BAB 1
14
BAB 1. PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang Masalah
Kata sastra sering dikenal sebagai tulisan atau karangan yang
indah. Misalnya dalam puisi, drama, dan prosa. Menurut KBBI, prosa
merupakan karangan yang bebas (tidak terikat oleh kaidah-kaidah
yang terdapat dalam puisi). Prosa dapat dibagi menjadi beberapa
jenis. Contohnya yaitu roman, novel, novelet, dan cerpen. Cerpen
merupakan singkatan dari cerita pendek. Akan tetapi, ukuran panjang
pendek itu memang tidak ada aturannya, tak ada satu kesepakatan di
antara para pengarang dan para ahli.
Karya sastra dibangun oleh unsur-unsur pembangun. Secara garis
besar, unsur-unsur pembangun karya sastra dapat dibagi menjadi dua
bagian, yaitu unsur ekstrinsik dan unsur intrinsik. Unsur intrinsik
adalah unsur-unsur yang (secara langsung) turut serta membangun
cerita. Unsur intrinsik terdiri dari tema, alur (plot), latar,
amanat, sudut pandang, gaya bahasa, penokohan, dan perwatakan. Gaya
bahasa (figurative language) merupakan bahasa kiasan atau yang
mempunyai arti konotatif yang dipakai dalam puisi (karya sastra)
untuk membangkitkan daya bayang (imajinasi) bagi si pembaca.
Menurut KBBI, penokohan adalah merupakan proses, cara, perbuatan
mengelompokkan tokoh-tokoh atau penciptaan citra tokoh dalam karya
sastra. Secara garis besar, penokohan terdiri dari tokoh utama dan
tokoh tambahan atau tokoh antagonis, tritagonis, dan protagonis.
Perwatakan (karakter) merupakan cara menggambarkan watak-watak
pelaku-pelaku pada karangan fiktif.
Penulis memilih penokohan, perwatakan, dan gaya bahasa sebagai
unsur intrinsik untuk dianalisis karena unsur-unsur tersebut
merupakan unsur yang dominan dalam cerpen Anak Kebanggaan dari buku
kumpulan cerpen Robohnya Surau Kami karya A.A. Navis. Oleh karena
itu, karya tulis ilmiah ini diberi judul Analisis Penokohan,
Perwatakan, dan Gaya Bahasa dalam Cerpen Anak Kebanggaan pada
Kumpulan Cerpen Robohnya Surau Kami Karya A.A. Navis.1.2 Rumusan
Masalah
Rumusan masalah yang diambil untuk karya tulis ilmiah yang
berjudul Analisis Penokohan, Perwatakan, dan Gaya Bahasa pada
Cerpen Anak Kebanggaan dalam Kumpulan Cerpen Robohnya Surau Kami
Karya A.A. Navis adalah sebagai berikut.
1.2.1 Bagaimanakah pembagian tokoh pada cerpen Anak Kebanggaan
dalam kumpulan cerpen Robohnya Surau Kami karya A.A. Navis?1.2.2
Bagaimanakah perwatakan tokoh-tokoh pada cerpen Anak Kebanggaan
dalam kumpulan cerpen Robohnya Surau Kami karya A.A. Navis?
1.2.3 Bagaimanakah gaya bahasa yang digunakan dalam cerpen Anak
Kebanggaan dalam kumpulan cerpen Robohnya Surau Kami karya A.A.
Navis?
1.3 Tujuan Pembahasan
Tujuan pembahasan untuk karya tulis ilmiah yang berjudul
Analisis Penokohan, Perwatakan, dan Gaya Bahasa pada Cerpen Anak
Kebanggaandalam Kumpulan Cerpen Robohnya Surau Kami Karya A.A.
Navis yaitu:1.3.1 untuk mengetahui penokohan pada cerpen Anak
Kebanggaan dalam kumpulan cerpen Robohnya Surau Kami karya A.A.
Navis;1.3.2 untuk mengetahui perwatakan tokoh-tokoh pada cerpen
Anak Kebanggaan dalam kumpulan cerpen Robohnya Surau Kami karya
A.A. Navis;1.3.3 untuk mengetahui gaya bahasa yang digunakan dalam
cerpen Anak Kebanggaan dalam kumpulan cerpen Robohnya Surau Kami
karya A.A. Navis.
1.4 Manfaat PenelitianManfaat penelitian dalam karya tulis
ilmiah ini adalah sebagai berikut.1.4.1 Bagi Siswa
a. Siswa dapat memahami dan mempelajari tentang unsur-unsur
intrinsik dalam cerpen Anak Kebanggaan pada buku kumpulan cerpen
Robohnya Surau Kami karya A.A. Navis, khususnya penokohan,
perwatakan, dan, gaya bahasa.b. Siswa dapat menambah wawasan dalam
menganalisis cerpen.c. Siswa dapat menambah wawasan dalam pembuatan
karya tulis ilmiah.
1.4.2 Bagi guru
a. Guru dapat lebih memahami tentang penokohan, perwatakan, dan
gaya bahasa dalam cerpen Anak Kebanggaan pada buku kumpulan cerpen
Robohnya Surau Kami karya A.A. Navis.
b. Guru dapat mengetahui sejauh mana kemampuan siswa dalam
menganalisis unsur intrinsik dalam cerpen.
c. Guru dapat mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam membuat
karya tulis ilmiah.
1.4.3 Bagi Pembaca
a. Pembaca dapat mengerti dan memahami penokohan, perwatakan,
dan gaya bahasa dalam cerpen Anak Kebanggaan pada buku kumpulan
cerpen Robohnya Surau Kami karya A.A. Navis.b. Pembaca dapat
menambah wawasan dalam menganalisis cerpen
1.5 Definisi Operasional
Definisi operasional dari karya tulis ilmiah berjudul Analisis
Penokohan, Perwatakan, dan Gaya Bahasa dalam Cerpen Anak Kebanggaan
pada Kumpulan Cerpen Robohnya Surau Kami karya A.A. Navis dibuat
untuk menghindari adanya kesalahpahaman dalam menafsirkan judul
dari karya tulis ilmiah ini. Definisi operasional dari karya tulis
ilmiah yang berjudul Analisis Penokohan, Perwatakan, dan Gaya
Bahasa dalam Cerpen Anak Kebanggaan pada Kumpulan Cerpen Robohnya
Surau Kami karya A.A. Navis adalah sebagai berikut.1.5.1
AnalisisAnalisis berarti penyelidikan terhadap sesuatu peristiwa
(karangan, perbuatan, dsb) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya
(sebab-musabab, duduk perkaranya, dsb) atau penguraian suatu pokok
atas berbagai bagian-bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri,
serta hubungan antarbagian untuk memperoleh pengertian yang tepat
dan pemahaman arti keseluruhan.
1.5.2 PenokohanPenokohan adalah penciptaan citra tokoh dalam
karya sastra.
1.5.3 PerwatakanPerwatakan (karakter) merupakan cara
menggambarkan watak-watak pelaku-pelaku pada karangan fiktif.
1.5.4 Gaya Bahasa
Gaya bahasa (figurative language) merupakan bahasa kiasan atau
yang mempunyai arti konotatif yang dipakai dalam puisi (karya
sastra) untuk membangkitkan daya bayang (imajinasi. bagi si
pembaca.
Dari pengertian-pengertian di atas, definisi operasional dari
karya tulis ilmiah yang berjudul Analisis Penokohan, Perwatakan,
dan Gaya Bahasa dalam Cerpen Anak Kebanggaan pada Kumpulan Cerpen
Robohnya Surau Kami Karya A.A. Navis adalah penguraian unsur
intrinsik penokohan, perwatakan, dan gaya bahasa dalam cerpen Anak
Kebanggaan yang terdapat pada kumpulan buku kumpulan cerpen yang
berjudul Robohnya Surau Kami karya A.A. Navis.BAB 2. TINJAUAN
PUSTAKA
Karya sastra dibangun atas unsur ekstrinsik dan unsur intrinsik.
Unsur intrinsik meliputi: tema, amanat, latar, alur, sudut pandang,
penokohan, perwatakan, dan gaya bahasa. Dalam karya tulis ilmiah
ini, unsur intrinsik yang akan dipaparkan secara mendetail adalah
unsur penokohan, perwatakan, dan gaya bahasa. Ketiga unsur
intrinsik tersebut diuraikan sebagai berikut.
2.1 Penokohan
Penokohan merupakan salah satu unsur intrinsik yang dianalisis
secara mendetail dalam karya tulis ilmiah ini. Berikut merupakan
uraian penokohan secara lebih mendetail.2.1.1 Definisi
Penokohan
Penokohan adalah suatu proses untuk menggambarkan citra
seseorang dalam suatu karya sastra. Istilah penokohan lebih luas
pengertiannya daripada istilah tokoh atau perwatakan sebab ia
sekaligus mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan
serta bagaimana penempatan dan pelukisannya dalam sebuah cerita
sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca.
2.1.2 Jenis-Jenis Pembagian Tokoh
Dalam sebuah karya sastra, tokoh dapat dibagi menjadi beberapa
jenis. Pembagian ini berdasarkan perbedaan sudut pandang dan
tinjauan seseorang.
a. Tokoh Utama dan Tokoh Tambahan
Jika dilihat dari segi peranan dan tingkat kepentingannya,
tokoh-tokoh dalam cerita dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:
tokoh utama yang disebut juga main character atau central character
dan tokoh tambahan atau peripheral character.
Tokoh utama adalah tokoh yang penting dan ditampilkan terus
menerus sehingga mendominasi sebagian besar cerita. Tokoh utama
dalam sebuah cerita bisa lebih dari satu meskipun kadar kutamaannya
tidak selalu sama. Tokoh utama adalah tokoh yang sangat menentukan
keseluruhan alur dan perkembangan plot. Ia selalu berhubungan
dengan tokoh-tokoh lain dan selalu hadir sebagai pelaku yang
dikenai kejadian dan konflik. Tokoh tambahan adalah tokoh yang
hanya dimunculkan sesekali atau dalam porsi yang pendek. b. Tokoh
Antagonis, Protagonis, dan TritagonisJika dilihat dari fungsi
penampilan seorang tokoh dalam pengembangan plot suatu cerpen,
tokoh-tokoh dalam cerpen dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu:
tokoh antagonis, protagonis, dan tritagonis. Tokoh penyebab
terjadinya konflik disebut tokoh antagonis. Tokoh antagonis
biasanya diceritakan sebagai tokoh yang jahat dan menjadi oposisi
dari tokoh protagonis. Tokoh protagonis menampilkan sesuatu yang
sesuai dengan pandangan kita, harapan-harapan kita. Oleh karena
itu, para pembaca sering berempati kepada tokoh protagonis. Tokoh
tritagonis adalah tokoh yang tidak mempengaruhi jalannya cerita
secara langsung tetapi ada dan dibutuhkan. Tokoh tritagonis tidak
terlalu disoroti dan hanya ditampilkan sesekali saja dalam
cerpen.2.2 PerwatakanPerwatakan merupakan salah satu unsur
intrinsik yang dianalisis secara mendetail dalam karya tulis ilmiah
ini. Berikut merupakan uraian perwatakan secara lebih
mendetail.
2.2.1 Definisi Perwatakan
Perwatakan (karakter) merupakan cara menggambarkan watak-watak
pelaku-pelaku pada karangan fiktif. Perwatakan menunjukkan sifat
dan sikap para tokoh dalam cerita seperti yang ditafsirkan oleh
pembaca. Perwatakan lebih menunjuk pada kualitas pribadi seorang
tokoh.2.2.2 Teknik Pelukisan Tokoh
Dalam penokohan, teknik pelukisan tokoh juga memegang peranan
yang penting. Tokoh-tokoh dalam cerita beserta wataknya
masing-masing harus dilukiskan secara tepat sehingga mampu
menciptakan dan mendukung perkembangan alur cerita. Teknik
pelukisan tokoh dapat dibedakan menjadi dua cara, yaitu: teknik
pelukisan secara langsung atau teknik ekspositori dan teknik
pelukisan secara tidak langsung atau teknik dramatik. Meskipun
memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing, kedua teknik
pelukisan tokoh ini tidak dapat digunakan sendiri-sendiri. Kedua
teknik ini saling melengkapi karena kekurangan dari masing-masing
teknik dapat ditutupi dengan teknik yang lain. Berikut adalah
uraian dari keua teknik tersebut secara lebih mendetail.
a. Teknik Pelukisan Tokoh Secara Langsung atau Teknik
Ekspositori
Dalam teknik pelukisan tokoh secara langsung atau teknik
ekspositori, pelukisan tokoh cerita dilakukan dengan deskripsi,
uraian, atau penjelasan secara langsung kepada pembaca. Teknik ini
disebut juga dengan teknik analitis. Tokoh cerita hadir dan
dihadirkan oleh pengarang ke hadapan pembaca secara tidak
berbelit-belit melainkan begitu saja dan langsung disertai
deskripsi kehadirannya yang mungkin berupa sikap, sifat, watak,
tingkah laku, atau bahkan juga ciri fisiknya. Kelebihan dari teknik
ini adalah pelukisan tokohnya bersifat sederhana. Pengarang dapat
dengan cepat dan singkat dapat mendeskripsikan seorang tokoh dalam
cerita. Pembaca juga akan dengan mudah memahami ciri-ciri tokoh
tanpa harus menafsirkannya terlebih dahulu. Namun, dalam teknik ini
pembaca kurang dilibatkan untuk berperan secara aktif-imajinatif
dan hal itu dapat dipandang sebagai pembodohan terhadap pembaca.
Kelemahan yang lain adalah penuturannya bersifat mekanis dan kurang
alami.
b. Teknik Pelukisan Tokoh Secara Tidak Langsung atau Teknik
Dramatik
Dalam teknik pelukisan tokoh secara tidak langsung atau teknik
dramatik, pengarang tidak mendeskripsikan sifat dan tingkah laku
tokoh. Pengarang membiarkan (menyiasati) para tokoh untuk
menunjukkan kehadirannya sendiri melalui berbagai aktivitas yang
dilakukan, baik secara verbal (lewat kata) maupun nonverbal (lewat
tindakan atau tingkah laku), dan juga melalui peristiwa yang
terjadi. Dalam teknik ini pembaca dapat terdorong untuk melibatkan
diri secara aktif, kreatif, dan imajinatif. Kelebihan yang lain
adalah sifatnya lebih sesuai dengan situasi kehidupan nyata. Namun,
penggunaan teknik ini dinilai kurang ekonomis karena pelukisan
sifat, watak, dan tingkah laku tokoh memerlukan banyak kata dan
dengan berbagai bentuk yang cukup panjang.
Penampilan tokoh dalam suatu karya fiksi dapat dinyatakan dalam
berbagai bentuk. Wujud penggambaran teknik dramatik antara lain:
teknik cakapan, yaitu dengan percakapan antar tokoh; teknik tingkah
laku, yaitu dengan menunjukkan tindakan-tindakan yang dilakukan
oleh tokoh yang bersangkutan; teknik pikiran dan perasaan, yaitu
dengan menunjukkan jalan pikiran dan perasaan yang dirasakan tokoh
tersebut; teknik arus kesadaran, yaitu dengan menggambarkan
tanggapan indera yang bercampur dengan kesadaran dan ketidaksadaran
pikiran, perasaan, ingatan, harapan dan asosiasi-asosiasi acak;
teknik reaksi tokoh, yaitu dengan menunjukkan reaksi tokoh terhadap
suatu kejadian, masalah keadaan, kata, dan sikap-tingkah-laku orang
lain dari luar diri tokoh yang bersangkutan; teknik reaksi tokoh
lain, yaitu dengan menggambarkan reaksi yang diberikan oleh tokoh
lain terhadap tokoh tersebut yang dapat berupa pandangan, pendapat,
sikap, komentar, dan lain-lain; teknik pelukisan latar, yaitu
dengan melukiskan keadaan latar di sekitar tokoh yang dapat
menimbulkan kesan tertentu terhadap tokoh tersebut; dan teknik
pelukisan fisik, yaitu dengan menunjukkan keadaan kejiwaan yang
dikaitkan dengan keadaan fisik tokoh tersebut yang dapat
menunjukkan sifat tertentu pada suatu tokoh.
2.3 Gaya BahasaGaya bahasa merupakan salah satu unsur pembangun
karya sastra. Gaya bahasa juga sangat mempengaruhi jalannya cerita
dalam suatu cerpen. Berikut adalah uraian dari gaya bahasa.
