Top Banner
ANALISIS PENDAPATAN SERTA KELAYAKAN USAHA TERNAK AYAM RAS PETELUR PADA SKALA USAHA YANG BERBEDA DALAM 1 (SATU) TAHUN PERIODE PRODUKSI {Studi pada Peternakan ayam ras petelur skala kecil dan skala besar di Kabupaten Blitar} SKRIPSI Disusun Oleh : Akhmad Adi Wicaksono 115020407111031 Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Derajat Sarjana Ekonomi JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2017
85

analisis pendapatan serta kelayakan usaha ternak ayam ras ...

May 09, 2023

Download

Documents

Khang Minh
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: analisis pendapatan serta kelayakan usaha ternak ayam ras ...

ANALISIS PENDAPATAN SERTA KELAYAKAN

USAHA TERNAK AYAM RAS PETELUR PADA

SKALA USAHA YANG BERBEDA DALAM 1 (SATU)

TAHUN PERIODE PRODUKSI

{Studi pada Peternakan ayam ras petelur skala kecil dan

skala besar di Kabupaten Blitar}

SKRIPSI

Disusun Oleh :

Akhmad Adi Wicaksono

115020407111031

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Derajat Sarjana

Ekonomi

JURUSAN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2017

Page 2: analisis pendapatan serta kelayakan usaha ternak ayam ras ...
Page 3: analisis pendapatan serta kelayakan usaha ternak ayam ras ...
Page 4: analisis pendapatan serta kelayakan usaha ternak ayam ras ...
Page 5: analisis pendapatan serta kelayakan usaha ternak ayam ras ...

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama : Akhmad Adi Wicaksono

NIM : 115020407111031

Tempat/Tanggal Lahir : Bojonegoro, 31 Maret 1993

Nama Ayah : H. Meindu Siswanto Bambang Susilo, SH.,MM

Nama Ibu : Hj. Lusia Rahayuningsih

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Agama : Islam

Alamat : Jl. Panglima Polim Perumda Blok A/01 Kelurahan

Sumbang, Kabupaten Bojonegoro

Email : [email protected]

PENDIDIKAN

1998 – 2000 : TK Pertiwi, Kabupaten Bojonegoro

2000 – 2005 : SD Kepatihan Kabupaten Bojonegoro

2005 – 2008 : SMP Negeri 1 Bojonegoro

2008 – 2011 : SMA Negeri 2 Bojonegoro

2011 – 2017 : S1 Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Brawijaya

Page 6: analisis pendapatan serta kelayakan usaha ternak ayam ras ...

PENGALAMAN KEPANITIAAN & KERJA

Staff Supervisor Ospec 2012

E-Journey 2012

Kuliah Kerja Nyata Profesi selama 30 hari di Bank BNI Kantor Cabang

Sawojajar, Kota Malang

Page 7: analisis pendapatan serta kelayakan usaha ternak ayam ras ...

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena berkat limpahan

rahmat dan karunia-Nya sehinggan penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan

judul “ANALISIS PENDAPATAN SERTA KELAYAKAN USAHA TERNAK AYAM

RAS PETELUR PADA SKALA USAHA YANG BERBEDA DALAM 1 TAHUN

PERIODE PRODUKSI (studi pada kelompok peternak skala besar dan

kelompok peternak skala kecil di Kabupaten Blitar)’. adapun tujuan dari

penulisan skripsi ini adalah untuk melengkapi persyaratan dalam mencapai derajat

Sarjana Ekonomi pada jurusan Ilmu Ekonomi. Dengan adanya skripsi ini, pembaca

dapat memahami dan mengerti mengenai pengaruh fluktuasi harga pakan dan

harga telur terhadap pendapatan peternak ayam petelur d Kabupaten Blitar.

Pada kesempatan ini tak lupa penulis sampaikan kepada semua pihak

yang memberikan bantuan dan dukungan selama pelaksanaan skripsi dan selama

penyusunan skripsi ini sehingga dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu

pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Kedua orang tua tercinta yaitu H. Meindu Siswanto BS, SH.,MM dan Hj.

Lusia Rahayuningsih yang selalu mensupport, membimbing dan selalu

memberikan doa yang tiada hentinya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

2. Kakak dan adik saya : Mochammad Arief Fitriansyah dan Aisyah Surya

Dewi yang selalu menyemangati sampai tahap akhir penyusunan skripsi.

3. Bapak Prof. Chandra Fajri Ananda, SE., M.Sc., Ph.D. selaku Dekan

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya.

Page 8: analisis pendapatan serta kelayakan usaha ternak ayam ras ...

4. Bapak Dwi Budi Santoso, SE., MS., Ph.D. dan Bapak Putu Mahardika Adi

Saputra, SE., M.Si., MA., Ph.D. selaku Ketua dan Sekertaris Jurusan Ilmu

Ekonomi Universitas Brawijaya.

5. Bapak Dr. Rachmad Kresna Sakti selaku Ketua Program Studi Keuangan

dan Perbankan.

6. Bapak Dr. Sasongko, SE.,MS. Selaku dosen pebimbing yang dengan

sabar membimbing penulis, selalu memberikan masukan-masukan positif

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

7. Teman-teman saya yaitu : Lutfi, Nopi, Bundo, Maya, Cicik, Yaman, Supri,

Azzam, Dinda, Hanif, Ade, Roni, Bozel, Fendy dan Ruri yang selalu

memberikan semangat serta motivasi yang tiada henti-hentinya.

8. Spesial thanks for : Dina, Dianti, Izzy, Kyky, Ajeng (ul), Anandias, Dian,

Shela, Putri, Siska Novi dan Hanna.

9. Teman-teman seperjuangan : Dahana, Satria, Erik, Nando, dan Arya yang

selalu mensupport dan menemani saya selama melakukan penelitian di

Kabupaten Blitar.

10. Teman-teman Kos yaitu : mas Aas, Gusti, Agung, Pandu, Anjar, Henrikus,

Sos dan Evan yang telah memberikan dukungan dan semangat sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

11. Semua teman-teman Prodi Keuangan Perbankan angkatan 2011 yang

selalu memberikan semangat dan dukungan serta membantu selama

proses kuliah sampai akhir pengerjaan skripsi.

12. Dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang

berperan serta membantu dalam pembuatan laporan ini.

Page 9: analisis pendapatan serta kelayakan usaha ternak ayam ras ...

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak

kesalahan dan jauh dari kata sempurna, sehingga penulis sangat berterima kasih

apabila ada kritik, saran serta masukan yang dapat membangun guna

menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak yang

membutuhkan.

Malang, Juli 2017

Penulis

Page 10: analisis pendapatan serta kelayakan usaha ternak ayam ras ...

ANALISIS PENDAPATAN SERTA KELAYAKAN USAHA TERNAK AYAM

RAS PETELUR PADA SKALA USAHA YANG BERBEDA DALAM 1 (SATU)

TAHUN PERIODE PRODUKSI (Studi pada peternakan ayam petelur skala kecil dan skala besar di Kabupaten Blitar)

Akhmad Adi Wicaksono

Dr. Sasongko, SE., MS.

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya

Email: [email protected]

ABSTRAKSI

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh gejolak kenaikan harga pakan ternak

dan gejolak penurunan harga telur terhadap pendapatan peternak ayam ras petelur pada

skala usaha yang berbeda di Kabupaten Blitar dan untuk mengetahui tingkat kelayakan

suatu usaha dengan melihat nilai Break Even Point (BEP) dan R/C Ratio-nya. Penelitian

dilakukan di Kabupaten Blitar Provinsi Jawa Timur pada bulan November 2016 hingga

bulan Mei 2017. 15 sampel peternak yang ditentukan dengan menggunakan metode

Proporsional Random Sampling. Data penelitian menggunakan metode 1.) Analisis

Deskriptif dengan data kuantitatif 2.) Analisis pendapatan yang terdiri dari biaya produksi

dan penerimaan 3.) Analisis BEP dan R/C Ratio. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata

pendapatan yang diperoleh peternak skala besar sebesar Rp 576.634.710 lebih besar

dibanding dengan pendapatan rata-rata yang diperoleh peternak skala kecil yaitu sebesar

Rp124.482.273. Namun jika dilihat dari sisi untung rugi, kelompok peternak skala besar

mengalami kerugian terbanyak dibandingkan dengan kelompok peternak skala kecil. Dari

hasil perhitungan pendapatan diatas dapat disimpulkan bahwa besar kecilnya pendapatan

dipengaruhi oleh seberapa besar tingkat penerimaan (revenue) yang diperoleh dan seberapa

besar skala usahanya atau jumlah populasi ternak yang dimiliki. Nilai Break Event Point

(BEP) yang diperoleh berbeda-beda dari masing-masing peternak. Rata-rata BEP pada

kelompok peternak skala besar yaitu Rp 16.873 lebih kecil dibandingkan dengan kelompok

peternak skala kecil yaitu sebesar Rp 17.403. Hal ini dikarenakan nilai Feed Convertion

Ratio (FCR) yang berbeda-beda dari masing-masing peternak. Artinya semakin kecil nilai

FCR maka akan semakin bagus. Tingkat R/C Ratio menunjukkan hasil yang berbeda-beda

dari masing-masing peternak. Secara keseluruhan rata-rata tingkat R/C ratio kelompok

peternak skala kecil maupun kelompok peternak skala besar yaitu memiliki nilai 1,1.

Artinya usaha ternak ayam petelur di Kabupaten Blitar dikategorikan sebagai usaha yang

layak, sehingga usaha ini menguntungkan dan memiliki prospek yang menjanjikan.

Kata kunci: Biaya produksi, Pendapatan, BEP, R/C Ratio

Page 11: analisis pendapatan serta kelayakan usaha ternak ayam ras ...

ABSTRACT

THE ANALYSIS OF INCOME AND FEASIBILITY OF EGG-LAYING

CHICKEN BREEDS BUSINESS FOR DIFFERENT BUSINESS SCALES

IN ONE-YEAR PERIOD OF PRODUCTION: A STUDY ON THE EGG-

LAYING POULTRY BUSINESS OF SMALL AND BIG SCALES IN

BLITAR REGENCY

Akhmad Adi Wicaksono

Dr. Sasongko, S.E., M.S.

Faculty of Economics and Business, University of Brawijaya

Email: [email protected]

This research aims at analyzing the effects of the fluctuation rise of animal

feed price and the fluctuation decrease of egg rice on the income of the egg-laying

chicken breeds business in different business scales and identifying the feasibility

through its Break Even Point (BEP) and R/C Ratio. The research was conducted in

Blitar regency, East Java province, from November 2016 up to May 2017. 15

samples of the chicken breeds are selected by proportional random sampling. The

collected information is analyzed descriptively on the quantitative data, the income

is evaluated in terms of production cost and income, and the data are analyzed by

BEP and R/C Ratio. The result of the study shows that the average income gained

by the large scale poultry businessmen is IDR 576,634,710, much more than that

earned by the small scale ones, i.e. IDR 124,482,273. However, in terms of the

profit/loss, the large scaled farmers suffer more loss than the small scale ones. The

above calculation indicates that the income rate is much influenced by the revenue

and the business scale (the breeds owned). The Break Event Points of each farmer

vary, in which the average BEP of the large scale farmers is IDR 16,873, lower than

that of the small scale farmers, i.e. IDR 17,403. Such a disparity is resulted from

the different value of Feed Conversion Ratio (FCR) that both groups gain. The

lower the value of FCR, the better the business is. The level of R/C Ratio also

reveals different result for each farmer group. In general, the average level of R/C

ratio gained by both large and small businesses is 1.1, indicating that the egg-laying

poultry business in Blitar regency lies in such “feasible” level that the business is

profitable and thus owns promising prospect.

Keywords: Production Cost; Income; BEP, R/C Ratio

Page 12: analisis pendapatan serta kelayakan usaha ternak ayam ras ...

x

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ..................................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................................ ii

LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................................... iii

LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................................ iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ......................................................................................... v

KATA PENGANTAR .................................................................................................. vii

DAFTAR ISI .................................................................................................................. x

DAFTAR TABEL ........................................................................................................ xiii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................. xvi

ABSTRACT ................................................................................................................ xvii

BAB I ........................................................................................................................................ 1

PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ 9

1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................................... 10

1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................................... 10

BAB II .................................................................................................................................... 12

KAJIAN PUSTAKA .................................................................................................... 12

2.1 Analisis Pengaruh Kenaikan Biaya (ongkos) Produksi Terhadap Pendapatan

Peternak ...................................................................................................... 12

2.1.1 Teori Produksi ...................................................................................... 12

2.1.1.1 Output optimum ............................................................................. 13

2.1.2 Teori Biaya (ongkos) Produksi .............................................................. 14

2.1.2.1 Biaya Rata-rata (Average Cost) ..................................................... 15

2.1.2.2 Biaya Marginal (Marginal Cost) ...................................................... 15

2.2 Analisa Dalam Mengukur Prosentase Perubahan Penurunan Harga Output

Terhadap Jumlah Produksi yang dihasilkan Produsen ................................ 18

2.2.1 Konsep Elastisitas penawaran .............................................................. 18

Page 13: analisis pendapatan serta kelayakan usaha ternak ayam ras ...

xi

2.2.2 Keseimbangan Pasar (Equilibrium)....................................................... 19

2.3 Analisis Pengaruh Perubahan Harga Output Terhadap Total Penjualan

Produksi ...................................................................................................... 20

2.3.1 Teori Pendapatan dengan menggunakan konsep Total Revenue (TR)

Average Revenue (AR) dan Marginal Revenue (MR) ........................... 21

2.3.1.1 Total Revenue (TR) ....................................................................... 21

2.3.1.2 Average Revenue (AR) .................................................................. 22

2.3.1.3 Marginal Revenue (MR) ................................................................. 22

2.4 Analisis Kelayakan Usaha Ternak Ayam Petelur di Kabupaten Blitar .......... 24

2.4.1 Revenue Cost Ratio (R/C ratio) ............................................................ 24

2.4.2 Break Even Point (BEP) ....................................................................... 25

2.5 Penelitian Terdahulu ................................................................................... 26

2.6 Kerangka Pikir ............................................................................................. 31

BAB III ................................................................................................................................... 33

METODE PENELITIAN .............................................................................................. 33

3.1 Pendekatan Penelitian ................................................................................. 33

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................................... 33

3.3 Variabel yang diteliti .................................................................................... 33

3.4 Populasi dan Sampel Penelitian .................................................................. 34

3.5 Metode Pengumpulan Data ......................................................................... 35

3.5.1 Jenis Data ............................................................................................ 35

3.5.2 Sumber Data ........................................................................................ 35

3.5.3 Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 35

3.6 Metode Analisis Data................................................................................... 36

BAB IV ................................................................................................................................... 39

HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................................................... 39

4.1 Gambaran Umum Kabupaten Blitar ............................................................. 39

4.1.1 Potensi Ekonomi Wilayah ..................................................................... 39

4.1.2 Potensi Penyerapan Tenaga Kerja ....................................................... 41

4.1.3 Perkembangan Peternakan ayam di Kabupaten Blitar .......................... 42

4.1.3.1 Perkembangan ternak ayam dari sisi Populasi dan Produksinya ... 42

4.1.3.2 Perkembangan Harga Telur Selama Kurun Waktu 1 Tahun (2016) 45

Page 14: analisis pendapatan serta kelayakan usaha ternak ayam ras ...

xii

4.1.3.3 Perkembangan Harga Pakan Ternak Tahun 2016 ......................... 46

4.1.3.4 Strategi Penyuluhan dan Pembinaan Dinas Peternakan Kabupaten

Blitar Terhadap para Peternak Ayam Petelur............................... 47

4.2 Hasil (Sampel Penelitian) ............................................................................ 48

4.2.1 Hasil Perhitungan Pendapatan Usaha Ternak Ayam Petelur di

Kabupaten Blitar ................................................................................... 49

4.2.2 Hasil Perhitungan Break Event Point (BEP) Usaha Ternak Ayam Petelur

di Kabupaten Blitar ............................................................................... 54

4.2.3 Hasil Perhitungan R/C Ratio Usaha Peternakan Ayam Petelur di

Kabupaten Blitar ................................................................................... 55

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian ...................................................................... 57

4.3.1 Analisis Hasil Perhitungan Pendapatan Usaha Ternak Ayam Petelur ... 57

4.3.2 Analisis Strategi Peternak dalam Menghadapi Gejolak Kenaikan Harga

Pakan dan Turunnya Harga Telur yang Terjadi secara Bersamaan ...... 59

4.3.3 Analisa Hasil Perhitungan Break Even Point (BEP) Usaha Ternak Ayam

Petelur di Kabupaten Blitar ................................................................... 61

4.3.4 Analisis Kelayakan Usaha dilihat dari Nilai R/C ratio ............................ 62

BAB V .................................................................................................................................... 64

KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................................... 64

5.1 Kesimpulan ................................................................................................. 64

5.2 Saran .......................................................................................................... 65

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 67

LAMPIRAN ................................................................................................................. 69

Page 15: analisis pendapatan serta kelayakan usaha ternak ayam ras ...

