I. ANALISIS MASALAH 1. Status lokalisasi coli sinistra teraba 2 buah nodul ukuran 4x3 cm dan 2x1 cm batas tegas, dan colli sinistra dextra 1 buah nodul ukuran 2x1 cm a) Bagaimana cara pemeriksaan? Pemeriksaan Fisik Leher, meliputi : 1. Inspeksi : melakukan inspeksi dari sisi depan, samping dan belakang leher. Asimetris karena pembengkakan. Pembengkakan dapat disebabkan aneurisma arteri karotis, pembengkakan terdapat pada satu sisi dan dapat diraba pulsasi arteri pada daerah tersebut. mencari apakah ada benjolan pada leher. Tumor misalnya pada limfoma ( unilateral/ bilateral), tumor kista brakialis, pembesaran kelenjar tiroid. mencari apakah ada tanda peradangan pada leher. Kelenjar limfe : pembesaran kelenjar limfe dapat dijumpai pada tuberculosis kelenjar, leukemia, limfoma maligna.Lihat juga besanya konsistensi,serta nyeri tekan pada palpasi Dengan cara melakukan ekstensi dan deviasi kesamping,secara sederhana pada leher, regangan m. sternokleidomastoideus akan memperlihatkan batas antara trigonum anterior dan posterior, sehingga pembesaran kelenjar tiroid atau kelenjar getah bening atau struktur pembuluh darah dapat segera dilihat dengan nyata.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
I. ANALISIS MASALAH
1. Status lokalisasi coli sinistra teraba 2 buah nodul ukuran 4x3 cm dan 2x1 cm batas
tegas, dan colli sinistra dextra 1 buah nodul ukuran 2x1 cm
a) Bagaimana cara pemeriksaan?
Pemeriksaan Fisik Leher, meliputi :
1. Inspeksi :
melakukan inspeksi dari sisi depan, samping dan belakang leher.
Asimetris karena pembengkakan. Pembengkakan dapat disebabkan
aneurisma arteri karotis, pembengkakan terdapat pada satu sisi dan dapat
diraba pulsasi arteri pada daerah tersebut.
mencari apakah ada benjolan pada leher.
Tumor misalnya pada limfoma ( unilateral/ bilateral), tumor kista brakialis,
pembesaran kelenjar tiroid.
mencari apakah ada tanda peradangan pada leher.
Kelenjar limfe : pembesaran kelenjar limfe dapat dijumpai pada tuberculosis
kelenjar, leukemia, limfoma maligna.Lihat juga besanya konsistensi,serta
nyeri tekan pada palpasi
Dengan cara melakukan ekstensi dan deviasi kesamping,secara sederhana
pada leher, regangan m. sternokleidomastoideus akan memperlihatkan batas
antara trigonum anterior dan posterior, sehingga pembesaran kelenjar tiroid
atau kelenjar getah bening atau struktur pembuluh darah dapat segera dilihat
dengan nyata.
mencari apakah ada jejas.
memeriksa apakah ada distensi vena jugularis eksternus.
memeriksa apakah ada deviasi trakea.
memeriksa apakah ada keadaan asimetris, sikap paksa, kelumpuhan.
2. Palpasi
Palpasi pada leher dilakukan terutama untuk mengetahui keadaan dan lokasi
kelenjar limfe, kelenjar tiroid dan trakea. Kelenjar limfe sulit dipalpasi pada
orang yang sehat atau orang gemuk. Sebaliknya pada orang yang kurus akan
lebih mudah ditemukan. Pembesaran kelenjar limfe dapat disebabkan oleh
berbagai penyakit misalnya peradangan akut/kronis dikepala, orofaring, kulit
kepala atau daerah leher. Juga terjadi pada beberapa kasus infeksi seperti
tuberkulose, atau spilis. Pembesaran limfe disebut limfedenopati.
