ANALISIS KUALITAS AIR SUMUR SEKITAR WILAYAH TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH (Studi Kasus di TPA Galuga Cibungbulang Bogor) Oleh BAMBANG KURNIAWAN F34101004 2006 DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
ANALISIS KUALITAS AIR SUMUR
SEKITAR WILAYAH TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR
SAMPAH
(Studi Kasus di TPA Galuga Cibungbulang Bogor)
Oleh
BAMBANG KURNIAWAN
F34101004
2006
DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
16
ANALISIS KUALITAS AIR SUMUR
SEKITAR WILAYAH TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR
SAMPAH
(Studi Kasus di TPA Galuga Cibungbulang Bogor)
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
Pada Departemen Teknologi Industri Pertanian
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh
BAMBANG KURNIAWAN
F34101004
2006
DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
17
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
ANALISIS KUALITAS AIR SUMUR
SEKITAR WILAYAH TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR
SAMPAH
(Studi Kasus di TPA Galuga Cibungbulang Bogor)
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
Pada Departemen Teknologi Industri Pertanian
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh
BAMBANG KURNIAWAN
F34101004
Dilahirkan pada tanggal 05 Nopember 1982
Di Bogor
Tanggal Kelulusan : Maret 2006
Menyetujui
Bogor, Maret 2006
Dr. Ir. Nastiti Siswi Indrasti Pembimbing Akademik
18
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi yang
berjudul :
“ Analisis Kualitas Air Sumur
Sekitar Wilayah Tempat Pembuangan Akhir Sampah
(Studi Kasus di TPA Galuga Cibungbulang Bogor) ”
adalah karya asli saya sendiri, dengan arahan dosen pembimbing akademik,
kecuali yang dengan jelas ditujukan rujukannya.
Bogor, Maret 2006
Bambang Kurniawan F34101004
19
Bambang Kurniawan. F34101004. Analisis Kualitas Air Sumur Sekitar Wilayah Tempat Pembuangan Akhir Sampah : Studi Kasus di TPA Galuga Cibungbulang Bogor. Di bawah bimbingan : Nastiti Siswi Indrasti
RINGKASAN
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah Galuga berbatasan langsung dengan areal pemukiman masyarakat, dengan luas areal 9,6 Ha. TPA ini menampung sampah Kota Bogor mencapai 2.208 m3 per hari. Komposisi sampah terdiri dari sekitar 75 % sampah organik dan sisanya sampah anorganik dengan kondisi tercampur atau belum ada pemilahan dari sumber timbulan sampah. Pengelolaan TPA dilakukan dengan sistem landfill terkontrol dan pengomposan. Sistem ini menghasilkan air buangan yang disebut lindi (leachate) yang kemudian dibuang melalui saluran terbuka ke sungai. Hal ini memudahkan penyebaran lindi oleh air hujan sehingga mengakibatkan pencemaran air tanah dan air sumur di sekitarnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui status kualitas air sumur gali milik penduduk yang tinggal di sekitar TPA sampah Galuga dengan melihat Indeks Kualitas Air (IKA) sumur sebagai pengaruh pengelolaan TPA.
Sampel air sumur diambil pada empat lokasi yaitu dengan jarak 5, 400, 600, dan 700 m dari TPA. Analisis air dilakukan secara langsung di lapangan (in situ) dan di laboratorium. Standar kualitas air minum (fisika, kimia, dan mikrobiologi) ditentukan menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Indeks Kualitas Air sumur ditentukan dengan Metode Delphi yang dikembangkan oleh US National Sanitation Foundation, dengan kriteria : sangat buruk (0 – 25), buruk (26 – 50), sedang (51 – 70), baik (71 – 90), dan sangat baik (91 – 100) (Suprihatin, 1992). Hasil pengukuran parameter fisik, kima, dan mikrobiologi air sumur di wilayah sekitar TPA Galuga menunjukkan ada 11 parameter yang telah melampaui ambang batas maksimum yang diperbolehkan menurut persyaratan Baku Mutu air kelas I, yaitu bau, rasa, pH, DO, BOD5, COD, amonia, nitrit, seng, bakteri coliform dan fecal coli (E. coli). Indeks Kualitas Air sumur pada jarak 5 m tergolong sedang (57,98), sementara air sumur pada jarak 400, 600 dan 700 m tergolong buruk dengan kisaran indeks 41,03 – 48,36. Nilai indeks kualitas air rata-rata untuk seluruh lokasi pengamatan adalah 48,65 (buruk).
Hasil penelitian menemukan fenomena yang menarik dimana air sumur dengan jarak yang paling dekat dengan sumber pencemar (TPA) ternyata memiliki kualitas air yang lebih baik berdasarkan nilai Indeks Kualitas Air daripada air sumur yang jaraknya lebih jauh pada wilayah penelitian. Kondisi ini diduga disebabkan oleh faktor geologis, geografis, dan juga faktor konstruksi pembatas TPA, saluran air lindi dan sumur itu sendiri dan juga perilaku masyarakat. Hasil penelitian memberikan gambaran bahwa secara umum kualitas air sumur wilayah sekitar TPA tergolong buruk dan tidak layak dikonsumsi untuk air minum namun masih bisa digunakan untuk keperluan perikanan dan pertanian.
