, dan di
Indonesia. Dalam penelitian ini ditemukan juga analisis kinerja koperasi dan
pengaruh koperasi terhadap kemiskinan atau pengangguran.75
b.Masngudi (1990) melakukan penelitian tentang perkembangan koperasi di
Indonesia berdasarkan perspektif sejarah koperasi.76
Sedangkan perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya
adalah:
1.Dalam penelitian ini membahas sejarah perkembangan koperasi dan karakteristik
koperasi di Indonesia yang dibandingkan dengan Swedia, Amerika Serikat, dan
Korea Selatan.
2.Dalam penelitian ini lebih fokus pada analisis perkembangan koperasi dengan
pendekatan ekonomi politik, sehingga akan menjadi wacana yang baru dalam
ilmu tentang koperasi.
Kerangka Pemikiran
Sejak berkembangnya ekonomi politik liberal pada abad ke-18 di Eropa yang
menyebabkan semakin kuatnya faham kapitalisme membuat para elit penguasa atau
pemilik modal mencari keuntungan yang besar dari perekonomian, sehingga
mengakibatkan besarnya pengangguran dan kesenjangan terhadap para buruh.
Kemudian muncul organisasi sosial yang disebut koperasi sebagai alat untuk
mewujudkan kesejahteraan dan keadilan sosial bagi masyarakat secara keseluruhan
terutama buruh.
Pada saat itu mulai berkembang koperasi di berbagai negara seperti Indonesia,
Swedia, Amerika Serikat, dan Korea Selatan dengan berbagai bentuk sejarah awal
74
Didin S. Damanhuri. 2010. Op.cit. Hal 61-62 75
Tulus Tambunan. 2008. Prospek Perkembangan Koperasi Di Indonesia Ke Depan Masih Relevankah Koperasi Di Dalam Era Modernisasi [Jurnal]. Pusat Studi Industri dan UKM Universitas Trisakti. Jakarta 76
DR. H. Masngudi. 1990. Penelitian Tentang Sejarah Perkembangan Koperasi Di Indonesia [Jurnal]. Badan Penelitian Pengembangan Koperasi Departemen Koperasi. Jakarta
15
kemunculan koperasi di setiap negara. Perkembangan koperasi tersebut berbeda-beda
yang mana perbedaan ini tidak lepas dari pengaruh ekonomi politik yang berkembang
di setiap negara. Pada akhirnya ekonomi politk seperti liberal, sosial-demokrat, dan
heterodoks yang berkembang di setiap negara ini dapat mempengaruhi maju atau
tidaknya koperasi dan besaran pengaruh koperasi terhadap perekonomian negara.
Swedia yang menerapkan ekonomi politik sosial-demokrat dan Korea Selatan
yang menerapkan ekonomi politik heterodoks terdapat kesamaan dalam
perkembangan koperasinya yaitu digunakan oleh masyarakat untuk mencapai
kesejahteraan bagi seluruh individu. Hal ini berbeda dengan Amerika Serikat yang
menerapkan ekonomi politik liberal koperasi digunakan oleh masyarakat untuk
melawan kelas kapitalis dan untuk meningkatkan kekayaan.
Sedangkan Indonesia secara normatif di dalam UUD 1945 koperasi digunakan
sebagai alat untuk memenuhi kesejahteraan seluruh individu. Akan tetapi
perkembangan koperasi di Indonesia belum optimal atau belum sesuai dengan
undang-undang yang berlaku, jika dibandingkan dengan ketiga negara lainnya.
Dengan demikian di dalam penelitian ini akan membahas sejarah perkembangan
koperasi dan karakteristik koperasi di Indonesia, Swedia, Amerika Serikat, dan Korea
Selatan menggunakan analisis ekonomi politik, dan membandingkan bagaimana
perkembangan koperasi yang ada diantara keempat negara tersebut.
Adapun kerangka pemikiran dari penelitian ini sebagai berikut:
16
Gambar 1 Kerangka Pemikiran.
METODE PENELITIAN
Peneliti yang melakakukan penelitian harus bersifat objektif dalam mencari
jawaban suatu permasalahan dan prosedur yang dilakukannya harus jelas, sistematis,
dan terkontrol. Metode penelitian dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari
cara-cara melakukan pengamatan dengan pemikiran yang tepat secara terpadu melalui
tahapan-tahapan yang disusun secara ilmiah untuk mencari, menyusun, menganalisis
Disebabkan adanya pengaruh ekonomi politik dalam
perekonomian suatu negara
Pertumbuhan Koperasi yang tumbuh di
Indonesia belum optimal
Pertumbuhan Koperasi di Swedia, Amerika Serikat, dan Korea Selatan lebih optimal
Koperasi sebagai alat untuk meningkatkan kesejahteraan
Rekomendasi Kebijakan
Koperasi Indonesia termasuk
heterodoks atau negara berkembang
Koperasi Swedia termasuk sosial-
demokrat atau tidak
Analisis ekonomi politik perkembangan koperasi
Koperasi Amerika Serikat termasuk liberal atau tidak
Koperasi Korea Selatan termasuk
koperasi heterodoks atau tidak
Membandingkan Koperasi di empat negara
17
dan menyimpulkan data-data, sehingga dapat digunakan untuk menemukan,
mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan.77
Dalam metode
penelitian juga terdapat berbagai macam metode-metode penelitian untuk menyatakan
secara teknis metode yang digunakan dalam penelitian dengan tujuan untuk
mendapatkan jawaban dari permasalahan yang diteliti.78
Wilayah Penelitian
Awal munculnya koperasi di Indonesia dimulai pada tahun 1896, kemudian
berkembang pada tahun 1905 dan tahun 1908 yang bertepatan dengan lahirnya
kebangkitan nasional, dan terus berkembang pada awal kemerdekaan tahun 1945,
pada awal masa orde baru tahun 1967, dan pada awal masa reformasi tahun 1998.79
Waktu pengamatan penelitian sejarah perkembangan koperasi dan karakteristik
koperasi dimulai pada tahun awal munculnya koperasi di masing-masing negara yang
disesuaikan dengan kelengkapan informasi dan data yang diperoleh.
Penelitian ini mengambil studi wilayah pada tingkat nasional yaitu Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan tingkat Internasional sebagai unit
pembanding yaitu negara Amerika Serikat, negara Swedia, dan negara Korea Selatan.
Alasan memilih negara-negara pembanding tersebut karena termasuk salah satu
contoh negara berdasarkan pendekatan ekonomi politik teori liberal, teori sosialisme-
demokrat, heterodoks, dan faktor kelengkapan informasi dan data di masing-masing
negara.
Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan pada penelitian ini merupakan data sekunder. Data
sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung baik dari buku, literatur,
arsip-arsip, dokumen-dokumen yang dimiliki instansi bersangkutan atau media lain.
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi berupa
publikasi atau dalam file digital.80
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data berkala (time series). Untuk data-data mengenai koperasi seperti jumlah
koperasi, jumlah anggota koperasi, volume usaha koperasi, sisa hasil usaha koperasi,
aset koperasi, tenaga kerja koperasi, didapat dari data Statistik Indonesia Badan Pusat
Statistik, International Cooperative Alliance (ICA), Kementerian UKM & Koperasi,
serta instansi-instansi lain yang bersangkutan.
77
I Made Wirartha. 2006. Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi. Penerbit ANDI: Yogyakarta. Hal 68-71, 77 78
Ibid. 79
Muhammad Firdaus & Agus Edhi Susanto. 2004. Perkoperasian: Sejarah, Teori, & Praktek. Penerbit Ghalia Indonesia: Bogor. Hal 21 80
Bambang Juanda. 2009. Metodologi Penelitian Ekonomi & Bisnis. Penerbit IPB Press: Bogor. Hal 75
18
Selain itu penulis juga menambahkan jenis data sekunder lain mengenai sejarah
dan karakteristik koperasi yang diperoleh dari buku, literatur, berita, arsip-arsip dan
dokumen-dokumen yang dimiliki Kementrian UKM & Koperasi, Lembaga Studi
Pengembangan Perkoperasian Indonesia, Asosiasi Dosen dan Peneliti Perkoperasian
Indonesia, International Cooperative Alliance (ICA), Perpustakaan LSI IPB,
Perpustakaan FEM IPB, Perpustakaan UI, serta instansi-instansi lain yang
bersangkutan.
Data sekunder yang dikumpulan pada penelitian ini menggunakan teknik
triangulasi. Teknik triangulasi merupakan teknik pengumpulan data yang bersifat
menggabungkan data yang sudah ada untuk meneliti suatu peristiwa yang saling
berhubungan dari sudut pandang dan perspektif yang berbeda-beda.81
Selanjutnya
metode triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode triangulasi
sumber data. Triangulasi sumber data merupakan mengkaji informasi melalui
berbagai metode pengumpulan data (seperti wawancara, observasi) ataupun sumber
data (seperti dokume tertulis, dokumen sejarah, dan gambar).82
Metode Analisis Data
Pada penulisan karya tulis ini metode penulisan yang digunakan adalah metode
analisis isi (content analysis) secara deskriptif kualitatif. Metode analisis isi
merupakan metode yang digunakan untuk meneliti dokumentasi data (seperti teks,
gambar, simbol) dan untuk memperoleh keterangan dari komunikasi dalam bentuk
lambang yang terdokumentasi atau dapat didokumentasikan. Metode ini juga dapat
digunakan untuk menganalisis semua bentuk komunikasi (seperti surat kabar, buku,
dokumentasi lainnya), sehingga akan diperoleh suatu pemahaman terhadap berbagai
isi pesan komunikasi yang disamapaikan oleh media massa, atau dari sumber lain
secara objektif, sistematis, dan relevan dan untuk membuat kesimpulan-kesimpulan
yang benar dengan memperhatikan konteks yang bertujuan untuk memberikan
pengetahuan, wawasan baru, dan menyajikan fakta.
Kemudian pendekatan kualitatif untuk mengetahui atau menggambarkan
kenyataan dari kejadian yang diteliti, sehingga memudahkan untuk mendapatkan data
yang objektif. Pendekatan deskriptif bertujuan mengungkap suatu masalah atau
keadaan atau peristiwa sebagaimana adanya, sehingga bersifat mengungkapkan fakta
dan memberikan gambaran secara objektif tentang keadaan sebenarnya dari objek
yang diteliti. Maka analisis isi secara deskriptif kualitatif bukan hanya menganalisis
peristiwa yang diperoleh dari pengolahan data atau angka tetapi dari informasi yang
didapat dari berbagai studi literatur pustaka media cetak seperti buku, arsip-arsip,
81
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). ALFABETA. Bandung. Hal 50-67 lihat juga Moleong J. Lexy. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung. Hal 76-93 82
Ibid.
19
dokumen-dokumen, dan media online dengan menggambarkan secara rinci untuk
mendapatkan kesimpulan yang benar
Analisis Isi Sejarah Perkembangan Koperasi Di Indonesia Dibandingkan
Dengan Swedia, Amerika Serikat, dan Korea Selatan.
Analisis isi digunakan untuk menguraikan sejarah perkembangan koperasi
dengan perspektif ekonomi politik di Indonesia, Swedia, Amerika Serikat, dan Korea
Selatan secara deskriptif kualitatif dan membuat kesimpulannya. Selanjutnya
membandingkan kesimpulan dari analisis isi mengenai sejarah perkembangan
koperasi di Indonesia dengan di Swedia, Amerika Serikat, dan Korea Selatan secara
deskriptif kualitatif tersebut.
Analisis Isi Karakteristik Koperasi Di Indonesia Dibandingkan Dengan Swedia,
Amerika Serikat, dan Korea Selatan.
Analisis isi digunakan untuk menguraikan karakteristik koperasi salah satunya
seperti model dan bentuk koperasi di Indonesia, Swedia, Amerika Serikat, dan Korea
Selatan secara deskriptif kualitatif dan membuat kesimpulannya. Selanjutnya
membandingkan kesimpulan dari analisis isi mengenai karakteristik koperasi di
Indonesia dengan di Swedia, Amerika Serikat, dan Korea Selatan secara deskriptif
kualitatif tersebut.
GAMBARAN UMUM
Kondisi Geografis
Indonesia
Indonesia adalah salah satu negara terbesar di dunia yang memiliki jumlah
penduduk padat. Menurut World Bank jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2014
sebesar juta orang yang tersebar di 33 provinsi, dengan laju pertumbuhan
sebesar 1,21% dari tahun 2012-201483
. Indonesia memiliki wilayah yang luas yang
terdiri dari 17 508 pulau yang tersebar dari pulau Sabang sampai pulau Merauke,
sehingga negara ini merupakan negara kepulauan terbesar di dunia. Indonesia
memiliki luas daratan sebesar 1 922 570 dan luas perairan sebesar 3 257 483
. Letak Indonesia pada posisi LU- LS dan BT- BT, sehingga
negara ini sangat strategis yaitu berada di garis khatulistiwa, dilalui oleh Samudera
Pasifik dan Samudera Hindia, dan berada diantara dua benua yaitu benua Asia dan
Benua Australia.
83
World Bank. 2015. World Data Bank (World Development Indicators). (Web Resmi) Diakses pada tanggal 20 Oktober 2015 http://databank.worldbank.org/data/reports.aspx?source=2&country=&series=NY.GDP.MKTP.KD.ZG&period
20
Swedia
Swedia adalah salah satu negara Skandinavia dan negara terbesar keempat di
Eropa yang memiliki total luas negaranya sebesar 449,964 . Swedia memiliki
luas daratan sebesar 411,621 dan luas perairan sebesar 38,343 . Letak
Swedia pada posisi LU dan BT dan berada diantara dua negara yaitu
sebelah barat berbatasan dengan negara Norwegia dan sebelah timur laut berbatasan
dengan negara Finlandia. Selain itu Swedia memiliki jumlah penduduk yang rendah.
Menurut World Bank jumlah penduduk Swedia pada tahun 2014 sebesar 9,68 juta
orang dengan laju pertumbuhan sebesar 0,84% dari tahun 2012-201484
.
Amerika Serikat
Amerika Serikat adalah negara ketiga terbesar di dunia dalam luas wilayah dan
ketiga terbesar dalam jumlah penduduk. Total luas negara Amerika Serikat sebesar 9
631 420 yang terbagi menjadi 50 negara bagian. Amerika Serikat memiliki luas
daratan sebesar 9 166 601 dan luas perairan sebesar 464 819 . Letak
Amerika Serikat pada posisi LU- LU dan BT- BB,
di sebelah barat berbatasan dengan Samudera Pasifik dan di sebelah timur berbatasan
dengan Samudera Atlantik. Sebelah utara berbatasan dengan negara Kanada dan
sebelah selatan berbatasan dengan negara Meksiko. Selain itu Amerika Serikat
memiliki jumlah penduduk yang sangat padat. Menurut World Bank jumlah penduduk
Amerika Serikat pada tahun 2014 sebesar 318,85 juta orang dengan laju pertumbuhan
sebesar 0,75% dari tahun 2012-201485
.
Korea Selatan
Korea Selatan adalah salah satu negara di Asia bagian timur dan memiliki total
luas negaranya sebesar 128,82 . Korea Selatan memiliki luas daratan sebesar
98,720 dan luas perairan sebesar 30,1 . Letak Korea Selatan pada posisi
LU- LU dan BT- BT. Selain itu Korea Selatan memiliki
jumlah penduduk yang cukup padat. Menurut World Bank jumlah penduduk Korea
Selatan pada tahun 2014 sebesar 50,42 juta orang dengan laju pertumbuhan sebesar
0,43% dari tahun 2012-201486
.
Kondisi Perekonomian
Indonesia
Kondisi perekonomian suatu negara dapat dilihat dari beberapa indikator
ekonomi salah satunya yaitu indikator Produk Domestik Bruto (PDB). Pertumbuhan
PDB Indonesia dari tahun 2005 sampai tahun 2014 berfluktuatif. PDB Indonesia
84
Ibid. 85
Ibid. 86
Ibid.
21
mulai meningkat diawali pada tahun 2010 sebesar Rp3 435,26 triliun jika
dibandingkan pada tahun 2008 hingga tahun 2009 yang mengalami penurunan akibat
krisis ekonomi yang melanda pada tahun tersebut. PDB tertinggi Indonesia terjadi
pada tahun 2014 sebesar Rp5 596,94 triliun. Apabila dilihat dari laju pertumbuhan
PDB, kondisi perekonomian Indonesia dari tahun 2005 sampai tahun 2014 juga
berfluktuatif dengan rata-rata laju pertumbuhannya sebesar 5,72%. Pada tahun 2008
hingga tahun 2009 yaitu pada saat terjadi krisis ekonomi rata-rata laju
pertumbuhannya mengalami penurunan sebesar 5,32%. Krisis ekonomi pada tahun
tersebut disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya yaitu akibat dampak dari
krisis yang terjadi di Amerika Serikat pada tahun 2008.
Sumber: World Bank (diolah)
Gambar 2 PDB Indonesia
Selain indikator PDB terdapat indikator lain untuk melihat kondisi
perekonomian yaitu seperti inflasi dan pengangguran (untuk melihat ekonomi
moneter dan tingkat kesejahteraan). Inflasi Indonesia dari tahun 2005 sampai tahun
2014 cenderung menurun, tetapi pada tahun 2008 dan tahun 2010 mengalami
peningkatan sebesar 18,15% dan 15,26%. Kemudian pada tahun berikutnya inflasi
kembali menurun pada tahun 2014 sebesar 5,39%. Inflasi terendah dialami pada
tahun 2012 sebesar 3,75%. Tingkat pengangguran Indonesia mengalami penurunan
dari tahun ke tahun yaitu pada tahun 2005 sebesar 11,20% sampai pada tahun 2012
sebesar 6,14%.87
87
Ibid.
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
20
05
20
06
20
07
20
08
20
09
20
10
20
11
20
12
20
13
20
14
Trili
un
Ru
pia
h
22
Sumber: World Bank (diolah)
Gambar 3 PDB Per Kapita Indonesia
Pertumbuhan ekonomi Indonesia selama 10 tahun (2005-2014) mampu tumbuh
dengan rata-rata diatas 4,3%. Maka dapat dikatakan bahwa pertumbuhan ekonomi
Indonesia menunjukan perkembangan cukup baik. PDB per kapita juga berfluktuatif
tetapi relatif terus mengalami peningkatan yang dimulai pada tahun 2010 jika
dibandingkan pada tahun 2009 yang mengalami penurunan. PDB per kapita Indonesia
tertinggi terjadi pada tahun 2014 sebesar Rp21 996 ribu. Tinggi rendahnya PDB per
kapita suatu negara juga dipengaruhi oleh jumlah penduduk, sehingga negara yang
memiliki PDB lebih tinggi belum tentu memiliki PDB per kapita yang tinggi apabila
jumlah penduduk di suatu negara tersebut besar.
Swedia
Pertumbuhan PDB Swedia dari tahun 2005 sampai tahun 2014 berfluktuatif.
PDB Swedia dari tahun 2005 sebesar Rp3 775,56 triliun, mengalami peningkatan
hingga tahun 2009 sebesar Rp4 125,73 triliun, tetapi pada tahun 2010 mengalami
penurunan menjadi sebesar Rp3 825,90 triliun. Pada tahun berikutnya PDB Swedia
kembali meningkat hingga tahun 2014 sebesar Rp5 295,62 triliun. Apabila dilihat dari
laju pertumbuhan PDB, perekonomian Swedia dari tahun 2005 sampai tahun 2014
rata-rata laju pertumbuhannya sebesar 1,71%. Pada tahun 2008 sampai tahun 2009
laju pertumbuhan PDB Swedia pernah mengalami penurunan sebesar -5,18%. Hal ini
disebabkan oleh krisis ekonomi yang salah satu faktornya akibat dampak dari krisis
ekonomi di Amerika Serikat pada tahun 2008.
0
5000
10000
15000
20000
25000
20
05
20
06
20
07
20
08
20
09
20
10
20
11
20
12
20
13
20
14
Rib
u R
up
iah
23
Sumber: World Bank (diolah)
Gambar 4 PDB Swedia
Inflasi Swedia dari tahun 2005 sampai tahun 2014 berfluktuatif. Inflasi tertinggi
terjadi pada tahun 2008 sebesar 3,32% dan inflasi terendah terjadi pada tahun 2005
dan 2010 sebesar 0,80% dan 0,99%. Pada tahun 2014 inflasi Swedia sebesar 1,39%.
Tingkat pengangguran di Swedia dari tahun 2005 sampai tahun 2013 juga
berfluktuatif. Pengangguran terendah terjadi pada tahun 2007 sebesar 6,10% dan
pengangguran tertinggi terjadi pada tahun 2010 sebesar 8,60%. Selanjutnya tingkat
pengangguran Swedia pada tahun 2013 sebesar 8%.88
Sumber: World Bank (diolah)
Gambar 5 PDB Per Kapita Swedia
Pertumbuhan ekonomi Swedia selama 10 tahun (2005-2014) mampu tumbuh
dengan rata-rata diatas 0,9%. Maka dapat dikatakan bahwa pertumbuhan ekonomi
Swedia menunjukan perkembangan sangat baik. PDB per kapita juga berfluktuatif
tetapi relatif terus mengalami peningkatan yang dimulai pada tahun 2011 jika
dibandingkan pada tahun 2009 dan tahun 2010 yang mengalami penurunan. PDB per
kapita Swedia tertinggi terjadi pada tahun 2014 sebesar Rp546 222 ribu. Tinggi
rendahnya PDB per kapita suatu negara juga dipengaruhi oleh jumlah penduduk,
sehingga negara yang memiliki PDB lebih tinggi belum tentu memiliki PDB per
kapita yang tinggi apabila jumlah penduduk di suatu negara tersebut besar.
88
Ibid.
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
20
05
20
06
20
07
20
08
20
09
20
10
20
11
20
12
20
13
20
14
Trili
un
Ru
pia
h
0
100000
200000
300000
400000
500000
600000
20
05
20
06
20
07
20
08
20
09
20
10
20
11
20
12
20
13
20
14
Rib
u R
up
iah
24
Amerika Serikat
Pertumbuhan PDB Amerika Serikat dari tahun 2005 sampai tahun 2014
berfluktuatif. PDB Amerika Serikat dari tahun 2006 sebesar Rp123 127,66 triliun,
mengalami peningkatan hingga tahun 2009 sebesar Rp137 806,30 triliun, tetapi pada
tahun 2010 mengalami penurunan menjadi sebesar Rp123 623,15 triliun. Pada tahun
berikutnya PDB Amerika Serikat kembali meningkat hingga tahun 2014 sebesar
Rp175 565,31 triliun. Apabila dilihat dari laju pertumbuhan PDB, perekonomian
Amerika Serikat dari tahun 2005 sampai tahun 2014 juga berfluktuatif dengan rata-
rata laju pertumbuhannya sebesar 1,58%. Kemudian pada tahun 2008 sampai tahun
2009 laju pertumbuhan PDB Amerika Serikat mengalami penurunan hingga -2,78%.
Hal ini disebabkan oleh krisis subprime mortage89
yang merugikan financial Amerika
Serikat pada tahun 200890
.
Sumber: World Bank (diolah)
Gambar 6 PDB Amerika Serikat
Inflasi Amerika Serikat dari tahun 2005 sampai tahun 2014 berfluktuatif. Inflasi
tertinggi terjadi pada tahun 2005 sebesar 3,22% dan inflasi terendah terjadi pada
tahun 2009 sebesar 0,76%. Pada tahun 2014 inflasi Amerika Serikat sebesar 1,46%.
Tingkat pengangguran di Amerika Serikat dari tahun 2005 sampai tahun 2012 juga
berfluktuatif. Pengangguran terendah terjadi pada tahun 2006 hingga tahun 2007
sebesar 4,60%% dan pengangguran tertinggi terjadi pada tahun 2010 sebesar 9,60%.
Kemudian tingkat pengangguran Amerika Serikat pada tahun 2012 sebesar 8,10%.91
89
Subprime mortage loan adalah kredit yang diberikan kepada konsumen yang memiliki kelayakan kredit kurang dari cukup. Kemudian yang terjadi di Amerika Serikat adanya kredit macet sektor perumahan yang tinggi atau disebut dengan subprime mortage crisis. 90
Teguh Sihono. 2008. Krisis Finansial Amerika Serikat Dan Perekonomian Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Pendidikan. Penerbit: FISE UNY. Yogyakarta. Hal 175-178 91
Loc.cit.
0
50000
100000
150000
200000
20
05
20
06
20
07
20
08
20
09
20
10
20
11
20
12
20
13
20
14
Trili
un
Ru
pia
h
25
Sumber: World Bank (diolah)
Gambar 7 PDB Per Kapita Amerika Serikat
Pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat selama 10 tahun (2005-2014) mampu
tumbuh dengan rata-rata diatas 0,7%. Maka dapat dikatakan bahwa pertumbuhan
ekonomi Amerika Serikat menunjukan perkembangan sangat baik. PDB per kapita
juga berfluktuatif tetapi relatif terus mengalami peningkatan yang dimulai pada tahun
2011 jika dibandingkan pada tahun 2009 dan tahun 2010 yang mengalami penurunan.
PDB per kapita Amerika Serikat tertinggi terjadi pada tahun 2014 sebesar Rp550 608
ribu. Tinggi rendahnya PDB per kapita suatu negara juga dipengaruhi oleh jumlah
penduduk, sehingga negara yang memiliki PDB lebih tinggi belum tentu memiliki
PDB per kapita yang tinggi apabila jumlah penduduk di suatu negara tersebut besar.
Korea Selatan
Pertumbuhan PDB Korea Selatan dari tahun 2005 sampai tahun 2014
berfluktuatif. PDB Korea Selatan dari tahun 2006 sebesar Rp8 652,13 triliun,
mengalami peningkatan hingga tahun 2009 sebesar Rp10 718,97 triliun, tetapi pada
tahun 2010 mengalami penurunan menjadi sebesar Rp9 987,60 triliun. Pada tahun
berikutnya PDB Korea Selatan kembali meningkat hingga tahun 2014 sebesar Rp14
697,35 triliun. Apabila dilihat dari laju pertumbuhan PDB, perekonomian Korea
Selatan dari tahun 2005 sampai tahun 2014 juga berfluktuatif dengan rata-rata laju
pertumbuhannya sebesar 3,68%. Kemudian pada tahun 2008 sampai tahun 2009 laju
pertumbuhan PDB Korea Selatan mengalami penurunan hingga 0,71%. Hal ini
disebabkan oleh krisis ekonomi yang salah satu faktornya akibat dampak dari krisis
ekonomi di Amerika Serikat pada tahun 2008.
0
100000
200000
300000
400000
500000
600000
20
05
20
06
20
07
20
08
20
09
20
10
20
11
20
12
20
13
20
14
Rib
u R
up
iah
26
Sumber: World Bank (diolah)
Gambar 8 PDB Korea Selatan
Inflasi Korea Selatan dari tahun 2005 sampai tahun 2014 berfluktuatif. Inflasi
tertinggi terjadi pada tahun 2009 sebesar 3,54% dan inflasi terendah terjadi pada
tahun 2006 sebesar -0,14%. Pada tahun 2014 inflasi Korea Selatan sebesar 0,56%.
Tingkat pengangguran Korea Selatan dari tahun 2005 sampai tahun 2012 juga
berfluktuatif. Pengangguran terendah terjadi pada tahun 2007 hingga tahun 2008
sebesar 3,20% dan pengangguran tertinggi terjadi pada tahun 2005 dan tahun 2010
sebesar 3,70%. Kemudian tingkat pengangguran Korea Selatan pada tahun 2012
sebesar 3,20%.92
Sumber: World Bank (diolah)
Gambar 9 PDB Per Kapita Korea Selatan
Pertumbuhan ekonomi Korea Selatan selama 10 tahun (2005-2014) mampu
tumbuh dengan rata-rata diatas 3,1%. Maka dapat dikatakan bahwa pertumbuhan
ekonomi Korea Selatan menunjukan perkembangan baik. PDB per kapita juga
berfluktuatif tetapi relatif terus mengalami peningkatan yang dimulai pada tahun 2011
jika dibandingkan pada tahun 2009 dan tahun 2010 yang mengalami penurunan. PDB
per kapita Korea Selatan tertinggi terjadi pada tahun 2014 sebesar Rp291 476 ribu.
Tinggi rendahnya PDB per kapita suatu negara juga dipengaruhi oleh jumlah
penduduk, sehingga negara yang memiliki PDB lebih tinggi belum tentu memiliki
PDB per kapita yang tinggi apabila jumlah penduduk di suatu negara tersebut besar.
92
Loc.cit.
0
5000
10000
15000
20000
20
05
20
06
20
07
20
08
20
09
20
10
20
11
20
12
20
13
20
14
Trili
un
Ru
pia
h
0
100000
200000
300000
400000
20
05
20
06
20
07
20
08
20
09
20
10
20
11
20
12
20
13
20
14
Rib
u R
up
iah
27
Politik dan Pemerintahan
Indonesia
Indonesia merupakan negara republik yang menjalankan pemerintahan
presidensial multipartai yang demokratis. Sistem politik di Indonesia berdasarkan
pada Trias Politika yaitu legistalif, eksekutif, dan yudikatif. Kekuasaan legislatif
dipegang oleh lembaga yang bernama Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang
terdiri dari dua bagian yaitu Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang anggotanya
terdiri dari wakil-wakil partai politik dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD) yang
anggotanya mewakili provinsi yang ada di Indonesia. Sejak tahun 2004 MPR adalah
parlemen bikameral, setelah terbentuknya DPD sebagai bagian kedua.93
Lembaga eksekutif dipegang oleh presiden, wakil presiden, dan kabinet.
Kabinet di Indonesia adalah Kabinet Presidensial, sehingga semua menteri
bertanggung jawab kepada presiden dan tidak mewakili partai politik yang ada di
parlemen. Presiden Republik Indonesia saat ini adalah Joko Widodo yang diusung
oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), kemudian menunjuk sejumlah
akademisi, pengusaha, dan pemimpin partai politik untuk memegang jabatan dalam
kabinetnya. Lembaga yudikatif dipegang oleh Mahkamah Agung, Komisi Yudisial,
dan Mahkamah Konstitusi.94
Swedia
Swedia adalah negara monarki konstitusional multipartai yang demokratis.
Pemerintahan tidak berdasarkan pada pemisahan kekuasaan dalam eksekutif,
legislatif, dan yudikatif. Tetapi terdiri dari pemerintahan parlementer dan kepala
negara. Sebelumnya warga negara memilih Riskdag95
yang mewakili partai-partai
politik. Selanjutnya secara tidak langsung Riskdag menunjuk perdana menteri untuk
memimpin pemerintahan. Pemerintahan terdiri dari perdana menteri dan menteri-
menteri lainnya yang dipilih oleh perdana menteri.
Pemerintahan memiliki kekuatan politik dan kekuasaan yang nyata untuk
mengatur negara dengan bantuan otoritas administratif. Kemudian pengadilan
menegakan keadilan sesuai dengan arahan yang ditetapkan oleh Riskdag dalam
undang-undang dasar dan lainnya. Kepala negara adalah raja atau penguasa wanita
sebagai kepala negara. Kepala negara tidak memiliki kekuatan politik. Tugas kepala
negara hanya yang bersifat seremonial dan perwakilan.96
93
Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia. 2015. Politik Pemerintahan. (Web Resmi) Diakses pada tanggal 24 Agustus 2015 http://www.indonesia.go.id/in/sekilas-indonesia/politik-dan-pemerintahan 94
Ibid. 95
Riksdag adalah lembaga parlemen di negara Swedia 96
Neil C.M. Elder. 1970. Government in Sweden. Penerbit: Pergamon Press. New York. Hal 31, 119, 138, 150, 186 lihat juga Thurid Hustedt, dan Jan Tiessen. 2006. Central Government Coordination in Denmark, Germany, and Sweden. Penerbit: Universitas Postdam. Postdam. Hal 49, 53 lihat juga Elis Hastad. 1957. The Parliament of Sweden. Penerbit: The Chiswick Press. New Southgate. Hal 1, 51
28
Amerika Serikat
Amerika Serikat menjalankan pemerintahan presidensial federal dwipartai yang
demokratis. Konstitusi membagi pemerintahan federal menjadi tiga bagian yaitu
kekuasaan eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Kekuasaan eksekutif diberikan kepada
presiden dan wakil presiden Amerika Serikat yang dipillih langsung oleh masyarakat.
Presiden adalah kepala negara dan kepala pemerintahan federal yang mengatur negara
dan didukung oleh wakil presiden serta kabinet yang dipilih oleh presiden dengan
persetujuan senat. Kekuasaan legislatif dibagi menjadi dua bagian atau bikameral
dalam sebuah kongres yaitu yang terdiri dari senat yang diwakili dari setiap negara
bagian dan DPR. Kemudian kekuasaan yudikatif hanya berpusat pada Mahkamah
Agung.97
Korea Selatan
Korea Selatan adalah negara republik yang menjalankan pemerintahan
presidensial dengan kepala eksekutif independen. Menurut kontitusi pemerintahan
Korea Selatan dibagi menjadi tiga bagian yaitu kekuasaan eksekutif, kekuasaan
legislatif, dan kekuasaan yudikatif. Kekuasaan eksekutif dipimpin oleh presiden
sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan yang dibantu oleh perdana menteri
dan menteri-menteri kabinet yang dipilih oleh presiden. Kekuasaan legislatif yaitu
majelis nasional Korea Selatan yang hanya terdiri satu bagian atau unikameral.
Kekuasaan yudikatif terdiri dari dua bagian yaitu Mahkamah Agung dan Mahkamah
Konstitusi.98
Koperasi
Indonesia
Besarnya kontribusi koperasi terhadap PDB atas dasar harga berlaku Indonesia
dari tahun 2009 sampai tahun 2014 mengalami peningkatan setiap tahunnya.
Peningkatan kontribusi koperasi terhadap PDB dari tahun 2009 sampai tahun 2014
yaitu sebesar Rp107 triliun. Tetapi kontribusi koperasi terhadap PDB Indonesia
tergolong rendah dibandingkan dengan pelaku ekonomi yang lain yaitu Badan Usaha
Milik Negara (BUMN) dan Swasta. Swasta memberikan kontribusi terbesar pertama
terhadap PDB Indonesia, dan BUMN memberikan kontribusi terbesar kedua terhadap
PDB Indonesia. Besarnya kontribusi BUMN dan Swasta terhadap PDB Indonesia dari
tahun 2009 sampai tahun 2014 juga mengalami peningkatan setiap tahunnya. (Lihat
Tabel 1)
97 Terry L. Jordan. 2009. The U.S. Constitution. Penerbit: Oak Hill Publishing Company.
Naperville. Hal 31-45 lihat juga Edward Dumbauld. 1964. The Constitution of the United States. Penerbit: University of Oklahoma Press. Oklahoma. Hal 62, 255 lihat juga Alpheus Thomas Mason, dan Donald Griver Stephenson. 1993. American Constitutional Law. Penerbit: Prentice Hall. New Jersey. Hal 1, 23, 184 98
Constitution of the Republic of Korea 1948: amandemen 29 Oktober 1987
29
Tabel 1 Kontribusi Koperasi Dibandingkan Dengan BUMN Dan Swasta Terhadap
PDB Atas Dasar Harga Berlaku
Tahun Koperasi
(triliun rupiah)
BUMN
(triliun rupiah)
Swasta
(triliun rupiah)
2009
2010
2011
2012
2013
2014
82
76
95
119
125
189
996
1 110
1 371
1 575
1 835
1 973
2 618
2 247
2 052
2 298
2 737
3 433
Sumber: Kementerian Koperasi dan UKM, Kementerian BUMN, Kemenko Perekonomian, Badan
Pusat Statistik (diolah)
Kemudian berdasarkan data International Cooperative Alliance (ICA) 300
koperasi kelas dunia tidak terdapat koperasi Indonesia yang masuk kedalam daftar
300 koperasi kelas dunia tersebut. Menurut Djohan (2009) hal ini dikarenakan
koperasi-koperasi yang ada di Indonesia tidak memenuhi kriteria 300 koperasi kelas
dunia.99
Kriteria 300 koperasi kelas dunia tersebut yaitu dinilai berdasarkan aspek
ekonomi maupun sosialnya atau tanggung jawab sosial seperti Cooperative Sosial
Responsibility (CSR), sedangkan dari aspek ekonomi dilihat dari total pendapatan
koperasi dan total aset koperasi.100
Selanjutnya berdasarkan kriteria tersebut ICA
menjaring koperasi-koperasi yang ada di seluruh dunia menjadi 300 koperasi kelas
dunia dan diterbitkan setiap tahunnya.
Swedia
Besarnya kontribusi koperasi Swedia terhadap PDB atas dasar harga berlaku
dari tahun 2010 sampai tahun 2014 mengalami peningkatan setiap tahunnya.
Peningkatan kontribusi koperasi Swedia terhadap PDB dari tahun 2010 sampai tahun
2014 yaitu sebesar Rp124 triliun. Kemudian kontribusi koperasi Swedia terhadap
PDB tergolong tinggi dibandingkan dengan kontribusi koperasi Indonesia terhadap
PDB. Kontribusi koperasi Swedia terhadap PDB juga lebih tinggi setiap tahunnya
dibandingkan dengan kontribusi koperasi Indonesia terhadap PDB, meskipun besaran
kontribusi koperasi Indonesia terhadap PDB meningkat setiap tahunnya. (Lihat Tabel
2)
99
Djabaruddin Djohan. 2009. Op.cit. Hal 2 100
Ibid. Hal 1
30
Tabel 2 Kontribusi Koperasi Swedia Dibandingkan Koperasi Indonesia Terhadap
PDB Atas Dasar Harga Berlaku
Tahun Swedia Indonesia
Jumlah (triliun rupiah) Jumlah (triliun rupiah)
2010
2011
2012
2013
2014
415
418
443
479
529
76
95
119
125
189
Sumber: Svenkskooperation, Kementerian Koperasi dan UKM, Badan Pusat Statistik (diolah)
Kemudian berdasarkan data International Cooperative Alliance (ICA) 300
koperasi kelas dunia terdapat koperasi Swedia yang masuk kedalam daftar 300
koperasi kelas dunia tersebut. Menurut Djohan (2009) beberapa koperasi yang ada di
Swedia memenuhi kriteria 300 koperasi kelas dunia yang telah dijaring oleh ICA dari
koperasi-koperasi yang ada di seluruh dunia.101
Jumlah koperasi Swedia yang masuk
300 koperasi kelas dunia dari tahun 2010 sampai tahun 2013 selalu sama yaitu
berjumlah 6 koperasi. Sedangkan total pendapatan dari koperasi Swedia yang masuk
300 koperasi kelas dunia pada tahun 2010 sampai tahun 2013 berfluktuaif. Total
pendapatan dari koperasi Swedia yang masuk 300 koperasi kelas dunia pada tahun
2010 sebesar Rp216 triliun mengalami penurunan sampai tahun 2011 sebesar Rp185
triliun. Tetapi pada tahun berikutnya total pendapatan dari koperasi Swedia yang
masuk 300 koperasi kelas dunia mengalami peningkatan hingga tahun 2013 sebesar
Rp286 triliun. (Lihat Tabel 3)
Tabel 3 Jumlah Koperasi Swedia Yang Masuk 300 Koperasi Kelas Dunia ICA
Tahun Jumlah Koperasi Total Pendapatan
(triliun rupiah)
2010
2011
2012
2013
6
6
6
6
216
185
246
286
Sumber: International Cooperative Alliance (diolah)
Amerika Serikat
Besarnya kontribusi koperasi Amerika Serikat terhadap PDB atas dasar harga
berlaku dari tahun 2010 sampai tahun 2014 mengalami peningkatan setiap tahunnya.
Peningkatan kontribusi koperasi Amerika Serikat terhadap PDB dari tahun 2010
sampai tahun 2014 yaitu sebesar Rp2 789 triliun. Kemudian kontribusi koperasi
Amerika Serikat terhadap PDB tergolong tinggi dibandingkan dengan kontribusi
101
Ibid. Hal 2
31
koperasi Indonesia terhadap PDB. Kontribusi koperasi Amerika Serikat terhadap
PDB juga lebih tinggi setiap tahunnya dibandingkan dengan kontribusi koperasi
Indonesia terhadap PDB, meskipun besaran kontribusi koperasi Indonesia terhadap
PDB meningkat setiap tahunnya. (Lihat Tabel 4)
Tabel 4 Kontribusi Koperasi Amerika Serikat Dibandingkan Koperasi Indonesia
Terhadap PDB Atas Dasar Harga Berlaku
Tahun Amerika Serikat Indonesia
Jumlah (triliun rupiah) Jumlah (triliun rupiah)
2010
2011
2012
2013
2014
5 643
5 742
6 128
7 213
8 433
76
95
119
125
189
Sumber: University of Wisconsin for Center for Cooperatives, Kementerian Koperasi dan UKM,
Badan Pusat Statistik (diolah)
Kemudian berdasarkan data International Cooperative Alliance (ICA) 300
koperasi kelas dunia terdapat koperasi Amerika Serikat yang masuk kedalam daftar
300 koperasi kelas dunia tersebut. Menurut Djohan (2009) beberapa koperasi yang
ada di Amerika Serikat memenuhi kriteria 300 koperasi kelas dunia yang telah
dijaring oleh ICA dari koperasi-koperasi yang ada di seluruh dunia.102
Jumlah
koperasi Amerika Serikat yang masuk 300 koperasi kelas dunia dari tahun 2010
sampai tahun 2013 berfluktuatif. Sedangkan total pendapatan dari koperasi Amerika
Serikat yang masuk 300 koperasi kelas dunia mengalami peningkatan setiap
tahunnya. Total pendapatan dari koperasi Amerika Serikat yang masuk 300 koperasi
kelas dunia dari tahun 2010 sampai tahun 2013 sebesar Rp1 620 triliun. (Lihat Tabel
5)
Tabel 5 Jumlah Koperasi Amerika Serikat Yang Masuk 300 Koperasi Kelas Dunia
ICA
Tahun Jumlah Koperasi Total Pendapatan
(triliun rupiah)
2010
2011
2012
2013
80
82
85
74
4 491
4 650
5 294
6 111
Sumber: International Cooperative Alliance (diolah)
102
Ibid. Hal 2
32
Korea Selatan
Besarnya kontribusi koperasi Korea Selatan terhadap PDB atas dasar harga
berlaku dari tahun 2011 sampai tahun 2014 mengalami peningkatan setiap tahunnya.
Peningkatan kontribusi koperasi Korea Selatan terhadap PDB dari tahun 2011 sampai
tahun 2014 yaitu sebesar Rp372 triliun. Kemudian kontribusi koperasi Korea Selatan
terhadap PDB tergolong tinggi dibandingkan dengan kontribusi koperasi Indonesia
terhadap PDB. Kontribusi koperasi Korea Selatan terhadap PDB juga lebih tinggi
setiap tahunnya dibandingkan dengan kontribusi koperasi Indonesia terhadap PDB,
meskipun besaran kontribusi koperasi Indonesia terhadap PDB meningkat setiap
tahunnya. (Lihat Tabel 6)
Tabel 6 Kontribusi Koperasi Korea Selatan Dibandingkan Koperasi Indonesia
Terhadap PDB Atas Dasar Harga Berlaku
Tahun Korea Selatan Indonesia
Jumlah (triliun rupiah) Jumlah (triliun rupiah)
2011
2012
2013
2014
422
664
758
794
95
119
125
189
Sumber: ICA Asia and Pacific, Kementerian Koperasi dan UKM (diolah)
Kemudian berdasarkan data International Cooperative Alliance (ICA) 300
koperasi kelas dunia terdapat koperasi Korea Selatan yang masuk kedalam daftar 300
koperasi kelas dunia tersebut. Menurut Djohan (2009) beberapa koperasi yang ada di
Korea Selatan memenuhi kriteria 300 koperasi kelas dunia yang telah dijaring oleh
ICA dari koperasi-koperasi yang ada di seluruh dunia.103
Jumlah koperasi Korea
Selatan yang masuk 300 koperasi kelas dunia dari tahun 2010 sampai tahun 2013
mengalami peningkatan. Selain itu total pendapatan dari koperasi Korea Selatan yang
masuk 300 koperasi kelas dunia mengalami peningkatan setiap tahunnya. Total
pendapatan dari koperasi Korea Selatan yang masuk 300 koperasi kelas dunia dari
tahun 2010 sampai tahun 2013 sebesar Rp562 triliun. (Lihat Tabel 7)
Tabel 7 Jumlah Koperasi Korea Selatan Yang Masuk 300 Koperasi Kelas Dunia ICA
Tahun Jumlah Koperasi Total Pendapatan
(triliun rupiah)
2010
2011
2012
2013
1
2
2
3
76
310
493
638
Sumber: International Cooperative Alliance (diolah)
103
Ibid. Hal 2
33
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sejarah Perkembangan Koperasi Di Indonesia, Dibandingkan Dengan Swedia,
Amerika Serikat, dan Korea Selatan
Sebelum membahas sejarah perkembangan koperasi di Indonesia, pertama akan
dibahas sejarah perkembangan koperasi di Amerika Serikat terlebih dahulu sebagai
contoh negara liberal. Selanjutnya membahas sejarah perkembangan koperasi di
Swedia sebagai contoh negara sosial-demokrat, dan membahas sejarah perkembangan
koperasi di Korea Selatan sebagai contoh negara heterodoks. Terakhir membahas
sejarah perkembangan koperasi di Indonesia. Kemudian hasil dari pembahasan dalam
bentuk kesimpulan akan menjadi bahan untuk dibandingkan mengenai
perekembangan koperasi diempat negara.
Amerika Serikat
Koperasi di dalam sejarahnya merupakan organisasi yang muncul atau dibentuk
pada saat terjadi revolusi industri yaitu berkembangnya ekonomi politik liberal yang
semakin kuatnya faham kapitalisme. Hal tersebut sama dengan yang terjadi di
Amerika Serikat sebagai negara liberal yang mengembangkan faham kapitalisme,
sehingga terjadinya persaingan bebas antara individu atau pelaku ekonomi dalam
perekonomian. Selanjutnya dalam kondisi tersebut terdapat kemunculan koperasi
seperti dibentuknya koperasi pertama pada abad ke-18 yaitu koperasi asuransi
kebakaran The Philadelphia Contributionship From Lose By Fire oleh Benjamin
Franklin tahun 1752 karena dinilai pentingnya masyarakat sosial pada saat itu.104
Koperasi dibentuk di Amerika Serikat salah satunya sebagai upaya untuk
melawan kelas kapital dan meningkatkan kekayaan dalam persaingan bebas. Maka
hal ini menunjukan bahwa terdapat koperasi yang berkembang dalam perekonomian
mekanisme pasar, sehingga akan dilihat lebih lanjut secara empiris mengenai sejarah
perkembangan koperasi di Amerika Serikat tersebut dalam perspektif ekonomi politik
liberal.
Sebagai negara liberal, perekonomian Amerika Serikat dijalankan berdasarkan
pada mekanisme pasar atau persaingan bebas, maka terdapat kebebasan setiap
individu untuk memenuhi kebutuhannya dan hubungan antarindividu bersifat
kontraktual.105
Hal tersebut juga terjadi pada perkembangan koperasi di Amerika
Serikat. Dapat dilihat diantaranya yaitu pada akhir abad ke-19 terdapat organisasi
Knights Labour dan the Sovereigns of Industry yang mengembangkan koperasi toko
104
Kimberly A. Zeuli dan Robert Cropp. 2004. Cooperative: Principles and Practices in the 21st
Century. Penerbit: University of Wisconsin. Wisconsin. Hal 15 105
Didin S. Damanhuri. 2010. Ekonomi Politik dan Pembangunan. Penerbit IPB Press: Bogor. Hal 2 lihat juga James A. Caporaso & David P. Levine. 2008. Teori-Teori Ekonomi Politik. Diterjemahkan oleh: Suraji. Penerbit Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Hal 68-122
34
untuk kebutuhan anggotanya dan menerapkan prinsip Rochdale untuk
mengoperasikan toko-tokonya.106
Selain itu terdapat juga koperasi ritel yang dikembangkan secara mandiri oleh
masyarakat untuk memenuhi kebutuhan anggotanya. Akhirnya koperasi-koperasi ini
berhasil menjadi koperasi serupa grosir. Namun pada saat memasuki abad ke-20
koperasi-koperasi tersebut mengalami kegagalan karena kekurangan modal,
manajemen yang buruk, dan kurangnya perlindungan terhadap koperasi, akibat tidak
mampu bersaing dengan pelaku ekonomi lainnya seperti swasta.107
Persaingan ini
menunjukan adanya praktik persaingan bebas dalam perkembangan koperasi di
Amerika Serikat.
Kemudian pada pertengahan tahun 1960an dan pertengahan tahun 1970an
muncul Consumer Food Cooperative karena pada saat itu terjadi kelangkaan
makanan organik dan natural, serta kurang minatnya sistem pangan alternatif. Tetapi
menurut Zeuli dan Cropp (2004) pada akhirnya koperasi-koperasi tersebut banyak
yang gagal dalam mengembangkan usahanya, karena tidak mampu bersaing dengan
pelaku ekonomi lainnya di pasar.108
Terakhir terjadi pada tahun 1996 banyak koperasi
pertanian yang melakukan merger. Hal ini dilakukan untuk memperkuat posisi
koperasi pertanian di pasar atau agar dapat bersaing dengan pelaku ekonomi lainnya
di pasar, sehingga dapat membuka peluang pasar yang lebih luas dan usahanya
sampai ke level internasional.
Maka jumlah koperasi pada saat itu berjumlah 3 884 unit dan memiliki anggota
sebanyak 3 642 000 orang menurun dari tahun 1985 yang berjumlah 5 625 unit dan
memiliki anggota sebanyak 4 781 216 orang. Tetapi volume usaha meningkat dari
tahun 1985 sebesar USD65 601 juta menjadi sebesar USD106 069 juta.109
Kegagalan
mengembangkan usaha pada koperasi Consumer Food dan merger yang dilakukan
koperasi pertanian untuk memperkuat posisi tersebut juga menunjukan adanya praktik
persaingan bebas dalam perkembangan koperasi.
Dari uraian tersebut menunjukan bahwa secara empiris adanya penerapan
mekanisme pasar atau persaingan bebas yang berlaku di dalam perkembangan
koperasi. Hal ini mengartikan bahwa sesuai dengan ciri dari perekonomian Amerika
Serikat yang dijalankan berdasarkan pada mekanisme pasar atau persaingan bebas.
Selanjutnya di dalam mekanisme pasar membagi pelaku ekonomi menjadi tiga bagian
besar yaitu pemilik modal (kapital), pemilik lahan (sewa), dan tenaga kerja (labour).
Selain itu di dalam mekanisme pasar juga mendorong setiap individu untuk mencari
keuntungan lebih besar (profit oriented) yang dapat menimbulkan persaingan
106
Florence Parker. 1956. The First 125 Years: A History of Distributive and Service Cooperative in the United States 1890-1954. Penerbit: Superior WI: The Cooperative Publishing Association. New York. Hal 3-35 107
Ibid. 108
Kimberly A. Zeuli dan Robert Cropp. 2004. Op.cit. Hal 20 109
Ibid.
35
antarindividu atau antar kelas.110
Hal tersebut juga terjadi dalam perkembangan
koperasi di Amerika Serikat.
Dapat dilihat diantaranya yaitu pada pertengahan abad ke-19 setelah terjadi
perang sipil atau perang saudara antara petani di utara dan di selatan Amerika Serikat,
kondisi pertanian di dua daerah tersebut memburuk. Selain itu terdapat tengkulak
(pemilik kapital) yang membeli produk pertanian mereka dengan harga yang murah,
sehingga memperburuk kondisi pertanian para petani. Kemudian tahun 1867 dibentuk
organisasi Grange atau lebih dikenal sebagai orde pembina pertanian oleh Oliver
Hudson Kelley untuk memperbaiki kondisi pertanian dengan mempromosikan
pengembangan koperasi.
Pada tahun 1875 Grange mendukung prinsip Rochdale dan membangun
koperasi dalam bentuk pemasaran pertanian, koperasi pembeli, dan koperasi toko-
toko barang konsumsi. Tetapi pada tahun 1880 Grange mengalami penurunan yang
diakibatkan oleh praktik bisnis yang buruk dan kurangnya pastisipasi anggota karena
hanya mencari keuntungan perorangan.111
Hal tersebut menunjukan bahwa terdapat
pelaku ekonomi lainnya selain Grange yang bersaing dalam perekonomian yaitu
pemilik kapital, dan adanya praktik mencari keuntungan atau profit oriented di dalam
koperasi Grange.
Selain itu pada tahun 1875 dibentuk organisasi lain yang mendukung
pengembangan pertanian yaitu The Farmers’ Alliance. Organisasi ini aktif di bagian
selatan Amerika Serikat dengan melakukan hak gadai tanaman yang dibuat hutang
secara terus menerus bagi banyak petani penyewa kecil dan petani penggarap. Namun
menurut Reynolds (2002) di dalam pelaksanaannya terdapat praktik diskriminasi
rasial di dalam organisasi akibat persaingan sesama anggota yang mengarah untuk
mencari keuntungan perorangan, sehingga menyulitkan petani hitam untuk
berpartisipasi di dalam organisasi tersebut. Pada koperasi ini menunjukan adanya
pelaku ekonomi seperti pemilik lahan yang mempraktikan sewa lahan, dan di dalam
koperasi The Farmers’ Alliance terdapat praktik persaingan yang mengarah pada
mencari keuntungan perorang atau profit oriented.112
Pada tahun 1892 dibentuk perkumpulan serupa koperasi konsumen oleh serikat
pekerja yang bernama The First Workingmen’s Protective Union. Perkumpulan ini
membentuk program pembelian masal dalam jumlah yang besar untuk kebutuhan
anggotanya, dan dioperasikan sesuai dengan prinsip Rochdale. Tetapi menurut Burley
(1939) dalam perkembangannya praktik bisnis koperasi ini buruk dan terdapat
kesenjangan diantara partisipasi anggota terhadap The First Workingmen’s Protective
Union atau hanya mengejar keuntungan perorangan, sehingga tidak mencerminkan
110
Ahmad Erani Yustika. 2012. Ekonomi Kelembagaan: Paradigma, Teori, dan Kebijakan. Penerbit Erlangga. Jakarta. Hal 220-224 111
Henry H. Bakken dan Marvin A. Scharrs. 1937. The Economics of Cooperative Marketing. Penerbit: McGraw-Hill Book Company Inc. California. Hal 524-526 112
Bruce J. Reynolds. 2002. Black Farmers in America, 1865-2000. [Jurnal] penelitian U.S. Department of Agriculture. Hal 2-16
36
bentuk kerja sama dan tolong menolong di dalam perkumpulannya.113
Hal tersebut
juga menunjukan bahwa di dalam koperasi terdapat praktik yang mengarah pada
keuntungan atau profit oriented.
Dari uraian diatas menunjukan secara empiris adanya pelaku ekonomi lainnya
seperti pemilik kapital yang bersaing dengan koperasi dalam suatu perekonomian.
Selain itu terdapat praktik persaingan yang mengarah pada profit oriented di dalam
organisasi koperasi, sehingga akhirnya menimbulkan persaingan antarindividu
maupun antar kelas. Kemudian banyaknya persaingan antarindividu maupun antar
kelas tersebut yang sering terjadi dalam perekonomian, khususnya dalam
perkembangan koperasi tidak mengurangi munculnya serikat pekerja atau masyarakat
yang terus mengembangkan koperasi.
Bahkan tidak sedikit koperasi yang pada akhirnya mampu bersaing dengan
pelaku ekonomi lainnya, melawan kelas kapital, dan mencapai kepentingannya untuk
meningkatkan kesejahteraan atau kekayaan. Hal ini dapat dilihat diantaranya yaitu
pada tahun 1886 dibentuk serikat petani hitam the Colored Farmers’ National
Alliance dan organisasi koperasi the Federation of Southern Cooperative sebagai
bentuk perlawanan terhadap organisasi The Farmers’ Alliance akibat praktik
diskriminasi rasial kepada petani hitam. Organisasi koperasi ini memberikan layanan
dan mempromosikan operasi mandiri dan retensi tanah petani hitam yang merupakan
tanah warisan segregasi dan diskriminasi, serta mengambil kebijakan untuk
mengembangkan koperasi.114
Selanjutnya pada tahun 1900 berdiri semacam bank rakyat atau usaha simpan
pinjam (credit union) di Levis Queebec oleh Alphonso Desjardin. Bank rakyat ini
dalam usahanya menggerakan kegiatan menabung di kalangan petani maupun buruh
dan meminjamkan kepada sesama anggota yang memerlukan. Usaha ini dilakukan
karena tidak adanya peminjaman modal dari pemilik kapital kepada para petani kecil
maupun buruh. Perkembangan usaha simpan pinjam melalui bank rakyat akhirnya
semakin meningkat.
Menurut Soesilo (2008) pada tahun 1920an koperasi simpan pinjam (credit
union) menjadi model percontohan bagi seluruh koperasi simpan pinjam di Amerika
Serikat. Selain itu pada tahun 1934 jumlah koperasi ini bertambah menjadi 2 400 unit,
dari 42 unit pada tahun 1918, dan 11 unit pada tahun 1915, serta tersebar di 38 negara
bagian.115
Kemudian dalam perekonomian mekanisme pasar atau persaingan bebas
menurut Yustika (2012) menilai perkumpulan seperti koperasi maupun serikat
pekerja pada perekonomian di level mikro dapat menjadi check and balances pada
113 Orin E. Burley. 1939. The Consumers' Cooperative as a Distributive Agency. Penerbit: McGraw-Hill
Book Company Inc. New York. Hal 65-90 114 Bruce J. Reynolds. 2002. Op.cit. Hal 2-16 115
H. M. Iskandar Soesilo. 2008. Dinamika Gerakan Koperasi Indonesia. Penerbit PT. Wahana Semesta Intermedia. Jakarta. Hal. 35-37
37
perekonomian di level makro.116
Hal ini juga terjadi dalam perkembangan koperasi di
Amerika Serikat.
Dapat dilihat pada abad ke-20 menurut Zeuli dan Cropp (2004) koperasi mulai
diintensifkan sebagai reaksi terhadap praktik monopoli atau disebut sebagai ekses
kapitalisme. Bentuk kerja sama seperti koperasi dalam perekonomian dianggap
sebagai salah satu jalan untuk mencapai ekonomi sosial dan untuk memberikan
kontribusi terhadap perekonomian, sehingga akhirnya pada tahun 1916 dibentuk
National Cooperative Business Association, Cooperative League of the United States
of America (NCBA CLUSA).
Dalam perkembangannya organisasi ini sempat mengubah namanya, tetapi
sampai akhirnya tahun 1985 namanya menjadi National Cooperative Business
Association (NCBA). NCBA adalah organisasi non-profit untuk mengembangkan,
memajukan, dan melindungi koperasi melalui penyediaan pendidikan lintas sektor,
dukungan dan advokasi, serta melihat dampak dari adanya koperasi terhadap
kesejahteraan ekonomi masyarakat. Dari uraian tersebut menunjukan secara empiris
koperasi yang berkembang di Amerika Serikat dibentuk dan berhasil untuk
meningkatkan kesejahteraan atau meningkatkan kekayaan, dan melawan pemilik
kapital dalam praktik persaingan bebas.
Selanjutnya dalam faham ekonomi politik liberal menjelaskan tidak adanya
campur tangan pemerintah dalam menjalankan perekonomian karena pasar dinilai
dapat mengatur sendiri, sehingga intervensi pemerintah hanya sedikit bahkan
dihilangkan terhadap pasar termasuk intervensi pemerintah terhadap perkembangan
koperasi dalam suatu perekonomian.117
Hal ini dapat dilihat diantaranya yaitu pada
tahun 1880 koperasi pertanian berhasil menciptakan surplus produksi pertanian, tetapi
pada saat itu kondisi ekonomi Amerika Serikat merugikan bagi petani karena harga
pertanian yang rendah akibat suku bunga yang tinggi dan jarak pemasaran produk
yang lebar.
Dalam kondisi tersebut tidak terdapat peran pemerintah untuk mengintervensi
pasar atau membantu koperasi, tetapi menurut Bakken dan Scharrs (1937) untuk
menghadapi kondisi ekonomi yang merugikan petani tersebut dibentuk koperasi
pemasaran dan melakukan ekspansi ke barat.118
Maka koperasi pemasaran tersebut
menunjukan pasar yang mengatur sendiri tanpa campur tangan pemerintah. Selain itu
peran pemerintah dalam faham ekonomi politik liberal juga berperan melindungi
masyarakat dari kekerasan, ketidakadilan atau penindasan, dan sebagai fasilitator,
serta sebagai regulator.119
Hal ini dapat dilihat dalam perkembangan koperasi diantaranya yaitu pada tahun
1890 pemerintah federal mengeluarkan Sherman Antitrust Act untuk mengatasi
masalah monopoli terhadap perekonomian akibat terjadinya perdagangan pertanian
116
Ahmad Erani Yustika. 2012. Op.cit. Hal 220-224 117
James A. Caporaso & David P. Levine. 2008. Op.cit. Hal 68-122 118
Henry H. Bakken dan Marvin A. Scharrs. 1937. Op.cit. Hal 524-526 119
James A Caporaso & David P. Levine. 2008. Op.cit. Hal 68-122
38
melalui kontrak atau konspirasi ilegal yang juga merugikan koperasi pertanian.120
Tetapi peraturan ini mengahambat perkembangan koperasi pertanian, karena koperasi
pertanian dinilai ilegal dan melanggar peraturan tersebut.
Akhirnya untuk mengatasi kondisi tersebut pemerintah federal mengeluarkan
Clayton Act tahun 1914 dan Capper-Volstead Act untuk membebaskan usaha
organisasi pertanian dan melembagakannya agar koperasi pertanian tidak terhambat
Sherman Antitrust Act, serta mengatur wewenang hak petani untuk memasarkan
produk pertanian atau memasarkan produk pertanian dengan berbagai macam bentuk
koperasi.121
Selanjutnya pada tahun 1914 pemerintah federal mendukung
pengembangan koperasi di sektor pertanian dengan mengeluarkan The Smith-Lever
Act untuk menciptakan pengaruh dari sistem koperasi, pemberian modal atas kerja
sama dengan United States Departement of Agriculture (USDA).122
Pada tahun 1923 dikeluarkan Federal Intermediate Credit Act oleh pemerintah
untuk memberi dukungan atas pendirian 12 Intermediate Banks yang memberikan
pinjaman kepada Production Credit Association (PCA) yaitu organisasi non-profit
koperasi yang dimiliki petani.123
Pada tahun 1933 dikeluarkan The Farm Credit Act
untuk mendorong asosiasi kredit produksi memberikan pinjaman produksi kepada
para petani dan membuat sistem bank untuk koperasi pertanian.
Pada tahun 1934 Presiden Amerika Serikat Franklin D. Roosevelt saat itu
menandatangani Federal Credit Union Act atau undang-undang koperasi simpan
pinjam yang dikeluarkan oleh pemerintahan federal, dan bagian di dalam undang-
undang tersebut mengizinkan adanya Credit Union di negara-negara bagian Amerika
Serikat tanpa harus ada undang-undang tentang Credit Union dahulu untuk dapat
memberikan sewa di tingkat nasional.124
Pada tahun 1936 dikeluarkan The Rural
Electrification Act oleh pemerintah federal untuk mengatasi kekurangan modal untuk
membangun tenaga lstrik pertanian di desa akibat tidak adanya investor yang
berinvestasi pada infrastruktur di daerah pedesaan.
Kemudian berdasarkan peraturan tersebut pemerintah membentuk sebuah
lembaga yang memberikan pinjaman untuk membiayai pembangunan infrastruktur
tenaga listrik di pedesaan yaitu USDA Rural Electrification Administration (REA),
oleh karena itu sebagian petani membentuk koperasi listrik pedesaan.125
Hal tersebut
menunjukan bahwa perkembangan koperasi dalam faham ekonomi politik liberal
terdapat peran pemerintah yang tidak mengintervensi langsung terhadap pasar atau
120
David W. Cobid, dkk. 1989. Cooperatives in Agriculture. Penerbit: Prentice-Hall Inc. New Jersey. Hal 106-120 121
Ibid. 122
Kimberly A. Zeuli dan Robert Cropp. 2004. Op.cit. Hal 16 123
Henry H. Bakken dan Marvin A. Scharrs. 1937. Op.cit. Hal 524-526 124
Greg Lawless. 2002. History of Cooperatives in Wisconsin. [Buletin Koperasi] University of Wisconsin Center. Wisconsin. Diakses pada 18 Maret 2016 http://www.uwcc.wisc.edu/pdf/bulletins/bulletin_08_02.pdf 125
Florence Parker. 1956. Op.cit. Hal 3-35
39
perekonomian. Dengan demikian peran pemerintah hanya sebagai regulator dan
fasilitator.
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan mengenai sejarah perkembangan
koperasi di Amerika Serikat secara garis besar dapat disimpulkan bahwa di dalam
perkembangan koperasi terdapat penerapan persaingan bebas, dan adanya pelaku
ekonomi lainnya seperti pemilik kapital yang bersaing dengan koperasi dalam suatu
perekonomian. Selain itu terdapat praktik persaingan yang mengarah pada profit
oriented di dalam organisasi koperasi yang menimbulkan persaingan antarindividu
maupun antar kelas. Perkumpulan seperti koperasi maupun serikat pekerja menjadi
reaksi terhadap praktik monopoli atau disebut sebagai ekses kapitalisme pada
perekonomian.
Kemudian koperasi yang berkembang di Amerika Serikat dibentuk dan berhasil
untuk meningkatkan kesejahteraan atau meningkatkan kekayaan, dan melawan
pemilik kapital dalam praktik persaingan bebas. Terakhir peran pemerintah dalam
perkembangan koperasi tidak mengintervensi langsung terhadap pasar atau
perekonomian dan atau peran pemerintah hanya sebagai regulator dan fasilitator. Hal
tersebut menunjukan bahwa perkembangan koperasi di Amerika Serikat termasuk
kedalam ciri perkembangan koperasi faham ekonomi politik liberal.
Swedia
Koperasi mulai berkembang di Swedia pada pertengahan abad ke-18 saat
terjadinya revolusi industri dan berkembangnya ekonomi politik liberal yang semakin
kuatnya faham kapitalisme. Namun dalam ekonomi politik radikal perkembangan
kapitalisme tersebut menyebabkan terdapat kelas sosial atau konflik antar kelas antara
pemilik kapital yang melakukan monopoli dan masyarakat, sehingga di dalam faham
radikal menjelaskan adanya transformasi kepentingan individu menjadi kepentingan
bersama atau mengarah pada pemerataan.126
Seperti yang terjadi di Swedia menurut Soesilo (2008) koperasi pada awalnya
dibentuk untuk melawan kekuatan monopoli, dan pembentukan koperasi diutamakan
untuk penyediaan barang-barang dengan harga yang murah dan kualitas baik seperti
the Lagunda and Hagunda district sebagai koperasi pertama yang dibentuk tahun
1850.127
Selain itu pada tahun 1983 jumlah asosiasi anggota koperasi Kooperativa
Förbundet (KF) banyak melakukan merger menjadi 148 unit dari sekitar 950 unit
pada tahun 1920 agar tetap bisa bersaing dengan pelaku ekonomi lainnya seperti
swasta.128
Hal ini menunjukan bahwa pada saat itu di Swedia terdapat praktik mekanisme
pasar atau persaingan bebas dalam perekonomian, sehingga ekonomi politik liberal
126 James A. Caporaso &david P. Levine. 2008. Op.cit. Hal 123-182
127 H.M. Iskandar Soesilo. 2008. Op.cit. Hal 30 liat juga Kimberly A. Zeuli dan Robert Cropp. 2004.
Op.cit. Hal. 12 128
Pernilla Jonsson. 2006. Marketing Innovations and the Swedish Consumer Cooperative Movement 1904-1930. [Artikel]: Departement of Economic History. Uppsala University. Uppsala. Hal 1-14 Diakses pada 18 maret 2016 http://www.ekhistmotet09.ekhist.uu.se/node3
40
tetap berkembang dan tidak dihilangkan. Kemudian sekitar tahun 1950an partai
sosial-demokrat berhasil merebut kekuasaan di Swedia melalui proses legislasi atau
pemilu. Maka sejak saat itu ekonomi politik yang diterapkan di Swedia adalah sosial-
demokrat yang termasuk ekonomi politik radikal.129
Dengan demikian selanjutnya
akan dilihat lebih lanjut secara empiris mengenai sejarah perkembangan koperasi di
Swedia dalam perspektif ekonomi politik sosial-demokrat.
Dalam faham ekonomi politik sosial-demokrat cara untuk mengatasi kondisi
konflik antar kelas adalah dengan meningkatkan partisipasi dalam kelompok
kepentingan, partai politik, dan legislasi yang bertujuan untuk mengubah posisi kelas
pekerja dan kelas kapitalis dengan tujuan agar lebih menguntunkan lebih banyak
orang bukan hanya individu dengan menggunakan institusi dan praktik dalam
demokrasi politik yang sudah ada.130
Hal ini terdapat dalam perkembangan koperasi
di Swedia. Dapat dilihat pada awal tahun 1890an dan tahun 1900an sedang terjadi
revolusi industri Swedia yang pada akhirnya menurut Ake (1988) menciptakan kelas
pekerja atau buruh yang terus tumbuh di daerah perkotaan akibat praktik
kapitalisme.131
Kemudian pada tahun 1930an koperasi-koperasi pertanian menjadi prasyarat
dan bantuan untuk kebijakan resmi pertanian Swedia. Kerangka ekonomi yang
digunakan dimana para petani beroperasi diputuskan oleh parlemen. Maka melalui
organisasi-organisasi pertanian, para petani mengambil bagian dalam negosiasi di
parlemen atau pemerintahan yang akhirnya dirumuskan perjanjian pertanian nasional
tahun 1947, dan dasar keputusan parlemen secara bertahap diperbaharui, sehingga
tahun 1977 peraturan tersebut disetujui oleh parlemen. Dalam perjanjian tersebut
menjelaskan koperasi pertanian tujuannya harus memberikan kesempatan masyarakat
pertanian untuk mencapai dan mempertahankan kesetaraan dengan masyarakat
lainnya dalam hal pendapatan.132
Hal tersebut menunjukan bahwa terdapat partisipasi masyarakat atau kelas
pekerja dalam bentuk koperasi melalui legislasi dengan tujuan untuk menguntungkan
banyak orang dalam suatu perekonomian. Selanjutnya kelas pekerja dalam faham
ekonomi politik sosial-demokrat dapat membentuk suatu perkumpulan seperti partai
sosialis, serikat pekerja, dan koperasi untuk melawan kelas kapitalis dan sebagai alat
untuk mencapai kesejahteraan bersama seluruh individu.133
Hal tersebut dapat dilihat dalam perkembangan koperasi di Swedia diantaranya
yaitu pada akhir abad ke-19 tumbuh gerakan koperasi yang didukung oleh anggota-
anggota dari berbagai macam gerakan yang terkenal yaitu seperti the Nonconformist
(“free”) Chruch movement, the temperance movement, the farmers’ movement and
129
Didin S. Damanhuri. 2010. Op.cit. Hal 49 130
James A. Caporaso &david P. Levine. 2008. Op.cit. Hal 123-182 131
Sven Ake. 1988. The co-operative movement in Sweden: Past, present, the future : an overview. Penerbit: The Swedish Institut. Sweden. Hal 3 132
Ake Gullander. 1951. Farmers’ Cooperation in Sweden. Penerbit The IOWA State College Press: Iowa. Hal 1-17 133
Didin S. Damanhuri. 2010 Op.cit. Hal 61-62
41
the political (Sosial Demokratik), dan trade union branches of the labour movement.
Mereka yang aktif dalam organisasi tersebut adalah anggota-anggota yang juga aktif
membentuk organisasi baru lainnya, sehingga dari tahun 1895 sampai tahun 1899
terdapat lebih kurang 200 asosiasi koperasi konsumen baru dan pada tahun 1895
membentuk sebuah organisasi nasional yang disebut the Swedish Cooperative Union
and Wholesale Society atau Kooperativa Förbundet (KF) berdasarkan inisiatif
masyarakat.
KF adalah asosiasi nasional koperasi konsumen pertama yang dibentuk di
Swedia karena orang-orang yang ada di perusahaan kecil di kota dan pekerja
pertanian membutuhkan makanan dan pakaian yang sulit untuk mendapatkan barang-
barang ini di daerah pedesaan dan mereka banyak yang terlilit hutang kepada
pedagang grosir.134
Menurut Soesilo (2008) masyarakat di Swedia mengakui bahwa
dengan berkoperasi akan terhindar dari kaum kapitalis yang melakukan monopoli
dalam perdagangan atau persaingan bebas. Masyarakat ini umumnya adalah
campuran dari usaha koperasi, swasta, dan usaha negara atau sering disebut sebagai
type middle way.135
Kemudian pada tahun 1910 para petani hutan yang memiliki sekitar setengah
dari hutan di Swedia membentuk koperasi petani hutan dan membentuk bank
koperasi Föreningsbanken.136
Pada tahun 1908 dibentuk koperasi asuransi property
Samarbete dan tahun 1914 dibentuk perusahaan asuransi jiwa The Folket berdasarkan
inisiatif dan dukungan KF. Akhirnya pada tahun 1925 kedua koperasi asuransi
tersebut digabung menjadi satu manajemen dan berganti nama menjadi Folksam yang
memberikan hampir semua jenis asuransi, tetapi sebagian besar jenis asuransi yang
umum seperti mobil dan rumah termasuk apartemen.137
Selanjutnya pada tahun 1923 dibentuk the Housing Cooperative atau
Hyresgästernas Sparkasse Och Byggnadsförening (HSB) berdasarkan inisiatif dari
organisasi-organisasi tenants’ lokal di Stockholm. Satu tahun kemudian, pada tahun
1924 dibentuk organisasi nasional HSB. Organisasi koperasi perumahan lainnya juga
dibentuk pada tahun 1940 yaitu Riksbyggen (the Cooperative Housing Organization
of Trade Unions) berdasarkan inisiatif dan dukungan dari serikat pekerja atau buruh.
