UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS EKONOMI Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Perusahaan Asuransi Jiwa Syariah dan Konvensional Berdasarkan Metode RBC DISUSUN OLEH : NAMA : Lia Utami Nawangsih NPM : 21204229 JURUSAN : AKUNTANSI PEMBIMBING : DR. Imam Subaweh, SE., AK., MM Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam Mencapai Gelar Sarjana Strata Satu (S1) JAKARTA 2008 1
34
Embed
Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Perusahaan Asuransi ...publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/3491/1/JURNAL... · sebagai pengelola keuangan dalam hal ini bidang asuransi.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
UNIVERSITAS GUNADARMA
FAKULTAS EKONOMI
Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan
Perusahaan Asuransi Jiwa Syariah dan Konvensional Berdasarkan Metode RBC
DISUSUN OLEH :
NAMA : Lia Utami Nawangsih
NPM : 21204229
JURUSAN : AKUNTANSI
PEMBIMBING : DR. Imam Subaweh, SE., AK., MM
Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat
Dalam Mencapai Gelar Sarjana Strata Satu (S1)
JAKARTA
2008
1
ABSTRAKSI
Lia Utami Nawangsih
Skripsi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma, 2008
“Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Perusahaan Asuransi Jiwa Syariah dan
Konvensional Berdasarkan Metode RBC ”.
( xvi + 95 + Lampiran )
Asuransi konvensional merupakan satu-satunya metode asuransi yang memberikan perlindungan terhadap diri serta kerugian yang dihindari. Namun seiring perkembangan global, munculnya asuransi syariah yang sesuai dengan prinsip syariat islam merupakan alternatif baru dalam dunia asuransi. Didukung citra yang baik (brand image) menarik masyarakat untuk lebih percaya. Hal tersebut mendesak asuransi konvensional untuk lebih meningkatkan kinerja atau posisi keuangan perusahaan yang sehat (solven) agar mampu bersaing dan mendapatkan kembali kepercayaan dari masyarakat sebagai potensi market. Tidak hanya itu sebuah perusahaan asuransi perlu memenuhi ketentuan minimum tingkat solvabilitas sebesar 120 persen dari batas tingkat solvabilitas minimum (BTSM) yang ditetapkan pemerintah. Karena apabila nilai tersebut tidak terpenuhi maka kondisi keuangan perusahaan akan mengalami defisit karena tidak dapat mengembalikan modal awal yang telah dikeluarkan perusahaan sehingga sangat merugikan nasabah. Untuk itu diperlukan pengukuran guna melindungi masyarakat dari kondisi insolvent atau perlakuan tidak adil dari perusahaan asuransi dengan menggunakan metode RBC (Risk Based Capital) dan rasio selain BTSM.
Berdasarkan hasil dari perbandingan kinerja keuangan tersebut diketahui bahwa tingkat solvabilitas kedua perusahaan ini melebihi dari yang ditetapkan pemerintah (Departemen Keuangan) yaitu diatas 120 %. Dan dalam segi pemenuhan kewajiban jangka pendek (likuiditas), polis, pengelolaan risiko yang diambil serta bantalan untuk berjaga-jaga dalam permodalan PT Asuransi Takaful Keluarga lebih baik dibandingkan dengan PT Asuransi Allianz Life Indonesia. Walaupun portofolio investasi perusahaan syariah terbatas namun pengelolaan manajemen yang efisien mampu menarik masyarakat dalam memilih produknya. Kata Kunci : Perbandingan Kinerja Keuangan Metode RBC
Daftar Pustaka : (1992 – 2008)
Dosen Pembimbing : DR. Imam Subaweh, SE., AK., MM
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dalam era globalisasi, perusahaan yang mampu bersaing dan memiliki prospek
yang cerah adalah perusahaan yang memiliki citra baik (brand image) dan rasa
kepercayaan dari masyarakat sebagai potensi market. Salah satu aspek terpenting
dalam pembentukan brand image yang baik adalah kinerja atau posisi keuangan
perusahaan yang solven atau sehat, terutama bagi sebuah lembaga yang berfungsi
sebagai pengelola keuangan dalam hal ini bidang asuransi. Terlebih kini perusahaan
asuransi semakin beragam dengan adanya sistem baru yang berbeda dari asuransi
konvensional yaitu asuransi dengan prinsip syariat islam.
Industri jasa asuransi yang merupakan salah satu pilar keuangan. Ia dapat juga
diartikan sebagai bagian dari penggerak utama roda ekonomi Negara baik asuransi
konvensional maupun syariah. Buktinya disetiap sisi dunia usaha, baik dibidang
perdagangan barang maupun jasa, semuanya membutuhkan asuransi. Asuransi sendiri
merupakan sarana finansial dalam tata kehidupan rumah tangga, baik dalam
menghadapi risiko yang mendasar seperti risiko kematian, atau dalam menghadapi
risiko atas harta benda yang dimiliki.
