Page 1
ANALISIS PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE,
EARNING MANAGEMENT DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP
NILAI PERUSAHAAN
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat
untuk Menyelesaikan Program Sarjana (S1)
Disusun oleh:
Ahmad Rizqi Firdaus
NIM. 208082000052
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H/2015 M
Page 2
i
ANALISIS PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE,
EARNING MANAGEMENT DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP
NILAI PERUSAHAAN
Skripsi
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat
untuk Menyelesaikan Program Sarjana (S1)
Disusun oleh:
Ahmad Rizqi Firdaus
NIM. 208082000052
Di bawah bimbingan:
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Amilin, SE.,M.Si.,Ak.,CA Yessi Fitri, SE.,M.Si.,Ak.,CA
NIP. 19730615 200501 1 009 NIP. 19760924 200604 2 002
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H/2015 M
Page 3
ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini, Jumat 10 Juli 2015 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas mahasiswa:
1. Nama : Ahmad Rizqi Firdaus
2. NIM : 208082000052
3. Jurusan : Akuntansi (Audit)
4. Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Mekanisme Corporate Governance,
Earning Management, dan Ukuran Perusahaan terhadap Nilai
Perusahaan.
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama
ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 10 Juli 2015
1. Fitri Amalia, SE.,M.Si ( )
NIP. 19820710 200912 2 002 Penguji 1
2. Yessi Fitri, SE.,M.Si.,Ak.,CA ( )
NIP. 19760924 200604 2 002 Penguji 2
3. Hepi Prayudiawan, SE.,M.M.,Ak.,CA ( )
NIP.19720516 200901 1 006 Penguji 3
Page 4
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini, Kamis, 27 Agustus 2015 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa:
1. Nama : Ahmad Rizqi Firdaus
2. NIM : 208082000052
3. Jurusan : Akuntansi (Audit)
4. Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Mekanisme Corporate Governance,
Earning Management, dan Ukuran Perusahaan terhadap
Nilai Perusahaan.
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa
tersebut di atas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 27 Agustus 2015
1. Dr. Ade Sofyan Mulazid, SH ( )
NIP. 19750101200501 1 008 Ketua
2. Hepi Prayudiawan, SE.,M.M.,Ak.,CA ( )
NIP.19720516 200901 1 006 Sekretaris
3. Dr. Amilin, SE.,M.Si.,Ak.,CA ( )
NIP.19730615 200501 1 009 Pembimbing I
4. Yessi Fitri, SE.,M.Si.,Ak.,CA ( )
NIP.19760924 200604 2 002 Pembimbing II
5. Yulianti, SE., M.Si ( )
NIP.19820318 201101 2 011 Penguji Ahli
Page 5
iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Ahmad Rizqi Firdaus
NIM : 208082000052
Jurusan : Akuntansi (Audit)
Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Mekanisme Corporate Governance,
Earning Management, dan Ukuran Perusahaan terhadap Nilai
Perusahaan.
dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:
1. Tidak memakai ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan
mempertanggungjawabkan;
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain;
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli
atau tanpa ijin pemilik karya tersebut;
4. Tidak melakukan manipulasi dan pemalsuan data;
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggungjawab atas karya
ini.
Jika di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya dan telah
melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata ditemukan bukti
bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap untuk dikenai
sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan berdasarkan kondisi yang
sesungguhnya.
Jakarta, 03 September 2015
Yang Menyatakan,
(Ahmad Rizqi Firdaus)
Page 6
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Ahmad Rizqi Firdaus
2. Tempat, Tanggal Lahir : Purwakarta, 03 Maret 1990
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. Agama : Islam
5. Alamat : Jl. H. Hasyim II No. 52 RT. 01/02
Kel. Serua, Kec. Bojong Sari, Kab. Depok
6. No. Hp/Telepon : (0838) 1279 6676
7. Alamat Email : [email protected]
B. RIWAYAT PENDIDIKAN
1. Program Sarjana (S1) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2008 - 2015)
2. SMU Negeri 66 Jakarta (2004 - 2008)
3. MTS As-Salam Purwakarta (2001 – 2004)
4. SDN 01 Palinggihan Purwakarta (1995 - 2001)
Page 7
vi
ABSTRACT
The objective of this research is to analyze the influence of corporate
governance mechanism, earning management, and firm size to firm value. In this
research, corporate governance mechanism is conducted by five proxies which
consists of institutional ownership, managerial ownership, independent
commissioner, audit commitee and audit quality, whereas earning management,
firm size and firm value are proxied by discretionary accrual, natural logarithm
of the total of company assets, and Tobin’s Q formula, respectively.
As a quantitatif study adapted-with library study, the research used
deductive-hypotheses method. The data used was secondary data consists of
annual report and audited consolidated-financial statement issues of consumer
goods sector-classified manufacturing companies which were elected by
purposive-judgment sampling, which were acquired by online accessing on Pusat
Referensi Pasar Modal: Indonesia Stock Exchange (http://www.idx.co.id//).
Methods of data analysis used was consists of descriptive statistic analysis,
classic assumption tests, determination coefficient test, F statistic test, and t
statistic test. Scientific approach used was statistic analysis technique which is
supported by Windows-based 22th
Version SPSS Program.
The result showed that only managerial ownership and firm size which
partially had significant influence to firm value, whereas, institutional ownership,
independent commissioner, audit commitee, audit quality, and earning
management had no significant influence. According to the F test result, it’s
proved that all of the independent variables (7), simultaneously, had a significant
influence to firm value. The result of determination coefficient test (adjusted R2)
showed that 36,8 % variances on firm value can be explained by all of the
independent variables.
Keyword: Firm Value, Agency Theory, GCG
Page 8
vii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh mekanisme
corporate governance, earning management, dan ukuran perusahaan terhadap
nilai perusahaan. Dalam penelitian ini, mekanisme corporate governance
diproksikan dengan kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komisaris
independen, komite audit dan kualitas audit. Sedangkan, earning management,
ukuran perusahaan, dan nilai perusahaan, masing-masing, diproksikan dengan
menggunakan discretionary accrual, logaritma natural nilai aset, dan rumus
Tobin‟s Q.
Penelitian ini merupakan studi kuantitatif dengan jenis pendekatan studi
kepustakaan dan menggunakan metode hipotesis-deduktif. Data penelitian
merupakan data sekunder yang berupa terbitan laporan tahunan dan laporan
keuangan konsolidasian teraudit dari perusahaan-perusahaan manufaktur sektor
consumer goods yang dipilih dengan menggunakan purposive-judgment sampling,
yang diperoleh melalui akses online pada Pusat Referensi Pasar Modal: Bursa
Efek Indonesia (http://www.idx.co.id//). Teknik analisis data yang digunakan
terdiri dari analisis statistik deskriptif, uji asumsi klasik, uji koefisien determinasi,
uji statistik F, dan uji statistik t. Sedangkan, pendekatan keilmuan yang digunakan
adalah teknik statistik dengan didukung program SPSS Versi 22.0 berbasis
Windows.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya kepemilikan manajerial dan
ukuran perusahaan yang secara parsial berpengaruh signifikan terhadap nilai
perusahaan. Sedangkan, kepemilikan institusional, komisaris independen, komite
audit, kualitas audit, dan earning management, secara parsial, tidak berpengaruh
signifikan terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan hasil uji statistik F, ketujuh
variabel independen, terbukti, secara simultan, berpengaruh signifikan terhadap
nilai perusahaan. Adapun, hasil uji koefisien determinasi (adjusted R2)
menunjukkan bahwa 36,8% varian dalam nilai perusahaan dapat dijelaskan oleh
ketujuh variabel independen.
Kata Kunci: Nilai Perusahaan, Agency Theory, GCG
Page 9
viii
KATA PENGANTAR
Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Assalaamu‟alaikum warahmatullahi wabarakaatuh.
Segala puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Ilahi Rabbi atas segala
nikmat dan karunia yang telah diberikan, yang juga dengan rahmat dan izin-Nya
pula, tugas akhir kuliah kami dapat terselesaikan. Shalawat serta salam semoga
senantiasa tercurah kepada baginda Nabi Muhammad SAW, yang juga dengan
pertolongan Allah SWT, telah membimbing ummat-nya menuju jalan
keselamatan dan kebahagiaan, di dunia dan di akhirat kelak. Minazhzhulumaati
ilannuur.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tugas akhir ini tidak akan
terselesaikan tanpa adanya banyak pihak yang telah sangat membantu dalam
setiap tahapan pengerjaan dan/atau penyelesaiannya. Maka, dalam hal ini, kami
ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak sebagai berikut:
1. Ayah dan ibunda tercinta yang selalu setia dengan do‟a, kasih sayang, dan
semua dukungan yang diberikan setiap hari-nya, dan begitu percaya bahwa
semua anaknya pantas dan mampu untuk hidup mulia dan berbahagia dengan
lebih berdaya dan bermanfaat bagi sesama. Semoga semangat yang mulia ini
dapat terus hidup dalam diri kami semua anak-anaknya;
2. Ayahanda kami, yang terhormat bapak Dr. Amilin, SE.,M.Si.,Ak.,CA., selaku
Wakil Dekan I Bidang Akademik Fakultas Ekonomi dan Bisnis, yang juga
merupakan Dosen Pembimbing I, yang telah banyak sekali membantu dalam
penyelesaian studi dan tugas akhir kami. Sungguh mengesankan untuk
berkesempatan mengenal dan menimba ilmu secara langsung kepada beliau.
Semoga kepercayaan dan segala budi baik bapak kepada kami selama ini
senantiasa mendapat ganjaran yang baik dan mulia dari Allah SWT;
3. Ibunda kami, yang terhormat ibu Yessi Fitri, SE.,M.Si.,Ak.,CA., selaku Ketua
Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis, yang juga merupakan
Page 10
ix
Dosen Pembimbing II, yang telah banyak sekali membantu dalam
penyelesaian studi dan tugas akhir kami. Sungguh mengesankan untuk
berkesempatan mengenal dan menimba ilmu secara langsung kepada beliau.
Semoga kepercayaan dan segala budi baik ibu kepada kami selama ini
senantiasa mendapat ganjaran yang baik dan mulia dari Allah SWT;
4. Ayahanda kami, yang terhormat bapak Hepi Prayudiawan, SE.,MM.,Ak.,CA.,
selaku Sekretaris Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan
Bisnis, yang juga telah banyak sekali membantu dalam penyelesaian studi dan
tugas akhir kami. Sungguh mengesankan untuk berkesempatan mengenal dan
menimba ilmu secara langsung kepada beliau. Semoga kepercayaan dan
segala budi baik bapak kepada kami selama ini senantiasa mendapat ganjaran
yang baik dan mulia dari Allah SWT;
5. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah banyak memberikan
bekal ilmu pengetahuan dan menginspirasi kami selama proses studi. Sungguh
mengesankan dapat berkenalan dan menimba ilmu kepada bapak dan ibu.
Semoga segala budi baik bapak/ibu kepada kami selama ini senantiasa
mendapat ganjaran yang baik dan mulia dari Allah SWT;
6. Seluruh Staff Bidang Akademik dan segenap jajarannya yang profesional dan
luar biasa dalam pemenuhan kebutuhan dan pelayanan administrasi dan
akademik mahasiswa;
7. Rekan-rekan seperjuangan Program Sarjana (S1) Kelas Non-Regular Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, khususnya angkatan 2008, yang dengan cara tersendiri
memberikan input yang positif bagi penulis, diantaranya: Muchsin, Fauzan,
Rian, Pipin, Fandy, Aljuni, Agan, Anang, Widhi, Hari, Eris, Uus, juga semua
rekan yang tidak disebutkan, tanpa mengurangi rasa hormat. Merupakan
pengalaman mengesankan dapat berkenalan dengan rekan-rekan sekalian.
Semoga, dalam perjumpaan berikutnya suatu saat nanti, kita semua telah
dalam keadaan yang lebih baik dan mencerahkan; dan
8. Semua pihak yang telah banyak membantu, baik secara langsung maupun
tidak langsung, yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.
Page 11
x
Tidak lupa, penulis mengharapkan saran dan kritik dari semua yang
berkesempatan membaca laporan penelitian (skripsi) ini, demi perbaikan di
kemudian hari.
Wassalaamu‟alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.
Jakarta, 03 September 2015
Penulis
Page 12
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING .................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ................................................ iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ........................ iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................ v
ABSTRACT .................................................................................................... vi
ABSTRAK ...................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR .................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian ........................................................... 1
B. Perumusan Masalah ................................................................... 9
C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 10
D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori .......................................................................... 13
1. Agency Theory ....................................................................... 13
a. Definisi Agency Theory .................................................... 13
b. Asumsi Sifat Dasar Manusia ............................................. 14
c. Asimetri Informasi ........................................................... 15
d. Agency Conflict ................................................................ 16
2. Earning Management ............................................................ 18
Page 13
xii
a. Definisi Earning Management ......................................... 18
b. Karakteristik Earning Management ................................. 19
c. Faktor Determinan Earning Management ........................ 20
3. Corporate Governance .......................................................... 22
a. Definisi Corporate Governance ....................................... 22
b. Manfaat Corporate Governance ...................................... 23
c. Prinsip-Prinsip Corporate Governance ............................ 24
d. Mekanisme Corporate Governance ................................. 27
1) Kepemilikan Institusional ............................................ 27
2) Kepemilikan Manajerial .............................................. 28
3) Komisaris Independen ................................................. 30
4) Komite Audit ............................................................... 34
5) Kualitas Audit .............................................................. 35
4. Ukuran Perusahaan ................................................................ 36
5. Nilai Perusahaan .................................................................... 37
B. Penelitian Terdahulu .................................................................. 40
C. Kerangka Pemikiran .................................................................. 45
D. Hipotesis .................................................................................... 46
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian ......................................................... 54
B. Metode Penentuan Sampel ......................................................... 55
C. Metode Pengumpulan Data ........................................................ 56
D. Metode Analisis Data ................................................................. 57
1. Analisis Statistik Deskriptif .................................................. 57
2. Uji Asumsi Klasik ................................................................. 58
a. Uji Normalitas .................................................................. 58
b. Uji Multikolinieritas ......................................................... 59
c. Uji Heteroskedastisitas ..................................................... 60
d. Uji Autokorelasi ............................................................... 61
3. Uji Koefisien Determinasi ................................................... 62
4. Uji Statistik F (F Test) ........................................................... 63
Page 14
xiii
5. Uji Statistik t (t Test) ............................................................. 63
E. Definisi Operasional Variabel Penelitian .................................. 64
1. Variabel Dependen ................................................................ 64
2. Variabel Independen ............................................................. 66
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ........................................... 73
B. Hasil Analisis dan Pembahasan ................................................. 75
1. Analisis Statistik Deskriptif .................................................. 75
2. Uji Asumsi Klasik ................................................................ 79
3. Uji Koefisien Determinasi ................................................... 86
4. Uji Statistik F (F Test) ........................................................... 87
5. Uji Statistik t (t Test) ............................................................ 89
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ................................................................................ 100
B. Saran-saran ................................................................................. 101
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 103
LAMPIRAN-LAMPIRAN .......................................................................... 109
Page 15
xiv
DAFTAR TABEL
Nomor Keterangan Halaman
2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu ................................................. 41
4.1 Penentuan Jumlah Sampel ....................................................... 73
4.2 Daftar Sampel Penelitian .......................................................... 75
4.3 Hasil Statistik Deskriptif ........................................................ 76
4.4 Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov ........................... 79
4.5 Hasil Uji Multikolinearitas ..................................................... 82
4.6 Hasil Uji Autokorelasi ............................................................. 83
4.7 Hasil Uji Heteroskedastisitas ................................................... 84
4.8 Hasil Uji Koefisien Determinasi ............................................. 86
4.9 Hasil Uji Statistik F ................................................................. 87
4.10 Hasil Uji Statistik t .................................................................. 89
Page 16
xv
DAFTAR GAMBAR
Nomor Keterangan Halaman
2.1 Kerangka Pemikiran dan Model Penelitian ............................. 45
4.1 Grafik Analisis Normal Probability Plot ................................. 81
4.2 Grafik Analisis Heteroskedastisitas ......................................... 85
Page 17
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Keterangan Halaman
1 Penentuan Jumlah Sampel ....................................................... 109
2 Daftar Sampel Penelitian ........................................................ 110
3 Data Hasil Pengukuran Variabel ............................................ 111
4 Hasil Uji Analisis Statistik Deskriptif .................................... 113
5 Hasil Uji Asumsi Klasik ......................................................... 114
6 Faktor-Faktor dalam Pengujian Hipotesis ............................... 117
Page 18
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tujuan jangka panjang perusahaan adalah untuk mengoptimalkan nilai
perusahaan. Tingginya nilai perusahaan dapat menggambarkan kesejahteraan
pemilik perusahaan. Suatu perusahaan dikatakan mempunyai nilai yang baik
jika kinerja perusahaannya baik. Nilai perusahaan dapat terlihat dari nilai
pasar atau nilai buku perusahaan dari ekuitasnya. Harga saham dari suatu
perusahaan dapat mencerminkan nilai perusahaan tersebut, jika harga saham
perusahaan tinggi maka dapat disimpulkan nilai perusahaan tersebut juga baik.
Laporan keuangan merupakan proses akhir dalam proses akuntansi yang
mempunyai peranan penting bagi pengukuran dan penilaian kinerja sebuah
perusahaan. Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang
menyangkut posisi keuangan, kinerja perusahaan, serta perubahan posisi
keuangan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan
keputusan ekonomi. Oleh karena itu, laporan yang berkualitas, yang terbebas
dari rekayasa dan mengungkapkan informasi sesuai dengan fakta yang
sebenarnya menjadi kepentingan banyak pihak. Laporan keuangan merupakan
bentuk pertanggungjawaban manajemen perusahaan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan, seperti pemegang saham, investor, kreditor, pemerintah,
masyarakat maupun pihak-pihak lainnya.
Page 19
2
Bagi pihak investor, laporan keuangan berguna dalam pengambilan
keputusan yang nantinya dapat memaksimalkan jumlah investasinya. Bagi
pihak kreditor, laporan keuangan digunakan untuk membantu mereka dalam
memutuskan pinjaman dan bunga yang harus dibayar. Sedangkan bagi
pemerintah, laporan keuangan dapat digunakan untuk mengatur aktivitas
perusahaan, menetapkan kebijakan pajak, dan untuk menyusun statistik
pendapatan nasional.
Laporan keuangan seringkali disalahgunakan oleh manajemen dengan
melakukan perubahan dalam penggunaan metode akuntansi yang digunakan,
sehingga akan mempengaruhi jumlah laba yang ditampilkan dalam laporan
keuangan. Hal ini sering dikenal dengan istilah manajemen laba (earning
management). Manajemen laba merupakan suatu tindakan yang dilakukan
oleh pihak manajemen yang dapat mempengaruhi tingkat laba yang
ditampilkan. Menurut Ma‟ruf (2006) dalam Praditia (2010) menyatakan
bahwa manajemen laba dapat mengurangi kredibilitas laporan keuangan
apabila digunakan untuk mengambil keputusan, karena manajemen laba
merupakan suatu bentuk manipulasi atas laporan keuangan yang menjadi
sarana komunikasi antara manajer dan pihak eksternal perusahaan. Tujuan dari
manajemen laba adalah untuk meningkatkan kesejahteraan pihak tertentu
walaupun dalam jangka panjang tidak terdapat perbedaan laba kumulatif
perusahaan dengan laba yang dapat diidentifikasikan sebagai suatu
keuntungan (Fischer dan Rosenzweirg, 1995).
Page 20
3
Manajemen laba merupakan masalah keagenan yang seringkali dipicu
oleh adanya pemisahan peran atau perbedaan kepentingan antara pemegang
saham dengan manajemen perusahaan (Praditia, 2010). Manajer yang
bertanggung jawab atas pengelolaan perusahaan lebih banyak mengetahui
informasi-informasi yang bermanfaat untuk kelangsungan hidup perusahaan,
baik informasi internal maupun prospek perusahaan di masa yang akan datang
bila dibandingkan dengan pemegang saham, sehingga memungkinkan agen
memanipulasi informasi yang dapat menguntungkan agen. Hal tersebut dapat
membuat investor kehilangan kepercayaan terhadap investasinya, dan bisa
menyebabkan investor menarik kembali dana yang telah diinvestasikan. Oleh
karena itu, diperlukan perlindungan terhadap kepentingan investor dari prilaku
menyimpang yang dilakukan oleh pihak perusahaan.
Hal-hal yang mengindikasikan terjadinya manajemen laba seperti
kenaikan atau penurunan laba kotor yang besar, defisit yang cukup besar
dalam arus kas operasi relatif terhadap laba bersih, perubahan prinsip
akuntansi dan estimasi serta perbedaan substansial antara pertumbuhan
penjualan dan penerimaan dapat mempengaruhi nilai perusahaan pada suatu
periode tertentu sehingga akan berpengaruh pula terhadap persepsi pihak-
pihak yang berkepentingan dalam mengambil keputusan. Untuk
meminimumkan terjadinya tindakan manajemen laba, maka perusahaan perlu
menerapkan mekanisme good corporate governance dalam sistem
pengendalian dan pengelolaan perusahaan.
Page 21
4
Corporate governance adalah salah satu cara yang dapat digunakan oleh
perusahaan untuk meningkatkan kinerja perusahaan sehingga nilai perusahaan
juga ikut meningkat. Corporate governance merupakan suatu sistem yang
mengatur dan mengendalikan perusahaan yang diharapkan dapat
meningkatkan nilai perusahaan kepada para pemegang saham. Di Indonesia
sendiri, corporate governance mulai mengemuka sejak terjadinya krisis yang
berkepanjangan pada tahun 1998. Sejak saat itu, baik pemerintah maupun
investor mulai memberikan perhatian yang cukup signifikan dalam praktik
corporate governance.
