Page 1
ANALISIS PENGARUH AUDIT DELAY, DEBT DEFAULT, DAN
DISCLOSURE TERHADAP PENERIMAAN OPINI AUDIT
GOING CONCERN
(Studi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2012-2014)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Dina Nurul Agustina
NIM: 208082000012
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015 M/1436 H
Page 6
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. Identitas Pribadi
1. Nama : Dina Nurul Agustina
2. Tempat, Tanggal Lahir : Banyumas, 21 Agustus 1988
3. Alamat : Jl. Mutiara 1 Rt 03/04, Dusun Ledug, Kec.
Kembaran, Kab. Banyumas, Jawa Tengah
4. Agama : Islam
5. Nama Ayah : Sudarkim
6. Nama Ibu : Nuratmi
7. Nomor Telepon : 085227313822
8. E-mail : [email protected]
II. Pendidikan
1. 1994 - 2000 : SDN 4 Ledug
2. 2000 - 2003 : SMP N 8 Purwokerto
3. 2003 - 2006 : SMA N 1 Purwokerto
4. 2008 - 2015 : S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Page 7
vii
ANALYSIS OF THE EFFECT AUDIT DELAY, DEBT DEFAULT, AND
DISCLOSURE ON THE PROBABILITY OF GOING CONCERN AUDIT
OPINION ACCEPTANCE
(Study On Manufacturingg Company Registered On Indonesia Stock Exchange
from 2012 to 2014)
ABSTRACT
The users of financial statements need information as a basic of their
economic decision making. Going concern audit opinion is defined as opinion
state by the auditors based on their audit, concludes that substantial doubt exists
with regard to the company’s ability to continue functioning as a business entity.
This study’s aims is to analize the effect of audit delay analysis, debt default, and
disclosure on the probability of going concern opinion acceptance.
This study used purposive sampling method. The data used secondary data
with the population of manufacturing companies registered on the Indonesia
Stock Exchange in the year 2012 until 2014. Methods of data analysis using
descriptive analysis and analytical methods to test the research hypotheses using
logistic regression analysis.
Results from this study indicate that that the audit delay variabel is not
affected significantly to going concern opinion acceptance, and the other
variables (debt default and disclosure) significantly affected going concern
opinion acceptace.
Keywords: audit delay, debt default, disclosure, going concern audit opinion
Page 8
viii
ANALISIS PENGARUH AUDIT DELAY, DEBT DEFAULT, DAN
DISCLOSURE TERHADAP PENERIMAAN OPINI AUDIT GOING
CONCERN
(Studi Pada Perusahaan Manufaktur Terdaftar di BEI 2012-2014)
ABSTRAK
Pengguna laporan keuangan membutuhkan informasi sebagai dasar mereka
mengambil keputusan. Opini audit going concern didefinisikan sebagai opini yang
dikeluarkan oleh auditor berdasarkan audit yang telah mereka lakukan,
didalamnya menyatakan bahwa terdapat keraguan yang substansial terhadap
kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dan
untuk melanjutkan usahanya sebagai sebuah entitas bisnis. Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk menguji pengaruh audit delay, debt default, dan disclosure
terhadap penerimaan opini audit going concern pada perusahaan manufaktur.
Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling. Data yang digunakan
adalah data sekunder dengan populasi perusahaan industri manufaktur yang telah
terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2014. Metode analisis data
menggunakan analisis deskriptif dan untuk uji hipotesis yaitu analisis regresi
logistik.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa audit delay tidak berpengaruh
secara signifikan, sedangkan untuk variabel debt default, dan disclosure
berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern.
Kata Kunci: audit delay, debt default, disclosure, opini audit going concern
Page 9
ix
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah, segala puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala
rahmat dan karuniaNya yang tak pernah putus sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi tugas akhir ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
selalu tercurah kepada Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم yang senantiasa membimbing
ummatnya menuju jalan taqwa.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat yang ditetapkan dalam rangka
mengakhiri studi dan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi dari Fakultas
Ekonomi dan Bisnis di Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Terwujudnya skripsi ini adalah juga berkat bantuan, dukungan, dan
kontribusi dari berbagai pihak. Untuk itu kesempatan pada kata pengantar ini
penulis ingin mengungkapkan ucapan terima kasih yang terutama kepada Allah
SWT atas sayangNya yang tercurah tak terhingga, semoga hambaNya ini bukan
termasuk yang kufur terhadap nikmat dari-Nya. Pihak-pihak yang telah
mendukung dalam penyusunan skripsi dan studi penulis, antara lain kepada:
1. Kedua orang tua yang penulis cintai dan hormati sepanjang hidup, Bapak
Sudarkim dan Ibu Nuratmi, atas cinta dan kasih sayangnya telah mengurus,
membesarkan, mendidik penulis hingga sekarang ini serta memberikan
semangat dan doa yang tiada henti-hentinya kepada penulis, terima kasih.
2. Eyang Ilmu, Adik Candra, Adik Tia, dan seluruh keluarga terima kasih atas
doa dan dukungannya yang selalu.
3. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Periode 2015-2019.
Page 10
x
4. Ibu Dr. Rini, M.Si., AK., CA selaku dosen pembimbing skripsi I yang telah
memberikan saran dan pengarahan serta bimbingan dengan kesabaran hingga
terselesaikannya skripsi ini.
5. Ibu Wilda Farah, SE., M.Si., Ak., CPA., CA selaku dosen pembimbing skripsi
II yang telah memberikan saran dan pengarahan serta diskusi dengan penuh
kesabaran hingga terselesaikannya skripsi ini.
6. Ibu Yessi Fitri SE.,Ak.,M.Si selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, terima kasih atas
bantuan dan dukungannya.
7. Bapak Hepi Prayudiawan, SE., MM., Ak., CA selaku Sekretaris Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
terima kasih atas bantuan dan dukungannya.
8. Segenap dosen yang telah mentransformasikan ilmu pengetahuannya kepada
penulis, serta seluruh staf dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, penulis
ucapkan terima kasih atas partisipasinya dan segala bantuannya selama penulis
menuntut ilmu.
9. Sahabat-sahabat yang telah banyak membantu dan selalu memberikan
dukungan dan semangat. Terima kasih Teh Lusi untuk berbagi cerita dan
motivasi serta tempat yang nyaman saat terlalu lelah untuk pulang. Terima
kasih Muchsin telah menjadi teman diskusi yang menyenangkan, menemani
mencari bahan ke perpustakaan dan untuk semangat yang ditularkan. Terima
kasih untuk Wiwi atas optimismenya, segalanya mungkin jika Tuhan
berkehendak. Terima kasih pada Tryas atas masukan-masukan berharganya,
semoga silaturahmi kita tak pernah lekang oleh waktu. Terima kasih pada Adit
yang telah menemani berjuang mengurus administrasi dan terus memotivasi
hingga akhir.
10. Rekan-rekan di Divisi TI Kantor Pusat PT. Pegadaian (Persero) keluarga
kedua yang telah memberikan bantuan dan dukungannya demi segera
terselesaikannya skripsi ini. Pak Budi Irawan selaku Manajer QA atas
kesediaannya memberikan izin keluar. Rekan team QA: Mas Septian, Mas
Hari, Mas Angga, Mas Taufik, dan Mas Taufik K. atas kerjasama, dukungan
Page 11
xi
dan motivasinya. Terima kasih para Rangers: Uni Andhika, Mas Fadli, Mas
Bari, Mas Setiyo atas persahabatan dan tawanya. Bang Dorus dan Mas Danny
semoga tak bosan jadi tempat curhat.
11. Pihak-pihak lain yang telah turut membantu secara langsung maupun tidak
yang tidak dapat disebutkan satu persatu, dengan ini penulis ucapkan terima
kasih.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna
karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang penulis miliki. Oleh
karena itu, segala bentuk saran serta masukan yang membangun dari berbagai
pihak sangat diharapkan demi perbaikan di masa yang akan datang.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, September 2015
Page 12
xii
DAFTAR ISI
Halaman Judul ............................................................................................. i
Lembar Pengesahan Skripsi …………………………… ............................ ii
Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif …………………………… ...... iii
Lembar Pengesahan Ujian Skripsi .. ............................................................ iv
Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah .. ............................................ v
Daftar Riwayat Hidup .. ................................................................................ vi
Abstract .. ......................................................................................................... vii
Abstrak .. ......................................................................................................... viii
Kata Pengantar .. ........................................................................................... ix
Daftar Isi ........................................................................................................ xii
Daftar Tabel … ............................................................................................... xv
Daftar Gambar … .......................................................................................... xvi
Daftar Lampiran .. ......................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian ........................................................ 1
B. Perumusan Masalah ................................................................. 6
C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian ................................................................... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Keagenan ....................................................................... 10
B. Auditing ................................................................................... 14
1. Pengertian Auditing ............................................................ 14
2. Tujuan Audit ....................................................................... 15
3. Jenis Audit .......................................................................... 18
4. Standar Auditing ................................................................. 21
C. Opini Audit .............................................................................. 24
D. Opini Audit Going Concern .................................................... 29
Page 13
xiii
E. Audit Delay ............................................................................. 35
F. Debt Default ............................................................................ 38
G. Disclosure …………………………………………………… 39
H. Penelitian Sebelumnya dan Perumusan Hipotesis ................... 42
I. Kerangka Pemikiran ................................................................ 49
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Sifat Penelitian ......................................................... 50
B. Metode Penentuan Sampel ...................................................... 50
C. Jenis dan Sumber Data ........................................................... 51
D. Metode Pengumpulan Data ..................................................... 52
E. Metode Analisis ....................................................................... 53
1. Analisis Statistik Deskriptif ................................................ 53
2. Analisis Regresi Logsitik ..................................................... 53
a. Menilai Kelayakan Model Regresi ................................. 55
b. Menilai Model fit ............................................................ 56
c. Koefisien Determinasi .................................................... 57
d. Tabel Klasifikasi ............................................................ 57
e. Estimasi Parameter dan Interprestasinya ....................... 57
F. Operasionalisasi Variabel Penelitian ....................................... 58
1. Variabel Dependen .......................................................... 58
2. Variabel Independen ........................................................ 59
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ............................ 61
B. Analisis Data Penelitian .. ........................................................ 63
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif ............................................ 63
2. Hasil Uji Regresi Logistik ................................................ 64
a. Hasil Uji Kelayakan Model Regresi ............................ 65
b. Hasil Uji Overall Model fit .......................................... 66
Page 14
xiv
c. Hasil Uji Koefisien Determinasi .................................. 67
d. Hasil Uji Tabel Klasifikasi .......................................... 68
e. Hasil Estimasi Parameter dan Interprestasinya ............ 69
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................. 74
B. Saran ........................................................................................ 75
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 77
LAMPIRAN-LAMPIRAN ........................................................................... 80
Page 15
xv
DAFTAR TABEL
Nomor Keterangan Hal
2.1 Penelitian Sebelumnya ............................................................ 45
4.1 Proses Seleksi Sampel ............................................................. 61
4.2 Distribusi Sampel Berdasarkan Sektor Usaha ......................... 62
4.3 Hasil Uij Statistik Deskriptif ................................................... 63
4.4 Hosmer And Lemeshow Test ................................................... 65
4.5 Iteration History Block 0.. ........................................................ 66
4.6 Iteration History Block 1 .......................................................... 66
4.7 Koefisien Cox & Snell R Square & Nagelkerke R Square ..... 68
4.8 Hasil Uji Klasifikasi ................................................................ 68
4.9 Hasil Uji Signifikansi Data ..................................................... 69
Page 16
xvi
DAFTAR GAMBAR
Nomor Keterangan Hal
2.1 Kerangka Pemikiran ................................................................ 49
Page 17
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Keterangan Halaman
1 Daftar Nama Perusahaan Sampel .................................... 81
2 Daftar Disclosure Index .................................................. 83
3 Output SPSS ................................................................... 85
Page 18
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Laporan keuangan merupakan bentuk pertanggungjawaban pihak
manajemen kepada pemilik perusahaan atas pengelolaan sumber daya
perusahaan serta menjadi alat untuk mengukur kinerja manajemen. Menurut
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.1 (revisi 2013) tujuan
dari laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi
keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas bagi para pengguna laporan
keuangan dalam pembuatan keputusan.
Berdasarkan teori agensi yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan
kepentingan antara manajemen dengan pemilik perusahaan (Jensen dan
Meckling, 1976) maka dibutuhkan pihak ketiga yang independen untuk
menjembatani perbedaan kepentingan tersebut. Pihak ketiga dalam hal ini
adalah auditor independen atau akuntan publik. Auditor memegang peranan
sangat penting terkait tugasnya sebagai pihak yang menjamin laporan
keuangan telah disajikan secara tepat dan benar serta terhindar dari salah saji
material.
Pada tahun 2002 terjadi fenomena besar bagi profesi akuntan publik, yaitu
dicabutnya izin praktik Kantor Akuntan Publik (KAP) Arthur Andersen yang
merupakan salah satu KAP dengan rating tinggi pada masa itu. Hal ini terjadi
akibat KAP tersebut terbukti lalai dalam menjalankan tugasnya hingga
Page 19
2
mengakibatkan bangkrutnya perusahaan besar dunia yaitu Enron dan
Worldcom. Ada pula kasus KAP Klynveld Peat Marwick Goerdeler (KPMG)
yang gagal mengungkapkan terjadinya fraud accounting pada Xerox Corp
pada tahun 2001. Kasus-kasus ini mengakibatkan munculnya banyak kritikan
atas profesi akuntan publik.
American Institute of Certified Public Accountant (AICPA) (1988) dalam
Januarti (2009) mensyaratkan bahwa auditor harus mengemukakan secara
eksplisit apakah perusahaan klien akan dapat mempertahankan kelangsungan
hidupnya sampai setahun kemudian setelah pelaporan. Setiap tahunnya
perusahaan akan memprediksi tentang keberlangsungan usahanya atau yang
disebut sebagai going concern.
Salah satu opini yang diberikan oleh auditor eksternal yaitu opini going
concern, merupakan opini yang sangat relevan yang merupakan tanda merah
bahwa terdapat kegagalan keuangan bagi perusahaan di masa yang akan
datang. Setelah krisis ekonomi pada akhir tahun 1990-an, banyak perusahaan
yang pertama kali diaudit diberikan opini pada wajar tanpa pengecualian,
namun semua tiba-tiba di publikasikan sebagai perusahaan yang terdeteksi
bangkrut, dengan bukti deteksi rekening yang kurang atas kinerja keuangan
perusahaan yang sebenarnya menunjukan kondisi keuangan yang tidak sehat
(Hani, Clearly, dan Mukhlasin, 2003).
Sejak krisis global yang terjadi pada pertengahan 2008, hanya beberapa
perusahaan yang dapat bertahan misalnya pada industri makanan dan
minuman. Selain itu banyak perusahaan yang menyatakan bangkrut tiba-tiba,
Page 20
3
contohnya pada perusahaan pembiayaan nasional Thornburg Mortgage Inc.
yang berbasis di Santa Fe, New Mexico. Thornburg terpaksa melepas
investasi berbasis asset mortgage senilai miliaran dolar AS untuk
memperbaiki keuangan mereka yang digoyang masalah kredit. Kejatuhan
pasar perumahan AS yang kemudian menuntut transparansi dan pemberian
kredit yang lebih ketat telah menyebabkan permasalahan pada perusahaan-
perusahaan mortgage.
Penulis menduga bahwa sebenarnya Thornburg Morgage telah memasuki
fase krisis keuangan (financial distress) jauh sebelum terjadinya krisis
keuangan global yang mungkin ditimbulkan karena in-efisiensi operasional
Thornburg Morgage sendiri. Penulis juga menduga bahwa potensi
kebangkrutan Thornburg Morgage seharusnya sudah dapat diprediksi minimal
satu atau dua tahun sebelum kebangkrutan benar-benar terjadi,
Dengan adanya keraguan perusahaan untuk dapat melakukan
kelangsungan usahanya, maka auditor dapat memberikan opini going concern
(opini modifikasi). Opini ini merupakan bad news bagi pemakai laporan
keuangan. Masalah yang sering timbul adalah bahwa sangat sulit untuk
memprediksi kelangsungan hidup sebuah perusahaan, sehingga banyak
auditor yang mengalami dilema antara moral dan etika dalam memberikan
opini going concern. Penyebabnya adalah adanya hipotesis Self-fulfilling
prophecy yang menyatakan bahwa apabila auditor memberikan opini going
concern, maka perusahaan akan menjadi lebih cepat bangkrut karena banyak
investor yang membatalkan investasinya atau kreditor yang menarik dananya
Page 21
4
(Elizabeth K Venuti, 2007). Masalah kedua yang menyebabkan
kegagalan audit (audit failures) adalah tidak terdapatnya prosedur penetapan
status going concern yang terstruktur (Joanna L Ho, 1994). Bagaimanapun
juga hampir tidak ada panduan yang jelas atau penelitian yang sudah ada yang
dapat dijadikan acuan pemilihan tipe opini going concern yang harus dipilih
(La Salle dan Anandarajan, 1996) karena pemberian status going concern
bukanlah suatu tugas yang mudah (Koh dan Tan, 1999). Mutchler et al.
