i ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN BANK SYARI’AH DAN BANK KONVENSIONAL SEBELUM, SELAMA, DAN SESUDAH KRISIS GLOBAL TAHUN 2008 DENGAN MENGGUNAKAN METODE CAMEL (Studi Kasus Pada PT Bank Syari’ah Mandiri dan PT Bank Mandiri Tbk) SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Program Sarjana Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Disusun oleh: MARISSA ARDIYANA NIM. C2C607092 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2011
110
Embed
ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN BANK SYARI’AH DAN BANK KONVENSIONAL … · 2013-07-12 · time of global crisis Bank Syariah Mandiri is able to maintain the value and growth
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
i
ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA
KEUANGAN BANK SYARI’AH DAN BANK
KONVENSIONAL SEBELUM, SELAMA, DAN
SESUDAH KRISIS GLOBAL TAHUN 2008
DENGAN MENGGUNAKAN METODE CAMEL (Studi Kasus Pada PT Bank Syari’ah Mandiri dan PT Bank Mandiri Tbk)
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Program Sarjana Fakultas Ekonomi
Yang bertanda tangan dibawah ini saya, Marissa Ardiyana. Menyatakan
bahwa skripsi dengan judul : Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank
Syari’ah Dan Bank Konvensional Sebelum, Selama, Dan Sesudah Krisis Global
Tahun 2008 Dengan Menggunakan Metode CAMEL, adalah hasil tulisan saya
sendiri. Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi ini
tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil
denagn cara menyalian atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol
yang menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain, yang
saya akui seolah-olah sebagai tulisan yang saya salin itu, atau yang saya ambil
dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan penulis aslinya.
Apabila saya melakukan tindakan yang bertentangan dengan hal tersebut
diatas, baik disengaja maupun tidak, dengan ini saya menyatakan menarik skripsi
yang saya ajukan sebagai hasil tulisan saya sendiri ini. Bila kemudian ini terbukti
bahwa saya melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-
olah hasil pemikiran saya sendiri, berarti gelar dan ijasah yang telah diberikan
oleh universitas batal saya terima.
Semarang, 10 november 2011
Yang membuat pernyataan,
(Marissa Ardiyana)
NIM: C2C607092
v
MOTO DAN PERSEMBAHAN
Hidup adalah pilihan
Takdir ada ditangan kita sendiri
Yang dapat merubah nasib kita adalah kita sendiri
SKRIPSI INI KUPERSEMBAHKAN
UNTUK :
1. Untuk kedua orang tuaku yang selalu
mendukungku dalm bentuk apapun,
kapanpun dan dimanapun, dan selalu
mendoakan untuk kesuksesan anaknya.
2. Ya Allah lindungilah selalu kedua orang
berikan ridho-Mu kepada hamba agar
selalu bisa membahagiakan mereka.
vi
ABSTRACT In 2008 the global financial crisis that hit the United States has spread to the whole world. Condition of the global economic crisis will certainly affect the financial performance of a bank, and each banks has the financial performance conditions vary in receiving the impact of global crisis, including conventional bank and sharia banks. Thus the purpose of this study was to determine the comparative financial performance of sharia banks and conventional banks, which are used in this study is the Bank Mandiri Tbk and Bank Syariah Mandiri.
In evaluating the performance of the bank, this study used CAMEL ratios, which consists of the categories of Capital, Asset, Management, Earning, and Liability. The scoring system uses quantitative and qualitative approaches. Quantitative approach carried out by calculating the ratio, followed by different test using Menn-Whitney test. For a qualitative approach performed using a comparative descriptive analysis.
Results showed that overall ratio of otherwise healthy banks. Bank Mandiri Tbk ratio values are superior to the Syariah Mandiri bank, but to growth ratio, Bank Syariah Mandiri ahead of the Bank Mandiri Tbk. In different trials who experienced a significant difference is in the CAR, ROA, and LDR. At the time of global crisis Bank Syariah Mandiri is able to maintain the value and growth compared to the ratio of Bank Mandiri Tbk.
Keywords: bank performance, CAMEL, sharia banks, conventional banks
vii
ABSTRAKSI
Pada tahun 2008 Krisis keuangan global yang melanda Amerika Serikat telah merambat ke seluruh dunia. Kondisi krisis ekonomi global tentunya akan mempengaruhi kinerja keuangan suatu bank, dan masing-masing bank memiliki kondisi kinerja keuangan yang berbeda-beda dalam menerima dampak dari krisis global tersebut, termasuk bank konvensional dan bank syari’ah. Dengan demikian tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan kinerja keuangan bank syari'ah dan bank konvensional, yang digunakan dalam penelitian ini adalah bank Syari'ah Mandiri dan bank Mandiri Tbk. Dalam mengevaluasi kinerja bank, penelitian ini menggunakan rasio CAMEL, yang terdiri dari kategori Capital, Asset, Management, Earning, dan Liability. Sistem penilaian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan kuantitatif dilakukan dengan menghitung rasio yang dilanjutkan dengan melakukan uji beda dengan menggunakan Menn-Whitney test. Untuk pendekatan kualitatif dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif komparatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan rasio bank dinyatakan sehat. Nilai rasio bank Mandiri Tbk lebih unggul dari pada bank Syari’ah Mandiri, namun untuk pertumbuhan rasio, bank Syari’ah Mandiri lebih unggul dari pada bank Mandiri Tbk. Pada Uji beda yang mengalami perbedaan yang signifikan adalah pada rasio CAR, ROA, dan LDR. Pada masa krisis global Bank Syari’ah Mandiri mampu mempertahankan nilai maupun pertumbuhan rasionya dibandingkan Bank Mandiri Tbk. Kata kunci: kinerja bank, CAMEL, bank syari'ah, bank konvensional
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
limpahan rahmat dan kesehatan, dan shalawat serta salam selalu tercurah kepada
Rasulullah Muhammad SAW yang telah memberikan teladan hidup yang baik
kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang
berjudul “ANALISIS ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN
BANK SYARI’AH DAN BANK KONVENSIONAL SEBELUM, SELAMA,
DAN SESUDAH KRISIS GLOBAL TAHUN 2008 DENGAN
MENGGUNAKAN METODE CAMEL ”. Skripsi ini bertujuan untuk memenuhi
syarat dalam menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Program Sarjana Fakultas
Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang.
Dalam proses penulisan sampai dengan terselesaikannya skripsi ini,
tentunya banyak sekali pihak yang berkontribusi didalamnya. Maka dalam
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang
sebesarbesarnya kepada berbagai pihak diantaranya :
1. Bapak Prof. Drs. Mohamad Nasir, M.Si.,Akt.,Ph.D. selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Diponegoro.
2. Bapak Dr. H. Abdul Rohman, M.Si., Akt selaku dosen wali yang telah banyak
membantu dalam kegiatan akademis.
3. Bapak Drs. Dul Muid, M.Si., Akt selaku dosen pembimbing yang dengan
sabar memberi bimbingan dan masukan, juga doa dan semangat sehingga
ix
skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
4. Bapak Drs. H. Sudarno, M.Si, Akt, Ph.D selaku Ketua Jurusan Akuntansi
Reguler 2.
5. Seluruh dosen dan segenap staf Akuntansi Reguler 2 atas ilmu dan bantuan
yang telah diberikan.
6. Orang tuaku tercinta Bapak Hadi Loekito dan Ibu Betty Trisusana yang selalu
memberikan dukungan penuh baik moril maupun materiil, kepercayaan,
kesabaran, pengorbanan, dan kasih sayang yang tulus kepada penulis.
1) Laporan keuangan yang menggambarkan harta, utang, dan modal yang
dimiliki perusahaan pada suatu saat tertentu. Laporan keuangan ini disebut
neraca.