Pada prinsipnya, manajemen laba memang tidak menyalahi prinsip
akuntansi yang berlaku umum. Namun, manajemen laba dinilai dapat
menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan. Dengan semakin
menurunnya kepercayaan masyarakat, maka hal ini dapat menurunkan nilai
perusahaan karena banyak investor yang akan menarik kembali investasi yang
telah mereka tanamkan (Scott, 2006). Praktek manajemen laba dinilai
merugikan karena dapat menurunkan nilai laporan keuangan dan memberikan
informasi yang tidak relevan bagi investor.
Berbicara mengenai kinerja perusahaan yang dihitung dengan rasio
keuangan, tidak akan dapat dipisahkan dari ukuran perusahaan yang
dicerminkan dengan total aset yang dimiliki. Semakin besar aset yang dimiliki
perusahaan, memungkinkan kinerja keuangan yang terjadi dalam operasional
suatu perusahaan semakin besar pula (Darmawati, 2004). Keuntungan,
kerugian dan biaya yang dapat ditekan mungkin saja berbeda dengan
Page 22
5
perusahaan dengan aset yang lebih kecil. Ukuran perusahaan merupakan hal
yang penting dalam proses pelaporan keuangan.
Ukuran perusahaan dapat diukur dengan melihat seberapa besar aset
yang dimiliki oleh sebuah perusahaan. Aset yang dimiliki perusahaan ini
menggambarkan hak & kewajiban serta permodalan perusahaan. Darmawati
(2004) menyatakan bahwa perusahaan besar pada dasarnya memiliki kekuatan
finansial yang lebih besar dalam menunjang kinerja, tetapi disisi lain
perusahaan dihadapkan pada masalah keagenan yang lebih besar.
Perusahaan dengan aset besar biasanya akan mendapatkan perhatian
lebih dari masyarakat. Hal ini akan menyebabkan perusahaan lebih berhati-
hati dalam melakukan pelaporan keuangannya. Uyun (2011) dalam
penelitiannya menemukan bukti bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif
signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan.
Penelitian mengenai dampak dari earning management terhadap nilai
perusahaan, peranan dan/atau pengaruh mekanisme corporate governance
terhadap objektivitas kebijakan perusahaan dalam pencapaian nilai
perusahaan, termasuk pengkajian mengenai kompleksitas ukuran perusahaan
dan kaitannya dengan nilai perusahaan – ataupun kombinasi dari variabel-
variabel tersebut – telah banyak dilakukan dan dengan hasil (temuan) yang
beragam. Sebagaimana contoh, hasil penelitian yang dilakukan Gabrielsen et
al (1997), Wedari (2004), dan Herawaty (2008) yang menemukan pengaruh
signifikan praktek corporate governance terhadap earning management, yang
berbeda dengan temuan dari beberapa penelitian, seperti yang dilakukan oleh
Page 23
6
Darmawati (2004), yang justru „berhasil membuktikan‟ bahwa tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara praktek corporate governance terhadap
earning management. Begitu juga dengan temuan penelitian mengenai
pengaruh positif signifikan earning management terhadap nilai perusahaan
oleh Herawaty (2008), dimana penelitian yang dilakukan oleh Fernandes dan
Ferreira (2007) dan Mursalim (2003) menunjukkan sebaliknya, yakni bahwa
manajemen laba mempunyai hubungan yang negatif terhadap nilai
perusahaan.
Adapun, penelitian Herawaty (2008) yang menguji hubungan antara
manajemen laba dan nilai perusahaan yang dimoderasi oleh corporate
governance, menunjukkan bahwa praktek komisaris independen, kualitas
audit dan kepemilikan institusional merupakan variabel pemoderasi antara
earning management dan nilai perusahaan, sedangkan kepemilikan manajerial
bukan merupakan variabel moderator. Penelitian serupa oleh Lestari dan
Pamudji (2013) berhasil menemukan bahwa manajemen laba memiliki
pengaruh negatif yang signifikan terhadap nilai perusahaan. Sedangkan, empat
variabel corporate governance, yakni: komisaris independen, kepemilikan
manajerial, kepemilikan institusional, dan kualitas audit, baik secara parsial
maupun simultan, tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai
perusahaan. Hasil pengujian efek pemoderasi variabel corporate governance,
menunjukkan bahwa variabel corporate governance tidak keseluruhan
berpengaruh signifikan dalam memoderasi pengaruh earning management
terhadap nilai perusahaan.
Page 24
7
Perbedaan temuan atas hasil dari penelitian-penelitian terdahulu diduga
dapat disebabkan oleh adanya perbedaan dalam penggunaan basis teori dan
permodelan kerangka pemikiran, karakteristik objek dan subjek penelitian,
serta mungkin pilihan desain penelitian oleh peneliti. Adanya perbedaan
temuan-temuan dari penelitian tersebut menjadi salah satu motivasi terbesar –
selain tentu saja potensi implikasi dari temuan atas hasil penelitian yang akan
dilakukan – untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan menganalisis dan
menguji kembali hubungan antar-variabel tersebut.
Lebih spesifiknya, penelitian ini merupakan replikasi dan upaya
pengembangan dari penelitian sebelumnya, yaitu penelitian yang dilakukan
Jhoni Suhani (2013). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya
adalah sebagai berikut:
1. Terdapat penambahan variabel independen berupa komite audit, sebagai
proxy mekanisme corporate governance dengan indikator jumlah anggota
komite audit di perusahaan, yang diperoleh dari penelitian Estiasih et al
(2015), Kristiani et al (2014), dan Susanto dan Subekti (2012). Selain
karena disarankan oleh peneliti terdahulu, variabel tersebut juga sangat
relevan dengan perkembangan di dunia bisnis saat ini. Dalam prakteknya,
keberadaan komite audit menjadi salah satu syarat yang harus dipenuhi
bagi perusahaan yang hendak mengakses pasar modal di Indonesia dengan
menjadi anggota terdaftar pada Bursa Efek Indonesia. Mengingat fungsi
dan/peranan potensial dari keberadaannya, keberadaan komite audit di
suatu perusahaan dapat menjadi salah satu tolak ukur alternatif dalam
Page 25
8
penilaian perusahaan karena dapat mencerminkan sistem/tata kelola dari
perusahaan tersebut.
2. Menerapkan beberapa teknik pengukuran alternatif atas variabel
penelitian, meliputi: (1) variabel nilai perusahaan, akan diukur dengan
menggunakan rumus hitung Tobin‟s Q yang telah dimodifikasi versi
Chung dan Pruitt (1994) yang juga telah sering digunakan dalam beberapa
penelitian terdahulu; (2) variabel kepemilikan manajerial, akan diukur
dengan indikator persentase kepemilikan saham oleh manajerial, yang
diperoleh dari penelitian Estiasih et al (2015), Kristiani et al (2014),
Susanto dan Subekti (2012), dan Kartika dan Nikmah (2011); dan (3)
variabel ukuran perusahaan, dalam pengukurannya, akan digunakan nilai
logaritma natural dari total aset perusahaan, yang diperoleh dari penelitian
Rice (2013).
3. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan-
perusahaan manufaktur sektor consumer goods, yang merupakan
kelompok populasi dari unit sampling penelitian sebelumnya; dan
menggunakan periode pengamatan 3 tahun, yakni 2012-2014. Pada
dasarnya, tiap-tiap elemen populasi memiliki karakteristik yang dapat
berbeda satu sama lain. Karakteristik yang dimaksud, antara lain, dapat
berupa: ukuran perusahaan, profitabilitas, dan/atau growth opportunity
dari tiap-tiap perusahaan, yang cenderung bersifat dinamis, dalam satuan
waktu relatif tertentu. Dengan memperbaharui spesifikasi data pengamatan
dalam penelitian, temuan atas hasil penelitian ini berpotensi dapat
Page 26
9
memberikan perbandingan mengenai teori terdahulu berkenaan dengan
objek studi, dengan temuan atas hasil penelitian saat ini.
Penelitian ini mengambil judul: “Analisis Pengaruh Mekanisme
Corporate Governance, Earning Management, dan Ukuran Perusahaan
terhadap Nilai Perusahaan”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah kepemilikan institusional – proxy mekanisme corporate
governance – (X1), kepemilikan manajerial – proxy mekanisme corporate
governance – (X2), komisaris independen – proxy mekanisme corporate
governance – (X3), komite audit – proxy mekanisme corporate
governance – (X4), kualitas audit – proxy mekanisme corporate
governance – (X5), earning management (X6), dan ukuran perusahaan
(X7), secara simultan, berpengaruh terhadap nilai perusahaan?
2. Apakah kepemilikan institusional sebagai proksi dari mekanisme
corporate governance, secara parsial, berpengaruh terhadap nilai
perusahaan?
3. Apakah kepemilikan manajerial sebagai proksi dari mekanisme corporate
governance, secara parsial, berpengaruh terhadap nilai perusahaan?
4. Apakah komisaris independen sebagai proksi dari mekanisme corporate
governance, secara parsial, berpengaruh terhadap nilai perusahaan?
Page 27
10
5. Apakah komite audit sebagai proksi dari mekanisme corporate
governance, secara parsial, berpengaruh terhadap nilai perusahaan?
6. Apakah kualitas audit sebagai proksi dari mekanisme corporate
governance, secara parsial, berpengaruh terhadap nilai perusahaan?
7. Apakah earning management, secara parsial, berpengaruh terhadap nilai
perusahaan?
8. Apakah ukuran perusahaan, secara parsial, berpengaruh terhadap nilai
perusahaan?
C. Tujuan Penelitian
Adapun, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara empiris, mengenai :
1. Pengaruh kepemilikan institusional – proxy mekanisme corporate
governance – (X1), kepemilikan manajerial – proxy mekanisme corporate
governance – (X2), komisaris independen – proxy mekanisme corporate
governance – (X3), komite audit – proxy mekanisme corporate
governance – (X4), kualitas audit – proxy mekanisme corporate
governance – (X5), earning management (X6), dan ukuran perusahaan
(X7), secara simultan, terhadap nilai perusahan.
2. Pengaruh kepemilikan institusional sebagai proksi dari mekanisme
corporate governance, secara parsial, terhadap nilai perusahaan;
3. Pengaruh kepemilikan manajerial sebagai proksi dari mekanisme
corporate governance, secara parsial, terhadap nilai perusahaan
4. Pengaruh komisaris independen sebagai proksi dari mekanisme corporate
governance, secara parsial, terhadap nilai perusahaan;
Page 28
11
5. Pengaruh komite audit sebagai proksi dari mekanisme corporate
governance, secara parsial, terhadap nilai perusahaan;
6. Pengaruh kualitas audit sebagai proksi dari mekanisme corporate
governance, secara parsial, terhadap nilai perusahaan;
7. Pengaruh earning management, secara parsial, terhadap nilai perusahaan;
dan
8. Pengaruh ukuran perusahaan, secara parsial, terhadap nilai perusahaan;
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain sebagai
berikut:
1. Manfaat Teoritis
a. Bagi Penulis
Menjadi sarana latihan pengembangan kemampuan dalam bidang
penelitian dan aktualisasi pengetahuan yang diperoleh selama studi
sehingga teori berkenaan dengan temuan atas hasil penelitian akan
menambah wawasan ilmu pengetahuan, khususnya mengenai topik
dan/atau isu seputar nilai perusahaan sebagai variabel yang diminati.
b. Bagi Akademisi
Temuan atas hasil penelitian ini berpotensi untuk menjadi masukan
dan/atau pertimbangan bagi praktisi akademis, khususnya dalam
konteks pengembangan penelitian di bidang studi/kajian relevan
sehingga dapat menghasilkan teori baru berkenaan dengan objek studi.
Page 29
12
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Stockholder Perusahaan
Dapat menjadi masukan informasi alternatif yang baik dan dapat
diperbandingkan bagi para pemilik perusahaan (stockholder) dalam
pengambilan keputusan berkenaan dengan nilai perusahaan dan tata
kelola (manajemen) yang baik bagi perusahaan.
b. Bagi Stakeholder Perusahaan
Dapat menjadi masukan informasi alternatif yang baik dan dapat
diperbandingkan bagi pihak-pihak yang berkepentingan terhadap
perusahaan (stakeholder), seperti: kreditor, regulator, pemerintah,
investor potensial, dan/atau pihak lain, berkenaan dengan nilai
perusahaan dan sistem dan/atau potensi tata kelola (manajemen) dari
setiap perusahaan, serta dapat memberikan gambaran mengenai
perkembangan dunia bisnis dan/atau pasar modal/investasi di
Indonesia.
Page 30
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Agency Theory
a. Definisi
Konsep agency theory menurut Anthony dan Govindarajan
(2005) adalah hubungan atau kontrak antara prinsipal dan agen.
Prinsipal mempekerjakan agen untuk melakukan tugas demi
kepentingan prinsipal, termasuk pendelegasian otorisasi pengambilan
keputusan dari prinsipal kepada agen. Menurut Jensen dan Meckling
(1976), teori agensi menjelaskan tentang hubungan kontraktual antara
pihak yang mendelegasikan keputusan tertentu
(principal/pemilik/pemegang saham) dengan pihak yang menerima
pendelegasian tersebut (agen/manajemen).
Terjadinya konflik kepentingan antara pemilik dan agen karena
kemungkinan agen bertindak tidak sesuai dengan kepentingan
principal, sehingga memicu biaya keagenan (agency cost). Sebagai
agen, manajer bertanggung jawab secara moral untuk mengoptimalkan
keuntungan para pemilik (principal) dengan memperoleh kompensasi
sesuai dengan kontrak. Dengan demikian terdapat dua kepentingan
yang berbeda di dalam perusahaan dimana masing-masing pihak
Page 31
14
berusaha untuk mencapai atau mempertahankan tingkat kemakmuran
yang dikehendaki (Ujiyantho dan Pramuka, 2007).
b. Asumsi Sifat Dasar Manusia
Eisenhardt (1989) dalam Larasati (2009) menggunakan tiga
asumsi sifat dasar manusia guna menjelaskan tentang teori agensi
yaitu:
1) manusia pada umumnya mementingkan diri sendiri (self interest);
2) manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa
mendatang (bounded rationality);
3) manusia selalu menghindari resiko (risk averse).
Berdasarkan asumsi sifat dasar manusia tersebut, manajer
sebagai manusia kemungkinan besar akan bertindak berdasarkan sifat
opportunistic, yaitu mengutamakan kepentingan pribadinya (Ujiyantho
dan Pramuka, 2007). Sebagai pengelola perusahaan, manajer
perusahaan tentu akan lebih banyak mengetahui informasi internal dan
prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan pemilik
(pemegang saham). Oleh karena itu manajer sudah seharusnya selalu
memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik.
Sinyal yang dapat diberikan oleh manajer yakni melalui pengungkapan
informasi akuntansi seperti laporan keuangan (Ujiyantho dan Pramuka,
2007).
Laporan keuangan merupakan hal yang sangat penting bagi para
pengguna eksternal terutama sekali karena kelompok ini berada dalam
Page 32
15
kondisi yang paling besar ketidakpastiannya. Adanya
ketidakseimbangan penguasaan informasi ini akan memicu munculnya
kondisi yang disebut sebagai asimetri informasi (Ujiyantho dan
Pramuka, 2007).
c. Asimetri Informasi
Asimetri informasi merupakan suatu keadaan dimana manajer
memiliki akses informasi atas prospek perusahaan yang tidak dimiliki
oleh pihak luar perusahaan. Menurut Scott (2006), terdapat dua macam
asimetri informasi, yaitu:
1) Adverse selection, yaitu para manajer serta orang-orang dalam
yang lain biasanya mengetahui lebih banyak tentang keadaan dan
prospek perusahaan dibandingkan dengan investor pihak luar, serta
fakta yang mungkin dapat mempengaruhi keputusan yang akan
diambil oleh pemegang saham tersebut, tetapi tidak disampaikan
informasinya kepada pemegang saham.
2) Moral hazard, yaitu kegiatan yang dilakukan oleh seorang manajer
tidak seluruhnya diketahui oleh pemegang saham maupun pemberi
pinjaman sehingga manajer dapat melakukan tindakan di luar
pengetahuan pemegang saham yang melanggar kontrak dan
sebenarnya secara etika atau norma mungkin tidak layak
dilakukan.
Terjadinya adverse selection dan moral hazard bisa
menimbulkan sejumlah implikasi serius bagi kinerja perusahaan. Dua
Page 33
16
masalah tersebut dapat mendorong para manajer berperilaku malas dan
tidak etis. Asimetri informasi antara manajemen (agent) dengan
pemilik (principal) akan memberi kesempatan kepada manajer untuk
melakukan manajemen laba (earnings management) sehingga akan
menyesatkan pemilik (pemegang saham) mengenai kinerja ekonomi
perusahaan.
d. Agency Conflict
Jensen dan Meckling berpendapat bahwa agency conflict timbul
pada berbagai hal sebagai berikut (Larasati, 2009):
1) Manajemen memilih investasi yang paling sesuai dengan
kemampuan dirinya dan bukan yang paling menguntungkan bagi
perusahaan.
2) Manajemen cenderung mempertahankan tingkat pendapatan
perusahaan yang stabil. Sedangkan, pemegang saham lebih
menyukai distribusi kas yang lebih tinggi melalui beberapa peluang
investasi internal yang positif atau disebut earning retention.
3) Manajemen cenderung mengambil posisi aman untuk mereka
sendiri dalam mengambil keputusan investasi. Dalam hal ini,
mereka akan mengambil keputusan investasi yang sangat aman dan
masih dalam jangkauan kemampuan manajer.
4) Manajemen cenderung hanya memperhatikan cash flow perusahaan
sejalan dengan waktu penugasan mereka. Hal ini dapat
menimbulkan bias dalam pengambilan keputusan yaitu berpihak
Page 34
17
pada proyek jangka pendek dengan pengembalian akuntansi yang
tinggi.
5) Asumsi dasar lainnya yang membangun agency theory adalah
agency problem, yang timbul sebagai akibat adanya kesenjangan
antara kepentingan pemegang saham sebagai pemilik dan
manajemen sebagai pengelola. Pemilik memiliki kepentingan agar
dana yang diinvestasikannya mendapatkan return maksimal.
Sedangkan, manajer berkepentingan terhadap perolehan insentif
atas pengelolaan dana pemilik (agency problem).
Corporate governance, yang merupakan konsep yang didasarkan
pada teori keagenan, diharapkan bisa berfungsi sebagai alat untuk
memberikan keyakinan kepada para investor bahwa mereka akan
menerima return atas dana yang telah mereka investasikan. Corporate
governance sangat berkaitan dengan bagaimana membuat para
investor yakin bahwa manajer akan memberikan keuntungan bagi
mereka, yakin bahwa manajer tidak akan mencuri/menggelapkan atau
menginvestasikan ke dalam proyek-proyek yang tidak menguntungkan
berkaitan dengan dana/kapital yang telah ditanamkan oleh investor.
Selain itu corporate governance juga berkaitan dengan
bagaimana para investor mengontrol para manajer. Dengan kata lain
yakni corporate governance diharapkan akan dapat berfungsi untuk
menekan atau menurunkan biaya keagenan (agency cost).
Page 35
18
2. Earning Management
a. Definisi Earning Management
Para manajer memiliki fleksibilitas untuk memilih beberapa
altematif dalam mencatat transaksi, sekaligus memilih opsi-opsi yang
ada dalam perlakuan akuntansi. Fleksibilitas ini digunakan oleh
manajemen perusahaan untuk mengelola laba. Perilaku manajemen
yang mendasari lahirnya manajemen laba adalah perilaku
opportunistic manajer dan efficient contracting. Sebagai perilaku
opportunistic, manajer memaksimalkan utilitasnya dalam menghadapai
kontrak kompensasi dan hutang dan political cost (Scott, 2006).
Widyanindyah (2001) membagi definisi earning management
menjadi dua, yaitu:
1) Definisi Sempit
Earning management dalam hal ini hanya berkaitan dengan
pemilihan metode akuntansi. Earning management dalam artian
sempit ini didefinisikan sebagai prilaku manajer untuk "bermain"
dengan komponen discretionary accruals dalam menentukan
besarnya earning.
2) Definisi Luas
Earning management merupakan tindakan manajer untuk
meningkatkan/mengurangi laba yang dilaporkan saat ini atas suatu
unit dimana manajer bertanggung jawab, tanpa mengakibatkan
Page 36
19
peningkatan/penurunan profitabilitas ekonomis jangka panjang unit
tersebut.
b. Karakteristik Earning Management
Menurut Widyanindyah (2001), earning management dapat
dilakukan dengan berbagai pola yang berbeda, yaitu :
1) Taking a bath, yaitu dengan mengakui biaya yang akan ditanggung
pada periode yang akan datang saat periode berjalan.
2) Income minimization. Pola ini mungkin dipilih manajer perusahaan
karena nampak secara politis perusahaan selalu mendapatkan
keuntungan yang besar. Pola ini dilakukan saat perusahaan tidak
ingin menanggung biaya politis akibat keuntungan besar yang
diperolehnya.
3) Income maximization. Manajer memilih pola ini karena
keinginannya untuk mendapatkan bonus dari laba besar yang
dilaporkannya di laporan keuangan perusahaan.
4) Income smoothing. Pola ini dipilih oleh manajer karena mereka
cenderung memilih untuk melaporkan tren perubahan laba yang
stabil daripada laba yang meningkat dan menurun secara drastis.
Salah satu teknik untuk meratakan laba adalah dengan mengurangi
nilai persediaan dan aset lain perusahaan yang diperoleh pada saat
akuisisi yang akan menghasilkan laba tinggi ketika aset tersebut
dijual kemudian.
Page 37
20
c. Faktor Determinan Earning Management
Scott (2006) berpendapat bahwa beberapa faktor yang dapat
memotivasi manajer melakukan manajemen laba antara lain sebagai
berikut:
1) Rencana bonus (bonus scheme).
Para manajer yang bekerja pada perusahaan yang menerapkan
rencana bonus akan berusaha mengatur laba yang dilaporkannya
dengan tujuan dapat memaksimalkan jumlah bonus yang akan
diterimanya.
2) Kontrak utang jangka panjang (debt covenant).
