ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT (Studi Kasus di Departemen Palm Kernel Crushing PT. Sinar Alam Permai (PT. SAP) Mariana, Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan) Oleh SANTY WIDYASTUTI A14103586 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
128
Embed
ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT (Studi … · bagian PPIC dan bagian logistik PT. SAP. Inti sawit dibeli dari beberapa PKS (PKS dalam satu grup dan PKS lain). Hal ini
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT
(Studi Kasus di Departemen Palm Kernel Crushing PT. Sinar Alam Permai
(PT. SAP) Mariana, Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan)
Oleh
SANTY WIDYASTUTI
A14103586
PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
RINGKASAN
SANTY WIDYASTUTI. Analisis Pengendalian Persediaan Inti Sawit (Studi Kasus di Departemen Palm Kernel Crushing PT. Sinar Alam Permai (PT. SAP) Mariana, Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan). Di bawah bimbingan Dr. Ir. Heny K. S. Daryanto.
Minyak inti sawit (Palm Kernel Oil, PKO) merupakan salah satu minyak yang dihasilkan oleh tanaman kelapa sawit selain CPO. Minyak inti sawit diperoleh dari biji (seed) di dalam buah kelapa sawit yang disebut inti sawit (Palm Kernel, PK). Biasanya PKO lebih banyak digunakan untuk industri oleokimia. Di Indonesia masih sedikit perusahaan kelapa sawit yang memproduksi dan menghasilkan produk turunan dari PKO. PT. Sinar Alam Permai (PT. SAP) merupakan salah satu perusahaan yang memproduksi minyak inti sawit (PKO). Crushing Plant (Departemen PKC) adalah salah satu unit pengolahan PT. SAP yang mengolah inti sawit untuk menghasilkan minyak inti sawit (PKO) sebagai produk utama dan bungkil kelapa sawit (PKM) sebagai produk sampingannya. Selama ini, Departemen PKC berproduksi berdasarkan target dan untuk memenuhi stok minyak inti sawit perusahaan (menggunakan inti sawit sebanyak 28 750 ton per bulan untuk menghasilkan 12 362.5 ton PKO). Pembelian bahan baku inti sawit, selama ini dilakukan oleh kantor pusat (HO) di Medan. Sedangkan, perencanaan dan pengadaan inti sawit dilakukan oleh bagian PPIC dan bagian logistik PT. SAP. Inti sawit dibeli dari beberapa PKS (PKS dalam satu grup dan PKS lain). Hal ini dilakukan karena PT. SAP tidak memiliki perkebunan sendiri. Selama tahun 2006 volume pemakaian bahan baku inti sawit berfluktuasi setiap bulannya. Perubahan volume pemakaian inti sawit menuntut pihak perusahaan melakukan perubahan terhadap rencana produksinya. Dampak dari naik turunnya persediaan bahan baku inti sawit, selain membuat siklus produksi perusahaan terganggu juga menyebabkan biaya produksi meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sistem pengadaan dan pengendalian persediaan inti sawit yang diterapkan oleh perusahaan dan menganalisis sistem pengendalian persediaan bahan baku yang optimal dan menentukan alternatif teknik pengendalian persediaan inti sawit yang dapat diterapkan pada perusahaan. Jenis data yang dikumpulkan terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh langsung dari PT. SAP yang berlokasi di Jalan Sabar Jaya, Desa Prajin, Mariana, Musi Banyuasin – Sumatera Selatan, pada bulan Juli 2006-Juni 2007. Data tersebut diperoleh dari hasil pengamatan dan wawancara dengan pihak perusahaan. Data sekunder diperoleh dari dokumen perusahaan berupa laporan tahunan atau bulanan yang meliputi data historis, data biaya dan data pendukung lainnya. Selain itu ditambah dengan studi literatur berupa skripsi, makalah, laporan penelitian, dan internet. Data kuantitatif diolah dengan menggunakan program Microsoft Exel. Untuk menganalisis digunakan model MRP dengan teknik LFL, EOQ, POQ dan PPB yang akan dibandingkan dengan metode perusahaan.
2
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan metode perusahaan diperoleh biaya persediaan sebesar Rp 223 052 921.3 dan biaya pembelian yang dikeluarkan oleh perusahaan sebesar Rp 480 643 330 440. Sedangkan teknik LFL biaya persediaan sebesar Rp 54 544 851.9 dan untuk biaya pembelian inti sawit sama dengan teknik POQ dan PPB yaitu Rp 455 555 255 704. Untuk biaya persediaan POQ dan PPB berturut-turut sebesar Rp 538 275 111.8 dan Rp 208 705 799.3. Teknik EOQ biaya persediaan dan biaya pembelian yang diperoleh sebesar Rp 219 850 227.9 dan Rp 456 388 702 240. Alternatif pengendalian persediaan inti sawit di PT. SAP adalah teknik PPB, hasil perbandingan antara keempat teknik Metode MRP dengan metode perusahaan. Teknik PBB dapat menghemat biaya persediaan sebanyak 6.43 persen dan menghemat biaya pembelian sebesar 5.22 persen. Teknik ini pun sesuai dengan kondisi perusahaan karena pada teknik ini masih terdapat persediaan pada periode/minggu yang digabung dan pada teknik ini kuntitas pemesanan dalam jumlah yang besar. Hal ini dapat di dukung dari kapasitas silo yang besar, kapasitas mesin, julah tenaga kerja yang cukup serta karakteristik dari inti sawit yang dapat disimpan dalam waktu yang agak lama.
3
ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT
(Studi Kasus di Departemen Palm Kernel Crushing PT. Sinar Alam Permai
(PT. SAP) Mariana, Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan)
Santy Widyastuti
A 14103586
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Manajemen Agribisnis
PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
4
Judul Penelitian : Analisis Pengendalian Persediaan Inti Sawit (Studi Kasus di Departemen Palm Kernel Crushing PT. Sinar Alam Permai (PT. SAP) Mariana, Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan)
Nama Mahasiswa : Santy Widyastuti Nomor Pokok : A 14103586
Menyetujui Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Heny K. S. Daryanto, M.Ec NIP. 131 578 796
Mengetahui Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr.Ir Didy Sopandie, M.Agr NIP. 131 124 019
Tanggal Kelulusan:
5
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI BERJUDUL “ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT STUDI KASUS DI DEPARTEMEN PALM KERNEL CRUSHING PT. SINAR ALAM PERMAI (PT SAP), MARIANA, KABUPATEN MUSI BANYUASIN, SUMATERA SELATAN” INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Bogor, Januari 2009
Santy Widyastuti A 14103586
6
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 08 November 1981 di Plaju, Sumatera
Selatan. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara pasangan
ayahanda Suwitno dan ibunda Tri Mulyati.
Penulis memulai pendidikan dasar di SD Taman Siswa I Sei Gerong pada
tahun 1988, pada tahun 1994 penulis melanjutkan pendidikan ke SLTP YKPP
(Yayasan Kesejahteraan Pegawai Pertamina) 3 Sei Gerong dan lulus pada tahun
1997. Pada tahun 2000 penulis menamatkan pendidikan sekolah menengah atas di
SMU YKPP 2 Sei Gerong.
Penulis melanjutkan pendidikan di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui
jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada program Diploma III Program
Teknisi Usaha Ternak Unggas (TUTU), Departemen Ilmu Produksi Ternak,
Fakultas Peternakan hingga tahun 2003. Tahun 2004 penulis diterima di Program
Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi
Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
7
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas karunia-
Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Pengendalian
Persediaan Inti Sawit (Studi Kasus di Departemen Palm Kernel Crushing (PKC)
PT. Sinar Alam Permai (PT. SAP) Mariana, Kabupaten Musi Banyuasin,
Sumatera Selatan.