20
Bambang Kurniawan. F34101004. The Analysis of the Well Water Quality Around the Final Disposal Area of Garbage : Case Study at Final Disposal Area (FDA) of Galuga Cibungbulang Bogor. Under supervising : Nastiti Siswi Indrasti
ABSTRACT
Final Disposal Area (FDA) at Galuga uses an controlled landfill and composting system to collect garbage up to 2.208 m3 per day. The garbage composition is 75,27 % organic garbage and 24,73 % inorganic garbage in mixed condition from the garbage source. The system has a negative effect because of leachate, the resulting substance of garbage decomposition is easily absorved in to the groundwater. Thus polluting it including the well water in the nearby area.
This research’s aim is to assess the dug well water quality around FDA because of the effect of garbage management, with checking Water Quality Index (WQI).
The well water sample was taken at four location with far 5, 400, 600, and 700 m from FDA.Water analysis is doing in site and in the lab. The quality standar of drinking water was used on the basis of water quality standar 1st level according to the regulation of Indonesian goverment No. 82/2001 on the water quality management and controlling of water pollution. The water quality index of the well water was determined by the Delphi Method was developed by US National Sanitation Foundation.
The result of the analysis of physics, chemical, and microbiology parameters show that there are 11 parameters of the dug well water quality that exceed the acceptable maximum limit : odor, taste, pH, disolved oxygen, BOD, COD, ammonia, nitrite, zinc (Zn), coliform bacteria, and fecal coli bacteria. The water quality index of the dug well water was found between poor and sufficient. The average of water quality index of the dug well water around research area was poor (WQI value 48,65).
The result of research was found interesting phenomena which nearest well water from pollut resource had water quality index better than well water which farer from FDA. This condition may be possible bevause of geological factor, geographic, and factor of construction of FDA buffer, leachate water line, well construction, and so public behaviour.
Based on the requirements of drinking water quality, the water quality standar of 1st level, and the water quality index, it can be concluded that the quality of the dug well water at Galuga is not acceptable for drinking water, however it can be used for agricultur needed.
21
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan ke Hadirat Allah SWT,
karena atas berkat rahmat dan hidayat-Nya skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi
ini disusun sebagai laporan akhir dari penelitian yang berjudul “Analisis Kualitas
Air Sumur Sekitar Wilayah Tempat Pembuangan Akhir Sampah : Studi Kasus di
TPA Galuga Cibungbulang Bogor”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian pada Departemen Teknologi
Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada :
1. Dr. Ir. Nastiti Siswi Indrasti, sebagai Dosen Pembimbing Akademik,
2. Dr. Ir. Moh. Yani, M.Eng, Drs. Purwoko, sebagai Dosen Penguji.
3. Ir. Andes Ismayana, MT. atas bimbingan dan bantuannya dalam
penulisan skripsi,
4. Seluruh staf pengajar Departemen Teknologi Industri Pertanian,
Fakultas Teknologi Pertanian,
5. Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Bogor,
6. Pemerintah Desa Galuga, Yayasan Tumaritis, serta seluruh staf dan
karyawan pabrik kompos,
7. Teman-teman Departemen Teknologi Industri Pertanian Angkatan
2001 khususnya Rasbin dan Wiguna Abdi, yang banyak membantu
dalam penelitian.
8. Istri tercinta Adinda Hesty Setiawaty, atas segala dukungan dan
do’anya.
9. Bapak dan Ibu yang telah memberikan segala-galanya, ananda
persembahkan terima kasih yang tulus dan juga untuk adik-adikku
tercinta.
22
Tidak ada orang yang tak luput dari kesalahan dan kekeliruan dan hanya
kepada-Nya kita mohon petunjuk dan perlindungan. Pada kesempatan ini penulis
juga memohon maaf kepada semua pihak atas segala kesalahan yang telah
diperbuat oleh penulis.
Hanya Allah SWT yang Maha Sempurna dengan karya-Nya, segala
kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kebaikan penulis dan karya ini,
sangat diharapkan. Akhir kata, semoga karya ini bermanfaat untuk semua yang
memerlukannya.
Bogor, Maret 2006
Penulis
23
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ...................................................................................... i
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ vi
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... vii
I. PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG .......................................................................... 1
B. TUJUAN .............................................................................................. 3
II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 4
A. SAMPAH, PENGELOLAAN DAN PERMASALAHANNYA .......... 4
B. PENCEMARAN AIR ........................................................................... 9
C. BAKU MUTU AIR ............................................................................... 13
III. METODE PENELITIAN ............................................................................ 15
A. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN .............................................. 15
B. ALAT DAN BAHAN PENELITIAN ................................................... 15
C. PENGUMPULAN DATA .................................................................... 18
1. Cara Pengambilan Air Sumur ......................................................... 18
2. Cara Pengambilan Air Sumur Untuk Analisis Sifat Fisik, Kimia
dan Mikrobiologi ............................................................................. 18
3. Penetapan Parameter dan Cara Pemeriksaan Sampel Air ............... 19
D. ANALISIS DATA ................................................................................ 19
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................. 22
sulfida, fenol, minyak nabati, logam dan logam-logam transisi yaitu ; Fe, Cd, Cu,
Zn, Pb, Cr, Hg, Ni, As, Sn (Slamet, 1994). Unsur-unsur dan senyawa-senyawa
38
tersebut di dalam air sangat kompleks, dapat bereaksi satu dengan yang lainnya.
Air tanah yang kena limpasan air lindi sampah akan dipengaruhi sifat-sifat toksik
dari senyawa-senyawa, baik organik maupun anorganik.