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 : Populasi Ternak Ayam ras Petelur di seluruh Provinsi di Indonesia

dalam kurun waktu 5 tahun terakhir ...................................................... 2

Tabel 1.2 : Produksi Telur Ayam ras Petelur di Seluruh Provinsi di Indonesia

Dalam Kurun waktu 5 tahun terakhir .................................................... 3

Tabel 1.3 : Tabel Populasi Ternak dan Produksi Telur di Seluruh Kecamatan yang

Berada di Kabupaten Blitar Dalam Tahun 2015 .................................... 6

Tabel 2.1 : Tabel Penelitian Terdahulu.......................................................................... 29

Tabel 4.1 : PDRB Kabupaten Blitar per Sektoral Tahun 2015 .............................. 41

Tabel 4.2 : Tabel Jumlah Perusahaan di Kabupaten Blitar Tahun 2015 ............... 41

Tabel 4.3 : Penyerapan Tenaga Kerja per Sektor di Kabupaten Blitar Tahun 2015 42

Tabel 4.4 : Tabel Populasi dan Produksi Telur di Kabupaten Blitar Tahun 2016 .. 44

Tabel 4.5 : Daftar Perkembangan Harga Telur Tahun 2016 ................................. 46

Tabel 4.6 : Tabel Perkembangan Harga Pakan Ternak Tahun 2016 .................... 47

Tabel 4.7 : Tabel Profil 15 Sampel Peternak Ayam Petelur di Kabupaten Blitar ... 49

Tabel 4.8 : Tabel Variabel-Variabel Biaya Produksi ............................................. 50

Tabel 4.9 : Tabel Rata-rata Biaya Produksi Kelompok Peternak Skala Besar dan

Kelompok Peternak Skala Kecil di Kabupaten Blitar ........................... 51

Tabel 4.10 : Tabel Variabel-variabel Revenue (Penerimaan) ............................... 52

Tabel 4.11 : Tabel Rata-rata Penerimaan (Revenue) Kelompok Peternak Skala

besar dan Kelompok Peternak Skala Kecil di Kabupaten Blitar ........ 52

Tabel 4.12 : Tabel Hasil Perhitungan Pendapatan Usaha Ternak Ayam Petelur

Skala Besar dan Skala Kecil di Kabupaten Blitar tahun 2016 ........... 53

Tabel 4.13 : Tabel Ringkasan Hasil Perhitungan BEP Usaha Ternak Ayam Petelur

di Kabupaten Blitar Terhadap 15 Sampel Penelitian ........................ 55

Page 16: analisis pendapatan serta kelayakan usaha ternak ayam ras ...

xiv

Tabel 4.14 : Tabel Ringkasan Hasil Perhitungan R/C ratio Terhadap 15 Sampel

Penelitian Untuk Menganalisis Kelayakan Suatu Usaha .................. 56

Tabel 4.15 : Tabel Rata-Rata Pendapatan Peternak Ayam Petelur Skala Besar dan

Skala Kecil di Kabupaten Blitar tahun 2016 ...................................... 58

Tabel 4.16 : Tabel Rata-rata BEP Usaha Ternak Ayam Petelur di Kabupaten

Blitar Terhadap 15 Sampel Penelitian .............................................. 61

Tabel 4.17 : Tabel Ringkasan Hasil Perhitungan R/C ratio Terhadap 15 Sampel

Penelitian untuk Menganalisis Kelayakan Suatu Usaha ................... 63

Page 17: analisis pendapatan serta kelayakan usaha ternak ayam ras ...

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 : Grafik Populasi Ternak Ayam Petelur di Kabupaten/Kota di Jawa

Timur Dalam Kurun Waktu 4 Tahun Terakhir ........................................ 4

Gambar 1.2 : Persentase Produksi Telur Ayam ras Petelur di Kabupaten/Kota di

Jawa Timur Dalam Kurun Waktu 4 tahun Terakhir ............................... 5

Gambar 1.3 : Daftar Fluktuasi Harga Telur Dalam 1 Tahun Terakhir (2016) ............ 8

Gambar 2.1 : Menentukan Metode Produksi Optimal (output optimum) ............... 13

Gambar 2.2 : Hubungan Kurva TC, AC dan MC .................................................. 17

Gambar 2.3 : Kurva Elastisitas Penawaran .......................................................... 19

Gambar 2.4 : Kurva Keseimbangan antara Permintaan dan Penawaran ............. 20

Gambar 2.5 : Kurva Hubungan Antara MR, AR, P dan Fungsi Permintaan

Perusahaan ................................................................................... 23

Gambar 2.6 : Kerangka Pikir ................................................................................ 32

Gambar 4.1 : Grafik Perkembangan PDRB Kabupaten Blitar dengan Provinsi Jawa

Timur Dalam 3 Tahun Terakhir .............................................................. 40

Gambar 4.2 : Fasilitas Laboratorium Pakan Ternak yang dimiliki Dinas Peternakan

Kabupaten Blitar ....................................................................................... 44

Gambar 4.3 : Produksi Telur Sampel Peternak ........................................................... 45

Gambar 4.4 : Produksi Pakan Sampel Peternak ......................................................... 46

Page 18: analisis pendapatan serta kelayakan usaha ternak ayam ras ...

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner Peternak Ayam Skala Besar dan Skala Kecil .................... 69

Lampiran 2. Proses Perhitungan Pendapatan Peternak ............................................ 75

Lampiran 3. Foto-Foto Dokumentasi ........................................................................... 121

Page 19: analisis pendapatan serta kelayakan usaha ternak ayam ras ...

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan perekonomian Indonesia dari tahun ke tahun mengalami

peningkatan. Salah satu pendukung perkembangan perekonomian Indonesia

adalah Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Usaha Mikro Kecil Menengah

(UMKM) adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh sebagian besar

masyarakat Indonesia sebagai tumpuan dalam memperoleh pendapatan

(Kementerian Koperasi dan UMKM).

Pengembangan UMKM yang dilakukan dengan baik dapat membantu

penyerapan tenaga kerja serta meningkatkan perekonomian negara. Usaha di

sektor UMKM lebih memanfaatkan sumber daya alam dan padat karya seperti

hasil pertanian, perkebunan, perdagangan dan peternakan. Pembangunan

peternakan merupakan bagian dari pembangunan keseluruhan yang bertujuan

untuk menyediakan pangan hewani berupa daging, susu, serta telur yang bernilai

gizi tinggi, serta meningkatkan pendapatan peternak, dan memperluas

kesempatan kerja. Dengan begitu pengembangan UMKM perlu dilakukan. Fokus

pengembangan berupa peningkatan unit usaha, pengembangan skala usaha dan

peningkatan mutu produk yang dihasilkan UMKM tersebut. Oleh karena itu penulis

memilih sektor peternakan dalam penelitian ini khususnya untuk ayam ras petelur.

Usaha sektor peternakan khususnya ayam ras petelur merupakan usaha yang

memiliki perkembangan yang cukup pesat. Data menunjukkan bahwa di

Indonesia, dari 34 Provinsi yang ada, Provinsi Jawa Timur merupakan Provinsi

yang memiliki populasi ternak ayam ras petelur terbesar dibanding dengan

Provinsi-provinsi lainnya di Indonesia.

Page 20: analisis pendapatan serta kelayakan usaha ternak ayam ras ...

2

2012 2013 2014 2015 2016*)

1 Aceh 266.174 243.270 209.476 340.970 357.678

2 Sumatera Utara 12.055.592 15.704.311 14.838.083 15.207.333 15.245.074

3 Sumatera Barat 8.130.585 8.519.893 8.393.469 8.436.629 8.469.005

4 Riau 134.481 147.467 67.798 65.628 68.253

5 Jambi 971.066 654.376 704.612 645.244 651.697

6 Sumatera Selatan 5.760.798 6.562.387 6.249.348 6.349.630 6.636.440

7 Bengkulu 67.085 77.493 82.138 144.605 163.765

8 Lampung 7.699.572 5.121.094 5.061.800 5.077.341 5.217.335

9 Kep. Bangka Belitung 70.570 254.121 88.801 77.395 83.813

10 Kep. Riau 454.850 418.800 388.750 480.767 544.565

11 DKI Jakarta - - - - -

12 Jawa Barat 12.271.938 12.882.262 13.290.146 14.469.405 15.830.703

13 Jawa Tengah 19.881.430 21.630.154 20.293.547 21.865.087 22.204.964

14 DI. Yogjakarta 3.346.564 3.274.886 3.518.393 3.642.473 3.658.672

15 Jawa Timur 40.268.631 43.066.361 41.156.842 43.221.466 43.791.025

16 Banten 5.036.716 4.961.958 4.787.304 4.873.577 4.936.664

17 Bali 4.282.970 4.355.955 4.357.340 4.879.378 4.922.806

18 Nusa Tenggara Barat 173.496 201.127 297.441 350.025 382.556

19 Nusa Tenggara Timur 179.697 197.202 199.604 200.762 201.926

20 Kalimantan Barat 2.977.850 2.475.690 3.383.306 2.525.786 2.557.567

21 Kalimantan Tengah 37.330 40.900 94.912 111.776 121.125

22 Kalimantan Selatan 2.782.845 3.233.048 4.538.185 5.739.222 8.112.017

23 Kalimantan Timur 1.587.496 1.227.205 686.278 966.432 1.141.732

24 Kalimantan Utara - - 45.085 48.960 53.856

25 Sulawesi Utara 1.140.211 1.371.730 1.396.291 1.467.130 1.502.771

26 Sulawesi Tengah 613.677 888.405 1.040.733 981.233 1.094.910

27 Sulawesi Selatan 7.800.790 8.303.129 10.481.875 11.586.329 12.744.962

28 Sulawesi Tenggara 149.506 147.814 158.108 202.400 236.143

29 Gorontalo 285.331 323.581 368.194 375.616 378.036

30 Sulawesi Barat 84.735 102.818 102.242 146.956 151.365

31 Maluku 35.707 10.959 20.539 9.567 7.117

32 Maluku Utara 17.311 43.160 18.260 16.458 23.838

33 Papua Barat 50.583 56.268 62.117 65.629 66.664

34 Papua 102.164 123.690 279.398 436.179 492.219

INDONESIA 138.717.750 146.621.514 146.660.415 155.007.388 162.051.262

No ProvinsiPopulasi Ternak Ayam Petelur

Tabel 1.1 : Populasi Ternak Ayam ras Petelur di seluruh Provinsi di Indonesia dalam kurun waktu 5 tahun terakhir

(ekor)

Sumber : Peternakan dalam Data 2016 (Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur)

Dari tabel diatas tercatat bahwa dari tahun 2012-2016 populasinya mencapai

angka rata-rata 40 juta ekor lebih. Tidak hanya dari sisi populasinya saja, hasil

produksi telur ayam ras petelur pun juga menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Timur

merupakan Provinsi dengan tingkat produksi telur ayam ras petelur tertinggi dari

seluruh Provinsi yang ada di Indonesia.

Page 21: analisis pendapatan serta kelayakan usaha ternak ayam ras ...

3

2012 2013 2014 2015 2016*)

1 Aceh 3.640 2.198 1.892 3.080 3.231

2 Sumatera Utara 108.018 140.711 132.949 136.258 136.596

3 Sumatera Barat 62.687 65.688 63.706 65.046 65.296

4 Riau 2.022 2.217 1.019 987 1.026

5 Jambi 4.641 7.332 4.950 4.878 4.927

6 Sumatera Selatan 49.540 59.106 55.354 56.242 58.782

7 Bengkulu 576 529 561 987 1.118

8 Lampung 61.335 51.388 50.786 37.839 37.987

9 Kep. Bangka Belitung 544 1.238 669 583 631

10 Kep. Riau 3.425 3.154 2.927 3.620 4.101

11 DKI Jakarta - - - - -

12 Jawa Barat 120.123 131.586 134.581 133.436 140.136

13 Jawa Tengah 192.071 204.357 191.546 202.110 209.373

14 DI. Yogjakarta 25.802 24.660 26.493 28.083 28.208

15 Jawa Timur 270.700 293.532 291.399 390.055 399.158

16 Banten 47.455 46.751 40.279 45.918 46.513

17 Bali 47.969 36.590 36.602 40.987 41.352

18 Nusa Tenggara Barat 1.338 1.551 2.293 3.598 3.933

19 Nusa Tenggara Timur 1.164 1.317 1.333 1.341 1.349

20 Kalimantan Barat 23.906 19.875 43.800 31.851 32.249

21 Kalimantan Tengah 209 285 1.191 1.403 1.520

22 Kalimantan Selatan 20.955 33.947 47.651 60.262 74.297

23 Kalimantan Timur 12.240 9.462 5.291 7.451 8.803

24 Kalimantan Utara - - 348 377 415

25 Sulawesi Utara 8.552 9.774 9.949 10.453 10.707

26 Sulawesi Tengah 4.621 6.690 7.837 7.389 8.245

27 Sulawesi Selatan 60.144 64.017 80.815 89.331 98.264

28 Sulawesi Tenggara 1.126 1.113 1.191 1.524 1.778

29 Gorontalo 2.149 2.437 2.773 2.828 2.847

30 Sulawesi Barat 638 774 770 1.107 1.140

31 Maluku 371 83 155 72 54

32 Maluku Utara 130 325 227 109 157

33 Papua Barat 705 784 865 914 928

34 Papua 1.153 931 2.109 2.710 3.076

INDONESIA 1.139.946 1.224.400 1.244.312 1.372.829 1.428.195

No. ProvinsiProduksi Telur Ayam ras Petelur

Tabel 1.2 : Produksi Telur Ayam ras Petelur di Seluruh Provinsi di Indonesia Dalam Kurun waktu 5 tahun terakhir

(Ton)

Sumber : Buku Peternakan dalam Data 2016 (Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur)

Tabel data produksi diatas menunjukkan bahwa dalam 5 tahun terakhir jumlah

produksinya terus mengalami tren positif, meskipun mengalami penurunan

produksi di tahun 2014. Tercatat pada tahun 2012 jumlah produksi telur ayam ras

petelur berada di angka 270.700 Ton telur dan mencapai angka 399.158 Ton telur

pada tahun 2016.

Page 22: analisis pendapatan serta kelayakan usaha ternak ayam ras ...

4

Dari 38 Kabupaten/Kota di Jawa Timur, Kabupaten Blitar merupakan satu-

satunya kabupaten/Kota di Jawa Timur sebagai daerah penyumbang terbesar dari

sisi populasi ternak ayam ras petelur maupun dari sisi produksinya. Tercatat

bahwa Kabupaten Blitar memiliki angka populasi dan tingkat produksinya yang

paling tinggi dibandingkan dengan Kabupaten/Kota lainnya di Jawa Timur.

Gambar 1.1 : Grafik Populasi Ternak Ayam Petelur di Kabupaten/Kota di Jawa Timur Dalam Kurun Waktu 4 Tahun Terakhir

Sumber : Data dimodifikasi dari website http://disnak.jatimprov.go.id

Page 23: analisis pendapatan serta kelayakan usaha ternak ayam ras ...

5

Gambar 1.2 : Persentase Produksi Telur Ayam ras Petelur di Kabupaten/Kota di Jawa Timur Dalam Kurun Waktu 4 tahun Terakhir

Sumber: Data dimodifikasi dari website http://disnak.jatimprov.go.id

Kabupaten Blitar selama 4 tahun berturut-turut menyumbang 37% produksi

telur di Jawa Timur. Oleh sebab itu Kabupaten Blitar merupakan sentral produksi

telur ayam ras petelur di Provinsi Jawa Timur.

Terdapat 3 Kecamatan di Kabupaten Blitar yang memiliki angka populasi dan

tingkat produksi tertinggi dari total 22 kecamatan yang ada di Kabupaten Blitar. 3

kecamatan tersebut meliputi Kecamatan Kademangan, Kec.Ponggok dan

Kecamatan Srengat. Pada 2015 tercatat ada 2 juta ekor lebih untuk jumlah

populasinya dari masing-masing 3 kecamatan tersebut. Rata-rata lebih dari 16 ribu

ton untuk tingkat produksinya dari masing-masing 3 Kecamatan tersebut.

Page 24: analisis pendapatan serta kelayakan usaha ternak ayam ras ...

6

Populasi Ayam Petelur Produksi Telur Ayam

(ekor) (Ton)

1 Bakung 93.000 781,005

2 Sutojayan 85.100 714,661

3 Wates 89.200 715,501

4 Wonotirto 77.000 646,638

5 Panggungrejo 47.700 400,580

6 Binangun 39.600 332,557

7 Kesamben 87.000 730,617

8 Selorejo 86.200 723,899

9 Doko 109.800 922,089

10 Wlingi 92.500 776,806

11 Talun 997.600 9.880,969

12 Kanigoro 1.065.100 8.877,420

13 Sanankulon 615.500 5.126,918

14 Srengat 2.069.600 16.641,279

15 Wonodadi 1.452.500 11.862,034

16 Udanawu 1.140.900 9.849,057

17 Ponggok 2.169.000 16.784,043

18 Nglegok 986.500 6.949,262

19 Garum 704.300 6.250,557

20 Kademangan 2.091.000 16.972,156

21 Gandusari 523.600 4.397,140

22 Selopuro 350.300 2.941,784

Jumlah 14.973.000 123.276,973

NO KECAMATAN

Tabel 1.3 : Tabel Populasi Ternak dan Produksi Telur di Seluruh Kecamatan yang Berada di Kabupaten Blitar Dalam Tahun 2015

Sumber : Dinas Peternakan Kabupaten Blitar

Sektor peternakan ayam khususnya ayam ras petelur di Kabupaten Blitar

menjadi sektor unggulan Pemerintah Daerah Kabupaten Blitar. Dengan jumlah

populasi dan tingkat produksi yang tinggi, menjadikan usaha bisnis ternak ayam

petelur memiliki prospek yang cukup menjanjikan dan menguntungkan bagi para

pelaku usaha. Prospek yang sangat baik untuk dikembangkan baik dalam skala

besar maupun skala kecil.

Page 25: analisis pendapatan serta kelayakan usaha ternak ayam ras ...

7

Di Kabupaten Blitar sendiri terdapat lebih dari 3000 pelaku usaha ternak ayam

petelur dengan skala usaha yang bervariatif dan didominasi oleh peternakan

rakyat. Dari 3000 pelaku usaha hanya 5-7% yang sudah memiliki ijin usaha, baik

itu peternakan rakyat skala kecil maupun peternakan skala besar yang sudah

menjadi perusahaan (Dinas peternakan Kabupaten Blitar). Dengan melihat jumlah

yang begitu besar, maka ini akan menjadi potensi daerah yang harus dikelola dan

dikembangkan dengan baik oleh Pemerintah Daerah dalam hal ini Dinas terkait

yaitu Dinas Peternakan Kabupaten Blitar.

Selain dari sisi potensi yang dimiliki Pemerintah Daerah Kabupaten Blitar,

terdapat berbagai permasalahan yang sering dihadapi oleh para peternak ayam

petelur. Beberapa diantaranya adalah Kenaikan harga bahan baku pakan ternak

dan Ketidakstabilan harga jual produksi (Dinas Peternakan Kabupaten Blitar).