Palpasi kelenjar tiroid dilakukan untuk mengetahui adanya pembesaran tiroid
(gondok) yang biasanya disebabkan oleh kekurangan gram zodium. Bentuk
kelenjar tiroid dapat diketahui jika kepala pasien ditengadahkan sambil pasien
disuruh menelan ludah (air), sementara perawat melakukan palpasi kelenjar
tersebut.
Kedudukan trakea perlu dikaji karena dapat sebagai petunjuk terhadap adanya
gangguan misalnya trakea yang bergeser ke salah satu sisi dapat merupakan
petunjuk adanya proses desak ruang atau fibrosis pada paru-paru maupun
mediastinum. Trakea akan tertarik pada keadaan terjadi proses fibrosis dan akan
terdorong pada keadaan terjadi pendesakan ruang.
Cara kerja palpasi kelenjar limfe, kelenjar tiroid dan trakea adalah :
1. Duduklah di hadapan pasien
2. Anjurkan pasien untuk menengadah ke samping menjauhi perawat pemeriksa
sehingga jaringan lunak dan otot-otot akan relaks
3. Lakukan palpasi secara sistematis dan determinasikan menurut lokasi, batas-
batas ukuran, bentuk dan nyeri tekan pada setiap kelompok kelenjar limfe
yang terdiri dari :
a. Preaurikular – di depan telinga
b. Posterior aurikuler – superficial terhadap prosesus mastoidius
c. Osipital – di dasar posterior tulang kepala
d. Tonsilar – disudut mandibular
e. Submaksilaris – ditengah-tengah antara sudut dan ujung mandibula
f. Submental – palpasi garis tengah beberapa cm di belakang ujung
mandibula
g. Servikal superficial – superficial terhadap sternomastoidius
h. Servikal posterior – sepanjang tepi anterior trapesius
i. Servikal dalam – dalam sternomastoid dan sering tidak dapat dipalpasi
j. Supraklavikula – dalam suatu sudut yang terbentuk oleh klavikula dan
sternomastoidius.
4. Lakukan palpasi kelenjar tiroid dengan cara :
a. Letakkan tangan anda pada leher pasien
b. Palpasi pada fossa suprasternal dengan jari penunjuk dan jari tengah
c. Suruh pasien menelan atau minum untuk memudahkan palpasi
d. Palpasi dapat pula dilakukan dengan perawat berdiri di belakang pasien,
tangan diletakkan mengelilingi leher dan palpasi dilakukan dengan jari
kedua dan ketiga
e. Bila teraba kelenjar tiroid maka determinasikan menurut bentuk, ukuran,
konsistensi dan permukaannya.
5. Lakukan palpasi trakea dengan cara berdiri di samping kanan pasien.
Letakkan jari tengah pada bagian bawah trakea dan raba trakea ke atas, ke
bawah dan kesamping sehingga kedudukan trakea dapat diketahui.
6. Mobilisasi leher
Pengkajian mobilisasi leher dilakukan paling akhir pada pemeriksaan leher.
Pengkajian ini dilakukan baik secara aktif maupun pasif. Untuk mendapatkan
data yang akurat maka leher dan dada bagian atas harus bebas dari pakaian
dan perawat berdiri/duduk dibelakang pasien.
a. Lakukan pengkajian mobilitas leher secara aktif. Suruh pasien
menggerakkan leher dengan urut-urutan sebagai berikut:
Antefleksi, normalnya 45o
Dorsifleksi, normalnya 60 o
Rotasi ke kanan, normalnya 7 0o
Rotasi ke kiri, normalnya 70o
Lateral fleksi ke kiri, normalnya 40o
Lateral fleksi ke kanan, normalnya 40o
b. Determinasikan sejauh mana pasien mampu menggerakkan lehernya.
Normalnya gerakan dapat dilakukan secara terkoordinasi, tanpa
gangguan
c. Bila diperlukan lakukan pengkajian mobilitas secara pasif dengan cara
kepala pasien dipegang dengan dua tangan kemudian digerakkan dengan
urut-urutan yang sama seperti pada pengkajian mobilitas leher secara
aktif.
