1 ANALISIS KOMPONEN BIAYA OPERATOR KERETA API INDONESIA DENGAN ADANYA SISTEM VERTICAL SEPARATION UNTUK PENINGKATAN KEUNTUNGAN Farid Askary 1 *, Mohammed Ali Berawi 2 , dan R. Jachrizal Sumabrata 3 1. Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia 2. Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia 3. Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia *e-mail: [email protected]Abstrak Kereta api merupakan moda transportasi yang efisien dengan berbagai kelebihannya. Namun, PT KAI dinilai kurang kompetitif dalam menyediakan pelayanan perkeretaapian Indonesia. Hal tersebut salah satunya disebabkan oleh keuangan Perusahaan yang sering merugi. Penelitian ini dilakukan untuk memberikan solusi berupa penganalisisan komponen biaya operator kereta api Indonesia dan potensi penaikan keuntungan dengan regulasi sistem vertical separation yang sudah ada. Penelitian dilakukan dengan metode benchmarking pada Inggris, Jerman, dan Jepang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemasukan angkutan penumpang, angkutan barang, PSO, KSO, dan lain-lain berpotensi sedang serta pemasukan sewa-menyewa berpotensi besar untuk dikembangkan. Sementara itu, biaya TAC berpotensi sedang serta gaji petugas dan pegawai berpotensi besar untuk diefisiensikan. Cost Components of Indonesia Railway Operator Analysis on Vertical Separation System for Profit Improvement Abstract Train was an efficient transportation mode with a lot of superiorities. However, some people felt that PT KAI was less competitive in providing rail service. One of the reasons was company financial loss happened in recent years. This research was conducted to provide a solution with cost components of Indonesia railway operator analysis and profit improvement with the vertical separation system set. Reseacher used benchmarking methods with England, Germany, and Japan as benchmark. The results showed that revenues from passenger, freight, PSO, KSO, and others had medium potential and lease has big potential to be increased. Furthermore, TAC had medium potential and staff cost has big potential to be decreased. Key Words: cost; profit; PT KAI; railways; revenue 1. Pendahuluan Kereta api sebagai moda transportasi memiliki berbagai keunggulan di antaranya hemat energi, hemat lahan, rendah polusi, relatif cepat, dan adaptif dengan perkembangan teknologi. Konsumsi energi dari kereta api bahkan lebih efisien 62% dibandingkan dengan truk [1]. Moda ini sangat cocok digunakan untuk transportasi yang bersifat masal, baik penumpang
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
ANALISIS KOMPONEN BIAYA OPERATOR KERETA API INDONESIA DENGAN ADANYA SISTEM VERTICAL SEPARATION
UNTUK PENINGKATAN KEUNTUNGAN
Farid Askary1*, Mohammed Ali Berawi2, dan R. Jachrizal Sumabrata3
1. Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia 2. Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia 3. Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia
Abstrak Kereta api merupakan moda transportasi yang efisien dengan berbagai kelebihannya. Namun, PT KAI dinilai kurang kompetitif dalam menyediakan pelayanan perkeretaapian Indonesia. Hal tersebut salah satunya disebabkan oleh keuangan Perusahaan yang sering merugi. Penelitian ini dilakukan untuk memberikan solusi berupa penganalisisan komponen biaya operator kereta api Indonesia dan potensi penaikan keuntungan dengan regulasi sistem vertical separation yang sudah ada. Penelitian dilakukan dengan metode benchmarking pada Inggris, Jerman, dan Jepang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemasukan angkutan penumpang, angkutan barang, PSO, KSO, dan lain-lain berpotensi sedang serta pemasukan sewa-menyewa berpotensi besar untuk dikembangkan. Sementara itu, biaya TAC berpotensi sedang serta gaji petugas dan pegawai berpotensi besar untuk diefisiensikan.
Cost Components of Indonesia Railway Operator Analysis on Vertical Separation
System for Profit Improvement
Abstract Train was an efficient transportation mode with a lot of superiorities. However, some people felt that PT KAI was less competitive in providing rail service. One of the reasons was company financial loss happened in recent years. This research was conducted to provide a solution with cost components of Indonesia railway operator analysis and profit improvement with the vertical separation system set. Reseacher used benchmarking methods with England, Germany, and Japan as benchmark. The results showed that revenues from passenger, freight, PSO, KSO, and others had medium potential and lease has big potential to be increased. Furthermore, TAC had medium potential and staff cost has big potential to be decreased. Key Words: cost; profit; PT KAI; railways; revenue
1. Pendahuluan Kereta api sebagai moda transportasi memiliki berbagai keunggulan di antaranya hemat
energi, hemat lahan, rendah polusi, relatif cepat, dan adaptif dengan perkembangan teknologi.
Konsumsi energi dari kereta api bahkan lebih efisien 62% dibandingkan dengan truk [1].
Moda ini sangat cocok digunakan untuk transportasi yang bersifat masal, baik penumpang
2
maupun barang. Moda ini sudah banyak digunakan sebagai tulang punggung sistem
transportasi darat seperti Jepang, Cina, India, Singapura, Belanda, dan lainnya [2].
Indonesia memiliki pasar yang potensial untuk kereta api dengan jumlah penduduk melebihi
angka 230 juta jiwa [3] serta infrastruktur perkeretaapian yang sudah berkembang sejak abad
ke-19. Meskipun begitu, industri perkeretaapian Indonesia masih kurang menarik. Tidak
banyak pelaku bisnis yang tertarik untuk menanamkan modalnya. PT Kereta Api Indonesia
(PT KAI) yang memonopoli perkeretaapian Indonesia kesulitan menghadirkan keuntungan
yang signifikan terutama pada periode 2008-2011. Salah satu penyebabnya adalah biaya
perawatan infrastruktur yang besar padahal menurut peraturan beban ini bukan merupakan
tanggung jawab Perusahaan.
Banyak negara maju Eropa mengadopsi sistem vertical separation pada perkeretaapian.
Sistem ini bertujuan untuk memisahkan peran operator dan pengelola infrastruktur kereta api.
Spesialisasi yang dihadirkan pada sistem ini dapat membuat operator kereta api dapat lebih
fokus dalam mengembangkan bisnisnya. Perubahan komponen biaya tentunya akan terjadi
apabila sistem tersebut dilaksanakan pada Indonesia yang tidak menerapkan sistem tersebut
pada perkeretaapian. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi dan menganalisis
komponen biaya operator kereta api Indonesia dengan adanya vertical separation untuk
peningkatan keuntungan bagi pihak operator.
2. Tinjauan Teoritis Sistem vertical separation dapat menghadirkan spesialisasi dengan membagi industri
perkeretaapian menjadi tiga: pemerintah, operator, dan pengelola infrastruktur. Penerapan
sistem tersebut pada perkeretaapian Inggris dari periode post-privatization sampai peristiwa
Hatfield menghadirkan penghematan pembiayaan sebesar 13% [4]. Penelitian lain
menunjukkan bahwa terjadi peningkatan sebesar 233% jika membandingkan pemasukan
operator kereta api Inggris pada tahun 2011/2012 dengan 1997/1998 [5].
Surat Keputusan Bersama Tiga Menteri pada 1999 sudah menggiring perkeretaapian
Indonesia ke arah tersebut. SKB Tiga Menteri tersebut menjelaskan soal kepemilikan aset
perkeretaapian dan pembayaran biaya PSO (Public Service Obligation), IMO (Infrastructure
Maintenance and Operation), dan TAC (Track Access Charge) yang biasa terdapat pada
3
sistem vertical separation. Namun, peraturan tersebut tidak dilaksanakan sebagaimana
mestinya. Beberapa tahun terakhir tidak menunjukkan adanya transaksi biaya IMO dan TAC.
Perusahaan sebenarnya sudah melihat bisnis kereta api tidak hanya pada penyediaan
pelayanan semata. Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya enam anak perusahaan yang
bergerak di berbagai sektor usaha. Namun, pemasukan dari bisnis non-inti tersebut masih
sangat kecil. Pendapatan PT KAI tahun 2008 menunjukkan bahwa hanya 7% dari keseluruhan
pemasukan yang berasal dari bisnis ini.Kecilnya angka tersebut cukup menunjukkan
kurangnya kreativitas Perusahaan dalam mengembangkan bisnis tersebut.
