Top Banner
ANALISIS PENGARUH PRODUKSI PERIKANAN TANGKAP TERHADAP PENDAPATAN NELAYAN DI KECAMATAN SUSOH KABUPATEN ACEH BARAT DAYA SKRIPSI OLEH NANDA NIM : 10C20101101 PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH, ACEH BARAT 2014
48

ANALISIS PENGARUH PRODUKSI PERIKANAN TANGKAP ...repository.utu.ac.id/734/1/BAB I_V.pdftentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika

Feb 09, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • ANALISIS PENGARUH PRODUKSI PERIKANANTANGKAP TERHADAP PENDAPATAN NELAYAN

    DI KECAMATAN SUSOH KABUPATENACEH BARAT DAYA

    SKRIPSI

    OLEH

    NANDANIM : 10C20101101

    PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNANFAKULTAS EKONOMI

    UNIVERSITAS TEUKU UMARMEULABOH, ACEH BARAT

    2014

  • I. PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Indonesia merupakan negara kepulauan yang luas dan strategis, dengan

    sumber daya alam yang kaya akan keanekaragaman hayati, baik di darat maupun di

    perairan tawar dan laut. Berdasarkan data yang terukur, Indonesia memiliki 95.181

    km panjang garis pantai dengan kurang lebih 5,0 juta luas Zona Ekonomi Eksklusif

    (ZEE). Indonesia yang terdiri dari 5 pulau besar seperti Sumatera, Kalimantan, Jawa,

    Sulawesi, dan Papua, ditambah pula dengan ribuan pulau-pulau kecil yang tersebar

    dari Sabang sampai Merauke. Kepulauan Indonesia yang dua pertiganya adalah laut,

    di dalamnya terkandung kekayaan keanekaragaman hayati yang tersebar mulai dari

    dasar laut sampai daerah permukaan (Nuitja 2010, h. 1).

    Sebagai Negara kepulauan terbesar didunia, dengan panjang pantai 81.000 km

    dan memiliki 17.508 buah pulau serta dua pertiga dari luar wilayahnya berupa

    perairan. Indonesia memiliki potensi perikanan yang besar. Potensi lestari ikannya

    paling tidak ada sekitar 6,17 juta ton per tahun, terdiri atas 4,07 juta ton di perairan

    nusantaranya yang hanya 38 persennya dimanfaatkan dan 2,1 juta ton pertahun

    berada di perairan ZEE. Potensi ini pemanfaatannya juga baru 20 persen (Mulyadi

    2005, h. 25).

    Aceh adalah salah satu provinsi di Indonesia dengan kekuatan otonomi yang

    lebih besar di penghujung Pulau Sumatera. Aceh terletak dibarat laut Sumatera

    dengan kawasan seluas 57,365.57 km persegi atau merangkumi 12,26 persen pulau

    Sumatera. Aceh memiliki 119 buah pulau,73 sungai yang besar dan 2 buah tasik,

  • 2

    yaitu Tasik Laut Tawar di Takengon, Aceh Tengah dan Tasik Aneuk Laot di Kota

    Sabang. Aceh dikelilingi oleh Selat Malaka di sebelah utaranya, Provinsi Sumatra

    Utara di timur dan Lautan Hindia di sebelah selatan dan baratnya. Ibu kota Aceh

    adalah Banda Aceh yang dahulunya dikenali sebagai Kutaraja. Wilayah pesisir di

    Provinsi Aceh mempunyai panjang garis pantai 1.660 km, dengan luas wilayah

    perairan laut seluas 295.370 km terdiri dari laut wilayah (perairan territorial dan

    perairan kepulauan) 56.563 km dan zona ekonomi eksklusif (ZEE) 238.807 km.

    Akibat tsunami pada 26 Desember 2004, dari 1660 km panjang garis pantai, 800 km

    rusak terkena gelombang tsunami (http://regionalinvestment.com) di akses 17

    November 2013.

    Sektor perikanan dari segi serapan tenaga kerja menyerap 257.300 jiwa yang

    terdiri dari 4 (empat) sektor yaitu : sektor penangkapan, sektor budidaya, sektor

    pengolahan dan sektor pemasaran hasil perikanan. Sektor penangkapan terdiri dari

    nelayan tidak tetap sebanyak 164.080 jiwa, sektor budidaya sebanyak 56.300 jiwa,

    sektor pengolahan sebanyak 20.670 jiwa dan sektor pemasaran hasil perikanan

    melalui penjual ikan (mugee ungkoet) mencapai 16.250 jiwa

    (http://regionalinvestment.com) di akses 17 November 2013.

    Masyarakat nelayan di Provinsi Aceh pada umumnya identik dengan

    Lembaga Adat Panglima Laot yang memimpin wadah masyarakat nelayan sekaligus

    basis masyarakat nelayan lokal untuk membangun kesepakatan bersama dalam

    mengatur dan mengawasi pelaksanaan norma dan ketentuan tata cara pengelolaan

    sumber daya perikanan yang lebih bertanggung jawab dan berkelanjutan. Lembaga

    Hukom Adat Laot/ Panglima Laot sudah ada sejak Kerajaan Samudera Pasai abad ke

  • 3

    14, dan dikukuhkan kembali dan diorganisir sesuai dengan perkembangan zaman

    sejak 22 Mei 2000. Pengembangan masyarakat nelayan pada umumnya kurang begitu

    diperhatikan, oleh karena itu diperlukan perhatian khusus dari pemerintah untuk

    menjadikan masyarakat nelayan itu dinamis (http://regionalinvestment.com) di akses

    17 November 2013.

    Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Aceh telah melakukan penentuan

    tempat-tempatpengembangan untuk berbagai sub sektor di sektor perikanan yang

    disebut dengan pusat pertumbuhan. Dengan adanya pusat-pusat pertumbuhan ini,

    diharapakan dapat memacu tingkat perikanan di Aceh sekaligus dapat menarik

    wilayah-wilayah disekitar pusat pertumbuhan itu untuk secara bersama-sama

    memberi kontribusi dalam meningkatkan jumlah produksi perikanan di Aceh

    (http://regionalinvestment.com) di akses 17 November 2013.

    Kabupaten Aceh Barat Daya adalah salah satu kabupaten di Provinsi Aceh,

    Indonesia Kabupaten ini resmi berdiri setelah disahkannya Undang-Undang Republik

    Indonesia Nomor 4 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten Aceh Jaya,

    Kabupaten Nagan Raya, Kabupaten Aceh Barat Daya, Kabupaten Aceh Tamiang, dan

    Kabupaten Gayo Lues. Kabupaten Aceh Barat Daya sebagai hasil pemekaran dari

    Kabupaten Aceh Selatan bukanlah merupakan ekses dari reformasi pada tahun 1998

    semata. Meskipun perubahan pemerintahan nasional saat itu mempercepat pemekaran

    tersebut, namun wacana untuk pemekaran itu sendiri sudah berkembang sejak sekitar

    tahun 1960-an(http://.id.m.wikipedia.org/wiki/KabupatenAcehBaratDayadi akses

    tanggal 25 November 2013).

    .

  • 4

    Letak geografis Kabupaten Aceh Barat Daya termasuk dalam gugusan

    Pegunungan Bukit Barisan. Dengan batas wilayah Sebelah Utara Kabupaten Gayo

    Lues, Selatan Kabupaten Aceh Selatan dan Samudera Indonesia, Barat Kabupaten

    Nagan Raya, dan Timur Kabupaten Gayo Lues.

    Dalam bidang ekonomi Aceh Barat Daya mengandalkan sektor pertanian dan

    perdagangan untuk kelangsungan perekonomiannya. Hal ini ditunjang dengan

    posisinya yang sangat strategis di jalur dagang kawasan barat Aceh, khususnya kota

    Blangpidie yang sejak dulu menjadi pusat perdangangan dipantai barat Aceh.

    Sebenarnya bila kondisi keamanan semakin membaik, banyak sekali potensi yang

    dapat digali di kawasan ini, seperti pariwisata, karena posisinya yang merupakan

    paduan antara pantai Samudera Hindia dan Bukit Barisan yang hijau. Selain itu Aceh

    Barat Daya dapat dikembangkan sebagai kawasan agroindustri, agribisnis dan

    peternakan terpadu serta sektor lain yang akan berkembang.

    Dari segi demografinya penduduk Aceh Barat Daya didominasi oleh etnis

    Aceh (80%), Minangkabau atau yang biasa dikenal dengan Aneuk Jamee (12%)

    sedangkan sisanya adalahorang-orang pendatang berbagai suku (8%)

    (http://.id.m.wikipedia.org/wiki/KabupatenAcehBaratDayadiakses tanggal 25

    November 2013).

    Nelayan juga merupakan salah satu kelompok masyarakat yang mempunyai

    corak kehidupan yang berbeda dari kelompok masyarakat lain. Demikian juga

    kehidupan masyarakat nelayan Aceh Barat Daya. Masalah yang mendasar dalam

    kehidupan nelayan Aceh Barat Daya adalah kemiskinan. Kemiskinan ini disebabkan

    oleh beberapa faktor, baik internal maupun eksternal. Salah satu faktor eksternalyang

  • 5

    sangat penting adalah sistem pemasaran hasil perikanan yang lebih menguntungkan

    pedagang perantara.

    Munculnya Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Ujoeng Serangga di Kecamatan

    Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya diharapkan meningkatkan taraf kehidupan

    nelayan yaitu perbaikan sistem pemasaran hasil perikanan yang menguntungkan

    nelayan. Namun kebenaran argumen ini perlu dibuktikan melalui kegiatan penelitian

    agar diperoleh jawaban yang akurat. Tempat pelelangan ikan pada hakikatnya

    berfungsi untuk mengatur jual beli ikan yang saling menguntungkan kedua belah

    pihak, keuntungan bagi nelayan adalah jaminan menjual ikan dengan waktu yang

    cepat dan dengan harga yang wajar serta dengan pembayaran yang tunai sehingga

    membuat pendapatan masyarakat nelayan terjamin. Sedangkan bagi pengusaha

    pengolahan ikan adalah terjamin dalam memperoleh ikan dalam keadaan segar dan

    baik.

    Modernisasi perikanan membawa perubahan yang positif terhadap kondisi

    pengetahuan dan perekonomian para nelayan. Terjadinya peningkatan pengetahuan

    dari tradisional ke modern, baik berupa pengetahuan tentang tehnik penangkapan

    maupun sarana produksi yang dipergunakan dapat meningkatkan perkembangan

    sosial ekonomi masyarakat nelayan Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya.

    Dalam bidang ekonomi mereka telah mampu meningkatkan produksi melalui

    kesempatan lebih lama dan member peluang untuk mendapatkan ikan lebih besar

    sehingga terjadi peningkatan produktifitas kerja melalui intensitas turun ke laut dan

    areal penangkapan ikan lebih luas.

  • 6

    Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya pada tahun 2012 dibagi

    kedalam dua jenis nelayan yaitu Nelayan Tetap dan Nelayan Sambilan, nelayan tetap

    yang berjumlah sebanyak 2.783 jiwa, sedangkan nelayan sambilan berjumlah 229

    jiwa, sehingga jumlah keseluruhannya adalah 3.012 jiwa (Dinas Kelautan dan

    Perikanan Aceh Barat Daya, 2013).

    Secara potensial sumber daya perikanan yang ada dapat dimanfaatkan untuk

    meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan nelayan, namun pada kenyataannya

    masih banyak nelayan yang belum dapat meningkatkan hasil tangkapannya

    dikarenakan kurangnya alat tangkap sehingga pendapatan nelayan tidak meningkat.

    Masyarakat yang bermata pencaharian dan berpenghasilan sebagai nelayan

    merupakan salah satu dari kelompok masyarakat yang melakukan aktivitas usaha

    dengan memperoleh penghasilan yang bersumber dari kegiatan nelayan itu sendiri.

    Nelayan adalah orang yang secara aktif melakukan pekerjaan dalam penangkapan

    ikan dan binatang air lainnya. Tingkat kesejahteraan nelayan sangat ditentukan oleh

    besarnya pendapatan. Besarnya pendapatan tercermin pada banyaknya pendapatan

    yang diterima, dimana pendapatan tersebut sebagian besar digunakan untuk

    menambah kebutuhan keluarga. Dengan demikian tingkat kebutuhan konsumsi

    keluarga sangat ditentukan oleh pendapatan yang diterimanya.

    Para nelayan melakukan pekerjaannya dengan tujuan untuk memperoleh

    pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Didalam pelaksanaannya

    diperlukan beberapa perlengkapan yang dipengaruhi oleh banyaknya faktor guna

    untuk mendukung keberhasilan kegiatan tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi

    peningkatan pendapatan nelayan meliputi faktor sosial dan ekonomi yang terdiri dari

  • 7

    besarnya modal, jumlah tenaga kerja dan jarak tempuh melaut. Dengan demikian

    pendapatan nelayan dapat dilihat berdasarkan besar kecilnya volume tangkapan dan

    masih terdapat beberapa faktor-faktor lain yang ikut menentukannya selain faktor

    sosial dan ekonomi.

    Faktor modal, tenaga kerja dan jarak tempuh melaut adalah gaktor-faktor yang

    mempengaruhi peningkatan pendapatan nelayan. Sebagaimana kita ketahui bahwa

    dengan adanya modal, maka nelayan dapat membeli keperluan melaut untuk

    menangkap ikan dan kemudian menjualnya. Semakin besar modal maka akan

    semakin besar dalam memperoleh alat tangkap dan keperluan lainnya sehingga hasil

    tangkapan ikan yang diperoleh akan semakin besar pula.Faktor tenaga kerja juga

    berpengaruh terhadap pendapatan karena semakin banyak tenaga kerja yang

    berpengalaman maka akan semakin besar pula pendapatan yang diperoleh.Faktor

    jarak tempuh melaut akan mempengaruhi pendapatan nelayan karena jarak tempuh

    tersebut menentukan hasil besar atau kecil hasil tangkapan, dimana semakin jauh

    jarak melaut akan memiliki lebih banyak kemungkinan untuk memperoleh hasil

    tangkapan yang lebih banyak pula dan tentunya akan memberikan pendapatan yang

    lebih besar dibandingkan penangkapan ikan di dekat pantai (Frioni 2011, h. 3).

    Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka penulis tertarik untuk

    melakukan penelitian lebih lanjut dengan judul: “Analisis Pengaruh Produksi

    Perikanan Tangkap Terhadap PendapatanNelayan di Kecamatan Susoh

    Kabupaten Aceh Barat Daya”.

  • 8

    1.2. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka yang menjadi rumusan

    masalah dalam penelitian ini adalah : Berapa besar pengaruh produksi perikanan

    tangkap terhadap pendapatan nelayan di Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat

    Daya?

    1.3. Tujuan Penelitian

    Adapun penelitian ini dibuat ialah untuk mengetahuipengaruh produksi

    perikanan tangkap terhadap pendapatan nelayan di Kecamatan Susoh Kabupaten

    Aceh Barat Daya.

    1.4. Manfaat Penelitian

    Adapun manfaat yang dapat diharapkan dan diperoleh dari hasil penelitian ini

    terbagi menjadi 2 (dua) yaitu :

    1.4.1.Manfaat Teoritis

    a. Bagi penulis / Peneliti

    Manfaat penelitian bagi penulis adalah penambah wawasan bagi penulis dan

    pengetahuan tentang analisis produksi perikanan terhadap pendapatan masyarakat

    nelayandi Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya dan sebagai salah satu

    sarana untuk mengembangkan kemampuan berpikir secara ilmiah, sistematis dan

    metodelogis penulis dalam menyusun berbagai kajian literatur untuk menjadikan

    suatu wacana baru kedepan.

  • 9

    b. Bagi Lingkungan Akademik

    Manfaat penelitian bagi lingkungan akademik adalah memberikan wawasan

    dan pengetahuan untuk pihak akademik baik secara langsung maupun tidak langsung

    bagi perpustakaan Fakultas Ekonomi, serta sebagai bahan acuan untuk kedepannya

    dalam melakukan penelitian yang lebih mendalam bagi para mahasiswa/i, khususnya

    kalangan Fakultas Ekonomi.

    1.4.2. Manfaat Praktis

    Manfaat praktis dari penelitian ini khususnya bagi pemerintah atau bagi pihak

    lainnya yaitu sebagai informasi dan arahan yang baik, sehingga akan mendapatkan

    gambaran yang secara global dari pemerintah dan pihak lainnya yang berkaitan.

    Dengan adanya penelitian ini, maka kita dapat mengetahui seberapa besar pengaruh

    produksi perikanan tangkapterhadap pendapatan nelayan diKecamantan Susoh

    Kabupaten Aceh Barat Daya.

    1.5. Sistematika Pembahasan

    Dalam penelitian ini pada bagian pertama merupakan pendahuluan yang berisi

    tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

    penelitian, dan sistematika pembahasan.

    Pada bagian dua berisi tentang tinjauan pustaka dari penelitian yang berjudul

    analisis pengaruh produksi perikanan tangkap terhadap pendapatan nelayan di

    Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya khususnya mengenai pengetian antar

    variabel dalam judul tersebut, serta perumusan hipotesis.

  • 10

    Pada bagian tiga berisi tentang ruang lingkup penelitian yang didalamnya

    mengenai jenis dan sumber data serta pengumpulan data, model analisis data, definisi

    operasional variabel dan pengujian hipotesis.

    Pada bagian empat berisi tentang Hasil dan Pembahasan yang didalamnya

    dijelaskan mengenai statistik deskriptif, variabel penelitian, hasil pengujian hipotesis,

    dan pembahasan hasil penelitian.

    Pada bagian lima berisi kesimpulan dan saran yang didalamnya dijelaskan

    mengenai simpulan-simpulan yang diambil dari keseluruhan hasil penelitian serta

    saran-saran. Serta dalam skripsi ini dilengkapi dengan daftar pustaka yang penulis

    gunakan untuk melengkapi penyusunan skripsi ini.

  • II. TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Pengertian Pelabuhan Perikanan (PP)

    Pelabuhan Perikanan merupakan wilayah dimana semua aktivitas bisnis

    perikanan dilakukan yang menyediakan multi pelayanan terhadap aktifitas perikanan

    dan menyerap tenaga kerja yang besar. Merujuk pada Pasal 1 Ayat 1 Keputusan

    Menteri Kelautan dan Perikanan No. 16/MEN/2006 tentang Pelabuhan Perikanan,

    bahwa pelabuhan perikanan berfungsi untuk mendukung pengolahan dan

    pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi,

    pengolahan sampai dengan pemasaran, yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis

    perikanan.

    Pelabuhan perikanan dibagi kelas pelabuhan, yaitu pelabuhan perikanan

    samudra (PPS), pelabuhan perikanan nusantara (PPN), pelabuhan perikanan pantai

    (PPP) dan pangkalan pendaratan ikan (PPI). Sementara itu, pelabuhan perikanan

    Aceh yang telah ada saat ini dapat dikelompokkan dalam dua kelas pelabuhan

    perikanan, yaitu PPP dan PPI. Sebagian besar dari PPI ini secara faktual merupakan

    tempat-tempat dilakukan aktifitas pendaratan ikan yang dalam bahasa masyarakat

    disebut TPI (Tempat Pendaratan Ikan), dimana masih banyak diantaranya yang belum

    memiliki fasilitas maksimal untuk operasionalisasi.

    Perikanan adalah sumberdaya bebas-masuk semua orang (open accsess

    resourse) dimana pengguna boleh masuk secara tak terbatas untuk bersaing yang bisa

    mengantarkan pada over fishingatau overeploitasidan pengguna sumberdaya yang

  • 12

    tidak efisien. Oleh karena itu nelayan tidak mampu memaksimumkan keuntungannya

    sesuai dengan usaha penangkapan ikan yang dilakukannya.

    2.1.1. Kebijakan Pengembangan Perikanan Tangkap (PPT)

    Dalam upaya pemanfaatan sumber daya ikan dan laut, Dinas Kelautan

    Perikanan Aceh melakukan upaya-upaya sebagai berikut:

    a. Mengelola sumber daya ikan secara berkesinambungan dan bertanggung jawab.

    b. Meningkatkan pendapatan nelayan.

    c. Meningkatkan fasilitas pelabuhan perikanan, jumlah dan mutunya.

    d. Memperkuat armada penangkapan ikan.

    e. Mengembangkan bisnis perikanan yang efisien dan kompetitif.

    2.1.2.Tugas dan Fungsi Bidang PPT

    Pengembangan perikanan tangkap melakukan kegiatan di bidang prasarana

    tangkap, tata ruang kelautan dan perikanan, pengembangan sarana, usaha dan

    pemberdayaan masyarakat perikanan, pengelolaan pesisir, pulau-pulau kecil dan

    konservasi taman laut.

    Selain tugas tersebut, pengembangan perikanan tangkap mempunyai fungsi

    sebagai berikut :

    a. Pelaksanaan inventaris prasarana tangkap, tata ruang kelautan dan perikanan.

    b. Pelaksanaan pengembangan sarana, usaha dan pemberdayaan masyarakat

    perikanan.

    c. Pelaksanaan dan pengelolaan pesisir, pulau-pulau kecil, konservasi sumber daya

    kelautan dan perikanan.

  • 13

    2.2. Pengertian Tempat Pelelangan Ikan

    Tempat pelelangan ikan (TPI) adalah pasar yang biasanya terletak didalam

    pelabuhan atau pangkalan pendaratan ikan, dan ditempat tersebut terjadi transaksi

    penjualan ikan atau hasil laut baik secara lelang maupun tidak (tidak termasuk TPI

    yang menjual atau melelang ikan darat). Biasanya TPI ini dikoordinasi oleh Dinas

    Perikanan, Koperasi, atau Pemerintah Daerah. TPI tersebut harus memenuhi kriteria

    sebagai berikut:

    a. Tempat tetap (tidak berpindah-pindah).

    b. Mempunyai bangunan tempat transaksi penjualan ikan.

    c. Ada yang mengkoordinasi prosedur lelang atau penjualan.

    d. Mendapat izin dari instansi yang berwenang (Dinas Perikanan atau Pemerintah

    Daerah).

    Lelang adalah proses membeli dan menjual barang atau jasa dengan cara

    menawarkan kepada penawar, menawarkan tawaran harga lebih tinggi, dan kemudian

    menjual barang kepada penawar harga tertinggi. Dalam teori ekonomi, lelang

    mengacu kepada beberapa mekanisme atau peraturan perdagangan dari pasar modal.

    (http://www.mediabpr.com/kamus-bisnis-bank/tempatpelelanganikan-aspx diakses

    tanggal 27 Des 2013).

    2.3.Pengertian Pendapatan Masyarakat

    Pendapatan masyarakat adalah jumlah pendapatan oleh faktor-faktor produksi

    yang digunakan untuk memproduksikan barang dan jasa dalam satu tahun tertentu

    (Sukirno 2010, h.36).

  • 14

    Pendapatan merupakan penerimaan bersih seseorang, baik berupa uang kontan

    maupun tidak. Pendapatan atau disebut juga dengan income dari seseorang warga

    masyarakat adalah hasil dari penjualan faktor-faktor produksi yang dimilikinya pada

    sektor produksi. Sektor produksi ini membeli faktor-faktor produksi tersebut untuk

    digunakan sebagai input proses produksi dengan harga yang berlaku dipasar faktor

    produksi.

    2.3.1. Jenis Jenis Pendapatan

    Menurut Sukirno (2010, h. 33) pendapatan terdiri dari beberapa jenis yaitu :

    a. Pendapatan nasional neto (NNI)

    Pendapatan nasional neto (net national income) adalah pendapatan yang

    dihitung menurut jumlah balas jasa yang diterima oleh masyarakat sebagai pemilik

    faktor produksi. Besarnya NNI dapat diperoleh dari NNP dikurang pajak tidak

    langsung. Yang dimaksud pajak tidak langsung adalah pajak yang bebannya dapat

    dialihkan kepada pihak lain seperti pajak penjualan, pajak hadiah, dan lain-lain.

    b. Pendapatan perseorangan (PI)

    Pendapatan perseorangan (personal income) adalah jumlah pendapatan yang

    diterima oleh rumah tangga dan usaha yang bukan perusahaan. Tidak seperti

    pendapatan nasional, pendapatan perorangan tidak mengikut sertakan pendapatan

    tertahan (etained earnings), yaitu pendapatan yang diperoleh perusahaan namun tidak

    dibagikan kepada para pemiliknya. Pendapatan perorangan juga mengurangi pajak

    pendapatan perusahaan dan kontribusi pada tunjangan sosial.

  • 15

    c. Pendapatan yang siap dibelanjakan (DI)

    Pendapatan yang siap dibelanjakan (dipossable income) adalah pendapatan

    yang siap untuk dimanfaatkan guna membeli barang dan jasa konsumsi dan

    selebihnya menjadi tabungan yang disalurkan menjadi investasi. Dipossable

    incomeini diperoleh dari personal income (PI) dikurangi dengan pajak langsung.

    Pajak langsung (direct tax) adalah pajak yang bebannya tidak dapat dialihkan kepada

    pihak lain, artinya harus langsung ditanggung oleh wajib pajak, contohnya pajak

    pendapatan.

    d. Pendapatan nasional riel

    Pendapatan nasional riel adalah pendapatan nasional yang dihitung atau di

    tentukan berdasarkan harga-harga yang tidak berubah atau tetap dari tahun ketahun.

    e. Pendapatan nasional menurut harga yang berlaku

    Pendapatan nasional menurut harga yang berlaku adalah pendapatan nasional

    yang dihitung atau ditentukan berdasarkan harga-harga yang berlaku pada tahun

    dimana produksi nasional yang sedang dinilai diproduksikan.

    f. Pendapatan nasional menurut harga tetap

    Pendapatan nasional menurut harga tetap adalah harga yang berlaku pada

    suatu tahun tertentu dan seterusnya digunakan untuk menilai barang dan jasa yang

    dihasilkan pada tahun-tahun yang lain.

    2.3.2. Pendapatan Nelayan

    Pendapatan nelayan adalah ditentukan secara bagi hasil dan jarang diterima

    sistem upah/gaji tetap yang diterima oleh nelayan. Sistem upah atau gaji bulanan

  • 16

    ternyata hanya diperoleh pada alat penangkapan dengan jermal, hal mana mungkin

    disebabkan karena alat adalah bersifat pasif. Dalam sistem bagi hasil, bagian yang

    dibagi ialah pendapatan setelah dikurangi ongkos-ongkos eksploitasi yang

    dikeluarkan pada waktu beroperasi ditambah dengan ongkos penjualan hasil. Jadi,

    disini termasuk ongkos bahan bakar, oli, es dan garam, biaya makanan para awak

    kapal, dan pembayaran retribusi. Biaya lain yang masih termasuk ongkos eksploitasi

    seperti biaya reparasi, dengan demikian seluruhnya tanggungan dari pemilik alat dan

    boat (Mulyadi 2005, h. 90).

    2.4. Pengertian Nelayan

    Nelayan adalah suatu kelompok masyarakat yang kehidupannya tergantung

    langsung pada hasil laut, baik dengan cara melakukan penangkapan ataupun budi

    daya. Nelayan bukanlah suatu entitas tunggal, mereka terdiri dari beberapa kelompok.

    Dilihat dari segi pemilikan alat tangkap, nelayan dapat dibedakan menjadi tiga

    kelompok, yaitu nelayan buruh, nelayan juragan, dan nelayan perorangan (Mulyadi

    2005, h.7).

    Yang dimaksud dengan nelayan buruh adalah nelayan yang bekerja dengan

    alat tangkap milik orang lain. Sedangkan nelayan juragan adalah nelayan yang

    memiliki alat tangkap yang dioperasikan oleh orang lain. Kemudian yang disebut

    nelayan perorangan adalah nelayan yang memilki peralatan tangkap sendiri, dan

    dalam pengoperasiannya tidak melibatkan orang lain.

    Menurut Undang-Undang Perikanan Nomor 45 Tahun 2009 hasil revisi

    Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 dalam Apridar et al (2011, h. 89) tak ada

  • 17

    terminologi yang mendekati posisi nelayan buruh. Undang-Undang ini hanya

    medefinisikan yakni:

    a. Nelayan adalah orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan.

    b. Nelayan kecil adalah orang yang mata pencariannya melakukan penangkapan ikan

    untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari yang menggunakan kapal perikanan

    berukuran paling besar 5 (lima) gross ton (GT).

    Dilihat dari pemilikan alat-alat produksi, masyarakat nelayan dibagi kedalam

    dua kategori sosial, yaitu nelayan pemilik dan nelayan buruh. Kedua pihak terikat

    oleh hubungan kerja sama dalam organisasi penangkapan. Jumlah nelayan buruh

    dalam setiap organisasi penagkapan bergantung pada jenis dan ukuran perahu yang

    mengoperasikan alat tangkap yang dioperasikian.

    Dilihat dari skala usahanya, masyarakat nelayan terbagi mejadi dua kategori,

    yaitu nelayan besar dan nelayan kecil atau nelayan tradisonal. Nelayan yang

    mengoperasikan alat tangkap payam atau porsen termasuk kategori nelayan besar,

    sedangkan nelayan yang mengoperasikan alat tangkap pancing atau jaring tradisional

    tergolong nelayan kecil. Nelayan besar memiliki orientasi ekonomis yang tinggi,

    sedangkan nelayan kecil lebih banyak bersifat subsistensi.

    2.4.1. Nelayan Tradisional dan Modern

    Dalam perkembangannya nelayan telah terikat degan dualisme sesuai dengan

    perkembangan iptek selama ini. Gustaf Rasni dalam Nurbayan (2012 h. 19)

    mendefinisikan sektor tradisional adalah sektor yang belum tersrentuh iptek. Dalam

    konteks nelayan, nelayan tradisional diartikan sebagai orang yang bergerak disektor

  • 18

    kelautan dengan menggunakan perahu layar tanpa motor, sedangkan mareka yang

    menggunakan mesin atau perahu motor merupakan nelayan modern.

    2.5. Pengetian Produksi

    Menurut Sugiarto et al (2006, h. 202) produksi adalah suatu kegiatan ynag

    mengubah input menjadi output. Kegiatan tersebut dalam ekonomi biasa dinyatakan

    dalam fungsi produksi. Fungsi produksi menunjukkan jumlah maksimum output yang

    dapat dihasilkan dari pemakaian sejumlah input dengan menggunakan teknologi

    tertentu.

    Produksi merupakan kegiatan untuk meningkatkan manfaat suatu barang.

    Untuk meningkatkan manfaat tersebut, diperlukan bahan-bahan yang disebut faktor

    produksi (Soeharno 2006, h. 4).

    Produksi adalah kegiatan untuk mengolah bahan baku atau bahan mentah

    menjadi bahan jadi atau setengah jadi yang dapat dimanfaatkan atau digunakan oleh

    konsumen dan mempunyai nilai lebih (Primyastanto dan Istikharoh 2006, h. 17).

    Menurut Rosyidi (2003,h.56) produksi adalah suatu proses yang menciptakan

    atau memperbesar nilai suatu barang atau usaha yang menciptakan dan memperbesar

    daya guna barang. Faktor-faktor produksi adalah :

    a. Tanah (lokasi).

    b. Tenaga kerja.

    c. Modal.

    d. Kecakapan.

  • 19

    2.5.1. Biaya Produksi

    Menurut Sugiarto et al (2007, h. 248) secara sederhana biaya produksi dapat

    dicerminkan oleh jumlah uang yang dikeluarkan untuk mendapatkan sejumlah input,

    yaitu secara akuntasi sama dengan jumlah uang keluar yang tercatat.

    Sebagai gambaran ukuran biaya dari tenaga kerja secara akuntasi adalah biaya

    upahnya, sedangkan ukuran biaya secara ekonomi adalah nilai marginal productdari

    pekerja. Untuk ukuran biaya kapital secara akuntansi adalah depresiasi, sedangkan

    secara ekonomi adalah opportunity cost(hal ini karena modal adalah barang langka

    (Sugiarto et al 2007, h. 249).

    Biaya produksi dalam usaha nelayan terdiri dari dua kategori, yaitu biaya

    yang berupa pengeluaran nyata (actual cost) dan biaya yang merupakan bukan

    pengeluaran nyata (inputed cost).Dalam hal ini, pengeluaran-pengeluaran nyata ada

    yang kontan dan ada yang tidak kontan. Pengeluaran kontan misalnya, bahan bakar

    dan oli, bahan pengawet (es dan garam), pengeluaran untuk makanan dan konsumsi

    awak, pengeluaran untuk reparasi, pengeluaran untuk retribusi dan pajak.

    Investasi disektor nelayan perikanan tangkap membutuhkan biaya yang cukup

    besar. Sebagian sumber pembiayaan diperoleh nelayan dari pemilik dari pinjaman

    dana kontan para pedagang ikan atau pedagang perantara (tengkulak). Para tengkulak

    ini juga menjalin hubungan dengan nelayan buruh berdasarkan pinjaman ikatan.

    Kebutuhan nelayan pemilik menjalin kerja sama dengan tengkulak biasanya untuk

    kepentingan pemasaran, sedangkan bagi nelayan buruh untuk kepentingan pemasaran

    hasil tangkapan dan pemenuhan kebutuhan konsumsi atau dana konstan secara

    mendesak (Kusnadi 2006, h. 29).

  • 20

    2.5.2. Fungsi Produksi

    Fungsi produksi adalah hubungan fisik antara keluaran (produksi) atau

    outputnya dengan masukan (faktor produksi) atau inputnya (Primyastanto dan

    Istikharoh 2006, h. 17).

    Fungsi produksi dianggap penting dikarenakan oleh beberapa hal antara lain

    (Primyastanto dan Istikharoh 2006, h. 18) :

    a. Dengan fungsi produksi maka dapat mengetahui hubungan antara input dan output

    secara langsung.

    b. Dengan fungsi produksi maka dapat diketahui hubungan antar pengeluaran dan

    pendapatan.

    Fungsi produksi adalah fungsi yang mentransformasikan sejumlah aspek input

    dan output ini bisa diperoleh dengan banyak cara untuk menghasilkan sejumlah

    output tertentu. Misalnya dengan menggunakan teknik labourintensifyaitu

    menggunakan lebih banyak tenaga manusia. Teknik capital intensifyaitu

    menggunakan lebih banyak tenaga kapital atau mesin (Nicholson 2001, h. 180).

    2.5.3. Produksi Perikanan

    Produksi perikanan adalah hasil dari suatu proses perikanan yang diperoleh

    para nelayan yang melakukan aktifitas perikanan. Perilaku perikanan berbeda dengan

    komoditi lainnya, karena sumber daya ikan yang bersifat terbuka, maka setiap orang

    akan dengan bebas masuk kedalam kegiatan produksi ini. Kegiatan perikanan sangat

    padat modal, modal yang besar itu diutamakan untuk membeli sarana produksi seperti

    perahu, jaring, dan mesin. Sumber-sumber permodalan bagi nelayan adalah tabungan

  • 21

    dan harta benda pribadi, pinjaman kerabat atau tetangga, dan pengamba (Kusnadi

    2000, h. 99).

    2.6. Perumusan Hipotesis

    Sesuai dengan kajian dari penelitian ini, maka hipotesis yang dapat

    dikemukakan adalah : “Diduga produksi perikanan tangkap berpengaruh nyata

    terhadap pendapatan nelayan di Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya”.

  • III. METODE PENELITIAN

    3.1. Populasi dan Sampel

    Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah nelayan Kabupaten

    Aceh Barat Daya yang berjumlah 1.339 orang. Namun yang menjadi sampel dalam

    penelitian adalah nelayan di Kecamatan Susoh yang berjumlah 100 orang yang terdiri

    dari 35 nelayanboat TS 300, 30 nelayan boat pukat dan 35 nelayan boat karang pada

    tahun 2014 dengan mewawancarai langsung para nelayan yang ada di tempat

    pelelangan ikan Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya.

    3.2. Data Penelitian

    3.2.1. Jenis dan Sumber Data

    Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

    skunder. Data primer yaitu data yang diperoleh dari sejumlah keterangan atau fakta-

    fakta yang diperoleh secara langsung dari penelitian tersebut. Sedangkan data

    sekunder yaitu data yang diperoleh berupa data yang sudah diolah maupun yang

    belum diolah. Dalam penelitian ini data-data sekunder yang digunakan yaitu antara

    lain literatur yang relavan atau sesuai dengan judul penelitian ini seperti, buku-buku,

    makalah, waktu dan periode petunjuk teknis dan lain-lain yang memiliki relavansi

    dengan masalah yang diteliti.

    Sumber data yang dipakai dalam penelitian ini diperoleh dari Dinas Kelautan

    dan Perikanan Kabupaten Aceh Barat Daya, Badan Pusat Statistik serta dari

    wawancara dengan nelayan yang ada di TPI Ujoeng Serangga Kecamatan Susoh

  • 23

    Kabupaten Aceh Barat Daya. Penulis juga menggunakan buku-buku ekonomi dan

    buku perikanan yang diperoleh dari perpustakaan Fakultas Ekonomi Universitas

    Teuku Umar dan perpustakaan daerah di Meulaboh.

    3.2.2. Teknik Pengumpulan Data

    Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik kuantitatif antara lain:

    a. Studi Pustaka (Library Research)

    Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data yang diperlukan yaitu

    dengan cara membaca buku-buku dan literatur lainnya yang diperlukan.

    b. Penelitian Lapangan (field research)

    Pada metode ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data secara langsung

    yaitu penulis mendatangi instansi-instansi yang relavan, misalnya Dinas Kelautan dan

    Perikanan (DKP) Kabupaten Aceh Barat Daya dan Badan Pusat Statistik (BPS)

    Kabupaten Aceh Barat Daya. Selain itu juga dilakukan wawancara dengan para

    nelayan di tempat pelelangan ikan (TPI) Ujoeng Serangga Kecamatan Susoh

    Kabupaten Aceh Barat Daya.

    3.3. Model Analisis Data

    Untuk menganalisis hubungan antara variabel dalam penelitian ini

    menggunakan teknik analisis regresi linier sederhana, analisis korelasi, dan uji t.

    a. Analisis Regresi Linier Sederhana

    Analisis ini untuk melihat pengaruh yang ditimbulkan oleh variabel bebas (X)

    terhadap variabel terikat (Y), dengan persamaan sebagai berikut (Supranto 2001, h.

    179):

  • 24

    Y= bX

    Dimana :

    Y = Variabel terikat (pendapatan nelayan)

    b = Koefisien regresi

    X = Variabel bebas (produksi perikanan tangkap)

    b. Koefisien korelasi ( r )

    Model ini untuk mengukur tingkat hubungan antara variabel bebas (X) dengan

    variabel terikat (Y).

    c. Koefisien Determinasi (r²)

    Model koefisien determinasi ini sering juga disebut dengan koefisien penentu

    digunakan untuk melihat besarnya pengaruh nilai variabel X terhadap variabel Y.

    d. Uji t

    Uji t merupakan uji yang digunakan untuk melihat signifikansi dari pengaruh

    yang ditimbulkan oleh variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y).

    3.4. Definisi Operasional Variabel

    Agar tidak menimbulkan pengertian ganda tentang variabel-variabel utama

    pada penelitian ini, maka akan dijelaskan masing-masing variabel sebagai berikut :

    a. Pendapatan (Y) adalah pendapatan yang diperoleh nelayan dari seluruh hasil

    penjualan ikan di TPI Ujoeng Serangga Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat

    Daya yang dihitung dalam satuan Rupiah (Rp).

  • 25

    b. Produksi perikanan tangkap (X) adalah banyaknya jumlah ikan yang ditangkap

    dan dijual oleh nelayan di TPI Ujoeng Serangga Kecamatan Susoh Kabupaten

    Aceh Barat Daya yang dihitung dalam satuan kilogram (Kg).

    3.5. Pengujian Hipotesis

    Berdasarkan pengujian hipotesis dalam penelitian ini maka diperoleh apabila:

    a. H0 ; β = 0, artinya tidak terdapat pengaruh secara nyata antara variabel X

    (produksi perikanan tangkap) terhadap variabel Y (pendapatan nelayan) di

    Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya.

    b. H1 ; β ≠ 0, artinya terdapat pengaruh secaranyata antara variabel X (produksi

    perikanan tangkap) terhadap variabel Y (pendapatan nelayan) di Kecamatan Susoh

    Kabupaten Aceh Barat Daya .

    Kriteria pengujian hipotesis yang dugunakan dalam penelitian ini adalah:

    a. Apabila th ˃ tt, maka H0 ditolak dan H1 diterima, artinya terdapat pengaruh yang

    nyata antara produksi perikanan tangkap terhadap pendapatan nelayan di

    Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya.

    b. Apabila th ˂ tt, maka H0 diterima dan H1 ditolak, artinya tidak terdapat pengaruh

    yang nyata antara produksi perikanan tangkap terhadap pendapatan nelayan di

    Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya.

  • IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1. Statistik Deskriptif Variabel Penelitian

    Bagian ini penulis akan menjelaskan tentang analisis pengaruh produksi

    perikanan tangkap terhadap pendapatan nelayan di Kecamatan Susoh Kabupaten

    Aceh Barat Daya pada tahun 2014 dengan mendatangi nelayan secara langsung dalam

    bentuk Quisioner.

    4.1.1. Perkembangan Produksi Perikanan

    Potensi sumber daya kelautan dan perikanan terdiri dari :

    a. Perikanan tangkap yaitu penangkapan ikan dilaut dan perairan umum seperti

    sungai, danau, waduk, rawa-rawa dan genangan air lainnya.

    b. Perikanan budidaya seperti budidaya ikan air payau di tambak, budidaya ikan air

    tawar di kolam, budidaya ikan di sawah (mina padi) dan budidaya ikan dengan

    sistem keramba jaring apung baik di laut maupun di perairan tawar.

    c. Budidaya perairan laut lainnya seperti rumput laut.

    Kabupaten Aceh Barat Daya memiliki potensi perikanan yang cukup besar,

    baik perikanan darat maupun perikanan laut. Luas areal budidaya perikanan darat

    sampai pada akhir tahun 2013 mencapai 52,90 Ha, terdiri dan tambak 11,75 Ha,

    kolam 29,15 Ha dan karamba 12 Ha. Luas areal perikanan perairan umum mencapai

    1.200 Ha, terdiri dari sungai 991 Ha, rawa 124 Ha, dan irigasi 85 Ha, di antaranya

    potensi perairan tawar baik kolam, sawah dan perairan umum juga hampir tersebar di

  • 27

    seluruh Aceh Barat Daya terutama di pedalaman untuk jenis komoditi ikan mas,

    gurami, nila, tawes lele, dan betutu, dan lain-lain.

    Tabel 1Produksi Perikanan (Laut, Budidaya dan Perairan)

    di Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun 2013

    No Kecamatan Produksi (ton) Jumlah

    Laut Budidaya Perairan

    1 Susoh 5.852,96 25,19 9,22 6.188,03

    Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Aceh Barat Daya 2014

    Berdasarkan pada tabel 1 diatas penulis dapat menjelaskan bahwa produksi

    perikanan di Kecamatan Susoh berjumlah 6.188,03 ton. Jumlah tersebut terdiri dari

    produksi perikanan laut berjumlah 5.852,96 ton, produksi perikanan budidaya

    berjumlah 25,19 ton, dan produksi perikanan perairan berjumlah 9,22 ton.

    Kabupaten Aceh Barat Daya salah satu Provinsi Aceh yang memiliki potensi

    laut yang cukup besar dan bisa menguntungkan bagi masyarakat sekitarnya

    khususnya bagi masyarakat yang tinggal di pinggir pesisir pantai dengan mata

    pencarian melaut atau menangkap ikan yang menggunakan berbagai jenis bot seperti

    bot TS300, bot pukat, dan bot karang dan jga banyak jenis yang lain dengan jumlah

    nelayan yang sangat banyak.

  • 28

    Tabel 2Jumlah Nelayan Menurut Gampong di Kecamatan Susoh

    Kabupaten Aceh Barat Daya

    NoGampong Jumlah Nelayan

    1 Keude Susoh 212 Panjang Baru 703 Kedai Palak Kerambil 694 Ladang 1195 Padang Panjang 1066 Rubek Meupayong 1267 Cot Mancang 188 Lampoh Drien 169 Meunasah 4

    10 Blang Dalam 711 Palak Hulu 2512 Palak Hilir 1613 Rumah Dua Lapis 1814 Durian Jangek 1615 Baharu 616 Pinang 1317 Rumah Panjang 2718 Padang Baru 18419 Pulau Kayu 29620 Ujung Padang 621 Pawoh 122 Barat 1123 Durian Rampak 1724 Pantai Perak 625 Padang Hilir 426 Gadang 527 Tangah 428 Kepala Bandar 429 Gelima Jaya 124

    Jumlah 1.339Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Kecamatan Susoh Dalam Angka 2013

    Berdasarkan tabel 2tersebut menunjukkan bahwa mayoritas pekerjaan

    penduduk di Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya adalah nelayan, namun

    dalam Kecamatan tersebut memiliki 29 Gampong, jumlah masyarakat yang

  • 29

    profesinya sebagai nelayan berjumlah 1.339 orang. Jumlah nelayan terbanyak

    terdapat di gampong Pulau Kayu yang berjumlah 296 orang,dan jumlah nelayan

    terendah terdapat di gampong Pawoh yang berjumlah 1 orang.

    4.1.2. Gambaran Umum Hasil Penelitian

    Kabupaten Aceh Barat Daya adalah salah satu kabupaten di Provinsi Aceh,

    Indonesia Kabupaten ini resmi berdiri setelah disahkannya Undang-Undang Republik

    Indonesia Nomor 4 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten Aceh Jaya,

    Kabupaten Nagan Raya, Kabupaten Aceh Barat Daya, Kabupaten Aceh Tamiang, dan

    Kabupaten Gayo Lues.

    Kecamatan Susoh merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Aceh Barat

    Daya Provinsi Aceh yang berbatasan langsung dengan Kecamatan Blang Pidie dan

    Kecamatan Jeumpa. Berikut ini merupakan data produksi perikanan tangkap dan

    pendapatan nelayan di Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya.

    Tabel 3Jumlah produksi perikanan tangkap dan pendapatan nelayan di TPI Ujoeng

    Seurangga Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya

    No.

    NamaResponden

    JenisBot

    ModalLama

    Bekerja(Hari)

    HasilTangkapan

    (kg)

    Pendapatan nelayan

    Harga(Rp/Kg)

    1 2 3 4 5 6 7 81 Anto TS 300 5.000.000 15 3.000 1.000 12.000

    2 M. Yani TS 300 4.500.000 15 2.000 667 12.000

    3 Sabirin TS 300 4.000.000 10 1.500 500 12.000

    4 Samsuar TS 300 3.000.000 8 1.000 333 12.000

    5 Bidin Ali TS 300 4.500.000 13 2.000 667 12.000

    6 Kamaruddin TS 300 5.000.000 15 2.000 667 12.000

    7 Nandar TS 300 2.000.000 7 900 300 12.000

    8 Andi Ayunir TS 300 2.000.000 6 850 283 12.000

    9 Aliman TS 300 2.000.000 5 500 167 12.000

  • 30

    1 2 3 4 5 6 7 8

    10 Sidin TS 300 2.500.000 10 650 217 12.000

    11 Tarsuman TS 300 1.500.000 6 600 200 12.000

    12 Nyak Uma TS 300 2.000.000 8 700 233 12.000

    13 T. Syafruddin TS 300 2.000.000 8 400 133 12.000

    14 Romi Adi TS 300 2.500.000 12 1000 333 12.000

    15 Yusrizal TS 300 3.000.000 12 1500 500 12.000

    16 Kamaluddin TS 300 3.000.000 10 900 300 12.000

    17 Hanan TS 300 2.500.000 10 900 300 12.000

    18 Juliansyah TS 300 5.000.000 18 3000 1.000 12.000

    19 Syahril TS 300 4.000.000 13 1500 500 12.000

    20 Zainalabidin TS 300 2.500.000 8 650 217 12.000

    21 Maliki TS 300 2.000.000 6 500 167 12.000

    22 M. Surman TS 300 2.000.000 7 900 300 12.000

    23 Sulaiman TS 300 2.000.000 7 850 283 12.000

    24 Ferri Yadi TS 300 5.000.000 17 2000 667 12.000

    25 Anto TS 300 4.500.000 15 2000 667 12.000

    26 M. Yani TS 300 1.500.000 5 600 200 12.000

    27 Asnawi TS 300 2.000.000 7 700 233 12.000

    28 Mismar TS 300 2.000.000 7 400 133 12.000

    29 M. Yakop TS 300 2.500.000 10 1000 333 12.000

    30 Ihsan TS 300 4.500.000 15 2000 667 12.000

    31 Fauzan TS 300 3.000.000 10 800 267 12.000

    32 Rusdi TS 300 2.000.000 4 400 133 12.000

    33 Mursalin TS 300 3.000.000 10 800 267 12.000

    34 Mursal TS 300 2.000.000 7 700 233 12.000

    35 Herman TS 300 5.000.000 15 3000 1.000 12.000

    1 Bonidi Pukat 20.000.000 20 6.000 400 12.000

    2 Bahrum Pukat 25.000.000 30 6.500 433 12.000

    3 Harun Pukat 20.000.000 25 5.000 333 12.000

    4 Mizi Pukat 22.000.000 27 4.000 267 12.000

    5 Ridwan Pukat 23.000.000 18 2.500 167 12.000

    6 Syukri Pukat 23.000.000 19 4.000 267 12.000

    7 Khaidir Pukat 20.000.000 18 4.500 300 12.000

    8 Abdurrahman Pukat 18.000.000 22 5.000 333 12.000

    9 Riyadi Pukat 24.000.000 20 7.000 467 12.000

    10 Jas Amin Pukat 20.000.000 20 3.000 200 12.000

    11 Rasip Pukat 15.000.000 25 2.500 167 12.000

  • 31

    1 2 3 4 5 6 7 8

    12 Saipul Pukat 20.000.000 25 3.500 233 12.000

    13 Rudiansyah Pukat 22.000.000 20 5.000 333 12.000

    14 M. Arif Pukat 20.000.000 21 6.500 433 12.000

    15 Kamal Pukat 23.000.000 23 6.000 400 12.000

    16 Dedek Pukat 23.000.000 23 8.000 533 12.000

    17 Suriadi Pukat 24.000.000 25 7.000 467 12.000

    18 Mahrizal Pukat 18.000.000 20 6.000 400 12.000

    19 Tahir Pukat 19.000.000 19 5.500 367 12.000

    20 Zulfikar Pukat 17.000.000 18 5.000 333 12.000

    21 Fauzi Pukat 16.000.000 18 5.000 333 12.000

    22 M. Ali Pukat 20.000.000 25 6.000 400 12.000

    23 M.Hasbi Pukat 21.000.000 24 4.500 300 12.000

    24 Daud Pukat 15.000.000 14 6.000 400 12.000

    25 Mustafa Pukat 20.000.000 15 5.000 333 12.000

    26 Marhaban Pukat 16.500.000 20 8.000 533 12.000

    27 Faizal Pukat 14.000.000 20 7.000 467 12.000

    28 Muhammad Pukat 15.000.000 21 5.500 367 12.000

    29 M. Yasin Pukat 10.000.000 20 5.000 333 12.000

    30 Heri Pukat 10.000.000 18 4.000 267 12.000

    1 Ikbal Karang 2.500.000 5 800 267 35.000

    2 Yanis Karang 3.000.000 7 700 233 35.000

    3 Nasrun Karang 3.000.000 7 1.000 333 35.000

    4 Iman Karang 5.000.000 10 1.500 500 35.000

    5 Adnan Karang 2.000.000 6 750 250 35.000

    6 M. Amin Karang 2.000.000 5 750 250 35.000

    7 Abu Bakar Karang 2.000.000 6 600 200 35.000

    8 Zainal Karang 3.000.000 8 350 117 35.000

    9 Ismail Karang 3.000.000 7 200 67 35.000

    10 Hasanuddin Karang 4.000.000 9 200 67 35.000

    11 Ibnu Hasan Karang 4.000.000 7 250 83 35.000

    12 Tarmizi Karang 3.500.000 7 250 83 35.000

    13 Razali Karang 2.000.000 5 200 67 35.000

    14 Rasyidin Karang 2.500.000 8 300 100 35.000

    15 Erlian Karang 3.000.000 8 350 117 35.000

    16 Darmi Karang 5.000.000 10 450 150 35.000

    17 Musnawi Karang 4.000.000 10 300 100 35.000

    18 M. Nawi Karang 4.000.000 10 200 67 35.000

    19 Umar Karang 2.500.000 6 200 67 35.000

  • 32

    1 2 3 4 5 6 7 8

    20 Banta Ali Karang 3.500.000 5 250 83 35.000

    21 Sahuddin Karang 3.000.000 8 300 100 35.000

    22 Bahauddin Karang 2.000.000 6 600 200 35.000

    23 Bahktiar Karang 3.500.000 7 300 100 35.000

    24 Romi Karang 3.000.000 7 450 150 35.000

    25 Supardi Karang 4.500.000 10 600 200 35.000

    26 Alim Karang 2.000.000 5 300 100 35.000

    27 Deni Karang 2.000.000 5 250 83 35.000

    28 Taufik Karang 3.000.000 7 250 83 35.000

    29 Iskandar Karang 3.500.000 6 300 100 35.000

    30 Dedi Karang 4.000.000 10 600 200 35.000

    31 Hendri Karang 4.000.000 12 700 233 35.000

    32 Fandri Karang 5.000.000 12 1000 333 35.000

    33 Putra Karang 5.000.000 10 700 233 35.000

    34 Zulkarnaini Karang 4.000.000 11 700 233 35.000

    35 JokoKaran

    g3.000.00

    07 400 133 35.000

    Sumber : Data Primer April 2014

    Berdasarkan tabel 3 di atas maka penulis dapat menjelaskan bahwa jumlah

    produksi perikanan tangkap jenis bot TS 300 di Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh

    Barat Daya yang paling tinggi adalah sebesar 3.000 Kg, dengan jumlah pendapatan

    sebesar Rp4.650.000,-. dan lama bekerja selama 15 hari. Sedangkan jumlah produksi

    terkecil adalah 400 Kg , dengan hasil penapatan Rp 420.000,-dan lama bekerja 8 hari

    kerja.

    Jumlah produksi perikanan pukat di Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat

    Daya yang paling tinggi adalah 8.000 Kg dengan total pendapatan Rp 2.252.500,- dan

    lama bekerja 20 hari. Sedangkan hasil produksi terkecil adalah 2.500 Kg dengan

    pendapatan sebesar Rp 198.333,- dan lama bekerja 18 hari dengan rata-rata penjualan

    Rp 12.000/Kg.

  • 33

    Jumlah produksi perikanan tangkap jenis bot karang di Kecamatan Susoh

    Kabupaten Aceh Barat Daya yang paling tinggi adalah sebesar 1.500 Kg, dengan

    jumlah pendapatan nelayan adalah sebesar 7.520.833,- dan lama bekerja selama 10

    hari. Sedangkan jumlah produksi terkecil adalah 200 Kg, dengan hasil pendapatan

    sebesar Rp 475.000,- dan lama bekerja 7 hari kerja dengan rata-rata harga penjualan

    Rp 35.000/Kg.

    4.2. Hasil Pengujian Hipotesis

    Bagian ini penulis akan membahas tentang pengaruh yang ditimbulkan oleh

    produksi perikanan tangkap terhadap pendapatan nelayan di Kecamatan Susoh

    Kabupaten Aceh Barat Daya yang akan dianalisis dengan menggunakan model

    analisis regresi linear sederhana yang diolah dengan program SPSS versi 20. Dari

    hasil penelitian diperoleh hasil akhir sebagai berikut :

    Tabel 4Analisis Statististik

    No Jenis BotVariabel

    Mean Root MeanSquare

    N

    1 TS 300Pendapatan.Nelayan 31.628,58 372.660,32 35

    Produksi.Perikanan 87.747,14 1.152.389,12 35

    2 PukatPendapatan.Nelayan 35.220,00 364.552,60 30

    Produksi.Perikanan 5.283,33 5.468,85 30

    3 KarangPendapatan.Nelayan 16.234,29 189.146,96 35

    Produksi.Perikanan 4.157,85 478.912,56 35Sumber : Hasil Regresi April 2014

    Berdasarkan tabel 4 rata-rata pendapatan nelayan jenis bot TS 300

    Rp31.628,58 dengan root mean square Rp 372.660,32, sedangkan rata-rata produksi

    perikanan87.747,14Kg dengan root mean square 1.152.389,12 Kg dan n berjumlah 35

  • 34

    orang. Rata-rata pendapatan nelayan jenis bot pukat adalah Rp 35.220,00 dengan root

    mean square Rp 364.552,60, sedangkan rata-rata produksi perikanan 5.283,33 Kg

    dengan root mean square5.468,85 Kg dan n berjumlah 30 orang. Rata pendapatan

    nelayan jenis bot karang adalah Rp 16.234,29, dengan root mean square 189.146,96

    Kg, sedangkan produksi perikanan 41.578,58 Kg dengan root mean square478.912,56

    Kg dan n berjumlah 35 orang.

    4.2.1. Uji Regresi Linear Sederhana

    4.2.1.1.Uji Regresi Linear Sederhana Jenis Bot TS 300

    Uji Regresi Linear ini untuk mengetahui arah hubungan antara nilai

    konstansta terhadap produksi perikanan bot TS 300 apakah positif atau negatif dan

    untuk mengetahui apakah mengalami kenaikan atau penurunan.

    Tabel 5Uji Regresi Linear Sederhana

    Sumber : Hasil Regresi April 2014

    Berdasarkan hasil penelitian ini maka diperoleh persamaan regresi linear

    sederhana akhir estimasi sebagai berikut :

    Y = bX

    Y = 31.628,57X

    Persamaan regresi linear sederhana diatas di jelaskan sebagai berikut :

    Model UnstandardizedCoefficients

    StandardizedCoefficients

    t Sig.B Std.

    ErrorBeta

    1 Produksi TS 300 ,205 ,043 ,632 4.760 ,000

  • 35

    Persamaan regresi linear sederhana diatas di jelaskan bahwa nilai koefisien

    variabel produksi perikanan bernilai positif adalah31.628,57. Hal ini menyatakan

    bahwa setiap penambahan 1 Kg produksi ikan jenis bot TS 300 akan mengakibatkan

    pendapatan nelayan di Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya meningkat

    sebesar Rp. 31.628,57.

    4.2.1.2.Uji Regresi Linear Sederhana Jenis Bot Pukat

    Uji Regresi Linear ini untuk mengetahui arah hubungan antara nilai

    konstansta terhadap produksi perikanan bot Pukat apakah positif atau negatif dan

    untuk mengetahui apakah mengalami kenaikan atau penurunan.

    Tabel 6Uji Regresi Linear Sederhana

    Sumber : Hasil Regresi April 2014

    Berdasarkan hasil penelitian ini maka diperoleh persamaan regresi linear

    sederhana akhir estimasi sebagai berikut :

    Y = bX

    Y = 35.220,00X

    Persamaan regresi linear sederhana diatas di jelaskan sebagai berikut :

    Persamaan regresi linear sederhana diatas di jelaskan bahwa nilai koefisien

    variabel produksi perikanan bernilai positif adalah 35.220,00. Hal ini menyatakan

    bahwa setiap penambahan 1 Kg produksi ikan jenis bot TS 300 akan mengakibatkan

    Model UnstandardizedCoefficients

    StandardizedCoefficients

    t Sig.B Std.

    ErrorBeta

    1 Produksi 666,60 ,010 1.000 69.378,93 ,000

  • 36

    pendapatan nelayan di Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya meningkat

    sebesar Rp. 35.220,00.

    4.2.1.3.Uji Regresi Linear Sederhana Jenis Bot Karang

    Uji Regresi Linear ini untuk mengetahui arah hubungan antara nilai

    konstansta terhadap produksi perikanan bot Karang apakah positif atau negatif dan

    untuk mengetahui apakah mengalami kenaikan atau penurunan.

    Tabel 7Uji Regresi Linear Sederhana

    Sumber : Hasil Regresi April 2014

    Berdasarkan hasil penelitian ini maka diperoleh persamaan regresi linear

    sederhana akhir estimasi sebagai berikut :

    Y = bX

    Y = 16.234,29X

    Persamaan regresi linear sederhana diatas di jelaskan sebagai berikut :

    Persamaan regresi linear sederhana diatas di jelaskan bahwa nilai koefisien

    variabel produksi perikanan bernilai positif adalah 16.234,29. Hal ini menyatakan

    bahwa setiap penambahan 1 Kg produksi ikan jenis bot TS 300 akan mengakibatkan

    pendapatan nelayan di Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya meningkat

    sebesar Rp.16.234,29.

    Model UnstandardizedCoefficients

    StandardizedCoefficients

    t Sig.B Std.

    ErrorBeta

    1 Produksi ,333 ,036 ,844 9.176 ,000

  • 37

    4.3. Analisis Koefisien Korelasi dan Determinasi

    Kriteria interprestasi untuk menetukan keeratan hubungan atau korelasi antar

    variabel tersebut, berikut ini diberikan nilai-nilai koefisien korelasi sebagai patokan

    (Hasan 2002, h. 234):

    1. 0,9 sampai mendekati 1 menunjukan adanya derajat hubungan yang sangat kuat

    dan positif

    2. 0,7 sampai dengan 0,8 menunjukan derajat hubungan yang kuat dan positif

    3. 0,5 sampai dengan 0,6 menunjukan derajat hubungan korelasi sedang.

    4. 0,3 sampai dengan 0,4 menunjukan adanya derajat korelasi yang rendah.

    5. 0,1 sampai dengan 0,2 yang atrinya hubungan derajat korelasi yang sangat rendah

    6. 0,0 tidak ada korelasi

    Analisis koefisen korelasi dan determinasi digunakan untuk melihat keeratan

    hubungan keterkaitan antara variabel bebas (X) dengan variabel tak bebas (Y).

    berikut penjelasannya.

    a. Analisis Koefisien Korelasi dan Determinasi jenis bot TS 300

    Tabel 8Koefisien korelasi dan determinasi

    Pendapatan.Nelayan.TS Produksi.Perikanan.TS

    Std. Cross-

    product

    Pendapatan.Nelayan.TS 1,000 ,632

    Produksi.Perikanan.TS ,632 1,000

    Model

    a. Koefisien Korelasi ,632

    b. Koefisien Determinasi ,400

    c. Koefisien Determinasi

    Adjusted,382

    Sumber : Hasil Regresi April 2014

  • 38

    Berdasarkan tabel 8 diatas peneliti menjelaskan bahwa koefisien korelasi

    variabel bebas (produksi perikanan) diperoleh R = 63,2 secara positif menjelaskan

    terdapat hubungan yang kuat antara produksi perikanan tangkap (X) jenis bot TS 300

    terhadap pendapatan nelayan (Y) dengan keeratan 40,0 persen. Berdasarkan hasil R

    tersebut apabila produksi perikanan tangkap mengalami peningkatan maka

    pendapatan nelayan juga akan meningkat, keeratan pengingkatan tersebut sangat kuat,

    sehingga pengaruh yang ditimbulkan juga sangat kuat.

    Pada penelitian ini menggunakan satu variabel bebas sehingga yang

    digunakan untuk menjelaskan adalah koefisien determinasi. Hal ini berarti 38,2

    persen pendapatan nelayan dipengaruhi oleh variabel produksi perikanan tangkap,

    sedangkan sisanya sebesar 61,8 persen dipengaruhi oleh variabel lain.

    b. Analisis Koefisien Korelasi dan Determinasi jenis bot Pukat

    Tabel 9Koefisien korelasi dan determinasi

    Pendapatan.Nelayan.P Produksi.Perikanan.P

    Std. Cross-

    product

    Pendapatan.Nelayan.P 1,000 1,000Produksi.Perikanan.P 1,000 1,000

    Model

    a. Koefisien Korelasi 1,000

    b. Koefisien Determinasi 1,000

    c. Koefisien Determinasi

    Adjusted1,000

    Sumber : Hasil Regresi April 2014

    Berdasarkan tabel 9 diatas peneliti menjelaskan bahwa koefisien korelasi

    variabel bebas (produksi perikanan) diperoleh R = 1,000 secara positif menjelaskan

    terdapat hubungan yang kuat antara produksi perikanan tangkap (X) jenis bot pukat

    terhadap pendapatan nelayan (Y) dengan keeratan 1,000 persen. Berdasarkan hasil R

  • 39

    tersebut apabila produksi perikanan tangkap mengalami peningkatan maka

    pendapatan nelayan juga akan meningkat, keeratan pengingkatan tersebut sangat kuat,

    sehingga pengaruh yang ditimbulkan juga sangat kuat.

    Pada penelitian ini menggunakan satu variabel bebas sehingga yang

    digunakan untuk menjelaskan adalah koefisien determinasi. Hal ini berarti

    1,000persen pendapatan nelayan dipengaruhi oleh variabel produksi perikanan

    tangkap, sedangkan sisanya sebesar -900 persen dipengaruhi oleh variabel lain.

    c. Analisis Koefisien Korelasi dan Determinasi jenis bot Karang

    Tabel 10Koefisien korelasi dan determinasi

    Pendapatan.Nelayan.K Produksi.Perikanan.K

    Std. Cross-

    product

    Pendapatan.Nelayan.K 1,000 ,844Produksi.Perikanan.K ,844 1,000

    Model

    a. Koefisien Korelasi ,844

    b. Koefisien Determinasi ,712

    c. Koefisien Determinasi

    Adjusted,704

    Sumber : Hasil Regresi April 2014

    Berdasarkan tabel 10 diatas peneliti menjelaskan bahwa koefisien korelasi

    variabel bebas (produksi perikanan) diperoleh R = 84,4 secara positif menjelaskan

    terdapat hubungan yang kuat antara produksi perikanan tangkap (X) jenis bot karang

    terhadap pendapatan nelayan (Y) dengan keeratan 84,4 persen. Berdasarkan hasil R

    tersebut apabila produksi perikanan tangkap mengalami peningkatan maka

    pendapatan nelayan juga akan meningkat, keeratan pengingkatan tersebut sangat kuat,

    sehingga pengaruh yang ditimbulkan juga sangat kuat.

  • 40

    Pada penelitian ini menggunakan satu variabel bebas sehingga yang

    digunakan untuk menjelaskan adalah koefisien determinasi. Hal ini berarti 70,4persen

    pendapatan nelayan dipengaruhi oleh variabel produksi perikanan tangkap, sedangkan

    sisanya sebesar 29,6 persen dipengaruhi oleh variabel lain.

    4.3.1. Uji t (Uji parsial/individual)

    Uji t digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh antar variabel

    bebas produksi perikanan (X) terhadap pendapatan nelayan (Y) secara individual

    dengan tingkat kepercayaan (level of confidence 95 %) yaitu :

    a. Produksi perikanan tangkap (X) jenis bot TS 300

    Variabel produksi perikanan tangkap tangkap (X) jenis bot TS 300 nilai thitung>

    ttabel (4,760>1,6924) maka Ho ditolak H1 diterima, sehingga secara individual

    variabel produksi perikanan tangkap jenis bot TS 300 berpengaruh secara nyata

    terhadap pendapatan nelayan di Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya.

    b. Produksi perikanan tangkap (X) jenis bot pukat

    Variabel produksi perikanan tangkap tangkap (X) jenis bot pukat nilai thitung> ttabel

    (69.378,93>1,7011) maka Ho ditolak H1 diterima, sehingga secara individual

    variabel produksi perikanan tangkap jenis pukat berpengaruh secara nyata terhadap

    pendapatan nelayan di Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya.

    c. Produksi perikanan tangkap (X) jenis bot Karang

    Variabel produksi perikanan tangkap tangkap (X) jenis bot Karang nilai thitung>

    ttabel (9,176>1,6924) maka Ho ditolak H1 diterima, sehingga secara individual

  • 41

    variabel produksi perikanan tangkap jenis bot karang berpengaruh secara nyata

    terhadap pendapatan nelayan di Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya.

  • V. SIMPULAN DAN SARAN

    5.1. Simpulan

    Adapun simpulan di jelaskan menurut jenis bot sebagai berikut :

    a. Bot TS 300

    Rata-rata pendapatan nelayan jenis bot TS 300Rp 1.718.142,86,- dengan

    standar deviasi Rp 1.211.592,95,- sedangkan rata-rata produksi perikanan

    1.205,71 Kg dengan standar deviasi 764,06 Kg, dengan jumlah observasi 35

    sampel.

    Uji regresi linear sederhana dengan persamaaan Y = -190.662,65 +

    1583,13X, nilai konstanta sebesar-190.662,65, nilai konstanta ini menyatakan

    apabila variabel bebas (produksi perikanan) sama dengan nol, maka pendapatan

    nelayan jenis bot TS 300 di Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya

    sebesar Rp -190.662,65,-. Untuk koefisien regresi variabel produksi perikanan

    tangkap (X) nilai koefisien regresi bernilai positif adalah 1.583,13. Hal ini

    menyatakan bahwa setiap penambahan 1 Kg produksi ikan jenis bot TS 300 akan

    mengakibatkan pendapatan nelayan di Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat

    Daya meningkat sebesar Rp 1.583,13,-.

    Koefisien korelasi variabel bebas (produksi perikanan) diperoleh R = 0,998

    secara positif menjelaskan terdapat hubungan yang kuat antara produksi perikanan

    tangkap (X) jenis bot TS 300 terhadap pendapatan nelayan (Y) dengan keeratan

    99,8 persen. Untuk koefisien determinasi diperoleh hasil 99,7 persen pendapatan

    nelayan dipengaruhi oleh variabel produksi perikanan tangkap, sedangkan sisanya

    sebesar 0,03 persen dipengaruhi oleh variabel lain

  • 43

    Berdasarkan pengujian secara individual variabel produksi perikanan

    tangkap dengan jenis bot TS 300 berpengaruh secara nyata terhadap pendapatan

    nelayan di Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya.

    b. Bot Pukat

    Rata-rata pendapatan nelayan jenis bot pukat adalah Rp 1.254.694,37,-

    dengan standar deviasi Rp 487.148,18,- sedangkan rata-rata produksi perikanan

    5.283,33 Kg dengan standar deviasi 1.436,49 Kg, dengan jumlah observasi 30

    sampel.

    Uji regresi linear sederhana dengan persamaaan Y = -491.587,95 +

    330,53X, nilai konstanta sebesar-491.587,95, nilai konstanta ini menyatakan

    apabila variabel bebas (produksi perikanan) sama dengan nol, maka pendapatan

    nelayan jenis bot pukat di Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya sebesar

    Rp -491.587,95, Untuk koefisien regresi variabel produksi perikanan tangkap (X)

    nilai koefisien regresi bernilai positif adalah 330,53. Hal ini menyatakan bahwa

    setiap penambahan 1 Kg produksi ikan jenis bot pukat akan mengakibatkan

    pendapatan nelayan di Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya meningkat

    sebesar Rp 330,53,-.

    Koefisien korelasi variabel bebas (produksi perikanan) diperoleh R =

    0,975 secara positif menjelaskan terdapat hubungan yang kuat antara produksi

    perikanan tangkap (X) jenis bot pukat terhadap pendapatan nelayan (Y) dengan

    keeratan 97,5 persen. Untuk koefisien determinasi diperoleh hasil 95 persen

    pendapatan nelayan dipengaruhi oleh variabel produksi perikanan tangkap,

    sedangkan sisanya sebesar 5 persen dipengaruhi oleh variabel lain.

  • 44

    Berdasarkan pengujian secara individual variabel produksi perikanan

    tangkap dengan jenis bot pukat berpengaruh secara nyata terhadap pendapatan

    nelayan di Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya.

    c. Bot Karang

    Rata-rata pendapatan nelayan jenis bot karang adalah Rp 2.179.345,17,-

    sedangkan produksi perikanan tangkap 487,14 Kg dengan standar deviasi 295,64

    Kg dengan jumlah observasi 35 sampel.

    Uji regresi linear sederhana dengan persamaaan Y = -449.417,94 +

    5396,29X, nilai konstanta sebesar-449.417,94, nilai konstanta ini menyatakan

    apabila variabel bebas (produksi perikanan) sama dengan nol, maka pendapatan

    nelayan jenis bot karang di Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya

    sebesar Rp -449.417,94, untuk koefisien regresi variabel produksi perikanan

    tangkap (X) nilai koefisien regresi bernilai positif adalah 5.396,29. Hal ini

    menyatakan bahwa setiap penambahan 1 Kg produksi ikan jenis bot karang akan

    mengakibatkan pendapatan nelayan di Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat

    Daya meningkat sebesar Rp 5.396,29,-.

    Koefisien korelasi variabel bebas (produksi perikanan) diperoleh R =

    0,996 secara positif menjelaskan terdapat hubungan yang kuat antara produksi

    perikanan tangkap (X) jenis bot karang terhadap pendapatan nelayan (Y) dengan

    keeratan 99,6 persen.untuk koefisien determinasi diperoleh hasil 99,2persen

    pendapatan nelayan dipengaruhi oleh variabel produksi perikanan tangkap,

    sedangkan sisanya sebesar 0,08 persen dipengaruhi oleh variabel lain.

  • 45

    Berdasarkan pengujian secara individual variabel produksi perikanan

    tangkap dengan jenis bot karang berpengaruh secara nyata terhadap pendapatan

    nelayan di Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya.

    5.2. Saran

    Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka penulis akan

    mengajukan saran untuk :

    1. Kepada Pemerintah Kabupaten Aceh Barat Daya khususnya Dinas Kelautan

    dan Perikanan untuk memperhatikan kondisi perekonomian nelayan Aceh

    Barat Daya dengan memberikan penyuluhan dan bantuan modal usaha.

    2. Kepada pemerintah Kabupaten Aceh Barat Daya dalam mengambil keputusan

    agar dapat mengambil kebijakan yang tepat dalam mengatasi masalah

    peningkatan pendapatan nelayan di Kabupaten Aceh Barat Daya.

    3. Kepada peneliti selanjutnya agar dapat menambahkan beberapa variabel yang

    lebih berpengaruh terhadap pendapatan atau menggunakan variabel lain agar

    terlihat lebih besar pengaruhnya dari hasil penelitian sebelumnya.

    4. Kepada peneliti selanjutnya agar dapat menggunakan metode lain dalam

    menganalisisnya, sehingga dapat membandingkan dengan penelitian yang

    digunakan dalam penelitian ini.

    5. Kepada para nelayan supaya bisa meningkatkan kepedulian yang sangat

    tinggi kepada objek atau individu-individu lain dalam mengambil sebuah

    kebijakan untuk mengatasi masalah peningkatan pendapatan nelayan di

    Kabupaten Aceh Barat Daya.

  • DAFTAR PUSTAKA

    BPS.2013.KabupatenAceh Barat Daya Dalam Angka Aceh Barat Daya.

    .2013. Kecamatan Susoh Dalam Angka. Aceh Barat Daya.

    Dinas Kelautan dan Perikanan. 2013. Kabupaten Aceh Barat Daya.

    Apridar, Karim Muhammad, Suhana. 2011. Ekonomi Kelautan dan Pesisir. Edisi 1.Graha Ilmu. Yogyakarta.

    Frioni, Rita Yuliana. 2011. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Nelayandi Kecamatan Meurubo Kabupaten Aceh Barat. NAD. Skripsi,Universitas TEuku Umar, Meulaboh.

    Hasan, Iqbal. 2002. Pokok-pokok Materi Statistik 2 (Statistik Inferensif). BumiAksara. Jakarta

    Kusnadi.2006. Filosofi Perbedayaan Masyarakat Pesisir. Humaniora, Bandung.

    Mulyadi, 2005. Ekonomi Kelautan. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

    Nuitja, I Njoman Sumerta. 2010. Manajemen Sumber Daya Perikanan. Edisi ke-1.PT. Penerbit IPB Press. Bogor.

    Nicholson. Walter. 2001. Teori Ekonomi Mikro: Prinsip Dasar danPengembangannya. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

    Nurbayan. 2012. Analisis Pengaruh Produksi Perikanan Terhadap PendapatanNelayan di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Kecamatan Johan PahlawanKabupaten Aceh Barat. NAD.Skripsi, Universitas Teuku Umar,Meulaboh.

    Primiyastanto, Mimit dan Istikharoh, Nunik. 2006. Potensi dan Peluang Bisnis,Usaha Unggulan Ikan Gurami dan Nila. Bahtera Press. FakultasPerikanan Unibraw, Malang.

    Rosyidi, Suherman. 2003. Pengantar Teori Ekonomi:Pendekatan Kepada TeoriEkonomi Mikro dan Makro. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

    Soeharno. 2006. Teori Mikro Ekonomi. Andi . Yogyakarta.

  • 47

    Sukirno, Sadono. 2006. Teori Pengantar Ekonomi Mikro. Edisi-1. PT. Raja GrafindoPersada. Jakarta.

    Sukirno, Sadono. 2010. Teori Pengantar Makro Ekonomi. Edisi-3. PT. Raja GrafindoPersada. Jakarta.

    Supranto.2001.Statistik Teori Aplikasi. Edisi ke-6. Erlangga. Jakarta.

    Soemakaryo, Soepanto. 2001. Model Ekonometrika Perikanan Indonesia. Agritex jl.Soekarno-Hatta Malang.

    Sugiarto, et al. 2007. Ekonomi Mikro. Edisi-4. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

    http://regionalinvestment.com. Diakses tanggal 17 November 2013

    http://.id.m.wikipedia.org/wiki/kabupaten acehbaratdaya. Diakses tanggal 25

    November 2013.

    http://www.mediabpr.com/kamus-bisnis-bank/tempat_pelelangan_ikan.aspx. Diakses

    tanggal 27 Desember 2013.

    CoverBAB I ndabab II ndabab III ndabab IV ndabab V ndaDAFTAR PUSTAKA 1