-
ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK GULA KRISTAL PUTIH
DENGAN MENGGUNAKAN METODE SQC (STATISTICAL QUALITY
CONTROL) DAN ANALISIS REGRESI LINIER BERGANDA DI PABRIK
GULA
SKRIPSI
Oleh:
PUTRI SELVIA RACHMAN
JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
-
ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK GULA KRISTAL PUTIH
DENGAN MENGGUNAKAN METODE SQC (STATISTICAL QUALITY
CONTROL) DAN ANALISIS REGRESI LINIER BERGANDA DI PABRIK
GULA
Oleh:
PUTRI SELVIA RACHMAN
135040100111140
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar
Sarjana
Pertanian Strata Satu (S-1)
JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
-
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa segala pernyataan dalam skripsi ini
merupakan hasil
penelitian saya sendiri, dengan bimbingan komisi pembimbing.
Skripsi ini tidak
pernah diajukan untuk memperoleh gelar di perguruan tinggi
manapun dan sepanjang
pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau
diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang dengan jelas
ditunjukan rujukannya dalam
naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Malang, Juli 2017
Putri Selvia Rachman
-
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jember pada tanggal 29 September 1995.
Penulis merupakan
anak pertama dari dua bersaudara. Nama orang tua dari penulis
adalah H.
Fathurrahman dan Hj. Hanani. Penulis menempuh pendidikan dasar
di SDN
Kepatihan 1 Jember pada tahun 2002 hingga tahun 2008. Kemudian,
penulis
melanjutkan pendidikannya di SMPN 3 Jember dari tahun 2008
hingga tahun 2011.
Pada tahun 2011, penulis memasuki melanjutkan pendidikannya di
SMAN 5
Yogyakarta dan lulus pada tahun 2013. Pada tahun 2013, penulis
terdaftar sebagai
mahasiswa di Universitas Brawijaya yang terletak di Malang.
Penulis merupakan
salah satu mahasiswa Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian di
Fakultas Pertanian.
Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi asisten
praktikum Pemasaran
Hasil Pertanian (PHP) pada tahun 2015.
-
Skripsi ini dipersembahkan untuk
Kedua orang tuaku, adikku, dan keluarga
Situbondo tercinta yang selalu mendukung
dan menyemangatiku
-
i
RINGKASAN
Putri Selvia Rachman. 135040100111140. Analisis Pengendalian
Kualitas
Produk Gula Kristal Putih dengan Menggunakan Metode SQC
(Statistical
Quality Control) dan Analisis Regresi Linier Berganda di Pabrik
Gula. Dibawah
bimbingan Prof. Dr. Ir. BUDI SETIAWAN, MS.
Pada sistem pergulaan nasional, jenis gula terdiri dari dua
macam yaitu Gula
Kristal Putih (GKP) dan Gula Kristal Rafinasi (GKR). GKP
digunakan untuk
memenuhi kebutuhan rumah tangga dimana bahan baku gula tersebut
berasal dari
petani. Sedangkan, GKR digunakan untuk memenuhi kebutuhan
industri dimana
bahan baku jenis gula tersebut berasal dari Gula Kristal Mentah
(GKM) yang diimpor
oleh pemerintah Indonesia. Pada kenyataannya, saat kebutuhan
gula untuk industri
tersebut telah terpenuhi maka kelebihan produksi GKR akan
menginvasi pasar dari
GKP. Disisi lain, kualitas yang dimiliki oleh GKR cenderung
lebih tinggi daripada
GKP. Oleh karenanya, upaya peningkatan kualitas GKP perlu
dilakukan dengan
menerapkan kegiatan pengendalian kualitas. Kegiatan pengendalian
kualitas
bertujuan untuk menekan jumlah produk rusak dan menjaga agar
produk akhir yang
dihasilkan sesuai dengan standar kualitas. Selain itu, kegiatan
tersebut dilakukan agar
produk GKP tetap diminati oleh konsumen dan tidak kalah bersaing
dengan GKR.
Penelitian mengenai pengendalian kualitas GKP dilakukan di salah
satu
pabrik gula milik PTPN XI di Kabupaten Situbondo. Tujuan dari
diadakannya
penelitian pengendalian kualitas GKP ini dibagi menjadi tiga
yaitu tujuan yang
pertama adalah untuk menganalisis pelaksanaan pengendalian
kualitas GKP dengan
menggunakan alat analisis check sheet dan p-Chart. Kemudian
tujuan yang kedua
adalah menganalisis faktor-faktor yang menjadi penyebab
terjadinya defect product
dengan menggunakan alat analisis diagram pareto, diagram sebab
akibat, dan diagram
alir. Tujuan yang ketiga adalah menganalisis pengaruh
faktor-faktor yang menjadi
penyebab terjadinya defect product terhadap kualitas produk
menggunakan analisis
regresi linier berganda. Penelitian ini dilakukan waktu Maret
2017 hingga April 2017.
Penentuan responden dilakukan secara simple random sampling
dimana jumlah
responden dari penelitian ini sebanyak 96. Adapun data yang
digunakan adalah data
pada tahun giling 2015 dan 2016.
Kegiatan pengendalian kualitas yang dilakukan oleh Pabrik Gula
W.A belum
optimal. Hal tersebut dapat terlihat dari hasil analisis dari
check sheet yaitu jumlah
defect product pada tahun giling 2016 lebih rendah daripada
tahun giling 2015
dimana jenis defect product yang terdapat di Pabrik Gula W.A
terbagi atas tiga
macam yaitu debuan, kerikilan, dan scrap sugar. Namun penurunan
jumlah defect
product tersebut tidak signifikan. Selanjutnya berdasarkan alat
analisis p-Chart,
menunjukkan bahwa terdapat lima titik pada p-Chart tahun giling
2015 dan empat
titik pada p-Chart tahun 2016 berada pada luar batas kendali
atas dan batas kendali
bawah.
Pada alat analisis diagram pareto diketahui bahwa debuan
merupakan jenis
defect product yang paling mendominasi. Faktor yang menjadi
penyebab terjadinya
debuan terdapat empat macam yaitu bahan baku, tenaga manusia,
mesin, dan metode.
Faktor pertama merupakan penggunaan bahan baku tebu yang
terbakar dan bibitan
-
ii
gula yang ukurannya tidak merata. Faktor kedua yaitu tenaga
kerja dimana tingkat
keterampilan, kedisiplinan, dan kemampuan dari tenaga kerja
rendah. Faktor ketiga
adalah sering terjadinya permasalahan teknis pada mesin pada
Stasiun Masakan,
Puteran, dan Penyelesaian khususnya pengeringan. Faktor keempat
adalah
ketidakkonsistenan metode kerja pada Stasiun Masakan. Dari
keempat faktor tersebut
diketahui faktor dominan yang menyebabkan terjadinya debuan
adalah tenaga kerja
dimana faktor tersebut dipengaruhi oleh variabel keterampilan,
kedisiplinan, dan
kemampuan tenaga kerja.
Pada hasil analisis regresi linier berganda dapat diketahui
bahwa variabel keterampilan berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kualitas produk dengan
koefisien regresi sebesar 0,265, thitung sebesar 2,531 dan nilai
Sig. sebesar 0,013 < 0,05.
Selanjutnya untuk variabel kedisiplinan berpengaruh positif dan
signifikan terhadap
kualitas produk dengan koefisien regresi sebesar 0,286, thitung
sebesar 2,493 dan nilai Sig.
sebesar 0,014 < 0,05. Kemudian untuk variabel kemampuan
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas produk dengan
koefisien regresi sebesar 0,385, thitung sebesar
3,356 dan nilai Sig. sebesar 0,001 < 0,05. Sehingga dapat
dikatakan bahwa variabel
keterampilan, kedisiplinan, dan kemampuan secara simultan
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kualitas produk dengan nilai Fhitung sebesar
16,563 dan nilai Sig.
sebesar 0,000 < 0,05.
-
iii
SUMMARY
Putri Selvia Rachman. 135040100111140. Quality Control Analysis
of White
Crystal Sugar Products Using SQC (Statistical Quality Control)
Method and
Multiple Linear Regression Analysis in Sugar Factory. Guided by
Prof. Dr. Ir.
BUDI SETIAWAN, MS.
In the Indonesia sugar system divided sugar as two types: White
Crystal
Sugar (WCS) and Refined Crystal Sugar (RCS). WCS used to fulfill
household needs
whose raw material comes from farmers. Meanwhile, RCS used to
meet the needs of
industries whose raw materials come from Unrefined Crystal Sugar
(UCS) and
imported by the Indonesian government. In fact, when the sugar
requirement for the
industry has been fulfilled, the excess production of RCS will
invade the market from
WCS. On the other hand, the quality that had been possessed by
RCS tends to be
higher than WCS. Therefore, efforts to improve the quality of
WCS need to be made
by applying quality control activities. Quality control
activities aim to reduce the
number of broken products, keep the final product based on
quality standards. In
addition, these activities are conducted so that WCS products
are still sought by
consumers and not defeated by RCS.
Research on WCS quality control was done in one of sugar
factories owned
by PTPN XI in Situbondo Regency. The purpose of WCS quality
control research
was divided into three. The first objective was to analyze the
implementation of WCS
quality control using check sheet analysis and p-chart. The
second goal was to
analyze the factors that cause the defect product by using
Pareto diagram analysis
tools, Scatter diagrams, Causal diagrams, and Flow diagrams. The
third goal was to
analyze the influence of factors that cause the defect product
toward the product
quality using Multiple Linear Regression analysis to know their
effect on WCS
product quality. The research was conducted from March 2017 to
April 2017. The
determination of respondents was done by simple random sampling
with as many as
96 respondents of the study. The data used is production’s data
in 2015 and 2016.
W.A Sugar Factory in quality control activities were not optimal
yet. It could
be seen from the analysis result of check sheet that the defect
product number in 2016
was lower than milling year in 2015 when the defect product
types in WA Sugar
Factory were divided into three kinds: Debuan, Kerikilan, and
Scrap sugar. However,
the decrease number of defect product was not significant. Then,
based on the p-Chart
analysis tool, it showed that all the points on p-Chart in
milling year of 2015 and
2016 were beyond the upper and lower control limits.
In Pareto diagram analysis tools it was known that Debuan was
the most
dominant type of defect product. There were four Factors that
cause Debuan, they
were raw materials, human labor, machinery, and methods. The
first factor was the
use of raw material from burning sugar cane and uneven seeds of
sugar. The second
factor was the labor whose level of skill, discipline, and
ability were low. The third
factor was the frequent occurrence of technical problems on
machines of the cooking
station, Puteran, and completion especially on drying. The
fourth factor was the
inconsistency of working methods at the cooking station which
was also very
instrumental in forming Debuan. From all of four factors, it was
known that the
-
iv
dominant factor causing the occurrence of Debuan was labor which
was influenced
by the variables of skill, discipline, and ability.