2) Laporan keuangan yang menggambarkan besarnya pendapatan, beban-beban,
pajak, dan laba perusahaan dalam suatu kurun waktu tertentu. Laporan
keungan tersebut disebut laporan laba rugi.
2.1.2 Perbankan
2.1.2.1 Pengertian Perbankan dan Bank
Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank,
mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam
melaksanakan kegiatan. Dewasa ini banyak terdapat literatur yang memberikan
pengertian atau definisi tentang Bank, antara lain:
“Bank dapat didefinisikan sebagai badan usaha yang kegiatan utamanya adalah
menerima simpanan dari masyarakat dan atau dari pihak lainnya, kemudian
mengalokasikan kembali untuk memperoleh keuntungan serta menyediakan jasa-
jasa dalam lalu lintas pembayaran (Dahlan : 1999)”.
18
Sedangkan menurut Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan
diperbaharui dengan Undang-undang No. 10 Tahun 1998.
“Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masayarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit
dan / atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat
banyak”.
2.1.2.2 Asas, Fungsi Dan Tujuan Perbankan
Lembaga keuangan bank sangat penting peranannya dalam pembangunan
ekonomi seuatu negara. Hal ini disebabkan karena lembaga keuangan bank
mempunyai fungsi, asas, dan tujuan yang sangat mendukung terhadap
pembangunan ekonomi suatu negara. Berikut adalah fungsi, asas, dan tujuan
Menurut Pasal 2, 3, dan 4 UU No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan dinyatakan
bahwa :
Asas : Perbankan berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip
kehati-hatian
Fungsi : Fungsi utama perbankan adalah sebagai penghimpun dana dan penyalur
dana masyarakat
Tujuan : Perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan
nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan
ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah peningkatan rakyat banyak.
19
2.1.2.3 Prinsip bank
Menurut Lukman, 2003: 20, pada dasarnya terdapat tiga prinsip yang
harus diperhatikan oleh bank, yaitu :
1. Likuiditas adalah prinsip dimana bank harus dapat memenuhi
kewajibannya.
2. Solvabilitas adalah kemampuan untuk memenuhi kewajiban keuangan
apabila perusahaan tersebut dilikuidasi. Bank yang solvable adalah bank
yang manpu manjamin seluruh hutangnya.
3. Rentabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan
laba selama periode tertentu.
2.1.2.4 Jenis Bank
Menurut Lukman 2003 : 26, jenis perbankan dibedakan menjadi 4 (empat),
yaitu :
1. Dilihat dari segi fungsinya, dibagi menjadi :
a. Bank Umum
Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau
berdasarkan prinsip syari’ah yang dalam kegiatannya memberikan jasa
dalam lalu lintas pembayaran.
b. Bank Perkreditan Rakyat
Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau
berdasarkan prinsip syari’ah, tetapi tidak memberikan jasa dalam lalu
lintas pembayaran.
20
2. Dilihat dari segi kepemilikan, dibagi menjadi :
a. Bank Milik Negara (BUMN)
Bank yang akte pendirian maupun modal bank sepenuhnya dimiliki oleh
Pemerintah Indonesia, sehingga seluruh keuntungan bank dimiliki oleh
pemerintah.
b. Bank Milik Pemerintah Daerah (BUMD)
Bank yang akte pendirian maupun modal bank sepenuhnya dimiliki oleh
Pemerintah Daerah, sehingga keuntungan bank dimiliki oleh Pemerintah
Daerah.
c. Bank Milik Koperasi
Merupakan bank yang sahamnya dimiliki oleh perusahaan yang berbadan
hukum koperasi.
d. Bank Milik Swasta Nasional
Merupakan bank yang seluruh atau sebagaian besar sahamnya dimiliki
oleh Swasta Nasional, akte pendiriannya didirikan oleh swasta dan
pembagian penuh untuk keuntungan swasta pula.
e. Bank Milik Asing
Merupakan cabang dari bank yang ada di Luar Negeri baik milik swasta
asing atau pemerintah asing.
f. Bank Milik Campuran
Merupakan bank yang kepemilikan sahamnya dimiliki oleh pihak asing
dan pihak swasta nasional.
21
3. Dilihat dari segi status, dibagi menjadi:
a. Bank Devisa
Bank yang dapat melaksanakan transaksi keluar negeri atau yang
berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan.
b. Bank Non Devisa
Bank yang belum mempunyai izin untuk melakukan transaksi sebagai
bank devisa, sehingga tidak dapat melaksanakan transaksi.
4. Dilihat dari segi penentuan harga, dibagi menjadi :
a. Bank Konvensional
Dalam mencari keuntungan dan menentukan harga kepada nasabahnya
menggunakan metode penetapan bunga, sebagai harga untuk produk
simpanan demikian juga dengan produk pinjamannya.
b. Bank Berdasarkan Prinsip Syari’ah
Dalam mencari keuntungan dan menentukan harga berdasarkan prinsip
syari’ah adalah pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah),
prinsip penyertaan modal (musyarokah), prinsip jual beli barang dengan
memperoleh keuntungan (murabahah), pembiayaan barang modal
berdasarkan sewa murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan adanya pilihan
pemindahan kepemilikan atau barang yang disewa dari pihak bank kepada
pihak penyewa (ijarah wa igtina).
22
2.1.2.5 Sumber Dana Bank
Dana bank adalah uang tunai yang dimilikim oleh bank ataupun aktiva
lancar yang dikuasai oleh bank dan setiap waktu dapat diuangkan. Kasmir (2002 :
63), menyatakan jenis sumber dana bank dibagi menjadi :
1. Dana yang bersumber dari bank itu sendiri
a. Dana yang bersumber dari bank itu sendiri
Sejumlah uang yang disetor secara efektif oleh para pemegang saham pada
saat bank itu sendiri.
b. Cadangan-cadangan
Sebagaian dari laba yang disisihkan dalam bentuk cadangan modal dan
cadangan lainnya yang digunakan untuk menutupi timbulnya resiko
dikemudian hari.
c. Laba yang ditahan
Laba yang mestinya dibagikan kepada pemegang saham, tetapi mereka
sendiri yang memutuskan untuk tidak dibagikan dan dimasukkan kembali
dalam modal kerja.
2. Dana yang berasal dari masyarakat luas
a. Simpana giro
Simpanan pihak ketiga bank yang penarikannya dapat dilakukan setiap
saat dengan menggunakan cek, surat perintah pembayaran lainnya atau
dengan cara pemindahbukuan.
23
b. Simpanan Tabungan
Simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikannya hanya dapat
dilakukan menurut syarat-syarat tertentu.
c. Simpanan deposito
Simpanan pihak ketiga yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam
jangka waktu tertentu menurut perjanjian antara pihak ketiga dengan pihak
bank yang bersangkutan.
d. Jasa perbankan lainnya
Meliputi kiriman uang transfer, kliring, inkasa, safe deposit box, bank
card, cek wisata dan lain sebagainya.
3. Dana yang bersumber dari lembaga lainnya
a. Kredit likuiditas dari Bank Indonesia
Bantuan dana dari Bank Indonesia untuk membiayai masyarakat yang
tergolong prioritas, seperti kredit investasi pada sektor pertanian,
perhubungan, industri penunjang sektor pertanian, tekstil, ekspor
nonmigas, dan lain sebagainya.
b. Perjanjian antar bank
Pinjaman harian antar bank yang dilakukan apabila ada kebutuhan
mendesak yang diperlukan oleh bank. Jangka waktu call money biasanya
hanya beberapa hari atau satu bulan saja.
c. Pinjaman dari bank atau lembaga keuangan lain diluar negeri
Pinjaman dari bank atau lembaga keuangan lain diluar negeri Pinjaman ini
biasanya berbentuk pinjaman jangka menengah panjang. Realisasi dari
24
pinjaman ini harus melalui Bank Indonesia dimana secara tidak langsung
Bank Indonesia selaku bank sentral ikut mengawasi pelaksanaan pinjaman
tersebut demi menjaga stabilitas bank yang bersangkutan.
d. Surat berharga pasar uang
Biasanya merupakan pinjaman dari lembaga keuangan bukan bank yang
tidak berbentuk pinjaman atau kredit, tetapi berbentuk surat berharga yang
dapat diperjualbelikan sebelum tanggal jatuh tempo.