Langkah- langkah dalam pemeriksaan kelenjar getah bening leher:
1. Memperkenalkan diri dan inform consent terlebih dahulu kepada pasien
2. Cuci tangan dengan sabun dan bilas dengan air mengalir
3. Tanyakan kepada pasien bagian mana yang dianggap sakit oleh pasien dan
informasikan bahwa apabila pada pemeriksaan nanti ada rasa sakit yang
dirasakan pasien, maka pasien harus memberi tahu.
4. Posisikan pasien. Idealnya, pemeriksaan sebaiknya dilakukan dengan berdiri
di belakang pasien. Dan pasien diperiksa dalam posisi duduk.
5. Inspeksi
Kelenjar getah bening leher terletak di sepanjang bagian anterior dan
posterior dari leher tepat di bagian bawah dagu. Jika kelenjar getah bening
cukup besar, dapat terlihat adanya pembengkakan di bawah kulit dan lebih
mudah lagi jika pembesarannya asimetris (akan lebih mudah untuk melihat
adanya pembesaran kelenjar getah bening jika hanya satu bagian saja yang
membesar).
6. Hal-hal yang harus diperhatikan pada inspeksi:
7. Pembesaran kelenjar getah bening
8. Skar bekas operasi (cancer exision)
9. Massa yang jelas
10. Palpasi
Palpasi kelenjar getah bening harus menggunakan empat ujung-ujung jari
karena ujung jari adalah bagian yang paling sensitif. Palpasi dilakukan
dengan membandingkan antara bagian kiri dan kanan secara simultan, dari
atas ke bawah dan dengan sedikit tekanan.
Palpasi kelenjar limfe submental dan submandibular yaitu pemeriksa berada
dibelakang penderita kemudian palpasi dilakukan dengan kepala penderita
condong ke depan sehingga ujung-ujung jari-jari meraba di bawah tepi mandibula.
Kepala dapat dimiringkan dari satu sisi ke sisi yang lain sehingga palpasi dapat
dilakukan pada kelenjar yang superficial maupun yang profunda. Juga dapat
dilakukan dengan palpasi bimanual.
Gambar : Palpasi kelenjar limfe submental dan submandibular
Palpasi kelenjar jugularis dapat dimulai di superficial dengan melakukan penekanan ringan dengan menggerakkan jari-jari sepanjang musculus sternokleidomastoideus. Pada palpasi yang lebih dalam, ibu jari ditekan di bawah musculus Sternokleidomastoideus pada kedua sisi sehingga dapat di palpasi kelenjar yang terdapat di sub atau retro dari muskulus ini. Bila pemeriksaan ini negatif atau meragukan, maka pemeriksa harus berdiri di belakang penderita kemudian ibu jari digunakan untuk menggeser musculus Sternokleidomastoideus ke depan sementara jari yang lain meraba pada tepi anterior muskular tersebut. Perabaan secara bilateral dan simultan selalu dianjurkan untuk menilai perabaan antara kedua sisi. Palpasi kelenjar leher ini agak sulit pada orang gemuk, leher pendek dan leher yang berotot. Terutama bila kelenjarnya masih kecil.
Sumber gambar: Buku Diagnosis Fisik Adams Edisi 17
Gambar : Palpasi kelenjar limfe rantai kelenjar jugularis
Palpasi kelenjar limfa asesorius dilakukan dengan menekan ibu jari pada tepi
posterior m. Trapezium ke depan dan jari-jari ditempatkan pada permukaan
anterior muskulus ini.
