ANALISIS PENGARUH KOMPONEN KEAHLIAN INTERNAL AUDITOR TERHADAP PENDETEKSIAN DAN PENCEGAHAN KECURANGAN (FRAUD) DI INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Sebagai Persyaratan Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Eka Putri Pertiwi NIM. 106082002528 JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010
171
Embed
ANALISIS PENGARUH KOMPONEN KEAHLIAN INTERNAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/718/1/93645-Eka... · keputusan (sig. 0.028), analisis tugas (sig. 0.057 ), dan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
ANALISIS PENGARUH KOMPONEN KEAHLIAN INTERNAL
AUDITOR TERHADAP PENDETEKSIAN DAN PENCEGAHAN
KECURANGAN (FRAUD) DI INSPEKTORAT JENDERAL
KEMENTERIAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Sebagai Persyaratan Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi
Eka Putri Pertiwi
NIM. 106082002528
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2010
ii
THE ANALYSIS INFLUENCE OF INTERNAL AUDITOR’S SKILLS COMPONENT OF FRAUD DETECTION AND PREVENTION AT INSPECTORATE GENERAL OF THE MINISTRY OF TRADE OF
REPUBLIC INDONESIA
By: Eka Putri Pertiwi
Abstract
The purpose of this research was to analyse about the influence of internal auditor’s skills component consist of knowledge component, psychological traits, cognitive abilities, decision strategies, task analysis, experience, and ethical behavior to the detection and prevention of fraud. This research used by the questionnaires. Questionnaires was distributed to the auditors of Inspectorate General of The Ministry of Trade of Republic Indonesia as much as 65 sixty five questionnaires. Number of questionnaires returned was 58 (fifty eight) questionnaires. The methods of data analysis which used was multiple regression analysis was conducted two times that was, the first regression analysis conducted to find the influence of the internal auditor’s skills component to the detection of fraud. Second, regression analysis conducted to find the influence of the internal auditor’s skills component to the prevention of fraud.
The result of this research indicated that 49% detection of fraud explained by the knowledge component, psychological characteristics, thinking skills, decision strategy, task analysis, experience, and ethical behavior. The prevention of fraud described 54.3% by the knowledge component, psychological characteristics, thinking skills, decision determine strategy, task analysis, experience, and ethical behavior. By used 0.10 of the significance level, the t test result of the first regression indicated that decision strategy (sig. 0.028), task analysis (sig. 0.057), and ethical behavior (sig. 0.006) had the significant and positive influence of fraud detection. The t test result of the second regression indicated that cognitive abilities (sig. 0.078) and ethical behavior (sig. 0.000) had the significant and positive influence of fraud prevention. Key notes: the internal auditor’s skills component, fraud detection, fraud
prevention, multiple regression analysis
iii
ANALISIS PENGARUH KOMPONEN KEAHLIAN INTERNAL AUDITOR TERHADAP PENDETEKSIAN DAN PENCEGAHAN
KECURANGAN (FRAUD) DI INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA
Oleh: Eka Putri Pertiwi
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh komponen keahlian internal auditor yang terdiri atas komponen pengetahuan, ciri-ciri psikologis, kemampuan berpikir, strategi penentuan keputusan, pengalaman, dan perilaku etis terhadap pendeteksian dan pencegahan kecurangan. Penelitian ini menggunakan data primer melalui kuesioner. Kuesioner dibagikan kepada internal auditor pada Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan Republik Indonesia sebanyak 65 (enam puluh lima) kuesioner. Kuesioner yang terkumpul sejumlah 58 (lima puluh delapan) kuesioner. Metode analisis data dilakukan dengan metode analisis regresi linear berganda yang dilakukan sebanyak dua kali yaitu, analisis pertama dilakukan mencari pengaruh komponen keahlian internal auditor terhadap pendeteksian kecurangan. Kedua, analisis regresi dilakukan untuk mencari pengaruh komponen keahlian internal auditor terhadap pencegahan kecurangan.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa 49% pendeteksian kecurangan dijelaskan oleh komponen pengetahuan, ciri-ciri psikologis, kemampuan berpikir, strategi penentuan keputusan, analisis tugas, pengalaman, dan perilaku etis. Untuk pencegahan kecurangan dijelaskan sebesar 54.3% oleh komponen pengetahuan, ciri-ciri psikologis, kemampuan berpikir, strategi penentuan keputusan, analisis tugas, pengalaman, dan perilaku etis. Dengan menggunakan signifikasi 0.10, hasil uji t pada analisis regresi pertama menunjukkan bahwa variabel strategi penentuan keputusan (sig. 0.028), analisis tugas (sig. 0.057 ), dan perilaku etis (sig. 0.006) memiliki pengaruh yang nyata dan positif terhadap pendeteksian kecurangan. Hasil uji t pada analisis regresi kedua menunjukkan bahwa variabel kemampuan berpikir (sig. 0.078) dan perilaku etis (sig. 0.000) memiliki pengaruh yang nyata dan positif terhadap pencegahan kecurangan. Kata kunci: komponen keahlian internal auditor, pendeteksian kecurangan,
pencegahan kecurangan, analisis regresi linear berganda
i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Data Pribadi:
Nama : Eka Putri Pertiwi
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 1 Desember 1987
Alamat : Jl. Dewi Sartika No. 49 RT. 003/01 Ciputat
Telpon : 021 – 7429986 / 08998272735
Riwayat Pendidikan:
TK Bunga Mawar Ciputat
SD Negeri Ciputat IX 1994 – 2000
SMP Negeri 85 Jakarta 2000 – 2003
SMU Negeri 34 Jakarta 2004 – 2006
Pelatihan-Pelatihan:
Kursus Bahasa Inggris di LIA Ciputat 2009 – 2010
Kursus Komputer di Nurul Fikri Ciputat 2009
Data Orang Tua:
Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, yaitu pasangan dari:
Nama Ayah : Drs. Suryanto MM
Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil
Nama Ibu : Rismoyati
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat Orang tua : Jl. Dewi Sartika No. 49 Rt. 003/01 Ciputat
iv
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, atas berjuta-juta barokah yang
selalu diberikan-Nya. Maka penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini sebagai salah
satu syarat dalam menempuh studi S1 untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
pada jurusan Akuntansi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari karya ini tidak terlepas dari bantuan dan doa, dari
berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-
besarnya atas bantuan dan do’a kepada:
1. Mama dan Papa tercinta yang senantiasa memberikan kasih, sayang,
semangat, dan do’a.
2. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Jakarta.
3. Bapak Afif Sulfa, SE., Ak., MSi, selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Jakarta.
4. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni, selaku Dosen Pembimbing 1 yang dengan
sabar memberikan bimbingan dan petunjuk yang sangat membantu bagi
penulis.
5. Bapak Hepi Prayudiawan, SE, Ak., MM, selaku Dosen Pembimbing 2 yang
telah menuntun dan mengarahkan penulis agar dapat menyelesaikan Skripsi.
6. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial khususnya Jurusan
Akuntansi, terima kasih atas ilmu-ilmu yang telah diberikan kepada saya.
v
7. Seluruh pihak Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan atas
partisipasinya sehingga penulis dapat melaksanakan penelitian dengan baik.
8. Bapak Fahmi Ahmadi M.Si., terima kasih banyak atas ilmu-ilmu yang telah
diberikan.
9. Bapak Ust. H.Syafrudin dan Ibu Dra. Hj. Miswarti Yaunin, terima kasih atas
bimbingan agama yang telah diberikan selama ini.
10. Keluarga besar Ibu Sumiarsih, terima kasih atas support dan do’anya.
11. Hafiz Juliansyah, terima kasih selalu menemani dan membatu dalam proses
penelitian ini.
12. Adik-adikku Dwi Ranti Cahayu dan Tri Rosma Yanti, terima kasih atas
do’anya.
13. Teman-temanku Dila, Novi, Putri, Rosli, Ririn terima kasih juga untuk
dukungan dan do’anya.
14. Semua teman-teman Akuntansi angkatan ’06.
15. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu
selesainya Skripsi ini.
