Top Banner
Analisis Keberlanjutan Perikanan Tangkap ……………Kabupaten Langkat (Markus Sembiring) 2 Analisis Keberlanjutan Perikanan Tangkap Skala Kecil di Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara Markus Sembiring 1 , Yayat Dhahiyat 2 dan Bambang Heru 2 ABSTRAK Pengelolaan perikanan tangkap yang selama ini didasarkan pada hasil maksimum lestari tidak dapat menjawab secara akurat permasalahan ketidakberlanjutan secara komprehensif. FAO mengisyaratkan perlu dianalisis faktor ekologi, ekonomi, sosial, teknologi dan hukum-kelembagaan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan status keberlanjutan perikanan tangkap skala kecil menurut kelima dimensi tersebut, mengidentifikasi atribut/faktor sensitif serta memberikan rekomendasi strategi dan kebijakan dalam mendukung keberlanjutannya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dengan teknik Rapfish yang didukung oleh analisis SWOT. Status perikanan tangkap skala kecil di Kabupaten Langkat berdasarkan analisis Rapfish cukup berkelanjutan dengan nilai indek keberlanjutan perikanan (IKP) rata-rata 55,79. Penelitian ini juga berhasil mengidentifikasi faktor-faktor yang paling mempengaruhi keberlanjutan perikanan tangkap skala kecil di Kabupaten Langkat. Rekomendasi kebijakan terpenting berdasarkan anlisis SWOT adalah meningkatkan partisipasi mayarakat dengan kelembagaan lokal dalam pelestarian sumber daya perikanan dan kelautan. Tesis ini menegaskan pentingnya memperhatikan keterpaduan aspek ekologi, ekonomi, sosial, teknologi dan hukum- kelembagaan dalam pengelolaan perikanan. Kata kunci : status keberlanjutan, perikanan tangkap skala kecil, langkat, rapfish, analisis swot Sustainability Analysis of Small Scale Capture Fisheries in Langkat District North Sumatera Province Markus Sembiring 1 , Yayat Dhahiyat 2 and Bambang Heru 2 ABSTRAC Marine capture fisheries management had been based on the maximum sustainable yield can't be accurately answered unsustainability problem comprehensively. FAO suggests factors need to be analyzed ecological, economic, social, technological and legal- institutional. This study intends to determine the status of small scale fisheries in the perspective of sustainability according to the five dimensions, identify attributes / factors are sensitive and provide recommendations strategies and policy in support of sustainability. The method used in this research is survey method with Rapfish technique that supported by the SWOT analysis. Status of small-scale fisheries in Langkat by analysis Rapfish enough sustainable with fisheries sustainability index values average 55.79. This study also identified attributes (factors) important and sensitive. The most important policy recommendation by SWOT analysis is to increase the participation of local institutions in society with the preservation of fisheries and marine resources. This thesis confirms the importance of attention to ecological integrity, economic, social, technological and legal-institutional structures for fisheries management. Key word : sustainability status, small scale fisheries, langkat, rapfish, swot analysis 1 Markus Sembiring ([email protected]; fax (022) 2508871, Program Pascasarjana Ilmu Lingkungan Universitas Padjdjaran, Jl. Sekeloa Selatan I, Bandung) 2 Dosen pada Program Pascasarjana Universitas Padjdjaran Rapfish : Rapid Appraissal for Fisheries; SWOT : Strengths Opportunites Weakness and Threats Artikel Ilmiah
15

Analisis Perikanan Tangkap Langkat Markus S

Dec 22, 2022

Download

Documents

Dian Octaviani
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Analisis Perikanan Tangkap Langkat Markus S

Analisis Keberlanjutan Perikanan Tangkap ………………Kabupaten Langkat (Markus Sembiring)

2

Analisis Keberlanjutan Perikanan Tangkap Skala Kecildi Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara

Markus Sembiring1, Yayat Dhahiyat2 dan Bambang Heru2

ABSTRAK

Pengelolaan perikanan tangkap yang selama ini didasarkan pada hasil maksimumlestari tidak dapat menjawab secara akurat permasalahan ketidakberlanjutan secarakomprehensif. FAO mengisyaratkan perlu dianalisis faktor ekologi, ekonomi, sosial,teknologi dan hukum-kelembagaan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan statuskeberlanjutan perikanan tangkap skala kecil menurut kelima dimensi tersebut,mengidentifikasi atribut/faktor sensitif serta memberikan rekomendasi strategi dan kebijakandalam mendukung keberlanjutannya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalahmetode survei dengan teknik Rapfish yang didukung oleh analisis SWOT. Status perikanantangkap skala kecil di Kabupaten Langkat berdasarkan analisis Rapfish cukup berkelanjutandengan nilai indek keberlanjutan perikanan (IKP) rata-rata 55,79. Penelitian ini juga berhasilmengidentifikasi faktor-faktor yang paling mempengaruhi keberlanjutan perikanan tangkapskala kecil di Kabupaten Langkat. Rekomendasi kebijakan terpenting berdasarkan anlisisSWOT adalah meningkatkan partisipasi mayarakat dengan kelembagaan lokal dalampelestarian sumber daya perikanan dan kelautan. Tesis ini menegaskan pentingnyamemperhatikan keterpaduan aspek ekologi, ekonomi, sosial, teknologi dan hukum-kelembagaan dalam pengelolaan perikanan.

