65 ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN BERDASARKAN LAPORAN KEUANGAN DAN PROYEKSI KEBUTUHAN DANA UNTUK PERIODE YANG AKAN DATANG (Studi Kasus : PT. PLN (Persero) Distribusi Jakarta Raya Dan Tangerang Area Jaringan Kramat Jati Periode 2003–2005) Oleh BUDI HARTONO H24102032 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
94
Embed
ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN BERDASARKAN LAPORAN … · 66 2006 ABSTRAK Budi Hartono H24102032. Analisis kinerja perusahaan Berdasarkan Laporan Keuangan Dan Proyeksi Kebutuhan Dana
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
65
ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN BERDASARKAN
LAPORAN KEUANGAN DAN PROYEKSI KEBUTUHAN
DANA UNTUK PERIODE YANG AKAN DATANG
(Studi Kasus : PT. PLN (Persero) Distribusi Jakarta Raya Dan
Tangerang Area Jaringan Kramat Jati Periode 2003–2005)
Oleh
BUDI HARTONO
H24102032
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
66
2006
ABSTRAK Budi Hartono H24102032. Analisis kinerja perusahaan Berdasarkan Laporan Keuangan Dan Proyeksi Kebutuhan Dana Untuk Periode Yang Akan Datang. Di bawah bimbingan Muhammad Syamsun dan Farida Ratna Dewi. Energi listrik merupakan energi yang tidak dapat diperdagangkan dan jumlah penggunaannya harus disesuaikan dari waktu ke waktu. Tenaga listrik telah berubah menjadi salah satu kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia sehingga di sebagian besar negara penggunaannya dikelola oleh pemerintah/ negara. PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN) merupakan satu-satunya BUMN yang mengelola tenaga listrik di Indonesia sehingga kinerja perusahaannya cukup menarik untuk dikaji dan diteliti agar masyarakat dapat mengetahui sejauh mana kinerja keuangan perusahaan ini berjalan dengan baik. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa kinerja keuangan PT. PLN (Persero) Area Jaringan Kramat Jati yang dapat digunakan sebagai salah satu alat evaluasi perusahaan, apakah tercapai peningkatan efisiensi dalam hal ini biaya, sehingga perusahaan dapat meningkatkan performa keuangannya. Selain itu juga dapat digunakan untuk mengetahui perkembangan dan perubahan yang terjadi, dengan demikian perusahaan dapat mengantisipasi hal-hal yang akan dihadapi pada masa yang akan datang dengan laebih baik. Sumber data yang digunakan adalah data primer yang didapat melaui wawancara (Manajer dan Staf Keuangan perusahaan); dan data sekunder melalui laporan keuangan internal perusahaan, profil perusahaan, serta literatur-literatur perusahaan yang terkait dengan kebutuhan penelitian. Sedangkan metode pengolahan data dilakukan secara manual maupun dengan bantuan komputer dengan hasil yang didapatkan dinilai secara kuantitatif kemudian dianalisis secara deskriptif. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini adalah (1) Berdasarkan analisis tren pada neraca menunjukkan komponen aktiva tetap cenderung stabil, kenaikan terjadi pada komponen pekerjaan dalam pelaksanaan. Sedangkan disisi pasiva terjadi kenaikan dalam kewajiban jangka pendek. Tren pada laba rugi menunjukkan penurunan rugi bersih. (2) Hasil analisis vertikal menunjukkan komponen aktiva tetap memiliki proporsi yang lebih besar dibandingkan dengan aktiva lancar. Disisi pasiva ekuitas perusahaan memiliki proporsi yang lebih besar dibandingkan dengan kewajibannya. Sedangkan komponen beban usaha merupakan komponen penyumbang terbesar terhadap rugi bersih perusahaan. (3) Hasil analisis rasio memperlihatkan (a) Tingkat likuiditas memiliki kecendrungan menurun di dua tahun terakhir, tetapi meningkat di awal periode 2006. (b) Solvabilitasnya sangat baik karena rendahnya resiko yang disebabkan karena jaminan modal sendiri terhadap utang cukup besar. (c) Tingkat profitabilitas perusahaan cenderung meningkat, dan (d) Tingkat aktivitas perusahaan untuk perputaran aktiva tetap dan perputaran total aktiva kurang baik karena rendahnya nilai yang didapatkan, sedangkan untuk perputaran piutang dan persediaan sudah sangat baik. (4) Berdasarkan hasil proyeksi keuangan dengan
67
metode persentase terhadap penjualan di dapatkan hasil, perusahaan harus mencari dana sebanyak 10,84 Milyar untuk pembiyaan tahun berikutnya (2006). Biaya ini terutama digunakan perusahaan untuk operasi perusahaan dan out sourcing. (5) Perkembangan kinerja perusahaan berdasarkan SK. Menteri BUMN No. Kep-100/M-BUMN/2002 menunjukkan kondisi keuangan yang kurang baik. Hal ini ditunjukkan dengan rendahnya skor yang didapatkan dari hasil penjumlahan aspek keuangan yang dinilai dengan nilai total 13 dari 50 atau sekitar 26 %.
ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN BERDASARKAN
LAPORAN KEUANGAN DAN PROYEKSI KEBUTUHAN
DANA UNTUK PERIODE YANG AKAN DATANG
(Studi Kasus : PT. PLN (Persero) Distribusi Jakarta Raya Dan
Tangerang Area Jaringan Kramat Jati Periode 2003-2005)
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI
pada Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Oleh
BUDI HARTONO
H24102032
68
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
DEPARTEMEN MANAJEMEN
ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN BERDASARKAN LAPORAN
KEUANGAN DAN PROYEKSI KEBUTUHAN DANA UNTUK PERIODE
YANG AKAN DATANG (Studi Kasus : PT. PLN (Persero) Distribusi
Jakarta Raya Dan Tangerang Area Jaringan Kramat Jati Periode
2003-2005)
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI
pada Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Oleh
BUDI HARTONO
H24102032
Menyetujui, Agustus 2006
69
Dr. Ir. Muhammad Syamsun, M.Sc. Farida Ratna Dewi, SE, MM Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Dr. Ir. Jono M. Munandar,M.Sc. Kepala Departemen Manajemen
Tanggal Ujian : 25 Agustus 2006 Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 9 Mei 1985. Penulis merupakan
anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Asep Mulyanto dan Ibu
Isnaini.
Penulis menempuh pendidikan Taman Kanak-kanak pada TK Al Kautsar
Bekasi dan lulus pada tahun 1990. Pada tahun 1996, penulis menyelesaikan
pendidikan di SDN Pengasinan Bintara I Bekasi. Kemudian penulis melanjutkan
pendidikan pada SLTP 14 Bekasi dan lulus pada tahun 1999. Pada tahun yang
sama penulis melanjutkan pendidikan di SMUN 103 Jakarta dan lulus pada tahun
2002.
Pada tahun 2002, penulis diterima pada program S1 Institut Pertanian
Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Mahasiswa Institut Pertanian Bogor (USMI
IPB) di Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM) IPB.
70
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
judul Analisis Kinerja Perusahaan Berdasarkan Laporan Keuangan Dan Proyeksi
Kebutuhan Dana Untuk Periode Yang Akan Datang (Studi Kasus PT. PLN
(Persero AJ Kramat Jati Periode 2003-2005)
Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini, banyak pihak yang telah
memberikan saran, bimbingan, bantuan dan dukungan baik secara langsung
maupun tidak langsung sejak awal penulisan sampai skripsi ini terselesaikan. Oleh
karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada :
1. Dr. Ir. Muhammad Syamsun, M.Sc selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan bantuan dan bimbingan kepada penulis selama penelitian.
2. Farida Ratna Dewi SE, MM selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan petunjuk dan saran.
3. Beatrice Mantoroadi SE, Ak. MM, selaku dosen penguji yang telah
memberikan saran.
4. Ir. Bambang Suhartono sebagai Manajer AJ Kramat Jati, Bapak Suwardi dan
Mas Eko sebagai pembimbing selama penelitian.