2.3.1 Definisi Gaya Bahasa
Gaya bahasa (figurative language) merupakan bahasa kiasan atau
yang mempunyai arti konotatif yang dipakai dalam puisi (karya
sastra) untuk membangkitkan daya bayang (imajinasi) bagi si
pembaca. Gaya bahasa banyak dipakai untuk memberi penekanan atau
mempertegas suatu maksud atau arti dalam suatu kalimat. Berikut
adalah beberapa gaya bahasa yang dipakai dalam karya tulis ilmiah
ini.a. Metafora
Metafora adalah semacam analogi yang membandingkan dua hal
secara langsung tetapi dalam bentuk yang singkat. Contoh: bunga
bangsa, buah hati, cindera mata, dan lain-lain.b. Simile
Simile adalah perbandingan yang bersifat eksplisit. Artinya
simile langsung menyatakan sesuatu sama dengan hal yang lain.
Simile selalu menggunakan kata-kata: seperti, sama, bagaikan,
laksana, layaknya, dan sebagainya. Contohnya: bagai duri dalam
daging, matanya seperti bintang timur, dan lain-lain.c.
LitotesLitotes adalah semacam gaya bahasa yang dipakai untuk
menyatakan sesuatu dengan tujuan merendahkan diri. Litotes memberi
kesan untuk merendahkan diri. Contohnya: silahkan makan seadanya,
dan lain-lain.d. Pleonasme atau Tautologi
Pleonasme atau tautologi adalah acuan yang mempergunakan
kata-kata lebih banyak dari yang diperlukan untuk menyatakan satu
pikiran atau gagasan. Contohnya: saya telah mendengar hal itu
dengan telinga saya sendiri, dan lain-lain.e. HiperbolaHiperbola
adalah semacam gaya bahasa yang mengandung suatu pernyataan yang
berlebihan, dengan membesar-besarkan sesuatu hal. Contoh:
Kemarahanku sudah menjadi-jadi hingga hampir meledak, dan
lain-lain.
f. Paradoks
Paradoks adalah semacam gaya bahasa yang mengandung pertentangan
yang nyata dengan fakta-fakta yang ada. Contoh: Musuh sering
merupakan kawan yang akrab, dan lain-lain.
g. Personifikasi
Personifikasi atau prosopopoeia adalah semacam gaya bahasa
kiasan yang menggambarkan benda-benda mati atau barang-barang yang
tidak bernyawa seolah-olah memiliki sifat-sifat kemanusiaan.
Contoh: nyiur melambai, angin yang meraung, dan lain-lain.BAB 3.
METODE PENELITIANMetode penelitian digunakan sebagai alat untuk
menganalisis objek penelitian dalam karya tulis ilmiah ini. Metode
penelitian yang digunakan dalam karya tulis ilmiah ini meliputi:
(1) rancangan penelitian, (2) metode pengumpulan data, (3) metode
analisis data, dan (4) prosedur penelitian.
3.1 Rancangan Penelitian
Pada karya tulis ilmiah ini penulis menganalisis penokohan,
perwatakan, dan gaya bahasa dalam cerpen Anak Kebanggaan pada
kumpulan cerpen Robohnya Surau Kami karya A.A. Navis. Untuk
menganalisis penokohan, perwatakan, dan gaya bahasa dalam karya
tulis ilmiah ini pendekatan yang digunakan adalah pendekatan
deskriptif kualitatif.
3.2 Metode Pengumpulan Data
Untuk menganalisis unsur penokohan, perwatakan, dan gaya bahasa
dalam cerpen Anak Kebanggaan pada buku kumpulan cerpen Robohnya
Surau Kami karya A.A. Navis, penulis menggunakan metode kepustakaan
atau dokumentasi. Karya tulis ilmiah ini menggunakan metode
kepustakaan atau dokumentasi karena data-data yang digunakan berupa
kata-kata yang memperjelas dan mengkonkretkan jalan cerita. Metode
kepustakaan adalah metode yang dilakukan dengan mempelajari dan
mengumpulkan data dari pustaka baik berupa buku maupun informasi
dari berbagai sumber. 3.3 Metode Analisis Data
Untuk menganalisis penokohan, perwatakan, dan gaya bahasa dalam
karya tulis ilmiah ini, pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan
deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan tentang orang-orang dan perilaku yang dapat
diamati. 3.4 Prosedur Penelitian
Dalam penulisan karya tulis ilmiah berjudul Analisis Penokohan,
Perwatakan, dan Gaya Bahasa dalam Cerpen Anak Kebanggaan pada
Kumpulan Cerpen Robohnya Surau Kami Karya A.A. Navis ini penulis
melakukan langkah-langkah berikut:
3.4.1 membaca dan memahami buku pedoman pembuatan karya tulis
ilmiah yang dibuat oleh Tim Penulis Karya Tulis Ilmiah SMAK Santo
Paulus Jember tahun 2012;
3.4.2 membaca cerpen Anak Kebanggaan pada kumpulan cerpen
Robohnya Surau Kami karya A.A. Navis;
3.4.3 mencari topik yang akan dianalisis yaitu penokohan,
perwatakan dan gaya bahasa pada cerpen Anak Kebanggaan pada
kumpulan cerpen Robohnya Surau Kami karya A.A. Navis;
3.4.4 mencari sumber referensi yang bisa digunakan dalam
penulisan karya tulis ilmiah yang berjudul Analisis Penokohan,
Perwatakan, dan Gaya Bahasa dalam Cerpen Anak Kebanggaan pada
Kumpulan Cerpen Robohnya Surau Kami Karya A.A. Navis;
3.4.5 membaca kembali serta mencatat hal-hal penting yang akan
mendukung topik yang akan dibahas dalam karya tulis ilmiah yang
berjudul Analisis Penokohan, Perwatakan, dan Gaya Bahasa dalam
Cerpen Anak Kebanggaan pada Kumpulan Cerpen Robohnya Surau Kami
Karya A.A. Navis;
3.4.6 mengkonsultasikan topik yang akan dibahas dalam karya
tulis ilmiah ini dengan guru pembimbing;
3.4.7 mengumpulkan data-data yang diperlukan untuk menganalisis
unsur penokohan, perwatakan, dan gaya bahasa dalam cerpen Anak
Kebanggaan pada buku kumpulan cerpen Robohnya Surau Kami karya A.A.
