Page 1
No. Dok.: FM-GKM-TI-TS-01-06A; Tgl. Efektif : 01 Des 2015; Rev : 0; Halaman : 1 dari 1
ANALISIS PENILAIAN RISIKO KERJA OPERATOR
HIGH CRANE STUDI KASUS: PT. PELINDO I
MEDAN (PERSERO)
TUGAS SARJANA
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Oleh
ANITA NANDA SARI
120403174
D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I
F A K U L T A S T E K N I K
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
M E D A N
2 0 1 7
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas sarjana ini.
Tugas sarjana ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar
sarjana teknik di Departemen Teknik Industri, khususnya program studi reguler
strata satu, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. Adapun judul untuk
tugas sarjana ini adalah “Analisis Penilaian Risiko Kerja Operator High Crane
Studi Kasus: PT. Pelindo I Medan (Persero)”
Sebagai manusia yang tidak luput dari kesalahan, maka penulis menyadari
masih banyak kekurangan dalam penulisan tugas sarjana ini. Oleh karena itu,
penulis sangat mengharapkan saran dan masukan yang sifatnya membangun demi
kesempurnaan laporan tugas sarjana ini. Semoga tugas sarjana ini dapat
bermanfaat bagi penulis sendiri, perpustakaan Universitas Sumatera Utara, dan
pembaca lainnya.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA, MEDAN PENULIS
JANUARI, 2017
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 3
UCAPAN TERIMAKASIH
Syukur dan terimakasih penulis ucapkan yang sebesar-besarnya kepada
Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
merasakan dan mengikuti pendidikan di Departemen Teknik Industri USU serta
telah membimbing penulis selama masa kuliah dan penulisan laporan tugas
sarjana ini. Terimakasih juga kepada kedua orang tua yang tiada hentinya
mendukung penulis baik secara moril maupun materil sehingga laporan ini dapat
diselesaikan. Penulis menyadari tidak dapat membalas segala kebaikan dan kasih
sayang dari keduanya, oleh karena itu izinkanlah penulis memberikan karya ini
sebagai ungkapan rasa terima kasih sebesar-besarnya kepada Ayahanda Salmin
dan Ibunda tercinta Fatimah .
Dalam penulisan tugas sarjana ini penulis telah mendapatkan bimbingan
dan bantuan dari berbagai pihak, baik berupa materil, spiritual, informasi maupun
administrasi. Oleh karena itu sudah selayaknya penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Dr. Eng Ir. Listiani Nurul Huda, M.T. selaku Dosen Pembimbing I atas
waktu, bimbingan, pengarahan, dan masukan yang diberikan kepada penulis
dalam penyelesaian Tugas Sarjana ini.
2. Ir. Khawarita Siregar, M.T. selaku Ketua Departemen Teknik Industri
Universitas Sumatera Utara, yang telah memberi izin pelaksanaan Tugas
Sarjana ini.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 4
vi
3. Ir. Ukurta Tarigan, M.T. selaku Sekretaris Departemen Teknik Industri
Universitas Sumatera Utara, yang telah memberi izin pelaksanaan Tugas
Sarjana ini
4. Ibu Dr.Ir. Juliza Hidayati, MT dan Bapak Ir. Ukurta Tarigan, MT sebagai
Dosen Pembanding yang telah bersedia untuk meluangkan waktu dan
memberikan kritik dan saran serta membimbing penulis untuk
penyempurnaan laporan tugas sarjana.
5. Pak Barman Simangunsong, Pak Said, dan Kak Yuni yang memberikan izin,
bimbingan dan fasilitas selama di PT Pelindo I sehingga memudahkan penulis
dalam mengumpulkan data.
6. Kakak penulis yaitu Zulfatmamin Narsih dan keponakan tersayang Keyza
Amira Fanesa yang mendukung dan memberikan semangat selama
perkuliahan di Departemen Teknik Industri.
7. Sahabat terdekat penulis yaitu Tri Rahmadani SP, Dodi Irawan, dan Fahmi
Permana Arrasyid yang telah memberikan semangat dan mendukung serta
mendoakan penulis.
8. Adik-adik terdekat penulis yaitu Indah Aprilla, Rizky Hasbi Indriyani,
Anggie Eka Putri, Adelina Putri Noer, Khairunnisa Rizki Ginting, M. Sofyan
Bahrum Juniardi, Egi Sahrahmatan, dan Cyintia Yolanda Pardede yang telah
memberikan dukungan dan semangat dalam penyelesaian tugas sarjana ini.
9. Rekan-rekan seperjuangan TA di PT. Pelindo I Medan (Persero), Adella
Sirait dan M. Tuah Affandi yang telah banyak memberi kenangan, motivasi,
dan saran kepada penulis dalam menyelesaikan laporan ini.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 5
vii
10. Seluruh dosen Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas
Sumatera Utara yang telah memberikan pengajaran selama perkuliahan yang
menjadi bekal penulis dalam meyelesaikan penulisan tugas sarjana ini.
11. Staf pegawai Teknik Industri, Bang Nurmansyah, Bang Ridho, Bang Mijo,
Kak Dina, Kak Rahma dan Kak Ani, terimakasih atas bantuannya dalam hal
penyelesaian administrasi untuk melaksanakan tugas sarjana ini.
12. Sahabat-sahabat pejuang dalam grup Buruh Wanita yaitu Jennifer ST, Adella
Ris Daina Sirait, Dian Labora ST, Mutiara Natasa Sembiring ST, dan Gretty
Margaretha yang senantiasa memberi dukungan moril dan bantuan tenaganya
selama masa di perkuliahan dan membantu dalam penyelesaian laporan ini.
13. Seluruh keluarga Laboratorium Sistem Produksi USU yaitu Ibu Ir. Rosnani
Ginting, MT, Bapak Ikhsan Siregar, ST, M.Eng, Ibu Dr. Ir. Juliza Hidayati,
MT yang selalu mengingatkan dan mendukung penulis untuk segera
menyelesaikan tugas sarjana dan rekan-rekan asisten SISPRO 2012 yaitu
Abdul Kadir Batubara ST, Rahmawati Putri, Jovianto Trisila ST, Rizky
Marini Rambe ST, Claudia Ursula ST, Eric Hertanto ST dan Conan Yuwono
Lauden ST yang telah menjadi bagian keluarga yang tidak terlupakan serta
adik-adik 2013 yaitu Jessica Tanuwijaya, Siti Soraya Faiza Nasution, Jeremia
Jepta Sinuraya, Robby Apriandi Sugara, Muhammad Bayu Noviza, M.
Dwiky Cahyo, Cyintia Yolanda Pardede dan Meutia Fadilla yang telah
mendukung dan mendoakan penulis.
14. Teman-teman terdekat penulis yaitu Dika Ayu Hardianti, Lailan Rahmadani,
Febry Eudina, Meirin Catherina, Khairini Wijaya, Tioni Rohana, Yulianti
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 6
viii
Irawati ST, dan Tengku Henny Kartika yang saling mendukung dan
memberikan semangat selama menyelesaikan tugas sarjana ini.
15. Teman-teman DUABELATI yang merupakan teman-teman stambuk 2012
Departemen Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.
16. Dan seluruh pihak yang telah membantu penulis yang tidak mungkin
disebutkan satu per satu, hanya Tuhan Yang Maha Esa yang dapat membalas
kalian semua, Amin.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 7
Abstrak
Penilaian risiko (risk assessment) adalah suatu proses yang sistematik
untuk menilai dan mengintegrasikan pertimbangan profesional mengenai
kemungkinan kondisi yang tidak sesuai dengan standar kesehatan dan
keselamatan kerja sesuai PP No.50 Tahun 2012. Penilaian risiko (risk
assessment) yang dilakukan bertujuan untuk mengidentifikasi potensial
bahaya yang terdapat dalam suatu lingkungan kerja sehingga dapat dilakukan
pengendalian terhadap bahaya yang terjadi.
Pada penelitian ini berfokus penilaian risiko operator crane yang berkeja
pada ketinggian yaitu operator container crane di PT. Pelindo I Medan (Persero)
untuk mengidentifikasi potensi bahaya yang dapat mengakibatkan kecelakaan
kerja yang mungkin terjadi pada operator. High crane operator adalah operator
container crane yang bertugas untuk memindahkan peti kemas dari kapal ke
dermaga dan menyusun peti kemas sesuai dengan blok yang disediakan. Penilaian
program dilakukan untuk menilai kesesuaian program risk assessment perusahaan
dengan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) sehingga
dapat dilakukan perbaikan indikator yang tidak sesuai standar pada tahun-tahun
berikutnya. Berdasarkan penilaian dan pencegahan risiko yang dilakukan
perusahaan diperoleh ternyata masih banyak terjadi kecelakaan kerja sehingga
dilakukan penilaian kembali mengenai risk assessment perusahaan dan
mengidentifikasi potensi penyebab kecelakaan kerja dengan penilaian langsung
menggunakan formulir identifikasi bahaya yang telah diterapkan oleh perusahaan.
Akibat potensi bahaya yang tinggi sehingga terjadi kecelakaan kerja sebanyak 8
kejadian selama waktu 3 tahun terakhir.
Hasil penilaian yang diperoleh bahwa pencapaian penerapan program risk
assessment yang dilaksanakan perusahaan untuk menjamin keselamatan operator
container crane antara lain pencapaian penerapan program risk assessment sudah
berjalan dengan baik dan dipatuhi oleh seluruh karyawan pada perusahaan. Pada
proses risk assessment yang dilakukan pengkategorian risiko bahaya untuk menilai
bobot dari risiko. Berdasarkan identifikasi bahaya dari 9 potensi bahaya yang
terjadi di perusahaan dinilai 2 aktivitas risiko bahaya dengan kategori sangat
tinggi.
Kata Kunci: Risk assessment, Risiko, Kecelakaan Kerja, Potensi Bahaya,
High Crane Operator
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 8
DAFTAR ISI
BAB HALAMAN
LEMBAR JUDUL ............................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................ ii
SERTIFIKAT EVALUASI TUGAS SARJANA .............................. iii
KATA PENGANTAR ........................................................................ iv
ABSTRAK ........................................................................................... ix
DAFTAR ISI ....................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................... xvi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................... xix
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................... xxii
I PENDAHULUAN ................................................................................ I-1
1.1. Latar Belakang Permasalahan ..................................................... I-1
1.2. Rumusan Masalah ....................................................................... I-7
1.3. Tujuan Penelitian........................................................................ I-8
1.4. Manfaat Penelitian....................................................................... I-9
1.5. Batasan dan Asumsi Masalah ...................................................... I-10
1.6. Sistematika Penulisan Laporan ................................................... I-11
II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ........................................... II-1
2.1. Sejarah Perusahaan ...................................................................... II-1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 9
xi
DAFTAR ISI (Lanjutan)
BAB HALAMAN
2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha .................................................... II-3
2.3. Organisasi dan Manajemen ......................................................... II-4
2.3.1. Struktur Organisasi Perusahaan ....................................... II-4
2.3.2. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab ................................ II-6
2.3.3. Jam Kerja dan Shift .......................................................... II-11
III LANDASAN TEORI .......................................................................... III-1
3.1. Pelabuhan Peti Kemas ................................................................. III-1
3.2. Crane ......................................................................................... III-2
3.2.1. Crane Stasioner ............................................................... III-2
3.2.2. Tower Crane .................................................................... III-3
3.2.3. Mobile Crane (Truck Crane) ........................................... III-3
3.2.4. Hydraulic Crane .............................................................. III-4
3.2.5. Hoist Crane ..................................................................... III-5
3.2.6. Jip Crane ......................................................................... III-5
3.2.7 Jenis Risiko pada Crane .................................................. III-6
3.3. Operator High Crane ................................................................... III-7
3.4. Penialaian Risiko (Risk Assessment) ........................................... III-9
3.4.1. Rencana Penilaian Risiko Perusahaan ............................. III-11
3.5. Pendekatan Risk Assessment ....................................................... III-14
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 10
xii
DAFTAR ISI (Lanjutan)
BAB HALAMAN
3.6. Bahaya (Hazard) ......................................................................... III-15
3.7. Kecelakaan Kerja ........................................................................ III-18
3.7.1. Klasifikasi Cidera Akibat Kecelakaan Kerja ................... III-20
3.8. Perhitungan Tingkat Kehilangan/Kerugian (Loss Rate) Kerja ... III-21
3.9. Keselamatan Kerja ...................................................................... III-24
3.9.1. Unsur Keselamatan Kerja ................................................ III-25
3.9.2. Pengertian Kecelakaan Kerja dan Macam Kecelakaan
Kerja ................................................................................ III-28
3.9.3. Klasifikasi Kecelakaan Kerja .......................................... III-29
3.9.4. Faktor-Faktor Penyebab Kecelakaan ............................... III-31
3.9.5. Pencegahan-Pencegahan Kecelakaan Kerja .................... III-34
3.10. Pengendalian Kecelakaan Akibat Bahaya pada Container Crane III-36
3.10.1. Terjatuh dari Ketinggian ................................................. III-36
3.10.2. Jatuh Tertimpa Benda ...................................................... III-37
3.10.3. Cidera Akibat Peralatan ................................................... III-38
3.10.4. Kelelahan ......................................................................... III-38
3.10.5. Metode Pengendalian Risiko ........................................... III-39
3.11. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) III-40
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 11
xiii
DAFTAR ISI (Lanjutan)
BAB HALAMAN
IV METODOLOGI PENELITIAN ........................................................ IV-1
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................... IV-1
4.2 Objek Penelitian .......................................................................... IV-1
4.3 Jenis Penelitian ............................................................................ IV-2
4.4. Kerangka Konseptual .................................................................. IV-2
4.5 Prosedur Penelitian ...................................................................... IV-4
4.6 Variabel Penelitian ...................................................................... IV-6
4.6.1. Variabel Independen ........................................................ IV-7
4.6.2. Variabel Dependen .......................................................... IV-7
4.7 Metodologi Penelitian ................................................................. IV-7
4.7.1. Instrumen Penelitian ........................................................ IV-9
4.8 Metode Pengumpulan Data ......................................................... IV-12
4.9 Metode Pengolahan Data ............................................................. IV-14
4.10 Analisis Pemecahan Masalah ...................................................... IV-16
4.11 Kesimpulan dan Saran ................................................................. IV-16
V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA............................ V-1
5.1. Pengumpulan Data ...................................................................... V-1
5.1.1. Penilaian Risiko Kecelakaan Kerja Perushaan.................. V-1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 12
xiv
DAFTAR ISI (Lanjutan)
BAB HALAMAN
5.1.1.1. Penentuan Indikator Penilaian Risiko
Kecelakan Kerja Perusahaan ............................. V-1
5.1.1.2. Pengelompokkan Indikator Pernyataan ............. V-3
5.1.2. Identifikasi Bahaya ............................................................ V-15
5.1.3. Pengkategorian dan Perangkingan Sumber Bahaya .......... V-20
5.1.3.1. Pengkategorian Risiko pada Aktivitas
Operator Bekerja pada Ketinggian 40 Meter ...... V-24
5.1.3.2. Operator Naik Ke Container Crane Secara
Manual Menggunakan Tangga ............................ V-27
5.1.3.3. Operator Memindahkan Peti Kemas dari Kapal
ke Dermaga ......................................................... V-30
5.1.4. Menghitung Tingkat Kehilangan (Lost Rate) .................. V-37
5.1.5. Rencana Pengendalian Risiko .......................................... V-40
VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH ........................................... VI-1
6.1. Analisis ........................................................................................ VI-1
6.1.1. Analisis Risiko Kecelakaan Kerja Perusahaan ............... VI-1
6.1.2. Analisis Identifikasi Bahaya ............................................ VI-7
6.1.3. Analisis Kategori Potensi Bahaya dan Penilaian Risiko .. VI-7
6.1.4. Analisis Tingkat Kerugian (Lost Rate) ............................ VI-9
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 13
xv
DAFTAR ISI (Lanjutan)
BAB HALAMAN
6.1.5. Analisis Pengendalian Risiko ........................................... VI-12
6.2. Pembahasan ................................................................................. VI-13
6.2.1. Pembahasan Penilaian Risiko Kecelakaan Kerja
Perusahaan ....................................................................... VI-13
6.2.2. Pembahasan Identifikasi Bahaya ...................................... VI-15
6.2.3. Pembahasan Kategori Potensi Bahaya dan Penilaian
Risiko ............................................................................... VI-16
6.2.4. Pembahasan Tingkat Kerugian (Lost Rate)...................... VI-17
6.2.5. Pembahasan Pengendalian Risiko .................................... VI-19
VII KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... VII-1
7.1. Kesimpulan.................................................................................. VII-1
7.2. Saran ............................................................................................ VII-2
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 14
DAFTAR TABEL
TABEL HALAMAN
1.1. Data Kecelakaan Perusahaan ........................................................... I-7
3.1. Jenis Kategori Risiko Crane ............................................................ III-6
3.2. Pengoperasian High Crane .............................................................. III-8
3.3. Kriteria Kategori Risiko ................................................................... III-11
3.4. Pengkodean Risk Assessment ........................................................... III-14
3.5. Kategori Risiko Berdasarkan Nilai Risiko ....................................... III-15
3.6. Kategori Bahaya............................................................................... III-16
3.7. Kategori Keparahan Kecelakaan Kerja ............................................ III-23
3.8. Kategori Kerugian Materil ............................................................... III-23
3.9. Klasifikasi Jenis Kecelakaan Berdasarkan Penyebab ...................... III-30
4.1. Pengamatan yang Dilakukan di Perusahaan ................................... IV-6
4.2. Kuesioner Penilaian Risk Assessment ............................................. IV-10
4.3. Formulir Identifikasi Bahaya .......................................................... IV-12
5.1. Pengelompokkan Pernyataan untuk Setiap Indikator ..................... V-4
5.2. Hasil Rekapitulasi Kuesioner Indikator Penggunaan Alat
Pelindung Diri (APD) ..................................................................... V-5
5.3. Indikator Penilaian Penggunaan APD ............................................. V-6
5.4. Hasil Rekapitulasi Kuesioner Indikator Upaya Pencegahan
Terjadinya Keadaan Darurat ........................................................... V-7
5.5. Indikator Penilaian Pencegahan Keadaan Darurat .......................... V-8
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 15
xvii
DAFTAR TABEL (Lanjutan)
TABEL HALAMAN
5.6. Hasil Rekapitulasi Kuesioner Indikator Disiplin dan Pengawasan . V-9
5.7. Indikator Penilaian Disiplin dan Pengawasan ................................. V-10
5.8. Hasil Rekapitulasi Kuesioner Indikator Prosedur Keselamatan
dan Kesehatan Kerja ....................................................................... V-11
5.9. Indikator Penilaian Prosedur Keselamatan Kerja ........................... V-12
5.10. Hasil Rekapitulasi Kuesioner Indikator Publikasi Keselamatan
Kerja ................................................................................................ V-13
5.11. Indikator Penilaian Publikasi Keselamatan Kerja ........................... V-14
5.12. Hasil Identifikasi Bahaya ................................................................ V-17
5.13. Formulir Identifikasi Bahaya .......................................................... V-18
5.14. Formulir Identifikasi Bahaya .......................................................... V-22
5.15. Bobot Kemungkinan Terjadi ........................................................... V-24
5.16. Standar Penilaian Risiko Akibat List Rusak ................................... V-25
5.17. Standar Penilaian Risiko Akibat Sepatu Licin ................................ V-26
5.18. Standar Penilaian Risiko Akibat Tidak Ada APD Khusus ............. V-27
5.19. Standar Penilaian Risiko Akibat Kondisi Tangga ........................... V-28
5.20. Standar Penilaian Risiko Akibat Tangga Licin ............................... V-29
5.21. Standar Penilaian Risiko Akibat Tidak Ada Pegangan Tangga ...... V-30
5.22. Standar Penilaian Risiko Akibat Operator Tidak Konsentrasi ........ V-31
5.23. Standar Penilaian Risiko Akibat Komunikasi Buruk ...................... V-32
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 16
xviii
DAFTAR TABEL (Lanjutan)
TABEL HALAMAN
5.24. Standar Penilaian Risiko Akibat Breakdown Mesin ....................... V-33
5.25. Kategori Risiko ............................................................................... V-33
5.26. Penilaian Risiko .............................................................................. V-34
5.27. Rekapitulasi Pengkategorian Sumber Bahaya ................................ V-35
5.28. Data Kecelakaan PT. Pelindo I Medan (Persero)............................ V-37
5.29. Peralatan Pendukung Operator ........................................................ V-38
5.30. Aktivitas Pengendalian dengan Cara Rekayasa Engineering ......... V-40
6.1. Pencapaian Program Risk Assessment Perusahaan ......................... VI-2
6.2. Hasil Identifikasi Bahaya ................................................................. VI-7
6.3. Penilaian Risiko ............................................................................... VI-8
6.4. Rekapitulasi Tingkat Kerugian (Lost Rate) ..................................... VI-9
6.5. Fasilitas Pendukung Operator .......................................................... VI-10
6.6. Rencana Pengendalian Risiko .......................................................... VI-12
6.7. Indikator Penilaian Risiko Kecelakaan Kerja Perusahaan ............... VI-14
6.8. Tindakan Pencegahan ...................................................................... VI-15
6.9. Kategori Potensi Bahaya .................................................................. VI-16
6.10. Penjabaran Potensi Bahaya Tinggi .................................................. VI-16
6.11. Tindakan untuk Mengurangi Tingkat Kerugian .............................. VI-18
6.12. Pengendalian Risiko......................................................................... VI-19
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 17
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR HALAMAN
1.1. Penilaian Risk Assessment ............................................................ I-2
1.2. Angka Kecelakaan Operator Crane ............................................. I-3
2.1. Struktur Organisasi PT. Pelabuhan Indonesia I ........................... II-6
3.1. Container Crane .......................................................................... III-3
3.2. Tower Crane ................................................................................ III-3
3.3. Truck Crane ................................................................................. III-4
3.4. Hydraulic Crane .......................................................................... III-4
3.5. Hoist Crane .................................................................................. III-5
3.6. Jip Crane .................................................................................... III-5
4.1. Lokasi PT. Pelindo I Medan (Persero) ......................................... IV-1
4.2. Kerangka Konseptual Penelitian .................................................. IV-3
4.3. Metodologi Penelitian .................................................................. IV-4
4.3. Pengamatan Hari 1-4 .................................................................... IV-4
4.4. Pengamatan Hari 5 ....................................................................... IV-5
4.5. Pengamatan Hari 6 ....................................................................... IV-5
4.6. Cara Pengumpulan Data ............................................................... IV-6
4.7. Metodelogi Penelitian .................................................................. IV-8
5.1. Grafik Presentasi Penilaian Penggunaan APD ............................. V-5
5.2. Grafik Persentasi Penilaian Pencegahan Keadaan Darurat .......... V-7
5.3. Grafik Persentasi Penilaian Disipllin dan Pengawasan ................ V-9
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 18
xxi
DAFTAR GAMBAR (Lanjutan)
GAMBAR HALAMAN
5.4. Grafik Persentasi Penilaian Prosedur Keselamatan Kerja ........... V-11
5.5. Grafik Persentasi Penilaian Publikasi Keselamatan Kerja ........... V-13
5.6. Grafik Pencapaian Program Risk Assessment ............................. V-15
5.7. Grafik Rekapitulasi Kategori Risiko ............................................ V-36
6.1. Penilaian Risiko ........................................................................... VI-8
6.2. Fluktuasi Denyut Nadi Operator Sebelum dan Sesudah Bekerja . VI-10
6.3. Grafik Bobot Penyebab Kecelakaan ............................................ VI-17
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 19
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN HALAMAN
1. Kuesioner Penilain Program Risk Assessment .................... L-1
2. Formulir Identifikasi Bahaya .............................................. L-2
3. Form Tugas Akhir ............................................................... L-3
4. Surat Penjajakan .................................................................. L-4
5. Surat Balasan ....................................................................... L-5
6. Surat Keputusan Tugas Akhir ............................................. L-6
7 Lembar Asistensi ................................................................. L-7
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 20
I-1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Penilaian risiko (risk assessment) adalah suatu proses yang sistematik
untuk menilai dan mengintegrasikan pertimbangan profesional mengenai
kemungkinan kondisi yang tidak sesuai dengan standar kesehatan dan
keselamatan kerja sesuai PP No.50 Tahun 2012. Proses penilaian risiko
seharusnya dapat memberikan suatu cara untuk mengorganisir dan
mengintegrasikan pertimbangan profesional dalam pengembangan jadwal
pelaksanaan audit untuk keselamatan dan kesehatan kerja (PP No.50 Tahun,
2012).
Penilaian risiko adalah pemeriksaan yang cermat dari apa yang terdapat
dalam pekerjaan yang bisa menyebabkan kerugian kepada operator, sehingga
dapat menilai tindakan pencegahan atau harus berbuat lebih banyak untuk
mencegah kerugian (Deshmukh, 2006). Penilaian risiko (risk assessment) yang
dilakukan bertujuan untuk mengidentifikasi potensial bahaya yang terdapat
dalam suatu lingkungan kerja sehingga dapat dilakukan pengendalian terhadap
bahaya yang terjadi. Potensi bahaya adalah salah satu problematika yang ada
di perusahan karena merupakan sumber resiko yang berpotensi
mengakibatkan kerugian baik material, lingkungan, maupun manusia.
Potensial kecelakaan pada lingkungan kerja dapat disebabkan oleh faktor
manusia, faktor lingkungan kerja, faktor beban kerja yang diberikan, dan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 21
I-2
faktor tata cara kerja. Risiko kecelakaan kerja yang terjadi merupakan
tanggung jawab banyak pihak antara lain pekerja, manajemen perusahaan,
pemerintah dan masyarakat sekitar perusahaan. Berdasarkan teori yang
dikemukakan oleh International Lobour Organization (ILO,1999) terdapat 5
potensi bahaya pada operator crane. Potensi bahaya dapat dilihat pada Gambar
1.1.