Indikator pencemaran air tanah oleh sampah organik ditandai dengan
tingginya kadar zat organik (BOD, COD), nitrat, deterjen, dan terdapatnya bakteri
coli tinja. Tingginya bahan organik dalam air tanah memerlukan oksigen untuk
membantu mikroorganisme dalam proses oksidasi, melalui proses :
mikroorganisme CHO2 + O2 CO2 + H2O
Jika kekurangan oksigen, maka air perlu diaerasi agar kadar oksigen dapat
mendukung kembali untuk keperluan air minum atau untuk kebutuhan hidup suatu
organisme air. Oksigen sangat diperlukan pula di dalam proses biooksidasi bahan-
bahan bernitrogen :
NH4+ + 2O2 2H+ + NO3
- + H2O
Oksigen juga dapat mengoksidasi secara kimia dan biokimia zat-zat pereduksi :
4Fe2+ + O2 + 4H+ 4 Fe3+ + 2H2O
2SO32- + O2 2SO4
2-
Semua proses tersebut mengakibatkan deoksigenasi dalam perairan.
Derajat konsumsi oksigen kontaminan yang dikatalis secara mikrobial di dalam
air, disebut kebutuhan oksigen biokimia (Biochemical Oxygen Demand = BOD).
Parameter ini diukur oleh jumlah oksigen yang digunakan oleh mikroorganisme
perairan yang cocok untuk periode waktu lima hari pada suhu 20 oC, yang dalam
pengukuran kualitas air dikenal dengan BOD5. Meskipun pengukuran sangat
realistis, tetapi dianggap kurang praktis, karena harus menunggu waktu lima hari,
oleh karena itu COD (Chemical Oxygen Demand) lebih praktis dilakukan.
Uji COD merupakan analisis kimia yang dapat digunakan untuk mengukur
jumlah bahan organik yang sukar dipecah secara biologi seperti yang terukur pada
BOD5 ( Jenie dan Rahayu, 1990). Saeni (1989) , memambahkan bahwa nilai COD
39
umumnya lebih besar dari nilai BOD5, karena jumlah senyawa kimia yang dapat
dioksidasi secara kimiawi lebih besar dari oksidasi secara biologi.
Pencemaran air tanah sekunder dapat berasal dari sampah-sampah industri,
dengan indikator meningkatnya kadar logam berat (Hg, Pb, Cd) di dalam air.
Unsur-unsur tersebut termasuk unsur hara mikro, yang dibutuhkan oleh manusia
atau organisme air dalam jumlah sangat sedikit ( < 0,05 ppm ), dan bila melebihi
kadar tersebut merupakan racun yang sangat berbahaya, dapat menyerang ikatan-
ikatan belerang dalam enzim, sehingga enzim-enzim tersebut bersifat terikat dan
tidak aktif (Clark, 1977).
Limbah pertanian padat maupun cair yang berasal dari perembesan saluran
drainase, dapat mencemari air tanah melalui infiltrasi dan perkolasi. Pencemaran
oleh limbah pertanian ini ditandai oleh tingginya kadar nitrat, fosfat, dan
terdapatnya pestisida dalam air tanah (Nana dan Ratna, 1991)
Kualitas air sumur juga dipengaruhi secara langsung ataupun tidak
langsung oleh proses mikrobiologi, yang mentransformasikan zat-zat anorganik
dan organik dalam air. Transformasi biologis ini biasanya mempengaruhi proses
kimia tanah (Chapelle, 1993). Matthess (1982) menambahkan bahwa
mikroorganisme menggunakan material terlarut atau yang tersuspensi dalam air
untuk proses metabolismenya, dan kemudian mereka melepas kembali produk
metaboliknya ke dalam air.
Semua senyawa organik merupakan sumber energi potensial untuk
organisme. Sebagian besar organisme membutuhkan oksigen untuk respirasi
(respirasi aerobik) dan pemecahan zat organik, tetapi ketika konsentrasi oksigen
tidak memadai beberapa bakteri dapat menggunakan beberapa alternatif seperti
nitrat, sulfat, dan karbon dioksida (respirasi anaerobik) (Chapman, 2000).
Golongan mikroorganisme penting di air permukaan maupun air buangan
yaitu ; bakteri, cendawan (fungi), protozoa, ganggang dan virus (Saeni, 1989).
Secara umum mikroorganisme patogen berperan sebagai indikator untuk
mengetahui kualitas perairan (air permukaan maupun air tanah), terutama virus
dan bakteri. Jenis virus yang tergolong patogen yaitu dari genus Rotavirus,
Hepatitis A, Poliomyelitis dan Trachoma (Slamet, 1994).
40
Secara umum sumber pencemaran air tanah berasal dari tempat-tempat
pembuangan sampah, mudah meresap ke dalam tanah, sehingga sampah organik
merupakan sumber primer pencemaran bakteriologik (Wuryadi, 1990). Bakteri
patogen yang biasanya disebarkan melalui air adalah bakteri disentri, kholera dan
tipus. Jumlah bakteri patogen dalam air umumnya sedikit dibandingkan dengan
bakteri coli (coliform), sehingga bakteri ini dipakai sebagai bakteri indikator
terhadap kualitas perairan karena jumlahnya banyak dan mudah diukur (Diana,
1992).