Selanjutnya dengan senang hati penulis menerima segala kritik dan saran-
saran yang sifatnya membangun dalam hubungannya dengan penulisan skripsi
ini. Akhir kata penulis mengharapkan semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi
kita semua. Amin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, 8 Juni 2010
Penulis
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP...................................................................... i
ABSTRAKSI ................................................................................................. ii
KATA PENGANTAR...................................................................................iv
DAFTAR ISI .................................................................................................vi
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................xiv
BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1
A Latar Belakang Penelitian ........................................................... 1
B Perumusan Masalah.................................................................... 8
C Tujuan Penelitian........................................................................ 8
D Manfaat Penelitian...................................................................... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................. 11
A Tinjauan Umum Atas Internal Audit .......................................... 11
Tabel 4.31 Hasi Uji F..................................................................................... 99
Tabel 4.32 Hasil Uji t .................................................................................... 100
Tabel 4.33 Hasil Regresi Berganda ............................................................... 102
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Faktor-faktor Penyebab Kecurangan .......................................... 22
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran ................................................................... 44
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Kementrian Perdagangan ............................ 67
Gambar 4.2 Struktur Oraganisasi Inspektorat Jenderal Kementerian
Perdagangan .............................................................................. 67
Gambar 4.3 Uji Normalitas ........................................................................... 86
Gambar 4.4 Uji Heteroskedastisitas................................................................ 88
Gambar 4.5 Uji Normalitas ............................................................................ 95
Gambar 4.6 Heteroskedastisitas ..................................................................... 97
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
A. Surat Izin Penelitian
B. Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian
C. Kuesioner
D. Deskriptif Responden
E. Hasil Uji Reliabilitas
F. Hasil Uji Validitas
G. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
1. Analisis Regresi Variabel Komponen Keahlian Internal Auditor
terhadap Pendeteksian Kecurangan
2. Analisis Regresi Variabel Komponen Keahlian Internal Auditor
terhadap Pencegahan Kecurangan
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Fraud (kecurangan akuntansi) hingga saat ini menjadi suatu hal yang
fenomenal baik di negara berkembang maupun di negara maju. Fraud atau
kejahatan kerah putih (white collar crime) ini terjadi hampir diseluruh sektor
pemerintahan dan sektor swasta. Menurut Sobel (1977:1) dalam Santoso
(2005), di USA fraud telah berkembang secara luas. Spathis (2002) dalam
Santoso (2002) menjelaskan bahwa di USA, fraud menimbulkan kerugian
yang sangat besar hampir di seluruh industri. Soselisa (2008), menyebutkan
bahwa pada tahun 2001 terjadi kasus Enron yang diperkirakan menimbulkan
kerugian bagi Enron sebesar US$ 32 miliar dan ribuan pegawai Enron harus
kehilangan dana pensiun mereka sekitar US$ 1 miliar. Kerugian tersebut
hanya merupakan salah satu contoh kasus kecurangan terbesar yang terjadi
di dunia dan skandal ini merupakan contoh tragis bagaimana fraud
berdampak sangat buruk terhadap pasar, stakeholders dan para pegawai.
Tidak berbeda jauh dengan yang terjadi di USA, fraud di Indonesia
berkembang dengan sangat cepat dan meluas serta seperti telah membudaya.
Di Indonesia istilah fraud atau kecurangan akuntansi lebih dikenal dengan
sebutan korupsi dan korupsi sangat identik dengan lembaga pemerintah.
Korupsi sudah ada sejak era sebelum kemerdekaan. Korupsi seringkali
dilakukan oleh pejabat pemerintahan yang bekerja sama dengan swasta,
2
dilakukan dalam pengadaan barang dan jasa, dilakukan karena keserakahan
(sedikit karena kebutuhan) yang didukung adanya kesempatan, serta korupsi
dilakukan karena integritas pelaku tipis. Dalam korupsi, tindakan yang
sering dilakukan di antaranya adalah memanipulasi pencatatan,
penghilangan dokumen, dan mark-up yang merugikan keuangan negara.
Tindakan ini merupakan bentuk kecurangan akuntansi.
Di Indonesia, korupsi dibuktikan dengan adanya likuidasi beberapa
bank, kasus kejahatan perbankan, manipulasi pajak, korupsi yang dilakukan
oleh pejabat pemerintah, dan lainnya yang dilakukan atas dasar kepentingan
golongan maupun kepentingan pribadi. Menurut Meythi (2004), korupsi
membawa dampak buruk terutama bagi perekonomian negara. Akibat dari
korupsi yang dapat kita rasakan tentunya tidak terciptanya tata pemerintahan
yang mengarah pada good corporate governance (GCG). Korupsi
mengurangi kepercayaan publik terhadap proses politik karena adanya
politik uang, korupsi mempengaruhi pengambilan keputusan kebijakan
publik, korupsi meniadakan sistem promosi dan hukuman, korupsi
mengakibatkan proyek-proyek pembangunan dan fasilitas umum bermutu
rendah dan tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat, dan korupsi
menyebabkan kolapsnya sistem perekonomian karena produk yang tidak
kompetitif dan penumpukkan beban hutang luar negeri.
Wilopo (2006), menjelaskan bahwa dalam menghadapi korupsi yang
semakin meluas, diperlukan adanya upaya pendeteksian kecurangan,
penipuan atau kejahatan kerah putih adalah salah satu tugas dari fungsi
3
akuntansi. Kecurangan adalah sesuatu yang harus dijaga oleh internal
auditor/eksternal auditor agar tidak terjadi dengan pemeriksaan yang
dilakukan secara periodik. Internal auditor memainkan peranan penting
dalam mengevaluasi aktivitas sistem pengendalian, dan memberi masukan
untuk peningkatannya. Terlebih lagi, karena posisi organisasi dan otoritas
dalam entitas yang dimilikinya, fungsi internal audit seringkali memiliki
peranan signifikan dalam mengawasi kegiatan operasi perusahaan. Menurut
Estralita (2005), pada umumnya auditor hanya dapat memeriksa apakah
laporan keuangan perusahaan sudah sesuai dengan Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK), dimana laporan keuangan tersebut merupakan
hasil dari kegiatan operasional tersebut.
Menurut Amrizal (2004), internal auditing bertujuan untuk membantu
pimpinan perusahan (manajemen) dalam melaksanakan tanggung jawabnya
dengan memberikan analisa, penilaian, saran, dan komentar mengenai
kegiatan yang diaudit serta menemukan penyimpangan, baik akibat dari
misstatement yang disengaja (fraud) maupun yang tidak. Menurut laporan
”2002 Report to Nation on Occupational Fraud and Abuses” menyatakan
bahwa aktivitas internal auditor dapat menekan 35% terjadinya fraud.
Disinilah pentingnya peran seorang internal auditor, dengan tugas dan
wewenang yang dimiliki internal auditor dapat berperan dalam pendeteksian
dan pencegahan kecurangan pada lembaga dimana ia bekerja. Oleh karena
itu, untuk dapat mendeteksi dan mencegah kecurangan internal auditor harus
memiliki keahlian sebagai eksistensi dari pengetahuan mengenai gejala
4
pasti, pengertian akan masalah dan keahlian untuk menyelesaikan masalah
tersebut.
Berdasarkan pemaparan mengenai peran dan tugas internal auditor di
atas, maka hal terpenting yang harus dimiliki oleh internal auditor dalam
mendeteksi dan mencegah kecurangan adalah mengenai keahlian. Menurut
Murtanto dan Gudono (1999), pengalaman dan pengetahuan masih
merupakan karakteristik yang penting bagi keahlian auditor, namun untuk
meningkatkan kualitas profesi auditor perlu memperhatikan juga
karakteristik lain yang terungkap melalui penelitian ini. Karakteristik
keahlian auditor tersebut dapat diorganisasikan kedalam lima kategori yaitu
ciri-ciri psikologis, kemampuan berpikir, komponen pengetahuan, strategi
penentuan keputusan, dan analisis tugas.
Senada dengan hasil penelitian Murtanto dan Gudono (1999),
penelitian Listanti (2005) dalam Nursyofah (2008) menyatakan bahwa
komponen pembentuk kompetensi akuntan publik terdiri dari ciri psikologis,
strategi penentuan keputusan, komponen pengetahuan, kemampuan berfikir,
dan analisis tugas. Pemahaman terhadap karakteristik keahlian auditan
harus dimiliki oleh para auditor, sehingga mereka akan selalu berupaya
mencapai karakteristik keahlian audit yang sesuai, dan mengharuskan
auditor mampu bertindak tepat dan tidak mengandung unsur kesalahan.
Menurut Lisda (2009), untuk menjadi sumber obyektif yang dapat
dipercaya, auditor harus memiliki reputasi yang kuat tidak hanya untuk
kompetensi tetapi juga untuk karakter dan integritas yang tidak diragukan
5
lagi. Mengingat pentingnya reputasi, perilaku etika, dan profesionalisme,
profesi akuntan telah mengembangkan Kode Perilaku Profesional yang
memberikan pedoman pada perilaku profesional akuntansi. Pada pedoman
kode etik tersebut dijelaskan mengenai resiko profesi, tanggung jawab serta
untuk tidak menyalahgunakan kemampuan dan keahlian yang merupakan
amanah yang dimilikinya kepada jalan yang tidak dibenarkan. Hal tersebut
akan berpengaruh terhadap hasil kinerja mereka atau terjadinya
penyimpangan-penyimpangan, kecurangan, dan manipulasi terhadap tugas
yang diberikan. Oleh karena itu, dalam melaksanakan tugasnya auditor harus
berperilaku etis yaitu dengan menerapkan Kode Etik Profesinya.