Navis;
3.4.8 mengklasifikasi data yang mendukung analisis unsur
penokohan, perwatakan, dan gaya bahasa dalam cerpen Anak Kebanggaan
pada buku kumpulan cerpen Robohnya Surau Kami karya A.A. Navis;
3.4.9 menganalisis data pada cerpen Anak Kebanggaan pada buku
kumpulan cerpen Robohnya Surau Kami karya A.A. Navis;
3.4.10 menuangkan hasil analisis data ke dalam karya tulis
ilmiah yang berjudul Analisis Penokohan, Perwatakan, dan Gaya
Bahasa dalam Cerpen Anak Kebanggaan pada Kumpulan Cerpen Robohnya
Surau Kami Karya A.A. Navis;
3.4.11 menunjukan karya tulis ilmiah kepada guru pembimbing guna
untuk mendapatkan kritik dan saran untuk perbaikan karya tulis
ilmiah ini
3.4.12 merevisi hasil karya tulis ilmiah yang berjudul Analisis
Penokohan, Perwatakan, dan Gaya Bahasa dalam Cerpen Anak Kebanggaan
pada Kumpulan Cerpen Robohnya Surau Kami Karya A.A. Navis;
3.4.13 menyusun kembali karya tulis ilmiah yang berjudul
Analisis Penokohan, Perwatakan, dan Gaya Bahasa dalam Cerpen Anak
Kebanggaan pada Kumpulan Cerpen Robohnya Surau Kami Karya A.A.
Navis yang telah direvisi menjadi karangan yang utuh dan
sempurna.
BAB 4. PEMBAHASANBerdasarkan penelitian yang telah penulis
lakukan, unsur penokohan, perwatakan, dan gaya bahasa pada cerpen
Anak Kebanggaan dalam kumpulan cerpen Robohnya Surau Kami karya
A.A. Navis adalah sebagai berikut.
4.1 Pembagian Tokoh pada Cerpen Anak Kebanggaan dalam Kumpulan
Cerpen Robohnya Surau Kami Karya A.A. Navis
Tokoh-tokoh pada cerpen Anak Kebanggaan dalam kumpulan cerpen
Robohnya Surau Kami karya A.A. Navis dapat dibagi menjadi dua,
yaitu tokoh utama dan tokoh tambahan.
4.1.1 Tokoh Utama
Tokoh utama pada cerpen Anak Kebanggaan dalam kumpulan cerpen
Robohnya Surau Kami karya A.A. Navis adalah Ompi dan Indra Budiman.
Uraian tentang kedua tokoh tersebut adalah sebagai berikut.
a. Ompi
Cerpen Anak Kebanggaan dalam kumpulan cerpen Robohnya Surau Kami
karya A.A. Navis menceritakan tentang bagaimana kasih sayang dan
penantian Ompi terhadap anaknya yang berada di Jakarta untuk
melanjutkan sekolah. Pada cerpen Anak Kebanggaan dalam kumpulan
cerpen Robohnya Surau Kami karya A.A. Navis, tokoh Ompi diceritakan
terus-menerus dari awal hingga akhir cerita. Oleh karena itu, tokoh
Ompi termasuk tokoh utama.
b. Indra Budiman
Indra Budiman merupakan anak Ompi yang disekolahkan di Jakarta.
Pada cerpen Anak Kebanggaan dalam kumpulan cerpen Robohnya Surau
Kami karya A.A. Navis, tokoh Indra Budiman juga diceritakan
terus-menerus dari awal hingga akhir cerita. Oleh karena itu, tokoh
Indra Budiman termasuk tokoh utama.
4.1.2 Tokoh Tambahan
Tokoh tambahan pada cerpen Anak Kebanggaan dalam kumpulan cerpen
Robohnya Surau Kami karya A.A. Navis adalah tokoh aku dan
orang-orang kampung Ompi. Berikut adalah uraian dari kedua tokoh
berikut.a. Tokoh Aku
Tokoh Aku merupakan seseorang yang tinggal sekampung dengan
Ompi. Tokoh Aku baru muncul pada pertengahan cerita. Oleh karena
itu, tokoh Aku termasuk tokoh tambahan.
b. Orang-orang kampung Ompi
Orang-orang kampung Ompi tidak diceritakan secara mendetail,
hanya sesekali muncul untuk mendukung jalannya cerita. Oleh karena
itu, orang-orang kampung Ompi termasuk tokoh tambahan.
4.2 Perwatakan Tokoh pada Cerpen Anak Kebanggaan dalam Kumpulan
Cerpen Robohnya Surau Kami Karya A.A. Navis
Perwatakan tokoh-tokoh pada cerpen Anak Kebanggaan dalam
kumpulan cerpen Robohnya Surau Kami karya A.A. Navis digambarkan
dengan teknik ekpositori dan teknik dramatik karena sifat-sifat
para tokohnya diceritakan secara langsung maupun tidak langsung
(melalui percakapan antar tokoh). Adapun perwatakan tokoh-tokoh
pada cerpen Anak Kebanggaan dalam kumpulan cerpen Robohnya Surau
Kami karya A.A. Navis adalah sebagai berikut.
4.2.1 Ompi
Ompi adalah seorang pensiunan. Ia pernah bekerja sebagai klerk
di sebuah kantor residen. Istrinya telah lama meninggal. Ia hanya
mempunyai seorang anak laki-laki yang diberinya nama Indra Budiman.
Watak Ompi dalam cerpen Anak Kebanggaan adalah sangat menyayangi
anaknya, sombong, mudah tersinggung, gegabah, dan tidak sabar.
Berikut adalah uraian dari watak-watak Ompi.
a. Sangat menyayangi anaknya
Bukti:
1. Semenjak istrinya meninggal dua belas tahun berselang,
perhatiannya tertumpah kepada anak tunggalnya, laki-laki.
2. Tapi karena sayang pada anak, ia terima juga nama itu, asal
ditambah di belakangnya dengan Indra Budiman itu.
b. Sombong
Bukti:
1. Pada suatu hari yang gilang gemilang, angan-angannya pasti
merupa jadi kenyataan. Dia yakin itu, bahwa Indra Budimannya akan
mendapat nama tambahan dokter di muka namanya sekarang. Atau salah
satu titel yang mentereng lainnya.
2. Ia yakinkan kepada para tetangganya akan cita-citanya yang
pasti akan tercapai itu. Ah, aku lebih merasa berduka cita lagi,
karena belum sanggup menghindarkankemalangan ini. Coba kalau
anakku, Indra Budiman, sudah jadi dokter, si mati ini akan pasti
dapat tertolong, katanya bila ada orang yang meninggal setelah lama
menderita sakit. Dan kalau Ompi melihat orang membuat rumah, lalu
ia berkata: Ah sayang. Rumah-rumah orang kita masih kuno
arsitekturnya. Coba kalau anakku, Indra Budiman, sudah menjadi
insinyur, pastilah ia akan membantu mereka membuat rumah yang lebih
indah.
3. Semenjak Indra Budiman berangkat ke Jakarta, Ompi bertambah
yakin, bahwa setahun demi setahun segala cita-citanya tercapai
pasti.
4. Sifat keangkuhannya mudah tersinggung.
c. Mudah tersinggung
Bukti:
1. Ke sekolah? Kenapa ke sekolah dia? Ompi merasa
tersinggung.
2. Sifat keangkuhannya mudah tersinggung.
3. Kedatangan seorang dokter dipandangnya sebagai suatu
sindiran, bahwa anaknya masih juga belum berhasil menjadikan
cita-citanya tercapai.
4. Malah ia memaki dan menuduh semua manusia iri hati akan
kemajuan yang dicapai anaknya.
5. Bahkan bukan kepalang meradangnya Ompi, jika ia tahu
orang-orang mengawinkan anak gadisnya yang cantik tanpa
mempedulikan Indra Budiman lebih dulu.
d. Gegabah
Bukti:
1. Oooo, perkara uang? Mengapa tiga ribu, lima ribu akan
kukirim, Anakku. Mengapa tidak?
2. Dan segera ia mengirim uang lebih banyak, tanpa memikirkan
segala akibatnya.
3. Untuk membuktikan kebenaran suratnya, Ompi mengirimkan foto
gadis yang kebetulan ada padanya. Tidak peduli ia, apa foto itu
gambar dari gadis yang sudah kawin atau bertunangan. Bahkan juga
tidak peduli ia apa gadis itu sudah meninggal.
e.Tidak sabar
Bukti:
1. Dan ia menunggu dengan hati yang disabar-sabarkan.
2. Dan semenjak itu Ompi kurang punya kesabaran oleh kelambatan
jalan hari.
3. Antara rusuh dan lega, Ompi gelisah juga menanti surat dari
anaknya.
4. Pasai ia menunggu, dikiriminya surat. Ditunggunya beberapa
hari. Tapi tak datang balasan. Dikiriminya lagi. Ditunggunya. Juga
tak berbalas. Ditunggu. Selalu tak berbalas. Bulan datang, bulan
pergi, Ompi tinggal menunggu terus.
4.2.2 Indra Budiman
Indra Budiman adalah anak Ompi satu-satunya. Oleh karena itu
Ompi sangat sayang kepadanya. Meskipun dalam cerita tokoh Indra
Budiman hanya digambarkan secara tidak langsung, tapi watak dari
tokoh Indra Budiman dapat terlihat dengan jelas. Indra Budiman
memiliki watak yang suka berbohong dan bejat. Berikut adalah uraian
dari watak Indra Budiman.
a. Suka berbohong
Bukti:
1. Jika dulu si anak yang berbohong, si ayah yang percaya, maka
kini si ayah yang menipu, si anak yang percaya.
2. Ternyata setiap semester Indra Budiman mengirim rapor
sekolahnya dengan angka-angka yang baik sekali. Dan setiap tahun ia
naik kelas. Hanya dalam tempo dua tahun, Indra Budiman menamatkan
pelajarannya di SMA seraya mengantungi ijazah yang berangka
baik.
b. Bejat
Bukti:
1. Lupa ia bahwa semua mata orang kampungnya yang tinggal di
Jakarta selalu saja mempercermin hidupnya yang bejat.
4.3 Gaya Bahasa pada Cerpen Anak Kebanggaan dalam Kumpulan
Cerpen Robohnya Surau Kami Karya A.A. NavisPada cerpen Anak
Kebanggaan dalam kumpulan cerpen Robohya Surau Kami, A. A. Navis
menggunakan enam jenis gaya bahasa yaitu metafora, simile,
pleonasme atau tautologi, hiperbola, paradoks, dam personifikasi.
Keenam gaya bahasa tersebut dapat diuraikan sebagai berikut.
4.3.1 Metafora
Pada cerpen Anak Kebanggaan dalam kumpulan cerpen Robohya Surau
Kami, gaya bahasa metafora digunakan sebanyak lima kali. Penggunaan
gaya bahasa metafora pada cerpen Anak Kebanggaan dalam kumpulan
cerpen Robohnya Surau Kami karya A.A. Navis adalah sebagai
berikut.
Bukti:
a. Hatinya akan kecil bila dipanggil lain.
b. Ketika tersiar pula kabar, bahwa ada seorang Ismail terhukum
karena maling dan membunuh, Ompi naik pitam.
c. Sekarang kau diomongi orang-orang yang busuk mulut,
Anakku.
d. Dan oleh seleranya yang patah, Ompi bertambah menderita
jua.
e. Kuceritakan dengan hati yang kecut.
4.3.2 Simile
Pada cerpen Anak Kebanggaan dalam kumpulan cerpen Robohya Surau
Kami, gaya bahasa simile digunakan sebanyak enam kali. Penggunaan
gaya bahasa simile pada cerpen Anak Kebanggaan dalam kumpulan
cerpen Robohnya Surau Kami karya A.A. Navis adalah sebagai
berikut.
Bukti:
a. Nama anaknya seolah ikut tercemar.
b. Dan semenjak itu Ompi kurang punya kesabaran oleh kelambatan
jalan hari. Seperti calon pengantin yang sedang menunggu hari
perkawinan.
c. Antara rusuh dan lega, Ompi gelisah juga menanti surat dari
anaknya. Layaknya macan lapar yang terkurung menunggu orang
memberikan daging.
d. Ia merasa seperti bermimpi dan tubuhnya serasa seringan kapas
yang melayang ditiup angin.
e. Seluruh hidupnya bagai jadi meredup seperti lampu kemersikan
sumbu.
f. Sedangkan di waktu lain Ompi seolah tidak peduli pada
segalanya.
4.3.3 Pleonasme atau tautologi
Pada cerpen Anak Kebanggaan dalam kumpulan cerpen Robohya Surau
Kami, gaya bahasa pleonasme atau tautologi digunakan sebanyak dua
kali. Penggunaan gaya bahasa pleonasme atau tautologi pada cerpen
Anak Kebanggaan dalam kumpulan cerpen Robohnya Surau Kami karya
A.A. Navis adalah sebagai berikut.
Bukti:
a. Dan pada suatu hari yang sudah terpilih menurut kepercayaan
orang tua-tua, yakni ketika bulan sedang mengambang naik, Ompi
mengadakan kenduri.
b. Tapi semua orang tahu, bahkan tidak menjadi rahasia lagi
bahwa cita-cita Ompi hanyalah akan menjadi mimpi semata.
4.3.4 Hiperbola
Pada cerpen Anak Kebanggaan dalam kumpulan cerpen Robohya Surau
Kami, gaya bahasa hiperbola digunakan sebanyak empat kali.
Penggunaan gaya bahasa hiperbola pada cerpen Anak Kebanggaan dalam
kumpulan cerpen Robohnya Surau Kami karya A.A. Navis adalah sebagai
berikut.
Bukti:
a. Pada suatu hari yang gilang gemilang, angan-angannya pasti
merupa jadi kenyataan.
b. Bacakan pelan-pelan. Biar sepatah demi sepatah bisa menjalari
segala saraf-sarafku
c. Dalam kegugupan kususun sebuah taruhan jiwa dan sesalan bagi
selama hidupku.
d. Sehingga ledakan kegembiraan ini tak membunuhku.
4.3.5 Paradoks
Pada cerpen Anak Kebanggaan dalam kumpulan cerpen Robohya Surau
Kami, gaya bahasa paradoks digunakan sebanyak dua kali. Penggunaan
gaya bahasa paradoks pada cerpen Anak Kebanggaan dalam kumpulan
cerpen Robohnya Surau Kami karya A.A. Navis adalah sebagai
berikut.
Bukti:
a. Ketika Ompi membaca surat anaknya yang memberitakan
kemajuannya itu, air mata Ompi berlinang kegembiraan.
b. Pada suatu hari terjadilah apa yang kuduga bakal terjadi.
Tapi tak kuharapkan berlangsungnya.
4.3.6 Personifikasi
Pada cerpen Anak Kebanggaan dalam kumpulan cerpen Robohya Surau
Kami, gaya bahasa personifikasi digunakan sebanyak empat kali.
Penggunaan gaya bahasa personifikasi pada cerpen Anak Kebanggaan
dalam kumpulan cerpen Robohnya Surau Kami karya A.A. Navis adalah
sebagai berikut.
Bukti:
a. Maka darah Ompi kencang berdebar.
b. Dan telegram itu jatuh dan terkapar di pangkuannya.
BAB 5. PENUTUPSetelah melakukan analisis terhadap penokohan,
perwatakan, dan gaya bahasa dalam cerpen Anak Kebanggaan pada
kumpulan cerpen Robohnya Surau Kami karya A.A. Navis, penulis dapat
mengambil kesimpulan dan saran sebagai berikut.
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap penokohan, perwatakan dan
gaya bahasa dalam cerpen Anak Kebanggaan pada kumpulan cerpen
Robohnya Surau Kami karya A.A. Navis, penulis dapat menarik
kesimpulan sebagai berikut.