Gambar : Palpasi kelenjar limfe asesorius
Sumber gambar: Buku Diagnosis Fisik Adams Edisi 17
Palpasi kelenjar limfa supraklavikular dapat dilakukan dengan duduk di
depan atau berdiri dibelakang penderita dimana jari-jari digunakan untuk
palpasi fosa supraklavikular. 15
Gambar : Palpasi kelenjar limfe supraklavikula
Sumber gambar: Buku Diagnosis Fisik Adams Edisi 17
b) Bagaimana interpretasi?
Ditemukan nodul nodul atau benjolan pada leher dengan ukuran diameter nodul
lebih dari 0,5 cm dikatakan abnormal. Maka dapat diduga adanya pembesaran
kelenjar getah bening regio coli. Dan, pembesaran kelenjar getah bening berjalan
berminggu-minggu sampai berbulan-bulan merupakan gejala infeksi oleh
mikobakterium.
c) Dimana regio/lokasi pada kasus ini?
Pada kasus ini
ditemukan nodul-
nodul yang
mungkin menjadi
suatu bentuk
pembesaran dari
kelenjar getah
bening.
Penyebaran KGB
leher dibagi 5
( Sloan kattering
memorial cancer
classification )
Sumber gambar: Sloan kattering memorial cancer classification
Keterangan gambar:
I. Kelenjar yang terletak di segitiga submentale dan submandibulae
II. Kelenjar yang terletak di 1/3 atas dan termasuk kelenjar getah bening jugularis
superior, kelenjar digastrik dan kelenjar servikalis posterior.
III. Kelenjar getah bening jugularis di antara bifurkatio karotis dan persilangan
Musculus omohioid dengan musculus sternokleidomastoideus dan batas
posterior musculus sternokleidomastoideus.
IV. Grup kelenjar getah bening di daerah jugularis inferior dan supraklavikula
V. Kelenjar getah bening yang berada di segitiga posterior servikal.
Sumber gambar: Atlas Anatomi A.D.A.M
Sumber gambar:
2. Hasil pemeriksaan histopatologi : tampak kelenjar getah bening berkapsul jaringan
ikat tipis, bagian korteks tampak folikel limfoid hiperplasia, berbagai ukuran,
dengan germinal center aktif. Tampak bagian kelenjar getah bening yang
mengalami nekrosis perkijuan dikelilingi oleh sel-sel limfosit, makrofag, epiteloid,
1-2 sel datia langhans dapat dijumpa. Tidak dijumpai tanda-tanda ganas.
a) Bagaimana cara pengecatan/Ziehl Neilsen untuk mendeteksi Mycobacterium TB
dan interpretasinya?
Pewarnaan Ziehl Neelsen adalah Pewarnaan diferensial yang membedakan
bakteri tahan asam dengan bakteri yang bukan tahan asam.
Prinsip pewarnaan :
Bakteri tahan asam (BTA) seperti mycobacterium tuberkulosis tahan terhadap
pencucian dengan alkohol asam, walau telah dicuci dengan alkohol asam bakteri
tahan asam tidak melepaskan zat warna yang telah diikatnya.Bakteri tahan asam
akan berwarna merah, dan bakteri tidak tahan asam berwarna biru.
Sumber gambar: Kuliah Integrasi “Radang Akut dan Kronis” dr.Henny Sulastri,
SpPA(K) tahun 2014
Bentuk radang kronis terdiri dari:
1. Makrophage termodifikasi dimana sitoplasma banyak berwarna merah muda
spt sel epitel (epiteloid). Transformasi ini dipengaruhi o/ γ interferon.
2. Sel raksasa : berasal dari makrofag.
3. Limfosit, plasma sel, netrofil
4. Jar. nekrosis.
Daftar Pustaka
Robbins, S.L. & Kumar, V. (1995). Buku ajar patologi I (4th ed.)(Staf pengajar laboratorium patologi anatomik FK UI, penerjemah). Jakarta: EGC (Buku asli diterbitkan 1987).
Sulastri, Henny.2014. Kuliah Integrasi: Radang Akut dan Kronis. Palembang: Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya