ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM SURAH AL-LUQMAN SKRIPSI RESIANA NIM. TP.151449 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI 2019
ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK YANG
TERKANDUNG DALAM SURAH AL-LUQMAN
SKRIPSI
RESIANA
NIM. TP.151449
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2019
i
ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK YANG
TERKANDUNG DALAM SURAH AL-LUQMAN
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan
RESIANA
NIM. TP.151449
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2019
vii
vii
vii
vii
vi
PERSEMBAHAN
Yang Utama Dari Segalanya…
Sembah sujud syukur kepada Allah SWT.
Taburan cinta dan kasih sayang Mu telah memberikanku kekuatan membekaliku
dengan ilmu serta memperkenalkan dengan cinta atas karunia serta kemudahan yang
engkau berikan, akhirnya tugas akhir ini dapat terselesaikan.
Tak lupa sholawat dan salam kita ucapkan kepada Rasulullah Muhammad SAW.
Skripsi ini saya persembahkan untuk:
Ayahanda dan ibundaku tercinta…
Usman Sitorus dan Elvi Yanti
Yang selalu menjadi penyemangat hidupku yang tak kenal lelah dan batas waktu
dalam mendidikku, yang selalu memotivasi dan memanjatkan do’a untukku dalam
setiap do’anya.
Abang, Ayuk, serta adekku tercinta…
Untuk abangku tersayang Afrizal Sitorus dan Musliadi Sitorus, yang selalu
menyemangatiku dan selalu memberiku arahan menuju kebaikan, abang Adib Lutfi
S.Sos yang selalu memberi nasehat untukku, untuk ayuk-ayuk iparku tersayang Rike
Sastra dan Eva Susanti, adekku tercinta Afriani Yanti, serta ponaan-ponaan yang
selalu mendo’akan dan mendukungku, serta yang selalu menyemangatiku dikala aku
mulai patah semangat, terimakasih atas segala perhatian dan semangat yang
senantiasa kalian berikan.
vii
MOTTO
را ان ي رجواالله والي و لقدكان لكم في رسول الله اسوة حسنة لمن ك (١٢)م ال خروذكر الله كثي
“Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu
(yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari
kiamat dan yang banyak mengingat Allah” (QS. Al-Ahzab: 21).
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan
berkat rahmat dan ridho-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan lancar. Shalawat erta salam penulis sembahkan kepada junjungan kita
Nabi Besar Muhammad SAW, pembawa risalah pencerahan bagi manusia.
Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat
akademik guna mendapatkan gelar Sarjana Strata Satu (S.1) dalam Pendidikan
Agama Islam di Fakultas Tarbiyah UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi dengan
judul skripsi : Analisis Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Yang Terkandung
Dalam Surah Al-Luqman.
Meskipun skripsi ini penulis susun dengan segenap kemampuan yang
ada, namun penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari
sempurna. Hal ini dikarenakan adanya keterbatasan kemampuan dan pengetahuan
penulis. Dan berkat adanya bantuan dari pihak, terutama bantuan dan bimbingan
yang diberikan oleh dosen pembimbing maka skripsi ini dapat diselesaikan
dengan baik. Oleh karena itu, hal yang pantas penulis ucapkan adalah kata terima
kasih kepada semua pihak yang turut membantu penyelesaian skripsi ini, terutama
sekali kepada yang Terhormat:
1. Bapak Dr. H. Hadri Hasan, M.A, selaku Rektor UIN Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi
2. Bapak Dr. H. Su’aidi Asyari, M.A, Ph.D, Bapak Dr. H. Hidayat, M.Pd, Ibu
Dr. Hj. Fadhillah, M.Pd, selaku pembantu Rektor I, II, dan III UIN Sulthan
Thaha Saifuddin Jambi
3. Ibu Dr. Hj. Armada, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
4. Bapak Dr. H. Lukman Hakim, M.Pd, Bapak Dr. Zawaqi Afdal Jamil,
S.Ag, M.Pd.I, Bapak Dr. Kemas Imron Rosadi, M.Pd, selaku Wakil Dekan
I, II, dan III pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi
ix
5. Bapak Ridwan, S.Psi, M.Psi selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama
Islam dan Mukhlis, S.Ag, M.Pd.I selaku Sekretaris Program Studi
Pendidikan Agama Islam
6. Bapak Dr. H. Ahmad Madani, M.Pd.I selaku pembimbing I dan Ibu Siti
Mariah Ulfah, M.Pd.I selaku pembimbing II yang telah banyak
memberikan bimbingan, meluangkan waktu, dan mencurahkan
pemikirannya demi mengarahkan penulis daam menyelesaikan skripsi ini
sesuai kaidah
7. Pimpinan Perpustakaan Institut dan Fakultas Tarbiyah yang telah
membantu penulis dalam melengkapi referensi dalam penulisan skripsi ini
8. Bapak dan Ibu Dosen, serta seluruh Karyawan/Karyawati di lingkungan
UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi terutama Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan
9. Sahabat-sahabat mahasiswa Program Studi Pendidikan Agama Islam yang
telah menjadi patner diskusi dalam penyusunan skripsi ini
10. Orang tua dan keluarga yang telah memberikan motivasi tiada henti
hingga menjadi kekuatan pendorong bagi Penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini
11. Sahabat-sahabatku PAI D angkatan tahun 2015
Akhirnya semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala berkenan membalas
segala kebaikan dan amal semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini
bermanfaat bagi pengembangan ilmu.
Jambi, Mei 2019
Penulis
Resiana
TP151449
x
ABSTRAK
Nama : Resiana
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Judul : Analisis Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Yang Terkandung Dalam
Surah Al-Luqman
Skripsi ini membahas tentang analisis nilai-nilai pendidikan akhlak yang
terkandung dalam surah Al-Luqman. Penelitian ini merupakan upaya untuk
mengetahui pendidikan akhlak yang terkandung dalam surah Al-Luqman ayat 12-
19, agar bisa diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Penelitian ini adalah
penelitian kepustakaan (library research), atau bahan-bahan bacaan untuk
mencari pendapat para ahli tafsir dan ahli pendidikan tentang pendidikan akhlak,
dengan menggunakan metode analisis isi (content analysis) yang digunakan untuk
menelaah suatu dokumen, dokumen yang dimaksud dalam skripsi ini adalah surah
Al-Luqman. Adapun pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitin ini
adalah pendekatan hermeneutik. Sedangkan pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan teknik dokumentasi. Berdasarkan telaah dari literatur maka hasil
penelitian menunjukkan bahwa isi dari pendidikan akhlak yang terkandung dalam
surah Al-Luqman ayat 12-19 diantaranya adalah 1) pendidikan syukur, 2)
pendidikan keimanan, 3) pendidikan berbakti kepada orang tua, 4) pendidikan
intelektual, 5) pendidikan shalat, serta 6) pendidikan larangan takabur atau
sombong. Hasil dari penelitian ini menyarankan agar para orang tua dan pendidik
mampu mengaplikasikan atau mencontoh dalam kehidupan sehari-hari, karena
apalah arti seorang anak yang pintar kalau tidak memiliki akhlak yang baik.
Kata kunci : Pendidikan Akhlak, Surah Al-Luqman ayat 12-19.
xi
ABSTRACT
Name : Resiana
Subject : Islamic Education
Title : The Analysis of Moral Educational Values Contained in Surah
Al-Luqman
This thesis discusses the analysis of moral education values contained in the surah
Al-Luqman. This research is an attempt to find out moral education contained in
Al-Luqman surah verses 12-19 so that it can be applied in daily life. This research
is library research or reading material to seek the opinions of interpreters and
education experts on moral education, using the content analysis method used to
examine a document, the document referred to in this thesis is the surah Al-
Luqman. The research approach used in this research is the hermeneutic approach.
While data collection is done using documentation techniques. Based on a review
of the literature, the results of the study show that the contents of moral education
contained in Al-Luqman suras verses 12-19 include 1) gratitude education, 2)
faith education, 3) education to parents, 4) intellectual education, 5 ) prayer
education and 6) arrogant prohibition education. The results of this study suggest
that parents and educators are able to apply or imitate everyday life, because what
is the meaning of a smart child who does not have good morals.
Keywords: Moral Education, Surah Al-Luqman verses 12-19.
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................... i
NOTA DINAS I ...................................................................................... ii
PENGESAHAN ...................................................................................... iv
PERYATAAN ORISINALITAS ........................................................... v
PERSEMBAHAN ................................................................................... vi
MOTTO .................................................................................................. vii
KATA PENGANTAR ............................................................................ viii
ABSTRAK ............................................................................................. x
ABSTRACT ............................................................................................ xi
DAFTAR ISI ........................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1
B. Fokus Penelitian .................................................................... 5
C. Rumusan Masalah .................................................................. 6
D. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian ........................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teoritik ........................................................................ 8
B. Konsep Pendidikan ................................................................. 10
C. Konsep Pendidikan Akhlak .................................................... 13
D. Studi Relevan .......................................................................... 27
BAB III METODE PENELITIAN
A. Metode dan Pendekatan Penlitian .......................................... 29
B. Jenis dan Sumber Data ........................................................... 32
C. Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 33
D. Teknik Analisis Data .............................................................. 33
xiii
BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Temuan Umum ....................................................................... 35
B. Temuan Khusus ...................................................................... 45
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................. 62
B. Saran ....................................................................................... 62
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Allah telah menurunkan kitab-kitab suci-Nya kepada para nabi dan
rasul sebagai pedoman hidup manusia, di antara kitab-kitab suci itu adalah al-
Qur’an. Al-Qur’an merupakan mukjizat Allah yang diberikan kepada nabi
Muhammad dengan perantara malaikat Jibril yang di dalamnya mengandung
petunjuk, panduan, aqidah, hukum, akhlak, ibadah serta janji dan ancaman.
Al-Qur’an adalah kitabullah yang didalamnya tidak ada kesalahan sama sekali
dan al-Qur’an dapat menunjukkan jalan yang lurus, maka keberuntungan
hakiki manusia di dunia dan akhirat tidak akan diperoleh, kecuali dengan
mengikuti petunjuknya (Ali Abdul Halim Mahmud, 2004, hlm 178).
Semua petunjuk yang terkandung di dalam al-Qur’an menuntun
manusia untuk berakhlak mulia, dan seluruh kandungan al-Qur’an berisi
petunjuk dari Allah. Allah berfirman:
(٨٣١)هذا ب يان للناس وهدى وموعظة للمتقين
Artinya: “Al-Qur’an ini adalah penerang bagi seluruh manusia, dan petunjuk
serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa” (Ali Imran: 138).
Petunjuk yang diberikan pada setiap orang, yaitu berupa akal,
kecerdasan, dan pengetahuan untuk dikembangkan serta petunjuk (hidayah)
untuk mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat dengan mengikuti nabi
Muhammad. Umat Islam mengetahui dan memahami bahwa nabi Muhammad
diutus kepada umat manusia bertujuan untuk menyempurnakan akhlak. Pada
prinsipnya akhlak mengatur pola tingkah laku hidup manusia melalui dua cara
yaitu, Hablumminallah yang merupakan huubungan manusia dengan Allah.
Hablumminannas dengan membina hubungan baik antara manusia dengan
sesama makhluk ciptaan Allah.
2
Akhlak menempati posisi yang sangat penting dalam Islam.
Pentingnya kedudukan akhlak, dapat dilihat dari berbagai sunnah qauliyah
(sunnah dalam bentuk perkataan) Rasulullah. Diantaranya adalah,
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak” (HR. Ahmad);
“Mukmin yang paling sempurna imannya adalah orang yang paling baik
akhlaknya” (HR. Tarmizi). Dan akhlak Nabi Muhammad yang diutus
menyempurnakan akhlak manusia itu disebut akhlak Islam atau akhlak Islami,
karena bersumber dari wahyu Allah yang kini terdapat dalam al-Qur’an yang
menjadi sumber utama agama dan ajaran Islam (Mohammad Daud Ali, 2015,
hlm 348). Oleh karena itu, umat Islam harus bersyukur kepada Allah karena
telah mengutus manusia yang sempurna (insan kamil) ke dunia ini untuk
diteladani.
هري رة رضي الله عنه قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم إنمابعثت عن أبي
م مكارم الخلاق لتم
Artinya: Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda,
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan kemuliaan
akhlak.” (HR. Al-Baihaqi)
Penjelasan hadist di atas bahwa akhlak yang dimaksud disini adalah
akhlak menurut ajaran Islam. Dasar Islam adalah al-Qur’an dan Hadis. Islam
mengajarkan agar umatnya melakukan perbuatan baik dan menjauhi perbuatan
buruk, tanpa akhlak yang baik tidak akan tercipta kehidupan yang saling
menguntungkan, berdampingan, dan tolong menolong, serta menyayangi,
menghormati dan saling membantu antar sesama.
Menurut M. Yatimin Abdullah manusia bisa memiliki akhlak yang
baik melalui dua cara, diantaranya sebagai berikut:
Pertama, melalui karunia Tuhan yang menciptakan manusia dengan
fitrahnya yang sempurna, akhlak yang baik, sera nafsu syahwat yang
tunduk kepada akal dan agama. Manusia tersebut dapat memperoleh
ilmu tanpa belajar dan tanpa melalui proses pendidikan. Manusia yang
tergolong ke dalam kelompok ini adalah para nabi dan rasul Allah.
3
Kedua, melalui cara berjuang secara bersungguh-sungguh
(mujahadah) dan latihan (riyadhah), yakni membiasakan diri
melakukan akhlak-akhlak mulia. Hal ini dapat dilakukan oleh manusia
biasa, yitu dengan belajar dan terus-menerus berlatih (M. Yatimin
Abdullah, 2007, hlm 21).
Berdasarkan pernyataan tersebut dapat dilihat bahwasanya akhlak
yang baik dapat dicapai melalui pendidikan yaitu dengan belajar dan terus-
menerus berlatih. Sehingga pendidikan mempunyai posisi yang sangat
penting, karena pendidikan merupakan usaha yang dilakukan manusia untuk
mengoptimalkan semua potensi yang ada pada dirinya, diantaranya ialah
potensi akhlak, intelektual, dan jasmani. Dalam proses pendidikan, semua
potensi diarahkan kepada hal-hal positif, melalui pembinaan dan latihan-
latihan.
Manusia adalah makhluk yang memiliki kelengkapan jasmani dan
rohani. Dengan kelengkapan jasmaninya, ia dapat melaksanakan tugas-tugas
yang memerlukan dukungan mental. Agar kedua unsur tersebut dapat
berfungsi dengan baik, maka perlu dibina dan diberikan bimbingan. Dalam hal
ini pendidikan sangat memegang peranan penting. Allah berfirman:
ىها ىهاقداف لح من ز ( ١)ورهاوت قوىهافالهمها فج ( ٧)ون فس وماسو وقدخاب من ( ٩)كهاد (٨١)س
Artinya: “demi jiwa serta penyempurnaan (ciptaan)nya, maka Dia
mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatandan ketakwaannya,
sungguh beruntung orang yang menyucikannya (jiwa itu), dan
sungguh rugi orag yang mengotorinya” (Asy-Syams: 7-10).
Dari ayat tersebut diketahui bahwa manusia dilengkapi dengan jiwa
oleh Allah, yang bisa berkembang kepada yang baik maupun yang buruk.
Dalam menuju perkembangan tersebut manusia tidak bisa berkembang begitu
saja, tanpa adanya sebuah usaha. Adapun salah satu bentuk usaha yang
dilakukan oleh manusia itu ialah melalui pendidikan.
4
Pendidikan adalah investasi masa depan bangsa dimana anak bangsa
dididik agar bisa meneruskan langkah kehidupan bangsa yang maju dan
berpendidikan serta bermoral, dan berbudi pekerti yang baik. Adanya
efektifitas dari keluarga dan sekolah dalam membentuk generasi muda dari
aspek jasmani, akal dan akhlak.
Dalam pendidikan Islam pembinaan akhlak merupakan faktor penting.
Keutamaan akhlak dinilai sebagai sasaran puncak dalam pendidikan Islam.
Saat ini pendidikan lebih banyak menggunakan literatur barat yang steril dan
terlepas dari nilai-nilai penanaman keimanan dan keIslaman. Oleh karena itu,
sumber-sumber informasi perlu diseimbangkan dengan banyak menulis
literatur ilmu pengetahuan berdasarkan nilai-nilai Islam, hal ini antara lain
karena ia sangat menekankan pengaruh pendidikan terhadap anak didik (M.
Arifin, 1991, hlm 87).
Pembinaan akhlak yang sesuai dengan tuntunan al-Qur’an dan
menurut syari’at Islam, yang pertama adalah pembinaan pada diri sediri,
kemudian dilanjutkan pembinaan akhlak di lingkungan keluarga, karena
keluarga merupakan dari masyarakat. Oleh karena itu, semua anggota keluarga
menjadi bagian yang harus diperhatikan dalam pembinaan akhlak dalam
bentuk hak serta tanggung jawab masing-masing. Sehingga dengan pembinaan
tersebut seseorang mampu hidup dengan baik dalam budaya lingkungannya.
Dalam Islam, tujuan yang ingin dicapai dalam pendidikan adalah
membentuk manusia yang baik lahir dan batinnya. Manusia yang memiliki
kecerdasan intelektual dan spiritual. Tujuan seperti ini tidak akan tercapai
tanpa adanya sistem dan proses pendidikan yang baik, yang berlandaskan
nilai-nilai dalam al-Qur’an. Al-Qur’an turun sedikit demi sedikit. Ayat-
ayatnya berinteraksi dengan budaya dan masyarakat yang dijumpainya.
Kendati demikian, nilai-nilai yang diamanatkannya dapat diterapkan pada
setiap situasi dan kondisi. Nilai-nilai itu sejalan dengan perkembangan
masyarakat sehinga al-Qur’an dapat benar-benar menjadi petunjuk, pemisah
antara yang hak dan batil, serta jalan bagi setiap masalah kehidupan yang
dihadapi (M. Quraish Shihah, 2002, hlm 18).
5
Tujuan utama pendidikan akhlak adalah agar manusia berada dalam
kebenaran dan senantiasa berada di jalan yang lurus, jalan yang telah
digariskan oleh Allah. Inilah yang mengantar manusia kepada kebahagiaan di
dunia dan akhirat. Akhlak seseorang akan dianggap mulia jika perbuatannya
mencerminkan nilai-nilai yang terkandung dalam al-Qur’an dan as-Sunnah.
Adapun alasan peneliti mengambil surah Luqman ayat 12-19 bahwa
seorang Luqman mempunyai akhlak yang baik dalam mendidik anak-anaknya.
Luqman al-Hakim adalah satu pribadi besar dan mulia yang diakui Allah.
Dalam al-Qur’an didapati satu surah yang disebut dengan surah Luqman.
Nasehat-nasehat kemanusiaan Luqman al-Hakim diakui oleh Allah di dalam
al-Qur’an sebagai nasehat yang Qur’ani, yang seharusnya menjadi pedoman
terutama bagi orang tua dan ahli didik. Diharapkan pendidik dan orang tua
mencontoh serta dapat mengaplikasikan dalam mendidik anak. Apalah arti
seorang anak pintar dan cerdas tapi tidak memiliki hati nurani, angkuh,
sombong, tidak mensyukuri nikmat Allah, durhaka kepada kedua orang tua
dan menganggap orang lain tidak ada apa-apanya. Pendidik dan orang tua
diharapkan mampu untuk mencontoh pendidikan akhlak yang terdapat dalam
al-Qur’an surah Luqman ayat 12-19. Hal tersebut diataslah yang mendorong
penulis untuk menyusun skripsi dengan judul: “Analisis Nilai-nilai
Pendidikan Akhlak Yang Terkandung Dalam Surah Luqman”.
B. Fokus Penelitian
Agar pembahasan dalam penelitian ini lebih terarah, maka peneliti
memfokuskan masalah dalam penelitian ini yaitu mengenai nilai-nilai
pendidikan akhlak dalam surah Al-Luqman ayat 12-19. Jadi dalam penelitian
ini penulis bermaksud untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan akhlak yang
terdapat dalam ayat tersebut dengan mencari data dan sumber mengenai
pembahasan surah Luqman ayat 12-19.
6
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan fokus masalah tersebut maka peneliti dapat merumuskan
masalah yang akan dibahas, yaitu bagaimana isi nilai-nilai pendidikan akhlak
dalam surah Luqman ayat 12-19?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Mendeskripsikan nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkandung
dalam surah Luqman ayat 12-19
b. Mendeskripsikan agar para pendidik maupun peserta didik agar
dapat mneladani dari setiap kisah-kisah penuh hikmah yand ada
dalam surah Luqman ayat 12-19
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
1) Untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan yang terdapat dalam
surah Luqman ayat 12-19
2) Diharapkan dapat menambah keilmuan tentang nilai-nilai
pendidikan yang terkandung dalam surah Luqman ayat 12-19
3) Diharapkan dapat dijadikan masukan bagi peneliti mengenai
nilai-nilai pendidikan akhlak dalam surah Luqman ayat 12-19
4) Untuk memperkaya khazanah keilmuan bagi peneliti
selanjutnya dan menjadi referensi dalam dunia pendidikan
agama Islam
b. Manfaat Praktis
1) Guru, sebagai bahan rujukan dan pedoman dalam menerapkan
pelaksaan sisitem pengajaran yang sesuai dengan ajaran syariat
agama Islam
2) Siswa, untuk lebih memotivasi dan meningkatkan semangat
belajar siswa dalam menempuh pendidikan
3) Penulis, penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu
pengetahuan bagi mahasiswa pendidikan agama Islam dan
7
masyarakat umum. Mudah-mudahan bisa menjadi
perbandingan bagi pihak-pihak yang membutuhkan dalam
penulisan karya ilmiah
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teoritik
1. Pengertian Nilai
Kata nilai berasal dari bahasa Inggris “value” termasuk bidang
kajian filsafat. Persoalan tentang nilai dibahas dan dipelajari salah satu
cabang filsafat nilai (Axiology Theory Of Value) (Jalaluddin dan Abdullah,
2002, hlm 106). Filsafat sering diartikan sebagai ilmu tentang nilai-nilai.
Istilah dalam bidang filsafat dipakai untuk menunjuk kata benda abstrak
yang artinya “keberhargaan” (worth) atau “kebaikan” (goodness), kata
kerja yang artinya suatu tindakan kejiwaan tertentu dalam menilai atau
melakukan penelitian.
Kata nilai sering dikonotasikan sebagai sesuatu yang baik, yang
berharga, bermartabat, dan berkonotasi positif. Nilai atau pegangan dasar
dalam kehidupan adalah sebuah konsepsi abstrak yang menjadi acuan atau
pedoman utama mengenal masalah mendasar atau umum yang sangat
penting dan ditinggikan dalam kehidupan suatu masyarakat, bangsa,
bahkan kemanusiaan (Eti Ismawati, 2012, hlm 70).
Hakikat nilai yang sebenarnya, nilai adalah rujukan keyakinan
dalam menentukan pilihan. Rujukan ini dapat berupa norma, etika,
peraturan perundang-undang, adat kebiasaan, aturan agama dan rujukan
lainnya yang memiliki harga dan dirasakan berharga bagi seseorang. Nilai
bersifat abstrak, berada dibelakang fakta, melahirkan tindakan, melekat
dalam moral seseorang, muncul sebagai ujung proses psikologis, dan
berkembang kearah yang lebih kompleks (Rohmat Mulyana, 2004, hlm
78).
Secara umum kata nilai diartikan sebagai harga, kadar, mutu atau
kualitas. Untuk memiliki nilai maka sesuatu harus memiliki sifat-sifat
yang penting dan bermutu atau berguna dalam kehidupan manusia. Dalam
estetika, nilai diartikan sebagai keberhargaan (worth) dan kebaikan
9
(goodness). Nilai berarti suatu ide yang paling baik, menjunjung tinggi dan
menjadi pedoman manusia atas masyarakat dalam tingkah laku, keindahan
dan keadilan.
Hubungan antara nilai dan pendidikan sangat erat. Nilai
dilibatkan dalam setiap tindakan pendidikan, baik dalam memilih ataupun
dalam memutuskan setiap hal untuk kebutuhan belajar. Melalui persepsi
nilai, guru dapat mengevaluasi siswa. Masyarakat juga dapat merujuk
sejumlah nilai (benar-salah, baik-buruk, indah tidak indah) ketika mereka
mempertimbangkan kelayak yang dialami pendidikan yang dialami oleh
anaknya. Untuk itu, selain diposisikan sebagai muatan pendidikan, nilai
juga dapat dijadikan sebagai media kritik bagi setiap orang yang
berkepentingan dengan pendidikan (stakeholder) dalam mengevaluasi
proses dan hasil pendidikan. Nilai adalah sesuatu yang dipentingkan
manusia sebagai subjek, menyangkut segala sesuatu yang baik atau buruk.
Selain itu, nilai dapat dikatakan sebagai sesuatu yang berharga, bermutu
dan menunjukkan kualitas dan berguna bagi kehidupan manusia.
Jadi, nilai adalah sesuatu yang baik atau positif dan bermanfaat
dalam kehidupan manusia dan harus dimiliki oleh setiap manusia agar
diterima dalam kehidupan bermasyarakat. Nilai dalam hal ini dalam
konteks etika, logika, dan estetika.
2. Macam-macam Nilai
Nilai dapat dipandang sebagai sesuatu yang berharga, memiliki
kualitas, baik itu kualitas tinggi atau kualitas rendah. Dari uraian tersebut,
maka Notonegoro mengatakan ada 3 macam nilai, yaitu sebagai berikut:
a. Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi kehidupan
jasmani atau kebutuhan ragawi manusia.
b. Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk
dapat mengadakan kegiatan dan aktivitas.
c. Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani
manusia.
10
Nilai kerohanian dapat dibedakan menjadi 4 macam, yaitu:
1) Nilai kebenaran yang bersumber pada akal (rasio, budi, cipta
manusia).
2) Nilai keindahan atau nilai estetika yang bersumber pada unsur
perasaan manusia.
3) Nilai kebaikan atau niai moral yang bersumber pada unsur
kehendak manusia.
4) Nilai religius yang merupakan nilai kerohanian tertinggi dan
mutlak, yang bersumber pada kepercayaan atau keyakinan
manusia.
Dari uraian berbagai macam nilai diatas, berwujud nilai material,
relatif lebih mudah diukur non-material dan immaterial dapat mengandung
nilai yang sangat tinggi dan mutlak bagi manusia. Dapat dikatakan bahwa
sesuatu yang mengandung nilai itu bukan hanya yang berbentuk material,
bahkan nilai kerohanian atau spiritual lebih sulit mengukurnya.
B. Konsep Pendidikan
Dalam bahasa Indonesia, istilah pendidikan berasal dari kata “didik”
dengan memberinya awalan “pe” dan akhiran “an”, mengandung arti
“perbuatan” (hal, cara, dan sebagainya). Istilah pendidikan semula berasal
dari bahasa Yunani, yaitu “paedagogie” yang berarti bimbingan yang
diberikan kepada anak. Istilah tersebut kemudian diterjemahkan ke dalam
bahasa Inggris “education” yang berarti pengembangan atau bimbingan.
Dalam bahasa Arab istilah ini sering diterjemahkan dengan “tarbiyah” yang
berarti pendidikan (Ramayulis, 2002, hlm 13).
Dari segi etimologis, pendidikan berasal dari bahasa Yunani
“Paedagogike” yang terdiri dari kata “PAES” yang berarti “Anak” dan kata
“Ago” yang berarti “Aku membimbing”. Jadi Paedagogike berarti aku
membimbing anak (Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, 2003, hlm 70).
Jadi, pendidikan anak-anak pada Yunani kuno sebagian besar
diserahkan kepada paedagogos. Paedagogos ialah seorang pelayan atau
11
bujang pada zaman Yunani kuno yang pekerjaannya mengantar dan
menjemput anak-anak ke dan dari sekolah. Mulanya perkataan paedagogos
berarti “rendah” (pelayan, bujang), sekarang dipakai untuk pekerjaan yang
mulia. Paedagoog (pendidik atau ahli didik) ialah seorang yang tugasnya
membimbing anak dalam pertumbuhannya agar dapat berdiri sendiri (M.
Ngalim Purwanto, 2014, hlm 3).
Secara definitif pendidikan (Padagogie) diartikan oleh para tokoh
pendidikan, sebagai berikut:
1. Rousseau, Pendidikan adalah memberi kita perbekalan yang tidak ada
pada masa anak-anak, akan tetapi kita membutuhkannya pada waktu
dewasa (Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, 2003, hlm 69).
2. Ahmad D. Marimba, memberikan pengertian bahwa pendidikan adalah
bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidikan terhadap
perkembangan jasmani dan rohani siterdidik menuju terbentuknya
kepribadian yangutama.
3. W.J.S. Poerwadarminta menjelaskan secara linguistis, sebagai kata
benda, pendidikan berarti proses perubahan sikap dan tinglah laku
seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia
melalui upaya pengajaran dan latihan (Tatang S, 2012, hlm 13).
Istilah pendidikan dalam konteks Islam pada umumnya mengacu
kepada al-tarbiyah, al-ta’dib, dan al-ta’lim.
1. Al-Tarbiyah
Al-Abrasyi mengartikan tarbiyah adalah mempersiapkan manusia
supaya hidup dengan sempurna dan bahagia, mencintai tanah air, tegap
jasmaninya, sempurna budi pekertinya (akhlaknya), teratur pikirannya,
halus perasaannya, mahir dalam pekerjaannya, mahir tutur katanya baik
dengan lisan maupun tulisan (Ramayulis, 2002, hlm 16).
Penggunaan istilah al-tarbiyah berasal dari kata Rabb. Walaupun
kata ini memiliki banyak arti, akan tetapi pengertian dasarnya
menunjukkan makna tumbuh, berkembang, memelihara, merawat,
12
mengatur dan menjaga kelestarian atas eksistensinya (Al-Rasyidin dan
Samsul Nizar, 2005, hlm 25).
Pengertian pendidikan Islam yang terkandung dalam al-tarbiyah
terdiri atas 4 unsur pendekatan, yaitu sebagai berikut:
a. Memelihara dan menjaga fitrah anak didik menjelang dewasa
(baligh).
b. Mengembangkan seluruh potensi menuju kesempurnaan.
c. Mengarahkan seluruh fitrah menuju kesempurnaan.
d. Melaksanakan pendidikan secara bertahap.
2. Al-Ta’lim
Telah digunakan sejak periode awal pelaksaan pendidikan Islam.
Menurut Rasyid Ridha, ta’lim adalah proses transmisi berbagai ilmu
pengetahuan pada jiwa individu tanpa adanya batasan dan ketentuan
tertentu (Ramayulis, 2002, hlm 16).
3. Al-Ta’dib
Kata ta’dib secara etimologis ialah bentuk masdar yang berasal
dari akar addaba yang berarti membuat makanan, melatih dengan akhlak
yang baik, sopan santun dan tata cara pelaksaan sesuatu yang baik.
Sedangkan menurut Al-Naquib al-Attas dikutip Ramayulis, mengatakan
bahwa al-ta’dib adalah pengenalan dan pengakuan tempat-tempat yang
tepat dari segala sesuatu yang didalam tatanan penciptaan sedemikian
rupa, sehingga membimbing kearah pengenalan dan pengakuan kekuasaan
dan keagungan Tuhan didalam tatanan wujud dan keberadaannya
(Ramayulis, 2002, hlm 17).
Dari beberapa pengertian diatas, maka para ahli pendidikan
merumuskan pengertian pendidikan Islam, menurut Al-Syaibani dikutip
Ridwan Nazir mengemukakan bahwa pendidikan Islam adalah proses
mengubah tingkah laku individu peserta didik pada pendidikan pribadi,
masyarakat, dan alam sekitarnya dan Muhammad Fadhil al-Jamaly
mendefenisikan pendidikan Islam sebagai upaya mengembangkan,
13
mendorong, serta mengajak peserta didik hidup lebih dinamis dengan
berdasarkan nilai-nilai yang tinggi dan kehidupan mulia.
Salah satu upaya dalam dunia pendidikan untuk mengatasi masalah
tersebut yaitu dengan dengan asas pendidikan seumur hidup atau lebih dikenal
dengan istilah Life Long Education.
Ketetapan MPR No. IV/1978 menyatakan: “Pendidikan berlangsung
seumur hidup dan dilaksanakan di dalam lingkungan rumah tangga sekolah
dan masyarakat. Karena itu pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara
keluarga, masyarakat dan pemerintah” (Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, 2003,
hlm 233).
C. Konsep Pendidikan Akhlak
1. Pengertian Pendidikan Akhlak
Kata akhlak (akhlaq) adalah bentuk jamak dari kata khuluq. Kata
khuluq berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabi’at. Abdul
Hamid Yunus berpendapat bahwa akhlak adalah sifat-sifat manusia yang
terdidik. Al-ghazali mengemukakan bahwa akhlak adalah sifat yang
tertanam dalam jiwa yang menimbulkan bermacam-macam perbuatan
dengan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan (Bukhari
Umar, 2015, hlm 42).
Adapun pengertian akhlak menurut ulama akhlak, yaitu pertama
ilmu akhlak adalah ilmu yang menentukan batas antara baik atau buruk,
terpuji dan tercela, tentang perkataan atau perbuatan manusia, lahir dan
bathin. Kedua, ilmu akhlak adalah pengetahuan yang memberikan
pengertian baik atau buruk, ilmu yang mengatur pergaulan manusia dan
menentukan tujuan mereka yang terlahir dari seluruh usaha dan pekerjaan
mereka (Ali Anwar Yusuf, 2003, hlm 175-177).
Akhlak mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam
kehidupan seseorang, karena kesempurnaan hidup seseorang tergantung
pada kebaikan dan akhlaknya. Jatuh bangunnya seseorang tergantung
bagaimana akhlaknya. Apabila akhlaknya baik maka ia akan bangun dan
14
sejahtera lahir dan batin, sebaliknya apabila akhlaknya buruk, maka ia
akan terperosok serta rusak lahir dan batin.
Pendidikan dapat diartikan sebagai proses bimbingan secara sadar
oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani manusia menuju
terbentuknya kepribadian yang utama. Oleh karena itu, pendidikan
dipandang sebagai salah satu aspek yang memiliki peranan pokok dalam
membentuk generasi muda agar memiliki kepribadian yang utama (Abdul
Ghofur Zuhairani, 2004, hlm 1).
Pendidikan adalah segala aktivitas untuk mengembangkan seluruh
aspek kepribadian manusia yang berjalan seumur hidup. Dengan kata lain
pendidikan tidak hanya berlangsung didalam kelas, tetapi berlangsung
juga diluar kelas. Pendidikan bukan bersifat formal saja akan tetapi non
formal.