5.1.1Pembagian tokoh dalam cerpen Anak Kebanggaan pada kumpulan
cerpen Robohnya Surau Kami karya A.A. Navis yaitu tokoh Ompi dan
Indra Budiman sebagai tokoh utama dan tokoh Aku dan orang kampung
Ompi sebagai tokoh tambahan.5.1.2Watak tokoh Ompi dalam cerpen Anak
Kebanggaan pada kumpulan cerpen Robohnya Surau Kami karya A.A.
Navis adalah sangat menyayangi anaknya, sombong, mudah tersinggung,
gegabah, dan tidak sabar. Sedangkan watak tokoh Indra Budiman yaitu
suka berbohong dan bejat.
5.1.3Gaya bahasa yang digunakan dalam cerpen Anak Kebanggaan
pada kumpulan cerpen Robohnya Surau Kami karya A.A. Navis adalah
metafora, simile, pleonasme atau tautologi, hiperbola, paradoks,
dan personifikasi.
5.2 Saran
Setelah melakukan analisis terhadap penokohan, perwatakan dan
gaya bahasa dalam cerpen Anak Kebanggaan pada kumpulan cerpen
Robohnya Surau Kami karya A.A. Navis maka penulis dapat memberikan
beberapa saran yang bisa menjadi masukan dan pengatahuan baik bagi
guru, siswa, dan pembaca. Adapun beberapa saran tersebut adalah
sebagai berikut.5.2.1 Bagi Siswa
Siswa dapat lebih menghargai karya sastra dan dapat menganalisis
penokohan, perwatakan, dan gaya bahasa dalam suatu karya sastra
dengan lebih baik
5.2.2 Bagi Guru
Guru dapat membimbing siswa untuk memahami penokohan,
perwatakan, dan gaya bahasa yang terdapat dalam suatu karya
sastra5.2.3 Bagi PembacaPembaca dapat lebih menghargai karya sastra
dan dapat memahami penokohan, perwatakan, dan gaya bahasa dalam
suatu karya sastra
DAFTAR PUSTAKAAminuddin. 1990. Pengembangan Penelitian
Kualitatif dalam Bidang Bahasa dan Sastra. Malang: Yayasan Asih
Asah Asuh Malang.Keraf, Gorys. 2007. Diksi dan Gaya Bahasa.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Lubis, A. Hamid Hasan. 1994. Glosarium Bahasa dan Sastra.
Bandung: Angkasa.Navis, A.A. 2009. Robohnya Surau Kami. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.Nurgiyantoro, Burhan. 2000. Teori Pengkajian
Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.Sudjiman, Panuti
(ed). 1984. Kamus Istilah Karya Sastra. Jakarta: GramediaTim
Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2008. Kamus Besar Bahasa.
Indonesia. Edisi III. Jakarta: Balasi Pustaka.
Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi (Yogyakarta, 2000),
hlm. 10.
Ibid., hlm. 23.
A. Hamid Hasan Lubis, Glosarium Bahasa dan Sastra (Bandung,
1994), hlm. 155.
Tim Redaksi, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Keempat
(Jakarta, 2008), hlm. 1476.
A. Hamid Hasan Lubis, op. cit., hlm. 158.
Tim Redaksi, op.cit., hlm. 58.
Panuti Sudjiman, Kamus Istilah Karya Sastra (Jakarta, 1984),
hlm. 58.
A. Hamid Hasan Lubis, op. cit., hlm. 158.
Ibid., hlm. 155.
Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi (Yogyakarta, 2000),
hlm 166.
Ibid., hlm. 179.
Ibid., hlm. 178.
A. Hamid Hasan Lubis, Glosarium Bahasa dan Sastra (Bandung,
1994), hlm. 158.
Ibid., hlm. 195.
Ibid., hlm. 198.
A. Hamid Hasan Lubis, Glosarium Bahasa dan Sastra (Bandung,
1994), hlm. 155.
Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa (Jakarta, 2007), hlm.
139.
Ibid., hlm. 138.
Ibid., hlm 132.
Ibid., hlm. 133.
Ibid., hlm. 135.
Ibid., hlm. 136.
Ibid., hlm. 140.
Iyha, Cara Menulis Makalah,
http://carapedia.com/menulis_makalah_info2121.html (30 Maret
2012).
Aminuddin, Pengembangan Penelitian Kualitatif dalam Bidang
Bahasa dan Sastra (Malang: 1990), hlm. 14.
A. A. Navis, Robohnya Surau Kami (Jakarta: 2009), hlm. 15.
Ibid.
Ibid., hlm. 16.
Ibid.
Ibid.
Ibid., hlm. 17.
Ibid., hlm. 19.
Ibid., hlm. 18.
Ibid., hlm. 19.
Ibid., hlm. 23.
Ibid., hlm. 17.
Ibid., hlm. 19.
Ibid., hlm. 17
Ibid.
Ibid., hlm. 20.
Ibid., hlm. 16.
Ibid., hlm. 17.
Ibid., hlm. 20.
Ibid., hlm. 21.
Ibid., hlm. 20.
Ibid., hlm. 17.
Ibid., hlm. 20.
Ibid., hlm. 15.
Ibid.
Ibid., hlm. 17.
Ibid., hlm. 21.
Ibid., hlm. 23.
Ibid., hlm. 15.
Ibid., hlm. 17.
Ibid., hlm. 20.
Ibid., hlm. 21.
Ibid.
Ibid., hlm. 22.
Ibid., hlm. 15.
Ibid., hlm. 17.
Ibid., hlm. 16.
Ibid., hlm. 25.
Ibid.
Ibid.
Ibid., hlm. 17.
Ibid., hlm. 23.
Ibid., hlm. 21.
Ibid., hlm. 26.
1PAGE