This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI PROGRAM S – 1 EKSTENSI MEDAN
Skripsi
ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE RASIO PADA
PT BTN (PERSERO) CABANG MEDAN
Oleh
Nama : Donny Rahdian Habibie NIM : 040522210 Departemen : Akuntansi
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui, menganalisis dan dapat menjelaskan kinerja keuangan pada PT Bank Tabungan Negara (Persero) Cabang Medan. PT Bank Tabungan Negara (Persero) Cabang Medan merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara yang bergerak di bidang jasa perbankan.
Untuk memperoleh data yang diperlukan, penulis menggunakan teknik pengumpulan data berupa dokumentasi, wawancara dan studi literatur. Dalam penelitian ini, jenis data yang digunakan berupa data primer dan data sekunder. Data yang diperoleh dari responden bersumber dari kepala cabang dan bagian accunting dari objek penelitian.
Dari hasil pengamatan dan tanya jawab dengan responden, diketahui bahwa (1). Kinerja keuangan pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Cabang Medan pada tahun 2005 dan tahun 2006 secara umum dapat dikatakan baik. (2).Kinerja Keungan pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Cabang Medan mengalami perubahan yang cukup baik. (3). Meskipun tingkat likuiditas pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Cabang Medan tampak rendah, namun hal ini tidak begitu dipermasalahkan khususnya di perusahaan perbankan yang tugasnya adalah menarik dan menyalurkan dana kepada masyarakat.
Pengertian kinerja keuangan pada dasarnya sama, tetapi tergantung dari
sudut mana yang mau didefenisikan apakah kinerja perusahaan atau organisasi
maupun kinerja perseroan.
Pengertian kinerja menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sesuatu
yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan atau kemampuan kerja.
Menurut Mulyadi (2001: 293) mengemukakan bahwa :
“Kinerja organisasi merupakan usaha cerdas yang kompleks yang menjanjikan hasil signifikan dan berjangka panjang”. Dalam lingkungan bisnis yang stabil dan persaingan yang tidak begitu signifikan, kinerja organisasi perusahaan berupa penciptaan kekayaan dalam jumlah memadai. Dalam lingkungan bisnis yang kompetitif untuk dapat bertahan hidup dan bertumbuh, organisasi perusahaan harus mampu melipatgandakan kekayaannya. Pada proses inilah dapat diukur kinerja perusahaan khususnya keuangan dalam melipatgandakan kekayaannya untuk dapat bertahan dan berkembang.
Selanjutnya manurut Agnes Sawir (2005: 1) mengemukakan bahwa : Yang dimaksud dengan kinerja keuangan adalah ukuran mengenai seberapa jauh perusahaan-perusahaan berada dari batas normal agar perusahaan dapat dikatakan sehat dan berjalan baik sehingga dapat memenuhi kewajibannya dan menghasilkan keuntungan dimasa yang akan datang.
Dari penjelasan di atas maka dapat diambil suatu kesimpulan mengenai
arti kinerja keuangan yaitu merupakan keadaan atau potensi keuangan yang
dimiliki oleh perusahaan dalam rangka mencapai tujuan. Kinerja keuangan dapat
dilihat dan diukur melalui laporan keuangan. Laporan keuangan dapat dijadikan
“Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang
dapat digunakan sebagai alat komunikasi antara data keuangan atau
aktivitas suatu perusahaan dengan pihak yang berkepentingan dengan data
atau aktivitas dari perusahaan tersebut.”
Selanjutnya menurut Sofyan Syafri Harahap (2002:7) mengemukakan
bahwa :
“Laporan keuangan adalah merupakan pokok atau hasil akhir dari suatu proses akuntansi yang menjadi bahan informasi bagi para pemakainya sebagai salah satu bahan dalam proses pengambilan keputusan dan juga dapat menggambarkan indikator kesuksesan suatu perusahaan mencapai tujuannya.” Sedangkan menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam Standar Akuntansi
Keuangan PSAK No. 1 (2004: 04) mengemukakan bahwa :
“Laporan keuangan merupakan laporan periodik yang disusun menurut prinsip-prinsip akuntansi yang diterima secara umum tentang status keuangan dari individu, asosiasi atau organisasi bisnis yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan.”
