ANALISIS PEMINDAHAN TATA LETAK FASILITAS PRODUKSI KE LOKASI BARU DI PT.DERISTAMA TEKNINDO MANDIRI CIKARANG JABABEKA 2 Oleh Arif Rohman NIM. 004201205134 Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Akademik Mencapai Gelar Strata Satu Pada Fakultas Teknik Program Studi Teknik Industri 2016
63
Embed
ANALISIS PEMINDAHAN TATA LETAK FASILITAS PRODUKSI …
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
ANALISIS PEMINDAHAN TATA LETAKFASILITAS PRODUKSI KE LOKASI BARU
DI PT.DERISTAMA TEKNINDO MANDIRICIKARANG JABABEKA 2
OlehArif Rohman
NIM. 004201205134
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan AkademikMencapai Gelar Strata Satu
Pada Fakultas TeknikProgram Studi Teknik Industri
2016
ii
LEMBAR REKOMENDASI PEMBIMBING
Skripsi berjudul Analisis Pemindahan Tata Letak Fasilitas
Produksi Ke Lokasi Baru Di PT. Deristama Teknindo Mandiri
Cikarang Jababeka 2 yang disusun dan diajukan oleh Arif
Rohman sebagai salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar
Strata Satu (S1) pada Fakultas Teknik telah ditinjau dan dianggap
memenuhi persyaratan sebuah skripsi. Oleh karena itu, Saya
merekomendasikan skripsi ini untuk maju sidang.
Cikarang, Indonesia, 04 April 2016
Anastasia Lidya Maukar, ST., Msc., MMT.
iii
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS
Saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Pemindahan
Tata Letak Fasilitas Produksi Ke Lokasi Baru Di PT. Deristama
Teknindo Mandiri Cikarang Jababeka 2 adalah hasil dari
pengetahuan terbaik Saya dan belum pernah diajukan ke Universitas
lain maupun diterbitkan baik sebagian maupun secara keseluruhan.
Cikarang, Indonesia, 04 April 2016
Arif Rohman
iv
LEMBAR PENGESAHAN
ANALISIS PEMINDAHAN TATA LETAKFASILITAS PRODUKSI KE LOKASI BARU
DI PT.DERISTAMA TEKNINDO MANDIRICIKARANG JABABEKA 2
Oleh
Arif Rohman
NIM. 004 2012 05 134
Disetujui Oleh,
Anastasia Lidya Maukar, ST., Msc., MMT.
Pembimbing Skripsi
Ir. Andira, MT.
Ketua Program Studi Teknik Industri
v
ABSTRAK
Perkembangan industri berdampak pada persaingan industri yang cukup ketat.
Persaingan industri memerlukan strategi dari segala aspek termasuk aspek produk,
proses dan jadwal. Secara umum industri banyak mengalami kendala dalam hal
jarak pemindahan bahan baku (material handling) yang kurang efisien. seperti
pada proses produksi yang terdapat aliran pemindahan yang berpotongan (cross
movement) dikarenakan tata letak mesin yang kurang teratur. PT. Deristama
Teknindo Mandiri yang bergerak dalam bidang manufaktur Job order dan
Fabrication. Pada saat ini memiliki 2 pabrik yang berjarak antara pabrik 1 dan
pabrik 2 sekitar 1 km dengan satu manajemen. Permasalahan yang terdapat pada
perusahaan ini adalah adanya proses bolak balik (back tracking) pada stasiun kerja
dan panjang nya jarak perpindahan material antar bagian permesinan yang ada,
sehingga berimbas pula pada bertambahnya biaya perpindahan dan jumlah output
produksi yang dihasilkan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
algoritma (Computerized Relatfue Allocation Facilities Technique) CRAFT dan
analisis yang dilakukan dengan membandingkan total momen perpindahan antara
tata letak awal dan tata letak usulan. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa tata
letak usulan lebih baik dari tata letak awal, dimana biaya pemindahan material
layout awal Rp. 198.211,14 /produk/bulan lebih besar dari biaya pemindahan
material layout usulan sebesar Rp. 62.118,50 /produk/bulan. Selain itu juga
didapat persentase efisiensi cost material handling sebesar 69% dari pemindahan
material layout awal, yakni sebesar Rp. 198.211,14 /produk/bulan.