Organisasi-organisasi perumahan ini menurut Birchall (2009) bertujuan untuk
membangun perumahan yang lebih baik dan menjamin atau memberikan pekerjaan di
industri konstruksi dan bahan bangunan untuk para buruh.138
Seperti HSB dan Riksbyggen, membangun dan mengelola tempat tinggal dalam
bentuk rumah satu keluarga, unit apartemen, dan struktur tambahan seperti tempat
134
Pernilla Jonsson. 2006. Op.cit. Hal 1-14 135
Ake Gullander. 1951. Op.cit. Hal 1-17 136
Johnston Birchall. 2009. A Comparative Analysis of Cooperative Sectors in Scotland, Finland, Sweden, and Switzerland. Artikel. Cooperative development Scotland. Hal 42 Diakses pada 18 Maret 2016 http://institute.coop/resources/comparative-analysis-cooperative-sectors-scotland-finland-sweden-and-switzerland 137
Sven Ake. 1988. Op.cit. Hal 3 138
Johnston Birchall. 2009. Loc.cit. Hal 29
42
penitipan anak, sekolah, pusat perbelanjaan. Sebagian besar tempat tinggal yang
dihasilkan oleh gerakan koperasi yang disediakan untuk warga dan para anggota
koperasi dalam bentuk koperasi “hak tinggal”. Dalam bentuk sewa, area hak hunian
disebut secara bersama-sama dimiliki dan dikelola oleh anggota koperasi
perumahan.139
Pada tahun 1937 dibentuk sebuah organisasi agen travel dengan nama Reso oleh
koperasi-koperasi konsumen dan serikat buruh. Hal ini dilakukan karena pada tahun
1930an para pekerja atau buruh di Swedia mendapatkan hak liburan panjang,
sehingga kebutuhan untuk sebuah organisasi yang bisa menyediakan travel dengan
kualitas liburan yang baik dan harga yang murah menjadi meningkat.140
Pada tahun
1945 dibentuk gerakan koperasi the burial (pemakaman) yang merupakan cabang
koperasi dari koperasi konsumen KF berdasarkan atas inisiatif koperasi-koperasi dan
serikat buruh. Tujuan dibentuk gerakan koperasi the burial menurut Birchall (2009)
adalah untuk mengakhiri dominasi swasta yang mengejar keuntungan semata di
dalam bisnis pemakaman.141
Kemudian pada tahun 1945 juga dibentuk OK Union (Oljekonsumenternas
Förbund) yang khusus menangani kebutuhan pengendara profesional. Hal ini
didukung juga bahwa menurut Ake (1988) seseorang yang memiliki mobil di Swedia
semakin meningkat, maka gerakan koperasi the oil consumer semakin menjadi
sebuah organisasi untuk kendaraan pribadi tersebut. Bahkan usahanya diperluas yaitu
mencakup produk minyak bumi yang digunakan untuk kebutuhan kendaraan.142
Selain itu perkumpulan seperti koperasi yang dibentuk oleh kelas pekerja merupakan
gerakan koperasi yang dapat menjadi instrumen bagi masyarakat menengah ke bawah
untuk meningkatkan kesejahteraan.143
Dapat dilihat bahwa selain dari organisasi koperasi seperti KF, HSB,
Riksbyggen, yang mempunyai peran besar dalam membentuk gerakan koperasi di
Swedia menurut Ake (1988) terdapat organisasi koperasi lain yang relatif kecil
ukurannya dan memiliki sedikit atau tidak ada hubungannya dengan organisasi
koperasi besar. Salah satu organisasinya yaitu The Swedish Association of Electricity
Supply Undertakings, Purchasing Companies Associatoin, Road Haulage
Associations, organisasi koperasi penangkapan ikan, dan asosiasi truk perkebunan.
Bentuk perusahaan koperasi ini telah menerima perhatian besar pada akhir tahun
1970an dan awal tahun 1980an dan telah disebut sebagai koperasi kerja.144
Dari uraian tersebut secara garis besar menunjukan bahwa koperasi yang
dibentuk di Swedia digunakan untuk melawan kelas kapitalis dan sebagai alat untuk
mencapai kesejahteraan bersama seluruh individu termasuk masyarakat menengah ke
139
Sven Ake. 1988. Op.cit. Hal 3 140
Ibid. 141
Johnston Birchall. 2009. Loc.cit. Hal 37 142
Sven Ake. 1988. Op.cit. Hal 2 143
Didin S. Damanhuri. 2010. Op.cit. Hal 43-44 lihat juga Didin S. Damanhuri. 1996. Ekonomi Politik Alternatif. Penerbit Pustaka Sinar Harapan: Jakarta. Hal 24 144
Sven Ake. 1988. Op.cit. Hal 2
43
bawah. Selain itu sebagian besar koperasi yang ada di Swedia terdapat peran serikat
buruh atau organisasi kelas pekerja selain gerakan koperasi yang memberikan
dukungan dalam pembentukan koperasi dan berpartisipasi di dalam koperasi sebagai
anggota seperti yang terjadi di bidang pertanian. Menurut Gullander (1951) gerakan
koperasi dikembangkan melalui beberapa organisasi selama abad ke-19.
Organisasi yang dibentuk untuk mendukung pembangunan pertanian salah
satunya yaitu mortage societies. Selanjutnya dibentuk country agricultural societies
dan regional agricultural societies. Organisasi-organisasi ini berkembang menjadi
farmers’ association yang bertanggung jawab untuk pembelian masal atas nama
petani.145
Selanjutnya pada akhir abad ke-19 organisasi atau asosiasi ini membentuk
koperasi susu dan koperasi rumah potong hewan. Bahkan menurut Ake (1988) bahwa
posisi gerakan koperasi yang kuat dalam menghadapi kelas kapital karena sebagian
besar serikat buruh menjadi bagian di dalam koperasi.146
Selanjutnya dalam faham ekonomi politik sosial-demokrat menjelaskan bahwa
pembangunan negara berdasarkan pada model negara kesejahteraan (welfare state
model). Model ini dicirikan dengan adanya pembentukan jaminan sosial dan
penerepan pajak progresif untuk menciptakan pemerataan, gerakan koperasi sebagai
instrumen untuk meningkatkan kesejahteraan, dan peran negara yang berjalan
seimbang dengan pasar menjadi instrumen untuk menyejahterakan masyarakat.147
Hal ini dapat dilihat bahwa menurut Ake (1988) Swedia dipimpin oleh Partai
Sosial Demokrat yang mana pemerintah Swedia secara tradisional lebih suka untuk
mengedepankan kepentingan kesejahteraan nasional dan sosial dengan cara intervensi
politik dan hukum dalam perekonomian, bukan melalui kepemilikan pemerintah,
terkecuali sektor-sektor tertentu yang bersifat infrastruktur. Perekonomian Swedia
dengan demikian didominasi oleh bisnis milik pribadi, dengan tingkat intervensi
pemerintah yang relatif tinggi, tetapi tingkat yang cukup rendah dari kepemilikan
pemerintah.148
Dalam perkembangan koperasi peran pemerintah Swedia juga hanya sebagai
regulator seperti yang terjadi pada tahun 1951 saat efisiensi yang dioperasikan di
lahan-lahan pertanian tidak dapat mencapai kesetaraan pendapatan di persaingan
bebas dengan harga yang berlaku dalam impor dan ekspor pelabuhan, pemerintah
menetapkan perlindungan pertanian Swedia dengan diberlakukannya pajak terhadap
impor, dan pemerintah Swedia mengeluarkan undang-undang koperasi yaitu
Cooperatives Societies Act.149
Kemudian menurut Ake (1988) bahwa pembanguan ekonomi di Swedia
merupakan kombinasi dari berbagai jenis perusahaan dan pola kepemilikan termasuk
koperasi. Dalam perekonomian fungsi gerakan koperasi sebagai "kekuatan ketiga"
145
Ake Gullander. 1951. Op.cit. Hal 57, 87, 135 146
Sven Ake. 1988. Op.cit. Hal 1 147
Didin S. Damanhuri. 1996. Op.cit. Hal 24 lihat juga Didin S. Damanhuri. 2010. Op.cit. Hal 43-44 148
Sven Ake. 1988. Op.cit. Hal 4 149
Ake Gullander. 1951. Op.cit. Hal 166 lihat juga H.M. Iskandar Soesilo. 2008. Op.cit. Hal 31
44
atau "alternatif ketiga" untuk kepemilikan swasta atau pemerintah, berdasarkan
prinsip demokrasi keanggotaan dan dengan dukungan publik yang luas terutama
koperasi konsumen yang mana gerakan ini telah dipandang sebagai kekuatan
penyeimbang di pasar seperti pembentukan harga, bahkan sampai dekade 1980an
koperasi konsumen yang terkenal seperti KF masih melakukan perlawanan terhadap
pelaku ekonomi swasta.150
Selain itu koperasi pertanian memiliki posisi yang besar di Swedia, secara
keseluruhan sekitar 75% hasil pertanian Swedia berasal dari koperasi pertanian.
Koperasi pertanian muncul sebagai permintaan untuk memperkuat posisi petani,
memfasilitasi penyesuaian petani untuk masa yang baru dalam perekonomian dan
teknologi, menyediakan jaminan penjualan dan harga yang stabil dan mengurus
pengembangan produk dan pemasaran, dan membantu mengatur pasar, melancarkan
kurangnya keluar surplus selama setahun, menjamin pasokan makanan dan
bertangung jawab untuk tingkat harga yang wajar pada makanan.151
Pada tahun 1982 KF industrial companies group memegang 21% perdagangan
barang kebutuhan sehari-hari, dan 11% perdagangan produk khusus di Swedia. Selain
itu memiliki pangsa pasar 13% dari seluruh industri makanan Swedia. Pada tahun
1983 organisasi koperasi perumahan HSB memiliki lebih kurang 400 000 anggota
dan terdiri dari 3 000 asosiasi koperasi perumahan di Swedia. Dari total jumlah
anggota tersebut, 270 000 tinggal di perumahan HSB, sedangkan 130 000 belum
mendapatkan hunian HSB. Organisasi koperasi perumahan lainnya Riksbyggen terdiri
dari 1100 asosiasi koperasi perumahan dan mengelola 192 500 tempat tinggal atau
hunian.
Kedua organisasi ini juga menyumbang 25% dari total produksi perumahan per
tahun di Swedia. Dari jumlah tersebut diantaranya HSB menyumbang 60% dan
Riksbyggen menyumbang 40%.152
Dari uraian tersebut menunjukan bahwa adanya
peran koperasi sebagai salah satu instrumen mencapai kesejahteraan masyarakat, dan
adanya perekonomian yang berdasarkan pada model kesejahteraan yang ditunjukan
pada peran pemerintah yang melakukan intervensi tinggi terhadap politik dan hukum
dalam perekonomian untuk mengedepankan kepentingan kesejahteraan nasional dan
sosial atau agar pasar berjalan dengan seimbang. Namun dalam perkembangan
koperasi di Swedia tidak sepenuhnya termasuk kedalam faham ekonomi politik
sosial-demokrat.
Dapat dilihat pada tahun 1864 bahwa menurut Ake (1988) masyarakat Swedia
membentuk dan mengembangkan koperasi bukan karena faktor dari gerakan koperasi,
tetapi adanya regulasi perdagangan bebas Swedia (näringsfrihetsförordningen).
Kemudian semakin banyak muncul asosiasi pekerja produksi termasuk koperasi serta
pembentukan koperasi pada umumnya tidak berdasarkan pada dukungan dari
masyarakatnya atau koperasi hanya dijadikan sebagai alat bersaing dalam pasar
150
Sven Ake. 1988. Op.cit. Hal 4 lihat juga Johnston Birchall. 2009. Loc.cit. Hal 42 151
Sven Ake. 1988. Op.cit. Hal 4 152
Ibid.
45
persaingan bebas.153
Selain itu sekitar pertengah abad ke-19 berbagai asosiasi
koperasi di Swedia tidak ada yang bekerja sama dan saling bersaing satu sama
lainnya, sehingga akibatnya banyak asosiasi koperasi tersebut tidak bisa bertahan.
Seperti yang terjadi pada tahun 1873 para pekerja atau buruh membentuk
Association Housing Cooperative menggunakan tabungannya dan modal pinjaman.
Asosiasi ini berhasil memulai kegiatannya dengan membangun rumah-rumah. Namun
tidak berlangsung lama asosiasi ini mengalami permasalahan modal. Akhirnya
diambil alih oleh perusahaan kontraktor swasta, dan anggota-anggota asosiasi ini
mengalami kerugian yang besar.154
Hal tersebut menunjukan bahwa dalam
perkembangan koperasi Swedia terdapat sedikit yang termasuk kedalam
perkembangan koperasi faham ekonomi politik liberal.
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan mengenai sejarah perkembangan
koperasi di Swedia secara garis besar dapat disimpulkan bahwa di dalam
perkembangan koperasi terdapat partisipasi masyarakat atau kelas pekerja dalam
bentuk koperasi melalui legislasi dengan tujuan untuk menguntungkan banyak orang
dalam suatu perekonomian. Kemudian koperasi yang dibentuk di Swedia digunakan
untuk melawan kelas kapitalis dan sebagai alat untuk mencapai kesejahteraan
bersama seluruh individu termasuk masyarakat menengah ke bawah. Selain itu
sebagian besar koperasi yang ada di Swedia terdapat peran serikat buruh atau
organisasi kelas pekerja selain gerakan koperasi yang memberikan dukungan dalam
pembentukan koperasi dan berpartisipasi di dalam koperasi sebagai anggota.
Peran koperasi di Swedia sebagai salah satu instrumen mencapai kesejahteraan
masyarakat, dan adanya perekonomian yang berdasarkan pada model kesejahteraan
yang ditunjukan pada peran pemerintah yang melakukan intervensi tinggi terhadap
politik dan hukum dalam perekonomian untuk mengedepankan kepentingan
kesejahteraan nasional dan sosial atau agar pasar berjalan dengan seimbang. Namun
dalam perkembangan koperasi di Swedia terdapat sedikit yang termasuk kedalam
perkembangan koperasi faham ekonomi politik liberal. Hal tersebut menunjukan
bahwa perkembangan koperasi di Swedia hanya sebagian besar termasuk kedalam
perkembangan koperasi faham ekonomi politik sosial-demokrat dan sebagian
kecilnya termasuk kedalam ciri perkembangan koperasi faham ekonomi politik
liberal.
Korea Selatan
Koperasi di Korea Selatan muncul pada saat terjadinya masa penjajahan yaitu
praktik pemerintahan feodalisme dan kolonialisme yang dilakukan oleh Jepang
terhadap Korea pada awal abad ke-20. Selain itu sebelum terjadi masa penjajahan di
Korea yaitu pada saat masa Dinasti Chosun (1392-1897) atau masa kerajaan sudah
tumbuh lembaga tradisional bukan koperasi yang mempraktikan kerja sama di
153
Ibid. Hal 1 154
Johnston Birchall. 2009. Loc.cit. Hal 29
46
masyarakat.155
Hal tersebut menunjukan bahwa dalam perkembangan pemerintahan
kerajaan dan ekonomi politik kolonialisme terdapat sistem sosial yang lebih dari satu
dalam perkembangan koperasi di Korea. Dengan demikian di Korea Selatan adanya
salah satu empiris yang mengarah kepada ekonomi politik heterodoks.
Maka selanjutnya akan dilihat secara empiris sejarah perkembangan koperasi di
Korea Selatan dalam perspektif ekonomi politik heterodoks tersebut. Dalam faham
ekonomi politik heterodoks menjelaskan bahwa di dalam struktur masyarakat terdapat
lebih dari satu sistem sosial yang berbeda yaitu sistem sosial yang asli dan sistem
sosial yang berasal dari luar.156
Hal ini dapat dilihat dalam perkembangan koperasi di
Korea Selatan diantaranya yaitu pada Dinasti Chosun terdapat beberapa lembaga
bukan koperasi yang mempraktikan kerja sama seperti Hyangyak157
yang mewajibkan
setiap masyarakat pedesaan untuk bekerja kearah solidaritas dan saling membantu
dalam hubungan sosial yang timbal balik.
Selanjutnya bentuk lain dari perilaku koperasi adalah Bobusang yaitu sistem
komersial yang mana pedagang pergi berkeliling menjual seperti ikan, kacang, zat
besi, minyak, buah. Bobusang organisasi yang dibentuk berdasarkan kerja sama tetapi
berbeda dengan koperasi, karena Bobusang tidak otonom dan keanggotaanya tidak
secara sukarela.158
Lembaga tradional lainnya yaitu (i) Pumasi lembaga para petani
yang saling membantu terutama pada saat menanam bibit padi dan panen; (ii) Dure
yaitu melibatkan semua warga laki-laki berusia 16 sampai 55 tahun diwajibkan untuk
melakukan pekerjaan umum; dan (iii) Gye yaitu prinsip organisasi untuk saling
bekerja sama dan memberikan bantuan timbal balik berdasarkan tujuan tertentu
seperti mengumpulkan dan mengelola dana yang dapat digunakan untuk bantuan
keuangan dalam kasus bencana keluarga atau perayaan yaitu acara pemakaman,
pernikahan, dan hari peringatan ulang tahun.159
Selain lembaga tradisional juga terdapat organisasi koperasi modern yang
dibentuk pada saat masa penjajahan Jepang. Dapat dilihat seperti yang terjadi pada
tahun 1919 dibentuk koperasi industri yang terdiri dari beberapa koperasi yaitu
koperasi pengadaan, koperasi penjualan, koperasi utilitas, dan koperasi keuangan oleh
Rural Movement, dan koperasi-koperasi ini terdiri dari anggota sukarela Korea yang
mengadopsi prinsip-prinsip demokrasi organisasi. Pada tahun 1921 organisasi buruh
The Chosun Labor Mutual Community mendirikan koperasi konsumen yang
bertujuan untuk menyediakan kebutuhan dasar bagi para buruh. Dari semua koperasi-
koperasi yang dibentuk oleh masyarakat tersebut menurut Battilani dan Schröter
(2012) bahwa koperasi dibentuk sebagai alat untuk melawan kolonialisme.160
155
Patrizia Battilani dan Harm G. Schröter. 2012. The Cooperative Business Movement, 1950 to the Present. Penerbit: Cambridge University Press. New York. Hal 83-85 156
Didin S. Damanhuri. 2010. Op.cit. Hal 63 157
Hyangyak yang berarti “janji pedesaan” atau “perjanjian” merupakan sistem pemerintahan otonomi pada Dinasti Chosun 158
Patrizia Battilani dan Harm G. Schröter. 2012. Op.cit. Hal 78-88 159
Ibid. 160
Ibid.
47
Selanjutnya pada masa penjajahan Jepang juga terdapat organisasi koperasi
modern yang dibentuk oleh pemerintahan Jepang untuk mengeksploitasi pertanian
Korea terutama untuk kebutuhan perang melawan Rusia. Dapat dilihat seperti yang
terjadi pada tahun 1907 dibentuk koperasi keuangan, dan koperasi ini dikontrol serta
dikendalikan oleh pemerintahan Jepang. Peran koperasi ini adalah untuk memberikan
pinjaman non-agunan kepada sebagian besar petani penyewa lahan dan pemilik lahan,
dan agar dapat meningkatkan produksi serta mengurangi ketergantungan kepada
rentenir lokal. Pada tahun 1911 dibentuk koperasi perikanan oleh pemerintah Jepang,
dan koperasi ini dikontrol serta dikendalikan oleh pemerintah.
Koperasi perikanan bertujuan untuk melindungi nelayan dan dimanfaatkan
untuk kepentingan Jepang yang akhirnya bertujuan monopoli. Pada tahun 1941 semua
organisasi perikanan dipaksa untuk berintegrasi dalam satu lembaga tunggal oleh
pemerintah Jepang.161
Pada tahun 1933 pemerintah Jepang mempenjarakan pemimpin
koperasi dan organisasi pertanian karena dianggap sebagai ancaman oleh pemerintah,
dan pada tahun 1937 organisasi yang mendukung pembentukan koperasi seperti the
Indigenous Religion Group (Chondokyo), dan Protestant Religion Group (YMCA)
dibubarkan oleh pemerintah Jepang.162
Dari uraian tersebut menunjukan bahwa terdapat lebih dari satu sistem sosial
yang berbeda dalam perkembangan koperasi yaitu lembaga kerja sama tradisional
Korea, organisasi koperasi modern yang dibentuk oleh masyarakat, dan organisasi
koperasi modern yang dibentuk oleh pemerintah Jepang. Selain itu dari uraian
tersebut juga menunjukan terdapat praktik pemerintahan feodalisme dan kolonialisme
yang di terapkan pemerintah Jepang, sehingga perkembangan koperasi di Korea
sebagian termasuk kepada perkembangan koperasi negara berkembang, karena masih
terdapat sebagian peran pemerintah yang membentuk koperasi atau koperasi
dijadikan sebagai alat pemerintah, walaupun tetap terdapat sebagian koperasi yang
dibentuk oleh masyarakat.
Kemudian memasuki tahun 1945 masa penjajahan Jepang telah berakhir, tetapi
pada tahun 1948 terjadi perang saudara Korea yang akhirnya membagi Korea menjadi
dua yaitu Korea Utara dan Korea Selatan. Dalam pembahasan selanjutnya akan
dilihat perkembangan koperasi di Korea Selatan. Setelah kemerdekaan, koperasi yang
dibentuk di Korea Selatan masih terdapat dua jenis yaitu koperasi yang dibentuk dan
dikembangkan oleh pemerintah secara dominan dan koperasi yang dibentuk oleh
masyarakat. Hal tersebut dapat dilihat diantaranya yaitu pada tahun 1948 dibentuk
koperasi pertanian di pedesaan dan perkotaan oleh para petani secara mandiri untuk
memulihkan kembali keadaan pertanian setelah perang saudara Korea.163
Pada tahun 1949 dibentuk koperasi hutan, koperasi hutan lokal, dan National
Federation of Forestry Cooperatives (NFCF), serta dalam pemilihan pemimpin
organisasi dan koperasi hutan ditunjuk langsung oleh pemerintah. Pada tahun 1961
161
Ibid. Hal 97-98 162
Jae-Hak Choi. 2006. Agricultural Cooperatives in Korea. Jurnal NACF: Korea. Hal 4-7 163
Ibid.
48
semua koperasi pertanian dan bank pertanian digabungkan oleh pemerintah Korea
Selatan menjadi organisasi pertanian serbaguna dengan nama National Agricultural
Cooperative Federation (NACF) dan dalam pemilihan pemimpin koperasi NACF
tidak berdasarkan demokrasi tetapi dipilih langsung oleh Presiden, sehingga NACF
bukan perusahaan koperasi sepenuhnya yang otonom. Usaha yang dijalankan NACF
diantarnya yaitu memberikan pinjaman kepada koperasi pertanian desa,
mendistribusikan pupuk, menyediakan jasa keuangan seperti kredit, asuransi dan
konsultasi manajemen.164
Selanjutnya pada tahun 1960 dibentuk koperasi kredit pertama di Pusan oleh
Suster Mary Gabriella yang bekerja untuk Catholic Relief Service (CSR) tanpa
intervensi pemerintah Korea Selatan. Pada tahun 1963 pemerintah membentuk 5
koperasi kredit masyarakat sebagai bagian dari proyek pemerintah dalam
pembangunan daerah yang mana koperasi ini untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
yang berpenghasilan rendah atau yang usahanya kecil dan menengah. Pada tahun
1962 juga dibentuk organisasi non-profit Korea Federation of Small and Medium
Business (KFSB) oleh pemerintah dan dikendalikan oleh pemerintah yang bertujuan
untuk melindungi hak-hak dan kepentingan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Pada tahun 1962 juga lembaga tunggal organisasi perikanan diperintahkan oleh
Presiden Park Chung-Hee berubah menjadi National Federation of Fishery
Cooperatives (NFFC) atau Suhyop (dalam bahasa Korea). NFFC tidak hanya
memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi di Korea melalui usaha sektor
perikanan juga dilakukan proyek-proyek pemerintah untuk meningkatkan kondisi
kehidupan nelayan dalam status ekonomi dan sosialnya.165
Pada tahun 1964 koperasi-koperasi kredit yang dibentuk masyarakat
membentuk Korean Credit Union League (KCUL). Dalam pengembangan usaha
koperasi kredit secara bertahap telah dikurangi ketergantungan terhadap Catholic
Relief Service (CSR), selanjutnya KCUL berafiliasi pada tahun 1965 dengan Credit
Union National Association of the United States (CUNA) Amerika Serikat, dan
berubah menjadi World Council of Credit Union (WOCCU), serta pada tahun 1972
KCUL berubah namanya menjadi National Credit Union Federation of Korea
(NACUFOK). Kemudian NACUFOK berafiliasi dengan Association of Asian
Confederation of Credit Union (ACCU), dan dengan International Raiffeisen Union
(IRU) pada tahun 1974.
Pada tahun 1970 Presiden Korea Park Chung-Hee membentuk Saemaul Undong
atau gerakan desa baru sebagai kekuatan untuk mendorong pembentukan dan
meningkatkan koperasi kredit masyarakat.166
Dari uraian tersebut menunjukan bahwa
dari awal kemerdekaan Korea Selatan sampai tahun 1970an masih terdapat dua jenis
koperasi yaitu koperasi yang dibentuk oleh masyarakat dan koperasi yang dibentuk,
164
Ibid. Hal 4-7, 11, 14 165
Hong Jae Weon, dkk. 2010. The Study Of Location Strategy for Bank through the Analysis of Inter-regional Financial Transaction Network. Jurnal: Dongseo University. 166
Ibid.
49
dikontrol, dikendalikan, dan dijadikan alat oleh pemerintah. Selain itu peran
pemerintah juga sebagai regulator seperti pada tahun 1962 dikeluarkan Forestry Law,
tahun 1957 disahkannya Agricultural Cooperative Law, tahun 1962 dikeluarkan
Small Business Cooperative Act, dan tahun 1972 dikeluarkan Korea Credit Union
Act.167
Menurut Battilani dan Schröter (2012) masih terdapatnya peran pemerintah
seperti mengendalikan koperasi dan koperasi dijadikan alat pemerintah dalam
perkembangan koperasi karena pada tahun 1961 kekuasaan militer mengambil alih
peran pemerintah Korea Selatan yang menerapkan pemerintahan otoriter.168
Kemudian pada tahun 1987 adalah awal pergantian pemerintahan militer yang otoriter
menjadi pemerintahan yang berdasarkan pada demokrasi.169
Sejak saat itu
perkembangan koperasi selanjutnya sudah tidak terdapat peran pemerintah yang
membentuk, mengintervensi langsung, mengontrol, dan mengendalikan koperasi serta
menjadikan koperasi sebagai alat pemerintah. Peran pemerintah hanya sebagai
regulator, dan memberikan bantuan secara tidak langsung.
Hal ini dapat dilihat diantaranya yaitu pada tahun 1988 Agricultural
Cooperatives Law direvisi dan mengadopsi sebagian besar rekomendasi yang
diberikan oleh National Agricultural Cooperative Federation (NACF) yaitu
menjadikan koperasi lebih mandiri atau otonomi. Selain itu peraturan yang
mengharuskan mendapatkan persetujuan dari Kementerian Pertanian dan Kehutanan
tentang rencana bisnis dan anggaran, dan membatasi atau mengontrol koperasi oleh
pemerintah dihapuskan.
Peraturan tentang pemilihan dan pengangkatan pemimpin koperasi dan
organisasinya oleh Presiden Korea berdasarkan rekomendasi Menteri Pertanian dan
Kehutanan Korea juga dihapuskan, sehingga pemilihan pemimpin koperasi dan
NACF dipilih secara langsung oleh anggotanya.170
Pada tahun 1989 sistem pemilihan
pemimpin organisasi dan koperasi hutan berubah menjadi demokrasi, yang
sebelumnya pada masa pemerintahan militer ditunjuk langsung oleh pemerintah.171
Pada tahun 1999 dikeluarkan Consumers’ Cooperative Law. Dari uraian tersebut
menunjukan peran pemerintah hanya sebagai regulator, dan memberikan bantuan
secara tidak langsung atau sama seperti peran pemerintahan dalam ekonomi politik
liberal.
Selanjutnya dalam perkembangan koperasi di Korea Selatan juga terdapat
faham ekonomi politik liberal yaitu penerapan mekanisme pasar atau persaingan
bebas. Dapat lihat pada tahun 1921 koperasi konsumen di daerah Mokpo yang
dibentuk The Chosun Labor Mutual Community mengalami kegagalan karena
koperasi ini terdapat masalah internal yaitu koperasi konsumen disana dibentuk oleh
167
Jae-Hak Choi. 2006. Op.cit. Hal 7-10 168
Patrizia Battilani dan Harm G. Schröter. 2012. Op.cit. Hal 169
Ibid. Hal 100-115 170
Jae-Hak Choi. 2006. Op.cit. Hal 3-8 171
Ibid.
50
orang-orang kaya lokal yang melakukan operasi koperasinya tidak secara demokratis
atau adanya diskriminasi terhadap orang-orang miskin dan didominasi oleh orang-
orang kaya tersebut, serta persaingan antar anggota koperasi yang mengarah untuk
mencari keuntungan (profit oriented).172
Pada tahun 1980 menurut Battilani dan Schröter (2012) banyak koperasi
konsumen yang dibentuk oleh komunitas sosial seperti Hansalin, iCOOP Federation,
Dure Federation, Women Minwoo pada tahap awal pertumbuhannya disponsori oleh
beberapa organisasi asing, dan koperasi-koperasi ini memulai usahanya di daerah
pedesaan, tetapi tidak sedikit koperasi yang mengalami kegagalan akibat kalah saing
dengan distributor swasta yang mencari keuntungan.173
Memasuki tahun 2000an koperasi konsumen yang dibentuk oleh National
Federation of Consumer Cooperative mengalami persaingan yang ketat dan tidak
sedikit yang mengalami kegagalan manajemen akibat tidak mampu bersaing dengan
pelaku ekonomi lainnya seperti swasta, sehingga banyak koperasi konsumen yang
berafiliasi atau bergabung, tercatat bahwa pada tahun 2003 National Federation of
Consumer Cooperative memiliki 154 anggota koperasi, dan pada tahun 2010
berafiliasi atau bergabung menjadi hanya 60 anggota koperasi saja.174
Dari uraian
tersebut menunjukan terdapat faham ekonomi politik liberal dalam perkembangan
koperasi di Korea Selatan.
Kemudian dalam faham ekonomi politik heterodoks menjelaskan bahwa
terdapat kerja sama yang baik antara wiraswasta (termasuk koperasi didalamnya)
dengan pemerintah dalam rangka merebut pasar dunia, sehingga terhindar dari
persaingan diantara keduanya atau lebih dikenal dengan istilah Japan Incorporated.
Hal ini yang membedakan antara Korea Selatan dengan Swedia yaitu selain peran
negara atau pemerintah yang mengendalikan praktik persaingan bebas, tetapi adanya
kerja sama antara koperasi, swasta, dengan pemerintah untuk meningkatkan
perekonomian dan merebut pasar dunia. Dapat dilihat juga dalam perkembangan
koperasi di Korea Selatan diantaranya yaitu pada tahun 2007 Kementerian Pekerjaan
dan Tenaga Kerja (pemerintah) mengembangkan sistem akreditasi Perusahaan Sosial
untuk meningkatkan inisiatif para pekerja yang menganggur melalui dukungan
keuangan dan keuntungan pajak.
Hal ini dilakukan karena sejak masa krisi tahun 1997 yang dialami Korea
menurut Battilani dan Schröter (2012) menyebabkan tingginya angka pengangguran
di Korea Selatan akibat banyak perusahaan yang melakukan likuidasi atau dijual.175
Kemudian dibentuk Korean Association of Social Economy Enterprises (KASEE),
dan para pekerja yang menganggur membeli perusahaan yang sudah runtuh atau
collaps untuk dijalankan kembali oleh mereka sendiri, dan KASEE telah menjadi
172
Hong Jae Weon, dkk. 2010. Op.cit. Hal 10-16 173
Patrizia Battilani dan Harm G. Schröter. 2012. Op.cit. Hal 88-98 174
Hong Jae Weon, dkk. 2010. Op.cit. Hal 10-16 175
Patrizia Battilani dan Harm G. Schröter. 2012. Op.cit. Hal 88-98
51
anggota dari International Cooperative Alliance (ICA), karena struktur internal
asosiasinya yang mirip dengan koperasi.
Pada tahun 2000 sistem jaringan internal dibentuk pada NACUFOK, yang mana
terhubung secara online ke semua koperasi kredit. Pada tahun 2001 NACUFOK
bergabung dengan Korea Financial Telecommunications dan Clearing Institute
(KFTCI), dan juga melakukan bisnis kartu kredit yang bekerja sama dengan bank
industri Korea Selatan. Pada tahun 2002 NACUFOK dengan Credit Union National
Association (CUNA) Mutual Group memulai layanan perbankan online dan asuransi
secara online, sehingga sebagian besar koperasi kredit bisa menawarkan tabungan dan
layanan kredit, produk asuransi, dan layanan kartu kredit untuk anggotanya.
Selain usaha di bidang jasa keuangan, koperasi kredit melakukan usaha lainnya
seperti distribusi produk-produk pertanian yang menghubungkan daerah perkotaan
dengan pedesaan. Selanjutnya koperasi kredit terlibat dalam program pengembangan
masyarakat, mensponsori berbagai kegiatan pendidikan sosial dan umum, dan
NACUFOK menawarkan program konsultasi manajemen dan pelatihan. Hal ini terus
dikembangkan secara modern, dan diverifikasi, sehingga menurut Battilani dan
Schröter (2012) koperasi telah mampu bertahan di usaha sektor keuangan terhadap
bank-bank komersial, dan masih memainkan peran penting dalam perbankan
konsumen Korea Selatan.176
Selain itu setelah kesuksesan divisi kredit National Agricultural Cooperative
Federation (NACF) pada saat krisis tahun 1997, tetap mendapat kritikan terhadap
pelayanan yang stagnan untuk anggota dari divisi ekonomi NACF, sehingga pada
tahun 2011 secara struktural kedua divisi ini dibagi menjadi dua perusahaan yang
berada dibawah naungan NACF. Kritikan terhadap NACF pada awalnya permintaan
“reformasi koperasi” dari laporan komite pembangunan pertanian dan perikanan
tahun 1994 tentang pemisahan divisi kredit dan divisi keuangan sudah dibahas dan
sudah berlangsung lama.
Menurut Battilani dan Schröter (2012) adanya permintaan ini awalnya adalah
dari sektor ekonomi yang tidak mampu bertahan karena jatuhnya harga produk
pertanian akibat liberalisasi pasar pertanian melalui World Trade Organization
(WTO) dan perubahan struktur permintaan yang disebabkan oleh konsumsi beras dan
gandum domestik yang menurun, dibandingkan dengan peningkatan permintaan
impor biji-bijian, jagung, dan tepung. Maka NACF dikatakan tidak akuntabel dan
tidak bertanggung jawab, petani Korea Selatan dipaksa untuk ikut campur tangan
tentang masalah ini, sementara itu NACF telah menghabiskan sebagian besar
sumberdaya manusia dan keuangan untuk menjalankan bisnis kredit yang selanjutnya
mendapatkan masalah karena krisis Asia tahun 2008.177
Akhirnya divisi kredit NACF mengalami penurunan margin keuntungan karena
pasar keuangan telah menjadi kompetitif setelah masa krisis. Sejak saat itu juga
NACF mendapat kritikan dan tekanan dari para investor, National Fair Trade
176
Ibid. Hal 92-96 177
Ibid. Hal 88-92
52
Commission, dan pemerintah. Maka menurut Battilani dan Schröter (2012) kontrol
standar keuangan melunasi hutang yang diterapkan terhadap NACF semakin ketat,
dan membawa NACF pada posisi terburuk dalam sektor perbankan komersial Korea
Selatan, rasio Bank for International Sttlement (BIS) merekam NACF terendah
diantara bank lainnya pada akhir 2008. Apabila terjadi sesuatu yang lebih buruk,
tahun 2011 International Financial Reporting Standard (IFRS) melakukan
pembukuan biaya anggota koperasi bukan sebagai ekuitas tetapi sebagai kewajiban,
karena krisis mungkin dapat kembali lagi yang dapat membuat rasio BIS lebih
rendah.