Dari ketiga defenisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya
laporan keuangan terdiri dari neraca, laporan rugi laba, laporan perubahan
ekuitas, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan. Kelima laporan
ini merupakan informasi sekaligus pertanggungjawaban pihak manajemen
kepada pihak eksternal perusahaan maupun pihak internal yang mempunyai
hubungan dengan perusahaan. Dengan demikian laporan keuangan bukanlah
merupakan tujuan tetapi sebagai alat untuk mengkomunikasikan data
keuangan atau kegiatan yang merupakan tujuan dari laporan keuangan.
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan
PSAK No. 1 (2004: 04) mengemukakan bahwa:
“Tujuan laporan keuangan adalah Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja
serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.
Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pemakai. Namun demikian, laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi karena secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian di masa lalu, dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi non keuangan.
Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen (stewardship), atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Pemakai yang ingin menilai apa yang telah dilakukan atau pertanggungjawaban manajemen berbuat demikian agar mereka dapat membuat keputusan ekonomi; keputusan ini mungkin mencakup, misalnya, keputusan untuk menahan atau menjual investasi mereka dalam perusahaan atau keputusan untuk mengangkat kembali atau mengganti manajemen.”
Laporan keuangan pada hakekatnya bersifat umum dalam arti laporan
tersebut ditujukan untuk berbagai pihak yang mempunyai kepentingan yang
berbeda sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan ekonomi.
Melalui analisa laporan keuangan akan dapat dilihat kemampuan perusahaan
dalam memenuhi kewajiban jangka pendek, struktur modal perusahaan,
distribusi dari aktiva, keefektifan penggunaan aktiva hasil usaha atau
pendapatan yang dicapai perusahaan.
Ada beberapa pihak atau kelompok yang memerlukan dan berkepentingan
terhadap analisa laporan keuangan dimana masing-masing kelompok menilai
laporan keuangan tersebut dari sisi yang berlainan. Secara garis besar ada dua
kelompok yang berkepentingan terhadap laporan keuangan yaitu pihak intern
perusahaan dan pihak ekstern perusahaan. Pihak intern adalah mereka yang
bebas untuk melihat data-data secara terperinci, biasanya dilakukan oleh
manajer yang merupakan orang dalam yang dapat menggunakan data
keuangan apapun yang ada dalam perusahaan. Pihak ekstern adalah pihak lain
di luar perusahaan yang tidak berwenang melihat data secara terperinci.
Adapun pihak atau kelompok yang membutuhkan laporan keuangan
sebagai informasi yang berbeda menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam
Standar Akuntansi Keuangan PSAK No. 1 (2004: 02) antara lain yaitu:
a Investor Penanam modal berisiko dan penasihat mereka berkepentingan dengan resiko yang melekat serta hasil pengembangan dari investasi yang mereka lakukan. Mereka membutuhkan informasi untuk membantu menentukan apakah harus membeli, menahan atau menjual investasi tersebut. Pemegang saham juga tertarik pada informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan untuk membayar deviden.
b Karyawan Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakili mereka tertarik pada informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan. Mereka juga tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa, manfaat pensiun, dan kesempatan kerja.
c Pemberi Pinjaman Pemberi pinjaman tertarik dengan informasi keuangan yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo.
d Pemasok dan Kreditur Usaha Lainnya Pemasok dan kreditur usaha lainnya tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang terhutang akan dibayar pada saat jatuh tempo. Keditur usaha berkepentingan pada perusahaan dalam tenggang waktu yang lebih pendek daripada pemberi pinjaman kecuali kalau sebagai pelanggan utama mereka tergantung pada kelangsungan hidup perusahaan.
Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan hidup perusahaan, terutama kalau mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang dengan atau tergantung pada perusahaan.
f Pemerintah Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada di bawah kekuasaannya berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan karena itu berkepentingan dengan aktivitas perusahaan. Mereka juga membutuhkan informasi untuk mengatur aktivitas perusahaan, menetapkan kebijakan pajak dan sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya.
g Masyarakat Perusahaan mempengaruhi anggota masyarakat dalam berbagai cara. Misalnya, perusahaan dapat memberikan kontribusi berarti pada perekonomian nasional, termasuk jumlah orang yang dipekerjakan dan perlindungan kepada penanam modal domestik. Laporan keuangan dapat membantu masyarakat dengan menyediakan informasi kecenderungan (trend) dan perkembangan terakhir kemakmuran perusahaan serta rangkaian aktivitasnya.
3. Karakteristik Laporan Keuangan
Karakteristik merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan
keuangan berguna bagi pemakai. Karakteristik laporan keuangan menurut H
Veithzal Rivai, Andria Permata Veithzal dan Ferry N Idroes (2007:617)
mengemukakan bahwa :
a Relevan, data yang diolah ada kaitannya dengan transaksi. b Jelas dan Dapat Dipahami, informasi yang disajikan harus ditampilkan
sedemikian rupa sehingga dapat dipahami dan dimengerti oleh semua pembaca laporan keuangan.
c Dapat Diuji Kebenarannya, data dan informasi yang disajikan harus dapat ditelusuri kepada bukti asalnya.
d Netral, laporan keuangan yang disajikan dapat dipergunakan oleh semua pihak.
e Tepat Waktu, laporan keuangan harus memiliki periode pelaporan waktu penyajiannya harus dinyatakan dengan jelas dan disajikan dalam batas waktu yang wajar.
f Dapat Dipertimbangkan, laporan keuangan yang disajikan harus dapat diperbandingkan dengan periode-periode sebelumnya.
g Lengkap, data yang disajikan dalam informasi akuntansi harus lengkap sehingga tidak memberikan informasi yang menyesatkan bagi para pemakai laporan keuangan.
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan
PSAK No. 1 (2004: 02) mengemukakan bahwa :
“Laporan keuangan yang lengkap terdiri dari neraca, laporan laba rugi dan
laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas dan catatan atas laporan lain
serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan
keuangan.”
a Neraca
Menurut Sofyan Syafri Harahap (2007: 107) mengemukakan
bahwa:
“Laporan neraca atau daftar neraca disebut juga laporan posisi keuangan
perusahaan. Laporan ini menggambarkan posisi aktiva, kewajiban, dan
modal pada saat tertentu. Laporan ini bisa disusun setiap saat dan
merupakan opname situasi posisi keuangan pada saat itu.”
Selanjutnya menurut H.S Munawir (2004:13) mengemukakan
bahwa : “Neraca adalah laporan yang sistematis tentang aktiva, hutang serta modal
dari suatu perusahaan pada suatu saat tertentu”.
Sedangkan menerut H Veithzal Rivai, Andria Permata Veithzal dan
Ferry N Idroes (2007:617) mengemukakan bahwa :
“Neraca bank adalah suatu laporan keuangan yang diterbitkan setiap hari kerja oleh satuan kerja akunting. Laporan tersebut menunjukkan posisi saldo serta mutasi-mutasi dari rekening yang dikelola oleh satuan kerja akunting yang bersangkutan. Aktiva bank pada umumnya terdiri atas alat-
alat likuid, aktiva produktif dan aktiva tidak produktif. Sisi pasiva menggambarkan kewajiban bank yang berupa klaim pihak ketiga atau pihak lainnya atas kekayaan bank yang dinyatakan dalam bentuk rekening giro, deposito berjangka, tabungan dan instrumen kewajiban lainnya serta ekuitas yang menggambarkan nilai buku pemilik saham bank.”
Berdasarkan defenisi diatas, dapat dilihat bahwa neraca terdiri dari
aktiva dan pasiva (hutang dan modal). Umumnya aktiva dapat dibedakan
atas dua kelompok yaitu aktiva lancar dan aktiva tetap. Aktiva lancar
adalah kekayaan perusahaan yang dapat dicairkan menjadi uang tunai,
dijual atau dipakai habis dalam siklus kegiatan perusahaan misalnya kas
dan bank, surat-surat berharga dan lain-lain. Aktiva tetap merupakan
aktiva yang penggunaannya adalah untuk jangka panjang, misalnya lebih
dari satu tahun. Aktiva tetap terdiri dari aktiva tatap berwujud (fixed
tangible assets) dan aktiva tetap tidak berwujud (fixed intangible assets).
Aktiva tetap berwujud termasuk didalamnya seperti bangunan, peralatan,
tanah, dan lain-lain. Sedangkan aktiva tetap tidak berwujud adalah hak-hak
khusus seperti hak paten, good will, hak cetak dan sebagainya. Hutang
adalah semua kewajiban keuangan perusahaan kepada pihak lain yang
belum terpenuhi menurut jangka waktu pelunasannya. Hutang dapat
dikelompokkan menjadi hutang jangka pendek dan hutang jangka panjang.
Hutang jangka pendek merupakan seluruh kewajiban keuangan perusahaan
yang jangka waktu temponya dibawah satu tahun atau kurang satu tahun
seperti hutang dagang, hutang wessel, hutang pajak dan sebagainya.
Hutang jangka panjang yaitu kewajiban keuangan perusahaan yang jangka
waktu temponya lebih dari satu tahun seperti hutang hipotik, hutang
obligasi, dan pinjaman dari perusahaan lain. Modal sendiri adalah modal
yang berasal dari peserta atau pemilik perusahaan. Modal ini menjadi
tanggungan terhadap keseluruhan resiko perusahaan yang merupakan
jaminan bagi kreditur.
Dalam menyajiannya neraca dapat dibagi dalam 3 bentuk, menurut
Sofyan Syafri Harahap (2002: 75) bentuk neraca yang umum digunakan
adalah sebagai berikut :
a Bentuk Neraca Staffel (Report Form) Neraca ini dilaporkan satu halaman vertikal. Disebelah atas
dicantumkan total aktiva dan di bawahnya disajikan pos kewajiban dan pos modal.
b Bentuk Neraca Skontro (Account Form) Di sini aktiva disajikan di sebelah kiri dan kewajiban serta modal
ditempatkan di sebelah kanan sehingga penyajiannya sebelah-menyebelah.
c Bentuk yang Menyajikan Posisi Keuangan (Financial Position Form) Dalam bentuk ini posisi keuangan tidak dilaporkan seperti dalam
bentuk sebelumnya yang berpedoman pada persamaan akuntansi. Dalam bentuk ini pertama-tama dicantumkan aktiva lancar dikurangi utang lancar dan pengurangannya diketahui modal kerja. Modal kerja ditambah aktiva tetap dan aktiva lainnya kemudian dikurangi utang jangka panjang, maka akan diperoleh modal pemilik.
b Laporan Laba Rugi
Pada umumnya perusahaan yang didirikan selalu berusaha untuk
mencari keuntungan yang semaksimal mungkin, dan dari laporan laba rugi
dapat diketahui sejauh mana perusahaan telah memperoleh keuntungan.
Menurut H. S Munawir (2004: 26) menyatakaan bahwa :
“Laporan laba rugi merupakan suatu laporan yang sistematis tentang
penghasilan, biaya, laba rugi yang diperoleh oleh suatu perusahaan selama
Sedangkan menerut H Veithzal Rivai, Andria Permata Veithzal dan
Ferry N Idroes (2007:618) mengemukakan bahwa :
“Laporan laba rugi bank merupakan suatu laporan keuangan bank yang
menggambarkan pendapatan, biaya operasional dan non operasional bank
serta keuntungan bersih bank untuk suatu periode tertentu.”
Menurut H.S Munawir (2004: 28) bahwa prinsip-prinsip yang
umumnya ditetapkan dalam penyusunan laporan laba rugi adalah sebagai
berikut:
1. Bagian yang pertama menunjukkan penghasilan yang diperoleh usaha pokok perusahaan (penjualan barang dagangan atau memberikan service) diikuti dengan harga pokok dari barang/ service yang dijual sehingga diperoleh laba kotor.
2. Bagian kedua merupakan biaya-biaya operasional yang terdiri dari biaya penjualan dan biaya umum/administrasi (operating expense).
3. Bagian ketiga menunjukkan hasil-hasil yang diperoleh diluar operasi pokok perusahaan yang diikuti dengan biaya-biaya yang terjadi di luar usaha pokok perusahaan (non operating/financial income dan expenses).
4. Bagian keempat menunjukkan rugi/laba yang insidentil (extraordinary gain or loss) sehingga akhirnya diperoleh laba bersih sebelum pajak pendapatan.
Hasil akhir dari suatu laporan rugi laba adalah keuntungan bersih
atau kerugian. Kemudian bila perusahaan tidak membagi deviden, maka
seluruh hasil akhir tersebut menjadi laba ditahan. Tetapi bila perusahaan
membagi deviden, maka hasil akhir tersebut terlebih dahulu dikurangi
dengan deviden untuk memperoleh nilai laba ditahan.
Menurut H.S Munawir (2004: 26) bentuk laporan laba rugi yang
biasa digunakan adalah :
1. Bentuk Single Step yaitu dengan menggabungkan semua hasil menjadi satu kelompok dan semua biaya dalam satu kelompok lainnya. Total
2. Bentuk Mutiple Step yaitu dengan membuat pengelompokan yang lebih teliti sesuai dengan prinsip yang digunakan secara umum, misal untuk memperoleh nilai laba penjualan, nilai penjualan bruto dikurangi dengan potongan yang didapat dan harga pokok penjualan. Kemudian laba penjualan ini dikurangi dengan biaya operasi untuk mendapatkan nilai laba bersih operasional.
c. Laporan Perubahan Ekuitas
Menurut H Veithzal Rivai, Andria Permata Veithzal dan Ferry N
Idroes (2007:619) mengemukakan bahwa :
“Laporan perubahan ekuitas merupakan laporan yang menggambarkan
perubahan saldo akun ekuitas seperti modal disetor, tambahan modal
disetor, laba yang ditahan dan akun ekuitas lainnya.”
d. Laporan Arus Kas
Menurut Sofyan Syafri Harahap (2002:93) mengemukakan bahwa :
“Laporan arus kas ini dinilai banyak memberikan informasi tenteng kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba dan likuiditas di masa yang akan datang. Laporan arus kas ini memberikan informasi yang relevan tentang penerimaan dan pengeluaran kas dari suatu perusahaan pada suatu periode tertentu, dengan mengklasifikasikan transaksi berdasarkan pada kegiatan operasi, pembiayaan dan investasi”
e. Catatan Atas Laporan Keuangan
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam Standar Akuntansi
Keuangan PSAK No. 1 (2004: 6) mengemukakan bahwa :
“Catatan atas laporan keuangan umumnya menjelaskan ikhtisar
kebijaksanaan akuntansi yang penting dianut oleh perusahaan.”
C. Analisa Laporan Keuangan Sebagai Dasar Penilaian Kinerja Keuangan
Perusahaan
1. Pengertian Analisa Laporan Keuangan
Analisa laporan keuangan terdiri dari dua kata yaitu analisa dan laporan
keuangan. Kata analisa adalah memecahkan atau menguraikan sesuatu unit
menjadi berbagai unit terkecil, sedangkan laporan keuangan adalah neraca,
laba rugi dan arus kas (dana). Jika dua pengertian ini digabungkan maka
analisa laporan keuangan menurut Sofyan Syafri Harahap (2002:93)
mengemukakan bahwa :
“Menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun data non kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat”. Laporan keuangan bisa saja menyembunyikan sesuatu informasi yang
salah, tetapi hasil analisa laporan keuangan tidak akan mungkin dapat
menyembunyikan semua informasi yang salah. Hal inilah yang juga
membuktikan bahwa akuntansi itu memiliki disiplin ilmu tersendiri yang
sifatnya objektif dan ilmiah.
2. Prosedur Analisa Laporan Keuangan
Menurut M Faisal Abdullah (2005:120) prosedur analisis meliputi tahapan
sebagai berikut :
a Review Data Laporan Merupakan aktivitas penyesuaian data laporan keuangan terhadap
berbagai hal, baik sifat atau jenis perusahaan yang melaporkan maupun sistem akuntansi yang berlaku. Sistem akuntansi yang diterapkan dalam
memberi pengakuan terhadap pendapatan dan biaya akan menentukan jumlah pendapatan maupun laba yang dihasilkan perusahaan.
b Menghitung Dengan menggunakan berbagai metode dan teknik analisis
dilakukan perhitungan-perhitungan, baik metode perbandingan, persentase komponen, analisis rasio keuangan dan lain-lain. Dengan metode atau teknik apa yang digunakan dalam perhitungan sangat bergantung pada tujuan analisa.
c Membandingkan/Mengukur Langkah ini diperlukan guna mengetahui kondisi hasil perhitungan
tersebut apakah sangat baik, baik, sedang, kurang baik, dan seterusnya. Ada dua cara yang dapat dilakukan di dalam membandingkan rasio keuangan perusahaan yaitu : Cross Sectional Approach, suatu cara mengevaluasi dengan jalan
membandingkan rasio-rasio antara perusahaan yang satu dengan perusahaan lainnya yang sejenis pada saat bersamaan.
Time Series Analysis, dilakukan dengan jalan membandingkan hasil yang dicapai perusahaan dari periode yang satu ke periode lainnya. Dengan pembandingan semacam ini akan diketahui hasil yang dicapai perusahaan, apakah mengalami kemajuan atau kemunduran.
d Menginterpretasi Interpretasi merupakan inti dari proses analisa sebagai panduan
antara hasil pembandingan atau pengukuran dengan kaidah teoritik yang berlaku. Hasil interpretasi mencerminkan keberhasilan maupun permasalahaan apa yang dicapai perusahaan dalam pengeloaan keuangan.
e Solusi Merupakan langkah terakhir dari rangkaian prosedur analisa.
Dengan memahami problem keuangan yang dihadapi perusahan maka akan ditempuh solusi yang tepat.
3. Metode Analisa Laporan Keuangan
Menurut M Faisal Abdullah (2005:123) berdasarkan tekniknya,
analisis keuangan dapat dibedakan menjadi :
a Analisa Perbandingan Laporan Keuangan Merupakan teknik analisis dengan cara membandingkan laporan keuangan dua periode atau lebih dengan menunjukkan perubahan baik dalam jumlah (absolut) maupun dalam persentase (relatif).
b Analisa Trend (Tendensi Posisi) Merupakan teknik analisis untuk mengetahui tendensi keadaan keuangan apakah menunjukkan penaikan atau penurunan. Hal yang membedakan antara kedua teknik ini adalah tahun atau periode pembanding. Apabila analisa perbandingan menggunakan tahun sebelumnya (n-1) sebagai tahun
pembanding, maka analisa trend menggunakan tahun dasar (Po) sebagai tahun pembanding.
c Analisa Persentase per Komponen (Common Size) Teknik analisa untuk mengetahui presentase investasi pada masing-masing aktiva terhadap total aktiva seluruhnya. Juga untuk mengetahui berapa besar proporsi setiap pos aktiva maupun hutang terhadap keseluruhan atau total aktiva maupun hutang.
d Analisa Sumber dan Penggunaan Modal Kerja Merupakan teknik analisa untuk mengetahui besarnya sumber dan penggunaan modal kerja melalui dua periode waktu yang dibandingkan. Selain mengetahui posisi modal kerja juga dimaksudkan untuk mengetahui sebab-sebab terjadi perubahan modal kerja dalam suatu periode tertentu.
e Analisa Sumber dan Penggunaan Kas Merupakan teknik analisis untuk mengetahui kondisi kas disertai sebab-sebab terjadinya perubahan kas pada suatu periode waktu tertentu.
f Analisa Rasio Keuangan Merupakan teknik analisis untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan. Analisis rasio keuangan yang menghubungkan unsur-unsur neraca dan perhitungan laba rugi dari periode yang satu dengan periode yang lain dapat menunjukkan posisi keuangan perusahaan. Rasio analisis keuangan meliputi dua jenis perbandingan yaitu : Analis dapat membadingkan rasio sekarang dengan yang lalu dan yang
akan datang untuk perusahaan yang sama (perbandingan internal). Jika rasio keuangan disajikan dalam bentuk suatu daftar untuk periode beberapa tahun, analis dapat mempelajari komposisi perubahan-perubahan dan menetapkan telah terdapat suatu perbaikan atau bahkan sebaliknya di dalam kondisi keuangan dan prestasi perusahaan selama jangka waktu tersebut. Rasio keuangan juga dapat diperhitungkan berdasarkan laporan keuangan performa atau proyeksi dan diperbandingkan dengan rasio sekarang atau masa lalu.
Perbandingan meliputi perbandingan rasio perusahaan dengan perusahaan lainnya yang sejenis atau dengan rata-rata industri pada satu titik yang sama (perbandingan eksternal). Perbandingan tersebut dapat memberikan gambaran tentang kondisi keuangan dan prestasi perusahaan. Hanya dengan cara membandingkan rasio keuangan suatu perusahaan dengan perusahaan lain yang sejenis seorang analis dapat memberikan pertimbangan yang realistis.
g Analisa Perubahan Laba Kotor Merupakan teknik analisis untuk mengetahui posisi laba dan sebab-sebab terjadinya perubahan laba. Analisis ini juga dimaksudkan untuk mengetahui posisi laba yang dibudgetkan dengan laba yang benar-benar dapat dihasilkan.
h Analisa Break Even Merupakan teknik analisis untuk mengetahui tingkat penjualan yang harus dicapai agar perusahaan tidak mengalami kerugian, tetapi pada tingkat penjualan tesebut perusahaan belum memperoleh keuntungan.
Berdasarkan teknik analisis keuangan tersebut di atas, analisis rasio
keuangan merupakan analisis dengan jalan membandingkan satu pos dengan
pos laporan keuangan lainnya baik secara individu maupun bersama-sama
guna mengetahui hubungan di antara pos-pos tertentu baik dalam neraca
maupun laporan laba rugi. Setiap rasio keuangan yang dibentuk memiliki
tujuan yang ingin dicapai masing-masing. Ini berarti tidak dijumpai batasan
yang jelas dan tegas berapa rasio yang terdapat pada setiap aspek yang
dianalisis.
Rasio-rasio keuangan perbankan menurut Agnes Sawir (2005: 28)
diklasifikasi menjadi lima kelompok yaitu
“Rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio profitabilitas, rasio resiko usaha
bank, dan rasio efisiensi.”
1. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas adalah kemampuan bank untuk memenuhi seluruh
kewajiban hutang-hutangnya dan dapat membayar kembali kepada semua
deposannya serta dapat memenuhi permintaan kredit yang diajukan tanpa terjadi
penangguhan.
Menurut Agnes Sawir (2005:29) rasio likuiditas terdiri dari :
1. Quick Ratio, rasio untuk mengetahui kemampuan bank dalam membiayai kembali kewajibannya kepada para nasabah yang menyimpan dananya dengan cash assets yang dimilikinya. Semakin tinggi rasionya semakin tinggi pula tingkat likuiditasnya. Quick ratio ini dapat dihitung dengan :
2. Banking Rasio, rasio untuk mengetahui kemampuan bank dalam membayar kembali kewajiban kepada para deposannya yang telah menyimpan dananya dengan menarik kembali kredit-kredit yang telah diberkan kepada para debiturnya. Semakin tinggi rasionya semakin tinggi pula tingkat likuiditasnya.
Banking Ratio = DepositsTotalLoansTotal
3. Cash Ratio, rasio untuk mengetahui kemampuan bank dalam membayar kewajibannya yang sudah jatuh tempo dengan cash assets yang dimilikinya. Semakin tinggi rasionya semakin tinggi pula tingkat likuiditasnya.
Cash Ratio = dibayarsegeraharusyangPinjaman
AssetsCash
4. Loans to Assets Ratio, Rasio untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi permintaan para debitur dengan asset bank yang tersedia. Semakin tinggi rasionya maka yang terjadi justru sebaliknya yaitu semakin rendah tingkat likuiditasnya
Loans to Assets Ratio = AssetsTotalLonasTotal
5. Lonas to Deposit Ratio, rasio untuk mengukur kemampuan bank dalam membayar kembali kewajibannya kepada para deposan dan pemilik modal dengan menarik kembali kredit-kredit yang telah diberikan kepada debiturnya. Semakin tinggi rasionya menunjukkan hasil yang semakin baik.
Loan to Deposit Ratio = diterimayangDana
LoansTotal
2. Rasio Solvabilitas
Rasio ini disebut juga rasio permodalan. Analisis solvabilitas digunakaan
untuk :
a Ukuran kemampuan bank tersebut untuk menyerap kerugian-kerugian yang
b Sumber dana ynag diperlukan untuk membiayai kegiatan usahanya sampai
batas tertentu, karena sumber-sumber dana dapat juga berasal dari hutang
penjualan aset yang tidak terpakai dan lain-lain.
c Alat pengukuran besar kecilnya kekayaan bank tersebut yang dimiliki oleh
para pemegang sahamnya.
d Dengan modal yang mencukupi, memungkinkan manajemen bank yang
bersangkutan untuk berkerja dengan efisiensi yang tinggi, seperti yang
dikehendaki oleh para pemilik modal pada bank tersebut.
Menurut Agnes Sawir (2005: 38) rasio solvabilitas terdiri dari :
1. Primary Ratio; rasio untuk mengukur kemampuan permodalan pada suatu bank untuk menutupi penurunan aktivitasnya akibat berbagai kerugian yang tidak dapat dihindarkan. Semakin tinggi rasionya menunjukkan hasil yang semakin baik.
Primary Ratio = AssetsTotalCapitalEquity
2. Capital Ratio; rasio untuk mengukur kemampuan permodalan pada suatu bank untuk menutupi kemungkinan kegagalan yang ada dalam proses permodalan kredit. Semakin tinggi rasionya akan menunjukkan hasil yang semakin baik.
Capital Ratio = LoansTotalCapitalEquity
3. Capital Adequacy Ratio, rasio untuk mengukur kemampuan permodalan pada suatu bank setelah dikurangi aktiva tetap dan untuk menutupi kemungkinan kegagalan yang ada dalam proses permodalan kredit. Semakin tinggi rasionya akan menunjukkan hasil yang semakin baik.