Penulisan skripsi ini bertujuan untuk mencari metode alternatif yang dapat
direkomendasikan kepada perusahaan dalam pengadaan bahan baku, dengan
memberikan tingkat persediaan dan biaya persediaan yang optimal serta dapat
meghemat biaya pembelian bahan baku. Model pengendalian persediaan yang
digunakan adalah model Material Requirement Planning (MRP) dengan teknik
Lot For Lot (LFL), teknik Economic Order Quantity (EOQ), teknik Period Order
Quantity (POQ), dan teknik Part Period Balancing (PPB). Model pengendalian
tersebut dibandingkan dengan metode pengendalian persediaan perusahaan untuk
mendapatkan alternatif dalam pengendalian persediaan bahan baku yang
menghasilkan biaya persediaan minimum.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu
dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa hasil dari
penelitian ini jauh dari sempurna dan masih banyak terdapat kekurangan. Penulis
berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
memerlukan. Terima kasih
Bogor, Januari 2009
Santy Widyastuti A 14103586
8
UCAPAN TERIMA KASIH
Alhamdulillahhirobil Alamin
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
hidayah Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis sadari bahwa dalam
menyelesaikan skripsi ini banyak pihak yang telah membantu memberi
bimbingan, bantuan dan doa yang akan selalu penulis kenang dan syukuri. Oleh
karena itu, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada :
1. Dr. Ir. Heny K. S. Daryanto, M.Ec sebagai pembimbing skripsi yang telah
banyak memberikan bimbingan, saran dan masukan selama proses penelitian
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
2. Ir. Netti Tinaprilla, MM sebagai dosen evaluator, atas masukannya berupa
saran dan kritik dalam kolokium proposal penelitian.
3. Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS sebagai dosen penguji utama, yang telah
memberikan kritikan dan saran yang membangun demi perbaikan skripsi ini.
4. Ir. Eva Yolanda, MM sebagai dosen penguji dari komisi pendidikan yang
telah memberikan koreksi dan saran untuk perbaikan skripsi ini.
5. Papa, Mama, Mas Enjen, dan adik-adikku (Supri, Jayanti dan Rama) atas
segenap daya upaya yang selalu mendoakan, memberikan kasih sayang,
dorongan dan kesabarannya dalam membimbing penulis hingga saat ini.
6. Om Warsito dan keluarga atas bantuan ketika penulis akan melakukan
penelitian di PT. SAP.
7. Ibu Jusmarni, Ibu Shintia dan Bapak Ginting sebagai pembimbing lapang
penulis, terima kasih atas bimbingan dan bantuan data-datanya, Mr. Lou
9
sebagai general manajer yang telah mengizinkan penulis untuk penelitian di
PT. SAP. serta karyawan di departemen PKC, Lab PK dan Timbangan yang
tidak dapat disebutkan satu per satu, atas ilmu, informasi dan bantuan serta
bimbingan selama penulis berada di PT. SAP
8. Adik-adikku di Neo Yasmin (Nanik, Ila, Agnes, Vera, Ela, Supreh, Uke dan
Arnis) atas doa, kebersamaan, keceriaan, semangat dan kasih sayang selama
ini.
9. Teman-teman ekstensi (Nora, Mini, Dewi, Nde, Wawan, Novalina dan
Yunita) terima kasih atas bantuan dan semangatnya sehingga penelitian dan
skripsi ini dapat selesai.
10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang turut membantu
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
DAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR ...................................................................................... i
UCAPAN TERIMA KASIH ........................................................................... ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ............................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ ix
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... x
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1 1.2 Perumusan Masalah .............................................................................. 5 1.3. Tujuan Penelitian ................................................................................. 8 1.4. Kegunaan Penelitian ........................................................................... 8
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kelapa Sawit ......................................................................................... 10 2.1.1 Sejarah Kelapa Sawit di Indonesia ................................................. 10 2.1.2 Varietas Tanaman Kelapa Sawit ..................................................... 12 2.1.3 Inti Sawit.......................................................................................... 13 2.1.4 Proses Pembuatan Palm Kernel Oil (Minyak Inti Sawit, PKO) ............................................................... 13
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu ............................................................. 14 III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Bahan Baku ......................................................................................... 19 3.1.1 Pengadaan Bahan Baku ................................................................... 19
3.1.2 Persediaan Bahan Baku 3.1.3 Persediaan ....................................................................................... 23
3.1.3.1 Fungsi dan Peranan Persediaan ................................................. 24 3.1.3.2 Jenis Persediaan ........................................................................ 25 3.1.3.3 Biaya Persediaan ....................................................................... 27 3.1.3.4 Pengendalian Persediaan ........................................................... 30 3.1.3.5 Kebijakan Pengendalian Persediaan ......................................... 30
3.1.4 Model Pengendalian Persediaan ..................................................... 31 3.1.4.1 MRP Teknik Lot For Lot .......................................................... 34 3.1.4.2 MRP Teknik Economic Order Quantity (EOQ) ....................... 35 3.1.4.3 MRP Teknik Part Period Balancing (PPB) ............................... 39 3.1.4.4 MRP Teknik Period Order Quantity (POQ) ............................. 40
IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu ................................................................................. 43 4.2 Jenis dan Sumber Data ......................................................................... 43 4.3 Metode Pengumpulan Data .................................................................. 44 4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data ................................................. 44
4.4.1 Identifikasi Kondisi Perusahaan dalam Manajemen Pengendalian Persediaan Inti Sawit ....................................................................... 45
4.4.2 Analisis Persediaan Bahan Baku .................................................... 45 4.4.3 Pendugaan dan Penentuan Biaya Persediaan .................................. 46 4.4.4 Analisis Model Pengendalian Persediaan Bahan Baku .................. 47
5.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan ............................................... 54 5.2 Lokasi Perusahaan ................................................................................ 55 5.3 Visi, Misi, Kebijakan Mutu Perusahaan dan sasaran Mutu
Perusahaan ........................................................................................... 58 5.4 Struktur Organisasi ............................................................................... 59 5.5 Ketenagakerjaan ................................................................................... 63 5.6 Proses Produksi .................................................................................... 65
5.6.1 Bahan Baku ..................................................................................... 65 5.6.2 Proses Pembuatan PKO (Palm Kernel Oil) .................................... 65
5.7 Pemasaran ............................................................................................. 67 VI. SISTEM PERSEDIAAN INTI SAWIT DEPARTEMEN PALM KERNEL CRUSHING PT. SAP
6.1 Jenis, Asal dan Kualitas Persediaan ..................................................... 69 6.2 Perencanaan Pengadaan Bahan Baku ................................................... 70 6.3 Prosedur Pembelian dan Penerimaan Inti Sawit ................................... 72
