ANALISIS PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP PERUBAHAN HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK JAKARTA Skripsi Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh: Laksmi Savitri Megarini NIM. F0398082 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2003
72
Embed
ANALISIS PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP …/Analisis... · pasar modal di Indonesia umumnya menunjukkan bahwa efisiensi bentuk lemah telah terpenuhi. Tercapainya efisiensi bentuk
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
ANALISIS PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP
PERUBAHAN HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR
YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK JAKARTA
Skripsi
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi
Syarat-syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Oleh:
Laksmi Savitri Megarini
NIM. F0398082
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2003
ABSTRAKSI
ANALISIS PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP PERUBAHAN HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR
YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK JAKARTA
Laksmi Savitri MegariniF 0398082
Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris pengaruh dari kinerja keuangan perusahaan terhadap harga saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Sehubungan dengan tujuan tersebut diajukan hipotesis dalam penelitian ini, yaitu kinerja keuangan yang diukur dengan rasio keuangan berpengaruh terhadap harga saham perusahaan manufaktur secara parsial maupun secara serentak.
Penelitian ini menggunakan survey data sekunder dengan populasi perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta selama tahun 1999, 2000, dan 2001. Kriteria yang digunakan untuk menentukan sampel dengan metode purposive sampling ini adalah perusahaan yang sahamnya aktif diperdagangkan selama tahun 1999, 2000, dan 2001, menerbitkan laporan keuangan per 31 Desember untuk tahun buku 1999, 2000, dan 2001. Dengan metode ini diperoleh sampel sebanyak 43 perusahaan manufaktur.
Penelitian ini menggunakan 7 rasio keuangan sebagai alat ukur kinerja keuangan perusahaan, yaitu current ratio, debt to equity ratio, operating profit margin, price earning ratio, return on investment, total assets turnover, dan total debt to total assets ratio. Metode analisis yang digunakan adalah model persamaan regresi berganda (multiple regression). Sebelum dilakukan pengujian terhadap hipotesis, terlebih dahulu dilakukan pengujian normalitas data dan pengujian asumsi klasik. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji-F yang menguji pengaruh variabel independen yaitu current ratio, debt to equity ratio, operating profit margin, price earning ratio, return on investment, total assets turnover, dan total debt to total assets ratio secara serentak terhadap variabel dependen yaitu harga saham, dan uji-t yang menguji pengaruh kinerja keuangan secara parsial terhadap harga saham
Dari hasil analisis regresi, diperoleh nilai F sebesar 1,512 yang berarti secara serentak kinerja keuangan perusahaan tidak berpengaruh terhadap harga saham. Uji-t menunjukkan hanya current ratio dan operating profit margin yang berpengaruh terhadap harga saham, sedangkan rasio keuangan yang lain tidak berpengaruh terhadap harga saham secara parsial. Koefisien determinasi (R2)sebesar 0,232 yang menunjukkan bahwa hanya 23,2 % dari harga saham dapat dijelaskan oleh current ratio, debt to equity ratio, operating profit margin, price earning ratio, return on investment, total assets turnover, dan total debt to total assets ratio. Dari hasil pengujian hipotesis tersebut dapat disimpulkan bahwa investor kurang memperhatikan faktor fundamental perusahaan khususnya kinerja keuangan dalam melakukan aktivitas investasinya di pasar modal.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pasar modal dapat didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai instrumen
keuangan (sekuritas) jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam
bentuk hutang ataupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah,
public authorities, maupun perusahaan swasta (Husnan:1998). Pasar modal
memiliki dua fungsi, yaitu fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Dalam
melaksanakan fungsi ekonominya, pasar modal menyediakan fasilitas untuk
memindahkan dana dari pihak yang mempunyai kelebihan dana (lenders) kepada
pihak yang kekurangan dana (borrowers). Dalam fungsi keuangannya, pasar
modal menyediakan dana yang diperlukan oleh pihak yang memerlukan dana, dan
pihak yang mempunyai kelebihan dana menyediakan tanpa harus terlibat secara
langsung dalam kepemilikan aktiva riil yang diperlukan untuk investasi tersebut.
Pada periode-periode terakhir ini, pasar modal mengalami perkembangan
yang sangat pesat di banyak negara. Ada beberapa faktor yang menjadi daya tarik
pasar modal (Husnan:1998). Pertama, pasar modal merupakan alternatif
penghimpunan dana selain lembaga perbankan. Dengan adanya pasar modal,
perusahaan mempunyai kesempatan untuk melakukan ekspansi usahanya dengan
mencari alternatif dana dari pasar modal dan dapat terhindar dari terkenanya
dampak apabila perusahaan mendapatkan dana dari lembaga perbankan dalam
bentuk kredit, yaitu berupa tingginya debt to equity ratio (perbandingan antara
2
hutang dengan modal sendiri). Kedua, pasar modal memungkinkan para investor
mempunyai berbagai pilihan investasi yang sesuai dengan preferensi resiko yang
sesuai dengan kemampuannya. Dengan adanya pasar modal memungkinkan para
investor melakukan diversifikasi investasi membentuk portofolio (gabungan dari
berbagai investasi) sesuai dengan tingkat resiko yang bersedia mereka tanggung
dan tingkat keuntungan yang mereka harapkan. Ketiga, dari sisi perusahaan, pasar
modal merupakan alternatif pendanaan ekstern dengan biaya yang lebih rendah
dari pada sistem perbankan.
Motivasi atau tujuan para investor untuk melakukan investasi di pasar modal
tidak selalu sama antar investor yang satu dengan investor yang lain. Bagi investor
yang mempunyai tujuan untuk mendapat keuntungan jangka pendek, pada
umumnya mereka menginginkan bagian dari keuntungan yang berupa capital gain
dengan cara salah satunya adalah membeli saham atau sekuritas lain pada saat
harganya murah dan menjualnya pada saat harga saham meningkat. Sedangkan
bagi investor yang berorientasi untuk mendapatkan keuntungan jangka panjang
(diantaranya berupa keinginan untuk memperoleh proporsi kepemilikan di
perusahaan), pada umumnya mereka kurang respon terhadap fluktuasi harga
saham.
Perkembangan aktivitas pasar modal yang pesat menuntut adanya informasi
yang dapat diandalkan oleh pihak-pihak yang terlibat dalam pasar modal. Salah
satunya adalah investor. Dalam pertimbangan penyaluran dana sebagai investasi
di pasar modal, perasaan aman merupakan syarat penting diantara syarat-syarat
3
lain yang harus dipenuhi bagi investasinya tersebut. Untuk memenuhi hal tersebut,
informasi yang jelas, wajar, dan tepat waktu sangat dibutuhkan keberadaannya.
Informasi tentang kinerja perusahaan merupakan salah satu informasi yang
penting dan salah satu jenis informasi yang menjadi pertimbangan investor dalam
mengambil keputusan investasinya. Kinerja perusahaan pada umumnya dinilai
dari perbandingan rasio unsur-unsur fundamental dalam perusahaan tersebut.
Informasi lain yang mendukung kepercayaan investor adalah persepsi
mereka terhadap kewajaran harga sekuritas (saham). Dalam keadaan seperti itu,
pasar modal dikatakan efisien secara informasional. Pasar modal dikatakan efisien
secara informasional apabila harga sekuritas-sekuritasnya mencerminkan semua
informasi yang relevan. Oleh karena itu informasi yang tidak benar dan tidak tepat
tentunya akan menyesatkan investor dalam melakukan aktivitas investasi pada
sekuritas, sehingga hal ini akan merugikan mereka. Semakin tepat dan cepat
informasi sampai kepada calon investor dan dicerminkan dalam harga saham,
maka pasar modal yang bersangkutan semakin efisien.
Mengutip Suad Husnan dalam Rosyidi (2002) pengujian terhadap efisiensi
pasar modal di Indonesia umumnya menunjukkan bahwa efisiensi bentuk lemah
telah terpenuhi. Tercapainya efisiensi bentuk lemah menyimpulkan bahwa
perubahan harga saham bersifat acak dan tidak mempunyai trend, sehingga harga
sekuritas di masa lalu tidak dapat dipakai untuk memprediksi harga saham di
masa yang akan datang.
Beberapa peneliti telah melakukan penelitian tentang keterkaitan antara
kinerja keuangan perusahaan dengan harga saham. Antara lain adalah Hurat dalam
4
Abadi (2002) yang menyimpulkan bahwa pergerakan harga saham ditentukan oleh
tiga faktor, yaitu faktor fundamental, motivasi investor, dan faktor random. Dalam
mengambil keputusan investasinya, para investor memperhatikan ketiga faktor
tersebut. Faktor fundamental mengungkapkan informasi yang menggambarkan
keadaan perusahaan dan faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi perusahaan.
Motivasi investor merupakan segala hal yang berkaitan dengan keinginan atau apa
yang dikehendaki oleh investor dalam melakukan investasi di pasar modal. Faktor
random adalah faktor-faktor yang kemunculannya tidak dapat diprediksikan
sebelumnya yang dapat mempengaruhi keputusan investasi, dan pada umumnya
bersifat psikologis dan temporal. Artinya faktor random akan berpengaruh di
sekitar periode munculnya informasi tersebut.
Gart dalam Hartono (1998) mengemukakan bahwa terdapat tiga elemen
yang menyebabkan terjadinya fluktuasi harga saham suatu perusahaan. Elemen
pertama adalah tingkat harga pasar secara keseluruhan yang memberikan
kontribusi sebesar 60% terhadap fluktuasi harga saham. Elemen kedua adalah
perubahan harga sekelompok saham dalam industri atau sektor yang sama yang
memberikan kontribusi sebesar 30%. Terakhir, elemen ketiga adalah kinerja setiap
perusahaan yang memberikan kontribusi sebesar 10% terhadap fluktuasi harga
saham. Selain itu penelitian Gart mengungkapkan bahwa harga saham perusahaan
dalam industri yang sama bergerak dengan pola dan arah yang sama.
Murtopo Panjaitan (2002) meneliti tentang pengaruh kinerja keuangan
perusahaan yang diukur dengan time interest earned, growth ratio, price earning
ratio, dan market to book ratio terhadap harga saham. Hasil penelitiannya yang
5
menggunakan sampel sebanyak 46 perusahaan menunjukkan hanya price earning
ratio dan market to book value saja yang berpengaruh secara signifikan terhadap
harga saham. Sedangkan pengujian koefisien regresi secara serentak berpengaruh
terhadap harga saham.
Imron Rosyidi (2002) meneliti keterkaitan kinerja keuangan dengan harga
saham, studi pada 25 emiten dan menggunakan 4 rasio keuangan sebagai variabel
independen. Rasio keuangan tersebut adalah earning per share, return on assets,
debt to equity ratio, dan net profit margin. Hasil penelitiannya adalah secara
serentak semua rasio keuangan itu berpengaruh terhadap perubahan harga saham,
sedangkan secara parsial hanya debt to equity ratio yang tidak berpengaruh.
Arif Hartono (1998) meneliti tentang hubungan antara price earning ratio,
return on investment, dan operating profit margin dengan harga saham. Sampel
perusahaan yang digunakan adalah 53 perusahaan, sedangkan waktu pengamatan
adalah 1996-1997. Hasil penelitian tersebut adalah price earning ratio tidak
berpengaruh terhadap harga saham, sedangkan return on investment berpengaruh
terhadap harga saham. Variabel independen lainnya yaitu operating profit margin
terpaksa dikeluarkan dari penelitian dalam upaya untuk menghindari terjadinya
multikolinearitas.
Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian yang dilakukan oleh
Arif Hartono dengan menambah jumlah rasio keuangan sebagai variabel
independen yaitu current ratio, debt to equity ratio, total assets turnover, dan
total debt to total asset ratio. Dalam penelitian Arif Hartono sampel yang diteliti
adalah semua jenis perusahaan, sedangkan dalam penelitian ini perusahaan yang
6
dijadikan sampel adalah perusahaan manufaktur. Alasan dimasukkannya rasio-
rasio keuangan tersebut adalah dengan menggunakan asumsi sebagai berikut:
1. Investor menginginkan perusahaan yang mereka beli sahamnya
mempunyai tingkat likuiditas yang tinggi. Perusahaan mempunyai cukup
dana untuk memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya. Hal ini
dapat ditunjukkan dengan menggunakan current ratio.
2. Investor menginginkan perusahaan yang mereka beli sahamnya
mempunyai tingkat efektifitas yang baik dalam pemanfaatan aktiva-aktiva
yang digunakan. Hal ini dapat diukur dengan menggunakan total assets
turnover.
3. Investor menginginkan perusahaan yang mereka beli sahamnya
mempunyai tingkat efisiensi yang baik dalam penggunaan biaya-biaya
operasionalnya. Hal ini dapat diukur dengan operating profit margin.
4. Investor menginginkan saham dari perusahaan yang mempunyai
kemampuan yang baik dalam menghasilkan keuntungan dari dana yang
ditanamkan dalam keseluruhan aktiva. Hal ini tercermin dalam return on
investment.
5. Investor menginginkan perusahaan yang dapat memberikan return saham
yang tinggi dan dengan resiko yang dapat mereka tanggung. Total debt to
total assets ratio dan debt to equity ratio mempunyai pengaruh terhadap
return saham tersebut dan resiko bagi pemegang saham. Rasio ini pun
digunakan untuk melihat seberapa efektif peranan hutang dalam
meningkatkan ekuitas pemilik.
7
6. Price earning ratio dimasukkan, karena rasio ini berguna bagi investor
untuk menunjukkan kinerja perusahaan di masa lalu dan prospeknya di
masa yang akan datang.
Judul yang digunakan dalam penelitian ini adalah: ANALISIS
PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP PERUBAHAN HARGA
SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI
BURSA EFEK JAKARTA
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai
berikut:
• Apakah kinerja keuangan perusahaan yang diukur dengan current ratio,
on investment, total assets turnover, dan total debt to total assets ratio,
berpengaruh terhadap perubahan harga saham baik secara parsial
maupun serempak?
C. Batasan Masalah
Dalam penelitian ini digunakan batasan-batasan dari masalah yang akan
diteliti,yaitu:
1. Sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan
manufaktur yang listing (terdaftar) di Bursa Efek Jakarta selama periode tahun
1999, 2000, dan 2001 yang sahamnya aktif diperdagangkan.
2. Kinerja perusahaan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kinerja
keuangan perusahaan yang diukur dengan dengan current ratio, debt to equity
8
ratio, operating profit margin, price earning ratio, return on investment, total
assets turnover, dan total debt to total assets ratio.
3. Periode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah tahun
1999, 2000, dan 2001.
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris pengaruh kinerja
perusahaan yang diukur dengan current ratio, debt to equity ratio, operating
profit margin, price earning ratio, return on investment, total assets turnover, dan
total debt to total assets ratio terhadap perubahan harga saham pada perusahaan
manufaktur di Bursa Efek Jakarta selama tahun 1999, 2000, dan 2001.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini bermanfaat bagi:
1. Para manajer perusahaan hasil penelitian ini dapat dipergunakan dalam
pertimbangan untuk lebih meningkatkan kinerja perusahaannya.
2. Para investor hasil penelitian ini dapat dipergunakan sebagai salah satu
pertimbangan keputusan investasi saham di pasar modal.
3. Sebagai salah satu bahan acuan untuk penyempurnaan penelitian mengenai
topik yang serupa.
SISTEMATIKA PENELITIAN
Penyusunan dari penelitian ini dilakukan sesuai urutan pembahasan dari
materi-materi pokok yang dapat dikemukakan sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan
9
Berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II Tinjauan Pustaka
Berisi landasan teori, kerangka teoritis, dan hipotesis.
Bab III Metode Penelitian
Berisi populasi dan sampel, cara memperoleh data, variabel
penelitian dan metode analisis data.
Bab IV Analisis Data
Berisi data, analisis data, dan interpretasi data yang diperoleh.
Bab V Kesimpulan dan Saran
Berisi rangkuman hasil penelitian dan saran untuk pengembangan
hasil penelitian yang dilakukan dan implikasi dari penelitian.
10
BAB II
LANDASAN TEORI
A. TINJAUAN PUSTAKA
A.1.Informasi Akuntansi
Informasi merupakan sesuatu yang sangat penting dalam pasar modal. Terutama
bagi pihak-pihak yang ingin melakukan pengambilan keputusan. Informasi yang tepat
dan digunakan dengan baik akan membantu dalam proses pencapaian tujuan baik
perorangan maupun secara organisasi.
Informasi adalah data, fakta, pengamalan, persepsi, atau sesuatu yang lainnya
yang diperoleh sedemikian rupa sehingga memenuhi kebutuhan pemakainya
(Anthony, dan Reece:1989)
Akuntansi menurut Accounting Principal Board (APB) Statement no.4 dalam
Harahap (2001) didefinisikan sebagai
“Akuntansi adalah suatu kegiatan jasa. Fungsinya adalah memberikan informasi kuantitatif, umumnya dalam ukuran uang, mengenai suatu badan ekonomi yang dimaksudkan untuk digunakan dalam pengambilan keputusan ekonomi sebagai dasar memilih di antara berbagai alternatif”.
Akuntansi merupakan sistem informasi keuangan yang didasarkan pada
pengukuran, penginterpretasian, dan pelaporan transaksi keuangan sebuah perusahaan
atau institusi/lembaga. Informasi akuntansi secara garis besar meliputi kekayaan
(company wealth), penghasilan (income), dan kejadian-kejadian ekonomi (economic
events) yang mempengaruhi kekayaan dan penghasilan perusahaan.
11
Akuntansi mempunyai beberapa prinsip yang mendasarinya. Dalam APB
statement no. 4 dalam Harahap ( 2001) dijelaskan beberapa sifat dan elemen dasar
dari akuntansi (keuangan) sebagai berikut:
1. Accounting entity.
Dalam menyusun informasi akuntansi yang menjadi fokus pencatatan
akuntansi adalah entity atau lembaga, unit organisasi tertentu yang harus jelas
sebagai sesuatu entitas yang terpisah dari badan atau entitas lain.
2. Going concern.
Dalam menyusun laporan keuangan atau memahami laporan keuangan harus
dianggap bahwa perusahaan (entitas) yang dilaporkan akan terus beroperasi di
masa-masa yang akan datang, tidak ada sama sekali asumsi bahwa suatu
perusahaan atau entitas akan bubar.
3. Measurement
Akuntansi adalah sebagai alat pengukuran sumber-sumber ekonomi
(economic resources) dan kewajiban (liability) beserta perubahannya yang
dimiliki perusahaan. Akuntansi mencoba mengukur nilai suatu asset,
kewajiban, modal, hasil, dan biaya.
4. Time period
Laporan keuangan menyajikan informasi untuk suatu waktu tertentu, tanggal
tertentu atau periode tertentu. Neraca menggambarkan nilai kekayaan, utang,
dan modal pada saat atau tanggal tertentu. Laporan laba rugi menggambarkan
informasi hasil (pendapatan dan biaya) usaha pada periode tertentu.
12
Sedangkan laporan arus kas menggambarkan informasi arus kas masuk dan
keluar pada periode tertentu.
5. Monetery unit
Pengukuran yang dipakai dalam akuntansi adalah dalam bentuk ukuran
moneter atau uang. Semua transaksi perusahaan dikuantatifkan dan dilaporkan
dalam bentuk nilai uang.
6. Accrual
Penentuan pendapatan dan biaya dari posisi harta dan kewajiban ditetapkan
pada faktor legal apakah suatu pendapatan dan biaya tersebut sudah termasuk
hak dan kewajiban perusahaan atau belum.
7. Exchange Price
Nilai yang terdapat dalam laporan keuangan umumnya didasarkan pada harga
pertukaran yang diperoleh dari harga pasar sebagai pertemuan bargaining
antara permintaan (demand) dan penawaran (supply).
8. Approximation.
Dalam akuntansi tidak dapat dihindarkan penafsiran-penafsiran, baik nilai,
harga, umur, jumlah penyisihan piutang, nilai suatu asset, taksiran harga
persediaan, dan sebagainya.
9. Judgement
Dalam menyusun laporan keuangan banyak diperlukan pertimbangan-
pertimbangan akuntan atau manajemen berdasarkan keahlian atau pengalaman
yang dimilikinya.
13
10. General Purpose
Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan yang dihasilkan ditujukan
untuk pemakai secara umum.
11. Interrelated Statement
Neraca, laporan laba rugi, dan laporan arus kas mempunyai hubungan yang
sangat erat dan berkaitan satu sama lain. Ini merupakan salah satu alat kontrol
akuntansi sehingga tidak mudah melakukan rekayasa laporan begitu saja tanpa
memperhatikan hubungan satu pos (akun) dengan pos lainnya.
12. Substance Over Form
Karena akuntansi ingin memberikan informasi yang dipercaya bagi pengambil
keputusan maka akuntansi lebih menekankan penggunaan informasi yang
berasal dari kenyataan ekonomis suatu kejadian.
13. Materiality
Laporan keuangan hanya memuat informasi yang dianggap penting dan dalam
setiap pertimbangan yang dilakukannya tetap melihat signifikansinya.
Agar informasi akuntansi dapat berguna bagi berbagai pihak yang
membutuhkan, maka ada beberapa karakteristik kualitatif informasi yang harus
dipenuhi. Menurut Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan
yang disusun oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) ada empat karakteristik kualitatif
pokok yang harus ada dalam informasi akuntansi , yaitu:
14
1. Dapat Dipahami
Laporan keuangan seharusnya dapat dipahami dengan baik oleh pemakai
laporan keuangan tersebut. Untuk hal tersebut, diasumsikan pemakai memiliki
pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi.
2. Relevan
Informasi memiliki kualitas relevan apabila dapat mempengaruhi keputusan
ekonomi pemakai dalam mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini, atau
masa depan.
3. Keandalan
Informasi memiliki kualitas andal apabila jika bebas dari pengertian yang
menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai
penyajian yang jujur (faithful representation) dari yang seharusnya disajikan
atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan.
4. Dapat Diperbandingkan
Pemakai harus dapat memperbandingkan laporan keuangan perusahaan antar
periode untuk mengidentifikasi kecenderungan (trend) posisi dan kinerja
keuangan. Pemakai pun harus dapat memperbandingkan laporan keuangan
antar perusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja serta
perubahan posisi keuangan secara relatif. Oleh karena itu, pengukuran dan
penyajian dampak keuangan dan peristiwa lain yang serupa harus dilakukan
secara konsisten untuk perusahaan tersebut, antar periode perusahaan yang
sama dan untuk perusahaan yang berbeda.
15
Informasi akuntansi tercermin dalam laporan keuangan yang dikeluarkan oleh
suatu perusahaan atau lembaga lain. Menurut Baridwan (1997) laporan keuangan
merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan dari transaksi-transaksi keuangan
yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan. Laporan keuangan dibuat oleh
pihak manajemen perusahaan dengan tujuan untuk mempertanggungjawabkan tugas-
tugas yang dibebankan kepadanya oleh para pemilik perusahaan (pemegang saham).
Laporan keuangan dibuat untuk digunakan dalam rangka memenuhi tujuan-tujuan
lain yaitu sebagai laporan kepada pihak-pihak di luar perusahaan, seperti kreditur,
pemerintah, masyarakat secara umum, dan lain-lain.
Tujuan laporan keuangan menurut Statement of Financial Accounting Concepts
(SFAC) nomor 1 dalam Baridwan (1997) adalah:
1. Berguna bagi investor dan kreditor yang ada dan yang potensial dan pemakai
lainnya dalam membuat keputusan untuk investasi, pemberian kredit dan
keputusan lainnya. Informasi yang dihasilkan harus memadai bagi mereka
yang mempunyai pengetahuan yang cukup tentang kegiatan dan usaha
perusahaan dan peristiwa-peristiwa ekonomi, serta bermaksud untuk
menelaah informasi-informasi itu secara sungguh-sungguh.
2. Dapat membantu investor dan kreditor yang ada dan yang potensial dan
pemakai lainnya untuk menaksir jumlah, waktu, dan ketidakpastian dari
penerimaan uang di masa yang akan datang yang berasal dari deviden atau
bunga dan dari penerimaan uang yang berasal dari penjualan, pelunasan, atau
jatuh temponya surat-surat berharga atau pinjaman-pinjaman.
16
3. Menunjukkan sumber-sumber ekonomi dari suatu perusahaan, klaim atas
sumber-sumber tersebut (kewajiban perusahaan untuk mentransfer sumber-
sumber ke perusahaan lain dan ke pemilik perusahaan), dan pengaruh dari
transaksi-transaksi, kejadian-kejadian, dan keadaan-keadaan yang
mempengaruhi sumber-sumber dan klaim atas sumber-sumber tersebut.
Saat ini bentuk dan susunan laporan keuangan di Indonesia diatur berdasarkan
Standar Akuntansi Keuangan yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia yang
mulai berlaku sejak tanggal 1 Januari 1995. Laporan keuangan ini didasarkan pada
konsep pengukuran nilai historis. Empat laporan utama menurut SAK adalah neraca,
laporan laba rugi, laporan perubahan modal dan laporan arus kas.
Dari laporan keuangan tersebut investor sebagai pihak yang berkepentingan
terhadap informasi akuntansi dapat menilai kinerja dari perusahaan yang akan mereka
pilih untuk dijadikan wadah bagi aktivitas investasi mereka.
A.2.Kinerja Keuangan Perusahaan
Kinerja perusahaan merupakan hasil dari banyak keputusan individual yang
dibuat secara terus menerus oleh pihak manajemen suatu perusahaan (Helfert:1996).
Menurut Anthony dan Govindarajan yang dikutip dalam Hurat Abadi (2002) kinerja
berarti pula bahwa dengan masukan tertentu untuk memperoleh keluaran tertentu.
Secara implisit definisi kinerja mengandung suatu pengertian adanya suatu efisiensi
yang dapat diartikan secara umum sebagai rasio atau perbandingan antara masukan
dan keluaran. Kinerja perusahaan sebagai emiten di pasar modal merupakan prestasi
yang dicapai perusahaan yang menerbitkan saham yang mencerminkan kondisi
17
keuangan dan hasil operasi (operating result) perusahaan tersebut dan biasanya
diukur dalam rasio-rasio keuangan.
Kinerja sutau perusahaan dipengaruhi oleh berbagai faktor yang secara umum
dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu faktor internal dan faktor eksternal
perusahaan (Saptuniningrum:2002). Faktor internal merupakan faktor-faktor yang
berada dalam kendali pihak manajemen perusahaan, sedangkan faktor eksternal
merupakan faktor-faktor yang berada di luar kendali manajemen perusahaan.
Menurut Hardjosoemanto dalam Saptuniningrum (2002), faktor-faktor yang
mempengaruhi kinerja perusahaan adalah:
1. Faktor Internal
• Manajemen personalia.
Berkaitan dengan sumber daya manusia agar dapat didayagunakan
seoptimal mungkin untuk mencapai tujuan perusahaan secara manusiawi.
• Manajemen pemasaran
Berkaitan dengan program-program yang ditujukan untuk mencapai
tujuan perusahaan.
• Manajemen produksi
Berkaitan dengan faktor-faktor produksi agar barang dan jasa sesuai
dengan yang diharapkan.
• Manajemen keuangan
Berkaitan dengan perencanaan, mencari, dan memanfaatkan dana untuk
memaksimumkan efisiensi perusahaan.
18
2. Faktor Eksternal
• Kondisi perekonomian
Kondisi yang dipengaruhi kebijakan pemerintah, keadaan dan stabilitas
politik, ekonomi, sosial, dan lain-lain.
• Kondisi industri
Meliputi tingkat persaingan, jumlah perusahaan, dan lain-lain.
Pengukuran kinerja perusahaan dengan menggunakan ukuran rasio sudah
menjadi suatu parameter yang terbilang umum saat ini. Dalam penelitian-penelitian
yang berkaitan dengan penilaian kinerja perusahaan umumnya para peneliti dalam
memilih proksi kinerja perusahaan dilakukan berdasarkan pada ketentuan: (1) hasil
penelitian-penelitian sejenis sebelumnya, (2) menggunakan tolok ukur yang telah
ditetapkan oleh otoritas yang berwenang, (3) kelaziman dalam praktek, dan (4)
mengembangkan model pengukuran melalui pengujian secara statistik terlebih dahulu
dengan memilih tolok ukur yang sesuai dengan tujuan penelitian.
A.3.Rasio Sebagai Alat Ukur Kinerja Keuangan Perusahaan
Alat analisis yang umum digunakan untuk mengukur kinerja keuangan
perusahaan adalah rasio keuangan. Rasio menggambarkan suatu hubungan atau
perimbangan (mathematical relationship) antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah
lain. Dengan menggunakan alat analisa berupa rasio ini akan dapat menjelaskan atau
memberi gambaran kepada penganalisa tentang baik atau buruknya keadaan atau
posisi keuangan suatu perusahaan terutama bila angka rasio tersebut dibandiingkan
dengan angka rasio pembanding yang digunakan sebagai standar (Munawir:1999).
19
Rasio dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Rasio Likuiditas, yaitu rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan
untuk memenuhi kewajiban financial yang berjangka pendek tepat pada
waktunya. Contohnya adalah current ratio.
2. Rasio Aktivitas, yaitu rasio yang menunjukkan sejauh mana efisiensi
perusahaan dalam menggunakan asset-assetnya untuk memperoleh
penghasilan dari kegiatan penjualan. Contoh rasio aktivitas adalah total
asssets turnover.
3. Rasio Financial Leverage, yaitu rasio yang menunjukkan kapasitas
perusahaan untuk memenuhi kewajiban baik jangka pendek maupun
jangka panjang. Contohnya adalah: deb to equity ratio, total debt to total
assets ratio.
4. Rasio Profitabilitas, yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur
seberapa besar kemampuan perusahaan memperoleh laba baik dalam
hubungannya dengan penjualan, assets maupun laba bagi modal sendiri.
Contohnya adalah return on investment, operating profit margin.
5. Rasio Nilai Pasar, rasio ini menggunakan angka yang diperoleh dari
laporan keuangan dan pasar modal. Contohnya adalah price earning
ratio.
Dalam penelitian ini digunakan tujuh rasio keuangan yang mewakili lima
klasifikasi rasio di atas, yaitu current ratio, total assets turnover, operating profit
20
margin, return on investment, debt to equity , total debt to total asset ratio, dan price
earning ratio.
A.3.1.Current Ratio
Current ratio merupakan salah salah satu alat ukur dalam rasio likuiditas.
Current ratio adalah rasio total aktiva lancar terhadap total kewajiban lancar. Aktiva
lancar umumnya berupa kas, surat-surat berharga, piutang usaha (piutang dagang),
dan persediaan. Kewajiban lancar umumnya terdiri dari utang jangka pendek (utang
dagang/utang usaha, utang wesel jangka pendek, utang pajak, dan lain-lain yang tidak
kurang dari satu periode akuntansi/satu tahun) atau utang jangka panjang yang akan
jatuh tempo pada tahun ini. Current ratio dihitung dengan:
sLiabilitieCurrent
AssetCurrentRatioCurrent
Current ratio merupakan ukuran yang paling umum dari kelancaran (solvency)
jangka pendek.
A.3.2. Debt to Equity Ratio
Debt to equity ratio merupakan salah satu ukuran rasio financial leverage
perusahaan. Debt to equity mengukur persentase penggunaan dana yang berasal dari
kreditor.
Rasio ini dihitung dengan:
Equity
sLiabilitieTotalEquitytoDebt
21
A.3.3. Operating Profit Margin
Operating Profit Margin merupakan salah satu rasio profitabilitas yang dihitung
dengan membagi laba bersih dengan penjualan bersih untuk satu periode akuntansi.
Rumus operating profit margin adalah:
SalesNet
ofitOperatinginMofitOperating
PrargPr
A.3.4. Price Earning Ratio
Price Earning Ratio merupakan kemampuan perusahaan untuk membagikan
dividen perlembar saham kepada pemegang saham. Rasio ini termasuk ke dalam
klasifikasi rasio nilai pasar. Rasio ini dihitung dengan membagi harga pasar saham
dengan earning per share
ShareperEarning
iceStockRatioEarningice
PrPr
A.3.5. Return On Investment
Return on investment merupakan rasio dalam klasifikasi rasio profitabilitas
perusahaan. Return on investment mengukur tingkat kembalian investasi yang dapat
diterima oleh para investor yang menanamkan sahamnya di perusahaan tersebut.
Return on investment dapat dihitung dengan rumus:
Return On Investment (ROI) = Profit margin on sales x Assets turnover
=AssetsTotal
SalesX
Sales
ofitNet Pr
22
A.3.6. Total assets turnover
Total assets turnover merupakan salah satu rasio aktivitas. Total assets turnover
dapat dihitung sebagai berikut:
AssetsTotal
SalesTurnoverAssetsTotal
A.3.7. Total debt to total asset ratio
Total debt to total assets ratio adalah salah satu dalam rasio financial leverage.
Rasio ini menghitung perbandingan antara total utang terhadap total aktiva.
Rumusnya adalah ebagai berikut:
AssetsTotal
sLiabilitieTotalRatioAssetsTotaltoDebtTotal
A.4.Analisis dan Model Penilaian Saham
Analisis saham bertujuan untuk menaksir nilai intrinsic suatu saham, dan
kemudian membandingkan dengan harga pasar saham tersebut pada saat ini (current
market price). Nilai intrinsik (NI) menunjukkan present value arus kas yang
diharapkan dari suatu saham (Harianto dan Sudomo:1998). Pedoman yang digunakan
adalah:
1. Apabila NI > harga pasar saat ini, maka saham tersebut dinilai undervalued
atau harganya terlalu rendah, dan karenanya layak dibeli atau ditahan apabila
harga saham tersebut dimiliki.
2. Apabila NI < harga pasar saat ini, maka saham tersebut dinilai overvalued atau
harganya teralu mahal, dan karenanya layak dijual.
23
3. Apabila NI = harga pasar saat ini, maka saham tersebut dinilai wajar harganya
dan berada dalam kondisi keseimbangan.
Selain analisis saham, ada model penilaian saham. Model penilaian saham
merupakan suatu mekanisme untuk merubah serangkaian variabel ekonomi atau
variabel perusahaan yang diramalkan atau yang diamati menjadi dasap perkiraan
harga saham. Variabel-variabel ekonomi tersebut adalah laba perusahaan, deviden
yang dibagikan, dan sebagainya.
Model penilaian saham yang sering digunakan untuk analisis sekuritas adalah:
1. Pendekatan present value (metode kapitalisasi penghasilan)
2. Pendekatan Price Earning Ratio ( metode kelipatan laba)
Pendekatan present value mencoba menaksir nilai suatu saham pada saat ini
dengan menggunakan tingkat bunga tertentu dan manfaat yang diharapkan akan
diterima oleh pemiliknya. Pendekatan PER menaksir nilai saham dengan mengalikan
laba per unit saham dengan kelipatan tertentu.
Secara garis besar ada dua teknik analisis yang biasa digunakan dalam
menentukan harga saham, yaitu analisis fundamental dan analisis teknik. Analisis
fundamental mencoba memprediksi harga saham di masa yang akan datang dengan
memperkirakan nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham di
masa yang akan datang, dan menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut
sehingga diperoleh taksiran harga saham. Indikator yang sering digunakan dalam
analisis fundamental adalah price earning ratio, dividend per share, book value,
return on equity, return on investment, dan sebagainya (Harianto dan Sudomo:1998).
24
Selain dengan menggunakan analisis fundamental adalah dengan menggunakan
analisis teknik. Analisis ini merupakan upaya untuk memperkirakan harga saham
(kondisi pasar) dengan mengamati perubahan harga saham tersebut di waktu yang
lalu. Berbeda dengan analisis fundamental, analisis teknik tidak memperhatikan
faktor-faktor fundamental yang mungkin mempengaruhi harga saham. Pemikiran
yang mendasari analisis ini adalah (1) bahwa harga saham mencerminkan informasi
yang relevan, (2) bahwa informasi tersebut ditunjukkan oleh perubahan harga di
waktu yang lalu, dan (3) karenanya perubahan harga saham akan mempunyai pola
tertentu, dan pola tersebut akan berulang. Analisis teknik menggunakan grafik
(charts) maupun berbagai indikator teknis.
A.5.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Saham
Fluktuasi harga saham merupakan hal yang seringkali terjadi di pasar modal.
Fenomena tersebut menarik banyak peneliti untuk melakukan studi terhadapnya.
Banyak faktor yang ditemukan mempengaruhi fluktuasi tersebut. Gart dalam Hartono
(1998), secara garis besar membagi faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham
dalam dua kelompok sudut pandang, yaitu sudut pandang perusahaan (mikro), dan
sudut pandang pasar (makro), yang meliputi:
1. Tingkat inflasi dan bunga, yang akan mempengaruhi investor untuk
memilih antara real asset (tangible) dan asset finansial, dan antara
saham ataukah sekuritas fixed income.
2. Kebijakan fiskal dan moneter, yang akan menentukan terhadap
pandangan pasar modal di masa yang akan datang.
25
3. Internasionalisasi, yang akan mencerminkan seberapa besar bisnis
perusahaan dalam negeri dapat berkompetisi dengan perusahaan asing.
Sedangkan dari sudut pandang perusahaan (mikro) meliputi:
1. Profit. Perusahaan yang secara konsisten mampu mencapai tingkat
pertumbuhan yang tinggi, maka secara empiris harga sahamnya pun
akan turut mengalami kenaikan.
2. Dividen. Tingkat pembagian dividen merupakan salah satu
pertimbangan seorang investor dalam melakukan tindakan investasinya.
3. Aliran kas. Aliran mengambarkan alur kas masuk dan keluar dari suatu
perusahaan.
4. Perubahan fundamental industri atau perusahaan. Hal ini dapat diukur
dari kinerja keuangan perusahaan. Kinerja keuangan perusahaan dapat
dilihat dari penghitungan rasio-rasio keuangannya. Rasio keuangan
yang lazim dipergunakan adalah rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio
profitabilitas, rasio solvabilitas, dan rasio nilai pasar.
5. Perubahan sikap investasi, yang mencerminkan perubahan dalam
perilaku dari para investor terhadap pilihan investasi yang dilakukannya.
A.6.Penelitian Terdahulu
Studi empiris tentang fluktuasi harga saham diantaranya dilakukan oleh Gart
yang disebutkan dalam Hartono (1998). Hasil penelitiannya mengemukakan bahwa
terdapat tiga elemen yang menyebabkan terjadinya fluktuasi harga saham suatu
perusahaan. Elemen pertama adalah tingkat harga pasar secara keseluruhan yang
26
memberikan kontribusi sebesar 60% terhadap fluktuasi harga saham. Elemen kedua
adalah perubahan harga sekelompok saham dalam industri atau sektor yang sama
yang memberikan kontribusi sebesar 30%. Terakhir, elemen ketiga adalah kinerja
setiap perusahaan yang memberikan kontribusi sebesar 10% terhadap fluktuasi harga
saham. Selain itu penelitian Gart mengungkapkan bahwa harga saham perusahaan
dalam industri yang sama bergerak dengan pola dan arah yang sama.
Penelitian lain adalah penelitian yang dilakukan oleh Imron Rosyidi (2002).
Imron meneliti keterkaitan kinerja keuangan dengan harga saham, studi pada 25
emiten dan menggunakan 4 rasio keuangan sebagai variabel independen. Rasio
keuangan tersebut adalah earning per share, return on assets, debt to equity ratio,
dan net profit margin. Hasil penelitiannya adalah secara serentak semua rasio
keuangan itu berpengaruh terhdap perubahan harga saham, sedangkan secara parsial
hanya debt to equity ratio yang tidak berpengaruh.
Mahmud Abadi (2002) meneliti tentang pengaruh kinerja emiten terhadap price
earning ratio saham pada industri tekstil dan industri makanan dan minuman di Bursa
Efek Jakarta, mengemukakan bahwa teori analisis fundamental yang menyatakan
harga saham ditentukan oleh kinerja emiten adalah tidak terbukti pada perusahaan
tekstil, tetapi pada industri makanan-minuman teori analisis fundamental tersebut
terbukti.
Arif Hartono (1998) meneliti tentang hubungan antara price earning ratio,
return on investment, dan operating margin profit terhadap harga saham yang
menghasilkan kesimpulan bahwa price earning ratio tidak berpengaruh terhadap
27
perubahan harga saham, sedangkan return on investment terbukti mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap perubahan harga saham. Variabel independen
lainnya yaitu operating margin profit terpaksa dikeluarkan dari penelitian dalam
upaya untuk menghindari terjadinya penyimpangan multikorealinitas.
Murtopo Panjaitan (2002) meneliti tentang pengaruh kinerja keuangan
perusahaan yang diukur dengan time interest earned, growth ratio, price earning
ratio, dan market to book ratio terhadap harga saham. Hasil penelitiannya yang
menggunakan sampel sebanyak 46 perusahaan menunjukkan hanya price earning
ratio dan market to book value saja yang berpengaruh secara signifikan terhadap
harga saham. Sedangkan pengujian koefisien regresi secara serentak berpengaruh
terhadap harga saham.
Saptono Basuki Rahardjo (2001) meneliti tentang pengaruh kinerja keuangan
perusahaan manufaktur terhadap perubahan harga saham. Variabel independen yang
digunakan adalah total debt to total assets ratio, debt to equity ratio, quick ratio,
profit margin ratio, return on equity, total assets turnover, inventory turnover, dan
price earning ratio. Hasil penelitiannya adalah secara parsial semua variabel
independen tersebut tidak berpengaruh terhadap harga saham, dan secara serentak
pun semua variabel independen tersebut tidak berpengaruh terhadap harga saham.
28
B. KERANGKA TEORITIS
Gambar II.1Kerangka Teoritis
Variabel Independen Variabel Dependen
Perubahan harga saham di pasar modal dipengaruhi oleh berbagai faktor.
Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu yang telah disebutkan, informasi tentang
kinerja perusahaan merupakan salah satu faktor yang mempunyai pengaruh terhadap
perubahan harga saham. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan tujuh rasio
keuangan, yaitu current ratio, total assets turnover, operating profit margin, return
on investment, debt to equity ratio, , total debt to total asset ratio, dan price earning
ratio. Alasan digunakannya ketujuh rasio tersebut adalah karena rasio-rasio tersebut
mewakili lima kelompok utama rasio kinerja keuangan perusahaan, yaitu rasio
leverage (debt to equity ratio, dan total debt to total asset ratio), rasio profitabilitas
(operating margin profit dan return on investment), dan rasio nilai pasar (price
earning ratio).
Kinerja Perusahaan:-current ratio-debt to equity ratio-operating profit margin-price earning ratio-return on investment-total assest turnover-total debt to total assets ratio
Perubahan harga saham
29
C. HIPOTESIS
Current ratio mengukur tingkat likuiditas suatu perusahaan. Diasumsikan semakin
tinggi tingkat likuiditas perusahaan maka semakin tinggi minat investor untuk
memiliki saham perusahaan tersebut. Hipotesis null dalam penelitian ini dirumuskan
sebagai berikut:
H01 : tidak ada pengaruh signifikan current ratio terhadap harga saham
perusahaan manufaktur di Bursa Efek Jakarta.
H0: μ1- μ2=0
Debt to equity ratio menunjukkan tingkat kemampuan perusahaan untuk memenuhi
klaim dari kreditor terhadap hak kepemilikan. Debt to equity ratio diukur dengan
membagi antara total utang dengan total ekuuitas perusahaan. Rasio yang rendah
menunjukkan indikasi yang baik bagi perusahaan. Dengan tingkat keamanan yang
tinggi, investor diasumsikan akan tertarik untuk memiliki saham dari perusahaan
tersebut. Hipotesis null dirumuskan sebagai berikut:
H02 : tidak ada pengaruh signifikan debt to equity ratio terhadap harga
saham perusahaan manufaktur di Bursa Efek Jakarta.
H0: μ1- μ2=0
Operating profit margin mengukur tingkat kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba. Rasio ini diukur dengan membagi laba bersih dengan penjualan
bersih untuk satu periode akuntansi. Perusahaan yang rasionya tinggi dalam
menghasilkan laba akan menarik minat investor untuk membeli sahamnya. Hipotesis
null dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
30
H03 : tidak ada pengaruh signifikan operating profit margin terhadap
harga saham perusahaan manufaktur di Bursa Efek Jakarta.
H0: μ1- μ2=0
Price earning ratio membandingkan antara harga saham yang beredar di bursa efek
dengan laba per lembar saham yang diperoleh oleh perusahaan yang disajikan dalam
laporan keuangan. Semakin tinggi rasio ini, semakin tinggi pertumbuhan keuntungan
yang diharapakan oleh investor. Hipotesis null dalam penelitian ini dapat dirumuskan
sebagai berikut:
H04 : tidak ada pengaruh signifikan price earning ratio terhadap harga
saham perusahaan manufaktur di Bursa Efek Jakarta.
H0: μ1- μ2=0
Return on investment mengukur tingkat kembalian investasi yang dapat diterima oleh
para investor yang menanamkan sahamnya di perusahaan tersebut. Semakin tinggi
rasio ini maka semakin tinggi tingkat keuntungan yang didapatkan oleh investor. Hal
tersebut menyebabkan investor akan tertarik untuk memiliki saham dari perusahaan
yang mempunyai tingkat kembalian investasi yang tinggi. Hipotesis null dalam
penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
H05 : tidak ada pengaruh signifikan return on investment terhadap harga
saham perusahaan manufaktur di Bursa Efek Jakarta.
H0: μ1- μ2=0
Total assets turnover mengukur tingkat kemampuan perusahaan dalam
memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Rasio ini diukur dengan membagi antara
31
penjualan dengan total asset perusahaan. Diasumsikan perusahaan yang memiliki
tingkat rasio yang tinggi dalam memanfaatkan aktiva akan dapat menarik minat
investor untuk memiliki saham perusahaan tersebut. Hipotesis null dalam penelitian
ini dirumuskan:
H06 : tidak ada pengaruh signifikan total assets turnover terhadap harga
saham perusahaan manufaktur di Bursa Efek Jakarta.
H0: μ1- μ2=0
Total debt to total asset ratio mengukur tingkat besarnya keseluruhan asset
perusahaan terhadap utang yang diberikan oleh pihak kreditor. Rasio ini dihitung
dengan membagi total hutang dengan total asset perusahaan. Perusahaan dengan
kinerja yang baik umumnya memiliki tingkat total debt to total asset ratio yang
rendah. Diasumsikan investor akan tertarik untuk memiliki saham dari perusahaan
dengan tingkat total debt to total asset ratio-nya rendah. Hipotesis null dalam
penelitian ini, yaitu:
H07 : tidak ada pengaruh signifikan total debt to total asset ratio terhadap
harga saham perusahaan manufaktur di Bursa Efek Jakarta.
H0: μ1- μ2=0
Secara keseluruhan, dari tujuh hipotesis null di atas dirumuskan satu hipotesis null
dalam penelitian ini yang menunjukkan hubungan yang menyeluruh diantara semua
variabel yang dimasukkan. Hipotesis tersebut adalah sebagai berikut:
H08 : tidak ada pengaruh signifikan current ratio, total assets turnover,
operating profit margin, return on investment, debt to equity ratio,
32
total debt to total asset ratio, dan price earning ratio
terhadap harga saham perusahaan manufaktur di Bursa Efek Jakarta.
H0: μ1- ….-μ7=0
33
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian merupakan suatu cara kerja untuk dapat memahami
obyek-obyek yang menjadi sasaran atau tujuan dari penelitian. Metode penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini adalah survai sampling dengan menggunakan
data sekunder.
Tujuan survai sampling adalah untuk mengadakan estimasi dan menguji
hipotesa tentang parameter populasi dengan menggunakan keterangan-keterangan
yang diperoleh dari sampel. Setelah diperoleh hasil pengukuran sampel,
selanjutnya hasil tersebut digeneralisasikan ke populasi yang diteliti.
A. POPULASI PENELITIAN
Populasi adalah keseluruhan kelompok individu, kejadian-kejadian atau
benda-benda yang menarik perhatian peneliti untuk diteliti atau diselidiki
(Sekaran, 2000). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan
manufaktur yang go publik di Bursa Efek Jakarta. Pemilihan perusahaan
manufaktur sebagai populasi dengan pertimbangan bahwa perusahaan manufaktur
merupakan jenis perusahaan yang paling banyak terdaftar di Bursa Efek Jakarta.
B. SAMPEL PENELITIAN DAN METODE PENGAMBILAN SAMPEL
Sampel adalah bagian atau anggota dari populasi (Sekaran:2000). Dalam
penelitian ini sampel yang diambil berdasarkan metode purposive sampling.
Dengan metode ini, sampel dipilih atas dasar kesesuaian karakteristik sampel
dengan kriteria pemilihan sampel yang telah ditentukan, yaitu:
34
1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta selama tahun
1999, 2000, dan 2001 yang sahamnya aktif diperdagangkan sesuai dengan
Surat Edaran PT BEJ no. SE-03/BEJ/II-1/1994, yaitu apabila frekuensi
perdagangan saham selama 3 bulan adalah 75 kali atau lebih.
2. Menerbitkan laporan keuangan untuk periode yang berakhir tanggal 31
Desember 1999, 2000, dan 2001.
3. Memiliki data lengkap.
Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang
diambil dari :
1. Data tanggal publikasi laporan keuangan diambil dari database
perpustakaan MM UGM.
2. Data yang memuat ukuran kinerja perusahaan yang dipakai dalam
penelitian diambil dari Indonesian Capital Market Directory tahun 2000
dan 2001.
3. Data tentang harga saham harian diperoleh dari Pusat Referensi Pasar
Modal FE UGM.
4. Data tentang jenis industri perusahaan diambil dari Indonesian Capital
Market Directory tahun 2000 dan 2001
5. Data-data terkait lain diambil dari publikasi dari berbagai sumber.
Dalam penelitian ini penulis mengambil sampel sebanyak 43 perusahaan karena
sampel tersebut dianggap telah sesuai dengan kriteria tersebut diatas.
35
C. PENGUJIAN ATAS ASUMSI-ASUMSI REGRESI BERGANDA
Sebelum menguji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan pengujian atas asumsi-
asumsi berganda, yaitu:
I. Uji normalitas data
Uji ini dimaksud untuk menguji apakah data yang digunakan dalam
penelitian sudah berdistribusi normal dan menentukan uji hipotesis yang akan
digunakan. Bila data terdistribusi dengan normal, uji yang digunakan adalah uji
statistik parametrik. Bila data tidak terdistribusi dengan normal, uji yang
digunakan adalah uji statistik non parametric. Uji F dan uji t dalam penelitian ini
termasuk dalam uji statistik parametric. Oleh karena itu data harus terdistribusi
dengan normal. Pengujian normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan uji kolmogorov-smirnov. Kriteria yang digunakan adalah pengujian
dua arah (two-tailed test) yaitu dengan membandingkan nilai p yang diperoleh
dengan taraf signifikansi yang telah ditentukan yaitu 0,05. apabila nilai p > 0,05
maka data telah terdistribusi dengan normal.
II. Pengujian Asumsi Klasik
1. Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas terjadi jika terdapat hubungan linear antara variabel
independen yang terdapat dalam model (Arsyad, 1997). Berikut ini adalah
dampak yang dapat terjadi apabila terdapat multikolinearitas dalam model
persamaan regresi dalam suatu penelitian, yaitu:
1. Apabila kolinearitas antar variabel semakin meningkat, maka standard
errornya akan semakin meningkat.
36
2. Dengan besarnya standard error bagi koefisien regresi, maka
confidence interval bagi parameter populasi akan semakin melebar,
sehingga pengujian terhadap koefisien regresi individual menjadi tidak
bermakna atau tidak signifikan.
3. Dengan semakin meningkatnya kolinearitas, probabilitas untuk
melakukan kesalahan yaitu menerima hipotesa yang salah akan
semakin besar.
4. Bila terdapat kolinearitas ganda, sulit untuk memisahkan pengaruh dari
masing-masing variabel secara individu.
Untuk mendeteksi apakah terdapat multikolinearitas dalam model
persamaan regresi pada penelitian ini, dilakukan uji multikolinearitas dengan jalan
meregresikan model analisis dan melakukan uji korelasi antar variabel independen
dengan menggunakan Varians Inflacting Factor (VIF). Jika VIF lebih besar
daripada 10 maka terdapat multikolinearitas diantara variabel-variabel
independen. Untuk menguji multikolinearitas dapat dilihat melalui nilai tolerance,
apabila tolerance lebih kecil daripada 0,01 maka terdapat multikolinearitas.
Apabila terdapat multikolinearitas dalam persamaan regresi, maka dapat
diatasi dengan cara-cara sebagai berikut:
1. Mengeluarkan salah satu variabel independen yang mempunyai nilai r2
parsial yang rendah dari model tersebut.
2. Menambah data baru, yaitu dengan menambah jumlah observasi,
karena dengan semakin besarnya jumlah observasi memungkinkan
standard errornya mengecil pula.
37
2. Uji Heterokedastisitas
Heterokedastisitas berarti penyimpangan penyebaran titik-titik data
populasi pada bidang regresi yang tidak konstan (Arsyad:1997). UJi
heterokedastisitas digunakan dalam persamaan regresi untuk mengetahui apakah
varians pengganggu dalam persamaan tersebut berbeda dari satu observasi ke
observasi berikutnya. Bila terdapat heterokedastisitas berarti:
1. Varians koefisien regresi menjadi tidak minimum
2. Confident interval akan melebar, sehingga hasil uji signifikansi tidak
valid.
3. Kesimpulan yang diambil dari hasil uji t dan uji F tidak menunjukkan
signifikansi yang sebenarnya.
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heterokedatisitas, digunakan uji
Glejser dengan cara: pertama mendapatkan nilai residual atau kesalahan
pengganggu (e absolut) dari persamaan regresi, kemudian nilai residual tersebut
diabsolutkan. Kedua, melakukan regresi antara nilai absolute residual dengan
tiap-tiap variabel independen. Apabila terdapat hubungan yang siginfikan dari
hasil regresi atau jika t hitung < t tabel, maka disimpulkan telah terjadi
heterokedatisitas. Bila t hitung > t tabel maka disimpulkan tidak terjadi
heterokedastisitas.
Apabila terdapat heterokedastisitas dalam persamaan regresi, maka salah
satu cara cara yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan transformasi log
(log transformation).
38
3. Uji Autokorelasi
Autokorelasi adalah hubungan yang terjadi antar anggota dari serangkaian
pengamatan yang tersusun dalam rangkaian waktu yang merupakan korelasi
antara kesalahan pengganggu pada satu periode dengan kesalahan pengganggu
pada periode sebelumnya. Apabila dalam persamaan regresi berganda terdapat
autokorelasi, maka berarti:
1. Varians dan standard error dari komponen residual cenderung akan
underestimated dari yang sebenarnya
2. Hasil uji t dan uji F akan menjadi tidak valid, akibatnya kesimpulan
yang diambil akan bias.
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi serial dalam penelitian
ini digunakan uji Durbin-Watson. Kriteria pengujian dengan H0: tidak ada
autokorelasi, adalah sebagai berikut:
i. Tidak terjadi autokorelasi positif:
Jika dw < du : Ho ditolak,
dw > dl : Ho diterima, dan
dl < dw < du : Tidak ada kesimpulan.
ii. Tidak terjadi autokorelasi negatif:
Jika dw > 4 – dl : Ho ditolak,
dw < 4 –du : Ho diterima
4 – du < dw < 4 – dl : Tidak ada kesimpulan
iii. Tidak terjadi autokorelasi positif dan negatif:
Jika dw < dl : Ho ditolak
39
dw > 4 –dl : Ho ditolak
du < dw < 4 –du : Ho diterima, dan
4 – du < dw < 4 – dl : Tidak ada kesimpulan
Notasi:
dw : nilai Durbin_watson hasil perhitungan
du : batas atas
dl : batas bawah
Apabila terdapat autokorelasi dalam persamaan regresi, maka cara yang
dapat dilakukan antara lain adalah dengan mentransformasi data asli ke bentuk
persamaan baru dengan menggunakan metode generalized difference equation,
yaitu dalam meregresikan Y terhadap X tidak dalam bentuk aslinya akan tetapi
pada selisih yang diperoleh dengan jalan mengurangkan suatu proporsi (p) nilai
variable yang bersangkutan dengan rumus:
ttttt upXXBpApYY )()1()( 11
dimana:
1 ttt peeU
Dengan rumus di atas berarti observasi pertama akan hilang karena tidak ada
yang mendahuluinya. Untuk mengatasi maka observasi pertama pada Y dan X
diubah menjadi:
21 1 pY dan 2
1 1 pX
dimana nilai p dihitung dengan rumus
21
dp , dimana:
40
p : koefisien autokorelasi
d : nilai Durbin Watson
D. PENGUJIAN HIPOTESIS
Untuk menguji hipotesis akan dilakukan 2 uji, yaitu uji hipotesis secara
parsial untuk mengetahui hubungan masing-masing variabel independen terhadap
variabel dependen dengan menggunakan uji-t. Uji yang kedua adalah uji hipotesis
secara simultan untuk mengetahui hubungan variabel-variabel independen dengan
variabel dependen secara serempak.
1 Pengujian koefisien Regresi Parsial (Uji-t)
Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a Merumuskan hipotesis
H0 : b = 0 , variabel independen tidak mempunyai pengaruh
terhadap variabel dependen.
Ha : b ≠ 0 , variabel independen mempunyai pengaruh terhadap
variabel dependen.
b Menentukan tingkat signifikansi (α = 5%) dan derajat kebebasan (df= n -1)
c Menghitung nilai t dengan formula:
i
i
b
bt
dimana:
bi = koefisien regresi
σ bi = standar eror koefisien regresi
d Kriteria pengujian:
H0 diterima bila -t tabel ≤ t hitung ≤ t tabel
41
H0 ditolak bila t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel
2. Pengujian Koefisien Regresi Serentak (Uji-F)
Langkah-langkah pengujiannya:
1. Merumuskan hipotesis:
H0 : b1=b2=b3=b4=b5=b6=b7=0, variabel independen secara serentak
tidak berpengaruh terhadap variabel dependen
Ha : b1≠b2≠b3≠b4≠b5≠b6≠b7≠0, variabel independen secara serentak
berpengaruh terhadap variabel dependen.
2. Menentukan tingkat signifikansi (α = 5%); df = n-k
3. Menghitung nilai F dengan rumus:
)/()1(
)1/(2
2
knR
kRF
dimana,
R2 = koefisien determinasi
n = jumlah observasi
k = jumlah parameter termasuk konstanta regresi
4. Kriteria pengujian:
H0 diterima bila F hitung ≤ F tabel
H0 ditolak bila F hitung > F tabel
42
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dikemukakan hasil analisis pengolahan data dengan
menggunakan alat analisis model regresi berganda (multivariate regression).
Pembahasan menganai hasil analisis data akan diuraikan menjadi hasil analisis
data, persamaan regresi terhadap penyimpangan asumsi klasik, serta interpretasi
hasil. Sampel yang digunakan sebanyak 43 perusahaan.
A. Pengujian Normalitas Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini tidak terdistribusi dengan
normal. Untuk mengatasi hal tersebut, salah satu cara yang dpaat digunakan
adalah dengan mentransformasi data ke dalam bentuk log. Kemudian
dilakukan pengujian normalitas data dilakukan dengan menggunakan
Kolmogorov-Smirnov. Kriteria pengujian yang digunakan dengan
menggunakan pengujian 2 arah (two-tailed test), yaitu dengan
membandingkan nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas yang
diperoleh dengan taraf signifikansi yang sudah ditentukan. Data terdistribusi
normal bila Sig > 0,05. hasil uji normalitas adala sebagai berikut:
TABEL IV. 1
UJI NORMALITAS
Variabel Sig α Interpretasi
Harga saham 0,188 0,05 Terdistribusi normal
Current Ratio 0,091 0,05 Terdistribusi normal
Debt To Equity 0,200 0,05 Terdistribusi normal
Operating Profit Margin 0,200 0,05 Terdistribusi normal
43
Return On Investment 0,200 0,05 Terdistribusi normal
Total Assets Turnover 0,200 0,05 Terdistribusi normal
Price Earning Ratio 0,200 0,05 Terdistribusi normal
Total Debt To to Total Assets Ratio 0,200 0,05 Terdistribusi normal
Dari hasil tersebut, disimpulkan bahwa semua variabel dalam penelitian
ini telah terdistribusi dengan normal. Dengan demikian, uji F dan uji t yang
merupakan uji statistik parametrik dapat digunakan.
B. Pengujian Asumsi Klasik
1. Uji Multikolinieritas
Multikolinieritas berarti adanya suatu hubungan linier yang sempurna
antara beberapa variabel independen atau semua variabel independen
dalam model regresi (Gujarati, 1999). Variabel yang menyebabkan
multikolinieritas dapat dilihat dari nilai tolerance yang lebih kecil dari
0,1 atau nilai Variance Inflation Factor (VIF) yang lebih besar dari 10.
hasil uji multikolinieritas adalah sebagai berikut:
TABEL IV.2
HASIL UJI MULTIKOLINEARITAS
Variabel Tolerance Value VIF Interpretasi
Current Ratio 0,897 1,115 Tidak terjadi multikolinieritas
Debt to Equity Ratio 0,599 1,668 Tidak terjadi multikolinieritas
Operating Profit Margin 0,793 1,261 Tidak terjadi multikolinieritas
Price Earning Ratio 0,604 1,604 Tidak terjadi multikolinieritas
Return on Investment 0,783 1,277 Tidak terjadi multikolinieritas
Total Assets Turnover 0,822 1,216 Tidak terjadi multikolinieritas
Total Debt to Total Assets Ratio 0,474 2,112 Tidak terjadi multikolinieritas
44
2. Uji Autokorelasi
Autokorelasi adalah korelasi antara semua anggota serangkaian
observasi yang diurutkan menurut waktu ( untuk data time-series ) dan
menurut ruang (untuk data cross sectional). Salah satu cara mendeteksi
adanya autokorelasi adalah dengan uji Durbin Watson. Dari pengujian
didapat nilai Durbin Watson sebesar 2,034 dengan du sebesar 1,74 maka
dapat disimpulkan du < dw < 4-du atau 1,74 < 2,034 < 2,26 yang berarti
tidak ada autokorelasi pada penelitian ini.
3. Uji Heterokedastisitas
Heterokedastisitas berarti terdapat varian yang tidak sama dalam
kesalahan pengganggu (ε ). Apabila diperoleh varian yang sama maka
diasumsikan homokedastisitas (penyebab yang sama) dapat diterima.
Untuk menguji ada atau tidaknya heterokedastisitas, digunakan uji
Glesjer. Apabila sig t < 0,05 maka dapat disimpulkan telah terjadi
heterokedastisitas. Hasil pengujian heterokedastisitas adalah sebagai
berikut:
Tabel IV. 3
HASIL UJI HETEROKEDATISITAS
Variabel Sig t α Interpretasi
Current Ratio 1,00 0,05 Tidak terjadi heterokedastisitas
Debt to Equity 1,00 0,05 Tidak terjadi heterokedastisitas
Operating Profit Margin 1,00 0,05 Tidak terjadi heterokedastisitas
Price Earning Ratio 1,00 0,05 Tidak terjadi heterokedastisitas
Return on Investment 1,00 0,05 Tidak terjadi heterokedastisitas
45
Total Assets Turnover 1,00 0,05 Tidak terjadi heterokedastisitas
Total Debt to Total Assets Ratio 1,00 0,05 Tidak terjadi heterokedastisitas
C. Hasil Estimasi Data
Pengestimasian model persamaan regresi ini menggunakan paket
program SPSS versi 10. Pengujian hipotesis menggunakan model regresi
sebagai berikut:
Y = a + b1x1 + b2x2 + b3x3 + b4x4 + b5x5 + b6x6 + b7x7 + ε
Notasi :
Y : harga saham
a : konstanta
b1, b2,…b7 : koefisien regresi
x1 : current ratio
x2 : debt to equity ratio
x3 : operating profit margin
x4 : price earning ratio
x5 : return on investment
x6 : total assets turnover
x7 : total debt to total assets ratio
ε : kesalahan pengganggu
Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh persamaan regresi sebagai