Ini menyatakan bahwa semakin dekat suatu perusahaan kepada
waktu pelanggaran perjanjian utang maka para manajer akan
cenderung untuk memilih metode akuntansi yang dapat
memindahkan laba periode mendatang ke periode berjalan, dengan
harapan dapat mengurangi kemungkinan perusahaan mengalami
pelanggaran kontrak utang.
3) Motivasi politik (political motivation).
Ini menyatakan bahwa perusahaan-perusahaan dengan skala besar
dan industri strategis cenderung menurunkan laba guna
mengurangi tingkat visibilitas-nya, terutama pada saat periode
kemakmuran yang tinggi. Upaya ini dilakukan dengan harapan
memperoleh kemudahan serta fasilitas dari pemerintah.
Page 38
21
4) Motivasi perpajakan (taxation motivation).
Ini menyatakan bahwa perpajakan merupakan salah satu motivasi
mengapa perusahaan mengurangi laba yang dilaporkan. Tujuannya
adalah dapat meminimalkan jumlah pajak yang harus dibayar.
5) Pergantian CEO (Chic/Executive Officer).
Biasanya CEO yang akan pensiun atau masa kontraknya menjelang
berakhir akan melakukan strategi memaksimalkan jumlah
pelaporan laba, guna meningkatkan jumlah bonus yang akan
mereka terima. Hal yang sama akan dilakukan oleh manajer
dengan kinerja yang buruk. Tujuannya adalah menghindarkan diri
dari pemecatan sehingga mereka cenderung untuk meminimalkan
jumlah laba yang dilaporkan.
6) Penawaran saham perdana (initial public offering).
Menyatakan bahwa pada awal perusahaan menjual sahamnya
kepada publik, informasi keuangan yang dipublikasikan dalam
prospektus merupakan sumber informasi yang sangat penting.
Informasi ini penting karena dapat dimanfaatkan sebagai sinyal
kepada investor potensial terkait dengan nilai perusahaan. Guna
mempengaruhi keputusan yang dibuat oleh para investor maka
manajer akan berusaha untuk menaikkan jumlah laba yang
dilaporkan.
Page 39
22
3. Corporate Governance
a. Definisi Corporate Governance
Istilah corporate governance untuk pertama kali diperkenalkan
oleh Cadbury Comitte pada tahun 1992 yang menggunakan istilah
tersebut dalam laporan mereka yang kemudian dikenal dengan nama
Cadbury Report. Laporan ini dipandang sebagai titik balik (turning
point) yang sangat menentukan bagi praktik corporate governance di
seluruh dunia (Lestari dan Pamudji, 2013).
Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI) pada
tahun 2001 mendefinisikan corporate governance sebagai seperangkat
peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus
perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan, serta para
pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya yang berkaitan
dengan hak-hak dan kewajiban mereka. Dengan kata lain, corporate
governance merupakan suatu sistem yang mengendalikan perusahaan,
dengan tujuan menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang
berkepentingan.
Sedangkan, menurut The Organization for Economic
Corporation and Development (OECD) dalam Larasati (2009),
corporate governance adalah sistem yang dipergunakan untuk
mengarahkan dan mengendalikan kegiatan perusahaan, mengatur
pembagian tugas hak dan kewajiban mereka para pemegang saham,
Page 40
23
dewan pengurus, para manajer, dan/atau pihak-pihak yang
berkepentingan terhadap kehidupan perusahaan.
Berdasarkan definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa
corporate governance pada intinya adalah mengenai suatu sistem,
proses, dan seperangkat peraturan yang digunakan untuk mengatur
hubungan antara berbagai pihak yang berkepentingan sehingga dapat
mendorong perusahaan bekerja secara efisien, menghasilkan nilai
ekonomi jangka panjang yang berkesinambungan bagi para pemegang
saham maupun masyarakat sekitar secara keseluruhan.
b. Manfaat Corporate Governance
Penerapan corporate governance, menurut FCGI (2001) dalam
Larasati (2009), memberikan empat manfaat, yaitu :
1) Meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses
pengambilan keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi
perusahaan, serta lebih meningkatkan pelayanan kepada
stakeholders.
2) Mempermudah diperolehnya dana pembiyaan yang lebih murah
yang pada akhirnya akan meningkatkan corporate value.
3) Mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan
modalnya di Indonesia.
4) Pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan
karena sekaligus meningkatkan shareholdes’s values dan dividen.
Page 41
24
c. Prinsip-Prinsip Corporate Governance
Organization for Economic Cooperation and Development
(OECD) pada tahun 1999 telah menerbitkan dan mempublikasikan
OECD Principles of Corporate Governance. Prinsip-prinsip tersebut
ditujukan untuk membantu para negara anggotanya ataupun negara
lain, berkenaan dengan upaya-upaya untuk mengevaluasi dan
meningkatkan kerangka kerja hukum, institusional, dan ketentuan-
ketentuan corporate governance serta memberikan pedoman dan
saran-saran untuk pasar modal, investor, perusahaan, dan pihak-pihak
lain yang memiliki peran dalam mengembangkan corporate
governance.
Menurut OECD dalam Darmawati (2004), pilar-pilar yang
melandasi prinsip-prinsip corporate governance adalah fairness
(keadilan), transparency (transparasi), accountability (akuntabilitas),
dan responsibility (pertanggung jawaban). Fairness berkenaan dengan
keadilan dan kesetaraan perlakuan pemegang saham minoritas agar
terlindungi dari kecurangan serta perdagangan dan penyalahgunaan
oleh orang dalam (self-dealing atau insider wrong doing).
Transparency dilakukan melalui penyempurnaan pengungkapan
(disclosure) informasi kinerja perusahaan secara akurat dan tepat
waktu. Akuntabilitas manajemen dilakukan melalui pengawasan
efektif berdasarkan keseimbangan kekuasaan pengawas, pengurus,
pemegang saham dan auditor. Tanggung jawab perusahaan berkenaan
Page 42
25
dengan perusahaan sebagai anggota masyarakat untuk menaati hukum
dan bertindak sesuai dengan keinginan masyarakat.
Berdasarkan OECD (1999) dalam Darmawati (2004), prinsip-
prinsip corporate governance terdiri dari lima hal sebagai berikut:
1) Hak-hak pemegang saham
Kerangka kerja corporate governance harus melindungi hak-hak
pemegang saham.
2) Perlakuan yang adil kepada pemegang saham
Corporate governance harus meyakinkan adanya kesetaraan
perlakuan kepada seluruh pemegang saham, termasuk pemegang
saham minoritas dan asing. Seluruh pemegang saham harus
memiliki kesempatan untuk mendapatkan perbaikan (redress) yang
efektif atas penyimpangan dalam hak-hak mereka.
3) Peranan stakeholder dalam corporate governance
Corporate governance harus mengakui hak-hak stakeholder seperti
yang ditentukan oleh hukum dan mendorong kerja sama yang aktif
antara perusahaan dan stakeholder dalam menciptakan
kesejahteraan, pekerjaan-pekerjaan, dan kemampuan untuk
mempertahankan perusahaan yang sehat secara finansial.
4) Pengungkapan dan transparansi
Corporate governance harus meyakinkan bahwa pengungkapan
yang tepat waktu dan akurat telah dilakukan atas seluruh hal-hal
yang material berkenaan dengan perusahaan, termasuk situasi
Page 43
26
keuangan, kinerja, kepemilikan, dan ketaatan perusahaan
(governance of the company).
5) Tanggung jawab dewan direksi
Corporate governance harus meyakinkan pedoman strategi
perusahaan, pemonitoran yang efektif pada manajemen oleh
dewan, dan akuntabilitas dewan terhadap perusahaan dan
pemegang saham.
Prinsip-prinsip ini mengharuskan perusahaan untuk memberikan
laporan bukan saja kepada pemegang saham, calon investor, kreditor
dan pemerintah saja, akan tetapi juga kepada stakeholder lainnya,
seperti masyarakat umum dan karyawan. Laporan ini berfungsi sebagai
media pertanggungjawaban perusahaan kepada semua pihak yang
berkepentingan dengan perusahaan. Laporan yang diberikan
perusahaan menunjukkan tingkat kinerja yang dicapai oleh perusahaan,
dalam pengelolaan sumber daya yang dimiliki untuk memberikan nilai
tambah kepada para stakeholder.
Corporate governance harus memberikan insentif yang tepat
untuk dewan direksi dan manajemen dalam rangka mencapai sasaran-
sasaran yang ditentukan dari sisi kepentingan perusahaan dan para
pemegang saham dengan fasilitas fungsi monitoring yang efektif,
sehingga mendorong perusahaan untuk menggunakan sumber daya
secara efisien.
Page 44
27
Berkaitan dengan masalah keagenan, corporate governance yang
merupakan konsep yang didasarkan pada teori keagenan, diharapkan
bisa berfungsi sebagai alat untuk memberikan keyakinan kepada para
investor bahwa mereka akan menerima return atas dana yang mereka
investasikan. Jadi, corporate governance berkaitan bagaimana investor
yakin bahwa manajer akan memberikan keuntungan bagi mereka,
yakin bahwa manajer tidak akan mencuri atau menggelapkan atau
menginvestasikan ke dalam proyek-proyek yang tidak menguntungkan
berkaitan dengan dana atau kapital yang telah ditanamkan oleh
investor, dan berkaitan dengan bagaimana para investor mengontrol
para manajer.
d. Mekanisme Corporate Governance
Penelitian ini menggunakan lima aspek corporate governance
yaitu kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komisaris
independen, komite audit dan kualitas audit.
1) Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional dapat bermakna suatu bentuk
kepemilikan (saham) suatu perusahaan oleh pemilik/investor non-
individual (entitas institusi) yang dapat bergerak dalam bidang
keuangan, non-keuangan dan/atau dalam bentuk entitas ekonomi
berbadan hukum lain, dalam kisaran dan pola kepemilikan tertentu
Besaran kepemilikan oleh pemilik/investor institusi dapat
digunakan sebagai indikator yang baik dalam menilai kualitas tata
Page 45
28
kelola perusahaan karena dapat mencerminkan signifikansi
kemampuan dan/atau kualitas pengendalian oleh pemegang
saham/investor atas perusahaan.
Investor institusional cenderung memiliki kapabilitas lebih
dalam menganalisis kinerja perusahaan karena investor
institusional umumnya mempunyai akses atas sumber informasi
yang lebih tepat waktu dan relevan dibandingkan investor
individual sehingga keberadaannya berpotensi menjadi salah satu
alat monitoring yang efektif bagi manajemen perusahaan yang
dapat mendorong peningkatan nilai perusahaan.
2) Kepemilikan Manajerial
Menurut Fatmawati dan Sabeni (2013), kepemilikan
manajerial adalah situasi dimana manajer memiliki saham
perusahaan atau dengan kata lain manajer tersebut sekaligus
sebagai pemegang saham perusahaan. Dalam laporan keuangan,
keadaan ini ditunjukkan dengan besarnya presentasi kepemilikan
saham perusahaan oleh manajer. Karena hal ini merupakan
informasi penting bagi pengguna laporan keuangan, maka,
informasi ini akan diungkapkan dalam catatan laporan atas laporan
keuangan perusahaan.
Adanya kepemilikan oleh manajemen tersebut merupakan
suatu hal yang menarik apabila dikaitkan dengan agency theory
sebagaimana diuraikan di muka. Dalam kerangka agency theory,
Page 46
29
hubungan antara manajer dan pemegang saham digambarkan
sebagai hubungan antara agent dan principal. Manajer sebagai
agent diberi mandat untuk menjalankan perusahaan demi
kepentingan principal. Maka, setiap keputusan bisnis yang diambil
manajer dalam rangka upaya memaksimalkan sumber daya
(utilitas) perusahaan pada dasarnya menyangkut pula kepentingan
pemegang saham. Suatu ancaman bagi pemegang saham jika
manajer bertindak tidak untuk kepentingan perusahaan melainkan
untuk kepentingannya sendiri. Inilah yang menjadi masalah dasar
dalam agency theory, yaitu adanya konflik kepentingan antara
pemegang saham dan manajer dimana masing-masing pihak
berseberangan dalam upaya saling memaksimalkan tujuannya.
Dengan kondisi seperti ini, masing-masing pihak akan memiliki
resiko terkait dengan fungsinya. Pemegang saham ber-resiko
kehilangan modal dan nilai kesempatan dengan kegagalannya
dalam pemercayaan kepada agent yang tidak co-operative.
Sedangkan, bagi manajer, fungsinya sebagai agent merupakan
pertaruhan trust dan posisinya.
Dapat dikatakan bahwa kondisi tersebut merupakan
konsekuensi adanya pemisahaan fungsi pengelolaan dengan fungsi
kepemilikan. Situasi tersebut di atas akan berbeda jika kondisinya
manajer sekaligus sebagai pemegang saham atau pemegang saham
sekaligus manajer atau disebut juga kondisi perusahaan dengan
Page 47
30
kepemilikan manajerial. Keputusan dan aktivitas perusahaan
dengan kepemiikan manajerial tentu akan berbeda nilainya dengan
perusahaan tanpa kepemilikan menajerial. Dalam perusahaan
dengan kepemilikan manajerial, manajer sekaligus sebagai
pemegang saham cenderung akan lebih berusaha menselaraskan
kedua kepentingan tersebut.
Kepemilikian manajerial merupakan isu penting dalam teori
keagenan sejak dipublikasikan oleh Jensen dan Meckling (1976)
dalam Herawaty (2008) yang menyatakan semakin besar proporsi
kepemilikan manajemen salam suatu perusahaan maka manajemen
akan berupaya lebih giat untuk memenuhi kepentingan pemegang
saham yang juga adalah dirinya sendiri.
Kepemilikan manajerial juga merupakan salah satu
program kebijakan insentif (remunerasi) alternatif dalam suatu
perusahaan yang berpotensi dapat mengurangi masalah keagenan.
3) Komisaris Independen
Pengertian dari komisaris independen adalah anggota
dewan komisaris yang tidak terafiliasi dengan direksi, anggota
dewan komisaris lainnya dan pemegang saham pengendali, serta
bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat
mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau
bertindak semata-mata untuk kepentingan perseroan. Status
independen terfokus kepada tanggung jawab untuk melindungi
Page 48
31
pemegang saham, khususnya pemegang saham independen dari
praktik curang atau melakukan tindak kejahatan pasar modal.
Dewan komisaris memegang peran penting dalam
mengarahkan strategi dan mengawasi jalannya perusahaan serta
memastikan bahwa para manajer benar-benar meningkatkan
kinerja perusahaan sebagai bagian dari pencapaian tujuan
perusahaan. Meskipun pedoman good corporate governance tidak
menentukan jumlah komisaris independen, namun, dalam
Peraturan Bapepam-LK, emiten atau perusahaan publik wajib
memiliki sekurang-kurangnya satu orang anggota komisaris
independen. Sedangkan, Bursa Efek Indonesia mewajibkan
sekurang-kurangnya 30% dari jumlah anggota dewan komisaris
perusahaan adalah komisaris independen.
Menurut Praditia (2010), dalam menjalankan tugasnya,
komisaris independen mempunyai misi sebagaimana ditetapkan
oleh Task Force Komite Nasional Kebijakan Corporate
Governance dalam Pedoman Umum Corporate Governance
Indonesia (2006), yaitu:
a) Mendorong terciptanya iklim yang lebih objektif dan
menempatkan kesetaraan (fairness) di antara berbagai
kepentingan termasuk kepentingan perusahaan dan kepentingan
stakeholder sebagai prinsip utama dalam pengambilan
keputusan oleh dewan komisaris perusahaan;
Page 49
32
b) Komisaris independen harus mendorong diterapkannya prinsip
dan praktek tata kelola perusahaan yang baik (good corporate
governance) pada perusahaan.
Komisaris independen memiliki tanggung jawab pokok
untuk mendorong diterapkannya tata kelola perusahaan yang baik
(good corporate governance) di dalam perusahaan melalui
pemberdayaan dewan komisaris agar dapat melakukan tugas
pengawasan dan pemberian nasihat kepada direksi perusahaan
secara efektif dan lebih memberikan nilai tambah bagi perusahaan.
Dalam upaya untuk melaksanakan tanggung jawabnya
dengan baik, maka komisaris independen harus secara proaktif
mengupayakan agar dewan komisaris perusahaan melakukan
pengawasan dan memberikan nasihat kepada direksi perusahaan
yang terkait dengan, namun tidak terbatas pada hal-hal sebagai
berikut:
a) Memastikan bahwa perusahaan memiliki strategi bisnis yang
efektif, termasuk di dalamnya memantau jadwal, anggaran, dan
efektivitas strategi tersebut;
b) Memastikan bahwa perusahaan mengangkat eksekutif dan
manajer-manajer yang profesional;
c) Memastikan bahwa perusahaan memiliki informasi, sistem
pengendalian, dan sistem audit yang bekerja dengan baik;
Page 50
33
d) Memastikan bahwa perusahaan mematuhi hukum dan
perundang-undangan yang berlaku maupun nilai-nilai yang
ditetapkan perusahaan dalam menjalankan operasinya;
e) Memastikan resiko dan potensi krisis selalu diidentifikasi dan
dikelola dengan baik;
f) Memastikan prinsip-prinsip dan praktek good corporate
governance dipatuhi dan diterapkan dengan baik.
Untuk memastikan komisaris independen dapat
melaksanakan tugasnya secara independen, menurut Task Force
Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance dalam
Pedoman Umum Corporate Governance Indonesia (2006) dalam
Praditia (2010), komisaris independen harus memenuhi kriteria
formal sebagai berikut:
a) Mampu melakukan perbuatan hukum;
b) Tidak pernah dinyatakan pailit atau menjadi anggota direksi
atau dewan komisaris yang menyebabkan perusahaan
dinyatakan pailit;
c) Tidak pernah dipidana karena merugikan keuangan negara;
d) Tidak memiliki hubungan afiliasi dengan pemegang saham
pengendali perusahaan bersangkutan;
e) Tidak memiliki hubungan afiliasi dengan direksi dan/atau
komisaris lainnya pada perusahaan bersangkutan;
Page 51
34
f) Tidak bekerja rangkap sebagai direktur di perusahaan lain yang
terafiliasi dengan perusahaan yang bersangkutan;
g) Tidak menduduki jabatan eksekutif atau mempunyai hubungan
bisnis dengan perusahaan yang bersangkutan dan perusahaan-
perusahaan lain yang terafiliasi dalam jangka waktu 3 tahun
terakhir;
h) Tidak menjadi partner atau principal di perusahaan konsultan
yang memberikan jasa pelayanan profesional pada perusahaan
dan perusahaan-perusahaan lain yang terafiliasi;
i) Tidak menjadi pemasok dan pelanggan signifikan atau
menduduki jabatan eksekutif dan dewan komisaris perusahaan
pemasok dan pelanggan signifikan dari perusahaan yang
bersangkutan atau perusahaan-perusahaan lain yang terafiliasi;
j) Bebas dari segala kepentingan dan kegiatan bisnis atau
hubungan yang lain yang dapat diinterpretasikan akan
menghalangi atau mengurangi kemampuan komisaris
independen untuk bertindak dan berpikir independen demi
kepentingan perusahaan;
k) Memahamai peraturan perundang-undangan PT, UU Pasar
Modal, dan UU serta peraturan-peraturan lain yang terkait.
4) Komite Audit
Komite audit merupakan komite yang dibentuk oleh dewan
direksi yang bertugas melaksanakan pengawasan independen atas
Page 52
35
proses laporan keuangan dan audit ekstern. Dalam hal pelaporan
keuangan, peran dan tanggung jawab komite audit adalah
memonitor dan mengawasi audit laporan keuangan dan
memastikan agar standar dan kebijaksanaan keuangan yang
berlaku terpenuhi, memeriksa ulang laporan keuangan apakah
sudah sesuai dengan standar dan kebijksanaan tersebut dan apakah
sudah konsisten dengan informasi lain yang diketahui oleh anggota
komite audit, serta menilai mutu pelayanan dan kewajaran biaya
yang diajukan auditor eksternal.
Dengan demikian, komite audit dalam perusahaan dapat
menjadi salah satu mekanisme pengawasan terhadap objektivitas
kebijakan-kebijakan perusahaan.
5) Kualitas Audit
Audit merupakan suatu proses untuk mengurangi
ketidakselarasan informasi yang terdapat pada manajer dan
pemegang saham perusahaan dengan menggunakan pihak luar
untuk memberikan pengesahan terhadap laporan keuangan (Salfauz
et al, 2012). Akuntan publik sebagai auditor eksternal yang relatif
lebih independen dari manajemen dibandingkan auditor internal
berpotensi dapat meminimalkan kasus rekayasa laba dan
meningkatkan kredibilitas informasi akuntansi dalam laporan
keuangan.
Page 53
36
Laporan keuangan yang berkualitas, relevan dan dapat
dipercaya dihasilkan dari audit yang dilakukan secara efektif oleh
auditor yang berkualitas. Pemakai laporan keuangan lebih percaya
pada laporan keuangan yang diaudit oleh auditor yang dianggap
berkualitas dibandingkan dengan auditor yang kurang berkualitas,
karena mereka menganggap bahwa untuk mempertahankan
kredibilitasnya auditor akan lebih berhati-hati dalam melakukan
proses audit untuk mendeteksi salah saji atau kecurangan. Auditor
yang berkualitas akan melakukan audit yang berkualitas pula.
Maka, dapat dikatakan bahwa reputasi auditor dapat sangat
menentukan kredibilitas laporan keuangan karena semakin besar
ukuran kantor akuntan publik, akan semakin baik pula kualitas
audit. Demikian juga dengan semakin baik independensi dan
kualitas auditor akan berdampak pula terhadap pendeteksian
earnings management yang berdampak negatif terhadap
pengukuran kinerja perusahaan (Widyanindyah, 2001). Hal ini
menunjukkan bahwa reputasi auditor dapat merupakan salah satu
penghalang bagi perusahaan untuk melakukan manajemen laba.
4. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan adalah suatu skala, dimana dapat
diklasifikasikan besar kecilnya perusahaan menurut berbagai cara, antara
lain: total aktiva, log size, nilai pasar saham, dan lain-lain.
Page 54
37
Menurut Rodoni dan Ali (2010), proksi ukuran perusahaan
biasanya adalah total aset perusahaan. Total aset maupun nilai pasar
ekuitas perusahaan menjadi faktor penentu dalam mengukur besar
kecilnya suatu perusahaan. Dengan semakin besarnya total aset yang
dimiliki kita dapat melihat modal aset yang dimiliki.
Uyun (2011) dalam penelitiannya menemukan bukti bahwa ukuran
perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja keuangan
perusahaan. Perusahaan dengan aset besar biasanya akan mendapatkan
perhatian lebih dari masyarakat. Hal ini akan menyebabkan perusahaan
lebih berhati-hati dalam melakukan pelaporan keuangannya. Perusahaan
diharapkan akan selalu berusaha menjaga stabilitas kinerja keuangan
mereka. Pelaporan kondisi keuangan yang baik ini tentu tidak serta merta
dapat dilakukan tanpa melalui kinerja yang baik dari semua lini
perusahaan.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa
ukuran perusahaan adalah suatu variabel yang dapat digunakan dalam
mengukur besar atau kecilnya suatu perusahaan yang diukur dengan
menggunakan komponen ukuran perusahaan yaitu dari besarnya aset yang
dimiliki, nilai pasar ekuitas dan/atau penjualan perusahaan.
5. Nilai Perusahaan
Scott (2006) menjelaskan bahwa tujuan utama perusahaan adalah
memaksimalkan nilai, atau harga saham perusahaan. Menurut Fama
(1978) nilai perusahaan akan tercermin dari harga sahamnya. Semakin
Page 55
38
tinggi harga saham maka semakin tinggi nilai perusahaan. Keberhasilan
atau kegagalan keputusan manajemen hanya dapat dinilai berdasarkan
dampaknya pada harga saham perusahaan.
Menurut Weston dan Brigham (1993), harga saham didefinisikan
sebagai: ”the price at which stock sells in the market.” Sedangkan, harga
pasar saham adalah nilai pasar sekuritas yang dapat diperoleh investor
apabila investor menjual atau membeli saham, yang ditentukan
berdasarkan harga penutupan atau closing price di bursa pada hari yang
bersangkutan. Jadi, harga penutupan atau closing price merupakan harga
saham terakhir kali pada saat berpindah tangan di akhir perdagangan.
Harga saham didasarkan pada penilaian dari eksternal perusahaan
terhadap aset perusahaan serta pertumbuhan pasar saham. Harga pasar dari
saham perusahaan yang terbentuk antara pembeli dan penjual di saat
terjadi transaksi disebut nilai pasar perusahaan, karena harga pasar saham
dianggap sebagai cerminan dari nilai aset perusahaan sesungguhnya.
Menurut Kesuma (2009), harga saham adalah nilai nominal
penutupan (closing price) dari penyertaan atau pemilikan seseorang atau
badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas yang berlaku secara
reguler di pasar modal di Indonesia. Jika perusahaan mencapai prestasi
yang baik, maka saham perusahaan tersebut akan banyak diminati oleh
banyak investor. Prestasi baik yang dicapai perusahaan dapat dilihat di
dalam laporan keuangan yang dipublikasikan oleh perusahaan.
Page 56
39
Menurut Rika dan Ishlahuddin (2008), nilai perusahaan dapat
didefinisikan sebagai nilai pasar saham. Alasannya karena nilai
perusahaan dapat memberikan kemakmuran atau keuntungan bagi
pemegang saham secara maksimum jika harga saham perusahaan
meningkat. Semakin tinggi harga saham, maka makin tinggi keuntungan
pemegang saham sehingga keadaan ini akan diminati oleh investor karena
dengan permintaan saham yang meningkat menyebabkan nilai perusahaan
juga akan meningkat. Nilai perusahaan dapat dicapai dengan maksimum
jika para pemegang saham menyerahkan urusan pengelolaan perusahaan
kepada orang-orang yang berkompeten dalam bidangnya, seperti manajer
maupun komisaris.
Rasio-rasio keuangan digunakan investor untuk mengetahui nilai
pasar perusahaan. Rasio tersebut dapat memberikan indikasi bagi
manajemen mengenai penilaian investor terhadap kinerja perusahaan di
masa lalu dan prospeknya dimasa depan. Ada beberapa rasio yang dapat
digunakan dalam mengukur nilai pasar suatu perusahaan. Salah satunya
yaitu dengan rumus (hitung) yang dikembangkan oleh James Tobin
(1967). Rasio ini dinilai bisa memberikan informasi paling baik, karena
dalam rumus Tobin‟s Q memasukkan semua unsur hutang dan modal
saham perusahaan, tidak hanya saham biasa dan/atau ekuitas perusahaan
saja yang dimasukkan, melainkan juga seluruh aset perusahaan. Dengan
memasukkan seluruh aset perusahaan, berarti perusahaan tidak hanya
terfokus pada satu tipe investor saja yaitu investor dalam bentuk saham.
Page 57
40
Tetapi, juga untuk kreditur karena sumber pembiayaan operasional
perusahaan bukan hanya dari ekuitasnya saja tetapi juga dari pinjaman
yang diberikan oleh kreditur (Ujiyantho dan Pramuka, 2007).
Rasio ini merupakan konsep yang berharga karena menunjukkan
estimasi pasar keuangan saat ini tentang nilai hasil pengembalian dari
setiap investasi yang dilakukan (Herawaty, 2008). Semakin besar nilai
rasio Tobin‟s Q menunjukkan bahwa perusahaan memiliki prospek
pertumbuhan yang baik. Hal ini dapat terjadi karena semakin besar nilai
pasar aset perusahaan, semakin besar kerelaan investor untuk
mengeluarkan pengorbanan yang lebih untuk memiliki perusahaan
tersebut.
B. Penelitian Terdahulu
Adapun hasil/temuan-temuan penelitian terdahulu mengenai topik
dan/atau objek penelitian yang relevan dengan penelitian ini dapat dilihat
dalam tabel berikut:
Page 58
41
Tabel 2.1
Tinjauan Penelitian Terdahulu
No. Peneliti
(Tahun) Judul
Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan 1 Estiasih et
al (2015)
The Influence of
Corporate
Social
Responsibility
(CSR) and Good
Corporate
Governance
(GCG) on Firm
Value: The
Characteristic
of the Company
as Moderating
Variable
1. Corporate
governance
sebagai
variabel
prediktor bagi
nilai
perusahaan.
2. Nilai
perusahaan
sebagai
variabel yang
diminati.
3. Menggunakan
ukuran
perusahaan
(proxy
karakteristik
perusahaan)
1. Tidak menguji
efek moderasi
karakteristik
perusahaan atas
hubungan antara
variabel
independen dan
dependen-nya.
2. Ukuran
perusahaan
sebagai variabel
independen;
3. Tidak
menggunakan
CSR sebagai
variabel
independen.
1. Semua variabel,
kecuali CSR dan
komite audit (proxy
GCG) tidak
memiliki pengaruh
yang signifikan
terhadap nilai
perusahaan;
2. Tidak semua proxy
karakteristik
perusahaan dapat
memoderasi
hubungan antara
variabel bebas; dan
variabel terikat; dan
3. Dalam hubungannya
dengan variabel
terikat, tidak semua
variabel bebas
dimoderasi.
2 Kristiani et
al (2014)
Pengaruh
Mekanisme
Corporate
Governance dan
Ukuran
Perusahaan
terhadap
Manajemen
Laba
1. Mekanisme
corporate
governance
sebagai
variabel
independen;
2. Menggunakan
proxy
variabel
karakteristik
perusahaan
(ukuran
perusahaan)
untuk
menjelaskan
variabel
dependen
1. Nilai perusahaan
sebagai variabel
dependen;
2. Manajemen laba
sebagai variabel
independen
1. Kepemilikan
institusional,
kepemilikan
manajerial,
komposisi dewan
komisaris, komite
audit, dan ukuran
perusahaan tidak
berpengaruh
signifikan terhadap
manajemen laba;
2. Secara simultan
semua variabel
independen
berpengaruh
signifikan terhadap
variabel dependen
Page 59
42
No. Peneliti
(Tahun) Judul
Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan 3 Suhani
(2013)
Analisis
Pengaruh
Earning
Management,
Mekanisme
Corporate
Governance,
dan Ukuran
Perusahaan
terhadap Nilai
Perusahaan
1. Menggunakan
mekanisme
corporate
governance,
earning
management,
dan ukuran
perusahaan
sebagai
variabel
independen;
2. Nilai
perusahaan
sebagai
variabel yang
diminati.
1. Menambahkan
komite audit
sebagai proxy
mekanisme
corporate
governance;
2. Nilai perusahaan
diproksikan
dengan rumus
Tobin‟s Q;
3. Periode
pengamatan
adalah 3 tahun;
4. Mengujikan
objek studi
terhadap
perusahaan-
perusahaan
manufaktur
sektor consumer
goods
1. Earning
Management,
kepemilikan
institusional, dan
ukuran perusahaan
berpengaruh
signifikan terhadap
nilai perusahaan.
Namun, jumlah
dewan komisaris,
kepemilikan
manajerial, dan
kualitas audit tidak
berpengaruh
signifikan terhadap
nilai perusahaan;
2. Secara simultan,
seluruh variabel
bebas bepengaruh
signifikan terhadap
nilai perusahaan
4 Rice (2013) Pengaruh
Leverage,
Kepemilikan
Institusional,
Ukuran dan
Nilai
Perusahaan
terhadap
Tindakan
Manajemen
Laba
1. Menggunakan
proxy
variabel
(mekanisme)
corporate
governance
sebagai
variabel
independen;
2. Menggunakan
proxy
karakteristik
perusahaan
(ukuran
perusahaan)
sebagai
variabel
independen
1. Nilai perusahaan
sebagai variabel
yang diminati;
2. Manajemen laba
sebagai variabel
independen;
3. Tidak
menggunakan
leverage sebagai
variabel
independen;
4. Menggunakan
lima proxy untuk
variabel
(mekanisme)
corporate
governance
1. Secara simultan,
semua variabel
bebas berpengaruh
signifikan terhadap
manajemen laba;
2. Secara parsial, hanya
leverage,
kepemilikan
institusional, dan
nilai perusahaan
yang berpengaruh
signifikan terhadap
manajemen laba.
Page 60
43
No. Peneliti
(Tahun) Judul
Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan 5 Lestari dan
Pamudji
(2013)
Pengaruh
Earnings
Management
terhadap Nilai
Perusahaan
Dimoderasi
dengan Praktik
Corporate
Governance
1. Nilai
perusahaan
sebagai
variabel
dependen;
2. Earning
management
sebagai
variabel
independen
1. Menggunakan 5
proxy mekanisme
corporate
governance
sebagai variabel
independen;
2. Proxy
karakteristik
perusahaan
(ukuran
perusahaan)
sebagai variabel
independen;
1. Manajemen laba
berpengaruh negatif
signifikan terhadap
nilai perusahaan;
2. Keempat variabel
corporate
governance, baik
secara terpisah
maupun simultan,
tidak berpengaruh
signifikan terhadap
nilai perusahaan;
3. Semua variabel
GCG, selain
kepemilikan
manajerial,
memoderasi
pengaruh earnings
management
terhadap nilai
perusahaan.
6 Susanto
dan Subekti
(2012)
Pengaruh
Corporate
Social
Responsibility
dan Good
Corporate
Governance
terhadap Nilai
Perusahaan
1. Nilai
perusahaan
sebagai
variabel
dependen;
2. Corporate
governance
sebagai
variabel
independen
1. Tidak
menggunakan
CSR sebagai
variabel
independen;
2. Menggunakan
earning
management dan
ukuran
perusahaan
sebagai variabel
independen
Komisaris independen
dan kepemilikan
manajerial memiliki
pengaruh yang
signifikan terhadap nilai
perusahaan. Sedangkan,
CSR, komite audit, dan
kepemilikan
institusional tidak
berpengaruh signifikan
terhadap nilai
perusahaan.
Page 61
44
No. Peneliti
(Tahun) Judul
Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan 7 Kartika dan
Nikmah
(2011)
Pengaruh
Corporate
Governance dan
Investment
Opportunity Set
(IOS) terhadap
Kualitas Laba
dan Nilai
Perusahaan
1. Nilai
perusahaan
sebagai
variabel
dependen;
2. Corporate
governance
sebagai
variabel
independen
1. Tidak
menggunakan
investment
opportunity set
(IOS) sebagai
variabel
independen;
2. Tidak
menggunakan
kualitas laba
sebagai variabel
dependen;
3. Menggunakan
ukuran
perusahaan
sebagai variabel
independen
1. Komite audit dan
kepemilikan
institusional
berpengaruh
signifikan terhadap
kualitas laba, tetapi
tidak berpengaruh
signifikan terhadap
nilai perusahaan;
2. Kepemilikan
manajerial
berpengaruh
signifikan terhadap
kualitas laba dan
nilai perusahaan;
3. Kualitas laba tidak
memiliki pengaruh
signifikan terhadap
nilai perusahaan.
Sumber: Referensi Penelitian Terdahulu
Page 62
45
C. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran dan/atau model penelitian dapat dibuat dalam
bentuk bagan sebagai berikut:
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
Kepemilikan Institusional (X1), digunakan sebagai Proxy
Mekanisme Corporate Governance dalam penelitian Estiasih
et al (2015), Kristiani et al (2014), Suhani (2013), Lestari dan
Pamudji (2013), Susanto dan Subekti (2012), dan Kartika dan
Nikmah (2011)
Kepemilikan Manajerial (X2), digunakan sebagai Proxy
Mekanisme Corporate Governance dalam penelitian Estiasih
et al (2015), Kristiani et al (2014), Suhani (2013), Lestari dan
Pamudji (2013), Susanto dan Subekti (2012), dan Kartika dan
Nikmah (2011)
Komisaris Independen (X3), digunakan sebagai Proxy
Mekanisme Corporate Governance dalam penelitian Estiasih
et al (2015), Kristiani et al (2014), Suhani (2013), Lestari dan
Pamudji (2013), Susanto dan Subekti (2012), dan Kartika dan
Nikmah (2011)
Komite Audit (X4), digunakan sebagai Proxy Mekanisme
Corporate Governance dalam penelitian Estiasih et al (2015),
Kristiani et al (2014), Susanto dan Subekti (2012), dan Kartika
dan Nikmah (2011)
Kualitas Audit (X5), digunakan sebagai Proxy Mekanisme
Corporate Governance dalam penelitian Suhani (2013), dan
Lestari dan Pamudji (2013)
Earning Management (X6), digunakan dalam penelitian
Kristiani et al (2014), Suhani (2013), Rice (2013), dan Lestari
dan Pamudji (2013)
Ukuran Perusahaan (X7), digunakan dalam penelitian Estiasih
et al (2015), Kristiani et al (2014), Suhani (2013), Rice (2013),
Lestari dan Pamudji (2013)
Nilai Perusahaan (Y),
digunakan dalam
penelitian Estiasih et
al (2015), Suhani
(2013), Rice (2013),
Lestari dan Pamudji
(2013), Susanto dan
Subekti (2012), dan
Kartika dan Nikmah
(2011)
Page 63
46
D. Hipotesis
1. Pengaruh Mekanisme Corporate Governance, Earning Management,
dan Ukuran Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan
Penelitian oleh Jhoni Suhani (2013) yang menganalisis pengaruh
earning management, mekanisme corporate governance (yang
diproksikan dengan kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial,
komisaris independen, kualitas audit), dan ukuran perusahaan terhadap
nilai perusahaan menemukan bahwa, secara simultan, variabel independen
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan, dengan
kemampuan variabel independen sebagai prediktor/untuk menjelaskan
variabel dependen-nya sebesar 58,9% . Penelitian serupa yang dilakukan
oleh Anggraini (2013), yang menggunakan variabel independen good
corporate governance (yang diproksikan dengan dewan komisaris,
komisaris independen, dan komite audit), dan ukuran perusahaan,
menemukan bahwa, secara simultan, variabel-variabel independen tersebut
berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan, dengan 39,5% varians
dalam nilai perusahaan, secara signifikan, dapat dijelaskan oleh keempat
variabel independen dalam penelitiannya.
Berdasarkan temuan-temuan atas hasil penelitian tersebut, diduga
kemampuan variabel-variabel independen yang digunakan oleh peneliti-
peneliti tersebut masih relevan untuk digunakan sebagai prediktor/untuk
menjelaskan varians dalam nilai perusahaan sebagai variabel dependen
dalam penelitian ini.
Page 64
47
Maka, hipotesisnya adalah:
H1 : ketujuh variabel independen (kepemilikan institusional – proxy
mekanisme corporate governance – (X1), kepemilikan manajerial – proxy
mekanisme corporate governance – (X2), komisaris independen – proxy
mekanisme corporate governance – (X3), komite audit – proxy mekanisme
corporate governance – (X4), kualitas audit – proxy mekanisme corporate
governance – (X5), earning management (X6), dan ukuran perusahaan
(X7)), secara simultan, berpengaruh terhadap nilai perusahan.
2. Pengaruh Mekanisme Corporate Governance terhadap Nilai
Perusahaan
Mekanisme corporate governance dalam penelitian ini diproksikan
dengan kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komisaris
independen, komite audit, dan kualitas audit.
a. Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Nilai Perusahaan
Nasution dan Setiawan (2007) menemukan bahwa kepemilikan
institusional yang tinggi membatasi manajer untuk melakukan
pengelolaan laba (earning management). Apabila pengelolaan laba
tersebut efisien maka kepemilikan institusional yang tinggi akan
meningkatkan pengelolaan laba. Namun, apabila pengelolaan laba
yang dilakukan perusahaan bersifat oportunis maka kepemilikan
institusional yang tinggi akan mengurangi earning management.
Pengurangan praktek earning management yang dilakukan oleh
manajer tersebut secara otomatis akan berimbas terhadap nilai
Page 65
48
perusahaan karena laba yang dilaporkan dalam laporan keuangan
perusahaan tidak bersifat semu dan dapat dipertanggungjawabkan
kebenarannya.
Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesisnya adalah:
H2 : kepemilikan institusional berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
b. Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Nilai Perusahaan
Nasution dan Setiawan (2007) yang menyatakan bahwa
kepemilikan manajerial merupakan salah satu mekanisme yang dapat
membatasi perilaku opportunistic manajer dalam bentuk earning
management. Wedari (2004) menyatakan bahwa kepemilikan
manajerial juga memiliki motif lain. Mengacu pada teori menyatakan
kepemilikan manajerial dapat berfungsi sebagai mekanisme corporate
governance sehingga dapat mengurangi tindakan manajer dalam
memanipulasi laba, hal ini berarti kepemilikan manajerial berhubungan
negatif terhadap earning management. Pengurangan praktek earning
management yang dilakukan oleh manajer tersebut secara otomatis
akan berimbas terhadap nilai perusahaan karena laba yang dilaporkan
dalam laporan keuangan perusahaan tidak bersifat semu dan dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesisnya adalah:
H3 : kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap nilai perusahan.
Page 66
49
c. Pengaruh Komisaris Independen terhadap Nilai Perusahaan
Hasil penelitian Dechow et al (1996) menunjukkan bahwa
perusahaan memanipulasi laba bersih kemungkinannya apabila
memiliki dewan komisaris yang didominasi oleh manajemen dan lebih
besar kemungkinannya memiliki Chief Executive Officer (CEO) yang
juga merangkap sebagai Chairman of Board. Penerapan good
corporate governance diyakini akan membatasi pengelolaan laba yang
oportunis oleh manajer perusahaan. Oleh sebab itu dengan penerapan
good corporate governance yang baik maka akan memperkecil
kemungkinan earning management dilakukan. Sehingga peningkatan
komisaris independen dalam perusahaan dapat meminimalkan tindakan
manjemen laba yang dilakukan oleh manajer. Tindakan manajemen
laba yang dapat diminimalkan akan berpengaruh terhadap kualitas
laporan keuangan yang dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya
dan tidak menyesatkan penggunanya yang akan berimbas pada nilai
perusahaan.
Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesisnya adalah:
H4 : komisaris independen berpengaruh terhadap nilai perusahan.
d. Pengaruh Komite Audit terhadap Nilai Perusahaan
Komite audit merupakan komite yang dibentuk oleh dewan
direksi yang bertugas melaksanakan pengawasan independen atas
proses laporan keuangan dan audit ekstern. Dalam hal pelaporan
keuangan, peran dan tanggungjawab komite audit adalah memonitor
Page 67
50
dan mengawasi audit laporan keuangan dan memastikan agar standar
dan kebijaksanaan keuangan yang berlaku terpenuhi, memeriksa ulang
laporan keuangan apakah sudah sesuai dengan standar dan
kebijksanaan tersebut dan apakah sudah konsisten dengan informasi
lain yang diketahui oleh anggota komite audit, serta menilai mutu
pelayanan dan kewajaran biaya yang diajukan auditor eksternal.
Dengan demikian, komite audit dalam perusahaan dapat menjadi
salah satu upaya dalam mengurangi kecurangan dalam penyajian
laporan keuangan sehingga komite audit diharapkan dapat
meningkatkan pengawasan terhadap tindakan manajemen yang dapat
melakukan manipulasi terhadap laporan keuangan yang mempengaruhi
integritas laporan keuangan (Astria, 2011).
Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesisnya adalah:
H5 : komite audit berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
e. Pengaruh Kualitas Audit terhadap Nilai Perusahaan
Pengguna laporan keuangan memiliki kecenderungan untuk lebih
mempercayai laporan keuangan yang diaudit oleh kantor akuntan
publik ber-reputasi tinggi karena lebih menjanjikan dalam hal kualitas
audit yang diharapkan. Salah satu proksi yang lazim digunakan dalam
menjelaskan/mengukur kualitas tersebut adalah dengan menyandarkan
standar kompetensi dan independensi kantor akuntan publik tersebut
kepada besar ukuran perusahaan audit (kantor akuntan publik).
Perusahaan audit dengan reputasi tinggi tersebut cenderung akan
Page 68
51
memberikan perhatian yang lebih mengenai reputasi mereka. Karena
itu, dapat diduga bahwa klien kantor akuntan publik yang lebih kecil
dan/atau tidak bereputasi tinggi berpotensi lebih tinggi dalam
melakukan praktek earning management dalam perusahaan karena
dengan menggunakan jasa perusahaan audit ber-reputasi tinggi akan
bernilai resiko bagi manajemen yang melakukan praktek manajemen
laba tersebut.
Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesisnya adalah:
H6 : kualitas audit berpengaruh terhadap nilai perusahan.
3. Pengaruh Earning Management terhadap Nilai Perusahaan
Manajer sebagai pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui
informasi internal dan prospek perusahaan dimasa yang akan datang
dibanding pemilik (pemegang saham), sehingga menimbulkan asimetri
informasi. Manajer diwajibkan memberikan sinyal mengenai kondisi
perusahaan kepada pemilik. Sinyal yang diberikan merupakan cerminan
nilai perusahaan melalui pengungkapan informasi akuntansi seperti
laporan keuangan. Laporan keuangan tersebut penting bagi pengguna
eksternal perusahaan, karena kelompok itu berada dalam kondisi yang
paling tinggi tingkat kepastiannya (Gabrielsen et al, 1997). Asimetri antara
manjemen dan pemilik memberikan kesempatan pada manajer untuk
melakukan praktek manajemen laba (earning management). Sloan (1996)
dalam Herawaty (2008) menguji sifat kandungan informasi komponen
akrual dan komponen aliran kas apakah terrefleksi dalam harga saham.
Page 69
52
Terbukti bahwa kinerja laba yang berasal dari komponen akrual sebagai
aktivitas earning management memiliki persistensi yang lebih rendah
dibandingkan aliran kas. Laba yang dilaporkan lebih besar dibandingkan
aliran kas operasi yang dapat meningkatkan nilai perusahaan saat ini.
Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesisnya adalah:
H7 : earning managament berpengaruh terhadap nilai perusahan.
4. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan hal yang penting dalam proses
pelaporan keuangan. Ukuran perusahaan dalam penelitian ini diukur
dengan melihat seberapa besar nilai aset yang dimiliki oleh sebuah
perusahaan. Aset yang dimiliki perusahaan ini menggambarkan hak &
kewajiban serta permodalan perusahaan.
Darmawati (2004) menyatakan bahwa perusahaan besar pada
dasarnya memiliki kekuatan finansial yang lebih besar dalam menunjang
kinerja. Namun, di sisi lain, perusahaan dihadapkan pada masalah
keagenan yang lebih besar. Uyun (2011) dalam penelitiannya menemukan
bukti bahwa ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap kinerja
keuangan perusahaan.
Perusahaan dengan aset besar biasanya akan mendapatkan
perhatian lebih dari masyarakat. Hal ini akan menyebabkan perusahaan
lebih berhati-hati dalam melakukan pelaporan keuangannya. Perusahaan
diharapkan akan selalu berusaha menjaga stabilitas kinerja keuangan
mereka. Pelaporan kondisi keuangan yang baik ini tentu tidak serta merta
Page 70
53
dapat dilakukan tanpa melalui kinerja yang baik dari semua lini
perusahaan.
Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesisnya adalah:
H8 : ukuran perusahaan berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Page 71
54
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan jenis pendekatan
studi kepustakaan dan menggunakan metode hipotesis-deduktif, yakni metode
investigasi ilmiah yang bertujuan untuk menemukan jawaban atas
permasalahan (penelitian), dengan berpedoman kepada serangkaian langkah-
langkah sistematis yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan penelitian,
meliputi: pengamatan dan pengumpulan informasi awal, perumusan teori dan
penyusunan hipotesis, pengumpulan data ilmiah lebih lanjut, analisis data,
dan deduksi (Sekaran, 2006).
Teknik analisis statistik atas data (yang dikumpulkan dengan
menggunakan metode dokumentasi), didukung dengan penggunaan program
peranti lunak analisis data berbasis Windows, Statistical Product and
Services Solutions (SPSS) Versi 22.0. Data pengamatan – pooled data –
diperoleh dari sumber data sekunder melalui akses online.
Dalam penelitian ini, objek yang dianalisis & diprediksi adalah pengaruh
mekanisme corporate governance (yang diproksikan dengan kepemilikan
institusional, kepemilikan manajerial, komisaris independen, komite audit,
dan kualitas audit), earning management, dan ukuran perusahaan terhadap
nilai perusahaan. Sedangkan, subjek penelitian adalah setiap anggota
Page 72
55
perusahaan manufaktur sektor consumer goods yang memenuhi seluruh
kriteria dalam kerangka penentuan sampel bertujuan (purposive-judgment
sampling).
B. Metode Penentuan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sejak tahun 2012 hingga 2014.
Sedangkan, kelompok populasi yang dijadikan sebagai faktor dalam
penentuan sampel (unit sampling) adalah perusahaan-perusahaan manufaktur
yang tergolong ke dalam sektor consumer goods.
Perusahaan yang menjadi sampel penelitian dipilih menggunakan
metode purposive-judgment sampling, yakni sampel dipilih berdasarkan
pertimbangan langsung peneliti dengan ketentuan memenuhi syarat
kemampuan representasi dan sesuai dengan karakteristik populasi yang
diinginkan dalam penelitian (Sekaran, 2006). Kriteria-kriteria yang digunakan
dalam menentukan sampel penelitian adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan manufaktur sektor consumer goods yang secara konsisten
terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama 3 tahun berturut-turut selama
periode 2012-2014;
2. Menerbitkan laporan tahunan (annual report) dan laporan keuangan
konsolidasian yang diaudit di setiap tahun dalam periode pengamatan;
3. Memiliki semua data dan/atau informasi yang relevan berkaitan dengan
objek dari penelitian yang dilakukan.
Page 73
56
Penggunaan unit sampling yang terdiri dari perusahaan-perusahaan
manufaktur yang tergolong ke dalam sektor consumer goods, mencerminkan
– konsekuensi – nilai validitas eksternal (generalisasi) dari temuan atas hasil
penelitian yang hanya berlaku bagi setiap subjek dari keseluruhan jumlah
sampel penelitian yang terpilih, yang memenuhi semua kriteria dalam
kerangka purposive-judgment sampling penelitian.
Unit sampling penelitian yang digunakan relevan dengan motivasi,
posisi dan tujuan penelitian, yakni untuk tujuan/upaya pengembangan teori
berkenaan dengan objek studi. Dengan memperbaharui spesifikasi data
pengamatan dalam penelitian, berupa periode pengamatan dan subjek
penelitian, temuan atas hasil penelitian ini berpotensi dapat memberikan
perbandingan mengenai teori terdahulu berkenaan dengan objek studi, dengan
temuan atas hasil penelitian saat ini.
C. Metode Pengumpulan Data
Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data
kuantitatif yang diperoleh dengan cara dokumentasi dari sumber data
sekunder, yang dalam hal ini diperoleh melalui akses online dari pusat
referensi pasar modal: Bursa Efek Indonesia (http://www.idx.co.id//), yang
berupa terbitan laporan tahunan (annual report) dan laporan keuangan
konsolidasian ter-audit dari perusahaan manufaktur sampel terpilih untuk
periode pengamatan 3 tahun (2012-2014), Fact Book tahun 2012-2014, serta
dilengkapi dengan data-data pendukung relevan lain dari sumber data
sekunder yang dapat diandalkan. Studi kepustakaan dilakukan guna
Page 74
57
pengayaan materi dalam rangka survei literatur dengan terutama penelaahan
terhadap hasil/temuan penelitian terdahulu yang bersumber dari publikasi
jurnal/karya ilmiah dalam bidang kajian yang relevan dan dapat
diperbandingkan.
D. Metode Analisis Data
Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan pendekatan
(analisis) statistik kuantitatif, yakni metode analisis yang berbasis data
kuantitatif dan dengan perhitungan statistik (Dajan, 1996).
Untuk mempermudah dalam proses analisis, digunakan SPSS (Statistical
Package for Social Science) ver. 22, yaitu software yang berfungsi untuk
menganalisis data dan melakukan perhitungan statistik baik parametrik
maupun non-parametrik dengan basis Windows (Ghozali, 2011).
Metode analisis data yang digunakan terdiri dari metode statistik
deskriptif, uji asumsi klasik, uji koefisien determinasi, uji statistik F (F test),
dan uji statistik t (t test), dengan penjelasan sebagai berikut:
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk
menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data
yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat
kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2009).
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang
dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum,
minimum, sum, range, kurtosis, dan skewness (Ghozali, 2011).
Page 75
58
Nilai rata-rata (mean) menunjukan hasil analisis terhadap tendensi
sentral data. Sedangkan, standar deviasi, varian, maksimum dan minimum
menunjukkan hasil analisis terhadap dispersi data. Adapun, skewness
(kemencengan) dan kurtosis menunjukkan bagaimana data terdistribusi
(Ghozali, 2011).
Adapun, analisis statistik deskriptif dalam penelitian ini, meliputi
analisis atas nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata (mean), dan
standar deviasi dari jumlah data.
2. Uji Asumsi Klasik
Sebelum melakukan pengujian hipotesis dengan model regresi
berganda terlebih dahulu akan dilakukan uji asumsi klasik yang terdiri
dari: uji normalitas, uji multikolinieritas, uji heterokedastisitas dan uji
autokorelasi.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal
atau tidak agar uji statistik untuk jumlah sampel kecil hasilnya tetap
valid (Ghozali, 2011). Seperti diketahui bahwa uji t dan F
mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal.
Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk
jumlah sampel kecil. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual
berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji
Page 76
59
statistik (Ghozali, 2011). Dalam penelitian ini, kedua metode analisis
tersebut digunakan.
Uji kolmogorov-smirnov merupakan salah satu bagian dari uji
statistik normalitas. Uji kolmogorov-smirnov dapat dijadikan petunjuk
apakah suatu data berdistribusi normal atau tidak. Pada uji
kolmogorov-smirnov jika tingkat signifikansi dibawah 0,05, maka data
yang diuji memiliki perbedaan yang signifikan dengan data normal
baku sehingga data yang diujikan tidak berdistribusi normal. Namun,
jika tingkat signifikansi di atas 0,05, maka data yang diuji memiliki
distribusi normal (Ghozali, 2011). Uji ini diyakini lebih akurat
daripada uji normalitas dengan grafik, karena uji normalitas dengan
grafik dapat menyesatkan, jika tidak hati-hati secara visual kelihatan
normal (Ghozali, 2011).
Metode grafik yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan melihat normal probability plot. Analisis normal probability
plot dilakukan dengan cara membandingkan distribusi kumulatif dari
distribusi normal (Ghozali, 2011). Jika pada grafik analisis terlihat data
tersebar di sekitar garis diagonal sebagai representasi pola distribusi
normal, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi telah memenuhi
syarat/asumsi normalitas.
b. Uji Multikolinieritas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Model
Page 77
60
regresi yang baik adalah regresi dengan tidak adanya gejala korelasi
yang kuat di antara variabel bebasnya. Dalam pengujian digunakan
matrik korelasi antar variabel bebas untuk melihat besarnya korelasi
antar variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi,
maka variabel-variabel tersebut tidak ortogonal atau terjadi kemiripan.
Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi
antarsesama variabel independen bernilai 0 (nol). Dengan kata lain,
jika terjadi korelasi, maka dinamakan problem multikolonieritas
(Ghozali, 2011).
Pendeteksian multikolonieritas dilakukan dengan menggunakan
nilai standar pembanding tolerance value dan variance inflation factor
(VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen yang
dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jika nilai tolerance > 0,10
dan VIF < 10, maka dapat dikatakan bahwa model regresi bebas dari
masalah multikolinearitas.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari satu residual pengamatan ke
pengamatan yang lain (Ghozali, 2011). Jika variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut
homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model
regresi yang baik adalah homoskedastisitas atau tidak terjadi
heteroskedastisitas.
Page 78
61
Salah satu cara yang digunakan untuk mendeteksi masalah
heteroskedastisitas pada model regresi adalah dengan melihat grafik
scatter plot yang memprediksi variabel terikat (ZPRED) dengan
residualnya (SRESID). Jika pada grafik analisis tersebut ditemukan
pola (titik) tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian
menyempit, dst), maka mengindikasikan telah terjadi
heteroskedastisitas dalam model regresi yang diujikan. Namun, apabila
grafik analisis menunjukkan persebaran titik secara acak atau tidak
memiliki pola yang jelas diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y,
maka dapat disimpulkan bahwa model regresi yang diujikan bebas dari
masalah heteroskedastisitas (Ghozali, 2011). Selain dengan melihat
grafik scatter plot, dapat digunakan pula Uji Glejser (Glejser Test). Uji
Glejser dilakukan dengan meregresi nilai absolut residual terhadap
variabel bebas. Apabila hasil dari uji Glejser bernilai kurang dari/atau
sama dengan 0,05, maka, dapat disimpulkan bahwa data mengalami
gangguan heteroskedastisitas dan sebaliknya (Ghozali, 2011). Dalam
melakukan uji heteroskedastisitas dalam penelitian ini digunakan
metode uji Glejser dan analisis grafik scatter plot.
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terdapat korelasi antara kesalahan penganggu pada periode t
dengan kesalahan pada periode t-1 (Ghozali, 2011). Jika terdapat
korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi
Page 79
62
muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan
antara satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual
(kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi
lainnya. Model regresi yang baik adalah yang bebas dari autokorelasi
(Ghozali, 2011).
Dalam penelitian ini, pengujian autokorelasi dilakukan dengan
menggunakan Runs Test, yang merupakan bagian dari statistik non-
parametrik yang bertujuan untuk menguji apakah antar-residual
terdapat korelasi yang tinggi atau tidak (Ghozali, 2011).
Pendeteksian autokorelasi dilakukan dengan cara
membandingkan nilai perolehan hasil pengujian (asymptotic
significance) terhadap nilai probabilitas 0,05. Jika nilai perolehan >
0,05, maka dapat dikatakan bahwa model regresi bebas dari masalah
autokorelasi (Ghozali, 2011). Begitupun sebaliknya.
3. Uji Koefisien Determinasi
Uji Koefisien determinasi digunakan untuk menggambarkan
kemampuan model menjelaskan variasi yang terjadi dalam variabel
dependen (Ghozali, 2011). Koefisien determinasi dinyatakan dalam
persentase. Nilai koefisien korelasi ini berkisar antara 0 dan 1. Nilai
koefisien yang kecil menunjukkan bahwa kemampuan variabel-variabel
independen dalam menjelaskan variasi dalam nilai variabel dependen amat
terbatas. Nilai yang mendekati 1 berarti variabel-variabel independen
Page 80
63
memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi
variasi nilai variabel dependen (Ghozali, 2011).
4. Uji Statistik F (F Test)
Uji statistik F menunjukkan apakah semua variabel independen
yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-
sama (simultan) terhadap variabel dependen (Ghozali, 2011). Uji statistik
F digunakan untuk mengetahui pengaruh semua variabel independen yang
dimasukkan dalam model regresi secara bersama-sama (simultan) terhadap
variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikan 0,05.
Menurut Santoso (2010), dasar pengambilan keputusan dalam uji
statistik F ini adalah sebagai berikut:
a. Jika nilai probabilitas di bawah 0,05, maka semua variabel independen
mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel
dependen sehingga hipotesis alternatifnya (Ha) diterima.
b. Jika nilai probabilitas di atas 0,05, maka semua variabel independen
tidak mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel
dependen sehingga hipotesis alternatifnya (Ha) ditolak.
Dalam penelitian ini, uji statistik F (F test) digunakan untuk menguji
hipotesis-1.
5. Uji Statistik t (t Test)
Uji statistik t menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel
penjelas atau independen secara individual dalam menerangkan variasi
nilai variabel dependen (Ghozali, 2011). Uji statistik t digunakan untuk
Page 81
64
mengetahui ada atau tidaknya pengaruh masing-masing variabel
independen secara individual terhadap variabel dependen yang diuji pada
tingkat signifikansi 0,05.
Menurut Santoso (2010), dasar pengambilan keputusan dalam uji
statistik t ini adalah sebagai berikut:
a. Jika nilai probabilitas signifikansi di bawah 0,05, maka variabel
independen secara individual berpengaruh signifikan terhadap variabel
dependen sehingga hipotesis alternatifnya (Ha) diterima.
b. Jika nilai probabilitas signifikansi di atas 0,05, maka variabel
independen secara individual tidak berpengaruh signifikan terhadap
variabel dependen sehingga hipotesis alternatifnya (Ha) ditolak.
Dalam penelitian ini, uji statistik t (t test) digunakan untuk menguji
hipotesis 2-8.
E. Definisi Operasional Variabel Penelitian
1. Variabel Dependen
Variabel dependen adalah tipe variabel yang dijelaskan atau
dipengaruhi oleh variabel independen (Indriantoro dan Supomo, 2002).
Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai
perusahaan. Kesejahteraan pemegang saham dapat dilihat dari nilai
perusahaan. Semakin tinggi nilai perusahaan, maka menggambarkan
semakin sejahtera pula pemiliknya. Nilai perusahaan tercermin dari nilai
pasar dan/atau nilai buku perusahaan dari kepemilikan ekuitasnya. Dalam
neraca keuangan, ekuitas menggambarkan total modal perusahaan. Nilai
Page 82
65
perusahaan diukur dengan menggunakan rumus Tobin‟s Q yang telah
dimodifikasi versi Chung dan Pruitt (1994) yang dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
Q = Nilai Perusahaan
MVS = Market Value of All Outstanding Share
D = Debt
TA = Firm’s Assets
Market value of all outstanding share (MVS) merupakan nilai pasar
saham yang diperoleh dari perkalian jumlah saham yang beredar dengan
harga saham penutupan (closing price). Sedangkan, debt merupakan
besarnya nilai pasar hutang, yang dihitung dengan menggunakan
persamaan berikut:
Keterangan:
D = Debt
AVCL = Accounting Value of the Firm’s Current Liabilitites
AVLTD = Accounting Value of the Firm’s Long Term Debt
AVCA = Accounting Value of the Firm’s Current Assets
( MVS + D)
Q ________________
TA
D = (AVCL – AVCA) + AVLTD
Page 83
66
2. Variabel Independen
Variabel independen adalah tipe variabel yang menjelaskan atau
mempengaruhi variabel yang lain (Indriantoro dan Supomo, 2002).
Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
mekanisme corporate governance, yang diproksikan oleh kepemilikan
institusional, kepemilikan manajerial, komisaris independen, komite
audit, dan kualitas audit, manajemen laba (earning management) dan
ukuran perusahaan.
a. Mekanisme Corporate Governance
1) Mekanisme Corporate Governance yang Diproksikan
Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional adalah jumlah kepemilikan
saham yang dimiliki oleh institusi dari seluruh jumlah modal
saham perusahaan yang dikelola (Boediono, 2005). Kepemilikan
institusional dipercaya oleh beberapa peneliti dapat mempengaruhi
jalannya perusahaan yang pada akhirnya akan berpengaruh pada
kinerja perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan yaitu
maksimalisasi nilai perusahaan (Praditia, 2010). Kepemilikan
institusional (KINS) dihitung dengan cara sebagai berikut (Kamil
dan Hapsari, 2014):
Jumlah saham yang dimiliki pihak institusi
KINS ____________________________________________________
Jumlah saham perusahaan yang beredar
Page 84
67
2) Mekanisme Corporate Governance yang Diproksikan
Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan manajerial adalah jumlah kepemilikan saham
yang dimiliki oleh pihak manajemen dari seluruh jumlah modal
saham perusahaan yang dikelola (Boediono, 2005). Kepemilikan
saham yang besar, dari sisi ekonomisnya, memiliki insentif dalam
menyelaraskan kepentingan agen dengan prinsipal (Herawaty,
2008). Kepemilikan institusional (KMNJ) dihitung dengan cara
sebagai berikut (Kamil dan Hapsari, 2014):
3) Mekanisme Corporate Governance yang Diproksikan
Komisaris Independen
Komisaris independen merupakan pihak yang tidak
mempunyai hubungan afiliasi dengan suatu perusahaan, tidak
memiliki jabatan rangkap di perusahaan lain yang terafiliasi
dengan suatu perusahaan, dan memahami peraturan perundang-
undangan di bidang pasar modal. Perusahaan publik wajib
memiliki komisaris independen sekurang-kurangnya 30% dari
jumlah seluruh anggota dewan komisaris (Keputusan Direksi PT.
Bursa Efek Jakarta No. Kep-315/BEJ/062000)). Proporsi dewan
Jumlah saham yang dimiliki pihak manajemen
KMNJ ________________________________________________________
Jumlah saham perusahaan yang beredar
Page 85
68
komisaris independen (KIND) dapat dihitung dengan cara sebagai
berikut (Kamil dan Hapsari, 2014):
4) Mekanisme Corporate Governance yang Diproksikan Komite
Audit
Komite audit adalah suatu komite yang beranggotakan satu
atau lebih anggota dewan komisaris (Rachmawati dan Triatmoko,
2007). Komite audit mempunyai peran yang sangat penting dan
strategis dalam hal memelihara kredibilitas proses penyusunan
laporan keuangan seperti halnya menjaga terciptanya sistem
pengawasan perusahaan yang baik serta dilaksanakannya good
corporate governance (GCG). Dengan berjalannya fungsi komite
audit secara efektif, kontrol terhadap perusahaan akan lebih baik
sehingga konflik keagenan dapat diminimalisir (Rachmawati dan
Triatmoko, 2007). Peran komite audit juga sangat penting karena
mempengaruhi kualitas laba perusahaan yang merupakan salah
satu informasi penting yang tersedia untuk publik dan dapat
digunakan oleh investor untuk menilai perusahaan (Suaryana,
2005).