Bahaya Operator
Container Crane
Bahaya Operator
Container Crane
Bahaya Fisik
Bahaya Bahan
Kimia
Bahaya Biologi
Bahaya
Kecelakaan
Ergonomi,
Psiko-sosial,
Faktor
Organisasi
Sumber: ILO (International Lobour Organization, 1999)
Gambar 1.1. Penilaian Risk Assesssment
Berdasarkan gambar diatas bahwa penilaian risiko (risk assessment)
dilakukan dengan mengidentifikasi potensi bahaya yaitu terdapat 5 bahaya
yang dilakukan penilaian, yaitu bahaya kecelakaan, bahaya fisik, bahaya
bahan kimia, bahaya biologi, dan penilaian ergonomi, psikososial, faktor
organisasi. Dalam penelitian ini dilakukan penilaian terhadap 2 potensi bahaya
yaitu bahaya fisik dan bahaya kecelakaan. Faktor bahaya fisik adalah faktor di
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 22
I-3
dalam tempat kerja yang bersifat fisika antara lain faktor lingkungan kerja,
kondisi peralatan yang digunakan, dan cara kerja operator. Sedangkan faktor
bahaya kecelakaan yaitu kategori ini berkaitan dengan masalah atau kejadian yang
memiliki potensi menyebabkan cidera dengan segera. Cidera tersebut biasanya
disebabkan oleh kecelakaan kerja. Ini biasanya terjadi ketika risiko yang tidak
dikendalikan dengan baik. Saat prosedur kerja aman tidak tersedia atau sebaliknya
tetapi tidak ditaati dengan baik oleh operator.
Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan Division of
Occupational Safety and Health data statistik ditemukan bahwa jumlah
kejadian kecelakaan yang pernah terjadi mengenai operator crane dari tahun
1997-2006. Berikut adalah data kecelakaan yang pernah terjadi pada
pelabuhan yang menimpa operator crane pada dapat dilihat pada Gambar 1.2.
Sumber: ILO (International Lobour Organization, 1999)
Gambar 1.2. Angka Kecelakaan Operator Crane
Tahun 1997; 97
Tahun 1998; 93
Tahun 1999; 80
Tahun 2000; 90
Tahun 2001; 72
Tahun 2002; 80
Tahun 2003; 62
Tahun 2004; 87
Tahun 2005; 85
Tahun 2006; 72
Jumlah Kejadian
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 23
I-4
Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa angka kecelakaan yang
dikutip dari Division of Occupational Safety and Health menemukan bahwa
kecelakaan yang dialami operator crane dengan jumlah kecelakaan tinggi dan
terjadi setiap tahun. Kecelakaan tidak hanya terjadi di Indonesia tetapi juga di
beberapa negara lainnya yang mengoperasikan alat crane. Sehingga penilaian
risiko sangat diperlukan untuk mengidentifikasi dan melakukan pengendalian
risiko untuk mengurangi angka kecelakaan yang terjadi.
Beberapa studi telah dilakukan berkaitan dengan penilaian risiko kerja
antara lain mengemukakan bahwa penelitian menggunakan metode Job Safety
Analysis untuk mengidentifikasi potensi bahaya pengelasan listrik, penilaian
risiko serta pengendaliannya pada perusahaan pembangkit listrik (Winiarto,2013).
Identifikasi risiko K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) yang berkaitan dengan
kegiatan proyek pembangunan Ruko Orlens Fashion Manado menggunakan
metode Job Safety Analysis (JSA) (Sepang, 2013). Penilaian risiko dengan
menggunakan matriks penilaian risiko Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
nilai risiko potensi bahaya kerja dan kategori potensi bahaya kerja di perusahaan
serta mengetahui faktor penyebab terbesar terjadinya kecelakaan kerja di
perusahaan. Penelitian ini menggunakan pendekatan metode Hazard Identification
Risk Assessment (HIRA) dan Fault Tree Analysis (FTA) (Susihono, 2013).
Roor risk assessment dan Healthcare Failure Mode and Effect Analysis
(HFMEA) digunakan untuk mengevaluasi Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (SMK3) perusahaan dan mendapatkan penyebab dari unsafe
behaviour (Lucktya, 2012). Penilaian risiko menggunakan teknik kriteria hirarki
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 24
I-5
penilaian atau menerapkan metode berdasarkan kuantifikasi fungsi utilitas.
Penilaian metode memungkinkan pemilik fasilitas tenaga listrik dan kepentingan
lainnya untuk lebih memilih penilaian jenis risiko tertentu tergantung pada jenis
fasilitas (pembangkitan, transmisi dan distribusi) dan mengamankan tingkat
keamanan yang diperlukan (Rehak, 2014). Pendekatan penilaian risiko suara
dapat menyebabkan tidak hanya untuk risiko manajemen yang lebih baik tetapi
untuk melakukan anitisipasi prediksi kecelakaan risiko pekerjaan dan insiden dan
akhirnyanya untuk melakukan pencegahan (Lucian, 2015).
PT. Pelabuhan Indonesia I (Pelindo) Medan adalah Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) sektor Perhubungan Laut yang bergerak dalam bidang
pengusahaan jasa kepelabuhanan, berkedudukan dan berkantor pusat di Medan.
Pada penelitian terdapat permasalahan yaitu risiko kerja yang operator container
crane tinggi yang mengakibatkan angka kecelakaan kerja tinggi sehingga
perusahaan mengalami kerugian. Pada penelitian ini berfokus untuk penilaian
risiko terhadap high crane operator.
High crane operator adalah operator container crane yang bekerja
menjalankan container crane untuk memindahkan peti kemas dari kapal menuju
dermaga pelabuhan dan memindahkan peti kemas dari dermaga menuju kapal.
Operator bekerja mengoprasikan crane pada ketinggian lebih dari 40 m dari atas
permukaan tanah, upaya operator menuju ke kabin operator pada ketinggian
dengan menggunakan anak tangga dan tanpa dilindungi oleh alat pelindung diri
khusus sehingga meneybabkan risiko bahaya tinggi yang dapat dialami oleh
operator.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 25
I-6
Perusahaan telah menerapkan program untuk pencegahan bahaya dalam
upaya mengurangi kecelakaan kerja. Pencegahan yang dilakukan belum diterapkan
dengan sangat baik akibat ditemukan bahwa masih banyak terdapat kecelakaan
dengan jumlah 8 kejadian kecelakaan selama 3 tahun terakhir, yaitu pada tahun
2016 terjadi 3 kejadian kecelakaan, pada tahun 2015 terjadi 2 kejadian kecelakaan,
dan pada tahun 2014 terjadi 3 kejadian kecelakaan. Berdasarkan angka kecelakaan
yang tinggi pada perusahaan maka dilakukan penilaian risiko (risk assessment)
pada perusahaan. Penilaian pertama yang dilakukan adalah penilaian program
pencegahan kecelakaan kerja yang telah diterapkan PT. Pelindo I Medan
(Persero), penilaian ini menggunakan kuesioner dengan 5 indikator penilaian
antara lain:
1. Penggunaan alat pelindung diri (APD).
2. Upaya pencegahan terjadinya keadaan darurat.
3. Disiplin dan pengawasan program risk assessment.
4. Prosedur keselamatan dan kesehatan kerja.
5. Publikasi keselamatan kerja.
Hasil penilaian program dilakukan untuk menilai kesesuaian program risk
assessment perusahaan dengan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (SMK3) sehingga dapat dilakukan perbaikan indikator yang tidak sesuai
standar pada tahun-tahun berikutnya. Berdasarkan penilaian dan pencegahan risiko
yang dilakukan perusahaan diperoleh ternyata masih banyak terjadi kecelakaan
kerja sehingga dilakukan penilaian kembali mengenai risk assessment perusahaan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 26
I-7
dan mengidentifikasi potensi penyebab kecelakaan kerja dengan penilaian
langsung menggunakan formulir identifikasi bahaya yang telah diterapkan oleh
perusahaan. Formulir identifikasi bahaya bertujuan untuk mengidentifikasi bahaya
yang terjadi yaitu bahaya kecelakaan dan bahaya fisik yang terdapat pada
perusahaan, sehingga perlu dilakukan pencegahan dan pengendalian terhadap
bahaya yang mungkin terjadi.
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan permasalahan dalam penelitian ini yaitu adanya risiko bahaya
ketinggian yang dialami operator container crane yang mengakibatkan
kecelakaan kerja yang terdapat di PT. Pelindo I Medan (Persero) sehingga
dibutuhkan analisis penilaian terhadap program risk assessment perusahaan
dan mengidentifikasi potensi bahaya yang terjadi sehingga dapat dilakukan
perbaikan program risk assessment dan pengendalian bahaya untuk
mengurangi kecelakaan kerja pada perusahaan.
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah melakukan
penilaian risiko (risk assessment) terhadap operator container crane untuk
menilai program pencegahan kecelakaan kerja pada perusahaan dan
mengidentifikasi potensi bahaya sehingga dapat dilakukan perbaikan program
pencegahan dan pengendalian terhadap potensi bahaya guna mengurangi
angka kecelakaan kerja.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 27
I-8
Adapun tujuan khususnya adalah:
1. Melakukan penilaian terhadap program pencegahan kecelakaan yang
diterapkan perusahaan dibandingkan dengan audit Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3).
2. Mengidentifikasi risiko kerja yang menjadi penyebab kecelakaan kerja
berdasarkan aktivitas yang dilakukan operator container crane.
3. Menentukan dan membobotkan kategori risiko dari setiap potensi bahaya
berdasarkan aktivitas yang dilakukan operator container crane.
4. Menghitung tingkat kerugian (Loss Rate) yang dialami perusahaan akibat
kecelakaan yang terjadi pada operator container crane.
5. Memberikan usulan untuk pengendalian potensi bahaya dengan pendekatan
risk assessment pada operator container crane.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Mahasiswa
a. Meningkatkan kompetensi mahasiswa dalam mengaplikasikan teori risk
assessment yang diperoleh selama kuliah dengan penerapan pada
perusahaan.
b. Menambah wawasan dan pengetahuan dalam mengembangkan pola pikir
yang lebih cerdas dan cermat pada bidang kerja nyata.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 28
I-9
c. Mendapat kesempatan untuk dapat memecahkan masalah yang dihadapi
oleh perusahaan yaitu penilaian risk assessment untuk mengurangi
kecelakaan kerja
2. Bagi Perusahaan
Sebagai masukan bagi pihak perusahaan untuk mengetahui penilaian
risiko (risk assessment) guna mengidentifikasi risiko dan pengendalian
yang mungkin terjadi untuk mengurangi kecelakaan kerja dan kerugian
perusahaan.
3. Bagi Departemen Teknik Industri USU
Mempererat kerjasama antara perusahaan dengan Departemen Teknik
Industri, Fakultas Teknik USU dan sebagai tambahan informasi yang dapat
digunakan untuk perkembangan ilmu pengetahuan
1.5. Batasan dan Asumsi Penelitian
Batasan masalah yang digunakan yaitu:
1. Penelitian dilakukan di PT. Pelindo I (Persero) Medan yaitu pada Terminal
Peti Kemas Domestik Belawan (TPKDB).
2. Identifikasi penilaian program pengendalian risiko yang diterapkan
perusahaan terhadap operator container crane.
3. Jumlah operator yang diamati berjumlah 20 orang operator container
crane.
4. Penerapan program risk assessment dilakukan terhadap operator
container crane yang berjumlah 20 orang.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 29
I-10
5. Penilaian risiko yang dilakukan yaitu pada operator yang mengoprasikan
container crane.
6. Berdasarkan 5 jenis potensi bahaya yang dinilai menggunakan risk
assessment hanya dilakukan 2 penilaian yaitu bahaya fisik dan bahaya
kecelakaan kerja.
Asumsi yang diperlukan dalam penelitian ini adalah:
1. Program pengendalian risiko diterapkan oleh PT. Pelindo I Medan
(Persero) tidak mengalami perubahan selama pernelitian berlangsung.
2. Tidak terjadi penambahan jumlah operator container crane selama
penelitian berlangsung.
3. Operator yang diamati adalah operator yang bekerja dalam kondisi
normal,serta sehat secara jasmani dan rohani pada operator container crane.
4. Semua peralatan yang digunakan dalam proses produksi, berada dalam
kondisi normal.
5. Data yang dikumpulkan mulai dari bulan November 2016.
1.6. Sistematika Penulisan Laporan
Sistematika penulisan tugas sarjana dapat dilihat sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan, menguraikan latar belakang permasalahan yang
mendasari penelitian dilakukan, perumusan permasalahan, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, batasan dan asumsi yang digunakan dalam penelitian.
Bab II Gambaran umum Perusahaan PT. Pelindo I (Persero).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 30
I-11
Bab III Landasan Teori, berisi teori mengenai container crane, risiko
kerja, penyebab kecelakaan kerja, pengendalian risiko, program SMK3, dan teori
lain yang mendukung penelitian.
Bab IV Metodologi Penelitian, menguraikan tahap-tahap yang dilakukan
dalam penelitian yaitu persiapan penelitian meliputi penentuan lokasi penelitian,
jenis penelitian, objek penelitian, kerangka konseptual, identifikasi variabel
penelitian, pengumpulan data primer dan sekunder, metode pengolahan data, blok
diagram prosedur penelitian, pengolahan data, analisis pemecahan masalah
sampai kesimpulan dan saran.
Bab V Pengumpulan dan Pengolahan Data, dalam bab ini menjelaskan
tentang jenis-jenis data, baik data primer maupun data sekunder. Data primer pada
umumnya dikumpulkan melalui observasi dan wawancara yang dilakukan secara
langsung. Data sekunder dikumpulkan dengan mencatat data yang sudah tersedia.
Bab VI Analisis Pemecahan Masalah, dalam bab ini menjelaskan tentang
analisa yang dilakukan terhadap data termasuk pengoperasian konsep ilmiah yang
digunakan dalam metode pendekatan serta teori-teori yang dijadikan landasan
dalam pemecahan masalah.
Bab VII Kesimpulan dan Saran, berisi kesimpulan yang diperoleh dari
hasil pemecahan masalah dan saran-saran yang bermanfaat bagi perusahaan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 31
II-1
BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
2.1. Sejarah Perusahaan
Sejarah berdirinya PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I dimulai sejak
zaman penjajahan Belanda, dimana pada saat itu bernama “Haven Bedriff” dan
nama ini digunakan hingga tahun 1950. Pada tahun 1951 berubah nama menjadi
“Jawatan Pelabuhan” hingga tahun 1956. Kemudian pada tahun 1956 berganti
nama menjadi “Perusahaan Pelabuhan Negara”.
Pada tahun 1961, berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 128 dirubah
namanya menjadi “Perusahaan Pelabuhan Daerah I”. Pada tahun 1964, sistem
organisasi kepelabuhan dirubah, dimana penguasa pelabuhan adalah Komandan
Pelabuhan yang membawahi Syahbandar dan Perusahaan Negara Pelabuhan.
Kemudian berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 1 tahun 1969, Penguasa
Pelabuhan berubah namanya menjadi Badan Pengusahaan Pelabuhan (BPP).
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 4 tahun 1985 dibentuk
“Perusahaan Umum Pelabuhan I” yang membawahi pelabuhan-pelabuhan di
Daerah Istimewa Aceh, Propinsi Sumatera Utara, dan Propinsi Riau. Kemudian
berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 56 tahun 1991 dengan Akte Notaris
Imas Fatimah, SH, Perusahaan Umum Pelabuhan I berubah menjadi “PT.
(Persero) Pelabuhan Indonesia I”.
Terminal Peti Kemas Domestik Belawan Belawan merupakan salah satu
unit pelaksana teknis dari PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia I yang melaksanakan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 32
II-2
pengusahaan dan pelayanan jasa bongkar muat peti kemas yang berlokasi di
daerah Gabion Belawan.
Terminal Peti Kemas Domestik Belawan Belawan mulai dibangun tahun
2013 pada areal hasil pengerukan seluas ± 30 hektar, dan diresmikan
pemakaiannya oleh Presiden Soeharto pada tanggal 17 Maret 2013. Pelayanan
Terminal Peti Kemas Domestik Belawan Belawan dilaksanakan secara bertahap
baik organisasinya maupun tingkat pelayanannya dimulai dengan dibentuknya
organisasi Divisi Terminal Peti Kemas Domestik Belawan di bawah Cabang
Belawan dan mulai beroperasi melayani bongkar muat dengan crane kapal pada
tanggal 10 Februari 2013 dan beroperasi secara penuh sebagai Terminal Peti
Kemas Domestik Belawan setelah dilengkapi 2 unit container crane (alat yang
mengangkut peti kemas dari kapal ke dermaga dan sebaliknya) pada Maret 2013.
Seiring dengan perkembangan permintaan pelayanan peti kemas yang
terus meningkat dan dalam rangka terus berbenah menyongsong pasar bebas serta
tuntutan perkembangan lingkungan internal dan eksternal perusahaan yang
mengharuskan manajemen harus lebih luwes dalam mengambil keputusan,
meningkatkan efektifitas, efisiensi dan peningkatan mutu pelayanan yang
diberikan suatu Terminal Peti Kemas Domestik Belawan, maka dirasakan sangat
mendesak dan perlu untuk dilakukannya suatu perubahan struktur organisasi dan
manajemen, memutus rantai birokrasi, pemberian otonomi yang lebih luas kepada
Terminal Peti Kemas Domestik Belawan.
Berdasarkan Surat Keputusan Direksi PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia I
Nomor : OT.09/I/I/PI-98 tanggal 16 Januari 1998 ditetapkan struktur organisasi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 33
II-3
dan manajemen Unit Usaha Terminal Peti Kemas Domestik Belawan Belawan.
Dengan demikian resmilah Divisi Usaha Terminal Peti Kemas Domestik Belawan
memisahkan diri dari Pelabuhan Cabang Belawan dan berubah status menjadi
pelabuhan cabang atau unit usaha mandiri dari PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia
I dengan nama unit Terminal Peti Kemas Domestik Belawan Belawan disingkat
menjadi TPKDB.
2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha
Terminal Peti Kemas Domestik Belawan Belawan merupakan salah satu
unit pelaksanaan teknis dari PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia I yang
melaksanakan pengusahaan dan pelayanan jasa bongkar muat peti kemas PT.
(Persero) Pelabuhan Indonesia I sendiri merupakan Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) yang memiliki kewenangan untuk mengelola pelabuhan umum yang
berada pada 4 (empat) propinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Propinsi Sumatera
Utara, Propinsi Kepulauan Riau dan Propinsi Riau. Adapun pelabuhan-pelabuhan
andalan yang diusahakan adalah Pelabuhan Belawan, Dumai, Tanjung Pinang,
Lhokseumawe, Pekanbaru serta Terminal Peti Kemas Domestik Belawan
Belawan.
Sampai dengan tahun 2014 telah ditetapkan oleh direksi PT. (Persero)
Pelabuhan Indonesia I bahwa divisi Terminal Peti Kemas Domestik Belawan
Belawan memisahkan diri dari Pelabuhan Belawan dan memiliki status setingkat
cabang atau unit bisnis yang memiliki nama Unit Usaha Terminal Peti Kemas
Domestik Belawan Belawan, hal ini sesuai dengan perkembangan lingkungan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 34
II-4
internal dan eksternal PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia I serta tuntutan untuk
meningkatkan efektifitas, efisiensi dan meningkatkan mutu pelayanan yang
diberikan oleh Terminal Peti Kemas Domestik Belawan.
Perkembangan trafik bongkar muat meningkat dari tahun ke tahun.
Perkembangan ini tidak dapat dipisahkan dari kondisi dan potensi hinterlandnya
yang kaya dengan komoditi hasil perkebunan, pertanian, dan industri. Jenis
komoditi domestik dominan melalui Terminal Peti Kemas Domestik Belawan
adalah karet, sayur, kertas, plywood, kayu, dan kopi. Sedangakan untuk impor
(Belawan International Container Terminali) adalah alat mesin, elektronika,
bahan industri, dan makanan ternak.
2.3. Organisasi dan Manajemen
2.3.1. Struktur Organisasi
Organisasi didefinisikan sebagai suatu kesatuan social dari sekelompok
individu yang saling berinteraksi menurut pola terstruktur dengan cara tertentu
sehingga setiap anggota organisasi mempunyai tugas dan fungsi masing-masing,
serta sebagai suatu kesatuan yang mempunyai tujuan tertentu, kemudian
mempunyai batasan-batasan yang jelas sehingga organisasi dapat dipisah secara
tegas dan jelas dengan lingkungannya.
Dalam suatu organisasi dengan segala aktivitasnya, terdapat hubungan
diantara orang-orang yang menjalankan aktivitas tersebut. Makin banyak kegiatan
yang dilakukan dalam suatu organisasi makin komplek pula hubungan-hubungan
yang ada. Untuk itu perlu dibuat suatu bagan yang menggambarkan tentang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 35
II-5
hubungan tersebut termasuk hubungan antara masing-masing kegiatan atau
fungsi. Bagan yang dimaksud dinamakan bagan organisasi atau struktur
organisasi. Struktur organisasi ini menjadi dasar suatu organisasi dalam
melakukan pembagian kekuasaan (authority) dan tanggung jawab (responsibility)
terhadap tiap anggota yang ada dalam suatu organisasi.
Adapun bentuk struktur organisasi PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia I
adalah organisasi garis dan staf. Dalam organisasi garis dan staf secara formil
yang berhak memberikan perintah hanyalah pimpinan, sedang staf hanyalah
sebagai pembantu pimpinan dengan tugas perencanaan, memberikan nasehat dan
lain-lain yang serupa dengan itu. Tetapi dalam organisasi yang besar atau
mempunyai ruang lingkup tugas yang luas, beranekaragam dan kompleks, tidak
mungkin lagi bagi seorang pimpinan mengambil keputusan dan perintah dalam
segala hal, oleh karena itu pimpinan mendelegasikan beberapa wewenangnya
kepada staf sesuai bidang pekerjaannya masing-masing. Dalam hal yang demikian
staf menandatangani keputusan, perintah, instruksi dan lain-lain atas nama
pimpinan.
Pada umumnya dalam tipe atau bentuk organisasi garis dan staf, biasanya
staf akan memberikan arahan dan nasehat kepada para pelaksana dalam
melakukan suatu pekerjaan atau pengawasan pekerjaan. Sedangkan staf khusus
memberikan petunjuk-petunjuk teknis pekerjaan menurut bidang dan kemampuan
para pekerja masing-masing, untuk dilaksanakan oleh para pekerja. Pekerja tidak
berhubungan langsung dengan pimpinan melainkan melalui perantara staf yang
telah diberikan wewenang dan tanggung jawab.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 36
II-6
Adapun bagan struktur organisasi di PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia I
yang bertipe garis dan staf dapat dilihat pada Gambar 2.1.
GENERAL
MANAGER
WAKIL
MANAJEMEN
DIVISI OPERASI
Dinas
Perencanaan
Operasi
Dinas Pelayanan
Operasi
DIVISI KOMERSIL
Dinas Adm. TPP
Dinas Peng.
Usaha & Promosi
DIVISI TEKNIK
Dinas
Pengoperasian
Alat
Dinas Penyiapan
Fasilitas
DIVISI
KEUANGAN
Dinas
Perbendaharaan
Dinas Akuntansi
Keuangan
DIVISI UMUM
Dinas
Kepegawaian
Dinas Tata Usaha
& Rumah T
DIVISI RENBANSI
Dinas Renbang
Sistem
Dinas Datin
Dinas Penyiapan
Alat
Gambar 2.1. Struktur Organisasi PT. Pelabuhan Indonesia I
2.3.2. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab
Untuk menggerakkan suatu organisasi dibutuhkan personil yang
memegang jabatan dalam organisasi, dimana masing-masing personil mempunyai
tugas dan wewenang serta tanggung jawab yang sesuai dengan jabatannya.
Tanggung jawab yang diberikan harus seimbang dengan wewenang yang
diterima. Adapun tugas dan tanggung jawab untuk masing- masing pada bagian
PT. Pelabuhan Indonesia 1 adalah:
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 37
II-7
1. General Manager
Mempunyai tugas poko menyiapkan perencanaan, melaksanakan dan
mengendalikan operasi kapal dan lapangan, pelayanan operasi CFS serta
pelayanan gate, produksi dan pendapatan, melaksanakan pengembangan usaha
dan promosi, menyiapkan peralatan, mengelola perbengkelan dan instalasi listrik
serta air, keuangan, urusan umum, data dan informasi serta melaksanakan
perencanaan dan pengawasan mutu pelayanan dalam rangka pelaksanaan
manajemen mutu
2. Manajer Divisi Operasi
Mempunyai tugas pokok merencanakan dan mengendalikan kegiatan
operasi pelayanan operasi kapal dan lapangan, pelayanan CFS Serta pelayanan
Gate. Manager divisi operasi membawahu dinas-dinas dengan tugas sebagai
berikut:
a. Dinas perencanaan dan pengembangan operasi
Dinas perencanaan dan pengembangan operasi mempunyai tugas pokok
melaksanakan perencanaan dan pengendalian kegiatan operasi kapal dan
lapangan, CFS dan melaksanakan administrasi perencanaan dan pengendalian
operasi, supervisi dan evaluasi kegiatan operasi serta kinerja operasi dan
pengendalian operasi, supervisi dan evaluasi kegiatan operasi serta kinerja
operasi.
b. Dinas Pelayanan Operasi
Dinas pelayanan operasi mempunyai tugas pokok melaksanakan pelayanan
operasi kapal dan lapangan, CFS serta pelayanan gate
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 38
II-8
c. Dinas Pengoperasian Peralatan
Dinas Pengoperasian peralatan mempynuai tugas pokok melaksanakan dan
mengendalikan pengoperasian peralatan, instalasi listrik dan air, perangkat
komunikasi dan reefer plug.