Dengan demikian, maka yang dimaksud dengan pendidikan adalah
segala bentuk usaha yang dilakukan secara sadar untuk membina
perkembangan jasmani dan rohani sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai. Pendidikan akhlak adalah proses pembinaan budi pekerti anak
sehingga menjadi budi pekerti yang mulia (akhlak karimah). Proses
tersebut tidak terlepas dari pembinaan kehidupan beragama peserta didik
secara total.
Urgentnya pendidikan akhlak ini terhadap anak karena ia
merupakan sesuatu yang menjadi tingkah laku (sulukiah) dalam kehidupan
sehari-hari dan menjadi cermin hidup seseorang dalam bermasyarakat
maupun bernegara. Akhlak adalah implementasi dari iman dalam segala
bentuk prilaku, pendidikan dan pembinaan akhlak anak. Keluarga
dilaksanakan dengan contoh dan teladan dari orang tua, perilaku sopan
santun orang tua dalam pergaulan dan hubungan antara ibu, bapak, dan
masyarakat.
Berdasarkan beberapa definisi tentang pendidikan dan akhlak dapat
penulis simpulkan bahwa yang dimaksud dengan pendidikan akhlak
adalah usaha sadar dan tidak sadar yang dilakukan oleh seorang pendidik
15
untuk membentuk kepribadian yang baik pada seorang anak didik baik
dari segi jasmani maupun rohani, sehingga terbentuk manusia yang taat
kepada Allah. Atau pendidikan akhlak adalah proses bimbingan atau
tuntunan agar dapat mengetahui batas mana yang buruk dan juga dapat
menempatkan sesuatu pada tempatnya.
2. Dasar Pendidikan Akhlak
Dalam Islam, dasar atau alat pengukur yang menyatakan bahwa
sifat seorang itu baik atau buruk adalah Al-Qur’an dan As-Sunah. Segala
sesuatu yang baik menurut Al-Qur’an dan As-Sunah, itulah yang baik
untuk dijadikan pegangan dalam kehidupan sehar-hari. Sebaliknya, segala
sesuatu yang buruk menurut Al-Qur’an dan As-Sunah berarti tidak baik
dan harus dijauhi (Zakiah Drajat, 1994, hlm 22).
Maka dasar pendidikan akhlak dalam Islam ialah Al-Qur’an dan
sunnah.
a. Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah firman Allah berupa wahyu yang
disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantara
malaikat Jibril. Didalamnya terkandung ajaran pokok yang
dikembangkan untuk keperluan seluruh aspek kehidupan melalui
ijtihad. Ajaran berhubungan dengan masalah keimanan atau aqidah,
dan yang berhubungan dengan amal atau syariah. Al-Qur’an
diperuntukkan bagi manusia untuk dijadikan sebagai pedoman
hidupnya. Sebab pada dasarnya Al-Qur’an banyak membahas berbagai
aspek kehidupan manusia, dan pendidikan merupakan bagian
terpenting yang dibahasnya. Setiap ayat yang terkandung didalamnya
merupakan bahan baku bangunan pendidikan yang dibutuhkan
manusia.
Ayat-ayat Al-Qur’an yang membahas tentang akhlak
diantaranya sebagai berikut:
16
لك ذ وأمربالمعروف وانه عنالمنكرواصبرعلى مآاصابك انو ي ب ني اقم الصلوة
(٧١)من عزمالمور
Artinya: “Wahai anakku! Laksanakanlah shalat dan suruhlah
(manusia) berbuat yang makruf dan cegahlah (mereka) dari
yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu,
sesungguhnya yang demikian itu termasuk perkara yang
penting” (QS. Luqman: 17).
هى عنالفحشآء والمنكر ان الل حسان واي تآئ ذىالقربى وي ن ه يأمربالعدل وال
(٠٩)يعظكم لعلكم تذكرون والب غي
Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan
berbuat kebajikan, memberi bantuan kepada kerabat, dan Dia
Melarang (melakukan) perbuatan keji, kemungkaran dan
permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu
dapat mengambil pelajaran” (QS. An-Nahl: 90).
(٧٠٠)خذالعفووأمر بالعرف واعرض عنالجاهلين
Artinya: “Jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang
makruf, serta jangan pedulikan orang-orang yang bodoh” (QS.
Al-A’raf : 199).
b. Hadist
Dasar pendidikan akhlak selanjutnya ialah hadist. Menurut
bahasa, hadist berarti “Perjalanan atau sejarah, baik atau buruk masih
bersifat umum”. Sedangkan menurut istilah, hadist berarti “sesuatu
yang datang dari Nabi SAW baik berupa perkataan atau perbuatan dan
atau persetujuan” (Abdul Majid Khan, 2009: 3).
Sehubungan dengan pendidikan akhlak, Rasulullah
mengemukakan dalam hadist berikut:
17
هما قال لم يكن النبي صلى الل ه عليه عن عبدالل ه بن عمرو رضي الل ه عن
وسلم فاخشا ولمت فحشا وكان ي قول إن من خياركم أحسنكم أخلاقا
Artinya: “Abdullah bin Mru berkata, “Nabi SAW bukan orang yang
keji dan tidak bersikap keji.” Beliau bersabda, “Sesungguhnya
yang terbaik di antara kamu adalah yang baik akhlaknya.” (HR.
Al-Bukhari).
3. Tujuan Pendidikan Akhlak
Tujuan berfungsi agar dalam melaksanakan kegiatan mempunyai
titik pusat agar terfokus untuk mencapai tujuan tersebut. Tujuan
pendidikan akhlak menurut Muhammad Alim adalah untuk meningkatkan
kemajuan manusia dibidang rohaniah (mental spiritual), mempengaruhi
dan mendorong manusia supaya membentuk hidup yang lurus dengan
melakukan kebaikan yang mendatangkan manfaat bagi sesama manusia,
dan melalui pendidikan akhlak ini juga dapat menjadi sarana bagi
terbentuknya insan kamil (manusia sempurna) (Muhammad Alim, 2006,
hlm 159-160).
Sedangkan menurut Abuddin Nata adalah terbentuknya seorang
hamba Allah yang patuh dan tunduk menjalankan segala perintah-Nya dan
menjauhi larangan-Nya serta memiliki sifat-sifat dan akhlak yang mulia.
Pada dasarnya, tujuan pokok akhlak adalah agar setiap Muslim berbudi
pekerti, bertingkah laku, berperangai, atau beradat-istiadat yang baik
sesuai dengan ajaran Islam. Jika diperhatikan ibadah-ibadah inti dalam
Islam memiliki tujuan pembinaan akhlak mulia. Shalat bertujuan
mencegah seseorang untuk melakukan perbuatan-perbuatan tercela, zakat
di samping bertujuan menyucikan harta juga bertujuan menyucikan diri
dengan memupuk kepribadian mulia dengan cara membantu sesama,
puasa bertujuan mendidik diri untuk menahan diri dari berbagai syahwat,
haji bertujuan memunculkan rasa tenggang rasa dan kebersaman.
18
Hal ini memberikan gambaran bahwa tujuan akhlak dapat dibagi
menjadi dua macam, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus, secara umum
tujuan pendidikan akhlak adalah membentuk kepribadian seorang muslim
yang memiliki akhlak yang mulia baik secara lahiriah maupun batiniah
(Abudin Nata, 2009, hlm 13).
4. Metode Pendidikan Akhlak
Metode secara etimologi berasal dari bahasa Yunani “metodos”
yang terdiri dari dua kata yaitu “metha” yang berarti melalui atau
melewati dan “hodos” yang berarti jalan atau cara. Metode berarti jalan
yang dilalui untuk mncapai pendidikan (M. Arifin, 1996, hlm 65).
Metode dalam bahasa Arab disebut dengan al-thariq, artinya
adalah jalan. Jalan adalah sesuatu yang dilalui supaya sampai tujuan.
Mengajarkan akhlak kepada anak hendaknya menggunakan jalan yang
tepat atau yang lebih tepatnya cara dan upaya yang dapat dilakukan
(Syamsul Nizar, 2011, hlm 57).
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia metode adalah cara teratur
yang digunakan untuk melaksanakan suatu pelajaran agar tercapai sesuai
dengan yang dikendaki (Departemen Pendidikan Nasional, 2007, hlm
740).
Metode dalam pembinaan dan pembentukan akhlak dengan metode
pendidikan pada umumnya tidak jauh berbeda, karena dari beberapa
pendapat para ahli menunjukkan tujuan pendidikan adalah terbentuknya
akhlak yang terpuji. Adapun menurut Al-Nahlawi yang dikutip Ahmad
Tafsir dalam bukunya “Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam”, metode
untuk menanamkan rasa iman adalah sebagai berikut:
a. Metode Keteladanan
Firman Allah dalam QS. An-Nahl ayat 43-44 yang berbunyi:
19
كنتم لت علمون اليهم فسئ لوآ اهل الذكران ومآارسلنامن ق بلك الرجالن وحي
لناس مان زل اليهم ولعلهم ي ت فكرون نت والزبر وان زلنآاليك الذكرلتب ين بالب ي ( ٣٤)
(٣٣)
Artinya: “Dan Kami tidak mengutus sebelum engkau (Muhammad),
melainkan orang laki-laki yang Kami beri wahyu kepada
mereka; maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai
pengetahuan jika kamu tidak mengetahui. (mereka Kami Utus)
membawa Keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab.
Dan Kami turunkan kepadamu Adz-dzikir (Al-Qur’an)
kepadamu, agar engkau menerangkan kepada manusia apa yang
telah diturunkan kepada mereka dan agar mereka memikirkan.”
(QS. An-Nahl: 43-44).
Metode ini disebut sebagai metode meniru, yakni suatu metode
pendidikan dan pengajaran dengan cara pendidik memberikan contoh
teladan yang baik kepada anak didik. Dalam Al-Qur’an, kata teladan
diproyeksikan dengan kata uswah yang kemudian diberikan sifat
dibelakangnya seperti sifat hasanah yang berarti teladan yang baik.
b. Metode Nasehat
Nasehat menurut Abdurrahman An-Nahlawi adalah penjelasan
kebenaran dan kemaslahatan dengan tujuan menghindarkan orang
yang dinasehati dari bahaya serta menunjukkannya kejalan yang
mendatangkan kebahagiaan dan manfaat. Dalam metode ini pendidik
mempunyai kesempatan yang luas untuk memberikan nasehat-nasehat
tentang kebaikan kepada peserta didik dalam kegiatan belajar
mengajar. Diantaranya dengan menggunakan kisah-kisah baik kisah
Qurani maupun pengalaman-pengalaman yang dialami oleh peserta
didik yang dapat dijadikan pelajaran.
c. Metode Pembiasaan
Pembiasaan merupakan proses penanaman kebiasaan.
Pembiasaan dilakukan untuk membiasakan tingkah laku, keterampilan,
dan pola pikir. Pembiasaan ini dilakukan untuk mempermudah
20
seseorang dalam melakukannya. Karena seseorang yang telah terbiasa
melakukan sesuatu akan mudah dan senang hati melakukan hal
tersebut dibandingkan dengan seseorang yang tidak terbiasa
melakukannya. Misalnya, jika seorang anak sejak usia dini telah
dibiasakan oleh orang tuanya untuk shalat lima waktu, maka setelah
dewasa ia akan dengan mudah menjalankan kewajiban tersebut bahkan
sangat berat untuk meninggalkannya karena telah terbiasa. Akan tetapi,
sebaliknya jika anak tidak pernah dibiasakan untuk melakukan shalat
lima waktu, maka setelah dewasa ia akan berat untuk menjalankan
kewajiban tersebut.
d. Metode Targhib dan Tarhib
Targhib berasal dari kata kerja raggaba yang berarti
menyenangi, menyukai dan mencintai. Kemudian kata ini diubah
menjadi kata benda targib yang bermakna suatu harapan untuk
memperoleh kesenangan, kecintaaan dan kebahagiaan yang
mendorong seseorang sehingga timbul harapan dan semangat untuk
memperolehnya. Atau dengan kata lain metode targhib ini disebut juga
sebagai motivasi. Biasanya metode ini berupa pemberian hadiah
(reward).
Sedangkan metode tarhib berasal dari kata rahhaba yang
berarti menakut-nakuti atau mengancam. Biasanya metode ini berupa
hukuman (punishment).
e. Metode Kisah
Kisah yang dimaksud disini adalah kisah-kisah dalam Al-
Qur’an dan Hadist, karena pada dasarnya, kisah-kisah Al-Qur’an dan
Hadist membiaskan dampak psikologis dan edukatif yang baik,
konstan, dan cenderung mendalam. Kisah-kisah dalam Al-Qur’an dan
Hadist, secara umum bertujuan untuk memberikan pengajaran
terutama kepada orang-orang yang mau menggunakan akalnya.
Pentingnya metode kisah ini diterapkan dalam dunia
pendidikan karena dengan metode ini, akan memberikan kekuatan
21
psikologis kepada peserta didik, dalam artian bahwa dengan
menggunakan kisah-kisah nabi kepada peserta didik, mereka secara
psikologis terdorong untuk menjadikan nabi-nabi tersebut sebagai
uswah (suri tauladan).
f. Metode ‘Ibrah
‘Ibrah secara sederhana berarti merenungkan dan memikirkan.
Dalam arti umum dapat diartikan dengan mengambil pelajaran dari
setiap peristiwa. Abdurrahman An-Nahlawi mendefenisikan ‘Ibrah
sebagai “suatu kondisi psikis yang menyampaikan manusia untuk
mengetahui intisari dari suatu peristiwa yang disaksikan, diperhatikan,
diinduksikan, ditimang-timang, diukur dan diputuskan secara nalar,
sehingga kesimpulannya dapat mempengaruhi hati untuk tunduk
kepadanya, lalu mendorongnya kepada perilaku berpikir sosial yang
sesuai.
5. Materi Pendidikan Akhlak
Dalam garis besarnya, akhlak dibagi menjadi dua bagian yaitu,
akhlak terhadap Allah (yang menciptakan) dan makhluk (yang dicipakan)
(Zubaedi, 2011, hlm 66). Adapun uraiannya sebagai berikut:
a. Akhlak manusia kepada Allah
Akhlak kepada Allah merupakan esensi daripada akhlak-
akhlak yang lain. Akhlak terhadap Allah merupakan tolak ukur
keberhasilan dalam memahami dan melaksanakan nilai-nilai akhlak
lainnya. Jika akhlak terhadap Allah lemah (kualitas rendah), maka
akan mempengaruhi kualitas akhlak lainnya. Dengan demikian, untuk
menjalani proses hidup dengan baik, manusia perlu menjalin hubungan
(bertakarub) secara harmonis dengan pencipta (al-Khaliq), sehingga
perjalanan kehidupan manusia senantiasa mendapat bimbingan dan
petunjuk dari Allah.
Manusia harus mensyukuri nikmat yang diberikan Allah
kepadanya serta malu kepada-Nya ketika akan berbuat maksiat,
bertaubat dengan benar, bertawakal kepada-Nya, mengharapkan
22
rahmat-Nya, takut akan siksa-Nya, berbaik sangka bahwa Allah pasti
menepati janji-Nya dan ancaman-Nya. Itulah yang dinamakan akhlak
kepada Allah. Ketika manusia konsisten dan menjaga akhlak kepada
Allah dengan baik, maka manusia akan tambah derajatnya, kedudukan
semakin tinggi, dan kemuliaan yang agung. Sehingga manusia akan
mendapatkan perlindungan dari Allah.
Ibadah secara umum meliputi segala perbuatan yang diizinkan
oleh Allah. Manusia sebagai ciptaan Allah mempunyai kewajiban
terhadap sang pencipta dan terhadap sesama manusia. Untuk ibadah
dalam pengertian khusus artinya ibadah yang pelaksanaannya
mempunyai tata cara tertentu. Dalam ajaran Islam, ibadah yang bersifat
khusus antara lain: shalat, puasa, zakat, dan haji. Melalui ibadah
manusia akan membangun kedekatan dengan sang pencipta. Sementara
itu, termasuk bagian dari akhlak terhadap Allah yaitu meminta tolong
kepada Allah setelah terlebih dahulu melakukan ikhtiar semaksimal
mungkin.
b. Akhlak manusia kepada Rasulullah
Setiap umat Islam yakin bahwa Muhammad adalah rasul Allah
dan merupakan kewajiban bagi manusia untuk beriman kepada Allah
dan rasul-Nya. Iman bukan hanya sekedar percaya terhadap sesuatu
yang diyakini, tetapi harus pula dibuktikan dengan amal perbuatan
yang dijelaskan di dalam al-Qur’an dan hadist tentang bagaimana
bersikap kepada rasulullah. Itulah yang di namakan akhlak kepada
rasulullah.
Nabi Muhammad adalah manusia istimewa dari yang lainnya,
karena beliau seorang nabi dan rasul Allah, seorang manusia pilihan
Allah yang harus dicintai, diikuti dan ditaati oleh setiap muslim dan
muslimah. Kedudukan seorang nabi dan rasul inilah yang menjadikan
nabi Muhammad mempunyai posisi tersendiri, diantara manusia
lainnya. Diantara perilaku atau akhlak yang harus dilakukan oleh
setiap manusia terhadap rasulullah ialah sebagai berikut:
23
1) Menerima dan mengamalkan ajaran yang di bawanya
2) Mengikuti dan mengamalkan sunnahnya
3) Mengucap shalawat dan salam kepadanya
c. Akhlak manusia kepada diri sendiri
Orang muslim meyakini bahwa kebahagiaan di dunia dan
akhirat sangat ditentukan oleh sejauh mana pembinaan terhadap
dirinya, perbaikan dirinya dan penyucian dirinya.
Abu Bakar Jabir Al-Jazairi dalam bukunya “Ensiklopedi
Muslim” bahwa dalam memperbaiki dirinya, pembinaannya, dan
membersihkannya dengan menempuh jalan-jalan sebagai berikut:
1) Taubat
Taubat adalah melepaskan diri dari semua dosa dan
maksiat, menyesali semua dosa-dosa masa lalunya, dan bertekad
tidak kembali kepada dosa di sisa-sisa umurnya.
Firman Allah:
عا ايه المؤمن ون لعلكم ت فلحون (٤٧)وت وب وآالى الله جمي Artinya: “dan bertaubatlah kamu semua kepada Allah, wahai
orang-orang yang beriman, supaya kamu beruntung.”
(QS. An-Nur: 31).
2) Muraqobah
Muraqobah adalah merasa diawasi oleh Allah disetiap
waktu kehidupan hingga akhir kehidupannya, dan mengamati apa
saja yang dikerjakan oleh semua jiwa.
Firman Allah:
فا ومن احسن دي نا ممن اسلم وجهه لله وهو محسن وات بع ملة اب رهيم حني
(٧٢١)واتخذ الله اب رهيم خليلا Artinya: “Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada
orang yang dengan ikhlas berserah diri kepada Allah,
24
sedang dia mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti
agama Ibrahim yang lurus? dan Allah telah memilih
Ibrahim menjadi kesayangan-(Nya).” (QS. An-Nisa:
125).
3) Muhasabah
Orang muslim mengadakan muhasabah (evaluasi) terhadap
dirinya atas amal perbuatannya sepanjang siang harinya. Jika ia
melihat dirinya kurang mengerjakan ibadah-ibadah wajib, ia
mencela dirinya dan memarahinya, kemudian memaksa dirinya
untuk melakukan ibadah-ibadah wajib tersebut dan memperbanyak
ibadah-ibadah sunah. Jika manusia melihat banyak dosa yang
terdapat pada dirinya, maka ia beristigfar, menyesalinya, bertaubat,
dan mengerjakan amal shalih yang bisa memperbaiki apa yang
telah dirusaknya. Inilah yang dinamakan muhasabah terhadap diri
sendiri.
Firman Allah:
عا ف يخلفون له كما يخلفون لكم ويخسن ون ان هم على عث هم الله جمي ي وم ي ب
(٧١)شيء ال ان هم همالكذب ون
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada
Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa
yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan
bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Maha teliti
terhadap apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hasyr: 18).
4) Mujahadah
Orang muslim mengetahui bahwa musuh besarnya adalah
hawa nafsu yang ada pada dirinya, bahwa watak hawa nafsu adalah
condong kepada keburukan, lari dari kebaikan, dan memerintahkan
kepada keburukan. Selain itu watak hawa nafsu ialah senang
malas-malasan, santai, dan menganggur serta larut dalam syahwat,
kendati didalamnya terdapat kecelakaan, dan membinasakan.
Manusia harus mampu melawan hawa nafsu dan bertekad
25
mengatasi seluruh perjuangannya melawan hawa nafsu. Dan
menentang syahwatnya hingga dirinya menjadi tentram, bersih,
dan menjadi baik. Itulah tujuan utama mujahadah terhadap hawa
nafsu.
Allah berfirman:
نا لن هدي ن هم سب لنا وان الله لمع المحسنين (٩٠)والذين جاهدوافي Artinya: “Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari
keridhaan) Kami, Kami akan Tunjukkan kepada mereka
jalan-jalan Kami. Dan sungguh, Allah benar-benar
beserta orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-
Ankabut: 69).
d. Akhlak manusia kepada sesama manusia
1) Akhlak di lingkungan keluarga
Orang tua (keluarga) merupakan pusat kegiatan rohani bagi
anak yang pertama, baik itu tentang sikap, cara berbuat, cara
berfikir itu akan kelihatan. Keluarga juga sebagai pelaksana
pendidikan Islam yang akan mempengaruhi dalam pembentukan
akhlak yang mulia.
2) Akhlak di lingkungan tetangga/kerabat
Tetangga mempunyai hak-hak atas dirinya, dan akhlak yang
harus dijalankan terhadap tetangga mereka dengan sempurna,
berdasarkan dalil berikut:
ىالقربى والجار ين والجارذ وبالوالدين احساناوبذى القربى واليتمى والمسك
(٤٩)والصاحب بالجنب الجنب Artinya: “Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib-
kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga
yang dekat dan tetangga yang jauh.” (QS. An-Nisa: 36).
26
Abu Bakar Jabir Al-Jazairi dalam bukunya “Ensiklopedi
Musim” menjelaskan bahwa berakhlak terhadap tetangga dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a) Tidak menyakiti dengan ucapan atau perbuatan
b) Bersikap dermawan dengan memberi kebaikan kepadanya
c) Menghormati dan menghargainya
3) Akhlak kepada manusia secara umum
Terbentuknya suatu masyarakat manusia yang luas dimana
satu sama lainnya saling melengkapi kebutuhan masing-masing,
saling menolong, saling komitmen dalam kebersamaan sehingga
terwujudnya hubungan komunikasi yang harmonis serta tumbuh
sikap persaudaraan. Manusia yang bersatu dan menggalang agar
terciptanya kedamaian, ketentraman, dan kesejahteraan yang dapat
menjadikan masyarakat yang diidamkan.
e. Akhlak manusia kepada alam sekitar
Akhlak manusia terhadap alam bukan semata-mata untuk
kepentingan alam, tetapi jauh dari itu untuk memelihara, melestarikan
alam, dan sekaligus memakmurkan manusia. Alam dalam hal ini
dipahami sebagai segala sesuatu yang berada di langit dan di bumi
beserta isinya selain Allah. Manusia ditugaskan Allah menjadi khalifah
(wakil) di bumi dengan diberikan kemampuan untuk mengelola dan
mengubah alam semesta. Hubungan antara manusia dan alam bukan
merupakan hubungan antara penakluk dan yang ditaklukkan atau
antara tuan dan hamba, tetapi hubungan kebersamaan dalam
ketundukan kepada Allah. Hal ini karena kemampuan manusia dalam
mengelola dan anugerah yang diberikan Allah kepada manusia.
D. Studi Relevan
Peneliti ingin menguraikan hasil-hasil penelitian terdahulu yang mana
terkait dengan fokus atau tema penelitian ini. Bagian ini berisi hasil kajian dari
27
laporan hasil-hasil penelitian terdahulu yang sesuai dengan masalah atau tema
pokok yang diajukan peneliti.
Dengan adanya kajian hasil penelitian relevan ini penelitian seseorang
dapat diketahui keasliannya. Setelah penulis melakukan tinjauan di
Perpustakaan Utama Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Sifuddin Jambi,
penulis tidak menemukan judul skripsi yang sama dengan yang penulis kaji.
Penulis menemukan beberapa judul yang hamper sama. Namun untuk
menghindari hal-hal yang tidak diinginkan seperti mencontek, plagiat,
manipulasi hasil karya orang lain, penulis perlu mempertegas perbedaan
diantara masing-masing judul dan masalah yang akan dibahas sebagai berikut:
1. Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Dalam Al-Qur’an (Kajian Tafsir Surat
Al-hujarat ayat 9-13). Skripsi ini disusun oleh Imam Aziz Firdaus,
mahasiswa Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2017. Penelitian ini
bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat akan
pentingnya pendidikan akhlak. Penelitian ini merupakan penelitian
kepustakaan (library research) dan dalam mengumpulkan data dalam
skripsi ini penulis menggunakan analisis metode tafsir tahlili.
2. Nilai-nilai Pendidikan Akhlak Yang Terdapat Dalam Novel Negeri 5
Menara Karya A. Fuadi. Skripsi ini disusun oleh Resca Mia Rosadi,
mahasiswi Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan IAIN Sultha Thaha Saifuddin Jambi pada tahun 2016.
Penelitian ini ingin membahas yang dimaksud dengan nilai-nilai
pendidikan Akhlak dan nilai-nilai akhlak apa yang terkandung dalam
novel Negeri 5 Menara. Penelitian ini merupakan penelitian
kepustakaan (library research). Pendekatan penelitian dalam skripsi
ini ialah melalui pendekatan interaktif yang menggunakan desain
histori. Sedangkan analisis data yang digunakan ialah analisis isi.
3. Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam Pada Novel “Dalam Mihrab
Cinta”. Skripsi ini disusun oleh Siti Rachmawati, mahasiswi
Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan ISIN
28
Sultha Thaha Saifuddin Jambi pada tahun 2016. Penelitian ini ingin
mengungkapkan nilai-nilai pendidikan agama Islam dan niai-nilai
pendidikan agama Islam yang dapat diambil dari tokoh pada novel
Dalam Mihrab Cinta Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan
(library research). Sedangkan dalam pengumpulan datanya
menggunakan teknik dokumentasi.
Dari ketiga studi relevan di atas terdapat persamaan dan perbedaan
dengan skripsi yang disusun oleh peneliti, antara lain sebagai berikut:
1. Persamaan skripsi yang disusun oleh Imam Aziz Firdaus dengan
skripsi yang disusun oleh penulis yaitu sama-sama membahas
mengenai nilai-nilai pendidikan akhlak dalam al-Qur’an, namun
berbeda dalam surah yang diteliti atau dikaji. Dalam hal ini Imam
Firdaus Aziz mengkaji tentang Surah Al-Hujarat ayat 13-14,
sedangkan penulis membahas tentang Surah Luqman ayat 12-19.
2. Persamaan skripsi yang disusun oleh Resca Mia Rosadi dengan penulis
ialah sama-sama membahas mengenai nilai-nilai pendidikan akhlak,
namun skripsi Resca Mia Rosadi itu mengambil dari novel sedangkan
penulis menambil dalam al-Qur’an. Dalam analisis data Resca Mia
Rosadi dengan yang penulis lakukan yaitu sama-sama menggunakan
analisis isi. Perbedaannya yaitu dalam pendekatan penelitian yang
dipilih, Resca Mia Rosadi menggunakan pendekatan interaktif,
sedangkan penulis meggunakan pendekatan hermeneutik.
3. Adapun persamaan skripsi yang disusun oleh Siti Rachmawati dengan
penulis ialah dalam teknik pengumpulan datanya yaitu sama-sama
menggunakan teknik dokumentasi.
29
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode dan Pendekatan Penelitian
Sebelum membahas metode penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini, perlu dikemukakan terlebih dahulu pengertian “metode
penelitian”.
Istilah “Metode Penelitian” terdiri dari dua kata “Metode” dan
“Penelitian”. Menurut etimologi kata “metode” berasal dari bahasa Yunani
yaitu “methodos” yang berarti cara atau menuju suatu jalan. Menurut
terminologi pengertian metode merupakan kegiatan ilmiah yang berkaitan
dengan suatu objek penelitian, sebagai upaya untuk menemukan jawaban yang
dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah termasuk keabsahannya (Rosady
Ruslan, 2003, hlm 24). Dengan demikian, metode ialah cara atau jalan yang
berkenaan dengan suatu objek atau judul penelitian.
Adapun definisi metodologi menurut Amir Hamzah, yaitu sebagai
berikut:
Metodologi secara umum didefenisikan sebagai “a body of methods
and rules followed in science or discipline”. Secara etimologi, berasal
dari Bahasa Yunani “Methodos” yang berarti cara atau jalan yang
ditempuh. Dalam upaya ilmiah, maka metode adalah cara kerja untuk
dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu. Dalam hal ini
ungsi metode berarti alat untuk mencapai tujuan ilmu pengetahuan
(Amir Hamzah, 2019, hlm 12).
Jadi, yang dimaksud metode disini adalah cara atau jalan yang dipakai
untuk menemukan data yang diperlukan dalam penelitian skripi ini sehingga
skripsi ini dapat bersifat ilmiah.
Selo Sumardjan menjelaskan perbedaan kedua kata penyelidikan
desain penelitian. Penyelidikan digunakan dalam istilah intelejen, yang
dipakai pada kepolisisan, sedangkan penelitian kebanyakan digunakan dalam
istilah keilmuan (Burhan Bungin, 2013, hlm 7). Jelaslah bahwa perbedaan kata
dan maknanya sesuai penggunaannya.
30
Adapun pengertian “penelitian” secara terminologi adalah suatu
proses dan pengumpulan analisis data yang dilakukan secara sistematis, untuk
mencapai tujuan-tujuan penelitian. Pengumpulan dan analisis data yang
dilakukan secara ilmiah baik bersifat kuantiatif maupun kualitatif,
eksperimental maupun non eksperimental, interaktif maupun non interaktif
(Nana Syaodih Sukmadinata, 2005, hlm 5). Jadi, data yang dianalisis yang
dilakukan secara tersistem dalam tujuan penelitian.
Alternatif akhir (metodologi penelitian) kita sebutkan sebagai cara
ilmiah, karena tidak saja memusatkan pada kebenaran ilmiah (scientific truth),
akan tetapi juga mempertimbangkan cara-cara untuk memperoleh kebenaran
ilmiah itu, cara itu adalah penelitian ilmiah (scientific research) atau disebut
dengan metodologi penelitian (Burhan Bungin, 2013, hlm 9).
Dari pengertian tersebut dapat diketahui bahwa “Metode Penelitian”
adalah suatu cara untuk memecahkan masalah ataupun cara mengembangkan
ilmu pengetahuan dengan metode ilmiah. Jadi, metode penelitian adalah cara
dan teknik yang digunakan dalam penelitian.
Model dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan metode
analisis isi atau content analysis. Pendekatan ini mendeskripsikan atau
menggambarkan apa yang menjadi masalah, kemudian menganalisis dan
menafsirkan data yang ada. Metode analisis isi atau (content analysis) yang
digunakan untuk menelaah isi dari suatu dokumen, dalam penelitian ini
dokumen yang dimaksud adalah surah al-luqman.
Metode analisis isi (content analysis) yaitu teknik penelitian untuk
membuat inferensi-inferensi yang dapat ditiru (replicabel), dan sahih data
dengan memperhatikan konteksnya. Analisis isi berhubungan dengan
komunikasi atau isi komunikasi (Burhan Bungin, 2001, hlm 172-173).
Analisis yang dimaksudkan di sini adalah melakukan analisis terhadap makna
yang terkandung dalam ayat-ayat yang berkaitan dengan pendidikan akhlak
serta pendapat ahli pendidik. Berdasarkan pengertian yang terkandung
sehingga diharapkan dapat saling menerapkan dalam melengkapi satu dengan
yang lain.
31
Adapun metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Metode deduktif
Metode deduktif yaitu melakukan analisis dari pengetahuan yang
bersifat umum guna memakai hal-hal yang bersifat khusus (Anton,
Bakker, dan Ahmad Charis Zubair, 1990, hlm 43-44).
Digunakan untuk menganaisis pada bab dua tentang landasan teori,
kemudian ditarik pada fakta yang bersifat khusus atau yang kongkrit
terjadi.
2. Metode induktif
Metode induktif yaitu melakukan analisis dari pegetahuan yang
bersifat khusus guna untuk menarik kesimpulan yang bersifat umum.
Digunakan untuk menganalisis pada bab empat tentang permasalahan yang
khusus ke yang umum (Anton, Bakker, dan Ahmad Charis Zubair, 1990,
hlm 44-45). Kemudian diarahkan kepada penarikan kesimpulan yang
umum.
Sesuai dengan objek kajian skripsi ini maka penelitian ini merupakan
penelitian kepustakaan atau library research. Penelitian kepustakaan (library
research) adalah penelitian yang memanfaatkan sumber perpustakaan untuk
memperoleh data penelitiannya. Tegasnya riset pustaka membatasi
kegiatannya hanya pada bahan-bahan koleksi perpustakaan saja tanpa
memerlukan riset lapangan (Mustika Zed, 2014, hlm 1-2). Menurut saya,
jelaslah bahwa penelitian ini memanfaatkan dokumen berupa buku-buku dan
sumber lainnya.
Perlu ditambahkan bahwa penelitian kepustakaan (library research)
salah satu jenis metode penelitian kualitatif. Kemudian metode kualitatif
muncul belakangan karena terjadi perubahan paradigma dalam memandang
suatu realitas atau fenomena atau gejala (Sugiono, 2013, hlm 1).
Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan hermeneutik. Maksudnya, bahwa dalam uraian skripsi ini,
khususnya pada bagian analisis, penulis banyak menggunakan teori-teori
32
hermeneutik. Menurut Adin El-Kutuby, hermeneutik secara istilah adalah
menafsirkan, penafsiran, dan tafsir. Disebutkan juga bahwa hermeneutik ini
menunjukkan kepada cara-cara untuk menafsirkan sebuah teks. Pendekatan ini
digunakan dalam menentukan kata-kata yang merujuk pada nilai-nilai
pendidikan akhlak. Pengertian lain, Heuristik adalah kegiatan mencari dan
menemukan sumber yang diperlukan. Berhasil-tidaknya pencarian sumber,
pada dasarnya tergantung dari wawasan peneliti mengenai sumber yang
diperlukan dan teknis penelusuran sumber-sumber tersebut (Amir Hamzah,
2019, hlm 47).