6.3.1 Prosedur Pembelian Inti Sawit ....................................................... 72 6.3.2 Penerimaan Bahan Baku ................................................................. 74
6.4 Sistem Pengadaan Persediaan Inti Sawit .............................................. 75 VII. ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT PT. SINAR ALAM PERMAI
7.1 Biaya Persediaan ................................................................................... 77 7.2 Pemakaian Inti Sawit dan Waktu Tenggang PT. SAP ......................... 79 7.3 Waktu Tunggu (Lead Time) dan Persediaan Pengaman
(Safety Stock) ....................................................................................... 81 7.4 Sistem Pengendalian Persediaan Inti Sawit
PT. Sinar Alam Permai ........................................................................ 82 7.4.1 Metode Pengendalian Persediaan Bahan Baku pada
PT. Sinar Alam Permai ................................................................... 83 7.4.2 Metode Material Requirement Planning (MRP) ............................ 84
7.4.2.1 Metode MRP Teknik Lot For Lot (LFL) .................................. 85 7.4.2.2 Metode MRP Teknik Economic Quantity Order
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................100
vii
DAFTAR TABEL
No Teks Hal
1. Perkembangan Penerimaan Devisa dari Sektor Pertanian Tahun 1995-Agustus 2008 ................................................................................ 1
2. Perkembangan Produksi, Luas Areal, dan Produktivitas Kelapa Sawit Indonesia Tahun 1999-2006 ....................... 3
3. Perkembangan Produksi dan Volume Ekspor Minyak Inti Sawit (PKO) Tahun 1996-2005 .......................................... 4
4. Perkembangan Jumlah PK yang digunakan dan Produksi PKO pada Departemen PKC Tahun 2006 ............................... 7
5. Klasifikasi Ilmiah Tanaman Kelapa Sawit ............................................. 10
7. Cara Perhitungan Lot dengan Bagian PPB ............................................. 40
8. Format Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku (MRP) ............................ 48
9. Fasilitas yang Terdapat di PT. Sinar Alam Permai ................................. 56
10. Fasilitas dan Kapasitas di Plant 1 dan Plant 2 di Departemen KPC ...... 57
11. Standar Losses (Penyusutan/kehilangan) yang Terjadi di Setiap Pabrik Pengolahan PT. SAP ........................................................ 59
12. Spesifikasi Standar Kadar Inti Sawit PT. SAP ....................................... 69
13. Perkembangan Pembelian Inti Sawit Juli 2006 – Juni 2007 ................... 76
14. Komponen Biaya Pemesanan Per Pesanan Inti Sawit Periode Juli 2006-Juni 2007 ................................................................................. 77
15. Biaya Penyimpanan Inti Sawit Periode Juli 2006-Juni 2007 .................. 79
16. Perkembangan Volume Pemakaian Inti Sawit Departemen PKC PT. SAP Periode Juli 2006-Juni 2007 .................................................... 80
17. Perkembangan Persediaan Inti Sawit (kg) Periode Juli 2006-Juni 2007.................................................................................. 81
18. Frekuensi Pemesanan Inti Sawit PT. SAP Bulan Juli 2006-Juni 2007 ................................................................................. 84
19. Frekuensi Pemesanan dan Kuantitas Pesanan dengan Metode MRP Teknik Lot For Lot Bulan Juli 2006-Juni 2007 ...................................... 86
20. Frekuensi Pemesanan dan Kuantitas Pesanan dengan Metode MRP Teknik Economic Quantity Order (EOQ) Bulan Juli 2006-Juni 2007 ................................................................................. 87
21. Frekuensi Pemesanan dan Kuantitas Pesanan dengan Metode MRP Teknik Period Order Quantity (POQ) Bulan Juli 2006-Juni 2007 ................................................................................. 88
viii
22. Frekuensi Pemesanan dan Kuantitas Pesanan dengan Metode MRP Teknik Part Period Balancing (PPB) Bulan Juli 2006-Juni 2007 ................................................................................. 89
23. Frekuensi Pemesanan dan Kuantitas Pesanan PT. SAP dan Keempat Teknik Metode MRP Periode Juli 2006-Juni 2007 ................................ 90
24. Frekuensi Pemesanan dan Biaya Pemesanan PT. SAP dan Keempat Teknik Metode MRP Periode Bulan Juli 2006-Juni 2007 ...................... 91
25. Jumlah Persediaan dan Biaya Penyimpanan PT. SAP dan Keempat Teknik Metode MRP Periode Bulan Juli 2006-Juni 2007 ...................... 92
26. Biaya Persediaan PT. SAP dan Keempat Teknik Metode MRP Periode Bulan Juli 2006-Juni 2007 ......................................................... 93
27. Persentase Penghematan Teknik Metode MRP Terhadap Metode Perusahaan Bulan Juli 2006-Juni 2007 ................................................... 94
DAFTAR GAMBAR
No Teks Hal 1. Hubungan Antara Kedua Jenis Biaya Persediaan.................................... 36
2. Tingkat Persediaan Versus Waktu bagi EOQ ......................................... 39
4. Skema Pembuatan Minyak Inti Sawit (Palm Kernel Oil, PKO) PT. Sinar Alam Permai (SAP) ................................................................ 67
5. Diagram Alir Perencanaan dan Penerimaan Bahan Baku PT. SAP .................................................................................................. 71
2
DAFTAR LAMPIRAN
No Hal 1. Struktur Organisasi PT. Sinar Alam Permai ......................................... 102
2. Struktur Organisasi Departemen Palm Kernel Crushing (PKC Plant) ........................................................................................... 103
3 Suku Bunga Simpanan Berjangka Rupiah Bank Umum Periode Bulan Juli 2006-Juni 2007 ............................................................................... 104
4. Perhitungan Biaya Persediaan Inti Sawit Dengan metode Perusahaan Bulan Juli 2006-Juni 2007 ................................................. 104
5. Perhitungan EOQ, EPP (Economic Part Period) dan POQ ................. 105
6. Metode MRP Teknik Lot for Lot .......................................................... 106
7. Metode MRP Teknik EOQ ................................................................... 107
8. Metode MRP Teknik POQ ................................................................... 108
9. Cara Perhitungan PPB Persediaan Inti sawit ........................................ 109
Metode MRP Teknik PPB .................................................................... 110
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia sebagai negara agraris mempunyai beberapa keunggulan
komparatif yang didukung oleh sumber daya alam dalam pembangunan sektor
pertanian. Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam perekonomian
Indonesia karena berperan sebagai sumber utama pangan dan pertumbuhan
ekonomi.
Peran sektor pertanian dalam pertumbuhan ekonomi terlihat dari
kontribusi sektor ini Produk Domestik Bruto (PDB) dan terhadap devisa negara.
Pada tahun 2007 sektor ini memberikan kontribusi pada PDB sebesar 13.83
persen1. Kontribusi sektor pertanian terhadap devisa negara dapat dilihat pada
Tabel 1.
Tabel 1. Perkembangan Penerimaan Devisa dari Sektor Pertanian Tahun 1995-Agustus 2008
Tahun Penerimaan Devisa (USD)
1995-1997 5.12 Juta
1998-1999 4.58 Juta
2000-2003 5.03 Juta
2007 9.52 Juta
Januari-Agustus 2008 16.21 JutaSumber : Pusat Data dan Informasi Departemen Pertanian, 20082
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa penerimaan devisa dari
sektor pertanian cukup besar. Pada tahun 1998-1999 penerimaan devisa dari
sektor pertanian mengalami penurunan sebesar USD 54 juta dari tahun
1 Perkembangan Domestik Bruto “Perekonomian Indonesia Pada Tahun 2007 Mengalami
Ekspansi”. 2007. www.bi.go.id 2 Ekspor Pertanian Masih Yang Tertinggi dan Ekspor Impor Produk Pertanian Pasca Krisis. 2008.
www.deptan.go.id
2
sebelumnya. Hal ini disebabkan pada tahun 1998-1999 sedang terjadi krisis
moneter. Pasca krisis moneter (Tahun 2000-2003) pendapatan dari sektor ini
mulai mengalami peningkatan kembali (USD 5.03 juta) dan sektor ini tetap
menjadi salah satu andalan bagi negara ketika terjadinya krisis keuangan global.