Permasalahan yang pertama, Menurut Deptan (2005) dalam jurnal Bahari D.I, dkk

(2012) bahwa “Permasalahan utama dalam usaha ternak ayam yang dilakukan

oleh peternakan rakyat adalah skala yang relatif kecil sehingga pendapatan layak

sulit dicapai. Sebagian besar peternak rentan terhadap gejolak perubahan harga”.

Biaya pakan ayam merupakan biaya variable terbesar sekitar 60-70% dari total

biaya produksi (Dinas Peternakan Kabupaten Blitar). Hal ini dikarenakan apabila

harga pakan naik maka akan berpengaruh pada tingkat produksi itu sendiri yang

kemudian akan berdampak pada harga telur dipasaran. Sehingga tingkat

pendapatan merendah atau bahkan bisa merugi.

Padahal salah satu parameter secara mikro dalam mengukur keberhasilan

suatu usaha adalah dari tingkat pendapatan peternak. Dimana pendapatan

tersebut diperoleh dengan cara pemanfaatan faktor-faktor biaya produksi secara

efisien. Biaya-biaya produksi tersebut meliputi : Biaya Pembibitan, Biaya Pakan

Ternak, Biaya Sarana Prasarana, upah tenaga kerja, serta biaya obat-obatan dan

vaksin.

Page 26: analisis pendapatan serta kelayakan usaha ternak ayam ras ...

8

Permasalahan yang kedua adalah masalah pemasaran hasil output dan

ketidakstabilan harga jual produksi. Disini harga jual produksi merupakan hal yang

penting selama proses berternak dimana hal ini menjadi sumber pendapatan bagi

peternak. Apabila harga telur dipasaran rendah, peternak akan merugi namun bila

harga telur dipasaran sesuai dengan yang diharapkan, maka peternak akan

untung.

Gambar 1.3 : Daftar Fluktuasi Harga Telur Dalam 1 Tahun Terakhir (2016) (Rupiah)

Sumber : Buku Dinas Peternakan Kabupaten Blitar tahun 2016

Selain itu, dalam implementasinya para peternak di Kabupaten Blitar

khususnya bagi peternak skala kecil yaitu dihadapkan pada masalah Broker.

Santosa (2005) menyatakan bahwa sisi pemasaran telur, peternak seringkali

terikat untuk menjualnya melalui broker. Peternak berada pada posisi sebagai

penerima harga. Peternak menghadapi sistem pemasaran yang tidak efisien.

Kedua permasalahan diatas apabila tidak ditanggapi dengan baik oleh Pemerintah

Daerah maka akan berdampak pada tingkat pendapatan peternak dan lebih lanjut

Page 27: analisis pendapatan serta kelayakan usaha ternak ayam ras ...

9

akan mempengaruhi kelangsungan usaha peternakan ayam petelur di Kabupaten

Blitar. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian yang mendalam terkait masalah

pendapatan yang diperoleh peternak atas kenaikan harga pakan ternak dan

ketidakstabilan harga jual produksi, baik dari peternak skala kecil maupun dari

peternak skala besar yang ada di Kabupaten Blitar.

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, penulis

termotivasi untuk mengambil judul penelitian : “ Analisis Pendapatan Serta

Kelayakan Usaha Ternak Ayam ras Petelur Pada Skala Usaha yang Berbeda

Dalam 1 (Satu) Tahun Periode Produksi “ (studi pada peternakan ayam petelur

skala kecil dan skala besar di Kabupaten Blitar).

1.2 Rumusan Masalah

Agar penelitian ini dapat lebih terfokus dengan tujuan yang akan dicapai, maka

perlu adanya rumusan masalah yang jelas dan didasarkan pada latar belakang

permasalahan, yang dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaruh kenaikan harga input dan penurunan harga

produksi terhadap pendapatan peternak di Kabupaten Blitar?

2. Bagaimana Strategi para peternak dalam menghadapi gejolak

Kenaikan biaya input dan penurunan harga produksi di Kabupaten

Blitar?

3. Bagaimana tingkat kelayakan usaha ternak ayam petelur di Kabupaten

Blitar dengan melihat nilai R/C ratio serta BEP pada usaha ternak ayam

petelur dengan skala usaha yang berbeda di Kabupaten Blitar?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian rumusan masalah diatas maka dapat diambil beberapa tujuan

penelitian diantaranya :

Page 28: analisis pendapatan serta kelayakan usaha ternak ayam ras ...

10

1. Untuk mengetahui Pengaruh kenaikan harga input dan penurunan

harga produksi terhadap pendapatan peternak di Kabupaten Blitar

dengan skala usaha yang berbeda.

2. Untuk mengetahui Strategi apa yang dilakukan para peternak dalam

menghadapi gejolak Kenaikan biaya input dan penurunan harga

produksi di Kabupaten Blitar.

3. Untuk menganalisis tingkat kelayakan usaha ternak ayam petelur di

Kabupaten Blitar dengan mengetahui nilai R/C ratio serta BEP pada

usaha ternak ayam petelur dengan skala usaha yang berbeda.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Penulis

Sebagai sarana pengaplikasian ilmu yang diperoleh selama duduk

dibangku perkuliahan hingga dapat menerapkan dan menyelaraskan

teori yang diperoleh terhadap praktek yang sebenarnya.

2. Bagi Pelaku UMKM (Peternak ayam petelur)

Sebagai salah satu bahan informasi bagi para peternak yang berkaitan

dengan pengembangan ternak, strategi menghadapi berbagai

permasalahan yang timbul serta informasi mengenai kelayakan usaha

yang ditinjau dari pendapatan yang diterima peternak atas biaya

produksi yang telah dikeluarkan.

3. Bagi Pihak lain

Sebagai salah satu referensi untuk penelitian-penelitian selanjutnya

terutama yang berkaitan dengan UMKM dibidang peternakan ayam baik

ayam pedaging maupun ayam petelur.

Page 29: analisis pendapatan serta kelayakan usaha ternak ayam ras ...

11

4. Bagi Pemerintah

Sebagai bahan referensi atau acuhan dalam mengatasi permasalahan-

permasalahan yang dihadapi peternak ayam khususnya ayam petelur

dikabupaten Blitar. Dikarenakan Kabupaten Blitar merupakan sentral

produksi telur di Provinsi Jawa Timur bahkan di Indonesia.

Page 30: analisis pendapatan serta kelayakan usaha ternak ayam ras ...

12

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Dalam bab 2 Kajian Pustaka ini, penulis tidak menjelaskan pengertian dasar-

dasar teori mikro secara definitif. Namun pada bab ini penulis fokus untuk lebih

menekankan konsep teori yang berkaitan dengan apa yang menjadi rumusan

masalah yang sudah ditulis di bab sebelumnya. Dan diharapkan agar konsep teori ini

bisa menjadi pemecah masalah.

2.1 Analisis Pengaruh Kenaikan Biaya (ongkos) Produksi Terhadap

Pendapatan Peternak

Dalam penellitian ini peneliti fokus pada pendapatan yang diperoleh peternak jika

terjadi perubahan kenaikan biaya produksi. Konsep teori yang berkaitan dalam analisa

tersebut adalah Teori Produksi dan Teori Biaya (ongkos) produksi.

2.1.1 Teori Produksi

Konsep teori produksi menurut Case and Fair (2005:160) menjelaskan bahwa

“Produksi merupakan proses penggabungan masukan (input) dan mengubahnya

menjadi keluaran (output). Seberapa besar tingkat output yang dihasilkan itulah yang

menjadi pendapatan bagi produsen”. Dalam dunia usaha umumnya produsen

berorientasi terhadap pendapatan bersih (keuntungan). Dengan begitu strategi atau

langkah yang harus dilakukan produsen adalah dengan cara Ekspansi Perusahaan.

Dimana menurut Nicholson (2002:197) alur Ekspansi merupakan “Serangkaian

kombinasi input yang meminimalisasi biaya suatu perusahaan untuk menghasilkan

berbagai tingkat output”. Teori yang berkaitan dengan strategi ekspansi perusahaan

Page 31: analisis pendapatan serta kelayakan usaha ternak ayam ras ...

13

adalah teori Output Optimum, termasuk didalamnya adalah dengan cara melakukan

Inovasi teknologi.

2.1.1.1 Output optimum

Konsep teori mengenai output optimum merupakan salah satu bagian dari proses

produksi. Dimana umumnya para produsen melakukan metode tersebut sehingga

mendapatkan keuntungan yang diharapkan. Teori tentang output optimum ini

dikemukakan oleh Case and Fair (2005:168) bahwa output optimum merupakan

“Metode produksi yang meminimalkan biaya. Artinya perusahaan perlu mencari

kombinasi harga input termurah”.

Gambar 2.1 : Menentukan Metode Produksi Optimal (output optimum)

Sumber : Case and Fair (2005:168)

Jika biaya sudah ditentukan dan harga pasar output sudah diketahui, maka

produsen akan dapat membuat keputusan akhir mengenai jumlah produk yang

menentukan biaya

total input dengan

metode yang optimal

Menentukan total

penerimaan

Biaya Input

Harga keluaran

output

Output Optimum = Total Penerimaan – Total Biaya dengan metode optimal

Page 32: analisis pendapatan serta kelayakan usaha ternak ayam ras ...

14

dihasilkan dan jumlah masing-masing input yang diperlukan. Salah satu contoh dalam

meminimalisasi biaya produksi adalah dengan cara melakukan Inovasi teknologi.

Seiring berjalannya waktu, teknologi mengalami perkembangan yang sangat pesat.

Hal inilah yang perlu diperhatikan oleh para produsen, sehingga perusahaan atau

produsen dituntut untuk menguasai teknologi yang terus menerus mengalami

kemajuan perkembangan.

2.1.2 Teori Biaya (ongkos) Produksi

Konsep teori biaya digunakan untuk menganalisa seberapa besar biaya yang

dikeluarkan untuk proses produksi yang dilakukan sehingga menghasilkan

pendapatan. Menurut teori yang dikemukakan Case and Fair (2005:198) “Biaya

produksi merupakan total biaya dari semua input yang dimanfaatkan oleh perusahaan

dalam sebuah proses produksi”.

Menurut Nicholson (2002:207) biaya produksi dibedakan menjadi 2 macam yaitu:

a) Biaya Tetap (Fixed Cost)

Biaya yang tidak berubah ketika adanya perubahan kuantitas output. Contoh:

tanah, mesin, biaya penyusutan peralatan dan lain-lain.

b) Biaya Variabel (Variable Cost)

Biaya yang berubah terhadap perubahan kuantitas volume produksi atau

penjualan. Apabila kuantitas produksi naik maka biaya variable akan ikut naik

sebesar perubahan kuantitas dikalikan biaya variable persatuan.

Contoh: biaya pembibitan, biaya pakan ternak, biaya listrik dan air, biaya

tenaga kerja dan lain-lain.

Rumus Biaya Total : Case and Fair (2005:198)

TC = TFC + TVC

Page 33: analisis pendapatan serta kelayakan usaha ternak ayam ras ...

15

Keterangan :

TC = Total cost / Biaya Total (Rp/bulan)

TFC = Total Fixed cost / Total Biaya Tetap (Rp/bulan)

TVC = Total Variable cost / Total Biaya Variabel (Rp/bulan)

Ada dua konsep teori biaya yang digunakan untuk mengetahui biaya per-unit output

yaitu : Biaya rata-rata (AC) dan Biaya Marginal (MC) Nicholson (2002:200).

2.1.2.1 Biaya Rata-rata (Average Cost)

Yaitu sebuah ukuran umum untuk mengetahui biaya total per unit. Ini adalah

konsep biaya per unit yang umum digunakan oleh perusahaan. Misalnya jika sebuah

perusahaan memiliki biaya total $1000 untuk menghasilkan 20 unit output, artinya

biaya per unitnya adalah $50.

Rumus matematis : (Nicholson,2002:200)

AC = TC

Q

Keterangan :

AC = Average Cost

TC = Total Cost

Q = unit output

2.1.2.2 Biaya Marginal (Marginal Cost)

Dalam model penentuan harga, Marshall dalam Nicholson (2002:200) berfokus

pada biaya unit terakhir yang diproduksi karena biaya ini merupakan biaya yang

mempengaruhi keputusan penawaran. Untuk merefleksikan biaya penambahan ini,

para ekonom menggunakan konsep biaya marginal.

Page 34: analisis pendapatan serta kelayakan usaha ternak ayam ras ...

16

Rumus yang digunakan : (Nicholson,2002:200)

MC = Perubahan pada TC

Perubahan pada Q

Keterangan :

MC = Marginal Cost

TC = Total Cost

Q = Unit output

Misalkan apabila untuk menghasilkan 19 unit diperlukan biaya $48, tetapi untuk

menghasilkan 20 unit diperlukan $50, maka biaya marginal unit ke 20 adalah $2.

Artinya untuk menghasilkan unit tersebut perusahaan hanya memerlukan tambahan

biaya sebesar $2.

Page 35: analisis pendapatan serta kelayakan usaha ternak ayam ras ...

17

Gambar 2.2 : Hubungan Kurva TC, AC dan MC

Biaya AC.MC

TC MC

AC

Kuantitas per bulan Kuantitas per bulan

(*) Skala hasil Menurun (*) Skala hasil Menurun

Biaya AC.MC MC AC

TC

Kuantitas per bulan q kuantitas (perpotongan) Per bulan

(*) Skala Optimal (*) Skala Optimal

Sumber : Nicholson (2002:199)

Page 36: analisis pendapatan serta kelayakan usaha ternak ayam ras ...

18

2.2 Analisa Dalam Mengukur Prosentase Perubahan Penurunan Harga

Output Terhadap Jumlah Produksi yang dihasilkan Produsen

Dalam penellitian ini peneliti terfokus pada kuantitas produksi yang dihasilkan jika

terjadi perubahan harga output. Sehingga hal ini mempengaruhi tingkat pendapatan

yang diterima oleh peternak. Apabila terjadi penurunan harga output maka kuantitas

produksi yang dihasilkan akan berkurang. Sebaliknya apabila terjadi kenaikan harga

output maka kuantitas produksi akan bertambah. Konsep teori yang berkaitan dalam

analisa tersebut adalah elastisitas penawaran, dan Keseimbangan pasar

(equilibrium).

2.2.1 Konsep Elastisitas penawaran

Konsep elastisitas penawaran digunakan unuk mengukur prosentase perubahan

jumlah barang yang ditawarkan oleh produsen jika harga berubah 1 persen.

Perubahan harga output didalam pasar persaingan sempurna ditentukan melalui

Mekanisme pasar. Dimana produsen tidak dapat mempengaruhi harga dipasar secara

sepihak. Menurut teori yang dikemukakan oleh Case and Fair (2005:153) bahwa

produsen maupun konsumen secara individu tidak dapat mempengaruhi harga di

pasar, status produsen maupun konsumen secara individu adalah (price taker). Harga

yang ditentukan melalui sistem mekanisme pasar yaitu kekuatan tarik menarik antara

seluruh penjual dan pembeli yang ada dipasar.

Rumus elastisitas penawaran: Case and Fair (2005:116)

Elastisitas Penawaran = % perubahan kuantitas yang ditawarkan

% perubahan harga

Page 37: analisis pendapatan serta kelayakan usaha ternak ayam ras ...

19

Berdasarkan nilainya elastisitas dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu :

a. Elastis, apabila memiliki nilai lebih dari satu

b. Unitary, apabila memiliki nilai sama dengan satu

c. In elastis, memiliki nilai kurang dari satu

Gambar 2.3 : Kurva Elastisitas Penawaran

P B Elastis

C

D Unitary

E

F In elastis

G

H

Q

Sumber : Joesron dan Fathorrozi (2011:47)

Gambar diatas menjelaskan bahwa titik-titik yang berada diatas point E

mempunyai nilai elastisitas lebih dari 1(satu), sedangkan titik E sendiri memiliki nilai

elastisitas sama dengan 1(satu), dan titik-titik dibawah poin E mempunyai nilai

kurang dari 1(satu)

2.2.2 Keseimbangan Pasar (Equilibrium)

Konsep equilibrium pasar digunakan untuk menganalisa keseimbangan harga.

Menurut Joesron dan Fathorrozi (2011:26) bahwa suatu pasar akan mengalami

keseimbangan (equilibrium) jika jumlah barang yang ditawarkan sama dengan jumlah

barang yang diminta, sekali dicapai keseimbangan cenderung untuk tidak berubah.

Page 38: analisis pendapatan serta kelayakan usaha ternak ayam ras ...

20

Gambar 2.4 : Kurva Keseimbangan antara Permintaan dan Penawaran

P Excess supply S

A B

Pe Eq (equilibrium)

C D

Excess demand

D

Qe Q

Sumber : Khusaini (2013)

Secara teori pada saat terjadi kelebihan penawaran (excess supply) sebesar AB

maka mekanisme kekuatan pasar akan mendorong tingkat harga untuk tururn menuju

harga keseimbangan. Demikian halnya jika terjadi kelebihan permintaan (excess

demand) sebesar CD maka mekanisme pasar mendorong tingkat harga cenderung

naik sampai tingkat harga equilibrium.

2.3 Analisis Pengaruh Perubahan Harga Output Terhadap Total Penjualan

Produksi

Dalam penellitian ini peneliti fokus terhadap jumlah total penjualan produksi jika

terjadi perubahan harga output. Sehingga hal ini akan mempengaruhi tingkat

pendapatan yang diterima oleh peternak. Konsep teori yang berkaitan dalam analisa

Page 39: analisis pendapatan serta kelayakan usaha ternak ayam ras ...

21

tersebut adalah teori konsep Total Revenue (TR), Average Revenue (AR) dan

Marginal Revenue (MR).

2.3.1 Teori Pendapatan dengan menggunakan konsep Total Revenue

(TR) Average Revenue (AR) dan Marginal Revenue (MR)

Teori ini berfungsi untuk menganalisa tingkat pendapatan yang diterima oleh para

peternak atas penjualan output/ penjualan hasil produksi. Menurut Joesron dan

Fathorrozi (2011:154) terdapat tiga konsep teori revenue dalam menghitung

penerimaan (revenue) yaitu Total Revenue (TR), Average Revenue (AR) dan Marginal

Revenue (MR).