Untuk mengatasi keuangan ini, NACF membutuhkan bantuan dana segar sekitar
Rp54 150 milyar baik dari anggotanya atau dari pemerintah atau dari keduanya.
NACF dan pemerintah akhirnya menyepakati untuk membentuk struktur perusahaan
induk dalam organisasi untuk kedepannya dan untuk membiayai sejumlah yang
diperlukan melalui kontribusi anggotanya dan pemerintah.178
Maka kerja sama antara
pemerintah dan NACF ini mendapatkan hasil yang positif yaitu pendapatan NACF
tahun 2011 sebesar Rp274 triliun mengalami peningkatan sampai tahun 2013 sebesar
Rp575 triliun, sehingga pada tahun 2013 menempatkan NACF pada peringkat
keenam dalam 300 koperasi kelas dunia.179
Selanjutnya dalam faham ekonomi politik heterodoks pembangunan ekonomi
suatu negara tidak menghilangkan budaya dan struktur sosial yang sudah ada, tetapi
dijadikan sebagai kekuatan dalam pembangunan ekonominya atau adanya
sinkronisasi antara nilai-nilai lokal, tradisional dengan nilai-nilai modern.180
Hal ini
juga terdapat dalam perkembangan koperasi di Korea Selatan. Dapat dilihat
diantaranya yaitu pada tahun 1960 dibentuk koperasi kredit yang menerapkan prinsip
koperasi modern seperti persyaratan likuiditas dengan prinsip Gye. Gye adalah
ungkapan dalam tradisi masyarakat Korea yang berarti saling membantu (ajaran
budaya Konfusianisme).
Bahkan menurut Battilani dan Schröter (2012) tradsi Gye ada dalam ikatan
filsafat Raffeisen yang dikenal sebagai anggota koperasi kredit harus memiliki
hubungan sosial melalui agama atau residensi, dan hanya dalam ikatan ini
keanggotaan harus terbuka untuk semua.181
Pada tahun 1970 koperasi kredit Saemaul
dijalankan berdasarkan pada perjanjian tradisi saling mendukung, dan berdasarkan
pada saling membantu dan timbal balik antara orang desa dengan tetangganya (ajaran
budaya Konfusianisme).
Koperasi kredit masyarakat Saemaul didefinisikan sebagai koperasi keuangan
yang memberikan kontribusi untuk pengembangan masyarakat serta bangsa melalui
bisnis keuangan, termasuk tabungan, kredit, asuransi, dan budaya kerja sejahtera,
proyek pengembangan masyarakat yang berdasarkan pada prinsip koperasi dan
178
Ibid. 179
ICA. 2011. 300 Koperasi Kelas Dunia. diakses pada 17 April 2015 http://ica.coop/en/global-300 180
Didin S. Damanhuri. 2010. Op.cit. Hal 61-62 181
Patrizia Battilani dan Harm G. Schröter. 2012. Op.cit. Hal 88-98
53
mewarisi semangat masyarakat tradisional yang berasal dari sistem koperasi Korea
seperti Gye, Hyangyak, dan Dure (ajaran budaya Konfusianisme).182
Pada tahun 1998 menurut Battilani dan Schröter (2012) NACF mendirikan
kompleks pemasaran pertanian, termasuk grosir dan distribusi pusat pertanian dengan
penerapan teknologi modern pada pengolahan beras kompleks (rice processing
complexes), dan pusat pengeringan, dan penyimpanan (drying and storage centers)
untuk pelestarian lingkungan, serta menjaga keamanan pangan nasional. Selain itu
dalam pelaksanaan operasi NACF berdasarkan pada prinsip kerja sama, saling
membantu, dan mendukung yang sesuai dengan ajaran budaya Konfusianisme.183
Hal
tersebut menunjukan bahwa dalam perkembangan koperasi tidak menghilangkan
budaya lokal, dan adanya sinkronisasi antara nilai-nilai lokal tersebut dengan nilai-
nilai modern.
Kemudian perkembangan koperasi di Korea Selatan secara keseluruhan dari
awal kemunculan koperasi termasuk lembaga tradisional bukan koperasi sejak abad
ke-19 sampai abad ke-21 koperasi dibentuk untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, dan meningkatkan kekayaan. Hal ini sama seperti yang terjadi di
Amerika Serikat dan Swedia. Dapat dilihat pada Dinasti Chosun lembaga kerja sama
Bobusang yang mewakili para pedagang kelas sosial terendah dan termiskin di
Chosun membantu kondisi tersebut untuk membuat kelompok atau bekerja sama
menjadi organisasi nasional untuk memperbaiki keadaan sosialnya.
Pada tahun 1960 Gabriella dengan bantuan Augustine Joung Ryul Kang
membentuk koperasi kredit Sung-Ga (Holy Family/Keluarga Kudus) yang diyakini
oleh mereka bahwa dengan prinsip-prinsip demokrasi dalam manajemen koperasi,
terutama dalam praktik mekanismenya membuat dan menjalankan koperasi kredit
yang diperlukan untuk membantu orang miskin menjadi bahagia atau sukses.184
Pada
tahun 1962 semua koperasi hutan bergabung menjadi Korea Federation of Forestry
Cooperatives (KFFC) dan berkoordinasi dengan koperasi di tingkat provinsi, dan
desa. Tujuan dari KFFC adalah untuk melindungi hak-hak pemilik hutan dan anggota
koperasi, dan untuk mempromosikan praktik kehutanan yang berkelanjutan, seperti
pada tahun 1962 pegunungan yang gundul direboisasi oleh KFFC.185
Pada tahun 1973 dibentuk organisasi umum pembeli kebutuhan dasar di
pedesaan untuk memenuhi kekurangan dalam kebutuhan dasar masyarakat desa
berdasarkan inisiatif gerakan masyarakat. Selanjutnya inisiatif gerakan masyarakat ini
membentuk koperasi konsumen yang pertama yaitu Shin-ri koperasi konsumen pada
tahun 1979 sebagai proyek pembangunan daerah dari Shin-ri koperasi kredit.186
Pada
tahun 2000 perbankan NACF menyediakan dana untuk pembangunan pertanian dan
182
Hong Jae Weon, dkk. 2010. Op.cit. Hal 6-9 183
Patrizia Battilani dan Harm G. Schröter. 2012. Op.cit. Hal 115-120 184
Ibid. 185
Jae-Hak Choi. 2006. Op.cit. Hal 3-8 186
Hong Jae Weon, dkk. 2010. Op.cit. Hal 1-14
54
menawarkan layanan perbankan penuh kepada anggota terutama kepada petani, tetapi
juga kepada masyarakat umum.
Pada tahun yang sama menurut Battilani dan Schröter (2012) perbankan NACF
telah menjadi bank komersial terbesar kedua di Korea Selatan dalam hal deposito,
dan dengan koperasi anggotanya menjadi lembaga perbankan terbesar di Korea
Selatan.187
Pada tahun 2000 National Federation of Forestry Cooperatives (NFFC)
dirubah menjadi National Forestry Cooperative Federation (NFCF). NFCF terus
tumbuh sebagai pemilik dan pengelola hutan yang juga aktif dalam beberapa program
dan proyek seperti program penyuluhan pengelolaan hutan, sumberdaya proyek
bangunan dasar kayu, pemasaran produk kayu besar dan kecil, membangun jalan
kayu dan infrastuktur untuk pengelolaan hutan, layanan perbankan dan pembiayaan,
dan proyek-proyek pembangunan kehutanan di luar negeri.
Selain itu NFCF tidak hanya berorientasi pada tujuan ekonomi, tetapi juga
menurut Battilani dan Schröter (2012) berperan dalam meningkatkan kualitas hidup
dan menciptakan nilai baru bagi daerah pegunungan berhutan yang mana masyarakat
hutan paling berbeda.188
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan mengenai sejarah
perkembangan koperasi di Korea Selatan secara garis besar dapat disimpulkan bahwa
di dalam perkembangan koperasi sejak abad ke-19 sampai tahun 1945 menunjukan
bahwa terdapat lebih dari satu sistem sosial yang berbeda dalam perkembangan
koperasi yaitu lembaga kerja sama tradisional Korea, organisasi koperasi modern
yang dibentuk oleh masyarakat, dan organisasi koperasi modern yang dibentuk oleh
pemerintah Jepang.
Selain itu terdapat praktik pemerintahan feodalisme dan kolonialisme yang di
terapkan pemerintah Jepang pada saat itu, sehingga perkembangan koperasi di Korea
sebagian termasuk kepada perkembangan koperasi negara berkembang, karena masih
terdapat sebagian peran pemerintah yang secara dominan membentuk koperasi dan
koperasi dijadikan sebagai alat pemerintah, walaupun tetap terdapat sebagian koperasi
yang dibentuk oleh masyarakat.
Selanjutnya sejak awal kemerdekaan Korea Selatan tahun 1948 sampai tahun
1970an masih terdapat dua jenis koperasi yaitu koperasi yang dibentuk oleh
masyarakat dan koperasi yang dibentuk, dikontrol, dan dikendalikan oleh pemerintah
serta menjadikan koperasi sebagai alat pemerintah. Hal ini karena pada tahun 1961
kekuasaan militer mengambil alih peran pemerintah Korea Selatan yang menerapkan
pemerintahan otoriter. Maka perkembangan koperasi di Korea Selatan pada saat itu
sebagian masih termasuk kepada perkembangan koperasi negara berkembang, dan
belum sepenuhnya termasuk kedalam perkembangan koperasi faham ekonomi politik
heterodoks.
Memasuki tahun 1980an adalah awal pergantian pemerintahan militer yang
otoriter menjadi pemerintahan yang berdasarkan pada demokrasi. Sejak saat itu
perkembangan koperasi sudah tidak terdapat peran pemerintah yang secara dominan
187
Ibid. 188
Patrizia Battilani dan Harm G. Schröter. 2012. Op.cit. Hal 98-99
55
membentuk, mengintervensi langsung, mengontrol, dan mengendalikan koperasi serta
menjadikan koperasi sebagai alat pemerintah. Peran pemerintah hanya sebagai
regulator, dan memberikan bantuan secara tidak langsung. Selain itu dalam
perkembangan koperasi di Korea Selatan juga terdapat faham ekonomi politik liberal,
dan tidak menghilangkan budaya lokal, adanya sinkronisasi antara nilai-nilai lokal
tersebut dengan nilai-nilai modern. Dalam perkembangan koperasi di Korea Selatan
juga terdapat penerapan Japan Incorporated yang dicontohkan oleh kerja sama antara
koperasi dengan pemerintah untuk meningkatkan perekonomian dan merebut pasar
dunia koperasi.
Kemudian perkembangan koperasi di Korea Selatan secara keseluruhan dari
awal kemunculan koperasi termasuk lembaga tradisional bukan koperasi sejak abad
ke-19 sampai abad ke-21 koperasi dibentuk untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, dan meningkatkan kekayaan. Hal tersebut menunjukan setelah memasuki
tahun 1980an perkembangan koperasi di Korea Selatan termasuk kedalam
perkembangan koperasi faham ekonomi politik heterodoks.
Indonesia
Koperasi di Indonesia muncul sejak akhir abad ke-18 pada masa penjajahan.
Tokoh penting dalam kemunculan koperasi tersebut adalah R. Aria Wiriatmadja yang
mendirikan “De Porwokertosche hulp en Spaarbank der Inlandsche Hoofden” (Bank
Bantuan dan Simpanan) atau dikenal dengan “Bank Priyayi Purwokerto” tahun 1895
untuk membantu para priyayi dalam mengatasi masalah ekonominya yang banyak
terjerat lintah darat melalui upaya kekeluargaan dan gotong royong. Namun menurut
Moh. Hatta dalam Nasution (2008) bank tersebut bukanlah koperasi, akan tetapi
sebagai prakarsa pembentukan koperasi-koperasi model bank Raiffeisen di Jerman.189
Hal tersebut menunjukan terdapat nilai lokal kekeluargaan dan gotong royong
yang diterapkan di dalam lembaga semacam koperasi dalam perkembangan koperasi
di Indonesia. Dengan demikian di Indonesia adanya salah satu empiris yang
mengarah kepada faham ekonomi politik heterodoks. Maka selanjutnya akan dilihat
secara empiris sejarah perkembangan koperasi di Indonesia dalam perspektif ekonomi
politik heterodoks tersebut.
Dalam faham ekonomi politik heterodoks menjelaskan bahwa di dalam struktur
masyarakatnya terdapat lebih dari satu sistem sosial yang berbeda yaitu sistem sosial
yang asli dan sistem sosial yang berasal dari luar.190
Hal ini dapat dilihat dalam
perkembangan koperasi di Indonesia yaitu sejak tahun 1898 seorang pejabat tinggi
Belanda yaitu De Wolf van Westerrede mengembangkan lembaga semacam koperasi
Bank Bantuan dan Simpanan, dan bidang usaha diperluas seperti membentuk
lumbung-lumbung desa, dan rumah-rumah gadai.
189
Muslimin Nasution. 2008. Koperasi Menjawab Ekonomi Nasional. Penerbit: PIP & LPEK. Jakarta. Hal 120-124 190
Didin S. Damanhuri. 2010. Op.cit. Hal 63
56
Pengembangan ini terus dilakukan De Wolf hingga tahun 1926 terutama di
daerah Purwokerto dan Banyumas.191
Selanjutnya terdapat koperasi pertama yang
dikembangkan oleh masyarakat yaitu Serikat Dagang Islam (SDI). SDI merupakan
koperasi pedagang batik yang dibentuk oleh H. Samanhudi pada tahun 1905 dengan
tujuan untuk melawan pedagang asing (pedagang cina) yang datang ke Indonesia dan
untuk meningkatkan kondisi ekonomi masyarakat melalui syariat-syariat Islam.
Kemudian pada tahun 1912 masuk tokoh yang bernama H.O.S. Tjokroaminoto dan
menjadi pemimpin dari SDI. Akhirnya sejak saat itu SDI berubah menjadi Serikat
Islam (SI) dan telah tersebar di seluruh pulau Jawa, bahkan sampai keluar pulau Jawa.
Dibawah kepemimpinan H.O.S. Tjokroaminoto SI bukan hanya sekedar
koperasi pedagang biasa, tetapi juga organisasi yang membantu anggotanya yang
mengalami kesulitan, serta untuk meningkatkan perdagangan antarbangsa
Indonesia.192
Selanjutnya terdapat perkembangan koperasi melalui pergerakan lainnya
diantaranya yaitu pada tahun 1908 pergerakan nasional Boedi Oetomo didirikan
koperasi untuk keperluan rumah tangga. Hal ini merupakan langkah awal kegiatan
pengembangan cita-cita koperasi di Indonesia, bahkan Moh. Hatta dalam Nasution
(2008) menilai bahwa pada masa penjajahan “pergerakan nasional-lah yang
mendorong perkembangan koperasi”.193
Pada tahun 1927 dr. Soetomo mendirikan “Indonsische Studieclub” dan melalui
organisasi ini mempelajari perkoperasian serta menganjurkan untuk mendirikan
koperasi. Pada tahun 1929 Partai Nasional Indonesia yang dipimpin oleh Soekarno
menyelenggarakan kongres koperasi di Batavia yang menghasilkan sebuah keputusan
untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat maka harus mendirikan koperasi.194
Pada
tahun 1918 di Jombang seorang tokoh yang bernama K.H. Hasyim Asy‟ari Tebuireng
juga mencoba mendirikan koperasi.
Tetapi pembentukan dan pengembangan koperasi-koperasi tersebut mengalami
banyak hambatan. Hambatan tersebut diantaranya yaitu pada tahun 1915 pemerintah
Hindia Belanda mengeluarkan peraturan Ketetapan Raja Nomor 431 Tentang
Perkumpulan Koperasi yang menjelaskan bahwa akte pendirian koperasi harus dibuat
dalam bahasa Belanda dan harus mendapat izin dari Gubernur Jenderal. Selain itu
sumberdaya manusia yang lemah seperti pengetahuan dan pengalaman dalam
mengelola koperasi masih menjadi kendala.195
Kemudian dari pembentukan dan pengembangan koperasi yang sedang terjadi
pada masa penjajahan Hindia Belanda mendorong DR. J.H. Boeke mendirikan
“Komisi Koperasi” pada tahun 1920 untuk meneliti seberapa perlu koperasi bagi
rakyat Indonesia. Hasil dari penelitian menyatakan bahwa masyarakat membutuhkan
191
G. Kartasapoetra, dkk. 1993. Koperasi Indonesia. Penerbit Rineka Cipta: Jakarta. Hal 63-65 192
M.C. Ricklefs. 2008. Sejarah Indonesia Modern. Penerbit: PT Serambi Ilmu Semesta. Jakarta. Hal 350-362 193
G. Kartasapoetra, dkk. 1993. Op.cit. Hal 63-65 194
Ibid. lihat juga H.M. Iskandar Soesilo. 2008. Dinamika Gerakan Koperasi Indonesia. Penerbit: PT. Wahana Semesta Intermedia. Jakarta. Hal 49-50 195
Muslimin Nasution. 2008. Op.cit. hal 120-124
57
koperasi untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri yang selama ini tidak disediakan
oleh pemerintah Hindia Belanda atau bangsa penjajah.196
Memasuki tahun 1942 terjadi peralihan kekuasan penjajahan dari Hindia
Belanda kepada penjajahan Jepang dan pada tahun yang sama Jepang mengeluarkan
Undang-Undang Nomor 23 Tentang Pengaturan Pendirian, Perkumpulan, dan
Penyelenggaraan Persidangan, sehingga bagi masyarakat Indonesia yang ingin
mendirikan koperasi harus mendapatkan izin dari pemerintah Jepang terlebih dahulu.
Pada tahun 1944 pemerintah Jepang membuat suatu kebijakan yang menganjurkan
kepada masyarakat Indonesia untuk mendirikan koperasi atau “Kumiai” di seluruh
daerah.
Hal ini dilakukan karena menurut Nasution (2008) Jepang memerlukan
sumberdaya alam yang terdapat di Indonesia untuk kebutuhan perang, sehingga
koperasi dijadikan alat pemerintah Jepang untuk memenuhi kebutuhan perangnya.197
Dari uraian tersebut menunjukan bahwa meskipun terdapat lebih dari satu sistem
sosial dalam perkembangan koperasi pada masa penjajahan, tetapi perkembangan
koperasi di Indonesia selama penjajahan masih termasuk kedalam perkembangan
koperasi negara berkembang. Hal ini dikarenakan koperasi yang dibentuk
berdasarkan inisiatif dan gerakan dari masyarakat masih banyak mengalami
hambatan, sehingga tidak dapat berkembang lebih maju.
Selain itu terdapat koperasi yang dibentuk berdasarkan anjuran pemerintah dan
dijadikan sebagai alat pemerintah pada saat masa penjajahan khususnya masa
penjajahan Jepang. Selanjutnya pada tahun 1945 Indonesia mendapatkan
kemerdekaan dari bangsa penjajah. Setelah kemerdekaan ini pertumbuhan koperasi
terus ditingkatkan. Dapat dilihat diantaranya yaitu terjadi pada tahun 1947 koperasi-
koperasi perikanan yang sebelumnya telah dibentuk terlebih dahulu berdasarkan
inisiatif masyarakatnya, kemudian mendirikan gabungan koperasi perikanan
Indonesia (GKP).
Pada tahun yang sama juga gerakan koperasi Jawa Barat mengadakan Kongres
Koperasi di Tasikmalaya, dan hasil dari kongres ini salah satunya yaitu menetapkan
untuk membentuk organisasi gerakan koperasi Sentral Organisasi Koperasi Indonesia
(SOKRI), dan membentuk bank koperasi sentra. Selain itu terdapat juga peran
pemerintah yang ikut mendorong pertumbuhan koperasi seperti yang terjadi pada
tahun 1949 pemerintah menetapkan Peraturan Perkoperasian Nomor 179 dengan
mencabut Statsblaad 108 Tahun 1933, dan pada tahun 1950an pemerintah melalui
menteri perdagangan dan perindustrian Prof. Dr. Sumitro mengeluarkan kebijakan
yang dikenal sebagai “Sumitro Plan” dan “Program Benteng” yaitu untuk mendorong
perkembangan industri kecil termasuk koperasi dan membentuk kelas menengah
pedagang pribumi dengan membantu importir nasional.
Melalui kedua kebijakan tersebut diharapkan dapat bersaing dengan perusahaan
besar Belanda di Indonesia. Satu tahun kemudian pada tahun 1951 pemerintah
196
G. Kartasapoetra, dkk. 1993. Op.cit. Hal 72-73 197
Muslimin Nasution. 2008. Op.cit. Hal 120-124
58
melalui Jawatan Koperasi dibawah Kementerian Perekonomian Rakyat
menyelenggarakan kursus teknik perkoperasian selama satu bulan bagi para
pegawainnya, dan pada tahun 1952 dilaksanakan kembali kursus tersebut selama
empat bulan, serta kegiatannya ditambah dengan kegiatan penerangan dan
penyuluhan kepada koperasi. Selain itu pada tahun 1952 juga Gabungan Koperasi
Perikanan Indonesia (GKP) mendirikan bank koperasi perikanan.
Pada tahun 1953 gerakan koperasi Indonesia kembali menyelenggarakan
Kongres Koperasi di Bandung. Hasil dari kongres tersebut salah satunya yaitu
membubarkan SOKRI dan mendirikan Dewan Koperasi Indonesia (DKI) karena
SOKRI dinilai tidak berfungsi dengan baik sebagai wadah perjuangan dan cita-cita
gerakan koperasi, sehingga tidak adanya kesatuan pandangan mengenai bentuk
organisasi, dan dasar atau tujuan berkoperasi secara jelas. Selanjutnya membentuk
panitia yang akan memberikan arahan kepada pemerintah tentang konsep undang-
undang koperasi, karena menurut Soesilo (2008) bahwa gerakan koperasi merasa
peraturan Perkoperasian Nomor 179 Tahun 1949 dinilai sudah tidak sesuai dengan
kondisi Indonesia sejak awal tahun 1950 karena peraturan tersebut tidak memberikan
peluang bagi koperasi sebagai organisasi ekonomi yang mandiri.198
Setelah tiga tahun berjalan, kembali DKI dinilai oleh gerakan koperasi
Indonesia tidak berjalan dengan baik dalam menjalankan fungsinya, sehingga pada
tahun 1956 gerakan koperasi menyelenggarakan Kongres Koperasi di Jakarta dan
hasil dalam kongres tersebut mengubah DKI menjadi Dewan Koperasi Indonesia
(DEKOPIN). Selanjutnya organisasi tersebut mulai mengembangkan hubungan
dengan koperasi di luar negeri yaitu dengan diundangnya DEKOPIN oleh
International Cooperative Alliance (ICA) pada Kongres ICA di Stockholm pada
tahun 1956, dan upaya DEKOPIN membuahkan hasil yaitu pada tahun 1958 ICA
mengumumkan bahwa DEKOPIN resmi menjadi anggota dari organisasi sedunia
tersebut.
Pada tahun 1957 GKP kembali mengembangkan koperasi dalam usaha
perbankan dengan mendirikan bank koperasi Indonesia. Akan tetapi perkembangan
bank tersebut tidak berlangsung lama karena terkendala dana atau modal.199
Pada
tahun 1958 upaya yang dilakukan oleh panitia pembentukan undang-undang koperasi
dan para pemimpin gerakan koperasi selama lebih kurang lima tahun akhirnya
dikeluarkan Undang-Undang Koperasi Nomor 79 oleh pemerintah atas persetujuan
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Secara garis besar di dalam undang-undang
tersebut mendorong koperasi untuk berkembang secara “bottom up” tetapi tetap
diatur juga tentang peran pemerintah untuk memberikan bantuan seperti pembinaan
kepada koperasi.200
Hal ini dilakukan karena pemerintah menilai bahwa sebagian koperasi di
Indonesia masih belum bisa berkembang secara mandiri baik pada saat berdirinya
198
H.M. Iskandar Soesilo. 2008. Op.cit. Hal 62-63 199
G. Kartasapoetra, dkk. 1993. Op.cit. Hal 82 200
Muslimin Nasution. 2008. Op.cit. Hal 127-128
59
koperasi maupun ketika koperasi sudah berjalan seperti bank koperasi Indonesia yang
dibentuk oleh GKP tidak mampu berkembang akibat terkendala masalah modal,
sehingga masih diperlukan peran atau bantuan dari pemerintah. Tetapi terdapat juga
koperasi yang lain mulai dari berdirinya koperasi hingga koperasi tumbuh dan
berkembang dilakukan oleh masyarakat itu sendiri tanpa bantuan pemerintah seperti
koperasi koperasi perikanan yang akhirnya berhasil membentuk Gabungan Koperasi
Perikanan (GKP) secara mandiri.
Kemudian pada tahun 1959 dikeluarkannya peraturan Pemerintah Nomor 60
Tahun 1959 yang secara garis besar menjelaskan bahwa salah satu fungsi koperasi
adalah alat untuk melaksanakan ekonomi terpimpin berdasarkan sosialisme
Indonesia, sehingga dalam hal ini pemerintah wajib untuk aktif membina koperasi
sesuai dengan demokrasi terpimpin. 201
Maka sejak tahun 1959 sikaf aktif pemerintah
dalam ikut membina koperasi mulai diwujudkan diantaranya yaitu pertama
membentuk Departemen Transmigrasi, Koperasi, dan Pembangunan Masyarakat
Desa (Departemen Transkopemada).202
Kedua mengeluarkan Instruksi Menteri Muda Pendidikan, Pengajaran, dan
Kebudayaan Nomor 1 Tahun 1959 tentang pemberian pelajaran untuk menabung dan
berkoperasi di sekolah-sekolah. Ketiga pemerintah mengeluarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 10 Tahun 1959 tentang larangan bagi pedagang kecil dan eceran
yang bersifat asing di luar ibukota daerah provinsi dan kabupaten atau kota serta
karasidenan, sehingga yang berhak menjadi pedagang kecil dan eceran adalah
pengusaha-pengusaha nasional yang berkoperasi.
Keempat mengeluarkan Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun 1960 tentang
pembentukan Badan Penggerak Koperasi (Bapengkop) dan Inpres tersebut ditujukan
kepada Menteri Distibusi, Menteri Perdagangan, Menteri Pertanian, Menteri
Pengerahan Tenaga Rakyat, Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan,
Menteri Transmigrasi, Koperasi dan Pembangunan Masyarakat Desa, Menteri
Keuangan, Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, untuk saling berkoordinasi
dalam menumbuhkan dan memperluas gerakan koperasi di segala bidang kehidupan
masyarakat. Kelima mengeluarkan Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 1960 tentang
pendidikan koperasi dengan mendirikan 11 Akademi Koperasi dan 21 Sekolah
Koperasi Menengah Atas (Skopma).203
Menurut Nasution (2008) sikap aktif yang dilakukan pemerintah tersebut dari
tahun 1959 merupakan langkah pemerintah untuk menjadikan koperasi sebagai alat
politik dari pemerintah saat itu. Hal ini terbukti bahwa pada tanggal 2 Agustus 1965
pemerintah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1965 Tentang
Perkoperasian untuk menggantikan Undang-Undang Koperasi Nomor 79 Tahun
201
H.M. Iskandar Soesilo. 2008. Op.cit. Hal 62-63 202
Masih terdapat Jawatan Koperasi di Departemen Transmigrasi, Koperasi, dan Pembangunan Masyarakat Desa (Departemen Transkopemada). 203
H.M. Iskandar Soesilo. 2008. Op.cit. Hal 67
60
1958.204
Dalam undang-undang yang baru tersebut secara garis besar menyatakan
tentang pengertian koperasi sebagai organisasi ekonomi dan sebagai alat revolusi,
sehingga koperasi harus mencerminkan kekuatan progresif revolusioner yang
berdasarkan kepada Nasionalis Sosialis Komunis (Nasakom) dan berjiwa Manifestasi
Politik (Manipol).205
Dari uraian tersebut menunjukan bahwa perkembangan koperasi di Indonesia
sejak kemerdekaan tahun 1945 sampai masa orde lama tahun 1960-1965 terbukti
masih termasuk perkembangan koperasi negara berkembang, meskipun terdapat
beberapa koperasi yang dibentuk dan dikembangkan berdasarkan inisiatif
masyarakatnya. Tetapi sebagian besar dalam perkembangan koperasinya masih
terdapat peran pemerintah yang dominan seperti menjadikan koperasi sebagai alat
pemerintah khususnya pada masa orde lama.
Kemudian pada tahun 1966 merupakan pergantian masa pemerintahan kepada
pemerintahan orde baru. Pada masa orde baru ini perkembangan koperasi masih
termasuk kedalam perkembangan koperasi negara berkembang, walaupun terdapat
beberapa koperasi yang berkembang berdasarkan inisiatif masyarakatnya. Dapat
dilihat diantaranya yaitu pada tahun 1967 pemerintah mengeluarkan Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 1967 Tentang Pokok-Pokok Perkoperasian untuk menggantikan
undang-undang koperasi yang lama.
Dalam undang-undang koperasi yang baru mengatur sendi dasar, nilai-nilai
koperasi, dan otonomi koperasi yang digabungkan dengan pemerintah. Maka tidak
menghilangkan sepenuhnya peran pemerintah tetapi hanya dibatasi saja perannya
dalam membantu koperasi yaitu hanya sebatas memberikan bimbingan, fasilitas, serta
penciptaan iklim yang diharapkan mampu memandirikan koperasi.206
Selain itu sejak
tahun 1966 terdapat jabatan khusus untuk mengurusi koperasi yaitu Deputi Urusan
Koperasi di dalam struktur pemerintahan.
Kebijakan pemerintah yang lain dalam mendorong pertumbuhan koperasi yaitu
pertama, setelah keluarnya undang-undang koperasi yang baru pemerintah
menertibkan koperasi dengan membubarkan koperasi-koperasi yang tidak
mempunyai legalitas badan hukum dan anggaran dasarnya yang tidak sesuai dengan
UU Nomor 12 Tahun 1967. Pemerintah menilai terdapat koperasi-koperasi yang
berlandaskan pada asas dan sendi dasar sosialis komunis, sehingga koperasi-koperasi
tersebut dibubarkan.
Kedua rencana pembangunan koperasi dimasukan kedalam Rencana
Pembangunan Lima Tahun (Repelita) yang dimulai sejak tahun 1969 dan berlanjut
pada Repelita selanjutnya karena koperasi dinilai sebagai bagian dari pembangunan
ekonomi dalam kerangka pembangunan nasional. Selanjutnya pada Pembangunan
Lima Tahun pertama (Pelita 1) periode 1967-1971 pemerintah mengambil langkah
204
Muslimin Nasution. 2008. Op.cit. Hal 127-128 205
Ibid. Hal 70 206
Ibnoe Soedjono, dkk. 1997. Koperasi Di Tengah Arus Liberalisasi Ekonomi. Penerbit: Yayasan Formasi. Jakarta. Hal 95
61
awal pembangunan koperasi dengan membangun Pusat Latihan dan Pendidikan
Perkoperasian (Puslatpengkop) di Jakarta dan membangun Balai Latihan Koperasi
(Balatkop) di hampir seluruh ibukota provinsi.
Hal ini dilakukan karena untuk mengatasi masalah sedikitnya sumberdaya
manusia yang terampil dan yang mampu untuk memimpin suatu lembaga termasuk
koperasi akibat masalah latar belakang pendidikan yang kurang (tidak sekolah,
lulusan SD, SMP).207
Langkah pemerintah selanjutnya adalah menata koperasi-
koperasi yang ada di desa agar lebih berkembang dengan mempersatukan koperasi-
koperasi yang ada di pedesaan. Namun pada umumnya beragam koperasi-koperasi
yang ada di desa tersebut termasuk koperasi yang ukurannya kecil dari jumlah
anggota, modal, dan skala usahanya serta kurang efisien dan efektif.
Maka pada akhir Pelita 1 pemerintah juga mendirikan Lembaga Jaminan Kredit
Koperasi (LJKK) melalui Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 1971 untuk
mengatasi permasalahan modal pada koperasi. Selain itu pada awal masa orde baru
sedang terjadi masalah perekonomian yaitu salah satunya terjadi kelangkaan beras,
sehingga untuk mengatasi kelangkaan beras tersebut pemerintah melaksanakan
program Bimbingan Masal Gotong Royong (Bimas Gotong Royong). Program
tersebut merupakan pemberian kredit kepada petani dalam bentuk natura seperti
pupuk dan obat-obatan, dengan pengembalian kredit dalam bentuk natura juga seperti
padi yang diserahkan kepada badan pemerintah yaitu Komando Logistik Nasional
(KOLOGNAS) untuk mengatasi pengadaan dalam kelangkaan beras.
Namun menurut Soedjono (1997) pada kenyataannya banyak petani yang tidak
menyerahkan padinya kepada KOLOGNAS, tetapi menjualnya di pasar karena dinilai
lebih menguntungkan.208
Maka program Bimas Gotong Royong ini dapat dikatakan
gagal. Selain peran dari pemerintah juga terdapat peran yang berdasarkan inisiatif
masyarakat dalam mendorong pertumbuhan koperasi. Diantaranya yaitu pada awal
tahun 1970 banyak berdiri bank koperasi seperti bank koperasi majapahit.
Pada tanggal 10 Juli 1970 akhirnya beberapa koperasi sekunder seperti
Inkopper, Inkopad, Inkopal, Induk Koperasi Angkatan Udara (Inkopau), Induk
Koperasi Veteran Republik Indonesia (Inkoveri), dan Ikpri mendirikan Bank
Koperasi Indonesia (Bukopin), dan bank-bank koperasi ini dibentuk untuk mengatasi
permasalahan modal pada koperasi..209
Pada Pelita 2 tahun 1972 juga mulai
berkembang Credit Union210
atau koperasi kredit yang sudah dirintis sejak awal orde
baru oleh Lembaga Pengembangan Swadaya Masyarakat (LPSM) bersama World
Council of Credit Union melalui Direktorat Jenderal Koperasi.
Koperasi ini masuk ke Indonesia untuk mengatasi masalah modal yang banyak
dialami oleh koperasi pedesaan dan masyarakatnya, sehingga perkembangannya
207
H. M. Iskandar Soesilo. 2008. Op.cit. Hal 74-75 208
Fachry Ali, dkk. 1996. Beras, Koperasi, dan Politik Orde Baru. Pustaka Sinar Harapan: Jakarta. Hal 117 209
Ibid. 210
Credit Union merupakan cikal bakal Koperasi Kredit Indonesia (Kopdit)
62
koperasi ini mendirikan koperasi kredit ke seluruh daerah di Indonesia.211
Selain itu
Pada awal tahun 1973 berdiri Koperasi Simpan Pinjam Jasa212
yang didirikan oleh
para pengusaha kecil dan menengah untuk mengatasi masalah permodalan yang
dialami pengusaha-pengusaha kecil dan menengah. Selanjutnya pada Pelita 2 ini
pemerintah terus mengembangkan program Bimas.
Berdasarkan kegagalan pada program Bimas Gotong Royong sebelumnya,
sehingga pemerintah melibatkan para petani melalui koperasi dan melibatkan peran
koperasi dalam program Bimas tersebut.213
Maka pada saat itu pemerintah terus
menata koperasi-koperasi yang ada di pedesaan dengan mempersatukan koperasi-
koperasi tersebut menjadi koperasi yang besar, sehingga jumlah anggota, modal, dan
skala usahanya lebih besar. Pada tahun 1973 pemerintah mengeluarkan Instruksi
Presiden Nomor 4 Tahun 1973 Tentang Unit Desa yang menjelaskan bahwa koperasi
pedesaan yang kecil dan umumnya bergerak di bidang pertanian didorong untuk
beraglamasi atau bergabung menjadi Badan Usaha Unit Desa (BUUD).
Selanjutnya pemerintah melaksanakan program penyuluhan pertanian yang
dilakukan oleh para Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) kepada BUUD dan Unit
Desa Bank Rakyat Indonesia (BRI) pada tahun yang sama. Dari program tersebut
sebagian BUUD yang memenuhi syarat didorong untuk menjadi Koperasi Unit Desa
(KUD) dengan beberapa tugas yang diberikan oleh pemerintah.214
Salah satu
tugasnya yaitu KUD mulai dilibatkan dalam kegiatan pengadaan stok pangan nasional
dengan memasok beras yang dihimpun oleh Badan Urusan Logistik (BULOG)
kepada seluruh masyarakat.