3. Manajer Divisi Komersial
Mempunyai tugas pokok melaksanakan verifikasi dan penotaan,
administrasi trafik, produksi dan pendapatan pengembangan usaha dan operasi.
Manager divisi komersi membawahi dinas-dinas dengan tugas sebagai berikut:
a. Dinas Administrasi Trafik, Produksi dan Pendapatan
Dinas Administrasi trafik, produksi dan pendapatan mempunyai tugas pokok
melaksanakan verifikasi, penotaan, administrasi lalu lintas head truck, produksi
dan pendapatan.
b. Dinas Pengembangan Usaha Dan Promosi
Dinas pengembangan usaha dan promosi mempunyai tugas pokok
merencanakan dan melaksanakan pengembangan usaha dan promosi
4. Manajer Divisi Teknik
Mempunyai tugas pokok menyiapkan perencanaan, melaksanakan dan
mengendalikan kegiatan perawatan, pengadaan, baik peralatan maupun fasilitas
serta instalasi listrik dan air.
Manajer divisi teknik membahwai dinas-dinas dengan tugas sebagai berikut:
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 39
II-9
a. Dinas Penyiapan Peralatan
Dinas penyiapan peralatan mempunyai tugas pokok melaksanakan dan
pengendalian perawatan dan pengadaan peralatan, perangkat komunikasi dan
perbengkelan.
b. Dinas Penyiapan Fasilitas
Dinas penyiapan fasilitas mempunyai tugas pokok melaksanakan perencanaan,
pengendalian perawatan dan pembangunan fasilitas, istalasi listrik/air serta
pengendalian AMDAL (Analisa Mengenai Dampak Lingkungan)
5. Manajer Divisi Keuangan
Mempunyai tugas pokok menyiapkan perencanaan, melaksanakan dan
mengendalikan kegiatan akuntansi keuangan dan perbendaharaan.
Manajer divisi keuangan membawahi dinas-dinas dengan tugas sebagai berikut:
a. Dinas Akuntansi Keuangan
dinas akuntansi keuangan mempunyai tugas pokok sebagai melaksanakan
pembukuan biaya dan pendapatan, laporan per segmen, analisis dan evaluasi
biaya per unit kegiatan usaha segmen
b. Dinas Perbendaharaan
dinas perbendaharaan mempunyai tugas pokok melaksanakan kegiatan lalu
lintas keuangan, rekening koran, administrasi barang persediaan, pembukuan
utang piutang penerimaan, penyimpanan dan pengeluaran kas persediaan,
penyimpanan surat-surat berharga.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 40
II-10
6. Manajer Divisi Umum
Mempunyai tugas pokok merencanakan dan melaksanakan administrasi
umum, tata usaha, rumah tangga, kepegawaian serta urusan hokum dan keamanan.
Manajer divisi umum membawahi dinas-dinas dengan tugas sebagai berikut:
a. Dinas Kepegawaian
Dinas kepegawaian mempunyai tugas pokok merencanakan dan melaksanakan
administrasi kepegawaian, pengembangan dan pendidikan, kesejahteraan,
kesehatan serta keselamatan kerja karyawan.
b. Dinas tata Usaha dan Rumah Tangga
Dinas tata usaha dan rumah tangga mempunyai tugas pokok melaksanakan dan
mengendalikan administrasi dan perkantoran kerumah tanggaan, pengadaan,
penyaluran, pemeliharaan peralatan kantor dan kendaraan dinas serta
penanganan dan pengkajian masalahan humum serta pengamanan terhadap
daerah kerja.
7. Divisi Pelayanan Kapal
Adapun Tugas dan tanggung jawab divisi pelayanan kapal adalah sebagai berikut:
a. merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan pelayanan labuh, tambat,
pemanduan dan penundaan.
b. merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan peyiapan armada
8. Divisi Pelayanan terminal
Adapun tugas dan tanggung jawab divisi pelayanan terminal adalah sebagai
berikut:
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 41
II-11
a. merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan pelayanan kapal dan pbarang
dengan pihak internal dan eksternal perusahaan.
b. merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan kegiatan perencanaan dan
pengendalikan operasi, pelayanan operasi, pelayanan pemadam kebakaran dan
rupa-rupa.
2.3.3. Jam Kerja dan Shift Karyawan
PT. Pelabuhan Indonesia I TPKDB menerapkan 8 jam kerja yang terdiri
dari 3 shift kerja. Adapun pembagian waktu shift kerja karyawan adalah sebagai
berikut :
1. 01.00-08.00
2. 08.00-17.00
3. 17.00-01.00
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 42
III-1
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Pelabuhan Peti Kemas
Menurut Keputusan Menteri Perhubungan Republik Indonesia No. 33
Tahun 2001 tentang Penyelenggaraan dan Pengusahaan Angkutan Laut, kegiatan
bongkar muat adalah kegiatan bongkar muat barang dari dan/atau ke kapal
meliputi kegiatan pembongkaran barang dari palka kapal ke dermaga di lambung
kapal atau sebaliknya (stevedoring), kegiatan pemindahan barang dari dermaga
dilambung kapal ke gudang lapangan penumpukan atau sebaliknya (cargodoring)
dan kegiatan pengambilan barang dari gudang/lapangan menggunakan truk atau
sebaliknya (receiving/delivery). Kegiatan pelabuhan peti kemas yaitu perpindahan
arus barang angkutan darat ke angkutan laut dengan sistem angkutan full
container dengan kegiatannya antara lain:
1. Peti kemas diangkut oleh angkutan darat (trailer) sampai ke pelabuhan
kemudian peti kemas diangkut dengan container crane diletakkan di
lapangan penumpukan.
2. Peti kemas diangkat dan ditata untuk menunggu kapal pengangkutnya
menggunakan container crane.
3. Setelah kapal pengangkut datang dan siap di dermaga, peti kemas dari
lapangan penumpukan tadi diangkat dengan container crane diletakkan ke
atas head truck (HT) diangkat ke apron dermaga kapal tersebut bersandar.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 43
III-2
4. Dengan menggunakan gantry crane, peti kemas diangkat dari HT dan
dimasukkan ke kapal.
5. Setelah barang tersebut diangkut ke kapal, kapal meninggalkan dermaga
menuju Negara atau daerah yang dituju.
3.2. Crane
Crane adalah suatu alat pengangkat dan pemindah material yang bekerja
dengan perinsip kerja tali, crane digunakan untuk angkat muatan secara vertikal
dan gerak kearah horizontal bergerak secara bersama dan menurunkan muatan ke
tempat yang telah ditentukan dengan mekanisme pergerakan crane secara dua
derajat kebebasan. Jenis-jenis crane antara lain:
3.2.1. Crane Stasioner
Crane stasioner yang dapat diputar atau crane putar yang diam ditempat
umumnya merupakan crane yang tetap dengan tiang miring yang dapat berputar
pada sumbu vertikal. Crane jenis ini yang sekarang sangat populer adalah Tower
Crane. Di dalam proyek konstruksi bangunan bertingkat, Tower Crane sangat
cocok dipakai untuk pelayanan bangunan bertingkat (high rise building) untuk
melayani daerah konstruksi sesuai luas lahan. Tower Crane menjadi sentral atau
alat yang paling utama karena dalam proyek gedung bertingkat, Tower Crane
digunakan untuk mengangkat muatan secara horisontal maupun vertikal,
menahannya apabila diperlukan, dan menurunkan muatan ke tempat lain yang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 44
III-3
ditentukan dengan mekanisme pendongkrak (luffing), pemutar (slewing), dan
pejalan (travelling).
Gambar 3.1. Container Crane
3.2.2. Tower Crane
Tower Crane merupakan pesawat pengangkat material/mesin yang biasa
digunakan pada proyek kontruksi. Tower Crane terdiri dari beberapa bagian yang
dapat dibongkar pasang ketika digunakan sehingga mudah untuk dibawa kemana
saja. Tower Crane biasanya diangkut secara terpisah menggunakan kendaraan
(trailer) ke tempat proyek kemudian dipasang kembali di tempat proyek. Dan
pemasangan Tower Crane termasuk cukup lama karena banyak bagian-bagian
yang harus dipasang termasuk pembuatan pondasi Tower Crane.
Gambar 3.2. Tower Crane
3.2.3. Mobile Crane (Truck Crane)
Mobile Crane (Truck Crane) adalah crane yang terdapat langsung pada
mobile (Truck) sehingga dapat dibawa langsung pada pada lokasi kerja tampa
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 45
III-4
harus menggunakan kendaraan (trailer). Crane ini memiliki kaki (pondasi/tiang)
yang dapat dipasangkan ketika beroperasi, ini dimaksukkan agar ketika beroperasi
crane menjadi seimbang.
Gambar 3.3. Truck Crane
3.2.4. Hidraulik Crane
Umumnya semua jenis crane menggunkan sistem hidraulik (minyak) dan
pheneumatik (udara) untuk dapat bekerja. Namun secara khusus Hidraulik crane
adalah crane yang biasa digunakan pada perbengkelan dan pergudangan dll, yang
memilki struktur sederhana. Crane ini biasanya diletakkan pada suatu titik dan
tidak untuk dipindah-pindah dan dengan jangkauan tidak terlalu panjang serta
putaran yang hanya 180 derajat. Sehingga biasanya pada suatu
perbengkelan/pergudangan terdapat lebih dari satu Crane.
Gambar 3.4. Hydraulic Crane
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 46
III-5
3.2.5. Hoist Crane
Hoist Crane adalah pesawat pengangkat yang biasanya terdapat pada
pergudangan dan perbengkelan. Hoist Crane ditempatkan pada langit-langit dan
berjalan diatas rel khusus yang yang dipasangi pada langit-langit tersebut. Rel-rel
tadi juga dapat bergerak secara maju-mundur pada satu arah.
Gambar 3.5. Hoist Crane
3.2.6. Jip Crane
Jip crane adalah pesawat pengangkat yang terdiri dari berbagai ukuran, jip
crane yang kecil biasanya digunakan pada perbengkelan dan pergudangan untuk
memindahkan barang-barang yang relatif berat. Jip crane memilki sistem kerja
dan mesin yang mirip seperti Hoist Crane dan struktur yang mirip Hidraulik
Crane.
Gambar 3.6. Jip Crane
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 47
III-6
3.2.7. Jenis Risiko pada Crane
Berikut adalah kriteria berdasarkan jenis risiko pada alat crane dapat
dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Jenis Kriteria Risiko Crane
Jenis Risiko Kriteria Crane
Medium Risk Pengangkatan dibawah 75% dari kapasitas Crane sesuai
loadchart yang disyaratkan oleh klien atau otoritas setempat
High Risk 1. Pengangkatan melebihi atau sama dengan 75% dari
kapasitas crane sesuai loadchart. Pengangkatan dengan
berat beban 20 ton atau lebih.
2. Pengangkatan dimana crane mengangkat ke atau dari air
(seperti di pelabuhan).
3. Pengangkatan beban yang mengan-dung cairan lebih dari
1000 liter.
4. Pengangkatan dimana beban sulit untuk diikatkan ke
lifting gear.
5. Pengangkatan yang urutannya kompleks. Pengangkatan
ditempat umum (Jalan umum). Pengangkatan yang
melewati plant yang beroperasi
6. Pengangkatan untuk pembongkaran (termasuk mencabut
tiang pancang)
7. Pengangkatan didekat jalur listrik (listrik tegangan tinggi)
8. Pengangkatan beban yang memiliki efek kapal layar.
9. Pengangkatan dimana radius putar operasi crane dapat
menggang-gu operasi crane yang lain.
10. Pengangkatan pada kemiringan pembuatan beton,
pembuatan panel atau pembuatan balok girder/beam
untuk jembatan. Pengangkatan pemancangan pada crane
tower
11. Pengangkatan yang meliputi modifikasi crane atau
pengaturan yang tidak standard (gin pole)
12. Pengangkatan menggunakan alat angkat spesial (spreader
lift / spreader beam) Pengangkatan dimana outrigger
crane tidak dapat keluar penuh
Critical Risk 1. Pengangkatan lebih dari 90% dari kapasitas crane sesuai
load chart
2. Pengangkatan lebih dari satu crane
3. Pengangkatan dimana crane ditempatkan diatas LCT
/Tongkang
4. Pengangkatan dilakukan diatas landasan gantung
(Jembatan)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 48
III-7
3.3. Operator High Crane
Operator high crane adalah operator yang bekerja dengan mengoprasikan
peralatan crane untuk memindahkan suatu barang dengan ketinggian tertentu.
Berdasarkan standar ILO tentang keselamatan kerja pengorpasian peralatan crane
adalah sebagai berikut:
1. Syarat layak pemakaian crane:
a. Crane yang akan digunakan harus memiliki pengesahan pemakaian yang
dikeluarkan oleh kemenakertrans.
b. Semua safety device berfungsi dan bekerja baik.
c. Perawatan secara berkala harus dilaksanakan sesuai dengan petunjuk
pabrik pembuat.
2. Syarat operator :
a. Memiliki pengetahuan, kemampuan, keterampilan dan mengetahui bahaya
potensial mobile crane.
b. Memiliki Surat Ijin Operasi (SIO) yang dikeluarkan oleh kemenakertrans.
c. Sehat secara fisik maupun mental
3. Pemilihan Crane :
a. Perlu dilakukan peninjauan lapangan terlebih dahulu untuk mengetahui:
1) Kondisi permukaan tanah.
2) Ruang kerja aman yang dipergunakan.
3) Bahaya-bahaya potensial yang mungkin terjadi, misal instalasi pipa
bertekanan, kabel listrik TT, dll.
4. Menentukan jenis, kapasitas angkat dan batas-batas kerja crane.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 49
III-8
Tabel 3.2. Pengoprasian High Crane
Kegiatan Syarat
Syarat penempatan beban 1) Pemilihan lokasi penempatan keran mobil
harus mempunyai permukaan landasan
yang rata.
2) Landasan harus mampu menahan berat
crane dan berat beban.
3) Lokasi penempatan harus bebas dari
rintangan dan lalu lalang orang.
4) Lokasi pengoperasian harus bebas dari
bahaya-bahaya potensial.
Pemeriksaan sebelum
pengoperasian
1) Periksa semua safety device yang terpasang
dan harus berfungsi.
2) Periksa stir roda, rem dan sistim operasinya
(bila tidak dioperasikan dapat dilakukan
perbaikan / penyetelan komponen).
3) Periksa bahan bakar. Dilarang mengisi
bahan bakar selama engine hidup.
4) Dilarang melakukan service selama engine
jalan.
5) Periksa kebersihan di dalam dan di luar
kabin.
6) Periksa APAR untuk memastikan dapat
digunakan sewaktu-waktu,periksa secara
berkala, ketahui cara penggunaannya.
7) Daftar Beban harus terpasang pada kabin
sesuai dengan aslinya.
Pengoperasian crane 1) Sebelum engine dihidupkan ketahui letak
dan fungsi semua control daerah operasi
harus bebas dari lalu lintas orang.
2) Pasang semua penumpu dengan sempurna
dan sepatu diletakkan pada landasan yang
rata. Kemiringan 3º dapat mengurangi
kapasitas crane ≥50%.
3) Dilarang mengoperasikan crane pada radius
dan panjang boom yang tidak tertera pada
daftar beban.
4) Pengoperasian harus dihentikan bila
kecepatan angin > 20 MPH.
5) Pengangkatan beban harus tegak lurus
dengan ujung boom.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 50
III-9
Tabel 3.2. Pengoprasian High Crane (Lanjutan)
Kegiatan Syarat
6) Peralatan pengangkatan (pancing blok,
ABA dll) jaraknya harus selalu dijaga
dengan ujung boom pada saat menurunkan
dan memanjangkanuntuk menghindari
pancing blok menyentuh ujung boom (two
blocking).
7) Beban yang diangkat selalu disesuaikan
dengan panjang boom dan radius operasi.
8) Gerakan naik dan turunnya boom
diusahakan tidak terlalu sering dan dilarang
digunakan untuk pengangkatan awal dari
barang.
9) Untuk pengangkatan beban menggunakan
lebih dari satu crane, kapasitas crane harus
sama dan gunakan panjang boom yang sama
serta gerakan yang sama. Posisi masing-
masing crane antara boom dan pengikatan
barang harus selalu tegak lurus.
10) Pastikan beban tidak berat sebelah
3.4. Penilaian Risiko (Risk Assessment)
Penilaian risiko (Risk Assessment) adalah langkah penting dalam
melindungi pekerja dan perusahaan, serta mematuhi hukum. Hal ini membantu
fokus pada risiko yang benar-benar masalah di tempat kerja yang memiliki
potensi untuk menyebabkan kerugian yang nyata. Dalam banyak kasus, langkah-
langkah sederhana dapat mudah mengendalikan risiko, misalnya memastikan
keberihan dan penggunaan peralatan sehingga melakukan pekerjaan tidak
tergelincir, atau cidera ketika melaksanakan pekerjaan. Untuk sebagian besar, itu
berarti langkah yang sederhana, mudah dan efektif untuk menjamin aset yang
paling berharga yaitu tenaga kerja yang harus dilindungi.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 51
III-10
Penilaian risiko adalah pemeriksaan yang cermat dari apa yang terdapat
dalam pekerjaan yang bisa menyebabkan kerugian kepada operator, sehingga
dapat menilai tindakan pencegahan atau harus berbuat lebih banyak untuk
mencegah kerugian. Pekerja dan lain-lain memiliki hak harus dilindungi dari
kerusakan yang disebabkan oleh kecelakaan yang terjadi. Kecelakaan dan
kesehatan yang buruk dapat merusak kehidupan dan mempengaruhi bisnis juga
jika kerugian, mesin rusak, peningkatan biaya asuransi atau harus pergi ke
pengadilan. Secara hukum diperlukan untuk menilai risiko di tempat kerja
sehingga menerapkan pencegahan di tempat rencana untuk mengendalikan risiko.
Bahaya adalah sesuatu yang dapat menyebabkan kerusakan, seperti bahan kimia,
listrik, bekerja dari tangga, dll. Risiko adalah kesempatan tinggi atau rendah,
bahwa seseorang bisa dirugikan dan bahaya lain, bersama dengan indikasi tentang
bagaimana serius kerugian yang bisa terjadi. Langkah-langkah dalam penetapan
risk assessment:
1. Menetapkan batasan penilaian
2. Mengidentifikasi risiko
3. Menilai risiko
Ketika semua risiko telah diidentifikasi kemudian harus memastikan
tingkat risiko yang terkait dengan masing-masing. Untuk melakukan ini harus
menentukan konsekuensi potensial dari risiko jika itu terjadi dan potensi
kemungkinan ini terjadi. Berikut kriteria risiko yang mungkin terjadi dapat dilihat
pada Tabel 3.3.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 52
III-11
Tabel 3.3. Kriteria Kategori Risiko
Kategori Kriteria
Signifikan
1. Cedera ringan
2. Tidak ada atau pertolongan pertama dasar yang diperlukan
Ringan
1. Perawatan medis atau paramedis
2. Sampai dengan empat hari waktu yang hilang dari pekerjaan
3. Jumlah kecil liputan media cetak lokal (< satu minggu)
Sedang
1. Perawatan oleh rumah sakit atau masuk ke rumah sakit
dan/atau empat atau lebih hari waktu hilang dari pekerjaan
2. Liputan media yang negatif terus-menerus dalam liputan
nasional dan internasional
3. Jangka pendek gangguan terhadap kegiatan inti (hari)
4. Jangka panjang gangguan terhadap kegiatan non-inti (Minggu)
5. Pelanggaran kecil adalah WHS (atau berhubungan) undang-
undang
6. Skala kecil penyelidikan oleh Badan Pengawas (cabang pusat)
7. Menaati setiap kejadian yang tidak menyebabkan cedera, tidak
memerlukan perawatan medis atau paramedis (misalnya listrik
insiden dengan tidak ada cedera)
8. Tidak terkendali dari terkena bahan kimia
Berat 1. Gangguan/Cacat permanen (tidak dapat kembali bekerja)
2. Liputan media negatif nasional dan/atau internasional
3. Gangguan jangka menengah untuk kegiatan utama (Minggu)
4. Penyelidikan oleh Badan Pengawas dengan penuntutan,
dilaksanakan usaha dan/atau mungkin tuduhan pidana atau
perdata
5. Setiap kejadian menaati yang membutuhkan perhatian medis
6. Tidak terkendali dari kimia berbahaya
Sangat
Berat
1. Kejadian fata
2. Kerusakan reputasi
3. Liputan luas berkelanjutan negatif di media
4. Jangka panjang penghentian kegiatan utama
5. Penyelidikan mengakibatkan pelanggaran legislatif yang besar
dan tindakan hukum resultan tuntutan pidana, perdata
6. Jangka panjang kerusakan lingkungan yang luas
3.4.1. Rencana Penilaian Risiko Perusahaan
Rencana penilaian yang dilakukan PT. Pelindo I Medan (Persero) yaitu
dengan cara menyediakan tim identifikasi. Tim Identifikasi Bahaya melakukan
identifikasi sumber bahaya dari setiap kegiatan/produk/jasa yang ada, dengan
menggunakan form Identifikasi Bahaya, Penilaian & Pengendalian Risiko.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 53
III-12
1. Identifikasi Sumber Bahaya yang terdiri dari:
a. Potensi Bahaya adalah menerangkan keadaan/kondisi personel yang tidak
sesuai dengan standar/norma K3 yang berpotensi menimbulkan bahaya.
b. Penyebab maksudnya apa yang menyebabkan potensi bahaya tersebut
terjadinya, yang bisa dikarenakan fasilitas tidak tersedia, keadaan tidak
sesuai standar, kompetensi personel yang kurang atau Prosedur dan
Instruksi Kerja yang tidak tersedia.
c. Kejadian maksudnya kejadian berbahaya yang dapat terjadi akibat
adanya potensi bahaya yang tidak segera diperbaiki.
d. Kerugian/kecelakaan adalah akibat/dampak dari kejadian, baik kerugian
karena rusaknya asset atau kecelakaan/penyakit akibat kerja pada tenaga
kerja.
2. Pembuatan Sistem Pembobotan
a. Sebelum melakukan penilaian risiko, tim membuat pembobotan untuk
Konsekuensi/keparahan dan pembobotan untuk kemungkinan terjadi.
b. Dibuat 5 peringkat untuk pembobotan konsekuensi/ keparahan dengan
simbol tingkatan menggunakan angka yaitu 1 sampai 5, kemungkinan
terjadi dibuat 5 tingkatan juga dengan simbol tingkatan menggunakan
abjad yaitu A sampai E.
c. Lalu beri definisi atau batasan dari masing-masing peringkat bobot
tersebut pada form standar definisi pembobotan.
d. Buat matrik antara konsekuensi/keparahan dengan kemungkinan terjadi.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 54
III-13
e. Hasil kombinasi antara konsekuensi/keparahan dan kemungkinan terjadi
adalah nilai risiko yang disesuaikan dengan standart penilaian risiko.
f. Berdasarkan nilai risiko, dibuat 4 kategori risiko yaitu kecil, sedang,
tinggi dan sangat tinggi
3. Penilaian Risiko.
a. Semua kegiatan kerja, pelaksana kerja, alat kerja, dan tempat kerja, di
identifikasi dan dilakukan penilaian terhadap risiko yang mungkin
ditimbulkan.
b. Penilaian risiko merupakan kelanjutan dari identifikasi bahaya sehingga
untuk mempermudah pelaksanaannya dibuat kolom berikutnya setelah
identifikasi bahaya.
c. Dalam penilaian risiko ada beberapa kolom yang terdiri dari :
1) Bobot Konsekuensi/keparahan yaitu bobot nilai yang diberikan
dengan memperkirakan konsekuensi/ keparahan dari
kerugian/kecelakaan yang timbul bila kejadian terjadi, dan bila telah
ada sarana pengendalian bahaya maka berapa prakira
konsekuensi/keparahan yang dapat terjadi bila sarana tersebut saat
ini masih berfungsi dengan baik
2) Bobot Kemungkinan terjadi yaitu bobot nilai yang diberikan dengan
memprakirakan seberapa besar kemungkinan kejadian tersebut dapat
terjadi.
3) Nilai risiko adalah kombinasi antara konsekuensi/ keparahan dengan
kemungkinan terjadi.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 55
III-14
4) Kategori Risiko adalah menentukan kategorinya dengan melihat nilai
risiko.
d. Setelah semua kolom terisi maka akan diketahui seberapa besar risiko
yang terjadi bila potensi bahaya dibiarkan dan tidak segera diperbaiki.
e. Selain melihat risikonya, maka Tim Identifikasi Bahaya juga melihat
peraturan dan persyaratan K3 yang belum terpenuhi berkaitan dengan
potensi bahaya.
3.5. Pendekatan Risk Assessment
Asfahl menyatakan bahwa perangkingan hazards akan lebih berguna jika
bobot ditempatkan pada kemungkinan terjadinya kecelakaan atau kejadian.
Hazards yang dikatakan fatal jika berdampak yang parah (severe). Studi analisa
resiko dimana Angkatan Udara Amerika Serikat telah menetapkan “Risk
Assessment Codes (RAC)”. Sistem RAC mempertimbangkan 4 level keparahan
Kecelakaan dan 4 level Kemungkinan Kecelakaan, seperti yang ditunjukkan
dalam Tabel 3.4. berikut.