(1997) menemukan bukti bahwa keputusan opini going concern sebelum
terjadinya kebangkrutan secara signifikan berkorelasi dengan probabilitas
kebangkrutan dan variabel lag laporan audit serta informasi berlawanan yang
ekstrim (contrary information) seperti default.
Mutchler (1985) mengemukakan bahwa kriteria perusahaan akan
menerima opini going concern apabila mempunyai masalah pada pendapatan,
reorganisasi, ketidakmampuan dalam membayar bunga, menerima opini going
concern tahun sebelumnya, dalam proses likuidasi, modal yang negatif, arus
kas negatif, pendapatan operasi negatif, modal kerja negatif, 2 sampai dengan
3 tahun berturut-turut rugi, serta laba ditahan negatif. Ashton, Willingham dan
Elliott (1987), Dodd et al. (1984), Elliot (1984) menyatakan bahwa
perusahaan yang menerima opini going concern membutuhkan waktu audit
(audit delay) yang lebih lama dibandingkan perusahaan yang menerima opini
wajar tanpa pengecualian. Audit delay adalah lamanya waktu penyelesaian
audit yang diukur dari tanggal penutupan tahun buku hingga tanggal
diselesaikan laporan auditor independen (Ashton et al., 1997, Halim: 2003).
Page 22
5
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya
menunjukkan bahwa audit delay yang terjadi di Indonesia rata-rata sebanyak
85 hari. Rata-rata audit delay di Indonesia ini tergolong lebih panjang bila
dibandingkan dengan di luar negeri, misalnya audit delay di Kanada lebih
pendek, yaitu lebih cepat 21,95 hari dibandingkan dengan Indonesia (Halim:
2003). Audit delay yang melewati batas waktu ketentuan BAPEPAM, tentu
berakibat pada keterlambatan publikasi laporan keuangan.
Ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan diatur dalam penjelasan
UU No. 8 Tahun 2011 tentang pasar modal dimana dijelaskan bahwa laporan
keuangan auditan bersifat wajib dengan batas waktu 90 hari dari akhir tahun
sampai dengan tanggal diserahkannya laporan keuangan yang telah diaudit
kepada BAPEPAM. Selanjutnya BAPEPAM mengatur keputusan mengenai
laporan keuangan pada peraturan BAPEPAM Nomor X.K.2. Pada peraturan
tersebut dijelaskan mengenai kewajiban perusahaan publik untuk
menyampaikan laporan keuangan berkala yang berisi informasi mengenai
kegiatan usaha dan keadaan keuangan pada perusahaan tersebut. Laporan
tersebut juga harus disusun berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan dari
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI).
Undang-Undang Nomor 8 tahun 2011 dari peraturan BAPEPAM Nomor
X.K.2 juga menjelaskan bahwa apabila perusahaan terlambat dalam
menyampaikan laporan keuangannya maka akan dikenai sanksi administratif
sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Serta sanksi administrasi tersebut di
atur berdasarkan peraturan pemerintah No. 45 Tahun 1995 tentang
Page 23
6
penyelenggaraan kegiatan di bidang pasar modal, bab XII sanksi administratif
pasal 61, dinyatakan bahwa yang melakukan pelanggaran atas ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal dikenakan sanksi
administratif. Meskipun sudah ditetapkan aturan dan sanksi tersebut, tetap saja
masih ada perusahaan yang melakukan keterlambatan dalam penyampaian
laporan keuangannya.
Keterlambatan publikasi laporan keuangan dapat mengindikasikan adanya
masalah dalam laporan keuangan emiten sehingga memerlukan waktu yang
lebih lama dalam penyelesaian audit. Keterlambatan publikasi laporan
keuangan sangat merugikan investor karena dapat meningkatkan asimetri
informasi di pasar, insider trading dan memunculkan rumor yang membuat
pasar menjadi tidak pasti dan ketidakpastian itu akan berakibat fatal terhadap
kelangsungan usaha perusahaan tersebut.
Pada kenyataannya, masalah going concern merupakan hal yang
kompleks dan terus ada sehingga diperlukan faktor-faktor sebagai tolak ukur
yang pasti untuk menentukan status going concern pada perusahaan.
Kekonsistenan faktor-faktor tersebut harus diuji agar dalam keadaan ekonomi
yang fluktuatif, status going concern tetap dapat diprediksi.
Salah satu cara agar going concern suatu perusahaan dapat diprediksi
dengan cara di proxy kan dengan status debt default perusahaan. Chench dan
Chruch (1992) menemukan penambahan variabel status debt default dapat
meningkatkan R² sampel dari 35% menjadi 93%, hal ini mengindikasikan
bahwa variabel debt default sebagai variabel yang penting.
Page 24
7
Penyebab terjadinya pemberian opini audit going concern itu bisa
disebabkan oleh adanya disclosure atau pengungkapan yang cukup atas
informasi keuangan perusahaan yang dijadikan salah satu dasar pertimbangan
auditor untuk mempermudah dalam pemberian opini going concern.
Disclosure dianggap sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi dalam
pemberian opini going concern oleh auditor. Hal ini telah dibuktikan oleh
Haron et el (2009) bahwa disclosure mempengaruhi opini going concern.
Pada kenyataannya, masalah going concern merupakan hal yang
kompleks dan terus ada. Sehingga diperlukan faktor-faktor sebagai tolak ukur
yang pasti untuk menentukan status going concern pada perusahaan.
Kekonsistenan faktor-faktor tersebut harus diuji agar dalam keadaan ekonomi
yang fluktuatif, status going concern tetap dapat diprediksi.
Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik untuk membahas “Analisis
Pengaruh Audit Delay, Debt Default dan Disclosure Terhadap
Penerimaan Opini Audit Going Concern (Studi Pada Perusahaan
Manufaktur Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2014)”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas maka rumusan
masalah yang hendak diteliti adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh audit delay terhadap penerimaan opini audit going
concern?
Page 25
8
2. Bagaimana pengaruh debt default terhadap penerimaan opini audit going
concern?
3. Bagaimana pengaruh disclosure terhadap penerimaan opini audit going
concern?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini
adalah:
1. Memperoleh bukti empiris untuk mengetahui pengaruh audit delay
terhadap penerimaan opini audit going concern.
2. Memperoleh bukti empiris untuk mengetahui pengaruh debt default
terhadap penerimaan opini audit going concern.
3. Memperoleh bukti empiris untuk mengetahui pengaruh disclosure
terhadap penerimaan opini audit going concern.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Akademisi
Secara akademis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
kontribusi bagi perkembangan teori di Indonesia, khususnya mengenai
masalah going concern. Penelitian ini diharapkan pula dapat menambah
khasanah pengetahuan dan pemahaman serta dapat dijadikan sebagai
referensi pengetahuan, bahan diskusi dan bahan kajian lanjut bagi
pembaca tentang masalah yang berkaitan dengan opini going concern dan
Page 26
9
memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya
mengenai analisis audit delay, debt default, dan disclosure yang
mempengaruhi pemberian opini audit going concern serta referensi
penelitian selanjutnya.
2. Bagi Investor
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan bagi
investor yang ingin berinvestasi tentang manfaat kondisi kondisi
keuangan, baik pada saham atau obligasi yang dikelurkan oleh suatu
perusahaan, tentunya akan sangat berkepentingan untuk melihat adanya
kemungkinan bangkrut atau tidaknya perusahaan yang menjual surat
berharga tersebut.
3. Bagi Pemberi Pinjaman (Kreditor)
Informasi kebangkrutan dapat bermanfaat untuk mengambil
keputusan siapa yang akan diberi pinjaman, dan kemudian bermanfaat
untuk kebijakan memonitor pinjaman yang ada.
4. Bagi Auditor
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan
pertimbangan auditor dalam melaksanakan proses audit terutama dalam
hal pemberian opini terhadap klien yang mempunyai masalah dalam
kelangsungan usahanya serta bagi auditor dalam memberikan penilaian
keputusan opini audit yang mengacu pada kelangsungan hidup (going
concern) perusahaan di masa yang akan datang.
Page 27
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Keagenan
Teori keagenan (agency theory) dikembangkan di tahun 1970-an
terutama pada tulisan Jensen dan Meckling (1976). Konsep-konsep teori
keagenan dilatarbelakangi oleh berbagai teori sebelumnya seperti teori
konsep biaya transaksi (Coase, 1937), teori property right (Berle dan Means,
1932), dan filsafat utilitarisme (Ross, 1973). Teori keagenan dibangun
sebagai upaya untuk memecahkan memahami dan memecahkan masalah
yang muncul manakala ada ketidaklengkapan informasi pada saat melakukan
kontrak (perikatan).
Jensen dan Meckling (1976) menggambarkan hubungan agen sebagai
suatu kontrak di bawah satu atau lebih prinsipal yang melibatkan agen untuk
melaksanakan beberapa layanan bagi mereka dengan melakukan beberapa
pendelegasian wewenang pengambilan keputusan kepada agen. Agen diberi
wewenang oleh pemilik untuk melakukan operasional perusahaan, sehingga
agen lebih banyak mempunyai informasi dibandingkan pemilik. Ketimpangan
informasi ini disebut asymetri informasi.
Agency cost adalah risiko yang terjadi ketika seseorang (prinsipal)
membayar seseorang (agen) untuk menjalankan sebuah tugas padahal
kepentingan agen bertentangan atau tidak selaras dengan kepentingan
Page 28
11
prinsipal (Purbarini, 2007). Dalam teori keagenan (agency theory), hubungan
agensi muncul ketika satu orang atau lebih (prinsipal) memperkerjakan orang
lain (agen) untuk memberikan suatu jasa dan kemudian mendelegasikan
wewenang pengambilan keputusan kepada agen tersebut. Hubungan antara
prinsipal dan agen dapat mengarah pada kondisi ketidakseimbangan
informasi karena agen berada pada posisi yang memiliki informasi yang lebih
banyak tentang perusahaan dibandingkan dengan prinsipal. Dengan asumsi
bahwa individu-individu bertindak untuk memaksimalkan kepentingan diri
sendiri, maka dengan asimetri informasi yang dimilikinya akan mendorong
agen untuk menyembunyikan beberapa informasi yang tidak diketahui
prinsipal. Adanya asimetri informasi ini menyebabkan kemungkinan
munculnya konflik antara pihak prinsipal dan agen.
Eisenhardt (1989) mengemukakan tiga asumsi sifat dasar manusia
yaitu:
1. Manusia pada umumnya mementingkan diri sendiri (self interest),
2 Manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa
mendatang (bounded rationality),
3. Manusia selalu menghindari resiko (risk adverse).
Berdasarkan asumsi sifat dasar manusia tersebut menyebabkan bahwa
informasi yang dihasilkan manusia untuk manusia lain selalu dipertanyakan
reliabilitasnya dan dapat dipercaya tidaknya informasi yang disampaikan
(Muh. Arief Ujiyantho, 2007). Asimetri informasi ini juga pada akhirnya
dapat memberikan kesempatan bagi para manajer untuk melakukan
Page 29
12
manajemen laba sebagai upaya untuk meningkatkan kesejahteraan
pribadinya.
Jensen dan Meckling dalam Isnanta (2008), menyatakan bahwa teori
keagenan mendeskripsikan pemegang saham sebagai prinsipal dan
manajemen sebagai agen. Manajemen merupakan pihak yang dikontrak oleh
pemegang saham untuk bekerja demi kepentingan pemegang saham. Untuk
itu manajemen diberikan sebagian kekuasaan untuk membuat keputusan bagi
kepentingan terbaik pemegang saham. Oleh karena itu, manajemen wajib
mempertanggungjawabkan semua upayanya kepada pemegang saham.
Karena unit analisis dalam teori keagenan adalah kontrak yang melandasi
hubungan antara prinsipal dan agen, maka fokus dari teori ini adalah pada
penentuan kontrak yang paling efisien yang mendasari hubungan antara
prinsipal dan agen. Untuk memotivasi agen maka prinsipal merancang suatu
kontrak agar dapat mengakomodasi kepentingan pihak-pihak yang terlibat
dalam kontrak keagenan.
Kontrak yang efisien adalah kontrak yang memenuhi dua faktor, yaitu
(Sukartha, 2007):
1. Agen dan pinsipal memiliki informasi yang simetris artinya baik agen
maupun majikan memiliki kualitas dan jumlah informasi yang sama
sehingga tidak terdapat informasi tersembunyi yang dapat digunakan
untuk keuntungan dirinya sendiri.
Page 30
13
2. Risiko yang dipikul agen berkaitan dengan imbal jasanya adalah kecil
yang berarti agen mempunyai kepastian yang tinggi mengenai imbalan
yang diterimanya.
Pada kenyataannya informasi simetris itu tidak pernah terjadi, karena
manajer berada didalam perusahaan sehingga manajer mempunyai banyak
informasi mengenai perusahaan sedangkan prinsipal sangat jarang atau
bahkan tidak pernah datang ke perusahaan sehingga informasi yang diperoleh
sangat sedikit. Hal ini menyebabkan kontrak efisien tidak pernah terlaksana
sehingga hubungan agen dan prinsipal selalu dilandasi oleh asimetri
informasi. Agen sebagai pengendali perusahaan pasti memiliki informasi
yang lebih baik dan lebih banyak dibandingkan dengan prinsipal. Di samping
itu, karena verifikasi sangat sulit dilakukan, maka tindakan agen pun sangat
sulit untuk diamati.
Rahman dan Siregar (2012) menyatakan bahwa auditor dipandang
sebagai pihak yang independen dianggap mampu menjembatani kepentingan
prinsipal dan agen dalam melakukan monitoring terhadap kinerja manajemen
apakah telah bertindak sesuai dengan keinginan prinsipal melalui sebuah
sarana yaitu laporan keuangan.
Auditor bertugas memberikan opini atas kewajaran laporan keuangan
perusahaan, dan mengevaluasi apakah terdapat kesangsian besar terhadap
kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya
serta mengungkapkannya pada laporan audit (SPAP, 2011). Laporan audit
memberikan peringatan awal mengenai kondisi keuangan perusahaan bagi
Page 31
14
prinsipal (Rahman dan Siregar, 2012). Data-data perusahaan akan lebih
mudah dipercaya oleh investor dan pemakai laporan keuangan lainnya,
apabila laporan keuangan yang mencerminkan kinerja dan kondisi keuangan
perusahaan telah mendapat pernyataan wajar dari auditor (Komalasari, 2004).
Dengan laporan keuangan auditan tersebut, pemakai laporan keuangan dapat
mengambil keputusan yang tepat atas perusahaan.
B. Auditing
1. Pengertian Auditing
Pada awal perkembangan, kata auditing berasal dari bahasa latin
“audite” yang berarti mendengarkan, dimaksudkan untuk menentukan
kebenaran dari laporan keuangan dengan mencari dan menemukan tindak
kecurangan maupun kesalahan perhitungan. Saat ini pengertian auditing
lebih terarah pada pemberian pendapat atas kewajaran laporan keuangan
dalam pemeriksaan laporan keuangan.
Menurut Arens, Elder, dan Beasley (2011:4) auditing didefinisikan
sebagai berikut:
“Auditing is the accumulation an evaluation of evidence about
information to determine and report on the degree of correspondence
between the information and established criteria. Auditing should be
done by a competent, independent person”.
Artinya auditing adalah pengumpulan dan penilaian bukti mengenai
informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara
informasi tersebut dan kriteria yang ditetapkan. Auditing harus dilakukan
oleh orang yang kompeten dan independen.
Page 32
15
Definisi yang berasal dari ASOBAC (A Statement of Basic Auditing
Concepts) yang dikutip dari Halim (2008:1) mendefinisikan auditing
sebagai:
“suatu proses sistematis untuk menghimpun dan mengevaluasi
bukti-bukti secara objektif mengenai asersi-asersi tentang berbagai
tindakan dan kejadian ekonomi untuk menentukan tingkat kesesuaian
antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditentukan dan
menyampaikan hasilnya kepada para pemakai yang berkepentingan”.
Sedangkan pengertian auditing menurut Agoes (2008:3) adalah:
“Suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis,
oleh pihak yang independen terhadap laporan keuangan yang telah
disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan
bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan
pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut”.