Kata Kunci : Tata Letak Fasilitas, Material Handling, Algoritma CRAFT,
Pemindahan material, Job order, Back tracking.
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan industri berdampak pada persaingan industri yang cukup ketat.
Persaingan industri memerlukan strategi dari segala aspek termasuk aspek produk,
proses dan jadwal. Salah satu yang termasuk dalam perancangan fasilitas adalah
tata letak. Tata letak yang baik adalah tata letak yang dapat menangani sistem
material handling secara menyeluruh. Sistem material handling yang kurang baik
akan mengganggu kelancaran proses produksi (Wignjosoebroto,1996).
Secara umum industri banyak mengalami kendala dalam hal jarak pemindahan
bahan baku (material handling) yang kurang efisien, seperti pada proses produksi
yang terdapat aliran pemindahan yang berpotongan (cross movement) dikarenakan
tata letak mesin yang kurang teratur. Tata letak mesin yang tidak teratur dan jarak
antar department produksi yang cukup jauh dapat mengakibatkan proses produksi
terganggu akibat waktu perpindahan yang besar (Supardi, 2006). Penerapan model
atau simulasi tata letak diharapkan dapat membantu manajemen dalam melakukan
analisis terhadap rencana penataan fasilitas produksi di PT. Deristama Teknindo
Mandiri.
PT. Deristama Teknindo Mandiri yang bergerak dalam bidang manufaktur Job
order dan Fabrication. Pada saat ini memiliki 2 pabrik yang berjarak antara
pabrik 1 dan pabrik 2 sekitar 1 km dengan satu manajemen, di pabrik 1 memiliki
fasilitas produksi lathe department, milling department, grinding department, cnc
milling department, fabrication department dan cnc lathe department. Pabrik 2
memiliki fasilitas produksi wire edge department, cnc milling department, dan
drilling department. Proses untuk pembuatan molding, produk lokal secara umum
melewati tahapan proses sebagai berikut:
1. Proses pemesanan raw material (dilakukan di pabrik 2)
2. Proses machine lathe (dilakukan di pabrik 1)
2
3. Proses machine drilling (dilakukan di pabrik 2)
4. Proses machine cnc milling (dilakukan di pabrik 1)
5. Proses hardening (dilakukan di pabrik 2)
6. Proses grinding (dilakukan di pabrik 1)
7. Proses wire edge cutting (dilakukan di pabrik 2)
8. Quality Control (dilakukan di pabrik 2)
9. Proses Assyembly (dilakukan di pabrik 2)
Permasalahan yang terjadi pada proses produksi yaitu aliran proses produksi
antara pabrik 1 dan pabrik 2 yang berjauhan menyebabkan waktu proses produksi
menjadi tidak efisien dan produktivitas proses produksi menjadi delay karena
pada setiap aliran proses memerlukan fasilitas produksi yang berada di pabrik 1
dan fasilitas produksi yang berada di pabrik 2 sehingga mengakibatkan
keterlambatan proses produksi dan keterlambatan delivery. Agar produksi bisa
meningkat maka perlu diupayakan proses produksi bisa mamberikan kontribusi
sepenuhnya terhadap kegiatan-kegiatan produktif yang berkaitan dengan nilai
tambah dan berusaha untuk menghindari atau meminimalkan langkah-langkah
kegiatan yang tidak produktif seperti banyaknya idle/delays, set-up, loading-
unloading, dan sebagainya (Wignjosoebroto, 1996).
Oleh karena itu pemindahan fasilitas produksi yang berada di pabrik 1 akan
dialokasikan ke pabrik 2 karena luas area di pabrik 2 masih terdapat space kosong
untuk menampung fasilitas produksi yang berada di pabrik 1. Beberapa tipe tata
letak mesin yang bisa digunakan dalam merancang tata letak seperti product
layout, process layout, fixed position layout, group technology (GT)-based layout
dan hybrid layout. Salah satu alternatif yang digunakan untuk mendukung sistem
perancangan fasilitas produksi adalah process layout. Tipe process layout dipilih
karena memiliki karakteristik item produk banyak dan quantity produk nya
sedikit. Penyusunan tata letak pabrik tipe ini adalah berdasarkan proses
pengerjaan yang sama, dimana mesin-mesin atau peralatan yang sama terletak
pada suatu daerah, misalnya mesin bubut dipasang pada antar ruang tersebut.
Demikian juga dengan mesin-mesin dan peralatan lainnya ( Heragu 1997).
3
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan masalah
dari penelitian ini adalah :
a. Bagaimana aliran proses produksi setelah fasilitas mesin yang berada di pabrik
1 dipindahkan ke pabrik 2?
b. Bagaimana memperbaiki tata letak fasilitas mesin di pabrik 2 sehingga dapat
meminimalkan biaya material handling?
1.3 Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut:
a. Menganalisis aliran proses produksi fasilitas mesin pabrik 1 ke pabrik 2 agar
dapat meminimalkan back tracking.
b. Melakukan perbaikan layout fasilitas mesin di pabrik 2 untuk mengurangi
biaya material handling.
1.4 Batasan Masalah
Agar ruang lingkup penelitian ini tidak menyimpang dari permasalahan yang
ada,maka perlu adanya batasan masalah yaitu :
a. Penelitian perancangan tata letak hanya dilakukan di PT. Deristama pada
pabrik 2.
b. Data yang dianalisis hanya data material handling.
1.5 Asumsi
Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Perhitungan jarak menggunakan jarak rectilinear.
b. Tidak merubah sistem maupun tahapan proses produksi di PT. Deristama.
c. Loading permintaan produk tetap sesuai dengan kapasitas produksi yang
tersedia.
4
1.6 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan Laporan Magang ini dibagi menjadi 6 bagian pembahasan,yaitu:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang pemilihan pokok bahasan,
penjelasan pokok permasalahan utama, pencapaian tujuan pelaksanaan penelitian
yang dilakukan, pembatasan-pembatasan yang ada di dalam pembahasan, serta
sistematika penulisan laporan magang secara keseluruhan.
1.1 Latar Belakang
Menjelaskan tentang permasalahan yang terjadi pada proses produksi yaitu aliran
proses produksi antara pabrik 1 dan pabrik 2 yang berjauhan menyebabkan waktu
proses produksi menjadi tidak efisien dan produktivitas proses produksi menjadi
delay.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana aliran proses produksi setelah fasilitas mesin yang berada di pabrik 1
dipindahkan dan memperbaiki fasilitas layout yang berada di pabrik 2.
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk meminimalkan waktu aliran proses dan mengurangi biaya material
handling.
1.4 Batasan Masalah
Agar ruang lingkup penelitian ini tidak menyimpang dari permasalahan yang
ada,maka perlu adanya batasan masalah yaitu pernacangan tata letak hanya
dilakukan di pabrik 2, penelitian dan pengamatan dilakukan pada barang yang
melalui semua proses mesin , perancangan yang akan dilakukan menggunakan
type process layout dan metode craft.
1.5 Asumsi
Menjelaskan bahwa tidak ada penambahan pada saat melakukan penelitian sepeti
tidak ada penambahan fasilitas produksi, tidak merubah sistem maupun tahapan
5
proses produksi dan loading permintaan produksi sesuai dengan kapasitas
produksi yang tersedia.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini menjelaskan tentang teori-teori yang menunjang dalam pengolahan data
yang mempengaruhi perancangan tata letak atau tipe tata letak yang sudah
ada.
Berikut komponen-komponen yang dejalaskan :
1.1.Pengertian Tata Letak Pabrik atau Fasilitas
1.2.Tujuan Perancangan Tata Letak Fasilitas
1.3.Macam/Tipe Tata Letak Fasilitas
1.4.Peta Proses Operasi (Operation Process Chart )
1.5.Production Routing
1.6.Peta Dari-Ke (From-To Chart)
1.7.Metode Craft
1.8.Ongkos Material Handling
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini akan diuraikan pembahasan mengenai langkah langkah sistematis
yang akan dilakukan dalam penelitian untuk memperoleh pemecahan masalah
selain itu agar tujuan penelitian dapat tercapai.
BAB IV DATA DAN ANALISA
Bagian ini memberikan data-data yang diperlukan untuk kemudian di analisa dari
sisi type tata letak, metode craft, dan teknis.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini akan diuraikan kesimpulan akhir dari analisa yang dilaksanakan dan
saran saran yang dapat diberikan kepada PT. Deristama Teknindo Mandiri.
Setelah melakukan paparan latar belakang pada bab I maka dibutuhkan teori
teori untuk mendukung penelitian ini yang akan dilakukan pada bab II.
6
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Tata Letak Pabrik atau Fasilitas
Tata letak pabrik atau fasilitas produksi dan area kerja adalah masalah yang
kerap kali kita jumpai dalam teknik industri. Dalam suatu pabrik, tata letak
(layout) dari fasilitas produksi dan area kerja merupakan elemen dasar yang
sangat penting dari kelancaran proses produksi. Perencanaan fasilitas dapat
diartikan sebagai proses perancangan fasilitas, didalamnya termasuk analisis,
perencanaan, desain dan susunan fasilitas, peralatan phisik, dan manusia yang
ditujukan untuk meningkatkan efisiensi produksi dan sistem pelayanan (Purnomo,
2004). Sedangkan menurut (Wignjosoebroto, 1992) mengemukakan bahwa tata
letak fasilitas merupakan tata cara pengaturan fasilitas-fasilitas pabrik guna
menunjang kelancaran proses produksi.
Pengaturan tersebut akan memanfaatkan luas area untuk penempatan mesin atau
fasilitas sebagai penunjang produksi lainnya, gerakan kelancaran perpindahan
material, material baik yang bersifat temporer maupun permanen bisa dijadikan
penyimpanan, personel pekerja dan sebagainya. Pada umumnya tata letak pabrik
yang terencana dengan baik akan ikut menentukan efisiensi dan menjaga
kelangsungan hidup atau kesuksesan kerja suatu industri. Secara skematis
perencanaan fasilitas pabrik dapat digambarkan sebagai berikut :
Sumber :Tompkins, dkk, 1996 hal 65Gambar 2.1 Sistematika perencanaan fasilitas pabrik
7
2.2 Tujuan Perancangan Tata Letak Fasilitas
Fungsi dari sebuah tata letak yaitu menggambarkan sebuah susunan yang
ekonomis dari tempat kerja yang berkaitan, dimana barang-barang dapat
diproduksi secara ekonomis. Adapun tujuan dari sebuah susunan tata letak sebagai
berikut :
1. Memudahkan proses manufaktur.
2. Meminimumkan pemindahan barang.
3. Memelihara keluwesan susunan dan operasi.
4. Memelihara perputaran barang setengah jadi yang tinggi.
5. Menekan modal tertanam pada peralatan.
6. Menghemat pemakaian ruang bangunan.
7. Meningkatkan kesangkilan tenaga kerja.
8. Memberi kemudahan, keselamatan bagi pegawai, dan memberi
kenyamanan dalam melaksanakan pekerjaan. (Apple,james M., 1990)
2.3 Macam Macam Tipe Tata Letak
Dalam mengembangkan layout langkah yang pertama kali untuk menentukan
pola, maka perancang harus menentukan pola tata letak yang akan digunakan. Ada
5 tipe pola tata letak yang sering digunakan di industri manufaktur antara lain
yaitu :
1.1. Product layout
1.2. Process layout
1.3. Fixed position layout
1.4. Group technology (GT)-based layout
1.5. Hybrid layout
1.1 Product Layout
Tata letak produk dikenal dengan nama nama seperti tata letak garis aliran, tata
letak jalur perakitan, dan tata letak produk. Dalam tata letak produk, mesin dan
stasiun kerja disusun sepanjang rute produk dalam urutan yang disesuaikan
dengan urutan operasi produk yang dilalui. Jika produk yang dilalui oleh milling
8
machine, drilling machine, assembly, and packing operations dalam urutan harus
diatur dalam satu garis. Biasanya, tata letak produk ini digunakan oleh perusahaan
yang memproduksi barang barang tunggal atau dalam jumlah besar. Terlihat
pada gambar 2.2 contoh tipe tata letak product layout.
Sumber : Sunderesh , 1997, hal. 38.Gambar 2.2 Contoh tipe tata letak Product Layout
1.2 Process Layout
Tata letak proses mesin dan stasiun kerja disusun berdasarkan proses yang mereka
lakukan. Dengan demikian, semua mesin milling ditempatkan bersama sama
dalam satu departemen, begitu jugan dengan mesin bubut ditempatkan bersama
sama di tempat lain dan sebagainya. Tata letak proses berguna untuk perusahaan
yang memproduksi berbagai jenis produk atau pekerjaan dalam jumlah skala
kecil, di mana setiap pekerjaan biasanya berbeda dari yang lain. Terlihat pada
gambar 2.3 contoh tipe tata letak process layout.
Sumber : Sunderesh , 1997, hal. 40.Gambar 2.3 Contoh tipe tata letak Process Layout
9
1.3 Pixed position layout
Dalam tata letak posisi tetap, produk tidak berpindah dari satu lokasi ke lokasi
lain. Layout jenis ini tidak diletakan dalam suatu pabrik, melainkan di luar dan
hanya digunakan untuk satu kali proses produksi saja. Tata letak posisi tetap ini
sangat cocok digunakan untuk perusahaan dermaga, gedung, pengaspalan jalan
dan lain lain. Perusahaan Automobile manufaktur (misalnya, Nissan) yang
memproduksi model high-end (misalnya, infiniti) juga telah mengadopsi tata letak
posisi tetap di beberapa bagian pabrik.
1.4 Group technology (GT)-based layout
Group technology (GT)-based layout sejak akhir tahun 1960-an dan terutama
dalam dua decade terakhir, telah diakui bahwa banyak sistem manufaktur
menengah ke atas dapat melakukan kontrol yang lebih baik atas operasi dan
perencanaan dengan membagi sistem dua atau lebih, jauh lebih kecil, independen,
subsistem diperusahaan tersebut , sebagian jumlah produksi yang biasanya dalam
sekala ribuan yang diproduksi pada sejumlah mesin yang biasanya dalam skala
ratusan. Terlihat pada gambar 2.4 contoh tipe tata letak group technology (GT)-
based layout.
Sumber : Sunderesh , 1997, hal. 42.Gambar 2.4 Contoh tipe tata letak Group technology (GT)-based layout
10
1.5 Hybrid layout
Tidak semua perusahaan dapat mengadopsi satu jenis tata letak. Sebagai
perusahaan memperluas dengan meningkatkan lini produk dan volume, mungkin
menemukan bahwa tidak ada jenis tata letak yang dibahas dalam bagian ini untuk
memenuhi kebutuhan seluruhnya. Beberapa item produksi mungkin memerlukan
tata letak produk, sedangkan yang lain mungkin menggunakan tata letak posisi
tetap. Oleh karena itu, sejumlah perusahaan menggunakan Hybrid layout
dikombinasikan dengan tipe layout yang lain untuk memenuhi karakteristik
prosess. Terlihat pada gambar 2.4 contoh tipe tata letak Hybrid layout.
Sumber : Sunderesh , 1997, hal. 42.Gambar 2.5 Contoh tipe tata letak Hybrid Layout
2.4 Peta Proses Operasi (Operation Process Chart )
Peta proses operasi merupakan suatu diagram yang menggambarkan tentang
langkah-langkah proses yang dialami oleh bahan baku, seperti urutan operasi dan
inpeksi atau pemeriksaan dari awal hingga bahan baku menjadi produk jadi.
Selain itu juga peta operasi memuat tentang informasi-informasi yang diperlukan
untuk menganalisa lebih lanjut, seperti yang dibutuhkan dalam pekerjaan, material
atau bahan yang digunakan, ataupun mesin yang digunakan dan scrap yang
dihasilkan dari pengerjaan. Peta operesi ini menggunakan symbol-simbol dari
ASME (American Society of Mechanical Engineers) sudah menjadi standar untuk
11
mewakili setiap kegiatan produksi. Ada lima kegiatan dasar dalam pembuatan
peta proses operasi yaitu dengan symbol-simbol yang terlihat pada gambar 2.4.
Dengan adanya informasi-informasi yang bisa dicatat melalui peta proses operasi
kita bisa memperoleh banyak manfaat.
Sumber : Sunderesh , 1997, hal. 18.Gambar 2.6 Symbols for five basic manufacturing activities
Manfaat yang diperoleh antara lain mengetahui akan kebutuhan mesin dan
penganggarannya, bisa memperkirakan akan kebutuhan bahan baku (dengan
memperhitungkan efisiensi ditiap operasi atau pemeriksaan). Selain itu, sebagai
alat untuk melakukan menentukan tata letak pabrik. Terlihat pada gambar 2.5
langkah-langkah sistematis pembuatan peta proses operasi.
Sumber: Purnomo, 2004, hal. 34.
Gambar 2.7 Langkah-langkah Sistematis Pembuatan Peta ProsesOperasi
12
Keterangan :
W = Waktu yang dibutuhkan untuk suatu proses operasi atau pemeriksaan
(dinyatakan dalam unit menit atau jam).
O-N = Nomor urut untuk kegiatan operasi.
I-N = Nomor urut untuk kegiatan pemeriksaan.
M = Nama mesin atau lokasi kerja di mana kegiatan operasi
2.5 Production Routing Sheet
Production Routing merupakan sebuah peta yang menggambarkan tentang
langkah-langkah operasi pembuatan produk. Peta ini akan memberikan
kesimpulan tentang langkah-langkah operasi yang diperlukan untuk merubah
bahan baku menjadi produk jadi yang dikehendaki, dimana untuk itu beberapa
informasi harus menyertai di dalam langkah ini, yaitu sebagai berikut
(Wignjosoebroto, 2009):
1. Nama dan nomor komponen yang akan dibuat.
2. Nomor gambar kerja dari komponen tersebut.
3. Macam operasi kerja dan nomor operasinya.
4. Mesin atau peralatan produksi yang akan dipakai.
5. Waktu standar yang ditetapkan untuk masing-masing operasi kerja.
Pengurutan produksi menjadi tulang punggung kegiatan produksi yang merupakan
pengumpulan kembali semua data yang dikembangkan oleh rekayasawan proses
dan alat komunikasi pokok antara rekayasawan produk dan orang produksi.
Routing sheet ini ini sering disebut juga dengan lembar proses atau lembar operasi
(Apple, 1990). Berikut data yang harus diisi pada tabel routing sheet :
a. Nama dan nomor komponen yang akan dibuat.
b. Nomor gambar kerja dari komponen tersebut.
c. Macam operasi kerja dan nomor operasinya.
d. Mesin atau peralatan produksi yang akan dipakai.
e. Waktu standar yang ditetapkan untuk masing-masing operasi kerja.
13
Gambaran mengenai Production Routing ini dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 2.1 Production Routing Mechanical Jack Stand