From the result of multiple linear regression analysis, it could
be seen that
skill variable had positive and significant influence to product
quality with regression
coefficient equal to 0,265, tcount was 2,531 and Sig value was
0.013
-
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat
rahmat-Nya
penulis dapat menyelesaikan pembuatan skripsi guna menempuh
gelar Sarjana
Pertanian di Universitas Brawijaya, Malang. Adapun judul skripsi
ini yaitu “Analisis
Pengendalian Kualitas Produk Gula Kristal Putih dengan
Menggunakan Metode SQC
(Statistical Quality Control) dan Analisis Regresi Linier
Berganda di Pabrik Gula”.
Selama menyusun skripsi ini penulis tidak lepas dari bimbingan,
arahan, dan saran
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, sudah selayaknya penulis
mengucapkan terima
kasih dan memberikan penghargaan setinggi-tingginya kepada yang
terhormat
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Budi Setiawan, MS. selaku dosen
pembimbing utama
2. Pihak Pabrik Gula W.A sebagai tempat pelaksanaan
penelitian
3. Orang tua serta rekan-rekan penulis yang selalu memberikan
doa dan
dorongan yang sangat berarti bagi penulis
Penulis menyadari bahwa pembuatan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan.
Oleh karena itu, penulis membuka diri akan kritik dan saran yang
dapat membangun
guna perbaikan di masa yang akan datang. Akhir kata, semoga
skripsi ini dapat
bermanfaat bagi penulis khususnya, para rekan mahasiswa, pihak
perusahaan,
masyarakat umum, serta pihak lain yang menunjang sumber
informasi dan bahan
ilmu pengetahuan yang bermanfaat.
Malang, Agustus 2017
Penulis
-
vi
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN
.................................................................................................
i
SUMMARY
....................................................................................................
iii
KATA PENGANTAR
...................................................................................
v
DAFTAR ISI
..................................................................................................
vi
DAFTAR TABEL
.........................................................................................
viii
DAFTAR GAMBAR
......................................................................................
ix
I. PENDAHULUAN
......................................................................................
1
1.1 Latar Belakang
.....................................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah
................................................................................
4
1.3 Tujuan Penelitian
...................................................................................
6
1.4 Batasan Masalah
....................................................................................
7
1.5 Kegunaan Penelitian
..............................................................................
7
II. TINJAUAN PUSTAKA
...........................................................................
8
2.1 Telaah Penelitian Terdahulu
..................................................................
8
2.2 Tinjauan Teknis tentang Pengendalian Kualitas dan
Pengendalian
Kualitas Statistik
..................................................................................
11
2.2.1 Pengertian Pengendalian Kualitas
................................................... 11
2.2.2 Tujuan Pengendalian Kualitas
......................................................... 12
2.2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengendalian Kualitas
............ 13
2.2.4 Langkah-Langkah dalam Pengendalian Kualitas
............................. 14
2.2.5 Definisi Pengendalian Kualitas Statistik
.......................................... 16
2.2.6 Alat Bantu dalam Pengendalian Kualitas Statistik
.......................... 17
2.3 Tinjauan Teknis tentang Keterampilan
................................................. 22
2.3.1 Pengetian Keterampilan
...................................................................
22
2.3.2 Jenis Keterampilan
...........................................................................
23
2.4 Tinjauan Teknis tentang Kedisiplinan
................................................... 24
2.4.1 Pengertian Kedisiplinan
...................................................................
24
2.4.2 Indikator dalam Kedisiplinan
........................................................... 25
2.5 Tinjauan Teknis tentang Kemampuan Kerja
......................................... 26
2.5.1 Pengertian Kemampuan Kerja
......................................................... 26
2.5.2 Indikator dalam Kemampuan Kerja
................................................. 27
2.6 Tinjauan Teknis tentang Kualitas Produk
............................................. 27
2.6.1 Pengertian Kualitas Produk
..............................................................
27
2.6.2 Indikator Kualitas Produk
................................................................
28
III. KONSEP PENELITIAN
........................................................................
31
3.1 Kerangka Berfikir
...............................................................................
31
-
vii
3.2 Hipotesis
.............................................................................................
34
3.3 Definisi Oprasional dan Pengukuran
Variabel.................................... 34
3.3.1 Definisi Oprasional
........................................................................
34
3.3.2 Pengukuran Variabel
.....................................................................
36
IV. METODE PENELITIAN
........................................................................
41
4.1 Metode Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian
............................... 41
4.2 Metode Penentuan Responden
............................................................ 41
4.3 Metode Pengumpulan Data
.................................................................
42
4.3.1 Metode Pengumpulan Data Primer
................................................ 42
4.3.2 Metode Pengumpulan Data Sekunder
........................................... 43
4.4 Metode Analisis Data
..........................................................................
43
V. GAMBARAN
UMUM...............................................................................
56
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN
................................................................
60
6.1 Hasil dan Pembahasan
........................................................................
60
6.1.1 Analisis Pengendalian Kualitas Gula Kristal Putih (GKP)
di
Pabrik Gula W.A
............................................................................
60
6.1.2 Analisis Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Defect
Product
di Pabrik Gula W.A
.......................................................................
69
6.1.3 Menganalisis Pengaruh Faktor-Faktor Penyebab
Terjadinya
Produk Gula Kristal Putih (GKP) yang Tidak Sesuai dengan
Standar terhadap Kualitas Produk
................................................. 76
6.2 Implikasi Hasil Penelitian
...................................................................
80
6.2.1 Implikasi Hasil Analisis Pengendalian Kualitas Gula
Kristal
Putih (GKP) di Pabrik Gula W.A
.................................................. 80
6.2.2 Implikasi Hasil Analisis Faktor-Faktor Penyebab
Terjadinya Defect Product di Pabrik Gula W.A
........................... 80
6.2.3 Implikasi Hasil Pengaruh Faktor-Faktor Penyebab
Terjadinya
Produk Gula Kristal Putih (GKP) yang Tidak Sesuai dengan
Standar Terhadap Kualitas Produk
................................................ 81
VII. PENUTUP
...............................................................................................
86
7.1 Kesimpulan
.........................................................................................
86
7.2 Saran
...................................................................................................
87
DAFTAR PUSTAKA
.....................................................................................
88
LAMPIRAN
....................................................................................................
94
-
viii
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
Teks
1 Data Konsumsi dan Produksi Gula Nasional Tahun 2008-2012
........... 1
2 Lembar Pengecekan
..............................................................................
18
3 Pengukuran Variabel
.............................................................................
37
4 Pilihan Alternatif Jawaban pada Skala Linkert
..................................... 43
5 Hasil Uji Validitas
.................................................................................
48
6 Hasil Uji Reabilitas
...............................................................................
51
7 Hasil Uji Normalitas
..............................................................................
52
8 Hasil Uji Heterosdedastisitas
.................................................................
52
9 Hasil Uji
Multikolinieritas.....................................................................
53
10 Lembar Check Sheet Tahun Giling 2015
.............................................. 62
11 Lembar Check Sheet Tahun Giling 2016
.............................................. 63
12 Hasil Perhitungan CL, UCL, dan LCL Tahun Giling 2015
.................. 66
13 Hasil Perhitungan CL, UCL, dan LCL Tahun Giling 2016
.................. 67
14 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
................................................ 77
15 Hasil Koefisien Determinasi
.................................................................
78
16 Hasil Uji F
.............................................................................................
79
17 Status dari Tenaga Kerja Bagian Pengolahan
....................................... 83
18 Latar Belakang Pendidikan Tenaga Kerja Bagian Pengolahan
............. 84
-
ix
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
Teks
1 Diagram Sebar
.......................................................................................
18
2 Diagram Sebab Akibat
..........................................................................
19
3 Diagram Pareto
......................................................................................
20
4 Diagram Alir
..........................................................................................
21
5 Histogram
..............................................................................................
21
6 Peta Kendali
..........................................................................................
22
7 p-Chart Tahun Giling 2015
...................................................................
66
8 p-Chart Tahun Giling 2016
...................................................................
68
9 Diagram Pareto Tahun Giling 2015
...................................................... 69
10 Diagram Pareto Tahun Giling 2016
...................................................... 70
11 Diagram Sebab Akibat Terjadinya Defect Product
............................... 71
12 Diagram Alir Hasil Penelitian
...............................................................
74
-
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gula merupakan salah satu kebutuhan pokok masyarakat Indonesia
yang
terbuat dari bahan baku tebu (Saccharum officinarum). Dalam
sistem pergulaan
nasional, jenis gula terdiri dari dua macam yaitu Gula Kristal
Putih (GKP) dan Gula
Kristal Rafinasi (GKR). GKP digunakan untuk memenuhi kebutuhan
rumah tangga
atau konsumsi langsung dimana masyarakat menggunakannya sebagai
bahan
pelengkap dapur. Selain itu, GKP digunakan pula sebagai bahan
pengawet makanan
alami. Sedangkan GKR digunakan untuk memenuhi kebutuhan yang
tidak langsung
yaitu industri makanan, minuman, dan farmasi. Oleh karenanya,
jumlah kebutuhan
GKP di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun seiring
dengan
pertumbuhan penduduk.
Jumlah konsumsi gula nasional pada tahun 2008 hingga 2012
cenderung
mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Namun peningkatan
konsumsi gula tersebut
tidak diimbangi dengan produksi gula nasional. Adapun data
konsumsi dan produksi
gula nasional dari tahun 2008 hingga tahun 2014 dapat dilihat
dari tabel dibawah ini,
yaitu:
Tabel 1. Data Konsumsi dan Produksi Gula Nasional Tahun
2008-2012
Tahun Konsumsi Pertahun (Ton)*) Produksi Pertahun (Ton)
2008 3.521.000 2.668.000
2009 4.302.000 2.517.000
2010 4.091.000 2.290.000
2011 4.503.000 2.228.000
2012 5.335.000 2.601.000
Keterangan: *) jumlah kebutuhan gula untuk konsumsi rumah
tangga, industri, dan
tercecer
Sumber: Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional, 2014
-
2
Data konsumsi dan produksi gula nasional dari tahun 2008 hingga
2012
menunjukkan telah terjadi defisit. Oleh karenanya, untuk
memenuhi kebutuhan gula
nasional pemerintah melakukan kegiatan impor gula. Pemerintah
Indonesia
mengimpor gula dalam bentuk bahan baku untuk pembuatan GKR.
Menurut Hairani
et al (2014), sejak tahun 2007 sampai tahun 2011 pemerintah
Indonesia mengimpor
gula jauh lebih besar dari kebutuhan yaitu rata-rata sebesar
lebih dari 2,5 juta ton
(sebagian besar dalam bentuk raw sugar dan sisanya berbentuk
refined sugar) dan
terus bertambah dari tahun ke tahun.
