ANALISIS PENERAPAN ETIKA BISNIS ISLAM DALAM TRANSAKSI JUAL BELI DI PASAR TRADISIONALKARISA JENEPONTO SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.) Pada program Studi Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Agama Islam universitas muhammadiyah makassar Oleh: Rinawati 10525 1105 416 PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1441 H / 2020 M
104
Embed
ANALISIS PENERAPAN ETIKA BISNIS ISLAM DALAM TRANSAKSI … · 2020-07-13 · Islam Dalam Transaksi Jual Beli Di Pasar Tradisional Karisa Jeneponto. Dibimbing oleh St. Saleha Majid
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
ANALISIS PENERAPAN ETIKA BISNIS ISLAM DALAM TRANSAKSI
JUAL BELI DI PASAR TRADISIONALKARISA
JENEPONTO
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Hukum (S.H.) Pada program Studi
Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Agama Islam
universitas muhammadiyah makassar
Oleh:
Rinawati
10525 1105 416
PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
1441 H / 2020 M
ii
ANALISIS PENERAPAN ETIKA BISNIS ISLAM DALAM TRANSAKSI
JUAL BELI DI PASAR TRADISIONAL
KARISA JENEPONTO
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Hukum (S.H.) Pada program Studi
Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Agama Islam
universitas muhammadiyah makassar
Oleh:
Rinawati
10525 1105 416
PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
1441 H / 2020 M
iii
iv
v
vi
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Rinawati
NIM : 105251105416
Jurusan : Hukum Ekonomi Syariah
Fakultas : Agama Islam
Kelas : B
Dengan ini menyatakan hal sebagai berikut:
1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesai penyusunan skripsi, saya
menyusun sendiri skripsi saya (tidak dibuatkan oleh siapapun).
2. Saya tidak melakukan penjiplakan ( Plagiat ) dalam menyusun skripsi ini.
3. Apabila saya melanggar perjanjian seperti pada butir 1, 2, dan 3 maka
bersedia untuk menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.
Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.
3. Loyalitas : Setia kepada janjinya sendiri, setia kepada siapa saja yang
dijanjikan kesetiaannya, setia kepada organisasinya berikut pimpinannya,
rekan-rekan bawahan, relasi, klien anggaran dasar dan anggaran rumah
tangganya.
4. Disiplin : Tanpa disuruh atau dipaksa oleh siapapun taat kepada sistem
peraturan, prosedur dan teknologi yang telah ditetapkan.8
Berdasarkan beberapa pendapat di atas mengenai etika, menurut saya etika
adalah suatu aturan berperilaku atau sikap orang dalam bermasyarakat. Dan etika
mempunyai arti yang sangat luas, etika juga sebagai pengontrol dalam melakukan
sesuatu.
B. Etika Bisnis Secara Umum Dan Etika Bisnis Islam
1. Pengertian Etika Bisnis
Dalam kamus besar bahasa indonesia, bisnis diartikan sebagai usaha
dagang, usaha komersial di dunia perdagangan dan bidang usaha. Adapun dari
pandangan Straub dan Attner bisnis adalah suatu organisasi yang menjalankan
aktivitas produksi dan penjualan barang-barang dan jasa yang diinginkan oleh
konsumen untuk memperoleh profit. Adapun definisi barang adalah suatu produk
yang secara fisik memiliki wujud, sedangkan jasa adalah aktivitas-aktivitas atau
pelaku bisnis lainnya.9
8Ibid, h. 5
10
Dalam setiap aktivitas, ada aturan-aturan tertentu yang harus dipatuhi entah
itu aturan tertulis maupun aturan tidak tertulis. Begitupun dalam dunia bisnis, ada
etika-etika yang harus dijalankan agar bisnis berjalan baik. Tanpa adanya etika
dalam berbisnis, persaingan antar perusahaan bisa menjadi tidak sehat, konsumen
dirugikan, pencemaran lingkungan terjadi ataupun memunculkan praktek
monopoli perdagangan. Etika bisnis adalah pedoman dalam menentukan benar
atau tidaknya suatu tindakan yang dilakukan oleh perusahaan dalam menjalankan
bisnis. 10
Standar baik dan buruk menurut ajaran islam berbeda dengan ukuran-ukuran
lainnya. Untuk menilai apakah suatu perbuatan itu baik atau buruk, juga harus
diperhatikan kriteria (bagaimana cara melakukan perbuatan ini). Penggunaan
kriteria (cara melakukan perbuatan) itu dapat dirujuk kepada ketentuan Al-Quran.
Sebagaimana firman Allah dalam surah Al Baqarah ayat 263:
ل ي ي د ة تبعا أ ذ زل فز ل عزفل هل
Terjemahan :
“Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi
suatu yang menyakitkan (perasaan si penerima), allah maha kaya lagi maha
penyantun.” 11
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa untuk mengukur apakah
sesuatu itu dikategorikan kepada perbuatan baik atau perbuatan buruk didasarkan
kepada :
9 Muhammad Ismail Yusanto dan Muhammad Karebet Widjajakusuma, menggagas
bisnisslam, Jakarta: gema insani , 2002. h. 15. 10https://salamadian.com/pengertian-etika-bisnis/( akses tanggal 15 november 2019 ) 11Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya,
Maksud dari hadist ditas menjelaksan selain jual beli yang terjadi dipasar
ataupun secara tunai ada trnasaksi secara tidak tunai di antaranya jua beli
mudharabha.
c. Ijma’
Ijma’ adalah kesepakatan mayoritas mujtahidin diantara umat Islam pada
suatu masa setelah wafatnya Rasulullah SAW atau hukum syar’i mengenai suatu
kejadian. Berdasarkan kandungan ayat-ayat Al-Quran dan berdasarkan sabda
Rasulullah di atas maka umat sepakat bahwa jual sudah berlaku sejak zaman
Rasulullah hingga saat ini.
Hukum dalam jual beli dapat menjadi haram, mubah, sunnah dan wajib atas
dasar ketentuan sebagai berikut :
Hukum jual beli menjadi haram, jika menjual belikan sesuatu yang
diharamkan oleh syara’.
Hukum jual beli menjadi sunnah, apabila seseorang bersumpah untuk
menjual barang-barang yang tidak membahayakan, maka yang
melaksanakan yang demikian itu sunnah.
Jual beli hukumnya makruh, jika jual beli pada waktu datangnya panggilan
adzan sholat jumaat.
Berdasarkan keterangan di atas, maka dapat dipahami bahwa jual beli
dengan tidak mengikuti ketentuan hukum islam tidak diperbolehkan dan tidak sah,
seperti terdapat hal penipuan dan kecurangan serta saling menjatuhkan.26
26 Daud Ali, Asas-asas Hukum Islam, Rajawali Press, Jakarta, 1991, hlm. 144
26
3. Rukun Dan Syarat Jual Beli
Menurut jumhur ulama rukun jual beli itu ada empat, antara lain :
a. Ada orng yang berakad atau Al-muta’aqidaini (penjual dan pembeli)
b. Ada shigat (lafal ijab dan qabul)
c. Ada barang yang dibeli
d. Ada nilai tukar pengganti barang27
Adapun syarat-syarat jual beli yang sesuai dengan rukun jual beli yang
dikemukakan oleh jumhur ulama adalah sebagai berikut :
a. Syarat orang yang berakad
1) Berakal
2) Orang yang melakukan akad itu adalah orang berbeda
b. Syarat ijab qabul
1) Orang yang mengucapkan telah baligh dan berakal
2) Qabul sesuai dengan ijab
c. Syarat barang yang diperjual belikan
1) Barang itu ada dan jelas keberadaanya
2) Dapat dimanfaatkan dan bermanfaat bagi manusia
3) Hak milik terhadap barang tersebut
4) Barang diserahkan saat transaksi.
Adapun yang menjadi indikator jual beli yaitu :
Barang
Tawar menawar
27 Muhammad Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam, (Jakarta : PT.Raja
Gravindo, 2004), h. 118
27
Uang
Adapun bentuk jual beli yang dianggap melarang ketentuan syariah, diantaranya :
1. Membeli brang dengan harga yang lebih mahal dari harga pasar.
2. Membeli barang untuk ditahan (ditimbun) agar dapat dijual dengan harga
yang lebih mahal sedangkan masyarakat umum sangat membutuhkannya.
3. Menjual barang untuk keperluan maksiat.
4. Jual beli dengan penipuan
5. Menjual yang bukan atau belum menjadi miliknya dan tidak punya hak akan
barang terebut.
6. Jual beli utang.28
D. Pasar
1. Pengertian pasar
Secara harfiah pasar berarti tempat berkumpulnya antara penjual dan
pembeli untuk tukar menukar barang atau jual beli. Barang Secara sederhana
pasar dapat diartikan sebagai tempat bertemunya para penjual dan pembeli untuk
melakukan transaksi, pengertian ini mengandung arti pasar memiliki tempat atau
lokasi tertentu tertentu sehingga memungkinkan penjual dan pembeli bertemu. Di
dalam pasar terdapat penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi jual beli
produk, baik barang maupun jasa.29
Pasar dapat pula diartikan sebagai suatu kelompok orang-orang yang
diorganisasikan untuk melakukan tawar menawar (tempat melakukan penawaran
dan permintaan) sehingga demikian terbentuk harga.
28 Muhamad Nafik, Bursa Efek dan Investasi Syariah, ( Jakarta : PT. Serambi Ilmu
Semesta), cet. ke-1,2010, h. 82-83 29 Kasmir, Kewirausahaan, (Jakarta : Rajagrafindo Persada, 2013), Cet. Ke- 9, h. 169
28
Menurut William J. Stonton mengemukakan pengertian yang lain tentang
pasar ini, yakni pasar adalah orang-orang yang mempunyai keinginan untuk puas,
uang untuk berbelanja dan kemauan untuk membelanjakannya. Jadi dalam
pengertian tersebut terdapat tiga faktor utama yang menunjang terjadinya pasar :
a. Orang dengan segala keinginan.
b. Daya beli mereka.
c. Tingkah laku dalam pembelian mereka.
Meskipun seseorang mempunyai keinginan untuk membeli suatu barang,
tetapi tanpa ditunjang oleh daya beli dan kemampuan untuk membelanjakan
uangnya, maka seorang tersebut bukan bagian dari pasar. Sebaliknya seseorang
mempunyai kemampuan tetapi ia tidak ingin membeli suatu barang ia bukan
merupakan pasar bagi penjualan barang tersebut.30
Dalam pandangan Islam pasar merupakan wahana atau tempat transaksi
ekonomi yang ideal, tetapi memiliki berbagai kelemahan yang tidak cukup
memadai percapaian tujuan ekonomi yang Islami. Secara teorotik maupun
praktikal pasar memiliki beberapa kelemahan, misalnya mengabaikan distribusi
pendapatan dan keadilan, tidak selarasnya antara prioritas individu dengan sosial
antara berbagai kebutuhan, adanya kegagalan pasar, ketidaksempurnaan
persaingan, dan lain-lain. Islam sangat menghargai perniagaan yang halal dan
baik.31
30 M.Mursid, Manajemen Pemasaran, Ed.1 Cet. Ke-7,( Jakarta : Bumi Aksara, 2014), h. 31 Akhmad Mujahidin, Etika Bisnis Dalam Islam “Analisis TErhadap Aspek Moral
PelakuPasar”, Jurnal Hukum Islam, Vol IV no. 2, Desember 2005, h.121
29
2. Macam-macam pasar
a. Pasar tradisional
Peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 112 tahun 2007
mendefinisikan pasar tradisional sebagai pasar yang dibangun dan dikelola oleh
pemerintah, pemerintah daerah, swasta, badan usaha milik negara dan usaha milik
daerah termasuk kerjasama dengan swasta dengan tempat usaha berupa toko, kios,
los dan tenda yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya
masyarakat atau koperasi dengan usaha kecil, modal kecil dan dengan proses jual
beli barangan dagangan melalui tawar menawar.
Menurut Menteri Pedagangan Republik Indonesia, pasar tradisional
merupakan wadah utama penjualan produk-produk kebutuhan pokok yang
dihasilkan oleh para pelaku ekonomi berskala menengah kecil serta mikro. Salah
satu pelaku pasar tradisional adalah para petani, nelayan, pengrajin dan home
industry (industri rakyat).
Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta
ditandai dengan adanya transaksi penjual pembeli secara lansung, bangunannya
terdiri dari kios-kios atau gerai, los dan dasaran terbuka yang dibuka penjual
maupun suatu pengelolah pasar. Pada pasar tradisional ini sebagai besar menjual
kebutuhan sehari-hari seperti bahan-bahan makanan berupa ikan, buah, sayur
sayuran, telur, daging, kain, bahan elektronik, jasa dan lain-lain. Selain itu juga
menjual kue tradisional.
Sedangkan ciri-ciri pasar tradisional sebagai berikut :
1) Pasar tradisional dimiliki, dibangun dan dikelola oleh pemerintah daerah.
30
2) Adanya sistem tawar menawar antara penjual dan pembeli. Tawar menawar
adalah salah satu budaya yang terbentuk di dalam pasar. Hal ini yang dapat
menjalin hubungan sosial antara pedagang dan pembeli yang lebih dekat.
3) Tempat usaha beragam dan menyatu dalam lokasi yang sama. Meskipun
semua berada pada lokasi yang sama, barang dagangan setiap penjual
menjual barang yang berbeda-beda. Selain itu juga terdapat
pengelompokkan dagangan sesuai dengan jenis dagangannya seperti
kelompok pedagang ikan, sayur, buah, bumbu dan daging.
4) Sebagian besar barang dan jasa yang ditawarkan berbahan lokal. Barang
dagangan yang dijual di pasar tradisional ini adalah hasil bumi yang
dihasilkan oleh daerah tersebut. Meskipun ada beberapa dagangan yang
diambil dari hasil bumi dari daerah lain. Namun tidak sampai mengimport
keluar pulau atau negara. 32
b. Pasar modern
Pasar modern tidak banyak berbeda dengan pasar tradisional, namun pasar
jenis ini penjual dan pembeli tidak bertransaksi secara lansung melainkan pembeli
melihat label harga yang tercantum dalam barang (barcode) , berada dalam
bangunan dan pelayanannya dilakukan secara mandiri (swalayan) atau dilayani
oleh pramuniaga. Barang-barang yang dijual, selain bahan makanan seperti : buah,
sayuran, daging. Sebagian besar barang lainnya yang dijual adalah barang yang
dapat bertahan lama.
32Republik Indonesia, peraturan menteri dalam negeri No. 20 th. 2012, bab ll, pasal 4
31
Ciri-ciri pasar modern adalah sebagai berikut :
1) Tidak terikat pada tempat tertentu, bisa dimana saja.
2) Alat pembayaran bisa non tunai (transfer).
3) Penjual dan pembeli tidak harus bertemu lansung.
4) Pada situasi tertentu seperti supermarket tidak bisa menawar.
5) Harga sudah tertera dan diberi barcode.
6) Barang yang dijual beranekaragam dan umumnya tahan lama.
7) Berada dalam bangunan dan pelayanannya dilakukan sendiri (swalayan).
8) Ruangan ber- AC dan nyaman tidak terkena tarik panas matahari.
9) Tempat bersih.
10) Tata tempat sangat diperhatikan untuk mempermudah dalam pencarian
barang.
11) Pembayaran dilakukan dengan membawa ke cashir dan tidak bisa ditawar
lagi .33
3. Struktur pasar
Tingkat persaingan pasar dikelompokkan menjadi empat macam, sebagai
berikut :
1) Pasar persaingan sempurna (prefect competition)
Yang sering disebut pasar persaingan murni (pure competition) adalah pasar
di mana terdapat banyak penjual tetapi tidak satupun diantara mereka yang
33 Nel Arianty, Analisis Perbedaan Pasar Modern Dan Pasar Tradisional Ditinjau Dari
Strategi Tata Letak (Lay Out) Dan Kualitas Pelayanan Untuk Meningkatkan Posisi Tawar Pasar
Tradisional, Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 13 no. 01 April 2013 ISSN 1693-7619, h. 18
32
berkemampuan mempengaruhi harga pasar yang berlaku baik dengan
mengubah jumlah penawaran maupun harga produksi.
2) Pasar persaingan tidak sempurna (imperfect copetition)
Yaitu bentuknya berupa pasar monopoli, oligopoli dan monopolistik. Suatu
pasar dikatakan pasar monopoli apabila seluruh penawaran terhadap sejenis
barang pada pasar dikuasai oleh seorang penjual.
3) Pasar persaingan monopolistik
Pasar persaingan monopolistik dapat didefinisikan sebagai pasar dengan
banyak produsen yang menghasilkan barang yang berbeda corak.
4) Pasar oligopoly
Pasar oligoply adalah pasar yang terdiri atas beberapa penjual jumlahnya
antara 10 sampai dengan 15 penjual. Istilah oligopoly berasal dari kata
oligos polein (bahasa yunani) mempunyai arti yang menjual sedikit. 34
pasar
oligopoly ini banyak di perkotaan maupun di pedesaan dan biasanya pasar
oligopoly ini hanya berlansung beberapa saat saja tidak sampai seharian.
Para penjual hanya berdagang mulai dari jam 6 sampai jm 9 pagi saja dan
itu kebanyakan terjadi pada pasar olygopoly. Meskipun pasar oligopoly ini
terhitung sedikit tetapi biasanya ramai oleh pengunjung.
34Syafril, Ekonomi ( jakarta : PT. Bumi Aksara, 2004) h.116
33
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan data yang diperoleh dari hasil pengamatan
langsung di pasar Karisa Kabupaten Jeneponto dengan menggunakan skala Likert
dengan 1 sampai 5 skor berdasarkan data-data yang diperoleh dari pasar Karisa
Kabupaten Jeneponto.
Dalam skripsi ini penulis menggunakan metode pendekatan penelitian
secara kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian ilmiah yang sistematis
terhadap bagian-bagian dan fenomena serta hubungan-hubungannya.Tujuan
penelitian kuantitatif adalah mengembangkan dan menggunakan model-model
matematis dan teori-teori serta hipotesis yang berkaitan dengan fenomena alam.
Proses pengukuran adalah bagian yang sentral dalam penelitian kuantitatifkarena
hal ini memberikan hubungan yang fundamental antara pengamatan empiris dan
ekspresi matematis serta hubungan-hubungan kuantitatif.
B. Lokasi dan Objek Penelitian
Penelitian ini dilakukan di pasar Karisa Kabupaten Jeneponto.Objek dalam
penelitian ini adalah para pedagangyang ada di pasar Karisa Kabupaten
Jeneponto.
C. Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas (Independent Variabel)
Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi penyebab pada variabel lain. Dalam penelitian ini terdapat dua
34
variabel bebas diantaranya Etika Bisnis Islam. Variabel ini dikatakan
variabel bebas dikarenakan keberadaan variabel ini tidak bergantung pada
adanya variabel lain atau bebas dari ada atau tidaknya variabel lain.
2. Variabel Terikat (Dependent Variabel)
Variabel terikat adalah variabel yang keberadaannya dipengaruhi atau
menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.Variabel terikat dalam
penelitian ini adalah jual beli. Dinamakan variabel terikat karena kondisi atau
variasinya terikat atau dipengaruhi oleh variasi variabel lain, yaitu
dipengaruhi oleh variabel bebas.
D. Definisi Operasional Variabel
Berikut ini adalah pengertian tentang defenisi operasional variabel:
1. Etika bisnis Islam adalah seperangkat nilai tentang baik, buruk benar, salah
dan halal haram dalam dunia bisnis berdasarkan pada prinsip-prinsip
moralitas yang sesuai dengan syariah.
2. Jual beli adalah tukar menukar harta atau barang dengan cara tertentu atau
tukar menukar sesuatu yang disenangi dengan barang yang setara nilai dan
manfaatnya nilainya setara dan membawa menfaat bagi masing-masing
pihak.35
Menurut Imam Nawawi, jual beli adalah tukar menukar barang
dengan sejenisnya.
35Wahbah al-zuhaili,al-fiqih al-islami wa Adillatuh, ( Beirut: Dar Al-Fikr, 2005 ), V/1-2
35
E. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Menurut Suhasimi Airkunto adalah “keseluruhan objek yang diteliti”.36
Berdasarkan pendapat tersebut populasi dalam penelitian ini adalah pedagang
di pasar Karisa. Dalam penelitian ini, populasi sebanyak 75 orang yang
menjadi pedagang tetap di lokasi penelitian.
2. Sampel
Adapun sampel yang merupakan bagian dari suatu populasi.37
Maka
dari itu dari sampel dari penelitian ini adalah sebagian pedagang di pasar
Karisa di Jeneponto. Pada saat penelitian berlangsung menggunakan Rumus
sloving, sebagai berikut :
Rumus Slovin : n = N
(1+𝑒2N)
Keterangan :
n = Jumlah Sampel
N = Jumlah Populasi
e = Tingkat error (5%)
Diketahui : n = 75
1+(0.05)2(75)
= 75
1,1875
= 63 Responden
36 Suharsimi, Airkunto.Prosedur Penelitian. (Jakarta:Rineka Cipta 2010),h.102. 37 Umar, Husain.Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis, (Jakarta:PT Raja Grafindo
Persada,2001), h.136.
36
F. Instrumen Penelitian
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan
sekunder.Data primer, yaitu data yang diperoleh dan dikumpulkan secara
langsung objek yang diteliti, yang berupa angket.Sedangkan data sekunder, yaitu
data yang diperoleh secara tidak langsung atau penelitian arsip yang memuat
peristiwa masa lalu yang dapat dapat diperoleh dari jurnal, majalah, buku, data
statisitik maupun dari internet.Selain itu, data juga dapat diperoleh dalam bentuk
yang sudah dipublikasikan yang tersedia di perusahaan seperti literatur, company
profile, jurnal, dan sebagainya. Selanjutnya dalam kegiatan penelitian ini,penulis
menggunakan bebarapa alat yang mendukung dalam melakukan penelitian ini,
yaitu : handphone, alat tulis, serta kamera.
G. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian, teknik pengumpulan data merupakan faktor penting demi
keberhasilan penelitian. Metode pengumpulan data merupakan teknik atau cara
yang dilakukan untuk mengumpulkan data. Teknik yang dipergunakan dalam
proses pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri atas metode 38
1. Observasi
Observasi adalah pengamatan langsung atau peninjauan secara cermat di
lapangan atau lokasi penelitian yang sedang dilakukan.Observasi dilakukan
bertujuan untuk mendapatkan data-data kongkret di tempat
penelitian.Observasi digunakan untuk menemukan permasalahan yang harus
38Ejournal.uinsamata.ac.id diakses 10 Oktober 2018.
37
diteliti, dan juga ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih
mendalam.
2. Kuesioner (Angket)
Kuesioner atau angket adalah teknik pengumpulan data dengan
memberikan suatu daftar pertanyaan atau pernyataan untuk dijawab oleh para
responden. Dalam hal ini, jumlah maupun kualifikasi para responden
ditentukan berdasarkan dengan metode pengambilan sampel.
Cara pengumpulan data ini dipilih dengan harapan bahwa peneliti,
melalui jawaban responden mampu memperoleh informasi yang relevan
dengan permasalahan yang dikaji dan mempunyai derajat yang tinggi.Jumlah
pertanyaan yang ada, diambil dari masing-masing item yang diperoleh dari
masing-masing indikator variabel, baik indikator independen maupun
variabel dependen.
Angket diberikan langsung kepada responden dengan tujuan agar lebih
efektif dan efesien menjangkau jumlah sampel dan mudah memberikan
penjelasan berkenaan dengan pengisian angket tersebut. Instrument yang
digunakan untuk mengukur variabel penelitian ini menggunakan skala Likert
dengan skor 1-5, Jawaban responden berupa pilihan 5 (lima) alternatif yang
ada yaitu :
Table 3.1 Skala Likert
ALTERNATIF JAWABAN
JAWABAN SKOR
Sangat Setuju (SS) 5
Setuju (S) 4
Kurang Setuju (KS) 3
Tidak Setuju (TS) 2
38
Sangat Tidak Setuju (STS) 1
3. Wawancara
Wawancara adalah suatu bentuk komunikasi verbal, yaitu percakapan
yang bertujuan untuk memperoleh informasi.39
Komunikasi ini dilakukan
secara lansung oleh pihak yang membutuhkan informasi dengan pihak lain
untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan. Dengan cara ini, kita dapat
menggali informasi lebih mendalam karena segala sesuatu yang tidak
dipahami dapat ditanyakan secara lansung. Dalam hal ini, penulis
memperoleh informasi dari para pedagang yang berada di pasar Karisa
Kabupaten Jeneponto.
4. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data melalui metode
dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku,
majalah, dokumen, peraturan-peraturan dan sebagainya.40
Dokumentasi ini
digunakan untuk mendapatkan keterangan dan penerangan pengetahuan dan
bukti.
39
Nasution, Metode Research (Jakarta: Bumi Aksara,2012), 113.
40
SuharsimiArikunto, op. cit., h. 149 .
39
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Sejarah singkat pasar Karisa Kabupaten Jeneponto
Pasar karisa berada di jalan pahlawan kecamatan binamu Kabupaten
Jeneponto Pasar Karisa sebelumnya bernama pasar bonto sunggu dimana pasar
bonto sunggu dipindahkan ke karisa, lokasi pasar bonto sunggu sebelumnya tidak
jauh dari karisa alasan kenapa dipindahkan karena lokasi pasar Bonto Sunggu
sangat sempit dan tidak strategis pasar tersebut juga sangat sederhana sehingga
pemerintah inisiatif untuk memindahkan pasar Bonto Sunggu ke karisa karena
selain lokasinya yang luas, lahan tersebut juga bagus dan strategis untuk di
bangun pasar setelah dipindahkan pasar Bonto Sunggu berubah nama menjadi
pasar Karisa atau biasa juga disebut pasar induk Karisa.
Pasar Karisa merupakan pasar sentral Kabupaten Jeneponto yang
merupakan pasar strategis yang terletak dipinggir jalan poros Jeneponto Bantaeng.
Pemerintah menyediakan bangunan yang lebih kokoh dan lebih luas dibandingkan
lokasi pasar yang sebelumnya dan hal itu mendapat dukungan yang kuat dari
masyarakat pada umumnya. Luas pasar karisa sekitar 2 hektar dan pasar Karisa
juga dekat dengat pusat kota sehingga mudah dijangkau. Pasar di naungi PEMDA
(Pemerintah daerah), pasar ini buka dari pagi sampai sore dan pasar ini terbuka
setiap hari. Barang-barang yang di jual beraneka ragam diantaranya kebutuhan
pokok, sayur mayur, ikan, bumbu, buah-buahan, rempah,peralatan rumah tangga
40
dan pakaian. Kelebihan dari pasar jenis tradisional ini adalah produk-produk dari
hasi pertanian rakyat sehingga murah bagi masyarakat.
2. Tujuan Pasar Karisa
Bertujuan untuk menjadikan pasar karisa yang dari tradisional menjadi pasar
modern semua uptd berusaha mengubah pasar karisa dari level tradisional kelevel
modern namun itu membutuhkan usaha yang cukup maksimal.
3. Kepemilikan dan struktur organisasi pasar
Hak kepemilikan Pasar Karisa oleh pemerintah Kabupaten Jeneponto dan
yang mengelolah pasar yaitu dinas perdagangan dn perindustrian yang
sebelumnya dikelolah oleh badan pendapatan daerah akan tetapi, aktivitas
administrasi pasar secara lansung yang ditangani oleh kantor pasar yang
merupakan lembaga di bawah kantor cabang yang diketuai oleh bapak sbair Ilyas
S.pd.MM.
4. Sarana dan prasarana
Sebagai salah satu tempat perkumpulan masa yang memiliki peranan
penting dalam memenuhi kebutuhan pokok masyarakat terutama kebutuhan
sandang dan pangan, maka sebuah pasar tidak dapat dilepaskan dari sarana dan
prasarana sebab tanpa adanya sarana dan prasarana yang mendukung maka
kegiatan dalam pasar akan terganggu atau bahkan tidak akan dapat berlansung.
Hal ini berlaku setiap pasar termasuk salah satu Pasar Karisa.
41
Sarana dan prasarana yang ada di Pasar Karisa yaitu
a. Tempat berjualan
Los
Gardu
Pkl
b. Parkiran.
c. Musholah.41
B. HASIL PENELITIAN
1. Gambaran Responden
Pada bagian ini sebelum peneliti menggambarkan hasil kuesioner yang
disebarkan kepada para pedagang yang sedang melakukan transaksi penjualan di
pasar Karisa Jeneponto, terlebih dahulu akan dibahas mengenai gambaran
karakteristik responden berdasarkan nama, lama responden berjualan, jenis usaha,
jenis kelamin dan umur. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 17-18 januari 2020
dengan jumlah responden 63 orang pedagang. Gambaran umum responden dalam
penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Responden berdasarkan lamanya berjualan
Tabel 4.1
Karakteristik pedagang berdasarkan lamanya berjualan.
No. Lama usaha Jumlah Persentase
1 < 1 tahun 33 55.0 %
2 1-10 tahun 20 33.3 %
3 > 10 tahun 7 11.7 %
Jumlah 60 100%
Sumber : Data primer diolah pada tanggal 10 april 2020
41Subair ilyas, kepala pasar, (wawancara), pada tanggal 4 februari 2020.
42
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa 33 orang atau 55.0 %
dari angket yang disebarkan menjawab bahwa mereka berjualan sebagai
pedagang di pasar karisa kurang dari 1 (satu) tahun.sedangkan 20 orang atau
33.3% responden menjawab berjualan 1-10 tahun dan 7 orang atau 11.7%
responden menjawab telah berjualan diatas 10 tahun.
b. Responden Berdasarkan Umur
Tabel 4.2
Karakteristik pedagang berdasarkan Umur
No. Umur jumlah Persentase
1 21-30 tahun 8 13.3 %
2 31-40 tahun 19 31.7 %
3 41-50 tahun 17 28.3 %
4 51-60 tahun 12 20.0 %
5 61-70 tahun 4 6.7 %
Jumlah 60 100%
Sumber : Data primer diolah pada tanggal 10 april 2020
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa distribusi responden pada
pedagang tersebar pada kelompok umur, responden terbesar terdapat pada
kelompok umur 31-40 tahun yaitu 19 orang atau 31.7 %. Selanjutnya
kelompok terbesar kedua pada kelompok umur 41-50 tahun sebanyak 17
orang atau 28.3 %. Kemudian umur 51-60 sebanyak 12 orang responden atau
20.0 %, begitupun dengan kelompok umur 21-30 tahun responden sebanyak 8
43
orang atau 13.3 % dan kelompok umur 61-70 tahun berjumlah 4 orang atau
6.7 %.
c. Responden berdasarkan jenis usaha
Tabel 4.3
Karakteristik pedagang berdasarkan Jenis Usaha.
No. Jenis usaha jumlah Persentase
1 Beras 10 16.7 %
2 Pakaian 8 13.3 %
3 ART 5 8.3 %
4 Ayam 3 5.0 %
5 Makanan 5 8.3 %
6 Sayuran 5 8.3 %
7 Ikan 11 18.3 %
8 Campuran 7 11.7 %
9 Bahan pertanian 2 3.4 %
10 Mainan 1 1.7 %
11 Sendal 1 1.7 %
12 Kosmetik 2 3.3 %
Jumlah 60 100%
Sumber : Data primer diolah pada tanggal 10 april 2020
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa responden dalam
penelitian ini memiliki jenis usaha yang bervariatif yaitu jenis usaha beras
yang berjumlah 10 orang atau 16.7 %, pakaian 8 orang atau 13.3 %, alat
44
rumah tangga sebanyak 5 orang atau 8.3 %, ayam sebanyak 3 orang atau 5.0
%, makanan sebanyak 5 orang atau 8.3 %, sayuran sebanyak 5 orang atau 8.3
%, ikan sebanyak 11 orang atau 18.3 %, campuran 7 orang atau 11.7%, bahan
pertanian sebanyak 2 orang atu 3.4 %, penjual mainan sebanyak 1 orang atau
1.7 % sendal 1 orang atau 1.7% dan kosmetik sebanyak 2 orang atau 3.3 %
dari tital responden.
d. Responden berdasarkan jenis kelamin
Tabel 4.4
Karakteristik pedagang berdasarkan Jenis Kelamin.
No. Jenis kelamin Jumlah Persentase
1 Perempuan 47 78.3 %
2 laki-laki 13 21.7%
Jumlah 60 100%
Sumber : Data Primer diolah pada tanggal 10 april 2020
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa jawaban kuesioner oleh
para pedagang dengan jenis kelamin perempuan lebih banyak dibandingkan
pedagang yang berjenis kelamin laki-laki. Untuk perempuan sebanyak 47
orang atau 78.3 % dan untuk laki-laki sebanyak 13 orang atau 21.7 %.