Tabel 3.4. Pengkodean Risk Assessment
Bobot Kemungkinan Terjadi
A B C D E
Tidak Parah 1 1A 1B 1C 1D 1E
Sedikit Parah 2 2A 2B 2C 2D 2E
Cukup Parah 3 3A 3B 3C 3D 3E
Parah 4 4A 4B 4C 4D 4E
Sangat Parah
Sekali 5 5A 5B 5C 5D 5E
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 56
III-15
Keterangan:
Tingkat Kemungkinan
A: Kemungkinan terjadinya kecil sekali
B: Kemungkinan terjadi kecil
C: Kemungkinan terjadi ada
D: Kemungkinan terjadinya besar
E: Kemungkinan terjadinya sangat besar
Tingkat keparaha
1: Tidak parah
2: Sedikit Parah
3: Cukup Parah
4: Parah
5: Sangat Parah Sekali
Tabel 3.5. Kategori Risiki Berdasarkan Nilai Risiko
Nilai Risiko Kategori Risiko
1A, 1B, 1C, 2A, 2B Kecil
1D,2C,3A,3B Sedang
1E, 2D, 2E, 3C, 4A, 4B, 5A Tinggi
3D, 3E, 4C, 4D, 4E, 5A, 5B, 5C, 5D, 5E Sangat Tinggi
3.6. Bahaya (Hazards)
Menurut L. M. Deshmukh dalam bukunya yang berjudul Industrial Safety
Management: Hazards Indentification and Risk Control, bahaya (hazard) adalah
“A source or situation with potential to cause harm in term of human injury or ill
health, damage to the environment or a combination of these” Hazards berupa
kondisi pasif yang dapat bersal dari dalam ataupun luar sistem, produk, fasilitas
atau proses produksi itu sendiri, dimana ketika terjadi kontak maka akan berubah
menjadi hazards yang berkondisi aktif yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja.
Hazards primer atau utama adalah hazards yang biasa secara langsung dan segera
menyebabkan:
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 57
III-16
1. Kematian.
2. Kerusakan peralatan, kendaraan, struktur atau fasilitas.
3. Degradasi kapabilitas fungsional (terhentinya operasi dalam pabrik).
4. Kerugian material.
Berikut beberpa kategori bahaya (hazards) dalam industry dapat dilihat pada
Tabel 3.6.
Tabel 3.6. Kategori Bahaya
No Bahaya Penyebab
1 Bahaya Fisik a. Operator crane bekerja dalam semua kondisi, termasuk
kondisi buruk yaitu ketika hujan maupun sangat panas
b. Paparan radiasi yang kuat
c. Paparan kebisingan dan getaran dari mesin (listrik,
diesel, bensin atau lainnya)
d. Suhu panas.
2 Bahaya
Kecelakaan
a. Jatuh dari ketinggian, khususnya ketika melaksanakan
pekerjaan inspeksi atau bekerja dari pemasangan dari
ketinggian.
b. Tergelincir dan jatuh (khususnya saat membawa beban
berat atau besar, dan lantai yang basah)
c. Sengatan listrik yang disebabkan oleh kerusakan
instalasi dan peralatan, atau oleh kontak bahan logam
dengan arus listrik
d. Kecelakaan selama perpindahan atau pergerakan crane
Potensi bahaya yang mengakibatkan risiko langsung pada keselamatan.
Kategori ini berkaitan dengan masalah atau kejadian yang memiliki potensi
menyebabkan cidera dengan segera. Cidera tersebut biasanya disebabkan oleh
kecelakaan kerja. Ini biasanya terjadi ketika risiko yang tidak dikendalikan dengan
baik. Saat prosedur kerja aman tidak tersedia atau sebaliknya tetapi tidak diikuti.
Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap penyebab kecelakaan dapat
dikelompokkan menjadi lima kategori:
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 58
III-17
1. Faktor manusia: Tindakan-tindakan yang diambil atau tidak diambil, untuk
mengontrol cara kerja yang dilakukan
2. Faktor material: Risiko ledakan, kebakaran dan trauma paparan tak terduga
untuk zat yang sangat beracun, seperti asam
3. Faktor Peralatan: Peralatan, jika tidak terjaga dengan baik, rentan terhadap
kegagalan yang dapat menyebabkan kecelakaan
Sebuah penilaian risiko kerja berfokus pada tugas-tugas pekerjaan sebagai
cara untuk mengidentifikasi bahaya. Mengkaji hubungan antara pekerja, tugas,
alat dan lingkungan kerja. Setelah mengidentifikasi bahaya yang tidak terkendali
penting untuk mengambil langkah langkah untuk menghilangkan atau mengurangi
risiko ke tingkat yang dapat diterima. Pada proyek-proyek konstruksi yang lebih
besar, penilaian risiko kerja dapat disebut Job Hazard Analysis (JHA).
Mengidentifikasi bahaya dan menilai risiko, terlepas dari ruang lingkup atau
beban kerja yang diberikan harus diselesaikan sebelum pekerjaan dimulai.
Dokumen ini menyajikan salah satu cara untuk melakukan penilaian risiko di
tempat kerja. Pimpinan didorong untuk meneliti berbagai metode penilaian risiko
di tempat kerja dan memilih satu yang paling cocok untuk kebutuhan tempat kerja
sesuai dengan lingkungan kerja. Untuk menilai risiko di tempat kerja dan dengan
peralatan, pengguna harus mengikuti empat langkah berikut:
1. Langkah 1: Identifikasi bahaya.
2. Langkah 2: Evaluasi risiko, mengidentifikasi yang mungkin potensi bahaya
dan bagaimana dampak dari bahaya yang terjadi
3. Langkah 3: Tentukan dokumen dan melaksanakan langkah-langkah
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 59
III-18
pengendalian.
4. Langkah 4: Ulasan dan pembaruan yang diperlukan.
Orang yang memenuhi syarat harus mampu mengidentifikasi bahaya yang
ada dan yang akan datang dalam lingkungan atau kondisi kerja, dan harus mampu
mengembangkan dan menerapkan sistem penilaian dan dan mengurangi bahay
yang mungkin terjadi. Dalam proses identifikasi bahaya harus melibatkan
karyawan dan seluruh pekerja yang terliat dalam lingkungan kerja. Pekerja
mungkin memiliki informasi yang berguna tentang bagaimana pekerjaan
dilakukan dan memiliki saran untuk tindakan pengendalian yang efektif. Ini akan
membuat penilaian risiko kerja memproses lebih menyeluruh dan efektif.
Pimpinan bertanggung jawab untuk memastikan bahwa Penilaian dilakukan
dengan benar. Disarankan bahwa pimpinan dapat menunjukkan melalui
dokumentasi tertulis:
1. Penilaian risiko kerja yang tepat dibuat.
2. Penilaian risiko kerja dievaluasi yang mungkin akan terpengaruh oleh potensi
bahaya.
3. Penilaian risiko kerja mengevaluasi bahaya potensial berdasarkan tingkat
keparahan bahaya dan kemungkinan terjadinya.
4. Langkah-langkah pengendalian yang wajar dan risiko yang tersisa (jika ada)
dikurangi ke tingkat yang dapat diterima.
5. Karyawan terlibat dalam proses.
3.7. Kecelakaan Kerja
Kecelakaan kerja atau kecelakaan akibat kerja adalah suatu
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 60
III-19
kejadian yang tidak terencana dan tidak terkendali akibat dari suatu
tindakan atau reaksi suatu objek, bahan, orang, atau radiasi yang
mengakibatkan cidera atau kemungkinan akibat lainnya (Sumber:
Heinrich, Petersen, dan Roos, 1980). Menurut (AS/NZS 4801: 2001)
kecelakaan adalah semua kejadian yang tidak direncanakan yang
menyebabkan atau berpotensial menyebabkan cidera, kesakitan, kerusakan
atau kerugian lainnya (Sumber: Standar AS/NZS 4801: 2001). Kecelakaan
kerja menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 03/Men/98 adalah
suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yang dapat
menimbulkan korban manusia dan atau harta benda. Sementara menurut
OHSAS 18001:2007 Kecelakaan kerja didefinisikan sebagai kejadian
yang berhubungan dengan pekerjaan yang dapat menyebabkan cidera atau
kesakitan (tergantung dari keparahannya) kejadian kematian atau kejadian
yang dapat menyebabkan kematian. Pengertian ini juga digunakan untuk
kejadian yang dapat menyebabkan kerusakan lingkungan atau yang
berpontensi menyebabkan merusak lingkungan. (Sumber: Standar OHSAS
18001:2007). Berdasarkan beberapa pengertian tersebut di atas, maka
dapat disimpulkan bahwa kecelakaan akibat kerja adalah suatu kejadian
yang tidak diduga, tidak dikehendaki, dan dapat menyebabkan kerugian
baik jiwa maupun harta benda yang terjadi disebabkan oleh pekerjaan atau
pada waktu melaksanakan pekerjaan serta dalam perjalanan berangkat dari
rumah menuju tempat kerja dan pulang ke rumah melalui jalan yang biasa
atau wajar dilalui.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 61
III-20
3.7.1. Klasifikasi Cidera Akibat Kecelakaan Kerja
Berbagai macam jenis cidera akibat kecelakaan kerja dan tingkat
keparahan yang ditimbulkan membuat perusahaan melakukan
pengklasifikasian jenis cidera akibat kecelakaan. Tujuan pengklasifikasian
ini adalah untuk pencatatan dan pelaporan statistik kecelakaan kerja.
Banyak standar referensi penerapan yang digunakan berbagai oleh
perusahaan, salah satunya adalah standar Australia AS 1885 1 (1990).
Berikut ini adalah pengelompokan jenis cidera dan keparahannya yang
digunakan di Queensland yakni salah satu Negara bagian di Australia,
pengelompokan tersebut dibagi menjadi:
1. Cidera fatal (Fatality)
Adalah kematian yang yang disebabkan oleh cidera atau penyakit
akibat kerja
2. Cidera yang menyebabkan hilang waktu kerja (Loss Time Injury)
Adalah suatu kejadian yang menyebabkan kematian, cacat
permanen atau kehilangan hari kerja selama satu hari kerja atau
lebih. Hari pada saat kecelakaan kerja tersebut terjadi tidak
dihitung sebagai kehilangan hari kerja.
3. Cidera yang menyebabkan kehilangan hari kerja (Loss Time Day)
Adalah semua jadwal masuk kerja yang mana karyawan tidak bisa
masuk kerja karena cidera, tetapi tidak termasuk hari saat terjadi
kecelakaan. Juga termasuk hilang hari kerja karena cidera yang
kambuh dari periode sebelumnya. Kehilangan hari kerja juga termasuk
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 62
III-21
hari pada saat kerja alternatif setelah kembali ke tempat kerja. Cidera
fatal di hitung sebagai 220 kehilangan hari kerja dimulai dengan hari
kerja pada saat kejadian tersebut terjadi.
4. Tidak mampu bekerja atau cidera dengan kerja terbatas (Restricted duty)
Adalah jumlah hari kerja karyawan yang tidak mampu untuk
mengerjakan pekerjaan rutinnya dan ditempatkan pada pekerjaan lain
sementara atau yang sudah di modifikasi. Pekerjaan alternatif termasuk
perubahan lingungan kerja pola atau jadwal kerja.
5. Cidera dirawat di rumah sakit (Medical Treatment Injury)
Kecelakaan kerja ini tidak termasuk cidera hilang waktu kerja, tetapi
kecelakaan kerja yang ditangani oleh dokter, perawat atau orang yang
memiliki kualifikasi untuk memberikan pertolongan pada kecelakaan.
6. Cidera ringan (First Aid Injury)
Adalah cidera ringan akibat kecelakaan kerja yang diatangani
menggunakan alat pertolongan pertama pada kecelakaan setempat,
contoh luka lecet, mata kemasukan debu dan lain-lain.
7. Kecelakaan yang tidak menimbulkan cidera (Non Injury Incident)
Adalah suatu kejadian yang potensial, yang dapat menyebabkan
kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja kecuali kebakaran,
peledakan dan bahaya pembuangan limbah.
3.8. Perhitungan Tingkat Kehilangan/Kerugian (Loss Rate) Kerja
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 63
III-22
Loss rate merupakan dampak yang ditimbulkan kecelakaan, yang
mempengaruhi pekerja, properti, ataupun proses kerja. Dalam kaitannya
dengan proses produksi, kerugian yang timbul dapat pula berupa gangguan
proses produksi dan penurunan profit. Sementara itu, kerugian yang dapat
timbul pada manusia dapat berupa injury maupun kesakitan, seperti gangguan
mental, saraf, atau efek sistemik akibat pajanan (ANSI Z16.2.1962, Rev.1962
dalam Bird dan Germain (1990)). Kerugian yang timbul sebagai akibat
kecelakaan bervariasi, mulai dari kerugian yang tidak signifikan hingga
kerugian besar yang menimbulkan kematian pekerja. Bird dan Germain (1990),
tipe dan tingkat kerugian yang terjadi tergantung pada kondisi serta tindakan-
tindakan yang telah dilakukan untuk meminimalisasi kerugian yang timbul.
Dalam hal ini, upaya meminimalisasi kerugian yang dapat dilakukan
diantaranya pertolongan pertama yang memadai dan medical care, upaya
pemadaman kebakaran yang cepat dan efektif, perbaikan perlengkapan dan
fasilitas yang rusak, penanganan keadaan darurat yang efisien, serta
rehabilitasi yang efektif agar pekerja dapat kembali bekerja dalam kondisi
baik. Untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan meminimalisasi kerugian
yang muncul, sangatlah perlu untuk memperhatikan aspek manusia sebagai
pelaku kegiatan produksi di tempat kerja. Menurut (Mubarak,2007) menyatakan
bahwa kehilangan adalah situasi aktual atau potensial ketika sesuatu (orang atau
objek) yang dihargai telah berubah, tidak ada lagi atau menghilang. Dalam
perhitungan loss rate kerja, perhitungan dilakukan dengan menggunakan tiga
parameter. Adapun tiga parameter tersebut sebagai berikut:
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 64
III-23
1. Tingkat Keparahan Kecelakaan
Kategori besarnya tingkat keparahan kecelakaan kerja dapat dilihat dalam
Tabel 3.7. berikut.
Tabel 3.7. Kategori Keparahan Kecelakaan Kerja
Konsekuensi/Keparahan Definisi/Batasan
Tidak parah Tidak terluka atau korban tidak terluka karena
pengendalian bahaya yang ada berfungsi dengan baik.
Sedikit Parah
Luka pada permukaan tubuh, tergores, memar, sakit
kepala. Korban tidak terluka parah karena
pengendalian bahaya yang ada berfungsi dengan baik
Cukup Parah Luka tergores cukup dalam, terbakar ringan, terkilir
serius, korban panik, sesak nafas.
Parah
Luka terkoyak, terbakar, tersetrum listrik bertegangan,
gegar otak, terkilir serius, patah tulang ringan, tuli,
sakit/radang kulit, asma, shock berat, cidera tulang
belakang yang serius, cacat minor permanen.
Sangat Parah Sekali
Amputasi, patah tulang berat, keracunan, luka
kompleks, luka fatal, kanker, penyakit mematikan,
penyakit fatal akut, kematian.
2. Tingkat Kerugian Materil
Sedangkan untuk kategori kerugian materiil dapat dilihat dalam Tabel
3.8. berikut.
Tabel 3.8. Kategori Kerugian Materiil
Konsekuensi/Keparahan Definisi/Batasan
Tidak parah Tidak terluka atau korban tidak terluka karena
pengendalian bahaya yang ada berfungsi dengan baik.
Sedikit Parah
Aset tidak rusak atau aset rusak tetapi perbaikan < Rp.
5 Juta karena pengendalian bahaya yang ada berfungsi
dengan baik.
Cukup Parah Aset rusak ringan/kerugian Rp. 5 Juta < X < 25 Juta.
Parah Aset rusak sedang / kerugian Rp 25 Juta < X < Rp 50
Juta.
Sangat Parah Sekali
Aset rusak, tapi masih bisa diperbaiki/kerugian Rp. 50
juta < X < Rp. 100 juta .
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 65
III-24
3.9. Keselamatan Kerja
Pengertian keselamatan dan kesehatan kerja menurut Edwin B. Flippo
(1995), adalah pendekatan yang menentukan standar yang menyeluruh dan
bersifat (spesifik), penentuan kebijakan pemerintah atas praktek-praktek
perusahaan di tempat-tempat kerja dan pelaksanaan melalui surat panggilan,
denda dan hukuman-hukuman lain. Secara filosofis, Kesehatan dan Keselamatan
Kerja (K3) diartikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin
keutuhan jasmani maupun rohani tenaga kerja, pada khususnya, dan manusia pada
umumnya, hasil karya dan budaya menuju masyarakat adil dan makmur.
Sedangkan secara keilmuan K3 diartikan sebagai suatu ilmu pengetahuan dan
penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan
penyakit akibat kerja. Keselamatan kerja merupakan sarana utama untuk
pencegahan kecelakaan seperti cacat dan kematian akibat kecelakaan kerja.
Keselamatan kerja dalam hubungannya dengan perlindungan tenaga kerja adalah
salah satu segi penting dari perlindungan tenaga kerja. (Suma’mur, 1992).
Keselamatan kerja yang dilaksanakan sebaik-baiknya akan membawa iklim yang
aman dan tenang dalam bekerja sehingga sangat membantu hubungan kerja dan
manajemen. (Suma’mur, 1992). Pengertian keselamatan dan kesehatan kerja
menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja R.I. No. Kep. 463/MEN/1993 adalah
keselamatan dan kesehatan kerja adalah upaya perlindungan yang ditujukan agar
tenaga kerja dan orang lainnya di tempat kerja /perusahaan selalu dalam keadaan
selamat dan sehat, serta agar setiap sumber produksi dapat digunakan secara aman
dan efisien.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 66
III-25
3.9.1. Unsur Keselamatan Kerja
Menurut International Labour Organization (ILO):
1. Perencanaan
Bila akan mendirikan perusahaan haruslah di perhitungkan faktor-faktor yang
mempengaruhi keselamatan dan produksi juga tingkat perencanaan lokasi,
fasilitas untuk produksi dan untuk menyimpan material dan peralatan lantai,
penerangan, ventilasi dan pencegahan kebakaran. Masalah keselamatan kerja
harus benar benar diperhatikan pada waktu perencanaan dan bukan dipikirkan
kemudian sesudah perusahaan berdiri. Maka dari itu ahli keselamatan kerja harus
sudah ikut aktif dalam fase perencanaan. Adanya masukan-masukan dari
pengawasan kerja sangat membantu. Prinsip-prinsip yang biasanya dapat diikuti
oleh seseorang pimpinan perusahaan dalam perencanaan dan efisiensi produksi
seperti menyediakan tempat yang luas bagi mesin dan peralatannya, menciptakan
keadaan aman untuk bekerja.
2. Pakaian kerja
Pakaian kerja termasuk alas kaki sering kali tak memadai untuk melakukan
pekerjaan. Tenaga kerja kadang-kadang bekerja dan berpakaian tua yang sudah
tidak layak pakai. Keadaan ini merugikan dilihat dari keselamatan juga
menunjukan suatu mutu kehidupan yang rendah. Jika pakaian kerja mungkin cepat
rusak karena pekerjaan yang berat, keadaan udara lembab dan pekerjaan penuh
kotoran, pengusaha harus menyediakan jenis pakaian yang cocok, pemakaian alas
kaki juga harus diperhatikan karena pemakaian alas kaki yang salah seperti
berhak tinggi dan licin akan mengakibatkan terpeleset atau terjadinya kecelakaan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 67
III-26
Dan alas kaki dan pakaian harus dibuat senyaman mungkin untuk tenaga kerja.
Dalam hal penetapan pemilihan atau penggunaan pakaian kerja, perlu
diperhatikan faktor-faktor dibawah ini:
a. Harus diperhatikan bahaya-bahaya yang mungkin menimpa pekerja dan
pakaian kerja haruslah dipilih menurut kemampuan untuk mengurangi bahaya
sebesar mungkin.
b. Pakaian kerja harus pas betul tanpa bagian-bagian atau tali yang longgar dan
kantong. Jika ada haruslah sedikit mungkin jumlahnya dan sedikit mungkin
ukurannya.
c. Pakaian longgar atau sobek dan kunci berantai atau arloji berantai tidak boleh
dipakai di dekat bagian-bagian mesin yang bergerak.
d. Pakaian berlengan pendek lebih baik dari pakaian berlengan panjang yang di
gulung lengannya keatas.
e. Benda-benda tajam atau runcing, bahan-bahan eksplosif atau cairan- cairan
yang dapat terbakar tidak boleh dibawa dalam kantong pakaian.
f. Pekerja yang meghadapi debu-debu yang dapat terbakar, eksplosif atau
beracun tidak boleh memakai baju berkantong, memiliki lipatan- lipatan,
dan lain-lain yang mungkin menjadi tempat berkumpulnya debu.
3. Peralatan perlindungan diri
Peralatan perlindungan diri sangat dibutuhkan agar kejadian kecelakaan kerja
tidak terjadi. Dan beberapa kriteria dasar yang harus dipenuhi oleh semua jenis
peralatan perlindungan, mungkin hanya dua yang penting, yaitu:
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 68
III-27
a. Apapun sifat bahayanya, peralatan atau pakaian harus memberikan cukup
perlindungan terhadap bahaya tersebut.
b. Peralatan atau pakaian tersebut harus ringan dipakainya dan awet, dan
membuat rasa kurang nyaman sekecil mungkin, tetapi memungkinkan
mobilitas, penglihatan dan sebagainya maksimum. Peralatan perlindungan ini
dapat berupa:
1) Tutup muka / masker kain
2) Alas kaki pengaman
3) Sarung tangan
4) Topi pengaman
5) Pemasangan tanda-tanda
4. Penerangan
Faktor-faktor penerangan yang menjadi sebab kecelakaan meliputi:
a. Kesilauan langsung.
b. Kesilauan sebagai pantulan dari lingkungan pekerjaan.
c. Bayang-bayang gelap.
d. Perubahan mendadak dari terang menjadi gelap.
e. Ventilasi dan pengaturan suhu
Ventilasi merupakan suatu cara meniadakan debu-debu yang eksplosif
seperti debu serbuk kayu di udara. Uap-uap diudara dapat diturunkan
kadarnya sampai batas aman oleh ventilasi umum atau dapat mencegah
terjadinya keadaan terlalu panas atau terlalu dingin sehingga pekerja
f. Kebisingan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 69
III-28
Pengaruh utama dari kebisingan adalah kerusakan pada indra
pendengaran yang dapat menimbulkan ketulian sedangkan efek bising
pada daya kerja adalah timbulnya gangguan pada konsentrasi sehingga
dapat menyebabkan kecelakaan.
3.9.2. Pengertian Kecelakaan Kerja dan Macam Kecelakaan Kerja
International Labour Office (1989), kecelakaan merupakan
kejadian yang tidak terencana dan terkontrol, yang disebabkan oleh
manusia, situasi/ faktor lingkungan, atau kombinasi dari faktor-faktor
tersebut yang mengganggu proses kerja, yang dapat (ataupun tidak)
menimbulkan injury, kesakitan, kematian, kerusakan properti, atau
kejadian yang tidak diinginkan. Menurut OHSAS 180001 : 2007, incident
didefinisikan sebagai kejadian yang terkait pekerjaan, dimana suatu
cidera, sakit (terlepas dari tingkat keparahannya), atau kematian terjadi,
atau mungkin dapat terjadi.
Macam-macam kecelakaan kerja:
1. Berdasarkan selang waktu akibat:
a. Kecelakaan langsung.
Kecelakaan yang terjadi berakibat langsung/terdeteksi contohnya korban
manusia, mesin yang rusak atau kegagalan produksi.
b. Kecelakaan tak langsung.
Kecelakaan yang terdeteksi setelah selang waktu dari kejadian, contohnya
mesin cepat rusak, lingkungan tercemar.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 70
III-29
2. Berdasarkan korban:
Kecelakaan dengan korban manusia.
a. Kecelakaan ringan
Kecelakaan ringan biasanya diobati dengan persediaan PPPK atau paling
jauh dibawa ke Poliklinik.
b. Kecelakaan sedang
Korban biasanya dibawa ke Poliklinik setelah itu jika perlu diberi waktu
untuk istirahat.
c. Kecelakaan berat
Korban dibawa ke Rumah Sakit yang telah bekerja sama dan paling
dekat dengan perusahaan.
Kecelakaan tanpa korban manusia.
Kecelakaan tanpa korban manusia diukur dengan berdasarkan besar
kecilnya kerugian material, kekacauan organisasi kerja maupun dampak-dampak
yang diakibatkannya.
3.9.3. Klasifikasi Kecelakaan Kerja
Klasifikasi kecelakaan kerja menurut Organisasi Perburuhan Internasional
(1962) adalah sebagi berikut:
1. Klasifikasi menurut jenis kecelakaan.
a. Terjatuh.
b. Tertimpa benda jatuh.
c. Tertumbuk atau terkena benda-benda, terkecuali benda jatuh.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 71
III-30
d. Terjepit oleh benda.
e. Gerakan-gerakan melebihi kemampuan.
f. Pengaruh suhu tinggi.
g. Terkena arus listrik.
h. Kontak dengan bahan-bahan berbahaya atau radiasi.
i. Jenis-jenis termasuk kecelakaan yang belum masuk klasifikasi tersebut.
2. Klasifikasi menurut penyebab.
Klasifikasi menurut penyebab terjadinya kecelakaan adalah seperti pada
Tabel 3.9.
Tabel 3.9. Klasifikasi Jenis Kecelakaan Berdasarkan Penyebab
No Klasifikasi
Jenis
Kecelakaan
Penyebab
1 Berdasarkan
Mesin
1. Pembangkit tenaga, terkecuali motor-motor listrik.
2. Mesin penyalur.
3. Mesin-mesin untuk mengerjakan logam
4. Mesin-mesin pengolah kayu.
5. Mesin-mesin pertanian.
6. Mesin-mesin pertambangan.
7. Mesin-mesin yang tidak termasuk kalsifikasi tersebut.
2 Berdasarkan
alat angkat
dan angkut
1. Mesin angkat dan peralatannya.
2. Alat angkutan di atas rel.
3. Alat angkutan yang beroda kecuali kereta api.
4. Alat angkutan udara.
5. Alat angkutan air.
6. Alat-alat angkutan lain.
3 Peralatan lain 1. Bejana bertekanan.
2. Dapur pembakar dan pemanas.
3. Instalasi pendingin.
4. Instalasi listrik, termasuk motor listrik, tetapi
dikecualikan alat-alat listrik (tangan).