Pada tahun 2008 pendapatan dari sektor ini sebesar USD 16.21 juta (periode
Januari-Agustus 2008) naik 70.25 persen dari tahun 2007 pada periode yang sama.
Perkebunan merupakan salah satu subsektor pertanian dan salah satu
komoditi primadona pada subsektor perkebunan adalah kelapa sawit. Industri
kelapa sawit memberikan kontribusi sebesar 1 persen terhadap PDB non-migas
dan telah menyerap tenaga kerja sebanyak 8,5 juta orang3. Kelapa sawit
mempunyai beberapa keunggulan baik dari segi produktivitas, ragam kegunaan
maupun harga produk. Terdapat trend bahwa ke depan tingkat pertumbuhan
konsumsi minyak sawit dunia relatif lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat
pertumbuhan produksinya.
Berdasarkan data perkembangan produksi, luas areal dan produktivitas
kelapa sawit Indonesia (Tabel 2), rata-rata produksi per tahun kelapa sawit
nasional selama periode tahun 1999-2006 sebesar 9 749 820 ton dengan
peningkatan sebesar 11.1 persen per tahun. Peningkatan rata-rata produktivitas
kelapa sawit pada periode 1999-2006 sebesar 1.93 ton per ha. Areal perkebunan
kelapa sawit nasional mengalami perkembangan yang semakin meningkat setiap
tahunnya (Tabel 2). Pada tahun 2006 luas areal perkebunan telah mencapai 6 074
926 ha. Rata-rata tingkat pertumbuhan luas areal perkebunan kelapa sawit sebesar
6.62 persen per tahun. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 2 dibawah ini.
3 Pola Pengembangan dan Prospek Industri Kelapa Sawit dan Produk Turunannya di Indonesia.
Agustus 2007. www.visdatin.com
3
Tabel 2. Perkembangan Produksi, Luas Areal, dan Produktivitas Kelapa Sawit Indonesia Tahun 1999-2006
Produksi Luas Areal Produktivitas Tahun Ton %/Th Ha %/Th Ton/Ha %/Th
Sedangkan, permintaan akan minyak inti sawit (PKO) tidak mengalami
penurunan yang signifikan meskipun mengalami fluktuasi setiap tahunnya.
Permintaan akan minyak inti sawit dapat dilihat dari volume ekspor inti sawit
setiap tahunnya. Volume ekspor minyak inti sawit mengalami peningkatan yang
sangat signifikan terjadi pada tahun 2005 yaitu 1 042 613 ton.
Nilai ekspor minyak inti sawit mengalami fluktuasi dari tahun 1996
sampai tahun 2003. Nilai ekspor minyak inti sawit terendah terjadi pada tahun
2001 dengan nilai sebesar USD 146 juta. Namun, pada tahun 2004 nilai ekspor
minyak inti sawit mengalami peningkatan yang sangat signifikan sebesar USD
238 juta dari tahun sebelumnya.
Produksi minyak inti sawit (PKO) selama ini masih di bawah produksi
minyak sawit mentah CPO. Harga minyak sawit mengalami peningkatan selama
dua tahun terakhir ini, tetapi menurut Derom Bangun (Ketua Gabungan Kelapa
Sawit Indonesia, GAPKI) meskipun harga minyak sawit mentah (CPO)
mengalami peningkatan tetapi hal itu tidak dapat dijadikan tolak ukur untuk
keuntungan perusahaan. Menurut Bangun, dalam industri kelapa sawit, pengusaha
5
mengambil keuntungan dari penjualan minyak inti sawit (PKO). Para pengusaha
memperoleh keuntungan sebesar Rp 1 550 per kilogram minyak inti sawit
(PKO).4
Industri kelapa sawit terdiri dari beberapa segmen industri yaitu budidaya
perkebunan, mill (Pabrik Kelapa Sawit), industri pengolahan dan perdagangan.
Umumnya industri yang banyak diusahakan di Indonesia adalah segmen
perkebunan dan mill5. Salah satu perusahaan yang bergerak dalam beberapa
segmen industri kelapa sawit adalah Wilmar Corporation.
Salah satu anak perusahaan dari Wilmar Corporation adalah PT. Sinar
Alam Permai (PT. SAP). Perusahaan ini bergerak dalam industri hilir yang
mengolah minyak sawit kasar (CPO) menjadi minyak goreng (merek ”Fortune”)
dan turunan dari CPO lainnya serta mengolah inti sawit untuk menghasilkan
minyak inti sawit (Palm Kernel Oil, PKO). Untuk menjalankan produksinya, PT.
SAP memiliki lima unit pengolahan sesuai dengan fungsinya masing-masing.
1.2 Perumusan Masalah
Crushing Plant (Departemen PKC) merupakan salah satu unit pengolahan
PT. SAP yang mengolah inti sawit untuk menghasilkan minyak inti sawit (PKO)
sebagai produk utama dan bungkil kelapa sawit (Palm Kernel Meal, PKM)
sebagai produk sampingannya. Selama ini, Departemen PKC berproduksi
berdasarkan target dan untuk memenuhi stok minyak inti sawit perusahaan.
Inti sawit (PK) merupakan bahan baku yang digunakan oleh departemen
PKC untuk memproduksi PKO. PT. SAP tidak mempunyai perkebunan sendiri
maka bahan baku inti sawit diperoleh dari beberapa Pabrik Kelapa Sawit (PKS). 4 B. Josie Susilo. 2003. Kelapa Sawit Indonesia Tidak Sekedar CPO. www.kompas.com 5 www. Elearning_unej.ac.id/courses/ PNU1705/document/babIklpswt.doc
6
Inti sawit tersebut diperoleh dari dua sumber yaitu PKS yang tergabung dalam
satu grup dengan PT. SAP dan PKS dari grup yang lain. PKS tersebut berada di
provinsi Sumatera Selatan, Jambi dan Lampung.
Selama ini pengadaaan inti sawit (PK) untuk departemen PKC dilakukan
oleh kantor pusat (Head Office,HO) dari Wilmar Corporation yang berada di
Medan. Perencanaan dan pengadaan bahan baku inti sawit di PT. SAP dilakukan
oleh bagian PPIC (Production Planning and Inventory Control) dan bagian
logistik. Pembelian inti sawit dilakukan dengan sistem kontrak oleh PT. SAP
kepada pihak PKS dan kesepakatan kontrak (kualitas dari inti sawit yaitu kadar
air, kadar minyak, dan persentase kotoran) dilakukan di awal kontrak pembelian.
Perusahaan melakukan produksi berdasarkan target (jumlah hari kerja
dalam satu bulan adalah 28.75 hari) yaitu mengolah 28 750 ton inti sawit (Palm
Kernel, PK) per bulan, untuk menghasilkan minyak inti sawit (PKO) sebanyak 12
362.5 ton per bulan. Berdasarkan data perkembangan jumlah PK dan produksi
PKO pada Departemen PKC (Tabel 4), PK yang digunakan untuk memproduksi
PKO selama tahun 2006 mengalami fluktuasi setiap bulannya.