C. BAKU MUTU AIR
Air merupakan sumber daya alam yang menjadi hajat hidup orang banyak,
sehingga perlu dipelihara kualitasnya agar tetap bermanfaat untuk manusia serta
mahluk hidup lainnya. Agar air dapat bermanfaat secara berkelanjutan dengan
tingkat mutu yang diinginkan, terutama untuk keperluan air minum dan rumah
tangga lainnya, maka kita perlu memelihara dan meningkatkan kualitasnya.
Penetapan baku mutu air didasarkan pada Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor : 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air.
Sesuai PP RI Nomor 82 Tahun 2001 disebutkan bahwa Baku Mutu Air
adalah batas atau kadar mahluk hidup, zat, energi atau komponen lain yang ada
atau harus ada dan atau macam unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya
dalam air pada sumber air tertentu sesuai dengan peruntukannya. Sesuai peraturan
ini, air yang dimaksud adalah semua air yang terdapat di dalam dan atau berasal
dari sumber air, dan terdapat di atas permukaan tanah, tidak termasuk air laut dan
air bawah tanah. Dalam PP RI Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, pasal 8 ayat 1 ditetapkan
pengkelasan air sesuai dengan peruntukannya, yaitu :
1. Kelas I : Air yang peruntukkannya dapat digunakan untuk air
baku air minum, dan atau peruntukkan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan
kegunaan tersebut
41
2. Kelas II : Air yang peruntukkannya dapat digunakan untuk
prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan
air tawar, peternakan, air untuk mengairi
pertanaman, dan atau peruntukan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan
kegunaan tersebut
3. Kelas III : Air yang peruntukkannya dapat digunakan untuk
pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk
mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan
kegunaan tersebut
4. Kelas IV : Air yang peruntukkannya dapat digunakan untuk
mengairi pertanaman dan atau peruntukan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan
kegunaan tersebut.
Beberapa hasil penelitian terhadap kualitas air yang mengacu pada dasar
ketetapan yang ada, bahwa kualitas air minum di Indonesia lebih banyak masuk
sebagai air baku air minum, yaitu air yang perlu melalui pengolahan sebelum
dimanfaatkan sebagai air minum maupun keperluan rumah tangga lainnya. Air
yang dapat langsung dikonsumsi sebagai air minum adalah relatif sedikit, karena
banyak kualitas air menurun akibat pencemaran yang sebagian besar akibat
aktivitas manusia, baik akibat kegiatan rumah tangga, pertanian, dan juga industri.
Dasar yang digunakan untuk penetapan parameter kualitas air, khususnya
untuk keperluan air minum adalah :
1. Parameter-parameter yang berhubungan dengan sifat-sifat keamanan
bagi suatu peruntukan domestik (rumah tangga).
2. Parameter-parameter yang dapat dijadikan indikator terjadinya
pencemaran sampah domestik yang berhubungan dengan kesehatan
manusia.
42
III. METODE PENELITIAN
A. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN
Penelitian dilakukan pada sumur gali penduduk di sekitar wilayah TPA
sampah Galuga, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Lokasi ini
jaraknya ± 25 km dari pusat kota Bogor dan berjarak 3 km dari ibukota
kecamatan dengan luas area ± 9,6 Ha. Kawasan TPA Galuga terletak antara
tiga dusun yaitu Dusun Lalamping, Dusun Moyan, dan Dusun Cimangir.
Topografi wilayah penelitian sebagian besar berada pada bentang
wilayah pegunungan, dengan ketinggian 250 m di atas permukaan laut (dpl),
sehingga beriklim sejuk. Desa Galuga memiliki curah hujan yang cukup
banyak sekitar 2.000 mm/tahun, dengan jumlah bulan hujan sebanyak 4 bulan.
Suhu rata-rata harian Desa Galuga sekitar 230 – 320 C (Potensi Galuga, 2004).
Penelitian dilaksanakan selama tiga bulan, dari bulan Pebruari sampai
April 2005. Pengambilan sampel air dilakukan pada bulan Maret 2005.
B. ALAT DAN BAHAN PENELITIAN
Alat pengambilan sampel air sumur untuk empat titik pengambilan
sampel menggunakan 4 buah jerigen plastik ukuran 2 liter. Untuk
pengambilan sampel air keperluan pemeriksaan bakteri, digunakan botol steril
berukuran 250 ml. Peralatan lain yang digunakan untuk mengukur parameter
kualitas air secara langsung di lokasi penelitian (in situ) digunakan DO meter
untuk mengukur kandungan oksigen terlarut. Peralatan untuk analisis sifat
fisik, kimia, dan mikrobiologi air yang dilakukan di laboratorium disajikan
pada Tabel 6.
Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel air
sumur dari sumur penduduk yang bermukim di sekitar TPA (jarak 5 m, 400 m,
600 m dan 700 m dari TPA) seperti terlihat pada Gambar 2.