5. Tangga.
6. Perancah.
7. Peralatan lain yang belum termasuk klasifikasi tersebut.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 72
III-31
Tabel 3.9. Klasifikasi Jenis Kecelakaan Berdasrkan Penyebab (Lanjutan)
No Klasifikasi Jenis
Kecelakaan
Penyebab
4 Klasifikasi menurut
sifat luka atau
kelainan.
1. Patah tulang
2. Dislokasi/keseleo
3. Regang otot/urat.
4. Memar dan luka dalam yang lain.
5. Amputasi
6. Luka-luka lain.
7. Luka di permukaan.
8. Gegar dan remuk.
9. Luka bakar.
10. Keracunan-keracunan mendadak (akut).
11. Akibat cuaca dan lain-lain.
12. Mati lemas.
13. Pengaruh arus listrik.
14. Pengaruh radiasi.
15. Luka-luka yang banyak dan berlainan sifatnya.
16. Lain-lain.
Klasifikasi menurut jenis menunjukkan peristiwa yang langsung
mengakibatkan kecelakaan dan menyatakan bagaimana suatu benda atau zat
sebagai penyebab kecelakaan menyebabkan terjadinya kecelakaan, sehingga
sering dipandang sebagai kunci bagi penyelidikan sebab lebih lanjut.
Klasifikasi kecelakaan berguna untuk menemukan sebab-sebab
kecelakaan. Upaya untuk mencari sebab kecelakaan dapat dilakukan dengan
analisa kecelakaan. Analisa kecelakaan tidak mudah, oleh karena penentuan
sebab-sebab kecelakaan secara tepat adalah pekerjaan sulit. Kalsifikasi kecelakaan
yang bersifat jamak adalah pencerminan kenyataan bahwa kecelakaan akibat kerja
jarang sekali disebabkan oeh suatu, melainkan berbagai faktor.
3.9.4. Faktor-faktor Penyebab Kecelakaan Kerja
Salah satu penyebab kecelakaan kerja adalah lingkungan atau tingkah laku
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 73
III-32
pekerja, dimana terdapat kondisi yang tidak aman atau tindakan pekerja yang
tidak sesuai standar. Studi yang telah dilakukan untuk mengetahui situasi apa saja
yang dapat mengakibatkan kecelakaan, maka hasilnya memperlihatkan bahwa
frekuensi kecelakaan bervariasi berdasarkan pada faktor pekerja, jadwal kerja,
situasi sosial, faktor pekerjaan lainnya. Sehingga faktor-faktor penyebab
kecelakaan kerja dapat digolongkan menjadi empat bagian yaitu:
1. Faktor Manusia
Tenaga kerja manusia merupakan alat produksi yang rumit serta
membutuhkan penanganan yang khusus ditinjau dari aspek tenaga,
keluwesan, ketahanan, fisik dan mental serta aspek psikologi dan aspek
sosial dan moral. Faktor manusia dalam kecelakaan merupakan konsepsi
klasik dalam usaha keselamatan kerja. Adapun faktor yang menjadi penyebab
kecelakaan kerja dari manusia antara lain:
a. Kurangnya pengetahuan dan keterampilan dalam bekerja.
b. Gangguan psikologis seperti kebosanan, jenuh, benci dan tidak bergairah.
c. Usia pengalaman.
d. Adanya tekanan dan ketegangan.
e. Sikap kerja yang tidak baik sehingga menimbulkan kelelahan,
membosankan dan kelainan fisik.
f. Bekerja sambil bermain-main, bertengkar, berbincang-bincang atau
mengganggu dan sebagainya.
g. Faktor lingkungan kerja
Lingkungan kerja dapat mempengaruhi tingkat kecelakaan kerja serta
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 74
III-33
lingkungan yang kurang nyamanpun dapat menyebabkan manusia
mengalami eksploitasi yang berlebihan, serta dapat menimbulkan akses
negatif dan dapat pula menimbulkan penyakit. Faktor yang menyebabkan
terjadinya kecelakaan pada lingkungan kerja antara lain:
1) Kebisingan.
2) Lantai licin dan kotor.
3) Suhu dan kelembaban yang tidak baik.
4) Tata ruang yang tidak terencana dengan baik.
5) Penerangan kurang cukup
6) Faktor mesin dan peralatan
Sistem kerja mesin dan peralatan merupakan pusat perhatian dalam
menghasilkan tingkat kerja yang diinginkan. Dalam operasinya tidak
jarang mesin danperalatan merupakan potensi yang dapat menimbulkan
kecelakaan. Keamanan dimulai dengan keamanan alat, keamanan mesin,
keamanan proses dan keamanan lingkungan bukanlah suatu hal yang
menjadi salah satu pertimbangan, tetapi pengamanan mekanik dan
perbaikan rekayasa teknik adalah merupakan faktor penting dalam
pencegahan kecelaakaan. Faktor-faktor yang menjadi penyebab
kecelakaan kerja dari mesin dan peralatan antara lain:
a) Tidak tersedianya sarana keselamatan kerja pada mesin.
b) Tidak tersedianya peralatan perlindungan diri.
c) Mesin, peralatan dan perlengkapan kerja tidak terawat dengan baik.
d) Letak mesin dan peralatan tidak teratur.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 75
III-34
7) Faktor beban
Dalam suatu tempat kerja bahan merupakan benda yang menjadi pusat
pengerjaan atau pengolahan. Dalam setiap industri maka bahan yang
harus diolah dalam beraneka ragam dalam sifat fisik dan kimia. Untuk
jenis bahan yang berbeda memerlukan penanganan yang berbeda pula.
Dalam hal ini diperlukan perancangan alat material handling
(penanganan material) yang sesuai dengan sifat fisik dan kimianya.
8) Faktor tata cara kerja
Faktor yang menyebabkan terjadinya kecelakaan antara lain :
a. Prosedur kerja yang kurang baik.
b. Sikap kerja yang tidak baik.
c. Tidak mengikuti aturan atau prosedur kerja yang aman.
d. Prosedur kerja yang sulit dilakukan.
3.9.5. Pencegahan-pencegahan Kecelakaan Kerja
Menurut Anton, Thomas J (1989) pada bukunya Occupational Safety and
Health Management menyatakan bahwa mencegah kecelakaan kerja,
merupakan upaya yang paling baik, bila dibandingkan dengan upaya lainnya.
Kecelakaan akibat kerja dapat dicegah dengan:
1. Peraturan perundangan, yaitu ketentuan-ketentuan yang diwajibkan
mengenai kondisi kerja umumnya, perencanaan, konstruksi, perawatan dan
pemeliharaan, pengawasan dan sebagainya.
2. Standarisasi, yaitu penetapan standar yang memenuhi syarat keselamatan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 76
III-35
pada berbagai jenis industri atau alat pelindung diri.
3. Pengawasan, yakni tentang di patuhinya ketentuan perundang-undangan.
4. Riset medis, tentang pengaruh fisiologis dan patologis lingkungan, dan
keadaan fisik lain mengakibatkan kecelakaan.
5. Penelitian psikologis, penyelidikan tentang pola kejiwaan yang
menyebabkan terjadinya kecelakaan.
6. Penelitian secara statistik, untuk menetapkan jenis, frekuensi,
sebab kecelakaan, mengenai siapa saja dan lain-lain.
7. Pendidikan, khususnya di bidang keselamatan kerja
8. Penelitian bersifat teknik, meliputi sifat dan ciri bahan berbahaya, pengujian
alat pelindung, penelitian tentang peledakan, desain peralatan dan
sebagainya.
9. Pelatihan, untuk meningkatkan keterampilan keselamatan dalam bekerja,
antara lain bagi pekerja baru.
10. Penggairahan, yakni penggunaan berbagai cara penyuluhan atau pendekatan
lain untuk menumbuhkan sikap selamat.
11. Asuransi, berupa insentif finansial, dalam bentuk pengurangan biaya
premi, jika keselamatan kerjanya baik.
12. Upaya lain di tingkat perusahaan, yang merupakan ukuran utama efektif
atau tidaknya penerapan keselamatan kerja.
Upaya pencegahan perlu dilakukan pula dalam mencegah terjadinya penyakit
akibat kerja, antara lain berupa:
1. Identifikasi bahaya kesehatan di tempat kerja, yakni untuk mendeteksi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 77
III-36
kemungkinan terjadinya gangguan kesehatan atau penyakit.
2. Evaluasi bahaya kesehatan, melalui pemantulan lingkungan kerja dan
pengujian biomedis, antara lain melalui pengambilan contoh udara di ruang
kerja, pemeriksaan darah dan sebagainya.
3. Pengendalian bahaya kesehatan, baik pada sumber bahaya, media
perantara, maupun pada pekerjanya sendiri.
4. Pemeriksaan kesehatan awal, berkala maupun khusus, untuk mengetahui
kondisi kesehatan pekerja dan menilai pengaruh pekerjaan pada kesehatannya
5. Tindakan teknis, berupa perbaikan ventilasi, penerapan isolasi substitusi dan
sebagainya.
6. Penggunaan alat pelindung diri, misalnya masker, sarung tangan, tutup
telinga, kaca mata dan sebagainya.
7. Penerangan, pendidikan, tentang kesehatan dan keselamatan kerja
3.10. Pengendalian Kecelakaan akibat bahaya pada Container Crane
Menurut lembar informasi (2015) tentang bahaya yang terjadi pada
pengoprasian container crane di pelabuhan terjadi berbagai macam kecelakaan
dan cara pengendalian yang harus dilakukan. Berikut jenis-jenis bahaya dan
pengendalian yang sering terjadi pada container crane di pelabuhan antara lain
sebagai berikut:
3.10.1. Terjatuh dari ketinggian
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 78
III-37
Terjatuh dari ketinggian dapat terjadi sementara melaksanakan
pemangkasan, terpal dan wadah memukul, mengamankan beban, mengakses
kapal, bekerja di kapal atau bekerja pada mesin-mesin berat.
1. Perlindungan harus di tempat pada semua terbuka tepi mana ada risiko jatuh
dari ketinggian.
2. Terjatuh melalui bukan di memegang atau dari kargo harus dicegah.
3. Semua akses atau hukuman "cambuk" kandang harus tepat dilindungi dengan
penjaga rel dan papan kaki dan memiliki kuat gerbang atau pintu.
4. Didokumentasikan petunjuk untuk penggunaan yang aman mereka harus
tersedia. Sedapat mungkin, menghindari kebutuhan untuk orang-orang
5. Tindakan tepat dan aman sistem kerja harus di tempat untuk mencegah jatuh
dari ketinggian dan memastikan kepatuhan terhadap Bagian 4 keselamatan,
Kesehatan dan kesejahteraan di tempat kerja.
3.10.2. Jatuh Tertimpa Benda
Sementara melaksanakan operasi bongkar muat dan susun dan sambil
menyimpan barang ada risiko benda terjatuh. Peti kemas mungkin longgar dan
salah atau buruk tersampir atau ditumpuk. Fitting dan perlengkapan yang
digunakan selama proses pemindahan dapat terjatuh. Beban atau objek mungkin
runtuh atau jatuh menjadi tidak stabil selama transportasi atau bongkar dimuat.
1. Menerapkan sistem kerja yang aman di tempat untuk memastikan bahwa
container crane dapat mengangkat dengan aman.
2. Semua mengamankan peralatan, seperti twistlocks dan memukul Bar, harus
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 79
III-38
memadai diperiksa dan dipelihara.
3. Beban harus tepat aman terutama selama gerakan di sekitar dermaga.
4. Menandai tempat yang aman harus disediakan untuk truk driver selama
bongkar muat operasi, terutama di terminal peti kemas.
5. Menandai tempat yang aman harus disediakan untuk melaksanakan
pemeriksaan dan penyegelan kontainer.
3.10.3. Cidera Akibat Peralatan
Semua peralatan pengangkat harus diperiksa dan diuji catatan dari tes
tersebut disimpan sesuai dengan keselamatan, kesehatan dan kesejahteraan di
tempat kerja (aplikasi umum).
1. Daftar mengangkat peralatan dan mengangkat peti kemas harus dijaga.
2. Prosedur yang tepat harus di tempat untuk memverifikasi bahwa kapal
peralatan pengangkat, telah diperiksa dan diuji, sesuai dengan hukum
persyaratan, memungkinkan para pekerja untuk menggunakan peralatan.
3. Semua peralatan harus mampu mengangkat sesuai yang dibutuhkan beban.
3.10.4. Kelelahan
Dermaga operasi dapat menjadi rentan terhadap kejadian tak terduga dan
penundaan yang mungkin ada sedikit kontrol. Kelelahan dapat mengembangkan
perlahan-lahan dan tidak akan selalu menjadi jelas. Dapat meningkatkan risiko
kecelakaan melalui kelelahan fisik.
1. Tindakan harus di tempat untuk memastikan pemeriksaan dalam periode
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 80
III-39
tertentu
2. Manajer melakukan pergantian pekerja dan pekerja malam harus dididik
tentang perlunya tidur tepat waktu untuk mengurangi bahaya dari kelelahan.
3. Ketika mengatur beban kerja dan pekerjaan, harus diambil organisasi
4. Pekerjaan dan Shift kerja peraturan sesuai standar undang-undang
3.10.5. Metode Pengendalian Risiko
Tim Identifikasi Bahaya membahas rencana pengendalian risiko dengan
mempertimbangkan peraturan/persyaratan K3 & kategori risiko terutama untuk
kategori risiko sangat tinggi dan tinggi, bila peraturan/persyaratan K3 belum ada
maka ditimbang berdasarkan kategori risiko. Rencana pengendalian risiko yang
diambil dituangkan pada kolom, sesuai dengan pengelompokannya.
1. Cara eliminasi atau dihilangkan maksudnya menghilangkan kegiatan/proses,
karena berarti potensi-potensi bahaya yang timbul dari kegiatan tersebut juga
akan hilang. Eliminasi biasanya untuk kegiatan yang sangat berbahaya, tetapi
kegiatan tersebut tidak terlalu penting/signifikan dengan proses bisnis
perusahaan, artinya meskipun kegiatan tersebut dihilangkan mutu proses
bisnis perusahaan tetap terjaga.
a. Cara subtitusi atau diganti adalah menggantikan proses/peralatan/fasilitas
dengan yang potensi bahayanya lebih kecil.
b. Cara rekayasa engineering/teknik adalah dengan merubah atau menambah
sarana fisik/fasilitas untuk mengurangi risiko yang ada.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 81
III-40
c. Cara administratif adalah dengan membuat aturan baru seperti
membuat/merubah instruksi kerja, memasang rambu-rambu, merotasi jam
kerja agar korban tidak terpapar bahaya lebih sering, memberi pelatihan,
sosialisasi dsb.
d. Bila cara eliminasi, subtitusi dan rekayasa engineering dan administratif
tidak bisa dilakukan atau tidak tertalu mengurangi risiko, maka tenaga
kerja dilindungi dengan APD.
3.11. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang disingkat
SMK3 adalah bagian dari sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan
dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna
terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif. Keselamatan dan
Kesehatan Kerja yang selanjutnya disingkat K3 adalah segala kegiatan untuk
menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya
pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.
Dalam menerapkan SMK3, setiap perusahaan wajib melaksanakan:
1. Penetapan kebijakan K3
2. Perencanaan K3.
3. Pelaksanaan rencana K3.
4. Pemantauan dan evaluasi kinerja K3.
5. Peninjauan dan peningkatan kinerja SMK3.
Adapun penerapan SMK3 bertujuan untuk:
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 82
III-41
1. Meningkatkan efektifitas perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja
yang terencana, terukur, terstruktur dan terintegrasi.
2. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dengan
melibatkan unsur manajemen, pekerja/buruh dan atau serikat pekerja atau
serikat buruh.
3. Menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman dan efisien untuk mendorong
produktivitas.
Adapun tingkat penilaian penerapan SMK3 ditetapkan sebagai berikut:
1. Untuk tingkat pencapaian penerapan 0% - 59% termasuk tingkat penilaian
penerapan kurang (Merah).
2. Untuk tingkat pencapaian penerapan 60% - 84% termasuk tingkat penilaian
penerapan baik (Kuning).
3. Untuk tingkat pencapaian penerapan 85% - 100% termasuk tingkat penilaian
penerapan memuaskan (Hijau).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 83
IV-1
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di PT. Pelindo I Medan (Persero) yang beralamat di
Jalan Sumatera No.1 Medan, Kecamatan Medan Belawan, Provinsi Sumatera
Utara. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Agustus 2016 - selesai.
Gambar 4.1. Lokasi PT. Pelindo I Medan (Persero)
4.2. Objek Penelitian
Objek penelitian yang dilakukan adalah pada operator container crane yang
melakukan pemindahan peti kemas menggunakan container crane pada PT.
Pelindo I Medan (Persero). Lembar kerja yang digunakan berupa kuesioner dan
form identifikasi bahaya untuk melakukan penilaian risiko yang terdapat di PT.
Pelindo I Medan (Persero).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 84
IV-2
4.3. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
survei (survey research) yaitu suatu penyelidikan yang dilakukan untuk
memperoleh fakta-fakta dari gejala yang ada dan mencari keterangan secara
faktual untuk mendapatkan kebenaran. Penelitian survei pada umumnya
menggunakan instrumen kuesioner, yang diisi oleh para responden dari objek
penelitian yang ditetapkan dengan metode tertentu. Kuesioner yang digunakan
adalah untuk memperoleh hasil penelitian berupa penilaian mengenai penerapan
penilaian risiko (risk assessment) dengan menyebarkan kuesioner kepada operator
container crane. Identifikasi potensi bahaya dilakukan dengan wawancara
langsung kepada operator dan menggunakan lembar kerja formulir identifikasi
bahaya sesuai dengan standar pemeriksaan yang dilakukan perusahaan untuk
identifikasi potensi bahaya dan rencana pengendalian yang harus dilakukan.
4.4. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.2. berikut.
Penilaian risiko
perusahaan
Penilaian risiko
perusahaan
Bahaya KecelakaanBahaya KecelakaanKecelakaan operator
container crane
Kecelakaan operator
container craneBahaya FisikBahaya Fisik
Pengurangan tingkat
kecelakaan kerja
Pengurangan tingkat
kecelakaan kerja
Gambar 4.2. Kerangka Konseptual Penelitian.
Berdasarkan kerangka konseptual berikut terdapat 5 variabel yang
menyebabkan kecelakaan tinggi pada pada operator container crane sehingga
dilakukan penilaian risiko pada perusahaan. Pada penelitian ini dilakukan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 85
IV-3
penilaian terhadap 2 potensi bahaya yaitu bahaya kecelakaan dan bahaya fisik.
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah melakukan
penilaian risiko (risk assessment) terhadap operator container crane untuk
menilai program pencegahan kecelakaan kerja pada perusahaan dan
mengidentifikasi potensi bahaya sehingga dapat dilakukan perbaikan program
pencegahan dan pengendalian terhadap potensi bahaya guna mengurangi
angka kecelakaan kerja. Dari kerangka konseptual diatas, maka definisi
operasional dari setiap variabel tersebut sebagai berikut.
1. Bahaya Fisik
Faktor fisik adalah faktor di dalam tempat kerja yang bersifat fisika antara
lain iklim kerja, peralatan kerja, dan kondisi fisik sebagai sarana yang
digunakan pekerja.
2. Bahaya Kecelakaan
Kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki yang
mengakibatkan terjadinya suatu kerugian baik terhadap manusia (cidera),
harta benda (rusak), proses (gangguan atau terhenti) maupun lingkungan
(kerusakan/pencemaran).
3. Kecelakaan Operator
Kecelakaan (Accident) adalah kejadian yang tidak diduga dan tidak terkendali
yang berakibat kepada kacaunya proses dari suatu kegiatan yang telah diatur
sehingga menimbulkan kerugian baik korban manusia maupun korban harta
benda
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 86
IV-4
4. Penilaian Risiko adalah proses yang meliputi identifikasi risiko, analisis
risiko dan evaluasi risiko untuk menentukan tingkat eksposur risiko dan
menentukan prioritas risiko.
5. Pengendalian Risiko
Pengendalian risiko adalah cara untuk mengurangi risiko kecelakaan atau
penyakit akibat kerja, dengan mengurangi konsekuensi/keparahannya atau
kemungkinan terjadinya atau kedua-duanya.
4.5. Prosedur Penelitian
Berikut adalah prosedur aktivitas yang dilakukan selama peneltian pada
perusahaan dapat dilihat sebagai berikut.
1. Pengamatan Hari 1-4
Pengamatan pada hari 1-4 dilakukan dengan mengidentifikasi bahaya pada
container crane nomor 01, 02, 03, dan 05 seperti pada Gambar 4.3.
09.00
WIB12.00
WIB
13.00
WIB16.00
WIB
Gambar 4.3. Pengamatan Hari I
Mengamati ketika
operator naik
tangga ke kabin
selama 2 menit
Mengamati ketika
operator turun
tangga untuk
istirahat siang
Mengamati ketika
operator turun
tangga menit
Mengamati ketika
operator naik
tangga setelah
istirahat siang
Pengamatan
operator selama
menjalankan
container crane
Pengamatan
operator selama
menjalankan
container crane
Pengamatan
operator selama
menjalankan
container crane
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 87
IV-5
2. Pengamatan Hari 5
Melakukan penyebaran kuesioner penilaian program risk assessment
perusahaan yang diberikan kepada operator container crane dapat dilihat
pada Gambar 4.4.
09.00
WIB12.00
WIB
13.00
WIB16.00
WIB
Gambar 4.4. Pengamatan Hari 5
3. Pengamatan hari 6-8
pengamatan yang dilakukan adalah dengan melakukan pengukuran denyut
nadi operator sesudah dan sebelum bekerja dapat dilihat pada Gambar 4.5.
09.00
WIB12.00
WIB
13.00
WIB16.00
WIB
Gambar 4.5. Pengamatan Hari 6
Istirahat
Penyebaran
Kuesioner Penyebaran
kuesioner
Penyebaran
kuesioner
Selesai
penyebaran
kuesioner
Menghitung
denyut nadi
sebelum bekerja
Menghitung
denyut nadi
ketika istirahat
Menghitung
denyut nadi
sebelum bekerja
pada siang hari
Menghitung
denyut nadi
setelah bekerja
seharian
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 88
IV-6
Ketika melakukan penelitian cara pengumpulan data maka prosedur yang
dilakukan seperti pada Gambar 4.6.
Pengamatan awal terhadap
aktivitas dan keadaan
perusahaan
Menguraikan kegiatan/
aktivitas operator
Melakukan identifikasi bahaya
dengan form identifikasi
Menentukan dan membobotkan
kategori risiko
Mengumpulkan data kecelakaan
kerja dan menghitung kerugian
perusahaan
Melakukan penyebaran kuesioner
kepada operator container crane
Usulan perbaikan
pengendalian risiko
Gambar 4.6. Cara Pengumpulan Data
Pengamatan yang dilakukan di perusahaan menemukan hasil seperti pada
Tabel 4.1.
Tabel 4.1. Pengamatan yang Dilakukan di Perusahaan
Keadaan Perusahaan Penilaian yang Dilakukan Keluaran
1. Angka kecelakaan
yang menimpa
operator container
crane tinggi
2. Belum ada dilakukan
penilaian risiko dari
perusahaan
3. Belum ada
pengendalian risiko
untuk mengurangi
kecelakaan kerja
4. Program perusahaan
untuk pencegahan
kecelakaan kerja
5. Peralatan pendukung
operator banyak
mengalami
kerusakan
1. Wawancara dengan
pihak perusahaan
2. Identifikasi sumber
bahaya
3. Penilaian program
pencegahan bahaya yang
dilakukan perusahaan
dengan program SMK3
4. Kerugian perusahaan
5. Pembobotan dan
penilaian kategori risiko
6. Rencana pengendalian
1. Usulan indikator
program risk
assessment
perusahaan
2. Rancangan
pengendalian risiko
4.6. Variabel Penelitian
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 89
IV-7
Variabel adalah segala sesuatu yang dapat memiliki atau mengambil nilai
yang digunakan terdiri dari:
4.6.1. Variabel Independen
Variabel independen (bebas) adalah variabel yang memepengaruhi atau
yang menjadi sebab perubahannya atau timbul variabel dependen (terikat).
