1 ANALISIS PENGARUH ATMOSFER WAROENG JOGLO “BU RINI” TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN oleh Niken Yunie Paramita PENDAHULUAN Persaingan di dunia bisnis saat ini sangatlah ketat, terutama bisnis rumah makan. Banyaknya pesaing menimbulkan daya kreatif pada pihak pengusaha rumah makan agar menarik konsumen datang dan menikmati apa saja yang dapat disajikan. Para konsumen pun sekarang ini sudah pandai mengevaluasi apa saja yang ditawarkan kepada mereka. Hal tersebut mendorong pengusaha untuk menciptakan diferensiasi tindakan untuk menetapkan sekumpulan perbedaan yang berarti untuk membedakan penawaran perusahaan dari pesaingan (Kotler 1999:20). Hal-hal yang dapat membuat konsumen mengambil keputusan pembelian dan membuat pelangga puas pada sebuah rumah makan tentunya makanan atau minuman yang disajikan. Makanan yang disajikan kepada tamu dalam keadaan fresh dan sistem pengelolaan yang baik, penyimpanan bahan baik, peralatan dan pelengkapan berkualitas tinggi dan higienis, cita rasa makanan baik dan sesuai dengan lidah pemesannya (Mukhtar, 2004). Makanan dan minuman enak merupakan salah satu faktor yang biasanya membuat konsumen itu puas terhadap rumah makan tersebut. Tetapi, juga tanpa disadari atmosfer dari rumah makan juga dapat menarik konsumen melakukan pembelian, sehingga atmosfer yang diciptakan rumah makan meyakinkan pelanggan untuk datang dan membuat mereka betah (Lesonsky, 2011). Keseluruhan atmosfer yang diciptakan dapat mempengaruhi keputusan pembelian konsumen, rumah makan didesign sedemikian rupa untuk menarik perhatian konsumen sehingga mereka nyaman dan meninggalkan kesan kepada para konsumen sehingga menimbulkan kepuasan. Kepuasan merupakan kepuasan pelanggan sebagai evaluasi secara sadar atau penilaian kognitif menyangkut apakah kinerja produk relatif bagus atau jelek atau apakah produk bersangkutan cocok atau tidak cocok dengan tujuan pemakainya (Tjiptono, 2004). Pelanggan merasa puas kalau harapan mereka terpenuhi, dan merasa amat gembira kalau harapan mereka terlampaui. Kepuasan dan ketidakpuasan konsumen terhadap suatu produk akan mempengaruhi perilaku selanjutnya (Kotler,2000:209). Saat ini atmosphere (suasana) menjadi faktor penting bagi seorang konsumen dalam memilih tempat untuk bersantap. Suasana yang nyaman dan homey menjadi bahan pertimbangan tersediri bagi konsumen sebelum memutuskan untuk datang atau mengunjungi rumah makan tertentu. Bahkan tidak sedikit konsumen yang lebih memilih makan di sebuah rumah makan dari pada makan di rumah dengan alasan menyukai atmosfer pada rumah makan yang bersangkutan Menciptakan atmosfer rumah makan dapat dimulai dari tema apa yang diusung untuk membuat rumah makan itu berbeda dengan rumah makan yang lain. Misalkan, menciptakan rumah makan bertemakan romantis, rumah makan untuk tempat hangout, atau rumah makan untuk tempat berkumpul keluarga dan lainnya. Menciptakan suasana yang nyaman dan menyenangkan melalui penampilan interior dan eksterior yang seimbang serta dekorasi yang digunakan, pemelihan warna dan fasilitas yang lengkap, seperti toilet, kursi dan meja yang berkualitas baik, table set-up yang lengkap dan sebagainya ( Mukhtar,2004) Atmosfer merupakan keseluruhan hal fisik dan rincian dekoratif yang digabung untuk menciptakan suasana ambience (kesan yang ditimbulkan oleh kondisi sebuah ruangan dan
22
Embed
Analisis Pengaruh Atmosfer Waroeng Joglo “Bu Rini” …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2306/2/T1... · · 2013-05-01Para konsumen pun sekarang ini sudah ... (AC), tata
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
ANALISIS PENGARUH ATMOSFER WAROENG JOGLO “BU RINI” TERHADAP
KEPUASAN KONSUMEN
oleh
Niken Yunie Paramita
PENDAHULUAN
Persaingan di dunia bisnis saat ini sangatlah ketat, terutama bisnis rumah makan.
Banyaknya pesaing menimbulkan daya kreatif pada pihak pengusaha rumah makan agar menarik
konsumen datang dan menikmati apa saja yang dapat disajikan. Para konsumen pun sekarang ini
sudah pandai mengevaluasi apa saja yang ditawarkan kepada mereka. Hal tersebut mendorong
pengusaha untuk menciptakan diferensiasi tindakan untuk menetapkan sekumpulan perbedaan
yang berarti untuk membedakan penawaran perusahaan dari pesaingan (Kotler 1999:20).
Hal-hal yang dapat membuat konsumen mengambil keputusan pembelian dan
membuat pelangga puas pada sebuah rumah makan tentunya makanan atau minuman yang
disajikan. Makanan yang disajikan kepada tamu dalam keadaan fresh dan sistem pengelolaan
yang baik, penyimpanan bahan baik, peralatan dan pelengkapan berkualitas tinggi dan higienis,
cita rasa makanan baik dan sesuai dengan lidah pemesannya (Mukhtar, 2004). Makanan dan
minuman enak merupakan salah satu faktor yang biasanya membuat konsumen itu puas
terhadap rumah makan tersebut. Tetapi, juga tanpa disadari atmosfer dari rumah makan juga
dapat menarik konsumen melakukan pembelian, sehingga atmosfer yang diciptakan rumah
makan meyakinkan pelanggan untuk datang dan membuat mereka betah (Lesonsky, 2011).
Keseluruhan atmosfer yang diciptakan dapat mempengaruhi keputusan pembelian konsumen,
rumah makan didesign sedemikian rupa untuk menarik perhatian konsumen sehingga mereka
nyaman dan meninggalkan kesan kepada para konsumen sehingga menimbulkan kepuasan.
Kepuasan merupakan kepuasan pelanggan sebagai evaluasi secara sadar atau penilaian kognitif
menyangkut apakah kinerja produk relatif bagus atau jelek atau apakah produk bersangkutan
cocok atau tidak cocok dengan tujuan pemakainya (Tjiptono, 2004). Pelanggan merasa puas
kalau harapan mereka terpenuhi, dan merasa amat gembira kalau harapan mereka terlampaui.
Kepuasan dan ketidakpuasan konsumen terhadap suatu produk akan mempengaruhi perilaku
selanjutnya (Kotler,2000:209).
Saat ini atmosphere (suasana) menjadi faktor penting bagi seorang konsumen dalam
memilih tempat untuk bersantap. Suasana yang nyaman dan homey menjadi bahan pertimbangan
tersediri bagi konsumen sebelum memutuskan untuk datang atau mengunjungi rumah makan
tertentu. Bahkan tidak sedikit konsumen yang lebih memilih makan di sebuah rumah makan dari
pada makan di rumah dengan alasan menyukai atmosfer pada rumah makan yang bersangkutan
Menciptakan atmosfer rumah makan dapat dimulai dari tema apa yang diusung untuk
membuat rumah makan itu berbeda dengan rumah makan yang lain. Misalkan, menciptakan
rumah makan bertemakan romantis, rumah makan untuk tempat hangout, atau rumah makan
untuk tempat berkumpul keluarga dan lainnya. Menciptakan suasana yang nyaman dan
menyenangkan melalui penampilan interior dan eksterior yang seimbang serta dekorasi yang
digunakan, pemelihan warna dan fasilitas yang lengkap, seperti toilet, kursi dan meja yang
berkualitas baik, table set-up yang lengkap dan sebagainya ( Mukhtar,2004)
Atmosfer merupakan keseluruhan hal fisik dan rincian dekoratif yang digabung untuk
menciptakan suasana ambience (kesan yang ditimbulkan oleh kondisi sebuah ruangan dan
2
energi) (Quinn,1981). Atmosfer yang diciptakan pada rumah makan harus mendukung tema
yang diusung khususnya dalam hal pemilihan warna, tata cara pencahayaan, dan lainnya. Banyak
hal yang perlu diperhatikan dalam penciptaan atmosfer rumah makan. Atmosfer yang diciptakan
haruslah memperkuat produk yang ditawarkan, jika rumah makan salah dalam penciptaan
atmosfer, bisa saja para pelanggan tidak betah atau bisa saja mereka melakukan pembatalan
pembelian.
Salah satu rumah makan di Salatiga yang mengusung tema pemandangan salah satunya
adalah Waroeng joglo “Bu Rini” Salatiga. Waroeng joglo “Bu Rini” berada di jalan mawar no 5
Salatiga. Waroeng joglo “Bu Rini” Salatiga memiliki konsep yang berbeda dari pada kebanyakan
rumah makan atau restoran di kota Salatiga. Waroeng joglo “Bu Rini” Salatiga didesign
sedemikian rupa agar menimbulkan atmosfer yang dapat membuat pelanggan betah, puas dan
sampai melakukan pembelian ulang. Rumah makan tersebut memiliki nuansa Jawa, walaupun
tema yang diusung dari rumah makan tersebut bernuansa jawa tetapi makanan yang disajikan
bukan hanya makanan dari Jawa. Segmen pasar yang dilirik memang tidak dibatasi, itu terlihat
dari harga yang ditetapkan. Menu utama dari rumah makan tersebut adalah iga bakar dan gurami
bakar.
Pada Waroeng Joglo “Bu Rini” tempat makan utama didesign seperti joglo, dengan
beberapa gazebo yang seperti pondok jaga petani yang terletak tengah sawah. Di rumah makan
tersebut selain konsumen dapat menikmati makanan dan minuman dapat juga menikmati
indahnya pemandangan sawah yang cukup luas, dilatarbelakangi pemandangan pegunungan
yang luas dan indah. Pada saat malam hari pun pemandangan juga tidak kalah menariknya. Pada
malam hari rumah makan dihiasi dengan lampu-lampu kecil, dengan sawah dengan kunang-
kunang yang berterbangan kesana kemari.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka persoalan penelitian di dalam penelitian ini yaitu :
- Apakah ada pengaruh atmosfer yang diciptakan Waroeng joglo “Bu Rini” Salatiga
terhadap kepuasan konsumen ?
KERANGKA TEORITIS
Definisi Atmosfer
Atmosfer (suasana rumah makan) adalah suasan terencana yang sesuai dengan pasar
sasarannya dan yang dapat menarik konsumen untuk membeli (Kotler 2005). Atmosfer
mempengaruhi keadaan emosi pembeli yang menyebabkan atau mempengaruhi pembelian.
Keadaan emosional akan membuat dua perasaan yang dominan yaitu perasaan senang dan
membangkitkan keinginan. Definisi yang lebih luas dijelaskan oleh Peter dan Olson (1999) yang
menjelaskan bahwa atmosfer meliputi hal-hal yang bersifat luas seperti halnya tersedianya
pengaturan udara (AC), tata ruang toko, penggunaan warna cat, penggunaan jenis karpet, warna
karpet, bahan-bahan rak penyimpan barang, bentuk rak dan lain-lain.
Menurut Levy dan Weitz dalam bukunya ”Retailling Management” atmosfer mengacu
pada desain lingkungam melalui komunikasi visual, pencahayaan, warna, musik dan aroma yang
dapat menciptakan lingkungan pembelian yang nyaman sehingga dapat mempengaruhi persepsi
dan emosi konsumen.
3
Atmosfer menurut Quinn (1981) yang juga melakukan penelitian terhadap rumah makan,
merupakan keseluruhan hal fisik dan rincian dekoratif bergabung untuk menciptakan suasana
ambience (kesan yang ditimbulkan oleh kondisi sebuah ruangan) dan energi. Rumah makan
mulai dengan konsep yang berbeda atau unik dan lebih atraktif untuk menarik konsumen.
Elemen Atmosfer
Atmosfer terdiri dari segala sesuatu yang membuat kesan pada orang-orang. Faktor-
faktor utama yang dapat membangun atmosfer menurut Lamb, dkk (2001) didukung Quinn
(1981) dan oleh teori dari beberapa ahli lain adalah :
1. Penglihatan / sight
Warna dapat menciptakan suasana hati atau memfokuskan perhatian. pencahayaam
juga mempunyai pengaruh dalam suasana rumah makan (Lamb, Hair, Mc-Daniel, 2001).
Warna yang berbeda telah terbukti mempengaruhi nafsu makan. Warna hangat umumnya
meningkatkan nafsu makan (yang mengapa banyak perusahaan makanan cepat saji
menggunakan warna merah atau jingga), sementara warna-warna sejuk menekannya. Skema
warna harus mengikat (melambangkan) ke merek dan materi pemasaran (Quinn, 1981).
Setiap restoran harus mempunyai pencahayaan yang cukup untuk mengarahkan atau
menarik perhatian konsumen ke daerah tertentu dari restoran. Tata cahaya yang baik
mempunyai kualitas dan warna yang dapat membuat atmosfer yang ditawarkan terlihat lebih
menarik (Barry dan Evans, 2004).
2. Sentuhan / touch
Tampilan fisik dari bahan-bahan yang digunakan untuk meja kursi dalam ruangan dan
dinding ruangan (Levy dan Weitz,2001). Tekstur dinding, tirai, meja, dan lantai yang dapat
membuat “perasaan” untuk berimajinasi. Misalkan dinding yang halus dan keras dapat
mencerminkan perasaan yang keras (Quinn,1981). Persepsi dari kontak tubuh,
kenyamanan kursi, lantai, dll , hal-hal tersebut berkontribusi ke dalam penciptaan atmosfer.
Perlengkapan yang elegan, misalnya terbuat dari kayu jati, trendi (Lamb, Hair, Mc-Daniel,
2001). Flooring (Lantai), penentuan jenis lantai, ukuran, desain dan warna lantai sangat
penting, karena konsumen dapat mengembangkan persepsi mereka berdasarkan apa yang
mereka lihat. Wall Texture (Tekstur Tembok), tekstur dinding dapat menimbulkan kesan
tertentu pada konsumen dan dapat membuat dinding terlihat lebih menarik (Barry dan Evans,
2004).
3. Bau (aroma) /Smell
Aroma adalah reaksi dari makanan yang akan mempengaruhi konsumen, dimana
sebelum konsumen menikmati makanan, konsumen dapat mencium makanan tersebut
(Gaman dan Sherrington, 1996). Bau (aroma) dapat menimbulkan perasaan yang
menyenangkan dan tidak menyenangkan, menilai barang dagangan secara lebih positif,
menghabiskan waktu yang lebih untuk menikmati suasana pada umumnya suasana hati
menjadi lebih baik bila ada aroma yang disetujui (Lamb, Hair, Mc-Daniel, 2001). Bau
(aroma) yang positif dapat berkontribusi ke atmosfer misalkan aroma kopi, roti panggang,
bunga dan pinus yang segar yang dapat menimbulkan nafsu makan (Quinn 1981). Bau dapat
merangsang maupun mengganggu konsumen dalam menyantap makanan. kebanyakan orang
menilai secara lebih positif, menghabiskan waktu pada umumnya bersuasana hati lebih baik
bila ada aroma yang sesuai (Karmela dan Junaedi, 2009).
4
Menurut Levi dan Weitz (2001) bau merupakan aroma-aroma yang dihadirkan dalam
ruangan untuk menciptakan selera makan yang timbul dari aroma makanan, minuman dan
aroma ruangan (pewangi, aroma terapi, dll).
4. Pendengaran /Hearing
Tingkat suara misalkan dalam percakapan, melayani staf, suara dapur, dan musik
sangat mempengaruhi atmosfer. Tingkat suara yang dapat diterima oleh telinga dapat
mencerminkan usia atau umur pendengar Secara umum, semakin tua kelompok usia, semakin
sedikit intensitas suara yang dapat diterima (Quinn 1981). Sedangkan menurut Levy dan
Weitz (2001) suara merupakan keseluruhan alunan suara yang dihadirkan dalam ruangan
untuk menciptakan kesan rileks yang terdiri dari live musik yang disajikan restoran dan
alunan music dari sound system. Suara yang didengarkan dapat menyenangkan atapun
menjengkelkan bagi seorang konsumen. Musik yang disajikan juga dapat membuat
konsumen tinggal lebih lama, dan membeli banyak makanan dan jika musik yang disajikan
tersebut tidak sesuai dengan konsumen maka para konsumen dapat lebih cepat meninggalkan
restoran dengan musik yang di sajikan dapat menciptakan suatu citra dan menarik atau
Musik yang di mainkan dengan cepat akan mempengaruhi konsumen, konsumen akan
menghabiskan lebih cepat makanan yang disajikan ketika musik di mainkan dengan cepat.
Sementara musik yang dimainkan dengan lambat para konsumen akan menghabiskan waktu
makan lebih lama dalam restoran (Wilson, 2003).
5. Suhu / Temperature
Suhu ruang makan, makanan, dan minuman mempengaruhi persepsi atmosfer tiap
individu. Sebuah ruang nyaman dengan suhu yang hangat dan makanan yang disajikan
tersebut panas menggambarkan perasaan yang berkualitas. Variasi dari suhu normal dapat
dilihat dengan cepat karena kebanyakan orang sangat sensitif terhadap suhu (Quinn, 1981).
Pelayanan yang cepat mendukung itu semua. Dalam proses pemasakan yang
disesuaikan dengan makanan yang disesuaikan oleh permintaan oleh pelanggan maka para
koki tersebut membuat makanan dengan suhu yang tepat, misalkan pelanggan memesan sup,
maka koki akan membuat sup dengan suhu yang panas dan karyawan yang lain
mengantarkan sup tersebut ke pelanggan masih dalam keadaan yang hangat. Pengelola rumah
makan pun juga harus mengatur suhu udara, agar udara dalam ruangan jangan terlalu panas atau
dingin (Barry dan Evans, 2004).
6. Tempo
Atmosfer yang diciptakan dipengaruhi tempo pelayanan, lamanya waktu
menghidangkan makanan, dan waktu menyantap makanan tersebut. Tempo dalam penyajian
makanan harus sesuai dengan citra restoran, biasanya pada restouran mewah mempunyai
tempo yang lebih santai dari pada tempo di rumah makan cepat saji (Quinn, 1981). Pramusaji yang cepat, dan tanggap akan menciptakan citra perusahaan dan mempengaruhu
konsumen untuk melakukan pembelian di masa depan (Barry dan Evans, 2004). Jangan membuat pelanggan menunggu makanan yang mereka pesan terlalu lama, ini
akan membuat mood mereka berubah yang tadinya merasa senang makan direstoran tersebut,
tetapi karena waktu penyajian yang lama akan membuat suasana hati pelangganpun berubah
menjadi buruk.
5
Kepuasan Konsumen
Proses pembelian dimulai ketika konsumen mengenali kebutuhan yang belum terpenuhi.
Konsumen mulai mencari informasi tentang cara memenuhi kebutuhan tersebut meliputi produk
apa yang akan memberi konsumen manfaat dan bagaimana cara memperolehnya. Kepuasan
konsumen sebagai evaluasi secara sadar atau penilaian kognitif menyangkut apakah kinerja
produk relatif bagus atau jelek atau apakah produk bersangkutan cocok atau tidak cocok dengan
tujuan pemakaiannya (Tjiptono, 2004)
Menurut Philip Kotler (2000) kepuasan konsumen adalah perasaan senang atau kecewa
dari seseorang terhadap suatu produk tergantung dari penampilan produk yang diterima. Jika
penampilan produk tesebut sesuai dengan yang diinginkan oleh pelanggan, maka pelanggan akan
senang dan bila tidak pelanggan akan kecewa. Pelanggan yang puas cenderung tetap loyal lebih
lama, membeli lebih banyak, kurang peka terhadap perubahan harga dan pembicaraannya
menguntungkan perusahaan. Dalam rangka menciptakan kepuasan pelanggan, produk yang
ditawarkan organisasi/perusahaan harus berkualitas. Kualitas mencerminkan semua dimensi
penawaran produk yang menghasilkan manfaat (benefits) bagi pelanggan.
Seorang konsumen yang puas adalah konsumen yang merasa mendapat value dari
pemasuk atau produsen. Value ini bisa berasal dari produk, pelayanan, sistem, atau sesuatu yang
bersifat emosi. Kalau konsumen mengatakan bahwa value adalah produk yang berkualitas, maka
kepuasan terjadi kalau konsumen mendapatkan produk yang berkualitas. Kalau value bagi
konsumen adalah kenyamanan, maka kepuasan akan datang apabila pelayanan ynag diperoleh
benar-benar nyaman. Kalau value dari konsumen adalah harga yang murah, maka konsumen
akan puas kepada produsen yang memberikan harga yang paling kompetitif. Kepuasan
konsumen terbagi menjadi dua yaitu: 1) Kepuasan fungsional, merupakan kepuasan yang
diperoleh dari fungsi atau pemakaian suatu produk. Misalnya karena makan membuat perut kita
menjadi kenyang. 2) Kepuasan psikologikal, merupakan kepuasan yang diperoleh dari atribut
yang bersifat tidak berwujud. Misalnya perasaan bangga karena mendapat pelayanan yang sangat
istimewa dari sebuah rumah makan yang mewah (Irawan, 2007 )..
Pengaruh Atmosfer Restoran Terhadap Kepuasan Konsumen
Atmosfer restoran keseluruhan efek estetika dan emosional yang diciptakan melalui ciri-
ciri fisik restoran dimana semua berhubungan dengan panca indera dari konsumen seperti tata
ruang yang didesain untuk kenyamanan pelanggan, penggunaan warna/cat, pencahayaan, dan
lain-lain (Karmela dan Junaedi, 2009).
Mendirikan restoran tidak terlepas dari persiapan awal yaitu tata ruang dan rancangan
bangunan yang sesuai dengan kebutuhan operasional restoran secara keseluruhan. Bangunan
restoran menjadi tempat beraktifitas seperti mampersiapkan makanan dan minuman, memproses
bahan mentah menjadi hidangan yang siap disantap. Selain dari pada itu restoran memerlukan
tempat untuk penyajian dan tempat pelanggan untuk menikmati hidangan ( Soekresno 2000: 30).
Ruang restoran yang diatur sedemikian rupa sesuai dengan konsep yang diusung
memberikan nilai tersendiri di mata pelanggan. Tema- tema yang diusung tersebut akan
menciptakan atmosfer positif yang mempengaruhi kepuasan pada pelanggan (Miranda, 2005).
Sebaliknya, jika restoran memberikan atmosfer yang tidak sesuai dengan apa yang diinginkan
oleh para pelanggan, makan para pelangganpun merasa tidak puas untuk berlama-lama dalam
restoran.
Kreatifitas penataan atau mendisain ruang dalam restoran, penaataan pencahayaan yang
tidak terlalu berlebihan, menyuguhkan view atau pemandangan yang menarik bagi konsumen,.
6
Pramusaji yang cepat tanggap dalam melayani pelanggan, menyajikan makanan dan minuman
sesuai dengan pesanan pelanggan dan tidak membuat pelanggan tersebut menunggu terlalu lama,
Rumah makan yang juga mempunyai fasilitas seperti kursi atau tempat duduk, suhu ruangan dan
tambahan musik yang membuat pelanggan nyaman dan hal lain yang unik dan yang dapat
menciptakan atmosfer yang hangat sehingga mempunyai nilai tambah bagi para konsumen dan
yang sesuai dengan harapan pelanggan dan dapat membuat pelanggan puas (Kotler, 2000).
Melakukan pengamatan bagaimana konsumen memang merasa menyukai atmosfer restoran yang
diciptakan karena hal tersebut bersifat emosional (Karmela dan Junaedi, 2009).
Hipotesis
1. Penglihatan / sight
Pencahayaan – lampu meja, lilin dan lampu-lampu dapat mengatur suasana hati yang
romantis, lokasi santai. Misalkan mempertimbangkan pemilihan letak saklar yang
memungkinkan menyesuaikan pencahayaan. Juga mempertimbangkan bagaimana peletakan
jendela agar tidak dapat menghalangi cahaya matahari yang masuk ke dalam ruangan
(Lesonsky,2011).
Warna yang berbeda juga telah terbukti mempengaruhi nafsu makan. Warna hangat
umumnya meningkatkan nafsu makan (yang mengapa banyak perusahaan makanan cepat saji
menggunakan warna merah atau jingga), sementara warna-warna sejuk menekannya. Restoran
didesain dengan konsep yang berbeda dengan yang lainnya agar membuat konsumen merasakan
sebuah pengalaman yang berbeda dan tidak didapat dari restoran lain sehingga memberikan
kepuasan kepada konsumen. Berdasarkan uraian tersebut dapat disusun hipotesis sebagai berikut