2.1.3. Bank Konvensional
2.1.3.1 Pengertian Bank Konvensional
Bank konvensional dapat didefinisikan seperti pada pengertian bank
umum pada pasal 1 ayat 3 Undang-Undang No. 10 tahun 1998 dengan
menghilangkan kalimat “dan atau berdasarkan prinsip syariah”, yaitu bank yang
melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Dimana penghimpunan dana
maupun dalam rangka penyaluran dananya memberikan dan mengenakan imbalan
berupa bunga atau sejumlah imbalan dalam persentase tertentu dari dana untuk
suatu periode tertentu. Keuntungan utama dari bisnis perbankan yang berdasarkan
prinsip konvensional diperoleh dari selisih bunga simpanan yang diberikan
kepada penyimpan dengan bunga pinjaman atau kredit yang disalurkan.
Keuntungan dari selisih bunga di bank dikenal dengan istilah spread based.
Apabila suatu bank mengalami kerugian dari selisih bunga, dimana suku bunga
25
simpanan lebih besar dari suku bunga kredit, maka istilah ini dikenal dengan
nama negatif spread.
2.1.3.2 Kegiatan Dalam Bank Konvensional
Adapun kegiatan-kegiatan perbankan yang ada di Indonesia dewasa ini
adalah (Booklet Perbankan Indonesia, Vol 4, Maret 2007):
1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro,
deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan, dan/atau bentuk lainnya
yang dipersamakan dengan itu;
2. Memberikan kredit;
3. Menerbitkan surat pengakuan hutang;
4. Membeli, menjual atau menjamin atas risiko sendiri maupun untuk
kepentingan dan atas perintah nasabahnya:
a. Surat-surat wesel termasuk wesel yang diakseptasi oleh bank yang masa
berlakunya tidak lebih lama daripada kebiasaan dalam perdagangan
suratsurat dimaksud;
b. Surat pengakuan hutang dan kertas dagang lainnya yang masa berlakunya
tidak lebih lama daripada kebiasaan dalam perdagangan surat-surat
dimaksud;
c. Kertas perbendaharaan negara dan surat jaminan pemerintah;
d. Sertifikat Bank Indonesia (SBI);
e. Obligasi;
f. Surat dagang berjangka waktu sampai dengan 1 (satu) tahun;
26
g. Instrumen surat berharga lain yang berjangka
h. waktu sampai dengan 1 (satu) tahun;
5. Memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk
kepentingan nasabah;
6. Menempatkan dana pada, meminjam dana dari, atau meminjamkan dana
kepada bank lain, baik dengan menggunakan surat, sarana telekomunikasi
maupun dengan wesel unjuk, cek atau sarana lainnya;
7. Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan
perhitungan dengan atau antar pihak ketiga;
8. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga;
9. Melakukan kegiatan penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu
kontrak;
10. Melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah lainnya dalam
bentuk surat berharga yang tidak tercatat di Bursa Efek;
11. Melakukan kegiatan anjak piutang, usaha kartu kredit dan kegiatan wali
amanat;
12. Menyediakan pembiayaan dan atau melakukan kegiatan lain berdasarkan
Prinsip Syari’ah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh BI;
13. Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh bank sepanjang tidak
bertentangan dengan Undang-undang tentang Perbankan dan peraturan
perundangundangan yang berlaku;
14. Melakukan kegiatan dalam valuta asing dengan memenuhi ketentuan yang
ditetapkan oleh BI;
27
15. Melakukan kegiatan penyertaan modal pada bank atau perusahaan lain di
bidang keuangan, seperti sewa guna usaha, modal ventura, perusahaan efek,
asuransi, serta lembaga kliring penyelesaian dan penyimpanan, dengan
memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh BI;
16. Melakukan kegiatan penyertaan modal sementaran untuk mengatasi akibat
kegagalan kredit atau kegagalan pembiayaan berdasarkan Prinsip Syari’ah,
dengan syarat harus menarik kembali penyertaannya, dengan memenuhi
ketentuan yang ditetapkan oleh BI; dan
17. Bertindak sebagai pendiri dana pensiun dan pengurus dana pensiun sesuai
dengan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan dana pensiun yang
berlaku.
2.1.4 Bank syari’ah
2.1.4.1 Pengertian Bank Syari’ah
Akhir tahun 1999, bersamaan dengan dikeluarkannya UU perbankan maka
munculah bank-bank syari’ah umum dan Bank umum yang membuka unit usaha
syari’ah. Sejak beroperasinya Bank Muamalat Indonesia (BMI), sebagai Bank
syari’ah yang pertama pada tahun 1992, data Bank Indonesia per 30 Mei 2007
menunjukkan bahwa saat ini perbankan syari’ah nasional telah tumbuh cepat,
ketika pelakunya terdiri atas 3 Bank Umum Syari’ah (BUS) antara lain: Bank
Muamalat, Bank syari’ah Mandiri, 23 Unit Usaha Syari’ah (UUS), dan 106 Bank
Perkreditan Rakyat Syari’ah (BPRS), sedangkan asset kelolaan perbankan
syari’ah nasional per Mei 2007 telah berjumlah Rp. 29 triliyun. Perkembangan
28
Bank umum syari’ah dan Bank konvensional yang membuka cabang syari’ah
juga didukung dengan tetap bertahannya Bank syariah pada saat perbankan
nasional mengalami krisis cukup parah pada tahun 1998.
Bank islam atau selanjutnya disebut sebagai bank syari’ah, adalah bank
yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga. Bank Islam atau biasa
disebut dengan bank tanpa bunga, adalah lembaga keuangan/ perbankan yang
operasional dan produknya dikembangkan berdasarkan pada Al-Qur’an dan
Hadits Nabi SAW atau dengan kata lain bank islam adalah lembaga keuangan
yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam
lalulintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan
dengan prinsip syariat islam.
2.1.4.2 Asas dan Tujuan Bank Syari’ah
Berdasarkan asas operasional bank syari’ah berdasarakan pasal 2 UU
No. 21 tahun 2008, disebutkan bahwa perbankan syari’ah dalam melakukan
kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syari’ah, demokrasi ekonomi, dan prinsip
kehati-hatian. Selanjutnya terkait dengan tujuan bank pembangunana nasional
dalam rangka meningkatkan keadilan, kebersamaan, dan pemerataan
kesejahteraan rakyat.
Menurut Hidayat (2008), sebagai suatu sistem keuangan yang berdasarkan
syariat Islam, maka menurutnya, arah dan tujuan didirikannya keuangan Islam
mestilah untuk mewujudkan tujuan syari’ah (maqasid al-syari’ah). Secara umum,
tujuan syari’ah dikategorikan kepada pendidikan (tarbiyah), keadilan (adalah),
29
dan kesejahteraan umat (maslahatul ammah). Berikut adalah tujuan dari bank
syari’ah menurut Warkum Sumintro:
1. Mengarahkan kegiatan ekonomi umat untuk ber-muamalat secara Islam
khususnya muamalat yang berhubungan dengan perbankan agar terhindar dari
praktek-praktek riba atau jenis-jenis usaha/perdagangan lain yang
mengandung unsur gharar (tipuan), dimana jenis-jenis usaha tersebut selain
dilarang dalam Islam, juga telah menimbulkan dampak negatif terhadap
kehidupan ekonomi rakyat.
2. Untuk menciptakan suatu keadilan di bidang ekonomi dengan jalan meratakan
pendapatan melalui kegiatan investasi, agar tidak terjadi kesenjangan yang
amat besar antara pemilik modal dengan pihak yang membutuhkan dana.
