ANALISIS PEMETAAN SEKTOR UNGGULAN DAN STRATEGI PENGEMBANGANNYADI KABUPATEN SUMENEP SUHERMANTO Mahasiswa Program Magister Ilmu Ekonomi Prof. Dr. MARYUNANI, SE., MS Dr. SASONGKO, SE., MS Program Pascasarjana Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya ABSTRACT This study aims to: 1) determine and map the leading sector, 2) formulating the development policy of the leading sectors in Sumenep. The analytical tool used in this study are: Analysis Typology Klassen, Shift Share Analysis (SSA), Analysis of Location Quotient (LQ) and the Sustainable Livelihood Approach (SLA). Result Analysis Typology Klassen shows that the agricultural sector is classified into the prime sector. Shift Share Analysis results show that the sector had an increasing level of competitiveness is the agricultural sector and construction sector. Location Quotient Analysis shows the agricultural sector, mining and quarrying sector, as well as the services sector are a sector basis in Sumenep. The result of the combined analysis of these three analytical tools indicate that the agricultural sector is the leading sector in Sumenep. Based on the mapping shows that the leading sector in the region more productive land in the development of food crops sub-sector with leading commodity is corn. While in the archipelago are more productive on the development of fisheries sub-sector with marine fisheries leading commodity. Based on the calculation pentagon capital index indicates that in the mainland has a weakness in the natural capital and physical capital, while in the archipelago has a weakness in physical capital and social capital. Once known the weaknesses that become obstacles in the development of leading sector, the policy strategy in the development sector leading in Sumenep should pay attention to weak of the capital. Keywords : Leading Sector, Klassen Typology, Shift Share, Location Quotient, and Sustainable Livelihood Approach ABSTRAK Klassen Typology menunjukkan bahwa sektor pertanian diklasifikasikan kedalam Penelitian ini bertujuan untuk: 1) menentukan dan memetakan sektor unggulan, 2) merumuskan kebijakan pengembangan sektor unggulan di Kabupaten Sumenep. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Analisis Klassen Typology, Analisis Shift Share (SSA), Analisis Location Quotient (LQ) dan Sustainable Livelihood Approach (SLA). Hasil Analisis sektor prima. Hasil Analisis Shift Share menunjukkan bahwa sektor yang memiliki tingkat kekompetitifan yang semakin meningkat adalah sektor pertanian dan sektor bangunan.
49
Embed
Analisis Pemetaan Sektor Unggulan dan Strategi Pengembangannya di Kabupaten Sumenep
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
ANALISIS PEMETAAN SEKTOR UNGGULAN DAN STRATEGIPENGEMBANGANNYADI KABUPATEN SUMENEP
SUHERMANTO Mahasiswa Program Magister Ilmu Ekonomi
Prof. Dr. MARYUNANI, SE., MS Dr. SASONGKO, SE., MS ProgramPascasarjana Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya
ABSTRACT This study aims to: 1) determine and map the leading sector, 2)
formulating the development policy of the leading sectors in Sumenep.The analytical tool used in this study are: Analysis TypologyKlassen, Shift Share Analysis (SSA), Analysis of Location Quotient(LQ) and the Sustainable Livelihood Approach (SLA).
Result Analysis Typology Klassen shows that the agriculturalsector is classified into the prime sector. Shift Share Analysisresults show that the sector had an increasing level ofcompetitiveness is the agricultural sector and construction sector.Location Quotient Analysis shows the agricultural sector, mining andquarrying sector, as well as the services sector are a sector basisin Sumenep. The result of the combined analysis of these threeanalytical tools indicate that the agricultural sector is the leadingsector in Sumenep. Based on the mapping shows that the leading sectorin the region more productive land in the development of food cropssub-sector with leading commodity is corn. While in the archipelagoare more productive on the development of fisheries sub-sector withmarine fisheries leading commodity. Based on the calculation pentagoncapital index indicates that in the mainland has a weakness in thenatural capital and physical capital, while in the archipelago has aweakness in physical capital and social capital. Once known theweaknesses that become obstacles in the development of leadingsector, the policy strategy in the development sector leading inSumenep should pay attention to weak of the capital. Keywords : Leading Sector, Klassen Typology, Shift Share, Location
Quotient, and Sustainable Livelihood Approach
ABSTRAK Klassen Typology menunjukkan bahwa sektor pertanian
diklasifikasikan kedalam Penelitian ini bertujuan untuk: 1)menentukan dan memetakan sektor unggulan, 2) merumuskan kebijakanpengembangan sektor unggulan di Kabupaten Sumenep. Alat analisis yangdigunakan dalam penelitian ini adalah: Analisis Klassen Typology,Analisis Shift Share (SSA), Analisis Location Quotient (LQ) danSustainable Livelihood Approach (SLA).
Hasil Analisis sektor prima. Hasil Analisis Shift Sharemenunjukkan bahwa sektor yang memiliki tingkat kekompetitifan yangsemakin meningkat adalah sektor pertanian dan sektor bangunan.
Analisis Location Quotient menunjukkan sektor pertanian, sektorpertambangan dan penggalian, serta sektor jasa merupakan sektor basisdi Kabupaten Sumenep. Hasil analisis gabungan dari ketiga alatanalisis tersebut menunjukkan bahwa sektor pertanian merupakan sektorunggulan di Kabupaten Sumenep. Berdasarkan pemetaan sektor unggulanmenunjukkan bahwa di wilayah daratan lebih produktif padapengembangan sub sektor tanaman pangan dengan komuditi unggulanadalah jagung. Sedangkan di wilayah kepulauan lebih produktif padapengembangan sub sektor perikanan dengan perikanan laut sebagaikomuditi unggulan. Berdasarkan hasil perhitungan indeks pentagoncapital menunjukkan bahwa di wilayah daratan mempunyai kelemahan padamodal alam dan modal fisik, sementara di wilayah kepulauan mempunyaikelemahan pada modal fisik dan modal sosial. Setelah diketahuikelemahan-kelemahan yang menjadi kendala dalam pengembangan sektorunggulan, maka strategi kebijakan dalam pengembangan sektor unggulandi Kabupaten Sumenep harus memperhatikan modal wilayah yang lemahtersebut.
Kata Kunci : Sektor Unggulan, Klassen Typology, LocationQuotient, Shift Share, dan Sustainable LivelihoodApproach.
A. PENDAHULUAN
Latar Belakang Pembangunan sebagai suatu proses multidimensional yang
melibatkan perubahan-perubahan besar dalam struktur sosial. Perubahantersebut di dalamnya juga termasuk percepatan atau akselerasiekonomi, pengurangan ketimpangan Pendapatan, dan pemberantasankemiskinan absolut (Todaro, 1987). Dengan demikian paling tidak adatiga komponen dasar atau nilainilai pembangunan yaitu: kebutuhanhidup, harga diri, dan kebebasan yang menggambarkan tujuan-tujuanumum yang diusahakan oleh individu dan masyarakat. Rumusan konsep inisesuai dengan konsep pembangunan manusia dan masyarakat seutuhnyayang dianut oleh bangsa Indonesia.
kesejahteraan rakyat di daerah. Melalui terpadu, diharapkanpembangunan daerah dapat berjalan secara efektif dan efisien menujutercapainya kemajuan dan kemandirian daerah. Oleh karena itu secaramendasar perencanaan pembangunan pada dasarnya ada tiga aspekperencanaan yaitu: makro, sektoral, dan regional yang ketiganyatersusun dalam satu kesatuan sehingga ibarat cermin setiap sisimerefleksikan sisi yang lainnya (Kartasasmita, 1996). Pentingnya pengenalan dan pemahaman terhadap potensi yang dimilikioleh suatu daerah menyebabkan banyak peneliti baik dari pihakakademisi atau pemerintah daerah melakukan penelitian. Akan tetapipenelitian yang dilakukan rata-rata hanya berhenti pada prosesinventarisasi potensi saja. Hal ini dibutuhkan kajian lebih lanjutdalam upaya pengembangan potensi sehingga dapat diaplikasikan dalamrangka meningkatkan nilai tambah dan mendorong aktivitasperekonomian. Selain itu, penelitian terkait dengan identifikasipotensi yang dilakukan di suatu daerah hasilnya tidak dapatditerapkan secara umum, karena pada dasarnya setiap daerah memilikikekhasan potensi yang berbeda satu sama yang lain.
Adanya perbedaan potensi dan corak struktur ekonomi di masing-masing daerah, maka perencanaan pembangunan ekonomi suatu daerahpertama-tama perlu mengenali karakter ekonomi, sosial dan fisikdaerah itu sendiri, termasuk interaksinya dengan daerah lain. Dengandemikian tidak ada strategi pembangunan ekonomi daerah yang dapatberlaku untuk semua daerah, karena pada dasarnya tidak ada satudaerahpun yang memiliki karakteristik yang sama (Kartasasmita, 1997).
Sejalan
dengan
konse
Kabupaten Sumenep adalah salah satu kabupaten di Propinsi JawaTimur tepatnya berada di ujung Pulau Madura. Secara georafis Kabupaten Sumenep terdiri dua wilayah, yaitu: wilayahdaratan dan wilayah kepulauan yang cukup luas dengan 126 pulau. Untukmengetahui kondisi ekonomi Kabupaten Sumenep dapat dilihat pada dataProduk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Sumenep sebagaiberikut:
Tabel. 1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten SumenepTahun 2004 – 2008 Atas Dasar Harga Konstan (Dalam Miliar Rp.)
Sumber : BPS Sumenep Berdasarkan tabel 1.1, menunjukkan bahwa sektor yang memberikan
kontribusi paling besar adalah sektor pertanian yaitu mencapai Rp.2.577,17 miliar pada tahun 2008 atau dengan tingkat kontribusi rata-rata 53,12 %, sedangkan pada peringkat kedua adalah sektorperdagangan, hotel dan restoran yaitu mencapai Rp. 780,23 miliar padatahun 2008 dengan kontribusi rata-rata 14,80 %. Sedangkan sektorlistrik, gas dan air bersih merupakan sektor yang memberikankontribusi paling rendah yaitu sebesar Rp. 5,23 miliar atau dengankontribusi rata-rata tahun 2004-2008 sebesar 0,10%.
Dilihat dari pertumbuhan ekonominya, Kabupaten Sumenep mempunyaitingkat pertumbuhan secara rata-rata tahun 2004-2008 sebesar 3,80 %.Dua sektor yang mempunyai pertumbuhan yang tinggi adalah sektorperdagangan, hotel dan restoran dengan laju pertumbuhan rata-ratasebesar 6,50 %. Sedangkan sektor mempunyai laju pertumbuhan rata-ratayang paling rendah adalah sektor industri pengelolahan dengan lajupertumbuhan sebesar 1,94 %.
Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sumenep yang relatif rendah denganlaju pertumbuhan yang masih rendah pula membawa kepada persoalan yangkrusial. Konsekwensi laju pertumbuhan ekonomi yang rendah, meskipunKabupaten Sumenep mengalami pertumbuhan, akan membawa perekonomianSumenep yang semakin tertinggal. Oleh karena itu, untuk memperkecilketimpangan, maka Pemerintah Kabupaten Sumenep dituntut untukmenggali dan memanfaatkan secara optimal seluruh potensi yangdimiliki sehingga mampu memacu pertumbuhan ekonomi daerah.
Sehubungan dengan persoalan tersebut, maka studi ini berupayauntuk memberikan sumbangan pemikiran yang berupa model pengukuranpotensi ekonomi per sektor. Hal ini dimaksudkan agar PemerintahKabupaten Sumenep mengetahui potensi ekonomi yang dimilikinya denganindikator yang digunakan adalah PDRB serta dapat mengetahui padawilayah mana potensi tersebut berada. Dengan melakukan identifikasiterhadap potensi ekonomi yang dimiliki, maka dapat diketahui sektor-sektor ekonomi apa saja yang merupakan sektor unggulan di KabupatenSumenep. Dengan demikian pemerintah daerah dapat menentukan strategipengembangan terhadap sektor unggulan tersebut, sehingga mampumendorong peningkatan nilai tambah dan menumbuhkan kegiatan ekonomidi daerah.
Tujuan Penelitian Penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut:
1 Untuk mengetahui klasifikasi pertumbuhan sektor perekonomian Kabupaten Sumenep; 2 Untuk mengetahui perubahan dan pergeseran sektor perekonomian Kabupaten Sumenep; 3 Untuk mengetahui sektor-sektor yang merupakan sektor basis dalam perekonomian Kabupaten Sumenep; 4 Untuk mengetahui sektor apa saja yang diidentifikasi sebagai sektor unggulan dalam perekonomian Kabupaten Sumenep selama tahun analisis; 5 Merumuskan strategi pengembangan sektor unggulan dengan menggunakan pandekatan Sustaible Livelihood Approach.
B. KAJIAN PUSTAKA Pembangunan merupakan jargon yang tidak asing lagi kita dengar. Iadianggap oleh para politisi, teknokrat, dan pengusaha dibanyak negarasebagai sesuatu yang tidak dapat dielakkan. Suatu keniscayaan inisering terungkap dari ungkapan-ungkapan retoris semacam ini: "Apapunyang terjadi kita harus tetap melanjutkan kometmen pembangunan", atau"Seburuk-buruknya pembangunan masih jauh lebih baik daripada tidakmelaksanakannya sama sekali" (Kuncoro, 2000). Menurut Koentjaraningrat (2001) "pembangunan pada pokoknya merupakanusaha perubahan dan pembangunan dari suatu keadaan dan kondisikemasyarakatan yang dianggap baik". Sedangkan Abimanyu (2001)menyatakan bahwa: "Pembangunan adalah suatu usaha atau rangkaianpertumbuhan dan perubahan yang berencana dilakukan secara sadar oleh
perubahan yang direncanakan dan dikehendaki, setidak-tidaknyapembangunan pada umumnya merupakan kehendak masyarakat yang terwujuddalam keputusan-keputusan yang diambil oleh pemimpinnya, hal manakemudian disusun dalam suatu perencanaan yang selanjutnyadilaksanakan. Pembangunan tersebut tidak hanya menyangkut satu bidang
bangsa
Kemudian
Ari
(20
kehidupan saja, tetapi juga berbagai bidang kehidupan yang salingberkaitan".
Todaro (1987) mengemukakan bahwa pembangunan ekonomi harusdipandang sebagai suatu proses multi dimensional yang mencakupberbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikapmasyarakat institusi-institusi nasional, disamping tetap mengejarakselerasi pertumbuhan ekonomi, penanganan ketimpangan pendapatan,serta pengentasan kemiskinan absolut. Lebih lanjut Myrdal dalamKuncoro (2000) mengartikan pembangunan sebagai pergerakan keatas dariseluruh sistem sosial.
Jadi pada hakekatnya, pembangunan itu harus mencerminkan totalsuatu masyarakat atau penyesuaian sistem sosial secara keseluruhan,tanpa mengabaikan keragaman kebutuhan dasar dan keinginan individuatau kelompokkelompok sosial yang ada didalamnya untuk bergerak majumenuju suatu kondisi kehidupan yang serba lebih baik, secara materialmaupun spiritual.
Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses pembentukaninstitusi-institusi baru, pembangunan industri-industri alternatif,perbaikan kapasitas tenaga kerja yang ada untuk menghasilkan barangdan jasa yang lebih baik, identifikasi pasar-pasar baru, alih ilmupengetahuan dan pengembangan perusahaan-perusahaan baru. Oleh karunaitu, dalam proses tersebut dibutuhkan kerjasama antara pemerintahdaerah dan masyarakat secara luas dalam mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada. Dengan kata lain tujuan pembangunan ekonomidaerah adalah untuk meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja untukmasyarakat daerah.
Hadjisaroso(1994) mengemukakan bahwa pembangunan wilayahmerupakan suatu tindakan membangun wilayah atau dengan membangundaerah atau kawasan didalam usaha menaikkan kesejahteraan hidupmasyarakat. Senada dengan hal tersebut, Soegijoko dan Kusbiantoro(1997) menyatakan pembangunan wilayah ialah usaha keseimbanganpembangunan dengan membangun wilayah-wilayah tertentu melaluiberbagai kegiatan sektoral secara terpadu, sehingga dapatmeningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah itu secara efektif danefisien serta dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Menurut Kartasasmita (1997), bahwa tidak ada satupun daerah yangmemiliki karakteristik yang sama, baik
kebijaksanaan yang bersifat nasional harus luwes (flexible), agaraparat pemerintahan dibawahnya dapat mengembangkan dan memodifikasikebijaksanaan tersebut sesuai dengan kondisi masing-masing daerah.Perbedaan potensi ekonomi daerah ini dapat diidentifikasi dari salahsatu faktor dasar yang membedakan antara wilayah yang satu denganwilayah yang lain. berdasarkan struktur perekonomian wilayah dapatdiketahui faktor pembeda dimaksud sehingga dapat diketahui basisekonomi wilayah. Teori basis ekspor murni dikembangkan pertama kali oleh Tiebout.Teori ini membagi kegiatan produksi/jenis pekerjaan yang terdapat didalam satu wilayah atas sektor basis dan sektor non basis. Kegiatanbasis adalah kegiatan yang bersifat exogenous artinya tidak terikatpada kondisi internal perekonomian wilayah dan sekaligus berfungsimendorong tumbuhnya jenis pekerjaan lainnya. Sedangkan kegiatan nonbasis adalah kegiatan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di daerahitu sendiri. Oleh karena itu, pertumbuhannya tergantung kepadakondisi umum perekonomian wilayah tersebut. Artinya, sektor inibersifat endogenous (tidak bebas tumbuh). Pertumbuhannya tergantungkepada kondisi perekonomian wilayah secara keseluruhan (Tarigan,
potens
ekonomi,
sumberdaya
2004). Teori basis ekonomi mendasarkan pandangannya bahwa laju
pertumbuhan ekonomi suatu wilayah ditentukan oleh besarnyapeningkatan ekspor dari wilayah tersebut. Pertumbuhan industri-industri yang menggunakan sumberdaya lokal, termasuk tenaga kerja danbahan baku untuk diekspor, akan menghasilkan kekayaan daerah danpenciptaan peluang kerja (Arsyad, 1999). Asumsi ini memberikanpengertian bahwa suatu daerah akan mempunyai sektor potensial apabiladaerah tersebut dapat memenangkan persaingan pada sektor yang samadengan daerah lain sehingga dapat menghasilkan ekspor wilayah.
Jadi sektor unggulan atau merupakan sektor yang menjadi tulangpunggung perekonomian daerah karena mempunyai keuntungan kompetitif(Competitive Advantage) yang cukup tinggi.
Dalam kontek pembangunan daerah, sektor basis merupakan potensiyang dimiliki oleh daerah. Oleh karena itu idealnya menjadi priotitasdalam pembangunan di daerah. Implikasi dari logika tersebut, bilasuatu daerah ingin meningkatkan pertumbuhan ekonominya maka hendaklahsektor yang mempunyai keunggulan itu dikembangkan. Dengan demikian,setiap daerah harus mengkaji keunggulan sektor-sektor ekonominyasehingga menjadi spesialis pada sektor tersebut. Untuk mengetahuipotensi ekonomi daerah, dapat digunakan tiga pendekatan analisis,yaitu: Analisis Tipologi Klassen, Analisis Shif-Share, dan AnalisisLocation Question.
Pembangunan ekonomi dengan mengacu pada sektor potensial selainberdampak pada percepatan pertumbuhan ekonomi juga akan berpengaruhpada perubahan mendasar dalam struktur ekonomi. Pengertian sektorpotensial pada dasarnya dikaitkan dengan suatu bentuk perbandingan,baik itu perbandingan berskala internasional, regional maupunnasional. Pada lingkup nasional, suatu sektor dapat dikategorikansebagai sektor potensial apabila sektor di wilayah tertentu mampubersaing dengan sektor yang sama yang dihasilkan oleh wilayah lain,baik di pasar nasional ataupun domestik. Penentuan sektor unggulan menjadi hal yang penting sebagai dasarperencanaan pembangunan daerah sesuai era otonomi daerah saat ini, dimana daerah memiliki kesempatan dan kewenangan untuk membuatkebijakan yang sesuai dengan potensi daerah demi mempercepatpembangunan ekonomi daerah untuk peningkatan kemakmuran masyarakat. Jadi untuk mencapai keberhasilan pembangunan sehingga mampu mendorongpertumbuhan ekonomi daerah yang optimal, maka kebijakan utama yangperlu dilakukan oleh pemerintah daerah adalah mengusahakan agarprioritas pembangunan dilaksanakan sesuai dengan potensi yangdimiliki oleh daerah yang bersangkutan. Dengan demikian pengembangansektor ekonomi potensial yang memberikan kontribusi sangat besarterhadap kemajuan ekonomi daerah merupakan prioritas kebijakan yangharus dilaksanakan. Oleh karena itu, pada prinsipnya analisis tentangpotensi yang dimiliki oleh suatu daerah merupakan hal yang sangatpenting dalam upaya pengambilan kebijakan terkait dengan arah danpelaksanaan pembangunan daerah tersebut.
C. KERANGKA KONSEPTUAL PENELITIAN Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian
D. METODE PENELITIAN
Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan
pada wilayah Kabupaten Sumenep,yang merupakan salah satukabupaten di Pulau MaduraProvinsi Jawa Timur. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakanpendekatan deskriptif kuantitatifdan studi ekplorataif. Deskriptifdimaksudkan untuk menjelaskanobjek studi berdasarkan data danfakta yang ada. Penelitiankuantitatif untuk menghitungtingkat pertumbuhan ekonomi,kontribusi sektor dalamperekonomian serta untukmengidentifikasi sektor potensial
serta menganalisis kelayakanusaha pengembangan sektorpotensial di Kabupaten Sumenep.Sedangkan ekploratif dimaksudkanagar bisa menggali lebih dalamdari objek yang diteliti.Sehingga kombinasi keduanya yaitudeskriptif dan ekploratif dapatdiperoleh hasil penelitian yangbaik.
Data Data yang digunakan dalampenelitian ini adalah data primerdan data sekunder. Data primerdiperoleh melalui interviewkepada responden dan observasilapangan, sedangkan data
sekund
dipero
dengan
tek
1 Data PDRB Kabupaten Sumenepprekonomian daerah, dalam hal inidan Propinsi Jawa Timur periode untuk menentukan sektor apa yang tahun 2000-2008 diidentifikasi sebagai sektor unggulan 2 Data terkait komuditi-komuditi dan untuk melakukan pemetaan serta yang termasuk dalam sektor merumuskan strategi pengembangan unggulan, yang meliputi: jumlah sektor ekonomi potensial daerah dapat produksi pertanian, penggunaan digunakan metode analisis berikut: lahan, jumlah produksi perikanan, dll.
Analisis Tipologi Klassen
3. Data-data berkaiatan dengan Analisis Tipologi Klassen sumberdaya manusia, seperti: data digunakan untuk mengetahui gambaran kependudukan, tingkat pendidikan, kentenagakegakerjaan
tentang pola danstruktur pertumbuhan eko
nomi masing-masingdaerahdll. (Widodo, 2006).Analisis inibertujuanuntuk melakukan. Dengananalisis
4. Data ketersediaan sarana dan prasaran umum, seperti: panjang tipologi klassen ini sektor-sektor dalam jalan, sarana pendidikan, sarana perkonomian dapat diklasifikasi kesehatan, dan fasilitas umum menjadi 4 kategori, yaitu: 1) Sektor lainnya seperti pasar dan pelabuhan.
5. Data-data lain yang terkait dengan penelitian ini.
merupakanSektorrel
atif tertinggal, Penentuan kategori suatusektor
Metode Analisis
terhadap empat kategori tersebut Untuk menjawab tujuan didasarkan pada laju pertumbuhan
penelitian yang diajukan, yaitu untuk kontribusi sektoralnya dan rata-rata memperoleh gambaran dankontribusi sektoralnya terhadap PDRB, pemahaman terkait kondisi sebagaimana tabel berikut: Tabel 2 Matrik Tipologi Klassen
Keterangan: kik : Kontribusi rata-rata sektor i di Kabupaten Sumenep ki: : Kontribusi rata-rata sektor i di Propinsi Jawa Timur rik : Laju Pertumbuhan rata-rata sektor i di Kabupaten Sumenep ri: : Laju Pertumbuhan rata-rata sektor i di Propinsi Jawa Timur
Analisis Shift-Share Menurut Widodo (2006) SSA menggunakan tiga informasi dasar yang
Analisis Shift-Share (SSA) adalah saling berhubungan satu sama lain yaitu: suatu teknik yang digunakan untuk (1) Pertumbuhan ekonomi referensi menganalisis perubahan struktur ekonomi nasional/propinsi (national growth effect), daerah relatif terhadap struktur ekonomi menunjukkan pengaruh pertumbuhan wilayah administratif yang lebih tinggi ekonomi nasional terhadap daerah. (2) sebagai pembanding (Widodo, 2006).
Rata-rataKontribusiRata-rata
LajuSektoral
Pertumbuhan
kik ≥ki:
kik < ki:
Pergeseran proporsi (propotionalshift), menunjukkan perubahanrelatif kinerja suatu sektor didaerah terhadap sektor yang samadi propinsi/nasional. (3)Pergeseran diffrerensial(differential shift), menunjukkanseberapa jauh daya saing industridaerah dengan perekonomianpembanding (propinsi).
Adapun rumus persamaan dariSSA adalah sebagai berikut(Widodo, 2006): 1. Dampak nyata prtumbuhan
ekonomi kabupaten ataupenjumlahan dari pengaruhpertumbuhan :
Dik = Nik + Mik +�ik 2. Untuk memperoleh pengaruh
pertumbuhan ekonomi referensi(propinsi) adalah sebagaiberikut:
Nik = Eik . r: 3. Proportional shift dapat
diperoleh dari rumus: Mik = Eik (ri: -r:)
4. pengaruh keunggulankompetitif adalah:
[ik = Eik (rik -ri: ) Dimana: Dik : Perubahan nyata Pertumbuhan
ekonomi sektor i di KabupatenSumenep
Nik : Komponen pengaruhpertumbuhan Propinsi JawaTimur (provincial share)
Mik : Komponen pergeseranproporsional (proposionalshift) atau atau bauranindustri (industry mix)
[ik : Komponen pengaruh keunggulan kompetitif (differential shift)Eik : PDRB sektor i di Kabupaten SumenepEi: : PDRB sektor i di Propinsi Jawa Timur
r: : laju perubahan PDRB Propinsi JawaTimur ri: : laju perubahan PDRB sektor i Propinsi Jawa Timur
rik : laju perubahan PDRB sektor idi Kabupaten Sumenep
merupakan perbandingan besarnya peranan suatu sektor di suatu daerah terhadap peranan sektor tersebut secara nasional (Tarigan, 2005). Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
PDRBik
j PDRB∑ kLQ =
PDRBi: p
PDRB∑ :
Dimana : LQ : Location Quotient; PDRBik : Nilai output (PDRB) sektor i di Kabupaten Sumenep; PDRBi: : Nilai
output (PDRB) sektor i diPropinsi Jawa Timur; PDRB∑ k :
PDRB Total Kabupaten Sumenep; PDRB∑ : : PDRB Total Propinsi Jawa Timur.
Dari formulasi di atas, akan dapat diketahui apakah sektor yang dianalisi merupakan sektor basis atau non basis, apabila: LQ> 1 : berarti sektor tersebut merupakan
sektor basis (ekspor); LQ= 1 : berarti sektor tersebut merupakan sektorswasembada; LQ < 1 : berarti sektor tersebut merupakan sektor non basis (non ekspor).
Analisis Sustainable Livelihood Approach Analisis Sustainable Livelihood Approach (SLA) ini digunakan untuk melihat kemampuan modal wilayah dimasing-masing kecamatandi Kabupaten Sumenep. Dalam analisis SLA ini menggunakan indeks dari lima modal yang dikenal dengan Pentagon Capital, yang meliputi: modal sumberdaya manusia, modal sumberdaya alam, modal fisik, modal sosial, dan modal keuangan. Dalam penelitian analisis SLA dilakakukan dengan beberapa tahab. Pertama melakukan perhitungan indeks seluruh komponen modal wilayah di masing-masing kecamatan di kabupaten Sumenep. Tahapan kedua perhitungan indeks modal wilayah adalah dengan
melakukan pengelompokan seluruh kecamatan menjadi dua wilayah berdasarkan kondisi geografis yaitu wilayah daratan dan wilayah kepulauan. Tahab yang terakhir adalah menghitung rata-rata indeks, untuk mendapat indeks modal di wilayah daratan dan wilayah kepulauan.Dengan melakukan pengelompokan, maka dapat dilakukan komparasi terkait dengan kemampuan lima modal di dua wilayah tersebut.
Adapun perhitungan formulasi indeks yang digunakan untukmenghitung kemampuan modal wilayah masingmasing wilayah, menurutKuncoro (2005) adalah dengan menggabungkan seluruh indeks kategoridengan menggunakan formulasi sebagai beriku:
XiLXit = X100
Xmax X∑ it : Indeks gabungan masing-masing
komponen di setiap kecamatan Xi : Jumlah total masing-masing komponen di setiap kecamatan
: Jumlah tertinggi dari jumlah total di setiap kategori masing-masing komponen yang ada disalah satu kecamatan
Xmax
E. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Penentuan dan Pemetaan Sektor Potensial Analisis TipologiKlassen Analisis Klassen Tipology digunakan untuk melakukan klasifikasiterhadap sektor-sektor ekonomi Kabupaten Sumenep berdasarkan besarnyakontribusi dan laju pertumbuhannya. Laju pertumbuhan ekonomi dankontribusi sektor-sektor ekonomi terhadap PDRB di Kabupaten Sumenepdan Propinsi Jawa Timur dapat dilihat pada Tabel 5.6 berikut ini. Tabel 3 Laju Pertumbuhan dan Kontribusi Sektor PDRB Kabupaten Sumenep
dan Provinsi Jawa Timur Tahun 2000-2008 (Dalam %)
Sumber : BPS Kabupaten Sumenep dan Jawa Timur, data diolah
Selama periode analisis tahun 20002008, sektor pertanianmerupakan sektor yang memiliki kontribusi rata-rata paling besarterhadap PDRB Kabupaten Sumenep dengan kontribusi rata-rata sebesar53,63 %, lalu diikuti sektor perdagangan, hotel dan restoran dengankontribusi rata-rata sebesar 14,38 %. Sedangkan sektor yang mempunyairata-rata kontribusi paling kecil adalah sektor listrik, gas dan airbersih dengan kontribusi rata-rata selama tahun analisi sebesar0,10%. Berdasarkan laju pertumbuhan
yaitu sebesar 5,23 %, kemudian oleh sektor perdagangan, hotel danrestoran sebasar
Dari
form
perhitungan
inde
Sektor Ekonomi
Sumenep Jawa Timur
Rata-RataPertumb.
Rata-RataKontri.
Rata-RataPertumb.
Rata-RataKontri.
1. Pertanian 2. Pertambangan dan
3,092,37
53,63 10
2,685,89
17,96
2,
ekonom
sek
yan
memi
5,11 %. Sedangkan sektor yangmemiliki pertumbuhan palingrendah adalah sektor industripengolahan dengan tingkatpertumbuhan rata-rata sebesar1,09%.
Di Provinsi Jawa Timursebagai daerah referensi, sektor-sektor yang memiliki kontribusirata-rata paling besar adalahsektor pergadangan hotel danrestoran dengan kontribusi rata-rata selama periode analisistahun 2000-2008 sebesar 28,14 %,kemudian diikuti oleh sektorindusri pengolahan dengankontribusi rata-rata 27,79 %.Sedangkan sektor yangmenyumbangkan kontribusi rata-rata paling kecil, yaitu sektorlistrik, gas dan air bersihdengan kontribusi sebesar 1,69 %.
Berdasarkan laju pertumbuhanekonominya, sektor yang memilikilaju pertumbuhan paling tinggiadalah sektor perdagangan hoteldan restoran dengan lajupertumbuhan rata-rata sebesar8,63 %, kemudian diikuti sektorlistrik, gas dan air bersihsebesar 7,00 %. Sementara sektorbangunan mempunyai pertumbuhanpaling rendah dengan lajupertumbuhan rata-rata sebesar1,82 %. Berdasarkan data pada Tabel 5.6,sektor-sektor dalam PDRBKabupaten Sumenep tahun 2000-2008dapat diklasifikasikanberdasarkan analisis KlassenTipology yang hasilnyaditunjukkan pada Tabel 5.7berikut ini.
Tabel 4 Klasifikasi Sektor PDRB Kabupaten Sumenep Tahun 2004-2008berdasarkan Tipologi Klassen
Sumber : data diolah
Berdasarkan hasil analisis Klassen Tipology terhadap PDRBKabupaten Sumenep tahun 2000-2008 sebagaimana pada tabel 5.7 dangambar 5.2, sektor yang dikategorikan sebagai sektor prima (KuadranI) yaitu sektor maju dan tumbuh pesat adalah sektor pertanian.Sementara itu, sektor pertambangan dan penggalian serta sektor jasa-jasa termasuk ke dalam sektor potensial (kuadran II), yaitu sektoryang mempunyai kontribusi rata-rata tinggi namun tertekan. Sektoryang tergolong ke dalam sektor berkembang (kuadran III) adalah sektorbangunan, yaitu sektor yang memiliki pertumbuhan rata-rata cukuptinggi tetapi memiliki kontribusi rata-rata kecil. Hasil analisis menunjukkan bahwa banyak sektor-sektor di KabupatenSumenep tergolong ke dalam sektor terbelakang ((kuadran IV),diantaranya: sektor industri pengolahan, sektor listrik dan airbersih, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutandan
kumunikasi, dan sektor keuangan, menjadi referensi, yaitu Provinsi Jawa
persewaan dan jasa perusahaan. Timur. SSA dalam penelitian ini menggunakan variabel PDRB untuk menguraikan pertumbuhan ekonomi
Shift Share Analysis Kabupaten Sumenep.
Shift Share Analysis (SSA) digunakan Hasil perhitungan analisis shift share untuk mengetahui proses pertumbuhan PDRB Kabupaten Sumenep disajikan pada ekonomi Kabupaten Sumenepdikaitkan
dengan perekonomian daerah yang Tabel 5 Hasil Perhitungan Shift Share Kabupaten Sumenep Tahun 2000-
2008
Sumber : PDRB, dala diolah Keterangan : Nik = Provincial Share sektor i di Kabupten Sumenep, Mik = Proportional Shift sektor i di Kabupten Sumenep, Cik = Differential Shift sektor i di Kabupten Sumenep, Dik = Total Shift-Share sektor i di Kabupten Sumenep
Berdasarkan data Tabel 5.8 menunjukkan bahwa pengaruhpertumbuhan ekonomi propinsi terhadap perekonomian Kabupaten Sumenepdengan Nik positif pada setiap sektor dengan total nilai output Rp.225,309 miliar.
Proportional shift menunjukkan output yang dihasilkan daribauran industri (industry mix) dalam perekonomian Kabupaten Sumenepsebagai hasil interaksi antar kegiatan industri. Sektor yang memilikidampak bauran industri yang negatif yang ditunjukkan dengan nilai Mik
negatif yaitu : sektor pertanian, sektor industri pengolahan, sektorbangunan dan sektor jasa. Sedangkan sektor-sektor yang memilikidampak bauran indutri yang positif yang ditunjukkan dengan Mik positifdalam perekonomian Kabupaten Sumenep sebanyak lima sektor antaralain: sektor pertambangan dan penggalian, sektor listrik, gas dan airbersih, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutandan komonikasi dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Nilai Differential Shift (Cik) sektor perekonomian Kabupaten Sumenepselama periode tahun 2000-2008 ada yang positif dan negatif. Nilai Cik
positif, menunjukkan bahwa sektor tersebut memiliki tingkatkekompetitifan yang semakin tinggi Sedangkan nilai Cik negatif,berarti sektor tersebut memiliki tingkat kekompetitifan yang semakinmenurun.
Sektor dalam perekonomian Kabupaten Sumenep dengan nilai Cik
positif hanya ada dua sektor, yaitu: sektor pertanian dengan nilai Cik
Tabel 5.8 berikut ini.
Sektor Ekonomi
Komponen
Nik Mik Cik Dik
1. Pertanian
120.671,0
1
-58.867,19
9.459,42
71.263,25
2. Pertambangandan Penggalian
23.269,94
2.939,41
-15.668,87
10.540,48
3. Industri Pengolahan
6.068,39
-1.998,72
-2.327,13
1.742,54
sebesar 9.459,42, dan sektor bangunan dengan nilai Cik sebesar2.198,58. Kedua sektor tersebut merupakan sektor yang memilikitingkat kekompetitifan yang semakin tinggi dibandingkan dengan sektoryang sama di tingkat Propinsi Jawa Timur. Sedangkan tujuh sektorlainnya, yaitu: sektor pertambangan dan penggalian, industripengolahan, listrik dan air minum, perdagangan, hotel dan restoran,pengangkutan dan komunikasi, keuangan, persewaan, dan jasa perusahaanserta sektor jasa-jasa memiliki nilai Cik negatif. Sektor-sektortersebut mengalami penurunan kekompetitifan relatif.
Secara keseluruhan, selama perilode analisi tahun 2000-2008,PDRB Kabupaten Sumenep mengelami pertambahan nilai absolut ataumengalami kenaikan kinerja ekonomi daerah sebesar Rp. 144,418milliar. Hal ini dapat dilihat pada nilai Dik positif pada seluruhsektor ekonomi di Kabupaten Sumenep. Selama periode analisis tahun 20002008 PDRB Kabupaten Sumenepmemiliki pertabahan nilai absolut atau mengalami kenaikan kinerjaekonomi sebesar Rp.144,418 miliar. Hal ini dapat dilihat dari nilaiDik yang positif pada seluruh sektor ekonomi di Kabupaten Sumenep.
Analisis Location Quotient Analisis Location Quotient (LQ) digunakan untuk mengetahui sektor-sektor ekonomi dalam PDRB yang dapat digolongkan ke dalam sektorbasis atau non basis. LQ merupakan suatu perbandingan tentangbesarnya peranan suatu sektor di Kabupaten Sumenep terhadap besarnyaperanan sektor tersebut di tingkat Provinsi Jawa Timur. Hasilperhitungan LQ Kabupaten Sumenep disajikan pada Tabel 5.9 berikutini. Tabel 6 Hasil Perhitungan Location Quotient (LQ) Kabupaten Sumenep
Tahun 2000-2008
Sumber : Data diolah
Hasil perhitungan LQ PDRB Kabupaten Sumenep selama periodeanalisis tahun 2000-2008, maka dapat teridentifikasikan sektor-sektorbasis dan non basis. Sektor-sektor yang termasuk dalam sektor basisadalah: sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, dansektor jasa-jasa. Sedangkan enam sektor yang lain, yaitu: sektorindustri pengolahan, sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel danrestoran, sektor pengangkutan dan komunikasi dan sektor keuangan,persewaan dan jasa perusahaan selama tahun analisis tergolong dalamsektor non basis dengan indeks LQ<1. Sektor yang termasuk dalam sektor basis dengan indeks LQ palingtinggi adalah sektor pertambangan dan penggalian, dengan rata-ratanilai LQ selama periode analisis sebesar 4,92. Sektor pertanianadalah sektor basis dengan rata-rata indeks LQ tertinggi kedua, yaitusebesar 3,19. Sedangkan sektor jasa-jasa juga termasuk dalam sektorbasis dengan indeks LQ rata-rata sebesar 1,19.
Sektor Ekonomi
LocationQuotient
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
1. Pertanian
2,67
2,86
2,89
2,96
3,03
3,09
3,11
3,15
3,19
2. 5,
4,
4,
5,
5,
5,
5,
5,
4,
Analisis Penentuan Sektor dan sub Sektor Potensial Analisis penentuan sektor potensial merupakan hal yang sangat
penting dalam pembangunan ekonomi daerah. Adanya perbedaankarakteristik yang dimiliki daerah baik terkait dengan kondisisumberdaya alam, sumberdaya manusia lokasi maupun letak geografiswilayah dan lain-lain menjadi alasan yang sangat kuat bagi pemerintahdaerah untuk mengetahui dan memahami sektor potensial yang dimiki. Hasil gabungan tiga alat analisis, yaitu analisis klassen tipology,SSA, dan analisis LQ secara keseluruhan dapat dilihat dari tabel 5.19berikut ini.
Tabel 7 Hasil Gabungan Analisis Klassen Tipology, SSA, dan LQ SektorEkonomi Kabupaten Sumenep
Sumber : data diolah Keterangan : Nik = Nasional Share, Mik = Proportional Shift, Cik = Differential Shift
Berdasarkan analisis Klassen Typology, sektor pertanianmerupakan satu-satunya sektor yang termasuk dalam katagori sektorprima, yaitu sektor yang mempunyai kontribusi dan pertumbuhan relatiflebih tinggi bandingkan dengan sektor yang sama di Provinsi JawaTimur. Hasil perhitungan SSA, menunjukkan bahwa Nasional Share (Nik)memliki nilai positif terbesar dibandingkan dengan sektor-sektor yanglainnya, yaitu sebesar 120.671,01, artinya pada tingkat pertumbuhanyang sama dengan propinsi, sektor pertanian memiliki nilai tambahsebesar 120.671,01 miliar. Selain itu, sektor pertanian merupakansektor yang memiliki tingkat kekompetitifan yang semakin meningkatdengan ditunjukkan nilai Cik yang positif, walaupun sektor initermasuk sektor yang memiliki dampak bauran industri negatif. Namunberdasarkan hasil perhitungan indeks LQ, sektor pertanian besertalima sub sektor yang ada dalamnya secara keseluruhan termasuk dalamsektor basis (LQ>1). Berdasarkan analisis gabungan dari tiga analisissebagaimana ditunjukkan tabel 5.19, maka dapat ditentukan bahwa yangmenjadi sektor unggulan di Kabupaten Sumenep adalah sektor pertanian.Dilihat dari sub sektor, sektor pertanian memiliki lima sub sektoryaitu: sub sektor tanaman pangan, sub sektor tanaman perkebunan, subsektor peternakan dan hasil-hasilnya, sub sektor kehutanan, dan subsektor perikanan. Dari lima sub sektor tersebut, sub sektor tanamanbahan pangan merupakan sub sektor yang memiliki kontribusi terbesarterhadap PDRB Kabupaten Sumenep, yaitu dengan kontribusi rata-ratasebesar 21,91 %, kemudian diikuti oleh sub sektor perikanan sebesar14,25 %.
Sektor/Sub sektor
Analisis
Klassen Tipology
SSA LQ
N M C
1. Pertanian Prima
120.671,01
−
+
> 1
2. Pertambangan dan Penggalian
Potensial
23.269,94
+
−
> 1
Gambar 2 Rata-rata Kontribus si dan Pertumbuhan Sub Sektor dalamSektor Pertaanian Tahun 2000 – 2009 Kabupaten Sumenep (dalam %)
Sumber: PDRB Kab bupaten Sumenep Tahun 2000-2008, data diolah
Berdasarkan laju upertumbuhan, sub sektor perikananmerupakan sub sektor yangmemiliki la aju pertumbuhanpaling tinggi, yaitu dengan lajupertumbuhan rata-rata selamaperiode analisis tahun 2000-2008sebesar 3,84 %, kemudian diikutideng gan sub sektor tanamanpangan sebesar 2 2,93%.
Tingginya pe eranan danpertumbuhan kedua sub b sektortersebut kerena tidak lepas darri daya dukung pertanian, yaituketerrsediaan lahan pertanianyang cukup p luas disetiapkecamatan dengan luaaskeseluruhan adalah 93,184 ha,sserta pertanian merupakanmatapenca aharian utamamasyarakat. Sementara kkondisigeografis Kabupaten Sumenep yangg terdiri dari dua wilayah, yaitudaratan dan kepulauan dengan luaswilayah keppulauan 946, 53 Km2
(45,79 % dari lluas KabupatenSumenep) yang terdiri dari 126pulau didalamnya, menjadikaanKabupaten Sumenep sebagai kaabupaten yang memiliki sumberdayaper rikanan laut yang sangatbesar. Berdasarka an uraiandiatas, maka dapat ditentukan yyang menjadi sub sektor unggulandari ssektor pertanian adalah subsektor tanama an bahan pangan dansub sektor perikan nan.Berdasarkan pertimbangan tersebut
subb sektor tanaman pangan dansub sekktor perikanan merupakansub sektor r potensial diKabupaten Sumenep. Analisis Pemetaan Sektor Poteensial Setelah diketahui sekto or dansub sektor potensial sebagaimanap pembahasan pada sub bab 5.3.5,mak ka langkah selanjutnyamengidentifikasi komuditikomuditiunggulan pada mas sing-masing subsektor potensial, serta melakukanmelakukan pemetaan terkait deengan lokasi
komuditi-komuditi unggula an,maka indikator yang digunakanadalah: 1) jumlah produksikomuditi pa ada masingmasing subsektor potensiaal dan 2)banyaknya rumah tangga yan ngberusaha pada masing-masing subsekto or potensial tersebut. Tabel 8 Banyaknya Rumah Tangg gayang Berusaha dalam Sub SektorTanaman Bahan Pangan dan SubSktor Perikanan Di Kabupaten
SumenepTah hun 2008
Sumber:Kecamatan Dalam Angka 200 09,data diolah
Berdasarkan data pada tabel5.20, dapat diketahui bahwasecara k keseluruhan jumlah rumahtangga yang g berusaha dalam sub
pengembangan komuditi tersebut.
unggulanan
Wilayah
Sub SSektor
Tanaman Pangan
Perikanan
JumlahDaratan
153.64
3
9.811
sektor tanama an pangan mendudukiangka tertinggi yaitu 200.674rumah tangga, sedangkan subsektor perikanan sebanyak 25,475rumah tangga. Rumah tangga yangberusaha pada sub sektor tanamanpanagn di wilayah daratansebanyak 153.643, atau rata-rataper kecamatan sebanyak 8.536.sedangkan di wilayah kelupauansebanyak 47.031, atau rata-rataper kecamatan 5.226. hal inidapat disimpulkan bahwa diwilayah daratan jumlah rumahtangga berkerja di sub sektortanaman pangan sangat dominan.
Pada sub sektor perikanan,jumlah rumah tangga yang berusahadi wilayah daratan sebanyak9.811, atau rata-rata perkecamatan sebanyak 545. Sedangkandi wilayah kepulauan rumah tanggayang berusaha di sub sektorperikanan sebanyak 15.664, ataurata-rata 1740, hal ini dapatdikatankan bahwa masyarakatkepulauan secara umum banyakmengantungkan pada sub sektorperikanan sebagai matapencahariannya. Komuditi-komuditi yang dihasilkanoleh kedua sub sektor potensialbermacam-macam. Di KabupatenSumenep, komuditi-komuditi yangdihasilkan oleh sub sektor
tanaman bahan pangan antara lain:padi sawah, padi gogo, jagung,kedelai, kacang tanah, kacanghijau, ketela pohon, dan ketelarambat. Sedangkan pada sub sektorperikanan komuditi ikan yangdihasilkan antara lain: perikananlaut, perikanan payau, perikananair tawar, dan perikanan periaranumum. Untuk mengetahui jumlah produksiyang dihasilkan oleh masing-masing komuditi pada sub sektortanaman bahan pangan dan subsektor perikanan, serta padawilayah mana komuditi-komudititersebut dihasilkan, disajikanpada tabel 5.21 dan tabel 5.22 berikut ini.
Tabel 9 Produksi Komuditi Sub Sektor Tanaman Bahan Pangan KabupatenSumenep Tahun 2008
Sumber : Kabupaten Dalam Angka 2009, data diolah Berdasarkan data pada tabel
5.21, dari seluruh komuditi padasub sektor tanaman bahan pangan,komuditi jagung merupakankomuditi dengan produksi palingtinggi, yaitu sebesar 4.664.856ton dengan luas areal panen154.830 ha, kemudian diikuti olehketela pohon sebesar 2.177.720ton dengan luas panen 16.650 ha, dan ke 3 adalah padisawah dengan produksi mencapai1.462.140 ton komuditi ketelarambat merupakan komuditi paling
dengan produksi paling kecilyaitu sebesar 11.100 ton denganluas panen 185 ha. Kondisi inisangat beralasan, jika ditinjauproduksi dan luas panen kalaujagung dijadikan sebagai komuditiunggulan di Kabupaten Sumenep. Ditinjau dari aspek wilayah,total produksi komuditi jagung diwilayah daratan mencapai3.533.405 ton, atau ratadan luas areal panen 23.436 ha.
Sedangkan
Komuditi
Daratan Kepulauan
JumlahSumenep
Jumlah
Rata-rat
a
Jumlah
Rata-rata
PadiSawah
870.245,00
48.346,9
592.146,40
65.794,0
1.462.391,40
rata produksi per kecamatan di wilayah wilayah daratan dibandingkan di wilayah daratan mencapai 196.411 ton. Sedangkan kepulauan. di wilayah kepulauan total produksi
Untuk sub sektor perikanan, jagung mencapai 1.109.451 ton,atau rataproduksi perikanan yang dihasilkan di rata per kecamatan di wilayah kepulauanKabupaten Sumenep terdapat empat jenis, mencapai 123.272 ton. Hal ini dapat yaitu: perikanan laut, perikanan payau, disimpulkan, bahwa jagung sebagai perikanan air tawar, dan perikanan komuditi unggulan lebih produktif di perairan umum.
Tabel 10 Produksi Ikan pada Sub Sektor Perikanan Kabupaten SumenpTahun 2009
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Sumenep Dari tabel 5.22 dapat diketahui bahwa pada tahun 2009 perikanan
laut menghasilkan produksi yang paling tinggi, yaitu 4.944,30 ton,kemudian diikuti oleh perikanan payau dengan produksi 903,07 ton,perikanan peraiaran umum sebesar 177,32 ton, dan terakhir perikananair tawar yaitu sebesar 71,83 ton. Bersarkan produksi yang dihasilkanmaka dapat ditentukan bahwa pada sub sektor perikanan, perikanan lautmerupkan komuditi unggulan.
Ditinjau dari aspek wilayah, produksi perikanan laut di wilayahdaratan secara total memiliki tingkat produksi yang lebih tinggi,yaitu sebesar 26.562,40 ton, sedangkan diwilayah kepulauan beradasedikit dibawahnya yaitu sebesar 20.392,90 ton. Namun kalau dilihatsecara rata-rata, wilayah kepulauan memiliki produktivitas yang lebihtinggi dibandingkan dengan wilayah daratan, yaitu dengan rata-rataproduksi per kecamatan sebesar 2.265,88 ton. Sedangkan produksiperikanan laut ratarata per kecamatan di wilayah daratan sebesar1.475,69 ton, atau hampir setengah dari produksi rata-rata wilayahkepulauan. Berdasarkan uraian pembahasan pada sub bab ini, dapat disimpulkanbahwa berdasarkan banyaknya rumah tangga yang berusaha produksi yangdihasilkan, pada sub sektor pertanian bahan pangan yang menjadikomuditi unggulan adalah jagung. Sedangkan sub sektor perikanan yangmenjadi unggulan adalah perikanan laut. Kemudian berdasarkan tinjaunwilayah, maka pengembangan kumoditi jagung lebih produktif di wilayahdaratan, sedangkan diwilayah kepulauan dispesialisasikan padaperikanan laut.
Wilayah
PerikananLaut
PerikananPayau
PerikananAirTawa
PerikananPerairanUm
Potensi Sustainable Livelihood Approach Di Kabupaten Sumenep Untuk mengetahui kemampuan modal wilayah maka digunakan indeks darikelima modal dalam SLA yaitu Modal Manusia, Modal Alam, Modal Fisik,Modal Sosial, dan Modal Finansial. Untuk memperoleh hasil analisisyang mampu menggambarkan kondisi Kabupaten Sumenep yang secarageorafis terbagi dua wilayah, maka dalam analisis ini dibagi duawilayah, yaitu wilayah daratan dan wilayah kepulauan.
Gambar 3 Indeks Pentagon Capital di Wilayah Daratan Kabupaten Sumenep
Sumber : Hasil perhitungan 5 modal wilayah daratan, data diolah
Wilayah Daratan
daratan
Kabupaten
Sumenep
disajika
No
Kecamatan
IndeksModalManusia
IndeksModalAlam
IndeksModalFisik
IndeksModalSosial
IndeksModalKeuangan
1 Ambuten
59,16
39,29
26,97
44,18
57,27
2
Batang-batang
52,78
46,96
40,07
45,74
64,03
Sumber : data diolah
Tabel
5.39
menunjukkan
bahwa
finansial dengan nilai 56,20. Untuk melihat
dar
lim
mod
d wil
darata
komponen-kompone
dal
mas
1. Modal Manusia Secara keceluruhan wilayah daratan memiliki indeks sebesar 60,60, ini lebih baik daripada wilayah kepulauan. Tingginya indeks Modal Manusia di wilayah daratan karena didukung oleh: 1) IPMdi wilayah daratan yang lebih tinggi, yaitu dari 18 kecamatan daratan, ada 6 kecamatan yang memiliki IPM>7,00 diantaranya: Kecamatan Sumenep, Batuan, Ganding, Lenteng, Manding dan Saronggi dengan IPM yangpaling tinggi yaitu sebesar 75, 97 yaitu di Kecamatan Sumenep. 2) diwilayah daratan tersedia berbagai sarana pendidikan mulai daritingkat TK sampai perguruan tinggi (PT). 3) dari penyediaan sarana kesehatan di wilayah daratan memiliki fasilitas terlengkap termasuk 2 rumah sakit, yaitu RSUD yang ada di Kecamatan Kota Sumenep dan RSI di Kecamatan Kalianget. Kondisi modal manusia tidak lepas dari peranan pendidikan diluar pendidikanformal yang dikelola pemerintah seperti pondok pesantren yang cukup dominan. Masyarakat semenep secara umum memiliki persepsi bahwa pendidikan dengan basis agama dianggap lebih baik. Selain pendidikan, masyarakat juga memiliki potensi yang dapat dikembangkan. Potensi tersebut berupa skill/keahlian dalam bekerjayaitu skil/keahlian dalam bercocok tanam dan menangkapikan (melaut). Keahlian
masyarakat tersebut diperoleh secara turun-temurun. Hal ini dikemukakanoleh Pak Arif sebagai petanijagung di Kecamatan Dasuk: “Saya tahu cara bercocok tanam dari orang tau saya Pak. Orang tua kan petani juga, beliau punya lahan sendiri yang cukup luas. Jadi sejak kecil saya suka bantu-bantu akhirnya pahambagaiamana caracara bercocok tanam”.
Hal senada juga diungkapkanoleh Pak Ranin yang bekerjasebagai nelayan di KecamatanPasongsongan:
“Lulus SD saya langsungmelaut mas ikut orang tua.Awalnya bingung maumengerjakan apa ditambahsering mabuk laut, tapi lama-kelamaan bisa juga. Dalammelaut itu, yang penting adakemauan untuk belajar danberusaha memahami alam Mas,seperti: mengetahui cuaca,arus air laut”.
Apa dikemukakan oleh Pak Ranindan Pak Arif menunjukkan bahwamodal manusia di wilayahdaratan cukup baik, selaindari daya dukung pesantrendalam pendidikan, masyarakatjuga memiliki potensi berupaskill/keterampilan yangdimiliki masyarakat dalam halbercocok tanam dan melaut.Skill tersebut telah terujikarena di peroleh secaraalamiah yaitu dari turun-temurun.
2. Modal Alam Potensi modal alam di wilayah daratan bertumpu pada potensi hasil pertanian, dimana padasektor pertanian tanaman pangan selain di dukung oleh luas lahan pertanian yang
cukup, juga memiliki produktifitas hasil pertanian yang lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah kepulauan. Di wilayah daratan juga memiliki potensi dalam perikanan, hal ini karena di wilayah daratan terdapat beberapa kecamatan pesisir yang memiliki produksi ikan laut yang cukup tinggi, seperti Kecamatan
Dungkek, Pasongsongan dan juga Kecamatan Batang-batang. Namun secara keseluruhan rata-rata produktivitas perikanan wilayah daratan masih dibawah wilayah kepulauan, karena di wilayah daratan terdapat tujuhkecamatan yang bukan merupakan kecamatan pesisir sehingga tidakmempunyai potensi
perikanan laut, diantaranyaKecamatan Rubaru, Manding, KotaSumenep, Batuan, Lenteng,Ganding, dan Kecamatan Guluk-guluk.
Berdasarkan hasil yangdicapai dalam pengelolaan SDA diwilayah daratan belum optimal,hal ini ditunjukkan hasilperhitungan indeks modal alam, diwilayah daratan dengan nilaisebesar 31,83. Ini merupakansatu-satunya nilai indeks yanglebih rendah dibandingkan denganwilayah kepulauan.
Beberapa faktor yangmenyebabkan rendahnya modal alamdi wilayah daratan adalah : sejakadanya kebijakan pemerintahterkait penyaluran pupukbersubsidi melalui kelompok,petani sering ngemalami kesulitanuntuk mendapatkan pupuk terutamapada saat musim tanam tiba,sehingga petani banyak terlambattanam karena menunggu pupuk, ataumereka terpaksa menanam denganpupuk yang ada walaupun tidaksesuai dengan kebutuhan. Hal inisebagaimana disampaikan oleh PakMochtar :
“Beberapa tahun belakangan inipupuk sulit diperoleh pada saatdibutuhkan. Pembelian pupukharus melalui kelompok danjatahnyapun terbatas Mas. Iniyang menyebabkan saya kadangterlambat pada saat musim tanamtiba. Ya Saya berharap jatahpupuk sesuai dengan kebutuhanMas, Kalau perlu pembelian pupukbebas seperti dulu saja,sehingga kami mudah memperolehdan bisa tanam tepat waktu”
Kelangkaan pupuk jugadirasakan Pak H. Pani yangberprofesi sebagai pedagangbesar berbagai komudititermasuk jagung di KecamatanManding, seperti yang Pak H.Pani ungkap :
“Banyaknya petani yang terlambatmenanam pada musim tanam yangdiakibatkan kelangkaaan pupuk,sehingga hasil produksi tidakoptimal. Dua tahun yang lalusaya pernah kekurangan stockJagung Mas, jagung yang bisanyadikirim dari beberapa pengepulbanyak, kemarin tidak memenuhitarget, sehingga saya harusmendatangkan dari KabupatenPamekasan. Makanya saya berharappemerintah daerah dapatmenyelesaikan masalah kelangkaanpupuk, baik terkait ketersediaanjatah sesuai dengen kebutuhanmaupun proses pendistribusiannyasehingga tidak mempersulitmerugikan petani”.
Masalah kelangkaan pupuk yangsering terjadi manjadi salahsatu faktor yang menyebabkantidak optimalnya produksi hasilpertanian, yang pada akhirnyabermuara kepada semakinrehdahnya pendapatan dankesejahteraan petani. Olehkarena itu petani berharap adakebijakan dari pemerintahdaerah sehingga ketersediaanpupuk tercukupi dan distribusilancar. Masalah tidak optimalnyapemanfaatan sumberdaya alam jugaterjadi pada sektor perikanan.Potensi perikanan di wilayahdaratan cukup besar karenaterdapat beberapa kecamatan yangmerupakan wilayah pesisir, akantetapi belum belum adanyamekanisme pelelangan ikan yangbaik menyebabkan prosespelelangan ikan memakan waktuyang cukup lama. Hal ini dungkapoleh Pak Abdur Rahem:
“Sebenarnya hasil tangkap ikandiwilayah Sumenep ini sangatbagus dan ikannyapun ikanberkelas. Namun prosespelelangan yang berbelit-belitantara pedagang dengan“Pengambe’ (sebutan untuk orang
yang berwenang menjual ikandari nelayan)” yang mayoritasperempuan sehingga ikan dalam
kondisi tidak segar lagi. Iniyang menyebabkan ikan berkurangkualitasnya”.
Pada saat musim tangkaptiba, hasil tangkap ikansangat banyak sehingga belumadanya mekanisme pelelanganikan yang baik sangat dirasasangat merugikan nelayan.Proses transaksi yang sangatlama di pinggir pantaimenyebabkan nilai ekonomisikan menurun sehinggamerugikan baik nelayan maupunpedagang. 3. Modal Fisik Kondisi modal
fisik di wilayah daratan relatif lebih baik dibanding dengan kepulaun. Hal ini dapat dilihat dari infrastruktur jalan dengan kondisi baik dan ketersediaan sarana transporasi umum. Di wilayah daratan telah memilikidua akses jalan menujukabupaten lain dengan armada angkut bis antar kota. Sementara ditinjau dari ketersediatan alat transportasi umum, wilayah daratan memiliki alat tarnsportasi darat bermotor paling lengkap mulai dari sepeda motor, mini bus, pick up dan truk.Namun alat transportasi yang terbanyak adalah sepeda motor dengan jumlah 41.714 unit sepeda motor, hal ini di karenakan sepeda motor telah menjadi alat transportasi massal, karena harganya yang relatif
terjangkau. Di wilayahdaratan terdapat pasaryang dikelola DPPKA yaitu sebanyak 36 pasar, dan 6 diantaranya terletak di Kecamatan Kota Sumenep. Di wilayah daratan memiliki beberapa pelabuhan rakyat dan pelabuhan penyebrangan induk yaitu Pelabuhan Kalianget. Secara umummodal fisik di wilayahdaratan lebih baik dari pada wilayah kepulauan, akan tetapiterkait dengan pengembangan potensi wilayah modal fisik wilayah daratan mempunyai indeks 36,16, artinya kondisifiisik masih banyak yang perlu dibenahi guna mendukung optimalisasi pegembangan potensi wilayah. Pada
sektor perikanan saranapendukung belum memadai, halini sebagaiman disampaikanoleh Pak Abdur Rahem:
“... rendahnya kwalitas jugaikan disebabkan karena saranapendukung yang kurangmemadai, seperti es seringkekurangan Mas, ditambah lagidi Pasongsongan ini tidak adacold storage yang bisamenampung dan menjagakwalitas ikan, sehingga padamusim tangkap hasil ikanmelimpah ikan hanyadikeringkan atau masuk ketepungan sehingga harga ikanmurah ...”
Kondisi seperti yangdisampaikan oleh Pak AbdurRahem terjadi setiap tahun
pada saat musim tangkap tiba.Ikan laut hasil tangkap yangsebenarnya mempunyai nilaiekonomi tinggi menjadi rendahkerena belum sarana yangmemadai.
4. Modal Sosial Secarakeseluruhan modal sosial di wilayah daratan lebih baik dibanding dengan wilayah kepulauan, dengan angka indeks 58,68. Kondisi ini didukung oleh keadaan riil masyarakat yang relatif homogen. Homogen dalam hal ini adalah bahwa wilayah daratan dihuni oleh penduduk yang hampir dominan merupakan asliSuku Madura. Selain itu, masyarakatnya secara mayoritas memiliki kayakinan
yang sama yaitu memeluk agama Islam. Proses keberagamaan dan kehidupan kolektivitas masyarakat Sumenep yang kuat ini tercermin pada banyak sarana peribadatan yang dimiliki dan semangat gotong royongmasyarakat dalam perayaan hari-hari besar keagamaan. 5. Modal Keuangan Kondisi modal keuangan wilayah daratan telatif sama dengan wilayahkepulaun. Namun secara keseluruhan modal keuangan wilayah daratan lebih baik dibandingkan wilayah kepulauan
karena di wilayah daratan memiliki tingkat daya beli yang lebihbesar, hal ini tercermin dari pengeluaran perkapita per bulan secararata-rata yang lebih tinggi yaitu sekitar Rp. 210.747,70, sedangkankecamatan dengan pengeluaran perkapita per bulan paling tinggi adalahKecamatan Sumenep yaitu sebesar Rp. 331.510,81.
Tingginya tingkat daya beli masyarakat di wilayah daratan karenadidukung oleh ketersediaan barang-barang kebutuhan masyarakat danharganya relatif stabil. Selain itu diwilayah daratan aksesmasyarakat terhadap kebutuhan modal melalui lembaga keuangan bankmaupun non bank relatif lebih mudah. Wilayah Kepulauan Hasil perhitungan indeks lima modal (The Pentagon Capital) wilayahdaratan Kabupaten Sumenep dapat dilihat sebagai berikut:
Sumber : data diolah Dari tabel 5.40, dapat dilihat melihat komponen-komponen dalam
bahwa dari lima modal di wilayah masing-masing modal dari lima modal kepulauan, indeks modal manusia (the pentagon capital), dapat dilihatpada mempunyai rata-rata teringgi yaitu gambar 5.20 dan pembahasan berikut 50,24. Sedangkan terendah adalah ini. indeks fisik yaitu sebesar 23,13. Untuk
Gambar 4 Indeks Pentagon Capital di Wilayah Kepulauan KabupatenSumenep
Sumber : Hasil perhitungan 5 modal wilayah kepulauan, data diolah
Tabel 11 Hasil Perhitungan Indeks Pentagon Capital DiWilayah Kepulauan Kabupaten Sumenep
No
Kecamatan
IndeksModalManusia
IndeksModalAlam
IndeksModalFisik
IndeksModalSosial
IndeksModalKeuangan
8 3 6
1. Modal Manusia Indeks modal manusia di
wilayah kepulaun sebesar50,24. Secara umum di wilayahkepulauan telah tersediasarana kebutuhan dasarmasyarakat, seperti saranapendidikan, dari TK sampaidengan tingkat SMP diseluruhkecamatan kepulauan telahtersedia. Akan tetapi padapendidikan tingkat SMA tidakkarena tidak semua kecamatankepulauan tersedia, yaitu dari9 kecamatan kepulauan hanyaempat kecamatan yang terdapatSMA Negeri, yaitu KecamatanMasalembu, Sapeken, Arjasa danGayam. Sedangkan padakecamatan yang lain masyarakatyang ingin melanjutkan ketingkat SMA maka akan pindahke kecamatan yang terdapatSMAN, atau akan masuk kesekolah swasta/MA. Akan tetapiterdapat satu kecamatankepulauan yang tidak terdapatpendidikan pada jenjang SMA.
Sarana kesehatan diwilayah kepulauan cukupmemadai, dimana diseluruhkecamatan terdapat pelayanankesehatan dasar antara lain :Puskesmas, Puskesmas pembantu,Polindes dan Posyandu. 2. Modal Alam Berdasarkan
perhitungan indeks modal alam, wilayahkepulauan memiliki angka 40,51. Di wilayah kepulauan memiliki SDA yang cukup besar baik potensi hasil pertanian terutama potensi perikanan. Ditinjau dari potensi pada sektorpertanian ini, ada
dua kecamatan di wilayah kepulauan dengan lahan petanian terluas diKabupaten Sumenep, yaitu Kecamatan Arjasa dengan luas lahan pertanian 15.793 ha, dan Kecamatan Kangayan dengan luas lahan 11.161 ha. Sedangkan kecamatanlain dengan lahan terluas ketiga di wilayah
kepulauan adalah KecamatanGayam dengan luas lahan 8.274ha. Dari produksi pertanian diwilayah kepulauan terdapatbeberapa komuditi yang cukupberkembang, diantaranya : padisawah, jagung dan ketelapohon. Kecamatan denganproduksi padi sawah dan ketelapohon tertinggi di KabupatenSumenep adalah KecamatanArjasa dengan produksi padisawah pada tahun 2008 sebesar411.314 ton dan ketela pohonsebesar 736.276 ton.Berdasarkan potensi perikanan,sebagai wilayah kepulauanseluruh kecamatan memilikipotensi perikanan laut cukupbesar dengan produksikeseluruhan pada tahun 2008sebesar 20.392,90 ton.Sedangkan perikanan payausebesar 297,60 ton.
3. Modal Fisik Kondisimodal fisik di wilayahkepulauan memilki indeks yang paling rendah, yaitu 23,13. Kenyataan ini merupakan pekerjaan rumah besar bagi
Pemerintah Kabupaten Sumenep. Ditinjau infrastruktur jalan dengan kondisi baik dan ketersediaan sarana transporasi umum dan fasilitas umum lainnya masih sangat minim. Di wilayah kepulauan, kecamatan yang terdapat pasar yang dikelola pemerintah hanya ada di kecamatantarlango, yaitu UPT. Pasar Talango, sedangkan delapan kecamatan lainnya masih belum tersedia. Begitu juga terkait
dengan TPI, walaupun wilayah kepulauan memiliki potensi perikanan yang sangat besar namun belum ada satupun kecamatan yangmemiliki sarana TPI tersebut. Sehingga tidak heran kalau banyak nelayan di kepulauan lebih suka melakukan transaksi/menjual hasil ikan tangkapnya di tengah lautan kepada pedagang-pedagang dari luar Sumenep seperti dari Bali, Banyuangi,
pekalongan dan beberapa pedaganbesar dari Jawa. Kondisi inidiungkap oleh Pak Sahiruddin:
“Dikepulauan kebanyakan hasilikan tangkap di jual kepadapedagang-pedagang besar dariluar di tengah laut, karenadisini tidak ada pangkalanpendaratan ikan dan TPI yangmemadai Pak. Jadi lebih baikdijual ditengah laut selainhemat BBM, kalau di bawa pulangdisana terkadang harganyasangat murah atau bahkan kalaulagi musim tidak laku”.
Ungkapan yang sama dilontarkan oleh Pak BusriNelayan Kecamatan Masalembu :
“Masalah utama nelayan adalahharga ikan yang naik turun danbahkan cendrung murah. Karenadisini pasarnya hanya samamasyarakat disini untuk dimakandan para pemindang rumahan,padahal hasil tangkap yangdihasilkan sangat banyak. Jadilebih baik dijual kepadapedagang dari luar, karenaselain harganya lumayan jugalangsung merima uang”.
Kebijakan yang perludilakukan, menanggapipermasalahan-permasalahan yangdihadapi oleh masyarakatsebagaimana diungkapkan oleh PakSahiruddin dan Pak Busri adalahmeningkatkan dan mempercepatinfrstruktur di wilayahkepulauan 4. Modal Sosial Indeks modal
sosial di wilayah kepulauan masih dibawah wilayah daratan, yaitu denganangka indeks 40,51, namun secara keseluruhan kondisi masyarakat kepulauan sama dengan sumenep daratan. Namun masyarakat wilayah
kepulauan lebih haterogen, yaitu di wilayah kepulauan terdiri dari berbagai suku, yaitu: suku Madura, Jawa, Bugis, Mandar, danSuku Bajoe. Keberadaan kelompokkelompok di wilayah kepulauan belum berjalan sebagaimana
mestinya. Kondisi ini sesuai apa yang dikatakan oleh Pak Saedi: “Kelompok nelayan disini ada Mas, namunmasyarakat nelayan disini aktif dalam kelompok, hanya jika ada nelayan dari luar yang masuk kewilayah sini tanpa ijin. Karena di khawatirkan akan menguras sumberdaya ikan.
Selain itu tidak ada aktifitas”. Tidak optimalnya fungsi kelompok juga disebabkan kurangnya kesadaran dari masyarakat, hal ini sebagaimanakomentar Pak Busri: “Buat apa kelompok-kelompokan Mas, tidak menghasilakn apa-apa Mas, hanya buang-buang waktu lebih baik kerja …” Kendala lain dalam modal
menggunakan jalan pintas dimanamasih banyak masyarakat untukmendapatkan hasil tangkapanyang banyak dengan menggunakancara yang dilarang sepertipotassium dan bom. Kondisi inimenjadi keprihatinan PakSahiruddin, sebagaimana beliauungkapkan: “Nelayan disini banyak yangberfikir sempit Mas, merekamenggunakan potassium dan bom untuk
sos
yan
dihada
masyar
mendapat ikan yang banyak denganmudah. Padahal dampaknya banyak ikankecilkecil juga ikut mati, kan eman-eman (sayang)….”
Permasalahan penggunaan potassiumdan bom merupakan hal yang lamaterjadi dan sulit untuk diberantas.Kondisi ini disebabkan oleh belum
adanya kesadaran masyarakatuntuk melestarikan lingkungan,hal sabagaimana Pak Sahiruddinsampaikan : “….. Walaupun beberapa dari adayang ditangkap oleh aparat karenatertangkap tangan, namun tidak rejaMas, karena mungkin
mereka tidak punya kesadaran, jadi sulit dihentikan…..”. Berdasarkan penelusuran lebihlanjut, sulitnya menghentikanpotassium dan bom ikan karenapraktek itu telah dilakukan sejak lama, kemudian didukungoleh kemampuan dalam merakit bom. Oleh karena itu selain tindakan yang selama ini dilakukan oleh aparat, untuk mengeleminir praktek-praktek tersebut maka dapat dilakukandengan pendekatan yang lebih humanis seperti, penyuluhan akan kesadaran menjaga lingkungan serta pembinaan mental atau moral melalui tokoh agama melalui siraman rohani.
5. Modal Keuangan Kondisi modal keuangan
wilayah kepulauan telatifsama dengan wilayah daratan.Namun ditinjau dari komponenpengeluaran perkapita perbulan masyarakat, di wilayahkepulauan lebih rendahdibadingkan dengan wilayahdaeratan, yaitu denganpengeluaran perkapita perbulan rata-rata Rp.204.416,06. Dua kecamatandengan pengeluaran perkapitaper bulan paling rendahadalah Kecamatan Raas danKecamatan Talango, yaitudengan pengeluaran perkapitaper bulan masing-masing Rp.177.546,45 dan Rp.188.380,16. Rendahnya dayabeli masyarakat diwilayahkepulauan selain faktorpendapatan yang diterima,juga dipengaruhi olehmahalanya barang-barangkebutuhan hidup.
Strategi Pengembangan Sektor
Unggulan Kaitannya dengan PotensiLima Modal (Pentagon Capital)Sustainable Livelihood Approach
Pelaksanaan otonomi daerahmerupakan pemberian kewenangandan keleluasaan kepada daerahkabupaten/kota dalam menguruskepentingan masyarakat sesuaidengan kondisi, potensi dankeanekaragaman wilayahnya.Artinya kebijakan pembangunanyang diambil idealnya didasarioleh potensi dan cirikhas yangdimiliki daerah. Karena itumasyarakat sebagai pelaku dansekaligus tujuan pembangunansudah waktunya diberi porsiperanan yang lebih besar.Masyarakat dengan segalaaktivitasnya bersama alamdisekitarnya dengan ciri khasyang dimiliki diharapkanmunculnya kearifan lokal.Sehingga pengembangan ekonomiwilayah dapat berjalan secaraefektif dan efisian,berkelanjutan, dan tetapmempertahankan tradisi lokal yangmerupakan identitas masyarakatdaerah. Pemahaman akan potensi daerahyang dapat dikembangkan sertateridentifikasinya berbagaipermasalahan yang dihadapi olehmasyarakat daerah dalampengembangan potensi, makadiharapkan kebijakan yang diambilbenarbenar mampu memberikansolusi, sehingga ke depandiharapkan tercapai kondisisebagai berikut: 1 Optimalisasi pengelolaan dan pemanfaatan potensi/sumberdaya yang dimiliki daerah; 2 Pengembangan ekonomi daerahyang diiringi perbaikan tingkat kesejahteraan masyarakat di
daerah.
Strategi Pengembangan di WilayahDaratan Pengembangan wilayah bukan hanyamenjadi milik pemerintah, akantetapi masyarakat merupakanentitas yang tidak dapat
dipisahkan dalam prosespembangunan. Mereka bukan hanyaobjek tetapi juga subyek dalampembangunan. Karena merekalahyang menjalani berbagai aktivitasekonomi dan berinteraksi denganalam sekitarnya, maka masyarakatseharusnya menjadi pusat dalamproses pembangunan.
Berdasarkan hasil interviewmendalam dan kajian dalampenelitian ditemukan beberapakendala yang dapat menghalagiproses pengembangan ekonomimasyarakat di wilayah daratan.Kendala-kendala tersebut antaralain: 1 Kesulitan petani untuk mendapatkan pupuk terutama pada saat musim tanam tiba, sehingga banyak petani sering mengalami keterlambatan menanam atau terpaksa menanam dengan konsidi kekurangan pupuk. Hal ini menyebabkan hasil produksi menurun. 2 Menurunya nilai ekonomis ikan yang disebabkan tidak berfungsinya TPI yang ada sehingga mekanisme pelelangan ikan terlalu lama (tidak efektif). 3 Sarana dan prasarana penunjang yang belum memadai, seperti pabrik es yang dapat memenuhi kebutuhan pada saat musim tangkap dan belum adanya cold storage yang dapat menyimpanikan.
Meskipun terdapat kendala-kendala yang menghambat, diwilayah daratan masih memilikipotensi yang dapat dikembangkan.Potensi-potensi tersebut antaralain: 1 Ketrampilan/skill yang dimiliki masyarakat dalam bercocok tanam dan melaut (menangkap ikan). 2 Sumberdaya di bidang pertanian dan perikanan tangkap. 3 Akses jalan dalam kondisi baik dan sarana transportasi yangmemadai.
Berdasarkan temuan-temuan
dalam penelitian ini, makastrategi dalam pengembanganwilayah daratan adalah sebagaiberikut: 1. Peningkatan produksi
pertanian melaluiprogram/kegiatan monetoringdan pengawasan terhadapketersediaan dan distribusipupuk. 2. Pengembangan sarana dan prasarana perikanan melalui program/kegiatan: 1) Optimalisasi fungsi TPI yang
mampu menciptakan meknisme pelelangan ikan yang efektif;
memadai, diantaranya pabrik esdan pembangunan rumah ikan (coolstorage). Setelah diketahui kendala,potensi dan strategipengembangan, berdasarkan datahasil analisis kuantitatif danhasil analisis kualitatif(obsevasi dan interview) makadapat dibuat model pengembangansektor potensial di wilayahdaratan sebagai berikut :
2)
Pembangunan
dan
Gambar 5 Model StrategiPengembangan di Wilayah Daratan
27
Strategi Pengembangan di WilayahKepulauan
Wilayah kepulauan KabupatenSumenep secara geografis tersebardi Laut Jawa. Potensi sumberdayalaut yang besar, namun denganmasyarakat yang heterogen (multietnis) menjadi tantangantersendiri. Berdasarkan hasilpenelusuran dan kajian dalampenelitian ditemukan beberapakendala yang menghalangi prosespengembangan ekonomi di wilayahkepulauan. Kendala-kendalatersebut antara lain: 1 Banyak transaksi ikan yang dilakukan di tengah laut yang disebabkan belum tersedianya infrastruktur perikanan yang memadai, seperti: pelabuhan pendaratan ikan (PPI), tempat pelelangan ikan (TPI) dan sarana pendukung lainnya seperti jaringan listrik, air bersih, pabrik es dan cool storage. 2 Penggunaan potassium dan bom ikan yang sangat membahayakanlingkungan dan ekosistem laut. 3 Belum adanya kesadaran dan kemampuan masyarakat dalam hidup berorganisasi/berkelompok.
Selain kendala-kendala yangdapat menghambat, di wilayahdaratan terdapat potensi yangdapat dikembangkan. Potensi-potensi tersebut antara lain: 1 Ketrampilan/skill yang dimiliki masyarakat untuk bercocok tanam dan menangkap ikan. 2 Sumberdaya bidang perikanantangkap yang cukup besar.
Adapun kebijakan pengembanganperikanan laut di wilayahkepulauan adalah sebagai berikut:1. Pembangunan infrastruktur
dengan lokasi penangkapan ikan(Fishing Ground), dan pusat-pusat kegiatan perikanan.Adapun alternatif rencanalokasi pengembangan pelabuhanperikanan yang bisadipertimbangkan antara lain:pelabuhan rakyat kalikatak dikecamatan Arjasa, pelabuhanrakyat kanganyan dan saobi diKecamatan Kangayan danpelabuhan rakyat sapeken,tanjung kiaok dan pekabuhanrakyat paliat di KecamatanSapeken. 2. Pengembangan sarana danprasarana perikanan melaluiprogram/kegiatan:
1) Pembangunan TPI denganmeknisme pelelangan ikanyang efektif serta yangmampu mewadahi parapedagang terutama pedagangdari luar daerah; 2) Pembangunan danpengembangan sarana danprasarana pendukung yangmemadai, diantaranyajaringan listrik, airbersih, pabrik es danpembangunan rumah ikan(cool storage).
3. Peningkatan kesadaran dalammenjaga kelestarian alam dan hidup berorganisasi melalui program/kegiatan: 1) Penyuluhan dan pembinaan
mental/moral denganmelibatkan tokoh agama yangbertujuan untuk menanamkankesadaran akan pentingnyamenjaga kelestarian alam. 2) Sosialisasi akanpentingnya keberadaankelompok-kelompok nelayansebagai media yang efektifdalam proses pembinaan olehpemerintah, serta sebagaitempat pembelajaran dantransformasi informasi danteknologi perikanan bagimasyarakat nelayan.
Berdasarkan data hasil analisis
kuantitatif dan hasil analisiskualitatif (obsevasi daninterview) maka dapat dibuatmodel pengembangan sektorpotensial di wilayah kepulauansebagai berikut:
Gambar 6 Model Strategi Pengembangan di
Wilayah Kepulauan
29 30 31
F. KESIMPULANDAN SARAN
pertambangandan penggalian dan sektor jasa.
Kesimpulan 4.
Berdasarkan analisis gabuangan
Berdasarkanhasil analisis
yang
dengan menggukan ketiga alat
telahdiuraikan,maka dapat
ditarik
analisis menunjukkan bahwa sektor
beberapakesimpulan,
yaitu:
yang merupakan sektor unggulan
1. Hasilklasifikasi
sektor ekonomi
dengan kriteria tergolong kedalam
denganmenggunakan
analisisKlassen
sektor prima, memiliki tingkat
Typologyselama periode
analisis
kekompetitifan yang semakin
tahun 2000-2008
menunjukkanbahwa
meningkat dan merupakan sektor
sektorpertanian
termasuk dalam
basis, yaitusektor pertanian.
klasifikasisektor prima
Sementara hasil analisis pemetaan
2. Hasilanalisis ShiftShare selama
sektor unggulan, diketahui bahwa
periodeanalisis tahun
2000-2008
sub sektor unggulan dalam sektor
menunjukkanbahwa nilai
tambah
pertanian adalah sub sektor tanaman
absolut PDRBKabupatenSumenep
pangan dan sub sektor perikanan.
sebesar Sedangkan
konsidikekurangan
pupuk.
terhadapketersediaan
dan Hal ini
menyebabkanhasil
distribusipupuk.
produksimenurun.
4.Pengembangansarana dan
5. Menurunyanilai ekonomis
prasaranaperikanan
melalui ikan yangdisebabkan
tidak
program/kegiatan:
berfungsinyaTPI yang ada
3)Optimalisasifungsi TPI
yang sehinggamekanisme
mampumenciptakan
pelelanganikan terlalu
lama
meknismepelelangan
ikan (tidak
efektif). yang
efektif. 6. Sarana dan
prasarana 4)
Pembangunandan
penunjang yangbelum
pengembangansarana dan
memadai,seperti pabrik
es
prasaranapendukung
yang yang dapatmemenuhi
memadai,diantaranya
kebutuhan padasaat musim
pabrik esdan
pembangunan tangkap danbelum adanya
rumah ikan(cool
storage). cold storageyang dapat
. Wilayahkepulauan
menyimpanikan.
4.Pembangunaninfrastruktu
r . Wilayahkepulauan:
perikananmalalui
4. Banyaktransaksi ikan
yang
program/kegiatan
pembangunan dilakukan ditengah laut
pelabuhanpendaratanperikanan
prasarana pendukung yang memadai, diantaranya jaringanlistrik, air bersih, pabrik es dan pembangunan rumah ikan(cool storage).
6. Peningkatan kesadaran dalam menjaga kelestarian alam dan hidup berorganisasi melalui program: 3) Penyuluhan dan pembinaan
mental/moral dengan melibatkan tokoh agama yang bertujuanuntuk menanamkan kesadaran akan pentingnya menjagakelestarian alam.
4) Sosialisasi akan pentingnya keberadaan kelompokkelompoknelayan sebagai media yang efektif dalam proses pembinaanoleh pemerintah, serta sebagai tempat pembelajaran dantransformasi informasi dan teknologi perikanan bagimasyarakat nelayan.
DAFTAR PUSTAKA
Abimanyu, A. 2001. Pembangunan Ekonomi dan Pemberdayaan Rakyat, Edisi Pertama.BPFE UGM. Yogyakarta.
Arief, S. dan Djaenuri. 2002. Dari Prestasi Pembangunan Sampai EkonomiPolitik, UI-Press. Jakarta.
Ariff, Mohamed dan Hal Hill. 1988. Industrialisasi di ASEAN, Penerbit LP3ES.Jakarta.
Arikunto, S. 1998. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek, PT. RenekaCipta. Jakarta.
Arsyad, Lincolin. 1999. Ekonomi Pembangunan, Edisi Keempat. Bagian PenerbitanSTIE YKPN. Yogyakarta.
_____________ . 1999. PengantarPerencanaan dan Pembangunan EkonomiDaerah, Edisi
_____________ Kabupaten Sumenep
Dalam Angka 2009. BPS Kabupaten Sumenep. _____________ . PDRB Jatim: BPS Jawa Timur. http://jatim.bps.go.id/wp - content/uploads/images/12.1%20 %2012.7.pdf . Balley, Stephen J. 1995. Public Sector Economic: Theory, Policy and Practice, MacMillan Press Ltd. London. Boediono, 1981. Teori Pertumbuhan Ekonomi, Seri Sinopsis. Edisi Pertama. Pengantar Ilmu Ekonomi No. 4. BPFE. Yogyakarta. Conyers and Hill. 1990. An Introduction to Development Planning in The Third World, Brisbane Toronto Singapore. Department for International Development. “Sustainable Livelihoods Guidance Sheets”, No. 1. London: DFID, 1999a. [http://www.eldis.org/vfile/upload/1/doc ument/0901/section1.pdf] Department for International Development. “Sustainable Livelihoods Guidance Sheets”, No. 2. London: DFID, 1999b. [http://www.eldis.org/vfile/upload/1/doc ument/0901/section1.pdf] Djojohadikusumo, Sumitro. 1994. Perkembangan Pemikiran Ekonomi: Dasar
Pertama. BPFE. Yogyakarta. Bada
Pusa
Statisti
2008
Kabupate
Teori Ekonomi Pertumbuhan dan Ekonomi Pembangunan, LP3ES. Jakarta.
Glasson, John. 1990. Pengantar Perencanaan Regional, Terjemahan Paul Sitohang. Lembaga Penerbit FE-UI. Jakarta. Hadisaroso, P. 1994. Konsep Dasar Pengembangan Wilayah di Indonesia No. 8 Agustus. Harini, R., Giyarsih, S. R., dan Budiani S. R. 2005, Analisis Sektor Unggulan Dalam Penyerapan Tenaga Kerja Didaerah Istimewa Yogyakarta, Majalah Geografi Indonesia Vol 19 No. 1:1–20.
32
Jhingan, M. L., 2002. EkonomiPembangunan dan Perencanaan, PT.Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Kadariah. 1981. Ekonomi Perencanaan,Lembaga Penerbit fakultas EkonomiUniversitas Indonesia, Jakarta.
Kartasasmita, Ginanjar. 1996.Pembangunan Untuk Rakyat:Mamadukan Pertumbuhan danPemerataan, Cetakan I. PT.Pustaka CIDESINDO. Jakarta.
_____________ . 2007. AdministrasiPembangunan, PerkembanganPemikiran dan Praktiknya diIndonesia, LPE3ES. Jakarta.
Koentjaraningrat. 2001. Rintangan-Rintangan Mental DalamPembangunan Ekonomi Indonesia,LIPI-PT Pamator. Jakarta.
Kuntjoro-Jakti, Dorodjatun. 1995.Perancanaan Ekonomi NasionalMenghadapi Tantangan Globalisasi.Dalam Alumni FE-UI dan TantanganMasa Depan, Penerbit PT.Gramedia. Jakarta.
Rachbini, Didik J. 2001. PembangunanEkonomi & Sumber Daya Manusia,Gramedia Widiasarana Indonesia,Jakarta. Rahman. 2008. Analisis EkonomiBasis dan Kebijakan Pengembangan
Potensi Unggulan Daerah diKabupaten Kampar, Tesis. FE-UB.Malang Richardcon. Harry W. 1977. Dasar-Dasar Ilmu Regional, terjemahanoleh Paul Sitohang. LPFEUI.Jakarta. Saharuddin, Syahrul. 2006.Analisis Ekonomi RegionalSulawesi Selatan, JurnalAnalisis, Maret 2006, Vol 3 No,1:11-24, ISSN 0852– 6144. Shen, Fujun, 2009. Tourism and the Sustainable Livelihoods Approach: Application within the Chinese context, Thesis. Lincoln University. http://researcharchive.lincoln.ac.nz/dspac e/handle/10182/1403/.../Shen_PhD.pdf Sjafrizal. 1997, PertumbuhanEkonomi dan Ketimpangan RegionalWilayah Indonesia Bagian Barat,Prisma LP3ES, No 3 Tahun XXVI:27–38. Soegijoko, S.B.T. dan B.S.Kusbiantoro. 1997. Bunga RampaiPerencanaan PembangunanIndonesia, Gravindo. Jakarta. Sukirno, Sadono. 2006. EkonomiPembangunan: Proses, Masalah danDasar Kebijakan, Kencana.Jakarta. Sumodiningrat, G. 1996.Pembangunan Daerah danPemberdayaan Masyarakat, BinaRena Pariwara. Jakarta. Suryana, A. Sudrajat, IndraSyamsi, dan Rudi Mulyono. 2005.Negeriku Begini Bangsaku Begitu:Percikan Pandangan TryanaSjam’un, Cetakan Pertama.Khatana, Pustaka LP3ESIndionesia. Jakarta. Suryawardana, M. I. 2006.Analisis Keterkaitan SektorUnggulan dan Alokasi Anggaranuntuk Penguatan KinerjaPembangunan Daerah di ProvinsiJawa Timur. Tesis Pascasarjana,Institut Pertanian Bogor. Susanti, Hera. dkk. 1995.Indikator-indikator Makroekonomi,Lembaga Penerbit FE-UI. Jakarta. Tambunan, Tulus T. H, 2001.Transformasi Ekonomi di
Indonesia: Teori & PenemuanEmpiris, Salemba Empat Jakarta. Tarigan. Robinson. 2005. Ekonomi
Regional: Teori dan Aplikasi,Edisi Revisi. Penerbit BumiAksara. Jakarta.
33
Todaro. Michael P. 1987. PembangunanEkonomi di Dunia Ketiga, Edisiketiga. Jilid 2. PenerbitErlangga. Jakarta.
UU Nomor 22 Tahun 1999 tentangPemerintahan Daerah yang telahdirevisi dengan UU Nomor 32 Tahun2004.
UU Nomor 25 Tahun 1999 tentangPerimbangan Keuangan AntaraPemerintah Pusat dan Daerah yangtelah direvisi dengan UU Nomor 33Tahun 2004.
Widodo, Suseno T. 1990. IndikatorEkonomi: Dasar PerhitunganPerekonomian Indonesia, Penerbit
Kanisius. Yogyakarta. Widodo, Tri. 2006. PerencanaanPembangunan: Aplikasi Komputer(Era Otonomi Daerah), UPP STIMYKPN. Yogyakarta Wijaya, Faried. 1999. SeriPengantar Ekonomika: EkonomikaMakro, Edisi Ketiga, BPFE,Yogyakarta. Yusup, M. 1999. Model RasioPertumbuhan (MRP) sebagai SalahSatu Alat Analisis AlternatifDalam Perencanaan Wilayah danKota, Aplikasi Model: BangkaBelitung, Ekonomi dan KeuanganIndonesia, Vol. XLVII, No. 2,219–233.