Selain itu pemerintah juga memberikan kredit modal kerja setiap tahunnya
kepada KUD dan secara bertahap membantu secara kredit dalam bentuk pengadaan
sarana pengolahan beras. Setelah sukses dengan pengadaan beras, pemerintah
memperluas kegiatan KUD bukan hanya dalam pengadaan pangan, tetapi
memberikan tugas untuk menyalurkan pupuk, obat-obatan pertanian, dan benih pada
akhir tahun 1973. Menurut Soesilo (2008) hampir 100% kebutuhan pupuk disalurkan
oleh KUD kepada seluruh petani melalui kios-kios pupuk pedesaan dan dari kegiatan
pengadaan pangan tersebut KUD mendapatkan bayaran yang cukup untuk menopang
kegiatan usaha mereka.215
KUD terus diperluas kegiatannya oleh pemerintah seperti menangani pada tata
niaga palawija, pada tata niaga hortikultura, dan KUD yang berada di dataran tinggi
(seperti daerah Bandung, Simalungun, Batu) menangani bunga dan tanaman obat.216
Sekitar tahun 1975 untuk meningkatkan efektivitas KUD dalam usahanya maka
pemerintah membentuk Unit Pelaksana Pembinaan dan Pengembangan KUD
(UP3KUD) di tingkat nasional. Selanjutnya dibangun pusat pelayanan koperasi di
211 Ibnoe Soedjono, dkk. 1997. Op.cit. Hal 98-100
212 Koperasi Simpan Pinjam Jasa merupakan cikal bakal Koperasi Simpan Pinjam (KSP)
213 Ibnoe Soedjono, dkk. 1997. Op.cit. Hal 96
214 Fachry Ali, dkk. 1996. Op.cit. Hal 149
215 H. M. Iskandar Soesilo. 2008. Op.cit. Hal 79
216 Ibnoe Soedjono, dkk. 1997. Op.cit. Hal 99
63
beberapa kabupaten untuk membantu Pusat KUD (PusKUD) dalam memberikan
pelayanan usaha kepada KUD dalam melaksanakan kegiatannya di daerah.
Pada tahun 1976 di Jakarta dorongan dari beberapa tokoh seperti Ibnoe
Soedjono, Soelarso, dan Eddiwan dan koperasi-koperasi sekunder seperti PusKUD
Jawa Barat, PusKUD Jawa Tengah, PusKUD Jawa Timur, Induk Koperasi TNI-AD
(Inkopad), Induk Koperasi Pegawai Negeri (IKPN), gabungan koperasi perikanan
Indonesia, dan GKBI mendirikan Koperasi Jaminan Karya Rakyat (KJKR) yang
bergerak dibidang asuransi jiwa.
Sampai tahun 1976 menurut Soedjono (1997) perkembangan KUD ini telah
memperburuk citra koperasi di kalangan masyarakat. Hal ini dikarenakan praktik
pembinaan koperasi yang dilakukan pemerintah terhadap koperasi khususnya KUD
hanya untuk kepentingan pemerintah saja dan keuntungan dari usahanya hanya
dinikmati sebagian anggotanya saja seperti pengurus, sehingga menghilangkan fungsi
pelayanan terhadap anggota yang mana tujuan dari koperasi sendiri adalah untuk
menyejahterakan anggotanya.217
Maka sejak tahun 1976 perkembangan koperasi
kredit di Indonesia mengganti nama menjadi credit union untuk menghindari cintra
buruk terhadap koperasi.
Memasuki Pelita 3 pada tahun 1978 pemerintah mengeluarkan Inpres Nomor 2
Tahun 1978 tentang KUD yang mendorong koperasi menjadi koperasi pertanian yang
serba usaha. Hal ini terlihat bahwa KUD memperluas usahanya dengan menangani
perkebunan, peternakan, dan perikanan.218
Pada tahun 1980 pemerintah kembali
memberikan dorongan kepada KUD agar dapat bekerja lebih efektif dalam usahanya
dan untuk upaya peningkatan pemerataan. Bantuan ini berupa bantuan kredit untuk
pengadaan sarana kios pupuk, gudang, dan lantai jemur yang pada saat itu dikenal
dengan istilah “Bantuan GLK” dan bantuan untuk meningkatkan manajemen koperasi
melalui kebijakan pencangkokan manajemen koperasi yang dimulai dengan
memberikan sekitar 100 manajer yang berstatus pegawai negeri yang umumnya
bergelar sarjana kepada setiap koperasi.
Selanjutnya untuk sementara waktu manajer tersebut memberikan ilmu dan
pengetahuannya agar manajemen koperasi dapat berkembang lebih maju. Setelah itu
para manajer kembali bekerja sebagai pegawai negeri.219
Selain itu pada tahun 1980
KJKR berubah menjadi Koperasi Asuransi Indonesia (KAI) karena tidak
mendapatkan izin usaha akibat permasalahan modal pada saat itu. Akhirnya KAI
mengembangkan usahanya ke berbagai provinsi di luar Jakarta dengan jumlah 20
koperasi dan selain melayani asuransi jiwa juga membuka pelayanan asuransi usaha
bagi para anggota koperasi.220
Memasuki Pelita 4 untuk pertama kalinya pada tahun 1983 dibentuk
Departemen Koperasi di dalam struktur pemerintahan yang membawahi Direktur
217
Ibid. Hal 112 218
Ibid. Hal 99 219
H. M. Iskandar Soesilo. 2008. Op.cit. Hal 80 220
Ibnoe Soedjono, dkk. 1997. Op.cit. Hal 99
64
Koperasi Pedesaan dan Direktur Koperasi Perkotaan dan yang menjadi Menteri
Koperasi pertama adalah Bustanil Arifin. Upaya tersebut dilakukan pemerintah
karena selain mengembangkan koperasi di desa tetapi ingin mengembangkan
koperasi yang berada di perkotaan. Selain itu pemerintah juga mendorong untuk
mengembangkan koperasi di lingkungan pegawai, angkatan bersenjata, sekolah,
perempuan, pensiunan dan pedagang pasar baik di pedesaan maupun di perkotaan.221
Sejak tahun 1983 banyak dibentuk dan dikembangkan koperasi non-KUD
diantaranya yaitu pertama Koperasi Karyawan (Kopkar) yang kemudian pada saat itu
dikeluarkan surat keputusan bersama Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Koperasi
Nomor 80/M/KTPS/X/1983-Kep.-236/Men/1983 tentang pembinaan dan
pengembangan Kopkar, sehingga koperasi ini dapat menangani beberapa usaha
seperti pemukiman, jasa angkutan, dan simpan pinjam. Kedua, Koperasi Pegawai
Negeri dan pada awal perkembangannya pemerintah mengeluarkan Kepres Nomor 33
Tahun 1983 yaitu gaji ke-13 pegawai negeri dipotong sebagian untuk bantuan dana
kepada Koperasi Pegawai Negeri.
Ketiga pada tahun 1984 pemerintah mengeluarkan Surat Keputusan Menteri
Koperasi dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 51/M/SKB/III/84-
0518/P/1984 untuk mengembangkan koperasi sekolah bagi Sekolah Dasar dan
Sekolah Lanjutan. Hal ini dilakukan karena koperasi dijadikan tempat praktik untuk
menumbuhkan kader koperasi sejak dini. Keempat, Koperasi Angkutan adalah
koperasi di bidang usaha jasa transportasi di perkotaan seperti angkutan kota, bus, dan
taksi. Pada awal pendirinannya koperasi ini memanfaatkan fasilitas kredit koperasi
kepada anggotanya. Pada saat itu dikenal nama angkutan Kopaja, Kobutri, Kosti Jaya,
dan masih banyak lagi.
Selain angkutan darat terdapat angkutan laut yaitu Koperasi Pelayaran Rakyat
(Kopelra) terdiri dari 39 Kopelra pada tahun 1984 dengan jumlah armada perahu
sebanyak 399 unit, bahkan di NTB terdapat Koperasi Angkutan Penyebrangan Kapal
Ferry yang menghubungkan Bali dan NTB. Selain itu pada tahun 1983 berdiri
Koperasi Jasa Audit yang tersebar di berbagai kabupaten. Sebelum berdirinya
koperasi ini, pertama kali dirintis tahun-tahun sebelumnya oleh gerakan koperasi
Ikatan Akuntansi Indonesia dan pemerintah yang bekerja sama dengan Friederich
Ebbert Stiftung yaitu sebuah yayasan friedrich ebert yang diawali dengan membentuk
Pusat Akuntansi Usaha (PAU).
Usaha yang dijalankan koperasi ini adalah usaha jasa audit tingkat regional dan
tingkat nasional. Selanjutnya pada tahun 1984 pemerintah terus mendorong
perkembangan KUD agar dalam perkembangannya terhindar dari masalah
permodalan, kredit, dan skala usahanya. Peran pemerintah tersebut diantaranya yaitu
mengeluarkan Inpres Nomor 4 Tahun 1984 tentang pembinaan dan pengembangan
KUD untuk menyempurnakan Inpres Nomor 2 Tahun 1978. Jadi KUD bukan hanya
sebagai koperasi pertanian yang serba usaha, akan tetapi diperluas bidang usahanya
221
H. M. Iskandar Soesilo. 2008. Op.cit. Hal 97-98
65
menjadi koperasi yang serba usaha bukan hanya di bidang pertanian saja. Sejak tahun
1984 terdapat banyak KUD yang usahanya bergerak dibidang selain pertanian.
Bidang usaha tersebut yaitu pertambangan rakyat, kerajinan rakyat, industri
kecil, distribusi, angkutan umum, jasa warung telekomunikasi dan kegiatan jasa
lainnya.222
Kemudian pada akhirnya menurut Soesilo (2008) koperasi yang
berkembang pada kenyataannya disetiap daerah atau setiap wilayah hanya ada satu
jenis koperasi yaitu KUD, bahkan termasuk di daerah pedesaan hanya ada KUD dan
tidak ada koperasi jenis yang lainnya.223
Maka menurut Soetrisno (2001) pada saat itu
koperasi menjadi hilang nilai dan prinsip koperasinya, dan dapat dikatakan sebagai
lembaga usahanya pemerintah.224
Selanjutnya untuk melancarkan perkembangan KUD yang serba usaha,
berdasarkan Inpres Nomor 4 Tahun 1984 dibentuk Badan Pembimbing dan Pelindung
KUD yang beranggotakan masyarakat setempat. Badan ini berfungsi untuk
membantu, mendampingi pengurus KUD dengan fungsi membimbing dan
melindungi KUD. Maka menurut Soetrisno (2001) berdasarkan Inpres tersebut pada
kenyataannya terdapat peran camat disetiap daerah sebagai penguasa tunggal di
dalam KUD sebagai pelindung dan penasehat yang didukung oleh pejabat dan tokoh-
tokoh masyarakat.225
Kemudian untuk menyempurnakan Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun
1981 sebelumnya yang mengubah LJKK menjadi Perusahaan Umum Pengembangan
Keuangan Koperasi (Peum PKK) pada tahun 1985 pemerintah mengeluarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1985 tentang fungsi dan peran Perum PKK
untuk menyediakan penjaminan atas kredit yang diajukan oleh Koperasi.226
Memasuki Pelita 5 pemerintah masih teteap mendorong pengembangan KUD yaitu
pada tahun 1988 pemerintah melalui Menteri Koperasi mengeluarkan Instruksi
Menteri Koperasi Nomor 04/INST/M/VI/1988 tentang Pedoman Pembinaan dan
Pengembangan KUD Mandiri.
Selain itu pemerintah juga melaksanakan program pembinaan KUD Mandiri inti
sebagai pusat pengembangan usaha KUD di setiap daerah. pada tahun 1989
pemerintah mengeluarkan kebijakan tentang penyisihan sebagian laba Badan Usaha
Milik Negara (BUMN) sebesar 2-5% yang akan digunakan dalam program
Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi (PUKK) baik dalam bantuan modal kerja,
promosi usaha maupun untuk kegiatan pendidikan dan pelatihan. Selanjutnya
program tersebut berkembang dan berubah menjadi program Kemitraan dan Bina
Lingkungan (KBL). Selain itu pemerintah juga mengeluarkan program yang lain
seperti program Petugas Konsultasi Koperasi Lapangan (PKKL).
222
Choirul Djamhari. 1985. Op.cit. Hal 90 223
H.M. Iskandar Soesilo. 2008. Op.cit. Hal 178 224
Noer Soetrisno. 2001. Rekontruksi Pemahaman Koperasi. Penerbit: INTRANS. Jakarta. Hal 252 225
Ibid. Hal 243 226
Ibnoe Soedjono, dkk. 1997. Op.cit. Hal 99-100
66
Program ini bertujuan untuk memberikan pendampingan, konsultasi, dan
advokasi kepada koperasi secara lebih intensif, berkesinambungan dan dilakukan oleh
tenaga ahli. Selanjutnya sejak tahun 1990 pemerintah menghimbau kepada
perusahaan swasta untuk menjual sahamnya kepada koperasi. Hal ini dilakukan
pemerintah agar koperasi dapat mencari permodalannya secara mandiri dan penjualan
saham tersebut dapat terealisasikan pada pelita 6, pada tahun 1992 tercatat 158
perusahaan besar telah menjual sahamnya kepada 1 393 koperasi (diantaranya 463
adalah KUD) dengan jumlah lembar saham sebenyak 55 531 874 lembar dan 25
perusahaan sudah membayar deviden kepada koperasi sebesar Rp5,07 milyar.227
Namun menurut Soesilo (2008) kenyataannya sebagian koperasi non-KUD dan
seluruh KUD yang mendapatkan saham tersebut telah menjual saham-sahamnya
kepada pihak-pihak lain. Hal ini dilakukan karena terdapat pengurus koperasi yang
ingin mendapatkan keuntungan lebih.228
Kemudian sampai tahun 1992 menurut
Tjakkrawerdaya dalam Soesilo (2008) pemerintah setiap tahunnya terus
meningkatkan jumlah KUD yang dilibatkan dalam program pemerintah yaitu
pengadaan pangan. Seperti dalam memasok beras dan pupuk pada tahun 1992 KUD
yang dilibatkan sebanyak 3 640 unit dibandingkan pada tahun 1973 sebanyak 1 558
unit. Total pendapatan yang diperoleh KUD dari kegiatan ini pada tahun 1992 sebesar
Rp219,73 milyar dan mendapatkan sarana serta prasarana yang lengkap seperti kantor
dan yang lainnya.229
Selain itu pada tahun 1995 Jumlah KUD sebanyak 8 596 unit mengalami
peningkatan dari tahun 1973 sebanyak 2 361 unit. Kemudian Volume Usaha KUD
juga pada tahun 1995 sebesar Rp4 triliun mengalami peningkatan dari tahun 1973
sebesar Rp37 milyar, bahkan volume usaha KUD pada tahun 1995 berkontribusi
hampir setengahnya terhadap total volume usaha koperasi Indonesia sebesar Rp10
triliun.230
Dari uraian yang telah dijelaskan menunjukan selama masa orde baru terbukti
bahwa perkembangan koperasi masih termasuk kedalam perkembangan koperasi
negara berkembang. Hal ini terlihat bahwa selama masa orde baru perkembangan
koperasi yang paling menonjol adalah KUD, yang mana dalam perkembangan KUD
sendiri banyak campur tangan atau peran dari pemerintah baik melalui suatu
kebijakan maupun program pemerintah yang dijalankan KUD, sehingga pada
akhirnya koperasi (KUD) dapat dikatakan sebagai alat dari pemerintah untuk
melaksanakan program-program pemerintah seperti pengadaan pangan dan
penyaluran pupuk.
Meskipun pada masa orde baru masih terdapat beberapa koperasi yang dibentuk
dan dikembangkan berdasarkan inisiatif masyarakat seperti Koperasi Kredit, Koperasi
Asuransi Indonesia, dan Koperasi Simpan Pinjam Jasa. Selain itu DEKOPIN juga
227
Fachry Ali, dkk. 1996. Op.cit. Hal 191-192 228
H.M. Iskandar Soesilo. 2008. Op.cit. Hal 117-118 229
Ibid. Hal 79 230
Ibid. Hal 97 lihat juga Ibnoe Soedjono. 1997. Op.cit. Hal 93
67
melakukan kerja sama dengan Cooperative Center of Denmark untuk melaksanakan
beberapa kegiatan pendidikan dan pelatihan untuk anggota koperasi Indonesia seperti
program institutional strengthening for improvement of member service dan program
cooperative member education and communication, serta pada tahun 1993
dilanjutkan melaksanakan program dairy extention management of dairy coops.
Mulai tanggal 1 april 1996 program-program tersebut dilanjutkan oleh DEKOPIN
melalui Lembaga Latihan dan Pendidikan Koperasi (LAPENKOP) di Bandung.231
Selanjutnya pada tahun 1992 dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 25 Tahun
1992 Tentang Perkoperasian untuk menggantikan Undang-Undang Nomor 12 Tahun
1967 yang telah berjalan lebih kurang 25 tahun. Undang-undang yang baru ini
diantaranya mengatur batasan peran pemerintah, sehingga peran pemerintah tidak lagi
memberikan intervensi kepada koperasi dan fungsi pengawasan dihilangkandan.232
Kemudian memasuki tahun 1998 merupakan akhir dari masa orde baru dan
mulainya masa reformasi. Pada awal masa reformasi pemerintah mengeluarkan Inpres
Nomor 18 Tahun 1998 tentang peningkatan pembinaan dan pengembangan
perkoperasian. Inpres ini memberi peluang kepada masyarakat di pedesaan untuk
dapat berkoperasi tanpa harus bergabung dengan KUD dan tanpa harus memakai
nama KUD. Selain itu pemerintah melaksanakan program kredit usha tani (KUT)
yang telah dilaksanakan pada masa orde baru kembali ditingkatkan.
Hal ini dilakukan untuk mengatasi masalah kemarau panjang pada saat krisis
sampai akhir tahun 1998 yang mengakibatkan penurunan produksi beras maupun
modal para petani yang terpaksa dipakai untuk memenuhi kebutuhan konsumsi
selama musim kemarau tersebut. KUT yang diberikan kepada para petani
dimanfaatkan untuk pengadaan sarana produksi pertanian. Kemudian KUD dan
kelompok tani dilibatkan dalam menyalurkan KUT kepada petani dengan bantuan
pemerintah. Agar KUT dapat tersalurkan ke seluruh daerah maka pemerintah
melibatkan koperasi non-KUD dan LSM untuk membantu penyalurannya agar
masalah daerah yang tidak terdapat KUD dapat teratasi.233
Program selanjutnya yaitu koperasi distribusi Indonesia (KDI) yang
menawarkan sistem distribusi secara fisik yang melibatkan ribuan koperasi dan UKM
untuk menghilangkan sistem delivery order yang disalahgunakan. Pada tahun 1998
induk koperasi diantaranya InKUD, Inkoppas, Inkopad, Inkopau, Inkoppol, Ikpri,
Ikpi, Inkowapi, Inkoveri, Inkopontren, dan Inkopkar berubah menjadi koperasi
distribusi Indonesia. Setelah itu membentuk perwakilan di 27 provinsi serta 2 500
agen yang terdiri dari koperasi primer dan UKM.
Dalam penyaluran minyak tersebut dikoordinir oleh Bulog dan sebagai penyalur
langsung kepada konsumen adalah koperasi dan ukm. Akan tetapi pada tahun 1999
penyaluran minyak dikoordinir oleh koperasi atau KDI seluruhnya dengan
pembiayaan melalui dana Bulog dengan tanpa bunga sampai akhir tahun 1998 dan
231
H. M. Iskandar Soesilo. 2008. Op.cit. Hal 178 232
Fachry Ali, dkk. 1996. Op.cit. Hal 186-188 lihat juga H. M. Iskandar Soesilo. 2008. Op.cit. Hal 113 233
Ibid. Hal 124
68
pada awal tahun 1999 diberikan bunga 12% per tahun.234
Dari uraian tersebut
menunjukan bahwa pada masa reformasi tahun 1998-1999 masih terdapat peran
pemerintah yang menjadikan koperasi sebagai bagian alat dari program pemerintah.
Selain itu berdasarkan kebijakan distribusi dan kebijakan kredit tersebut
menurut Nasution (2008) bahwa pemerintah dinilai kurang tepat dalam melakukan
kebijakan distribusi dan kredit usaha yang pada akhirnya pembentukan koperasi pada
saat itu mengarah hanya untuk mendapatkan fasilitas negara. Hal ini berdampak pada
koperasi yang hanya mengejar keuntungan dengan memanfaatkan fasilitas negara.235
Hal ini menunjukan bahwa terdapat praktik yang mengarah pada mencari keuntungan
(profit oriented) dalam koperasi. Maka dapat dikatakan bahwa perkembangan
koperasi pada masa reformasi tahun 1998-1999 masih termasuk perkembangan
koperasi negara berkembang. Hal ini terbukti masih terdapat koperasi yang dijadikan
sebagai alat pemerintah.
Selanjutnya pada masa reformasi tahun 2000an sudah tidak terdapat peran
pemerintah yang dominan dalam perkembangan koperasi seperti menjadikan koperasi
sebagai alat pemerintahan atau alat pelaksana program pemerintah, tetapi peran
pemerintah hanya sebagai regulator dan memberikan bantuan tidak langsung kepada
koperasi yang bersifat kerja sama. Dapat dilihat diantaranya yaitu dikeluarkannya
Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2001 dan Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2002
tentang kebijakan pengadaan beras yang menjelaskan bahwa koperasi (khususnya
KUD) tidak lagi berfungsi sebagai pelaksana tunggal pembelian gabah, harga dasar di
tingkat petani, harga dasar pembelian gabah atau beras, dan penyaluran beras,
sehingga dialihkan sepenuhnya kepada BULOG.236
Selain itu dikeluarkannya Keputusan Menteri Perindustrian Dan Perdagangan
Nomor 356/MPP/KEP/5/2004 Tahun 2004 tentang penyaluran pupuk yang
menjelaskan bahwa koperasi (khususnya KUD) tidak lagi menyalurkan pupuk atau
dibebaskan dari tugas pemerintah untuk menyalurkan pupuk.237
Selanjutnya setelah
dikeluarkannya Instruksi Presiden Nomor 18 Tahun 1998 tentang peningkatan
pembinaan dan pengembangan perkoperasian yang menjelaskan setiap masyarakat
diperbolehkan membentuk koperasi tanpa harus memakai nama KUD dan
diperbolehkan membentuk lebih dari satu koperasi dalam satu daerah atau wilayah
memberikan dampak yang positif terhadap pertumbuhan koperasi.
Hal ini dapat dilihat pada tahun 2005 jumlah koperasi Indonesia sebanyak 134
963 unit mengalami peningkatan dari tahun 1998 sebanyak 59 441 unit. Volume
usaha koperasi pada tahun 2005 juga sebesar Rp40 triliun mengalami peningkatan
dari tahun 1998 sebesar Rp12 triliun.238
Kemudian menurut Soesilo (2008) memasuki
234
Muslimin Nasution. 2008. Op.cit. Hal 136-138 235
Ibid. 236
Togap Tambunan. 2006. Kaji Ulang Peran Koperasi Dalam Menunjang Ketahanan Pangan. [Jurnal]. Dept Koperasi. Jakarta. Hal 3-4 237
Ibid. 238
BPS. 2010. Rekapitulasi Data Koperasi Seluruh Indonesia. Diakses pada 20 Desember 2015 https://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1321
69
tahun 2000an atau pada masa reformasi terdapat beberapa koperasi yang dibentuk
berdasarkan inisiatif masyarakat yang mampu tetap bertahan diantaranya yaitu
Koperasi Simpan Pinjam (KSP) dan Koperasi Kredit (credit union).239
Pada tahun 2005 jumlah KSP sebanyak 1 598 unit mengalami peningkatan dari
tahun 2000 sebanyak 1 186 unit dan tahun 1974 sebanyak 1 unit. Total aset KSP juga
tahun 2005 sebesar Rp1,3 triliun mengalami peningkatan dari tahun 2000 sebesar
Rp466 milyar dan tahun 1974 sebesar Rp2,3 juta. Sedangkan jumlah Koperasi Kredit
pada tahun 2003 sebanyak 1 039 unit mengalami penurunan dari tahun 2002
sebanyak 1 095 unit dan mengalami peningkatan dari tahun 1974 sebanyak 116 unit.
Total aset Koperasi Kredit pada tahun 2003 sebesar Rp763 milyar mengalami
peningkatan dari tahun 2002 sebesar Rp518 milyar dan tahun 1974 sebesar Rp36 juta.
Saham anggota Koperasi Kredit pada tahun 2003 sebesar Rp344 milyar mengalami
peningkatan dari tahun 2002 sebesar Rp246 milyar dan tahun 1974 sebesar Rp35 juta.
Dari uraian tersebut menunjukan bahwa pada masa reformasi tahun 2000an terbukti
sudah tidak terdapat koperasi yang dijadikan sebagai alat pemerintah.
Kemudian pada masa reformasi ini terjadinya amandemen UUD 1945
diantaranya yaitu terkait dengan pasal 33 yang mana hasilnya adalah terdapat dua
pasal tambahan ayat (4) dan ayat (5).240
Dalam kedua pasal tersebut menjelaskan
perekonomian nasional yang berdasarkan atas demokrasi ekonomi dengan prinsip
kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan,
kemandirian serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi
nasional.
Menurut Damanhuri (2009) prinsip efisiensi berkeadilan yang ada dalam ayat
tersebut ditafsirkan:
“…berkaitan dengan faham ekonomi neo-liberal yang mengandung paradigma
“minimum state” dan diselenggarakan dalam konteks pasar kapitalis, yakni
dalam mekanisme redistribusi pendapatan sesuai dengan kontribusinya dalam
proses produksi, sehingga pada akhirnya yang paling diuntungkan adalah para
pemilik modal dengan mengorbankan rakyat banyak yang tidak memiliki
kekuatan modal besar dan tidak ada akses pada sumber-sumber ekonomi
maupun politik. Maka kemiskinan dianggap hanya sebagai resiko persaingan
dan negara sangat dibatasi perannya.”241
Maka dua ayat tambahan pada pasal 33 UUD 1945 tersebut sangat bertentangan
dengan tiga ayat pasal 33 UUD 1945 sebelumnya. Hal ini terlihat bahwa menurut
penafsiran Mubyarto dalam Ismail, Santosa, dan Yustika (2014) di dalam pasal 33
UUD 1945 ayat (1),(2), dan (3) menjelaskan mengenai kedudukan koperasi dalam
239
H. M. Iskandar Soesilo. 2008. Op.cit. Hal 100-105 240
Pasal 33 UUD 1945: (4) Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip-prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional. (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalm Undang-Undang. 241
Didin S. Damanhuri. 2009. Solusi Ekonomi Kerakyatan Berbasis UUD 1945 Sebagai Pioneer Dalam Asean Charter [Artikel]. Lemhanas. Jakarta
70
perekonomian Indonesia yang mana koperasi merupakan soko-guru perekonomian
dan bentuk yang nyata dari usaha bersama.242
Namun dalam kenyataan perkembangan koperasi pada masa reformasi masih
terdapat kerja sama antara pemerintah dengan koperasi untuk meningkatkan
perekonomian, sehingga bukan hanya perkembangan koperasi saja. Hal ini dalam
faham ekonomi politik heterodoks lebih dikenal dengan isitilah Japan Incorporated
yang menjelaskan bahwa terdapat kerja sama yang baik antara wiraswasta (termasuk
koperasi didalamnya) dengan pemerintah dalam rangka merebut pasar dunia dan
meningkatkan perekonomian, sehingga terhindar dari persaingan diantara
keduanya.243
Dapat dilihat perkembangan koperasi pada masa reformasi diantaranya yaitu
pada tahun 2000 dibentuknya lembaga layanan pengembangan bisnis, sentra, dan
cluster usaha, serta modal awal padanan atau pendamping untuk membiayai usaha
mikro dan kecil, dan mengembangkan program pemberian bantuan dana bergulir
dalam bentuk kebijakan kompensasi pengurangan subsidi bahan bakar minyak.
Selanjutnya pada tahun 2002 dikeluarkan Surat Keputusan Menteri Negara
Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah Nomor 129/KEP/M.KUKM/XI/2002
Tentang Pedoman Klasifikasi Koperasi. Program ini atas kerja sama dengan
DEKOPIN untuk menilai koperasi-koperasi yang berprestasi dengan kriteria-kriteria
penilaian yang ditentukan oleh pemerintah seperti sehat organisasi, sehat usaha, dan
sehat mental, yang diharapkan dapat mendorong koperasi lainnya menjadi koperasi
yang berprestasi atau berkembang lebih maju.
Pada tahun 2005 pemerintah mengeluarkan peraturan Menteri Koperasi dan
UKM Nomor 36/Per/M.KUKM/XI/2005 tanggal 23 November 2005 Tentang
Pemberdayaan Koperasi dan UKM (KUKM) tahun 2005-2009.244
Peraturan tersebut
menurut Soesilo (2008) menjelaskan rencana program yang akan dilaksanakan
diantaranya yaitu pertama, menumbuhkan iklim usaha kondusif dengan kegiatan
penyederhanaan izin investasi dan pengembangan sistem pelayanan perizinan satu
pintu, penyempurnaan undang-undang Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
(KUKM), penyederhanaan perizinan dalam bentuk registrasi bagi UKM dan usaha
mikro.
Kedua, memperluas kemampuan koperasi dan UKM untuk akses kepada
sumber-sumber pendanaan dengan berbagai kegiatan antara lain pengembangan
skema kredit untuk modal kerja dan investasi termasuk anjak piutang dan modal
ventura, penyediaan modal awal bagi pengusaha pemula, pengembangan lembaga
242
Munawar Ismail, Dwi Budi Santosa, dan Ahmad Erani Yustika. 2014. Sistem Ekonomi Indonesia: Tafsiran Pancasila dan UUD 1945. Penerbit: Erlangga. Jakarta Hal 6-10 Pasal 33 UUD 1945: (1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan. (2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara. (3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. 243
Didin S. Damanhuri. 2010. Op.cit. Hal 74 244
H. M. Iskandar Soesilo. 2008. Op.cit Hal 139-145
71
keuangan mikro, baik bank maupun non bank termasuk KSP dan lembaga keuangan
mikro lainnya. Pada tahun 2007 program perkuatan modal perusahaan penjaminan
bagi kredit koperasi dan UKM, dan program terpadu pengembangan Kredit Usaha
Rakyat (KUR) yang diresmikan pada tahun 2007 dengan melibatkan bank BRI, BNI,
BSM, BTN, dan Bukopin.245
Selain itu sejak tahun 2007 Kementerian Koperasi dan UKM membentuk
lembaga layanan pemasaran koperasi dan UKM. Lembaga ini bekerja sama dengan
koperasi dan UKM untuk memasarkan produk-produk koperasi maupun UKM
menjadi produk unggulan kelas dunia dan mempromosikan koperasi maupun UKM
kepada mitra usaha lokal dan internasional. Salah satu kegiatanya yaitu Pameran
produk koperasi dan UKM yang selalu diadakan setiap tahunnya.246
Dari uraian
tersebut menunjukan bahwa terbukti perkembangan koperasi pada masa reformasi
mengarah pada perkembangan koperasi faham ekonomi politik heterodoks meskipun
belum sepenuhnya termasuk kedalam faham ekonomi politik heterodoks tersebut.
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan mengenai sejarah perkembangan
koperasi di Indonesia secara garis besar dapat disimpulkan bahwa di dalam
perkembangan koperasi pada masa penjajahan, setelah kemerdekaan sampai tahun
1959, masa orde lama, dan sampai pada masa orde baru masih termasuk kedalam
perkembangan koperasi negara berkembang. Hal ini dikarenakan masih terdapat
koperasi yang dijadikan sebagai alat pemerintah, meskipun selama masa penjajahan
sampai masa orde baru terdapat koperasi yang dibentuk dan dikembangkan oleh
masyarakat.
Selanjutnya memasuki tahun 2000an pada masa reformasi sudah tidak terdapat
peran pemerintah yang dominan dalam perkembangan koperasi atau sudah tidak
terdapat koperasi yang dijadikan sebagai alat pemerintah, tetapi peran pemerintah
hanya sebagai regulator dan memberikan bantuan tidak langsung kepada koperasi.
Selain itu pada masa reformasi terdapat perkembangan koperasi yang mengarah pada
perkembangan koperasi faham ekonomi politik heterodoks, tetapi tidak sepenuhnya
termasuk kedalam faham ekonomi politik heterodoks tersebut.
Perbandingan Perkembangan Koperasi
Berdasarkan hasil dari pembahasan sebelumnya mengenai sejarah
perkembangan koperasi dari masing-masing negara yaitu Indonesia, Swedia, Amerika
Serikat, dan Korea Selatan dalam bentuk kesimpulan akan dibandingkan pada tabel 8
berikut:
245
Ibid. 246
Produk Lokal Go International. AKSES, Edisi-24 Maret 2013. Hal 22-23
72
Tabel 8 Perbandingan Perkembangan Koperasi di Indonesia, Swedia, Amerika
Serikat, dan Korea Selatan
Uraian Indonesia Swedia Amerika
Serikat
Korea Selatan
1. Pembentukan
Koperasi dan
pertumbuhan
Koperasi
1. Terdapat koperasi
yang dibentuk
berdasarkan inisiatif
masyarakat atau
pergerakan nasional
sampai sekarang
2. Terdapat peran
pemerintah yang
dominan
mengintervensi
langsung koperasi
3. Terdapat peran
pemerintah yang
mendorong
pertumbuhan
koperasi
1. Koperasi
dibentuk
murni
berdasrakan
inisiatif
masyarakat
atau organisasi
masyarakat
1. Koperasi
dibentuk
berdasarkan
inisiatif
masyarakat
1. Pada awalnya
sebagian koperasi
dibentuk
berdasrakan inisiatif
masyarakat, dan
sebagian
berdasarkan peran
pemerintah
2. Memasuki tahun
1980an masa
pemerintaha
demokrasi koperasi
dibentuk murni
berdasarkan inisiatif
masyarakat
2. Berdasarkan
Teori Ekonomi
politik
Perkembangan
koperasi dari masa
penjajahan sampai
masa orde baru
termasuk kedalam
perkembangan
koperasi negara
berkembang,
kemudian pada masa
reformasi mengarah
pada perkembangan
koperasi faham
ekonomi politik
heterodoks.
Perkembangan
koperasi
sebagian besar
termasuk
kedalam
faham
ekonomi
politik sosial-
demokrat, dan
hanya sedikit
termasuk
kedalam
faham
ekonomi
politik liberal
Perkembang
an koperasi
sepenuhnya
termasuk
kedalam
faham
ekonomi
politik
liberal
Perkembangan
koperasi dari masa
penjajahan sampai
tahun 1980an
termasuk kedalam
perkembangan
koperasi negara
berkembang,
kemudian sejak
tahun 1980an
sebagian besar
perkembangan
koperasi termasuk
kedalam faham
ekonomi politik
heterodoks, dan
hanya sedikit
termasuk kedalam
faham ekonomi
politik liberal
73
Uraian Indonesia Swedia Amerika
Serikat
Korea Selatan
3. Peran koperasi
dalam struktur
perekonomian
1. Sebagai alat
politik dan
kebijakan
program
pemerintah
2. Sebagai alat
mencapai
kesejahteraan
masyarakat
kelas sosial
rendah
3. Secara
normatif
ditafsirkan
sebagai soko-
guru
perekonomian
nasional
1. Sebagai alat
pemenuhan
pemerataan
kesejahteraan
nasional
2. Sebagai alat
masyarakat,
swasta
maupun
pemerintah
atau type
middle way
melawan
monopoli
1. Sebagai alat
untuk bersaing
dalam
liberalisme
2. Sebagai alat
masyarakat
untuk
meningkatkan
ekonomi
sosial
3. Sebagai alat
reaksi dari
monopoli atau
ekses
kapitalisme
(check and
balances)
1. Sebagai alat
politik dan
kebijakan program
pemerintah
2. Sebagai alat
mencapai
kesejateraan
masyarakat kelas
sosial rendah
3. Sebagai alat
untuk bersaing
dalam liberalisme
4. Peran pemerintah
atau negara
terhadap koperasi
1. Sejak tahun
1945 sampai
masa orde baru
melakukan
intervensi
langsung,
mengontrol,
mengendalikan
koperasi, dan
menjadikan
koperasi sebagai
alat pemerintah
2. Memasuki
masa reformasi
hanya sebagai
regulator dan
pembinaan atau
bantuan teknis
mendorong
pertumbuhan
koperasi, tidak
lagi menjadikan
koperasi sebagai
alat pemerintah
1. Dari awal
perkembangan
koperasi
pemerintah
tidak
mengendalika
n dan
mengontrol
koperasi,
hanya sebagai
regulator
1. Pemerintah
hanya
memberikan
bantuan teknis
tidak
langsung,
serta sebagai
regulator
1. Sejak tahun
1945 sampai akhir
masa
pemerintahan
militer tahun
1980an
pemerintah
melakukan
intervensi
langsung,
mengendalikan,
mengontrol, dan
menjadikan
koperasi sebagai
alat pemerintah
2. Setelah tahun
1980an masa
demokrasi
pemerintah hanya
memberikan
bantuan teknis
tidak langsung,
dan sebagai
regulator
74
Karakteristik Koperasi Di Indonesia, Dibandingkan Dengan Swedia, Amerika
Serikat, dan Korea Selatan
ICA (International Cooperative Alliance) adalah lembaga gerakan koperasi di
dunia. Karakteristik koperasi secara umum telah diatur oleh ICA dari sejak awal
berdirinya lembaga ini, dan sebagian besar negara di dunia yang terdapat koperasi
merupakan anggota atau bagian dari lembaga tersebut. Karakter koperasi di setiap
negara berlandaskan pada karakter koperasi yang telah ditentukan oleh ICA seperti
definisi dan prinsip dasar koperasi. Akan tetapi terdapat beberapa negara yang juga
memiliki tambahan landasan koperasinya sendiri bahkan memiliki undang-undang
koperasi, karena disesuaikan dengan kondisi dari koperasi di masing-masing negara.
Dalam penelitian mengenai karakteristik koperasi ini akan membahas karakteristik
termasuk nilai-nilai dan prinsip koperasi serta budaya atau kultur yang berkembang
dan dipraktikan dalam perkembangan koperasi disetiap negara.
Definisi koperasi sendiri berdasarkan kesepakatan pada Kongres ICA di Inggris
tahun 1995 adalah sebagai “perkumpulan otonom dari orang-orang yang bersatu
secara sukarela untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan dimiliki bersama dan
dikendalikan secara demokratis”. Kemudian ICA menjelaskan bahwa koperasi
bekerja berdasarkan nilai-nilai organisasi yang terdiri dari (i) menolong diri sendiri,
(ii) tanggung jawab sendiri, (iii) demokratis, (iv) persamaan, (v) keadilan, (vi)
kesetiakawanan, dan nilai etis yang terdiri dari (a) kejujuran, (b) tanggung jawab
sosial, (c) kepedulian terhadap orang lain. Selanjutnya prinsip-prinsip koperasi
diartikan sebagai landasan kerja koperasi dalam melakukan kegiatan organisasi dan
bisnis, dan merupakan ciri khas serta jati diri koperasi yang membedakannya dari
perusahaan non-koperasi.
Dalam perkembangannya prinsip koperasi terus mengalami perubahan dari
tahun ke tahun hingga saat ini, hal ini dikarenakan menyesuaikan dengan kondisi
ekonomi politik yang berkembang. Perkembangan prinsip-prinsip koperasi tersebut
diantaranya yaitu prinsip pertama yang dikenal sebagai prinsip Rochdale pada tahun
1844 tentang cara-cara bekerja bagi koperasi konsumsi, menurut Prof. Coole dalam
Soesilo (2008) dalam bukunya “A Century Of Cooperative” terdiri dari delapan
prinsip diantaranya (i) Democratic Control; (ii) Open Membership; (iii) Fix or limited
interest on capital; (iv) Distribution of surplus in dividend to members in proportion
to their purchase; (v) Trading strictly on a cash basis; (vi) Selling inly pure and
unadultered goods; (vii) Providing for the education of the members, the board, and
the staff; dan (viii) Political and religious neutrality.
Memasuki tahun 1860 terdapat prinsip koperasi kredit model Raiffesien yang
terdiri dari lima prinsip. Lima prinsip tersebut diantaranya (i) Keanggotaan terbuka
bagi siapa saja; (ii) Perlu ikut sertanya orang kecil, terutama petani kecil atas dasar
saling mempercayai; (iii) Seorang anggota mempunyai hak suara satu; (iv) Tidak ada
pemberian jasa modal; dan (v) Tidak ada pembagian keuntungan, sisa hasil usaha
masuk ke dalam cadangan.
75
Pada kongres ICA di London tahun 1934 komisi khusus yang dibentuk ICA
untuk mengkaji prinsip-prinsip koperasi menyimpulkan dari delapan prinsip Rochdale
bahwa tujuh diantaranya sebagai asas pokok, kecuali “Selling only pure and
unadultered goods”. Dalam perkembangannya tidak semua negara dengan ketujuh
prinsip tersebut terutama terhadap tiga butir rumusan yaitu netral di bidang politik
dan agama, tata niaga dijalankan secara tunai, dan mengadakan pendidikan bagi
anggota, pengurus, pengawas, dan staf, bahkan banyak negara yang berbeda
pandangan dengan hal tersebut. Maka penerapan prinsip-prinsip koperasi memang
disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing koperasi disetiap negara, sehingga
terdapat berbagai macam prinsip koperasi pada saat itu.
Tahun 1937 pada kongres ICA di Paris bahwa dari tujuh yang disepakati
sebelumnya empat yang pertama ditetapkan sebagai prinsip ICA sendiri. Empat
prinsip tersebut diantaranya (i) Keanggotaan bersifat sukarela; (ii) Pengendalian
secara demokratis; (iii) pembagian sisa hasil usaha sebanding dengan partisipasi
anggota; dan (iv) pembatasan bunga atas modal. Kemudian pada tahun 1948 pada
kongres ICA di Praha menetapkan di dalam anggaran dasarnya bahwa suatu koperasi
di suatu negara dapat menjadi anggota lembaga tersebut apabila koperasi yang ada di
negara tersebut mempunyai tujuh prinsip ICA atau tujuh prinsip Rochdale yang
disepakati pada Kongres ICA tahun 1934 di London, tetapi salah satu prinsipnya
yaitu netral di bidang politik dan agama menjadi tidak diwajibkan.
Pada tahun 1966 pada kongres ICA di Wina prinsip koperasi berkembang dan
memutuskan menjadi enam prinsip koperasi. Enam prinsip tersebut diantaranya (i)
Keanggotaan yang terbuka dan sukarela; (ii) Pengelolaan yang demokratis; (iii)
pembagian sisa hasil usaha kepada anggota sesuai partisipasi usahanya; (iv)
pembatasan bunga atas modal; (v) penyelenggaraan pendidikan bagi anggota,
pengurus, pengawas, dan staf; dan (vi) kerja sama antar koperasi. Terakhir pada
kongres ICA di Manchester tahun 1995 merumuskan pernyataan tentang jati diri
koperasi dan menyempurnakan prinsip koperasi menjadi enam prinsip diantaranya (i)
keanggotaan sukarea dan terbuka, (ii) pengendalian oleh anggota-anggota secara
demokratis, (iii) partisipasi ekonomi anggota, (iv) otonomi dan kebebasan, (v)
pendidikan, pelatihan dan informasi, (vi) kerja sama diantara koperasi-koperasi, (vii)
kepedulian terhadap komunitas.
Dari perkembangan prinsip-prinsip koperasi yang telah dijelaskan diatas
menunjukan bahwa adanya perbedaan prinsip koperasi baik yang berkembang
maupun yang diterapkan disetiap negara. Selanjutnya akan dibahas karakteristik
koperasi yang diterapkan dalam perkembangan koperasi di Amerika Serikat, Swedia,
Korea Selatan, dan Indonesia. Kesimpulan dari setiap bahasan akan dijadikan bahan
untuk perbandingan mengenai karakteristik koperasi di empat negara tersebut.
Berikut karakteristik koperasi di negara Indonesia, Swedia, Amerika Serikat, dan
Korea Selatan.
76
Amerika Serikat
Karakteristik koperasi yang diterapkan di Amerika Serikat dalam perkembangan
koperasi mengikuti perkembangan prinsip yang ditetapkan dari International
Cooperative Alliance (ICA) sebagai koperasi yang mana koperasi-koperasi di
Amerika Serikat menjadi bagian atau anggotanya. Selain itu Amerika Serikat sebagai
negara yang menjalankan faham ekonomi politik liberal menjelaskan bahwa
perekonomian negara dijalankan berdasarkan pada mekanisme pasar atau persaingan
bebas yang dapat mendorong untuk mencari keuntungan pribadi (profit oriented). Hal
ini dapat menyebabkan terjadinya persaingan antara individu atau antara kelas dari
setiap pelaku ekonomi.247
Kemudian menurut Caporaso dan Levine (2008) untuk mengatasi konflik
persaingan tersebut dengan membentuk perkumpulan seperti serikat pekerja dan
koperasi248
, karena koperasi sebagai perkumpulan yang saling bekerja sama
menjalankan usaha untuk meningkatkan kesejahteraan.249
Dengan demikian
karakteristik koperasi yang diterapkan dalam menjalankan usahanya berdasarkan
kerja sama yakni seperti prinsip yang ditetapkan International Cooperative Alliance
(ICA). Hal tersebut dapat dilihat dalam perkembangan koperasi di Amerika Serikat
diantaranya yaitu Pada tahun 1892 dibentuk perkumpulan koperasi konsumen oleh
serikat pekerja yang bernama The First Workingmen’s Protective Union.
Selanjutnya perkumpulan koperasi konsumen ini mulai tumbuh dan
dioperasikan sesuai dengan prinsip Rochdale untuk menjalankan usaha atau program
pembelian masal atau jumlah yang besar untuk kebutuhan anggotanya di Boston
dalam mengatasi masalah sosial yang dialami anggotanya. Namun menurut Burley
(1939) dalam perkembangannya praktek bisnis koperasi ini buruk dan terdapat
kesenjangan yang melebar di antara partisipasi anggota terhadap The First
Workingmen’s Protective Union. Hal ini disebabkan karena terdapat anggota yang
hanya mengejar keuntungan atau mengarah pada profit oriented, dan tidak lagi
menjalankan prinsip kerja sama dan tolong menolong Rochdale di dalam
perkumpulannya.250
Kemudian pada pertengahan abad ke-19 setelah terjadinya perang saudara
antara petani di utara dan di selatan Amerika Serikat menyebabkan hancurnya kondisi
pertanian pada tahun 1867. Akhirnya para petani tersebut mendapat dukungan dari
“cooperation in all things” yaitu orde pembina peternakan yang dikenal sebagai
Grange yang dibentuk oleh Oliver Hudson Kelley untuk memperbaiki kondisi
pertanian yang hancur. Grange adalah organisasi yang mempromosikan
pengembangan koperasi dan berusaha untuk menghilangkan biaya terkait dengan
tengkulak dengan membawa petani dan produsen dengan konsumen dalam hubungan
yang langsung.
247
Didin. S. Damanhuri. 2010. Op.cit. 15-16 248
James A. Caporaso & David P. Levine. 2008. Op.cit. 68-122 249
H.M. Iskandar Soesilo. 2008. Op.cit. Hal 3 250 Orin E. Burley. 1939. Op.cit. Hal 65-90
77
Pada tahun 1875 setelah mengumpulkan informasi tentang koperasi Eropa
melalui wakilnya di Eropa, akhirnya Grange menerapkan prinsip Rochdale dan
berusaha membangun koperasi dalam bentuk pemasaran pertanian, koperasi pembeli,
dan toko-toko koperasi untuk barang konsumsi, selanjutnya diversifikasi ke dalam
banyak kegiatan bisnis. Tetapi pada tahun 1880 Grange mengalami penurunan dalam
usahanya. Hal ini terjadi karena adanya praktik bisnis yang buruk, tidak menjalankan
kembali prinsip Rochdale, sehingga kurangnya partisipasi anggota.251
Pada tahun 1875 terdapat organisasi lain yang dibentuk untuk mengembangkan
koperasi pertanian yaitu The Farmers’ Alliance. Organisasi ini aktif di negara-negara
bagian selatan Amerika Serikat yang mana melakukan kegiatan penggunaan hak
gadai tanaman yang dibuat hutang secara terus menerus bagi banyak petani penyewa
kecil dan petani penggarap. Namun dalam perkembangannya organisasi koperasi ini
terbagi menjadi dua. Hal ini terjadi menurut Reynolds (2002) karena tidak
diterapkannya prinsip kerja sama, sehingga terdapat praktik diskriminasi rasial yang
menyulitkan petani hitam untuk berpartisipasi di dalam organisasi tersebut.252
Pada akhir abad ke-19 juga terdapat organisasi lain seperti organisasi Knights
Labour dan the Sovereigns of Industry yang mengembangkan koperasi toko untuk
kebutuhan anggotanya dan berhasil menerapkan prinsip Rochdale untuk
mengoperasikan toko-tokonya. Selain itu banyak juga koperasi ritel yang
dikembangkan secara mandiri untuk memenuhi kebutuhan anggotanya. Koperasi-
koperasi ini berhasil menerapkan prinsip kerja sama dan menjadi koperasi serupa
grosir.253
Selain itu terdapat koperasi yang melaksanakan prinsip koperasi “kepedulian
terhadap komunitas”, diantaranya yaitu tahun 1968 koperasi Sunkist Growers
mendirikan Special Olympic sebagai sarana kegiatan sosial. Special Olympic
merupakan organisasi nirlaba internasional yang bertujuan untuk memberdayakan
orang-orang yang terbelakang agar menjadi sehat dan produktif. Maka lembaga ini
menyelenggarakan kegiatan olimpiade olah raga bagi orang-orang terbelakang
tersebut, dan telah menjadi wadah bagi semua orang terbelakang di dunia tanpa
memandang ras, agama, dan suku serta budaya. Kegiatan Olimpiade masih
berlangsung sampai saat ini yang melibatkan 2,5 juta orang baik dewasa maupun
anak-anak yang terbelakang dari lebih 170 negara.254
Selanjutnya koperasi Land O’Lakes mendirikan yayasan yang bertujuan untuk
memperbaiki kualitas kehidupan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat
pedesaan dengan memberikan sumbangan. Bentuk sumbangan tersebut yaitu
sumberdaya untuk mengembangkan dan memperkuat lembaga atau organisasi yang
aktif dalam pemberian layanan kemanusiaan, pendidikan dan pembinaan pemuda
serta kesenian. Kemudian untuk menjamin kebutuhan masyarakat agar dapat
251 Henry H. Bakken dan Marvin A. Scharrs. 1937. Op.cit. Hal 524-526 252 Bruce J. Reynolds. 2002. Op.cit. Hal 2-16 253
Florence Parker. 1956. Op.cit. Hal 3-35 254
Djabaruddin Djohan. 2009. Op.cit. Hal 26
78
terpenuhi, yayasan mempunyai program bantuan yang diberikan melalui 1 100
koperasi anggotanya.255
Dari uraian tersebut menunjukan bahwa dalam perkembangan koperasi di
Amerika Serikat tidak semua koperasi menerapkan karakteristik koperasi dengan
baik. Tetapi terdapat sebagian yang berhasil menerapkan karakteristik koperasi
dengan baik. Hilangnya atau tidak diterapkannya prinsip koperasi di negara maju
Amerika Serikat menurut Soetrisno (2001) bahwa disebabkan kemajuan bisnis yang
dijalankan koperasi semakin besar dan lebih berorientasi pada persaingan bisnis.256
Maka dapat disimpulkan bahwa karakteristik koperasi yang diterapkan pada koperasi
di Amerika Serikat sepenuhnya termasuk kedalam faham ekonomi politik liberal.
Swedia
Karakteristik koperasi yang diterapkan di Swedia dalam perkembangan koperasi
mengikuti perkembangan prinsip yang ditetapkan dari International Cooperative
Alliance (ICA) sebagai koperasi yang mana koperasi-koperasi di Swedia menjadi
bagian atau anggotanya. Selain itu Swedia sebagai negara yang menjalankan faham
ekonomi politik sosial-demokrat menjelaskan bahwa perekonomian negara dijalankan
berdasarkan pada pemerataan atau model negara kesejahteraan (welfare state model),
dan tidak menghilangkan mekanisme pasar atau persaingan bebas dalam
perekonomian tetapi adanya intervensi yang tinggi terhadap perekonomian tersebut
agar tercipta kesejahteraan. Dengan demikian persaingan antara individu atau antara
kelas dari setiap pelaku ekonomi masih tetap ada.257
Kemudian menurut Caporaso dan Levine (2008) untuk mengatasi persaingan
tersebut atau melawan kelas kapitalis dalam perasingan bebas dengan membentuk
perkumpulan seperti serikat pekerja dan koperasi258
, karena koperasi sebagai
instrumen masyarakat yang bekerja sama untuk meningkatkan kesejahteraan.259
Dengan demikian karakteristik koperasi yang diterapkan dalam menjalankan
usahanya berdasarkan kerja sama yakni seperti prinsip yang ditetapkan International
Cooperative Alliance (ICA).
Hal tersebut dapat dilihat dalam perkembangan koperasi di Swedia diantaranya
yaitu pada pertengahan abad ke-19 awalnya berbagai asosiasi koperasi di Swedia
tidak ada yang bekerja sama seperti yang terjadi pada tahun 1873 Association
Housing Cooperative yang dibentuk oleh para pekerja atau buruh menjalankan
usahanya dengan menggunakan tabungannya dan modal pinjaman. Kemudian
asosiasi ini berhasil memulai kegiatannya dengan membangun rumah-rumah. Namun
dalam perkembangannya tidak berlangsung lama asosiasi ini mengalami
permasalahan modal karena tidak mampu bersaing dengan swasta. Akhirnya diambil
255
Ibid. Hal 35 256
Noer Soetrisno. 2001. Op.cit. Hal 19-24 257
Didin. S. Damanhuri. 2010. Op.cit. 25-27, 49 258
James A. Caporaso & David P. Levine. 2008. Op.cit. 68-122 259
H.M. Iskandar Soesilo. 2008. Op.cit. Hal 3
79
alih oleh perusahaan kontraktor swasta, dan anggota-anggota asosiasi ini mengalami
kerugian yang besar.260
Sejak saat itu pada pergantian abad atau akhir abad ke-19 banyak asosiasi yang
mulai berkolaborasi atau bekerja sama. Seperti pada tahun 1895 dibentuk organisasi-
organisasi nasional yang disebut the Swedish Cooperative Union and Wholesale
Society atau Kooperativa Förbundet (KF) oleh 200 organisasi yang bekerja sama
salah satunya yaitu the Nonconformist (“free”) Chruch movement, the temperance
movement, the farmers’ movement and the political (Sosial Demokratik), dan trade
union branches of the labour movement.
KF adalah asosiasi nasional koperasi konsumen pertama yang dibentuk di
Swedia karena orang-orang yang ada di perusahaan kecil di kota dan pekerja
pertanian membutuhkan makanan dan pakaian yang sulit untuk mendapatkan barang-
barang ini di daerah pedesaan dan mereka banyak yang terlilit hutang kepada
pedagang grosir, dan dalam menjalankan usaha KF menerapkan prinsip-prinsip kerja
sama Rochdale.261
Maka sampai dekade 1980an KF masih melakukan perlawanan
terhadap swasta, bahkan KF industrial companies group memegang 21%
perdagangan barang kebutuhan sehari-hari, dan 11% perdagangan produk khusus di
Swedia. Selain itu memiliki pangsa pasar 13% dari seluruh industri makanan
Swedia.262
Selanjutnya pada tahun 1979 the Federation of Swedish Farmers’ atau
Lantbrukarnas Riksförbund (LRF) yang merupakan organisasi pusat koperasi antara
serikat buruh dan kegiatan ekonomi petani menetapkan ideologi koperasi pertanian
yang tercantum di dalam program aksi LRF yang digunakan pada tahun 1979.
Prinsip-prinsip ideologi tersebut mengikuti prinsip-prinsip yang disetujui oleh
International Cooperatives Alliance (ICA). Tetapi terdapat beberapa prinsip yang
disesuaikan dengan sifat koperasi pertanian di Swedia, yaitu terutama prinsip dasar
berikut: “manfaat lembaga dari modal saham harus diteruskan kepada anggota dalam
bentuk pembayaran lebih tinggi untuk produk dan harga yang lebih rendah dan itu
sebagai syarat.
Jika bunga yang dibayar atas modal saham, maka jumlahnya harus dibatasi”,
dan “Harga harus didasarkan pada aturan harga yang sama untuk kinerja yang sama.
Surplus yang didapat dari operasional lembaga memiliki manfaat untuk anggota
dengan member keuntungan anggota lainnya”.263
Menurut Ake (1988) bahwa di
berbagai macam atau cabang gerakan koperasi Swedia, prinsip-prinsip koperasi
secara fundamental diterapkan dengan cara-cara yang berbeda sesuai dari sifat
perusahaan koperasi. Tetapi prinsip utama gerakan koperasi Swedia adalah prinsip-
prinsip koperasi International Cooperative Alliance (ICA).264
260 Sven Ake. 1988. Op.cit. Hal 3 261
Pernilla Jonsson. 2006. Loc.cit. 262
Sven Ake. 1988. Op.cit. Hal 3 263
Ibid. Hal 2 264
Ibid. Hal 1
80
Selain itu terdapat koperasi yang melaksanakan prinsip koperasi “kepedulian
terhadap komunitas”, yaitu koperasi Kooperativa Fõrbundet (KF) dalam masalah
lingkungan yang diakibatkan oleh perubahan iklim seperti akibat penggunaan energi
yang berlebihan dan penggundulan hutan. Hal ini mendorong untuk mengganti bahan
bakar fosil untuk transportasi, tenaga listrik, dan alat pemanas dengan produk dan
jasa yang bebas dari carbon dioxide. Maka untuk mengatasinya KF bersama
koperasi-koperasi anggotanya sejak tahun 2000 menyepakati dan menetapkan untuk
mengurangi emisi minimal 30% sampai tahun 2020, minimal 50% sampai tahun 2050
dalam proses produksinya dan menggantikan alat pengangkutan barang-barang yaitu
truk dengan kereta api.
Kemudian sejak tahun 1990an juga KF terus meningkatkan pemasaran produk-
produk organik, sehingga pada tahun 2007 KF telah memasarkan 44% produk
organik di Swedia.265
Dari uraian tersebut menunjukan bahwa dalam perkembangan
koperasi di Swedia terdapat sedikit atau sebagian kecil pada pertengahan abad ke-19
yang tidak berhasil menerapkan karakteristik koperasi dengan baik. Tetapi sejak
pergantian abad menuju abad ke-20 koperasi berhasil menerapkan karakteristik
koperasi dengan baik. Dapat disimpulkan bahwa karakteristik koperasi yang
diterapkan pada koperasi di Swedia sebagian besar termasuk kedalam faham ekonomi
politik sosial demokrat.
Korea Selatan
Karakteristik koperasi yang diterapkan di Korea Selatan dalam perkembangan
koperasi mengikuti perkembangan prinsip yang ditetapkan dari International
Cooperative Alliance (ICA) sebagai koperasi yang mana koperasi-koperasi di Korea
Selatan menjadi bagian atau anggotanya. Selain itu Korea Selatan sebagai negara
yang menjalankan faham ekonomi politik heterodoks menjelaskan bahwa
perekonomian negara tidak sepenuhnya dijalankan berdasarkan pada mekanisme
pasar atau persaingan bebas, tetapi disesuaikan dengan yang berkembang dinegaranya
dan tidak menghilangkan struktur sosial maupun budaya.266
Kemudian struktur sosial maupun budaya tersebut dijadikan sebagai kekuatan
dalam pembangunan perekonomian.267
Maka struktur sosial maupun budaya yang
berkembang dapat mempengaruhi dalam perkembangan koperasi, termasuk dalam
penerapan karakteristik koperasi. Hal tersebut dapat dilihat dalam perkembangan
koperasi di Korea Selatan diantaranya yaitu pada masa Dinasti Chosun terdapat
lembaga kerja sama tradisional Hyangyak yang menjalankan usaha yang mengarah
pada solidaritas dan saling membantu dalam hubungan sosial yang timbal balik
seperti yang tercantum dalam ajaran pemikiran Konfusianisme.
Pada tahun 1907 dibentuk koperasi keuangan oleh pemerintah Jepang. Peran
koperasi ini adalah untuk memberikan pinjaman non-agunan kepada sebagian besar
265
Djabaruddin Djohan. 2009. Op.cit. Hal 121 266
Didin. S. Damanhuri. 2010. Op.cit. 61-63 267
H.M. Iskandar Soesilo. 2008. Op.cit. Hal 3
81
petani penyewa lahan dan pemilik lahan, dan agar dapat meningkatkan produksi dan
mengurangi ketergantungan kepada rentenir lokal. Namun peraturan koperasi
keuangan yang pada awalnya menerapkan kepada anggotanya untuk membentuk
majelis umum dan adanya voting umum, akhirnya dibatasi bahkan dihapuskan oleh
pemerintah Jepang.
Selanjutnya pada tahun 1921 dibentuk koperasi konsumen The Chosun Labor
Mutual Community bertujuan melindungi para pekerja atau buruh dari kelaparan dan
menyediakan barang-barang kebutuhan dasar melalui koperasi konsumen. Akhirnya
The Chosun Labor Mutual Community mempromosikan untuk membuka cabang-
cabang koperasi konsumen di kota-kota Korea lainnya, tetapi cabang koperasi ini
tidak berlangsung lama karena masalah internal seperti yang terjadi di daerah Mokpo
yang mana koperasi konsumen disana dibentuk oleh orang-orang kaya lokal yang
melakukan operasi koperasinya tidak secara demokratis atau adanya diskriminasi
terhadap orang-orang miskin dan didominasi oleh orang-orang kaya tersebut.268
Pada tahun 1961 pemerintah menganjurkan koperasi pertanian digabungkan
dengan bank pertanian menjadi organisasi pertanian serbaguna, sehingga dibentuk
National Agricultural Cooperative Federation (NACF). Usaha NACF diantaranya
yaitu memberikan pinjaman kepada koperasi pertanian desa, mendistribusikan pupuk,
menyediakan jasa keuangan seperti kredit, asuransi dan konsultasi manajemen.
Namun menurut Battilani dan Schröter (2012) dengan terintegrasinya NACF
dengan pemerintah melalui program yang diberikan pemerintah menyebabkan
hilangnya demokrasi anggota dan kemandirian koperasi dari prinsip-prinsip dasar
koperasi ICA, bahkan dalam pemilihan pemimpin koperasi NACF tidak berdasarkan
demokrasi tetapi dipilih langsung oleh Presiden, sehingga NACF bukan perusahaan
koperasi sepenuhnya yang otonom.
Selanjutnya pada tahun 1960 dibentuk koperasi kredit yang menerapkan prinsip
koperasi modern seperti persyaratan likuiditas dengan prinsip Gye. Gye adalah
ungkapan dalam tradisi masyarakat Korea yang berarti saling membantu (ajaran
budaya Konfusianisme). Bahkan menurut Battilani dan Schröter (2012) tradsi Gye ada
dalam ikatan filsafat Raffeisen yang dikenal sebagai anggota koperasi kredit harus
memiliki hubungan sosial melalui agama atau residensi, dan hanya dalam ikatan ini
keanggotaan harus terbuka untuk semua.269
Pada tahun 1970 koperasi kredit Saemaul dijalankan berdasarkan pada
perjanjian tradisi saling mendukung, dan berdasarkan pada saling membantu dan
timbal balik antara orang desa dengan tetangganya (ajaran budaya Konfusianisme).
Koperasi kredit masyarakat Saemaul didefinisikan sebagai koperasi keuangan yang
memberikan kontribusi untuk pengembangan masyarakat serta bangsa melalui bisnis
keuangan, termasuk tabungan, kredit, asuransi, dan budaya kerja sejahtera, proyek
pengembangan masyarakat yang berdasarkan pada prinsip koperasi dan mewarisi
268
Ibid. Hal 86-88 269
Patrizia Battilani dan Harm G. Schröter. 2012. Op.cit. Hal 88-98
82
semangat masyarakat tradisional yang berasal dari sistem koperasi Korea seperti Gye,
Hyangyak, dan Dure (ajaran budaya Konfusianisme).270
Selain itu terdapat koperasi yang melaksanakan prinsip koperasi “kepedulian
terhadap komunitas”, yaitu koperasi National Agricultural Cooperative Federation
(NACF) yang melakukan kegiatan sosial pada aspek kemasyarakatan dan lingkungan.
Pada aspek kemasyarakatan, NACF telah melaksanakan kampanye bagi kemakmuran
bersama kota-kota dan desa-desa pertanian melalui perbaikan kualitas hidup orang-
orang kota dan para petani, dan menjadikan desa-desa pertanian sebagai tempat yang
nyaman untuk dihuni.
NACF juga melakukan kegiatan yang bertujuan memelihara budaya lokal yaitu
program „Menemukan Akar” yang mana orang-orang dapat menelusuri peninggalan
sejarah bangsa Korea Selatan. NACF juga menjadi sponsor dalam beberapa kegiatan
tradisional seperti pesta gingseng, pesta padi, dan pesta lada merah.271
Kemudian
pada aspek lingkungan, NACF membantu mengembangkan pertanian yang ramah
lingkungan dengan mendukung kelompok-kelompok pertanian koperasi dalam
memproduksi hasil pertanian yang ramah lingkungan, dengan mengembangkan
teknologi pertanian dan dengan memberikan pelayanan pendidikan, pelatihan kepada
petani dan konsumen.
NACF juga memberikan bimbingan manajemen berbasis komputer terhadap
kelompok-kelompok pertanian koperasi. Selain itu NACF bekerja sama dengan
Pelaksana Pembangunan Pedesaan melaksanakan proyek perintisan untuk sistem
produk ternak organik dan sarana pertanian yang ramah lingkungan.272
Dari uraian
tersebut menunjukan bahwa dalam perkembangan koperasi di Korea Selatan terdapat
sebagian yang tidak menerapkan karakteristik koperasi dengan baik. Tetapi terdapat
sebagian koperasi yang menerapkan karakteristik koperasi dengan baik, dan
menerapkan budaya di dalam koperasi. Dapat disimpulkan bahwa karakteristik
koperasi yang diterapkan pada koperasi di Korea Selatan sebagian termasuk kedalam
faham ekonomi politik heterodoks.
Indonesia
Karakteristik koperasi yang diterapkan di Indonesia dalam perkembangan
koperasi mengikuti perkembangan prinsip yang ditetapkan dari International
Cooperative Alliance (ICA) sebagai koperasi yang mana koperasi-koperasi di
Indonesia menjadi bagian atau anggotanya. Selain itu di dalam konstitusi Indonesia
yaitu Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 diantaranya pada pasal 33 ayat (1)(2) dan
(3), pasal 34, dan pasal 27 ayat (2)273
, yang mana pasal-pasal tersebut menjelaskan
270
Ibid. Hal 6-9 271
Djabaruddin Djohan. 2009. Profil Koperasi-Koperasi Kelas Dunia. Penerbit LSP2I-ADOPKOP INDONESIA: Jakarta. Hal 6 272
Ibid. 273 Pasal 33 UUD 1945: (1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan. (2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai hajat
83
model pembangunan Indonesia disusun berdasarkan asas kekeluargaan yang
disesuaikan dengan budaya gotong royong, dan peran pemerintah atau negara dalam
suatu perekonomian bertujuan untuk menyejahterakan rakyat.274
Kemudian struktur
sosial maupun budaya tersebut dijadikan sebagai kekuatan dalam pembangunan
perekonomian.275
Maka struktur sosial maupun budaya yang diatur di dalam konstitusi tersebut
dapat berkembang dan mempengaruhi dalam perkembangan koperasi, termasuk
dalam penerapan karakteristik koperasi. Hal tersebut dapat dilihat dalam
perkembangan koperasi di Indonesia diantarnya yaitu di dalam Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 1967 Tentang Pokok-Pokok Perkoperasian dan Undang-Undang
Nomor 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian mengatur sendi dasar, dan nilai-nilai
koperasi yang berdasarkan pada budaya Indonesia yaitu gotong royong,
kekeluargaan, dan kebersamaan. Selanjutnya pada Kongres Koperasi yang ke-1 di
Tasikmalaya tahun 1947 menyepakati dan menetapkan asas gotong royong menjadi
prinsip dasar setiap koperasi, dan kemakmuran rakyat harus dipenuhi sesuai dengan
UUD 1945 Pasal 33 dengan koperasi sebagai salah satu alat pelaksananya.276
Pada masa orde lama yaitu dalam Musyawarah Nasional Koperasi (Munaskop)
di Surabaya tahun 1961 terdapat beberapa keputusan diantaranya yaitu “koperasi
ditetapkan sebagai alat demokrasi terpimpin”. Selain itu pada tahun 1965 saat
dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1965 tentang Perkoperasian yang
secara garis besar menyatakan koperasi merupakan organisasi ekonomi dan alat
revolusi berdasarkan nasionalis sosialis komunis.277
Pada awal masa reformasi
pemerintah melaksanakan program kredit usha tani (KUT) yang telah dilaksanakan
pada masa orde baru kembali ditingkatkan.
Hal ini dilakukan untuk mengatasi masalah kemarau panjang pada saat krisis
sampai akhir tahun 1998 yang mengakibatkan penurunan produksi beras maupun
modal para petani yang terpaksa dipakai untuk memenuhi kebutuhan konsumsi
selama musim kemarau tersebut. KUT yang diberikan kepada para petani
dimanfaatkan untuk pengadaan sarana produksi pertanian. Kemudian KUD dan
kelompok tani dilibatkan dalam menyalurkan KUT kepada petani dengan bantuan
pemerintah. Agar KUT dapat tersalurkan ke seluruh daerah maka pemerintah
hidup orang banyak dikuasai oleh negara. (3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Pasal 27 UUD 1945: (2) Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Pasal 34 UUD 1945: (1) Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara. (2) Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan. (3) Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak. 274
Munawar Ismail, Dwi Budi Santosa, dan Ahmad Erani Yustika. 2014. Op.cit. Hal 6-12 275
H.M. Iskandar Soesilo. 2008. Op.cit. Hal 3 276
Ibid. 277
H.M. Iskandar Soesilo. 2008. Dinamika Gerakan Koperasi Indonesia. Penerbit: PT. Wahana Semesta Intermedia. Jakarta. Hal
84
melibatkan koperasi non-KUD dan LSM untuk membantu penyalurannya agar
masalah daerah yang tidak terdapat KUD dapat teratasi.278
Program selanjutnya yaitu koperasi distribusi Indonesia (KDI) yang
menawarkan sistem distribusi secara fisik yang melibatkan ribuan koperasi dan UKM
untuk menghilangkan sistem delivery order yang disalahgunakan. Pada tahun 1998
induk koperasi diantaranya InKUD, Inkoppas, Inkopad, Inkopau, Inkoppol, Ikpri,
Ikpi, Inkowapi, Inkoveri, Inkopontren, dan Inkopkar berubah menjadi koperasi
distribusi Indonesia. Setelah itu membentuk perwakilan di 27 provinsi serta 2 500
agen yang terdiri dari koperasi primer dan UKM. Dalam penyaluran minyak tersebut
dikoordinir oleh Bulog dan sebagai penyalur langsung kepada konsumen adalah
koperasi dan ukm.279
Berdasarkan kebijakan distribusi dan kebijakan kredit tersebut menurut
Nasution (2008) bahwa pemerintah dinilai kurang tepat dalam melakukan kebijakan
distribusi dan kredit usaha yang pada akhirnya pembentukan koperasi pada saat itu
mengarah hanya untuk mendapatkan fasilitas negara. Selanjutnya terdapat Koperasi
Simpan Pinjam yang mampu bertahan dari tahun 1973 sampai masa reformasi,
bahkan jumlah modal, modal pinjaman, dan total aset terus mengalami peningkatan.
Dapat dilihat pada tahun 2005 KSP memiliki jumlah modal sebesar Rp776 milyar,
modal pinjaman sebesar Rp195 milyar, dan total aset sebesar Rp1,3 triliun.
Kondisi ini meningkat dibandingkan pada tahun 1992 KSP memiliki jumlah
modal sebesar Rp34 milyar, modal pinjaman sebesar Rp22 milyar, dan total aset
sebesar Rp180 milyar. Menurut Soesilo (2008) KSP mampu berkembang sampai
masa reformasi karena loyalitas anggotanya yang tinggi yaitu mereka bukan hanya
sebagai pelanggan tetapi juga sebagai pemilik yang ikut aktif menentukan
kebijaksanaan KSP secara kekeluargaan, dan motto dari KSP sendiri adalah
“Bersama Membangun Usaha”.280
Selain itu terdapat koperasi yang melaksanakan prinsip koperasi “kepedulian
terhadap komunitas”, yaitu Koperasi Warga Semen Gresik (KWSG) pada tahun 2014
mengeluarkan dana sebesar Rp1,258 milyar untuk dibelanjakan dalam kegiatan
Corporate Social Responsibility (CSR) diantaranya yaitu pembagian dana santunan
pendidikan kepada 504 anak yatim dan fakir miskin, pembagian paket sembako pada
acara ulang tahun KWSG kepada fakir miskin, bantuan operasional kepada 183
Taman Pendidikan Al-Qur‟an (TPQ), dan bantuan ta‟jil atau bukaan pada saat bulan
Ramadhan.281
Dari uraian tersebut menunjukan bahwa dalam perkembangan koperasi di
Indonesia terdapat sebagian yang tidak menerapkan karakteristik koperasi dengan
baik. Tetapi dalam perkembangan koperasi di Indonesia terdapat sebagian koperasi
278
Muslimin Nasution. 2008. Op.cit. Hal 124 279
Ibid. Hal 136-138 280
H.M. Iskandar Soesilo. 2008. Op.cit. Hal 105 281
KWSG. 2016. Program CSR. Web resmi koperasi warga semen gresik (KWSG). Diakses pada 28 Mei 2016. http://www.kwsg.co.id/website/csr/program-csr
85
yang menerapkan karakteristik koperasi dengan baik, dan terdapat sebagian kecil
yang menerapkan budaya di dalam koperasi. Dapat disimpulkan bahwa karakteristik
koperasi yang diterapkan pada koperasi di Indonesia sebagian kecil mengarah
kedalam faham ekonomi politik heterodoks.
Perbandingan Karakteristik Koperasi
Berdasarkan penelitian sebelumnya mengenai karakteristik perkembangan
koperasi dari masing-masing negara yaitu Indonesia, Swedia, Amerika Serikat, dan
Korea Selatan, berikut pada tabel 9 perbandingan kesimpulan karakteristik koperasi
dari empat negara:
Tabel 9 Perbandingan Karakteristik Koperasi di Indonesia, Swedia, Amerika Serikat,
dan Korea Selatan
Uraian Indonesia Swedia Amerika
Serikat
Korea Selatan
1.Undang-undang
koperasi /
peraturan
koperasi
Undang-
Undang No.25
Tahun 1992
Tentang
Perkoperasian
The
Cooperatives
Societies Act
Tentang
Perkumpulan
Koperasi
Terdapat
banyak
undang-
undang
koperasi sesuai
dengan sektor
usaha koperasi
Terdapat
banyak undang-
undang koperasi
sesuai dengan
sektor usaha
koperasi
2.Prinsi koperasi Tercantum
dalam Undang-
Undang No.25
Tahun 1992
Tentang
Perkoperasian
Pasal 5,
berlandaskan
pada prinsip
ICA
Prinsip
International
Cooperative
Alliance (ICA)
dan disesuaikan
dengan kondisi
koperasinya
Prinsip
International
Cooperative
Alliance (ICA)
Prinsip
International
Cooperative
Alliance (ICA),
disinkronkan
dengan budaya
Konfusianisme
3.Budaya atau
Kultur yang
diterapkan
dalam koperasi
budaya dan
nilai-nilai lokal
kekluargaan
Tidak ada Tidak ada budaya dan
nilai-nilai lokal
Konfusianisme
86
Uraian Indonesia Swedia Amerika
Serikat
Korea Selatan
4.Ekonomi politik
dalam
penerapan
prinsip koperasi
1. Sebagian
kecil koperasi
menerapkan
prinsip koperasi
kerja sama dan
budaya
lokalnya yang
termasuk
kedalam faham
ekonomi politik
heterodoks
1.Sebagian besar
koperasi
menerapkan
prinsip koperasi
kerja sama yang
termasuk
kedalam faham
ekonomi politik
sosial-demokrat
1.Sepenuhnya
menerapkan
prinsip
koperasi kerja
sama yang
termasuk
kedalam faham
ekonomi
politik liberal
1.Sebagian
koperasi
menerapkan
prinsip koperasi
kerja sama dan
budaya lokalnya
yang termasuk
kedalam faham
ekonomi politik
heterodoks
Sintesis
Berdasarkan hasil penelitian terkait analisis perkembangan koperasi di
Indonesia yang dibandingkan dengan Amerika Serikat, Swedia, dan Korea Selatan,
maka dapat dirumuskan suatu kebijakan yang diharapkan dapat meningkatkan
perkembangan koperasi di Indonesia dalam fungsinya sebagai lembaga usaha dan
soko-guru perekonomian yang sesuai dengan konstitusi Undang-Undang Dasar
(UUD) 1945 atau bahkan dapat disetarakan dengan koperasi di negara-negara
pembandingnya. Berdasarkan hasil analisis dari perkembangan koperasi di Indonesia
menunjukan bahwa setelah memasuki tahun 1990an dalam penerapan kebijakan
tahapan otonomi yang menjelaskan peran pemerintah yang dominan dalam
mengembangkan koperasi pada tahun-tahun sebelumnya mulai dihilangkan hanya
sebatas bantuan tidak langsung.
Tetapi secara empiris masih terdapat peran pemerintah dalam mengembangkan
koperasi bahkan sampai masa reformasi masih terdapat peran pemerintah yang
menjadikan koperasi sebagai bagian alat dari program pemerintah dan terdapat
praktik yang mengarah pada mencari keuntungan (profit oriented) di dalam koperasi.
Kemudian memasuki tahun 2000an sudah tidak terdapat peran pemerintah yang
dominan dalam perkembangan koperasi, dan peran pemerintah hanya sebagai
regulator dan memberikan bantuan tidak langsung kepada koperasi. Tetapi masih
terdapat sebagian koperasi yang tidak menerapkan karakteristik (nilai dan prinsip)
koperasi dengan baik dan masih banyaknya koperasi yang berorientasi atau
bergantung pada bantuan pemerintah.
Hal ini juga disebabkan oleh rendahnya kualitas sumberdaya manusia dalam
mengelola koperasi dan menjalankan usaha koperasi. Maka pemerintah dapat
merumuskan suatu kebijakan tentang peningkatan koordinasi dan kerja sama antara
pemerintah pusat (Kementerian Koperasi dan UKM) dan daerah, serta antara
pemerintah dan masyarakat agar dapat mengurangi terbatasnya kemampuan koperasi
87
dalam menjangkau pasar terutama dalam promosi produk, akses informasi pasar dan
saluran pemasaran.
Selain itu agar terciptanya jaringan usaha antar koperasi dan antara koperasi
dengan swasta atau usaha besar, sehingga diharapkan dapat meningkatkan fasilitas
pengembangan koperasi dalam mengoptimalkan sumberdaya untuk perbaikan kinerja
koperasi dan mengurangi persaingan di antara anggota koperasi. Seperti yang terjadi
pada perkembangan koperasi di Korea Selatan yang mana pemerintah bekerja sama
dengan masyarakat khususnya koperasi untuk meningkatkan kemajuan dalam usaha
koperasi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat pada umumnya.
Selanjutnya pemerintah dapat merumuskan kebijakan tentang penyuluhan,
pendidikan, dan pelatihan koperasi. Hal ini dilakukan karena banyak anggota koperasi
dan masyarakat pada umumnya yang tidak mengerti tentang koperasi. Bahkan dengan
adanya hasil amandemen UUD 1945 pasal 33 yang menyebabkan pertentangan
ideologi nasional dan koperasi tidak lagi menjadi satu-satunya pilar struktur
perekonomian nasional. Selain itu dikarenakan rendahnyanya kualitas sumberdaya
manusia koperasi dalam teknologi, dan pengelolaan koperasi. Maka diharapkan
dengan bertambahnya penyuluhan, pendidikan, dan pelatihan koperasi agar dapat
menumbuhkan kesadaran anggota koperasi untuk berpartisipasi dalam meningkatkan
modal, menumbuhkan generasi baru yang mengerti tentang koperasi, memajukan
usaha koperasi, dan meningkatkan kerja sama antar semua koperasi, sehingga pada
akhirnya nilai dan prinsip koperasi dapat dilaksanakan dengan baik.
Seperti yang terjadi pada perkembangan koperasi di Swedia yaitu sebagian
besar buruh yang ada di Swedia ikut berpartisipasi aktif dalam memajukan koperasi,
dan melakukan kerja sama antar semua koperasi untuk melawan kelompok pemilik
modal serta menghilangkan monopoli di dalam pasar. Selain itu terjadi juga pada
perkembangan koperasi di Amerika Serikat yaitu semua masyarakat (baik petani
maupun buruh) yang hanya memiliki sediki modal, mereka sadar dengan berkoperasi
dan bekerja sama dapat meningkatkan kekayaan dan kesejahteraan.
Selanjutnya pemerintah dapat membuat kebijakan tentang pembentukan
lembaga atau bagian yang mengurusi kelengkapan data dan sistem informasi riil
tentang koperasi. Hal ini dilakukan karena sampai saat ini belum tersedianya data
yang lengkap dan valid mengenai perkembangan koperasi sehingga menyulitkan
pemetaan koperasi dan perencanaan kebijakan, dan program seperti pembinaan
koperasi. Selain itu pemerintah juga dapat melanjutkan kebijakan tentang penilaian
terhadap koperasi melalui penerbitan Peraturan Menteri Negara Koperasi Dan Usaha
Kecil dan Menengah Nomor 22/PER/M.KUKM/IV/2007 Tentang Pedoman
Pemeringkatan Koperasi.
Hal ini dilakukan karena sama seperti 300 koperasi kelas dunia yang
dikeluarkan oleh ICA berdasarkan pendapatan koperasi dan berdasarkan pendapatan
koperasi terhadap PDB per kapita. Maka diharapkan menjadi motivasi untuk semua
koperasi sehingga dapat meningkatkan kontribusi koperasi dalam perekonomian,
menunjukan atau memperlihatkan kinerja koperasi sehingga koperasi dapat menjadi
88
lembaga usaha pilihan selain swasta atau model usaha yang paling disukai
masyarakat pada umumnya, dan pada akhirnya koperasi diharapkan dapat menjadi
pilar dalam pembangunan ekonomi dan sosial yang berkelanjutan.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1. Perkembangan koperasi di Amerika Serikat termasuk kedalam perkembangan
koperasi faham ekonomi politik liberal, dan karakteristik koperasi yang
diterapkan pada koperasi di Amerika Serikat sepenuhnya termasuk kedalam
faham ekonomi politik liberal.
2. Perkembangan koperasi di Swedia sebagian besar termasuk kedalam
perkembangan koperasi faham ekonomi politik sosial-demokrat dan sebagian
kecilnya termasuk kedalam perkembangan koperasi faham ekonomi politik
liberal, dan karakteristik koperasi yang diterapkan pada koperasi di Swedia
sebagian besar termasuk kedalam faham ekonomi politik sosial demokrat.
3. Perkembangan koperasi di Korea Selatan sejak masa penjajahan sampai tahun
1980an sebagian masih termasuk kedalam perkembangan koperasi negara
berkembang, dan belum sepenuhnya termasuk kedalam perkembangan koperasi
faham ekonomi politik heterodoks. Perkembangan koperasi di Korea Selatan
setelah memasuki tahun 1980an termasuk kedalam perkembangan koperasi faham
ekonomi politik heterodoks. Selain itu karakteristik koperasi yang diterapkan pada
koperasi di Korea Selatan sebagian termasuk kedalam faham ekonomi politik
heterodoks.
4. Perkembangan koperasi di Indonesia sejak masa penjajahan sampai masa orde
baru masih termasuk kedalam perkembangan koperasi negara berkembang dan
memasuki tahun 2000an pada masa reformasi mengarah kedalam perkembangan
koperasi faham ekonomi politik heterodoks. Selain itu karakteristik koperasi yang
diterapkan pada koperasi di Indonesia sebagian mengarah kedalam faham
ekonomi politik heterodoks.
Saran
Saran yang bisa direkomendasikan berdasarkan hasil dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Pemerintah perlu meningkatkan koordinasi dan kerja sama antara
pemerintah pusat dan daerah, serta antara pemerintah dan masyarakat
khususnya koperasi karena untuk mengurangi terbatasnya kemampuan
89
koperasi dalam mencipatakan atau menjangkau jaringan usaha antar
koperasi dan antara koperasi dengan swasta atau usaha besar.
2. Pemerintah perlu meningkatkan penyuluhan, pendidikan, dan pelatihan
koperasi untuk menumbuhkan kesadaran anggota koperasi berpartisipasi
dalam meningkatkan modal, menumbuhkan generasi baru yang mengerti
tentang koperasi, memajukan usaha koperasi, dan meningkatkan kerja sama
antara semua koperasi, sehingga pada akhirnya nilai dan prinsip koperasi
dapat dilaksanakan dengan baik.
3. Pemerintah perlu membentuk lembaga atau bagian yang mengurusi
kelengkapan data dan sistem informasi riil tentang koperasi untuk keperluan
pemetaan koperasi dan perencanaan kebijakan, program seperti pembinaan
koperasi yang berkelanjutan.
DAFTAR PUSTAKA
Ake, Sven. 1988. The Co-operative Movement in Sweden: Past, Present, The Future
an overview. Sweden (SE): The Swedish Institut.
Ali, Fachry, dkk. 1996. Beras, Koperasi, dan Politik Orde Baru. Jakarta (ID): Pustaka
Sinar Harapan.
Bakken, Henry H, dan Marvin A Scharrs. 1937. The Economics of Cooperative
Marketing. California (US): McGraw-Hill Book Company Inc.
Baswir, Revrisond. 1997. Koperasi Indonesia. Yogyakarta (ID): BPFE-
YOGYAKARTA.
Battilani, Patrizia, dan Harm G Schoter. 2012. The Cooperative Business Movement,
1950 to the Present. New York (US): Cambridge University Press.
Birchall, Johnston. 2009. A Comparative Analysis of Cooperative Sectors in
Scotland, Finland, Sweden, and Switzerland [Artikel]: Democracy at Work
Institute. Diakses pada 18 Maret 2016
http://institute.coop/resources/comparative-analysis-cooperative-sectors-
scotland-finland-sweden-and-switzerland
[BPS] Badan Pusat Statustik. Berbagai Tahun. Statistik Indonesia. Jakarta. BPS.
[BPS] Badan Pusat Statustik. Berbagai Tahun. Rekapitulasi Data Koperasi Seluruh
Indonesia. Jakarta. BPS.
Burley, Orin E. 1939. The Consumers’ Cooperative as a Distributive Agency. New
York (US): McGraw-Hill Book Company Inc.
Caporaso, James A dan David P Levine. 2008. Teori-Teori Ekonomi Politik.
Yogyakarta (ID): Pustaka Pelajar. Terjemahan dari: Suraji.
Choi, Jae-Hak. 2006. Agricultural Cooperatives in Korea [Artikel]. Korea. NACF.
Diakses pada 18 Maret 2016
http://www.agnet.org/activities.php?func=view&id=20110719103351
Cobia, David W, dkk. 1989. Cooperatives in Agriculture. New Jersey (US): Prentice-
Hall Inc.
Damanhuri, Didin S. 1987. Mencari Paradigma Ekonomi Indonesia. Bandung (ID):
PT Alumni.
90
Damanhuri, Didin S. 1996. Ekonomi Politik Alternatif. Jakarta (ID): Pustaka Sinar
Harapan.
Damanhuri, Didin S. 1999. Pilar-Pilar Reformasi Ekonomi Politik. Jakarta (ID):
Pustaka Hidayah.
Damanhuri, Didin S. 2010. Ekonomi Politik dan Pembangunan. Bogor (ID): IPB
Press.
Dumbauld, Edward. 1964. The Constitution of the United States. Oklahooma (US):
University of Oklahoma Press.
Djamhari, Choirul. 1985. Ke Arah Pemahaman Bangun Perusahaan Koperasi.
Jakarta (ID): Badan Penelitian Pengembangan Koperasi.
Djohan, Djabaruddin. 2009. Profil Koperasi-Koperasi Kelas Dunia. Jakarta (ID):
LSP2I-ADOPKOP INDONESIA.
Elder, Neil C M. 1970. Government in Sweden. New York (US): Pergamon Press.
Firdaus, Muhammad dan Agus Edhi Susanto. 2004. Perekoperasian: Sejarah Teori
dan Praktek. Bogor (ID): Ghalia Indonesia.
Gullander, Ake. 1951. Farmers’ Cooperation in Sweden. Iowa (SE): The IOWA State
College Press.
Hastad, Elis. 1957. The Parliament of Sweden. New Southgate (SE): The Chiswick
Press.
Hustedt, Thurid dan Jan Tiessen. 2006. Central Government Coordination in
Denmark, Germany, and Sweden. Postdam (SE): Universitas Postdam.
Ismail, Munawar, Dwi Budi Santosa, dan Ahmad Erani Yustika. 2014. Sistem
Ekonomi Indonesia: Tafsiran Pancasila dan UUD 1945. Jakarta (ID):
Erlangga.
Jonsson, Pernilla. 2006. Marketing Innovations and the Swedish Consumer
Cooperative Movement 1904-1930 [Artikel]. Uppsala: Uppsala University.
Diakses pada 18 Maret 2016 http://www.ekhistmotet09.ekhist.uu.se/node3 Jordan, Terry L. 2009. The U.S. Constitution. Naperville (US): Oak Hill Publishing
Company.
Juanda, Bambang. 2009. Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis. Bogor (ID): IPB
Press.
Kim, Myung Oak dan Sam Jaffe. 2010. The New Korea (An Inside South Korea’s
Economic Rise). New York (US): AMACOM.
Lawless, Greg. 2002. History of Cooperatives in Wisconsin [Buletin]. Wisconsin
(US): University of Wisconsin Center. Diakses pada 18 Maret 2016
http://www.uwcc.wisc.edu/pdf/bulletins/bulletin_08_02.pdf
Lexy, Moleong J. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung (ID). PT Remaja
Rosdakarya.
Masngudi, DR H. 1990. Penelitian Tentang Sejarah Perkembangan Koperasi Di
Indonesia [Jurnal]. Jakarta (ID): Badan Penelitian Pengembangan Koperasi
Departemen Koperasi.
Mason, Alpheus Thomas dan Donald Griver Stephenson. 1993. American
Constitutional Law. New Jersey (US): Prentice Hall.
MD, Sagimun. 1983/1984. Koperasi Indonesia. Jakarta (ID): Manasco. Departemen
Perdagangan dan Koperasi.
Nasution, Muslimin. 2008. Koperasi Menjawab Ekonomi Nasional. Jakarta (ID): PIP
& LPEK.
91
Parker, Florence. 1956. The First 125 Years: A History of Distributive and Service
Cooperative in the United States 1890-1954. New York (US): Superior WI.
The Cooperative Publishing Association.
Reynolds, Bruce J. 2002. Black Farmers in America, 1865-2000 [Jurnal]. U.S.
Department of Agriculture.
Ricklefs, M.C. 2008 Sejarah Indonesia Modern. Jakarta (ID): PT Serambi Ilmu
Semesta.
Satori, Djam‟an, dan Komariah. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung
(ID): ALFABETA CV.
Sihono, Teguh. 2008. Krisis Finansial Amerika Serikat dan Perekonomian Indonesia
[Jurnal]. Yogyakarta (ID): FISE UNY.
Sitio, Arifin, dan Halomoan Tamba. 2001. Koperasi: Teori dan Praktik. Jakarta (ID):
Erlangga.
Soedjono, Ibnoe, dkk. 1996. Koperasi Di Tengah Arus Liberalisasi Ekonomi. Jakarta
(ID): Laksmi Studio.
Soesilo, H M Iskandar. 2008. Dinamika Gerakan Koperasi Indonesia. Jakarta (ID):
PT Wahana Semesta Intermedia.
Soetrisno, Noer. 2001. Rekonstruksi Pemahaman Koperasi. Jakarta (ID): INSTRAS.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
dan R&D). Bandung (ID): ALFABETA.
Swasono, Sri-Edi. 1985. Koperasi Di Dalam Orde Ekonomi Indonesia. Jakarta (ID):
UI Press.
Tambunan, Togap. 2006. Kaji Ulang Peran Koperasi Dalam Menunjang Ketahanan
Pangan [Jurnal]. Jakarta (ID): Departemen Koperasi.
Tambunan, Tulus. 2008. Prospek Perkembangan Koperasi Di Indonesia Ke Depan
Masih Relevankah Koperasi Di Dalam Era Modernisasi [Jurnal]. Jakarta (ID):
Pusat Studi Industri dan UKM Universitas Trisakti.
[WB] World Bank. Berbagai Tahun. World Data Bank: World Development
Indicators. Washington, D.C. WB.
Widiyanti, Ninik dan Sunindhia. 2003. Koperasi dan Perekonomian Indonesia.
Jakarta (ID): Rinerka Cipta & Bina Adiaksara.
Wirartha, I Made. 2006. Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi. Yogyakarta (ID):
ANDI.
Yustika, Ahmad Erani. 2012. Ekonomi Kelembagaan: Paradigma, Teori, dan
Kebijakan. Jakarta (ID): Erlangga.
Zeuli, Kimberly A, dan Robert Cropp. 2004. Cooperative: Principles and Practices
in The 21st Century. Wisconsin (US): University of Wisconsin.
92
LAMPIRAN
Lampiran 1 Peta Sebaran 300 Koperasi Kelas Dunia
93
Lampiran 2 300 Koperasi Kelas Dunia Tahun 2010
Rangking Nama Koperasi Negara Total Pendapatan
(triliun rupiah)
1 Zenkyoren Japan 643
2 Zen-Noh (National Federation of
Agricultural Co-operatives) Japan 553
3 Edeka Zentrale Germany 529
4 State Farm Group USA 517
5 Nippon Life Japan 505
6 ReWe Group Germany 474
7 ACDLEC - E.Leclerc France 423
8 Groupe Crédit Agricole France 416
9 Kaiser Permanente USA 402
10 Meiji Yasuda Life Japan 344
11 Sumitomo Life Japan 321
12 Groupe BPCE France 284
13 Liberty Mutual Insurance USA 254
14 Achmea B.V. Netherlands 241
15 Système U France 236
16 Nationwide Mutual Insurance
Company USA 235
17 Migros Switzerland 234
18 CHS Inc. USA 230
19 Mapfre Spain 215
20 The Co-operative Group Limited UK 210
21 New York Life Group USA 207
22 Coop Swiss Switzerland 195
23 Groupama France 182
24 Groupe Crédit Mutuel France 179
25 Covea France 173
26 Farmers Insurance Group USA 159
27 Rabobank Group Netherlands 155
28 R+V Versicherung AG Germany 141
29 Fonterra Cooperative Group New Zealand 141
30 Northwestern Mutual Group USA 136
31 VGZ-IZA-Trias Netherlands 128
32 John Lewis Partnership PLC UK 116
33 Unipol Italy 113
34 SOK Corporation Finland 113
35 MassMutual Financial Group USA 113
36 AG2R La Mondiale France 112
37 Royal Friesland Campina Netherlands 109
38 Debeka Group Germany 109
39 Vienna Insurance Group Austria 109
40 Desjardins group Canada 105
41 TIAA Group USA 103
42 USAA Group USA 102
94
43 HDI Germany 102
44 Land O'Lakes, Inc. USA 101
45 GRUPO EROSKI Spain 99
46 BayWa Group Germany 96
47 TOPCO Associates LLC USA 95
48 Dairy Farmers of America USA 90
49 Wakefern Food Corp. USA 86
50 CZ Netherlands 86
51 Bupa UK 85
52 Leverandørselskabet Danish Crown
AmbA Denmark 84
53 Edeka Minden eG Germany 81
54 Arla Foods Denmark 80
55 MACIF France 78
56 National Agricultural Cooperative
Federation (NACF) Republic of Korea 76
57 Suedzucker Germany 75
58 Guardian Life Group USA 71
59 Signal Iduna Germany 71
60 UNIQA Austria 68
61 Fenaco Switzerland 66
62 AGRAVIS Raiffeisen AG Germany 66
63 Associated Wholesale Grocers USA 66
64 Metsäliitto Finland 65
65 Fukoku Life Japan 65
66 Federated Co-operatives Limited Canada 65
67
National Federation of Workers and
Consumers Insurance Co-operatives
(ZENROSAI)
Japan 65
68 DLG Group Denmark 64
69 HUK Coburg Germany 64
70 Natixis France 63
71 Pacific Life Group USA 60
72 Federal Farm Credit Banks Funding
Corporation USA 58
73 Cattolica Assicurazioni Italy 56
74 GROWMARK, Inc. USA 56
75 American Family Insurance Grp USA 55
76 In Vivo France 54
77 Asahi Life Japan 53
78 RZB Austria 51
79 Württembergische Germany 50
80 FJCC Japan 50
81 Royal London Group UK 50
82 Kooperativa Förbundet (KF) Sweden 50
83 Gothaer Germany 49
84 Lantmännen Sweden 49
85 Sodiaal France 49
95
86 Varma Mutual Pension Insurance
Company Finland 47
87 SNS REAAL Netherlands 47
88 Terrena France 47
89 DZ Bank Germany 46
90 Auto-Owners Insurance Group USA 46
91 Old Mutual Financial Network USA 45
92 Noweda eG
Apothekergenossenschaft Germany 45
93 JCCU – Japanese Consumers' Co-
operative Union Japan 44
94 Thrivent Financial Lutherans USA 43
95 Indian farmers fertiliser cooperative
ltd. (IFFCO) India 43
96 Tereos France 43
97 Ilmarinen Finland 43
98 Securian Financial Group USA 42
99 Astera (ex-CERP ROUEN) France 41
100 MAIF Group France 41
101 Mutual of Omaha USA 40
102 Alte Leipziger Hallesche Germany 40
103 Länsförsäkringar Sweden 39
104 Copersucar Brazil 37
105 Erie Insurance Group USA 37
106 Agribank, FCB USA 36
107 Pension Mutuals Germany 36
108 La Coop fédéréé Canada 36
109 Unified Grocers, Inc. USA 36
110 Ethias Belgium 35
111 American National Group USA 34
112 Unicoop Firenze Italy 34
113 Centrale Adriatica Italy 33
114 LVM Versicherung Germany 33
115 Alecta Sweden 33
116 HealthPartners, Inc. USA 33
117 Old Republic international
corporation USA 32
118 Ace Hardware Corp. USA 32
119 KLP Insurance Norway 32
120 Agricola Tre Valli Italy 31
121 Agropur Coopérative Canada 30
122 Liverpool Victoria UK 30
123 Tapiola Group Finland 30
124 Ag Processing, Inc. USA 30
125 Champagne Céréales France 30
126 NTUC Income Insurance Co-
operative Limited Singapore 30
127 TINE SA Norway 29
96
128 Group Health Cooperative USA 29
129 VHV Versicherung Germany 29
130 Die Continentale Germany 29
131 DEVK Versicherungen Germany 29
132 Navy Federal Credit Union USA 29
133 Co-op Sapporo Japan 28
134 Coop Consorzio Nordovest Italy 28
135 PFA Pension Denmark 28
136 Agrial France 27
137 Hauptgenossenschaft Nord AG Germany 27
138 Coop Adriatica Italy 27
139 Co-op Kobe Japan 27
140 Nortura Norway 27
141 California Dairies, Inc. USA 27
142 The Co-operators Group Ltd. Canada 27
143 FM Global Group USA 27
144 Axéréal France 27
145 Triskalia France 27
146 Sodra Skogsagarna Sweden 27
147 Mobiliar Switzerland 26
148 Western & Southern Finl Group USA 26
149 Gjensidige Forsikring Norway 26
150 MACSF France 26
151 Glanbia Ireland Ireland 26
152 Mutuelle Vaudoise Switzerland 26
153 Emmi Switzerland 26
154 Camic 92 Mutual Members Canada 26
155 DMK Deutsches Milchkontor GmbH Germany 25
156 Country Financial USA 25
157 Pac 2000 Italy 25
158 Foodstuffs (Auckland) New Zealand 25
159 Co-operative Bulk Handling Ltd Australia 24
160 AS Voyages France 24
161 Coöperatie Agrifirm U.A. Netherlands 24
162 BBV Bayerische Beamten
Versicherungen Germany 24
163 SMABTP France 24
164 Auto Club Enterprises Ins Grp USA 23
165 Irish Dairy Board Co-operative Ltd Ireland 23
166 Coamo Brazil 23
167 Mercury General Group USA 23
168 RWZ Germany 23
169 ACMN France 23
170 ReWe Dortmund eG Germany 23
171 MATMUT France 23
172 Societa Reale Mutua di assicurazioni Italy 23
173 Associated Wholesalers, Inc. USA 22
174 The Greenery Netherlands 22
97
175 Valio Group Finland Finland 22
176 C10 France 22
177 California State Auto Group USA 22
178 Even France 22
179 CUNA Mutual Group USA 21
180 Cosun Netherlands Netherlands 21
181 Ohio National Life Group USA 21
182 Barmenia Versicherungen Germany 21
183 Do it Best Corp. USA 21
184 Unitrin Inc USA 21
185 Murray Goulburn Co-operative Co
Limited Australia 21
186 Wawanesa Mutual Group Canada 21
187 Cooperl Arc Atlantique France 21
188 OP-POHJOLA Group Finland 21
189 CONSUM Spain 20
190 HOK Elanto Finland 20
191 Gedex (Gedimat) France 20
192 Folksam Sweden 20
193 SSQ Financial Group Canada 20
194 Swiss Union of Raiffeisen Banks Switzerland 19
195 Sentry Insurance Group USA 19
196 Kyoei Fire & Marine Insurance Co
Ltd Japan 19
197 National Cable Television
Cooperative, Inc. USA 19
198 West Fleisch Germany 19
199 P&V Belgium 19
200 UNIFI Companies USA 19
201 Sperwer Netherlands 18
202 Conad del Tirreno Italy 18
203 National Life Group USA 18
204 Co-op Tokyo Japan 18
205 Fairprice Singapore 17
206 Foodstuffs South Island Cooperative New Zealand 17
207 Japan CO-OP Insurance Consumers'
Cooperative Federation (JCIF) Japan 17
208 FAGOR ELECTRODOMÉSTICOS Spain 17
209 Coop Estense Italy 17
210 Pensiondanmark Avia Vereinigung
Unabhängiger Denmark 17
211 Schweizer Importeure Von
Erdölprodukten, Genossenschaft Switzerland 17
212 True Value Company USA 16
213 Limagrain France 16
214 Central Grocers Cooperative USA 16
215 Auto Club Group USA 16
216 Associated Food Stores USA 16
98
217 FELLESKJØPET AGRI SA Norway 16
218 Foodstuffs (Wellington) Cooperative
Society New Zealand 16
219 Blue Cross and Blue Shield KS USA 16
220 United Farmers of Alberta Co-
operative Limited Canada 16
221 Groupe Maîtres Laitiers du Cotentin France 16
222 NFU Mutual UK 16
223 Atria Group Finland 16
224 Ag First Farm Credit Bank USA 16
225 Cecab France 16
226 Penn Mutual Group USA 16
227 Landi Attinghausen, Genossenschaft Switzerland 16
228 Shinkin Central Bank Japan 16
229 State Auto Insurance Companies USA 16
230 Volkswohl Bund Versicherungen Germany 16
231 Associated Milk Producers, Inc. USA 16
232 Southern States Cooperative USA 15
233 Mutual of America Life Ins Co USA 15
234 Co-op Kanagawa Japan 15
235 The Economical Insurance Group Canada 15
236 Co-op Schleswig Holstein Germany 15
237 Groupe Euralis France 15
238 Recreational Equipment Inc. USA 15
239 Darigold USA 15
240 Co-operative Insurance (CIS) UK 15
241 Silver Fern Farms New Zealand 15
242 Aurora Alimentos Brazil 15
243 Groupe Intersport France France 15
244 Fundación Espriu Spain 15
245 Mutual Madrilena Automovilista
SSPF Spain 15
246 Febelco Belgium 15
247 ERBESKOPF EIFELPERLE EG Germany 15
248 Amica Mutual Group USA 14
249 Ocean Spray USA 14
250 Eläke-Fennia Mutual Insurance
Company Finland 14
251 PSVaG Pensions-Sicherungs-Verein Germany 14
252 Farm Bureau Mutual Group USA 14
253 HanseMerkur Versicherungsgruppe Germany 14
254 Unione Farmaceutica Italy 14
255 Midlands Co-operative Society
Limited UK 14
256 Basin Electric Power Cooperative
M.R.B.B. OF MAATSCHAPPIJ USA 14
257 Voor Roerend Bezit Van De
Boerenbond Belgium 14
99
258 Manutencoop Italy 14
259 Sacmi Italy 14
260 Gesco Italy 14
261 Cristal Union France 14
262 Prairie Farms Dairy Inc. USA 14
263 Gadol France 14
264 WWK Versicherungen Germany 14
265 Unicoop Tirreno Italy 13
266 Seminole Electric Cooperative USA 13
267 Bigmat France France 13
268 CCC Italy 13
269 Coop Lombardia Italy 13
270 HCF Australia 13
271 SUPERBEST AMBA Denmark 13
272 U.S. Agbank, FCB USA 13
273 SpareBank 1 (Livsforsikring AS &
Skadeforsikring AS) Norway 13
274 Foremost Farms USA Cooperative USA 12
275 Nova Coop Italy 12
276 United Merchants Public Limited
Company UK 12
277 GENOSSENSCHAFT ELEKTRA
RAPPERSWIL Switzerland 12
278 Maïsadour France 12
279 American National P&C Group USA 12
280 Harleysville Insurance USA 12
281 Union Nationale de la Prévoyance de
la Mutualité Française (MUTEX) France 12
282 United Suppliers, Inc. USA 12
283 Shelter Insurance Companies USA 12
284 State Insurance Fund NY (WC) USA 12
285 KommunePension(Sampension) Denmark 12
286 Saitama Co-op Japan 12
287 Oglethorpe Power Corporation USA 12
288 Conserve Italia Italy 12
289 SALUDCOOP EPS Colombia 12
290 Affiliated Foods Midwest Co-op Inc. USA 12
291 Coop Nordest Italy 12
292 INTERSPORT Spain 12
293 Groupe Welcoop (ex-CERP
Lorraine) France 12
294 OK A.M.B.A. Denmark 12
295 KRAVAG Versicherung Germany 12
296 COREN, S.C.G. Spain 11
297 Miyagi Co-op Japan 11
298 Unimed Rio Brazil 11
299 EMC Insurance Companies USA 11
300 Coop Atlantique France 11
100
Lampiran 3 300 Koperasi Kelas Dunia Tahun 2011
Rangking Nama Koperasi Negara Total Pendapatan
(triliun rupiah)
1 Zenkyoren Japan 716
2 Zen-Noh (National Federation Of
Agricultural Co-operatives) Japan 548
3 Nippon Life Japan 544
4 State Farm Group USA 501
5 Rewe Group Germany 458
6 Meiji Yasuda Life Japan 438
7 Acdlec - E.Leclerc France 430
8 Kaiser Permanente USA 420
9 Groupe Crédit Agricole France 399
10 Sumitomo Life Japan 333
11 Chs Inc. USA 324
12 NACF South Korea 274
13 Edeka Zentrale Germany 266
14 Groupe Bpce France 265
15 Coop Swiss Switzerland 259
16 Nationwide Mutual Insurance Company USA 249
17 Liberty Mutual Insurance USA 249
18 Système U France 240
19 Achmea B.V. Netherlands 240
20 Mapfre Spain 239
21 Migros Switzerland 234
22 New York Life Group USA 207
23 The Co-operative Group Limited UK 202
24 Covea France 175
25 Groupama France 170
26 Mondragon Spain 169
27 Farmers Insurance Group USA 163
28 Groupe Crédit Mutuel France 159
29 R+V Versicherung Ag Germany 138
30 Fonterra Cooperative Group New
Zealand 136
31 Northwestern Mutual Group USA 135
32 Massmutual Financial Group USA 129
33 Sok Corporation Finland 128
34 Usaa Group USA 128
35 Dairy Farmers Of America USA 114
36 Hdi Germany 114
37 Desjardins Group Canada 113
38 Land O'Lakes, Inc. USA 113
39 John Lewis Partnership Plc UK 112
40 Royal Friesland Campina Netherlands 110
41 Baywa Group Germany 109
42 Vienna Insurance Group Austria 108
101
43 Debeka Group Germany 108
44 Unipol Italy 108
45 Rabobank Nederland Netherlands 104
46 Ag2R La Mondiale France 103
47 Tiaa Group USA 101
48 Bupa UK 91
49 Wakefern Food Corp. USA 91
50 Arla Foods Denmark 84
51 Leverandørselskabet Danish Crown
A.M.B.A. Denmark 79
52 Grupo Eroski Spain 75
53 Growmark, Inc. USA 75
54 Agravis Raiffeisen Ag Germany 73
55 Coöperatieve Inkoopvereniging
Superunie B.A. Netherlands 73
56 Guardian Life Group USA 73
57 Fukoku Life Japan 72
58 Federated Co-operatives Limited Canada 71
59 Suedzucker Germany 70
60 Macif France 69
61 Cz Netherlands 69
62 Associated Wholesale Grocers USA 68
63 Signal Iduna Germany 67
64 Pacific Life Group USA 66
65 Uniqa Austria 65
66 Huk Coburg Germany 65
67 In Vivo France 64
68
National Federation Of Workers And
Consumers Insurance Co-operatives
(Zenrosai)
Japan 64
69 Dlg Group Denmark 62
70 Metsäliitto Finland 61
71 Asahi Life Japan 59
72 Fjcc Japan 58
73 Menzis Netherlands 56
74 Federal Farm Credit Banks Funding
Corporation USA 55
75 Fenaco Switzerland 53
76 Dmk Deutsches Milchkontor Gmbh Germany 52
77 American Family Insurance Grp USA 51
78 Natixis France 50
79 Astera France 50
80 Sodiaal France 50
81 Tereos France 50
82 Terrena France 50
83 Royal London Group UK 49
84 Varma Mutual Pension Insurance
Company Finland 49
102
85 Kooperativa Förbundet (KF) Sweden 48
86 Württembergische Germany 47
87 Gothaer Germany 47
88 Auto-Owners Insurance Group USA 47
89 Cattolica Assicurazioni Italy 46
90 Ilmarinen Finland 46
91 JCCU - Japanese Consumers' Co-
operative Union Japan 45
92 Vivescia France 45
93 Sns Reaal Netherlands 45
94 Old Mutual Financial Network UK 44
95 Coop Norge Norway 44
96 Thrivent Financial Lutherans USA 44
97 Mutual Of Omaha USA 43
98 Länsförsäkringar Sweden 43
99 Societa Reale Mutua Di Assicurazioni Italy 43
100 Sanacorp Eg Pharmazeutische
Großhandlung Germany 42
101 Noweda Eg Apothekergenossenschaft Germany 42
102 Securian Financial Group USA 41
103 Rzb Austria 41
104 Alte Leipziger Hallesche Germany 40
105 La Coop Fédéréé Canada 39
106 Erie Insurance Group USA 39
107 Copersucar Brazil 39
108 Axéréal France 38
109 Ag Processing, Inc. USA 38
110 Maif Group France 38
111 Korea National Federation Of Fisheries
Cooperatives South Korea 36
112 Dz Bank Germany 36
113 Liverpool Victoria UK 36
114 Old Republic International Corporation USA 36
115 Klp Insurance Norway 35
116 Indian Farmers Fertiliser Cooperative
Ltd. (Iffco) India 35
117 Alecta Sweden 35
118 Healthpartners, Inc. USA 34
119 Unified Grocers, Inc. USA 34
120 Agricola Tre Valli Italy 33
121 Lvm Versicherung Germany 33
122 Ace Hardware Corp. USA 33
123 California Dairies, Inc. USA 32
124 Hauptgenossenschaft Nord Ag Germany 32
125 Ethias Belgium 32
126 Mobiliar Switzerland 31
127 Agropur Coopérative Canada 31
128 Agribank, Fcb USA 31
103
129 Agrial France 31
130 Group Health Cooperative USA 31
131 Tapiola Group Finland 30
132 Ntuc Income Insurance Co-operative
Limited Singapore 30
133 Co-op Sapporo Japan 30
134 Co-op Kobe Japan 30
135 As Voyages France 30
136 Devk Versicherungen Germany 29
137 Unicoop Firenze Italy 29
138 Gjensidige Forsikring Norway 29
139 Lso Osuuskunta Finland 29
140 Tine Norway 28
141 Navy Federal Credit Union USA 28
142 Die Continentale Germany 28
143 Vhv Versicherung Germany 28
144 Fm Global Group USA 28
145 Citizens Property Insurance
Corporation USA 27
146 Pfa Pension Denmark 27
147 Nortura Norway 27
148 Coamo Brazil 27
149 Rwz Germany 26
150 Smabtp France 26
151 Coöperatie Agrifirm U.A. Netherlands 26
152 Grupo Asces Spain 26
153 Co-operative Bulk Handling Ltd Australia 26
154 Emmi Switzerland 25
155 Macsf France 25
156 The Co-operators Group Ltd. Canada 25
157 West Fleisch Germany 25
158 Triskalia France 25
159 Country Financial USA 25
160 Danish Agro A.M.B.A. Denmark 24
161 Western & Southern Finl Group USA 24
162 Coop Adriatica Italy 24
163 Foodstuffs (Auckland) NewZealand 24
164 California State Auto Group USA 24
165 Auto Club Enterprises Ins Grp USA 23
166 Bbv Bayerische Beamten
Versicherungen Germany 23
167 Sodra Skogsagarna Sweden 23
168 Mercury General Group USA 23
169 Folksam Sweden 23
170 Cecab France 23
171 Even France 23
172 Valio Group Finland Finland 23
173 Ssq Financial Group Canada 23
104
174 Irish Dairy Board Co-operative Ltd Ireland 23
175 Univé Zorg Netherlands 22
176 Wawanesa Mutual Group Canada 22
177 Rewe Dortmund Eg Germany 22
178 Ohio National Life Group USA 22
179 Glanbia Ireland Ireland 22
180 Matmut France 22
181 Barmenia Versicherungen Germany 22
182 Cosun Netherlands Netherlands 21
183 Nfuca Japan 21
184 Kyoei Fire & Marine Insurance Co Ltd Japan 20
185 Do It Best Corp. USA 20
186 Murray Goulburn Co-operative Co
Limited Australia 20
187 Hok Elanto Finland 20
188 Cuna Mutual Group USA 20
189 Op-Pohjola Group Finland 20
190 Associated Wholesalers, Inc. USA 20
191 Consum Spain 20
192 Gedex (Gedimat) France 20
193 National Cable Television Cooperative,
Inc. USA 20
194 Swiss Union Of Raiffeisen Banks Switzerland 19
195 Ameritas Life USA 19
196 Pac 2000 Italy 19
197 Unitrin Inc USA 19
198 United Sugars Corp USA 19
199 Sentry Insurance Group USA 19
200 Cooperl Arc Atlantique France 19
201 Mutuelle Vaudoise Switzerland 19
202 The Greenery Netherlands 18
203 Southern States Cooperative USA 18
204 Groupe Maîtres Laitiers Du Cotentin France 18
205 Northwest Dairy Association/Darigold USA 18
206 United Farmers Of Alberta Co-
operative Limited Canada 18
207 Co-op Tokyo (Co-op Mirai) Japan 18
208 Nfu Mutual UK 18
209 P&V Belgium 18
210 Limagrain France 18
211 Sperwer Netherlands 17
212 Associated Milk Producers, Inc. USA 17
213 Ccc Italy 17
214 Acmn France 17
215 Associated Food Stores USA 17
216 Auto Club Group USA 17
217 Pensiondanmark Denmark 17
218 United Suppliers, Inc. USA 17
105
219 Aurora Alimentos Brazil 17
220 Penn Mutual Group USA 17
221 Japan Co-op Insurance Consumers'
Cooperative Federation (JCIF) Japan 17
222 Central Grocers Cooperative USA 17
223 Cobank, Acb USA 17
224 Coöperatieve Mosadex U.A. Netherlands 16
225 Foodstuffs South Island Cooperative NewZealand 16
226 Fairprice Singapore 16
227 Conad Del Tirreno Italy 16
228 Plains Cotton Cooperative Association USA 16
229 Volkswohl Bund Versicherungen Avia
Vereinigung Unabhängiger Germany 16
230 Schweizer Importeure Von
Erdölprodukten, Genossenschaft Switzerland 16
231 True Value Company USA 16
232 Recreational Equipment Inc. USA 16
233 Felleskjøpet Agri Norway 16
234 Fagor Electrodomésticos Spain 16
235 Foodstuffs (Wellington) Cooperative
Society NewZealand 16
236 Fundación Espriu Spain 15
237 State Auto Insurance Companies USA 15
238 Hcf Australia 15
239 Hansemerkur Versicherungsgruppe Germany 15
240 American National P&C Group USA 15
241 The Economical Insurance Group Canada 15
242 National Life Group USA 15
243 Blue Cross And Blue Shield Ks USA 15
244 Co-op Kanagawa (U Co-op) Japan 15
245 Co-operative Insurance (Cis) UK 15
246 Groupe Euralis France 15
247 Landi Attinghausen, Genossenschaft Switzerland 15
248 Basin Electric Power Cooperative USA 15
249 Amica Mutual Group USA 15
250 Atria Group Finland 15
251 Groupe Intersport France France 15
252 Hochwald Milch Eg Germany 15
253 Eläke-Fennia Mutual Insurance
Company Finland 15
254 Sparebank 1 (Livsforsikring As &
Skadeforsikring As) Norway 15
255 Foremost Farms Usa Cooperative USA 15
256 Eandis Belgium 15
257 Mutual Madrilena Automovilista Sspf Spain 14
258 Co-op Schleswig Holstein Germany 14
259 Gesco Italy 14
260 Silver Fern Farms NewZealand 14
106
261 Coop Estense Italy 14
262 Ocean Spray USA 14
263 Lantmännen Sweden 14
264 Prairie Farms Dairy Inc. USA 14
265 Cooperativa Regional De Cafeicultores
Em Guaxupé Ltda. Brazil 14
266 Febelco Belgium 14
267 Zg Raiffeisen Eg Germany 14
268 Cristal Union France 14
269 Unimed Rio Brazil 14
270 Countrymark Cooperative Holding
Corporation USA 14
271 Maïsadour France 14
272 Bigmat France France 14
273 Mutual Of America Life Ins Co USA 14
274 American Crystal Sugar Co. USA 14
275 Midlands Co-operative Society Limited UK 14
276 Uneal France 14
277 Psvag Pensions-Sicherungs-Verein Germany 13
278 Gadol France 13
279 Ok A.M.B.A. Denmark 13
280 State Insurance Fund Ny (Wc) USA 13
281 Wwk Versicherungen Germany 13
282 C.Vale Brazil 13
283 Unicoop Tirreno Italy 13
284 Unione Farmaceutica Novarese Italy 13
285 Zorgen Zekerheid Netherlands 13
286 La Capitale Canada 13
287 Ag First Farm Credit Bank USA 13
288 Saitama Co-op (Co-op Mirai) Japan 12
289 C10 France 12
290 Shelter Insurance Companies USA 12
291 Oglethorpe Power Corporation USA 12
292 Kommunepension(Sampension) Denmark 12
293 Kravag Versicherung Germany 12
294 South Dakota Wheat Growers
Association USA 12
295 Affiliated Foods Midwest Co-op Inc. USA 12
296 Mfa Incorporated USA 12
297 Md & Va Milk Producers Cooperative
Association USA 12
298 United Merchants Public Limited
Company UK 12
299 Elektra Rapperswil Switzerland 12
300 Miyagi Co-op Japan 12
107
Lampiran 4 300 Koperasi Kelas Dunia Tahun 2012
Rangking Nama Koperasi Negara Total Pendapatan
(triliun rupiah)
1 Zenkyoren Japan 728
2 Nippon Life Japan 607
3 Meiji Yasuda Life Japan 586
4 State Farm Group USA 547
5 Acdlec - E.Leclerc France 541
6
Zen-Noh (National Federation Of
Agricultural Co-Operatives) Japan
534
7 Rewe Group Germany 515
8 Nh Nonghyup (Formerly Nacf) South Korea 476
9 Kaiser Permanente USA 475
10 Edeka Zentrale Germany 393
11 Groupe Crédit Agricole France 384
12 Chs Inc. USA 381
13 Sumitomo Life Japan 293
14 Système U France 287
15 Liberty Mutual USA 283
16 Coop Swiss Switzerland 274
17 Groupe Bpce France 272
18 Nationwide USA 266
19 Mapfre Spain 260
20 Migros-Genossenscafts-Bund Switzerland 256
21 Achmea Netherlands 247
22 New York Life USA 210
23 The Co-Operative Group Limited UK 208
24 Massmutual Financial USA 202
25 Groupe Crédit Mutuel France 181
26 Farmers Insurance Group USA 181
27 Covéa France 179
28 Mondragon Spain 174
29 Fonterra Cooperative Group New
Zealand 153
30 Northwestern Mutual USA 152
31 John Lewis Partnership Plc UK 145
32 Usaa Group USA 145
33 Sok Corporation Finland 145
34 R+V Versicherung Germany 143
35 Rabobank Group Netherlands 141
36 Unipol Italy 141
37 Land O'Lakes, Inc. USA 133
38 Baywa Group Germany 130
39 Groupama France 130
40 Royal Frieslandcampina Netherlands 128
41 Desjardins Group Canada 118
42 Hdi Germany 117
108
43 Vienna Insurance Group Austria 117
44 Dairy Farmers Of America USA 114
45 Debeka Versichern Germany 113
46 The Norinchukin Bank Japan 105
47 Arla Foods Amba Denmark 105
48 Wakefern Food Corp. USA 103
49 Bupa UK 103
50 Ag2R La Mondiale France 102
51 Tiaa Group USA 101
52 Leverandørselskabet Danish Crown
Amba Denmark 97
53 Growmark, Inc. USA 94
54 Agravis Raiffeisen Ag Germany 88
55 Singapore National Co-Operative
Federation Singapore 88
56 Suedzucker Germany 87
57 Pacific Life USA 83
58 Federated Co-Operatives Limited Canada 83
59 Guardian Life USA 83
60 Forfarmers Group Netherlands 81
61 Dlg Group Denmark 81
62 Coöperatieve Inkoopvereniging
Superunie B.A. Netherlands 80
63 Grupo Eroski Spain 77
64 Cz Groep Netherlands 75
65 Associated Wholesale Grocers, Inc USA 74
66 In Vivo France 70
67 Coop Amba Denmark 67
68 Huk-Coburg Germany 67
69 Uniqa Austria 67
70
National Federation Of Workers And
Consumers Insurance Co-Operatives
(Zenrosai)
Japan 67
71 Fukoku Life Japan 67
72 Signal Iduna Germany 66
73 Macif France 66
74 Tereos France 62
75 Metsä Group Finland 62
76 Fjcc Japan 61
77 Federal Farm Credit Banks Funding
Corporation USA 61
78 Fenaco Switzerland 60
79 American Family Insurance USA 58
80 Asahi Life Japan 57
81 Noweda Eg Germany 57
82 Terrena France 55
83 Astera France 55
84 Kooperativa Förbundet (Kf) Sweden 55
109
85 Dmk Deutsches Milchkontor Gmbh Germany 55
86 Floraholland Netherlands 54
87 Sodiaal France 54
88 Lantmännen Sweden 53
89 Coop Norge Sa Norway 52
90 Royal London UK 52
91 Copersucar Brazil 51
92 Auto-Owners Insurance USA 51
93 Varma Mutual Pension Finland 51
94 Menzis Netherlands 50
95 Securian Financial USA 50
96 Vivescia (Champagne Céréales +
Nouricia) France 49
97 Mutual Of Omaha USA 49
98 Thrivent Financial For Lutherans USA 49
99 Ilmarinen Mutual Pension Finland 48
100 Klp Norway 48
101 Gothaer Versicherungen Germany 47
102 La Coop Fédérée Canada 47
103 Old Republic International Corporation USA 47
104 Ag Processing Inc. USA 46
105 Sanacorp Eg Germany 46
106 Erie Insurance USA 45
107 Länsförsäkringar Sweden 45
108 Agrial France 45
109 Rzb Austria 44
110 Indian Farmers Fertiliser Cooperative
Limited (Iffco) India 44
111 Cattolica Assicurazioni Italy 43
112 Alte Leipziger Germany 43
113 Axéréal France 42
114 Reale Mutua Italy 42
115 Sns Reaal Nv Netherlands 42
116 Japanese Consumers' Co-Operative
Union Japan 41
117 Lv UK 40
118 Dz Bank Germany 40
119 Mfa USA 40
120 Agricola Tre Valli Italy 39
121 Healthpartners Inc. USA 37
122 Maif France 37
123 Ohio National Life USA 36
124 Ace Hardware Corp. USA 36
125 Unified Grocers, Inc USA 36
126 Folksam Sweden 35
127 Alecta Sweden 35
128 Pfa Pension Denmark 35
129 Natixis Assurances France 35
110
130 Agropur Coopérative Canada 35
131 Navy Federal Credit Union USA 34
132 Group Health Cooperative USA 34
133 Lvm Versicherung Germany 34
134 Localtapiola Finland 34
135 Tine Sa Norway 33
136 Fm Global USA 33
137 Swiss Mobiliar Switzerland 33
138 Selectour Afat France 32
139 Nortura Sa Norway 32
140 Gjensidige Forsikring Norway 32
141 Mutua Madrileña Spain 32
142 Oneamerica Group USA 32
143 Ethias Belgium 32
144 Hkscan Oyj Finland 32
145 Rwz Germany 31
146 Westfleisch Eg Germany 31
147 Emmi Switzerland 31
148 California Dairies, Inc. USA 30
149 Agrifirm Netherlands 30
150 Co-Operative Bulk Handling Limited Australia 30
151 Citizens Property Insurance Corp USA 30
152 Unicoop Firenze Italy 30
153 Pac 2000 Italy 30
154 Danish Agro A.M.B.A Denmark 29
155 Die Continentale Germany 29
156 Vhv Versicherungen Germany 29
157 Ssq Financial Group Canada 29
158 Coop Sapporo Japan 29
159 Grupo Asces Spain 28
160 Triskalia France 28
161 The Co-Operators Canada 28
162 Foodstuffs (Auckland) New
Zealand 28
163 Smabtp France 28
164 Country Financial USA 27
165 Devk Versicherungen Germany 27
166 Coop Kobe Japan 27
167 Auto Club Enterprises USA 26
168 California State Auto USA 26
169 Coop Adriatica Italy 26
170 Rewe Dortmund Großhandel Eg Germany 26
171 Ntuc Income Singapore 26
172 Cooperl Arc Atlantique France 26
173 Landgard Eg Germany 26
174 Cecab France 25
175 Irish Dairy Board Co-Operative Ltd Ireland 25
176 Mercury General Group USA 25
111
177 Even France 25
178 Valio Group Finland Finland 25
179 Do-It-Best Corp. USA 24
180 Sodra Skogsagarna Sweden 24
181 Wawanesa Mutual Canada 24
182 Royal Cosun Netherlands 24
183 Hok-Elanto Finland 23
184 Darigold USA 23
185 Murray Goulburn Co-Operative Co
Limited Australia 23
186 Macsf France 23
187 Sogiphar France 22
188 United Suppliers, Inc. USA 22
189 Western & Southern Financial USA 22
190 Limagrain France 22
191 Univé Zorg Netherlands 22
192 Barmenia Versicherungen Germany 22
193 National Cable Television, Inc. USA 22
194 Consum Spain 22
195 Gedex France 22
196 Cristal Union France 22
197 Sentry Insurance USA 22
198 Associated Wholesalers, Inc. USA 22
199 Matmut France 22
200 Southern States Cooperative USA 21
201 Ntuc Fairprice Co-Operative Ltd Singapore 21
202 Swiss Union Of Raiffeisen Banks Switzerland 21
203 Ameritas Life USA 21
204 The Kyoei Fire & Marine Insurance Co Japan 21
205 Op-Pohjola Group Finland 21
206 Cuna Mutual USA 21
207 United Farmers Of Alberta Co-
Operative Limited Canada 20
208 Nfu Mutual Insurance Group UK 20
209 Penn Mutual USA 20
210 Glanbia Ireland Ireland 20
211 Groupe Maîtres Laitiers Du Cotentin France 20
212 Auto Club Group USA 19
213 Associated Food Stores USA 19
214 Foodstuffs South Island New
Zealand 19
215 Felleskjøpet Agri Sa Norway 19
216 Central Grocers Cooperative USA 18
217 Hcf Australia 18
218 State Insurance Fund USA 18
219 Rei (Recreational Equipment, Inc.) USA 18
220 Zg Raiffeisen Eg Germany 18
221 Basin Electric Power Cooperative USA 18
112
222 State Auto Insurance Companies USA 18
223 Foodstuffs (Wellington) Cooperative
Society
New
Zealand 18
224 Groupe Intersport France France 18
225 National Life USA 18
226 Kfccc South Korea 18
227 P&V Belgium 17
228 Hansemerkur Versicherungsgruppe Germany 17
229 Coforta/The Greenery Netherlands 17
230 Pensiondanmark Denmark 17
231 Pensions-Sicherungs-Verein (Psvag) Germany 17
232 Jcif Japan 17
233 Coop Tokyo (Co-Op Mirai) Japan 17
234 The Economical Insurance Group Canada 17
235 Febelco Belgium 17
236 25 Maïsadour France 17
237 Fundación Espriu Spain 17
238 Coop Estense Italy 17
239 Amica Mutual USA 17
240 Associated Milk Producers, Inc USA 17
241 Atria Oyj Finland 17
242 Volkswohl Bund Versicherungen Germany 17
243 Groupe Euralis France 16
244 Eläke-Fennia Mutual Finland 16
245 Eandis Belgium 16
246 Countrymark Cooperative Holding
Corp. USA 16
247 Blue Cross And Blue Shield Of Kansas USA 16
248 Hochwald Milch Eg Germany 16
249 South Dakota Wheat Growers Assn. USA 16
250 Mutual Of America Life USA 16
251 Sparebank 1 Norway 16
252 Ocean Spray USA 16
253 Silver Fern Farms New
Zealand 15
254 Prairie Farms Dairy Inc. USA 15
255 Ccc Italy 15
256 Foremost Farms Usa Cooperative USA 15
257 Ok A.M.B.A. Denmark 15
258 Coöperatieve Mosadex U.A. Netherlands 15
259 Societe Internationale De
Telecommunications Aeronautiques Belgium
15
260 Sacmi Italy 15
261 Mutuelle Vaudoise Switzerland 15
262 Dairylea Cooperative Inc. USA 15
263 Bigmat France France 15
264 Unicoop Tirreno Italy 15
265 Advitam (Groupe Uneal) France 15
113
266 Coop Eg Germany 15
267 Agribank, Fcb USA 15
268 The Midcounties Co-Operative Limited UK 14
269 La Capitale Canada 14
270 Czech And Moravian Consumer
Cooperatives
Czech
Republic 14
271 Gadol France 14
272 Tawuniya Saudi Arabia 14
273 Affiliated Foods Midwest Co-Op Inc. USA 14
274 United Merchants Public Limited
Company UK
14
275 Lur Berri France 14
276 American Crystal Sugar Co. USA 14
277 Coop Kanagawa (U Co-Op) Japan 14
278 Mfa Incorporated USA 14
279 Affiliated Foods Inc. USA 14
280 Innovative Ag Services Co. USA 14
281 The Main Street America Group USA 14
282 Fagor Electrodomésticos Spain 13
283 Acmn France 13
284 Nova Coop Italy 13
285 Co-Operative Insurance UK 13
286 True Value Corporation USA 13
287 Emc Insurance USA 13
288 Wwk Versicherungen Germany 13
289 Kommunepension (Sampension) Denmark 13
290 Coren, S.C.G. Spain 12
291 Oglethorpe Power Corporation USA 12
292 Coop Nordest Italy 12
293 Tennessee Farmers Insurance USA 12
294 Md & Va Milk Producers Cooperative
Assn. USA 12
295 Sancor Seguros Argentina 12
296 Coop Atlantique France 12
297 Farmers Cooperative Company USA 12
298 Zorg En Zekerheid Netherlands 12
299 Norges Råfisklag Sa Norway 12
300 Tri-State G&T Association USA 12
114
Lampiran 5 300 Koperasi Kelas Dunia Tahun 2013
Rangking Nama Koperasi Negara Total Pendapatan
(triliun rupiah)
1 Insurance Federation Of Agricultural
Cooperatives) Japan 663
2 Acdlec - E.Leclerc France 658
3 State Farm USA 638
4 Kaiser Permanente USA 614
5 Rewe Group Germany 606
6 Nh Nonghyup (Nacf) South Korea 576
7 Nippon Life Japan 532
8 Zen-Noh (National Federation Of
Agricultural Co-Operative Associations) Japan 506
9 Chs Inc. USA 465
10 Groupe Crédit Agricole France 450
11 Edeka Zentrale Bundesverband Der Germany 394
12 Deutschen Volksbanken Und
Raiffeisenbanken (Bvr) Germany 387
13 Meiji Yasuda Life Japan 364
14 Groupe Bpce France 330
15 Liberty Mutual USA 325
16 Nationwide USA 323
17 Coop Swiss Switzerland 318
18 Mapfre Spain 315
19 Migros Switzerland 315
20 Sumitomo Life Japan 312
21 Achmea Netherlands 292
22 Système U France 266
23 New York Life USA 249
24 Unipol Italy 241
25 Bay Wa Germany 230
26 Covéa France 225
27 Co-Operative Group Limited UK 221
28 Groupe Crédit Mutuel France 221
29 Massmutual Financial USA 207
30
Confereração Nacional Das
Cooperativas Médicas Unimed Do
Brasil
Brazil
204
31 Grupo Mondragon Spain 203
32 Farmers Insurance Group USA 201
33 R+V Versicherung Germany 182
34 Northwestern Mutual USA 181
35 Usaa Group USA 177
36 John Lewis Partnership Plc UK 176
37 Frieslandcampina Netherlands 165
38 Sok Finland 164
39 Rabobank Netherlands 160
115
40 Fonterra Cooperative Group New Zealand 160
41 Coöperatie Vgz Netherlands 157
42 Hdi Germany 156
43 Hokuren Japan 151
44 Land O'Lakes, Inc. USA 149
45 Gdw Germany 147
46 Groupama France 147
47 Arla Foods Denmark 143
48 Debeka Versichern Germany 139
49 Tiaa Group USA 138
50 Dairy Farmers Of America USA 135
51 Ag2R La Mondiale France 133
52 Vienna Insurance Group Austria 133
53 Wakefern Food Corp. USA 120
54 Desjardins Group Canada 115
55 Dlg Denmark 115
56 Suedzucker Germany 114
57 Danish Crown Denmark 113
58 Agravis Germany 108
59 Growmark, Inc. USA 106
60 Cca Global Partners Inc. USA 106
61 Pacific Life USA 106
62 Vion Food Netherlands 102
63 Cz Netherlands 94
64 Superunie Netherlands 93
65 Federated Co-Operatives Limited Canada 93
66 Guardian Life USA 90
67 Invivo France 89
68 Associated Wholesale Grocers, Inc USA 88
69 Rzb Austria 87
70 Huk-Coburg Germany 87
71 Grupo Eroski Spain 85
72 Kerry Group Ireland 84
73 Macif France 82
74 Signal Iduna Germany 81
75 Coop Amba Denmark 77
76 Dmk Germany 77
77 Federal Farm Credit Banks Funding
Corporation USA 76
78 Uniqa Austria 74
79 American Family Insurance USA 74
80 Fenaco Genossenschaft Switzerland 73
81 Metsä Group Finland 71
82 Noweda Eg Germany 70
83 Tereos France 68
84 Royal London UK 68
85 Terrena France 67
86 Sodiaal France 67
116
87 Menzis Netherlands 67
88 Copersucar Brazil 65
89 Floraholland Netherlands 65
90 Astera France 65
91 Fukoku Life Japan 64
92 Securian Financial USA 64
93 Kooperativa Förbundet (Kf) Sweden 62
94 Varma Mutual Pension Finland 62
95 Vivescia France 61
96 Cattolica Assicurazioni Italy 61
97 Auto-Owners Insurance USA 60
98 Ag Processing Inc. USA 59
99 Ilmarinen Mutual Pension Finland 59
100
Zenrosai(National Federation Of
Workers And Consumers Insurance
Cooperatives)
Japan
58
101 Thrivent Financial USA 57
102 Gothaer Versicherungen Germany 57
103 Agrial France 56
104 Natixis Assurances France 56
105 Mutua Madrileña Spain 56
106 Mutual Of Omaha USA 56
107 Fjcc Japan 56
108 Erie Insurance USA 55
109 Klp Norway 55
110 Healthpartners Inc. USA 55
111 Sanacorp Eg Germany 55
112 Coop Norge Sa Norway 54
113 Lantmännen Sweden 54
114 Länsförsäkringar Sweden 54
115 Axéréal France 54
116 Alte Leipziger Germany 53
117 Reale Mutua Italy 51
118 La Coop Fédérée Canada 51
119 Pohjola Pankki Oyj Finland 50
120 Danish Agro Denmark 49
121 Folksam Sweden 49
122 Pfa Pension Denmark 48
123 Glanbia Ireland 47
124 Agricola Tre Valli - Societa'
Cooperativa Italy 47
125 Sns Reaal Netherlands 46
126 Asahi Life Japan 46
127 Maif France 46
128 Lv= UK 45
129 Agrana Austria 44
130 Lvm Versicherung Germany 43
131 Gdf Suez Energy Management Trading Belgium 43
117
132 Die Continentale Germany 42
133 Ethias Belgium 42
134 Devk Versicherungen Germany 41
135 Mgen - Istya Group France 41
136 Ace Hardware Corp. USA 41
137 Alecta Sweden 41
138 Korean National Federation Of Fisheries
Cooperatives South Korea 41
139 Swiss Mobiliar Switzerland 40
140 California Dairies, Inc. USA 40
141 Navy Federal Credit Union USA 39
142 Emmi Switzerland 39
143 Rwz Rhein Main, Köln Germany 39
144 Unified Grocers, Inc USA 39
145 Rwa Austria 38
146 Oneamerica USA 38
147 Group Health Cooperative USA 38
148 Gjensidige Forsikring Norway 38
149 Agropur Coopérative Canada 38
150 Japanese Consumers' Co-Operative
Union Japan
38
151 Fm Global USA 37
152 Forfarmers Netherlands 37
153 Agrifirm Netherlands 37
154 Indian Farmers Fertiliser Cooperative
Ltd. (Iffco) India
37
155 Vhv Versicherungen Germany 37
156 Ohio National Life USA 37
157 Cofares Sociedad Cooperativa
Farmaceutica Espanola Spain
37
158 Unicoop Firenze Italy 36
159 Westfleisch Germany 36
160 Co-Op Mirai Japan 36
161 Pac 2000 A Italy 36
162 Hkscan Oyj Finland 36
163 Coamo Brazil 36
164 Tine Norway 35
165 Foodstuffs Auckland New Zealand 33
166 Harmonie Mutuelles France 33
167 Smabtp France 32
168 Zorg En Zekerheid Netherlands 32
169 Cosun Netherlands 32
170 Swiss Union Of Raiffeisen Banks Switzerland 32
171 Triskalia France 32
172 Country Financial USA 31
173 Auto Club Enterprises Insurance USA 30
174 Coop Adriatica Italy 30
175 Cooperl Arc Atlan-Tique France 30
118
176 Irish Dairy Board Ireland 30
177 Nortura Sa Norway 30
178 Even France 30
179 Csaa Insurance USA 30
180 Ssq Financial Group Canada 30
181 Landgard Germany 29
182 Valio Oy Finland 29
183 Citizens Property Insurance Corp USA 29
184 Macsf France 28
185 The Co-Operators Group Limited Canada 28
186 Do-It-Best Corp. USA 28
187 Cristal Union France 28
188 Limagrain France 28
189 United Suppliers, Inc. USA 28
190 Hok-Elanto Finland 28
191 Cecab France 28
192 Univé Zorg Netherlands 28
193 Södra Sweden 27
194 Darigold USA 27
195 Co-Op Sapporo Japan 27
196 Matmut France 27
197 Cocamar Cooperativa Agroindustrial
(Cocamar) Brazil 27
198 Consum Spain 27
199 National Cable Television Cooperative,
Inc. USA 27
200 Barmenia Versicherungen Germany 26
201 Kopenhagen Für Denmark 26
202 Wawanesa Mutual Canada 26
203 Western & Southern Financial USA 26
204 Sentry Insurance USA 26
205 Cbh Group Australia 25
206 Cuna Mutual USA 25
207 Co-Op Kobe Japan 25
208 New York State Insurance Fund USA 24
209 Ameritas Life USA 24
210 Ntuc Fairprice Singapore 24
211 Southern States Cooperative USA 24
212 Nfu Mutual Insurance Group UK 24
213 Ntuc Income Singapore 23
214 M.R.B.B. Of Maatschappij Voor
Roerend Bezit Van De Boerenbond Belgium 23
215 Hansemerkur Versicherungsgruppe Germany 22
216 Sperwer Netherlands 22
217 Euralis France 22
218
Conad Del Tirreno Societa' Cooperativa
In Forma Abbreviata Conad Del Tirreno
S.C.
Italy 22
119
219 Murray Goulburn Co-Operative Co Ltd Australia 22
220 Auto Club Group USA 22
221 Cobank USA 22
222 P&V Belgium 22
223 Gesco Italy 22
224 Hochwald Germany 22
225 Kfccc South Korea 22
226 Central Grocers Cooperative USA 22
227 Maïsadour France 22
228 Zg Raiffeisen, Karlsruhe Germany 21
229 Basin Electric Power Cooperative USA 21
230 Recreational Equipment Inc. USA 21
231 Fundación Espriu Spain 21
232 United Farmers Of Alberta Co-
Operative Limited Canada 21
233 State Auto Insurance USA 21
234 Pensiondanmark Denmark 21
235 Felleskjøpet Agri Sa Norway 21
236 Atria Oyj Finland 20
237 Volkswohl-Bund Versicherungen Germany 20
238 Maîtres Laitiers Du Cotentin France 20
239 Associated Food Stores USA 20
240 Publi-T Belgium 20
241 The Midcounties Co-Operative Limited UK 20
242 Penn Mutual USA 20
243 The Economical Insurance Group Canada 20
244 Febelco Belgium 20
245 Foodstuffs Wellington Cooperative
Society New Zealand 20
246 The Hospitals Contribution Fund Of
Australia Ltd (Hcf) Australia 20
247 Amica Mutual USA 20
248 South Dakota Wheat Growers
Association USA 20
249 Coop Estense Italy 20
250 Advitam France 19
251 Foodstuffs South Island New Zealand 19
252 National Life USA 19
253 Elo Finland 19
254 The Kyoei Fire & Marine Insurance Co Japan 19
255 C. Vale Cooperativa Agroindustrial (C.
Vale) Brazil 19
256 Eandis Belgium 19
257 The Greenery Netherlands 19
258 Associated Milk Producers, Inc USA 19
259
Consorzio Cooperative Costruzioni -
Ccc Societa' Cooperativa In Forma
Abbreviata Ccc - Societa' Cooperativa
Italy 19
120
260 Mutual Of America Life USA 19
261 National Federation Of University Co-
Operative Associations (Nfuca) Japan 19
262 Coop Eg Germany 18
263 Foremost Farms Usa Cooperative USA 18
264 U Co-Op Japan 18
265 Blue Cross And Blue Shield Of Kansas USA 18
266 Prairie Farms Dairy Inc. USA 18
267 Mutex France 18
268 Societe Internationale De
Telecommunications Aeronautiques Belgium 18
269 Countrymark Cooperative Holding
Corporation USA 18
270 Mosadex Netherlands 18
271 Bayernland Germany 17
272 Dairylea Cooperative Inc. USA 17
273 Ocean Spray USA 17
274 Avebe Belgium 17
275 Silver Fern Farms New Zealand 17
276 Ok A.M.B.A. Denmark 17
277 Sparebank 1 Norway 17
278 Manco Investment Company Belgium 17
279 American Crystal Sugar Co. USA 17
280 La Capitale Canada 17
281 Farmlands Co-Operative New Zealand 17
282 Mutuelle Vaudoise Switzerland 16
283 Rwz Kurhessen-Thüringer, Kassel Germany 16
284 Lur Berri France 16
285 United Merchants Public Limited
Company UK 16
286
Conad - Consorzio Nazionale
Dettaglianti - Societa' Cooperativa In
Sigla Conad
Italy 16
287 Jcif Japan 16
288 Sicredi Pioneira Rs Brazil 16
289 Unicoop Tirreno Italy 16
290 Lähitapiola Keskinäinen Vakuutusyhtiö Finland 16
291 Mfa Incorporated USA 16
292 Kommunepension Denmark 16
293 Acmn France 16
294 Tawuniya Saudi Arabia 16
295 Wwk Versicherungen Germany 16
296 Emc Insurance USA 16
297 Agribank, Fcb USA 16
298 La Mutuelle Générale France 16
299 Shelter Insurance USA 15
300 Saludcoop Eps Colombia 15
121
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Cianjur pada tanggal 16 Juli 1993 dari pasangan Ruyatman
dan Siti Lisje Aisjah. Penulis adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Tahun 2011
penulis lulus dari SMA Negeri 1 Cianjur dan pada tahun yang sama lulus seleksi
masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Seleksi Nasional Masuk
Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) undangan. Penulis diterima sebagai mahasiswa
di Depatemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB.
Selama mengikuti perkuliahan penulis pernah menjadi pengurus Himpunan
Profesi dan Peminat Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan (HIPOTESA) divisi
Cooperation and External Relationship (CER) periode 2012-2013 dan menjadi wakil
ketua eksternal HIPOTESA periode 2013-2014, anggota Ikatan Mahasiswa Ekonomi
Pembangunan Indonesia (IMEPI) periode 2011-2013 dan menjadi ketua IMEPI Jawa
Bagian Barat (Jabagbar) periode 2013-2015. Selain itu penulis mengikuti
kepengurusan panitia acara-acara BEM FEM, KAREMATA FEM, dan HIPOTESA.