i ANALISIS PENGARUH BIAYA MODAL INVESTASI (CAPITAL EXPENDITURE) TERHADAP PENDAPATAN PERUSAHAAN DI MASA DATANG (FUTURE CORPORATE EARNING) : PERSPEKTIF WINNER DAN LOSER (Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang Listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2004-2009) SKRIPSI Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta Disusun Oleh : DIMAS HERMAWAN NIM. F0206006 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
134
Embed
ANALISIS PENGARUH BIAYA MODAL INVESTASI - …/Analisis-pengaruh-biaya... · Syarat-syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
i
ANALISIS PENGARUH BIAYA MODAL INVESTASI
(CAPITAL EXPENDITURE) TERHADAP PENDAPATAN PERUSAHAAN
DI MASA DATANG (FUTURE CORPORATE EARNING) :
PERSPEKTIF WINNER DAN LOSER
(Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang Listing di Bursa Efek Indonesia
(BEI) periode 2004-2009)
SKRIPSI
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi
Syarat-syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Disusun Oleh :
DIMAS HERMAWAN NIM. F0206006
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skipsi dengan judul :
ANALISIS PENGARUH BIAYA MODAL INVESTASI
(CAPITAL EXPENDITURE) TERHADAP PENDAPATAN PERUSAHAAN
DI MASA DATANG (FUTURE CORPORATE EARNING) :
PERSPEKTIF WINNER DAN LOSER
(Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang Listing di Bursa Efek Indonesia (BEI)
periode 2004-2009)
Surakarta, Februari 2010
Disetujui dan diterima oleh
Bambang Hadinugroho, SE, M.Si NIP 195905081986011001
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Telah disetujui dan diterima dengan baik oleh tim penguji skripsi
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Guna melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen
Tim Penguji,
1. Prof. Dr. Hartono, MS Sebagai Ketua (..........................) NIP 195312211980031004
2. Bambang Hadinugroho, SE, M.Si Sebagai Pembimbing (..........................) NIP 195905081986011001
3. Dra. Hj. Mahastuti Agoeng, M.Si Sebagai Anggota (..........................) NIP 1948062219730220011
iv
HALAMAN MOTTO
................Kegagalan dalam hidup hanya disebabkan oleh dua masalah, pertama,
terus berfikir namun tak pernah sedikitpun bertidak, dan kedua, bertindak namun
tak pernah sedikitpun berfikir, jadi matang dalam berfikir dan cerdas dalam
bertindak adalah kuncinya.......(anonim)
................Jangan sia-siakan kesempatan. Janganlah terus berusaha membuka pintu
yang jelas-jelas tertutup, hingga akhirnya tak sadar ada ratusan pintu lain yang
terbuka..........(penulis)
.................Pemimpin boleh mengatakan apapun kepada bawahannya, namun satu
kata yang harus dihindari seorang pemimpin, janganlah berkata “tidak
tahu”...........(naskah aktor Dayan pada sinema “merah putih”)
................Mimpi adalah kunci..........(inspired by Nidji)
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih Lagi
Maha Penyayang. Kupersembahkan karya kecil nan sederhana ini pada orang
yang kusayangi :
Bapak dan Ibuku tercinta yang telah memberikan kasih sayang, motivasi
serta pengorbanan baik secara moral maupun materiil.
Kakak-kakakku, Mas Indra dan Mas Aryo serta Mbak Anggra dan Mbak
Ira, atas support dan dorongan yang turut memacu penulis untuk terus
berkarya dan berprestasi dalam hal apapun.
Seorang yang tak mungkin terlewatkan, My dear, Lyna Amalia Asterlita
yang selalu memberikan motivasi dan segala hal yang tak tergantikan.
1. Daftar Sampel Perusahaan Penelitian .......................................................... 120
2. Data Penelitian ............................................................................................ 133
3. Ringkasan Hasil Uji Asumsi Klasik............................................................. 148
4. Hasil Olah Data Statistik ............................................................................. 154
xiv
ABSTRACT ANALYSIS OF CAPITAL EXPENDITURE EFFECT ON
CORPORATE FUTURE EARNING : WINNER AND LOSER FIRMS PERSPECTIVES
(Study on the Manufacturing Companies Registered in IDX in the year 2004-2009)
By:
DIMAS HERMAWAN F0206006
The purpose of this research is to analyze the effect of capital
expenditure to future corporate earning of manufacture firms in Indonesia for the period 2004-2009. The research population covered all manufacture’s go-public companies that listed in Indonesian Stock Exchage. Sample was choosen by purposive sampling technique. With this technique, total samples counted 141 firms, winners 62 firms and losers 79 firms that comes from various sub-manufacture categorizes.
This research brings four hypothesises, first, whether to know the effect of capex to future earning without controlling for past earnings, second, to know the effect of capex to future earning that controlling for past earnings, third, to examine the effect of capex to future earning for winner-loser firms and, the last, to examine the effect of capex to future earning for portfolio sorting by capex ratio(P1-P5).
The result show, first, for all samples, capital expenditure is positively associated to future earning and, second, R2 will increase after controlling the model with past earning, it also indicate the evidence of “traditional view theorems”. Third, capital expenditure is positively effect future earning for firms categorize as winner, and there is no association between capital expenditure and future earning for loser firms, this result indicate the evidence of “life cycle hypothesis” that place winner in grow stage and loser in mature or decline stage. Fourth, there is no association between capital expenditure and future earning for P1, P2, P3 and P5 (P1=portfolio with highest capex ratio) the reasons are indiscipliner allocating by the manager, uncapitalized employee and poor in managerial skill. Keywords : capital expenditure, future corporate earning, winner-loser,
portfolio
ABSTRAKSI ANALISIS PENGARUH BIAYA MODAL INVESTASI (CAPITAL
EXPENDITURE) TERHADAP PENDAPATAN PERUSAHAAN DI MASA DATANG (FUTURE CORPORATE EARNING) : PERSPEKTIF WINNER
DAN LOSER
xv
(Studi pada Perusahaan Manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2004-2009)
Oleh :
DIMAS HERMAWAN F0206006
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa pengaruh biaya
modal investasi terhadap pendapatan perusahaan dimasa mendatang, dari perusahaan manufaktur Indonesia periode 2004-2009. Populasi dari penelitian ini adalah semua perusahaan manufaktur ynag telah go-public yang listing di Bursa Efek Indonesia. Sampel penelitian dipilih dengan teknik purposive sampling. Dengan teknik ini, total sampel berjumlah 141 perusahaan, dengan winner 62 dan loser 79 perusahaan.
Penelitian ini terdiri dari empat hipotesis, pertama, untuk mengetahui pengaruh capex terhadap pendapatan perusahaan sebelum dikontrol past earning, kedua, untuk mengetahui efek capek terhadap pendapatan perusahaan setelah dikontrol variabel past earning, ketiga efek capex pada pendapatan perusahaan di masa datang dengan kategori winner-loser dan terakhir, untuk meneliti pengaruh pada portofolio berdasar besarnya capex (P1-P5).
Hasil penelitian ini menunjukkan, pertama, untuk semua sampel, capex berpengaruh positif pada pendapatan perusahaan dimasa datang, R2 akan meningkat setelah dikontrol variabel past earning, hasil ini mengindikasikan berlakunya “traditional view theorems”, ketiga, capex berpengaruh positif terhadap pendapatan pendapatan perusahaan dimasa datang untuk kategori winner, dan tak ada pengaruh signifikan untuk perusahaan loser, hasil ini mengindikasikan berlakunya “life cycle hyphothesis” yang menjelaskan winner adalah perusahaan yang sedang mengalami pertumbuhan pesat, dan loser adalah perusahaan yang berada pada tahap “decline”. Keempat, tidak terdapat pengaruh capex terhadap portofolio yang terbentuk (P1, P2, P3 dan P5) dengan P1 sebagai portofolio dengan rasio capex tertinggi. Hasil ini karena manajer yang indisipliner dalam alokasi capex, kinerja karyawan yang belum dioptimalkan dan keahlian manajerial yang buruk.
Kata Kunci : capital expenditure, future corporate earning, winner-loser,
portofolio
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Analisis laporan keuangan merupakan suatu rangkaian penting dari
analisis bisnis perusahaan. Pada analisis ini, prospek serta risiko perusahaan
untuk kepentingan pengambilan putusan bisnis akan dapat dievaluasi, yang
pada akhirnya keputusan bisnis ini membantu perusahaan dalam
menstrukturkan tugas analisis melalui evaluasi atas lingkungan bisnis
perusahaan, strategi perusahaan serta posisi dan kinerja keuangannya (Wild et.
al, 2005). Terlebih dari itu kegunaan analisis laporan bukan hanya untuk pihak
intern perusahaan semata namun juga untuk pihak ekstern perusahaan, yang
dalam penelitian ini dispesifikasikan untuk kegunaan bagi investor.
Pada penelitian ini akan dibahas mengenai salah satu cara bagi seorang
investor, baik investor individual maupun investor non-individual (lembaga)
kaitannya dalam mengidentifikasi laporan keuangan perusahaan mana saja
yang dapat dimasukkan kedalam pertimbangan portofolio calon investor,
sehingga investor memiliki cara pandang baru akan sebuah pemilihan saham
tertentu. Adapun penelitian ini adalah penelitian replikasi dari Jiang et. al.
(2006) yang fokus utamanya adalah melihat seberapa terkaitkah variabel biaya
modal investasi perusahaan (capital expenditure) pada kemampuan
perusahaan dalam mencetak laba atau pendapatan dimasa mendatang (future
earning). Terkait dengan keberadaan investor, Titman (2003) mengungkapkan
xvii
perlunya seorang investor perlu memperhatikan keberadaan biaya modal
investasi perusahaan sasaran dalam setiap pengambilan putusan, lebih lanjut
dalam papernya dinyatakan, setidaknya bagi seorang investor biaya modal
investasi yang dicantumkan perusahaan dalam laporan keuangan bermanfaat
sebagai : 1) indikator kesempatan investasi, karena dengan makin tinggi nilai
biaya modal investasi maka semakin tinggi pula kesempatan investasi, dan 2)
indikator konfidensialitas manajemen, karena dengan semakin tinggi tingkat
biaya modal investasi perusahaan, dapat diindikasikan bahwa pasar modal saat
ini sedang dalam keadaan tingkat konfidensial yang tinggi di jajaran
manajemennya. Hal senada diungkapkan Wild et. al (2005) yaitu dengan
mengevaluasi capital expenditure saat ini investor dapat memperoleh
informasi tentang 1) efektifitas manajerial, 2) profitabilitas, 3) ramalan laba,
dan 4) perencanaan dan pengendalian. Sehingga dengan penelitian ini akan
menambah pandangan baru tentang kaitan biaya modal investasi dengan
pendapatan perusahaan dimasa datang bagi calon investor, sebab dengan
memprediksi pendapatan dimasa datang akan memudahkan kalkulasi earning
per share yang kemungkinan akan diterima investor dimasa datang.
Biaya modal investasi atau capital expenditure adalah suatu kegiatan
pengeluaran modal investasi yang penting dalam suatu perusahaan Jiang et. al
(2006). Didalam kegiatan penganggaran modal investasi ini, biasanya
perusahaan mengalokasikannya dalam bentuk pengadaan sumber daya seperti
aktiva tetap dan mesin, perluasan area perusahaan serta pabrik, atau mungkin
juga diadakannya penggantian peralatan operasional (equipment replacement).
xviii
Berdasar data yang terkumpul, banyak perusahaan-perusahaan di indonesia
yang melakukan pengalokasian capital expenditure tiap tahunnya. Perusahaan
yang melakukan penambahan capital expenditure tersebut berasal dari
kategori perusahaan yang beraneka ragam dan juga untuk kepentingan yang
beragam pula. Pada Harian Bisnis Indonesia, tertanggal 2 Desember 2009,
terlihat, salah satu perusahaan dari kategori mining, yaitu PT Tambang
Batubara Bukit Asam tbk mengalokasikan capital expenditure sebesar Rp 4
Triliun yang dilakukan untuk perencanaan akuisisi perusahaan BHP Billinton,
ekspansi dan juga pengembangan pelabuhan batu bara di tarahan Lampung
sehingga kapasitas perusahaan mampu menampung 25 juta ton batu bara tiap
tahunnya. Berbeda dengan perusahaan diatas, berdasar harian Bisnis
Indonesia, tertanggal 3 Desember 2009 pada artikel yang bertajuk ”Jasa
Marga alokasikan capex Rp 3,1 triliun”, menyatakan perseroan melakukan
penganggaran capital expenditure untuk kepentingan pendanaan rutin
periodik, biaya operasional dan peningkatan kapasitas jalan serta jalan tol.
Dan pada artikel yang sama PT Kalbe Farma tbk, perusahaan dari kategori
pharmaceutical menganggarkan belanja modal sebesar Rp 450 hingga Rp 500
miliar untuk rencana penambahan kapasitas pabrik, riset dan pengembangan
produk, perawatan mesin serta kontrol kualitas. Masih pada harian yang sama
tertanggal 30 November 2009 PT Bakrieland Development Tbk
menganggarkan belanja modal Rp 3 Triliun untuk keperluan membiayai
sejumlah proyek properti yang dikembangkan perseroan. Mewakili dari
kategori perusahaan manufaktur, pada harian Bisnis Indonesia edisi Jumat, 4
xix
Desember 2009 dalam tajuk ”Capex Astra Internasional Rp 5 Triliun”, dapat
diperoleh fakta bahwa PT Astra International tbk mengalokasikan capital
expenditure senilai Rp 4 hingga Rp 5 Triliun digunakan untuk diserap oleh
anak usahanya yang bergerak disektor batu bara yaitu PT United Tractors tbk.
Masih pada harian yang sama, perusahaan manufaktur lainnya yaitu PT
Unilever Indonesia tbk menganggarkan capex Rp 400 hingga Rp 600 miliar
tahun depan untuk memenuhi kebutuhan rutin perseroan, peningkatan
kapasitas produksi dan perawatan (maintenance) mesin pabrik. Harian Kontan
tertanggal 28 Agustus 2008 juga turut mencatat corporate action dari
perusahaan kategori telekomunikasi yaitu PT Indosat tbk (ISAT)
mendongkrak capital expenditure menjadi 16,6% lebih tinggi dari tahun
sebelumnya, ekspansi tersebut bertujuan untuk kepentingan penguatan sistem
jaringan dan untuk mendongkrak target pelanggan Indosat. Berdasar beberapa
fakta dari beberapa terbitan surat kabar diatas, dapat ditarik beberapa
pernyataan, yaitu perusahaan di Indonesia kerap melakukan alokasi capital
expenditure dengan alokasi yang tidak sedikit, dan untuk berbagai
kepentingan yang dirumuskan perusahaan, hal inilah yang turut mendorong
penulis untuk meneliti lebih lanjut fenomena bisnis terkait corporate actions
di Indonesia. Pada umumnya kegiatan pengadaan berbagai hal itu
dikategorikan sebagai kategori biaya dalam strategi pemutusan oleh
perusahaan.
Dalam membentuk suatu anggaran biaya modal investasi, perusahaan
harus melakukannya hingga investasi itu termasuk dalam kategori layak,
xx
dalam artian bila dikalkulasi hasilnya akan menunjukkan Net present value
atau nilai sekarang bersih yang positif (atau lebih besar dari 0). Jika demikian
maka biaya modal investasi yang akan dianggarkan oleh perusahaan akan
mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan pendapatan
dimasa mendatang (Jiang et. al, 2006). Perlu diketahui sumber pembentukan
capital expenditure ini juga cukup beragam, mulai dari sumber dana internal,
pendanaan eksternal seperti penerbitan obligasi, dana carry over tahun lalu,
plafon pinjaman bank, sisa dana IPO, bridging loan pemegang saham, dan lain
sebagainya.
Penelitian ini disusun atas dasar belum banyaknya penelitian serupa
yang menghasilkan kesimpulan secara konklusif tentang hubungan antara
biaya modal investasi dan kemampuan perusahaan dalam mencetak laba
dimasa mendatang. Penelitian terdahulu hanya melihat keterkaitan biaya
modal investasi dengan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba
pada saat itu juga. Seperti paper Callen et. al (1996) yang mendokumentasikan
bahwa dengan jangka waktu 5 tahun masa investasi, modal berpengaruh
positif pada kemampuan perusahaan dalam mencetak keuntungan pada
periode yang sama. Peneliti lain yaitu Lev dan Thiagaranjan (1993) melihat
hubungan yang positif antara biaya modal investasi dengan pendapatan
perusahaan pada waktu yang sama dengan dikontrol oleh variabel industri.
Berbeda dengan kedua studi diatas, beberapa peneliti juga melihat hubungan
antara biaya modal investasi dengan pendapatan perusahaan dimasa
mendatang, penelitian Echevarria (1997 : 3) dengan menggunakan data dari
xxi
Fortune 500 dalam konteks Negara Amerika mengindikasikan bahwa
perusahaan dengan jutaan dolar yang dikeluarkan untuk aktifitas investasi
untuk memperbarui fasilitas pabrik dan operasi ternyata hanya sekitar 25%
saja yang mampu penghasilkan laba dimasa mendatang. Beranjak dari
fenomena bisnis inilah penerapan konsep Jiang et. al (2006) pada konteks
perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) masih dianggap
relevan, khususnya di perusahaan manufaktur pada periode 2004-2009,
penelitian ini ingin mengungkap seberapa baikkah perusahaan manufaktur
dalam hal menggunakan modal investasinya guna memprediksi kemampuan
menghasilkan pendapatan dimasa mendatang pada kondisi pasar modal di
negara yang sering disebut dengan istilah emerging market.
Paper lain yang turut mendorong penelitian tentang keterkaitan antara
biaya modal investasi saat ini dengan kemampuan menghasilkan pendapatan
dimasa mendatang ini adalah adanya penelitian terdahulu yang tidak selalu
searah dalam mendokumentasikan kedua variabel yang digunakan tersebut.