Gambar 1. Bobot Pemasukan Operator Kereta Api Inggris
(Sumber : Civity, 2012)
Gambar 1 menyajikan besaran pemasukan rata-rata dari sembilan operator kereta api Inggris
[6]. Operator tersebut dibagi berdasarkan wilayah operasinya dikarenakan oleh kemiripan
data. Pemasukan dari penjualan tiket menjadi pilar utama penyokong industri perkeretaapian
Inggris. Jumlah penumpang, kecepatan sirkulasi, dan kenyamanan menjadi fokusan untuk
menyokong pemasukan dari sektor ini. Pemasukan lain-lain berasal dari penjualan tiket,
periklanan, makanan, dan sebagainya. Subsidi tetap ada pada komponen pemasukan sebagai
moda transportasi publik.
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90%
100%
Commuter Regional Jarak Jauh
Lain-lain
Subsidi
Penjualan Tiket
4
Gambar 2. Pemasukan Rata-rata Perusahaan Kereata Api Big Private dan Tokyo Metro Jepang Tahun 2001-2008
(Sumber: Qian, 2009)
Dibandingkan dengan pemasukan bisnis non-inti perusahaan kereta api Jepang, PT KAI
masih kalah jauh. Banyak dari perusahaan Jepang tersebut merupakan gabungan perusahaan-
perusahaan yang berinvestasi pada berbagai sektor usaha terutama yang terkait dengan
pengembangan lahan. Gambar 2 menunjukkan komposisi pemasukan rata-rata dari beberapa
perusahaan kereta api Jepang yang dikumpulkan pada periode 2001-2008 [7].
3. Metode Penelitian Studi Literatur. Studi literatur dilakukan dengan meninjau ulang kondisi perkeretaapian
Indonesia dan sistem vertical separation yang akan disimulasikan. Studi literatur ini juga
dilakukan dengan mengaji kondisi perkeretaapian Inggris, Jerman, dan Jepang terutama
menyangkut pemasukan dan pengeluaran operator kereta api untuk memeroleh bahan
benchmark demi kepentingan analisis.
Wawancara Mendalam. Tahapan wawancara mendalam dilakukan setelah analisis awal
terhadap komponen pemasukan selesai dilakukan. Wawancara dilakukan dengan narasumber-
narasumber yang memiliki pengetahuan yang cukup mendalam terkait bahasan yang diajukan
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600
1800
Keikyu
Keio
Keise
i
Odakyu
Seibu
Sotetsu
Tobu
Tokyu
Hankyu
Hanshin
Keihan
Kintetsu
Nankai
Meitetsu
Nish
itetsu
Tokyo Metro
Pemasukan
(Milyar Yen
)
Perusahaan Kereta Api
Tiket Real Estate Wisata Retail Hotel Konstruksi Travel Lain-‐lain
5
untuk melihat pandangan Perusahaan dan sejauh mana model yang diusulkan mampu untuk
diterapkan.Wawancara ini dilakukan pada tiga narasumber yang berkecimpung lebih dari lima
belas tahun dalam perkeretaapian Indonesia.
4. Hasil Penelitian Data penelitian menggunakan data laporan keuangan Perusahaan tahun 2013. Data tersebut
sudah mencakup keuangan PT KAI beserta keenam anak perusahaannya yang disajikan pada
Gambar 2. Data pemasukan dan pengeluaran Perusahaan akan dikategorikan sedemikian
rupa sehingga lebih mudah untuk melakukan perbandingan dengan data negara benchmark.
Gambar 3. Visualisasi Besaran Pemasukan dan Pengeluaran Perusahaan Tahun 2013
(Sumber: PT KAI, 2014)
Berdasarkan data keuangan tersebut, diperoleh bahwa pemasukan Perusahaan tahun tersebut
berasal dari pemasukan angkutan penumpang (45,7%), angkutan barang (38,0%), PSO
(8,0%), dan pemasukan bisnis non-inti (8,3%). Untuk pemasukan bisnis non-inti terdiri dari