1 ANALISIS MAKNA SIMBOLIS PEMAKAIAN BUSANA ADAT DAN PERHIASAN EMAS SERTALI PADA UPACARA ADAT KARO LUKAS TARIGAN Magister Pengkajian dan Penciptaan Seni Fakultas Ilmu Budaya USU ABSTRAK Latar belakang Penulisan ini adalah kurangnya kepedulian masyarakat Karo dalam menggali dan melestarikan makna simbolis yang terdapat pada pemakaian Busana dan Aksesori yang dikenakan oleh masyarakat Karo baik pada pesta yang disebut Rose Ertanda-tanda,Rose Lengkap dan Rose Lengkap Eremas- emas. Populasi yang diambil dalam peneliian ini adalah seluruh Busana dan Perhiasan yang dikenakan oleh masyarakat Karo dalam setiap Pesta adat Karo. Adapun sampel dalam Penelitian ini adalah sebanyak 3 jenis pemakaian Busana dan 14 jenis Aksesori/perhiasan yang dikenakan oleh Masyarakat Karo di sekitar Kabanjahe,Berastagi,Simpang Empat dan Tigapanah. Sampel yang diambil dengan tehnik “Purposive sample” yaitu sample yang disesuaikan dengan kriteria perlengkapan busana dan Aksesori yang dipakai dalam upacara adat Perkawinan Kerja sintua dan Kematian Cawir metua Rose. Metode Penelitian yang digunakan pendekatan metode deskriptifKualitatif yaitu dengan menguraikan masing masing subjek yang akan diteliti dan disesuaikan dengan kerangka teori yang telah ditetapkan dan kemudian diinterpretasikan oleh peneliti. Makna simbol yang terdapat pada setiap bagian Busana dan Perhiasan dan pada setiap kain yang digunakan oleh Sukut pemilik pesta baik Pengantin dan Orangtua mempelai ataupun yang menjadi Sukut langsung pada upacaraadat Kematian yang pada intinya menjunjung nilai-nilai budaya pada Masyarakat Karo seperti nilai nilaikekerabatan,nilai sistem sosial,nilai kesopanan, nilai berwibawa,nilai etika dalam bertatakrama kepada semua keluarga,nilai tanggungjawab,nilai kerja keras,nilai gotongroyong dan nilai-nilai yang sarat dengan kebenaran dan nilai kejujuran yang harus dijalankan oleh setiap Masyarakat. Hasil Penelitian menunjukkan Busana dan Perhiasan yang dikenakan oleh Sukut terutama Pengantin dan kedua belah pihak orangtua mempelai dalam pesta perkawinan dan juga Sukut langsung dalam acara kematian terdapat beberapa macam tehnik pemakaian dan bentuk juga bahannya yang juga berbeda. Pengantin,orangtua mempelai maupun” Sukut sierkemalangen “ tidak mengerti akan makna simbolis yang terdapat pada Busana dan Aksesori tersebut dan hanya berpikir jika Busana dan perhiasan yang mereka kenakan hanya sebagai hiasan untuk mempercantik penampilan mereka. Kata Kunci:Busana,Aksesori dan Simbol,Sukutdalam adat Karo.
32
Embed
ANALISIS MAKNA SIMBOLIS PEMAKAIAN BUSANA ADAT DAN ... · Suku Karo tidak terlepas juga dari sejarah suku Batak,sebab jika dilihat salah” satu dari bangsa Proto Melayu adalah suku
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
ANALISIS MAKNA SIMBOLIS PEMAKAIAN BUSANA ADAT DAN
PERHIASAN EMAS SERTALI PADA UPACARA ADAT KARO
LUKAS TARIGAN
Magister Pengkajian dan Penciptaan Seni
Fakultas Ilmu Budaya USU
ABSTRAK
Latar belakang Penulisan ini adalah kurangnya kepedulian masyarakat Karo dalam menggali dan melestarikan makna simbolis yang terdapat pada pemakaian Busana dan Aksesori yang dikenakan oleh masyarakat Karo baik pada pesta yang disebut Rose Ertanda-tanda,Rose Lengkap dan Rose Lengkap Eremas-emas. Populasi yang diambil dalam peneliian ini adalah seluruh Busana dan Perhiasan yang dikenakan oleh masyarakat Karo dalam setiap Pesta adat Karo. Adapun sampel dalam Penelitian ini adalah sebanyak 3 jenis pemakaian Busana dan 14 jenis Aksesori/perhiasan yang dikenakan oleh Masyarakat Karo di sekitar Kabanjahe,Berastagi,Simpang Empat dan Tigapanah. Sampel yang diambil dengan tehnik “Purposive sample” yaitu sample yang disesuaikan dengan kriteria perlengkapan busana dan Aksesori yang dipakai dalam upacara adat Perkawinan Kerja sintua dan Kematian Cawir metua Rose.
Metode Penelitian yang digunakan pendekatan metode deskriptifKualitatif yaitu dengan menguraikan masing masing subjek yang akan diteliti dan disesuaikan dengan kerangka teori yang telah ditetapkan dan kemudian diinterpretasikan oleh peneliti.
Makna simbol yang terdapat pada setiap bagian Busana dan Perhiasan dan pada setiap kain yang digunakan oleh Sukut pemilik pesta baik Pengantin dan Orangtua mempelai ataupun yang menjadi Sukut langsung pada upacaraadat Kematian yang pada intinya menjunjung nilai-nilai budaya pada Masyarakat Karo seperti nilai nilaikekerabatan,nilai sistem sosial,nilai kesopanan, nilai berwibawa,nilai etika dalam bertatakrama kepada semua keluarga,nilai tanggungjawab,nilai kerja keras,nilai gotongroyong dan nilai-nilai yang sarat dengan kebenaran dan nilai kejujuran yang harus dijalankan oleh setiap Masyarakat.
Hasil Penelitian menunjukkan Busana dan Perhiasan yang dikenakan oleh Sukut terutama Pengantin dan kedua belah pihak orangtua mempelai dalam pesta perkawinan dan juga Sukut langsung dalam acara kematian terdapat beberapa macam tehnik pemakaian dan bentuk juga bahannya yang juga berbeda. Pengantin,orangtua mempelai maupun” Sukut sierkemalangen “ tidak mengerti akan makna simbolis yang terdapat pada Busana dan Aksesori tersebut dan hanya berpikir jika Busana dan perhiasan yang mereka kenakan hanya sebagai hiasan untuk mempercantik penampilan mereka. Kata Kunci:Busana,Aksesori dan Simbol,Sukutdalam adat Karo.
2
A. Pendahuluan
Indonesia merupakan negara kepulauan yang terbentang dari Sabang sampai
Merauke yang terdiri dari lima pulau besar yaitu Pulau
Sumatera,Jawa,Kalimantan dan Papua.Memiliki iklim tropis karena terletak di
daerah Khatulistiwa dengan keanekaragaman budaya,seperti dalam hal adat
istiadat,Bahasa maupun sistem kekeluargaan.
Pulau Sumatera merupakan salah satu dari lima pulau terbesar yang terdiri
dari10 Propinsi.Salah satu Propinsi yang ada di pulau Sumatera dengan ibukota
MEDAN. Sumatera Utara terdiri dari 33 Kabupaten dan Kota yang berbatasan
dengan Propinsi Nangroe Aceh Darussalam (NAD ) dan Sumatera Barat dan
dihuni 7 etnis asli ditambah dengan etnis pendatang.
Masyarakat Karo secara umum mendiami daerah dataran tinggi pegunungan
diantara hamparan Bukit Barisan, yang memiliki bentuk struktur sosial,budaya
dan kesenian yang beraneka ragam yang menjadi tanda pengenal(Icon) daerah
tersebut agar bisa dikenal oleh masyarakat luas. Terdapat beberapa peninggalan “
Artefak” seperti Artefak seperti peninggalan rumah adat,benda benda
pakai,Busana adat/KAIN (UIS) serta Aksesories EMAS SERTALI . Salah satu
hasil kebudayaan Karo terus dilakukan dalam kehidupan masyarakat saat
melangsungkan Upacara adat baik bersifat Sukacita maupun Dukacita seperti pada
upacara Pesta Perkawinan,Anak lahir,Upacara Penguburan baik dalam bentuk
Kategori Kerja singuda,sintengah maupun sintua,Cawir metua dan lain lainnya.
Tata busana (ROSE ADAT ) tidak pernah ketinggalan .
Biasanya Rose Ertanda-tanda,Rose Lengkap dan Rose Lengkap er emas-emas
pada masyarakat Karo baik Busana dan Aksesorinya memiliki nilai simbolis yang
dipakai pada setiap acara adat seperti Tudung Teger Limpek,Ergonje,er emas
emas sertali; PadungRaja Mehuli,Sertali layang –layang Galang,sertali layang-
laang kitik,Bura,Gelang sarung (AG SITEPU,1998:78-93 ) tidak lah selalu dapat
dipakai setiap harinya dan bahkan secara umum pada masa sekarang ini mayoritas
tidak mengerti akan makna simbolis pemakaian Busana adat dan Aksesoris yang
ada dipergunakan masyarakat.
3
Dari hasil observasi di lapangan yang telah dilakukan peneliti,Busana dan
perhiasan yang dikenakan pada tiap tiap acara adat hanya berupa pelengkap
seremonial saja. Dari latar belakang diatas penulis ingin meneliti apa makna yang
tersembunyi pada berbagai jenis busana adat serta aksesorinya yang dikenakan
pada upacara adat Karo,sehingga penulis membuat judul penelitian Analisis
Makna Simbolis Busana Adat dan Aksesori Emas Sertali yang dikenakan
pada upacara adat Karo.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan Latar belakang masalah yang telah diuraikan,maka dapat
dibuat identifikasi masalah sebagai berikut:
1. Setiap acara adat, masyarakat selalu mengenakan Busana Adat dan disertai
Aksesori tertentu
2. Busana adat dan aksesori merupakan suatu syarat kelengkapan pakaian
adat Karo.
3. Jenis jenis busana adat dan aksesori yang dikenakan pada setiap bagian
tubuh memiliki makna yang berbeda.
4. Makna dari setiap busana dan perhiasan yang dikenakan masyarakat
seperti pengantin dan orangtua mempelai memiliki hubungan dengan
harapan dalam membentuk keluarga baru.
5. Makna tatabusana dan perhiasan yang dikenakan Sukut(pemilik pesta)
tidak saja sebagai hiasan tetapi juga dipercaya sebagai simbol status dan
penolak bala.
Pembatasan Masalah
Dari beberapa identifikasi masalah diatas penulis membuat batasan atau
fokus masalah hanya pada masalah makna yang terdapat di setiap bagian Busana
dan perhiasan Pengantin dan Orangtua mempelai di daerah Kabanjahe dan
Berastagi. Batasan masalah ini untuk menghindari agar penelitian jangan sampai
melebar.
Perumusan Msalah
4
Untuk lebih memfokuskan dan memusatkan masalah dalam penelitian maka
penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bentuk bentuk /jenis jenis Busana yang dikenakan masyarakat Karo
seperti Pengantin dan orangtua mempelai pada upacara adat.
2. Apakah ada makna dari bentuk bentuk simbol Busana dan perhiasan yang
dikenakan Pengantin dan orangtua mempelai tersebut?
3. Apakah Jenis jenis Busana dan perhiasan yang dikenakan Pengantin dan
orangtua mempelai dapat menjadi simbol status Pengantin/Orangtua
mempelai?
4. Apakah ada hubungan pemakaian busana dan perhiasan penganti Karo dan
orangtua mempelai dengan harapan harapan mereka sebagai keluarga baru.
