Page 1
SKRIPSI
ANALISIS MUTU KIMIA SIMPLISIA RIMPANG JAHE GAJAH
(Zingiber officinale var. Roscoe) DENGAN KETEBALAN
IRISAN YANG BERBEDA
Oleh:
WIDODO SETYO NUGROHO
11582103795
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
PEKANBARU
2021
Page 2
SKRIPSI
ANALISIS MUTU KIMIA SIMPLISIA RIMPANG JAHE GAJAH
(Zingiber officinale var. Roscoe) DENGAN KETEBALAN
IRISAN YANG BERBEDA
Oleh:
WIDODO SETYO NUGROHO
11582103795
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
PEKANBARU
2021
Page 6
PERSEMBAHAN
Sembah sujud serta syukur kepada Allah SWT. Taburan cinta dan kasih sayang-
Mu telah memberikanku kekuatan, membekaliku dengan ilmu serta
memperkenalkanku dengan cinta. Atas karunia serta kemudahan yang Engkau
berikan akhirnya skripsi yang sederhana ini dapat terselasaikan. Shalawat dan
salam selalu terlimpahkan keharibaan Rasullah Muhammad SAW.
Kupersembahkan karya sederhana ini kepada orang yang sangat kukasihi dan
kusayangi. Ibunda dan Ayahanda Tercinta. ibu, ayah...seandainya kalian tahu
betapa sulit mimpi ini untuk ku raih. betapa berat semua ini untukku lalui. Doa
kalianlah yang membuatku hingga sekarang ini, mampu bertahan walaupun
sulit. Terimakasih.
Kupersembahkan tugas akhir ini kepada diri sendiri yang selalu
mempertanyakan “Kapan Aku lulus?”, sebagai pertanyaan yang selalu diajukan
ditengah-tengah frustasi dalam memperjuangkan skripsi ini. Setelah semua
drama perjuangan pengerjaan skripsi, maka akhirnya aku lulus yang dibuktikan
dari selesainya penelitian ini. Bahwa pada akhirnya, semua mahasiswa/i akan
meninggalkan almamaternya dengan cara terhormat atau tidak terhormat, tetapi
semua akan lulus dari almamaternya pada waktu yang tepat
Sesungguhnya setelah kesulitan itu ada kemudahan maka apabila kamu telah
selesai (dari suatu urusan kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan yang
lain) dan hanya kepada tuhanmulah hendaknya kamu berharap (QS. AL-
Insirah:6-8)
Maka nikmat tuham kamu manakah yang kamu dustakan? (QS. Ar-
Rahman:13)
Page 7
UCAPAN TERIMA KASIH
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji bagi Allah subahanahu wa ta’ala
Tuhan semesta alam yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
penulis dapat melaksanakan dan menyelesaikan Skripsi ini dengan baik. Shalawat
beriring salam diucapkan atas junjungan kita baginda Rasulullah Muhammad
shallallahu ‘alaihi wasallam.
Skripsi yang berjudul “Analisis Mutu Kimia Rimpang Jahe Gajah
(Zingiber officinale var. Roscoe) dengan Ketebalan Irisan yang Berbeda”
merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada
Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas
Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.
Dalam pelaksanaan dan penyusunan Skripsi ini penulis menyampaikan
terimakasih yang tidak terhingga kepada:
1. Kedua orang tua tercinta Ayahanda Sukadi dan Ibunda Supriatin yang tak
pernah berhenti memberikan doa, dukungan, cinta dan kasih sayang yang tak
pernah bisa terbalaskan.
2. Saudara kandungku tersayang Khairunnisa (kakak), Bagus Sujatmiko (adik),
dan Ragil Arie Hanggoro (adik) yang senantiasa memberikan dukungan,
motivasi dan bantuan spiritual maupun materil yang sangat luar biasa kepada
penulis.
3. Bapak Dr, Arsyadi Ali S.Pt., M.Agr., Sc. selaku Dekan Fakultas Peranian dan
Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.
4. Bapak Dr. Irwan Taslapratama, M.Sc. selaku Wakil Dekan I, Ibu Dr. Ir
Elfawati, M. Si Selaku Wakil Dekan II dan Bapak Dr. Syukria Ikhsan Zam.
M. Si selaku Wakil Dekan III Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas
Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.
5. Ibu Dr. Rosmaina, S. P.,M. Si. selaku ketua Program Studi Agroteknologi
Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif
Kasim Riau.
Page 8
6. Ibu Siti Zulaiha, M. Si. selaku pembimbing I, Ibu Penti Suryani S. P., M. Si.
selaku pembimbing II dan Bapak Dr. Tahrir Aulawi S. Pt., M. Si yang telah
banyak memberikan arahan, bimbingan, nasehat dan dengan tulus ikhlas
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan dalam
penyusunan skripsi ini.
7. Bapak Ir. Mokhamad Irfan M.Sc. selaku penguji I dan Bapak Bakhendri
Solfan S.P., M.Sc. selaku penguji II yang telah memberikan masukan berupa
kritik dan saran dalam penyusunan skripsi ini dengan baik.
8. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Agroteknologi dan seluruh staf Fakultas
Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau
yang telah memberikan segala ilmu, bimbingan, pengabdian dan pelayanan
sebagai pendidik selama di bangku perkuliahan.
9. Bapak dan Ibu seluruh staf Perpustakaan Universitas Islam Negeri Sultan
Syarif Kasim Riau yang telah menyediakan fasilitas buku-buku sebagai bahan
bacaan.
10. Teman-teman tim penelitian satu lokasi: Marsidi, Ridho ihsan, Ngatino, dan
Faizal Hasyim, Rizki Farel, Gusti Nadra Hamka Dede Arisman, dan Agustias
Wandi Amoniaga yang sudah senantiasa bekerja sama dalam terlaksananya
penelitian.
11. Teman-teman PKL PTPN V Lubuk Dalam Siak : Habib Muharoman, M Arif
Saputra, M Fikri Husaini, Dandy Prasetyo Setiawan, Rizki Rahmadi, Irham
Marjuki Pasaribu, Putut Budi Kurniawan, Algi Fahri, Dan Zulfa Jefri
Mardiansyah yang telah bekerjasama
12. Teman-Teman KKN Desa Padang Luas Kecamatan Langgam kabupaten
Pelalawan: A.D Dian Kurniawan, Ikmal Sayuti, Samsul Rizal, Nurfa Rahim,
Nandi Noprita, Annisa Rami, Mardiah, Nurrezkiani, Desi Dan Afriani Afdah
yang telah bekerjasama dalam tugas pengabdian kemasyarakat selama
sebulan setengah.
13. Keluarga besar kelas E Agroteknologi 2015; Adi Setyawan Pratama, Ahmad
Rivai, Algi Fahri, Annisa Sundari, Ayu Nurtiwi, Dandy Prasetyo , Dina
Novitri Rahayu, Dwi Wulan, Elfika, Febrianto, Habib Muharoman, Ira
Sundari, Juli Yanto, M Arif Saputra, Marsidi, Muslihin, Putut Budi
Page 9
Kurniawan Rosmi, Resti Andarayani, Riri Fitri Nandarati Ratna Sari, Sasliza,
Supiah Panisa, Vera Nursari Yudhis Fadhila, dan Zuriati yang telah
memberikan semangat dan motivasi kepada penulis baik pada saat
perkuliahan maupun pada saat penyusunan skripsi ini.
14. Popy Natalia S.Kom putri dari bapak Wasimun dan ibu Rusini
15. Semua sahabat – sahabat penulis yang tidak bisa disebutkan satu persatu saya
ucapkan terimakasih atas partisipasinya dan semoga kita semua sukses
nantinya.
Penulis berharap dan mendo‟akan semoga semua yang telah kita lakukan
dengan ikhlas dihitung amal ibadah oleh Allah Subbahanahu Wa‟taala, Aamiin
yarobbbal’alamin.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Pekanbaru, September 2021
Penulis
Page 10
RIWAYAT HIDUP
Widodo Setyo Nugroho dilahirkan di Desa Sanglar,
Kecamatan Reteh, Kabupaten Indragiri Hilir, pada tanggal 9
bulan September tahun 1996. Lahir dari pasangan Sukadi dan
Supriatin, yang merupakan anak kedua dari empat bersaudara.
Mengawali pendidikan Sekolah Dasar pada Tahun 2002 di MI
Sabilil Huda Sanglar dan lulus pada tahun 2009.
Pada tahun 2009 melanjutkan pendidikan ke sekolah Menengah pertama di MTS
Sabilil Huda dan lulus pada tahun 2012. Pada tahun 2012 penulis melanjutkan
pendidikan di SMA N 1 Reteh dengan jurusan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan
lulus pada tahun 2015.
Pada tahun 2015 melalui jalur Ujian Mandiri UMJM diterima menjadi
mahasiswa pada Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian dan Peternakan
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Pada bulan Juli sampai
dengan Agustus 2017 melaksanakan Praktek Kerja Lapang (PKL) di PTPN V
Lubuk Dalam Siak. Pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2018 penulis
melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Padang Luas, Kecamatan
Langgam, Kabupaten Pelalawan. Penulis melaksanakan penelitian pada Bulan
Februari sampai dengan Maret 2020 di Laboratorium Teknologi Pasca Panen
Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim
Riau dengan Judul “Analisis Mutu Kimia Rimpang Jahe Gajah (Zingiber
officinale var. Roscoe) dengan Ketebalan Irisan yang Berbeda” dibawah
bimbingan Ibu Siti Zulaiha, M. Si. dan Ibu Penti Suryani S. P.,M. Si.
Page 11
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu wata’ala yang telah memberikan
kesehatan dan keselamatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Skripsi
dengan judul “Analisis Mutu Kimia Simplisia Rimpang Jahe Gajah (Zingiber
officinale var. Roscoe) dengan Ketebalan Irisan yang Berbeda”.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Siti Zulaiha, M.Si. sebagai
dosen pembimbing I dan Ibu Penti Suryani S.P., M.Si. sebagai dosen pembimbing
II yang telah banyak memberikan bimbingan, petunjuk dan motivasi sampai
selesainya Skripsi ini. Kepada seluruh rekan-rekan yang telah banyak membantu
penulis di dalam penyelesaian Skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu-
persatu, penulis ucapkan terima kasih dan semoga mendapatkan balasan dari
Allah Subhanahu wata’ala untuk kemajuan kita semua dalam menghadapi masa
depan nanti.
Penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun
untuk perbaikan Skripsi ini. Semoga Skripsi ini bermanfaat bagi kita semua baik
untuk masa kini maupun untuk masa yang akan datang.
.
Pekanbaru, September 2021
Penulis
Page 12
ii
ANALISIS MUTU KIMIA SIMPLISIA RIMPANG JAHE GAJAH
(Zingiber officinale var. Roscoe) DENGAN KETEBALAN
IRISAN YANG BERBEDA
Widodo Setyo Nugroho (11582103795)
Dibawah bimbingan Siti Zulaiha dan Penti Suryani
INTISARI
Rimpang jahe mudah sekali mengalami perubahan fisiologis, kimia dan fisik jika
tidak ditangani secara cepat, sehingga mutu akan turun drastis. Oleh karena itu
setelah panen jahe memerlukan penanganan pasca panen diantaranya pengirisan
dengan ketebalan tertentu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketebalan
irisan yang terbaik tarhadap kimia simplisia rimpang jahe gajah. Penelitian telah
dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan bulan Maret 2020 di
Laboratorium Teknologi Pasca Panen (TPP) Fakultas Pertanian dan Peternakan,
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau dan Laboratorium Teknologi
Hasil Pertanian (THP) Fakultas Pertanian, Universitas Riau. Metode yang
digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap Nonfaktorial
dengan lima perlakuan dan empat ulangan. Parameter yang diamati adalah kadar
air, kadar abu, kadar oleoresin, kadar pati, dan kadar vitamin C. Hasil penelitian
menunjukan bahwa ketebalan irisan berpengaruh terhadap kadar air kadar abu,
kadar oleoresin, kadar pati, dan kadar vitamin C. Ketebalan irisan 6 mm
merupakan irisan yang terbaik dan minimnya kerusakan rimpang jahe sehingga
tetap mempertahankan mutu kimia rimpang jahe gajah.
Kata kunci: mutu kimia, simplisia, jahe gajah, ketebalan irisan.
Page 13
iii
CHEMICAL QUALITY ANALYSIS OF ELEPHANT GINGER RHIZOME SIMPLICIA
(Zingiber officinale var. Roscoe) WITH DIFFERENT SLICES THICKNESS
Widodo Setyo Nugroho (11582103795)
Under guidance by Siti Zulaiha and Penti Suryani
ABSTRACT
Ginger plant is a plant that easily undergoes physiological, chemical and physical
changes if it is not handled quickly, so the quality will drop drastically. Therefore,
after harvesting ginger requires post-harvest handling including slicing to a
certain thickness. This study aims to determine the best slice thickness against the
simplicia chemistry of elephant ginger rhizome. The research was carried out
from February to March 2020 at the Post-Harvest Technology Laboratory (TPP)
of the Faculty of Agriculture and Animal Husbandry, Sultan Syarif Kasim State
Islamic University, Riau and the Agricultural Product Technology Laboratory
(THP) of the Faculty of Agriculture, Riau University. The method used in this
study was a completely randomized nonfactorial design with five treatments and
four replications. The parameters observed were water content, ash content,
oleoresin content, starch content, and vitamin C content. The results showed that
the thickness of the slices affected the moisture content of the ash content,
oleoresin content, starch content, and vitamin C content. the best slices and
minimal damage to the ginger rhizome so as to maintain the chemical quality of
the elephant ginger rhizome.
Keywords: chemical quality, simplicia, elephant ginger, thickness of the slices.
Page 14
iv
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................... i
INTISARI ................................................................................................... ii
ABSTRACT ............................................................................................... iii
DAFTAR ISI .............................................................................................. iv
DAFTAR TABEL ...................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. vi
DAFTAR SINGKATAN ........................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. viii
I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ........................................................................... 1
1.2. Tujuan Penelitian ....................................................................... 2
1.3. Manfaat Penelitian ..................................................................... 2
1.4. Hipotesis Penelitian ................................................................... 2
II. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 3
2.1. Jahe ............................................................................................ 3
2.2. Kandungan Kimia Jahe .............................................................. 5
2.3. Panen dan Pemanenan ............................................................... 6
2.4. Pengeringan ............................................................................... 8
2.5. Pengirisan .................................................................................. 9
2.6. Simplisia .................................................................................... 10
III. MATERI DAN METODE .................................................................. 13
3.1. Tempat dan Waktu ..................................................................... 13
3.2. Bahan dan Alat .......................................................................... 13
3.3. Metode Penelitian ...................................................................... 13
3.4. Pelaksanaan Penelitian .............................................................. 14
3.5. Parameter Pengamatan .............................................................. 15
3.6. Analisis Data.............................................................................. 18
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 19
4.1. Kadar Air ................................................................................... 19
4.2. Kadar Abu.................................................................................. 20
4.3. Kadar Oleoresin ......................................................................... 22
4.4. Kadar Pati .................................................................................. 24
4.5. Kadar Vitamin C ........................................................................ 25
V. PENUTUP ........................................................................................... 28
5.1. Kesimpulan ................................................................................ 28
5.2. Saran .......................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 29
LAMPIRAN .............................................................................................. 34
Page 15
v
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1. keragaman Mutu Tiga Jenis Jahe ...................................................... 4
2.2. Kandungan Air Dan Minyak Atsiri ................................................... 6
2.4. Standar Mutu Simplisia Jahe ............................................................. 11
3.1. Hasil Pengacakan .............................................................................. 14
3.2. Sidik Ragam ...................................................................................... 18
4.1. Rata-rata Nilai Kadar Air pada Simplisia Rimpang Jahe Gajah ....... 19
4.2. Rata-rata Nilai Kadar Abu pada Simplisia Rimpang Jahe Gajah ..... 21
4.3. Rata-rata Nilai Kadar Oleoresin pada Simplisia Rimpang Jahe Gajah 23
4.4. Rata-rata Nilai Kadar Pati pada Simplisia Rimpang Jahe Gajah ...... 24
4.5. Rata-rata Nilai Kadar vitamin C pada Simplisia Rimpang Jahe
Gajah ................................................................................................. 26
Page 16
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1. Tanaman Jahe dan Bagian-bagiannya; a) akar, b) rimpang, c)
batang, d) daun, e) bunga ................................................................. 5
3.2. Alat pengirisan ................................................................................. 15
Page 17
vii
DAFTAR SINGKATAN
BPOM Badan Pengawasan Obat dan Makanan
BSN Badan Standardisasi Nasional
CV Commanditaire Vennootschap
DMRT Duncan’s Multiple Range Test
INK Ilmu Nutrisi dan Kimia
Kemenkes RI Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
RAL Rancangan Acak Lengkap
THP Teknologi Hasil Pertanian
TPP Teknologi Hasil Panen
Page 18
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Bagan Alur Penelitian .......................................................................... 34
2. Deskripsi Tanaman Jahe Gajah ........................................................... 35
3. Sidik Ragam Analisis Kadar Air .......................................................... 37
4. Sidik Ragam Analisis Kadar Abu ........................................................ 40
5. Sidik Ragam Analisis Kadar Oleoresin ............................................... 43
6. Sidik Ragam Analisis Kadar Pati ......................................................... 46
7. Sidik Ragam Analisis Kadar Vitamin C .............................................. 49
8. Hasil Data Menggunakan SPSS ........................................................... 52
9. Tabel Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) 5% ............................. 57
10. Dokumentasi Penelitian ...... ................................................................. 58
Page 19
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Jahe (Zingiber officinale) merupakan salah satu tanaman obat suku
Zingiberaceae yang banyak digunakan sebagai bahan baku dalam industri jamu
dan obat di Indonesia. Jahe merupakan komponen penyusun setiap jenis obat
tradisional di Indonesia, baik simplisia tunggal ataupun salah satu komponen dari
suatu ramuan. Jahe merupakan komoditas pertanian yang memiliki peluang dan
prospek yang cukup baik untuk dikembangkan di Indonesia. Menurut Yulianto
dan Parjanto (2010). Jahe tidak hanya digunakan sebagai bahan rempah dan obat,
tetapi juga sebagai bahan makanan, minuman dan juga kosmetika. Bahan aktif
pada jahe terutama minyak atsiri, gingerol, shogal dan zingeron, dapat
dimanfaatkan sebagai obat herbal terstandar maupun fitofarmaka (Bermawie,
2005).
Rimpang jahe mudah sekali mengalami perubahan fisiologis, kimia dan
fisik jika tidak ditangani secara cepat, sehingga mutu akan turun drastis. Oleh
karena itu, setelah panen jahe memerlukan penanganan pasca panen, salah satunya
dengan melakukan pengolahan agar dapat mengamankan hasil panen yang
berlimpah (Rukmana, 2000). Tahapan proses pengolahan rimpang jahe segar
menjadi simplisia jahe dilakukan melalui beberapa tahap yaitu proses penyortiran,
pencucian, perajangan atau pemotongan, pengeringan, penyortiran akhir,
pengemasan dan penyimpanan (Sembiring dkk., 2012). Penanganan pascapanen
yang tidak sesuai dapat mengakibatkan rimpang dengan mudah mengalami
kerusakan fisiologis sehingga dapat menurunkan mutu, oleh sebab itu perlu
dilakukan penanganan lebih lanjut, salah satunya adalah pengeringan dengan
ketebabalan tertentu (Ananingsih dkk., 2017).
Pengirisan jahe sebelum dikeringkan bertujuan untuk mempermudah
proses pengeringan, pengepakan dan penggilingan. Semakin tipis bahan yang
dikeringkan, maka semakin cepat penguapan air yang dikandung, sehingga
mempercepat waktu pengeringannya. Namun irisan yang terlalu tipis dapat
menyebabkan hilangnya kandungan minyak astiri sehingga mempengaruhi
komposisi, bau dan rasa dari simplisia jahe. Selain itu, jika terlalu tipis akan
mudah patah dan mengurangi kandungan bahan aktif (Sudrajat, 2001).
Page 20
2
Sebaliknya, pengirisan yang terlalu tebal membuat bahan tidak mudah kering dan
lebih cepat terkontaminasi oleh mikroorganisme sehingga mempengaruhi mutu
(Kusumaningrum, 2015). Beberapa jenis bahan simplisia perlu mengalami proses
perajangan, terutama untuk rimpang. Tebal irisan untuk rimpang temulawak
antara 4-6 mm, rimpang kunyit antara 3-6 mm, dan untuk kencur antara 3-4 mm
(Siswanto, 2004).
Berdasarkan hasil penelitian Widyanti dkk. (2021). Tentang Karakteristik
Pengeringan dan Sifat Fisik Bubuk Jahe Merah Kering (Zingiber officinale
var.Rubrum) dengan Variasi Ketebalan Irisan dan Suhu Pengeringan
menunjukkan bahwa ketebalan optimum yaitu 3 mm dan dikeringkan pada suhu
pengeringan 50ºC (N3S5) dengan lama waktu pengeringan 10 jam merupakan
perlakuan yang menghasilkan bubuk jahe kering dengan mutu yang paling baik
menghasilkan nilai kadar air 10,05%
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka penulis melakukan penelitian
tentang “Analisis Mutu Kimia Simplisia Rimpang Jahe Gajah (Zingiber officinale
var. Roscoe) dengan Ketebalan Irisan yang Berbeda”.
1.2. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui ketebalan irisan yang terbaik
terhadap kimia simplisia rimpang jahe gajah.
1.3. Manfaat Penelitian
Untuk menambah informasi dan wawasan ilmu pengetahuan terhadap
pengaruh ketebalan irisan yang berbeda serta menjadi rujukan ilmiah mengenai
ketebalan irisan yang berbeda terhadap simplisia rimpang jahe gajah.
1.4. Hipotesis Penelitian
Terdapat ketebalan irisan terbaik yang dapat menurunkan kadar air dan
meningkatkan kadar abu, kadar oleoresin, kadar pati dan kadar vitamin C pada
pengeringan simplisia rimpang jahe gajah.
Page 21
3
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Jahe
Jahe merupakan salah satu family Zingiberaceae yang menempati posisi
penting dalam perekonomian masyarakat Indonesia karena peranannya dalam
berbagai aspek kegunaan, perdagangan, kehidupan, adat kebiasaan, dan
kepercayaan. Jahe juga termasuk komoditas yang sudah ada sejak ribuan tahun
dan digunakan sebagai bagian dari ramuan rempah-rempah yang diperdagangkan
secara luas di dunia. Penggunaan komoditas jahe terus berkembang, baik jumlah,
jenis, kegunaan, maupun nilai ekonominya (Kadin Indonesia, 2007).
Morfologi jahe secara umum terdiri atas struktur rimpang, batang, daun,
bunga dan buah. Batang jahe merupakan batang semu dengan tinggi 30-100 cm.
Akarnya berbentuk rimpang dengan daging akar berwarna kuning hingga
kemerahan dengan bau menyengat. Daun menyirip dengan panjang 15-23 mm dan
panjang 8-15 mm. Berdasarkan ukuran, bentuk, dan warna rimpangnya ada tiga
jenis jahe yang dikenal, yaitu: jahe gajah (Zingiber officinale var. Roscoe) atau
jahe putih, jahe putih kecil atau jahe emprit (Zingiber officinale var. Amarum),
dan jahe merah (Zingiber officinale var. Rubrum) atau jahe sunti (Wardana dkk,
2002).
Menanam jahe merupakan kegiatan yang mudah untuk dilakukan baik
dalam pemeliharaan maupun pemanenan. Untuk mendapatkan tanaman jahe yang
baik dan sehat ada tiga faktor penting dalam pembudidayaan jahe yaitu a) iklim:
pada awal pertumbuhan sampai umur 4 bulan tanaman jahe membutuhkan curah
hujan yang tinggi 900-4000 mm/tahun dan suhu udara yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan jahe 25-30 C b) ketinggian tempat: tanaman jahe dapat tumbuh pada
daerah tropis dan subtropis dengan ketinggian 0-2000 m dari permukaan laut c)
tanah: tanah yang baik untuk pertumbuhan jahe adalah tanah yang gembur, subur,
mengandung organik tinggi, dan drainase yang baik. Tekstur tanah yang baik
untuk pertumbuhan jahe adalah lempung berpasir, liat berpasir dan laterik
(Syukur, 2001).
Mutu jahe ditentukan oleh berbagai sifat seperti ukuran rimpang,
kesehatan rimpang, kebersihan rimpang dan kadar serat komposisi biokimia dari
rimpang. Hasil komposisi kimia, aroma, flavor dan kepedasan jahe dipengaruhi
Page 22
4
oleh varietas, keadaan geografis, umur saat panen, jenis pelarut dan metode
ekstraksi (Purseglove et al., 2007).
Tabel 2.1. Keragaman Mutu Tiga Jenis Jahe (dalam %, pada lokasi 450 mdpl).
Jenis Minyak Oleoresin Gingerol Pati Serat Air Abu
Jahe asiri
JPB 1,5-2,9 3,2-9,6 0,6-1,9 37,1-40,4 6,9-9,0 6,0-13,0 6,6-7,9
JPK 1,7-3,8 2,4-8,9 0,8-2,1 32,1-45,3 6,2-9,5 6,0-13,0 7,2-9,9
JM 3,2-3,6 5,9-6,4 1,6 44,2-48,8 7,1-7,6 12,0 6,1-7,0 Sumber: Bermawie et al. (2003).
Beberapa senyawa bioaktif yang tekandung dalam jahe tersebut dapat
diperoleh dari beberapa varietas, seperti jahe gajah, jahe merah dan jahe emprit.
Dari ketiga jehe tersebut, jahe emprit (Zingiber officionale var. Amarum)
merupakan komoditas unggulan yang paling diminati oleh masyarakat. Konsumsi
jahe sebagai bahan baku herbal bersumber dari jahe segar maupun jahe yang
telah dikeringkan (simplisia kering). Masyarakat luas lebih memilih jahe segar
mengingat organoleptis (khususnya bau) dari jahe segar lebih baik dari pada
simplisia kering. Dalam ilmu kimia, perbedaan tersebut ditandai dengan
perbedaan komposisi minyak atsiri yang terkandung di dalamnya. Bukti
laboratorium yang mencoba memberi dasar ilmiah kebiasaan masyarakat tersebut
sangat penting dilakukan dalam rangka menunjang Program Saintifikasi Jamu di
Indonesia (PermenkesNo 003/MENKES/PER/I/2010).
Jahe putih/kuning besar atau disebut juga jahe gajah atau jahe badak
memiliki rimpang yang lebih besar dan gemuk dengan ruas rimpangnya lebih
menggembung dari kedua varietas lainnya. Bagian dalam rimpang apabila
diiris/dipotong/dipatahkan akan terlihat berwarna kekuningan. Tinggi rimpang
dapat mencapai 6-12 cm, dengan panjang antara 15-35 cm, dan diameter berkisar
8,47-8,50 cm. Jenis jahe ini biasa dikonsumsi baik saat berumur muda maupun
berumur tua, baik sebagai jahe segar maupun jahe olahan (Syukur, 2002;
Hamiudin, 2007).
Kedudukan tanaman jahe dalam taksonomi tumbuhan adalah sebagai
berikut: Klasifikasi Divisi: Spermatophyta; Sub-divisi: Angiospermae; Kelas:
Monocotyledoneae; Ordo: Zingiberales; Famili: Zingiberaceae; Genus: Zingiber;
Species: Zingiber officinale var. Roscoe. Tanaman jahe gajah dan bagian
bagiannya dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Page 23
5
Gambar 2.1. Tanaman Jahe dan bagiannya: a) Daun, b) Bunga, c) Akar, d)
Batang, e) Rimpang Jahe. (Aryanti dkk., 2015).
2.2. Kandungan Kimia Jahe
Kandungan senyawa metabolit sekunder pada tanaman jahe-jahean
terutama golongan flavonoid, fenol, terpenoid dan minyak atsiri. Senyawa
metabolit sekunder yang dihasilkan tumbuhan Zingiberaceae ini umumnya dapat
menghambat pertumbuhan patogen yang merugikan kehidupan manusia,
diantaranya bakteri Escherichia coli, Bacillus subtilis, Staphylococ cusaureus,
jamur Neurospora sp, Rhizopus sp. dan Penicillium sp. (Nursal et al, 2006).
Komposisi kimia jahe ditentukan oleh keadaan tanaman, varietas jahe,
keadaan lingkungan tempat tumbuh dan umur panen. Jumlah perubahan
komponen dalam rimpang dapat juga terjadi selama perlakuan panen, pengeringan
dan penyimpanan jahe kering. Secara umum komponen utama yang terkandung
dalam rimpang jahe antara lain adalah air, pati, minyak atsiri, minyak yang tidak
mudah menguap, abu dan serat kasar (Rismunandar, 1988).
Rimpang jahe mengandung nutrisi yang cukup tinggi. Rimpang jahe
kering mengandung pati sekitar 58%, protein 8%, dan minyak atsiri 1-5%.
Beberapa jenis lipida sebanyak 6-8%, zat tepung 59 %, vitamin khususnya niacin
dan vitamin A, beberapa jenis mineral, asam amino, dan damar (Rismunandar.
a
a
b
b
c
c
d
d
e
e
Page 24
6
1988). Dua komponen yang ada dalam jahe yaitu gingerol dan oleoresin 14-25%
dan shogoal dalam oleoresin 2,8-7%. Minyak atsiri memberikan aroma yang khas
untuk setiap jenis rempah- rempah, sedangkan komponen non volatile terdiri dari
gum dan resin (Fakhrudin, 2015).
Oleoresin mengandung senyawa aktif gingerol yang apabila setelah
melalui proses penyimpanan dan pengeringan dapat berubah menjadi shoagol.
Senyawa -senyawa kimia tersebut bekerja aktif untuk merusak membran luar dan
membran sitoplasma dinding sel bakteri (Fathona dan Wijaya, 2011).
Tabel 2.2. Kandungan kadar air dan minyak atsiri pada tiga jenis jahe pada
berbagai umur panen.
Umur
panen
Kadar air Kadar minyak asiri
Jahe
merah
Jahe
gajah
Jahe
semprit
Jahe
merah
Jahe
gajah
Jahe
semprit
8 bulan 89,48 87,22 82,72 2,39 2,64 2,21
9 bulan 88,94 85,74 81,67 2,53 3,27 2,74
10 bulan 88,52 84,64 78,95 3,92 3,23 3,45
11 bulan 74,13 78,58 74,51 3,90 3,13 3,26 Sumber: Julianti dkk. (2008)
Diantara ketiga jenis jahe, jahe merah lebih banyak digunakan sebagai
obat karena kandungan minyak atsiri dan oleoresinnya paling tinggi, sehingga
lebih ampuh menyembuhkan berbagai macam jenis penyakit. Kandungan minyak
atsiri jahe merah berkisar antara 2,58 – 3,72% (bobot kering), jahe emprit 1,5 –
3,3% sedangkan jahe gajah 0,82 – 1,68% dan kandungan oleoresin jahe merah
juga lebih tinggi dibandingkan jahe lainnya, yaitu 3% dari bobot kering (Saptiwi
dkk., 2018).
2.3. Panen dan Pemanenan
Panen dan pemanenan jahe adalah kegiatan pengambilan hasil berupa
rimpang dengan cara membongkar seluruh rimpang menggunakan cangkul atau
garpu. Pemanenan jahe tergantung tujuan penanamannya, sehingga jahe dapat
dipanen pada saat muda dan ada yang dipanen pada saat tua. Jika tujuannya untuk
memperoleh rimpang jahe yang akan diolah menjadi asinan, manisan, dan bubuk
jahe, maka dapat dilakukan pemanenan rimpang jahe muda yaitu berumur 4-6
bulan sejak tanam, karena pati rimpang jahe belum tinggi sehingga belum terasa
Page 25
7
pedas dan teksturnya renyah serta rumpunnya masih hijau segar (Harmono dan
Andoko, 2005).
Rimpang jahe yang akan dipasarkan untuk kebutuhan ekspor dalam bentuk
segar dipanen pada umur 8 - 9 bulan setelah tanam, sedangkan untuk bibit 10 - 12
bulan. Sebagai bahan obat, rimpang dipanen setelah tua yaitu umur 9 - 12 bulan
setelah tanam. Tetapi pada umumnya pemanenan dilakukan pada saat tanaman
berumur 8 - 10 bulan (Hapsoh dkk., 2010).
Ciri-ciri jahe yang dapat dipanen adalah sebagai berikut: 1) Warna daun
berubah dari hijau menjadi kuning dan batang semua mengering, 2) Kulit rimpang
kencang dan tidak mudah terkelupas/tidak mudah lecet, 3) Apabila dipatahkan
berserat dan aroma rimpang menyengat, 4) Warna rimpang lebih mengkilat dan
terlihat bernas. Umur panen jahe juga ditentukan oleh jenis jahe, misalnya pada
jahe gajah daun sudah mengering pada umur 8 bulan dan berlangsung selama 15
hari. Jahe emprit dan jahe merah dipanen pada saat semua daun sudah gugur.
Pemanenan jahe untuk bibit dilakukan minimal pada umur 8 bulan baik untuk jahe
gajah, jahe emprit maupun jahe merah (Hapsoh dkk., 2010).
Rimpang jahe yang telah mencapai masak fisiologis mempunyai
kandungan pati (47 – 51%), serat (16,0 – 17,5%), dan kadar air mulai rendah (85 –
87%), sehingga rimpang benih tidak akan mudah keriput (Sukarman dan Melati
2011; Rusmin, 2016
Agar rimpang hasil panen tidak lecet dan tidak terpotong perlu ke hati-
hatian waktu panen karena akan mengurangi mutu jahe. Pemanenan jahe
sebaiknya dilakukan sebelum musim hujan, yaitu diantara Bulan Juni – Agustus.
Saat panen biasanya ditandai dengan mengeringnya bagian atas tanah. Namun
demikian apabila tidak sempat dipanen pada musim kemarau tahun pertama ini
sebaiknya dilakukan pada musim kemarau tahun berikutnya. Pemanenan pada
musim hujan menyebabkan rusaknya rimpang dan menurunkan kualitas rimpang
sehubungan dengan rendahnya bahan aktif karena tingginya kadar airnya.
Rimpang dibersihkan dari kotoran dan tanah yang menempel. Tanah yang
menempel apabila dibiarkan akan mengering dan sulit dibersihkan. Selanjutnya,
jahe tersebut diangkut ke tempat pencucian untuk disemprot dengan air. Pada saat
Page 26
8
pencucian jahe tidak boleh digosok agar tidak lecet, kemudian dilakukan
penyortiran sesuai tujuan (Jamil, 2012)
2.4. Pengeringan
Pengeringan adalah proses pengurangan kadar air bahan, khususnya bahan
hasil pertanian ataupun produk hayati. Penguapan air bahan selama pengeringan
terjadi karena adanya perbedaan tekanan uap di dalam bahan dengan tekanan uap
di udara sekitarnya (Brooker dkk., 1974). Tujuan dari proses pengeringan adalah
menurunkan kadar air bahan sehingga sehingga bahan menjadi lebih awet,
mengecilkan volume bahan untuk memudahkan, menghemat biaya pengangkutan,
pengemasan, penyimpanan, menghentikan reaksi enzimatis serta mencegah
pertumbuhan kapang, jamur dan jasad renik lain (Anton dan Irawan, 2011).
Menurut Winarno (1993), pengeringan adalah cara untuk menghilangkan
sebagian besar air dari suatu bahan dengan bantuan energi panas dari sumber
alami (sinar matahari) atau bahan buatan (alat pengering). Suhu ideal yang
dibutuhkan dalam proses pengeringan ini antara 55o-66
oC. Kadar air turun ± 5 -
6% lamanya 48-60 jam. Oleh karena itu, pengeringan dilakukan dengan
menggunakan alat, lantai jemur atau atas tanah dan terpal. Jika dijemur,
pengeringan umumnya memakan waktu kurang lebih 7 hari dengan cuaca yang
baik. Namun, kondisi musim penghujan, pengeringan bisa memakan waktu
sampai 4 minggu (Siregar dkk., 2015). Mekanisme pengeringan adalah ketika
udara panas dihembuskan di atas bahan makanan basah, panas akan ditransfer ke
permukaan dan perbedaan tekanan udara akibat aliran panas akan mengeluarkan
air dari ruang antar sel dan menguapkannya (Oktaviana, 2010).
Selama proses pengeringan, akan terjadi proses perpindahan massa air dari
bahan ke udara sekitar. Laju pengeringan produk pertanian hayati dengan kadar
air 70 – 75% atau lebih merupakan fungsi dari tiga parameter eksternal, yaitu suhu
udara, kelembaban udara dan laju aliran udara. Pada produk hayati seperti ini
terdapat lapisan air yang tipis melapisi permukaannya sehingga pada awal
pengeringan terjadi laju konstan sebelum laju menurun. Jika kondisi lingkungan
konstan, maka laju pengeringan juga konstan (Brooker dkk., 1992). Kadar air
awal akan mempengaruhi dimana kadar air yang tinggi akan mempengaruhi mutu
Page 27
9
produk dan mengakibatkan mudah rusak serta rentan terhadap pengaruh
lingkungan dimana produk akan teroksidasi dan akan merubah komponen yang
ada (Siswanto dan Triana, 2018).
Cara pengeringan yang banyak dilakukan pada produk hasil pertanian
adalah pengeringan alami dengan memanfaatkan sinar matahari. Pengeringan
yaitu dengan menempatkan bahan di tempat terbuka yang terkena sinar matahari
dijemur tanpa alas atau dengan rak. Kelebihan pengeringan dengan menggunakan
energi sinar matahari atau penjemuran secara langsung adalah murah dan bahan
mudah ditembus sinar infra merah, sehingga aplikasi untuk petani Indonesia
sangat mungkin dan mudah dilakukan. Pengeringan dengan penjemuran secara
langsung mempunyai beberapa kelemahan yaitu memungkinkan terjadinya
kontaminasi debu dari lingkungan sehingga higienitas bahan rendah, pengeringan
membutuhkan waktu yang lama, suhu tidak dapat dikendalikan dan sangat
tergantung pada iklim (Rahayoe dkk., 2010).
Proses pengeringan memegang peranan yang sangat penting. Jika suhu
pengeringan terlalu tinggi maka akan mengakibatkan penurunan nilai gizi dan
perubahan warna produk yang dikeringkan. Apabila suhu yang digunakan terlalu
rendah maka produk yang dihasilkan basah dan lengket serta berbau busuk. Faktor
yang mempengaruhi kecepatan pengeringan adalah sifat kimia dari produk, sifat
fisik dari lingkungan, alat pengering dan karakteristik alat pengering (Winarno,
2004).
2.5. Pengirisan
Pengirisan merupakan proses pengubahan bentuk produk tanaman obat
menjadi bentuk-bentuk lain, seperti irisan, potongan, dan serutan yang bertujuan
untuk memudahkan kegiatan pengeringan, pengepakan, serta pengolahan
selanjutnya. Simplisia yang diiris tipis akan memudahkan proses pengeringan dan
proses lanjutannya (Sudrajad, 2001). Pengirisan bertujuan untuk memperluas
permukaan bahan sehingga proses pengeringan dapat berlangsung secara efektif
tetapi pengecilan ukuran dan pemanasan dapat mengakibatkan penurunan unsur
volatil dan senyawa fenol (Almasyhuri, 2012).
Page 28
10
Beberapa jenis simplisia yang sering mengalami pengubahan bentuk
misalnya akar, umbi, rimpang, batang dan kulit batang. Pengirisan dapat
digunakan dengan pisau atau alat perajang khusus sehingga diperoleh irisan yang
berukuran sama sesuai yang dikehendaki. Alat perajang yang dapat digunakan
misalnya alat perajang singkong. Perajangan sederhana ini amat sesuai untuk
menangani jenis rimpang, umbi, dan akar (Siswanto, 2004).
Semakin tipis bahan yang dikeringkan akan semakin cepat proses
penguapan air yang berlangsung sehingga dapat mempercepat waktu pengeringan.
Irisan yang terlalu tipis akan menyebabkan senyawa aktif yang terkandung mudah
menguap dan simplisia mudah rusak pada saat dikemas. Perajangan dapat
menggunakan mesin ataupun perajang manual arah irisan melintang agar sel-sel
yang mengandung minyak atsiri tidak pecah dan kadarnya tidak terlalu menurun
akibat penguapan (Siswanto, 2004). Cara pengirisan berpengaruh terhadap
kandungan minyak atsiri dalam jahe kering, tetapi tidak bepengaruh terhadap
jurnlah kandungan air dan jumlah fenol. Pengirisan dengan cara membujur (split)
menghasilkan jahe merah dengan rata-rata kandungan minyak atsiri paling tinggi.
Menurut penelitian (Almasyuri, 2012) menyatakan bahwa cara pengirisan
yang berbeda dapat mempengaruhi penurunan kadar minyak atsiri dan total fenol.
Pengirisan secara melintang (slices) dan pengeringan dengan oven 5°C
menunjukkan prosentase penurunan lebih besar dibandingkan dengan pengirisan
membujur (split). Pengeringan dengan panas matahari dapat menghasilkan bahan
dengan kandungan minyak atsiri yang relativ masih tinggi di samping juga
membutuhkan waktu lebih singkat dibanding dengan pengeringan diangin-
anginkan, tetapi lebih lama dari pada pengeringan dengan oven 55° C.
2.6. Simplisia
Simplisia merupakan produk hasil proses setelah melalui panen dan pasca
panen menjadi produk untuk kesediaan kefarmasian yang siap dipakai atau siap
diproses selanjutnya (Yapshoh dkk, 2010). Karakterisasi mutu suatu bahan
simplisia mempunyai pengertian bahwa simplisia yang akan digunakan sebagai
bahan baku harus memenuhi persyaratan mutu yang tercantum dalam monografi
terbitan resmi Departemen Kesehatan seperti Materi Media Indonesia (Khoirani,
Page 29
11
2013). Persyaratan mutu yang tertera dalam monografi simplisia antara lain susut
pengeringan, kadar abu total, kadar abu tidak larut asam, kadar sari larut air, kadar
air larut etanol, dan kandungan simplisia meliputi kadar minyak atsiri. Persyaratan
mutu ini berlaku bagi simplisia yang digunakan dengan tujuan pengobatan dan
pemeliharaan kesehatan (Azizah dan Salamah, 2013).
Persyaratan mutu simplisia sebagai bahan baku lainnya adalah kadar air.
Besarnya kadar air dapat digunakan sebagai salah satu ukuran menyatakan
terjadinya kerusakan bahan pangan. Kadar air dalam jumlah tertentu yang sesuai
persyaratan mutu berguna untuk memperpanjang daya tahan bahan selama
penyimpanan. Simplisia dinilai cukup aman dan layak digunakan sebagai bahan
baku pembuatan produk bila kadar air kurang dari 10% (Mukhriani, 2011).
Standar mutu simplisia jahe dapat dilihat pada Tabel 2.5.
Tabel 2.3. Standar Mutu Simplisia Jahe.
No. Jenis uji Satuan Persyaratan
1 Bau dan rasa - Khas
2 Kadar air (b/b) % Maks. 12,0
3 Kadar minyak asiri Ml/100 g Min 1,5
4 Kadar abu (b/b) % Maks. 8,0
5 Berjamur dan berserangga - Tidak ada
6 Benda asing (b/b) % Maks. 2,0 Sumber: Badan Standardisasi Nasional (1997).
Simplisia dibedakan menjadi tiga, yaitu simplisia nabati, simplisia hewani,
dan simplisia pelican (mineral). Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa
tumbuhan utuh, bagian tumbuhan atau eksudat tumbuhan. Eksudat tumbuhan
ialah isi sel yang secara spontan keluar dari tumbuhan atau isi sel yang dengan
cara tertentu dikeluarkan dari selnya, atau senyawa nabati lainnya yang dengan
cara tertentu dipisahkan dari tumbuhannya dan belum berupa senyawa kimia
murni .Simplisia kering yang baik memiliki ciri-ciri yang mudah patah, mudah
diremas, dan tidak berjamur. Sementara simplisia basah yang baik dapat dilihat
secara organoleptis terhadap bagian tanaman yang digunakan, kulit rimpang
dalam keadaan utuh, tidak bertunas, memiliki warna irisan melintang yang cerah,
tidak terserang hama, berbau khas, tidak bertunas, dan tidak busuk. (Khoirani,
2013).
Simplisia sebagai bahan baku dan produk siap dikonsumsi langsung, dapat
dipertimbangkan 3 konsep untuk menyusun parameter standar umum, yaitu antara
Page 30
12
lain: 1) simplisia sebagai bahan kefarmasian harus memenuhi 3 parameter mutu
umum suatu bahan (material), yaitu kebenaran jenis (identifikasi), kemurnian
(bebas dari kontaminasi kimia dan biologis) dan aturan penstabilan (wadah,
penyimpanan dan transportasi), 2) simplisia sebagai bahan dan produk konsumsi
sebagai obat tetap diupayakan memenuhi 3 paradigma seperti produk kefarmasian
lainnya, yaitu mutu, aman dan manfaat, 3) simplisia sebagai bahan dengan
kandungan kimia yang bertanggung jawab terhadap respon biologis harus
mempunyai spesifikasi kimia, yaitu informasi komposisi (jenis dan kadar)
senyawa kandungan (Endarini, 2016).
Page 31
13
III. MATERI DAN METODE
3.1. Tempat dan Waktu
Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Pasca Panen
(TPP) Fakultas Pertanian dan Peternakan, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif
Kasim Riau dan Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian (THP) Fakultas
Pertanian, Universitas Riau pada Bulan Februari sampai dengan Bulan Maret
2020.
3.2. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah rimpang jahe gajah
(Zingiber officinale var. Roscoe). Jahe yang digunakan adalah jahe gajah varietas
cimanggu 1 dengan umur panen 9 bulan yang diperoleh dari Nagrak, Sukabumi,
Jawa barat. Bahan lain yang digunakan adalah aquades, etanol, iodium, kertas
label, NaOH ,CH3COOH, luffscoorl, dan H2SO4. Sedangkan alat yang digunakan
adalah pisau, parutan, tampah, timbangan analitik, parutan, oven, gelas ukur,
Erlenmeyer, rotaryvacuum evaporator, spatula, titrasi, ayakan 60 mesh, cawan,
tanur, desikator, Spektrofotometer dan termometer.
3.3. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian Rancangan Acak Lengkap (RAL)
Non faktorial pola satu arah yang terdiri atas 4 ulangan, sehingga didapat 5 x 4 =
20 unit percobaan. Setiap perlakuan terdiri atas 150 g irisan rimpang jahe gajah.
Pengeringan menggunakan sinar matahari langsung selama 5 hari dengan
ketebalan irisan yang berbeda:
D1 = 2 mm
D2 = 3 mm
D3 = 4 mm
D4 = 5 mm
D5 = 6 mm
Page 32
14
Menurut Aulawi dkk (2017), modal linier RAL nonfaktorial, yaitu:
Yij = μ + ti + εij
Keterangan : Yij = Hasil pengamatan
μ = nilai tengah umum
ti = Pengaruh perlakuan lama pengeringan
εij = Pengaruh galat percobaan jenis perlakuan ke-i, pada ulangan ke-j
Tabel 3.1. Hasil Pengacakan
D4U4 D5U2 D1U4 D4U2
D1U1 D2U3 D5U3 D1U3
D3U3 D2U1 D5U1 D5U4
D3U1
D3U2
D4U3
D2U4
D4U1
D1U2
D2U2
D3U4
3.4. Pelaksanaan Penelitian
3.4.1. Sortasi
Rimpang jahe gajah yang sudah diterima dari Nagrak kemudian disortasi
dengan memperhatikan bentuk, berat dan ukuran rimpang. Bentuk rimpang jahe
gajah yang digunakan adalah bentuk rimpang yang seragam yaitu berbentuk
lonjong dengan diameter 3,5 cm. Rimpang yang digunakan adalah rimpang yang
tidak cacat akibat panen atau cacat akibat mikroorganisme.
