perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BEI PERIODE 2006 – 2010 TESIS Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Mencapai Derajat Magister Sains Program Studi Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh: PUJI ASTUTI NIM: S4309030 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012
86
Embed
ANALISIS PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL TERHADAP …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit ito user ANALISIS PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL TERHADAP RETURN SAHAM
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user i
ANALISIS PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL TERHADAP RETURN SAHAM
PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BEI PERIODE 2006 – 2010
TESIS
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna
Mencapai Derajat Magister Sains Program Studi Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh: PUJI ASTUTI NIM: S4309030
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user ii
ANALISIS PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL
TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BEI
1. Print Out Output Hasil Uji Regresi dengan Menggunakan SPSS
2. Data masing-masing Variabel Penelitian untuk Setiap Perusahaan Sampel
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRAK
ANALISIS PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BEI
PERIODE 2006 – 2010
Puji Astuti NIM: S4309030
Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris faktor fundamental yang berpengaruh terhadap return saham pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Faktor fundamental yang digunakan dalam penelitian ini adalah Arus Kas Operasi (CFO), Price Earnings Ratio (PER), dan Leverage yang diproksi dengan Debt of Equity Ratio (DER).
Populasi penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, dengan periode pengamatan selama lima tahun (2006-2010). Setelah dilakukan purposive sampling, didapatkan 16 perusahaan yang memenuhi kriteria sebagai sampel penelitian, data disusun secara panel (pooling data) sehingga diperoleh unit analisis sebanyak 80 . Metode penelitian ini adalah kuantitatif, dan data diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD) dan Indonesian Stock Exchange (IDX) terakhir tahun 2011. Penelitian ini terdiri atas tiga variabel independen, yaitu Arus Kas Operasi (CFO), Price Earnings Ratio (PER) dan Debt to Equity Ratio (DER), dan satu variabel dependen yaitu return saham. Teknik analisa data untuk pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan regresi linier berganda melalui program pengolah data SPSS.
Hasil penelitian secara parsial menunjukkan bahwa hanya Arus Kas Operasi (CFO) yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham, sedangkan variabel Price Earnings Ratio (PER) dan Debt to Equity Ratio (DER) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap return saham. Dan secara simultan variabel Arus Kas Operasi (CFO), Price Earnings Ratio (PER) dan Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh signifikan terhadap return saham. Kata kunci: Arus Kas Operasi (CFO), Price Earnings Ratio (PER), Debt to
Equity Ratio (DER), dan return saham.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRACT
ANALYSIS OF THE INFLUENCE FUNDAMENTAL FACTORS TOWARD STOCK RETURN OF THE COMPANY LISTED IN IDX DURING 2006 – 2010
Puji Astuti
NIM: S4309030
This study aims to test empirically the influence of fundamental factors toward stock return of the company listed in Indonesian Stock Exchange (IDX), The fundamental factors used in this study are Cash Flow Operation (CFO), Price Earnings Ratio (PER), and laverage which approximate by Debt of Equity Ratio (DER).
The population of this study is the manufacturing companies listed in Indonesian Stock Exchange (IDX) during five years period (2006 – 2010). Based on purposive sampling, there are 16 companies which met the criteria as sample, then the data arranged in a panel manner (pooling data) until they are obtained 80 analysis unit. The method of this is quantitave, and the data are obtained from Indonesian Capital Market Directory (ICMD) and Indonesian Stock Exchange (IDX) lasted in the year 2011. The result partially shows that only Cash Flows Operation (CFO) has positive and significant impact on stock return, while the variables of Price Earnings Ratio (PER), and Debt to Equity Ratio (DER) have no significant impact on stock return. Simultaneously the variables Cash Flow Operation (CFO), Price Earnings Ratio (PER), and Debt of Equity Ratio (DER) have significant impact on stock return. Keywords : Cash Flow Operation (CFO), Price Earnings Ratio (PER), Debt
to Equity Ratio (DER), and Stock Return.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pasar modal merupakan sarana bagi investor untuk melakukan investasi
dananya, pasar modal juga merupakan sarana pertemuan antara investor (pemilik
dana) dengan pihak lain yang memerlukan dana. Perusahaan melakukan
emisi/penerbitan saham melalui pasar modal, dan akan memperoleh dana dari
hasil penjualan sahamnya kepada investor atau pihak yang kelebihan dana.
Investor bersedia menyalurkan dananya melalui pasar modal disebabkan
karena perasaan aman akan berinvestasi dan tingkat return yang akan diperoleh
dari investasi tersebut. Return memungkinkan investor untuk membandingkan
keuntungan aktual ataupun keuntungan yang diharapkan yang disediakan oleh
berbagai investasi pada tingkat pengembalian yang diinginkan.
Para investor termotivasi untuk melakukan investasi pada suatu instrumen
yang diinginkan dengan harapan untuk mendapatkan kembalian investasi yang
sesuai. Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi (Hartono 2009: 199)
Return merupakan tingkat keuntungan yang dinikmati oleh pemodal atas suatu
investasi yang dilakukannya. Tanpa keuntungan yang diperoleh dari suatu
investasi yang dilakukannya, tentunya investor tidak mau melakukan investasi
yang tidak ada hasilnya. Setiap investasi, baik jangka pendek maupun jangka
panjang mempunyai tujuan utama yaitu memperoleh keuntungan yang disebut
return, baik secara langsung maupun tidak langsung. Return saham dapat berupa
return realisasi yang sudah terjadi atau return ekspektasi yang belum terjadi, akan
tetapi diharapkan akan terjadi di masa yang akan datang. Return realisasi dihitung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
berdasarkan data historis. Return realisasi dapat digunakan sebagai dasar penentu
return ekspektasi dan risiko di masa yang akan datang. Di sisi lain, return pun
memiliki peran yang amat signifikan dalam menentukan nilai dari suatu investasi
(Daniati dan Suhairi 2006).
Informasi yang biasa digunakan oleh para investor dikelompokkan dalam
dua hal yaitu informasi fundamental dan informasi teknikal. Informasi teknikal
merupakan informasi yang digunakan untuk mempelajari berbagai kekuatan di
pasar saham, Informasi fundamental adalah informasi yang berhubungan dengan
kondisi perusahaan yang umumnya ditunjukkan dalam laporan keuangan yang
merupakan salah satu ukuran kinerja perusahaan, dari laporan keuangan dapat
diketahui beberapa informasi fundamental antara lain: rasio-rasio keuangan, arus
kas, serta ukuran-ukuran kinerja lainnya yang dihubungkan dengan return saham.
Natarsyah (2000) dalam Aguslan (2005) menyatakan bahwa dengan
asumsi para investor adalah rasional maka aspek fundamental menjadi dasar
penilaian yang utama bagi seorang fundamentalis, argumentasi dasarnya adalah
bahwa harga saham mewakili nilai perusahaan, tidak hanya nilai intrinsik
(intrinsic value) suatu saham yang merupakan nilai sesungguhnya pada suatu saat,
tetapi juga dan bahkan lebih penting adalah harapan akan kemampuan perusahaan
dalam meningkatkan nilai kekayaan di kemudian hari, karena analisis
fundamental lebih berkaitan dengan company analysis, maka tidaklah
mengherankan apabila analisis fundamental banyak berkaitan dengan informasi
yang diperoleh dari laporan keuangan perusahaan.
Informasi fundamental secara umum dapat digambarkan sebagai informasi
yang berkaitan dengan data keuangan historis suatu perusahaan. Informasi laba
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
dalam laporan keuangan yang dipublikasikan sebagai salah satu kunci bagi
investor maupun kreditur dalam mengambil keputusan investasi. Investasi selalu
berkaitan dengan risiko ketidakpastian di masa yang akan datang, karena itu
investor akan menanamkan modalnya pada saham yang mempunyai tingkat
return yang tinggi dengan risiko yang minimal.
Berdasarkan argumen di atas jelas bahwa motivasi investor dalam
berinvestasi adalah selain rasa aman juga besarnya return yang akan diperoleh
dengan pertimbangan risiko seminimal mungkin, sedangkan keputusan untuk
berinvestasi para investor akan menggunakan baik informasi tehnikal maupun
informasi fundamental, namun karena investor berorintasi jangka panjang maka
cenderung menggunakan informasi fundamental. Jadi selama masih ada pasar
modal maka return akan selalu relevan untuk dibicarakan meskipun antara
penelitian yang satu dengan yang lainnya masih terjadi ketidakkonsistenan, yaitu
penelitian Aydogan dan Gursoy (2000), Triyono dan Hartono (2000), Aras dan
Yilmas (2008), Elleuch (2009), Al-Mwalla, Al Omari dan Ayat (2010) dan
Dastgir (2010) membuktikan adanya hubungan antara faktor fundamental dengan
return saham, namun penelitian Panahian dan Zolfaghari (2010), dan Erb, Harvey
dan Viskanta (1996), tidak menemukan hubungan dengan return saham.
Penelitian ini hanya menggunakan beberapa variabel independen antara lain Arus
Kas Operasi, Price Earnings Ratio dan Leverage yang diproksi dengan Debt to
Equity Ratio dan dikaitkan dengan return.
Perkembangan mengenai laporan arus kas di Indonesia ditandai dengan
dikeluarkannya Standar Akuntansi Keuangan (SAK) pada tanggal 7 september
1994 oleh Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) yang mulai berlaku pada tanggal 1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Januari 1995. Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 2
alinea 1 disebutkan, bahwa perusahaan harus menyusun laporan arus kas sesuai
dengan persyaratan dalam pernyataan ini dan menyajikan laporan tersebut sebagai
bagian yang tidak terpisahkan (integral) dari laporan keuangan untuk setiap
periode penyajian laporan keuangan (IAI 2009: 2.1).
Laporan arus kas dapat memberikan informasi yang memungkinkan para
pemakai untuk mengevaluasi perubahan dalam aktiva bersih perusahaan, struktur
keuangan dan kemampuan perusahaan untuk mempengaruhi jumlah serta waktu,
dalam rangka adaptasi dengan perubahan keadaan dan peluang, sebagaimana
diungkapkan oleh Belkaoui (2009: 143) kepentingan investor dan kreditor atas
informasi aliran kas meliputi jumlah, waktu, dan tingkat ketidakpastiannya,
informasi arus kas berguna untuk menilai kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan kas dan memungkinkan para pemakai mengembangkan model
untuk menilai dan membandingkan nilai sekarang dari arus kas masa depan dari
berbagai perusahaan karena dapat meniadakan pengaruh penggunaan perlakuan
akuntansi yang berbeda terhadap transaksi dan peristiwa yang sama.
Beberapa peneliti yang melakukan kajian terhadap arus kas terhadap
return saham antara lain Triyono dan Hartono (2000), Daniati dan Suhairi (2006),
Nasir (2008), Martani, Mulyono dan Khairurizka (2009), Elleuch (2009), Dastgir
(2010), juga Panahian dan Zolfaghari (2010).
Panahian dan Zolfaghari (2010) melakukan penelitian di bursa saham
Teheran sepanjang tahun 2004-2007, dengan mengambil 80 perusahaan sebagai
sampelnya, dan hasilnya tidak ada hubungan antara operating income dan cash
flows from operation dengan stock return ketika diuji secara partial, tetapi ketika
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
diuji secara simultan item accrual mendominasi daripada cash of operation dalam
hubungannya dengan stock return. Alasan adanya perbedaan tersebut karena
adanya perbedaan antara pendapatan netto dan pendapatan usaha (keuntungan dan
kerugian), atau efek dari berita dan rumor terhadap bursa Iran. Berita dan rumor
ini dapat mempengaruhi harga saham dan sebagai akibatnya berpengaruh terhadap
return saham tanpa mempengaruhi jumlah pendapatan usaha perusahaan. Selain
itu investor Iran di pasar modal Iran, lebih menghandalkan pada item accrual
untuk mengevaluasi saham daripada cash flows dari usaha.
Triyono dan Hartono (2000) menguji kandungan laba dan informasi arus
kas yang dikelompokkan dari aktivitas operasi, pendanaan dan investasi, hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa dengan model level total arus kas tidak
mempunyai hubungan yang signifikan dengan return saham tetapi pemisahan arus
kas ke dalam komponen arus kas operasi, pendanaan dan investasi menunjukkan
adanya hubungan yang signifikan dengan return saham dan temuan yang lain
dengan menggunakan model return, perubahan arus kas total, perubahan
komponen arus kas juga tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan
return saham.
Daniati dan Suhairi (2006) dengan mengambil sampel pada perusahaan
otomotif dan tekstil yang terdaftar di bursa saham Jakarta tahun 1999-2004, hasil
penelitian mereka membuktikan bahwa kegiatan investasi, laba kotor dan
besarnya perusahaan secara signifikan berhubungan dengan return saham,
sedangkan kegiatan pengelolaan keuangan dari kegiatan operasional tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap return saham. Hal ini sangat bertentangan
dengan teori yang ada, di mana semakin tinggi nilai arus kas operasi, maka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
semakin tinggi kepercayaan investor terhadap perusahaan tersebut dan akhirnya
akan menaikkan nilai perusahaan (return saham), sebaliknya semakin rendah arus
kas operasi, maka semakin kecil kepercayaan investor terhadap perusahaan yang
akhirnya akan menurunkan return saham, sehingga perlu diadakan penelitian
kembali tentang arus kas operasi yang dikaitkan dengan return saham.
Faktor fundamental yang lain di antaranya Price Earnings Ratio dan Debt
to Equity Ratio. Price Earnings Ratio (PER) merupakan rasio pasar yang dapat
digunakan oleh investor untuk menilai kewajaran suatu harga saham. Rasio ini
dilihat oleh investor sebagai ukuran kemampuan menghasilkan laba masa depan
(future earnings) dari suatu perusahaan, investor dapat mempertimbangkan rasio
tersebut guna memilah-milah saham mana yang nantinya dapat memberikan
keuntungan yang besar di masa yang akan datang. Perusahaan dengan
kemungkinan pertumbuhan yang tinggi (high growth) biasanya mempunyai PER
yang besar, sedangkan perusahaan dengan pertumbuhan yang rendah (low growth)
biasanya memiliki PER yang rendah, semakin besar PER suatu saham
menunjukkan semakin mahal saham tersebut dibandingkan pendapatan per lembar
sahamnya. Hal ini menunjukkan kinerja perusahaan semakin baik sehingga
meningkatkan kepercayaan investor terhadap perusahaan tersebut. Tandelilin
(2010: 375) menyatakan bahwa informasi PER mengidentifikasikan besarnya
rupiah yang harus dibayarkan investor untuk memperoleh satu rupiah earnings
perusahaan.
Price Earnings Ratio juga merupakan salah satu metode evaluasi terhadap
harga saham, apakah saham overvalued atau undervalued. Para investor akan
membeli saham ketika saham tersebut undervalued, yaitu harga sebenarnya lebih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
besar daripada harga pasarnya. Sebaliknya, para investor akan menjual saham
ketika saham tersebut overvalued, yaitu harga pasar saham lebih besar daripada
harga sebenarnya.
Sesuai dengan teori dinyatakan bahwa PER merupakan perbandingan
antara harga pasar suatu saham (market price) dengan Earnings Per Share (EPS)
dari saham yang bersangkutan (Ang 1997). Semakin tinggi PER menunjukkan
prospektus harga saham dinilai semakin tinggi oleh investor terhadap pendapatan
per lembar sahamnya. Jika harga saham semakin tinggi, maka selisih harga saham
periode sekarang dengan periode sebelumnya semakin besar, sehingga capital
gains juga semakin meningkat. Hal ini disebabkan karena capital gains (actual
return) dihitung dari selisih harga saham periode sekarang dengan harga saham
periode sebelumnya. Berdasarkan konsep tersebut menunjukkan semakin tinggi
PER, maka return saham (actual return) juga semakin meningkat, sehingga
sangat dimungkinkan PER berpengaruh positif terhadap return saham.
Penelitian yang mendukung pernyataan tersebut dilakukan oleh Aydogan
dan Gursoy (2000) juga Aras dan Yilmas (2008), hasil penelitian Aydogan dan
Gursoy (2000) menunjukkan bahwa Price-to-Earnings Ratios and Book-to-
Market Ratios memiliki kekuatan prediktif terhadap return masa depan, penelitian
Aras dan Yilmas (2008) juga menemukan bahwa Price Earnings Ratio (PER)
merupakan salah satu variabel yang dapat di gunakan untuk memprediksi return
saham. Demikian juga penelitian Hardiningsih, Pancawati, Suryanto dan Chariri
(2002) juga Tendi, Stevanus dan Maya (2005) hasil penelitiannya menyatakan
bahwa variabel Price Earnings Ratio (PER) juga berpengaruh positif terhadap
harga atau return saham.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
Namun penelitian Al-Mwalla, Al-Omari dan Ayad (2010) dengan
mengambil sampel 24 perusahaan yang terdaftar di Amman Stock Exchange,
menunjukkan hubungan negative antara Price Earnings Ratio dengan Stock
Return. Tetapi penelitian Erb, Harvey dan Viskanta (1996), hasil penelitiannya
tidak ditemukan hubungan atau pengaruh PER dengan return saham baik di
developed market maupun emerging market. Juga penelitian oleh Nugroho (2009)
tidak menemukan hubungan yang signifikan antara PER dengan return saham.
Wijaya (2008) yang mengambil sampel sebanyak enam perusahaan
telekomunikasi publik di Indonesia dengan menggunakan analisis regresi linier
berganda menunjukkan bahwa Price Earnings Ratio secara negatif tidak memiliki
pengaruh terhadap return saham. Hal ini sangat bertentangan dengan teori yang
menyatakan bahwa semakin tinggi PER, maka return saham juga semakin
meningkat. Dengan demikian masih ada kontradiktif antara penelitian yang satu
dengan yang lainnya, sehingga perlu diadakan penelitian kembali tentang
pengaruh PER terhadap return saham.
Debt to Equity Ratio (DER) mencerminkan kemampuan perusahaan dalam
memenuhi seluruh kewajibannya yang ditunjukkan oleh berapa bagian dari modal
sendiri yang digunakan untuk membayar utang. DER juga memberikan jaminan
tentang seberapa besar utang-utang perusahaan dijamin dengan modal sendiri.
Modigliani dan Miller (1958) menyatakan bahwa nilai suatu perusahaan
akan meningkat dengan meningkatnya Debt to Equity Ratio (DER) karena adanya
efek dari corporate tax shield. Hal ini disebabkan karena dalam keadaan pasar
sempurna dan ada pajak, umumnya bunga yang dibayarkan akibat penggunaan
utang dapat dipergunakan untuk mengurangi penghasilan yang dikenakan pajak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Dengan demikian apabila terdapat dua perusahaan dengan laba operasi yang sama,
tetapi perusahaan yang satu menggunakan utang dan membayar bunga, sedangkan
perusahaan yang lain tidak, maka perusahaan yang membayar bunga akan
membayar pajak penghasilan yang lebih kecil, sehingga menghemat pendapatan.
Tingkat Debt to Equity Ratio (DER) yang tinggi menunjukkan komposisi
total utang (utang jangka panjang dan utang jangka pendek) semakin besar
apabila dibandingkan dengan total modal sendiri, sehingga hal ini akan
berdampak pada semakin besar pula beban perusahaan terhadap pihak eksternal
(para kreditur), atau semakin besar penggunaan utang akan semakin tingginya
risiko untuk tidak mampu membayar utang. Investor biasanya selalu menghindari
risiko, maka semakin tinggi DER akan mengakibatkan saham perusahaan tersebut
semakin dihindari investor, sehingga harga saham akan semakin rendah. Ang
(1997) menyatakan bahwa penurunan minat investor dalam menanamkan dananya
ini akan berdampak pada penurunan harga saham perusahaan, sehingga return
saham perusahaan juga semakin menurun. Sebagaimana dikatakan oleh Sawir
(2001) semakin tinggi utang perusahaan (DER) cenderung menurunkan return
saham. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Debt to Equity Ratio (DER)
memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap return saham.
Hal ini juga didukung dengan beberapa bukti empiris tentang pengaruh
Debt to Equity Ratio (DER) terhadap return saham yaitu penelitian yang
dilakukan oleh Adami, Gough, Muradoglu dan Sivaprasad (2010) di London
Stock Exchange dengan sampel 792 perusahaan hasil penelitiannya menunjukkan
hubungan negatif antara leverage dengan return saham. Juga penelitian George
dan Hwang (2007) yang menemukan bahwa leverage mempunyai hubungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
negatif dengan return saham, sedangkan penelitian Nugroho (2009) menunjukkan
hasil signifikan positif antara Debt to Equity Ratio dengan return saham.
Namun sebaliknya penelitian Hidayat, Harries dan Manao (2000)
menunjukkan bahwa adanya perubahan sumber dana dari pinjaman (Debt to
Equity Ratio) tidak berpengaruh terhadap harga saham, dan juga hasil penelitian
dari Sari dan Hutagaol (2009) yang menunjukkan hasil tidak signifikan antara
DER dengan return saham. Oleh karena telah terjadi ketidakkonsistenan dari
penelitian-penelitian tersebut, maka perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk
menunjukkan bagaimana pengaruh DER terhadap return saham.
1.2. Perumusan Masalah
Hasil penelitian faktor fundamental yang berpengaruh terhadap return
saham menunjukkan fenomena berupa gap antara data empiris dengan teori yang
mendasarinya, di samping itu juga adanya inkonsistensi temuan pada masing-
masing variabel antara peneliti satu dengan lainnya. Hasil penelitian Aydogan dan
Gursoy (2000), Triyono dan Hartono (2000), Aras dan Yilmas (2008), Elleuch
(2009), dan Dastgir (2010) membuktikan adanya hubungan antara faktor
fundamental dengan return saham, namun penelitian Panahian dan Zolfaghari
(2010), Al-Mwalla, Al-Omari dan Ayad (2010), Erb, Harvey dan Viskanta (1996)
tidak menemukan hubungan dengan return saham.
Panahian dan Zolfaghari (2010) melakukan penelitian di bursa saham
Teheran sepanjang tahun 2004-2007, hasilnya tidak ada hubungan antara cash
flows from operation dengan stock return. Triyono dan Hartono (2000) menguji
kandungan laba dan informasi arus kas yang dikelompokkan dari aktivitas
operasi, pendanaan dan investasi, hasil penelitiannya menunjukkan bahwa total
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
arus kas tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan return saham tetapi
pemisahan arus kas ke dalam komponen arus kas operasi, pendanaan dan investasi
menunjukkan adanya hubungan yang signifikan dengan return saham. Daniati dan
Suhairi (2006) hasil penelitian mereka membuktikan bahwa kegiatan operasional
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap return saham. Hal ini sangat
bertentangan dengan teori yang ada, dimana semakin tinggi nilai arus kas operasi,
maka semakin tinggi kepercayaan investor terhadap perusahaan tersebut dan
akhirnya akan menaikkan nilai perusahaan (return saham), sebaliknya semakin
rendah arus kas operasi, maka semakin kecil kepercayaan investor terhadap
perusahaan yang akhirnya akan menurunkan return saham.
Aydogan dan Gursoy (2000) hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
Price-to-Earnings Ratios dan Book-to-Market Ratios memiliki kekuatan prediktif
terhadap return masa depan, dan penelitian Aras dan Yilmas (2008) juga
menemukan bahwa Price Earnings Ratio merupakan salah satu variabel yang
dapat di gunakan untuk memprediksi return saham. Demikian juga Hardiningsih
et al. (2002), Tendi et al. (2005) hasil penelitiannya menyatakan bahwa variabel
Price Earnings Ratio (PER) juga berpengaruh positif terhadap harga atau return
saham. Namun penelitian Al-Mwalla et al. (2010) menunjukkan hubungan
negative antara Price Earnings ratio dengan Stock return. Wijaya (2008) yang
mengambil sampel perusahaan telekomunikasi yang go publik di Indonesia
sebanyak enam perusahaan menunjukkan bahwa Price Earnings Ratio secara
negatif tidak memiliki pengaruh terhadap return saham. Hal ini bertentangan
dengan teori yang menyatakan bahwa semakin tinggi PER, maka return saham
juga semakin meningkat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Penelitian Sari dan Hutagaol (2009) menunjukkan hasil tidak signifikan
antara DER dengan return saham. Juga penelitian yang dilakukan oleh Adami,
Gough, Muradoglu dan Sivaprasad (2010) di London Stock Exchange hasil
penelitiannya menunjukkan hubungan negatif antara leverage dengan return
saham. Juga diperkuat penelitian George dan Hwang (2007) yang menemukan
bahwa leverage mempunyai hubungan negatif dengan return saham.
Namun sebaliknya penelitian Hidayat, Harries dan Manao (2000)
menunjukkan bahwa adanya perubahan sumber dana dari pinjaman (Debt to
Equity Ratio) tidak berpengaruh terhadap harga saham, dan juga hasil penelitian
dari Nugroho (2009) menunjukkan bahwa DER berpengaruh positif dan
signifikan terhadap return saham. Oleh karena telah terjadi ketidak konsistenan
hasil penelitian terdahulu antara peneliti yang satu dengan lainnya terhadap return
saham atau harga saham dan juga adanya gap antara data empiris dengan teori
yang mendasarinya, maka penelitian ini dengan menggunakan jangka waktu
pengamatan lima tahun (2006-2010), akan menganalisis pengaruh faktor
fundamental terhadap return saham pada perusahaan-perusahaan publik yang
tercatat di Bursa Efek Indonesia. Oleh karena itu pertanyaan penelitian dapat
dirumuskan berikut ini:
1. Apakah ada pengaruh Arus Kas Operasi terhadap return saham perusahaan
yang terdaftar di BEI periode 2006-2010?
2. Apakah ada pengaruh Price Earnings Ratio terhadap return saham
perusahaan yang terdaftar di BEI periode 2006-2010?
3. Apakah ada pengaruh Leverage terhadap return saham perusahaan yang
terdaftar di BEI periode 2006-2010?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
1.3. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian akan
dijelaskan sebagai berikut:
1. Menganalisis pengaruh Arus Kas Operasi terhadap return saham perusahaan
yang terdapat di BEI periode 2006-2010.
2. Menganalisis pengaruh Price Earnings Ratio terhadap return saham
perusahaan yang terdapat di BEI periode 2006-2010.
3. Menganalisis pengaruh Leverage terhadap return saham perusahaan yang
terdapat di BEI periode 2006-2010.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada beberapa
pihak, antara lain sebagai berikut:
1. Bagi investor dan investor potensial. Hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan informasi mengenai faktor-faktor fundamental yang dapat
mempengaruhi return saham, sehingga dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan dalam pengambilan keputusan berinvestasi di pasar modal.
2. Bagi Manajemen Perusahaan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan
sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan dalam upaya
meningkatkan return saham.
3. Bagi akademisi. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti
empiris terbaru mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap return
saham, sehingga dapat menambah pengetahuan serta dapat digunakan sebagai
rujukan untuk penelitian-penelitian selanjutnya, khususnya return saham.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
2.1 LANDASAN TEORI
2.1.1 Analisis Fundamental
Menurut Hartono (2009: 130) dua macam analisis yang banyak digunakan
untuk menentukan nilai sebenarnya dari saham adalah analisis sekuritas
fundamental (fundamental security analysis) atau analisis perusahaan (company
analysis) dan analisis teknis (technical analysis). Menurut Hartono (2009: 130)
analisis fundamental atau analisis perusahaan adalah analisis untuk menghitung
nilai intrinsik saham dengan menggunakan data keuangan perusahaan.
Analisis fundamental sebagai bagian dari informasi akuntansi merupakan
analisis historis atau kondisi internal perusahaan, sehingga proses ini disebut
sebagai Company Analysis. Dalam company analysis, para pemodal akan
mempelajari laporan keuangan perusahaan dengan tujuan untuk mengetahui
kekuatan dan kelemahan perusahaan, mengidentifikasi kecenderungan atau
pertumbuhan yang mungkin ada, mengevaluasi efisiensi operasional dan
memahami sifat dasar dan karakteristik operasional perusahaan tersebut.
Analisis fundamental memiliki pedoman pada kepercayaan bahwa nilai
suatu saham sangat dipengaruhi oleh kinerja perusahaan yang menerbitkan saham
tersebut. Jika kinerja perusahaan publik tersebut berada dalam kondisi baik, maka
harga saham perusahaan dapat diperkirakan akan merefleksikan kekuatan tersebut
dan ditandai dengan meningkatnya harga saham perusahaan dan apabila harga
saham naik pada akhirnya akan meningkatkan return pada perusahaan yang
bersangkutan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Tujuan analisis fundamental adalah untuk mengetahui saham-saham
manakah yang harga pasarnya lebih rendah dari nilai intrinsiknya (undervalued),
sehingga layak dibeli, serta saham-saham manakah yang harga pasarnya lebih
tinggi dari nilai intrinsiknya (overvalued), sehingga menguntungkan untuk dijual
(Tandelilin, 2010 : 363)
Menurut Tandelilin (2010 : 338) dalam melakukan analisis penilaian
saham, investor bisa melakukan analisis fundamental secara top-down untuk
menilai prospek perusahaan. Pertama kali perlu dilakukan analisis terhadap
faktor-faktor makro ekonomi yang mempengaruhi kinerja seluruh perusahaan,
kemudian dilanjutkan dengan analisis industri, dan pada akhirnya dilakukan
analisis terhadap perusahaan yang mengeluarkan sekuritas bersangkutan untuk
menilai apakah sekuritas yang dikeluarkannya menguntungkan atau merugikan
bagi investor.
Secara ringkas ketiga langkah tersebut adalah sebagai berikut:
1. Menghitung kondisi ekonomi secara keseluruhan
Kondisi ekonomi dipelajari untuk memperhitungkan jika kondisi ekonomi
secara keseluruhan baik untuk pasar saham. Apakah tingkat inflasi yang terjadi
tinggi atau rendah? Apakah suku bunga naik atau turun? Apakah konsumen yakin
atau ragu-ragu dalam mengeluarkan uang? Apakah neraca perdagangan
menunjukkan untung atau rugi? Apakah supply uang naik atau turun?.
Pertanyaan pertanyaan tersebut adalah merupakan contoh sebagian
pertanyaan seorang investor dalam menilai saham dengan melakukan analisis
fundamental untuk memperhitungkan apakah kondisi ekonomi secara keseluruhan
baik untuk pasar saham.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
2. Menghitung kondisi industri secara keseluruhan
Kondisi industri merupakan suatu kondisi di industri mana perusahaan
berada, yang secara langsung dapat mempengaruhi masa depan perusahaan
tersebut. Bahkan saham yang paling baik pun dapat menghasilkan pengembalian
yang pas-pasan jika mereka berada dalam industri yang sedang payah (mengalami
resesi). Biasanya saham yang lemah dalam industri yang kuat lebih disukai
daripada saham yang kuat dalam industri yang lemah.
3. Menghitung kondisi perusahaan
Setelah melihat dari sisi ekonomi dan industri kita perlu memperhitungkan
kesehatan keuangan sebuah perusahaan. Jika sebuah perusahaan yang telah kita
analisa secara ekonomi dan industri itu baik, tapi kita tidak memperhitungkan
kondisi perusahaan tersebut maka akan sia-sia lah semua analisa fundamental
yang kita lakukan. Karena pasar saham adalah pasar ekspektasi dimana semua
pemegang saham mengharapkan perusahaannya selalu menghasilkan laba, yang
pada akhirnya laba ini akan di bagikan kepada pemegang saham yang kita kenal
dengan istilah dividen. Walaupun tidak semua pemegang saham tidak
mengharapkan pembagian dividen, karena pada dasarnya keuntungan yang
diperoleh dari permainan saham ini bukan hanya dividen, tetapi ada juga yang di
sebut dengan capital gains yaitu keuntungan yang diperoleh dari fluktuasi harga
saham yang biasanya diharapkan oleh investor yang memiliki time horizon yang
pendek. Menghitung kondisi perusahaan biasanya dilakukan dengan
menggunakan rasio-rasio keuangan. Rasio keuangan secara garis besar di bagi
dalam 5 kelompok dasar, yaitu : liquidity, leverage, profitability, activity, dan
market valuation. Sejumlah rasio yang tak terbatas banyaknya dapat dihitung,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
akan tetapi dalam prakteknya cukup digunakan beberapa jenis rasio saja, dan
disesuaikan dengan kebutuhan analisis.
Dalam penelitian ini, analisis fundamental akan dicerminkan oleh rasio
keuangan yang diproksikan oleh : Arus Kas Operasi (Rasio Aktivitas), Price
Earnings Ratio (Rasio Pasar), dan Debt to Equity Ratio (Leverage).
2.1.2 Return Saham
Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return dapat berupa
return realisasian yang sudah terjadi dan ekspektasian yang belum terjadi tetapi
diharapkan akan terjadi di masa mendatang (Hartono 2009: 199). Return
merupakan salah satu faktor yang memotivasi investor berinvestasi dan juga
merupakan imbalan atas keberanian investor menanggung resiko atas investasi
yang dilakukannya (Tandelilin 2010: 102), Hanafi (2007: 300) mendifinisikan
Return sebagai perubahan nilai antara periode t+1 dengan periode t ditambah
pendapatan-pendapatan lain yang terjadi selama periode t tersebut.
Return dibedakan menjadi dua yaitu Return Realisasi (realized return),
dan return expektasian (expected return), return realisasi (realized return)
merupakan return yang telah terjadi dan Return ekspektasian (expected return),
merupakan return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor di masa yang
akan datang (Hartono 2009: 199).
Beberapa pengukuran return realisasian yang banyak digunakan adalah
Kolmogorov-Smirnov Z 1.241 1.121 .873 1.260 Asymp. Sig. (2-tailed) .092 .162 .432 .084 a. Test distribution is Normal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Berdasarkan tabel 4.3 di atas, nilai probablitas signifikansi (Asymp. Sig. (2-
tailed) untuk CFO sebesar 0,092, PER sebesar 0,162, DER sebesar 0,432, dan
return sebesar 0,084 nilai-nilai tersebut di atas 0,05, dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa model regresi pada penelitian ini berdistribusi normal.
Uji normalitas yang dideteksi melalui analisis grafik normal P-Plot juga
memperlihatkan bahwa penyebaran data yang terjadi ada di sekitar garis diagonal
dan mengikuti garis diagonal, dengan demikian distribusi data juga telah
memenuhi asumsi normalitas.
Gambar 2 Uji Normalitas Variabel CFO
Gambar 2 Uji Normalitas Variabel PER
Gambar 3
Uji Normalitas Variabel PER
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
4.2.1.2 Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Uji multikolinearitas
dilakukan dengan cara melihat nilai dari tolerance value atau Variance Inflation
Factor (VIF) dengan alat bantu program SPSS, apabila tolerance value lebih kecil
dari 10% dan VIF lebih besar dari 10 maka terjadi Multikolinieritas.
Tabel 4.4
Hasil Uji Multikolinearitas
Variabel Tolerance VIF Kesimpulan CFO 0,870 1,150 Bebas Multikolinearitas PER 0,952 1,050 Bebas Multikolinearitas DER 0,871 1,148 Bebas Multikolinearitas
Hasil dari tabel 4.4 tersebut di atas menunjukkan bahwa variabel bebas yaitu
CFO, PER dan DER memiliki angka Variance Inflation Factor (VIF) dibawah
angka 10 dan tolerance value di atas 0,10, sehingga dapat disimpulkan bahwa
Gambar 4 Uji Normalitas Variabel DER
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
variabel bebas tidak saling berkorelasi secara signifikan, atau persamaan regresi
yang dipakai sebagai model analisis tidak terdapat persoalan multikolinieritas.
4.2.1.3 Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji, apakah model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan
lain. Deteksi dapat dilakukan dengan menggunakan uji metode grafis yaitu
dengan melihat ada tidaknya pola tertentu yang tergambar pada scatterplot.
Heteroskedastisitas terjadi jika pada scatterplot titik-titiknya mempunyai pola
yang teratur, baik menyempit, melebar maupun bergelombang-gelombang
(Sunyoto 2011: 83).
Model regresi yang baik adalah homokedastisitas atau tidak terjadi
heteroskedastisitas. Homokedastisitas terjadi jika pada scatterplot titik-titik hasil
pengolahan data antara ZPRED dan SRESID menyebar di bawah ataupun di atas
titik origin (angka 0) pada sumbu Y dan tidak mempunyai pola yang teratur
(Sunyoto 2011: 83).
Hasil pengujian heteroskedastisitas dapat dilihat pada gambar 5 dibawah ini:
Gambar 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Pada gambar 5 tersebut dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar secara
acak, tidak membentuk sebuah pola tertentu yang jelas, serta tersebar baik di atas
maupun di bawah angka nol pada sumbu Y. Hal ini berarti tidak terjadi
heteroskedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak dipakai.
4.2.1.4 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi dilakukan dengan melihat nilai Durbin Watson. Cara
mendeteksi apakah model yang digunakan mengalami gejala autokorelasi adalah
dengan melihat nilai statistik Durbin-Watson. Hasil dari nilai Durbin-Watson
dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.5 Hasil Uji Autokorelasi
Model R R Square Adjusted R Square Durbin-Watson
1 .339a .115 .080 1.700
a. Predictors: (Constant), CFO, PER, DER
b. Dependent Variable: RETURN
Dari tabel 4.5 tersebut, dapat dilihat bahwa nilai Durbin-Watson sebesar
1,700 dan sesuai dengan yang disampaikan oleh Sunyoto (2011: 92) tidak terjadi
autokorelasi jika nilai DW berada diantara -2 dan +2 atau -2 ≤ DW ≤ +2. Dengan
demikian nilai DW sebesar 1,700 pada tabel di atas berada di antara angka
patokan yang disampaikan oleh Sunyoto (2011: 92), yang menunjukkan bahwa
tidak terjadi autokorelasi antar variabel bebas yang diteliti.
4.2.2 Pengujian Hipotesis
4.2.2.1 Analisis Regresi Linier Berganda
Penelitian ini menggunakan program SPPS 19 untuk menguji pengaruh
variabel Arus Kas Operasi (CFO), Price Earnings Ratio (PER) dan Debt to Equity
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Ratio (DER) terhadap return saham yang terdaftar di BEI tahun 2006 – 2010,
sedangkan output analisis regresi dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 4.6
Hasil Uji Regresi Linier Berganda
Variabel Koefisien Regresi tvalue -value Konstanta CFO PER DER
-9,126 1,108
-0,030 -0,954
3,010
-0,752 -1,657
0,004
0,455 0,102
F value F Prob R2 Adjusted R2
3,286 0,025 0,115 0,080
Sumber: Data diolah
Berdasarkan Tabel 4.6 di atas, Model yang diperoleh untuk menunjukkan
pengaruh CFO, PER dan DER terhadap return saham adalah sebagai berikut:
Y = -9,126 + 1,108 CFO – 0,030 PER – 0,954 DER+ e
Persamaan regresi linier berganda tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
Koefisien regresi CFO (b3) bernilai positif yaitu sebesar 1,108. Hal ini
menunjukkan bahwa Arus Kas Operasi (CFO) mempunyai pengaruh positif
terhadap return saham.
4.2.2.2 Koefisien Determinasi (R2)
Dari Tabel 4.6 tersebut di atas, dapat dilihat bahwa nilai R2 (koefisien
determinasi) dari persamaan regresi adalah sebesar 0,115. Hal ini berarti 11,5%
variasi perubahan return saham dapat dijelaskan oleh variasi variabel Arus Kas
Operasi (CFO), Price Earnings Ratio (PER) dan Debt to Equity Ratio (DER). Dan
sisanya sebesar 88,5% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak ikut diteliti.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
4.2.2.3 Uji F
Uji F atau uji bersama digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas
secara bersama berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat. Berdasarkan
tabel 4.6 di atas, dapat dilihat bahwa nilai Fhitung sebesar 3,286 dan nilai Fprob
sebesar 0,025, yang berarti bahwa nilai signifikan (Fprob) lebih kecil dari nilai
α=0,05, ini berarti H0 ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa Arus Kas
Operasi (CFO), Price Earnings Ratio (PER), dan Debt to Equity Ratio (DER)
secara simultan berpengaruh signifikan terhadap return saham.
4.2.2.4 Uji t
Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel bebas
(independen) secara individu terhadap variabel terikat (dependen).
Tabel 4.7
Hasil Uji t
Variabel t-value -value Kesimpulan
CFO PER DER
3,010
-0,752 -1,657
0,004
0,455 0,102
Signifikan Tidak signifikan Tidak signifikan
Sumber : Data diolah
Berdasarkan Tabel 4.7 di atas, dapat dilihat bahwa nilai signifikan variabel
PER sebesar 0,455 dan variabel DER sebesar 0,102, karena variabel PER dan
DER memiliki nilai signifikan yang lebih besar dari α = 0,05, maka H0 diterima
dan Ha ditolak, ini berarti PER dan DER tidak berpengaruh signifikan terhadap
return saham. Sedangkan nilai signifikan variabel CFO sebesar 0,004, karena
memiliki nilai signifikan yang lebih kecil dari α = 0,05, maka H0 ditolak dan Ha
diterima, ini berarti CFO berpengaruh signifikan terhadap return saham.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
4.3 Pembahasan
1. Hipotesis Pertama: Arus Kas Operasi (CFO) berpengaruh signifikan dan
positif terhadap return saham
Berdasarkan Tabel 4.6 dan Tabel 4.7 hasil analisis data menggunakan
teknik analisis regresi linier berganda, diperoleh hasil bahwa Arus Kas
Operasi (CFO) memiliki nilai koefisien regresi sebesar 1,108. Hal ini
menunjukkan bahwa pengaruh dari variabel bebas CFO terhadap return
saham sebagai variabel terikat adalah positif. Apabila nilai koefisien regresi
variabel lainnya tetap (tidak berubah), maka perubahan CFO sebesar 1% akan
menaikkan return saham sebesar 110,8%.
Selain itu dari hasil uji t yang terlihat pada tabel 4.6, menunjukkan
bahwa secara parsial variabel CFO mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap return saham dengan nilai Sig. sebesar 0,004. Nilai tersebut lebih
kecil dari = 0,05 maka dapat dinyatakan bahwa terdapat pengaruh yang
signifikan antara Arus Kas Operasi (CFO) terhadap return saham. Dengan
demikian H3 penelitian ini diterima. Atau dengan kata lain secara parsial
terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independen Arus Kas
Operasi (X3) terhadap variabel dependen return saham (Y).
Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh
Triyono dan Hartono (2000), Nasir (2008), Elleuch (2009), Utari (2006),
Livnat dan Santicchia (2006) dan Dastgir (2010). Penelitian Triyono dan
Hartono (2000) menguji kandungan laba dan informasi arus kas yang
dikelompokkan dari aktivitas operasi, pendanaaan dan investasi, yang hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa total arus kas tidak mempunyai hubungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
yang signifikan dengan return saham, tetapi pemisahan arus kas ke dalam
komponen arus kas operasi, pendanaan dan investasi menunjukkan adanya
hubungan yang signifikan dengan return saham. Hal tersebut sesuai dengan
hipotesis yang diajukan yaitu ada hubungan antara perubahan arus kas dari
aktivitas operasi dengan return saham.
Penelitian yang dilakukan oleh Elleuch (2009) di pasar bursa Tunisia
dan hasilnya hampir semua sinyal fundamental yang diteliti mempunyai
korelasi yang positif dengan return saham termasuk arus kas, pemilihan
duabelas sinyal dasar ini, telah dihandalkan dan banyak ditunjukkan dari
penelitian sebelumnya, dalam kemampuannya memprediksi laba masa depan,
performance dan return.
Demikian juga hasil penelitian yang dilakukan oleh Utari (2006) arus
kas bersih dari aktivitas operasi dan pendapatan serta laba akuntansi
berpengaruh secara signifikan terhadap return saham, dan arus kas operasi
memiliki pengaruh yang paling signifikan. Dalam penelitian Dastgir (2010)
juga terbukti bahwa arus kas dari operasi mempunyai hubungan yang kuat
dengan stock return hal ini sesuai dengan teori bahwa, semakin tinggi arus
kas operasional perusahaan, maka semakin tinggi kepercayaan investor pada
perusahaan tersebut, sehingga semakin besar pula nilai expected return
saham, dan sebaliknya, semakin rendah arus kas operasional perusahaan
maka semakin kecil kepercayaan investor pada perusahaan tersebut, sehingga
semakin kecil pula nilai expected return saham.
2. Hipotesis Kedua: Price Earnings Ratio (PER) berpengaruh positif dan
signifikan terhadap return saham
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Berdasarkan Tabel 4.6 dan Tabel 4.7 hasil analisis data menggunakan
teknik analisis regresi linier berganda, diperoleh hasil bahwa Price Earnings
Ratio (PER) memiliki nilai koefisien regresi sebesar -0,030, dengan nilai tvalue
sebesar -0,752 dan nilai signifikan sebesar 0,455, nilai tersebut lebih besar
dari = 0,05 maka dapat dinyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh yang
signifikan antara Price Earnings Ratio (PER) terhadap return saham. Dengan
demikian Ha dalam penelitian ini ditolak (tidak didukung data). Atau dengan
kata lain tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independen
Price Earnings Ratio (X1) terhadap variabel dependen return saham (Y).
Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Aydogan dan Gursoy (2000) yang hasilnya menunjukkan bahwa Price-
to-Earnings Ratios memiliki kekuatan prediktif terhadap return. Demikian
juga Hardiningsih, Pancawati, Suryanto dan Chariri (2002), Tendi, Stevanus
dan Maya (2005) hasil penelitiannya menyatakan bahwa variabel Price
Earnings Ratio (PER) juga berpengaruh positif terhadap harga atau return
saham.
Akan tetapi hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang
dilakukan oleh Nugroho (2009) dan Wijaya (2008) yang mengambil sampel
perusahaan telekomunikasi yang publik di Indonesia sebanyak enam
perusahaan dengan menggunakan analisis regresi linier berganda
menunjukkan hasil tidak signifikan dan negatif antara Price Earnings Ratio
terhadap return saham. Argumen yang diberikan dari penelitian ini bahwa
untuk menarik minat investor, maka emiten akan berusaha menaikkan nilai
PER dengan cara menahan sebagian labanya yang seharusnya dibagikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
sebagai deviden, sehingga EPS rendah, EPS rendah maka return yang
diterima oleh investor juga rendah, sehingga tingginya PER tidak akan
berpengaruh terhadap return.
3. Hipotesis Ketiga: Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap return saham
Berdasarkan Tabel 4.6 dan Tabel 4.7 hasil analisis data menggunakan
teknik analisis regresi linier berganda, diperoleh hasil bahwa Debt to Equity
Ratio (DER) memiliki nilai koefisien regresi sebesar -0,954, dengan tvalue-
1,657 dan nilai signifikansi sebesar 0,102 yang lebih besar dari 0,05.Dengan
demikian Ha penelitian ini ditolak (tidak didukung dengan data). Atau dengan
kata lain tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independen
Debt to Equity Ratio (X2) terhadap variabel dependen return saham (Y),
sehingga hipotesis yang menyatakan Debt to Equity Ratio berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap return saham tidak terbukti.
Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang
dilakukan oleh George dan Hwang (2007) dan Adami et al. (2010) yang
hasilnya menunjukkan hubungan negatif dan signifikan antara leverage
dengan return saham, semakin tinggi utang (leverage) semakin rendah return
saham. Argumen yang dikemukakan menyatakan bahwa perusahaan yang
mempunyai nilai utang yang tinggi, maka perusahaan akan terbebani bunga
yang tinggi pula tentu saja hal ini akan mengurangi hak pemegang saham
berupa deviden dan akhirnya akan mengurangi return yang akan diterima.
Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh
Sari dan Hutagaol (2009), yang menyatakan bahwa Debt to Equity Ratio tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
berpengaruh signifikan terhadap return saham. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa dengan adanya utang, perusahaan berusaha
menyeimbangkan antara manfaat dengan biaya yang ditimbulkan adanya
hutang. Dan juga adanya perbedaan dari beberapa investor dalam memandang
DER, sebagian investor memandang DER sebagai bentuk tanggung jawab
perusahaan terhadap pihak ketiga yaitu kreditor, semakin besar nilai DER
semakin besar tanggungan perusahaan dan di lain pihak investor memandang
bahwa perusahaan yang tumbuh pasti akan memerlukan utang untuk
operasional yang tidak mungkin dapat dipenuhi hanya dari modal sendiri
yang dimiliki perusahaan. Perbedaan pandangan tersebut yang menyebabkan
kurang signifikannya pengaruh DER terhadap return saham.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Arus Kas Operasi
(CFO), Price Earnings Ratio (PER) dan Debt to Equity Ratio (DER) terhadap
return saham. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah
dikemukakan pada bab IV, maka diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Arus Kas Operasi (CFO) membuktikan
adanya pengaruh yang signifikan dan positif terhadap return saham,
2. Price Earning Ratio (PER) tidak
berpengaruh signifikan dan negatif terhadap return saham.
3. Debt to Equity Ratio (DER) tidak
berpengaruh signifikan dan negatif terhadap return saham.
4. Hasil uji F menunjukkan ada pengaruh yang
signifikan antara Arus Kas Operasi (CFO), Price Earnings Ratio (PER) dan
Debt to Equity Ratio (DER) secara bersama-sama terhadap return saham.
5.2 Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan yang terdapat dalam penelitian ini menyangkut beberapa hal
yaitu:
1. Variabel atau faktor fundamental
yang digunakan untuk mengukur perubahan return saham dalam penelitian ini
hanya terbatas pada variabel Arus Kas Operasi (CFO), Price Earnings Ratio
(PER) dan Debt to equity Ratio (DER). Karena sedikitnya variabel yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
digunakan dalam penelitian ini, maka variabel-variabel tersebut hanya mampu
menjelaskan variasi perubahan return saham sebesar 11,5%, sedangkan
sisanya sebesar 88,5% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak ikut diteliti.
2. Periode pengamatan yang dilakukan
terlalu pendek hanya lima tahun, mengakibatkan keterbatasan data yang
berhasil dikumpulkan, sehingga menjadikan daya komparabilitasnya sangat
rendah.
3. Jumlah perusahaan yang diobservasi
relatif sedikit yaitu sebanyak 16 perusahaan, bila dibandingkan dengan jumlah
seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI sebanyak 366
perusahaan, sehingga hasil penelitian ini tidak dapat digeneralisir pada
perusahaan manufaktur yang ada di Indonesia.
5.3 Saran-Saran
1. Pengaruh variabel independen terhadap variabel independen masih sangat
lemah, sehingga bagi investor yang akan memanfaatkan informasi dari
penelitian ini perlu mempertimbangkan faktor fundamental lainnya, agar
tidak terjadi kesalahan dalam pengambilan keputusan.
2. Memperpanjang waktu pengamatan, sehingga akan diperoleh hasil penelitian
yang lebih akurat.
5.4 Implikasi
Implikasi yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :
5.4.1 Implikasi Teoritis
a. Hasil penelitian ini konsisten dengan hipotesis teori yang menyatakan Arus
Kas Operasi berpengaruh positif terhadap return saham, sehingga dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
temuan ini diharapkan akan memperkuat pernyataan bahwa Arus Kas Operasi
(Cash Flows of Operations) merupakan indikator yang menentukan apakah
dari operasi perusahaan dapat menghasilkan kas yang cukup untuk melunasi
pinjaman, menjaga kontinuitas perusahaan dan membayar dividen, sehingga
semakin besar kas bersih yang dihasilkan dari perusahaan, maka return yang
diterima oleh investor juga semakin tinggi.
b. Secara teori Price Earnings Ratio berpengaruh positif terhadap return saham,
namun hasil penelitian ini kontradiktif dengan hipotesis teori yang dibangun,
juga terjadi ketidakkonsistenan hasil penelitian terdahulu, namun diharapkan
tinggi rendahnya nilai Price Earnings Ratio tidak akan mempengaruhi
investor di dalam pengambilan keputusan untuk berinvestasi, selain itu
diharapkan investor tidak akan terpengaruh dengan adanya posisi PER di
dalam mengevaluasi harga saham apakah saham dalam posisi overvalued atau
undervalued.
c. Secara teori Debt to Equity Ratio berpengaruh negatif terhadap return saham,
namun hasil penelitian ini masih kontradiktif dengan hipotesis yang
dibangun, sehingga diharapkan tinggi rendahnya variabel Debt to Equity
Ratio diharapkan tidak akan mempengaruhi motivasi investor untuk membeli
saham, dan diharapkan investor juga tidak terlalu mempertimbangkan risiko
yang terjadi yang diakibatkan oleh tingginya DER.
5.4.2 Implikasi manajerial
a. Bagi Manajemen
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Arus Kas Operasi secara empiris
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
berpengaruh signifikan positif terhadap return saham, variabel Arus Kas
operasi dapat dijadikan pengambilan keputusan bagi manajemen untuk
menentukan return yang akan diberikan kepada Investor. Hasil penelitian ini
menyatakan semakin besar arus kas operasi semakin besar return yang
diberikan kepada investor.
b. Bagi Investor
Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan alat oleh investor untuk pengambilan
keputusan berinvestasi, dengan mempertimbangkan faktor-faktor apa saja
yang berpengaruh terhadap return yang akan diterimanya.