Rata-rata PK yang digunakan sebesar 18 174 178.08 kg per bulan dengan
jumlah PKO yang dihasilkan rata-rata 7 670 326.25 kg per bulan. Hal ini
menunjukkan pada tahun 2006 departemen PKC hanya dapat memenuhi target
mengolah inti sawit sebesar 63.21 persen dan target produksi PKO sebesar 62.05
persen. Untuk lebih jelasnya mengenai penggunaan pemakaian inti sawit dan PKO
yang dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 4.
7
Tabel 4. Perkembangan Jumlah PK yang digunakan dan Produksi PKO pada Departemen PKC Tahun 2006
Sumber : Departemen PKC
Naik turunnya penggunaan inti sawit berpengaruh pada persediaan inti
sawit di perusahaan. Fluktuasi penggunaan inti sawit disebabkan oleh beberapa
faktor yaitu (1) harga inti sawit yang tidak stabil dipengaruhi dari permintaan akan
CPO dan PKO serta produk turunannya. (2) Perusahaan memiliki pesaing yaitu
PT. Musim Mas, sehingga perusahaan harus bersaing mendapatkan inti sawit. (3)
Karakteristik inti sawit yang tidak cepat busuk, tetapi bila kelamaan disimpan
akan mengurangi kadar minyak yang terkandung didalamnya. Untuk memenuhi
target produksinya PT. SAP memesan serta melakukan persediaan inti sawit
dalam jumlah yang besar, untuk mengantisipasi kekurangan bahan baku.
Dampak dari naik turunnya persediaan bahan baku inti sawit, dapat
menyebabkan siklus produksi perusahaan terganggu dan juga menyebabkan biaya
produksi meningkat. Persediaan bahan baku yang berfluktuasi, bagian PPIC
perusahaan harus menyesuaikan kembali jumlah bahan baku yang akan diolah
Minyak goreng tersebut di pasarkan ke pasar tradisional dan supermarket
yang ada di pulau Sumatera, sebagian pulau Jawa, pulau Sulawesi dan pulau
Kalimantan. Pada tahun 2007 minyak goreng tersebut mulai memasuki pasar
India. Pemasaran minyak goreng tersebut melalui distributor dan agen. Harga
minyak goreng yang dijual berdasarkan harga minyak goreng di pasaran.
Produk hasil turunan dari CPO yang lain dan minyak inti sawit (PKO)
dipasarkan oleh kantor pusat Wilmar Corporation yang ada di Medan dan
Singapura. Sebagian dari produk-produk tersebut di ekspor ke luar negeri yaitu
sebesar 87 persen dan sisanya dijual di dalam negeri. Adapun negara tujuan
ekspor Wilmar Corporation adalah Amerika Serikat, Korea, Cina, Thailand dan
India. Selama tiga tahun terakhir harga produk turunan dari CPO dan minyak inti
sawit berfluktuasi. Harga yang ditetapkan oleh perusahaan berdasarkan harga
dunia.
69
VI. SISTEM PERSEDIAAN INTI SAWIT DEPARTEMEN PALM KERNEL CRUSHING PT. SAP
6.1 Jenis, Asal dan Kualitas Persediaan
Jenis bahan baku yang digunakan oleh departemen PKC PT. SAP adalah
inti sawit. Proses produksi minyak inti sawit (PKO) di departemen PKC tidak
menggunakan bahan baku tambahan dan bahan baku pembantu. Untuk bisa
menjadi bahan baku PKO, inti sawit harus memenuhi beberapa persyaratan yang
ditetapkan oleh Departemen Perindustrian dan Perdagangan dengan Standar
Nasional Indonesia (SNI) 01-0002-1987. Standar ini menetapkan spesifikasi inti
kelapa sawit dengan persyaratan dan kriteria uji yang meliputi kadar minyak
kering, kadar asam lemak bebas yang dihitung sebagai asam laurat, kadar air dan
kadar kotoran.
Spesifikasi standar untuk kadar inti sawit setiap perusahaan berbeda-beda.
Standar kadar inti sawit di PT. Sinar Alam Permai dapat dilihat pada Tabel 12.
Hal tersebut dilakukan untuk menjaga kualitas dari minyak inti sawit (PKO), tidak
merusak mesin produksi dan dapat meningkatkan efisiensi produksi sehingga
target produksi yang diinginkan tercapai.
Tabel 12. Spesifikasi Standar Kadar Inti Sawit PT. SAP % Spesifikasi PKO PKM
Kadar Minyak Minimum 8 - 10 Maksimum 7 - 12 Kadar Air Maksimal 7 - 10 Maksimum 3.5 – 5.0 Kadar Kotoran Maksimal 5 - 7 -
Sumber : Bagian Laboratorium
Inti sawit yang diperoleh PT. SAP berasal dari pabrik kelapa sawit (PKS)
yang memiliki perkebunan kelapa sawit yang berada dalam satu grup Wilmar dan
pabrik kelapa sawit (PKS) lain di luar grup Wilmar. PKS tersebut berada di
70
Propinsi Sumatera Selatan (Kabupaten Musi Banyu Asin, Kabupaten Ogan
Komering Ulu dan Kabupaten Ogan Komering Ilir), dan propinsi Jambi.
6.2 Perencanaan Pengadaan Bahan Baku
Perencanaan pengadaan bahan baku adalah menentukan jumlah bahan
baku yang diperlukan untuk kegiatan produksi masa mendatang. Sebelum rencana
produksi disusun, terlebih dahulu dibuat order status oleh bagian PPIC
(Production Planning and Inventory Control) yang ditujukan ke bagian logistik,
departemen Tracking. Setelah mendapatkan kepastian tentang jumlah bahan baku
yang dapat dipenuhi oleh bagian logistik, selanjutnya bagian PPIC bersama
dengan manajer dan staff departemen PKC mengadakan rapat koordinasi untuk
menyusun rencana produksi.
Perencanaan produksi berisi susunan program dalam memproduksi produk
yang dihasilkan oleh perusahaan. Perencanaan tersebut disesuaikan dengan jumlah
bahan baku yang ada. Departemen PKC memeriksa kondisi stok bahan baku yang
ada. Departemen PKC melakukan koordinasi dengan bagian PPIC mengenai
jumlah stok bahan baku yang ada.
Bagian PPIC berkoordinasi dengan bagian logistik untuk permintaan
bahan baku yang dibutuhkan oleh departemen PKC. Bagian logistik akan
menghubungi kantor pusat (HO) di Medan, setelah ada kesepakatan antara HO
dan pihak PKS/ perkebunan. Bagian logistik memberi jawaban ke bagian PPIC
mengenai kuantitas, kualitas dan waktu pengiriman bahan baku (Gambar 5).
Bahan baku yang sudah diterima oleh bagian loading rump akan dibuat
laporan penerimaan barang yang akan disampaikan ke bagian administrasi
departemen PKC kemudian ke bagian PPIC untuk dibuat dokumen jumlah barang
71
Mengkonfirmasikan stok bahan baku yang ada di gudang
Order Status Ya
PO (Purcase Order)
Bila sudah ada kesepakatan harga, standar kadar inti sawit dan jumlah inti yang dapat disediakan serta penanda tanganan kontrak, PKS akan mengirim inti sawit ke PT. SAP sesuai dengan perjanjian.
yang masuk. Lamanya waktu dari bahan baku dipesan sampai bahan baku tiba
sekitar 2 sampai 6 hari.