Kim (2001) yang meneliti perusahaan manufaktur periode 1976-1989 pada
konteks negara Amerika, mendapati bahwa tidak terdapat hubungan yang
linear pada kedua variabel ini, meskipun ketika akhirnya dengan memecah
sampel menjadi 2 yaitu kategori winner dan loser, Kim (2001) mendapati
bahwa capital expenditure berhubungan positif dengan future earning untuk
kategori winner dan sebaliknya berhubungan negatif untuk kategori loser.
Selain itu, secara kuantitas penelitian untuk memprediksi keterkaitan capital
expenditure sebagai variabel prediktor variabel pendapatan perusahaan dimasa
xxii
mendatangpun masih terbatas, dan cenderung melihat hubungannya pada saat
itu juga, seperti penelitian Sunder (1980) yang menyimpulkan bahwa biaya
modal investasi suatu perusahaan berpengaruh pada pendapatan yang
diperoleh perusahaan pada kurun waktu yang sama, dan analoginya dengan
keberadaan jumlah tertentu dari biaya modal investasi perusahaan
mengakibatkan menurunnya pendapatan perusahaan pada suatu tahun berjalan
(Sunder, 1980).
Dengan beberapa kepentingan yang telah diungkapkan diatas,
identifikasi ulang untuk meneliti keterkaitan antara biaya modal investasi
dengan kemampuan perusahaan mendapatkan pendapatan dimasa mendatang
masih perlu dilakukan. Adapun skripsi ini disusun dengan judul “ Analisis
Pengaruh Biaya Modal Investasi (capital Expenditure) Terhadap
Pendapatan Perusahaan dimasa datang (future earning) : Perspektif
Winner dan Loser”, dengan sampel perusahaan manufaktur yang listing di
Bursa Efek Indonesia untuk periode 2004-2009.
B. PERUMUSAN MASALAH
Dari uraian yang telah dikemukakan diatas, dapat dirumuskan
beberapa masalah yang mengemuka, yaitu :
1. Apakah variabel biaya modal investasi (capital expenditure)
berpengaruh terhadap pendapatan perusahaan dimasa mendatang
(corporate future earning) ?
xxiii
2. Apakah variabel biaya modal investasi (capital expenditure)
berpengaruh terhadap pendapatan perusahaan dimasa mendatang
(corporate future earning), setelah dikontrol variabel pendapatan
perusahaan dimasa lampau ?
3. Apakah variabel biaya modal investasi berpengaruh terhadap
pendapatan perusahaan dimasa datang, untuk kategori perusahaan
winner dan untuk kategori loser ?
4. Setelah dikategorikan menjadi 5 portofolio berdasar besarnya rasio
biaya modal investasi, apakah variabel biaya modal investasi (capital
expenditure) berpengaruh terhadap pendapatan perusahaan dimasa
mendatang (corporate future earning) masing-masing portofolio ?
C. BATASAN MASALAH
Batasan masalah pada penelitian ini adalah :
1. Pengidentifikasian bentuk pengaruh antara variabel biaya modal
investasi terhadap future earning dilakukan pada perusahaan
manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk periode
2004 hingga 2009.
2. Horizon atau rentang waktu yang dimaksud dengan future earning
adalah t+1, t+2, t+3, t+4 dan rata-rata t+1 hingga t+4, setelah periode
investasi
xxiv
D. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian terkait identifikasi hubungan antara capital
expenditure dan corporate future earning, adalah :
1. Meneliti ada tidaknya pengaruh biaya modal investasi (capital
expenditure) pada kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
pendapatan dimasa datang (future earning).
2. Meneliti ada tidaknya pengaruh biaya modal investasi (capital
expenditure) pada kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
pendapatan dimasa datang (future earning) setelah dikontrol variabel
pendapatan perusahaan diwaktu lampau.
3. Meneliti ada tidaknya pengaruh capital expenditure pada future
earning untuk kategori portofolio winner dan loser, sehingga pada
intinya memperjelas ada tidaknya pengaruh track record laba-rugi
perusahaan pada kinerja perusahaan dimasa datang.
4. Meneliti ada tidaknya pengaruh capital expenditure pada future
earning untuk data yang sudah dibentuk menjadi lima portofolio
berdasar pengurutan rasio biaya modal investasi dari yang terkecil
hingga yang terbesar. Sehingga pada intinya melihat ada tidaknya
pengaruh ukuran capital expenditure pada future earning.
xxv
E. MANFAAT PENELITIAN
Adapun hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :
1. Penulis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa
pengetahuan praktis dan empiris dalam menerapkan teori-teori yang
didapatkan semasa perkuliahan, dan juga penerapan penggunaan
metode berbasis jurnal internasional dalam penelitian replikasi.
2. Praktisi
Bagi praktisi, khususnya calon investor diharapkan penelitian ini dapat
menambah referensi guna mempertimbangkan pemilihan saham untuk
investasi di pasar modal Indonesia berdasar kegiatan investasi yang
dilakukan perusahaan emiten yang hendak dipilih, dan tentunya
dengan tidak mengabaikan analisis lain seperti analisis teknikal dan
fundamental dalam pembentukan portofolio.
3. Akademisi
Hasil penelitian ini juga diharapkan mampu menambah referensi bagi
Lembaga Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen Universitas Sebelas
Maret Surakarta dan diharapkan untuk tambahan bacaan dan referensi
pihak-pihak yang membutuhkan dan berminat mengembangkannya
dalam taraf lebih lanjut.
xxvi
BAB II
TELAAH PUSTAKA
A. Laporan Keuangan
1. Pengertian dan tujuan laporan keuangan
Laporan keuangan disusun dan sekurang-kurangnya setahun sekali
untuk menentukan kebutuhan sejumlah besar pengguna. Dalam Standar
Akuntansi Keuangan (Ikatan Akuntansi Indonesia, 2007 : 1) dikatakan
bahwa laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan
keuangan yang juga menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen
(stewardship) atau pertanggung jawaban atas tugas yang telah
dipercayakan kepadanya.
Selain itu, pada intinya laporan keuangan adalah suatu laporan
yang berisi informasi keuangan sebuah organisasi. Dengan adanya laporan
keuangan ini, maka dapat diketahui apa yang sebenarnya terjadi pada
aktiva, laba dan lainnya selama beberapa tahun terakhir.
Sedangkan difinisi laporan keuangan menurut Myer sebagaimana
dikutip Munawir (2004) adalah dua daftar yang disusun oleh akuntan pada
akhir periode untuk suatu perusahaan. Kedua daftar itu adalah daftar
neraca atau daftar posisi keuangan dan daftar pendapatan atau daftar laba
rugi. Pada waktu akhrir-akhir ini sudah menjadi kebiasaan bagi perseroan
untuk menambahkan daftar ketiga, yaitu daftar laba yang tidak dibagikan
(laba yang ditahan).
xxvii
Laporan keuangan terdiri dari beberapa laporan seperti neraca,
laporan laba-rugi, laporan laba ditahan dan laporan arus kas serta laporan
lainnya yang sesuai dengan SAK yang berlaku. Laporan-laporan tersebut
menyajikan angka-angka akuntansi dari operasi dan posisi keuangan
perusahaan.
Berikut adalah kriteria suatu laporan keuangan yang lengkap
menurut Standar Akuntansi Keuangan (IAI, 2007 : 1.2) :
a. Neraca yang menyediakan informasi posisi keuangan yang
dipengaruhi oleh sumber daya yang dikendalikan, struktur keuangan,
likuiditas dan solvabilitas, serta kemampuan beradaptasi terhadap
perubahan lingkungan.
b. Laporan laba rugi yang menyediakan informasi kinerja perusahaan,
terutama profitabilitas.
c. Laporan perubahan ekuitas yang menggambarkan peningkatan atau
penurunan aktiva bersih atau kekayaan selama periode bersangkutan
berdasarkan pengukuran tertentu yang dianut dan diungkapkan dalam
laporan keuangan.
d. Laporan arus kas yang melaporkan arus kas selama periode tertentu
yang diklasifikasikan menurut aktiva operasi, investasi, dan pendanaan
serta berguna untuk menilai kemajuan perusahaan dalam menghasilkan
kas dan setara kas.
e. Catatan atas laporan keuangan yang mengungkapkan informasi tentang
dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi yang
xxviii
dipilih dan ditetapkan serta pengungkapan-pengungkapan lain yang
dibutuhkan untuk menghasilkan laporan keuangan yang wajar.
Laporan keuangan menurut Munawir dalam Djati (2003) pada
dasarnya adalah hasil dari proses akuntasi yang digunakan sebagai alat
komunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan
pihak-pihak yang bekepentingan, baik pihak intern maupun pihak ekstern,
untuk memenuhi kebutuhan informasi yang diperlukan.
Sedangkan menurut Kurniawati (2001) laporan keuangan
perusahaan menyajikan salah satu sumber informasi penting disamping
informasi lainnya seperti informasi industri, pangsa pasar perusahaan,
kondisi perekonomian, kualitas manajemen dan lain sebagainya. Laporan
keuangan tersebut menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha pada
saat tertentu dan jangka waktu tertentu. Jenis laporan keuangan tersebut
adalah laporan neraca, laporan laba rugi, arus kas dan laporan perubahan
modal.
2. Karakteristik dan unsur laporan keuangan
Karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat
informasi dalam laporan keuangan dapat berguna bagi pemakainya (Ikatan
Akuntansi Indonesia, 2007 : 5), terdapat empat karakteristik pokok sebagai
berikut :
a. Dapat dipahami, kualitas penting informasi yang ditampung dalam
laporan keuangan adalah kemudahannya untuk segera dipakai oleh
pemakai, diasumsikan pemakai memiliki pengetahuan yang memadai
xxix
tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi serta kemauan untuk
mempelajari informasi dengan ketentuan yang wajar.
b. Relevan, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai
dalam proses pengambilan putusan. Informasi yang relevan dapat
membantu mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau masa
depan.
c. Materialitas, relevansi informasi dipengaruhi oleh hakikat dan
materialitasnya. Informasi dipandang material kalau kelalaian untuk
mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat informasi tertentu
dapat mempengaruhi keputusan ekonomi yang diambil atas dasar
laporan keuangan.
d. Keandalan, Informasi yang disajikan bebas dari pengertian yang
menyesatkan, kesalahan material dan dapat diandalkan oleh
pemakainya sebagai penyajian yang tulus dan jujur (Faithfull
representative) dari yang seharusnya disajikan
e. Penyajian jujur
f. Substansi Mengungguli bentuk
g. Netralitas, yaitu laporan harus diarahkan pada kebutuhan umum
pengguna.
h. Pertimbangan sehat dan kelengkapan.
i. Dapat dibandingkan, informasi yang disajikan dapat diperbandingkan
antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan posisi dan kinerja
keuangan serta dapat diperbandingkan antar perusahaan untuk
xxx
mengevaluasi posisi keuanan, kinerja serta perubahan posisi keuangan
secara relatif.
3. Tujuan dan sifat laporan keuangan
Tujuan pelaporan juga dipengaruhi oleh karakteristik dan
keterbatasan, secara garis besar tujuan dan keterbatasan laporan keuangan
seperti yang dijelaskan dalam “Objectives of financial reporting by
business enterprise” dalam Djati (2003) diantara yaitu :
a. Pelaporan keuangan bukan tujuan akhir, akan tetapi bermaksud
memberikan informasi yang berguna dalam pengambilan keputusan
ekonomi dan bisnis.
b. Tujuan pelaporan keuangan tidak bersifat pasti atau tetap, namun
dipengaruhi oleh lingkungan ekonomi, politik, sosial tempat laporan
keuangan tersebut dibuat.
c. Macam-macam jenis informasi yang dapat disediakan :
a. Informasi keuangan berkaitan dengan bisnis perusahaan, serta
industri atau ekonomi secara keseluruhan.
b. Informasi keuangan seringkali merupakan suatu perkiraan dan
bukan merupakan sesuatu yang pasti dan terukur.
c. Sebagian besar informasi merupakan refleksi pengaruh yang
bersifat keuangan dari transaksi dan kejadian yang telah terjadi
(recorded fact).
xxxi
d. Informasi keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang
digunakan oleh mereka yang membuat keputusan tentang bisnis
perusahaan.
APB statement no. 4 yang berjudul “ Basic Concept and
Accounting Principle Underlying Financial Business Enterprises”
menyebutkan bahwa laporan keuangan bersifat deskriptif. Pernyataan ini
juga banyak dipengaruhi oleh studi berikutnya mengenai tujuan laporan
keuangan. Dalam statement ini tujuan laporan keuangan digolongkan
menjadi sebagai berikut :
a. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari laporan keuangan adalah untuk menyajikan laporan
posisi keuangan, hasil usaha dan perubahan posisi keuangan lainnya
secara wajar sehingga dalam hal ini laporan keuangan. Bersifat
historis, menyeluruh dan merupakan progress report yang merupakan
hasil kombinasi antara fakta yang tercatat, prinsip dan anggapan sera
konversi atau kebiasaan dalam akuntansi dan pendapat pribadi
(personal judgement).
b. Tujuan Umum
a. Memberikan informasi yang terpercaya tentang sumber-sumber
ekonomis dan kewajiban perusahaan.
b. Memberikan informasi yang terpercaya tentang sumber kekayaan
bersih dan kegiatan usaha dalam mencari laba.
xxxii
c. Menaksir informasi keuangan yang dapat digunakan untuk
mendapat menaksir potensi perusahaan dalam menghasilkan laba.
d. Memberikan informasi yang diperlukan lainnya tentang perubahan
harta dan kewajiban.
e. Mengungkapkan informasi relevan lainnya yang dibutuhkan oleh
para pemakai laporan keuangan.
c. Tujuan Kualitatif
1) Relevance, artinya memiliki informasi yang benar-benar dapat
membantu pemakai laporan keuangan dalam proses pengambilan
putusan.
2) Understandability, artinya informasi yang dipilih untuk disajikan
bukan saja penting tetapi harus informasi yang dimengerti para
pemakai laporan keuangan.
3) Verifiability, artinya hasil akuntasi itu harus dapat diperiksa oleh
pihak lain yang akan menghasilkan pendapat yang sama.
4) Neutrality, laporan akuntasi itu harus benar-benar netral dari pihak-
pihak yang berkepentingan. Informasi dimaksudkan untuk pihak-
pihak umum dan bukan hanya untuk pihak tertentu saja.
5) Timeliness, artinya laporan akuntansi hanya bermanfaat untuk
pengambilan putusan apabila disediakan pada saat yang tepat.
6) Comparability, artinya informasi akuntansi harus dapat saling
dibandingkan, dengan artian, akuntansi harus mempunyai prinsip
yang sama baik untuk suatu perusahaan atau perusahaan lainnya.
xxxiii
7) Completeness, artinya informasi akuntansi yang dilaporkan harus
mencakup semua kebutuhan yang layak dari para pemakai
(Harahap, 2008 : 128 dalam Djati).
4. Analisis Laporan keuangan
Analisis laporan keuangan adalah proses pertimbangan yang
bertujuan untuk mengevaluasi proses keuangan masa lalu dan masa datang
dari hasil operasi suatu perusahaan. Tujuan utamanya adalah untuk
menetapkan kemungkinan estimasi yang terbaik dan prediksi mengenai
kondisi dan kinerja di masa yang akan datang
Selain itu analisis laporan keuangan juga merupakan alternatif
untuk menguji kegunaan informasi keuangan untuk melakukan klasifikasi
atau prediksi terhadap arus kas dan laba dimasa yang akan datang, yang
bermanfaat untuk mengetahui tingkat likuiditas, solvabilitas dan
rentabilitas perusahaan dimasa mendatang.
Analisis laporan keuangan mencakup perbandingan kinerja
perusahan dengan perusahaan lain dalam industri yang sama dan juga
evaluasi kecenderungan posisi keuangan perusahaan sepanjang waktu.
Analisis ini membantu manajemen mengidentifikasi kekurangan dan
kemudian mengambil tindakan untuk memperbaiki kinerja perusahaan.
Analisis laporan keuangan sangat bermanfaat untuk melihat
kondisi dan perkembangan perusahaan yang bersangkutan. SFAC No. 2
yang dikeluarkan oleh FASB (1978) yang menjelaskan bahwa laporan
keuangan harus dapat membantu investor dan kreditor untuk
xxxiv
menginterpretasikan keadaan perusahaan. Analisis mengenai keadaan
perusahaan dengan menggunakan laporan keuangan dapat dilakukan
dengan berbagai cara yaitu, 1) analisis horisontal, 2) analisis vertikal, 3)
common size analysis, 4) industry conjunction, 5) statement of cash flow
dan 6) financial ratio.
Analisis keuangan memiliki makna yang berbeda bagi orang yang
berlainan, pemberi kredit dagang akan mencurahkan perhatiannya
terutama pada likuiditas perusahaan yang dinanalisis. Klaim mereka
adalah jangka pendek dan kemampuan perusahaan untuk membayar klaim
ini dapat diukur dari analisis likuiditasnya.
Klaim dari pemilik obligasi adalah jangka panjang, karena itu
mereka melihat pada kemampuan cash flow perusahaan untuk memenuhi
kewajibannya dalam waktu yang sama.
Teknik analisis laporan keuangan menurut Munawir (2004) sebagai
berikut :
a. Analisis perbandingan laporan keuangan adalah metode dan teknik
analisis dengan cara memperbandingkan laporan keuangan untuk dua
periode atau lebih.
b. Trend atas tendensi posisi dan kemajuan perusahaan yang dinyatakan
dalam persentase, adalah suatu metode atau teknik analisis untuk
mengetahui tendensi atau keadaan keuangan menunjukkan tendensi
yang tetap, naik atau menurun.
xxxv
c. Analisis laporan sumber atau penggunaan kas, adalah suatu analisis
untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya jumlah uang kas atau untuk
mengetahui sumber-sumber serta penggunaan uang kas selama periode
tertentu.
d. Analisis rasio adalah suatu metode analisis untuk mengetahui
hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba-rugi
secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut.
e. Analisis perubahan laba kotor, adalah suatu analisis untuk mengetahui
sebab-sebab perubahan laba kotor suatu perusahaan dari periode ke
periode lain atau perubahan laba kotor suatu periode dengan laba yang
dianggarkan untuk periode tersebut.
f. Analisis break even adalah analisis untuk menentukan tingkat
penjualan yang harus dicapai untuk suatu perusahaan agar perusahaan
tersebut tidak menderita kerugian, tetapi juga belum memperoleh
keuntungan.
B. Laporan Arus Kas
1. Pengertian Laporan Arus kas
Laporan arus kas merupakan salah satu dari tiga laporan keuangan
perusahaan selain laporan laba rugi dan laporan neraca. Laporan arus kas
ini merupakan pernyataan setiap perubahan posisi finansial perusahaan
yang biasanya sering disebut pula dengan istilah “a random collection of
pluses and minuses”.
xxxvi
Laporan arus kas terdiri dari dua format utama yang dapat
digunakan oleh perusahaan profesional, kedua format itu adalah format
langsung (direct method) dan format tidak langsung (indirect method).
Laporan arus kas dengan format langsung merupakan tipe pelaporan yang
langsung menjelaskan sejumlah kas yang diterima perusahaan dan juga
sejumlah kas yang dikeluarkan oleh perusahaan, sedangkan pelaporan arus
kas tidak langsung adalah pelaporan yang hasil akhirnya menunjukkan
hasil yang sama dengan pelaporan langsung, namun setelah melalui
tahapan yang meliputi konversi dari laporan laba-rugi dalam basis kas.
Untuk sebagian besar perusahaan biasanya menggunakan pelaporan jenis
langsung (Higgins, 1992).
Menurut Harahap (2005 : 243) tujuan pelaporan arus kas adalah
memberikan informsi yang relevan tentang penerimaan dan pengeluaran
kas atau setara kas dari suatu perusahaan pada suatu periode tertentu.
Laporan ini akan membantu para investor, kreditur dan pihak lainnya
untuk :
a. Menilai kemampuan perusahaan untuk memasukkan kas dimasa
yang akan datang
b. Menilai kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya
membayar dividen dan keperluan dana untuk kegiatan ekstrem.
c. Menilai alasan-alasan perbedaan antara laba bersih dan dikaitkan
dengan penerimaan dan pengeluaran kas.
xxxvii
d. Menilai pengaruh investasi baik kas maupun bukan kas dan transaksi
keuangan lainnya selama satu periode tertentu.
Adapun pos-pos penting yang terdapat pada laporan arus kas, yang
nantinya akan digunakan dalam perhitungan di penelitian ini meliputi :
a. Aktivitas operasi
Adalah aktivitas penghasil utama pendapatan perusahaan dan aktivitas
lain yang bukan merupakan aktivitas investasi dan aktivitas
pendanaan. Setidaknya aktivitas operasi terdiri dari 5 komponen (Wild
et. al, 2005), yaitu penelitian dan pengembangan, pembelian, produksi,
pemasaran, dan administrasi.
Ikatan Akuntasi Indonesia (IAI, 2007 : 2.3) menyatakan jumlah arus
kas yang berasal dari aktivitas operasi merupakan indikator yang
menentukan apakah operasi perusahaan dapat menghasilkan arus kas
yang cukup untuk melunasi penjaman, memelihara kemampuan
operasi perusahaan, membayarkan dividen, dan melakukan investasi
baru tanpa mengandalkan sumber pendanaan dari luar. Informasi
mengenai unsur tertentu arus kas historis bersama dengan informasi
lain, berguna dalam memprediksi arus kas operasi di masa mendatang.
Arus kas dari aktivitas operasi terutama diperoleh dari aktivitas
penghasil utama pendapatan perusahaan. Oleh karena itu, arus kas
tersebut pada umumnya berasal dari transaksi dan peristiwa lain yang
memengaruhi pendapatan laba atau rugi bersih.
Contoh kegiatan yang berhubungan dengan aktivitas operasi adalah :
xxxviii
a. Arus kas masuk yang berasal dari aktivitas operasional
- Penerimaan kas dari penjualan barang dan jasa.
- Penerimaan dari royalti, fees, komisi dan pendapatan lain.
- Penerimaan dan pembayaran kas oleh perusahaan asuransi
sehubungan dengan premi, klaim, anuitas, dan manfaat asuransi
lainnya.
- Penerimaan dan pembayaran kas dari kontrak yang diadakan
untuk tujuan transaksi usaha dan perdagangan.
b. Arus kas keluar yang berasal dari aktivitas operasional
- Pembayaran kas kepada pemasok barang dan jasa.
- Pembayaran kas kepada karyawan.
- Pembayaran kas atau penerimaan kembali (restitusi) pajak
penghasilan kecuali jika dapat diidentifikasi secara khusus
sebagai bagian dari aktivitas pendanaan dan investasi.
b. Aktivitas investasi
Aktivitas investasi adalah perolehan dan pelepasan aktiva jangka
panjang serta investasi lain yang tidak termasuk setara kas (IAI, 2007:
2.2).
Pengungkapan terpisah arus kas yang berasal dari aktivitas investasi
perlu dilakukan sebab arus kas tersebut mencerminkan penerimaan dan
pengeluaran kas sehubungan dengan sumber daya yang bertujuan
untuk menghasilkan pendapatan arus kas masa depan (IAI, 2007 : 2.3).
xxxix
Aktivitas investasi mengungkapkan semua pemerolehan investasi
jangka panjang, meliputi tanah, bangunan, mesin, peralatan, hak legal
(paten, lisensi, hak cipta), modal manusia, sistem informasi, investasi
pada perusahaan anak dan beban-beban ditangguhkan dan berbagai
jenisnya, tanpa memperdulikan apakah investasi tersebut dilakukan
dengan cara tunai, utang atau membeli saham atau menukarkannya
dengan harta non-kas lainnya.
Semua penjualan, peningkatan dan penurunan lain investasi jangka
panjang, bangunan, mesin juga nampak dalam seksi investasi.
Contoh kegiatan yang berhubungan dengan aktivitas Investasi dalah :
a. Arus kas masuk yang berasal dari aktivitas investasi
- Penerimaan kas dari penjualan tanah, bangunan dan peralatan
serta aset tidak berwujud dan aset jangka panjang lainnya.
- Perolehan saham atau intrumen keuangan perusahaan lain.
- Uang muka dan pinjaman yang diberikan kepada pihak lain
serta pelunasannya (kecuali yang dilakukan oleh lembaga
keuangan).
b. Arus kas keluar yang berasal dari aktivitas investasi
- Pembayaran untuk mendapatkan aktiva tetap, aset tidak
berwujud, dan aset jangka panjang lain, termasuk biaya
pengembangan yang dikapitalisasi dan aset tetap yang
dibangun sendiri.
xl
- Pembayaran kas sehubungan dengan future contract, forward
contract, option contract dan swap contract kecuali apabila
kontrak tersebut dilakukan untuk tujuan perdagangan (dealing
or trading), atau apabila pembayaran tersebut diklasifikasikan
sebagai aktivitas pendanaan.
c. Aktivitas pendanaan
Aktifitas pendanaan adalah aktifitas yang mengakibatkan perubahan
dalam jumlah serta komposisi modal pinjaman perusahaan (IAI, 2007 :
2.2) pengungkapan terpisah arus kas yang timbul dari aktivitas
pendanaan perlu dilakukan sebab berguna untuk memprediksi arus kas
masa depan oleh para pemasok modal perusahaan (IAI, 2007 : 2.2).
Pengungkapan secara terpisah arus kas yang timbul dari aktivitas
pendanaan perlu dilakukan sebab berguna untuk memprediksi klaim
terhadap arus kas masa depan oleh para pemasok modal perusahaan.
(Ikatan Akuntansi Indonesia, 2007 : 2.4)
Sedangkan menurut Wild et. al (2005) aktivitas pendanaan adalah
metode yang digunakan perusahaan untuk mendapatkan uang untuk
membayar kebutuhan-kebutuhan seperti pembelian bahan baku,
pembayaran pegawai, pengakuisisian perusahaan lain serta untuk
penelitian dan pengembangan perusahaan.
Sumber utama pendanaan adalah pendanaan eksternal yaitu berupa 1)
Investor ekuitas atau sering disebut dengan pemegang saham, dan 2)
kreditor atau pemberi pinjaman.
xli
Contoh kegiatan yang berhubungan dengan aktivitas pendanaan dalah :
a. Arus kas masuk yang berasal dari aktivitas pendanaan
- Penerimaan kas dari emisi saham atau instrumen modal lainnya.
- Penerimnaan kas dari emisi obligasi, pinjaman, wesel, hipotek,
dan pinjaman lainnya.
b. Arus kas keluar yang berasal dari aktivitas pendanaan
- Pembayaran kas kepada para pemegang saham atau instrumen
modal lainnya.
- Pelunasan pinjaman.
- Pembayaran kas oleh penyewa (Lesee) untuk mengurangi saldo
kewajiban yang berkaitan dengan sewa pembiayaan (finance
lease).
Diantara aktivitas-aktivitas bisnis (operasional, investasi dan
pendanaan) yang menghasilkan transaksi arus kas itu sendiri terdapat
hubungan yang erat.
Hubungan tersebut dapat dilihat pada gambar sebagai berikut :
xlii
Gambar II.1 Operasi dan Siklus Bisnis
Dari gambar diatas dapat dijelaskan hal-hal sebagai berikut :
Aktivitas pendanaan menyediakan kas untuk investasi, investasi ini
berupa aset berjangka panjang untuk kegiatan operasi. Kemudian aktivitas
operasi menghasilkan kas untuk aktivitas investasi dan pendanaan.
Implikasi dari hubungan dinamis ini adalah cara dimana sebuah bisnis
memilih investasi yang mempengaruhi keputusan pendanaan dan
operasinya.
2. Metode Penyusunan Laporan Arus Kas
Menurut PSAK No. 2 per. 17 (IAI, 2007 : 2.12-2.13) ada dua
metode dalam menyusun laporan arus kas, yaitu sebagai berikut :
a. Metode langsung
Laporan arus kas dengan metode langsung memuat penerimaan kas
berdasar kelompok utama. Metode langsung lebih mudah dipahami
dan menyediakan lebih banyak informasi dalam membuat keputusan.
Aktivitas Operasi
Aktivitas Pendanaan
Aktivitas Investasi
kas untuk Investasi
kas untuk pemilik dan kredit
kas dari pemilik dan kreditur untuk membeli
Asset Jangka panjang
Aset jangka panjang Yang digunakan dalam
operasi
xliii
b. Metode tidak langsung
Laporan arus kas dengan metode tidak langsung menyajikan arus kas
dengan jalan menyesuaikan laba dan rugi bersih, dengan pengaruh dari
transaksi bukan kas, penangguhan atau akrual dari penerimaan dan
pembayaran kas untuk operasi dimana laba dari masa depan, dan unsur
penghasilan atau beban yang berkaitan dengan arus kas investasi atau
pendanaan.
xliv
xlv
xlvi
3. Jenis Peramalan Finansial
Beberapa teknik dalam peramalan keadaan finansial dimasa
mendatang telah banyak dikembangkan, prinsip dari teknik-teknik tersebut
dapat diterapkan pada suatu konteks perusahaan besar dan juga unit usaha
yang modern. Dengan menggunakan teknik-teknik ini akan membawa
andil dalam menentukan arah perusahaan terutama untuk peramalan dan
perencanaan untuk keadaan Finansial yang akan datang, berdasar
(Higgins, 1992) adapapun teknik peramalan yang dimaksud antara lain :
a. Laporan Pro Forma (Pro Forma Statement)
Pelaporan finansial merupakan hal yang sentral bagi kegiatan
perencanaan perusahaan, setidaknya karena, pertama, sangat banyak
informasi keuangan yang dibutuhkan untuk perencanaan dan
peramalan dimasa mendatang, kedua karena para manajer keuangan
sangatlah responsif untuk hal-hal kritis yaitu keberadaan dana.
Pelaporan jenis pro forma memiliki lingkup yang cukup luas
dibandingkan tipe pelaporan berdasar aspek-aspek atau kategoris pada
suatu perusahaan. Pada pelaporan pro forma ini strategi utamanya
adalah menggunakan teknik dengan lingkup yang luas lalu membentuk
prosedur spesifikasi dan akhirnya melakukan perencanaan pada
perusahaan yang besar.
Pelaporan Pro Forma ini tidak lebih hanya merupakan prediksi
perkiraan laporan keuangan perusahaan pada akhir periode nantinya,
prediksi ini dapat berupa kulminasi yang intensif, perencanaan
xlvii
operasional yang mendetail dan juga penganggaran perusahaan.
Penggunaan pelaporan pro forma ini pada intinya bertujuan untuk
mengestimasi kebutuhan perusahaan dimasa mendatang untuk
pembiayaan eksternal.
a. Peramalan persentase dari penjualan
Peramalan persentase dari penjualan ini merupakan salah satu jenis
dari peramalan pro forma yang pada intinya menfokuskan pada
laporan rugi laba perusahaan dan juga laporan neraca perusahaan
yang telah disusun. Rasionalitas dari peramalan ini adalah, bahwa
aktiva lancar dan kewajiban lancar akan berhubungan dengan
penjualan. Metode ini menghasilkan cara yang simpel, estimasi
yang logis dari beberapa variabel yang disertakan (Higgins, 1992)
b. Analisis sensitivitas
Analisis sensitivitas juga merupakan suplemen dari pelaporan pro
forma, analisis ini secara formal dapat dinyatakan dengan beberapa
pertanyaan, seperti bagaimana jika pos tertentu meningkat dan pos
lainnya menurun ?, pengaruhnya pada pos lain ? Pada analisis
sensitivitas ini melibatkan suatu perubahan yang sistematis
berdasar asumsi yang disertakan oleh pembuat laporan. Pada
intinya analisis sensitivitas ini adalah melakukan observasi dan
pengamatan tombulnya respon dari dilakukannya peramalan atas
perubahan yang disertakan dalam pos dilaporan performa (Higgins.
1992).
xlviii
b. Peramalan laporan arus kas
Peramalan laporan arus kas merupakan kegiatan antisipasi dari setiap
pos dari kas pada suatu perusahaan dan juga penggunaan kas oleh
suatu perusahaan dalam suatu periode peramalan. Peramalan laporan
arus kas ini adalah tipe peramalan yang mudah dimengerti dan juga
terstruktur, kelemahan dari peramalan pelaporan tipe ini adalah
informasi yang kurang luas bila dibandingkan dengan pelaporan
peramalan tipe pro forma yang telah dijelaskan pada bagian
sebelumnya.
c. Analisis Prospektif
Analisis prospektif merupakan peramalan hasil dimasa depan, seperti,
laba, arus kas atau keduanya. Analisis ini ditarik dari analisis
akuntansi, analisis keuangan, serta analisis lingkungan bisnis dan
strategi. Output analisis prospektif adalah hasil yang diharapkan
(expected payoffs) di masa depan digunakan untuk mengestimasi nilai
perusahaan (Wild et. al, 2005)
4. Siklus Arus Kas
Pada keuangan perusahaan terdapat beberapa prinsip yang terus
menerus berkaitan, kedua unsur itu adalah bagian keuangan perusahaan
dan bagian operasional perusahaan. Kegiatan operasional perusahaan,
metode operasional dan strategi kompetitif perusahaan merupakan unsur
xlix
Production
Investment
Depreciation
Credit Sales
Collection of receivable
Cash Sales
fundamental yang akan membentuk pola pelaporan keuangan yang
digunakan oleh perusahan.
Berdasar Higgins (1992) berikut adalah siklus Arus kas perusahaan
yang telah terintegrasi dengan kegiatan lainnya dalam perusahaan :
Gambar.2
(Sumber : Higgins (1992))
Gambar II.2 Diagram Arus Kas Perusahaan
yang Terintegrasi dengan Siklus Produksi Perusahaan
C. Pengertian biaya modal investasi (capital expenditure)
Berdasar Sunder (1980), biaya modal investasi dapat dinyatakan
sebagai sejumlah uang yang dikeluarkan untuk keperluan konstruksi atau
Cash
Account Receivable
Fixed Asset
Inventory
l
akuisisi baik untuk fasilitas perusahaan ataupun untuk peralatan perusahaan.
Biaya modal investasi ini bukan hanya sekedar faktur sementara saat merger
terjadi, kecuali pada saat tahun terjadinya merger, dengan tujuan
mengasumsikan perbandingan yang optimal dengan indikasi laporan neraca
atau bagian dari laporan laba rugi. Li (2004) menyatakan bahwa capital
expenditure atau capital Investment merupakan suatu sinyal yang digunakan
para analisator dalam memperdiksi kinerja dimasa mendatang, terlebih dari itu
variabel ini memiliki peranan yang sentral dalam penelitian seputar corporate
finance (Li, 2004).
Dalam pelaksanaanya biaya modal investasi ini meliputi beberapa
kegiatan utama seperti pengembangan perusahaan, eksplorasi perusahaan dan
dimungkinkan pula biaya produksi prabayar yang direncanakan perusahaan.
Sartono (2001) menambahkan contoh lain seperti, perlengkapan sistem
distribusi, bangunan, sarana produksi yang baik, serta penelitian dan
pengembangan produk baru.
Dalam konsep penilaian investasi oleh Sartono (2001) berdasar jangka
waktunya capital expenditure biasanya dibagi menjadi investasi jangka
menengah, investasi jangka panjang dan jangka pendek, yang lamanya
masing-masing tipe itu adalah 1-5 tahun, > 5 tahun dan < 1 tahun.
Sartono (2001) menambahkan, secara umum investasi jangka panjang
dapat dikelompokkan menjadi empat macam, yaitu :
1. Investasi penggantian aset karena sudah usang atau karena adanya
teknologi baru.
li
2. Investasi ekspansi berupa penambahan kapasitas produksi karena
adanya kesempatan yang lebih baik.
3. Investasi penambahan produk baru atau diversifikasi produk, dan
4. Investasi lain yang tidak termasuk kedalam hal diatas.
Senada dengan pengelompokkan tipe investasi diatas, Echevarria
(1997 : 5) menyatakan capital expenditure yang dilakukan perusahaan
biasanya dapat berupa penggantian aset yang usang, modernisasi atau
pembaruan aset, dan adopsi teknologi baru. Berdasar hubungan antar investasi
dikenal juga investasi mutually exclusive dan investasi independen, yang
membedakan antar keduanya adalah berpengaruhnya satu sama lain bila salah
satu dipilih untuk dilakukan.
Perlu diingat bahwa keputusan investasi ini mencakup tidak hanya
investasi pada aset riil seperti tanah, bangunan, alat kantor, kendaraan dan aset
lainya, namun juga aset finansiil seperti investasi pada saham dan obligasi.
D. Pengertian Corporate Future Earning
Berdasar Sunder (1980) earning dapat dinyatakan sebagai pendapatan
setelah keseluruhan pemasukkan operasi atau non-operasi, beban-beban dan
juga bunga minoritas, namun diperhitungkan sebelum dividen dari saham
biasa dan juga dividen dari saham preferens. Perhitungannya dinyatakan
setelah item-item yang tidak aplikabel dengan pajak.
Tujuan utama pelaporan laba adalah untuk memberi informasi yang
berguna bagi mereka yang paling berkepentingan dengan laporan keuangan.
lii
Tetapi tujuan yang lebih khusus harus dirinci untuk lebih memahami
pelaporan laba. Salah satu tujuan dasar yang dianggap penting bagi acuan
pemakai laporan keuangan meliputi penggunaan laba sebagai pengukuran
efisiensi manajemen, penggunaan laba historis untuk membantu meramalkan
keadaan usaha dan distribusi dividen dimasa yang akan datang dan
penggunaan laba sebagai pengukuran keberhasilan serta sebagai pedoman
pengambilan putusan manajerial dimasa yang akan datang.
Menurut Kieso (2001), laporan laba rugi membantu pemakai laporan
keuangan untuk memprediksi arus kas masa depan. Kegunaan informasi
dalam laporan laba rugi bagi investor dan kreditor dijelaskan sebagai berikut :
1. Mengevaluasi kinerja masa lalu
2. Memberikan dasar untuk memprediksikan kinerja masa depan.
Meskipun kesuksesan masa lalu tidak menjamin kesuksesan masa
depan, namun prediksi pendapatan laba dari arus kas masa depan dapat
dilakukan dengan keyakinan memadai jika terapat korelasi cukup kuat
antara kinerja masa lalu dengan masa depan.
3. Membantu menilai risiko dan ketidakpastian penerapan arus kas masa
depan.
4. Untuk Menunjukkan hubungan laba bersih terhadap arus kas bisnis.
5. Arus kas sendiri pengertiannya adalah kas bersih aktual “keluar-
masuk” dari dan ke dalam perusahaan. Arus kas dapat digunakan
dalam berbagai cara, misalnya untuk membayar dividen,
meningkatkan persediaan, membiayai piutang, menginvestasikan
liii
dalam aktiva tetap, mengurangi utang atau membeli kembali saham
biasa.
E. Kategorisasi Winner dan Loser
Kategorisasi winner dan loser merupakan suatu bentuk pemikiran yang
berdasar pada kemungkinan adanya perbedaan kinerja dimasa datang terkait
dengan track record perusahaan yang telah dijalani. Tipe kategorisasi ini
merupakan replikasi dari (Kim, 2001) yang memisahkan data berdasar tipe
karakteristik tertentu, dalam penelitiannya kategori winner dapat dijelaskan
sebagai tipe perusahaan dengan keadaan berhasil (succesfull) sedangkan
kategori loser adalah tipe perusahaan dengan kategori kurang berhasil
(unsuccesfull), adapun kriteria kategorisasinya adalah sebagai berikut (Kim,
2001) :
1. Kriteria winner, yaitu perusahaan dengan sistem pemilihan proyek
yang berhasil, dapat dicirikan dengan :
Tidak mengalami kerugian untuk periode lampau yang dijadikan
sampel keadaan dimasa lalu.
Perusahaan yang memiliki rasio market value to book ratio yang
lebih tinggi dibanding median periode awal.
Perusahaan yang tidak mengalami kerugian pada periode
mendatang, yang dijadikan sampel keadaan yang akan datang.
2. Kriteria loser, yaitu perusahaan dengan sistem pemilihan proyek yang
tidak berhasil, dapat dicirikan dengan :
liv
a) Setidaknya pernah mengalami satu kali kerugian untuk periode
lampau yang dijadikan sampel keadaan dimasa lalu.
b) Perusahaan yang memiliki rasio market value to book ratio yang
lebih rendah dibanding median periode awal.
c) Perusahaan yang setidaknya mengalami satu kali kerugian pada
periode mendatang, yang dijadikan sampel keadaan yang akan
datang.
F. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu antara biaya modal investasi dan pendapatan
perusahaan dimasa mendatang, keseluruhan dilakukan pada area di luar
Indonesia, bahkan untuk asia tenggara masih sedikit yang mengarah pada
studi ini. Penelitian (Li, 2004) menyatakan hubungan kedua variabel, yaitu
biaya modal investasi dan future earning memiliki hibungan yang negatif,
hasil ini dengan menyertakan variabel overinvestment sebagai variabel
kontrol, dan dengan catatan hubungan tersebut dibuktikan dalam jangka waktu
yang lama (Jangka panjang). Penelitian lain (Jiang, 2006) menemukan hasil
yang berbeda antara hubungan variabel biaya modal investasi dan future
earning, dengan studi yang dilakukan pada 357 perusahaan manufaktur yang
listing di Bursa Efek Taiwan periode 1992-2002, didapatkan hubungan yang
positif antara kedua variabel yang diujikan, dengan kata lain terdapat
hubungan yang searah dalam periode 11 tahun tersebut.
lv
Berbeda dengan kedua literatur diatas, studi dari Inci et. al (2003)
melihatnya dalam konteks yang lebih luas yaitu dengan lingkup negara, pada
penelitiannya ia membandingkan negara G-7 vs non G-7, negara maju vs
negara berkembang, dan didapati terdapat hubungan yang searah antara
capital expenditure dengan future earning pada sampel yang diujikan.
Penelitian Mufidati (2007) menyimpulkan bahwa dengan analisis arus
kas saat ini maka akan mempengaruhi arus kas dimasa mendatang secara
signifikan, namun demikian penelitian yang bersampelkan pada perusahaan
go-public yang listing di Bursa Efek Indonesia ini, hanya menggunakan
rentang waktu yang amat singkat yaitu mulai tahun 2001-2002, sedang
berdasar Jiang et. al (2006) eksekusi optimal dari capital expenditure
memerlukan periode waktu yang panjang.
Serupa dengan penelitian Mufidati (2007), penelitian Danira (2008)
dan Setyawan (2008) juga hanya menggunakan perspektif waktu yang singkat,
yaitu masing-masing tahun 2005-2006 dan tahun 2004-2005 untuk perusahaan
manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI), dengan hasil
penelitiannya mengunkapkan arus kas saat ini secara bersamaan berpengaruh
pada arus kas dimasa mendatang, namun secara parsial hanya arus kas dari
kegiatan operasional saja yang berpengaruh pada arus kas dimasa mendatang,
sedangkan untuk kegiatan investasi dan pendanaan tidak ditemukan pengaruh
yang signifikan.
lvi
G. Kerangka Pemikiran
Untuk mempermudah arah dari penyusunan penelitian ini serta
mempermudah dalam penganalisaan masalah yang dihadapi, maka diperlukan
suatu kerangka pemikiran yang akan memberikan gambaran tahap-tahap
penelitian untuk mencapai suatu kesimpulan. Ferdinand (2006)
mengemukakan bahwa kerangka berpikir merupakan model konseptual
tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah
diidentifikasi sebagai masalah yang penting.
Kerangka pemikiran pada penelitian ini akan berfokus pada ketiga
variabel penting yang digunakan, yaitu pertama, variabel Biaya modal
Investasi, kedua, variabel Pendapatan perusahaan dimasa mendatang, dan
ketiga, pendapatan perusahaan dimasa lampau. Selanjutnya, ketiga variabel
tersebut diujikan untuk melihat pengaruh biaya modal investasi pada
pendapatan perusahaan dimasa depan, dengan variabel pendapatan masa
lampau sebagai variabel kontrol persamaan utama.
Dengan menggunakan periode waktu selama 6 tahun, yaitu tahun
pertama (2005) sebagai periode investasi dan 4 tahun selanjutnya (2006-2009)
sebagai periode pelaksanaan (executing). Selanjutnya dilakukan empat
pengujian pengaruh biaya modal investasi, yaitu : 1) tanpa variabel kontrol, 2)
dengan variabel kontrol, 3a) Untuk kategori winner, b) Untuk kategori loser
dan 4) setelah melakukan sorting data dan pembentukan portofolio. Berikut
adalah kerangka berfikir pada penelitian ini :
lvii
Gambar II.3 Kerangka Pemikiran
Kerangka penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang
dilakukan oleh Jiang et al. (2006). Adapun variabel-variabel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah:
Variabel independen : Biaya modal Investasi
Variabel dependen : Pendapatan perusahaan dimasa mendatang
Variabel kontrol : Pendapatan perusahaan dimasa lampau
Masih terkait dengan model diatas, Selanjutnya untuk melihat
pengaruh biaya modal investasi pada pendapatan perusahaan dimasa
mendatang secara per tahun, maka pada dijelaskan bahwa periode investasi
adalah tahun 2005, sedangkan periode pelaksanaan atau executing dipisahkan
Pendapatan Perusahaan
Dimasa Mendatang (Future earning)
Periode 2006-2009
FUTURE
Pendapatan Perusahaan diwaktu lampau (Past Earning) Periode 2004
Untuk persamaan ini selanjutnya juga akan dikembangkan dengan
mengubah variabel dependen (FUTURE), berdasar horison waktu t+1,
t+2, t+3 dan t+4 setelah periode investasi, pada 5 portofolio yng
terbentuk (P1 hingga P5)
Keterangan :
α = Konstanta
β1 dan β2 = Koefisien regresi
FUTURE = Pendapatan perusahaaan dimasa datang
CAPEX = Biaya modal investasi
PAST = Pendapatan perusahaan dimasa lampau
e = Faktor kesalahan atau faktor pengganggu
2. Uji Normalitas
Salah satu asumsi penggunaan statistik parametrik adalah adanya
asumsi normalitas data (Ghozali, 2006 : 27), dalam artian uji normalitas
ini bertujuan untuk menguji kenormalan data dalam suatu model regresi,
variabel pengganggu atau residual dari regresi tersebut terdistribusi normal
atau tidak. Jika asumsi ini dipenuhi, maka nilai residual dari analisis akan
berdistribusi normal.
Dengan demikian salah satu pengamatan untuk mendeteksi
normalitas data adalah dengan mengamati nilai residual dari regresi yang
dilakukan (Ghozali, 2006 : 28), cara lainnya adalah dengan melihat
lxxi
distribusi masing-masing variabel yang diujikan. Walaupun normalitas
suatu variabel tidak selalu diperlukan dalam analisis, akan tetapi hasil uji
statistik akan lebih baik ketika semua variabel dalam keadaan berdistribusi
normal (Ghozali, 2006 : 28).
Beberapa metode pengujian normalitas data yang berkembang
cukup beragam, antara lain dapat dengan menghitung nilai skewness dan
kurtosis, menggunakan uji kolmogrov-smirnov, uji normalitas dengan
menggunakan grafik ataupun uji normalitas dengan menggunakan uji
Jaque-Bera (J-B test). Pada penelitian ini pendekatan yang digunakan
penulis, sesuai dengan alat bantu SPSS for Windows versi 17.0, maka
digunakan uji kolmogorov-smirnov untuk mengetahui residual regresi
terdistribusi normal atau tidak.
Langkah-langkah yang dilakukan adalah dengan melakukan regresi
antar variabel kemudian mendapati residual dari regresi tersebut dan baru
diuji dengan Uji kolmogorov smirnov, sedangkan kriteria pengujiannya
adalah bila nilai signifikansi residual lebih besar dari alfa (0,05) maka data
berdistribusi normal, namun ketika nilai signifikansi residual lebih kecil
dari alfa (0,05) maka dapat dinyatakan data tidak berdistribusi normal.
Hal yang perlu ditekankan disini yaitu, seringkali uji normalitas
disalah artikan dengan penafsiran bahwa semua variabel harus memiliki
distribusi normal. Sebenarnya hal tersebut tidak keliru, namun lebih
tepatnya Uji asumi klasik normalitas yang dimaksud adalah nilai residual
dari regresi haruslah berdistribusi normal (Ghozali, 2006 : 134) hal ini
lxxii
sesuai pula dengan asumsi regresi linier berganda dari Gujarati (1999 :
201) yang menyatakan untuk pengujian hipotesis, faktor eror haruslah
mengikuti distribusi normal dengan rata-ratanya adalah 0 (ui ~ N(0,σ2)).
Apabila pada akhirnya hasil uji tidak menunjukkan hasil normal maka
tindakan yang dilakukan dapat berupa, 1) melakukan persamaan regresi
semilog (sisi kiri diubah dalam bentuk logaritma atau sebaliknya), dan 2)
bila masih tidak normal dapat dengan regresi double log (kedua sisi diubah
dalam bentuk logaritma), beberapa langkah tersebut perlu dilakukan agar
regresi terbebas dari ketidak normalan data.
Bila pada akhirnya masih juga belum menunjukkan hasil normal
pada residual regresi tersebut, langkah lain yang dapat dilakukan adalah
dengan melakukan transformasi dalam bentu pilihan sebagai berikut :
Tabel III.1 Pilihan Transformasi Data
Bentuk Grafik Histogram Bentuk Transformasi Moderate Positive Skewness SQRT (x) atau akar kuadrat Substansial Positive Skewness LG10(x) atau logaritma atau LN Severe Positive Skewness dengan bentuk L 1/x Atau inverse Moderate Negative Skewness SQRT(k-x) Substansial Negative Skewness LG10(k-x) Severe Negative Skewness dengan bentuk J 1/(k-x)
K = Konstanta yang berasal dari tiap skor dikurangkan sehingga skor
terkecil adalah 1 Sumber : Ghozali (2006 : 32)
Beberapa tambahan lain untuk uji normalitas adalah kemungkinan
untuk menghilangkan data outlier, yaitu kasus data yang memiliki
karakteristik unik yang biasanya muncul dalam nilai ekstrim akibat
lxxiii
beberapa kejadian seperti 1) salah entry data, 2) program komputer gagal
menspesifikasi missing value, 3) outlier bukan populasi yang kita ambil, 4)
outlier sudah benar terambil namun memang menyatakan angka yang
ekstrim, penghitungannya dapat menggunakan 2,5 satandar deviasi dari Z-
skor untuk sampel kecil (<80) atau 3-4 standar deviasi untuk sampel besar
(>80). Namun demikian secara filosofi keberadaan outlier haruslah tetap
dipertahankan bila memang hasilnya representatif dari populasi yang
diteliti (Ghozali, 2006 : 38)
3. Uji Asumsi klasik
Uji asumsi klasik yang digunakan meliputi uji multikolinearitas,
autokorelasi dan heteroskedastisitas.
a. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji ada tidaknya
korelasi antar variabel bebas (independen) pada suatu model regresi
tertentu. Model regresi berganda yang baik seharusnya tidak ditemui
korelasi antara variabel independen yang diujikan, dengan demikian
regresi sederhana tidak perlu dilakukan pengujian asumsi klasik ini,
hal ini sesuai dengan Gujarati (1999 : 201), yang menyatakan asumsi
regresi linier berganda adalah tidak terjadinya kolinieritas antara
variabel independen.
Pengaruh yang ditimbulkan akibat multikolinieritas menurut
Winarno (2009 : 5.6) yaitu 1) estimator masih tetap bersifat BLUE,
lxxiv
namun memiliki varian dan kovarian yang besar sehingga sulit dipakai
untuk alat estimasi, 2) Interval estimasi cenderung lebar dan nilai
statistik uji t akan kecil, sehingga akibatnya variabel independen tidak
signifikan secara statistik.
Beberapa metode atau cara untuk mengidentifikasi ada
tidaknya permasalahan multikolinieritas pada suatu model adalah
dengan menggunakan cara sebagai berikut (Ghozali, 2006 : 91) :
1. Melihat nilai R2, ketika nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu
estimasi regresi sangat tinggi, namun secara individual variabel
independen banyak yang tidak signifikan maka dapat
diindentifikasi terjadinya multikolinieritas.
2. Dengan melakukan analisis korelasi matriks dari variabel-
variabel independen yang akan diujikan. Ketika hasil korelasi
antar variabel meunjukkan hasil yang cukup tinggi (diatas 0,90)
maka hal ini merupakan indikasi terjadinya masalah
multikolinieritas.
3. Cara ketiga adalah dengan melihat nilai tolerance dari regresi
yang dijalankan atau juga dapat melihat nilai VIF (Variance
Inflation Factor) yang merupakan kebalikan dari perhitungan
nilai tolerance. Nilai Tolerance disini mengukur variabilitas
variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh
variabel lainnya, suatu model yang terbebas dari
multikolinieritas adalah dengan nilai tolerance lebih besar dari
lxxv
0,10 atau dengan VIF kurang dari 10 (Ghozali, 2006 : 92).
Sebagai tambahan, beberapa peneliti lain juga ada yang
menggunakan VIF dengan batas 5 dalam pengujiannya
(Santoso dalam Priyatno, 2009 : 39).
Pada penelitian ini penulis menggunakan pendekatan dengan
mengidentifikasi pada nilai VIF-nya saja guna menilai ada tidaknya
multikolinieritas dengan kriterianya seperti telah dijelaskan pada poin
ketiga diatas. Adapun cara penanganan multikolinieritas menurut
Winarno (2009 : 5.7) dapat dilakukan dengan 1) tetap membiarkan
model mengandung Multikolinieritas karena estimator masih tetap
3) Uji Statistic Q : Box-Pierce dan Ljung Box dan 4) dengan Run test,
5) Uji Breusch-Godfrey. Dari beberapa cara pendeteksian tersebut,
penulis menggunakan cara pertama yaitu dengan melakukan Uji
Durbin-Watson dengan bantuan SPSS for Windows versi 17.0, dengan
kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut :
Tabel III.2 Kriterian Pengujian Autokorelasi
Hipotesis Nol Keputusan Jika Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 < d < dl Tidak ada autokorelasi positif No Decision dl ≤ d ≤ du Tidak ada autokorelasi negatif Tolak 4-dl < d < 4 Tidak ada autokorelasi negatif No decision 4-du ≤ d ≤ 4-dl Tidak ada autokorelasi positif dan negatif
Tidak ditolak Du < d < 4-du
Sumber : Ghozali (2006 : 96)
lxxvii
Dengan cara D-W test ini maka penulis membandingkan hasil
output dari SPSS dengan DW tabel untuk menentukan ada tidaknya
autokorelasi yang terjadi pada suatu model regresi yang diujikan. Bila
dinyatakan dalam bentuk grafik, berikut adalah kriteria pengujian
dengan D-W test :
Sumber : Gujarati (1999 : 389)
Gambar III.1 Kriteria Pengujian Autokorelasi dengan D-W test
Beberapa kelemahan pada penggunaan metode D-W test ini
adalah bila hasil yang diperoleh terletak pada grey area atau daerah
tanpa keputusan, namun berdasar (Gujarati, 1999 : 391) cara untuk
mengatasi hal seperti ini peneliti dituntut untuk lebih bijaksana dan
mencari titik terang dari keadaan indecision tersebut, dengan kata lain
perlu dilakukan remidial measure seperti layaknya kasus terjadinya
autokorelasi pada suatu persamaan regresi.
Berdasar Gujarati (1999 : 32) untuk mengatasi masalah
autokorelasi pada suatu model, maka perlu dilakukan transformasi
model yang yang sering disebut dengan generalized least square
Tolak H0, terdapat autokorelasi positif
Tak dapat diputuskan
Tak dapat diputuskan
Tolak H0, terdapat autokorelasi negatif
Tidak menolak H0, tidak terdapat autokorelasi
0 DL D 2 4-DU 4-DL 4 D
lxxviii
(GLS) atau generalized difference equation. Transformasi itu ditujukan
agar pads akhirnya estimasi akan bersifat BLUE. Berikut adalah
ilustrasi transformasinya :
Misalkan model awal dari regresi :
Yt = B1 + B2Xt + ut
Maka model tranformasi berdasar Gujarati (1999 : 392) menjadi :
(Yt – ρYt-1) = B1(1 – ρ) + B2(Xt – ρXt-1) + υt
Dengan cara transformasinya yaitu pertama-tama membentuk
variabel lag pertama dari variabel semula, kemudian mengisi nilai
variabel yang kosong akibat lag dengan menggunakan rumus Prais-
Winstern Transformation (Gujarati, 1999 : 393) yaitu misal *1Y =
121 Y , selanjutnya mengitung nilai dari ρ, dengan berbagai
pilihan cara, seperti yang diungkapkan Gujarati (1999 : 393) yang
meliputi : 1) First difference Method, 2) dengan hasil dari D-W test, 3)
The Cochrane-Orcutt iteractive procedure, 4) The Cochrane-Orcutt
two step method, 5) D-W two step metod, 6) The Hildreth-Lu search
Procedure, 7) Maximum Likelihood method.
Pada penelitian ini cara yang digunakan adalah dengan estimasi
melalui hasil D-W test yang telah dilakukan, menurut gujarati (1999 :
394) metode ini cukup mudah namun memberikan estimasi yang baik.
Berikut adalah rumusnya :
21ˆ d
lxxix
c. Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji ada tidaknya
ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan
yang lainnya. Jika variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas namun bila
berbeda maka terjadi masalah heteroskedastisitas.
Pengujian heteroskedastisitas ini menjadi penting karena
menurut Gujarati (1999 : 201), salah satu asumsi regresi linier
berganda yang baik adalah model haruslah Homoskedastik atau
dengan kata lain varians dari u bersifat konstan (var (ui) = σ2). dan
karenanya pengaruh terjadinya heteroskedastisitas pada suatu model
akan menyebabkan 1) Estimator kuadrat terkecil tidak lagi mempunyai
varian minimum (tidak lagi best), 2) perhitungan standar eror tidak lagi
dapat dipercaya kebenarannya, 3) Uji hipotesis yang didasarkan pada
uji t dan F tidak lagi dapat dipercaya (Winarno, 2009 : 5.24). berikut
adalah ilustrasi heteroskedastisitas.
Sumber : Gujarati (2004 : 388)
Gambar III.2 Ilustrasi Heteroskedastisitas
lxxx
Terdapat bermacam-macam cara untuk mengidentifikasi
masalah heteroskedastisitas pada suatu model, Winarno (2009 : 5.8)
mengungkapkan setidaknya ada 7 cara mengidentifikasi maslah ini,
yang meliputi : 1) Metode grafik dengan scatter plot, 2) Uji Park, 3)
perusahaan, dengan penjelasannya, portofolio 1, 2, 3, dan 4 masing-masing
sebanyak 28 perusahaan dan portofolio 5 sebanyak 29 perusahaan.
Berikut adalah ringkasan data dalam bentuk tabel, yang meliputi tabel
IV.2 untuk sampel berdasar kategorisasi Kim (2001) dan Jiang et. al. (2006),
selanjutnya tabel IV.3 untuk perusahaan berdasar sub kategori industri
manufaktur winner-loser dan tabel IV.4 untuk perusahaan berdasar sub-
kategori dan juga portofolio 1-5. :
lxxxvii
Tabel IV.2 Sampel dan Kategorisasi
Tipe Kategori Perusahaan Jumlah Perusahaan Kategori Winner dan Loser (Kim, 2001) 1. Perusahaan Winner 62 Perusahaan 2. Perusahaan Loser 79 Perusahaan Total Perusahaan 141 Perusahaan Manufaktur Kategori berdasar besarnya rasio capital expenditure (Jiang et. al., 2006) dari yang terbesar sampai terkecil.
1. Portofolio 1 (P1) 28 Perusahaan 2. Portofolio 2 (P2) 28 Perusahaan 3. Portofolio 3 (P3) 28 Perusahaan 4. Portofolio 4 (P4) 28 Perusahaan 5. Portofolio 5 (P5) 29 Perusahaan Total Perusahaan 141 Perusahaan Manufaktur Sumber : lampiran data yang dikumpulkan
Tabel IV.3 Daftar Sub Kategori Perusahaan Manufaktur Kategori Winner dan Loser
yang Listing di BEI periode 2004-2009 Triwulan Kedua
No Sub Kategori Industri a
Jumlah perusahaan
Jumlah Winnersb
Jumlah Losersb
a Food and beverages 18 10 8 b Tobbaco manufacturer 4 3 1 c Textile Mill Products 9 1 8 d Apparel and other textile products 13 4 9 e Lumber and wood products 4 0 4 f Paper and allied products 5 1 4 g Chemical and allied products 8 6 2 h Adhesive 4 2 2 i Plastic and glass products 12 3 9 j Cements 3 2 1 k Metal and allied products 11 6 5 l Fabricated metal products 2 0 2
m Stone, clay, glass and cocrete products 4 2 2 n Cables 6 1 5 o Electronic and office equipment 3 2 1 p Automotive and Allied product 19 9 10 q Photographic Equipment 3 0 3 r Pharmaceutical 9 7 2 s Consumer Goods 4 3 1 total 141 62 79
lxxxviii
a Sebanyak 19 Sub kategori industri manufaktur diatas diperoleh berdasar indeks ICMD per tahun 2008. b Kategori perusahaan winner dan loser mengikuti kriteria yang digunakan Kim (2001 : 49) sebagai mana telah diungkapkan pada bab-bab di skripsi ini.
Sumber : lampiran data yang dikumpulkan
Tabel IV.4 Daftar Sub Kategori Perusahaan Manufaktur Berdasar Portofolio 1-5
yang Listing di BEI periode 2004-2009 Triwulan Kedua
No Sub Kategori Industri a
Jumlah perusahaan P1b P2 b P3 b P4 b P5 b
a Food and beverages 18 6 6 2 2 2 b Tobbaco manufacturer 4 1 1 1 1 0 c Textile Mill Products 9 2 2 0 2 3 d Apparel and other textile products 13 0 4 5 2 2 e Lumber and wood products 4 0 0 2 1 1 f Paper and allied products 5 1 1 1 1 1 g Chemical and allied products 8 4 1 0 1 2 h Adhesive 4 0 0 0 3 1 i Plastic and glass products 12 2 4 2 1 3 j Cements 3 0 0 2 0 1 k Metal and allied products 11 0 1 2 5 3 l Fabricated metal products 2 0 0 1 0 1
m Stone, clay, glass and cocrete products 4 2 0 1 1 0 n Cables 6 0 0 3 1 2 o Electronic and office equipment 3 1 1 0 1 0 p Automotive and Allied product 19 4 3 3 3 6 q Photographic Equipment 3 0 1 1 1 0 r Pharmaceutical 9 3 3 1 2 0 s Consumer Goods 4 2 0 1 0 1 total 141 28 28 28 28 29
a Sebanyak 19 Sub kategori industri manufaktur diatas diperoleh berdasar indeks ICMD per tahun 2008.
b Kategori perusahaan dari portofolio1 hingga 5 merupakan hasil sorting perusahaan berdasar besarnya rasio capital expenditure, P1 adalah kelompok perusahaan dengan capital expenditure terbesar. Kategorisasi ini mengikuti Jiang et. al. (2006). Sumber : lampiran data yang dikumpulkan
lxxxix
B. Deskripsi Data
1. Statistik Deskriptif Uji Hipotesis 1
Gambaran secara deskriptif mengenai data capital expenditure dan
pendapatan perusahaan dimasa mendatang (future earning) untuk uji 1
yaitu regresi tanpa variabel kontrol dapat dilihat pada tabel IV.5. Berikut
adalah tabel statistik deskriptif uji hipotesis 1 :
Tabel IV.5 Statistik Deskriptif Uji Hipotesis 1
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Capex 141 .0000 .6281 .089994 .1034958 future 141 -.2683 .3558 .063099 .0849184 Valid N (listwise) 141
Sumber : lampiran output
Pada tabel IV.5 diatas, uji hipotesis 1 terdiri dari 2 variabel yaitu
variabel capital expenditure sebagai variabel independen dan variabel
future earning sebagai variabel independen, dengan total data yang
digunakan adalah sebanyak 141 perusahaan. Perusahaan dengan rasio
capital expenditure terendah yaitu sebesar 0,000 adalah PT Goodyear
Indonesia tbk (GDYR), sedangkan perusahaan dengan rasio capital
expenditure tertinggi yaitu 0,6281 adalah PT Unggul Indah Cahaya tbk
(UNIC). Rata-rata capital expenditure dari 141 perusahaan adalah sebesar
0.089 dan standar deviasinya 0,1034.
Untuk variabel future earning atau pendapatan perusahaan dimasa
mendatang dapat dinyatakan bahwa perusahaan dengan pendapatan dimasa
mendatang yang terendah yaitu sebesar -0,2683 adalah PT Hanson
xc
Internasional tbk (MYRX), sedangkan perusahaan dengan rasio
pendapatan dimasa mendatang tertinggi yaitu sebesar 0,3558 adalah PT
Unilever Indonesia tbk (UNVR). Rata-rata pendapatan perusahaan dimasa
mendatang dari 141 perusahaan adalah 0,063 dengan standar deviasinya
0,084.
2. Statistik Deskriptif Uji Hipotesis 2
Statistik deskriptif untuk data capital expenditure (CAPEX),
pendapatan perusahaan dimasa lalu (PAST) dan pendapatan perusahaan
dimasa mendatang (FUTURE) untuk uji hipotesis 2 yaitu regresi dengan
variabel kontrol dapat dilihat pada tabel IV.6. Berikut adalah tabel statistik
Uji yang digunakan untuk melihat normalitas data yaitu uji
Kolmogorov-Smirnov. Jika signifikansi hitung (p-value) lebih besar dari
0,05 maka dinyatakan data berdistribusi normal. Hasil pengujian
xcviii
normalitas dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov untuk
lengkapnya dapat dilihat pada tabel 1 di bagian lampiran 3 skripsi ini.
Dari hasil pengujian normalitas dengan menggunakan uji
Kolmogorov-Smirnov terhadap residual dari 41 regresi yang dilakukan,
diperoleh hasil terdapat masalah ketidaknormalan data sebanyak 3
persamaan. Yaitu pada residual t+3 dari uji kedua, residual t+3 uji 3b dan
pada residual t+4 uji 4 (portofolio 5). Selanjutnya dilakukan penanganan
permasalahan normalitas seperti yang telah dikemukakan pada bab
sebelumnya, yaitu dengan transformasi data, sehingga nilai signifikansi
dari residual yang semula < 0,05 (menyatakan ketidak normalan data),
setelah ditransformasi menunjukkan nilai signifikansi menjadi > 0,05,
yang menunjukkan semua data terdistribusi secara normal.
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Multikolinieritas
Uji asumsi klasik pertama yang dilakukan adalah uji
multikolinieritas, yaitu untuk mengetahui ada tidaknya masalah
multikolinieritas pada suatu model persamaan. Cara yang dilakukan
dapat dengan melihat pada nilai tolerance atau nilai VIF. Apabila
nilai tolerance > 0,1 atau VIF < 10, dapat dinyatakan tidak terjadi
masalah multikolinieritas. Sebaliknya bila nilai tolerance < 0,1 dan
VIF > 10 maka terjadi masalah multikolinieritas. Untuk uji pertama
(Uji Hipotesis 1) tidak dilakukan uji ini karena uji hipotesis 1 adalah
uji regresi sederhana yang hanya melibatkan 1 variabel dependen dan
xcix
1 variabel independen. Hasil uji multikolinieritas dari persamaan
regresi yang dijalankan pada penelitian ini dapat dilihat di tabel 2
pada lampiran 3 skripsi ini.
Pada tabel 1 yang terdapat dilampiran 3 terlihat nilai VIF
untuk 40 model persamaan regresi (Minus uji 1) menyatakan nilai
VIF yang kurang dari angka 10, dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa dari keseluruh model regresi yang diujikan ini tidak ditemui
gejala multikolinieritas.
b. Uji Autokorelasi
Uji asumsi klasik selanjutnya adalah uji autokorelasi pada
tiap model regresi yang dijalankan. Untuk mendeteksi ada tidaknya
masalah autokorelasi dapat dilihat dari nilai Durbin-Watson di tiap
persamaan regresi tersebut. Selanjutnya berdasar Ghozali (2006 : 97)
nilai dari Durbin-Watson test tersebut dibandingkan dengan nilai
pada tabel Durbin-Watson test, dengan jumlah variabel k = 2 dan uji
hipotesis 1 dan 2 dengan 141 data, uji hipotesis 3a dengan 62 data,
uji hipotesis 3b sebanyak 79 data, uji hipotesis 4 untuk portofolio 1
sampai 4 masing-masing 28 data dan untuk portofolio 5 sebanyak 29
data. Hasil uji autokorelasi untuk setiap regresi yang dilakukan dapat
disimak pada tabel 3 dibagian lampiran 3 skripsi ini.
Dari 41 model regresi diujikan ditemui 9 (tanda *) gejala
autokorelasi yang terdeteksi yaitu keadaan no decision atau lebih
c
spesifiknya berada hanya pada keadaan tidak terdapat autokorelasi
positif, sedangkan keadaan negatifnya tidak dapat dijelaskan
(Ghozali, 2006 : 96), sebanyak sembilan masalah tersebut cukup
beragam, mulai dari keadaan terjadi autokorelasi sampai nilai D-W
test terletak di area keragu-raguan (grey area). Penanganan dari tiap
autokorelasi ini dengan menggunakan metode GLS yang
dikemukakan oleh Gujarati (1999 : 392) sehingga setelah
transformasi data dengan lag dan menghitung rho kesembilan model
yang bermasalah tadi dapat terbebas dari masalah autokorelasi.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji asumsi klasik yang terakhir dilakukan adalah
pendeteksian heteroskedastisitas dengan menggunakan pendekatan
uji Glejser. Apabila nilai sign > 0,05 maka disebut homoskedastisitas
namun kebalikannya bila nilai sign < 0,05 maka suatu model regresi
dinyatakan terjadi masalah heteroskedastisitas.
Nilai signifikansi disini adalah nilai hasil regresi antara
absolut residual dengan variabel independen dari masing-masing
model. Sumari dari uji Glejser dalam bentuk tabel dapat disimak di
tabel 4 pada bagian lampiran 3 penelitian ini.
Hasil pengujian heteroskedastisitas dengan uji Glejser yang
melibatkan 41 model regresi pada tabel 4 dibagian lampiran 3
menunjukkan bahwa setidaknya terdapat 10 persamaan yang terkena
masalah heteroskedastisitas, yaitu dengan nilai signifikansinya <
ci
0,05. Selanjutnya untuk menangani hal ini dijalankan metode
Weighted Least Square (WLS) dengan square root transformation
yang mengikuti cara dari Gujarati (1999 : 361), dengan demikian
suatu model otomatis terhindar dari masalah heteroskedastisitas dan
kesepuluh model tadi kini telah bersifat homoskedastisitas.
D. Pengujian Hipotesis Penelitian
1. Uji Hipotesis Pertama
Uji hipotesis pertama, berdasar pengembangan hipotesis pada bab
sebelumnya, bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh biaya modal
investasi (capital expenditure) terhadap pendapatan perusahaan dimasa
mendatang (future earning), berikut adalah tabel ringkasan untuk uji regresi
tanpa variabel kontrol, dengan melibatkan 141 sampel perusahaan periode
2004-2009 :
Tabel IV.14 Hasil Regresi Sederhana Variabel Capital Expenditure pada Variabel
Future (tanpa variabel kontrol)a
Nilai t-test berada dibawah koefisien variabel
Model 1 : FUTURE = α + β1CAPEX + e Koef α β1 F statistik R2
Model 1 0.036 (5.055)*
0.298 (4.297)*
Sign 0.000 (18.467)*
0.117
aModel regresi dijalankan dari tahun 2004-2009, dengan total sampel 141 perusahaan manufaktur. * menunjukkan signifikasi statistik pada level 5% Sumber : lampiran output
Pada tabel IV.14 diatas, regresi sederhana antara capital expenditure
pada future earning menunjukkan pengaruh yang positif (+) yang berarti
hipotesis 1 tidak ditolak, dengan nilai t hitung sebesar 4,297 signifikan pada
cii
tingkat signifikansi 5%, yang berarti secara parsial variabel capital
expenditure atau biaya modal investasi yang dikeluarkan perusahaan dari
data keseluruhan berpengaruh pada pendapatan perusahaan dimasa
mendatang, dengan persamaan regresi yang terbentuk yaitu :
FUTURE = 0,036 + 0,298 CAPEX
Konstanta sebesar 0,036 berarti bila perusahaan tidak melakukan
penambahan capital expenditure-pun, rasio pendapatan pada total aset
perusahaan adalah 0,036. dan setiap penambahan rasio capital expenditure
sebanyak 1 satuan akan meningkatkan future earning perusahaan sebesar
0,298 yang berarti kedua variabel menunjukkan hubungan yang searah. F
statistik pada tabel IV.14 ini bukan suatu yang berarti karena merupakan
regresi sederhana. R2 dari uji hipotesis pertama menunjukkan nilai 0,117,
yang berarti variasi variabel dependen yaitu pendapatan perusahaan dimasa
mendatang dapat dijelaskan sebesar 11,7% oleh variabel independen yaitu
biaya modal investasi, dan selebihnya dapat dijelaskan oleh faktor-faktor
diluar model tersebut.
2. Uji Hipotesis Kedua
Uji hipotesis kedua, yaitu uji regresi antara variabel biaya modal
investasi (capital expenditure) pada future earning dengan menggunakan
variabel kontrol pendapatan dimasa lalu (past), bertujuan untuk menguji
secara ekslusif pengaruh capital expenditure perusahaan pada future earning
dengan penambahan variabel kontrol, berikut adalah ringkasan hasil
ciii
pengujian regresi dengan pengembangan menjadi 5 model berdasar periode
saat dan 4 tahun setelah dilakukannya penambahan capital expenditure :
Tabel IV.15 Hasil Regresi Berganda Variabel Capital Expenditure pada Variabel
Future (dengan variabel kontrol)a
Nilai t-test berada dibawah koefisien variabel
Model 1 : FUTURE = α + β1CAPEX + β2PAST + e Model 2 : FUTUREt+1 = α + β1CAPEX + β2PAST + e Model 3 : FUTUREt+2 = α + β1CAPEX + β2PAST + e Model 4 : FUTUREt+3 = α + β1CAPEX + β2PAST + e Model 5 : FUTUREt+4 = α + β1CAPEX + β2PAST + e
Koef α β1 β2 F statistik R2
Model 1 0.023 (2.908)*
0.140 (2.314)*
0.417 (6.800)*
Sign 0.000 (34.986)*
0.336
Model 2 0.017 (1.599)
0.216 (1.984)*
0.415 (4.629)*
Sign 0.000 (17.991)*
0.207
Model 3 0.016 (1.698)
0.137 (1.843)
0.513 (7.007)*
Sign 0.000 (33.751)*
0.328
Model 4 0.010 (0.367)
0.116 (1.207)
0.451 (3.003)*
Sign 0.000 (8.083)*
0.105
Model 5 0.038 (3.067)*
0.138 (1.509)
0.097 (1.045)
Sign 0.086 (2.493)
0.035
aModel regresi dijalankan dari tahun 2004-2009, dengan total sampel 141 perusahaan manufaktur. * menunjukkan signifikasi statistik pada level 5% Sumber : lampiran output
Pada tabel IV.15 diatas, terlihat bahwa setelah penambahan variabel
kontrol yaitu pendapatan perusahaan dimasa lalu (PAST), koefisien
determinasi regresi meningkat menjadi 0,336. Dengan demikian variasi
variabel dependen yaitu pendapatan perusahaan dimasa mendatang dapat
dijelaskan sebesar 33,6% oleh variabel independen yaitu biaya modal
investasi, dan selebihnya dapat dijelaskan faktor lain diluar model diatas.
Dengan melihat hasil regresi data pooled dengan variabel kontrol
(Model 1) diperoleh hasil bahwa variabel capital expenditure dan variabel
civ
pendapatan dimasa lampau secara parsial maupun secara bersamaan
berpengaruh positif (+) pada future earning yang juga berarti hipotesis 2
tidak ditolak,, dengan persamaan yang terbentuk :
FUTURE = 0,023 + 0,140 CAPEX + 0,417 PAST
Dengan tingkat signifikansi t dan F yang bernilai < 0,05
menunjukkan kedua variabel itu signifikan pada level 5%, yang
penjelasannya, rasio pendapatan perusahaan dimasa mendatang perusahaan
akan tetap meningkat 0,023 walau perusahaan tidak melakukan penambahan
biaya modal investasi, dan setiap penambahan capital expenditure sebesar 1
satuan maka akan meningkatkan rasio pendapatan dimasa mendatang
perusahaan sebesar 0,140. Berdasar pengembangan regresi pada t+1, t+2,
t+3 dan t+4, diperoleh hasil bahwa hanya pada t+1 capital expenditure
berpengaruh (+) signifikan terhadap future earning perusahaan, sedangkan
secara bersama-sama capital expenditure berpengaruh signifikan pada future
earning perusahaan hingga t+3.
3. Uji Hipotesis Ketiga
a. Winner
Uji hipotesis ketiga (a) adalah regresi variabel biaya modal
investasi terhadap pendapatan perusahaan dimasa mendatang (future
earning) dengan variabel pendapatan perusahaan dimasa lalu (PAST)
sebagai variabel kontrol untuk perusahaan kategori Winner. Sesuai
dengan penyusunan hipotesis 3a, uji ini bertujuan untuk melihat bentuk
pengaruh capital expenditure pada pendapatan perusahaan dimasa
cv
mendatang untuk perusahaan kategori winner, berikut adalah ringkasan
hasil regresi untuk data pooled, t+1, t+2, t+3 dan t+4 :
Tabel IV.16 Hasil Regresi Berganda Variabel Capital Expenditure pada Variabel
Future (kategori winner)a
Nilai t-test berada dibawah koefisien variabel
Model 1 : FUTURE = α + β1CAPEX + β2PAST + e Model 2 : FUTUREt+1 = α + β1CAPEX + β2PAST + e Model 3 : FUTUREt+2 = α + β1CAPEX + β2PAST + e Model 4 : FUTUREt+3 = α + β1CAPEX + β2PAST + e Model 5 : FUTUREt+4 = α + β1CAPEX + β2PAST + e
Koef α β1 β2 F statistik R2
Model 1 0.024 (2.385)*
0.294 (3.933)*
0.399 (5.599)*
Sign 0.000 (43.509)*
0.596
Model 2 0.015 (0.858)
0.412 (2.714)*
0.511 (4.031)*
Sign 0.000 (20.919)*
0.415
Model 3 0.013 (0.387)
0.271 (3.045)*
0.473 (4.993)*
Sign 0.000 (30.310)*
0.507
Model 4 0.038 (1.511)
0.149 (0.991)
0.598 (3.752)*
Sign 0.000 (11.637)*
0.283
Model 5 0.031 (1.786)
0.262 (2.510)*
0.128 (1.153)
Sign 0.003 (6.475)*
0.180
aModel regresi dijalankan dari tahun 2004-2009, dengan total sampel 62 perusahaan manufaktur kategori Winner. * menunjukkan signifikasi statistik pada level 5%
Sumber : lampiran output
Seperti pada pengujian sebelumnya, uji 3a ini dikembangkan
menjadi 5 model berdasar future pooled, t+1 hingga t+4. Pada tabel
IV.16 diatas dapat diketahui untuk data future pooled (Model 1), biaya
modal investasi yang dikeluarkan perusahaan secara signifikan
berpengaruh positif (+) pada pendapatan perusahaan dimasa mendatang,
dengan nilai t = 3,933 yang menunjukkan keadaan signifikan pada
tingkat 5%. Begitu pula dengan variabel pendapatan dimasa lalu (PAST)
cvi
yang berpengaruh positif (+) signifikan pada future earning di level 5%
dengan t hitung 5,599. berikut adalah hasil persamaan yang terbentuk :
FUTURE = 0,024 + 0,294 CAPEX + 0,399 PAST
Penjelasan dari persamaan tersebut adalah, rasio pendapatan
perusahaan dimasa mendatang untuk kategori winner bilamana tidak
dilakukan penambahan capital expenditure adalah 0,024, dan setiap
peningkatan biaya modal investasi oleh perusahaan winner sebanyak 1
satuan akan meningkatkan pendapatan perusahaan dimasa mendatang
sebesar 0,294. Hal tersebut menunjukkan hipotesis 3a tidak ditolak..
Pada persamaan model 1 terlihat secara bersama-sama model
regresi tersebut berpengaruh pada pendapatan perusahaan dimasa
mendatang, dan dari sisi ketepatan model didapat R2 sebesar 0,596,
angka ini menunjukkan variasi variabel dependen yaitu pendapatan
perusahaan dimasa mendatang dapat dijelaskan sebesar 59,6% oleh
variabel independen dan selebihnya dijelaskan oleh faktor-faktor diluar
model diatas.
Dari model 2 hingga model 5 dapat diidentifikasi bahwa
capital expenditure yang dikeluarkan perusahaan ditahun permulaan
secara signifikan berpengaruh positif pada future earning hampir
disemua model kecuali di model 3, dan untuk pendapatan dimasa lalu
juga hampir semua berpengaruh positif signifikan pada level 5% kecuali
model 5. Dan dari uji F dapat disimpulkan secara bersama-sama biaya
modal investasi dan pendapatan perusahaan dimasa lalu berpengaruh
cvii
signifikan pada level 5% terhadap future earning, baik untuk t+1, t+2,
t+3 maupun t+4.
b. Loser
Uji hipotesis ketiga (b) ini adalah regresi variabel biaya modal
investasi pada pendapatan perusahaan dimasa mendatang (future
earning) dengan variabel pendapatan perusahaan dimasa lalu (PAST)
sebagai variabel kontrol untuk perusahaan kategori loser yang mengikuti
Kim (2001). Sesuai dengan penyusunan hipotesis 3b, uji ini bertujuan
untuk melihat bagaimana bentuk pengaruh capital expenditure pada
pendapatan perusahaan dimasa mendatang untuk perusahaan kategori
loser, berikut adalah ringkasan hasil regresi untuk data pooled, t+1, t+2,
t+3 dan t+4 : (dihalaman selanjutnya)
cviii
Tabel IV.17 Hasil Regresi Berganda Variabel Capital Expenditure pada Variabel
Future (kategori loser)a
Nilai t-test berada dibawah koefisien variabel
Model 1 : FUTURE = α + β1CAPEX + β2PAST + e Model 2 : FUTUREt+1 = α + β1CAPEX + β2PAST + e Model 3 : FUTUREt+2 = α + β1CAPEX + β2PAST + e Model 4 : FUTUREt+3 = α + β1CAPEX + β2PAST + e Model 5 : FUTUREt+4 = α + β1CAPEX + β2PAST + e
Koef α β1 β2 F statistik R2
Model 1 0.039 (4.945)*
- 0.212 (- 1.772)
0.140 (1.933)
Sign 0.046 (3.217)*
0.095
Model 2 0.029 (2.449)*
-0.373 (- 2.072)*
0.225 (2.067)*
Sign 0.022 (4.005)*
0.072
Model 3 0.040 (3.314)*
- 0.275 (- 2.203)*
0.392 (3.633)*
Sign 0.000 (9.237)*
0.196
Model 4 0.034 (1.229)
- 0.072 (- 0.252)
0.239 (0.968)
Sign 0.605 (0.507)
0.013
Model 5 0.049 (3.053)*
- 0.134 (0.802)
- 0.188 (- 1.300)
Sign 0.325 (1.142)
0.029
aModel regresi dijalankan dari tahun 2004-2009, dengan total sampel 79 perusahaan manufaktur kategori loser. * menunjukkan signifikasi statistik pada level 5%
Sumber : lampiran output
Berdasar tabel IV.17 diatas khususnya model 1, terlihat secara
parsial variabel biaya modal investasi (CAPEX) maupun variabel
pendapatan perusahaan dimasa lalu tidak memiliki pengaruh signifikan
terhadap future earning perusahaan, dengan demikian hipotesis 3b
ditolak dan menyatakan tidak ada pengaruh biaya modal investasi
terhadap future earning untuk kategori loser. Namun dari Uji F atau uji
serempak menyatakan kedua variabel itu signifikan pada level 5%
dengan R2 sebesar 0,095 yang berarti variasi variabel dependen yaitu
pendapatan perusahaan dimasa mendatang dapat dijelaskan sebesar 9,5%
cix
oleh variabel independen, dan selebihnya dapat dijelaskan oleh faktor-
faktor diluar model tersebut.
Terkait pengembangan model regresi yaitu dengan future
earning t+1, t+2, t+3 dan t+4 dari dilakukannya capital expenditure oleh
perusahaan, diperoleh hasil bahwa untuk model 2 dan 3 menyatakan
adanya pengaruh negatif antara biaya modal investasi pada future
earning sedang untuk model 4 dan 5 tidak ditemui adanya pengaruh
biaya modal investasi terhadap pendapatan perusahaan dimasa
mendatang.
4. Uji Hipotesis Keempat
Pengujian hipotesis keempat ini dilakukan dengan tujuan untuk
melihat pengaruh penambahan capital expenditure (CAPEX) terhadap future
earning berdasar kategorisasi yang mengikuti kriteria Jiang et. al. (2006)
yaitu dengan melakukan sorting perusahaan berdasar besarnya biaya modal
investasi (dari yang terbesar ke yang terkecil), kemudian melakukan
portofolio perusahaan, P1 adalah portofolio perusahaan dengan rasio capital
expenditure terbesar dan P5 adalah portofolio perusahaan dengan rasio
capital expenditure yang terkecil, sumari yang menunjukkan pengaruh biaya
modal investasi pada pendapatan perusahaan dimasa datang untuk masing-
masing portofolio dapat disimak di tabel IV.18 hingga tabel IV.22, berikut
penjelasannya :
cx
a. Portofolio 1 (P1)
Tabel IV.18 Hasil Regresi Berganda Variabel Capital Expenditure pada Variabel
Future (Portofolio 1)a
Nilai t-test berada dibawah koefisien variabel
Model 1 : FUTURE = α + β1CAPEX + β2PAST + e Model 2 : FUTUREt+1 = α + β1CAPEX + β2PAST + e Model 3 : FUTUREt+2 = α + β1CAPEX + β2PAST + e Model 4 : FUTUREt+3 = α + β1CAPEX + β2PAST + e Model 5 : FUTUREt+4 = α + β1CAPEX + β2PAST + e
Koef α β1 β2 F statistik R2
Model 1 0.036 (0.901)
- 0.013 (- 0.103)
0.750 (6.765)*
0.000 (23.222)*
0.650
Model 2 0.054 (0.625)
- 0.190 (- 0.691)
1.060 (4.468)*
Sign 0.000 (10.669)*
0.460
Model 3 - 0.022 (-0.476)
0.158 (1.078)
0.837 (6.624)*
Sign 0.000 (22.007)*
0.638
Model 4 0.086 (1.262)
- 0.312 (- 0.899)
0.839 (5.523)*
Sign 0.000 (17.481)*
0.583
Model 5 0.038 (0.566)
- 0.081 (- 0.227)
0.374 (2.599)*
Sign 0.040 (3.684)*
0.228
aModel regresi dijalankan dari tahun 2004-2009, dengan total sampel 28 perusahaan manufaktur. * menunjukkan signifikasi statistik pada level 5%
Sumber : lampiran output
Untuk portofolio 1, secara parsial variabel biaya modal investasi
tidak berpengaruh future earning perusahaan baik untuk future pooled,
t+1, t+2, t+3 maupun t+4 sekalipun, dan variabel pendapatan dimasa lalu
(PAST) berpengaruh positif signifikan disetiap model. Untuk uji F
kesemua model menunjukkan secara bersama-sama variabel biaya modal
investasi dan pendapatan yang telah lalu secara simultan signifikan
berpengaruh pada level 5%, dengan R2 masing-masing model adalah
65%, 46%, 63,8%, 58,3% dan 22,8%
cxi
b. Portofolio 2 (P2)
Tabel IV.19 Hasil Regresi Berganda Variabel Capital Expenditure pada Variabel
Future (Portofolio 2)a
Nilai t-test berada dibawah koefisien variabel
Model 1 : FUTURE = α + β1CAPEX + β2PAST + e Model 2 : FUTUREt+1 = α + β1CAPEX + β2PAST + e Model 3 : FUTUREt+2 = α + β1CAPEX + β2PAST + e Model 4 : FUTUREt+3 = α + β1CAPEX + β2PAST + e Model 5 : FUTUREt+4 = α + β1CAPEX + β2PAST + e
Koef α β1 β2 F statistik R2
Model 1 - 0.034 (- 0.916)
0.710 (1.319)
0.281 (1.338)
Sign 0.033 (3.931)*
0.239
Model 2 0.025 (0.229)
0.360 (0.355)
0.331 (1.182)
Sign 0.425 (0.886)
0.066
Model 3 0.013 (0.164)
0.211 (0.274)
0.268 (1.334)
Sign 0.370 (1.034)
0.076
Model 4 - 0.052 ( -0.841)
0.898 (0.863)
0.121 (0.222)
Sign 0.403 (0.942)
0.070
Model 5 -0.096 (- 0.848)
1.010 (0.979)
0.311 (1.047)
Sign 0.287 (1.312)
0.095
aModel regresi dijalankan dari tahun 2004-2009, dengan total sampel 28 perusahaan manufaktur. * menunjukkan signifikasi statistik pada level 5%
Sumber : lampiran output
Untuk portofolio 2, secara parsial variabel biaya modal investasi
tidak berpengaruh future earning perusahaan baik untuk future pooled,
t+1, t+2, t+3 maupun t+4 sekalipun, begitu pula untuk variabel PAST.