43
Tabel 6. Parameter Kualitas Air yang Diukur, Metode Analisis dan Alat-alat Pengukuran No. Parameter Satuan Metode Analisis Peralatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
FISIKA Suhu Bau Rasa Zat Padat Terlarut Zat Padat Tersuspensi KIMIA pH DO BOD5 COD Amonia (N-NH3) Nitrit (N-NO2) Nitrat (N-NO3) Fosfat (PO4 3-) Besi (Fe) Timbal (Pb) Tembaga (Cu) Krom (Cr) Kadnium (Cd) Seng (Zn) MIKROBIOLOGI Fecal Coli (E. Coli) Coliform
APHA ed 20th, 1998 - - APHA ed 20th, 1998 APHA ed 20th, 1998 APHA ed 20th, 1998 APHA ed 20th, 1998 APHA ed 20th, 1998 APHA ed 20th, 1998 APHA ed 20th, 1998 APHA ed 20th, 1998 APHA ed 20th, 1998 APHA ed 20th, 1998 APHA ed 20th, 1998 APHA ed 20th, 1998 APHA ed 20th, 1998 APHA ed 20th, 1998 APHA ed 20th, 1998 APHA ed 20th, 1998 MPN MPN
Gambar 2. Skema Lokasi Pengambilan Sampel Air Sumur (Sumber : Potensi Galuga, 2004)
45
C. PENGUMPULAN DATA
1. Cara Pengambilan Sampel Air Sumur
Pengambilan sampel air dilakukan pada sumur gali penduduk yang
bermukim di sekitar TPA sampah Galuga dengan kedalaman sumur
bervariasi dari 2 sampai 12 meter. Tempat dan jarak sumur dengan TPA
telah ditentukan, seperti tercantum pada Gambar 2. Metode pengambilan
sampel dilakukan dengan pengambilan sampel sesaat (grab sample),
dengan perincian sebagai berikut :
a. Pengambilan sampel air sumur gali pada jarak 5 m (S-1) di luar
TPA
b. Pengambilan air sumur gali penduduk sepanjang aliran saluran
pembuangan lindi dengan ketentuan :
1. Dua buah sumur gali penduduk, diambil pada jarak rata-rata
400 m dari TPA dengan jarak sumur ke saluran air lindi
sekitar 50 m
2. Dua buah sumur gali penduduk, diambil pada jarak rata-rata
700 m dari TPA dengan jarak sumur ke saluran air lindi
sekitar 10 m
c. Pengambilan air sumur gali penduduk yang tidak dilewati aliran
saluran pembuangan lindi dengan jarak 600 m dari TPA.
2. Cara Pengambilan Sampel Air Sumur Untuk Analisis Sifat Fisik,
Kimia dan Mikrobiologi
Cara pengambilan sampel air untuk analisis sifat fisik, kimia dan
mikrobiologi dilakukan dengan proses yang sama yaitu dengan
menurunkan timba ke dalam sumur. Sampel air diambil pada empat titik
pada jarak yang berbeda. Pada masing-masing titik diambil dua sumur,
kemudian airnya dicampur dalam satu jerigen untuk mengetahui tingkat
rata-rata kualitas airnya. Analisis sampel air dilakukan langsung di lokasi
(in situ) untuk parameter air yang tidak bisa diawetkan (pH, suhu, bau,
rasa), dan dianalisis di laboratorium untuk parameter yang dapat
diawetkan.
46
Pengambilan sampel air untuk pemeriksaan bakteri dilakukan
secara khusus dengan menggunakan botol steril berukuran 250 ml. Setelah
pengambilan sampel air, mulut botol segera disterilkan dan ditutup dengan
tutup steril untuk kemudian segera dikirim ke laboratorium. Analisis
kualitas air untuk parameter yang diawetkan dilakukan di laboratorium
Teknik dan Manajemen Lingkungan Fakultas Teknologi Pertanian IPB,
Bogor.
3. Penetapan Parameter dan Cara Pemeriksaan Sampel Air
Fair, et al. (1966) menyatakan bahwa pada suatu penelitian
terhadap kualitas air, tidak semua parameter dan sifat-sifat air harus
diteliti. Hal ini sangat bergantung dari tujuan penelitian tersebut. Tetapi
lebih ditekankan terhadap parameter yang berhubungan dengan keamanan,
penerimaan dan fungsi perairan tersebut. Untuk analisis kualitas air dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu secara langsung di lokasi (in situ) dan
cara pengawetan yang dilakukan di Laboratorium, terutama untuk sifat-
sifat air yang dapat bertahan lama dalam kondisi yang sudah diawetkan.
Parameter pengukuran secara in situ dan laboratorium ditentukan sesuai
pada Tabel 6.
Sementara untuk pengumpulan data sekunder yaitu data yang dapat
menunjang dan melengkapi penelitian antara lain : jumlah sampah
kumulatif, luas areal TPA yang dipakai, lama penggunaan TPA, semuanya
diperoleh dari Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota
Bogor.
D. ANALISIS DATA
Untuk menetapkan kelayakan air sumur sebagai bahan baku air minum,
maka hasil analisis di laboratorium dan secara in situ dapat ditetapkan
berdasarkan PP Republik Indonesia Nomor 82/2001 tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air (selengkapnya dapat dilihat
pada Lampiran 1). Ketetapan tersebut mengacu pada kadar maksimum
parameter kualitas air yang diperbolehkan.
47
Mutu lingkungan khususnya lingkungan perairan, secara umum dapat
ditentukan dengan Indeks Kualitas Air (IKA). Indeks ini secara umum
ditentukan berdasarkan Metode Delphi yang dikembangkan oleh US National
Sanitation Foundation - Water Quality Index (NSF – WQI) (Suprihatin, 1992)
Menurut Suprihatin (1992), IKA didasarkan atas bobot (wi) dan sub
indeks (Ii) dari 9 parameter penting kualitas air, yaitu : oksigen terlarut (DO),
koliform tinja (E. coli), pH, BOD5, NO3-, PO4
3-, suhu, kekeruhan dan padatan
total. Selain itu terdapat dua kelompok parameter yang digunakan untuk
penentuan status kualitas air yaitu kelompok senyawa-senyawa toksik dan
pestisida. Pembobotan untuk setiap parameter tersebut dapat dilihat
selengkapnya pada Lampiran 2.