Aktivitas impor bahan baku untuk pembuatan GKR seperti yang
sudah
dijelaskan, menjadi sebuah hal yang perlu diberikan perhatian
karena ditakutkan
bahwa GKR sudah mulai “merembes” ke sektor rumah tangga. Hal
tersebut dapat
saja terjadi dikarenakan meskipun target konsumen jenis GKR
adalah industri, namun
pada saat kebutuhan gula untuk industri tersebut telah terpenuhi
maka kelebihan
produksi GKR akan menginvasi pasar dari GKP, Terlebih lagi dalam
segi kualitas
GKR memiliki ciri-ciri yaitu warna produk yang lebih putih dan
lebih cerah daripada
GKP. Selain itu, kristal yang dimiliki oleh GKR cenderung lebih
halus dan lembut.
Ditinjau dari kelebihan produk GKR dibanding GKP yang bisa
berdampak
pada beralihnya sektor rumah tangga untuk menggunakan GKR, maka
perlu
dilakukan antisipasi. Kegiatan antisipasi tersebut dilakukan
dengan cara melakukan
peningkatan kualitas produk GKP agar sektor rumah tangga yang
kebutuhannya terus
meningkat seiring jumlah pertambahan penduduk tetap menggunakan
GKP yang
dapat diproduksi dan memenuhi kebutuhan konsumsi gula nasional
tanpa harus
mengimpor bahan baku dari luar negeri seperti yang dilakukan
oleh pemerintah untuk
memproduksi GKR. Upaya peningkatan kualitas produk GKP perlu
dilakukan salah
satunya diwujudkan dengan menerapkan kegiatan pengendalian
kualitas.
Pengendalian kualitas adalah aktivitas teknik serta manajemen
dimana
aktifitas tersebut mengukur karakteristik kualitas produk atau
jasa, kemudian
membandingkan hasil pengukuran tersebut dengan spesifikasi
produk yang
-
3
diinginkan serta mengambil tindakan peningkatan yang tepat
apabila ditemukan
perbedaan kinerja aktual dan standar kualitas suatu produk
(Bakhtiar dan Ria, 2013).
Kegiatan pengendalian kualitas yang dilakukan terhadap komponen
bahan baku
produk, tahapan dalam proses produksi, dan produk akhir.
Kegiatan pengendalian
kualitas bertujuan untuk menekan jumlah produk rusak, menjaga
agar produk akhir
yang dihasilkan sesuai dengan standar kualitas, dan menghindari
adanya produk cacat
ke tangan konsumen. Kegiatan pengendalian kualitas perlu untuk
dilakukan oleh
pabrik gula yang berada di Indonesia. Hal tersebut mengingat
bahwa terdapat
perbedaan kualitas antara produk GKP dengan produk GKR.
PT Perkebunan Nusantara XI atau PTPN XI adalah badan usaha milik
negara
(BUMN) yang bergerak dibidang agribisnis perkebunan khususnya
komoditas tebu.
Salah satu produk hasil olahan dari tebu yang menjadi andalan
PTPN XI adalah GKP.
Sebagian besar bahan baku tebu yang digunakan berasal dari tebu
rakyat yang
dimiliki oleh petani melalui hubungan kemitraan dengan pabrik
gula. PTPN XI
mempunyai beberapa unit usaha pabrik gula yang tersebar di
beberapa wilayah
Provinsi Jawa Timur. Kegiatan pengendalian kualitas telah
dilakukan oleh beberapa
pabrik gula milik PTPN XI tersebut terhadap GKP yang dihasilkan.
Adapun kegiatan
pengendalian kualitas dilakukan dengan pengawasan dan
pengendalian secara intensif
secara terus menerus pada kualitas bahan baku, proses produksi,
maupun produk
akhir. Namun pada kenyataannya, dalam proses pengolahan tebu
menjadi GKP masih
terdapat hasil produk yang tidak sesuai standar yang telah
ditetapkan oleh pabrik gula
yaitu Standar Nasional Indonesia (SNI No. 3140.3:2010).
Hasil dari produk GKP yang tidak sesuai standar yang disebut
dengan defect
product diantaranya yaitu besaran kristal gula yang tidak
seragam dan scrap sugar.
Besaran kristal gula yang tidak sesuai dengan standar dapat
berupa debuan atau
kerikilan. Dimana debuan merupakan gula yang memiliki kristal
yang lebih kecil
daripada standar. Sedangkan kerikilan merupakan gula yang
memiliki kristal yang
lebih besar dari standar. Definisi dari scrap sugar adalah gula
yang menempel pada
mesin giling. Dampak dari adanya kualitas gula yang tidak sesuai
dengan standar
-
4
adalah pabrik gula tersebut harus menanggung biaya produksi yang
lebih besar. Hal
tersebut dikarenakan gula yang memiliki kualitas yang tidak
sesuai akan diproses
kembali atau digiling ulang. Penambahan biaya produksi akibat
dari penggilingan
gula yang tidak sesuai dengan standar termasuk biaya kualitas
khususnya biaya
kegagalan. Menurut Diatin dan Zaky (2006), biaya kegagalan
merupakan biaya yang
dikeluarkan sebagai akibat dari menghasilkan produk cacat yang
ada pada produk
sebelum sampai di tangan konsumen. Adapun salah satu biaya
kegagalan yang
dimaksud adalah biaya pengerjaan ulang (rework cost).
Berdasarkan uraian diatas maka perlu dilakukan penelitian
tentang
pengendalian kualitas terhadap produk GKP sehingga pabrik gula
di Indonesia dapat
meningkatkan kualitas produk GKP untuk bersaing dengan GKR
melalui
pengendalian produk GKP. Adapun tempat yang digunakan untuk
melakukan
penelitian tersebut berada pada salah satu pabrik gula yang
terletak di Kabupaten
Situbondo. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengatahui
apakah proses
pengendalian kualitas telah berjalan dengan optimal,
faktor-faktor apa saja yang
menjadi penyebab terjadinya defect product (produk Gula Kristal
Putih GKP yang
tidak sesuai dengan standar), dan bagaimana pengaruh
faktor-faktor penyebab
terjadinya defect product (produk Gula Kristal Putih yang tidak
sesuai dengan
standar) terhadap kualitas produk. Dengan adanya penelitian ini,
nantinya diharapkan
bisa menjadi referensi untuk pabrik gula dalam memperbaiki
kualitas produk,
sehingga pabrik gula dapat menghasilkan GKP yang memiliki
kualitas tinggi dan
semakin diminati oleh konsumen.
1.2 Rumusan Masalah
Menurut Heizer dan Render (2012), kualitas adalah totalitas
fitur dan
karakteristik produk yang menunjang kemampuannya untuk memuaskan
kebutuhan
yang tampak atau samar. Menjaga kualitas suatu produk merupakan
sebuah hal yang
penting dan harus ditingkatkan jika sebuah perusahaan ingin
tetap bertahan dalam
persaingan bisnis pada saat ini. Hal yang dapat dilakukan guna
menjaga kualitas suatu
-
5
produk adalah pengendalian kualitas. Dengan melakukan hal
tersebut sebuah
perusahaan dapat mempertahankan kualitas produknya agar sesuai
dengan standar
yang telah ditetapkan oleh perusahaan tersebut maupun badan
pengawas produk
berstandar nasional maupun internasional.
Kegiatan dalam menjaga kualitas suatu produk dalam sebuah
perusahaan
bukan merupakan tanggung jawab pada satu divisi atau salah satu
bagian proses
produksi saja. Namun hal tersebut merupakan tanggung jawab dari
seluruh divisi dan
seluruh rangkaian kegiatan produksi. Oleh karenanya, kegiatan
pengendalian produk
dapat dilakukan mulai dari bahan baku, selama proses produksi
berlangsung, dan
produk akhir. Dengan menerapkan pengendalian kualitas,
diharapkan sebuah
perusahaan dapat mencegah terjadinya produk cacat sehingga dapat
menekan
terjadinya pemborosan dari segi tenaga kerja maupun material dan
akhirnya dapat
meningkatkan produktivitas perusahaan tersebut (Kartika,
2013).
Kegiatan pengendalian kualitas pada pabrik gula dilakukan
dengan
pengawasan dan pengendalian secara intensif secara terus menerus
baik pada kualitas
bahan baku tebu, proses produksi atau penggilingan tebu, maupun
pada produk akhir
GKP. Berbagai kegiatan pengendalian kualitas yang dilakukan oleh
perusahaan
dilakukan guna menghasilkan produk yang baik dan sesuai dengan
standar kualitas
yang telah ditetapkan (Bakhtiar dan Ria, 2013). Namun pada
kenyataannya, dalam
proses pengendalian yang diterapkan oleh pabrik gula masih belum
optimal. Hal
tersebut terlihat dari masih terdapatnya produk gula yang belum
standar atau defect
product seperti debuan, kerikilan, dan scrap sugar. Hal tersebut
membuktikan bahwa
meskipun dalam penentuan bahan baku, proses produksi, dan produk
akhir telah
memiliki standar. Namun dalam prakteknya kegiatan pengendalian
kualitas yang
telah dilakukan masih terjadi penyimpangan.
Faktor penyebab dari adanya produk gula yang tidak sesuai dengan
standar
atau defect product antara lain kualitas bahan baku yaitu
kualitas tebu yang tidak
memenuhi standar serta penggunaan bibitan gula yang tidak
seragam. Kualitas tebu
yang tidak memenuhi standar giling seperti penggunaan tebu yang
telah terbakar,
-
6
umur tebu yang tidak sesuai dengan standar, dan lain-lain.
Faktor tenaga kerja yang
tidak optimal juga menentukan kualitas produk gula yang
dihasilkan. Dalam proses
produksi terkadang masih banyak tenaga kerja yang melakukan
pekerjaannya tidak
disiplin dengan melanggar prosedur kerja yang telah ditentukan
oleh pihak pabrik
gula. Selain itu, kemampuan dan keterampilan dari tenaga kerja
yang rendah juga
dapat menyebabkan terjadinya defect product. Kondisi dari mesin
giling yang sering
mengalami masalah juga mempengaruhi kualitas produk gula.
Kualitas produk gula yang tidak sesuai dengan standar atau
defect product
juga akan berdampak pada pabrik gula sebab pabrik tersebut harus
mengeluarkan
biaya produksi yang lebih besar. Hal tersebut dikarenakan defect
product yang
dihasilkan akan digiling ulang. Guna mengatasi dampak tersebut,
hal yang dapat
dilakukan oleh pihak pabrik gula adalah dengan melakukan
kegiatan pengendalian
kualitas. Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah yang
dapat diambil dari
penelitian ini antara lain:
1. Bagaimana pelaksanaan pengendalian kualitas yang dilakukan
oleh pabrik gula
terhadap produk Gula Kristal Putih (GKP)?
2. Faktor-faktor apa saja yang menjadi penyebab terjadinya
produk Gula Kristal Putih
(GKP) yang tidak sesuai dengan standar?
3. Bagaimana pengaruh faktor-faktor yang menjadi penyebab
terjadinya produk Gula
Kristal Putih (GKP) yang tidak sesuai dengan standar terhadap
kualitas produk?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Menganalisis pengendalian kualitas produk Gula Kristal Putih
(GKP) di pabrik
gula.
2. Menganalisis faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya
produk Gula Kristal
Putih (GKP) yang tidak sesuai dengan standar.
3. Menganalisis pengaruh faktor-faktor yang menjadi penyebab
terjadinya produk
Gula Kristal Putih (GKP) yang tidak sesuai dengan standar
terhadap kualitas
produk
-
7
1.4 Batasan Masalah
1. Penelitian ini dibatasi pada produk Gula Kristal Putih (GKP)
di Pabrik Gula W.A
milik PT Perkebunan Nusantara XI dimana lokasi pabrik gula
tersebut berada di
Desa W.A, Kecamatan P, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur
2. Penelitian ini dibatasi pada bagian pengendalian kualitas
bahan baku, proses
produksi, dan produk jadi dari GKP
3. Responden dari penelitian ini adalah tenaga kerja yang
bekerja pada bagian
pengolahan GKP
4. Penelitian ini menggunakan data produksi dan jenis kecacatan
produk GKP pada
waktu giling di tahun 2015 dan 2016. Adapun dengan rentang waktu
data pada
tahun giling 2015 dimulai dari Juni 2015 hingga November 2015.
Sedangkan
untuk tahun giling 2016, rentang data yang digunakan dimulai
dari Juni 2016
hingga November 2016
1.5 Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan
berbagai masukan
kepada pihak-pihak terkait sebagai berikut, yaitu:
1. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan
serta pedoman bagi
pihak manajemen dalam menentukan strategi penentuan kegiatan
pengendalian
kualitas Gula Kristal Putih (GKP) yang akan dilakukan oleh
pabrik gula di masa
mendatang.
2. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan rujukan atau
referensi bagi peneliti
lain dalam menyusun penelitian-penelitian selanjutnya yang
berkaitan dengan
pengendalian kualitas gula.
-
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Telaah Penelitian Terdahulu
Tutuhatumewa (2010), melakukan penelitian terkait pengembangan
produk
air minum kemasan dengan tujuan menentukan atribut-atribut
produk air minum
kemasan sebagai dasar dalam usaha perbaikan, mengetahui pendapat
konsumen
tentang produk, dan mengetahui usaha perbaikan yang dilakukan
perusahaan. Metode
analisis data yang digunakan adalah metode Quality Function
Deployment (QFD)
dengan alat analisis House of Quality (HOQ). Hasil penelitian
ini menunjukkan
bahwa atribut yang digunakan untuk mengukur kualitas produk air
minum kemasan
adalah desain kemasan, kejernihan air, rasa, kemudahan
memperoleh produk, harga,
ketahanan dan kekuatan kemasan, serta ketahanan dan kekuatan
air. Menurut
konsumen, kualitas produk tersebut tergolong memuaskan. Upaya
yang dapat
dilakukan perusahaan guna meningkatkan kualitas produk adalah
menjamin bahwa
seluruh peralatan produksi dalam keadaan bersih, mengawasi
proses produksi, dan
memastikan bahwa peralatan distribusi air dari lokasi bahan baku
terjamin
kebersihannya
Bakhtiar dan Ria (2013), melakukan penelitian terkait
pengendalian kualitas
pada produk sirup pala dengan tujuan untuk mengetahui upaya
pengendalian kualitas
yang diterapkan oleh UD. Mestika dan mencari sebab masih
terjadinya kerusakan.
Metode yang digunakan untuk menganalisis kerusakan produk sirup
pala dengan
menggunakan metode Statistical Quality Control (SQC) pada UD.
Mestika
menggunaan enam alat pengendalian kualiatas yaitu check sheet,
histogram, diagram
pareto, diagram sebab akibat, scatter diagram, dan peta kendali.
Hasil analisis
menunjukkan bahwa penyebab penyimpangan kualitas pada UD.
Mestika yaitu dari
sekian kerusakan yang terjadi, yang paling berpengaruh adalah
kerusakan pada botol
jenis pecah dan retak. Penyebab kerusakan produk tersebut
disebabkan oleh empat
faktor yaitu manusia, material, metode, dan proses.
-
9
Rabago-Remy et al (2014), melakukan penelitian terkait
pengendalian
kualitas dengan tujuan mengurangi variasi berat bersih pada
pengisian pasta tomat
kaleng. Alat analisis yang digunakan dalam metode ini adalah
histogram, diagram
pareto, analisis kapabilitas proses, dan peta kendali. Hasil
analisis menunjukkan
bahwa nilai analisis kapabilitas proses sebesar 35,52% berada
diluar spesifikasi
selama waktu pengamatan dimana nilai dari Cpk sebesar 0,124 dan
hal tersebut
berarti bahwa proses tidak memenuhi kemampuan cukup untuk
memenuhi spesifikasi
dari perusahaan. Selain itu, peta kendali juga menunjukkan bahwa
proses pengisian
pasta tomat selama waktu pengamatan tidak di bawah kontrol
statistik.
Sidartawan (2014), melakukan penelitian terkait analisa
pengendalian proses
produksi snack dengan tujuan dari adanya penelitian ini adalah
menganalisa
penyebab kecacatan produk, menganalisa penyimpangan yang
terjadi, dan
mengusulkan upaya perbaikan sehingga nantinya dapat mengurangi
tingkat kerusakan
produk. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
Statistical
Process Control (SPC) dengan menggunakan alat analisis grafik
kendali dan
kemampuan proses. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
pengendalian proses
produksi makanan ringan masih kurang memenuhi standar proses
produksi yang
tercermin dari masih banyak titik yang berada diluar batas
kendali. Penyebab khusus
adalah dipakainya pemasok baru kemasan makanan ringan. Hal
tersebut diketahui
dari peta pengendali jarak R. Sedangkan berdasarkan pengendali
rata-rata X diketahui
penyebab yang dapat dihindarkan adalah kondisi mesin yang kurang
baik. Proses
produksi dikatakan tidak layak dan harus dilakukan tindakan
perbaikan yang
ditunjukan dengan nilai rasio kemampuan proses Cp sebesar
0.263
-
10
bahwa setiap kenaikan satu jam henti pada stasiun penguapan akan
menurunkan
kualitas gula pada warna larutan sebesar 55,856. Selain itu,
pengendalian kualitas
yang dilakukan oleh Pabrik Gula Toelangan masih berada di luar
batas kendali yang
tercermin dari masih terdapat 5 titik yang berada di luar batas
kendali.
Ulfa (2015), melakukan penelitian terkait pengendalian kualitas
karet alam di
PT. Perkebunan Nusantara Kalirejo Glenmore Banyuangi dengan
tujuan menganalisis
pengendalian kualitas, menganalisis kendala atau hambatan, serta
mengetahui cara
guna meningkatkan pengendalian kualitas produk karet alam
(Ribbed Smoked Sheet).
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah TQM (Total
Quality
Management) dengan analisis deskriptif dan analisis kendala
pengendalian kualitas
menggunakan alat bantu diagram pareto, control chart, dan
fishbone chart. Hasil
analisis menunjukkan bahwa pendalian kualitas yang diterapkan
oleh PT. Perkebunan
Nusantara Kalirejo Glenmore belum maksimal yang dapat dilihat
dari masih
terdapatnya lateks inferior dan pengulangan pada proses
pengasapan sheet. Analisis
control chart menunjukkan masih terdapat 9 titik yang berada
diluar batas kendali.
Sedangkan pada analisis pareto chart menunjukkan kendala cutting
merupakan
permasalahan yang dominan. Oleh karenanya, perbaikan
pengendalian kualitas yang
dapat dilakukan dengan cara mengawasi kinerja dari para tenaga
kerja yang terlibat
dari proses produksi.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya
adalah
penelitian ini bertemakan mengenai pengendalian kualitas produk
Gula Kristal Putih
(GKP) dilakukan di pabrik gula. Metode analisis yang digunakan
pada penelitian ini
adalah metode Statistical Quality Control (SQC) dan analisis
regresi berganda.
Tujuan dari diadakannya penelitian pengendalian kualitas GKP ini
dibagi menjadi
tiga yaitu tujuan yang pertama adalah untuk menganalisis
pelaksanaan pengendalian
kualitas GKP dengan menggunakan alat analisis check sheet dan
p-Chart. Kemudian
tujuan yang kedua adalah menganalisis faktor-faktor yang menjadi
penyebab
terjadinya defect product. Tujuan yang kedua dapat dicapai
dengan menggunakan alat
analisis diagram pareto, diagram sebab akibat, dan diagram alir.
Tujuan yang ketiga
-
11
adalah menganalisis pengaruh faktor-faktor yang menjadi penyebab
terjadinya defect
product terhadap kualitas produk. Tujuan yang ketiga dapat
dicapai setelah diketahui
faktor penyebab terjadinya defect product yang dominan. Faktor
tersebut akan
dianalisis lebih lanjut dengan menggunakan analisis regresi
linier berganda guna
mengetahui pengaruhnya terhadap kualitas produk GKP. Sebelum
melakukan analisis
regresi linier berganda, dilakukan uji validitas dan reabilitas
terhadap instrument
penelitian dan uji asumsi klasik seperti uji normalitas, uji
heteroskedastisitas, dan uji
multikolinieritas terhadap model regresi.
2.2 Tinjauan Teknis tentang Pengendalian Kualitas dan
Pengendalian Kualitas
Statistik
2.2.1 Pengertian Pengendalian Kualitas
Usaha dalam peningkatan kualitas dilakukan dengan cara
mengurangi
persentase jumlah kecacatan suatu produk atau jumlah produk yang
tidak sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan. Usaha tersebut dinamakan
pengendalian
kualitas. Suatu kegiatan pengendalian kualitas dilakukan dengan
melibatkan faktor
manusia dalam hal ini adalah motivasi. Selain faktor manusia,
kegiatan pengendalian
kualitas juga melibatkan faktor lingkungan khususnya teknologi.
Adapun definisi dari
pengendalian kualitas, yaitu:
1. Menurut Parwati dan Rian (2012), pengendalian kualitas
merupakan suatu sistem
verifikasi dan penjagaan suatu derajat kualitas suatu produk
atau proses dengan
melakukan perencanaan yang seksama, pemakaian peralatan yang
sesuai, inspeksi
secara berkala, serta tindakan korektif jika diperlukan.
2. Menurut Assauri (1998) dalam Darsono (2013), pengendalian
kualitas adalah
sebuah usaha guna mempertahankan mutu atau kualitas dari barang
yang
dihasilkan oleh suatu perusahaan. Kegiatan pengendalian kualitas
dilakukan
dengan tujuan hasil produk perusahaan tersebut akan sesuai
dengan spesifikasi
produk yang telah ditetapkan oleh pimpinan perusahaan.
-
12
3. Menurut Bakhtiar dan Ria (2013), pengendalian kualitas
merupakan aktivitas
teknik serta manajemen yang dilakukan dengan membandingkan
karakteristik
kualitas dari produk atau jasa dengan spesifikasi produk yang
telah ditetapkan.
Berdasarkan dari pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa
pengendalian
kualitas merupakan sebuah kegiatan penjagaan derajat kualitas
suatu produk guna
mempertahankan kualitas produk tersebut. Pengendalian kualitas
dilakukan oleh
sebuah perusahaan bertujuan agar kualitas produk yang dihasilkan
sesuai dengan
spesifikasi yang telah ditetapkan. Kegiatan pengendalian
kualitas dilakukan dengan
membandingkan kualitas produk dengan spesifikasi yang
dimaksud.
2.2.2 Tujuan Pengendalian Kualitas
Menurut Montgomery (2005) dalam Nurhasana dan Diah (2010),
tujuan dari
kegiatan pengendalian kualitas adalah menyidik terjadinya
sebab-sebab tertentu yang
menyebabkan sebuah pergeseran proses sedemikian rupa hingga
penyelidikan
terhadap proses tersebut. Tindakan pembetulan dalam sebuah
proses tersebut dapat
dilakukan sebelum terlalu banyak unit yang tidak sesuai
diproduksi. Sedangkan
menurut Assauri (1998) dalam Kaban (2014), menjelaskan bahwa
tujuan dari
diadakannya pengendalian kualitas, yaitu:
1. Barang hasil produksi memiliki kualitas yang sesuai dengan
standar yang telah
ditetapkan.
2. Meminimalisir biaya inspeksi.
3. Meminimalisir biaya desain dari produk dan proses
produksi.
4. Meminimalisir biaya produksi.
Kegiatan pengendalian kualitas dilakukan dengan harapan bahwa
perusahaan
dapat meningkatkan efektivitas produksinya guna mencegah
terjadinya produk cacat.
Dengan melakukan hal tersebut dapat menekan terjadinya
pemborosan dari segi
material maupun tenaga kerja (Kartika, 2013).
-
13
2.2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengendalian Kualitas
Menurut Montgomery (2001) dalam Bakhtiar dan Ria (2013),
terdapat
beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan pengendalian
kualitas, yaitu:
1. Kemampuan proses
Kemampuan proses yang ada dalam perusahaan akan mempengaruhi
batas-
batas yang ingin dicapai. Sebuah pengendalian kualitas tidak
akan tercapai jika
batas-batas yang telah ditentukan melebihi kemampuan atau
kesanggupan suatu
perusahaan
2. Spesifikasi yang berlaku
Spesifikasi hasil produksi yang ingin dicapai ditinjau dari
kemampuan sebuah
proses dan keinginan konsumen. Tetapi harus dipastikan terlebih
dahulu apakah
sebuah spesifikasi berlaku sesuai dengan kemampuan sebuah proses
dan keinginan
konsumen sebelum pengendalian kualitas pada sebuah proses
tersebut akan
diterapkan.
3. Tingkat ketidaksesuaian yang dapat diterima
Tujuan diberlakukannya kegiatan pengendalian kualitas pada
sebuah proses
produksi adalah meminimalisir produk yang ada dibawah standar
yang telah
ditetapkan. Tingkat pengendalian yang diberlakukan tergantung
pada banyaknya
produk yang berada dibawah standar yang dapat diterima.
4. Biaya kualitas
Biaya kualitas sangat mempengaruhi tingkat pengendalian kualitas
dimana
biaya kualitas tersebut mempunyai hubungan yang positif dengan
diproduksinya
sebuah produk yang berkualitas. Menurut Steven dan Chuong
(2014), usaha yang
serius apapun mengenali masalah kualitas haruslah memperhatikan
biaya. Adapun
biaya kualitas terbagi menjadi tiga macam. Biaya-biaya yang
dimaksud, yaitu:
a. Biaya penilaian, biaya ini berhubungan dengan inspeksi,
pengujian, dan
aktivitas lainnya yang dimaksudkan untuk mengungkap produk atau
jasa yang
cacat, atau guna memastikan bahwa hal tersebut tidak akan
terjadi.
-
14
b. Biaya pencegahan selalu berhubungan dengan usaha untuk
mencegah kecacatan
produk terjadi. Biaya ini meliputi perencanaan dan sistem
administrasi,
pelatihan prosedur, bekerja dengan vendor, dan lain
sebagainya
c. Biaya kegagalan. Biaya ini ditimbulkan dari bagian atau
produk yang cacat dan
layanan yang salah. Kegagalan sendiri dibagai atas dua kategori
yaitu
kegagalan internal yang merupakan kegagalan yang terungkap
selama proses
produksi dan kegagalan eksternal yang terungkap setelah barang
telah sampai
ke konsumen.
2.2.4 Langkah-Langkah Pengendalian Kualitas
Standarisasi merupakan kegiatan yang harus dilakukan dalam
kegiatan
pengendalian kualitas guna mencegah masalah kualitas yang pernah
timbul. Dalam
melakukan pengendalian kualitas tentunya terdapat beberapa
langkah guna
menganalisis dan mencari solusi masalah mengenai kualitas.
Menurut Montgomery
(1995) dalam Kaban (2014), adapun langkah-langkah dalam analisis
serta mencari
solusi mengenai masalah kualitas, yaitu:
1. Memahami adanya kebutuhan peningkatan kualitas.
Manajemen harus menyadari tentang adanya kebutuhan tentang
peningkatan
kualitas. Tanpa adanya hal tersebut, kegiatan guna peningkatan
kualitas tidak akan
berjalan dengan efektif. Hal pertama yang dilakukan dalam
kegiatan pengendalian
kualitas yaitu mengidentifikasi masalah kualitas yang terjadi.
Identifikasi masalah
dapat dilakukan dengan beberapa pertanyaan menggunakan alat-alat
bantu seperti
check sheet atau diagram pareto. Jika tidak terjadi permasalahan
maka perusahaan
harus melihat peluang guna peningkatan kualitas.
2. Menyatakan masalah kualitas yang ada.
Permasalahan mengenai kualitas yang telah teridentifikasi pada
tahap awal
digunakan sebagai dasar guna menyusun informasi yang lebih
spesifik sehingga
masalah yang terjadi akan semakin jelas dan juga dapat
diukur.
-
15
3. Mengevaluasi penyebab utama
Penyebab utama dari sebuah masalah kualitas dapat dianalisis
dengan
menggunakan alat bantu khususnya diagram sebab-akibat. Jika
faktor penyebab
telah dianalisis, hal selanjutnya yang harus dilakukan adalah
mengurutkan
penyebab tersebut dengan menggunakan alat bantu diagram pareto.
Pengurutan
tersebut berdasarkan dampak terhadap kinerja produk, proses,
atau sistem
manajemen mutu secara keseluruhan.
4. Merencanakan solusi atas masalah.
Setiap terdapat masalah dalam pengendalian kualitas, masalah
tersebut akan
dipecahkan melalui tindakan-tindakan yang akan menghilangkan
akar penyebab
dari masalah tersebut. Rencana tindakan-tindakan guna
menghilangkan akar
penyebab masalah tersebut akan ditulis dalam suatu formulir yang
bernama daftar
rencana tindakan.
5. Melaksanakan perbaikan
Setelah daftar tindakan dibuat, maka kegiatan yang selanjutnya
adalah
mengimplementasikan tindakan yang telah terdaftar tersebut.
Dalam melaksanakan
tahap ini, dibutuhkan komitmen dari seluruh pihak yaitu pihak
manajemen dan
tenaga kerja guna mengatasi akar penyabab permasalahan
tersebut.
6. Meneliti hasil perbaikan.
Setelah melaksanakan kegiatan implementasi tindakan guna
memecahkan
masalah, maka perlu dilakukan kegiatan study dan evaluasi.
Kegiatan tersebut
dilakukan berdasarkan data yang telah dikumpulkan selama tahap
pelaksanaan
dengan tujuan untuk mengetahui apakah masalah kualitas yang ada
telah hilang
ataupun berkurang. Dengan adanya data hasil temuan selama tahap
pelaksanaan,
data tersebut dapat menjadi tambahan informasi bagi pembuatan
keputusan serta
perencanaan peningkatan kualitas yang selanjutnya.
-
16
7. Menstandarisasikan solusi terhadap masalah.
Jika masalah tersebut dapat teratasi dengan tindakan tertentu
yang telah
dilakukan, maka langkah selanjutnya adalah membuat standarisasi.
Standarisasi
dimaksudkan untuk mencegah masalah yang sama terulang
kembali.
8. Memecahkan masalah selanjutnya.
Jika masalah yang utama telah terselesaikan, maka perusahaan
wajib
menyelesaikan masalah mengenai kualitas yang selanjutnya dengan
tahap seperti
masalah utama. Namun hal tersebut dilakukan jika masih terdapat
masalah kualitas
lain di perusahaan tersebut.
2.2.5 Definisi Pengendalian Kualitas Statistik
Teknik atau metode yang digunakan sebagai upaya pengendalian
produk
maupun jasa salah satunya menggunakan pengendalian kualitas
statistik atau
Statistical Quality Control. Metode tersebut harus dijalankan
pada setiap bagian
produksi untuk menghasilkan kegiatan pengendalian kualitas yang
optimal. Berikut
ini merupakan beberapa definisi pengendalian kualitas statistik
menurut para ahli,
yaitu:
1. Menurut Bakhtiar dan Ria (2013), Statistical Quality Control
(Pengendalian
Kualitas Statistik) merupakan teknik yang digunakan guna
mengendalikan serta
mengelola proses baik manufaktur ataupun jasa. Kegiatan
pengendalian kualitas
statistik dilakukan dengan menggunakan metode statistik.
2. Menurut Rahmawati (2012), pengendalian kualitas statistik
adalah teknik dalam
menyelesaikan masalah yang dilakukan guna memonitor,
mengendalikan,
menganalisis, mengelola, serta memperbaiki produk dan proses
dengan
menggunakan metode statistik.
3. Menurut Irvan dan Rukmini (2006), pengendalian kualitas
statistik adalah
penggunaan metode statistik guna mengumpulkan lalu menganalisa
sebuah data
guna menentukan serta mengawasi kualitas hasil produksi suatu
perusahaan
-
17
4. Menurut Chun-Lian (2012), pengendalian kualitas statistik
merupakan bantuan
dari angka atau data guna mempelajari karakteristik sebuah
proses (kualitas) untuk
membuat proses tersebut sesuai dengan harapan (kontrol) sebab
kualitas sangat
penting bagi kelangsungan sebuah organisasi.
Berdasarkan definisi dari para ahli di atas dapat disimpulkan
bahwa definisi
dari pengendalian kualitas statistik merupakan sebuah teknik
guna memonitor,
mengendalikan, serta memperbaiki kualitas proses dan produk
dengan menggunakan
metode statistik.
2.2.6 Alat Bantu dalam Pengendalian Kualitas Statistik
Kegiatan pengendalian kualitas secara statistik dilakukan dengan
sejumlah
alat bantu yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk memecahkan
masalah
mengenai kualitas. Alat-alat ini membantu untuk mengumpulkan dan
intrepretasi data
serta memberikan landasan bagi para pengambil keputusan. Menurut
Sokovic et al
(2009), proses akuisisi data mencakup tiga alat (check sheet,
histogram, dan diagram
pareto). Sedangkan untuk proses analisis menggunakan empat alat
(diagram pareto,
diagram sebab akibat, scatter diagram, dan diagram proses).
Berikut ini merupakan
penjelasan dari alat-alat yang digunakan dalam kegiatan
pengendalian kualitas
statistik, yaitu:
1. Lembar Pemeriksaan (Check Sheet)
Check Sheet atau lembar pemeriksaan merupakan suatu formulir
yang
dirancang guna mencatat data. Dalam banyak kasus saat data
diambil, polanya
dapat terlihat dengan mudah (Heizer dan Render, 2006). Data
tersebut digunakan
sebagai dasar untuk mengadakan analisis masalah kualitas. Lembar
pemeriksaan
disajikan dalam bentuk tabel yang berisikan data jumlah barang
yang diproduksi
dan jenis ketidaksesuaian beserta jumlah yang diproduksinya
(Yuliasih, 2014).
Menurut Kaban (2014), manfaat dipergunakannya check sheet,
yaitu:
a. Mempermudah pengumpulan data yang digunakan untuk
mengetahui
bagaimana suatu masalah terjadi.
-
18
b. Secara otomatis dapat menyusun data sehingga lebih mudah
untuk
dikumpulkan.
c. Memisahkan antara opini dengan fakta
Tabel 2. Lembar Pengecekan
Tahun
Jumlah
Produksi
(Ku)
Jumlah Misdruk (Ku) Persentase (%)
Kerikilan Scrub
Sugar (SS) Kerikilan
Scrub
Sugar (SS)
2009 235.741 348,93 1.549,74 0,15 0,66
2010 233.963 577,29 493,86 0,25 0,21
2011 216.960 624,70 481,71 0,29 0,21
Total 686.664 1.550,92 2525,31 0,23 0,37
Sumber: Rahmawati, 2012
2. Diagram sebar (Scatter Diagram)
Menurut Steven dan Chuong (2014), scatter diagram atau disebut
juga
dengan peta korelasi adalah grafik yang menampilkan korelasi
antara nilai dari dua
variabel. Adanya korelasi dapat menunjukkan penyebab dari suatu
masalah.
Semakin tinggi korelasi antara dua variabel maka titik-titik
yang ada dalam grafik
akan semakin menyatu. Sebaliknya, jika tidak ada korelasi antara
dua variabel
maka titik-titik yang ada dalam grafik benar-benar akan
tersebar.
Gambar 1. Diagram Sebar
Sumber: Momon, 2012
-
19
3. Diagram Sebab Akibat
Menurut Heizer dan Render (2006), perangkat lain yang digunakan
untuk
mengidentifikasi masalah kualitas dan titik inspeksi adalah
diagram sebab akibat
atau yang juga dikenal dengan sebutan diagram tulang ikan karena
bentuknya atau
diagram Ishikawa sesuai dengan nama penemunya. Alat ini
membantu
mengkoordinasikan usaha-usaha pemecahan masalah dengan cara
mengkategorikan faktor-faktor yang menyebabkan masalah.
Faktor-faktor penyebab masalah yang tertera dalam diagram sebab
akibat
dapat dikelompokkan menjadi material (bahan baku), machine
(mesin), man
(tenaga kerja), method (metode), dan environment (lingkungan).
Menurut Kaban
(2014), adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam membuat
diagram sebab
akibat yaitu:
a. Masalah utama yang telah teridentifikasi ditempatkan
disebelah kanan diagram.
b. Mengidentifikasi penyebab minor lalu meletakkannya pada
diagram utama.
c. Mengidentifikasi penyebab minor kemudian meletakkannya pada
penyebab
mayor.
d. Setelah diagram telah selesai, kemudian dilakukan evaluasi
guna menentukan
penyebab sesungguhnya.
Gambar 2. Diagram Sebab Akibat
Sumber: Sokovic, 2009
-
20
4. Diagram pareto
Menurut Kaban (2014), diagram pareto merupakan grafik balok dan
grafik
baris yang menggambarkan perbandingan jenis data terhadap
keseluruhan. Dengan
menggunakan diagram pareto, akan terlihat masalah yang dominan
sehingga dapat
mengetahui prioritas utama guna menyelesaian masalah. Fungsi
dari diagram
pareto adalah untuk mengidentifikasi masalah utama guna
peningkatan kualitas
dari yang paling besar ke yang paling kecil.
Gambar 3. Diagram Pareto
Sumber : Momon, 2012
5. Diagram Alir/ Diagram Proses (Process Flow Chart)
Diagram alir secara grafis menunjukkan representasi visual dari
sebuah
proses. Sebagai alat pemecahan masalah, diagram alir dapat
membantu
investigator dalam mengidentifikasi titik-titik yang kemungkinan
merupakan
tempat masalah terjadi. Diagram alir digambarkan dengan
menggunakan kotak dan
garis yang saling berhubungan. Diagram ini cukup sederhana,
tetapi merupakan
alat yang sangat baik untuk mencoba memahami sebuah proses atau
menjelaskan
langkah-langkah sebuah proses (Steven dan Chuong, 2014). Jika
terdapat garis
putus-putus dalam diagram alir, hal tersebut menunjukkan bagian
dalam proses
produksi yang menyimpang.
-
21
Gambar 4. Diagram Alir
Sumber : Sokovic, 2009
6. Histogram
Menurut Kaban (2014), histogram merupakan suatu alat yang
membantu
untuk menentukan variasi dalam proses. Bentuk dari histogram ini
adalah diagram
batang yang menunjukkan tabulasi dari data. Tabulasi data ini
pada umumnya
dikenal dengan distribusi frekuensi.
Gambar 5. Histogram
Sumber : Sokovic, 2009
7. Peta Kendali (Control Chart)
Peta kendali adalah suatu alat yang secara grafis digunakan
untuk
memonitor dan mengevaluasi apakah suatu aktivitas atau proses
berada dalam
pengendalian kualitas secara statistika atau tidak sehingga
dapat memecahkan
masalah dan menghasilkan perbaikan kualitas. Definisi lain dari
peta kendali
adalah representasi grafis dari data sejalan dengan waktu yang
menunjukkan batas
-
22
atas dan bawah proses yang ingin kita kendalikan (Heizer dan
Render, 2006).
Menurut Patel et al (2014), terdapat beberapa keuntungan
menggunakan peta
kendali, yaitu:
a. Memonitor variasi proses dari waktu ke waktu
b. Membedakan antara sebab khusus dan sebab umum
c. Membantu manajer untuk membuat beberapa keputusan.
Gambar 6. Peta Kendali
Sumber : Momon, 2012
2.3 Tinjauan Teknis tentang Keterampilan
2.3.1 Pengetian Keterampilan
Seorang tenaga kerja dalam melaksanakan pekerjaannya
membutuhkan
keterampilan guna mendukung terlaksananya pekerjaan atau tugas
tersebut dengan
baik, sesuai, dan terselesaikan pada waktu yang telah
ditetapkan. Di samping itu,
keterampilan sangat berperan penting guna menghindarkan
kesalahan-kesalahan yang
terjadi pada proses pelaksanaan pekerjaan. Adapun definisi dari
keterampilan, yaitu:
1. Menurut Togas dan Uhing (2015), keterampilan adalah kemampuan
untuk
melakukan sesuatu yang dikerjakan dengan cepat, baik, dan tepat.
Keterampilan
juga merupakan suatu kecakapan atau kemahiran yang dimiliki
tenaga kerja dalam
hal melakukan pekerjaan yang diperoleh melalui praktek, baik
latihan maupun
melalui pengalaman.
-
23
2. Menurut Suhartini (2015), keterampilan berarti kemampuan
untuk
mengoperasikan suatu pekerjaan secara mudah dan cermat yang
membutuhkan
kemampuan dasar.
3. Menurut Arisandra (2016), keterampilan kerja adalah para
tenaga kerja dalam
menduduki jabatannya mempunyai keterampilan secara teknis,
keterampilan
dalam hubungan kemanusiaan, dan keterampilan secara
konsepsional
Berdasarkan dari definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa
keterampilan
adalah kesanggupan atau kecakapan tenaga kerja guna
menyelesaikan suatu tugas dan
tanggung jawabnya dalam pekerjaan. Keterampilan yang dimiliki
oleh tenaga kerja
dapat berkembang dari hasil pelatihan dan pengalaman. Selain
itu, keterampilan
tenaga kerja dapat berkembang melalui praktek kerja yang
dilakukannya.
2.3.2 Jenis Keterampilan
Keterampilan berasal dari kata terampil yang berarti cakap,
mampu, dan
cekatan dalam menyelasaikan suatu pekerjaan atau tugas. Dengan
memiliki
keterampilan, seorang tenaga kerja diharapkan dapat
menyelesaikan pekerjaan sesuai
dengan rencana sebelumnya sebab tenaga kerja tersebut diharapkan
mampu untuk
menyelesaikan hambatan yang dimilikinya. Menurut Robbins (2001),
keterampilan
dibagi atas tiga macam, yaitu:
1. Keterampilan teknis
Keterampilan teknis merupakan suatu aktifitas khusus yang
mencangkup
penggunaan dari pengetahuan, prosedur, teknik, serta peralatan
untuk
menyelesaikan pekerjaan tertentu. Menurut Andrianto (2011),
keahlian teknis juga
dibutuhkan untuk menangani gangguan-gangguan dalam pekerjaan.
Indikator dari
keterampilan teknis adalah memanfaatkan peralatan teknologi,
melaksanakan
prosedur kerja, serta menangani gangguan pekerjaan
2. Keterampilan manusiawi
Menurut Andrianto (2011), keterampilan sosial adalah kapasitas
individu
dalam berinteraksi dengan orang lain dalam kemampuan bekerja
sama,
-
24
memahami, dan memotifasi orang lain baik perorangan maupun
kelompok.
Indikator dalam keterampilan manusiawi adalah melayani orang
lain, memberikan
dorongan kepada orang lain, berkomunikasi secara lisan maupun
tulisan, dan
bekerjasama dalam regu kerja.
3. Keterampilan konseptual
Keterampilan konseptual adalah kemampuan kognitif dalam
memandang
sebuah organisasi sebagai suatu kesatuan dan mengetahui hubungan
antar
bagiannya. Definisi lain menyebutkan bahwa keterampilan
konseptual merupakan
sebuah kapasitas individu dalam hal mengkoordinasikan aktivitas
sesuai dengan
kebutuhan organisasi. Indikator dari keterampilan konseptual
adalah tanggap
terhadap perubahan, memanfaatkan peluang, menyampaikan gagasan,
dan
memberikan pertimbangan penyelesaian masalah (Andrianto,
2011).
2.4 Tinjauan Teknis tentang Kedisiplinan
2.4.1 Pengertian Kedisiplinan
Kedisiplinan merupakan salah satu fungsi manajemen sumber daya
manusia
yang berperan penting dalam menjalankan sebuah perusahaan. Hal
tersebut
dikarenakan tanpa adanya disiplin tenaga kerja yang baik, sulit
bagi sebuah
perusahaan untuk mencapai hasil yang optimal. Disiplin dari
tenaga kerja dapat
mewujudkan tujuan dari perusahaan, tenaga kerja, dan masyarakat.
Berikut ini
merupakan definisi dari kedisiplinan dari beberapa ahli,
yaitu:
1. Menurut Amanah (2011), kedisiplinan merupakan kesadaran dan
kesediaan
seseorang dalam menaati semua peraturan perusahaan serta
norma-norma yang
berlaku.
2. Menurut Pamungkas et al (2013), kedisiplinan diartikan
sebagai suatu tingkah laku
dan perbuatan dari tenaga kerja yang sesuai dengan peraturan
dari perusahaan baik
berupa peraturan yang tertulis maupun tidak.
3. Menurut Sitepu (2015), disiplin kerja adalah sikap atau
tingkah laku yang
menunjukkan kesetiaan dan ketaatan seseorang maupun sekelompok
orang pada
-
25
peraturan yang telah ditetapkan oleh organisasinya baik tertulis
maupun tidak
tertulis dengan harapan pekerjaan yang dilakukan dapat berjalan
dengan efektif
dan efesien.
Berdasarkan dari definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa
kedisiplinan
merupakan sikap mental yang dimiliki oleh seseorang yang
tercermin dari tingkah
laku yang patuh dan taat pada peraturan, etika, dan norma yang
berlaku baik tertulis
maupun tidak tertulis. Dalam melaksanakan disiplin kerja pada
tenaga kerja harusnya
senantiasa diawasi dan dipantau. Selain itu, kedisiplinan memang
harus dimiliki oleh
seluruh tenaga kerja pada sebuah perusahaan.
2.4.2 Indikator dalam Kedisiplinan
Disiplin kerja dibutuhkan oleh seorang tenaga kerja agar dapat
konsekuen,
konsisten, dan bertanggung jawab atas tugasnya. Tingkat
kedisiplinan tersebut dapat
diukur dengan beberapa indikator. Berikut ini merupakan
indikator disiplin kerja
menurut Soedjono (2002) dalam Permatasari et al (2015),
yaitu:
1. Ketepatan waktu yang dapat dilihat pada tenaga kerja yang
datang ke kantor tepat
waktu, pulang kantor tepat waktu, serta tenaga kerja dapat
bersikap tertib maka
dapat dikatakan tenaga kerja tersebut memiliki displin kerja
yang baik.
2. Pemanfaatan sarana oleh tenaga kerja. Tenaga kerja yang
berhati-hati dalam
menggunakan peralatan kantor untuk menghindari terjadinya
kerusakan pada alat
kantor merupakan cerminan tenaga kerja yang memiliki disiplin
kerja yang baik.
3. Tanggung jawab yang tinggi. Tenaga kerja yang selalu
menyelesaikan tugas yang
dibebankan kepadanya sesuai dengan prosedur dan bertanggung
jawab terhadap
hasil kerjanya, dapat pula dikatakan memiliki disiplin kerja
yang tinggi.
4. Ketaatan terhadap aturan perusahaan. Tenaga kerja yang
memakai seragam sesuai
aturan, mengenakan kartu tanda identitas, ijin apabila tidak
masuk kantor, juga
merupakan cerminan disiplin yang tinggi.
Menurut Baharuddin et al (2012), secara empiris komponen
disiplin kerja
terdiri dari atas frekuensi kehadiran, ketaatan pada peraturan,
ketaatan pada standar
-
26
kerja, dan etika kerja. Seluruh komponen disiplin kerja telah
dinilai baik oleh
responden terutama dari unsur etika kerja yang mencakup kemapuan
penyesuaian diri
dengan lingkungan, menjaga hubungan baik dengan sesama maupun
atasan serta
membiasakan diri untuk bekerja baik dan jujur.
2.5 Tinjauan Teknis tentang Kemampuan Kerja
2.5.1 Pengertian Kemampuan Kerja
Kemampuan merupakan salah satu unsur terpenting yang harus
dimiliki oleh
seorang tenaga kerja. Kemajuan dan keberhasilan suatu perusahaan
tidak lepas dari
peran dan kemampuan yang dimiliki oleh tenaga kerjanya. Adapun
definisi dari
kemampuan kerja dari beberapa ahli terdapat pada penjelasan
dibawah ini, yaitu:
1. Menurut Darmawan et al (2013), kemampuan kerja adalah
kapasitas individu atau
potensi seseorang untuk melaksanakan pekerjaan yang menunjukkan
kecakapan
seseorang
2. Menurut Rahmawati et al (2013), kemampuan kerja adalah
kapasitas individu
untuk melaksanakan berbagai tugas dalam pekerjaan tertentu.
Kemampuan ada
dua yaitu kemampuan intelektual yang diperlukan untuk melakukan
kegiatan
mental serta kemampuan fisik yang menuntut stamina, kecekatan,
dan lain-lain
3. Menurut Yudha et al (2013), kemampuan adalah suatu kapasitas
individu untuk
mengerjakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan.
Berdasarkan definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan
merupakan
kapasitas dari individu untuk mengerjakan suatu pekerjaan
tertentu dimana
kemampuan tersebut dibagi atas dua macam yaitu kemampuan
intelektual dan
kemampuan fisik. Menurut Suhartini (2015), kemampuan intelektual
adalah
kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan berbagai aktivitas
mental, berpikir,
menalar dan memecahakan masalah. Sedangkan kemampuan fisik
adalah kemampuan
melakukan tugas-tugas yang menuntut stamina, kecekatan,
kekuatan, keterampilan,
dan karakteristik serupa.
-
27
2.5.2 Indikator dalam Kemampuan Kerja
Menurut Robbins (2004) dalam Suhartini (2015), indikator dari
kemampuan
kerja adalah kesanggupan kerja, pendidikan, dan masa kerja.
Berikut ini merupakan
penjelasan dari indikator kemampuan kerja yang dimaksud,
yaitu:
1. Kesanggupan kerja
Kesanggupan kerja tenaga kerja adalah suatu kondisi dimana
seorang tenaga
kerja merasa mampu menyelesaikan pekerjaan yang diberikan
kepadanya.
2. Pendidikan
Pendidikan adalah kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan
seseorang
termasuk didalamnya peningkatan penugasan teori dan keterampilan
memutuskan
terhadap persoalan yang menyangkut kegiatan mencapai sebuah
tujuan.
3. Masa Kerja
Masa kerja adalah waktu yang dibutuhkan oleh seorang tenaga
kerja dalam
bekerja pada sebuah perusahaan atau organisasi. Melihat beberapa
indikator yang
ada, tentunya setiap perusahaan akan selalu berusaha untuk
meningkatkan
kemampuan kerja yang dimiliki oleh tenaga kerjanya. Semakin
tinggi tingkat
kemampuan kerja yang dimiliki oleh seseorang tenaga kerja, maka
kinerja tenaga
kerja didalam perusahaan akan tinggi pula.
2.6 Tinjauan Teknis tentang Kualitas Produk
2.6.1 Pengertian Kualitas Produk
Kondisi persaingan antara perusahaan yang semakin ketat,
perkembangan
teknologi, dan tahapan perekonomian akan memicu peningkatan
kualitas produk.
Dengan adanya perkembangan tersebut, maka perusahaan akan
berusaha untuk tetap
menjaga kualitas dari barang atau produk yang dihasilkannya demi
meningkatkan
reputasi dan nama baik dari perusahaan tersebut. Adapun definisi
dari kualitas produk
menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut:
-
28
1. Menurut Prasastono dan Pradapa (2012), kualitas produk
merupakan suatu cara
perusahaan guna memberikan kepuasan kepada konsumen serta
memenuhi apa
saja yang diinginkan atau dikehendaki oleh konsumen
tersebut.
2. Menurut Nurhayati (2011), kualitas produk merupakan suatu
usaha guna
memenuhi atau melebihi harapan pelanggan, dimana suatu produk
yang dimaksud
tersebut memiliki kualitas sesuai dengan standar yang telah
ditentukan
3. Menurut Ratnaningrum (2016), kualitas produk merupakan sejauh
mana suatu
produk dapat melaksanakan fungsinya dan memenuhi seluruh
spesifikasinya
Berdasarkan pendapat dari para ahli diatas dapat disimpulkan
bahwa kualitas
produk adalah sejauh mana suatu produk dapat memenuhi harapan
dan keinginan dari
pelanggan. Suatu produk dapat dikatakan berkualitas jika produk
tersebut dapat
melaksanakan fungsinya serta memenuhi seluruh standar kualitas
yang telah
ditentukan oleh perusahaan. Kualitas produk merupakan suatu hal
yang harus
diusahakan bagi setiap perusahaan.
2.6.2 Indikator Kualitas Produk
Menurut Steven dan Chuong (2014), harapan pelanggan dapat
dipecah
menjadi beberapa indikator. Hal tersebut dilakukan guna menilai
sebuah kualitas
sebuah produk ataupun jasa. Indicator kualitas yang digunakan
untuk barang dan jasa
tentunya agak sedikit berbeda. Berikut ini merupakan indikator
kualitas produk yang
dimaksud, yaitu:
1. Kinerja yang merupakan karakteristik utama dari sebuah
produk. Kinerja yang
baik bilamana dapat memenuhi harapan dari konsumen (Irawan dan
Edwin, 2013).
2. Estetika dapat dirasakan oleh panca indra seperti penampilan,
rasa, bau, dan citra
rasa
3. Fitur khusus atau karakteristik tambahan
4. Kesesuaian yang dinilai dari seberapa baik suatu produk
dengan spesifikasinya
5. Keandalan suatu produk dinilai dari konsistensi kinerja.
Menurut Irawan dan
Edwin (2013), reliability sebuah produk dapat diartikan pula
sebagai ukuran
-
29
kemungkinan suatu produk tidak akan rusak dalam suatu periode
waktu tertentu.
Sebuah produk memiliki reliability tinggi jika dapat menarik
kepercayaan dari
konsumen.
6. Ketahanan menjelaskan mengenai seberapa lama masa manfaat
dari sebuah
produk
7. Presepsi kualitas merupakan penilaian secara langsung sebuah
kualitas misalnya
mengenai reputasi sebuah produk di mata konsumen.
8. Kemampuan pelayanan yang ditinjau dari penanganan suatu
keluhan atau
perbaikan. Menurut Putro et al (2014), serviceability merupakan
kecepatan dan
kemudahan untuk direparasi, serta kompetensi dan keramahan staf
pelayanan.
Pendapat lain mengatakan terdapat sembilan indikator guna
mengukur
kualitas dari suatu produk. Menurut Kotler dan Keller (2009)
terdapat beberapa
indikator pada kualitas produk. Berikut ini merupakan beberapa
indikator dari
kualitas produk, yaitu
1. Bentuk (form)
Indikator bentuk dapat meliputi ukuran, bentuk, maupun struktur
fisik produk.
2. Fitur (feature)
Indikator fitur merupakan karakteristik dari suatu produk yang
menjadi pelengkap
fungsi dasar produk.
3. Kinerja (performance)
Kinerja adalah suatu hal berkaitan dengan aspek fungsional dari
barang dan
merupakan karakterisitik utama yang akan digunakan sebagai bahan
pertimbangan
bagi pelanggan dalam membeli barang.
4. Kesan kualitas (perceived quality)
Kesan kualitas merupakan hasil dari penggunaan pengukuran yang
dilakukan
secara tidak langsung karena terdapat kemungkinan bahwa konsumen
tidak
mengerti atau kekurangan informasi atas produk yang
bersangkutan.
-
30
5. Ketahanan (durability)
Ketahanan merupakan ukuran daya tahan dari sebuah produk.
Indikator dari
ketahanan merupakan atribut yang berharga untuk produk-produk
tertentu.
6. Keandalan (reliability)
Keandalan adalah suatu hal yang menyatakan bahwa produk tidak
akan mengalami
kerusakan dalam waktu tertentu.
7. Kemudahan perbaikan (repairability)
Ukuran dari kemudahan perbaikan produk adalah ketika produk
tersebut sudah
tidak lagi berfungsi atau gagal.
8. Gaya (style)
Indikator gaya menggambarkan penampilan dan rasa dari sebuah
produk kepada
pembeli
9. Desain (design)
Desain merupakan totalitas fitur yang mempengaruhi tampilan,
rasa, serta fungsi
dari produk yang berdasarkan kebutuhan pelanggan.
-
III. KERANGKA KONSEP
3.1 Kerangka Berfikir
Pabrik Gula W.A merupakan salah satu pabrik yang memproses tebu
menjadi
gula yang berada di Kabupaten Situbondo. Pabrik gula tersebut
merupakan salah satu
pabrik gula yang dimiliki oleh PT. Perkebunan Nusantara XI
(Persero). Dalam
melakukan proses produksi pengolahan tebu menjadi gula, kegiatan
pengendalian
kualitas yang dilakukan oleh pabrik gula tersebut belum
terlaksana dengan optimal.
Hal tersebut dapat dilihat dari masih banyak terdapat produk
Gula Kristal Putih
(GKP) yang tidak sesuai dengan standar atau defect product
seperti scrap sugar,
kerikilan, dan debuan. Produk yang tidak sesuai standar tersebut
akan digiling ulang.
Hal tersebut menyebabkan biaya proses produksi yang semakin
bertambah.
Menurut Heizer dan Render (2006), kualitas merupakan keseluruhan
fitur dan
karakteristik produk atau jasa yang mampu memuaskan kebutuhan
yang tampak atau
samar. Guna menghasilkan tingkat kualitas yang diharapkan yaitu
kualitas yang telah
sesuai dengan standar, maka suatu kegiatan pengendalian kualitas
perlu dilakukan.
Menurut Assauri (1998) dalam Kaban (2014), pengendalian kualitas
merupakan
usaha untuk mempertahankan mutu atau kualitas barang yang
dihasilkan, agar sesuai
dengan spesifikasi produk yang telah ditetapkan berdasarkan
kebijaksanaan pimpinan
perusahaan. Proses pengendalian kualitas dilakukan pada bahan
baku, proses
produksi, serta bahan jadi.
Proses pengendalian kualitas di Pabrik Gula W.A dapat dilakukan
dengan
menerapkan metode SQC (Statistical Quality Control) dan analisis
regresi linier
berganda. Dengan menggunakan metode tersebut, akan terdapat tiga
tujuan yang
didapatkan. Tujuan pertama adalah analisis mengenai pelaksanaan
pengendalian
kualitas GKP yang diterapkan di pabrik gula. Tujuan tersebut
didapatkan dengan
menggunakan alat analisis check sheet dan p-Chart. Kemudian
tujuan yang kedua
adalah analisis faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya
produk GKP yang
tidak sesuai dengan standar. Alat analisis yang diterapkan guna
mencapai tujuan yang
kedua tersebut dilakukan dengan menggunakan alat analisis
diagram pareto, diagram
-
33
sebab akibat, dan diagram alir. Faktor-faktor penyebab kerusakan
yang akan
dianalisis dalam penelitian ini adalah bahan baku, tenaga kerja,
mesin, dan metode.
Tujuan yang ketiga adalah menganisis pengaruh faktor penyebab
terjadinya defect
product terhadap kualitas produk. Dimana setelah mendapatkan
faktor penyebab
terjadinya defect product yang paling dominan, maka faktor
tersebut akan dianalisis
menggunakan analisis regresi linier berganda guna melihat
pengaruhnya terhadap
kualitas produk. Tiga tujuan yang akan didapatkan dalam
penelitian ini dapat
dijadikan dasar guna melakukan usaha perbaikan. Dengan melakukan
usaha
perbaikan, akan berdampak pada peningkatan kualitas dari
GKP.
-
34
ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK GULA
KRISTAL PUTIH DI PABRIK GULA
TEORI
Kualitas merupakan
keseluruhan fitur dan
karakteristik produk atau jasa
yang mampu memuaskan
kebutuhan yang tampak atau
samar. Guna menghasilkan
tingkat kualitas yang sesuai
dengan standar, maka suatu
pengendalian kualitas perlu
diterapkan (Heizer dan
Render, 2006).
KONDISI RILL
Pengendalian kualitas yang
dilakukan oleh Pabrik Gula
W.A. belum diterapkan
secara optimal yang ditandai
dengan adanya Gula Kristal
Putih (GKP) tidak sesuai
standar atau defect product.
Input atau bahan
baku
Output atau
produk akhir
Proses produksi
Defect Product
Hasil analisis
Usaha perbaikan
Peningkatan kualitas Gula Kristal Putih (GKP) di pabrik gula
Pengendalian kualitas dengan metode SQC (Standar Quality
Control) dan analisis regresi
linier berganda
Analisis
sejauh mana
pengendalian
kualitas yang
telah
dilaksanakan
Faktor-faktor
yang
menyebabkan
terjadinya defect
product Diagram
Alir
Diagram
Sebab
Akibat Diagram
Pareto
Keterangan : Alur penelitian
Alat analisis
Regresi
Linier
Berganda
Pengaruh
faktor
terjadinya
defect product
terhadap
kualitas
produk
Check
Sheet
p-Chart
-
35
3.2 Hipotesis
1. Pelaksanaan pengendalian kualitas yang dilakukan di pabrik
gula belum
dilaksanakan dengan optimal.
2. Faktor-faktor yang menjadi penyebab adanya defect product
dari Gula Kristal
Putih (GKP) adalah bahan baku, tenaga kerja, mesin yang berperan
dalam proses
produksi, dan metode dimana kemungkinan faktor penyebab yang
paling dominan
adalah tenaga kerja.
3. Faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya defect product
dari tenaga kerja
yaitu keterampilan, kedisiplinan, dan kemampuan secara simultan
berpengaruh
positif dan signifikan terhadap kualitas produk.
3.3 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
3.3.1 Definisi Operasional
1. Pabrik Gula W.A merupakan salah satu pabrik milik PT.
perkebunan Nusantara XI
dimana pabrik tersebut menggiling tebu menjadi Gula Kristal
Putih (GKP).
2. Pengendalian kualitas adalah suatu kegiatan guna menjaga
kualitas suatu produk
atau jasa agar sesuai dengan spesifikasi atau standar yang telah
ditetapkan.
3. Standar dari produk GKP yang diproduksi oleh Pabrik Gula W.A
berdasarkan
dengan SNI No. 3140 3:2010.
4. Produk berkualitas adalah produk GKP yang memiliki
karakteristik produk sesuai
dengan standar kualitas yang ditentukan yaitu sesuai SNI No.
3140 3:2010.
5. Produk tidak sesuai dengan standar atau defect product adalah
produk yang tidak
memenuhi standar kualitas yang telah ditentukan seperti debuan,
kerikilan, dan
scrap sugar.
6. Debuan merupakan gula yang memiliki ukuran kristal kurang
dari standar yang
berlaku atau kurang dari 0,9 mm.
7. Kerikilan merupakan gula yang memiliki ukuran kristal lebih
dari standar yang
berlaku atau lebih dari 1,2 mm.
-
36
8. Scrap sugar merupakan sisa GKP yang melekat pada mesin
giling.
9. Metode Statistical Quality Control (SQC) merupakan metode
statistik yang
digunakan dalam pengendalian kualitas guna mengidentifikasi
tingkat
pengendalian kualitas produk GKP yang telah dilakukan oleh
pabrik gula dari
bahan baku, proses produksi hingga produk jadi.
10. Check Sheet yang dimaksud adalah alat bantu dalam metode SQC
yang berisikan
data jumlah total produksi, total defect product, jumlah defect
product per periode
produksi, jenis kerusakan produk, jumlah setiap jenis defect
product per periode
produksi, dan presentase tiap jenis defect product terhadap
total produksi per
periode produksi.
11. p-Chart atau peta kendali adalah grafik yang menunjukkan
perubahan data defect
product dari GKP disetiap grup dari waktu ke waktu. Dalam grafik
tersebut
mencantumkan batas maksimum serta minimum dimana batas tersebut
merupakan
batas daerah pengendalian sehingga dapat diketahui apakah data
yang akan diolah
tersebut masih dalam batas pengendalian atau tidak.
12. Upper Control Limit (UCL) merupakan batas garis atas untuk
suatu penyimpangan
terhadap defect product dari GKP yang masih dapat diijinkan.
13. Cental Line (CL) merupakan garis pusat guna menunjukkan
tidak adanya
penyimpangan terhadap defect product dari GKP.
14. Lower Central Line (LCL) merupakan batas garis bawah untuk
suatu
penyimpangan terhadap defect product dari GKP yang masih dapat
diijinkan.
15. Digram pareto adalah diagram batang yang menunjukkan urutan
jumlah dari setiap
jenis defect product dari yang terbanyak hingga terkecil.
16. Diagram sebab akibat digunakan untuk memperlihatkan
faktor-fakor utama yang
menyebabkan terjadinya defect product dari GKP.