Top Banner
Analisis Manajemen Pembelajaran Aktif Berbasis Karakter pada SMP Rintisan Kurikulum 2013 Mandiri di Kecamatan Beji Kota Depok Susan Febriantina Program studi D3 Sekretari, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Jakarta e-mail : [email protected] dan [email protected] ABSTRACT This research is a descriptive research to get factual data about the planning, implementation and supervision of character-based active learning at independent curriculum 2013 junior high schoolsin Depok. It also explores the obstacles to find solutions to solve the problem. Data source in this study includessome junior high schools in Beji sub-district of Depok City which has been given decreed by Balitbang Kemendikbud as independent curriculum 2013 junior high school. Data collection techniques and procedures are used using several sources of evidence; questionnaires, in- depth interviews, documentation studies and archives. Data analysis in this study uses descriptive statistical data analysis techniques by calculating the percentage and provide a review or interpretation of the data obtained so that becomes more clear and meaningful than just the numbers. Character-based active learning planning at independent curriculum 2013 junior high schools in Depok is implemented by developing character values on syllabus and lesson plan and taking into account the principle of the preparation of character-based learning planning. Implementation of character-based active learning in independent curriculum 2013 junior high school in Depok is done by using model, method, learning media, and learning resource according to the characteristics of learners through approach and strengthening of character values. While the supervision of character-based active learning is carried out by the school principal and supervisor/supervisor of the local education office which includes planning supervision, implementation and character-based learning assessment. Key words; active learning, character, independent curriculum 2013
27

Analisis Manajemen Pembelajaran Aktif Berbasis Karakter ...

Oct 02, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Analisis Manajemen Pembelajaran Aktif Berbasis Karakter ...

Analisis Manajemen Pembelajaran Aktif Berbasis Karakter pada SMP

Rintisan Kurikulum 2013 Mandiri di Kecamatan Beji Kota Depok

Susan Febriantina

Program studi D3 Sekretari, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Jakarta

e-mail : [email protected] dan [email protected]

ABSTRACT

This research is a descriptive research to get factual data about the planning,

implementation and supervision of character-based active learning at independent

curriculum 2013 junior high schoolsin Depok. It also explores the obstacles to find

solutions to solve the problem. Data source in this study includessome junior high schools

in Beji sub-district of Depok City which has been given decreed by Balitbang

Kemendikbud as independent curriculum 2013 junior high school. Data collection

techniques and procedures are used using several sources of evidence; questionnaires, in-

depth interviews, documentation studies and archives. Data analysis in this study uses

descriptive statistical data analysis techniques by calculating the percentage and provide a

review or interpretation of the data obtained so that becomes more clear and meaningful

than just the numbers. Character-based active learning planning at independent

curriculum 2013 junior high schools in Depok is implemented by developing character

values on syllabus and lesson plan and taking into account the principle of the preparation

of character-based learning planning. Implementation of character-based active learning

in independent curriculum 2013 junior high school in Depok is done by using model,

method, learning media, and learning resource according to the characteristics of learners

through approach and strengthening of character values. While the supervision of

character-based active learning is carried out by the school principal and

supervisor/supervisor of the local education office which includes planning supervision,

implementation and character-based learning assessment.

Key words; active learning, character, independent curriculum 2013

Page 2: Analisis Manajemen Pembelajaran Aktif Berbasis Karakter ...

1. PENDAHULUAN

Memasuki era digitalyang penuh dengan modernisasi dan keterbukaan, tantangan

zaman bagi para pendidik dan pelajar Indonesia saat ini tidaklah mudah, berbagai pihak

dituntut memberikan kontribusi dan perhatian penuh terhadap permasalahan bangsa,

termasuk memperbaiki kualitas pendidikan di Indonesia. Saat ini para pelajar di Indonesia

menghadapi tantangan yang sangat berat, hal tersebut meliputi 1) kesibukan orang tua; 2)

kemajuan media dan teknologi; 3) ambisi kebebasan; 4) kekerasan lingkungan; 5) norma

agama dan sosial menurun; 6) peredaran narkotika; 7) tuntutan pelajaran; dan 8) guru penuh

dengan beban.1 Tantangan di atas akan dirasa sangat berat jika semua kalangan mulai dari

orang tua, sekolah, pemerintah dan masyarakat umum tidak dapat bekerja sama mencari

penyelesaiannya.

Semakin peliknya sistem kebebebasan yang dianut, semakin kompleks juga

permasalahan yang dihadapi oleh bangsa ini. Beberapa masalah yang dihadapi oleh bangsa

kita saat ini antara lain : 1) Kemiskinan dan keterbelakangan, yakni suatu kondisi yang

menyebabkan negara kita tertinggal jauh dengan bangsa lain, yang membuat generasi kita

menganggur, dan kurang pendidikan; 2) konflik dan kekerasan atas nama klaim kebenaran

palsu dan sempit yang menyebabkan sentimen antar kelompok meningkat; 3) dominasi

budaya membodohi akibat pengaruh tayangan media (terutama budaya nonton melalui TV)

yang pengaruhnya pada masyarakat cukup luar biasa, 4) adanya korupsi yang meluas dan

masih menggerogoti bangsa ini, yang hingga saat ini sulit sekali diberantas; 5) kerusakan

lingkungan alam akibat gejala alam maupun akibat ulah manusia yang belakangan menjadi

masalah serius di Indonesia; 6) ketimpangan dan penindasan yang bernuansa gender atau

terpinggirnya kaum perempuan. Karenanya, untuk menyelesaikan permasalahan-

permasalahan bangsa di atas diperlukan suatu gerakan sosial budaya untuk mengubah pola

pikir dan sikap mental agar sejalan dengan modernisasi sistem politik dan pemerintahan.

Namun pada kenyataannya, sejak digulirkannya pendidikan karakter pada kurikulum

2013 ternyata pelaksanaan pendidikan karakter disekolah belum berjalan sebagaimana

mestinya.Hal ini disebabkan oleh beberapa hal diantaranya:Pertama, banyak guru yang

beranggapan bahwa pendidikan karakter merupakan mata pelajaran baru dan berdiri

sendiri;Kedua, banyak guru yang beranggapan bahwa pendidikan karakter

merupakan pengganti mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) atau Budi

Pekertidan Pendidikan Agama yang sudah ada sebelumnya. Akibatnya banyak yang

mencoba menyamakan metode pembelajaran seperti yang banyak dipakai yaitu metode

ceramah dan catat; Ketiga, banyak guru yang beranggapan bahwa pendidikan karakter

adalah tugas dari guru mata pelajaran Agama dan PKn saja serta kalau perlu

melibatkan guru BK sekiranya terjadi masalah yang terkait dengan karakter siswa; Keempat,

banyak guru yang beranggapan bahwa pendidikan karakter hanyalah pelengkap atau

tambahan sajasehingga tidak perlu diprioritaskan seperti halnya dengan materi akademis;

dan Kelima,banyak yang beranggapan bahwa pendidikan karakter hanyalah sebuah

1Fasli Jalal, 2016, Makalah Seminar Nasional, Jakarta

Page 3: Analisis Manajemen Pembelajaran Aktif Berbasis Karakter ...

pengetahuan semata (kognitif) sehingga tidak perlu usaha yang khusus dan

terencana.Kekeliruan-kekeliruan seperti inilah yang telah menghambat pelaksanaan

pendidikan karakter di sekolah. Akibatnya dalam waktu dua tahun sejak dicanangkannya

pendidikan karakter pada kurikulum 2013belumbanyak kemajuan yang diperoleh.

Pendidikan karakter masih tetap berada dalam posisi wacana yang perlu disempuranakan

kembali pelaksaanaannya.Padahal kita semua tahu bahwa pendidikan karakter

membutuhkan waktu yang lama dibandingkan materi akademis. Meskipun sudah

dilaksanakan dengan sungguh sungguh belum ada yang bisa menjamin tingkat

keberhasilannya.2

Adapun upaya peningkatan kualitas pendidikan hingga saat ini masih belum

sebanding dengan kondisi nyata dunia pendidikan di Indonesia. Banyak praktisi pendidikan,

terutama guru, belum memahami esensi metode pembelajaran yang sesuai dengan

pembentukan karakter peserta didik. Selainitu, kepala sekolah dan stake holder sebagai

perangkat birokrasi sistem sekolah belum mampu menciptakan lingkungan yang kondusif

dalam pelaksanaan model pembelajaran yang sesuai dengan pembentukan pendidikan

karakter.Sekolah sebagai pusat pembudayaan melalui pendekatan pengembangan budaya

sekolah (school culture)menjadi sarana utama dalam penerapan pendidikan karakter.

Demikian pula keinginan dan harapan beberapa sekolah di kota Depok terhadap pelaksanaan

pendidikan karakter dalam pembelajaran cukup tinggi mengingat pentingnya penerapan

pendidikan karakter saat ini yang bukan hanya terkait dengan permasalahan degradasi moral

namun juga manfaat positif pendidikan karakter dalam proses pembelajaran peserta didik

semakin diperlukan. Hal ini sebagaimana data yang didapatkan dari Badan Pusat Statistik

Balitbang 2015, bahwa untuk tingkat Sekolah Dasar di kota Depok terdapat tiga sekolah

yang telah mendapatkan Surat Keputusan sebagai Sekolah Dasar Rintisan Kurikulum 2013

Secara Mandiri, sementara untuk tingkat Sekolah Menengah Pertama terdapat sepuluh

sekolah yang tersebar hampir di semua kecamatan di kota Depok. Uniknya, sekolah-sekolah

yang mengajukan diri secara mandiri sebagai sekolah rintisan penerapan Kurikulum 2013

adalah sekolah-sekolah yang sebelumnya memang telah lama menerapkan pendidikan

karakter jauh sebelum pemerintah menggembor-gemborkan pendidikan karakter, sehingga

sekolah-sekolah tersebut dengan optimis mengajukan diri sebagai sekolah rintisan penerapan

Kurikulum 2013 disaat sekolah lain masih ragu, bahkan belum siap dengan adanya

perubahan KTSP ke Kurikulum 2013.

2http://www.muhammadnoer.com/pendidikan-karakter/diunduh 17 april 2016

Page 4: Analisis Manajemen Pembelajaran Aktif Berbasis Karakter ...

Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasikan permasalahan sebagai

berikut.

1. Munculnya SMP Rintisan Kurikulum 2013 Mandiri di Kecamatan Beji Kota Depok

menjadi sesuatu hal yang langka dan unik mengingat tidak banyak sekolah di kota Depok

siap menerapkan kurikulum 2013.

2. Belum ada data yang pasti untuk mengukur atau mendepenelitiankan manajemen

pembelajaran aktif berbasis karakter dan kendala pelaksanaan pembelajaran aktif berbasis

karakter di SMP Rintisan Kurikulum 2013 Mandiri di Kecamatan Beji Kota Depok.

Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan

sebagai berikut;

1. Bagaimana perencanaan, pelaksanaan dan pengawasanpembelajaran aktif berbasis

karakter pada SMP Rintisan Penerapan Kurikulum 2013 Mandiri di Kecamatan Beji Kota

Depok?

2. Kendala apa saja yang dihadapi para guru dalam mengimplementasikan pembelajaran

aktif berbasis karakter pada SMP Rintisan Kurikulum 2013 Mandiri di Kecamatan Beji

Kota Depok?

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan data faktual tentang perencanaan,

pelaksanaan dan evaluasipembelajaran aktif berbasis karakter pada SMP Rintisan

Kurikulum 2013 Mandiri di Kecamatan Beji Kota Depok serta menggali kendala-kendala

yang dihadapinya untuk dicarikan solusi atas permasalahan tersebut.

2. TINJAUAN PUSTAKA

Perencanaan Pembelajaran Aktif Berbasis Karakter

Robbins dan Coulter mengemukakan bahwa “planning involves defining the

organization’s goals, establishing strategies for achieving those goals, and developing plans

to integrate and coordinate work activities. It’s concerned with both ends (what) and means

(how)”.3Sementara itu Schermerhorn menyebutkan bahwa “good planning helps make us :

(1) Priority oriented – making sure the most important things get first attention, (2) Action

oriented – keeping a results-driven sense of direction, (3) Advantage oriented – ensuring

that all resources are used to best advantage, (4) Change oriented – anticipating problems

and opportunities so they can be best dealt with.”

Terkait dengan perencanaan pembelajaran aktif berbasis karakter, Bonwell dan Eison

mengemukakan,“active learning is generally defined as any instructional method that

engages students in the learning process. In short, active learning requires students to do

3Stephen P.Robbins Mary Coulter, Management (London:Pearson Education Limited, 2012), h.232

Page 5: Analisis Manajemen Pembelajaran Aktif Berbasis Karakter ...

meaningful learning activities and think about what they are doing”.4 Prince

mengemukakan bahwa the core elements of active learning are student activity and

engagement in the learning process.5Sementara Yoder&Hochevar mengemukakan,“active,

or experiential, teaching is a student-centered approach to teaching. It includes any

technique that involves the students in the learning process and holds students responsible

for their own learning.6Hackathorn et.all mengemukakan bahwa“Instructors have used

elaborate demonstrations, structured activities, journaling, small group discussions, quizzes,

interactive lecture cues, videos, humorous stories, taking field trips, and games, to get

students involved and active in the learning process”.7 Stewart-Wingfield & Black

mengemukakan, “active teaching techniques change the pace of the classroom, and are a

creative way to increase students’ involvement, motivation, excitement, attention, and

perceived helpfulness and applicability of the class.”8

Serva and Fuller “They are also better able to identify the concepts in the real world,

manipulate phenomena for their own purposes, think about the material in new and complex

ways, comprehend phenomena conceptually, and recall, retain, and memorize the material

better.”9Zayapragassaraza dan Kumar mengemukakan,“active learning promotes proper

knowledge, attitude and skills among the students. The basic concept is that students will be

able to learn better if they are subjected to active learning environments which also

encourage learners to take responsibility for their learning”.10

Dalam Permendikbud Nomor

103 Pasal 2 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Menengah

disebutkan bahwa pembelajaran aktif memiliki karakteristik yakni 1) interaktif dan

inspiratif; 2) menyenangkan,menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi

aktif; 3) kontekstual dan kolaboratif; 4) memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,

kreativitas, dan kemandirian peserta didik; dan 5) sesuai dengan bakat, minat, kemampuan,

dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.11

Berdasarkan pendapat para ahli serta beberapa sumber di atas, dapat disintesikan

bahwa pembelajaran aktif merupakan proses pembelajaran yang dapat membangun “makna”

terhadap pengalaman dan informasi peserta didik. Bermakna disini artinya dapat

mengembangkan inisiatif dan tanggung jawab belajar peserta didik sehingga berkeinginan

terus untuk belajar selama hidupnya dan tidak tergantung pada guru/orang lain bila mereka

4Bonwell, C.C., and J. A. Eison, 1991, “Active Learning: Creating Excitement in the Classroom,” ASHEERIC Higher Education

Report No.1, George Washington University, Washington, DC 5Michael Prince. “Does Active Learning Work? A Review of the Reseach”, Journal of Engineering Education, 2004, 93 (3), 223-

231 6Yoder, J.D., dan Hochevar, C.M.. Encouraging Active Learning Can Improve Students’Performance on Examinations. Teaching

of Psychology, 2005, 32(2), 91-95. 7Hackathorn, J., Solomon, E. D., Tennial, R. E., Garczynski, A. M., Blankmeyer, K.,Gebhardt, K. & Anthony, J. N. You get out

what you put in: Student engagement affects assessment. Poster presentation: Best Practices in Assessment Conference:

Atlanta, GA, 2010 8Stewart-Wingfield, S., & Black, G. S. (2005). “Active versus passive course designs: The impact on student outcomes”. Journal of Education for Business81, 2005, hh. 119–125. 9Serva, M. A., & Fuller, M. A. “Aligning what we do and what we measure in business schools: Incorporating active learning and

effective media use in the assessment of instruction”. Journal of Management Education, 28, 2010 hh. 19–38 10 Zayapragassarazan and Santosh Kumar. Active Learning Methods. NTTC Bulletin (ISSN 2250-396X) 2012; 19(1):3-5. 11Permendikbud Nomor 103 Pasal 2 Tahun 2014

Page 6: Analisis Manajemen Pembelajaran Aktif Berbasis Karakter ...

mempelajari hal-hal baru. Secara teknis pembelajaran tersebut harus student oriented, fun

dan menekankan pada temuan oleh peserta didik.

Terkait karakter, Larry P Nuccy dan Darciamengemukakan bahwa character

education emphasizes the direct teaching of virtues and exemplary character traits, role

modeling, and reinforcement of good behaviour.12

Secara umum, perencanaan proses

pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang memuat

identitas mata pelajaran, standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD), indikator

pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode

pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan sumber belajar.13

Berdasarkan pendapat para ahli dan beberapa referensi diatas maka dapat

disintesikan bahwa perencanaan pembelajaran aktif berbasis karakter merupakan

serangkaian kegiatan yang dipersiapkan olehgurusebelum pembelajaran dimulai dengan

tujuan utama memaksimalkan potensi dan tanggungjawab peserta didik dan menciptakan

pembelajaran yang menyenangkan dan lebih bermakna. Kegiatan tersebut meliputi

menyusun silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang berkarakter.

Pelaksanaan Pembelajaran Aktif Berbasis Karakter

Pelaksanaan pendidikan aktif berbasis karakter pada umumnya menekankan

pembelajaran yang melibatkan peserta didik sebagai pusat pembelajar (learning center),

penciptaan lingkungan dan pembiasaan melalui berbagai tugas keilmuan dan kegiatan

kondusif. Dengan demikian, apa yang dilihat, didengar, dirasakan dan dikerjakan oleh

peserta didik dapat membentuk karakter mereka. Selain menjadikan keteladanan dan

pembiasaan sebagai metode pendidikan utama, penciptaan iklim dan budaya serta

lingkungan yang kondusif juga sangat penting, dan turut membentuk karakter peserta didik

dalam pembelajaran.

Beberapa metoda yang biasa digunakan dalam pembelajaran aktif telah banyak

dikemukakan para ahli. Zayapragassarazan dan Kumar menyebutkan beberapa metode

dalam pembelajaran aktif meliputi concept map, collaborative writing, brainstorming,

cooperative learning, One Minute Paper/Free Write, Scenarios/Case Studies, Problem-

Based Learning, Team-Based Learningm, Case-based Instruction, Panel Discussions,

Teaching to learn/Peer teaching, Role Playing, Drama, and Simulations.14

Pelaksanaan

pembelajaran aktif berbasis karakter diawali dengan pengelolaan kelas, pelaksanaan

pembelajaran yang meliputi kegiatan pendahuluan, inti dan penutup, serta penilaian hasil

dan proses pembelajaran.15

12 Larry P Nuccy dan Darcia Narvaez, Handbook of Moral and Character Education; Moral Education n the Cognitive

Development Tradition; Lawrence Kohlberg’s Revolutionary Ideas by John Snareyand and Peter Samuelson (Routledge Taylor and Francis, 2008), h.55

13Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan

Menengah hal 8-11 14Zayapragassarazan dan Kumar, loc.cit 15Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 65 Tahun 2013, loc.cit

Page 7: Analisis Manajemen Pembelajaran Aktif Berbasis Karakter ...

Berdasarkan beberapa rujukan di atas, dapat disintesiskan bahwa pelaksanaan

pembelajaran aktif berbasis karakter merupakan proses pembelajaranutuhyang bermakna

bagi peserta didik, yang menjadikan mereka sebagai subjek utama pembelajaran, dan dapat

menghasilkan peserta didik yang berkarakter kuat. Setiap mata pelajaran yang diajarkan para

guru harus mengandung nilai-nilai karakter, mulai dari kegiatan pendahuluan, inti dan

penutup.

Pengawasan Pembelajaran Aktif Berbasis Karakter

Richard mengemukakan bahwa “controlling is the management function concerned with

monitoring employees activities, keeping the organization on track toward its goals, and making

corrections as needed.”16

Sementara Robbins berpendapat bahwa “control is the process of

monitoring activities to ensure that they are being accomplished as planned and of correcting

any significant deviation”.17

Kemudian Schermerhorn berpendapat bahwa “controlling is a

process of measuring performance and taking action to ensure desired results”18

.

Berdasarkan pendapat beberapa ahli terkait pengawasan, maka dapat disintesiskan bahwa

pengawasan merupakan proses memonitor, membandingkan, dan mengoreksi hasil pekerjaan.