Pengawasan terhadap perusahaan-perusahaan dalam asuransi sangat perlu
dilakukan. Karena menurut Robert I Mehr, 1996: 96, perlunya pengawasan
(peraturan) dalam bidang asuransi adalah karena industri asuransi membutuhkan
keyakinan masyarakat, dihubungkan dengan kondisi lembaga keuangan di Indonesia.
Karena masalah keuangan (financial) merupakan masalah terpenting dalam
pengawasan kinerja keuangan industri asuransi maka perlu adanya ketentuan Risk
Based Capital (RBC) atau tingkat solvensi tentang ketahanan perusahan asuransi
guna mengatasi masalah tersebut.
Batas tingkat solvabilitas (Solvency Margin) merupakan tolak ukur kesehatan
keuangan Perusahaan asuransi dan Perusahaan Reasuransi. Batas tingkat Solvabilitas
ini merupakan selisih antara kekayaan terhadap kewajiban yang perhitungannya
didasari pada cara perhitungan tertentu sesuai dengan sifat usaha asuransi.
Berdasarkan SK (Surat Keputusan Menteri Keuangan) No.424/KMK.06/2003
tentang perhitungan tingkat Solvabilitas dengan metode Risk Based Capital (RBC).
Dalam ketentuan tersebut, penyesuaian pemenuhan kebutuhan RBC dilakukan
dengan target angka dan toleransi waktu yang sangat longgar dan protektif. Yakni
ketentuan minimum tingkat solvabilitas sebesar 120% dari batas tingkat solvabilitas
minimum (BTSM) yang telah ditetapkan BAPEPAM dari tahun 2004 sampai dengan
tahun 2007, namun pada perusahaan yang memiliki tingkat solvabilitas sekurang-
kurangnya 100% dari BTSM, Bapepam tidak langsung mengenakan sanksi
administratif tetapi diberi kesempatan untuk memperbaiki kondisi keuangan sesuai
dengan jangka waktu yang dimuat dalam rencana penyehatan.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka pengukuran kinerja suatu perusahaan
asuransi sangatlah penting untuk melindungi kepentingan masyarakat luas terutama
untuk menjaga apakah perusahaan asuransi setiap saat dapat memenuhi kewajibannya
kepada tertanggung baik itu pada asuransi syariah ataupun konvensional. Karena
pengawasan kinerja keuangan industi asuransi bertujuan untuk mempertahankan lalu
mengembangkan industri asuransi.
Pengukuran dilakukan dengan membandingkan risiko kerugian perusahaan jika
dihitung dengan ketentuan konvensional dan dengan ketentuan syariah. Selain itu,
dengan penelitian ini dapat diketahui minimum rasio RBC perusahaan.
Adapun dua perusahaan asuransi yang akan diperbandingkan adalah PT.
Asuransi Takaful Keluarga yang merupakan salah satu perusahaan asuransi
terkemuka yang berbasiskan syariah yang bergerak dalam asuransi jiwa di indonesia
dan merupakan perintis bagi asuransi syariah lainnya. Keberadaaanya memberikan
kesempatan bagi para pengguna jasa asuransi untuk dapat menikmati sistem yang
sesuai dengan tuntutan agama dan bersih dari gharar (ketidakpastian), maisir (judi)
dan riba dimana hal tersebut dimiliki oleh asuransi konvensional. Kelebihan dalam
mekanisme maupun tehnik yang dimiliki oleh asuransi takaful membuatnya tetap
eksis dan mampu bersaing dalam persaingan asuransi jiwa di Indonesia. Sedangkan
asuransi konvensional yang dipilih sebagai perbandingan kinerja keuangan adalah
PT. Asuransi Allianz Life Indonesia merupakan perusahaan joint venture dari Allianz
Asia Pacific dan PT. Kresna Karya yang kini termasuk 10 perusahaan asuransi jiwa
terbesar dan terkemuka di Indonesia. Allianz Indonesia memenuhi semua kebutuhan
asuransi jiwa, kesehatan, pensiun dan asuransi umum dalam satu atap dan menjadi
satu-satunya perusahaan asuransi dengan layanan terlengkap di Indonesia.
Melihat kondisi ke depan yang semakin ketat tingkat kompetisi atau persaingan
dengan timbul beragamnya alternatif pembiayaan asuransi (baik konvensional
maupun syariah) membuat PT. Asuransi Takaful Keluarga dan PT. Asuransi Allianz
Life Indonesia harus terus memperbaiki kinerja manajerial serta finansialnya agar
terus dapat eksis dan survive dalam memasuki era globalisasi. Fungsi asuransi sendiri
sebagai lembaga keuangan yang berperan dalam kegiatan perlindungan risiko,baik
asuransi syariah ataupun asuransi konvensional adalah sama. Perbedaannya pun
hanya terletak dari sistem masing-masing usaha yang digunakan. Selain itu semua
aktifitas keduanya sama, sehingga penilaian kinerja terhadap perusahaan asuransi
dapat dilakukan dengan melihat laporan keuangan, yaitu neraca dan laporan laba rugi
masing-masing perusahaan asuransi.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk memilih Analisis
Perbandingan Kinerja Keuangan Perusahaan Asuransi Jiwa Syariah dan
Konvensional Berdasarkan Metode RBC.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam skripsi ini adalah perlunya perusahaan
asuransi memenuhi ketentuan minimum tingkat solvabilitas sebesar 120 persen dari
batas tingkat solvabilitas minimum (BTSM) yang ditetapkan pemerintah baik
perusahaan asuransi konvensional maupun asuransi syariah. Hal ini penting, apabila
nilai tersebut tidak terpenuhi maka kondisi keuangan perusahaan akan mengalami
defisit karena tidak dapat mengembalikan modal awal yang telah dikeluarkan
perusahaan sehingga sangat merugikan nasabah, sesuai UU Asuransi dan PP No. 73
Tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian sebagaimana diubah
dengan PP No. 63 Tahun 1999.
Berdasarkan uraian diatas, maka perumusan pokok masalah dalam penelitian
adalah :
1. Bagaimana perbandingan kinerja keuangan perusahaan asuransi jiwa syariah dan
perusahaan asuransi jiwa konvensional dengan Metode RBC?
2. Apa yang menjadi perbedaan dalam pengukuran kinerja keuangan antara
perusahaan asuransi jiwa syariah dan perusahaan asuransi jiwa konvensional?
3. Manakah yang lebih baik antara pembagian risiko (risk sharing) pada perusahaan
asuransi syariah dengan pengalihan risiko (risk transfering) pada asuransi
konvensional dilihat dari kondisi pasar Indonesia?
1.3 Batasan Masalah
Batasan dalam penelitian ini adalah penulis hanya membahas mengenai
elemen-elemen yang terkait dengan laporan keuangan PT. Asuransi Takaful Keluarga
dan PT. Asuransi Allianz Life Indonesia dalam kurun waktu 4 tahun terakhir (2004-
2007) yang digunakan untuk memperoleh gambaran perbandingan kinerja keuangan
antara asuransi syariah dan asuransi konvensional diukur dengan menggunakan
pendekatan Risk Based Capital (RBC) atau Batas Tingkat Solvabilitas dari Keputusan
Menteri Keuangan No.424/KMK.06/2003 tentang kesehatan keuangan perusahaan
asuransi dan Keputusan Direktorat Jendral Lembaga Keuangan (DJLK) No.
Kep.3607/LK/2004 tentang pedoman perhitungan batas tingkat solvabilitas yang
dapat mengukur suatu perusahaan solven (sehat) atau tidak. Serta perhitungan kinerja
keuangan dengan menggunakan rasio-rasio selain Batas Tingkat Solvabilitas.
1.4 Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitiannya bagi penulis adalah:
1. Untuk mengetahui perbandingan kinerja keuangan perusahaan asuransi jiwa
syariah dan perusahaan asuransi jiwa konvensional dengan Metode RBC.
2. Untuk mengetahui perbedaan dalam pengukuran kinerja keuangan antara
perusahaan asuransi jiwa syariah dan perusahaan asuransi jiwa konvensional.
3. Untuk menganalisi alternatif yang paling baik antara pembagian risiko (risk
sharing) pada perusahaan asuransi syariah dengan pengalihan risiko (risk
transfering) pada asuransi konvensional dilihat dari kondisi pasar Indonesia.
1.5 Manfaat Penelitian
Data dan informasi serta hasil yang diperoleh diharapkan dapat bermanfaat
kepada berbagai pihak yaitu :
1. Bagi perusahaan
Manfaat penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan dan suatu dasar dalam pengambilan keputusan mengenai sehat
(solven) atau tidaknya kondisi keuangan PT. Asuransi Takaful Keluarga dan
PT. Asuransi Allianz Life Indonesia dengan menggunakan metode RBC (Risk
Based Capital)/Batas Tingkat Solvabilitas Minimum (BTSM) serta rasio-rasio
lainnya.
2. Bagi penulis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pemahaman bagi penulis dengan
masalah yang diuraikan dan sebagai latihan dalam mengembangkan ilmu-ilmu
yang dipelajari.
3. Bagi pihak ketiga
Penelitian ini berguna untuk memberikan pandangan yang luas dan
menambah wawasan mengenai bidang usaha perasuransian serta dapat
menjadi tolak ukur (milestone) pilihan asuransi yang aman dan sesuai dengan
pilihan kita serta menumbuhkan rasa kepercayaan (brand image) kepada
masyarakat terhadap produk atau lembaga keuangan asuransi.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian
Objek penelitian yang penulis gunakan adalah dua perusahaan group asuransi
yang terkemuka di Indonesia dengan sistem berbeda yaitu :
a. Asurasi Syariah
Nama : PT. Asuransi Takaful Keluarga
Alamat : Graha Takaful
di Jalan Mampang Prapatan Raya No.100. Jakarta, 12970.