Dua kelompok parameter kualitas air yaitu kelompok senyawa-senyawa
toksik dan kelompok pestisida tidak diberi nilai bobot, tetapi ditetapkan secara
khusus yaitu jika konsentrasi pestisida (untuk semua jenis pestisida) yang
melebihi 0,1 mg/l maka nilai indeks kualitas perairan adalah nol. Demikian
juga apabila di dalam suatu air terdapat salah satu jenis senyawa toksik dengan
konsentrasi melampaui nilai ambang batas nilai baku (nilai standar) maka nilai
indeks kualitas air adalah nol (Suprihatin, 1992). Untuk penelitian ini
diasumsikan bahwa lingkungan perairan yang diteliti tidak memiliki
kandungan senyawa toksik dan pestisida yang melebihi nilai ambang batas.
Tata cara penghitungan nilai indeks kualitas air, IKA adalah sebagai
berikut :
1. Penentuan nilai sub indeks Ii dari kurva parameter ke-i. Nilai sub
indeks Ii tergantung pada nilai parameter ke-I (Lampiran 3)
2. Pengalian nilai sub indeks Ii dengan nilai bobot parameter ke-I (wi)
3. Penjumlahan nilai hasil perkalian untuk semua parameter.
Hasil penjumlahan ini merupakan Indeks Kualitas Air.
48
Indeks Kualitas Air ditentukan berdasarkan rumus :
Keterangan :
n : jumlah parameter (=9)
IKA : indeks kualitas air, berskala 0 – 100
wi : nilai bobot untuk parameter ke-i, untuk skala 0 – 1,0
Ii : nilai dari kurva baku sub indeks untuk parameter ke-i,
pada skala 0 – 100 (Lampiran 4 - 12)
Hasil yang diperoleh dari perhitungan IKA, kemudian dibandingkan
dengan kriteria mutu lingkungan perairan menurut NSF-WQI (Suprihatin,
1992) seperti tercantum pada Tabel 7.
Tabel 7. Kriteria Mutu Lingkungan Perairan (NSF-WQI; Suprihatin 1992)
Indeks Kualitas Air
Keterangan
0 - 25
26 - 50
51 - 70
71 - 90
91 - 100
Sangat buruk
Buruk
Sedang
Baik
Sangat baik
n IKA = ∑ ( wi x Ii )
i:1
49
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
KUALITAS AIR SUMUR GALI WILAYAH SEKITAR TPA GALUGA
Kualitas air khususnya untuk air minum dan keperluan rumah tangga
lainnya (mandi, cuci dan kakus), secara ideal harus memenuhi standar, baik sifat
fisik, kimia maupun mikrobiologinya. Jika kualitas air melampaui ambang batas
maksimum yang diperbolehkan berdasarkan Peraturan maupun Keputusan
Pemerintah, maka kualitas air tersebut menurun sesuai peruntukkannya, sehingga
digolongkan sebagai air tercemar (Fardiaz, 1992).
Wilayah Desa Galuga sebagai Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah,
terletak di Kabupaten Bogor bagian barat. Sekitar wilayah ini merupakan
pemukiman dengan penduduknya sebagian besar memanfaatkan air sumur gali
untuk keperluan minum, masak, mandi, cuci, kakus (MCK) dan juga keperluan
rumah tangga lainnya. Oleh karena itu kualitas airnya ditetapkan berdasarkan
Baku Mutu Lingkungan air minum. Baku Mutu air minum ditetapkan menurut
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001.
Limpasan air hujan (run off) yang masuk ke TPA sampah dapat melarutkan
zat organik dan anorganik dengan konsentrasi tinggi yang disebut sebagai lindi
(leachate). Lindi tersebut timbul akibat adanya perombakan sampah oleh
mikroorganisme secara aerob. Lindi akan mudah terangkut bersama-sama
limpasan air hujan dan dapat merembes masuk ke sumur-sumur penduduk yang
di sekitarnya. Perembesan lindi yang bersifat toksik, mengakibatkan menurunnya
kualitas air sumur sesuai dengan peruntukannya.
Hasil penelitian kualitas air sumur gali di wilayah sekitar TPA Galuga baik
sifat fisik, kimia, dan mikrobiologi dapat dilihat pada Tabel 8 dan 9. Data
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 13.