Dalam kaitannya dengan pengawasan pembelajaran aktif berbasis karakter, maka pengawasan

dimaksudkan sebagai proses pemantauan pembelajaran aktif berbasis karakter oleh kepala

sekolah dan pengawas satuan pendidikan yang meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan, dan

penilaian hasil pembelajaran aktif berbasis karakter. Pemantauan ini dilakukan dengan cara

diskusi kelompok terfokus, pengamatan, pencatatan, perekaman, wawancara, dan dokumentasi.

Hasil Penelitian Yang Relevan

Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Vol. 19, No. 1 Maret2013: Pelaksanaan Pendidikan

Karakter, Ekonomi Kreatif, dan Kewirausahaan dalam Belajar Aktif di SMK.19

Penelitian ini

bertujuan untuk mengidentifikasi pemahaman kepala sekolah terhadapkebijakan pendidikan

karakter, kewirausahaan, dan bentuk-bentuk implementasi kebijakannyadalam belajar aktif di

sekolah. Penelitian diselenggarakan di 20 provinsi yang ditetapkan secarasampel multistage

sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepala sekolah telahmemahami kebijakan

pemerintah tentang pelaksanaan pendidikan karakter, pendidikankewirausahaan, dan ekonomi

kreatif dalam pembelajaran aktif di sekolah menengah kejuruan(SMK) dengan tingkat

pemahaman yang bervariasi, yaitu rata-rata 89,27%. Hal ini didukungoleh keberhasilan dalam

implementasnya, yaitu pendidikan karakter rata-rata 90,2%, pendidikankewirausahaan rata-rata

76%; dan pendidikan ekonomi kreatif rata-rata 81,7%.

16Richard L. Daft, New Era Of Management (Canada, Printed, 2010), h.7 45 17 Stephen P. Robbins, Management Tenth Edition (Prentice Hall, Pearson, 2009), h. 415 18John R. Schermerhorn, op.cit., h.462 19RasulDjuharis, “Pelaksanaan Pendidikan Karakter, Ekonomi Kreatif, Dan Kewirausahaan Dalam Belajar Aktif di SMK”,

Jurnal Pendidikan & Kebudayaan Vol. 19, No. 1 Maret2013.

Page 8: Analisis Manajemen Pembelajaran Aktif Berbasis Karakter ...

3. METODOLOGI PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Pertama Rintisan penerapan

Kurikulum 2013 secara mandiri di Kecamatan Beji Kota Depok. Penelitian dilakukan

selama enam bulan, yakni Maret 2016 hingga September2016.

Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang digunakan untuk mendapatkan

data faktual tentang perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran aktif berbasis

karakter pada SMP Rintisan Kurikulum 2013 Mandiri di Kecamatan Beji Kota Depok serta

menggali kendala-kendala yang dihadapinya untuk dicarikan solusi atas permasalahan

tersebut. Penelitian deskriptif bertujuan untuk menjelaskan atau mendepenelitiankan suatu

keadaan, peristiwa, objek apakah orang, atau segala sesuatu yang terkait dengan variabel-

variabel yang bisa dijelaskan baik dengan angka-angka maupun kata-kata.20

Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini mencakup SMP Rintisan Kurikulum 2013 Mandiri se-

Kecamatan Beji Kota Depok yang telah diberikan SK Kepbalitbang Kemendikbud RI nomor

022H/KR/2015 sebagai sekolah yang diberikan wewenang untuk menerapkan kurikulum

2013 secara mandiri sejumlah 60 orang.

Pengambilan sampel yang dilakukan dalam penelitian ini adalah teknik pengambilan

sampel proportional random sampling.Disamping mengambil sampel sebanyak 49 orang

guru, peneliti juga melakukan wawancara kepada dua orang kepala sekolah dan dua orang

perwakilan peserta didikdari masing-masing sekolah.Adapun data sekunder yang digunakan

berupa dokumen dan rekaman arsip yang terkait dengan peraturan pemerintah tentang

standar proses, panduan pendidikan karakter, silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran

(RPP) kurikulum 2013maupun dokumen-dokumen lainnya yang terkait.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik dan prosedur pengumpulan data yang digunakan menggunakan beberapa

sumber bukti, yakni penyebaran angket, wawancara mendalam, studi dokumentasi dan arsip.

Bentuk teknik pengumpulan data tersebut dalam penggunaannya dapat saling melengkapi

dan menunjang sehingga dapat diperoleh informasi yang diperlukan.21

Penyebaran angket tertutup dan terbuka diberikan kepada para guru sebagai informan

utama sementara wawancara mendalam dilakukan kepada kepala sekolah. Wawancara

20Punaji Setyosari. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan. Jakarta : Kencana, 2010. 21 David Silverman, Interpreting Qualitative Data; Methods for Analysing Talk, Text and Interaction, (London: Sage Publication,

Ltd, 1994), h. 9.

Page 9: Analisis Manajemen Pembelajaran Aktif Berbasis Karakter ...

terbatas juga dilakukan kepada perwakilan peserta didik dari kedua sekolah tersebut. Studi

dokumentasi dilakukan dengan cara mengkaji berbagai dokumen yang mencakup tujuan

tertulis, program atau rencana yang telah disusun, perangkat pelaksanaan program, dan

bukti/hasil yang telah dicapai dan laporan yang telah dibuat. Adapun penyusunan angket

tertutup dan terbuka dan pedoman wawancara berdasarkan Permen 65 tahun 2013 tentang

StandarProses PendidikanDasar dan Menengah. Kisi-kisi angket dan pedoman wawancara

tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel III.2Kisi-kisi angket

Indikator Aspek Nomor Informan

Perencanaan Silabus dan RPP 1, 21, 22, 24 Guru dan

kepala

sekolah Prinsip

Penyusunan RPP

2, 23, 25

Pelaksanaan

Pembelajaran

Pengelolaan Kelas 3, 4, 5, 6, 7, 8,

9, 10, 11, 26,

27, 28, 29, 30,

31, 32, 33, 34

Guru,

kepala

sekolah, dan

peserta didik

Kegiatan

Pendahuluan

12, 13, 14

Kegiatan Inti 15, 16, 17, 18,

35, 36, 37, 38,

39, 40, 41, 42

Kegiatan Penutup 19, 20, 43, 44

Evaluasi Supervisi oleh

kepala sekolah

dan pengawas

44, 46, 47 Guru dan

kepala

sekolah

Kendala dan Masukan 50, 51 Guru dan

kepala

sekolah

Analisis Data

Perencanaan PembelajaranAktif Berbasis Karakter

Perencanaan pembelajaran aktif berbasis karakter mencakup dua aspek penting, yakni

pengembangan nilai karakter dalam silabus dan RPPserta sejauhmana kesesuaian silabus dan

RPP yang dibuatdengan prinsip-prinsippenyusunan perencanaan pembelajaran.Berdasarkan

data yang diperoleh dari masing-masing gurudiketahui bahwa sebanyak 46% guru

menyatakan sering, 35% menyatakan selalu dan 19% menyatakan tidak pernah

mengembangkan nilai-nilai karakter dalam silabus dan RPP nya.Para guru yang menyatakan

sering dan selalu tersebut mengaku bahwa dalam membuat perencanaan pembelajaran, nilai-

nilai karakter termuat secara jelas dalam kompetensi inti silabus dan RPP. Kompetensi inti

Page 10: Analisis Manajemen Pembelajaran Aktif Berbasis Karakter ...

tersebut mencakup Kompetensi Inti 1 (KI 1) sikap spiritual, KI 2 sikap sosial, KI 3

pengetahuan, dan KI 4 keterampilan.

Aspek kedua dalam perencanan pembelajaran aktif berbasis karakter adalah

memperhatikan prinsip penyusunan RPP. Diketahui sebanyak 54% guru menjawab selalu

memperhatikan prinsip penyusunan RPP, 40% menyatakan sering, dan 6% menyatakan

kadang-kadang. Bagi guru yang menyatakan selalu dan sering memperhatikan prinsip

penyusunan RPP, hal-hal yang diperhatikan dalam menyusun RPP mencakup 1) perbedaan

individual peserta didik seperti kemampuan awal, tingkat intelektual, bakat, potensi, minat,

motivasi belajar, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan

belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan/atau lingkungan peserta didik; 2)partisipasi

aktif peserta didik, dimana pembelajaran berpusat pada peserta didik untuk mendorong

semangat belajar, motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, inovasi dan kemandirian

peserta didik; 3) mengembangkan budaya membaca dan menulis; 4) pemberian umpan balik

dan tindak lanjutRPP berupa penguatan, pengayaan, dan remedi; 5) mengakomodasi

pembelajaran tematik-terpadu, keterpaduan lintas mata pelajaran, lintas aspek belajar, dan

keragaman budaya; dan 6) penerapan teknologi informasi dan komunikasisecara terintegrasi,

sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi.

Pelaksanaan Pembelajaran Aktif Berbasis Karakter

Pelaksanaaan pembelajaran aktif berbasis karakter mencakup dua sub indikator

utama, yakni aspek pengelolaan kelas dan proses pembelajaran.

a. Pengelolaan Kelas

Berdasarkan data yang diperoleh dari masing-masing guru diketahui bahwa

sebanyak 38% guru menyatakan kadang-kadang mengatur tempat duduk siswa, 35%

menyatakan sering, dan 25% menyatakan selalu. Dari data tersebut diketahui bahwa

secara umum guru di SMP Rintisan Kurikulum 2013 Mandiri di Kecamatan Beji

Depokkadang-kadang mengatur tempat duduk siswanya, selebihnya guru memberikan

kesempatan kepada peserta didiknya untuk mengatur tempat duduknya sendiri. Adapun

beberapa cara pengaturan tempat duduk yang dilakukan para guru adalah dengan cara

berkelompok (grouping), huruf U (letter U), sendiri-sendiri (individual), dan diatur

berselingan antara siswa yang berkemampuan belajar tinggi dengan siswa yang

berkemampuan belajar rendah. Penyusunan tempat duduk peserta didik dilakukan para

guru dengan mempertimbangkan beberapa aspek, diantaranya a) metode pembelajaran;

b) daya konsentrasi peserta didik; c) kemampuan kognisi belajar peserta didik; d) gaya

belajar peserta didik; e) materi pembelajaran; dan f)postur tubuh peserta didik.

Aspek pengaturan kelas lainnya, yakni pengaturan volume dan intonasi

suaradiketahui bahwa sebanyak 73% guru menyatakan selalu mengatur volume dan

intonasi suara, dan 27% menyatakan sering. Secara umum dapat diketahui bahwa para

guru sudah terbiasa mengatur volume dan intonasi suara ketika proses pembelajaran.

Pengaturan volume dan intonasi suara tersebut mencakup seberapa cepat, keras lemah,

Page 11: Analisis Manajemen Pembelajaran Aktif Berbasis Karakter ...

tinggi rendah nada suara, dan bagaimana emosi berbicara yang ditunjukkan guru pada

saat pembelajaran. Pengaturan volume dan intonasi suara dilakukan para guru dengan

memperhatikan beberapa aspek seperti a) jumlah peserta didik; b)daya konsentrasi

peserta didik; c) ukuran besar ruangan; dan d) penegasan materi yang dianggap penting.

Aspek penggunaan bahasa yang santun diketahui bahwa sebanyak 56% guru

menyatakan selalu menggunakan bahasa santun dalam pembelajaran, dan 44%

menyatakan sering. Secara umum dapat diketahui bahwa penggunaan bahasa yang

santun menjadi hal yang penting dalam pembelajaran aktif berbasis karakter. Cara yang

dilakukan para guru di SMP Rintisan Kurikulum 2013 Mandiri di Kecamatan Beji

Depokdalam membiasakan bahasa santun ketika pembelajaran adalah a) membangun

komitmen bersama terkait penggunaan bahasa yang santun di awal pembelajaran; b)

menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar; c) sesekali menggunakan bahasa

gaul dan kekinian yang telah diseleksi terlebih dahulu; c)pendekatan spiritual semisal

ketika peserta didik berbicara tidak baik, guru memintanya untuk beristigfar dan

meminta maaf; d) mencontohkan bahasa santun yang didukung dengan ekspresi dan

bahasa tubuh yang senada.

Adapunaspek penyesuaian materi dengan kecepatan belajar peserta didik diketahui

bahwa sebanyak 56% guru menyatakan selalu menyesuaikan materi dengan kecepatan

belajar peserta didik, 36% menyatakan sering, dan 8% menyatakan kadang-kadang.

Beberapa cara yang digunakan para guru di SMP Rintisan Kurikulum 2013 Mandiri di

Kecamatan Beji Depokdalam menyesuaikan materi dengan kecepatan belajar peserta

didik antara lain; a) memetakan materi; b) mengupayakan pencapaian ketercapaian

standar kompetensi lulusan (SKL); c) memberikan kesempatan peserta didik untuk

bertanya, mengulang materi baik dikelas maupun diluar kelas; d) menyambungkan

konsep dasar materi dengan contoh nyata; e)melakukan pembimbingan terarah

(pengayaan dan remedi); f) menemukan metoda pembelajaran yang tepat; g) berdiskusi

dengan rekan kerja dan memanfaatkan forum Musyawarah Guru Mata Pelajaran

(MGMP); h ) mengelompokkan peserta didik berdasarkan tingkat kompetensinya; i)

tutor sebaya; dan j) mengklasifikasi soal tes berdasarkan tingkat kemudahan dan

kesulitan.

Sementara aspek menciptakan 4 K diketahui bahwa sebanyak 67% guru

menyatakan selalu menciptakan ketertiban, kedisiplinan, kenyamanan, dan keselamatan

(4 K), 31% menyatakan sering, dan 2 % menyatakan kadang-kadang. Secara umum para

guru senantiasa menciptakan 4 K pada saat pembelajaran karenahal tersebut merupakan

aplikasi nyata dari pelaksanaan nilai-nilai karakter yang diterapkan dalam kurikulum

2013. Pelaksanaan 4 K dilakukan di SMP Rintisan Kurikulum 2013 Mandiri di

Kecamatan Beji Depokdengan cara membangun komitmen bersama di awal

pembelajaran,memberikan reward dan punishment, memasukan K4 sebagai bagian dari

aspek penilaian dalam pembelajaran, dan pendekatan spiritual seperti mengkaitkan

pentingnya 4 K dengan ajaran agama.

Page 12: Analisis Manajemen Pembelajaran Aktif Berbasis Karakter ...

Untuk aspek menghargai pertanyaan peserta diketahui bahwa sebanyak 83% guru

menyatakan selalu menghargai pertanyaan peserta didik, dan 17% menyatakan sering.

Secara umum para guru di SMP Rintisan Kurikulum 2013 Mandiri di Kecamatan Beji

Depoksenantiasa menghargai peserta didik ketika mereka bertanya terkait materi

pelajaran yang dianggap belum difahami dan atau sulit.

Aspeklainnya yakni berpakaian sopan, bersih dan rapi diketahui bahwa sebanyak

81% guru menyatakan selalu berpakaian sopan, bersih dan rapi pada saat pembelajaran

dan sisanya 19% menyatakan sering. Para guru mengakui bahwa penampilan mereka di

depan peserta didiknya merupakan hal yang tidak dapat di anggap sepele, apalagi

keberadaan mereka di sekolah rata-rata dari pagi hingga sore hatri. Beberapa aspek yang

diperhatikan oleh para guru dalam hal berpakaian sopan, bersih dan rapi adalah dengan

memperhatikan aturan berpakaian yang ditentukan oleh sekolah masing-masing,

keserasian, keindahan, dan kenyamanan.

Aspek menyiapkan fisik dan psikis peserta didikdikethui bahwa sebanyak 48% guru

menyatakan sering menyiapkan fisik dan psikis peserta didik, 42% menyatakan selalu,

dan 10% menyatakan kadang-kadang. Adapun cara yang dilakukan para guru di SMP

Rintisan Kurikulum 2013 Mandiri di Kecamatan Beji Depokdalam menyiapkan fisik

dan psikis peserta didik di awal pembelajaran adalah dengan cara berdoa, mengecek

kehadiran peserta didik,membangun pikiran positif dan optimisme peserta didik, serta

memeriksa kelengkapan seragam alat tulis.

Aspek memotivasi materi pelajaran yang disampaikan diketahui bahwa sebanyak

54% guru menyatakan sering memberikan motivasi terhadap materi pelajaran yang

disampaikan, 38 % menyatakan selalu dan 8% menyatakan kadang-kadang. Hal tersebut

dilakukan dengan cara memvariasikan metode pembelajaran, membuat ice breaking,

menciptakan atmosfer kompetisi yang positif, memberlakukan reward dan punishment,

mengaitkan materi pelajaran dengan konteks kekinian sehari-hari, dan melalui

pendekatan spiritual.

B. Proses Pembelajaran

Implementasi proses pembelajaran aktif berbasis karakter mencakup a) aplikasi

nilai-nilai karakter pada proses pembelajaran; b) penggunaan model, metode, media

pembelajaran, dan sumber belajar yang sesuai karakteristik peserta didik; c) adanya

refleksi di akhir pembelajaran; d) adanya tindak lanjut; e) adanya penilaian proses

pembelajaran berdasarkan kesiapan peserta didik; dan f) adanya informasi akan rencana

pembelajaran selanjutnya. Untuk aspekaplikasi nilai-nilai karakter pada proses

pembelajaran diketahui bahwa sebanyak 58% guru menyatakan sering menerapkan

pembelajaran aktif berbasis karakter di kelas, 31% menyatakan selalu, dan 11%

menyatakan kadang-kadang. Pembelajaran aktif berbasis karakter yang dilakukan para

guru adalah dengan memadukan berbagai metode pembelajaran seperti cooperative

learning, contextual learning, group discussion,role model, role paying, melibatkan

Page 13: Analisis Manajemen Pembelajaran Aktif Berbasis Karakter ...

peserta didik dalam pengalaman pembelajaran, menjadikan peserta didik sebagai subjek

pembelajaran (student centre), dan mengkaitkan materi pelajaran dengan nilai-nilai

karakter yang dibangun.

Untuk aspek penggunaan model, metode, media pembelajaran, dan sumber belajar

yang bervariasi dan sesuai karakteristik peserta didikdiketahui bahwa sebanyak 48%

guru menyatakan sering menggunakan model, metode, media pembelajaran dan sumber

belajar yang sesuai karakter peserta didik, 27 % menyatakan selalu dan 25%

menyatakan kadang-kadang. Adapun beberapa model pembelajaran yang sesuai dengan

karakter peserta didik di SMP Rintisan Kurikulum 2013 se Kecamatan Beji Kota Depok

adalah model inkuiri, project based learning, problem based learning(PBL), discovery

learning, presentasi, peer teaching (tutor sebaya), contextual teaching learning (CTL),

dan model saintifik sebagaimana diterapkan dalam Kurikulum 2013. Adapun metode

pembelajaran yang disesuaikan dengan karakter peserta didik adalah : cooperative

learning, student team achievement division (STAD), jigsaw, problem based

indtroduction, mind mapping, role playing, demonstration, drill dan ceramah. Media

yang digunakan para guru biasanya meliputi LCD, audio visual, PPT, alat praktikum,

buku kamus, software pembelajaran, alat peraga, koran majalah, video, encharta

geograpy, online school termasuk didalmnya quipper school.Adapun sumber

pembelajaran yang sering digunakan adalah buku paket, internet, lingkungan sekitar,

media masa, kumpulan soal, modul pembelajaran, dan lembar kerja siswa.

Para guru mengaku bahwa pendekatan pembelajaran yang lebih banyak

digunakanadalah 1) Saintifik, hal ini karena pendekatan saintifik dinilai paling sesuai

dengan kurikulum 2013, mampu mengarahkan siswa pada pembelajaran yang mandiri,

kritis dan kreatif, langkah-langkahnya pembelajarannya yang meliputi 5 M yakni

mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan mengkomunikasikan-dinilai sudah tepat

karena lebih mudah diaplikasikan, runut dan praktis; 2) Inkuiri, hal ini dikarenakan

pendekatan ini menantang keingintahuan peserta didik, melibatkan peserta didik dalam

proses menemukan konsep, dan lebih banyak menggunakan pendekatan observasi; 3)

Problem solving learning, hal ini dikarenakan pendekatan ini lebih mengena pada

pembentukan karakter, siswa dilatih menjadi kreatif, aktif dan mampu menemukan

solusi atas permasalahan.

Untuk aspekmelakukan refleksi di akhir pembelajaran diketahui bahwa sebanyak

52% guru menyatakan sering melaksanakan refleksi di akhir pembelajaran, 25%

menyatakan selalu, dan 23% menyatakan kadang-kadang. Refleksi pembelajaran

dilakukan dengan cara dua arah yakni dari pihak guru dan peserta didik. Pihak guru

secara jujur mengingat kembali proses pembelajaran dari awal hingga akhir, apa yang

sudah dilakukan, bagaimana reaksi peserta didik, dan bagaimana pencapaian

keberhasilan pembelajaran pada saat itu. Dipihak peserta didik, guru juga mengajak

siswa dengan jujur, terbuka dan bertanggung jawab untuk merenungkan kembali

aktifitas pembelajaran yang telah dilakukan dari awal hingga akhir pembelajaran.

Page 14: Analisis Manajemen Pembelajaran Aktif Berbasis Karakter ...

Refleksi pembelajaran dilakukan juga dengan mengecek kembali sejauhmana peserta

didik memahami materi, memberikan pertanyaan, mengulang kembali hal-hal penting

yang telah dipelajari, membuat kesimpulan danmenggali kesulitan peserta didik selama

pembelajaran berlangsung.

Aspek melakukan tindak lanjut diketahui bahwa Sebanyak 48% guru menyatakan

sering melakukan tindak lanjut atas pembelajaran, 25% menyatakan selalu, dan 2%

meyatakan tidak pernah. Tindak lanjut yang dilakukan para guru dilakukan dengan cara

memberikan kesempatan peserta didik untuk bertanya, memberikan penilaian dan

apresiasi atas keberhasilan pencapaian pembelajaran peserta didik, memberikan post test

baik secara lisan maupun tulisan, dan memberikan tugas lanjutan berupa pekerjaan

rumah.

Aspek menginformasikan rencana pembelajaran selanjutnyadiketahui bahwa

sebanyak 50% guru menyatakan sering menginformasikan rencana pembelajaran

selanjutnya, 33% menyatakan selalu, 15% menyatakan kadang-kadang, dan 2%

menyatakan tidak pernah. Para guru yang sering dan selalu menginformasikan rencana

pembelajaran selanjutnya biasanya menginformasikan hal tersebut sebelum mereka

mengakhiri proses pembelajaran, yakni jeda antara refleksi pembelajaran dan penutup.

Pengawasan Pembelajaran Aktif Berbasis Karakter

Pengawasan pembelajaran aktif berbasis karakter mencakup supervisi yang

dilakukan oleh kepala sekolah dan pengawas sekolah. Untuk aspek seberapa sering

kepala sekolah mensupervisi iketahui bahwa sebanyak 38% guru menyatakan sering

mendapatkan supervisi dari kepala sekolah, 37% menyatakan kadang-kadang, 19%

menyatakan selalu, dan 6% menyatakan tidak pernah. Para guru yang menjawab sering,

selalu dan kadang-kadang menyatakan bahwa rata-rata supervisi pembelajaran oleh

kepala sekolah dilakukan satu hingga dua kali dalam setahun. Hal yang biasanya

disupervisi kepala sekolah meliputi perangkat pembelajaran, metode dan cara mengajar

guru, proses pembelajaran, interaksi guru dan siswa di dalam kelas, kondisi pesesrta

didik ketika belajar, penggunaan media dalam pembelajaran, dan penilaian hasil

pembelajaran. Para guru yang disupervisi kepala sekolah secara keseluruhan

menyatakan merasa senang disupervisi kepala sekolah. Hal ini dikarenakan mereka

merasa diberikan umpan balik dari kepala sekolah sehingga dapat memperbaiki hal-hal

yang kurang selama pembelajaran dan meningkatkan hal-hal yang sudah baik dalam

pembelajaran.

Aspek seberapa sering para guru mendapatkan pelatihandiketahui bahwa

sebanyak 44% guru menyatakan sering mendapatkan pelatihan, 40% menyatakan

kadang-kadang, 12% menyatakan selalu, dan 4 % menyatakan tidak pernah/belum. Para

guru mengaku bahwa mereka mendapatkan pelatihan sekitar satu hingga enam kali

dalam setahun. Namun pelatihan tersebut tidak semuanya terkait pelatihan kurtilas atau

pendidikan karakter. Pelatihan tersebut biasanya didapatkan dari dinas pendidikan

Page 15: Analisis Manajemen Pembelajaran Aktif Berbasis Karakter ...

setempat, departemen keagamaan setempat, internal sekolah (yayasan), Jaringan

Sekolah Islam Terpadu (JSIT), Paguyuban Sekolah Rintisan Kurtilas Mandiri se

Kecamatan Beji Kota Depok, dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) tingkat

kota.

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah bahwa SMP Rintisan

Kurikulum 2013 Secara Mandiri di Kecamatan Beji Kota Depok mendapatkan

pendampingan dari dinas pendidikan kota pada tahun kedua dan ketiga. Sementara

tahun pertama, sekolah betul-betul mandiri. Pendampingan dari dinas pendidikan

setempat berupa pengarahan, pelatihan namun belum spesifik terkait model-model

pembelajaran, job learning, dan supervisi dalam bentuk on 1 dan on 2. Dalam jangka

waktu satu bulan satu kali paling tidak tim pendamping dari dinas setempat

mendampingi para guru mata pelajaran. Terdapat 11 tim pendamping untuk setiap

sekolah rintisan kurikulum 2013 secara mandiri, terdiri atas 9 pendamping untuk 9 mata

pelajaran, 1 pendamping staf kepustakaan, dan 1 pendamping untuk staf laboratorium.

Pembahasan

Perencanaan Pembelajaran Aktif Berbasis Karakter

Perencanaan pembelajaran aktif berbasis karakter mencakup dua indikator penting

yakni pengembangan nilai karakter dalam perencanaan pembelajaran dan memperhatikan

prinsip penyusunan perencanaan pembelajaran. Guru-guru di SMP Rintisan Kurikulum 2013

Mandiri di Kecamatan Beji Kota Depok sudah dapat merencanakan perencanaan

pembelajaran dengan baik, meski konsistensinyadalam merumuskan perencanaan

pembelajaran aktif yang mengandung nilai-nilai karakter masih memerlukan peningkatan.

Hal ini terlihat dari hasil angket tertutup dan terbuka para guru serta wawancara mendalam

dengan para kepala sekolah terkait perencanaan pembelajaran yang mereka susun.

Beberapa aspek dilakukan secara konsisten dalam perencanaan tersebut, namun

beberapa aspek lainnya masih belum konsisten dilakukan sehingga masih harus terus

ditingkatkan.Kenyataan bahwa sebagian besar guru telah mengembangkan nilai-nilai

karakter dalam perencanaan pembelajarannya, terutama dalam KI 1, 2, 3 dan 4 telah sesuai

dengan peraturan Pedoman Sekolah 2009 terkait Pengembangan dan Pendidikan Budaya dan

Karakter Bangsa bahwa, KI sikap spiritual bertujuan menerima, menjalankan, dan

menghargai ajaran agama yang dianut para peserta didik.KI 2 bertujuan menunjukkan

perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi

dengan keluarga, teman, guru, dan tetangganya. KI 3 bertujuan memahami pengetahuan

faktual dengan cara mengamati dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya,

makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, serta benda-benda yang dijumpainya di rumah, di

sekolah dan tempat bermain peserta didik. Sementara KI 4 bertujuan menyajikan

pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis dan logis, dalam gerakan yang

Page 16: Analisis Manajemen Pembelajaran Aktif Berbasis Karakter ...

mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman

dan berakhlak mulia.22

Berdasarkan penjabaran di atas, dapat disimpulkan bahwa perencanaan pembelajaran

aktif berbasis karakter di SMP Rintisan Kurikulum 2013 Mandiri Se-Kecamatan Beji Depok

dapat dilihat pada tabel berikut:

No Indikator

Aspek

S

L

S

R

K

k

T

P

1

.1

Perencanaan

Pembelajaran

Nilai

Karakter yang

dikembangkan

dalam

Perencanaan

Pembelajaran

3

5%

4

6%

1

9%

2.

Memper

hatikan Prinsip

Penyusunan

Perencanaan

Pembelajaran

5

4%

4

0%

6

%

Tabel 4.2.1. Perencanaan Pembelajaran Aktif Berbasis Karakter di SMP

Rintisan Kurikulum 2013 Mandiri Se-Kecamatan Beji Depok

Indikator perencanaan pembelajaran aktif berbasis karakter yang sudah dilaksanakan

para guru diantaranya penyusunan silabus dan RPP yang sesuai sebagaimana mestinya, dan

merencanakan pembelajaran sebagaimana prinsip-prinsip penyusunan RPP yang

memperhatikan perbedaan individual peserta, partisipasi aktif peserta didik, pengembangan

budaya membaca dan menulis, adanya pemberian umpan balik dan tindak lanjutRPP, adanya

penekanan pada keterkaitan dan keterpaduanantara KD, materipembelajaran, kegiatan

pembelajaran, indikator pencapaiankompetensi, penilaian, dan sumber belajar dalam satu

keutuhanpengalaman belajar, dan penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara

terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi.

Indikator perencanaan pembelajaran aktif berbasis karakter yang masih belum

konsisten dilakukan oleh para guru diantaranya indikator pengembangan nilai-nilai karakter

yang tersusun dengan jelas dalam perencanaan pembelajarandan indikator dan sejauhmana

para guru memperhatikan prinsip-prinsip penyusunan perencanaan pembelajaran yang

memuat pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, dan mengakomodasi pembelajaran

tematik-terpadu, keterpaduan lintas mata pelajaran, lintas aspek belajar, dan keragaman

budaya.

22Pedoman Sekolah 2009 terkait Pengembangan dan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa

Page 17: Analisis Manajemen Pembelajaran Aktif Berbasis Karakter ...

Perencanaan pembelajaran yang sudah dilakukan para guru diatas sesuai dengan

pendapat Schermerhorn yang berpendapat perencanaan yang baik akan membantu dalam

menentukan (1) prioritas berorientasi - memastikan hal yang paling penting mendapatkan

perhatian pertama, (2) aksi berorientasi – menjaga hasil orientasi, 3) keuntungan berorientasi

- memastikan bahwa semua sumber daya digunakan untuk keuntungan yang terbaik, (4)

mengubah berorientasi - mengantisipasi masalah dan kesempatan sehingga mereka dapat

ditangani.23

Perencanaan yang dibuat juga sudah sesuai dengan Permen 65 tahun 2013 tentang

StandarProses PendidikanDasar dan Menengah yang mengemukakan bahwa, perencanaan

pembelajaran dirancang dalam bentuk Silabus dan Rencana PelaksanaanPembelajaran (RPP)

yang mengacu pada Standar Isi.24

Adapun terkait dengan perencanaan pembelajaran berbasis

karakter, silabus dan RPP yang telah dibuat para guru di SMP Rintisan Kurikulum 2013

Mandiri di Kecamatan Beji Kota Depok sudah memuat nilai-nilai karakter dan sesuai

dengan prinsip penyusunannya sebagaimana dikemukakan Larry P Nuccy dan Darcia bahwa

character education emphasizes the direct teaching of virtues and exemplary character

traits, role modeling, and reinforcement of good behaviour.25

Berdasarkan hal di atas, dapat disimpulkan bahwa perencanaan pembelajaran aktif

berbasis karakter di SMP Rintisan Kurikulum 2013 Mandiri di Kecamatan Beji Kota Depok

dilaksanakan dengan cara mengembangkan nilai-nilai karakter pada silabus dan RPP yang

sesuai dengan prinsip penyusunannya.

Pelaksanaan Pembelajaran Aktif Berbasis Karakter

Pelaksanaan pembelajaran aktif berbasis karakter di SMP Rintisan Kurikulum 2013

Mandiri di Kecamatan Beji Kota Depok terlaksana seiring proses perkembangan perbaikan

terus menerus. Hal ini terlihat dari hasil angket tertutup dan terbuka yang disebar kepada

para guru dan hasil wawancara mendalam kepada kedua kepala sekolah serta beberapa

peserta didik yang dapat dilihat pada tabel berikut:

Indikator Sub

Indikator

Aspek S

L

S

R

K

k

T

P

Pelaksanaan

Pembelajaran

a. Pengelola

an Kelas

Mengatur tempat

duduk siswa

dalam

pengelolaan kelas

berbasis karakter

2

5%

3

5%

3

8%

Mengatur volume

dan intonasi suara

dalam

7

3%

2

7%

23 Schermerhorn. loc.cit 24 Permen 65 tahun 2013 loc.cit 25 Larry P Nuccy dan Darcia loc.cit

Page 18: Analisis Manajemen Pembelajaran Aktif Berbasis Karakter ...

pengelolaan kelas berbasis karakter

Menggunakan

bahasa santun

dalam

pengelolaan kelas

berbasis karakter

5

6%

4

4%

Menyesuaikan

materi dengan

kecepatan belajar

peserta didik

dalam

pengelolaan kelas

berbasis karakter

5

6%

3

6%

8

%

Menerapkan

ketertiban,

kedisiplinan,

kenyamanan, dan

keselamatan (4 K)

dalam

pengelolaan kelas

berbasis karakter

6

7%

3

1%

2

%

Menghargai

pertanyaan

peserta didik

dalam

pengelolaan kelas

berbasis karakter

8

3%

1

7%

Berpakaian

sopan, bersih, dan

rapi dalam

pengelolaan kelas

berbasis karakter

8

1%

1

9%

Menyiapkan fisik

dan psikis peserta

didik dalam

pengelolaan kelas

berbasis karakter

4

2%

4

8%

1

0%

Memotivasi

materi pelajaran

dalam

pengelolaan kelas

berbasis karakter

3

8 %

5

4%

8

%

b. Proses

Pembelaja

ran

Menerapkan

pembelajaran

aktif berbasis

3

1%

5

8%

1

1%

Page 19: Analisis Manajemen Pembelajaran Aktif Berbasis Karakter ...

karakter pada proses

pembelajaran

Menggunakan

model, metode,

media

pembelajaran, dan

sumber belajar

yang bervasirasi

dan sesuai

karakteristik

peserta didik

2

7 %

4

8%

2

5%

Melakukan

refleksi

pembelajaran di

akhir

pembelajaran

2

5%

5

2%

2

3%

Melakukan tindak

lanjut

pembelajaran

2

5%

4

8%

2

%

Menginformasika

n rencana

pembelajaran

selanjutnya

3

3%

5

0%

1

5%

2

%

Tabel 4.1.2. Pelaksanaan Pembelajaran Aktif Berbasis Karakter di SMP Rintisan Kurikulum 2013

Mandiri Se-Kecamatan Beji Depok

Indikator yang sudah konsisten dilaksanakan para guru di SMP Rintisan Kurikulum

2013 Mandiri di kecamatan Beji Kota Depok meliputi indikator pelaksanaan pembelajaran

dengan aspek pengelolaan kelas yang mencakup pengaturan volume dan intonasi suara,

penggunaan bahasa santundalam pengelolaan kelas berbasis karakter, menghargai

pertanyaan peserta didik, berpakaian sopan, bersih, dan rapidalam pengelolaan kelas

berbasis karakter.

Indikator proses pelaksanaan pembelajaran yang masih dilakukan secara inkonsisten

oleh para guru diantaranya adalah menerapkan pembelajaran aktif berbasis karakter itu

sendiri ketika di kelas. Hal tersebut juga diakui oleh para kepala sekolah di kedua sekolah

tersebut dalam wawancaranya, bahwa memang para guru belum sepenuhnya memahami

metode dan model-model teknis active learning.Sebanyak 25% guru mengaku kadang-

kadang menggunakan model, metode, media pembelajaran, dan sumber belajar yang

bervariasi dan sesuai karakteristik peserta didik. Selebihnya mereka kembali pada model

lama yakni ceramah. Media dan sumber pembelajaran pun dirasa masih terbatas sehingga

menimbulkan kejenuhan bagi gurunya sendiri.

Di akhir pembelajaran juga masih terdapat guru 25 % guru yang menyatakan

kadang-kadangmelakukan refleksi pembelajaran. Padahal dalam pembelajaran aktif

Page 20: Analisis Manajemen Pembelajaran Aktif Berbasis Karakter ...

berbasis karakter, refleksi pembelajaran dinilai sangat penting terutama untuk

mengevaluasi a) seluruh rangkaian aktivitas pembelajaran dan hasil-hasil yang diperoleh

untuk selanjutnya secara bersama menemukan manfaat langsung maupun tidak langsung

dari hasil pembelajaran yang telah berlangsung; b) memberikan umpan balik terhadap

proses dan hasil pembelajaran; c) melakukan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk

pemberian tugas, baik tugas individual maupun kelompok; dan d) menginformasikan

rencana kegiatan pembelajaran untuk pertemuan berikutnya.26

Pengaturan tempat duduk peserta didik seharusnya juga menjadi hal yang

diperhitungkan para guru dalam melaksanakan pembelajaran aktif berbasis karakter.

Dengan perencanaan pengaturan tempat duduk yang baik, para peserta didik dapat bertukar

pendapat dengan temannya, dapat menyelesaikan masalah beserta timnyasehingga tumbuh

kemandirian, kereatifitas dan daya kritisnya. Tentunya aktifitas semacam itu memerlukan

perencanaan tempat duduk yang matang sebelumnya yang harus direncanakan para guru.

Namun pada kenyataannya, sebanyak 38% guru menyatakan kadang-kadang mengatur

tempat duduk peserta didiknya.

Berdasarkan hasil wawancara kepada peserta didik dan kepala sekolah juga

diketahui bahwa, proses pembelajaran setiap mata pelajaran yang mencakup kegiatan

pendahuluan, inti dan penutup memuat nilai-nilai karakter, seperti misalnya pada kegiatan

pendahuluan, peserta didik memulai pembelajaran dengan pendekatan spiritual dan rasa

ingin tahu yang tinggi terkait materi pelajaran yang akan disampaikan. Pada kegiatan inti,

setiap guru mata pelajaran juga mengkaitkan materi pembelajaran dengan kenyataan

sehari-hari dilapangan, dan memunculkan nilai-nilai karakter dalam setiap pembelajaran.

Misalnya ketika belajar bahasa inggris, dengan topik disaster, peserta didik ditumbuhkan

rasa cinta kepada tanah air nya sehingga muncul kesadaran untuk menjaga lingkungan

dengan sebaik-baiknya, demikian pula dengan mata pelajaran lainnya.

Dalam setiap pertemuan, setiap mata pelajaran memunculkan nilai-nilai karakter

yang berbeda. Menurut hasil wawancara dengan para peserta didik, nilai-nilai karater yang

dimunculkan biasanya bervariasi, seperti kerjasama tim, kejujuran, kemandirian, disiplin,

kreatifitas dan masih banyak lainnya. Hal tersebut tentunya selaras dengan Pedoman

Pengembangan dan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsayang diterapkan di sekolah-

sekolah, bahwa terdapat delapan belas nilai karakter yang senantiasa dikembangkan dalam

proses pembelajaran aktif tersebut, yakni (1) Religius, (2) Jujur, (3) Toleransi, (4) Disiplin,

(5) Kerja keras, (6) Kreatif, (7) Mandiri, (8) Demokratis, (9) Rasa Ingin Tahu, (10)

Semangat Kebangsaan, (11) Cinta Tanah Air,(12) Menghargai Prestasi, (13)

Bersahabat/Komunikatif, (14) Cinta Damai, (15) Gemar Membaca, (16) Peduli

Lingkungan, (17) Peduli Sosial, (18) Tanggung Jawab.27

Proses pembelajaran berbasis karakter yang dilaksanakan di SMP Rintisan

Kurikulum 2013 Mandiri di Kecamatan Beji Kota Depok ini sudah sesuai dengan

26 Permen 65 tahun 2013 loc.cit 27Pusat Kurikulum. Pengembangan dan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa: Pedoman Sekolah. 2009:9-10).

Page 21: Analisis Manajemen Pembelajaran Aktif Berbasis Karakter ...

pendidikan karakter yang memang dicanangkan pemerintah yaknipendidikan karakter

adalahusaha menanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik (habituation) sehingga peserta

didik mampu bersikap dan bertindak berdasarkan nilai-nilai yang telah menjadi

kepribadiannya. Dengan kata lain, pendidikan karakter yang baik harus melibatkan

pengetahuan yang baik (moral knowing), perasaan yang baik atau loving good (moral

feeling) dan perilaku yang baik (moral action) sehingga terbentuk perwujudan kesatuan

perilaku dan sikap hidup peserta didik.28

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pembelajaran aktif berbasis

karakter di SMP Rintisan Kurikulum 2013 Mandiri di Kecamatan Beji Kota Depok

dilakukan dengan menggunakan model, metode, media pembelajaran, dan sumber belajar

yang sesuai karakteristik siswa melalui pendekatan dan penguatan nilai-nilai karakter.

Pengawasan Pembelajaran Aktif Berbasis Karakter

Pengawasan pembelajaran merupakan rangkaian manajemen pembelajaran yang tidak

boleh ditinggalkan. Pengawasan dari pihak kepala sekolah dan atau pengawas sekolah sangat

diperlukan dalam rangka mengevaluasi proses pembelajaran aktif berbasis karakter. Pengawasan

pembelajaran aktif berbasis karakter di SMP Rintisan Kurikulum 2013 Secara Mandiri Se-

Kecamatan Beji Kota Depok dapat dilihat pada tabel berikut:

No Indikator Aspek S

L

S

R

K

k

T

P

1. Pengawas

an Pembelaja

ran

Kepala sekolah

mensupervisi pembelajaran

1

9%

3

8%

3

7%

6

%

2. Mendapatkan

pelatihan terkait

pembelajaran aktif

atau pendidikan

karakter

1

2%

4

4%

4

0%

4

%

Tabel 4.1.3. Pengawasan Pembelajaran Aktif Berbasis Karakter pada SMP Rintisan

Kurikulum 2013 Mandiri Se-Kecamatan Beji Depok

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa pengawasan pembelajaran oleh

kepala sekolah sudah terlaksana meskipun prosentase kadang-kadangnya masih sebanyak

37%. Hal ini selaras dengan apa yang dikemukakan Robbins yang berpendapat bahwa

“control is the process of monitoring activities to ensure that they are being accomplished

as planned and of correcting any significant deviation”.29

Pengendalian atau pengawasan

adalah proses memantau kegiatan untuk memastikan bahwa apa yang dilakukan sesuai

dengan rencana dan ada perbaikan untuk penyimpangan yang signifikan tersebut.

28 Larry P Nuccy dan Darcia loc.cit 29 Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter, Kemendiknas, 2011

Page 22: Analisis Manajemen Pembelajaran Aktif Berbasis Karakter ...

Rentang waktu supervisi kepala sekolah ke dalam kelas dalam setahun dapat

dihitung kurang lebih satu hingga dua kali, namun ada juga beberapa guru menyatakan

tidak pernah atau belum pernah disupervisi sama sekali, yakni sebanyak 6%. Pengawasan

pelaksanaan kurikulum 2013 oleh pengawas dinas pendidikan setempat juga dilaksanakan.

Satu hingga dua bulan sekali monitoring dari dinas pendidikan datang ke setiap sekolah

yang dibina. Setiap sekolah mendapatkan sebelas supervisor yang terdiri atas sembilan

supervisor mata pelajaran, satu supervisor kepustakaan, dan satu supervisor labolatorium.

Secara teknis, porsi pengawasan oleh dinas pendidikan setempat lebih banyak dilakukan

dengan cara sosialisasi dan latihan (workshop) pembuatan rencana pembelajaran (RPP)

kurikulum 2013 itu sendiri. Para guru dan kepala sekolah mengaku bahwa idealnya proses

pendampingan (pengawasan) tersebut lebih di variasikan lagi kegiatannya, seperti

pendampingan metode pembelajaran atau model-model pembelajaran. Namun setiap

sekolah juga mengakui, karena keterbatasan masing-masing sekolah dan pihak dinas

pendidikan setempat juga, akhirnya pendampingan masih sebatas sosialisasi kurikulum

2013 dan RPP, belum pada pelaksanaan pembelajaran dan jadwal pendampingan juga lebih

banyak dipadatkan dari seharusnya.

Idealnya pengawasan proses pembelajaran dilakukan melalui kegiatan pemantauan,

supervisi, evaluasi, pelaporan, serta tindak lanjut secara berkala dan berkelanjutan oleh

kepala satuan pendidikan dan pengawas. Pemantauan proses pembelajaran dilakukan pada

tahap perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian hasil pembelajaran melalui diskusi

kelompok terfokus, pengamatan, pencatatan, perekaman, wawancara, dan dokumentasi.

Hal ini sebagaimana di tetapkan Permen 65 tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan

Dasar dan Menengah bahwa supervisi proses pembelajaran juga semestinya dilakukan

pada tahap perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian hasil pembelajaran melalui pemberian

contoh, diskusi, konsultasi, atau pelatihan. Adapun pelaporan hasil kegiatan pemantauan,

supervisi, dan evaluasi proses pembelajaran semestinya disusun dalam bentuk laporan

untuk kepentingan tindak lanjut pengembangan keprofesionalan pendidik secara

berkelanjutan.30

Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan,

pengawasan pembelajaran di SMP Rintisan Kurikulum 2013 Mandiri di Kecamatan Beji

Kota dilaksanakan oleh kepala sekolah minimal satu tahun sekali dan dipantau oleh dinas

pendidikan setempat dalam bentuk pendampingan dengan rentang waktu pendampingan

dua bulan sekali.

Perkembangan Penerapan Kurikulum 2013 di SMP Rintisan Kurikulum 2013

Mandiri di Kecamatan Beji Kota Depok

Sejak digulirkannya kurikulum 2013 diSMP Rintisan Kurikulum 2013 Mandiri di

Kecamatan Beji Kota Depok pada tahun 2013 hingga saat ini, sekolah-sekolah yang

dimaksud tersebut mengaku mendapatkan banyak kemajuan terutama dalam hal proses

30 Permen 65 tahun 2013 loc.cit

Page 23: Analisis Manajemen Pembelajaran Aktif Berbasis Karakter ...

pembelajaran peserta didik. Pembelajaran aktif berbasis karakter yang menjadi salah satu

strategi dalam implementasi kurikulum 2013 sejalan dengan semangat (ruh) dari kurikulum

itu sendiri, yakni pembentukan karakter(character building). Hal itu pula yang menarik

perhatian bagi SMP Rintisan Kurikulum 2013 Secara Mandiri di Kecamatan Beji Kota

Depok untuk memutuskan menerapkan kurikulum 2013 secara mandiri, disamping

memang sejalan dengan visi misi sekolah-sekolah tersebut. Dalam tiga tahun pelaksaanaan

kurikulum 2013 di SMP Rintisan Kurikulum 2013 Mandiri di Kecamatan Beji Kota Depok

ini, keberhasilan yang didapat oleh sekolah dinilai mengalami banyak peningkatan.

Misalnya, dalam proses pembelajaran peserta didik guru menjadi lebih tertantang untuk

lebih kreatif dan inovatif dalam merancang pembelajaran yang PAKEM (pembelajaran

aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan). Peserta didik pun menjadi lebih aktif, kritis dan

mandiri dalam proses pembelajaran karena mereka menjadi subjek pembelajar yang

sebenarnya. Setiap pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik untuk meningkatkan

kreativitas peserta didik, dan proses pembelajaran juga menuntun peserta didik untuk

mencari tahu, bukan diberi tahu (discovery learning).

Output yang didapat dari diterapkannya kurikulum 2013 di SMPIT Ummu’l Quro

Depokdalam 2 tahun terakhir ini mengalami banyak peningkatan kualitas dan kuantitas.

Hasil Ujian Nasional peserta didik mengalami kemajuan yang cukup baik. Hal ini terbukti,

pada tahun ajaran 2015/2016 lalu SMPIT Ummu’l Quro dinobatkan sebagai SMP dengan

nilai UN tertinggi kedua di kecamatan Beji Kota Depok. Selain itu para lulusan selama

kurun waktu dua tahun banyak diterima di sekolah negeri dan sekolah menengah favorit

semisal MAN Cendekia, SMA Taruna Nusantara, SMAN 1 Depok, SMAN 2 Depok dan

SMAN 3 Depok. Keberhasilan penerapan Kurikulum 2013 secara mandiri ini juga

berpengaruh terhadap naiknya prestasi non akademik peserta didiknya. Tercatat beberapa

prestasi peserta didik di Ummu’l Quro Depok sejak diterapkannya kurikulum 2013 secara

mandiri, seperti pada tahun 2014 menjuarai juara1 pada lomba Robot Camp JSIT

Indonesia, mendapatkan medali perak, perunggu, dan merit pada international mathematic

contest di Singapura, juara 3 dan harapan 1 pada olimpiade sains dan teknologi JSIT

Indonesia. Lalu pada tahun 2015 meningkat pesat dengan beberapa juara di bidang lainnya

seperti juara 2 lomba pidato keterampilan agama islam tingkat kota, juara 2 lomba tahfidz

30 juz tingkat kota, juara 3 lomba kaligrafi tingkat kota, mendapatkan medali perunggu dan

perak dalam kompetisi matematika nalaria realistik, mendapatkan gold, bronze dan silver

award pada Singapore and Asias Schools Math Olimpiade, juara 1 lomba taekwondo cup

KPM tingkat provinsi, juara 2 lomba basket tingkat kota, juara 1 lomba panahan tingkat

Jabodetabek, juara 2 O2SN atletik cabang lempar lembing tingkat kota, juara 1 tanding

O2SN pencak silat, dan juara 1 dan 2 O2SN catur tingkat kota.

Demikian pula di salah satu sekolah rintisan kurikulum 2013 mandiri lainnya,

yakni SMP Putra Bangsa. Dari sisi akademik SMP ini mengalami peningkatan nilai UN

secara rata-rata dan setiap tahunnya mengalami peningkatan. Di bidang non akademisnya,

prestasi peserta didiknya banyak mengalami peningkatan seperti juara 3 futsal tingkat

Page 24: Analisis Manajemen Pembelajaran Aktif Berbasis Karakter ...

kecamatan, juara 3 tari saman tingkat Jabodetabek, juara 2 paduan suara tingkat kota

Depok, dapat meloloskan 1 peserta sebagai kontingen pramuka tingkat Jawa barat pada

kegiatan jambore nasional pada 2016.

Hal yang menjadi inti dari kurikulum 2013 yakni pembentukan karakter peserta

didik pun terbentuk. Peserta didik di kedua sekolah terssebut sudah terbiasa dengan

karakter-karakter baik yang memang ditekankan sekolah baik ketika pembelajaran dikelas

maupun diluar kelas. Didalam kelas, setiap mata pelajaran berkewajiban mengajarkan

nilai-nilai karakter yang mencakup sikap spiritual, sosial, pengetahuan dan keterampilan

pada mata pelajaran yang diampunya. Setiap guru mata pelajaran juga memberikan

penilaian atas masing-masing sikap, pengetahuan dan keterampilan tersebut. Adapun

pembiasaan karakter diluar kelas dimulai sejak peserta didik masuk ke gerbang sekolah di

awal pembelajaran hingga kembali meninggalkan gerbang sekolah di akhir pembelajaran.

Dengan demikian, pembentukan karakter peserta didik pun terbina.

Beberapa Kendala yang Ditemukan

Secara umum, beberapa kendala yang dihadapi oleh SMP Rintisan Kurikulum 2013

Mandiri di Kecamatan Beji Kota Depok dalam melaksanakan pembelajaran aktif berbasis

karakter adalah:

1. Para guru dan kepala sekolah masih mendapatkan kendala dalam meningkatkan strategi

pembelajaran yang mencakup variasi model-model pembelajaran aktif. Pelatihan-

pelatihan yang diberikan dinas pendidikan setempat masih terbatas pada pemahaman

umum terkait kurikulum 2013, sementara pelatihan-pelatihan teknis semacam workshop

model pembelajaran mata pelajaran tertentu masih terbatas. Hal ini menjadikan

pemahaman dan praktek para guru terkait model-model pembelajaran aktif berbasis

karakter yang fokus pada student centermasih terkendala.

2. Masih terbatasnya penguasaan ICTpara guru.Tidak sedikit guru di SMP Rintisan

Kurikulum 2013 Mandiri di Kecamatan Beji Kota Depok terkendala masalah

penguasaan ICTsehingga dalam proses pembelajaran yang seharusnya aktif, kreatif,

efektif dan menyenangkan guru masih belum mengoptimalkan teknologi. Hal ini

menyebabkan paraguru kembali pada metode lamanya, yakni ceramah.

3. Pembelajaran aktif berbasis karakter menuntut peserta didik belajar secara

mandirisementara guru berfungsi sebagai manajer, fasilitator dan evaluator. Sayangnya,

hal ini menyebabkan pencapaian kompetensi peserta didik kadang tidak tercapai.

Pembelajaran aktif yang berpusat pada peserta didik (student centre) pada teknisnya di

SMPRintisan Kurikulum 2013 Mandiri di Kecamatan Beji Kota Depok memerlukan

waktu yang cukup lamadari waktu yang seharusnya. Sementara di sisi lain sekolah juga

mempunyai target pencapaian kompetensi peserta didik yang akan di ukur dalam Ujian

Nasional. Hal ini tentunya menjadi tantangantersendiri bagi pihak sekolah sehingga

pembelajaran aktif berbasis karakter tetap terlaksana dan kompetensi peserta didik pun

tercapai.

Page 25: Analisis Manajemen Pembelajaran Aktif Berbasis Karakter ...

4. Terkait dengan disiplin para guru dalam melakukan penilaian pembelajaran.Sistem

penilaian Kurikulum 2013 berbeda dengan sistem penilaian KTSP. Dalam sistem

penilaian Kurikulum 2013, setiap mata pelajaran memuat aspek kognisi, afektif dan

psikomotorik dan smasing-masing aspek tersebut memuat masing-masing indikator juga

yang tidak sedikit jumlahnya. Dengan demikian para guru seharusnya sudah harus

menginput nilai sejak awal pembelajaran dilakukan. Namun pada kenyataannya, para

guru di SMP Rintisan Kurikulum 2013 Mandiri di Kecamatan Beji Kota Depok belum

konsisten menerapkan hal tersebut, sehingga di akhir semester pihak guru dan sekolah

keteteran dalam menginput nilai peserta didik.

Kesimpulan

1. Perencanaan pembelajaran aktif berbasis karakter di SMP Rintisan Kurikulum 2013

Mandiri di Kecamatan Beji Kota Depok dilaksanakan denganmengembangkan nilai-

nilai karakter pada silabus dan RPP serta memperhatikan prinsip penyusunan

perencanaan pembelajaran berbasis karakter.

2. Pelaksanaan pembelajaran aktif berbasis karakter di SMP Rintisan Kurikulum 2013

Mandiri di Kecamatan Beji Kota Depok dilakukan dengan menggunakan model,

metode, media pembelajaran, dan sumber belajar yang sesuai karakteristik peserta didik

melalui pendekatan dan penguatan nilai-nilai karakter.

3. Pengawasan pembelajaran aktif berbasis karakter di SMP RintisanKurikulum 2013

Mandiri di Kecamatan Beji Kota Depok dilaksanakanoleh kepala sekolah dan

pendamping/pengawas dari dinas pendidikan setempat yang meliputisupervisi

perencanaan, pelaksanaan dan penilaian pembelajaran berbasis karakter.

4. Terdapat beberapa kendala yang dihadapi para guru dan kepala sekolah di di SMP

Rintisan Kurikulum 2013 Mandiri di Kecamatan Beji Kota Depok dalam melaksanakan

kurikulum 2013 mandiri. Kendala tersebut secara umum mencakup keterbatasan variasi

model-model pembelajaran aktif, masih terbatasnya penguasaan ICT, dilema antara

tuntutan pencapaian kompetensi peserta didik dengan pembelajaran aktif, dan masih

inkonsistensinya disiplin para guru dalam melakukan penilaian pembelajaran.

Saran

1. Para guru sebaiknya meningkatkan tingkat konsistensinya dalam merumuskan

perencanaan pembelajaran aktif yang mengandung nilai-nilai karakter didalamnya serta

konsisten dalam menyusun perencanaan pembelajaran sebagaimana prinsip-prinsip

penyusunan pembelajaran aktif;

2. Para guru sebaiknya meningkatkan tingkat konsistensinya dalam menggunakan model,

metode, media pembelajaran, dan sumber belajar yang bervariasi dan sesuai

karakteristik peserta didik serta melakukan refleksi pembelajaran diakhir pembelajaran;

Page 26: Analisis Manajemen Pembelajaran Aktif Berbasis Karakter ...

3. Kepala sekolah dan pengawas dari dinas setempat sebaiknya melakukan pengawasan

secara berkelanjutan dan meningkatkan intensitas pengawasan tersebut terutama dalam

hal pelaksanaan pembelajaran aktif;

4. Perlu ditingkatkan intensitas pelatihan model-model, metode, dan sumber belajar yang

bervariasi baik secara mandiri dilakukan oleh sekolah terkait maupun dengan cara

pendampingan/pengwasan berkelanjutan dari dinas pendidikan terkait.

DAFTAR PUSTAKA

Fasli Jalal, 2016, Makalah Seminar Nasional, Jakarta

http://www.muhammadnoer.com/pendidikan-karakter/diunduh 17 april 2016

Stephen P.Robbins Mary Coulter, Management (London:Pearson Education Limited, 2012),

h.232

Bonwell, C.C., and J. A. Eison, 1991, “Active Learning: Creating Excitement in the

Classroom,” ASHEERIC Higher Education Report No.1, George Washington University,

Washington, DC

Michael Prince. “Does Active Learning Work? A Review of the Reseach”, Journal of

Engineering Education, 2004, 93 (3), 223-231

Yoder, J.D., dan Hochevar, C.M.. Encouraging Active Learning Can Improve

Students’Performance on Examinations. Teaching of Psychology, 2005, 32(2), 91-95.

Hackathorn, J., Solomon, E. D., Tennial, R. E., Garczynski, A. M., Blankmeyer, K.,Gebhardt, K.

& Anthony,

J. N. You get out what you put in: Student engagement affects assessment. Poster presentation:

Best Practices in Assessment Conference: Atlanta, GA, 2010

Stewart-Wingfield, S., & Black, G. S. (2005). “Active versus passive course designs: The impact

on student outcomes”. Journal of Education for Business81, 2005, hh. 119–125.

Serva, M. A., & Fuller, M. A. “Aligning what we do and what we measure in business schools:

Incorporating active learning and effective media use in the assessment of instruction”.

Journal of Management Education, 28, 2010 hh. 19–3

Zayapragassarazan and Santosh Kumar. Active Learning Methods. NTTC Bulletin (ISSN 2250-

396X) 2012; 19(1):3-5.

Permendikbud Nomor 103 Pasal 2 Tahun 2014

Larry P Nuccy dan Darcia Narvaez, Handbook of Moral and Character Education; Moral

Education n the Cognitive Development Tradition; Lawrence Kohlberg’s Revolutionary

Ideas by John Snareyand and Peter Samuelson (Routledge Taylor and Francis, 2008), h.55

Dharma Kesuma dkk, Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik di Sekolah (Bandung:

Remaja Rosdakarya, 2011), hh.5-6

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses untuk

Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah hal 8-11

Page 27: Analisis Manajemen Pembelajaran Aktif Berbasis Karakter ...

Richard L. Daft, New Era Of Management (Canada, Printed, 2010), h.7 45

Stephen P. Robbins, Management Tenth Edition (Prentice Hall, Pearson, 2009), h. 415

RasulDjuharis, “Pelaksanaan Pendidikan Karakter, Ekonomi Kreatif, Dan Kewirausahaan Dalam

Belajar Aktif di SMK”, Jurnal Pendidikan & Kebudayaan Vol. 19, No. 1 Maret2013.

Punaji Setyosari. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan. Jakarta : Kencana, 2010.

David Silverman, Interpreting Qualitative Data; Methods for Analysing Talk, Text and

Interaction, (London: Sage Publication, Ltd, 1994), h. 9.

Pedoman Sekolah 2009 terkait Pengembangan dan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa

Pusat Kurikulum. Pengembangan dan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa: Pedoman

Sekolah. 2009:9-10).

Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter, Kemendiknas, 2011