Jumlah Komisaris Independen
KIND _________________________________________
Total Anggota Dewan Komisaris
Page 86
69
Komite audit (KOMA) diukur dengan cara menghitung
jumlah anggota komite audit dari tiap-tiap perusahaan yang
menjadi sampel dalam penelitian (Susanto dan Subekti, 2012).
5) Mekanisme Corporate Governance yang Diproksikan Kualitas
Audit
Audit merupakan suatu proses untuk mengurangi
ketidakselarasan informasi yang terdapat antara manajer dan para
pemegang saham dengan menggunakan pihak luar untuk
memberikan pengesahan terhadap laporan keuangan (Meutia,
2004). Kualitas audit (KAUD) dapat diukur melalui klasifikasi atas
audit yang dilakukan oleh KAP Big 4 dan audit yang dilakukan
oleh KAP Non-Big 4.
Dalam penelitian ini, kualitas audit merupakan variabel
dummy. Jika perusahaan diaudit oleh KAP Big-4 dan/atau
afiliasinya, maka mendapat nilai 1 dan 0 untuk sebaliknya (Lestasi
dan Pamudji, 2013).
Berikut ini adalah KAP lokal yang berafiliasi dengan KAP Big-4
(Suhani, 2013):
a) KAP Purwantono, Sarwoko, Sandjaya – afiliasi Ernst &
Young;
b) KAP Sidharta, Sidharta, Widjaya – afiliasi KPMG;
c) KAP Osman Bing Satrio dan KAP Hans Tuanoka – afiliasi
Deloitte Touche Tohmatsu; dan
Page 87
70
d) KAP Haryanto Sahari, KAP Hadi Susanto, dan KAP
Tanudiredja , Wibisana – afiliasi Pricewaterhousecoopers.
b. Earning Management
Untuk mendeteksi ada-tidaknya manajemen laba (earning
management), maka pengukuran atas akrual adalah hal yang sangat
penting untuk diperhatikan. Total akrual adalah selisih antara laba dan
arus kas yang berasal dari aktivitas operasi. Total akrual dapat
dibedakan menjadi dua bagian. Komponen pertama ialah akrual yang
memang sewajarnya ada dalam proses penyusunan laporan keuangan
atau biasa disebut sebagai akrual normal (non-discretionary accrual).
Adapun, komponen akrual yang kedua bernama akrual abnormal atau
discretionary accrual. Manajemen laba dalam penelitian ini diukur
menggunakan (proksi) discretionary accrual dengan menggunakan
model modifikasi Jones (Modified Jones Model). Menurut Dechow
(1995) dalam Nasution dan Setiawan (2007), model ini dipilih karena
lebih mampu mendeteksi manajemen laba dibandingkan dengan
model-model lainnya.
Perhitungan earning management (EM) dengan menggunakan
model tersebut mencakup langkah-langkah berikut:
I. Menentukan total akrual (ACC), yakni dengan cara mengurangkan
laba bersih dalam satu tahun dengan arus kas dari aktivitas operasi
dalam periode yang sama. Model yang digunakan adalah sebagai
berikut:
Page 88
71
ACC = NOI – CFFO
Dimana:
ACC : Total Accrual
NOI : Net Operating Income
CFFO : Cashflow from Operating Activitites
II. Menghitung non-discretionary accrual (NDA), yaitu:
NDA = (1/TAt-1) + ((Revenue – Receivable)/TAt-1) + (Fix
Asset/TAt-1)
Dimana:
NDA : Non-Discretionary Accrual
Revenue : Total Pendapatan Operasi
Receivable : Total Piutang Usaha
Fix Asset : Total Aset Tetap
TAt-1 : Total Aset Periode Sebelumnya
III. Menghitung discretionary accrual (DA), yakni dengan cara
mengurangkan total accrual (ACC) yang sudah dibagi dengan total
asset periode sebelumnya dengan non-discretionary accrual
(NDA), dengan menggunakan model hitung sebagai berikut:
Page 89
72
DA = (ACC/TAt-1) – NDA
Dimana:
DA : Discretionary Accrual
ACC : Total Accrual
TAt-1 : Total Asset in the Prior Period
NDA : Non-Discretionary Accrual
c. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan cerminan besar-kecilnya
perusahaan yang nampak dalam total aset (Sujoko dan Soebiantoro,
2007). Besarnya ukuran suatu perusahaan dapat mempengaruhi
kemudahan perusahaan tersebut dalam memperoleh pendanaan, baik
eksternal maupun internal (Hardiningsih, 2009).
Dalam penelitian ini, ukuran perusahaan diukur menggunakan
logaritma natural total aset dari tiap-tiap perusahaan yang menjadi
sampel dalam penelitian (Rice, 2013).
UP logaritma natural (Ln) Total Aset
Page 90
73
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
Kelompok populasi yang menjadi unit sampling dalam penelitian adalah
seluruh perusahaan manufaktur sektor consumer goods yang terdaftar di bursa
efek selama tahun periode pengamatan, yakni sejak tahun 2012 hingga 2014.
Sedangkan, untuk menentukan jumlah sampel penelitian, digunakan metode
purposive-judgment sampling dengan kriteria dalam kerangka sampling yang
disesuaikan dengan tujuan penelitian yang dilakukan. Kerangka sampling dan
jumlah sampel penelitian disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 4.1
Penentuan Jumlah Sampel
KRITERIA JUMLAH AKUMULASI
Perusahaan manufaktur sektor consumer
goods yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) selama tahun pengamatan 2012-2014.
38 38
Perusahaan yang tidak terdaftar secara
konsisten selama 3 tahun berturut-turut dalam
periode pengamatan. (Keterangan: delisting,
relisting, atau IPO)
(5) 33
Page 91
74
KRITERIA JUMLAH AKUMULASI
Perusahaan yang tidak menerbitkan annual
report dan laporan keuangan perusahaan
untuk setiap tahun pelaporan selama periode
pengamatan dalam penelitian.
(3) 30
Perusahaan yang tidak memiliki data yang
dibutuhkan berkenaan dengan setiap variabel
objek penelitian. (Keterangan: tidak memiliki
kepemilikan manajerial dalam struktur
kepemilikan perusahaan).
(15) 15
Jumlah perusahaan yang dijadikan sampel 15 15
Sumber: http://www.idx.co.id// (disarikan)
Berdasarkan data yang ditampilkan dalam tabel tersebut, terlihat bahwa
dari jumlah awal unit sampling sebanyak 38 perusahaan hanya kurang dari
50% anggotanya saja yang memenuhi seluruh kriteria dalam kerangka
sampling yang ditetapkan, yakni sejumlah 15 perusahaan yang dijadikan
sampel dari total keseluruhan perusahaan kelompok populasi. Selanjutnya,
dengan menggabungkan data penelitian selama 3 tahun periode pengamatan,
diperoleh jumlah data yang dibutuhkan dalam penelitian sebanyak 45 data
pengamatan.
Berikut ini merupakan daftar nama perusahaan yang merupakan sampel
penelitian:
Page 92
75
Tabel 4.2
Daftar Sampel Penelitian
NO NAMA PERUSAHAAN
1 Wilmar Cahaya Indonesia Tbk
2 Gudang Garam Tbk
3 Indofood Sukses Makmur Tbk
4 Kimia Farma (Persero) Tbk
5 Kedawung Setia Industrial Tbk
6 Kedaung Indah Can Tbk
7 Kalbe Farma Tbk
8 Langgeng Makmur Industri Tbk
9 Martina Berto Tbk
10 Prasidha Aneka Niaga Tbk
11 Pyridam Farma Tbk
12 Sekar Laut Tbk
13 Mandom Indonesia Tbk
14 Tempo Scan Pacific Tbk
15 Ultra Jaya Milk Industry Tbk
Sumber: http://www.idx.co.id// (disarikan)
B. Hasil Analisis dan Pembahasan
1. Analisis Statistik Deskriptif
Alat yang digunakan untuk mendeskripsikan variabel dalam
penelitian ini adalah nilai minimum, maksimum, rata-rata (mean) dan
standar deviasi. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini
meliputi nilai perusahaan sebagai variabel dependen, dan mekanisme
corporate governance, yang diproksikan dengan kepemilikan institusional,
kepemilikan manajerial, komisaris independen, komite audit dan kualitas
Page 93
76
audit, earning management serta ukuran perusahaan yang merupakan
variabel independen.
Hasil pengujian variabel-variabel tersebut secara deskriptif
dijelaskan sebagai berikut:
Tabel 4.3
Hasil Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Kepemilikan Institusional 45 ,4658 ,9610 ,729136 ,1501217
Kepemilikan Manajerial 45 ,0000 ,2308 ,032002 ,0700018
Komisaris Independen 45 ,3333 ,7500 ,391278 ,0894648
Komite Audit 45 2,0000 4,0000 3,022222 ,3982284
Kualitas Audit 45 ,0000 1,0000 ,400000 ,4954337
Earning Management 45 -3,4812 -,6085 -1,657218 ,6134105
Ukuran Perusahaan 45 25,2767 32,0847 28,107576 1,9043034
Nilai Perusahaan 45 -,1001 4,3487 ,961616 ,9846329
Valid N (listwise) 45
Sumber: Output SPSS 22.0
Variabel kepemilikan institusional menunjukkan nilai minimum
sebesar 0,4658 dan nilai maksimum sebesar 0,9610. Nilai rata-rata dari
kepemilikan institusional sebesar 0,7291 dengan nilai standar deviasinya
sebesar 0,1501. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata nilai kepemilikan
institusional pada setiap perusahaan kurang lebih sebesar 72,91% dari
jumlah saham perusahaan keseluruhan.
Variabel kepemilikan manajerial memiliki nilai minimum sebesar
0 dan nilai maksimum sebesar 0,2308. Nilai rata-rata variabel ini adalah
sebesar 0,0320 dengan standar deviasi sebesar 0,0700. Hal ini
menunjukkan bahwa rata-rata nilai kepemilikan manajerial pada setiap
Page 94
77
perusahaan kurang lebih sebesar 3,20% jumlah saham dari seluruh saham
perusahaan.
Komisaris independen memiliki nilai minimum 0,3333 dan nilai
maksimumnya 0,7500. Sedangkan, nilai rata-rata komisaris
independennya sebesar 0,3912 dengan standar deviasi sebesar 0,0894. Hal
ini menunjukkan bahwa perusahaan sampel umumnya telah memenuhi
ketentuan peraturan BAPEPAM mengenai presentase minimum jumlah
anggota dewan komisaris independen dalam perusahaan. Jumlah anggota
komisaris independen rata-rata per perusahaan adalah lebih kurang dari
40% dari jumlah anggota dewan komisaris secara keseluruhan.
Variabel komite audit menunjukkan nilai minimum 2 dan nilai
maksimum 4. Nilai rata-rata variabel adalah sebesar 3,0222 dengan nilai
standar devisasi sebesar 0,3982. Hal ini berarti bahwa perusahaan-
perusahaan tersebut umumnya telah memiliki komite audit sebagaimana
yang dipersyaratkan dalam ketentuan BAPEPAM mengenai keberadaan
komite audit dalam perseroan. Jumlah anggota komite audit rata-rata per
perusahaan berjumlah kurang lebih 3 orang.
Variabel kualitas audit menunjukkan nilai minimum 0 dan nilai
maksimum 1. Nilai rata-rata variabel ini adalah sebesar 0,40 dengan nilai
standar devisasi sebesar 0,4954. Hal ini berarti bahwa kurang lebih hanya
40% anggota dari perusahaan-perusahaan tersebut yang menggunakan jasa
akuntan publik yang ber-reputasi (big-4).
Page 95
78
Variabel earning management menunjukkan nilai minimum -
3,4812 dan nilai maksimum sebesar -0,6085. Nilai rata-rata earning
management adalah sebesar - 1,6572 dengan standar deviasinya sebesar
0,6134. Earning management yang bernilai rata-rata negatif menunjukkan
bahwa umumnya perusahaan-perusahaan tersebut melakukan earning
management dalam mencatat dan menyusun informasi keuangan dengan
pola pengurangan laba yang dilaporkan (income minimalization).
Nilai minimum yang dimiliki oleh variabel ukuran perusahaan
adalah 25,2767. Sedangkan, nilai maksimumnya adalah sebesar 32,0847.
Nilai rata-rata ukuran perusahaan adalah 28,1075 dengan standar deviasi
sebesar 1,9043. Berdasarkan nilai aset dasar hitung logaritma natural,
maka dapat disimpulkan bahwa anggota dari perusahaan-perusahaan
tersebut dapat digolongkan ke dalam perusahaan besar karena memiliki
memiliki nilai total aset melebihi 400 miliar rupiah (Charlemagne, 2005
dalam Suhani, 2013).
Variabel nilai perusahaan memiliki nilai minimum -0,1001 dan
nilai maksimum 4,3487. Sedangkan, nilai rata-ratanya adalah 0,9616
dengan standar deviasi sebesar 0,9846. Dengan demikian, dapat diartikan
bahwa rata-rata perusahaan tersebut memiliki nilai perusahaan yang relatif
rendah karena memiliki nilai (Q) rata-rata di bawah dan/atau mendekati 1.
Page 96
79
2. Uji Asumsi Klasik
a) Uji Normalitas Data
Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah
model regresi, variabel dependen dan variabel independen atau
keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang
baik adalah model yang berdistribusi data normal atau mendekati
normal. Untuk mendeteksi normalitas data adalah dengan
menggunakan metode uji kolmogorov-smirnov Uji normalitas ini
bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel
pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Dasar
pengambilan keputusannya adalah apabila nilai asymptotic
significance lebih besar dari 5%, berarti nilai residual terdistribusi
secara normal (Ghozali, 2011). Berikut ini merupakan hasil uji
normalitas dengan kolmogorov-smirnov:
Tabel 4.4
Hasil Uji Normalitas
S
u
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 45
Normal Parametersa,b
Mean ,0000000
Std. Deviation ,71767700
Most Extreme Differences Absolute ,128
Positive ,128
Negative -,061
Test Statistic ,128
Asymp. Sig. (2-tailed) ,062c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
Page 97
80
Sumber: Output SPSS 22.0
Berdasarkan hasil pengujian di atas, diketahui nilai signifikansi
regresi sebesar 0,062 lebih besar dari 0,05, sehingga dapat disimpulkan
bahwa data yang diuji telah berdistribusi normal.
Untuk memperkuat hasil uji normalitas pada hasil uji
kolmogorov-smirnov, dilakukan pengujian dengan metode grafik
scatter plot dengan melihat persebaran data (titik) pada sumbu
diagonal dari grafik. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan
mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi
normalitas. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan/atau tidak
mengikuti arah diagonal, maka regresi tidak memenuhi asumsi
normalitas. Adapun, hasil uji normalitas dapat dilihat pada gambar
berikut.
Page 98
81
Gambar 4.1
Hasil Uji Normalitas Grafik p-Plot
Sumber: Output SPSS 22.0
Berdasarkan hasil uji normalitas pada gambar di atas dapat
dilihat bahwa grafik probability plot (p-plot) menunjukkan titik-titik
data berada di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal.
Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa data dalam
penelitian ini telah terdistribusi normal atau telah memenuhi asumsi
normalitas.
b) Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas dapat dilihat dari nilai Tolerance dan lawannya
Variance Inflation Factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan
setiap variabel bebas manakah yang dijelaskan oleh variabel bebas
lainnya. Berdasarkan aturan VIF dan Tolerance, apabila VIF melebihi
angka 10 atau Tolerance kurang dari 0,10, maka dinyatakan terjadi
Page 99
82
gejala multikolinieritas, sebaliknya apabila harga VIF kurang dari 10
atau Tolerance lebih dari 0,10, maka dinyatakan tidak terjadi gejala
multikolinieritas. Hasil pengujian ditunjukkan pada tabel berikut
Tabel 4.5
Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) -13,483 3,327 -4,053 ,000
KINS 1,526 1,482 ,233 1,030 ,310 ,281 3,555
KMNJ 6,193 3,010 ,440 2,057 ,047 ,314 3,189
KIND ,675 1,716 ,061 ,393 ,696 ,591 1,693
KOMA ,549 ,352 ,222 1,559 ,128 ,707 1,414
KAUD -,700 ,399 -,352 -1,775 ,087 ,357 2,802
EM -,171 ,239 -,106 -,714 ,480 ,648 1,544
UP ,399 ,100 ,771 3,992 ,000 ,385 2,598
a. Dependent Variable: Q
Sumber: Output SPSS 22.0
Berdasarkan tabel tersebut, diketahui tidak ada satu pun nilai
Tolerance dari setiap variabel independen yang bernilai kurang dari
0,10, ataupun memiliki nilai VIF lebih dari 10,00. Maka, dapat
disimpulkan bahwa di antara variabel bebas tidak terjadi
multikolinearitas.
c) Uji Autokorelasi
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model
regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t-
1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem
Page 100
83
autokorelasi. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari
autokorelasi.
Hasil pengujian autokorelasi dengan Runs Test terhadap data
ditunjukkan pada tabel berikut ini :
Tabel 4.6
Hasil Uji Autokorelasi
Runs Test
Unstandardized Residual
Test Valuea ,00099
Cases < Test Value 22
Cases >= Test Value 23
Total Cases 45
Number of Runs 23
Z ,000
Asymp. Sig. (2-tailed) 1,000
a. Median
Sumber: Output SPSS 22.0
Berdasarkan hasil pengujian, diperoleh nilai asymptotic
significance sebesar 1,000, yang lebih besar dari nilai probabilitas
0,05. Maka, dapat disimpulkan bahwa model regresi bebas dari
masalah autokorelasi.
d) Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan uji Glejser, yaitu dengan meregresi residual kuadrat
dengan variabel independen, variabel independen kuadrat dan
perkalian (interaksi) variabel independen, serta metode analisis grafik
(scatter plot), dengan melihat/menganalisis pola persebaran titik pada
Page 101
84
grafik (Ghozali, 2011). Tabel pengujian dan grafik analisis disajikan
sebagai berikut:
Tabel 4.7
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Sumber: Output SPSS 22.0
Tabel di atas menunjukan bahwa tidak ada satu pun nilai
signifikansi dari variabel-variabel bebas di atas, kecuali nilai
signifikansi dari variabel kualitas audit, yang bernilai kurang dari 0,05.
Masalah heteroskedastisitas pada variabel kualitas audit terjadi karena
data pengamatan untuk variabel tersebut bersifat konstan selama
periode pengamatan. Hal tersebut terjadi karena semua perusahaan
sampel terpilih menggunakan jasa dari kantor akuntan publik yang
sama selama periode pengamatan.
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -2,739 1,787 -1,532 ,134
Kepemilikan Institusional -,592 ,796 -,180 -,743 ,462
Kepemilikan Manajerial 1,699 1,617 ,242 1,051 ,300
Komisaris Independen -,450 ,922 -,082 -,489 ,628
Komite Audit ,336 ,189 ,272 1,777 ,084
Kualitas Audit -,524 ,214 -,527 -2,445 ,019
Earnings Management -,219 ,128 -,273 -1,705 ,097
Ukuran Perusahaan ,094 ,054 ,363 1,750 ,088
a. Dependent Variable: RES2
Page 102
85
Gambar 4.2
Grafik Analisis Heteroskedastisitas
Sumber: Output SPSS 22.0
Dapat dilihat pada grafik di atas bahwa data tersebar di atas dan
di bawah angka 0 (nol) pada sumbu Y dan tidak terdapat suatu pola
yang jelas pada penyebaran data tersebut. Maka, dapat disimpulkan
bahwa pada model regresi tidak terdapat masalah heteroskedastisitas.
Page 103
86
3. Uji Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi digunakan untuk mencari kontribusi variabel
bebas terhadap variasi dalam variabel terikat. Hasil pengujian koefisien
determinasi (Adjusted R2) ditunjukkan pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4.8
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Sumber: Output SPSS 22.0
Nilai koefisien korelasi berganda sebesar 0,685 yang diperoleh
melalui hasil pengujian menunjukkan bahwa ketujuh variabel independen
memiliki kekuatan hubungan yang tidak begitu kuat terhadap variabel
dependen-nya, karena bernilai tidak terlalu mendekati 1. Nilai koefisien
determinasi (R Square) adalah 0,469. Sedangkan, adjusted R Square-nya
bernilai sebesar 0,368. Maka, dapat disimpulkan bahwa 36,8% variasi nilai
perusahaan dapat dijelaskan oleh kepemilikan institusional, kepemilikan
manajerial, komisaris independen, komite audit, kualitas audit, earning
management, dan ukuran perusahaan. Sedangkan, 63,2% lainnya dapat
dijelaskan oleh faktor-faktor lain selain dari variabel bebas yang
digunakan dalam penelitian ini, seperti: profitability, capital structure, dan
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 ,685a ,469 ,368 ,7826264
a. Predictors: (Constant), Ukuran Perusahaan, Earning Management,
Komite Audit, Komisaris Independen, Kepemilikan Manajerial,
Kepemilikan Institusional, Kualitas Audit
Page 104
87
growth opportunity yang diketahui terbukti berpengaruh signifikan
terhadap nilai perusahaan (Hermuningsih, 2013).
4. Uji Statistik F (F Test)
Uji statistik F digunakan untuk mengetahui pengaruh semua variabel
independen yang dimasukkan dalam model regresi secara bersama-sama
terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikan 0,05
(Ghozali, 2009). Jika nilai probability F lebih kecil dari 0,05, maka Ha
diterima dan menolak H0, sedangkan jika nilai probability F lebih besar
dari 0,05 maka H0 diterima dan menolak Ha.. Hasil pengujian ditunjukkan
dalam tabel di bawah ini:
Tabel 4.9
Hasil Uji Statistik F
Sumber: Output SPSS 22.0
Berdasarkan tabel hasil pengujian di atas, nilai Fhitung sebesar 4,664
berada pada level signifikan 0,001, yang lebih kecil dibandingkan dengan
level signifikansi pengujian 0,05. Hal ini berarti bahwa ketujuh variabel
independen penelitian yang terdiri dari: kepemilikan institusional – proxy
mekanisme corporate governance – (X1), kepemilikan manajerial – proxy
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 19,995 7 2,856 4,664 ,001b
Residual 22,663 37 ,613
Total 42,658 44
a. Dependent Variable: Nilai Perusahaan
b. Predictors: (Constant), Ukuran Perusahaan, Earning Management, Komite Audit,
Komisaris Independen, Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Kualitas
Audit
Page 105
88
mekanisme corporate governance – (X2), komisaris independen – proxy
mekanisme corporate governance – (X3), komite audit – proxy mekanisme
corporate governance – (X4), kualitas audit – proxy mekanisme corporate
governance – (X5), earning management (X6), dan ukuran perusahaan
(X7), secara simultan, berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan
(Y) sebagai variabel dependen-nya.
