Page 1
1
ANALISIS PENGARUH ALOKASI DANA PNPM MANDIRI TERHADAP
PENINGKATAN KUALITAS MANUSIA DI JAWA TIMUR
Siti Nuraini, SE, ME
Email : [email protected]
Abstraksi
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh alokasi dana PNPM Mandiri dengan
indek pembangunan manusia di Jawa Timur tahun 2007-2011 dan melihat perkembangan pola
pengelompokan kota/kabupaten di Jawa Timur pada tahun 2007-2011 berdasarkan alokasi dana
PNPM Mandiri, indek pembangunan manusia dan indek kemiskinan. Metode yang digunakan
adalah analisa jalur (path analysis) dan analisa kluster. Hasil analisa jalur menunjukkan pengaruh
alokasi dana PNPM Mandiri secara langsung adalah positif terhadap indek pembangunan manusia.
Total hubungan antara alokasi dana PNPM Mandiri terhadap indek pembangunan manusia melalui
indek kemiskinan dan indek pendidikan, indek kesehatan dan indek kemampuan daya beli akan
menaikkan indek pembangunan manusia. Hasil analisa kluster menunjukkan posisi masing-masing
kota/kabupaten di Jawa Timur yang mengalami kenaikan indek pembangunan manusia setelah
adanya program PNPM Mandiri adalah Kabupaten Madiun, Kabupaten Ngawi, Kabupaten
Lamongan, Kabupaten Ponorogo, Kabupaten Banyuwangi, Kabupaten Ngawi, Kabupaten
Lumajang, Kabupaten Pamekasan dan Kabupaten Sumenep. Posisi masing-masing kota/kabupaten
yang mengalami penurunan indek kemiskinan adalah Kota Probolinggo, Kabupaten Pacitan,
Kabupaten Trenggalek, Kabupaten Lamongan, Kabupaten Nganjuk, Kabupaten Gresik, Kabupaten
Bojonegoro, Kabupaten Ngawi dan Kabupaten Tuban.
Kata Kunci : indek pembangunan manusia, PNPM Mandiri, analisa jalur, analisa kluster
Abstract
This research purpose to analysis influence fund allocation of PNPM Mandiri with human
development index in East Java 2007-2011 and see growth of pattern subdividing of town/regencies
in East Java in the 2007-2011 based on fund allocation of PNPM Mandiri, human development
index and head count index. Method that used in this research are Path analysis and Cluster
analysis. Result of path analysis showed influence of fund allocation of PNPM Mandiri directly
positive to human development index. Total relation among fund allocation of PNPM Mandiri to
human development index pass through head count index and of education index, health index and
of purchasing power parity will increased human development index. Result of cluster analysis
showed position of each town/regencies in East Java that increase of human development index
after existence of program PNPM Mandiri are regencies of Madiun, Ngawi, Lamongan, Ponorogo,
Banyuwangi, Ngawi, Lumajang, Pamekasan and Sumenep. Position of each town/regencies with
degradation of head count index are Probolinggo city, Pacitan, Trenggalek, Lamongan, Nganjuk,
Gresik, Bojonegoro, Ngawi and Tuban.
Keyword : human development index, PNPM Mandiri, path analysis, cluster analysis
Page 2
2
PENDAHULUAN
Kebijakan untuk meningkatkan
kesejahteraan dan menurunkan angka
kemiskinan telah dilakukan pemerintah
Indonesia untuk mencapai tujuan MDG’s di
tahun 2015 dengan membuat program-program
pembangunan manusia, yang didanai oleh dana
APBN, APBD maupun bantuan lembaga donor.
Tujuan program ini diharapkan mampu
meningkatkan kesejahteraan masyarakat
melalui pendidikan dan kesehatan, menurunkan
kemiskinan, meningkatkan partisipasi
masyarakat sehingga pembangunan manusia
yang berkelanjutan dapat tetap berjalan.
Keberhasilan dalam menurunkan tingkat
kemiskinan di samping diperoleh melalui
peningkatan pertumbuhan ekonomi yang
berkualitas juga dibarengi dengan program-
program penanggulangan kemiskinan yang
diberlakukan oleh pemerintah. Tim Nasional
Percepatan Penanggulangan Kemiskinan
(TNP2K) saat ini memiliki berbagai program
penanggulangan kemiskinan yang terintegrasi
mulai dari program penanggulangan
kemiskinan berbasis bantuan sosial, program
penanggulangan kemiskinan yang berbasis
pemberdayaan masyarakat serta program
penanggulangan kemiskinan yang berbasis
pemberdayaan usaha kecil, yang dijalankan
oleh berbagai elemen Pemerintah baik pusat
maupun daerah. Strategi dasar yang telah
ditetapkan dalam percepatan penanggulangan
kemiskinan adalah menyempurnakan program
perlindungan sosial, peningkatan akses
masyarakat miskin terhadap pelayanan dasar,
pemberdayaan masyarakat, dan pembangunan
yang inklusif.
Kemiskinan merupakan suatu
integrated concept yang memiliki lima dimensi
yaitu: kemiskinan, ketidakberdayaan,
kerentanan menghadapi situasi darurat,
ketergantungan dan keterasingan secara
geografis maupun sosiologis dan ditandai
dengan tiadanya enam modal yaitu: (1) Human
Capital (kesehatan, pendidikan, nutrisi), (2)
Modal usaha, (3) Infrasruktur (jalan, listrik, air
bersih, sanitasi), (4) Modal alam, (5)
Administrasi publik yang dikelola baik, (6)
Modal pengetahuan, sebagian mereka hidup
dalam keluarga yang kemampuan konsumsinya
di bawah garis tertentu, seperti dibawah $1 atau
$2 per hari, atau di bawah level yang ditetapkan
masing-masing negara (Prastyo, 2010; Santoso,
2011).
Dalam pelaksanaannya Pemerintah
telah menetapkan instrumen penanggulangan
kemiskinan berdasarkan tiga klaster yaitu
Klaster I, program bantuan sosial terpadu
berbasis keluarga, Klaster II program
penanggulangan kemiskinan berbasis
pemberdayaan masyarakat, Klaster III
penanggulangan Kemiskinan Berbasis
Pemberdayaan Usaha Ekonomi Mikro dan
Kecil (TNP2K, 2012). PNPM Mandiri
merupakan program nasional pemerintah
sebagai salah satu program penanggulangan
kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat.
Sebagai salah satu program penanggulangan
kemiskinan berbasis Community Driven
Development (CDD) yang diterapkan mulai
tahun 2006 dan memiliki alokasi dana cukup
besar untuk seluruh provinsi di Indonesia,
tujuan umum program adalah meningkatnya
kesejahteraan masyarakat dan kesempatan kerja
masyarakat miskin secara mandiri. Kategori
program PNPM Mandiri meliputi PNPM
Mandiri Perdesaan, PNPM Mandiri Perkotaan,
PNPM Pembangunan Infrastruktur Sosial
Ekonomi Wilayah (PISEW), PNPM
Infrastruktur Perdesaan dan Daerah Tertinggal
dan Khusus (P2DTK), PNPM Infrastruktur
Perdesaan. Sumber pendanaan PNPM Mandiri
berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN), Anggaran Pendapatan Belanja
Daerah (APBD), kontribusi swasta dalam
bentuk CSR (Corporate Social Responsibity)
dan swadaya masyarakat.
Ruang lingkup kegiatan terbuka bagi
semua kegiatan penanggulangan kemiskinan
yang meliputi penyediaan dan perbaikan sarana
prasarana, penyediaan sumber daya keuangan
melalui dana bergulir, kegiatan peningkatan
kapasitas masyarakat terutama yang bertujuan
mempercepat pencapaian MDG’s. Pada tahun
2012 empat program utama dalam pelaksanaan
PNPM Mandiri yaitu PNPM Perdesaan
memiliki alokasi dana Rp. 8,1 trilyun di 5.100
Page 3
3
kecamatan, PNPM Perkotaan dengan alokasi
dana Rp. 1,7 trilyun dialokasikan untuk 1.153
kecamatan, PNPM Infrastruktur Perdesaan
(RIS) dengan alokasi dana Rp. 150 milyar
rupiah di 187 kecamatan dan yang terakhir
PNPM Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah
(PISEW) yang memiliki alokasi Rp. 536,5
milyar di 237 kecamatan.
Sebagai program penanggulangan
kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat,
PNPM Mandiri bertujuan untuk memberikan
kekuatan atau kekuasaan kepada orang-orang
yang tidak beruntung sehingga rakyat,
organisasi dan komunitas diarahkan agar dapat
berkuasa atas kehidupannya, termasuk individu-
individu yang mengalami masalah kemiskinan
dapat berpartisipasi dalam proses pengambilan
keputusan. Pemberdayaan merupakan
kompetensi kerakyatan, melek sosiopolitik dan
kompetensi partisipasi dan menekankan pada
pentingnya masyarakat lokal yang mandiri
sebagai suatu sistem yang mengorganisasikan
diri mereka sendiri. Pendekatan ini diharapkan
memberikan peranan individu bukan sebagai
obyek tetapi sebagai pelaku yang menentukan
hidup mereka (Ritonga, 2011; Sachari, 2011;
Adiyoso, 2009;Suryono, 2006; Fahrudin).
Program pengentasan kemiskinan yang
dilakukan oleh pemerintah ataupun pihak lain
tetapi dampaknya belum nyata terhadap
peningkatan kualitas masyarakat karena belum
adanya keterpaduan program antar sektor
maupun antara pemerintah pusat dan
pemerintah daerah. Kurang berhasilnya alokasi
dana program terhadap peningkatan
kesejahteraan masyarakat juga menjadi faktor
yang menarik untuk ditinjau lebih lanjut.
Besarnya alokasi dana pengentasan kemiskinan
dari dana APBN dan APBD walaupun mampu
menurunkan kuantitas penduduk miskin tetapi
masih belum mampu menaikkan kualitas
penduduk miskin. Hal ini bisa disebabkan
karena angka kemiskinan hanya diukur dari
kuantitas penduduk miskin bukan dari kualitas
penduduk miskin. Indikator kualitas penduduk
miskin ini adalah indeks harapan hidup, indek
pendidikan serta indeks pendapatan (PPP-
purchasing power parity) atau yang lebih
dikenal dengan indek pembangunan manusia
(IPM).
Indeks Pembangunan Manusia
merupakan suatu indeks komposit yang
mencakup tiga bidang pembangunan manusia
yang dianggap sangat mendasar yaitu umur
harapan hidup, pengetahuan, dan standar hidup
layak yang merupakan indeks pengukuran
gabungan kemampuan suatu negara dalam
dimensi dasar pembangunan manusia (BPS,
2010; Harttgen dan Klasen, 2011). Pengukuran
indek pembangunan manusia meliputi hidup
yang sehat dan panjang umur yang diukur
dengan harapan hidup saat kelahiran,
pengetahuan yang diukur dengan angka tingkat
baca tulis pada orang dewasa (bobotnya dua per
tiga) dan kombinasi pendidikan dasar,
menengah, atas gross enrollment ratio (bobot
satu per tiga) dan standard kehidupan yang
layak diukur dengan GDP per kapita gross
domestic product/produk domestik bruto dalam
paritas kekuatan beli purchasing power parity
dalam Dollar AS (Harahap, 2010).
Sebagai program pengentasan
kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat
diperlukan anggaran sebagai salah satu
penunjang pelaksanaan program. Kebijakan
anggaran pro poor budgeting merupakan suatu
anggaran yang mengarahkan pada pentingnya
kebijakan pembangunan yang berpihak kepada
orang miskin, praktik penyusunan dan
kebijakan di bidang anggaran yang sengaja (by
design) ditujukan untuk membuat kebijakan,
program dan proyek yang berpihak kepada
masyarakat miskin, kebijakan anggaran yang
dampaknya dapat meningkatkan kesejahteraan
dan atau terpenuhinya kebutuhan hak-hak dasar
rakyat miskin. Secara umum pro poor policy
merupakan suatu tindakan politik yang
dilakukan dengan tujuan memberikan alokasi
hak-hak dan sumber daya kepeda individu,
organisasi dan wilayah yang terpinggirkan oleh
pasar dan negara. Hal ini dapat diartikan bahwa
kebijakan-kebijakan yang diambil oleh
pemerintah harus menekankan pada perbaikan
indikator-indikator sosial ekonomi yang
berpengaruh pada masalah kemiskinan.
Pemerintah dianjurkan untuk cepat
merespon masalah kemiskinan dengan
melakukan alokasi serta distribusi sumberdaya
kepada masyarakat miskin. Wujud dari alokasi
serta distribusi tersebut adalah dengan
Page 4
4
menyediakan pelayanan dasar berupa
pendidikan, kesehatan, perumahan dan lain-
lain. Kebijakan ini merupakan salah satu
kebijakan yang diperlukan untuk
menanggulangi kemiskinan (Hogantara, 2011).
Dana pro poor budgeting yang masuk ke
pedesaan ada dua yakni Alokasi Dana Desa
(ADD) dan Bantuan Langsung Masyarakat
(BLM). Bantuan Langsung Masyarakat (BLM)
merupakan program dan dana yang dikucurkan
ke masyarakat oleh program-program sektoral
dari kementrian seperti PNPM Mandiri (IRE,
2011).
Provinsi Jawa Timur merupakan salah
satu penerima alokasi dana PNPM Mandiri
sejak tahun 2007. Jumlah alokasi dana PNPM
Mandiri di Provinsi Jawa Timur tertinggi pada
tahun 2011 yaitu sebesar 996.230 milyar, tetapi
belum berpengaruh terhadap kualitas manusia
yang diukur lewat indek pembangunan manusia
yang masih berada di bawah indek
pembangunan nasional. Angka indek
pembangunan manusia Jawa Timur sebesar
72,18 masih berada di bawa rata-rata nasional
yaitu sebesar 72,37 pada tahun yang sama.
Sehingga menarik untuk dilakukan penelitian
terhadap pengaruh alokasi dana PNPM Mandiri
terhadap indek pembangunan manusia.
Penelitian ini akan menganalisis pengaruh
alokasi dana PNPM Mandiri terhadap indek
pembangunan manusia Jawa Timur dan
mengetahui perkembangan pola
pengelompokan kota/kabupaten di Jawa Timur
pada berdasarkan alokasi dana PNPM Mandiri,
indek pembangunan manusia dan indek
kemiskinan pada tahun 2007-2011.
METODOLOGI PENELITIAN
Paradigma yang digunakan dalam
penelitian ini adalah paradigm positivistik atau
paradigm ilmiah yang memandang kenyataan
sebagai sesuatu yang berdimensi tunggal dan
cenderung bersifat tetap. Pendekatan yang
digunakan adalah deskriptif kuantitatif dengan
obyek penelitian adalah seluruh kota/kabupaten
di Provinsi Jawa Timur pada rentang waktu
tahun 2007-2011. Sumber data yang digunakan
merupakan data sekunder yang diperoleh dari
Badan Pusat Statistik, Tim Nasional Percepatan
Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) dan
situs resmi PNPM Mandiri. Jenis data yang
digunakan adalah data panel yang merupakan
gabungan antara data cross section dan data
time series. Keuntungan data panel ini mampu
mengatasi heterogenitas antar individu, lebih
banyak degree of freedom sehingga lebih
efisien dan lebih cocok untuk mempelajari
dinamika perubahan dan meminimumkan bias
yang terjadi.
Metode analisis pertama yang
digunakan adalah analisis jalur (path analysis)
yang digunakan untuk mengetahui pengaruh
langsung dan tidak langsung alokasi dana
PNPM Mandiri terhadap indek kemiskinan dan
indek pembangunan manusia. Analisa jalur
merupakan perluasan regresi yang mampu
menggunakan model yang cukup kompleks
yaitu dengan adanya variabel yang berperan
ganda dalam suatu hubungan, dimana salah satu
variabel berperan sebagai variabel independen
dalam satu hubungan dan menjadi variabel
dependen pada hubungan yang lain. Model
analisa jalur yang digunakan dalam penelitian
ini adalah:
Untuk menghitung besarnya pengaruh
langsung, pengaruh tidak langsung serta
pengaruh total variabel eksogen terhadap
variabel endogen secara parsial dapat dilakukan
sebagai berikut:
1. Besarnya pengaruh langsung variabel
eksogen (Xi) terhadap variabel endogen ρyxi
2. Besarnya pengaruh tidak langsung variabel
eksogen (Xi,Xj) terhadap variabel endogen
ρyxi x ρyxj
3. Besarnya pengaruh total variabel eksogen
terhadap variabel endogen adalah
penjumlahan besarnya pengaruh langsung
Page 5
5
dengan besarnya pengaruh tidak langsung
(ρyxi) + (ρyxi x ρyxj)
Metode analisa deskriptif dalam
penelitian ini menggunakan analisa kluster.
Analisa kluster (kelompok) merupakan sebuah
metode analisa untuk mengelompokkan obyek-
obyek pengamatan menjadi beberapa kelompok
sehingga akan diperoleh kelompok dimana
obyek-obyek dalam satu kelompok mempunyai
banyak persamaan sedangkan dengan anggota
kelompok yang lain mempunyai banyak
perbedaan (Komariyah & Akbar, 2011).
Metode ini menggambarkan indek
pembangunan manusia tahun t dengan dana
alokasi PNPM Mandiri satu tahun sebelumnya
(t-1) dari kota/kabupaten di Provinsi Jawa
Timur dalam diagram kartesius. Diagram
kartesius tersebut terbagi dalam empat kuadran.
Dari hal tersebut dapat dilihat posisi masing-
masing kota/kabupaten di Jawa Timur pada
tahun 2007-2011 dengan adanya program
PNPM Mandiri di wilayahnya. Pada penelitian
ini akan menggunakan tiga kluster untuk
melihat pola pengelompokan masing-masing
kota/kabupaten di Jawa Timur. Analisa ini
dalam pengelompokannya menggunakan
diagram kartesius empat sumbu, sumbu
horizontal (X) merupakan rata-rata alokasi dana
PNPM Mandiri pada tahun (t-1) Provinsi Jawa
Timur sedangkan sumbu vertikal (Y)
merupakan rata-rata indek pembangunan
manusia pada tahun (t) Provinsi Jawa Timur.
Penggunaan lag time pada analisa ini karena
dana PNPM Mandiri tahun berjalan belum bisa
dirasakan manfaatnya pada tahun yang sama,
alokasi dana PNPM Mandiri baru dapat
dirasakan pada tahun berikutnya.
Gambar 1. Diagram Empat Kuadran antara
Indek Pembangunan Manusia dan Alokasi Dana
PNPM Mandiri
Gambar 2. Diagram Empat Kuadran antara
Indek Kemiskinan dan Alokasi Dana PNPM
Mandiri
Gambar 3. Diagram Empat Kuadran antara
Indek Pembangunan Manusia dan Indek
Kemiskinan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengujian regresi untuk menentukan
hasil analisa jalur menggunakan software
Eviews 17.0 dengan metode fixed effect.
Page 6
6
Pendekatan metode fixed effect dilakukan
setelah hasil uji Hausman dan Uji Chow
menunjukkan bahwa metode yang digunakan
lebih baik menggunakan pendekatan fixed
effect. Pertimbangan lain yang digunakan dalam
pendekatan ini adalah data seluruh
kota/kabupaten di Provinsi Jawa Timur yang
memiliki karakteristik yang tercermin dari
variasi intersep modelnya. Hasil pengujian
regresi untuk menentukan koefisien analisa
jalur diperoleh sebagai berikut:
Tabel 4. Hasil Analisa Regresi Data Panel
Setelah dilakukan pengujian regresi untuk
masing-masing model, maka akan diperoleh
koefisien analisa jalur sebagai berikut:
Pada hasil estimasi jalur tersebut
terdapat hubungan yang tidak signifikan antara
P0 (X2) dan PPP (X5) sehingga variabel yang
tidak signifikan tersebut tidak akan diikut
sertakan dalam pembahasan. Metode ini disebut
dengan metode trimming. Sehingga hasil
estimasi analisa jalur tersebut setelah dilakukan
trimming akan menjadi sebagai berikut:
Dari hasil analisa jalur dapat dilihat
bahwa alokasi dana PNPM secara langsung
mempengaruhi indek pembangunan manusia
secara positif sebesar 0,0147. Hal ini sesuai
dengan tujuan program PNPM Mandiri selain
sebagai salah satu program pengentasan
kemiskinan juga sebagai program yang
bertujuan untuk mempercepat pelaksanaan
MDG’s untuk meningkatkan kualitas manusia.
Selain itu pengaruh secara tidak langsung antara
alokasi dana PNPM Mandiri melalui indek
kemiskinan dan kesehatan memberikan
pengaruh yang positif terhadap indek
pembangunan manusia sebesar 0,000543.
Pengaruh positif dari modal kesehatan ini
sesuai dengan Todaro (2006) yang
menyampaikan bahwa modal kesehatan
merupakan investasi jangka panjang yang dapat
menyebabkan tingkat pendidikan yang lebih
baik. Selain itu, pengaruh alokasi dana PNPM
Mandiri dapat dirasakan manfaatnya secara
langsung bagi penerima manfaat. Sedangkan
pengaruh alokasi dana PNPM Mandiri melalui
indek kemiskinan dan pendidikan memberikan
pengaruh yang negatif terhadap indek
pembangunan manusia sebesar -0,000355.
Hasil estimasi ini bertentangan dengan
pendapat Noor (2013) bahwa belanja kebutuhan
publik seperti kesehatan, pendidikan, keamanan
dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Tetapi hal tersebut sejalan dengan penelitian
yang telah dilakukan oleh Santoso (2011) yang
menyatakan bahwa dana PNPM dan alokasi
belanja daerah untuk pendidikan tidak
berpengaruh secara langsung terhadap indek
kemiskinan, berbeda dengan dana PNPM dan
alokasi belanja daerah untuk kesehatan yang
memberikan pengaruh yang positif terhadap
indek kemiskinan. Diduga karena dana ini tidak
digunakan secara langsung untuk meningkatkan
pendapatan penduduk miskin dan hanya mampu
mempertahankan pendapatan masyarakat
miskin tetapi belum mampu membantu keluar
dari garis kemiskinan. Selain itu, manfaat
alokasi dana PNPM untuk pendidikan lebih
banyak diterima oleh anggota keluarga usia
sekolah yang lebih memberikan manfaat secara
jangka panjang daripada jangka pendek. Hal
tersebut berbeda dengan pengaru kesehatan
yang manfaatnya dapat dirasakan pada saat
Koefisien Prob. R-square Keterangan
Y = f(X1) 0,0147 (0,000) 0,997 signifikan
X4 = f(X2) -0,012 (0,000) 0,998 signifikan
X3 = f(X2) 0,0165 (0,040) 0,999 signifikan
X5 = fX2) 0,0166 (0,234) 0,999 tidak signifikan
X2 = f(X1) -0,017 (0,000) 0,999 signifikan
Y = f(X3,X4,X5) 0,998
X3 -1,936 (0,000) signifikan
X4 3,017 (0,000) signifikan
X5 -1,740 (0,000) signifikan
PERSAMAANHasil Uji
Page 7
7
yang bersamaan dengan pemberian dana PNPM
Mandiri. Pengaruh secara positif terlihat dari
hubungan alokasi dana PNPM melalui indek
kemiskinan dan bersama-sama dengan indek
kesehatan, indek pendidikan dan indek
kemampuan daya beli terhadap indek
pembangunan manusia sebesar 0,014888.
Hasil analisa jalur yang menunjukkan
bahwa hubungan alokasi dana PNPM terhadap
indek pembangunan manusia melalui indek
kemiskinan menunjukkan hasil yang positif
sejalan dengan penelitian Syukri, Mawardi,
Akhmadi (2013); Santoso (2011); Park dan
Wang (2010) yang menunjukkan bahwa dengan
adanya alokasi dana PNPM mampu mengurangi
tingkat kemiskinan.
Hasil analisa kluster memperkuat hasil
analisa jalur sebelumnya, bahwa hubungaan
antara alokasi dana PNPM Mandiri dan indek
kemiskinan selama empat tahun dari tahun
2008 sampai dengan tahun 2011 menunjukkan
adanya perubahan posisi wilayah masing-
masing kota/kabupaten di Jawa Timur.
Tabel 5. Kuadran Alokasi Dana PNPM Mandiri
dan Indek Kemiskinan
Setelah dilaksanakannya PNPM
Mandiri maka pada akhir tahun penelitian 2011,
kota/kabupaten yang masih berada pada
wilayah dengan indek kemiskinan yang tinggi
meliputi Kabupaten Probolinggo, Kabupaten
Bangkalan, Kabupaten Pamekasan, Kabupaten
Sampang dan Kabupaten Sumenep. Sedangkan
kota/kabupaten yang mengalami penurunan
indek kemiskinan secara keseluruhan karena
adanya PNPM Mandiri adalah Kota
Probolinggo, Kabupaten Pacitan, Kabupaten
Trenggalek, Kabupaten Lamongan, Kabupaten
Nganjuk, Kabupaten Gresik, Kabupaten
Bojonegoro, Kabupaten Ngawi dan Kabupaten
Tuban. Kabupaten Tuban merupakan kabupaten
mengalami penurunan indek kemiskinan pada
tahun 2011.
Tabel 6. Kuadran Alokasi Dana PNPM Mandiri
dan Indek Pembangunan Manusia
Selama tahun penelitian kota/kabupaten
yang mengalami kenaikan indek pembangunan
manusia yaitu Kabupaten Madiun, Kabupaten
Ngawi, Kabupaten Lamongan, Kabupaten
Ponorogo, Kabupaten Banyuwangi, Kabupaten
Ngawi, Kabupaten Lumajang, Kabupaten
Pamekasan dan Kabupaten Sumenep.
Sedangkan pada periode yang sama terdapat
kota/kabupaten yang mengalami penurunan
indek pembangunan manusia yaitu Kabupaten
Tuban, Kabupaten Situbondo, Kabupaten
Bondowoso dan Kabupaten Pamekasan.
Tabel 7. Kuadran Indek Pembangunan Manusia
dan Indek Kemiskinan
2008 2009 2010 2011 2008 2009 2010 2011
Bangkalan Kota Probolinggo Pamekasan Bojonegoro Bangkalan Bangkalan Bangkalan
Bondowoso Lamongan Gresik Bojonegoro Probolinggo Pamekasan
Kota Probolinggo Lamongan Bondowoso Sampang Probolinggo
Pacitan Nganjuk Pamekasan Sumenep Sampang
Sampang Ngawi Probolinggo Tuban Sumenep
Trenggalek Pamekasan Sampang
Probolinggo Sumenep
Sumenep Tuban
Tuban
2008 2009 2010 2011 2008 2009 2010 2011
Jember Gresik Bondowoso Blitar Banyuwangi Banyuwangi Banyuwangi Banyuwangi
Kota Batu Kota Batu Kota Batu Jombang Blitar Blitar Blitar Bojonegoro
Kota Blitar Kota Blitar Kota Blitar Kota Batu Jombang Jember Bojonegoro Bondowoso
Kota Kediri Kota Kediri Kota Kediri Kota Blitar Kediri Jombang Gresik Gresik
Kota Madiun Kota Madiun Kota Madiun Kota Kediri Kota Surabaya Kediri Jember Jember
Kota Malang Kota Malang Kota Malang Kota Madiun Lumajang Kota Surabaya Jombang Kediri
Kota Mojokerto Kota Mojokerto Kota Mojokerto Kota Malang Malang Lumajang Kediri Lamongan
Kota Pasuruan Kota Pasuruan Kota Pasuruan Kota Mojokerto Mojokerto Magetan Lamongan Lumajang
Madiun Madiun Kota Probolinggo Kota Pasuruan Pasuruan Malang Lumajang Malang
Magetan Mojokerto Kota Surabaya Kota Probolinggo Ponorogo Ngawi Malang Mojokerto
Situbondo Nganjuk Madiun Kota Surabaya Sidoarjo Pasuruan Mojokerto Ngawi
Pacitan Magetan Madiun Tulungagung Ponorogo Nganjuk Pasuruan
Situbondo Pacitan Magetan Sidoarjo Ngawi Ponorogo
Trenggalek Trenggalek Nganjuk Pasuruan Sidoarjo
Tulungagung Tulungagung Pacitan Ponorogo Situbondo
Trenggalek Sidoarjo Tuban
Tulungagung Situbondo
KUADRAN II (Dana rendah, P0 tinggi) KUADRAN I (Dana tinggi, P0 tinggi)
KUADRAN III (Dana rendah, P0 rendah) KUADRAN IV (Dana tinggi, P0 rendah)
P0
Alokasi Dana
2008 2009 2010 2011 2008 2009 2010 2011
Gresik Kota Batu Gresik Kota Batu Blitar Blitar Blitar Banyuwangi
Kota Batu Kota Blitar Kota Batu Kota Blitar Jombang Gresik Jombang Blitar
Kota Kediri Kota Kediri Kota Blitar Kota Kediri Kediri Jombang Kediri Gresik
Kota Madiun Kota Madiun Kota Kediri Kota Madiun Kota Blitar Kediri Kota Surabaya Jombang
Kota Mojokerto Kota Malang Kota Madiun Kota Malang Kota Malang Kota Surabaya Magetan Kediri
Kota Pasuruan Kota Mojokerto Kota Malang Kota Mojokerto Kota Surabaya Lamongan Malang Lamongan
Kota Probolinggo Kota Pasuruan Kota Mojokerto Kota Pasuruan Malang Malang Ponorogo Malang
Magetan Kota Probolinggo Kota Pasuruan Kota Probolinggo Sidoarjo Mojokerto Sidoarjo Mojokerto
Mojokerto Madiun Kota Probolinggo Kota Surabaya Tulungagung Nganjuk Nganjuk
Nganjuk Magetan Lamongan Madiun Ponorogo Ngawi
Pacitan Pacitan Madiun Magetan Sidoarjo Ponorogo
Trenggalek Trenggalek Mojokerto Pacitan Tulungagung Sidoarjo
Nganjuk Trenggalek
Pacitan Tulungagung
Trenggalek
Tulungagung
2008 2009 2010 2011 2008 2009 2010 2011
Bangkalan Bangkalan Situbondo Bondowoso Banyuwangi Banyuwangi Bangkalan Bangkalan
Bondowoso Bondowoso Pamekasan Bojonegoro Bojonegoro Banyuwangi Bojonegoro
Jember Jember Pasuruan Lumajang Bojonegoro Jember
Lamongan Sampang Probolinggo Ngawi Bondowoso Lumajang
Lumajang Situbondo Situbondo Pamekasan Jember Pasuruan
Madiun Pasuruan Lumajang Probolinggo
Ngawi Probolinggo Ngawi Sampang
Pamekasan Sumenep Pamekasan Situbondo
Ponorogo Tuban Pasuruan Sumenep
Sampang Probolinggo Tuban
Sumenep Sampang
Tuban Sumenep
Tuban
KUADRAN II (Dana PNPM rendah, IPM tinggi) KUADRAN I (Dana PNPM tinggi, IPM tinggi)
KUADRAN III (Dana PNPM rendah, IPM rendah) KUADRAN IV (Dana PNPM tinggi, IPM rendah)
IPM
Alokasi Dana
2008 2009 2010 2011 2008 2009 2010 2011
Blitar Blitar Blitar Blitar Gresik Gresik Gresik Gresik
Jombang Jombang Jombang Jombang Kota Probolinggo Kediri Kediri Kediri
Kediri Kota Batu Kota Batu Kota Batu Pacitan Kota Probolinggo Kota Probolinggo Kota Probolinggo
Kota Batu Kota Blitar Kota Blitar Kota Blitar Trenggalek Nganjuk Nganjuk Pacitan
Kota Blitar Kota Kediri Kota Kediri Kota Kediri Pacitan Pacitan Trenggalek
Kota Kediri Kota Madiun Kota Madiun Kota Madiun Trenggalek Trenggalek
Kota Madiun Kota Malang Kota Malang Kota Malang
Kota Malang Kota Mojokerto Kota Mojokerto Kota Mojokerto
Kota Mojokerto Kota Pasuruan Kota Pasuruan Kota Pasuruan
Kota Pasuruan Kota Surabaya Kota Surabaya Kota Surabaya
Kota Surabaya Magetan Magetan Magetan
Magetan Mojokerto Mojokerto Mojokerto
Mojokerto Sidoarjo Sidoarjo Nganjuk
Nganjuk Tulungagung Tulungagung Sidoarjo
Sidoarjo Tulungagung
Tulungagung
2008 2009 2010 2011 2008 2009 2010 2011
Banyuwangi Banyuwangi Banyuwangi Banyuwangi Bangkalan Bangkalan Bangkalan Bangkalan
Jember Jember Jember Jember Bojonegoro Bojonegoro Bojonegoro Bojonegoro
Lumajang Lumajang Lumajang Lumajang Bondowoso Bondowoso Bondowoso Bondowoso
Madiun Malang Malang Malang Lamongan Lamongan Lamongan Lamongan
Malang Pasuruan Pasuruan Pasuruan Ngawi Madiun Madiun Madiun
Pasuruan Ponorogo Ponorogo Ponorogo Pamekasan Ngawi Ngawi Ngawi
Ponorogo Probolinggo Pamekasan Pamekasan Pamekasan
Situbondo Sampang Probolinggo Probolinggo Probolinggo
Sumenep Sampang Sampang Sampang
Tuban Situbondo Situbondo Situbondo
Sumenep Sumenep Sumenep
Tuban Tuban Tuban
KUADRAN I (P0 tinggi, IPM tinggi)KUADRAN II (P0 rendah, IPM tinggi)
KUADRAN IV (P0 tinggi, IPM rendah)KUADRAN III (P0 rendah, IPM rendah)
IPM
P0
Page 8
8
Dari posisi awal tahun 2007 hanya
tujuh kota/kabupaten yang mengalami
perpindahan posisi. Kota Probolinggo dan
Kabupaten Kediri merupakan dua wilayah yang
mengalami kenaikan indek kemiskinan
walaupun masih tetap memiliki indek
pembangunan manusia yang diatas rata-rata
Jawa Timur. Hal tersebut berbeda dengan
Kabupaten Jombang yang mengalami
penurunan angka indek kemiskinan dan
Kabupaten Nganjuk yang mengalami fluktuasi
naik turunnya indek kemiskinan hingga pada
tahun 2011 mampu menurunkan angka indek
kemiskinannya. Kabupaten Lumajang,
Kabupaten Madiun dan Kabupaten Pasuruan
merupakan wilayah yang mampu menurunkan
angka indek kemiskinan walaupun memiliki
angka indek pembangunan manusia yang
rendah. Sedangkan Kabupaten Situbondo
merupakan wilayah yang mengalami fluktuasi
sejak tahun 2007. Kenaikan indek kemiskinan
terjadi pada tahun 2009 dari sebelumnya yang
berada pada posisi indek kemiskinan rendah
dan indek pembangunan rendah.
Dalam pembahasan kuadran terdapat
inkonsistensi dengan berbagai teori kemiskinan
yang dipahami selama ini bahwa kemiskinan
merupakan kondisi dengan tidak adanya modal
manusia (kesehatan, pendidikan, nutrisi, modal
usaha, infrastruktur, modal alam dan modal
pengetahuan (Sama’i; Ginanjar, 2006).
Penelitian di Provinsi Jawa Timur menunjukkan
bahwa tidak semua wilayah yang memiliki
indek kemiskinan tinggi memiliki indek
pembangunan manusia yang rendah demikian
pula sebaliknya tidak semua wilayah yang
memiliki indek kemiskinan rendah memiliki
indek pembangunan manusia yang tinggi.
Kabupaten Gresik, Kabupaten Kediri, Kota
Probolinggo, Kabupaten Pacitan, Kabupaten
Nganjuk dan Kabupaten Trenggalek merupakan
wilayah dengan indek kemiskinan yang tinggi
tetapi memiliki indek pembangunan manusia
yang cukup tinggi pula.
Sedangkan pada kuadran yang lain
Kabupaten Banyuwangi, Kabupaten Jember,
Kabupaten Lumajang, Kabupaten Malang,
Kabupaten Pasuruan, dan Kabupaten Ponorogo
merupakan wilayah dengan indek kemiskinan
yang rendah dan memiliki indek pembangunan
manusia yang rendah. Penyebab perbedaan
kedua hal tersebut apabila dilihat secara parsial
melalui PNPM Mandiri dirasakan belum
mampu memberikan jawaban secara pasti
karena dimungkinkan ada faktor-faktor lain
yang mempengaruhi indek kemiskinan dan
indek pembangunan manusia seperti kondisi
geografis, faktor sosial masyarakat dan peran
pemerintah daerah.
Hasil analisa jalur dan analisa kluster
tersebut secara keseluruhan menunjukkan
bahwa alokasi dana PNPM Mandiri
memberikan pengaruh yang positif terhadap
kenaikan indek pembangunan manusia. Selain
indek pembangunan manusia, dengan adanya
PNPM Mandiri juga mampu menurunkan angka
indek kemiskinan di Jawa Timur. Walaupun
pengaruh secara tidak langsung melalui indek
pendidikan memberikan pengaruh yang negatif
karena hasil manfaat alokasi dana PNPM
Mandiri tidak secara langsung dapat dirasakan
oleh pemanfaat penerima dana tersebut. Selain
itu, pelaksanaan PNPM Mandiri sebagian besar
digunakan untuk program pembangunan
infrastruktur daripada program peningkatan
kapasitas pembangunan manusia merupakan
salah satu faktor penyebab pengaruh alokasi
dana PNPM Mandiri melalui indek pendidikan
memberikan hasil yang negatif.
Sejalan dengan hasil analisa tersebut
diharapkan kebijakan pemerintah terkait dengan
program pengentasan kemiskinan lebih mampu
tepat sasaran dengan lebih mengutamakan
program berbasis peningkatan pendidikan,
kesehatan dan modal secara langsung agar tepat
dan langsung dirasakan oleh masyarakat.
Pembatasan program pembangunan
infrastruktur perlu dilakukan agar pelakasanaan
program peningkatan kualitas manusia seperti
kegiatan pelatihan disertai pemberian modal
usaha, bantuan beasiswa bagi anak usia sekolah.
Keterlibatan unsur masyarakat miskin dalam
pelakasanaan program diharapkan mampu
menghilangkan kesan ekslusif dan kepentingan
antar masyarakat (Jusmaliani, 2010; Baird and
Ozler, 2011). Perlunya peran serta pemerintah
daerah sangat diperlukan terutama dalam
mengambil kebijakan arah kegiatan program
PNPM Mandiri terutama yang sesuai dengan
visi dan misi Kepala Daerah sehingga mampu
Page 9
9
mendorong percepatan penurunan angka
kemiskinan dan terlaksananya target MDG’s
sehingga pelaksanaan program PNPM Mandiri
dan program pemerintah daerah mampu
berjalan beiringan. Selain itu, pemerintah
daerah diharapkan mampu menciptakan
keberlanjutan hasil program PNPM Mandiri
agar tetap berjalan dan mampu dinikmati
masyarakat umum.
Peran pemerintah telah diatur dalam
pelaksanaan program PNPM Mandiri sehingga
ikut serta memberikan dana sharing bagi
keseluruhan total alokasi dana PNPM Mandiri
yang diberikan oleh pemerintah pusat pada
masing-masing kota/kabupaten. Apabila
pemerintah daerah tidak bersedia memberikan
sharing dana terhadap pelaksanaan PNPM
Mandiri sesuai dengan ketentuan pemerintah
pusat maka daerah tersebut akan dicabut
keikutsertaannya dalam program PNPM
Mandiri. Selain itu peran pemerintah daerah
juga melalui pengawasan pelaksanaan program
PNPM Mandiri, terutama dalam proses
pelaksanaan kegiatan. Peran ini sebagai kontrol
atas masyarakat agar tidak terjadi kecurangan
ataupun pelaksanaan program yang berjalan
tidak sesuai dengan tujuan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil analisa jalur dan
analisa kuster dapat disimpulkan bahwa
pengaruh alokasi dana PNPM Mandiri terhadap
indek pembangunan manusia melalui indek
kemiskinan dan indek pendidikan, indek
kesehatan dan indek kemampuan daya beli akan
menaikkan indek pembangunan manusia.
Sedangkan posisi kota/kabupaten di Jawa
Timur yang mengalami kenaikan indek
pembangunan manusia setelah adanya program
PNPM Mandiri adalah Kabupaten Madiun,
Kabupaten Ngawi, Kabupaten Lamongan,
Kabupaten Ponorogo, Kabupaten Banyuwangi,
Kabupaten Ngawi, Kabupaten Lumajang,
Kabupaten Pamekasan dan Kabupaten
Sumenep. Sedangkan kota/kabupaten yang
mengalami penurunan indek pembangunan
manusia yaitu Kabupaten Tuban, Kabupaten
Situbondo, Kabupaten Bondowoso dan
Kabupaten Pamekasan. Posisi masing-masing
kota/kabupaten yang mengalami penurunan
indek kemiskinan adalah Kota Probolinggo,
Kabupaten Pacitan, Kabupaten Trenggalek,
Kabupaten Lamongan, Kabupaten Nganjuk,
Kabupaten Gresik, Kabupaten Bojonegoro,
Kabupaten Ngawi dan Kabupaten Tuban.
Sedangkan kota/kabupaten yang masih
memiliki indek kemiskinan tinggi adalah
Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Bangkalan,
Kabupaten Pamekasan, Kabupaten Sampang
dan Kabupaten Sumenep.
Berdasarkan hasil analisa dan
kesimpulan, maka peneliti memberikan saran
bagi pemerintah dan pembuat kebijakan sebagai
berikut:
1. Pelaksanaan program PNPM Mandiri lebih
difokuskan untuk masyarakat miskin dan
peningkatan kualitas manusia seperti
pelaksanaan kegiatan pelatihan, pemberian
modal usaha, bantuan beasiswa bagi anak
usia sekolah terutama untuk keluarga miskin
dan mengurangi pelaksanaan kegiatan
infrastruktur
2. Pelaksanaan program pemerintah dihrapkan
lebih fokus kepada program pengantasan
kemiskinan yang berbasis peningkatan
kualitas manusia
3. Sebagai salah satu program penanggulangan
kemiskinan pemerintah pusat bersama-sama
dengan pemerintah daerah dapat
meningkatkan jumlah alokasi dana PNPM
Mandiri terutama untuk wilayah-wilayah
dengan indek kemiskinan tinggi dan indek
pembangunan manusia rendah
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr.
Khusnul Ashar, SE., MA dan Dr. Marlina
Ekawaty, SE., M.Si atas bimbingannya selama
proses penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Adiyoso, Wignyo. 2009. Menggugat
Perencanaan Partisipatif dalam
Pemberdayaan Masyarakat. Putra
Media Nusantara. Surabaya
Page 10
10
Asmanto, Priadi. 2008. Evaluasi Millenium
Development Goals (MDGs) Indonesia:
Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan
Perempuan. Agustus.
http://ssrn.com/abstract=1996301
diakses 30 Maret 2013
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional.
2013. Sistem Manajemen Informasi
Terpadu PNPM Mandiri.
http://simpadu-bappenas.go.id diakses 5
November 2013
Badan Pusat Statistik. 2013. Indek
Pembangunan Manusia. http://bps.go.id
diakses 10 Oktober 2013
--------------. 2013. Data dan Informasi
Kemiskinan 2007-2011. Jakarta
--------------. 2013. Statistik Daerah Provinsi
Jawa Timur 2013. Surabaya
--------------. 2011. Statistik Potensi Desa
Provinsi Jawa Timur 2011. Surabaya
Baird, Sarah. McIntosh, Craig. Ozler, Berk.
2011. The Regressive Demands of
Demand-Driven Development. Policy
Research Working Paper. The World
Bank
Gujarati, Damodar N. dan Porter, Dawn C.
2010. Basic Econometric 5th ed.
Mardanugraha, Eugenia (terj.). Dasar-
Dasar Ekonometrika Edisi 5. Salemba
Empat. Jakarta
Hamzah, Muhammad Zilal. Risqiani, Renny
dan Sofilda, Eleonora. 2012. Human
Development Quality and its Problem
in Indonesia. OIDA International
Journal of Sustainable Development.
Vol. 5, No. 07 p.29-36
Harahap, Riva Ubar. 2010. Pengaruh Dana
Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus
dan Bagi Hasil terhadap Indek
Pembangunan Manusia pada
Kabupaten/Kota Provinsi Sumatra
Utara. Tesis. Program Sekolah
Pascasarjana, Universitas Sumatra
Utara
Harttgen, Kennethh and Klasen, Stephen. 2012.
A Household-Based Human
Development Index. Journal World
Development. Vol. 40, No. 5 p. 878-899
Institute for Research and Empowerment (IRE).
2011. Mempertemukan Dua Hulu
(Pelajaran Desentralisasi Fiskal dan
Penanggulangan Kemiskinan dari
Gunungkidul). Eko, Sutoro dan
Zamroni, Sunaji (ed). Cetakan ke-1.
IRE Yogyakarta. Yogyakarta
Jusmaliani. 2010. Analisis Dampak Conditional
Cash Transfer untuk Pengentasan
Kemiskinan: Studi Kasus pada
Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat (PNPM) Mandiri. Laporan
Akhir Kegiatan Program Insentif
Peneliti dan Perekayasa LIPI. P2E-
LIPI. Jakarta
Komariyah, Nurul dan Akbar, Muhammad
Sjahid. 2011. Pengelompokan
Kabupaten/Kota di Provinsi jawa
Timur Berdasarkan Indikator
Kemiskinan dengan Metode Cluster
Analysis.
http://digilib.its.ac.id/public/ITS-
Undergraduate/17290-1309105013-
Paper.pdf diakses pada tanggal 1
Januari 2014
Labombang, Mastura. 2011. Dampak
Pembangunan Infrastruktur Perdesan
pada Program PNPM Mandiri
Perdesaan di Kabupaten Toli Toli.
Jurnal Majalah Ilmih Mektek. Tahun
XIII, No. 1 p. 53-59
Labonne, Julien and Chase, Robert S. 2011. Do
Community-driven Development
Projects Enhance Social Capital?
Evidence from the Philippines. Journal
Page 11
11
of Development Economics. Vol. 96 p.
348-358
Li, Ching Chun. 1975. Path Analysis: a primer.
The Boxwood Press. California. USA
Nachrowi, Djalal Nachrowi dan Usman,
Hardius. 2006. Pendekatan Populer
dan Praktis Ekonometrika untuk
Analisis Ekonomi dan Keuangan. LPFE
UI. Jakarta
Noor, Henry Faisal. 2013. Ekonomi Publik
(Ekonomi untuk Kesejahteraan Rakyat).
Cetakan Ke-1. Akademia Permata.
Padang
Nugroho, Iwan dan Dahuri, Rokhmin. 2012.
Pembangunan Wilayah: Perspektif
Ekonomi, Sosial dan Lingkungan. Edisi
revisi. Cetakan ke-2. LP3ES. Jakarta
Park, Albert and Wang, Sangui. 2010.
Community-based Development and
Poverty Alleviation: An Evaluation of
China’s Poor Village Investment
Program. Journal of Public Economics.
Vol. 94 p. 790-799
Prastyo, Adit Agus. 2010. Analisis Faktor-
Faktor yang Mempengaruhi Tingkat
Kemiskinan (Studi Kasus 35
Kabupaten/Kota di Jawa Tengah tahun
2003-2007). Skripsi. Program Sarjana
Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan.
Fakultas Ekonomi Universitas
Diponegoro
Ritonga, Susilistiawati. 2011. Analisis Dampak
Pelaksanaan Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat Mandiri
Perdesaan (PNPM-MP) terhadap
Peningkatan Pendapatan dalam
Pengembangan Ekonomi Lokal di
Kabupaten Asahan. Tesis. Program
Sekolah Pascasarjana, dadan.
Universitas Sumatra Utara
Sachari, Agus. 2011. Desain dan Permasalahan
Pembangunan Menjemput Era
Perekonomian Kreatif di Masa Depan.
ITB. Bandung
Santoso, Lukman Adi. 2011. Pengaruh PNPM
dan Alokasi Belanja Daerah untuk
Pendidikan, Kesehatan, dan Pekerjaan
Umum terhadap Penanggulangan
Kemiskinan (Studi Kasus
Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa
Timur tahun 2007-2009). Tesis.
Program Magister Perencanaan dan
Kebijakan Publik. Program
Pascasarjana, Universitas Indonesia
Soetomo. (2011). Strategi-Srategi
Pembangunan Masyarakat. Cetakan
ke-3. Pustaka Pelajar. Yogyakarta
Surjono, Agus dan Nugroho, Trilaksono. 2008.
Paradigma, Model, Pendekatan
Pembangunan dan Pemberdayaan
Masyarakat di Era Otonomi Daerah.
Cetakan ke-1. Bayumedia. Malang
Suryono, Agus. 2006. Ekonomi Politik
Pembangunan dalam Perspektif Teori
Ilmu Sosial. Cetakan ke-1. Edisi
pertama. UM Press. Malang
Syukri, Muhammad. Mawardi, Sulton.
Akhmadi. 2013. Studi Kualitatif
Dampak PNPM-Perdesaan di Provinsi
Jawa Timur, Sumatra Barat, dan
Sulawesi Tenggara. SMERU. Jakarta
Tim Nasional Percepatan Penanggulangan
Kemiskinan. 2013. Daftar Lokasi dan
Alokasi Dana BLM PNPM Mandiri
tahun 2009-2013. http://tnp2k.go.id
diakses pada 30 Oktober 2013
Todaro, P. Michael dan Smith, Stephen C.
2006. Pembangunan Ekonomi Dunia
Ketiga (jilid 2). Erlangga : Jakarta
Trenggonowati. 2009. Metodologi Penelitian
Ekonomi dan Bisnis. Edisi pertama.
Cetakan ke-1. BPFE-Yogyakarta.
Yogyakarta
Page 12
12
Widarjono, Agus. 2013. Ekonometrika
Pengantar dan Aplikasinya. Edisi
keempat. UPP STIM YKPN.
Yogyakarta
Winarno, Wing Wahyu. 2007. Analisis
Ekonometrika dan Statistika dengan
Eviews. Cetakan pertama. UPP STIM
YKPN. Yogyakarta