3. Untuk meningkatkan kualitas hidup umat dengan jalan membuka peluang
berusaha yang lebih besar terutama kelompok miskin, yang diarahkan kepada
kegiatan usaha yang produktif, menuju terciptanya kemandirian usaha.
4. Untuk meningkatkan kualitas hidup umat dengan jalan membuka peluang
berusaha yang lebih besar terutama kelompok miskin, yang diarahkan kepada
kegiatan usaha yang produktif, menuju terciptanya kemandirian usaha.
5. Untuk menjaga stabilitas ekonomi dan moneter. Dengan aktivitas bank
syari’ah akan mampu menghindari pemanasan ekonomi diakibatkan adanya
inflasi, menghindari persaingan yang tidak sehat antara lembaga keuangan.
30
2.1.4.3 Fungsi Bank Syari’ah
Dalam beberapa literatur perbankan syari’ah, bank syari’ah dengan
beragam skema transaksi yang dimiliki dalam skema non-riba memiliki
setidaknya empat fungsi, yaitu:
1. Fungsi Manajer investasi
Fungsi ini dapat dilihat pada segi penghimpunan dana oleh bank syari’ah,
khususnya dana mudharabah. Dengan fungsi ini bank syari’ah betindak
sebagai manajer investasi dari pemilik dana (shahibul maal) dalam hal dana
tersebut harus dapat disalurkan pada penyaluran yang produktif, sehingga
dana yang dihimpun dapat menghasilkan keuntungan yang akan dibagi
hasilkan antara bank syari’ah dan pemilik dana.
2. Fungsi investor
Dalam penyaluran dana, bank syari’ah berfungsi sebagai investor (pemilik
dana). Sebagai investor, penanaman dana yang yang dilakukan pada sektor-
sektor yang produtif dengan resiko yang minim dan tidak melanggar ketentuan
bank syari’ah. Selain itu, dalam menginvestasikan dana bank syari’ah harus
menggunakan alat investasi yang sesuai dengan syari’ah.
3. Fungsi sosial
Fungsi sosial bank syari’ah merupakan sesuatu yang melekat pada bank
syari’ah.
31
4. Fungsi jasa keuangan
Fungsi jaasa keuangan yang dijalankan oleh bank syari’ah tidaklah berbeda
dengan bank konvensional, seperti memberikan layanaan kliring, transfer,
inkaso, pembayaran gaji, letter of credit, letter of guarantee, dan lain
sebagainya.
2.1.4.4 Prinsip Dasar Perbankan Syari’ah
Batasan-batasan bank syari’ah yang harus menjalankan kegiatannya
berdasar pada syariat Islam, menyebabkan bank syari’ah harus menerapkan
prinsip-prinsip yang sejalan dan tidak bertentangan dengan yariat Islam. Adapun
prinsip-prinsip bank syariah adalah sebagai berikut :
1. Prinsip Titipan atau Simpanan (Al-Wadiah)
Al-Wadiah dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu pihak ke pihak lain,
baik individu maupun badan hukum, yang harus dijaga dan dikembalikan
kapan saja si penitip menghendaki (Syafi’I Antonio, 2001). Secara umum
terdapat dua jenis al-wadiah, yaitu:
a. Wadiah Yad Al-Amanah (Trustee Depository)
b. Wadiah yad adh-dhamanah (Guarantee Depositor)
2. Prinsip Bagi Hasil (Profit Sharing)
a. Al-Murabahah
b. Al-Musharakah
32
3. Prinsip Jual Beli (Al-Tijarah)
Prinsip ini merupakan suatu sistem yang menerapkan tata cara jual beli,
dimana bank akan membeli terlebih dahulu barang yang dibutuhkan atau
mengangkat nasabah sebagai agen bank melakukan pembelian barang atas
nama bank, kemudian bank menjual barang tersebut kepada nasabah dengan
harga sejumlah harga beli ditambah keuntungan (margin).
4. Prinsip Sewa (Al-Ijarah)
Al-ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa, melalui
pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan hak kepemilikan
atas barang itu sendiri. Al-ijarah terbagi kepada dua jenis:
a. Ijarah, sewa murni.
b. Ijarah al muntahiya bit tamlik merupakan penggabungan sewa dan beli,
dimana si penyewa mempunyai hak untuk memiliki barang pada akhir
masa sewa.
5. Prinsip Jasa (Fee-Based Service)
Prinsip ini meliputi seluruh layanan non-pembiayaan yang diberikan bank.
2.1.4.5 Kegiatan Bank Syari’ah
Berikut adalah kegiatan bank syri’ah (Booklet Perbankan Indonesia, Vol
4, Maret 2007):
1. Melakukan penghimpunan dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
investasi, antara lain :
a. Giro berdasarkan pinsip wadiah;
33
b. Tabungan berdasarkan prinsip wadiah dan atau mudharabah;
c. Deposito berjangka berdasarkan prinsip mudharabah.
2. Menyalurkan dana melalui:
a. Prinsip jual beli berdasarkan akad meliputi :
• murabahah;
• istishna;
• salam;
b. Prinsip bagi hasil berdasarkan akad antara lain :
• mudharabah;
• musyarakah;
c. Prinsip sewa menyewa berdasarkan akad antara lain :
• ijarah;
• ijarah muntahiya bittamlik;
d. Prinsip pinjam meminjam berdasarkan akad qardh
e. Melakukan pemberian jasa pelayanan perbankan berdasarkan akad antara
lain :
• wakalah;
• hawalah;
• kafalah;
• rahn.
3. Membeli, menjual dan/atau menjamin atas risiko sendiri surat-surat berharga
pihak ketiga yang diterbitkan atas dasar transaksi nyata (underlying
transaction) berdasarkan Prinsip Syari’ah;
34
4. Membeli surat berharga berdasarkan Prinsip Syari’ah yang diterbitkan oleh
Pemerintah dan/atau BI;
5. Menerbitkan surat berharga berdasarkan Prinsip Syari’ah;
6. Memindahkan uang untuk kepentingan sendiri dan atau nasabah berdasarkan
Prinsip Syari’ah;
7. Menerima pembayaran tagihan atas surat berharga yang diterbitkan dan
melakukan perhitungan dengan atau antar pihak ketiga berdasarkan Prinsip
Syari’ah;
8. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat-surat berharga
berdasarkan prinsip wadiah yad amanah;
9. Melakukan kegiatan penitipan termasuk penatausahaannya untuk kepentingan
pihak lain berdasarkan suatu kontrak dengan prinsip wakalah;
10. Memberikan fasilitas Letter of Credit (L/C) berdasarkan Prinsip Syari’ah;
11. Memberikan fasilitas garansi bank berdasarkan Prinsip Syari’ah;
12. Melakukan kegiatan usaha kartu debet, charge card berdasarkan Prinsip
Syari’ah;
13. Melakukan kegiatan wali amanat berdasarkan akad wakalah;
14. Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan Bank sepanjang disetujui oleh
Bank Indonesia dan mendapatkan fatwa Dewan Syari’ah Nasional.
15. Melakukan kegiatan dalam valuta asing berdasarkan akad sharf;
16. Melakukan kegiatan penyertaan modal pada bank atau perusahaan lain
dibidang keuangan berdasarkan Prinsip Syari’ah seperti sewa guna usaha,
35
modal ventura, perusahaan efek, asuransi serta lembaga kliring penyelesaian
dan penyimpanan;
17. Melakukan kegiatan penyertaan modal sementara berdasarkan Prinsip
Syari’ah untuk mengatasi akibat kegagalan pembiayaan dengan syarat harus
menarik kembali penyertaannya dengan ketentuan sebagaimana ditetapkan
oleh Bank Indonesia; dan
18. Bertindak sebagai pendiri dana pensiun dan pengurus dana pensiun
berdasarkan Prinsip Syari’ah sesuai ketentuan dalam perundang-undangan
dana pensiun yang berlaku.