5. Orang tua tercinta dan adikku atas kasih sayang, doa dan dukungannya.
6. Rika Anggraeni yang telah memberikan doa, motivasi dan dukungannya.
Acep, Asep, Udin, Joko, Wildan, Nanto, Arya terima kasih atas semua
bantuannya.
7. Seluruh dosen dan staf manajemen FEM, terimakasih atas segala bantuannya.
8. Rekan-rekan manajemen 39, terimakasih atas motivasi dan dukungannya.
9. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah membantu
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
71
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan,
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun, sehingga
skripsi ini dapat membawa manfaat bagi semua pihak
Bogor, Agustus 2006
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK
RIWAYAT HIDUP.................................................................................... iii
KATA PENGANTAR.............................................................................. iv
DAFTAR ISI............................................................................................. vi
DAFTAR TABEL .................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR................................................................................ ix
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ x
I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1 1.1. Latar Belakang ............................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ...................................................................... 2
1.3. Tujuan Penelitian .......................................................................... 3 1.4. Manfaat Penelitian.................................................................. 3 1.5. Ruang Lingkup Penelitian............................................................. 4
II. TINJAUAN PUSTAKA..................................................................... 5
2.2.2. Peralatan analisa Yang digunakan ...................................... 13 2.2.2.1. Index Number Trend Series ................................... 13 2.2.2.2. Common Size Financial Statement ........................ 13 2.2.2.3. Analisa Rasio Keuangan ........................................ 14 2.2.2.4. Proyeksi Keuangan ................................................ 20 2.3. Penilaian Kinerja BUMN.............................................................. 21 2.4. Penelitian Terdahulu ..................................................................... 22
III. METODOLOGI PENELITIAN...................................................... 24 3.1. Kerangka Pemikiran..................................................................... 24
3.2. Lokasi Dan Waktu Penelitian ...................................................... 26 3.3. Jenis Dan Sumber Data ................................................................ 26 3.4. Metode Pengolahan Dan Analisis Data........................................ 26 3.4.1. Analisis Berdasarkan Penilaian BUMN............................. 27 3.4.2. Analisis Tren ...................................................................... 27 3.4.3. Analisis Persentase Per Komponen.................................... 27 3.4.5. Proyeksi Keuangan ............................................................ 28
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................... 30 4.1. Data Perusahaan........................................................................... 30
4.1.1. Visi, Misi, Tujuan, Sasaran ................................................ 30 4.1.1.1 Visi ....................................................................... 30 4.1.1.2 Misi....................................................................... 30 4.1.1.3 Tujuan ................................................................... 30 4.2. Sejarah Singkat Perusahaan ......................................................... 31 4.3. Peluang Dan Keunggulan............................................................. 35 4.3.1. Peluang............................................................................... 35 4.3.2. Keunggulan ........................................................................ 35 4.4. Perkembangan (Tren) Laporan Keuangan AJ Kramat Jati .......... 35 4.5. Perkembangan Persentase Per Komponen AJ Kramat Jati .......... 38 4.6. Analisis Rasio Keuangan AJ Kramat Jati .................................... 42 4.6.1. Analisis Likuiditas ............................................................. 42 4.6.2. Analisis Solvabilitas........................................................... 44 4.6.3. Analisis Profitabilitas ......................................................... 47
73
4.6.4. Analisis Aktivitas ............................................................... 49 4.7. Proyeksi Keuangan Dengan Metode Persentase Penjualan ......... 53
4. Neraca PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati Periode 2003- 2005 .......... 73
5. Laporan Laba Rugi PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati Periode 2003 ---2005 ................................................................................................ ............ 79
76
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Privatisasi menjadi fenomena ekonomi yang menonjol di dunia
sekarang ini. Sesungguhnya privatisasi telah ada sejak tahun 1980-an,
dipelopori oleh Inggris yang memang menganut ekonomi liberal. Langkah ini
kemudian diikuti juga oleh negara-negara di Asia, termasuk Indonesia yang
makin berorientasi ke sistem ekonomi pasar. Setelah beberapa dekade dimana
pemerintah di berbagai negara diseluruh dunia meningkatkan ruang lingkup
dan campur tangan pemerintah dalam perekonomian, maka pada tahun 1980-
77
an terjadi pergeseran dari hampir semua bagian dilakukan oleh pemerintah
melalui sektor publik, menuju ketergantungan yang lebih besar pada sektor
swasta. Sejak tahun 1984, harta BUMN yang dialirkan kepada swasta
mencapai US $ 250 Milyar diseluruh dunia dan pada tahun 1991 penjualan
saham BUMN mencapai US $ 50 Milyar (Miranda, 1996).
Privatisasi BUMN terjadi di berbagai negara dalam berbagai bentuk
yang berbeda-beda satu dengan yang lainnya. Menurut Miranda S. Goeltom
(1996) Alternatif metode itu dapat diringkas sebagai berikut:
1. Pelimpahan hak kepemilikan
a. Penjualan saham/ aset seluruhnya kepada (i) swasta, (ii) publik,
melalui bursa efek.
b. Penjualan sebagian saham/ aset kepada (i) publik, baik domestik
maupun internasional, (ii) manajeman dan karyawan, (iii) melalui
join venture.
2. Pelimpahan kendali manajemen
a. Sebagian, dengan cara (i) pemisahan antara kepemilikan dengan
manajemen, (ii) joint venture, atau (iii) penggantian manajemen.
b. Seluruhnya, dengan cara sub contracting.
c. Dengan mengurangi campur tangan pemerintah dan memberikan
otonomi yang lebih luas kepada manajemen BUMN. Dalam hal ini,
manajemen BUMN bebas dalam menentukan harga, menetapkan
kebijakan investasi dan pendanaannya, serta dalam hal pemenuhan
kebutuhan sumber daya manusianya.
Alasan Indonesia melakukan privatisasi BUMN diantaranya adalah
kesulitan keuangan negara, kebijakan liberalisasi ekonomi yang dilakukan
pemerintah, dan tekanan dari perdagangan bebas dunia.
Hal ini menuntut BUMN untuk melakukan penyesuaian-penyesuaian
agar tidak hanya sekedar bertahan, tetapi juga dapat berkembang dalam
situasi persaingan dunia yang semakin keras. Dalam konteks globalisasi
ekonomi dan era perdagangan bebas, konsep peningkatan efisiensi dan
produktivitas menjadi vital dan merupakan pangkal yang berpijak dari upaya
peningkatan daya saing.
78
Dalam hal dipilihnya perusahaan listrik sebagai obyek yang diteliti
karena disadari bahwa tenaga listrik merupakan suatu jenis energi yang di
sebagian besar negara merupakan energi yang tidak dapat diperdagangkan
secara internasional. Tenaga listrik juga merupakan suatu produk industri
yang unik sifatnya karena tidak dapat disimpan dan dikemas, sehingga jumlah
produknya harus selalu disesuaikan dengan kebutuhannya dari waktu ke
waktu.
Selain itu, besarnya penggunaan jenis energi ini merupakan tolak ukur
dari tingkat kemajuan dan kesejahteraan suatu negara karena hampir setiap
aktivitas kehidupan maju saat ini tidak dapat melepaskan diri dari
pemanfaatan tenaga listrik. Tenaga listrik sudah berubah menjadi salah satu
kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia sehingga setiap orang
berkepentingan terhadap kualitas dan harganya. Di banyak negara usaha ini
masih ditangani oleh negara, bukan saja karena alasan resiko dan modal yang
besar, tetapi juga karena usaha ini pada awalnya harus mengemban banyak
tugas sosial. Karakteristik tenaga listrik yang unik, kebutuhan listrik yang
menguat, sedangkan persediaan sumber daya energi primer terbatas, ditambah
lagi dengan adanya rencana privatisasi dan rencana naiknya Tarif Dasar
Listrik (TDL), sehingga masalah yang menyangkut kondisi perusahaan
menjadi menarik untuk diketahui, terutama kondisi keuangannya.
1.2. Perumusan Masalah
Perubahan status perusahaan yang dilakukan pemerintah pada PT.
PLN (Persero) sebenarnya ditujukan untuk mendorong peningkatan kinerja
perusahaan. Tetapi pada kenyataannya, perusahaan hampir setiap tahun
melaporkan terjadinya kerugian dan meminta kepada pemerintah sebagai
pemilik untuk melakukan penyesuaian harga jual kepada konsumen.
Alasan perusahaan ini dikarenakan tingginya beban yang harus
ditanggung oleh perusahaan, ditambah lagi naiknya harga minyak dunia turut
menambah beban perusahaan, tetapi pemerintah menolak rencana ini dan
meminta perusahaan untuk meminimalisasi potensi kerugian yang lebih
besar.
79
Dari uraian singkat diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan yang
dihadapi oleh perusahaan adalah sebagai berikut :
- Apakah telah tercapai efisiensi dana dan biaya pada perusahaan ?
- Mengapa terjadi kerugian yang cukup besar hampir tiap tahun ?
- Faktor – faktor apa saja penyebab terjadinya kerugian ?
1.3. Tujuan Penelitian
- Menganalisis tingkat efisiensi perusahaan khususnya masalah keuangan.
- Mengetahui langkah – langkah yang telah diambil dan memberi masukan
alternatif lain untuk meningkatkan kinerja perusahaan.
- Menganalisis kondisi keuangan perusahaan secara umum.
- Menganalisis sebab – sebab terjadinya kerugian dan langkah apa saja
yang dapat diambil untuk meminimalisasi potensi kerugian yang lebih
besar.
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Bagi instansi
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan dan bahan pertimbangan
dalam membuat kebijakan dan strategi selanjutnya dalam upaya
peningkatan kinerja keuangan perusahaan.
2. Bagi penulis
Penilitian ini berguna untuk menambah pengalaman, wawasan dan
diharapkan dapat mengaplikasikan pengetahuan dari ilmu yang diperoleh
saat kuliah mengenai manajemen keuangan, khususnya yang berkaitan
dengan penilaian atas kinerja keuangan perusahaan.
1.5. Ruang Lingkup
80
Laporan keuangan yang akan dianalisis difokuskan pada laporan
neraca, dan laporan laba-rugi, namun tidak menutup kemungkinan
penggunaan laporan keuangan perusahaan lainnya seperti laporan arus kas.
Sedangkan alat analisis atau metode yang dipergunakan antara lain analisis
trend (analisis horizontal), analisis persentase per komponen (analisis
vertikal), analisis rasio (likuiditas, solvabilitas, profitabilitas, dan aktivitas)
serta proyeksi kebutuhan dana untuk periode berikutnya.
Dalam penelitian ini digunakan juga bahan acuan analisis laporan
keuangan perusahaan berdasarkan Surat Keputusan Menteri BUMN No. Kep-
100/M-BUMN/2002 mengenai penilaian terhadap kinerja perusahaan yang
meliputi aspek keuangan. Seluruh analisis diatas digunakan untuk melihat
sejauh mana perkembangan kinerja keuangan PT PLN (Persero) Area
Jaringan Kramat Jati selama empat periode terakhir (2003- 2005).
81
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Laporan Keuangan
2.1.1. Pengertian
Laporan keuangan merupakan alat pelaporan utama untuk
mengkomunikasikan informasi keuangan pada para pemakai laporan
keuangan untuk membuat keputusan. Laporan keuangan yang lengkap
biasanya meliputi neraca, laporan laba-rugi, laporan saldo laba, laporan arus
kas, serta catatan dan penjelasan yang merupakan bagian integral dari
laporan keuangan.
Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang
menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu
perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam
pengambilan keputusan ekonomi (IAI, 1994).
Laporan keuangan yang disusun bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan bersama sebagian besar pemakai. Namun demikian, laporan
keuangan tidak menyediakan semua informasi yang meungkin dibutuhkan
pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi karena secara umum
menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian di masa lalu dan tidak
diwajibkan untuk menyediakan informasi non keuangan.
2.1.2. Karakteristik Laporan Keuangan
Karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi
dalam laporan keuangan berguna bagi pemakai. Terdapat empat
karakteristik kualitatif pokok menurut IAI (1994) :
82
1. Dapat dipahami
Pemakai diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang
aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi serta kemauan untuk
mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar.
2. Relevan
Informasi memiliki kualitas relevan jika dapat mempengaruhi keputusan
ekonomi pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa
masa lalu.
3. Keandalan
Informasi harus diarahkan pada kebutuhan umum pemakai dan tidak
bergantung pada kebutuhan dan kepentingan pihak tertentu. Tidak boleh
ada usaha untuk menyampaikan informasi yang menguntungkan
beberapa pihak, sementara ada pihak lain yang dirugikan.
4. Dapat dibandingkan
Pemakai harus dapat membandingkan laporan keuangan perusahaan
antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan (trend) posisi
dan kinerja keuangan, serta perubahan posisi keuangan secara relatif.
2.1.3. Pemakai Laporan Keuangan
Menurut IAI (1994) pemakai laporan keuangan untuk memenuhi
kebutuhan informasi yang berbeda, meliputi:
1. Investor
83
Penanam modal beresiko dan penasihat mereka berkepentingan dengan
resiko yang melekat serta hasil dari investasi yang dilakukan. Mereka
membutuhkan informasi untuk membantu menentukan apakah harus
membeli, menahan/menjual investasi tersebut. Pemegang saham juga
tertarik pada informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai
kemampuan perusahaan untuk membayar dividen.
2. Karyawan
Karyawan dan kelompok yang mewakili tertarik dengan informasi
mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan mereka juga tertarik
dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai
kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa, manfaat pensiun,
dan kesempatan kerja.
3. Pemberi pinjaman
Mereka tertarik dengan informasi keuangan yang memungkinkan
mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat
dibayar pada saat jatuh tempo.
4. Pemasok dan kreditor usaha lainnya
Pemasok dan kreditor tertarik dengan informasi yang memungkinkan
mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang terutang akan dibayar
pada saat jatuh tempo.
5. Pelanggan
84
Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai
kelangsungan hidup perusahaan, terutama jika mereka terlibat dalam
perjanjian jangka panjang dengan atau tergantung pada perusahaan.
6. Pemerintah
Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada dibawah kekuasaannya
berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan karena itu
berkepentingan dengan aktivitas perusahaan.
7. Masyarakat
Membantu masyarakat dengan menyediakan informasi kecenderungan
(trend) dan perkembangan terakhir kemakmuran perusahaan serta
rangkaian aktivitasnya.
2.1.4. Komponen-komponen Laporan Keuangan
Laporan keuangan pokok umumnya meliputi neraca, laporan laba-
rugi, laporan perubahan modal, dan laporan arus kas.
2.1.4.1. Neraca
Neraca adalah laporan keuangan yang menggambarkan
posisi keuangan perusahaan pada suatu saat tertentu (Robert H.
Crandall, et al., 1998). Neraca biasanya digunakan untuk
menggambarkan keadaan keuangan perusahaan, kombinasi aktiva
yaitu cara perusahaan menggunakan aktiva dalam memperoleh
pendapatan dan beberapa variabel kunci yang dapat
dikombinasikan dengan informasi lain untuk menentukan efisiensi
perusahaan.
85
Unsur-unsur yang berkaitan secara langsung dengan
pengukuran posisi perusahaan adalah aktiva, kewajiban, dan
ekuitas yang dapat digambarkan dalam persamaan:
Aktiva = kewajiban + modal
Posisi-posisi ini didefinisikan sebagai berikut, menurut IAI (1994):
2.1.4.1.1. Aktiva
Aktiva adalah sumber daya yang dikuasai oleh
perusahaan sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari
mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan
diperoleh perusahaan.
Aktiva dikelompokkan menjadi:
A. Aktiva Lancar
Aktiva yang diharapkan dapat direalisasikan dalam
waktu satu tahun atau dalam siklus normal operasi
perusahaan yang mana yang lebih lama (IAI, 1994).
Menurut IAI (1994) aktiva lancar terdiri dari:
1. Kas dan bank,
86
2. Surat-surat berharga yang mudah dijual dan tidak
dimaksudkan untuk ditahan,
3. Deposito jangka pendek,
4. Wesel tagih yang akan jatuh tempo dalam waktu satu
tahun,
5. Piutang,
6. Persediaan,
7. Pembayaran uang muka untuk pembelian aktiva lancar,
8. Pembayaran pajak di muka,
9. Biaya dibayar di muka.
B. Investasi Jangka Panjang
Investasi jangka panjang merupakan investasi yang
dilakukan untuk tujuan jangka panjang, lebih lama dari satu
tahun atau siklus normal operasi perusahaan, yang mana
yang lebih panjang dan tidak digunakan dalam operasi
perusahaan (Williams et al, 1992).
Yang termasuk investasi jangka panjang diantaranya
adalah:
- Investasi jangka panjang dalam bentuk sekuritas: (i)
saham, (ii) obligasi
- Dana khusus yang ditujukan untuk keperluan tertentu
- Investasi dalam bentuk aktiva tetap yang tidak digunakan
dalam operasi perusahaan, seperti tanah yang ditujukan
untuk spekulasi.
C. Aktiva Tetap
Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh
dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun lebih dahulu,
yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak
87
dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal
perusahaan, dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu
tahun (IAI,1994). Contoh aktiva tetap: tanah, peralatan,
mesin, bangunan, dan lain-lain.
D. Aktiva Tak Berwujud
Aktiva tak lancar dan tak berbentuk yang
memberikan hak keekonomian dan hukum kepada
pemiliknya dan dalam laporan keuangan tidak dicakup
secara terpisah dalam klasifikasi aktiva yang lain (IAI,
1994). Aktiva tak berwujud dapat berbentuk hak paten, hak
cipta, franchise atau merk dagang.
E. Aktiva Lain-lain
Posisi-posisi yang tidak dapat secara layak
digolongkan dalam aktiva tetap dan juga tidak dapat
digolongkan dalam aktiva lancar, investasi/ penyertaan,
maupun aktiva tak berwujud, seperti aktiva tetap yang tidak
digunakan, piutang pada pemegang saham, beban yang
ditangguhkan, dan aktiva lancar lainnya disajikan dalam
kelompok aktiva lain-lain (IAI, 1994).
2.1.4.1.2. Kewajiban
Kewajiban merupakan utang perusahaan masa kini
yang timbul dari peristiwa masa lalu, penyelesaiannya
diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya
88
perusahaan yang mengandung manfaat ekonomi (IAI,
1994).
A. Kewajiban Jangka Pendek
Kewajiban jangka pendek merupakan kewajiban
yang akan dilunasi sesuai dengan permintaan kreditor atau
yang akan dilunasi dalam waktu satu tahun atau satu siklus
operasi normal perusahaan mana yang lebih lama (IAI,
1994), yang meliputi (IAI, 1994):
1. Pinjaman bank dan pinjaman lainnya,
2. Bagian kewajiban jangka panjang yang akan jatuh
tempo dalam waktu satu tahun sejak tanggal neraca,
3. Utang usaha dan biaya yang masih harus dibayar,
4. Uang muka penjualan,
5. Utang pembelian aktiva tetap, pinjaman bank, dan
rupa-rupa utang lainnya yang harus diselesaikan
dalam waktu satu tahun,
6. Penyisihan kewajiban pajak,
7. Utang dividen,
8. Pendapatan-pendapatan yang ditangguhkan dan
uang muka dari pelanggan,
9. Kewajiban kontinjen, situasi/ kondisi dengan hasil
akhir berupa untung atau rugi yang baru dapat
dikonfirmasikan setelah terjadinya atau tidak
terjadinya satu/ lebih peristiwa yang tidak pasti
terjadi di masa depan.
B. Kewajiban Jangka Panjang
89
Kewajiban jangka panjang merupakan kewajiban
yang tidak memerlukan penggunaan aktiva lancar atau
penciptaan kewajiban baru dalam waktu satu tahun atau
satu siklus operasi perusahaan yang mana yang lebih
Ekuitas adalah hak residual atas aktiva perusahaan
setelah dikurangi semua kewajiban. Jumlah ekuitas yang
ditampilkan dalam neraca tergantung pada pengukuran
aktiva dari kewajiban (IAI, 1994). Ekuitas dibagi menjadi
dua, yaitu:
A. Modal Disetor (Paid in Capital)
Modal disetor merupakan jumlah yang dibayar oleh
para pemegang saham untuk memperoleh saham (Williams,
1992). Modal disetor dibagi lagi menjadi: (i) modal saham,
(ii) tambahan modal disetor (Additional paid in capital).
B. Saldo Laba (Retained Earning)
Saldo laba menujukkan akumulasi hasil usaha
periodik setelah memperhitungkan pembagian dividen dan
koreksi laba rugi periode lalu (IAI, 1994).
2.1.4.2. Laporan Laba Rugi
Laporan laba rugi menyajikan informasi kinerja
perusahaan, terutama profitabilitas, diperlukan untuk
90
menilai perubahan potensial sumber daya ekonomi yang
mungkin dikendalikan di masa depan (IAI, 1994).
Unsur-unsur pembentuk laporan laba rugi:
A. Penghasilan (Income)
Penghasilan adalah kenaikan manfaat ekonomi
selama suatu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan/
penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang
mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari
kontribusi penanam modal. Penghasilan meliputi, baik
pendapatan (revenues) maupun keuntungan (gains).
Pendapatan yang timbul dalam pelaksanaan aktivitas
perusahaan yang biasa dan dikenal dengan sebutan yang
berbeda, seperti penjualan, penghasilan jasa (fees), bunga
royalti dan sewa (IAI, 1994).
B. Beban
Beban dapat diartikan sebagai penurunan manfaat
ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk arus
keluar/ berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban yang
mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut
pembagian kepada penanam modal (IAI, 1994).
2.1.4.3. Laporan Saldo Laba
Laporan saldo laba menggambarkan perubahan laba
perusahaan selama satu periode dan menghubungkan
laporan laba rugi dengan neraca (Williams, 1992). Laporan
91
ini memperlihatkan saldo laba awal tahun pertambahan
nilai kekayaan bersih karena laba dan penurunan yang
disebabkan oleh pembagian laba kepada pemilik dalam
bentuk dividen.
2.1.4.4. Proyeksi Keuangan Dengan Metode Persentase
Terhadap Penjualan
Salah satu metode yang digunakan untuk
mengestimasi level dari pasiva, aktiva atau biaya adalah
dengan mempergunakan suatu persentase tertentu terhadap
penjualan. Dengan mempergunakan suatu persentase
tertentu ini, hakikatnya telah diasumsikan bahwa terdapat
hubungan proporsionalitas antara aktiva, pasiva dan biaya
dengan penjualan. Persentase yang digunakan, dihitung dari
data laporan keuangan dikaitkan dengan tingkat penjualan
(Mushlih, 2003).
Proyeksi keuangan dengan metode persentase
tertentu dapat digunakan untuk mengestimasi kebutuhan
keuangan perusahaan dalam jangka waktu lebih dari satu
tahun. Karena periode perencanaan yang lebih panjang ini,
detail dari komponen yang direncanakan kurang
ditekankan. Melainkan fokusnya untuk mengestimasi
kebutuhan pembiayaan perusahaan untuk jangka waktu
yang cukup panjang.
2.1.5. Keterbatasan Laporan Keuangan
92
Walaupun laporan keuangan sangat berguna dalam pengambilan
keputusan bagi para pemakai laporan keuangan. Menurut Simamora (2002)
laporan keuangan memiliki keterbatasan, diantaranya:
1. Laporan keuangan hanya menyajikan informasi yang diukur dengan
satuan mata uang.
2. Informasi akuntansi biasanya melibatkan pertimbangan (judgement dan
estimasi).
3. Laporan keuangan berisi informasi yang bersifat history.
4. Adanya proses penyederhanaan dan peringkasan dalam laporan
keuangan.
