i ANALISIS PENDAPATAN USAHA BUDIDAYA POLIKULTUR IKAN BANDENG (Chanos chanos), UDANG WINDU (Panaeus monodon) DAN RUMPUT LAUT (Glacilaria sp.) DI KABUPATEN PANGKAJENE DAN KEPULAUAN SKRIPSI NURFIQHI ISLAMIYAH PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PERIKANAN DEPARTEMEN PERIKANAN FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2020
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
i
ANALISIS PENDAPATAN USAHA BUDIDAYA POLIKULTUR
IKAN BANDENG (Chanos chanos), UDANG WINDU (Panaeus
monodon) DAN RUMPUT LAUT (Glacilaria sp.) DI KABUPATEN
PANGKAJENE DAN KEPULAUAN
SKRIPSI
NURFIQHI ISLAMIYAH
PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PERIKANAN
DEPARTEMEN PERIKANAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2020
ii
ANALISIS PENDAPATAN USAHA BUDIDAYA POLIKULTUR
IKAN BANDENG (Chanos chanos), UDANG WINDU (Panaeus
monodon) DAN RUMPUT LAUT (Glacilaria sp.) DI KABUPATEN
PANGKAJENE DAN KEPULAUAN
NURFIQHI ISLAMIYAH
L241 16 001
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pada
Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan
PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PERIKANAN
DEPARTEMEN PERIKANAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2020
iii
iv
v
vi
ABSTRAK
Nurfiqhi Islamiyah. L24116001. “Analisis Pendapatan Usaha Budidaya Polikultur Ikan
Bandeng (Chanos chanos), Udang Windu (Panaeus monodon) dan Rumput Laut
(Glacilaria sp.) di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan” dibimbing oleh M. Chasyim
Hasani, S.Pi., M.Si sebagai pembimbing Utama dan Arie Syahruni Cangara S.Pi.,
M.Si sebagai pembimbing Anggota.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses produksi, pendapatan dan kelayakan
usaha budidaya polikultur Ikan Bandeng (Chanos chanos), Udang Windu (Panaeus
monodon) dan Rumput Laut (Glacilaria sp.) di Kelurahan Bonto Langkasa Kecamatan
Minasatene Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan. Pengambilan data dilaksanakan
pada bulan April – Mei 2020. Metode pengambilan sampel yaitu menggunakan metode
sampel jenuh (sensus) dengan jumlah responden sebanyak 20 orang. Dari hasil
pengolahan data diketahui Pendapatan rata-rata sebesar Rp. 24.093.532,-/Tahun,
penerimaan rata-rata sebesar Rp. 43.984.625,-/Tahun dan total biaya rata-rata
sebesar Rp. 19.891.093,-/Tahun per pelaku usaha budidaya polikultur. Sedangkan dari
hasil analisis kelayakan usaha diperoleh nilai Net Present Value (NPV) sebesar Rp.
223.184.879,-. Net Benefit Cost Rasio (Net B/C Rasio) sebesar 3,17. Internal Rate of
Return (IRR) sebesar 53,95%. Payback Period (PP) diperoleh hasil yaitu 3,2 tahun
sehingga usaha budidaya polikultur Ikan Bandeng (Chanos chanos), Udang Windu
(Panaeus monodon) dan Rumput Laut (Glacilaria sp.) di Kelurahan Bonto Langkasa
Kecamatan Minasatene Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan disimpulkan layak
untuk dikembangkan.
Kata Kunci : Ikan Bandeng; Udang Windu; Glacilaria sp.; polikultur, pendapatan,
kelayakan
vii
ABSTRACT
Nurfiqhi Islamiyah. L24116001. "Analysis of Revenue of Polyculture Cultivation Milkfish
(Chanos chanos), Tiger Shrimp (Panaeus monodon) and Seaweed (Glacilaria sp.) In
Pangkajene Regency and Islands " was guided by M. Chasyim Hasani, S.Pi., M.Sc as
the Main Advisor and Arie Syahruni Cangara S.Pi., M.Sc as the Member Advisor.
This study aims to determine the production process, income and business feasibility of
milkfish polyculture (Chanos chanos), Windu Shrimp (Panaeus monodon) and
Seaweed (Glacilaria sp.) In Bonto Langkasa Village, Minasatene District, Pangkajene
Regency and Islands. Data collection was carried out in April - May 2020. The
sampling method was using the saturated sampling method (census) with a total of 20
respondents. From the results of data processing it is known that the average income
of Rp. 24,093,532, - / year, the average revenue is Rp. 43,984,625, - / year and the
total average cost is Rp. 19,891,093, - / year per polyculture cultivation business actor.
Meanwhile, the results of the business feasibility analysis obtained a Net Present Value
(NPV) of Rp. 223,184,879, -. Net Benefit Cost Ratio (Net B / C Ratio) of 3,17. Internal
Rate of Return (IRR) of 53.95%. The payback period (PP) is 3.2 years so that the
cultivation of milkfish (Chanos chanos), tiger shrimp (Panaeus monodon) and seaweed
(Glacilaria sp.) Polyculture In Bonto Langkasa Village, Minasatene District, Pangkajene
Regency and Islands were concluded as feasible to be developed.
9. Biaya variabel adalah biaya yang berubah secara proposional yang dikeluarkan
oleh pembudidaya polikultur seperti benur, nener, Glacilaria sp., pupuk urea,
pupuk TSP 36, pupuk organik/lainnya, bensin, karung, racun saponin, tenaga
kerja (Rp).
10. Analisis Kelayakan adalah kegiatan untuk menilai apakah usaha tersebut layak
atau tidak untuk dilanjutkan.
27
IV. HASIL
A. Keadaan Umum Lokasi
Keadaan lokasi penelitian mengambarkan keadaan yang terjadi pada lokasi
penelitian yang meliputi beberapa hal sebagai berikut :
1. Kondisi Geografis
Kelurahan Bonto Langkasa memiliki wilayah seluas 10,47 Km2 dengan area
pertambakan seluas 415,68 Ha. Adapun batas-batas wilayah Kelurahan Bonto
Langkasa antara lain :
Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Kabba Kecamatan Minasatene
Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Panaikang Kabupaten Maros
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Maros
Sebelah Barat berbatasan dengan Keluarahan Sibatua Kecamatan Pangkajene
2. Kondisi Demografi
Adapun jumlah penduduk di Kelurahan Bonto Langkasa pada tahun 2018
sebagai berikut :
Tabel 1. Jumlah Penduduk di Kelurahan Bonto Langkasa Kecamatan Minasatene
No Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1 Laki - Laki 2.281 47,71
2 Perempuan 2.500 52,29
Total 4.781 100Sumber : Kecamatan Minasatene Dalam Angka 2019 (BPS-Pangkep 2019b)
3. Sarana dan Prasarana
Adapun sarana dan prasarana yang ada di Kelurahan Bonto Langkasa dapat di
lihat pada tabel berikut :
28
Tabel 2. Jumlah Sarana dan Prasarana di Kelurahan Bonto Langkasa Kecamatan
Minasatene
No Jenis Sarana dan Prasarana Jumlah
1 Masjid 9
2 Mushollah 4
3 SD Sederajat 5
4 SMP Sederajat 2
5 SMA/SMK Sederajat 1
6 Paud 4
7 Kantor Lurah 1
8 Pasar 1
9 Tempat Pelelangan Ikan 1
10 Pustu 3
11 Posyandu 6
12 Koperasi Tani 1
Total 38
Sumber : Kecamatan Minasatene Dalam Angka 2019 (BPS-Pangkep 2019b)
4. Karakteristik Responden
Untuk mengetahui karakteristik responden dilakukan wawancara dengan
menggunakan kuisioner sehingga didapatkan karateristik yang meliputi:
a. Tingkat Umur
Adapun klasifikasi berdasarkan tingkat umur responden dapat dilihat pada tabel
dibawah ini:
Tabel 3. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Usia
No Usia (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%)
1 30 - 35 4 20
2 36 - 40 3 15
3 41 - 45 3 15
4 46 - 50 3 15
5 51 - 55 2 10
6 56 - 60 3 15
7 61 - 65 1 5
8 66 - 70 1 5
Total 20 100Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2020
29
b. Tingkat Pendidikan
Adapun klasifikasi berdasarkan tingkat pendidikan responden dapat dilihat pada
tabel dibawah ini:
Tabel 4. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%)
1 SD 10 50
2 SMP 6 30
3 SMA 2 10
4 S1 2 10
Total 20 100Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2020
c. Jumlah Tanggungan
Adapun klasifikasi berdasarkan jumlah tanggungan responden dapat dilihat
pada tabel dibawah ini:
Tabel 5. Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan
No Jumlah Tanggungan Jumlah (Orang) Persentase (%)
1 1 - 3 10 50
2 4 - 6 9 45
3 7 - 9 0 0
4 10 - 12 0 0
5 13 - 14 1 5
Total 20 100
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2020
d. Pengalaman Kerja
Adapun klasifikasi berdasarkan pengalaman kerja responden dapat dilihat pada
tabel dibawah ini:
Tabel 6. Karakteristik Responden Berdasarkan Pengalaman Kerja Budidaya Polikultur
Ikan Bandeng, Udang Windu dan Glacilaria sp
No Pengalaman Kerja (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%)
1 1 - 2 6 30
2 3 - 4 10 50
3 5 - 6 1 5
4 7 - 8 0 0
5 9 - 10 3 15
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2020
30
e. Luas Lahan
Adapun klasifikasi berdasarkan luas lahan budidaya polikultur dapat dilihat
pada tabel dibawah ini:
Tabel 7. Karakteristik Responden Berdasarkan Luas Lahan
No Luas Lahan (M²) Jumlah (Orang) Persentase (%)
1 < 5.000 3 15
2 5.001 - 10.000 9 45
3 10.001 - 15.000 2 10
4 15.001 - 20.000 4 20
5 20.001 - 25.000 1 5
6 25.001 - 30.000 1 5
Total 20 100
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2020
B. Proses Produksi Polikultur
Dalam proses pembudidayaan terdapat beberapa kegiatan yang dilakukan oleh
pembudidaya. Kegiatan tersebut terbagi dalam enam tahap yang terdiri atas proses
pembuatan dan pembenahan lahan tambak, penebaran benih, pemeliharaan, panen,
penanganan pasca panen, dan pemasaran (Amsari 2017).