19. Bank Syari'ah dalam melaksanakan fungsi sosial dapat bertindak sebagai
penerima dana sosial antara lain dalam bentuk zakat, infaq, shadaqah, waqaf,
hibah dan menyalurkannya sesuai Syari’ah atas nama Bank atau lembaga amil
zakat yang ditunjuk oleh pemerintah.
2.1.5 Bank Syari’ah Vs Bank Konvensional
Hal mendasar yang membedakan bank konvensional dengan bank syari’ah
adalah terletak pada pengembalian dan pembagian keuntungan yang diberikan
oleh nasabah kepada bank, dan atau yang diberikan oleh bank kepada nasabah.
Hal inilah yang menyebabkan terdapatnya istilah bunga dan bagi hasil. Bagi hasil
menurut terminologi asing (inggris) dikenal dengan profit sharing. Dalam kamus
ekonomi diartikan dengan pembagian laba. Secara defenitif, profit sharing
diartikan “distribusi beberapa bagian dari laba pada para pegawai di sebuah
perusahaan (Muhammad 2001).
36
Islam mendorong praktik bagi hasil serta mengharamkan riba. Keduanya
sama-sama memberi keuntungan bagi pemilik dana, namun keduanya mempunyai
perbedan sangat nyata. Perbedaan itu dapat dijelaskan dalam tabel berikut:
Tabel 2. 1. Perbedaan Bank Syari’ah dan Bank Konvensional
Bank Syari’ah Bank Konvensional a. Berdasarkan prinsip investasi
bagi hasil b. Menggunakan prinsip jual-beli c. Hubungan dengan nasabah
dalam bentuk hubungan kemitraan
d. Melakukan investasi-investasi yang halal saja
e. Setiap produk dan jasa yang diberikan sesuai dengan fatwa Dewan Syari’ah
f. Dilarangnya gharar dan maisir g. Menciptakan keserasian diantara
keduanya. h. Tidak memberikan dana secara
tunai tetapi memberikan barang yang dibutuhkan (finance the goods and services)
i. Bagi hasil menyeimbangkan sisi pasiva dan aktiva.
a. Berdasarkan tujuan membungakan uang
b. Menggunakan prinsip pinjam-meminjam uang.
c. Hubungan dengan nasabah dalam bentuk hubungan kreditur-debitur
d. Investasi yang halal maupun yang haram
e. Tidak mengenal Dewan sejenis itu. f. Terkadang terlibat dalam speculative
FOREX dealing g. Berkontribusi dalam terjadinya
kesenjangan antara sektor riel dengan sektor moneter.
h. Memberikan peluang yang sangat besar untuk sight streaming (penyalahgunaan dana pinjaman)
i. Rentan terhadap negative spread
Sumber: Muhammad Syafii Antonio (2001), Bank Syari’ah: Dari Teori ke Praktek (Gema Insani Press bekerja sama dengan Yayasan Tazkia Cendekia).
Islam mengharamkan bunga dan menghalalkan bagi hasil. Keduanya
memberikan keuntungan, tetapi memiliki perbedaan mendasar sebagai akibat
adanya perbedaan antara investasi dan pembungaan uang (lihat tabel 2.2). Dalam
investasi, usaha yang dilakukan mengandung risiko, dan karenanya mengandung
unsur ketidakpastian. Sebaliknya, pembungaan uang adalah aktivitas yang tidak
memiliki risiko karena adanya persentase suku bunga tertentu yang ditetapkan
berdasarkan besarnya modal.
37
Tabel 2. 2 Perbedaan sistem bunga dan bagi hasil
Bunga Bagi Hasil a. Penentuan bunga dibuat pada
waktu akad dengan asumsi harus selalu untung.
b. Besarnya bunga adalah suatu persentase tertentu terhadap besarnya uang yang dipinjamkan.
c. Besarnya bunga tetap seperti yang dijanjikan tanpa mempertimbangkan apakah proyek/ usaha yang dijalankan oleh nasabah / mudharib untung atau rugi.
d. Eksistensi bunga diragukan (kalau tidak dikecam) oleh semua agama termasuk Islam.
a. Penentuan besarnya nisbah bagi hasil dibuat pada waktu akad dengan berpedoman pada kemungkinan untung-rugi.
b. Besarnya bagi hasil adalah berdasarkan nisbah terhadap besarnya keuntungan yang diperoleh.
c. Besarnya bagi hasil tergantung pada keuntungan proyek/ usaha yang dijalankan. Bila usaha merugi maka kerugian akan ditanggung oleh pemilik dana, kecuali kerugian karena kelalaian, salah urus, atau pelanggaran oleh mudharib.
d. Tidak ada yang meragukan keabsah-an bagi-hasil.
Sumber: Muhammad Syafii Antonio (2001), Bank Syari’ah: Dari Teori ke Praktek (Gema Insani Press bekerja sama dengan Yayasan Tazkia Cendekia).
2.1.6 Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan adalah gambaran tentang setiap hasil ekonomi yang
mampu diraih oleh perusahaan perbankan pada saat periode tertentu melalui
aktivitas-aktivitas perusahaan untuk menghasilkan keuntungan secara efesien dan
efektif, yang dapat diukur perkembangannya dengan mengadakan analisis
terhadap terhadap data-data keuangan yang tercermin dalam laporan keuangan.
Untuk mengukur keberhasilan suatu perusahaan pada umumnya berfokus pada
laporan keuangan disamping data-data non keuangan lain yang bersifat sabagai
penunjang. Informasi kinerja bermanfaat untuk memprediksi kapasitas perusahaan
dalam manghasilkan arus kas dari sumber dana yang ada.
38
Kinerja keuangan perusahaan merupakan hasil dari banyak keputusan
individual yang dibuat secara terus menerus oleh manajemen. Oleh karena itu
untuk menilai kinerja keuangan suatu perusahaan, perlu dilibatkan analisa dampak
keuangan kumulatif dan ekonomi dari keputusan dan mempertimbangkannya
dengan menggunakan ukuran komparatif (Sucipto 2003).
Pengukuran kinerja adalah penentuan secara periodik tampilan perusahaan
yang berupa kegiatan operasional, struktur organisasi dan karyawan berdasarkan
sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya (Mulyadi,
2000:415). Pengukuran kinerja menurut Hongren (1993: 372) mempunyai tujuan
untuk mengukur kinerja bisnis dan manajemen dibandingkan dengan goal atau
sasaran perusahaan. Dengan kata lain, pengukuran kinerja merupakan alat bagi
manajemen untuk mengendalikan bisnisnya.
Kinerja perusahaan dapat diukur dari laporan keuangan yang dikeluarkan
secara periodik. Laporan keuangan berupa neraca, rugi-laba, arus kas, dan
perubahan modal yang secara bersama-sama memberikan suatu gambaran tentang
posisi keuangan perusahaan. Informasi yang terkandung dalam laporan keuangan
digunakan investor untuk memperoleh perkiraan tentang laba dan deviden dimasa
mendatang dan resiko atas penilaian tersebut (Weston dan Brigham, 1993).
Melalui laporan tersebutlah stakeholders dapat mengetahui kondisi suatu
perusahaan dalam periode tertentu dan dengan demikian pengukuran kinerja
keuangan dari laporan keuangan dapat digunakan sebagai alat ukur pertumbuhan
kekayaan pemegang saham.
39
2.1.7 Laporan Keuangan
2.1.7.1 Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan akhir dari proses akuntansi dimana dalam
proses tersebut semua transaksi yang terjadi akan dicatat, diklasifikasikan,
diikhtisarkan untuk kemudian disusun menjadi suatu laporan keuangan. Didalam
laporan keuangan itu akan terlihat data kuantitatif dari harta, utang, modal,
pendapatan dan biaya-biaya dari perusahaan yang bersangkutan.