Telp / Fax : (021) 799 1234 / (021) 790 1435.
b. Asuransi Konvensional
Nama : PT. Asuransi Allianz Life Indonesia
Alamat : Gedung Summitmas II, Lt 19
di Jalan Jendral Sudirman Kav.61-62. Jakarta,12190.
Telp / Fax : (021) 5299 8888 / (021) 3000 3400.
Kedua perusahaan tersebut merupakan perusahaan-perusahaan asuransi besar di
Indonesia. PT Asuransi Takaful Keluarga dalam bidang asuransi syariah dan PT
Asuransi Allianz Life Indonesia dibidang asuransi konvensional. Sehingga kedua
perusahaan tersebut dapat dijadikan sebagai satu sampel dari keseluruhan perusahaan
asuransi yang ada di Indonesia.
3.2 Data Penelitian
Data yang digunakan untuk memperbandingkan kinerja keuangan perusahaan
asuransi syariah dan konvensional adalah :
1. Data Primer
Penulis melakukan riset penelitian dengan cara kunjungan langsung dan
wawancara dengan dua manajer keuangan mengenai perhitungan pengukuran
kesehatan kinerja keuangan pada masing-masing perusahaan grup asuransi tersebut
yaitu PT. Asuransi Takaful Keluarga (Prinsip Syariah) dan PT. Asuransi Allianz Life
Indonesia (Konvensional), hasil wawancara sangat membantu dalam membandingkan
kinerja keuangan kedua perusahaan tersebut.
2. Data Sekunder
Penulis memperoleh data sekunder berupa laporan keuangan (Neraca, Laporan
Rugi Laba, Struktur Organisasi) dua perusahaan grup asuransi terkemuka yaitu PT.
Asuransi Takaful Keluarga dan PT. Asuransi Allianz Life Indonesia selama 4 tahun
terakhir yaitu periode tahun 2004 sampai dengan tahun 2007, yang kemudian akan
dibandingkan melalui metode RBC (Risk Based Capital) / Batas Tingkat Solvabilitas
Minimum (BTSM) serta rasio-rasio lainnya.
Data yang digunakan adalah :
a. Data Internal, data yang didapat dari dalam perusahaan, dimana penulis
memperolehnya melalui kunjungan langsung
b. Data Time Series, data yang diperoleh penulis berupa Laporan Keuangan
seperti: Laporan Neraca periode (Tahun 2004 - Tahun 2007), Laporan Laba
Rugi Perusahaan (Tahun 2004 - Tahun 2007), Laporan Keuangan
Pendukung Lainnya, dan Struktur Organisasi Perusahaan.
c. Data dari website milik PT. Asuransi Takaful Keluarga yang berasal dari
situs www.takaful.com, juga PT. Asuransi Allianz Life Indonesia dari situs
www.allianz.co.id sebagai bahan pelengkap data dalam penelitian.
3.3 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang penulis gunakan melalui :
1. Penelitian Lapangan (Field Research)
Penelitian dilakukan ditempat obyek penelitian yaitu PT. Asuransi Takaful Keluarga
di Jalan Mampang Prapatan Raya No.100. Jakarta Selatan. Proses penelitian
perusahaan berhubungan dengan Bapak Santo (Bagian Keuangan) dan Bapak Jhon
Faisal (Bagian Riset dan Pengembangan). Sedangkan pada PT. Asuransi Allianz Life
Indonesia di Jalan Jendral Sudirman Kav.61-62. Jakarta Pusat, berhubungan dengan
Bapak Richo Anthony (Manajer Keuangan) dan Bapak Nugi, dimana penulis lakukan
meliputi hal sebagai berikut :
a) Pengamatan
Pengamatan dilakukan dengan cara melakukan observasi langsung pada
obyek penelitian.
b) Wawancara
Melakukan wawancara pada salah satu karyawan di tempat obyek penelitian.
2. Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Pengumpulan data dari literatur-literatur untuk mengolah sumber data digunakan
buku-buku diktat, seperti pengantar asuransi karangan Hasymi Ali, memahami
asuransi di Indonesia karangan Radiks Purba, manajemen asuransi karangan Herman
Darmawi dan asuransi syariah di Indonesia karangan Abdul Ghofur Anshori
Serta memanfaatkan penggunaan internet dan buku catatan yang berhubungan
dengan permasalan diatas.
3.4 Alat analisis yang digunakan
1. Risk Based Capital (RBC)
Risk Based Capital (RBC) atau Batas Tingkat Solvabilitas Minimum (BTSM)
adalah suatu jumlah minimum tingkat solvabilitas yang ditetapkan, yaitu sebesar
jumlah dana yang dibutuhkan untuk menutup risiko kerugian yang mungkin timbul
sebagai akibat dari deviasi dalam pengelolaan kekayaan dan kewajiban.
Rasio kesehatan RBC suatu perusahaan asuransi pada dasarnya adalah rasio
dari nilai kekayaan bersih atau (net worth) perusahaan bersangkutan, yang dihitung
berdasarkan peraturan akuntasi standar, dibagi dengan nilai kekayaan bersih, yang
dihitung kembali dengan mengikutsertakan resiko-resiko pemburukan yang mungkin
terjadi.
Istilah Risk Based Capital (singkatnya RBC) telah menjadi penting, khususnya
berkaitan dengan pengukuran keamanan finansial atau kesehatan perusahaan-
perusahaan asuransi.
Karena secara umum, rasio kesehatan RBC adalah suatu ukuran yang
menginformasikan tingkat keamanan finansial atau kesehatan suatu perusahaan
asuransi. Semakin besar rasio kesehatan RBC sebuah perusahaan asuransi, semakin
sehat kondisi finansial perusahaan tersebut.
BTSM terdiri dari komponen-komponen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
ayat (1) Keputusan Menteri Keuangan Nomor 424/KMK.06/2003 tentang Kesehatan
Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 135/PMK.05/2005, yaitu :
2. Komponen-Komponen Rasio Solvabilitas
Deviasi dalam pengelolaan kekayaan dan kewajiban sebagaimana yang dimaksud
dalam solvabilitas / RBC terdiri dari :
a. Kegagalan Pengelolaan Kekayaan (Asset Default Risk)
Yang dimaksud dengan kegagalan pengelolaan kekayaan adalah risiko yang
timbul dari kemungkinan :
- Kehilangan penurunan nilai kekayaan/kehilangan/penurunan pendapatan jumlah
dana yang dibutuhkan untuk menanggulangi risiko kegagalan pengelolaan
kekayaan ditentukan dengan mengalikan suatu faktor risiko terhadap nilai
kekayaan.
b. Ketidak-Seimbangan Antara Proyeksi Arus Kekayaan dan Kewajiban
(Cash-flow Mismatch Risk)
Yang dimaksud dengan keseimbangan disini adalah risiko ketidakseimbangan
antara proyeksi arus kekayaan dan kewajiban ditentukan dengan membandingkan
nilai sekarang dari proyeksi arus kekayaan dan nilai sekarang dari proyeksi arus
kewajiban.
Jumlah dana yang dibutuhkan untuk menutupi ketidakseimbangan antara cash
flow kekayaan dan cash flow kewajiban suatu perusahaan asuransi ditentukan dengan
membandingkan nilai diskonto dari cash flow asset dan nilai diskonto dari cash flow
kewajiban dalam berbagai skenario investasi.
Proyeksi atas kewajiban hanya didukung untuk semua produk cadangan premi.
Jumlah dana yang dibutuhkan untuk menutup ketidakseimbangan tersebut adalah
nilai absolut dengan formula.
c. Ketidak-Seimbangan Antara Nilai Kekayaan dan Kewajiban Dallam Setiap
Jenis Mata Uang (Currency Mismatch Risk)
Yang dimaksud KTSIM di atas adalah risiko ketidakseimbangan antara nilai
kekayaan dan kewajiban dalam setiap jenis mata uang ditentukan dengan
membandingkan kekayaan dengan kewajiaban yang dimiliki. Jumlah dana yang
dibutuhkan untuk menutup ketidakseimbangan antara aset dan kewajiban adalah dana
penutup ketidakseimbangan.
d. Perbedaan Antara Beban Klaim Yang Terjadi Dan Beban Klaim Yang
Diperkirakan (Claim Experience Worse Than Expected Risk)
Yang dimaksud dengan perbedaan di atas adalah risiko perbedaan antara beban
klaim yang terjadi dan beban klaim yang diperkirakan timbul dari kemungkinan
pengalaman klaim yang terjadi lebih buruk dari klaim yang diperkirakan. Jumlah
dana yang diperlukan untuk menutup risiko perbedaan antara beban klaim yang
terjadi dan beban klaim yang diperkirakan ditentukan dengan menetapkan faktor
risiko terhadap masing-masing komponen tersebut.
e. Ketidak-Cukupan Premi Akibat Perbedaan Hasil Investasi yang
Diasumsikan dalam Penetapan Premi dengan Hasil Investasi yang Diperoleh
(Insufficient Premium Risk)
Komponen ketidakcukupan premi dikaitkan dengan risiko bahwa premi yang
diterima tidak cukup karena hasil investasi yang diperoleh lebih rendah dari hasil
investasi yang diperkirakan.
Jumlah dana yang dibutuhkan untuk menanggulangi risiko ketidakcukupan premi
adalah faktor risiko dikalikan dengan cadangan teknis.
f. Ketidak-Mampuan Pihak Reasuradur untuk memenuhi kewajiban
membayar klaim (Reinsurance Risk)
Komponen risiko asuransi dikaitkan dengan ketidakmampuan penanggung ulang
untuk memenuhi kewajibannya. Jumlah dana yang dibutuhkan untuk menanggulangi
risiko reasuransi ditentukan dengan cadangan teknik beban penanggung ulang. Faktor
risiko yang digunakan adalah :
2. Rasio Selain Batas Tingkat Solvabilitas Minimum (BTSM)
Adapun rasio-rasio yang digunakan selain metode RBC (Risk Based Capital)
/ Batas Tingkat Solvabilitas Minimum (BTSM) adalah sebagai berikut :
a. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas mengukur kemampuan perusahaan dalam memnuhi kewajiban-
kewajiban lancarnya (jangka pendek). Departemen Keuangan sangat memperhatikan
kepentingan publik (pemegang polis) agar tidak dirugikan.
Rumusannya sebagai berikut :
Kekayaan Lancar
RL =
Kewajiban Lancar
Perlu dicatat bahwa yang dimaksud dengan kekayaan dan kewajiban lancar
adalah kewajiban di bawah per tahun.
b. Rasio Perimbang Investasi dengan Kewajiban
Rasio ini dipergunakan untuk mengukur perimbangan investasi terhadap
kewajiban kepada pemegang polis. Rasio ini menurut KMK tersebut sekurang-
kurangnya (minimal) harus 100 %.
Rumusannya sebagai berikut :
Investasi
RPIDK =
Cadangan Teknis + Hutang Klaim
Perlu dicatat bahwa investasi yang disini adalah nilai investasi yang
diperkenankan (admitted investment), dan dilakukan perusahaan cad teknis adalah
semua kewajiban yang berhubungan dengan kepentingan nasaban/bisa disebut
sebagai nilai sekarang (present value) dari kewajiban yang akan datang (future
liability). Hutang klaim adalah kewajiban kepada pemegang polis yang masih
terutang.
c. Rasio Perimbang Premi Sendiri dengan Modal Sendiri
Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan permodalan perusahaan
yang berfungsi sebagai bantalan terhadap premi yang diretensi (ditanggung) sendiri.
Nilai rasio yang diijinkan untuk DK adalah sekurang-kurang (minimal 300 %).
Rumusannya sebagai berikut :
Premi Sendiri
RPPSDMS =
Modal Sendiri
d. Rasio Pendapatan Investasi Netto
Rasio pendapatan investasi neto atau investament eld ratio ini memberikan
indikasi kemampuan manaj investasi dari perusahaan yang bersangkutan serta
besarnya pendapatan yang didapat dari hasil investasi dibandingkan rata-rata kas dan
investasi dalam tahun berjalan.
Rumusannya sebagai berikut :
Pendapatan Bersih Investasi
RPIN =
Rata-rata Kas dan Investasi
Pendapatan bersih adalah hasil dari invesatasi perusahaan.
Rata-rata kas dan investasi adalah rata-rata investasi ditambah kas tahun lalu dan
sekarang.
e. Rasio Beban Klaim, Beban Usaha dan Komisi
Rasio ini mengukur beban perusahaan yang terdiri dari beban klaim, beban usaha,
dan beban komisi terhadap pendapatan preminya. Rasio ini menggambarkan tingkat
efisiensi perusahaan.
a. Rasio Beban Klaim Netto
Rasio ini menceriminkan pengalaman klaim (loss ratio) yang terjadi serta kualitas
usaha penutupnya.
Rumusannya sebagai berikut :
Beban Klaim Netto
RBK =
Pendapatan Premi Netto
Beban Klaim Netto adalah besarnya klaim dan manfaat dibayar dikurangi klaim
asuransi.
Pendapatan Premi Netto adalah pendapatan bersih premi dari premi bruto
dikurangi premi asuransi dikurangi premi yang belum merupakan pendapatan.
b. Rasio Beban Usaha
Rasio ini mengukur bidang umum/manajemen yang terjadi dalam kegiatan usaha
serta memberikan indikasi tentang tingkat efisiensi operasi perusahaan.
Rumusannya sebagai berikut :
Beban Usaha
RBU =
Pendapatan Premi Netto
BU adalah semua beban operasi yang terjadi diri dari biaya akuisisi bi pemasaran,
bidang umum dan adm di bidang lainnya.
c. Rasio Komisi Netto
Rasio ini mengukur diperoleh (ocquisition rast) atas bisnis yang didapat.
Disamping itu rasio ini dapat juga digunakan untuk melakukan perbandingan
besarnya tarik komisi keperantaraan antara perusahaan yang satu dengan
perusahaan lain dan dengan rata-rata tarif dalam industri.
Rumusannya sebagai berikut :
Beban Komisi Netto
RKN =
Pendapatan Premi Netto
KN adalah jumlah total komisi yang dikeluarkan perushaan terutama kepada
agen-agen penjual.
f. Rasio Perubahan Modal Sendiri
Rasio perubahan modal sendiri memberikan indikasi atas perkembangan atau
penurunan kondisi keuangan perusahaan dalam tahun berjalan.
Rumusannya sebagai berikut :
Kenaikan/Penurunan Modal Sendiri
RPMS =
Modal Sendiri Tahun Lalu
3.5 Analisis Perbandingan Rasio Solvabilitas / Risk Based Capital
1. Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan
Analisis perbandingan kinerja keuangan PT. Asuransi Takaful Keluarga dan
PT Asuransi Allianz Life Indonesia dilakukan dengan menggunakan metode RBC
yaitu pengukuran rasio pencapaian solvabilitas atau batas tingkat solvabilitas
minimum (BTSM) yang didasarkan atas keputusan Menteri Keuangan
No.424/KMK.06/2003 mengenai pelaporan perusahaan asuransi dan keputusan
Direktorat Jenderal Lembaga Keuangan (DJLK) No. Kep.3607/LK/2004 tentang
pedoman perhitungan batas tingkat solvabilitas yang dapat mengukur suatu
perusahaan solven (sehat) atau tidak.dengan rumusan sebagai berikut:
Kekayaan yang Diperkenankan – Kewajiban
x 100 %
BTSM
Berdasarkan data di laporan keuangan keuangan PT. Asuransi Takaful Keluarga
dan PT Asuransi Allianz Life Indonesia tentang batas tingkat solvabilitas minimum
(BTSM) yang merupakan hasil perhitungan rasio pencapaian sovabilitas adalah :
Tabel 1
Rasio Perbandingan Solvabilitas / Risk Based Capital
Tahun BTSM
DepKeu
PT. Asuransi
Takaful Keluarga
PT. Asuransi
Allianz Life Indonesia
2004 > 120 % 379.35 % 216.40 %
2005 > 120 % 325.27 % 142.03 %
2006 > 120 % 309.25 % 195.85 %
2007 > 120 % 267.46 % 255.03 % Sumber : www.bapepam.co.id, www.takaful.com dan www.allianz.co.id
Hasil perbandingan ini menunjukkan bahwa, kebijakan investasi yang dilakukan
oleh perusahaan masih memenuhi persyaratan. Namun, perusahaan harus terus
meningkatkan tingkat solvabilitas, agar dapat mempertahankan tingkat solvabilitas
diatas ketetapan pemerintah dan terus beroperasi dalam indusri asuransi jiwa di
Indonesia yang semakin .
2. Perhitungan Komponen Rasio Solvabilitas (BTSM)
Berikut perhitungan dari faktor-faktor atau komponen batasan tingkat
solvabilitas minimum:
Tabel 2
BTSM PT Asuransi Takaful Keluarga
Sumber : www.allianz.co.id
A Tingkat Solvabilitas Tahun 2004 Tahun 2005 Tahun 2006 Tahun 2007
Dari uraian-uraian yang telah penulis kemukakan pada bab terdahulu, maka
penulis menarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Hasil dari perbandingan kinerja keuangan perusahaan asuransi jiwa syariah dan
perusahaan asuransi jiwa konvensional dengan Metode RBC menghasilkan :
− Kinerja keuangan PT. Asuransi Takaful Keluarga dan PT Asuransi Allianz
Life Indonesia berdasarkan perhitungan BTS dengan metode RBC sudah
cukup baik karena melampaui batasan tingkat solvabilitas yang ditetapkan
pemerintah (Departemen Keuangan) yaitu diatas 120 %. Hal ini membuktikan
kebijakan investasi yang dilakukan oleh kedua perusahaan tersebut memenuhi
persyaratan. Meskipun PT Asuransi Takaful Keluarga memilki tingkat rasio
yang signifikan namun tetap terus meningkatkan kembali tingkat rasio
pencapaian solvabilitas (RBC) agar tidak mengalami penurunan rasio lagi
ditahun berikutnya.
− Kinerja keuangan PT. Asuransi Takaful Keluarga dalam hal pemenuhan
kewajiban jangka pendek (likuiditas), pemenuhan kewajiban kepada polis,
dan dalam pengelolaan antara risiko yang diambil serta bantalan untuk
berjaga-jaga dalam permodalan sangat cukup baik dibandingkan dengan PT
Asuransi Allianz Life Indonesia yang statis (tetap) dari tahun ke tahun.
− Kinerja keuangan PT. Asuransi Takaful Keluarga dan PT Asuransi Allianz
Life Indonesia sudah cukup efisien dan baik dalam proses dan fungsi
underwritting serta penutupan risiko (beban klaim), begitupun dalam hal
pengelolaan bisnis atas komisi, namun dalam hal pengelolaan operasional
manajemen (beban usaha) PT. Asuransi Takaful Keluarga belum efisien pada
tahun-tahun terakhir. Begitupun pendapatan investasi yang belum optimal,
disebabkan oleh portofolio investasi syariah yang terbatas.
− Kinerja keuangan PT. Asuransi Takaful Keluarga dan PT Asuransi Allianz
Life Indonesia dalam hal operasional perusahaan masih dalam batas normal
dan kewajaran serta berkinerja baik. Sedangkan PT. Asuransi Takaful
Keluarga pada tahun 2007 mengalami penurunan ekuitas yang disebabkan
oleh kerugian operasi yang cukup signifikan, sehingga diperlukan langkah-
langkah yaitu analisis komponen modal disetor, cadangan khusus dan laba
ditahan.
2. Tidak ada perbedaan mendasar dalam perhitungan kinerja keuangan antara PT.
Asuransi Takaful Keluarga dengan PT. Asuransi Allianz Life Indonesia bila
dilihat dari perhitungan tingkat solvabilitas karena sama-sama menggunakan
metode RBC dan rasio selain BTSM. Hanya saja untuk asuransi jiwa syariah, PT.
ATK tidak mengalokasikan dana untuk Reinsurance Risk (ketidakmampuan
membayar klaim) karena akan diambil dari tabarru’.
3. Dilihat dari kondisi pasar Indonesia yang masyarakat umumnya mayoritas
muslim, munculnya sistem syariah merupakan hal menggembirakan dalam dunia
asuransi karena sesuai dengan tuntutan agama, bernilai sosial dan bersih dari
gharar (ketidakpastian), maisir (judi), dan riba. Sehingga masyarakat Indonesia
umumnya lebih memilih sistem pembagian risiko (Risk Sharing) yang ditawarkan
perusahaan asuransi syariah, dimana terjadi proses saling menanggung antara satu
peserta dengan peserta lainnya.
Sedangkan sistem yang ada pada asuransi konvensional yaitu pengalihan risiko
(Risk Transfering) yang lebih berisiko karena terjadi transfer risiko dari
tertanggung kepada penanggung.
5.2 Saran
Untuk memenuhi tingkat solvabilitas yang diharapkan, perusahaan perlu
meningkatkan modal disetor dan meningkatkan kinerja perusahaan sehingga laba
ditahan dapat ditingkatkan untuk memperbesar asset perusahaan dan secara perlahan-
lahan mengurangi non-admitted assets menjadi admitted assets.
Untuk meningkatkan solvabilitas PT. Asuransi Takaful Keluarga perlu
melakukan beberapa tindakan efektif :
1. Restrukturisasi asset dengan cara melakukan revaluasi terhadap asset-asset yang
termasuk kelompok kekayaan yang diperkenankan untuk menghasilkan revaluasi
tinggi dan penggunaan asset hanya pada asset yang termasuk dalam RBC.
2. Meningkatkan efektifitas manajemen kekayaan dan kewajiban pada konsep asset
liability manajemen.
3. PT. Asuransi Takaful Keluarga sebaiknya melakukan analisis terhadap ringkat
kecukupan cadangan (resserve adequency), serta kestabilan dan likuiditas daei
kekayaan yang diperkenankan agar masalah likuiditas perusahaan tetap dalam
kondisi yang solven / sehat.
4. Untuk mengatasi dan menjaga kerugian dalam operasional maka PT. Asuransi
Takaful Keluarga melakukan analisis terhadap komponen modal disetor,
cadangan khusus dan laba ditahan. Dan apabila perusahaan masih mengalami
kerugian maka ada 4 faktor yang harus diperhatikan antara lain: 1. Stockholder
Devidens, 2. Capital Loses, 3. Increase Reserve, 4. Losses from admitted Assets.
Saran-saran tersebut diharapkan dapat menjadi dasar pengambilan langkah-
langkahperubahan kebijakan untuk memperbaiki keadaan. Karena untuk mampu
bersaing dan memiliki prospek yang cerah, sebuah perusahaan harus memiliki kinerja
keuangan yang baik dengan kredibilitas, kepercayaan arau citra (brand image) yang
tinggi baik dalam segi manajerial maupun financial.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Hasymi. 2002. Pengantar Asuransi. Cetakan Pertama. Jakarta : Bumi Aksara. Ali, Hasan. 2004. Asuransi dalam Perspektif Hukum Islam. Jakarta : Prenada
Media. Anshori, Abdul Ghofur. 2008. Asuransi Syariah di Indonesia. Cetakan Pertama.
Yogyakarta: UII Press. Darmawi, Herman. 2006. Manajemen Asuransi. Cetakan Keempat. Jakarta : Bumi