Keterlambatan inti sawit sampai ke perusahaan disebabkan oleh beberapa
faktor diantaranya pengaruh musim dan mundurnya pemanenan bahan baku dari
pihak pabrik kelapa sawit (PKS). Faktor cuaca pun berperan pada saat pengiriman
bahan baku dan juga mempengaruhi kwalitas dari bahan baku.
Gambar 5. Diagram Alir Perencanaan dan Penerimaan Bahan Baku PT.
SAP
Bagian PPIC (Production Planning and Inventory Control)
Kantor Pusat (Head Office, HO)
Departemen PKC (Palm Kernel Crushing)
Bagian Logistik
Bagian Laboratorium PK
Pemasok/ PKS
72
6.3 Prosedur Pembelian dan Penerimaan Inti Sawit
6.3.1 Prosedur Pembelian Inti Sawit
Pembelian inti sawit dilakukan oleh perusahaan karena perusahaan tidak
dapat memproduksi sendiri inti sawit yang dibutuhkan untuk menghasilkan PKO.
Pembelian inti sawit yang dilakukan oleh perusahaan merupakan pembelian untuk
menjaga ketersediaan inti sawit secara terus menerus. Pembelian inti sawit yang
dilakukan oleh PT. SAP menggunakan sistem kontrak melalui kantor pusat (Head
Office, HO) yang berada di Medan.
Secara umum prosedur pembelian inti sawit sebagai bahan baku pada
prinsipnya sama dengan pembelian bahan baku di departemen produksi lain di PT.
SAP, yaitu :
1. Kantor pusat (HO) PT. SAP yang berada di Medan menunjuk beberapa PKS
(Pabrik Kelapa Sawit) yang memproduksi inti sawit, PKS tersebut merupakan
satu anggota dalam Wilmar Grup (PT. Musi Banyuasin Indah dan PT AEK
Tarum (PKS 'BELIDA), PKS VINAGO) dan beberapa PKS dari perusahaan
lain seperti PT. PP London Sumatera, PTPN VII U.U Betung Barat, PT.
Bakrie Sumatera Plantation, PT. Selapan Jaya, PT. Mutiara Bunda Jaya, PT.
Hortinesia Permai, PTP. Mitra Ogan, PT. Perkebunan Minanga Ogan dan PT.
Guthrie Pecconina Indonesia. PKS tersebut berada di Sumatera Selatan dan
Jambi
2. Bagian laboratorium melakukan ekspedisi ke PKS yang ditunjuk oleh HO.
Ekspedisi ini dilakukan untuk mengambil sampel inti sawit dan menganalisa
inti sawit dari PKS yang ditunjuk.
73
3. Apapun hasil analisis kadar standar inti sawit dari PKS pemasok, bagian
laboratorium akan melaporkan hasil analisa yang telah dilakukan ke kantor
pusat di Medan.
4. Kantor pusat yang akan melakukan negosiasi harga, kuantitas, kualitas dan
kapan tersedianya inti sawit. Apabila telah terjadi kesepakatan antara kantor
pusat dengan pihak PKS maka akan diadakan kontrak kerjasama. Kontrak
dilakukan sesuai dengan kemampuan pihak PKS untuk memenuhi pasokan
inti sawit (periode kontrak bisa 1 bulan, 3 bulan atau 6 bulan). Kantor pusat
akan mengajukan Purchase Order (PO) yang berisi harga, kwalitas, jumlah
dan kapan barang akan diantar.
5. Purchase Order dari kantor pusat dikirimkan ke bagian logistik PT SAP yang
akan diteruskan ke bagian PPIC, bagian laboratorium dan departemen PKC.
6. Barang siap untuk dikirim sesuai dengan jadwal yang telah disepakati dan
barang harus sesuai dengan pesanan yang tertulis di PO. Pengadaan
transportasi dilakukan oleh bagian transportasi, departemen Tracking.
Transportasi ditanggung sepenuhnya oleh PT. SAP.
7. Barang diterima oleh PT. SAP dan pihak PKS/ perkebunan melaporkan inti
sawit yang dibawa ke bagian Loading Rump. Selanjutnya bagian Loading
Rump dan QC (bagian laboratorium PK) memeriksa inti sawit yang diterima
dan disesuaikan dengan perjanjian yang tertulis pada PO.
8. Bagian Loading Rump melaporkan hasil perhitungan inti sawit yang diterima
dari PKS kepada bagian administrasi departemen PKC.
9. Pembayaran dilakukan oleh Kantor Pusat berdasarkan perjanjian diawal
kontrak.
74
6.3.2 Penerimaan Bahan Baku
Penerimaan inti sawit oleh perusahaan harus melewati bagian timbangan
dan bagian Laboratorium PK, agar inti sawit yang masuk diketahui kuantitasnya
dan standar kualitasnya sesuai dengan yang ditetapkan oleh perusahaan. Bagian
timbangan memeriksa kelengkapan dokumen pengiriman bahan baku.
Bagian loading rump bekerjasama dengan bagian laboratorium PK
melakukan pengawasan terhadap standar mutu dari inti sawit yang masuk dan
melakukan koordinasi apakah inti sawit layak atau tidak untuk dibongkar. Bagian
loading rump dan laboratorium PK melakukan pemeriksaan terhadap inti sawit
yang masuk berdasarkan asal PKS/ perkebunan. Bagian loading rump memeriksa
kembali inti sawit yang akan di bongkar muat apakah terdapat air pada dasar truk
yang membawa inti sawit.
Jika pada pemeriksaan standar mutu terhadap kadar air, kadar minyak dan
kadar kotoran serta keadaan fisik inti sawit berada di luar standar yang telah di
sepakati pada PO, maka truk yang membawa inti sawit dari PKS/perkebunan
tidak boleh melakukan bongkar muat (truk tersebut ditahan sementara).
Supervisior laboratorium yang bertanggungjawab pada saat itu akan memberikan
informasi pada kepala laboratorium pusat, dari kepala laboratorium pusat
diteruskan ke departemen Tracking yang dilanjutkan ke kantot pusat (HO). Kantor
Pusat yang akan menghubungi PKS/ perkebunan yang bersangkutan.
Bila terjadi kesepakan harga kembali kantor pusat dan pihak PKS/
perkebunan (apabila harga dapat dikurangi dari kesepakatan sebelumnya karena
barang tidak sesuai) maka inti sawit dapat dibongkar. Tetapi, bila pihak PKS/
perkebunan tidak menyetujui syarat yang diajukan oleh kantor pusat, maka inti
75
sawit akan di kembalikan dan bila dalam tiga kali pengiriman selanjutnya kadar
standar inti sawit masih tidak sesuai maka kontrak akan dibatalkan.
6.4 Sistem Pengadaan Persediaan Inti Sawit
Besarnya jumlah pengadaan persediaan inti sawit di departemen PKC
tidak sama setiap bulannya (Tabel 12). Pengadaan dan pengendalian persediaan
bahan baku inti sawit bagi perusahaan adalah untuk memperlancar proses
produksi, mengantisipasi kelangkaan bahan baku dan mengantisipasi
keterlambatan penerimaan bahan baku. Produksi inti sawit di departemen PKC
berdasarkan target yang telah ditentukan oleh perusahaan. Hasil produksi
departemen PKC adalah untuk memenuhi stok PKO.
PT. SAP membeli bahan baku dalam bentuk kontrak dengan beberapa
PKS, lamanya kontrak di setiap PKS berbeda-beda sehingga berpengaruh
terhadap jumlah bahan baku yang dibeli setiap bulannya (Tabel 13). Selama Juli
2006 – Juni 2007, perusahaan membeli inti sawit sebanyak 251.382.495 kilogram.