50
Tabel 8. Hasil Pengukuran Kualitas Air Sumur Gali, Wilayah Sekitar TPA Sampah Galuga
No Parameter Satuan Titik Sampling Kriteria Mutu
Air Kelas I PP No. 82/2001 S1 S2 S3 S4
I
1
2 3
4 5
II
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
III
20
21
FISIKA Suhu Bau Rasa Zat Padat Terlarut Zat Padat Tersuspensi KIMIA pH DO BOD5 COD Amonia (N-NH3) Nitrit (N-NO2) Nitrat (N-NO3) Fosfat (PO4 3-) Besi (Fe) Timbal (Pb) Tembaga (Cu) Krom (Cr) Kadnium (Cd) Seng (Zn) MIKROBIOLOGI Fecal Coli (E. Coli) Coliform
S1 : Pengambilan sample air sumur jarak 5 m dari TPA
S2 : Pengambilan sample air sumur jarak 400 m dari TPA
S3 : Pengambilan sample air sumur jarak 700 m dari TPA
S4 : Pengambilan sample air sumur jarak 600 m dari TPA
ttd : tidak terdeteksi
51
Tabel 9. Rata-rata Hasil Pengukuran Kualitas Air Sumur Wilayah Sekitar TPA Sampah Galuga
No Parameter Satuan Nilai Rata-rata Kriteria Mutu Air
Kelas I PP No. 82/2001
I 1 2 3 4 5
II 6 7 8 9
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
III
20
21
FISIKA Suhu Bau Rasa Zat Padat Terlarut Zat Padat Tersuspensi KIMIA pH DO BOD5 COD Amonia (N-NH3) Nitrit (N-NO2) Nitrat (N-NO3) Fosfat (PO4 3-) Besi (Fe) Timbal (Pb) Tembaga (Cu) Krom (Cr) Kadnium (Cd) Seng (Zn) MIKROBIOLOGI Fecal coli (E. coli) Coliform
kimiawi (COD), amonia, nitrit, seng (Zn), bakteri fecal coli dan
coliform.
2. Indeks Kualitas Air (IKA) sumur wilayah sekitar TPA Galuga secara
rata-rata tergolong buruk (nilai Indeks Kualitas Air rata-rata 48,65),
sehingga air ini tidak layak dikonsumsi sebagai air minum. Namun dari
hasil penelitian ditemukan fenomena yang menarik dimana air sumur
dengan jarak yang paling dekat ke sumber pencemar (TPA) ternyata
memiliki kualitas air yang lebih baik berdasarkan nilai Indeks Kualitas
Air daripada air sumur yang jaraknya lebih jauh pada wilayah
penelitian. Kondisi ini diduga disebabkan oleh faktor geologis,
geografis, dan juga faktor konstruksi pembatas TPA, saluran air lindi
dan sumur itu sendiri.
71
B. SARAN
1. Air lindi (leachate)yang dihasilkan akibat timbunan sampah dari TPA
dan juga sistem open widrow dari pengomposan perlu dioptimalisasikan
pengolahannya sehingga lebih aman dibuang ke lingkungan. Dari
pengamatan, pengolahan lindi ini tengah tidak berfungsi termasuk
sistem aerasi di bak pengolahan sehingga potensi pencemaran air tanah
akibat penyebaran lindi ini bisa diminimalkan jika instalasi pengolahan
air lindinya optimal.
2. Perlunya sistem drainase lindi yang permanen, untuk mencegah
peresapan air lindi masuk ke lingkungan sekitarnya. Perubahan sistem
ini untuk mengurangi pengaruh penyebaran lindi dari sumber sampah
(TPA dan Pabrik Kompos) masuk ke lingkungan perairan sekitarnya,
termasuk pencemaran air sumur di sekitar wilayah tersebut.
3. Pemerintah Kota Bogor perlu secepatnya melakukan usaha-usaha untuk
mengatasi pencemaran air, khususnya air sumur gali, dengan cara
memperbaiki konstruksi sumur (dinding beton, penutup sumur) dan juga
melakukan sanitasi.
72
DAFTAR PUSTAKA Alaert, G. dan S.S. Santika. 1987. Metode Penelitian Air. Usaha Nasional.
Surabaya. Apriadji, W. H. 2004. Memproses Sampah. Penebar Swadaya, Jakarta. Chapelle, F.H. 1993. Groundwater Microbiology and Geochemistry. John Wiley
and Sons. New York. Chapman, D. 2000. Water Quality Assesment. E & FN Spon. London. Clark, J.R. 1977. Coastal Ecosystem Management. John Wiley and Sons. New
York. Daftar Isian Potensi Desa dan Tingkat Perkembangan Desa. 2004. Bagian
Pemerintah Desa, Sekretaris Desa, Kabupaten Bogor. Dahuri, R., N.S. Putra, Zairion dan Sulistiono. 1993. Metode dan Teknik Analisis
Biota Perairan. PPLH – Lembaga Penelitian IPB. Bogor. Department of Public Health. 1972. Hydrologic Implications of Solid Waste
Disposal U.S. Geological Survey. Washington DC. Diana, E. 1992. Pemantauan Dampak Lokasi Pembuangan Akhir Sampah Secara
Sanitary Landfill Bantar Gebang Terhadap Kualitas Air Permukaan, Air Tanah dan Sosial Ekonomi Masyarakat di Sekitarnya. Tesis. Program Pascasarjana, IPB. Bogor.
Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Bogor. 2005. Kebijakan
Pemerintah Kota Bogor Dalam Pengelolaan Sampah. Seminar (22 Maret 2005)
Environmental Protection Agency. 1973. Water Quality Criteria. A Report of the
Committee on Water Quality Criteria. Environmental Agency. Washington DC.
Eilbeck, W.J. dan Mattock. 1992. Chemical Process is Wastewater treatment. Ellis
Howrd Ltd. Chicester Fair, G.M., et al. 1966. Wastewater Engineering. John Wiley and Sons. New
York. Fardiaz, S. 1992. Polusi Air dan Polusi Udara. Depdikbud, Ditjen Perguruan
Tinggi PAU Pangan dan Gizi IPB, Bogor.
73
Hadiwiyoto, S. 1983. Penanganan dan Pemanfaatan Sampah. Yayasan Idayu, Jakarta.
Hammer.1986. Water and wastewater technology. John Wiley and Sons. New
York. Husin, Y.A. dan E. Kustaman. 1992. Metode dan Tehnik Analisis Kualitas Air.
PPLH – Lembaga Penelitian IPB, Bogor. Indrasti, N. S. 2003. The Perspective of Solid Waste Management and Landill
Technology in Indonesia. Makalah. Abdichtung, Stillegung Und Nachsorge Von deponien 15 : 99, Nurnberg, Jerman.
Jenie, B.S.L. dan W.P. Rahayu. 1990. Penanganan Limbah Industri Pangan. PAU
– IPB. Bogor. Mahida, U.N. 1997. Pencemaran Air dan Pemanfaatan Limbah Industri. Rajawali.
Jakarta. Matthess, G. 1982. The Properties of Groundwater. John Wiley and Sons. New
York. Nana, T. dan Ratna, H. 1991. Kualitas Air Tanah Jakarta. Seminar Pengembangan
Air Tanah. 10 – 11 Desember 1991. PPS Keairan Teknik Sipil USAKTI. Jakarta.
Riyadi, S. 1984. Pencemaran Air. Dasar-dasar dan Pokok-pokok Penanggulangan.
Karya Anda. Surabaya. Romli, M. 2004. Desain dan Optimasi Bioreaktor Membran Untuk Penanganan
Air Limbah Sulit Terdegradasi. Lembaga Penelitian dan Pengembangan Masyarakat IPB. Bogor.
Saeni, M.S. 1989. Kimia Lingkungan. Depdikbud, Ditjen Pendidikan Tinggi.
PAU – Ilmu Hayat, IPB. Bogor. __________. 1991. Dampak Pada Kualitas Air. Kursus Dasar Penyusunan
AMDAL. PPLH – Lembaga Penelitian IPB, Bogor. Slamet, J.S. 1994. Kesehatan Lingkungan. Gajah Mada University Press.
Yogyakarta. Sundra, I.K. 1997. Pengaruh Pengelolaan Sampah Terhadap Kualitas Air Sumur
Gali di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah Suwung Denpasar Bali. Thesis. Program Pasca Sarjana IPB, Bogor.
Supardi. 2001. Studi Tata Niaga kompos : Kajian Alternatif Pemecahan
Penanganan Masalah Sampah Kota. Skripsi. Fateta, IPB. Bogor.
74
Suprihatin. 1992. Penentuan Status Kualitas Air (Sebuah Pendekatan Kuantitatif dan Praktis). Fakultas Teknologi Pertanian IPB. Bogor.
Syahmin. 1994. Evaluasi Kualitas Air Sungai Ciliwung Sebagai Bahan Baku
untuk Air Minum. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, IPB. Bogor. Tan, I. 2005. Tantangan, Peluang dan Kendala Pihak Swasta dalam Mengelola
Sampah Organik. Seminar (22 Maret 2005). Tood, D. K. 1980. Groundwater Hydrology. 2nd ed. John Wiley and Sons. New
York. Torrey, S. 1979. Slug Disposal by Landspreading Techniques. Noyes Data
Corporation, Park Ridge. New Jersey. Wardoyo. 1982. Review on Water Analysis Manual. Faculty of Fisheries – Bogor
Agricultural University. Bogor. Wuryadi. 1981. Kualitas Air Sumur Gali DIY Bagian Selatan dan Kemungkinan
Pengaruh Lingkungan Pemukiman. Fakultas Pascasarjana IPB. Bogor. _______. 1990. Telaah Kelangsungan Hidup Eschericia coli Dalam Air Sumur
Gali dan Kaitannya sebagai Indikator Pencemaran Tinja dalam Sistem Air Tanah. Fakultas Pascasarjana IPB. Bogor.
Yani, M., A. Bey dan W. Tjiptadi. 1994. Kajian Kualitas Air DAS Cisadane dan
Ciliwung. PPLH – Lembaga Penelitian IPB. Bogor.
Lampiran 1. Kriteria Mutu Air Berdasarkan Kelas, PP Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air
No. Parameter Satuan Kelas Keterangan I II III IV I. FISIKA
1. Temperatur oC Deviasi 3 Deviasi 3 Deviasi 3 Deviasi 3 Deviasi temperatur dari keadaan alamiahnya
2. Residu Terlarut mg/L 1000 1000 1000 2000
3. Residu Tersuspensi mg/L 50 50 400 400
Bagi pengelola air minum secara konvensional, residu
Lampiran 13. Hasil Pengukuran Kualitas Air Sumur Gali, Wilayah Sekitar TPA Sampah Galuga
No Parameter Satuan Titik Sampling
S1 S2 S3 S4 I 1 2 3 4 5
II 6 7 8 9
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
III
20
21
FISIKA Suhu Bau Rasa Zat Padat Terlarut Zat Padat Tersuspensi KIMIA pH DO BOD5 COD Amonia (N-NH3) Nitrit (N-NO2) Nitrat (N-NO3) Fosfat (PO4 3-) Besi (Fe) Timbal (Pb) Tembaga (Cu) Krom (Cr) Kadnium (Cd) Seng (Zn) MIKROBIOLOGI Fecal Coli (E. Coli) Coliform