Kata kunci : status keberlanjutan, perikanan tangkap skala kecil, langkat, rapfish, analisis swot

Sustainability Analysis of Small Scale Capture Fisheries in Langkat DistrictNorth Sumatera Province

Markus Sembiring1, Yayat Dhahiyat2 and Bambang Heru2

ABSTRAC

Marine capture fisheries management had been based on the maximum sustainableyield can't be accurately answered unsustainability problem comprehensively. FAO suggestsfactors need to be analyzed ecological, economic, social, technological and legal-institutional. This study intends to determine the status of small scale fisheries in theperspective of sustainability according to the five dimensions, identify attributes / factors aresensitive and provide recommendations strategies and policy in support of sustainability. Themethod used in this research is survey method with Rapfish technique that supported by theSWOT analysis. Status of small-scale fisheries in Langkat by analysis Rapfish enoughsustainable with fisheries sustainability index values average 55.79. This study also identifiedattributes (factors) important and sensitive. The most important policy recommendation bySWOT analysis is to increase the participation of local institutions in society with thepreservation of fisheries and marine resources. This thesis confirms the importance ofattention to ecological integrity, economic, social, technological and legal-institutionalstructures for fisheries management.

Key word : sustainability status, small scale fisheries, langkat, rapfish, swot analysis

1 Markus Sembiring ([email protected]; fax (022) 2508871, Program Pascasarjana Ilmu LingkunganUniversitas Padjdjaran, Jl. Sekeloa Selatan I, Bandung)

2 Dosen pada Program Pascasarjana Universitas Padjdjaran

Rapfish : Rapid Appraissal for Fisheries; SWOT : Strengths Opportunites Weakness and Threats

Artikel Ilmiah

Page 2: Analisis Perikanan Tangkap Langkat Markus S

Analisis Keberlanjutan Perikanan Tangkap ………………Kabupaten Langkat (Markus Sembiring)

3

PENDAHULUAN

Indonesia sebagai negara kepulauan yang sebagian besar wilayahnya terdiri dari laut,

memiliki potensi perikanan yang sangat besar dan beragam (UU No.45/2009). Potensi

perikanan yang dimiliki merupakan sumber pendapatan negara disamping menjadi sumber

mata pencaharian sebagian besar masyarakat di kawasan pantai terutama nelayan. Atas dasar

inilah perikanan perlu dipertahankan keberlanjutannya.

Perikanan tangkap yang merupakan usaha menangkap ikan di perairan, sangat

tergantung pada daya dukung dan daya tampung lingkungannya. Pada masa lampau

rekomendasi pengelolaan sumberdaya perikanan tangkap di Indonesia pada umumnya

didasarkan pada hasil tangkapan maksimum yang lestari (Hermawan, 2006). Pendekatan yang

demikian tidak dapat menjawab secara akurat pertanyaan dan solusi keberlanjutan perikanan

secara komprehensif. Kode etik perikanan yang bertanggung jawab yang diperkenalkan FAO

mengisyaratkan aspek ekologi, ekonomi, sosial, teknologi dan hukum-kelembagaan. Hal ini

sejalan dengan pembangunan berkelanjutan perikanan menurut UU No.45/2009, dimana

pengelolaan perikanan dilakukan secara terencana dan mampu meningkatkan kemakmuran

serta kesejahteraan rakyat dengan mengutamakan kelestarian fungsi lingkungan hidup untuk

masa kini dan masa yang akan datang.

Perikanan tangkap nasional masih dicirikan oleh perikanan tangkap skala kecil. Hal

ini dapat dibuktikan dengan keberadaan perikanan tangkap di Indonesia yang masih

didominasi oleh usaha perikanan tangkap skala kecil yaitu sekitar 85% (Hermawan, 2006).

Perikanan tangkap skala kecil menurut UU No.45/2009 adalah orang yang mata

pencahariannya melakukan penangkapan ikan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari

yang menggunakan kapal perikanan berukuran paling besar lima gross ton (GT). Di

Kabupaten Langkat 95% nelayan adalah nelayan skala kecil dan jumlahnya meningkat 1,07%

setiap tahunnya (Diskanla Kab.Langkat, 2010). Peningkatan jumlah nelayan ini berpotensi

memunculkan berbagai konflik dalam persaingan pemanfaatan sumberdaya ikan. Terkait isu

teknologi, nelayan kecil sering kali kalah bersaing dengan nelayan modern. Terkait isu

ekologi, Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) Selat Malaka sudah mengalami over fishing

(Balai Besar Riset Sosial Ekonomi, 2006). Kerusakan hutan mangrove juga telah mencapai

70% dari potensi yang ada (PKSPL IPB, 2002).

Page 3: Analisis Perikanan Tangkap Langkat Markus S

Analisis Keberlanjutan Perikanan Tangkap ………………Kabupaten Langkat (Markus Sembiring)

4

Jika permasalahan tersebut di atas terus berlangsung, dikhawatirkan akan semakin

menurunkan daya dukung dan daya tampung laut sebagai penyedia sumberdaya ikan

sekaligus akan menyengsarakan nelayan kecil yang tinggal dan mencari nafkah di kawasan

tersebut. Oleh karena itu perikanan tangkap skala kecil di Kabupaten Langkat memerlukan

pengelolaan yang terencana agar dapat berkelanjutan dengan memperhatikan karakteristiknya.

Untuk melihat konsep penilaian keberlanjutan perikanan tersebut, maka perlu dianalisis dari

berbagai dimensi yaitu ekologi, ekonomi, sosial, teknologi dan hukum-kelembagaan (Pitcher

1999; Pitcher and Preikshot 2001). Kelima aspek keberlanjutan ini dapat dijadikan salah satu

dasar untuk melihat status keberlanjutan suatu kawasan perairan. Menjadikan rujukan dalam

penyusunan kebijakan pengelolaan sumberdaya perikanan tangkap skala kecil di kawasan

tersebut. Oleh karena itu penelitian ini perlu dan sangat penting dilakukan mengingat

keberlanjutan perikanan tangkap skala kecil tersebut dapat mencerminkan arah perkembangan

perikanan nasional dimasa yang akan datang.

METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di sembilan wilayah kecamatan pesisir Kabupaten Langkat, yakni

Kecamatan Secanggang, Tanjung Pura, Gebang, Babalan, Sei Lepan, Brandan Barat,

Pangkalan Susu, Besitang dan Pematang Jaya. Penelitian dilaksanakan selama dua bulan,

mulai bulan Mei sampai dengan Juni 2012.

Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dengan alat

analisis teknik Rapfish yang didukung oleh analisis SWOT untuk merumuskan strategi dan

prioritas kebijakan. Teknik Rapfish (Rapid Appraissal for Fisheries) dikembangkan oleh

University of British Columbia Canada, yang merupakan analisis untuk mengevaluasi

sustainability dari perikanan secara multidisipliner. Rapfish didasarkan pada teknik ordinasi

yaitu menempatkan sesuatu nilai (skor) pada atribut yang terukur dengan menggunakan Multi-

Dimensional Scaling (MDS). Aspek dalam Rapfish menyangkut aspek dari ekologi, ekonomi,

teknologi, sosial dan hukum-kelembagaan. Penentuan rekomendasi strategi dan kebijakan

dilakukan dengan analisis SWOT (Rangkuti, 1999).

Page 4: Analisis Perikanan Tangkap Langkat Markus S

Analisis Keberlanjutan Perikanan Tangkap ………………Kabupaten Langkat (Markus Sembiring)

5

Pengumpulan Data, Jenis dan Sumber Data

Data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan

sekunder. Data primer dikumpulkan secara intensif dengan menggunakan wawancara

terstruktur terhadap nelayan skala kecil, observasi dan dokumentasi di lokasi terpilih. Data

sekunder diperoleh dengan melakukan studi literatur dan wawancara dengan pengelola

perikanan. Data tersebut dapat diperoleh dari dinas, lembaga atau instasi terkait dalam

pengelolaan perikanan tangkap seperti Kementerian Kelautan dan Perikanan, Institusi

Penelitian Perikanan, Universitas, Dinas Perikanan dan Kelautan, Tempat Pelelangan Ikan

(TPI), Organisasi Nelayan (HNSI), Koperasi Nelayan dan Badan Pusat Statistik.

Populasi dan Sampel

Dalam penelitian ini subjeknya adalah seluruh nelayan skala kecil yang ada di pesisir

Kabupaten Langkat. Teknik penentuan sampel yang digunakan adalah purposive sampling

(Lynch,1974) dan proporsional sampling (Rubbin dan Luck,1987), dimana penelitian ini

tidak dilakukan pada seluruh populasi, tapi terfokus pada target. Adapun kriteria perikanan

tangkap skala kecil yang akan dijadikan sampel adalah (Charles, 2001, Smith, 1983 dan UU

No.45/2009); 1) total investasi awal ≤ 30 juta rupiah, 2) kepemilikan aset sendiri (bukan

perusahaan atau milik pengusaha besar), 3) kapal dan alat tangkap dioperasikan sendiri, 4)

wilayah penangkapan dalam zona I, 5) lama trip penangkapan 1 hari (one day fishing), 6)

teknologi paling tinggi dalam operasi penangkapan hanya menggunakan motor temple (10-25

PK, panjgan 5-10 m dan paling besar lima gross ton).

Analisis Data

Data yang diperoleh dari observasi dan wawancara dengan responden selanjutnya

diolah dengan software microsoft exel, dan aplikasi Rapfish dalam templete excel. Hasil

olahan data tersebut ditampilkan dalam bentuk tabel, grafik dan diagram untuk kemudian

dianalisis secara deskriptif. Analisis Rapfish dalam hal ini menggunakan algoritma ALSCAL

(Fauzi dan Anna, 2002) yang pada perinsipnya membuat nilai error terkecil pada proses

iterasi. Proses iterasi merupakan pengulangan penghitungan untuk melihat pengaruh

kesalahan pembuatan skor pada setiap atribut. Secara detail prosedur analisis dengan teknik

Rapfish ini akan melalui beberapa tahap sebagai berikut :

1. Pengumpulan data perikanan lokasi studi melalui data statistik.

Page 5: Analisis Perikanan Tangkap Langkat Markus S

Analisis Keberlanjutan Perikanan Tangkap ………………Kabupaten Langkat (Markus Sembiring)

6

2. Analisis data pengamatan lapangan dengan studi literatur.

3. Melakukan scoring aspek keberlanjutan perikanan dengan wawancara terstruktur

(pengisian kuisioner) terhadap responden.

