Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan Vol. 17 No. 2 Desember 2018 : 13 - 24 P-ISSN 1978 - 2365 E-ISSN 2528 - 1917 Diterima : 21 Februari 2018, direvisi : 30 Januari 2019, disetujui terbit : 11 Februari 2019 13 ANALISIS PEMANFAATAN PANAS BUANG PLTG UNTUK MENINGKATKAN DAYA OUTPUT MENGGUNAKAN CHILLER ABSORPSI STUDI KASUS: PLTG PESANGGARAN BALI Dedi Suntoro, Arfie Ikhsan Firmansyah, Guntur Setiadanu, Yohanes Gunawan Puslitbangtek Ketenagalistrikan, Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi, KESDM Jl. Ciledug Raya Kav. 109 Cipulir, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Indonesia [email protected]Abstrak Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) mengalami penurunan daya output jika beroperasi di daerah yang memiliki suhu dan kelembaban udara tinggi seperti di daerah tropis. Tulisan ini membahas analisis termodinamika dan analisis finansial pemanfaatan panas buang PLTG Pesanggaran Bali untuk meningkatkan daya output dengan cara mendinginkan udara masuk menggunakan chiller absorpsi. Metode analisis temodinamika dilakukan dengan menggunakan bantuan software Engineering Equation Solver (EES), sedangkan analisis kelayakan finansial menggunakan perhitungan Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR) dan payback period. PLTG Pesanggaran Bali terdiri dari PLTG 1 dan PLTG 2 dengan kapasitas daya 20 MW dan PLTG 3 dan PLTG 4 dengan kapasitas daya 40 MW. Semua PLTG Pesanggaran Bali tidak beroperasi kontinu dan hanya beroperasi pada saat beban puncak, oleh sebab itu dalam analisis kelayakan finansial diskenariokan beroperasi 4 jam/hari sampai dengan 22 jam/hari. Dari analisis termodinamika didapatkan bahwa daya output PLTG 1 dan PLTG 2 meningkat sebesar 3,36%, sedangkan PLTG 3 dan PLTG 4 meningkat 4,76%. Analisis kelayakan investasi menunjukan bahwa pemanfaatan panas buang PLTG untuk meningkatkan daya output dengan menggunakan chiller absorpsi pada PLTG 1 dan PLTG 2 layak jika beroperasi selama 14 jam/hari dengan NPV 8,516 milyar rupiah, IRR 15,65% dan payback period 4,33 tahun, sedangkan pada PLTG 3 dan PLTG 4 layak jika beroperasi selama 10 jam/hari dengan NPV 19,004 milyar rupiah, IRR 17,4%, dan payback period 3,99 tahun. Kata kunci: PLTG; pemanfaatan panas buang; chiller absorpsi; pendingin udara masuk ANALYSIS OF GAS TURBINE WASTE HEAT UTILIZATION TO INCREASE OUTPUT POWER BY ABSORPTION CHILLER CASE STUDY: PESANGGARAN GAS TURBINE POWER PLANT Abstract Gas Turbine Power Plants (GTPP) output power decreased when operated in tropical areas that have high air temperature and humidity. This paper discusses about thermodynamic and financial analysis of utilization Pesanggaran Bali GTPP waste heat to cooled turbin inlet air using absorption chiller, in order to increase overall GTPP output power. EES software is used to calculate thermodynamic, while financial feasibility analysis using NPV, IRR and payback period calculation. Pesanggaran Bali GTPP consists of PLTG 1 and PLTG 2 with a power capacity of 20 MW and PLTG 3 and PLTG 4 with a capacity of 40 MW power. Pesanggaran Bali GTPP is not operating continuously and only operates at peak load, therefore in the financial feasibility analysis, the scenario uses an operating time of 4 hours/day up to 22 hours/day. From the thermodynamic analysis, it is found that the power output of PLTG 1 and PLTG 2 increased by 3.36%, while PLTG 3 and PLTG 4 increased by 4.76%. The investment feasibility analysis shows that the utilization of GTPP exhaust heat using absorption chiller, increase output power. PLTG 1 and PLTG 2 are feasible if they are operate for 14 hours/day with NPV 8.516 billion rupiah, IRR 15.65% and payback period 4.33 years. PLTG 3 and PLTG 4 are feasible if they are operate for 10 hours/day with NPV 19.004 billion rupiah, IRR 17.4%, and payback period 3.99 years. Keywords: Gas Turbin Power Plants; waste heat utilization; absorption chiller; inlet air cooling
12
Embed
analisis pemanfaatan panas buang pltg untuk meningkatkan ...
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan Vol. 17 No. 2 Desember 2018 : 13 - 24
P-ISSN 1978 - 2365 E-ISSN 2528 - 1917
Diterima : 21 Februari 2018, direvisi : 30 Januari 2019, disetujui terbit : 11 Februari 2019 13
ANALISIS PEMANFAATAN PANAS BUANG PLTG UNTUK MENINGKATKAN DAYA OUTPUT MENGGUNAKAN CHILLER ABSORPSI
STUDI KASUS: PLTG PESANGGARAN BALI
Dedi Suntoro, Arfie Ikhsan Firmansyah, Guntur Setiadanu, Yohanes Gunawan Puslitbangtek Ketenagalistrikan, Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi, KESDM
Jl. Ciledug Raya Kav. 109 Cipulir, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Indonesia [email protected]
Abstrak
Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) mengalami penurunan daya output jika beroperasi di daerah yang memiliki suhu dan kelembaban udara tinggi seperti di daerah tropis. Tulisan ini membahas analisis termodinamika dan analisis finansial pemanfaatan panas buang PLTG Pesanggaran Bali untuk meningkatkan daya output dengan cara mendinginkan udara masuk menggunakan chiller absorpsi. Metode analisis temodinamika dilakukan dengan menggunakan bantuan software Engineering Equation Solver (EES), sedangkan analisis kelayakan finansial menggunakan perhitungan Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR) dan payback period. PLTG Pesanggaran Bali terdiri dari PLTG 1 dan PLTG 2 dengan kapasitas daya 20 MW dan PLTG 3 dan PLTG 4 dengan kapasitas daya 40 MW. Semua PLTG Pesanggaran Bali tidak beroperasi kontinu dan hanya beroperasi pada saat beban puncak, oleh sebab itu dalam analisis kelayakan finansial diskenariokan beroperasi 4 jam/hari sampai dengan 22 jam/hari. Dari analisis termodinamika didapatkan bahwa daya output PLTG 1 dan PLTG 2 meningkat sebesar 3,36%, sedangkan PLTG 3 dan PLTG 4 meningkat 4,76%. Analisis kelayakan investasi menunjukan bahwa pemanfaatan panas buang PLTG untuk meningkatkan daya output dengan menggunakan chiller absorpsi pada PLTG 1 dan PLTG 2 layak jika beroperasi selama 14 jam/hari dengan NPV 8,516 milyar rupiah, IRR 15,65% dan payback period 4,33 tahun, sedangkan pada PLTG 3 dan PLTG 4 layak jika beroperasi selama 10 jam/hari dengan NPV 19,004 milyar rupiah, IRR 17,4%, dan payback period 3,99 tahun. Kata kunci: PLTG; pemanfaatan panas buang; chiller absorpsi; pendingin udara masuk
ANALYSIS OF GAS TURBINE WASTE HEAT UTILIZATION TO INCREASE OUTPUT POWER BY ABSORPTION CHILLER
CASE STUDY: PESANGGARAN GAS TURBINE POWER PLANT
Abstract
Gas Turbine Power Plants (GTPP) output power decreased when operated in tropical areas that have high air temperature and humidity. This paper discusses about thermodynamic and financial analysis of utilization Pesanggaran Bali GTPP waste heat to cooled turbin inlet air using absorption chiller, in order to increase overall GTPP output power. EES software is used to calculate thermodynamic, while financial feasibility analysis using NPV, IRR and payback period calculation. Pesanggaran Bali GTPP consists of PLTG 1 and PLTG 2 with a power capacity of 20 MW and PLTG 3 and PLTG 4 with a capacity of 40 MW power. Pesanggaran Bali GTPP is not operating continuously and only operates at peak load, therefore in the financial feasibility analysis, the scenario uses an operating time of 4 hours/day up to 22 hours/day. From the thermodynamic analysis, it is found that the power output of PLTG 1 and PLTG 2 increased by 3.36%, while PLTG 3 and PLTG 4 increased by 4.76%. The investment feasibility analysis shows that the utilization of GTPP exhaust heat using absorption chiller, increase output power. PLTG 1 and PLTG 2 are feasible if they are operate for 14 hours/day with NPV 8.516 billion rupiah, IRR 15.65% and payback period 4.33 years. PLTG 3 and PLTG 4 are feasible if they are operate for 10 hours/day with NPV 19.004 billion rupiah, IRR 17.4%, and payback period 3.99 years. Keywords: Gas Turbin Power Plants; waste heat utilization; absorption chiller; inlet air cooling
Grafik kelembaban udara per bulan di Pesanggaran Bali
Beban Pendinginan
Berdasarkan grafik entalpi udara saat kondisi
awal (temperatur 27,7°C dan kelembapan udara
74%) adalah 72,32 kJ/kg dan kondisi akhir
(temperatur 15°C dan kelembaban udara 60%)
adalah 31,19 kJ/kg. Beban pendinginan untuk
PLTG 1 dan PLTG 2 dengan laju alir massa
Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan Vol. 17 No. 2 Desember 2018 : 13 – 24
18
udara 75 kg/s adalah 3085 kW, sedangkan untuk
PLTG 3 dan PLTG 4 dengan laju alir massa
udara 150 kg/s adalah 6170 kW.
Analisis Termodinamika
Untuk memenuhi kebutuhan beban
pendinginan udara masuk PLTG digunakan
chiller absorpsi single effect dengan refrigerant
air dan absorbent LiBr. Chiller absorpsi single
effect dipilih karena lebih sederhana dan murah.
Walaupun coefficient of performance (COP)-nya
lebih rendah dibanding chiller absorpsi double
effect namun sumber energi yang dipakai gratis
karena berasal dari panas buang PLTG. Dengan
asumsi tidak ada kerugian panas di heat
exchanger, maka dibutuhkan chiller absorpsi
dengan beban pendinginan sebesar 3085 kW
untuk PLTG 1 dan PLTG 2, dan 6170 kW untuk
PLTG 3 dan PLTG 4. Kapasitas pendinginan
chiller absorpsi yang dijual di pasaran yang
mendekati beban pendinginan adalah 3090 kW
dan 6180 kW [16]. Hasil analisis kesetimbangan
massa dan energi pada sistem absorpsi dengan
kapasitas 3090 kW menggunakan software EES
ditunjukkan oleh Gambar 4 dan Tabel 2.
Gambar 4. Kesetimbangan massa dan energi sistem pendingin udara masuk
PLTG 1 dan PLTG 2
Analisis Pemanfaatan Panas Buang PLTG untuk Meningkatkan Daya Output Menggunakan Chiller Absorpsi, Studi Kasus: PLTG Pesanggaran Bali
19
Tabel 2. Parameter kondisi di setiap titik sistem pendingin udara masuk
PLTG 1 dan PLTG 2
Efek temperatur udara masuk terhadap
daya output yang dihasilkan ditunjukkan oleh
Gambar 5. Peningkatan daya output PLTG yang
dihasilkan dengan pendinginan udara masuk dari
temperatur 27,7°C menjadi temperatur 15°C
adalah 3,36%.
Gambar 5. Grafik efek temperatur udara masuk
vs daya output PLTG 1 dan PLTG 2
Hasil analisis kesetimbangan massa dan
energi sistem absorpsi dengan kapasitas 6180
kW untuk PLTG 3 dan PLTG 4 menggunakan
software EES ditunjukkan oleh Gambar 6 dan
Tabel 3.
Gambar 6. Kesetimbangan massa dan energi sistem pendingin udara masuk
PLTG 3 dan PLTG 4
Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan Vol. 17 No. 2 Desember 2018 : 13 – 24
20
Tabel 3. Parameter kondisi di setiap titik sistem pendingin udara masuk PLTG 3 dan PLTG 4
Efek temperatur udara masuk terhadap
daya output yang dihasilkan ditunjukkan oleh
Gambar 7. Peningkatan daya output PLTG yang
dihasilkan dengan pendinginan udara masuk dari
temperatur 27,7°C menjadi temperatur 15°C
adalah 4,76%.
Gambar 7. Grafik efek temperatur udara masuk
vs daya output PLTG 3 dan 4
Semakin tinggi temperatur udara masuk
maka terjadi penurunan daya output PLTG.
Berdasarkan hasil simulasi, jika temperatur udara
ambient mencapai 37,4°C (temperatur maksimal
bulan Januari 2016, BMKG) maka dengan
pendinginan udara masuk PLTG pada temperatur
udara 15°C dapat meningkatkan daya output
sampai dengan 8,7%.
Berdasarkan hasil simulasi dengan
software EES, efisiensi PLTG mengalami
peningkatan walaupun besarnya tidak signifikan
dibawah 1%. Penelitian lain meyebutkan bahwa
peningkatan efisiensi bisa mencapai 1,6% [17].
Hasil simulasi efisiensi PLTG dengan
penambahan pendingin udara masuk ditunjukkan
oleh Gambar 8 dan Gambar 9.
Gambar 8. Grafik efek temperatur udara masuk
vs efisiensi PLTG 1 dan 2
Gambar 9. Grafik efek temperatur udara masuk
vs efisiensi PLTG 3 dan 4
Analisis Finansial
Perkiraan biaya modal pembangunan
sistem chiller absorpsi terdiri dari chiller
absorpsi 95 US$/kW, cooling tower 30 US$/kW,
proses heat exchanger 1 US$/kW, dan biaya
instalasi 11 US$/kW, sedangkan biaya
Analisis Pemanfaatan Panas Buang PLTG untuk Meningkatkan Daya Output Menggunakan Chiller Absorpsi, Studi Kasus: PLTG Pesanggaran Bali
21
operations and maintenance (O&M) terdiri dari
biaya listrik 4,1 US$/tahun/kW dan biaya air
US$/tahun/kW [17]. Biaya modal pipa distribusi
diperkirakan sebesar 53,35 US$/kW. Perkiraan
biaya modal untuk chiller absorpsi dengan
kapasitas pendinginan 3090 kW adalah
Rp.5.503.290.000,00 dan biaya modal pipa
distribusi Rp.2.142.925.000,00, sedangkan untuk
chiller absorpsi dengan kapasitas pendinginan
6180 kW adalah Rp.11.006.580.000,00 dan biaya
modal pipa distribusi Rp.4.285.850.000,00.
Analisis kelayakan finansial pemanfaatan
gas buang PLTG untuk chiller absorpsi dihitung
berdasarkan perbandingkan antara biaya modal
dan biaya O&M dengan hasil penjualan listrik
tambahan daya output akibat pendinginan udara
masuk. Asumsi-asumsi data yang digunakan
dalam perhitungan kelayakan finansial disajikan
pada Tabel 4. Umur PLTG diasumsikan masih
bisa beroperasi lebih dari 20 tahun kedepan.
Tabel 4. Asumsi perhitungan finansial sistem
pendingin udara masuk PLTG Parameter Asumsi
Umur Proyek 20 Tahun Depresiasi Straight line Pajak 25% Discount rate 15% Harga jual listrika 0,0864 US$ /kWh Nilai tukar rupiah Rp 13.500,00/ US$ Kenaikan daya output listrik PLTG 1 &2 3,36% (PLTG1&2)
Kenaikan daya output listrik PLTG 1 &2 4,76% (PLTG3&4)
a Permen ESDM No.3 Tahun 2015 [18]
PLTG tidak beroperasi secara kontinu,
hanya beroperasi pada saat beban puncak atau
saat-saat tertentu yang membutuhkan daya listrik
cukup besar. Analisis finansial dihitung dengan
memvariasikan waktu operasional PLTG dari 4
jam per hari sampai dengan 22 jam per hari.
Analisis kelayakan finansial didasarkan pada tiga
parameter yaitu nilai NPV (15%), IRR dan
payback period. Hasil analisis kelayakan
finansial pemanfaatan panas buang untuk
pendingin udara masuk PLTG 1 dan PLTG 2
ditunjukkan oleh Tabel 5, sedangkan untuk
PLTG 3 dan PLTG 4 ditunjukkan oleh Tabel 6.
Tabel 5. Kelayakan finansial dengan variasi waktu operasi untuk PLTG1 dan PLTG 2
Tabel 6. Kelayakan finansial dengan variasi waktu operasi untuk PLTG 3 dan PLTG 4