Jadi, jenis penelitian skripsi ini adalah penelitian kepustakaan yaitu
surah Luqman ayat 12-19. Metode penelitian yang digunakan ialah metode
penelitian kualitatif dengan pendekatan hermeneutik.
B. Jenis dan Sumber Data
1. Data Primer
Data primer termasuk data yang valid atau terpercaya oleh karena
itu keyakinan terhadap data primer dapat seutuhnya digunakan. Data
primer adalah data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian. Subjek
penelitian dalam hal ini adalah al-Qur’an surah Al-Luqman ayat 12-19.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari buku atau sumber
lain yang tidak langsung diperoleh dari subjek penelitian. Data sekunder
tersebut meliputi buku-buku, jurnal, ataupun sumber lain yang berkaitan
dengan penelitian tersebut.
Jenis penelitian ini ialah penelitian kepustakaan atau kualitatif yang
didukung oleh data primer dan juga ditunjang oleh data sekunder sebagai
penguat.
C. Teknik Pengumpulan Data
Untuk pengumpulan data dalam penelitian ini, digunakan metode
dokumentasi, yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa
33
catatan, buku-buku, surat kabar, majalah dan sebagainya. Penelusuran
dokumentasi ini penting untuk mengumpulkan data-data guna menjadi
rujukan. Melalui dokumentasi ini, dapat menemukan teori-teori yang bisa
dijadikan bahan pertimbangan berkenaan dengan masalah nilai-nilai
pendidikan akhlak yang terkandung dalam surah Luqman ayat 12-19. Karena
objek dalam penelitian ini ayat-ayat suci al-Qur’an, maka peneliti menelaah
dan memahami ayat-ayat yang dipilih sebagai bahan penelitian. Di samping
itu juga, peneliti memilih sumber-sumber yang lain yang dianggap menunjang
terhadap penelitian ini, diantaranya adalah buku-buku yang berkaitan dengan
pendidikan akhlak.
D. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data merupakan cara-cara yang dilakukan oleh seorang
peneliti, untuk menganalisis dan mengembangkan data-data yang telah
dikumpulkan. Setelah data terkumpul, dipilah, dan dipilih, dikategorikan,
maka dilakukan analisis data, teknik analisis data pada penulisan skripsi ini
menggunakan model analisis mengalir yang memiliki tiga komponen, yaitu
sebagai berikut:
1. Reduksi Data
, Reduksi data merupakan proses berfikir sensitif yang memerlukan
kecerdasan dan keluasan serta kedalaman wawasan yang tinggi (Amir
Hamzah, 2019, hlm 82). Pada tahap ini data yang diperoleh dicatat dalam
uraian yang terperinci. Dari data yang sudah dicatat tersebut, kemudian
dilakukan penyederhanaan data. Data-data yang dipilih hanya data yang
berkaitan dengan masalah-masalah yang akan dianalisis, dalam hal ini
tentang Nilai-niai Pendidikan Akhlak dalam Surah Luqman. Informasi-
informasi yang mengacu pada permasalahan itulah yang menjadi data
dalam penelitian ini.
2. Display Data
Pada tahap ini, data-data yang sudah ditetapkan kemudian disusun
secara teratur dan terperinci agar mudah dipahami. Data-data tersebut
34
kemudian dianalisis sehingga diperoleh deskripsi tentang nilai-nilai
pendidikan akhlak.
3. Penarikan Kesimpulan/verifikasi
Membuat kesimpulan berdasarkan data yang telah diproses melalui
reduksi dan display data. Dengan cara induktif yang mengubah
kesimpulan umum menjadi khusus.
35
BAB IV
TEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Temuan Umum
1. Biografi Luqman Al-Hakim
Luqman adalah nama dari seorang yang selalu mendekatkan diri
kepada Allah dan merenungkan alam yang ada dikelilingnya. Sehingga
mendapat kesan yang mendalam, demikian juga renungannya terhadap
hidup ini, sehingga terbukalah baginya rahasia hidup itu sehingga
mendapat hikmat.
Arti hikmat ialah kesan yang tinggal dalam jiwa manusia dalam
melihat pergantian diantara suka duka hidup, melihat kebahagiaan yang
dicapai sesudah perjuangan melawan hawa nafsu dan celaka yang didapati
oleh orang yang melanggar garis-garis kebenaran yang masih ditempuh.
Sehingga orang-orang dalam perjalanan, masih di tengah jalan orang itu,
namun ia sudah tau akibat yang akan ditemuinya kelak. Orang yang ahli
hikmat itu disebut “al-Hakim”. Sebab itu dikenal juga Luqman ini dengan
sebutan Luqman Al-Hakim (Luqman ahli Hikmat) (Hamka, 1982, hlm
114).
M. Ishom El-Saha dalam bukunya “Sketsa al-Qur’an” menjelaskan
bahwa Luqman adalah seorang tokoh yang disebut dalam surah Luqman
ayat 12 sebagai pemilik hikmah. Disebut namanya dalam al-Qur’an 2 kali,
yaitu ayat 12 dan 13 dalam surah 31, yang diberi nama surah Luqman. An-
Nuhas dan Muhammad bin Ishaq menyatakan bahwa Luqman yang
disebut dalam al-Qur’an itu bernama lengkap Luqman Ibnu Bair Ba’ura
Ibnu Nahur Ibnu Tarik Ibnu Azar. Sementara As-Sahily berpendapat
bahwa Luqman yang disebut dalam al-Qur’an adalah Luqman Ibnu ‘Anqa
‘ibn Sarwan (seorang suku Ailah). Wahab dan Muqatil berpendapat bahwa
Luqman yang ada dalam al-Qur’an adalah Luqman ibn Ba’ura, yaitu anak
laki-laki dari saudara perempuan Nabi Ayyub, atau anak laki-laki dari
bibinya.
36
sementara Sa'’d bin l-Musayyab menyatakan bahwa Luqman adalah
Luqman Aswad.
Sedangkan mengenai anaknya para mufassir banyak pendapat.
Menurut pendapat al-Kalbi nama anak Luqman adalah Masykam. Menurut
al-Naqasy anak Luqman bernama An-am. Menurut ibn Hayyan nama anak
Luqman adalah Asykar atau Syakir. Dan menurut al-Qurtubi nama anak
Luqman adalah Syam (Muhammad Nasib Ar-Rifa’i, 2000, hlm 789).
Melihat pendapat di atas siapapun nama anaknya, maka pada
dasarnya Luqman memiliki anak yang ia didik dengan baik. Pada satu
riwayat dijelaskan bahwa ia menikah, lalu memiliki beberapa anak dan
mereka mati, tetapi Luqman tidak menangisinya. Menurut imam Qusyairi,
Luqman memiliki istri dan anak yang keduanya kafir, lalu ia selalu
menasehatinya sehingga mereka masuk Islam (Miftahul Huda, 2009, hlm
75).
Adapun tentang pekerjaan Luqman juga banyak pendapat, bahwa
pendapad Said bin Musayyad, Luqman adalah penjahit baju, pendapat Ibn
Zaid, Luqman seorang pengembala, pendapat Khalid al-Rabi, Luqman
adalah tukang kayu, serta menurut Wahidi, Luqman adalah seorang hakim
di zaman Bani Israil.
Selanjutnya Ibnu Jarir, berpendapat bahwa pekerjaan Luqman
sebagai tukang kayu. Suatu kali, majikannya berkata kepada Luqman,
“Sembelihkan domba ini untuk kami.” Lalu di menyembelihnya. Si
majikan berkata, “Ambillah bagian dagingnya yang terbaik.” Lalu Luqman
mngambil lidah dan hati domba. Si majikan diam selama beberapa saat,
lalu berkata, “Sembelihkan domba yang itu untuk kami.” Lalu Luqman
menyembelihnya. Si majikan berkata, “Ambillah bgian dagingnya yang
terburuk.” Lalu Luqman mengambil lidah dan hati domba. Kemudian si
majikan berkata, “Aku menyuruhmu mengambil dua bagian daging domba
yang terbaik, lalu kamu melaksanakannya dan aku pun menyuruhmu
mengeluarkan bagian daging domba yang terburuk, lalu kamu mengambil
daging yang sama.” Luqman berkata, “Sesungguhnya tiada perkara yang
37
lebih baik daripada lidah dan hati jika keduanya baik dan tiada perkara
yang lebih buruk daripada lidah dan hati jik keduanya buruk.”
(Muhammad Nasib Ar-Rifa’I, 2012, hlm 572).
Mengenai asal usul Luqman, banyak orang yang mengatakan
bahwa dia berasal dari bangsa Negro, atau Habsy yang warna kulitnya
hitam dan berbibir tebal (Abdul Mustaqim, 2011, hlm 278).
Luqman bukan Nabi bukan pula Rasul, tetapi seorang ahli hikmah
dan ahli didik yang bijaksana, sehingga ia mendapat gelar “Al-Hakim”
yaitu Luqman yang bijaksana (Humaidi Tatapangarsa, 1980, hlm 100).
Luqmanul Hakim menurut pendapat yang lebih kuat, Dia bukan
seorang Nabi. Ia seorang manusia saleh semata, ia seorang budak belian,
berkulit hitan, berparas pas-pasan, hidung pesek, kulit hitam legam.
Namun demikian, namanya diabadikan oleh Allah menjadi nama dalam
salah satu surah dalam al-Qur’an yakni surah Luqman. Penyebutan ini
tentu bukan tanpa maksud. Luqman diabadikan namanya oleh Allah,
karena memang orang saleh yang patut diteladani. Bahwa Allah tidak
menilai seseorang dari gagah tidaknya, juga tidak dari statusnya,
jabatannya, warna kulit dan lainnya, akan tetapi Allah menilai dari
ketakwaan dan kesalehannya (Sulaiman Al Kumayi, 2015, hlm 126-127).
Menurut searah tentang umat-umat dan agamanya, maka Bani Israil
mengakui bahwa Luqman termasuk golongannya. Luqman hidup dimasa
Daud as, dan memilih diberi hikmah daripada kenabian (Miftahul Huda
dan Muhammad Idris, 2008, hlm 93).
Luqman diberi hikmah Allah berupa pemahaman ilmu, tuturan
yang baik, dan pemahaman Islam (Muhammad Nasib ar-Rifa’I, 2000, hlm
788). Luqman seorng yang salih dan bijaksana yang diberi hikmah oleh
Allah berupa pengetahuan, pemahaman, perkataan serta perbuatan,
sehingga menjadikan seseorang dapat mengendalikan dirinya dari
perbuatan jahat, seraya menempatkan sesuatu pada tempatnya.
Luqman pun pernah ditanya ihwal prestasi yang dicapainya. Dia
menjawab, “Hai anak saudaraku, jika engkau menyimak apa yang aku
38
katakan kepadamu, kamu pun akan berprestasi seperti aku.” Lalu Luqman
berkata, “Aku menjaga mengontrol pandanganku, menjaga lidahku,
menjaga kesucian makananku, memelihara kemaluanku, berkata jujur,
memenuhi janjiku, menghormati tamuku, memelihara hubungan baik
dengan tetanggaku, dan meninggalkan perkara yang tidak penting. Itulah
yang membuat diriku seperti yang kamu lihat.” (Muhammad Nasib Ar-
Rifa’I, 2012, hlm 573).
Mengenai makam Luqman menurut al-Shuyuti berada di tanah
Ramalah. Tepatnya yaitu di sebuah tempat antara Masjid di Ramalah dan
pasarnya, dimana terdapat makam tujuh puluh nabi setelah Luqman
(Miftahul Huda, 2009, hlm 74).
Kebijaksanaan yang telah diberikan Allah, satu pribadi besar tidak
diketahui secara pasti dari mana asal keturunannya. Hal ini
mengisyaratkan pengertian bahwa kemuliaan tidaklah harus berdasarkan
keturunan atas kaum tetapi pada ketakwaan dan kehalusan budi pekerti.
Luqman adalah sosok yang takwa dan berakhlak luhur, bijaksana dalam
memenuhi jalan hidup, sehingga Luqman dijadikan teladan di dalam al-
Qur’an.
2. Asbabun Nuzul Surah Luqman
Secara etimologi, kata asbab an-nuzul berarti turunnya ayat-ayat
al-Qur’an yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW
secara berangsur-angsur bertujuan untuk memperbaiki aqidah, ibadah,
akhlak dan pergaulan manusia yang sudah menyimpang dari kebenaran.
Karena itu dapat dikatakan bahwa terjadinya penyimpangan dan kerusakan
dalam tatanan manusia merupakan sebab turunnya al-Qur’an. Asbab an-
nuzul (sebab turunnya ayat) disini dimaksudkan sebab-sebab yang secara
khusus berkaitan dengan turunnya ayat-ayat tertentu. Sedangkan menurut
Subhi As-Salih, asbab an-nuzul adalah sesuatu yang dengan sebabnya
turun ayat atau beberapa ayat yang mengandung sebab itu, atau memberi
jawaban terhadap sebab itu atau menerangkan hukumnya pada masa
39
terjadinya sebab tersebut (Ahmad Syadali dan Ahmad Rofi’I, 2000, hlm
89-90).
Dipandang dari segi peristiwa nuzulnya, ayat al-Qur’an ada dua
macam. Pertama, ayat yang diturunkan tanpa keterkaitannya dengan sebab
tertentu, semata-mata sebagai hidayah bagi manusia. Kedua, ayat-ayat al-
Qur’an yang diturunkan lantaran adanya sebab atau kasus tertentu.
Misalnya pertanyaan yang diajukan oleh umat Islam atau bukan Muslim
kepada Rasulullah Saw atau adanya kasus tertentu yang memerlukan
jawaban sikap Syariat Islam terhadap kasus tersebut. Ayat-ayat macam
inilah yang dibahas dalam kaitannya dengan pembicaraan Asbab Nuzul
(Acep Hermawan, 2013, hlm 34).
Imam As-Suyuthi dalam bukunya “Asbabun Nuzul” menjelaskan
bahwa asbabun nuzul surah Luqman sebagai berikut:
وي تخذهاهزوا اولئك ومن الناس من يشتري لهوالحديث ليضل عن سبيل الله بغيرعلم
(٦)لهم عذاب مهين
Artinya: “Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan
perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia)
dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah
itu olok-olokan. Mereka itu akan meperoleh adzab yang
menghinakan.” (QS. Luqman: 6)
Juwaibir meriwayatkan dari Ibnu Abbas, ia mengatakan; Ayat ini
turun berkenaan dengan An-Nadhar bin Al-Harits yang membeli seorang
budak perempuan penyanyi. Tidak ada seorang pun yang ingin masuk
Islam kecuali ia akan menemuinya dengan membawa penyanyinya itu.
Kemudian An-Nadhar akan berkata kepada penyanyinya, “Berilah ia
makan, berilah ia minum, dan nyanyikanlah untuknya. Ini lebih baik
daripada ajakan Muhammad kepadamu untuk shalat, puasa serta berperang
di barisannya.” Ayat ini menerangkan bahwa orang-orang yang berbuat
seperti itu akan mendapatkan siksa yang sangat berat dari Allah.
40
نا الإنسان بوالديه حملته أمه وهنا على وهن وفصاله في عامين ووصي
وإن جاهداك على أن تشرك بي ( ٤١)أن اشكر لي ولوالديك إلي المصير
ن يا معروفا واتبع سبيل من هما في الد ما ليس لك به علم فلا تطعهما وصاحب
(٤١)ن بئكم بما كنتم ت عملون أناب إلي ثم إلي مرجعكم فأ
Artinya: ‘Dan Kami Perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik)
kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam
keadaa lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam
usia dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua
orang tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu; Dan jika keduanya
memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang
engkau tidak mempunyai ilmu tentang itu, maka janganlah
engkau menaati keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia
dengan baik, dan ikutilah jalan orang yng kembali kepada-Ku.
Kemudian hanya kepada-Ku tempat kembalimu, maka akan aku
beritahukan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan” (QS.
Luqman: 14-15).
Ayat ke 14 dan 15 dari surah al-Luqman menurut al-Thabathabai
bahwa dua ayat ini merupakan ayat penyela di antara wasiat Luqman yang
berfungsi sebagai penguat isi wasiat Luqman yang berupa larangan syirik.
Ayat ini adalah kalam Allah kepada Luqman, seakan Allah berkata kepada
Luqman, “Bersyukurlah” dan “Kami perintahkan manusia untuk berbuat
baik kepada kedua orangtuanya” (Muhammad Husein Al-Thabathabai,
1991, hlm 188). Menurut satu riwayat disebutkan bahwa, ayat ini di
turunkan berkenaan dengan Sa’ad ibnu Abi Waqas. Sehubungan dengan
hal ini sahabat Sa’ad ibnu Abi Waqas telah menceritakan, ketika aku
masuk Islam, ibuku bersumpah bahwa ia tidak mau makan dan tidak mau
minum. Lalu pada hari pertama aku membujuknya supaya mau makan dan
minum, akan tetapi ia menolak dan tetap pada pendiriannya.
Dari pada hari kedua, aku membujuknya pula supaya mau makan
dan minum, tetapi masih tetap menolak. Sehingga hari ketiga aku
41
membujuknya lagi dan ia masih juga menolak, maka aku berkata, “Demi
Allah seandainya engkau mempunyai seratus nyawa niscaya semua itu
akan keluar dan aku tidak akan meninggalkan agamaku ini” Dan ketika
ibuku melihat bahwasanya diriku benar-benar tidak mau mengikuti
kehendaknya, akhirnya ia mau makan (Ahmad Mustafa al-Maragi, 1989,
hlm 156).
عة ابحرمانفدت ولوان مافالرض من شجرةاقلام ه من ب عده سب والبحر يمد
(٧٢)كلمت الله ان الله عزي زحكيم
Artinya: “Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut
(menjadi tinta), ditambahkan kepdanya tujuh lautan (lagi) setelah
(kering)nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan)
kalimat-kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa, Maha
Bijaksana.” (QS. Luqman: 27)
Ibnu Jarir meriwayatkan dari Ikrimah, ia mengatakan, Ahli Kitab
bertanya kepada Rasulullah tentang ruh. Maka Allah menurunkan ayat,
“Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh. Katakanlah, “Ruh itu
temasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan
melainkan sedikit.” (Al-Isra’: 85) orang-orang Ahli Kitab lalu berkata,
‘Dia (Muhammad) menyangka bahwa kita tidak diberi pengetahuan
melainkan sedikit. Sedangkan kita sudah diberi Taurat yang merupakan
hikmah. Padahal orang-orang yang diberi hikmah, maka ia telah diberi
kebaikan yang sangat banyak.” (Imam As-Suyuthi, 2014, hlm 412). Maka
turunlah surah Luqman ayat 27 sebagai penjelasan bahwa ilmu diberikan
kepada manusia hanyalah sedikit, dan ilmu Allah tidak mungkin dicatat
karena sangat banyaknya.
اعة وي ن زل الغيث وي علم مافى الرحام وما تدري ن فس ان الله عنده علم الس
ر (٤١)ماذاتكسب غدا وماتدري ن فس باي ارض تموت ان الله عليم خبي
Artinya: “Sesungguhnya hanya di sisi Allah ilmu tentang hari kiamat; dan
Dia yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada
42
dalam Rahim. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui
(dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada
seorang pun yang dapat mengetahui di bumi dia akan mati.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui, Maha Mengenal.” (QS.
Luqman: 34)
Ibnu Jarir dn Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Mujah id, ia
mengatakan; Ada seorang laki-laki dari pedalaman datang kemudian
berkata, “Sesungguhnya istriku tengah hamil, maka kabarkanlah kepadaku
jenis kelamin anak yang akan dilahirkan? Negeri kami sedang berada
dalam keadaan paceklik, maka kapan akan turun hujan?” Engkau telah
mengetahui kapan aku dilahirkan, maka kabarkanlah kepadaku kapan aku
akan mati?” Maka turunlah surah Luqman ayat 34 yang menegaskan
bahwa hanya Allah yng mengetahui akan segala sesuatu.
Dari penjelasan di atas, bahwa surah Luqman terdiri dari 34 ayat,
termasuk golongan surah-surah Makiyyah. Dinamakan surah Luqman,
karena pada ayat 12 disebutkan bahwa Luqman telah diberi Allah hikmah
berupa ilmu pengetahuan. Oleh sebab itu Luqman bersyukur kepada Allah
atas nikmat yang diberikan, serta mendidik anaknya dengan kasih sayang.
Pada ayat 13-19, terdapat nasehat Luqman kepada anaknya. Hal ini syarat
bagi orang tua agar dapat mendidik anaknya seperti prinsip-prinsip
pendidikan yang telah dilakukan Luqman.
Adapun sebab turunnya ayat 12-19 dari surah Luqman sejauh
penelusuran yang peneliti lakukan tidak ditemukan adanya sebab yang
melatarbelakangi turunnya ayat tersebut, hanya saja dalam ayat 13 dalam
Tafsir Al-Misbah, diriwayatkan bahwa Suwayd Ibn Ash-Shamit atau suatu
ketika datang ke Mekkah. Ia adalah seorang yang cukup terhormat
dikalangan masyarakatnya. Lalu Rasulullah SAW mengajaknya untuk
memeluk agama Islam. Suwayd berkata kepada Rasulullah, “Apa yang ada
padamu itu sama dengan yang ada padaku”, “kumpulan hikmah Luqman”.
Kemudian Rasulllah berkata, “Sungguh perkataan yang amat baik!” tetapi
apa yang ada padaku lebih baik dari itu. Itulah al-Qur’an yang diturunkan
Allah kepadaku untuk menjadi petunjuk dan cahaya. Rasulullah lalu
43
membacakan al-Qur’an kepadanya dan mengajaknya memeluk Islam (M.
Quraish Shihab, 2002, hlm 125).
3. Munasabah
Secara etimologi, munasabah berarti persesuaian, hubungan atau
relevansi, yaitu hubungan persesuaian antara ayat atau surah yang satu
dengan ayat atau surah yang sebelum dan sesudahnya. Secara terminologi,
munasabah adalah ilmu untuk mengetahui alasan-alasan penerbitan dari
bagian-bagian al-Qur’an yang mulia (Ahsin Sakho Muhammad, 2010, hlm
553).
Surah Luqman ayat 12-19 memiliki munasabah (korelasi) dengan
ayat sebelumnya dan sesudahnya. Dalam surah Luqman ayat 1-11
dijelaskan bahwa al-Qur’an juga disebut “al-kitab al-hakim” yang berarti
sebuah kitab yang seluruh kandungannya adalah sebuah hikmah belaka, al-
Qur’an merupakan petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang berbuat
kebajikan, perintah untuk mendirikan shalat karena shalat hubungannya
dengan Allah dan sebagai bukti keimanan kepada Allah.
Petunjuk yang telah disebutkan dalam al-kitab al-hakim diturunkan
oleh Rasul utusan Allah, apabila petunjuk Tuhan dituruti pastilah bahagia
yang akan diterima, dan setengah dari manusia adalah orang yang membeli
permainan kata-kata untuk menyesatkan dari jalan Allah, tidak dengan
ilmu. Menurut al-Hasan al-Basri bahwa yang dimaksud dengan permainan
kata-kata itu adalah nyanyian-nyanyian dan peralatan pancaragam yang
akan membawa orang lalai dari agama (Hamka, 1998: 150). Dan apabila
dibacakan kepada mereka ayat-ayat kami, mereka pun berpaling dalam
keadaan menyombong, maka berilah kabar gembira mereka dengan adzab
yang pedih sebagai sambutan yang sepadan atas kesombongan, berpaling
muka, berolok-olok dan bersikap menyumbat telinga mendengar seruan
Tuhan. Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal yang shalih,
untuk mereka surga-surga yang bernikmat dan kekal didalamnya.
Allah menciptakan semua langit dengan tidak bertiang dan Allah
menurunkan air dari langit maka tumbuhlah tumbuhan yang indah, namun
44
mereka menganiaya diri sendiri karena tidak menggunakan pikiran untuk
berpikir, hanya beramal turut-turutan, tidak berpendirian yang teguh
sehingga kesengsaraan jualah yang akan mereka tangguhkan kelak.
Kemudian dilanjutkan ayat 12-19 dijelaskan bahwa Allah telah
memberikan hikmah dan kearifan kepada Luqman, ia bersyukur dan
memanjatkan puji kepada-Nya, bersyukur kepada Allah bukan untuk
kepentingan-Nya tapi faedahnya akan diperoleh orang yang bersyukur itu
sendiri, karena Allah akan menambah nikmat kepada setiap orang yang
bersyukur kepada-Nya.
Luqman mewasiatkan kepada anaknya untuk mengesakan Allah
dan tidak mempersekutukan-Nya, berbakti kepada orang tua sepanjang
keduanya tidak menyuruh berbuat maksiat kepada Allah, beramal shaleh,
mendirikan shalat, mengajak manusia berbuat ma’ruf dan mencegah dari
perbuatan munkar, tidak sombong dan angkuh.
Dilanjutan ayat 20-30 dijelaskan bahwa Allah menghadapkan
kembali pembicaraan-Nya kepada orang-orang musyrik dan menegur
mereka karena sikapnya yang dapat menyaksikan berbagai dalil di jagat
raya yang menunjuk kepada keesaan Allah, tetapi mereka tetap saja
mengingkarinya.
Allah menjelaskan keadaan orang-orang yang menyerahkan diri
kepada Allah dan akibat apa yang akan mereka peroleh. Sesudah itu, Allah
menenangkan Nabi-Nya, karena penderitaan yang beliau alami dengan
menjelaskan bahwa tugas Rasul hanyalah menyampaikan risalah Allah.
Selanjutnya, Allah-lah yang membuat perhitungan dan pembalasan. Allah
menjelaskan bahwa orang-orang musyrik mengakui bahwa yang
menjadikan langit dan bumi adalah Allah. Konsekuensinya, segala puji
haruslah dikembalikan kepada Allah.
Setelah itu Allah menjelaskan bahwa tidak ada yang mampu
menghitung nikmat-Nya selain Dia dan memelihara semua itu sama
dengan memelihara orang seorang. Pada akhirnya Allah menjelaskan
sebagian dari tanda-tanda yang ada di langit dan sebagian tanda-tanda
45
yang ada di bumi, Allah menyuruh kita untuk bertakwa dengan
mengingatkan kita kepada hari kiamat.
Surah ini ditutup dengan menyebutkan hal-hal yang disembunyikan
Allah bagi manusia, karena disana terdapat hikmah. Banyak kemaslahatan
yang akan terabaikan jika hal-hal itu diungkap. Ia akhiri dengan
menetapkan pengetahuan Allah yang menyeluruh dan rinci khususnya
tentang kiamat. Awal surah ini berbicara tentang kitab-Nya yang penuh
hikmah, serta yang merupakan petunjuk dan rahmat yang diterima baik
oleh al-Muhsinin yang meyakini adanya kiamat. Demikian uraian awal
surah yang bertemu dengan uraian akhirnya (M. Quraish Shihab, 2002,
hlm 168).
B. Temuan Khusus
Adapun analisis dari nilai-nilai pendidikan akhlak dalam surah Al-
Luqman ayat 12-19, maka ditemukan bahwasanya isi pendidikan akhlak
dalam surah Al-Luqman ayat 12-19 tersebut ialah sebagai berikut:
1. Pendidikan Syukur
Berdasarkan Firman Allah dalam surah Luqman, pendidikan
Syukur disini yaitu terdapat dalam ayat 12, yang berbunyi:
نا لقمان الحكمة أن اشكر لله ومن يشكر فإنما يشكر لن فسه ومن كفر فإ ن ولقد آت ي
(٤٧)الله غني حميد
Artinya: “Dan sungguh, telah Kami Berikan hikmah kepada Luqman,
yaitu: ”Bersyukurlah kepada Allah! Dan barangsiapa bersyukur
(kepada Allah), Maka sesungguhnya dia bersyukur untuk dirinya
sendiri; dan barangsiapa tidak bersyukur (kufur), Maka
sesungguhnya Allah Maha Kaya, Maha Terpuji.” (QS. Luqman:
12).
Kata (الحكمة) al-Hikmah adalah bentuk masdar dari (حكم ) hakama,
(يحكم) yahkumu, ( حكمة) hikmah (Miftahul Huda dan Muhammad Idris,
2008, hlm 94). Al-Hakim adalah orang yang memiiki hikmah, sedang
hikmah itu sendiri merupakan pengetahuan terdetail tentang sesuatu, dan
46
dikatakan juga dengan istilah al-Hakim bagi orang yang mengetahui secara
detail tentang ciptaan dan diyakininya. Al-Hikmah (الحكمة) menurut para
etimologi mengandung arti yang banyak sekali, yaitu pemahaman,
pengetahuan, kesabaran dan ketabahan, yang dapat mencegah seseorang
dari kerusakan dan kehancuran, serta dapat meletakkan sesuatu pada
tempatnya (Miftahul Huda, 2009, hlm 77-78).
Menurut Ahmad Mushthafa Al-Maraghi, Al-Hikmah ( الحكمة)
artinya kebijaksanaan dan kecerdikan, dan banyak perkataan bijak yang
berasal dari Luqman, antara lain perkataannya kepada anak lelakinya “Hai
anakku, sesungguhnya dunia itu adalah laut yang dalam, dan
sesungguhnya banyak manusia yang tenggelam ke dalamnya. Maka
jadikanlah perahumu di dunia bertakwa kepada Allah SWT, muatannya
iman dan layarnya bertawakkal kepada Allah. Barangkali saja kamu dapat
selamat (tidak tenggelam ke dalamnya) akan etapi aku yakin kamu dapat
selamat” (Ahmad Mushthafa Al-Maraghi, 1992, hlm 145).
Syukur adalah menampakkan nikmat, yang artinya menggunakan
nikmat pada tempat dan sesuai dengan yang dikehendaki oleh pemberinya,
serta menyebut-nyebut nikmat dan pemberiannya dengan lidah. Syukur
mencakup tiga sisi: pertama, syukur dengan hati yaitu kepuasan batin atas
anugerah. Kedua, syukur dengan lidah dengan mengakui anugerah dan
memuji pemberinya. Ketiga, syukur dengan perbuatan yaitu dengan
memanfaatkan anugerah yang diperoleh sesuai dengan tujuan
penganugerahannya (Zubaedi, 2011, hlm 95).
Asy-Syukru ( كر yaitu memuji kepada Allah, menjurus kepada (الش
perkara yang hak, cinta kebaikan untuk manusia, dan mengarahkan seluruh
anggota tubuh serta semua nikmat yang diperoleh kepada ketaatan
kepadanya-Nya (Ahmad Mushthafa Al-Maraghi, 1992, hlm 146). Kata
syukur terambil dari kata (شكر) yang maknanya berkisar pada pujian atas
kebaikan, serta penuhnya sesuatu. Syukur yang paling penting adalah
syukur kepada Allah. Sebab Dialah pemberi segala kenikmatan kepada
seluruh hambanya. Dan barangsiapa yang bersyukur kepada Allah, maka
47
sesungguhnya manfaat dari syukur itu kembali kepada dirinya, dan
barangsiapa yang kafir kepada nikmat Allah, maka dia sendiri yang akan
menanggung akibat buruk kekafiran itu.
Allah berfirman:
(٢)واذتاذن ربكم لئن شكرتم لزيدنكم ولئن كفرتم ان عذابي لشديد
Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Tuhan-mu memaklumkan, “Sesungguhnya
jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat)
kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti
azab-Ku sangat berat” (QS. Ibrahim: 7).
Kata (غني) ghaniyyun atau maha kaya terambil dari akar yang
terdiri dari huruf-huruf (غ) ghain, (ن) nun, (ي) ya’ yang maknanya berkisar
pada dua arti, pertama menunjukkan cukup dan, kedua suara (M. Quraish
Shihab, 2003, hlm 123). Kecukupan baik menyangkut harta maupun
lainnya. Dari sini lahir kata ghaniyyah, yaitu wanita yang tidak kawin dan
merasa berkecukupan hidup di rumah orang tuanya, atau merasa cukup
hidup sendiri tanpa suami, dan yang kedua adalah suara. Dari sini lahir
kata mughanniy dalam arti penarik suara atau penyanyi. sebab penyanyi
mempunyai suara yang baik.
Kata (غني) ghaniyyun dalam ayat tersebut berarti Allah maha kaya
bahwa Dia tidak butuh kepada sesuatu. Namun manusia betapapun
kayanya, ia tetap butuh, paling tidak kebutuhan kepada yang memberikan
kekayaan, yaitu Allah.
Kata (الحميد) al-Hamid terambil dari akar kata yang terdiri dari
huruf-huruf (ح) ha, (م) mim, (د) dal, yang maknanya menunjukkan kepada
antonim tercela (M. Quraish Shihab, 2002, hlm 25). Ada tiga unsur dalam
perbuatan yang harus dipenuhi oleh pelaku sehingga dia mendapat pujian,
yaitu: 1) indah (baik). 2) dilakukan secara sadar, dan 3) tidak terpaksa atau
dipaksa. Kata (الحميد) al-Hamid berarti Dia menciptakan segala sesuatu dan
segalanya diciptakan dengan baik serta atas dasar ikhtiar dan kehendak-
48
Nya tanpa paksaan. Maka segala perbuatan-Nya terpuji dan segala yang
terpuji merupakan perbuatan-Nya, sehingga wajar Dia menyandang sifat
al-Hamid.
Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwasanya dalam
surah Luqman ayat 12 tersebut menyatakan Allah telah memberikan
hikmah kepada Luqman yaitu memiliki sikap bijaksana dalam bentuk
selalu bersyukur dan memuji Allah SWT atas semua yang telah Allah
berikan kepadanya, karena ia tahu bahwa hanya Allah yang patut
mendapatkan itu semua di dalam ayat tersebut juga dijelaskan bahwasanya
siapapun yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk dirinya
sendiri, maksudnya disini ialah Allah akan melimpahkan pahala yang
berlimpah kepadanya atas rasa syukurnya tersebut dan menyelamatkannya
dari azab. Adapun kebalikan dari itu semua yaitu bagi mereka yang ingkar
maka mereka sendiri yang menanggung akibat buruk dari perbuatannya.
2. Pendidikan Keimanan
Berdasarkan firman Allah surah Luqman ayat 13 menyatakan
bahwa:
رك لظلم عظيم (٤٤)وإذ قال لقمان لبنه وهو يعظه يا ب ني ل تشرك بالله إن الش
Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, ketika
dia memberi pelajaran kepadanya, “Wahai anakku! Janganlah
engkau mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan
(Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.” (QS.
Luqman: 13).
Al-Qur’an dalam menyebutkan anak ada kata (ابن) ibn, (بني)
bunayy, (ولد) walad. Kata ibn berarti sesuatu yang lahir oleh sesuatu. Kata
tersebut dapat berarti: anak yang dijadikan oleh Allah menjadi ada karena
adanya orang tua, segala sesuatu yang dihasilkan dari satu arah atau dari
pendidikan, banyaknya pengabdian yang dilaksanakan sesuai dengan
perintah.
Kata (بني) bunayy adalah tashgir dari ibn dapat berarti anak kecil,
anak kandung, murid, atau anak didik, yang banyak mengabdi dan menaati
49
perintah-perintah Allah. Kata (ولد) walad berarti sebagai dasar kelahiran
anak keturunan yaitu anak kandung atau anak secara biologis.
Kata iman berasal dari bahasa Arab (امن) amana, (يؤمن) yu’minu,
imana, yang berarti percaya. Bagi seseorang yang percaya atau (ايمان)
beriman akan menjadi dirinya menjadi aman. Pendidikan keimanan berarti
tidak syirik. Syirik arti katanya adalah sekutu atau persekutuan (Harun
Nasution, 1992, hlm 906). Syirik merupakan dosa yang paling besar yang
tidak dapat diampuni. Musyrik adalah orang yang mempersekutukan, yaitu
orang yang menganggap bahwa tuhan mempunyai sekutu.
Allah berfirman:
الله ل ي عفر ان يشرك به وي غفرمادون ذالك لمن يشآء ومن ي شرك بالله ف قداف ت رىان
(١٤)اثما عظيما
Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni (dosa) karena
mempersekutukan-Nya (syirik), dan Dia megampuni apa (dosa)
yang selain (syirik) itu bagi siapa yang Dia Kehendaki.
Barangsiapa mempersekutukan Allah, maka sungguh, dia telah
berbuat dosa yang besar.” (QS. An-Nisa: 48).
Kata syirik berasal dari bahasa Arab (شرك) syirka, (يشرك)
yasyuraku, (الشرك) as-syirkun, berarti menyekutukan. Syirik dibagi
menjadi dua, syirik besar dan syirik kecil. Syirik besar adalah menetapkan
sekutu bagi Allah, yaitu memalingkan sesuatu bentuk ibadah kepada selain
Allah. Syirik kecil adalah memelihara selain Allah menyertainya dari
sebagian urusannya, dan merupakan wasilah dari syirik besar. Misalnya
dalam perbuatan yaitu bersumpah selain nama Allah dan dalam hal
keinginan dan niat, seperti riya’.
Kata ( ظلم) zhulm dari (ظلم) zhalama yang mempunyai dua arti,
pertama berarti lawan dari bercahaya dan bersinar, kedua berarti
menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya (Wahid Ahmad, 2004: 185).
Zhalim adalah orang yang tidak mendapatkan cahaya dan sinar, serta
berbuat sesuatu tidak pada tempatnya.
50
Kezaliman secara umum dibagi menjadi tiga:
a. Zalim kepada Allah
Zalim kepada Allah merupakan kezaliman yang paling buruk,
adapun bentuk-bentuk kezaliman kepada Allah yaitu, kufur
(mengingkari Allah) dan syirik (menyekutukan Allah) (Wahid Ahmad,
2004, hlm 190).
b. Zalim kepada diri sendiri
Zalim kepada diri sendiri adalah semua perbuatan yang
merugikan diri sendiri, baik di dunia maupun di akhirat (Wahid
Ahmad, 2004, hlm 186).
c. Zalim kepada orang lain
Zalim kepada orang lain berarti berbuat sesuatu yang merugikan
atau melukainya. Baik itu menyangkut harga diri, harta maupun
fisiknya (Wahid Ahmad, 2004, hlm 187).
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwasanya Luqman
menjelaskan kepada anaknya, bahwa perbuatan syirik itu merupakan
kezaliman yang besar. Syirik dinamakan perbuatan yang zalim, karena
perbuatan syirik berarti meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya. Yaitu
menyamakan kedudukan Allah dengan berhala-berhala yang tidak
mempunyai kenikmatan apapun.
Luqman memberi nasehat sebagai belas kasih sayang dan cinta
terhadap anaknya, nasehat pertama adalah bertauhid, menyembah Allah
semata, dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun,
sesungguhnya menyekutukan Allah merupakan kezaliman yang besar
(Muhammad Nasib ar-Rifa’I, 2000, hlm 789).
Kata (يعظه) Ya’izhuhu terambil dari kata (وعظ) wa’zh yaitu nasehat
yang menyangkut berbagai kebajikan dengan cara menyentuh hati (M.
Quraish Shihab, 2003, hlm 127). Kata ini juga mengisyaratkan bahwa
nasehat itu dilakukan dari saat ke saat. Sebagaimana dipahami dari bentuk
kata kerja masa kini dan datang yaitu pada kata ya’izhuhu.
51
3. Pendidikan berbakti kepada kedua orang tua
Dalam surah Luqman terdapat perintah berbakti kepada kedua
orang tua yang mana disebutkan dalam ayat 14-15, yang berbunyi:
نا الإنسان بوالديه حملته أمه وهنا على وهن وفصاله في عامين أن اشكر لي ووصي
وإن جاهداك على أن تشرك بي ما ليس لك به علم فلا (٤١)ولوالديك إلي المصير
ن يا معروفا واتبع سبيل من أناب إلي ثم إلي مرجعكم تطعهما هما في الد وصاحب
(٤١)فأن بئكم بما كنتم ت عملون
Artinya: ‘Dan Kami Perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik)
kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam
keadaa lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam
usia dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua
orang tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu; Dan jika keduanya
memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang
engkau tidak mempunyai ilmu tentang itu, maka janganlah
engkau menaati keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia
dengan baik, dan ikutilah jalan orang yng kembali kepada-Ku.
Kemudian hanya kepada-Ku tempat kembalimu, maka akan aku
beritahukan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan” (QS.
Luqman: 14-15).
Kata (الانسان) al-insan yang diterjemahkan dengan “manusia”
terambil dari akar kata (انس) uns, yang berarti senang, “jinak” dan
“harmonis”, atau ia terambil dari akar kata (نسي) nis-y yang berarti “lupa’.
Ada yang berpendapat dari (نوس) nawsun berarti bergerak dan dinamika
(M. Quraish Shihab, 1997, hlm 87). Makna-makna di atas paling tidak
memberikan gambaran tentang potensi atau sifat makhluk tersebut, yakni
bahwa ia memiliki sifat lupa, kemampuan bergerak yang melahirkan
dinamika. Ia juga adalah makhluk yang selalu atau sewajarnya melahirkan
rasa senang, harmonis dan kebahagiaan kepada pihak-pihak lain.
(ولد) berarti kedua orang tuanya, kata tunggalnya adalah (بوالديه)
walid, walid berarti orang tua kandung, sebab arti (ولد) walad sebagai dasar
52
anak keturunan (M. Quraish Shihab, 2002, hlm 209). Berbakti kepada
kedua orang tua termasuk perbuatan kebajikan.
Allah berfirman:
(٤١)وب رابوالديه ولم يكن جباراعصيا
Artinya: “Dan sangat berbakti kepada kedua orang tuanya, dan dia bukan
orang yang sombong (bukan pula) orang yang durhaka” (QS.
Maryam: 14).
Allah berfirman
(٤٧)وب رابوالدتي ولم يجعلني جباراشقيا
Artinya: “Dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku
seorang yang sombong lagi celaka” (QS. Maryam: 32).
Kata (بر) barran sama dengan birr berakar kata dari huruf (ب) ba,
.ra’, yang berarti baik hikayat, suara, daratan da tumbuh-tumbuhan (ر)
Kata barran dalam ayat tersebut berarti banyak kebaktian atau yang
banyak melimpah kebaikan. Berbakti kepada kedua orang tua merupakan
amal yang dicintai oleh Allah. Mengingatkan betapa beratnya ibu ketika
hamil dan menyusui maka bersyukurlah kepada Allah atas nikmat Islam
dan Ihsan. Dan bersyukurlah kepada kedua orang tua atas nikmat
pendidikan (mendidik) serta berbuat baik dan menjaga silaturrahim. Maka
orang yang berbuat baik pasti dibalas akan kebaikannya dan orang yang
berbuat jelek akan dibalas atas kejelekannya.
Pengecualian menaati perintah kedua orang tua, jika mereka (orang
tua) memaksa terhadap apa yang tidak kamu ketahui hakekatnya, yaitu
berbuat syirik kepada Allah. Tetapi tetaplah berbakti kepada keduanya
selama tidak bertentangan dengan ajaran agama. Dan pergaulilah
keduanya di dunia dengan baik selama mereka hidup dan dalam urusan
dunia.
53
Firman Allah:
نسان بوالدين حسنا وان جهدك لتشرك بي ماليس لك به علم فلا تطعهما ناال ووصي
(٤)فان بئكم بما كنتم ت عملون الي مرجعكم
Artinya: “Dan kami Wajibkan kepada manusia agar (berbuat) kebaikan
kepada kedua orang tuanya. Dan jika keduanya memaksamu
untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang engkau tidak
mempunyai ilmu tentang itu, maka janganlah engkau patuhi
keduanya. Hanya kepada-Ku tempat kembalimu, dan akan Aku
Beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan (QS. Al-
Ankabut: 8).
Nasehat Luqman mengfokuskan ketaatan kepada Allah, dan
mengingatkan bahwa taat kepada kedua orang tua merupakan bagian dari
taat kepada Allah dan cerminan dari sifat ihsan (berbuat baik kepada
sesama).
4. Pendidikan Intelektual
Berdasarkan firman Allah dalam surah Luqman ayat 16, yang
berbunyi:
ماوات أو في يا ب ني إن ها إن تك مث قال حبة من خردل ف تكن في صخرة أو في الس
(٤٦)الأرض يأت بها الله إن الله لطيف خبير
Artinya: “(Luqman berkata): “Wahai anakku! Sungguh, jika ada (sesuatu
perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di
langit atau di bumi, niscaya Allah akan memberinya (balasan).
Sesungguhnya Allah Maha Halus, Maha Mengetahui” (QS.
Luqman: 16).
Kata يات بهاالله) ) yang berarti (niscaya Akan mendatangkanya)
maksudnya, Dia kelak akan menghisabnya, yaitu memberi balasan. Ayat
ini menggambarkan kuasa Allah melakukan perhitungan atas amal-amal
perbuatan manusia di akhirat nanti. Setiap amal dan perbuatan sekecil
apapun meskipun tersembunyi pasti akan mendapatkan balasan nanti di
akhirat.
54
Kata (لطيف) lathif terambil dari akar kata (لطف) lathafa yang huruf-
hurufnya terdiri dari (ل) lam, (ط) tha, dan (ف) fa’ (M. Quraish Shihab,
2003, hlm 134). Kata ini mengandung makna lembut, halus, atau kecil.
Dari makna ini lahir makna ketersembunyian dan ketelitian.
Kata (خبير) Khabir, terambil dari akar kata yang terdiri dari huruf-
huruf (خ) kha’,(ب) ba’, dan (ر) ra’ yang maknanya berkisar pada dua hal,
yaitu pengetahuan dan kelemah lembutan. Khabir dari segi bahasa berarti
mengetahui dan juga tumbuh yang lunak. Allah maha lembut,
pengetahuan-Nya meliputi hal-hal yang tidak kelihatan, lagi Maha
waspada, Dia mengetahui semua perkara yang tampak dan yang tidak
tampak (M. Quraish Shihab, 2003, hlm 135).
Pendidikan intelektual ini sudah diperintahkan sejak wahyu yang
pertama dalam QS. Al-Alaq: 1-5 yang intinya mengjarkan:
a) Pentingnya pendidikan bagi umat manusia, sehingga perlu jenjang
pendidikan yang berkelanjutan dan perlu diulang-ulang.
b) Membaca dan menulis dua komponen yang melahirkan proses
pendidikan. Melalui bacaan, manusia mempunyai ilmu
pengetahuan, baik yang tertulis maupun yang tidak. Sedangkan
melalui tulisan, generasi terdahulu dapat mewariskan ilmu
pengetahuan dan pengalaman kepada generasi penerus.
c) Pendidikan pada hakikatnya untuk memperlihatkan
kemahabijaksanaan dan kemahamurahan Allah terhadap hamba-
Nya. Hal ini tercermin dengan adanya pengajaran dari-Nya melalui
pena.
Allah berfirman:
نسان من علق ( ٤)اق رأبسم ربك الذي خلق الذي ( ٤)اق رأوربك الكرم ( ٧)خلق ال
نسان مالم ي علم ( ١)علم بلقلم (١)علم ال
Artinya: Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhan-mu yang Menciptakan,
Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah,
dan Tuhan-mulah yang Maha Mulia, Yang mengajar (manusia)
55
dengan pena, Dia mengajarkan manusia apa yang tidak
diketahuinya (QS. Al-‘Alaq: 1-5).
Kata (اقرأ) iqra’ terabil dari kata kerja (قرأ) qara’a yang pada
mulanya berarti menghimpun (M. Quraish Shihab, 2002, hlm 433). Iqra’
digunakan dalam arti membaca, menelaah, menyampaikan, mendalami,
mengetahui ciri sesuatu, dan membaca baik teks tertulis maupun tidak.
Dalam pandangan al-Qur'an, ilmu adalah keistimewaan yang menjadikan
manusia unggul terhadap makhluk-makhluk lain guna menjalankan fungsi
kekhalifaan. Manusia memiliki potensi untuk meraih ilmu dan
mengembangkan dengan seizin Allah. Keterangan dari al-Alaq
menunjukkan bahwa mencari ilmu hukumnya wajib.
5. Pendidikan Shalat
Berdasarkan firman Allah surah Luqman ayat 17 menyatakan
bahwa:
يا ب ني أقم الصلاة وأمر بالمعروف وانه عن المنكر واصبر على ما أصابك إن ذلك
(٤٢)من عزم الأمور
Artinya: “Wahai anakku! Laksanakanlah shalat dan suruhlah (manusia)
mengerjakan yang makruf dan cegahlah (mereka) dari yang
mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu.
Sesungguhnya yang demikian itu termasuk perkara yang penting”
(QS. Luqman: 17).
Kata shalat berasal dari bahasa Arab (صلى) shalla, (يصلى) yushalli,
shalatan. Menurut bahasa shalat adalah ibadah yang terdiri dari (صلاة)
bacaan-bacaan khusus yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan
salam. Shalat adalah salah satu bentuk ibadah ritual yang merupakan
sarana bagi setiap orang untuk selalu merasa dekat dalam suasana
komunikasi spiritual dengan Allah (Zubaedi, 2011, hlm 87). Dengan
menjalin takarub tersebut, setiap orang akan dapat merasakan ketenangan
dan ketentraman dalam batinnya, begitu pula perbuatannya senantiasa
terjaga dari perbuatan keji dan mungkar.
56
Allah berfirman:
هى عن الفخشآءوالمنكر ات ل مآاوحي اليك من الكتب واقمالصلوة ان الصلوةت ن
(١١)ولذكرالله اكب ر والله ي علم ماتصن عون
Artinya: “Bacalah Kitab (Al-Qur’an) yang telah diwahyukan kepadamu
(Muhammad) dan laksanakanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu
mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar. Dan (ketahuilah)
mengingat Allah (shalat) itu lebih besar (keutamaannya dari
ibadah yng lain), Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”
(QS. al-Ankabut: 45)
Dalam shalat mengandung ridha Allah, sebab orang yang
mengerjakannya berarti menghadap dan tunduk kepada-Nya. Dan di dalam
shalat terkandung pula hikmah lainnya, yaitu dapat mencegah dari
perbuatan keji dan mungkar.
Kata ( ر ام ) diterjemahkan suruhlah dari (امر) amara mempunyai
lima arti, yaitu perkara atau masalah, menyuruh atau memerintah,
berkembang dan barakah, penunjuk jalan, dan ta’jub. Kata suruhan yang
dimaksud bahwa agar yang disuruh dapat berkembang dengan baik
mendapat barakah, dan mendapat jalan yang sesuai dengan perintahnya
itu.
Ma’ruf adalah yang baik menurut pandangan umum suatu
masyarakat dan telah mereka kenal luas, selama sejalan dengan kebajikan,
yaitu nilai-nilai ilahi. Mungkar adalah sesuatu yang dinilai buruk oleh
mereka serta bertentangan dengan nilai-nilai ilahi (M. Quraish Shihab,
2003, hlm 137).
Amar ma’ruf nahi mungkar adalah perbuatan yang dilakukan
kepada manusia untuk menjalankan kebaikan dan meninggalkan
kemaksiatan dan kemungkaran, yaitu sebagai implementasi perintah Allah.
Firman Allah:
57
هون عن المنكر واولئ ك هم ولتكن منكم امة يدعون الى الغير ويأمرون بلمعروف وي ن (٤٠١)المفلحون
Artinya: “Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang
menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan
mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang
yang beruntung” (QS. Ali-Imran: 104).
Kata (صبر) shabr terambil dari kata yang terdiri dari huruf-huruf
,ra’. Maknanya berkisar tiga hal yaitu menahan (ر) ,’ba (ب) ,shad (ص)
ketinggian sesuatu, dan sejenis batu (M. Quraish Shihab, 2003, hlm 137).
Ketiga makna tersebut sangat berkaitan, apabila pelakunya manusia.
Seorang yang sabar, akan menahan diri, dan untuk itu manusia mempunyai
kekukuhan jiwa, dan mental baja agar dapat mencapai ketinggian yang
diharapkan. Sabar adalah menahan diri atau membatasi jiwa dari keinginan
demi mencapai sesuatu yang lebih baik, serta bertahan dalam kesempitan
dan himpitan.
Firman Allah:
ن يا حسنة وارض الله واسعة قل يعبادالذين امن واات قوا ربكم للذين احسن وا في هذه الد
(٤٠)انما ي وفى الصبرون اجرهم بغير حساب
Artinya: Katakanlah (Muhammad), “Wahai hamba-hamba-Ku yang
beriman! Bertakwalah kepada Tuhanmu. “Bagi Orang-orang
yang berbuat baik di dunia ini akan memperoleh kebaikan. Dan
bumi Allah itu luas. Hanya orang-orang yang bersabarlah yang
disempurnakan pahalanya tanpa batas” (QS. Az-Zumar: 10).
Allah menyukai orang-orang yang sabar dalam menghadapi ujian
atau musibah yang diberikan Allah kepada manusia. Kata (عزم) ‘azm
berarti ada keteguhan hati dalam menyelesaikan suatu perkara atau
memelihara dengan benar-benar atas apa yang telah diperintahkan dan ada
58
keinginan kuat untuk melaksanakan. Karena kesabaran telah masuk dalam
bagian ‘azm.
Allah berfirman:
لون في اموالكم وان فسكم ولتسمعن من الذين اوتواالكتب من ق بلكم ومن الذين لتب
قوا فان ذلك من عزم المور را وان تصبروا وت ت (٤٤٦)اشركوآاذى كثي
Artinya: “Kamu pasti akan diuji dengan hartamu dan dirimu. Dan pasti
kamu akan mendengar banyak hal yang sangat menyakitkan hati
dari orang-orang yang diberi Kitab sebelum kamu dan dari
orang-orang musyrik. Jika kamu bersabar dan bertakwa, maka
sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang (patut)
diutamakan” (QS. Ali-Imran: 186).
Maka atas dasar itu, bersabar yakni menahan diri termasuk dalam
‘azm yakni tekad dan keteguhan akan terus bertahan selama masih ada
sabar. Dengan demikian, kesabaran diperlukan oleh tekad serta
kesinambungan.
6. Pendidikan Larangan Takabur atau Sombong
Takabur berasal dari bahasa Arab (تكبر) takabbara, (يتكبر)
yatakabbaru, yang artinya sombong atau membanggakan diri (Multahim,
2007, hlm 136). Secara istilah takabur adalah sikap berbangga diri dengan
beranggapan bahwa hanya dirinyalah yang paling hebat dan benar
dibandingkan orang lain. Takabur atau sombong merupakan sifat tercela
dan berbahaya.
Allah berfirman:
ها ف لبئس مث وى المتكبرين (٧٢)فادخلوآ اب واب جهنم خلدين في
Artinya: “Maka masuklah pintu-pintu neraka Jahannam, kamu kekal di
dalamnya.pasti itu seburuk-buruk tempat orang yang
menyombongkan diri” (QS. An-Nahl: 29).
Adapun mengenai pendidikan larangan takabur atau sombong di
atas terdapat dalam firman Allah surah Luqman yang berbunyi:
59
ك للناس ول في الأرض مرحا إن الله ل يحب كل مختال فخور ول تصعر خد تم
واقصد في مشيك واغضض من صوتك إن أنكر الأصوات لصوت الحمير (٤٤)
(٤٢)
Artinya: “Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia (karena
sombong) dan janganlah berjalan di bumi dengan angkuh.
Sungguh, Allah tidak Menyukai orang-orang yang sombong dan
membanggakan diri; Dan sederhanakanlah dalam berjalan dan
lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah
suara keledai” (QS. Luqman: 18-19).
Kata (فى الارض) fi al-ardh atau di bumi disebut oleh ayat di atas,
untuk mengisyaratkan bahwa asal kejadian manusia dari tanah, sehingga
manusia hendaknya jangan menyombongkan diri dan angkuh di bumi.
Kata (مختالا) mukhtalan terambil dari akar kata yang sama dengan
khayal (M. Quraish Shihab, 2003, hlm 139). Karenanya kata ini (خيال)
pada mulanya berarti orang-orang yang tingkah lakunya diarahkan oleh
khayalan, bukan oleh kenyataan yang ada pada dirinya. Biasanya orang
yang semacam ini berjalan angkuh dan merasa dirinya memiliki kelebihan
dibandingkan dengan orang lain.
Kata (فخورا) fakhuran, yakni sering kali membanggakan diri (M.
Quraish Shihab, 2003, hlm 140). Kata (مختال) mukhtal dan (فخور) fakhtur,
mengandung makna kesombongan, yang pertama bermakna kesombongan
yang terlihat dalam tingkah laku, sedang yang kedua kesombongan yang
terdengar dari ucapan-ucapan. Hal ini menunjukkan bahwa orang yang
angkuh atau sombong sering dalam tingkah laku atau ucapan secara
bersamaan.
Ayat di atas menjelaskan bahwa sesunggunya Allah tidak
menyukai orang-orang yang sombong kepada orang lain dan merasa
kagum terhadap diri sendiri. Allah tidak menyukai orang-orang yang
bermegah-megah terhadap manusia, baik dengan harta, kemuliaan,
ataupun kekuatan. Karena itu, Allah melarang manusia untuk berlaku
60
sombong. Karena sesungguhnya hal itu adalah jalan orang-orang yang
murka dan sombong, yaitu mereka yang gemar melakukan kekejaman di
bumi dan suka berbuat zhalim terhadap orang lain.
Ayat selanjutnya, Luqman menganjurkan agar anaknya sederhana
dalam berjalan dan melunakkan suara. Kata (اعضض) ughdhudh terambil
dari kata (غض) ghadhdh dalam arti penggunaan sesuatu tidak dalam
potensinya yang sempurna (M. Quraish Shihab, 2003, hlm 140).
Seseorang diminta untuk tidak berteriak sekuat kemampuannya, tetapi
dengan suara perlahan namun tidak harus berbisik. Dengan demikian
ajaran di atas anak diminta untuk bersuara rendah atau perlahan, bukan
seperti keledai. Kata (الحمير) berarti keledai mengungkapkan adanya
seseorang yang bertindak bodoh, karena kesombongan dan keangkuhan.
Ayat di atas menjelaskan bahwa berlaku sederhanalah dalam
berjalan, jangan terlalu tergesa-gesa dan jangan terlalu lamban.
Rendahkanlah suara, jangan mengeraskan suara apabila tidak perlu, karena
sikap demikian itu lebih berwibawa bagi yang melakukannya.
Sesungguhnya suara yang paling buruk dan paling jelek adalah suara
keledai. Nasehat Luqman terhadap anaknya, menggambarkan identitas
kebijaksanaan Luqman dalam bentuk perintah dan larangan yang memuat
ajaran berbuat baik terhadap manusia, berbuat baik terhadap kedua orang
tua dan ajaran mengikuti jalan hidup orang mukmin. Demikian pula ayat-
ayat itu menjelaskan bahwa berbuat baik yang termasuk ibadah ialah
seperti berbuat baik dengan kedua orang tua, muraqabah dalam shalat,
amar ma’ruf nahi mungkar, sabar, tawadhu, tidak memalingkan pandang
dari manusia, dan meninggalkan berjalan dengan congkak. Berjalan
dengan bersahaja dan menahan suara keras dalam berbicara ini semua
termasuk berbuat baik pada sesama. Demikian Luqman mendidik anaknya
bahkan memberi tuntunan kepada siapa pun yang ingin menelusuri jalan
kebajikan.
61
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil kajian yang dilakukan oleh peneliti mengenai analisis nilai-
nilai pendidilan akhlak yang terkandung dalam surah Luqman ayat 12-19
dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Terdapat berbagai macam nilai-nilai pendidikan akhlak yang
terkandung dalam surah Luqman, yaitu pertama, pendidikan syukur
yang terdapat dalam ayat 12 yang mengajarkan kita agar selalu
bersyukur kepada Allah atas nikmat yang telah Allah berikan kepada
kita sebagaimana yang diajarkan oleh Luqman. Kedua, pendidikan
keimanan yang terdapat pada ayat 13 yang berisi tentang agar kita
tidak menyekutukan Allah dengan yang lainnya, krena menyekutukan
Allah termasuk perbuatan yang dzolim. Ketiga, pendidikan berbakti
kepada kedua orang tua yang terdapat pada ayat 14 dan 15 yang berisi
nilai agar kita selalu berbuat baik kepada kedua orang tua, bersyukur
kepada Allah kemudian berbakti kepada keduanya serta mengajarkan
kita agar tidak mempersekutukan Allah walaupun orang tua sendiri
yang menyuruhnya, akan tetapi kita tetap berbuat baik dan berbakti
kepada keduanya. Keempat, pendidikan intelektual yang terdapat pada
ayat 16 yang berisi tentang pengajaran bahwa setiap perbuatan akan
mendapat balasan dari Allah meskipun tersembunyi ditempat yang
tidak terlihat oleh manusia. Kelima, pendidikan shalat yang terdapat
pada ayat 17 yang berisi perintah mendirikan shalat, mengerjakan yang
baik, mencegah yang munkar, dan bersikap sabar dalam kehidupan.
Serta terakhir, pendidikan larangan takabbur atau sombong yang
terdapat pada ayat 18 dan 19 yang berisi pengajaran agar kita tidak
memalingkan muka kepada orang lain karea sombong, angkuh dalam
berjalan, serta mengisyaratkan kepada kita agar berjalan secara
62
sederhana, tidak tergesa-gesa/cepat, dan melembutkan suara ketika
berbicara.
2. Peneliti mengaharapkan para pembaca, baik pendidik maupun peserta
didik dapat meneladani nasehat-nasehat yang terdapat dalam surah
Luqman tersebut, khususnya dalam ayat 12-19 dalam kehidupan
sehari-hari.
B. Saran
Dengan selesainya skripsi ini seyogyanya:
1. Bagi Pendidik
Pada dasarnya pendidikan akhlak mengenai perintah perilaku mulia
dan larangan berperilaku tercela sudah dijelaskan oleh al-Qur’an dan as-
Sunnah, diantaranya yaitu yang terkandung dalam surah Luqman ayat 12-
19. Oleh sebab itu, peneliti menyarankan kepada pendidik agar penggalian
ajaran tersebut dapat diaplikasikan atau diterapkan pada pendidik sebagai
tauladan bagi peserta didik, dengan melakukan perbaikkan akhlak manusia
dalam menjalani hidup di dunia.
2. Bagi orang tua
Orang tua sangat berperan dalam penentuan akhlak seorang anak,
diharapkan orang tua mampu mencontoh serta dapat mengaplikasikan
dalam mendidik anak yang sesuai dengan pendidikan akhlak dalam surah
Luqman ayat 12-19.
3. Bagi pembaca yang budiman
Hendaknya membenahi apabila menemukan kesalahan dalam
skripsi ini agar sesuai dengan hasil yang diinginkan oleh peneliti, yaitu
memberikan manfaat baik secara teoritis maupun manfaat secara praktis.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Al-Qur’an dan Terjemahannya. Bandung: Diponegoro.
---------- 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
---------- 2018. Tim Penyusun. Buku Pedoman Penulisan Skripsi. Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan. Universitas Islam Negeri Jambi.
Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati. 2003. Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Abu Bakar Jabir Al-Jazairi. 2000. Ensiklopedi Muslim. Jakarta: Darul Falah.
Abdul Ghofur Zuhairani. 2004. Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam. Malang: UIN dan UM Press.
Abdul Majid Khon. 2009. Ulumul Hadis. Jakarta: Amzah.
Abdul Mustaqim. 2011. Kisah Al-Qur’an: Hakekt, Makna, dan Nilai-nilai
pendidikan. Mataram: Institut Agama Islam Negeri.
Abudin Nata. 2009. Akhlak Tasawuf. Jakarta: Rajawali Pers.
Acep Hermawan. 2013. ‘Ulumul Quran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Ahmad Mustafa al-Maragi. 1989. Tafsir Al-Maragi juz XXI terjemahan Bahrun
Abu Bakar. Semarang: Toha Putra.
Ahmad Mushthafa al-Maraghi. 1992. Tafsir Al-Maraghi juz 21. Semarang: Toha
Putra.
Ahsin Sakho Muhammad. 2010. Al-Qur’an dan Tafsirnya. Jakarta: Lentera Hati.
Ahmad Syadali dan Ahmad Rofi’i. 2000. Ulumul Qur’an. Bandung: Pustaka
Setia.
Ali Abdul Halim Mahmud. 2004. Akhlak Mulia (at-Tarbiyah al-Khuluq). Jakarta:
Gema Insani Press.
Ali Anwar Yusuf. 2003. Studi Agama Islam. Bandung: CV Pustaka Setia.
Al-Rasyidin dan Samsul Nizar. 2005. Filsafat Pendidikan Islam (Pendekatan
Historis, Teoritis dan Praktis). Jakarta: Ciputat Press.
Amir Hamzah. 2019. Metode Penelitian Kepustakaan. Malang: Literasi
Nusantara.
Anton, Bakker, dan Ahmad Zubair. 1990. Metodologi Penelitian Filsafat.
Yogyakarta: Kanisius.
Bukhari Umar. 2015. Hadis Tarbawi Pendidikan dalam Perspektif Hadis. Jakrta:
Amzah.
Burhan Bungin. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Burhan Bungin. 2013. Penelitian Ilmiah. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Eti Ismawati. 2012. Ilmu Sosial Budaya Dasar. Yogyakarta: Ombak.
Hamka. 1982. Tafsir l-Azhar juzz XXI. Jakarta: Putra Panjimas.
Harun Nasution. 1992. Ensiklopedi Islam Indonesia. Jakarta: Djambatan.
Humaidi Tatapangarsa. 1980. Akhlak yang Mulia. Surabaya: PT Bina Ilmu.
M.Arifin. 1991. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bina Ilmu.
M.Arifin. 1996. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
M.Yatimin Abdullah. 2007. Studi Akhlak dalam Perspektif al-Qur’an. Jakarta:
Sinar Grafika.
M. Ngalim Purwanto. 2014. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
M. Quraish Shihab. 2003. Tafsir Al-Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian al-
Qur’an. Jakarta: Lentera Hati.
M. Quraish Shihab. 1997. Itafsir Al-Qur’an Alkarim Tafsir atas Surat-Surat
Pendek berdasarkan urutan Turunnya Wahyu. Bandung: Pustaka Hidayah.
Mestika Zed. 2014. Metodologi Penelitian Kepustakaan. Jakarta: Yayasan Obset
Indonesia.
Miftahul Huda. 2009. Idealitas Pendidikan Anak, Tafsir Tematik QS. Luqman.
Malang: UIN Malang Press.
Miftahul Huda dan Muhammad Idris. 2008. Nalar Pendidikan Anak. Jogjakarta:
Ar-Ruzz Media.
Mohammad Daud Ali. 2015. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Muhammad Alim. 2006. Pendidikan Agama Islam. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Muhammad Husein Al-Thabathabai. 1991. AL-Mizan Fi Tafsir Al-Qur’an.
Lebanon: Muassasat Al-Alam Li Al-Matba’ah.
Muhammad Nasib Ar-Rifa’i. 2012. Ibnu Katsir jilid 3. Jakarta: Gema Insani.
Nana Syaodih Sukmadinata. 2005. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:
Rosdakarya.
Jalaluddin dan Abdullah. 2002. Teologi Pendidikan. Jakarta: PT Rajagrafindo
Persada.
Quraish Shihab. 2002. Tafsir Al-Misbah, Pesan, Kesan, dan Keserasian al-
Qur’an. Jakarta: Lentera Hati.
Ramayulis. 2002. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.
Rohmat Mulyana. 2004. Mengartikulasi Pendidikan Nilai. Bandung: Alfabeta.
Rosady Ruslan. 2003. Metode Ilmiah. Jakarta: Rineka Cipta.
Sugiyono. 2013. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Sulaiman Al-Kumayi. 2015. Dahsyatnya Mendidik Anak Gaya Rasulullah.
Yogyakarta: Semesta Hikmah.
Syamsul Nizar. 2011. Pengantar Dasar-dasar Pendidikan Islam. Jakarta: Gaya
Media Pratama.
Tatang S. 2012. Ilmu Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.
Wahid Ahmad. 2004. Risalah Akhlak, Panduan Perilaku Muslim Modern. Solo:
Era Intermedia.
Zakiah Drajat. 1994. Peranan Agama dalam Kesehatan Mental. Jakarta: Haji
Masagung.
Zubaedi. 2011. Desain Pendidikan Karakter. Jakarta: Kencana Prenda Media
Group.
vii
vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP (CURRICULUM VITAE)
Nama : Resiana
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat/tanggal Lahir : Rantau Ikil, 24 Maret 1997
Alamat : Perumahan Aurduri Permai
Pekerjaan : -
Alamat Email : [email protected]
No Kontak : 0853-7861-5673
Pengalaman-Pengalaman Pendidikan Formal :
1. SDN 66/II Simpang 4 Rantau Ikil, tamat pada tahun 2009
2. SMPN 2 Jujuhan, tamat pada tahun 2012
3. MAN/MAPK Kotobaru Padang Panjang, tamat pada tahun 2015
Motto Hidup :
“Man Jadda Wajada”