Capital Adequacy Ratio = LonasTotal
AssetsFixedCapitalEquaty −
3. Rasio Profitabilitas
Rasio ini disebut juga rasio rentabilitas. Rasio ini bertujuan untuk
mengetahui kemampuan bank dalam menghasilkan laba selama periode tertentu,
juga bertujuan untuk mengukur tingkat efektifitas manajemen dalam menjalankan
operasional perusahaannya.
Menurut Agnes Sawir (2005:31) rasio profitabilitas terdiri dari :
1. Gross Profit Margin, rasio untuk mengetahui kemampuan bank dalam menghasilkan laba dari operasi usahanya yang murni.
Gross Profit Margin = IncomeOperating
ExpenseOperatingIncomeOperating −
2. Net Profit Margin, rasio untuk mengetahui kemampuan bank dalam menghasilkan net income (laba bersih sebelum pajak) ditinjau dari sudut operating income-nya. Semakin tinggi rasionya menunjukkan hasil yang semakin baik.
Net Profit Margin = IncomeOperating
IncomeNet
3. Return on Equity Capital, rasio untuk mengetahui kemampuan manajemen bank dalam menghasilkan net income (laba bersih sebelum pajak) ditinjau dari sudut equity capitalnya. Semakin tinggi rasionya akan menunjukkan hasil yang semakin baik.
Return on Equity = CapitalEquity
IncomeNet
4. Return on Total Assets; rasio untuk mengetahui kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva yang dikuasainya untuk menghasilkan berbagai pendapatan. Semakin tinggi rasionya akan menunjukkan hasil yang semakin baik.
Return on Total Assets = AssetsTotal
IncomeOperating
5. Interest Margin on Loans, rasio ini untuk mengetahui kemampuan perkreditan bank dalam menghasilkan pendapatan. Semakin tinggi rasio yang dimiliki menunjukkan hasil yang semakin baik
Interest Margin in Loans = LoansTotal
ExpenseInterestIncomeInterest −
6. Return on Investment, raiso untuk mengetahui kemampuan bank dalam
mengelola aktivanya untuk menghasilkan laba bersih setelah pajak. Semakin tinggi rasio yang dimiliki akan menunjukkan hasil yang semakin baik.
Menurut Agnes Sawir (2005:34) rasio resiko usaha bank terdiri dari :
1. Deposit Risk Ratio, yaitu rasio untuk mengukur permodalan yang dimiliki oleh bank yang bersangkutan untuk memenuhi kemungkinan kegagalan dalam memenuhi kewajiban kepada para nasabah yang menyimpan dananya. Semakin tinggi rasionya menunjukkan hasil yang semakin baik.
Deposit Risk Ratio = DepositsTotalCapitalEquity
2. Assets Risk Ratio, yaitu rasio untuk mengukur kemampuan modal dalam menyerap resiko terjadinya kerugian yang mengakibatkan penurunan terhadap aktiva bank yang bersangkutan. Semain tinggi rasionya akan menunjukkan hasil yang semakin baik.
Assets Risk Ratio = CashAssetsTotal
CapitalEquity−
5. Rasio Efisiensi Usaha
Rasio ini bertujuan untuk mengukur kinerja manajemen suatu bank apakah
telah menggunakan semua faktor produksinya dengan tepat guna dan hasil guna.
Maka melalui rasio-rasio keuangan dapat diukur secara kuantitatif tingkat efisiensi
yang telah dicapai oleh manajemen bank yang bersangkutan.
Menurut Agnes Sawir (2005:39) rasio efisiensi usaha terdiri dari:
1. Leverage Multiplier, yaitu rasio untuk mengukur kemampuan manajemen suatu bank di dalam mengelola aktiva yang dikuasainya, mengingat atas penggunaan aktiva tetap tersebut bank harus mengeluarkan sejumlah biaya yang tetap. Semakin tinggi rasio menunjukkan hasil yang semakin baik.
Leverage Multiplier = CapitalEquityTotal
AssetsTotal
2. Assets Utilization, yaitu rasio untuk mengukur kemampuan manajemen suatu bank dalam memanfaatkan aktiva yang dikuasai untuk menghasilkan total income. Semakin tinggi rasio ini akan menunjukkan hasil yang semakin baik.