2.3.1.1 Total Revenue (TR)

Total Revenue (TR) merupakan perkalian antara harga (P) dengan kuantitas

output (Q), sedangkan harga itu sendiri bersifat tetap dipasar persaingan sempurna.

Rumus yang digunakan : (Joesron dan Fathorrazi,2011:154)

TR = Pq x Q

Keterangan:

TR = Total Revenue/ Penerimaan Total (Rp/bulan)

Pq = Price of Quantity (harga per satuan)

Q = Quantity (output)

Page 40: analisis pendapatan serta kelayakan usaha ternak ayam ras ...

22

2.3.1.2 Average Revenue (AR)

Average Revenue (AR) merupakan penerimaan rata-rata produsen per unit output

yang dijual, diperoleh dari total revenue dibagi output.

Rumus yang digunakan : (Joesron dan Fathorrazi,2011:154)

AR = TR

Q

Keterangan :

AR = Average Revenue

TR = Total Revenue

Q = Quantity (output)

2.3.1.3 Marginal Revenue (MR)

Marginal Revenue (MR) merupakan kenaikan dari TR yang disebabkan oleh

tambahan penjualan 1 unit output.

Rumus yang digunakan : (Joesron dan Fathorrazi,2011:154)

MR = Perubahan pada TR

Perubahan pada Q

Keterangan:

MR = Marginal Revenue

TR = Total Revenue

Q = Quantity (output)

Berdasarkan tiga konsep penting diatas maka diperoleh hubungan yang spesial

antara MR,AR,P dan fungsi permintaan perusahaan.

Page 41: analisis pendapatan serta kelayakan usaha ternak ayam ras ...

23

Gambar 2.5 Kurva hubungan antara MR, AR, P dan fungsi permintaan perusahaan

P P S

Po Po Eo

MR = AR = P = D

D

Keseimbangan perusahaan Keseimbangan pasar Sumber : Joesron dan Fathorrozi (2011:155)

Sedangkan apabila sudah diketahui perhitungan dari sisi revenue-nya langkah

selanjutnya adalah mengetahui pendapatan yang diterima produsen yaitu menghitung

selisih dari total penerimaan dan total biaya produksi. Menurut Rasyaf (1993) dalam

jurnal Rahmah (2015) bahwa pendapatan peternak adalah selisish antara total

penerimaan dengan seluruh biaya yang dikeluarkan selama proses produksi. bila

penerimaan dikurangi dengan biaya produksi maka hasilnya dinamakan pendapatan.

Rumus yang digunakan Case and Fair (2002:185)

π = TR – TC

Keterangan :

π = Pendapatan bersih (Rp/bulan)

TR = Total Revenue (Rp/bulan)

TC = Total Cost (Rp/bulan)

Page 42: analisis pendapatan serta kelayakan usaha ternak ayam ras ...

24

2.4 Analisis Kelayakan Usaha Ternak Ayam Petelur di Kabupaten Blitar

2.4.1 Revenue Cost Ratio (R/C ratio)

Salah satu alat ukur yang digunakan untuk mengetahui kelayakan usaha adalah

dengan cara menghitung Revenue Cost Ratio (R/C ratio). R/C ratio merupakan

perbandingan antara penerimaan total dan biaya total, yang menunjukkan nilai

penerimaan yang diperoleh dari setiap rupiah yang dikeluarkan. Nitiwijaya (2007)

menyatakan bahwa revenue cost ratio adalah perbandingan antara pendapatan

dengan biaya produksi yang digunakan sebagai alat untuk mengetahui tingkat

kelayakan usaha.

Berdasarkan pengertian diatas maka disimpulkan bahwa Revenue Cost Ratio

(R/C ratio) merupakan ratio perbandingan antara penerimaan dengan biaya produksi

yang dapat digunakan sebagai alat untuk mengetahui tingkat kelayakan usaha.

Rumus yang digunakan: (Soekarwati, 2006)

R/C ratio = R

C

Keterangan:

R = Revenue atau Penerimaan Total (Rp)

C = Cost atau Total Biaya Produksi (Rp)

Bila:

R/C>1 usaha tersebut menguntungkan

R/C=1 impas (tidak untung tidak rugi)

R/C<1 usaha tersebut mengalami kerugian

Seberapa besar penerimaan yang diperoleh setiap pengeluaran biaya sebesar

Rp 1.000.000. Misalkan diperoleh hasil nilai R/C ratio sebesar 1,20 maka artinya

setiap pengeluaran biaya sebesar Rp 1.000.000 maka diperoleh penerimaan sebesar

Page 43: analisis pendapatan serta kelayakan usaha ternak ayam ras ...

25

Rp 1.200.000 (keuntungan sebesar Rp 200.000) semakin besar nilai R/C maka

semakin besar pula tingkat keuntungan yang diperoleh.

2.4.2 Break Even Point (BEP)

Usry (2004) menjelaskan bahwa BEP dapat diartikan keadaan dimana

dalam operasi perusahaan, perusahaan tidak memperoleh laba dan tidak

mengalami kerugian (penghasilan yang dinilai menggunakan total biaya).

Analisa BEP mampu memberikan informasi kepada pinjaman perusahaan

mengenai berbagai tingkat volume penjualan.

Secara sistematis dapat ditulis sebagai berikut: (Prawirokusumo, 1990)

BEP harga = Biaya Produksi Total Hasil Produksi

BEP produk = Biaya Total

Harga Produksi

Rumus BEP multiple product :

BEP (Rp) = FC

1 -- (TVC/TR)

Dimana:

FC = Fixed cost

TVC = Total Variable cost

TR = Total Revenue

Page 44: analisis pendapatan serta kelayakan usaha ternak ayam ras ...

26

2.5 Penelitian Terdahulu

Penelitian ini menggunakan jurnal Nasional dari Jurusan Ekonomi dan dari

Jurusan Sosial Ekonomi Peternakan, yang mana jurnal-jurnal tersebut berfungsi

sebagai bahan pijakan dan referensi serta acuan dalam penulisan skripsi ini. Berikut

akan diuraikan penelitian sebelumnya yang mengkaji tentang usaha ternak ayam ras

petelur dari aspek Finansial dan dari aspek Ekonominya.

Penelitian yang dilakukan Kurniawan, Darmawan, Sriastiti (2013) sebagai

mahasiswa Pascasarjana Universitas Udayana. Jurnal penelitian ini mengenai

“Strategi Pengembangan Agribisnis Peternakan Ayam Petelur di Kabupaten Tabanan”

penelitian ini melihat bagaimana faktor peluang, ancaman, kelemahan dan strategi

dari usaha ternak ayam petelur di Kabupaten Tabanan”. Hasil analisis berupa faktor

kekuatan berpengaruh sangat penting terhadap pengembangan agribisnis di

Kabupaten Tabanan dengan skor 0,652. Sedangkan faktor kelemahan yang

berpengaruh sangat penting adalah keterbatasan jumlah dana dengan skor 0,520.

Faktor peluang disini sangatlah penting yaitu ketersediaan pasar dan distribusi

dengan skor 0,476. Sedangkan faktor ancaman berupa fluktuasi harga pakan skor

0,524. Kesimpulan penelitian tersebut dari faktor kekuatan adalah tersedianya sarana

transportasi, faktor kelemahan adalah berupa keterbatasan jumlah dana dan

minimnya informasi. Faktor peluang adalah berupa ketersediaan pasar,distribusi dan

pertumbuhan penduduk sedangkan yang terakhir faktor ancaman adalah berupa

fluktuasi harga pakan dan penyakit.

Penelitian yang dilakukan Rahmah selaku Dosen Peternakan di Universitas

Majalengka mengenai “Analisis Pedapatan usaha ternak ayam pada skala usaha

yang berbeda di Kabupaten Majalengka”. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2015.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana gambaran atau deskripsi

Page 45: analisis pendapatan serta kelayakan usaha ternak ayam ras ...

27

pendapatan usaha ternak ayam pada skala usaha yang berbeda di Kabupaten

Majalengka. Hasil yang diperoleh bahwa rata-rata pendapatan peternak berbeda-

beda berdasarkan jenis skala usahanya. Perbedaan pendapatan yang diperoleh

peternak disebabkan karena perbedaan sistem pengelolaan dalam usaha ternaknya

dan dari biaya yang dikeluarkan selama berproduksi juga dapat mempengaruhi

seberapa besar pendapatan yang diperoleh peternak di Kabupaten Majalengka.

Penelitian yang dilakukan Bahari, Fanani, Nugroho (2012) sebagai mahasiswa

Pascasarjana Jurusan Sosial Ekonomi Peternakan Universitas Brawijaya dengan

judul “Analisis struktur biaya dan perbedaan Pendapatan usaha ternak ayam pada

pola dan skala usaha yang berbeda di Kota Kendari Sulawesi Tenggara”. Penelitian

ini bertujuan untuk menganalisa karakteristik dan perbedaan pendapatan usaha

ternak ayam pada pola dan skala usaha yang berbeda di Kota Kendari Sulawesi

Tenggara. Hasil penelitian menunjukkan besar kecilnya skala menentukan tingkat

biaya usaha ternak. Skala yang lebih besar akan menentukan biaya yang lebih besar

pula. Tingkat pendapatan pola kemitraan sama dengan tingkat pendapatan pola

kemandirian. Namun baik pola kemitraan maupun kemandiriran tingkat pendapatan

peternak skala besar lebih tinggi daripada tingkat pendapatan peternak skala kecil di

Kota Kendari.

Penelitian yang dilakukan Fitriani (2015) sebagai staf pengajar Program studi

Agribisnis Jurusan Ekonomi dan Bisnis Politeknik Negeri Lampung. Judul penelitian

ini mengenai “Analisis usaha peternakan ayam petelur di Kecamatan Adiluwih

Kabupaten Pringsewu”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa dari sisi biaya

produksi penerimaan dan keuntungan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa usaha

peternakan ayam petelur sangat menguntungkan. Terlihat dari manfaat yang

Page 46: analisis pendapatan serta kelayakan usaha ternak ayam ras ...

28

diperoleh lebih besar dari biaya yang dikeluarkan (B/C = 0,198). Pendapatan bersih

perbulannya juga sangat memadai sebagai sumber pendapatan keluarga.

Penelitian yang dilakukan Cintya C. Salele, Boyke R, Masje T.M, Poulla Waleleng

mengenai “Analisis penggunaan faktor produksi pada perusahaan ayam petelur UD.

Kakaskasen Indah dan CV. Nawanua Farm”. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2014.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya penggunaan faktor produksi,

tingkat keuntungan dan titik impas dari perusahaan ayam petelur di Kota Tomohon.

Hasil yang diperoleh bahwa masing-masing perusahaan memberikan keuntungan

yang maksimum per periode produksi yang dibuktikan pada nilai ROI dan MOS yang

menunjukkan nilai diatas titik impas (BEP).

Page 47: analisis pendapatan serta kelayakan usaha ternak ayam ras ...

29

Tabel 2.1 : Tabel Penelitian Terdahulu

NO Nama

Penulis

Judul Penelitian Variabel Teknik

Analisis

Hasil Penelitian

1 M.FajarTris

na

Kurniawan,

Dwi Putra

Darmawan,

N.W

Sriastiti

Strategi pengembangan

Agribisnis Peternakan Ayam

Petelur di Kabupaten

Tabanan

Peluang,

Ancaman,

Kelemahan,

Strategi

Analisis matrik

IFE dan EFE,

analisis SWOT

dan analisis

QSPM

Hasil menunjukkan faktor internal berupa

kekuatan yang berpengaruh sangat

penting terhadap pengembangan

agribisnis ayam petelur di kabupaten

tabanan dengan skor 0,625

2 Ulfa Indah

Laela

Rahmah

Analisis pendapatan usaha

ternak ayam pada pola usaha

yang berbeda di kecamatan

Cingambul Kabupaten

Majalengka

Pendapatan,

biaya tetap, biaya

variabel,

Penerimaan

Analisis statistik

deskriptif

Perbedaan pendapatan yang diperoleh

peternak disebabkan karenan perbedaan

sistem pengelolaan dalam melakukan

usaha ternaknya. dan dari biaya yang

dikeluarkan selama berproduksi juga

dapat mempengaruhi seberapa besar

pendapatan yang diperoleh peternak di

Kabupaten Majalengka.

Page 48: analisis pendapatan serta kelayakan usaha ternak ayam ras ...

30

NO Nama

Penulis

Judul Penelitian Variabel Teknik Analisis Hasil Penelitian

3 Bahari D.I,

Z. Fanani,

B.A

Nugroho

Analisis Struktur biaya

produksi dan perbedaan

pendapatan usaha ternak

ayam pada pola dan skala

usaha yang berbeda di Kota

Kendari Provinsi Selawesi

Tenggara

Biaya prodksi,

Penerimaan,

Pendapatan

Analisis Deskriptif,

R/C ratio, Uji T

berbeda mean

Secara keseluruhan R/C ratio lebih

dari 1 dengan rata-rata 1,14. Tingkat

pendapatan pola mandiri dengan

kemitraan sama. Namun namun baik

pola kemitraan maupun kemandirian,

tingkat pendapatan peternak skala

besar lebih tinggi daripada peternak

skala kecil di Kota Kendari.

4. Fitriani Analisis Usaha Peternakan

Ayam Petelur di Kecamatan

Adiluwih, Kabupaten

Pringsewu

Biaya produksi,

pendapatan dan

Keuntungan

Analisis Deskriptif

dan Analisis

Finansial

Usaha peternakan ayam petelur

sangat menguntungkan. Terlihat dari

manfaat yang diperoleh lebih besar

dari biaya yang dikeluarkan (B/C =

0,198). Pendapatan bersih

perbulannya juga sangat memadai

sebagai sumber pendapatan

keluarga.

5. Salele C.L,

Roimpande

y B, Massie

M.T,

Waleleng

P.O

Analisis Penggunaan Faktor

Produksi Pada Perusahaan

Ayam ras Petelur

(studi pada UD. Kakaskasen

Indah dan CV. Nawanua Farm)

Faktor Produksi,

ROI, BEP, Margin

of Safety (MOS)

Analisis Deskriptif Masing-masing perusahaan

memberikan keuntungan yang

maksimum per periode produksi

yang dibuktikan dengan nilai ROI

dan MOS yang menunjukkan nilai

diatas titik impas (BEP).

Page 49: analisis pendapatan serta kelayakan usaha ternak ayam ras ...

31

2.6 Kerangka Pikir

Perkembangan perekonomian Indonesia dari tahun ke tahun mengalami

peningkatan. Salah satu pendukung perkembangan perekonomian indonesia

adalah Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Usaha disektor UMKM lebih

memanfaatkan sumber daya alam dan padat karya seperti hasil pertanian,

perkebunan dan peternakan. Sektor Peternakan merupakan salah satu UMKM

penyumbang perekonomian di Kabupaten Blitar. Usaha peternakan ayam ras

petelur merupakan sektor unggulan di Kabupaten Blitar. Dengan jumlah populasi

dan tingkat produksi yang tinggi menjadikan usaha bisnis ternak ayam petelur

memiliki prospek cukup menjanjikan dan menguntungkan bagi para pelaku usaha.

Prospek yang sangat baik untuk dikembangkan baik dalam skala besar maupun

skala kecil.

Penelitian ini fokus pada aspek ekonomi dan aspek finansialnya. Dimana

dalam aspek ekonomi usaha ternak ayam petelur dapat dilihat dari biaya produksi

dan harga jual telur (output). Dalam menghitung biaya produksi harus menghitung

terlebih dahulu biaya tetap dan biaya variabelnya. Dikarenakan Total biaya (Total

Cost) didapat dari Total Fix Cost ditambah dengan Total Variabel Cost. Dalam

menghitung pendapatan, terlebih dahulu menghitung Total Biaya Produksi (TC)

dan Total Revenue (TR) yang diperoleh peternak. Dimana Total Revenue (TR)

didapat dari Harga (P) dikali dengan Total Kuantitas Penjualan (Q).

Setelah menghitung pendapatan dari masing-masing peternak, kemudian

dilakukan Analisis Kelayakan Usaha yang bertujuan untuk menganalisa apakah

usaha ternak ayam petelur ini layak untuk dilanjutkan (dikembangkan) atau tidak?

Setelah kita melihat hasil R/C ratio dan nilai BEPnya maka kemudian dapat

disimpulkan apakah usaha ternak ayam ras petelur ini layak atau tidak untuk

dilanjutkan (dikembangkan).

Page 50: analisis pendapatan serta kelayakan usaha ternak ayam ras ...

32

Gambar 2.6 : Kerangka Pikir

Sumber : Penulis (2017)

Sektor Peternakan Ayam Petelur sebagai

salah satu UMKM penyumbang peningkatan

Perekonomian Daerah di Kabupaten Blitar

Ditinjau dari sisi analisa

Ekonomi Usaha Ternak

Ayam Petelur

Peningkatan Biaya Produksi

Penurunan

Harga Output

R/C ratio

Break Event Point

(BEP)

Pendapatan

Kemudian dilakukan

analisis kelayakan

usaha

Biaya Tetap Biaya Variabel

Strategi yang dilakukan

dalam menghadapi gejolak

Layak Tidak Layak

Page 51: analisis pendapatan serta kelayakan usaha ternak ayam ras ...

33

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

Deskriptif Kuantitatif. Penelitian deskriptif menurut Wirartha (2005:154) deskriptif

digunakan untuk kepentingan penyajian data dalam bentuk yang lebih sederhana

sehingga mudah dibaca, dipahami dan mudah dimengerti. Hasil penelitian ini lebih

menekankan pada pemberian gambaran secara obyektif tentang keadaan yang

sebenarnya dari objek yang diteliti, dan sifatnya sekedar mengungkapkan fakta

yang terjadi dilapangan. Sedangkan kuantitatif karena data yang diperoleh

nantinya berupa angka. Data yang telah terkumpul selanjutnya dihitung

menggunakan rumus ekonomi dan dilanjutkan dengan analisis kelayakan usaha

yang tercermin dari nilai R/C ratio dan nilai BEP-nya.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian berada di daerah Kabupaten Blitar, Alasan dipilihnya

Kabupaten Blitar karena Kabupaten Blitar merupakan sentral produksi telur di

Jawa Timur khususnya untuk ayam ras petelur (www.disnak.jatimprov.go.id).

Rentan waktu yang digunakan dalam penelitian ini yaitu selama 3(tiga) Bulan.

3.3 Variabel yang diteliti

Variabel-variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel Biaya produksi Semua biaya yang

dikeluarkan oleh peternak dalam menjalankan usahanya. Biaya

produksi terdiri dari Biaya pembibitan, Biaya pakan ternak, Biaya

listrik air, Upah tenaga kerja, Biaya obat-obatan vaksin, dan Biaya

transportasi.

Page 52: analisis pendapatan serta kelayakan usaha ternak ayam ras ...

34

2. Variabel Pendapatan Hasil yang diperoleh

produsen (peternak) atas

penjualan hasil produksi.

3. Variabel Harga Pakan (input) Fluktuasi harga pakan

selama periode 1

tahun terakhir (data

bulanan).

4. Variabel Harga Telur (output) Fluktuasi harga telur

selama periode 1

tahun terakhir (data

bulanan).

3.4 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah peternakan ayam petelur di Kabupaten

Blitar. Pemilihan sampel dalam penelitian ini menggunakan Teknik Proporsional

Random Sampling dimana menurut Wirartha (2005:239) Proporsional Random

Sampling dilakukan dengan cara distrata terlebih dahulu populasinya, stratanya

disesuaikan berdasarkan skala usahanya yaitu skala besar dan skala kecil. Untuk

itu perlu dipilih anggota sampel yang mewakili menurut skala-nya masing-masing.

Jumlah anggota sampel pada masing-masing skala usaha ditetapkan secara

proporsional.

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah peternak ayam petelur

skala kecil dan peternak ayam petelur skala besar di Kabupaten Blitar. Kriteria

pengelompokan skala usaha berdasarkan jumlah populasi ternak yang dimilikinya.

Menurut Peraturan Daerah (PERDA) Kabupaten Blitar tahun 2003 bahwa

dikatakan skala usaha kecil apabila jumlah ternak yang dimiliki kurang dari atau

Page 53: analisis pendapatan serta kelayakan usaha ternak ayam ras ...

35

sama dengan 10 ribu ekor. Sedangkan dikatakan skala usaha besar apabila

jumlah ternak yang dimiliki lebih dari 10 ribu ekor. Nantinnya dalam menentukan

jumlah sampel penelitian, peneliti menghitung terlebih dahulu total jumlah peternak

ayam petelur di Kabupaten Blitar dan kemudian melakukan perbandingan antara

jumlah peternak skala kecil dan jumlah peternak skala besar. Dengan begitu maka

dapat disimpulkan jumlah sampel yang diambil dari masing-masing peternak skala

kecil maupun dari peternak skala besar. Total sampel yang diambil dalam

penelitian ini berjumlah 15 sampel peternak, yang mana untuk peternak skala kecil

sebanyak 6 sampel dan untuk peternak skala besar sebanyak 9 sampel.

3.5 Metode Pengumpulan Data

3.5.1 Jenis Data

Data yang nantinnya akan digunakan dalam penelitian ini adalah data biaya

(ongkos) produksi, data penjualan hasil produksi dan data harga telur dan data

harga pakan dalam 1 tahun terakhir (data bulanan).

3.5.2 Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini bersumber dari Data primer dan Data

sekunder. Data primer nantinya didapat melalui narasumber langsung, sedangkan

data sekunder diperoleh dari studi pustaka, dari jurnal-jurnal terdahulu, dari

internet serta dari buku-buku literatur yang berkaitan dengan masalah penelitian

sehingga dapat digunakan sebagai acuan dan pedoman dalam penulisan laporan

skripsi.

3.5.3 Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan dua metode pengumpulan data, yaitu:

1. Studi Dokumentasi

Penelitian ini mengumpulkan data dan teori yang relevan terhadap

permasalahan yang akan diteliti dengan melakukan studi pustaka terhadap

literatur dan bahan pustaka lainya seperti website, artikel, jurnal, buku,

Page 54: analisis pendapatan serta kelayakan usaha ternak ayam ras ...

36

penelitian terdahulu serta Data yang bersumber dari Dinas Peternakan

Kabupaten Blitar.

2. Wawancara

Pengumpulan data primer diperoleh dari narasumber langsung, nantinya

narasumber dalam penelitian ini berasal dari Dinas Peternakan Kabupaten

Blitar sebagai pemberi informasi dan dari peternak ayam petelur yang

dijadikan sampel penelitian.

3.6 Metode Analisis Data

Data yang terkumpul kemudian dianalisis dengan menggunakan motode

deskriptif pendalaman yaitu suatu metode yang menyajikan data dalam bentuk

yang lebih mendalam sehingga mudah dibaca, lebih mudah dipahami dan lebih

mudah dimengerti. Data yang terkumpul selanjutnya akan dianalisis dengan

metode analisis ekonomi menggunakan rumus matematic ekonomi.

1) Perhitungan Pembibitan (PT. Jatinom Indah Farm)

π = P X Q

Keterangan:

π = Pembibitan

P = Harga bibit ternak ayam

Q = Jumlah pembibitan

2) Perhitungan Biaya Produksi Case and Fair (2005:198)

TC = TFC + TVC

Keterangan :

TC = Total cost / Biaya Total (Rp/bulan)

Page 55: analisis pendapatan serta kelayakan usaha ternak ayam ras ...

37

TFC = Total Fixed cost / Total Biaya Tetap (Rp/bulan)

TVC = Total Variable cost / Total Biaya Variabel (Rp/bulan)

3) Perhitungan Penerimaan (Joesron dan Fathorrazi,2011)

TR = Pq x Q

Keterangan:

TR = Total Revenue/ Penerimaan Total (Rp/bulan)

Pq = Price of Quantity (harga per satuan)

Q = Quantity (output)

4) Perhitungan Pendapatan Case and Fair (2002:185)

π = TR – TC

Keterangan :

π = Pendapatan (Rp/bulan)

TR = Total Revenue (Rp/bulan)

TC = Total Cost (Rp/bulan)

5) Revenue Cost Ratio (R/C Ratio) (Soekarwati, 2006)

R/C ratio = R

C

Keterangan:

R = Revenue atau Penerimaan (Rp)

C = Cost atau Total Biaya Produksi (Rp)

Page 56: analisis pendapatan serta kelayakan usaha ternak ayam ras ...

38

6) Break Even Point (BEP) (Prawirokusumo, 1990)

(BEP) hasil = Biaya Total

Harga Input

BEP produk = Biaya Total

Harga Produksi

Rumus BEP multiple product :

BEP (Rp) = FC

1 -- (TVC/TR)

Dimana:

FC = Fixed cost

TVC = Total Variable cost

TR = Total Revenue

Page 57: analisis pendapatan serta kelayakan usaha ternak ayam ras ...

39

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam bab IV Hasil dan Pembahasan ini, peneliti akan menyampaikan sedikit

mengenai gambaran umum Kabupaten Blitar, Potensi yang dimiliki Kabupaten

Blitar, pertumbuhan populasi ternak dan tingkat produksi telur, serta

perkembangan fluktuasi harga pakan ternak dan fluktuasi harga telur di Kabupaten

Blitar tahun 2016. Penjelasan tersebut akan disampaikan pada Sub bab 4.1.

Selanjutnya untuk hasil perhitungan sampel penelitian akan disampaikan pada sub

bab 4.2. dan yang terakhir terkait pembahasan hasil sampel penelitian akan

disampaikan pada sub bab 4.3.

4.1 Gambaran Umum Kabupaten Blitar

4.1.1 Potensi Ekonomi Wilayah

Kabupaten Blitar merupakan kabupaten yang wilayah geografisnya terletak di

Provinsi Jawa Timur dengan luas wilayah mencapai 1588,79 km2 dan berada di

pesisir Samudra Indonesia dengan batas wilayah sebagai berikut :

Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kabupaten Kediri

Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kabupaten Malang

Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Samudra Indonesia

Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kabupaten

Tulungagung

Dan di tengah wilayah Kabupaten Blitar berbatasan dengan Kota

Blitar

Terdapat 22 Kecamatan di Kabupaten Blitar, dengan jumlah penduduk

sebanyak 1,1 juta jiwa (buku Kabupaten Blitar dalam angka-2016). Dengan begitu

Wilayah Kabupaten Blitar memiliki potensi ekonomi yang besar. Salah satu

Page 58: analisis pendapatan serta kelayakan usaha ternak ayam ras ...

40

indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu daerah adalah

dengan melihat pendapatan daerah regional per sektor (PDRB sektoral).

Pendapatan regional dapat digunakan sebagai alat ukur terhadap hasil upaya

pembangunan ekonomi daerah secara sektoral.

Perkembangan PDRB Kabupaten Blitar dalam 3 tahun terakhir menunjukkan

pergerakan perekonomian kearah yang lebih baik. Pembangunan yang terus

menerus di berbagai sekor memicu pertumbuhan yang demikian pesat dari tahun

ke tahun.

Gambar 4.1 : Grafik Perkembangan PDRB Kabupaten Blitar dengan Provinsi

Jawa Timur Dalam 3 Tahun Terakhir

Sumber: Statistik daerah Kabupaten Blitar 2016

Struktur pembentuk PDRB Kabupaten Blitar bergantung pada kapasitas

produksi dari masing-masing lapangan usaha (per sektor). Semakin elastis

peningkatan kapasitas produksi, maka akan semakin meningkatkan nilai tambah

dan dampak lebih jauhnya akan memperbesar peranannya dalam pembentukan

PDRB.

Page 59: analisis pendapatan serta kelayakan usaha ternak ayam ras ...

41

1 Pertanian 7.111.515,9

Pertanian 2.343.098,9

Perternakan 3.521.117,5

perikanan 1.247.299,5

2 Pertambangan 1.151.335,2 4,30%

3 Industri 1.356.290,1 12,86%

4 Konstruksi 2.409.031,8 8,99%

5 Perdagangan 4.556.558,6 17,01%

6 Transportasi 321.063,5 1,20%

7 Informasi dan Komunikasi 1.311.129,3 4,89%

8 Finansial/asuransi 615.326,7 2,30%

9 Pendidikan dan kesehatan 1.304.879,9 4,87%

TOTAL 26.790.303,3 100%

No Sektor PDRB Dalam %

35,89%

lainnya (real estate, jasa

pemerintahan, pengadaan listrik dan 6.653.172,30 7,69%10

Besar Sedang Kecil

Jumlah PerusahaanLokasi / Wilayah Total

Kabupaten Blitar 578 106 27 711

Tabel 4.1 : PDRB Kabupaten Blitar per Sektoral Tahun 2015

Sumber : Buku Kabupaten Blitar dalam angka 2016

Dari tabel diatas tercatat bahwa dari 10 sektor yang ada, sektor pertanian

merupakan sektor penyumbang PDRB terbesar dengan presentase 35,89%.

Subsektor Peternakan memiliki nilai PDRB tertinggi dalam sektor pertanian. Total

PDRB Kabupaten Blitar tahun 2015 sebesar 26.790.303,3

4.1.2 Potensi Penyerapan Tenaga Kerja

Pada tahun 2015 jumlah tenaga kerja di Kabupaten Bitar tercatat sebanyak

17.735 (buku Kabupaten Blitar dalam angka 2016). Jumlah perusahaan yang ada

di Kabupaten Blitar pada tahun 2015 sebanyak 711.

Tabel 4.2 : Tabel Jumlah Perusahaan di Kabupaten Blitar Tahun 2015

Sumber : Buku Kabupaten Blitar dalam angka 2016

Page 60: analisis pendapatan serta kelayakan usaha ternak ayam ras ...

42

1 Pertanian

Pertanian

Perternakan

perikanan

2 Pertambangan 1%

3 Industri 8%

4 Konstruksi 7%

5 Perdagangan 20%

6 Transportasi & komunikasi 2%

7 Finansial/asuransi 1%

8 Pendidikan dan kesehatan 14%

TOTAL 100%

No Sektor Dalam %

47%

Penyerapan tenaga kerja per sektoral dari hasil Survey angkatan kerja

nasional (Sakernas) yang dilakukan BPS menunjukkan hampir 50% masyarakat

di Kabupaten Blitar bekerja disektor pertanian dan mayoritas berstatus

buruh/karyawan (buku Statistik daerah Kabupaten Blitar 2016). Dengan demikian

hal ini menunjukkan bahwa sektor pertanian merupakan sektor penyumbang

penyerapan tenaga kerja terbesar di Kabupaten Blitar.

Tabel 4.3 : Penyerapan Tenaga Kerja per Sektor di Kabupaten Blitar Tahun

2015

Sumber : Buku Statistik daerah Kabupaten Blitar 2016

4.1.3 Perkembangan Peternakan ayam di Kabupaten Blitar

4.1.3.1 Perkembangan ternak ayam dari sisi Populasi dan Produksinya

Kabupaten Blitar merupakan daerah sentral produksi telur ayam di Jawa

Timur atau bahkan di Indonesia, khususnya ayam dari ras petelur. Hal ini

dikarenakan jumlah populasi dan tingkat produksinya merupakan yang terbesar

dari seluruh daerah di Jawa Timur bahkan seluruh daerah-daerah yang ada di

Indonesia. Dikabupaten Blitar sendiri terdapat lebih dari 3000 peternak yang

Page 61: analisis pendapatan serta kelayakan usaha ternak ayam ras ...

43

tersebar diseluruh Kabupaten Blitar. Dari 3000 jumlah peternakan yang ada hanya

5-7% yang sudah memiliki ijin usaha (Dinas Peternakan Kabupaten Blitar). Usaha

peternakan ayam petelur di Kabupaten Blitar dimulai pada tahun 1973 dimana

pada saat itu hanya ada beberapa peternak. Jumlah rata-rata produksi telur ayam

ras petelur dikabupaten blitar mencapai 450 Ton per hari. Tertuang dalam

Peraturan Daerah (PERDA) RTRW Kabupaten Blitar bahwa melihat potensi

perkembangan peternakan ayam ras petelur yang begitu besar Pemerintah

Kabupaten Blitar pada awalnya memiliki rencana untuk membangun KINAK

(kawasan Industri Peternakan) yang bertujuan untuk memberikan ruang atau

tempat khusus kepada peternak-peternak untuk pengembangan usaha, tepatnya

berada didaerah Blitar selatan. Namun dalam pelaksanaanya terdapat kendala-

kendala yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Blitar, salah satunya adalah

ketersediaan lahan. Lahan yang digunakan sebagian adalah lahan milik perhutani,

yang mana usaha peternakan ayam petelur harus berdampingan dengan

tanaman-tanaman milik perhutani seperti tanaman jati dan lain-lain. mengingat

pada pelaksanaanya masih belum bisa optimal, dengan demikian kawasan industri

peternakan tersebut pada akhirnya tidak dikembangkan lagi. Pemerintah terkait

dalam hal ini Dinas Peternakan Kabupaten Blitar menganggap bahwa usaha

peternakan ayam petelur merupakan sebuah bisnis oriented. Yangmana dalam hal

ini keahlian yang ditonjolkan, yaitu dengan memberikan pembinaan dan pelatihan

serta mendorong para peternak untuk maju. Selain itu juga didukung oleh fasilitas

penunjang yaitu tersedianya Laboratorium Pakan Ternak.

Page 62: analisis pendapatan serta kelayakan usaha ternak ayam ras ...

44

2014 2015 2016

Populasi ternak 14.679.500 14.973.000 15.213.000 4%

Produksi telur 105.665.977 151.826.220 154.259.820 46%

% PerubahanKabupaten/Kota

Kabupaten Blitar

Data StatistikTahun/Periode

Gambar 4.2 : Fasilitas Laboratorium Pakan Ternak yang dimiliki Dinas

Peternakan Kabupaten Blitar

Sumber : Foto diambil pada bulan April 2017

Hanya terdapat 6 fasilitas Laboratorium Pakan Ternak yang ada di Indonesia.

Di pusat dan Provinsi ada 4 yang memiliki Laboratorium Pakan Ternak, sisanya

terdapat 2 Laboratorium yang ada di daerah, salah satunya adalah di Kabupaten

Blitar.

Sektor peternakan ayam khususnya ayam ras petelur di Kabupaten Blitar

menjadi sektor unggulan Pemerintah Daerah. Dengan jumlah populasi dan tingkat

produksi yang tinggi menjadikan usaha bisnis ternak ayam petelur memiliki

prospek cukup menjanjikan dan menguntungkan bagi para pelaku usaha. Prospek

yang sangat baik untuk dikembangkan baik dalam skala besar maupun skala kecil.

Tabel 4.4 : Tabel Populasi dan Produksi Telur di Kabupaten Blitar Tahun 2016

Sumber : http://disnak.jatimprov.go.id

Page 63: analisis pendapatan serta kelayakan usaha ternak ayam ras ...

45

Dari tabel data populasi dan produksi diatas menunjukkan bahwa dalam 3

tahun terakhir dari sisi populasi ternak maupun dari tingkat produksi telurnya selalu

mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Tercatat bahwa prosentase

perubahan populasi ternak dalam 3 tahun terakhir sebesar 4%. Kemudian

prosentase perubahan produksi telur dalam 3 tahun terakhir sebesar 46%.

4.1.3.2 Perkembangan Harga Telur Selama Kurun Waktu 1 Tahun (2016)

Perkembangan harga telur dalam kurun waktu 1 tahun terakhir mengalami

fluktuatif harga. Harga terendah terjadi dalam 3 bulan terakhir yaitu (September-

November) berada di bawah angka BEP. Tingkat BEP harga berada di angka Rp

16.000 (peternak ayam petelur). Meskipun pada akhirnya di penghujung tahun

(Desember) harga kembali meningkat di atas BEP harga.