Pengertian laporan keuangan menurut Standart Akuntansi Keuangan
dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan (2002, 2)
adalah sebagai berikut:
“laporan keuangan merupakan bagian dari proses laporan keuangan,
laporan keuangan biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan
perubahan posisi keuangan (yang disajikan dalam berbagai cara misalnya,
sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain
serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan
keuangan.”
2.1.7.2 Tujuan Laporan Keuangan
Pada dasarnya, tujuan utama penyajian laporan keuangan suatu bank
adalah untuk memberikan gambaran mengenai hasil-hasil yang telah dicapai
dalam satu periode waktu yang telah berlalu. Laporan keuangan disusun sebagai
salah satu bentuk pertanggungjawaban manajemen terhadap pihak-pihak yang
40
berkepentingan dengan kinerja yang telah dicapai oleh bank. Adapun tujuan
laporan keuangan dalam Standart Akuntansi Keuangan (SAK), yaitu:
1. Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai aktiva
dan kewajiban serta mengenai modal suatu perusahaan.
2. Untuk memberikan informasi yang dapat dipercayai mengenai aktiva dan
kewajiban serta mengenai modal suatu perusahaan yang timbul dari kegiatan
usaha dalam rangka memperoleh laba.
3. Untuk memberukan informasi keuangan yanng membantu para pemakai
keuangan didalam menaksir potensi perusahaan dalam menghasilkan laba.
4. Untuk memberikan informasi penting lainnya mengenai perubahan dalam
aktiva dan kewajiban suatu perusahaan, seperti informasi mengenai aktivitas
pembiayaan dan investasi.
5. Untuk mengungkapkan sejauh mungkin informasi lain yang berhubungan
dengan laporan keuangan yang relevan untuk kebutuhan pemakai laporan
keuangan seperti informasi mengenai kebijakan akuntansi yang dianut
perusahaan.
2.1.7.3 Fungsi Laporan Keuangan
Pada dasarnya laporan keuangan mempunyai fungsi untuk memberikan
informasi mengenai laporan keuangan dari hasil kegiatan suatu perusahaan kepada
berbagai pihak yang berkepentingan dalam perusahaan. Secara keseluruhan fungsi
dari laporan perbankan adalah :
41
1. Informasi dalam pengambilan keputusan investasi dan pembiayaan laporan
keuangan keuangan bertujuan menyediakan informasi yang bermanfaat bagi
pihak-pihak yang berkepentingan dalam pengambilan keputusan yang
rasional.
2. Informasi dalam menilai prospek arus kas. Pelaporan keuangan bertujuan
untuk memberikan informasi yang dapat mendukung investor/pemilik dana,
kreditur, dan pihak-pihak lain dalam memperkirakan jumlah, saat, dan
ketidakpastian dalam penerimaan kas dimasa depan atas deviden, bagi hasil,
dan hasil dari penjualan, pelunasan (redemption), dan jatuh tempo dari surat
berharga atau pinjaman.
3. Informasi atas sumber daya ekonomi. Pelaporan keuntungan bertujuan
memberikan informasi tentang sumber daya ekonomi bank (economic
resources), kewajiban bank untuk mengalihkan sumber daya tersebut kepada
entitas lain atau pemilik saham, serta kemungkinan terjadinya transaksi, dan
peristiwa yang dapat mempengaruhi perubahan sumber daya tersebut.
4. Informasi mengenai kepatuhan bank terhadap prinsip syari’ah, serta informasi
mengenai pendapatan dan pengeluaran yang tidak sesuai dengan prinsip
syari’ah dan bagaimana pendapatan tersebut diperoleh serta penggunaannya.
5. Informasi untuk membantu pihak terkait didalam menentukan zakat bank atau
pihak lainnya.
6. Informasi untuk membantu mengevaluasi pemenuhan bank terhadap
tanggungjawab amanah dalam mengamankan dana, mengenvestasikannya
42
pada tingkat keuntungan yang rasional, serta informasi mengenai tingkat
keuntungan investasi yang diperoleh pemilik dan pemilik rekening invenstasi.
7. Informasi mengenai pemenuhan fungsi sosial bank, terasuk pengelolaan dan
penyaluran zakat.
2.1.7.4 Unsur-Unsur Laporan Keuangan
Unsur-unsur utama dari laporan keuangan terdiri dari:
1. Laporan Neraca
Neraca merupakan laporan yang menunjukkan posisi keuangan pada
tanggal tertentu (Kasmir, 2000). Neraca perusahaan disajikan sedemikian rupa
yang menggambarkan posisi keuangan suatu perusahaan pada saat tertentu
maksudnya adalah menunjukkan keadaan keuangan pada tanggal tertentu
biasanya pada saat tutup buku. Neraca minimal mencakup pos-pos berikut
(IAI, 2004) :
a. Aktiva berwujud
b. Aktiva tidak berwujud
c. Aktiva keuangan
d. Investasi yang diperlakukan menggunakan metode ekuitas
e. Persediaan
f. Piutang usaha dan piutang lainnya
g. Kas dan setara kas
h. Hutang usaha dan hutang lainnya
i. Kewajiban yang diestimasi
43
j. Kewajiban berbunga jangka panjang
k. Hak minoritas
l. Modal saham dan pos ekuitas lainnya.
2. Laporan Laba Rugi
Laporan laba rugi merupakan suatu laporan yang sistematis mengenai
penghasilan, biaya, rugi laba yang diperoleh oleh suatu perusahaan selama
periode tertentu (Munawir, 2000). Laporan laba rugi perusahan disajikan
sedemikian rupa yang menonjolkan berbagai unsur kinerja keuangan yang
diperlukan bagi penyajian secara wajar. Laporan laba rugi minimal mencakup
pos-pos berikut (IAI, 2004) :
a. Pendapatan,
b. Laba rugi usaha,
c. Beban pinjaman,
d. Bagian dari laba atau rugi perusahaan afiliasi dan asosiasi yang diperlukan
menggunakan metode ekuitas,
e. Beban pajak,
f. Laba atau rugi dari aktivitas normal perusahaan,
g. Pos luar biasa,
h. Hak minoritas,
i. Laba atau rugi bersih untuk periode berjalan.
3. Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan perubahan ekuitas menggambarkan peningkatan atau penurunan
aktiva bersih atau kekayaan selama periode yang bersangkutan. Perusahaan harus
44
menyajikan laporan perubahan ekuitas sebagai komponen utama laporan
keuangan, yang menunjukan (IAI, 2004) :
a. Laba atau rugi bersih perode yang bersangkutan,
b. Setiap pos pendapatan dan beban, keuntungan atau kerugian beserta
jumlahnya yang berdasarkan PSAK terkait diakui secara langsung dalam
ekuitas,
c. Pengaruh kumulatif dari perubahan kebijakan akuntansi dan perbaikan
terhadap kesalahan mendasar sebagaimana diatur dalam PSAK terkait,
d. Transaksi modal dengan pemilik dan distribusi kepada pemilik,
e. Saldo akumulasi laba atau rugi pada awal dan akhir periode serta
perubahan,
f. Rekonsiliasi antar nilai tercatat dari masing-masing jenis modal saham,
agio dan cadangan pada awal dan akhir periode yang mengungkapkan
secara terpisah setiap perubahan.
