-
ANALISIS PENGARUH RASIO MODAL KERJA
TERHADAP PROFITABILITAS
(Studi Pada Perusahaan Food and Beverage yang Listing di
Bursa
Efek Indonesia Periode 2013-2015)
Skripsi
Diajukan untuk Menempuh Ujian Sarjana
Pada Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya
FEBRIAN ANDRE
NIM. 105030207111036
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
JURUSAN ILMU ADMINISTRASI BISNIS
KONSENTRASI MANAJEMEN KEUANGAN
MALANG
2017
-
SEBUAH TANTANGAN AKAN SELALU MENJADI BEBAN,
JIKA ITU HANYA DIPIKIRKAN
SEBUAH CITA-CITA JUGA ADALAH BEBAN,
JIKA ITU HANYA ANGAN-ANGAN
JANGANLAH TAKUT UNTUK MELANGKAH,
KARENA 1000 MIL DIMULAI DARI LANGKAH PERTAMA
-
vi
RINGKASAN
Febrian Andre, 2017. Analisis Pengaruh Rasio Modal Kerja
Terhadap
Profitabilitas (Studi pada Perusahaan Food and Beverage yang
terdaftar di
Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2015). Drs. Nengah Sudjana,
M.Si dan Sri
Sulasmiyati S.Sos, M.AP, hal 161+xii
Setiap perusahaan pada dasarnya memiliki tujuan yang sama,
yaitu
maksimalisasi laba. Pengelolaan yang dilakukan oleh perusahaan
dalam
memaksimalkan laba mencakup banyak hal, salah satunya adalah
pengelolaan
keuangan yaitu pengelolaan modal kerja. Pengelolaan modal kerja
dapat
dikatakan efektif apabila perusahaan mampu menyeimbangkan antara
sumber dan
juga penggunaan modal kerja. Apabila penggunaan modal kerja
lebih tinggi dari
pada sumber modal kerja yang didapatkan, maka dapat dipastikan
bahwa
perusahaan akan mengalami kerugian.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel
bebas yang
terdiri dari Perputaran Kas (X1), Perputaran Persediaan (X2) dan
Perputaran
Piutang (X3) secara simultan dan parsial terhadap variabel
terikat yaitu Return On
Assets (Y1).
Jenis penelitian ini adalah penelitian penjelasan (Explanatory
Research).
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan makanan dan
minuman yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2015 dan didapat
14 perusahaan
sampel yang terpilih berdasarkan kriteria tertentu yang
disesuaikan dengan tujuan
penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis regresi
linear berganda.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Perputaran Kas,
Perputaran
Persediaan dan Perputaran Piutang berpengaruh signifikan. Nilai
Adjusted R
Square sebesar 0,555 yang menunjukkan bahwa 55,5% ROA dapat
dijelaskan
melalui variabel Perputaran Kas, Perputaran Persediaan dan
Perputaran Piutang,
sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel lain diluar
penelitian ini.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, saran yang dapat
diberikan sekiranya
agar penelitian selanjutnya menambahkan variabel lain di luar
model agar
memberikan hasil yang lebih akurat dan penelitian ini diharapkan
dapat
memberikan informasi yang dibutuhkan oleh investor, analisis
dalam
pengambilan keputusan dan pihak lain yang tertarik untuk
meneliti masalah ini.
Kata Kunci : Perputaran Kas, Perputaran Persediaan, Perputaran
Piutang,
Return On Asset, Profitabilitas
-
vii
SUMMARY
Febrian Andre, 2017. Influence Analysis of Working Capital Ratio
on
Profitability (Study on Sub Sector of Food and Beverage
Companies listed in
Indonesia Stock Exchange Period 2013-2015). Drs. Nengah Sudjana,
M.Si and Sri
Sulasmiyati S.Sos, M.AP, hal 161+xii
Every company basically has the same goal, that is profit
maximization.
Management conducted by the company in maximizing the profit
includes many
things, one of which is the financial management of working
capital management.
Working capital management can be said to be effective if the
company is able to
balance between the source and also the use of working capital.
If the use of
working capital is higher than the source of working capital
obtained, it can be
ascertained that the company will incur losses.
This study aims to determine the effect of independent variables
consisting
of Cash Turnover (X1), Inventory Turnover (X2) and Account
Receivables
Turnover (X3) simultaneously and partially to the dependent
variable that is
Return On Asset (Y1).
This type of research is explanatory research. The population in
this
research is food and beverage companies listed in Indonesia
Stock Exchange
Period 2013-2015 and obtained 14 sample companies selected based
on certain
criteria that adjusted to the purpose of research. The method
used in this research
is multiple linear regression analysis.
The results of this study indicate that Cash Turnover, Inventory
Turnover
and Receivable Turnover have a significant effect. Adjusted R
Square value of
0,555 indicates that 55,5% ROA can be explained through Cash
Turnover,
Inventory Turnover and Receivable Turnover, while the rest is
explained by other
variable outside this research.
Based on the results of the research, suggestions can be given
if the next
research to add other variables outside the model in order to
provide more
accurate results and this study is expected to provide
information needed by
investors, analysis in decision making and other interested
parties to examine this
issue.
Keywords: Cash Turnover, Inventory Turnover, Accounts
Receivable
Turnover, Return On Assets, Profitability
-
KATA PENGANTAR
Puji syukur yang tiada henti peneliti panjatkan kehadirat Allah
SWT,
karena atas limpahan rahmad, taufik, dan hidayah-NYA peneliti
dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Pengaruh Modal
Kerja
Terhadap Profitabilitas yang Listing di Bursa Efek Indonesia
Periode 2013 –
2015)”. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana
Administrasi Bisnis pada Fakultas Ilmu Administrasi Universitas
Brawijaya
Malang.
Peneliti menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan
terwujud
tanpa adanya bantuan dan motivasi dari berbagai pihak, oleh
karena itu peneliti
menyampaikan banyak terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Bambang Supriyono, M.S., selaku Dekan
Fakultas Ilmu
Administrasi Universitas Brawijaya Malang.
2. Ibu Prof. Dr. Endang Siti Astuti, M.Si., selaku Ketua Jurusan
Administrasi
Bisnis Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya
Malang.
3. Bapak Dr. Drs. Wilopo M.AB., selaku Ketua Program Studi
Administrasi
Bisnis Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya
Malang.
4. Bapak Nengah Sudjana, M.Si selaku ketua komisi pembimbing dan
Ibu Sri
Sulasmiyati, S.Sos., M.AP. selaku ketua komisi pembimbing yang
telah
banyak membantu, dengan penuh kesabaran memberikan
bimbingan,
masukan, motivasi dan ilmu yang bermanfaat dalam menyelesaikan
skripsi
ini.
-
5. Segenap jajaran dosen Jurusan Administrasi Bisnis, yang
telah
memberikan ilmu yang sangat berharga selama masa
perkuliahan.
6. Kedua orang tua tercinta yang selalu sabar, senantiasa
mendoakan, dan
memotivasi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
7. Ayu Nitasari yang selalu memberi semangat dan membantu
sampai
penulisan ini selesai.
8. Seluruh anggota The Legend, Argi Alvareza, Dony Apriyanto,
Linggar
Eka, Herta Sandi, Fuad, Rizki Akbar, Hary Prima, Nikita Vireyto,
Resi
Yanuesti, dan Widya K. Wardhani, Arnold Jansen yang selalu
menebarkan
tawa, keceriaan, semangat dan motivasi serta memberikan banyak
bantuan
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
9. Seluruh teman – teman Jurusan Administrasi Bisnis angkatan
2010, 2011
dan 2012 yang telah memberikan kenangan selama masa
perkuliahan.
Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari
sempurna. Segala
bentuk kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
diharapkan demi
perbaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak.
Malang, 28 Juli 2017
Peneliti
-
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL
.............................................................................
i
MOTTO
...................................................................................................
ii
TANDA PERSETUJUAN
.....................................................................
iii
TANDA PENGESAHAN
......................................................................
iv
PERNYATAAN ORISINALITAS
......................................................... v
RINGKASAN
.........................................................................................
vi
SUMMARY
...........................................................................................
vii
KATA PENGANTAR
.........................................................................
viii
DAFTAR ISI
...........................................................................................
ix
DAFTAR TABEL
...................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR
..............................................................................
xi
DAFTAR LAMPIRAN
.........................................................................
xii
BAB I PENDAHULUAN
...................................................................
1
A. Latar
Belakang...................................................................
1
B. Rumusan Masalah
............................................................. 9
C. Tujuan Penelitian
.............................................................
10
D. Kontribusi Penelitian
....................................................... 10
E. Sistematika Pembahasan
................................................. 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
....................................................... 13
A. Penelitian Terdahulu
........................................................ 13
B. Tinjauan Teori
.................................................................
18
1. Modal Kerja
..............................................................
18
2. Perputaran Modal Kerja
........................................... 30
a. Perputaran Kas
.................................................. 31
b. Perputaran Persediaan .......................................
34
c. Perputaran Piutang
............................................ 39
3. Rasio Profitabilitas
................................................... 44
C. Hubungan Antar
Variabel................................................ 48
D. Model Konsep dan
Hipotesis........................................... 50
BAB III METODE PENELITIAN
................................................... 53
A. Jenis Penelitian
................................................................
53
B. Lokasi Penelitian
.............................................................
54
C. Variabel Penelitian
.......................................................... 54
D. Definisi Operasional Variabel
......................................... 55
E. Populasi dan Sampel
....................................................... 56
-
xii
1. Populasi
....................................................................
56 2. Sampel
......................................................................
56
F. Teknik Pengumpulan Data
.............................................. 57
G. Metode Analisis Data
...................................................... 58
1. Analisis Statistik Deskriptif
...................................... 58 2. Analisis Statistik
Inferensial ..................................... 58
a. Uji Asumsi Klasik
............................................... 58 b. Regresi
Linier Berganda ...................................... 62 c.
Koefisien Determinasi ......................................... 63
d. Uji F
.....................................................................
63 e. Uji t
......................................................................
64
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . .............. 65
A. Gambaran Umum Bursa Efek Indonesia .........................
65 B. Gambaran Umum Perusahaan dan Penyajian Data ......... 68 C.
Analisis Data
...................................................................
89
1. Analisis Statistik Deskriptif
................................. 89 2. Analisis Statistik
Inferensial ................................ 90
a) Uji Asumsi Klasik .........................................
90 b) Analisis Regresi Berganda ............................ 97 c)
Koefisien Determinasi ................................... 99 d) Uji
F ............................................................. 100
e) Uji t
..............................................................
101
D. Interpretasi Hasil Penelitian
.......................................... 103
BAB V PENUTUP
.........................................................................
107
A. Kesimpulan
....................................................................
107 B. Saran
..............................................................................
108
DAFTAR PUSTAKA
..........................................................................
110
-
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Penelitian Terdahulu
.................................................................
16
Tabel 2.Definisi Operasional Variabel
................................................... 55
Tabel 3. Kriteria Seleksi Sampel.
............................................................ 57
Tabel 4. Sampel Penelitian
......................................................................
57
Tabel 5. Perkembangan Bursa Efek Indonesia
...................................... 65
Tabel 6. Penyajian Data Perusahaan
....................................................... 81
Tabel 7. Tabel Return On Asset Periode 2013-2015
.............................. 84
Tabel 8. Tabel Perputaran Kas Periode 2013-2015
................................ 85
Tabel 9. Tabel Perputaran Persediaan Periode 2013-2015
..................... 86
Tabel 10. Tabel Perputaran Piutang Periode 2013-2015
........................ 88
Tabel 11. Tabel Statistik Deskriptif
........................................................ 89
Tabel 12. Tabel Uji Normalitas
...............................................................
92
Tabel 13. Hasil Uji Multikolinieritas
...................................................... 94
Tabel 14. Hasil Uji Autokorelasi
............................................................ 97
Tabel 15. Tabel Regresi Linier Berganda
............................................... 98
Tabel 16. Tabel Uji Koefisien Determinasi R2
....................................... 99
Tabel 17. Hasil Uji F
.............................................................................
100
Tabel 18. Hasil Uji t
..............................................................................
101
-
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Model Konsep
.......................................................................
50
Gambar 2. Model Hipotesis
....................................................................
51
Gambar 3. Uji Heteroskedastisitas
.......................................................... 93
-
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran SPSS
.....................................................................................
112
Ikhtisar Keuangan
.................................................................................
118
Curriculum Vitae
...................................................................................
161
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap perusahaan pada dasarnya memiliki tujuan yang sama,
yaitu
maksimalisasi laba (profit maximization). Maksimalisasi laba
adalah usaha
memaksimalkan laba setelah pajak (earning after tax) dengan
biaya seminimal
mungkin. Guna mencapai tujuan tersebut, pihak manajemen
perusahaan dituntut
untuk bertanggung jawab dan cepat tanggap terhadap
permasalahan-permasalahan
yang nantinya dapat menghambat jalannya kegiatan perusahaan.
Selain
menghadapi masalah eksternal yang dapat bersumber dari
persaingan perusahaan,
inflasi, dan pertumbuhan ekonomi, perusahaan juga tidak terlepas
dari masalah
internal yang muncul dari dalam perusahaan itu sendiri, seperti
masalah
pengelolaan. Pengelolaan yang dilakukan oleh perusahaan mencakup
banyak hal,
salah satunya adalah pengelolaan keuangan yaitu pengelolaan
modal kerja. Modal
kerja diartikan sebagai dana yang digunakan untuk membiayai
kegiatan operasi
perusahaan sehari-hari (Martono dan Harjito, 2005:72).
Pengelolaan modal kerja
dapat mencakup pengelolaan kas, bank, piutang, persediaan, dan
penghasilan
yang masih dapat diterima. Ketersediaan dana modal kerja yang
dibutuhkan setiap
perusahaan berbeda-beda sesuai dengan jenis usahanya, demikian
pula
pengelolaan terhadap modal kerja tersebut.
-
2
Pengelolaan modal kerja sangat penting karena menyangkut
penetapan
kebijakan modal kerja maupun pelaksanaan kebijakan modal kerja
tersebut dalam
operasi sehari-hari. Manajemen modal kerja berkepentingan
terhadap keputusan
investasi pada aktiva lancar dan hutang lancar terutama mengenai
bagaimana
menggunakan dan juga komposisi keduanya akan mempengaruhi
resiko. Modal
kerja yang dipergunakan perusahaan untuk membiayai kegiatan
operasi
perusahaan. Seperti yang disebutkan di atas bahwa modal kerja
terdiri dari empat
komponen utama, yaitu kas, surat berharga, persediaan dan
piutang usaha, dimana
komponen- komponen tersebut akan menjamin kontinuitas dan
likuiditas
perusahaan. Menurut Munawir (2007:114) adanya modal kerja yang
cukup sangat
penting bagi suatu perusahaan karena dengan modal kerja yang
cukup itu
memungkinkan bagi perusahaan untuk beroperasi dengan seekonomis
mungkin
dan perusahaan tidak mengalami kesulitan atau menghadapi
bahaya-bahaya yang
timbul karena adanya krisis.
Pengelolaan modal kerja dapat dikatakan efektif apabila
perusahaan mampu
menyeimbangkan antara sumber dan juga penggunaan modal kerja.
Apabila
penggunaan modal kerja lebih tinggi dari pada sumber modal kerja
yang
didapatkan, maka dapat dipastikan bahwa perusahaan akan
mengalami kerugian.
Sumber modal kerja yang berlebih juga tidak baik bagi
perusahaan. Pada intinya
antara keduanya harus seimbang. Penggunakan ukuran ratio antara
sumber dan
penggunaan modal kerja untuk mengetahui efektivitas dari
pengelolaan modal
kerja dilakukaan karena dengan membandingkan antara dua item
tersebut, maka
akan dapat diketahui perubahan yang terjadi pada modal kerja
untuk menganalisis
-
3
seberapa besar sumber modal kerja yang terdapat pada perusahaan
dan
penggunaan modal kerja yang dilakukan oleh perusahaan untuk
menjalankan
kegiatan operasional dalam satu periode. Pemantauan laporan
sumber dan
penggunaan modal kerja sangat penting bagi suatu perusahaan,
informasi tersebut
sangat berguna bagi manajemen dalam melakukan penilaian
kemampuan
perusahaan dalam mengelola modal kerja untuk membiayai kegiatan
operasional
sehari-hari suatu perusahaan.
Perusahaan mempunyai kesulitan untuk menentukan jumlah modal
kerja
yang dibutuhkan. Perusahaan tidak bisa begitu saja menetapkan
bahwa asalkan
modal kerja yang dimiliki dapat digunakan untuk membayar hutang
lancar maka
modal kerja tersebut dikatakan telah optimal, sehingga dengan
seenaknya
perusahaan menentukan modal kerja yang begitu banyak melebihi
hutang lancar,
karena hanya menyebabkan adanya opportunity cost bagi perusahaan
dengan
adanya kas yang menganggur yang mungkin dapat diinvestasikan
pada aktiva lain
yang bermanfaat. Modal kerja yang diperlukan oleh perusahaan
hanya perlu untuk
memenuhi kelayakan financial menurut aktifitas yang ada,
sehingga perusahaan
tidak mengalami kesulitan keuangan. Karena jika perusahaan
mengalami
kekurangan modal kerja untuk meningkatkan produksinya akan
menyebabkan
kehilangan pendapatan dan keuntungan (Prihadi, 2008: 34). Adapun
cara yang
dapat digunakan perusahaan untuk mengukur efektifitas modal
kerja yang
dimiliki, yaitu melalui periode penagihan utang, periode
konversi persediaan dan
periode pembayaran hutang. Analisis terhadap modal kerja sangat
penting bagi
pihak intern maupun pihak ekstern perusahaan. Karena hubungannya
sangat erat
-
4
dengan kebijakan manajemen keuangan yang diterapkan perusahaan
dan hal ini
menunjukkan margin of safety para kreditur jangka pendek
(Sudana, 2011: 33).
Profitabilitas merupakan hal yang penting bagi perusahaan, hal
tersebut
karena disamping dapat menilai efektivitas kerja juga merupakan
alat yang
digunakan untuk memprediksikan seberapa besar laba yang akan
diperoleh
perusahaan di masa mendatang serta digunakan sebagai alat
pengendalian bagi
manajemen untuk menganalisis variabel penyebab kenaikan atau
penurunan suatu
usaha pada periode tertentu (Husnan, 2001:109-110).
Siwi (2005) melakukan penelitian dengan judul analisis
pengaruh
efisiensi modal kerja, likuiditas dan solvabilitas terhadap
profitabilitas pada
perusahaan properti dan real estate yang go public di bursa efek
Jakarta pada
tahun 1998-2002. Rasio-rasio yang digunakan adalah rasio working
capital
turnover (WCT), current ratio, debt to equity ratio (DTA) dan
return on
investment (ROI). Sampel yang digunakan sebanyak 37 perusahaan
properti dan
real estate yang sudah listing dari tahun 1998-2001. Dengan
analisis regresi linier
berganda menunjukkan bahwa secara parsial hanya variabel modal
kerja (working
capital turnover) dan solvabilitas (total debt to total capital
assets) yang
mempunyai pengaruh terhadap profitabilitas (return on
investment) sedangkan
variabel likuiditas (current ratio) tidak mempunyai pengaruh
terhadap
profitabilitas, sedangkan secara simultan semua variabel
berpengaruh terhadap
profitabilitas.
Haidatul Ula (2006) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh
Rasio
Likuiditas, Solvabilitas, dan Aktivitas dalam memprediksi Return
On Asset (ROA)
-
5
pada perusahaan properti dan real estate yang listing di BEJ
tahun 2001-2004.
Menyimpulkan bahwa variabel Quick Ratio, Cash Ratio, Debt to
Equity Ratio,
Fixed Asset Ratio dan Inventory Turnover secara simultan
berpengaruh signifikan
terhadap ROA dan dapat digunakan untuk memprediksi ROA. Secara
parsial
Quick Ratio, Cash Ratio, Debt to Equity Ratio, dan Fixed Asset
Ratio memiliki
pengaruh yang signifikan searah dengan ROA, semakin tinggi Quick
Ratio, Cash
Ratio, Debt to Equity Ratio, dan Fixed Asset Ratio maka semakin
tinggi ROA,
begitu pula sebaliknya. Sementara Inventory Turnover memiliki
pengaruh yang
signifikan tidak searah dengan ROA. Sehingga variabel Quick
Ratio, Cash Ratio,
Debt to Equity Ratio, dan Fixed Asset Ratio dan Inventory
Turnover secara parsial
dapat digunakan untuk memprediksi ROA.
Perusahaan dalam memperoleh laba dapat dilihat dari kesuksesan
dan
kemampuan perusahaan menggunakan modal kerja secara produktif.
Hal ini
dikarenakan perputaran modal kerja merupakan hal yang penting
dalam aktiva
yang memang harus dikelola oleh perusahaan dengan efektif dan
efisien
(Munawir, 2010). Modal kerja merupakan jumlah dana yang
digunakan untuk
membiayai kegiatan operasional perusahaan dan untuk menghasilkan
pendapatan.
Investasi yang dikeluarkan oleh perusahaan diharapkan dapat
kembali dalam
waktu singkat. Pengelolaan modal kerja berpengaruh pada
kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba (profitabilitas) berpengaruh
pada perusahaan
dalam mengelolah modal kerja.
Munawir (2010:80) menyatakan bahwa rasio perputaran modal
kerja
menunjukkan hubungan antara modal kerja dengan penjualan. Faktor
modal kerja
-
6
mempengaruhi tinggi rendahnya profitabilitas. Setiap perusahaan
dalam
operasionalnya membutuhkan modal karena modal berpengaruh
terhadap
perusahaan untuk mencapai tujuannya, sehingga profitabilitas
tinggi sangat
mendukung operasional perusahaan secara maksimal (Bramasto,
2007).
Sesuai dengan hasil penelitian terdahulu, maka variabel
independen
dalam penelitian ini adalah Perputaran Kas (Cash Turnover),
Perputaran
Persediaan (Inventory Turnover), Perputaran Piutang (Account
Receivable
Turnover). Ketiga variabel tersebut tidak sama persis dengan
penelitian yang ada.
Variabel tersebut diambil secara acak agar diketahui pengaruhnya
apabila variabel
yang diambil tersebut berbeda.
Alasan mengapa dipilih rasio-rasio tersebut, diantaranya yaitu
pertama
perputaran kas adalah perbandingan antara penjualan dengan
jumlah kas rata-rata
(Riyanto, 2011:95). Perputaran kas dipilih karena merupakan
ukuran efisiensi
penggunaan kas yang dilakukan oleh perusahaan. Tingkat
perputaran kas sendiri
menggambarkan kecepatan kembalinya arus kas yang telah
ditanamkan didalam
modal kerja. Oleh karena itu, semakin tinggi tingkat perputaran
kas berarti
semakin cepat kembalinya kas masuk pada perusahaan. Dengan
demikian kas
akan dapat dipergunakan kembali untuk membiayai kegiatan
operasional.
Perputaran persediaan menentukan berapa kali persediaan terjual
atau
digantikan dengan persediaan yang baru selama satu tahun, dan
memberikan
beberapa pengukuran mengenai likuiditas dan kemampuan suatu
perusahaan
untuk mengkonversikan barang persediaannya menjadi uang secara
tepat (Suharli,
2006:303). Perputaran persediaan dipilih karena berfungsi
mengukur aktivitas
-
7
atau likuiditas dari persediaan perusahaan. Persediaan
berhubungan langsung
dengan kegiatan produksi maupun penjualan, dimana kedua kegiatan
tersebut bagi
perusahaan adalah termasuk aktivitas yang dilakukan menghasilkan
laba atau
profit. Terakhir, perputaran piutang merupakan rasio yang
digunakan untuk
mengukur berapa lama penagihan piutang selama satu periode atau
berapa kali
dana yang ditanam dalam piutang ini berputar dalam satu periode
(Kasmir,
2011:176). Perputaran piutang dipilih karena menggambarkan
kemampuan
perusahaan dalam mengelola piutangnya. Terlihat jelas bahwa
piutang berfungsi
untuk meningkatkan penjualan perusahaan yang pada akhirnya
akan
meningkatkan profit perusahaan.
Variabel dependen sebagai pengukur profitabilitas dalam
penelitian ini
adalah Return On Asset (ROA) karena ROA dapat lebih
mencerminkan
keuntungan dan aktiva yang didapatkan operasional perusahaan
yang mencakup
penjualan, harga pokok penjualan dan biaya produksi.
Karakteristik modal kerja
yang sifatnya tidak lebih dari satu tahun maka akan sangat tepat
jika penelitian
lebih terfokus pada industri Food and Beverage, karena sifat
persediaan pada
perusahaan Food and Beverage adalah tidak lebih dari satu tahun
maka perhatian
industri ini akan lebih fokus pada pengelolaan modal kerja yang
dimiliki.
Ditengah usaha pemerintah untuk bangkit dari keterpurukan
krisis
ekonomi yang selama ini melanda bangsa Indonesia, peran serta
dukungan dari
berbagai industri yang ada sangatlah penting. Salah satu asset
yang dimiliki
bangsa Indonesia adalah dari industri Food and Beverage. Hal ini
dikarenakan
sejak terjadinya krisis ekonomi pada tahun 1998, industri Food
and Beverage
-
8
tidak terpengaruh secara signifikan, penyebabnya adalah makanan
merupakan
salah satu kebutuhan pokok manusia yang tidak dapat tergantikan,
sehingga jika
ada seseorang dengan penghasilan yang tidak mencukupi maka
prioritas atau hal
utama yang akan dibeli adalah makanan. Secara otomatis hal ini
membuat industri
Food and Beverage semakin berkembang (Sufiana dan Purnawati.
2013).
Ditinjau dari minat konsumen, bahwa industri Food and
Beverage
diperkirakan sangat diminati konsumen dan tetap eksis ditengah
krisis ekonomi
dan moneter, sehingga tidak salah digunakan sebagai salah satu
motor penggerak
roda perekonomian untuk bangkit dari keterpurukan akibat krisis
ekonomi yang
terjadi. Disisi lain apabila ditinjau dari pangsa pasar,
industri food and beverage
tidak hanya dituntut bersaing di dalam negeri saja melainkan
bisa bersaing di luar
negeri. Dalam perkembangan sekarang ini, banyak muncul
produk-produk baru
baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri yang mampu tampil
beda dari
produk sebelumnya, baik mutu, harga dan rasa. Oleh karena itu
diperlukan
berbagai kesiapan dari perusahaan dalam negeri untuk dapat
memberikan
keunggulan bersaing dengan perusahaan lain. Salah satu cara
tersebut adalah
dengan penggunaan modal kerja yang efektif (Satriya dan Lestari,
2014).
Menurut penelitian yanga dilakukan Ani, Okwo, dan Ugwuntan
tahun
(2012) dengan judul penelitian Effects Of Working Capital
Management On
Profitability; Evidence From The Topfive Beer Brewery Firms In
The Word. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan modal kerja seperti
yang ditunjukkan
oleh siklus konversi tunai, dimana pertumbuhan penjualan dan
periode penagihan
debitur yang lebih rendah akan berdampak pada nilai
profitabilitas perusahaan bir.
-
9
Dengan latar belakang yang telah diuraikan tersebut, peneliti
akan
menilai bagaimana kinerja perusahaan Food and Beverage di
Indonesia. Sehingga
judul yang dapat diambil adalah “Analisis Pengaruh Rasio Modal
Kerja
Terhadap Profitabilitas (Studi pada perusahaan Food and Beverage
yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode tahun
2013-2015)”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka permasalahan yang
akan
dibahas adalah sebagai berikut:
1. Apakah Perputaran Kas (Cash turnover), Perputaran Persediaan
(Inventory
Turn Over), Perputaran Piutang (Account Receivable Turn
Over)
berpengaruh secara simultan terhadap profitabilitas (ROA)
perusahaan
Food and Beverage yang terdaftar di BEI?
2. Apakah Perputaran Kas (Cash turnover), berpengaruh secara
parsial
terhadap profitabilitas (ROA) perusahaan Food and Beverage
yang
terdaftar di BEI?
3. Apakah Perputaran Persediaan (Inventory Turn Over),
berpengaruh secara
parsial terhadap profitabilitas (ROA) perusahaan Food and
Beverage
yang terdaftar di BEI?
4. Apakah Perputaran Piutang (Account Receivable Turn Over)
berpengaruh
secara parsial terhadap profitabilitas (ROA) perusahaan Food
and
Beverage yang terdaftar di BEI?
-
10
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui Perputaran Kas (Cash turnover), Perputaran
Persediaan
(Inventory Turn Over), Perputaran Piutang (Account Receivable
Turn
Over) berpengaruh secara simultan terhadap profitabilitas
(ROA)
perusahaan Food and Beverage yang terdaftar di BEI
2. Untuk mengetahui Perputaran Kas (Cash turnover), berpengaruh
secara
parsial terhadap profitabilitas (ROA) perusahaan Food and
Beverage yang
terdaftar di BEI.
3. Untuk mengetahui Perputaran Persediaan (Inventory Turn
Over),
berpengaruh secara parsial terhadap profitabilitas (ROA)
perusahaan Food
and Beverage yang terdaftar di BEI.
4. Untuk mengetahui Perputaran Piutang (Account Receivable Turn
Over),
berpengaruh secara parsial terhadap profitabilitas (ROA)
perusahaan Food
and Beverage yang terdaftar di BEI.
D. Kontribusi Penelitian
1. Kontribusi Praktis
a. Perusahaan, untuk dijadikan pertimbangan dalam menentukan
kebijakan
pengelolaan modal kerja guna meningkatkan profitabilitas
perusahaan.
b. Peneliti, untuk memperoleh gambaran mengenai faktor-faktor
yang
mempengaruhi kebijakan pengelolaan modal kerja guna
meningkatkan
profitabilitas perusahaan.
-
11
c. Pihak lain, diharapkan dapat bermanfaat dan mendapat
pengetahuan bagi
pihak yang tertarik pada masalah ini.
E. Sistematika Pembahasan
Untuk mempermudah dalam memahami materi, penulis membagi
sistematika penulisan kedalam tiga bab terlebih dahulu dengan
beberapa
sub bab didalamnya. Sistematika penulisan skripsi ini tersusun
sebagai
berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini mengemukakan latar belakang penelitian,
perumusan masalah yang berkaitan dengan judul skripsi,
tujuan penelitian, kontribusi penelitian dan sistematika
penulisan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini menguraikan beberapa penelitian terdahulu serta
landasan teoritis yang digunakan dalam pembahasan
masalah yang disajikan dalam bab satu, antara lain rasio
modal kerja dan profitabilitas, serta hubungan antara
variabel yaitu hubungan antara perputaran kas terhadap
profitabilitas, hubungan antara perputaran persediaan
terhadap profitabilitas dan hubungan antara perputaran
piutang terhadap profitabilitas, serta model konseptual dan
hipotesis.
-
12
BAB III : METODE PENELITIAN
Bab ini menguraikan tentang jenis penelitian, lokasi
penelitian, variabel dan pengukuran, populasi dan sampel,
teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi tentang uraian yang merupakan jawaban
dari rumusan permasalahan penelitian. Bab ini akan akan
diuraikan mengenal Analisis Rasio Modal Kerja Terhadap
Perusahaan Food and Beverages yang terdaftar di BEI
BAB V : PENUTUP
Bab penutup terdiri dari kesimpulan dan saran mengenai
tema penelitian dan permasalahan yang diangkat.
Kesimpulan diuraikan tentang tujuan dari penelitian,
sedangkan saran yang diberikan adalah yang berkaitan
dengan kesimpulan yang didaptkan serta hal-hal lainnya
yang bersifat praktis.
-
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Hasil Penelitian Terdahulu
Siwi (2005) melakukan penelitian tentang analisis pengaruh
efisiensi
modal kerja, likuiditas, dan solvabilitas terhadap
profitabilitas pada perusahaan
properti dan real estate yang go publik di Bursa Efek Jakarta
pada tahun 1998-
2002. Rasio-rasio yangdigunakan adalah rasio working capital
turnover (WCT),
current ratio, debt to equity ratio (DTA) dan return on
investment (ROI). Sampel
yang digunakan sebanyak 37 perusahaan properti dan real estate
yang sudah
listing dari tahun 1998-2002. Dalam penelitiannya Siwi (2005)
menggunakan
analisis regresi berganda linier yang hasilnya menunjukkan bahwa
secara parsial
hanya variabel efisiensi modal kerja (working capital turnover)
dan solvabilitas
(total debt to total capital assets) yang mempunyai pengaruh
terhadap
profitabilitas (return on investment) sedangkan variabel
likuiditas (current ratio)
tidak mempunyai pengaruh terhadap profitabilitas (ROI).
Sedangkan secara
simultan semua variabel berpengaruh terhadap profitabilitas.
Wardana (2007) melakukan penelitian tentang pengaruh
manajemen
modal kerja terhadap profitabilitas pada perusahaan Food and
Beverage yang
terdaftar di Bursa Efek Jakarta periode 2002-2005. Menyimpulkan
bahwa variabel
periode penagihan piutang, periode konversi persediaan, periode
pembayaran
hutang jangka pendek, dan siklus konversi kas berpengaruh secara
signifikan
-
14
terhadap tingkat Return On Investment perusahaan, sehingga dapat
dikatakan
bahwa manajemen modal kerja berpengaruh secara signifikan
terhadap tingkat
profitabilitas perusahaan. Namun jika dilihat dari uji parsial,
variabel periode
penagihan utang dan konversi persediaan berpengaruh negatif
terhadap Return On
Investment, sedangkan periode pembayaran hutang dan siklus
konversi kas
memiliki pengaruh positif yang tidak signifikan.
Sariyana, Yudiaatmaja, dan Suwendra (2016) melakukan
penelitian
tentang Pengaruh Perputaran Modal Kerja Dan Likuiditas Terhadap
Profitabilitas
(Studi Pada Perusahaan Food And Beverages) Penelitian ini
bertujuan untuk
memperoleh temuan tentang (1) pengaruh perputaran modal kerja
dan likuiditas
secara simultan terhadap profitabilitas, (2) pengaruh perputaran
modal kerja dan
likuiditas secara parsial terhadap profitabilitas. Desain
penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah kuantitatif kausal. Subjek
penelitian ini adalah
Perusahaan Food and Beverages yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia, dan
objek penelitian adalah perputaran modal kerja, likuiditas, dan
profitabilitas. Data
dikumpulkan dengan pencatatan dokumen, kemudian dianalisis
menggunakan
analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa (1) Ada
pengaruh yang positif dan signifikan secara simultan dari
perputaran modal kerja
dan likuiditas terhadap profitabilitas, (2) Ada pengaruh yang
positif dan signifikan
secara parsial dari perputaran modal kerja terhadap
profitabilitas, sedangkan
likuiditas berpengaruh negatif dan signifikan secara parsial
terhadap profitabilitas.
Firdausiah (2016) melakukan penelitian yang berjudul
“Pengaruh
Manajemen Modal Kerja Terhadap Profitabilitas (Studi pada
Perusahaan Food
-
15
and Beverages yang Terdaftar di BEI Tahun 2009-2013)” penelitian
ini termasuk
jenis explanatory research (penjelasan).Populasi yang digunakan
dalam penelitian
ini adalah 16 perusahaan Food and Beverages yang terdaftar di
BEI periode 2009
sampai dengan 2013. Analisis terhadap hipotesis yang telah
diuraikan pada bab
sebelumnya, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1).
Variabel
periode persediaan, periode perputaran piutang dan periode utang
usaha
berepengarahu simultan terhadap NPM perusahaan. 2). Secara
parsial hanya
variabel periode persediaan dan periode utang usaha yang
berpengaruh terhadap
NPM perusahaan. Periode persediaan memiliki pengaruh negative
terhadap NPM
sedangkan periode utang usaha memiliki pengaruh positif terhadap
NPM. 3). Dari
kedua variabel periode persediaan dan periode utang usaha yang
berpengaruh
signifikan terhadap NPM, periode utang usaha memiliki pengaruh
yang paling
dominan terhadap NPM.
Utami dan Dewi (2016) melakukan penelitian tentang “Pengaruh
Manajemen Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Perusahaan
Manufaktur Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia” Penelitian ini dilakukan pada
perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
2012-2014 yang
berjumlah 142 perusahaan. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 81
perusahaan.
Penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini menggunakan metode
purposive
sampling. Teknik analisis data yang digunakan adalah regresi
linier berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel perputaran kas,
perputaran piutang
dan perputaran persediaan memiliki pengaruh positif dan
signifikan terhadap
profitabilitas.
-
16
Sebagai bahan referensi dan perbandingan dalam penelitian ini,
maka
dalam hal ini dikemukakan mengenai penelitian terdahulu yang
pembahasan atau
topiknya sesuai dengan permasalahan dalam penelitian yang akan
dilaksanakan.
Tabel 1. Penelitian Terdahulu
No Nama Judul Tahun Hasil Penelitian
Perbedaan Persamaan
1. Siwi “analisis pengaruh
efisiensi modal kerja,
likuiditas, dan
solvabilitas terhadap
profitabilitas pada
perusahaan properti dan
real estate yang go
publik di Bursa Efek
Jakarta pada tahun
1998-2002”.
2005 - Pada penelitian terdahulu
terdapat
variabel
efisiensi modal
kerja, likuiditas,
dan solvabilitas.
- Studi yang dilakukan pada
perusahaan
properti dan real
estate yang go
publik di Bursa
Efek Jakarta
pada tahun
1998-2002
Persamaan
dengan penelitian
terdahulu yaitu
mengetahui
pengaruh
profitabilitas
2. Dian Kesuma Wardana
pengaruh manajemen
modal kerja terhadap
profitabilitas pada
perusahaan Food and
Beverage yang terdaftar
di Bursa Efek Jakarta
periode 2002-2005.
2007 - Pada penelitian terdahulu tujuan
penelitian yaitu
mencari
pengaruh
manajemen
modal kerja
- Periode yang digunakan yaitu
tahun 2002-
2005
- Persamaan penelitian saat
ini dan
penelitian
terdahulu
terdapat pada
variabel
profitabilitas
- Perusahaan yang digunakan
yaitu
perusahaan
food and
beverage yang
terdafatar pada
BEI
-
17
Lanjutan Tabel 1.
3. Bagus Mangdahita Sariyana, Fridayana
Yudiaatmaja, I Wayan
Suwendra
Pengaruh Perputaran
Modal Kerja Dan
Likuiditas Terhadap
Profitabilitas (Studi
Pada Perusahaan Food
And Beverages)
2016 - Pada penelitian terdahulu tujuan
penelitian untuk
mengetahui
pengaruh
perputaran
modal kerja dan
likuiditas
Persamaan
terdapat
persamaan yaitu
dalam penelitian
terdahulu dan
penelitian ini
sama-sama
mengetahui
pengaruh
profitabilitas
Selain itu
persamaan juga
terdapat pada
perusahaan yang
digunakan dalam
penelitian yaitu
Perusahaan Food
And Beverages
4. Rr Ayu Firdausiah Pengaruh Manajemen
Modal Kerja Terhadap
Profitabilitas (Studi
Pada Perusahaan Food
And Beverages yang
Terdaftar Di Bei Tahun
2009-2013)
2016 - Perbedaan terdapat pada
variabel yang
digunakan, pada
penelitian
terdahulu
menggunakan
manajemen
modal kerja
- catatan perusahaan
yang digunakan,
pada penelitian
terdahulu
menggunakan
perusahaan
yang terdaftar di
BEI tahun
2009-2013
Persamaan
terdapat pada
variabel
profitabilitas dan
perusahaan food
and beverages
-
18
Lanjutan Tabel 1.
5. Made Sri Utami, Made Rusmala Dewi S.
Pengaruh Manajemen
Modal Kerja Terhadap
Profitabilitas
Perusahaan Manufaktur
Yang Terdaftar Di
Bursa Efek Indonesia
2016 - Perbedaan terdapat pada
variabel
manajemen
modal kerja
- Selain itu perusahaan
yang digunakan
pada penelitian
terdahulu yaitu
perusahaan
manufaktur.
- Persamaan terdapat pada
variabel
profitabilitas
Sumber Data Diolah (2017)
B. Tinjauan Teori
1. Modal Kerja
a. Pengertian Modal Kerja
Modal kerja adalah investasi total perusahaan pada aktiva lancar
atau
aktiva yang diharapkan dapat dikonversi menjadi kas dalam waktu
satu
tahun atau kurang dari satu tahun (Keown et al, 2010: 125).
Modal kerja
juga didefinisikan sebagai modal yang digunakan untuk
membiayai
operasional perusahaan sehari-hari, terutama yang memiliki
jangka waktu
pendek. Apabila perusahaan kekurangan modal kerja untuk
memperluas
penjualan dan meningkatkan produksinya, maka besar
kemungkinan
akan kehilangan pendapatan dan keuntungan.
Perusahaan yang tidak memiliki modal kerja yang cukup, tidak
dapat
membayar kewajiban jangka pendek tepat pada waktunya dan
akan
menghadapi masalah likuiditas. Investasi modal kerja merupakan
proses
terus-menerus selama perusahaan beroperasi. Mengenai
pengertian
-
19
modal kerja ini dapat dikemukaan adanya beberapa konsep,
yaitu
(Riyanto, 2011:98) :
1) Konsep Kuantitatif
Konsep ini berdasarkan pada kuantitas dari dana yang tertanam
pada
unsur–unsur aktiva lancar di mana aktiva ini merupakan aktiva
yang
sekali berputar kembali dalam bentuk semula atau aktiva di mana
dana
yang tertanam di dalamnya akan dapat bebas lagi dalam waktu
yang
pendek. Modal kerja menurut konsep ini adalah keseluruhan dari
jumlah
aktiva lancar dan sering disebut sebagai modal kerja bruto
(Gross
Working Capital).
2) Konsep Kualitatif
Pengertian modal kerja ini dikaitkan dengan besarnya jumlah
hutang
lancar atau hutang yang segera harus dibayar. Dengan demikian
maka
sebagian dari aktiva lancar harus disediakan untuk memenuhi
kewajiban
finansial yang segera harus dilakukan, dimana bagian aktiva
lancar ini
tidak boleh digunakan untuk membiayai operasi perusahaan
untuk
menjaga likuiditasnya. Modal kerja menurut konsep ini adalah
sebagian
dari aktiva lancar yang benar–benar dapat digunakan untuk
membiayai
operasi perusahaan tanpa mengganggu likuiditasnya, yaitu
yang
merupakan kelebihan aktiva lancar di atas utang lancarnya,
sering disebut
modal kerja neto (Net Working capital).
-
20
3) Konsep Fungsional
Konsep fungsional mendasarkan pada fungsi dari dana dalam
menghasilkan pendapatan. Setiap dana yang digunakan dalam
perusahaan
adalah dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan. Modal kerja
dalam
konsep ini adalah keseluruhan aktiva lancar ditambah penyusutan
dari
aktiva tetap pada tahun bersangkutan.
b. Macam-Macam Modal Kerja
Taylor dan Riyanto ( 2011: 112) mengklasifikasikan modal kerja
menjadi
dua yaitu :
1) Modal Kerja Permanen (Permanent Working Capital)
Modal Kerja Permanen (Permanent Working Capital) yaitu modal
kerja yang harus tetap ada pada perusahaan untuk dapat
menjalankan
fungsinya, atau modal kerja yang secara terus menerus diperlukan
untuk
kelancaran usaha. Modal kerja ini dapat dibedakan menjadi:
a) Modal Kerja Primer (Primary Working Capital) yaitu jumlah
modal kerja
minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjamin
kontinuitas
usahanya.
b) Modal Kerja Normal (Normal Working Capital) yaitu jumlah
modal
kerja yang diperlukan untuk menyelenggarakan luas produksi
yang
normal atau dinamis.
-
21
2) Modal Kerja Variabel (Variable Working Capital)
Modal Kerja Variabel (Variable Working Capital) yaitu modal
kerja yang jumlahnya berubah–ubah sesuai dengan perubahan
keadaan.
Modal kerja ini dibedakan antara lain :
a) Modal Kerja Musiman (Seasonal Working Capital) yaitu modal
kerja
yang jumlahnya berubah–ubah disebabkan karena fluktuasi
musiman.
b) Modal Kerja Siklis (Cyclical Working Capital) yaitu modal
kerja yang
jumlahnya berubah–ubah disebabkan karena fluktuasi
konjungtur.
c) Modal Kerja Darurat (Emergency Working Capital) yaitu modal
kerja
yang jumlahnya berubah–ubah disebabkan karena adanya keadaan
darurat yang tidak diketahui sebelumnya (misalnya adanya
pemogokan
buruh, banjir, perubahan keadaan ekonomi yang mendadak).
c. Pentingnya Modal Kerja
Tersedianya modal kerja yang segera dapat dipergunakan dalam
operasi
tergantung pada sifat dari aktiva lancar yang dimiliki seperti:
kas, efek, piutang
dan persediaan. Tetapi modal kerja harus cukup jumlahnya dalam
arti harus
mampu membiayai pengeluaran-pengeluaran atau operasi perusahaan
sehari-
hari, karena dengan modal kerja yang cukup akan menguntungkan
bagi
perusahaan, disamping memungkinkan bagi perusahaan untuk
beroperasi
secara ekonomis atau efisien dan perusahaan tidak mengalami
kesulitan
keuangan, juga akan memberikan beberapa keuntungan.
Pentingnya modal kerja dalam perusahaan menurut Munawir
(2004:116)
adalah sebagai berikut:
-
22
1) melindungi perusahaan terhadap krisis modal kerja karena
turunnya nilai
dari aktiva lancar.
2) memungkinkan untuk dapat membayar semua kewajiban-kewajiban
tepat
pada waktunya.
3) memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang
cukup
untuk melayani para konsumennya.
4) menjamin dimilikinya kredit standing perusahaan semakin besar
dan
memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat menghadapi
bahaya-bahaya
atau kesulitan keuangan yang mungkin terjadi.
5) memungkinkan bagi perusahaan untuk memberikan syarat kredit
yang
lebih menguntungkan kepada para langganannya.
6) memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat beroperasi dengan
lebih
efisien karena tidak ada kesulitan untuk memperoleh barang dan
atau jasa
yang dibutuhkan.
3) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Modal Kerja
Modal kerja yang dibutuhkan oleh suatu perusahaan tergantung
atau
dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain (Djarwanto,
2011:89):
a) Sifat umum atau tipe perusahaan
Modal kerja yang dibutuhkan perusahaan jasa (public utility)
relatif
rendah karena investasi dalam persediaan dan piutang
pencairannya
menjadikan relatif cepat. Untuk beberapa perusahaan jasa
tertentu
malahan langganan membayar dimuka sebelum jasa dinikmati,
misalnya
jasa transpor, kereta api, bus malam, pesawat udara dan kapal
laut.
-
23
Proporsi modal kerja dari total aktiva, pada perusahaan jasa
relatif
kecil. Berbeda dengan perusahaan industri, investasi dalam
aktiva lancar
cukup besar dengan tingkat perputaran persediaan dan piutang
yang
relatif rendah. Perusahaan industri memerlukan modal kerja yang
cukup
besar, yakni untuk melakukan investasi dalam bahan baku, barang
dalam
proses, dan barang jadi.
b) Waktu yang diperlukan untuk memproduksi atau mendapatkan
barang
dan ongkos produksi per unit atau harga beli per unit barang
itu. Jumlah
modal kerja tidak langsung dengan waktuyang dibutuhkan mulai
dari
bahan baku atau barang jadi dibeli sampai barang-barang dijual
kepada
langganan. Makin panjang waktu yang diperlukan untuk
memproduksi
barang atau untuk memperoleh barang makin besar kebutuhan akan
modal
kerja. Selain itu harga pokok per unit barang yang semakin besar
akan
membutuhkan modal kerja yang besar pula.
c) Syarat pembelian dan penjualan
Syarat kredit pembelian barang dagangan atau bahan baku akan
mempengaruhi besar kecilnya modal kerja. Syarat kredit pembelian
yang
menguntungkan akan memperkecil kebutuhan uang kas yang harus
ditanamkan dalam persediaan, sebaliknya bila pembayaran
harus
dilakukan segera setelah barang diterima maka kebutuhan uang kas
untuk
membelanjai volume perdagangan menjadi lebih besar. Disamping
itu,
modal kerja juga dipengaruhi oleh syarat kredit penjualan
barang. Semakin
lunak kredit (jangka kredit lebih panjang) yang diberikan
kepada
-
24
langganan akan semakin besar kebutuhan modal kerja yang
harus
ditanamkan dalam piutang. Untuk mengurangi kebutuhan modal kerja
dan
mengurangi risiko kerugian karena adanya piutang yang tidak
terbayar,
biasanya perusahaan memberikan rangsangan potongan tunai
(cash
discount).
d) Tingkat perputaran persediaan
Semakin sering persediaan diganti dalam arti dibeli dan
dijual
kembali maka kebutuhan modal kerja yang ditanamkan dalam
bentuk
persediaan barang akan semakin rendah. Untuk mencapai
tingkat
perputaran persediaan yang tinggi diperlukan perencanaan dan
pengawasan persediaan yang efisien. Semakin tinggi tingkat
perputaran
persediaan akan mengurangi risiko kerugian karena penurunan
harga,
perubahan permintaan atau perubahan mode, juga menghemat
ongkos
penyimpanan dan pemeliharaan dari persediaan.
e) Tingkat perputaran piutang
Kebutuhan modal kerja juga tergantung pada periode waktu
yang
diperlukan untuk mengubah piutang menjadi uang kas. Apabila
piutang
terkumpul dalam waktu pendek berarti kebutuhan dalam modal
kerja
menjadi semakin rendah atau kecil. Untuk mencapai tingkat
perputaran
piutang yang tinggi diperlukan pengawasan piutang yang efektif
dan
kebijaksanaan yang tepat sehubungan dengan perluasan kredit,
syarat
kredit penjualan, maksimum kredit bagi langganan, serta
penagihan
piutang.
-
25
f) Pengaruh konjungtur (Business Cycle)
Pada periode makmur aktivitas perusahaan meningkat dan
perusahaan cenderung membeli barang lebih banyak memanfaatkan
harga
yang lebih rendah. Ini berarti perusahaan memperbesar
tingkat
persediaan. Peningkatan jumlah persediaan membutuhkan modal
kerja
yang lebih banyak. Sebaliknya pada periode depresi volume
perdagangan
menurun, perusahaan cepat-cepat berusaha menjual barangnya
dan
menarik piutangnya. Uang yang diperoleh digunakan untuk
membeli
surat-surat berharga, melunasi utang, atau untuk menutup
kerugian.
g) Derajat risiko kemungkinan menurunnya harga jual aktiva
jangka pendek
Menurunnya nilai riil dibanding dengan harga buku dari
surat-surat
berharga, persediaan barang, dan piutang akan menurunkan modal
kerja.
Apabila risiko kerugian ini semakin besar berarti diperlukan
tambahan
modal kerja untuk membayar bunga atau melunasi utang jangka
pendek
yang sudah jatuh tempo. Untuk melindungi diri dari hal yang
tidak
terduga dibutuhkan modal kerja yang relatif besar dalam bentuk
kas atau
surat-surat berharga.
h) Pengaruh musim
Banyak perusahaan dimana penjualannya hanya terpusat pada
beberapa bulan saja. Perusahaan yang dipengaruhi oleh musim
membutuhkan jumlah maksimum modal kerja untuk periode yang
relatif
pendek. Modal kerja yang ditanamkan dalam bentuk persediaan
barang-
-
26
barang berangsur-angsur meningkat dalam bulan-bulan menjelang
puncak
penjualan
i) Credit rating dari perusahaan
Jumlah modal kerja, dalam bentuk kas termasuk surat-surat
berharga yang dibutuhkan perusahaan untuk membiayai
operasinya
tergantung pada kebijaksanaan penyediaan uang kas. Penyediaan
uang kas
ini tergantung pada:
(1) Credit rating dari perusahaan atau kemampuan meminjam
uang
dalam jangka pendek
(2) Perputaran persediaan dan piutang
(3) Kesempatan mendapatkan potongan harga dalam pembelian.
4) Sumber Modal Kerja
Pada dasarnya modal kerja terdiri dari dua bagian pokok,
yaitu:
a) Bagian yang tetap atau bagian yang permanen yaitu jumlah
minimum
yang harus tersedia agar perusahaan dapat berjalan dengan lancar
tanpa
kesulitan keuangan.
b) Jumlah modal kerja yang variabel yang jumlahnya tergantung
pada
aktivitas musim dan kebutuhan-kebutuhan diluar aktivitas yang
biasa.
Kebutuhan modal kerja yang permanen sebaiknya dibiayai oleh
pemilik perusahaan atau para pemegang saham. Semakin
berjumlah
modal kerja yang dibiayai atau yang berasal dari investasi
pemilik
perusahaan akan semakin baik bagi perusahaan tersebut karena
akan
semakin besar kemampuan perusahaan memperoleh kredit, dan
semakin
-
27
besar jaminan bagi kreditor jangka pendek. Disamping dari
investasi para
pemilik perusahaan, kebutuhan modal kerja yang permanen dapat
pula
dibiayai dari penjualan obligasi atau jenis hutang jangka
panjang lainnya,
tetapi dalam hal itu perusahaan harus mempertimbangkan jatuh
tempo
dari hutang jangka panjang ini disamping juga harus
mempertimbangkan
beban bunga yang harus dibiayai oleh perusahaan.
Menurut Jumingan (2006:72) pada umumnya sumber modal kerja
suatu
perusahaan dapat berasal dari berbagai sumber, yakni sebagai
berikut :
a) Pendapatan bersih
Modal kerja diperoleh dari hasil penjualan barang dan
hasil-hasil
lainnya yang meningkatkan uang kas dan piutang. Akan tetapi,
sebagian
dari modal kerja ini harus digunakan untuk menutup harga
pokok
penjualan dan biaya usaha yang telah dikeluarkan untuk
memperoleh
revenue, yakni berupa biaya penjualan dan biaya administrasi.
Jadi,
sebenarnya yang merupakan sumber modal kerja adalah
pendapatan
bersih dan jumlah modal kerja yang diperoleh dari operasi
jangka
pendek.
b) Keuntungan dari penjualan surat-surat berharga
Surat-surat berharga sebagai salah satu pos aktiva lancar
dapat
dijual dan dari penjualan ini akan timbul keuntungan. Penjualan
surat-
surat berharga menunjukkan pergeseran bentuk pos aktiva lancar
dari pos
surat-surat berharga menjadi pos kas. Keuntungan yang
diperoleh
-
28
merupakan sumber penambahan modal kerja. Sebaliknya, jika
terjadi
kerugian maka modal kerja akan berkurang.
c) Penjualan aktiva tetap, investasi jangka panjang, dan aktiva
tidak lancar
lainnya
Sumber lain untuk menambah modal kerja adalah hasil
penjualan
aktiva tetap, investasi jangka panjang, dan aktiva tidak lancar
lainnya
yang tidak diperlukan lagi oleh perusahaan. Perubahan aktiva
tidak lancar
itu menjadi kas yang akan menambah modal kerja sebanyak hasil
bersih
penjualan aktiva tidak lancar tersebut.
d) Penjualan obligasi dan saham serta kontribusi dana dari
pemilik Utang
hipotik, obligasi, dan saham dapat dikeluarkan oleh perusahaan
apabila
diperlukan sejumlah modal kerja, misalnya untuk ekspansi
perusahaan.
Pinjaman jangka panjangberbentuk obligasi biasanya tidak begitu
disukai
karena adanya beban bunga disamping mengembalikan pokok
pinjamannya.
e) Dana pinjaman dari bank dan pinjaman jangka pendek
lainnya
Pinjaman jangka pendek seperti kredit bank bagi beberapa
perusahaan merupakan sumber penting dari aktiva lancarnya,
terutama
tambahan modal kerja yang diperlukan untuk membelanjai
kebutuhan
modal kerja musiman, siklis, keadaan darurat, atau kebutuhan
jangka
pendek lainnya.
f) Kredit dari supplier atau trade creditor
-
29
Salah satu sumber modal kerja yang penting adalah kredit
yang
diberikan oleh supplier. Material, barang-barang, supplies, dan
jasa-jasa
biasa dibeli secara kredit atau dengan wesel bayar. Apabila
perusahaan
kemudian dapat mengusahakan menjual barang dan menarik
pembayaran
piutang sebelum waktu utang harus dilunasi, perusahaan hanya
memerlukan sejumlah kecil modal kerja.
5) Penggunaan Modal Kerja
Penggunaan atau pemakaian modal kerja akan menyebabkan
perubahan
bentuk maupun penurunan jumlah aktiva lancar yang dimiliki
oleh
perusahaan, tetapi penggunaan aktiva lancar tidak selalu diikuti
dengan
berubahnya atau turunnya jumlah modal kerja yang dimiliki oleh
perusahaan.
Penggunaan-penggunaan aktiva lancar yang mengakibatkan
turunnya
modal kerja adalah sebagai berikut (Tunggal, 2005:92):
a) Pembayaran biaya atau ongkos- ongkos operasi perusahaan,
meliputi
pembayaran upah, gaji, pembelian bahan baku barang dagangan,
supplies
kantor dan pembayaran biaya-biaya lainnya.
b) Menanggulangi kerugian- kerugian yang diderita oleh
perusahaan karena
adanya penjualan surat-surat berharga maupun kerugian
lainnya.
c) Adanya pembentukan dana atau pemisahan aktiva lancar untuk
tujuan
tertentu dalam jangka panjang.
d) Adanya penambahan atau pembelian aktiva tetap, investasi
jangka
panjang atau aktiva tidak lancar lainnya.
-
30
e) Pembayaran hutang-hutang jangka panjang yang meliputi hutang
hipotik,
hutang obligasi maupun bentuk hutang jangka panjang lainnya.
2. Perputaran Modal Kerja
Perputaran modal kerja merupakan perbandingan antara
penjualan
dengan modal kerja bersih. Dimana modal kerja bersih adalah
aktiva lancar
dikurangi utang lancar. Perputaran modal kerja merupakan rasio
mengukur
aktivitas bisnis terhadap kelebihan aktiva lancar atas kewajiban
lancar serta
menunjukkan banyaknya penjualan (dalam rupiah) yang dapat
diperoleh
perusahaan untuk tiap rupiah modal kerja (Sawir, 2009:16).
Working capital turn over merupakan kemampuan modal kerja
(neto) berputar dalam suatu periode siklus kas (cash cycle) dari
perusahaan
(Riyanto, 2008:335). Modal kerja selalu dalam keadaan operasi
atau
berputar dalam perusahaan selama perusahaan yang bersangkutan
dalam
keadaan usaha.periode perputaran modal kerja ( working capital
turn over
period ) dimulai dari saat dimana kas diinvestasikan dalam
komponen-
komponen modal kerja sampai dimana saat kembali menjadi kas.
Makin pendek, periode tersebut berarti makin cepat perputaran
atau
makin tinggi perputarannya (turn over rate-nya). Berapa lama
periode
perputaran modal kerja adalah tergantung berapa lama periode
perputaran
dari masing-masing komponen dari modal kerja tersebut.
Penjualan
(aktiva lancar − kewajiban lancar)
Sumber: Riyanto (2008-64)
-
31
a. Perputaran Kas (Cash turnover)
Setiap perusahaan dalam menjalankan usahanya selalu
membutuhkan kas. Kas diperlukan baik untuk membiayai operasi
perusahaan sehari-hari maupun untuk mengadakan investasi baru
dalam
aktiva tetap. Pengeluaran kas untuk suatu perusahaan dapat
bersifat
terusmenerus atau kontinyu, misalkan pengeluaran kas untuk
pembelian
bahan mentah, pembayaran upah buruh dan gaji, dan lain
sebagainya. Tetapi
disamping itu juga ada aliran kas keluar (cash out flow) yang
bersifat tidak
kontinyu atau bersifat intermittent misalnya pengeluaran untuk
membayar
bunga, devident, pajak penghasilan atau laba, pembayaran
angsuran utang,
pembelian kembali saham perusahaan, pembelian aktiva tetap dan
lain
sebagainya. Disamping aliran kas keluar juga terdapat aliran kas
masuk
(cash inflow) di dalam perusahaan. Seperti halnya pada cash out
flow,
dimana cash inflow pun terdapat aliran aliran yang bersifat
kontinyu dan
yang bersifat intermittent. Penerimaan dan pengeluaran kas
dalam
perusahaan akan berlangsung terus menerus selama hidupnya
perusahaan,
(Riyanto, 2011:93).
Dan berikut ini beberapa sumber penerimaan kas yang dapat
dipenuhi diluar pinjaman yang disediakan kreditor yaitu :
1. Penjualan barang secara tunai. Artinya perusahaan menjual
produknya, baik berupa barang maupun jasa dengan pembayaran
secara tunai, sehingga menghasilkan uang kas.
-
32
2. Pembayaran piutang oleh pelanggan. Dalam hal ini
perusahaan
harus berupaya untuk mengintensifkan pembayaran piutang dari
pelanggan. Terutama piutang yang sudah jatuh tempo, jangan
sampai pelanggan menunggak, sehingga menghambat penerimaan
kas.
3. Hasil penjualan aktiva tetap. Kondisi seperti ini jarang
terjadi
kecuali perusahaan sedang benar-benar mengalami kesulitan.
Kalaupun terjadi biasanya aktiva tetap yang dijual
diprioritaskan
aktiva tetap yang kurang atau sudah tidak produktif lagi.
4. Penjualan saham dalam bentuk kas. Artinya perusahaan
mengeluarkan saham yang belum dijual kemudian dilepas ke
pemegang saham dengan syarat pembayarannya dilakukan secar
tunai.
5. Pengeluaran surat utang jangka pendek, dalam hal ini
perusahaan
yang menerbitkan surat utang jangka pendek seperti wesel
yang
jangka waktunya tidak lebih dari 1 tahun.
6. Pengeluaran surat utang jangka panjang. Artinya
perusahaan
menerbitkan surat utang yang memiliki jangka waktu lebih dari
1
tahun.
7. Penerimaan dari sewa, sumber ini diperoleh perusahaan dari
hasil
sewa terhadap aktiva yang dimiliki kepada pihak lain dalam
waktu
tertentu.
-
33
8. Penerimaan dari sumbangan. Dalam praktiknya untuk
perusahaan
komersial penerimaan sumbangan jarang terjadi, namun untuk
usaha sosial hal ini sering terjadi.
9. Pengembalian kelebihan pajak. Arinya, adanya kelebihan
pembayaran pajak masa lalu akibat salah perhtungan dan
kemudian dikembalikan ke perusahaan.
10. Dan bentuk penerimaan lainnya
Dalam ulasan ekonomi klasik, John Maynard Keynes membagi
kebutuhan akan kas perusahaan, atau unit ekonomi apapun, ke
dalam tiga
kategori : (Kasmir, 2015:195)
a. Motif transaksi, saldo yang dipegang untuk transaksi
memungkinkan
perusahaan memenuhi kebutuhan kas yang terjadi dalam
kegiatan
bisnis biasa.
b. Motif berjaga-jaga, saldo untuk berjaga-jaga merupakan buffer
stock
aktiva likuid. Motif memegang kas ini berkaitan dengan usaha
menjaga saldo yang akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan
yang
mungkin tapi masih belum tentu.
c. Motif spekulatif, kas dipegang untuk keperluan spekulatif
supaya bias
mendapatkan keuntungan dari situasi profit taking yang
potensial.
Rasio Perputaran Kas (cash Turnover), menurut James O. Gill,
digunakan untuk mengukur tingkat kecukupan modal kerja
perusahaan
yang dibutuhkan untuk membayar tagihan dan membiayai
penjualan.
Artinya Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat ketersediaan
kas
-
34
untuk membayar tagihan (utang) dan biaya biaya yang berkaitan
dengan
penjualan, (Kasmir, 2015:114).
𝑃𝑒𝑟𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝐾𝑎𝑠 =𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛
𝑅𝑎𝑡𝑎 −𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑘𝑎𝑠x 1
b. Perputaran Persediaan (Inventory Turn Over)
Persediaan adalah aktiva yang tersedia untuk dijual untuk
kegiatan
normal, aktiva dalam proses produksi maupun dalam bentuk bahan
baku.
Persediaan juga meliputi barang yang dibeli dan disimpan untuk
dijual
kembali. Misalnya, seperti barang dagang yang dibeli oleh
pengecer untuk
dijual kembali, pengadaan tanah dan properti lainnya untuk
dijual kembali.
Pokok penting bagi suatu managemen persediaan adalah
mengembangkan
kebijakan inventory yaitu dapat meminimumkan total biaya
yang
berhubungan dengan proses produksi dari suatu perusahaan. Dua
dasar
keputusan inventory yang harus dilakukan yaitu: banyaknya order
(pesanan)
dalam satu waktu, dan banyaknya order (pesanan) saat ini. Untuk
mendekati
dua keputusan ini ada dua cara: pesanan dalam jumlah besar
dengan
meminimumkan biaya pesanan, dan pesanan dalam jumlah kecil
dengan
meminimumkan inventory carrying cost (Thierauf and Grosse,
1999:135).
Jadi, dapat disimpulkan persediaan adalah persiapan untuk
menyiapkan barang-barang baik yang mencakup persiapan bahan
baku,
persiapan dalam menyiapkan bahan pembantu dan persiapan barang
dalam
proses. Adapun persiapan untuk menyiapkan barang jadi yang semua
dari
persiapan itu akan disimpan dan dirawat dalam suatu tempat
dengan
-
35
dibutuhkan biaya penyimpanan, sehingga jika konsumen
membutuhkan
barang tersebut maka dapat dikeluarkan kapan saja sesuai
dengan
permintaan.
Parameter-parameter masalah persediaan mempunyai dua
karakteristik utama, yaitu tingkat permintaan dan periode
kedatangan
pesanan. Model-model persediaan dibedakan menjadi dua model
yaitu
model Deterministik dan model Probabilistik. Kelompok model
Deterministik ditandai oleh karakteristik tingkat permintaan dan
periode
kedatangan pesanan yang bisa diketahui sebelumnya secara
pasti.
Sebaliknya, jika salah satu atau kedua parameter itu tidak dapat
diketahui
secara pasti sebelumnya, sehingga harus didekati dengan
distribusi
probabilitas, maka hal itu termasuk kelompok model Probabilistik
(Hillier
and Lieberman, 2000:90).
Tujuan yang hendak dicapai dalam suatu penyelesaian masalah
persediaan adalah akan meminimumkan biaya total persediaan.
Biaya-biaya
yang digunakan adalah (Hillier and Lieberman, 2000:89):
1. Biaya Pesan (Ordering Cost)
Biaya pesan timbul pada saat terjadi proses pemesanan suatu
barang. Biaya-
biaya pembuatan surat, telepon, fax dan biaya-biaya overhand
lain yang
secara proporsional timbul karena proses pembuatan sebuah
pesanan barang
adalah contoh biaya pesan.
-
36
2. Biaya Simpan (Carrying Cost)
Biaya simpan timbul pada saat terjadi proses penyimpanan suatu
barang.
Biaya-biaya sewa gedung, premi asuransi, biaya keamanan dan
biaya-biaya
overhand lain yang timbul karena proses penyimpanan suatu
barang, maka
dikenakan biaya simpanan.
3. Biaya Kehabisan Persediaan (Stockout Cost)
Biaya kehabisan pesanan timbul pada saat persediaan habis atau
tidak
tersedia.Termasuk dalam kategori biaya ini adalah kerugian
karena mesin
berhenti atau karyawan tidak bekerja dan peluang yang hilang
untuk
memperoleh keuntungan.
4. Biaya Pembeli (Purchase Cost)
Biaya pembelian yang timbul pada saat pembelian suatu
barang.Identifikasi
dan penetapan biaya-biaya tersebut sebagai parameter-parameter
model
merupakan langkah kritis pertama sebelum penerapan model itu
sendiri
(Siswanto,2007:87).
Pengelolaan persediaan barang sangat penting untuk menjaga
agar
persediaaan barang yang ada tidak terlalu banyak tetapi juga
tidak terlalu
sedikit. Masalah penentuan jumlah dana atau alokasi dana dalam
persediaan
mempunyai dampak langsung terhadap keuntungan perusahaan,
Freddy
Rangkuti (2007:2) dalam Setiawan (2009:18). Persediaan barang
yang
terlalu banyak memerlukan biaya-biaya penyelenggaraan,
resiko-resiko dan
investasi yang sangat tinggi.Sehingga terlalu banyaknya uang
yang tertanam
-
37
dalam persediaan barang dapat merugikan perusahaan karena uang
tersebut
tidak menghasilkan keuntungan.
Sebaliknya investasi dalam persediaan yang terlalu kecil
akan
mempunyai dampak yang menekan keuntungan, juga karena
kekurangan
bahan baku akan mengakibatkan perusahaan tidak dapat bekerja
dengan
kapasitas penuh yang berarti tenaga kerja dan aktiva perusahaan
tidak dapat
dimanfaatkan secara penuh, sehingga akan mempertinggi biaya
produksi
rata-rata, yang akhirnya akan menekan keuntungan yang
diperoleh
perusahaan. Tingkat persediaan yang tidak memadai mungkin
akan
menimbulkan kerugian karena adanya permintaan yang tidak
terpenuhi,
(Bambang Riyanto, 2001:69) dalam Setiawan (2009:18).
Menurut Hanafi (2010:82) analisis efisiensi dan efektifitas
persediaan dapat diketahui dari perputaran persediaan (inventory
turnover)
dan rata-rata hari persediaan (average day’s inventory).Rasio
ini digunakan
untuk mengukur efektif tidaknya perusahaan dalam menggunakan
dan
mengendalikan persediaan.Kemudian membandingkan dengan ratio
rata-
rata industrinya, apabila ratio perusahaan lebih rendah dari
rata-rata
industrinya, maka dapat dikatakan perusahaan memiliki banyak
persediaan
yang telah usang atau persediaan yang terlalu tinggi.Tinggi
rendahnya
perputaran persediaan mempunyai pengaruh langsung terhadap
modal
perusahaan yang diinvestasikan pada persediaan.Makin tinggi
perputaran
persediaan berarti makin rendah modal yang terikat pada
persediaan.
-
38
Menurut Copeland (2000:230) dalam Furdani (2011:25)
mengungkapkan bahwa inventory turnover adalah penjualan barang
selama
periode tertentu dibagi dengan persediaan pada periode tersebut.
Perputaran
persediaan merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa
kali
dana yang ditanam dalam persediaan (inventory) ini berputar
dalam suatu
periode. Rasio ini dikenal dengan nama rasio perputaran
persediaan
(inventory turnover). Dapat diartikan pula bahwa perputaran
persediaan
merupakan rasio yang menunjukan beberpa kali jumlah barang
persediaan
diganti dalam satu tahun, semakin kecil rasio ini semakin jelek
begitupula
sebaliknya (Kasmir, 2011:180).
Munawir (2002:64) dalam Furdani (2011:25) Inventory turnover
merupakan ratio antara jumlah harga pokok barang yang dijual
dengan nilai
rata-rata yang dimilki oleh perusahaan.Turnover ini menunjukan
berapa kali
jumlah persediaan barang dagangan diganti dalam satu tahun
(dijual dan
diganti). Sedangkan Prastowo dan Rifka Juliyanti (2008:87)
menjelaskan
rasio perputaran persediaan mengukur berapa kali persediaan
perusahaan
telah dijual selama periode tertentu, misalnya selama satu
tahun. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa tingkat perputaran persediaan
adalah
lamanya waktu rata-rata berapa kali persediaan tersebut diganti
dalam
kurung waktu tertentu.
Perputaran persediaan barang merupakan salah satu teknik
pengendalian jumlah barang adalah dengan menggunakan rasio
perputaran
persediaan barang. Suatu tingkat perputaran persediaan yang
rendah dapat
-
39
menunjukan adanya investasi yang terlalu besar dalam persediaan
barang.
Sebaliknya tingkat perputaran persediaan barang yang tinggi
menunjukan
makin pendek waktu terikatnya modal dalam persediaan barang pada
suatu
periode tertentu. Menurut Kasmir (2011:180) cara menghitung
rasio
perputaran persediaan dilakukan dengan dua cara yaitu: Pertama,
dengan
membandingkan antara harga pokok barang yang dijual denga
nilai
persediaan. Dan yang kedua dengan cara membandingkan nilai
penjualan
dengan persediaan. Apabila rasio yang diperoleh lebih tinggi,
ini
menunjukan perusahaan bekerja secara efisien dan likuid
persedian semakin
membaik. Demikian pula apabila perputaran persediaan rendah
berarti
persediaan bekerja secara tidak efisien atau tidak produktif dan
banyak
barang persediaan yang menumpuk, hal ini akan mengakibatkan
investasi
dalam tingkat pengendalian yang rendah. Adapun secara jelas
rumus untuk
mencari perputaran persediaan dapat digunakan denganInventory
turn over
𝑃𝑒𝑟𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛 =𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑃𝑜𝑘𝑜𝑘 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛
𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛 𝑥1
Sumber: Kasmir, 2011:180
c. Perputaran Piutang (Account Receivable Turn Over)
1. Pengertian Piutang
Secara umum istilah piutang timbul karena adanya kebijakan
penjualan kredit di dalam perusahaan. Penjualan kredit ini tidak
segera
menghasilkan penerimaan kas pada saat penjualan dilakukan,
tetapi
menimbulkan piutang dan akan berubah menjadi kas pada saat
terjadi
pelunasan piutang oleh pelanggan. Piutang tersebut meliputi
semua
-
40
klaim dalam bentuk uang terhadap peroranngan atau
organisasi.Reeve
dan Fess (2005:404) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan
piutang
adalah sebagai berikut “Piutang meliputi semua klaim dalam
bentuk
uang terhadap pihak lainnya, termasuk individu, perusahaan,
atau
organisasi lainnya.”
Yusuf (2005:52) mengemukakan bahwa pengertian dari
piutang adalah sebagai berikut :“Piutang merupakan hak untuk
menagih sejumlah uang dari si penjual kepada si pembeli yang
timbul
karena adanya suatu transaksi.”Sedangkan Muslich (2003:109)
mengemukakan yang dimaksud dengan piutang adalah sebagai
berikut “Piutang terjadi karena penjualan barang dan jasa
tersebut
dilakukan secara kredit yang umumnya dilakukan untuk
memperbesar
penjualan. Tetapi disisi lain, peningkatan piutang juga
membutuhkan
penambahan pembiayaan, biaya untuk analisis kredit dan
penagihan
piutang serta kemungkinan piutang yang macet dan tak dapat
ditagih.”
Penjualan secara kredit tidak segera menghasilkan penerimaan
kas, tetapi menimbulkan piutang kemudian pada hari jatuh
tempo
yang telah disyaratkan terjadi aliran kas masuk (cash inflows)
yang
berasal dari pengumpulan piutang tersebut. Dengan demikian
maka
piutang merupakan elemen modal kerja yang selalu dalam
keadaan
berputar secara terus menerus dalam rantai perputaran modal
kerja.
Dengan demikian piutang adalah suatu akun yang timbul akibat
adanya transaksi penjualan barang atau jasa secara kredit
dengan
-
41
tujuan untuk meningkatkan penjualan. Piutang biasanya
mempunyai
waktu jatuh tempo kurang dari satu tahun dan termasuk
kedalam
aktiva lancar.
2. Klasifikasi Piutang
Reeve dan Fess (2006: 76) mengklasifikasikan piutang ke
dalam
tiga kategori yaitu piutang usaha, wesel tagih dan piutang
lain-lain
sebagai berikut :
a. Piutang Usaha
Piutang usaha timbul dari penjualan secara kredit agar dapat
menjual
lebih banyak produk atau jasa kepada pelanggan. Transaksi paling
umum
yang menciptakan piutang usaha adalah penjualan barang dan jasa
secara
kredit. Piutang tersebut dicatat dengan mendebit akun piutang
usaha.
Piutang usaha semacam ini normalnya diperkirakan akan tertagih
dalam
periode waktu yang relatif pendek, seperti 30 atau 60 hari.
Piutang usaha
diklasifikasikan di neraca sebagai aktiva lancar.
b. Wesel tagih
Wesel tagih adalah jumlah yang terutang bagi pelanggan di
saat
perusahaan telah menerbitkan surat utang formal. Sepanjang wesel
tagih
diperkirakan akan tertagih dalam setahun, maka biasanya
diklasifikasikan
dalam neraca sebagai aktiva lancar. Wesel biasanya digunakan
untuk
periode kredit lebih dari enam puluh hari. Wesel bisa digunakan
untuk
menyelesaikan piutang usaha pelanggan. Bila wesel tagih dan
piutang
-
42
usaha berasal dari transaksi penjualan maka hal itu
kadang-kadang
disebut piutang dagang (trade receivable).
c. Piutang Lain-lain
Piutang lain-lain biasanya disajikan secara terpisah dalam
neraca.
Jika piutang ini diharapkan akan tertagih dalam satu tahun, maka
piutang
tersebut diklasifikasikan sebagai aktiva lancar. Jika
penagihannya lebih
dari satu tahun maka piutang ini diklasifikasikan sebagai aktiva
tidak
lancar dan dilaporkan di bawah judul investasi. Piutang
lain-lain (other
receivable) meliputi piutang bunga, piutang pajak, dan piutang
dari
pejabat atau karyawan perusahaan.
3. Pengukuran Perputaran Piutang
Menurut Soemarso (2010:393), menyatakan bahwa perputaran
piutang (receivable turnover) menunjukkan berapa kali suatu
perusahaan
menagih piutangnya dalam suatu periode. Perputaran piutang
menunjukkan efisiensi perusahaan dalam mengelola piutangnya.
Perputaran piutang rendah menunjukkan efisiensi penagihan makin
buruk
selama periode itu karena lamanya penagihan dilakukan.
Menurut Reeve dan Warren (2009:457), terdapat dua ukuran
keuangan yang berguna dalam mengevaluasi efisiensi penagihan
piutang,
yaitu :
a. Perputaran piutang usaha (account receivable turnover)
-
43
Menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menangani atau
mengumpulkan piutangnya. Semakin besar rasio ini semakin
besar
pula resiko kemungkinan tidak tertagihnya piutang, dan jika
perusahaan tidak membuat cadangan terhadap kemungkinan
kerugian
yang timbul karena tidak tertagihnya piutang berarti perusahaan
telah
memperhitungkan laba terlalu besar.
Mengukur berapa kali piutang dapat diubah menjadi kas selama
tahun berjalan. Piutang usaha rata-rata dihitung dengan
menggunakan
data bulanan, dengan menambahkan saldo awal dan saldo akhir
piutang usaha dan membaginya menjadi dua. Dapat dirumuskan
dengan rumus:
b. Jumlah hari penjualan dalam piutang usaha (number of days
sales
in receivables)
Merupakan estimasi lamanya piutang belum dibayar. Penjualan
harian rata-rata dihitung dengan membagi penjualan bersih dengan
365
hari.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan
bahwa perputaran piutang adalah menunjukkan berapa kali
suatu
perusahaan menagih piutangnya dan berapa kali piutang tersebut
dapat
diubah menjadi kas selama tahun berjalan.
Perputaran Piutang (Account Receivable Turn Over) =
Penjualan
Piutangx 1
-
44
3. Rasio Profitabilitas
a. Pengetian Profitabilitas
Profitabilitas menurut Riyanto (2011:45) menjelaskan bahwa
menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui
semua kemampuan dan sumber yang ada seperti penjualan, kas,
modal,
jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya Sedangkan
Brigham
dan Daves (2010:56) menyatakan bahwa profitabilitas adalah
hasil
akhir dari sejumlah kebijakan dan keputusan yang telah dilakukan
oleh
suatu perusahaan.
Ada beberapa pengukuran terhadap profitabilitas perusahaan
dimana masing-masing pengukuran dihubungkan dengan volume
penjualan, total aktiva dan modal sendiri. Secara
keseluruhan
pengukuran ini akan memungkinkan untuk mengevaluasi tingkat
earning dalam hubungannya dengan volume penjualan, jumlah
aktiva
dan investasi tertentu dari pemilik perusahaan. Tanpa adanya
keuntungan akan sangat sulit bagi perusahaan untuk menarik
modal
dari luar. Husnan (2012: 103) menyatakan bahwa rasio
profitabilitas
digunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan aktiva
perusahaan
yang dapat dikaitkan dengan tingkat penjualan yang dapat
diciptakan.
b. Hubungan Profitabilitas Dengan Modal Kerja
Semakin tinggi jumlah modal kerja yang penggunaannya diatur
untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran untuk kegiatan
operasi
perusahaan sehari-hari akan menguntungkan bagi perusahaan karena
di
-
45
samping memungkinkan bagi perusahaan untuk beroperasi secara
ekonomis dan perusahaan tidak mengalami kesulitan keuangan.
Pendeknya periode perputaran modal kerja, maka
profitabilitas
perusahaan akan semakin meningkat. Sebaliknya semakin
lamaperiode
perputaran modal kerja, maka profitabilitas perusahaan akan
semakinmenurun.
Penggunaan modal kerja harus dikelola seefektif mungkin agar
profitabilitas perusahaan dapat ditingkatkan. Kebijakan
perusahaan
dalam mengelola jumlah modal secara tepat akan mengakibatkan
keuntungan, sedangkan akibat dari penanaman modal kerja yang
kurang tepat akan mengakibatkan kerugian.
c. Alat Ukur Profitabilitas Menggunakan Return On Asset
(ROA)
1. Pengertian Return on Asset (ROA)
Return on Assets (ROA) merupakan salah satu rasio
profitabilitas. Dalam analisis laporan keuangan, rasio ini
paling
sering disoroti, karena mampu menunjukkan keberhasilan
perusahaan menghasilkan keuntungan. ROA mampu mengukur
kemampuan perusahaan manghasilkan keuntungan pada masa
lampau untuk kemudian diproyeksikan di masa yang akan
datang.
Assets atau aktiva yang dimaksud adalah keseluruhan harta
perusahaan, yang diperoleh dari modal sendiri maupun dari
modal
asing yang telah diubah perusahaan menjadi aktiva-aktiva
perusahaan yang digunakan untuk kelangsungan hidup
perusahaan.
-
46
Menurut Brigham dan Houston (2001:90), “Rasio laba
bersih terhadap total aktiva mengukur pengembalian atas
total
aktiva (ROA) setelah bunga dan pajak”.Menurut Horne dan
Wachowicz (2005:235), “ROA mengukur efektivitas keseluruhan
dalam menghasilkan laba melalui aktiva yang tersedia; daya
untuk
menghasilkan laba dari modal yang diinvestasikan”. Horne dan
Wachowicz menghitung ROA denganmenggunakan rumus laba
bersih setelah pajak dibagi dengan total aktiva.
Riyanto (2001:336) menyebut istilah ROA dengan Net
Earning Power Ratio (Rate of Return on Investment / ROI)
yaitu
kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan
aktiva untuk menghasilkan keuntungan neto. Keuntungan neto
yang beliau maksud adalah keuntungan neto sesudah pajak.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ROA dalam
penelitian ini adalah mengukur perbandingan antara laba
bersih
setelah dikurangi beban bunga dan pajak (Earning After Taxes
/
EAT) yang dihasilkan dari kegiatan pokok perusahaan dengan
total
aktiva (assets) yang dimiliki perusahaan untuk melakukan
aktivitas
perusahaan secara keseluruhan dan dinyatakan dalam
persentase.
2. Perhitungan Return On Assets
Menurut Brigham dan Houston (2001: 98), pengembalian
atas total aktiva (ROA) dihitung dengan cara membandingkan
laba
-
47
bersih yang tersedia untuk pemegang saham biasa dengan total
aktiva.
𝑅𝑂𝐴 =𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 𝑆𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎
Sumber: Brigham dan Houston (2001: 98)
Semakin besar nilai ROA, menunjukkan kinerja perusahaan
yang semakin baik pula, karena tingkat pengembalian
investasi
semakin besar. “Nilai ini mencerminkan pengembalian
perusahaan
dari seluruh.
3. Kelebihan dan Kelemahan ROA
a) Kelebihan ROA diantaranya sebagai berikut:
(1) ROA mudah dihitung dan dipahami.
(2) Merupakan alat pengukur prestasi manajemen yang sensitif
terhadap setiap pengaruh keadaan keuangan perusahaan.
(3) Manajemen menitikberatkan perhatiannya pada perolehan
laba yang maksimal.
(4) Sebagai tolok ukur prestasi manajemen dalam
memanfaatkan assets yang dimiliki perusahaan untuk
memperoleh laba.
(5) Mendorong tercapainya tujuan perusahaan.
(6) Sebagai alat mengevaluasi atas penerapan kebijakan-
kebijakan manajemen.
-
48
b) Di samping beberapa kelebihan ROA di atas, ROA juga
mempunyai kelemahan di antaranya:
(1) Kurang mendorong manajemen untuk menambah assets
apabila nilai ROA yang diharapkan ternyata terlalu tinggi.
(2) Manajemen cenderung fokus pada tujuan jangka pendek
bukan pada tujuan jangka panjang, sehingga cenderung
mengambil keputusan jangka pendek yang lebih
menguntungkan tetapi berakibat negatif dalam jangka
panjangnya.
C. Hubungan Antar Variabel
1. Hubungan antar Perputaran Kas (Cash turnover) dengan ROA
Perputaran kas merupakan pengeluaran kas untuk suatu per