3.4.2. Pencucian
Pencucian menggunakan air keran yang mengalir sebanyak 3 kali. Setelah
pencucian dilakukan penirisan sampai air tidak menetes lagi. Proses pencucian
dilakukan untuk memisahkan rimpang jahe gajah dari tanah atau kotoran yang
masih menempel.
3.4.3. Pengupasan
Rimpang jahe gajah dikupas menggunakan pisau, pengupasan bertujuan
untuk menghilangkan kulit bagian luar pada jahe gajah. Pengupasan dilakukan
untuk mengurangi dan meminimalisir terjadinya kontaminasi.
3.4.4. Pengirisan
Rimpang diiris menggunakan parutan dengan ketebalan irisan sesuai
dengan masing-masing perlakuan. Pengirisan rimpang jahe gajah bertujuan agar
Page 33
15
rimpang mengalami pengeringan dengan baik. Alat pengirisan dapat dilihat pada
Gambar 3.1.
Gambar 3.1. Alat Pengirisan (Farrel, 2020)
3.4.5. Pengeringan
Irisan rimpang jahe gajah dijemur diatas nampan, setiap nampan terdiri
dari 150 g berat basah. Pengeringan rimpang di luar ruangan di bawah sinar
matahari langsung dengan ketebalan irisan yang berbeda. Pengeringan dilakukan
selama 5 hari mulai pukul 09.00-16.00 WIB.
3.5. Parameter Pengamatan
Parameter yang diamati adalah sebagai berikut:
3.5.1. Kadar Air
Menurut Badan Standardisasi Nasional (2015), analisis kadar air dilakukan
dengan penguapan menggunakan oven. Tahap pertama yang dilakukan adalah
mengeringkan cawan porselen pada suhu 105oC selama 1 jam. Kemudian
diletakkan di dalam desikator selama 15 menit hingga dingin kemudian
ditimbang. Sampel sebanyak 3 g dimasukkan kedalam cawan kemudian
dikeringkan dengan oven pada suhu 105oC selama 6 jam. Setelah 6 jam cawan
tersebut dimasukkan ke dalam desikator hingga dingin. Pekerjaan dilakukan
pengulangan sebanyak 3 kali sampai beratnya konstan. Kadar air dihitung dengan
rumus:
Kadar Air (%) =
× 100%
Page 34
16
3.5.2. Kadar Abu
Sampel ditimbang sebanyak 2 g dimasukkan ke dalam cawan porselen
yang telah diketahui berat kosongnya. Kemudian dibakar dalam tanur listrik
dengan suhu 600o
C selama dua jam sampai tidak berasap lagi. Kemudian
didinginkan dalam desikator selama kurang lebih 30 menit dan ditimbang dengan
timbangan analitik (Sudarmadji dkk, 1997). Kadar abu dihitung dengan
mengunakan rumus:
Kadar Abu (%) =
×100%
Keterangan: Z = Berat cawan porselen + berat abu
X = Berat cawan porselen
Y = berat sampel
3.5.3. Pati
Sampel ditimbang sebanyak 3 g, kemudian dimasukkan ke dalam
Erlenmeyer, ditambahkan 200 ml HCl 3%. Lakukan pemanasan menggunakan
refluks selama 3 jam. Netralisasi menggunakan indikator PP 1% dan NaOH 15%
tetes demi tetes hingga berubah warna menjadi merah jambu. Hilangkan warna
merah jambu menggunakan CH3COOH 3% tetes demi tetes. Kemudian
dimasukkan ke dalam labu ukur 250 ml, tambahkan aquades hingga tanda tera
(larutan L1). Homogenkan di dalam beakerglass, dan ambil 25 ml Larutan L1
tersebut, kemudian dimasukkan ke dalam Erlenmeyer. Tambahkan 25 ml Pereaksi
LuffSchoorl. Panaskan kembali menggunakan Refluks selama kurang lebih 10
menit. Setelah itu dinginkan mendadak menggunakan air mengalir. Tambahkan 25
ml H2SO4 26,5% lakukan secara hati-hati (dialirkan melalui dinding Erlenmeyer).
Setelah itu tambahkan 20 ml KI 15% atau 15 ml KI 20%. Tambahkan 1 ml
indikator Amylum 1% lalu mentitrasi menggunakan Na2S2O3 0,1N hingga
berubah warna menjadi krem keputihan. Catat volume titrasi sampel (A ml).
Blanko pengujian dengan mengulangi proses di atas yaitu dengan mengganti 25
ml Larutan L1 menggunakan 25 ml aquades. Catat volume titrasi blangko (B ml).
Menghitung kadar pati sampel menggunakan rumus:
Page 35
17
Angka Tabel (glukosa*) = ((B ml– A ml) x Normalitas Na2S2O3 terstandardisasi)
0,1
Kadar Pati = (Faktor Pengenceran x Angka Tabel x 100 % x 0,90)
Bobot Sampel(mg)
Keterangan: A = Sampel
B = Blangko
3.5.4. Kadar Vitamin C
Sampel sebanyak 2 g dimasukkan ke dalam Beakerglass ukuran 200 ml
dan ditambahkan aquades, lalu diaduk hingga merata dan disaring dengan kertas
saring whatman. Filtrat diambil sebanyak 10 ml dengan menggunakan gelas ukur
lalu dimasukkan ke dalam Erlenmeyer dan ditambahkan 2-3 tetes larutan pati 1%
lalu dititrasi dengan menggunakan larutan iodium 0,01 N hingga terjadi perubahan
warna biru sambil dicatat berapa ml iodium yang terpakai (Sudarmadji dkk,
1997). Kadar vitamin C dapat dihitung dengan menggunakan rumus yaitu:
Vitamin C (mg/100 g bahan) =
Keterangan: FP = Faktor Pengencer
3.5.5. Kadar Oleoresin
Metode yang digunakan adalah modifikasi dari metode Yuliani dkk.
(2007). Ampas rimpang jahe yang telah dikeringkan dengan oven kemudian
digiling dan disaring dengan saringan ukuran 60 mesh hingga diperoleh serbuk
jahe gajah. Sampel yang telah halus dimasukkan sebanyak 2 g ke dalam thimble
yang terdapat di tengah bagian dari peralatan sokhlet, pelarut etil asetat digunakan
untuk proses ekstraksi dimasukkan ke dalam labu alas bulat perbandingan antara
bahan dan pelarut (b/v) adalah 1:6. Oleoresin jahe gajah diekstrak dengan
peralatan sokhlet selama 4 jam pada suhu 77ºC, kemudian oleoresin disimpan ke
dalam botol untuk dianalisa. Dihitung volume hasil ekstrasi oleoresin, kemudian
dipisahkan oleoresin dengan pelarutnya, dicatat volume pelarut yang sudah
Page 36
18
terpisah dan dicatat massa oleoresin. Densitas oleoresin diperoleh dengan
persamaan:
Keterangan : m = berat sampel
v = volume oleoresin
3.6. Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis secara statistika dengan menggunakan uji
ANOVA, jika terdapat perbedaan perlakukan akan dilanjutkan dengan uji
Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) taraf 5%. Data hasil pengamatan
dianalisis secara statistik dengan sidik ragam Rancangan Acak Lengkap
Nonfaktorial (Tabel 3.3).
Tabel 3.3. Sidik Ragam.
Sumber
Keragaman
(SK)
Derajat
Bebas
(DB)
Jumlah
Kuadrat
(JK)
Kuadrat
Tengah
(KT)
F Hitung F Tabel
0,05 0,01
Perlakuan t-1 JKP JKP/(t-1)
Galat (rt-1)-(t-1) JKG JKG/(rt-1) KTP/KTG
Total rt-1 JKP+JKG
Keterangan:
Faktor Koreksi (FK) =
Jumlah Kuadrat Total (JKT) = 2 – FK
Jumlah Kuadrat Perlakuan (JKP) =
– FK
Jumlah Kuadrat Galat (JKG) = JKT – JKP
Apabila hasil sidik ragam terdapat perbedaan yang nyata (F hitung > F
tabel) maka dilakukan uji lanjut yaitu Uji Duncan’s Multiple Range test (DMRt)
taraf 5% Model Duncan Multiple Range test menurut Sastrosupadi (2000) adalah
sebagai berikut:
DMRt α= Rα (ρ, DB Galat) x √
Keterangan: α = Taraf uji nyata
ρ = Banyak perlakuan
R = Nilai dari tabel DMRT
KTG = Kuadrat Tengah Galat
Page 37
28
V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa ketebalan irisan terbaik pada
Analisis Mutu Kimia Simplisia Rimpang Jahe Gajah yang di Keringkan dengan
ketebalan yang berbeda adalah ketebalan irisan 6 mm (D5) yang berpengaruh
berbeda nyata antara perlakuan satu dengan perlakuan lainnya dan telah
memenuhi standar mutu kimia simplisia rimpang jahe gajah terhadap kandungan
kadar air 5,38%, kadar abu 7,02%, kadar oleoresin 48,41%, kadar pati 54,60%,
dan kadar vitamin C 6,14%. Ketebalan irisan 6 mm merupakan irisan yang ideal
dan minimnya kerusakan rimpang jahe sehingga tetap mempertahankan mutu
kimia rimpang jahe gajah.
5.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian disarankan menggunakan ketebalan irisan 6
mm, dan diperlukan penelitian lanjut untuk mengetahui karakteristik sifat fisik
dan kimia jahe gajah yang lebih baik
Page 38
29
DAFTAR PUSTAKA
Afrianto, E. 2008. Pengawasan Mutu Bahan atau Produk Pangan. Departemen
Pendidikan Nasional. Bandung.
Almasyuri. Wardatun, S. Nuraini, L. 2012. Perbedaan Cara Pengirisan dan
Pengeringan Terhadap Kandungan Minyak Atsiri dalam Jahe Merah
(Zingeber officinale Roscoe. Sunti Valeton). Jurnal penelitian
kesehatan.Vol 40. No 3. Hal. 123-129.
Anam, C. dan G.J. Manuhara. 2005. Teknologi Pengolahan Jahe: Pengolahan
Oleoresin Jahe. Disnakertrans. Karanganya
Anton, dan Irawan. 2011. Modul Laboratorium Pengeringan. Sultan Ageng
Tirtayasa Press. Banten. Hal 3
Assosiation Of Analytical Community [AOAC].,2015. Official Metbods of
Analysis. Virgina: Assosiation of Official Analysis chemist Inc.
Azizah, B. Salamah, N. 2013. Standarisasi Parameter Non Spesifik dan
Perbandingan Kadar Kurkumin Ekstrak Etanol dan Ekstrak Terpurifikasi
Rimpang Kunyit‟. Jurnal Ilmiah Kefarmasian. 3 (1) 21-30.
Bermawie, N. 2005. Karakterisasi Plasma Nutfah Tanaman. Pedoman
Pengelolaan Plasma Nutfah Perkebunan. Pusat penelitian dan
Pengembangan Perkebunan, Bogor : 38-52.
Brooker, D. B. Arkena, F. W. B dan Hall. 1974. Drying Cereal Grain.
Connecticut: The AVI Publishing Co. Inc.
Brooker, D. B., F. W. Bakker-arkema, and C. W. Hall. 1992. Drying and Storage
of Grainand Oil seeds. Avi Publishing Company Inc. West Port,
Connecticut.
BSN [Badan Standardisasi Nasional]. 2015. SNI 2354.2.2015. Tentang cara Uji
Kimia Kadar Air. Jakarta.
Endarini, L. H. 2016. Farmakognisi dan Fitokimia. Pusat Pendidikan SDM
Kesehatan. Jakarta. 215 hal.
Fakhrudin. 2015. Karakteristik Oleoresin Jahe Berdasarkan Ukuran dan Lama
Perendaman Serbuk Jahe Dalam Etanol. Fakultas Pertanian. Universitas
Sebelas Maret. Jawa Tengah. 13 (1) 25-33.
Farel,. R. 2020. Analisis Mutu Simplisia Rimpang Jahe Merah (Zingiber officinale
Var. Rubrum) dengan Suhu Pengeringan yang Berbeda. Jurnal Pertanian
Tropik. 7 (1): 136-143
Page 39
30
Fathona, D,, dan Wijaya, C, Hanny,. 2011. Kandungan Gingerol dan Shogaol,
Intensitas Kepedasan dan Penerimaan Panelis Terhadap Oleoresin Jahe
Gajah (Zingiber officinale var, Roscoe), Jahe Emprit (Zingiber officinale
var, Amarum), dan Jahe Merah (Zingiber officinale var, Rubrum). Skripsi.
Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor
Febriananto, E. 2013. Kandungan Pati dan Kurkuminoid Simplisia Kunyit
(Curcunadomestica Val.) Sebagai Parameter Pemilihan Aksesi Terbaik.
Skripsi. Program Studi Biokimia. Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Hafiz, L. I. 2008. Pengaruh Lama dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Tepung
Pandan. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Sumatra Utara. Medan.
Hapsoh, Hasanah, Y., Julianti, E. 2010. Budidaya dan Teknologi Pascapanen
Jahe. USU Press. Medan. Hal 57.
Harmono dan Andoko, A. 2005. Budidaya dan Peluang Bisnis Jahe. PT. Agro
Media Pustaka. Solo.
Hasanah, M., Sukarman, dan D. Rusmin. 2004. Teknologi produksi benih jahe.
Plasma nutfah dan perbenihan tanaman rempah dan obat. Perkembangan
Teknologi Tanaman Rempah dan Obat 16 (1) 916.
Jamil A. 2012. Petunjuk Teknis Budidaya Tanaman Jahe. Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian (BPTP). Sumatra Utara.
Kadin Indonesia. 2007. Pengelolaan Jahe. www.kadin-
indonesia.or.id/id/doc./UKM_Teknologi _Jahe.pdf
Khoirani, N. 2013. „Karakterisasi Simplisia dan Standarisasi Ekstra Etanol Herba
Kemangi (Ocimim americanum L.)‟. Skripsi. Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta.
Koswara, dan Sutrisno. 2006. Teknologi Enkapsulasi Flavor Rempah-rempah.
www.ebookpangan.com
Manoi, F. 2006. Pengaruh Cara Pengeringan Terhadap Mutu Simplisia Sambiroto.
BALITRO. 17 (1),1-5.
Martina, D. 2012. Pengaruh Kadar Oleoresin Jahe dan Proses Pengolahannya
Terhadap Karakteristik Organoleptik Permen Lunak Jahe yang Dihasilkan.
Skripsi. Program Studi Teknologi Pangan. Fakultas Teknologi Pertanian.
Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya. Surabaya
Mukhriani. 2011.”Penetapan Kadar Air pada Simplisia”. Skripsi. Fakultas Ilmu
Kesehatan . Universitas Islam Negeri Alaudin. Makassar
Page 40
31
Musaddad, D. 2008. Pengaruh Media, Suhu dan Lama Blansing Sebelum
Pengeringan Terhadap Mutu Lobak Kering. Balai Penelitian Tanaman
Sayuran. Bandung
Nursal, W., Sri dan Wilda S. 2006. Bioaktifitas Ekstrak Jahe (Zingiber officinale
Roxb.) Dalam Menghambat Pertumbuhan Koloni Bakteri Escherichia coli
dan Bacillussubtilis. Jurnal Biogenesis 2(2): 64-66.
Oktaviana, P. R. 2010. “Kajian Kurkumoid, Total Fenol, dan Aktivitas
Antioksidan Ekstrak Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) Pada
Berbagai Teknik Pengeringan dan Proporsi Pelarut". Skripsi. Surakarta:
Universitas Sebelas Maret.
Permenkes No 003/MENKES/PER/I/2010.Tentang Saintifikasi Jamu Dalam
Penelitian Berbasis Pelayanan Kesehatan.
Purseglove, J, W., E. G. Brown, C.L. Green and S. R. J. Robbins, 2007. Spices
Vol 2. Longman. New York. 813 pp.
Rahardjo, M. 2010. „Penerapan SOP Budidaya untuk Mendukung Temulawak
sebagai Bahan Baku Obat Potensial‟. Perspektif. Vol. 9 No. 2. Hal : 78-93.
ISSN : 1412-8004
Rahayoe Sri, Hanim Z, Andriani. 2010. Perpindahan Massa Pada Pengeringan
Jahe Menggunakan Efek Rumah Kaca. Teknologi Pertanian. Universitas
Gadjah Mada.
Restiani, D.K. 2009. Uji Efek Sediaan Serbuk Instan Rimpang Jahe (Zingiber
officinale Roscoe) Sebagai Tonikum Terhadap Mencit Jantan Galur Swiss
Webster. Skripsi. Fakultas Farmasi. Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Riberio, D, O. Pinto , D. C, Lima, L, M, T, R. Volpato, N, M. Cabral, L, M. dan
Sousa, V, P. 2011. Chemical Stability Study of Vitamins Thiamine,
Riboflavin, Pyridoxine and Ascorbic Acid In Parental Nutrition For
Neonatal Use. Nutrition Journal. 10: 47-57
Rismana, E. ., Kusumaningrum, S. 2015. „Pengujian Jumlah Cemaran Mikroba
dalam Simplisia dan Ekstrak Pegagan Sebelum dan Setelah Proses
Pasteurisasi Sinar Gamma‟. Molekul. Vol. 10 No. 1.
Rismunandar. 1988. Rempah-rempah Komoditi Ekspor Indonesia. Sinar Baru.
Bandung. Hal 87
Rukmana, R. 2000. Usaha Tani Jahe. Kanisius. Yogyakarta.
Saptiwi B, Lenny S, Hesthi R. 2018. Perasan Jahe Merah (Zingiber officinale Var.
Rubrum) Terhadap Daya Hambat Bakteri Aggregati bacter
Page 41
32
Actinomycetemcomitans. Jurnal Riset Kesehatan, 7 (2): 61 – 65. DOI:
10.31983/jrk.v7i2.3778
Sari, G.P. 2011. Studi Budidaya dan Pengaruh Lama Pengeringan Terhadap Jahe
Merah (Zingiber officinale Rosc). Skripsi. Prodi Agroteknologi. Fakultas
Pertanian dan Peternakan. Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim.
Pekanbaru.
Simanjuntak, S. 2009. Nilai Gizi dan Organoleptik serta Daya Simpan Minuman
Lidah Buaya yang di Blansing dengan Waktu Berbeda. Skripsi. Prodi
Teknologi Hasil Pertanian. Fakultas Pertanian. Universitas Riau.
Pekanbaru
Siswanto, Nurul WT. 2018. Aplikasi Vacum Evaporator Pada Pembuatan
Minuman Jahe Merah Instan Menggunakan Kristalizer Putar. Program
Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik, UPN. Jatim. Jurnal Teknik Kimia
Vol 13, No.1.
Siswanto, Y. W., 2004, penanganan Hasil Panen Tanaman Obat Komersial, 29,
46, 66, Penebar Swadaya, Jakarta.
Steel, R. G. D. dan J. H. Torrie. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika.
Panterjemah B. Sumantri. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Sudarmadji, S. Haryono dan Suhardi. 1997. Analisa Bahan Makanan dan
Pertanian. Liberty. Yogyakarta.
Sudrajat H, 2001. Pengaruh ketebalan irisandan lama perebusan (Blanching)
terhadap gambaran mikroskopis dan kadar minyak asiri aimplisia Siringo
(Acoruscalarrius L.), badan penelitian dan pengembangan Departemen
kesehatan, Jakarta
Suhardjo. 1986. Pangan, Gizi, dan Pertanian. Universitas Indonesia Press. Jakarta
Sukarman dan Melati. 2011. Prosessing dan penyimpanan benih jahe (Zingiber
officinale Rosc.). Balitro. Bogor.
Syukur C. 2002. Agar Jahe Berproduksi Tinggi, Cegah Layu Bakteri dan Pelihara
secara Intensif. Penebar Swadaya. Jakarta
Utami, N.L. 2008. „Analisis Kelayakan Usaha Serbuk Minuman Instan Berbasis
Tanaman Obat‟. Skripsi. Fakultas Pertanian. Institusi Pertanian Bogor.
Bogor
Wardana, Heru D, Barwa NS, Kongs jahju A, Iqbal A, Khalid M, dan Taryadi
RR. 2002. Budi Daya secara Organik Tanaman Obat Rimpang. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Page 42
33
Wijaya, D.R., Paramitha, M., dan Putri, M.P. 2019. Ekstraksi Oleoresin Jahe
Gajah (Zingiber officinale var. Officinarum) dengan Metode Sokletasi.
Jurnal Konversi. 8 (1) : 9-16.
Winarno, F.G. 1993. Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta. Hal 150
Winarno F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Hal 133
Wiryadi, R. 2007. Pengaruh Waktu Fermentasi dan Lama Pengeringan Terhadap
Mutu Tepung Coklat. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera
Utara.
Yuliani, S., Desmawarni dan Harimurti, N. 2007. Pengaruh Laju Alir Umpan dan
Suhu Inlet Spray Drying Pada Karakteristik Mikro kapsul l Oleoresin Jahe.
Jurnal Pascapanen 4:18-26.
Yuliani, S. dan Intan, S. K. 2009. Pengembangan Produk Jahe Kering Dalam
Berbagai Jenis Industri. Buletin Teknologi Pascapanen Pertanian. (5): 61-
68
Page 43
34
LAMPIRAN
Lampiran 1. Bagan Alur Penelitian
HASIL
Rimpang jahe
Sortasi
Pencucian
Bentuk, ukuran
dan tidak cacat.
Penirisan
pengirisan
Pengeringan menggunakan
sinar matahari
Pengemasan
Analisis Data
Pengamatan
1. Kadar Air
2 .Kadar Abu
3. Oleoresin
4. Kadar Pati
5. Vitamin C
Menggunakan
plastik klip dan
aluminium foil
Air mengalir
sebanyak 3 kali
ketebalan
persiapan
pelaksanaan
1. 2 mm.
2. 3 mm
3. 4 mm
4. 5 mm
5. 6 mm
Page 44
35
Lampiran 2. Deskripsi Jahe Gajah Varietas Cimanggu 1
NOMOR : 109/Kpts/TP.240/2/2004
TANGGAL : 8 Februari 2004
DESKRIPSI JAHE GAJAH VARIETAS CIMANGGU 1
Asal Varietas : Landras Dari Populasi Salatiga
Nama Asal : jahe gajah klon salatiga
Produksi Rimpang : 17-37 Ton/ha
Populasi Rumpung : 35.000-45.000/ha
Berat Rimpang : 300-2.000 Gram/Rumpun
Jumlah Sisir : 3-5
Panjang Rimpang : 15-35
Lebar Rimpang : 7-19
Tebal Rimpang : 1,5-2,8 cm
Warna Kulit Rimpang : Cokelat Keputihan
Bentuk Ruas : Panjang Pipih Besar
Panjang Ruas Pertama : 3-8 cm
Jumlah Ruas : 3-5/rimpang
Warna Daging Rimpang : Putih Kekuningan
Rasa Daging Rimpang : Hangat
Aroma Rimpang : Kurang Menyengat
Diameter Akar : 0,1-0,28 cm
Panjang Akar : 12-20 cm
Batang : Semu Berair (Herbaceous)
Bentuk Batang : Bulat Terbunkus Pelepah Daun
Warna / Ketegaran Batang : Hijau / Tegak
Jumlah Batang : 3-5 /rumpun
Lilit Batang : 3-5 cm
Tinggi Batang Semu : 40-80 cm
Bunga : Majemuk
Tangkai Bunga : Tumbuh Langsung Dari Rimpang
Terpisah Antara Batang Dan Daun
Bentuk Bunga : Spika
Jumlah Bunga : 0-6 /Rumpun
Panjang Tangkai Bunga : 10-20 cm
Diameter Tangkai Bunga : 2-4 cm
Panjang Tros Bunga : 3-5 cm
Warna Bunga : Cokelat Kemerahan
Aroma Daun : Lembut
Sifat Kusus : Respons Terhadap Linkungan
Page 45
36
Reaksi Terhadap Hama/Penyakit : Rentan Sampai Toleran Terhadap
Layu Bakteri
Daerah Pengembangan : 250-1000 m dpl
Peneliti : M Hadad Ea, N. Bermawie, O.
Rostiana, Hobi Taryono, S. Nur
Ajizah dan U. Rasiman
MENTERI PERTANIAN
ttd
ANTON APRIYANTONO
Page 46
37
Lampiran 3. Hasil Analisis Kadar Air Simplisia Jahe Gajah Menggunakan Cara
Manual
Perlakuan Ulangan
Total Rata-rata STDEV 1 2 3 4
D1 4,02 3,98 4,00 3,82 15,82 3,96 0,09
D2 4,52 4,23 4,05 4,15 16,95 4,24 0,20
D3 4,73 4,53 4,76 4,55 18,57 4,64 0,12
D4 5,35 5,2 5,14 5,07 20,76 5,19 0,12
D5 5,62 5,30 5,21 5,37 21,50 5,38 0,18
Total 93,60
Rata-rata 4,68
Diketahui:
1. Jumlah ulangan (U) = 4
2. Jumlah perlakuan (P) = 5
3. Db perlakuan = A-1 = 5-1 = 4
4. Db galat = A (U-1) = 5 (4-1) = 5 x 3 = 15
5. Db total = A.U-1 = (5x4)-1 = 20-1 = 19
Perhitungan:
1. Faktor Koreksi (FK)
FK =
= (93,60)2
5x4
= 8.760,96
20
= 438,05
2. Jumlah Kuadrat Total (JKT)
JKT = – FK
= [(4,02)2 + ... +(5,37)
2] – 438,05
= 444,24 – 438,05
= 6,19
3. Jumlah Kuadrat Perlakuan (JKP)
JKP = ∑
– FK
= 15,822 + 16,95
2 + ... + 21,50
2 – 438,05
4
= 1775,65 – 438,05
4
= 443,91 – 438,05
= 5,86
Page 47
38
4. Jumlah kuadrat galat (JKG)
JKG = JKT – JKP
= 6,19 – 5,86
= 0,33
5. Kuadrat Tengah Perlakuan (KTP)
KTP = JKP
dbP
= 5,86
4
= 1,47
6. Kuadrat Tengah Galat (KTG)
KTG = JKG
dbG
= 0,33
15
= 0,02
7. F hitung Perlakuan
F hitung = KTP
KTG
= 1,47
0,02
= 67,46
8. Rata-rata Umum
= Grand Total
n
= 93,60
20
= 4,68
9. Koefesien Keragaman (KK)
KK = √ x 100%
Rata-rata umum
= 0,02 x 100%
4,68
= 3,02 %
Page 48
39
Tabel Sidik Ragam RAL Non Faktorial Kadar Air (%)
Sumber
Keragaman
(SK)
Derajat
Bebas
(DB)
Jumlah
Kuadrat
(JK)
Kuadrat
Tengah
(KT)
F
Hitung
F Tabel
5% 1%
Perlakuan
Galat
4
15
5,86
0,33
1,47
0,02
67,46 ** 3,06 4,89
Total 19 6,19 Berdasarkan tabel sidik ragam di atas F Hitung > F Tabel artinya berpengaruh sangat nyata
terhadap kadar air jahe gajah, sehingga perlu dilakukan uji lanjut Duncan’s Multiple Range Test
(DMRT).
Uji Lanjut Duncan’s Multiple Range Test (DMRT)
Sx = √
= 0,07
SSR 5% berdasarkan daftar nilai baku (Significant Studentized Range) pada
taraf kritis 5% untuk uji jarak nyata Duncan dengan db galat sebesar 15
LSR = SSR 5% x Sx
P 2 3 4 5
SSR 5% 3,014 3,160 3,250 3,312
LSR 0,21 0,22 0,23 0,23
Tabel Uji Lanjut Duncan’s Multiple Range Test (DMRT)
Perlakuan Rata-rata Beda Jarak Ke Perlakuan
LSR Simbol D2 D3 D4 D5
D1 3,96 0,28 0,68 1,23 1,42 a
D2 4,24 - - - - 0,21 b
D3 4,64 0,40 - - - 0,22 c
D4 5,19 0,95 0,55 - - 0,23 d
D5 5,38 1,14 0,74 0,19 - 0,23 d Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji
DMRT 5%. Sedangkan angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan
adanya beda nyata yang signifikan pada uji DMRT 0,05.
Page 49
40
Lampiran 4. Hasil Analisis Kadar Abu Simplisia Jahe Gajah Menggunakan Cara
Manual
Perlakuan Ulangan
Total Rata-rata STDEV 1 2 3 4
D1 7,53 7,51 7,47 7,58 30,09 7,52 0,05
D2 7,33 7,28 7,42 7,41 29,44 7,36 0,07
D3 7,19 7,15 7,27 7,29 28,90 7,22 0,07
D4 7,23 6,91 7,37 7,15 28,66 7,16 0,19
D5 7,03 7,00 6,97 7,06 28,06 7,02 0,04
Total
145,15
Rata-rata
7,26
Diketahui:
1. Jumlah ulangan (U) = 4
2. Jumlah perlakuan (P) = 5
3. Db perlakuan = A-1 = 5-1 = 4
4. Db galat = A (U-1) = 5 (4-1) = 5 x 3 = 15
5. Db total = A.U-1 = (5x4)-1 = 20-1 = 19
Perhitungan:
1. Faktor Koreksi (FK)
FK =
= (145,15)2
5x4
= 21068,69
20
= 1053,43
2. Jumlah Kuadrat Total (JKT)
JKT = – FK
= [(7,53)2 + ... +(7,06)
2] – 1053,43
= 1054,18 – 1053,43
= 0,75
3. Jumlah Kuadrat Perlakuan (JKP)
JKP = ∑
– FK
= 30,092 + 29,44
2 + ... + 28,06
2 – 1053,43
4
Page 50
41
= 4216,12 – 1053,4
4
= 1,054,03 – 1053,43
= 0,60
4. Jumlah kuadrat galat (JKG)
JKG = JKT – JKP
= 0,75– 0,60
= 0,15
5. Kuadrat Tengah Perlakuan (KTP)
KTP = JKP
dbP
= 0,60
4
= 0,15
6. Kuadrat Tengah Galat (KTG)
KTG = JKG
dbG
= 0,15
15
= 0,01
7. F hitung Perlakuan
F hitung = KTP
KTG
= 0,15
0,01
= 15,04
8. Rata-rata Umum
= Grand Total
n
= 145,15
20
= 7,26
Page 51
42
9. Koefesien Keragaman (KK)
KK = √ x 100%
Rata-rata umum
= 0,1 x 100%
7,26
= 1,38 %
Tabel Sidik Ragam RAL Non Faktorial Kadar Abu (%)
Sumber
Keragaman
(SK)
Derajat
Bebas
(DB)
Jumlah
Kuadrat
(JK)
Kuadrat
Tengah
(KT)
F
Hitung
F Tabel
5% 1%
Perlakuan
Galat
4
15
0,60
0,15
0,15
0,01
15,04 ** 3,06 4,89
Total 19 0,75 Berdasarkan tabel sidik ragam di atas F Hitung > F Tabel artinya berpengaruh sangat nyata
terhadap biji pinang retak/pecah pinang varietas Betara, sehingga perlu dilakukan uji lanjut
Duncan’s Multiple Range Test (DMRT).
Uji Lanjut Duncan’s Multiple Range Test (DMRT)
Sx = √
= 0,05
SSR 5% berdasarkan daftar nilai baku (Significant Studentized Range) pada
taraf kritis 5% untuk uji jarak nyata Duncan dengan db galat sebesar 15
LSR = SSR 5% x Sx
P 2 3 4 5
SSR 5% 3,014 3,160 3,250 3,312
LSR 0,151 0,158 0,163 0,166
Tabel Uji Lanjut Duncan’s Multiple Range Test (DMRT)
Perlakuan Rata-rata Beda Jarak Ke Perlakuan
LSR Simbol D5 D4 D3 D2
D5 7,02 - - - - a
D4 7,16 0,14 - - - 0,15 ab
D3 7,22 0,02 0,06 - - 0,16 bc
D2 7,36 0,34 0,20 0,14 - 0,16 c
D1 7,52 0,50 0,36 0,30 0,16 0,17 d Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji
DMRT 5%. Sedangkan angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan
adanya beda nyata yang signifikan pada uji DMRT 0,05.
Page 52
43
Lampiran 5. Hasil Analisis Kadar Oleoresin Simplisia Jahe Gajah Menggunakan
Cara Manual
Perlakuan Ulangan
Total Rata-rata STDEV 1 2 3 4
D1 46,60 46,74 46,73 45,84 185,91 46,48 0,43
D2 47,11 47,32 47,22 47,32 188,97 47,24 0,10
D3 47,44 47,55 47,67 47,74 190,40 47,60 0,13
D4 47,89 48,05 47,95 47,92 191,82 47,96 0,08
D5 48,32 48,63 48,04 48,66 193,64 48,41 0,29
Total 950,74
Rata-rata 47,54
Diketahui:
1. Jumlah ulangan (U) = 4
2. Jumlah perlakuan (P) = 5
3. Db perlakuan = A-1 = 5-1 = 4
4. Db galat = A (U-1) = 5 (4-1) = 5 x 3 = 15
5. Db total = A.U-1 = (5x4)-1= 20-1 = 19
Perhitungan:
1. Faktor Koreksi (FK)
FK =
= (950,74)2
5x4
= 903.901,28
20
= 45.195,06
2. Jumlah Kuadrat Total (JKT)
JKT = – FK
= [(46,60)2 + ... +(48,66)
2] – 45.195,06
= 45204,57– 45.195,06
= 9,51
3. Jumlah Kuadrat Perlakuan (JKP)
JKP = ∑
– FK
= 185,912 + 188,97
2 + ... + 193,65
2 – 45195,06
4
= 180.814,70 – 45195,06
4
Page 53
44
= 45.203,67 – 45195,06
= 8,61
4. Jumlah kuadrat galat (JKG)
JKG = JKT – JKP
= 9,51– 8,61
= 0,90
5. Kuadrat Tengah Perlakuan (KTP)
KTP = JKP
dbP
= 8,61
4
= 2,15
6. Kuadrat Tengah Galat (KTG)
KTG = JKG
dbG
= 0,90
15
= 0,06
7. F hitung Perlakuan
F hitung = KTP
KTG
= 2,15
0,06
= 35,88
8. Rata-rata Umum
= Grand Total
n
= 950,74
20
= 47,54
9. Koefesien Keragaman (KK)
KK = √ x 100%
Page 54
45
Rata-rata umum
= 0,24 x 100%
47,54
= 0,51%
Tabel Sidik Ragam RAL Non Faktorial Kadar Oleoresin (%)
Sumber
Keragaman
(SK)
Derajat
Bebas
(DB)
Jumlah
Kuadrat
(JK)
Kuadrat
Tengah
(KT) F Hitung
F Tabel
5% 1%
Perlakuan
Galat
4
15
8,61
0,90
2,15
0,06
35,88 ** 3,06 4,89
Total 19 9,51 Berdasarkan tabel sidik ragam di atas F Hitung > F Tabel artinya berpengaruh sangat nyata
terhadap biji pinang berkapang pinang varietas Betara, sehingga perlu dilakukan uji lanj Duncan’s
Multiple Range Test (DMRT).
Uji Lanjut Duncan’s Multiple Range Test (DMRT)
Sx = √
= 0,12
SSR 5% berdasarkan daftar nilai baku (Significant Studentized Range) pada
taraf kritis 5% untuk uji jarak nyata Duncan dengan db galat sebesar 20
LSR = SSR 5% x Sx
P 2 3 4 5
SSR 5% 3,014 3,160 3,250 3,312
LSR 0,36 0,38 0,39 0,40
Tabel Uji Lanjut Duncan’s Multiple Range Test (DMRT)
Perlakuan Rata-rata Beda Jarak Ke Perlakuan
LSR Simbol D2 D3 D4 D5
D1 46,48 0,76 1,12 1,48 1,93 a
D2 47,24 - - - - 0,36 b
D3 47,60 0,36 - - - 0,38 bc
D4 47,96 0,72 0,36
- 0,39 c
D5 48,41 1,17 0,81 0,45 - 0,40 d Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji
DMRT 5%. Sedangkan angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan
adanya beda nyata yang signifikan pada uji DMRT 0,05.
Page 55
46
Lampiran 6. Hasil Analisis Kadar Pati Simplisia Jahe Gajah Menggunakan Cara
Manual
Perlakuan Ulangan
Total Rata-rata STDEV 1 2 3 4
D1 51,22 51,30 51,21 50,98 204,70 51,18 0,14
D2 52,88 52,30 52,39 53,23 210,81 52,70 0,44
D3 52,48 53,19 52,58 53,36 211,60 52,90 0,44
D4 53,42 53,39 52,93 53,94 213,69 53,42 0,41
D5 54,15 54,03 55,34 54,89 218,41 54,60 0,62
Total 1059,20
Rata-rata 52,96
Diketahui:
1. Jumlah ulangan (U) = 4
2. Jumlah perlakuan (P) = 5
3. Db perlakuan = A-1 = 5-1 = 4
4. Db galat = A (U-1) = 5 (4-1) = 5 x 3 = 15
5. Db total = A.U-1 = (5x4)-1= 20-1 = 19
Perhitungan:
1. Faktor Koreksi (FK)
FK =
= (1059,20)2
5x4
= 1.121.908,70
20
= 56.095,44
2. Jumlah Kuadrat Total (JKT)
JKT = – FK
= [(51,22)2 + ... +(54,89)
2] – 56.095,23
=56122,97 – 56.095,44
= 27,54
3. Jumlah Kuadrat Perlakuan (JKP)
JKP = ∑
– FK
= 204,702 + 210,81
2 + ... + 218,41
2 – 56.095,44
4
= 224480,40 – 56.095,44
4
Page 56
47
= 5.6120,10 -56.095,44
= 24,66
4. Jumlah kuadrat galat (JKG)
JKG = JKT – JKP
= 27,54 – 24,66
= 2,87
5. Kuadrat Tengah Perlakuan (KTP)
KTP = JKP
dbP
= 24,66
4
= 6,17
6. Kuadrat Tengah Galat (KTG)
KTG = JKG
dbG
= 2,87
15
= 0,19
7. F hitung Perlakuan
F hitung = KTP
KTG
= 6,17
0,19
= 32,21
8. Rata-rata Umum
= Grand Total
n
= 1059,20
20
= 52,96
9. Koefesien Keragaman (KK)
KK = √ x 100%
Rata-rata umum
Page 57
48
= 0,44 x 100%
52,96
= 0,83 %
Tabel Sidik Ragam RAL Non Faktorial Kadar Pati %
Sumber
Keragaman
(SK)
Derajat
Bebas
(DB)
Jumlah
Kuadrat
(JK)
Kuadrat
Tengah
(KT)
F
Hitung
F Tabel
5% 1%
Perlakuan
Galat
4
15
24,66
2,87
6,17
0,19
32,21 ** 3,06 4,89
Total 19 27,54 Berdasarkan tabel sidik ragam di atas F Hitung > F Tabel artinya berpengaruh sangat nyata
terhadap warna pinang varietas Betara, sehingga perlu dilakukan uji lanjut Duncan’s Multiple
Range Test (DMRT).
Uji Lanjut Duncan’s Multiple Range Test (DMRT)
Sx = √
= 0,22
SSR 5% berdasarkan daftar nilai baku (Significant Studentized Range) pada
taraf kritis 5% untuk uji jarak nyata Duncan dengan db galat sebesar 20
LSR = SSR 5% x Sx
P 2 3 4 5
SSR 5% 3,014 3,160 3,250 3,312
LSR 0,66 0,70 0,72 0,73
Tabel Uji Lanjut Duncan’s Multiple Range Test (DMRT)
Perlakuan Rata-rata Beda Jarak Ke Perlakuan
LSR Simbol
D2 D3 D4 D5
D1 51,18 1,52 1,72 2,24 3,42 a
D2 52,70 - - - - 0,66 b
D3 52,90 0,20 - - - 0,70 bc
D4 53,42 0,72 0,52 - - 0,72 c
D5 54,60 1,90 1,70 1,18 - 0,73 d
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT
5%. Sedangkan angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan adanya
beda nyata yang signifikan pada uji DMRT 0,05.
Page 58
49
Lampiran 7. Hasil Analisis Kadar Vitamin C Simplisia Jahe Gajah Menggunakan
Cara Manual
Perlakuan Ulangan
Total Rata-rata STDEV 1 2 3 4
D1 4,98 5,00 5,18 5,13 20,30 5,07 0,10
D2 5,17 5,18 5,17 5,16 20,68 5,17 0,01
D3 5,19 5,23 5,16 6,16 21,75 5,44 0,48
D4 5,24 5,62 5,39 5,96 22,21 5,55 0,31
D5 6,11 6,10 6,34 5,99 24,54 6,14 0,15
Total 109,47
Rata-rata 5,47
Diketahui:
1. Jumlah ulangan (U) = 4
2. Jumlah perlakuan (P) = 5
3. Db perlakuan = A-1 = 5-1 = 4
4. Db galat = A (U-1) = 5 (4-1) = 5 x 3 = 15
5. Db total = A.U-1 = (5x4)-1= 20-1 = 19
Perhitungan:
1. Faktor Koreksi (FK)
FK =
= (109,47)2
5x4
= 11.983,49
20
= 599,17
2. Jumlah Kuadrat Total (JKT)
JKT = – FK
= [(4,98)2 + ... +(5,99)
2] – 599,17
= 603,05 – 599,17
= 3,88
3. Jumlah Kuadrat Perlakuan (JKP)
JKP = ∑
– FK
= 20,292 + 20,68
2 + ... + 24,54
2 – 599,17
Page 59
50
4
= 2407,85 – 599,17
4
= 601,96 – 599,17
= 2,79
3. Jumlah kuadrat galat (JKG)
JKG = JKT – JKP
= 3,88– 2,79
= 1,09
4. Kuadrat Tengah Perlakuan (KTP)
KTP = JKP
dbP
= 2,79
4
= 0,70
5. Kuadrat Tengah Galat (KTG)
KTG = JKG
dbG
= 1,09
15
= 0,07
6. F hitung Perlakuan
F hitung = KTP
KTG
= 0,70
0,07
= 9,61
7. Rata-rata Umum
= Grand Total
n
= 109,47
20
Page 60
51
= 5,47
8. Koefesien Keragaman (KK)
KK = √ x 100%
Rata-rata umum
= 0,26 x 100%
5,47
= 4,84%
Tabel Sidik Ragam RAL Non Faktorial Kadar Vitamin C (%)
Sumber
Keragaman
(SK)
Derajat
Bebas
(DB)
Jumlah
Kuadrat
(JK)
Kuadrat
Tengah
(KT)
F
Hitung
F Tabel
5% 1%
Perlakuan
Galat
4
15
2,79
1,09
0,70
0,07
9,61 ** 3,06 4,89
Total 19 3,88 Berdasarkan tabel sidik ragam di atas F Hitung > F Tabel artinya berpengaruh sangat nyata
terhadap biji pinang retak/pecah pinang varietas Betara, sehingga perlu dilakukan uji lanjut
Duncan’s Multiple Range Test (DMRT).
Uji Lanjut Duncan’s Multiple Range Test (DMRT)
Sx = √
= 0,13
SSR 5% berdasarkan daftar nilai baku (Significant Studentized Range) pada
taraf kritis 5% untuk uji jarak nyata Duncan dengan db galat sebesar 20
LSR = SSR 5% x Sx
P 2 3 4 5
SSR 5% 3,014 3,160 3,250 3,312
LSR 0,39 0,41 0,42 0,43
Tabel Uji Lanjut Duncan’s Multiple Range Test (DMRT)
Perlakuan Rata-rata Beda Jarak Ke Perlakuan
LSR Simbol D2 D3 D4 D5
D1 5,07 0,10 0,37 0,48 1,07 a
D2 5,17 - - - - 0,39 ab
D3 5,44 0,27 - - - 0,41 ab
D4 5,55 0,38 0,11 - - 0,42 b
D5 6,14 0,97 0,70 0,59 - 0,43 c Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT
5%. Sedangkan angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan adanya
beda nyata yang signifikan pada uji DMRT 0,05.
Page 61
52
Lampiran 8. Hasil Analisis Data Menggunakan SPSS
ONEWAY Kdar_Air BY Perlakuan
/MISSING ANALYSIS
/POSTHOC=DUNCAN ALPHA(0.05).
ANOVA Kdar_Air
Sum of
Squares Dr Mean Square F Sig.
Between
Groups 5,864 4 1,466 67,463 ,000
Within Groups ,326 15 ,022
Total 6,190 19
Kdar_Air
Duncana
Perlakuan N Subset for alpha = 0.05
1 2 3 4
D1 4 3,9550
D2 4 4,2375
D3 4 4,6425
D4 4 5,1900
D5 4 5,3750
Sig. 1,000 1,000 1,000 ,096
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4,000.
Page 62
53
ONEWAY Kdar_Abu BY Perlakuan
/MISSING ANALYSIS
/POSTHOC=DUNCAN ALPHA(0.05).
ANOVA Kdar_Abu
Sum of
Squares Dr Mean Square F Sig.
Between
Groups ,597 4 ,149 15,038 ,000
Within Groups ,149 15 ,010
Total ,745 19
Kdar_Abu
Duncana
Perlakuan N Subset for alpha = 0.05
1 2 3 4
D5 4 7,0150
D4 4 7,1650 7,1650
D3 4 7,2250 7,2250
D2 4 7,3600
D1 4 7,5225
Sig. ,050 ,408 ,074 1,000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4,000.
Page 63
54
ONEWAY Kdar_Oleoresin BY Perlakuan
/MISSING ANALYSIS
/POSTHOC=DUNCAN ALPHA(0.05).
ANOVA Kdar_Oleoresin
Sum of
Squares Dr Mean Square F Sig.
Between
Groups 8,610 4 2,152 35,592 ,000
Within Groups ,907 15 ,060
Total 9,517 19
Kdar_Oleoresin
Duncana
Perlakuan N Subset for alpha = 0.05
1 2 3 4
D1 4 46,4775
D2 4 47,2425
D3 4 47,6000 47,6000
D4 4 47,9525
D5 4 48,4125
Sig. 1,000 ,058 ,061 1,000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4,000.
Page 64
55
ONEWAY Kdar_Pati BY Perlakuan
/MISSING ANALYSIS
/POSTHOC=DUNCAN ALPHA(0.05).
ANOVA Kdar_Pati
Sum of
Squares Dr Mean Square F Sig.
Between
Groups 24,640 4 6,160 32,21 ,000
Within Groups 2,871 15 ,191
Total 27,54 19
Kdar_Pati
Duncana
Perlakuan N Subset for alpha = 0.05
1 2 3 4
D1 4 51,1775
D2 4 52,7000
D3 4 52,9025 52,9025
D4 4 53,4225
D5 4 54,6025
Sig. 1,000 ,523 ,113 1,000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4,000.
Page 65
56
ONEWAY Kdar_VC BY Perlakuan
/MISSING ANALYSIS
/POSTHOC=DUNCAN ALPHA(0.05).
ANOVA Kdar_VC
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between
Groups 2,793 4 ,698 9,593 ,000
Within Groups 1,092 15 ,073
Total 3,885 19
Kdar_VC
Duncana
Perlakuan N Subset for alpha = 0.05
1 2 3
D1 4 5,0725
D2 4 5,1700 5,1700
D3 4 5,4350 5,4350
D4 4 5,5525
D5 4 6,1350
Sig. ,091 ,075 1,000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4,000.
Page 66
57
Lampiran 9. Tabel Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) 5%
Page 67
58
Lampiran 10. Dokumentasi Penelitian
Plastik Klip Sarung Tangan Medis
Kertas Label Tampah
Masker Mulut Pisau Cutter
Page 68
59
Alumunium Foil Parutan
pembuatan rak penjemuran Pencucian Jahe
Pengirisisan Jahe Pengupasan Kulit Jahe
Page 69
60
ketebalan irisan 2 mm ketebalan irisan 3 mm
ketebalan irisan 4 mm ketebalan irisan 5 mm
ketebalan irisan 6 mm Peninbangan Sampel
Page 70
61
Pengecekan Suhu Penjemuran Jahe
Perlakuan D1 perlakuan D2
perlakuan D3 Perlakuan D4
Page 71
62
titrasi kadar pati hidrolisis pati
kadar air (oven) analisis kadar oleoresin
Kadar abu (desikator) kadar abu (furnace)
kadar air (oven) Titrasi kadar pati