4. Melakukan analisis Multi-Dimensional Scaling (MDS) dengan template excel untuk

menentukan ordinasi dan algoritma ALSCAL untuk menentukan nilai stress.

5. Melakukan rotasi untuk menentukan posisi perikanan pada ordinasi baik dan buruk.

6. Melakukan sensitivity analysis (Leverage analysis) dan Monte Carlo analysis untuk

memperhitungkan aspek ketidakpastian.

Untuk menentukan strategi dan rekomendasi kebijakan pengelolaan perikanan tangkap skala

kecil yang berkelanjutan di Kabupaten Langkat dilakukan dengan analisis SWOT. Analisis ini

didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang

(opportunites), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan

ancaman (threats).

Model yang digunakan

Seluruh atribut yang diperoleh dari hasil penelitian ini dianalisis secara multidimensi.

Titik yang menjadi acuan tersebut adalah baik (good) dan buruk (bad), dimana titik ekstrim

good (100) dan titik ekstrim bad (0). Kemudian dibagi menjadi empat selang kategori atau

status (Susilo, 2003).

Tebel 1. Selang Indeks dan Status Keberlanjutan Perikanan Tangkap Skala Kecil

No Selang Indek Keberlanjutan Status Keberlanjutan1.2.3.4.

0 – 2525,01 – 5050,01 – 7575,01 – 100

BurukKurangCukupBaik

Metode MDS mempunyai tahapan sebagai berikut :

1) Standarisasi (normalisasi). Variable yang mempunyai unit dan besaran yang berbeda

harus distandarisasi terlebih dahulu agar dapat dianalisis.

2) Pengukuran jarak multidimensi. Dalam penelitian ini jarak antara alat tangkap terhadap

titik pusat koordinat dapat dilihat.

3) Analisis reduksi dimensi. Analisis ini juga dilakukan alogaritma ALSCAL dengan

template excel. Posisi objek dalam ruang multidimensi di atas diplotkan kembali pada

ruang dua dimensi.

Page 6: Analisis Perikanan Tangkap Langkat Markus S

Analisis Keberlanjutan Perikanan Tangkap ………………Kabupaten Langkat (Markus Sembiring)

7

4) Pengukuran nilai stress. Stress merupakan ‘nilai simpangan baku’ dari metode MDS.

Makin kecil stress tentunya makin baik. Nilai stress terbesar yang masih dapat diterima

adalah 25% (Fauzi dan Anna,2005).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Alat tangkap yang digunakan oleh nelayan skala kecil di Kabupaten Langkat

diidentifikasi berjumlah 16 jenis. Alat tangkap tersebut adalah bubu, ambai, alat penangkap

kerang, alat penangkap kepiting, pukat udang, dogol (termasuk lampra), jaring insang hanyut,

jaring insang tetap, jaring insang lingkar, jaring insang tiga lapis, jaring angkat, serok dan

songko, rawai dasar tetap, pancing ulur, pancing cumi dan jala. Umumnya semua jenis alat ini

di dapatkan di setiap kecamatan.

Hasil analisis Rapfish kelima dimensi dapat dilihat pada Gambar 1 sampai dengan 5,

sedangkan atribut sensitif setiap dimensi dapat dilihat pada Gambar 1a sampai dengan 5a.

Garis horizontal pada Gambar 1 sampai dengan 5 menunjukkan status keberlanjutan

perikanan sesuai dengan definisi selang indeks pada Tabel 1, sedangkan garis vertikal

menunjukkan perbedaan dari skor atribut atau indikator diantara kegiatan perikanan tangkap

dievaluasi. Untuk menggambarkan keabsahan Rapfish secara statistik dailakukan dengan

pengukuran nilai stress dan r-squared (squared correlation) dari masing-masing dimensi.

Persyaratan nilai stress secara statitik haruslah kurang dari 25% sedangkan r-squared

mendekati 100%.

Tabel 2. Pengukuran statistik nilai stress dan r-squared dengan MDS

No Dimensi Stress (%) r-squared (%)1 Ekologi 21,23 92,312 Ekonomi 16,45 94,473 Sosial 17,20 91,174 Teknologi 19,59 88,075 Hukum-Kelembagaan 18,07 93,70

Sebagai contoh nilai stress yang diperoleh dari penelitian pada dimensi ekonomi sebesar

16,45%. Hal ini menurut prosedur Multidimensional Scaling (MDS) sudah memenuhi

goodness of fit karena nilai stress yang diperoleh kurang dari 25% dan selang kepercayaan

yang diberikan sudah cukup tinggi yakni 94,47%.

