ANALISIS PENGARUH RETURN ON INVESTMENT, FIXED ASSETS RATIO, FIRM SIZE DAN RATE OF GROWTH TERHADAP DEBT TO EQUITY RATIO PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERCATAT DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2003-2007 TESIS Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat guna memperoleh gelar sarjana S-2 Magister Manajemen Program Studi Magister Manajemen Universitas Diponegoro Disusun Oleh: YUSTIANA RATNA NURAINI NIM. C4A008184 PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2010
101
Embed
analisis pengaruh return on investment, fixed assets ratio, firm size ...
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
ANALISIS PENGARUH RETURN ON INVESTMENT, FIXED
ASSETS RATIO, FIRM SIZE DAN RATE OF GROWTH
TERHADAP DEBT TO EQUITY RATIO PADA PERUSAHAAN
MANUFAKTUR YANG TERCATAT DI BURSA EFEK
INDONESIA PERIODE 2003-2007
TESIS
Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat guna
memperoleh gelar sarjana S-2 Magister Manajemen
Program Studi Magister Manajemen Universitas Diponegoro
Disusun Oleh:
YUSTIANA RATNA NURAINI
NIM. C4A008184
PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
2010
SERTIFIKASI
Saya, Yustiana Ratna Nuraini, yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan
bahwa tesis yang saya ajukan ini adalah hasil karya saya sendiri yang belum
pernah disampaikan untuk mendapatkan gelar pada program Magister Manajemen
ini ataupun pada program lainnya. Karya ini adalah milik saya, karena itu
pertanggungjawabannya sepenuhnya berada di pundak saya.
Yustiana Ratna Nuraini
Semarang, 2010
PENGESAHAN TESIS
Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa tesis berjudul:
ANALISIS PENGARUH RETURN ON INVESTMENT, FIXED ASSETS RATIO, FIRM SIZE DAN RATE OF GROWTH
TERHADAP DEBT TO EQUITY RATIO PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERCATAT DI BURSA EFEK
INDONESIA PERIODE 2003-2007
Yang disusun oleh Yustiana Ratna Nuraini, NIM C4A008184
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal
dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima
Debt to Equity Ratio (DER) is the ratio between corporate debt with equity. A firm has a particular funding structure in carrying out financial functions of which one can proxy for DER. The purpose of this study is to analyze the influence of the independent variables ROI, FAR, firm size and rate of growth toward Debt to Equity Ratio (DER) on manufacturing companies listed in Indonesia Stock Exchange 2003-2007 period.
Research using purposive sampling method for taking samples, with criterias: (1) Available data annual financial statements during the period of study (period 2003 to 2007), namely the variable DER, ROI, Total Assets (to calculate Firm Size) and Sales (to calculate Rate of Growth), (2) The sample companies used did not include samples of the company that owns the data are outlier. Data obtained on the basis of the publication of Indonesian Capital Market Directory (ICMD), obtained 81 samples of manufacturing companies. Analysis technique used is multiple regression analysis.
Results of analysis showed that the predictive ability of the four independent variables (ROI, FAR, firm size and rate of growth) is 32.6% and it shown by adjusted R2 value, the rest 67.4% influenced by other variables outside the model. Based on the test statistic F indicates that the variables ROI, FAR, firm size and rate of growth simultantly affect DER on manufacturing companies listed in Indonesia Stock Exchange for the period 2003-2007 because has a significance value less than 5% of Alpha value. Meanwhile, based on statistical t test showed that the ROI is negative and significant impact of DER because it has a significance value less than 5% of Alpha value. Similarly, FAR variables, firm size and rate of growth, the three variables are each positive and significant impact on DER, because it has a significance value less than 5% of Alpha value.
Key Words: Debt to Equity Ratio (DER), Pecking Order Theory, Return on Investment (ROI), Fixed Asset Ratio (FAR), Firm Size, Rate of Growth and Manufacturing Companies
Abstraksi
Debt to Equity Ratio (DER) adalah rasio antara hutang perusahaan dengan modal yang dimilikinya. Suatu perusahaan memiliki suatu struktur pendanaan tertentu dalam menjalankan fungsi keuangannya yang salah satunya dapat diproksi dengan DER. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh dari variabel independen ROI, FAR, firm size dan rate of growth terhadap Debt to Equity Ratio (DER) pada perusahaan manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia periode 2003-2007.
Penelitian menggunakan metode purposive sampling untuk pengambilan sampelnya, dengan kriteria: (1) Tersedia data laporan keuangan tahunan selama kurun waktu penelitian (periode 2003 sampai 2007), yaitu pada variabel DER, ROI, Total Asset (untuk menghitung firm size) dan Sales (untuk menghitung Rate of Growth), (2) Sampel perusahaan yang digunakan tidak termasuk sampel perusahaan yang memiliki data yang bersifat outlier. Data diperoleh berdasarkan publikasi Indonesian Capital Market Directory (ICMD), diperoleh jumlah sampel sebanyak 81 perusahaan manufaktur. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi berganda.
Hasil analisis menunjukkan bahwa besarnya kemampuan prediksi dari keempat variabel independen (ROI, FAR, firm size dan rate of growth) adalah sebesar 32,6 % yang ditunjukkan dari besarnya adjusted R2, sisanya sebesar 67,4 % dipengaruhi oleh variabel lain diluar model. Berdasarkan uji statistik F menunjukkan bahwa variabel ROI, FAR, firm size dan rate of growth secara bersama-sama mempengaruhi DER pada perusahaan manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia periode 2003-2007 karena memiliki nilai signifikansi yang kurang dari taraf nyata 5 %. Sedangkan berdasarkan uji statistik t menunjukkan bahwa ROI berpengaruh negatif dan signifikan terhadap DER karena memiliki nilai signifikansi kurang dari taraf nyata 5 %. Begitu pula dengan variabel FAR, firm size dan rate of growth, ketiga variabel tersebut masing-masing berpengaruh positif dan signifikan terhadap DER, karena memiliki nilai signifikansi kurang dari taraf nyata 5 %.
Kata Kunci: Debt to Equity Ratio (DER), Pecking Order Theory, Return on Investment (ROI), Fixed Asset Ratio (FAR), Firm Size, Rate of Growth dan Perusahaan Manufaktur
KATA PENGANTAR
Pertama‐tama penulis ingin mengucapkan syukur Alhamdulillah kehadirat Allah
SWT karena atas limpahan kasih dan sayangNya serta rahmat dan karuniaNya penulis
dapat menyelesaikan tesis yang berjudul ’’Analisis Pengaruh Return On Investment,
Fixed Assets Ratio, Firm Size dan Rate Of Growth terhadap Debt To Equity Ratio pada
Perusahaan Manufaktur yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia Periode 2003‐2007’’.
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah mengaruniakan gelar
master kepada penulis pada Program Pascasarjana Magister Manajemen Universitas
Diponegoro Semarang.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah
membantu, membimbing, mendoakan, memberi semangat dan memotivasi penulis
selama proses penyelesaian tesis ini. Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Prof. Dr. Augusty Tae Ferdinand, MBA selaku ketua Program Pascasarjana
Magister Manajemen Universitas Diponegoro Semarang yang telah memberikan
semangat dan motivasi.
2. Dr. H. M. Chabachib M.Si, Akt selaku dosen pembimbing utama yang dengan
sabar dan bijaksana memberikan bimbingan dan petunjuk serta meluangkan
waktunya selama penyusunan tesis ini.
3. Dra. Endang Tri Widyarti, MM selaku dosen pembimbing anggota yang dengan
sabar dan bijaksana memberikan bimbingan dan petunjuk serta meluangkan
waktunya selama penyusunan tesis ini.
4. Kedua orang tua tercinta (Bapak Yusmianto dan Ibu Ambarini) terima kasih
untuk kasih sayang, doa, nasehat, dukungan, motivasi dan semangat yang selalu
diberikan.
5. Keluarga tercinta (adik penulis Fani Aditya Rahman, Bude Enti, sepupu penulis
yang selalu setia mendengarkan curahan hati penulis Mba Wahida Kartika A.,
Shinta Listya D. dan seluruh keluarga besar penulis) serta Neno. Terima Kasih
untuk doa, nasehat, dukungan, motivasi dan semangatnya.
6. Kawan‐kawan satu bimbingan Tesis (Ifa, Agung, Mega, Mas Ayip, Mba Tiwi)
terima kasih untuk bantuan, dukungan dan semangatnya.
7. Kawan‐kawan satu kelas di MM angkatan 33 Kelas Pagi (Konsentrasi Keuangan
dan Pemasaran) terima kasih untuk dukungan dan semangatnya.
8. Seluruh dosen, staf dan karyawan Program Pascasarjana Magister Manajemen
Universitas Diponegoro Semarang serta seluruh pihak yang tidak dapat
disebutkan satu per satu.
Demikian tesis ini disusun, tidak ada yang sempurna di dunia ini kecuali Allah SWT
begitu pula dengan tesis ini. Penulis mohon maaf yang sebesar‐besarnya jika terdapat
kesalahan dalam penyusunan tesis ini.
Semarang, Juni 2010
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul ................................................................................................................. i
Sertifikat Pernyataan Keaslian Tesis ............................................................................... ii
Halaman Persetujuan Tesis ............................................................................................. iii
Halaman Pengesahan Tesis ............................................................................................. iv
Abstract ........................................................................................................................... v
Abstraksi .......................................................................................................................... vi
Kata Pengantar ................................................................................................................ vii
Daftar Tabel .................................................................................................................... xiii
Daftar Gambar ................................................................................................................ xiv
Daftar Grafik .................................................................................................................... xv
Daftar Rumus…………………………………………………………………... xvi
I. PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ........................................................................................... 11
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................................ 12
1.1 Rata‐rata DER, ROI, FAR, Size dan Rate of Growth Sampel Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI tahun 2003‐2007.................................. 6
1.2 Ringkasan Research Gap.............................................................................. 11
Suatu perusahaan dalam menjalankan fungsi keuangannya selalu berfokus
pada dua hal yaitu, bagaimana memperoleh dana dan menggunakan dana tersebut
untuk seluruh kegiatan perusahaan dalam rangka mencapai tujuannya. Dana yang
diperoleh perusahaan dapat digunakan untuk membeli aktiva tetap, membeli
bahan-bahan untuk kepentingan produksi dan penjualan, piutang dagang,
mengadakan persediaan kas dan membeli surat berharga yang sering disebut efek
atau sekuritas baik untuk kepentingan transaksi maupun untuk menjaga likuiditas
perusahaan (Bambang Riyanto, 2001). Dengan demikian untuk dapat melakukan
bisnis setiap perusahaan selalu memerlukan aktiva riil baik aktiva berwujud
seperti peralatan, kantor, kendaraan, maupun aktiva tidak berwujud seperti
keahlian teknis (technical expertise), merek dagang (trademark) dan paten.
Perusahaan yang memiliki jumlah aset fisik yang besar akan memiliki resiko
gagal bayar yang lebih rendah dibandingkan perusahaan yang mengandalkan aset-
aset non fisik. Perusahaan yang memiliki aset fisik dalam jumlah besar, apabila
suatu saat perusahaan mengalami vonis kepailitan, hal tersebut dapat dihindari
dengan cara menjual aset fisik dan aset non fisiknya (Bambang Riyanto, 2001).
Persaingan usaha yang semakin keras menuntut perusahaan untuk semakin
meningkatkan nilai perusahaannya. Situasi tersebut menuntut perusahaan untuk
dapat melakukan pengelolaan fungsi-fungsi manajemen baik di bidang keuangan,
pemasaran, produksi, operasional, dan sumber daya manusia agar memiliki
keunggulan dalam persaingan usaha. Pengelolaan fungsi-fungsi manajemen
tersebut bermuara pada fungsi keuangan tepatnya pada fungsi kegiatan
pemebelanjaan perusahaan. Suatu keputusan yang diambil manajer dalam suatu
kegiatan pembelanjaan perusahaan harus dipertimbangkan secara teliti mengenai
sifat dan biaya dari sumber dana yang dipilih. Masing-masing sumber dana
memiliki konsekuensi keuangan yang berbeda. Sumber dana perusahaan berada
pada sisi pasiva neraca, mulai dari hutang dagang hingga laba ditahan. Seluruh
perkiraan tersebut lebih dikenal dengan nama struktur keuangan (Bambang
Riyanto, 2001).
Perusahaan dalam memperoleh dananya bersumber dari internal
perusahaan (modal dari pemilik perusahaan dan laba ditahan), metode pemenuhan
kebutuhan akan dana yang berasal dari pihak internal perusahaan ini dikenal
dengan nama metode pembelanjaan modal sendiri (equity financing). Selain itu
terdapat pula sumber dana dari eksternal perusahaan (penjualan saham, penerbitan
obligasi, penjualan sekuritas ataupun pinjaman dari bank). Metode pemenuhan
kebutuhan akan dana yang berasal dari eksternal perusahaan disebut metode
pembelanjaan dengan hutang (debt financing) (Bambang Riyanto, 2001).
Perusahaan manufaktur sama seperti perusahaan-perusahaan lainnya juga
memiliki sistem pendanaan baik berasal dari internal perusahaan maupun
eksternal perusahaan. Dana yang diperoleh perusahaan baik yang berasal dari
sumber internal maupun eksternal akan digunakan oleh perusahaan untuk kegiatan
pembelanjaannya.
Penentuan proporsi hutang dan modal sendiri dalam penggunaannya
sebagai sumber dana perusahaan berkaitan erat dengan struktur modal. Usaha
untuk meningkatkan nilai perusahaan berkaitan erat dengan penentuan struktur
modal optimal yang dilakukan oleh manajemen dan pemegang saham
(shareholders). Struktur modal merupakan perbandingan antara hutang dan
ekuitas atau yang lebih dikenal dengan istilah Debt to Equity Ratio (DER) (Suad
Husnan, 2004). DER menunjukkan tingkat risiko suatu perusahaan, DER yang
semakin tinggi menunjukkan resiko yang semakin tinggi demikian sebaliknya.
Tingginya rasio DER menunjukkan bahwa pendanaan yang berasal dari hutang
besar. Investor cenderung lebih tertarik pada tingkat DER tertentu yang besarnya
kurang dari satu, jika besarnya rasio DER lebih dari satu mengindikasikan risiko
perusahaan tinggi karena penggunaan hutangnya tinggi. Oleh karena itu
perusahaan akan berusaha agar tingkat DER yang dimiliki tidak lebih dari satu
dalam struktur pendanaannya (Brigham dan Houston, 2001).
Perusahaan manufaktur merupakan salah satu industri yang mendominasi
perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Perusahaan
manufaktur sama seperti perusahaan lainnya memiliki suatu struktur pendanaan
untuk memperoleh dana dan mengalokasikan dana tersebut untuk kepentingan
proyek (usaha). Rasio struktur pendanaan perusahaan sering diukur dengan
perbandingan antara total hutang dengan total modal sendiri (equity). Rasio ini
biasa disebut dengan DER (Debt to Equity Ratio). DER suatu perusahaan dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, demikian pula pada perusahaan manufaktur di
Indonesia. Oleh karena itu faktor-faktor yang mempengaruhi DER pada
perusahaan manufaktur yang terkait pada perkembangan industri manufaktur
selama periode penelitian 2003-2007 perlu dikaji dan diteliti lebih dalam.
DER suatu perusahaan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, Tittman
dan Wessel (1988) dalam penelitiannya menggunakan variabel indepeden yang
terdiri dari keunikan, struktur aktiva, NDTS (Non Debt Tax Shield), growth,
klasifikasi industri, ukuran perusahaan, volatilitas, dan profitabilitas serta variabel
dependen DER. Penelitian ini menunjukkan bahwa hanya keunikan yang tidak
berpengaruh signifikan terhadap struktur modal (DER), ketujuh variabel bebas
lain berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat (DER). Aydin Ozkan (2001)
dalam penelitiannya menggunakan variabel independen ukuran perusahaan (size),
likuiditas, profitabilitas (ROI), business risk dan pertumbuhan penjualan serta
variabel dependen DER. Pada penelitian yang dilakukan oleh Aydin Ozkan
(2001) seluruh variabel bebas berpengaruh signifikan terhadap variabel terikatnya
(DER). Penelitian yang dilakukan oleh Rahmayani (2009) yang menganalisis
pengaruh profitabilitas (ROI), Price Earning Ratio (PER), ukuran perusahaan,
pertumbuhan penjualan, resiko bisnis, dan kepemilikan institusional terhadap
DER. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa ROI, PER, dan ukuran perusahaan
berpengaruh signifikan terhadap DER, sedangkan pertumbuhan penjualan, risiko
bisnis, dan kepemilikan institusional tidak berpengaruh signifikan terhadap DER.
Rachmawardani (2007) dalam penelitiannya menganalisis pengaruh aspek
likuiditas, risiko bisnis, profitabilitas dan pertumbuhan penjualan terhadap DER.
Penelitian tersebut menunjukkan bahwa variabel likuiditas, pertumbuhan
penjualan, risiko bisnis dan profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan
terhadap DER. Andriyanti (2009) dalam penelitiannya menganalisis pengaruh
aspek likuiditas, struktur aktiva, ukuran perusahaan, pertumbuhan penjualan,
operating leverage dan profitabilitas terhadap DER. Penelitian tersebut
menunjukkan bahwa likuiditas, struktur aktiva, ukuran perusahaan, pertumbuhan
penjualan dan operating leverage berpengaruh positif terhadap DER. Sedangkan
profitabilitas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap DER.
Data empiris DER perusahaan manufaktur menunjukkan bahwa nilai DER
senantiasa berubah dan berfluktuasi mengikuti kondisi ekonomi secara umum
maupun kondisi perusahaan itu sendiri. Begitu juga dengan beberapa variabel
yang diperkirakan dapat mempengaruhi perubahan DER (variabel independen),
seperti variabel ROI, FAR, firm size dan business risk. Variabel-variabel
independen tersebut memiliki nilai yang senantiasa berubah dari waktu ke waktu
mengikuti perubahan kondisi ekonomi. Data nilai rata-rata DER dan beberapa
faktor yang mempengaruhinya pada perusahaan manufaktur dijelaskan oleh Tabel
1.1 berikut ini:
Tabel 1.1 Rata-rata DER, ROI, FAR, Size dan B.Risk Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2003-2007
Tahun/ Variabel
2003 2004 2005 2006 2007
DER (%) 173,1 178,1 153 143,8 159,6
ROI (%) 343,9 476,4 412,6 437,3 566,4
FAR (%) 41 38,9 39,3 39,7 35,2
Size (LN_TA)
13,35 13,47 13,53 13,59 13,75
Growth (%)
6,3 27,3 24,7 8,9 21,9
Sumber: Indonesia Capital Market Directory 2006 dan 2008, diolah
Berikut ini adalah Grafik 1.1 yang memperlihatkan rata-rata nilai DER, ROI,
FAR, Firm Size dan Rate of Growth dari Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia tahun 2003-2007:
Grafik 1.1 Perkembangan Nilai Rata-rata DER, ROI, FAR, Firm Size dan Rate of Growth
050
100150200250300350400450500550600
2003 2004 2005 2006 2007
Tahun
Persen
(%)
DER
ROI
FAR
Size
Growth
Sumber: Indonesia Capital Market Directory 2006 dan 2008, diolah
Tabel 1.1 dan Grafik 1.1 memperlihatkan data nilai rata-rata dari faktor-
faktor yang mempengaruhi DER. Return on Investment (ROI) merupakan salah
satu jenis rasio profitabilitas yang mengukur suatu tingkat keuntungan perusahaan
dari jumlah investasi para shareholders perusahaan. Tingkat profitabilitas yang
tinggi menyebabkan adanya tingkat pengembalian yang tinggi bagi para investor,
keadaan ini memungkinkan perusahaan untuk lebih menggunakan modal internal
dibandingkan modal eksternal. ROI memiliki pengaruh yang negatif terhadap
DER, jika terjadi peningkatan nilai ROI akan menurunkan DER (Weston dan
Copeland, 1986). Pada Tabel 1.1 dapat dilihat data nilai rata-rata ROI, pada tahun
2003-2004 dan 2006-2007, dimana nilai ROI yang pada tahun 2003 sebesar 343,9
% meningkat menjadi 476,4 % pada tahun 2004 dan DER pun ikut meningkat,
pada tahun 2003 DER memiliki nilai 173,1 % meningkat menjadi 178,1% pada
tahun 2004. Pada tahun 2006-2007 ROI mengalami peningkatan, semula tahun
2006 nilai ROI sebesar 437,3 % menjadi 566,4 % pada tahun 2007, DER ikut
meningkat, pada tahun 2006 DER memiliki nilai 143,8 % dan pada tahun 2007
memiliki nilai 159,6 %.
Fixed Asset Ratio (FAR) atau dikenal juga dengan tangible asset,
merupakan rasio antara aktiva tetap perusahaan dengan total aktiva (assetnya).
Perusahaan yang memiliki aktiva dalam jumlah besar dapat menggunakan hutang
yang lebih besar karena memiliki aktiva sebagai penjaminnya. FAR memiliki
pengaruh yang positif terhadap DER, jika FAR meningkat maka DER pun akan
meningkat dan sebaliknya (Weston dan Copeland, 2000). Berdasarkan Tabel 1.1
dapat dilihat data nilai rata-rata FAR. Pada tahun 2003 nilai FAR sebesar 41 %
turun menjadi 38,9 % pada tahun 2004, seiring dengan penurunan FAR, DER
mengalami peningkatan, pada tahun 2003 nilai DER sebesar 173,1 % meningkat
menjadi 178,1 % pada tahun 2004. Selanjutnya Pada tahun 2006 nilai FAR
sebesar 39,7% turun menjadi 35,2 % pada tahun 2007, Seiring dengan penurunan
FAR, nilai DER meningkat, semula DER memiliki nilai sebesar 143,8% pada
tahun 2006 meningkat menjadi 159,6 % pada tahun 2007. Pada tahun 2004-2005
dan 2005-2006 terjadi ketidakkonsistenan antara teori yang ada dengan fenomena
empiris, pada periode tersebut terjadi peningkatan FAR yang diikuti dengan
penurunan DER.
Firm Size (ukuran perusahaan) diukur dengan log natural (LN) dari total
asset (Tittman dan Wessels, 1988). Semakin besar suatu perusahaan maka
kecenderungan menggunakan dana eksternal juga semakin besar, sehingga firm
size berpengaruh positif terhadap DER. Jika firm size meningkat maka DER pun
meningkat dan sebaliknya (Tittman dan wessels, 1988). Pada Tabel 1.1 dapat
dilihat data nilai rata-rata firm size. Pada tahun 2003 nilai firm size sebesar 13,35
meningkat menjadi 13,47, peningkatan tersebut diikuti oleh peningkatan DER,
semula sebesar 173,1 % pada tahun 2003 meningkat menjadi 178,1 % pada tahun
2004. Selanjutnya pada tahun 2006 nilai firm size sebesar 13,59 meningkat
menjadi 13,75, peningkatan firm size diikuti dengan peningkatan DER, pada tahun
2006 nilai DER adalah sebesar 143,8 % meningkat menjadi 159,6 % pada tahun
2007. Perusahaan cenderung mempertahankan nilai DER di bawah 1 (100 %),
pada data empiris firm size tersebut menunjukkan peningkatan DER yang lebih
dari 1 (100 %) akibat adanya pertumbuhan penjualan, sehingga kurang baik bagi
struktur pendanaan perusahaan (Brigham dan Houston, 2001).
Menurut Weston dan Copeland (2000), Sales Growth (pertumbuhan
penjualan) dapat dijadikan indikator bagi maju tidaknya suatu perusahaan. Suatu
perusahaan dengan pertumbuhan yang positif (trennya meningkat) adalah
indikator majunya perusahaan tersebut. Perusahaan dengan pertumbuhan yang
tinggi sebaiknya menggunakan hutang dalam jumlah besar, karena biaya
pengembangan pada emisi saham biasa lebih tinggi dibandingkan dengan emisi
obligasi. Pertumbuhan (Growth) memiliki hubungan yang positif dengan DER,
perusahaan dengan pertumbuhan yang tinggi akan cenderung menggunakan
hutang (sumber pendanaan eksternal) dalam sistem pendanaannya (Weston dan
Copeland, 1986). Pada Tabel 1.1 dapat dilihat data nilai rata-rata rate of growth.
Pada tahun 2003 nilai rate of growth sebesar 6,3 % meningkat menjadi 27,3 %,
seiring dengan peningkatan rate of growth DER mengalami peningkatan, pada
tahun 2003 nilai DER adalah sebesar 173,1 % meningkat menjadi 178,1 % pada
tahun 2004. Pada tahun 2006 nilai rate of growth sebesar 8,9 % meningkat
menjadi 21,9 %, peningkatan nilai rate of growth diikuti oleh peningkatan DER,
semula nilai DER adalah 143,8 % pada tahun 2006 meningkat menjadi 159,6 %
pada tahun 2007. Peningkatan rate of growth yang diikuti dengan peningkatan
DER tidak sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Brigham dan Houston
(2001) yang mengemukakan bahwa perusahaan selalu berusaha mempertahankan
nilai DER yang kurang dari 1 (100 %). Pada fakta empiris yang telah
dikemukakan terjadi peningkatan DER yang lebih dari 1 (100 %).
Beberapa penelitian sebelumnya juga menunjukkan beberapa hasil yang
berbeda untuk masing-masing variabel sehingga dapat menimbulkan adanya
research gap. Oleh karena itu dapat dikemukakan bahwa research gap dalam
penelitian ini adalah:
1. ROI dalam penelitian yang dilakukan oleh Rajan dan Zingales (1995), Aydin
Ozkan (2001) dan Indranarain Ramlall (2009) menyebutkan bahwa
profitabilitas (ROI) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap DER. Hasil
yang berbeda ditunjukkan oleh penelitian yang dilakukan oleh Hermeindito
Kaaro (2000), ROI berpengaruh positif dan signifikan terhadap DER.
2. Fixed Asset Ratio (FAR) dalam penelitian yang dilakukan oleh Cassar dan
Holmes (2003), Ghosh et al (2000) dan Shumi Akhtar (2005) berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap DER. Hasil berbeda ditunjukkan oleh
penelitian yang dilakukan oleh Tittman dan Wessels (1988) dan Hsiao Tien
Pao (2007) dimana FAR berpengaruh positif dan signifikan terhadap DER.
3. Firm Size pada penelitian yang dilakukan oleh Cassar dan Holmes (2003),
Ghosh et al (2000) dan Shumi Akhtar (2005) firm size berpengaruh positif
dan signifikan terhadap DER. Hasil berbeda ditunjukkan oleh penelitian yang
dilakukan oleh Tittman dan wessels (1988) dimana firm size berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap DER.
4. Rate of Growth dalam penelitian yang dilakukan oleh Baskin (1989) dan
Cassar dan Holmes (2003) berpengaruh positif dan signifikan terhadap DER.
Hasil berbeda ditunjukkan oleh penelitian yang dilakukan oleh Tittman dan
Wessel (1988) dan Hsiao Tien Pao (2007) yang menunjukkan bahwa rate of
growth berpengaruh signifikan dan negatif terhadap DER.
Berikut ini adalah Tabel 1.2 yang meringkas research gap penelitian:
Tabel 1.2 Ringkasan Research Gap
No Variabel Signifikan (+) Signifikan (-)
1. ROI Hermeindito Kaaro (2000) Aydin Ozkan (2001) dan Indranarain Ramlall (2009)
2. FAR Tittman dan Wessels (1988) dan Hsiao Tien Pao (2007)
Cassar dan Holmes (2003), Ghosh et al (2000) dan Shumi Akhtar (2005)
3. Firm Size (LN_Total Asset)
Cassar dan Holmes (2003), Ghosh et al (2000) dan Shumi Akhtar (2005)
Tittman dan wessels (1988)
4. Rate of Growth (Sales Growth)
Baskin (1989) dan Cassar dan Holmes (2003)
Tittman dan Wessel (1988) dan Hsiao Tien Pao (2007)
Sumber: Karya Ilmiah yang Dipublikasikan
1.2 Perumusan Masalah
Permasalahan pertama adanya fenomena gap, yaitu ketidaksesuaian antara
teori dengan data aktual di lapangan, seperti yang telah dijelaskan pada subbab
sebelumnya fenomena gap terjadi pada beberapa variabel independen yang
mempengaruhi variabel dependen (DER) pada beberapa periode yang sesuai
dengan periode penelitian. Permasalahan kedua adanya research gap, yaitu
perbedaan hasil penelitian dari beberapa penelitian sebelumnya yang telah
dilakukan yang relatif sama sifat dan jenis penelitiannya.
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan pada subbab sebelumnya maka
research problem pada penelitian ini dapat dirumuskan bahwa masih terdapat
ketidakkonsistenan antara teori dengan fakta empiris yang ada serta
ketidakkonsistenan hasil penelitian terdahulu dari pengaruh variabel ROI, FAR,
firm size dan rate of growth terhadap Debt to Equity Ratio (kebijakan struktur
modal). Oleh karena itu berdasarkan research problem yang terjadi dapat disusun
research questions sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh ROI terhadap DER?
2. Bagaimana pengaruh FAR terhadap DER?
3. Bagaimana pengaruh firm size terhadap DER?
4. Bagaimana pengaruh rate of growth terhadap DER?
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan pertanyaan penelitian, maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Menganalisis pengaruh ROI terhadap DER.
2. Menganalisis pengaruh FAR terhadap DER.
3. Menganalisis pengaruh firm size terhadap DER.
4. Menganalisis pengaruh rate of growth terhadap DER.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari adanya penelitian ini adalah:
1. Bagi para pengambil kebijakan perusahaan (manajer) perusahaan
manufaktur penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan atau dasar dalam
hal perumusan kebijakan dan pengambilan keputusan pendanaan
perusahaan.
2. Bagi masyarakat diharapkan dapat memberikan kontribusi literatur sebagai
bukti empiris di bidang kebijakan pendanaan perusahaan.
3. Bagi penelitian selanjutnya, penelitian ini dapat dijadikan acuan dan bahan
masukan untuk penelitian di bidang yang sama.
BAB II
TELAAH PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN MODEL
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Pecking Order Theory
Pecking Order Theory dikemukakan oleh Myers dan Majluf (1984) dan
Myers (1984). Teori ini menjelaskan keputusan pendanaan yang diambil oleh
perusahaan. Menurut Brealey dan Myers (1991) dalam Suad Husnan (2004),
secara ringkas teori tersebut menyatakan bahwa:
1. Perusahaan menyukai internal financing (pendanaan dari hasil operasi
perusahaan).
2. Perusahaan mencoba menyesuaikan rasio pembagian dividen yang
ditargetkan, dengan berusaha menghindari perubahan pembayaran dividen
secara drastis.
3. Kebijakan dividen yang relatif segan untuk diubah, disertai dengan fluktuasi
profitabilitas dan kesempatan investasi yang tidak bisa diduga,
mengakibatkan bahwa dana hasil operasi kadang-kadang melebihi kebutuhan
dana untuk investasi, meskipun pada kesempatan yang lain mungkin kurang.
Apabila dana hasil operasi kurang dari kebutuhan investasi (capital
expenditure), maka perusahaan akan mengurangi saldo kas atau menjual
sekuritas yang dimiliki.
4. Apabila pendanaan dari luar (external financing) diperlukan, maka
perusahaan akan menerbitkan sekuritas yang paling aman terlebih dulu, yaitu
dimulai dengan penerbitan obligasi, kemudian diikuti oleh sekuritas yang
berkarakteristik opsi (seperti obligasi konversi), baru akhirnya apabila masih
belum mencukupi, saham baru diterbitkan.
Sesuai dengan teori, tidak ada suatu target debt to equity ratio, karena ada
dua jenis modal sendiri, yaitu eksternal dan internal. Modal sendiri yang berasal
dari dalam perusahaan lebih disukai daripada modal sendiri yang berasal dari luar
perusahaan. Pecking order theory menjelaskan mengapa perusahaan-perusahaan
yang profitable umumnya meminjam dalam jumlah yang sedikit. Hal tersebut
bukan karena mereka mempunyai target debt ratio yang rendah, tetapi karena
mereka memerlukan external financing yang sedikit. Perusahaan yang kurang
profitable akan cenderung mempunyai hutang yang lebih besar karena dua alasan,
yaitu dana internal tidak cukup dan hutang merupakan sumber eksternal yang
lebih disukai (Suad Husnan, 2004).
2.1.2 Trade Off Theory
Trade-off theory menjelaskan hubungan antara pajak, risiko kebangkrutan
dan penggunaan hutang yang disebabkan oleh keputusan struktur modal yang
diambil perusahaan (Brealey dan Myers dalam Suad Husnan, 2004). Kerugian
atas penggunaan hutang dapat disebabkan karena adanya biaya kebangkrutan
(bankruptcy cost) dan biaya keagenan (agency cost). Trade-off theory mempunyai
implikasi bahwa manajer akan berpikir dalam kerangka trade-off antara
penghematan pajak dan biaya kesulitan keuangan dalam penentuan struktur modal
(Brealey dan Myers dalam Suad Husnan, 2004).
The trade off model tidak dapat digunakan untuk menentukan model yang
optimal secara akurat dari suatu perusahaan, tetapi melalui model ini dapat dibuat
suatu kesimpulan tentang penggunaan hutang. Kesimpulan tersebut adalah
perusahaan yang memiliki tangible assets dan marketable assets seharusnya dapat
menggunakan hutang yang lebih besar daripada perusahaan yang memiliki nilai
terutama dari intangible assets seperti patent dan goodwill. Hal ini disebabkan
karena intangible assets lebih mudah untuk kehilangan nilai apabila terjadi
financial distress, dibandingkan tangible assets (Brealey dan Myers dalam Suad
Husnan, 2004).
2.1.3 Debt to Equity Ratio (DER)
Debt to Equity Ratio (DER) merupakan perbandingan antara total hutang
dengan total modal sendiri (ekuitas). Total hutang merupakan total liabilities
(kewajiban), baik hutang jangka pendek maupun jangka panjang. Total modal
sendiri atau yang biasa disebut juga dengan total shareholders equity merupakan
total modal disetor dengan laba ditahan yang dimiliki perusahaan (Robert Ang,
1997). DER menunjukkan bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan
jaminan untuk keseluruhan utang. Makin tinggi DER maka akan menunjukkan
semakin besarnya modal pinjaman yang digunakan untuk pembiayaan aktiva
perusahaan (Brigham dan Houston, 2001). Jika DER perusahaan semakin tinggi,
maka semakin besar financial leverage, dan semakin besar pula proporsi dana
kreditur yang digunakan untuk menghasilkan laba. Semakin tinggi DER, maka
semakin berisiko bagi perusahaan (kemungkinan perusahaan tidak dapat
membayar semua hutangnya). DER sekaligus menunjukkan struktur modal yang
digunakan oleh perusahaan (Suad husnan, 2004).
Menurut Sartono (2001), penggunaan hutang bagi perusahaan
mengandung tiga dimensi, yaitu:
1. Pemberi kredit akan menitikberatkan pada besarnya jaminan atas kredit
yang diberikan
2. Penggunaan hutang akan meningkatkan keuntungan perusahaan jika
perusahaan mendapatkan keuntungan yang lebih besar dari beban
tetapnya.
3. Hutang sebagai sumber dana perusahaan dan sistem pengendali
perusahaan.
2.1.4 Return on Investment (ROI)
Return on Investment (ROI) merupakan bagian dari rasio profitabilitas.
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh keuntungan dalam
hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri (Sartono,
2001). ROI merupakan salah satu bagian yang terpenting yang digunakan untuk
memprediksi harga atau return saham perusahaan publik (Robbert Ang, 1997).
Sedangkan menurut Hansen dan Mowen (2007), rasio profitabilitas mengukur
seberapa besar keuntungan perusahaan yang diproksi dari besarnya tingkat
pengembalian atas investasi perusahaan. Analisis ROI dalam analisis keuangan
mempunyai arti yang sangat penting sebagai salah satu teknik analisis keuangan
yang bersifat menyeluruh (komprehensif). Analisis yang lazim digunakan
pimpinan perusahaan untuk mengukur efektivitas dari keseluruhan operasi
perusahaan. ROI diukur dari perbandingan laba operasi setelah pajak terhadap
total investasinya (Brigham dan Houston, 2001). Selain itu ROI dapat juga diukur
dari profit margin dikalikan dengan perputaran persediaannya (Hansen dan
Mowen, 2007).
ROI digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam
menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan total investasi yang dilakukan
perusahaan. ROI juga merupakan perkalian antara faktor net income margin
dengan perputaran aktiv. Net income margin menunjukkan kemampuan
memperoleh laba dari setiap penjualan yang diciptakan perusahaan, sedangkan
perputaran aktiva menunjukkan seberapa jauh perusahaan mampu menciptakan
penjualan aktiva yang dimilikinya (Suad Husnan, 2004).
Profitabilitas merupakan faktor penting dalam menentukan struktur modal.
Laba yang ditahan yang besar memungkinkan perusahaan untuk lebih memilih
menggunakan laba ditahan sebelum hutang (Sartono, 2001). Hal ini sesuai dengan
pecking order theory yang menyarankan bahwa perusahaan sebaiknya
menggunakan sumber pembiayaan terlebih dahulu melalui laba ditahan kemudian
hutang dan yang paling terakhir melalui penerbitan saham baru. Secara teoritis
sumber modal yang paling murah adalah hutang kemudian saham preferen dan
yang paling mahal adalah saham biasa serta laba ditahan. Pertimbangan lain
adalah bahwa direct cost untuk pembiayaan eksternal lebih tinggi dibandingkan
dengan pembiayaan internal. Selanjutnya penjualan saham baru justru merupakan
sinyal negatif karena pasar menginterpretasikan perusahaan dalam keadaan
kesulitan likuiditas (Sartono, 2001).
2.1.5 Fixed Assets Ratio (FAR)
Fixed Asset Ratio (FAR) atau dikenal juga dengan tangibility asset,
merupakan rasio antara aktiva tetap perusahaan dengan total aktiva (assetnya).
Perusahaan yang memiliki aktiva dalam jumlah besar dapat menggunakan hutang
yang lebih besar karena memiliki aktiva sebagai penjaminnya (Weston dan
Copeland, 2000). Perusahaan yang memiliki asset tetap dalam jumlah besar dapat
menggunakan hutang dalam jumlah besar hal ini disebabkan karena dari skalanya
perusahaan besar akan lebih mudah mendapatkan akses ke sumber dana
dibandingkan dengan perusahaan kecil, besarnya asset tetap dapat digunakan
sebagai jaminan perusahaan (Sartono, 2001). Sedangkan menurut balancing
theory, perusahaan yang memiliki struktur aktiva yang besar cenderung memiliki
resiko kebangkrutan (pailit) yang relatif lebih rendah dibandingkan perusahaan
yang memiliki struktur aktiva yang lebih rendah.
Asset menunjukkan aktiva yang digunakan untuk aktivitas operasional
perusahaan. Semakin besar asset diharapkan semakin besar hasil operasional yang
dihasilkan oleh perusahaan. Peningkatan asset yang diikuti peningkatan hasil
operasi akan semakin menambah kepercayaan pihak luar terhadap perusahaan.
Dengan meningkatnya kepercayaan pihak luar (kreditor) terhadap perusahaan,
maka proporsi hutang semakin lebih besar daripada modal sendiri. Hal ini
didasarkan pada keyakinan kreditor atas dana yang ditanamkan ke dalam
perusahaan dijamin oleh besarnya asset yang dimiliki perusahaan (Robbert Ang,
1997). Penggunaan hutang yang besar akan meningkatkan financial risk,
sementara asset tetap dalam jumlah besar juga akan memperbesar business risk
(degree of operating leverage) dan pada akhirnya berarti total risk juga meningkat
(Sartono, 2001).
2.1.6 Firm Size
Perusahaan besar dapat dengan mudah untuk mengakses pasar modal.
Kemudahan untuk mengakses pasar modal berarti perusahaan memiliki
fleksibilitas dan kemampuan untuk mendapatkan dana yang dibutuhkan (Brigham
dan Houston, 2001). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Tittman dan Wessels
(1988) serta Rajan dan Zingales (1995) mengemukakan bahwa kemungkinan
perusahaan yang besar mengalami kebankrutan itu kecil sehingga firm size akan
berpengaruh positif terhadap DER suatu perusahaan. Pada kenyataannya bahwa
semakin besar suatu perusahaan maka kecenderungan penggunaan dana eksternal
juga akan semakin besar. Hal ini disebabkan karena perusahaan yang besar
memiliki kebutuhan dana yang besar dan salah satu alternatif pemenuhan dana
yang tersedia menggunakan pendanaan eksternal.
Firm size (ukuran perusahaan) merupakan ukuran besar kecilnya
perusahaan yang diukur melalui logaritma natural dari total asset (Ln total asset).
Total asset dijadikan sebagai indikator ukuran perusahaan karena sifatnya jangka
panjang dibandingkan dengan penjualan (Tittman dan Wessels, 1988).
2.1.7 Rate of Growth
Growth (pertumbuhan) merupakan indikator bagi maju tidaknya suatu
perusahaan. Suatu perusahaan dengan pertumbuhan yang positif (trennya
meningkat) adalah indikator majunya perusahaan tersebut. Perusahaan dengan
pertumbuhan yang tinggi sebaiknya menggunakan hutang dalam jumlah besar,
karena biaya pengembangan pada emisi saham biasa lebih tinggi dibandigkan
dengan emisi obligasi. Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan penjualan dan
laba yang tinggi kecenderungan perusahaan menggunakan hutang sebagai sumber
dana eksternal yang lebih besar daripada perusahaan yang memiliki tingkat
pertumbuhan yang lebih rendah (Weston dan Copeland, 2000).
Perusahaan dengan penjualan yang relatif stabil dapat lebih aman
memperoleh lebih banyak pinjaman dan menanggung beban tetap yang lebih
tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang penjualannya tidak stabil.
Perusahaan umum memiliki sifat yang stabil atas permintaan produk atau jasanya
dibandingkan perusahaan industri sehingga mampu menggunakan lebih banyak
modal eksternal. Pada tingkat pertumbuhan yang rendah suatu perusahaan tidak
membutuhkan pembiayaan eksternal, tetapi jika suatu perusahaan tumbuh lebih
pesat maka modal dari sumber eksternal harus diusahakan. Selanjutnya semakin
cepat tingkat pertumbuhan semakin besar kebutuhan modal (Brigham dan
Houston, 2001).
Semakin besar (cepat) pertumbuhan perusahaan maka semakin besar
kebutuhan dana untuk pembiayaan ekspansi. Semakin besar kebutuhan untuk
pembiayaan mendatang maka semakin besar keinginan perusahaan untuk
menahan laba. Jadi, perusahaan yang sedang tumbuh sebaiknya tidak membagi
laba sebagai dividen tetapi lebih baik digunakan untuk pembiayaan investasi.
Potensi pertumbuhan ini dapat diukur dari besarnya biaya penelitian dan
pengembangan. Semakin besar research and development cost berarti ada prospek
perusahaan untuk tumbuh (Sartono, 2001).
2.2. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang dijadikan acuan bagi penelitian ini adalah jurnal
yang dipublikasikan. Beberapa penelitian terdahulu yang digunakan oleh
penelitian ini adalah:
1. Tittman dan Wessels (1988) dalam penelitiannya yang berjudul ‘’The
Determinant of Capital Structure Choice’’ menggunakan DER sebagai variabel
dependen dan variabel keunikan, struktur aset (FAR), NDTS, growth,
klasifikasi industri, ukuran perusahaan, volatilitas dan profitabilitas sebagai
variabel independen. Penelitian tersebut menggunakan metode analisis regresi
berganda. Hasil penelitian tersebut adalah hanya keunikan yang berpengaruh
signifikan terhadap DER sedangkan ketujuh variabel independen lainnya tidak
berpengaruh signifikan terhadap DER.
2. Rajan dan Zingales (1995) dalam penelitiannya yang berjudul ‘’What Do
We Know About Capital Structure? Some Evidence from National Data’’
menggunakan leverage sebagai variabel dependen dan variabel profitabilitas,
ukuran perusahaan, tangibility asset dan growth sebagai variabel independen.
Penelitian tersebut menggunakan metode analisis regresi berganda. Hasil
penelitian tersebut adalah profitabilitas berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap leverage. Variabel ukuran perusahaan, tangibility asset dan growth
berpengaruh positif dan signifikan terhadap leverage.
3. Indranarain Ramlall (2009) melakukan penelitian yang berjudul
‘’Determinants of Capital Structure Among Non-Quoted Mauritian Firms
Under Specificity of Leverage: Looking for a Modified Pecking Order
Theory’’. Penelitian tersebut menggunakan leverage sebagai variabel dependen
serta variabel Non-Debt Tax Shield (NDTS), ukuran perusahaan, growth
opportunities, profitabilitas, tangibility of asset, likuiditas, investasi dan usia
perusahaan sebagai variabel independen. Penelitian tersebut menggunakan
metode analisis regresi berganda. Hasil penelitian tersebut adalah variabel
profitabilitas, NDTS dan growth tidak berpengaruh terhadap leverage
perusahaan, variabel tangibility asset berpengaruh positif dan signifikan
terhadap leverage perusahaan, sedangkan likuiditas dan ukuran perusahaan
berpengaruh negatif terhadap leverage perusahaan.
4. Cassar dan Holmes (2003) melakukan penelitian yang berjudul ‘’Capital
Structure and Financing of SMEs: Australian Evidence’’. Penelitian tersebut
menggunakan variabel dependen DER serta variabel independen yang terdiri
dari ukuran perusahaan, Fixed Asset Ratio (FAR), profitabilitas, resiko, dan
sales growth. Analisis tersebut menggunakan metode regresi berganda. Hasil
penelitian tersebut adalah seluruh variabel independen (ukuran perusahaan,
FAR, profitabilitas, resiko dan pertumbuhan) berpengaruh signifikan terhadap
DER di perusahaan di Australia.
5. Pada tahun 2001 Aydin Ozkan melakukan penelitian yang berjudul
‘’Determinants of Capital Structure and Adjustment to Long Run Target:
Evidence from UK Company Panel Data’’. Penelitian tersebut menggunakan
variabel dependen DER serta variabel independen ukuran perusahaan,
likuiditas, profitabilitas dan growth. Penelitian tersebut menggunakan metode
analisis regresi berganda. Hasil penelitian tersebut adalah seluruh variabel
independen berpengaruh signifikan terhadap DER.
6. Pada tahun 2000, Arvin Ghosh, Francis Cai dan Wenhui Li melakukan
penelitian yang berjudul ‘’The Determinants of Capital Structure’’. Penelitian
tersebut menggunakan variabel dependen DER dan variabel indepeneden yang
digunakan adalah asset size, growth, FAR, Non-Debt Tax Shield (NDTS), Net
Profit Margin (NPM), research and development expenditure, advertising
expenditure, selling expenses dan coefficient of variation. Penelitian tersebut
menggunakan metode analisis regresi berganda. Hasil penelitian tersebut
adalah hanya variabel growth, FAR dan research and development
expenditure yang berpengaruh signifikan terhadap DER.
7. Pada tahun 2007, Eduardus Tandelilin dan Rheresia Harjanti melakukan
suatu penelitian yang berjudul ‘’Pengaruh Firm Size, Tangible Asses, Growth,
Profitability dan Business Risk pada Struktur Modal Perusahaan Manufaktur
di Indonesia: Studi Kasus di BEJ’’. Penelitian tersebut menggunakan variabel
dependen DER, sedangkan variabel independen yang digunakan adalah firm
size, tangible assets, growth, profitability dan business risk. Penelitian tersebut
menggunakan metode analisis regresi berganda. Hasil penelitian tersebut
adalah hanya variabel firm size dan profitability yang berpengaruh signifikan
terhadap DER.
Berikut ini adalah tabel penelitian terdahulu yang berisi ringkasan seperti yang
telah dijelaskan sebelumnya:
Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu
No. Penulis Judul Variabel Metode Analisis
Hasil
1. Tittman dan Wessels (1988)
The Determinant of Capital
Structure Choice
Dependen: DER
Independen: keunikan,
struktur asset, NDTS, growth,
klasifikasi industri, ukuran
perusahaan, voaltilitas dan profitabilitas
Regresi Berganda
Keunikan berpengaruh
signifikan terhadap DER sedangkan ketujuh variabel
independen lainnya tidak berpengaruh signifikan terhadap
DER
2. Rajan dan Zingales (1995)
What Do We Know About
Capital Structure? Some Evidence from National
Data
Dependen: leverage
Independen: profitabilitas,
ukuran perusahaan,
tangibility asset
Regresi Berganda
Profitabilitas berpengaruh negatif
dan signifikan terhadap leverage. Variabel ukuran
perusahaan, tangibility asset dan growth berpengaruh
dan growth positif dan signifikan terhadap
leverage
3. Indranarain Ramlall (2009)
Determinants of Capital Structure
Among Non-Quoted Mauritian
Firms Under Specificity of
Leverage: Looking for a
Modified Pecking Order Theory
Dependen: leverage
Independen: Non-Debt Tax Shield (NDTS), ukuran
perusahaan, growth,
profitabilitas, tangibility of
asset, likuiditas, investasi dan usia
perusahaan
Regresi Berganda
Profitabilitas, NDTS dan growth tidak
berpengaruh terhadap leverage
perusahaan, tangibility asset
berpengaruh positif dan signifikan
terhadap leverage perusahaan,
likuiditas dan ukuran perusahaan
berpengaruh negatif terhadap leverage
perusahaan
4. Cassar dan Holmes (2003)
Capital Structure and Financing of
SMEs: Australian Evidence
Dependen: DER
Independen: ukuran
perusahaan, Fixed Asset
Ratio (FAR), profitabilitas, resiko, dan
growth
Regresi Berganda
Seluruh variabel independen (ukuran perusahaan, FAR, profitabilitas, resiko dan pertumbuhan) berpengaruh signifikan terhadap DER di perusahaan di Australia.
5. Aydin Ozkan (2001)
Determinants of Capital Structure and Adjustment
to Long Run Target: Evidence
from UK Company Panel
Data
Dependen: DER
Independen: ukuran
perusahaan, likuiditas,
profitabilitas dan growth
Regresi Berganda
Seluruh variabel independen berpengaruh signifikan terhadap DER.
6. Arvin Ghosh, Francis Cai
dan Wenhui Li (2000)
The Determinants of Capital Structure
Dependen: DER
Independen:
asset size, growth, FAR, Non-Debt Tax
Shield (NDTS), Net Profit
Regresi Berganda
Hanya variabel growth, FAR dan research and development expenditure yang berpengaruh signifikan terhadap DER
Margin (NPM), research and development expenditure, advertising expenditure,
selling expenses dan coefficient
of variation
7. Eduardus Tandelilin dan Theresia Tri
Harjanti (2007)
Pengaruh Firm Size, Tangible Asses, Growth,
Profitability dan Business Risk pada Struktur
Modal Perusahaan
Manufaktur di Indonesia: Studi
Kasus di BEJ
Dependen: DER
Independen:
firm size, tangible assets,
growth, profitability dan
business risk
Regresi Berganda
Hanya variabel firm size dan profitability yang berpengaruh signifikan terhadap DER
Sumber: Berbagai jurnal dari penelitian terdahulu
2.2.1. Persamaan dan Perbedaan Penelitian Ini dengan Penelitian
Terdahulu
1. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Tittman
dan Wessels (1988) adalah sama-sama menggunakan variabel dependen
DER dan variabel independen struktur asset, ukuran perusahaan dan
profitabilitas serta sama-sama menggunakan metode analisis regresi
berganda. Perbedaannya adalah pada penelitian ini tidak menggunakan
variabel keunikan, growth, NDTS, klasifikasi industri dan volatilitas
sebagai variabel independen seperti yang terdapat pada penelitian Tittman
dan Wessels (1998).
2. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Rajan dan
Zingales (1995) adalah sama-sama menggunakan variabel independen
profitabilitas, tangibility asset (FAR) dan firm size. Selain itu persamaan
yang lain adalah sama-sama menggunakan metode analisis regresi
berganda. Sedangkan perbedaannya adalah pada penelitian Rajan dan
Zingales (1995) variabel dependen yang digunakan adalah leverage, pada
penelitian ini variabel dependen yang digunakan adalah DER. Perbedaan
yang lainnya adalah pada penggunaan variabel independen growth yang
tidak digunakan dalam penelitian ini.
3. Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Indranarain Ramlall (2009)
dengan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan variabel
independen profitabilitas, ukuran perusahaan dan tangibility of asset serta
metode analisis regresi berganda. Sedangkan perbedaannya adalah pada
penelitian Indranarain Ramlall (2009) variabel dependen yang digunakan
adalah leverage. Perbedaan yang lainnya adalah pada penelitian ini tidak
digunakan variabel Non-Debt Tax Shield (NDTS), likuiditas, investasi dan
usia perusahaan seperti yang digunakan oleh Indranarain Ramlall (2009).
4. Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Cassar dan Holmes (2003)
dengan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan variabel dependen
DER, menggunakan variabel independen FAR, profitabilitas, risiko bisnis
dan firm size. Persamaan yang lainnya adalah sama-sama menggunakan
metode analisis regresi berganda. Perbedaannya adalah pada penelitian
yang dilakukan oleh Cassar dan Holmes (2003) menggunakan variabel
sales growth sebagai variabel independen sedangkan pada penelitian ini
variabel ukuran perusahaan tidak digunakan sebagai variabel independen.
5. Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Aydin Ozkan (2001) dengan
penelitian ini adalah sama-sama menggunakan variabel dependen DER,
menggunakan variabel independen profitabilitas dan ukuran perusahaan.
Selain itu persamaan yang lainnya adalah sama-sama menggunakan
metode analisis regresi berganda. Sedangkan perbedaannya adalah pada
penelitian Aydin Ozkan (2001) menggunakan variabel independen growth
dan likuiditas yang tidak digunakan dalam penelitian ini.
6. Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Arvin Ghosh, Francis Cai dan
Wenhui Li (2000) dengan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan
variabel dependen DER, menggunakan variabel independen asset size,
growth dan FAR, serta sama-sama menggunakan metode analisis regresi
berganda. Perbedaannya adalah pada penelitian ini tidak dimasukkan
variabel Non-Debt Tax Shield (NDTS), NPM, research and development
expenditure, selling expenses dan coefficient of variation cash flow seperti
penelitian yang dilakukan oleh Arvin Ghosh, Francis Cai dan Wenhui Li
(2000).
7. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Eduardus
Tandelilin dan Theresia Tri Harjanti (2007) adalah sama-sama
menggunakan variabel dependen DER, variabel independen firm size,
tangible assets, growth dan profitability, serta sama-sama menggunakan
metode analisis regresi berganda. Perbedaannya adalah pada penelitian ini
tidak menggunakan variabel independen business risk seperti penelitian
yang dilakukan oleh Eduardus Tandelilin dan Theresia Tri Harjanti (2007).
2.3 Kerangka Pemikiran Teoritis dan Perumusan Hipotesis
2.3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis
1) Pengaruh ROI terhadap DER
Return on Investment (ROI) merupakan bagian dari rasio profitabilitas yang
mengukur seberapa besar keuntungan perusahaan yang diproksi dari besarnya
tingkat pengembalian atas investasi perusahaan. Pengukuran ROI diperoleh
dari perbandingan laba operasi setelah pajak dengan total aktivanya (Sartono,
2001). Selain itu ROI dapat juga diukur dari profit margin dikalikan dengan
perputaran persediaannya (Hansen dan Mowen, 2007). Perusahaan dengan
tingkat pengembalian (profit) yang tinggi cenderung menggunakan hutang
dalam jumlah yang relatif lebih sedikit. Sesuai Pecking Order Theory,
perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi lebih memilih
menggunakan laba ditahan (dana internal) dalam struktur pendanaannya.
Penelitian yang dilakukan oleh Rajan dan Zingales (1995) dan Aydin Ozkan
(2001) menyebutkan bahwa profitabilitas (ROI) berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap DER. Oleh karena itu ROI berpengaruh negatif terhadap
dengan DER, dimana semakin tinggi ROI maka akan semakin rendah DER,
demikian sebaliknya. Hipotesis pertama penelitian ini adalah:
H1: Diduga ROI berpengaruh negatif terhadap DER.
2) Pengaruh FAR terhadap DER
Fixed Asset Ratio (FAR) adalah perbandingan antara aktiva tetap perusahaan
dengan total aktiva (assetnya). Perusahaan yang memiliki aktiva dalam
jumlah besar dapat menggunakan hutang yang lebih besar karena memiliki
aktiva sebagai penjaminnya (Weston dan Copeland, 1986). Penelitian yang
dilakukan oleh Tittman dan Wessels (1988), Shumi Akhtar (2005) dan Gosh
et al (2000) menunjukkan bahwa FAR berpengaruh positif dan signifikan
terhadap DER. Oleh karena itu FAR berpengaruh positif terhadap DER,
dimana semakin meningkat nilai FAR maka nilai DER akan semakin
meningkat (perusahaan akan menggunakan hutang sebagai struktur
pendanaannya, dengan menggunakan aktiva yang dimilikinya sebagai
jaminan), demikian sebaliknya. Oleh karena itu hipotesis kedua penelitian ini
adalah:
H2: Diduga FAR berpengaruh positif terhadap DER
3) Pengaruh Firm Size (Ukuran Perusahaan) terhadap DER
Firm size (ukuran perusahaan) merupakan ukuran besar kecilnya perusahaan
yang diukur melalui logaritma natural dari total asset (Ln total asset). Total
asset dijadikan sebagai indikator ukuran perusahaan karena sifatnya jangka
panjang dibandingkan dengan penjualan. Semakin besar suatu perusahaan
maka kecenderungan penggunaan dana eksternal juga akan semakin besar.
Hal ini disebabkan karena perusahaan yang besar memiliki kebutuhan dana
yang besar dan salah satu alternatif pemenuhan dana yang tersedia
menggunakan pendanaan eksternal (Tittman dan Wessels, 1988). Penelitian
yang dilakukan oleh Cassar dan Holmes (2003), Tandelilin dan Harjanti
(2007), Ghosh et al (2000) dan Shumi Akhtar (2005) menunjukkan bahwa
firm size berpengaruh positif terhadap DER. Hipotesis ketiga penelitian ini
adalah:
H3: Diduga firm size berpengaruh positif terhadap DER
4) Pengaruh Rate of Growth terhadap DER
Suatu perusahaan yang memiliki growth positif mengindikasikan majunya
perusahaan tersebut. Perusahaan dengan pertumbuhan yang tinggi sebaiknya
menggunakan hutang dalam jumlah besar, karena biaya pengembangan pada
emisi saham biasa lebih tinggi dibandingkan dengan biaya pada emisi
obligasi (Weston dan Copeland, 2000). Perusahaan dengan penjualan yang
relatif stabil dapat lebih aman memperoleh lebih banyak pinjaman dan
menanggung beban tetap yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan
yang penjualannya tidak stabil (Brigham dan Houston, 2001). Penelitian yang
dilakukan oleh Baskin (1989) serta Cassar dan Holmes (2003), menunjukkan
bahwa growth berpengaruh positif terhadap DER. Hipotesis ketiga penelitian
ini adalah:
H4: Diduga terdapat pengaruh positif antara sales growth dengan DER
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan sebelumnya mengenai pengaruh
antara variabel ROI, FAR, firm size dan rate of growth terhadap DER, maka dapat
disajikan kerangka pemikiran teoritis penelitian pada gambar 2.2 sebagai berikut:
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran Teoritis Penelitian
H1
H2
H3
H4
Sumber: Weston dan Copeland (2000), Sartono (2001), Cassar dan Holmes (2003), Brigham dan Houston (2001), Tittman dan Wessels (1988).
2.3.2 Hipotesis
Berdasarkan tujuan, landasan teori, penelitian terdahulu dan kerangka
pemikiran teoritis, maka dapat dirumuskan hipotesis kerja dalam penelitian ini
sebagai berikut:
1. Diduga ROI berpengaruh negatif terhadap DER.
2. Diduga FAR berpengaruh positif terhadap DER.
3. Diduga Firm Size berpengaruh positif terhadap DER.
4. Diduga rate of growth berpengaruh positif terhadap DER.
Fixed Asset Ratio (FAR)
Return on Investment (ROI)
Firm Size (LN_Total Asset)
Rate of Growth (Sales Growth)
Debt to Equity Ratio (DER)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa data
sekunder dari Indonesia Capital Market Directory pada tahun 2003-2007. Data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Debt to Equity Ratio (DER), Return
on Investment (ROI), Fixed Asset Ratio (FAR), Firm Size dan Rate of Growth.
3.2 Populasi dan Sampel
Populasi penelitian adalah Perusahaan Manufaktur yang tercatat di Bursa
Efek Indonesia. Jumlah populasi sebanyak 150 Perusahaan Manufaktur. Tahun
pengamatan dimulai dari tahun 2003 sampai 2007. Sampel dalam penelitian ini
diambil dengan metode Purposive Sampling, yaitu pengambilan sampel yang
dilakukan sesuai dengan tujuan penelitian yang telah ditentukan. Beberapa kriteria
pemilihan sampel Perusahaan Manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia
berdasarkan purposive sampling adalah:
1. Tersedia data laporan keuangan tahunan selama kurun waktu penelitian
(periode 2003 sampai 2007), yaitu pada variabel DER, ROI, Total Asset
(untuk menghitung firm size) dan Sales (untuk menghitung Rate of
Growth).
2. Sampel perusahaan yang digunakan tidak termasuk sampel perusahaan
yang memiliki data yang bersifat outlier.
Berdasarkan kriteria pemilihan sampel diperoleh total sampel sebanyak 81
perusahaan manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia pada periode
penelitian tahun 2003-2007. Berikut adalah tabel populasi dan sampel penelitian:
Tabel 3.1 Populasi dan Sampel Penelitian
No. Keterangan Jumlah Perusahaan
1. Populasi perusahaan periode 2003-2007 150
2. Jumlah sampel perusahaan yang memenuhi kriteria pertama 133
3. Jumlah sampel perusahaan yang memenuhi kriteria pertama dan kedua
81
Jumlah sampel penelitian 81
3.3 Definisi Operasional Variabel
3.3.1 Variabel Dependen
Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain
(variabel independen) pada suatu model. Nilai dari variabel dependen dipengaruhi
oleh nilai variabel independennya (Gujarati, 2003). Pada penelitian ini DER
merupakan variabel dependen yang digunakan untuk memproksi rasio hutang
(debt) terhadap modal sendiri (equity) pada perusahaan manufaktur yang tercatat
di Bursa Efek Indonesia periode 2003-2007. Skala pengukur DER adalah rasio
dengan satuan persen (%) (Bambang Riyanto, 2001).
Menurut Bambang Riyanto (2001), rumus mencari DER adalah: