Top Banner
ANALISIS MIKROSKOPIS DAN KOMPONEN BIOAKTIF TANAMAN GENJER (Limnocharis flava) DARI KELURAHAN SITU GEDE BOGOR Oleh: RACHMAWATI RUSYDI DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010
111

ANALISIS MIKROSKOPIS DAN KOMPONEN BIOAKTIF … · Hasil penelitian menunjukkan bahwa jaringan daun terdiri atas selapis epidermis dan derivatnya berupa stomata bertipe parasitik,

Mar 19, 2019

Download

Documents

phamthu
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: ANALISIS MIKROSKOPIS DAN KOMPONEN BIOAKTIF … · Hasil penelitian menunjukkan bahwa jaringan daun terdiri atas selapis epidermis dan derivatnya berupa stomata bertipe parasitik,

ANALISIS MIKROSKOPIS DAN KOMPONEN BIOAKTIF

TANAMAN GENJER (Limnocharis flava) DARI KELURAHAN

SITU GEDE BOGOR

Oleh:

RACHMAWATI RUSYDI

DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2010

Page 2: ANALISIS MIKROSKOPIS DAN KOMPONEN BIOAKTIF … · Hasil penelitian menunjukkan bahwa jaringan daun terdiri atas selapis epidermis dan derivatnya berupa stomata bertipe parasitik,

RINGKASAN

RACHMAWATI RUSYDI. C34060003. Analisis Mikroskopis dan Komponen

Bioaktif Tanaman Genjer (Limnocharis flava) dari Kelurahan Situ Gede

Bogor. Dibimbing oleh AGOES M. JACOEB dan ASADATUN ABDULLAH.

Tanaman genjer (Limnocharis flava) merupakan tanaman air yang

termasuk famili Limnocharitaceae. Tanaman genjer menghasilkan beberapa

komponen bioaktif, diantaranya flavonoid, total fenolik, β-karoten. Analisis

jaringan dari organ tanaman genjer adalah salah satu analisis yang tepat dalam

karakterisasi tanaman dan metabolit yang dihasilkan. Proses pengolahan tanaman

genjer diantaranya pengukusan yang dapat mengakibatkan perubahan zat gizi

tertentu dalam tanaman tersebut.

Penelitian ini bertujuan mengetahui sifat mikroskopis jaringan tanaman

genjer, kandungan gizi tanaman genjer sebelum dan setelah proses pengukusan

serta komponen bioaktif tanaman genjer secara kualitatif. Metode penelitian ini

terdiri atas tahap pengukuran dimensi tanaman genjer, pembuatan preparat dan

pengamatan jaringan dengan metode parafin seri Johansen-TBA, analisis

fitokimia dan analisis proksimat serta total karoten dari tanaman segar dan setelah

pengukusan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jaringan daun terdiri atas selapis

epidermis dan derivatnya berupa stomata bertipe parasitik, selapis parenkim

palisade, lapisan parenkima spons dengan sejumlah lakuna, dan stele beserta

seludang pembuluhnya. Daun bertipe amphistomatous. Jaringan batang memiliki

selapis epidermis dengan kutikula yang tipis, korteks mengandung kloroplas, pati

dan memiliki sistem lakuna, stele bertipe konsentris amfikribral. Jaringan akar

terdiri atas rhizodermis, korteks dengan sistem lakuna, endodermis berlapis

banyak, stele dengan susunan xilem tipe eksark dan kelompok protoxilem tipe

poliarch.

Sejumlah lakuna menyebabkan kadar air sangat tinggi dan menurunkan

persentase zat gizi lainnya. Komposisi gizi tanaman genjer segar bagian daun,

yaitu kadar air 91,76%, kadar abu 12,40%, kadar lemak 7,95%, kadar protein

22,96%, kadar serat kasar 11,93% dan kadar total karoten 219,01 μg/g. Bagian

batang genjer memiliki kadar air sebesar 95,33%, kadar abu 16,38%, kadar lemak

5,62%, kadar protein 13,23%, kadar serat kasar 16,12%, kadar total karoten 92,99

μg/g. Persentase kadar air, abu, dan serat kasar paling tinggi di bagian batang,

sedangkan persentase kadar lemak dan protein paling tinggi di bagian daun.

Proses pengukusan mengakibatkan persentase serat kasar tanaman menurun, tetapi

meningkatkan persentase mineral, lemak, dan protein. Penurunan kadar air genjer

kukus tidak signifikan dibandingkan genjer segar. Kadar total karoten daun

meningkat setelah pengukusan, namun total karoten menurun pada batang genjer.

Komponen bioaktif pada daun tanaman genjer adalah flavonoid, fenol

hidrokuinon, gula pereduksi, dan asam amino. Komponen bioaktif pada batang

tanaman genjer berupa flavonoid, gula pereduksi, dan asam amino. Flavonoid dan

gula pereduksi merupakan metabolit sekunder utama pada daun dan batang genjer.

Page 3: ANALISIS MIKROSKOPIS DAN KOMPONEN BIOAKTIF … · Hasil penelitian menunjukkan bahwa jaringan daun terdiri atas selapis epidermis dan derivatnya berupa stomata bertipe parasitik,

ANALISIS MIKROSKOPIS DAN KOMPONEN BIOAKTIF

TANAMAN GENJER (Limnocharis flava) DARI KELURAHAN

SITU GEDE BOGOR

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan

pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

Oleh:

RACHMAWATI RUSYDI

C34060003

DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2010

Page 4: ANALISIS MIKROSKOPIS DAN KOMPONEN BIOAKTIF … · Hasil penelitian menunjukkan bahwa jaringan daun terdiri atas selapis epidermis dan derivatnya berupa stomata bertipe parasitik,

Judul : Analisis Mikroskopis dan Komponen Bioaktif Tanaman

Genjer (Limnocharis flava) dari Kelurahan Situ Gede Bogor

Nama : Rachmawati Rusydi

NRP : C34060003

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Ir. Agoes M. Jacoeb, Dipl.-Biol. Asadatun Abdullah, S.Pi, M.Si, M.S.M

NIP. 195911271986011005 NIP. 198304052005012001

Mengetahui,

Ketua Departemen Teknologi Hasil Perairan

Dr. Ir. Ruddy Suwandi, MS, MPhil

NIP. 195805111985031002

Tanggal Pengesahan: ……………………………….

Page 5: ANALISIS MIKROSKOPIS DAN KOMPONEN BIOAKTIF … · Hasil penelitian menunjukkan bahwa jaringan daun terdiri atas selapis epidermis dan derivatnya berupa stomata bertipe parasitik,

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul Analisis

Mikroskopis dan Komponen Bioaktif Tanaman Genjer (Limnocharis flava)

dari Kelurahan Situ Gede Bogor adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam

bentuk apapun kepada Perguruan Tinggi manapun. Sumber informasi yang

berasal atau dikutip dari karya yang telah diterbitkan dari penulis lain telah

disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir

skripsi ini.

Bogor, November 2010

Rachmawati Rusydi

C34060003

Page 6: ANALISIS MIKROSKOPIS DAN KOMPONEN BIOAKTIF … · Hasil penelitian menunjukkan bahwa jaringan daun terdiri atas selapis epidermis dan derivatnya berupa stomata bertipe parasitik,

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat dan salam penulis haturkan

kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya sekalian.

Penulis menyelesaikan skripsi dengan judul Analisis Mikroskopis dan

Komponen Bioaktif Tanaman Genjer (Limnocharis flava) dari Kelurahan

Situ Gede Bogor. Skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian

Bogor. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu penulis dalam menyelesaikan laporan ini, terutama kepada:

1) Dr. Ir. Agoes M. Jacoeb, Dipl.-Biol. dan Asadatun Abdullah, S.Pi, M.Si,

M.S.M selaku dosen pembimbing atas segala bimbingan, arahan, nasihat,

dan semangat yang telah diberikan kepada penulis selama ini.

2) Dr. Ir. Nurjanah, M.S selaku dosen penguji, atas segala saran dan arahan

yang telah diberikan kepada penulis dalam penyempurnaan skripsi ini.

3) Dra. Ella Salamah, M.Si selaku dosen pembimbing akademik, atas segala

perhatian dan bimbingannya yang diberikan kepada penulis selama penulis

menempuh pendidikan.

4) Dr. Ir. Dorly, MS selaku dosen yang membimbing penulis dalam

penelitian mengenai analisis jaringan tanaman genjer.

5) Dr. Ir. Ruddy Suwandi, MS, MPhil selaku Ketua Departemen Teknologi

Hasil Perairan.

6) Seluruh dosen dan staf administrasi THP yang telah banyak membantu

penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

7) Ayah dan mama yang selalu memberikan motivasi, doa, nasihat, dukungan

moril maupun materil, serta kasih sayang yang tidak pernah putus kepada

penulis. Semoga harapan ayah dan mama dapat penulis wujudkan dengan

baik.

8) Bu Ema, Mba Lastri, dan Mba Silvi yang telah membantu penulis selama

melakukan penelitian.

Page 7: ANALISIS MIKROSKOPIS DAN KOMPONEN BIOAKTIF … · Hasil penelitian menunjukkan bahwa jaringan daun terdiri atas selapis epidermis dan derivatnya berupa stomata bertipe parasitik,

9) Teman-teman yang telah banyak membantu dan memberikan dukungan

kepada penulis (Ratih, Yesti, Ayes, Kak Desi, Kamel, Nico, Nanda, Tyas

Bio 43, Kak Goto Bio 42, Kak Ira S2 Bio, Deksu, UU).

10) Teman-teman THP 43 dan kakak THP 42 yang telah banyak memberikan

masukan dan informasi kepada penulis sehingga skripsi ini dapat

diselesaikan dengan baik.

11) Adik-adikku Ayu dan Razi, terima kasih atas semangat dan doanya kepada

penulis. Semoga kita menjadi anak yang dapat membahagiakan kedua

orang tua kita kelak.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan

skripsi ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang

dapat membangun dalam penyempurnaan skripsi tentang Analisis Mikroskopis

dan Komponen Bioaktif Tanaman Genjer (Limnocharis flava) dari Kelurahan Situ

Gede Bogor.

Bogor, November 2010

Penulis

v

Page 8: ANALISIS MIKROSKOPIS DAN KOMPONEN BIOAKTIF … · Hasil penelitian menunjukkan bahwa jaringan daun terdiri atas selapis epidermis dan derivatnya berupa stomata bertipe parasitik,

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Langsa, Provinsi Nanggroe

Aceh Darussalam, pada tanggal 24 April 1988 dari pasangan

Bapak Rusydi M. Daud dan Ibu Warsiti Asma sebagai anak

pertama dari tiga bersaudara. Pendidikan formal dimulai di

TK 5 Tamansiswa, Lhokseumawe dan lulus pada tahun

1994. Pada tahun 2000, penulis lulus dari sekolah dasar di

SD 3 Tamansiswa, Lhokseumawe. Pada tahun 2003, penulis

menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SMP Yapena, Lhokseumawe.

Pada tahun 2006, penulis menyelesaikan pendidikan menengah umum di SMAN 2

Modal Bangsa, Aceh Besar. Di tahun yang sama, penulis diterima di Institut

Pertanian Bogor (IPB) melalui Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) di

Program Studi Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.

Selama menuntut ilmu di Institut Pertanian Bogor, penulis aktif dalam

beberapa organisasi kemahasiswaan, antara lain organisasi Ikatan Keluarga

Muslim TPB (IKMT) sebagai anggota pada tahun 2006-2007. Selama periode

2007-2008, penulis menjadi anggota UKM FORCES. Penulis juga aktif dalam

kepengurusan Himpunan Profesi HIMASILKAN pada periode 2007-2008 dan

2008-2009. Penulis juga memiliki pengalaman mengajar menjadi asisten mata

kuliah Metode Statistika periode 2008-2009 dan 2009-2010, asisten mata kuliah

Biokimia Hasil Perairan pada tahun 2009, asisten Fisiologi Degradasi Metabolit

Hasil Perairan pada tahun 2009, dan asisten Biotoksikologi pada tahun

2009-2010.

Penulis melakukan penelitian ini sebagai syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, dengan judul

“Analisis Mikroskopis dan Komponen Bioaktif Tanaman Genjer (Limnocharis

flava) dari Kelurahan Situ Gede Bogor”, di bawah bimbingan Dr. Ir. Agoes M.

Jacoeb, Dipl.-Biol dan Asadatun Abdullah, S.Pi, M.Si, M.S.M.

Page 9: ANALISIS MIKROSKOPIS DAN KOMPONEN BIOAKTIF … · Hasil penelitian menunjukkan bahwa jaringan daun terdiri atas selapis epidermis dan derivatnya berupa stomata bertipe parasitik,

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL…………………………………………………………... ix

DAFTAR GAMBAR………………………………………………………... x

DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………... xii

1 PENDAHULUAN……………………………………………………….. 1

1.1 Latar Belakang……………………………………………………....... 1

1.2 Tujuan Penelitian………………………………………………….…... 3

2 TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………….. 4

2.1 Deskripsi dan Klasifikasi Tanaman Genjer (Limnocharis flava)……... 4

2.2 Komposisi Gizi Tanaman Genjer……………………………………... 5

2.2.1 Protein………………………………………………………….. 6

2.2.2 Lemak………………………………………………………….. 7

2.2.3 Karbohidrat…………………………………………………….. 8

2.2.4 Mineral……………………………………………………….… 9

2.2.5 Air…………………………………………………………….... 10

2.2.6 Vitamin A…………………………………………………….… 11

2.3 Anatomi dan Jaringan Tumbuhan…………………………………….. 12

2.3.1 Akar…………………………………………………………….. 13

2.3.2 Batang……………………………………………………….…. 15

2.3.3 Daun………………………………………………………….… 18

2.3.3.1 Stomata………………………………………………... 20

2.4 Pemeriksaan Histologi Tumbuhan………………………………….… 21

2.5 Persiapan Preparat dengan Metode Parafin…..…………………….…. 22

2.5.1 Fiksasi……………………………………………………….…. 22

2.5.2 Dehidrasi…………………………………………………….…. 23

2.5.3 Penjernihan, infiltrasi dan penanaman dengan metode parafin... 24

2.5.4 Penyayatan dan penempelan sayatan………………………....... 25

2.5.5 Pewarnaan…………………………………………………........ 26

2.6 Komponen Bioaktif...…………………………..................................... 27

2.6.1 Terpenoid/steroid…………………………………………….… 27

2.6.2 Alkaloid dan metabolit nitrogen lainnya…………………….…. 28

2.6.3 Metabolit fenol……………………………………………….… 30

2.7 Proses Pengukusan………………………………………………….… 32

3 METODE PENELITIAN………………………………………………... 33

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian……………………………………….... 33

3.2 Bahan dan Alat……………………………………………………....... 33

3.3 Prosedur Penelitian………………………………………………….… 34

3.3.1 Pengukuran dimensi tanaman genjer…………………………... 35

Page 10: ANALISIS MIKROSKOPIS DAN KOMPONEN BIOAKTIF … · Hasil penelitian menunjukkan bahwa jaringan daun terdiri atas selapis epidermis dan derivatnya berupa stomata bertipe parasitik,

3.3.2 Pembuatan preparat dengan metode parafin dan

pengamatan jaringan…………………….................................... 36

3.3.3 Analisis fitokimia tanaman genjer (Harborne 1987)………....... 37

3.3.4 Analisis proksimat dan total karoten……………………............ 41

1) Kadar air (AOAC 2007)……………………………………. 41

2) Kadar abu (AOAC 2007)…………………………………... 42

3) Kadar protein kasar (AOAC 2007)………………………… 42

4) Kadar lemak kasar (AOAC 2007)………………………...... 43

5) Kadar serat kasar (AOAC 2007)…………………………… 44

6) Analisis total karoten (Parker 1996)…………...…………... 44

3.3.5 Pengolahan data dan pengujian hipotesis…………………….... 45

4 HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………………………... 47

4.1 Anatomi dan Morfologi Tanaman Genjer (Limnocharis flava)…….… 47

4.1.1 Deskripsi histologi daun……………………………………….. 47

4.1.2 Deskripsi histologi batang…………………………………….... 52

4.1.3 Deskripsi histologi akar………………………………………... 55

4.2 Dimensi Tanaman Genjer (Limnocharis flava)…………………….…. 57

4.3 Komposisi Kimia Tanaman Genjer Segar dan Kukus……………….... 60

4.3.1 Kadar air……………………………………………………....... 62

4.3.2 Kadar abu…………………………………………………….… 64

4.3.3 Kadar lemak………………………………………………….… 67

4.3.4 Kadar protein………………………………………………....... 69

4.3.5 Kadar serat kasar…………………………………………….…. 71

4.4 Kadar Total Karoten……………………………………………….….. 73

4.5 Komponen Bioaktif Tanaman Genjer (Limnocharis flava)...……….... 75

5 KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………………... 81

5.1 Kesimpulan………………………………………………………….… 81

5.2 Saran…………………………………………………………………... 81

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….. 83

LAMPIRAN…………………………………………………………………. 89

viii

Page 11: ANALISIS MIKROSKOPIS DAN KOMPONEN BIOAKTIF … · Hasil penelitian menunjukkan bahwa jaringan daun terdiri atas selapis epidermis dan derivatnya berupa stomata bertipe parasitik,

DAFTAR TABEL

Nomor Teks Halaman

1 Komposisi gizi tanaman genjer (Limnocharis flava)………………. 6

2 Sistem jaringan, jaringan, dan jenis sel penyusun jaringan

tanaman…………………………………………………………….. 13

3 Komposisi rangkaian larutan dehidran TBA………………………. 24

4 Subklasifikasi terpenoid…................................................................. 28

5 Klasifikasi alkaloid dan metabolit-nitrogen lainnya pada tanaman... 29

6 Klasifikasi bagian-bagian fenolik………………………………….. 31

7 Peralatan dan bahan yang digunakan dalam penelitian……………. 33

8 Pengamatan stomata daun genjer…………………………………... 49

9 Hasil pengukuran tanaman genjer (Limnocharis flava)……………. 57

10 Komposisi kimia daun dan batang tanaman genjer segar………….. 61

11 Komposisi kimia daun dan batang tanaman genjer kukus…………. 61

12 Hasil pengujian hipotesis t-student dua populasi………………...… 62

13 Kadar total karoten tanaman genjer segar dan kukus……………… 73

14 Rendemen ekstrak kasar daun dan batang tanaman genjer

(Limnocharis flava) pada pelarut dengan tingkat kepolaran berbeda 76

15 Kandungan fitokimia daun dan batang genjer (Limnocharis flava).. 77

Page 12: ANALISIS MIKROSKOPIS DAN KOMPONEN BIOAKTIF … · Hasil penelitian menunjukkan bahwa jaringan daun terdiri atas selapis epidermis dan derivatnya berupa stomata bertipe parasitik,

DAFTAR GAMBAR

Nomor Teks Halaman

1 Tanaman genjer (Limnocharis flava)……………………………….. 4

2 Struktur molekul vitamin A………………………………………… 12

3 Struktur anatomi akar pada tumbuhan Monocotyledoneae dan

Dicotyledoneae................................................................................... 15

4 Penampang batang monokotil………………………………………. 17

5 Penampang jaringan daun…………………………………………... 20

6 Jenis-jenis stomata daun……………………………………………. 21

7 Beberapa terpenoid dan alkaloid steroid…...……………………….. 28

8 Beberapa penggolongan alkaloid………………………………….... 30

9 Beberapa senyawa aromatik fenol sederhana……….……………… 31

10 Dandang pengukusan dan bagian dalamnya……………………...... 32

11 Diagram alir prosedur penelitian…………………………………… 35

12 Diagram alir pembuatan preparat dengan metode parafin.………… 38

13 Diagram alir pembuatan ekstrak daun dan batang genjer………….. 39

14 Morfologi tanaman genjer (Limnocharis flava)……………………. 47

15 Penampang melintang daun genjer (Limnocharis flava)………….... 48

16 Stomata daun epidermis atas……………………………………..… 50

17 Stomata daun epidermis bawah…………………………………….. 50

18 Irisan melintang batang genjer segar……………………………….. 52

19 Berkas pembuluh pada batang genjer beserta epidermis dan

korteks batang……………………………………………………… 54

20 Morfologi akar tanaman genjer (Limnocharis flava)…………….… 55

21 Penampang melintang akar tanaman genjer beserta berkas

pembuluhnya……………………………………………………….. 56

22 Sebaran luas dan keliling daun tanaman genjer……………………. 58

23 Sebaran panjang dan tebal batang tanaman genjer…………………. 59

24 Sebaran panjang akar tanaman genjer……………………………… 60

25 Perbandingan kadar air tanaman genjer……………………………. 63

26 Perbandingan kadar abu tanaman genjer…………………………… 65

27 Perbandingan kadar lemak tanaman genjer………………………… 67

Page 13: ANALISIS MIKROSKOPIS DAN KOMPONEN BIOAKTIF … · Hasil penelitian menunjukkan bahwa jaringan daun terdiri atas selapis epidermis dan derivatnya berupa stomata bertipe parasitik,

28 Perbandingan kadar protein tanaman genjer……………………….. 70

29 Perbandingan kandungan serat kasar tanaman genjer……………… 71

30 Perbandingan kadar total karoten tanaman genjer…………………. 74

xi

Page 14: ANALISIS MIKROSKOPIS DAN KOMPONEN BIOAKTIF … · Hasil penelitian menunjukkan bahwa jaringan daun terdiri atas selapis epidermis dan derivatnya berupa stomata bertipe parasitik,

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1 Data hasil pengukuran tanaman genjer………………………….. 88

2 Komposisi larutan seri Johansen, larutan FAA, dan tahapan

pewarnaan jaringan…………………………………………….… 89

3 Hasil analisis proksimat tanaman genjer segar dan kukus…….. 90

4 Data hasil analisis total karoten tanaman genjer dan stomata daun 91

5 Data rendemen ekstrak kasar daun dan batang genjer………...… 92

6 Gambar proses pembuatan preparat jaringan dengan metode

parafin............................................................................................. 93

7 Gambar proses pengukuran tanaman beserta alat ukurnya……… 94

8 Gambar bahan dan alat analisis proksimat…………………..… 95

9 Gambar hasil pengujian fitokimia daun dan batang genjer…….... 96

10 Lokasi pengambilan sampel dan pemeliharaan sampel…………. 97

Page 15: ANALISIS MIKROSKOPIS DAN KOMPONEN BIOAKTIF … · Hasil penelitian menunjukkan bahwa jaringan daun terdiri atas selapis epidermis dan derivatnya berupa stomata bertipe parasitik,

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan

dan pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi,

produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran, yang dilaksanakan dalam suatu

sistem bisnis. Ikan adalah segala jenis organisme yang seluruh atau sebagian dari

siklus hidupnya berada di dalam lingkungan perairan (Undang-undang Republik

Indonesia Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan). Tanaman air tawar

merupakan salah satu biota yang hidup di lingkungan perairan tawar, baik yang

hidup liar maupun yang ditujukan untuk pengolahan.

Tanaman air memiliki karakteristik dengan vegetasi yang seluruhnya

tenggelam dan bunga yang mengapung, atau dengan daunnya yang mengapung

dan bunga yang mengapung, atau vegetasi yang muncul ke permukaan dan bunga

yang mengapung di air. Tanaman air memiliki banyak spesies. Salah satu keluarga

tanaman air yang termasuk dalam tanaman Angiospermae adalah Alismatales.

Beberapa jenis yang termasuk dalam ordo Alimatales adalah Alismataceae,

Butomaceae, Hydrocharitaceae, Limnocharitaceae, dan Najadaceae. Tanaman

genjer (Limnocharis flava) merupakan tanaman air yang termasuk spesies dari

famili Limnocharitaceae (Haynes dan Les 2004).

Pemanfaatan tanaman ini diantaranya sebagai sayuran, pakan ternak,

tanaman fitofiltrasi terhadap polusi air, tanaman penghias kolam, dan pupuk

(Abilash et al. 2009; Bergh 1994). Tanaman genjer diolah menjadi makanan oleh

masyarakat India dan sebagian besar Asia Tenggara dimana daunnya mengandung

protein 1-1,6%, sebagai alternatif dari tanaman bayam (Haynes dan Les 2004).

Selain itu, tanaman genjer termasuk tanaman liar yang menghasilkan beberapa zat

metabolit sekunder yang dikenal sebagai zat bioaktif. Salah satu zat bioaktif yang

terkandung di dalam tanaman ini adalah flavonoid. Penelitian Maisuthisakul et al.

(2008) menunjukkan bahwa Limnocharis flava di wilayah Thailand mengandung

total fenolik sebesar 5,4 mg GAE/g db dan total flavonoid sebesar 3,7 mg RE/ g

db. Penelitian Ogle et al. (2001), diacu dalam Flyman dan Afolayan (2006)

menunjukkan bahwa Limnocharis flava mengandung β-karoten 50 μg/g .

Page 16: ANALISIS MIKROSKOPIS DAN KOMPONEN BIOAKTIF … · Hasil penelitian menunjukkan bahwa jaringan daun terdiri atas selapis epidermis dan derivatnya berupa stomata bertipe parasitik,

Tanaman genjer sebagai organisme tingkat tinggi memiliki penyebaran

fungsi vital untuk organ-organ dan jaringan yang terpisah. Fungsi-fungsi dari

jaringan dan organ tersebut merupakan hasil dari aktivitas sel-sel yang

terintegrasi. Keragaman jenis sel yang berbeda dapat menggambarkan keadaan

fisiologis tanaman termasuk karakteristik gen dan ekspresi protein. Selain itu,

komponen berberat molekul rendah, yakni lemak, karbohidrat, vitamin, maupun

hormon yang menjadi penyusun bagian-bagian sel juga memberikan informasi

tentang karakteristik tanaman tersebut. Oleh karena itu, analisis jaringan dari

bagian-bagian tanaman merupakan salah satu analisis yang tepat dalam

karakterisasi tanaman dan metabolit yang dihasilkan.

Analisis jaringan dapat dilakukan dengan analisis mikroskopis melalui

beberapa metode diantaranya metode beku, metode seloidin, metode parafin,

metode penanaman rangkap (Suntoro 1983). Metode parafin merupakan metode

yang sesuai bagi pemula dalam mempelajari jaringan dan memiliki prinsip-prinsip

pokok metode histologis. Menurut Suntoro (1983), kelebihan metode parafin

diantaranya irisan dapat jauh lebih tipis daripada menggunakan metode beku atau

metode seloidin. Irisan-irisan yang bersifat seri dapat dikerjakan dengan mudah

bila menggunakan metode ini dan prosesnya jauh lebih cepat dibandingkan

dengan metode seloidin.

Pengolahan tanaman genjer di Indonesia dilakukan dengan cara

pengukusan, perebusan, maupun penumisan yang menghasilkan makanan berupa

tumisan, lalapan, pecel, campuran gado-gado, dan sayur bubur. Pengukusan

adalah proses pemanasan yang bertujuan menonaktifkan enzim yang akan

mengubah warna, cita rasa, maupun nilai gizi yang dilakukan pada suhu air lebih

dari 66 ºC, tetapi kurang dari 82 ºC (Romdhijati 2010). Pengaruh proses

pengukusan tanaman genjer dapat mengakibatkan penurunan atau peningkatan zat

gizi tertentu dalam tanaman tersebut. Oleh karena itu, kajian secara kuantitatif

kandungan gizi tanaman genjer setelah pengukusan perlu dilakukan dalam

meninjau pengaruhnya terhadap gizi, disamping menganalisa potensi komponen

bioaktif tanaman genjer.

2

Page 17: ANALISIS MIKROSKOPIS DAN KOMPONEN BIOAKTIF … · Hasil penelitian menunjukkan bahwa jaringan daun terdiri atas selapis epidermis dan derivatnya berupa stomata bertipe parasitik,

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian tentang Analisis Mikroskopis dan Komponen

Bioaktif Tanaman Genjer (Limnocharis flava) dari Kelurahan Situ Gede adalah:

1) Menentukan sifat mikroskopis jaringan tanaman genjer meliputi jaringan daun,

batang, dan akar.

2) Menentukan kandungan gizi tanaman genjer sebelum dan setelah proses

pengukusan.

3) Menentukan komponen bioakif yang terkandung di dalam tanaman genjer

secara kualitatif dan menghubungkannya dengan manfaat zat bioaktif

berdasarkan teori.

3

Page 18: ANALISIS MIKROSKOPIS DAN KOMPONEN BIOAKTIF … · Hasil penelitian menunjukkan bahwa jaringan daun terdiri atas selapis epidermis dan derivatnya berupa stomata bertipe parasitik,

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi dan Klasifikasi Tanaman Genjer (Limnocharis flava)

Tanaman genjer (Limnocharis flava) merupakan tanaman asli wilayah

tropis dan subtropis Amerika, diperkenalkan ke Asia Tenggara lebih dari satu

abad lalu. Saat ini, tanaman genjer menjadi tanaman yang secara alamiah ada di

Indonesia (Jawa, Sumatera), Malaysia, Thailand, Burma, dan Sri Lanka. Tanaman

ini tumbuh di rawa-rawa, perairan dangkal misalnya sawah, kolam ikan, dan parit-

parit dengan ketinggian mencapai 1300 m (Bergh 1994). Morfologi tanaman

genjer dapat dilihat pada Gambar 1. Adapun klasifikasi tanaman genjer adalah

(Plantamor 2008):

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Superdivisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Liliopsida

Subkelas : Alismatidae

Ordo : Alismatales

Famili : Limnocharitaceae

Genus : Limnocharis

Spesies : Limnocharis flava (L.) Buch

Gambar 1 Tanaman genjer (Limnocharis flava)

(Sumber: Suehiro 2007)

Tanaman genjer merupakan tumbuhan yang hidup bertahun-tahun, tegak,

laticiferous, tanaman akuatik hingga rawa-terestrial, memiliki ketinggian 20 cm

Page 19: ANALISIS MIKROSKOPIS DAN KOMPONEN BIOAKTIF … · Hasil penelitian menunjukkan bahwa jaringan daun terdiri atas selapis epidermis dan derivatnya berupa stomata bertipe parasitik,

hingga 100 cm. Batang tanaman memiliki panjang 5-75 cm, tebal, berbentuk

segitiga dengan banyak ruang udara, terdapat pelapis pada bagian dasar. Helaian

daun bulat, luasan berbentuk bulat panjang atau bulat telur berukuran 5-30 cm x

4-25 cm, berwarna kuning-hijau, bergurat, 9-13 gurat utama dengan sejumlah

gurat paralel melintang yang bertindak sebagai gurat sekunder (Bergh 1994).

Bunga berjumlah 3 hingga 15, panjang ibu tangkai bunga mencapai 90 cm,

tegak ketika berbunga, melengkung bawah ketika berbuah, bunga di dalam axil

dari tanaman berselaput. Tangkai bunga memiliki panjang 2-7 cm, kelopak

berjumlah 3 dengan panjang 2 cm, mahkota berjumlah 3 dengan bentuk bulat telur

hingga bulat dan panjang 1,5-3 cm, berwarna kuning. Benang sari berjumlah lebih

dari 15 dan dikelilingi oleh lingkaran staminodia, indung telur berjumlah 10-20.

Komponen buah tersusun dari daun buah matang bersama globose atau benda

berbentuk elips yang lebar dan diameter 1,5-2 cm, tertutup oleh kelopak. Biji

berbentuk seperti sepatu kuda dengan panjang 1-1,5 mm, dilengkapi dengan

mahkota yang melintang, berwarna coklat gelap. Kotiledon memiliki panjang

8-11,5 mm (Bergh 1994).

Tanaman genjer dapat mereproduksi secara vegetatif dan dengan biji. Biji

yang terkandung dalam kapsul matang atau folikel merupakan biji yang ringan

dan dapat disebarkan oleh aliran air. Reproduksi secara vegetatif, yakni kapsul

yang menekuk ke arah air, menyediakan biji-biji untuk dilepas. Kapsul yang

kosong dapat berkembang menjadi tanaman vegetatif yang membentuk tanaman

inang atau mengapung untuk menetap di tempat lain. Tanaman ini selalu berbunga

sepanjang tahun di wilayah dengan kelembaban yang cukup. Namun, tanaman ini

dapat menjadi tanaman tahunan dimana kelembaban bersifat musiman

(Department of Primary Industries and Fisheries 2007).

2.2 Komposisi Gizi Tanaman Genjer

Pemanfaatan tanaman genjer (Limnocharis flava) dilakukan terhadap daun

muda dengan petiole dan buah yang belum terbuka yang dimakan sebagai

sayuran, di Indonesia terutama di Jawa Barat, di Malaysia, dan di Thailand.

Tanaman ini biasanya tidak dimakan mentah tetapi dipanaskan di atas api atau

dimasak untuk waktu yang singkat. Daun tua memiliki rasa yang pahit. Tanaman

ini dapat diberikan sebagai makanan hewan untuk babi atau ikan. Tanaman ini

5

Page 20: ANALISIS MIKROSKOPIS DAN KOMPONEN BIOAKTIF … · Hasil penelitian menunjukkan bahwa jaringan daun terdiri atas selapis epidermis dan derivatnya berupa stomata bertipe parasitik,

juga dapat dijadikan tanaman penghias di kolam. Tanaman genjer juga sering

dijadikan pupuk hijau dalam pembajakan di sawah (Bergh 1994).

Daun dan bunga dari tanaman genjer (Limnocharis flava) berkhasiat

sebagai penambah nafsu makan. Kandungan kimia dari daun dan bunga tanaman

genjer diantaranya kardenolin, flavonoida dan polifenol. Pengolahan genjer

sebagai penambah nafsu makan adalah dengan pengukusan genjer segar hingga

setengah matang dan dikonsumsi sebagai lalapan (Anonim 2009). Komposisi gizi

tanaman genjer (Limnocharis flava) adalah:

Tabel 1 Komposisi gizi tanaman genjer (Limnocharis flava)

Komposisi gizi Jumlah/100 g bahan (a)

Jumlah (b)

Energi 33 kkal 343,26±9,75 kJ/100 g

Protein kasar 1,7 g 0,28±0,01%

Lemak kasar 0,2 g 1,22±0,01%

Karbohidrat 7,7 g 14,56±0,14%

Abu - 0,79±0,03%

Kalsium 62 mg 770,87±105,26 mg/100 g

Fosfor 33 mg -

Besi 2,1 mg -

Potasium - 4202,5±292,37 mg/100g

Tembaga - 8,31±1,83 mg/100 g

Magnesium - 228,1±15,26 mg/100 g

Zinc - 0,66±0,05 mg/100 g

Natrium - 107,72±17,15 mg/100 g

Vitamin A 3.800 mg -

Vitamin B1 0,07 mg -

Vitamin C 54 mg -

Air 90 g 79,34±0,15%

Serat kasar - 3,81±0,04%

B.D.D 70% - Sumber:

(a) Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan (1992), diacu dalam Astawan dan Kasih (2008)

(b) Saupi et al. (2009), jumlah dalam berat kering

2.2.1 Protein

Protein adalah sumber asam-asam amino yang mengandung unsur-unsur

C, H, O, dan N serta mengandung fosfor dan belerang. Sebuah asam amino terdiri

dari sebuah gugus amino (-NH2), sebuah karboksil (-COOH), sebuah atom

hidrogen, dan gugus R yang terikat pada sebuah atom C yang dikenal sebagai

karbon α, serta gugus R merupakan rantai cabang. Protein berfungsi sebagai

enzim, alat pengangkut dan penyimpan, pengatur pergerakan, penunjang mekanis,

6

Page 21: ANALISIS MIKROSKOPIS DAN KOMPONEN BIOAKTIF … · Hasil penelitian menunjukkan bahwa jaringan daun terdiri atas selapis epidermis dan derivatnya berupa stomata bertipe parasitik,

pertahanan tubuh, media perambatan impuls syaraf, dan pengendalian

pertumbuhan (Winarno 2008).

Protein tersusun atas 20 asam amino utama yang berbeda dan terhubung

dengan ikatan amida, tetapi beberapa protein tidak mengandung satu atau

beberapa dari 20 asam amino. Jenis-jenis asam amino penyusun molekul protein

tumbuhan terdiri atas kelompok alifatik, basik, asidik, mengandung belerang,

terhidroksil, heterosiklik, dan kelompok aromatik. Kelompok alifatik terdiri atas

glisin, alanin, valin, leusin, dan isoleusin. Kelompok basik adalah arginin dan

lisin. Kelompok asidik adalah asam aspartat, asam glutamat, asparagin, glutamin.

Kelompok yang mengandung belerang adalah sistein dan metionin. Kelompok

terhidroksil terdiri dari serin dan threonin. Kelompok heterosiklik terdiri dari

prolin, triptofan, histidin, sedangkan kelompok aromatik terdiri atas tirosin dan

fenilalanin. Asam amino yang tergolong alifatik dan aromatik lebih sukar larut

dalam air dibanding asam amino basik, asidik, dan terhidroksil (Lakitan 2007).

Tanaman dapat mensintesis asam amino protein dari komponen nitrogen

sederhana, misalnya nitrat dan amoniak. Asimilasi nitrat terjadi dalam dua tahap

proses yaitu perubahan nitrat (NO3-) menjadi nitrit (NO2

-) yang dikatalisis oleh

enzim nitrat reduktase dan perubahan nitrit menjadi amoniak (NH4+) yang

dikatalisis oleh enzim nitrit reduktase. NO2- yang terbentuk akan berpindah ke

bagian kloroplas pada daun atau proplastida di akar (Chesworth et al. 1998).

Organel di dalam sel yang berfungsi mensintesis protein adalah ribosom. Ribosom

terdapat di dalam mitokondria dan kloroplas. Ribosom juga terdapat pada

sitoplasma. Protein yang disintesis oleh ribosom pada sitoplasma kemudian akan

diangkut ke mitokondria maupun kloroplas (Lakitan 2007).

2.2.2 Lemak

Lemak merupakan zat yang dibentuk dari unit-unit terstruktur dengan

suatu hidrofobisitas yang tegas, larut dalam pelarut organik tetapi tidak dalam air.

Komponen utama dari lemak adalah turunan asam lemak. Asam lemak dapat

digolongkan menjadi asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh. Asam lemak

jenuh dicirikan dengan tidak bercabang, rantai molekul lurus dengan jumlah atom

karbon genap yang dominan pada asam lemak ini. Asam lemak tak jenuh

7

Page 22: ANALISIS MIKROSKOPIS DAN KOMPONEN BIOAKTIF … · Hasil penelitian menunjukkan bahwa jaringan daun terdiri atas selapis epidermis dan derivatnya berupa stomata bertipe parasitik,

memiliki ikatan ganda yang biasanya ditunjukkan sebagai jenis isolene atau asam

lemak non-konjugasi (Belitz et al. 2009).

Dalam tanaman, lemak disintesis dari satu molekul gliserol dengan tiga

molekul asam lemak yang terbentuk dari kelanjutan oksidasi karbohidrat dalam

proses respirasi. Proses pembentukan lemak dalam tanaman dapat dibagi menjadi

tiga tahap, yaitu pembentukan gliserol, pembentukan asam lemak, kemudian

kondensasi asam lemak dengan gliserol membentuk lemak. Lemak nabati

mengandung fitosterol dan lebih banyak mengandung asam lemak tak jenuh

sehingga umumnya berbentuk cair (Winarno 2008).

Fraksi lipida terdiri atas minyak/lemak, malam (wax), fosfolipida, sterol,

hidrokarbon, dan pigmen. Pigmen yang termasuk dalam fraksi lipid diantaranya

klorofil, karotenoid, xantofil yang merupakan komponen penting dalam

penangkapan cahaya dan proses pengangkutan elektron dari fotosintesis (Winarno

2008; Murphy 1999). Lemak jarang terkandung dalam jaringan daun, batang, dan

akar, tetapi sering dijumpai pada biji dan kadang pada daging buah. Di dalam sel

tumbuhan, lemak disimpan dalam oleosom pada sitoplasma (Lakitan 2007).

Jenis asam lemak yang umum terkandung pada jaringan tumbuhan adalah

laurat, miristat, palmitat, stearat, oleat, linoleat, linolenat Pembentukan asam

lemak diawali oleh karboksilasi asetil Ko-A yang memiliki prekursor berupa

karbon dioksida. Dalam jaringan yang mendukung fotosintesis (berwarna hijau),

yaitu daun, karbon dioksida ditempatkan dalam stroma dari kloroplas untuk

membentuk triosa fosfat. Triosa fosfat kemudian diubah menjadi pirufat dan

membentuk asetil Ko-A oleh enzim glikolitik. Hal ini dapat menjelaskan bahwa

sintesis asetil Ko-A untuk pembentukan asam lemak terjadi di dalam kloroplas

(Murphy 1999).

2.2.3 Karbohidrat

Karbohidrat memiliki bentuk molekul yang dikesankan sebagai komposisi

unsur yang dinamakan Cx(H2O)y), yang mengandung atom karbon bersama

dengan hidrogen dan oksigen dalam rasio yang sama. Komponen karbohidrat

alami yang dihasilkan oleh organisme tidak dalam bentuk formula empiris yang

sederhana, melainkan dalam bentuk oligomer (oligosakarida) atau polimer

(polisakarida) dari gula sederhana (BeMiller dan Whistler 1996).

8

Page 23: ANALISIS MIKROSKOPIS DAN KOMPONEN BIOAKTIF … · Hasil penelitian menunjukkan bahwa jaringan daun terdiri atas selapis epidermis dan derivatnya berupa stomata bertipe parasitik,

Polisakarida merupakan polimer molekul-molekul monosakarida yang

dapat berantai lurus atau bercabang dan dapat dihidrolisis dengan enzim-enzim

yang spesifik kerjanya. Polisakarida dalam bahan makanan berfungsi sebagai

penguat tekstur (selulosa, hemiselulosa, pektin, lignin) dan sebagai sumber energi

(pati, dekstrin, glikogen, fruktan). Pati merupakan homopolimer glukosa dengan

ikatan α-glikosidik dan terdiri atas dua fraksi yakni amilosa dan amilopektin.

Amilosa mempunyai struktur lurus dengan ikatan α-(1,4)-D-glukosa, sedangkan

amilopektin mempunyai cabang dengan ikatan α-(1,4)-D-glukosa. Pati di dalam

jaringan tanaman mempunyai bentuk granula (butir) yang berbeda-beda sesuai

dengan bentuk, ukuran, letak hilum, dan sifat merefleksikan cahaya terpolarisasi

(Winarno 2008).

Serat-serat banyak berasal dari dinding sel berbagai sayuran dan buah-

buahan. Secara kimia, dinding sel tersebut terdiri dari beberapa jenis karbohidrat

yaitu selulosa, hemiselulosa, pektin, dan nonkarbohidrat, misalnya polimer lignin,

beberapa gumi, dan mucilage. Pada proses pematangan, penyimpanan, atau

pengolahan, komponen selulosa dan hemiselulosa mengalami perubahan sehingga

terjadi perubahan tekstur (Winarno 2008).

Komponen gula utama di dalam sayuran adalah glukosa dan fruktosa (0,3-

4%), seperti halnya sukrosa (0,1-12%). Pati banyak tersimpan pada sayuran akar

dan batang. Polisakarida berupa pektin memiliki peranan dalam kekokohan

tanaman (Belitz et al. 2009). Pektin terdapat di dalam dinding sel primer tanaman,

khususnya di sela-sela antara selulosa dan hemiselulosa. Senyawa-senyawa pektin

diklasifikasikan menjadi asam pektat, asam pektinat (pektin), dan protopektin.

Asam pektat dapat membentuk garam dalam jaringan tanaman diantaranya

kalsium dan magnesium. Asam pektinat juga dapat membentuk garam yang

disebut garam pektinat (Winarno 2008).

2.2.4 Mineral

Mineral merupakan unsur pokok yang bersisa sebagai abu setelah

pembakaran dari jaringan tanaman maupun hewan. Mineral dibagi menjadi

elemen utama, trace element, dan ultra-trace element. Elemen utama terdiri atas

Na, K, Ca, Mg, Cl, P, merupakan elemen esensial bagi kehidupan manusia dalam

jumlah >50 mg/hari. Trace elements terdiri atas Fe, I, F, Zn, Se, Cu, Mn, Cr, Mo,

9

Page 24: ANALISIS MIKROSKOPIS DAN KOMPONEN BIOAKTIF … · Hasil penelitian menunjukkan bahwa jaringan daun terdiri atas selapis epidermis dan derivatnya berupa stomata bertipe parasitik,

Co, Ni, esensial dalam konsentrasi < 50 mg/hari. Ultra-trace elements terdiri atas

Al, As, Ba, Bi, B, Br, Cd, Cs, Ge, Hg, Li, Pb, Rb, Sb, Si, Sm, Sn, Sr, Ti, W, Tl,

merupakan elemen yang pada dasarnya telah diuji dalam percobaan hewan lebih

dari beberapa generasi dan gejala kekurangannya telah ditemukan di bawah

kondisi ekstrim (Belitz et al. 2009).

Komposisi akhir dari bagian-bagian tanaman yang dapat dimakan

dipengaruhi dan dikontrol oleh kesuburan tanah, genetik tanaman, dan lingkungan

pertumbuhan tanaman. Mineral dalam abu merupakan bentuk metal oksida,

sulfida, fosfat, nitrat, klorida, dan halida lainnya. Mineral tidak dapat dirusak

dengan pemaparan panas, cahaya, zat pengoksidasi, pH ekstrim. Sejumlah mineral

memiliki kelarutan di dalam air. Secara umum, perebusan dalam air menyebabkan

hilangnya mineral lebih banyak pada sayuran daripada pengukusan (Miller 1996).

Sebagian besar unsur yang dibutuhkan tanaman diserap dari larutan tanah

melalui akar, kecuali karbon dan oksigen yang diserap dari udara oleh daun.

Penyerapan unsur hara secara umum lebih lambat dibandingkan dengan

penyerapan air oleh akar tanaman (Lakitan 2007). Unsur mineral terbanyak dalam

sayuran adalah potasium, selanjutnya kalsium, sodium, dan magnesium. Anion

mayor yang terkandung dalam sayuran adalah fosfat, klorida, dan karbonat (Belitz

et al. 2009).

2.2.5 Air

Air terikat merupakan istilah yang umum dipakai untuk air yang terdapat

dalam bahan makanan. Air terikat dianggap sebagai suatu sistem yang mencakup

air yang mempunyai derajat keterikatan berbeda-beda dalam bahan. Menurut

derajat „keterikatan air, air terikat di dalam bahan dibagi atas empat tipe, yaitu

(Winarno 2008):

a) Tipe 1 adalah molekul air yang terikat pada molekul-molekul lain melalui suatu

ikatan hidrogen yang berenergi besar. Molekul air membentuk hidrat dengan

molekul-molekul lain yang mengandung atom-atom O dan N. Air ini tidak

membeku pada proses pembekuan, tetapi sebagian air dapat dihilangkan

dengan pengeringan biasa.

b) Tipe 2 adalah molekul-molekul air membentuk ikatan hidrogen dengan

molekul air lain, terdapat dalam mikrokapiler. Air jenis ini lebih sukar

10

Page 25: ANALISIS MIKROSKOPIS DAN KOMPONEN BIOAKTIF … · Hasil penelitian menunjukkan bahwa jaringan daun terdiri atas selapis epidermis dan derivatnya berupa stomata bertipe parasitik,

dihilangkan dan penghilangannya akan mengakibatkan penurunan Aw.

Penghilangan sebagian air tipe ini dapat mengurangi pertumbuhan mikroba dan

reaksi kimia yang bersifat merusak bahan makanan.

c) Tipe 3 adalah air yang secara fisik terikat dalam jaringan matriks bahan, seperti

membrane, kapiler, serat. Air tipe 3 disebut dengan air bebas karena mudah

diuapkan dan dapat dimanfaatkan untuk pertumbuhan mikroba dan media bagi

reaksi-reaksi kimiawi.

d) Tipe 4 adalah air yang tidak terikat dalam jaringan suatu bahan atau air murni,

dengan sifat-sifat air biasa dan keaktifan penuh

Air yang terkandung di dalam jaringan tanaman umumnya berkisar 80%

hingga 90% berat segar dari tanaman basah dan kurang dari 20% berat dari

tanaman kering. Pengaruh dari hilangnya air pada tanaman adalah tanaman

menjadi layu dan kehilangan berat serta secara tidak langsung menimbulkan

perubahan yang diinginkan ataupun yang tidak dinginkan (Fennema 1996).

2.2.6 Vitamin A

Vitamin A merupakan jenis vitamin yang aktif dan terdapat dalam

beberapa bentuk yaitu vitamin A alkohol (retinol), vitamin A aldehida (retinal),

vitamin A asam (asam retinoat), vitamin A ester (ester retinil). Vitamin A

termasuk dalam vitamin yang dapat larut dalam lemak (Winarno 2008). Senyawa

dengan aktivitas vitamin A yang terdapat dalam tanaman, termasuk kelompok

karotenoid akan diubah menjadi vitamin A pada proses metabolisme tubuh setelah

dikonsumsi oleh manusia dan hewan (Andarwulan dan Koswara 1992).

Karotenoid merupakan prekursor vitamin A disebut provitamin A.

Provitamin A yang paling potensial adalah β-karoten yang ekuivalen dengan 2

vitamin A. Sumber provitamin A adalah sayuran atau buah-buahan yang berwarna

hijau atau kuning (Andarwulan dan Koswara 1992). Di antara ratusan karotenoid

yang terdapat di alam, hanya bentuk α, β, γ, dan kriptosantin yang berperan

sebagai provitamin A. β-karoten adalah provitamin A yang paling aktif.

Karotenoid terdapat di dalam kloroplas tanaman dan berperan sebagai katalisator

dalam fotosintesis. Karotenoid paling banyak terdapat dalam sayuran berwarna

hijau tua (Almatsier 2006).

11

Page 26: ANALISIS MIKROSKOPIS DAN KOMPONEN BIOAKTIF … · Hasil penelitian menunjukkan bahwa jaringan daun terdiri atas selapis epidermis dan derivatnya berupa stomata bertipe parasitik,

Provitamin A sangat sensitif terhadap oksidasi, ontooksidasi, dan cahaya,

tetapi stabil terhadap panas dalam atmosfer inert (bebas O2). Apabila terdapat

oksigen, kerusakan karotenoid terjadi lebih banyak dan dipacu oleh cahaya,

enzim, ko-oksidasi dengan hidroperoksida lemak. Pengukusan menghasilkan

kerusakan β-karoten lebih sedikit dibandingkan perebusan. Hasil penelitian pada

pembuatan 20 jenis makanan menunjukkan bahwa karoten sangat stabil selama

pengolahan (Andarwulan dan Koswara 1992). β-karoten dapat bertindak sebagai

antioksidan dengan cara menangkap radikal oksigen tunggal, hidroksil, dan

superoksida serta bereaksi dengan radikal peroksil ROO (Gregory 1996). Struktur

molekul dari vitamin A dapat dilihat pada Gambar 2.

2.3 Anatomi dan Jaringan Tumbuhan

Jaringan merupakan sekelompok sel yang mempunyai asal, struktur, dan

fungsi yang sama. Jaringan dewasa penyusun organ tumbuhan tingkat tinggi

antara lain jaringan pelindung (epidermis), jaringan dasar (parenkim), jaringan

penguat (penyokong), jaringan pengangkut (vaskuler), jaringan sekretoris. Organ

pada tumbuhan dibedakan menjadi organ vegetatif dan organ reproduksi. Organ

vegetatif meliputi batang, akar, dan daun, sementara organ reproduksi terdiri dari

bunga, buah, dan biji (Nugroho et al. 2006). Sistem jaringan, jaringan, dan jenis

sel penyusun jaringan dapat dilihat pada Tabel 2.

Gambar 2 Struktur molekul vitamin A (Sumber: Winarno 2008)

12

Page 27: ANALISIS MIKROSKOPIS DAN KOMPONEN BIOAKTIF … · Hasil penelitian menunjukkan bahwa jaringan daun terdiri atas selapis epidermis dan derivatnya berupa stomata bertipe parasitik,

Tabel 2 Sistem jaringan, jaringan, dan jenis sel penyusun jaringan tanaman

Sistem jaringan Jaringan Jenis sel

Sistem jaringan

dasar

Jaringan parenkima

Jaringan kolenkima

Jaringan sklerenkima

Sel-sel parenkima

Sel-sel kolenkima

Sel-sel sklerenkima (sklereid,

serat)

Sistem jaringan

pengangkut

Xilem

Floem

Trakeid, elemen pembuluh, sel

parenkima, serat

Elemen pembuluh saringan,

companion cells, sel-sel

parenkima, serat

Sistem jaringan

pelindung

Epidermis

Peridermal

Sel-sel parenkima, sel-sel penjaga,

trikoma

Sel-sel gabus, sel-sel kambium

gabus, parenkima gabus. Sumber: Berg (2008)

2.3.1 Akar

Akar merupakan organ tanaman yang berfungsi untuk memperkuat

berdirinya tubuh tumbuhan, menyerap air dan unsur hara tumbuhan dari dalam

tanah, mengangkut air dan unsur hara ke bagian tumbuhan yang memerlukan, dan

tempat penimbunan zat makanan cadangan. Anatomi akar primer yang dipotong

membujur adalah tudung akar, epidermis akar, korteks, endodermis, dan stele

(Nugroho et al. 2006).

Akar tanaman Monocotyledoneae dewasa biasanya berupa akar serabut

dan berkembang dari batang. Umumnya, akar ini tidak mengalami penebalan

sekunder. Tipe paling umum akar pada Monocotyledoneae adalah sistem akar

serabut (Mulyani 2006). Gambaran anatomi akar primer adalah sebagai berikut.

a) Tudung akar, merupakan penutup ujung akar yang tersusun dari sel-sel

parenkima. Selain melindungi meristem, sel-sel tudung akar berfungsi dalam

pengaturan pertumbuhan (misalnya tanggapan gravitasi) dan dalam produksi

serta sekresi sejumlah getah. Tudung akar berasal dari aktivitas meristem

apikal akar dan terdiri atas sejumlah akar yang terletak di tengah, sel-sel

kolumela yang lurus longitudinal, dan sel-sel peripheral terluar. Kolumela

mengandung sekumpulan pati amiloplas, sedangkan sel peripheral

mengeluarkan getah yang disebut mucigel (Dickison 2000).

13

Page 28: ANALISIS MIKROSKOPIS DAN KOMPONEN BIOAKTIF … · Hasil penelitian menunjukkan bahwa jaringan daun terdiri atas selapis epidermis dan derivatnya berupa stomata bertipe parasitik,

b) Epidermis (epiblem/lapisan piliferous). Sel-sel epidermis akar berdinding tipis

dan biasanya tidak mengandung kutikula. Rambut-rambut akar berkembang

dari sel-sel epidermis di daerah dekat ujung akar. Epidermis akar biasanya

dijumpai saat akar masih muda. Apabila akar sudah dewasa, epidermisnya

telah mengalami kerusakan dan fungsinya digantikan oleh lapisan terluar dari

korteks yang disebut eksodermis (Nugroho et al. 2006).

c) Korteks, umumnya tersusun atas sel-sel parenkim yang kadang-kadang

mengandung karbohidrat dan kadang mengandung kristal. Lapisan sklerenkim

umum dijumpai pada akar tumbuhan Monocotyledoneae. Lapisan terluar dari

korteks kadang berdiferensiasi menjadi lapisan eksodermis yang dinding sel-

selnya mengalami penebalan dengan zat suberin, lapisan terdalam dari korteks

biasanya berdiferensiasi menjadi endodermis (Nugroho et al. 2006). Sel

parenkim korteks tidak mempunyai klorofil, tetapi pada tumbuhan air, akar

udara, dan epifit terdapat klorofil (Fahn 1991; Mulyani 2006).

d) Endodermis, tersusun oleh satu lapis sel yang berbeda secara fisiologi, struktur,

dan fungsi dengan lapisan sel di sekitarnya. Endodermis primer mengalami

penebalan berupa titik-titik Caspary dari suberin dan kutin. Endodermis

sekunder mengalami penebalan berupa pita Caspary dari zat lignin.

Endodermis tersier mengalami penebalan membentuk huruf U yang

mengandung lapisan suberin dan selulose pada dinding radial dan tangensial

bagian dalam (Nugroho et al. 2006).

e) Stele. Lapisan terluar dari stele adalah perisikel/perikambium sehingga letaknya

di sebelah dalam dari endodermis dan di sebelah luar dari berkas pengangkut.

Sistem berkas pengangkut pada akar biasanya tersusun oleh jari-jari xilem

(trakea) yang jumlahnya bervariasi berselang-seling dengan floem. Pada akar,

xilem dan floem tidak terletak dalam radius yang sama. Xilem mungkin

membentuk sumbu sentral ataupun bagian tengah terisi oleh sel-sel parenkim

ataupun sklerenkim. Akar dapat terdiri dari 1, 2, 3, 4, 5 atau banyak jari-jari

xilem yang secara berurutan disebut monarch, diarch, triarch, tetrarch,

pentarch ataupun poliarch. Protoxilem akar berada di sebelah luar dari

metaxilem (Nugroho et al. 2006).

14

Page 29: ANALISIS MIKROSKOPIS DAN KOMPONEN BIOAKTIF … · Hasil penelitian menunjukkan bahwa jaringan daun terdiri atas selapis epidermis dan derivatnya berupa stomata bertipe parasitik,

Pada Monocotyledoneae, biasanya tidak terjadi penebalan sekunder, tetapi

terjadi sklerifikasi pada sebagian atau seluruh perisiklus. Biasanya perisiklus

Angiospermae hanya selapis, tetapi pada kebanyakan Monocotyledoneae,

perisiklus terdiri atas beberapa lapisan sel. Akar tumbuhan air dan parasit tidak

terdapat perisiklus (Fahn 1991; Mulyani 2006). Struktur anatomi akar tumbuhan

Monocotyledoneae dan Dicotyledoneae dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3 Struktur anatomi akar pada tumbuhan Monocotyledoneae dan

Dicotyledoneae (Sumber: Arnett dan Braungart (1970), diacu dalam Nugroho et al. (2006))

2.3.2 Batang

Batang tanaman memiliki tiga fungsi utama, yaitu mendukung daun dan

struktur reproduksi, menyediakan pengangkut bagian dalam, dan menghasilkan

jaringan baru (Berg 2008). Perbedaan nyata antara penampang melintang batang

dan penampang melintang akar hanyalah ukuran unsur-unsur pengangkutan dalam

batang yang lebih besar dan lokasinya yang jauh dari pusat batang (Fisher dan

Dunham 1992). Pada organ batang terdapat tiga bagian pokok yang berkembang

dari jaringan protoderm, prokambium, dan meristem dasar, yaitu epidermis dan

derivatnya, korteks, dan stele (Nugroho et al. 2006).

a) Epidermis tersusun oleh satu lapis sel dan biasanya berbentuk rektanguler

tersusun rapat tanpa adanya ruang antar sel, dinding luar mengalami penebalan

dari zat kutin. Susunan ini menyebabkan terjadinya pengurangan transpirasi

dan melindungi jaringan di sebelah dalamnya dari kerusakan mekanik dan

15

Page 30: ANALISIS MIKROSKOPIS DAN KOMPONEN BIOAKTIF … · Hasil penelitian menunjukkan bahwa jaringan daun terdiri atas selapis epidermis dan derivatnya berupa stomata bertipe parasitik,

serangan hama. Derivat epidermis adalah stomata, trikoma, sel silika, dan sel

gabus (Nugroho et al. 2006).

b) Korteks yang paling sederhana seluruhnya terdiri atas sel parenkim berdinding

tipis. Daerah di luar korteks yang berbatasan dengan epidermis terdiri atas

kolenkim atau serabut. Korteks batang ini dapat juga berisi sklereida, sel

sekretori, dan latisifer (Mulyani 2006). Beberapa tumbuhan memiliki parenkim

korteks bagian tepi yang mengandung kloroplas sehingga dapat berfotosintesis,

yang disebut klorenkim (Nugroho et al. 2006). Sel parenkim korteks juga dapat

menyimpan granula dan kristal pati (Berg 2008).

c) Stele merupakan daerah sebelah dalam dari endodermis yang terdiri atas

perikamium, parenkim, dan berkas pengangkut (Nugroho et al. 2006). Terdapat

dua tipe jaringan pembuluh, yaitu floem yang biasanya terletak di bagian luar

dan xilem yang biasanya terletak di bagian dalam. Xilem berfungsi untuk

mengangkut air dan mineral terlarut dari akar menuju batang, sedangkan floem

berfungsi mengangkut karbohidrat terlarut (sukrosa) dari daun menuju batang

(Berg 2008). Posisi xilem dan floem dalam berkas pembuluh dapat dibedakan

(Hidayat 1995):

1) Ikatan pembuluh kolateral, floem bertempat di sebelah luar xilem.

2) Ikatan pembuluh bikolateral, seperti kolateral namun terdapat floem di

sebelah dalam xilem sehingga ada floem eksternal dan floem internal.

3) Ikatan pembuluh konsentris amfikribral, floem mengelilingi xilem dan

sering terdapat pada paku.

4) Ikatan pembuluh konsentris amfivasal, xilem mengelilingi floem.

5) Ikatan pembuluh radial, letak berkas xilem bergantian dan berdampingan

dengan berkas floem.

Batang Monocotyledoneae memiliki tipe berkas pengangkut kolateral

tertutup, yakni bila di antara xilem dan floem tidak terdapat kambium, tetapi

terdapat parenkim penghubung. Sebagian besar Monocotyledoneae, sistem

pembuluh primer terdiri atas sejumlah berkas pengangkut yang tersebar tidak

beraturan sehingga tidak dapat dibedakan secara tegas batas antara korteks,

silinder pembuluh, dan empelur. Batang monokotil tidak mengalami pertumbuhan

sekunder dan berkas pengangkutnya mempunyai selubung sklerenkim. Penebalan

16

Page 31: ANALISIS MIKROSKOPIS DAN KOMPONEN BIOAKTIF … · Hasil penelitian menunjukkan bahwa jaringan daun terdiri atas selapis epidermis dan derivatnya berupa stomata bertipe parasitik,

batang berasal dari pembelahan dan pembesaran sel parenkim dasar

(Mulyani 2006).

Batang tumbuhan air berisi suatu sistem ruang antar sel yang meluas

sehingga melalui ruang tersebut terjadi difusi gas secara bebas. Absorpsi gas juga

dipermudah karena dinding tipis epidermis dan jaringan di sebelah dalamnya.

Pada daun dan batang yang tenggelam dari tumbuhan air, kloroplas ada pada sel

epidermis. Kebanyakan hidrofit yang tenggelam, epidermis tidak berstomata

(Fahn 1991).

Pada korteks batang tumbuhan air dan jaringan dasar petiol dan mesofil,

terdapat ruang skizogen antar sel tempat berlangsungnya pertukaran udara lakuna.

Lakuna terjadi di tengah-tengah korteks batang. Korteks bagian luar terdiri atas

parenkima dan kolenkima yang padat. Bagian dalam korteks yang mengelilingi

silinder pembuluh juga terdiri atas kolenkima yang rapat. Lakuna dapat tersusun

dalam satu lingkaran atau beberapa lingkaran maupun dalam suatu pola retikulasi.

Lakuna dipisahkan sewaktu-waktu oleh lempengan atau diafragma, yang

memperkuat organ-organ dan dapat juga meniadakan bahaya penyumbatan air

melalui luka. Pada tumbuhan akuatik yang tidak tenggelam, ruang antar diafragma

dipenuhi parenkima berbentuk bintang (Fahn 1991). Penampang jaringan batang

monokotil dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4 Penampang batang monokotil

(Sumber: Berg 2008)

17

Page 32: ANALISIS MIKROSKOPIS DAN KOMPONEN BIOAKTIF … · Hasil penelitian menunjukkan bahwa jaringan daun terdiri atas selapis epidermis dan derivatnya berupa stomata bertipe parasitik,

2.3.3 Daun

Daun biasanya tersusun oleh berbagai macam jaringan, tetapi secara garis

besar tersusun atas jaringan pelindung (epidermis dan derivatnya), jaringan dasar

(mesofil), jaringan pengangkut, jaringan penguat, jaringan sekretori. Sebagian

besar tumbuhan Monocotyledoneae dan beberapa jenis Dicotyledoneae memiliki

tipe daun isobilateral, yakni struktur daun dengan jaringan tiang yang seragam

antara permukaan atas dan bawah (Nugroho et al. 2006).

a) Epidermis daun beragam dalam jumlah lapisan, bentuk, struktur, susunan

stomata, munculnya trikoma dan susunannya, serta adanya sel khusus. Jaringan

epidermis permukaan daun dibedakan menjadi permukaan adaksial dan

permukaan abaksial. Permukaan adaksial adalah permukaan daun yang lebih

dekat dengan ruas di atasnya dan biasanya menghadap ke atas, sedangkan

permukaan bawah merupakan permukaan abaksial (Fahn 1991).

b) Mesofil daun terdiri atas jaringan parenkim yang terdapat di sebelah dalam

epidermis. Mesofil mengalami diferensiasi membentuk jaringan fotosintetik

yang berisi kloroplas. Kebanyakan tumbuhan terdapat dua tipe parenkim dalam

mesofil, yaitu parenkim palisade (jaringan tiang) dan parenkim spons (jaringan

bunga karang). Sel parenkim palisade memanjang dan pada penampang

melintangnya tampak berbentuk batang yang tersusun dalam deretan. Sel

palisade terdapat di bawah epidermis unilateral (selapis) atau multilateral

(berlapis banyak) (Mulyani 2006). Sel palisade tegak pada permukaan daun,

rapat satu sama lain, dan banyak mengandung kloroplas, berfungsi untuk

menangkap cahaya. Jaringan bunga karang tersusun oleh sel-sel yang tak

teratur, berdinding tipis, lepas, dan mengandung kloroplas dalam jumlah sedikit

(Nugroho et al. 2006).

c) Jaringan pengangkut pada daun sebagian besar tanaman adalah secara kolateral,

dengan susunan xilem pada posisi secara adaksial dan floem secara abaksial.

Xilem terdiri atas sejumlah sel-sel protoxilem dan metaxilem sedangkan floem

mengandung protofloem dan metafloem. Pembuluh daun monokotil biasanya

dicirikan oleh serangkaian pembuluh longitudinal yang memanjang sejajar

sejauh helaian daun. Pembuluh utama pada daun monokotil terhubungkan

dengan pembuluh yang melintang secara transversal (Dickison 2000).

18

Page 33: ANALISIS MIKROSKOPIS DAN KOMPONEN BIOAKTIF … · Hasil penelitian menunjukkan bahwa jaringan daun terdiri atas selapis epidermis dan derivatnya berupa stomata bertipe parasitik,

d) Jaringan penguat daun berupa kolenkim dan sklerenkim. Kolenkim biasanya

terdapat dekat tulang daun yang besar tepat di bawah epidermis. Tumbuhan

Monocotyledoneae banyak dijumpai serat pada berkas pengangkut. Epidermis

dengan susunan sel yang kompak tanpa adanya ruang antar sel dan terdapat

kutikula pada permukaan luarnya akan berfungsi sebagai jaringan penguat daun

(Nugroho et al. 2006).

e) Jaringan sekretori berupa kelenjar dengan struktur berupa masa sel-sel

parenkim padat dan terdapat di ujung berkas-berkas pembuluh. Substansi

sekretori dapat pula dijumpai dalam idioblas. Sel resin dijumpai pada

tumbuhan suku Rubiceae dan Euphorbiaceae, sel tanin pada Anacardiaceae

(Nugroho et al. 2006).

Struktur tanaman hidrofit kurang beragam karena suhu, udara, konsentrasi

dan komposisi garam dalam air mempengaruhi struktur tumbuhan air. Tumbuhan

air memiliki sedikit jaringan penyokong dan pelindung, jumlah jaringan pembuluh

sedikit, xilem mengecil, dan mempunyai ruang udara (Mulyani 2006).

Epidermis tumbuhan air tidak berfungsi untuk perlindungan, tetapi untuk

pengeluaran zat makanan, senyawa air, dan pertukaran gas. Kutikula dan dinding

selnya sangat tipis. Sel epidermis berisi kloroplas. Daun yang mengapung

mempunyai stomata hanya pada permukaan atas daun. Daun yang tenggelam

biasanya tidak mempunyai stomata. Beberapa tumbuhan air yang tenggelam

mempunyai sekelompok sel yang disebut hydropotes, yang berfungsi untuk

memudahkan pengangkutan air dan garam ke luar dan ke dalam tumbuhan.

Hidrofit yang tenggelam mempunyai sangat sedikit sklerenkim atau bahkan tidak

mempunyai (Mulyani 2006).

Pada daun hidrofit terdapat ruangan udara yang berisi gas, bentuknya

beraturan, terdapat di seluruh daun. Ruangan udara ini adalah lakuna yang

biasanya dipisahkan oleh partisi tipis satu atau dua lapisan sel yang mengandung

kloroplas. Lakuna berisi diafragma yang merupakan lapisan tunggal sel-sel

dengan interselular yang kecil dan tampak sebagai pori, berfungsi membiarkan

laluan gas dan bukannya air (Fahn 1991). Penampang jaringan daun dapat dilihat

pada Gambar 5.

19

Page 34: ANALISIS MIKROSKOPIS DAN KOMPONEN BIOAKTIF … · Hasil penelitian menunjukkan bahwa jaringan daun terdiri atas selapis epidermis dan derivatnya berupa stomata bertipe parasitik,

Gambar 5 Penampang jaringan daun

(Sumber: Davidson 2005)

2.3.3.1 Stomata

Stoma (jamak: stomata) adalah lubang atau celah yang terdapat pada

epidermis organ tumbuhan yang berwarna hijau, dibatasi oleh sel khusus yang

disebut sel penutup. Sel penutup dikelilingi oleh sel-sel yang bentuknya sama atau

berbeda dengan sel-sel epidermis lainnya dan disebut sel tetangga. Sel tetangga

berperan dalam perubahan osmotik yang menyebabkan gerakan sel penutup yang

mengatur lebar celah (Nugroho et al. 2006).

Sel penjaga atau sel penutup berperan mengatur pertukaran gas dari daun.

Pada malam hari pertukaran gas sedikit dibutuhkan sehingga celah stomata

hampir tertutup. Selain itu, suhu malam hari lebih rendah dibandingkan siang hari

sehingga kehilangan air dari daun dalam jumlah minimal (Scott 2008).

Keseluruhan bagian stomata umumnya dibatasi terhadap permukaan

bagian bawah dari lamina (lapisan terluar epidermis) disebut hypostomatous.

Stomata ada kalanya terletak di kedua lapisan bagian atas dan bawah epidermis

disebut amphistomatous atau stomata terbatas hanya pada lapisan atas yang

disebut epistomatous. Jenis-jenis stomata dari angiospermae berdasarkan

penampakan stomata dewasa adalah (Dickison 2000):

a) Anomositik, yaitu stoma dikelilingi oleh sejumlah sel yang ukuran, bentuknya

tidak terbedakan dari sel epidermis lainnya.

b) Anisositik, yaitu stoma yang dikelilingi oleh tiga tetangga yang salah satunya

lebih kecil dibandingkan dua sel lainnya.

20

Page 35: ANALISIS MIKROSKOPIS DAN KOMPONEN BIOAKTIF … · Hasil penelitian menunjukkan bahwa jaringan daun terdiri atas selapis epidermis dan derivatnya berupa stomata bertipe parasitik,

c) Parasitik, yaitu stoma didampingi oleh satu atau lebih sel tetangga yang sejajar

terhadap sumbu panjang dari celah dan sel penjaga.

d) Diasitik, yaitu stoma yang ditutupi oleh sepasang sel tetangga, yang dinding

kedua sel tetangga tegak lurus terhadap sumbu panjang sel penjaga.

e) Tetrasitik, yaitu stoma dikelilingi oleh empat sel tetangga; dua lateral dan dua

terminal.

f) Aktinositik, yaitu stoma dikelilingi oleh sel tetangga yang melingkar atau

memanjang secara radial, membentuk suatu cincin pada setiap stoma.

g) Siklositik, yaitu stoma yang dikelilingi oleh empat atau lebih sel tetangga yang

membentuk cincin pada setiap stoma.

h) Heksasitik, stoma didampingi oleh enam sel tetangga yang terdiri dari dua

lateral berpasangan paralel terhadap sumbu panjang celah, dan dua terminal.

Gambar dari jenis-jenis stoma dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6 Jenis-jenis stomata daun

(Sumber: Dickison 2000)

2.4 Pemeriksaan Histologi Tumbuhan

Jaringan (merupakan kesatuan sejumlah sel, serupa dalam asal-usul dan

fungsi utama, bersifat terus-menerus. Ilmu yang mempelajari struktur internal

tanaman disebut histologi tanaman. Histologi tumbuhan umumnya dikaji melalui

teknik mikroskopis. Kajian objektif untuk mengidentifikasi histologi pada

tanaman diukur dalam gambaran mikroskopis. Morfologi sel digambarkan dengan

ukuran sel dan bentuk dan dengan ketebalan dinding sel (Guillemin et al. 2004).

21

Page 36: ANALISIS MIKROSKOPIS DAN KOMPONEN BIOAKTIF … · Hasil penelitian menunjukkan bahwa jaringan daun terdiri atas selapis epidermis dan derivatnya berupa stomata bertipe parasitik,

Metode umum untuk mempelajari jaringan diantaranya metode beku,

metode seloidin, metode parafin, metode penanaman rangkap. Metode parafin

banyak digunakan karena hampir semua macam jaringan dapat dipotong dengan

baik bila menggunakan metode ini. Kelebihan metode parafin diantaranya irisan

dapat jauh lebih tipis daripada menggunakan metode beku atau metode seloidin.

Irisan-irisan yang bersifat seri dapat dikerjakan dengan mudah bila menggunakan

metode ini dan prosesnya jauh lebih cepat dibandingkan dengan metode seloidin

(Suntoro 1983).

Metode pembuatan preparat terlebih dahulu dilakukan sebelum

mempelajari histologi tanaman. Metode pembuatan preparat dapat dibagi menjadi

tiga macam, yaitu preparat segar, preparat utuh (whole mount), dan preparat yang

dilakukan proses penanaman (embedding). Pembuatan preparat segar dilakukan

dengan sayatan tipis melintang dan diletakkan pada gelas objek kemudian

diwarnai. Pembuatan preparat utuh merupakan metode pembuatan preparat

sampel secara utuh biasanya untuk tanaman dengan ukuran kecil. Tahapan untuk

preparat ini terdiri atas fiksasi bertahap, penggunaan xilol berseri, pewarnaan,

inkubasi, dehidrasi, dan perekatan ke gelas preparat, dan dilakukan penutupan.

Proses pembuatan preparat embedding terdiri atas gelatin embedding, paraffin

embedding, nitrocellulose embedding, double embedding, dan embedding pada

plastik (Kiernan 1990, diacu dalam Kristiono 2009).

2.5 Persiapan Preparat dengan Metode Parafin

Hal yang penting dalam persiapan jaringan adalah meningkatkan

kemampuan pewarnaan dari bagian-bagian jaringan dan mengubah indeks bias ke

arah jarak penglihatan yang ditingkatkan (Humason 1967). Tahapan dalam

persiapan preparat adalah fiksasi, dehidrasi (dehydration), penjernihan (clearing),

infiltrasi, penanaman (embedding), penyayatan (sectioning), penempelan sayatan,

dan pewarnaan (staining).

2.5.1 Fiksasi

Fiksasi merupakan langkah awal dalam menyiapkan materi segar untuk

pengamatan mikroskopis. Tujuan fiksasi adalah mencegah efek post-mortem pada

jaringan, memisahkan fase solid protoplasma dari fase yang mengandung air,

mengubah bagian sel menjadi material yang tidak dapat larut selama perlakuan

22

Page 37: ANALISIS MIKROSKOPIS DAN KOMPONEN BIOAKTIF … · Hasil penelitian menunjukkan bahwa jaringan daun terdiri atas selapis epidermis dan derivatnya berupa stomata bertipe parasitik,

selanjutnya, dan melindungi sel dari penyimpangan dan penyusutan. Larutan

fiksasi disebut fiksatif. Beberapa fiksatif yang digunakan adalah fiksatif Gomori

Susa, Zenker, Helly, Bouin, formalin, Carnoy, dan sebagainya (Humason 1967).

Waktu yang dibutuhkan untuk mematikan jaringan dan pengerasan

material sangat beragam dan hal tersebut ditentukan oleh karakteristik cairan

fiksatif yang digunakan. Salah satu jenis fiksatif yang banyak digunakan adalah

FAA. Formula FAA adalah (Sass 1951):

Etil alkohol (95%) : 55 cc

Glasial asam asetat : 5 cc

Formaldehid (37-40%) : 10 cc

Air : 35 cc

Fiksatif ini stabil dan memberikan pengerasan jaringan yang baik, material

dapat disimpan selama bertahun-tahun. FAA cocok untuk beragam objek

misalnya ranting berkayu, batang herbal, dan akar tua (Sass 1951). Formalin-aceto

(atau propiono)-alkohol merupakan fiksatif terbaik untuk beragam struktur

misalnya alga berfilamen dan batang berkayu, namun biasanya memberikan

fiksasi yang buruk terhadap kromosom dan melarutkan mitokondria. Lamanya

waktu fiksasi minimal 18 jam (Johansen 1940).

2.5.2 Dehidrasi

Jaringan yang telah difiksasi akan mempertahankan kandungan air yang

tinggi, suatu kondisi yang menjadi penghambat untuk proses selanjutnya,

sehingga jaringan perlu didehidrasi (penghilangan air). Cairan dalam jaringan

dapat menyebabkan jaringan lunak, berisi lumen atau celah cekung dan mudah

rusak oleh penyayatan. Penghilangan air dari jaringan biasanya dicapai dalam

suatu rangkaian larutan alkohol dengan persentase yang meningkat secara

bertahap. Perubahan konsentrasi bertahap, yakni 30%, 50%, 70%, 80%, 95% dan

alkohol absolut bertujuan mengurangi penyusutan pada jaringan. Jika tahap

dehidrasi tidak dilakukan dalam suatu rangkaian, maka dapat dilakukan dengan

langkah 30% dan 80% alkohol, dan penggantian tetap 50%. Waktu yang

dibutuhkan untuk setiap tahap bergantung pada ukuran objek, yakni ½ jam hingga

2 jam, 3 jam untuk kasus yang ekstrim. Penggantian kedua dari alkohol absolut

23

Page 38: ANALISIS MIKROSKOPIS DAN KOMPONEN BIOAKTIF … · Hasil penelitian menunjukkan bahwa jaringan daun terdiri atas selapis epidermis dan derivatnya berupa stomata bertipe parasitik,

harus dapat menghilangkan air dengan sempurna (Humason 1967). Sampel yang

difiksasi dengan FAA, mulai didehidrasi dalam alkohol 50% (Sass 1951).

Dehidrasi dengan Tertiary Butyl Alcohol (TBA) merupakan metode yang

lebih memuaskan. Rangkaian larutan dari air, etil, dan tertiary butyl alcohol dapat

dilihat pada Tabel 3 (Johansen 1940).

Tabel 3 Komposisi rangkaian larutan dehidran TBA

Tingkatan 1 2 3 4 5

Jumlah persentase alkohol 50 70 85 95 100

Air 50 30 15 - -

Etanol 95% 40 50 50 45 -

Tertiary butyl alcohol 10 20 35 55 75

Etanol 100% - - - - 25 Sumber: Johansen (1940)

Setiap tingkatan dari dehidran TBA membutuhkan waktu minimal selama

1 jam. Rangkaian tersebut kemudian diikuti dengan 100% TBA murni yang

dilakukan sebanyak 3 kali (Johansen 1940).

2.5.3 Penjernihan, infiltrasi, dan penanaman dengan metode parafin

Hidrokarbon benzena, toluena, dan xylene merupakan reagen yang

umumnya digunakan untuk tujuan penjernihan. Jika selama penjernihan, zat

penjernih (xylene, toluena, atau benzena) menjadi keruh, menunjukkan bahwa air

masih ada pada jaringan dan jaringan tidak terdehidrasi dengan sempurna dan

dapat dilakukan pengulangan ke dalam alkohol absolut. Penjernihan

menghilangkan atau menjernihkan jaringan yang tidak tembus cahaya menjadi

transparan (Humason 1967).

Infiltrasi merupakan tahapan dimana medium untuk menanam dimasukkan

ke dalam jaringan secara bertahap. Medium yang umum digunakan untuk

menanam adalah parafin. Parafin terdiri atas parafin lunak dan parafin keras. Titik

leleh parafin lunak berada pada kisaran 50-52 ºC atau 53-55 ºC, titik leleh parafin

keras berkisar 56-58 ºC atau 60-68 ºC. Pemilihan titik leleh bergantung pada

ketebalan jaringan yang akan disayat, parafin keras untuk jaringan keras dan

parafin lunak untuk jaringan lunak. Jika sayatan yang diinginkan mencapai

ketebalan 5-7 mikro maka menggunakan parafin dengan kisaran 56-58 ºC

24

Page 39: ANALISIS MIKROSKOPIS DAN KOMPONEN BIOAKTIF … · Hasil penelitian menunjukkan bahwa jaringan daun terdiri atas selapis epidermis dan derivatnya berupa stomata bertipe parasitik,

(Humason 1967). Tujuan infiltrasi adalah membantu memudahkan pemotongan

dalam potongan-potongan jaringan yang sangat tipis (Maidie et al. 1974).

Material yang telah didehidrasi dengan serangkaian larutan TBA siap

untuk infiltrasi. Pemindahan material dari butyl alcohol ke parafin harus dilakukan

secara berangsur-angsur. Pemindahan dapat dilakukan ke dalam campuran minyak

parafin dan tertiary butyl alcohol dengan jumlah yang sama. Material diletakkan

di atas parafin beku yang ada di dalam wadah kemudian ditutupi dengan

campuran minyak parafin dan butyl alcohol. Kemudian wadah ditempatkan di

dalam oven parafin selama 1 jam. Kemudian, campuran tersebut diganti dengan

parafin murni dan dilakukan di dalam oven. Pengulangan dari pergantian parafin

dilakukan dua kali setiap 6 jam (Johansen 1940).

Jaringan, yang telah diinfiltrasi, ditempatkan dalam sebuah kotak kertas

yang telah diisi dengan lelehan parafin dan segera didinginkan dalam air. Saat

sejumlah kecil parafin siap memadat, parafin tersebut dapat didinginkan di dalam

air, lebih baik pada suhu 10-15 ºC. Blok parafin yang terbaik adalah parafin

dengan kristal yang berdekatan satu sama lain, tampak jernih dan homogen

(Humason 1967).

2.5.4 Penyayatan dan penempelan sayatan

Material siap disayat bila parafin telah membeku. Blok jaringan dipotong

dengan pisau tajam. Panjang blok kurang dari 2 cm dan dimensi blok dibedakan

dengan bentuk seperti empat persegi panjang. Blok parafin ditanamkan di atas

blok kayu (holder) (Johansen 1940). Faktor yang mempengaruhi penyayatan

adalah kualitas parafin, infiltrasi yang tepat, orientasi penempelan material,

kekakuan penempelan, suhu, kekerasan atau kerapuhan material. Pemotongan

menggunakan mikrotom (Sass 1951).

Sejumlah pita parafin ditempelkan pada setiap slide. Seluruh permukaan

slide diolesi dengan bahan perekat dan dialiri dengan air. Selanjutnya, pita parafin

yang panjang diletakkan di atas kaca tersebut menggunakan pisau bedah. Air yang

berlebihan pada slide dikeringkan, lalu preparat diamati dengan mikroskop.

Sayatan pada slide ditutup dengan kaca penutup dan ditempatkan di atas penangas

dengan suhu tidak lebih dari 43 ºC (Johansen 1940). Bahan perekat dalam

25

Page 40: ANALISIS MIKROSKOPIS DAN KOMPONEN BIOAKTIF … · Hasil penelitian menunjukkan bahwa jaringan daun terdiri atas selapis epidermis dan derivatnya berupa stomata bertipe parasitik,

sebagian besar formula adalah gum arab, albumin, atau gelatin (Sass 1951). Bahan

perekat albumin dapat dibuat dengan campuran (Maidie et al. 1974):

1) Putih telur 50 cc

2) Gliserin 50 cc

3) Thymol atau Na-salicylat 1 gram

2.5.5 Pewarnaan

Sebelum sayatan dapat diwarnai, parafin harus dihilangkan dengan

menggunakan xilol. Slide ditempatkan pada rak dan dimasukkan dalam wadah

xilol selama 5 menit, xilol hendaknya dapat menutupi slide. Slide kemudian

dipindahkan ke dalam campuran etanol absolut dan xilol dengan jumlah yang

sama. Pemindahan selanjutnya dilakukan ke dalam campuran alkohol absolut dan

eter selama 5-10 menit. Slide lalu diangin-anginkan hingga sayatan menunjukkan

tanda keputih-putihan. Kemudian slide dicelupkan dalam serangkaian alkohol,

dimulai dengan 95%, 70%, 35% masing-masing 5 menit (Johansen 1940).

Safranin merupakan salah satu zat warna yang termasuk dalam golongan

azine. Golongan azine adalah golongan zat warna yang mengandung cincin

orthoquinonoid yang dihubungkan dengan bentuk cincin lainnya melalui 2 atom

N. Safranin adalah suatu chloride dan zat warna basa yang kuat, sangat cocok

untuk mewarnai kromatin dan terutama kromosom (Suntoro 1983). Kelarutannya

dalam air adalah 5,45% dan 3,41% dalam alkohol. Safranin digunakan untuk

morfologi dan sitologi. Setelah jaringan diwarnai dengan safranin, pewarna yang

berlebihan harus dicuci dengan air sehingga tidak meninggalkan sisa pada

jaringan (Johansen 1940).

Larutan baku safranin berkonsentrasi 3% di dalam alkohol 50%. Bila akan

digunakan, larutan baku diencerkan 1-4 kali dengan alkohol 50%. Pewarnaan

yang sangat insentif akan dapat diperoleh dengan mengencerkan satu volume

anilin aquosa (1 cc anilin dengan 20 cc akuades). Setelah menggunakan fiksatif

Flemming, zat warnanya dihilangkan dengan akuades dan selanjutnya

dideferensiasi dengan alkohol 70% hingga hanya ada warna merah yang tertinggal

di dalam sitoplasma selama 0,5-10 menit. Kemudian preparat didehidrasi dengan

cepat (Suntoro 1983).

26

Page 41: ANALISIS MIKROSKOPIS DAN KOMPONEN BIOAKTIF … · Hasil penelitian menunjukkan bahwa jaringan daun terdiri atas selapis epidermis dan derivatnya berupa stomata bertipe parasitik,

Aniline blue bersifat sangat asam dan merupakan kelompok triamino-

trifenil metana. Anilin blue dapat mewarnai selulosa dinding sel dan gambar

achromatic, serta zat warna terbaik untuk filamentous dan chlorophyta. Selain itu,

zat warna ini dapat mewarnai sitoplasma. Aniline blue 1% harus disediakan dalam

alkohol 95% dan pengasaman sedikit dengan asam hidroklorida. Kombinasi

safranin dan aniline blue memberikan diferensiasi yang lebih akurat dibandingkan

dengan fast green (Johansen 1940).

2.6 Komponen Bioaktif

Tanaman menghasilkan tiga kelompok utama dari komponen yang

bertindak sebagai zat pertahanan, yaitu terpenoid, fenol, dan nitrogen yang

mengandung komponen organik (Scott 2008). Bentuk metabolit sekunder

menunjukkan sejumlah molekul yang sedikit penting terhadap tanaman dan

memiliki peranan utama dalam perlindungan tanaman dari tekanan lingkungan

atau dalam pengontrollan pertumbuhan tanaman (Harborne 1999). Tanaman

genjer (Limnocharis flava) yang berasal dari Thailand mengandung total fenolik

5,4 mgGAE/ g BDD, total flavonoid 3,7 mg RE/ g BDD, dan aktivitas antiradical

0,1/ EC50 (Maisuthisakul et al. 2008).

2.6.1 Terpenoid/steroid

Terpenoid atau isoprenoid dicirikan dengan biosintesis dari isopentenil dan

dimetilalil pirofosfat dan sifatnya yang secara umum lipofilik. Terpenoid adanya

di kelenjar trikoma daun, di pucuk exudates dan kayu damar. Secara kimia,

terpenoid pada dasarnya hidrokarbon tidak jenuh siklik, dengan derajat keragaman

oksigenasi dalam kelompok pengganti yang dilekatkan terhadap kerangka karbon

utama. Terpenoid dikelompokkan berdasarkan jumlah 5-atom karbon (C5)

(Harborne 1999). Monomer aktif dari isoprenoid adalah isopentenilpirofosfat

(IPP) yang digunakan untuk membangun monoterpen (C10), sesquiterpen (C15),

dan diterpen (C20) (Edwards dan Gatehouse 1999).

Terpenoid memiliki potensi anti-inflamasi tidak hanya in-vivo pada sel

hewan, tetapi juga ex-vivo. Beberapa terpenoid bertindak sebagai hormon tanaman

yang mengatur fungsi fisiologis yang berbeda dan metabolit sekunder lainnya

berperan dalam pertahanan dan perlindungan tumbuhan/hewan dari patogen

(Heras et al. 2003). Subklasifikasi terpenoid dapat dilihat pada Tabel 4.

27

Page 42: ANALISIS MIKROSKOPIS DAN KOMPONEN BIOAKTIF … · Hasil penelitian menunjukkan bahwa jaringan daun terdiri atas selapis epidermis dan derivatnya berupa stomata bertipe parasitik,

Tabel 4 Subklasifikasi terpenoid

Kelas terpenoid Deskripsi

Monoterpenoid Volatil, unsur minyak esensial

Iridoid Lakton yang berasa pahit, biasanya dalam bentuk

glikosidik

Sesquiterpenoid Unsur minyak esensial yang tinggi titik didihnya

Sesquiterpen lakton Karakteristik dari famili Compositae

Diterpenoid Asam dammar dan giberelin

Triterpenoid saponin Glikosida hemolitik

Steroid saponin Glikosida hemolitik

Kardenolid dan bufadienolid Racun bagi jantung dan toxin

Fitosterol Unsur-unsur membrane

Cucurbitacin Pahit, terutama Cucurbitaceae

Nortriterpenoid Limonoid dan Quassinoid

Triterpenoid lainnya Lupanes, hapanes, ursanes, dsb

Karotenoid Pigmen kuning hingga merah Sumber: Harborne (1999)

Komponen terpenoid yang menunjukkan aktivitas insektisidal adalah

steroid. Bentuk steroid dapat berupa komponen kardenolid dan saponin yang

dapat melawan herbivora mamalia. Kardenolid berasa pahit dan sangat beracun

serta dapat menyebabkan penyakit jantung. Saponin merupakan komponen yang

dapat larut di dalam air dan lemak, serta memiliki sifat seperti sabun (Scott 2008).

Struktur beberapa terpenoida dapat dilihat pada Gambar 7 berikut.

Gambar 7 Beberapa terpenoid dan alkaloid steroid

(Sumber: Robinson 1995)

2.6.2 Alkaloid dan metabolit nitrogen lainnya

Alkaloid merupakan basa-basa organik yang memiliki sebuah atom

nitrogen sebagai bagian dari srukturnya, biasanya terkait ke dalam suatu sistem

28

Page 43: ANALISIS MIKROSKOPIS DAN KOMPONEN BIOAKTIF … · Hasil penelitian menunjukkan bahwa jaringan daun terdiri atas selapis epidermis dan derivatnya berupa stomata bertipe parasitik,

siklik lima atau enam karbon. Distribusi alkaloid terbatas pada tumbuhan tingkat

tinggi, sekitar 20% dari spesies Angiospermae. Metabolit-nitrogen juga terbatas di

alam. Keterbatasan distribusi metabolit ini disebabkan oleh ketersediaan unsur

dari metabolit ini juga terbatas. Metabolit-nitrogen merupakan turunan dari satu

atau lebih asam amino protein (Harborne 1999).

Metabolit-nitrogen lainnya yang berperan penting adalah glukosinolat,

cianogenik glikosida, dan asam amino non-protein. Bentuk lebih lanjut dari

metabolit-nitrogen adalah betalain, pigmen tanaman. Asam amino lisin, ornitin,

fenilalanin, tirosin, triptofan, dan histidin merupakan sumber N dari mayoritas

alkaloid pada tanaman (Edwards dan Gatehouse 1999).

Alkaloid biasanya diekstraksi dari tumbuhan dengan pelarut alkohol yang

bersifat asam lemah (HCl 1M atau asam asetat 10%), kemudian diendapkan

dengan amoniak pekat. Pemurnian selanjutnya dilaksanakan dengan ekstraksi

pelarut (ekstraksi cair-cair). Adanya alkaloid pada ekstrak nisbi kasar dapat diuji

dengan menggunakan berbagai pereaksi alkaloid (Harborne 1987). Klasifikasi

alkaloid dan metabolit-nitrogen lainnya dapat dilihat Tabel 5. Struktur senyawa

alkaloid dapat dilihat pada Gambar 8 berikut.

Tabel 5 Klasifikasi alkaloid dan metabolit-nitrogen lainnya pada tanaman

Metabolit Metabolit

Alkaloid: 11) Pirolizidin

1) Amaryllidaceae 12) Quinolin

2) Betalain 13) Quinolizidin

3) Diterpenoid (kadang beracun) 14) Steroidal

4) Indol 15) Tropana

5) Isoquinolin (kelompok terbesar

alkaloid) Asam amino non-protein

6) Likopodium Amina

7) Monoterpen Cianogenik glikosida

8) Sesquiterpen Glukosinolat

9) Peptida Purin dan Pirimidin (termasuk kafein

pada kopi dan teh)

10) Pirolidin dan piperidin Sumber: Harborne (1999)

29

Page 44: ANALISIS MIKROSKOPIS DAN KOMPONEN BIOAKTIF … · Hasil penelitian menunjukkan bahwa jaringan daun terdiri atas selapis epidermis dan derivatnya berupa stomata bertipe parasitik,

Gambar 8 Beberapa penggolongan alkaloid

(Sumber: Robinson 1995)

2.6.3 Metabolit fenol

Komponen fenol merupakan metabolit sekunder dengan molekul dasar

dari beragam jenis senyawa adalah struktur fenol yang merupakan kelompok

hidroksil pada sebuah cincin aromatik. Komponen fenol menunjukkan beragam

fungsi bagi tanaman termasuk pertahanan dari herbivor dan patogen, penyerapan

cahaya, penarik pollinator, penghambat pertumbuhan dari tanaman pesaing, dan

simbiosis dengan bakteri penyedia nitrogen (Wildman 2001).

Fenol turut andil dalam biosintetis dari fenilalanin, merupakan salah satu

dari tiga asam amino protein yang dibentuk dari sedoheptulosa melalui jalur

shikimate. Asam p-hidroksisinamik dibentuk dari fenilalanin melalui deaminasi

dan p-hidroksilasi, yang menempati peranan sentral dalam pembentukan beragam

kelas dari fenol tanaman (Harborne 1999).

Flavonoid merupakan kelompok polifenol yang paling dikenal, memiliki

rangka karbon yang sama dengan flavon atau 2-fenilbenzopiron dan terdiri dari

4000 struktur. Flavonoid dapat ditemukan di sebagian besar tanaman dan sama

dengan struktur fenilpropanoid dan asam hidroksibenzoat (Harborne 1999).

Flavonoid adalah turunan dari chalcones yang dibentuk dari shikimate dan

prekursor asetat (Edwards dan Gatehouse 1999).

Sebagian besar karakteristik dari fenolik adalah kemampuan untuk

mengionisasi. Beberapa polifenol memiliki kelompok catechol dan karena itu

memiliki kemampuan untuk mengkelat ion logam divalen atau trivalen. Beberapa

antosianin menjadi pengkelat terhadap magnesium atau besi. Fenol dengan

substitusi o- atau p-dihidroksi dapat teroksidasi sesuai dengan quinon dan

beberapa p-quinon (Harborne 1999). Klasifikasi bagian-bagian fenolik dapat

30

Page 45: ANALISIS MIKROSKOPIS DAN KOMPONEN BIOAKTIF … · Hasil penelitian menunjukkan bahwa jaringan daun terdiri atas selapis epidermis dan derivatnya berupa stomata bertipe parasitik,

dilihat pada Tabel 6 dan struktur dari beberapa metabolit fenolik di tanaman dapat

dilihat pada Gambar 9.

Tabel 6 Klasifikasi bagian-bagian fenolik

Subkelas Deskripsi Subkelas Deskripsi

Antosianin Pigmen merah hingga

biru pada bunga Lignan

Umumnya ada

pada kayu dan

kulit kayu

Antoklors

Pigmen kuning pada

bunga: chalcones dan

aurones

Fenol dan asam

fenolik

Beberapa asam

yang umum pada

tanaman

Benzofuran

Ada pada tumbuhan

tingkat tinggi dan

lichen

Fenolik keton Ada pada buah

hop dan pakis

Chromones Kelompok kecil dari

zat pengobatan Fenilpropanoid

Strukturnya

banyak, tersebar

luas

Kumarin

Lebih dari 700

struktur, tersebar luas

pada tanaman

Quinonoid

Benzoquinon,

naphthoquinon

dan anthraquinon

Minoritas

flavonoid

Flavanon dan

dihidroflavonol Stilbenoid

Termasuk

dihidrofenantrin

Flavon dan

flavonol

Struktur banyak,

terutama dalam

kombinasi glikosidik

Tanin Kental dan dapat

dihidrolisis

Isoflavonoid

Karakteristik dari

Leguminosae, dalam

bentuk bebas

Xanton

Terutama pada

Gentianaceae

dan Guttiferae Sumber: Harborne (1999)

Gambar 9 Beberapa senyawa aromatik fenol sederhana

(Sumber: Robinson 1995)

31

Page 46: ANALISIS MIKROSKOPIS DAN KOMPONEN BIOAKTIF … · Hasil penelitian menunjukkan bahwa jaringan daun terdiri atas selapis epidermis dan derivatnya berupa stomata bertipe parasitik,

2.7 Proses Pengukusan

Pengukusan adalah proses pemanasan yang bertujuan menonaktifkan

enzim yang akan mengubah warna, cita rasa, maupun nilai gizi. Pengukusan

dilakukan dengan suhu air lebih tinggi dari 66 ºC, tetapi kurang dari 82 ºC.

Pengukusan dan perebusan adalah metode konvensional yang telah lama dikenal

untuk memasak (Romdhijati 2010). Pengukusan merupakan pemasakan bahan

makanan dengan uap dari air yang mendidih. Alat yang digunakan berupa

dandang, yaitu wadah perebusan yang terdiri dari dua bagian. Bagian bawah

digunakan untuk air pengukus, sedangkan bagian atas yang dilengkapi dengan

alas berlubang-lubang digunakan untuk tempat sayuran (Novary 1999).

Pengukusan akan mengurangi zat gizi, namun tidak sebesar pada proses

perebusan. Pemanasan pada proses pengukusan kadang tidak merata karena bahan

makanan di bagian tepi tumpukan biasanya mengalami pengukusan berlebihan,

sementara di bagian tengah mengalami pengukusan lebih sedikit. Pengukusan

juga sering dilakukan industri sebelum proses pengalengan, bertujuan untuk

menonaktifkan enzim, bukan untuk membunuh mikroba. Dalam kondisi enzim

tidak aktif, perubahan warna, cita rasa, atau nilai gizi yang tidak dikehendaki

selama proses penimpanan dapat dicegah (Romdhijati 2010). Metode pengukusan

memberikan beberapa keuntungan, yaitu kandungan gizi tidak banyak berkurang;

rasa sayuran lebih enak, renyah, dan harum; serta kemungkinan sayuran hangus

hampir tidak ada (Novary 1999). Dandang pengukusan dapat dilihat pada Gambar

10 berikut.

Gambar 10 Dandang pengukusan dan bagian dalamnya

32

Page 47: ANALISIS MIKROSKOPIS DAN KOMPONEN BIOAKTIF … · Hasil penelitian menunjukkan bahwa jaringan daun terdiri atas selapis epidermis dan derivatnya berupa stomata bertipe parasitik,

3 METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian mengenai Analisis Mikroskopis dan Komponen Bioaktif

Tanaman Genjer (Limnocharis flava) di Kelurahan Situ Gede, Bogor dilaksanakan

pada tanggal 17 April 2010 hingga 28 Agustus 2010. Penelitian ini dilakukan di

Laboratorium Formulasi dan Diversifikasi Hasil Perairan; dan Laboratorium

Mikrobiologi Hasil Perairan, Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas

Perikanan dan Ilmu Kelautan; Pusat Antar Universitas; Laboratorium Analisis dan

Keteknikan Pemanenan Hasil Hutan, Departemen Hasil Hutan, Fakultas

Kehutanan; dan Laboratorium Mikroteknik, Departemen Biologi, Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

3.2 Bahan dan Alat

Tanaman genjer (Limnocharis flava) diperoleh dari wilayah Desa

Cilubang-Nagrak, Kelurahan Situ Gede, Bogor. Tanaman diambil dari dua sawah

yang berbeda di wilayah tersebut. Alat-alat dan bahan yang digunakan dalam

penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Peralatan dan bahan yang digunakan dalam penelitian

No Tahap

penelitian Bahan Alat

1) Tahap

pengukuran

Akar, batang, daun tanaman

genjer

Penggaris, jangka sorong,

planimeter, kurvimeter

2) Tahap

pembuatan

preparat dan

pengamatan

jaringan

Akar, batang, daun tanaman

genjer larutan FAA, etanol

absolut, TBA, minyak

parafin, parafin, xilol, larutan

Gifford, etanol 95%; 70%;

50%; 30%, akuades, safranin

2%, dan fast green 0,5%,

aniline blue, entellan

Botol film dan botol kaca

kecil, holder, kotak blok,

pinset, kuas, oven,

mikrotom Yamato RV-

240, hot plate, gelas

obyek, rak pewarna,

mikroskop cahaya

Olympus tipe CH20 dan

kamera mikroskop

Olympus DP12

Page 48: ANALISIS MIKROSKOPIS DAN KOMPONEN BIOAKTIF … · Hasil penelitian menunjukkan bahwa jaringan daun terdiri atas selapis epidermis dan derivatnya berupa stomata bertipe parasitik,

Tabel 7 Lanjutan

3) Tahap analisis

fitokimia

Ekstrak daun dan batang

genjer, kloroform, amoniak,

asam sulfat 2N, anhidrida

asetat, HCl 2N, asam sulfat

pekat, serbuk magnesium,

amil alkohol, alkohol, etanol

70%, FeCl3 5%, air panas,

pereaksi molisch, pereaksi

Dragendorf, Wagner, dan

pereaksi Meyer, pereaksi

Liebermen Burchad, pereaksi

biuret, serta ninhidrin 0,1%

Tabung reaksi, beaker

glass, kompor listrik, pipet

tetes, pipet 1-10 ml, dan

mortar

4) Tahap analisis

proksimat dan

total karoten

Sampel, akuades, K2SO4,

selenium, H2SO4 pekat dan

1,25%, H2O2, asam borat 4%,

NaOH, Na2S2O3, HCl 0,2 M,

n-heksan, alkohol, KOH 5%

dalam metanol, aseton, gas

N2, Na2SO4

Dandang, oven, cawan

porselen, gegep, desikator,

timbangan, tanur

pengabuan, kertas saring,

kapas, selongsong lemak,

labu lemak, soxhlet,

erlenmeyer, gelas piala,

labu kjeldahl, alat destilasi,

biuret, gelas ukur, pipet

volumetrik, corong

Buchner, spektrofotometer

3.3 Prosedur Penelitian

Penelitian ini terdiri atas beberapa tahapan, yaitu tahap pengukuran

anatomi luar tanaman, tahap pembuatan preparat dan pengamatan jaringan,

analisis fitokimia, serta analisis proksimat dan total karoten dari tanaman segar

dan setelah proses pengukusan. Diagram alir prosedur penelitian dapat dilihat

pada Gambar 11.

Proses pengukusan untuk analisis proksimat tanaman genjer kukus

dilakukan pada suhu yang berkisar 65-86 ºC selama 10 menit. Lama waktu

pengukusan ditetapkan berdasarkan parameter pemasakan sayuran segar dan

sayuran beku (Loh 2004, diacu dalam Bernhardt dan Schlich 2005). Batang dan

daun genjer segar terlebih dahulu dibersihkan, dicuci dan dipisahkan dari akarnya,

kemudian dipotong menjadi bagian daun dan batang. Pengukusan daun dan batang

dilakukan secara bersamaan dengan menggunakan dandang.

34

Page 49: ANALISIS MIKROSKOPIS DAN KOMPONEN BIOAKTIF … · Hasil penelitian menunjukkan bahwa jaringan daun terdiri atas selapis epidermis dan derivatnya berupa stomata bertipe parasitik,

3.3.1 Pengukuran dimensi tanaman genjer

Proses pengukuran tanaman genjer dilakukan terhadap daun, batang, dan

akar tanaman. Tanaman genjer yang diukur berjumlah 32 sampel dan diambil dari

wilayah Cilubang Nagrak, Kelurahan Situ Gede, Bogor.

Pengukuran daun meliputi luas permukaan dengan alat planimeter dan

keliling daun dengan alat kurvimeter. Daun terlebih dahulu digambar pada kertas

dengan perbandingan skala 1:1. Kemudian daun diukur luas dan kelilingnya

berdasarkan garis cetakan daun. Pengukuran batang tanaman dilakukan terhadap

panjang batang dan ketebalan batang. Panjang batang diukur dari ujung batang

dekat daun hingga pangkal batang dekat akar dengan menggunakan penggaris.

Pengukuran

anatomi luar

(32 sampel):

1) Luas dan

keliling

daun

2) Panjang dan

ketebalan

batang

3) Panjang akar

Analisis

fitokimia

(3 ulangan):

1) Daun

2) Batang

Analisis

proksimat

(4 ulangan) dan

total karoten

(2 ulangan)

Analisis

jaringan

(2 ulangan):

1) Penampang

daun

2) Penampang

batang (atas,

tengah,

bawah)

3) Penampang

akar

Sampel segar:

1) Daun

2) Batang

Gambar 11 Diagram alir prosedur penelitian

Karakteristik tanaman genjer:

1) Ukuran batang, daun, dan akar

2) Jaringan batang, daun, dan akar

3) Komponen bioaktif dalam daun dan batang

4) Kandungan gizi tanaman segar dan setelah pengukusan

Tanaman

genjer

Sampel kukus:

1) Daun

2) Batang

35

Page 50: ANALISIS MIKROSKOPIS DAN KOMPONEN BIOAKTIF … · Hasil penelitian menunjukkan bahwa jaringan daun terdiri atas selapis epidermis dan derivatnya berupa stomata bertipe parasitik,

Ketebalan batang diukur dengan menggunakan jangka sorong. Pengukuran akar

tanaman dilakukan terhadap panjang akar menggunakan penggaris.

3.3.2 Pembuatan preparat dengan metode parafin dan pengamatan jaringan

Pengamatan jaringan tanaman diawali dengan pembuatan preparat

tanaman genjer (Limnocharis flava) kemudian pengambilan gambar objek pada

mikroskop. Pembuatan preparat dilakukan dengan metode parafin. Tahapannya

terdiri atas fiksasi, pencucian, dehidrasi dan penjernihan, infiltrasi, penanaman

dalam blok, penyayatan, perekatan, dan pewarnaan. Bagian tanaman genjer yang

diambil adalah daun, batang atas, batang tengah, batang bawah, dan akar.

Fiksasi dilakukan selama > 24 jam (5 hari) dalam larutan FAA, setelah itu

larutan fiksasi dibuang dan sampel dicuci dengan etanol 50% sebanyak 4 kali

dengan waktu penggantian masing-masing selama 30 menit. Kemudian dilakukan

dehidrasi dan penjernihan secara bertahap melalui perendaman dalam larutan seri

Johansen I-VII pada suhu ruang dengan perincian:

1) Johansen I selama 2 jam

2) Johansen II selama 24 jam

3) Johansen III selama 2 jam

4) Johansen IV selama 2 jam

5) Johansen V selama 2 jam

6) Johansen VI (TBA murni) selama 24 jam

7) Johansen VI (TBA murni) selama 2 jam

8) Johansen VI (TBA murni) selama 2 jam

9) Johansen VI (TBA murni) selama 2 jam

10) Johansen VII selama 4 jam

Proses infiltrasi dimulai dari perendaman sampel dalam Johansen VII

(TBA : minyak parafin 1:1) dan 1/3 parafin beku dan disimpan pada suhu kamar

selama 4 jam yang dilanjutkan pengovenan pada suhu 58 ˚C selama 18 jam.

Kemudian pergantian parafin dilakukan setiap 5 jam sekali sebanyak 4 kali

pergantian. Proses penanaman dilakukan dengan cara sampel dari tahap infilrasi

dimasukkan ke dalam blok kotak yang berisi parafin cair dan disimpan pada suhu

ruang hingga benar-benar membeku. Proses penyayatan dilakukan dengan

menggunakan mikrotom putar setebal 10 μm. Blok parafin terlebih dahulu

36

Page 51: ANALISIS MIKROSKOPIS DAN KOMPONEN BIOAKTIF … · Hasil penelitian menunjukkan bahwa jaringan daun terdiri atas selapis epidermis dan derivatnya berupa stomata bertipe parasitik,

dipotong dan dirapihkan kemudian ditempelkan pada holder lalu disayat. Hasil

sayatan direkatkan pada gelas obyek yang telah diolesi albumin-gliserin dan

ditetesi air. Gelas berisi pita parafin kemudian dipanaskan pada hot plate dengan

suhu 45 ºC selama 3-5 jam.

Proses pewarnaan dilakukan dengan safranin 2% dalam air dan fast green

0,5% dalam etanol 95% serta safranin 2% dan aniline blue dalam alkohol 88%.

Pewarnaan diawali dengan perendaman gelas obyek ke dalam larutan xilol 1 dan 2

masing-masing selama 15 menit, dilanjutkan perendaman dalam etanol absolut

(100%), 95%, 70%, 50%, dan 30% masing-masing selama 3 menit. Setelah itu,

obyek dibilas dengan akuades dan dimasukkan ke dalam safranin 2% selama 2

hari. Selanjutnya, gelas obyek dibilas ke dalam akuades dan dimasukkan ke dalam

etanol 30%, 50%, 70%, 95%, dan absolut masing-masing selama 3 menit.

Kemudian obyek dimasukkan ke dalam pewarna fast green 0,5% selama 10 menit

lalu etanol absolut 1 dan 2 selama 3 menit. Gelas obyek kemudian direndam

dalam xilol 1 dan xilol 2 selama 10 menit. Pewarnaan dengan aniline blue

dilakukan sebagai pengganti fast green. Gelas obyek dimasukkan ke dalam aniline

blue + alkohol 88% selama 10 menit, setelah etanol 70%. Kemudian obyek

dimasukkan ke dalam etanol 95% + HCl 2 tetes selama beberapa detik dan

dilanjutkan ke dalam etanol 95% selama 3 menit, seterusnya.

Proses selanjutnya adalah penutupan dengan pemberian entellan atau

canada balsam pada gelas obyek dan ditutupi dengan gelas penutup. Proses

pengambilan gambar dilakukan dengan mikroskop cahaya Olympus CH20 dan

kamera digital merek Olympus DP12. Diagram alir pembuatan preparat dapat

dilihat pada Gambar 12.

3.3.3 Analisis fitokimia tanaman genjer (Harbone 1987)

Analisis fitokimia tanaman genjer diawali dengan pembuatan ekstrak

genjer meliputi ekstrak daun genjer dan ekstrak batang genjer dengan

menggunakan pelarut n-heksana, etil asetat, dan metanol. Proses ekstraksi

meliputi penghancuran sampel, maserasi, penyaringan, dan evaporasi. Diagram

alir pembuatan ekstrak daun dan batang genjer dapat dilihat pada Gambar 13.

37

Page 52: ANALISIS MIKROSKOPIS DAN KOMPONEN BIOAKTIF … · Hasil penelitian menunjukkan bahwa jaringan daun terdiri atas selapis epidermis dan derivatnya berupa stomata bertipe parasitik,

Fiksasi dengan FAA

Pencucian dengan etanol 50%

Dehidrasi dan penjernihan dengan larutan seri Johansen

Infiltrasi dengan parafin

Penanaman dalam parafin

Penyayatan blok parafin

Perekatan pada gelas objek

Pewarnaan dengan safranin 2% + fast green 0,5%

dan safranin 2% + aniline blue

Pengamatan dengan mikroskop

Gambar 12 Diagram alir pembuatan preparat dengan metode parafin

Tanaman genjer

Pemotongan bagian tanaman

38

Page 53: ANALISIS MIKROSKOPIS DAN KOMPONEN BIOAKTIF … · Hasil penelitian menunjukkan bahwa jaringan daun terdiri atas selapis epidermis dan derivatnya berupa stomata bertipe parasitik,

Sampel

Pencucian dan pencacahan

Penimbangan

Pemasukan dalam erlenmeyer

Maserasi

Maserasi dalam n-heksana (24 jam) + goyangan

Filtrat n-heksana

Ampas

Maserasi dalam etil asetat (24 jam) + goyangan

Maserasi dalam metanol (24 jam) + goyangan

Filtrat etil asetat Ampas

Filtrat metanol

Ekstrak kasar n-heksana,

etil asetat, metanol

Gambar 13 Diagram alir pembuatan ekstrak daun dan batang genjer (Sumber: Quinn 1988, diacu dalam Hardiningtyas 2007)

Ampas

Pengevaporasian dengan vacum

evaporator (30-40 ºC)

39

Page 54: ANALISIS MIKROSKOPIS DAN KOMPONEN BIOAKTIF … · Hasil penelitian menunjukkan bahwa jaringan daun terdiri atas selapis epidermis dan derivatnya berupa stomata bertipe parasitik,

1) Alkaloid

Pengukuran kandungan alkaloid dilakukan dengan melarutkan ekstrak

sampel dalam beberapa tetes asam sulfat 2N kemudian diuji dengan tiga pereaksi

alkaloid, yaitu Dragendorff, Meyer, dan Wagner. Sampel positif mengandung

alkaloid bila terbentuk endapan berwarna merah sampai jingga pada pereaksi

Dragendorff, endapan putih kekuningan pada pereaksi Meyer, dan endapan coklat

pada pereaksi Wagner.

2) Steroid/triterpenoid

Sejumlah ekstrak sampel dilarutkan dalam 2 ml kloroform dalam tabung

reaksi yang kering, lalu ke dalamnya ditambahkan 10 tetes anhidrida asetat dan

3 tetes asam sulfat pekat. Terbentuknya larutan berwarna merah untuk pertama

kali, kemudian berubah menjadi biru dan hijau menunjukkan reaksi positif.

3) Flavonoid

Sejumlah ekstrak sampel ditambahkan serbuk magnesium 0,1 mg dan

0,4 ml amil alkohol (campuran HCL 37% dan etanol 95% dengan volume yang

sama) dan ditambahkan 4 ml alkohol kemudian campuran dikocok. Terbentuknya

warna merah, kuning, atau jingga pada lapisan amil alkohol menunjukkan adanya

flavonoid.

4) Saponin

Saponin dapat dideteksi dengan uji busa dalam air panas. Busa yang stabil

selama 30 menit dan tidak hilang pada penambahan 1 tetes HCl 2N menunjukkan

adanya saponin.

5) Fenol hidrokuinon

Sebanyak 1 gr sampel diekstrak dengan 20 ml etanol 70%. Larutan yang

dihasilkan diambil sebanyak 1 ml kemudian ditambahkan 2 tetes larutan FeCl3

5%. Terbentuknya warna hijau atau hijau biru menunjukkan adanya senyawa

fenol dalam bahan.

6) Uji molisch

Sebanyak 1 ml larutan sampel diberi 2 tetes pereaksi molisch dan 1 ml

H2SO4 pekat melalui dinding tabung. Uji positif yang menunjukkan adanya

karbohidrat ditandai oleh terbentuknya kompleks berwarna ungu di antara dua

lapisan cairan.

40

Page 55: ANALISIS MIKROSKOPIS DAN KOMPONEN BIOAKTIF … · Hasil penelitian menunjukkan bahwa jaringan daun terdiri atas selapis epidermis dan derivatnya berupa stomata bertipe parasitik,

7) Uji benedict

Larutan sampel sebanyak 8 tetes dimasukkan ke dalam 5 ml pereaksi

benedict. Campuran dikocok dan dididihkan selama 5 menit. Terbentuknya warna

hijau, kuning, atau endapan merah bata menunjukkan adanya gula pereduksi.

8) Uji biuret

Sebanyak 1 ml larutan sampel ditambahkan 4 ml pereaksi biuret.

Campuran dikocok dengan seksama. Terbentuknya larutan berwarna ungu

menunjukkan hasil positif adanya senyawa peptida.

9) Uji ninhidrin

Sebanyak 2 ml larutan sampel ditambahkan beberapa tetes larutan

ninhidrin 0,1%. Campuran dipanaskan dalam penangas air selama 10 menit.

Terbentuknya larutan berwarna ungu menunjukkan reaksi yang positif terhadap

adanya asam amino.

3.3.4 Analisis proksimat dan total karoten

Analisis proksimat dilakukan terhadap tanaman genjer segar dan tanaman

genjer setelah proses pengukusan dengan pembedaan bagian daun dan batang,

ulangan sebanyak 4 kali. Analisis proksimat terdiri atas kadar air, kadar abu, kadar

protein kasar, kadar lemak kasar, dan serat kasar.

1) Kadar air (AOAC 2007)

Tahap pertama yang dilakukan untuk menganalisis kadar air adalah

mengeringkan cawan porselen dalam oven pada suhu 105 ºC selama 1 jam.

Cawan tersebut diletakkan ke dalam desikator (±15 menit) dan dibiarkan sampai

dingin kemudian ditimbang. Cawan tersebut ditimbang kembali hingga beratnya

konstan, sebanyak 5 gram contoh dimasukkan ke dalam cawan tersebut, kemudian

dikeringkan dengan oven pada suhu 105 ºC selama 5 jam. Setelah selesai proses,

cawan tersebut dimasukkan ke dalam desikator dan dibiarkan sampai dingin dan

selanjutnya ditimbang kembali. Perhitungan kadar air sampel adalah:

% Kadar air = x 100%

41

Page 56: ANALISIS MIKROSKOPIS DAN KOMPONEN BIOAKTIF … · Hasil penelitian menunjukkan bahwa jaringan daun terdiri atas selapis epidermis dan derivatnya berupa stomata bertipe parasitik,

2) Kadar abu (AOAC 2007)

Preparasi sampel tanaman untuk zat mineral adalah dengan

menghilangkan seluruh bahan asing dari sampel, terutama tanah yang melekat

atau pasir, namun untuk mencegah terjadinya pelepasan, maka tidak mencuci

sampel secara berlebihan. Sampel segera dikeringkan untuk mencegah

dekomposisi atau kehilangan berat. Sampel sebanyak 2 gram ditimbang dalam

porselen dan tempatkan dalam suhu terkontrol dari tanur yang dipanaskan hingga

600 ºC. Pengabuan berlangsung selama 2 jam. Porselen segera dipindahkan ke

dalam desikator untuk didinginkan dan penimbangan berat akhir sampel.

% (w/w) abu = x 100%

3) Kadar protein kasar (AOAC 2007)

Tahap dalam analisis kadar protein terdiri atas destruksi, destilasi, dan

titrasi. Analisis kadar protein dilakukan dengan metode Kjeldahl. Sampel

sebanyak 0,7-2,2 gram dimasukkan ke dalam labu destruksi kemudian

ditambahkan 0,7 gram HgO atau 0,65 metallic Hg, 15 gram serbuk K2SO4 atau

Na2SO4 serta 25 mL H2SO4. Labu kemudian ditempatkan dalam posisi miring dan

dipanaskan secara perlahan hingga buih menghilang. Larutan sampel dididihkan

hingga larutan jernih pada suhu 410 ºC selama ± 2 jam.

Sampel didinginkan dan ditambahkan 200 mL H2O, 25 mL larutan sulfida

atau tiosulfat serta dicampurkan dengan percepatan Hg. Selanjutnya, sampel

ditambahkan sedikit bubuk Zn dan ditambahkan 15 gram NaOH. Kemudian, labu

dihubungkan ke pipa destilasi pada kondensor. Hasil destilasi ditampung dalam

erlenmeyer 125 yang berisi 25 mL asam borat (H3BO3) 4% yang mengandung

indikator bromcherosol green 0,1% dan methyl red 0,1% dengan perbandingan

2:1. Erlenmeyer digoyangkan perlahan untuk mencampurkan hasil destilasi dan

labu dipanaskan hingga seluruh NH3 terdestilasi (≥ 150 mL hasil destilasi). Hasil

destilasi kemudian dititrasi dengan larutan standar NaOH atau standar HCl 0,2 N

hingga terjadi perubahan warna merah muda yang pertama kalinya.Volume titran

dibaca dan dicatat. Kadar protein saat HCl standar digunakan adalah:

42

Page 57: ANALISIS MIKROSKOPIS DAN KOMPONEN BIOAKTIF … · Hasil penelitian menunjukkan bahwa jaringan daun terdiri atas selapis epidermis dan derivatnya berupa stomata bertipe parasitik,

% N =

Kadar protein saat H2SO4 standar digunakan adalah:

% N=

4) Kadar lemak kasar (AOAC 2007)

Sampel sebanyak 1-5 gram (S) yang mengandung 100-200 mg lemak

dimasukkan ke dalam selongsong selulosa. Banyaknya sampel berdasarkan

kandungan lemaknya:

Lemak kasar (%) Berat sampel (g)

< 2 5

5 2-4

10 1-2

>20 1

Selongsong yang berisi sampel dikeringkan pada suhu 102±2 ºC selama 2

jam. Pelarut dan sampel harus bebas dari air untuk mencegah ekstraksi komponen

yang larut air. Kapas bebas lemak dapat ditambahkan sebagai penutup selongsong

sebelum pengeringan. Ekstraktor dipanaskan dan kondensor pendingin

dinyalakan. Tabung ekstraksi kosong ditimbang sebagai T. Selongsong

dimasukkan ke dalam tabung ekstraksi dan sejumlah pelarut heksan ditambahkan

ke dalam tabung ekstraksi hingga menutupi sampel. Tabung ekstraksi ditempatkan

di bawah kolom ekstraksi. Selongsong dibenamkan ke dalam pelarut dan

dididihkan selama 20 menit. Selongsong diangkat dari pelarut lalu diekstraksi

kembali selama 40 menit. Selanjutnya, pelarut dalam tabung didestilasi hingga

menjadi murni dan mencapai kondisi kering. Tabung ekstraksi dipindahkan dari

ekstraktor dan ditempatkan dalam proses penguapan untuk menyelesaikan

evaporasi pelarut pada suhu rendah.

Tabung ekstaksi kemudian dikeringkan dalam 102±2 ºC selama 30 menit

untuk menghilangkan kelembaban. Selanjutnya, tabung ekstraksi didinginkan

pada suhu ruang dalam desikator dan ditimbang sebagai F.

43

Page 58: ANALISIS MIKROSKOPIS DAN KOMPONEN BIOAKTIF … · Hasil penelitian menunjukkan bahwa jaringan daun terdiri atas selapis epidermis dan derivatnya berupa stomata bertipe parasitik,

% Lemak kasar (ekstrak heksan) = x 100%

5) Kadar serat kasar (AOAC 2007)

Ekstrak sampel sebanyak 2 gram (W1) dengan eter ataupun petroleum eter

dimasukkan ke dalam gelas piala 600 ml dan ditambahkan 0,25-05 gram bumping

granule, kemudian ditambahkan 200 ml H2SO4 1,25% yang hampir mendidih.

Larutan dididihkan selama 30 menit dan digoyangkan secara berkala. Kemudian

larutan disaring dengan kertas saring dan bantuan corong Buchner lalu

divakumkan pada tekanan 25 mm Hg. Residu dibilas dengan air yang hampir

mendidih sebanyak 40-50 ml sebanyak 4 kali, kemudian disaring.

Residu dari kertas saring + corong Buchner dibilas dengan NaOH 1,25%

yang hampir mendidih ke dalam gelas piala dan direfluks selama 30 menit.

Kemudian larutan disaring dan divakum kembali. Residu dibilas kembali dengan

air yang hampir mendidih. Residu kembali dibilas dengan 25-30 ml H2SO4 1,25%

(hampir mendidih) sebanyak 1 kali dan dibilas dengan 20-30 ml air (hampir

mendidih) sebanyak 2 kali lalu. Residu beserta kertas saring dikeringkan pada

suhu 130±2 ºC selama 2 jam atau semalam pada 110 ºC dan didinginkan dalam

desikator kemudian ditimbang (W2). Residu + kertas saring diabukan pada suhu

550±10 ºC selama 2 jam, didinginkan dalam desikator dan ditimbang (W3).

Serat kasar % = x 100%

W2 : Bobot residu sebelum diabukan tanpa kertas saring dan cawan

W3 : Bobot residu setelah diabukan tanpa cawan

6) Analisis total karoten (Parker 1996)

Sampel sebanyak ± 10 gram ditimbang lalu ditambahkan 30 ml heksan dan

diaduk selama 15 menit. Ekstraksi karotenoid dilakukan dengan cara membilas

sampel menggunakan campuran heksan aseton (1:1) sebanyak 15 ml dengan dua

kali pengulangan. Larutan pengektrak tersebut dikumpulkan dan ditambahkan 10

ml akuades kemudian diaduk, lapisan atas (lapisan heksan) dipisahkan. Larutan

heksan dikeringkan dengan gas N2 dalam tabung reaksi tertutup sehingga

44

Page 59: ANALISIS MIKROSKOPIS DAN KOMPONEN BIOAKTIF … · Hasil penelitian menunjukkan bahwa jaringan daun terdiri atas selapis epidermis dan derivatnya berupa stomata bertipe parasitik,

diperoleh lemak. Ekstraksi karotenoid dilakukan sebelum maupun sesudah

penyabunan.

Penyabunan dilakukan dengan menambahkan 5 ml KOH 5% dalam

metanol sebanyak 5 ml ke dalam tabung reaksi yang berisi lemak kemudian

dipanaskan selama 30 menit pada suhu 60 °C. Larutan kemudian didinginkan dan

ditambahkan akuades sebanyak 5 ml lalu divorteks. Selanjutnya, larutan tersebut

ditambahkan 5 ml heksan dengan pengulangan sebanyak 3 kali dan larutan heksan

dikumpulkan. Larutan heksan dicuci dengan 5 ml air kemudian lapisan heksan

dipisahkan dengan menyaringnya melewati Na2SO4 anhidrat. Heksan kembali

dikeringkan dengan gas N2 dan residu dilarutkan kembali dalam heksan 10 ml.

Absorbansi diukur pada panjang gelombang 450 nm. Rumus perhitungan total

karoten adalah:

Total karoten (μg/g) =

3.3.5 Pengolahan data dan pengujian hipotesis

Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

software Minitab 15 dan Microsoft Excel 2007. Pendugaan terhadap penurunan

nilai gizi dan vitamin A dari tanaman genjer setelah proses pengukusan diperiksa

dengan menggunakan suatu uji hipotesis dua populasi melalui uji t-student.

Pengujian hipotesis dua populasi dilakukan terhadap nilai tengah dua populasi

dari nilai gizi tanaman segar (μ1) dan nilai gizi tanaman setelah pengukusan (μ2).

Adapun hipotesis yang diajukan adalah:

H0 : Komposisi gizi tanaman genjer setelah pengukusan (μ2) mengalami

peningkatan persentase atau sama dengan komposisi gizi tanaman genjer

segar (μ1) (μ1 ≤ μ2).

H1 : Komposisi gizi tanaman genjer setelah pengukusan (μ2) mengalami

penurunan persentase dibandingkan komposisi gizi tanaman genjer segar

(μ1) atau (μ1 > μ2).

Asumsi:

1) Populasi nilai gizi dari tanaman segar dan setelah pengukusan menyebar

normal.

45

Page 60: ANALISIS MIKROSKOPIS DAN KOMPONEN BIOAKTIF … · Hasil penelitian menunjukkan bahwa jaringan daun terdiri atas selapis epidermis dan derivatnya berupa stomata bertipe parasitik,

2) Ragam kedua populasi σ1 dan σ2 adalah sama.

Nilai statistik uji t-student adalah (Walpole 1992):

t =

v = n1 + n2 – 2, σ1 = σ2 tetapi tidak diketahui

s2

p =

Keterangan:

n1 : Jumlah contoh dari tanaman genjer segar

n2 : Jumlah contoh dari tanaman genjer setelah pengukusan

x1 : Nilai rataan dari komposisi gizi tanaman genjer segar

x2 : Nilai rataan dari komposisi gizi tanaman setelah pengukusan

d0 : Selisih dari x1 dan x2

s1 : Simpangan baku dari komposisi gizi tanaman genjer segar

s2 : Simpangan baku dari komposisi gizi tanaman genjer setelah pengukusan

46

Page 61: ANALISIS MIKROSKOPIS DAN KOMPONEN BIOAKTIF … · Hasil penelitian menunjukkan bahwa jaringan daun terdiri atas selapis epidermis dan derivatnya berupa stomata bertipe parasitik,

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Anatomi dan Morfologi Tanaman Genjer (Limnocharis flava)

Tanaman genjer ini diperoleh dari Desa Cilubang-Nagrak, Kelurahan Situ

Gede, Bogor dan diambil di wilayah persawahan seluas 300 m2 dan 1300 m

2.

Morfologi tanaman genjer (Limnocharis flava) dapat dilihat pada Gambar 14

berikut.

Gambar 114 Morfologi tanaman genjer (Limnocharis flava)

Tanaman genjer memiliki daun berwarna hijau muda hingga hijau tua

dengan bentuk oval dan bulat telur. Tepi daun berombak dan daunnya merupakan

daun tunggal, yakni satu batang hanya memiliki satu daun. Daun memiliki urat-

urat halus yang memotong urat halus utama longitudinal. Batang tanaman

berbentuk hampir segitiga dan berwarna hijau muda. Batang juga menopang buah

dan bunga. Akar tanaman berupa akar serabut dan memiliki rambut-rambut halus.

Tanaman ini memiliki bunga dengan kelopak berwarna kuning dan buah yang

berbentuk bulat. Setiap buah terdiri atas selaput berlapis yang berisi biji berwarna

coklat.

4.1.1 Deskripsi histologi daun

Daun tanaman genjer tersusun atas jaringan epidermis, jaringan dasar

(mesofil), jaringan pengangkut, jaringan penguat berupa kolenkim dan

sklerenkim. Permukaan atas dan bawah daun genjer dilapisi oleh jaringan

Daun

Batang

Akar

Page 62: ANALISIS MIKROSKOPIS DAN KOMPONEN BIOAKTIF … · Hasil penelitian menunjukkan bahwa jaringan daun terdiri atas selapis epidermis dan derivatnya berupa stomata bertipe parasitik,

epidermis. Menurut Berg (2008) bahwa jaringan epidermis terdiri atas sel-sel

parenkima, sel-sel penjaga, dan trikoma. Epidermis daun genjer tidak memiliki

trikoma yaitu struktur padat seperti tonjolan, struktur kelenjar, dan duri.

Sel-sel penyusun epidermis memiliki bentuk yang tidak seragam dan tidak

beraturan, tersusun rapat membentuk lapisan padat dan tidak terdapat ruang antar

sel. Lapisan epidermis bagian atas dan bawah daun terdiri atas satu lapis sel

tunggal. Dinding sel penyusun epidermis memiliki panjang sisi dinding bagian

atas lebih besar daripada di bagian bawah. Sisi dinding bagian samping dari sel

penyusun epidermis memiliki permukaan bundar dan berukuran lebih kecil

dibandingkan sisi dinding atas dan bawah dari sel tersebut. Panjang dinding suatu

sel epidermis sebesar ±10 μm. Ketebalan lapisan epidermis sebesar ±2,5 μm.

Penampang melintang daun genjer dapat dilihat pada Gambar 15.

Gambar 15 Penampang melintang daun genjer (Limnocharis flava) (10 x 10) [A:

epidermis atas, B: parenkim palisade, C: parenkim spons, D: berkas

pembuluh, E: seludang pembuluh, F: epidermis bawah]

Jaringan epidermis daun genjer memiliki derivatnya berupa stomata daun.

Stoma merupakan lubang atau celah yang terdapat pada epidermis organ

tumbuhan yang berwarna hijau, dibatasi oleh sel khusus yang disebut sel penutup

(Nugroho et al. 2006). Stomata pada daun genjer terdapat pada kedua sisi atas dan

bawah daun, dikategorikan sebagai daun amphistomatous. Jenis stomata yang

terdapat pada epidermis daun tanaman genjer berdasarkan penampakan stomata

dewasa adalah jenis parasitik, yaitu stoma yang didampingi oleh satu atau lebih

sel tetangga yang sejajar terhadap sumbu panjang dari celah dan sel penjaga

48

Page 63: ANALISIS MIKROSKOPIS DAN KOMPONEN BIOAKTIF … · Hasil penelitian menunjukkan bahwa jaringan daun terdiri atas selapis epidermis dan derivatnya berupa stomata bertipe parasitik,

(Dickison 2000). Pengamatan stomata di bagian epidermis atas dan bawah daun

genjer dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Pengamatan stomata daun genjer

Bagian daun Ulangan

Kerapatan

stomata

(per mm2)

Ukuran stomata (μm) Indeks

stomata Panjang Lebar

Epidermis

atas

1 91,51±12,33 32,37±0,81 16,62±0,40 10,13±1,33

2 99,93±6,86 30,25±1,29 16,18±0,60 10,36±0,50

3 68,63±10,07 30,81±1,35 16,81±0,26 8,41±1,21

Epidermis

bawah

1 90,30±11,26 32,93±0,52 17,37±0,95 10,41±1,08

2 107,16±9,89 30,87±1,81 17,50±0,38 11,42±0,84

3 69,83±23,16 33,12±0,98 19,68±0,58 9,04±2,48

Kerapatan stomata merupakan jumlah stomata per mm2 area daun

(Mulyani 2006). Kerapatan stomata daun genjer pada bagian epidermis atas dan

bawah tidak jauh berbeda, yakni berkisar 90-107/mm2. Kerapatan stomata yang

kecil (ulangan 3) menunjukkan bahwa jumlah stomata yang sedikit per mm2,

mengingat pengamatan kerapatan stomata dilakukan pada bidang pandang yang

dekat dengan gurat pembuluh daun. Mulyani (2006) menyatakan bahwa

kekerapan stomata menurun dengan menurunnya intensitas sinar. Intensitas sinar

matahari yang diterima oleh daun genjer diduga hampir sama di semua bagian

daun dan tegaknya daun hampir menyamai posisi vertikal, sehingga kerapatan

stomata daun bagian atas dan bawah tidak berbeda jauh.

Ukuran stomata daun genjer meliputi panjang dan lebar stomata. Panjang

stomata diperoleh dari pengukuran panjang celah ataupun sel penjaga stomata

yang berkisar 30-33 μm. Lebar stomata merupakan gabungan lebar kedua sel

penjaga yang berkisar 16-19 μm. Sel penjaga stomata daun genjer berbentuk

seperti ginjal dan melengkung ke dalam. Sel penjaga atau sel penutup berperan

mengatur pertukaran gas dari daun (Scott 2008). Indeks stomata menunjukkan

persentase jumlah stomata terhadap seluruh sel epidermis. Indeks stomata daun

genjer berkisar 8-11. Bentuk dan penyebaran stomata daun genjer dapat dilihat

pada Gambar 16 dan 17.

49

Page 64: ANALISIS MIKROSKOPIS DAN KOMPONEN BIOAKTIF … · Hasil penelitian menunjukkan bahwa jaringan daun terdiri atas selapis epidermis dan derivatnya berupa stomata bertipe parasitik,

Gambar 16 Stomata daun epidermis atas (1: 40x10, 2: 10x10) [A, D: sel tetangga,

B: sel penjaga, C: celah stomata, E: inti sel tetangga]

Gambar 17 Stomata daun epidermis bawah (1: 40x10, 2: 10x10) [A, D: sel

tetangga, B: sel penjaga, C: celah stomata, E: inti sel tetangga]

Jaringan epidermis daun genjer dilapisi oleh suatu lapisan senyawa yang

dinamakan kutikula. Lapisan kutikula dibentuk dengan menempatkan kutin di

antara mikroserabut selulosa lapisan dinding paling luar, tempat terdapatnya

pektin dan hemiselulosa (Mulyani 2006). Daun genjer berkutikula tipis. Hal ini

sesuai dengan teori bahwa epidermis tumbuhan air tidak berfungsi untuk

perlindungan, tetapi untuk pengeluaran zat makanan, senyawa air, dan pertukaran

gas. Kutikula dan dinding selnya sangat tipis (Mulyani 2006).

Mesofil daun genjer terdiri atas parenkim palisade dan parenkim spons.

Parenkim palisade terletak di bawah lapisan epidermis daun bagian atas. Parenkim

palisade pada penampang melintang jaringan daun genjer tampak tegak lurus dan

berbentuk seperti lobus yang bercabang, tersusun dalam deretan. Parenkim

palisade tersebut tersusun hanya selapis dan rapat satu sama lain. Parenkim

palisade ini terdapat di bagian atas penampang jaringan dan banyak mengandung

kloroplas. Kloroplas ditunjukkan oleh titik-titik yang tersebar di dalam parenkim

palisade. Menurut Nugroho et al. (2006), sel palisade tegak pada permukaan daun,

2

1 2

1

50

Page 65: ANALISIS MIKROSKOPIS DAN KOMPONEN BIOAKTIF … · Hasil penelitian menunjukkan bahwa jaringan daun terdiri atas selapis epidermis dan derivatnya berupa stomata bertipe parasitik,

rapat satu sama lain, dan banyak mengandung kloroplas, berfungsi untuk

menangkap cahaya. Ketebalan parenkim palisade mencapai ±25 μm. Parenkim

palisade daun genjer membentuk ruang antar sel di antara lobus-lobus sel, yakni

tampak celah-celah di antara sel-sel parenkim palisade pada penampang melintang

daun, sehingga udara dapat menjangkau parenkim palisade.

Parenkim spons tanaman genjer terletak di bawah parenkim palisade dan

di atas epidermis bawah. Parenkim spons, pada penampang melintang daun

genjer, berbentuk seperti lobus yang berongga. Parenkim spons juga mengandung

kloroplas namun tidak sebanyak kloroplas pada parenkim palisade. Berdasarkan

teori bahwa, jaringan bunga karang (spons) tersusun oleh sel-sel yang tak teratur,

berdinding tipis, lepas, dan mengandung kloroplas dalam jumlah sedikit (Nugroho

et al. 2006). Rongga-rongga yang terbentuk dari lobus-lobus palisade dan spons

diduga merupakan rongga udara pada daun genjer. Rongga udara ini

menyebabkan daun genjer bersifat ringan dan mengapung jika diletakkan di atas

air. Menurut Fahn (1991), ruangan udara ini adalah lakuna yang biasanya

dipisahkan oleh partisi tipis satu atau dua lapisan sel yang mengandung kloroplas.

Lakuna berisi diafragma yang merupakan lapisan tunggal sel-sel dengan

interselular yang kecil dan tampak sebagai pori, berfungsi membiarkan laluan gas

dan bukannya air.

Berkas pembuluh pada penampang melintang daun genjer tampak

membentuk sistem yang berkaitan dan terkumpul di tengah penampang melintang

daun. Berkas pembuluh ini merupakan tulang daun genjer. Berkas pembuluh ini

terdiri atas xilem dan floem. Sel xilem pada berkas pembuluh daun genjer tampak

berukuran besar dan berbentuk tak beraturan. Xilem terletak dekat parenkim spons

dan parenkim palisade. Sel floem tampak berukuran kecil, tak beraturan, dan

tersebar di bawah pembuluh xilem. Berkas pembuluh dikelilingi oleh lapisan

seludang pembuluh yang terdiri atas sel-sel parenkim, disamping itu terdapat pula

perluasan seludang pembuluh. Perluasan seludang pembuluh terdapat di bawah

pembuluh floem. Menurut Dickison (2000) bahwa susunan xilem pada posisi

adaksial (dekat dengan ruas atas daun) sedangkan floem pada posisi abaksial

(dekat dengan ruas bawah daun).

51

Page 66: ANALISIS MIKROSKOPIS DAN KOMPONEN BIOAKTIF … · Hasil penelitian menunjukkan bahwa jaringan daun terdiri atas selapis epidermis dan derivatnya berupa stomata bertipe parasitik,

4.1.2 Deskripsi histologi batang

Batang tanaman berperan dalam mendukung daun dan struktur reproduksi

tanaman, menyediakan pengangkut bagian dalam, dan menghasilkan jaringan baru

(Berg 2008). Deskripsi histologi batang tanaman genjer dibagi ke dalam tiga

bagian yaitu batang dekat daun, batang tengah, dan batang dekat akar. Batang

genjer berbentuk seperti segitiga dan terdapat banyak rongga udara yang

berbentuk segi enam. Dalam keadaan segar, irisan melintang batang genjer dapat

dilihat pada Gambar 18.

Gambar 18 Irisan melintang batang genjer segar

Batang tanaman genjer berwarna hijau muda, diduga batang tanaman ini

memiliki stomata pada lapisan epidermisnya. Jaringan yang terdapat pada batang

genjer diduga adalah jaringan epidermis dan derivatnya, korteksnya, dan stele.

Lapisan terluar batang tanaman genjer adalah lapisan epidermis. Lapisan

epidermis batang dapat dilihat pada Gambar 19 Z.

Jaringan epidermis batang genjer terdiri atas satu lapis sel dan tersusun

rapat. Pada penampang melintang batang genjer, bentuk sel epidermis tidak

beraturan, umumnya hampir menyamai bentuk persegi panjang. Dinding sel

epidermis bagian atas berukuran lebih panjang daripada dinding sel bagian bawah.

Dinding sel sisi samping tampak tegak dan berukuran lebih kecil dibandingkan

dinding sel bagian atas. Dinding luar sel epidermis tampak tidak mengalami

penebalan dari zat kutin, diduga kutikula yang terdapat pada batang sangat tipis

sehingga penebalan yang terjadi tidak terlihat. Nugroho et al. (2006) menyatakan

bahwa susunan epidermis menyebabkan terjadinya pengurangan transpirasi dan

52

Page 67: ANALISIS MIKROSKOPIS DAN KOMPONEN BIOAKTIF … · Hasil penelitian menunjukkan bahwa jaringan daun terdiri atas selapis epidermis dan derivatnya berupa stomata bertipe parasitik,

melindungi jaringan di sebelah dalamnya. Dalam hal ini, lapisan epidermis batang

genjer diduga tidak mendukung terjadinya pengurangan transpirasi, karena lapisan

kutikulanya sangat tipis dan memungkinkan transpirasi lebih banyak terjadi.

Derivat epidermis batang genjer adalah stomata.

Korteks batang tanaman genjer terdiri atas sel parenkim. Lapisan korteks

batang dapat dilihat pada Gambar 19 Z. Pada gambar tersebut, terlihat bahwa sel-

sel parenkim pada korteks mengandung kloroplas yang ditandai dengan adanya

butiran hijau. Disamping itu, sel parenkim korteks juga diduga mengandung pati

yang ditandai oleh adanya butiran berwarna ungu pada sel parenkim tersebut. Di

antara sel-sel parenkim penyusun korteks terdapat ruang antar sel yang mencolok

besarnya, dan dikelilingi oleh sel-sel yang berukuran lebih kecil. Ruang antar sel

tersebut merupakan bagian dalam empelur.

Batang tumbuhan air berisi suatu sistem ruang antar sel yang meluas

sehingga melalui ruang tersebut terjadi difusi gas secara bebas (Fahn 1991). Sel-

sel parenkim pada korteks batang genjer juga berkembang menjadi sistem ruang

antar sel yang sangat luas. Ruang antar sel yang disebut lakuna tampak jelas

berbentuk seperti segi enam ataupun segi lima.

Lakuna ini mendominasi pada penampang melintang batang genjer.

Lakuna dipisahkan oleh diafragma yang tersusun atas satu lapisan sel-sel

parenkim. Sel-sel parenkim yang membentuk ruang antar sel disebut juga

aerenchym. Ruang antar sel ini berfungsi sebagai tempat berlangsungnya

pertukaran udara (Fahn 1991). Ruang antar sel pada batang dekat daun berukuran

lebih kecil dibandingkan ruang antar sel pada batang tengah, sedangkan batang

dekat akar memiliki ruang antar sel lebih banyak dan berukuran lebih kecil

daripada batang dekat daun dan batang tengah. Jaringan batang dekat akar lebih

kompleks dibandingkan bagian batang lainnya, hal ini diduga karena batang dekat

akar merupakan bagian batang paling tua. Disamping itu, batang dekat akar

menjadi bagian tanaman yang pertama kali menerima serapan unsur hara dan

absorbsi gas dari akar untuk ditransportasikan hingga ke daun. Ruang-ruang antar

sel pada batang genjer dapat dilihat pada Gambar 19 berikut.

53

Page 68: ANALISIS MIKROSKOPIS DAN KOMPONEN BIOAKTIF … · Hasil penelitian menunjukkan bahwa jaringan daun terdiri atas selapis epidermis dan derivatnya berupa stomata bertipe parasitik,

Gambar 19 Berkas pembuluh pada batang genjer beserta epidermis dan korteks

batang W: batang dekat daun (4 x 10), X: batang tengah (4 x 10), Y:

batang dekat akar (4 x 10), Z: lapisan epidermis dan korteks batang

genjer (10 x 10) [A: sel epidermis, B: korteks, C: lakuna, D:

diafragma, E: endodermis, F: floem, G: xilem].

Berkas pembuluh pada batang dekat daun dan batang tengah tersusun

tegak lurus terhadap penampang batang genjer yang berbentuk segitiga. Berkas

pembuluh pada batang dekat akar juga tersusun tegak lurus, namun terdapat pula

berkas pembuluh yang tersebar pada lengkungan batang tersebut sebagai

perpanjangan dari kedua sisi dari segitiga batang. Berkas pembuluh batang genjer

dikelilingi oleh sejumlah sel yang merupakan bagian endodermis. Berkas

pembuluh batang terbagi atas floem dan xilem. Floem terdiri atas sel-sel yang

berukuran kecil dan mengelilingi pembuluh xilem. Pembuluh xilem terdapat di

sebelah dalam dari pembuluh floem, yang terdiri atas protoxilem dan metaxilem.

Protoxilem tampak berukuran lebih kecil dibandingkan metaxilem dan tersusun

mengelilingi metaxilem. Metaxilem terletak di tengah berkas pembuluh dan

berukuran sangat besar dibandingkan pembuluh lainnya.

X

Y Z

W

54

Page 69: ANALISIS MIKROSKOPIS DAN KOMPONEN BIOAKTIF … · Hasil penelitian menunjukkan bahwa jaringan daun terdiri atas selapis epidermis dan derivatnya berupa stomata bertipe parasitik,

Sistem jaringan pembuluh pada batang tanaman genjer adalah tipe berkas

konsentris amfikribral, yaitu floem mengelilingi xilem (amfikribral). Menurut

Hidayat (1995), tipe sistem jaringan pembuluh ini sering ditemukan pada paku

dan sebagai ikatan pembuluh kecil pada bunga, biji, buah Angiospermae. Berkas

pembuluh batang genjer dapat dilihat pada Gambar 19 W, X, dan Y.

4.1.3 Deskripsi histologi akar

Anatomi akar tanaman genjer terdiri atas jaringan epidermis akar

(rhizodermis), korteks, endodermis dan stele. Akar tanaman genjer merupakan

akar serabut dan berkembang dari batang tanaman. Akar tanaman ini memiliki

rambut akar yang berfungsi menyerap air dan garam mineral. Menurut Mulyani

(2006) bahwa tumbuhan air tidak memiliki rambut akar. Tanaman ini menancap

pada substat lumpur di rawa-rawa maupun sawah yang berair, sehingga epidermis

akar membentuk tonjolan berupa rambut akar untuk mendukung fungsi akar.

Morfologi akar tanaman genjer dapat dilihat pada Gambar 20.

Gambar 120 Morfologi akar tanaman genjer (Limnocharis flava)

Lapisan epidermis akar merupakan lapisan terluar dari anatomi akar

genjer, yang disebut dengan rhizodermis. Lapisan rhizodermis tersebut terdiri atas

sel-sel parenkim yang berbentuk tidak beraturan. Sel-sel epidermis akar

berdinding tipis dan biasanya tidak mengandung kutikula (Nugroho et al. 2006).

Penampang melintang akar tanaman genjer dapat dilihat pada Gambar 21.

55

Page 70: ANALISIS MIKROSKOPIS DAN KOMPONEN BIOAKTIF … · Hasil penelitian menunjukkan bahwa jaringan daun terdiri atas selapis epidermis dan derivatnya berupa stomata bertipe parasitik,

Gambar 21 Penampang melintang akar tanaman genjer (4 x 10) beserta berkas

pembuluhnya (10 x 10) [A: rhizodermis, B: ruang antar sel, C:

korteks, D: endodermis, E: floem, F: metaxilem yang dikelilingi

protoxilem]

Korteks, umumnya tersusun atas sel-sel parenkim yang kadang-kadang

mengandung karbohidrat dan kadang mengandung kristal. Pada korteks akar

sering terdapat ruang antar sel yang terbentuk secara skizogen. Korteks akar

Palmae sering terdapat saluran udara yang besar (Nugroho et al. 2006; Mulyani

2006). Bagian korteks akar tanaman genjer yang ditunjukkan oleh penampang

melintang akar terlihat lebar dan memiliki ruang antar sel. Sel-sel parenkim

penyusun korteks berbentuk tidak beraturan dan tidak memiliki kloroplas. Ruang

antar sel pada korteks tersebut diduga sebagai saluran udara pada akar.

Korteks akar tanaman genjer juga membentuk lapisan endodermis.

Endodermis tersebut tersusun oleh satu lapisan sel yang berbeda bentuknya.

Endodermis tersusun rapat dan menjadi pembatas antara lapisan korteks dan stele

akar. Menurut Nugroho et al. (2006), endodermis, tersusun oleh satu lapis sel

yang berbeda secara fisiologi, struktur, dan fungsi dengan lapisan sel di

sekitarnya. Endodermis terbagi menjadi endodermis primer, sekunder, dan

endodermis tersier. Lapisan endodermis akar genjer diduga terbagi menjadi

lapisan primer, sekunder, dan tersier sehingga terdapat beberapa lapisan yang

mengelilingi berkas pembuluh (stele).

Bagian stele akar tanaman genjer terdiri atas berkas pengangkut. Jaringan

pengangkut akar genjer yang tampak pada penampang melintang akarnya adalah

xilem dan floem. Berkas pengangkut xilem terdiri atas metaxilem yang berbentuk

56

Page 71: ANALISIS MIKROSKOPIS DAN KOMPONEN BIOAKTIF … · Hasil penelitian menunjukkan bahwa jaringan daun terdiri atas selapis epidermis dan derivatnya berupa stomata bertipe parasitik,

bulat berukuran besar dan protoxilem yang berbentuk bulat berukuran sedang dan

mengelilingi metaxilem. Susunan xilem akar, dimana protoxilem terletak di

sebelah luar dari metaxilem disebut eksark (Mulyani 2006). Jumlah kelompok

protoxilem akar tanaman genjer termasuk poliarch, yaitu protoxilem berjumlah

banyak. Berkas pengangkut floem terdapat di sekitar protoxilem bagian luar.

Bentuk berkas floem tidak beraturan berukuran lebih kecil dibandingkan berkas

xilem.

4.2 Dimensi Tanaman Genjer (Limnocharis flava)

Sampel tanaman genjer yang diambil untuk pengukuran tanaman adalah

32 sampel yang diharapkan dapat mewakili seluruh sampel yang digunakan dalam

penelitian ini. Besaran yang digunakan dalam pengukuran tanaman genjer pada

penelitian ini adalah luas dan keliling daun, panjang dan tebal batang, serta

panjang akar. Secara umum, hasil pengukuran tanaman genjer dapat dilihat pada

Tabel 9.

Tabel 9 Hasil pengukuran tanaman genjer (Limnocharis flava)

Besaran

pengukuran Satuan Selang ukuran

Ukuran

minimal

Ukuran

maksimal

Luas daun cm2 65,75±13,88 38,20 94,13

Keliling daun cm 29,00±3,14 22,00 35,00

Panjang batang cm 21,65±2,76 15,90 30,00

Tebal batang cm 0,66±0,11 0,43 0,97

Panjang akar cm 10,25±3,69 6,00 22,40

Hasil pengukuran daun genjer yang diteliti meliputi luas dan keliling daun

menunjukkan bahwa luas daun genjer berkisar pada 65,75±13,88 cm2 dengan

keliling daun berkisar 29,00±3,14 cm. Panjang batang genjer yang digunakan

menunjukkan selang ukuran sebesar 21,65±2,76 cm. Ketebalan batang tanaman

genjer mencapai 0,66±0,11 cm. Panjang akar tanaman berkisar 10,25±3,69 cm.

Ukuran dari daun, batang, dan akar tanaman genjer dapat menggambarkan

karakteristik morfologi tanaman genjer yang digunakan dalam penelitian ini.

Ukuran tanaman genjer yang diteliti dapat dilihat secara spesifik dalam diagram

box plot untuk masing-masing besaran dengan ukuran pemusatan adalah kuartil 1

(Q1), median (Q2), kuartil 3 (Q3), batas atas (BA), batas bawah (BB). Sebaran

57

Page 72: ANALISIS MIKROSKOPIS DAN KOMPONEN BIOAKTIF … · Hasil penelitian menunjukkan bahwa jaringan daun terdiri atas selapis epidermis dan derivatnya berupa stomata bertipe parasitik,

hasil pengukuran terhadap luas dan keliling daun tanaman genjer dapat dilihat

pada Gambar 22 berikut.

100

90

80

70

60

50

40

Lu

as D

au

n (

cm

2)

Luas Daun Tanaman

36

34

32

30

28

26

24

22K

elilin

g D

au

n (

cm

)

Keliling Daun Tanaman

Gambar 22 Sebaran luas dan keliling daun tanaman genjer (luas daun (cm

2) Q1:

54,55; Q2: 66,15; Q3: 74,30; BA: 94,13; BB: 38,20 dan keliling daun

(cm) Q1: 26,50; Q2: 29,00; Q3: 31,37; BA: 35,00; BB: 20,00)

Sebaran nilai luas daun genjer menunjukkan bahwa sebanyak 75% daun

genjer yang digunakan dalam penelitian ini memiliki luas daun sebesar ≤ 74,3 cm2

dan ukuran luas daun ini bervariasi dengan simpangan baku 13,88 cm2. Ukuran

luas daun terpusat pada nilai 54,55 cm2 hingga 74,3 cm

2. Rata-rata luas daun

genjer yang digunakan adalah 65,75 cm2.

Hasil pengukuran keliling daun genjer memperlihatkan bahwa sebanyak

75% dari sampel yang digunakan dalam penelitian ini memiliki keliling daun

sebesar ≤ 31,37 cm. Rata-rata ukuran keliling daun genjer adalah 29 cm dengan

simpangan baku 3,14 cm. Keragaman nilai keliling daun yang kecil

menggambarkan bahwa ukuran keliling daun berukuran seragam. Nilai dari

ukuran keliling daun genjer ini terpusat pada 26,5 cm hingga 31,37 cm.

Luas daun tanaman genjer (total leaf area) dapat berguna untuk

mengetahui cakupan berat unsur mineral dalam sel, mengetahui kapasitas

asimilasi karbon dari daun, mengetahui pertumbuhan tanaman, dan

menggambarkan rasio dari fotosintesis (Heddy 2001). Luas daun yang diamati ini

didukung oleh data-data mengenai keliling daun yang dapat dicapai oleh daun

genjer selama perkembangannya. Selain itu, karakteristik tanaman genjer dalam

penelitian ini juga dijelaskan melalui ukuran batang genjer meliputi panjang dan

Q2

Q1

Q3

BA

BB BB

BA

Q3

Q2

Q1

58

Page 73: ANALISIS MIKROSKOPIS DAN KOMPONEN BIOAKTIF … · Hasil penelitian menunjukkan bahwa jaringan daun terdiri atas selapis epidermis dan derivatnya berupa stomata bertipe parasitik,

tebal batang. Distribusi data panjang dan tebal batang genjer dapat dilihat pada

Gambar 23.

30.0

27.5

25.0

22.5

20.0

17.5

15.0

Pa

nja

ng

Ba

ta

ng

(cm

)

Panjang Batang Tanaman

1.0

0.9

0.8

0.7

0.6

0.5

0.4

Te

ba

l B

ata

ng

(cm

)

Tebal Batang Tanaman

Gambar 23 Sebaran panjang dan tebal batang tanaman genjer (panjang batang

(cm) Q1: 19,52; Q2: 21,90; Q3: 23,20; BA: 24,70; BB: 15,90 dan

tebal batang (cm) Q1: 0,60; Q2: 0,67; Q3: 0,73; BA: 0,81; BB: 0,43)

Hasil pengukuran terhadap panjang batang genjer menunjukkan bahwa

sebesar 75% dari sampel yang diukur memiliki panjang batang ≤ 23,2 cm. Ukuran

panjang batang dari sampel genjer ini seragam dengan simpangan baku yang kecil

yakni 2,76 cm. Nilai panjang batang genjer terpusat pada 19,52-23,2 cm. Rataan

panjang batang genjer adalah 21,65 cm. Ukuran maksimum panjang batang dari

sampel genjer adalah 30 cm yang merupakan nilai pencilan panjang batang.

Hasil pengukuran tebal batang tanaman genjer menunjukkan bahwa 75%

dari sampel genjer yang diukur memiliki ketebalan batang ≤ 0,73 cm. Ukuran

ketebalan batang genjer bervariasi dengan simpangan baku 0,11 cm. Nilai

ketebalan batang genjer terpusat pada 0,60 cm hingga 0,73 cm, sedangkan rata-

rata tebal batang genjer adalah 0,66 cm. Ukuran maksimum dari tebal batang

genjer adalah 0,97 cm yang merupakan ukuran pencilan dari ketebalan batang

genjer.

Sebaran panjang dan tebal batang tanaman genjer dapat memberikan

informasi mengenai karakteristik batang genjer dan dikaitkan dengan jaringan

batang yang diamati. Bila tanaman genjer memiliki panjang batang maksimum

maka jaringan semakin kompleks dan jaringan pengangkut yang terbentuk akan

BA

Q3

Q2

Q1

BB

BA

Q3

Q2

Q1

BB

59

Page 74: ANALISIS MIKROSKOPIS DAN KOMPONEN BIOAKTIF … · Hasil penelitian menunjukkan bahwa jaringan daun terdiri atas selapis epidermis dan derivatnya berupa stomata bertipe parasitik,

menyesuaikan dengan panjang batang tersebut. Semakin besar ketebalan batang

maka diduga akan semakin banyak pula rongga udara yang terbentuk pada

jaringan batang yang diamati. Sebaran data mengenai panjang akar dapat dilihat

pada Gambar 24.

22.5

20.0

17.5

15.0

12.5

10.0

7.5

5.0

Pa

nja

ng

Aka

r (

cm

)Panjang Akar Tanaman

Gambar 24 Sebaran panjang akar tanaman genjer (Q1: 7,32; Q2: 9,40; Q3: 12,00;

BA: 17,00; BB: 6,00)

Sebaran panjang akar tanaman genjer memperlihatkan bahwa 75% dari

sampel genjer yang diukur memiliki panjang akar ≤ 12 cm. Ukuran panjang akar

genjer sangat bervariasi dengan simpangan baku 3,69 cm. Ukuran panjang akar

genjer yang diteliti memiliki rata-rata 10,25 cm dan terpusat pada 7,32 cm hingga

12 cm. Ukuran panjang akar genjer terbesar adalah 22,4 cm yang merupakan

ukuran pencilan dari panjang akar genjer.

Akar tanaman berperan dalam pengambilan nutrien dan air dari tanah,

mengasimilasi nitrat, dan fiksasi nitrogen (Chesworth et al. 1998). Peranan organ

akar tanaman genjer sangat penting untuk kelangsungan hidup tanaman. Panjang

akar yang dimiliki oleh tanaman genjer membantu tanaman dalam pelekatan pada

substrat yang semakin kuat dan pencapaian akar terhadap sumber nutrien.

4.3 Komposisi Kimia Tanaman Genjer Segar dan Kukus

Pemanfaatan tanaman genjer sebagai sayuran terutama lalapan erat

kaitannya dengan zat gizi yang terkandung dalam tanaman genjer. Pengolahan

tanaman ini dilakukan dengan menggunakan panas atau pemasakan karena

BA

Q3

Q2

Q1

BB

60

Page 75: ANALISIS MIKROSKOPIS DAN KOMPONEN BIOAKTIF … · Hasil penelitian menunjukkan bahwa jaringan daun terdiri atas selapis epidermis dan derivatnya berupa stomata bertipe parasitik,

masyarakat tidak mengonsumsinya dalam bentuk mentah (Bergh 1994). Analisis

zat gizi tanaman genjer dilakukan melalui uji proksimat dengan pembedaan

bagian tanaman antara daun dan batang dalam kondisi segar dan setelah

pengukusan. Komposisi kimia tanaman genjer segar dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10 Komposisi kimia daun dan batang tanaman genjer segar

Analisa

proksimat

Daun Batang

Berat basah Berat kering Berat basah Berat kering

Kadar air 91,76±0,14% 95,33±0,07%

Kadar abu 1,02±0,05% 12,40±0,84% 0,76±0,08% 16,38±1,72%

Lemak 0,65±0,01% 7,95±0,25% 0,26±0,00% 5,62±0,09%

Protein 1,89±0,03% 22,96±0,71% 0,61±0,01% 13,23±0,14%

Serat kasar 0,98±0,03% 11,93±0,23% 0,75±0,00% 16,12±0,23%

Proses pemasakan yang umumnya dilakukan terhadap komoditas sayuran

adalah pengukusan dan perebusan. Pengukusan adalah proses pemanasan yang

bertujuan menonaktifkan enzim yang akan mengubah warna, cita rasa, maupun

nilai gizi. Pengukusan dilakukan dengan suhu air berkisar 66-82 ºC. Pengukusan

dan perebusan adalah metode konvensional yang telah lama dikenal untuk

memasak. Pengukusan akan mengurangi zat gizi, namun tidak sebesar pada proses

perebusan (Romdhijati 2010). Komposisi kimia daun dan batang tanaman genjer

setelah pengukusan dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11 Komposisi kimia daun dan batang tanaman genjer kukus

Analisa

proksimat

Daun Batang

Berat basah Berat kering Berat basah Berat kering

Kadar air 91,06±0,13% 94,15±0,19%

Kadar abu 1,34±0,06% 15,29±1,42% 1,05±0,21% 18,54±2,83%

Lemak 1,30±0,40% 14,90±4,09% 1,08±0,12% 18,63±2,66%

Protein 2,39±0,31% 27,40±4,67% 0,90±0,04% 15,52±0,51%

Serat kasar 1,06±0,08% 11,30±0,91% 0,70±0,09% 12,09±1,01%

Dugaan penurunan atau peningkatan nilai gizi tanaman genjer setelah

pengukusan dapat dianalisis melalui uji statistika dengan cara pengujian hipotesis

memakai uji t-student. Uji hipotesis melalui uji t-student bertujuan untuk

memperkuat dugaan berdasarkan statistika, selain penyajian data secara deskriptif.

Pengujian hipotesis dilakukan terhadap dua populasi yaitu tanaman genjer segar

dan tanaman genjer yang telah dikukus yang diwakili oleh contoh dari masing-

61

Page 76: ANALISIS MIKROSKOPIS DAN KOMPONEN BIOAKTIF … · Hasil penelitian menunjukkan bahwa jaringan daun terdiri atas selapis epidermis dan derivatnya berupa stomata bertipe parasitik,

masing populasi. Contoh dari populasi segar adalah masing-masing nilai

proksimat dari gabungan batang dan daun tanaman genjer segar. Contoh dari

populasi kukus adalah nilai proksimat dari gabungan batang dan daun genjer

kukus. Adapun hasil pengujian hipotesis dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12 Hasil pengujian hipotesisi t-student dua populasi

Variabel Kadar air Kadar abu Kadar

lemak

Kadar

protein

Kadar

serat kasar

t-stat 0,95 -1,82 -7,17 -1,01 2,35

t-critical one tail 1,78 1,78 1,78 1,78 1,78

Keputusan Terima H0 Terima H0 Terima H0 Terima H0 Terima H1

4.3.1 Kadar air

Kadar air merupakan kandungan air yang terdapat dalam bahan makanan

dengan derajat keterikatan berbeda-beda dalam bahan (Winarno 2008). Air yang

terkandung di dalam jaringan tanaman umumnya berkisar 80% hingga 90% berat

segar dari tanaman basah (Fennema 1996). Tanaman ini memiliki kandungan air

yang sangat tinggi terutama pada bagian batang tanaman. Adapun kadar air

tanaman genjer di bagian daun adalah 91,76±0,14%, sedangkan pada bagian

batang sebesar 95,33±0,07%.

Berdasarkan hasil uji statistika terhadap kadar air tanaman genjer segar

dan setelah pengukusan menunjukkan bahwa kadar air tanaman genjer setelah

pengukusan (μ2) sama dengan kadar air tanaman genjer segar (μ1). Penurunan

kadar air setelah pengukusan tidak terlalu signifikan berbeda sehingga dianggap

sama dengan kadar air tanaman genjer segar.

Tanaman genjer merupakan tanaman yang hidup bertahun-tahun dan

tumbuh di rawa-rawa, perairan dangkal misalnya sawah, kolam ikan, dan parit-

parit dengan ketinggian mencapai 1300 m (Bergh 1994). Habitat perairan sebagai

tempat hidupnya menyebabkan kadar air tanaman genjer sangat tinggi. Jaringan

penyusun organ menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan membentuk sistem

ruang tempat terjadinya difusi gas secara bebas. Gas terdapat di udara dan larut di

dalam air. Difusi gas ke dalam sel-sel tanaman diduga berawal dari pengangkutan

sejumlah air oleh sistem pembuluh, kemudian terjadi penyerapan gas dengan tidak

mengikutsertakan air melalui diafragma dari ruang antar selnya. Oleh karena itu,

semakin banyak gas yang dibutuhkan oleh tanaman air maka semakin besar pula

62

Page 77: ANALISIS MIKROSKOPIS DAN KOMPONEN BIOAKTIF … · Hasil penelitian menunjukkan bahwa jaringan daun terdiri atas selapis epidermis dan derivatnya berupa stomata bertipe parasitik,

persentase air yang dikandung tanaman. Perbandingan kadar air tanaman genjer

segar dan setelah pengukusan dapat dilihat pada Gambar 25.

Gambar 25 Perbandingan kadar air tanaman genjer [ : segar, : kukus]

Batang tumbuhan air berisi suatu sistem ruang antar sel yang meluas

sehingga melalui ruang tersebut terjadi difusi gas secara bebas. Pada korteks

batang tumbuhan air dan jaringan dasar petiol dan mesofil, terdapat ruang

skizogen antar sel tempat berlangsungnya pertukaran udara. Lakuna terjadi di

tengah-tengah korteks batang. Lakuna berisi diafragma, yakni lapisan tunggal sel-

sel interselular, berfungsi membiarkan laluan gas dan bukannya air (Fahn 1991).

Persentase kandungan air pada batang tanaman genjer lebih besar dibandingkan

pada bagian daun karena struktur jaringan batang tanaman genjer memiliki sistem

ruang antar sel yang lebih besar sesuai dengan besarnya ketebalan batang.

Kuantitas air yang terangkut pada batang lebih besar dan difusi gas dari air ke

dalam sel lebih banyak terjadi. Hal ini menyebabkan bobot batang yang ringan

oleh adanya gas namun mengandung banyak air.

Epidermis tumbuhan air tidak berfungsi untuk perlindungan, tetapi untuk

pengeluaran zat makanan, senyawa air, dan pertukaran gas. Kutikula dan dinding

selnya sangat tipis. Sel epidermis berisi kloroplas. Daun yang mengapung

mempunyai stomata hanya pada permukaan atas daun (Mulyani 2006). Sejumlah

air, yang diangkut oleh pembuluh xilem ke daun, dapat menguap saat terjadinya

pertukaran gas melalui stomata daun. Selain itu, epidermis daun juga berperan

91,76

95,33

91,06

94,15

88

89

90

91

92

93

94

95

96

Daun BatangJum

lah d

alam

ber

at b

asah

(%

)

Bagian tanaman genjer

63

Page 78: ANALISIS MIKROSKOPIS DAN KOMPONEN BIOAKTIF … · Hasil penelitian menunjukkan bahwa jaringan daun terdiri atas selapis epidermis dan derivatnya berupa stomata bertipe parasitik,

dalam pengeluaran air dari tanaman sehingga kadar air yang ada pada daun lebih

rendah dibandingkan batang tanaman genjer.

Proses pengukusan menyebabkan kadar air tanaman genjer baik di bagian

daun maupun batang menurun. Pengukusan merupakan proses pemanasan dengan

suhu air 66-82 ºC (Romdhijati 2010). Pengaruh dari hilangnya air pada tanaman

adalah tanaman menjadi layu dan kehilangan berat serta secara tidak langsung

menimbulkan perubahan yang diinginkan ataupun yang tidak dinginkan (Fennema

1996). Kadar air daun segar 91,76% menurun menjadi 91,06% dan kadar air

batang segar 95,33% menurun menjadi 94,15%. Penurunan kadar air setelah

pengukusan dapat disebabkan oleh adanya proses pemanasan selama pengukusan

yang mengakibatkan sejumlah air dalam bahan, yaitu air terikat tipe 1, tipe 3

maupun tipe 4, mudah menguap. Pemasakan ini juga memacu pelunakan jaringan

tanaman atau tanaman menjadi layu sehingga tanaman genjer dapat dikonsumsi.

4.3.2 Kadar abu

Kadar abu merupakan salah satu analisa proksimat yang menunjukkan

kandungan mineral dari jaringan tanaman maupun hewan setelah pembakaran.

Mineral dibagi menjadi elemen utama, trace element, dan ultra-trace element

(Belitz et al. 2009). Kandungan air yang sangat tinggi pada tanaman genjer turut

mempengaruhi kandungan mineral yang menjadi lebih kecil jika dibandingkan

dengan sayuran lainnya. Hasil uji statistika terhadap kadar abu tanaman genjer

segar dan setelah pengukusan menunjukkan bahwa kadar abu tanaman genjer

setelah pengukusan (μ2) mengalami peningkatan persentase atau sama dengan

kadar abu tanaman genjer segar (μ1).

Hasil kajian dari Direktorat Gizi (1992), diacu dalam Astawan dan Kasih

(2008) serta Saupi et al. (2009) menunjukkan bahwa kadar abu tanaman genjer

segar di Malaysia dalam berat kering adalah 0,79±0,03% dengan komposisi

mineral penyusunnya adalah kalsium, fosfor, besi, potasium, tembaga,

magnesium, zinc, dan natrium. Penelitian Maisuthisakul et al. (2008)

menunjukkan bahwa kadar abu Limnocharis flava dari Thailand adalah 11,3

gram/100 gram bahan. Gambaran perbandingan kadar abu tanaman genjer segar

dan setelah pengukusan dapat dilihat pada Gambar 26.

64

Page 79: ANALISIS MIKROSKOPIS DAN KOMPONEN BIOAKTIF … · Hasil penelitian menunjukkan bahwa jaringan daun terdiri atas selapis epidermis dan derivatnya berupa stomata bertipe parasitik,

Gambar 26 Perbandingan kadar abu tanaman genjer [ : segar, : kukus]

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa persentase kadar abu tanaman

genjer dalam berat kering adalah 12,40±0,84% di bagian daun dan di bagian

batang 16,38±1,72%. Kandungan mineral tanaman genjer dari Kelurahan Situ

Gede, Bogor, lebih tinggi dibandingkan kandungan mineral tanaman genjer dari

Malaysia dan Thailand. Hal ini dapat disebabkan oleh kondisi habitat dan

kandungan mineral di dalam tanah maupun lumpur yang berbeda. Berdasarkan

teori yang dikemukakan oleh Miller (1996), komposisi akhir dari bagian-bagian

tanaman yang dapat dimakan dipengaruhi dan dikontrol oleh kesuburan tanah,

genetik tanaman, dan lingkungan pertumbuhan tanaman.

Jenis mineral yang banyak terdapat di tanaman genjer diduga adalah

kalsium, potasium, magnesium, fosfor, dan besi. Hal ini didasarkan pada

penelitian yang dilakukan oleh Saupi et al. (2009) serta Astawan dan Kasih (2008)

yang dapat dilihat pada Tabel 1 mengenai komposisi tanaman genjer

(Limnocharis flava), persentase mineral paling besar adalah kalsium dan

potassium. Hasil penelitian Maisuthisakul et al. (2008) menunjukkan jenis mineral

paling banyak adalah kalsium dan besi.

Kandungan mineral di bagian batang tanaman genjer lebih besar

dibandingkan bagian daunnya, dan berkaitan dengan berkas pengangkut batang

yaitu xilem dan floem. Pembuluh xilem melakukan pemindahan air dan ion-ion

hara, sedangkan pemindahan hasil-hasil fotosintesis dilakukan oleh pembuluh

floem. Perbedaan nyata antara penampang melintang batang dan penampang

12,40

16,3815,29

18,54

02468

101214161820

Daun Batang

Jum

lah d

alam

ber

at k

erin

g (

%)

Bagian tanaman genjer

65

Page 80: ANALISIS MIKROSKOPIS DAN KOMPONEN BIOAKTIF … · Hasil penelitian menunjukkan bahwa jaringan daun terdiri atas selapis epidermis dan derivatnya berupa stomata bertipe parasitik,

melintang akar hanyalah ukuran unsur-unsur pengangkutan dalam batang yang

lebih besar dan lokasinya yang jauh dari pusat batang (Fisher dan Dunham 1992).

Mineral dari akar terlebih dahulu diedarkan ke seluruh bagian batang dan sisanya

diangkut ke bagian daun, diduga akumulasi mineral lebih tinggi di batang.

Mineral pada organ tanaman juga berkaitan dengan kandungan serat

penyusun dinding sel dari jaringan tanaman. Pektin terdapat di dalam dinding sel

primer tanaman, khususnya di sela-sela antara selulosa dan hemiselulosa.

Senyawa-senyawa pektin diklasifikasikan menjadi asam pektat, asam pektinat

(pektin), dan protopektin. Asam pektat dapat membentuk garam dalam jaringan

tanaman diantaranya kalsium dan magnesium. Asam pektinat juga dapat

membentuk garam yang disebut garam pektinat (Winarno 2008). Penebalan

batang Monocotyledoneae berasal dari pembelahan dan pembesaran sel parenkim

dasar (Nugroho et al. 2006; Mulyani 2006). Oleh karena itu, penebalan dan

pembesaran mengakibatkan pembentukan dinding sel semakin banyak dan

komponen asam pektat dan pektin yang terbentuk juga semakin banyak sehingga

persentase garam mineral di bagian batang lebih tinggi daripada daun.

Elemen mineral tidak dapat dirusak dengan pemaparan panas, cahaya, zat

pengoksidasi, pH ekstrim maupun faktor lainnya yang mempengaruhi zat gizi

organik. Mineral dapat dihilangkan dengan pelepasan atau pemisahan secara fisik.

Sejumlah mineral memiliki kelarutan di dalam air. Secara umum, perebusan

dalam air menyebabkan hilangnya mineral lebih banyak pada sayuran daripada

pengukusan (Miller 1996).

Kandungan mineral tanaman genjer setelah pengukusan adalah

15,29±1,42% di bagian daun dan 18,54±2,83% di bagian batang. Kadar abu

tanaman genjer setelah pengukusan diduga tidak mengalami reduksi yang terlalu

besar, sejumlah mineral yang hilang hanya melalui penguapan air yang

terkandung dalam tanaman. Persentase air yang hilang dari tanaman genjer dalam

jumlah sedikit sehingga kehilangan mineral yang larut air juga sangat sedikit.

Peningkatan persentase kadar abu disebabkan oleh perubahan persentase kadar air

yang menurun sehingga menaikkan persentase abu dari tanaman genjer ini.

66

Page 81: ANALISIS MIKROSKOPIS DAN KOMPONEN BIOAKTIF … · Hasil penelitian menunjukkan bahwa jaringan daun terdiri atas selapis epidermis dan derivatnya berupa stomata bertipe parasitik,

4.3.3 Kadar lemak

Lemak merupakan zat yang dibentuk dari unit-unit terstruktur dengan

suatu hidrofobisitas yang tegas, larut dalam pelarut organik tetapi tidak dalam air.

Komponen utama dari lemak adalah turunan asam lemak (Belitz et al. 2009).

Dalam tanaman, lemak disintesis dari satu molekul gliserol dengan tiga molekul

asam lemak yang terbentuk dari kelanjutan oksidasi karbohidrat dalam proses

respirasi (Winarno 2008). Kadar lemak tanaman genjer dalam basis kering adalah

7,95±0,25% pada bagian daun dan 5,62±0,09% pada bagian batang.

Kadar lemak tanaman genjer di wilayah Situ Gede ini lebih tinggi

dibandingkan dengan kadar lemak tanaman genjer yang berasal dari Malaysia.

Hasil penelitian Saupi et al. (2009) bahwa kandungan lemak tanaman genjer

sebesar 1,22±0,01%. Perbedaan kadar lemak ini diduga karena perbedaan lokasi

tumbuh dan keadaaan alam antara wilayah Situ Gede dengan wilayah Malaysia.

Adapun perbandingan persentase lemak pada tanaman genjer dapat dilihat pada

Gambar 27 berikut.

Gambar 27 Perbandingan kadar lemak tanaman genjer [ : segar, : kukus]

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar lemak daun genjer segar lebih

besar dibandingkan bagian batang genjer segar. Tahap awal dari pembentukan

asam lemak adalah karboksilasi asetil Ko-A yang memiliki prekursor berupa

karbon dioksida. Dalam jaringan yang mendukung fotosintesis (berwarna hijau),

yakni daun, karbon dioksida ditempatkan dalam stroma dari kloroplas untuk

membentuk triosa fosfat. Triosa fosfat kemudian diubah menjadi pirufat dan

7,95

5,62

14,9

18,63

02468

101214161820

Daun Batang

Jum

lah d

alam

ber

at k

erin

g (

%)

Bagian tanaman genjer

67

Page 82: ANALISIS MIKROSKOPIS DAN KOMPONEN BIOAKTIF … · Hasil penelitian menunjukkan bahwa jaringan daun terdiri atas selapis epidermis dan derivatnya berupa stomata bertipe parasitik,

membentuk asetil Ko-A oleh enzim glikolitik. Hal ini dapat menjelaskan bahwa

sintesis asetil Ko-A untuk pembentukan asam lemak terjadi di dalam kloroplas

(Murphy 1999). Menurut Ramadan et al. (2008) bahwa glikolipid merupakan

komponen lemak utama dari seluruh membran kloroplas dan membran

fotosintetik dari Cyanobacteria.

Fraksi lipida terdiri atas minyak/lemak, malam (wax), fosfolipida, sterol,

hidrokarbon, dan pigmen. Kandungan lemak dalam bahan pangan adalah lemak

kasar dan merupakan kandungan total lipida dalam jumlah sebenarnya (Winarno

2008). Lipid juga meliputi pigmen misalnya klorofil, karotenoid, dan xantofil

yang merupakan komponen penting dalam penangkapan cahaya dan proses

pengangkutan elektron dari fotosintesis (Murphy 1999). Semakin banyak

kandungan klorofil pada organ tanaman maka kandungan lemak juga semakin

besar. Daun genjer merupakan organ fotosintesis dan memiliki banyak organel

kloroplas yang dibuktikan oleh kepekatan warna hijau daunnya, sehingga hal ini

menjadi faktor penyebab tingginya persentase kadar lemak pada daun. Batang

genjer juga memiliki organel kloroplas namun tidak sebanyak kloroplas pada

daun. Warna hijau batang genjer yang lebih muda menunjukkan pigmen klorofil

yang lebih sedikit dibandingkan daun. Oleh karena itu, persentase kadar lemak

pada batang lebih rendah dibandingkan daun.

Hasil uji hipotesis dua populasi melalui uji t-student menunjukkan bahwa

kadar lemak tanaman genjer setelah pengukusan (μ2) mengalami peningkatan

persentase atau sama dengan kadar lemak tanaman genjer segar (μ1). Kadar lemak

tanaman genjer setelah pengukusan mengalami peningkatan persentase

dibandingkan dengan sebelum pengukusan.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Gokoglu et al.

(2004) yaitu pengaruh efek metode pemasakan terhadap komposisi proksimat dari

ikan air tawar Oncorhynchus mykiss adalah persentase lemak yang meningkat dari

ikan mentah menjadi ikan rebus. Selain itu, penelitian dari Bernhardt dan Schilch

(2005) menunjukkan bahwa terdapat peningkatan kadar trans β-karoten dan cis β-

karoten pada sayuran brokoli setelah pengukusan. β-karoten merupakan prekursor

vitamin A yang larut dalam lemak.

68

Page 83: ANALISIS MIKROSKOPIS DAN KOMPONEN BIOAKTIF … · Hasil penelitian menunjukkan bahwa jaringan daun terdiri atas selapis epidermis dan derivatnya berupa stomata bertipe parasitik,

Kadar lemak tanaman genjer setelah pengukusan dalam berat kering

adalah 14,90±4,09% di bagian daun dan 18,63±2,66% di bagian batang.

Peningkatan persentase kadar lemak tanaman ini dapat disebabkan oleh perubahan

persentase komposisi proksimat setelah pengukusan dimana komponen air

mengalami pelepasan dari bahan, didukung pula oleh tidak terjadinya perubahan

signifikan komponen lemak di dalam bahan. Berdasarkan penelitian Thanh et al.

(2005) bahwa pemanasan pada suhu 50 ºC selama beberapa minggu tidak

menunjukkan variasi yang signifikan dalam kandungan fitosterol dari minyak

bunga matahari, zaitun, dan campuran 4 jenis minyak.

4.3.4 Kadar protein

Protein adalah sumber asam-asam amino yang mengandung unsur-unsur

C, H, O, dan N serta mengandung pula fosfor, belerang. Protein berperan penting

dalam proses metabolisme tanaman, hewan, dan manusia. Protein berfungsi

sebagai enzim, alat pengangkut dan penyimpan, pengatur pergerakan, penunjang

mekanis, pertahanan tubuh, media perambatan impuls syaraf, dan pengendalian

pertumbuhan. (Winarno 2008).

Kadar protein tanaman genjer segar dalam berat kering adalah

22,96±0,71% di bagian daun dan 13,23±0,14% di bagian batang. Hasil uji

hipotesis dua populasi, melalui uji t-student menunjukkan bahwa kadar protein

tanaman genjer setelah pengukusan (μ2) mengalami peningkatan persentase atau

sama dengan kadar protein tanaman genjer segar (μ1).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase kadar protein tanaman

genjer lebih tinggi di bagian daun daripada di bagian batang. Salah satu unsur

protein yang membedakannya dari metabolit lainnya adalah nitrogen (N).

Tanaman dapat mensintesis asam amino protein dari komponen nitrogen

sederhana misalnya nitrat dan amoniak. Asimilasi nitrat terjadi dalam dua tahap

proses yaitu perubahan nitrat (NO3-) menjadi nitrit (NO2

-) yang dikatalisis oleh

enzim nitrat reduktase dan perubahan nitrit menjadi amoniak (NH4+) yang

dikatalisis oleh enzim nitrit reduktase. NO2- yang terbentuk akan berpindah ke

bagian kloroplas pada daun atau proplastida di akar (Chesworth et al. 1998).

Perbandingan kadar protein tanaman genjer segar dan setelah pengukusan dapat

dilihat pada Gambar 28.

69

Page 84: ANALISIS MIKROSKOPIS DAN KOMPONEN BIOAKTIF … · Hasil penelitian menunjukkan bahwa jaringan daun terdiri atas selapis epidermis dan derivatnya berupa stomata bertipe parasitik,

Gambar 28 Perbandingan kadar protein tanaman genjer [ : segar, : kukus]

Pada dasarnya, organel yang berfungsi mensintesis protein adalah

ribosom. Ribosom tedapat di dalam mitokondria dan kloroplas. Ribosom juga

terdapat pada sitoplasma. Protein yang disintesis oleh ribosom pada sitoplasma

kemudian akan diangkut ke mitokondria maupun kloroplas (Lakitan 2007). Bila

organel kloroplas banyak terdapat pada salah satu organ tanaman, maka diduga

kandungan protein juga tinggi pada organ tersebut. Organel kloroplas lebih

banyak terdapat di daun genjer dibandingkan dengan batang genjer, sehingga

sintesis protein banyak terjadi di bagian daun. Proses asimilasi nitrat maupun

asimilasi komponen nitrogen sederhana lainnya dapat terjadi lebih banyak di

bagian daun oleh karena banyaknya organel kloroplas dan membentuk hasil akhir

berupa protein.

Metode pengukusan merupakan metode pemasakan sayuran yang

umumnya dilakukan oleh masyarakat Indonesia. Pengukusan yang dilakukan

terhadap tanaman genjer menyebabkan persentase kadar protein meningkat

dibandingkan persentase kadar protein tanaman genjer segar. Adapun persentase

kandungan protein tanaman genjer setelah pengukusan meningkat dari

22,96±0,71% menjadi 27,40±4,67% pada bagian daun dan 13,23±0,14% menjadi

15,52±0,51% pada bagian batang. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil

penelitian Lewu et al. (2009) tentang efek pemasakan terhadap komposisi

proksimat dari herbal taro cocoyam (Colocasia esculanta), dimana kandungan

protein meningkat setelah perebusan pada suhu 100 ºC selama 5 menit.

22,96

13,23

27,40

15,52

0

5

10

15

20

25

30

Daun Batang

Jum

lah

dal

am b

erat

ker

ing (

%)

Bagian tanaman genjer

70

Page 85: ANALISIS MIKROSKOPIS DAN KOMPONEN BIOAKTIF … · Hasil penelitian menunjukkan bahwa jaringan daun terdiri atas selapis epidermis dan derivatnya berupa stomata bertipe parasitik,

Peningkatan kadar protein tanaman genjer setelah pengukusan diduga

karena adanya penguraian tanin pada daun maupun batang tanaman genjer. Tanin

merupakan senyawa polifenol yang dapat mengendapkan protein dari larutan.

Tanin mengandung gugus o-hidroksifenol yang dapat membentuk ikatan hidrogen

dan ikatan hirofobik dengan protein (Chesworth et al. 1998). Berdasarkan hasil

penelitian Lewu et al. (2009) bahwa tanin dapat membentuk suatu kompleks

dengan protein, sehingga menghambat ketersediaan protein.

4.3.5 Kadar serat kasar

Serat-serat banyak berasal dari dinding sel berbagai sayuran dan buah-

buahan. Secara kimia, dinding sel tersebut terdiri dari selulosa, hemiselulosa,

pektin, dan nonkarbohidrat seperti polimer lignin, beberapa gumi, dan mucilage.

Serat pada bahan pangan merupakan komponen dari jaringan tanaman yang tahan

terhadap proses hidrolisis oleh enzim dalam lambung dan usus kecil (Winarno

2008).

Kandungan serat kasar tanaman genjer segar berkisar 11,93±0,23% di

bagian daun dan 16,12±0,23% di bagian batang. Hasil uji hipotesis dua populasi,

dengan metode uji t-student menunjukkan bahwa kadar serat kasar tanaman genjer

setelah pengukusan (μ2) mengalami penurunan persentase dibandingkan kadar

serat kasar tanaman genjer segar (μ1). Penurunan persentase serat kasar jelas

terlihat pada batang tanaman genjer setelah pengukusan. Perbandingan kadar serat

kasar tanaman genjer dapat dilihat pada Gambar 29.

Gambar 29 Perbandingan kandungan serat kasar tanaman genjer [ : segar, :

kukus]

11,93

16,12

11,3 12,09

02468

1012141618

Daun Batang

Jum

lah d

alam

ber

at k

erin

g (

%)

Bagian tanaman genjer

71

Page 86: ANALISIS MIKROSKOPIS DAN KOMPONEN BIOAKTIF … · Hasil penelitian menunjukkan bahwa jaringan daun terdiri atas selapis epidermis dan derivatnya berupa stomata bertipe parasitik,

Kandungan serat kasar banyak terdapat di bagian batang tanaman genjer

dibandingkan dengan daun genjer. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian

yang dilakukan oleh Popovic et al. (2001) tentang kandungan protein dan serat

pada daun dan batang tanaman Alfalfa, bahwa kandungan serat batang yang

dipotong pada tahun pertama lebih tinggi dibandingkan kandungan serat daun

yang dipotong pada tahun pertama. Persentase serat kasar di bagian batang genjer

lebih besar daripada daun genjer.

Batang memiliki epidermis yang tersusun satu lapis sel yang berbentuk

rektanguler dan tersusun rapat. Dinding luar mengalami penebalan dari zat kutin,

dimana penebalan batang Monocotyledoneae tersebut berasal dari pembelahan

dan pembesaran sel parenkim dasar (Nugroho et al. 2006; Mulyani 2006). Kadar

serat yang tinggi pada batang genjer diduga karena batang mengalami penebalan

dinding yang berasal dari pembelahan dan pembesaran sel parenkim. Pembelahan

dan pembesaran sel ini memungkinkan jumlah sel lebih banyak dan lebih sel lebih

besar, sehingga persentase komponen selulosa, hemiselulosa, pektin, dan

nonkarbohidrat juga mengalami peningkatan. Daun juga memiliki epidermis dan

susunan jaringan lainnya, namun dinding sel dari epidermis daun sangat tipis dan

dilapisi oleh kutikula. Oleh karena itu, persentase kadar serat, terutama pada

dinding selnya sedikit.

Selain faktor penyusun dinding sel, perbedaan persentase kadar serat pada

batang dan daun diduga karena tingkatan pertumbuhan dari batang dan daun yang

berbeda. Menurut Lemaire et al. (1994), diacu dalam Popovic et al. (2001) bahwa

interaksi pemotongan tingkat pertumbuhan memiliki pengaruh yang tinggi

terhadap kadar protein kasar dan serat pada daun dan batang. Kadar serat batang

dan daun alfalfa di tahun kedua menjadi meningkat di tahun keempat.

Pertumbuhan batang genjer lebih dahulu terjadi kemudian dilanjutkan dengan

pertumbuhan daun genjer dan perkembangannya. Tingkatan pertumbuhan batang

yang lebih dulu menjadi tua menyebabkan kadar serat batang genjer lebih besar

dibandingkan daun genjer.

Pemasakan dengan metode pengukusan menyebabkan penurunan kadar

serat tanaman genjer baik di daun maupun di batang. Penurunan kadar serat

tanaman genjer terjadi dari 11,93±0,23% menjadi 11,30±0,91% di bagian daun

72

Page 87: ANALISIS MIKROSKOPIS DAN KOMPONEN BIOAKTIF … · Hasil penelitian menunjukkan bahwa jaringan daun terdiri atas selapis epidermis dan derivatnya berupa stomata bertipe parasitik,

dan 16,12±0,23% menjadi 12,09±1,01% di bagian batang. Hasil penelitian ini

identik dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kristiono (2009) bahwa

pengukusan tanaman semanggi air (Marsilea crenata) dapat menurunkan

persentase kadar serat tanaman tersebut.

Pada proses pematangan, penyimpanan, atau pengolahan, komponen

selulosa dan hemiselulosa mengalami perubahan sehingga terjadi perubahan

tekstur (Winarno 2008). Penurunan kadar serat tanaman genjer setelah

pengukusan diduga karena adanya pemanasan mengakibatkan hilangnya sebagian

komponen air yang terikat dalam polimer penyusun dinding sel, sehingga

beberapa polimer selulosa, hemiselulosa, maupun pektin terhidrolisis dan

menghasilkan molekul karbohidrat yang lebih sederhana. Selain itu, pektin

memiliki sifat terdispersi dalam air dan bila dipanaskan di dalam air maka pektin

akan larut ke dalam air, sehingga jaringan tumbuhan akan menjadi lunak.

4.4 Kadar Total Karoten

Vitamin A merupakan jenis vitamin yang aktif dan terdapat dalam

beberapa bentuk yaitu vitamin A alkohol (retinol), vitamin A aldehida (retinal),

vitamin A asam (asam retinoat), vitamin A ester (ester retinil). Karotenoid

merupakan prekursor vitamin A (provitamin A), β-karoten adalah provitamin

yang paling potensial dan ekuivalen dengan 2 vitamin A (Winarno 2008;

Andarwulan dan Koswara 1992). Dalam penelitian ini, kadar vitamin A

ditentukan melalui kadar total karoten. Kadar total karoten tanaman genjer segar

dan kukus dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13 Kadar total karoten tanaman genjer segar dan kukus

Bagian tanaman genjer Segar Kukus

Daun 219,01 μg/g 260,40 μg/g

Batang 92,99 μg/g 77,61 μg/g

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan total karoten lebih tinggi

pada bagian daun tanaman genjer dibandingkan di bagian batang. Total karoten

tanaman genjer segar adalah 219,01 μg/g di bagian daun dan 92,99 μg/g di bagian

batang. Berdasarkan teori, di antara ratusan karotenoid yang terdapat di alam,

hanya bentuk α, β, γ, dan kriptosantin yang berperan sebagai provitamin A. β-

73

Page 88: ANALISIS MIKROSKOPIS DAN KOMPONEN BIOAKTIF … · Hasil penelitian menunjukkan bahwa jaringan daun terdiri atas selapis epidermis dan derivatnya berupa stomata bertipe parasitik,

karoten adalah provitamin A yang paling aktif. Karotenoid terdapat di dalam

kloroplas tanaman dan berperan sebagai katalisator dalam fotosintesis. Karotenoid

paling banyak terdapat dalam sayuran berwarna hijau tua (Almatsier 2006).

Kloroplas paling banyak terdapat di bagian daun genjer dibuktikan dengan warna

hijau daun yang lebih tua dibandingkan dengan batang genjer. Oleh karena itu,

total karoten paling tinggi terdapat di bagian daun genjer. Perbandingan kadar

total karoten antara tanaman segar dan kukus dapat dilihat pada Gambar 30.

Gambar 30 Perbandingan kadar total karoten tanaman genjer [ : segar, :

kukus]

Proses pengukusan pada dasarnya dapat menurunkan total karoten dari

tanaman. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Miglio et al. (2008) bahwa dampak

proses pengukusan terhadap sayuran wortel dan courgettes adalah menurunkan

kadar total karoten kedua sayuran tersebut, namun proses pengukusan

menyebabkan peningkatan total karoten dari sayuran brokoli. Pemasakan sayuran

segar berwarna hijau, telah dilaporkan, dapat meningkatkan pelepasan karoten

dari matriks yang menyebabkan gangguan dari kompleks karotenoid-protein. Hal

ini memacu kemampuan ekstraksi yang lebih baik dan konsentrasi karotenoid

yang lebih tinggi dalam sayuran yang dimasak. Pelepasan karotenoid, terutama

lutein dari sel-sel dapat secara sebagian berkontribusi untuk meningkatkan

karotenoid pada sampel yang dikukus dan direbus (Miglio et al. 2008).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proses pengukusan dapat

meningkatkan kadar total karoten daun genjer, namun menyebabkan penurunan

219,01

92,99

260,4

77,61

0

50

100

150

200

250

300

Daun Batang

Jum

lah d

alam

ber

at k

erin

g

(μg/g

)

Bagian tanaman genjer

74

Page 89: ANALISIS MIKROSKOPIS DAN KOMPONEN BIOAKTIF … · Hasil penelitian menunjukkan bahwa jaringan daun terdiri atas selapis epidermis dan derivatnya berupa stomata bertipe parasitik,

total karoten pada batang genjer. Kandungan total karoten daun genjer segar

219,01 μg/g meningkat menjadi 260,40 μg/g, sedangkan batang genjer segar

memiliki total karoten 92,99 μg/g menurun menjadi 77,61 μg/g. Peningkatan total

karoten daun genjer setelah pengukusan diduga dapat disebabkan oleh terjadinya

pelepasan karotenoid dari suatu matriks yang mengganggu kompleks karotenoid-

protein dengan bantuan pemanasan.

Provitamin A sangat sensitif terhadap oksidasi, ontooksidasi, dan cahaya,

tetapi stabil terhadap panas dalam atmosfer inert (bebas O2). Apabila terdapat

oksigen, kerusakan karotenoid terjadi lebih banyak dan dipacu oleh cahaya,

enzim, ko-oksidasi dengan hidroperoksida lemak (Andarwulan dan Koswara

1992). Kandungan total karoten pada batang genjer menurun setelah pengukusan.

Penurunan total karoten diduga karena terjadinya oksidasi oleh oksigen yang

terjadi selama pengukusan. Selain itu, dehidrasi selama pengukusan lebih terlihat

pada bagian batang genjer dibandingkan daun genjer, misalnya penurunan

persentase kadar air batang genjer yang telah dikukus. Dehidrasi pada batang

genjer yang dikukus menyebabkan stabilitas karotenoid terganggu, sehingga total

karoten menurun. Berdasarkan hasil penelitian Miglio et al. (2008) bahwa

penurunan total karotenoid dapat disebabkan dehidrasi, kontak terhadap oksigen

dan cahaya yang berkepanjangan.

4.5 Komponen Bioaktif Tanaman Genjer (Limnocharis flava)

Tanaman menghasilkan tiga kelompok utama dari komponen yang

bertindak sebagai zat pertahanan, yaitu terpenoid, fenol, dan nitrogen yang

mengandung komponen organik (Scott 2008). Fitokimia terdapat dalam beragam

bagian dari tanaman dan memiliki fungsi yang berbeda termasuk menentukan

kekuatan tanaman, menarik serangga untuk polinasi dan pembuahan, pertahanan

dari serangan predator, memperkuat warna (Ibegbulem et al. 2003, diacu dalam

Igwe et al. 2007). Komponen bioaktif dianalisis secara kualitatif melalui uji

fitokimia dengan menggunakan ekstrak kasar daun dan batang genjer. Ekstraksi

yang dilakukan adalah ekstraksi maserasi bertingkat termodifikasi dengan pelarut

secara berturut-turut adalah pelarut n-heksan (non polar), etil asetat (semipolar),

dan metanol (polar).

75

Page 90: ANALISIS MIKROSKOPIS DAN KOMPONEN BIOAKTIF … · Hasil penelitian menunjukkan bahwa jaringan daun terdiri atas selapis epidermis dan derivatnya berupa stomata bertipe parasitik,

Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan dari bahan padat maupun cair

dengan bantuan pelarut. Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan

mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan

pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan

massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan hingga memenuhi standar baku yang

ditetapkan (Tavipiono 2010). Rendemen ekstrak kasar daun dan batang untuk

masing-masing pelarut dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14 Rendemen ekstrak kasar daun dan batang tanaman genjer (Limnocharis

flava) pada pelarut dengan tingkat kepolaran berbeda

Bagian tanaman Pelarut Rendemen (%)

Daun

N-heksan

Etil asetat

Metanol

5,32

11,62

31,17

Batang

N-heksan

Etil asetat

Metanol

10,22

6,25

31,09

Ekstrak kasar yang diperoleh dalam penelitian ini berupa ekstrak cair.

Rendemen ekstrak terbesar diperoleh dari ekstrak dengan pelarut metanol sebesar

31,17% dari daun segar dan 31,09% dari batang segar. Menurut hasil penelitian

Ahmad et al. (2010) bahwa pengekstrakan dengan metanol menghasilkan

rendemen dua kali lipat daripada n-heksan. Kuantitas ekstrak n-heksan

menghasilkan rendemen yang minimum. Besarnya kuantitas ekstrak metanol

dapat disebabkan oleh tingkat kepolaran pelarut yang dapat mengekstrak sebagian

besar komponen bioaktif yang terkandung pada tanaman genjer.

Penelitian Salamah et al. (2008) menunjukkan bahwa rendemen ekstrak

tertinggi dan sifat antioksidan paling baik diperoleh dari pelarut metanol. Metanol

merupakan pelarut polar yang dapat mengekstraksi zat aktif yang bersifat polar

juga. Rendemen ekstrak metanol paling besar diduga karena tanaman genjer lebih

banyak mengandung komponen yang bersifat polar, misalnya protein

dibandingkan komponen yang bersifat non polar di dalam selnya.

Keberadaan beberapa metabolit sekunder berkaitan dengan perbedaan

organ tumbuhan. Kandungan fitokimia tanaman genjer (Limnocharis flava) di

bagian daun dan batang dapat ditunjukkan oleh Tabel 15.

76

Page 91: ANALISIS MIKROSKOPIS DAN KOMPONEN BIOAKTIF … · Hasil penelitian menunjukkan bahwa jaringan daun terdiri atas selapis epidermis dan derivatnya berupa stomata bertipe parasitik,

Tabel 15 Kandungan fitokimia daun dan batang genjer (Limnocharis flava)

Bagian

tanaman Uji fitokimia

Pelarut

N-heksan Etil asetat Metanol

Daun

Alkaloid - - -

Steroid - - -

Flavonoid ++ - -

Saponin - - -

Fenol hidrokuinon - ++ -

Molisch - - -

Benedict - ++ +

Biuret - - -

Ninhidrin - - ++

Batang

Alkaloid - - -

Steroid - - -

Flavonoid ++ - -

Saponin - - -

Fenol hidrokuinon - - -

Molisch - - -

Benedict - - ++

Biuret - - -

Ninhidrin - - + Keterangan :

- : Tidak teridentifikasi

+ : Teridentifikasi

++ : Teridentifikasi kuat

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman genjer (Limnocharis flava)

mengandung sejumlah metabolit sekunder, baik di bagian daun maupun di bagian

batang. Metabolit sekunder yang terdapat di bagian daun tanaman genjer adalah

flavonoid, fenol hidrokuinon, gula pereduksi, dan asam amino. Bagian batang

tanaman genjer mengandung metabolit sekunder berupa flavonoid, gula

pereduksi, dan asam amino. Kandungan flavonoid pada daun dan batang tanaman

genjer menunjukkan hasil teridentifikasi kuat.

Uji flavonoid positif ditandai dengan terbentuknya warna jingga pada lapisan

amil alkohol. Flavonoid dapat diekstrak dalam pelarut n-heksan yang berarti

flavonoid merupakan senyawa yang bersifat non-polar. Penelitian ini sejalan

dengan penelitian yang dilakukan oleh Maisuthisakul et al. (2008) bahwa tanaman

genjer mengandung total flavonoid sebesar 3,7 mg RE/g BDD. Flavonoid

merupakan kelompok polifenol yang paling dikenal, memiliki rangka karbon yang

77

Page 92: ANALISIS MIKROSKOPIS DAN KOMPONEN BIOAKTIF … · Hasil penelitian menunjukkan bahwa jaringan daun terdiri atas selapis epidermis dan derivatnya berupa stomata bertipe parasitik,

sama dengan flavon atau 2-fenilbenzopiron dan terdiri dari 4000 struktur

(Harborne 1999).

Flavonoid berperan sebagai bahan pemberi rasa dari rempah-rempah dan

sayuran. Selain itu, zat ini juga dapat memberi efek anti oksidasi pada hewan

(Enwere 1998, diacu dalam Ujowundu et al. 2008). Dalam hal ini, flavonoid yang

termasuk dalam komponen fenol menunjukkan fungsi bagi tanaman termasuk

pertahanan dari herbivor dan patogen, penyerapan cahaya, penarik pollinator,

penghambat pertumbuhan dari tanaman pesaing (Wildman 2001). Flavonoid

terdapat di kedua bagian, daun dan batang, sehingga dapat disimpulkan bahwa

komponen flavonoid merupakan komponen bioaktif utama yang dihasilkan oleh

tanaman genjer.

Komponen fenol hidrokuinon ditemukan pada bagian daun dari tanaman

genjer. Uji fenol hidrokuinon positif ditandai dengan terbentuknya warna hijau

kebiruan pada larutan uji. Fenol hidrokuinon juga termasuk dalam kelompok

metabolit fenol yang memiliki gugus o- atau p-dihidroksi substitusi yang mudah

teroksidasi sama seperti kuinon (Harborne 1999). Komponen fenol dapat

bertindak sebagai terminator oksidasi dengan cara menangkap radikal untuk

membentuk radikal stabil (Rice-Evans et al. 1997, diacu dalam Maisuthisakul et

al. 2008). Hasil penelitian Maisuthisakul et al. (2008) menunjukkan adanya total

fenol sebesar 5,4 mgGAE/ g BDD pada tanaman genjer. Komponen fenol

hidrokuinon diduga bersifat semi polar yang dapat terekstrak dalam pelarut etil

asetat.

Komponen fenol hidrokuinon yang terdeteksi dalam penelitian ini tidak

menjadi komponen bioaktif utama yang dapat disintesis oleh tanaman genjer,

karena komponen ini tidak terdapat di bagian batang dan hanya terdapat di daun

saja. Hal ini diduga berkaitan dengan kandungan protein pada daun yang lebih

tinggi dibandingkan pada batang, dimana sintesis komponen fenol dapat terjadi

melalui deaminasi asam amino protein yaitu fenilalanin. Tanaman genjer ini

diduga cenderung membentuk flavonoid daripada fenol hidrokuinon dalam

metabolisme sekundernya. Flavonoid juga termasuk dalam metabolit fenol yang

terbentuk dari asam amino protein melalui jalur shikimate. Menurut teori bahwa

fenol turut andil dalam biosintetis dari fenilalanin, merupakan salah satu dari tiga

78

Page 93: ANALISIS MIKROSKOPIS DAN KOMPONEN BIOAKTIF … · Hasil penelitian menunjukkan bahwa jaringan daun terdiri atas selapis epidermis dan derivatnya berupa stomata bertipe parasitik,

asam amino protein yang dibentuk dari sedoheptulosa melalui jalur shikimate.

Asam p-hidroksisinamik dibentuk dari fenilalanin melalui deaminasi dan p-

hidroksilasi, yang menempati peranan sentral dalam pembentukan beragam kelas

dari fenol tanaman (Harborne 1999).

Gula pereduksi adalah glukosa dan gula-gula lain yang mampu mereduksi

senyawa pengoksidasi (senyawa penerima elektron). Gula pereduksi akan

dioksidasi pada gugus karbonilnya, dan senyawa pengoksidasi menjadi tereduksi

(Lehninger 1982). Uji gula pereduksi dilakukan melalui uji benedict yang

memberikan reaksi positif berupa terbentuknya warna hijau pada larutan. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa gula pereduksi terkandung pada daun dan batang

genjer. Gula pereduksi di bagian daun teridentifikasi kuat pada larutan etil asetat

dan teridentifikasi lemah pada larutan metanol. Bagian batang mengandung gula

pereduksi yang teridentifikasi kuat dalam larutan metanol. Gula pereduksi ini

memiliki sifat mudah dilarutkan dalam air karena memiliki molekul polar.

Adanya gula pereduksi merupakan hasil metabolisme primer berupa

karbohidrat, terutama glukosa dan gula-gula lainnya. Komponen gula yang

terkandung di dalam tanaman genjer berperan dalam menyediakan dan

metabolisme energi, menyediakan material untuk sintesis beberapa komponen

struktural pada tanaman, yakni struktur protein dan berikatan dengan komponen

fenolik yang terdapat pada dinding sel (Smith 1999). Sifat gula pereduksi yang

dapat mereduksi komponen pengoksidasi diduga berpotensi dalam mengurangi

senyawa pengoksidasi seperti hidrogen peroksida, ferisianida, atau ion kupri

(Cu2+

).

Kandungan asam amino pada tanaman genjer teridentifikasi kuat pada

bagian daun, sedangkan di bagian batang dapat teridentifikasi namun diduga

memiliki kadar yang kecil. Uji kualitatif asam amino dilakukan melalui uji

ninhidrin dengan reaksi positif yang ditimbulkan berupa pembentukan warna ungu

pada larutan. Asam amino sebagai komponen bioaktif dari tanaman genjer diduga

merupakan asam amino non protein. Asam amino yang dapat terdeteksi pada

tanaman genjer memiliki sifat polar karena dapat terekstrak dalam pelarut metanol

yang bersifat polar. Hal ini berarti bahwa asam amino tersebut diduga memiliki

sifat hidrofilik (menyukai air). Berdasarkan teori bahwa gugus R dari asam amino

79

Page 94: ANALISIS MIKROSKOPIS DAN KOMPONEN BIOAKTIF … · Hasil penelitian menunjukkan bahwa jaringan daun terdiri atas selapis epidermis dan derivatnya berupa stomata bertipe parasitik,

polar lebih larut di dalam air karena mengandung gugus fungsional yang

membentuk ikatan hidrogen dengan air (Lehninger 1982).

Selain itu, semakin tingginya aktivitas sintesis asam amino yang terjadi di

dalam daun memungkinkan aktivitas pembentukan metabolit sekunder yang

melibatkan asam amino juga semakin tinggi. Hasil penelitian Maisuthisakul et al.

(2009) memberikan gambaran bahwa hubungan antara kandungan total fenolik

dan komposisi kimia tanaman adalah komponen fenolik dihasilkan dari jalur

shikimic acid yang terjadi dalam respirasi tanaman. Komponen fenolik seperti

acid cinnamic, p-coumaric, caffeic, ferulic, chlorogenic, protocatechuic, dan

gallic acid merupakan turunan dari asam amino fenilalanin dan tirosin.

Komponen bioaktif alkaloid, steroid dan saponin tidak terdeteksi pada

tanaman genjer. Komponen alkaloid merupakan basa-basa organik yang memiliki

sebuah atom nitrogen, biasanya terkait ke dalam suatu sistem siklik lima atau

enam karbon. Distribusi alkaloid terbatas pada tumbuhan tingkat tinggi, sekitar 20

% dari spesies angiospermae (Harborne 1999). Ketersediaan metabolit-nitrogen

seperti alkaloid umumnya sedikit pada tanaman diduga karena ketersediaan unsur

dari metabolit-nitrogen yang terbatas.

Komponen steroid dan saponin merupakan metabolit yang termasuk dalam

kelompok terpenoid. Steroid memiliki struktur sama dengan struktur lemak yang

mengandung suatu rangkaian triterpen siklik. Steroid tanaman dikenal dengan

fitosterol (Belitz et al. 2009). Kandungan lemak pada tanaman genjer baik di daun

maupun di batang lebih rendah dibandingkan komposisi gizi lainnya. Rendahnya

persentase lemak pada tanaman genjer diduga menyebabkan sintesis komponen

steroid sangat sedikit dan zat pembentuk steroid juga terbatas pada tanaman

tersebut.

Saponin terdiri atas suatu aglikon (sapogenin) dan satu atau dua gula.

Saponin banyak ditemukan dalam legume dan berperan dalam memberikan rasa

kacang kedelai (Belitz et al. 2009). Saponin merupakan komponen yang dapat

larut dalam air dan lemak dan memiliki sifat seperti sabun (Scott 2008).

Komponen saponin tidak dapat terdeteksi pada tanaman genjer diduga karena

unsur pembentuk saponin sangat terbatas pada tanaman genjer seperti aglikon.

80

Page 95: ANALISIS MIKROSKOPIS DAN KOMPONEN BIOAKTIF … · Hasil penelitian menunjukkan bahwa jaringan daun terdiri atas selapis epidermis dan derivatnya berupa stomata bertipe parasitik,

5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jaringan daun terdiri atas selapis

epidermis dan derivatnya berupa stomata bertipe parasitik, selapis parenkim

palisade, lapisan parenkima spons dengan sejumlah lakuna, dan stele beserta

seludang pembuluhnya. Daun bertipe amphistomatous. Jaringan batang memiliki

selapis epidermis dengan kutikula yang tipis, korteks mengandung kloroplas, pati

dan memiliki sistem lakuna, stele bertipe konsentris amfikribral. Jaringan akar

terdiri atas rhizodermis, korteks dengan sistem lakuna, endodermis berlapis

banyak, stele dengan susunan xilem tipe eksark dan kelompok protoxilem tipe

poliarch.

Sejumlah lakuna menyebabkan persentase kadar air sangat tinggi dan

menurunkan persentase zat gizi lainnya. Persentase kadar air, abu, dan serat kasar

paling tinggi di bagian batang, sedangkan persentase kadar lemak dan protein

paling tinggi di bagian daun. Proses pengukusan mengakibatkan persentase serat

kasar tanaman menurun, tetapi meningkatkan persentase mineral, lemak, dan

protein. Penurunan kadar air genjer kukus tidak signifikan dibandingkan genjer

segar. Kadar total karoten daun meningkat setelah pengukusan, namun total

karoten menurun pada batang genjer.

Komponen bioaktif pada daun tanaman genjer adalah flavonoid, fenol

hidrokuinon, gula pereduksi, dan asam amino. Komponen bioaktif pada batang

tanaman genjer berupa flavonoid, gula pereduksi, dan asam amino. Flavonoid dan

gula pereduksi merupakan metabolit sekunder utama pada daun dan batang genjer.

5.2 Saran

Saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini adalah pengujian lebih

lanjut terhadap aktivitas antioksidan dari komponen bioaktif, karotenoid, dan

mineral dari tanaman genjer segar maupun setelah pengukusan. Pengidentifikasian

berbasis DNA terhadap tanaman genjer dan penelitian tentang pemanfataan serat

tanaman genjer sebagai bahan fortifikasi dalam produk olahan perikanan

diharapkan dapat dilakukan dalam penelitian mendatang. Di samping itu,

pemanfaatan tanaman genjer sebagai pakan ikan komersil dapat dilakukan dalam

Page 96: ANALISIS MIKROSKOPIS DAN KOMPONEN BIOAKTIF … · Hasil penelitian menunjukkan bahwa jaringan daun terdiri atas selapis epidermis dan derivatnya berupa stomata bertipe parasitik,

penelitian selanjutnya sehingga diharapkan mampu meningkatkan kualitas gizi

ikan. Kajian tentang potensi tanaman genjer, terutama di wilayah Situ Gede,

sebagai fitofiltrasi polusi perairan perlu dilakukan untuk mengetahui kandungan

logam berat dari tanaman genjer yang dikonsumsi sehingga tidak melebihi batas

aman konsumsi manusia.

82

Page 97: ANALISIS MIKROSKOPIS DAN KOMPONEN BIOAKTIF … · Hasil penelitian menunjukkan bahwa jaringan daun terdiri atas selapis epidermis dan derivatnya berupa stomata bertipe parasitik,

DAFTAR PUSTAKA

Abilash PC, Pandey VC, Srivastava P, Rakesh PS, Chandran S, Singh N, Thomas

AP. 2009. Phytofiltration of cadmium from water by Limnocharis flava

(L.) Buchenau grown in free-floating culture system. Journal of

Hazardous Materials. Vol. 170: 791-797.

Ahmad A, Alkarkhi AF, Hena S, Siddique BM, Dur KW. 2010. Optimization of

soxhlet extraction of herba Leonuri using factorial design of experiment.

International Journal of Chemistry. Vol. 2 (1): 198-205.

Almatsier S. 2006. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama.

Andarwulan N dan Koswara S. 1992. Kimia Vitamin. Jakarta: Rajawali Pers.

Anonim. 2009. Umnocharis flava (L) Buch. www. warintek.ristek.go.id/

pangan_kesehatan/tanaman_obat/.../4-059.pdf [20 November 2009].

AOAC International. 2007. Official Methods of Analysis of AOAC International

18th

Edition 2005 Revision 2. USA: AOAC International.

Astawan M dan Kasih AL. 2008. Khasiat Warna-warni Makanan. Jakarta:

PT Gramedia Pustaka Utama.

Belitz HD, Grosch W, Schieberle P. 2009. Food Chemistry 4th

Revised and

Extended Edition. German: Springer-Verlag Berlin Heidelberg.

BeMiller JN dan Whistler RL. 1996. Carbohydrates. Di dalam: Fennema OR,

editor. Food Chemistry. United States of America: Marcel Dekker, Inc.

hlm. 157-224.

Berg L. 2008. Introductory Botany Plants, People, and The Environment. United

States of America: Thomson Brooks Cole.

Bergh vdM.H. 1994. Limnocharis flava (L.) Buchenau. Di dalam: Siemonsma JS

dan Piluek K, editor. Plant Resources of South-East Asia. Bogor: Prosea.

hlm 192-194.

Bernhardt S & Schlich E. 2005. Impact of different cooking methods on food

quality: retention of lipophilic vitamins in fresh and frozen vegetables.

Journal of Food Engineering. Vol. 6 (40).

Chesworth JM, Stuchbury T, Scaife JR. 1998. Agricultural Biochemistry. London:

Chapman & Hall.

Davidson MW. 2005. Jaringan daun. http://micro.magnet.fsu.edu

/cells/leaftissue/images/leafstructurefigure1.jpg [24 Maret 2010].

Department of Primary Industries and Fisheries. 2007. Limnocharis: Limnocharis

flava. www.dpi.qld.gov.au [5 Januari 2010].

Dickison WC. 2000. Integrative Plant Anatomy. United States of America:

Elsevier.

Page 98: ANALISIS MIKROSKOPIS DAN KOMPONEN BIOAKTIF … · Hasil penelitian menunjukkan bahwa jaringan daun terdiri atas selapis epidermis dan derivatnya berupa stomata bertipe parasitik,

Edwards R dan Gatehouse JA. 1999. Secondary metabolism. Di dalam: Lea PJ

dan Leegood RC, editor. Plant Biochemistry and Molecular Biology.

England: John Wiley & Sons Ltd. hlm. 193-218

Fahn A. 1991. Anatomi Tumbuhan. Ahmad Soediarto; penerjemah. Yogyakarta:

Gadjah Mada University Press. Terjemahan dari: Plant Anatomy.

Fennema OR. 1996. Water and ice. Di dalam: Fennema OR, editor. Food

Chemistry. United States of America: Marcel Dekker, Inc. hlm. 17-94.

Fisher NM & Dunham RJ. 1992. Morfologi akar dan pengambilan zat hara.

Tohari: penerjemah; Goldsworthy PR: editor. Fisiologi Tanaman

Budidaya Tropik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Flyman MV & Afolayan AJ. 2006. The suitability of wild vegetables for

alleviating human dietary deficiencies. South African Journal of Botany.

Vol. 72: 492-497.

Gregory JF. 1996. Vitamins. Di dalam: Fennema OR, editor. Food Chemistry.

United States of America: Marcel Dekker, Inc. hlm. 531-616.

Gokoglu N, Yerlikaya P, Cengiz E. 2004. Effect of cooking methods on the

proximate composition and mineral contents of rainbow trout

(Oncorhynchus mykiss). Journal of Food Chemistry. Vol. 8: 19-22.

Guillemin F, Devaux MF, Guillon F. 2004. Evaluation of plant histology by

automatic clustering based on individual cell morphological features.

Image Anal Stereol of Original Research Paper. Vol. 23: 13-22.

Harborne JB. 1987. Metode Fitokimia: penuntun cara modern menganalisis

tumbuhan. Bandung: Penerbit ITB.

Harborne JB. 1999. Classes and function of secondary products from plants. Di

dalam: Walton NJ dan Brown DE, editor. Chemicals from Plants:

perspectives on plant secondary products. London: Imperial College

Press. hlm. 1-26.

Hardiningtyas SD. 2009. Aktivitas antibakteri ekstrak karang lunak

Sarcophyton sp. yang difragmentasi dan tidak difragmentasi di perairan

Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu [skripsi]. Bogor: Departemen

Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut

Pertanian Bogor.

Haynes RR & Les DH. 2004. Alismatales (water plantains). www.els.net

[5 Januari 2010].

Heddy S. 2001. Ekofisiologi Tanaman : suatu kajian kuantitatif pertumbuhan

tanaman. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Heras BDL, Rodriguez B, Bosca L, Villar AM. 2003. Terpenoids: source,

structure elucidation and therapeutic potential in inflammation. Journal of

Medicinal Chemistry. Vol. 3 (2): 171-185.

Hidayat EB. 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Bandung: Penerbit ITB.

Humason GL. 1967. Animal Tissue Techniques. San Fransisco: W. H. Freeman

and Company.

84

Page 99: ANALISIS MIKROSKOPIS DAN KOMPONEN BIOAKTIF … · Hasil penelitian menunjukkan bahwa jaringan daun terdiri atas selapis epidermis dan derivatnya berupa stomata bertipe parasitik,

Igwe CU, Nwaogu LA, Ujuwondu CO. 2007. Assessment of the hepatic effects,

phytochemical and proximate compositions of Phyllanthus amarus.

African Journal of Biotechnology. Vol. 6 (6): 728-731.

Johansen DA. 1940. Plant Microtechnique. New York dan London: McGraw-Hill

Book Company Inc.

Kristiono SS. 2009. Analisis mikroskopis dan fitokimia semanggi air (Marsilea

crenata Presl (Marsileaceae) [skripsi]. Bogor: Departemen Teknologi

Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian

Bogor.

Lakitan B. 2007. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada.

Lehninger AL. 1982. Dasar-dasar Biokimia. Maggy Thenawidjaja: penerjemah.

Jakarta: Penerbit Erlangga. Terjemahan dari: Principles of Biochemistry.

Lewu MN, Adebola PO, Afolayan AJ. 2009. Effect of cooking on the proximate

composition of the leaves of some accessions of Colocasia esculenta (L.)

Schott in KwaZulu-Natal Province of South Africa. Journal of

Biotechnology. Vol. 8 (8): 1619-1622.

Maidie MS, Budiarso IT, Rumawas W. 1974. Ilmu Penyakit Hewan Bagian

Ketiga: teknik histologi dan histopatologi. Bogor: Biro Penataran, Institut

Pertanian Bogor.

Maisuthisakul P, Pasuk S, Ritthiruangdej P. 2008. Relationship between

antioxidant properties and chemical composition of some Thai plants.

Journal of Food Composition and Analysis. Vol. 21: 229-240.

Miglio C, Chiavaro E, Visconti A, Fogliano V, Pellegrini N. 2008. Effect of

different cooking methods on nutritional and physicochemical

characteristics of selected vegetables. Journal of Agriculture and Food

Chemistry. Vol. 56 (1): 139-147.

Miller DD. 1996. Minerals. Di dalam: Fennema OR, editor. Food Chemistry.

United States of America: Marcel Dekker, Inc. hlm. 617-649.

Mulyani S. 2006. Anatomi Tumbuhan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Murphy DJ. 1999. Plant lipids – their metabolism, function, and utilization. Di

dalam: Lea PJ & Leegood RC, editor. Plant Biochemistry and Molecular

Biology. England: John Wiley & Sons Ltd. hlm. 119-136.

Novary EW. 1999. Penanganan dan Pengolahan Sayuran Segar. Jakarta: Penerbit

Swadaya.

Nugroho H, Purnomo, Sumardi I. 2006. Struktur dan Perkembangan Tumbuhan.

Jakarta: Penebar Swadaya.

Parker RS. 1996. Absorption, metabolism, and transport of carotenoids. FASEB

Journal. Vol. 10: 542-551.

Plantamor. 2008. Genjer. http://www.plantamor.com/index.php?plant=777

[30 Januari 2010].

85

Page 100: ANALISIS MIKROSKOPIS DAN KOMPONEN BIOAKTIF … · Hasil penelitian menunjukkan bahwa jaringan daun terdiri atas selapis epidermis dan derivatnya berupa stomata bertipe parasitik,

Presiden Republik Indonesia. 2004. Undang-undang Republik Indonesia Nomor

31 Tahun 2004 tentang Perikanan. Jakarta: Presiden Republik Indonesia.

Popovic S, Stjepanovic M, Grljusic S, Cupic T, Tucak M. 2001. Protein and fiber

contents in alfalfa leaves and stems. Journal of American Society of

Agronomy. Vol. 27 (2): 81-99.

Ramadan MF, Asker MMS, Ibrahim ZK. 2008. Functional bioactive compounds

and biological activities of Spirulina platensis lipids. Czech Journal Food

Science. Vol. 26 (3): 211-222.

Robinson T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tingkat Tinggi. Kosasih

Padmawinata: penerjemah. Bandung: Penerbit ITB. Terjemahan dari: The

Organic Constituents of Higher Plants 6th

Edition.

Romdhijati L. 2010. Olahan dari Kentang. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Salamah E, Ayuningrat E, Purwaningsih S. 2008. Penapisan awal komponen

bioaktif dari kijing Taiwan (Anodonta woodiana Lea.) sebagai senyawa

antioksidan. Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia. Vol. 11 (2):

119-133.

Sass JE. 1951. Botanical Microtechnique. Iowa: The Iowa State College Press.

Saupi N, Zakaria MH, Bujang JS. 2009. Analytic chemical composition and

mineral content of yellow velvetleaf (Limnocharis flava L. Buchenau)‟s

edible parts. Journal of Applied Sciences. Vol. 9 (16): 2969-2974.

Scott P. 2008. Physiology and Behaviour of Plants. England: John Wiley & Sons

Ltd.

Smith CJ. 1999. Carbohydrate biochemistry. Di dalam: Lea PJ & Leegood RC,

editor. Plant Biochemistry and Molecular Biology. England: John Wiley

& Sons Ltd. hlm. 81-118.

Suehiro S. 2007. きばなおもだか (黄花面高). http://www.botanic.jp/plants-

ka/kiomod_1.jpg [25 Januari 2010].

Suntoro H. 1983. Metode Pewarnaan (Histologi dan Histokimia). Jakarta:

Penerbit Bhratara Karya Aksara.

Tavipiono RM. 2010. Prinsip ekstraksi maserasi. http://kumpulilmu.blogspot.com

/2010/04/prinsip-ekstraksi-maserasi.html [ 28 September 2010].

Thanh TT, Vergnes MF, Kaloustian J, El-Moselhy T, Carlin MJA, Portugal H.

2005. Effect of storage and heating on phytosterol concentrations in

vegetable oils determined by GC/MS. Journal of The Science of Food and

Agriculture. Vol. 86 (2): 220-225.

Ujowundu CO, Igwe CU, Enemor VHA, Nwaogu LA, Okafor OE. 2008. Nutritive

and anti-nutritive properties of Boerhavia diffusa and Commelina

nudiflora Leaves. Journal of Nutrition. Vol. 7 (1): 90-92.

Walpole RE. 1992. Pengantar Statistika. Bambang Sumantri: penerjemah.

Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Terjemahan dari: Introduction to

Statistics 3rd

Edition.

86

Page 101: ANALISIS MIKROSKOPIS DAN KOMPONEN BIOAKTIF … · Hasil penelitian menunjukkan bahwa jaringan daun terdiri atas selapis epidermis dan derivatnya berupa stomata bertipe parasitik,

Wildman REC. 2001. Classifying nutraceuticals. Di dalam: Wildman REC, editor.

Handbook of Nutraceuticals and Functional Foods. New York: CRC

Press. hlm 13-30.

Winarno FG. 2008. Kimia Pangan dan Gizi. Bogor: M-BRIO Press.

87

Page 102: ANALISIS MIKROSKOPIS DAN KOMPONEN BIOAKTIF … · Hasil penelitian menunjukkan bahwa jaringan daun terdiri atas selapis epidermis dan derivatnya berupa stomata bertipe parasitik,

Lampiran 7 Data hasil pengukuran tanaman genjer

No Luas daun

(cm2)

Keliling daun

(cm)

Panjang batang

(cm)

Tebal batang

(cm)

Panjang akar

(cm)

1 71,00 31,00 21,30 0,68 11,10

2 53,26 26,00 17,90 0,64 6,80

3 56,30 27,00 17,60 0,50 6,40

4 59,73 28,00 18,80 0,48 22,40

5 85,30 33,00 21,00 0,73 7,90

6 86,73 33,50 21,50 0,81 8,00

7 93,63 35,00 23,20 0,97 7,30

8 52,23 25,50 17,80 0,64 6,90

9 80,83 32,50 19,50 0,63 15,60

10 65,83 29,00 24,50 0,74 14,20

11 54,36 26,50 22,90 0,55 11,80

12 38,20 22,00 21,20 0,43 17,00

13 45,26 24,00 22,50 0,51 12,50

14 50,40 26,00 22,30 0,69 12,00

15 57,40 27,50 23,00 0,70 11,60

16 64,00 28,50 23,00 0,74 6,50

17 59,40 27,50 18,90 0,64 7,80

18 55,10 26,50 19,60 0,58 8,00

19 46,10 25,00 15,90 0,60 10,30

20 54,10 26,00 20,00 0,60 12,10

21 68,93 30,00 19,50 0,56 12,00

22 74,36 31,50 21,50 0,62 7,80

23 78,33 32,00 20,00 0,74 8,00

24 73,30 30,50 23,90 0,66 6,00

25 69,86 30,50 23,20 0,67 11,20

26 66,46 29,00 24,10 0,78 9,40

27 69,06 31,00 24,70 0,67 12,00

28 67,50 29,00 23,50 0,67 7,00

29 61,36 28,00 23,00 0,68 7,40

30 77,40 32,00 24,00 0,80 14,80

31 74,10 30,00 23,20 0,73 7,00

32 94,13 34,50 30,00 0,81 9,40

88

Page 103: ANALISIS MIKROSKOPIS DAN KOMPONEN BIOAKTIF … · Hasil penelitian menunjukkan bahwa jaringan daun terdiri atas selapis epidermis dan derivatnya berupa stomata bertipe parasitik,

Lampiran 8 Komposisi larutan seri Johansen, larutan FAA, dan tahapan

pewarnaan jaringan

Komposisi larutan seri Johansen

Komposisi larutan Larutan Johansen

I II III IV V VI VII

Air 50 % 30 % 15 % - - - -

Etanol 95 % 40 % 50 % 50 % 45 % - - -

Etanol absolut - - - - 25 % - -

Tertier butil alkohol 10 % 20 % 35 % 55 % 75 % 100 % 50 %

Minyak paraffin - - - - - - 50 %

Komposisi larutan FAA

Komposisi larutan Jumlah

Etanol 70 % 90 bagian

Asam asetat glacial 5 bagian

Formaldehyde 5 bagian

Tahapan pewarnaan jaringan

Jenis larutan 1 Waktu Jenis larutan 2 Waktu

Xilol 1

Xilol 2

Etanol absolut

Etanol 95 %

Etanol 70 %

Etanol 50 %

Etanol 30 %

Akuades

Safranin 2 %

Akuades

Etanol 30 %

Etanol 50 %

Etanol 70 %

Etanol 95 %

Fast green 0,5 %

Etanol absolut

Xilol 1

Xilol 2

15 menit

15 menit

3 menit (2 kali)

3 menit

3 menit

3 menit

3 menit

3 kali celup

48 jam (± 2 hari)

3 kali celup

3 menit

3 menit

3 menit

3 menit

10 menit

3 menit (2 kali)

10 menit

10 menit

Xilol 1

Xilol 2

Etanol absolut

Etanol 95 %

Etanol 70 %

Etanol 50 %

Etanol 30 %

Akuades

Safranin 2 %

Akuades

Etanol 30 %

Etanol 50 %

Etanol 70 %

Aniline blue + alkohol 88 %

Etanol 95 % + HCl 2 tetes

Etanol 95 %

Etanol absolut

Xilol 1

Xilol 2

15 menit

15 menit

3 menit (2 kali)

3 menit

3 menit

3 menit

3 menit

3 kali celup

48 jam (± 2 hari)

3 kali celup

3 menit

3 menit

3 menit

10 menit

1 kali celup

3 menit

3 menit (2 kali)

10 menit

10 menit

Larutan 1: Safranin + fast green

Larutan 2: Safranin + aniline blue

89

Page 104: ANALISIS MIKROSKOPIS DAN KOMPONEN BIOAKTIF … · Hasil penelitian menunjukkan bahwa jaringan daun terdiri atas selapis epidermis dan derivatnya berupa stomata bertipe parasitik,

Lampiran 3 Hasil analisis proksimat tanaman genjer segar dan kukus

Hasil analisis proksimat tanaman genjer segar

Analisa

proksimat

Daun Batang

Berat basah (%) Berat kering (%) Berat basah (%) Berat kering (%)

Kadar air

91,90 95,26

91,88 95,27

91,64 95,39

91,65 95,41

Kadar abu

1,04 12,84 0,88 18,57

1,08 13,30 0,72 15,22

1,01 12,08 0,78 16,92

0,95 11,38 0,68 14,81

Kadar lemak

0,67 8,27 0,26 5,49

0,65 8,00 0,27 5,71

0,66 7,89 0,26 5,64

0,64 7,66 0,26 5,66

Kadar protein

1,94 23,95 0,63 13,29

1,87 23,03 0,63 13,32

1,88 22,49 0,60 13,02

1,87 22,40 0,61 13,29

Kadar serat kasar

0,94 11,60 0,75 15,82

0,97 11,95 0,76 16,07

1,01 12,08 0,75 16,27

1,01 12,10 0,75 16,34

Hasil analisis proksimat tanaman genjer kukus

Analisa

proksimat

Daun Batang

Berat basah (%) Berat kering (%) Berat basah (%) Berat kering (%)

Kadar air

91,22 94,03

90,99 94,04

90,99 94,38

Kadar abu

1,41 16,91 1,30 21,81

1,33 14,76 0,95 16,91

1,28 14,21 0,92 16,90

Kadar lemak

1,18 13,44 1,08 18,09

0,98 11,75 0,97 16,28

1,76 19,53 1,21 21,53

Kadar protein

2,70 32,37 0,95 15,91

2,41 26,75 0,89 14,93

2,08 23,09 0,86 15,72

Kadar serat kasar

0,97 11,05 0,74 12,40

1,11 10,54 0,77 12,92

1,11 12,32 0,60 10,97

90

Page 105: ANALISIS MIKROSKOPIS DAN KOMPONEN BIOAKTIF … · Hasil penelitian menunjukkan bahwa jaringan daun terdiri atas selapis epidermis dan derivatnya berupa stomata bertipe parasitik,

Lampiran 4 Data hasil analisis total karoten tanaman genjer dan data stomata daun

Hasil analisis total karoten tanaman genjer

No Sampel Total karoten (μg/g)

I II

1 Batang kukus 77,6870 77,5350

2 Daun kukus 276,0240 244,7895

3 Daun segar 217,8497 220,1869

4 Batang segar 90,1122 95,8799

Data stomata daun genjer

Preparat Bidang

pandang Koordinat

Jumlah

stomata

Jumlah sel

epidermis

Ukuran stomata

Panjang Lebar

Epidermis

atas 1

1 128; 10,5 13 143 14;14;14;11 7;6,5;6;7

2 125,3; 14 17 134 12;14;13;12 7;6;6;7

3 127; 13,9 16 124 12;13;14;11 6,5;7;7;7

4 127; 14 13 128 14;14;12;13 6;6;7;7

5 130; 13,5 17 146 15;13;13;11 6;7,5;6,5;7

Epidermis

atas 2

1 139,5; 13,5 17 143 14;13;10;11 6,5;7;7;7

2 139,5; 12 18 145 13;13;13;11 6;6,5;6;7

3 140; 12,5 17 148 13;12;13;12 6;7;6;6

4 140; 13 16 141 12;11;11;11 7;5;7;7

5 140;14,5 15 140 13;11;13;12 6;7;6;6,5

Epidermis

atas 3

1 149; 15,5 11 132 14;11;13;11,5 7;7;6;7

2 148,5; 15 9 122 12;13;11;13 6,5;7;7;6

3 149; 13,5 13 120 12;14;13;13 7;7;7;6

4 150; 13 11 122 10;12;12;12 6,5;7;7;7

5 150;17 13 124 14;13;12;11 6,5;7;7;6

Epidermis

bawah 1

1 140,5; 12 17 125 14;12;13;13 8;7;7;8

2 140; 9 14 127 14;13;13;13 7;7,5;7;6

3 141; 9 13 123 13;14;14;13 6;8;6;7

4 141; 8 17 136 12;14;14;12 6;6;7;7

5 142;9,5 14 133 12;15;13;12,5 7;7;7;7,5

Epidermis

bawah 2

1 146; 9,5 19 140 13;13;10,5;12 6;7;7,5;7,5

2 146; 11 15 136 14;14;15;10,5 6,5;6;7;8

3 146,5; 12 19 140 12;11;11;12 8;7;7,5;6,5

4 147,5; 11,5 18 137 14;11;13;13 7;7;7;7

5 145,5;12,5 18 136 13;11;11;13 7;7,5;7;6

Epidermis

bawah 3

1 133,5; 15 16 117 13;14;13;11 8;7;8;7

2 133,5; 13,5 10 119 14;13;15;11 8,5;7,5;8;8,5

3 132; 13,5 14 116 14;14;13;14 8;7;7,5;9

4 132,5; 13,5 6 99 13;14;13;14 7,5;8;8;8

5 150,5;13,5 12 122 14;13;13;12 8;8;8;8

91

Page 106: ANALISIS MIKROSKOPIS DAN KOMPONEN BIOAKTIF … · Hasil penelitian menunjukkan bahwa jaringan daun terdiri atas selapis epidermis dan derivatnya berupa stomata bertipe parasitik,

Lampiran 5 Data rendemen ekstrak kasar daun dan batang genjer

Jenis

pelarut Sampel Ulangan Berat awal (g)

Volume akhir

(ml)

Rendemen

(%)

Rata-rata

(%)

N-heksan

Daun

1 25,12 0,90 3,58

5,32 2 25,23 0 0

3 25,04 3,10 12,38

Batang

1 25,01 1,90 7,59

10,22 2 25,02 3,80 15,18

3 25,05 2,00 7,98

Etil

asetat

Daun

1 25,12 1,10 4,38

11,62 2 25,23 1,80 7,13

3 25,04 5,85 23,36

Batang

1 25,01 1,30 5,19

6,25 2 25,02 1,65 6,59

3 25,05 1,75 6,98

Metanol

Daun

1 25,12 7,60 30,25

31,17 2 25,23 7,90 31,31

3 25,04 8,00 31,95

Batang

1 25,01 8,00 31,98

31,09 2 25,02 7,75 30,97

3 25,05 7,60 30,34

Contoh perhitungan rendemen ekstrak kasar daun dan batang genjer :

Rendemen (%) = x 100%

= x 100%

= 3,58 %

92

Page 107: ANALISIS MIKROSKOPIS DAN KOMPONEN BIOAKTIF … · Hasil penelitian menunjukkan bahwa jaringan daun terdiri atas selapis epidermis dan derivatnya berupa stomata bertipe parasitik,

Lampiran 6 Gambar proses pembuatan preparat jaringan dengan metode parafin

93

Page 108: ANALISIS MIKROSKOPIS DAN KOMPONEN BIOAKTIF … · Hasil penelitian menunjukkan bahwa jaringan daun terdiri atas selapis epidermis dan derivatnya berupa stomata bertipe parasitik,

Lampiran 7 Gambar proses pengukuran tanaman beserta alat ukurnya

94

Page 109: ANALISIS MIKROSKOPIS DAN KOMPONEN BIOAKTIF … · Hasil penelitian menunjukkan bahwa jaringan daun terdiri atas selapis epidermis dan derivatnya berupa stomata bertipe parasitik,

Lampiran 8 Gambar bahan dan alat analisis proksimat

95

Page 110: ANALISIS MIKROSKOPIS DAN KOMPONEN BIOAKTIF … · Hasil penelitian menunjukkan bahwa jaringan daun terdiri atas selapis epidermis dan derivatnya berupa stomata bertipe parasitik,

Lampiran 9 Gambar hasil pengujian fitokimia daun dan batang genjer

Flavonoid daun Fenol daun

Benedict daun Hinhidrin daun

Flavonoid batang Benedict batang

Ninhidrin batang

96

Page 111: ANALISIS MIKROSKOPIS DAN KOMPONEN BIOAKTIF … · Hasil penelitian menunjukkan bahwa jaringan daun terdiri atas selapis epidermis dan derivatnya berupa stomata bertipe parasitik,

Lampiran 10 Lokasi pengambilan sampel dan pemeliharaan sampel

97