Ashton (1991) mengatakan bahwa dalam rangka pencapaian keahlian,
seorang auditor harus mempunyai pengetahuan yang tinggi dalam bidang
audit. Pengetahuan ini bisa didapat dari pendidikan formal yang diperluas
dan ditambah antara lain melalui pelatihan auditor dan pengalaman-
pengalaman dalam praktik audit. Seseorang yang melakukan pekerjaan
sesuai pengetahuan yang dimilikinya akan memberikan hasil yang lebih baik
daripada mereka yang tidak mempunyai pengetahuan cukup akan tugasnya.
Peningkatan pengetahuan yang muncul dari penambahan pelatihan formal
sama bagusnya dengan yang didapat dari pengalaman khusus. Struktur
pengetahuan auditor yang berkenaan dengan kekeliruan mungkin akan
berkembang dengan adanya program pelatihan auditor ataupun dengan
bertambahnya pengalaman auditor.
6
Faktor keahlian lain yang berpengaruh dalam mendeteksi dan
mencegah kecurangan adalah pengalaman. Pengalaman kerja telah
dipandang sebagai suatu faktor penting dalam memprediksi kinerja auditor,
sehingga pengalaman dimasukkan sebagai salah satu persyaratan dalam
memperoleh izin menjadi akuntan publik di Indonesia berdasarkan SK
Menkeu No. 43/KMK.017/1997. Kematangan auditor dalam melakukan
audit tidak hanya ditentukan oleh pengetahuan yang diperoleh selama
pendidikan namun juga tidak kalah pentingnya adalah pengalaman yang
diperoleh selama melakukan pemeriksaan keuangan. Tentu tidak
mengherankan apabila cara memandang dan menanggapi informasi yang
diperoleh selama melakukan pemeriksaan antara auditor yang
berpengalaman dan yang kurang berpengalaman berbeda. Auditor yang
berpengalaman diyakini mampu mendeteksi kecurangan karena
pengalamannya dalam menghadapi berbagai peristiwa yang wajar maupun
tidak wajar.
Penelitian ini replikasi dari penelitian Hartoko, dkk (1997) dan
penelitian Sinaga (2008). Hasil penelitian oleh Hartoko, dkk (1997) adalah
pengalaman kerja seorang auditor dengan pengetahuan auditor berkaitan
dengan jenis kekeliruan yang berbeda yang diketahuinya. Sedangkan kasil
penelitian oleh Sinaga (2008), agar dapat berperan dalam mendeteksi dan
mencegah kecurangan seorang internal auditor harus memiliki sejumlah
keahlian yang terdiri dari: (1) komponen pengetahuan, (2) strategi penentuan
keputusan, (3) ciri-ciri psikologis, (4) kemampuan berpikir, dan (5) perilaku
7
etis. Hasil dari penelitian Sinaga (2008), keahlian internal auditor juga
meliputi perilaku etis internal auditor. Karena keahlian auditor sangat
berhubungan dengan kinerja maka sebagai auditor harus mematuhi kode etik
profesi.
Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah
sampel yang diambil oleh penulis terdiri dari internal auditor yang berada
pada Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan. Koresponden yang
mengisi kuesioner adalah internal auditor yang sudah bekerja di Inspektorat
Jenderal tersebut antara satu sampai lebih dari sepuluh tahun dimana internal
auditor tersebut pernah melakukan audit mulai dari satu kali sampai lebih
dari lima belas kali. Perbedaan lainnya adalah variabel dependen yang
digunakan oleh penulis terdiri dari dua variabel terikat yaitu pendeteksian
kecurangan dan pencegahan kecurangan.
Studi ini menguji apakah komponen keahlian yang dimiliki internal
auditor pada Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan berpengaruh
secara nyata terhadap pendeteksian dan pencegahan kecurangan.
Berdasarkan pemaparan tersebut diatas, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian megenai keahlian internal auditor terutama pada Inspektorat
Jenderal Kementerian Perdagangan dimana lembaga ini berfungsi sebagai
lembaga audit atau lembaga pemeriksa pada unit kerja di bawah naungan
Kementerian Perdagangan. Berdasarkan literatur yang ada sebelumnya,
masih sangat sedikit penelitian yang menjadikan auditor instansi pemerintah
khususnya auditor Kementerian Perdagangan dijadikan objek dalam
8
penelitian-penelitian ilmiah sebelumnya. Dengan demikian, judul skripsi ini
ialah ”Analisis Pengaruh Komponen Keahlian Internal Auditor Terhadap
Pendeteksian dan Pencegahan Kecurangan (Fraud) Di Inspektorat Jenderal
Kementerian Perdagangan Republik Indonesia”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian tersebut di atas, penulis akan mengemukakan
permasalahan yang dijadikan sebagai dasar penelitian, yaitu :
1. Apakah komponen keahlian internal auditor yang terdiri dari
komponen pengetahuan, ciri-ciri psikologis, kemampuan berpikir,
strategi penentuan keputusan, analisis tugas, pengalaman, dan perilaku
etis berpengaruh secara nyata terhadap pendeteksian kecurangan
(fraud)?
2. Apakah komponen keahlian internal auditor yang terdiri dari
komponen pengetahuan, ciri-ciri psikologis, kemampuan berpikir,
strategi penentuan keputusan, analisis tugas, pengalaman, dan perilaku
etis berpengaruh secara nyata terhadap pencegahan kecurangan
(fraud)?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan dari
penelitian ini terbagi menjadi dua poin, yaitu :
1. Untuk menganalisa pengaruh komponen keahlian internal auditor yang
terdiri dari komponen pengetahuan, ciri-ciri psikologis, kemampuan
9
berpikir, strategi penentuan keputusan, analisis tugas, pengalaman, dan
perilaku etis terhadap pendeteksian kecurangan (fraud).
2. Untuk menganalisa pengaruh komponen keahlian internal auditor yang
terdiri dari komponen pengetahuan, ciri-ciri psikologis, kemampuan
berpikir, strategi penentuan keputusan, analisis tugas, pengalaman, dan
perilaku etis terhadap pencegahan kecurangan (fraud).
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, penulis berharap agar hasil
dari penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan juga bagi
penulis.
Adapun manfaat-manfaat yang diharapkan tersebut antara lain :
1. Bagi Penulis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi penulis
tentang pentingnya keahlian auditor internal pemerintah serta
mengetahui cara-cara melakukan pendeteksian dan pencegahan
kecurangan (fraud).
2. Bagi Pihak Akademis
Penelitian ini sebagai sumber acuan untuk dikembangkan lebih lanjut
dalam penelitian yang spesifik atau penelitian yang berkaitan dengan
topik yang dibahas dalam penelitian dan juga untuk menambah
pengetahuan mereka seperti halnya penulis.
10
3. Bagi Internal Auditor
Sebagai bahan masukan dan pertimbangan serta pemahaman mengenai
pengaruh keahlian auditor internal terhadap kemampuan mendeteksi
kecurangan serta bagaimana cara mencegah kecurangan.
4. Bagi Instansi
Untuk memahami apakah sistem pengendalian internal perusahaan
berjalan dengan baik sehingga dapat mengetahui letak kecurangan-
kecurangan yang terungkap dan bisa lebih waspada terhadap tindakan
kecurangan.
5. Bagi Masyarakat
Sebagai bahan referensi dan pertimbangan yang diharapkan
bermanfaat bagi pihak-pihak yang tertarik terhadap komponen
keahlian internal auditor yang mempengaruhi pendeteksian dan
pencegahan kecurangan khususnya bagi mahasiswa, para pendidik
mahasiswa, dan para auditor. Juga dapat memberikan pengetahuan
tentang profesi auditor internal dan tidak berpandangan buruk terhadap
profesi serta terhadap hasil audit yang dikeluarkan auditor internal.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Atas Internal Audit
1. Definisi Internal Audit
Definisi Auditing Internal menurut Institute of Internal Auditors
(IIA) dalam Boynton et al (2003:491) adalah sebagai berikut:
“Auditing internal adalah aktivitas pemberian keyakinan serta konsultasi yang independen dan objektif, yang dirancang untuk menambah nilai dan memperbaiki operasi organisasi. Auditing Internal membantu organisasi mencapai tujuannya dengan memperkenalkan pendekatan yang sistematis dan berdisiplin untuk mengevaluasi serta meningkatkan objektivitas proses manajemen risiko, pengendalian, dan pengelolaan”.