Page 7: Analisis Perikanan Tangkap Langkat Markus S

Analisis Keberlanjutan Perikanan Tangkap ………………Kabupaten Langkat (Markus Sembiring)

8

Dimensi Ekologi

Gambar 1 menunjukkan ordinansi Rapfish yang menggambarkan posisi keberlanjutan

setiap alat tangkap berdasarkan indeks keberlanjutan perikanan tangkap skala kecil di lokasi

penelitian. Ordinansi keberlanjutan keseluruhan alat tangkap berada pada selang 26-50 atau

mempunyai status kurang berkelanjutan (indek keberlanjutan pada Tabel 1).

Analisis laverage (Gambar 1a) memperlihatkan bahwa atribut proporsi ikan yang dibuang,

perubahan ukuran ikan yang tertangkap dalam 10 tahun terakhir dan perubahan jenis ikan

yang tertangkap dalam 10 tahun terakhir merupakan atribut yang sangat berpengaruh terhadap

keberlanjutan perikanan skala kecil. Hal ini sangat mendasar mengingat penurunan ukuran

dan jenis ikan salah satu indikasi penting bahwa telah terjadi penurunan stok ikan. Apabila hal

ini dibiarkan maka kerusakan sumberdaya tidak akan dapat dicegah karena bisa saja ikan-ikan

yang tertangkap merupakan ikan-ikan yang belum dewasa dan sempat memijah sehingga

proses penambahan stok melalui pemijahan terhenti.

Kebijakan terkait dengan atribut sensitif tersebut adalah peningkatan selektifitas alat

tangkap. Penggunaan alat tangkap yang selektif disamping bermanfaat bagi pengelolaan

sumberdaya perikanan juga bermanfaat secara ekonomi, karena dengan menggunakan alat

tangkap yang selektif diharapkan akan diperoleh ukuran ikan sesuai dengan kebutuhan.

Dengan demikian ikan yang berhasil ditangkap juga merupakan ikan yang bernilai lebih

tinggi walaupun jumlahnya lebih sedikit. Terkait atribut proporsi ikan yang dibuang, pada saat

Gambar 1

Posisi status keberlanjutan perikanan tangkap

skala kecil dimensi ekologi

Gambar 1a

Analisis distribusi sensitivitas atribut

pada dimensi ekologi

Page 8: Analisis Perikanan Tangkap Langkat Markus S

Analisis Keberlanjutan Perikanan Tangkap ………………Kabupaten Langkat (Markus Sembiring)

9

penelitian dilakukan tidak ditemui adanya ikan yang di buang. Ini berarti semua hasil

tangkapan memiliki nilai ekonomi bagi nelayan skala kecil di lokasi penelitian.

Dimensi Ekonomi

Hasil ordinansi Rapfish seluruh alat tangkap pada dimensi ekonomi dapat dilihat pada

gambar 2. Ordinansi keberlanjutan keseluruhan alat tangkap berada pada selang 51-75 atau

mempunyai status cukup berkelanjutan (indek keberlanjutan pada Tabel 1).

Analisis laverage (Gambar 2a) memperlihatkan bahwa atribut alternatif pekerjaan dan

pendapatan, tingkat subsidi terhadap perikanan, penerimaan keuntungan dari penerimaan dan

pendapatan perkapita merupakan atribut yang dominan mempengaruhi skor keberlanjutan

perikanan skala kecil yang dikaji. Oleh karena itu kebijakan hendaknya diarahkan pada

pengembangan mata pencaharian tambahan/ alternatif pada saat musim paceklik (tidak bisa

melaut) sehingga nelayan tidak bertumpu hanya pada sektor penangkapan ikan di laut,

pengurangan pemberian subsidi, pembatasan wilayah pemasaran dan mengurangi investasi

dari luar yang bersifat profit semata.

Dimensi Sosial

Hasil ordinansi Rapfish seluruh alat tangkap pada dimensi sosial dapat dilihat pada

gambar 3. Ordinansi keberlanjutan keseluruhan alat tangkap pada dimensi sosial berada pada

selang 51-75 atau mempunyai status cukup berkelanjutan (indek keberlanjutan pada Tabel 1).

Gambar 2

Posisi status keberlanjutan perikanan tangkap

skala kecil dimensi ekonomi

Gambar 2a

Analisis distribusi sensitivitas atribut

pada dimensi ekonomi

Page 9: Analisis Perikanan Tangkap Langkat Markus S

Analisis Keberlanjutan Perikanan Tangkap ………………Kabupaten Langkat (Markus Sembiring)

10

Analisis laverage (Gambar 3a) memperlihatkan bahwa atribut tingkat pendidikan nelayan,

pengetahuan lingkungan perikanan dan partisipasi keluarga dalam pemanfaatan sumberdaya

perikanan merupakan tiga atribut yang secara berurutan sangat berpengaruh terhadap status

keberlanjutan kegiatan perikanan tangkap skala kecil. Oleh karena itu kebijakan hendaknya

diarahkan pada 1) peningkatan pendidikan dan pengetahuan para nelayan sehingga dapat

dengan cepat mengadopsi/menyerap informasi demi perbaikan kualitas lingkungan dan

peningkatan kesejahteraan mereka, 2) peningkatan partisipasi keluarga dalam memberi nilai

tambah produk perikanan.