Maka, kesimpulan berkenaan dengan hipotesis yang dapat dibuat
adalah bahwa H1 diterima, atau dengan kata lain, ketujuh variabel
independen terbukti, secara simultan, berpengaruh terhadap nilai
perusahaan.
Temuan atas hasil pengujian ini sejalan dengan hasil penelitian
Suhani (2013) dan Anggraini (2013), sekaligus terbukti dapat
mengembangkan temuan atas hasil penelitian sebelumnya. Hal ini terlihat
pada/dengan ditemukannya nilai sumbangan efektif regresi (adjusted R2)
yang baru dalam model hitung yang digunakan, yakni sebesar 36,8%.
Dapat diartikan pula bahwa variabel-variabel independen yang digunakan
dalam penelitian ini masih relevan untuk digunakan sebagai
prediktor/untuk menjelaskan varians dalam nilai perusahaan sebagai
variabel independen, karena berdasarkan hasil uji F di atas, ketujuh
variabel independen, secara simultan, berpengaruh signifikan terhadap
nilai perusahaan.
Page 106
89
5. Uji Statistik t (t Test)
Uji Statistik t menunjukkan besar kekuatan dari masing-masing
variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen dan menguji
pengaruhnya terhadap variabel dependen penelitian dengan menggunakan
tingkat signifikansi 0,05 (Ghozali, 2011). Hasil pengujian dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 4.10
Hasil Uji Statistik t
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -13,483 3,327 -4,053 ,000
Kepemilikan Institusional 1,526 1,482 ,233 1,030 ,310
Kepemilikan Manajerial 6,193 3,010 ,440 2,057 ,047
Komisaris Independen ,675 1,716 ,061 ,393 ,696
Komite Audit ,549 ,352 ,222 1,559 ,128
Kualitas Audit -,700 ,399 -,352 -1,755 ,087
Earning Management -,171 ,239 -,106 -,714 ,480
Ukuran Perusahaan ,399 ,100 ,771 3,992 ,000
a. Dependent Variable: Nilai Perusahaan
Sumber: Output SPSS 22.0
Hasil pengujian menunjukkan nilai signifikansi dari masing-masing
variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen. Secara
rinci, hasil pengujian tersebut dapat diinterpretasi/dijelaskan sebagai
berikut:
Page 107
90
1) Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Nilai Perusahaan
Pengujian hipotesis mengenai pengaruh variabel kepemilikan
institusional (KINS) terhadap nilai perusahaan (Q) menunjukkan nilai t
hitung sebesar 1,030 dengan signifikansi sebesar 0,310 (p > 0,05),
yang berarti bahwa variabel X1 (kepemilikan institusional) tidak
berpengaruh terhadap Y (nilai perusahaan).
Maka, dapat diinterpretasikan bahwa besar-kecil kepemilikan
institusional pada perusahaan-perusahaan tersebut, tidak akan
mempengaruhi nilai perusahaan-nya, karena berdasarkan hasil
pengujian, tidak terbukti bahwa kepemilikan institusional berpengaruh
terhadap nilai perusahaan. Jadi, dugaan awal penelitian bahwa
kepemilikan institusional, secara parsial, berpengaruh terhadap nilai
perusahaan tidak berhasil dibuktikan, atau dengan kata lain, H2 ditolak.
Hasil pengujian ini tidak berhasil mendukung temuan
penelitian dari Purwaningtyas (2011) dan Siswantaya (2007) yang
menyatakan bahwa dengan semakin tingginya tingkat kepemilikan
perusahaan oleh suatu entitas institusional, maka akan semakin baik
pula kinerja perusahaan tersebut dalam mencapai nilai perusahaan.
Kepemilikan institusional dipercaya dapat mempengaruhi jalannya
perusahaan yang pada akhirnya akan berpengaruh pada kinerja
perusahaan dalam mencapai tujuannya, yakni memaksimalkan nilai
perusahaan (Purwaningtyas, 2011). Lebih jauh, Siswantaya (2007)
mengatakan bahwa institusi dengan investasi yang substansial pada
Page 108
91
saham perusahaan memperoleh insentif yang besar untuk secara aktif
memonitor dan mempengaruhi tindakan manajemen seperti
fleksibilitas dalam melakukan abnormal accounting accrual.
Namun demikian, temuan atas hasil penelitian ini sejalan
dengan temuan penelitian oleh Herawati (2008), yang salah satunya
menguji pengaruh praktek corporate governance terhadap nilai
perusahaan, yang menyatakan bahwa kepemilikan institusional, secara
parsial, tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Meskipun, secara
simultan, semua proxy dari praktek corporate governance yang
diujikan, termasuk kepemilikan institusional, terbukti berpengaruh
signifikan terhadap nilai perusahaan.
2) Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Nilai Perusahaan
Pengujian hipotesis mengenai pengaruh variabel kepemilikan
manajerial (KMNJ) terhadap nilai perusahaan (Q) menunjukkan nilai t
hitung sebesar 2,057 dengan signifikansi sebesar 0,047 (p < 0,05),
yang berarti bahwa variabel X2 (kepemilikan manajerial) berpengaruh
terhadap variabel Y (nilai perusahaan).
Adapun, nilai beta yang dihasilkan adalah 0,440. Estimasi arah
yang positif pada koefisien variabel kepemilikan manajerial dan
dikaitkan dengan nilai signifikansinya mencerminkan bahwa adanya
kepemilikan manajerial di perusahaan terbukti sangat berpotensi untuk
menjadi salah satu mekanisme corporate governance yang baik dan
signifikan dalam mendukung pelaksanaan/pencapaian nilai
Page 109
92
perusahaan. Karena, semakin besar tingkat kepemilikan manajerial
dalam perusahaan-perusahaan tersebut, maka nilai perusahaan-nya
juga akan relatif semakin besar. Jadi, dugaan awal penelitian bahwa
kepemilikan manajerial, secara parsial, berpengaruh terhadap nilai
perusahaan berhasil dibuktikan, atau dengan kata lain H3 diterima.
Hasil pengujian ini berbeda dengan temuan atas hasil penelitian
Suhani (2013), yang menguji pengaruh earning management,
mekanisme corporate governance, dan ukuran perusahaan terhadap
nilai perusahaan, yang menemukan bahwa kepemilikan manajerial,
secara parsial tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Meskipun,
secara simultan, bersama-sama dengan semua proxy mekanisme
corporate governance yang diujikan, terbukti berpengaruh signifikan.
Namun, hasil pengujian ini sejalan dengan apa yang ditemukan
oleh Siswantaya (2007). Menurutnya, semakin meningkat proporsi
kepemilikan saham manajerial, maka akan semakin baik pula kinerja
perusahaan karena dengan adanya pemusatan kepentingan melalui
keterbukaan kepemilikan dan/atau insentif saham tersebut akan
menambah insentif bagi manajer tersebut untuk lebih berupaya dalam
meningkatkan nilai perusahaan.
Page 110
93
3) Pengaruh Komisaris Independen terhadap Nilai Perusahaan
Pengujian hipotesis mengenai pengaruh variabel komisaris
independen (KIND) terhadap nilai perusahaan (Q) menunjukkan nilai t
hitung sebesar 0,393 dengan signifikansi sebesar 0,696 (p > 0,05),
yang berarti bahwa variabel X3 (komisaris independen) tidak
berpengaruh terhadap variabel Y (nilai perusahaan).
Maka, dapat diinterpretasikan bahwa besar-kecil proporsi
komisaris independen pada perusahaan-perusahaan tersebut, tidak akan
mempengaruhi nilai perusahaan-nya, karena berdasarkan hasil
pengujian, tidak terbukti bahwa komisaris independen berpengaruh
terhadap nilai perusahaan. Jadi, dugaan awal penelitian bahwa
komisaris independen, secara parsial, berpengaruh terhadap nilai
perusahaan tidak berhasil dibuktikan, atau dengan kata lain, H4 ditolak.
Hasil pengujian ini mendukung temuan atas hasil penelitian
Suhani (2013), yang menguji pengaruh earning management,
mekanisme corporate governance, dan ukuran perusahaan terhadap
nilai perusahaan, yang menemukan bahwa komisaris independen,
secara parsial tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Meskipun,
secara simultan, bersama-sama dengan semua proxy mekanisme
corporate governance yang diujikan, terbukti berpengaruh signifikan.
Namun, hasil pengujian ini tidak sejalan dengan temuan
penelitian oleh Boediono (2005) yang menunjukkan bahwa melalui
peranan dalam melakukan fungsi pengawasan terhadap operasional
Page 111
94
perusahaan, dewan komisaris independen dapat memberikan
kontribusi yang efektif terhadap hasil dari proses penyusunan laporan
keuangan yang berkualitas sehingga mencerminkan keadaan yang
sebenarnya dari perusahaan.
4) Pengaruh Komite Audit terhadap Nilai Perusahaan
Pengujian hipotesis mengenai pengaruh variabel komite audit
(KOMA) terhadap nilai perusahaan (Q) menunjukkan nilai t hitung
sebesar 1,559 dengan signifikansi sebesar 0,128 (p > 0,05), yang
berarti bahwa variabel X4 (komite audit) tidak berpengaruh terhadap
variabel Y (nilai perusahaan).
Maka, dapat diinterpretasikan bahwa besar-kecil jumlah
anggota komite audit pada perusahaan-perusahaan tersebut, tidak akan
mempengaruhi nilai perusahaan-nya, karena berdasarkan hasil
pengujian, tidak terbukti bahwa komite audit berpengaruh terhadap
nilai perusahaan. Jadi, dugaan awal penelitian bahwa komite audit,
secara parsial, berpengaruh terhadap nilai perusahaan tidak berhasil
dibuktikan, atau dengan kata lain, H5 ditolak.
Hasil pengujian ini tidak berhasil mendukung temuan
penelitian yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan
antara komite audit dengan nilai perusahaan (Rustiarini, 2010), yakni
bahwa dengan adanya komite audit, diharapkan dapat meminimalisir
potensi konflik agensi sehingga laporan yang disampaikan kepada
pihak-pihak yang berkepentingan dapat dipercaya (misalnya: investor,
Page 112
95
pemerintah, dan/atau pihak lain) sehingga dapat membantu
meningkatkan nilai perusahaan.
Namun, hasil pengujian dalam penelitian ini sejalan dengan
temuan atas hasil penelitian Anggraini (2013) yang menguji pengaruh
good corporate governance terhadap nilai perusahaan. Dalam
penelitiannya, ia menemukan bahwa komite audit, sebagai salah satu
proxy mekanisme corporate governance, secara parsial, tidak
berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Meskipun, secara simultan,
semua proxy dari good corporate governance, termasuk komite audit,
terbukti memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan.
5) Pengaruh Kualitas Audit terhadap Nilai Perusahaan
Pengujian hipotesis mengenai pengaruh variabel kualitas audit
(KAUD) terhadap nilai perusahaan (Q) menunjukkan nilai t hitung
sebesar -1,755 dengan signifikansi sebesar 0,087 (p > 0,05), yang
berarti bahwa variabel X5 (kualitas audit) tidak berpengaruh terhadap
variabel Y (nilai perusahaan).
Maka, dapat diinterpretasikan bahwa tinggi-rendah kualitas
audit (yang dalam penelitian ini diproksikan dengan ukuran
perusahaan audit) pada perusahaan-perusahaan tersebut, tidak akan
mempengaruhi nilai perusahaan-nya, karena berdasarkan hasil
pengujian, tidak terbukti bahwa kualitas audit berpengaruh terhadap
nilai perusahaan. Jadi, dugaan awal penelitian bahwa kualitas audit,
Page 113
96
secara parsial, berpengaruh terhadap nilai perusahaan tidak berhasil
dibuktikan, atau dengan kata lain, H6 ditolak.
Hasil penelitian ini tidak berhasil mendukung temuan
penelitian oleh Herawaty (2008), yang salah satunya menguji pengaruh
praktek corporate governance terhadap nilai perusahaan, yang
menyatakan bahwa kualitas audit, yang diukur dengan klasifikasi
kantor akuntan publik, berpengaruh signifikan terhadap nilai
perusahaan, baik secara parsial maupun simultan.
Namun, hasil pengujian dalam penelitian ini sejalan dengan
temuan atas hasil penelitian Anggraini (2013) yang menguji pengaruh
good corporate governance terhadap nilai perusahaan. Dalam
penelitiannya, ia menemukan bahwa kualitas audit, sebagai salah satu
proxy mekanisme corporate governance, secara parsial, tidak
berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Meskipun, secara simultan,
semua proxy dari good corporate governance, termasuk kualitas audit,
terbukti memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan.
6) Pengaruh Earning Management terhadap Nilai Perusahaan
Pengujian hipotesis mengenai pengaruh variabel earnings
management (EM) terhadap nilai perusahaan (Q) menunjukkan nilai t
hitung sebesar -0,714 dengan signifikansi sebesar 0,480 (p > 0,05),
yang berarti bahwa variabel X6 (earning management) tidak
berpengaruh terhadap variabel Y (nilai perusahaan).
Page 114
97
Maka, dapat diinterpretasikan bahwa tinggi-rendah earning
management pada perusahaan-perusahaan tersebut, tidak akan
mempengaruhi nilai perusahaan-nya, karena berdasarkan hasil
pengujian, tidak terbukti bahwa earning management berpengaruh
terhadap nilai perusahaan. Jadi, dugaan awal penelitian bahwa earning
management, secara parsial, berpengaruh terhadap nilai perusahaan
tidak berhasil dibuktikan, atau dengan kata lain, H7 ditolak.
Hasil pengujian ini tidak berhasil mendukung temuan
penelitian Suhani (2013), yang menguji pengaruh earning
management, mekanisme corporate governance, dan ukuran
perusahaan, yang menemukan bahwa earning management, baik
secara parsial maupun simultan, berpengaruh signifikan terhadap nilai
perusahaan.
Namun, hasil pengujian dalam penelitian ini sejalan dengan
temuan atas hasil penelitian Darwis (2012), yang salah satunya
menguji pengaruh earning management terhadap nilai perusahaan,
yang menemukan bahwa earning management secara parsial, tidak
berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
7) Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan
Pengujian hipotesis mengenai pengaruh variabel ukuran
perusahaan (UP) terhadap nilai perusahaan (Q) menunjukkan nilai t
hitung sebesar 3,992 dengan signifikansi sebesar 0,000 (p < 0,05),
Page 115
98
yang berarti bahwa variabel X7 (ukuran perusahaan) berpengaruh
terhadap variabel Y (nilai perusahaan).
Adapun, nilai beta yang dihasilkan adalah 0,771. Estimasi arah
yang positif pada koefisien variabel ukuran perusahaan menunjukkan
bahwa ukuran perusahaan berhubungan searah dengan nilai
perusahaan. Maka, semakin besar ukuran dari perusahaan-perusahaan
tersebut, akan relatif semakin besar pula nilai perusahaan-nya. Jadi,
dugaan awal penelitian bahwa ukuran perusahaan berpengaruh
terhadap nilai perusahaan berhasil dibuktikan, atau dengan kata lain,
H8 diterima.
Hasil penelitian ini berhasil mendukung temuan atas hasil
penelitian Uyun (2011) yang menemukan bukti bahwa ukuran
perusahaan berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan.
Karena dengan kepemilikan aset yang lebih besar, suatu perusahaan
akan memiliki kekuatan finansial yang lebih besar dalam menunjang
kinerja (Darmawati, 2004).
Namun, hasil pengujian ini tidak sejalan dengan temuan atas
hasil penelitian Anggraini (2013) yang menguji pengaruh good
corporate governance terhadap nilai perusahaan. Dalam penelitiannya,
ia menemukan bahwa ukuran perusahaan, secara parsial, tidak
berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Meskipun, secara simultan,
ukuran perusahaan bersama-sama dengan semua proxy dari good
Page 116
99
corporate governance, terbukti memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap nilai perusahaan.
Page 117
100
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan memprediksi pengaruh
mekanisme corporate governance (yang diproksikan dengan kepemilikan
institusional, kepemilikan manajerial, komisaris independen, komite audit, dan
kualitas audit), earning management dan ukuran perusahaan terhadap nilai
perusahaan. Berdasarkan hasil pengujian, hanya 4 dari 8 hipotesis penelitian
yang diajukan dapat dibuktikan. Kesimpulan yang dibuat adalah sebagai
berikut:
1. Ketujuh variabel independen penelitian (kepemilikan institusional – proxy
mekanisme corporate governance – (X1), kepemilikan manajerial – proxy
mekanisme corporate governance – (X2), komisaris independen – proxy
mekanisme corporate governance – (X3), komite audit – proxy mekanisme
corporate governance – (X4), kualitas audit – proxy mekanisme corporate
governance – (X5), earning management (X6), dan ukuran perusahaan
(X7)), secara simultan, berpengaruh terhadap nilai perusahaan
2. Kepemilikan institusional sebagai proksi mekanisme corporate
governance, secara parsial, tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
3. Kepemilikan manajerial sebagai proksi mekanisme corporate governance,
secara parsial, berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Page 118
101
4. Komisaris independen sebagai proksi mekanisme corporate governance,
secara parsial, tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
5. Komite audit sebagai proksi mekanisme corporate governance, secara
parsial, tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
6. Kualitas audit sebagai proksi mekanisme corporate governance, secara
parsial, tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
7. Earning management, secara parsial, tidak berpengaruh terhadap nilai
perusahaan.
8. Ukuran perusahaan, secara parsial, berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
B. Saran-saran
Berdasarkan desain penelitian secara umum ataupun hasil (temuan)
dan/atau kesimpulan dari penelitian ini, maka, rekomendasi penelitian yang
dapat diberikan antara lain sebagai berikut:
1. Menambah jumlah data observasi dengan perluasan karakteristik dan
perpanjangan periode pengamatan.
Subjek penelitian yang digunakan hanya perusahaan manufaktur yang
tergolong ke dalam sektor consumer goods. Konsekuensinya adalah
temuan atau hasil penelitian memiliki daya generalisasi terbatas.
Mengingat potensi implikasi yang baik dari temuan penelitian dalam
bidang kajian terkait, untuk penelitian selanjutnya, diharapkan dapat
menggunakan subjek penelitian yang lebih besar dan memperpanjang
periode pengamatan sehingga dapat secara lebih baik menggambarkan
kondisi dan perkembangan pasar dan perusahaan setiap tahunnya.
Page 119
102
2. Mengembangkan kerangka pemikiran dan menerapkan teknik pengukuran
alternatif lain dalam menjelaskan variabel-variabel yang digunakan dalam
penelitian. Terutama mengenai variabel nilai perusahaan. Mengingat
potensi dari konsep inti dalam bidang kajian ini adalah mengenai nilai
perusahaan (Q), maka tidak berlebihan jika penulis beranggapan bahwa
hasil (temuan) dari penelitian ini berpotensi akan sangat bermanfaat bagi
para pelaku pasar modal dan/atau investasi di Indonesia. Secara pribadi,
penulis merekomendasikan cara pengukuran nilai perusahaan dengan
mempertimbangkan faktor expected future free cash flow dan efek
diskonto akumulasi karakteristik biaya modal, selain tentu saja faktor
actual market value, sehingga akan lebih kaya dalam menggambarkan
kemampuan kapitalisasi pasar dan perolehan laba perusahaan (terutama)
kedepannya. Begitu juga dengan cara pengukuran earnings management
dan corporate governance yang masih sangat mungkin untuk
dikembangkan secara lebih baik.
3. Menambah/menggunakan variabel independen lain selain yang terdapat
dalam penelitian ini, seperti rasio-rasio keuangan perusahaan yang
mencerminkan kebijakan-kebijakan operasional dan/atau keuangan
perusahaan serta perlakuan terhadap pemegang saham perusahaan saat ini
dan investor potensial perusahaan.
Page 120
103
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Irfan. 2002. ”Pelaporan Keuangan dan Asimetri Informasi dalam Hubungan
Agensi”. Lintasan Ekonomi. Vol. XIX. No. 2.
Anggraini, Dina. 2013. “Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Nilai
Perusahaan pada Perusahaan Textile, Garment yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) Periode 2009-2012”. Skripsi. Program S1 Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjung Pinang.
Anthony, R.N. dan Govindarajan, V. 2005. “Management Control System”. Buku
2. Jakarta: Salemba Empat.
Astria, T. 2011. “Pengaruh Audit Tenure, Struktur Corporate Governance, dan
Ukuran KAP terhadap Integritas Laporan Keuangan”. Skripsi. Fakultas
Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang.
Boediono, Gideon, S.B. 2005. “Kualitas Laba: Studi Pengaruh GCG terhadap
Manajemen Laba dengan Menggunakan Analisis Jalur”. Simposium
Nasional Akuntansi Vol. 8.
Chung, K.H, dan Pruitt, S. 1994. “A Simple Approximation of Tobin’s Q”.
Financial Management. 23-3. P. 70-74.
Dajan, Anto. 1996. “Pengenalan Metode Statistika”. Jilid Kedua. Jakarta: LP3ES.
Darmawati, Deni dkk. 2004. “Hubungan Corporate Governance dan Kinerja
Perusahaan”. Simposium Nasional Akuntansi VII Denpasar.
Darwis, Herman. 2012. ”Manajemen Laba terhadap Nilai Perusahaan dengan
Corporate Governance sebagai Pemoderasi”. Jurnal Keuangan dan
Perbankan. Vol. 16. No. 1. Hal. 45-55.
Dechow, P. 1995. “Accounting Earnings and Cash flow as Measures of Firm
Performance: The Role of Accounting Accruals”. Journal of Accounting and
Economics. No. 18. P. 2-42.
Dechow, P., Sloan, R.G., and Sweeney, A.P. 1996. “Causes and Consequences of
Earnings Manipulation: An Analysis of Firms Subject to Enforcement
Actions by SEC”. Contemporary Accounting Research. Vol. 13. No.1. p.1-
36.
Eisenhardt, K.M. 1989. “Agency Theory: An Assesment and Review”. Academy of
Management Review. No. 14. p. 57-74.
Page 121
104
Estiasih, S.P., Oetomo, H.W., Asyik, N.F., dan Riduan, Akhmad. 2015. “The
Influence of Corporate Social Responsibility and Good Corporate
Governance on Firm Value: The Characteristic of the Company as
Moderating Variabel”. International Journal of Business and Behavioral
Sciences STIESIA Surabaya. Vol. 5. No. 2.
Fama, Eguene. 1978. “The Effect of a Firm’s Investment and Financing Decisions
on the Welfare of its Security Holders’, Investment and Financing”. Journal
Vol. 68.
Fatmawati, Dewi, dan Sabeni, Arifin. 2013. “Pengaruh Diversifikasi Geografis,
Diversifikasi Industri, Konsentrasi Kepemilikan Perusahaan, dan Masa
Perikatan Audit terhadap Manajemen Laba”. Diponegoro Journal of
Accounting. Vol. 2. No.2. Hal. 1.
FCGI. 2001. “Corporate Governance: Tata Kelola Perusahaan”. Edisi Ketiga.
Jakarta.
Fischer, Marly dan Rozenzweigg, Kenneth. 1995. “Attitude of Student
Practitiones Concerting the Ethical Acceptability of Earnings
Management”. Journal of Business Ethic. No. 14. p. 433- 444.
Ghozali, Imam, 2009. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS”.
Edisi Ketiga. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Ghozali, Imam, 2011. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS”.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Gabrielsen, G., Gramlich, J.D., dan Plenborg, T. 1997. “Managerial Ownership,
Information Content of Earnings, and Discretionary Accruals in a Non US
Setting”. Jurnal of Bussiness Finance and Accounting. Vol. 29. No. 7. p.
967-988.
Hardiningsih, Pancawati. 2009. ”Determinan Nilai Perusahaan”. JAI Universitas
STIKUBANK Semarang. Vol. 5. No. 2.
Herawaty, Vinola. 2008. ”Peran Praktek Corporate Governance Sebagai
Moderating Variable dari Pengaruh Earnings Management terhadap Nilai
Perusahaan”. Simposium Nasional Akuntansi.
Hermuningsih, Sri. 2013. ”Pengaruh Profitabilitas, Growth Opportunity, Struktur
Modal terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Publik di Indonesia”.
Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan Fakultas Ekonomi Universitas
Sarjanawiyata Taman Siswa Yogyakarta.
Page 122
105
Indriantoro, Nur, dan Supomo, Bambang. 2002. “Metodologi Penelitian Bisnis
untuk Akuntansi dan Manajemen”. Yogyakarta: BPFE.
Kamil, Fauzan, dan Hapsari, D.W. 2014. “Pengaruh Manajemen Laba terhadap
Nilai Perusahaan dengan Mekanisme Corporate Governance sebagai
Variabel Pemoderasi”. Jurnal EPROC. Vol. 14. No. 04.
Kartika, Eti dan Nikmah. 2011. “Pengaruh Corporate Governance dan
Investment Opportunity Set (IOS) terhadap Kualitas Laba dan Nilai
Perusahaan”. Jurnal Akuntansi FE-UNIB Bengkulu. Vol. 1. No. 1.
Kesuma, Ali. 2009. “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal
serta Pengaruhnya terhadap Harga Saham Perusahaan Real Estate yang
Go Public di Bursa Efek Indonesia”. Skripsi. Universitas Darwan Ali,
Kalimantan Tengah”.
Kristiani, K.E., Sulindawati, N.L.G, dan Herawati, N.T. 2014. “Pengaruh
Mekanisme Corporate Governance dan Ukuran Perusahaan terhadap
Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI”. e-
Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha, Vol. 2. No. 1.
Larasati, A. 2009. “Analisa Pengaruh Mekanisme Corporate Governance,
Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar di BEI”. Skripsi.
Lestari, L.S., dan Pamudji, Sugeng. 2013. “Pengaruh Earnings Management
terhadap Nilai Perusahaan dengan Praktek Corporate Governance sebagai
Pemoderasi”. Diponegoro Journal of Accounting. Vol. 2. No. 3. Hal. 1.
Meutia, I. 2004. “Pengaruh Independensi Auditor terhadap Manajemen Laba
untuk KAP Big 5 dan Non Big 5”. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol. 7.
No. 3.
Midiastuty, P.P., dan Machfoed, Mas‟ud. 2003. “Analisa Hubungan Mekanisme
Corporate Governance dan Indikasi Manajemen Laba”. Simposium
Nasional Akuntansi VI.
Mursalim. 2003. “Income Smoothing dan Motivasi Investasi”. Simposium
Nasional Akuntansi VIII Solo.
Nasution, Marihot dan Setiawan, Doddy. 2007. “Pengaruh Manajemen Laba di
Perusahaan Perbankan Indonesia”. Simposium Nasional Akuntansi X
Makassar.
Page 123
106
Rachmawati, Andri, dan Triatmoko, Hanung. 2007. “Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan”. Simposium Nasional
Akuntansi X Makassar. Hal. 1-26.
Rika, N, dan Islahuddin. 2008. “Pengaruh CSR terhadap Nilai Perusahaan
dengan Persentase Kepemilikan Manajerial sebagai Variabel Moderating”.
Simposium Nasional Akuntansi XI Pontianak.
Rice. 2013. “Pengaruh Leverage, Kepemilkan Institusional, Ukuran Perusahaan
dan Nilai Perusahaan terhadap Tindakan Manajemen Laba”. Jurnal Wira
Ekonomi STIE Mikroskil. Vol. 3. No. 1.
Praditia, O.R. 2010. “Analisis Pengaruh Mekanisme Corporate Governance
Terhadap Manajemen Laba dan Nilai Perusahaan Pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Pada Tahun
2005-2008”. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universiatas Diponegoro
Semarang.
Purwaningtyas, Frysa Praditha. 2011. “Analisis Pengaruh Mekanisme Corporate
Governance terhadap Nilai Perusahaan”. Universitas Diponegoro
Semarang.
Rodoni, Ahmad dan Ali, Herni. 2010. “Manajemen Keuangan”. Jakarta: Mitra
Wacana Media.
Rustiarini, Ni Wayan. 2010. “Pengaruh GCG terhadap Hubungan antara CSR
dan Nilai Perusahaan”. Simposium Nasional Akuntansi XIII.
Salfauz, D., Putra, T., dan Muid, Dul. 2012. “Pengaruh Independensi, Mekanisme
Corporate Governance, Kualitas Audit, dan Manajemen Laba terhadap
Integritas Laporan Keuangan”. Diponegoro Journal of Accounting. Vol. 1.
No.2. Hal. 1.
Santoso, Singgih. 2010. “Latihan SPSS Statistik Parametrik”. Jakarta: Elekmando
Media Komputindo.
Scott, William R. 2006. “Financial Accounting theory”. Second Edition. Canada:
Prentice Hall.
Scott, William R. 2006. “Financial Accounting theory”. forth Edition. Canada
Inc: Person Education.
Sekaran, Uma. 2006. “Research Methods for Business (Metodologi Penelitian
untuk Bisnis)”. Buku 1. Edisi 4. Jakarta: Salemba Empat.
Page 124
107
Sekaran, Uma. 2006. “Research Methods for Business (Metodologi Penelitian
untuk Bisnis)”. Buku 2. Edisi 4. Jakarta: Salemba Empat.
Siswantaya, I Gede. 2007. “Mekanisme GCG dan Manajemen Laba”. Skripsi.
Universitas Diponegoro Semarang.
Sloan, R.G. 1996. “Do Stock Fully-Reflect Information in Accrual and Cash Flow
about Future Earning”. Accounting Review. p. 289-315.
Suaryana, Agung. 2005. “Pengaruh Komite Audit terhadap Kualitas Laba”.
Artikel yang dipresentasikan pada SNA XIII Solo.
Sugiyono. 2009. “Metode Penelitian Bisnis”. Bandung: Alfabeta.
Suhani, Jhoni. 2013. “Pengaruh Earning Management, Mekanisme Corporate
Governance dan Ukuran Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan pada
Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2011”.
Skripsi. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Sujoko dan Soebiantoro, Ugy. 2007. “Pengaruh Struktur Kepemilikan Saham,
Leverage, Faktor Intern dan Faktor Ekstern terhadap Nilai Perusahaan
pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Jurnal
Manajemen dan Kewirausahaan Universitas Kristen Petra Surabaya. Vol. 9.
No. 1.
Susanto, P.B., dan Subekti, Imam. 2012. “Pengaruh Corporate Social
Responsibility dan Good Corporate Governance terhadap Nilai Perusahaan
pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Skripsi.
Universitas Brawijaya Malang.
Ujiantho, M. A. dan Pramuka, B. A. 2007. “Mekanisme Corporate Governance,
Manajemen Laba, dan Kinerja Keuangan”. Simposium Nasional Akuntansi
X, Makassar.
Uyun, Shofwatul. 2011. “Pengaruh Manajemen Resiko, Ukuran Perusahaan, dan
Leverage terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di BEI”. Skripsi. Universitas Airlangga.
Wahyudi, U., dan Pawestri, H.P. 2006. “Implikasi Struktur Kepemilikan terhadap
Nilai Perusahaan dengan Keputusan Keuangan sebagai Variabel
Intervening”. Simposium Nasional Akuntansi IX Padang.
Wedari, L.K. 2004. “Analisis Pengaruh Dewan Komisaris dan Keberadaan
Komite Audit terhadap Akuntansi Manajemen Laba”. Makalah tidak
dipublikasikan.
Page 125
108
Weston, J.F, dan Brigham, E.F. 1993. “Dasar-Dasar Manajemen Keuangan”.
Jilid 2. Edisi 9. Terjemahan oleh Alfonsus Sirait. Jakarta: Erlangga.
Widyanindyah, Agnes. 2001. “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Earnings Management pada Perusahaan Go Public di Indonesia”. Jurnal
Ekonomi dan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Petra.
Sumber Elektronik
Fernandes, Nuno dan Ferreira, Miguel A. 2007. “The Evolution of Earnings
Management and Firm Valuation: A Cross-Country Analysis”. Available at
http://www.papers.ssrn.com.
Jensen, M.C., dan Meckling, W.H. 1976. “Theory of The Firm: Managerial
Behaviour, Agency Cost and Ownership Structure”. Available at
http://www.papers.ssrn.com.
http://www.idx.co.id//
http://google.co.id//
Page 126
109
Lampiran 1 : Penentuan Jumlah Sampel
KETERANGAN JUMLAH
Perusahaan manufaktur sektor consumer goods yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) selama tahun pengamatan, yakni sejak tahun
2012-2014.
38
Perusahaan yang tidak terdaftar secara konsisten selama 3 tahun
berturut-turut dalam periode pengamatan.
(5)
Perusahaan yang tidak menerbitkan annual report dan laporan
keuangan perusahaan untuk setiap tahun pelaporan selama periode
pengamatan dalam penelitian.
(3)
Perusahaan yang tidak memiliki data yang dibutuhkan berkenaan
dengan setiap variabel objek penelitian. (tidak memiliki kepemilikan
saham manajerial)
(15)
Jumlah perusahaan yang dijadikan sampel 15
Sumber : http://www.idx.co.id// (disarikan)
Page 127
110
Lampiran 2 : Daftar Sampel Penelitian
NO NAMA PERUSAHAAN
1 Wilmar Cahaya Indonesia Tbk
2 Gudang Garam Tbk
3 Indofood Sukses Makmur Tbk
4 Kimia Farma (Persero) Tbk
5 Kedawung Setia Industrial Tbk
6 Kedaung Indah Can Tbk
7 Kalbe Farma Tbk
8 Langgeng Makmur Industri Tbk
9 Martina Berto Tbk
10 Prasidha Aneka Niaga Tbk
11 Pyridam Farma Tbk
12 Sekar Laut Tbk
13 Mandom Indonesia Tbk
14 Tempo Scan Pacific Tbk
15 Ultra Jaya Milk Industry Tbk
Sumber : http://www.idx.co.id// (disarikan)
Page 128
111
Lampiran 3 : Data Hasil Pengukuran Variabel (Manual Entry)
Output Pengukuran Variabel Tahun-1 Pengamatan
SUBJEK KINS KMNJ KIND KOMA KAUD EM UP Q
CEKA 0,9201 0,0000 0,3333 3,0000 1,0000 (1,5090) 27,6583 0,3802
GGRM 0,7555 0,0092 0,5000 3,0000 1,0000 (1,4317) 31,3569 2,1057
INDF 0,5007 0,0002 0,3750 4,0000 1,0000 (1,1825) 31,7151 0,8477
KAEF 0,9003 0,0000 0,4000 3,0000 0,0000 (2,0453) 28,3616 1,5599
KDSI 0,7568 0,0003 0,5000 3,0000 0,0000 (2,1383) 27,0699 0,1499
KICI 0,8255 0,0023 0,3333 3,0000 0,0000 (1,0092) 25,2767 0,0638
KLBF 0,5663 0,0001 0,3333 3,0000 1,0000 (1,5897) 29,8736 0,6764
LMPI 0,8327 0,0002 0,5000 3,0000 0,0000 (0,9061) 27,4266 0,4069
MBTO 0,6775 0,0010 0,3333 2,0000 0,0000 (0,8154) 27,1359 0,1170
PSDN 0,7209 0,0165 0,3333 3,0000 1,0000 (3,4812) 27,2492 0,2754
PYFA 0,5385 0,2308 0,3333 3,0000 0,0000 (1,7196) 25,6348 0,5388
SKLT 0,9610 0,0012 0,3333 3,0000 0,0000 (2,1238) 26,2437 0,4762
TCID 0,7377 0,0014 0,4000 4,0000 1,0000 (1,8061) 27,8634 1,2745
TSPC 0,7729 0,0010 0,5000 3,0000 0,0000 (1,5948) 29,1642 3,1132
ULTJ 0,4662 0,1797 0,3333 3,0000 0,0000 (1,6300) 28,5151 1,3999
Output Pengukuran Variabel Tahun-2 Pengamatan
SUBJEK KINS KMNJ KIND KOMA KAUD EM UP Q
CEKA 0,9201 0,0076 0,3333 3,0000 1,0000 (2,3278) 27,6983 0,0368
GGRM 0,7555 0,0092 0,3333 3,0000 1,0000 (1,5373) 31,5583 1,3307
INDF 0,5007 0,0002 0,3750 3,0000 1,0000 (1,2450) 31,9827 0,8362
KAEF 0,9003 0,0000 0,4000 3,0000 0,0000 (2,0518) 28,5360 0,9360
KDSI 0,7568 0,0484 0,4000 3,0000 0,0000 (2,6748) 27,4688 0,1735
KICI 0,8306 0,0023 0,3333 3,0000 0,0000 (0,9405) 25,3112 0,1077
KLBF 0,5671 0,0001 0,3333 3,0000 1,0000 (1,6073) 30,0572 0,7082
LMPI 0,8327 0,0002 0,5000 3,0000 0,0000 (0,8148) 27,4352 0,9885
MBTO 0,6775 0,0010 0,3333 2,0000 0,0000 (0,7777) 27,1396 0,0540
PSDN 0,7209 0,0165 0,3333 3,0000 1,0000 (2,2106) 27,2480 0,1454
PYFA 0,5385 0,2308 0,3333 3,0000 0,0000 (1,8061) 25,8887 0,4879
SKLT 0,9610 0,0012 0,3333 3,0000 0,0000 (2,5104) 26,4337 0,4383
TCID 0,7377 0,0014 0,4000 4,0000 1,0000 (1,9429) 28,0135 1,3296
TSPC 0,7734 0,0010 0,6000 3,0000 0,0000 (1,4982) 29,3189 2,2520
ULTJ 0,4660 0,1780 0,3333 3,0000 0,0000 (1,5823) 28,6648 4,3487
Page 129
112
Output Pengukuran Variabel Tahun-3 Pengamatan
SUBJEK KINS KMNJ KIND KOMA KAUD EM UP Q
CEKA 0,9201 0,0076 0,3333 3,0000 1,0000 (3,1443) 25,5785 1,0865
GGRM 0,7555 0,0092 0,5000 3,0000 1,0000 (1,4912) 31,6953 1,8908
INDF 0,5007 0,0002 0,3750 3,0000 1,0000 (1,0839) 32,0847 0,7329
KAEF 0,9003 0,0000 0,4000 3,0000 0,0000 (1,8236) 28,7190 2,4437
KDSI 0,7568 0,0481 0,5000 3,0000 0,0000 (1,8799) 27,5820 0,1541
KICI 0,8306 0,0023 0,3333 3,0000 0,0000 (0,9813) 25,2954 (0,0693)
KLBF 0,5671 0,0001 0,3333 3,0000 1,0000 (1,5889) 30,1507 1,0521
LMPI 0,8320 0,0001 0,5000 3,0000 0,0000 (0,6085) 27,4189 0,2258
MBTO 0,6775 0,0010 0,3333 2,0000 0,0000 (0,8362) 27,1520 (0,1001)
PSDN 0,7209 0,0165 0,3333 3,0000 1,0000 (1,7750) 27,1545 0,2553
PYFA 0,5385 0,2308 0,3333 3,0000 0,0000 (1,5153) 25,8808 0,4016
SKLT 0,9610 0,0012 0,3333 3,0000 0,0000 (2,4263) 26,5271 0,6575
TCID 0,7377 0,0014 0,4000 4,0000 1,0000 (1,8977) 28,2480 1,7372
TSPC 0,7752 0,0008 0,7500 3,0000 0,0000 (1,4907) 29,3525 1,9021
ULTJ 0,4658 0,1790 0,3333 3,0000 0,0000 (1,5218) 28,7016 3,3435
Page 130
113
Lampiran 4 : Output Statistik Deskriptif (Output SPSS 22.0)
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Kepemilikan Institusional 45 ,4658 ,9610 ,729136 ,1501217
Kepemilikan Manajerial 45 ,0000 ,2308 ,032002 ,0700018
Komisaris Independen 45 ,3333 ,7500 ,391278 ,0894648
Komite Audit 45 2,0000 4,0000 3,022222 ,3982284
Kualitas Audit 45 ,0000 1,0000 ,400000 ,4954337
Earning Management 45 -3,4812 -,6085 -1,657218 ,6134105
Ukuran Perusahaan 45 25,2767 32,0847 28,107576 1,9043034
Nilai Perusahaan 45 -,1001 4,3487 ,961616 ,9846329
Valid N (listwise) 45
Page 131
114
Lampiran 5 : Hasil Uji Asumsi Klasik (Output SPSS 22.0)
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 45
Normal Parametersa,b
Mean ,0000000
Std. Deviation ,71767700
Most Extreme Differences Absolute ,128
Positive ,128
Negative -,061
Test Statistic ,128
Asymp. Sig. (2-tailed) ,062c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
Page 132
115
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) -13,483 3,327 -4,043 ,000
KINS 1,526 1,482 ,233 1,030 ,310 ,281 3,555
KMNJ 6,193 3,010 ,440 2,057 ,047 ,314 3,189
KIND ,675 1,716 ,061 ,393 ,696 ,591 1,693
KOMA ,549 ,352 ,222 1,559 ,128 ,707 1,414
KAUD -,700 ,339 -,352 -1,775 ,087 ,357 2,802
EM -,171 ,239 -,106 -,714 ,480 ,648 1,544
UP ,399 ,100 ,771 3,992 ,000 ,385 2,598
a. Dependent Variable: Q
Runs Test
Unstandardized Residual
Test Valuea ,00099
Cases < Test Value 22
Cases >= Test Value 23
Total Cases 45
Number of Runs 23
Z ,000
Asymp. Sig. (2-tailed) 1,000
a. Median
Page 133
116
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -2,739 1,787 -1,532 ,134
Kepemilikan Institusional -,592 ,796 -,180 -,743 ,462
Kepemilikan Manajerial 1,699 1,617 ,242 1,051 ,300
Komisaris Independen -,450 ,922 -,082 -,489 ,628
Komite Audit ,336 ,189 ,272 1,777 ,084
Kualitas Audit -,524 ,214 -,527 -2,445 ,019
Earnings Management -,219 ,128 -,273 -1,705 ,097
Ukuran Perusahaan ,094 ,054 ,363 1,750 ,088
a. Dependent Variable: RES2
Page 134
117
Lampiran 6 : Faktor-faktor dalam Pengujian Hipotesis (Output SPSS 22.0)
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -13,484 3,327 -4,053 ,000
Kepemilikan Institusional 1,526 1,482 ,233 1,030 ,310
Kepemilikan Manajerial 6,193 3,010 ,440 2,057 ,047
Komisaris Independen ,675 1,716 ,061 ,393 ,696
Komite Audit ,549 ,352 ,222 1,559 ,128
Kualitas Audit -,700 ,399 -,352 -1,755 ,087
Earning Management -,171 ,239 -,106 -,714 ,480
Ukuran Perusahaan ,399 ,100 ,771 3,992 ,000
a. Dependent Variable: Nilai Perusahaan
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 19,995 7 2,856 4,664 ,001b
Residual 22,663 37 ,613
Total 42,658 44
a. Dependent Variable: Nilai Perusahaan
b. Predictors: (Constant), Ukuran Perusahaan, Earning Management, Komite Audit,
Komisaris Independen, Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Kualitas Audit