Adapun proses budidaya polikultur yang dilakukan oleh pelaku usaha budidaya
polikuktur di Kelurahan Bonto Langkasa, Kecamatan Mianasate Kabupaten
Pangkajene dan Kepulauan sebagai berikut :
31
Gambar 5. Skema Alur Produksi Polikultur
Persiapan Tambak
Pembersihan Hama
Penjemuran Tambak
Sterilisasi Air Tambak
Pemupukan
Penebaran Benur
Penebaran Bibit Rumput Laut Glacilaria sp
Penebaran Nener
Pemeliharaan
Panen
32
C. Analisis Pendapatan
Analisis pendapatan merupakan kegiatan mencari selilsih antara penerimaan
dengan jumlah biaya yang dikeluarkan untuk melihat seberapa banyak keuntungan
yang diterima seseorang dari hasil usaha atau produksi yang dilakukannya.
1. Investasi
Investasi yang dikeluarkan dalam usaha budidaya tambak polikultur di
Kelurahan Bonto Langkasa sebagai berikut:
Tabel 8. Rata-Rata Biaya Investasi Budidaya Polikultur di Kelurahan Bonto Langkasa
Kecamatan Minasatene Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan
No Jenis Investasi Nilai Rata-Rata (Rp.) Persentase (%)
1 Lahan 119.300.000 85,09
2 Pintu Air Utama 5.775.000 4,12
3 Pintu Air Dalam 5.002.500 3,57
4 Mesin Pompa Air 2.350.000 1,68
5 Jaring Pukat 963.500 0,69
6 Keranjang 309.750 0,22
7 Penggali Tanah 155.250 0,11
8 Ember 50.000 0,04
9 Bubu 716.000 0,51
10 Gabus/Coolbox 91.500 0,07
11 Seser 30.500 0,02
12 Jaring Jala 697.500 0,50
13 Rumah Jaga/Gudang 2.607.000 1,86
14 Perahu/Pontong 727.500 0,52
15 Waring Jemuran 610.500 0,44
16 Waring Alas 136.400 0,10
17 Karung 15.750 0,01
18 Gerobak 442.250 0,32
19 Senter 200.000 0,14
20 Tongkat Bambu 28.750 0,02
140.209.650 100,00Total Investasi
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2020
2. Biaya
Biaya adalah pengorbanan yang dikeluarkan untuk menghasilkan suatu produk
atau jasa, adapun biaya yang dimaksud meliputi biaya tetap yang merupakan biaya
yang akan tetap dikeluarkan baik usaha berjalan atau tidak dan biaya variabel yang
merupakan biaya yang jumlahnya akan berubah sesuai output produksi. Total biaya
akan didapatkan setelah menjumlahkan seluruh biaya baik biaya tetap maupun biaya
variabel.
33
Tabel 9. Rata-Rata Biaya Budidaya Polikultur di Kelurahan Bonto Langkasa
Kecamatan Minasatene Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan
Nilai Rata-Rata (Rp.) Persentase (%)
1. Penyusutan
Pintu Air Utama 590.833 9,96
Pintu Air Dalam 557.458 9,40
Mesin Pompa Air 438.786 7,40
Jaring Pukat 216.655 3,65
Keranjang 132.250 2,23
Penggali Tanah 36.058 0,61
Ember 15.408 0,26
Bubu 202.494 3,41
Gabus/Coolbox 42.733 0,72
Seser 20.083 0,34
Jaring Jala 183.488 3,09
Rumah Jaga/Gudang 313.250 5,28
Perahu/Pontong 142.506 2,40
Waring Jemuran 150.832 2,54
Waring Alas 28.780 0,49
Karung 14.475 0,24
Gerobak 147.817 2,49
Senter 66.667 1,12
Tongkat Bambu 3.250 0,05
2. Pajak 241.850 4,08
3. Sewa Lahan 2.386.000 40,22
5.931.674 100
Nener 425.000 3,04
Benur 1.920.000 13,75
Rumput Laut Glacilaria sp 510.000 3,65
Pupuk Urea 589.500 4,22
Pupuk TSP 615.000 4,41
Pupuk Poska/Organik/Lainnya 163.500 1,17
Racun Saphonin 255.000 1,83
Racun Marshal/Lainnya 149.000 1,07
Bensin 82.400 0,59
Tenaga Kerja Rumput Laut 4.937.500 35,37
Tenaga Kerja Tambak 4.312.519 30,89
13.959.419 100
Total Biaya Tetap 5.931.674 29,82
Total Biaya Variabel 13.959.419 70,18
19.891.093 100
Uraian
Total Biaya Tetap
Total Biaya Variabel
Total Biaya
A. Biaya Tetap
B. Biaya Variabel
C. Biaya Total (A +B)
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2020
34
3. Penerimaan
Penerimaan adalah seluruh hasil penjualan dari Ikan bandeng, Udang Windu
dan Glacilaria sp. yang diterima oleh para pelaku usaha budidaya polikultur yang ada
di Kelurahan Bonto Langkasa.
Tabel 10. Rata-Rata Penerimaan Usaha Budidaya Polikultur di Kelurahan Bonto
Langkasa Kecamatan Minasatene Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan
No Komoditi Harga (Rp) Jumlah Penerimaan Persentase (%)
1 Ikan Bendeng 10.992 1.438 15.022.500 34,15
2 Udang Windu 89.592 161 14.149.625 32,17
3 Rumput Laut 3.000 4.939 14.812.500 33,68
43.984.625 100
14.661.542
Jumlah
Rata-Rata
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2020
4. Pendapatan
Adapun pendapatan yang diterima pelaku usaha budidaya polikultur di
Kelurahan Bonto Langkasa sebagai berikut.
Tabel 11. Rata-Rata Pendapatan Usaha Budidaya Polikultur di Kelurahan Bonto
Langkasa Kecamatan Minasatene Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan
1 Total Penerimaan (TR) 879.692.500 43.984.625 182,6
2 Total Biaya (TC) 397.821.856 19.891.093 82,6
481.870.644 24.093.532 100
Persentase (%)
Pendapatan (TR-TC)
No Uraian JumlahNilai Rata-Rata
(Rp)
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2020
D. Analisis Kelayakan
Untuk melihat kelayakan usaha budidaya polikultur yang ada di Kelurahan
Bonto Langkasa Kecamatan Minasatene Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan dapat
diketahui setelah dilakukan analisis finansial sebagai berikut:
Tabel 12. Hasil Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Polikultur di Kelurahan Bonto
Langkasa Kecamatan Minasatene Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan
No Jenis Analisis Kelayakan Hasil yang diperolah
1 Net Present Value (NPV) Rp. 223.184.879
2 Net Benefit-Cost Rasio (B/C) 3,17
3 Internal Rate of Return (IRR) 53,95%
4 Payback Period (PP) 3,2 Tahun
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2020
35
V. PEMBAHASAN
A. Keadaan Umum Lokasi
Keadaan lokasi penelitian mengambarkan keadaan yang terjadi pada lokasi
penelitian yang meliputi beberapa hal sebagai berikut :
1. Kondisi Geografis
Kecamatan Minasatene memiliki wilayah seluas 76,48 Km2 yang terdiri dari 6
kelurahan dan 2 desa yaitu Kelurahan Bonto Langkasa, Kelurahan Bontolio, Kelurahan
Minasatene, Kelurahan Kalabirang, Kelurahan Bontoa, Desa Panaikang dan Desa
Kabba. Kelurahan Bonto Langkasa memiliki wilayah seluas 10,47 Km2 yang berjarak 7
Km dari ibukota Kecamatan Minasatenete dan 8 Km dari ibukota Kabupaten Pangkep
dengan ketinggian dari permukaan laut <50 mdpl. Adapun batas-batas wilayah
Kelurahan Bonto Langkasa antara lain :
Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Kabba Kecamatan Minasatene
Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Panaikang Kabupaten Maros
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Maros
Sebelah Barat berbatasan dengan Keluarahan Sibatua Kecamatan Pangkajene
Kelurahan Bonto langkasa terdiri dari 8 RW yaitu Kalibone, Pa’reang, Banggae,
Appaka sungguh, Japing-Japing Selatan, Japing-Japing Utara, Japing-Japing Tengah
dan Japing-Japing dengan luas area tambak 415,68 Ha.
2. Kondisi Demografi
Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa jumlah penduduk di Kelurahan Bonto
Langkasa sebanyak 4.781 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 2.281 jiwa
dengan presentasi 47,71% sedangkan jumlah pendududk perempuan sebanyak 2.500
jiwa dengan presentasi 52,29%. Kelurahan Bonto Langkasa yang memiliki luas wilayah
10,47 Km2 menunjukkan kepadatan penduduk 456,64 Km2/Jiwa.
3. Sarana dan Prasarana
Berdasarkan tabel 2 jumlah sarana dan prasarana yang ada di Kelurahan
Bonto Langkasa sebanyak 38 unit yang terdiri dari Masjid, Mushollah, SD Sederajat,
SMP Sederajat, SMA/SMK Sederajat, Paud, Kantor Lurah, Pasar, Tempat Pelelangan
Ikan, Pustu, Posyandu dan Koperasi Tani.
36
4. Karakteristik Responden
Karakteristik responden dalam penelitian ini merupakan pelaku usaha budidaya
polikultur Ikan Bandeng, Udang Windu dan Rumput Laut Glacilaria sp. di Kelurahan
Bonto Langkasa. Untuk mengetahui karakteristik responden dilakukan wawancara
dengan menggunakan kuisioner sehingga didapatkan karateristik yang meliputi tingkat
umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, pengalaman kerja dan luas
lahan/tambak sebagai berikut:
a. Tingkat Umur
Umur pelaku usaha budidaya polikultur memiliki peran penting dalam kegiatan
budidaya. Hal ini dapat dilihat dari penampakan fisiknya, umumnya orang yang lebih
tua memiliki kemampuan fisik yang lebih menurun sedangkan yang lebih muda
memiliki kemampuan fisik yang lebih kuat. Selain itu usia juga mempengaruhi
kemampuan menerima inovasi baru dan pengalaman.
Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat jumlah responden sebanyak 20 orang.
Jumlah responden terbanyak pada kisaran usia 30-35 tahun dan jumlah responden
tersedikit pada kisaran usia 61-65 tahun dan 66-70 tahun. Usia para pelaku usaha
budidaya polikultur termasuk dalam tenaga kerja produktif yakni di bawah 65 dan di
atas 15 tahun namun masih ada pelaku usaha yang berumur di atas 65 tahun yang
masih aktif melakukan usaha budidaya polikultur.
b. Tingkat Pendidikan
Pendidikan merupakan proses perubahan sikap dan tata laku sesorang atau
sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran
dan pelatihan yang bertujuan untuk meningkatkan potensi diri. Tingkat pendidikan yang
lebih tinggi akan memudahkan seseorang atau masyarakat untuk menyerap informasi
dan mengimplementasikannya dalam perilaku dan gaya hidup sehari-hari.
Berdasarkan tabel 4 dapat dilihat jumlah responden dengan tingkat pendidikan
terbanyak yaitu pada tingkat pendidikan Sekolah Dasar (SD) sebanyak 10 orang
dengan persentasi 50% sedangkan tingkat pendidikan dengan jumlah responden
terendah yaitu pada tingkat pendidikan SMA dan S1 dengan jumlah responden
masing-masing 2 orang.
c. Jumlah Tanggungan
Jumlah tanggungan adalah jumlah anggota keluarga yang terdiri dari istri, anak
dan anggota keluarga lainnya yang tinggal bersama dan menjadi tanggungan kepala
37
keluarga. Berdasarkan tabel 5 dapat dilihat jumlah tanggungan responden terbanyak
berada pada jumlah tanggungan antara 1-3 orang dengan persentasi 50% sedangkan
responden dengan jumlah tanggungan terendah antara 13-14 orang sebanyak 1 orang
atau 5% dari jumlah responden.
d. Pengalaman Kerja
Pengalaman kerja menjadi modal utama untuk melakukan suatu pekerjaan
yang berfungsi untuk meminimalisir kegagalan suatu usaha yang ditekuni. Pengalaman
kerja dapat dilihat dari berapa lama seseorang menekuni pekerjaan tersebut.
Berdasarkan tabel 6 dapat pengalaman kerja sebagai pelaku usaha budidaya
polikultur terbesar berkisar antara 3-4 tahun yaitu sebanyak 10 orang sedangkan
pelaku usaha budidaya polikultur terendah berkisar antara 5-6 tahun yaitu sebanyak 1
orang.
e. Luas Lahan
Luas lahan adalah tempat yang digunakan untuk melakukan usaha budidaya
polikultur. Luas lahan berpengaruh terhadap biaya produksi yang akan dikeluarkan,
semakin luas lahan yang dikelola semakin besar pula biaya produksi yang akan
dikeluarkan.
Berdasarkan tabel 7 menunjukkan luas lahan yang paling banyak digunakan
pelaku usaha budidaya polikultur berkisar antara 5.001 – 10.000 M2 dengan jumlah
responden sebanyak 9 orang. Sedangkan untuk luas lahan berkisar antara 20.001 –
25.000 M2 dan 25.001 – 30.000 M2 merupakan luas lahan dengan pelaku usaha
budidaya polikultur paling sedikit dengan jumlah responden masing-masing 1 orang.
B. Proses Produksi Polikultur
Usaha budidaya polikultur di Kelurahan Bonto Langkasa Kecamatan
Minasatene Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan masih dilakukan dengan cara
tradisional. Berdasarkan alur produksi pada gambar 5 di atas dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. Persiapan Tambak
Persiapan tambak dilakukan dengan mengecek secara fisik kondisi tambak.
Persiapan tambak meliputi perbaikan pematang dan pintu air tambak. Perbaikan
pematang dilakukan dengan menaikkan tanah lumpur dari dalam tambak ke atas
pematang tambak dan menutup lubang-lubang yang ada di sepanjang pematang hal
ini juga dimaksudkan untuk memperkokoh pematang tambak agar tidak terjadi
38
kebocoran. Perbaikan pintu air dimaksudkan untuk menjaga sirkulasi air dalam tambak
sehingga pengontrolan air dalam tambak lebih mudah.
2. Pembersihan hama
Pembersihan hama dilakukan dengan pemberian racun saponin dan racun
lainnya. Pemberian racun ini berfungsi untuk membasmi hama atau organisme
kompotitor dan organisme predator dalam media budidaya seperti Ikan Mujair (Tilapia
mossambica), Ikan Kakap (Lates calcalifer), Ikan Payus (Elops hawaiensis), Kepiting
(Scylla serrata), Ular, siput trisipan dan lainnya. Pemberian racun saponin ini dilakukan
dengan mengurangi volume air dalam tambak setelah panen sebanyak 5 kg/Hektar,
sedangkan untuk racun lainnya disesuaikan dengan kondisi air tambak.
3. Penjemuran tambak
Penjemuran dilakukan setelah pemberian racun selama 1 – 5 hari. Untuk
tambak yang baru akan di tanami rumput laut dilakukan penjemuran 3-5 hari
sedangkan untuk tambak yang sudah memiliki rumput laut di dalamnya hanya akan
dijemur selama 1 hari saja guna menjaga agar rumput laut yang ada tetap hidup
sehingga tidak perlu lagi melakukan pembibitan ulang rumput laut.
4. Sterilisasi air tambak
Setelah penjemuran selesai, dilakukan pengisian air setinggi 1 – 1,5 meter
tergantung kedalaman tambak yang didiamkan selama 1 – 2 hari setelah itu dilakukan
pergantian air, dimana air yang ada di dalam tambak akan dikeluarkan dan diganti
dengan air baru.
5. Pemupukan
Pemupukan dilakukan setelah pengisian air yang baru. Pupuk yang digunakan
yaitu Pupuk Urea dan Pupuk TSP (Triple Super Phosphat) atau dikenal dengan pupuk
SP- 36 dengan perbandingan 1 : 1 dalam 1 Hektar tambak digunakan 4 sak pupuk.
Pemupukan ini bertujuan untuk menumbuhkan phytoplankton dalam tambak yang akan
menjadi pakan alami untuk udang dan ikan. Penggunaan pupuk urea dapat memacu
pertumbuhan phytoplankton yang bersifat stabil dalam tambak sedangkan penggunaan
TSP 36 digunakan untuk menumbuhkan phytoplankton yang dapat memacu
berkembangnya zooplankton sebagai pakan alami untuk udang. Pemupukan dilakukan
2 – 3 kali dalam 1 tahun tergantung frekuensi penebaran benur.
39
6. Penebaran Benur
Setelah pemupukan dilakukan pengisian air secara bertahap. Kemudian
dilakukan penebaran benur dengan kepadatan 10.000 ekor/hektar. Penebaran benur
ini dilakukan 2 – 3 kali 1 tahun.
7. Penebaran bibit rumput laut
Penebaran bibit rumput laut bisa di lakukan kapan saja. Para petambak
biasanya melakukan penebaran bibit rumput laut 7 hari setelah penebaran benur.
Penebaran bibit rumput laut sebanyak 500 – 1000 kg untuk 1 hektar tambak, biasanya
dilakukan 1 kali untuk beberapa periode atau baru akan diganti jika kualitas bibitnya
sudah menurun.
8. Penebaran Nener
Penebaran nener dilakukan 15 hari setelah penebaran benur dengan
kepadatan 2.000 ekor/hektar. Penebaran nener dilakukan 1 – 2 kali 1 tahun.
9. Pemeliharaan
Pemeliharaan yang dilakukan yaitu penambahan pupuk dan pergantian air.
Penambahan pupuk dilakukan 1 atau 2 bulan setelah penebaran nener sebanyak 1
sak pupuk. Untuk rumput laut diberikan pupuk poska atau pupuk organik setiap kali
selesai panen sebanyak 5 – 10 kg pupuk untuk memacu kembali pertumbuhan rumput
laut tersebut yang secara tidak langsung juga akan mempengaruhi pertumbuhan
phytoplankton sebagai pakan alami ikan dan udang. Pergantian air dalam tambak
dilakukan 2 – 3 kali dalam 1 bulan.
10. Panen
Pemanenan dilakukan secara bertahap. Untuk panen Udang Windu dilakukan
pada umur 3 – 4 bulan sedangkan Ikan Bandeng dilakukan pada umur 6 – 12 bulan.
Sedangkan untuk rumput laut akan dipanen setelah 1 – 2 bulan pemeliharaan.
Pemanenan yang pertama dilakukan adalah panen rumput laut. Pemanenan
rumput laut dilakukan dengan mengambil langsung rumpun rumput laut tersebut
menggunakan seser yang akan ditampung di atas perahu, kemudian di naikkan ke
pematang tambak untuk dilakukan penjemuran selama 1 hari. Untuk 1 hektar tambak
pemanenan rumput laut bisa berlangsung selama 7 hari tergantung volume panen
yang dilakukan petambak dengan hasil panen sebanyak 500 – 1.500 kg per panen.
Kemudian setelah panen akan dilakukan pemberian pupuk dan pemeliharaan kembali
selama 1 – 2 bulan sebelum panen berikutnya. pemanenan dapat dilakukan sepanjang
40
musim kemarau atau selama curah hujan masih rendah karena penjemuran rumput
laut sangat bergantung pada intensitas cahaya matahari.
Pemanenan yang kedua yaitu panen Udang Windu, pemanenan Udang Windu
dilakukan 1 – 3 hari untuk 1 siklus penebaran benur. Pemanenan dilakukan dengan
memasang bubu di pintu air tambak atau di kolom saluran air tambak. Pemanenan
dilakukan setelah 3 – 4 bulan pemeliharaan dengan jumlah panen sebanyak 20 – 100
Kg per panen dengan berat Udang Windu kisaran 22 – 34 ekor/Kg. Setelah panen
Udang Windu dianggap selesai akan dilakukan pembersihan dan pemberian pupuk
kembali dengan catatan Ikan Bandeng yang ada di dalam tambak telah di pindahkan
ke tambak lainnya. Setelah pembersihan dan pemberian pupuk dilakukan penebaran
benur untuk siklus berikutnya kemudian Ikan Bandeng dimasukkan kembali ke dalam
tambak.
Pemanenan yang ketiga yaitu panen Ikan Bandeng, pemanenan Ikan bandeng
dilakukan secara bertahap 2 – 5 kali dalam 1 tahun. Pembudidaya akan mulai
memanen Ikan Bandeng di umur 6 bulan ke atas, pemanenan dilakukan untuk
mengurangi jumlah ikan dalam tambak agar terjadi keseimbangan antara Ikan, Udang
dan rumput laut. Keberadaan Ikan bandeng sangat berpengaruh besar terhadap
pertumbuhan rumput laut, Ikan Bandeng akan memakan phytoplankton atau lumut
yang menempel pada rumput laut yang dapat menghambat pertumbuhan rumput laut
atau dengan kata lain antara Ikan Bandeng dan rumput laut terjadi hubungan simbiosis
mutualisme begitupun antara Udang Windu dan rumput laut. Pemanenan dilakukan 1
hari untuk 1 kali panen menggunakan jaring pukat sesuai ukuran Ikan Bandeng. Untuk
panen Ikan Bandeng biasanya sebanyak 100 – 300 ekor/panen dengan harga
bervariasi sesuai besarnya ukuran ikan dengan kisaran harga Rp. 7.000 – Rp. 30.000 /
ekor.
C. Pendapatan Usaha Polikultur
1. Investasi
Investasi didefinisikan sebagai penanaman modal atau pembentukan modal,
sedangkan dalam konteks makro ekonomi investasi adalah pengeluaran atau
pembelanjaan barang-barang modal dan perlengkapan produksi untuk menambah
barang dan jasa yang tersedia dalam perekonomian (Hasanah and Sunyoto 2012).
Adapun investasi yang dikeluarkan pelaku usaha budidaya polikutur di Kelurahan
Bonto Langkasa Kecamatan Minasatene Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan
sebagai berikut :
41
a. Lahan
Lahan merupakan tempat atau lokasi yang digunakan dalam proses pemeliharaan
komoditi yang dibudidayakan baik secara monokultur maupun polikultur. Adapun
besarnya biaya yang dikeluarkan untuk pengadaan lahan tambak pelaku usaha
budidaya polikultur di Kelurahan Bonto Langkasa Kabupaten Pangkep sebesar Rp.
119.300.000.
b. Pintu Air Utama
Pintu air utama atau laban merupakan pengendali atau pengatur air dalam
operasional budidaya. Pintu air utama berfungsi sebagai saluran utama keluar
masuknya air yang berhubungan langsung dengan sungai atau sumber air yang
telah dilengkapi dengan saringan air. Pintu air terbuat dari kayu ulin/kayu besi dan
kayu jati, dengan rata-rata biaya pembuatan sebesar Rp. 5.775.000.
c. Pintu Air Dalam
Pintu air dalam atau tokoan merupakan pintu air sekunder yang berfungsi sebagai
saluran keluar masuknya air dari pintu air utama ke dalam petakan tambak dengan
rata-rata biaya pembuatan sebesar Rp. 5.002.500.
d. Mesin Pompa Air
Mesin pompa air merupakan mesin yang dapat digunakan untuk memasukkan dan
mengeluarkan air dalam tambak. Mesin pompa air ini digunakan ketika akan
melakukan pengeringan atau pengisian air tambak jika di anggap perlu tergantung
kondisi air tambak. Mesin pompa air diperoleh dengan rata-rata harga pembelian
sebesar Rp. 2.350.000.
e. Jaring Pukat
Jaring pukat merupakan alat tangkap yang digunakan untuk menangkap Ikan
Bandeng. Jaring pukat didesain untuk menangkap ikan yang terbuat dari simpulan-
simpulan tali tasi yang ukurannya menyesuaikan dengan ukuran ikan yang menjadi
target tangkapan. Jaring pukat biasanya memiliki panjang sekitar 20 – 50 meter
yang digunakan dengan cara dibentangkan di dalam tambak. Adapun biaya rata-
rata yang dikeluarkan untuk memperoleh jaring pukat sebesar Rp. 963.500.
f. Keranjang
Keranjang merupakan wadah yang digunakan untuk menampung Ikan atau udang
yang akan di jual. Keranjang ini diangkat menggunakan tongkat bambu menuju
tempat penjualan. Biaya rata-rata yang dikeluarkan untuk memperoleh keranjang
sebesar Rp. 309.750.
g. Penggali Tanah
Penggali tanah merupakan alat pengeruk tanah yang digunakan untuk
memudahkan petambak memindahkan tanah lumpur dari dalam tambak ke atas
42
pematang tambak. Biaya rata-rata yang dikeluarkan untuk memperoleh penggali
tanah sebesar Rp. 155.250.
h. Ember
Ember merupakan tempat air yang berbentuk silinder terbuat dari plastik dipakai
untuk menimba air dan sebagainya. Dalam kegiatan budidaya, ember digunakan
untuk kegiatan pemupukan juga pemeliharaan dan pemanenan. Biaya rata-rata
yang dikeluarkan untuk memperoleh ember sebesar Rp. 50.000.
i. Bubu
Bubu merupakan alat tangkap yang bersifat pasif yang dipasang sebagai
perangkap ikan berbentuk kurungan sehingga ikan yang terperangkap tidak dapat
keluar lagi. Bubu yang digunakan dalam kegiatan budidaya polikultur adalah bubu
untuk menangkap udang dengan biaya rata-rata yang dikeluarkan untuk
memperoleh bubu sebesar Rp. 716.000.
j. Gabus / Coolbox
Gabus / Coolbox digunakan sebagai wadah penampungan Udang yang telah di
tangkap sebagai tempat penyimpanan sementara sebelum di bawah ke tempat
penjualan dengan biaya rata-rata yang dikeluarkan untuk memperoleh gabus
sebesar Rp. 91.500.
k. Seser
Seser yang digunakan dalam kegiatan budidaya polikultur terbuat dari waring yang
dijahit melingkar yang berfungsi sebagai wadah pemeliharaan sementara, juga
dapat digunakan dalam kegiatan pemanenan. Biaya rata-rata yang dikeluarkan
untuk memperoleh seser sebesar Rp. 30.500.
l. Jaring Jala
Jaring jala merupakan jaring yang berbentuk lingkaran dengan pemberat pada tepi-
tepinya. Jaring jala ini digunakan untuk mengecek pertumbuhan udang windu pada
proses pemeliharaan. Biaya rata-rata yang dikeluarkan untuk memperoleh jaring
jala sebesar Rp. 697.500.
m. Rumah Jaga/Gudang
Rumah jaga merupakan tempat istirahat bagi para petambak setelah bekerja,
rumah jaga juga digunakan untuk menyimpan alat dan bahan produksi yang
digunakan dalam proses budidaya, selain itu rumah jaga juga digunakan sebagai
gudang penyimpanan rumput laut yang telah kering. Untuk pembuatan rumah jaga/
gudang petambak rata-rata mengeluarkan biaya sebesar Rp. 2.607.000.
n. Perahu/Pontong
Perahu merupakan benda yang dapat mengapung di atas permukaan air. Perahu
yang digunakan dalam kegiatan budidaya polikultur di Kelurahan Bonto Langkasa
43
dikenal dengan sebutan pontong yang terbuat dari belahan drum air yang diikat
dengan tali dan kayu menyerupai perahu dan ada juga yang terbuat dari potongan
gabus yang berfungsi sebagai pegangkut tanah dan digunakan untuk memanen
rumput laut dalam tambak. Biaya rata-rata yang dikeluarkan untuk memperoleh
perahu/pontong sebesar Rp. 727.500.
o. Waring Jemuran
Waring jemuran yang dimaksud adalah waring hitam yang terbuat dari anyaman
benang polietilen. Waring ini digunakan sebagai alas dalam penjemuran rumput
laut Glacilaria sp., dengan cara digelar di atas pematang tambak. Biaya rata-rata
yang dikeluarkan untuk memperoleh waring jemuran sebesar Rp. 610.500.
p. Waring Alas
Waring alas yang dimaksud adalah waring hijau yang terbuat dari anyaman benang
polietilen yang memiliki lubang lebuh kecil dari waring hitam. Waring ini digunakan
sebagai alas penyimpanan rumput laut Glacilaria sp. di rumah jaga/gudang agar
rumput laut kering tidak tercecer atau berantakan dengan biaya rata-rata yang
dikeluarkan untuk memperoleh waring alas sebesar Rp. 136.400.
q. Karung
Karung digunakan sebagai wadah untuk mengumpulkan rumput laut yang basah
atau kering. Dalam keadaan basah, karung digunakan untuk memindahkan rumput
laut dari tempat penampungan ke atas waring jemuran untuk di tata. Sedangkan
dalam keadaan kering, karung digunakan untuk mengumpulkan rumput laut kering
yang akan disimpan di gudang. Selain untuk rumput laut, karung juga digunakan
dalam pemanenan Ikan Bandeng untuk mengangkut ikan ke tempat penjualan.
Biaya rata-rata yang dikeluarkan untuk memperoleh karung sebesar Rp. 15.750.
r. Gerobak
Gerobak merupakan benda dengan roda yang dapat di dorong atau ditarik.
Gerobak digunakan sebagai alat bantu pengangkut dalam pemanenan rumput laut
dengan biaya rata-rata yang dikeluarkan untuk memperoleh gerobak sebesar Rp.
442.250.
s. Senter
Senter merupakan alat penerangan yang digunakan untuk menunjang kegiatan
budidaya di malam hari. Senter digunakan untuk mengecek keaktifan udang di
malam hari dan juga digunakan dalam kegiatan panen ikan yang biasa dilakukan
dini hari. Biaya rata-rata yang dikeluarkan untuk memperoleh senter sebesar Rp.
200.000.
44
t. Tongkat Bambu
Tongkat bambu merupakan alat yang digunakan untuk mengangkut keranjang dan
atau karung dalam kegiatan budidaya dengan biaya rata-rata yang dikeluarkan
untuk memperoleh tongkat bambu sebesar Rp. 28.750.
2. Biaya
Biaya adalah pengeluaran atau pengorbanan untuk memperoleh manfaat dari
barang atau jasa yang digunakan. Adapun biaya-biaya dalam kegiatan usaha budidaya
polikultur di Kelurahan Bonto Langkasa Kecamatan Minasatene Kabupaten
Pangkajene dan Kepulauan sebagai berikut :
a. Biaya Tetap
Biaya tetap merupakan jenis biaya yang bersifat statis atau tidak berubah yang
tetap dikeluarkan oleh pelaku usaha yang tidak dipengaruhi oleh jumlah produksi
yang dihasilkan. Adapun biaya tetap yang dikeluarkan pelaku usaha budidaya
polikultur di Kelurahan Bonto Langkasa sebesar Rp. 5.931.674 per tahun yang
terdiri dari penyusutan, pajak dan sewa lahan. Adapun biaya tetap terkecil yaitu
penyusutan tongkat bambu sebesar Rp. 3.250 atau 0,05% sedangkan untuk biaya
tetap terbesar dikeluarkan untuk sewa lahan yaitu sebesar Rp. 2.386.000 atau
44,22% dari total biaya tetap.
b. Biaya Variabel
Biaya Variabel merupakan biaya yang bersifat dinamis atau berubah-ubah sesuai
jumlah produksi yang akan dihasilkan. Adapun biaya variabel yang dikeluarkan
pelaku usaha budidaya polikultur di Kelurahan Bonto Langkasa sebesar Rp.
13.595.419 per tahun. Adapun biaya tetap terkecil yaitu pembelian bahan bakar
bensin sebesar Rp. 82.400 atau 0,59% sedangkan untuk biaya variabel terbesar
dikeluarkan untuk tenaga kerja rumput laut Glacilaria sp. yaitu sebesar Rp.
4.937.500 atau 35,37% dari total biaya variabel.
c. Total Biaya
Total biaya merupakan seluruh biaya yang dikeluarkan dalam suatu kegiatan
produksi yang terdiri dari total biaya tetap dan total biaya variabel. Adapun total
biaya yang dikeluarkan oleh pelaku usaha budidaya polikultur di Kelurahan Bonto
Langkasa sebesar Rp. 19.891.093 per tahun. Total biaya terdiri dari biaya tetap
sebesar Rp. 5.931.674 atau 29,82% dan biaya variabel sebesar Rp. 19.959.419
atau 70,18% dari total biaya yang dikeluarkan.
45
3. Penerimaan
Penerimaan merupakan didefinisikan sebagai nilai produk total usahatani
dalam jangka waktu tertentu. Adapun jenis penerimaan yang diterima oleh pelaku
usaha budidaya polikultur di Kelurahan Bonto Langkasa berasal dari hasil penjualan 3
jenis komuditi yang dibudidayakan. Adapun komoditi yang dimaksud yaitu pertama,
Ikan Bandeng (Chanos chanos) dengan jumlah produksi rata-rata sebanyak 1.438
ekor/tahun menghasilkan penerimaan sebanyak Rp. 15.022.500 pertahun atau
sebesar 34,15% dari total penerimaan budidaya polikultur. Kedua, Udang Windu
(Panaeus monodon) dengan jumlah produksi rata-rata sebanyak 161 Kg/tahun
menghasilkan penerimaan sebanyak Rp. 14.149.625 pertahun atau sebesar 32,17%
dari total penerimaan budidaya polikultur. Ketiga, Rumput Laut (Glacilaria sp.) dengan
jumlah produksi rata-rata sebanyak 4.939 Kg/tahun menghasilkan penerimaan
sebanyak Rp. 14.812.500 pertahun atau sebesar 33,68% dari total penerimaan
budidaya polikultur. Sehingga total penerimaan yang diperoleh dari usaha budidaya
polikultur tersebut sebesar Rp. 43.984.625 per tahun.
Di tambak Desa Borimasunggu Kabupaten Maros diperoleh hasil perhitungan
penerimaan dari Ikan Bandeng (Chanos chanos) dengan jumlah produksi rata-rata
sebanyak 471 ekor/musim menghasilkan penerimaan sebanyak Rp. 9.200.000, Udang
Windu (Panaeus monodon) dengan jumlah produksi rata-rata sebanyak 165 Kg/musim
menghasilkan penerimaan sebanyak Rp. 13.200.000 dan Rumput Laut (Glacilaria sp.)
dengan jumlah produksi rata-rata sebanyak 4.285 Kg/musim menghasilkan
penerimaan sebanyak Rp. 25.714.300 sehingga total penerimaan yang diperoleh dari
usaha budidaya polikultur tersebut sebesar Rp. 48.334.300 per musim (Mangampa
and Burhanuddin 2014).
4. Pendapatan
Pendapatan merupakan hasil penjumlahan penerimaan yang diperoleh
dikurangi jumlah biaya total yang dikeluarkan. Adapun total penerimaan pelaku usaha
budidaya polikultur sebesar Rp. 879.692.500 pertahun dengan rata-rata penerimaan
sebesar Rp. 43.984.625 per orang. Sedangkan untuk total biaya yang dikeluarkan
sebesar Rp. 397.812.865 per tahun dengan rata-rata total biaya sebesar Rp.
19.891.093 per orang. Sehingga dapat diketahui bahwa besarnya pendapatan pelaku
usaha budidaya polikultur di Kelurahan Bonto Langkasa sebesar Rp. 481.870.644 per
tahun dengan rata-rata pendapatan pelaku usaha sebesar Rp. 24.093.532 per pelaku
usaha budidaya polikultur.
46
Luas lahan tambak untuk budidaya perikanan di Kabupaten Luwu tercatat
10.141 hadan menyebar di 11 kecamatan yang digarap oleh 4.500 KK dengan jumlah
produksi (termasuk rumput laut) sebanyak 252.359,76 ton pada tahun 2013. Sampai
pada tahun 2017 luas lahan tambak terus mengalami peningkatan karena adanya
pembukaan lahan tambak baru yang ditaksir mencapai 10% menjadi sekitar 11.155 ha.
Produktivitas areal tambak sampai pada tahun 2014 (dengan polikultur) rata-rata
hanya 24,88 ton/ha/tahun dianggap masih sangat rendah dari yang ideal yaitu 70
ton/ha/tahun. Dari 50 responden, didapat rata-rata luas lahan garapan mereka 2,56 ha
tambak dengan keuntungan diperolehnya rata-rata Rp.19.608.000,- per musim panen
(Yasir and Nur 2018).
Di tambak Desa Borimasunggu Kabupaten Maros diperoleh hasil perhitungan
pendapatan atau keuntungan sebesar Rp 22.694.300/ha/musim dengan total biaya
sebesar Rp 25.640.000/musim dan penerimaan sebesar Rp 48.334.300 dengan 1 kali
panen udang dan ikan dan 2 kali panen rumput laut dalam jangka waktu 3-4 bulan
(Mangampa and Burhanuddin 2014).
D. Kelayakan Usaha Polikultur
Secara khusus, suku bunga menjadi hal yang harus sangat diperhatikan dan
berpengaruh terhadap analisis finansial dari suatu proyek terutama ketika modal dari
suatu proyek diperoleh melalui pinjaman. Hal tersebut dikarenakan bunga yang harus
dibayarkan dalam suatu proyek merupakan komponen biaya dan unsur yg mengurangi
revenue (PSDADK 2017a). Di Indonesia terdapat beberapa jenis suku bunga pinjaman
meliputi suku bunga investasi, konsumsi dan modal kerja, di antara ketiganya suku
bunga investasi adalah yang terendah maka dalam penelitian ini menggunakan suku
bunga pinjaman investasi yang diberikan oleh bank sentral kepada bank umum
sebesar 9,70% yang dapat dilihat di laman resmi BI sehingga kita dapat mengetahui
hasil analisis kelayakan finansial usaha budidaya polikultur di Kelurahan Bonto
Langkasa Kecamatan Minasatene Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan sebagai
berikut.
1. Net Present Value (NPV)
Net Present Value adalah selisih antara Present Value Benefit dikurangi
dengan Present Value Cost. Hasil NPV dari suatu proyek yang dikatakan layak secara
finansial adalah yang menghasilkan nilai NPV bernilai positif (PSDADK 2017a).
Berdasarkan hasil perhitungan NPV dengan Discount Factor (DF) sebesar
9,70% berturut-turut. Discount Factor (DF) yang digunakan sesuai suku bunga
pinjaman investasi yang di keluarkan Bank Indonesia kepada bank umum. Sehingga
47
diperoleh hasil NPV pada tingkat suku bunga 9,70% sebesar Rp. 223.184.879,- yang
menunjukkan bahwa laba bersih yang diterima selama 10 tahun mendatang jika diukur
dengan nilai sekarang sebesar Rp. 223.184.879,-,- berarti usaha budidaya polikultur
tersebut menguntungkan selama 10 tahun mendatang pada tingkat suku bunga 9,70%.
Hasil NPV dari usaha budidaya polikultur di Kelurahan Bonto Langkasa Kecamatan
Minasatene Kabupaten Pangkep menunjukkan nilai NPV positif sehingga usaha
tersebut di katakan layak secara finansial.
2. Net Benefit – Cost Rasio (Net B/C)
Analisis Benefit Cost Rasio digunakan untuk mengevaluasi kelayakan proyek
dengan membandingkan total manfaat terhadap total biaya yang telah didiskonto ke
tahun dasar dengan memakai nilai suku bunga diskonto (discount rate) selama tahun
rencana (PSDADK 2017a).
Berdasarkan hasil perhitungan Net Benefit Cost Rasio pada lampiran 14
menunjukkan nilai BCR lebih besar dari 1 yaitu sebesar 3,17 yang diperoleh dari
perbandingan nilai Present value positif yaitu sebesar Rp. 306.021.974,- terhadap nilai
present value negatif sebesar Rp. 102.837.095,- selama 10 tahun sehingga dapat
simpulkan bahwa usaha budidaya polikultur tersebut layak untuk dilaksanakan. Hal ini
menunjukkan keuntungan yang diperoleh sebesar 3,17 kali lipat dari biaya yang
keluarkan oleh pelaku usaha budidaya polikultur.
3. Internal Rate of Return (IRR)
Internal rate of return (IRR) merupakan tingkat pengembalian berdasarkan
pada penentuan nilai tingkat bunga (discount rate), dimana semua keuntungan masa
depan yang dinilai sekarang dengan discount rate tertentu adalah sama dengan biaya
kapital atau present value dari total biaya (PSDADK 2017a).
Berdasarkan hasil perhitungan IRR dari kedua NPV dan tingkat suku bunga
yang ada pada lampiran 15 diperoleh nilai IRR sebesar 53,95% menunjukkan nilai IRR
lebih besar dari discount rate atau suku bunga yang digunakan sehingga usaha
budidaya polikultur ini dikatakan layak untuk diteruskan karena mempunyai
keuntungan secara finansial.
4. Payback Period (PP)
Payback period adalah lamanya waktu yang diperlukan untuk menutup kembali
original cash outlay. Payback period dari suatu investasi menggambarkan panjang
waktu yang diperlukan agar dana yang tertanam pada suatu investasi dapat diperoleh
kembali seluruhnya. Payback period ini merupakan jangka waktu/periode yang
48
diperlukan untuk membayar kembali semua biaya-biaya yang telah dikeluarkan dalam
investasi suatu proyek; waktu yang dibutuhkan agar investasi yang direncanakan dapat
dikembalikan, atau waktu yang dibutuhkan untuk mencapai titik impas (PSDADK
2017a).
Dari hasil perhitungan Payback period pada usaha budidaya polikultur
diperoleh hasil yaitu 3,2 tahun atau 38,4 bulan yang artinya modal investasi
diperkirakan akan kembali dalam jangka waktu tersebut. Artinya, 3,2 tahun lebih cepat
dari umur proyek yaitu 10 tahun hal ini menunjukkan pengembalian modal investasi
yang relatif cepat sesuai dengan pendapat (Rachadian, Agassi, and Supoto 2013)
Semakin cepat pengembaliannya maka alternatif tersebut lebih menarik dibandingkan
dengan alternatif lainnya. jika PP usaha lebih kecil dari waktu maksimun suatu proyek
maka usaha tersebut dapat diteriama atau layak dijalankan.
E. Pengaruh Virus Covid-19 terhadap Usaha Polikultur di Kelurahan Bonto
Langkasa Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan
Munculnya pandemi covid-19 membawa dampak perekonomian yang sangat
besar terhadap semua jenis usaha termasuk usaha budidaya perikanan. Kelurahan
Bonto Langkasa Kecamatan Minasatene Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan yang
merupakan lokasi penelitian ini juga menerima dampak adanya virus ini. Awal mula
munculnya virus ini belum mempengaruhi kegiatan produksi polikultur yang ada di
lokasi ini. Para pelaku usaha masih melakukan kegiatan budidaya polikulturnya seperti
biasa.
Pandemi COVID-19 berdampak terhadap penurunan harga ikan. Penurunan
harga ikan dikarenakan pemberlakuan lock down di beberapa negara tujuan eksport.
Hal ini ditambah dengan adanya Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 25 Tahun
2020 tentang Pengendalian Transportasi Selama Musim Mudik Idul Fitri 1441 H dalam
rangka Pencegahan Penyebaran Covid-19 (Biro Komunikasi dan Informasi Publik,
2020) menyebabkan pengiriman komoditas perikanan menjadi terhambat (Dwi
Mardhia, Neri Kautsari, Lalu Ilham Syaputra, Wahyu Ramdhani 2020).
Semakin berkembang pesatnya penyebaran pandemi covid-19 ini
mengakibatkan ketersediaan pupuk mengalami kelangkaan dan kenaikan harga
karena tidak adanya pemasokan atau pengiriman dari pabrik sehingga para pelaku
usaha polikultur harus mengeluarkan biaya yang lebih besar dari biaya sebelumnya
untuk pengadaan pupuk. Adanya pandemi ini belum mempengaruhi harga beli benih
benur, nener dan rumput laut di lokasi penelitian. Selain itu, adanya pandemi ini juga
mempengaruhi harga beli Udang Windu, dimana harga Udang Windu mengalami
49
penurunan harga untuk ukuran-ukuran tertentu karena tidak adanya kegiatan ekspor.
Untuk Ikan Bandeng belum diketahui apakah akan mengalami kenaikan atau
penurunan harga karena belum terlaksananya kegiatan panen pada masa ini.
Sedangkan untuk rumput laut Glacilaria sp. pada masa pandemi ini masih tidak
mengalami penurunan harga bahkan mengalami kenaikan harga Rp 100 – Rp 2.000
dari sebelumnya.
50
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data maka dapat di tari
kesimpulan sebagai berikut :
a. Pendapatan rata-rata pelaku usaha budidaya polikultur Ikan Bandeng (Chanos
chanos), Udang Windu (Panaeus monodon) dan Rumput Laut (Glacilaria sp.) di
Kelurahan Bonto Langkasa Kecamatan Minasatene Kabupaten Pangkajene
sebesar Rp. 24.093.532,-/Tahun dengan rata-rata penerimaan sebesar Rp.
43.984.625,-/Tahun dan rata-rata total biaya sebesar Rp. 19.891.093,-/Tahun
per pelaku usaha budidaya polikultur.
b. Usaha budidaya budidaya polikultur Ikan Bandeng (Chanos chanos), Udang
Windu (Panaeus monodon) dan Rumput Laut (Glacilaria sp.) di Kelurahan
Bonto Langkasa Kecamatan Minasatene Kabupaten Pangkajene disimpulkan
layak setelah memperoleh hasil analisis kelayakan yang telah dilakukan yaitu
1. Net Present Value (NPV) yang menunjukkan nilai NPV positif sebesar Rp.
223.184.879,- sehingga usaha tersebut di katakan layak secara finansial.
2. Net Benefit Cost Rasio (Net B/C Rasio) menunjukkan nilai Net B/CR lebih
besar dari 1 yaitu sebesar 3,17 sehingga dapat simpulkan bahwa usaha
budidaya polikultur tersebut layak untuk dilaksanakan.
3. Internal Rate of Return (IRR) diperoleh nilai IRR sebesar 53,95%
menunjukkan nilai IRR lebih besar dari discount rate atau suku bunga yang
digunakan sehingga usaha budidaya polikultur ini dikatakan layak untuk
diteruskan karena mempunyai keuntungan secara finansial.
4. Payback Period (PP) diperoleh hasil yaitu 3,2 tahun atau 38,4 bulan yang
artinya modal investasi diperkirakan akan kembali dalam jangka waktu
tersebut. Artinya, 3,2 tahun hal ini menunjukkan pengembalian modal
investasi yang relatif cepat sehingga usaha polikultur tersebut layak untuk
dijalankan.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas maka ada beberapa saran yang dapat
disampaikan antara lain :
1. Kegiatan budidaya polikultur Ikan Bandeng, Udang Windu dan Rumput Laut
Glacilaria sp. masih perlu peningkatan dalam pengembangan teknologi
budidaya guna meningkatkan produktivitas secara optimal.
51
2. Perlunya dilakukan penyuluhan, sosialisasi dan pelatihan pembuatan produk
perikanan agar bisa menjadi nilai tambah dalam kegiatan perekonomian pelaku
usaha budidaya polikultur terkhusus untuk pelatihan pembuatan produk rumput
laut Glacilaria sp.
52
DAFTAR PUSTAKA
Amsari, Alvina Dina. 2017. Prospek Pengembangan Usaha Tambak Polikultur Udang Windu (Panaeus Monodon) Dan Ikan Bandeng (Chanos Chanos) Di Pulau Mangkudulis Kecamatan Sesayap Hilir Kabupaten Tana Tidung Kalimantan Utara. Makassar: Fakultas Ilmu Kelautan Dan Perikanan Universitas Hasanuddin.
Anton. 2017. “Pertumbuhan Dan Kandungan Rumput Laut (Glacilaria Spp) Pada Beberapa Tingkat Sanilitas.” Jurnal Airaha 6(2): 54–64.
BPS-Pangkep. 2019a. Kabupaten Pangakajene Dan Kepulauan Dalam Angka 2019. Makassar: BPS Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan.
———. 2019b. “Kecamatan Minasatene Dalam Angka 2019.” In Kecamatan Minasatene Dalam Angka 2019,.
BPS-Sulsel. 2019. Provinsi Sulawesi Selatan Dalam Angka 2019. Makassar: BPS Provinsi Sulawesi Selatan.
Dwi Mardhia, Neri Kautsari, Lalu Ilham Syaputra, Wahyu Ramdhani, Chandra Okta Rasiardhi. 2020. “Penerapan Protokol Kesehatan Dan Dampak Covid-19 Terhadap Harga Komoditas Perikanan Dan Aktivitas Penangkapan.” Indonesia journal of applied science and technology ke-1(9): 80–87.
Effendi, Irzal, and Mulyadi. 2005. Budidaya Perikanan.
Fauziah, N. 2019. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Tambak Polikultur di Kelurahan Bonto Langkasa Kecamatan Minasatene Kabupaten Pangkep. Skripsi. Universitas Hasanuddin.
Hadie, Dr. Wartono, Dra. Liea Emmawati Hadie, and Dr. Agus Supangat. 2005. Teknik Budidaya Ikan.
Hanani, Dr. Ir. Nuhfil, Rosihan Asmara, and Fahriyah. 2011. Ekonomi Mikro. Malang: Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang.
Hasanah, E.U, SE. M.Si, dan Drs.D. Sungoto, SH. SE. MM. 2012. Pengantar Ilmu Ekonomi Makro. Buku. CAPS (Center for Academic Publishing Servise). Yogyakarta.
Laily, Dona Wahyuning, Ika Purnamasari, Bhiaztika Ristyanadi, and Ida Syamsu Roidah. 2019. “Pengembangan Usaha Tambak Polikultur Udang Windu Dan Ikan Bandeng Di Desa Rejotengah Kecamatan Deket Kabupaten Lamongan.” Jurnal Grouper 10(2): 19–30.
Lideman, Andi Elman, Kasturi, and Fadli. 2016. “Petunjuk Teknis Produksi Bibit Glacilaria Laut (Glacilaria Sp.) Melalui Kultur Spora Pada Tali.” In eds. Nono Hartanto, Harnita Agusanty, and Ahmad Ihsan Said. , 1–26. Kementrian Kelautan dan Perikanan Direktorat Jendral Perikanan Budidaya Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar.
Lumintang, Fatmawati M. 2013. “Analisis Pendaptan Petani Padi Di Desa Teep Kecamatan Langowan Timur.” Jurnal EMBA 1(3): 991–98.
53
Mangampa, Markus, and Burhanuddin. 2014. “Uji Lapang Teknologi Polikultur Udang Windu ( Penaeus Monodon Fabr .), Ikan Bandeng ( Chanos Chanos Forskal ) Dan Rumput Laut ( Gracilaria Verrucosa ) Di Tambak Desa Borimasunggu Kabupaten Maros.” Available online at Indonesian Journal of Fisheries Science and Technology (IJFST) 10(1): 30–36. http://ejournal.undip.ac.id/index.php/saintek Jurnal.
Murachman, Nuhfil Hanani, Soemarno, and Sahri Muhammad. 2010. “Model Polikultur Udang Windu ( Penaeus Monodon Fab ), Ikan Bandeng ( Chanos-Chanos Forskal ) Dan Rumput Laut ( Gracillaria Sp .) Secara Tradisional.” Jurnal Pembangunan dan Alam Lestari 1(1): 1–10.
Nurhikmah. 2017. “Analisis Pendapatan Usaha Tani Tambak Polikultur Rumput Laut (Glacilaria Sp Dan Bandeng (Chanos Chanos) Di Desa Minasa Upa Kecamatan Bontoa Kabupaten Maros.”
Prasetio, Teguh. 2016. “Estimasi Nilai Ekonomi Dan Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Tambak Polikultur (Studi Kasus : Desa Tambaksari, Kecamatan Tirtajaya, Kabupaten Karawang).”
Priono, Bambang. 2013. “Budidaya Rumput Laut Dalam Upaya Peningkatan Industrialisasi Perikanan.” Media Akuakultur 8(1): 1–8.
PSDADK, BPSDM. 2017a. Modul 3 Kelayakan Ekonomi. Bandung.
———. 2017b. Modul 5 Kalayakan Finansial. Bandung.
Putri, Aldila. 2018. Analisis Pendapatan Usahatani Polikultur Udang Windu-Ikan Bandeng Dan Efisiensi Pemasaran Ikan Bandeng Di Kecamatan Pasir Sakti Kabupaten Lampung Timur. Bandar Lampung: Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
Putri, Yulina Sulistiani, and Susilowati. 2013. “Pengaruh Padat Penebaran Terhadap Kehiduplulusan Dan Pertumbuhan Udang Vanname (Litopenaeus Vannamei) Serta Produksi Biomassa Rumput Laut (Gracilaria Sp.) Pada Budidaya Polikultur.” Journal of Aquaculture Management and Technology 2(3): 12–19. http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jfpik.
Rachadian, Febri Muhammad, Ereika Arie Agassi, and Wahyudi Supoto. 2013. “Analisis Kelayakan Investasi Penambahan Mesin Frais Baru Pada CV. XYZ.” J@TI Undip VIII: 15–20.
Rasul, A.A., N. Wijiharjono, dan T. Setyowati. 2013. Ekonomi Mikro Edisi 2. Hal 138-139, 160. Buku. Mitra Wacana Media. Jakarta
Setiawan, Halim Hartono, Suhadak, and Nengah Sutaja. 2014. “PENGENDALIAN BIAYA KOMERSIAL ( Studi Pada PT Pangan Lestari Finna Malang 2012 ).” Jurnal Administrasi Bisnis (JAB) 13(1): 1–7.
Tangko, Abdul Malik. 2008. “Potensi Dan Prospek Serta Permasalahan Pengembangan Budidaya Rumput Laut Di Provinsi Sulawesi Selatan.” Media Akuakultur 3(2): 137–44.
Triyanti, Riesti, and Hikmah. 2013. “Kajian Ekonomi Pelelangan Bandeng Di
54
Kabupaten Pangkajene Kepulauan.” Sosek Kelautan Perikanan VIII(2): 217–30.
WWF-Indonesia, Tim Perikanan. 2014a. “BMP Budidaya Udang Windu (Panaeus Monodon) Tambak Tradisional Dan Semi Intensif.” In BMP Budidaya Udang Windu (Panaeus Monodon) Tambak Tradisional Dan Semi Intensif, ed. Tim Perikanan WWF-Indonesia. Jakarta: Gedung Graha Simatupang, 1–26.
———. 2014b. “Budidaya Ikan Bandeng (Chanos Chanos) Pada Tambak Ramah Lingkungan.” In Budidaya Ikan Bandeng (Chanos Chanos) Pada Tambak Ramah Lingkungan, ed. Tim Perikanan WWF-Indonesia. Jakarta: Gedung Graha Simatupang, 1–22.
———. 2014c. “Budidaya Rumput Laut Glacilaria Sp. Di Tambak.” In Budidaya Rumput Laut Glacilaria Sp. Di Tambak, ed. Tim Perikanan WWF-Indonesia. Jakarta: Gedung Graha Simatupang, 1–20.
World Register of Marine Species. pada laman website http://www.marinespecies.org/aphia.php?p=taxdetails&id=210378 diakses pada 20 Februari 2020 pukul 20.15 Wita
Yasir, Muhammad, and Muhammad Nur. 2018. “Analisis Pendapatan Petani Tambak Di Kabupaten Luwu.” Economic Resources 1(1): 16–30.
(ANALISIS PENDAPATAN USAHA BUDIDAYA POLIKULTUR IKAN BANDENG
(Chanos chanos), UDANG WINDU (Panaeus monodon) DAN RUMPUT LAUT
(Glacilaria sp.) DI KABUPATEN PANGKAJENE DAN KEPULAUAN)
Oleh : NURFIQHI ISLAMIYAH
Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin
Lokasi Sampel : Hari/Tanggal Wawancara :…………/…………………
Desa/Kelurahan : Bonto Langkasa
Kecamatan : Minasatene
Kabupaten : Pangkajene dan Kepulauan
A. Identitas Responden
Nama : Umur : Jenis Kelamin : P/L Pendidikan Terakhir : SD/SMP/SMA/S1/Lainnya. Alamat : Pekerjaan Utama : Pekerjaan Sampingan : Jumlah Tanggungan : No. Hp : Luas lahan Tambak :
B. Analisis Pendapatan
1. Komoditi Ikan Bandeng (Chanos chanos)
a. Biaya Tetap
No Jenis Alat/Investasi Nilai (Rp/Unit) Nilai
Penyusutan (Rp) Harga
Perolehan Lama Pakai
(Tahun)
1
2
3
4
5
No. Responden :
83
6
7
Dst
Jumlah
b. Biaya Variabel
No Uraian Jumlah Nilai (Rp)
1
2
3
4
5
6
Dst
Jumlah
c. Hasil Produksi Komoditi Ikan Bandeng (Chanos chanos)
No Siklus Periode Waktu Produksi (Kg) Harga Jual (Rp)
1
2
3
4
5
Dst
Jumlah
d. Hasil Produksi Komoditi Udang Windu (Panaeus monodon)
No Siklus Periode Waktu Produksi (Kg) Harga Jual (Rp)
1
2
3
84
4
5
Dst
Jumlah
e. Hasil Produksi Komoditi Rumput Laut Glacillaria sp.
No Siklus Periode Waktu Produksi (Kg) Harga Jual (Rp)
1
2
3
4
5
Dst
Jumlah
C. Pertanyaan
1. Dari mana saja sumber bibit diperoleh?
a. Ikan Bandeng : b. Udang Windu : c. Rumput Laut Glacillaria sp. :
2. Metode atau prosedur budidaya yang dilakukan ?
a. Ikan Bandeng :
b. Udang Windu :
c. Rumput Laut Glacillaria sp. :
3. Pengalaman sebagai pembudidaya?
a. Ikan Bandeng : ............... Tahun. b. Udang Windu : ............... Tahun. c. Rumput Laut Glacillaria sp. : ............... Tahun.
4. Berapa lama waktu panen dan berapa kali dalam satu tahun?
a. Ikan Bandeng : b. Udang Windu : c. Rumput Laut Glacillaria sp. :
5. Dimana volume puncak panen rumput laut, di bulan apa meningkat volume
rumput laut dan di bulan apa volume rumput laut menurun?
6. Apa saja kendala yang dihadapi selama membudidayakan Rumput Laut?
85
7. Apa saja kendala yang dihadapi selama membudidayakan Udang Windu?
8. Apa saja kendala yang dihadapi selama membudidayakan Ikan Bandeng?
9. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi harga komoditi tinggi dan rendah?
a. Ikan Bandeng :
b. Udang Windu :
c. Rumput Laut Glacillaria sp. : 10. Dimana Anda menjual hasil panen anda? - Langsung dipasarakan/dijual ke pengumpul - Diolah menjadi produk lainnya
a. Ikan Bandeng : b. Udang Windu : c. Rumput Laut Glacillaria sp. :
11. Bagaimana kriteria rumput laut yang diterima oleh pedagang pengumpul ?
12. Bagaimana kriteria Udang Windu yang siap panen (Ukuran, waktu pemeliharaan, Harga)?
13. Bagaimana kriteria Ikan Bandeng siap panen (Ukuran, waktu pemeliharaan, Harga)?
14. Mengapa memilih polikultur tiga komoditi tersebut?