Dari pengertian di atas, dapat dilihat penekanan utama pengertian
Auditing Internal singkatnya adalah untuk memberikan jasa (service)
kepada manajemen.
2. Kode Etik Internal Audit
Maksud ditetapkan Kode Etik Auditor adalah memberikan
pedoman perilaku bagi auditor dalam melaksanakan tugas, fungsi dan
kewajibannya. Kode Etik Auditor menurut Institute of Internal
Auditors (IIA, 2000) terdiri dari:
a. Prinsip Etis
1) Integritas
12
Integritas auditor internal menjadi sumber kepercayaan dan
dengan demikian memberikan dasar bagi keandalan
pertimbangannya.
2) Objektivitas
Auditor internal memperlihatkan tingkat objektivitas
profesional tertinggi dalam mengumpulkan,mengevaluasi,
dan mengkomunikasikan informasi mengenai aktifitas yang
diteliti.
3) Kerahasiaan
Auditor internal mengahargai nilai dan kepemilikan
informasi yang mereka terima dan tidak mengungkapkan
informasi itu tanpa otoritas layak jika tidak terdapat
kewajiban hukum atau profesional yang harus dilakukan.
(Fraud Detection), dan penginvestigasian kecurangan (Fraud
Investigation) (Amrizal, 2004:2).
Untuk dapat menjalankan peran penting tersebut di atas, internal
auditor harus memiliki berbagai keahlian agar mampu menjalankan
perannya dengan baik. Auditor harus mampu meningkatkan
keahliannya dengan cara sebagai berikut ( Effendi, 2007) :
a. Orientasi berbasiskan risiko (Risk-based Orientation). Internal
auditor harus merubah pendekatan dari audit secara konvensional
menuju audit berbasiskan risiko (risk based audit approach).
b. Perspektif global (Global Perspective). Internal auditor harus
berpandangan luas dan dalam menilai sesusatu secara global
bukan secara sempit (mikro).
c. Governance Expertise. Internal auditor harus melaksanakan
prinsip tata kelola perusahaan yang baik yaitu Good Corporate
18
Governance (GCG) serta tata pemerintahan yang baik yaitu Good
Goverment Governance (GGG). Internal auditor harus memiliki
pengetahuan yang cukup tentang GCG dan GGG.
d. Technologically Adept. Internal auditor harus senantiasa
mengikuti perkembangan teknologi, terutama Teknologi
Informasi. Internal auditor harus memiliki technology
proficiency, misalnya ahli dibidang Audit Sistem Informasi
(System Information Audit). Selain itu internal auditor harus
dapat menggunakan kemampuan di bidang teknologi
(technologicall skills) untuk menganalisis/ risiko, perbaikan
proses ( improve process) dan evaluasi efisiensi (upgrade
efficiency).
e. Business Acrumen. Internal auditor harus memiliki jiwa
entrepeneurship yang tinggi, sehingga mengikuti setiap
perkembangan dalam proses bisnis (business process).
f. Berpikir kreatif & solusi masalah (Creative Thinking & Problem
Solving). Internal auditor harus selalu berpikir positif dan inovatif
serta lebih berorientasi pada pemecahan masalah. Untuk menjadi
problem solver internal auditor memerlukan pengalaman
bertahun-tahun melakukan audit berbagai fungsi/unit kerja susatu
organisasi/perusahaan.
g. Strong Ethical Compass. Internal auditor harus selalu menjaga
kode etik dan moralitas yang berlandaskan ajaran agama dalam
19
menjalankan tugas, sehingga terhindar dari perilaku yang tidak
terpuji.
h. Communication Skills. Pekerjaan internal auditor berhubungan
erat dengan unit organisasi lain, yaitu manajemen, komite audit,
auditor eksternal (Kantor Akuntan Publik), oleh karena itu
internal auditor harus menjalin komunikasi yang baik dengan
pihak-pihak lain tersebut. Dalam hal ini, internal auditor perlu
memiliki kemampuan dalam bidang komunikasi, baik lisan
maupun tertulis.
B. Konsep Kecurangan (Fraud)
1. Definisi Kecurangan
The Institute of Internal Auditor (1985) dalam Karni (2000:34)
mendefinisikan kecurangan mencakup susatu ketidakberesan dan
tindakan ilegal yang bercirikan penipuan yang disengaja. Ia dapat
dilakukan untuk manfaat dan atau kerugian organisasi oleh orang di
luar atau dalam organisasi. Kecurangan dalam organisasi dapat
meliputi (namun tidak terbatas pada) pemalsuan, penggelapan kas,
pencurian aktiva, kecurangan komputer dan tindakan lainnya yang
dapat merugikan organisasi secara finansial. Biasanya kecurangan
mencakup tiga langkah, yaitu tindakan/the act, penyembunyian/the
concealment, dan konversi/the conversion.
Menurut buku Fraud Auditing (1997) dalam Karni (2000:34)
kecurangan terdiri atas tujuh unsur yang penting. Apabila tidak
20
terdapat salah satu unsur tersebut, maka tidak ada kecurangan yang
dilakukan. Unsur-unsur tersebut adalah sebagai berikut :
a. Harus terdapat penyajian yang keliru (mispresentation)
b. Dari susatu masa lampau (past) atau sekarang (present)
c. Faktanya material (material fact)
d. Dilakukan secara sengaja atau tanpa perhitungan
e. Dengan maksud untuk menyebabkan pihak lain bereaksi
f. Pihak yang terlukai harus bereaksi terhadap kekeliruan penyajian
g. Mengakibatkan kerugian
2. Kategori Kecurangan
Menurut Association of Certified Fraud Examinations (ACFE)
dalam Tuanakotta (2007:96), kecurangan terbagi menjadi tiga kategori,
yaitu :
a. Kecurangan laporan Keuangan (Fraudulent Financial Statement)
Kecurangan laporan keuangan dapat didefinisikan sebagai
kecurangan yang dilakukan oleh manajemen dalam bentuk salah
saji material Laporan Keuangan yang merugikan investor dan
kreditor. Kecurangan ini dapat bersifat financial atau kecurangan
non-financial.
Kecurangan financial menggambarkan kecurangan dalam
menyusun laporan keuangan. Kecurangan ini berupa salah saji
(misstatements baik overstatements maupun understatements).
21
Kecurangan non-financial menggambarkan kecurangan
dalam menyusun laporan non-keuangan. Kecurangan ini berupa
penyampaian laporan non-keuangan yang menyesatkan lebih
bagus dari keadaan yang sebenarnya, dan seringkali merupakan
pemalsuan dan pemutarbalikkan fakta. Bisa tercantum dalam
dokumen yang dipakai untuk kepentingan intern maupun ekstern.
b. Penyalahgunaan Aset ( Asset Misappropriation )
Asset Misappropriation atau “pengambilan” aset secara
ilegal dalam bahasa sehari-hari disebut mencuri. Namun, dalam
istilah hukum, “mengambil” aset secara ilegal (tidak sah, atau
melawan hukum) yang dilakukan oleh seseorang yang diberi
wewenang untuk mengelola atau mengawasi aset tersebut,
disebut menggelapkan. Penyalahgunaan aset dapat digolongkan
ke dalam Kecurangan Kas dan Kecurangan atas Persediaan dan
Aset Lainnya, serta pengeluaran-pengeluaran biaya secara curang
(fraudulent disbursement).
c. Korupsi (Corruption)
Korupsi dalam konteks pembahasan ini adalah korupsi
menurut ACFE. Korupsi di sini serupa tapi tidak sama dengan
istilah korupsi dalam ketentuan Undang-undang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi di Indonesia. Korupsi menurut ACFE,
terbagi ke dalam empat bentuk, yaitu pertentangan kepentingan
22
(conflick of interest), suap (bribery), pemberian ilegal (illegal
grsatuities), dan pemerasan ekonomi (economic extortion).
3. Faktor-Faktor Penyebab Kecurangan
Opportunity
Pressure Rationalization
Sumber: Theodorus M. Tuanakotta (2007:106)
Gambar 2.1
Fraud Triangle
Menurut Cressey (Fraud Examiner Manual, 2006) dalam
Tuanakotta (2000:105), keadaan yang menciptakan peluang terjadinya
fraud digambarkan dengan apa yang disebut dengan fraud triangle,
yaitu :
a. Tekanan ( Pressure )
Merupakan motivasi seseorang untuk melakukan fraud.
Penggelapan uang perusahaan oleh pelakunya bermula dari
susatu tekanan (pressure) yang menghimpitnya. Orang ini
mempunyai kebutuhan keuangan yang mendesak, yang tidak
dapat diceritakan kepada orang lain. Konsep yang penting disini
adalah tekanan yang menghimpit hidupnya (kebutuhan akan
uang), padahal ia tidak bisa berbagi (sharing) dengan orang lain.
Konsep ini dalam bahasa inggris disebut perceived non-sharable
FRAUD TRIANGLE
23
financial need. Non-sharable problems yang dihadapi, yaitu
violation of ascribed obligation, problems resulting from
personal failure, business reversals, physical isolation, stsatus
gaining, dan employe- employee relations.
b. Peluang ( Opportunity )
Yaitu kondisi atau situasi yang memungkinkan seseorang
melakukan atau menutupi tindakan tidak jujur. Adanya non-
sharable financial problems saja, tidaklah akan menyebabkan
orang melakukan fraud. Non-sharable problems menciptakan
motif bagi terjadinya kejahatan. Tetapi pelaku kejahatan harus
mempunyai persepsi bahwa ada peluang baginya untuk
melakukan kejahatan tanpa diketahui orang lain. Crassey
berpendapat, ada dua komponen dari persepsi tentang peluang,
yaitu general information, dan technical skill.
c. Rasionalisasi ( Rationalization )
Merupakan mencari pembenaran sebelum melakukan
kejahatan, bukan sesudahnya. Mencari pembenaran sebenarnya
merupakan bagian yang harus ada dari kejahatan itu sendiri,
bahkan merupakan bagian dari motivasi untuk melakukan
kejahatan. Rasionalisasi diperlukan agar si pelaku dapat
mencerna perilakunya yang illegal untuk tetap mempertahankan
jati dirinya sebagai orang yang dipercaya.
24
C. Pengendalian internal
Tugas internal auditor adalah berhubungan dengan penilaian penerapan
pengendalian internal dalam susatu entitas. Menurut SA Seksi 319 tentang
pertimbangan atas pengendalian internal dalam audit laporan keuangan
(SPAP No. 69), menyatakan bahwa :
“Pengendalian internal adalah susatu proses yang dijalankan oleh Dewan komisaris, manajemen, dan personel lain entitas yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini : (a) keandalan pelaporan keuangan, (b) efektivitas dan efisiensi operasi, dan (c) kepsatuhan terhadap hukum dan persaturan yang berlaku.”
Pengendalian terdiri dari lima komponen yang saling terkait berikut
penentuan keputusan, (4) ciri-ciri psikologis, (5) kemampuan berpikir, dan
(6) perilaku etis mempunyai pengaruh positif terhadap pemeriksaan
kecurangan.
Penelitian yang membahas mengenai perilaku etis internal auditor
adalah Budisusetyo, dkk (2005), menemukan bahwa nilai etika organisasi,
orientasi etika dan komitmen profesional pada internal auditor secara
individu maupun simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
42
pengambilan keputusan etis dalam situasi dilema etika. Artinya, walaupun
dihadapkan pada situasi dilema etika internal auditor mampu berperilaku etis
dengan menerapkan nilai etika organisasi, orientasi etika dan komitmen
profesional mereka dalam menjalankan tugas.
Selain itu, penelitian yang dilakukan Hartoko, dkk (1997),
menyimpulkan bahwa pengalaman kerja seorang auditor berpengaruh
terhadap pengetahuan tentang jenis-jenis kekeliruan yang berbeda yang
diketahuinya. Pengalaman seorang auditor berpengaruh terhadap perhatian
seorang auditor pada Kementerian tempat susatu kekeliruan terjadi.
Libby dan Frederick (1990) dalam Ashton (1991) menyatakan bahwa
semakin banyak pengalaman, auditor semakin dapat menghasilkan berbagai
macam dugaan dalam menjelaskan temuan audit. Pengalaman secara
signifikan berkaitan dengan keakuratan. Manejer audit dengan pengalaman
kerja selama lima tahun lebih memiliki keakuratan dibandingkan dengan staf
audit dengan pengalaman kerja ssatu tahun (Libby, 1985 dalam Aston,
1991).
Tabel 2.2 Perbandingan Penelitian Terdahulu Dengan Sekarang
No Peneliti Judul Variabel Objek Penelitian dan Sampel
Metode Analisa
1 Hartoko (1997)
Pengaruh Pengalaman Pada Struktur Pengetahuan Auditor Tentang Kekeliruan
Independen: a. Pengalaman
Auditor Dependen: a. Kekeliruan
KAP di eks Keresidenan Surakarta. Sampelnya adalah 53 Auditor yang bekerja di KAP tersebut.
Koefisien Korelasi Product Moment
43
2 Sinaga (2008)
Peranan Keahlian Internal Audit Dalam Mencegah dan Mendeteksi Kecurangan (Fraud)
Independen: a. Komponen
Pengetahuan b. Ciri-ciri
Psiikologis c. Kemampuan
Berpikir d. Penentuan
Keputusan e. Perilaku Etis Dependen: a. Pendeteksian
dan Pencegahan Kecurangan (Fraud)
3 bank swasta yang ada di Jakarta yaitu Bank Tabungan Negara, Bank Mandiri, dsn Bank Lippo. Sampelnya adalah 60 internal auditor yang bekerka di tiga bank tersebut
Regresi Linier Berganda
3 Penelitian Sekarang (2010)
Analisis Pengaruh Komponen Keahlian Internal Auditor Terhadap Pendeteksian dan Pencegahan Kecurangan (Fraud)
Independen: a. Komponen
Pengetahuan b. Ciri-ciri
Psikologis c. Kemampuan
Berpikir d. Penentuan
Keputusan e. Perilaku Etis f. Analisis
Tugas g. Pengalaman
Auditor Dependen: a. Pendeteksian
Kecurangan b. Pencegahan
Kecurangan
Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan. Sampelnya adalah internal auditor yang bekerja pada Irjen Kementerian Perdagangan
Regresi Linier Beraganda
Sumber: Data diolah
H. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran merupakan sintesa dari serangkaian teori yang
tertuang dalam tinjauan pustaka, yang pada dasarnya merupakan gambaran
44
sistematis dari kinerja teori dalam memberikan solusi atau alternatif solusi
dari serangkaian masalah yang ditetapkan. (Hamid, 2007:26)
Secara skematis alur kerangka penelitian terdapat dalam Gambar 2.2.
Kerangka penelitian tersebut adalah sebagai berikut :
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran
Perilaku Etis (X7) Sinaga (2008) dan
Khamidah (2000) dalam Darwito (2006)
Penentuan Keputusan (X4) Sinaga (2008) dan
Khamidah (2000) dalam Darwito (2006)
Analisis Tugas (X5) Sinaga (2008) dan
Khamidah (2000) dalam Darwito (2006)
Pengalaman (X6) Hartoko (1997)
Komponen Pengetahuan (X1) Sinaga (2008) dan
Khamidah (2000) dalam Darwito (2006)
Pencegahan Kecurangan (Y2)
Ciri-Ciri Psikologis (X2) Sinaga (2008) dan
Khamidah (2000) dalam Darwito (2006)
Kemampuan Berpikir (X3) Sinaga (2008) dan
Khamidah (2000) dalam Darwito (2006)
Pendeteksian Kecurangan (Y1)
45
Rumus :
1. Y1 = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + b7X7 + e
2. Y2 = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + b7X7 + e
I. Perumusan Hipotesis
1. Berdasarkan kerangka berfikir pada gambar 2.2 di atas maka
hipotesisnya adalah:
a. Ha1 : Pengetahuan, Ciri-ciri psikologis, Kemampuan berpikir,
Uji validitas dimaksudkan untuk mengukur sejauh mana
variabel yang digunakan benar-benar mengukur apa yang
seharusnya diukur. Pengujian validitas tiap butir pertanyaan yang
digunakan analisis item, yaitu mengkorelasikan skor tiap butir
dengan skor total yang merupakan jumlah tiap butir dalam tabel
ditunjukkan skor totalnya, yang merupakan jumlah skor tiap
butir. Uji validitas ini digunakan untuk mengetahui kelayakan
butir-butir dalam daftar pertanyaan-pertanyaan.
Imam Ghozali dalam bukunya Aplikasi SPSS (2009:49) Uji
Validitas dilakukan dengan membandingkan nilai Corrected
51
item-Total Correlation dengan nilai r tabel, untuk degree of
fredom (df) = n-2, dan alpha =0,10.
b. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur bahwa variabel
yang digunakan benar-benar bebas dari kesalahan sehingga
menghasilkan hasil yang konsisten meskipun diuji berkali-kali.
Hasil uji reabilitas dengan bantuan SPSS akan menghasilkan
Cronbach Alpha. Suatu instrumen dapat dikatakan reliabel
(andal) bila memiliki nilai Cronbach Alpha lebih dari 0,60
(Nunnaly, 1960) dalam Ghozali (2009:46).
3. Uji Hipotesis
a. Uji Asumsi Klasik
1) Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki
distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan F
mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi
normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi
tidak valid untuk sejumlah sampel kecil (Ghozali: 2009:147).
Salah satu cara untuk melihat normalitas residual adalah
dengan melihat grafik normal probability plot yang
membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal.
Distribusi normal akan membentuk garis lurus diagonal. Jika
52
distribusi data residual normal, maka garis yang
menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti arah
garis diagonalnya (Ghozali, 2009:147).
2) Uji Multikolinieritas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah
model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel
independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
korelasi di antara variabel independen (Ghozali, 2009:95).
Untuk mengetahui ada tidaknya multikolinieritas model
regresi adalah dengan melihat nilai tolerance dan varian
inflation faktor (VIF). Model regresi yang bebas
multikolinieritas, yaitu:
VIF lebih kecil dari 10 (VIF<10)
Tolerace lebih besar dari 0.1 (Tolerance>0.1)
3) Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari
residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka
disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut
heteroskedastisitas (Ghozali, 2009:125). Model regresi yang
baik adalah yang homoskedastisitas dan tidak terjadi
heteroskedastisitas.
53
Untuk mengetahui ada tidaknya heteroskedastisitas, ada
beberapa cara, salah satu diantaranya yaitu dengan melihat
Grafik Plot antara nilai prediksi variabel terikat yaitu ZPRED
dengan residualnya SRESID. Deteksi ada tidaknya
heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan ada tidaknya pola
tertentu pada grafik Scatterplot antara SRESID dan ZPRED
dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksii, dan sumbu
X adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya).
Dasar analisis:
a) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada
membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang,
melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan
telah terjadi heteroskedastisitas.
b) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di
atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak
terjadi heteroskedastisitas.
b. Analisis Regresi Berganda
Analisis regresi pada dasarnya adalah studi mengenai
ketergantungan variabel dependen dengan satu atau lebih
variabel independen, dengan tujuan untuk mengestimasi dan/atau
memprediksi rata-rata populasi atau nilai rata-rata variabel
dependen berdasarkan varriabel independen yang diketahui
(Gujrati, 2003 dalam Ghozali, 2009:85).
54
Dengan menggunakan bantuan SPSS 16.0, penelitian ini
menggunakan Analisis Regresi Linier Berganda. Metode Analisis
Regresi Linier Berganda digunakan dalam penelitian ini
dilakukan sebanyak dua kali yaitu dengan maksud untuk
menganalisa :
1) ada tidaknya pengaruh antara variabel pengetahuan (X1),
ciri-ciri psikologis (X2), kemampuan berpikir (X3), strategi
penentuan keputusan (X4), analisis tugas (X5), pengalaman
(X6), perilaku etis (X7) dengan pendeteksian kecurangan
(Y1) dan pencegahan kecurangan (Y2).
2) ada tidaknya pengaruh antara variabel pengetahuan (X1), ciri-
ciri psikologis (X2), kemampuan berpikir (X3), strategi
penentuan keputusan (X4), analisis tugas (X5), pengalaman
(X6), perilaku etis (X7) dengan Pencegahan Kecurangan
(Y2).
Berikut adalah persamaan dari analisis regresi berganda:
Y = a + b1X1 + b2X2 + ……. + bnXn + e
Dimana :
Y = Variabel Dependen (Terikat)
X = Variabel Independen (Bebas)
a = Konstanta, harga Y bila X = 0
b = Koefisien Regresi
e = Standar eror
55
c. Uji Koefisien Determinasi (R²)
Koefisien determinasi (R²) pada intinya untuk mengukur
seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi
variabel dependen. Nilai koefisien determinasi (R²) adalah antara
nol dan satu. Nilai R² yang kecil berarti kemampuan variabel-
variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen amat
terbatas. Nilai yang hampir mendekati satu berarti variabel-
variabel independen memberikan hampir semua informasi yang
dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen
(Ghozali, 2009:87).
d. Uji Statistik F
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua
variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai
pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen.
Untuk menguji hipotesis ini digunakan statistik F dengan
kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut:
1) Bila nilai F lebih besar dari 4 (F>4) maka variabel
independen berpengaruh terhadap variabel dependen pada
derajat kepercayaan 10%.
2) Membandingkan F hasil perhitungan dengan F menurut tabel.
Bila F hitung>F tabel maka variabel independen berpengaruh
terhadap variabel dependen. (Ghozali, 2009:88)
56
e. Uji Statistik t
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh
pengaruh satu variabel independen secara individual dalam
menerangkan variasi variabel dependen. Untuk menguji hipotesis
ini digunakan statistik t dengan kriteria pengambilan keputusan
sebagai berikut:
1) Bila jumlah degree of freedom (df) adalah 20 atau lebih dan
derajat kepercayaan 10% maka hipotesis alternatif (Ha)
diterima, yang menyatakan bahwa variabel independen secara
individual mempengaruhi variabel dependen.
2) Membandingkan nilai statistik t dengan dengan nilai
tmenurut tabel. Jika, t hitung>t tabel maka hipotesis alternatif
(Ha) diterima, yang menyatakan bahwa variabel independen
secara individual mempengaruhi variabel dependen.
(Ghozali, 2009:89)
E. Definisi Operasional Variabel Penelitian dan Pengukurannya
Variabel adalah segala sesuatu yang dapat diberi berbagai macam nilai.
Tipe-tipe variabel dalam penelitian ini diklasifikasikan menjadi dua jenis,
yaitu variabel independen dan variabel dependen.
Seluruh variabel dalam penelitian ini akan diukur dengan dua hingga
enam indikator dan masing-masing indikator berupa pertanyaan yang akan
mengukur keahlian internal auditor. Selanjutnya variabel yang ada akan
dijabarkan dalam beberapa pertanyaan di mana masing-masing pertanyaan
mempunyai skor jawaban mulai 1 sampai dengan 5.
57
Maka operasional variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Variabel Independen
Variabel independen adalah variabel yang menjelaskan atau
mempengaruhi variabel yang lain. Variabel independen dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan komponen penting dalam suatu
keahlian. Komponen pengetahuan meliputi komponen-komponen
seperti pengetahuan terhadap fakta-fakta dan prosedur-prosedur.
Instrumen pengukuran variabel ini menggunakan
instrument variabel yang digunakan oleh Sinaga (2008). Variabel
ini digali dengan 2 indikator melalui 6 pertanyaan. Respon dari
responden direkam dengan skala likert 1 sampai 5.
b. Ciri-Ciri Psikologis
Ciri-ciri Psikologis adalah kemampuan dalam
berkomunikasi, kreativitas, bekerja sama dengan orang lain, dan
kepercayaan kepada keahlian.
Instrumen pengukuran variabel ini menggunakan
instrument variabel yang digunakan oleh Sinaga (2008). Variabel
ini digali dengan 4 indikator melalui 7 pertanyaan. Respon dari
responden direkam dengan skala likert 1 sampai 5.
58
c. Kemampuan Berpikir
Kemampuan Berpikir merupakan kemampuan untuk
mengakumulasi dan mengolah informasi. Beberapa karakteristik
yang dapat dimasukkan sebagai unsur kemampuan berpikir
misalnya kemampuan beradaptasi pada situasi yang baru dan
ambigius, perhatian terhadap fakta-fakta dan relevan dan
kemampuan untuk mengabaikan fakta yang tidak relevan
merupakan suatu kemampuan yang efektif untuk menghindari
tekanan-tekanan.
Instrumen pengukuran variabel ini menggunakan
instrument variabel yang digunakan oleh Sinaga (2008). Variabel
ini digali dengan 3 indikator melalui 4 pertanyaan. Respon dari
responden direkam dengan skala likert 1 sampai 5.
d. Strategi Penentuan Keputusan
Seorang internal auditor sangat berkepentingan dalam
pengambilan keputusan. Oleh karena itu, seorang internal auditor
juga harus dapat mengembangkan dan menggunakan strategi
penentuan keputusan dalam membuat keputusan secara umum.
Kemampuan seoranga internal auditor dalam membuat keputusan
secara sistematis baik formal maupun informal akan membantu
dalam mengatasi keterbatasan manusia.
Instrumen pengukuran variabel ini menggunakan
instrument variabel yang digunakan oleh Sinaga (2008). Variabel
59
ini digali dengan 3 indikator melalui 5 pertanyaan. Respon dari
responden direkam dengan skala likert 1 sampai 5.
e. Analisis Tugas
Analisis tugas akan mempunyai pengaruh terhadap
penentuan keputusan. Kompleksitas tugas akan mempengaruhi
pilihan terhadap bantuan keputusan oleh auditor yang telah tinggi
pengalamannya (Abdulmohammadi, 1991) dan digunakan untuk
mengembangkan rerangka umum dari lingkungan tugas dalam
auditing (Bonner, 1994 dalam Abdulmohammadi, 1991 ).
Instrumen pengukuran variabel ini menggunakan
instrument variabel yang digunakan oleh Sinaga (2008). Variabel
ini digali dengan 4 indikator melalui 5 pertanyaan. Respon dari
responden direkam dengan skala likert 1 sampai 5.
f. Pengalaman Auditor
Pengalaman auditor, yaitu adanya experiental learneing
melebihi pengetahuan auditor yang baru saja lulus dan bekerja
sebagai auditor. Kemampuan dalam melakukan analisis tugas
dipengaruhi oleh tingkat pengalaman auditor. Seorang auditor
yang berpengalaman akan menjadi lebih sadar terhadap lebih
banyak kecurangan dibandingkan dengan auditor yang baru saja
lulus dan juga auditor yang berpengalaman memiliki salah
pengertian yang lebih sedikit tentang kecurangan dibandingkan
dengan yang belum berpengalaman.
60
Instrumen pengukuran variabel ini menggunakan
instrument variabel yang digunakan oleh Tunggal (2008),
Puspasari (2009), dan Maryunani (2009). Variabel ini digali
dengan 8 indikator melalui 10 pertanyaan. Respon dari responden
direkam dengan skala likert 1 sampai 5.
g. Perilaku Etis
Perilaku etis merupakan penilaian terhadap perilaku
profesionalisme seorang internal auditor. Seorang internal auditor
yang berperilaku sesuai dengan kode etik yang telah ditetapkan
akan mampu bersikap profesional dalam menjalankan tugasnya
apabila ditemukan adanya sejumlah dugaan kecurangan.
Instrumen pengukuran variabel ini menggunakan
instrument variabel yang digunakan oleh Sinaga (2008). Variabel
ini digali dengan 3 indikator melalui 6 pertanyaan. Respon dari
responden direkam dengan skala likert 1 sampai 5.
2. Variabel Terikat ( Dependent variable )
Variabel dependen adalah variabel yang dijelaskan atau
dipengaruhi oleh variabel independen. Variabel dependen dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Pendeteksian Kecurangan (fraud)
Pendeteksian kecurangan dalam penelitian ini di bagi
menjadi tiga bagian yaitu pendeteksian dalam kecurangan
laporan keuangan, pendeteksian dalam penyalahgunaan asset,
61
dan pendeteksian dalam korupsi. Instrumen pengukuran variabel
ini menggunakan instrument variabel yang digunakan oleh
Husein (2003). Variabel ini digali dengan 4 indikator melalui 4
pertanyaan. Respon dari responden direkam dengan skala likert 1
sampai 5.
b. Pencegahan Kecurangan (fraud)
Pencegahan kecurangan, yaitu berupaya menghilangkan
atau mengeliminir sebab-sebab timbulnya kecurangan tersebut.
Karena pencegahan terhadap akan terjadinya suatu perbuatan
kecurangan akan lebih mudah dari pada mengatasi apabila suatu
kecurangan telah terjadi.
Instrumen pengukuran variabel ini menggunakan
instrument variabel yang digunakan oleh Ismayanti (2009).
Variabel ini digali dengan 6 indikator melalui 8 pertanyaan.
Respon dari responden direkam dengan skala likert 1 sampai 5.
Sebagai penjabaran lebihlanjut dari operasionalisai variabel,
dalam tabel 3.1 disajikan pengukuran variabel yang terdiri dari nama
variabel, subvariabel, indikator, dan skala pengukuran. Seluruh
indikator tersebut diukur pada tingkat skala likert.
62
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel
Variabel Sub Variabel Indikator Pengukuran
X1 Komponen Pengetahuan (Murtanto dan Gudono,1999), dan (Sinaga,2008)
1. Pengetahuan terhadap fakta-fakta
2. Pengetahuan terhadap prosedur-prosedur
Skala Likert
X2 Ciri-Ciri Psikologis (Murtanto dan Gudono,1999), dan (Sinaga,2008)
1. Kemampuan berkomunikasi
2. Kemampuan bekerjasama dengan orang lain
3. Kreativitas 4. Kepercayaan diri
Skala Likert
X3 Kemampuan Berpikir (Murtanto dan Gudono,1999), dan (Sinaga,2008)
1. Kemampuan beradaptasi pada situasi yang baru
2. Perhatian terhadap fakta-fakta yang relevan
3. Kemampuan dalam menghindari tekanan yang dapat mengganggu objektivitas
Skala Likert
X4 Strategi Penentuan Keputusan (Murtanto dan Gudono,1999),dan (Sinaga,2008)
1. Pengambilan keputusan secara objektif
2. Kemampuan membuat keputusan secara sistematis
3. Kemampuan mengkomunikasikan temuan
Skala Likert
X
Keahlian
Auditor
X5 Analisis Tugas (Murtanto dan Gudono,1999),dan (Sinaga,2008)
1. Kemampuan dalam mengumpulkan bukti-bukti kecurangan
2. Kemampuan dalam penggunaan metode audit
Skala Likert
63
3. Pemahaman terhadap indikasi kecurangan
4. Penilaian terhadap kesulitan tugas
X6 Pengalaman (Tunggal,2008), (Kusumastuti, 2008 dalam Puspasari, 2009), dan (Bedard,1986 dalam Maryunani, 2009)
1. Kemampuan prediksi dan deteksi auditor
2. Kelebihan dan keluasan pengetahuan auditor
3. Tahun pengalaman 4. Jenjang jabatan 5. Lebih mudah
dalam mengambil keputusan etis
6. Keahlian dalam memeriksa
4. Kompleksitas tugas
5. Pemahaman terahadap industri dan bisnis klien
Skala Likert
X7 Perilaku Etis (Sinaga, 2008), dan (Wilopo, 2008)
1. Cara mendapatkan fee dari klien
2. Penggunaan fasilitas kantor
3. Menjaga kerahasiaan temuan
Skala Likert
Y1 Pendeteksian Kecurangan (Wilopo, 2008)
1. Penghilangan informasi secara sengaja
2. Memberikan informasi yang menyesatkan
3. Mengambil dana pemerintah
4. Mengubah catatan dan dokumen pendukung
Skala Likert
Y2 Pencegahan Kecurangan (Gusnardi, 2007 dalam
1. Pendekatan berdasarkan sistem
2. Pemilihan pengendalian
Skala Likert
64
Ismayanti, 2009), dan (Trijayanti, 2008 dalam Ismayanti,2009)
3. Informasi sensitif 4. Peningkatan
integritas 5. Sistem kendali 6. Informasi
Sumber: data diolah
65
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan Republik Indonesia
Inspektorat Jenderal sebagai unsur pembantu pimpinan di bidang
pengawasan fungsional di lingkungan Kementerian Perdagangan, memiliki
tugas dan tanggung jawab mengamankan pelaksanaan tugas umum dan
pembangunan bidang perdagangan termasuk kebijakan yang diambil oleh
Menteri agar dapat mencapai tujuan dan sasaran secara efisien dan efektif.
Dalam penyelenggaraan tugas pengawasan dimaksud diperlukan
peningkatan kualitas hasil pengawasan, sehingga dapat memberikan
kontribusi bagi terlaksananya semua kegiatan dan kebijakan secara baik,
bertanggung jawab dan akuntabel. Berkaitan dengan hal tersebut Inspektorat
Jenderal telah menetapkan arah pengawasan yang komprehensif dan
implementatif untuk mendukung pencapaian tujuan dan sasaran yang ingin
dicapai. Disamping itu peran pengawasan juga ditingkatkan tidak hanya
sebagai watch dog tetapi merupakan mitra untuk memecahkan permasalahan
dan teladan bagi obyek pemeriksaan dalam membangun kinerja yang lebih
baik.
Untuk mewujudkan penyelenggara negara yang mampu menjalankan
fungsi dan tugasnya secara sungguh-sungguh dan penuh tanggung jawab,
Kementerian Perdagangan dalam hal ini Inspektorat Jenderal mempunyai
tugas dan fungsi sebagai penyelenggara pengawasan perlu konsistensi
66
penanganan yang serius dalam rangka menjalankan fungsinya sebagai aparat
pengawas.
Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) yang melanda bangsa
Indonesia, sudah kronis, dan merupakan kejahatan yang luar biasa dan
menggoyahkan sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. Untuk itu
Inspektorat Jenderal sebagai unsur pengawasan mempunyai tugas dalam
mengamankan kebijakan yang dikembangkan pada Sektor Perdagangan.
1. Visi dan Misi Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan
a. Visi
"Menjadikan Inspektorat Jenderal sebagai unit pengawasan
yang terpercaya dan profesional untuk mewujudkan tata kelola
kepemerintahan yang baik (Good Governance) di lingkungan
Kementerian Perdagangan."
b. Misi
Melakukan pengawasan, bimbingan teknis dan konsultasi
untuk mendukung peningkatan kinerja Kementerian Perdagangan
dalam mewujudkan Good Governance.
67
2. Struktur Organisasi
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Kementerian Perdagangan Republik Indonesia
Gambar 4.2
Struktur Organisasi Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan
68
3. Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan
Tabel 4.1 Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi Inspektorat Jenderal
Kementerian Perdagangan
NO JABATAN TUGAS POKOK FUNGSI 1. Inspektorat
Jenderal Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas di lingkungan Departemen
a. Penyiapan perumusan kebijakan pengawasan;
b. Pelaksanaan pengawasan kinerja, keuangan dan pengawasan untuk tujuan tertentu atas petunjuk Menteri;
c. Pelaksanaan urusan administrasi Inspektorat Jenderal;
d. Penyusunan laporan hasil pengawasan
2. Secretariat Inspektorat Jenderal
Melaksanakan pelayanan teknis dan administratif kepada seluruh satuan organisasi di lingkungan Inspektorat Jenderal
a. Pelaksanaan koordinasi, penyusunan rencana dan program kerja pengawasan;
b. Penyelesaian laporan hasil pemeriksaan dan pemeriksaan serta pengawasan masyarakat;
c. Pengumpulan, pengelolaan, analisis laporan hasil pengawasan dan penyajian laporan hasil pengawasan;
d. Pengelolaan urusan kepegawaian, keuangan, perlengkapan, rumah tangga, surat menyurat, dokumentasi dan
69
kearsipan. 3. Inspektorat I Melaksanakan
pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan dan peraturan perundang-undangan serta administrasi di lingkungan Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri dan Badan Pengawasan Perdagangan Berjangka Komoditi serta Atase Perdagangan negara-negara Afrika, Timur Tengah, Asia dan Eropa I, serta cakupan tugas lain yang ditetapkan oleh Inspektur Jenderal
a. Pelaksanaan penyiapan rencana pengawasan dan program kerja pemeriksaan;
b. Pemeriksaan, penilaian, pengujian dan pengusutan terhadap pelaksanaan kebijakan dan peraturan perundang-undangan serta administrasi;
c. Pemeriksaan, penilaian, pengujian dan pengusutan terhadap kebenaran laporan pengaduan tentang penyimpangan atau penyalahgunaan wewenang;
d. Perumusan laporan hasil pengawasan.
4. Inspektorat II Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan dan peraturan perundang-undangan serta administrasi di lingkungan Direktorat Jenderal Perdagangan Luar Negeri dan Badan Penelitian dan Pengembangan serta Atase Perdagangan negara-negara Eropa II, serta cakupan tugas lain yang ditetapkan oleh Inspektur Jenderal
a. Pelaksanaan penyiapan rencana pengawasan dan program kerja pemeriksaan;
b. Pemeriksaan, penilaian, pengujian dan pengusutan terhadap pelaksanaan kebijakan dan peraturan perundang-undangan serta administrasi;
c. Pemeriksaan, penilaian, pengujian dan pengusutan terhadap kebenaran laporan pengaduan tentang
70
penyimpangan atau penyalahgunaan wewenang;
d. Perumusan laporan hasil pengawasan.
5. Inspektorat III Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan dan peraturan perundang-undangan serta administrasi di lingkungan Direktorat Jenderal Kerjasama Perdagangan Internasional dan Sekretariat Jenderal serta Atase Perdagangan negara-negara Asia serta cakupan tugas lain yang ditetapkan oleh Inspektur Jenderal
a. Pelaksanaan penyiapan rencana pengawasan dan program kerja pemeriksaan;
b. Pemeriksaan, penilaian, pengujian dan pengusutan terhadap pelaksanaan kebijakan dan peraturan perundang-undangan serta administrasi;
c. Pemeriksaan, penilaian, pengujian, dan pengusutan terhadap kebenaran laporan pengaduan tentang penyimpangan atau penyalahgunaan wewenang;
d. Perumusan laporan hasil pengawasan.
6. Inspektorat IV Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan dan peraturan perundang-undangan serta administrasi di lingkungan Inspektorat Jenderal, Badan Pengembangan Ekspor Nasional serta Atase Perdagangan negara-negara Amerika,
a. Pelaksanaan Penyiapan rencana pengawasan dan program kerja pemeriksaan;
b. Pemeriksaan, penilaian, pengujian dan pengusutan terhadap pelaksanaan kebijakan dan peraturan perundang-undangan serta administrasi;
c. Pemeriksaan, penilaian, pengujian
71
Australia dan Asia, serta cakupan tugas lain yang ditetapkan oleh Inspektur Jenderal
dan pengusutan terhadap kebenaran laporan pengaduan tentang penyimpangan atau penyalahgunaan wewenang;
d. Perumusan laporan hasil pengawasan.
7. Jabatan Fungsional Auditor
Melaksanaan tugasnya didasarkan pada keahlian dan atau keterampilan di bidang pengawasan dan bersifat mandiri
Menjamin pembinaan profesi dan karier, kepangkatan dan jabatan bagi PNS yang melaksanakan pengawasan pada instansi pemerintah dalam rangka mendukung peningkatan kinerja instansi pemerintah.
Sumber: www.depdag.go.id
4. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Inspektorat jenderal Kementerian
Perdagangan Republik Indonesia yang beralamat di di Jl. Kramat Raya
No. 172 Jakarta Pusat. Penelitian ini menganalisis tentang komponen
keahlian auditor internal terhadap pendeteksian dan pencegahan
kecurangan (fraud) pada auditor yang terdapat dalam empat wilayah
kerja pemeriksaan Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan.
Adapun jumlah keseluruhan pegawai dalam keempat wilayah kerja
pemeriksaan Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan berjumlah
71 orang.
72
Tabel 4.2 Pegawai Pada Keempat Wilayah Kerja Pemeriksaan
INSPEKTORAT JABATAN I II III IV
Inspektur Auditor Madya Auditor Muda Auditor Pertama Pelaksana Ka. SubBagian Tata Usaha
Sumber: Data Diolah
Jumlah keseluruhan pegawai pada keempat wilayah kerja
pemeriksaan Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan yang
berjumlah 71 orang tersebut tidak dijadikan responden dalam
penelitian ini karena beberapa diantaranya tidak memenuhi kriteria
sebagai auditor. Adapun jumlah keseluruhan auditor dalam keempat
wilayah kerja pemeriksaan Inspektorat Jenderal Kementerian
Perdagangan dapat dilihat pada table 4.3 berikut :
Tabel 4.3 Jumlah Auditor Pada Keempat Wilayah Kerja Pemeriksaan
Pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran kuesioner
secara langsung kepada responden. Penyebaran kuesioner dimulai dari
73
20 April 2010 hingga 24 Mei 2010. Kuesioner diberikan dan diterima
kembali oleh peneliti dengan waktu yang sudah ditentukan serta
menyesuaikan dengan jadwal kerja Inspektorat Jenderal Kementerian
Perdagangan.
5. Karakteristik Responden Penelitian
Berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan dalam penelitian
ini, kuesioner yang dibagikan berjumlah 65 eksemplar berdasarkan
jumlah auditor di Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan, akan
tetapi hanya 58 auditor yang bersedia menjawab atau mengisi
kuesioner yang diberikan. Adapun gambaran karakteristik data
kuesioner dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut ini
Tabel. 4.4 Karakteristik Data Kuesioner
Identifikasi Sample Jumlah Persentase Total kuesioner yang disebar 65 100 % Total kuesioner yang tidak direspon 7 11% Total kuesioner yang direspon 58 89% Total kuesioner yang tidak diisi lengkap - - Total kuesioner yang dapat digunakan - -
Sumber: Data diolah
Total kuesioner yang direspon dan dapat digunakan untuk
mengolah data sebanyak 58 kuesioner yaitu 89 % dari total kuesioner
yang disebar. Sedangkan deskriptif responden dalam penelitian ini
dapat dilihat pada tabel 4.5, berikut ini:
74
Tabel. 4.5 Deskriptif Responden
Deskriptif Keterangan Frekuensi Persentase Jumlah Sampel - 58 100 %
Inspektorat I 13 22.4% Inspektorat II 16 27,6% Inspektorat III 14 24,1% Wilayah Pemeriksaan
Inspektorat IV 15 25,9% Auditor Madya 10 17,24 % Auditor Muda 6 10,34 % Auditor Pertama 14 24,13 % Calon Auditor 10 17,24 %