Dimensi Teknologi

Hasil ordinansi Rapfish seluruh alat tangkap pada dimensi teknologi dapat dilihat pada

gambar 4. Ordinansi Rapfish seluruh alat tangkap pada dimensi teknologi berada pada selang

26-50 atau status kurang berkelanjutan (indek keberlanjutan pada Tabel 1). Hasil analisis

sensitivitas (Gambar 4a di bawah) memperlihatkan bahwa atribut selektivitas alat tangkap dan

ukuran kapal penangkapan merupakan atribut yang dominan mempengaruhi keberlanjutan

perikanan skala kecil. Oleh karena itu kebijakan hendaknya diarahkan pada penggunaan alat

tangkap yang lebih selektif, pembatasan armada penangkapan yang melakukan penangkapan

di perairan patai, penegasan zona penangkapan dan pengembangan sarana penangkapan ikan

skala kecil bagi nelayan yang menggunakan sampan atau perahu tampa mesin.

Gambar 3

Posisi status keberlanjutan perikanan

tangkap skala kecil dimensi sosial

Gambar 3a

Analisis distribusi sensitivitas atribut

pada dimensi sosial

Page 10: Analisis Perikanan Tangkap Langkat Markus S

Analisis Keberlanjutan Perikanan Tangkap ………………Kabupaten Langkat (Markus Sembiring)

11

Dimensi Hukum-Kelembagaan

Hasil ordinansi Rapfish seluruh alat tangkap pada dimensi hukum-kelembagaan dapat

dilihat pada gambar 5. Ordinansi keberlanjutan keseluruhan alat tangkap pada dimensi

hukum-kelembagaan berada pada selang 51-75 atau mempunyai status cukup berkelanjutan

(indek keberlanjutan pada Tabel 1).

Gambar 4

Posisi status keberlanjutan perikanan

tangkap skala kecil dimensi teknologi

Gambar 4a

Analisis distribusi sensitivitas atribut

pada dimensi teknologi

Gambar 5

Posisi status keberlanjutan perikanan tangkap

skala kecil dimensi hukum-kelembagaan

Gambar 5a

Analisis distribusi sensitivitas atribut

pada dimensi hukum-kelembagaan

Page 11: Analisis Perikanan Tangkap Langkat Markus S

Analisis Keberlanjutan Perikanan Tangkap ………………Kabupaten Langkat (Markus Sembiring)

12

Hasil analisis sensitivitas (Gambar 5a) memperlihatkan bahwa atribut demokrasi dalam

penentuan kebijakan, ketersediaan peraturan informal pengelolaan perikanan dan ketersediaan

peran tokoh masyarakat lokal merupakan atribut yang paling berpengaruh terhadap

keberlanjutan perikanan tangkap skala kecil. Oleh karen itu kebijakan hendaknya diarahkan

pada melibatkan nelayan dalam penentuan kebijakan dan meningkatkan peran dari

keberadaan tokoh masyarakat lokal dalam pelestarian ekologi dan sumber daya ikan (SDI).

Peran kelembagaan serta tokoh masyarakat lokal menjadi salah satu faktor kunci keberhasilan

pengelolaan sumberdaya perikanan, seperti sasi di Maluku, awig-awig di Lombok Barat,

panglima laut di Aceh

Simulasi Monte Carlo kelima dimensi Rapfish

Simulasi Monte Carlo dalam Rapfish diperlukan untuk mengatasi aspek

ketidakpastian. Menurut Fauzi dan Anna (2005), ketidakpastian ini disebabkan oleh beberapa

faktor antara lain dampak kesalahan skoring akibat minimnya informasi, dampak dari

keragaman dalam skoring akibat perbedaan penilaian, kesalahan dalam data entry dan

tingginya nilai stress yang diperoleh. Hasil simulasi Monte Carlo dengan 25 kali ulangan pada

setiap dimensi dapat dilihat pada Gambar 6a,6b,6c,6d dan 6e. Hasil simulasi Monte Carlo ini

menunjukkan bahwa indeks keberlanjutan perikanan tangkap skala kecil di Kabupaten

Langkat berkumpul di satu titik, walaupun dengan pola yang menyebar pada masing-masing

alat tangkap pada tiap dimensi. Artiya dengan 25 kali pengulangan, beberapa faktor

ketidakpastian hasil analisis Rapfish di atas masih dapat digunakan dalam penentuan status

keberlanjutan sesuai dengan kaidah MDS (multidimentional scaling).

Page 12: Analisis Perikanan Tangkap Langkat Markus S

Analisis Keberlanjutan Perikanan Tangkap ……………

Gambar 6. Hasil sumulasi Monte Carlo dari setiap dimensi

Status Kerberlanjutan Perikanan Tangkap Skala Kecil di Kabupaten Langkat

Perbedaan nilai status keberlanjutan dari kelima dimensi di wilayah penelitian

diperlihatkan pada gambar diagram layang di bawah ini.