4. Laporan Arus Kas
Menurut PSAK No. 2, laporan arus kas adalah laporan yang memberiakn
informasi arus kas perusahaan sebagai dasar menilai kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan dan menggunakan kas. Laporan arus kas dapat
memberikan informasi yang memungkinkan para pemakai untuk
mengevaluasi perubahan dalam aktiva bersih perusahaan, struktur keuangan
(termasuk likuiditas dan solvabilitas) dan kemampuan untuk mempengaruhi
jumlah serta waktu arus kas dalam rangka adaptsi 19 dengan perubahan
keadaan dan peluang (IAI, 2004). Komponen laporan terdiri dari:
45
a. Kas, terdiri dari saldo kas dan rekening giro
b. Setara kas, adalah investasi yang sifatanya sangat liquid yang segara dapat
disajikan kas.
c. Arus kas, adalah arus kas masuk dan arus kas keluar
d. Aktivitas operasi adalah aktivitas penghasilan utama pendapatan dan
altivitas lain yang bukan investasi dan pendanaan.
e. Aktivitas investasi, adalah aktivitas perolehan dan pelepasan aktiva jangka
panjang
f. Aktifitas pendanan, adalah aktivitas yang mengakibatkan perubahan dalam
jumlah serta komposisi modal dan pinjaman perusahaan.
5. Catatan Atas Laporan Keuangan
Catatan atas laporan keuangan mengungkapkan (IAI, 2004) :
a. Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan
akuntansi yang dipilih dan diterapkan terhadap peristiwa dan transaksi
yang penting,
b. Informasi yang diwajibkan dalam Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan tetapi tidak disajikan di neraca, laporan laba rugi, laporan arus
kas, dan laporan perubahan ekuitas,
c. Informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan keuangan tetapi
diperlukan dalam rangka penyajian secar wajar.
46
2.1.7.5. Pengguna Laporan Keuangan
Selain sebagai alat pertanggungjawaban, informasi keuangan diperlukan
sebagai dasar pengambilan keputusan ekonomi. Pengambilan keputusan ekonomi
adalah keputusan yang dilakukan secara sadar untuk menetapkan sesuatu atas
dasar data dalam bidang bisnis. Menurut Darsono dan Ashari (2005:11-12),
pengguna laporan keuangan (stakeholders) dan kebutuhan informasi keuangannya
dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a. Investor atau pemilik
Pemilik perusahaan menanggung risiko atas harta yang ditempatkan pada
perusahaan. Pemilik membutuhkan informasi untuk menilai apakah
perusahaan memiliki kemampuan membayar deviden. Di samping itu untuk
menilai apakah investasinya akan tetap dipertahankan atau dijual.
b. Pemberi pinjaman (kreditur)
Pemberi pinjaman membutuhkan informasi keuangan guna memutuskan
memberi pinjaman dan melihat kemampuan perusahaan membayar angsuran
pokok beserta bunganya (riba: konvesional) atau margin keuntungan beserta
bagi hasilnya (pembiayaan/ kredit syari’ah) pada saat jatuh tempo.
c. Pemasok atau kreditur usaha lainnya
Pemasok memerlukan informasi keuangan untuk menentukan besarnya
penjualan kredit yang diberikan kepada perusahaan pembeli dan kemampuan
membayar pada saat jatuh tempo.
47
d. Pelanggan
Dalam beberapa situasi, pelanggan sering membuat kontrak jangka panjang
dengan perusahaan sehingga perlu informasi mengenai kesehatan keuangan
perusahaan yang akan melakukan kerja sama.
e. Karyawan
Karyawan dan serikat buruh memerlukan informasi keuangan guna menilai
kemampuan perusahaan untuk mendatangkan laba dan stabilitas usahanya.
f. Pemerintah
Informasi keuangan bagi pemerintah digunakan untuk menentukan kebijakan
dalam bidang ekonomi, misalnya alokasi sumber daya, UMR, pajak,
pungutan, serta bantuan.
g. Masyarakat
Laporan keuangan dapat digunakan untuk bahan ajar, analisis, serta informasi
trend dan kemakmuran.
2.1.8 Kesehatan Bank
2.1.8.1 Pengertian Kesehatan Bank
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa bank yang sehat adalah bank
yang dapat menjalankan fungsi-fungsinya dengan baik. Dengan kata lain, bank
yang sehat adalah bank yang dapat menjaga dan memelihara kepercayaan
masyarakat, dapat menjalankan fungsi intermediasi, dapat membantu kelancaran
lalu lintas pembayaran serta dapat digunakan oleh pemerintah dalam
melaksanakan berbagai kebijakannya, terutama kebijakan moneter. Dengan
48
menjalankan fungsi-fungsi tersebut diharapkan dapat memberikan pelayanan yang
baik kepada masyarakat serta bermanfaat bagi perekonomian secara keseluruhan.
Untuk dapat menjalankan fungsinya dengan baik, bank harus mempunyai
modal yang cukup, menjaga kualitas asetnya dengan baik, dikelola dengan baik
dan dioperasikan berdasarkan prinsip kehati-hatian, menghasilkan keuntungan
yang cukup untuk mempertahankan kelangsungan usahanya, serta memelihara
likuiditasnya sehingga dapat memenuhi kewajibannya setiap saat. Selain itu, suatu
bank harus senantiasa memenuhi berbagai ketentuan dan aturan yang telah
ditetapkan, yang pada dasarnya berupa berbagai ketentuan yang mengacu pada
prinsip-prinsip kehati-hatian di bidang perbankan.
Budisantoso dan Triandaru (2005:51) mengartikan kesehatan bank sebagai
“kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara
normal dan mampu memenuhi semua kewajibannya dengan baik dengan cara-cara
yang sesuai dengan peraturan yang berlaku”.
Tingkat kesehatan bank merupakan hasil penelitian kualitatif atas berbagai
aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu bank melalui
LDR), dan efisiensi rasio (AU, OE). Data yang digunakan data sekunder dari 2
bank syariah dan 8 bank konvensional. hasil pengujian menunjukkan Tidak ada
perbedaan yang signifikan antara bank syari’ah dan bank konvensional baik
sebelum maupun sesudah fatwa.
Umar Hamdan dan Andi Wijaya (2006) Tujuan tulisan ini adalah untuk
mengetahui dan menganalisis tingkat resiko bisnis BPR Konvensional dan BPR
Syari’ah. Analisis yang digunakan adalah analisis diskriminan (Z-score).
Sedangkan untuk rasio yang digunakan adalah rasio likuditas (Asset to Loan
Ratio, Cash Ratio, LDR), rasio solvabilitas (Capital Ratio, Capital Risk, Capital
Adequency Ratio), dan rasio rentabilitas (Gross Profit Margin, Net Profit Margin,
Return on Equity Capital). Sampel BPR, yaitu satu BPR Konvensional dan satu
BPR Syari’ah. Secara umum rasio-rasio bank syari’ah lebih baik dari pada bank
konvensional.
77
Tabel 2.5 Penelitian Terdahulu
Peneliti Judul Indikator
penelitian Tahun
penelitian Hasil penelitian
Indra Prasetyo
Analisis kinerja keuangan bank syari’ah dan bank konvensional di Indonesia
CAR, RORA, NPM, ROA, LDR
2001-2005
Rasio keuangan yang membedakan adalah rasio NPM.dan LDR.pada rasio NPM bank konvensional dengan penerapan sisitem bunga lebih pasti dalam perolehan laba. Sedangkan pada bank syari’ah dengan menggunakan sistem bagi hasil, Sedangakan untuk rasio LDR bank syari’ah lebih efektif dibandingakan bank konvensional.
M.Suyanto Perbandingan Kinerja Bank Islam Terhadap Bank Persero, Bank Asing Dan Bank Umum Di Indonesia
Profitability Ratios, Liquidity Ratios, Risk and Solvency Ratios, Commitment to Community.
2002-2004
Secara umum bank islam lebih baik dari pada bank asing dan bank umum. Bank Islam lebih berkomitment terhadap pengembangan masyarakat dibandingkan Bank Persero, Bank Asing dan Bank Umum,
78
Ari Kuncara Widagdo, dan Siti Rochmah Ika
The Interest Prohibition and Financial Performance of Islamic Banks: Indonesian Evidence
Profitability ratio, Liquidity Ratios, Risk and Solvency Ratios, Efficiency Ratios.
2002-2005
Tidak ada perbedaan yang signifikan antara bank syari’ah dan bank konvensional baik sebelum maupun sesudah fatwa.
Umar Hamdan dan Andi Wijaya
Analisis Komparatif Resiko Keuangan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Konvensional Dan BPR Syari’ah
Rasio Likuiditas, Rasio Solvabilitas, dan Rasio Rentabilitas
2001-2003
Secara umum rasio-rasio bank syari’ah lebih baik dari pada bank konvensional.
2.2 KERANGKA PEMIKIRAN
Bedasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa krisis finansial global
yang melanda Amerika Serikat telah merambat ke seluruh dunia. Hal ini ditandai
dengan turunnya indeks saham di berbagai bursa Asia-Pasifik pada perdagangan
Rabu, 8 Oktober 2008. Selain pasar saham, sektor lain yang juga mengalami
akibat dari krisis tersebut adalah sektor perbankan, baik perbankan syari’ah
maupun perbankan konvensional.
Indonesia merupakan negara small open economy sehingga imbas dari
krisis finansial global sangat mempengaruhi kondisi perekonomian dalam negeri,
ditambah dengan persaingan antar perbankan yaitu perbankan konvensional dan
perbankan syari’ah. Dibutuhkan laporan kinerja keuangan, dimana dalam laporan
79
tersebut dapat membantu stakeholder dalam pengembilan keputusan dan menilai
sebuah kinerja suatu bank.
Analisis CAMEL merupakan alat analisis yang digunakan oleh bank
Indonesia dalam menilai kinerja suatu bank (sesuai dengan Peraturan Bank
Indonesia No. 6/10/PBI/2004) yang mengantikan sistem sebelumnya yaitu
CAMEL (Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No. 26/5/BPPP, tanggal 29
Mei 1993). Analisis CAMEL terdiri dari 5 aspek yaitu: Capital, Assets,
Management, Earnings, dan Liquidity. Hal ini menunjukan bahwa rasio keuangan
dapat digunakan untuk menilai tingkat kesehatan bank, CAMEL tidak sekedar
mengukur tingkat kesehatan bank, tetapi juga digunakan sebagai indikator dalam
menyusun peringkat dan memprediksi kebangkrutan bank (Payamata dan
Machfoedz,1999:56). Dari analisis CAMEL, penulis berusaha membandingan
kinerja keuangan antara bank syari’ah dan konvensional baik sebelum, selama,
maupun sesudah krisis global.
Oleh sebab itu upaya untuk mengetahui perbandingan kinerja keuangan
bank syari’ah dan bank konvensional peneliti menggunakan PT Bank syari’ah
Mandiri sebagai bank syariah dan PT Bank Mandiri Tbk sebagai bank
konvensional, untuk diteliti lebih lanjut dengan menggunakan analisis rasio
CAMEL.
Berdasarkan telaah pustaka di atas maka dapat dibuat kerangka pemikiran
teoritis sebagai berikut:
80
Gambar 2.1 Kerangaka Pemikiran
2.3 HIPOTESIS
Hipotesis adalah suatu asumsi atau pernyataan mengenai sesuatu yang
harus diuji kebenaranya (Djarwanto dan Subagyo, 1993:183). Dari pengertian
tersebut dapat disimpulkan bahwa hipotesis merupakan jawaban sementara
terhadap pertanyaan yang akan diuji kebenarannya dan dipakai sebagai pedoman
dalam pengumpulan data.
Dalam industri perbankan, alat analisis yang digunakan untuk menilai
kinerja sebuah bank dengan menggunakan proksi rasio keuangan, yaitu himpunan
indikator yang berunsurkan variabel-variabel Capital, Assets Quality,
Laporan Keuangan Bank
Analisis Rasio Keuangan
Proksi CAMEL:
1. CAR (X1)
2. KAP (X2)
3. PPAP (X3)
4. NPM (X4)
5. ROA (X5)
6. BOPO(X6)
7. LDR(X7)
Uji beda
Bank syari’ah Bank konvensional
81
Management, Eearning dan Liquidity. Proksi rasio keuangan tidak sekedar
mengukur tingkat kesehatan sebuah bank, tapi sering pula sebagai indikator dalam
menyusun peringkat dan memprediksi kebangkrutan bank.
Sebagaimana disinggung di atas, penulisan ini menyajikan tentang analisis
perbandingan kinerja keuangan bank syari’ah dan bank konvensional (Periode
tahun 2007 - 2008). Untuk menguji apakah masing-masing proksi rasio keuangan
berbeda signifikan untuk periode 2007 - 2009 dirumuskan hipotesis sebagai
berikut :
H1 : Berdasarkan Capital Adequeency Ratio (CAR), kinerja keuangan bank
syari’ah dan bank konvensional berbeda secara signifikan sebelum, selam
dan sesudah krisis global tahun 2008.
H2 : Berdasarkan Kualitas Aktiva Produktif (KAP), kinerja keuangan bank
syari’ah dan bank konvensional berbeda secara signifikan sebelum, selam
dan sesudah krisis global tahun 2008.
H3 : Berdasarkan Penyisihan Penghapusan Piutang (PPAP), kinerja keuangan
bank bank syari’ah dan bank konvensional berbeda secara signifikan
sebelum, selam dan sesudah krisis global tahun 2008.
H4 : Berdasarkan Net Profit Margin (NPM), kinerja keuangan bank bank syari’ah
dan bank konvensional berbeda secara signifikan sebelum, selam dan
sesudah krisis global tahun 2008.
82
H5 : Berdasarkan Return On Asset (ROA), kinerja keuangan bank bank syari’ah
dan bank konvensional berbeda secara signifikan sebelum, selam dan
sesudah krisis global tahun 2008.
H6 : Berdasarkan Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO),
kinerja keuangan bank bank syari’ah dan bank konvensional berbeda secara
signifikan sebelum, selam dan sesudah krisis global tahun 2008.
H7 : Berdasarkan Loan to Deposito Ratio (LDR), kinerja keuangan bank bank
syari’ah dan bank konvensional berbeda secara signifikan sebelum, selam
dan sesudah krisis global tahun 2008.
83
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
3.1.1 Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan variabel:
A. Variabel dependen
Variabel dependen yaitu variabel yang nilainya dipengaruhi oleh variabel
independen. Dalam penelitian ini variabel dependen yang digunakan adalah:
1. Capital (Permodalan)
Rasio yang digunakan dalam perhitungan ini adalah Capital Adequeency Ratio
(CAR), yaitu merupakan perbandingan jumlah modal dengan jumlah Aktiva
Tertimbang Menurut Ratio (ATMR) yang diformulasikan dengan (Kasmir,
2002):
Modal sendiri � CAR = x 100%
ATMR
rasio � Nilai Kredit Rasio CAR = +1
0,1%
� Nilai Kredit faktor CAR = Nlai kredit Rasio CAR x Bobot rasio CAR
Tabel 3.1 Kreteria Penilaian Capital Adequeency Ratio (CAR)
Nilai Kredit Predikat > 8% Sehat
> 7,9%- < 8,0% Cukup Sehat
84
> 6,5%- < 7,9% Kurang Sehat < 6,5% Tidak Sehat
(DIR BI No. 30/11/KEP/DIR tanggal 30 April 1997)
2. Asset Quality (Kualitas Aktiva Produktif)
Perhitungan kualitas aktiva produktif (KAP) menggunakan 2 rasio (kasmir,
2002), yaitu rasio aktiva produktif yang diklasifikasikan terhadap jumlah
aktiva produktif dan rasio penyisihan aktiva produktif yang wajib dibentuk.
a. Rasio aktiva produktif yang diklasifikasikan terhadap jumlah aktiva
produktif, yaitu:
Aktiva produktif yang diklasifikasikan � Rasio KAP = x 100%