Adapun variabel independen yang berpengaruh terhadap penelitian ini antara lain:
1. Bahaya Kecelakaan
2. Bahaya Fisik
4.6.2. Variabel Dependen
Variabel dependen (terikat) adalah variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Disebut variabel terikat karena
variabel ini dipengaruhi oleh variabel bebas. Adapun variabel dependen yang
berpengaruh terhadap penelitian ini yaitu:
1. Kecelakaan kerja operator.
2. Penilaian risiko perusahaan.
3. Penurunan angka kecelakaan kerja.
4.7. Metodologi Penelitian
Metode penelitian dilaksanakan dengan mengikuti langkah-langkah yang
terdapat pada block diagram Gambar 4.10. berikut:
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 90
IV-8
Studi pendahuluan:
Melakukan observasi terhadap kondisi perusahaan
Studi pendahuluan:
Melakukan observasi terhadap kondisi perusahaan
Identifikasi masalah:
Penilaian risiko (risk assessment) yang diterapkan oleh
perusahaan terhadap operator container crane dan
identifikasi penyebab bahaya yang mungkin terjadi
Identifikasi masalah:
Penilaian risiko (risk assessment) yang diterapkan oleh
perusahaan terhadap operator container crane dan
identifikasi penyebab bahaya yang mungkin terjadi
Studi literatur :
Mengumpulkan data pendukung dari perusahaan dan
mencari jurnal terkait judul penelitian yang
berhubungan dengan pengumpulan dan pemecahan
masalah
Studi literatur :
Mengumpulkan data pendukung dari perusahaan dan
mencari jurnal terkait judul penelitian yang
berhubungan dengan pengumpulan dan pemecahan
masalah
Data primer:
1. sumber bahaya
2. rekapitulasi kuesioner penilaian pengendalian risiko
perusahaan
3. standar pembobotan risiko
4. formulir identifikasi bahaya
Data primer:
1. sumber bahaya
2. rekapitulasi kuesioner penilaian pengendalian risiko
perusahaan
3. standar pembobotan risiko
4. formulir identifikasi bahaya
Data sekunder:
1. uraian kegiatan operator container crane
2. data kecelakaan kerja
3. data kerugian perusahaan
4. indikator standar program SMK3
Data sekunder:
1. uraian kegiatan operator container crane
2. data kecelakaan kerja
3. data kerugian perusahaan
4. indikator standar program SMK3
Pengolahan data:
1. penilaian program risk assessment perusahaan
dibandingkan dengan standar SMK3
2. melakukan identifikasi sumber bahaya
3. menghitung kerugian perusahaan
4. melakukan pembobotan penilaian kategori risiko
5. rencana pengendalian risiko
Pengolahan data:
1. penilaian program risk assessment perusahaan
dibandingkan dengan standar SMK3
2. melakukan identifikasi sumber bahaya
3. menghitung kerugian perusahaan
4. melakukan pembobotan penilaian kategori risiko
5. rencana pengendalian risiko
Analisis pemecahan masalah:
Menganalisis dan melakukan penilaian program
pencegahan kecelakaan kerja pada perusahaan dan
mengidentifikasi potensi bahaya sehingga dapat
dilakukan perbaikan program pencegahan dan
pengendalian terhadap potensi bahaya
Analisis pemecahan masalah:
Menganalisis dan melakukan penilaian program
pencegahan kecelakaan kerja pada perusahaan dan
mengidentifikasi potensi bahaya sehingga dapat
dilakukan perbaikan program pencegahan dan
pengendalian terhadap potensi bahaya
Kesimpulan dan saran:
1. gambaran umum hasil penelitian
2. penilaian risiko kerja
3. perbaikan pengendalian risiko
Kesimpulan dan saran:
1. gambaran umum hasil penelitian
2. penilaian risiko kerja
3. perbaikan pengendalian risiko
Gambar 4.7. Metodologi Penelitian
Tahapan-tahapan dalam penelitian disebut juga dengan metodologi
penelitian. Adapun tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Melakukan observasi langsung terhadap kondisi dan uraian aktivitas kerja
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 91
IV-9
operator container crane.
2. Melakkan penilaian program pencegahan kecelakaan kerja perudahaan
dengan menyebarkan kuesioner kepada operator container crane.
3. Mengidentifikasi risiko kerja menggunakan formulir identifikasi bahaya.
4. Menentukan kategori bahaya dari setiap risiko yang terdapat berdasarkan
potensi bahaya yang diamati.
5. Mengumpulkan data kecelakaan dan menghitung kerugian yang dialami
perusahaan.
6. Melakukan rancangan untuk usulan perbaikan pengendalian risiko pada
perusahaan.
4.7.1 Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Alat tulis, digunakan sebagai alat untuk tulis menulis dalam
mengumpulkan data.
2. Kuesioner penerapan program penilaian risk assessment berdasarkan
penilaian operator yang digunakan untuk menilai penerapan yang
dilakukan perusahaan dalam mengurangi potensi bahaya di lingkungan
kerja operator
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 92
IV-10
Tabel 4.2. Kuesioner Penilaian Risk Assessment Perusahaan
1. Nama :
2. Jenis kelamin: P / L
3. Umur :
Daftar Pernyataan
Petunjuk pengisian:
Berilah tanda silang (√) pada jawaban yang Anda anggap paling sesuai.
Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
No Pernyataan Penilaian
Catatan Ya Tidak
1 Peralatan keselamatan kerja yaitu APD sudah terpenuhi dan dalam kondisi baik
2 APD telah tersedia untuk setiap jenis pekerjaan yang berbahaya dan sesuai standar
3 Semua peralatan APD telah digunakan dengan benar
4 Pekerja sudah mentaati penggunaan APD di lokasi kerja
5 Pihak perusahaan selalu mengontrol distribusi ketersediaan APD
6 Pihak perusahaan melakukan pemeriksaan terhadap penggunaan APD di lokasi kerja
Upaya Pencegahan Terjadinya Keadaan Darurat
7 Pihak Perusahaan memiliki prosedur dalam menghadapi keadaan darurat dengan baik
8 Pekerja memahami respon yang harus diambil dalam keadaan darurat sebelum tim bantuan tiba
9 Latihan mengatasi keadaan bahaya sudah disusun dan dilaksanakan dengan baik dan rutin
10 Ada tim khusus yang membantu proses pengendalian darurat
11 Proses pengawasan berlangsung secara rutin dan terjadwal
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 93
IV-11
Disiplin dan Pengawasan K3
No Pernyataan Penilaian
Catatan Ya Tidak
12 Pihak perusahaan melakukan inspeksi di daerah kerja secara rutin
13 Perusahaan mewajibkan penggunaan alat pelindung diri (APD) saat bekerja
14 Dukungan dan keikutsertaan manajemen puncak dalam kegiatan inspeksi
15 Adanya peringatan dan sanksi yang jelas setiap kelalaian pekerja dalam bekerja
16 Adanya buku keterangan dan dokumentasi yang dijadikan sebagai bahan monitoring
Prosedur Keselamatan dan Kesehatan Kerja
17 Perusahaan mempunyai peraturan-peraturan kesehatan dan keselamatan kerja
18 Dilakukan pengecekan terlebih dahulu pada peralatan kerja dan mesin-mesin sebelum digunakan
19 Perusahaan melakukan pengecekan alat-alat keselamatan kerja secara rutin
20 Perusahaan mengadakan pemeriksaan kesehatan karyawan secara rutin
Publikasi Keselamatan Kerja
21 Pemasangan tanda peringatan di tempat yang berpotensi bahaya
22 Terdapat pesan-pesan tentang keselamatan kerja di lingkungan perusahaan
23 Perusahaan memberikan informasi tentang tingkat bahaya pekerjaan
24 Pimpinan memberikan contoh yang baik tentang cara-cara bekerja yang aman dan sehat
25 Perusahaan menempatkan K3 sebagai prioritas utama dalam bekerja
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 94
IV-12
3. Form identifikasi bahaya
Form yang digunakan oleh perusahaan untuk melakukan identifikasi bahaya
dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3. Formulir Identifikasi Bahaya
No Aktivitas Identifikasi Bahaya
Penyebabnya Bahaya Kejadian Kerugian/ Kecelakaan
4.8. Metode Pengumpulan Data
Adapun jenis data yang dikumpulkan yaitu terdiri dari 2 jenis, yaitu:
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh melalui pengamatan langsung
dan wawancara. Data primer yang dikumpulkan adalah:
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 95
IV-13
a. Sumber dan potensi bahaya (hazard) serta resiko yang dapat
ditimbulkan, diperoleh melalui pengamatan dan wawancara.
b. Formulir identifikasi bahaya yang diterapkan ole perusahaan untuk
mengidentifikasi potensi bahaya yang mengakibatkan kecelakaan
kerja.
c. Kuesioner operator yang diberikan kepada operator container
crane untuk menilai fungsi dan penerapan risk assessment pada
perusahaan.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang sudah tersedia oleh pihak perusahaan
sehingga tidak perlu lagi digali secara langsung dari sumbernya.
Adapun data sekunder yang dikumpulkan adalah:
a. Uraian kegiatan operator
Uraian kegiatan operator yang menujukkan seluruh kegiatan yang
dilakukan operator crane dalam mengoprasikan container crane
yang diperoleh beradasrkan pengamatan langsung dan SOP yang
diterapkan oleh perusahaan.
b. Data kecelakaan kerja
Data kecelakaan kerja menunjukkan jumlah kecelakaan serta
kerugian yang didapat dalam kurun waktu 3 tahun, diperoleh
melalui catatan dan dokumentasi perusahaan.
c. Data kerugian materil
Data ini menunjukkan jumlah kerugian perusahaan yang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 96
IV-14
diakibatkan kecelakaan kerja dalam suatu priode.
d. Program risk assessment perusahaan
Porgram risk assessment yang diterapkan dalam perusahaan untuk
penilaian perusahaan sesuai yang ditetapkan dalam peraturan
pemerintah tentang keselamatan dan kesehatan kerja.
4.9. Metode Pengolahan Data
Langkah dalam melakukan pengolahan data dibagi dalam beberapa
tahapan, dimana rinciannya dapat dilihat sebagai berikut.
1. Melakukan penyebaran kuesioner kepada operator untuk penilaian
mengenai program risk assessment penerapan pencegahan kecelakaan
kerja yang ditetapkan oleh perusahaan.
a. Melakukan penyebaran langsung kepada operator container crane.
b. Melakukan rekapitulasi terhadap hasil kuesioner.
c. Membandingkan indikator program risk assessment perusahaan
dengan program SMK3.
2. Melakukan identifikasi bahaya untuk memaparkan aktivitas yang
dilakukan untuk mengidentifikasi bahaya yang mungkin terjadi.
a. Memaparkan aktivitas yang dilakukan operator container crane.
b. Memaparkan potensi-potensi bahaya yang mungkin terjadi.
c. Mengidentifikasi penyebab potensi bahaya.
d. Mencatat kejadian apa saja yag terjadi yang diakibatkan oleh
bahaya pekerjaan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 97
IV-15
3. Melakukan penilaian risiko yang berguna untuk menilai seberapa besar
kemungkinan terjadi risiko kerja.
a. Memberikan bobot konsekuesi atau keparahan yang di alami dari
risiko kerja.
b. Memberikan bobot seberapa besar kemungkinan terjadi risiko
kerja.
c. Memberikan nilai risiko kerja.
d. Melakukan pengkategorian risiko kerja.
4. Menghitung tingkat kehilangan/kerugian (loss rate).
a. Merekapitulasi data kecelakaan kerja dari tahun 2014-2016
b. Menentukan kategori kerugian dari masing-masing data kecelakaan
kerja.
5. Melakukan rencana pengendalian risiko kerja yang digunakan untuk
mengurangi tingkat risiko kerja dan mengurangi kecelakaan kerja
sehingga perusahaan tidak mengalami kerugian akibat kecelakaan kerja
yang terjadi.
a. Melakukan dengan cara eliminasi/menghilangkan potensi bahaya.
b. Melakukan dengan cara substitusi atau diganti untuk mengurangi
potensi bahaya.
c. Melakukan dengan cara rekayasa engineering atau teknik yang
digunakan untuk melakukan perbaikan secara teknik yang dapat
mengurangi potensi bahaya.
d. Melakukan dengan cara administratif yang dapat mendukung kinerja
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 98
IV-16
operator sehingga mengurangi potensi bahaya.
e. Melakukan penerapan alat pelindung diri yang digunakan sesuai
standar.
4.10. Analisis Pemecahan Masalah
Pada tahap ini akan dilakukan dilakukan analisis terhadap hasil pengolahan
data yaitu penilaian terhadap penerapan pencegahan risiko oleh perusahaan dan
melakukan identifikasi risiko untuk menemukan potensi bahaya penyebab
kecelakaan kerja. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan usulan perbaikan
program pencegahan kecelakaan dan usulan pengendalian yang diterapkan
perusahaan guna mengurangi kecelakaan kerja yang mengakibatkan kerugian bagi
perusahaan dengan pendekatan risk assessment (penilaian resiko). Dengan
demikian perusahaan dapat menerapkan perbaikan tersebut dalam lingkungan
perusahaannya sehingga dapat mengurangi kecelakaan kerja dan kerugian materil
perusahaan.
4.11. Kesimpulan dan Saran
Tahap terakhir yang dilakukan adalah penarikan kesimpulan yang berisi
butir-butir penting dalam penelitian ini yaitu mengenai penilaian penerapan risk
assessment yang diterapkan perusahaan. Kesimpulan merupakan perumusan dari
tahap analisis sebelumnya. Saran-saran yang diberikan berguna untuk perbaikan
hasil penelitian selanjutnya dan memberikan saran kepada pihak perusahaan
mengenai hal-hal yang berkaitan dengan penelitian.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 99
V-1
BAB V
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
5.1. Pengumpulan Data
5.1.1. Penilaian Risiko Kecelakaan Kerja Perusahaan
Sebelum melakukan pengumpulan data dari para pekerja, maka akan
dilakukan perancangan daftar cocok (checklist) penilaian program risk assessment
yang berisi tentang indikator-indikator untuk penilaian program pencegahan
kecelakaan pada perusahaan.
5.1.1.1.Penentuan Indikator Penilaian Risiko Kecelakaan Kerja Perusahaan
Ada beberapa aspek yang menjadi indikator yang mempengaruhi kinerja
program risk assessment yang berasal dari Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia No. 50 Tahun 2012. Berikut ini adalah indikator-indikator dalam
program risk assessment yang mempengaruhi.
1. Indikator pengguanaan alat pelindung diri (APD)
a. Peralatan keselamatan kerja yaitu APD terpenuhi dan dalam kondisi baik
b. APD telah tersedia untuk setiap jenis pekerjaan yang berbahaya dan sesuai
standar
c. Semua peralatan APD telah digunakan dengan benar
d. Pekerja sudah menaati penggunaan APD di lokasi kerja
e. Pihak perusahaan selalu mengontrol distribusi ketersediaan APD
f. Pihak perusahaan melakukan pemeriksaan terhadap penggunaan APD di
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 100
V-2
lokasi kerja
2. Indikator upaya pencegahan terjadinya keadaan darurat
a. Pihak perusahaan memiliki prosedur dalam menghadapi keadaan darurat
dengan baik
b. Pekerja memahami respon yang harus diambil dalam keadaan darurat
sebelum tim bantuan tiba
c. Latihan mengatasi keadaan bahaya sudah disusun dan dilaksanakan
dengan baik dan rutin
d. Ada tim khususs yang membantu proses pengendalian darurat
e. Proses pengawan berlangsung secara rutin dan terjadwal
3. Indikator disiplin dan pengawasan Program Risk Assessment
a. Pihak perusahaan melakukan inspeksi di daerah kerja secara rutin
b. Perusahaan mewajibkan penggunaan alat pelindung diri (APD) saat
bekerja
c. Dukungan dan keikutsertaan manajemen puncak dalam kegiatan inspeksi
d. Adanya peringatan dan sanksi yang jelas setiap kelalaian pekerja dalam
bekerja
e. Adana buku keterangan dan dokumentasi yang dijadikan sebagai bahan
monitoring
4. Indikator prosedur keselamatan dan kesehatan kerja
a. Perusahaan mempunyai peraturan-peraturan kesehatan dan keselamatan
kerja
b. Dilakukan pengecekan terlebih dahulu pada peralatan kerja dan mesin-
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 101
V-3
mesin sebelum digunakan
c. Perusahaan melakukan pengecekan alat-alat keselamatan kerja secara rutin
d. Perusahaan mengadakan pemeriksaan kesehatan karyawan secara rutin
5. Indikator publikasi keselamatan kerja
a. Pemasangan tanda peringatan di tempat yang berpotensi bahaya
b. Terdapat pesan-pesan tentang keselamatan kerja di lingkungan
perusahaan
c. Perusahaan memberikan informasi tentang tingkat bahaya pekerjaan
d. Pimpinan memberikan contoh yang baik tentang cara-cara bekerja yang
aman dan sehat
e. Perusahaan menempatkan K3 sebagai prioritas utama dalam bekerja
5.1.1.2.Pengelompokkan Indikator Pernyataan
Pengelompokkan pernyataan yang akan dibuat yaitu berdasarkan
indikator- indikator yang telah dijabarkan pada bagian diatas. Berikut adalah
pengelompokkan pernyataan program risk assessment dan dapat dilihat pada
Tabel 5.1.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 102
Tabel 5.1. Pengelompokkan Pernyataan untuk Setiap Indikator
No Indikator Deskripsi Banyak Pernyataan
1 Penggunaan alat pelindung diri
(APD)
Ketersediaan APD yang disediakan oleh
perusahaan
Disiplin operator dalam kesadaran penggunaan
APD
4
2
2 Upaya pencegahan terjadinya
keadaan darurat
Penerapan prosedur yang ditetapkan perusahan
terhadap pencegahaan keadaan darurat
Kesadaran operator terhadap pencegahan
keadaan darurat
4
1
3 Disiplin dan pengawasan program
risk assessment
Pengawasan yang dilakukan perusahaan tentang
disiplin operator dalam penerapan program risk
assessment
5
4 Prosedur keselamatan dan
kesehatan kerja
Konsistensi perusahaan dalam menjalankan
peraturan mengenai program risk assessment
Sistem perawatan yang dilakukan perusahaan
2
2
5 Publikasi keselamatan kerja Pemasangan display peringatan di area potensi
bahaya
Pemberian contoh dari pimpinan mengenai
pelaksanaan program risk assessment
3
2
Total Pernyataan 25
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 103
V-5
Rekapitulasi hasil kuesioner kepada operator indikator penggunaan alat
pelindung diri (APD) dilihat pada Tabel 5.2. sebagai berikut :
Tabel 5.2. Hasil Rekapitulasi Kuesioner Indikator Penggunaan Alat
Pelindung Diri (APD)
Nomor
Responden
Nomor Pernyataan Jumlah
1 2 3 4 5 6 Ya Tidak
1 √ x √ x x √ 4 2
2 √ x x √ x x 3 3
3 √ x √ x √ x 4 2
4 √ x x x √ x 2 4
5 √ x √ x √ √ 5 1
6 x x √ x √ √ 4 2
7 √ x v x √ √ 3 3
8 √ x √ √ x x 4 2
9 √ x √ x √ √ 4 2
10 √ x √ √ √ x 4 2
11 √ x √ √ √ √ 5 1
12 √ x √ √ x x 4 2
13 √ x √ √ √ x 5 1
14 √ x x √ x √ 4 2
15 √ x x √ √ x 4 2
16 √ x √ √ √ x 5 1
17 √ x √ √ x x 4 2
18 √ x √ √ x √ 5 1
19 √ x √ √ √ x 4 2
20 √ x √ √ √ x 5 1
Total 82 38
Gambar 5.1. Grafik Presentasi Penilaian Penggunaan APD
Ya68%
Tidak32%
Penggunaan APD
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 104
V-6
Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat bahwa sebanyak 68% dari
operator sudah merasakan penerapan yang baik terhadap penggunaan APD.
Berikut adalah perbandingan indikator penilaian penggunaan APD yang terdapat
pada perusahaan dibandingkan dengan standar SMK3 dilihat pada Tabel 5.3.
Tabel 5.3. Indikator Penilaian Penggunaan APD
Indikator Perusahaan Indikator SMK 3
1. Peralatan keselamatan
kerja yaitu APD terpenuhi
dan dalam kondisi baik
2. APD telah tersedia untuk
setiap jenis pekerjaan
yang berbahaya dan sesuai
standar
3. Semua peralatan APD
telah digunakan dengan
benar
4. Pekerja sudah menaati
penggunaan APD di
lokasi kerja
5. Pihak perusahaan selalu
mengontrol distribusi
ketersediaan APD
6. Pihak perusahaan
melakukan pemeriksaan
terhadap penggunaan
APD di lokasi kerja
1. Alat pelindung diri disediakan bila
diperlukan dan digunakan secara benar
serta dipelihara selalu dalam kondisi layak
pakai
2. Menjamin agar investasi untuk APD dapat
dimanfaatkan secara optimal
3. Perlindungan kepala, topi keselamatan (
Topi atau cap keras ) harus disediakan dan
dipakai didaerah dimana terdapat bahaya
benda jatuh atau melayang. Pantau kalau
ada peraturan yang menyangkut proteksi
kepala
4. Perlindungan kaki, sepatu keselamatan
dengan pelindung jari dari baja untuk
pekerjaan dimana kaki bisa tertimpa beban
berat.
5. Pakaian pelindung diperlukan pakaian
pelindung yang rapih dan bersih dan
pakaian protektif lain – lain dapat
mengurangi kemungkinan kecelakaan,
kontak dengan panas, permukaan kasar
dan tajam
6. Harnes keselamatan sabuk, harnes
keselamatan dan tali penjamin nyawa (
Life – line ) adalah penting sekali untuk
melindungi pekerja melakukan pekerjaan
berbahaya diatas permukaan lantai tanah,
dimana resiko jatuh dan mendapat cedera
atau kematian sangat besar.
Rekapitulasi hasil kuesioner kepada operator indikator upaya pencegahan
terjadinya keadaan darurat dapat dilihat pada Tabel 5.4. sebagai berikut :
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 105
V-7
Tabel 5.4. Hasil Rekapitulasi Kuesioner Indikator Upaya Pencegahan
Terjadinya Keadaan Darurat
Nomor Responden Nomor Pernyataan Jumlah
1 2 3 4 5 Ya Tidak
1 √ √ x √ x 3 2
2 √ x √ √ √ 4 2
3 √ √ x √ x 3 2
4 √ x x √ x 2 3
5 √ x √ √ x 3 2
6 √ √ x √ x 3 2
7 √ √ x √ x 3 2
8 √ x √ x x 2 3
9 √ √ √ √ x 4 1
10 √ √ x x x 2 3
11 √ √ √ x √ 4 1
12 √ √ √ √ x 4 1
13 √ √ √ x √ 4 1
14 √ √ √ x √ 4 1
15 √ √ √ x √ 4 1
16 √ √ x x x 2 3
17 √ √ √ √ x 4 1
18 √ √ √ √ √ 5 0
19 √ √ √ √ 4 1
20 √ √ √ √ √ 5 0
Total 69 31
Gambar 5.2. Grafik Presentasi Penilaian Pencegahan Keadaan Darurat
Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat bahwa sebanyak 69% dari
operator sudah merasakan penerapan yang baik terhadap pencegahan keadaan
darurat. Berikut adalah perbandingan indikator penilaian pencegahan keadaan
Ya69%
Tidak31%
Pencegahan Keadaan Darurat
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 106
V-8
darurat yang terdapat pada perusahaan dibandingkan dengan standar SMK3
dilihat pada Tabel 5.5.
Tabel 5.5. Indikator Penilaian Pencegahan Keadaan Darurat
Indikator Perusahaan Indikator SMK 3
1. Pihak perusahaan memiliki
prosedur dalam menghadapi
keadaan darurat dengan baik
2. Pekerja memahami respon
yang harus diambil dalam
keadaan darurat sebelum
tim bantuan tiba
3. Latihan mengatasi keadaan
bahaya sudah disusun dan
dilaksanakan dengan baik
dan rutin
4. Ada tim khususs yang
membantu proses
pengendalian darurat
5. Proses pengawan
berlangsung secara rutin dan
terjadwal
1. Menyiapkan personel terlatih untuk
penyelidikan kecelakaan dan penyakit akibat
kerja
2. Memberi pedoman penanganan materi secara
manual / mekanik dengan mengkaji setiap
langkah kegiatan penanganan dan menentukan
potensi bahaya yang mungkin terjadi dan
melakukan pencegahan
3. Tenaga kerja diberi informasi mengenai
prosedur penanganan masalah keselamatan dan
kesehatan kerja dan menerima informasi
kemajuan penyelesaiannya
4. Keadaan darurat yang potensial telah
diidentifikasi dan prosedur keadaan darurat
telah didokumntasikan
5. Prosedur keadaan darurat diuji dan ditinjau
ulang secara rutin oleh petugas yang
berkompeten
6. Tenaga kerja mendapat instruksi dan pelatihan
mengenai prosedur keadaan darurat yang
sesuai dengan tingkat resiko
Rekapitulasi hasil kuesioner kepada operator indikator disiplin dan
pengawasan program risk assessment dilihat pada Tabel 5.5. sebagai berikut :
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 107
V-9
Tabel 5.6. Hasil Rekapitulasi Kuesioner Indikator Disiplin dan Pengawasan
Nomor
Responden
Nomor Pernyataan Jumlah
1 2 3 4 5 Ya Tidak
1 √ √ √ √ √ 5 0
2 X √ x √ √ 3 2
3 X √ √ √ √ 4 1
4 √ √ √ √ x 4 1
5 √ √ √ √ x 4 1
6 √ √ √ x x 3 2
7 √ √ √ √ x 4 1
8 √ √ √ √ x 4 1
9 √ √ √ √ √ 5 0
10 √ √ x √ √ 4 1
11 √ √ x √ x 3 2
12 √ √ √ x √ 4 1
13 √ √ √ √ √ 5 0
14 √ √ x x √ 3 2
15 √ √ √ x √ 4 1
16 √ √ √ x √ 4 1
17 X √ √ √ √ 4 1
18 √ √ x √ √ 4 1
19 √ √ √ √ √ 5 0
20 √ √ √ x √ 4 1
Total 80 20
Gambar 5.3. Grafik Presentasi Penilaian Disipllin dan Pengawasan
Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat bahwa sebanyak 80% dari
operator sudah merasakan penerapan yang baik terhadap disiplin dan pengawasan
program pencegahan kecelakaan kerja. Berikut adalah perbandingan indikator
Ya80%
Tidak20%
Disiplin dan Pengawasan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 108
V-10
disiplin dan pengawasan keadaan darurat yang terdapat pada perusahaan
dibandingkan dengan standar SMK3 dilihat pada Tabel 5.7.
Tabel 5.7. Indikator Penilaian Disiplin dan Pengawasan
Indikator Perusahaan Indikator SMK 3
1. Pihak perusahaan
melakukan inspeksi di
daerah kerja secara rutin
2. Perusahaan mewajibkan
penggunaan alat pelindung
diri (APD) saat bekerja
3. Dukungan dan
keikutsertaan manajemen
puncak dalam kegiatan
inspeksi
4. Adanya peringatan dan
sanksi yang jelas setiap
kelalaian pekerja dalam
bekerja
5. Adanya buku keterangan
dan dokumentasi yang
dijadikan sebagai bahan
monitoring
1. Dilakukan pengawasan untuk menjamin
bahwa setiap kerja dilaksanakan dengan
aman dan mengikuti setiap prosedur dan
petunjuk kerja yang telah ditentukan
2. Setiap orang diawasi sesuai dengan
tingkat kemampuan mereka dan tingkat
resiko tugas
3. Ada alat – alat wajib didaftarkan pada
pemerintahan ( Depnaker ) dan dibawah
4. pengawasan khusus. Alat – alat tersebut
secara berkala harus di inspeksi, diuji
5. coba dan diberi sertifikat.
6. Perawatan, perbaikan dan setiap
perubahan harus dilakukan personel
yang berkompeten
7. Menyiapkan pelatihan khusus untuk
pengurus / tenaga kerja yang akan
melaksanakan inspeksi serta
didokumentasikan
8. Daftar periksa ( Check List ) tempat
kerja telah disusun untuk digunakan
pada saat inspeksi
9. Pemantauan lingkungan kerja
dilaksanakan secara teratur dan hasilnya
dicatat dan dipelihara
Rekapitulasi hasil kuesioner kepada operator indikator prosedur
keselamatan dan kesehatan kerja dilihat pada Tabel 5.8. sebagai berikut :
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 109
V-11
Tabel 5.8. Hasil Rekapitulasi Kuesioner Indikator Prosedur Keselamatan
dan Kesehatan Kerja
Nomor Responden Nomor Pernyataan Jumlah
1 2 3 4 Ya Tidak
1 √ √ x x 2 2
2 √ √ x x 2 2
3 √ √ x x 2 2
4 √ √ x x 2 2
5 √ √ x √ 3 1
6 √ √ √ x 3 1
7 √ √ √ x 3 1
8 √ √ x x 2 2
9 √ x √ √ 3 1
10 √ x √ √ 3 1
11 √ √ √ √ 4 0
12 √ √ √ x 3 1
13 √ √ √ x 3 1
14 √ √ √ √ 4 0
15 √ √ x √ 3 1
16 √ √ √ √ 4 0
17 √ √ √ x 3 1
18 √ √ √ √ 4 0
19 √ √ x √ 3 1
20 √ √ √ x 3 1
Total 59 21
Gambar 5.4. Grafik Presentasi Penilaian Prosedur Keselamatan
Kerja
Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat bahwa sebanyak 74% dari
operator sudah merasakan penerapan yang baik terhadap prosedur keselamatan
kerja yang dilaksanakan perusahaan. Berikut adalah perbandingan indikator
Ya74%
Tidak26%
Prosedur Keselamatan Kerja
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 110
V-12
penilaian prosedur keselamata kerja yang terdapat pada perusahaan dibandingkan
dengan standar SMK3 dilihat pada Tabel 5.9.
Tabel 5.9. Indikator Penilaian Prosedur Keselamatan Kerja
Indikator Perusahaan Indikator SMK 3
1. Perusahaan mempunyai
peraturan-peraturan
kesehatan dan keselamatan
kerja
2. Dilakukan pengecekan
terlebih dahulu pada
peralatan kerja dan mesin-
mesin sebelum digunakan
3. Perusahaan melakukan
pengecekan alat-alat
keselamatan kerja secara
rutin
4. Perusahaan mengadakan
pemeriksaan kesehatan
karyawan secara rutin
1. Terdapat prosedur kerja yang
didokumentasikan dan jika diperlukan
diterapkan suatu sistem ijin kerja untuk tugas
– tugas beresiko tinggi
2. Terdapat prosedur untuk menangani masalah
keselamatan dan kesehatan kerja yang timbul
dan sesuai dengan peraturan perundangan
3. Adanya prosedur dan sistem untuk memantau
kesehatan tenaga kerja secara berkala dan
terjadwal
4. Perusahaan menyediakan pelayanan
kesehatan kerja sesuai peraturan perundangan
5. Terdapat prosedur terdokumentasi yang
menjamin bahwa semua kecelakaan dan
penyakit akibat kerja serta insiden ditempat
kerja dilaporkan
6. Untuk membatasi cedera karena jatuh sampai
batas seminimum mungkin, sangatlah penting
untuk menugaskan tanggung jawab guna
mengadakan inspeksi dan pengendalian pada
barang – barang yang khusus yaitu : tangga,
trap, jalan orang ( Walkway ) dan stager,
termasuk yang dibawa oleh kontraktor.
Rekapitulasi hasil kuesioner kepada operator indikator publikasi
keselamatan kerja dilihat pada Tabel 5.10. sebagai berikut :
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 111
V-13
Tabel 5.10. Hasil Rekapitulasi Kuesioner Indikator Publikasi Keselamatan
Kerja
Nomor
Responden
Nomor Pernyataan Jumlah
1 2 3 4 5 Ya Tidak
1 √ √ √ x √ 4 1
2 √ √ √ x √ 4 1
3 √ √ x √ √ 4 1
4 √ √ x √ √ 4 1
5 √ √ √ √ x 4 1
6 √ √ √ √ √ 5 0
7 √ √ √ √ √ 5 0
8 √ √ √ √ √ 5 0
9 √ √ √ x √ 4 1
10 √ √ √ √ √ 5 0
11 √ √ √ √ x 4 1
12 √ √ √ x √ 4 1
13 √ √ √ √ x 4 1
14 x √ √ √ √ 4 1
15 √ √ √ √ x 4 1
16 √ √ x √ x 3 2
17 √ √ √ √ x 4 1
18 √ √ √ √ x 4 1
19 √ √ √ √ x 4 1
20 √ √ x √ x 3 2
Total 82 18
Gambar 5.5. Grafik Presentasi Penilaian Risk Asessment Publikasi
Keselamatan Kerja
Ya82%
Tidak18%
Publikasi Keselamatan Kerja
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 112
V-14
Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat bahwa sebanyak 82% dari
operator sudah merasakan penerapan yang baik terhadap sistem publikasi
keselamatan kerja yang dilaksanakan perusahaan. Berikut adalah perbandingan
indikator penilaian publikasi keselamatan kerja yang terdapat pada perusahaan
dibandingkan dengan standar SMK3 dilihat pada Tabel 5.11.
Tabel 5.11. Indikator Penilaian Publikasi Keselamatan Kerja
Indikator Perusahaan Indikator SMK 3
1. Pemasangan tanda
peringatan di tempat yang
berpotensi bahaya
2. Terdapat pesan-pesan
tentang keselamatan kerja di
lingkungan perusahaan
3. Perusahaan memberikan
informasi tentang tingkat
bahaya pekerjaan
4. Pimpinan memberikan
contoh yang baik tentang
cara-cara bekerja yang aman
dan sehat
5. Perusahaan menempatkan
K3 sebagai prioritas utama
dalam bekerja
1. Tenaga kerja diberi informasi mengenai
prosedur penanganan masalah keselamatan dan
kesehatan kerja dan menerima informasi
kemajuan penyelesaiannya
2. Tanggung jawab untuk memelihara dan
mendistribusikan informasi terbaru mengenai
peraturan perundangan keselamatan dan
kesehatan kerja
3. Informasi tentang kegiatan dan masalah
keselamatan dan
4. kesehatan kerja disebarluaskansecar sistematis
kepada seluruh tenaga kerja perusahaan
5. Alat dan sistem tanda bahaya keadaan darurat
diperiksa, diuji dan dipelihara secara berkala
6. Instruksi keadaan darurat dan hubungan
keadaan darurat diperlihatkan secara jelas /
menyolok dan diketahui oleh seluruh tenaga
kerja
Berdasarkan penilaian pencapaian program risk assessment sehingga
diperoleh hasil seperti pada Gambar 5.6.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 113
V-15
Gambar 5.6. Grafik Pencapaian Program Risk Assessment
Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa penilaian program risk
assessment yang dilakukan diperoleh bahwa penerapan yang paling tinggi adalah
pada indikator penerapan penggunaan dan ketersediaan APD dari perusahaan dan
indikator publikasi mengenai keselamatan dan kesehatan kerja. Pada program
yang dilakukan terdapat indikator paling rendah yaitu indikator prosedur
penangan keselamatan dan kesehatan kerja.
5.1.2.Identifikasi Bahaya
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 114
V-16
Penilaian risk assessment yang dilakukan adalah dengan 2 penilaian bahaya
yaitu bahaya fisik dan bahaya kecelakaan yang terjadi.Pada tahap ini yang harus
dilakukan adalah menjabarkan aktivitas yang dilakukan operator container crane
untuk melakukan identifikasi bahaya yang mengakibatkan kejadian atau
kecelakaan kerja yang mungkin dialami oleh operator. Kecelakaan adalah suatu
kejadian yang tidak dikehendaki yang mengakibatkan terjadinya suatu kerugian
baik terhadap manusia (cidera), harta benda (rusak), proses (gangguan atau
terhenti) maupun lingkungan (kerusakan/pencemaran). Akibat sumber bahaya
yang dialami dapat dikategorikan jenis-jenis kecelakaan kerja. Berikut kategori
kecelakaan kerja berdasarkan aktivitas dan sumber bahaya di PT. Pelindo I Medan
(Persero) sebagai berikut:
1. Kecelakaan cidera ringan
Kecelakaan cidera ringan adalah kecelakaan yang mengakibatkan pegawai
hanya memerlukan pertolonan pertama (first aid) dan korban kembali bekerja
pada tugas semula pada giiran kerja hari berikutnya (kurang dari 1 hari kerja).
2. Kecelakaan cidera sedang
Kecelakaan cidera sedang adalah kecelakaan yang mengakibatkan pegawai
tidak mampu melakukan tugas semula lebih dari 1 hari dan kurang dari 3
minggu, termasuk hari minggu dan libur.
3. Kecelakaan cidera berat
Kecelakaan cidera berat adalah kecelakaan yang mengakibatkan pegawai
mendapat cidera sebagai berikut :
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 115
V-17
a. Tidak mampu melakukan tugas semula selama lebih dari 3 minggu
termasuk hari Minggu dan hari-hari libur.
b. Cacat tetap (invalid) yang tidak mampu menjalankan tugas semula.
c. Kecelakaan fatal adalah kecelakaan yang mengakibatkan pegawai
meninggal dalam waktu 1x24 jam.
Berdasarkan identifikasi bahaya yang dilakukan melalui wawancara dan
penilaian langsung terhadap kondisi di perusahaan tersebut sehingga diperoleh
potensi bahaya dapat di kategorikan sebagai berikut pada Tabel 5.12.
Tabel 5.12. Hasil Identifikasi Bahaya
Kategori Bahaya Identifikasi Bahaya
Bahaya Fisik
Tidak tersedia lift untuk naik ke atas kabin
operator
Tidak ada alat bantu pegangan operator pada
tangga
Bahan dan bentuk penyusun tangga licin
Kondisi tangga yang digunakan operator terlalu
terjal sampai dengan kemiringan 90o
Bahaya Kecelakaan
Operator tidak konsentrasi
Terjadi komunikasi yang buruk antara operator
crane dengan operator telly di bagian bawah
container crane
Terjadi breakdown pada mesin container crane
secara tiba-tiba
Sepatu yang digunakan tidak sesuai standar
safety
Tidak menggunakan APD khususs untuk
ketinggian 40 meter
5.1.3. Pengkategorian dan Perangkingan Sumber Bahaya
Setelah setiap aktivitas, peralatan dan temperatur udara yang memiliki
potensi bahaya telah ditentukan, maka tahap selanjutnya adalah melakukan
pendektan penilaian risiko (risk assessment). Penilaian risiko merupakan
kelanjutan dari identifikasi bahaya sehingga untuk mempermudah pelaksanaannya
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 116
V-18
dibuat kolom berikutnya setelah identifikasi bahaya. Sistem pembobotan yang
digunakan adalah sebagai berikurt:
1. Sebelum melakukan penilaian risiko, tim membuat pembobotan untuk
Konsekuensi/keparahan dan pembobotan untuk kemungkinan terjadi.
2. Dibuat 5 peringkat untuk pembobotan konsekuensi/ keparahan dengan simbol
tingkatan menggunakan angka yaitu 1 sampai 5, kemungkinan terjadi dibuat
5 tingkatan juga dengan simbol tingkatan menggunakan abjad yaitu A sampai
E.
3. Lalu beri definisi atau batasan dari masing-masing peringkat bobot tersebut
pada form standar definisi pembobotan.
4. Buat matrik antara konsekuensi/keparahan dengan kemungkinan terjadi.
5. Hasil kombinasi antara konsekuensi/keparahan dan kemungkinan terjadi
adalah nilai risiko yang disesuaikan dengan standart penilaian risiko.
6. Berdasarkan nilai risiko, dibuat 4 kategori risiko yaitu kecil, sedang, tinggi
dan sangat tinggi .
Dalam penilaian risiko ada beberapa kolom yang terdiri dari :
1. Bobot Konsekuensi/keparahan yaitu bobot nilai yang diberikan dengan
memperkirakan konsekuensi/ keparahan dari kerugian/kecelakaan yang
timbul bila kejadian terjadi, dan bila telah ada sarana pengendalian bahaya
maka berapa prakira konsekuensi/keparahan yang dapat terjadi bila sarana
tersebut saat ini masih berfungsi dengan baik
2. Bobot Kemungkinan terjadi yaitu bobot nilai yang diberikan dengan
memprakirakan seberapa besar kemungkinan kejadian tersebut dapat terjadi.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 117
V-19
3. Nilai risiko adalah kombinasi antara konsekuensi/ keparahan dengan
kemungkinan terjadi.
4. Kategori Risiko adalah menentukan kategorinya dengan melihat nilai risiko.
5. Setelah semua kolom terisi maka akan diketahui seberapa besar risiko yang
terjadi bila potensi bahaya dibiarkan dan tidak segera diperbaiki.
Tabel 5.15. Bobot Kemungkinan Terjadi
Kemungkinan terjadi
Bobot Definisi
Kemungkinan terjadinya kecil
sekali A
Terjadi pada kondisi
abnormal/bencana
alam/darurat/setahun sekali
Kemungkinan terjadi kecil B Terjadi sekitar sebulan sekali
Kemungkinan terjadi ada C Terjadi sekitar seminggu sekali
Kemungkinan terjadinya besar D Terjadi setiap hari
Kemungkinan terjadinya sangat
besar E
Frekuensi terjadi lebih dari 3 kali
dalam sehari
5.1.3.1.Pengkategorian Risiko pada Aktivitas Operator Bekerja pada
Ketinggian 40 Meter
1. Tidak tersedia lift untuk naik ke atas kabin operator sehingga mengakibatkan
operator kelelahan secara berlebihan tetapi tidak mengakibatkan kerugian
pada perusahaan.
Keparahan: (1) tidak parah
Tidak terluka atau korban tidak terluka karena pengendalian bahaya yang
ada berfungsi dengan baik dan korban bisa langsung kerja kembali.
Kemungkinan: (D) kemungkinan terjadinya besar
Terjadi setiap hari
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 118
V-20
Penilaian Risiko = Bobot Konsekuensi/Keparahan X Bobot Kemungkinan
Terjadi
Tabel 5.16. Standar Penilaian Risiko Akibat Lift Rusak
Berdasarkan tabel diatas kategori beban yaitu 1D yang memiliki kategori
risiko sedang.
Berdasarkan tabel diatas kategori beban yaitu 5A yang memiliki kategori
risiko sangat sangat tinggi.
Tabel 5.25. Kategori Risiko
Nilai Risiko Kategori Risiko
1A, 1B, 1C, 2A, 2B Kecil
1D,2C,3A,3B Sedang
1E, 2D, 2E, 3C, 4A, 4B, 5A Tinggi
3D, 3E, 4C, 4D, 4E, 5A, 5B, 5C, 5D, 5E Sangat Tinggi
Rekapitulasi penilaian risiko dapat dilihat pada Tabel 5.26. dan
rekapitulasi kategori sumber bahaya dapat dilihat pada Tabel 5.27.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 119
V-21
Berdasarkan penilaian kategori diatas diperoleh bahwa kategori setiap
potensi bahaya dapat dilihat pada Gambar 5.7.
Gambar 5.7. Grafik Rekapitulasi Kategori Risiko
Berdasarkan grafik tersebut dapat dilihat bahwa potensi bahaya yang
paling banyak yaitu dengan kategori sangat tinggi sebanyak 2 penyebab potensi
bahaya yaitu terjadi komunikasi yang buruk antara operator crane dengan
operator telly di bagian bawah crane dan terjadi breakdown pada mesin container
crane secara tiba-tiba.
0
1
2
3
4
5
6
Bob
ot
Bah
aya
Identifikasi Bahaya
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 120
V-22
5.1.4. Rencana Pengendalian Risiko
Berikut langkah-langkah dalam pengendalian risiko yang dilakukan oleh
PT. Pelindo I Medan (Persero) pengendalian risiko yang diambil dituangkan pada
kolom, sesuai dengan pengelompokannya.
1. Cara eliminasi atau dihilangkan maksudnya menghilangkan kegiatan/proses,
karena berarti potensi-potensi bahaya yang timbul dari kegiatan tersebut
juga akan hilang. Eliminasi biasanya untuk kegiatan yang sangat
berbahaya, tetapi kegiatan tersebut tidak terlalu penting/signifikan dengan
proses bisnis perusahaan, artinya meskipun kegiatan tersebut dihilangkan
mutu proses bisnis perusahaan tetap terjaga.
2. Cara subtitusi atau diganti adalah menggantikan proses/peralatan/fasilitas
dengan yang potensi bahayanya lebih kecil. Aktivitas yang terjadi dengan
pengendalian cara substitusi adalah pada kegiatan naik tangga ke kabin
operator dengan bahan dan bentuk penyusun tangga yang licin.
3. Cara rekayasa engineering/teknik adalah dengan merubah atau menambah
sarana fisik/fasilitas untuk mengurangi risiko yang ada. Berikut adalah
aktivitas yang dilakukan pengendalian menggunakan rekayasa
engineering/teknik dapat dilihat pada Tabel 5.30.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 121
V-23
Tabel 5.30. Aktivitas Pengendalian dengan Cara Rekayasa Engineering
No Aktivitas
1 Tidak tersedia lift untuk naik ke atas kabin operator
2 Sepatu yang digunakan operator tidak sesuai standar safety
3 Kondisi tangga yang digunakan operator terlalu terjal sampai dengan
kemiringan 90o
4 Tidak menggunakan APD khususs untuk ketinggian 40 meter
5 Operator tidak konsentrasi
6 Terjadi komunikasi yang buruk antara operator crane dengan operator
telly di bagian bawah crane
7 Tidak terdapat alat bantu pegangan operator pada tangga
8 Terjadi breakdown pada mesin container crane
4. Cara administratif adalah dengan membuat aturan baru seperti
membuat/merubah instruksi kerja, memasang rambu-rambu, merotasi jam
kerja agar korban tidak terpapar bahaya lebih sering, memberi pelatihan,
sosialisasi dsb. Aktivitas yang dilakukan dengan menggunakan
pengendalian secara administratif adalah mengenai sepatu yang digunakan
operator tidak sesuai standar diberikan perusahaan.
5. Bila cara eliminasi, subtitusi dan rekayasa engineering dan administratif
tidak bisa dilakukan atau tidak tertalu mengurangi risiko, maka tenaga kerja
dilindungi dengan APD.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 122
VI-1
BAB VI
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
6.1. Analisis
6.1.2. Analisis Penilaian Risiko Kecelakaan Kerja Perusahaan
Tujuan dalam melakukan penelitian ini adalah untuk menilai pencapaian
tentang penerapan program risk assessment yang diterapkan oleh perusahaan.
Untuk menilai pencapaian ini dilakukan menggunakan kuesioner yang dibagikan
kepada operator container crane yang berjumlah 20 orang. Terdapat 5 indikator
yang dinilai dalam kuesioner untuk penilaian pencapaian program kemudian
dibandingkan dengan standar SMK3, indikator yang digunak dapat dilihat pada
Tabel 6.1.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 123
VI-2
Tabel 6.1. Pencapain Program Risk Assessment Perusahaan
Indikator prosedur
No Indikator berdasarkan Check List SMK 3 Indikator yang
dilaksanakan perusahaan Penilaian
1 Terdapat prosedur kerja yang didokumentasikan dan jika diperlukan
diterapkan suatu sistem ijin kerja untuk tugas – tugas berisiko tinggi
Perusahaan mempunyai
peraturan-peraturan kesehatan
dan keselamatan kerja
Capaian
program 69%
2 Terdapat prosedur untuk menangani masalah keselamatan dan kesehatan
kerja yang timbul dan sesuai dengan peraturan perundangan
Dilakukan pengecekan terlebih
dahulu pada peralatan kerja
dan mesin-mesin sebelum
digunakan
3 Adanya prosedur dan sistem untuk memantau kesehatan tenaga kerja
secara berkala dan terjadwal
Perusahaan melakukan
pengecekan alat-alat
keselamatan kerja secara rutin
4 Perusahaan menyediakan pelayanan kesehatan kerja sesuai peraturan
perundangan
Perusahaan mengadakan
pemeriksaan kesehatan
karyawan secara rutin 5 Terdapat prosedur terdokumentasi yang menjamin bahwa semua
kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta insiden ditempat kerja
dilaporkan
6 Untuk membatasi cedera karena jatuh sampai batas seminimum
mungkin, sangatlah penting untuk menugaskan tanggung jawab guna
mengadakan inspeksi dan pengendalian pada barang – barang yang
khusus yaitu : tangga, trap, jalan orang ( Walkway ) dan stager.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 124
VI-3
Tabel 6.1. Pencapain Program Risk Assessment Perusahaan (Lanjutan)
Indikator Penggunaan APD
No Indikator berdasarkan Check List SMK 3 Indikator yang dilaksanakan
perusahaan Penilaian
1 Alat pelindung diri disediakan bila diperlukan dan digunakan secara
benar serta dipelihara selalu dalam kondisi layak pakai
Peralatan keselamatan kerja yaitu
APD terpenuhi dan dalam kondisi
baik
Capaian
program
68%
2 Menjamin agar investasi untuk APD dapat dimanfaatkan secara
optimal
APD telah tersedia untuk setiap
jenis pekerjaan yang berbahaya
dan sesuai standar
4 Perlindungan kepala, topi keselamatan ( Topi atau cap keras ) harus
disediakan dan dipakai didaerah dimana terdapat bahaya benda jatuh
atau melayang. Pantau kalau ada peraturan yang menyangkut
proteksi kepala
Semua peralatan APD telah
digunakan dengan benar
5 Perlindungan kaki, sepatu keselamatan dengan pelindung jari dari
baja untuk pekerjaan dimana kaki bisa tertimpa beban berat.
Pekerja sudah menaati
penggunaan APD di lokasi kerja
6 Pakaian pelindung diperlukan pakaian pelindung yang rapih dan
bersih dan pakaian protektif lain – lain dapat mengurangi
kemungkinan kecelakaan, kontak dengan panas, permukaan kasar
dan tajam
Pihak perusahaan selalu
mengontrol distribusi
ketersediaan APD
7 Harnes keselamatan sabuk, harnes keselamatan dan tali penjamin
nyawa ( Life – line ) adalah penting sekali untuk melindungi pekerja
melakukan pekerjaan berbahaya diatas permukaan lantai tanah,
dimana risiko jatuh dan mendapat cedera atau kematian sangat
besar.
Pihak perusahaan melakukan
pemeriksaan terhadap
penggunaan APD di lokasi kerja
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 125
VI-4
Tabel 6.1. Pencapain Program Risk Assessment Perusahaan (Lanjutan)
Indikator Pencegahan Keadaan Darurat
No Indikator berdasarkan Check List SMK 3 Indikator yang dilaksanakan
perusahaan Penilaian
1 Menyiapkan personel terlatih untuk penyelidikan
kecelakaan dan penyakit akibat kerja
Pihak perusahaan memiliki prosedur dalam
menghadapi keadaan darurat dengan baik
Capaian
program
69%
2 Memberi pedoman penanganan materi secara manual /
mekanik dengan mengkaji setiap langkah kegiatan
penanganan dan menentukan potensi bahaya yang mungkin
terjadi dan melakukan pencegahan
Pekerja memahami respon yang harus
diambil dalam keadaan darurat sebelum tim
bantuan tiba
3 Tenaga kerja diberi informasi mengenai prosedur
penanganan masalah keselamatan dan kesehatan kerja dan
menerima informasi kemajuan penyelesaiannya
Latihan mengatasi keadaan bahaya sudah
disusun dan dilaksanakan dengan baik dan
rutin
4 Keadaan darurat yang potensial telah diidentifikasi dan
prosedur keadaan darurat telah didokumntasikan
Ada tim khususs yang membantu proses
pengendalian darurat
5 Prosedur keadaan darurat diuji dan ditinjau ulang secara
rutin oleh petugas yang berkompeten
Proses pengawan berlangsung secara rutin
dan terjadwal
6 Tenaga kerja mendapat instruksi dan pelatihan mengenai
prosedur keadaan darurat yang sesuai dengan tingkat risiko
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 126
VI-5
Tabel 6.1. Pencapain Program Risk Assessment Perusahaan (Lanjutan)
Indikator Disiplin dan Pengawasan
No Indikator berdasarkan Check List SMK 3 Indikator yang dilaksanakan
perusahaan Penilaian
1 Dilakukan pengawasan untuk menjamin bahwa setiap kerja
dilaksanakan dengan aman dan mengikuti setiap prosedur
dan petunjuk kerja yang telah ditentukan
Pihak perusahaan melakukan inspeksi di
daerah kerja secara rutin
Capaian
program
80%
2 Setiap orang diawasi sesuai dengan tingkat kemampuan
mereka dan tingkat risiko tugas
Perusahaan mewajibkan penggunaan alat
pelindung diri (APD) saat bekerja
3 Ada alat – alat wajib didaftarkan pada pemerintahan (
Depnaker ) dan dibawah pengawasan khusus. Alat – alat
tersebut secara berkala harus di inspeksi, diuji
coba dan diberi sertifikat.
Dukungan dan keikutsertaan manajemen
puncak dalam kegiatan inspeksi
4 Perawatan, perbaikan dan setiap perubahan harus dilakukan
personel yang berkompeten
Adanya peringatan dan sanksi yang jelas
setiap kelalaian pekerja dalam bekerja
5 Menyiapkan pelatihan khusus untuk pengurus / tenaga kerja
yang akan
melaksanakan inspeksi serta didokumentasikan
Adanya buku keterangan dan
dokumentasi yang dijadikan sebagai
bahan monitoring
6 Daftar periksa ( Check List ) tempat kerja telah disusun
untuk digunakan pada saat inspeksi
7 Pemantauan lingkungan kerja dilaksanakan secara teratur
dan hasilnya dicatat dan dipelihara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 127
VI-6
Tabel 6.1. Pencapain Program Risk Assessment Perusahaan (Lanjutan)
Indikator Publikasi Keselamatan Kerja
No Indikator berdasarkan Check List SMK 3 Indikator yang dilaksanakan
perusahaan Penilaian
1 Tenaga kerja diberi informasi mengenai prosedur penanganan
masalah keselamatan dan kesehatan kerja dan menerima
informasi kemajuan penyelesaiannya
Pemasangan tanda peringatan di
tempat yang berpotensi bahaya
Capaian
program
74 %
2 Tanggung jawab untuk memelihara dan mendistribusikan
informasi terbaru mengenai peraturan perundangan
keselamatan dan kesehatan kerja
Terdapat pesan-pesan tentang
keselamatan kerja di lingkungan
perusahaan
3 Informasi tentang kegiatan dan masalah keselamatan dan
kesehatan kerja disebarluaskan secara sistematis kepada
seluruh tenaga kerja perusahaan
Perusahaan memberikan informasi
tentang tingkat bahaya pekerjaan
4 Alat dan sistem tanda bahaya keadaan darurat diperiksa, diuji
dan dipelihara secara berkala
Pimpinan memberikan contoh yang
baik tentang cara-cara bekerja yang
aman dan sehat
5 Instruksi keadaan darurat dan hubungan keadaan darurat
diperlihatkan secara jelas / menyolok dan diketahui oleh
seluruh tenaga kerja
Perusahaan menempatkan K3 sebagai
prioritas utama dalam bekerja
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 128
VI-7
6.1.2. Analisis Identifikasi Bahaya
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melakukan identifikasi penyebab
bahaya berdasarkan teori yang terdapat pada ILO sehingga dilakukan identifikasi
yang mengenai 2 penyebab bahaya yaitu bahaya fisik dan bahaya kecelakaan.
Hasil identifikasi bahaya dapat dilihat pada Tabel 6.2.
Tabel 6.2. Hasil Identifikasi Bahaya
Kategori Bahaya Identifikasi Bahaya
Bahaya Fisik
Tidak tersedia lift untuk naik ke atas kabin
operator
Tidak ada alat bantu pegangan operator pada
tangga
Bahan dan bentuk penyusun tangga licin
Kondisi tangga yang digunakan operator terlalu
terjal sampai dengan kemiringan 90o
Bahaya Kecelakaan
Operator tidak konsentrasi
Terjadi komunikasi yang buruk antara operator
crane dengan operator telly di bagian bawah
container crane
Terjadi breakdown pada mesin container crane
secara tiba-tiba
Sepatu yang digunakan tidak sesuai standar
safety
Tidak menggunakan APD khususs untuk
ketinggian 40 meter
6.1.3. Analisis Kategori Potensi Bahaya dan Penilaian Risiko
Analisis kategori potensi bahaya bertujuan untuk mengetahui bobot
kategori potensi bahaya yang terjadi dan penilaian risiko bertujuan untuk menilai
kategori dari risiko yang terjadi.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 129
VI-8
Berdasarkan tabel diatas sehigga dapat dibuat pengkategorian risiko ke
dalam grafik seperti pada Gambar 6.1.
Gambar 6.1. Penilaian Risiko
Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa terdapat 9 potensi bahaya
yang mengakibatkan kecelakaan kerja di perusahaan. Terdapat 1 kategori risiko
kecil, 1 kategori risiko sedang, 5 kategori tinggi dan 2 kategori sangat tinggi.
Sehingga dilakukan analisis terhadap potensi bahaya dengan kategori sangat
tinggi yaitu pada terjadi komunikasi yang buruk antara operator crane dengan
operator telly di bagian bawah crane dan terjadi breakdown pada mesin container
crane secara tiba-tiba.
6.1.5. Analisis Pengendalian Risiko
Analisis pengendalian risiko bertujuan untuk melakukan pencegahan dan
pengendalian risiko untuk mengurangi potensi bahaya yang menyebabkan risiko
0
1
2
3
4
5
6
Bob
ot
Bah
aya
Identifikasi Bahaya
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 130
VI-9
kerja bagi operator container crane. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan
untuk pengendalian risiko yaitu Cara eliminasi atau dihilangkan maksudnya
menghilangkan kegiatan/proses, karena berarti potensi-potensi bahaya yang
timbul dari kegiatan tersebut juga akan hilang. Cara subtitusi atau diganti adalah
menggantikan proses/peralatan/fasilitas dengan yang potensi bahayanya lebih
kecil. Cara rekayasa engineering/teknik adalah dengan merubah atau menambah
sarana fisik/fasilitas untuk mengurangi risiko yang ada. Cara administratif adalah
dengan membuat aturan baru seperti membuat/merubah instruksi kerja, memasang
rambu-rambu, merotasi jam kerja agar korban tidak terpapar bahaya lebih sering,
memberi pelatihan, sosialisasi dsb. Bila cara eliminasi, subtitusi dan rekayasa
engineering dan administratif tidak bisa dilakukan atau tidak tertalu mengurangi
risiko, maka tenaga kerja dilindungi dengan APD. Rencana pengendalian risiko
yang dilakukan dapat dapat dilihat pada Tabel 6.6.
Tabel 6.6. Rencana Pengendalian Risiko
Aktivitas Kategori Risiko Cara Pengendalian
Tidak tersedia lift untuk naik ke atas
kabin operator Sedang Substitui/diganti
Sepatu yang digunakan operator tidak
sesuai standar Kecil
Cara Rekayasa
Enginering/ Teknik
Cara Administratif
Tidak menggunakan APD sesuai
standar perusahaan Tinggi Cara Administratif
Kondisi tangga yang digunakan
operator terlalu terjal sampai dengan
kemiringan 90o
Tinggi Cara Rekayasa
Enginering/ Teknik
Keadaan tangga licin Tinggi
Cara Subtitusi/Diganti
Alat Pelindung Diri
yang digunakan
Tidak ada pegangan pada samping
tangga Tinggi
Cara Rekayasa
Enginering/ Teknik
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 131
VI-10
Alat Pelindung Diri
yang digunakan
Terjadi breakdown pada mesin
container crane Sangat Tinggi
Cara Rekayasa
Enginering/ Teknik
Operator tidak konsentrasi Tinggi Cara Rekayasa
Enginering/ Teknik
Terjadi komunikasi yang buruk antara
operator crane dengan operator telly di
bagian bawah crane
Sangat Tinggi Cara Rekayasa
Enginering/ Teknik
6.2. Pembahasan
6.2.1. Pembahasan Penilaian Risiko Kecelakaan Kerja Perusahaan
Pembahasan pada bab ini difokuskan pada pengendalian risiko bahaya
yang kategori risiko yaitu tinggi dan sangat tinggi untuk memperoleh pembahasan
mengenai usulan dan cara pengendalian untuk mengurangi risiko bahaya dan
meningkatkan kenyamanan operator untuk fasilitas kerja dan kenyamanan
operator. Penilaian dilakukan dengan membandingkan indikator yang terdapat
pada Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Peraturan
Mentri Tenaga Kerja No. 05/MEN/1996 dengan indikator penilaian yang telah
diterapkan perusahaan. Berdasarkan Tabel 6.1. dapat dilihat bahwa terdapat
beberapa indikator yang tidak sesuai dengan SMK3 sehingga dilakukan perbaikan
indikator yang harus diterapkan perusahaan seperti pada Tabel 6.7.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 132
VI-11
Tabel 6.7. Indikator Penilaian Risiko Kecelakaan Kerja Perusahaan
No Indikator Perbaikan Indikator
1 Prosedur Keselamatan
dan Kesehatan Kerja
✓ Mengadakan inspeksi dan pengendalian pada barang – barang yang khusus
✓ Menjamin bahwa semua kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta insiden ditempat kerja
dilaporkan
✓ Mendokumentasikan dan menerapkan suatu sistem ijin kerja untuk pekerjaan berisiko tinggi
2 Pengunaan APD ✓ Melakukan identifikasi area bermasalah
✓ Semua area kerja harus disurvey untuk menentukan tipe APD yang diwajibkan untuk tiap macam
operasinya
✓ APD yang dipakai harus yang telah disahkan untuk macam paparan bahayanya
✓ Karyawan yang menerima APD harus menanda tangani surat
✓ Menyediakan pakaian pelindung yang dapat mengurangi kemungkinan kecelakaan
✓ Harnes keselamatan dimana risiko jatuh dan mendapat cedera atau kematian sangat besar
3 Pencegahan Keadaan
Darurat
✓ Prosedur keadaan darurat diuji dan ditinjau ulang secara rutin oleh petugas yang berkompeten
✓ Tenaga kerja mendapat instruksi dan pelatihan mengenai prosedur keadaan darurat yang sesuai
dengan tingkat risiko
✓ Memberi pedoman penanganan materi secara manual / mekanik dengan mengkaji setiap langkah
kegiatan penanganan dan menentukan potensi bahaya yang mungkin terjadi dan melakukan
pencegahan
4 Disiplin dan
Pengawasan
✓ Perawatan, perbaikan dan setiap perubahan harus dilakukan personel yang berkompeten
✓ Menyiapkan pelatihan khusus untuk pengurus / tenaga kerja yang akan melaksanakan inspeksi
serta didokumentasikan
✓ Ada alat – alat wajib didaftarkan pada pemerintahan ( Depnaker ) dan dibawah pengawasan
khusus. Alat – alat tersebut secara berkala harus di inspeksi, diuji
✓ coba dan diberi sertifikat.
5 Publikasi Keselamatan
Kerja
✓ Alat dan sistem tanda bahaya keadaan darurat diperiksa, diuji dan dipelihara secara berkala
✓ Informasi tentang kegiatan dan masalah keselamatan dan kesehatan kerja disebarluaskan secara
sistematis kepada seluruh tenaga kerja perusahaan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 133
VI-12
6.2.2. Pembahasan Identifikasi Bahaya
Berdasarkan hasil analisis terhadap identifikasi bahaya yang dilakukan
sehingga dilakukan tindakan pencegahan dilihat pada Tabel 6.8.
Berdasarkan potensi bahaya yang terjadi maka harus dilakukan perbaikan
program risk assessment yang diterapkan perusahaan untuk mengurangi dan
menghilangkan potensi bahaya sehingga perusahaan mengalami zero accident.
Tabel 6.8. Tindakan Pencegahan
Kategori Bahaya Identifikasi Bahaya Tindakan Pencegahan
Bahaya Fisik
Tidak tersedia lift untuk naik ke
atas kabin operator
Menambah ketersediaan lift untuk
operator dan memperbaiki pada
lift yang rusak
Tidak ada alat bantu pegangan
operator pada tangga
Menggunakan sepatu dengan
sepatu bebas dari tergelicir
Menggunakan sarung tangan
Diberikan body harness
Bahan dan penyusun tangga licin Menggunakan sepatu dengan
sepatu bebas dari tergelicir
Kondisi tangga yang digunakan
operator terlalu terjal sampai
dengan kemiringan 90o
Memeriksa tangga sebelum
mendaki
Bahaya Kecelakaan
Operator tidak konsentrasi Memberikan waktu untuk
operator melepas kelelahan
Terjadi komunikasi yang buruk
antara operator crane dengan
operator telly di bagian bawah
container crane
Memeriksa peralatan yaitu handy
talky sebleum digunakan
Terjadi breakdown pada mesin
container crane secara tiba-tiba
Melakukan pemeriksaan peralatan
sebelum digunakan
Sepatu yang digunakan berbahan
licin
Menggunakan sepatu dengan
sepatu bebas dari tergelicir
Tidak menggunakan APD
khususs untuk ketinggian 40
meter
Memakai pakaian yang memadai
dan untuk melindungi kulit dan
pelindung kepala dalam cuaca
buruk
Penggunaan baju pelindung yang
bersifat khusus dan pengait untuk
sabuk pengaman
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 134
VI-13
6.2.3. Pembahasan Kategori Potensi Bahaya dan Penilaian Risiko
Potensi bahaya yang memiliki kategori tinggi dapat dilihat pada Tabel 6.9.
Tabel 6.9. Kategori Potensi Bahaya
Potensi Bahaya Kategori
Tidak tersedia lift untuk naik ke atas kabin operator Sedang
Sepatu yang digunakan operator tidak sesuai standar Kecil
Tidak menggunakan APD sesuai standar perusahaan Tinggi
Kondisi tangga yang digunakan operator terlalu terjal sampai
dengan kemiringan 90o Tinggi
Keadaan tangga licin Tinggi
Tidak ada pegangan pada samping tangga Tinggi
Operator tidak konsentrasi Tinggi
Terjadi komunikasi yang buruk antara operator crane dengan
operator telly di bagian bawah crane Sangat Tinggi
Terjadi breakdown pada mesin container crane Sangat Tinggi
Berdasarkan tabel diatas dilakukan penjabaran mengenai potensi bahaya
yang memiliki kategori sangat tinggi dapat dijelaskan pada Tabel 6.10.
Tabel 6.10. Penjabaran Potensi Bahaya Tinggi
Potensi Bahaya Akibat yang Ditimbulkan Cara Pencegahan
Terjadi komunikasi
yang buruk antara
operator crane
dengan operator
telly di bagian
bawah crane
Menyebabkan kematian
operator akibat tertimpa peti
kemas karena kesalahan
komunikasi antara operator
kabin atas dengan operator
telly pada kabin bawah
Melakukan perawatan
secara berkala terhadap
peralatan handy talky,
AC pada kabin, dan lift
operator
Terjadi breakdown
pada mesin
container crane
Kerusakan mesin yang
mengakibatkan peti kemas
terlepas dari reach taker dan
peti kemas terjatuh menimpa
operator dibawah dan terjadi
kerusakan pada peti kemas
Dilakukan pengawasan
terhadap perawatan
yang dilakukan
Dilakukan perawatan
mesin secara berkala
Dilakukan pergantian
komponen sesuai
dengan umur ekonomis
komponen
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 135
VI-14
6.2.4. Pembahasan Tingkat Kerugian (Lost Rate)
Berdasarkan angka kecelakaan yang tinggi pada Tabel 6.4. diatas
diidentifikasi penyebab kecelakaan yang dapat dilihat pada Gambar 6.3.
Gambar 6.3. Grafik Bobot Penyebab Kecelakaan
Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa bobot paling tinggi yang
mengakibatkan kecelakaan kerja adalah disebabkan oleh kelelahan operator,
fasilitas yag kurang memadai, dan penggunaan APD. Untuk penyabab tingkat
kerugian maka diperlukan tindakan dapat dilihat pada Tabel 6.11.
Tabel 6.11. Tindakan untuk Mengurangi Tingkat Kerugian
No Penyebab Keadaan pada Perusahaan Tindakan
1 Kondisi
peralatan rusak
- handy talky dengan 4 buah
kondisi baik dan 6 buah
kondisi rusak
- pada kabin operator tidak
dilakukan maintenance
- kondisi lift rusak
Melakukan perawatan secara
berkala terhadap peralatan
handy talky, AC pada kabin,
dan lift operator
2 Kelelahan
operator
Lift hanya tersedia pada 1
container crane sementara 2
lainnya menggunakan tangga
untuk ke kabin operator
Memberikan waktu istirahat
diantara waktu kerja sekitar 10
menit untuk operator
menghilangkan kelelahan dan
asupan berupa vitamin untuk
stamina operator
3 Tidak ada APD
khusus
Operator menggunakan helm,
rompi dan sepatu kerja yang
tidak sesuai standar safety
Menambahkan APD berupa
baju pelindung, body harness,
dan safety shoes
4 Sistem
maintenance
Jadwal maintenance yang
sudah diterapkan perusahaan
tidak berjalan dengan maksimal
karena sering terjadi
keterlambatan jadwal
perawatan
Dilakukan pengawasan
terhadap perawatan yang
dilakukan
Peninjauan kembali tentang
jadwal pemeriksaan untuk
perawatan
5 Breakdown
mesin
Peralatan dan komponen
penyusun container crane
sudah lama dan jarang diganti
serta penjadwalan maintenance
yang sering terlambat membuat
kerusakan peralatan tidak
terdeteksi
Dilakukan perawatan mesin
secara berkala
Dilakukan pergantian
komponen sesuai dengan umur
ekonomis komponen
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 136
VI-15
Berdasarkan Tabel 6.11. dapat dilihat bahwa banyak perbaikan yang harus
dilakukan perusahaan untuk mengurangi penyebab bahaya setelah penerapan
dilakukan maka dilakukan peninjauan ulang menggunakan penilaian risk
assessment untuk melihat apakah program sudah berjalan dengan baik.
6.2.5. Pembahasan Pengendalian Risiko
Berdasarkan tabel penjabaran potensi bahaya yang dilakukan sebelumnya
sehingga dilakukan pengendalian bahaya dengan kategori risiko sangat tinggi
sehingga dilakukan pengendalian menggunakan seperti pada Tabel 6.12.
Tabel 6.12. Pengendalian Risiko
Cara Pengendalian Aktivitas Pengendalian
Cara Rekayasa
Engineering
Tidak ada alat pelindung
diri khusus untuk
ketinggian
1. Memberikan alat yang memudahkan
komunikasi operator seperti handy
talky dan dalam keadaan baik
2. Operator crane harus dapat
berkomunikasi dengan baik dengan
anggota tim situs konstruksi untuk
memahami apa yang dibutuhkan
ketika memindahkan beban dari satu
tempat ke tempat lain.
3. Operator harus mampu mengikuti
instruksi dari operator lain dan harus
mampu memberikan dan
menafsirkan isyarat tangan dengan
benar saat mengoperasikan mesin
derek
4. Operator harus terampil mengamati
kondisi yang terjadi pada bagian
bawah ketika memposisikan peti
kemas dan memiliki keterampilan
pertolongan pertama
5. Operator crane harus tahu tentang
peraturan keselamatan yang
mengatur operasi crane, membatasi
berat untuk berbagai crane dan
bagaimana mempertahankan crane
yang digunakan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 137
VI-16
Tabel 6.12. Pengendalian Risiko (Lanjutan)
Cara Pengendalian Aktivitas Pengendalian
Cara Administratif Terjadi breakdown pada
mesin container crane
1. Semua alat angkat harus diperiksa
dan diuji kemudian disimpan hasil
catatan yang dilakukan
2. Harus menerapkan prosedur yang
tepat harus di tempat untuk
memastikan bahwa alat angkat kapal
telah diperiksa dan diuji sesuai
dengan persyaratan
3. Semua alat angkat harus mampu
mengangkat sesuai beban yang
diperlukan
4. Operator harus sadar untuk jenis
material dapat dengan aman
dikibarkan di setiap beban yang
dapat diangkat sesuai dengan
kapasitas dan kondisi cuaca,
misalnya angin kencang
5. Operator harus memastikan bahwa
crane siap untuk digunakan dengan
dilakukan kontrol pemeriksaan,
instrumen, dan alat pengukur.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 138
VII-1
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh berdasarkan penelitian di PT. Pelindo I Medan
(Persero) adalah sebagai berikut:
1. Pencapaian penerapan program risk assessment yang dilaksanakan
perusahaan untuk menjamin keselamatan operator container crane antara
lain pencapaian penerapan program risk assessment dibandingkan dengan
standar program SMK3 dan dipeoleh kategori program sudah berjalan
dengan baik dan dipatuhi oleh seluruh karyawan pada perusahaan.
2. Penilaian risiko (risk assessment) dilakukan dengan mengidentifikasi
potensi bahaya yaitu terdapat 5 bahaya yang dilakukan penilaian, yaitu
bahaya kecelakaan, bahaya fisik, bahaya bahan kimia, bahaya biologi,
dan penilaian ergonomi, psikososial, faktor organisasi. Dalam
penelitian ini dilakukan penilaian terhadap 2 potensi bahaya yaitu
bahaya fisik dan bahaya kecelakaan
3. Kategori potensi bahaya yang dilakukan diperoleh bahwa penilaian risiko
tinggi dan terdapat 9 potensi bahaya yang mengakibatkan angka
kecelakaan pada perusahaan tinggi, kategori bahaya sangat tinggi yaitu
pada bahaya akibat komunikasi yang buruk antara operator crane dengan
operator telly di bagian bawah crane dan bahaya akibat breakdown pada
mesin container crane.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 139
VII-2
4. Pengendalian risiko yang dilakukan untuk mengurangi potensi bahaya di
tempat kerja dengan menggunakan cara substitusi/diganti, rekayasa
engineering, cara administratif dan dengan penerapan Alat Pelindung Diri
(APD).
7.2. Saran
Saran yang diberikan kepada PT. Pelindo I Medan (Persero) adalah
sebagai berikut:
1. Sebaiknya perlu dibuat organisasi khusus yang menangani SMK3 sesuai
dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja PER.5/MEN/1996 tentang
penerapan SMK3 di perusahaan sehingga identifikasi bahaya dan penilaian
risiko dapat lebih digalakkan.
2. Sebaiknya perusahaan melakukan penerapan Alat Pelindung Diri (APD)
dengan seragam dan dilakukan pengawasan terhadap disiplin operator
dalam menggunakan APD.
3. Sebaiknya perusahaan melakukan kajian terus menerus mengenai
pencapaian penerapan risk assessment sehingga perusahaan dinilai zero
accident.
4. Sebaiknya perusahaan melakukan pelatihan dan pemahaman lebih kepada
operator mengenai pengetahuan tentang K3 untuk pengetahuan yang
menyeluruh.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 140
VII-3
5. Sebaiknya diterapkan Standar Operasional Prosedur (SOP) pada setiap
bagian pekerjaan dan monitoring pelaksanaan standar keselamatan kerja
secara rutin risiko dapat dikurangi dengan cara pembuatan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 141
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Benyamin O. 2008. Fundamental Principles Of Occupational Health And
Safety Second Edition. Switzerland: International Labour Organization
Bikatofani, Ryan Rizky. 2015. Analisis Risiko Pengoprasian Overhead Crane
Double Girder di Divisi Kapal Niaga PT. Pal Surabaya. Jawa Timur: The
Indonesian Journal of Occupational Safety and Health Vol. 4 No.3
Checklist and Information for Cranes. Goverenment of Western Australia
Cioca, Lucian Ionel. 2015. Occupational Risk Assessment: A Framework for
Understanding and Practical Guiding the Process in Romania.
Proceedings Of The International Conference On Risk Management,
Assessment And Mitigation ISSN 1790-2769. Vol.4 No.2
Deshmukh, L. M. 2006. Industrial Safety Management: Hazards Identification
and Risk Control. Tata Mc. Graw-Hill Publishing Company Limited
Health and Safety Authority. 2015. Information Sheet of Hazard in Port and Dock
Operations.
Luckyta, Dhinar Tiara. 2012. Evaluasi dan Perancangan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK 3) dalam Rangka Perbaikan
Safety Behaviour Pekerja (Studi Kasus: PT. X Sidoarjo). Jurnal Teknik
ITS Vol. 1, No. 1, ISSN 2301-9271
Mutia, Mega. 2014. Pengukuran Beban Kerja Fisioloogis dan Psikologis pada
Operator Pemetikan Teh dan Operator Produksi Teh Hijau di PT. Mitra
Kernci. Padang: Universitas Andalas. ISSN: 2088-4842
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 142
National Conference On Applied Ergonomics Safety, Health, and Comfort For
Higher Productivity and Better Life: Yogyakarta
Niosh Alert.. 2006. Preventing Worker Injuries and Deaths from Mobile Crane
Tip-Over, Boom Collapse, and Uncontrolles Hoisted Load. Prosiding of
Workplace Safety and Health: Departement of Health and Human Service
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2012 Tentang
Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Rehak, David. 2014. Preference Risk Assessment of Electric Power Critical
Infrastructure. The Italian Assocation of Chemical Engineering Vol. 36,
2014 ISSN 2283-9216
Sepang, Bryan Alfons Willyam. 2013. Manajemen Risiko Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) pada Proyek Pembangunan Ruko Orlens Fashion
Manadao. Universitas Sam Ratulangi: Jurnal Sipil Statik Vol.1 No. 4
Maret 2013 (282-288) ISSN 2337-6732
Suma’mur. 1981. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta: CV
Haji Masagung
Susihono, Wahyu. 2013. Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) dan Identifikasi Potensi Bahaya Kerja (Studi Kasus
di PT. LTX Kota Cilegon-Banten). Universitas Sultan Agung Tirtayasa:
Spektrum Industri, 2013, Vol. 11 No. 2 ISSN: 1963-6590
Thomas, J Anton.1989. Occupational Safety and Health Management. United
State of America. Irwin/MacGraw Hill
Walpole, Ronald. 1993. Pengantar Statistik. Jakarta: PT Gramedia
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 143
Winiarto, Brian Hadi. 2013. Identifikasi Penilaian Aktivitas Pengelasan pada
Bengkel Umum dengan Pendekatan Job Safety Analysis. Universitas
Sultan Agung Tirtayasa: Jurnal Teknik Industri, Vol.1 No.1, Maret 2013,
pp 59-65 ISSN 2302-495X
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA