-
ANALISIS KOMPETENSI GURU KELAS DALAM MENGIMPLEMENTASIKAN
MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS KURIKULUM 2013 DI SD WILAYAH
III KECAMATAN UJUNGBULU KABUPATEN BULUKUMBA
ANALYSIS OF HOMEROOM TEACHER COMPETENCES IN
IMPELEMENTING 2013 CURRICULUM-BASED LEARNING MODELS IN SD
REGION III, UJUNGBULU DISTRICT, BULUKUMBA REGENCY
TESIS
Oleh:
MUHAMMAD ARFIN NIM: 105.06.02.034.17
PROGRAM PASCASARJANA PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN DASAR
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
-
ANALISIS KOMPETENSI GURU KELAS DALAM MENGIMPLEMENTASIKAN
MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS KURIKULUM 2013 DI SD WILAYAH
III KECAMATAN UJUNGBULU KABUPATEN BULUKUMBA
TESIS
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Magister
Program Studi Magister Pendidikan Dasar
Disusun dan Diajukan
OLEH
MUHAMMAD ARFIN NIM: 105.06.02.034.17
Kepada
PROGRAM PASCASARJANA PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN DASAR
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
-
ABSTRAK
Muhammad Arfin, 2019. Analisis Kompetensi Guru Kelas Dalam
Mengimplementasikan Model Pembelajaran Berbasis Kurikulum 2013 Di
SD Wilayah III Kecamatan Ujungbulu Kabupaten Bulukumba, dibimbing
oleh Rosleny B, dan Muhammad Nawir.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kompetensi guru kelas
dalam mengimplementasikan model pembelajaran kurikulum 2013 di SD
Wilayah III Kecamatan Ujungbulu Kabupaten Bulukumba. Model
pembelajaran yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah Problem
Based Learning. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian
kualitatif dengan pendekatan deskriptif kualitatif. Penelitian
dilaksanakan pada tanggal 10 Oktober hingga 30 November 2019. Yang
menjadi subjek dalam penelitian ini adalah guru kelas yang sudah
sertifikasi dan mengajar di kelas III dan kelas VI. Untuk
memperoleh informasi tentang kompetensi guru kelas dalam
mengimplementasikan model pembelajaran Problem Based Learning
berbasis kurikulum 2013, maka digunakan instrumen penelitian berupa
catatan seluruh aktivitas guru dalam proses pembelajaran. Dalam hal
ini peneliti mengumpulkan data secara langsung melalui observasi
dan wawancara. Teknik pengumpulan data melalui data hasil
observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data yaitu
aktivitas analisis data kualitatif yang dilakukan secara interaktif
dan berlangsung secara terus menerus.
Hasil penelitian dapat mengungkap bahwa: 1) Standar kompetensi
guru kelas (kompetensi pedagogik, kempotensi kepribadian,
kompetensi sosial, dan kompetensi profesional) di SD Wilayah III
Kecamatan Ujungbulu Kabupaten Bulukumba terlaksana sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan dengan saran pelaksanaan kompetensi
professional khususnya aspek mengembangkan keprofesian melalui
tindakan reflektif masih butuh perhatian khusus karena semua guru
kelas yang menjadi subjek dalam penelitian ini menjawab jarang
melaksanakan aspek tersebut. 2) Implementasi Model pembelajaran
Problem Based Learning dalam pembelajaran kurikulum 2013 di SD
Wilayah III Kecamatan Ujungbulu Kabupaten Bulukumba terlaksana
dengan baik dan efektif digunakan dalam pembelajaran, karena mudah
diaplikasikan oleh guru kelas, juga memudahkan untuk berpikir
kritis dan sikap percaya diri peserta didik. Kata Kunci: Kompetensi
guru, Model Pembelajaran, Kurikulum 2013
-
i
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan Puji dan Syukur Kehadirat Allah SWT atas
segala Rahmat dan Karunianya atas selesainya tesis ini ditulis
dan
disusun oleh penulis. Salawat dan salam semoga senantiasa
tercurahkan
kepada Baginda Nabi Besar Muhammad SAW, karena atas
perjuangan
beliau sehingga umat manusia dapat membedakan mana yang hak
dan
batil.
Menghadapi berbagai kendala dan rintangan akhirnya penulis
dapat menyelesaikan penyusunan tesis ini dengan judul
“Analisis
Kompetensi Guru Kelas Dalam Mengimplementasikan Model
Pembelajaran Berbasis Kurikulum 2013 di SD Wilayah III
Kecamatan
Ujungbulu Kabupaten Bulukumba.” Tesis ini ditulis dalam
rangka
memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar Magister
Pendidikan
(M.Pd.) di Universitas Muhammadiyah Makassar. Penulis
menyadari
bahwa tesis dapat diselesaikan berkat dukungan dan bantuan
dari
berbagai pihak, oleh karena itu penulis berterima kasih kepada
semua
pihak yang secara langsung maupun tidak langsung memberikan
kontribusi dalam menyelesaikan Tesis ini.
Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-
besarnya kepada pembimbing yang terhormat, yakni Ibu Dr.
Hj.Rosleny B,
M.Si. sebagai pembimbing I yang telah mengarahkan dan
membimbing
-
ii
penulis dengan penuh kesabaran dan Bapak Dr. Muhammad Nawir,
M.Pd. sebagai pembimbing II yang telah membantu dan
meluangkan
waktu, tenaga, dan pikirannya dalam penyusunan tesis ini.
Selain
pembimbing penulis juga ingin mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Prof. Dr. H. Rahman Rahim, SE., M.M. sebagai Rektor
Universitas
Muhammadiyah Makassar.
2. Dr. H. Darwis Muhdina, M.Ag. Sebagai Direktur
Pascasarjana
Unismuh Makassar.
3. Hj. Sulfasyah, S.Pd., M.A., Ph.D. Sebagai Ketua Program
Studi
Pendidikan Dasar Unismuh Makassar, yang telah memberikan
semangat dan arahan sehingga penulisan tesis ini dapat
penulis
selesaikan sesuai waktu yang direncanakan.
4. Seluruh dosen dan staf administrasi serta petugas
perpustakaan
pada program Pascasarjana Unismuh Makassar, yang secara
langsung atau tidak langsung telah memberi bantuan kepada
penulis dalam menyelesaikan penulisan tesis ini.
5. Ibunda dan Almarhum Ayahanda tercinta yang telah
memberikan
doa dan motivasi semasa hidupnya, jasa beliau tak akan
hilang
sampai akhir hayat.
6. Istri tercinta dan Anak-anak tersayang yang telah
memberikan
dorongan setulus hati dalam menyelesaikan studi program
Pascasarjana, semoga ilmu yang penulis dapatkan bermanfaat
bagi
keluarga.
-
iii
7. Seluruh teman-teman kelas B Pascarajana Program Studi
Pendidikan Dasar Universitas Muhammadiyah Makassar atas
kebersamaan dan persaudaraannya selama ini, yang mana kita
lalui bersama ± 2 tahun dengan penuh kegembiraan dan
kehangatan. Mudah-mudahan dari setiap langkah kaki kita
dalam
menuntut ilmu bernilai ibadah disisi-Nya.
Semoga tesis ini dapat bermanfaat untuk pengembangan ilmu
pengetahuan, khususnya bidang Ilmu Pendidikan Dasar di
sekolah
maupun di Perguruan Tinggi serta bermanfaat bagi para pembaca.
Amin
yaa rabbal alamin.
Makassar, 6 Juni 2020
Penulis
Muhammad Arfin
-
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
....................................................................................
....
HALAMAN PENGESAHAN
.......................................................................
....
HALAMAN PENERIMAAN
PENGUJI........................................................
....
HALAMAN PENYATAAN KEASLIAN TESIS
............................................ ....
ABSTRAK
.................................................................................................
....
ABSTRACT
..............................................................................................
....
KATA PENGANTAR
.................................................................................
... i
DAFTAR ISI
..............................................................................................
. iv
DAFTAR TABEL
.......................................................................................
. vi
DAFTAR GAMBAR
...................................................................................
. vii
DAFTAR ISTILAH/SINGKATAN
...............................................................
viii
DAFTAR SINGKATAN NAMA INFORMAN
............................................... .. x
BAB I PENDAHULUAN
...........................................................................
.. 1
A. Latar Belakang
...............................................................................
.. 1
B. Fokus Penelitian
............................................................................
.. 7
C. Tujuan Penelitian
...........................................................................
.. 8
D. Manfaat Penelitian
.........................................................................
.. 8
BAB. II TINJAUAN PUSTAKA
.................................................................
10
A. Tinjauan Hasil Penelitian
................................................................
10
B. Tinjauan Teori dan Konsep
............................................................ 15
1. Standar Kompetensi Guru
........................................................ 15
2. Kurikulum 2013
.........................................................................
24
3. Model Pembelajaran Kurikulum 2013
....................................... 28
4. Teori-teori Belajar
.....................................................................
49
5. Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik
.............................. 64
C. Kerangka Konseptual
.....................................................................
68
BAB III METODE PENELITIAN
................................................................
74
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
................................................... 74
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
.......................................................... 74
C. Informan Penelitian
........................................................................
75
-
v
D. Instrumen Penelitian
......................................................................
76
E. Teknik Pengumpulan Data
.............................................................
77
F. Teknik Analisis Data
.......................................................................
78
G. Teknik Keabsahan Data
.................................................................
80
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
................................. 86
A. Deskripsi Karakteristik Objek Penelitian
......................................... 86
1. Deskripsi Umum Daerah Penelitian
.......................................... 86
2. Deskripsi Khusus Wilayah III Kecamatan Ujungbulu
Kabupaten Bulukumba Sebagai Lokasi Penelitian
.................... 92
B. Hasil Penelitian
..............................................................................
94
1. Gambaran Kompetensi Guru Kelas di SD Wilayah III
Kecamatan Ujungbulu Kabupaten Bulukumba
.......................... 94
2. Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning
Berbasis Kurikulum 2013 pada Guru Kelas di SD Wilayah III
Kecamatan Ujungbulu Kabupaten Bulukumba
.......................... 111
C. Pembahasan
.................................................................................
117
1. Gambaran Kompetensi Guru Kelas di SD Wilayah III
Kecamatan Ujungbulu Kabupaten Bulukumba
.......................... 119
2. Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning
Berbasis Kurikulum 2013 pada Guru Kelas di SD Wilayah III
Kecamatan Ujungbulu Kabupaten Bulukumba
.......................... 121
BAB V PENUTUP
....................................................................................
126
A. Kesimpulan
...................................................................................
126
B. Saran
.............................................................................................
127
DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. INSTRUMEN PENELITIAN
2. IZIN PENELITIAN
3. DOKUMENTASI
-
vi
DAFTAR TABEL
Tabel Teks Halaman
Tabel 2.1. Langkah-Langkah Pembelajaran Discovery Learning
.......... 30
Tabel 2.2. Langkah-Langkah Pembelajaran Berbasis Projek
............... 40
Tabel 2.3. Langkah-Langkah Pembelajaran Berbasis Masalah
............ 44
Tabel 2.4. Langkah-Langkah Pembelajaran Inquiry
............................. 47
Tabel 4.1 Profil SD Wilayah III Kecamatan Ujungbulu
......................... 93
Tabel 4.2 Guru Sertifikasi SD Wilayah III Kecamatan Ujungbulu
......... 94
-
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Teks Halaman
Gambar 2.1 Pembelajaran Berbasis Projek (PBP)
................................. 36
Gambar 2.2 Bagan kerangka Konseptual penelitian
.............................. 73
Gambar 3.1 Skema Proses saksama untuk mendapatkan data akurat ..
78
-
viii
DAFTAR ISTILAH/SINGKATAN (GLOSARIUM)
B. F : Burrhus Frederic
Dr : Doktor
DPRD : Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
FGD : Focus Group Discussion
KBK : Kurikulum Berbasis Kompetensi
KD : Kompetensi Dasar
KI : Kompetensi Inti
KKG : Kelompok Kerja Guru
KTSP : Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
MANOVA : Multivariate analysis of variance
M.A : Master of Arts
M.Ag : Magister Agama
Mendikbud : Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
MI : Madrasah Ibtidaiyah
M.Pd. : Magister Pendidikan
PBL : Problem Based Learning
PBP : Pembelajaran Berbasis Proyek
PBM : Pembelajaran Berbasis Masalah
Ph.D : Doctor of Philosophy
PKn : Pendidikan Kewarganegaraan
PLPG : Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru
Prof : Profesor
RPP : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
SAW : Shallallahu 'alaihi wasallam
SD : Sekolah Dasar
SDN : Sekolah Dasar Negeri
SDM : Sumber Daya Manusia
SE : Sarjana Ekonomi
-
ix
SKL : Standar Kompetensi Lulusan
SMP : Sekolah Menengah Pertama
SMK : Sekolah Menengah Kejuruan
SMAK : Sekolah Menengah Analisis Kimia
S.Pd. : Sarjana Pendidikan
SWT : Subhanahu wata'ala
UHAMKA : Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka
UUD : Undang-Undang Dasar
-
x
DAFTAR SINGKATAN NAMA INFORMAN
BR : Bahrir
HS : Hafsa Said
HT : Hartina
JN : Juniarti
MS : Muhammad Safir
-
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan unsur utama dalam pengembangan manusia
Indonesia seutuhnya. Oleh karena itu, pengelolaan pendidikan
harus
berorientasi pada perubahan yang lebih baik.
Berdarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2015 tentang Guru dan
Dosen, dijelaskan bahwa guru adalah pendidik professional dengan
tugas
utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai,
dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini
jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Guru
wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat
pendidik, sehat
jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan
tujuan
pendidikan nasional. Hal ini sejalan dengan Al-Qur’an Surat
An-Nahl Ayat
43-44 yang berbunyi:
(٣٤)
Terjemahan:
43. Dan Kami tidak mengutus sebelum engkau (Muhammad), melainkan
orang laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka ; maka
bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak
mengetahui
-
xii
(٣٣)
Terjemahan:
44. (Mereka Kami utus) dengan membawa keterangan-keterangan
(mukjizat) dan kitab-kitab. Dan Kami turunkan Adz Dzikr (Al Qur’an)
kepadamu , agar kamu (Muhammad) menerangkan kepada manusia apa yang
telah diturunkan kepada mereka dan agar mereka memikirkan.
Mengutip dari kedua ayat tersebut, maka peningkatan kompetensi
itu
merupakan suatu kewajiban bagi setiap manusia, apalagi bagi
seseorang
yang ditugaskan oleh Negara sebagai pendidik.
Perubahan kehidupan masyarakat menuju masyarakat madani
(civil
society), menuntut pendidikan sekarang ini memiliki tuntutan
perubahan
yang mampu mempersiapkan generasi penerus bangsa yang siap
bersaing dengan dunia global. Terkait dengan itu, pendidikan
mesti dapat
menjawab tantangan tersebut, dengan kata lain pendidikan
harus
menyediakan kesempatan bagi setiap peserta didik untuk
memperoleh
pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai sebagai bekal
mereka
memasuki persaingan dunia yang kian hari semakin ketat.
Pendidikan
hendaknya memberikan pendidikan yang bermakna (meaningful
learning).
Hanya dengan pendidikan yang bermakna peserta didik dapat
dibekali
keterampilan hidup, sedangkan pendidikan yang tidak bermakna
(meaningless learning) hanya akan menjadi beban hidup (Dantes,
2012).
Salah satu prinsip yang perlu diperhatikan dalam menyikapi
pendidikan yang bermakna adalah menyelenggarakan pendidikan
sebagai
proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang
berlangsung
sepanjang hayat, di mana dalam proses tersebut harus ada
pendidik yang
-
xiii
memiliki kompetensi yang dapat diandalkan untuk memberikan
keteladanan dan mampu membangun kemauan, serta mengembangkan
potensi dan kreativitas peserta didik. Implikasi dari prinsip
ini adalah
pergeseran paradigma proses pendidikan, yaitu dari paradigma
pengajaran ke paradigma pembelajaran. Selain pendidik,
kurikulum
pembelajaran juga sangat menentukan maju atau mundurnya
pendidikan
suatu bangsa. Oleh karena itu, untuk memenuhi harapan tersebut,
maka
kompetensi guru dan kurikulum pembelajaran harus senantiasa
ditingkatkan dan dikembangkan.
Guru merupakan tenaga profesional yang memiliki kompetensi.
Kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru meliputi empat
aspek
yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi
sosial,
dan kompetensi profesional (Susilo, 2014). Kompetensi guru harus
terus
ditingkatkan untuk merespon kebutuhan peningkatan kualitas
pendidikan
yang akan menentukan kualitas proses pembelajaran yang
selanjutnya
akan berpengaruh pada hasil belajar peserta didik.
Kurikulum merupakan perangkat pendidikan yang diperlukan
untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kurikulum disusun
dengan
memperhatikan potensi, tingkat perkembangan, minat,
kecerdasan
intelektual, emosional, sosial, spiritual dan kinestika peserta
didik
(Kemendikbud, 2013).
Berdasarkan perkembangannya, pemerintah Indonesia dengan
giat
menyusun dan mengembangkan program untuk meningkatkan mutu
-
xiv
pendidikan, salah satu di antaranya dengan penyempurnaan
kurikulum.
Perubahan kurikulum sangat erat kaitannya dengan peranan
kurikulum
dalam penyelenggaraan sistem pengajaran nasional. Saat ini
kurikulum
yang dikembangkan di Indonesia adalah kurikulum 2013.
Penerapan kurikulum 2013 berpengaruh terhadap orientasi
sistem
pembelajaran. Menurut Hosnan (2014), berdasarkan kurikulum
2013
kompetensi diklasifikasikan menjadi dua, yaitu Kompetensi Inti
(KI) dan
Kompetensi Dasar (KD). Kompetensi Inti mencakup KI-1 (sikap
spiritual),
KI-2 (sikap sosial), KI-3 (pengetahuan), dan KI-4
(keterampilan).
Implementasi kurikulum 2013 juga dipastikan memiliki dampak
terhadap
sistem penilaian, khususnya penilaian oleh pendidik dan
satuan
pendidikan. Kurikulum 2013 memiliki kebijakan yang harus
dilaksanakan
dan diselesaikan dengan sebaik-baiknya oleh guru, sebagai bagian
dari
tanggung jawab. Jika sebelumnya guru berfungsi sebagai sumber
utama
pengetahuan, mengendalikan, mengarahkan, dan mengajar di
kelas.
Maka dalam konteks kurikulum 2013 guru berperan sebagai
fasilitator
pembelajaran, pelatih, dan memberikan lebih banyak
alternatif.
Kesiapan guru dalam proses implementasi kurikulum 2013
memegang peranan penting di mana guru memiliki peran dan
fungsi
dalam membentuk kepribadian anak, guna menyiapkan dan
mengembangkan sumber daya manusia (SDM) untuk
mensejahterakan
masyarakat, serta kemajuan bangsa dan negara. Guru merupakan
salah
satu komponen yang tidak terpisahkan dari sistem pendidikan
secara
-
xv
keseluruhan yang terlibat langsung dalam proses belajar
mengajar,
berperan langsung dalam mengajar dan mendidik.
Kurikulum 2013 dikembangkan dengan menggunakan pendekatan
scentific dalam pembelajaran yang diperkuat dengan menerapkan
model
pembelajaran menemukan (discovery learning), pembelajaran
berbasis
pemecahan masalah (problem based learning), pembelajaran
berbasis
proyek (project based learning), dan pembelajaran Inqury.
Model-model
pembelajaran kurikulum 2013 yang merupakan pembelajaran
berbasis
masalah paling sesuai dilaksanakan dan sangat direkomendasikan
untuk
dilaksanakan oleh para guru pada proses pembelajaran
(Kemendikbud,
Buku Panduan PLPG 2016).
Kurikulum 2013 adalah kurikulum berbasis kompetensi.
Kurikulum
berbasis kompetensi diarahkan pada pencapaian kompetensi
yang
dirumuskan dari Standar Kompetensi Lulusan (SKL). Demikian
pula
penilaian hasil belajar dan hasil kurikulum diukur dari
pencapaian
kompetensi. Untuk sampai pada pencapaian kompetensi tidak lepas
dari
kemampuan guru dalam membelajarakan siswanya. Kemampuan guru
dalam mengajarkan materi tidak lepas dari tingkat kompetensi
yang
dimiliki oleh guru itu sendiri. Selain daripada kompetensi yang
dimiliki
guru, pencapaian kompetensi dasar dari kurikulum juga tidak bisa
lepas
dari proses pelaksanaan pembelajaran yang efektif. Proses
pembelajaran
dapat berjalan secara efektif apabila penggunaan model
pembelajaran
yang relevan dengan materi yang diajarkan.
-
xvi
Sampai saat ini penerapan kurikulum 2013 masih menyisahkan
banyak permasalahan, baik teknis maupun konten materi dan model
yang
relevan dalam mengimplementasikan pembelajaran di kelas. Hal
ini
menjadi persoalan karena ada beberapa model pembelajaran
yang
menjadi rujukan dalam pembelajaran kurikulum 2013. Banyaknya
model
yang menjadi rujukan membuat guru masih kebingungan dalam
menerapkannya. Berdasarkan fakta dilapangan masih banyak guru di
SD
Wilayah III Kecamatan Ujungbulu Kabupaten Bulukumba, khususnya
guru
kelas dan sudah tersertifikasi mengalami kesulitan dalam
menerapkan
model pembelajaran kurikulum 2013 di kelas yang diampunya.
Meskipun
terdiri dari beberapa model pembelajaran yang direkomendasikan
untuk
diterapkan dalam pembelajaran kurikulum 2013, namun peneliti
disini
hanya mencoba untuk meneliti salah satu dari model
pembelajaran
tersebut. Adapun model pembelajaran yang akan diteliti yaitu
model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL).
Adapun alasan peneliti memutuskan untuk melakukan penelitian
terkait dengan penerapan model pembelajaran Problem Based
Learning
(PBL) adalah karena model pembelajaran ini biasanya lebih
banyak
digunakan di jenjang sekolah lanjutan dan untuk di SD masih
kurang
diminati oleh guru.
Selain daripada penggunaan model, metode penilaian juga
menjadi
permasalahan yang sampai saat ini belum terpecahkan. Karena
terdiri dari
beberapa aspek penilain yang secara bersamaan harus dilakukan
oleh
-
xvii
guru yang menyita waktu cukup banyak, sehingga dapat
membingungkan
guru dan kadang merusak konsentarsi serta perhatian guru. Dan
yang
paling mendasar adalah ketidaksiapan guru menerapkan model
pembelajaran kurikulum 2013 disebabkan karena adanya perbedaan
yang
cukup mendasar dari kurikulum sebelumya, dari pola yang monoton
ke
pola yang kompleks dan pleksibel.
Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai
persoalan
tersebut, penulis terdorong untuk melakukan penelitian. Guna
untuk
mengetahui gambaran yang sesungguhnya tentang tingkat
kompetensi
yang dimiliki guru kelas dalam penerapan model pembelajaran
Problem
Based Learning (PBL) berbasis kurikulum 2013.
Salah satu jenjang pendidikan yang menerapkan kurikulum 2013
adalah sekolah dasar. Sehingga peneliti menetapkan sekolah dasar
se
Wilayah III Kecamatan Ujungbulu untuk diteliti, karena
merupakan
sekolah yang telah menerapkan kurikulum 2013. Yang pada
akhirnya
peneliti menetapkan judul penelitian yaitu “Analisis Kompetensi
Guru
Kelas Dalam Mengimplementasikan Model Pembelajaran Berbasis
Kurikulum 2013 di SD Wilayah III Kecamatan Ujungbulu
Kabupaten
Bulukumba”.
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di
atas,
terdapat beberapa permasalahan yang menjadi fokus perhatian
peneliti
untuk dikaji dan dianalisis lebih lanjut dalam penelitian ini,
yaitu:
-
xviii
1. Bagaimana gambaran kompetensi guru kelas di SD Wilayah
III
Kecamatan Ujungbulu Kabupaten Bulukumba?
2. Bagaimana penerapan model pembelajaran Problem Based
Learning
(PBL) berbasis kurikulum 2013 guru kelas pada proses
pembelajaran
di SD Wilayah III Kecamatan Ujungbulu Kabupaten Bulukumba?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang diharapkan dari penelitian ini pada dasarnya
untuk
menemukan jawaban dari masalah yang telah dirumuskan. Adapun
tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Gambaran kompetensi guru kelas dalam menerapkan kurikulum
2013 di SD Wilayah III Kecamatan Ujungbulu Kabupaten
Bulukumba
2. Penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
berbasis kurikulum 2013 oleh guru kelas pada proses
pembelajaran
di SD Wilayah III Kecamatan Ujungbulu Kabupaten Bulukumba.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi yang
berarti
dalam bidang pendidikan pada umumnya dan dalam lingkup
pembelajaran
guru kelas pada khususnya. Adapun manfaat dalam penelitian ini
yaitu:
1. Manfaat Teoretis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran
yang cukup signifikan sebagai masukan pengetahuan atau literatur
ilmiah
yang dapat dijadikan bahan kajian bagi insan akademik yang
sedang
menempu pendidikan dan sebagai bahan untuk memperoleh
gambaran
-
xix
tentang kompetensi guru kelas dan model pembelajaran yang
relevan
dengan materi atau tujuan pembelajaran sesuai dengan kurikulum
2013.
2. Manfaat Praktis
a. Sebagai bahan informasi tentang gambaran kompetensi guru
kelas dan masukan dalam mengaplikasikan model pembelajaran
berbasis kurikulum 2013 di SD se Wilayah III Kecamatan
Ujungbulu Kabupaten Bulukumba.
b. Sebagai acuan untuk meningkatkan pemahaman terkait
kurikulum
2013 sesuai standar kompetensi guru
c. Sebagai bahan informasi sejauh mana penerapan metode
saintifik yang dilakukan guru dalam pembelajaran sesuai
dengan
kurikulum 2013
d. Dengan adanya penelitian ini, semoga dapat membantu
peneliti
selanjutnya dalam menyempurnakan penelitian kurikulum 2013.
-
xx
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan unsur utama dalam pengembangan manusia
Indonesia seutuhnya. Oleh karena itu, pengelolaan pendidikan
harus
berorientasi pada perubahan yang lebih baik.
Berdarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2015 tentang Guru dan
Dosen, dijelaskan bahwa guru adalah pendidik professional dengan
tugas
utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai,
dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini
jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Guru
wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat
pendidik, sehat
jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan
tujuan
pendidikan nasional. Hal ini sejalan dengan Al-Qur’an Surat
An-Nahl Ayat
43-44 yang berbunyi:
(٣٤)
Terjemahan:
43. Dan Kami tidak mengutus sebelum engkau (Muhammad), melainkan
orang laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka ; maka
bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak
mengetahui
-
2
(٣٣)
Terjemahan:
44. (Mereka Kami utus) dengan membawa keterangan-keterangan
(mukjizat) dan kitab-kitab. Dan Kami turunkan Adz Dzikr (Al Qur’an)
kepadamu , agar kamu (Muhammad) menerangkan kepada manusia apa yang
telah diturunkan kepada mereka dan agar mereka memikirkan.
Mengutip dari kedua ayat tersebut, maka peningkatan kompetensi
itu
merupakan suatu kewajiban bagi setiap manusia, apalagi bagi
seseorang
yang ditugaskan oleh Negara sebagai pendidik.
Perubahan kehidupan masyarakat menuju masyarakat madani
(civil
society), menuntut pendidikan sekarang ini memiliki tuntutan
perubahan
yang mampu mempersiapkan generasi penerus bangsa yang siap
bersaing dengan dunia global. Terkait dengan itu, pendidikan
mesti dapat
menjawab tantangan tersebut, dengan kata lain pendidikan
harus
menyediakan kesempatan bagi setiap peserta didik untuk
memperoleh
pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai sebagai bekal
mereka
memasuki persaingan dunia yang kian hari semakin ketat.
Pendidikan
hendaknya memberikan pendidikan yang bermakna (meaningful
learning).
Hanya dengan pendidikan yang bermakna peserta didik dapat
dibekali
keterampilan hidup, sedangkan pendidikan yang tidak bermakna
(meaningless learning) hanya akan menjadi beban hidup (Dantes,
2012).
Salah satu prinsip yang perlu diperhatikan dalam menyikapi
pendidikan yang bermakna adalah menyelenggarakan pendidikan
sebagai
proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang
berlangsung
sepanjang hayat, di mana dalam proses tersebut harus ada
pendidik yang
-
3
memiliki kompetensi yang dapat diandalkan untuk memberikan
keteladanan dan mampu membangun kemauan, serta mengembangkan
potensi dan kreativitas peserta didik. Implikasi dari prinsip
ini adalah
pergeseran paradigma proses pendidikan, yaitu dari paradigma
pengajaran ke paradigma pembelajaran. Selain pendidik,
kurikulum
pembelajaran juga sangat menentukan maju atau mundurnya
pendidikan
suatu bangsa. Oleh karena itu, untuk memenuhi harapan tersebut,
maka
kompetensi guru dan kurikulum pembelajaran harus senantiasa
ditingkatkan dan dikembangkan.
Guru merupakan tenaga profesional yang memiliki kompetensi.
Kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru meliputi empat
aspek
yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi
sosial,
dan kompetensi profesional (Susilo, 2014). Kompetensi guru harus
terus
ditingkatkan untuk merespon kebutuhan peningkatan kualitas
pendidikan
yang akan menentukan kualitas proses pembelajaran yang
selanjutnya
akan berpengaruh pada hasil belajar peserta didik.
Kurikulum merupakan perangkat pendidikan yang diperlukan
untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kurikulum disusun
dengan
memperhatikan potensi, tingkat perkembangan, minat,
kecerdasan
intelektual, emosional, sosial, spiritual dan kinestika peserta
didik
(Kemendikbud, 2013).
Berdasarkan perkembangannya, pemerintah Indonesia dengan
giat
menyusun dan mengembangkan program untuk meningkatkan mutu
-
4
pendidikan, salah satu di antaranya dengan penyempurnaan
kurikulum.
Perubahan kurikulum sangat erat kaitannya dengan peranan
kurikulum
dalam penyelenggaraan sistem pengajaran nasional. Saat ini
kurikulum
yang dikembangkan di Indonesia adalah kurikulum 2013.
Penerapan kurikulum 2013 berpengaruh terhadap orientasi
sistem
pembelajaran. Menurut Hosnan (2014), berdasarkan kurikulum
2013
kompetensi diklasifikasikan menjadi dua, yaitu Kompetensi Inti
(KI) dan
Kompetensi Dasar (KD). Kompetensi Inti mencakup KI-1 (sikap
spiritual),
KI-2 (sikap sosial), KI-3 (pengetahuan), dan KI-4
(keterampilan).
Implementasi kurikulum 2013 juga dipastikan memiliki dampak
terhadap
sistem penilaian, khususnya penilaian oleh pendidik dan
satuan
pendidikan. Kurikulum 2013 memiliki kebijakan yang harus
dilaksanakan
dan diselesaikan dengan sebaik-baiknya oleh guru, sebagai bagian
dari
tanggung jawab. Jika sebelumnya guru berfungsi sebagai sumber
utama
pengetahuan, mengendalikan, mengarahkan, dan mengajar di
kelas.
Maka dalam konteks kurikulum 2013 guru berperan sebagai
fasilitator
pembelajaran, pelatih, dan memberikan lebih banyak
alternatif.
Kesiapan guru dalam proses implementasi kurikulum 2013
memegang peranan penting di mana guru memiliki peran dan
fungsi
dalam membentuk kepribadian anak, guna menyiapkan dan
mengembangkan sumber daya manusia (SDM) untuk
mensejahterakan
masyarakat, serta kemajuan bangsa dan negara. Guru merupakan
salah
satu komponen yang tidak terpisahkan dari sistem pendidikan
secara
-
5
keseluruhan yang terlibat langsung dalam proses belajar
mengajar,
berperan langsung dalam mengajar dan mendidik.
Kurikulum 2013 dikembangkan dengan menggunakan pendekatan
scentific dalam pembelajaran yang diperkuat dengan menerapkan
model
pembelajaran menemukan (discovery learning), pembelajaran
berbasis
pemecahan masalah (problem based learning), pembelajaran
berbasis
proyek (project based learning), dan pembelajaran Inqury.
Model-model
pembelajaran kurikulum 2013 yang merupakan pembelajaran
berbasis
masalah paling sesuai dilaksanakan dan sangat direkomendasikan
untuk
dilaksanakan oleh para guru pada proses pembelajaran
(Kemendikbud,
Buku Panduan PLPG 2016).
Kurikulum 2013 adalah kurikulum berbasis kompetensi.
Kurikulum
berbasis kompetensi diarahkan pada pencapaian kompetensi
yang
dirumuskan dari Standar Kompetensi Lulusan (SKL). Demikian
pula
penilaian hasil belajar dan hasil kurikulum diukur dari
pencapaian
kompetensi. Untuk sampai pada pencapaian kompetensi tidak lepas
dari
kemampuan guru dalam membelajarakan siswanya. Kemampuan guru
dalam mengajarkan materi tidak lepas dari tingkat kompetensi
yang
dimiliki oleh guru itu sendiri. Selain daripada kompetensi yang
dimiliki
guru, pencapaian kompetensi dasar dari kurikulum juga tidak bisa
lepas
dari proses pelaksanaan pembelajaran yang efektif. Proses
pembelajaran
dapat berjalan secara efektif apabila penggunaan model
pembelajaran
yang relevan dengan materi yang diajarkan.
-
6
Sampai saat ini penerapan kurikulum 2013 masih menyisahkan
banyak permasalahan, baik teknis maupun konten materi dan model
yang
relevan dalam mengimplementasikan pembelajaran di kelas. Hal
ini
menjadi persoalan karena ada beberapa model pembelajaran
yang
menjadi rujukan dalam pembelajaran kurikulum 2013. Banyaknya
model
yang menjadi rujukan membuat guru masih kebingungan dalam
menerapkannya. Berdasarkan fakta dilapangan masih banyak guru di
SD
Wilayah III Kecamatan Ujungbulu Kabupaten Bulukumba, khususnya
guru
kelas dan sudah tersertifikasi mengalami kesulitan dalam
menerapkan
model pembelajaran kurikulum 2013 di kelas yang diampunya.
Meskipun
terdiri dari beberapa model pembelajaran yang direkomendasikan
untuk
diterapkan dalam pembelajaran kurikulum 2013, namun peneliti
disini
hanya mencoba untuk meneliti salah satu dari model
pembelajaran
tersebut. Adapun model pembelajaran yang akan diteliti yaitu
model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL).
Adapun alasan peneliti memutuskan untuk melakukan penelitian
terkait dengan penerapan model pembelajaran Problem Based
Learning
(PBL) adalah karena model pembelajaran ini biasanya lebih
banyak
digunakan di jenjang sekolah lanjutan dan untuk di SD masih
kurang
diminati oleh guru.
Selain daripada penggunaan model, metode penilaian juga
menjadi
permasalahan yang sampai saat ini belum terpecahkan. Karena
terdiri dari
beberapa aspek penilain yang secara bersamaan harus dilakukan
oleh
-
7
guru yang menyita waktu cukup banyak, sehingga dapat
membingungkan
guru dan kadang merusak konsentarsi serta perhatian guru. Dan
yang
paling mendasar adalah ketidaksiapan guru menerapkan model
pembelajaran kurikulum 2013 disebabkan karena adanya perbedaan
yang
cukup mendasar dari kurikulum sebelumya, dari pola yang monoton
ke
pola yang kompleks dan pleksibel.
Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai
persoalan
tersebut, penulis terdorong untuk melakukan penelitian. Guna
untuk
mengetahui gambaran yang sesungguhnya tentang tingkat
kompetensi
yang dimiliki guru kelas dalam penerapan model pembelajaran
Problem
Based Learning (PBL) berbasis kurikulum 2013.
Salah satu jenjang pendidikan yang menerapkan kurikulum 2013
adalah sekolah dasar. Sehingga peneliti menetapkan sekolah dasar
se
Wilayah III Kecamatan Ujungbulu untuk diteliti, karena
merupakan
sekolah yang telah menerapkan kurikulum 2013. Yang pada
akhirnya
peneliti menetapkan judul penelitian yaitu “Analisis Kompetensi
Guru
Kelas Dalam Mengimplementasikan Model Pembelajaran Berbasis
Kurikulum 2013 di SD Wilayah III Kecamatan Ujungbulu
Kabupaten
Bulukumba”.
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di
atas,
terdapat beberapa permasalahan yang menjadi fokus perhatian
peneliti
untuk dikaji dan dianalisis lebih lanjut dalam penelitian ini,
yaitu:
-
8
1. Bagaimana gambaran kompetensi guru kelas di SD Wilayah
III
Kecamatan Ujungbulu Kabupaten Bulukumba?
2. Bagaimana penerapan model pembelajaran Problem Based
Learning
(PBL) berbasis kurikulum 2013 guru kelas pada proses
pembelajaran
di SD Wilayah III Kecamatan Ujungbulu Kabupaten Bulukumba?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang diharapkan dari penelitian ini pada dasarnya
untuk
menemukan jawaban dari masalah yang telah dirumuskan. Adapun
tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Gambaran kompetensi guru kelas dalam menerapkan kurikulum
2013 di SD Wilayah III Kecamatan Ujungbulu Kabupaten
Bulukumba
2. Penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
berbasis kurikulum 2013 oleh guru kelas pada proses
pembelajaran
di SD Wilayah III Kecamatan Ujungbulu Kabupaten Bulukumba.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi yang
berarti
dalam bidang pendidikan pada umumnya dan dalam lingkup
pembelajaran
guru kelas pada khususnya. Adapun manfaat dalam penelitian ini
yaitu:
1. Manfaat Teoretis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran
yang cukup signifikan sebagai masukan pengetahuan atau literatur
ilmiah
yang dapat dijadikan bahan kajian bagi insan akademik yang
sedang
menempu pendidikan dan sebagai bahan untuk memperoleh
gambaran
-
9
tentang kompetensi guru kelas dan model pembelajaran yang
relevan
dengan materi atau tujuan pembelajaran sesuai dengan kurikulum
2013.
2. Manfaat Praktis
a. Sebagai bahan informasi tentang gambaran kompetensi guru
kelas dan masukan dalam mengaplikasikan model pembelajaran
berbasis kurikulum 2013 di SD se Wilayah III Kecamatan
Ujungbulu Kabupaten Bulukumba.
b. Sebagai acuan untuk meningkatkan pemahaman terkait
kurikulum
2013 sesuai standar kompetensi guru
c. Sebagai bahan informasi sejauh mana penerapan metode
saintifik yang dilakukan guru dalam pembelajaran sesuai
dengan
kurikulum 2013
d. Dengan adanya penelitian ini, semoga dapat membantu
peneliti
selanjutnya dalam menyempurnakan penelitian kurikulum 2013.
-
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Hasil Penelitian
Beberapa penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu
yang
berkaitan dengan tema yang akan diteliti. Di antaranya
penelitian yang
dilakukan oleh:
1. Kurniawati, tahun 2013. Dengan judul penelitian adalah
Analisis
Kompetensi Pedagogik Guru Matematika SMP Negeri di Malang.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif
deskriptif dan
metode kuantitatif. Dari analisis dikatakan bahwa ada beberapa
aspek
pedagogik yang masih perlu diperhatikan untuk ditingkatkan
antara lain:
1). memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
kepentingan pembelajaran yang dimiliki yang memperoleh poin
di
bawah rata-rata keseluruhan yaitu sebesar 3,71, 2).
memfasilitasi
pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan
berbagai potensi yang dimiliki yang memperoleh poin di bawah
rata-rata
keseluruhan yaitu sebesar 4,22, dan 3). melakukan tindakan
reflektif
untuk peningkatan kualitas pembelajaran dengan rata-rata
4,14.
Sedangkan dalam kompetensi profesional diperoleh perhitungan
rata-
rata data yang kurang antara lain pada aspek: 1).
mengembangkan
keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan
tindakan
-
11
reflektif dengan rata-rata 4,04, dan 2). memanfaatkan
teknologi
informasi dan komunikasi untuk mengembangkan diri diperoleh
rata-
rata 3,64.
2. Wartini, dkk, tahun 2014. Program Pascasarjana Universitas
Pendidikan
Ganesha Program Studi Pendidikan Dasar. Dengan judul
penelitian
yaitu: Pengaruh Implementasi Pendekatan Saintifik Terhadap
Sikap
Sosial Dan Hasil Belajar Pkn Di Kelas VI SD Jembatan Budaya,
Kuta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendekatan
saintifik
terhadap sikap sosial dan hasil belajar PKn di kelas VI SD
Jembatan
Budaya, Kuta. Populasi dalam penelitian ini 91 orang siswa.
Sedangkan
sampel penelitiannya sebanyak 46 orang siswa. Data sikap
sosial
dikumpulkan dengan metode kuesioner dan data hasil belajar
PKn
dikumpulkan dengan tes objektif. Analisis data yang digunakan
dalam
penelitian ini adalah MANOVA. Rancangan penelitian ini
menggunakan
Posttest Only Control Group Design. Berdasarkan penelitian yang
telah
dilakukan didapatkan hasil bahwa: 1) terdapat perbedaan sikap
sosial
antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan
saintifik
dengan siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional,
2)
terdapat perbedaan hasil belajar PKn antara siswa yang
mengikuti
pembelajaran dengan pendekatan saintifik dengan siswa yang
mengikuti model pembelajaran konvensional, 3) secara
simultan,
terdapat perbedaan sikap sosial dan hasil belajar PKn antara
siswa
-
12
yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan saintifik
dengan
siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional.
3. Nurhamidah, dkk, tahun 2014. Program Pascasarjana
Universitas
Pendidikan Ganesha Program Studi Pendidikan Dasar, dengan
Judul
penelitian yaitu: Upaya Peningkatan Pengelolaan Proses
Pembelajaran
Melalui Pendampingan Pada Implementasi Kurikulum 2013
Terhadap
Guru–Guru Kelas I Dan Kelas IV di Kecamatan Denpasar Barat.
Penelitian ini dilakukan dengan dua siklus. Pada setiap siklus
memiliki
perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi yang
berbeda-beda.
Obyek penelitian Kurikulum 2013. Teknik pengumpulan data
melalui
workshop dan supervisi kelas dengan tahapan mensupervisi
guru
dalam proses pemahaman guru terhadap buku guru dan buku
siswa
(APKG I), APKG II pemahaman guru terhadap proses dan
penilaian
pembelajaran, APKG III penyusunan RPP, APKG IV pelaksanaan
pembelajaran, dan APKG V pelaksanaan penilaian pembelajaran.
Data
dianalisis menggunakan statistik deskriptif kuantitatif. Hasil
penelitian ini
menunjukan bahwa: pertama kemampuan guru dalam pengelolaan
proses pembelajaran mengalami peningkatan persentase pada
tiap
tahapannya, dari pra siklus rata-rata 67.58 (cukup), siklus I
mencapai
rata-rata 73.78 (cukup) dan pada siklus II mencapai rata-rata
77.14
(baik), kedua bahwa upaya peningkatan pengelolaan proses
pembelajaran melalui pendampingan dengan tehknik workshop,
-
13
kunjungan kelas: observasi, diskusi klinis, pemodelan dan
peerteaching
berhasil dengan baik.
4. Setiadi, tahun 2016. Sekolah Pascasarjana UHAMKA. Dengan
judul
penelitian yaitu: “Pelaksanaan Penilaian Pada Kurikulum 2013”.
Tujuan
penelitian ini adalah untuk: (1) mendeskripsikan implementasi
penilaian
pada Kurikulum 2013; (2) mengidentifikasi hambatan dan
keberhasilan
pelaksanaan penilaian pada Kurikulum 2013, (3) memberikan
rekomendasi kepada Pemerintah dalam mengambil kebijakan
pelaksanaan penilaian pada Kurikulum 2013. Populasi dalam
evaluasi
ini adalah sekolah di Indonesia jenjang sekolah dasar dan
menengah.
Penentuan sampel dengan purposive sampling, yaitu sekolah
jenjang
sekolah dasar dan menengah di 15 provinsi di Wilayah
Indonesia
Bagian Barat, Wilayah Indonesia Bagian Tengah, dan Wilayah
Indonesia Bagian Timur. Pengumpulan data menggunakan
kuesioner,
dokumentasi, dan Focus Group Discussion (FGD). Data
dianalisis
dengan analisis deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Model ini
digunakan
untuk mengevaluasi kesenjangan antara kriteria yang telah
ditetapkan
dengan pelaksanaan program di lapangan. Hasil penelitian dibagi
tiga
tahap, yaitu: (1) perencanaan, disarankan kepada pemerintah
untuk
melakukan sosialisasi dan pelatihan membuat kisi-kisi dahulu
baru
membuat soal-soalnya, bukan yang dilakukan sebaliknya, juga
pelatihan analisis instrumen penilaian dan membuat rubrik untuk
soal
-
14
uraian; (2) pelaksanaan, disarankan kepada pemerintah untuk
menyederhanakan pedoman penilaian pada Kurikulum 2013,
melakukan sosialisasi dan pelatihan penilaian kompetensi sikap,
untuk
jenjang SD perlu diberikan pelatihan teknik penilaian pada
pembelajaran tematik, dan membimbing guru melakukan kegiatan
analisis instrumen dan revisi butir soal; (3) pelaporan,
disarankan
pengambil kebijakan mengkaji kembali penggunaan rentang nilai
1-4
pada penilaian pengetahuan dan keterampilan.
5. Asniati, tahun 2018. Program Pascasarjana Universitas
Negeri
Makassar dengan judul “Analisis Kompetensi Guru Kimia Dalam
Mengimplementasikan Model Pembelajaran Berbasis Kurikulum 2013
di
SMK-SMAK Makassar pada tahun 2018” dengan jenis penelitian
deskriptif menggunakan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian
tersebut
mendapatkan gambaran bahwa pelaksanaan standar kompetensi
guru
dalam proses pembelajaran di kelas menunjukan total rata-rata
hasil
pengamatan setiap subjek penelitian yaitu 3,6 pada kriteria
kompetensi
sangat kompeten, dimana masing-masing guru telah
melaksanakan
profesinya sebagai guru yang sangat kompeten pada bidang
yang
diampu dengan menerapkan penilaian kompetensi dalam proses
pembelajaran. Sedangkan gambaran pada tahap hasil pengamatan
pelaksanaan model pembelajaran menunjukan total rata-rata
hasil
pengamatan penerapan model pembelajaran Discovery learning
-
15
adalah 3,6 kategori keterlaksanaan sangat baik, dimana
masing-masing
guru melaksanakan sesuai dengan tahapan langkah-langkah
pembelajaran Discovery learning dimana pada kegiatan
pembelajaran
peserta didik belajar secara aktif dalam menemukan konsep,
makna
dari pengetahuan sebelumnya kemudian menggabungkan
pengetahuan
baru dan pengetahuan yang sudah ada dan menerapkannya pada
saat
proses pembelajaran berlangsung.
B. Tinjauan Teori dan Konsep
1. Standar Kompetensi Guru
Kompetensi berasal dari bahasa Inggris yaitu competence.
Maknanya
sama dengan being competent, sedangkan competent sama artinya
dengan
having ability, power, authoority, skill, knowledge, attitude
dan sebagainya.
(Echols dan Shadily, 2002: 132). Dengan demikian kompetensi
adalah
kemampuan, kecakapan, keterampilan, dan pengetahuan seseorang
di
bidang tertentu. Jadi kata kompetensi diartikan sebagai
kecakapan yang
memadai untuk melakukan suatu tugas atau suatu keterampilan
dan
kecakapan yang disyaratkan (Musfah, 2011).
Kompetensi guru merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi
tercapainya tujuan pembelajaran dan pendidikan di sekolah.
Menurut UUD
RI Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen menyatakan
bahwa
“Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan
prilaku
-
16
yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen
dalam
melaksanakan tugas profesionalnya” (Kurniasih, 2014).
Kompetensi guru merupakan suatu kemampuan yang dimiliki
seorang
guru yang meliputi aspek pengetahuan, keterampilan, proses
berfikir,
penyesuaian diri, sikap dan nilai-nilai yang dianut dalam
melaksanakan
profesi sebagai guru (Musfah, 2011). Standar kompetensi guru
merupakan
suatu ukuran yang ditetapkan atau dipersyaratkan dalam bentuk
penguasaan
pengetahuan dan perilaku bagi seorang guru agar berkelayakan
untuk
menduduki jabatan fungsional sesuai bidang tugas, kualifikasi
dan jenjang
pendidikan.
Seorang guru harus memiliki kualifikasi akademik, dan mata
pelajaran
(bidang keahlian) yang diajarkan harus sesuai dengan latar
belakang
pendidikan. Selain itu, guru harus memiliki sertifikasi guru
yang merupakan
suatu pengakuan/lisensi yang diberikan kepada guru untuk
melaksanakan
tugas dan wewenang sebagai profesi di bidang pendidikan.
Menurut
Kurniasih, (2014) berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional
Republik Indonesia No 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi
Akademik
dan Kompetensi Guru, pada pasal 10 ayat 1 menyatakan bahwa
kompetensi
guru sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 8 meliputi:
a. Kompetensi Pedagogik
Kemampuan pedagogik pada dasarnya adalah kemampuan guru
dalam
mengelola pembelajaran peserta didik. Kompetensi pedagogik
merupakan
-
17
salah satu jenis kompetensi yang harus dikuasai guru.
Kompetensi
pedagogik merupakan kompetensi khas yang membedakan guru
dengan
profesi lainnya. Kompetensi pedagogik diperoleh melalui upaya
belajar
secara terus menerus, dan sistematis, baik pada masa pra jabatan
maupun
selama dalam jabatan, yang didukung oleh minat, bakat dan
potensi
keguruan lainnya dari masing-masing individu yang
bersangkutan.
Aspek yang terdapat dalam kompetensi pedagogik diantaranya
adalah:
1) Menguasai karakteristik peserta didik
Karakteristik peserta didik ini terkait dengan aspek fisik,
moral, spiritual,
sosial, kultural, emosional, dan intelektual. Indikator yang
muncul dari
penguasaan karakteristik peserta didik diantaranya:
a) Guru dapat mengidentifikasi karakteristik peserta didik di
kelasnya,
b) Guru dapat mengidentifikasi potensi peserta didik dalam mata
pelajaran
yang diampu,
c) Guru memastikan bahwa setiap peserta didik memiliki
kesempatan
yang sama untuk berpartisipasi aktif dalam proses
pembelajaran,
d) Guru dapat mengatur kelas untuk memberikan kesempatan yang
sama
pada semua peserta didik,
e) Guru membantu mengembangkan potensi dan mengatasi
kekurangan
peserta didik,
-
18
f) Guru mencoba mengetahui penyebab penyimpangan perilaku
peserta
didik untuk mencegah agar peilaku tersebut tidak merugikan
peserta
didik lainnya.
2) Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran
Guru mampu menetapkan berbagai model pembelajaran yang
mendidik
secara kreatif dan efektif. Guru mampu menyesuaikan metode
pembelajaran
yang sesuai dengan karakteristik pesrta didik dan mampu
memotivasi
mereka untuk belajar. Indikator yang muncul dari aspek ini
diantaranya:
a) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menguasai
materi
sesuai usia dan kemampuan belajarnya melalui pengaturan
proses
pembelajaran dan aktivitas yang bervariasi.
b) Guru dapat menjelaskan alasan pelaksanaan kegiatan yang
dilakukannya, baik yang sesuai maupun yang berbeda dengan
rencana
terkait keberhasilan pembelajaran.
c) Guru menggunakan berbagai teknik untuk memotivasi kemauan
belajar
peserta didik.
d) Guru merencanakan kegiatan pembelajaran yang saling terkait
satu
sama lain, dengan memperhatikan tujuan pembelajara maupun
proses
belajar peserta didik.
3) Mengembangkan kurikulum
Dalam mengembangkan kurikulum guru harus mampu menyusun
silabus sesuai dengan tujuan dan membuat serta menggunakan RPP
sesuai
-
19
dengan tujuan dan lingkungan pembelajaran. Indikator yang
muncul
diantaranya:
a) Guru merancang rencana pembelajaran yang sesuai silabus
untuk
membahas materi ajar tertentu agar peserta didik dapat
mencapai
kompetensi dasar yang ditetapkan.
b) Guru menata materi pembelajaran secara benar sesuai
dengan
pendekatan yang dipilih dan karakteristik peserta didik.
c) Guru memilih materi pembelajaran yang diampu yang terkait
dengan
pengalaman belajar dan tujuan pembelajaran.
4) Menyelenggarakan pembelajaran yang medidik
Guru mampu menyusun dan melaksanakan rancangan pembelajaran
yang mendidik secara lengkap. Guru mampu menyusun dan
menggunakan
berbagai materi pembelajaran dan sumber belajar sesuai
dengan
karakteristik peserta didik. Jika relevan, guru memanfaatkan
teknologi
informasi komunikasi untuk kepentingan pembelajaran. Indikator
dari aspek
ini diantaranya:
a) Guru menyusun rancangan pembelajaran yang lengkap, baik
untuk
kegiatan di dalam kelas, laboratorium, maupun lapangan.
b) Guru melaksanakan pembelajaran yang mendidik di kelas, di
laboratorium, dan di lapangan dengan memperhatikan standar
keamanan yang dipersyaratkan.
-
20
c) Guru memberikan banyak kesempatan kepada peserta didik
untuk
bertanya, mempraktekkan dan berinteraksi dengan peserta didik
lain.
d) Menggunakan media pembelajaran dan sumber belajar yang
relevan
dengan karakteristik peserta didik.
5) Mengembangkan potensi peserta didik
Guru dapat menganalisis potensi pembelajaran setiap peserta
didik dan
mengidentifikasi pengembangan potensi peserta didik melalui
program
pembelajaran yang mendukung untuk mengaktualisasikan potensi
peserta
didik, termasuk kreativitasnya.
6) Melakukan komunikasi dengan peserta didik
Guru mampu berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun
dengan
peserta didik serta bersikap antusias dan positif. Guru mampu
memberikan
respon yang lengkap dan relevan atas pertanyaan atau komentar
peserta
didik.
7) Menilai dan mengevaluasi pembelajaran
Guru mampu menyelenggarakan penilaian proses dan hasil
belajar
secara berkesinambungan. Guru melakukan evaluasi atas
efektivitas proses
dan hasil belajar serta menggunakan informasi hasil penilaian
dan evaluasi
untuk merancang program remidial dan pengayaan. Guru mampu
menggunakan hasil analisis penilaian dalam proses
pembelajarannya.
-
21
b. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang
mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan
berwibawa,
menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.
Kepribadian yang
mantap dan stabil memiliki indikator esensial, yakni bertindak
sesuai dengan
norma hukum, bertindak sesuai dengan norma sosial, bangga
sebagai guru,
dan memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai dengan
norma.
Kepribadian yang dewasa memiliki indikator esensial, yakni
menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik dan
memiliki
etos kerja sebagai guru. Kepribadian yang arif memiliki
indikator esensial,
yakni menampilkan tindakan yang didasarkan pada kemanfaatan
peserta
didik, sekolah, dan masyarakat serta menunjukkan keterbukaan
dalam
berpikir dan bertindak. Kepribadian yang berwibawa memiliki
indikator
esensial, yakni memiliki perilaku yang berpengaruh positif
terhadap peserta
didik dan memiliki perilaku yang disegani. Kepribadian yang
berakhlak mulia
dan dapat menjadi teladan memiliki indikator esensial, yakni
bertindak sesuai
dengan norma religius (iman dan taqwa, jujur, ikhlas, suka
menolong), dan
memiliki perilaku yang diteladani peserta didik (Kurniasih,
2014).
Kompetensi Kepribadian didalamnya juga diharapkan tumbuhnya
kemandirian guru dalam menjalankan tugas serta senantiasa
terbiasa
membangun etos kerja. Sehingga semua sifat ini memberikan
pengaruh
positif terhadap kehidupan guru dalam kesehariannya. Sehingga
seorang
-
22
guru harus mempunyai kemampuan yang berkaitan dengan kemantapan
dan
integritas kepribadian seorang guru. Guru dituntut harus
mampu
membelajarkan siswanya tentang disiplin diri, belajar membaca,
mencintai
buku, menghargai waktu, belajar bagaimana cara belajar, mematuhi
aturan
atau tata tertib, dan belajar bagaimana harus berbuat. Semua itu
akan
berhasil jika guru juga disiplin dalam melaksanakan tugas dan
kewajibannya.
Kemampuan pribadi meliputi: Kemampuan mengembangan
kepribadian,
Kemampuan berinteraksi dan berkomunikasi, dan Kemampuan
melaksanakan bimbingan dan penyuluhan.
Jika kita mengacu kepada standar nasional pendidikan,
kompetensi
kepribadian guru meliputi:
1) Memiliki kepribadian yang mantap dan stabil, yang
indikatornya
bertindak sesuai dengan norma hukum, norma sosial. Bangga
sebagai
pendidik, dan memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai
dengan
norma,
2) Memiliki kepribadian yang dewasa, dengan ciri-ciri
menampilkan
kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik yang memiliki etos
kerja,
3) Memiliki kepribadian yang arif, yang ditunjukkan dengan
tindakan yang
bermanfaat bagi peserta didik, sekolah dan masyarakat serta
menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak,
4) Memiliki kepribadian yang berwibawa, yaitu perilaku yang
berpengaruh
positif terhadap peserta didik dan memiliki perilaku yang
disegani,
-
23
5) Memiliki akhlak mulia dan menjadi teladan, dengan
menampilkan
tindakan yang sesuai dengan norma religius (iman dan takwa,
jujur,
ikhlas, suka menolong), dan memiliki perilaku yang diteladani
peserta
didik (Susilo, 2014).
c. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru untuk
berkomunikasi
dan berinteraksi dengan peserta didik guna untuk mencairkan
suasana yang
sudah efektif untuk pembelajaran, mampu bergaul secara efektif
dengan
peserta didik, sesama pendidik, pimpinan pendidikan serta orang
tua/wali
peserta didik (Kurniasih, 2014). Satu hal yang perlu
diperhatikan oleh
pendidik guna eksistensinya mengajar di sekolah yaitu
bertatakrama sesuai
norma di lingkungan sekolah serta menerapkan prinsip-prinsip
persaudaraan
dan semangat kebersamaan.
d. Kompetensi Profesional
Guru profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan
keahlian
khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas
dan
fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal. Atau dengan
kata
lain, guru profesional adalah orang yang terdidik dan terlatih
dengan baik,
serta memiliki pengalaman yang kaya di bidangnya. Guru yang
terdidik dan
terlatih bukan hanya memperoleh pendidikan formal tetapi juga
harus
menguasai berbagai strategi atau teknik di dalam kegiatan
belajar mengajar
-
24
serta menguasai landasan-landasan kependidikan seperti yang
tercantum
dalam kompetensi guru yang profesional.
Terdapat banyak pendapat tentang kompetensi yang seharusnya
dikuasai guru sebagai suatu jabatan profesional. Ada ahli yang
menyatakan
ada sebelas kompetensi yang harus dikuasai guru, yaitu:
1) Menguasai bahan ajar;
2) Menguasai landasan-landasan kependidikan;
3) Mampu mengelola program belajar mengajar;
4) Mampu mengelola kelas;
5) Mampu menggunakan media/sumber belajar lainnya;
6) Mampu mengelola interaksi belajar mengajar;
7) Mampu menilai prestasi peserta didik untuk kepentingan
pengajaran;
8) Mengenal fungsi dan program pelayanan bimbingan dan
penyuluhan;
9) Mengenal penyelenggaraan administrasi sekolah;
10) Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil-hasil
penelitian
pendidikan guna keperluan pengajaran; dan
11) Memiliki kepribadian yang tinggi.
2. Kurikulum 2013
Menurut Kurniasih (2014), Kurikulum 2013 merupakan
penyempurnaan
terhadap kurikulum yang telah dirintis tahun 2004 yang berbasis
kompetensi
lalu diteruskan dengan kurikulum 2006 (KTSP). Karena itu
kurikulum disusun
untuk mengantisipasi perkembangan masa depan. Titik beratnya,
bertujuan
-
25
untuk mendorong peserta didik atau siswa, agar dapat lebih baik
dalam
melakukan observasi, bertanya, bernalar, dan
mengkomunikasikan
(mempresentasikan), apa yang mereka peroleh atau mereka ketahui
setelah
menerima materi pembelajaran. Melalui pendekatan itu diharapkan
peserta
didik kita memiliki kompetensi sikap, keterampilan, dan
pengetahuan jauh
lebih baik. Sehingga mereka akan lebih kreatif, inovatif, dan
lebih produktif.
Menurut Hosnan (2014) pelaksanaan penyusunan kurikulum 2013
bagian
dari melanjutkan pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi
(KBK)
yang telah dirintis pada tahun 2004 dengan mencakup kompetensi
sikap,
pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu, sebagaimana
amanat
Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional
pada penjelasan pasal 35, di mana kompetensi lulusan merupakan
kualifikasi
kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan
keterampilan
sesuai dengan standar nasional yang telah disepakati.
Keberhasilan kurikulum diartikan sebagai pencapaian kompetensi
yang
dirancang dalam dokumen kurikulum oleh seluruh peserta didik.
Kompetensi
untuk kurikulum 2013 dirancang sebagai berikut:
a. Isi atau konten kurikulum yaitu kompetensi dinyatakan dalam
bentuk
Kompetensi Inti (KI) kelas dan dirinci lebih lanjut dalam
Kompetensi
Dasar (KD) mata pelajaran.
b. Kompetensi Inti (KI) merupakan gambaran secara kategorial
mengenai
kompetensi dalam aspek sikap, pengetahuan, dan ketrampilan
(kognitif
http://guru.or.id/santri-muhammadiyah-juarai-lomba-lari-aksioma-diy.htmlhttp://guru.or.id/belajar-berbuat-dan-bekerjasama.html
-
26
dan psikomotor) yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu
jenjang
sekolah, kelas dan mata pelajaran. Kompetensi Inti adalah
kualitas
yang harus dimiliki seorang peserta didik untuk setiap kelas
melalui
pembelajaran KD yang diorganisasikan dalam proses
pembelajaran
peserta didik aktif.
c. Kompetensi Dasar (KD) merupakan kompetensi yang dipelajari
peserta
didik untuk suatu tema untuk SD/MI,
d. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar di jenjang pendidikan
sekolah
dasar diutamakan pada ranah sikap, pengetahuan, dan
keterampilan,
e. Kompetensi Inti menjadi unsur organisatoris (organizing
elements)
Kompetensi Dasar yaitu semua KD dan proses pembelajaran
dikembangkan untuk mencapai kompetensi dalam Kompetensi
Inti.
f. Kompetensi Dasar yang dikembangkan didasarkan pada
prinsip
akumulatif, saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya
(enriched)
antar mata pelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi
horizontal dan
vertikal).
g. Silabus dikembangkan sebagai rancangan belajar untuk satu
tema
(SD/MI)
h. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dikembangkan dari setiap
KD
yang untuk mata pelajaran dan kelas tersebut.
i. Mewujudkan pendidikan berkarakter
-
27
Pendidkan berkarakter sebenarnya merupakan karakter dan ciri
pokok
kurikulum pendidikan sebelumnya. Dimana dalam kurikulum tersebut
dituntut
bagaimana mencetak peserta didik yang memiliki karakter yang
baik,
bermoral dan memiliki budi pekerti yang baik. Namun pada
implementasi
kurikulum ini masih terdapat berbagai kekuragan sehingga menuai
berbagai
kritik. sehingga kurikulum berbasis kompetensi ini direvisi guna
menciptakan
sistem pendidikan yang berkelanjutan dan dapat mencerdaskan
kehidupan
bangsa.
j. Menciptakan Pendidikan Berwawasan Lokal
Wawasan lokal merupakan satu hal yang sangat penting. Namun
pada
kenyataan yang terjadi selama ini, potensi dan budaya lokal
seakan
terabaikan dan tergerus oleh tingginya pengaruh buudaya modern.
Budaya
yang cenderung membawa masyarakat untuk melupakan cita-cita
luhur
nenek moyang dan potensi yang dimilikinya dari dalam jiwa.
k. Menciptakan Pendidikan yang ceria dan Bersahabat
Pendidikan tidak hanya sebagai media pembelajaran, tetapi
pada
dasarnya pendidikan merupakan tempat untuk menggali seluruh
potensi
dalam diri. Olehnya itu, dengan sistem pendidikan yang
diterapkan pada
kurikulum 2013 nantinya akan diharapkan dapat menggali seluruh
potensi
diri peserta didik, baik prestasi akademik maupun non akademik.
Maka
dengan begitu pada kurikulum 2013 nantinya akan diterapkan
pendidikan
yang lebih menyenangkan, bersahabat, menarik dan berkompeten.
Sehingga
-
28
dengan cara tersebut diharapkan seluruh potensi dan kreativitas
serta
inovasi peserta didik dapat tereksploitasi secara cepat dan
tepat.
Pembelajaran kurikulum 2013 SD adalah pembelajaran kompetensi
SD
dengan memperkuat proses pembelajaran dan penilaian autentik
untuk
mencapai kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan.
Karakteristik pembelajaran Standar Kompetensi SD memberikan
kerangka
konseptual tentang sasaran pembelajaran yang harus dicapai.
Karakteristik
pembelajaran dapat diperoleh melalui aktivitas mengingat,
memahami,
menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta, untuk
mendorong
kemampuan peserta didik menghasilkan karya kontekstual, baik
individual
maupun kelompok.
3. Model Pembelajaran Kurikulum 2013
Dalam Permendikbud No. 103 Tahun 2014 tentang standar
proses,
kegiatan inti pembelajaran kurikulum 2013 yaitu menggunakan
model
pembelajaran, metode pembelajaran, media pembelajaran, dan
sumber
belajar yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik
(Kemendikbud,
Buku Panduan PLPG 2016). Untuk mengimplementasikan kurikulum
2013,
dititikberatkan pada keaktifan peserta didik (student centered
approach),
maka beberapa model pembelajaran yang sesuai dengan dengan
prinsip-
prinsip pendekatan saintifik antara lain model pembelajaran:
-
29
a) Discovery Learning
Model Pembelajaran menemukan (Discovery Learning), adalah
Pembelajaran untuk menemukan konsep, makna, dan hubungan
kausal
melalui pengorganisasian pembelajaran yang dilakukan oleh
peserta didik.
Tiga ciri utama belajar menemukan yaitu:
1) Mengeksplorasi dan memecahkan masalah untuk menciptakan,
menggabungkan dan menggeneralisasi pengetahuan
2) Berpusat pada peserta didik
3) Kegiatan untuk menggabungkan pengetahuan baru dan
pengetahuan
yang sudah ada.
Karakteristik dari pembelajaran menemukan (Discovery
Learning)
antara lain peran guru sebagai pembimbing, peserta didik belajar
secara
aktif sebagai seorang ilmuwan dan bahan ajar disajikan dalam
bentuk
informasi dan peserta didik melakukan kegiatan menghimpun,
membandingkan, mengkategorikan, menganalisis, serta membuat
kesimpulan.
Dalam pelaksanaanya, pembelajaran menemukan (Discovery
Learning) dapat dilakukan dengan beberapa tahapan, yaitu:
tahap
persiapan, stimulasi, identifikasi, mengumpulkan data, mengolah
data, dan
pembuktian. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel
berikut ini.
-
30
Tabel 2.1. Langkah-Langkah Pembelajaran Discovery Learning
Tahap Deskripsi
Tahap 1 Persiapan
Guru Menentukan tujuan pembelajaran, identifikasi karakteristik
peserta didik (kemampuan awal, minat, gaya belajar, dan
sebagainya)
Tahap 2
Stimulasi/pemberian Rangsangan
Guru dapat memulai kegiatan PBM dengan mengajukan pertanyaan,
anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah
pada persiapan pemecahan masalah. Stimulasi pada tahap ini
berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat
mengembangkan dan membantu peserta didik dalam mengeksplorasi
bahan
Tahap 3
Identifikasi masalah
Guru Mengidentifikasi sumber belajardan memberi kesempatan
kepada peserta didik untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin
agenda-agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian
salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis
(jawaban sementara atas pertanyaan masalah)
Tahap 4 Mengumpulkan data
Guru Membantu peserta didik mengumpulan dan mengeksplorasi
data.
Tahap 5 Pengolahan data
Guru membimbing peserta didik dalam kegiatan mengolah data dan
informasi yang telah diperoleh para peserta didik baik melalui
wawancara, observasi, dan sebagainya
Tahap 6 Pembuktian
Guru membimbing peserta didik melakukan pemeriksaan secara
cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang
ditetapkan dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil
Tahap 7 Menarik kesimpulan
Guru membimbing peserta didik merumuskan prinsip dan
generalisasi hasil penemuannya.
Sumber: Kemendikbud, Buku Panduan PLPG 2016
-
31
Kelebihan dan kekurangan model Discovery Learning.
Adapun kelebihan menggunakan model pembelajaran Discovery
Learning
yaitu:
1) Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan
keterampilan-
keterampilan dan proses-proses kognitif. Usaha penemuan
merupakan
kunci dalam proses ini, seseorang tergantung bagaimana cara
belajarnya.
2) Pengetahuan yang diperoleh melalui metode ini sangat pribadi
dan
ampuh karena menguatkan pengertian, ingatan dan transfer.
3) Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa
menyelidiki dan berhasil.
4) Model ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan
sesuai
dengan kecepatannya sendiri.
5) Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri
dengan
melibatkan akalnya dan motivasi sendiri.
6) Model ini dapat membantu siswa memperkuat konsep dirinya,
karena
memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya.
7) Berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif
mengeluarkan gagasan-gagasan. Bahkan gurupun dapat bertindak
sebagai siswa, dan sebagai peneliti di dalam situasi
diskusi.
8) Membantu siswa menghilangkan skeptisme (keragu-raguan)
karena
mengarah pada kebenaran yang final dan tertentu atau pasti.
-
32
9) Siswa akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik.
10) Membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer kepada
situasi
proses belajar yang baru.
11) Mendorong siswa berfikir dan bekerja atas inisiatif
sendiri.
12) Mendorong siswa berfikir intuisi dan merumuskan hipotesis
sendiri.
13) Memberikan keputusan yang bersifat intrinsik; Situasi proses
belajar
menjadi lebih terangsang.
14) Proses belajar meliputi sesama aspeknya siswa menuju
pada
pembentukan manusia seutuhnya.
15) Meningkatkan tingkat penghargaan pada siswa.
16) Kemungkinan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai
jenis
sumber belajar.
17) Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu.
Selain memiliki kelebihan model Discovery Learning juga
memiliki
kekurangan. Adapun kekurangan dari model tersebut adalah:
1) Model ini menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran
untuk
belajar. Bagi siswa yang kurang pandai, akan mengalami
kesulitan
abstrak atau berfikir atau mengungkapkan hubungan antara
konsep-
konsep, yang tertulis atau lisan, sehingga pada gilirannya
akan
menimbulkan frustasi.
-
33
2) Model ini tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang
banyak,
karena membutuhkan waktu yang lama untuk membantu mereka
menemukan teori atau pemecahan masalah lainnya.
3) Harapan-harapan yang terkandung dalam model ini dapat
buyar
berhadapan dengan siswa dan guru yang telah terbiasa dengan
cara-
cara belajar yang lama.
4) Pengajaran model Discovery Learning lebih cocok untuk
mengembangkan pemahaman, sedangkan mengembangkan aspek
konsep, keterampilan dan emosi secara keseluruhan kurang
mendapat
perhatian.
5) Pada beberapa disiplin ilmu, misalnya IPA kurang fasilitas
untuk
mengukur gagasan yang dikemukakan oleh para siswa.
6) Tidak menyediakan kesempatan-kesempatan untuk berfikir yang
akan
ditemukan oleh siswa karena telah dipilih terlebih dahulu oleh
guru
b) Project Based Learning
Pembelajaran Pembelajaran Berbasis Projek (PBP) adalah
kegiatan
pembelajaran yang menggunakan projek/kegiatan sebagai proses
pembelajaran untuk mencapai kompetensi sikap, pengetahuan
dan
keterampilan. Penekanan pembelajaran terletak pada
aktivitas-aktivias
peserta didik untuk menghasilkan produk dengan menerapkan
keterampilan
meneliti, menganalisis, membuat, sampai dengan mempresentasikan
produk
pembelajaran berdasarkan pengalaman nyata. Produk yang
dimaksud
-
34
adalah hasil projek dalam bentuk desain, skema, karya tulis,
karya seni,
karya teknologi/prakarya, dan lain-lain. Pendekatan ini
memperkenankan
pesera didik untuk bekerja secara mandiri maupun berkelompok
dalam
menghasilkan produk nyata.
Pembelajaran Berbasis Projek merupakan model pembelajaran
yang
menggunakan projek sebagai langkah awal dalam
mengintegrasikan
pengetahuan dan keterampilan baru berdasarkan pengalaman nyata.
PBP
dilakukan secara sistematik yang mengikutsertakan peserta didik
dalam
pembelajaran sikap, pengetahuan, dan keterampilan melalui
investigasi
dalam perancangan produk. PBP merupakan pendekatan
pembelajaran
yang inovatif, yang menekankan belajar kontekstual melalui
kegiatan-
kegiatan yang kompleks. Pelaksanaan pembelajaran berbasis
projek
memberi kesempatan peserta didik berpikir kritis dan mampu
mengembangkan kreativitasnya melalui pengembangan inisiatif
untuk
menghasilkan produk nyata berupa barang atau jasa.
Pada PBP, peserta didik terlibat secara aktif dalam
memecahkan
masalah dalam bentuk suatu projek. Peserta didik aktif
mengelola
pembelajarannya dengan bekerja secara nyata yang menghasilkan
produk
riil/nyata. PBP dapat mereduksi kompetisi di dalam kelas dan
mengarahkan
peserta didik lebih kolaboratif daripada bekerja
sendiri-sendiri. Di samping itu
PBP dapat juga dilakukan secara mandiri melalui bekerja
mengkonstruk
-
35
pembelajarannya melalui pengetahuan serta keterampilan baru,
dan
mewujudkannya dalam produk nyata.
Pembelajaran Berbasis Projek merupakan metode pembelajaran
yang
berfokus pada peserta didik dalam kegiatan pemecahan masalah
terkait
dengan projek dan tugas-tugas bermakna lainnya. Pelaksanaan PBP
dapat
memberi peluang pada peserta didik untuk bekerja mengkonstruk
tugas yang
diberikan guru yang puncaknya dapat menghasilkan produk karya
peserta
didik.
Prinsip-prinsip pembelajaran berbasis projek adalah sebagai
berikut.
(1) Pembelajaran berpusat pada peserta didik yang melibatkan
tugas-tugas
projek pada kehidupan nyata untuk memperkaya pembelajaran.
(2) Tugas projek menekankan pada kegiatan penelitian berdasarkan
suatu
tema atau topik yang telah ditentukan dalam pembelajaran.
(3) Tema atau topik yang dibelajarkan dapat dikembangkan dari
suatu
kompetensi dasar tertentu atau gabungan beberapa kompetensi
dasar
dalam suatu mata pelajaran, atau gabungan beberapa
kompetensi
dasar antarmata pelajaran. Oleh karena itu, tugas projek dalam
satu
semester dibolehkan hanya satu penugasan dalam suatu mata
pelajaran.
(4) Penyelidikan atau eksperimen dilakukan secara otentik
dan
menghasilkan produk nyata yang telah dianalisis dan
dikembangkan
berdasarkan tema/topik yang disusun dalam bentuk produk
(laporan
-
36
atau hasil karya). Produk tersebut selanjutnya dikomunikasikan
untuk
mendapat tanggapan dan umpan balik untuk perbaikan produk.
(5) Pembelajaran dirancang dalam pertemuan tatap muka dan
tugas
mandiri dalam fasilitasi dan monitoring oleh guru. Pertemuan
tatap
muka dapat dilakukan di awal pada langkah penentuan projek dan
di
akhir pembelajaran pada langkah penyusunan laporan dan
presentasi/publikasi hasil projek, serta evaluasi proses dan
hasil projek.
Dalam PBP, peserta didik diberikan tugas dengan
mengembangkan
tema/topik dalam pembelajaran dengan melakukan kegiatan projek
yang
realistik. Di samping itu, penerapan pembelajaran berbasis
projek ini
mendorong tumbuhnya kreativitas, kemandirian, tanggung
jawab,
kepercayaan diri, serta berpikir kritis dan analitis pada
peserta didik. Secara
umum, langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Projek (PBP)
dapat
dijelaskan pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1 Pembelajaran Berbasis Projek (PBP)
Gambar 2.1. Langkah-Langkah Pembelajaran Berbasis Projek
(Kurniasih, 2014)
Penentuan
Proyek
Penyusunan lapaoran dan
presentasi/publikasi hasil projek
Perancangan langkah-
langkah penyelesaian
projek
Penyusunan jadwal
pelaksanaan projek
Penyelesaian projek dengan
fasilitas dan monitoring guru
-
37
Adapun kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan pada setiap
langkah
PBP :
(1) Penentuan projek
Pada langkah ini, peserta didik menentukan tema/topik projek
bersama
guru. Peserta didik diberi kesempatan untuk memilih/menentukan
projek
yang akan dikerjakannya baik secara kelompok ataupun mandiri
dengan
catatan tidak menyimpang dari tema.
Pada bagian ini, peserta didik memilih tema/topik untuk
menghasilkan
produk (laporan observasi/penyelidikan, rancangan karya seni,
atau karya
keterampilan) dengan karakteristik mata pelajaran dengan
menekankan
keorisinilan produk. Penentuan produk juga disesuaikan dengan
kriteria
tugas, dengan mempertimbangkan kemampuan peserta didik dan
sumber/bahan/alat yang tersedia.
(2) Perancangan langkah-langkah penyelesaian projek
Peserta didik merancang langkah-langkah kegiatan penyelesaian
projek
dari awal sampai akhir beserta pengelolaannya. Kegiatan
perancangan
projek ini berisi perumusan tujuan dan hasil yang diharapkan,
pemilihan
aktivitas untuk penyelesaian projek, perencanaan
sumber/bahan/alat yang
dapat mendukung penyelesaian tugas projek, dan kerja sama
antaranggota
kelompok.
Pada kegiatan ini, peserta didik mengidentifikasi bagian-bagian
produk
yang akan dihasilkan dan langkah-langkah serta teknik untuk
menyelesaikan
bagian-bagian tersebut sampai dicapai produk akhir.
-
38
(3) Penyusunan jadwal pelaksanaan projek
Peserta didik dengan pendampingan guru melakukan penjadwalan
semua kegiatan yang telah dirancangnya. Berapa lama projek itu
harus
diselesaikan tahap demi tahap. Peserta didik menyusun
tahap-tahap
pelaksanaan projek dengan mempertimbangkan kompleksitas
langkah-
langkah dan teknik penyelesaian produk serta waktu yang
ditentukan guru.
(4) Penyelesaian projek dengan fasilitasi dan monitoring
guru
Langkah ini merupakan pelaksanaan rancangan projek yang
telah
dibuat. Peserta didik mencari atau mengumpulkan data/material
dan
kemudian mengolahnya untuk menyusun/mewujudkan bagian demi
bagian
sampai dihasilkan produk akhir.
Aktivitas yang dapat dilakukan dalam kegiatan projek di
antaranya dengan:
(a) membaca, (b) membuat desain, (c) meneliti, (d)
menginterviuw, (e)
merekam, (f) berkarya, (g) mengunjungi objek projek, dan/atau
(h) akses
internet. Guru bertanggung jawab membimbing dan memonitor
aktivitas
peserta didik dalam melakukan tugas projek mulai proses
hingga
penyelesaian projek. Pada kegiatan monitoring, guru membuat
rubrik yang
akan dapat merekam aktivitas peserta didik dalam menyelesaikan
tugas
projek.
(5) Penyusunan laporan dan presentasi/publikasi hasil projek
Hasil projek dalam bentuk produk, baik itu berupa produk karya
tulis,
disain, karya seni, karya teknologi/prakarya, dan lain-lan
dipresentasikan
-
39
dan/atau dipublikasikan kepada peserta didik yang lain dan guru
atau
masyarakat dalam bentuk presentasi, publikasi (dapat dilakukan
di majalah
dinding atau internet), dan pameran produk pembelajaran.
(6) Evaluasi proses dan hasil projek
Guru dan peserta didik pada akhir proses pembelajaran
melakukan
refleksi terhadap aktivitas dan hasil tugas projek. Proses
refleksi pada tugas
projek dapat dilakukan secara individu maupun kelompok. Pada
tahap
evaluasi, peserta didik diberi kesempatan mengemukakan
pengalamannya
selama menyelesaikan tugas projek yang berkembang dengan diskusi
untuk
memperbaiki kinerja selama menyelesaikan tugas projek. Pada
tahap ini juga
dilakukan umpan balik terhadap proses dan produk yang telah
dilakukan.
Proses pembelajaran berbasis projek meliputi tahap-tahap
pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup. Langkah-langkah PBP
secara
keseluruhan berada dalam tahap kegiatan inti. Dengan demikian
tahap
kegiatan inti meliputi kegiatan menemukan tema/topik projek,
kegiatan
merancang langkah penyelesaian projek, menyusun jadwal projek,
proses
penyelesaian projek dengan difasilitasi dan dimonitor oleh guru,
penyusunan
laporan dan presentasi/publikasi hasil projek, dan evaluasi
proses dan hasil
kegiatan projek.
-
40
Tabel 2.2. Langkah-Langkah Pembelajaran Berbasis Projek
Langkah-langkah Deskripsi
Langkah -1
Penentuan projek Guru bersama dengan peserta didik menentukan
tema/topik projek
Langkah -2 Perancangan langkah- langkah penyelesaian
projek
Guru memfasilitasi Peserta didik untuk merancang langkah-langkah
kegiatan penyelesaian projek beserta pengelolaannya
Langkah -3 Penyusunan jadwal pelaksanaan projek
Guru memberikan pendampingan kepada peserta didik melakukan
penjadwalan semua kegiatan yang telah dirancangnya
Langkah -4 Penyelesaian projek dengan fasilitasi dan
monitoring guru
Guru memfasilitasi dan memonitor peserta didik dalam
melaksanakan rancangan projekyang telah dibuat
Langkah -5 Penyusunan laporan dan presentasi/publikasi hasil
projek
Guru memfasilitasi Peserta didik untuk mempresentasikan dan
mempublikasikan hasil karya
Langkah -6 Evaluasi proses dan hasil
Projek
Guru dan peserta didik pada akhir proses pembelajaran melakukan
refleksi terhadap aktivitas dan hasil tugas projek
Sumber: Kemendikbud, Buku Panduan PLPG 2016
Kelebihan dan kekurangan pada penerapan model pembelajaran
Project Based Learning sebagai berikut:
Kelebihan pembelajaran Berbasis Proyek yaitu:
1) Meningkatkan motivasi belajar peserta didik untuk belajar,
mendorong
kemampuan mereka untuk melakukan pekerjaan penting, dan
mereka
perlu untuk dihargai.
2) Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.
-
41
3) Membuat peserta didik menjadi lebih aktif dan berhasil
memecahkan
problem-problem yang kompleks.
4) Meningkatkan kolaborasi.
5) Mendorong peserta didik untuk mengembangkan dan
mempraktikkan
keterampilan komunikasi.
6) Meningkatkan keterampilan peserta didikdalam mengelola
sumber.
7) Memberikan pengalaman kepada peserta didik pembelajaran
dan
praktik dalam mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi waktu
dan
sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan
tugas.
8) Menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan peserta didik
secara
kompleks dan dirancang untuk berkembang sesuai dunia nyata.
9) Melibatkan para peserta didik untuk belajar mengambil
informasi dan
menunjukkan pengetahuan yang dimiliki, kemudian
diimplementasikan
dengan dunia nyata.
10) Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan, sehingga
peserta
didik maupun pendidik menikmati proses pembelajaran.
Kekurangan Pembelajaran Project Based Learning yaitu:
1) Memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah.
2) Membutuhkan biaya yang cukup banyak.
3) Banyak instruktur yang merasa nyaman dengan kelas
tradisional, di
mana instruktur memegang peran utama di kelas.
4) Banyaknya peralatan yang harus disediakan.
-
42
5) Peserta didik yang memiliki kelemahan dalam percobaan dan
pengumpulan informasi akan mengalami kesulitan.
6) Ada kemungkinanpeserta didikyang kurang aktif dalam kerja
kelompok.
7) Ketika topik yang diberikan kepada masing-masing kelompok
berbeda,
dikhawatirkan peserta didik tidak bisa memahami topik secara
keseluruhan
c) Problem Based Learning
Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning),
selanjutnya
disingkat PBM, mula-mula dikembangkan di sekolah kedokteran,
McMaster
University Medical School di Hamilton, Canada pada 1960-an
(Barr