2.2. Analisa Laporan Keuangan
2.2.1. Pengertian
Analisa laporan keuangan merupakan proses pertimbangan yang
bertujuan untuk mengevaluasi keadaan keuangan dan hasil kegiatan operasi
pada masa lalu dan masa kini, dengan tujuan utamanya untuk menentukan
estimasi dan prediksi yang terbaik tentang keadaan dan kinerja perusahaan
pada masa yang akan datang (Bernstein, 1989).
2.2.2. Peralatan Analisa yang Digunakan
Dalam melakukan analisa laporan keuangan, ada beberapa peralatan
yang dapat digunakan, yaitu:
2.2.2.1. Index Number Trend Senses
Jika perbandingan laporan keuangan mencakup periode lebih
dari tiga tahun, metode perbandingan dari tahun ke tahun menjadi
tidak praktis. Cara yang paling baik untuk perbandingan tren dari
periode yang lebih panjang adalah dengan menggunakan angka
indeks (Bernstein, 1989).
93
Analisis ini merupakan pelengkap dari analisis rasio karena
hasil dari analisis ini akan membantu didalam menginterpretasikan
hasil analisis rasio. Analisis trend secara matematis dapat
dirumuskan sebagai berikut:
Rxt = o
t
PxPx x 100%
Dimana; Rxt = nilai persentase untuk tahun ke-t
Pxt = pos x dalam laporan keuangan yang akan dianalisis
Pxo = pos x dalam laporan keuangan sebagai tahun dasar
2.2.2.2. Common Size Financial Statement
Common Size Financial Statement merupakan analisa
vertikal dari laporan keuangan. Metode ini menyatakan besarnya
proporsi suatu item terhadap total atau sub total suatu kelompok
yaitu aktiva, kewajiban, dan modal dalam neraca dari penjualan
dalam laporan laba rugi, dalam suatu periode tertentu (Kieso, 1992).
Metode ini sangat berguna untuk menganalisa struktur
internal laporan keuangan. Analisa struktural dalam neraca biasanya
difokuskan pada struktur permodalan dan komposisi aktiva
perusahaan, sedangkan analisa vertikal dalam laporan laba rugi
digunakan untuk menganalisa hubungan item-item dalam laporan
tersebut dengan penjualan.
Analisis ini dapat digunakan sebagai pendukung dari analisis
rasio dimana hasilnya akan digunakan dalam menginterpretasikan
hasil analisis rasio. Analisis persentase per komponen secara
matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:
Ryt = o
t
PyPy x 100%
Dimana; Ryt = nilai persentase pos yang dibandingkan
94
Pyt = pos y dalam laporan keuangan tahun ke-t
Pyo = pos dasar sebagai pembanding
2.2.2.3. Analisa Rasio Keuangan
Analisis perusahaan dengan mempergunakan rasio keuangan
memungkinkan manajer keuangan untuk mengevaluasi dan
mengetahui kondisi keuangan dengan cepat. Dengan rasio keuangan
juga memungkinkan perbandingan jalannya perusahaan dari waktu
ke waktu (Mushlih, 2003).
Menurut Mushlih (2003) Analisa rasio keuangan mempunyai
beberapa keterbatasan diantaranya:
1. Analisa rasio hanya berurusan dengan data kuantitatif, tidak
melihat faktor kualitatif.
2. Manajemen dapat memanipulasi rasio keuangan.
3. Perbandingan rasio antar perusahaan dapat menyesatkan karena
perbedaan praktek akuntansi pada masing-masing perusahaan.
4. Perbandingan rasio keuangan perusahaan dengan rata-rata industri
dapat menyesatkan karena banyak perusahaan yang beroperasi di
lebih dari satu industri.
5. Perbedaan definisi common ratio yang digunakan oleh analis yang
berbeda.
6. Karena catatan akuntansi dinyatakan dengan mata uang, maka
perubahan nilai mata uang dapat menyebabkan distorsi dalam
membandingkan rasio yang dihitung pada waktu yang berbeda.
Walaupun terdapat keterbatasan-keterbatasan dalam analisa
rasio, tidak berarti peralatan analisa ini tidak berguna. Analisa rasio
tetap merupakan alat yang berguna untuk menilai kondisi keuangan
perusahaan dan efektivitas manajemen, dengan mengingat
keterbatasan tersebut.
95
Analisis ini mencakup empat kelompok analisis yang
meliputi analisis likuiditas, solvabilitas, profitabilitas dan aktivitas
(Munawir, 2002).
A. Analisis Likuiditas
Likuiditas didefinisikan sebagai kemampuan perusahaan untuk
memenuhi seluruh kewajiban keuangannya yang sudah jatuh tempo
(Munawir, 2002). Jadi analisis likuiditas menunjukkan apakah
perusahaan mampu memenuhi kewajiban keuangannya yang akan
jatuh tempo. Analisis likuiditas pada umumnya diukur dengan
menggunakan rasio berikut:
1. Rasio Lancar (Current Ratio) Rasio lancar menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar. Rasio lancar yang rendah menunjukkan bahwa dalam perusahaan terdapat masalah likuiditas. Namun rasio lancar yang tinggi menunjukkan ketidakmampuan perusahaan dalam mengoptimalkan aktiva yang ada untuk menghasilkan laba (Sawir, 2005).
Rasio lancar dapat dirumuskan sebagai berikut:
Rasio lancar = LancarHutangLancarAktiva
2. Rasio Cepat (Quick Ratio) Rasio cepat menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk
memenuhi kewajiban-kewajibannya dengan tidak
memperhitungkan persediaan. Menurut Sawir (2005) persediaan
merupakan unsur aktiva lancar yang tingkat likuiditasnya rendah
sehingga sulit untuk direalisasikan menjadi uang kas dalam waktu
yang singkat. Jadi rasio ini dinilai lebih baik dalam mengukur
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka
pendeknya.
Rasio cepat dapat dirumuskan sebagai berikut:
96
Rasio cepat = LancarHutang
PersediaanLancarAktiva −
B. Analisis Solvabilitas
Analisis Solvabilitas menunjukkan kemampuan suatu
perusahaan dalam memenuhi segala kewajiban finansialnya baik
jangka pendek maupun jangka panjang. Rasio-rasio yang umum
digunakan dalam analisis solvabilitas antara lain (Munawir, 2002).
1. Rasio Utang (Debt to Total Asset Ratio)
Rasio ini menunjukkan proporsi antara total kewajiban perusahaan
dengan total kekayaan perusahaan yang dimiliki. Semakin tinggi
nilai persentase rasio utang maka semakin tinggi pula resiko
perusahaan yang harus ditanggung perusahaan (Sawir,2005).
Rasio utang dapat dirumuskan sebagai berikut:
Rasio utang = AktivaTotalHutang Total
2. Rasio Utang terhadap Ekuitas (Debt to Equity Ratio)
Rasio ini menunjukkan perbandingan antara utang dan ekuitas
(modal) yang digunakan dalam mendanai aktiva dan menunjukkan
kemampuan modal sendiri perusahaan untuk memenuhi seluruh
kewajibannya (Sawir, 2005). Rasio utang terhadap ekuitas dapat
dirumuskan:
Rasio utang terhadap ekuitas = Ekuitas Total
Hutang Total
3. Rasio Ekuitas terhadap Total Aktiva (Equity to Total Asset Ratio)
Rasio ini menunjukkan besarnya modal sendiri yang digunakan
untuk mendanai seluruh aktiva perusahaan. Semakin tinggi nilai
rasio maka semakin kecil jumlah pinjaman perusahaan yang
97
digunakan untuk mendanai seluruh aktiva perusahaan. Rasio
ekuitas terhadap total aktiva dirumuskan sebagai berikut:
Rasio ekuitas terhadap total aktiva = AktivaTotalEkuitas Total
4. Rasio Ekuitas terhadap Aktiva Tetap (Equity to Fixed Asset ratio)
Rasio ini menunjukkan besarnya proporsi modal sendiri yang
digunakan untuk mendanai aktiva tetap perusahaan. Jika aktiva
tetap perusahaan didanai dari modal sendiri, maka keadaan ini akan
lebih menguntungkan mengingat aktiva tetap berjangka panjang.
Maka sudah sewajarnya jika aktiva tetap didanai dari modal sendiri
supaya tidak mengganggu likuiditas perusahaan jika sewaktu-
waktu pembayaran utang harus dilaksanakan. Rasio ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
Rasio Ekuitas terhadap aktiva tetap = Tetap AktivaTotal
Ekuitas Total
5. Rasio Aktiva Tetap terhadap Utang Jangka Panjang (Fixed Asset
to long Term Debt Ratio)
Rasio menunjukkan besarnya proporsi aktiva tetap terhadap
seluruh kewajiban jangka panjang perusahaan. Rasio ini
merupakan ukuran tingkat keamanan kreditur jangka panjang
terhadap pinjaman yang diberikan kepada perusahaan. Semakin
tinggi nilai rasio ini maka semakin besar jaminan keamanan
kreditur dari perusahaan. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai
berikut:
Rasio Aktiva tetap thd Utang jgk. panjang
=Panjang Jgk. Hutang
Tetap AktivaTotal
C. Analisis Profitabilitas
98
Analisis profitabilitas digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba (profit) dalam
periode tertentu. Rasio-rasio yang umumnya digunakan untuk
mengukur profitabilitas adalah:
1. Rasio Marjin Laba Kotor (Gross Profit Margin)
Rasio ini menunjukkan berapa persen keuntungan perusahaan
yang diperoleh melalui penjualan. Semakin besar nilai rasio
maka semakin besar pula perusahaan memperoleh laba kotor.
Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Rasio marjin Laba kotor = Penjualan – Harga Pokok Penjualan
Penjualan
2. Rasio Marjin Laba Bersih (Net Profit Margin)
Rasio ini mengukur laba bersih setelah pajak terhadap penjualan.
Dapat dirimuskan sebagai berikut:
Rasio Marjin Laba Bersih = Penjualan
Bersih Laba
3. Rasio Marjin Operasi (Operating Margin Ratio)
Rasio ini menunjukkan tingkat efisiensi perusahaan dalam
memperoleh laba. Semakin besar nilai rasio ini maka
kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba operasi semakin
besar pula. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Rasio marjin operasi = Penjualan
Usaha Laba
4. Rasio Tingkat Pengembalian Ekuitas (Return Of Equity)
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba
atas modal yang ditanam oleh pemilik modal. Nilai rasio yang
tinggi menunjukkan keberhasilan dari manajemen perusahaan
dalam mengelola modal yang ditanam oleh pemilik perusahaan,
dimana laba yang diperoleh tinggi. Rasio ini dapat dirumuskan
sebagai berikut:
99
Rasio Tingkat Pengembalian Ekuitas (ROE) = Ekuitas
Bersih Laba
5. Rasio Tingkat Pengembalian Investasi (Return Of Invesment)
Rasio ini menunjukkan hasil yang dicapai dari investasi-investasi
yang ditanam dalam perusahaan oleh para investor. Manajemen
dapat menggunakan ROI sebagai peringatan dini atas tindakan
yang perlu diambil agar perusahaan dapat tetap berjalan lancar
dan terus menghasilkan keuntungan (profit). Rasio ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
Rasio Tingkat Pengembalian Investasi (ROI)
=AktivaTotal
Bersih Laba
6. Rasio Tingkat Pengembalian atas Total Aktiva (Return of Asset)
Rasio ini mencerminkan keuntungan yang diperoleh perusahaan
tanpa mempermasalahkan dari mana sumber modal dan
menunjukkan tingkat efisiensi perusahaan dalam melaksanakan
operasinya. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut:
Rasio Tingkat Pengembalian atas Total Aktiva
(ROA) =AktivaTotal
Usaha Laba
D. Analisis Aktivitas
Analisis aktivitas menunjukkan bagaimana tingkat efisiensi
dan efektivitas perusahaan didalam mengelola dan menggunakan
asset untuk memperoleh keuntungan (profit) dari penjualan.
Analisis aktivitas dapat dihitung dengan menggunakan rasio-rasio
sebagai berikut:
1. Rasio Perputaran Total Aktiva (Total Asset Turn Over Ratio)
100
Rasio ini menunjukkan sejauh mana tingkat efektivitas
penggunaan seluruh aset perusahaan dalam rangka menghasilkan
penjualan dan memperoleh laba (profit). Nilai rasio ini
menunjukkan banyaknya penjualan bersih yang dapat diperoleh
untuk setiap rupiah total aktiva yang dimiliki perusahaan. Rasio
ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Rasio Perputaran Total Aktiva = AktivaTotal
Penjualan
2. Rasio Perputaran Aktiva Tetap (Fixed Asset Turn Over Ratio)
Rasio ini menunjukkan efisiensi penggunaan aktiva tetap dalam
kegiatan yang menghasilkan pendapatan penjualan. Rasio ini
berguna untuk mengevaluasi kemampuan perusahaan dalam
menggunakan aktivanya secara efektif untuk meningkatkan
pendapatan. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Rasio Perputaran Aktiva Tetap = Tetap Aktiva
Penjualan
3. Rasio Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turn Over
Ratio)
Rasio ini digunakan untuk menguji tingkat efisiensi penggunaan
modal kerja, yakni berapa banyaknya penjualan (dalam rupiah)
yang dapat diperoleh perusahaan untuk tiap rupiah modal kerja.
Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Rasio Perputaran Modal Kerja = Bersih Kerja Modal
Penjualan
4. Rasio Perputaran Persediaan (Inventory Turn Over Ratio)
3. Hasil analisis rasio memperlihatkan (1) Tingkat likuiditas memiliki
kecendrungan menurun di dua tahun terakhir, tetapi meningkat di awal
periode 2006. (2) Solvabilitasnya sangat baik karena rendahnya resiko
yang disebabkan karena jaminan modal sendiri terhadap utang cukup
besar. (3) Tingkat profitabilitas perusahaan cenderung meningkat, dan (4)
Tingkat aktivitas perusahaan untuk perputaran aktiva tetap dan perputaran
total aktiva kurang baik karena rendahnya nilai yang didapatkan,
sedangkan untuk perputaran piutang dan persediaan sudah sangat baik.
4. Berdasarkan hasil proyeksi keuangan dengan metode persentase terhadap
penjualan di dapatkan hasil perusahaan harus mencari dana sebanyak
10,84 Milyar untuk pembiyaan tahun berikutnya (2006). Biaya ini
terutama digunakan perusahaan untuk operasi perusahaan dan out sourcing
148
yakni pencarian sumber daya manusia dari luar perusahaan saeperti
teknisi, petugas pencatat meter listrik, maupun pegawai untuk rumah
tangga perusahaan.
5. Perkembangan kinerja perusahaan berdasarkan SK. Menteri BUMN No.
Kep-100/M-BUMN/2002 menunjukkan kondisi keuangan yang kurang
baik. Hal ini ditunjukkan dengan rendahnya skor yang didapatkan dari
hasil penjumlahan aspek keuangan yang dinilai dengan nilai total 13 dari
50 atau sekitar 26 %. Hal ini menandakan perusahaan masih belum mampu
untuk berbuat banyak dalam meningkatkan performa keuangannya,
disebabkan perusahaan hanya bergerak di satu jenis usaha dengan satu
jenis produk pula.
5.2. Saran
1. Angka ROE yang sangat rendah mencerminkan lemahnya manajemen
perusahaan dalam pengelolaan sumber daya untuk memaksimalkan
keuntungan. Sebaiknya perusahaan mengevaluasi kembali kebijakan
operasionalnya agar pengelolaan sumber dayanya dapat dikelola seefisien
mungkin sehingga dapat memaksimalkan tingkat keuntungan yang
diperoleh. Kemungkinan dari banyaknya aktiva tetap yang dimiliki
perusahaan merupakan investasi yang mendukung operasi perusahaan
pada masa yang akan datang.
2. Peningkatan keuntungan dapat dilakukan dengan meningkatkan angka
penjualan atau dengan meminimalkan biaya-biaya operasi dalam kegiatan
operasional perusahaan, misalnya dengan pemetaan kerja trafo setiap satu
bulan sekali sehingga dapat terlihat yang mana yang lebih memerlukan
perbaikan atau perawatan dengan segera yang tercermin dari kapasitas
maksimal trafo tadi, sehingga teknisi dapat terfokus dalam mengefisienkan
waktu serta biaya.
