Analisis Manajemen Pembelajaran Aktif Berbasis Karakter pada SMP Rintisan Kurikulum 2013 Mandiri di Kecamatan Beji Kota Depok Susan Febriantina Program studi D3 Sekretari, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Jakarta e-mail : [email protected]dan [email protected]ABSTRACT This research is a descriptive research to get factual data about the planning, implementation and supervision of character-based active learning at independent curriculum 2013 junior high schoolsin Depok. It also explores the obstacles to find solutions to solve the problem. Data source in this study includessome junior high schools in Beji sub-district of Depok City which has been given decreed by Balitbang Kemendikbud as independent curriculum 2013 junior high school. Data collection techniques and procedures are used using several sources of evidence; questionnaires, in- depth interviews, documentation studies and archives. Data analysis in this study uses descriptive statistical data analysis techniques by calculating the percentage and provide a review or interpretation of the data obtained so that becomes more clear and meaningful than just the numbers. Character-based active learning planning at independent curriculum 2013 junior high schools in Depok is implemented by developing character values on syllabus and lesson plan and taking into account the principle of the preparation of character-based learning planning. Implementation of character-based active learning in independent curriculum 2013 junior high school in Depok is done by using model, method, learning media, and learning resource according to the characteristics of learners through approach and strengthening of character values. While the supervision of character-based active learning is carried out by the school principal and supervisor/supervisor of the local education office which includes planning supervision, implementation and character-based learning assessment. Key words; active learning, character, independent curriculum 2013
27
Embed
Analisis Manajemen Pembelajaran Aktif Berbasis Karakter ...
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Analisis Manajemen Pembelajaran Aktif Berbasis Karakter pada SMP
Rintisan Kurikulum 2013 Mandiri di Kecamatan Beji Kota Depok
Susan Febriantina
Program studi D3 Sekretari, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Jakarta
Dari latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasikan permasalahan sebagai
berikut.
1. Munculnya SMP Rintisan Kurikulum 2013 Mandiri di Kecamatan Beji Kota Depok
menjadi sesuatu hal yang langka dan unik mengingat tidak banyak sekolah di kota Depok
siap menerapkan kurikulum 2013.
2. Belum ada data yang pasti untuk mengukur atau mendepenelitiankan manajemen
pembelajaran aktif berbasis karakter dan kendala pelaksanaan pembelajaran aktif berbasis
karakter di SMP Rintisan Kurikulum 2013 Mandiri di Kecamatan Beji Kota Depok.
Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut;
1. Bagaimana perencanaan, pelaksanaan dan pengawasanpembelajaran aktif berbasis
karakter pada SMP Rintisan Penerapan Kurikulum 2013 Mandiri di Kecamatan Beji Kota
Depok?
2. Kendala apa saja yang dihadapi para guru dalam mengimplementasikan pembelajaran
aktif berbasis karakter pada SMP Rintisan Kurikulum 2013 Mandiri di Kecamatan Beji
Kota Depok?
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan data faktual tentang perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasipembelajaran aktif berbasis karakter pada SMP Rintisan
Kurikulum 2013 Mandiri di Kecamatan Beji Kota Depok serta menggali kendala-kendala
yang dihadapinya untuk dicarikan solusi atas permasalahan tersebut.
2. TINJAUAN PUSTAKA
Perencanaan Pembelajaran Aktif Berbasis Karakter
Robbins dan Coulter mengemukakan bahwa “planning involves defining the
organization’s goals, establishing strategies for achieving those goals, and developing plans
to integrate and coordinate work activities. It’s concerned with both ends (what) and means
(how)”.3Sementara itu Schermerhorn menyebutkan bahwa “good planning helps make us :
(1) Priority oriented – making sure the most important things get first attention, (2) Action
oriented – keeping a results-driven sense of direction, (3) Advantage oriented – ensuring
that all resources are used to best advantage, (4) Change oriented – anticipating problems
and opportunities so they can be best dealt with.”