Pada Tabel 13 terlihat bahwa jumlah pembelian inti sawit setiap bulan bervariasi.
Rata-rata pembelian inti sawit setiap bulan di PT. SAP sebesar 20.948.541,25
kilogram.
Persediaan bahan baku yang ada akan di produksi bersama dengan jumlah
bahan baku yang masuk ke perusahaan pada saat itu. Tetapi, bila terjadi
keterlambatan penerimaan inti sawit, maka persediaan bahan baku akan
digunakan semua pada proses produksi. Keterlambatan bahan baku disebabkan
terlambatnya pemanenan kelapa sawit oleh pihak PKS/ perkebunan. Pada awal
kontrak pihak PKS menyanggupi pengiriman inti sawit sesuai dengan waktu yang
diinginkan oleh perusahaan. Tetapi, peramalan yang dilakukan oleh pihak PKS
76
tidak tepat sehingga produksi inti sawit di PKS mengalami keterlambatan yang
berdampak pada persediaan inti sawit di departemen PKC.
Tabel 13. Perkembangan Pembelian Inti Sawit Juli 2006 – Juni 2007 Bulan Pembelian (Kg)
Penghematan frekuensi pemesanan yang paling besar diantara keempat
teknik pada metode MRP adalah teknik POQ. Besarnya penghematan pada teknik
tersebut adalah 63.49 persen. Penghematan terbesar untuk biaya pembelian inti
sawit terjadi pada teknik LFL,POQ, dan PPB yaitu 5.22 persen. Pada Tabel 26
dapat dilihat bahwa penghematan biaya pemesanan terbesar terjadi pada teknik
POQ, sedangkan untuk biaya penyimpanan dan biaya persediaan penghematan
terbesar terjadi pada teknik LFL masing-masing sebesar 85,07 persen dan 75,55
persen.
7.4.5 Alternatif Model Pengendalian Persediaan Inti Sawit
Setelah melakukan analisis perbandingan biaya persediaan pada metode
perusahaan dan teknik metode MRP. Untuk selanjutnya, menentukan alternatif
metode yang akan digunakan oleh perusahaan dengan melihat sisi manajemen
produksi perusahaan. PT. SAP melakukan produksi secara kontinu, dengan
jumlah hari kerja sebanyak 345 hari dalam setahun dan memproduksi produknya
selama 24 jam. Perusahaan berproduksi berdasarkan target yaitu mengolah inti
sawit sebanyak 1 000 ton per hari dan menghasilkan PKO (minyak inti sawit)
sebanyak 430 ton per hari.
Inti sawit merupakan bahan baku yang digunakan oleh perusahaan untuk
menghasilkan PKO (minyak inti sawit). Jumlah PKO yang dihasilkan dipengaruhi
oleh jumlah inti sawit, usia dari kelapa sawit dan kwalitas dari inti sawit itu
95
sendiri. Untuk mengantisipasi kekurangan bahan baku, perusahaan membeli
bahan baku dari beberapa PKS baik itu yang berada di sekitar daerah perusahaan
maupun di luar daerah.
Pengadaan inti sawit di perusahaan dilakukan oleh kantor pusat (HO) yang
berada di Medan. Pemesanan dari perusahaan ke kantor pusat dilakukan oleh
bagian logistik. Inti sawit dibeli dari PKS (pabrik kelapa sawit) sebagai pemasok,
pemasok inti sawit dibagi dua yaitu PKS yang masih satu grup dengan PT. SAP
dan PKS yang bukan dari satu grup.
Pembelian inti sawit dari pemasok dilakukan dengan kontrak, mengenai
kuantitas, standar kadar inti dan harga ditentukan pada perjanjian awal kontrak.
Agar kadar inti sawit yang masuk ke perusahaan sesuai dengan perjanjian kontrak
pada saat pemesanan, maka setiap bahan baku yang masuk dilakukan pengujian
laboratorium. Kontrak dengan pihak PKS merupakan salah satu antisipasi
perusahaan agar ketersediaan bahan baku inti sawit tetap kontinu.
Hasil analisis perbandingan biaya persediaan dan penghematan metode
MRP terhadap kebijakan perusahaan periode bulan Juli 2006 sampai dengan Juni
2007, menunjukkan bahwa kebijakan pengendalian persediaan inti sawit
perusahaan belum optimal artinya biaya persediaan masih dapat ditekan lebih
rendah lagi. Biaya persediaan inti sawit yang ditanggung oleh perusahaan pada
periode tersebut mencapai Rp 223 052 921.3 dengan biaya pembelian inti sawit
sebesar Rp 480 643 330 440.
Metode MRP dengan teknik LFL, EOQ dan PPB memungkinkan
perusahaan untuk melakukan penghematan terhadap biaya persediaan. Sedangkan,
teknik POQ tidak dapat digunakan dalam metode alternatif pengendalian
96
persediaan, hal ini disebabkan teknik POQ memiliki biaya penyimpanan yang
sangat tinggi akibat dari persediaan yang lebih banyak.
Metode MRP dengan teknik LFL dapat menghemat biaya persediaan
sebanyak 75.55 persen, tetapi teknik ini memilki kelemahan yaitu hanya dapat
digunakan untuk pemesanan lot yang kecil dan jumlah pemesanan sebesar
kebutuhan bersih. Teknik ini kurang tepat digunakan pada perusahaan karena
seluruh inti sawit sebagai bahan baku perusahaan diperoleh dari luar perusahaan,
resiko kekurangan bahan baku sangat besar.
Teknik EOQ memungkinkan perusahaan untuk menghemat biaya
persediaan meskipun biaya persediaan yang di hemat hanya sebesar 1.44 persen.
Namun, teknik ini sulit untuk diterapkan pada perusahaan, ada beberapa asumsi
dari teknik ini yang tidak dapat dipenuhi.
MRP teknik PPB merupakan teknik pengukuran lot yamh ,e,perhitungkan
kebutuhan untuk periode-periode berikutnya. Teknik PPB dapat digunakan karena
dapat menghemat biaya pemesanan 41.27 persen. Teknik ini memesan bahan baku
dalam jumlah yang besar, hal ini di dukung dari kapasitas silo yang dapat
menampung inti sawit dalam jumlah yang banyak dan karakteristik inti sawit yang
dapat disimpan agak lama.
97
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN
8.1 Kesimpulan
1. PT. SAP merupakan salah satu produsen yang mengolah inti sawit menjadi
minyak inti sawit (PKO). Untuk perencanaan dan pengadaan inti sawit
dilakukan oleh bagian PPIC, bagian logistik dan departemen PKC. Sedangkan,
yang membeli inti sawit langsung dari PKS adalah kantor pusat (HO) dari PT.
SAP dalam satu grup yang berlokasi di Medan. Selama ini perusahaan
memproduksi PKO unruk memenuhi stok. Perusahaan mengolah inti sawit
berdasarkan target yaitu 28 750 ton per bulan untuk menghasilkan PKO
sebanyak 12 362.5 ton.
Perusahaan membeli inti sawit melalui kontrak dengan PKS, dengan jumlah
inti sawit sesuai dengan kemampuan PKS. Selama periode Juli 2006-Juni
2007 perusahaan memesan sebanyak 63 kali dengan jumlah kuantitas inti
sawit sebanyak 251 382 495 kg. Biaya persediaan yang diperoleh sebesar Rp
223 052 921.3. Sedangkan, biaya pembelian yang dikeluarkan oleh
perusahaan sebesar Rp 480 643 330 440. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi
inefisiensi pada pengendalian persediaan inti sawit. Inefisiensi ini terjadi
karena penggunaan inti sawit yang berfluktuasi setiap karena perusahaan tidak
memiliki perkebunan sendiri, sehingga kebutuhan bahan baku sangat
tergantung dari luar perusahaan.
2. Pengadaan bahan baku inti sawit di PT. SAP dengan menggunakan keempat
teknik metode MRP yaitu teknik LFL, EOQ, POQ dan PPB diperoleh
frekuensi pemesanan tertinggi adalah LFL (46 kali) dan terendah adalah teknik
98
POQ (23 kali). Untuk biaya persediaan yang terbesar adalah teknik POQ dan
terendah adalah teknik LFL. Sedangkan, teknik PPB dan teknik EOQ
diperoleh frekuensi pemesanan 42 dan 37, biaya persediaan sebesar Rp 219
850 227.9 dan Rp 208 705 799.3.
Teknik yang dapat direkomendasikan ke perusahaan adalah teknik PPB,
karena dari perbandingan biaya persediaan teknik ini dapat menghemat biaya
persediaan sebesar 6.43 persen dari metode perusahaan dan dari segi biaya
pembelian teknik ini dapat menghemat sebesar 5.22 persen. Meskipun, biaya
penyimpananya lebih tinggi 0.40 persen dari metode perusahaan. Teknik ini
pun sesuai dengan kondisi perusahaan karena pada teknik ini masih terdapat
persediaan pada periode/minggu yang digabung dan pada teknik ini kuntitas
pemesanan dalam jumlah yang besar. Hal ini dapat di dukung dari kapasitas
silo yang besar, kapasitas mesin, jumlah tenaga kerja yang cukup serta
karakteristik dari inti sawit yang dapat di simpan dalam waktu yang agak
lama.
8.2 Saran
Berdasarkan hasil penjelasan mengenai hasil analisis yang telah dilakukan,
maka ada beberapa hal yang disarankan, yaitu :
1. Metode MRP teknik PPB dapat direkomendasikan sebagai metode alternatif
dalam sistem pengendalian persediaan inti sawit pada perusahaan dengan
harapan dapat menghemat biaya persediaan sehingga biaya yang dihemat
dapat direlokasikan untuk biaya yang lain.
99
2. Perusahaan perlu memperhatikan keakuratan tenggang waktu (lead time) dari
bahan baku untuk antisipasi terjadinya keterlambatan datangnya bahan baku.
3. Perusahaan perlu menjaga hubungan baik dengan pihak PKS yang dapat
diandalkan agar kelancaran produksi dapat tercapai.
100
DAFTAR PUSTAKA
Assauri,S .1999.Manajemen Produksi dan Operasi Edisi Revisi. Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.
Ahyari, A. 1999. Manajemen Produksi dan Pengendalian Persediaan. BPFE. Yogyakarta
Buffa, Elwood. S dan Rakesh. K. Sarin. 1996. Manajemen Operasi dan Produksi Modern. Edisi Kedelapan. Binarupa Aksara. Jakarta.
Dessy. N. 2002. Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Crumb Rubber PT. Virco (Vrginia Indonesia Rubber Company) Padangsidempuan, Sumatera Utara. Skripsi Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian . Institut Pertanian Bogor.
Handoko, T. H. 2000. Dasar-Dasar Manajemen Produksi dan Operasi. BPFE. Yogyakarta.
Heizer, J and Render. 2005. Operation Management (Manajemen Operasi). Edisi ke-7. Salemba Empat. Jakarta
Ismail, A. 2000. Analisis Perencanaan Pengendalian Persediaan Optimal pada PT Sinar Sosro Sukabumi. Skripsi Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Kotler. P. 2000. Manajemen Pemasaran. Jilid Satu.Edisi Mileniun. Prenhallindo, Jakarta.
Manullang, M. 1994. Pengantar Ekonomi Perusahaan. Liberty. Yogyakarta.
Guritno, P. 2000. Tinjauan Ekonomi Industri Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan
Reza, S. 2004. Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Kayu Pada PT. Jaya Cemerlang Industri di Kecamatan Panongan, Tangerang, Banten. Skripsi Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian . Institut Pertanian Bogor.
Risma. 2005. Analisis Kinerja Ekspor CPO dan PKO Indonesia di Pakistan. Skripsi Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Royanti, I. 2006. Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Rajungan di PT Muara Bahari Internasional, Cirebon. Skripsi Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
101
Sahat, S. 2005. Analisis Peramalan Produksi CPO dan PKO di PT PANAMTAMA, Asahan, Sumatera Utara. Skripsi Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Sary, I. 2004. Peramalan Produksi dan Pengendalian Persediaan Bahan Baku Kelapa Pada PT. Riau Sakti United Plantations. Skripsi Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian . Institut Pertanian Bogor.
Situs Departemen Perindustrian. 2001. Lokasi Produksi dan Ekspor Minyak Kelapa Sawit. Buletin Perdagangan Berjangka. Edisi Agustus 2001. http;//www.deperindag.go.id/bappepti.
Situs Departemen Perindustrian. 2007. Gambaran Sekilas Industri Minyak Kelapa Sawit. http;//www.deperindag.go.id.
Situs Wikipedia Indonesia. 2008. Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis). http;//www.wikipedia.org/wiki/kelapa sawit. (Maret 2008)
Tampubolon, M. P. 2004. Manajemen Operasional (Operations Management). Ghalia Indonesia. Jakarta.
Lampiran 1
STRUKTUR ORGANISASI PT. SINAR ALAM PERMAI
GENERAL MANAGER
DEPUTI GENERAL MANAGER
FACTORY MANAGER
MARKETING MANAGER
OPERATIONAL MANAGER
ADMINISTRATION MANAGER
PERSONALIA MANAGER
ACCOUNTING MANAGER
102
Lampiran 2
STRUKTUR ORGANISASI DEPARTEMEN PALM KERNEL CRUSHING (PKC PLANT)
Manajer Pabrik
Manajer Produksi
Ass. Manajer
Leader Loading Ramp / Gudang PKM
Leader Mekanik Leader Mekanik Shoop Leader Produksi
Mandor Shif Produksi Mandor Mek. Prod Mandor Mekanik
Elivator/Compayer Mandor Welding
Operator Prod
Operator Mek. Prod
Operator Elivator
Operator Welding
Operator Mek. Shoop
Mandor Mek. Shoop
Operator Gerinda
Operator Listrik
Operator Load. Ramp
Operator Ware House
Operator Gudang Bungkil
103
Lampiran 3. Suku Bunga Simpanan Berjangka Rupiah Bank Umum Periode Bulan Juli 2006-Juni 2007
Bulan Suku Bunga Simpanan Berjangka Juli 12.25 Agustus 11.75 September 11.25 Oktober 10.75 November 10.25 Desember 9.75 Januari 9.50 Februari 9.25 Maret 9.00 April 9.00 Mei 8.75 Juni 8.50
Rata-rata 10.12
Lampiran 4. Perhitungan Biaya Persediaan Inti Sawit Dengan metode Perusahaan Bulan Juli 2006-Juni 2007
Bulan Frekuensi Pembelian (Kg) Persediaan Awal (Kg)