3. Peningkatan pendapatan dari penjualan dapat dilakukan dengan
meningkatkan pengawasan pada konsumen yang dicurigai berbuat curang
dengan melakukan operasi penertiban karena diperkirakan lebih dari 30 %
konsumen rumah tangga ditengarai melakukan pencurian listrik maupun
149
kecurangan lain dan setidaknya 42,5 % industri melakukan hal yang sama
pada daerah operasional Area Jaringan Kramat Jati.
4. Mempercepat alih teknologi untuk menekan biaya operasional perusahaan,
tidak hanya melalui program hemat listrik. Alih teknologi yang dilakukan
secara bertahap dengan melakukan penggantian mesin-mesin (trafo) dari
menggunakan bahan bakar minyak menjadi berbahan bakar gas alam cair
yang lebih murah dan ramah lingkungan.
5. Bagi penelitian selanjutnya disarankan agar lebih jelas dalam menafsirkan
angka yang terdapat dalam laporan keuangan, catatan-catatan keuangan
perusahaan yang lain dapat diperoleh karena mempermudah dalam proses
analisis data selanjutnya.
150
DAFTAR PUSTAKA
Bernstein, L. 1989. Financial Statement Analysis : Theory, Application And Interpretation. Irwin : Illionis.
Gultom, M. September 1995. Perkembangan Dan Peranan BUMN dalam Era
Globalisasi. Manajemen dan Usahawan Indonesia. Ikatan Akuntansi Indonesia. 1994. Standar Akuntansi Keuangan, Buku satu.
Salemba Empat. Jakarta. Irwan. 2003. Kinerja Keuangan PT. Fast Food Indonesia Periode 1997-2001.
Skripsi. Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. IPB.
Kementrian BUMN. Surat Keputusan Menteri BUMN No. Kep-100/M-BUMN/2002.
Kieso R. W. 1992. Intermediate Accounting. John Wiley & Sons, Inc. : Canada. Munawir, S. 2002. Analisa Laporan Keuangan . Liberty. Yogyakarta. Mushlih,MM.2003. Manajemen Keuangan Modern. Salemba Empat. Jakarta. Nurhasanah, W. 2005. Analisis Laporan Keuangan dan Upaya Perbaikan Kinerja
Keuangan Perusahaan PT. (Persero) Biro Klasifikasi Indonesia. Skripsi. Departemen Manajemen. Fakultas Ekonomi Dan Manajemen. IPB.
Oktaviani, S. 2004. Analisis kinerja Koperasi Pada Koperasi Badan Pusat
Statistik Jakarta. Skripsi. Departemen Manajemen. Fakultas Ekonomi Dan Manajemen. IPB.
Robert, H. C, et al. 1998. Corporate Financial Reporting And Analysis. Richard
D. Irwin, Inc : Illinois. Sawir, A. 2005. Analisa Kinerja Keuangan Dan Perencanaan Keungan. PT.
Gramedia : Jakarta. Simamora, H. 2002. Akuntansi Manajemen. Salemba Empat. Jakarta. Williams, et al. 1992. Intermediate Accounting, 4th ed. Harcourd Jova : Florida.
151
HASIL ANALISIS RASIO PT. PLN (Persero) AREA JARINGAN KRAMAT JATI PERIODE 2003-2005
o INDIKATOR 2003 2004 2005 Rata2 STANDAR KONDISI Analisis Likuiditas (%)
Rasio Lancar 101,2 50,8 14,2 55,4 Kementrian BUMN Kurang Baik Rasio Cepat 32 23,3 75,8 21,9 >100% Kurang Baik Rasio Kas 4,4 3,2 1,05 2,88 Kementrian BUMN Sangat Baik
2 Analisis Solvabilitas (%) Rasio Hutang Terhadap Total Aktiva 1 1,1 4,3 2,13 <50% Baik Rasio Hutang Terhadap Ekuitas 1 1,1 4,5 2,33 <100% Baik Rasio Ekuitas Terhadap Total Aktiva 95,6 96,8 98,9 97,1 Kementrian BUMN Baik Rasio Ekuitas Terhadap Aktiva Tetap 104,3 105,1 105 104,8 >100% Sangat Baik
3 Analisis Profitabilitas (%)
Rasio Marjin Laba Bersih - 1426 - 1100 - 663,1-
1063,03 Meningkat Meningkat Rasio Tingkat Pengembalian Asset (ROA) - 19,9 -17 - 10,7 -15,87 Meningkat Berfluktuasi Rasio Tingkat PengembalianInvestasi (ROI) - 19,9 - 17 - 9,6 -15,43 Kementrian BUMN KurangBaik Rasio Tingkat Pengembalian Ekuitas (ROE) - 19,9 - 17,5 - 10 -15,8 Kementrian BUMN Kurang Baik
4 Analisis Aktivitas Collection Period (hari) 1,56 0 0,019 0,53 Kementrian BUMN Sangat Baik Inventory Turn Over (hari) 1,93 4,96 5 3,96 Kementrian BUMN Sangat Baik Total Assets Turn Over (%) 0,01 0,02 0,01 0,01 Kementrian BUMN Kurang Baik Rasio Perputaran Aktiva Tetap (kali) 0,015 0,017 0,016 0,01 Meningkat Berfluktuasi
Sumber : Laporan Keuangan Internal PT. PLN AJ Kramat Jati Periode 2003-2005 Keterangan : Standar Kementerian BUMN mengacu kepada SK. Meneg BUMN No. KEP-100/M-BUMN/2002
Lampiran 1
152
TATA CARA PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BUMN Berdasarkan SK. MENTERI BUMN NO. KEP–100/M-BUMN/2002
I. ASPEK KEUANGAN
1. Total Bobot • BUMN INFRA STRUKTUR (Infra) 50 • BUMN NON INFRA STRUKTUR (Non-Infra) 70
2. Indikator yang dinilai dan masing-masing bobotnya Tabel 1 : Daftar Indikator dan bobot aspek keuangan
Bobot Indikator Infra Non Infra 1. Imbalan Kepada Pemegang Saham (ROE) 15 20 2. Imbalan Investasi (ROI) 10 15 3. Rasio Kas 3 5 4. Rasio Lancar 4 5 5. Colection Periods 4 5 6. Perputaran Persediaan 4 5 7. Perputaran Total Asset 4 5 8. Rasio Modal Sendiri terhadap Total Aktiva 6 10
Total Bobot 50 70 3. Metode Penilaian a. Imbalan Kepada Pemegang Saham (ROE)
Rumus : (ROE) = Ekuitas
Bersih Laba
Definisi : • Laba Setelah Pajak adalah Laba Setelah Pajak dikurangi dengan laba hasil
penjualan dari: Aktiva Tetap, Aktiva Non Produktif, Aktiva lain-lain, dan Saham Penyertaan Langsung
• Modal Sendiri adalah seluruh komponen Modal Sendiri dalam neraca perusahaan pada posisi akhir tahun buku dikurangi dengan komponen modal sendiri yang digunakan untuk membiayai Aktiva Tetap Dalam Pelaksanaan dan Laba Tahun Berjalan
• Aktiva Tetap Dalam Pelaksanaan adalah posisi pada akhir tahun buku Aktiva Tetap yang sedang dalam tahap pembangunan
ROE <= 0 1 0 b. Imbalan Investasi/Return on Investment (ROI)
Rumus : (ROI) =AktivaTotal
Bersih Laba
Definisi : • EBIT adalah laba sebelum bunga dan dikurangi laba dari hasil penjualan :
Aktiva Tetap, Aktiva Lain-lain, Aktiva Non Produktif dan Saham Penyertaan Langsung.
• Penyusutan adalah Depresiasi, Amortisasi dan Deplesi • Capital Employed adalah posisi pada akhir tahun buku Total Aktiva
dikurangi Aktiva Tetap Dalam Pelaksanaan Tabel 3 : Daftar Skor Penilaian ROI
Skor ROI (%) Infra Non Infra 18 < ROI 10 15
15 < ROI <= 18 9 13,5 13 <ROI <= 15 8 12 12 < ROI <= 11 7 10,5 10,5 < ROI <= 9 6 9 9 < ROI <= 7,9 5 7,5 7 < ROI <= 6,6 4 6 5 < ROI <= 5,3 3,5 5 3 < ROI <= 4 3 4
1 < ROI <= 2,5 2,5 3 0 < ROI <= 1 2 2
ROI <= 0 0 1 c. Rasio Kas/Cash Ratio Rumus : Rasio Kas = Kas + Deposito Hutang Lancar Definisi :
• Kas, Bank dan Surat Berharga Jangka Pendek adalah posisi masing-masing pada akhir tahun buku.
• Current Liabilities adalah posisi seluruh kewajiban lancar pada akhir tahun buku.
Tabel 4 : Daftar Skor Penilaian Cash Ratio
Skor Cash Ratio = x (%) Infra Non Infra
154
35 <= x 3 5 25 <= x < 3,5 2,5 4 15 <= x < 25 2 3 10 <= x < 15 1,5 2 5 <= x < 10 1 1 0 <= x < 5 0 0
d. Rasio Lancar/Current Ratio
Rumus : Rasio lancar = LancarHutangLancarAktiva
Definisi : • Current Assets adalah posisi Total Aktiva Lancar pada akhir tahun buku • Current Liabilities adalah posisi Total Kewajiban Lancar pada akhir tahun
buku Tabel 5 : Daftar Skor Penilaian Current Ratio
Skor Current Ratio = x (%) Infra Non Infra 125 <= x 3 5
110 <= x < 125 2,5 4 100 <= x < 110 2 3 95 <= x < 100 1,5 2 90 <= x < 10 1 1
X < 90 0 0 e. Collection Periods (CP) Rumus : CP = Piutang x 365 Penjualan Definisi :
• Total Piutang Usaha adalah posisi Piutang Usaha setelah dikurangi Cadangan Penyisihan Piutang pada akhir tahun buku
• Total Pendapatan Usaha adalah jumlah Pendapatan Usaha selama tahun buku
Tabel 6 : Daftar Skor Penilaian Collection Periods
Skor CP = x (hari) Perbaikan = x (hari) Infra Non Infra x <= 60 x > 35 4 5
60 < x <= 90 30 < x <= 35 3,5 4,5 90 < x <= 120 25 < x <= 30 3 4 120 < x <= 150 20 < x <= 25 2,5 3,5 150 < x <= 180 15 < x <= 20 2 3 180 < x <= 210 10 < x <= 15 1,6 2,4 210 < x <= 240 6 < x <= 10 1,2 1,8 240 < x <= 270 3 < x <= 6 0,8 1,2
155
270 < x <= 300 1 < x <= 3 0,4 0,6 300 < x 0 < x <= 1 0 0
Skor yang digunakan dipilih yang terbaik dari kedua skor menurut tabel 6 diatas.
f. Perputaran Persediaan (PP)
Rumus : Rasio Perputaran Persediaan = Persediaan
Penjualan
Definisi : • Total Persediaan adalah seluruh persediaan yang digunakan untuk proses
produksi pada akhir tahun buku yang terdiri dari persediaan bahan baku, persediaan barang setengah jadi dan persediaan barang jadi ditambah persediaan peralatan dan suku cadang
• Total Pendapatan Usaha adalah Total Pendapatan Usaha dalam tahun buku yang bersangkutan
Tabel 7 : Daftar Skor Penilaian Perputaran Persediaan
Skor PP = x (hari) Perbaikan = x (hari) Infra Non Infra x <= 60 35 < x 4 5
60 < x <= 90 30 < x <= 35 3,5 4,5 90 < x <= 120 25 < x <= 30 3 4 120 < x <= 150 20 < x <= 25 2,5 3,5 150 < x <= 180 15 < x <= 20 2 3 180 < x <= 210 10 < x <= 15 1,6 2,4 210 < x <= 240 6 < x <= 10 1,2 1,8 240 < x <= 270 3 < x <= 6 0,8 1,2 270 < x <= 300 1 < x <= 3 0,4 0,6
300 < x 0 < x <= 1 0 0 Skor yang digunakan dipilih yang terbaik dari kedua skor menurut tabel 7 diatas. g. Perputaran Total Asset/Total Asset Turn Over (TATO)
Rumus : Rasio Perputaran Total Aktiva = AktivaTotal
Penjualan
Definisi : • Total Pendapatan adalah Total Pendapatan Usaha dan Non Usaha tidak
termasuk pendapatan hasil penjualan Aktiva Tetap • Capital Employed adalah posisi pada akhir tahun buku Total Aktiva
dikurangi Aktiva Tetap Dalam Pelaksanaan Tabel 8 : Daftar Skor Penilaian Perputaran Total Asset
TATO = x (%) Perbaikan = x (%) Skor
156
Infra Non Infra x > 120 20 < x 4 5
105 < x <= 120 15 < x <= 20 3,5 4,5 90 < x <= 105 25 < x <= 15 3 4 75 < x <= 90 20 < x <= 10 2,5 3,5 60 < x <= 75 15 < x <= 5 2 3 40 < x <= 60 10 < x <= 0 1,5 2,5 20 < x <= 40 x < 0 1 2
x <= 20 x < 0 0,5 1,5 Skor yang digunakan dipilih yang terbaik dari kedua skor menurut tabel 8 diatas. h. Rasio Total Modal Sendiri Terhadap Total Asset (TMS terhadap TA) Rumus : TMS terhadap TA = Ekuitas Total Aktiva Definisi :
• Total Modal Sendiri adalah komponen Modal Sendiri pada akhir tahun buku diluar dana-dana yang belum ditetapkan statusnya.
• Total Asset adalah Total Asset dikurangi dengan dana-dana yang belum ditetapkan statusnya pada posisi akhir tahun buku yang bersangkutan
Tabel 9 : Daftar Skor Penilaian Rasio Modal Sendiri terhadap Total Asset
Skor TMS terhadap TA = x (%) Infra Non Infra 0 > x 0 0
0 < x < 10 2 4 10 < x < 20 3 6 20 < x < 30 4 7,25 30 < x < 40 6 10 40 < x < 50 5,5 9 50 < x < 60 5 8,5 60 < x < 70 4,5 8 70< x < 80 4,25 7,5 80 < x < 90 4 7 90 < x < 100 3,5 6,5
157
Perhitungan Analisis Rasio PT. PLN (Persero) AJ Kramat Jati Analisis Likuiditas 1.Rasio Lancar Tahun Aktiva Lancar (a) Hutang lancar (b) Nilai (a: b) 2003 11,44 11,30 1,01 2004 6,30 12,4 0,5 2005 8,06 56,7 0,75 2. Rasio Cepat Tahun Aktiva Lancar -
Persediaan (a) Hutang lancar (b) Nilai (a: b)
2003 3,61 11,3 0,32 2004 2,89 12,4 0,5 2005 4,3 5,677 0,75 3. Rasio Kas Tahun Kas + Deposito (a) Hutang lancar (b) Nilai (a: b) 2003 0,5 11,3 4,4 2004 0,4 12,4 3,2 2005 0,6 56,7 1,05 % Analisis Solvabilitas 4. Rasio Hutang Tahun Total Hutang (a) Total Aktiva (b) Nilai (a: b) 2003 11,3 1089 0,01 2004 12,4 1106 0,01 2005 56,77 1310 0,04 5. Rasio Hutang Terhadap Ekuitas Tahun Total Hutang (a) Total Ekuitas (b) Nilai (a: b) 2003 11,3 1078 0,01 2004 12,4 1071 0,01 2005 56,77 1253 0,04 6. Rasio Ekuitas Terhadap Total Aktiva Tahun Total Ekuitas (a) Total Aktiva (b) Nilai (a: b) 2003 1078 1089 0,98 2004 1071 1106 0,97 2005 1253 1310 0,95 7. Rasio Ekuitas Terhadap Aktiva Tetap Tahun Total Ekuitas (a) Total Aktiva tetap