Terkait dengan perencanaan pembelajaran aktif berbasis karakter, Bonwell dan Eison
mengemukakan,“active learning is generally defined as any instructional method that
engages students in the learning process. In short, active learning requires students to do
3Stephen P.Robbins Mary Coulter, Management (London:Pearson Education Limited, 2012), h.232
meaningful learning activities and think about what they are doing”.4 Prince
mengemukakan bahwa the core elements of active learning are student activity and
engagement in the learning process.5Sementara Yoder&Hochevar mengemukakan,“active,
or experiential, teaching is a student-centered approach to teaching. It includes any
technique that involves the students in the learning process and holds students responsible
for their own learning.6Hackathorn et.all mengemukakan bahwa“Instructors have used
elaborate demonstrations, structured activities, journaling, small group discussions, quizzes,
interactive lecture cues, videos, humorous stories, taking field trips, and games, to get
students involved and active in the learning process”.7 Stewart-Wingfield & Black
mengemukakan, “active teaching techniques change the pace of the classroom, and are a
creative way to increase students’ involvement, motivation, excitement, attention, and
perceived helpfulness and applicability of the class.”8
Serva and Fuller “They are also better able to identify the concepts in the real world,
manipulate phenomena for their own purposes, think about the material in new and complex
ways, comprehend phenomena conceptually, and recall, retain, and memorize the material
better.”9Zayapragassaraza dan Kumar mengemukakan,“active learning promotes proper
knowledge, attitude and skills among the students. The basic concept is that students will be
able to learn better if they are subjected to active learning environments which also
encourage learners to take responsibility for their learning”.10
Dalam Permendikbud Nomor
103 Pasal 2 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Menengah
disebutkan bahwa pembelajaran aktif memiliki karakteristik yakni 1) interaktif dan
inspiratif; 2) menyenangkan,menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi
aktif; 3) kontekstual dan kolaboratif; 4) memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian peserta didik; dan 5) sesuai dengan bakat, minat, kemampuan,
dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.11
Berdasarkan pendapat para ahli serta beberapa sumber di atas, dapat disintesikan
bahwa pembelajaran aktif merupakan proses pembelajaran yang dapat membangun “makna”
terhadap pengalaman dan informasi peserta didik. Bermakna disini artinya dapat
mengembangkan inisiatif dan tanggung jawab belajar peserta didik sehingga berkeinginan
terus untuk belajar selama hidupnya dan tidak tergantung pada guru/orang lain bila mereka
4Bonwell, C.C., and J. A. Eison, 1991, “Active Learning: Creating Excitement in the Classroom,” ASHEERIC Higher Education
Report No.1, George Washington University, Washington, DC 5Michael Prince. “Does Active Learning Work? A Review of the Reseach”, Journal of Engineering Education, 2004, 93 (3), 223-
231 6Yoder, J.D., dan Hochevar, C.M.. Encouraging Active Learning Can Improve Students’Performance on Examinations. Teaching
of Psychology, 2005, 32(2), 91-95. 7Hackathorn, J., Solomon, E. D., Tennial, R. E., Garczynski, A. M., Blankmeyer, K.,Gebhardt, K. & Anthony, J. N. You get out
what you put in: Student engagement affects assessment. Poster presentation: Best Practices in Assessment Conference:
Atlanta, GA, 2010 8Stewart-Wingfield, S., & Black, G. S. (2005). “Active versus passive course designs: The impact on student outcomes”. Journal of Education for Business81, 2005, hh. 119–125. 9Serva, M. A., & Fuller, M. A. “Aligning what we do and what we measure in business schools: Incorporating active learning and
effective media use in the assessment of instruction”. Journal of Management Education, 28, 2010 hh. 19–38 10 Zayapragassarazan and Santosh Kumar. Active Learning Methods. NTTC Bulletin (ISSN 2250-396X) 2012; 19(1):3-5. 11Permendikbud Nomor 103 Pasal 2 Tahun 2014
mempelajari hal-hal baru. Secara teknis pembelajaran tersebut harus student oriented, fun
dan menekankan pada temuan oleh peserta didik.
Terkait karakter, Larry P Nuccy dan Darciamengemukakan bahwa character
education emphasizes the direct teaching of virtues and exemplary character traits, role
modeling, and reinforcement of good behaviour.12
Secara umum, perencanaan proses
pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang memuat
identitas mata pelajaran, standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD), indikator
pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode
pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan sumber belajar.13
Berdasarkan pendapat para ahli dan beberapa referensi diatas maka dapat
disintesikan bahwa perencanaan pembelajaran aktif berbasis karakter merupakan
serangkaian kegiatan yang dipersiapkan olehgurusebelum pembelajaran dimulai dengan
tujuan utama memaksimalkan potensi dan tanggungjawab peserta didik dan menciptakan
pembelajaran yang menyenangkan dan lebih bermakna. Kegiatan tersebut meliputi
menyusun silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang berkarakter.
Pelaksanaan Pembelajaran Aktif Berbasis Karakter
Pelaksanaan pendidikan aktif berbasis karakter pada umumnya menekankan
pembelajaran yang melibatkan peserta didik sebagai pusat pembelajar (learning center),
penciptaan lingkungan dan pembiasaan melalui berbagai tugas keilmuan dan kegiatan
kondusif. Dengan demikian, apa yang dilihat, didengar, dirasakan dan dikerjakan oleh
peserta didik dapat membentuk karakter mereka. Selain menjadikan keteladanan dan
pembiasaan sebagai metode pendidikan utama, penciptaan iklim dan budaya serta
lingkungan yang kondusif juga sangat penting, dan turut membentuk karakter peserta didik
dalam pembelajaran.
Beberapa metoda yang biasa digunakan dalam pembelajaran aktif telah banyak
dikemukakan para ahli. Zayapragassarazan dan Kumar menyebutkan beberapa metode
dalam pembelajaran aktif meliputi concept map, collaborative writing, brainstorming,
cooperative learning, One Minute Paper/Free Write, Scenarios/Case Studies, Problem-
Based Learning, Team-Based Learningm, Case-based Instruction, Panel Discussions,
Teaching to learn/Peer teaching, Role Playing, Drama, and Simulations.14
Pelaksanaan
pembelajaran aktif berbasis karakter diawali dengan pengelolaan kelas, pelaksanaan
pembelajaran yang meliputi kegiatan pendahuluan, inti dan penutup, serta penilaian hasil
dan proses pembelajaran.15
12 Larry P Nuccy dan Darcia Narvaez, Handbook of Moral and Character Education; Moral Education n the Cognitive
Development Tradition; Lawrence Kohlberg’s Revolutionary Ideas by John Snareyand and Peter Samuelson (Routledge Taylor and Francis, 2008), h.55
13Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah hal 8-11 14Zayapragassarazan dan Kumar, loc.cit 15Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 65 Tahun 2013, loc.cit
Berdasarkan beberapa rujukan di atas, dapat disintesiskan bahwa pelaksanaan
pembelajaran aktif berbasis karakter merupakan proses pembelajaranutuhyang bermakna
bagi peserta didik, yang menjadikan mereka sebagai subjek utama pembelajaran, dan dapat
menghasilkan peserta didik yang berkarakter kuat. Setiap mata pelajaran yang diajarkan para
guru harus mengandung nilai-nilai karakter, mulai dari kegiatan pendahuluan, inti dan
penutup.
Pengawasan Pembelajaran Aktif Berbasis Karakter
Richard mengemukakan bahwa “controlling is the management function concerned with
monitoring employees activities, keeping the organization on track toward its goals, and making
corrections as needed.”16
Sementara Robbins berpendapat bahwa “control is the process of
monitoring activities to ensure that they are being accomplished as planned and of correcting
any significant deviation”.17
Kemudian Schermerhorn berpendapat bahwa “controlling is a
process of measuring performance and taking action to ensure desired results”18
.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli terkait pengawasan, maka dapat disintesiskan bahwa
pengawasan merupakan proses memonitor, membandingkan, dan mengoreksi hasil pekerjaan.
Dalam kaitannya dengan pengawasan pembelajaran aktif berbasis karakter, maka pengawasan
dimaksudkan sebagai proses pemantauan pembelajaran aktif berbasis karakter oleh kepala
sekolah dan pengawas satuan pendidikan yang meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan, dan
penilaian hasil pembelajaran aktif berbasis karakter. Pemantauan ini dilakukan dengan cara
diskusi kelompok terfokus, pengamatan, pencatatan, perekaman, wawancara, dan dokumentasi.
Hasil Penelitian Yang Relevan
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Vol. 19, No. 1 Maret2013: Pelaksanaan Pendidikan
Karakter, Ekonomi Kreatif, dan Kewirausahaan dalam Belajar Aktif di SMK.19
Penelitian ini
bertujuan untuk mengidentifikasi pemahaman kepala sekolah terhadapkebijakan pendidikan
karakter, kewirausahaan, dan bentuk-bentuk implementasi kebijakannyadalam belajar aktif di
sekolah. Penelitian diselenggarakan di 20 provinsi yang ditetapkan secarasampel multistage
sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepala sekolah telahmemahami kebijakan
pemerintah tentang pelaksanaan pendidikan karakter, pendidikankewirausahaan, dan ekonomi
kreatif dalam pembelajaran aktif di sekolah menengah kejuruan(SMK) dengan tingkat
pemahaman yang bervariasi, yaitu rata-rata 89,27%. Hal ini didukungoleh keberhasilan dalam
implementasnya, yaitu pendidikan karakter rata-rata 90,2%, pendidikankewirausahaan rata-rata
76%; dan pendidikan ekonomi kreatif rata-rata 81,7%.
16Richard L. Daft, New Era Of Management (Canada, Printed, 2010), h.7 45 17 Stephen P. Robbins, Management Tenth Edition (Prentice Hall, Pearson, 2009), h. 415 18John R. Schermerhorn, op.cit., h.462 19RasulDjuharis, “Pelaksanaan Pendidikan Karakter, Ekonomi Kreatif, Dan Kewirausahaan Dalam Belajar Aktif di SMK”,
Jurnal Pendidikan & Kebudayaan Vol. 19, No. 1 Maret2013.
3. METODOLOGI PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Pertama Rintisan penerapan
Kurikulum 2013 secara mandiri di Kecamatan Beji Kota Depok. Penelitian dilakukan
selama enam bulan, yakni Maret 2016 hingga September2016.
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang digunakan untuk mendapatkan
data faktual tentang perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran aktif berbasis
karakter pada SMP Rintisan Kurikulum 2013 Mandiri di Kecamatan Beji Kota Depok serta
menggali kendala-kendala yang dihadapinya untuk dicarikan solusi atas permasalahan
tersebut. Penelitian deskriptif bertujuan untuk menjelaskan atau mendepenelitiankan suatu
keadaan, peristiwa, objek apakah orang, atau segala sesuatu yang terkait dengan variabel-
variabel yang bisa dijelaskan baik dengan angka-angka maupun kata-kata.20
Populasi dan Sampel
Populasi penelitian ini mencakup SMP Rintisan Kurikulum 2013 Mandiri se-
Kecamatan Beji Kota Depok yang telah diberikan SK Kepbalitbang Kemendikbud RI nomor
022H/KR/2015 sebagai sekolah yang diberikan wewenang untuk menerapkan kurikulum
2013 secara mandiri sejumlah 60 orang.
Pengambilan sampel yang dilakukan dalam penelitian ini adalah teknik pengambilan
sampel proportional random sampling.Disamping mengambil sampel sebanyak 49 orang
guru, peneliti juga melakukan wawancara kepada dua orang kepala sekolah dan dua orang
perwakilan peserta didikdari masing-masing sekolah.Adapun data sekunder yang digunakan
berupa dokumen dan rekaman arsip yang terkait dengan peraturan pemerintah tentang
standar proses, panduan pendidikan karakter, silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP) kurikulum 2013maupun dokumen-dokumen lainnya yang terkait.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik dan prosedur pengumpulan data yang digunakan menggunakan beberapa
sumber bukti, yakni penyebaran angket, wawancara mendalam, studi dokumentasi dan arsip.
Bentuk teknik pengumpulan data tersebut dalam penggunaannya dapat saling melengkapi
dan menunjang sehingga dapat diperoleh informasi yang diperlukan.21
Penyebaran angket tertutup dan terbuka diberikan kepada para guru sebagai informan
utama sementara wawancara mendalam dilakukan kepada kepala sekolah. Wawancara
20Punaji Setyosari. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan. Jakarta : Kencana, 2010. 21 David Silverman, Interpreting Qualitative Data; Methods for Analysing Talk, Text and Interaction, (London: Sage Publication,
Ltd, 1994), h. 9.
terbatas juga dilakukan kepada perwakilan peserta didik dari kedua sekolah tersebut. Studi
dokumentasi dilakukan dengan cara mengkaji berbagai dokumen yang mencakup tujuan
tertulis, program atau rencana yang telah disusun, perangkat pelaksanaan program, dan
bukti/hasil yang telah dicapai dan laporan yang telah dibuat. Adapun penyusunan angket
tertutup dan terbuka dan pedoman wawancara berdasarkan Permen 65 tahun 2013 tentang
StandarProses PendidikanDasar dan Menengah. Kisi-kisi angket dan pedoman wawancara
tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel III.2Kisi-kisi angket
Indikator Aspek Nomor Informan
Perencanaan Silabus dan RPP 1, 21, 22, 24 Guru dan
kepala
sekolah Prinsip
Penyusunan RPP
2, 23, 25
Pelaksanaan
Pembelajaran
Pengelolaan Kelas 3, 4, 5, 6, 7, 8,
9, 10, 11, 26,
27, 28, 29, 30,
31, 32, 33, 34
Guru,
kepala
sekolah, dan
peserta didik
Kegiatan
Pendahuluan
12, 13, 14
Kegiatan Inti 15, 16, 17, 18,
35, 36, 37, 38,
39, 40, 41, 42
Kegiatan Penutup 19, 20, 43, 44
Evaluasi Supervisi oleh
kepala sekolah
dan pengawas
44, 46, 47 Guru dan
kepala
sekolah
Kendala dan Masukan 50, 51 Guru dan
kepala
sekolah
Analisis Data
Perencanaan PembelajaranAktif Berbasis Karakter
Perencanaan pembelajaran aktif berbasis karakter mencakup dua aspek penting, yakni
pengembangan nilai karakter dalam silabus dan RPPserta sejauhmana kesesuaian silabus dan
RPP yang dibuatdengan prinsip-prinsippenyusunan perencanaan pembelajaran.Berdasarkan
data yang diperoleh dari masing-masing gurudiketahui bahwa sebanyak 46% guru
menyatakan sering, 35% menyatakan selalu dan 19% menyatakan tidak pernah
mengembangkan nilai-nilai karakter dalam silabus dan RPP nya.Para guru yang menyatakan
sering dan selalu tersebut mengaku bahwa dalam membuat perencanaan pembelajaran, nilai-
nilai karakter termuat secara jelas dalam kompetensi inti silabus dan RPP. Kompetensi inti
tersebut mencakup Kompetensi Inti 1 (KI 1) sikap spiritual, KI 2 sikap sosial, KI 3
pengetahuan, dan KI 4 keterampilan.
Aspek kedua dalam perencanan pembelajaran aktif berbasis karakter adalah
memperhatikan prinsip penyusunan RPP. Diketahui sebanyak 54% guru menjawab selalu
memperhatikan prinsip penyusunan RPP, 40% menyatakan sering, dan 6% menyatakan
kadang-kadang. Bagi guru yang menyatakan selalu dan sering memperhatikan prinsip
penyusunan RPP, hal-hal yang diperhatikan dalam menyusun RPP mencakup 1) perbedaan
individual peserta didik seperti kemampuan awal, tingkat intelektual, bakat, potensi, minat,
motivasi belajar, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan
belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan/atau lingkungan peserta didik; 2)partisipasi
aktif peserta didik, dimana pembelajaran berpusat pada peserta didik untuk mendorong
semangat belajar, motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, inovasi dan kemandirian
peserta didik; 3) mengembangkan budaya membaca dan menulis; 4) pemberian umpan balik
dan tindak lanjutRPP berupa penguatan, pengayaan, dan remedi; 5) mengakomodasi
pembelajaran tematik-terpadu, keterpaduan lintas mata pelajaran, lintas aspek belajar, dan
keragaman budaya; dan 6) penerapan teknologi informasi dan komunikasisecara terintegrasi,
sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi.
Pelaksanaan Pembelajaran Aktif Berbasis Karakter
Pelaksanaaan pembelajaran aktif berbasis karakter mencakup dua sub indikator
utama, yakni aspek pengelolaan kelas dan proses pembelajaran.
a. Pengelolaan Kelas
Berdasarkan data yang diperoleh dari masing-masing guru diketahui bahwa
sebanyak 38% guru menyatakan kadang-kadang mengatur tempat duduk siswa, 35%
menyatakan sering, dan 25% menyatakan selalu. Dari data tersebut diketahui bahwa
secara umum guru di SMP Rintisan Kurikulum 2013 Mandiri di Kecamatan Beji
Depokkadang-kadang mengatur tempat duduk siswanya, selebihnya guru memberikan
kesempatan kepada peserta didiknya untuk mengatur tempat duduknya sendiri. Adapun
beberapa cara pengaturan tempat duduk yang dilakukan para guru adalah dengan cara
berkelompok (grouping), huruf U (letter U), sendiri-sendiri (individual), dan diatur
berselingan antara siswa yang berkemampuan belajar tinggi dengan siswa yang
berkemampuan belajar rendah. Penyusunan tempat duduk peserta didik dilakukan para
guru dengan mempertimbangkan beberapa aspek, diantaranya a) metode pembelajaran;
b) daya konsentrasi peserta didik; c) kemampuan kognisi belajar peserta didik; d) gaya
belajar peserta didik; e) materi pembelajaran; dan f)postur tubuh peserta didik.
Aspek pengaturan kelas lainnya, yakni pengaturan volume dan intonasi
suaradiketahui bahwa sebanyak 73% guru menyatakan selalu mengatur volume dan
intonasi suara, dan 27% menyatakan sering. Secara umum dapat diketahui bahwa para
guru sudah terbiasa mengatur volume dan intonasi suara ketika proses pembelajaran.
Pengaturan volume dan intonasi suara tersebut mencakup seberapa cepat, keras lemah,
tinggi rendah nada suara, dan bagaimana emosi berbicara yang ditunjukkan guru pada
saat pembelajaran. Pengaturan volume dan intonasi suara dilakukan para guru dengan
memperhatikan beberapa aspek seperti a) jumlah peserta didik; b)daya konsentrasi
peserta didik; c) ukuran besar ruangan; dan d) penegasan materi yang dianggap penting.
Aspek penggunaan bahasa yang santun diketahui bahwa sebanyak 56% guru
menyatakan selalu menggunakan bahasa santun dalam pembelajaran, dan 44%
menyatakan sering. Secara umum dapat diketahui bahwa penggunaan bahasa yang
santun menjadi hal yang penting dalam pembelajaran aktif berbasis karakter. Cara yang
dilakukan para guru di SMP Rintisan Kurikulum 2013 Mandiri di Kecamatan Beji
Depokdalam membiasakan bahasa santun ketika pembelajaran adalah a) membangun
komitmen bersama terkait penggunaan bahasa yang santun di awal pembelajaran; b)
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar; c) sesekali menggunakan bahasa
gaul dan kekinian yang telah diseleksi terlebih dahulu; c)pendekatan spiritual semisal
ketika peserta didik berbicara tidak baik, guru memintanya untuk beristigfar dan
meminta maaf; d) mencontohkan bahasa santun yang didukung dengan ekspresi dan
bahasa tubuh yang senada.
Adapunaspek penyesuaian materi dengan kecepatan belajar peserta didik diketahui
bahwa sebanyak 56% guru menyatakan selalu menyesuaikan materi dengan kecepatan
belajar peserta didik, 36% menyatakan sering, dan 8% menyatakan kadang-kadang.
Beberapa cara yang digunakan para guru di SMP Rintisan Kurikulum 2013 Mandiri di
Kecamatan Beji Depokdalam menyesuaikan materi dengan kecepatan belajar peserta
didik antara lain; a) memetakan materi; b) mengupayakan pencapaian ketercapaian
standar kompetensi lulusan (SKL); c) memberikan kesempatan peserta didik untuk
bertanya, mengulang materi baik dikelas maupun diluar kelas; d) menyambungkan
konsep dasar materi dengan contoh nyata; e)melakukan pembimbingan terarah
(pengayaan dan remedi); f) menemukan metoda pembelajaran yang tepat; g) berdiskusi
dengan rekan kerja dan memanfaatkan forum Musyawarah Guru Mata Pelajaran
(MGMP); h ) mengelompokkan peserta didik berdasarkan tingkat kompetensinya; i)
tutor sebaya; dan j) mengklasifikasi soal tes berdasarkan tingkat kemudahan dan
kesulitan.
Sementara aspek menciptakan 4 K diketahui bahwa sebanyak 67% guru
menyatakan selalu menciptakan ketertiban, kedisiplinan, kenyamanan, dan keselamatan
(4 K), 31% menyatakan sering, dan 2 % menyatakan kadang-kadang. Secara umum para
guru senantiasa menciptakan 4 K pada saat pembelajaran karenahal tersebut merupakan
aplikasi nyata dari pelaksanaan nilai-nilai karakter yang diterapkan dalam kurikulum
2013. Pelaksanaan 4 K dilakukan di SMP Rintisan Kurikulum 2013 Mandiri di
Kecamatan Beji Depokdengan cara membangun komitmen bersama di awal
pembelajaran,memberikan reward dan punishment, memasukan K4 sebagai bagian dari
aspek penilaian dalam pembelajaran, dan pendekatan spiritual seperti mengkaitkan
pentingnya 4 K dengan ajaran agama.
Untuk aspek menghargai pertanyaan peserta diketahui bahwa sebanyak 83% guru
menyatakan selalu menghargai pertanyaan peserta didik, dan 17% menyatakan sering.
Secara umum para guru di SMP Rintisan Kurikulum 2013 Mandiri di Kecamatan Beji
Depoksenantiasa menghargai peserta didik ketika mereka bertanya terkait materi
pelajaran yang dianggap belum difahami dan atau sulit.
Aspeklainnya yakni berpakaian sopan, bersih dan rapi diketahui bahwa sebanyak
81% guru menyatakan selalu berpakaian sopan, bersih dan rapi pada saat pembelajaran
dan sisanya 19% menyatakan sering. Para guru mengakui bahwa penampilan mereka di
depan peserta didiknya merupakan hal yang tidak dapat di anggap sepele, apalagi
keberadaan mereka di sekolah rata-rata dari pagi hingga sore hatri. Beberapa aspek yang
diperhatikan oleh para guru dalam hal berpakaian sopan, bersih dan rapi adalah dengan
memperhatikan aturan berpakaian yang ditentukan oleh sekolah masing-masing,
keserasian, keindahan, dan kenyamanan.
Aspek menyiapkan fisik dan psikis peserta didikdikethui bahwa sebanyak 48% guru
menyatakan sering menyiapkan fisik dan psikis peserta didik, 42% menyatakan selalu,
dan 10% menyatakan kadang-kadang. Adapun cara yang dilakukan para guru di SMP
Rintisan Kurikulum 2013 Mandiri di Kecamatan Beji Depokdalam menyiapkan fisik
dan psikis peserta didik di awal pembelajaran adalah dengan cara berdoa, mengecek
kehadiran peserta didik,membangun pikiran positif dan optimisme peserta didik, serta
memeriksa kelengkapan seragam alat tulis.
Aspek memotivasi materi pelajaran yang disampaikan diketahui bahwa sebanyak
54% guru menyatakan sering memberikan motivasi terhadap materi pelajaran yang
disampaikan, 38 % menyatakan selalu dan 8% menyatakan kadang-kadang. Hal tersebut
dilakukan dengan cara memvariasikan metode pembelajaran, membuat ice breaking,
menciptakan atmosfer kompetisi yang positif, memberlakukan reward dan punishment,
mengaitkan materi pelajaran dengan konteks kekinian sehari-hari, dan melalui
pendekatan spiritual.
B. Proses Pembelajaran
Implementasi proses pembelajaran aktif berbasis karakter mencakup a) aplikasi
nilai-nilai karakter pada proses pembelajaran; b) penggunaan model, metode, media
pembelajaran, dan sumber belajar yang sesuai karakteristik peserta didik; c) adanya
refleksi di akhir pembelajaran; d) adanya tindak lanjut; e) adanya penilaian proses
pembelajaran berdasarkan kesiapan peserta didik; dan f) adanya informasi akan rencana
pembelajaran selanjutnya. Untuk aspekaplikasi nilai-nilai karakter pada proses
pembelajaran diketahui bahwa sebanyak 58% guru menyatakan sering menerapkan
pembelajaran aktif berbasis karakter di kelas, 31% menyatakan selalu, dan 11%
menyatakan kadang-kadang. Pembelajaran aktif berbasis karakter yang dilakukan para
guru adalah dengan memadukan berbagai metode pembelajaran seperti cooperative
learning, contextual learning, group discussion,role model, role paying, melibatkan
peserta didik dalam pengalaman pembelajaran, menjadikan peserta didik sebagai subjek
pembelajaran (student centre), dan mengkaitkan materi pelajaran dengan nilai-nilai
karakter yang dibangun.
Untuk aspek penggunaan model, metode, media pembelajaran, dan sumber belajar
yang bervariasi dan sesuai karakteristik peserta didikdiketahui bahwa sebanyak 48%
guru menyatakan sering menggunakan model, metode, media pembelajaran dan sumber
belajar yang sesuai karakter peserta didik, 27 % menyatakan selalu dan 25%
menyatakan kadang-kadang. Adapun beberapa model pembelajaran yang sesuai dengan
karakter peserta didik di SMP Rintisan Kurikulum 2013 se Kecamatan Beji Kota Depok
adalah model inkuiri, project based learning, problem based learning(PBL), discovery