Berdasarkan beberapa pengertian auditing di atas dapat disimpulkan
bahwa auditing merupakan suatu proses pengumpulan dan pengevaluasian
bukti-bukti atas informasi mengenai kejadian ekonomi oleh pihak
independen dengan tujuan agar dapat memberikan pendapat mengenai
kewajaran atas penyajian laporan keuangan yang sesuai dengan kriteria
yang telah ditetapkan yaitu prinsip akuntansi yang berlaku umum
(PABU).
2. Tujuan Audit
Tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor independen pada
umumnya adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran dalam
semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas,
dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia (SPAP, PSA No.02. SA seksi 110, 2011:110.1)
Page 33
16
Tujuan umum audit menurut Kell, Johnson dan Boynton (2006:6)
adalah untuk menyatakan pendapat atas kewajaran, dalam suatu hal yang
material, posisi keuangan dan hasil usaha arus kas sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum, sedangkan tujuan audit spesifikasi
ditentukan berdasarkan asersi-asersi yang dibuat oleh manajemen adalah
pernyataan yang tersirat atau yang dinyatakan jelas oleh manajemen
mengenai jenis transaksi dan akun terkait dalam laporan keuangan. Asersi
manajemen berhubungan langsung dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum, sehingga auditor harus memahami asersi-asersi suatu manajemen
agar audit dapat dilaksanakan dengan memadai.
Sedangkan tujuan umum audit dalam Agoes (2008:1) adalah untuk
memberikan nilai tambah bagi laporan keuangan perusahaan, karena
tujuan akhir auditing adalah memberikan pendapat kewajaran posisi
keuangan suatu perusahaan.
Tujuan audit secara spesifik ditentukan berdasarkan aseri-asersi yang
dibuat oleh manajemen yang tercantum dalam laporan keuangan. Asersi
dalam PSA No. 7 (SA seksi 326, 2011:326.2) yaitu asersi keberadaan atau
keterjadian, asersi kelengkapan, asersi hak dan kewajiban, asersi penilaian
atau alokasi, dan asersi penyajian dan pengungkapan. Asersi-asersi
manajemen adalah sebagai berikut:
1) Asersi keberadaan atau keterjadian (Existence or Occurrence)
Asersi ini berhubungan dengan aktiva atau utang satuan usaha
ada pada tanggal tertentu dan apakah transaksi yang dicatat telah
Page 34
17
terjadi selama periode tertentu. Manajemen membuat asersi bahwa
persedian produk jadi yang terdapat dalam neraca adalah tersedia
untuk dijual.
2) Asersi kelengkapan (Completeness)
Asersi ini berhubungan dengan apakah semua transaksi dan akun
yang seharusnya dijadikan dalam laporan keuangan telah dicantumkan
didalamnya. Manajemen membuat asersi bahwa seluruh pembelian
barang dan jasa dicatat dan dicantumkan dalam laporan keuangan.
3) Asersi Hak dan Kewajiban (Rights and Obligation)
Asersi ini berhubungan dengan apakah aktiva merupakan hak
perusahaan dan utang merupakan kewajiban perusahaan pada tanggal
tertentu.
4) Asersi Penilaian atas Lokasi (Valuation)
Asersi ini berhubungan dengan apakah komponen-komponen
aktiva, kewajiban, pendapatan, dan biaya sudah dicantumkan dalam
laporan keuangan pada jumlah yang semestinya.
5) Asersi Penyajian dan Pengungkapan (Presentation and Disclosure)
Asersi ini beruhubungan dengan apakah komponen-komponen
tertentu laporan keuangan yang diklasifikasikan dijelaskan dan
diungkapkan semestinya.
Dalam memperoleh bukti audit yang mendukung asersi dalam laporan
keuangan, auditor inpenden merumuskan tujuan audit secara spesifik
ditinjau dari sudut asersi tersebut. Dalam merumuskan tujuan audit
Page 35
18
auditor independen hendaknya mempertimbangkan kondisi entitas, sifat,
aktivitas ekonomi, dan praktek akuntansi industrinya.
3. Jenis Audit
Menurut Arens, Elder, dan Beasley (2011:15) akuntan publik
melakukan tiga jenis utama audit yaitu audit operasional, audit ketaatan
dan audit laporan keuangan.
a) Audit Operasional
Audit operasional mengevaluasi efisiensi dan efektivitas bagian
dari prosedur dan metode operasi dan organisasi. Pada akhir audit
operasional, manajemen biasanya mengaharapkan saran-saran untuk
memperbaiki operasi. Sebagai contoh, auditor mungkin mengevaluasi
efisiensi dan akurasi pemprosesan transaksi penggajian dengan sistem
komputer yang dipasang. Dalam audit operasional, review atau
penelaahan yang dilakukan tidak terbatas pada akuntansi, tetapi dapat
mencakup evaluasi atas struktur organisasi, operasi komputer, metode
produksi, pemasaran, dan semua bidang lain dimana auditor
menguasainya.
b) Audit Ketaatan
Audit ketaatan dilaksanakan untuk menentukan apakah pihak
yang diaudit mengikuti prosedur, aturan atau ketentuan tertentu yang
ditetapkan oleh otoritas yang lebih tinggi. Contohnya, menentukan
apakah personel akuntansi mengikuti prosedur yang digariskan oleh
Page 36
19
kontroler perusahaan, review tarif upah untuk melihat ketaatan dengan
ketentuan upah minimum.
c) Audit Laporan Keuangan
Audit laporan keuangan dilakukan untuk menentukan apakah
laporan keuangan (informasi diversifikasi) telah dinyatakan sesuai
dengan kriteria tertentu. Biasanya, kriteria yang berlaku adalah prinsip-
prinsip akuntansi yang berlaku umum (GAAP), walaupun auditor
mungkin saja melakukan audit atas laporan keuangan yang disusun
dengan menggunakan akuntansi dasar kas atau beberapa dasar lainnya
yang cocok untuk organisasi itu. Dalam menentukan apakah laporan
keuangan telah dinyatakan secara wajar sesuai dengan GAAP, auditor
mengumpulkan bukti untuk menetapkan apakah laporan keuangan itu
mengandung kesalahan yang material atau salah saji lainnya.
Sedangkan menurut Johnson, Kell dan Boynton (2008),
mengemukakan tiga jenis audit sebagai berikut:
“Audits are generally classified into three categories financial
statement, compliance or operational”.
Berikut penjelasan mengenai ketiga audit tersebut:
a. Audit Laporan Keuangan (Financial Statement Audit)
Audit laporan keuangan mencakup penghimpunan dan
pengevaluasian bukti mengenai laporan keuangan suatu entitas
dengan tujuan untuk memberikan pendapat apakah laporan
keuangan telah disajikan secara wajar sesuai kriteria yang telah
ditentukan, yaitu prinsip akuntansi yang berlaku umum (PABU).
Page 37
20
Audit laporan keuangan ini dilakukan oleh external auditor
biasanya atas permintaan klien, kecuali dalam audit laporan
keuangan BUMN yang dilakukan oleh BPK atau BPKP. Audit
tersebut bukan atas permintaan klien, tetapi BPK atau BPKP
memiliki hak untuk melakukan pemeriksaan berdasarkan Undang-
Undang atau peraturan yang ada. Hasil auditing terhadap laporan
keuangan tersebut disajikan dalam bentuk tertulis berupa laporan
audit. Laporan audit ini dibagikan kepada para pemakai informasi
keuangan seperti pemegang saham, kreditur, dan Kantor Pelayanan
Pajak.
b. Audit Kepatuhan (Compliance Audit)
Audit kepatuhan mencakup penghimpunan dan pengevaluasian
bukti dengan tujuan untuk menentukan apakah kegiatan finansial
maupun operasi tertentu dari suatu entitas sesuai dengan kondisi-
kondisi, aturan-aturan, dan regulasi yang telah ditentukan. Ukuran
kesesuaian audit kepatuhan adalah ketepatan (correctness),
misalnya: ketepatan SPT-Tahunan dengan Undang-Undang Pajak
Penghasilan. Hasil audit kepatuhan umumnya dilaporkan kepada
pihak yang berwenang membuat kriteria.
c. Audit Operasional (Operational Audit)
Audit operasional merupakan review secara sistematik kegiatan
organisasi, atau bagian daripadanya, dalam hubungannya dengan
tujuan tertentu. Tujuan audit operasional adalah: (1) mengevaluasi
Page 38
21
kinerja, (2) mengidentifikasi kesempatan untuk peningkatan, dan (3)
membuat rekomendasi untuk perbaikan atau tindakan lebih lanjut.
Audit operasional sering disebut juga dengan management audit
atau performance audit. Ukuran kesesuaian yang digunakan adalah
keefisienan, keefektifan, dan keekonomisan.
4. Standar Auditing
Standar auditing berkenaan dengan kriteria atau ukuran mutu
pelaksanaan audit serta dikaitkan dengan tujuan yang hendak dicapai.
Standar auditing merupakan pedoman bagi auditor dalam menjalankan
tanggung jawab profesionalnya. Standar ini meliputi pertimbangan
kualitas profesional auditor, seperti keahlian dan independensi,
persyaratan pelaporan, dan bahan bukti. Standar auditing terdiri dari
sepuluh standar yang dikelompokkan menjadi tiga kelompok besar, yaitu
standar umum, standar pekerjaan lapangan, dan standar pelaporan (IAPI,
2011:150).
a. Standar Umum
1. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki
keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.
2. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan,
independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.
3. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor
wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan
seksama.
Page 39
22
b. Standar Pekerjaan Lapangan
1. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan
asisten harus disupervisi dengan semestinya.
2. Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh
untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, syarat, dan
lingkup pengujian yang akan dilakukan.
3. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi,
pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar
memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan.
c. Standar Pelaporan
1. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah
disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia.
2. Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada
ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan
laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan
prinsip tersebut dalam periode sebelumnya.
3. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang
memadai kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.
4. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat
mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi
bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat
secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus
Page 40
23
dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan
keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas
mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada dan
tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor.
Standar-standar tersebut di atas dalam banyak hal saling berhubungan
dan saling bergantung satu dengan lainnya. Keadaan yang berhubungan
erat dengan penentuan atau tidaknya suatu standar, dapat berlaku juga
untuk standar yang lain. "Materialitas" dan "risiko audit" melandasi
penerapan semua standar auditing, terutama standar pekerjaan lapangan
dan standar pelaporan.
Konsep "materialitas" bersifat bawaan dalam pekerjaan auditor
independen. Dasar yang lebih kuat harus dicari sebagai landasan pendapat
auditor independen atas unsur-unsur yang secara relatif lebih penting dan
unsur-unsur yang mempunyai kemungkinan besar salah saji material.
Misalnya, dalam perusahaan dengan jumlah debitur yang sedikit, dengan
nilai piutang yang besar, secara individual piutang itu adalah lebih
penting dan kemungkinan terjadinya salah saji material juga lebih besar.
Jika dibandingkan dengan perusahaan lain yang mempunyai jumlah
nilai piutang yang sama tetapi terdiri dari debitur yang banyak dengan
nilai piutang yang relatif kecil. Dalam perusahaan manufaktur, persediaan
umumnya mempunyai arti penting, baik bagi posisi keuangan maupun
hasil usaha perusahaan, sehingga secara relatif persediaan memerlukan
perhatian auditor yang lebih besar dibandingkan dengan persediaan dalam
Page 41
24
perusahaan jasa. Begitu pula, piutang umumnya memerlukan perhatian
yang lebih besar dibandingkan dengan premi asuransi dibayar di muka.
Pertimbangan atas risiko audit berkaitan erat dengan sifat audit.
Transaksi kas umumnya lebih rentan terhadap kecurangan jika
dibandingkan dengan transaksi persediaan, sehingga audit atas kas harus
dilaksanakan secara lebih konklusif, tanpa harus menyebabkan
penggunaan waktu yang lebih lama. Transaksi dengan pihak tidak terkait
biasanya tidak diperiksa serinci pemeriksaan terhadap transaksi
antarbagian dalam perusahaan atau transaksi dengan pimpinan perusahaan
dan karyawan, yang tingkat kepentingan pribadi dalam transaksi yang
disebut terakhir ini sulit ditentukan. Pengendalian intern terhadap lingkup
audit mempengaruhi besar atau kecilnya risiko salah saji terhadap
prosedur audit yang dilaksanakan oleh auditor. Semakin efektif
pengendalian intern, semakin rendah tingkat risiko pengendalian.
C. Opini Audit
Dalam melakukan penugasan umum, auditor ditugasi memberikan opini
atas laporan keuangan perusahaan. Opini yang diberikan merupakan
pernyataan kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan dan
hasil usaha dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum
(SPAP, 2011 alinea 1). Sehingga pendapat atau opini audit merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari laporan audit.
Menurut Arens (2011:62) Opini yang dikeluarkan auditor ada empat
macam yaitu, pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion),
Page 42
25
pendapat wajar dengan tambahan bahasa penjelasan (unqualified modified
opinion), pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion), pendapat
tidak wajar (adverse opinion) atau menolak untuk tidak memberikan pendapat
(disclaimer opinion). Laporan penting sekali dalam suatu audit karena laporan
menginformasikan pemakai informasi mengenai apa yang dilakukan auditor
dan kesimpulan yang diperolehnya.
Sedangkan menurut Mulyadi (2010), terdapat lima jenis pendapat auditor
yaitu:
1. Pendapat wajar tanpa pengecualian (Unqualified opinion)
Dengan pendapat wajar tanpa pengecualian, auditor menyatakan
bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar dalam semua hal yang
material sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia.
Laporan audit dengan pendapat wajar tanpa pengecualian diterbitkan oleh
auditor jika kondisi berikut ini terpenuhi:
a. Semua laporan neraca, laba-rugi, laporan perubahan ekuitas, dan
laporan kas terdapat dalam laporan keuangan.
b. Dalam pelaksanaan perikatan, seluruh standar umum dapat dipenuhi
oleh auditor.
c. Bukti cukup dapat dikumpulkan oleh auditor, dan auditor telah
melaksanakan perikatan sedemikian rupa sehingga memungkinkan
untuk melakukan tiga standar pekerjaan lapangan.
d. Laporan keuangan disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi berterima
umum di Indonesia.
Page 43
26
e. Tidak ada keadaan yang mengharuskan auditor untuk menambah
paragraf penjelas atau modifikasi kata-kata dalam laporan audit.
2. Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelas (Unqualified
opinion with explanatory language)
Dalam keadaan tertentu, auditor menambahkan suatu paragraf
penjelas atau bahasa penjelas yang lain dalam laporan audit, meskipun
tidak mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian atas laporan
keuangan auditan. Paragraf penjelas dicantumkan setelah paragraf
pendapat. Keadaan yang menjadi penyebab utama ditambahkannya suatu
paragraf penjelas atau modifikasi kata-kata dalam laporan audit baku
adalah:
a. Ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi berterima umum.
b. Keraguan besar tentang kelangsungan hidup.
c. Auditor setuju dengan suatu penyimpangan dari prinsip akuntansi yang
dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan.
d. Penekanan atas suatu hal.
e. Laporan audit yang melibatkan auditor lain.
3. Pendapat wajar dengan pengecualian (Qualified opinion)
Pendapat wajar dengan pengecualian diberikan apabila auditee
menyajikan secara wajar laporan keuangan, dalam semua hal yang
material sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia,
kecuali untuk dampak hal-hal yang dikecualikan. Pendapat wajar dengan
Page 44
27
pengecualian diberikan kepada perusahaan yang berada dalam kondisi
sebagai berikut:
a. Tidak adanya bukti kompeten yang cukup atau adanya pembatasan
terhadap lingkup audit.
b. Auditor yakin bahwa laporan keuangan berisi penyimpangan dari
prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia, yang berdampak
material, dan dia berkesimpulan untuk tidak menyatakan pendapat
tidak wajar.
4. Pendapat tidak wajar (Adverse opinion)
Pendapat tidak wajar diberikan oleh auditor apabila laporan keuangan
auditee tidak menyajikan secara wajar laporan keuangan sesuai dengan
prinsip akuntansi berterima umum.
5. Tidak memberikan pendapat (Disclaimer of opinion)
Auditor menyatakan tidak memberikan pendapat jika dia tidak
melaksanakan audit yang berlingkup memadai untuk memungkinkan
auditor memberikan pendapat atas laporan keuangan. Pendapat ini juga
diberikan apabila dia dalam kondisi tidak independen dalam hubungannya
dengan klien.
Opini audit diberikan oleh auditor melalui beberapa tahap audit sehingga
auditor dapat memberikan kesimpulan atas opini yang harus diberikan atas
laporan keuangan yang diauditnya. Arens (2011) mengemukakan bahwa
laporan audit adalah langkah terakhir dari seluruh proses audit. Dengan
Page 45
28
demikian, auditor dalam memberikan opini sudah didasarkan pada keyakinan
profesionalnya.
Auditor mempunyai tanggung jawab untuk menilai apakah terdapat
kesangsian besar terhadap kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan
kelangsungan hidupnya dalam periode waktu pantas. Pada saat auditor
menemukan adanya keraguan terhadap kemampuan klien untuk melanjutkan
usahanya, auditor harus memberikan opini audit dengan modifikasi mengenai
going concern, auditor diijinkan untuk memilih apakah akan mengeluarkan
unqualified modified report atau disclaimer opinion.
Menurut standar profesional akuntan publik SA Seksi 110, tujuan audit
atas laporan keuangan oleh auditor independen pada umumnya adalah untuk
menyatakan pendapat tentang kewajaran dalam semua hal yang material,
posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Laporan auditor
merupakan sarana bagi auditor untuk menyatakan pendapatnya atau apabila
keadaan mengharuskan, untuk menyatakan tidak memberikan pendapat,
sebagai pihak yang independen, auditor tidak dibenarkan untuk memihak
kepentingan siapapun dan untuk tidak mudah dipengaruhi, serta harus bebas
dari setiap kewajiban terhadap kliennya dan tidak memiliki suatu kepentingan
dengan kliennya (IAPI, 2011).
Laporan penting sekali dalam suatu audit karena laporan
menginformasikan pemakai informasi mengenai apa yang dilakukan auditor
dan kesimpulan yang diperolehnya. Standar Profesional Akuntan Publik
Page 46
29
(SPAP) mengharuskan dibuatnya laporan setiap kali KAP dikaitkan dengan
laporan keuangan.
Auditor mempunyai tanggung jawab untuk menilai apakah terdapat
kesangsian besar terhadap kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan
kelangsungan hidupnya dalam periode waktu pantas. Pada saat auditor
menetapkan bahwa ada keraguan yang pasti terhadap kemampuan klien untuk
melanjutkan usahanya sebagai going concern, auditor diijinkan untuk memilih
apakah akan mengeluarkan unqualified modified report atau disclaimer
opinion. Bagaimanapun juga, hampir tidak ada panduan yang jelas atau
penelitian yang sudah ada yang dapat dijadikan acuan pemilihan tipe going
concern report yang harus dipilih (LaSalle dan Anandarajan, 1996), karena
pemberian status going concern bukanlah suatu tugas yang mudah (Koh dan
Tan, 1999).
PSAK 29 paragraf 11 huruf d, menyatakan bahwa, keraguan yang besar
tentang kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan
hidupnya (going concern) merupakan keadaan yang mengharuskan auditor
menambah paragraf penjelasan (atau bahasa penjelasan lain) dalam laporan
audit, meskipun tidak mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian,
yang dinyatakan oleh auditor. Istilah bahasa digunakan untuk mencakup
paragraf, kalimat, frasa dan kata yang digunakan oleh akuntan publik untuk
mengkomunikasikan hasil auditnya kepada pemakai laporan.
D. Opini Audit Going Concern
IAI (2011:341.2) mendefinisikan going concern sebagai:
Page 47
30
“Kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan
hidupnya selama periode waktu pantas, yaitu tidak lebih dari satu tahun
sejak tanggal laporan keuangan auditan”.
Sedangkan menurut Belkaoui (2007:271) going concern adalah:
“Suatu dalil yang menyatakan bahwa kesatuan usaha akan menjalankan
terus operasinya dalam jangka waktu yang cukup lama untuk
mewujudkan proyeknya, tanggung jawab serta aktivitas-aktivitasnya yang
tidak berhenti”.
Dalil ini memberikan gambaran bahwa suatu entitas akan diharapkan
untuk beroperasi dalam jangka waktu yang tidak terbatas atau tidak diarahkan
menuju ke arah likuidasi. Diperlukannya suatu operasi yang berlanjut dan
berkesinambungan untuk menciptakan suatu konsekuensi bahwa laporan
keuangan yang terbit disuatu periode mempunyai sifat sementara sebab masih
merupakan satu rangkaian laporan yang berkelanjutan.
Setyarno et al. (2007:130) mendefinisikan going concern adalah:
“Kelangsungan hidup suatu entitas. Dengan adanya going concern
maka suatu entitas dianggap akan mampu mempertahankan kegiatan
usahanya dalam jangka panjang, tidak akan dilikuidasi dalam jangka
pendek.”
Sedangkan menurut Tunggal (2009) going concern adalah:
“Konsep akuntansi yang menganggap bahwa suatu kesatuan usaha
diharapakan akan terus beroperasi dengan menguntungkan dalam jangka
waktu yang tidak terbatas”.
Salah satu dari hal-hal penting yang harus diputuskan oleh auditor dalam
menyampaikan laporan audit adalah apakah perusahaan dapat
mempertahankan hidupnya (going concern). Audit report dengan modifikasi
mengenai going concern, mengindikasikan bahwa dalam penilaian auditor
terdapat resiko perusahaan tidak dapat bertahan dalam bisnis. Dari sudut
pandang auditor, keputusan tersebut melibatkan beberapa tahap analisis.
Page 48
31
Auditor harus mempertimbangkan hasil dari operasi, kondisi ekonomi yang
mempengaruhi perusahaan, kemampuan pembayaran hutang, dan kebutuhan
likuiditas di masa yang akan datang.
Menurut Altman dan McGough (1974) seperti yang dikutip dari Mirna
dan Indira (2006), masalah going concern terbagi dua, yaitu masalah
keuangan yang meliputi kekurangan (defisiensi) likuiditas, defisiensi ekuitas,
penunggakan utang, kesulitan memperoleh dana, serta masalah operasi yang
meliputi kerugian operasi yang terus-menerus, prospek pendapatan yang
meragukan, kemampuan operasi terancam, dan pengendalian yang lemah atas
operasi. Informasi going concern dapat bermanfaat bagi beberapa pihak
sebagai berikut:
1. Pemberi pinjaman (kreditur)
Informasi kebangkrutan dapat bermanfaat untuk mengambil keputusan
siapa yang akan diberi pinjaman, dan kemudian bermanfaat untuk
kebijakan memonitor pinjaman yang ada.
2. Investor
Investor saham dan obligasi yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan
tentunya akan sangat berkepentingan melihat adanya kemungkinan
bangkrut atau tidaknya perusahaan yang menjual surat berharga tersebut.
Investor yang menganut strategi aktif akan mengembangkan model
prediksi kebangkrutan untuk melihat tanda-tanda kebangkrutan dan
kemudian mengantisipasi kemungkinan tersebut.
Page 49
32
3. Pihak pemerintah
Pada beberapa sektor usaha, lembaga pemerintah mempunyai
tanggung jawab untuk mengawasi jalannya usaha tersebut (misal sektor
perbankan). Pemerintah juga mempunyai badan-badan usaha (BUMN)
yang harus selalu di awasi. Lembaga pemerintah mempunyai kepentingan
untuk melihat tanda-tanda kebangkrutan lebih awal supaya tindakan-
tindakan yang perlu dapat dilakukan lebih awal.
4. Akuntan
Akuntan mempunyai kepentingan terhadap informasi kelangsungan
suatu usaha karena akuntan akan melihat kemampuan going concern suatu
perusahaan.
5. Manajemen
Kebangkrutan berarti muncul biaya-biaya yang berkaitan dengan
kebangkrutan dan biaya ini cukup besar. Biaya kebangkrutan terbagi
menjadi dua, biaya kebangkrutan langsung dan tidak langsung. Contoh
biaya kebangkrutan langsung adalah biaya akuntan dan biaya penasihat
hukum. Sedangkan contoh biaya tidak langsung adalah hilangnya
kesempatan penjualan dan keuntungan karena beberapa hal seperti
pembatasan yang mungkin diberlakukan oleh pengadilan. Apabila
manajemen dapat mendeteksi kebangkrutan ini lebih awal, maka tindakan-
tindakan pengehematan bisa dilakukan, misal dengan melakukan dengan
merger atau restitusi keuangan sehingga biaya kebangkrutan bisa
dihindari.
Page 50
33
Going concern dipakai sebagai asumsi dalam pelaporan keuangan
sepanjang tidak terbukti adanya informasi yang menunjukan hal
berlawanan (contrary information) (Eko, Indira, dan Faisal, 2007:130).
Biasanya informasi yang secara signifikan dianggap berlawanan dengan
asumsi kelangsungan hidup suatu entitas usaha adalah berhubungan
dengan ketidakmampuan satuan usaha dalam memenuhi kewajiban pada
saat jatuh tempo tanpa melakukan penjualan sebagaian besar aktiva
kepada pihak luar melalui bisnis biasa, restrukturisasi utang, perbaikan
operasi, yang dipaksakan dari luar dan kegiatan serupa yang lain (IAPI,
2011:341)
Dalam hal auditor mengevaluasi apakah ada kesangsian tentang
kemampuan entitas untuk mempertahankan kelangsungan hidup usahanya,
maka, menurut SPAP 2011 menyebutkan bahwa auditor bertanggung
jawab mengenai evaluasi apakah terdapat kesangsian besar terhadap
kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya
dalam periode waktu tak pantas, tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal
laporan keuangan yang sedang di audit.
Interpretasi pernyataan standar auditing (IPSA) No. 30 dan SA seksi
(341) memberikan pedoman kepada auditor tentang dampak kemampuan
satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidup usahanya
terhadap opini auditor sebagai berikut (Agoes, 2008:66):
Page 51
34
a. Jika auditor yakin bahwa terdapat kesangsian mengenai kemampuan
satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam
jangka waktu pantas, ia harus:
1. Memperoleh informasi mengenai rencana manajemen yang
ditujukan untuk mengurangi dampak kondisi dan peristiwa tersbut.
2. Menetapkan kemungkinan bahwa rencana tersebut secara efektif
dilaksanakan.
b. Jika manajemen tidak memilki rencana yang mengurangi dampak
kondisi dan peristiwa terhadap kemampuan satuan usaha dalam
mempertahankan kelangsungan hidup usahanya, auditor
mempertimbangkan untuk memberikan pernyataan tidak memberikan
pendapat.
c. Jika manajemen memilki rencana tersebut, langkah selanjutnya yang
harus dilakukan oleh auditor adalah menyimpulkan efektivitas rencana
tersebut.
d. Jika auditor berkesimpulan rencana tersebut tidak efektif, auditor
menyatakan tidak memberikan pendapat.
e. Jika auditor berkesimpulan rencana tersebut efektif dan klien
mengungkapkan dalam catatan laporan keuangan, auditor menyatakan
pendapat wajar tanpa pengecualian.
f. Jika auditor berkesimpulan rencana tersebut efektif akan tetapi klien
tidak mengungkapkan dalam catatan laporan keuangan, auditor
memberikan pendapat tidak wajar.
Page 52
35
Jika auditor menyimpulkan keragu-raguan atas kemampuan
perusahaan untuk melanjutkan usahanya, pendapat wajar tanpa
pengecualian dengan paragraf penjelas perlu dibuat, terlepas dari
pengungkapan laporan keuangan. SPAP 2011 membolehkan tetapi tidak
menganjurkan pernyataan tidak memberikan pendapat karena adanya
kesangsian atas kelangsungan hidup.
E. Audit Delay
Menurut Newton dan Ashton (1989) pengertian audit delay adalah:
“The Number of days between the dates of the financial statement and
the date of the auditor’s report was used to measure the audit delay”.
Sedangkan menurut Dyer dan Mchugh (1975) pengertian audit delay
adalah:
“Auditor report lag is the open interval of number of days from the
year end to the date recorded as the opinion signature date in the auditor
report”. Menurut Willinghem, Ashton dan Elliott (1987): “Audit delay is
the length of time from a company’s fiscal year and to the date of the
auditor’s report”.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa audit
delay adalah lamanya waktu penyelesaian audit terhitung mulai dari tanggal
penutupan tahun buku sampai dengan tanggal diterbitkannya laporan audit.
Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan rata-rata audit delay yang
berbeda-beda pada setiap negara. Perbedaan ini dapat dimaklumi karena
adanya peraturan dan kebijakan pasar modal yang berbeda antar negara.
Penelitian yang dilakukan Halim (2000) di Indonesia menunjukkan rata-rata
audit delay adalah 84.45 hari. Hasil ini tergolong lebih panjang dibandingkan
hasil penelitian Ashton, Willingham, dan Elliott (1987) yang hanya sebesar
Page 53
36
62.53 hari. Sedangkan hasil penelitian Hossain dan Taylor (1998) di Pakistan
menunjukkan rata-rata audit delay yang lebih panjang yaitu 143 hari.
Audit delay adalah lamanya waktu penyelesaian audit yang diukur dari
tanggal penutupan tahun buku hingga tanggal diselesaikannya laporan audit
independen (Utami: 2006).
Ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan diatur dalam penjelasan
UU Nomor 8 Tahun 2011 tentang pasar modal dimana dijelaskan bahwa
laporan keuangan auditan bersifat wajib dengan batas waktu 90 hari dari akhir
tahun sampai dengan tanggal diserahkannya laporan keuangan yang telah
diaudit kepada BAPEPAM. Selanjutnya BAPEPAM mengatur keputusan
mengenai laporan keuangan pada peraturan BAPEPAM Nomor X.K.2 Pada
peraturan tersebut dijelaskan mengenai kewajiban perusahaan publik untuk
menyampaikan laporan keuangan berkala yang berisi informasi mengenai
kegiatan usaha dan keadaan keuangan pada perusahaan tersebut. Laporan
tersebut juga harus disusun berdasarkan standar akuntansi keuangan dari
Ikatan Akuntan Indonesia.
Undang-Undang Nomor 8 tahun 2011 tentang pasar modal dan peraturan
BAPEPAM Nomor X.K.2 juga menjelaskan bahwa apabila perusahaan
terlambat dalam menyampaikan laporan keuangannya maka akan dikenai
sanksi administratif sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Serta sanksi
administrasi tersebut diatur berdasarkan peraturan pemerintah No. 45 Tahun
1995 tentang penyelenggaraan kegiatan di bidang pasar modal, bab XII sanksi
administratif pasal 61, dinyatakan bahwa yang melakukan pelanggaran atas
Page 54
37
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang Pasar Modal dikenakan
sanksi administratif berupa:
a. Peringatan tertulis
b. Denda yaitu kewajiban untuk membayar sejumlah uang tertentu
c. Pembatasan kegiatan usaha
d. Pembekuan kegiatan usaha
e. Pencabutan izin usaha
f. Pembatalan persetujuan
g. Pembatalan pendaftaran
Sanksi sebagaimana dimaksud dalam poin nomor dua dan seterusnya di
atas dapat dikenakan dengan atau tanpa didahului pengenaan sanksi
peringatan tertulis. Sanksi denda dapat dikenakan secara tersendiri atau
bersama-sama dengan pengenaan sanksi lainnya. Jenis dan besarnya sanksi
ditetapkan oleh Bapepam selaku pengawas pasar modal. Terkait dengan
keterlambatan penyampaian laporan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan
oleh bapepam, dikenakan sanksi administratif sebagai berikut:
a. Emiten yang pernyataan pendaftaran telah menjadi efektif, dikenakan
sanksi denda Rp.1.000.000,00 (satu juta rupiah) atas setiap hari
keterlambatan penyampaian laporan dimaksud dengan ketentuan
bahwa jumlah keseluruhan denda paling banyak Rp. 500.000.000,00
(lima ratus juta rupiah).
b. Perusahaan publik yang terlambat menyampaikan pernyataan
pendaftarannya, dikenakan sanksi denda Rp.100.000,00 (seratus ribu
Page 55
38
rupiah) atas setiap hari keterlambatan penyampaian laporan dimaksud
dengan ketentuan bahwa jumlah keseluruhan denda paling banyak
Rp.100.000.000,00 (seratus juta rupiah)
c. Direktur atau komisaris emiten atau perusahaan publik, atau setiap
pihak yang memiliki sekurang-kurangnya 5% (lima perseratus) saham
emiten atau perusahaan publik, dikenakan sanksi denda Rp.100.000,00
(seratus ribu rupiah) atas setiap hari keterlambatan penyampaian
laporan dimaksud dengan ketentuan bahwa jumlah keseluruhan denda
paling banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
Ketaatan emiten terhadap peraturan BEI selalu dipantau oleh BAPEPAM
dan secara periodik mempublikasikan hasil pemeriksaannya.
F. Debt Default
Debt default didefinisikan sebagai kegagalan debitor (perusahaan) untuk
membayar hutang pokok dan atau bunganya pada waktu jatuh tempo (Chen
dan Church, 1992). Kegagalan dalam memenuhi kewajiban utang dan atau
bunga merupakan indikator going concern yang banyak digunakan oleh
auditor dalam menilai kelangsungan hidup suatu perusahaan. Dapat dikatakan
bahwa status utang perusahaan merupakan faktor pertama yang akan diperiksa
oleh auditor untuk mengukur kesehatan keuangan perusahaan. Ketika jumlah
utang perusahaan sudah sangat besar, maka aliran kas perusahaan ternyata
banyak dialokasikan untuk menutupi utangnya, sehingga akan mengganggu
Page 56
39
kelangsungan operasi perusahaan apabila utang ini tidak mampu dilunasi,
maka kreditor akan memberikan status default.
Status default dapat meningkatkan kemungkinan auditor mengeluarkan
laporan going concern. Seperti yang tercantum dalam PSA 30, indikator
going concern yang banyak digunakan auditor dalam memberikan keputusan
opini audit adalah kegagalan dalam memenuhi kewajiban utangnya (default).
Manfaat status default hutang sebelumnya telah diteliti oleh Chen dan
Church (1992) yang menemukan hubungan yang kuat status default terhadap
opini going concern. Semenjak auditor lebih cenderung disalahkan karena
tidak berhasil mengeluarkan opini going concern setelah peristiwa-peristiwa
yang menyarankan bahwa opini seperti itu mungkin telah sesuai, biaya
kegagalan untuk mengeluarkan opini going concern ketika perusahaan dalam
keadaan default, tinggi sekali. Karenanya, diharapkan status default dapat
meningkatkan kemungkinan auditor mengeluarkan laporan going concern.
G. Disclosure
Pengungkapan informasi dalam Laporan Keuangan dilakukan untuk
melindungi hak pemegang saham yang cenderung terabaikan akibat
terpisahnya pihak manajemen yang mengelola perusahaan dan pemegang
saham yang memiliki modal.
Informasi dalam Laporan Keuangan harus disajikan dengan memadai
untuk memungkinkan dilakukannya sebuah prediksi kondisi keuangan, arus
kas, dan profitabilitas perusahaan di masa depan. Informasi yang akan
diungkapan dalam Laporan Keuangan tentunya harus disesuaikan dengan
Page 57
40
kepentingan pengguna Laporan Keuangan. Diharapkan dengan semakin
transparan informasi yang disajikan oleh suatu perusahaan ditambah dengan
semakin nyatanya penerapan tata kelola yang baik akan meningkatkan
keberhasilan bisnis dalam dunia usaha secara berkesinambungan, juga dapat
digunakan untuk memahami bisnis pada suatu perusahaan (Valetta, 2005).
Hendriksen (1992) mengungkapkan bahwa terdapat tiga konsep yang
umum dalam pengungkapan yaitu:
1. Pengungkapan yang cukup (adequate disclosure) adalah pengungkapan
informasi oleh perusahaan dengan tujuan memenuhi kewajiban dalam
menyampaikan informasi. Informasi yang diungkapkan sesuai dengan
standar minimum yang diwajibkan. terutama informasi yang menurut
lembaga terkait wajib disajikan. Pengungkapan jenis ini banyak
dilakukan oleh perusahaan.
2. Pengungkapan yang wajar (fair disclosure) adalah pengungkapan yang
dilakukan oleh perusahaan dengan menyajikan sejumlah informasi
yang menurut perusahaan dapat memuaskan pengguna Laporan
Keuangan yang potensial. Informasi minimum yang diwajibkan dan
informasi tambahan lainnya untuk menghasilkan penyajian Laporan
Keuangan yang wajar.
3. Pengungkapan yang lengkap (full disclosure) adalah pengungkapan
yang menyajikan semua informasi yang relevan. Informasi yang
diungkapkan adalah informasi minimum yang diwajibkan ditambah
dengan informasi lain yang diungkapkan secara suka rela. Full
Page 58
41
disclosure dapat membantu mengurangi terjadinya informasi asimetris,
namun seringkali dinilai berlebihan.
Suatu pengungkapan yang memadai akan berdampak positif bagi para
pemakai Laporan Keuangan dalam pengambilan keputusan. Namun perlu
dipertimbangkan bahwa manfaatnya harus lebih besar dibandingkan dengan
biaya yang terjadi sehingga perlu dilihat informasi mana yang penting untuk
disajikan karena informasi yang berlebihan juga tidak dapat dimaksimalkan
penggunaannya karena selain informasi tersebut hanya digunakan beberapa
pihak saja, informasi itu juga dapat menimbulkan kesalahan interpretasi.
Wallace dan Naser (1995) menyatakan bahwa financial disclosure atau
pengungkapan dalam Laporan Keuangan adalah konsep yang abstrak dan
tidak dapat diukur secara langsung. Akibatnya untuk menilai kualitas
pengungkapan dalam Laporan Keuangan diperlukan alat ukur tertentu
misalnya indeks, sehingga pengungkapan suatu Laporan Keuangan dapat
dibandingkan dengan pengungkapan Laporan Keuangan yang lainnya.
Pengungkapan dalam Laporan Keuangan di Indonesia pada dasarnya
sudah diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). Dalam
setiap bagiannya, PSAK mewajibkan perusahaan untuk melakukan minimal
pengungkapan atas suatu akun pada Laporan Keuangan. Namun demikian,
bagi perusahaan publik, selain mengacu pada PSAK pengungkapan Laporan
Keuangan juga harus memperhatikan Undang-Undang Pasar Modal dan
peraturan yang dikeluarkan oleh BAPEPAM sebagai regulator pasar modal.
Pengaturan pengungkapan informasi yang wajib disampaikan oleh perusahaan
Page 59
42
publik ini, nantinya dapat dimanfaatkan sebagai bahan analisis dalam
pengambilan keputusan. Semakin banyak informasi yang diperoleh, maka
analisisnya diharapkan semakin akurat.
Menurut Junaidi dan Jogiyanto (2010) perusahaan yang tidak
mengungkapkan rasio-rasio keuangan yang bagus dan mengungkapkan
dampak kondisi ekonomi atau keraguan dalam kelangsungan hidup usahanya
akan menigkatkan kemungkinan menerima opini audit going concern.
Penelitian yang dilakukan Ardiani et al (2012), Juniadi dan Jogiyanto (2010),
Januarti (2009) telah menunjukkan bahwa disclosure mempengaruhi
dikeluarkannya opini audit going concern.
H. Penelitian Sebelumnya dan Perumusan hipotesis
Berikut ini akan dipaparkan mengenai penelitian sebelumnya yang pernah
dilakukan terkait dengan pengaruh audit delay, debt default, dan disclosure
terhadap penerimaan opini audit going concern.
1. Audit delay
Hasil penelitian Praptitorini dan Januarti (2007) menyatakan bahwa
variabel audit delay berpengaruh secara positif terhadap penerimaan opini
audit going concern. Pada perusahaan yang tidak menerima pendapat
unqualified opinion akan menunjukan audit delay yang lebih panjang
dibandingkan dengan perusahaan yang menerima pendapat unqualified
opinion. Hal ini disebabkan karena perusahaan yang menerima pendapat
Page 60
43
selain unqualified opinion dianggap sebagai kabar buruk, sehingga
penyampaian laporan keuangannya akan diperlambat.
Dalam penelitiannya Lennox (2004) mengindikasikan kemungkinan
keterlambatan opini yang dikeluarkan bisa disebabkan karena (1) auditor
lebih banyak melakukan pengujian, (2) manajer mungkin melakukan
negosiasi dengan auditor, (3) auditor memperlambat pengeluaran opini
dengan harapan manajemen dapat memecahkan masalah yang dihadapi,
sehingga terhindar dari opini going concern.
Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
H1: Audit delay berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going
concern.
2. Debt Default
Penelitian Ardhiani et al. (2012) menunjukkan bahwa variabel debt
default berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini going concern.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Chen
dan Church (1992), Januarti (2007) dan Lestari (2009). Dimana dalam
penelitian Chen dan Church (1992) menemukan bukti yang kuat antara
pemberian status debt default dengan masalah going concern.
Arrens dan Loebbecke (2006:53) mengatakan bahwa salah satu faktor
yang dapat menimbulkan ketidakpastian mengenai kelangsungan hidup
(going concern) perusahaan adalah ketidakmampuan perusahaan untuk
melunasi kewajibannya pada saat jatuh tempo (debt default).
Page 61
44
Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
H2: Debt default berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going
concern
3. Disclosure
Beberapa penelitian sebelumnya seperti Verdiana (2013),Ardiani et al.
(2012), serta Praptitorini dan Januari (2007) mengungkapkan bahwa
disclosure merupakan salah satu faktor yang menjadi pertimbangan bagi
auditor dalam memberikan opini going concern. Disclosure dapat
didefinisikan sebagai pemberian informasi oleh perusahaan yang mungkin
mempengaruhi keputusan investasi. Informasi yang diungkapkan tersebut
dapat bersifat positif maupun negatif. Lennox (2000) menyebutkan ketika
auditor memberikan opini wajar tanpa pengecualian, informasi buruk
tentang perusahaan seringkali tidak diungkapkan oleh pemimpin
perusahaan. Penelitian Haron et al., (2009) memperoleh hasil disclosure
berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan opini audit going concern.
Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
H1: Disclosure berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going
concern.
Page 62
45
Tabel 2.1
Penelitian Sebelumnya Mengenai Audit Delay (X1), Debt Default (X2), Disclosure (X3), dan Opini Going Concern (Y)
No Nama dan Tahun
Penelitian Metode Peneltian X1 X2 X3 Y Hasil
1 Oktavia Tri Nirmalasari
(2014) Sampel 141 perusahaan
manufaktur di BEI
Periode 2010-2012
Analisis menggunakan
regresi logistic
Variabel yang berbeda
adalah audit tenure, kualitas
KAP, ukuran perusahaan
Debt default dan ukuran perusahaan
berpengaruh terhadap penerimaan opini
audit going concern. Auditor client tenure,
kualitas KAP, disclosure tidak
berpengaruh terhadap penerimaan opini
audit going concern
2 Cheryl Yuanita Molek
Poneli & Gatot Imam
Nugroho
(2013)
Sampel perusahaan
manufaktur di BEI
Periode 2006-2012
Analisis mengunakan
regresi logistic
Variabel yang berbeda
adalah reputasi KAP, audit
tenure, ukuran perusahaan,
opinion shopping, prediksi
kebangkrutan
Audit tenure berpengaruh terhadap opini
audit going concern, sedangkan reputasi
KAP, ukuran perusahaan, opinion
shopping, prediksi kebangkrutan dan audit
lag tidak berpengaruh terhadap opini audit
going concern
3 Maydica Rossa Arsianto
(2013) Sampel 53 perusahaan
manufaktur di BEI
Periode 2007-2011
audit tenure, ukuran perusahaan, dan
opini audit tahun sebelumnya berpengaruh
signifikan terhadap penerimaan opini
Page 63
46
No Nama dan Tahun
Penelitian Metode Peneltian X1 X2 X3 Y Hasil
Analisis menggunakan
regresi logistic
Variabel yang berbeda
adalah audit tenure, ukuran
perusahaan, opini audit
tahun sebelumnya, dan
reputasi auditor
audit going concern. Sedangkan reputasi
auditor dan disclosure tidak berpengaruh
signifikan terhadap penerimaan opini
audit going concern
4 Komang Anggita
Verdiana & I Made Karya
Utama
(2013)
Sampel 25 perusahaan Real
Estate dan Properti di BEI
Periode 2009-2012
Analisis meggunakan
regresi logistik
Variabel yang berbeda
adalah reputasi auditor,
audit tenure
Disclosure berpengaruh positif dan
signifikan pada kemungkinan
pengungkapan opini audit going concern.
Reputasi auditor tidak berpengaruh secara
signifikan pada kemungkinan
pengungkapan
opini audit going concern
5 Nurul Ardiani, Emrinaldi
Nur DP, & Nur Azlina
(2012)
Sampel Perusahaan Real
Estate dan Properti di BEI
Periode 2009-2011
Analisis menggunakan
regresi logistic
Variabel yang berbeda
adalah Audit tenure, ukuran
KAP, Opinion Shopping,
dan Kondisi Keuangan
Disclosure, ukuran KAP dan debt default
berpengaruh terhadap penerimaan opini
audit going concern. Sedangkan audit
tenure, opinion shopping dan kondisi
keuangan tidak berpengaruh terhadap
penerimaan opini audit going concern.
Page 64
47
No Nama dan Tahun
Penelitian Metode Peneltian X1 X2 X3 Y Hasil
6 Mirna Dyah Praptitorini
& Indira Januarti
(2011)
Sampel perusahaaan
manufaktur di BEI
Periode
Analisis menggunakan
regresi logistic
Variabel yang berbeda
adalah kualitas audit dan
opinion shopping
Debt default berpengaruh signifikan
terhadap penerimaan opini going concern
sedangkan kualitas audit,dan opinion
shopping tidak berpengaruh signifikan
7 Hasnah Haron, Bambang
Hartadi, Mahfooz Ansari,
& Ishak Ismail
(2009)
Sampel perusahaan di BEI
Analisis menggunakan
model analisis univariate
dan korelasi
Variabel yang berbeda
adalah kondisi keuangan
Kondisi keuangan dan disclosure
berpengaruh terhadap penerimaan opini
going concern
8 Indira Januarti
(2007) Sampel 45 perusahaan
manufaktur di BEI
Periode 1997-2006
Analisis menggunakan
regresi logistic
Variabel yang berbeda
adalah kondisi keuangan,
ukuran perusahaan, opini
tahun sebelumnya, auditor
client tenure, kualitas
auditor, kepemilikan
Variabel yang mempengaruhi pemberian
opini audit going concern adalah variabel
debt default, Ukuran perusahaan, lamanya
perikatan (audit client tenure), opini tahun
sebelumnya (prior opinion) dan kualitas
auditor (specialization). Variabel yang
tidak mempengaruhi pemberian opini GC
adalah audit lag, opinion shopping,
kepemilikan manajerial dan kepemilikan
institusional
Page 65
48
No Nama dan Tahun
Penelitian Metode Peneltian X1 X2 X3 Y Hasil
manajerial, kepemilikan
institusional, opinion
shopping
9 Kevin C W Chen &
Bryan K Church
(1992)
Sampel 127 perusahaan di
USA
Variabel yang berbeda
adalah rasio keuangan
Debt default berpengaruh signifikan
terhadap penerimaan opini going concern
Sumber: Dari Beberapa Jurnal Referensi
Page 66
49
I. Kerangka Pemikiran
Gambaran kerangka pemikiran digambarkan dengan bagan berikut:
Analisis Pengaruh Audit Delay, Debt Default, Dan Disclosure Terhadap
Penerimaan Opini Audit Going Concern
Teori Keagenan (Agency Theory)
Opini Audit Going
Concern (Y).
Audit delay (X1)
Debt Default (X2)
Disclosure (X3)
Model Regresi Logistik
Independen Dependen
Hasil Pengujian
Kesimpulan dan Saran
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
Banyak perusahaan yang mendapat opini audit wajar namun tiba-tiba
bangkrut menimbulkan tekanan pada auditor untuk mengungkapkan
informasi terkait going concern
Page 67
74
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Dan Sifat Penelitian
Penelitian ini akan membahas mengenai kelangsungan hidup suatu
perusahaan yang dipengaruhi oleh audit delay, debt default, dan disclosure
terhadap penerimaan opini audit going concern.
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah kausalitas
yakni tipe penelitian dengan karakteristik masalah berupa hubungan sebab
akibat antara dua variabel atau lebih (Indriantoro dan Supomo, 2002: 27).
Yang digunakan untuk menjelaskan pengaruh variabel independen yaitu Audit
delay, debt default, dan disclosure terhadap variabel dependen yaitu
penerimaan opini audit going concern.
Adapun yang menjadi sasaran penelitian ini adalah perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Penelitian ini mengambil
sampel selama 3 tahun, yaitu dari tahun 2012-2014.
B. Metode Penentuan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,
2004:72). Populasi pada penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur
yang terdaftar (listing) di BEI tahun 2012 sampai 2014.
Page 68
51
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiyono, 2004:73). Sampel yang diambil harus betul-betul
representatif (mewakili) populasi. Sampel yang digunakan oleh penulis dalam
penelitian ini ditentukan dengan menggunakan teknik purposive sampling,
yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono,
2004:78).
Kriteria-kriteria sampel yang ditentukan oleh peneliti adalah sebagai
berikut:
1. Perusahaan tersebut terdaftar di BEI pada tahun 2012 sampai 2014.
2. Perusahaan tidak sedang berada dalam proses delisting pada periode
pengamatan.
3. Perusahaan tersebut menerbitkan laporan keuangan pada tahun 2012
sampai 2014.
4. Mempunyai laporan auditor independen yang dipublikasikan bersamaan
dengan periode pengamatan.
5. Mendapatkan opini unqualified opinion with explanatory language,
unqualified modified report atau disclaimer opinion.
6. Melaporkan laba bersih negatif sekurang-kurangnya satu kali selama
periode penelitian.
C. Jenis dan Sumber Data
Data dalam penelitian ini ialah data sekunder. Data sekunder merupakan
data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pihak
Page 69
52
pengumpul data primer atau oleh pihak lain (Umar, 2003:69). Data yang
diperoleh adalah kombinasi antara data time series dengan data cross section
(Pooled Data). Data time series merupakan sekumpulan data dari suatu
fenomena tertentu yang didapat dalam beberapa interval waktu tertentu
misalnya dalam waktu mingguan, bulanan, atau tahunan. Sedangkan data
cross section merupakan sekumpulan data untuk meneliti suatu fenomena
tertentu dalam satu kurun waktu (Umar, 2003:70).
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Bursa
Efek Indonesia (BEI) tahun 2012 sampai 2014 yang merupakan data tentang
opini audit untuk sampel yang diamati.
D. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
umumnya berupa bukti, catatan atau laporan keuangan historis yang telah
disusun dalam arsip (dokumenter) yang dipublikasikan atau tidak
dipublikasikan (Indriantoro dan Supomo, 2002:147).
Proses pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan beberapa
teknik pengumpulan data berupa bahan-bahan teori atau konsep yang didapat
dari www.idx.com dan www.idsaham.com, perpustakaan berupa literatur, dan
artikel/ jurnal ilmiah yang dapat mendukung sebagai bahan kajian penelitian
dan juga sebagai landasan untuk menganalisa permasalahan.
Page 70
53
E. Metode Analisis Data
Metode analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
analisa statistik dengan menggunakan software statistik yaitu SPSS. Analisis
statistik dalam penelitian ini adalah:
1. Metode Statistik Deskriptif
Analisis Statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui karakteristik
sampel yang digunakan dan menggambarkan variabel-variabel dalam
penelitian. Analisis statistik deskriptif meliputi jumlah sampel, nilai
minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata (mean), dan standar deviasi.
Atau bisa dikatakan analisi deskriptif merupakan analisis data yang
dilakukan untuk mengetahui dan menjelaskan variabel yang diteliti yang
berupa angka-angka sebagai dasar untuk berbagai pengambilan keputusan,
dimana dalam penelitian ini angka-angka tersebut adalah rasio keuangan
dan kesulitan keuangan perusahaan.
2. Analisis Regresi Logistik
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis
regresi. Uji hipotesis yang digunakan adalah uji regresi logistik. Uji regresi
logistik digunakan untuk menguji pengaruh dari dua variabel, yang mana
dua atau lebih variabel independen yang mempunyai jenis pengukuran
rasio, serta sebuah variabel dependen berjenis pengukuran nominal. Uji
regresi ini digunakan untuk membuktikan pengaruh dari audit delay, debt
defult, dan disclosure khususnya yang berhubungan dengan going concern
suatu entitas perusahaan manufaktur.
Page 71
54
Analisis regresi logistik tidak menunjukkan arah hubungan antara
variabel independen dengan variabel dependen dengan mengukur kekuatan
hubungan antara variabel independen terhadap variabel dependen
(Ghozali, 2009:82).
Regresi logistik juga mengabaikan uji asumsi klasik karena estimasi
yang digunakan adalah likelihood untuk menemukan “Most likely” dari
estimasi yang berulang-ulang. Estimasi likelihood bisa digunakan unutk
mengukur kuadrat terkecil atau least squares, namun pengukuran yang
bersifat least squares atau OLS (ordinary least squares) cenderung
menggunakan regresi linier dimana regresi linier yang berbasis OLS tidak
mengabaikan uji asumsi klasik (J. Wasserman, Netter dan W. Kutnel M,
2005:624). Pengujian hipotesis dilakukan dengan analisis regresi logistik
dengan tipe regresi binary logistik. Regresi binary logistic adalah regresi
yang digunakan untuk melakukan pemodelan suatu kemungkinan kejadian
dengan variabel Y (respons) bertipe kategorial dua pilihan (Trihendradi,
2007 : 63). Model regresi logistik yang digunakan untuk menguji hipotesis
tersebut berdasarkan model pelaporan audit yang digunakan oleh Lennox
(2002).
Kriteria penerimaan atau penolakan hipotesis dengan logistic
regression:
a. Jika hasil signifikannya <0.05 maka Ha diterima
b. Jika hasil signifikannya >0.05 maka Ha ditolak
Model yang digunakan untuk menguji hipotesis ini adalah:
Page 72
55
Ln OAGC
= a + b1 Aleg + b2 Debt + b3 Disc + ε
1-OAGC
a : Konstanta
b₁-3 : Koefisien regresi (menunjukkan angka peningkatan atau
penurunan variabel dependen yang didasarkan pada
hubungan nilai variabel independen)
b1 Aleg : Audit delay
b2 Debt : Debt default
b3 Disc : Disclosure
ε : Error
a. Menilai Kelayakan Model Regresi
Kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan Hosmer and
Lemeshow’s Goodness of Fit Test. Model ini untuk menguji hipotesis nol
bahwa data empiris sesuai dengan model (tidak ada perbedaaan antara
model dengan data sehingga model dapat dikatakan fit).
Jika nilai statistik Hosmer and Lemeshow’s goodness of Fit Test sama
dengan atau kurang dari 0,05 maka hipotesis nol ditolak. Jika nilai statistik
Page 73
56
Hosmer and Lemeshow’s Goodness of fit test lebih besar dari 0.05 maka
hipotesis nol tidak dapat ditolak dan berarti model mampu memprediksi
nilai observasinya atau dapat dikatakan bahwa model dapat diterima
karena sesuai dengan data observasinya
b. Menilai Model Fit (Overall Model Fit Test)
Uji ini digunakan untuk menilai model yang telah dihipotesiskan telah
fit atau tidak dengan data. Hipotesis untuk menilai model fit adalah:
H0: Model yang dihipotesiskan fit dengan data
H1: Model yang dihipotesiskan tidak fit dengan data
Dari hipotesis ini, agar model fit dengan data maka H0 harus diterima.
Statistik yang digunakan berdasarkan Likelihood. Likelihood L dari model
adalah probabilitas bahwa model yang dihipotesiskan menggambarkan
data input. Untuk menguji hipotesis nol dan alternatif, L ditransformasikan
menjadi -2 LogL. Output SPSS memberikan dua nilai -2 LogL yaitu satu
untuk model yang hanya memasukkan konstanta saja dan satu model
dengan konstanta serta tambahan bebas.
Adanya pengurangan nilai antara -2LogL awal dengan nilai -2LogL
pada langkah berikutnya menunjukkan bahwa model yang dihipotesiskan
fit dengan data (Ghozali, 2009). Log Likelihood pada regresi logistik mirip
dengan pengertian “Sum of Square Error” pada model regresi, sehingga
penurunan model Log Likelihood menunjukkan model regresi yang
semakin baik.
Page 74
57
c. Koefisien determinasi
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai
koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil
berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan
variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti
variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang
dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali,
2009:83).
d. Tabel klasifikasi
Tabel klasifikasi akan menunjukan kekuatan prediksi dari model
regresi untuk memprediksi kemungkinan penerimaan opini audit going
concern pada auditee. Dalam output regresi logistik angka ini dapat dilihat
dalam classification table (Solikah 2006:77). Tabel klasifikasinya
menghitung estimasi yang benar (Correct) dan salah (Incorrect) (Ghozali:
2009:270).
e. Estimasi Parameter dan Interpretasinya
Estimasi parameter dapat dilihat melalui koefisien regresi. Koefisien
regresi dari tiap variabel-variabel yang diuji menunjukkan bentuk
hubungan antara variabel yang satu dengan yang lainnya. Pengujian
hipotesis dilakukan dengan cara membandingkan antara nilai probabilitas
(sig). Apabila terlihat angka signifikan lebih kecil dari 0.05 maka koefisien
regresi adalah signifikan pada tingkat 5% maka berarti H0 ditolak dan H1
Page 75
58
diterima, yang berarti bahwa variabel bebas berpengaruh secara signifikan
terhadap terjadinya variabel terikat. Begitu pula sebaliknya, jika angka
signifikansi lebih besar dari 0.05 maka berarti H0 diterima dan H1 ditolak,
yang berarti bahwa variabel bebas tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap terjadinya variabel terikat.
F. Operasionalisasi Variabel Penelitian
1. Variabel Dependen
Variabel dependen adalah tipe variabel yang dijelaskan atau
dipengaruhi oleh variabel independen (Indriantoro dan Supomo, 2002:63).
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah:
A. Opini Audit Going concern (Y)
Opini audit going concern merupakan opini audit modifikasi yang
dalam pertimbangan auditor terdapat ketidakmampuan atau
ketidakpastian signifikan atas kelangsungan hidup perusahaan dalam
menjalankan operasinya (SPAP, 2009) termasuk dalam opini audit
going concern ini adalah opini going concern unqualified/qualified dan
going concern disclaimer opinion. Opini audit going concern
merupakan variabel dikotomous, opini audit going concern diberi kode
1 ketika perusahaan mendaptkan opini unqualified opinion, sedangkan
opini audit non going concern diberi kode 0 ketika perusahaan
mendapatkan opini selain unqualified opinion.
Page 76
59
2. Variabel Independen
Variabel independen adalah tipe variabel yang menjelaskan atau
mempengaruhi variabel yang lain (Indriantoro dan Supomo, 2002:63).
Variabel independen dalam penelitian ini adalah:
a. Audit delay (X1)
Audit delay atau lamanya penyelesaian waktu audit dapat diukur dari
perbedaan waktu antara tanggal laporan keuangan dengan tanggal
opini audit dalam laporan keuangan atau jumlah hari yang ditulis
antara tanggal pelaporan keuangan dengan tanggal laporan auditor.
b. Debt Default (X2)
Debt default atau kegagalan membayar hutang didefinisikan
sebagai kelalaian atau kegagalan perusahaan untuk membayar hutang
pokok atau bunganya pada saat jatuh tempo (Chen dan Church, 1992).
Dalam variabel ini menggunakan variable dummy (1 = status debt
default, 0 = tidak debt default) untuk menunjukkan apakah perusahaan
dalam keadaan default atau tidak sebelum pengeluaran opini audit.
c. Disclosure (X3)
Kewajiban penyampaian laporan tahunan bagi perusahaan publik
telah diatur oleh pemerintah dalam Keputusan Ketua Badan Pengawas
Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor: KEP-431/BL/2012
Peraturan Nomor X.K.6 yang berisi tentang kewajiban penyampaian
laporan tahunan bagi emiten atau perusahaan publik serta bentuk dan
isi laporan tahunan. Penentuan indeks dilakukan dengan menggunakan
Page 77
60
skor disclosure. Jika perusahaan mengungkapkan item informasi
dalam laporan keuangannya, maka skor 1 akan diberikan dan jika item
tersebut tidak diungkapkan, maka 0 akan diberikan (Kartika, 2012).
Setelah melakukan scoring, disclosure level dapat ditentukan dengan
rumus sebagai berikut:
Disclosure level = Jumlah score disclosure yang dipenuhi
Jumlah skor maksimum
Page 78
74
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
Penelitian ini menggunakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2012-2014 sebagai sampel penelitian.
Pemilihan industri manufaktur dikarenakan industri ini memiliki jumlah
perusahaan yang listing lebih banyak dibandingkan dengan indusri lain
sehingga diharapkan dapat memberikan variasi data sampel lebih banyak.
Pemilihan sampel dilakukan dengan metode purpose sampling dengan
proses seleksi penarikan sampel disajikan dalam tabel 4.1
Tabel 4.1
Proses Seleksi Sampel
No Kriteria Jumlah
Perusahaan
1 Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI periode
2012-2014 148
2 Perusahaan yang terdaftar setelah 1 Januari 2012 dan
atau mengalami delisting selama periode pengamatan (18)
3 Perusahaan yang data laporan keuangan tidak tersedia
atau tidak lengkap (16)
4
Perusahaan yang tidak mengalami laba negatif
sekurang-kurangnya satu periode selama periode
pengamatan
(78)
Jumlah Sampel Tiap Periode 36
Tahun Pengamatan 3
Jumlah Sampel Akhir 108
Sumber: data diolah
Jumlah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI selama periode
penelitian adalah sejumlah 148 perusahaan. Dari jumlah tersebut sebanyak
18 adalah perusahaan yang listing setelah tanggal 1 Januari 2012 dan
Page 79
62
delisting pada kurun periode 2012-2014. Kemudian sejumlah 16
perusahaan ditemukan tidak menerbitkan laporan tahunan secara lengkap
sehingga tidak dapat dijadikan sampel penelitian. Dari 114 perusahaan
yang tersisa, sebanyak 78 perusahaan tidak memenuhi kriteria yaitu tidak
mengalami laba negatif selama periode penelitian sehingga diperoleh
jumlah yang dijadikan sampel sejumlah 36 perusahaan. Periode
pengamatan digunakan selama 3 tahun sehingga total sampel yang
digunakan adalah 108 data sampel.
Secara rinci distribusi sampel dapat disajikan pada tabel 4.2
Tabel 4.2
Distribusi Sampel Berdasarkan Sektor Usaha
No Sektor Usaha Jumlah Frekuensi
1. Keramik, Porselen, dan Kaca 1 3%
2. Logam 6 17%
3. Kimia 3 8%
4. Plastik dan Kemasan 5 14%
5. Kayu dan Pengolahan 2 6%
6. Pulp dan Kertas 3 8%
7. Tekstil dan Garment 10 28%
8. Alas Kaki 1 3%
9. Kabel 3 8%
10. Peralatan Rumah Tangga 2 6%
Jumlah 36 100%
Total Sampel 108
Sumber: data diolah
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa perusahaan yang paling
banyak digunakan sebagai sampel berasal dari sektor Tekstil dan Garmen
sebanyak 28%, dan 72% sisanya tersebar hampir merata di 9 sektor lain.
Page 80
63
B. Analisis Data Penelitian
Pengolahan data pada penelitian ini menggunakan alat bantu
pengolahan data SPSS versi 22.0 untuk memudahkan pengolahan data
sehingga dapat menjelaskan variabel-variabel yang diteliti.
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif
Tabel statistik deskriptif menjelaskan distribusi variabel-variabel
yang diteliti meliputi variabel dependen Y (Going concern), dan
distribusi variabel-variabel independen X yaitu: X1 (Audit delay), X2
(Debt default), dan X3 (Disclosure). Statistik deskriptif untuk variabel
dependen dan independen tersebut disajikan pada tabel 4.3
Tabel 4.3
Hasil Uji Statistik Deskriptif
Going concern Audit delay Debt Dafault Disclosure
N Valid 108 108 108 108
Missing 0 0 0 0
Mean .40 81.42 .64 .80387205
Std. Deviation .492 13.821 .483 .079308817
Minimum 0 50 0 .575758
Maximum 1 157 1 .939394
Sumber: Output SPSS
Berdasarkan hasil uji statistik deskriptif pada tabel 4.3
dijelaskan bahwa pada variabel going concern nilai rata-rata
didapatkan pada angka 0,40 yang menunjukkan bahwa opini audit
dengan kode 1 yakni opini audit going concern lebih sedikit
kemunculannya daripada opini audit dengan kode 0 yaitu opini audit
non going concern. Dari 108 data sampel sebanyak 43 sampel
Page 81
64
menerima opini going concern, dan 65 data sampel menerima opini
non going concern.
Pada variabel audit delay, nilai rata-rata yang diperoleh adalah
81 dengan nilai minimum 50 dan nilai maksimum 157. Nilai audit
delay sebesar 81 hari menunjukkan bahwa rata-rata perusahaan sampel
memiliki rentang waktu penyelesaian audit laporan keuangan selama
81 hari yang mana nilainya masih ada di bawah ketentuan Bapepam
dalam hal batas waktu penyampaian laporan keuangan.
Untuk variabel debt default, nilai rata-rata didapat sebesar 0,64
menunjukkan bahwa data sampel yang mendapatkan status default
jumlahnya lebih banyak dari data sampel yang mendapat status non
default. Dari 108 data sampel sebanyak 69 sampel memperoleh status
default dan 39 sampel sisanya berstatus non default.
Nilai rata-rata untuk variabel disclosure sebesar 0,80385 dengan
nilai minimum 0,57575 dan nilai maksimum 0,93939. Hal ini
menunjukkan bahwa cukup banyak data sampel yang mengungkapkan
item disclosure.
2. Analisis Regresi Logistik
Penelitian ini menggunakan model pengujian regresi logistik
dengan tipe regresi binary logistik. Regresy binary logistic adalah
regresi yang digunakan untuk melakukan pemodelan suatu
kemungkinan kejadian dengan variabel Y (respons) bertipe kategorial
Page 82
65
dua pilihan (Trihendradi, 2007 : 63). Dalam penelitian ini variabel
dependen (respons) Y bertipe kategorik/dua pilihan yaitu: Non Going
concern = 0 dan Going concern = 1. Teknik analisis regresi logistik
tidak memerlukan asumsi normalitas data pada variabel bebasnya dan
mengabaikan heteroskedastisitas (Ghozali, 2006:225)
a. Hasil Uji Kelayakan Model Regresi
Kelayakan model regresi logistic dinilai dengan menggunakan
Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test. Hosmer and
Lemeshow’s Goodness of Fit Test menguji hipotesis nol bahwa data
empiris cocok atau sesuai dengan model (tidak ada perbedaan antara
model dengan data sehingga model dapat dikatakan fit).
Hasil Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test dapat
ditampilkan pada tabel 4.4
Tabel 4.4
Hosmer And Lemeshow Test
Step Chi-square Df Sig.
1 1.491 8 .993
Sumber: Output SPSS
Berdasarkan tabel 4.4 diketahui bahwa nilai statistik Hosmer and
Lemeshow’s Goodness of Fit Test adalah sebesar 1,491 dengan
probabilitas signifikansi sebesar 0,993. Nilai signifikansi tersebut jauh
di atas 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa model mampu
memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan model dapat
diterima karena cocok dengan data observasinya.
Page 83
66
b. Hasil Uji Kesesuaian Keseluruhan Model (Overall Model Fit)
Pengujian keseluruhan model (overall model fit) dilakukan
dengan membandingkan nilai antara -2 Log Likelihood (-2LL) pada
awal (Block 0) dengan nilai -2 Log Likelihood (-2LL) pada akhir
(Block 1) untuk mengetahui apakah model fit dengan data baik
sebelum maupun sesudah variabel bebas dimasukkan ke dalam model.
Tabel 4.5
Iteration History Block 0
Iteration -2 Log likelihood
Coefficients
Constant
Step 0 1 145.208 -.407
2 145.207 -.413
3 145.207 -.413
Sumber: Output SPSS
Tabel Iteration History pada Block 0 atau sebelum variabel
independen dimasukkan ke dalam model mendapatkan nilai -2 Log
Likelihood sebesar 145,207. Dengan Degree of Freedom (DF) = N – 1
= 108 – 1 = 107, dan alpha (α) 5% diperoleh Chi-square pada tabel
bernilai 132,144. Nilai -2 Log Likelihood (145,2017) > Chi-square
tabel (132,144) menunjukkan bahwa sebelum variabel diperhitungkan
model tidak fit dengan data.
Tabel 4.6
Iteration History Block 1
Iteration -2 Log likelihood
Coefficients
Constant ALEG DEBT(1) DISC
Step 1 1 117.802 3.002 .023 -1.356 -5.948
2 115.796 3.928 .033 -1.765 -8.129
Page 84
67
3 115.740 4.129 .035 -1.850 -8.573
4 115.740 4.137 .035 -1.854 -8.589
5 115.740 4.137 .035 -1.854 -8.589
Sumber : Output SPSS
Pada tabel Iteration History Block 1 atau setelah variabel
independen dimasukkan ke dalam model, DF = N – jumlah variabel
independen - 1 = 108 – 3 – 1 = 104. Pada DF = 104 dan alpha (α) 5%
diperoleh chi-square pada tabel = 128,804. Nilai -2 Log Likelihood
(115,740) < chi-square pada tabel (128,804) sehingga disimpulkan
bahwa model fit dengan data dan H0 diterima.
Penurunan nilai antara -2 Log Likelihood awal dan akhir sebesar
29,467 dapat diartikan bahwa penambahan variabel bebas ke dalam
model dapat memperbaiki model fit serta menunjukkan model regresi
yang lebih baik atau dengan kata lain model fit dengan data.
c. Hasil Uji Koefisien Determinasi
Untuk melihat kemampuan variabel independen dalam
menjelaskan variabel dependen ditunjukkan dengan nilai Cox & Snell
R Square dan Nagelkerke R Square. Nilai-nilai tersebut disebut juga
dengan Pseudo R-Square atau jika pada regresi linear lebih dikenal
dengan istilah R-Square. Hasil pengujian terhadap koefisien
determinasi dalam tabel berikut:
Page 85
68
Tabel 4.7
Koefisien Cox & Snell R Square dan Nagelkerke R Square
Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Square Nagelkerke R Square
1 115.740a .239 .323
B
Berdasarkan hasil pada tabel 4.7 didapat nilai Cox & Snell R
Square sebesar 0,239 dan nilai Nagelkerke R Square sebesar 0,323
yang berarti kemampuan variabel bebas menjelaskan variabel tidak
bebas sebesar 32,3% sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel-
variabel lain di luar model penelitian seperti kualitas audit, opinion
shopping, kondisi keuangan, opini audit tahun sebelumnya, audit
tenure, kepemilikan manajerial, ukuran perusahaan, rasio keuangan,
dll.
d. Hasil Uji Tabel klasifikasi
Tabel klasifikasi akan menunjukan kekuatan prediksi dari model
regresi untuk memprediksi kemungkinan penerimaan opini audit going
concern pada sampel. Dalam output regresi logistik angka ini dapat
dilihat dalam classification table seperti ditampilkan dalam tabel 4.8
Tabel 4.8
Hasil Uji Klasifikasi
Observed
Predicted
Going concern
Percentage
Correct
Non Going
concern
Going
concern
Step 1 Going concern Non Going concern 52 13 80.0
Going concern 16 27 62.8
Overall Percentage 73.1
Sumber: Output SPSS
Page 86
69
Sumber : Output SPSS
Tabel di atas menunjukkan bahwa kekuatan model regresi dalam
memprediksi penerimaan opini going concern adalah sebesar 62,8%,
yaitu dari total 43 sampel yang menerima opini audit going concern,
sejumlah 27 sampel mampu diprediksi oleh model regresi yang
diajukan. Sedangkan kekuatan prediksi dari model untuk sampel yang
menerima opini non going concern adalah sebesar 80%, yaitu dari
total 65 sampel yang menerima opini non going concern, diperoleh 53
sampel yang mampu diprediksi memperoleh opini non going concern.
Sedangkan ketepatan prediksi secara keseluruhan model ini adalah
sebesar 73,1%.
e. Hasil Estimasi Parameter dan Interprestasinya
Langkah terakhir dalam pengujian regresi logistik yaitu
mengestimasi parameter dan interpretasinya. Nilai estimasi parameter
dapat dilihat melalui output variabel in equation yang ditampilkan
dalam tabel berikut:
Tabel 4.9
Hasil Uji Signifikansi Data
B S.E. Wald Df Sig. Exp(B)
95% C.I.for EXP(B)
Lower Upper
Step 1a ALEG .035 .020 3.094 1 .079 1.036 .996 1.078
DEBT(1) -1.854 .539 11.826 1 .001 .157 .054 .451
DISC -8.589 3.218 7.122 1 .008 .000 .000 .102
Constant 4.137 3.057 1.832 1 .176 62.646
Sumber : Output SPSS
Page 87
70
Berdasarkan tabel estimasi di atas diperoleh hasil pengujian
terhadap variabel debt default dan disclosure menunjukan signifikansi
di bawah 0,05. Ini berarti variabel debt default dan disclosure memiliki
pengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Hasil
pengujian terhadap variabel Audit delay menghasilkan nilai
signifikansi sebesar 0,079 atau di atas alpha 5% sehingga dapat
diartikan bahwa variabel tersebut tidak memiliki pengaruh terhadap
opini audit going concern.
1. Hasil Pengujian Pengaruh Audit delay Terhadap Penerimaan Opini
Going concern
Dalam perumusan hipotesis pertama dihipotesakan bahwa Audit delay
berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Hasil
pengujian menunjukkan variabel audit delay memiliki koefisien regresi
sebesar 0,035 dengan tingkat signifikansi yang lebih besar dari α (5%)
yaitu 0,079. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel
audit delay tidak berpengaruh terhadap penerimaaan opini audit going
concern atau dengan kata lain H1 ditolak.
Ashton et al. (1987) menyatakan bahwa perusahaan yang menerima
opini going concern membutuhkan waktu audit yang lebih lama
dibandingkan perusahaan yang menerima opini tanpa kualifikasi. Namun,
hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa audit delay tidak
berpengaruh pada opini audit going concern. Hasil ini menunjukkan
Page 88
71
bahwa audit delay yang panjang belum tentu mengindikasikan adanya
masalah going concern pada auditee dan tidak menjamin bahwa
perusahaan yang memiliki audit delay yang panjang akan memperoleh
opini going concern.
Hasil penelitian ini sejalan dengan temuan penelitian Widyantari
(2011) dan Poneli (2013) yang menunjukkan bahwa audit delay tidak
berpengaruh terhadap signifikan pada penerimaan opini audit going
concern. Namun hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian
Lennox (2002) dan Putra (2010) yang menemukan hubungan positif
antara audit delay yang panjang dengan opini audit going concern.
2. Hasil Pengujian Pengaruh Debt Default Terhadap Penerimaan Opini
Audit Going concern
Hipotesis kedua yang diajukan menyatakan bahwa variabel debt
default berpengaruh terhadap penerimaan opini going concern. Hasil
pengujian menyatakan bahwa debt default dengan koefisien regresi 1,854
memiliki nilai signifikansi sebesar 0,001. Berdasarkan hasil pengujian
tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel debt default berpengaruh pada
penerimaan opini going concern atau dengan kata lain H2 diterima.
Hasil pengujian menunjukan bahwa debt default berpengaruh secara
signifikan terhadap penerimaan opini going concern. Dapat dikatakan
bahwa status hutang perusahaan merupakan pertama yang akan diperiksa
oleh auditor untuk mengukur kelangsungan hidup suatu perusahaan.
Page 89
72
Kegagalan dalam memenuhi ketika jumlah hutang suatu perusahaan sudah
sangat besar, maka aliaran kas perusahaan tentunya banyak dialokasikan
untuk menutupi hutang perusahaan, sehingga akan mengganggu
kelangsungan operasi dari suatu perusahaan. Apabila hutang ini tidak
mampu dilunasi, maka kreditor akan memberikan status default pada
perusahaan tersebut. Auditor dalam memberikan opini going concern akan
mempertimbangkan status default seperti yang tercantum pada PSA 30
seksi 341 SPAP 2011. Kesulitan dalam mentaati persetujuan hutang, fakta-
fakta yang lalai atau pelanggaran akan memperjelas masalah going
concern. Hasil ini konsisten dengan penelitan oleh Ardiani et al. (2012),
Nirmalasari (2014) serta Lestari (2009).
3. Hasil Pengujian Pengaruh Disclosure Terhadap Penerimaan Opini
Audit Going concern
Hipotesis ketiga yang diajukan menyatakan bahwa variabel disclosure
berpengaruh pada opini audit going concern. Hasil pengujian
menunjukkan bahwa variabel disclosure memiliki koefisien regresi 8,589
dengan tingkat signifikansi yang lebh kecil dari α (5%) yaitu 0,008.
Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel disclosure
berpengaruh terhadap opini audit going concern atau dengan kata lain H3
diterima.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Verdiana (2013) dan Ardiani et al. (2012) yang menyatakan bahwa
Page 90
73
perusahaan yang tidak mengungkapkan rasio-rasio keuangan yang bagus
dan mengungkapkan dampak kondisi ekonomi atau keraguan dalam
kelangsungan hidup usahanya akan meningkatkan kemungkinan menerima
opini going concern. Pengungkapan informasi tentang kondisi perusahaan
juga dapat menghindari konflik antara investor dengan manajemen
(Haroon et al., 2009: 6).
Page 91
74
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh audit delay, debt
default dan disclosure terhadap penerimaan opini audit going concern dengan
sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun
2002-2014. Olahan data dalam penelitian ini berjumlah 108 data sampel
sebagai akumulasi selama tiga tahun. Berdasarkan pada data yang telah
dikumpulkan dan pengujian yang telah dilakukan terhadap permasalahan
dengan menggunakan model regresi logistik, maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Variabel audit delay tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit
going concern. Hasil penelitian ini menunjukkan audit delay yang panjang
belum tentu mengindikasikan adanya masalah going concern pada auditee.
Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Praptitorini dan
Januarti (2007) yang menyatakan bahwa variabel audit delay berpengaruh
secara positif terhadap penerimaan opini audit going concern
2. Variabel debt default berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan
opini going concern. Kesulitan perusahaan dalam mentaati persetujuan
hutang, fakta-fakta yang lalai atau pelanggaran akan memperjelas masalah
going concern. Hasil ini konsisten dengan penelitian oleh Chen dan
Church (1992), Januarti (2007) dan Lestari (2009).
Page 92
75
3. Variabel disclosure berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan
opini going concern. Perusahaan yang tidak mengungkapkan rasio-rasio
keuangan yang bagus dan mengungkapkan dampak kondisi ekonomi atau
keraguan dalam kelangsungan hidup usahanya akan meningkatkan
kemungkinan menerima opini going concern. Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian Verdiana (2013), Ardiani et al. (2012), serta Praptitorini
dan Januari (2007) yang menyatakan bahwa disclosure berpengaruh
terhadap penerimaan opini going concern.
B. Saran
Saran bagi peneliti selanjutnya:
1. Bagi peneliti selanjutnya untuk memprediksi tingkat going concern
atau pemberian opini going concern pada perusahaan dapat
menambah variabel lain untuk menentukan kemungkinan penerimaan
opini going concern, supaya bisa diketahui selain variabel yang diteliti
oleh penulis sekarang, masih adakah variabel yang lebih bisa
mempengaruhi auditor dalam pemberian opini going concen misalnya
seperti strategic action perusahaan untuk memperoleh hasil yang lebih
baik.
2. Penelitian selanjutnya diharapkan memproksikan going concern
terhadap arus kas supaya lebih mengetahui tentang aliran dana kas
perusahaan mengalir.
Page 93
76
3. Penelitian selanjutnya diharapkan menambah tahun pengamatan
minimal lebih dari 3 tahun supaya mengetahui gejala-gejala yang
memepengaruhi pemberian opini going concern sehingga dapat
melihat kecenderungan trend penerbitan opini audit going concern
oleh auditor dalam jangka panjang.
Page 94
74
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Sukrisno, “Auditing (Pemeriksaan Akuntan) oleh Kantor Akuntan Publik”,
Edisi Ketiga, Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia, 2004.
Altman, E., dan T. Mc Gough., “Evaluation of A Company as A Going Concern”.
Journal of Accountancy, December, 1974.
Arens, Alvin A., Randal J. Elder dan Mark S. Beasley, “Auditing dan Pelayanan
Verifikasi Pendekatan Terpadu”, Jakarta: PT Indeks, 2011.
Bastian, Indra, dan Suharjo, “Akuntansi Perbankan”, Edisi Pertama, Salemba
Empat, Jakarta, 2006.
Belkaoui, Ahmed Riahi, “Teori Akuntansi”, Buku 1, Salemba Empat, Jakarta,
2007.
Carcello, Joseph V., R. H. Hermanson, dan Roger T. McGrath, “Audit Quality
Attributes: The Perception of Audit Partners, Prepares & Financial
Statement Users”, Auditing: A Journal of Practice and Theory. 1992.
Chen, Kevin C. W., dan Bryan K. Church, “Default on Debt Obligations and the
Issuance of Going- Concern Report”, Auditing: Journal Practice and
Theory Fall, pp 30-49,1992.
Eko, Indira, dan Faisal, ”Pengaruh Kualitas Audit, Kondisi Keuangan Perusahaan,
Opini Audit Tahun Sebelumnya, Pertumbuhan Perusahaan Terhadap
Opini Audit Going Concern”, Simposium Nasional Akuntansi IX, Padang.
2007.
Geiger, M, and K Raghunandan, “Going Concern Opinions in the “New” Legal
Environment”, Accounting Horizons, Vol No 1, pp 17-26, 2002.
Ghozali, Imam, “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS”, Edisi
Ketiga, Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2008.
Halim, Abdul, “Auditing I (Dasar-Dasar Audit Laporan Keuangan)”, Edisi
Ketiga, Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2008.
Hamid, Abdul, “Pedoman Penulisan Skripsi”, Fakultas Ekonomi dan Bisnis,
Universitas Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2011.
Page 95
78
Hani, Cleary, dan Mukhlasin. “Going Concern dan Opini Audit: Suatu studi pada
Perusahaan Perbankan di BEJ”. Simposium Nasional Akuntansi
6.Surabaya. 2003.