Untuk uji F model 1 menunjukkan secara bersama-sama variabel biaya
modal investasi dan pendapatan yang telah lalu secara simultan
signifikan berpengaruh pada level 5% sedang dimodel lain uji F tidak
menunjukkan pengaruh signifikan, R2 masing-masing model adalah
23,9%, 6,6%, 7,6%, 7,0% dan 9,5%, yang merupakan persentase variasi
future earning yang mampu dijelaskan oleh variabel independen.
cxii
c. Portofolio 3 (P3)
Tabel IV.20 Hasil Regresi Berganda Variabel Capital Expenditure pada Variabel
Future (Portofolio 3)a
Nilai t-test berada dibawah koefisien variabel
Model 1 : FUTURE = α + β1CAPEX + β2PAST + e Model 2 : FUTUREt+1 = α + β1CAPEX + β2PAST + e Model 3 : FUTUREt+2 = α + β1CAPEX + β2PAST + e Model 4 : FUTUREt+3 = α + β1CAPEX + β2PAST + e Model 5 : FUTUREt+4 = α + β1CAPEX + β2PAST + e
Koef α β1 β2 F statistik R2
Model 1 0.108 (2.110)*
- 1.614 (- 1.910)
0.620 (4.063)*
Sign 0.000 (12.493)*
0.500
Model 2 0.066 (0.797)
- 1.080 (- 0.790)
0.435 (0.090)
Sign 0.121 (2.301)
0.155
Model 3 0.084 (1.246)
- 1.177 (0.298)
0.752 (3.763)*
Sign 0.001 (9.021)*
0.419
Model 4 0.230 (1.337)
- 3.546 (-1.252)
1.080 (2.112)*
Sign 0.036 (3.812)*
0.234
Model 5 0.053 (0.660)
- 0.655 (- 0.492)
0.212 (0.884)
Sign 0.534 (0.644)
0.049
aModel regresi dijalankan dari tahun 2004-2009, dengan total sampel 28 perusahaan manufaktur. * menunjukkan signifikasi statistik pada level 5%
Sumber : lampiran output
Untuk portofolio 3, secara parsial variabel biaya modal investasi
tidak berpengaruh future earning perusahaan baik untuk future pooled,
t+1, t+2, t+3 maupun t+4 sekalipun, dan untuk variabel PAST hasil
pengaruh positif signifikan ditunjukkan pada model 1, 3 dan 4. Untuk uji
F model 1, 3 dan 4 menunjukkan secara bersama-sama variabel biaya
modal investasi dan pendapatan yang telah lalu secara simultan
signifikan berpengaruh pada level 5%, sedang dimodel lain uji F tidak
menunjukkan pengaruh signifikan, R2 masing-masing model adalah
cxiii
50%, 15,5%, 41,9%, 23,4% dan 4,9%, yang merupakan persentase
variasi future earning yang mampu dijelaskan oleh variabel independen.
d. Portofolio 4 (P4)
Tabel IV.21 Hasil Regresi Berganda Variabel Capital Expenditure pada Variabel
Future (Portofolio 4)a
Nilai t-test berada dibawah koefisien variabel
Model 1 : FUTURE = α + β1CAPEX + β2PAST + e Model 2 : FUTUREt+1 = α + β1CAPEX + β2PAST + e Model 3 : FUTUREt+2 = α + β1CAPEX + β2PAST + e Model 4 : FUTUREt+3 = α + β1CAPEX + β2PAST + e Model 5 : FUTUREt+4 = α + β1CAPEX + β2PAST + e
Koef α β1 β2 F statistik R2
Model 1 0.002 (0.230)
1.091 (6.168)*
- 0.050 (- 0.515)
Sign 0.000 (21.747)*
0.635
Model 2 0.012 (0.535)
0.055 (0.096)
0.259 (1.137)
Sign 0.488 (0.738)
0.056
Model 3 0.120 (2.244)*
- 4.448 (- 2.174)*
0.069 (0.430)
Sign 0.114 (2.367)
0.159
Model 4 0.076 (0.806)
- 2.380 (- 0.663)
- 0.201 (- 0.714)
Sign 0.546 (0.620)
0.047
Model 5 - 0.056 (- 0.716)
4.989 (1.669)
- 0.256 (- 1.093)
Sign 0.212 (1.653)
0.117
aModel regresi dijalankan dari tahun 2004-2009, dengan total sampel 28 perusahaan manufaktur. * menunjukkan signifikasi statistik pada level 5%
Sumber : lampiran output
Untuk portofolio 4, pada model 1 dan (3) secara parsial variabel
biaya modal investasi berpengaruh positif (negatif) terhadap future
earning perusahaan, dan untuk variabel PAST menujukkan tidak
terdapat pengaruh signifikan disetiap model. Untuk uji F model 1
menunjukkan secara bersama-sama variabel biaya modal investasi dan
pendapatan yang telah lalu secara simultan berpengaruh signifikan pada
level 5%, sedang dimodel lain uji F tidak menunjukkan pengaruh yang
cxiv
berarti, R2 masing-masing model adalah 63,5%, 5,6%, 15,9%, 4,7% dan
11,7%, yang merupakan persentase variasi future earning yang mampu
dijelaskan oleh variabel independen.
e. Portofolio 5 (P5)
Tabel IV.22 Hasil Regresi Berganda Variabel Capital Expenditure pada Variabel
Future (Portofolio 5)a
Nilai t-test berada dibawah koefisien variabel
Model 1 : FUTURE = α + β1CAPEX + β2PAST + e Model 2 : FUTUREt+1 = α + β1CAPEX + β2PAST + e Model 3 : FUTUREt+2 = α + β1CAPEX + β2PAST + e Model 4 : FUTUREt+3 = α + β1CAPEX + β2PAST + e Model 5 : FUTUREt+4 = α + β1CAPEX + β2PAST + e
Koef α β1 β2 F statistik R2
Model 1 0.028 (1.821)
1.314 (0.569)
0.096 (0.934)
Sign 0.496 (0.720)
0.052
Model 2 0.010 (0.506)
1.279 (0.426)
0.078 (0.588)
Sign 0.728 (0.322)
0.024
Model 3 0.033 (1.248)
2.457 (0.701)
0.289 (1.778)
Sign 0.137 (2.148)
0.142
Model 4 0.008 (0.419)
4.750 (1.111)
- 0.143 ( - 0.957)
Sign 0.387 (0.984)
0.070
Model 5 - 3.532 (- 2.849)*
0.036 (0.199)
( -0.120) (- 0.070)
Sign 0.978 (0.022)
0.002
aModel regresi dijalankan dari tahun 2004-2009, dengan total sampel 29 perusahaan manufaktur. * menunjukkan signifikasi statistik pada level 5%
Sumber : lampiran output
Untuk portofolio 5, secara parsial variabel biaya modal investasi
tidak berpengaruh future earning perusahaan baik untuk future pooled,
t+1, t+2, t+3 maupun t+4 sekalipun, demikian halnya untuk variabel
PAST. Untuk uji F kesemua model (1-5) menunjukkan secara bersama-
sama variabel biaya modal investasi dan pendapatan yang telah lalu
tidak berpengaruh signifikan pada level 5%, R2 masing-masing model
cxv
adalah 5,2%, 2,4%, 14,2%, 7,0% dan 0,2%, yang merupakan persentase
variasi future earning yang mampu dijelaskan oleh variabel independen.
E. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasar 41 analisis regresi yang terbagi dalam 4 hipotesis diatas,
penelitian ini menghasilkan temuan-temuan sebagai berikut :
1. Temuan Pertama
Hasil uji pengaruh antara capital expenditure terhadap future
earning pada uji hipotesis 1 (regresi tanpa variabel kontrol) menunjukkan
bahwa capital expenditure berpengaruh positif terhadap future earning, yang
dibuktikan dengan pembuktian secara statistik yang menunjukkan
signifikansi < 0,05 yang berarti hipotesis 1 tidak ditolak, yaitu terdapat
pengaruh biaya modal investasi terhadap future earning tanpa menggunakan
variabel kontrol. Hasil temuan pertama yang berasal dari hipotesis 1 ini
konsisten dengan penelitian Jiang et. al. (2006 : 858) yang pada
penelitiannya menyatakan bahwa biaya modal investasi yang dikeluarkan
perusahaan secara signifikan berpengaruh positif terhadap pendapatan
perusahaan dimasa mendatang.
2. Temuan Kedua
Hasil uji pengaruh antara capital expenditure terhadap future
earning pada uji hipotesis 2 (dengan menggunakan variabel pendapatan
perusahaan dimasa lalu sebagai kontrol) menunjukkan terdapat pengaruh
positif capital expenditure terhadap future earning, baik secara parsial
cxvi
maupun secara simultan, yang dibuktikan dengan bukti statistik yaitu nilai
signifikansi < 0,05 yang berarti signifikan pada level 95% derajat
kepercayaan. Hal ini mendukung hipotesis kedua yang menyatakan
terdapat pengaruh antara biaya modal investasi terhadap future earning
untuk pengujian dengan variabel kontrol. Hasil uji pengaruh pada hipotesis 2
ini tidak mendukung hasil penelitian Kim (2001 : 49) yang menyatakan
tidak adanya asosiasi yang linear antara biaya modal investasi (capital
expenditure) dan pendapatan dimasa mendatang untuk sampel secara
keseluruhan. Namun hasil pada uji hipotesis kedua ini mendukung penelitian
Jiang et. al. (2006 : 858), Callen et. al. (1996), Lev dan Thiagaranjan (1993),
yang menyatakan biaya modal investasi yang dikeluarkan oleh perusahaan
berpengaruh pada performa perusahaan dalam hal menghasilkan pendapatan
perusahaan dimasa mendatang setelah dikontrol oleh pendapatan dimasa
lalu.
Dengan hasil tersebut berarti teorema yang berlaku untuk
menjelaskan pengaruh biaya modal investasi terhadap biaya modal investasi
pada perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI)
adalah teorema tradisional (traditional view theorems) yang dikemukakan
oleh Jiang et. al. (2006 : 854), yang menyatakan bahwa secara padangan
tradisional, manajer akan melakukan segala sesuatu yang terbaik untuk para
pemegang saham dan tujuannya adalah memaksimalkan kemakmuran
pemegang saham dengan merancang proyek penambahan capital
expenditure yang memiliki net present value yang positif, sehingga
cxvii
pandangan tradisional ini menyatakan adanya pengaruh positif antara biaya
modal investasi terhadap pendapatan perusahaan dimasa mendatang. Dan
sebaliknya hasil penelitian pada pengujian hipotesis kedua ini tidak
konsisten dengan teorema agency theory yang dikemukakan oleh Jensen dan
Meckling (1976 : 10) serta Shin dan Kim (2001 : 2) yang menyatakan
agency cost bisa terjadi ketika manajer dan pemegang saham mengalami
konflik kepentingan (conflict of interest), sehingga dalam prakteknya
manajer melakukan keputusan penambahan capital expenditure justru tidak
memperhatikan nilai positif dari net present value, yang pada akhirnya
teorema agency cost ini menyatakan asosiasi yang tidak positif antara biaya
modal investasi dan pendapatan perusahaan dimasa mendatang.
Temuan lain dari uji kedua ini menyatakan tingkat kesesuaian
model yang digunakan pada uji dengan variabel kontrol lebih baik bila
dibandingkan dengan regresi tanpa variabel kontrol, hal ini ditunjukkan
dengan nilai R2 yang lebih besar dibanding R2 pada uji hipotesis 1.
Investigasi selanjutnya menunjukkan pengaruh positif biaya modal investasi
pada future earning secara parsial dapat bertahan berpengaruh positif hanya
pada tahun pertama (t+1) setelah dilakukannya capital expenditure.
Sedangkan untuk pengujian secara bersama-sama menunjukkan pengaruh
positif biaya modal investasi terhadap future earning dapat bertahan hingga
batas periode ketiga (t+1, t+2 dan t+3) setelah dilakukannya capital
expenditure.
cxviii
3. Temuan Ketiga
a. Winner
Hasil uji pengaruh antara biaya modal investasi pada future
earning untuk perusahaan terkategori winner menunjukkan adanya
pengaruh positif dan signifikan antara biaya modal investasi terhadap
future earning, hal ini ditunjukkan dengan pembuktian statistik yang
menunjukkan baik secara parsial maupun secara simultan hasilnya
signifikan pada tingkat kepecayaan 95%. Dengan mengacu pada hasil
tersebut maka hipotesis 3a tidak ditolak, yang berarti terdapat pengaruh
capital expenditure pada future earning untuk perusahaan kategori
winner. Hasil penelitian untuk perusahaan kategori winner ini konsisten
dengan penelitian Kim (2001 : 49) yang menyatakan biaya modal
investasi berpengaruh positif terhadap pendapatan perusahaan dimasa
mendatang untuk perusahaan kategori winner. Beberapa hal penting
yang perlu dicatat disini adalah keterkaitan hasil pengaruh positif antara
biaya modal investasi terhadap pendapatan perusahaan dimasa
mendatang dengan life cycle hypothesis yang dikemukakan Anthony dan
Ramesh dalam Kim (2000 : 50), berdasar life cycle hypothesis, alasan
perusahaan kategori winner mampu mengasosiasikan biaya modal
investasi terhadap pendapatan perusahaan dimasa mendatang karena
karakteristik perusahaan winner yang cenderung berada pada tahapan
pertumbuhan (growth), sehingga dengan adanya inisiatif penambahan
cxix
capital expenditure mampu diasosiasikan sebagai pendapatan dimasa
mendatang yang terus meningkat.
Terkait dengan tipe investasi atau proyek yang dipilih, menurut
Kim (2001 : 53), perusahaan kategori winner mampu menjaga asosiasi
positif antara capital expenditure dan future earning, karena dari sisi
pemilihan proyek, perusahaan winner memilih proyek yang jelas
profitable dibanding perusahaan loser.
Investigasi selanjutnya menunjukkan, pengaruh positif biaya
modal investasi pada future earning secara parsial dapat bertahan
berpengaruh positif hampir disetiap tahun kecuali pada tahun ketiga
(t+3) setelah dilakukannya capital expenditure. Sedangkan untuk
pengujian secara bersama-sama menunjukkan pengaruh positif biaya
modal investasi terhadap future earning dapat bertahan hingga periode
keempat (t+1, t+2, t+3 dan t+4) setelah dilakukannya penambahan biaya
modal investasi oleh perusahaan winner. Hal ini dapat dijelaskan bahwa
kemampuan perusahaan kategori winner dalam mendayagunakan capital
expenditure yang diinvestasikan pada periode t amatlah baik sehingga
adanya penambahan capital expenditure mampu menghasilkan future
earning yang positif dan lebih besar dibandingkan bila perusahaan tidak
melakukan penambahan capital expenditure.
b. Loser
Hasil uji pengaruh antara biaya modal investasi pada pendapatan
perusahaan dimasa mendatang untuk perusahaan terkategori loser tidak
cxx
menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan antara biaya modal
investasi terhadap future earning, hal ini ditunjukkan dengan
pembuktian statistik yang menyatakan baik secara parsial maupun secara
simultan hasilnya tidak signifikan pada tingkat kepercayaan 95%.
Dengan mengacu pada hasil tersebut maka hipotesis 3b ditolak, yang
berarti tidak terdapat pengaruh biaya modal investasi terhadap
pendapatan perusahaan dimasa mendatang untuk perusahaan kategori
loser. Hasil penelitian untuk perusahaan kategori loser ini inkonsisten
dengan penelitian Kim (2001 : 49) yang menyatakan biaya modal
investasi berpengaruh negatif terhadap pendapatan perusahaan dimasa
mendatang untuk perusahaan kategori loser. Berdasar Anthony dan
Ramesh dalam Kim (2001 : 50) dijelaskan fenomena yang menunjukkan
tidak adanya pengaruh antara biaya modal investasi terhadap pendapatan
perusahaan dimasa mendatang untuk kategori loser disebabkan karena
keterkaitan dengan antara tahapan perusahaan loser dalam siklus hidup
dari perusahaan tersebut. Dalam papernya Anthony dan Ramesh (1992)
melakukan pengujian mengenai life cycle hypothesis dengan cara
melihat hubungan antara kinerja akunting dari perusahaan pada harga
saham, yang hasilnya menunjukkan bahwa salah satu penyebab
kemungkinan tidak adanya pengaruh signifikan antara biaya modal
investasi pada pendapatan perusahaan loser dimasa mendatang karena
berdasar siklus hidupnya, perusahaan loser cenderung berada dalam
tahap kedewasaan (mature) atau pada posisi stagnan (stagnant).
cxxi
Beberapa alternatif lain didalam papernya disebutkan kemungkinan
perusahaan loser justru berada pada tahap pertumbuhan (grow), sehingga
perusahaan pada tahap pertumbuhan ini seringkali mengalami kerugian
pada masa-masa awal pertumbuhannya.
Investigasi selanjutnya menunjukkan, pada model 2 dan model 3
untuk kategori loser menunjukkan secara parsial maupun secara
simultan biaya modal investasi justru akan berpengaruh negatif pada
pendapatan perusahaan dimasa mendatang untuk periode waktu t+1 dan
t+2 setelah dilakukannya capital expenditure. Dan untuk t+3 dan t+4
tidak terlihat adanya pengaruh signifikan antara keduanya. Hal ini dapat
dijelaskan bahwa kemampuan perusahaan kategori loser dalam
mendayagunakan capital expenditure yang diinvestasikan pada periode t
amatlah buruk sehingga adanya penambahan capital expenditure justru
menjadi beban dan tidak mampu menghasilkan future earning yang
positif namun terlebih dapat memperburuk future earning akibat
investasi capital expenditure yang dilakukan.
Terkait dengan tipe investasi atau proyek yang dipilih, menurut
Kim (2001 : 53), perusahaan kategori loser tidak mampu
mengasosiasikan pengaruh positif antara capital expenditure dan future
earning atau justru mampu mengasosiasikan namun dalam bentuk
negatif (pada t+1 dan t+2), karena dari sisi pemilihan proyek, perusahaan
loser memilih proyek yang kurang profitable dibanding perusahaan
winner.
cxxii
4. Temuan Keempat
Hasil uji pengaruh capital expenditure terhadap future earning
untuk uji keempat ini secara parsial menunjukkan untuk P1 yaitu portofolio
dengan rasio capital expenditure terbesar, tidak ditemukan adanya pengaruh
biaya modal investasi pada future earning, selanjutnya untuk P2 yaitu
portofolio dengan rasio capital expenditure terbesar kedua, tidak ditemukan
adanya pengaruh biaya modal investasi pada future earning dan untuk P3
yaitu portofolio dengan rasio capital expenditure kategori menengah, tidak
ditemukan adanya pengaruh biaya modal investasi pada future earning.
Berbeda dengan portofolio sebelumnya untuk P4 yaitu portofolio dengan
rasio capital expenditure terkecil kedua, ditemukan adanya pengaruh biaya
modal investasi pada future earning, dengan bentuk pengaruhnya adalah
positif yang signifikan pada level 5%, dan terakhir secara parsial yaitu
portofolio terkecil P5 tidak ditemukan adanya pengaruh biaya modal
investasi pada future earning, sedangkan uji simultan (Uji F) menunjukkan
secara bersama-sama variabel biaya modal investasi dan variabel pendapatan
perusahaan dimasa lampau signifikan pada level 5% hanya pada P1, P2, P3
dan P4.
Dengan melihat hasil uji statistika diatas dapat disimpulkan
hipotesis 4 untuk P1, P2, P3 dan P5 ditolak, hal ini berarti biaya modal
investasi tidak berpengaruh pada future earning untuk portofolio 1, 2, 3 dan
5. Berbeda dengan hal tersebut hipotesis 4 untuk P4 tidak ditolak, hal ini
berarti biaya modal investasi berpengaruh pada future earning untuk
cxxiii
portofolio 4. Hasil temuan keempat yang mengelompokkan perusahaan
berdasar sorting capital expenditure (khususnya portofolio 4) ini konsisten
dengan penelitian Jiang et. al. (2006 : 859), yang pada penelitiannya
menyatakan setelah sorting menjadi 8 dan 64 portofolio perusahaan, didapat
adanya pengaruh positif antara biaya modal investasi terhadap pendapatan
perusahaan dimasa mendatang. Namun untuk temuan keempat (khususnya
portofolio 1, 2, 3, dan 5) ini inkonsisten dengan penelitian Jiang et. al. (2006
: 859) yang hasilnya tidak ditemui pengaruh biaya modal investasi terhadap
pendapatan perusahaan dimasa lampau.
Keadaan yang inkonsisten dengan penelitian Jiang et. al. (2006)
yang menunjukkan tidak adanya pengaruh biaya modal investasi pada
pendapatan perusahaan dimasa mendatang untuk portofolio 1, 2, 3 dan 5 ini
dimungkinkan akibat beberapa faktor yang mempengaruhinya, seperti
dijelaskan Jensen (1986 : 6) beberapa faktor yang turut menyebabkannya
antara lain karena manajer bertindak indisiplin dalam melakukan
penambahan investasi pada proyek tertentu, namun justru manajer
mengalihkannya untuk menumbuhkan size dari perusahaan, beberapa hal
lain yang diungkapkan Kim (2001 : 52) menyatakan faktor yang juga turut
mengakibatkan adalah pendayagunaan pekerja yang kurang maksimal
(uncapitalized employee), kemampuan manajemen (management skill), dan
yang terpenting bukan besarnya nilai dari biaya modal investasi (amount of
capital expenditure) namun seberapa efektif investasi tersebut dimanfaatkan.
cxxiv
Investigasi selanjutnya yaitu membandingkan pengkategorisasian
antara Kim (2001) dengan perspektif winner - loser dan Jiang et. al. (2006)
dengan cara sorting. Hasil yang diperoleh menyatakan dalam melakukan
pemilihan perusahaan untuk investasi khususnya dari segi capital
expenditure yang dilakukan perusahaan, sebaiknya calon investor
melakukan pemilihan perusahaan dengan kategorisasi winner-loser, dan
perusahaan winner-lah yang sebaiknya dipilih oleh calon investor, perlu
diketahui bahwa pemilihan berdasar track record winner-loser ini akan lebih
bermanfaat ketimbang melihat dari sisi besarnya rasio capital expenditure
yang dikeluarkan perusahaan (Jiang et. al., 2006), karena dengan dengan
track record perusahaan sesuai kategori Kim (2001) perusahaan winner
secara positif dan signifikan mampu mengelola capital expenditure-nya
dengan baik, namun dengan kategori Jiang et. al. (2006) menghasilkan
kesimpulan bahwa perusahaan dengan rasio capital expenditure terbesarpun
belum tentu bisa mengasosiasikan capital expenditure yang ditanamkan
dengan pendapatan perusahaan dimasa mendatang. Hal ini dijelaskan
dengan bukti statistik yang menunjukkan tidak terdapat pengaruh antara
biaya modal investasi pada future earning untuk P1 (portofolio dengan rasio
capital expenditure terbesar).
cxxv
BAB V
KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN IMPLIKASI
Pada bab ini disajikan kesimpulan yang berkaitan dengan hasil penelitian
yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya. Dari kesimpulan yang ada,
kemudian diberikan saran sehubungan dengan permasalahan yang telah
dikemukakan, sehingga dapat disajikan sebagai bahan masukan bagi pihak-pihak
yang berkaitan.
A. Kesimpulan
Berdasar hasil analisis data dan pengujian hipotesis yang telah
dipaparkan pada bab sebelumnya, dapat dikemukakan beberapa kesimpulan
sebagai berikut :
1. Biaya modal Investasi (capital expenditure) yang dikeluarkan atau
ditanamkan perusahaan berpengaruh positif terhadap pendapatan
perusahaan dimasa mendatang (future earning) untuk model regresi
tanpa variabel kontrol, yaitu model regresi dengan menggunakan data
perusahaan manufaktur secara keseluruhan.
2. Biaya modal investasi (capital expenditure) yang ditanamkan oleh
perusahaan berpengaruh positif terhadap pendapatan perusahaan dimasa
mendatang (future earning) untuk model regresi setelah dikontrol oleh
pendapatan perusahaan dimasa lalu (past earning). Sebagai tambahan,
dapat disimpulkan juga kemampuan capital expenditure dalam
cxxvi
mengasosiasikan dengan future earning untuk data keseluruhan hanya
bertahan hingga t+1 secara parsial dan secara simultan t+1, t+2 dan t+3.
3. Biaya modal investasi (capital expenditure) berpengaruh positif terhadap
pendapatan perusahaan dimasa mendatang (future earning) untuk
perusahaan kategori winner. Temuan selanjutnya menunjukkan pengaruh
positif dapat bertahan hampir disetiap tahun yaitu t+1, t+2 dan t+4
setelah dilakukannya capital expenditure, dan hanya t+3 saja
menunjukkan tidak adanya asosiasi antar 2 variabel yang diujikan.
4. Biaya modal investasi (capital expenditure) tidak berpengaruh terhadap
pendapatan perusahaan dimasa mendatang (future earning) untuk
perusahaan dengan kategori loser. Temuan tambahan yang lain
menunjukkan biaya modal investasi justru berpengaruh negatif terhadap
future earning pada t+1 dan t+2 setelah dilakukanya capital expenditure,
yang berarti dengan penambahan capital expenditure justru menjadi
beban bagi perusahaan kategori loser.
5. Biaya modal investasi (capital expenditure) berpengaruh positif terhadap
future earning untuk perusahaan kategori portofolio 4 dan tidak
berpengaruh untuk perusahaan portofolio 1, 2, 3 dan 5. Dengan demikian
pada portofolio 1 yaitu portofolio perusahaan dengan rasio capital
expenditure yang terbesar sekalipun tak menunjukkan kemampuan
mengasosiasikan belanja modal yang dilakukan dengan pendapatan
perusahaan dimasa mendatang, dan dari kelima portofolio yang dibentuk
hanya portofolio 4 yang menunjukkan pengaruh tersebut.
cxxvii
B. Keterbatasan Penelitian
Pada penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan penelitian baik terkait
keterbatasan teknis maupun keterbatasan dalam pengembangan alur
penelitian, dari keterbatasan yang ada selanjutnya disertakan pula masukan
untuk penelitian mendatang, berikut adalah penjelasannya :
1. Pada penelitian ini periode investasi yang digunakan adalah 1 tahun
(yaitu tahun 2005) dan periode pelaksanaan 4 tahun (2006-2009),
namun pada penelitian lain periode yang digunakan cukup variatif,
misalnya, menggunakan periode 10 tahun, yaitu 5 tahun awal sebagai
periode investasi dan 5 tahun berikutnya sebagai periode
pelaksanaan, ketimpangan lamanya obervasi ini dapat
dipertimbangkan untuk penelitian selanjutnya.
Terkait periode investasi dan periode pelaksanaan yang digunakan
sebagai skema penelitian, untuk selanjutnya dapat dilakukan variasi
yang berbeda dari penelitian ini, variasi yang dimaksud dapat
dilakukan dengan memperpanjang periode investasi dan juga
memperpanjang periode pelaksanaan yang digunakan (lebih dari 1
tahun periode investasi).
2. Pada penelitian ini dipilih kategori industri manufaktur karena
kecenderungan perusahaan manufaktur untuk lebih melakukan
proyek-proyek capital expenditure. Namun penulis mendapati
perkembangan pada kategori perusahaan lain yang juga sering
cxxviii
diekspos oleh media seperti contohnya sektor telekomunikasi dan
sektor pertambangan.
Terkait pemilihan sampel perusahaan, untuk penelitian selanjutnya
disarankan untuk memilih perusahaan-perusahaan dari kategori yang
berbeda (perusahaan non-manufaktur), karena selain untuk
pengembangan penelitian, banyak dijumpai perusahaan kategori non-
manufaktur yang melakukan proyek-proyek capital expenditure.
3. Proksi pendapatan perusahaan dimasa mendatang (future earning)
pada penelitian ini hanya dijelaskan oleh dua variabel, yaitu capital
expenditure dan past earning, karena memang tujuan utamanya
adalah melihat pengaruh ekslusif antara capital expenditure dan
future earning, namun demikian masih dimungkinkan penambahan
variabel lain untuk menjelaskan future earning.
Pada penelitian selanjutnya dimungkinkan penambahan proksi yang
dapat memperkaya penelitian ini. Proksi yang dimaksud dapat
berupa proksi non-kuantitatif maupun kuantitatif, sebagai contoh
penambahan proksi non-kuantitatif seperti capitalized employee,
managerial skill, dan kedisiplinan manajer dalam pengalokasian
dana, sebagai variabel untuk menjelaskan future earning.
cxxix
C. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan dan keterbatasan penelitian yang telah
diungkapkan diatas, implikasi untuk pihak terkait serta untuk penelitian
selanjutnya adalah sebagai berikut :
1. Bagi investor
Sebagai seorang calon investor ataupun investor yang akan memilih
perusahaan emiten dalam menanamkan modalnya, sebaiknya
memperhatikan corporate action perusahaan seperti adanya
pelaksanaan penambahan capital expenditure untuk proyek tertentu,
dan selanjutnya investor perlu berhati-hati untuk menanggapi adanya
isu atau pemberitaan capital expenditure yang tinggi oleh satu
perusahaan tertentu, karena hasil penelitian membuktikan yang
terpenting adalah kualitas pengelolaan capital expenditure dan bukan
sekedar proporsi capital expenditure yang tinggi. Terkait dengan
perusahaan tujuan investasi, perusahaan dengan track record yang
baik (winner) menunjukkan hasil yang lebih menjanjikan dalam
mengelola capital expenditure dibanding perusahaan kategori loser.
2. Bagi emiten
Sesuai dengan kesimpulan yang telah disampaikan, saran untuk
emiten yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI), sebaiknya
perusahaan secara keseluruhan perlu mengintensifkan pengelolaan
capital expenditure yang ditanamkan dengan lebih cermat sehingga
dalam mengasosiasikan capital expenditure dengan future earning
cxxx
mampu bertahan hingga periode yang cukup lama (t+4) layaknya
perusahaan kategori winner. Terlebih lagi, untuk perusahaan kategori
loser disarankan lebih ekstra dalam mengoptimalkan corporate
action berupa penanaman capital expenditure, karena hingga t+2
penanaman capital expenditure menunjukkan kecenderungan
pengaruh negatif terhadap pendapatan perusahaan loser dimasa
mendatang.
cxxxi
DAFTAR PUSTAKA
Abdel-Kader, Magdy G. dan David Dugdale. 1998. Investment in Advance Manufacturing Technology : A Study of practice in large UK Companies. Management Accounting Research, Vol 9, pp. 261-284.
Brigham, Eugene F. dan Joel F. Houston. 2006. Fundamentals of Financial Management. Singapore : Thompson south western publishing company.
Daniria E. Risa. 2008. Pengaruh Laba, Arus Kas dan Persistensi Laba Terhadap Laba Masa Depan. Surakarta : Koleksi Perpustakaan Fakultas Ekonomi UNS.
Djarwanto, PS. 1996. Statistik Induktif, Edisi keempat. Yogyakarta: BPFE.
Djati, Cygit Permono. 2003. Penggunaan Komponen Laba dalam Memprediksi laba dimasa yang akan datang. Surakarta : Koleksi Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.
Callen, J. Livnat dan Ryan. S. 1996. Capital expenditure: value relevance and fourth-quarter effect. The journal of Financial Statement Analysis, Vol. 1, pp. 13-24.
Echevarria, D P. 1997. Capital Investment and the profitability of fortune 500 industrials : 1971-1990. Studies in Economics and Finance, Vol. 18 No. 1, Fall, pp. 3-35.
Ferdinand, Augusty. 2006. Metode Penelitian Manajemen : pedoman penelitian untuk Penulisan Skripsi, tesis dan disertasi Ilmu Manajemen. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Ghozali, Imam. 2007. Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS : Cetakan IV. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Gujarati, Damodar. 1999. Essentials of Econometrics : second editions. Singapore : McGraw-Hill International editions.
_______________. 2006. Dasar-dasar Ekonometrika : Edisi ketiga (terjemahan). Jakarta : Penerbit Erlangga.
cxxxii
Gunawan S. Arif. Capex Astra International Rp 5 triliun. Harian Bisnis Indonesia edisi Jumat, 4 Desember 2009
Hartono, Jogiyanto. 2007. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Badan Penerbitan Fakultas Ekonomi UGM (BPFE UGM).
Higgins C. Robert. 1992. Analysis For Financial Management : Third Edition. United States of America : Richard D. Irwin, INC.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2007. Standar Akuntansi Keuangan : per 1 September 2007. Jakarta : Penerbit Salemba Empat.
Inci, Ahmet Can et. al. 2003. Capital Investment and Earnings : International Evidence. Sabanci University, Faculty of Management.
Institute for Economic and Financial Research. 2007. Indonesian Capital Market Directory 2007
Jatmiko, B. P. dan M. Munir Haikal. Bakrieland siapkan belanja modal Rp 3
triliun.. Harian Bisnis Indonesia, edisi Senin, 30 November 2009, halaman f2 kolom Bursa
Jatmiko, B. P. dan Nurbaiti. Capex Bukit Asam capai Rp 4 triliun. Harian Bisnis Indonesia, edisi Rabu, 2 Desember 2009, halaman f2 kolom Bursa.
Jatmiko, B. P. Jasa Marga Alokasikan Capex Rp 3,1 triliun. Harian Bisnis Indonesia, edisi Kamis, 3 Desember 2009, halaman f2 kolom Bursa.
Jensen, C. M dan William H, Meckling. 1976. Theory of the Form : Mangerial Behavior, Agency Cost and Ownership Structure. Journal of Financial Economics Vol 3, No. 4, pp. 305-360.
Jensen, C. Michael. 1986. Agency Cost of Free Cash Flow, Corporate Finance, and Takeovers. American Economic Review, Vol. 76, No. 2, pp. 323-329.
Jiang, Ching-Hai, Hsiang-lan Chen dan Yen-sheng Huang. 2006. Capital Expenditures and Corporate earning : evidence from taiwan stock exchange. Managerial Finance Vol 32 No. 11 pp 853-861, Emerald publishing limited 0307-4358.
cxxxiii
Kantudu. S, Aliyu. 2004. Capital Investment Appraisal Practices of QuotedFirms in Nigeria. Accounting Department, Bayero University, Kano.
Kim, S. 2001. The near term Financial performance of captal expenditure : A managerial perspective. Managerial finance, Vol. 27 No. 8, pp. 48-62.
Li, Donglin. 2004. The Implications of Capital Investments for Future Profitability and Stock Returns – an Overinvestment Perspective. Haas School of Business, University of California, Berkeley, CA94720.
Mufidati, Yeni. 2007. Kemampuan Arus Kas dan Laba dalam Memprediksi Arus Kas Perusahaan yang Akan Datang. Surakarta : Koleksi Perpustakaan Fakultas Ekonomi UNS.
Priyanto, Dwi. 2008. Statistical Product and Service Solution : Untuk Analisis Data & Uji Statistik. Yogyakarta : PT. BUKU KITA
Rahmawati T. Wahyu et. al. Indosat Dongkrak Capex 16,6% jadi US$ 1,4 Miliar. Harian Kontan edisi Kamis, 28 Agustus 2008 kolom investasi.
Sartono, Agus. 2001. Manajemen Keuangan : Teori dan Aplikasi. Edisi 4. Yogyakarta : Badan Penerbitan Fakultas Ekonomi UGM.
Setyawan, Andika. 2008. Pengaruh Komponen Arus Kas Terhadap Laba Satu Tahun ke Depan. Surakarta : Koleksi Perpustakaan Fakultas Ekonomi UNS.
Shin, Hyun-Han dan Yong H. Kim. 2001. Agency Cost and Efficiency of business Capital Investment : Evidence from Quarterly Capital Expenditures. Quarterly Journal of Economics 113, 531-552.
Sugiyono. 2000. Metode Penelitian Administrasi, Cetakan Ketujuh. Bandung : Badan Penerbit CV. Alfabeta.
Sunder, Shyam. 1980. Corporate Capital Investment, Accounting Methods and Earnings : A Test of the control Hypothesis. The Jounal Of Finance. pp 553-565.
cxxxiv
Titman, Sheridan et. al. 2003. Capital Investments and stock return. National Bureau of Economic Research (NBER) working Paper Series 9951.
Wahyuni, Salamah. 1993. Metodologi Penelitian Bisnis. Surakarta: UNS Pers.