Diagram layang status keberlanjutan perikanan tangkap skala kecil berdasarkan lima dimensi

Analisis Rapfish pada lima dimensi menunjukkan indek keberlanjutan perikanan tangkap

skala kecil di Kabupaten Langkat cukup berkelanjutan, dengan nilai rata

berada pada selang 51-75.

menunjukkan status keberlanjutan yang semakin bagus, sebaliknya jika semakin ke dalam

(mendekati titik 0) menunjukkan status keberlanjutan yang semakin buruk

pada setiap dimensi memperlihatkan bahwa di antara kelima dimensi dalam penelitian ini

ternyata dimensi teknologi dan ekologi merupakan dimensi yang

keberlanjutannya, dengan IKP < 50 yaitu 43,99 dan 49,02

Hukum-Kelembagaan

Analisis Keberlanjutan Perikanan Tangkap ………………Kabupaten Langkat (Markus

13

. Hasil sumulasi Monte Carlo dari setiap dimensi

Status Kerberlanjutan Perikanan Tangkap Skala Kecil di Kabupaten Langkat

Perbedaan nilai status keberlanjutan dari kelima dimensi di wilayah penelitian

diperlihatkan pada gambar diagram layang di bawah ini.

Gambar 7Diagram layang status keberlanjutan perikanan tangkap skala kecil berdasarkan lima dimensi

pada lima dimensi menunjukkan indek keberlanjutan perikanan tangkap

skala kecil di Kabupaten Langkat cukup berkelanjutan, dengan nilai rata-rata IKP 55,79 atau

. Nilai atau indeks semakin keluar (mendekati angka 100)

tus keberlanjutan yang semakin bagus, sebaliknya jika semakin ke dalam

(mendekati titik 0) menunjukkan status keberlanjutan yang semakin buruk

pada setiap dimensi memperlihatkan bahwa di antara kelima dimensi dalam penelitian ini

dimensi teknologi dan ekologi merupakan dimensi yang paling buruk status

keberlanjutannya, dengan IKP < 50 yaitu 43,99 dan 49,02 (kurang berkelanjutan).

49.02

65.54

63.02

57.4

43.99

0

20

40

60

80Ekologi

Ekonomi

SosialTeknologi

Hukum-Kelembagaan

(Markus Sembiring)

. Hasil sumulasi Monte Carlo dari setiap dimensi

Status Kerberlanjutan Perikanan Tangkap Skala Kecil di Kabupaten Langkat.

Perbedaan nilai status keberlanjutan dari kelima dimensi di wilayah penelitian

Diagram layang status keberlanjutan perikanan tangkap skala kecil berdasarkan lima dimensi

pada lima dimensi menunjukkan indek keberlanjutan perikanan tangkap

rata IKP 55,79 atau

Nilai atau indeks semakin keluar (mendekati angka 100)

tus keberlanjutan yang semakin bagus, sebaliknya jika semakin ke dalam

(mendekati titik 0) menunjukkan status keberlanjutan yang semakin buruk. Analisis Rapfish

pada setiap dimensi memperlihatkan bahwa di antara kelima dimensi dalam penelitian ini

paling buruk status

(kurang berkelanjutan).

Ekonomi

Page 13: Analisis Perikanan Tangkap Langkat Markus S

Analisis Keberlanjutan Perikanan Tangkap ………………Kabupaten Langkat (Markus Sembiring)

14

Analisis SWOT Untuk Rekomendasi Strategi dan Kebijakan

Hasil analisis SWOT yang dilakukan dengan metode skoring terhadap atribut-atribut

paling sensitif /atribut kunci pada setiap dimensi, didapatkan 12 rekomendasi strategi

kebijakan, yakni :

1. Meningkatkan partisipasi mayarakat dengan kelembagaan lokal dalam pelestarian sumber

daya perikanan dan kelautan.

2. Penguatan kelembagaan lokal dalam pemantauan/ pengawasan kerusakan ekosistem,

pencemaran perairan serta jalur penangkapan khusunya pukat langge

3. Mengembangkan partisipasi nelayan dan tokoh masyarakat dalam penentuan kebijakan

dan pengelolaan SDI yang berkelanjutan

4. Mengembangkan alat tangkap yang selektif agar jenis dan ukuran ikan yang tertangkap

sesuai dengan kebutuhan pasar

5. Peningkatan sosialisasi peraturan perundangan dan penegasannya dalam

operasionalisasi pemantauan/ pengawasan jalur penangkapan khusunya pukat langge

6. Pengembangan sarana dan prasarana penangkapan ikan skala kecil yang tepat guna

(mengurangi subsidi)

7. Mengelola komitmen nelayan menuju pola hidup yang lebih baik

8. Peningkatan taraf pendidikan formal dan non-formal nelayan

9. Mengembangkan usaha pengolahan ikan dan parawisata bahari sebagai mata pencaharian

alternatif

10. Penambahan jumlah personil, sarana dan prasarana penegakan hukum

11. Meningkatkan produksi perikanan dengan pengembangkan usaha perikanan tangkap

skala kecil

12. Pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir melalui koperasi

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1. Analisis Rapfish pada lima dimensi (ekologi, ekonomi, sosial, teknologi dan hukum-

kelembagaan) menunjukkan status cukup berkelanjutan (IKP rata-rata 55,79 atau berada

pada selang 51-75).