Rumusan Masalah
Berkaitan dengan hal hal Penciptaan dan Penggalian Seni (PPSn) Fakultas Ilmu
Budaya Universitas Sumatera Utara dalam hal mensukseskan Seminar
BudayaPopuler tahun 2017 ini penulis menetapkan batasan batasan masalah yang
akan saya tuangkan pada kesempatan ini hanya membahas masalah masalah
berikut ini:
a. Nama nama Kain adat ( UIS ) Karo
b. Jenis jenis Pemakaian Busana Adat Karo
c. Tehnik Pembuatan Tudung (Tutup Kepala Wanita) dan Bulang (Tutup
Kepala Laki-laki)
d. Makna Pemakaian Busana Adat Karo
Kerangka Teoritis
Sejarah Suku Karo
Karo adalah salah asatu nama suku yang mendiami salah satu propinsi
Sumatera Utara.Menurut Brahma Putra dalam Darwan Prinst(2004:1) pada abad 1
M mulai berdiri suatu kerajaan di pantai timur Sumatera yaitu kerajaaan
Karo(Haru).Raja dari kerajaan ini berasal dari suku karo karena namanya yang
5
khas dalam bahasa Karo. Kerajaan Haru/mulai menjadi kerajaan besar di
Sumatera dengan nama Rajanya “Pa Lagan”.Menilik dari nama itu berasal dari
suku Karo. Pa artinya sebutan untuk seorang ayah,sedangkan Lagan berarti tempat
menggiling cabai. Kerajaan Haru-Karo diketahui tumbuh dan berkembang
bersamaan dengan Kerajaan Majapahit,Sriwijaya,Malaka dan Aceh.
Kerajaan Haru identik dengan Karo,yakni salah satu suku di
Indonesia.Pada masa keemasannya kekuasaan kerajaan Haru-Karo mulai dari
Aceh besar sampai ke sungai Siak Riau.Eksistensi Haru/Karo di Aceh dipastikan
dengan beberapa nama desa di sana yang berasal dari bahasa Karo seperti kuta
Raja dan Kuta Karang. Suku Karo adalah suku asli yang mendiami Dataran
Tinggi Karo,Sumatera Utara,Indonesia. Nama suku ini dijadikan salah satu nama
kabupaten di salah satu wilayah yang mereka diami (dataran tinggi Karo) yaitu
Kabupaten Karo. Suku iini memiliki bahasa sendiri yang disebut Bahasa Karo.
Suku Karo tidak terlepas juga dari sejarah suku Batak,sebab jika dilihat salah”
satu dari bangsa Proto Melayu adalah suku bangsa Batak yang terdiri dari
Toba,Simalungun,Mandailing,Angkola,Dairi,Karo. Sebelum kedatangan bangsa
Proto Melayu ternyata sudah didiami oleh bangsa Negrito yang bertempat tinggal
di gua gua batu. Orang orang Karo sekarang menamakan mereka sebagai bangsa
Umang mereka tinggal di gua gua batu yang disebut bangsa Umang. Lubang
Umang ini banyak terdapat di daerah dataran Tinggi Karo,Langkat dan Deli
Serdang. Bangsa Negrito ini kemudian terdesak dengan kedatangan bangsa Proto
Melayu dengan bercampur-baur dengannya”.( Darwan,Prinst,1894:11).
Letak dan Geografis Kabupaten Karo
Secara geografis daerah tingkat II Kabupaten Karo terletak diantara 2
derajat50’ Lintang Utara sampai 3 derajat 19’ Lintang Utara dan 97 derajat 55’
Bujur Timur. Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Langkat dan Deli
Serdang,sebelah Selatan berbatasan dengan ujung utara Danau Toba dan
Kabupaten Dairi, sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang dan
Kabupaten Simalungun, serta sebelah barat dengan Daerah tingkat II Kabupaten
Aceh Tenggara.
6
Kabupaten ini mempunyai luas 2,127.25 km bujursangkar atau 212,275.00
ha atau 2,97 % dari luas Provinsi Sumatera Utara. Daerah ini merupakan daerah
pegunungan dengan puncak tertinggi Sinabung (2417 m ) dan gunung Sibayak
(2172 m ) mempunyai Danau yang indah danau Lau Kawar dengan luas (50 ha )
dengan kedalaman 100 m ( http://www.karokab.go.id/w/index.php/produk-
jujungen. Nilai kesopanan yang terdapat pada Uis gara-gara,Gelang sarung,Uis
Gatip 20,Uis gara Jongkit,Padung Raja mehuli,Kampil. Nilai Kesuburan dan
Kemakmuran adalah Sertali Layang-layang Galang. Nilai Kerja keras dan
pantang menyerah adalah Sertali Layang-layang Galang,Uis Mbiring atau Uis
Gatip 20, Uis Gara-gara.Nilai Tanggungjawab,Melaksanakan tugas sesuai sistem
kekerabatan pada masyarakat Karo dan nilai pembelaan diri terdapat pada pisau
Tumbuk Lada,Uis Pementing. Pada setiap perhiasan dulu dipercaya memilii nilai
simbol penolak bala,walaupun demikian pada dasarnya setiap bagian perhiasan
memilik nilai bilangan 3 yang melambangkan Rakut si Telu ,kemudian nilai
bilangan 5 yang memiliki arta 5 cabang marga pada masyarakat Karo yaitu Merga
silima dan nilai bilangan 8 yang berarti adalah Tutur si waluh atau delapan sapaan
28
panggilan kepada anggota keluarga atau sebut saja juga cara bertutur dalam
masyarakat Karo.
Diantara bentuk bentuk simbol yang dipakai oleh pengantin Karo ternyata
ada hubungan satu sama yang lain,karena ada perlengkapan yang dipakai oleh
pengantin laki-laki memiliki nilai Tanggungjawab melindungi istrinya.,dan
perlengkapan pada pengantin perempuan memiliki nilai menjaga kehormatan
suaminya.Setiap perhiasan yang dikenakan oleh kedua pengantin memiliki
hubungan yang erat dalam menjunjung tinggi nilai-nilai kekerabatan ,sebab
didalam satu perhiasan terdapat nilai-nilai Norma yang berlaku pada kehidupan
Masyarakat Karo. Sehingga nilai-nilai yang terdapat di masing-masing jenis
perhiasan saling melengkapi peran pasangan pengantin dalam memasuki
kehidupan rumah tangga baik untuk keluarga masing-masing pengantin maupun
untuk keluarga besar kedua belah pihak.
Jenis-jenis perhiasan yang dikenakan oleh pasangan pengantin Karo
memiliki hubungan dengan simbol status Keluarga dalam masyarakat Karo.
.Karena dalam Aksesori perhiasan pengantin Karo,Sertali juga memiliki makna
bahwa seseorang perempuan telah memiliki suami. Tiga bentuk perhiasan yang
dikenakan tersebut memiliki makna bahwa seorang pengantin perempuan yang
telah memakai Sertali memiliki makna tiga ikatan yaitu; (1)ikatan pertama diikat
dan terikat pada pasangan( Suami/Istri).
(2) Ikatan kedua diikat dan terikat kepada orangtua dan keluarga kedua belah
pihak
(3)Ikatan ke Tiga terikatkepada Tuhan Yang Maha Esa,Sertali yang juga memiliki
hubungan dengan tinali-tinali memiliki fungsi sebagai pengikat,dalam hal ini
pengikat antara pengantin Laki-laki dan Perempuan saja,tetapi mengikat
hubungan kekeluargaan atau kekerabatan baru antar dua belah pihak keluarga.
Kemudian ketika seorang perempuan telah memakai perhiasan dan mengikuti
proses Upacara pesta perkawinan,maka secara langsung ketika seorang
perempuan tersebut pergi menghadiri upacara-upacara adat lainny,maka dia akan
mengenakan Uis Nipes di bahunya sebagai selendang( Kadang-kadangen ),arti
pemakaian kain iini adalah melambangkan seorang perempuan yang sudah
29
berkeluarga dan menjadi istri,oleh karena itu kain ini tidak sembarangan dipakai
oleh anak gadis. Pada pengantin Pria juga berlaku hal yang sama,ketika mereka
sudah mengenakan perhiasan tersebut dan mengikuti proses adat
perkawinan,maka ketika pergi mengadiri upacara-upacara maka dia wajib
memakai sarung biasa dan diletakkan pada bahu mereka,dimana pemakaian kain
ini juga merupakan simbol telah berkeluarga dan telah menjadi suami.
Ketika pasangan pengantin telah berganti status menjadi suami istri maka
mereka harus mampu menempatkan diri di tengah-tengah masyarakat,terutama
yang memulai kehidupan berumahtangga agar dalam kehidupan yang baru mereka
lebih mengerti akan tatanan adat yang wajib mereka junjung tinggi baik untuk
keluarga sendiri ataupun untuk keluarga pasangannya ,nilai kegotongroyongan
,nilai etika dalam bertatakrama kepada semua keluarga,nilai tanggungjawab,nilai
kerja keras,nilai berwibawa dan nilai-nilai yang sarat dengan kebenaran dan nilai
kejujuran.Hal penting yang perlu diperhatikan adalah adanya hubungan
pemakaian perhiasan pengantin dengan harapan-harapan baru karena dengan
mereka memakai perhiasan tersebut maka setiap pasangan ataupun pengantin
dapat menjunjung tinggi nilai-nilai adat yang sudah berlaku pada masyarakat
Karo,sebab pada prosesi upacara adat yang dilakukan kedua pengantin sudah
diberikan nasehat-nasehat dalam menghadapi kehidupan berumah tangga.
30
Saran
Dengan adanya pembahasan ini maka diharapkan kepada Pemerintah Daerah
Kabupaten Karo untuk lebih memperhatikan hasil kebudayaan daerah agar nilai-
nilai yang terdapat di setiap benda peninggalan sejarah tetap terpelihara dan wajib
dilestarikan agar tidak memudar seiring perkembangan Zaman dimana budaya
luar masuk dan berkembang ditengah-tengah kehidupan generasi muda.
Kepada Generasi muda Karo agar tetap memelihara,menjaga,dan
menjunjung tinggi serta melestarikan hasil budaya sendiri dengan jalan
mempelajari serta mengenali lebih dalam entang Busana dan Aksesories perhiasan
adat Karo secara umum dan khususnya Pengantin Karo serta mempelajari nama-
nama dan makna simbolis dari setiap bagian busana dan perhiasan yang masih
ada.
Kepada seluruh masyarakat Karo agar berperan serta dalam menanamkan
kembali nilai-nilai budaya kepada generasi muda dimulai dari lingkungan
keluarga,lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat agar tetap terjaga nilai-
nilai yang sudah menghilang karena pengaruh budaya luar dan kurang pedulinya
lapisan masyarakat terhadap budaya sendiri.
Kepada Pemerintah Daerah setempat agar membuat program sosialisasi
tentang kekayaan lokal kepada generasi muda sehingga tradisi budaya Karo tetap
dikenal oleh masyarakat luas.
31
Daftar Pustaka
Tarigan,Sarjani,2009.Lentera Kehidupan Orang Karo dalam Berbudaya.Balai Adat Budaya Karo Indonesia.Medan
Sitepu AG,1980.Ragam Hias (Ornamen ) Tradisional Karo Seri A,Proyek Penelitian Pengumpulan dan Dokumentasi Ornamen Tradisional Sumatera Utara,Medan.
Sitepu AG,1996. Pilar Budaya Karo.Medan,Bali Scan Prinst,Darwan,2004 Adat KaroMedan,Bina Media Perintis. Tarigan,Henry Guntur 2008.DinamikaOrang Karo Budaya dan Modernisme. Tanpa penerbit. Medan
32
BIODATA
1. Nama :LUKAS TARIGAN S.Pd
2. Tempat/Tanggal Lahir :Karo/12 Mei 1967
3.Jenis kelamin :Laki –laki
4.Agama :Kristen Protestan
5.Alamat :Jl.Sukaraja Munte NO 32 Kabanjahe
6.Status Perkawinan :Kawin
7.Pendidikan Terakhir :S-1 Bahasa Indonesia
8.Jabatan dalam Kursus :GURUSeniBudaya(PNS )Fasilitator/Instruktur
9. Tempat Bertugas :SMP Negeri 2 Kabanjahe
9.Pengalaman :
a. Pendiri LKP.LINGGATA SALON
b. Sekretaris DPC Tiara Kusuma Kab.Karo Periode 2003-2008
c. Instruktur Kursus Wanita Kristen GBKP Berastagi Tahun 1994s/d Sekarang
d. Mengikuti berbagai Seminar Kecantikan (Tatarias Rambut dan Tatarias Wajah dari tahun 1990 s/d sekarang
e.PNS (Guru Seni Budaya ) di SMP Negeri 1 Juhar tahun 1991 s/d 1999
f.PNS (Guru Seni Budaya) di SMP Negeri 2 Kabanjahe tahun 2000 s/d Sekarang
g.Wakil Ketua DPC HIPPKI Kab.Karo tahun 2006 s/d Sekarang.