Gambar 4.3 : Produksi Telur Sampel Peternak

Sumber : Foto usaha milik bapak Sukarman diambil pada bulan Mei 2017

Page 64: analisis pendapatan serta kelayakan usaha ternak ayam ras ...

46

Januari, 2016 19.400 21.400 20.113

Februari 16.400 19.400 18.214

Maret 13.400 16.500 15.000

April 13.400 17.500 15.987

Mei 15.200 19.500 16.885

Juni 14.200 19.400 16.082

Juli 14.500 17.400 15.900

Agustus 16.000 17.800 17.066

September 14.400 16.000 15.013

Oktober 14.200 15.400 14.574

November 13.200 16.000 14.148

Desember 15.200 18.800 17.130

Rata-rata (1 tahun) 16.343

Harga Telur perbulan

Harga Min Harga MaxHarga rata-rata

perbulan

Bulan/Tahun

Tabel 4.5 : Daftar Perkembangan Harga Telur Tahun 2016

Rupiah/Kg

Sumber : Buku Dinas Peternakan Kabupaten Blitar

4.1.3.3 Perkembangan Harga Pakan Ternak Tahun 2016

Bahan baku pakan ternak terdiri dari Jagung, bekatul dan Konsentrat (Dinas

Peternakan Kabupaten Blitar). Pemberian pakan terhadap ternak merupakan

faktor utama dalam menentukan hasil produksi. Artinnya apabila harga pakan naik

secara otomatis biaya produksi akan mengalami kenaikan, maka akan

berpengaruh pada tingkat produksi itu sendiri yang kemudian akan berdampak

pada harga telur dipasaran. Sehingga tingkat pendapatan peternak merendah

bahkan bisa merugi.

Gambar 4.4 : Produksi Telur Sampel Peternak

Sumber : Foto usaha milik bapak Imam Kambali diambil pada bulan Mei 2017

Page 65: analisis pendapatan serta kelayakan usaha ternak ayam ras ...

47

Jagung (50%) Konsentrat (35%) Katul (15%)

/Kg /Sak (1sak = 50kg) /Kg /Kg

Januari,2016 Rp5.000 Rp367.000 Rp2.900 Rp5.360

Februari Rp6.950 Rp367.000 Rp2.900 Rp6.270

Maret Rp3.600 Rp344.500 Rp2.800 Rp4.536

April Rp3.850 Rp344.500 Rp2.500 Rp4.593

Mei Rp3.800 Rp339.000 Rp2.500 Rp4.533

Juni Rp3.950 Rp332.000 Rp2.200 Rp4.496

Juli Rp3.900 Rp332.000 Rp2.500 Rp4.533

Agustus Rp3.900 Rp332.000 Rp2.500 Rp4.533

September Rp4.200 Rp347.000 Rp2.500 Rp4.773

Oktober Rp4.300 Rp347.000 Rp2.500 Rp4.820

November Rp4.300 Rp343.250 Rp2.800 Rp4.855

Desember Rp4.300 Rp341.000 Rp2.800 Rp4.840

Rata-rata Rp4.845

Komposisi Pakan Ternak Harga Pakan

TernakBulan/Tahun

Selain itu biaya pakan ternak merupakan biaya variabel terbesar sekitar 60-

70% dari total biaya produksi (Dinas Peternakan Kabupaten Blitar). Sebagian

besar peternak sangat rentan terhadap gejolak perubahan harga pakan,

khususnya bagi peternak skala kecil, karena financial fundamentalnya masih

lemah. Dengan demikian para peternak di Kabupaten Blitar selalu mengikuti

perkembangan fluktuasi harga pakan ayam petelur khususnya untuk harga jagung

karena dalam penyusunan pakan ternak, jagung memiliki porsi tertinggi yaitu 50%,

konsentrat 35% dan sisanya katul 15% (PT. Chaeron Pokpand).

Tabel 4.6 : Tabel Perkembangan Harga Pakan Ternak Tahun 2016

Sumber : PoultryShop milik Bapak Sukarman

4.1.3.4 Strategi Penyuluhan dan Pembinaan Dinas Peternakan

Kabupaten Blitar Terhadap para Peternak Ayam Petelur

Dinas Peternakan Kabupaten Blitar memiliki konsep dalam hal melakukan

penyuluhan dan pembinaan khususnya kepada para peternak rumah tangga

berskala kecil. Karena para peternak skala kecil dalam hal pengetahuan mengenai

cara beternak yang baik dirasa masih kurang. Dengan demikian, Dinas

Peternakan Kabupaten Blitar menyediakan sesuatu yang para peternak tidak

mampu menyediakannya sendiri mulai dari tenaga ahli dan sarana prasarana.

Sarana prasarana tersebut meliputi Laboratorium Pakan dan Laboratorium

Page 66: analisis pendapatan serta kelayakan usaha ternak ayam ras ...

48

1 Bapak Imam Kambali (49) Kel. Srengat Kec. Srengat 60.000 ekor

2 Bapak Munip (44) Ds. Kandangan Kec. Srengat 20.000 ekor

3 Bapak Soekamto (54) Kel. Bendo Kec. Kepanjen Kidul 24.000 ekor

4 Ibu Marwan (65) Ds. Ponggok Kec. Ponggok 15.000 ekor

5 Bapak Subandi (67) Ds Ponggok Kec. Ponggok 15.000 ekor

6 Bapak Yasto (60) Kel. Karangbendo Kec. Ponggok 30.000 ekor

7 Bapak Syamsudin (48) Ds. Ponggok Kec. Ponggok 40.000 ekor

8 CV. Bukit Kapur Kec.Garum 200.000 ekor

9 PT Jatinom Indah Farm Ds Jatinom Kec. Kanigoro 800.000 ekor

1 Ibu Binti (32) Ds. Sukorejo Kec. Udanawu 2.000 ekor

2 Bapak Pitoyo (44) Ds. Mbacem Kec. Ponggok 2.300 ekor

3 Ibu Rita (35) Kec. Srengat 5.000 ekor

4 Ibu Sunarti (48) Ds. Penataran Kec Nglegok 8.000 ekor

5 Bapak Edi Purnomo (32) Ds. Kebonduren Kec. Ponggok 5.000 ekor

6 Bapak Sukarman (55) Ds. Dadaplangu Kec. Ponggok 10.000 ekor

Total : 15 peternak

Alamat Usaha

Skala Besar

Skala Kecil

No Nama/ UsiaPopulasi

Ternak

Kesehatah Hewan (Lap. Keswan). Selain itu, selama ini Dinas Peternakan

Kabupaten Blitar rutin memberikan penyuluhan kepada peternak-peternak kecil

terkait bagaimana produktivitas dari peternakan bisa meningkat dengan biaya

seminimal mungkin.

Pemerintah terkait dalam hal ini Dinas Peternakan Kabupaten Blitar

menganggap bahwa usaha peternakan ayam petelur merupakan sebuah bisnis

oriented. Dimana dalam hal ini keahlian yang ditonjolkan, memberikan pelatihan

dan pembinaan serta mendorong para peternak untuk maju. Dengan demikian

kualitas telur yang dikirim keluar daerah harus berkualitas dan bebas penyakit.

4.2 Hasil (Sampel Penelitian)

Sampel yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 15 sampel. Dimana

terpecah menjadi 2 skala usaha yaitu usaha ternak ayam petelur skala besar

sebanyak 9 sampel dan usaha ternak ayam petelur skala kecil sebanyak 6

sampel. Dikategorikan skala besar apabila populasi ternak diatas 10 ribu ekor,

sedangkan dikategorikan skala usaha kecil apabila populasi ternak sama atau

dibawah 10 ribu ekor. Berikut akan di tampilkan pada tabel 4.7 dibawah ini.

Tabel 4.7 : Tabel Profil 15 Sampel Peternak Ayam Petelur di Kabupaten Blitar

Sumber : Penulis, 2017

Page 67: analisis pendapatan serta kelayakan usaha ternak ayam ras ...

49

4.2.1 Hasil Perhitungan Pendapatan Usaha Ternak Ayam Petelur di

Kabupaten Blitar

Pendapatan terbagi dalam 2 jenis yaitu pendapatan kotor dan pendapatan

bersih atau disebut keuntungan (profit). Dalam penelitian ini peneliti lebih fokus

pada pendapatan bersih (keuntungan). Pendapatan dalam usaha peternakan

ayam petelur di Kabupaten Blitar didapatkan dari hasil penjualan telur dikurangi

dengan biaya produksi yang dikeluarkan atau yang ditanggung selama proses

berternak. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Case and Fair

(2002,185) yaitu : Total Revenue - Total Cost maka akan didapatkan hasil

pendapatan bersih (profit). Untuk menghitung pendapatan peternak terlebih

dahulu menghitung seberapa besar biaya produksi yang dikeluarkan dan

menghitung berapa besar penerimaan yang diperoleh atas penjualan hasil

produksi telur.

Biaya produksi digunakan untuk menganalisa seberapa besar biaya yang

dikeluarkan selama proses produksi sehingga menghasilkan pendapatan. Hal ini

juga didukung oleh teori yang dikemukakan Case and Fair (2005,198) bahwa biaya

produksi merupakan total biaya dari semua input yang dimanfaatkan oleh

perusahaan dalam sebuah proses produksi. Biaya produksi yang dihitung dalam

penelitian ini meliputi : Biaya Pembibitan, Biaya Pakan Ternak, Upah Tenaga

Kerja, Biaya Listrik Air, Biaya Obat-obatan dan vaksin dan yang terakhir adalah

Biaya Transportasi. Khusus untuk biaya pengeluaran terkait masalah pembibitan

ternak dilakukan tiap 3 bulan sekali, tergantung dari jumlah populasi yang dimiliki.

Rata-rata biaya produksi peternak skala besar yaitu sebesar Rp 33,2 Miliar, jauh

lebih besar dibanding dengan rata-rata biaya produksi kelompok peternak skala

kecil yaitu Rp 1,3 Miliar. Perbedaan biaya produksi disebabkan oleh jumlah

populasi ternak yang dimilikinya. Rata-rata jumlah populasi ternak yaitu sebanyak

133 ribu ekor. Sedangkan rata-rata jumlah ternak untuk kelompok peternak skala

Page 68: analisis pendapatan serta kelayakan usaha ternak ayam ras ...

50

1 Bapak Imam Kambali (49) 60.000 ekor Rp13.552.162.500

2 Bapak Munip (44) 20.000 ekor Rp4.607.178.500

3 Bapak Soekamto (54) 24.000 ekor Rp5.650.311.860

4 Ibu Marwan (65) 15.000 ekor Rp3.354.463.660

5 Bapak Subandi (67) 15.000 ekor Rp3.418.063.660

6 Bapak Yasto (60) 30.000 ekor Rp6.747.574.500

7 Bapak Syamsudin (48) 40.000 ekor Rp9.202.970.500

8 CV. Bukit Kapur 200.000 ekor Rp44.883.270.500

9 PT Jatinom Indah Farm 800.000 ekor Rp207.678.030.500

Rp33.232.669.576

1 Ibu Binti (32) 2.000 ekor Rp445.356.802

2 Bapak Pitoyo (44) 2.300 ekor Rp511.038.022

3 Ibu Rita (35) 5.000 ekor Rp1.112.375.004

4 Ibu Sunarti (48) 8.000 ekor Rp1.763.205.408

5 Bapak Edi Purnomo (32) 5.000 ekor Rp1.109.375.004

6 Bapak Sukarman (55) 10.000 ekor Rp2.564.675.810

Rp1.251.004.342

Total : 15 peternak

Skala Besar

Rata-rata pendapaan peternak skala besar

Skala Kecil

Rata-rata pendapaan peternak skala kecil

No Nama/ Usia Populasi Ternak Total Cost (TC)

Biaya Pakan Upah Tenaga Kerja Listrik & Air Obat-obatan & Vaksin Transportasi

Rp199.392.000 Rp25.600.000 Rp1.000.000 Rp2.473.635 Rp6.400.000

TOTAL

Parameter

Pengeluaran

Pengeluaran (perbulan)

Rp234.865.635

kecil sebanyak 5 ribu ekor. Dengan begitu kelompok peternak skala besar

mengeluarkan biaya produksi lebih besar daripada kelompok peternak skala kecil.

Dikarenakan adanya tingkat penggunaan pakan yang lebih besar pada kelompok

peternak skala besar dibandingkan dengan kelompok peternak skala kecil.

Selanjutnya dapat dilihat pada tabel 4.8 dan 4.9 dibawah ini. Sedangkan secara

jelasnya dapat dilihat pada lembar lampiran halaman 75.

Tabel 4.8 : Tabel Variabel-Variabel Biaya Produksi

Sumber : Responden (peternak)

Tabel 4.9 : Tabel Rata-rata Biaya Produksi Kelompok Peternak Skala Besar dan Kelompok Peternak Skala Kecil di Kabupaten Blitar

Sumber : Data Primer Diolah, 2017

Page 69: analisis pendapatan serta kelayakan usaha ternak ayam ras ...

51

Produksi telur Afkir ayam Kotoran ayam

Rp217.107.000 Rp18.483.000 Rp6.900.000

Total

Parameter

Penerimaan

Penerimaan (perbulan)

Rp242.490.000

Sedangkan Revenue merupakan penerimaan yang diperoleh dari hasil

penjualan produksi. Hal ini juga didukung teori yang dikemukakan oleh Joesron

dan Fathorrozi (2011,154) bahwa revenue merupakan perkalian antara Harga (P)

dengan Kuantitas Output (Q). Variabel revenue dalam penelitian ini meliputi :

Penjualan hasil produksi telur, Ayam afkir dan Kotoran ternak. Untuk variabel

perhitungan revenue dapat dilihat pada tabel 4.10 dibawah ini. Sedangkan secara

jelasnya dapat dilihat pada lembar lampiran halaman 96.

Tabel 4.10 : Tabel Variabel-variabel Revenue (Penerimaan)

Sumber : Responden (peternak)

Untuk penerimaan dari ayam afkir tiap 3 bulan sekali, tergantung dari jumlah

populasi yang dimiliki. Sedangkan untuk penerimaan dari kotoran ternak tiap 6

bulan sekali. Untuk skala usaha kecil rata-rata penjualan ayam afkir dilakukan tiap

3 bulan sekali dengan jumlah ayam sebanyak 1000 ekor. Sedangkan untuk skala

usaha besar penjualan ayam afkir dilakukan tiap 1 bulan sekali dengan jumlah

ayam sebanyak 1500 ekor. Untuk rata-rata penerimaan (revenue) kelompok

peternak skala besar maupun kelompok peternak skala kecil dapat dilihat pada

tabel 4.11 dibawah ini.

Page 70: analisis pendapatan serta kelayakan usaha ternak ayam ras ...

52

1 Bapak Imam Kambali (49) 60.000 ekor Rp13.352.301.300

2 Bapak Munip (44) 20.000 ekor Rp5.969.379.150

3 Bapak Soekamto (54) 24.000 ekor Rp6.602.989.620

4 Ibu Marwan (65) 15.000 ekor Rp4.616.571.000

5 Bapak Subandi (67) 15.000 ekor Rp4.616.571.000

6 Bapak Yasto (60) 30.000 ekor Rp6.730.905.900

7 Bapak Syamsudin (48) 40.000 ekor Rp8.539.250.100

8 CV. Bukit Kapur 200.000 ekor Rp42.459.577.500

9 PT Jatinom Indah Farm 800.000 ekor Rp211.396.193.000

Rp33.809.304.286

1 Ibu Binti (32) 2.000 ekor Rp488.500.050

2 Bapak Pitoyo (44) 2.300 ekor Rp518.823.120

3 Ibu Rita (35) 5.000 ekor Rp1.539.457.500

4 Ibu Sunarti (48) 8.000 ekor Rp1.573.506.570

5 Bapak Edi Purnomo (32) 5.000 ekor Rp1.389.912.150

6 Bapak Sukarman (55) 10.000 ekor Rp2.742.720.300

Rp1.375.486.615

Skala Besar

Rata-rata pendapaan peternak skala besar

Skala Kecil

No Nama/ UsiaPopulasi

Ternak Total Revenue (TR)

Rata-rata pendapaan peternak skala kecil

Total : 15 peternak

Tabel 4.11 : Tabel Rata-rata Penerimaan (Revenue) Kelompok Peternak Skala besar dan Kelompok Peternak Skala Kecil di Kabupaten Blitar

Sumber : Data Primer Diolah, 2017

Berdasarkan tabel 4.11 diatas dapat diketahui bahwa semakin besar skala

usahanya maka akan menghasilkan penerimaan yang besar pula. Rata-rata

penerimaan kelompok peternak skala besar yaitu sebesar Rp 33,8 Miliar lebih

besar dibandingkan dengan rata-rata penerimaan yang diterima oleh kelompok

peternak skala kecil yaitu dengan penerimaan sebesar Rp 1,3 Miliar. Adapun

perbedaan penerimaan antara kelompok peternak skala besar dan kelompok

peternak skala kecil disebabkan oleh jumlah populasi yang dimiliki sehingga

mempengaruhi tingkat produksinya. Dimana penerimaan diperoleh dari harga telur

dikalikan dengan hasil produksi telur (output).

Perputaran uang pada usaha ternak ayam petelur di Kabupaten Blitar terjadi

setiap hari. Selanjutnya untuk menghitung pendapatan peternak ayam petelur di

Kabupaten Blitar maka peneliti mengakumulasikan perhitungan dalam 1 tahun

penelitian yaitu tahun 2016. Berikut hasil perhitungan pendapatan dapat dilihat

pada tabel 4.12. Sedangkan secara detailnya dapat dilihat pada halaman lampiran.

Page 71: analisis pendapatan serta kelayakan usaha ternak ayam ras ...

53

1 Bapak Imam Kambali (49) 60.000 ekor Rp13.552.162.500 Rp13.352.301.300 -Rp199.861.200 Rugi

2 Bapak Munip (44) 20.000 ekor Rp4.607.178.500 Rp5.969.379.150 Rp1.362.200.650 Untung

3 Bapak Soekamto (54) 24.000 ekor Rp5.650.311.860 Rp6.602.989.620 Rp952.677.760 Untung

4 Ibu Marwan (65) 15.000 ekor Rp3.354.463.660 Rp4.616.571.000 Rp1.262.107.340 Untung

5 Bapak Subandi (67) 15.000 ekor Rp3.418.063.660 Rp4.616.571.000 Rp1.198.507.340 Untung

6 Bapak Yasto (60) 30.000 ekor Rp6.747.574.500 Rp6.730.905.900 -Rp16.668.600 Rugi

7 Bapak Syamsudin (48) 40.000 ekor Rp9.202.970.500 Rp8.539.250.100 -Rp663.720.400 Rugi

8 CV. Bukit Kapur 200.000 ekor Rp44.883.270.500 Rp42.459.577.500 -Rp2.423.693.000 Rugi

9 PT Jatinom Indah Farm 800.000 ekor Rp207.678.030.500 Rp211.396.193.000 Rp3.718.162.500 Untung

1 Ibu Binti (32) 2.000 ekor Rp445.356.802 Rp488.500.050 Rp43.143.248 Untung

2 Bapak Pitoyo (44) 2.300 ekor Rp511.038.022 Rp518.823.120 Rp7.785.098 Untung

3 Ibu Rita (35) 5.000 ekor Rp1.112.375.004 Rp1.539.457.500 Rp427.082.496 Untung

4 Ibu Sunarti (48) 8.000 ekor Rp1.763.205.408 Rp1.573.506.570 -Rp189.698.838 Rugi

5 Bapak Edi Purnomo (32) 5.000 ekor Rp1.109.375.004 Rp1.389.912.150 Rp280.537.146 Untung

6 Bapak Sukarman (55) 10.000 ekor Rp2.564.675.810 Rp2.742.720.300 Rp178.044.490 Untung

Pendapatan Peternak

(dalam 1 tahun)

Skala Kecil

Skala Besar

Total : 15 peternak

No Nama/ UsiaPopulasi

Ternak Total Revenue (TR)Total Cost (TC) Keterangan

Tabel 4.12 : Tabel Hasil Perhitungan Pendapatan Usaha Ternak Ayam Petelur Skala Besar dan Skala Kecil di Kabupaten Blitar tahun 2016

Sumber : Data Primer diolah, 2017

Dari 15 sampel penelitian yang dilakukan, menunjukkan hasil pendapatan

yang bervariatif. Tabel 4.12 diatas menjelaskan hasil perhitungan pendapatan

peternak secara komulatif dalam 1 tahun penelitian yaitu tahun 2016. Dari total 15

sampel penelitian yang dilakukan di Kabupaten blitar, terdapat 5 sampel peternak

yang menunjukkan hasil pendapatan yang negatif atau mengalami kerugian dalam

1 tahun. Sedangkan terdapat 10 sampel peternak yang menunjukkan hasil

pendapatan yang positif atau memperoleh keuntungan dalam 1 tahun penelitian

yaitu tahun 2016.

4.2.2 Hasil Perhitungan Break Event Point (BEP) Usaha Ternak Ayam

Petelur di Kabupaten Blitar

Break Even Point (BEP) dapat diartikan sebagai titik impas dalam suatu

usaha, apabila pendapatan dan biaya yang dikeluarkan sama atau seimbang

sehingga perusahaan tersebut tidak mengalami kerugian. Menurut PT. Jatinom

Indah Farm untuk mengetahui BEP dari peternak dihitung dengan rumus : FCR x

Harga pakan x 120% (biaya listk air, upah tenaga kerja,obat-obatan vaksin dan

Page 72: analisis pendapatan serta kelayakan usaha ternak ayam ras ...

54

1 Ibu Rita (35) 5.000 ekor Rp13.954

2 Ibu Marwan (65) 15.000 ekor Rp13.954

3 Bapak Subandi (67) 15.000 ekor Rp13.954

4 Bapak Munip (44) 20.000 ekor Rp14.302

5 Bapak Edi Purnomo (32) 5.000 ekor Rp15.116

6 Bapak Sukarman (55) 10.000 ekor Rp15.116

7 Bapak Soekamto (54) 24.000 ekor Rp15.116

8 PT Jatinom Indah Farm 800.000 ekor Rp15.930

9 Ibu Binti (32) 2.000 ekor Rp18.605

10 Bapak Yasto (60) 30.000 ekor Rp19.012

11 Bapak Imam Kambali (49) 60.000 ekor Rp19.012

12 Bapak Pitoyo (44) 2.300 ekor Rp19.768

13 Bapak Syamsudin (48) 40.000 ekor Rp19.884

14 CV. Bukit Kapur 200.000 ekor Rp19.884

15 Ibu Sunarti (48) 8.000 ekor Rp21.861

Total : 15 peternak

No Nama/ UsiaPopulasi

Ternak BEP

transportasi). Feed Convertion Ratio (FCR) merupakan parameter untuk

mengukur tingkat efisiensi penggunaan pakan. Semakin kecil nilainya semakin

bagus. Untuk mengetahui nilai FCR maka rumus perhitungannya : Jumlah Kg

pakan yang dikonsumsi dibagi dengan Jumlah Kg telur yang dihasilkan. Hasil

perhitungan Break Even Point (BEP) dapat dilihat pada tabel 4.13 dibawah ini.

Tabel 4.13 : Tabel Ringkasan Hasil Perhitungan BEP Usaha Ternak Ayam Petelur di Kabupaten Blitar Terhadap 15 Sampel Penelitian

Sumber : Data Primer Diolah, 2017

Berdasarkan tabel 4.13 diatas menunjukkan bahwa hasil perhitungan BEP

dari masing-masing peternak menunjukkan hasil yang berbeda-beda. Dimana dari

total 15 sampel penelitian, yang memiliki nilai BEP terendah adalah usaha milik

Ibu Rita, Ibu Marwan dan Bapak Subandi dengan nilai BEP sebesar Rp 13.954.

Sedangkan yang memiliki nilai BEP tertinggi adalah usaha milik Ibu Sunarti

dengan nilai BEP sebesar Rp 21.861.

Page 73: analisis pendapatan serta kelayakan usaha ternak ayam ras ...

55

1 Ibu Binti (32) 2.000 ekor 1,1 Untung

2 Ibu Rita (35) 5.000 ekor 1,4 Untung

3 Bapak Edi Purnomo (32) 5.000 ekor 1,2 Untung

4 Bapak Sukarman (55) 10.000 ekor 1,1 Untung

5 Ibu Marwan (65) 15.000 ekor 1,4 Untung

6 Bapak Subandi (67) 15.000 ekor 1,3 Untung

7 Bapak Munip (44) 20.000 ekor 1,3 Untung

8 Bapak Soekamto (54) 24.000 ekor 1,2 Untung

9 Bapak Pitoyo (44) 2.300 ekor 1 Impas

10 Bapak Yasto (60) 30.000 ekor 1 Impas

11 Bapak Imam Kambali (49) 60.000 ekor 1 Impas

12 PT Jatinom Indah Farm 800.000 ekor 1 Impas

13 Ibu Sunarti (48) 8.000 ekor 0,9 Rugi

14 Bapak Syamsudin (48) 40.000 ekor 0,9 Rugi

15 CV. Bukit Kapur 200.000 ekor 0,9 Rugi

Rata-rata 1,1

Catatan

Total : 15 peternak

Perlu ditingkatkan

atau dikembangkan

di kategorikan

sebagai usaha yang

layak

Berhati-hati dan

perlu dilakukan

penanganan serius

No Nama/ UsiaPopulasi

Ternak R/C Ratio Keterangan

4.2.3 Hasil Perhitungan R/C Ratio Usaha Peternakan Ayam Petelur di

Kabupaten Blitar

R/C ratio digunakan untuk mengetahui apakah usaha yang sedang dijalankan

efisien atau tidak. Menurut penelitian yang dilakukan Nitiwijaya (2007) menyatakan

bahwa Revenue Cost ratio merupakan perbandingan antara penerimaan dengan

biaya produksi yang digunakan sebagai alat untuk mengetahui tingkat kelayakan

suatu usaha. Nilai R/C ratio didapat dengan menggunakan rumus dari jurnal

penelitian yang dilakukan oleh Bahari D.I, dkk (2012) yaitu : Total Revenue dibagi

dengan Total Cost. Apabila nilai R/C ratio lebih besar dari 1 artinya usaha tersebut

menguntungkan, apabila nilai R/C rationya sama dengan 1 artinya impas, dan

apabila nilai R/C ratio kurang dari 1 artinya usaha tersebut mengalami kerugian.

Hasil perhitungan R/C ratio dapat dilihat pada tabel 4.14 dibawah ini. Sedangkan

untuk detail perhitungannya dapat dilihat pada halaman lampiran.

Tabel 4.14 : Tabel Ringkasan Hasil Perhitungan R/C ratio Terhadap 15 Sampel Penelitian Untuk Menganalisis Kelayakan Suatu Usaha

Sumber : Data Primer Diolah,2017

Dari tabel 4.14 diatas menunjukkan bahwa dari total 15 sampel penelitian

yang dilakukan, terdapat 8 sampel peternak yang nilai R/C rationya lebih dari 1

Page 74: analisis pendapatan serta kelayakan usaha ternak ayam ras ...

56

(satu). 4 sampel peternak yang nilai R/C rationya sama dengan 1. Dan sisanya 3

sampel peternak yang nilai R/C rationya kurang dari 1. Dari total 15 sampel

penelitian, yang memiliki nilai R/C ratio terendah adalah usaha milik Ibu Sunarti,

Bapak Syamsudin dan CV. Bukit Kapur dengan nilai R/C ratio sebesar 0,9.

Sedangkan yang memiliki nilai R/C ratio tertinggi adalah usaha milik Ibu Rita dan

Ibu Marwan dengan nilai R/C ratio sebesar Rp 1,4. Perbedaan tersebut

dikarenakan penerimaan yang didapatkan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan

biaya yang dikeluarkan selama proses produksi.

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian

4.3.1 Analisis Hasil Perhitungan Pendapatan Usaha Ternak Ayam Petelur

Berdasarkan hasil perhitungan pendapatan yang dijelaskan pada tabel 4.12

diatas, menunjukkan bahwa hasil perhitungan pendapatan yang bervariatif. Dari

15 sampel penelitian yang dilakukan, yang mencatatkan hasil keuntungan tertinggi

adalah PT. Jatinom Indah Farm. Hasil akumulasi perhitungan pendapatan dalam

1 tahun terakhir yaitu tahun 2016 sebesar Rp 3.718.162.500. Hal ini disebabkan

karena yang Pertama, peternak milik bapak Sis tersebut sudah berbadan hukum

yaitu berbentuk PT. Yang Kedua, menejemen yang sangat baik dalam berternak.

Dan alasan yang terakhir adalah karena perusahaan tersebut sudah menguasai

dari hulu ke hilir dalam proses berternak.

Sedangkan dari tabel 4.12 diatas yang mencatatkan hasil pendapatan

terendah atau mengalami kerugian terbesar pada tahun 2016 adalah CV. Bukit

Kapur. Hasil akumulasi pendapatan CV. Bukit Kapur dalam 1 tahun terakhir tahun

2016 yaitu sebesar Rp 2.423.693.000. Salah satu penyebab peternak tersebut

mengalami kerugian adalah terjadinya gejolak kenaikan harga pakan dan secara

bersamaan terjadi gejolak turunnya harga telur. Dari total 15 sampel penelitian

yang dilakukan di Kabupaten blitar, terdapat 5 sampel peternak yang menunjukkan

Page 75: analisis pendapatan serta kelayakan usaha ternak ayam ras ...

57

1 Bapak Imam Kambali (49) 60.000 ekor Rp13.552.162.500 Rp13.352.301.300 -Rp199.861.200 Rugi

2 Bapak Munip (44) 20.000 ekor Rp4.607.178.500 Rp5.969.379.150 Rp1.362.200.650 Untung

3 Bapak Soekamto (54) 24.000 ekor Rp5.650.311.860 Rp6.602.989.620 Rp952.677.760 Untung

4 Ibu Marwan (65) 15.000 ekor Rp3.354.463.660 Rp4.616.571.000 Rp1.262.107.340 Untung

5 Bapak Subandi (67) 15.000 ekor Rp3.418.063.660 Rp4.616.571.000 Rp1.198.507.340 Untung

6 Bapak Yasto (60) 30.000 ekor Rp6.747.574.500 Rp6.730.905.900 -Rp16.668.600 Rugi

7 Bapak Syamsudin (48) 40.000 ekor Rp9.202.970.500 Rp8.539.250.100 -Rp663.720.400 Rugi

8 CV. Bukit Kapur 200.000 ekor Rp44.883.270.500 Rp42.459.577.500 -Rp2.423.693.000 Rugi

9 PT Jatinom Indah Farm 800.000 ekor Rp207.678.030.500 Rp211.396.193.000 Rp3.718.162.500 Untung

Rp576.634.710

1 Ibu Binti (32) 2.000 ekor Rp445.356.802 Rp488.500.050 Rp43.143.248 Untung

2 Bapak Pitoyo (44) 2.300 ekor Rp511.038.022 Rp518.823.120 Rp7.785.098 Untung

3 Ibu Rita (35) 5.000 ekor Rp1.112.375.004 Rp1.539.457.500 Rp427.082.496 Untung

4 Ibu Sunarti (48) 8.000 ekor Rp1.763.205.408 Rp1.573.506.570 -Rp189.698.838 Rugi

5 Bapak Edi Purnomo (32) 5.000 ekor Rp1.109.375.004 Rp1.389.912.150 Rp280.537.146 Untung

6 Bapak Sukarman (55) 10.000 ekor Rp2.564.675.810 Rp2.742.720.300 Rp178.044.490 Untung

Rp124.482.273

Pendapatan Peternak

(dalam 1 tahun)Keterangan

Skala Besar

Skala Kecil

Total : 15 peternak

Rata-rata pendapaan peternak skala besar

Rata-rata pendapaan peternak skala kecil

No Nama/ UsiaPopulasi

Ternak Total Cost (TC)

Total Revenue

(TR)

hasil pendapatan yang negatif atau mengalami kerugian dalam 1 tahun.

Sedangkan terdapat 10 sampel peternak yang menunjukkan hasil pendapatan

yang positif atau memperoleh keuntungan dalam 1 tahun penelitian yaitu tahun

2016. Dari 5 sampel yang mengalami kerugian 4 diantaranya ada di usaha skala

besar dan sisanya 1 pada skala usaha kecil. Salah satu faktor penyebabnya

adalah tingginya biaya produksi yang ditanggung oleh para peternak skala besar

khususnya kenaikan biaya pakan. Karena variabel pakan ternak merupakan

variabel terbesar sekitar 60-70% dari total biaya produksi. Selain itu upah tenaga

kerja dan biaya transportasi juga mempengaruhi alasan meruginya para peternak

skala besar dan skala kecil. Dan pada saat yang bersamaan terjadi gejolak

penurunan harga telur. Hal inilah yang mempengaruhi pendapatan peternak

karena apabila penerimaan lebih rendah dari pada biaya produksi maka peternak

akan mengalami kerugian. Pada intinya adalah tidak setiap bulan peternak untung.

Untuk rata-rata pendapatan kelompok peternak skala besar dan kelompok

peternak skala kecil dapat dilihat pada tabel 4.15 dibawah ini.

Tabel 4.15 : Tabel Rata-Rata Pendapatan Peternak Ayam Petelur Skala Besar dan Skala Kecil di Kabupaten Blitar tahun 2016

Sumber : Data Primer Diolah,2017

Page 76: analisis pendapatan serta kelayakan usaha ternak ayam ras ...

58

Berdasarkan tabel 4.15 diatas menunjukkan bahwa hasil perhitungan

pendapatan rata-rata yang diperoleh peternak skala besar sebesar Rp

576.634.710 lebih besar dibanding dengan pendapatan rata-rata yang diperoleh

peternak skala kecil yaitu sebesar Rp124.482.273. Hal ini dikarenakan populasi

ternak yang dimiliki oleh peternak skala besar jauh lebih banyak dibandingkan

dengan populasi ternak yang dimiliki peternak skala kecil. Namun jika dilihat dari

sisi untung rugi, kelompok peternak skala besar mengalami kerugian terbanyak

dibandingkan dengan kelompok peternak skala kecil. Dari tabel 4.15 diatas

menunjukkan bahwa pada kelompok peternak skala besar yang berjumlah 9

sampel peternak, terdapat 4 peternak yang mengalami kerugian pada tahun 2016

yaitu usaha milik Bapak Imam, bapak yasto, Bapak Syamsudin dan CV. Bukit

Kapur. Sedangkan pada kelompok peternak skala kecil yang berjumlah 6 sampel

peternak, yang mengalami kerugian pada tahun 2016 hanya 1 peternak yaitu

usaha milik Ibu Sunarti. Dari hasil perhitungan pendapatan diatas dapat

disimpulkan bahwa besar kecilnya pendapatan dipengaruhi oleh seberapa besar

tingkat penerimaan (revenue) yang diperoleh dan seberapa besar skala usahanya

atau jumlah populasi ternak yang dimiliki. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian

sebelumnya yang dilakukan oleh Bahari, dkk (2012) bahwa tingkat pendapatan

sangat ditentukan oleh penerimaan suatu usaha dan penerimaan usaha

ditentukan dari jumlah produksi telur ayam dan harga jualnya.

4.3.2 Analisis Strategi Peternak dalam Menghadapi Gejolak Kenaikan Harga

Pakan dan Turunnya Harga Telur yang Terjadi secara Bersamaan

Apabila terjadi gejolak kenaikan harga pakan dan pada saat yang bersamaan

terjadi gejolak turunnya harga telur maka para peternak ayam petelur di Kabupaten

Blitar memiliki strategi-strategi yang umum digunakan dalam menghadapi gejolak

tersebut, diantarannya adalah sebagai berikut :

Page 77: analisis pendapatan serta kelayakan usaha ternak ayam ras ...

59

a) Pada saat untung, dana untung tersebut oleh para peternak dijadikan

sebagai cadangan dana (saving). Hal ini bertujuan ketika terjadi gejolak

kenaikan harga pakan dan gejolak turunnya harga telur maka para

peternak dapat menggunakan dana cadangan tersebut untuk menutupi

kerugian.

b) Ketika harga jagung rendah para peternak biasanya menimbun stok

jagung, hal ini bertujuan untuk berjaga-jaga ketika suatu saat harga jagung

kembali naik. Jagung merupakan komponen terpenting dari penyusunan

pakan ternak, hal ini dikarenakan jagung memiliki kadar protein tertinggi

dari komponen penyusunan pakan ternak lainnya yaitu Konsentrat dan

Bekatul.

c) Srategi terakhir yang umum digunakan para peternak ayam petelur di

Kabupaten Blitar adalah dengan berhutang terutama pada pabrik pakan

atau poltree shop. Hal ini dilakukan untuk menjaga kesahatan keuangan

para peternak.

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pendapatan peternak ayam

petelur di Kabupaten Blitar yaitu Faktor Internal dan Faktor eksternal. Faktor

Internal meliputi tingginya ongkos produksi. Beberapa variabel ongkos produksi

diantaranya adalah biaya pembibitan ternak, Biaya Pakan, biaya listrik air, biaya

obat-obatan dan vaksin serta biaya transportasi. Biaya Pakan merupakan Variabel

biaya terbesar sekitar 60-70% dari total biaya atau ongkos produksi. Hal ini juga

didukung oleh pendapat para ahli. Menurut Mashudi (kepala Dinas Peternakan

Kabupaten Blitar) mengatakan bahwa harga pakan sangat besar peranannya

terhadap ongkos produksi yaitu sekitar 70% dari total biaya produksi. Jadi apabila

harga pakan naik, maka akan berpengaruh pada tingkat produksi yang kemudian

akan berdampak pada harga telur dipasaran. Faktor Eksternal meliputi mahalnya

Page 78: analisis pendapatan serta kelayakan usaha ternak ayam ras ...

60

1 Bapak Imam Kambali (49) Kel. Srengat Kec. Srengat 60.000 ekor Rp19.012

2 Bapak Munip (44) Ds. Kandangan Kec. Srengat 20.000 ekor Rp14.302

3 Bapak Soekamto (54) Kel. Bendo Kec. Kepanjen Kidul 24.000 ekor Rp15.116

4 Ibu Marwan (65) Ds. Ponggok Kec. Ponggok 15.000 ekor Rp13.954

5 Bapak Subandi (67) Ds Ponggok Kec. Ponggok 15.000 ekor Rp13.954

6 Bapak Yasto (60) Kel. Karangbendo Kec. Ponggok 30.000 ekor Rp19.012

7 Bapak Syamsudin (48) Ds. Ponggok Kec. Ponggok 40.000 ekor Rp19.884

8 CV. Bukit Kapur Kec.Garum 200.000 ekor Rp19.884

9 PT Jatinom Indah Farm Ds Jatinom Kec. Kanigoro 800.000 ekor Rp15.930

Rp16.783

1 Ibu Binti (32) Ds. Sukorejo Kec. Udanawu 2.000 ekor Rp18.605

2 Bapak Pitoyo (44) Ds. Mbacem Kec. Ponggok 2.300 ekor Rp19.768

3 Ibu Rita (35) Kec. Srengat 5.000 ekor Rp13.954

4 Ibu Sunarti (48) Ds. Penataran Kec Nglegok 8.000 ekor Rp21.861

5 Bapak Edi Purnomo (32) Ds. Kebonduren Kec. Ponggok 5.000 ekor Rp15.116

6 Bapak Sukarman (55) Ds. Dadaplangu Kec. Ponggok 10.000 ekor Rp15.116

Rp17.403

BEP

Skala Besar

Skala Kecil

Total : 15 peternak

BEP Rata-rata

BEP Rata-rata

No Nama/ Usia Alamat UsahaPopulasi

Ternak

variabel harga telur. Disini harga telur merupakan hal yang penting selama proses

berternak dimana hal ini menjadi sumber pendapatan bagi peternak. Apabila harga

telur dipasaran rendah maka peternak akan merugi demikian pula sebaliknya

apabila harga telur tinggi maka peternak akan untung.

4.3.3 Analisa Hasil Perhitungan Break Even Point (BEP) Usaha Ternak

Ayam Petelur di Kabupaten Blitar

Dari tabel 4.13 diatas menunjukkan bahwa hasil perhitungan Break Even Point

(BEP) yang berbeda-beda dari masing-masing peternak. Selanjutnya untuk rata-

rata BEP peternak akan dijelaskan dalam bentuk tabel dibawah ini :

Tabel 4.16 : Tabel Rata-rata BEP Usaha Ternak Ayam Petelur di Kabupaten Blitar Terhadap 15 Sampel Penelitian

Sumber : Penulis, 2017

Berdasarkan hasil perhitungan tabel diatas, dapat diketahui nilai Break Event

Point (BEP) yang diberoleh berbeda-beda dari masing-masing peternak. Rata-rata

BEP pada kelompok peternak skala besar yaitu Rp 16.873 lebih kecil dibandingkan

dengan kelompok peternak skala kecil yaitu sebesar Rp 17.403. Hal ini

Page 79: analisis pendapatan serta kelayakan usaha ternak ayam ras ...

61

1 Bapak Imam Kambali (49) 60.000 ekor Rp13.552.162.500 Rp13.352.301.300 1

2 Bapak Munip (44) 20.000 ekor Rp4.607.178.500 Rp5.969.379.150 1,3

3 Bapak Soekamto (54) 24.000 ekor Rp5.650.311.860 Rp6.602.989.620 1,2

4 Bapak Subandi (67) 15.000 ekor Rp3.418.063.660 Rp4.616.571.000 1,3

5 Bapak Yasto (60) 30.000 ekor Rp6.747.574.500 Rp6.730.905.900 1

6 Bapak Syamsudin (48) 40.000 ekor Rp9.202.970.500 Rp8.539.250.100 0,9

7 Ibu Marwan (65) 15.000 ekor Rp3.354.463.660 Rp4.616.571.000 1,4

8 CV. Bukit Kapur 200.000 ekor Rp44.883.270.500 Rp42.459.577.500 0,9

9 PT Jatinom Indah Farm 800.000 ekor Rp207.678.030.500 Rp211.396.193.000 1

Rata-Rata 1,1

1 Ibu Binti (32) 2.000 ekor Rp445.356.802 Rp488.500.050 1,1

2 Ibu Rita (35) 5.000 ekor Rp1.112.375.004 Rp1.539.457.500 1,4

3 Bapak Pitoyo (44) 2.300 ekor Rp511.038.022 Rp518.823.120 1

4 Bapak Edi Purnomo (32) 5.000 ekor Rp1.109.375.004 Rp1.389.912.150 1,2

5 Ibu Sunarti (48) 8.000 ekor Rp1.763.205.408 Rp1.573.506.570 0,9

6 Bapak Sukarman (55) 10.000 ekor Rp2.564.675.810 Rp2.742.720.300 1,1

Rata-Rata 1,1

Skala Besar

Skala Kecil

Total : 15 Peternak

No Nama/ UsiaPopulasi

Ternak R/C RatioTotal Cost (TC) Total Revenue (TR)

dikarenakan nilai Feed Convertion Ratio (FCR) yang berbeda-beda dari masing-

masing peternak. Artinya semakin kecil nilai FCR maka akan semakin bagus.

Rata-rata harga telur selama tahun 2016 sebesar Rp 16.343. Apabila harga telur

diatas BEP maka peternak akan untung. Hasil penelitian ini sejalan dengan

penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Chintya, dkk (2014) bahwa usaha milik

CV.Nawanua Farm dan UD.Kakaskasen Indah di Kota Tomohon berada pada titik

yang menguntungkan sebab sudah beroperasi diatas titik impas (BEP).

4.3.4 Analisis Kelayakan Usaha dilihat dari Nilai R/C ratio

Berdasarkan tabel 4.14 diatas menunjukkan bahwa hasil perhitungan R/C

Ratio yang berbeda-beda dari masing-masing peternak. Secara keseluruhan rata-

rata tingkat R/C ratio peternak lebih dari 1 yaitu sebesar 1,1. Selanjutnya untuk

rata-rata nilai R/C Ratio dari masing-masing kelompok peternak akan dijelaskan

dalam bentuk tabel 4.17 dibawah ini.

Tabel 4.17 : Tabel Ringkasan Hasil Perhitungan R/C ratio Terhadap 15 Sampel Penelitian untuk Menganalisis Kelayakan Suatu Usaha

Sumber : Penulis, 2017

Page 80: analisis pendapatan serta kelayakan usaha ternak ayam ras ...

62

Tabel 4.17 diatas menunjukkan bahwa rata-rata nilai R/C Ratio pada

kelompok peternak skala besar sama dengan nilai R/C Ratio kelompok peternak

skala kecil yaitu memeiliki nilai 1,1. Artinya bahwa setiap penggunaan biaya

produksi Rp 1.000.000 akan memperoleh penerimaan sebesar Rp 1.100.000 jadi

keuntungan bersih yang didapat sebesar Rp 100.000. Hasil penelitian ini berbeda

dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Bahari, dkk (2012) bahwa

tingkat R/C Ratio pada usaha ternak pola mandiri lebih tinggi dari usaha ternak

pola kemitraan.

Page 81: analisis pendapatan serta kelayakan usaha ternak ayam ras ...

63

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1) Gejolak Kenaikan Harga Pakan dan Gejolak Penurunan Harga Telur yang

terjadi di Kabupaten Blitar dalam 1 tahun terakhir memiliki pengaruh yang

besar terhadap pendapatan peternak baik kelompok peternak skala besar

maupun kelompok peternak skala kecil. Hal ini dikarenakan sebagian

peternak rentan terhadap perubahan harga. Biaya pakan ternak

merupakan biaya variabel terbesar sekitar 60-70% dari total biaya produksi

(Dinas Peternakan Kabupaten Blitar). Sedangkan harga jual produksi

merupakan hal terpenting selama proses berternak dimana hal ini menjadi

sumber pendapatan bagi peternak.

2) Strategi yang umum digunakan para peternak ayam petelur di Kabupaten

Blitar dalam menghadapi gejolak kenaikan harga pakan dan gejolak

turunnya harga telur diantarannya adalah :

a) Pada saat untung, dana untung tersebut oleh para peternak

dijadikan sebagai cadangan dana (saving).

b) Ketika harga jagung rendah para peternak biasanya menimbun stok

jagung, hal ini bertujuan untuk berjaga-jaga ketika suatu saat harga

jagung kembali naik.

c) Srategi terakhir yang umum digunakan para peternak ayam petelur

di Kabupaten Blitar adalah dengan berhutang terutama pada pabrik

pakan atau poltree shop. Hal ini dilakukan untuk menjaga

kesahatan keuangan para peternak.

Page 82: analisis pendapatan serta kelayakan usaha ternak ayam ras ...

64

3) Hasil perhitungan Break Even Point (BEP) menunjukkan hasil yang

berbeda-beda dari masing-masing peternak.

4) Sedangkan untuk hasil R/C Ratio dari total 15 sampel penelitian yang

dilakukan, rata-rata hasil R/C ratio tiap kelompok peternak memiliki nilai 1,1

artinya usaha ternak ayam petelur di Kabupaten Blitar dikategorikan

sebagai usaha yang layak. Artinya usaha ini menguntungkan dan memiliki

prospek yang menjanjikan.

5.2 Saran

1) Pengembangan Potensi Daerah

Dalam mengembangkan potensi daerah dibutuhkan komitmen dari

berbagai pihak tidak hanya dari Kepala Daerah (Bupati) namun juga dari

DPRD Kabupaten Blitar guna memperoleh dukungan program dan

anggaran. Hal-hal inilah yang nantinya diharapkan dapat membedakan

Kabupaten Blitar dengan daerah-daerah lainnya khususnya dalam usaha

peternakan ayam petelur. Sehingga hal ini yang menjadikan Kabupaten

Blitar menjadi sentral produksi telur ayam khususnya Ayam ras petelur.

2) Perlindungan Usaha

Diperlukan adanya jenis perlindungan usaha tertentu terutama usaha

peternakan ayam petelur karena merupakan produk unggulan di

Kabupaten Blitar, baik itu melalui undang-undang maupun peraturan

pemerintah yang saling menguntungkan. Misalnya : Pemerintah harus

melarang perusahaan asing untuk tidak mengedarkan telur breading. Inilah

yang menjadi permasalahan karena sangat merugikan peternak ayam

petelur di Kabupaten Blitar.

3) Jaminan Harga

Mengingat tingginya harga pakan dan rendahnya harga telur yang sudah

terjadi dalam 2 tahun terakhir, maka diharapkan Pemerintah pusat

Page 83: analisis pendapatan serta kelayakan usaha ternak ayam ras ...

65

memberikan jaminan harga terhadap para peternak di Kabupaten Blitar

dengan cara memberikan batasan harga terendah dan harga tertinggi

seperti halnya yang dilakukan pada komoditas beras, dengan catatan

harus mengacu pada BEP dalam usaha ternak ayam petelur ini. Dengan

begitu 2 permasalahan pokok yang sering dihadapi peternak telur di

Kabupaten Blitar dapat terselesaikan. Sehingga kesejahteraan para

peternak merasa diperhatikan, khususnya bagi peternak rumah tangga

skala kecil.

Page 84: analisis pendapatan serta kelayakan usaha ternak ayam ras ...

DAFTAR PUSTAKA

Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten Blitar. (2016). Data Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Blitar tahun 2011-2016. www.bappeda.blitarkab.go.id diakses pada 12 Januari 2017

Badan Pusat Statistik (BPS) Pemerintah Daerah Kabupaten Blitar. (2016). Data

Statistik Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Blitar Tahun 2016. https://blitarkab.bps.go.id/website/pdf_publikasi/Statistik-Daerah-Kabupaten-Blitar-2016.pdf diakses pada 27 Maret 2017

Badan Pusat Statistik (BPS) Pemerintah Kabupaten Blitar. (2016). Kabupaten

Blitar Dalam Angka 2016. https://blitarkab.bps.go.id/website/pdf_publikasi/Kabupaten-Blitar-Dalam-Angka-2016.pdf diakses pada 27 Maret 2017

Badan Pusat Statistik Pemerintah Daerah Kabupaten Blitar. (2016). Pertumbuhan

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Blitar pada tahun 2010-2014. https://blitarkab.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/384 diakses pada 11 Mei 2017

Bahari, D.I, Fanani Z, Nugroho B.A. 2012. Analisis Struktur Biaya dan Perbedaan

Pendapaan Usaha Ternak Ayam ras Pedaging Pada Pola dan Skala Usaha Ternak yang Berbeda di Kota Kendari Sulawesi Tenggara. Jurnal Ternak Tropika, Vol.13, (No.1) : 35-46.

Case Karl E, Fair Ray C. 2005. Prinsip-prinsip Ekonomi Mikro. (edisi ke 7). Jakarta

: Gramedia Dinas Peternakan Kabupaten Blitar. 2016. Data Harga Komoditi Peternakan di

Kabupaten Blitar Tahun 2016. Blitar : diperbanyak Oleh Dinas Peternakan Kabupaten Blitar

Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur. (2016). Data Statistik Populasi Ternak Ayam Ras Petelur dan Statistik Produksi Telur Ayam Ras Petelur di Kabupaten Blitar. http://disnak.jatimprov.go.id/web/layananpublik/datastatistik diakses pada 14 April 2017

Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Jawa Timur. (2016). Kontribusi UMKM

terhadap perekonomian daerah khususnya di daerah Kabupaten Blitar. http://diskopumkm.jatimprov.go.id diakses pada 14 April 2017

Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur. 2016. Peternakan Dalam Data Tahun 2016. Surabaya : diperbanyak Oleh Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur

Fitriani. 2015. Analisis Usaha Peternakan Ayam Petelur di Kecamatan Adiluwih,

Pringsewu. Jurnal Ilmiah Esai, Vol.9, (No.2) : 1-9.

Joesron Tati S, Fathorrozi M. 2012. Teori Ekonomi Mikro. Yogjakarta : Graha Ilmu

Page 85: analisis pendapatan serta kelayakan usaha ternak ayam ras ...

Khusaini, Muhammad. 2013. Ekonomi Mikro Dasar-dasar Teori. Malang : UB

Press

Kurniawan, M.F, Darmawan D.P, Astiti, NW. 2013. Strategi Pengembangan Agribisnis Peternakan Ayam Petelur di Kabupaten Tabanan (studi pada peternakan ayam petelur di Kabupaten Tabanan). Jurnal Menejemen Agribisnis, Vol.1, (No.2) : 53-66.

Multifiah. 2011. Teori Ekonomi Mikro. Malang: UB Press

Nicholson, Walter. 2002. Mikroekonomi Intermediate dan Aplikasinya (Edisi 8). Jakarta: PT Penerbit Erlangga

Peraturan Daerah Kabupaten Blitar. 2003. Perijinan Usaha Peternakan dan Pendaftaran Peternakan Rakyat. Blitar : diperbanyak Oleh Dinas Peternakan Kabupaten Blitar

PT. Charoen Pokpand Indonesia Tbk. (2016). Komposisi Penyusunan Pakan

Ternak Ayam Petelur.

https://blitarkab.bps.go.id/website/pdf_publikasi/Statistik-Daerah-Kabupaten-

Blitar-2016.pdf diakses pada 12 Maret 2017

Rahmah Ulfa Indah. 2015. Analisis Pendapatan Usaha Ternak Ayam Ras Pedaging Pada Pola Usaha yang Berbeda di Kecamatan Cingambul Kabupaten Majalengka. Jurnal Ilmu Pertanian dan Peternakan, Vol.3, (No.1) : 1-15.

Salele, C.L, Roimpandey B, Massie, M.T, Waleleng, P.O. 2014. Analisis

Penggunaan Faktor Produksi Pada Perusahaan Ayam Ras Petelur (Studi

kasus pada UD. Kakaskasen Indah dan CV. Nawanua Farm). Jurnal Zootek,

Vol.34, (Edisi Khusus) : 1-14.

Wirartha, I. Made. 2005. Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi. Denpasar : CV. Andi Offset