Page 14: Analisis Perikanan Tangkap Langkat Markus S

Analisis Keberlanjutan Perikanan Tangkap ………………Kabupaten Langkat (Markus Sembiring)

15

2. Atribut/ faktor yang paling berpengaruh adalah selektivitas alat tangkap dan ukuran kapal

penangkapan (dimensi teknologi). Menurunnya jenis dan ukuran ikan hasil tangkapan 10

tahun terakhir (dimensi ekologi). Alternative pekerjaan dan pendapatan serta tingkat

subsidi terhadap perikanan (dimensi ekonomi). Tingkat pendidikan nelayan, pengetahuan

lingkungan perikanan dan partisipasi keluarga dalam pemanfaatan sumberdaya perikanan

(dimensi sosial). Demokrasi dalam penentuan kebijakan, ketersediaan peraturan informal

pengelolaan perikanan dan ketersediaan peran tokoh masyarakat lokal (dimensi hukum-

kelembagaan).

3. Hasil analisis SWOT didapatkan duabelas rekomendasi startegi kebijakan. Prioritas utama

adalah meningkatkan partisipasi mayarakat dengan kelembagaan lokal dalam pelestarian

sumber daya perikanan dan kelautan.

Saran

1. Penggunaan teknik Rapfish dalam penelitian ini dapat menjawab persoalan yang terjadi,

tapi dalam penelitian sejenis dikemudian hari atribut dari masing-masing dimensi dapat

lebih diperkaya.

2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan terkait analisis dugaan stok SDI, MSY dan analisis

usaha masing-masing alat tangkap, sehingga secara teknis konsep pengelolaan dapat lebih

dipertajam.

3. Perlu segera ada instrumen kebijakan untuk mengatasi keadaan sumberdaya perikanan

yang sudah mencapai tangkap lebih (over exploited, dan over harvested) agar sumberdaya

perikanan tetap berkelanjutan.

4. Rekomendasi strategi kebijakan hasil penelitian ini perlu didukung regulasi yang

demokratis bagi semua pihak khususnya nelayan, kelembagaan lokal dan tokoh

masyarakat untuk pengelolaan perikanan tangkap skala kecil yang berkelanjutan.

Page 15: Analisis Perikanan Tangkap Langkat Markus S

Analisis Keberlanjutan Perikanan Tangkap ………………Kabupaten Langkat (Markus Sembiring)

16

DAFTAR PUSTAKA

Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan.2006. Indikator Kinerja SektorKelautan dan Perikanan Volume I: Potensi Sumberdaya Kelautan dan Perikanan.BBRSE. Jakarta. Hal 105-107.

Charles, T. 2001. Sustainable Fisheriy System. Blackwell Science.UK.

Dinas Perikanan dan Kelautan Kab.Langkat. 2010. Data Base Perikanan dan KelautanKabupaten Langkat 2010. Stabat.

Hermawan,M.2006. Keberlanjutan Perikanan Tangkap Skala Kecil (Kasus Perikanan Pantaidi Serang dan Tegal. Disertasi S3 Sekolah Pascasarjana IPB. Bogor.

FAO.1999. Indicator for Sustainable Development of Marine Capture Fisheries. FAOTechnical Guidelines for Responsible Fisheries. FAO of The United Nation. Rome.

Fauzi, A. dan S.Anna. 2002. Evaluasi Status Keberlanjutan Pembangunan Perikanan :Aplikasi Pendekatan Rapfish (Studi Kasus Perairan DKI Jakarta). Jurnal Pesisirdan Lautan Vol. 4 (3). pp: 43-55.

Fauzi, A dan S.Anna. 2005. Pemodelan Sumber Daya Perikanan dan Kelautan. Jakarta. PT.Gramedia Pustaka Utama.

Undang-Undang No.45 tahun 2009. Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004tentang Perikanan. Jakarta.

Pitcher, T.J. and D. Preikshot. 2001. RAPFISH : A Rapid Appraisal Technique to EvaluateThe Sustainability Status of Fisheries. Fisheries Research Report, Fisheries CenterUniversity of British Columbia, Vancouver.

Pitcher, T.J. 1999. Rapfish, A Rapid Appraisal Technique for Fisheries, And Its Application tothe Code of Conduct for Responsible Fisheries. FAO Fisheries Circular No. 947:47pp.

Rangkuti, F. 1999. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. PT Gramedia PustakaUtama. Jakarta.

Rubin, R.S.,and D.J.Luck. 1987. Marketing Research. seventh edition. Prentice-Hall Inc. NewJersey.

Smith. I.R. 1983. A Research Framework for Traditional Fisheries. International Center forLiving Aquatic Resources Management (ICLARM), Manila.

Susilo, S. B. 2003. Keberlanjutan Pembangunan Pulau-Pulau Kecil : Studi Kasus KelurahanPulau Panggang dan Pulau Pari, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. DisertasiSekolah Pascasarjana IPB. Bogor. Tidak dipublikasikan