2. Penerapan etika bisnis Islam dalam transaksi jual beli di pasar Karisa
Kabupaten Jeneponto
Pasar Karisa merupakan pasar tradisional yang berada di Kabupaten
Jeneponto dimana pasar ini di ketuai oleh bapak subair ilyas S.pd.M.M. selain
sebagai tempat untuk mendapatkan barang-barang atau kebutuhan pokok oleh
45
mayoritas penduduk Jeneponto, yang paling diutamakan oleh penduduk setempat
adalah harganya terjangkau, dan masih menjadi interaksi sosial yang kuat dalam
masyarakat dan mekanisme transaksinya menggunakan metode tawar menawar.
Kelebihan lainnya adalah pengalaman berbelanja luar biasa, dimana kita bisa
melihat dan memegang secara lansung produk pada umumnya masih sangat segar.
Bentuk transaksi penjualan di pasar Karisa sendiri yaitu menggunakan sistem
kredit dan ada juga yang cash (tunai) bagi yang tidak mampu membayar secara
cash (tunai) bisa memilih dengan kredit dengan catatan ada hubungan keluarga
dengan penjual atau berteman dekat dengan penjual dan transaksi kredit ini biasa
terjadi di penjual pakaian. Di kecamatan binamu mayoritas masyarakatnya
bermata pencaharian petani seperti sayur dan padi.
a. Hasil observasi pedagang di pasar Karisa Kabupaten Jeneponto
Dari hasil observasi yang peneliti peroleh dari beberapa pedagang yaitu
yang pertama mengenai cara pedagang menawarkan dagangannya kepada
pembeli yaitu dengan berbagai macam cara, diantaranya mengobral barang
dagangannya kepada pembeli yang lewat didepan kiosnya, ada juga yang
menawarkan barang dagangannya dengan cara memuji barang dagangannya
lebih baik daripada barang dagangan milik orang lain. Kemudian dari hasil
observasi peneliti menemukan bahwa ada pembeli yang tertarik dengan
dagangannya dan diperbolehkannya untuk mencoba barangnya selama barang
itu tidak lecet dan sebagian juga penjual tidak membolehkan pembeli
mencobanya takut barang dagangannya rusak atau kotor.
46
Kemudian dari hasil observasi dilapangan mengenai kecacatan barang
peneliti menemukan sebagian penjual seprti penjual tomat dan ikan ada yang
mencampur dengan ikan yang berkualitas baiktetapi pedagang mengemasnya
dengan kemasan yang baik misalnya memakai kantong plastik yang warna
hitam sehingga tidak terlihat oleh pembeli.42
b. Hasil wawancara para pedagang di pasar Karisa Kabupaten Jeneponto
Pedagang di pasar Karisa sebagian melakukan sistem jual beli sesuai
dengan etika bisnis Islam ada juga yang belum menerapkan etika bisns Islam
karena menurut mereka jika dia menerapkan etika bisnis islam maka barang
yang mereka jual memiliki cacat kebanyakan konsumen maupun pembeli
enggan untuk membeli barang yng cacat walaupun harganya lebih murah.
Dari hasil wawancara pedagang yang bernama saudari Mona yang
berumur 26 tahun seorang pedagang pakaian dia mengatakan bahwa :
“ saya merasa serba serba salah kalau mau menerapkan etika bisnis Islam,
karena biasa pembeli tidak mau juga mengerti, karena biasa saya jujur dengan
modal barangnya dan keuntungannya saya dapat sekian tapi kadang mereka
juga tidak mau mengerti dengan kita sebagai penjual, kadang mereka juga
menawar dengan harga yang sangat rendah jadi keuntungan yang didapat
sedikit sekali dan kadang saya rugi. Tetapi kadang ada juga pembeli yang
biasa mengerti karena dia juga menganggap bahwa penjul mencari
keuntungan, asalkan tidak berlebihan, jadi kalau saya mendapat pembeli yang
mengerti yah saya senang”.43
Berdasarkan wawancara di atas, Mona merasa serba salah dalam
menerapkan etika bisnis Islam karena biasanya dia jujur dalam berdagang
dengan memberikan harga yang sesungguhnya kepada pembeli dengan
42Hasil pengamatan lansung (observai), pada tanggal 17 januari 2020. 43Mona, peadagang pakaian (wawancara), pada tanggal 17 januari 2020
47
mengambil keuntungan yang sewajarnya namun terkadang pembeli tidak
mengerti dan melakukan penawaran yang sangat rendah sehingga
merugikannya.
Adapun hasil wawancara dengan daeng sakking yang berumur 47 tahun
seorang penjual sendal, dia mengatakan bahwa :
“saya sudah menerapkan etika bisnis islam karena saya sudah jujur kepada
pembeli apabia ada barang yang saya jual cacat karena saya fikir bahwa
membohongi pembeli itu tidak boleh dan kita berdoa. Makanya kalau ada
pembeli ingin membeli barang tetapi barang itu rusak atau cacat saya pasti
jujur dan memberikan sedikit potongan harga dan mendapat keuntungan yang
sedikit yang penting barang itu laku disamping itu banyak pelanggan juga
yang suka dan menjadi pelanggan tetap”.44
`Berdasarkan wawancara di atas daeng sakking selalu jujur dalam
melakukan proses jual beli apabila ada cacat pada barang yang ia jual ia akan
memberitahukan kepada pembeli sehingga pembeli dapat mengetahuinya dan
barang yang memiliki cacat akan mendapatkan pengurangan harga daripada
barang yang tanpa cacat. Dalam mengambil keuntungan juga harusnya
mengambil keuntungan yang sewajarnya saja tanpa harus mengambil
keuntungan yang terlalu tinggi sebab apabila barang yang dijual terlalu tinggi
akan mengakibatkan barang tersebut tidak laku.
Dari hasil wawancara seorang pedagang bernama risna seorang pedagang
mainan dia menyatakan bahwa :
“ saya paham sedikit tentang etika bisnis Islam, akan tetapi saya tidak selalu
menerapkan, kadang-kadang saya terapkan dan kadang juga tidak, karena
takutnya jika saya terapkan terus etika bisnis Islam nanti jualan saya tidak
laku dan saya pasti rugi. Jadi, saya liha dulu kondisi bagaimana barang itu
44Deng sakking, pedagang sendal (wawancara), pada tanggal 17 januari 2020.
48
cacatnya parah atau tidak, jika cacatnya hanya sedikit maka saya
memberitahu kepada pembeli dengan jujur dan biasanya pembeli juga mau
membelinya dengan potongan harga sedikit. Jika barangnya memiliki cacat
yang parah saya tidak memberitahukan kepada pembeli nanti pembelinya
tidak mau membelinya dan saya rugi”. 45
Dari hasil wawancara di atas bahwa risna memahami etika bisnis Islam
namun untuk selalu berlaku jujur Dan menerapkansistem syariah itu tidak
memungkinkan jadi dia menerapkan etika bisnis islam itu dalam kondisi
tertentu saja biar barangnya tetap laku dan tidak rugi.
3. Analisis Penerapan etika bisnis Islam dalam transaksi jual beli di tinjau
dari prinsip-prinsip etika bisnis Islam
Dalam berbisnis dan bekerja wajib bagi seiap manusia untuk memahami
bagaimana bertransaksi agar tidak terjerumus dalam jurang keharaman karena
ketidaktahuan mereka. Oleh sebab itu seorang pedagang harus menerapkan
prinsip-prinsip etika bisnis Islam dalam berdagang sekaligus menempatkan diri
sebagai pedagang yang melakukan praktek kejujuran dan berusaha menghindari
memperoleh kekayaan dengan cara yang tidak adil agar menjadi pebisnisyang
berpegang teguh kepada etika islam karena dengan begitu usaha yang dijalani
akan sukses. Manusia hidup di dunia mempunyai dua posisi yaitu sebagai hamba
dan khalifah. Sebagai hamba artinya manusia wajib menyembah kepada allah dan
beribadah kepada allah. Sedangkan khalifah artinya manusia harus bekerja
memakmurkan bumi dan mengelolah sumber daya secara optimal, Dari hasil
penelitian mengenai penerapan etika bisnis Islam dalam transaksi penjualan di
pasar Karisa, bahwasanya secara garis besar pedagang sudah menerapkan atau
45Risna, pedagang mainan (wawancara), pada tanggal 17 januari 2020.
49
menjalankan etika bisnis islam meskipun ada sebagian yang belum menerapkan
etika bisnis Islam. Dari hasil wawancara yang peneliti dapat dari menganalisis
penerapan etika bisnis Islam para pedagang dalam melakukan transaksi jual beli
ditinjau dari prinsip-prinsip etika bisnis Islam. beberapa pedagang yang belum
menerapkan atau menjalankan etika bisnis. Dari beberapa hasil wawancara yang
peneliti dapat dari beberapa pedagang yang dijadikan sampel penelitian dapat
diketahui bahwasanya para pedagang di pasar karisa ternyata mereka menerapkan
sesuai pada teori ini yang jelas melihat pada kewajiban yang harus dilakukan
seorang penjual atau pedagang sebagai bentuk pertangungjawaban misalnya
memberi pelayanan yang baik kepada semua konsumen tanpa harus membeda-
bedakan dan menawarkan barang dan jasa yang berkualitas.
Selanjutnya, penulis akan menganalisis data primer yang di dapat dari hasil
kuesioner yang peneliti bbagikan kepada para responden yaitu pedagang .
kuesioner ini masing-masing berjumlah 15 pernyataan. Kuesioner ini bersifat
terbatas artinya responden diminta menjawab dengan memilih jawaban yang
telah tersedia saja. Setelah hasil kuesioner diadakan pengelolahan. Maka langkah
selanjutnya penulis akan menginterpertasikan hasil jawaban sesuai dengan item-
item kuesioner yang telah diajukan kepada para responden serta diambil
kesimpulan hasil kuesioner tersebut sebagai berikut :
a. Indikator tauhid
Tauhid adalah konsep dalam akidah islam yang menyatakan keesaan Allah
Swt. Apapun yang dikerjakan harus berpedoman pada ajaran islam bagaimana
barang yang di jual harus halal dan terhindar dari unsur riba.
50
Pada indikator tauhid penulis mengajukan 2 (dua) pernyataan yang menjadi
gambaran perilaku pedagang perhadap penerapan etika bisnis islam dalam
transaksi penjualn di pasar karisa kabupaten jeneponto. Untuk lebih jelas
mengenai data dalam transaksi penjualan maka akan dijelaskan satu persatu
sebagai berikut :
1. Dalam berdagang selalu memperhatikan kehalalannya dan terhindar
dari riba.
Tabel 4.5
Jawaban pedagang
Altenatif jawaban Frekuensi Persentase (%)
Sangat setuju 18 30.0 %
Setuju 41 68.3 %
Kurang setuju 1 1.7 %
Tidak setuju 0 0
Sangat tidak setuju 0 0
Jumlah 60 100%
Sumber : Data Primer diolah pada tanggal 10 april 2020
Berdasarkan dari tabel dapat diketahui bahwa 18 orang atau 30.0 %
pedagang menjawab sangat setuju, 41 orang atau 68.3 % menjawab setuju
dan 1 orang atau 1.7 % menjawab kurang setuju.
51
2. Ketika mendapatkan rezeki yang lebih menyisihkan untuk
disedekahkan.
Tabel 4.6
Jawaban pedagang
Altenatif jawaban Frekuensi Persentase (%)
Sangat setuju 24 40.0 %
Setuju 33 55.0 %
Kurang setuju 3 5.0 %
Tidak setuju 0 0
Sangat tidak setuju 0 0
Jumlah 60 100%
Sumber : Data Primer diolah pada tanggal 10 april 2020
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa 24 orang atau 40.0 %
pedagang menjawab sangat setuju, 33 orang atau 55.0 % menjawab setuju
dan 3 orang atau 5.0 % menjawab kurang setuju.
3. Tidak bersifat serakah dan menimbun barang.
Tabel 4.7
Jawaban pedagang
Altenatif jawaban Frekuensi Persentase (%)
Sangat setuju 7 11.7 %
Setuju 52 86.7 %
Kurang setuju 1 1.7 %
Tidak setuju 0 0
Sangat tidak setuju 0 0
Jumlah 60 100%
Sumber : Data Primer diolah pada tanggal 10 april 2020
52
Dari tabel di atas dapat di ketahui bahwa 7 orang atau 11.7 %
pedagang menjawab sangat setuju, 52 orang atau 86.7 % menjawab setuju
dan 1 orang atau 1.7 menjawab kurang setuju.
Tabel dari kuesioner keseluruhan yang ada dari pernyataan-pernyataan
di atas tersebut :
Tabel 4.8
Jawaban rsponden berdasarkan indikator tauhid
Alternative
jawaban
Pernyataan
Jumlah
Persentase
(100%) 1 2 3
Sangatsetuju 18 24 7 49 27.2 %
Setuju 41 33 52 126 70.0 %
Kurang setuju 1 3 1 5 2.8 %
Tidak setuju 0 0 0 0 0
Sangat tidak setuju 0 0 0 0 0
Jumlah 60 60 60 180 100 %
Sumber : Data Primer diolah pada tanggal 10 april 2020
Pada indikator tauhid alternatif jawaban setuju merupakan jawaban yang
paling banyak diberikan kepada pedagang yaitu 126 atau 70.0%, 49 atau 27.2%
pedagang menjawab sangat setuju dan hanya 5 atau 2.8% yang menjawab kurang
setuju. Hal ini menggambarkan bahwa penerapan etika bisnis islam dalam
transaksi jual beli ditinjau dari prinsip-prinsip etika bisnis islam jika dilihat dari
segi jawaban pedagang sudah baik dalam bersikap saat melakukan transaksi jual
beli di pasar karisa Jeneponto. Dalam beraktivitas di dunia kerja maupun di dunia
53
bisnis, islam mengharuskan untuk tidak bersifat serakah dan memperhatikan halal
atau haramnya suatu barang yang di perjual belikan, barang yang kita jual harus
halal dan terhindar dari transaksi yang megandung riba. Sebagaimana dengan
firman Allah dalam QS Al-Baqarah ayat 275 sebagai berikut :
اىز ز ع اىب أ و ا
Artinya :
“Padahal Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.”
Dari ketiga pernyataan diatas berdasarkan indikator tauhid yang sudah
diterapkan dengan baik adalah ketika seorang pedagang mendapatkan keuntungan
yang baik dia senantiasa untuk berzedekah dan berbagi rezeki kepada orang lain
dan tidak bersifat serakah.
b. Indikator kejujuran
Kejujuran itu hal yang sangat penting dalam berdagang karena dengan
kejujuran akan membuahkan sebuah kepercayaan dari seorang pelanggan
sehingga kejujuran ini harus dimiliki oleh setiap pedagang.
1) Jujur dalam menakar dan menimbang.
Tabel 4.9 Jawaban pedagang
Altenatif jawaban Frekuensi Persentase (%)
Sangat setuju 30 50.0 %
Setuju 30 50.0 %
Kurang setuju 0 0
Tidak setuju 0 0
Sangat tidak setuju 0 0
Jumlah 60 100%
Sumber : Data Primer diolah pada tanggal 10 april 2020
54
Berdasarkan dari tabel di atas dapat diketahui bahwa 30 orang atau
50.0 % pedagang menjawab sangat setuju dan 30 orang atau 50.0 %
menjawab setuju.
2) Dalam menawarkan barang menjelaskan kualitas barang.
Tabel 4.10
Jawaban pedagang
Altenatif jawaban Frekuensi Persentase (%)
Sangat setuju 11 18.3 %
Setuju 44 73.3 %
Kurang setuju 3 5.0 %
Tidak setuju 2 3.3 %
Sangat tidak setuju 0 0
Jumlah 60 100%
Sumber : Data Primer diolah pada tanggal 10 april 2020
Dari tabel diatas diketahui bahwa 11 orang atau 18.3% pedagang
menjawab sangat setuju, 44 orang 73.3% menjawab setuju, 3 orang atau
5.0% yang menjawab kurang setuju, dan 2 orang atau 3.3% menjawab tidak
setuju.
3) Tidak menyembunyikan cacat barang dan kekurangan barang.
Tabel 4.11
Jawaban pedagang
Altenatif jawaban Frekuensi Persentase (%)
Sangat setuju 10 16.7 %
Setuju 46 76.7 %
Kurang setuju 2 3.3 %
Tidak setuju 2 3.3 %
Sangat tidak setuju 0 0
Jumlah 60 100%
Sumber : Data Primer diolah pada tanggal 10 april 2020
Dari tabel diatas diketahui bahwa 10 orang atau 16.7% pedagang
55
menjawab sangat setuju, 46 orang atau 76.7% menjawab setuju, 2 orang
atau 3.3% menjawab kurang setuju, dan 2 orang atau 3.3% yang menjawab
tidak setuju.
4) Jujur dalam menjelaskan modal maupun keuntungan yang
didapatkan.
Tabel 4.12
Jawaban pedagang
Altenatif jawaban Frekuensi Persentase (%)
Sangat setuju 4 6.7 %
Setuju 52 86.7 %
Kurang setuju 3 5.0 %
Tidak setuju 1 1.7 %
Sangat tidak setuju 0 0
Jumlah 60 100%
Sumber : Data Primer diolah pada tanggal 10 april 2020
Dari hasil tabel diatas diketahui bahwa 4 orang atau 6.7% pedagang
menjawab sangat setuju, 52 orang atau 86.7% mejawab setuju, 3 orang atau
5.0% menjawab kurang setuju, dan 1 orang atau 1.7% menjawab tidak
setuju.
Tabel dari kuesioner keseluruhan yang ada dari pernyataan-pernyataan
di atas tersebut :
56
Tabel 4.13
Jawaban rsponden berdasarkan indikator kejujuran
Alternative
jawaban
Pernyataan
Jumlah
Persentase
(100%) 1 2 3 4
Sangatsetuju 30 11 10 4 55 23.0 %
Setuju 30 44 46 52 172 71,6 %
Kurang setuju 0 3 2 3 8 3.3%
Tidak setuju 0 2 2 1 5 2.1%
Sangat tidak setuju 0 0 0 0 0 0
Jumlah 60 60 60 60 240 100 %
Sumber : Data Primer diolah pada tanggal 10 april 2020
Pada indikator kejujuran alternatif jawaban selalu merupakan jawaban yang
paling banyak diberikan oleh pedagang yaitu sebesar 172 atau 71.6 % ini jawaban
dari alternatif jawaban setuju dan paling terbanyak kedua adalah adalah alternatif
jawaban sangat setuju yaitu 55 atau 23.0 %. Sedangkan yang meilih alternatif
jawaban kurang setuju yaitu 8 atau 3.3 % dan alternatif jawaban tidak setuju 5
atau 2.1 %.
Hal ini menunjukkan bahwa penerapan prinsip kebenaran pada transaksi
jual beli dipasar karisa. Jika dilihat dari hasil kuesioner pedagang sudah cukup
bagus namun jika dilihat dari hasilkuesioneryangpenulis dapat di lihat ada
beberapa pedagang yang berpendapat tidak setuju dan kurang setuju terhadap
indikator kejujuran.
57
Seharusnya dalam berbisnis pedagang dianjurkan untuk selalu mengatakan
apa adanya tanpa menutup-nutupi mengenai kualitas dari produk yang dijualnya
serta mengedepankan kebenaran informasi dari informasi tersebut. Jika produk
tersebut baik bagi pedagang harusnya mengatakan baik, dan jika produknya
tersebut buruk pedagang harus mengatakan buruk. Mengenai aspek takarandan
ukuran dikatakan bahwa kejujuran dalam hal takaran maupun ukuran mutlak
harus ada etika bisnis islam yang mana pebisnis dilarang mengurangi timbangan
ketika menakar dan meminta dilebihkan ketika menerima takaran. Sebagaimana
firman Allah dalam QS.Al-Muthaffifin (83): 1-3 yang berbunyi :
ا ماى ۞ ف ا امتاىا عي اىاص ظت ۞ اىذ طفف ول ىي
۞ خظز س أ
Artinya:1.kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang. 2. (yaitu) orang-
orang yang apabila menerima takaran darioranglainmerekamintadipenuhi.3.