ANALISIS PENERAPAN QUALITY CONTROL UNTUK MEREDUKSI TINGKAT KERUSAKAN PRODUK CROWN HANDLE 3C1 DI PT. CHEMCO HARAPAN NUSANTARA Oleh : Bambang Widianto NIM: 004200800118 Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Akademik Mencapai Gelar Strata Satu pada Fakultas Teknik Program Studi Teknik Industri 2012
71
Embed
ANALISIS PENERAPAN QUALITY CONTROL UNTUK MEREDUKSI …
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
ANALISIS PENERAPAN QUALITY CONTROL UNTUK MEREDUKSI TINGKAT KERUSAKAN PRODUK
CROWN HANDLE 3C1 DI PT. CHEMCO HARAPAN NUSANTARA
Oleh : Bambang Widianto NIM: 004200800118
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Akademik Mencapai Gelar Strata Satu
pada Fakultas Teknik Program Studi Teknik Industri
2012
i
ABSTRAK
PT. Chemco Harapan Nusantara adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur brake system dengan salah satu produknya yaitu Crown Handle 3C1. Demi menjaga kepercayaan konsumen untuk menghasilkan produk yang berkualitas, PT Chemco Harapan Nusantara telah memperoleh sertifikat ISO 9001 : 2000 sebagai pengakuan bahwa perusahaan telah menerapkan manajemen mutu yang baik dan sesuai dengan pedoman standar mutu yang berlaku. Dalam kegiatan produksinya, perusahaan selalu berupaya agar menghasilkan produk yang baik dan menekan kerusakan produk yang tinggi dengan menetapkan standar toleransi sebesar 3,5 % dari jumlah produksi. Akan tetapi, kenyataan di lapangan masih terdapat kerusakan produk Crown Handle 3C1 yang melebihi standar toleransi yang telah ditetapkan, yaitu sebesar 13,2 %. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis kerusakan produk, faktor-faktor yang menyebabkan kerusakan, serta upaya prioritas yang harus dilakukan untuk menekan tingkat kerusakan produk pada Crown Handle 3C1. Analisis pengendalian kualitas dilakukan menggunakan alat bantu statistik berupa check sheet, histogram, peta kendali p, diagram pareto dan diagram sebab-akibat. Hasil analisis peta kendali p menunjukkan bahwa proses berada dalam keadaan tidak terkendali atau masih mengalami penyimpangan. Hal ini dapat dilihat pada grafik kendali dimana titik berfluktuasi sangat tinggi dan tidak beraturan,serta banyak yang keluar dari batas kendali. Jenis kerusakan produk yaitu area holder burry, menonjol dan step. Dari analisis diagram sebab akibat dapat diketahui faktor penyebab utama kerusakan produk (NG) berasal dari faktor mesin produksi serta faktor lain yaitu manusia, metode kerja, dan bahan baku. Berdasarkan diagram pareto, prioritas perbaikan yang perlu dilakukan adalah untuk jenis kerusakan yang dominan yaitu area holder step (45,07%), area holder burry (39,96%) dan area holder menonjol (14,97 %). Perusahaan diharapkan dapat mengambil tindakan pencegahan serta perbaikan yang berfokus pada faktor penyebab utama untuk menekan tingkat kerusakan produk dan meningkatkan kualitas produk. Kata kunci : Quality Control, Kerusakan produk, Alat Bantu Statistik, Standar Mutu, Peta Kendali p, Kualitas Produk.
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
PT. Chemco Harapan Nusantara sebagai perusahaan yang bergerak dalam bidang
automotive break system, alumunium wheels dan alumunium casting yang terbagi
menjadi dua produk yaitu OEM (Original Equipment Manufacturing) – produk
yang dirakit langsung pada perusahaan customer baik kendaraan roda dua maupun
roda empat dan AFM (After Market) – produk spare part, dalam menjalankan
kegiatan bisnisnya telah menerapkan sistem quality control. Perusahaan bahkan
telah meraih sertifikat ISO 9001 : 2000 sebagai pengakuan bahwa perusahaan
telah menerapkan manajemen mutu yang baik dan sesuai dengan pedoman standar
mutu yang berlaku internasional.
Meskipun pengendalian kualitas telah dilakukan dalam aktivitas produksinya,
akan tetapi pada kenyataannya masih terdapat produk yang kualitasnya di bawah
standar yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Adapun rata-rata produksi per
bulan PT. Chemco Harapan Nusantara selama tahun 2011 adalah 647,642 pcs
dengan rata-rata produk rusak atau cacat adalah sebesar 27,770 pcs atau sekitar
4,3% dari total produksi setiap bulan.
Sesuai Pedoman Sasaran Mutu PT. Chemco Harapan Nusantara yang telah
ditetapkan oleh Manajemen bahwa produk dikatakan berkualitas apabila
tercapainya kesesuaian antara hasil produksi yang dihasilkan dengan rencana
target standar atau sasaran mutu yang ditetapkan oleh perusahaan pada setiap awal
produksi dan target jumlah produk yang reject atau tidak lolos Quality Control
secara kumulatif adalah tidak lebih dari 3,5% dari jumlah produksi. Hal tersebut
tentunya menjadi suatu kerugian bagi perusahaan karena mengakibatkan terjadiya
pemborosan dalam produksi.
2
Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa dari data jumlah produksi yang
dihasilkan perusahaan pada tahun 2011, masih terdapat produk rusak atau cacat
yang melampaui batas toleransi yang ditetapkan oleh perusahaan di setiap
kegiatan produksi, dari 55 jenis produk spare part yang diproduksi oleh PT.
Chemco Harapan Nusantara, produk dengan presentase NG (Not Good) terbesar
adalah Crown Handle 3C1. Jumlah kerusakan produk Crown Handle 3C1 jauh
melampaui standar kualitas yang ditetapkan oleh perusahaan, yaitu dengan
persentase reject sebesar 13,2%, sehingga perusahaan mengalami kesulitan dalam
pengiriman produk ke customer. Beberapa jenis kerusakan ditemukan pada saat
pengecekan produk dalam proses inspeksi kedatangan barang di customer
sehingga produk reject tersebut ditolak atau dikembalikan. Faktor-faktor yang
menyebabkan kerusakan produk akan dianalisis lebih lanjut dengan menggunakan
alat bantu statistik yang selama ini juga telah diterapkan oleh perusahaan dalam
mengolah, menyajikan dan menganalisis data-data sehingga dapat ditarik sebuah
kesimpulan yang membantu manajemen dalam setiap pengambilan keputusan.
Alat bantu statistik berupa histogram, peta kendali p, diagram pareto dan diagram
sebab-akibat, bermanfaat dalam menganalisis tingkat kerusakan produk. Histogram
digunakan untuk menyajikan data agar memudahkan dalam memahami data untuk
keperluan analisis selanjutnya. Peta kendali p digunakan untuk memonitor produk
yang rusak apakah masih berada dalam kendali statistik atau tidak. identifikasi
terhadap jenis kerusakan yang dominan dan menentukan prioritas perbaikan
menggunakan diagram pareto. Kemudian analisis terjadinya kerusakan produk
menggunakan diagram sebab akibat sehingga dapat disusun sebuah rekomendasi atau
usulan perbaikan kualitas.yang digunakan untuk mengurangi tingkat kerusakan
produk.
1.2 Perumusan Masalah
Permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah:
1. Jenis kerusakan produk apa saja yang terjadi pada produk Crown
Handle 3C1 yang diproduksi oleh PT. Chemco Harapan Nusantara?
2. Faktor dominan yang menyebabkan kerusakan pada produk Crown
Handle 3C1 yang diproduksi oleh PT. Chemco Harapan Nusantara?
3
3. Bagaimana upaya prioritas yang harus dilakukan PT. Chemco
Harapan Nusantara untuk mereduksi tingkat kerusakan produk Crown
Handle 3C1?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian yang akan dilaksanakan adalah:
1. Mengidentifikasi jenis-jenis kerusakan produk yang terjadi pada produk
Crown Handle 3C1 yang diproduksi oleh PT. Chemco Harapan Nusantara.
2. Mengetahui faktor dominan yang menyebabkan kerusakan pada produk
Crown Handle 3C1 yang diproduksi oleh PT. Chemco Harapan Nusantara.
3. Menganalisis upaya prioritas yang harus dilakukan PT. Chemco Harapan
Nusantara untuk mereduksi tingkat kerusakan produk Crown Handle 3C1.
1.4 Batasan Masalah
Dalam mencapai tujuan penelitian yang telah dijabarkan di atas, maka dilakukan
pembatasan masalah terlebih dahulu antara lain:
1. Penelitian ini dilakukan pada produk Crown Handle 3C1 yang diproduksi
oleh PT. Chemco Harapan Nusantara.
2. Lokasi penelitian dilakukan di bagian produksi PT. Chemco Harapan
Nusantara.
1.5 Asumsi Masalah
Permasalahan diasumsikan pada kondisi saat ini, meskipun tidak
mengesampingkan bila ada hal-hal yang dapat memungkinkan untuk dimasukan
dalam batasan masalah yaitu antara lain :
1. Tidak ada perubahan terhadap kapasitas dan aliran produksi selama
penelitian berlangsung.
2. Proses produksi tidak mengalami perubahan selama penelitian dilaksanakan.
3. Tidak ada perubahan spesifikasi produk selama penelitian dilaksanakan.
4
1.6 Sistematika Penelitian
Pada pembahasan penulisan tesis ini akan dibagi menjadi beberapa bab dengan
sistematika penulisan sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Berisi uraian yang ditekankan pada pembahasan latar belakang
masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah,
asumsi masalah serta sistematika penelitian.
BAB II : LANDASAN TEORI
Berisi tentang konsep atau teori dasar yang terkait dengan permasalahan
yang akan digunakan sebagai acuan dalam memahami permasalahan
yang diteliti.
BAB III: METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab metodologi penelitian ini akan dijelaskan langkah-langkah
yang dilalui dalam menyelesaikan masalah secara sistematis.
BAB IV: DATA DAN ANALISIS
Pada bab ini berisikan analisis dan interprestasi yang dikemukakan dari
hasil evaluasi pengumpulan dan pengolahan data yang didasarkan pada
bab sebelumnya.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab terakhir dikemukakan mengenai kesimpulan dari pembahasan
masalah serta saran, yang selanjutnya diharapkan akan menjadi
landasan referensi untuk penelitian lebih lanjut dan berguna bagi pihak-
pihak lain yang berkepentingan.
5
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Kualitas (Quality)
Definisi kualitas dapat diartikan dari dua perspektif yang berbeda, yaitu dari sisi
konsumen dan dari sisi produsen. Kualitas yang baik dipandang dari sisi produsen
adalah apabila produk yang dihasilkan oleh perusahaan telah sesuai dengan
spesifikasi yang telah ditentukan oleh perusahaan sesuai dengan standar yang
telah disepakati. Sedangkan sebuah produk dikatakan mempunyai kualitas yang
jelek adalah apabila produk yang dihasilkan tidak sesuai dengan spesifikasi
standar yang telah ditentukan serta menghasilkan produk rusak atau cacat.
Sedangkan kualitas yang baik dipandang dari sisi konsumen adalah apabila
produk yang dibeli tersebut telah sesuai dengan keinginan, memiliki manfaat yang
sesuai dengan kebutuhan dan setara dengan pengorbanan yang telah dikeluarkan
oleh konsumen. Apabila kualitas produk tersebut tidak dapat memenuhi keinginan
dan kebutuhan konsumen, maka mereka akan menganggapnya sebagai produk
yang berkualitas jelek.
Berbagai macam definisi kualitas dikemukakan oleh para ahli antara lain: Crosby
menyatakan bahwa kualitas adalah “Conformance to requirement”, yaitu sesuai
dengan yang disyaratkan atau distandarkan. Crosby menjelaskan bahwa suatu
produk dapat dikatakan memiliki kualitas yang baik apabila telah sesuai dengan
standar kualitas yang telah ditentukan sebelumnya. Pendekatan Crosby
merupakan sebuah pendekatan top down (Nasution, 2005). Sedangkan pendekatan
bottom up menyatakan bahwa kualitas adalah kesesuaian dengan kebutuhan pasar
yaitu dengan mempertemukan kebutuhan dan harapan konsumen secara
berkelanjutan atas harga yang telah mereka bayarkan. Kualitas berarti pemecahan
masalah untuk mencapai penyempurnaan terus-menerus. Kualitas juga dapat
didefinisikan sebagai keadaan fisik, fungsi, dan sifat suatu produk bersangkutan
yang dapat memenuhi selera dan kebutuhan konsumen dengan memuaskan sesuai
nilai uang yang telah dikeluarkan (Prawirosentono, 2007).
6
Menurut definisi-definisi yang telah dikemukakan para ahli di atas, kualitas tidak
hanya dalam hal kualitas produk saja, akan tetapi melibatkan seluruh aspek dalam
organisasi serta diluar organisasi yang menjadi sebuah kesatuan yang terintegrasi
dalam sebuah sistem. Beberapa elemen yang dikemukakan oleh para ahli dalam
menjelaskan definisi kualitas mempunyai persamaan sebagai berikut:
a. Kualitas mencakup usaha memenuhi atau melebihi harapan pelanggan.
b. Kualitas mencakup produk, tenaga kerja, proses dan lingkungan.
c. Kualitas merupakan kondisi yang selalu berubah, misalnya apa yang
dianggap merupakan kualitas saat ini mungkin dianggap kurang berkualitas
pada masa mendatang.
Kualitas bukan hanya menekankan pada aspek akhir yaitu produk dan jasa tetapi
juga menyangkut kualitas manusia, kualitas proses dan kualitas lingkungan
(Davis, 2005). Lima pendekatan perspektif kualitas yang dapat digunakan oleh
para praktisi bisnis atau manajemen perusahaan yaitu:
1. Transcendental Approach
Kualitas dalam pendekatan ini adalah sesuatu yang dapat dirasakan, tetapi
sulit didefinisikan dan dioperasionalkan maupun diukur.
2. Product-based Approach
Kulitas dalam pendekatan ini adalah suatu karakteristik atau atribut yang
dapat diukur. Perbedaan kualitas mencerminkan adanya perbedaan atribut
yang dimiliki produk secara objektif, tetapi pendekatan ini tidak dapat
menjelaskan perbedaan dalam selera dan preferensi individual.
3. User-based Approach
Kualitas dalam pendekatan ini didasarkan pada pemikiran bahwa kualitas
tergantung pada orang yang memandangnya, dan produk yang paling
memuaskan preferensi seseorang atau cocok dengan selera (fitnes for used)
merupakan produk yang berkualitas paling tinggi.
4. Manufacturing-based Approach
Kualitas dalam pendekatan ini adalah bersifat supply-based atau dari sudut
pandang produsen yang mendefinisikan kualitas sebagai sesuatu yang sesuai
dengan persyaratan (conformance quality) dan prosedur. Pendekatan ini
7
berfokus pada kesesuaian spesifikasi yang ditetapkan perusahaan secara
internal. Oleh karena itu, yang menentukan kualitas adalah standar – standar
yang ditetapkan perusahaan, dan bukan konsumen yang menggunakannya.
5. Value-based Approach
Kualitas dalam pendekatan ini adalah memandang kualitas dari segi nilai
dan harga. Kualitas didefinisikan sebagai “affordable ascellence”. Oleh
karena itu kualitas dalam pandangan ini bersifat relatif, sehingga produk
yang memiliki kualitas paling tinggi belum tentu produk yang paling
bernilai. Produk yang paling bernilai adalah produk yang paling tepat beli.
Berdasarkan pendekatan perspektif kualitas dari segi Manufacturing-based
Approach tersebut, kualitas atau mutu suatu barang di PT. Chemco Harapan
Nusantara saat ini berfokus pada kesesuaian spesifikasi yang ditetapkan
perusahaan secara internal, meskipun dalam standar produk yang dibuat telah
memperhatikan juga kebutuhan konsumen. Akan tetapi, standar produk yang
dihasilkan dikatakan berkualitas ditentukan oleh perusahaan yaitu apabila telah
lulus dan sesuai standar yang ditetapkan. Suatu produk mempunyai kualitas yang
baik bila produk tersebut memiliki suatu kelebihan dalam hal daya tahan, daya
guna, sehingga dapat diterima oleh konsumen dengan baik dan rasa puas dari
pemakai (konsumen). Konsumen yang dimaksud disini bukanlah end user, produk
spare part yang telah dihasilkan PT. Chemco Harapan Nusantara akan dikirim ke
pabrik motor atau mobil yang menjadi konsumen, untuk dirakit menjadi sebuah
motor atau mobil untuk kemudian dijual ke pasar (end user costumer).
2.2 Pengertian Pengendalian (Control)
Pengendalian adalah suatu usaha sistemik untuk menetapkan standar kinerja
dengan sasaran perencanaan, mendesain system umpan balik informasi,
membandingkan kinerja aktual dengan standar yang telah ditetapkan, menentukan
apakah terdapat penyimpangan dan mengukur signifikansi penyimpangan tersebut
dan mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan untuk menjamin bahwa
semua sumber daya perusahaan yang sedang digunakan sedapat mungkin secara
lebih efisien dan efektif guna mencapai sasaran perusahaan (Mockler, 1987).
8
Pentingnya pengendalian kualitas dikarenakan kualitas akan mempengaruhi
perusahaan dalam empat hal (Heizer, 2006), yaitu:
a. Biaya dan pangsa pasar: kualitas yang ditingkatkan dapat mengarah kepada
peningkatan pangsa pasar dan penghematan biaya, keduanya juga dapat
mempengaruhi profitabilitas.
Gambar 2.1. Kualitas Memperbaiki Kemampuan Meraih Laba
b. Reputasi perusahaan: reputasi perusahaan mengikuti reputasi kualitas yang
dihasilkan. Kualitas akan muncul bersamaan dengan persepsi mengenai
produk baru perusahaan, praktek-praktek penanganan pegawai, dan
hubungannya dengan pemasok.
c. Pertanggungjawaban produk: organisasi memiliki tanggung jawab yang
besar atas segala akibat pemakaian barang maupun jasa.
d. Implikasi internasional: dalam era teknologi, kualitas merupakan perhatian
operasional dan internasional. Agar perusahaan dan negara dapat bersaing
secara efektif dalam perekonomian global, produknya harus memenuhi
kualitas dan harga yang diinginkan.
Begitu pentingnya pengendalian yang telah dijabarkan dalam empat aspek
tersebut di atas menyebabkan suatu perusahaan harus mau tak mau menerapkan
pengendalian dalam setiap aktivitasnya untuk menjaga kualitas dari produk atau
jasa yang dihasilkan. PT. Chemco Harapan Nusantara juga telah menyadari
pentingnya pengendalian seperti yang telah dituangkan dalam kebijakan mutu
> Perbaikan reputasi > Peningkatatan volume > Peningkatan harga
Kebutuhan akan Brake System yang semakin meningkat menyebabkan (Plant I)
yang berada di Kawasan Industri Jababeka Cikarang Bekasi sudah tidak
mencukupi lagi untuk memproduksi part yang itemnya sudah cukup banyak
32
tersebut, maka PT. Chemco Harapan Nusantara mengembangkan satu pabrik lagi
(Plant II) di Kawasan Industri Mitra Karawang Jawa Barat.
4.1.3 Struktur Organisasi
Organisasi PT. Chemco Harapan Nusantara dipimpin oleh seorang Presiden
Direktur yang bertanggung jawab kepada dewan komisaris. Dalam menjalankan
perusahaan Presiden Direktur dibantu oleh seorang Vice Presiden Direktur dan
tiga orang Direktur.
GMTata H.W.
MARKETINGSimon PD
PGA CKRSudirto
MISNikolas B.R.
CKR Plant GMNurhakim
CASTINGNurcahyo
PAD & SHOEYoeyoenW.
PAINTINGWiyatno
MACHININGWiyatno
KRW Plant GMGede Agus
CASTINGEdy Ardiyanto
PAINTINGSukarno
ASSEMBLINGDikrilah
CASTING F2Yohan
Mardiansyah
CASTING CWBasuki S.
P3C CKR Y Susilo
QA CKRErwin Rasyad
NRA-I CKRJumadi
NRA-I KRWWinarno
EG CKRM. Khamdani
PRESIDENT DIRECTORTakao Iwai
VICE PRESIDENT DIRECTOR
Yohannes Lawalata
Organization Chart
GMNurhakim
INTERNAL AUDIT
ACCOUNTINGNanang W.
PURCHASINGIskandar S.
NRA
NISSIN R&D ASIA
Mr. Nakazawa
DIRECTORFransiscusSoetanto
NISSIN
CASTING DCKobayashi
Syuji
S.ADVISORN.Takeichi
NRA-IY. Tomida
GDCSupriyanto
MACHININGM Burhanudin
CEQS.Takahashi
PGA KRWK Wija Parama
FINANCELilyan O.S.
ASSEMBLINGY. Martin
GDCNawawi
P3C KRW Pratejo Y
QA KRWWibihono
EG KRWDwi Atmojo
DIRECTORM.Shiokawa
DIRECTORBunadi
Kumiadjaja
PT.CHEMCO HARAPAN NUSANTARA 2011
Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT Chemco Harapan Nusantara
PT. Chemco Harapan Nusantara memiliki struktur organisasi dengan rentang
kendali yang cukup luas. Dengan rentang kendali yang cukup besar diharapkan
dapat memberikan pengawasan dan pengendalian yang baik dalam menjalankan
perusahaan.
33
1.1.4 Sistem Kerja
PT. Chemco Harapan Nusantara mempunyai lima (6) hari kerja dalam seminggu
yaitu mulai hari senin sampai sabtu. Jam kerja dalam perusahaan adalah 8 jam
sehari dan 40 jam seminggu dengan ketentuan bahwa apabila perusahaan
memerlukan kerja shift/lembur maka karyawan harus bersedia untuk
melaksanaknnya dengan mengindahkan peraturan yang berlaku. Waktu kerja di
perusahaan diatur sebagai berikut;
Tabel 4.1 Waktu Kerja Karyawan Non Shift
Hari Jam Kerja Istirahat Makan Senin s/d Kamis 08.00-16.30 12.40-13.10 Jum’at 08.00-17.00 11.50-12.50 Sabtu 08.00-13.00 12.40-13.10
Tabel 4.2 Waktu Kerja Karyawan Shift 1
Hari Jam Kerja Istirahat Pertama Istirahat Kedua Senin s/d Kamis 07.00-15.00 11.30-12.40 12.40-13.10 Jum’at 07.00-15.00 11.50-12.50 - Sabtu 07.00-12.00 11.30-12.40 12.40-13.10
Tabel 4.3 Waktu Kerja Karyawan Shift 2
Hari Jam Kerja Istirahat Pertama Istirahat Kedua Senin s/d Kamis 15.00-23.00 18.00-18.50 18.50-19.40 Jum’at 15.00-23.00 18.00-18.50 18.50-19.40 Sabtu 15.00-21.00 18.00-18.50 18.50-19.40
Tabel 4.4 Waktu Kerja Karyawan Shift 3
Hari Jam Kerja Istirahat Pertama Istirahat Kedua Senin s/d Kamis 23.00-07.00 02.00-02.50 02.50-03.40 Jum’at 23.00-07.00 02.00-02.50 02.50-03.40 Sabtu 23.00-05.00 02.00-02.50 02.50-03.40
1.1.5 Kegiatan Produksi Perusahaan
PT. Chemco Harapan Nusantara merupakan suatu perusahaan yang mempunyai
kegiatan dibidang usaha industri manufaktur terutama brake system dan sparepart
34
motor dan mobil, dimana pemasarannya difokuskan didaerah Jakarta,cibitung dan
karawang terutama untuk produksi motor jepang (Honda, Suzuki, Yamaha,
Kawasaki), sehingga spesifikasi yang dibuat disesuaikan dengan keinginan
customer baik dari segi bahan baku,kualitas,dan modelnya.
1.1.5.1 Hasil Produksi
Jenis produk yang dihasilkan dari proses produksi yang dilakukan oleh PT
Chemco Harapan Nusantara secara garis besar terbagi menjadi tiga jenis;
1. Casting Wheel
- V-ixion Rim
- Tiger Wide Rim
- Ninja 250 Rim
- New Mega Pro Wide Rim
- Scorpio Wide Rim
- Kawasaki Athlete
- Supra X125/Karisma
- Jupiter MX/Vega R
- Vario/Beat/Scoopy
- Mio/Mio Soul
2. Casting Part
- Rear Griper Head
- Crown Handle
- Arm Rear
- Cover Cylinder Head
- Cover Crankcase
- Handle Seat
- Hub Rear
- Pipe Intake
- Crankcase
- Cover Thermostate
- Bracket Pillion Step
- Plug Drain
35
- Cover Elemen
- Case Transmission
- Cylinder Head
- Flange Final Driven
- Gear Box Speedometer
- Cover Crankcase
- Body Crankcase
3. Break System
- Brake Shoe
- Brake Pad
- Set Master Cylinder Fr
- Set Master Cylinder Rr
- Caliper Assy Rr
- Panel Assy
1.1.5.2 Bahan Baku Produksi
Bahan Baku/ Material utama yang digunakan PT Chemco Harapan Nusantara
untuk proses produksi diantaranya adalah;
- Aluminium Jenis ADC 12
- Aluminium Jenis ADC 6
- Aluminium Jenis YDC 11
- Aluminium Jenis YDC 20
- Aluminium Jenis AC 2B
- Aluminium Jenis AC 4B
- Aluminium Jenis A356
- Aluminium Jenis HD4
- Aluminium Jenis HD2
36
1.1.5.3 Proses Produksi
Pada proses produksi Crown Handle 3C1 di PT Chemco Harapan
Nusantara mempunyai beberapa tahapan proses yaitu;
• Proses Casting
Proses Casting ini merupakan bagian pertama dari perjalanan proses
produksi. Pada Proses casting crown handle 3C1 material aluminium
yang digunakan ialah Aluminium jenis A356.
Gambar 4.2 Mesin Proses Casting
• Proses Finishing
Pada proses Finishing ialah proses setelah proses casting part dibersihkan
dari burry (sisa-sisa proses casting yang tidak sesuai dengan profil part
produksi)
Gambar 4.3 Profil Produk Crown Handle 3C1
• Proses Painting
Proses Painting crown handle 3c1 yaitu proses pelapisan cat dengan mesin
painting spray dan dilakukan oven untuk pengeringan lapisan cat tersebut.
37
Gambar 4.4 Mesin Proses painting
• Proses Machining
Machining merupakan proses setelah proses painting sehingga didapat part
dengan dimensi dan toleransi-toleransi tertentu dan harus presisi sesuai
ukuran yang telah ditetapkan. Di dalam proses machining terdapat proses
drilling dan tapping yaitu proses pelubangan pada body area Crown
Handle 3C1 dan proses pembuatan tap.
Gambar 4.5 Mesin proses Machining
38
4.2. Aktivitas Pengendalian Kualitas pada PT Chemco Harapan Nusantara
Dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat, maka perusahaan dituntut
untuk dapat menghasilkan produk yang berkualitas tinggi, sesuai dengan standar
yang telah ditetapkan oleh perusahaan dan permintaan konsumen. Oleh karena
itu, maka perusahaan harus melaksanakan kegiatan pengendalian kualitas secara
terus-menerus terhadap produk yang dihasilkannya.
1.2.1 Pelaksanaan Pengendalian Kualitas yang dilakukan oleh Perusahaan
Dalam mempertahankan kualitas produk yang dihasilkan, PT Chemco Harapan
7. Mencari faktor penyebab yang dominan (dengan diagram sebab akibat)
8. Membuat rekomendasi/ usulan perbaikan kualitas
46
4.3.1 Pengumpulan Data
Data jumlah produksi beserta presentase produk rusak atau cacat pada tahun 2011
dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut ini.
Tabel 4.5 Data Jumlah Produksi dan Produk Rusak/Cacat PT. Chemco Harapan
Nusantara Tahun 2011
Bulan Produksi (Pcs)
Produksi Rusak/NG
(Pcs)
Persentase (%)
Januari 671.676 28.371 3,3 Februari 631.464 27.360 3,7 Maret 728.610 34.865 4,3 April 697.027 27.028 4,3 Mei 711.168 24.490 3,5 Juni 627.757 29.051 4,1 Juli 741.987 36.301 5,1 Agustus 624.822 25.576 4,6 September 639.135 24.595 4,2 Oktober 745.928 32.612 3,8 November 532.462 26.063 3,6 Desember 419.665 16.924 3,2
Total 7.771.701 333.236
Rata-rata 647.642 27.770 4,3% Sumber: PT. Chemco Harapan Nusantara, Data yang diolah, 2011
Dari tabel 4.5. dapat diketahui bahwa jumlah produksi yang dilakukan oleh
perusahaan setiap bulannya tidaklah sama. Hal ini berdasarkan PO (Purchase
Order) yang diterima oleh perusahaan dari pelanggan yang berbeda-beda setiap
bulan tergantung pada permintaan pasar terhadap kendaraan bermotor. Adapun
rata-rata produksi per bulan PT. Chemco Harapan Nusantara selama tahun 2011
adalah 647,642 pcs dengan rata-rata produk rusak atau cacat adalah sebesar
27,770 pcs atau sekitar 4,3% dari total produksi setiap bulan.
47
Data jenis produk dan jumlah produk yang rusak atau cacat selama tahun 2011
telah dirangkum dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 4.6 Data Jenis Produk dan Jumlah Produk Rusak/Cacat PT. Chemco
Total 7.771.701 333.326 Sumber: PT. Chemco Harapan Nusantara, Data yang diolah, 2011
Dari tabel 4.6 tersebut di atas, dapat diketahui bahwa dari 55 jenis produk spare
part yang diproduksi oleh PT. Chemco Harapan Nusantara, sebanyak 36 produk
mempunyai presentase produk rusak atau cacat dibandingkan dengan total
produksi per masing-masing jenis produk melampaui standar yang telah
ditetapkan oleh perusahaan yaitu sebesar 3,5 %. Produk dengan presentase NG
(Not Good) terbesar adalah Crown Handle 3C1 yaitu sebesar 13,2%.
Dalam melakukan pengendalian kualitas secara statistik, langkah pertama yang
akan dilakukan adalah membuat check sheet. Check sheet berguna untuk
49
mempermudah proses pengumpulan data serta analisis. Selain itu pula berguna
untuk mengetahui area permasalahan berdasarkan frekuensi dari jenis atau
penyebab dan mengambil keputusan untuk melakukan perbaikan atau tidak.
Sebagai catatan bahwa pada hasil produksi Crown Handle 3C1, bisa saja terdapat
tidak hanya satu jenis kerusakanan, akan tetapi bisa lebih dari satu macam. Oleh
karena itu, jenis kerusakan yang dicatat oleh bagian produksi adalah jenis
kerusakan yang paling dominan. Adapun hasil pengumpulan data melalui check
sheet yang telah dilakukan selama tahun 2011 dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.7 Laporan Hasil Produksi Crown Handle 3C1 Tahun 2011
Bulan Jumlah
Produksi (Pcs)
Jenis Kerusakan Jumlah
Kerusakan
Persentase kerusakan
(%)
Area Holder
Step
Area Holder Burry
Area Holder
Menonjol Januari 28.815 1.865 1.567 453 3.885 13,5 Februari 29.645 1.898 1.673 765 4.336 14,6 Maret 31.272 1.533 1.442 472 3.447 11,0 April 28.826 1.654 1.748 521 3.923 13,6 Mei 35.273 1.816 1.583 530 3.929 11,1 Juni 29.339 1.932 1.972 749 4.653 15,9 Juli 29.418 1.831 1.373 534 3.738 12,7 Agustus 26.295 1.830 1.273 511 3.614 13,7 September 27.018 1.917 1.437 684 4.038 14,9 Oktober 36.912 2.421 1.882 863 5.166 14,0 November 23.735 1.286 1.863 467 3.616 15,2 Desember 26.894 1.002 793 421 2.216 8,2 Total 353.442 20.985 18.606 6.970 46.561 13,2
Sumber: Data Primer yang diolah, 2011
Untuk memudahkan dalam melihat lebih jelas kerusakan yang terjadi sesuai
dengan tabel diatas, maka langkah selanjutnya adalah membuat histogram. Data
produk yang rusak tersebut disajikan dalam bentuk grafik batang yang dibagi
berdasarkan jenis kerusakannya masing-masing.
50
Gambar 4.9 Histogram Jenis Kerusakan pada Produk Crown Handle 3C1 PT.
Chemco Harapan Nusantara Tahun 2011
Dari histogram yang telah ditunjukkan pada gambar 4.9, dapat dilihat jenis
kerusakan yang sering terjadi adalah rusak karena area holder step dengan jumlah
kerusakan sebanyak 20.985 pcs. Jumlah jenis kerusakan area holder burry
sebanyak 18.606 pcs. Selanjutnya adalah jenis kerusakan berupa rusak karena area
holder menonjol berjumlah 6.970 pcs.
4.3.2 Analisis Menggunakan Peta Kendali p Setelah melihat data pada tabel 4.5, maka dapat dilihat terdapat jumlah kerusakan
yang melebihi batas toleransi kerusakan yang ditetapkan perusahaan. Oleh karena
itu, selanjutnya akan dianalisis kembali untuk mengetahui sejauh mana kerusakan
yang terjadi masih dalam batas kendali statistik melalui grafik kendali. Peta
kendali p mempunyai manfaat untuk membantu pengendalian kualitas produksi
serta apat memberikan informasi mengenai kapan dan dimana perusahaan harus
melakukan perbaikan kualitas.
Adapun langkah-langkah untuk membuat peta kendali p tersebut adalah :
a. Menghitung Prosentase Kerusakan
p = n
np
20.985 18.606
6.970
-
5.000
10.000
15.000
20.000
25.000
Area Holder Step Area Holder Burry Area Holder Menonjol
Jenis Kerusakan Crown Handle 3C1
Jum
lah
Keru
saka
n (P
cs)
51
Keterangan :
np : jumlah gagal dalam subgrup
n : jumlah yang diperiksa dalam subgrup
Subgrup : Bulan ke-
Maka perhitungan datanya adalah sebagai berikut :
Subgrup 1 : p = n
np =
288153885
= 0,135
Subgrup 2 : p = n
np =
296454336
= 0,146
Subgrup 3 : p = n
np =
312723447
= 0,110
Subgrup 4 : p = n
np =
288263923
= 0,136
Subgrup 5 : p = n
np =
352733929
= 0,111
Subgrup 6 : p = n
np =
293394653
= 0,159
Subgrup 7 : p = n
np =
294183738
= 0,127
Subgrup 8 : p = n
np =
262953614
= 0,137
Subgrup 9 : p = n
np =
270184038
= 0,149
Subgrup 10 : p = n
np =
369125166
= 0,140
Subgrup 11 : p = n
np =
237353616
= 0,152
Subgrup 12 : p = n
np =
268942216
= 0,082
b. Menghitung garis pusat/ Central Line (CL)
Garis pusat yang merupakan rata-rata kerusakan produk ( p ).
CL = p = ∑∑
nnp
52
Keterangan:
∑np : jumlah total yang rusak
∑n : jumlah total yang diperiksa
Maka perhitungannya adalah :
CL = p = ∑∑
nnp
= 35344246561
= 0,132
c. Menghitung batas kendali atas atau Upper Control Limit (UCL)
Untuk menghitung batas kendali atas atau UCL dilakukan dengan rumus :
UCL= p + npp )1(3 −
Keterangan :
P= rata-rata ketidaksesuaian produk
n= jumlah produksi
Untuk perhitungannya adalah:
Subgrup 1:UCL = p + npp )1(3 − = 0.0132+ 28815
)0132.01(0132.03 −
= 0,148
Subgrup 2:UCL = p + npp )1(3 − = 0.0132+ 29645
)0132.01(0132.03 −
= 0,148
Subgrup 3:UCL = p + npp )1(3 − = 0.0132+ 31272
)0132.01(0132.03 −
= 0,147
Subgrup 4:UCL = p + npp )1(3 − = 0.0132+ 28826
)0132.01(0132.03 −
= 0,148
Subgrup 5:UCL = p + npp )1(3 − = 0.0132+ 35273
)0132.01(0132.03 −
= 0,147
Subgrup 6:UCL = p + npp )1(3 − = 0.0132+ 29339
)0132.01(0132.03 −
= 0,148
53
Subgrup 7:UCL = p + npp )1(3 − = 0.0132+ 29418
)0132.01(0132.03 −
= 0,148
Subgrup 8:UCL = p + npp )1(3 − = 0.0132+ 26295
)0132.01(0132.03 −
= 0,148
Subgrup 9:UCL = p + npp )1(3 − = 0.0132+ 27018
)0132.01(0132.03 −
= 0,148
Subgrup 10:UCL = p + npp )1(3 − = 0.0132+ 36912
)0132.01(0132.03 −
= 0,147
Subgrup 11:UCL = p + npp )1(3 − = 0.0132+ 23735
)0132.01(0132.03 −
= 0,149
Subgrup 12:UCL = p + npp )1(3 − = 0.0132+ 26894
)0132.01(0132.03 −
= 0,148
d. Menghitung batas kendali bawah atau Lower Control Limit (LCL)
Untuk menghitung batas kendali bawah atau LCL dilakukan dengan
rumus:
LCL= p - npp )1(3 −
Keterangan :
P= rata-rata ketidaksesuaian produk
n= jumlah produksi
Untuk perhitungannya adalah:
Subgrup 1:LCL = p - npp )1(3 − = 0.0132- 28815
)0132.01(0132.03 −
= 0,116
Subgrup 2:LCL = p - npp )1(3 − = 0.0132- 29645
)0132.01(0132.03 −
= 0,116
54
Subgrup 3:LCL = p - npp )1(3 − = 0.0132- 31272
)0132.01(0132.03 −
= 0,117
Subgrup 4:LCL = p - npp )1(3 − = 0.0132- 28826
)0132.01(0132.03 −
= 0,116
Subgrup 5:LCL = p - npp )1(3 − = 0.0132- 35273
)0132.01(0132.03 −
= 0,117
Subgrup 6:LCL = p - npp )1(3 − = 0.0132- 29339
)0132.01(0132.03 −
= 0,116
Subgrup 7:LCL = p - npp )1(3 − = 0.0132- 29418
)0132.01(0132.03 −
= 0,116
Subgrup 8:LCL = p - npp )1(3 − = 0.0132- 26295
)0132.01(0132.03 −
= 0,116
Subgrup 9:LCL = p - npp )1(3 − = 0.0132- 27018
)0132.01(0132.03 −
= 0,116
Subgrup 10:LCL = p - npp )1(3 − = 0.0132- 36912
)0132.01(0132.03 −
= 0,117
Subgrup 11:LCL = p - npp )1(3 − = 0.0132- 23735
)0132.01(0132.03 −
= 0,115
Subgrup 12:LCL = p - npp )1(3 − = 0.0132- 26894
)0132.01(0132.03 −
= 0,116
Untuk hasil perhitungan peta kendali p yang selengkapnya dapat dilihat
pada tabel berikut:
55
Tabel 4.8 Perhitungan Batas Kendali Tahun 2011
Bulan Jumlah
Produksi
Jumlah Kerusakan
Proporsi Kerusakan
(p) CL UCL LCL
Januari 28.815 3.885 0,135 0,132 0,148 0,116 Februari 29.645 4.336 0,146 0,132 0,148 0,116 Maret 31.272 3.447 0,110 0,132 0,147 0,117 April 28.826 3.923 0,136 0,132 0,148 0,116 Mei 35.273 3.929 0,111 0,132 0,147 0,117 Juni 29.339 4.653 0,159 0,132 0,148 0,116 Juli 29.418 3.738 0,127 0,132 0,148 0,116 Agustus 26.295 3.614 0,137 0,132 0,148 0,116 September 27.018 4.038 0,149 0,132 0,148 0,116 Oktober 36.912 5.166 0,140 0,132 0,147 0,117 November 23.735 3.616 0,152 0,132 0,149 0,115 Desember 26.894 2.216 0,082 0,132 0,148 0,116
Total 353.442 46.561 1584 1584 1773 1395
Sumber : Tabel 4.7 dan Hasil Perhitungan Rumus Peta Kendali P Dari hasil perhitungan tabel 4.8 di atas, maka selanjutnya dapat dibuat peta
kendali p yang dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Gambar 4.10 Peta Kendali Proporsi Kerusakan Tahun 2011
0,075
0,085
0,095
0,105
0,115
0,125
0,135
0,145
0,155
0,165
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Prop
orsi
Bulan Ke-
P Chart Produk NG Crown Handle 3C1
Proporsi
CL
UCL
LCL
56
Berdasarkan gambar peta kendali p diatas dapat dilihat bahwa data yang diperoleh
tidak seluruhnya berada dalam batas kendali yang telah ditetapkan bahkan banyak
yang keluar dari batas kendali, hanya 6 (tujuh) titik yang berada didalam batas
kendali, sehingga bisa dikatakan bahwa proses tidak terkendali. Hal ini
menunjukkan terjadi penyimpangan yang tinggi. Hal tersebut menyatakan bahwa
pengendalian kualitas di PT. Chemco Harapan Nusantara memerlukan adanya
perbaikan. Karena adanya titik berfluktuasi sangat tinggi dan tidak beraturan yang
menunjukkan bahwa proses produksi masih mengalami penyimpangan.
4.3.3 Diagram Pareto
Diagram pareto adalah diagram yang digunakan untuk mengidentifikasi,
mengurutkan dan bekerja untuk menyisihkan kerusakan produk (NG) secara
permanen. Dengan diagram ini, maka dapat diketahui jenis NG yang paling
dominan pada hasil produksi selama tahun 2011.
Pada tabel 4.7 dapat dilihat jenis-jenis kerusakan produk (NG) yang sering terjadi
pada produk Crown Handle 3C1. Jenis-jenis kerusakan produk (NG) tersebut
terjadi pada saat proses produksi sedang berlangsung dan langsung terdeteksi,
sehingga bisa direject atau dipisahkan dari produk yang baik agar tidak sampai ke
tangan konsumen.
Berikut ini merupakan tabel dari jumlah kerusakan produk (NG) selama periode
tahun 2011 :
Tabel 4.9 Jumlah Jenis Produk NG Periode Tahun 2011
No Jenis kerusakan Jumlah
1 Area Holder Step 20.985
2 Area Holder Burry 18.606
3 Area Holder Menonjol 6.970
Total 46.561 Sumber : Tabel 4.7
57
Langkah selanjutnya yaitu data pada tabel 4.9 harus diurutkan berdasarkan jumlah
kerusakan produk (NG), mulai dari yang terbesar hingga yang terkecil dan dibuat
persentase kumulatifnya. Persentase kumulatif berguna untuk menyatakan berapa
perbedaan yang ada dalam frekuensi kejadian diantara beberapa permasalahan
yang dominan.
Tabel 4.10 Jumlah Frekuensi Kerusakan Produk (berdasarkan urutan jumlahnya)
Tahun 2011
No Jenis kerusakan Jumlah Persentase Persentase Kumulatif
1 Area Holder Step 20.985 45,07% 45,07%
2 Area Holder Burry 18.606 39,96% 85,03%
3 Area Holder Menonjol 6.970 14,97% 100,00%
Total 46.561 100,00% Sumber : Tabel 4.7
Berdasarkan data diatas maka dapat disusun sebuah diagram pareto dengan
ukuran 80 : 20 seperti terlihat pada gambar berikut :
Gambar 4.11 Diagram Pareto Tahun 2011
0,00%
20,00%
40,00%
60,00%
80,00%
100,00%
120,00%
0
5.000
10.000
15.000
20.000
25.000
Area HolderStep
Area HolderBurry
Area HolderMenonjol
Jenis Kerusakan
Jumlah
Persentase Kumulatif
58
Dari hasil pengamatan dapat diketahui bahwa hampir 80 % kerusakan yang terjadi
pada produksi Crown Handle 3C1 didominasi oleh 2 jenis kerusakan yaitu karena
‘Area Holder Step’ dengan persentase 45,07%, dan karena ‘Area Holder Burry’
sebesar 39,96% dari jumlah produksi. Selebihnya kerusakan terjadi dikarenakan
area holder menonjol yang mempunyai persentase 14,97 %. Jadi perbaikan dapat
dilakukan dengan memfokuskan pada 2 jenis kerusakan produk terbesar yaitu
karena area holder step dan area holder burry. Hal ini dikarenakan ketiga jenis
kerusakan produk tersebut mendominasi hampir 80 % dari total kerusakan yang
terjadi pada Crown Handle 3C1 pada tahun 2011.
4.3.4 Diagram Sebab Akibat (Fishbone Chart) Diagram sebab akibat memperlihatkan hubungan antara permasalahan yang
dihadapi dengan kemungkinan penyebabnya serta faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi dan menjadi
penyebab kerusakan produk secara umum dapat digolongkan sebagai berikut:
1. Man (manusia)
Para pekerja yang melakukan pekerjaan yang terlibat dalam proses produksi.
2. Material (bahan baku)
Segala sesuatu yang dipergunakan oleh perusahaan sebagai komponen produk
yang akan diproduksi tersebut, terdiri dari bahan baku utama dan bahan baku
pembantu.
3. Machine (mesin)
Mesin-mesin dan berbagai peralatan yang digunakan dalam proses produksi.
4. Methode (metode)
Instruksi kerja atau perintah kerja yang harus diikuti dalam proses produksi.
5. Environment (lingkungan)
Keadaan sekitar perusahaan yang secara langsung atau tidak langsung
mempengaruhi perusahaan secara umum dan mempengaruhi proses produksi
secara khusus.
59
Setelah diketahui jenis-jenis kerusakan yang terjadi, maka PT. Chemco Harapan
Nusantara perlu mengambil langkah-langkah perbaikan untuk mencegah
timbulnya kerusakan yang serupa. Hal penting yang harus dilakukan dan
ditelusuri adalah mencari penyebab timbulnya kerusakan tersebut. Sebagai alat
bantu untuk mencari penyebab terjadinya kerusakan produk tersebut, digunakan
diagram sebab akibat atau yang disebut fishbone chart. Adapun penggunaan
diagram sebab akibat untuk menelusuri jenis masing-masing kerusakan yang
terjadi adalah sebagai berikut :
1. Area Holder Step
Gambar 4.12 Diagram Sebab Akibat Area Holder Step
Area Holder step pada body crown handle 3C1 disebabkan dari faktor-faktor
sebagai berikut;
a. Faktor Mesin
Faktor Mesin merupakan sebab utama yang mengakibatkan kerusakan
jenis ini. Hal ini disebakan oleh:
- Stoper dies lepas
- Bolt pengunci stoper patah
- Pemasangan bolt stoper over torsi
- Torsi memakai pipa
60
b. Faktor Manusia
- Operator tidak mengetahui kondisi dies dikarenakan tidak ada point
check untuk area stoper
- Operator RMD tidak mengetahui bolt stoper patah
c. Faktor Material
- Material Area Holder ada step.
d. Faktor Metode
- Tidak ada point check untuk pemasangan bolt stoper
1. Area Holder Burry
Gambar 4.13 Diagram Sebab Akibat Area Holder Burry
Area Holder Burry pada body crown handle 3C1 disebabkan dari faktor-faktor
sebagai berikut;
a. Faktor Mesin
Faktor Mesin merupakan sebab utama yang mengakibatkan kerusakan
jenis ini. Hal ini disebakan oleh:
- Permukaan Dies sudah Aus
b. Faktor Manusia
- Operator tidak mengetahui kondisi dies dikarenakan tidak ada point
check untuk area permukaan dies
61
- Operator belum mengetahui cara pengecekan area permukaan dies
yang dilihat
c. Faktor Material
- Material Area Holder ada burry.
d. Faktor Metode
- Tidak ada point check untuk pengecekan area dies
2. Area Holder Menonjol
Gambar 4.14 Diagram Sebab Akibat Area Holder Menonjol
Area Holder menonjol pada body crown handle 3C1 disebabkan dari faktor-faktor
sebagai berikut;
a. Faktor Mesin
Faktor Mesin merupakan sebab utama yang mengakibatkan kerusakan
jenis ini. Hal ini disebakan oleh:
- Permukaan Dies pada area Holder tidak rata/permukaan dies di area
holder ada cekungan yang sering disebabkan karena dies yang ada
sudah mencapai lifetime yang distandarkan.
b. Faktor Manusia
- Operator tidak mengetahui kondisi dies dikarenakan tidak ada point
check untuk area dies pada permukaan holder
62
c. Faktor Material
- Material Area Holder menonjol.
d. Faktor Metode
- Tidak ada point check untuk pengecekan dies di area holder menonjol
4.3.5 Usulan Tindakan Untuk Mengatasi Penyebab Kerusakan
Setelah mengetahui penyebab kerusakan atas produk Crown handle 3C1 yang
terjadi di PT. Chemco Harapan Nusantara, maka disusun suatu rekomendasi atau
usulan tindakan perbaikan secara umum dalam upaya menekan tingkat kerusakan
produk sebagai berikut :
1. Area Holder Step
Tabel 4.11 Usulan Tindakan Perbaikan pada Area Holder Step Berdasarkan
Faktor Penyebabnya
Faktor penyebab Standar normal Usulan tindakan perbaikan
Manusia - Operator tidak mengetahui kondisi dies dikarenakan tidak ada point check untuk area stoper
Operator mengetahui kondisi dies yang dipakai
Training Operator GDC (Gravity Dies Casting) dan RMD ( Repair Maintenace Dies)
Metode - Tidak ada point check untuk pemasangan bolt stoper
Ada Point check pemasangan bolt stoper
Dibuatkan Point Card proses GDC (Gravity Die Casting) area holder tidak step
Material - Material Area Holder ada step
Material Area Holder tidak ada Step
Baut stoper insert dibuat 2 sisi sehingga tidak bergerak dan yokotenkai untuk dies CY 2-2
Mesin - Stoper dies lepas - Bolt pengunci stoper
patah - Pemasangan bolt stoper
over torsi - Torsi memakai pipa
Stoper Dies dipastikan ada pada posisinya,tidak lepas dan tidak patah.
Pemasangan Stopper untuk insert dies (cav CY 2-1)
63
2. Area Holder Burry
Tabel 4.12 Usulan Tindakan Perbaikan pada Area Holder Burry Berdasarkan Faktor Penyebabnya
Faktor penyebab Standar normal Usulan tindakan
perbaikan Manusia - Operator tidak
mengetahui kondisi dies dikarenakan tidak ada point check untuk area permukaan dies
Operator mengetahui kondisi dies yang dipakai
Training Operator GDC (Gravity Dies Casting) dan RMD ( Repair Maintenace Dies)
Metode - Tidak ada point check untuk pengecekan dies di area holder
Ada Point check area dies
Dibuatkan Point Card proses GDC (Gravity Die Casting) area holder tidak burry
Material - Material Area Holder ada burry
Material Area Holder tidak ada burry
Baut stoper insert dibuat 2 sisi sehingga tidak bergerak dan yokotenkai untuk dies CY 2-2
Mesin - Permukaan dies sudah Aus
Dilakukan pengecekan pada area permukaan Dies
Pengecekan permukaan dies area holder
3.Area Holder Menonjol Tabel 4.13 Usulan Tindakan Perbaikan pada Area Holder Menonjol
Berdasarkan Faktor Penyebabnya
Faktor penyebab Standar normal Usulan tindakan perbaikan
Manusia - Operator tidak mengetahui kondisi dies dikarenakan tidak ada point check untuk area dies pada permukaan holder
Operator mengetahui kondisi dies yang dipakai
Training Operator GDC (Gravity Dies Casting) dan RMD ( Repair Maintenace Dies)
Metode - Tidak ada point check untuk pengecekan dies di area holder menonjol
Ada Point check area dies
Dibuatkan Point Card proses GDC (Gravity Die Casting) area
64
holder tidak men onjol
Material - Material Area Holder menonjol
Material Area Holder tidak menonjol
Baut stoper insert dibuat 2 sisi sehingga tidak bergerak dan yokotenkai untuk dies CY 2-2
Mesin - Permukaan Dies pada area Holder tidak rata/permukaan dies di area holder ada cekungan yang sering disebabkan karena dies yang ada sudah mencapai lifetime yang distandarkan.
Dilakukan pengecekan pada area permukaan Dies
Pengecekan permukaan dies area holder
4.4 Interpretasi Hasil
Sebagai perusahaan manufaktur yang bergerak di bidang automotif, PT. Chemco
Harapan Nusantara dituntut untuk selalu menghasilkan produk yang berkualitas.
Dengan beroperasi di waktu siang dan malam, perusahaan diharuskan dapat
menyelesaikan seluruh order tepat waktu sesuai target. Oleh karena itu,
perusahaan harus menerapkan sistem produksi yang tepat dan sistematis yaitu
dengan menerapkan program pengendalian kualitas terhadap produk yang
dihasilkan oleh perusahaan. Saat ini perusahaan telah memegang sertifikat ISO
9001 : 2000 dan sertifikat ISO 14000 tentang lingkungan.
Setiap awal tahun buku, PT. Chemco Harapan Nusantara senantiasa membuat
sasaran mutu sebagai pedoman dalam melakukan pekerjaan. Dalam upaya
menerapkan pengendalian kualitas untuk menekan tingkat kerusakan produk
(NG), perusahaan menetapkan standar kualitas produksi untuk target kerusakan
produk untuk Crown Handle 3C1 kumulatif ditentukan sebesar 3,5 % dari jumlah
yang diproduksi.
65
Hal tersebut dilandasi dari kebijakan perusahaan akan peningkatan jumlah order
yang masuk. Pengendalian kualitas dilakukan terhadap bahan baku, proses
produksi dan produk jadi oleh bagian Quality Control. Dari pengamatan dan
pengumpulan data yang dilakukan, diketahui bahwasannya kerusakan produk
yang terjadi cukup tinggi dan melampaui batas toleransi yang ditetapkan oleh
perusahaan.
Tingginya angka kerusakan produk (NG) tentunya menjadi sebuah kerugian bagi
perusahaan karena akan menciptakan pemborosan. Perusahaan membutuhkan
suatu tindakan yang dapat mengatasi permasalahan tersebut. Statistik proses
kontrol merupakan alat statistik yang bisa digunakan untuk melakukan
pengendalian kualitas sekaligus dapat mengetahui prioritas kerusakan yang paling
besar, mencari penyebab kerusakan dan menentukan batas kendali.
Dari hasil analisis dengan menggunakan SQC, dapat diketahui jenis-jenis
kerusakan produk (NG) yang terjadi pada produk yang dihasilkan oleh PT.
Chemco Harapan Nusantara beserta hal-hal yang menyebabkan kerusakan
tersebut. Secara umum, faktor utama yang menyebabkan terjadinya kerusakan
produk (NG) adalah disebabkan oleh faktor mesin produksi yang digunakan. Hal
ini dikarenakan kerusakan produk (NG) terjadi pada saat proses berlangsung dan
setelah produk keluar dari mesin. Terlepas dari faktor metode kerja, manusia dan
bahan baku yang digunakan serta lingkungan kerja, mesin menjadi penyebab
utama yang sangat mempengaruhi kerusakan produk (NG) tersebut.
Hasil perhitungan peta kendali p memberitahukan bahwasanya proses produksi
tidak dalam batas kendali yang ditentukan, bahkan cenderung tidak terkendali
karena titik-titik befluktuasi tidak beraturan dan berada keluar dari batas
kendalinya. Hal tersebut bisa terjadi dikarenakan order dari perusahaan bersifat
job shop yang artinya bahwasanya perusahaan berproduksi dan menentukan
jumlah produksinya disesuaikan dengan permintaan, sehingga jumlah kerusakan
produk (NG) yang dihasilkan juga tidak beraturan tergantung dari kondisi-kondisi
tertentu. Kerusakan yang paling besar yaitu karena area holder step sebesar 45,07
66
%, hal tersebut lebih banyak disebabkan oleh ketidakstabilan dari mesin yang
digunakan untuk produksi baik settingannya yang mudah berubah, komponen
yang seringkali rusak serta sering macet. Kejadian tersebut dikarenakan menitik
beratkan pada sistem pemeliharaan corrective maintenance yaitu pemeliharaan
mesin rusak, dimana dalam sistem ini kegiatan pemeliharaan bersifat
memperbaiki atau hanya dilakukan saat mesin telah mengalami kerusakan.
Sedangkan tindakan pencegahan (preventive maintenance) yang berlaku hanya
sebatas pemeliharaan rutin sederhana seperti adanya inspeksi dan perawatan
harian seperti pembersihan, pelumasan dan pengencangan komponen mesin.
Hasil ini dapat membuka pandangan perusahaan untuk meningkatkan kinerja
manufakturnya terutama dalam hal melakukan pengendalian kualitas produksi
secara total agar secara konsisten dapat menghasilkan produk yang berkualitas
dengan menekan tingkat kerusakan produk (NG) menjadi serendah mungkin.
67
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Berdasarkan data produksi yang diperoleh dari PT. Chemco Harapan
Nusantara diketahui jumlah produksi Crown Handle 3C1 pada tahun 2011
adalah sebesar 353442 pcs dengan kerusakan produk (NG) yang terjadi dalam
produksi sebesar 46561 pcs. Rata-rata kerusakan produk (NG) dalam setiap
produksi adalah sebesar 13,2 %. Nilai ini apabila dibandingkan dengan target
kerusakan produk (NG) perusahaan dalam setiap kali kegiatan produksi
sebesar 3,5 % maka masih belum memenuhi target.
2. Jenis-jenis kerusakan produk (NG) yang sering terjadi pada produksi Crown
Handle 3C1 yaitu kerusakan produk (NG) pada area holder yang terbagi atas;
1) area holder step sebanyak 20.958 pcs, 2) area holder burry sebanyak 18.606
pcs, serta 3) area holder menonjol sebanyak 6970 pcs.
3. Faktor utama yang menyebabkan terjadinya kerusakan produk (NG) adalah
disebabkan oleh faktor mesin produksi yang digunakan, hal ini dikarenakan
proses terjadinya kerusakan sebagian besar pada saat proses produksi
dilakukan.
4. Berdasarkan diagram pareto, upaya pelaksanaan pengendalian kualitas produk
Crown handle 3C1 sebaiknya diprioritaskan pada upaya perbaikan kualitas
produk dari kerusakan yang paling dominan yaitu kerusakan produk (NG)
karena area holder step (45,07 %), area holder burry (39,96 %) dan area holder
menonjol (14,97 %). Kerusakan yang terjadi dikarenakan perusahaan lebih
menitikberatkan pada sistem pemeliharaan (corrective maintenance) yang
bersifat memperbaiki atau hanya dilakukan saat mesin telah mengalami
kerusakan. Sedangkan tindakan pencegahan (preventive maintenance) yang
berlaku hanya sebatas pemeliharaan rutin sederhana. Sehingga upaya
perbaikan kualitas sebaiknya dilakukan dengan perubahan porsi tindakan
pencegahan kerusakan pada mesin dibandingkan dengan tindakan perbaikan.
68
1.2 Saran
1. Perusahaan perlu menggunakan metode statistik yang menyeluruh untuk dapat
mengetahui jenis kerusakan yang sering terjadi dan faktor-faktor yang menjadi
penyebabnya. Dengan demikian perusahaan dapat segera melakukan tindakan
pencegahan untuk mengurangi terjadinya kerusakan produk.
2. Perusahaan perlu melakukan penerapan Quality Control pada Crown Handle
3C1 dengan melebihkan porsi tindakan pencegahan kerusakan pada mesin
dibandingkan dengan tindakan perbaikan. Jenis kerusakan yang memiliki
jumlah dominan dalam produksi sebaiknya ditangani terlebih dahulu dengan
perbaikan yang tepat sasaran.
69
DAFTAR PUSTAKA
Assauri, Sofjan. Manajemen Produksi dan Operasi Edisi Revisi 2008. Jakarta:
Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. 2008.
Davis. B. Gordon. Sistem Informasi Manajemen 2 Edisi Revisi. Indonesia: PPM.