Harahap, Sofyan Syafri, “Auditing Kontemporer”, Edisi Kedua, Erlangga, Jakarta,
1994.
Ho, Joanna L., “The Effect of Experience on Consensus of Going-Concern
Judgments”. Behavioral Research in Accounting Vol 6. pp 160-172,
1994.
Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo, “Metodologi Penelitian Bisnis untuk
Akuntansi dan Manajemen”, Edisi Pertama, Yogyakarta: BPFE
Yogyakarta, 2002.
Januarti, Indira dan Ella Fitrianasari, “Analisis Rasio Keuangan dan rasio Non
Keuangan yang Mempengaruhi Auditor Dalam Memberikan Opini Audit
Going Concern pada Auditee (Studi Empiris pada Perusahaan
Manufaktur yang terdaftar di BEJ 2000 – 2005)”, Jurnal MAKSI,Vol 8
no. 1 , pp 43-58, 2008.
Institut Akuntan Publik Indonesia, Stándar Profesional Akuntan Publik. Salemba
Empat. Jakarta. 2011.
Jensen, Michael C., dan William H. Meckling., “Theory of The Firm: Managerial
Behavior, Agency Cost and Ownership Structure”, Journal of Financial
Economics 3. Hal 305-360, 1976.
Kell, Boynton, Willey, dan Johnson,”Modern Auditing”, Sony and Wiley Inc.,
2006.
Komalasari, Agrianti, ”Analisis Pengaruh Kualitas Auditor dan Proxi Going
Concern Terhadap Opini Auditor”, Jurnal Skripsi, 2005.
Kosasih, Ahmad, “Analisis faktor-faktor yang Mempengaruhi Audit Delay”,
Skripsi, Semarang : Universitas Diponegoro. 2010.
Krishnan, Jayanthi, Heibatollah Sami, Yinqi Zhang, “Does the Provision of
Nonaudit Service Affect Investor Perceptions of Auditor Independence”,
Auditing: A Journal of Practice and Theory, Vol.24 No.2, pp.111-135,
November, 2005.
LaSalle, Randall E., dan Anandarajan Asokan, “Auditor View on the Type of
Audit Report Issued to Entities with Going Concern Uncertainties”,
Accounting Horizons, Vol 10. Juni. pp 51-72, 1996.
Page 96
79
Lastanti, Sri Hexana, “Tinjauan Terhadap Kompetensi dan Independensi Akuntan
Publik: Refleksi Atas Skandal Keuangan”, Media Riset Akuntansi,
Auditing, dan Informasi, Vol. 5 No.1, hal 85-97.
Lindberg, L. Deborah dan Frand D. Beck, “CPAs’ Perceptions of Auditor
Independence: An Analysis of Views Before and After the Collapse of
Enron”, 2015.
Lennox, C., “Do Companies Successfully Engage in Opinion Shopping: Evidence
from The UK?” Journal of Accounting and Economics 29. pp 321-
37,2000.
Masitoh, Wahidah, “Pertimbangan Going Concern Perusahaan Dalam Pemeberian
Opini Audit”, Skripsi, 2010.
McKeown, J.C., J.F. Mutchler, dan W Hopwood, “Toward An Explanation of
Auditor Failure to Modify The Audit Reports of Bankrupt Companies”.
auditing : A Journal of Practice & Theory, Supplement. pp 1-13, 1991.
Mulyadi dan Kanaka Purwodiredja, “Auditing”, Edisi Keenam, Jakarta: Salemba
Empat, 2010.
Mulyani, Sri, “Analisis Pengaruh Rasio Likuidtas, solvabilitas, profitabilitas
perusahaan Terhadap penerimaan Opini Going Concern”, Skripsi, 2010.
Mirna, Indira, “Analisis Pengaruh Kualitas Audit, Debt Default Dan Opinion
Shopping Tehadap Penerimaan Opini Going Concern”, Simposium
Nasional Akuntansi X, Makassar, 2007.
Mutchler, J.F, “Auditor’s Perceptions of Going Concern Opinion Decision”.
Auditing: A Journal of Practice & Theory. Spring. pp 17-30, 1984.
Petronela, Thio, “Pertimbangan Going Concern Perusahaan Dalam Pemberian
Opini Audit”. Jurnal Balance. 47-55, 2004.
Rahayu, Puji, “Assessing Going Concern Opinion: A Study Based On Financial
And Non-Financial Informations”, Simposium Nasional Akuntansi X,
Makasar, 2007.
Singh, Narwinder, “Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas Dan Solvabilitas Terhadap
Opini Audit Going Concern”. Skripsi. 2008.
Trihendradi, Cornelius. “Kupas Tuntas Analisis Regresi”. Yogyakarta : ANDI,
2007.
Tunggal, Amin Widjaja, “Akuntansi Manajemen”, Harvindo, Jakarta, 2009.
Page 97
80
Undang-undang No. 8 tahun 2011 peraturan BAPEPAM Nomor K.X.6
Venuti, Elizabeth K. “The Going Concern Assumption Revisited: Assessing a
Company’s Future Viability”. The CPA Journal Online. 2007.
Page 98
81
Lampiran 1
Daftar Perusahaan Sampel
No Nama Perusahaan Kode
1 PT Alam Karya Unggul Tbk AKKU
2 PT Primarindo Asia Infrastructure Tbk BIMA
3 PT ICTSI Jasa Prima Tbk KARW
4 PT Mulia Industrindo Tbk MLIA
5 PT Hanson International Tbk MYRX
6 PT APAC Citra Centretex MYTX
7 PT Asia Pacific Fibers Tbk POLY
8 PT Sumalindo Lestari Jaya Tbk SULI
9 PT Tifico Fiber Indonesia Tbk TFCO
10 PT Jembo Cable Company Tbk JECC
11 PT Kertas Basuki Rachmat Indonesia Tbk KBRI
12 PT Sucaco Tbk SCCO
13 PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk INKP
14 PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk TKIM
15 PT Argo Pantes Tbk ARGO
16 PT Panasia Indo Resources Tbk HDTX
17 PT Pan Brothers Tbk PBRX
18 PT Sunson Textile Manufacturer Tbk SSTM
19 PT Unitex Tbk UNTX
20 PT Jakarta Kyoei Steel Works Tbk JKSW
21 PT Argha Karya Prima Industri Tbk AKPI
22 PT Siwani Makmur Tbk SIMA
23 PT Barito Pacific Tbk BRPT
24 PT Century Textile Industry Tbk CNTX
25 PT Duta Pertiwi Nusantara Tbk DPNS
26 PT Eratex Djaja Tbk ERTX
Page 99
82
No Nama Perusahaan Kode
27 PT Titan Kimia Nusantara Tbk FPNI
28 PT Tirta Mahakam Resources Tbk TIRT
29 PT Voksel Electric Tbk VOKS
30 PT Alakasa Industrindo Tbk ALKA
31 PT Jaya Pari Steel Tbk JPRS
32 PT Krakatau Steel Tbk KRAS
33 PT Pelat Timah Nusantara Tbk NIKL
34 PT Eterindo Wahanatama Tbk ETWA
35 PT Sekawan Intipratama Tbk SIAP
36 PT Langgeng Makmur Industry Tbk LMPI
Sumber: Data diolah
Page 100
83
Lampiran II
Daftar Disclosure Index
No Item Disclosure
1 Ikhtisar data keuangan penting
2 Informasi harga saham tertinggi, terendah, dan penutupan
3 Laporan dewan komisaris mengenai penilaian terhadap kinerja direksi
mengenai pengelolaan perusahaan
4 Laporan dewan komisaris mengenai pandangan atas prospek usaha perusahaan
yang disusun oleh direksi
5 Laporan direksi mengenai kinerja perusahaan
6 Laporan direksi mengenai gambaran tentang prospek usaha
7 Laporan direksi mengenai penerapan tata kelola perusahaan yang telah
dilaksanakan oleh perusahaan
8 Nama dan alamat perusahaan
9 Riwayat singkat perusahaan
10 Bidang dan kegiatan usaha perusahaan meliputi jenis produk dan atau jasa
yang dihasilkan
11 Struktur organisasi dalam bentuk bagan
12 Visi dan misi perusahaan
13 Nama, jabatan, dan riwayat hidup singkat anggota dewan komisaris
14 Nama, jabatan, dan riwayat hidup singkat anggota direksi
15 Jumlah karyawan dan deskripsi pengembangan kompetensinya
16 Uraian tentang nama pemegang saham dan persentase pemilikannya
17 Nama anak perusahaan dan perusahaan asosiasi, persentase kepemilikan
saham, bidang usaha, dan status operasi perusahaan tersebut
18
Kronologis pencatatan saham dan perubahan jumlah saham dari awal
pencatatan hingga akhir tahun buku serta nama Bursa Efek dimana saham
perusahaan dicatatkan
Page 101
84
No Item Disclosure
19 Nama dan alamat lembaga dan atau profesi penunjang pasar modal
20 Penghargaan dan sertifikasi yang diterima perusahaan baik yang berskala
nasional maupun internasional
21 Nama dan alamat anak perusahaan dan atau kantor cabang atau kantor
perwakilan
22 Tinjauan operasi per segmen usaha
23 Analisis kinerja keuangan yang mencakup perbandingan antara kinerja
keuangan tahun yang bersangkutan dengan tahun sebelumnya
24 Prospek usaha dari perusahaan
25 Aspek pemasaran atas produk dan jasa perusahaan
26 Kebijakan dividen dan tanggal serta jumlah dividen
27 Tata kelola perusahaan (Corporate Governance)
28 Tanggung jawab direksi atas laporan keuangan
29 Laporan keuangan tahunan yang telah diaudit
30 Tandatangan anggota direksi dan anggota dewan komisaris
31 Informasi tentang tanggung jawab sosial dan lingkungan
32 Ringkasan statistik keuangan untuk 3-5 tahun
33 Informasi tentang penelitian dan pengembangan
Sumber: Fitriana (2007)
Page 102
85
FREQUENCIES VARIABLES=OAGC ALEG DEBT DISC
/FORMAT=NOTABLE
/STATISTICS=STDDEV MINIMUM MAXIMUM MEAN
/ORDER=ANALYSIS.
Frequencies
Statistics
Opini Going
Concern Audit Delay Debt Default Disclosure
N Valid 108 108 108 108
Missing 0 0 0 0
Mean .40 81.42 .64
.803872053872
054
Std. Deviation .492 13.821 .483
.079308816694
214
Minimum 0 50 0
.575757575757
5758
Maximum 1 157 1
.939393939393
9394
LOGISTIC REGRESSION VARIABLES OAGC
/METHOD=ENTER ALEG DEBT DISC
/CONTRAST (DEBT)=Indicator
/CLASSPLOT
/PRINT=GOODFIT CORR ITER(1) CI(95)
/CRITERIA=PIN(0.05) POUT(0.10) ITERATE(20) CUT(0.5).
Logistic Regression
Case Processing Summary
Unweighted Casesa N Percent
Selected Cases Included in Analysis 108 100.0
Missing Cases 0 .0
Total 108 100.0
Unselected Cases 0 .0
Total 108 100.0
Page 103
86
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of
cases.
Dependent Variable Encoding
Original Value Internal Value
Non GOing Concern Opinion 0
Going Concern Opinion 1
Categorical Variables Codings
Frequency
Parameter
coding
(1)
Debt Default Not Default 39 1.000
Default 69 .000
Block 0: Beginning Block
Iteration Historya,b,c
Iteration -2 Log likelihood
Coefficients
Constant
Step 0 1 145.208 -.407
2 145.207 -.413
3 145.207 -.413
a. Constant is included in the model.
b. Initial -2 Log Likelihood: 145.207
c. Estimation terminated at iteration number 3
because parameter estimates changed by less than
.001.
Page 104
87
Classification Tablea,b
Observed
Predicted
Opini Going Concern
Non GOing
Concern
Opinion
Going Concern
Opinion
Step 0 Opini Going Concern Non GOing Concern Opinion 65 0
Going Concern Opinion 43 0
Overall Percentage
Classification Tablea,b
Observed
Predicted
Percentage Correct
Step 0 Opini Going Concern Non GOing Concern Opinion 100.0
Going Concern Opinion .0
Overall Percentage 60.2
a. Constant is included in the model.
b. The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 0 Constant -.413 .197 4.418 1 .036 .662
Variables not in the Equation
Score df Sig.
Step 0 Variables ALEG 4.785 1 .029
DEBT(1) 15.204 1 .000
DISC 11.374 1 .001
Overall Statistics 25.537 3 .000
Page 105
88
Block 1: Method = Enter
Iteration Historya,b,c,d
Iteration -2 Log likelihood
Coefficients
Constant ALEG DEBT(1) DISC
Step 1 1 117.802 3.002 .023 -1.356 -5.948
2 115.796 3.928 .033 -1.765 -8.129
3 115.740 4.129 .035 -1.850 -8.573
4 115.740 4.137 .035 -1.854 -8.589
5 115.740 4.137 .035 -1.854 -8.589
a. Method: Enter
b. Constant is included in the model.
c. Initial -2 Log Likelihood: 145.207
d. Estimation terminated at iteration number 5 because parameter estimates changed by
less than .001.
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 1 Step 29.467 3 .000
Block 29.467 3 .000
Model 29.467 3 .000
Model Summary
Step -2 Log likelihood
Cox & Snell R
Square
Nagelkerke R
Square
1 115.740a .239 .323
a. Estimation terminated at iteration number 5 because
parameter estimates changed by less than .001.
Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square df Sig.
1 1.491 8 .993
Page 106
89
Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test
Opini Going Concern = Non GOing
Concern Opinion
Opini Going Concern = Going
Concern Opinion
Total Observed Expected Observed Expected
Step 1 1 10 10.273 1 .727 11
2 9 9.846 2 1.154 11
3 10 9.347 1 1.653 11
4 8 8.031 3 2.969 11
5 7 6.627 4 4.373 11
6 7 6.363 5 5.637 12
7 6 5.800 6 6.200 12
8 4 4.624 7 6.376 11
9 3 3.203 8 7.797 11
10 1 .883 6 6.117 7
Classification Tablea
Observed
Predicted
Opini Going Concern
Non GOing
Concern
Opinion
Going Concern
Opinion
Step 1 Opini Going Concern Non GOing Concern Opinion 52 13
Going Concern Opinion 16 27
Overall Percentage
Classification Tablea
Observed
Predicted
Percentage Correct
Step 1 Opini Going Concern Non GOing Concern Opinion 80.0
Going Concern Opinion 62.8
Overall Percentage 73.1
a. The cut value is .500
Page 107
90
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
95% C.I.for
EXP(B)
Lower
Step 1a ALEG .035 .020 3.094 1 .079 1.036 .996
DEBT(1) -1.854 .539 11.826 1 .001 .157 .054
DISC -8.589 3.218 7.122 1 .008 .000 .000
Constant 4.137 3.057 1.832 1 .176 62.646
Variables in the Equation
95% C.I.for EXP(B)
Upper
Step 1a ALEG 1.078
DEBT(1) .451
DISC .102
Constant
a. Variable(s) entered on step 1: ALEG, DEBT, DISC.
Correlation Matrix
Constant ALEG DEBT(1) DISC
Step 1 Constant 1.000 -.528 -.105 -.844
ALEG -.528 1.000 -.064 -.002
DEBT(1) -.105 -.064 1.000 .116
DISC -.844 -.002 .116 1.000
Page 108
91
Step number: 1
Observed Groups and Predicted Probabilities
8 +
+
I
I
I
I
F I
I
R 6 +
+
E I
I
Q I G G
I
U I G G
I
E 4 + NG G G
+
N I NG G G
I
C I GNN NNN GN G GGN G G N
G I
Y I GNN NNN GN G GGN G G N
G I
2 + NNN NNNN NN N N N GNGNN NGG N
GGGGG G G G G G +
I NNN NNNN NN N N N GNGNN NGG N
GGGGG G G G G G I
I NNNN NNNNNNN N NNN G NNNGNGGNN NN N GNNNNN NGN N
NNGNN G NGNG GG N G G G GI
I NNNN NNNNNNN N NNN G NNNGNGGNN NN N GNNNNN NGN N
NNGNN G NGNG GG N G G G GI
Predicted ---------+---------+---------+---------+---------+------
---+---------+---------+---------+----------
Prob: 0 .1 .2 .3 .4 .5
.6 .7 .8 .9 1
Group:
NNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNGGGGGGGGGGGGGGGG
GGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGG
Predicted Probability is of Membership for Going Concern
Opinion
The Cut Value is .50
Symbols: N - Non GOing Concern Opinion
G - Going Concern Opinion
Each Symbol Represents .5 Cases.